kajian efek analgesik dari campuran ekstrak … filedaya analgesik dari campuran ekstrak rimpang...
TRANSCRIPT
DAYA ANALGESIK DARI CAMPURAN EKSTRAK RIMPANG KUNYIT
DAN EKSTRAK DAGING BUAH ASAM JAWA DENGAN KOMPOSISI
20% : 10% DAN OPTIMASI KOMPOSISI MENGGUNAKAN METODE
SIMPLEX LATTICE DESIGN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh :
Yesika Fadeli
NIM: 058114096
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2008
i
DAYA ANALGESIK DARI CAMPURAN EKSTRAK RIMPANG KUNYIT
DAN EKSTRAK DAGING BUAH ASAM JAWA DENGAN KOMPOSISI
20% : 10% DAN OPTIMASI KOMPOSISI MENGGUNAKAN METODE
SIMPLEX LATTICE DESIGN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh :
Yesika Fadeli
NIM: 058114096
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2008
ii
HALAMAN PERSEMBAHAN
“ Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan
kepadaku.” (Flp 4: 13)
“Bukan kebesaran yang menentukan menang atau kalah, yang penting jadilah wajar, apa
adamu dan menjadi dewasa” (Douglas Malloch)
Yesus Kaulah kekuatanku saat kuhadapi beratnya pergumulan.
Yesus Kaulah penolongku saat tiada jalan, gelap di sekelilingku.
Kau hadir dalamku, Kau buka jalanku
Kuasa-Mu mengatasi semua persoalanku
Yesus, ku mau selalu bersama-Mu.
Kupersembahkan karya ini untuk
Bapa yang selalu ada untukku dan Yesus Kristus putera-Nya Orang tuaku atas doa dan semagatnya
Adikku tresayang Papi & Mami (Padang)
Hendra Luky Wijaya atas semangat, cinta dan kesabarannya & teman-teman angkatan 05
v
PRAKATA
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar. Adapun skripsi ini disusun
dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana strata 1
(S1) Program Studi Ilmu Farmasi (S.Farm).
Dalam proses penyusunan skripsi ini tentunya sangat tidak mudah. Penulis
mendapat banyak bantuan pikiran, tenaga, semangat, doa dan dana agar akhirnya
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu dengan kerendahan hati
penulis ingin berterima kasih kepada berbagai pihak yang banyak membantu penulis
antara lain :
1. Bapa dan Putera-Nya Yesus Kristus yang selalu hadir bagiku.
2. Rita Suhadi, M.Si, Apt selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
3. Ipang Djunarko, S.Si.,Apt selaku Dosen Pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis.
4. Yohanes Dwiatmaka, M.Si. selaku Dosen Pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis.
5. Yosef Wijoyo, M.Si.,Apt. selaku Dosen Penguji yang telah memberikan
masukan, kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.
6. Yustina Sri Hartini M.Si. Apt selaku Dosen Penguji yang telah memberikan
masukan, kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.
7. Orang tuaku untuk segala doa, bimbingan dan semangatnya.
vi
8. Atin adikku atas pengertian, semangat dan doanya.
9. Luky untuk segala cinta, pegertian dan semangatnya.
10. Wellinda teman terbaikku untuk segala dukungan, doa, semangat dan teman
yang selalu ada untukku.
11. Teman-teman kelompok payung : Bustan, SS (Siska Suryanto), Ika, Wisely,
Lina, dan Dewi atas perjuangan kita.
12. Ika Reny Rahmawati teman payung yang sejenis atas ilmu, cerita, semangat,
dan suka-duka di lab mencit.
13. Nia, Widia, dan Dita atas bantuannya di lab mencit.
14. Anak-anak kost Cana : mbak Cahya, mbak Nana, mbak Marta & Ute, mbak
Nur, Fani, Jegek, Lia, Siska, Moncu, Imel, Tara, dan Wida
15. Anak-anak FKK 2005 atas perjuangannya.
16. Mas Parjiman, mas Heru, mas Kayat, mas Yuwono, mas Otok, Pak Mus, serta
laboran-laboran yang lain atas bantuannya selama penulis menyelesaikan
laporan akhir.
17. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa mungkin skripsi ini masih memiliki banyak
kekurangan karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis. Oleh karean
itu penulis dengan kerendahan hati mengharapkan adanya saran dan kritik yang
membangun yang berguna bagi penelitian selanjutnya. Demikian, semoga skripsi ini
dapat berguna bagi pembaca sekalian. GBU.
Penulis
vii
INTISARI
Jamu kunyit asam instan yang beredar di pasaran saat ini tersedia dengan berbagai macam merek dan komposisi. Salah satu jamu kunyit asam instan dengan komposisi 20 % ekstrak rimpang kunyit dan 10 % ekstrak daging buah asam jawa dilaporkan berdaya analgesik pada dosis 18200 mg/kg BB, sedangkan jamu kunyit asam segar pada komposisi yang sama berdaya analgesik pada dosis 5460 mg/kg BB (Rahmawati, 2008).
Penelitian ini termasuk dalam penelitian eksperimental murni dengan rancangan penelitian acak lengkap, pola satu arah. Metode yang digunakan adalah metode rangsang kimia untuk uji analgesik dan metode Simplex Lattice Design untuk perhitungan komposisi formula optimum. Sebanyak 45 ekor mencit betina, galur Swiss, berat badan 20-30 gram, usia 2-3 bulan dibagi 7 kelompok yaitu kontrol negatif (aquadest), kontrol positif (Asetosal 91 mg/kg BB), perlakuan dengan ekstrak rimpang kunyit dan ekstrak daging buah asam jawa yang diberikan secara per oral dalam 5 komposisi ekstrak rimpang kunyit : ekstrak daging buah asam jawa berturut-turut sebesar (25% : 5%), (20% : 10%), (15% : 15%), (10% : 20%), (5% : 25%). Tiga puluh menit kemudian mencit diinduksi asam asetat 1% dosis 25 mg/kg BB secara intraperitonial. Geliat yang timbul diamati tiap 5 menit selama 60 menit. Jumlah kumulatif geliat diubah ke dalam bentuk prosentase penghambatan terhadap geliat. Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan One-way ANOVA dilanjutkan dengan uji Scheffe taraf kepercayaan 95%. Data uji analgesik untuk metode Simplex Lattice Design dianalisis dengan Fhitung taraf kepercayaan 95 %. Dosis efektif dari campuran ekstrak rimpang kunyit dan ekstrak daging buah asam jawa adalah 2730 mg/kg BB yang menghasilkan daya analgesik sebesar 71,90%. Dari hasil prediksi berdasarkan Simplex Lattice Design, komposisi campuran 20,7% : 9,3% adalah campuran yang optimum karena dapat menghasilkan % penghambatan sebesar 65,91579 % pada dosis 2730 mg/kg BB. Kata kunci : analgesik, ekstrak rimpang kunyit dan ekstrak daging buah asam jawa, Simplex Lattice Design
ix
ABSTRACT
The instant sour turmeric tonics mostly found in market nowadays are provided in various brand and composition. One of the instant sour turmeric tonics with the composition of 20% turmeric rhizome extract and 10% tamarind extract was reported as having the analgesic capacity at the dosage of 18200 mg/kg BB. Meanwhile, the fresh sour turmeric tonic with the same composition had the analgesic capacity at the dosage of 5460 mg/kg BB (Rahmawati, 2008). This is a pure experimental research with one-way pattern, random, complete research design. The method used is chemistry stimulant method for the test of analgesic and Simplex Lattice Design method for the calculation of optimum formula composition. Approximately 45 female mice, Switzerland furrow, with weight around 20 – 30 grams and age 2 – 3 months were divided randomly into 7 groups. They were I) negative control given aqueduct, II) positive control given Asetosal 91 mg/kg BB, III) conduction with the extract of turmeric rhizome and the extract of tamarind which were given per orally in 5 compositions of turmeric rhizome extract : tamarind extract in a row as (25% : 5%), (20% : 10%), (15% : 15%), (10% : 20%), (5% : 25%). Thirty minutes later the mice were inducted acetate acid 1% dosage 25 mg/kg BB interperitonially. The behavior emerged then were being observed and recorded in every 5 minutes for 60 minutes. After that, the total of behavior cumulative was changed into the form of barrier percentage toward the behavior. Then the data achieved was analyzed statistically with One-way ANOVA and continued with Scheffe test which might be trusted up to 95%. Thus, the data of analgesic test for Simplex Lattice Design method was analyzed by using Fhitung with 95% in trust. The analgesic capacity curve profile of the combination between the extract of turmeric rhizome and tamarind was dome-shape. It means that the mixture of both extract of turmeric rhizome and extract of tamarind will enhance the % response of barrier. Based on the prediction of Simplex Lattice Design, the mixture composition of 20.7% : 9.3 % was an optimum mixture since it could enhance % barrier about 65.91579% if it was consumed in 2730 mg/kg BB. Key words : analgesic, the extract of turmeric rhizome and the extract of tamarind, Simplex Lattice Design
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING........................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN................................................................... v
PRAKATA................................................................................................... vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA....................................................... viii
INTISARI..................................................................................................... ix
ABSTRACT................................................................................................... x
DAFTAR ISI................................................................................................ xi
DAFTAR TABEL........................................................................................ xvi
DAFTAR GAMBAR.................................................................................... xviii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ xix
BAB I. PENGANTAR.................................................................................. 1
A. Latar Belakang........................................................................................ 1
1. Perumusan masalah.......................................................................... 3
2. Keaslian penelitian............................................................................. 3
3. Manfaat penelitian.............................................................................. 5
a. Manfaat teoritis............................................................................... 5
b. Manfaat praktis............................................................................... 5
B. Tujuan Penelitian..................................................................................... 6
xi
1. Tujuan umum...................................................................................... 6
2. Tujuan khusus..................................................................................... 6
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA............................................................ 7
A. Obat Tradisional....................................................................................... 7
B. Kunyit....................................................................................................... 8
1. Keterangan botani............................................................................... 8
2. Kandungan kimia................................................................................ 8
3. Sifat..................................................................................................... 9
4. Khasiat................................................................................................ 9
5. Kegunaan............................................................................................ 9
6. Kurkumin............................................................................................ 9
C. Asam Jawa................................................................................................ 11
1. Keterangan botani............................................................................... 11
2. Kandungan kimia................................................................................ 11
3. Khasiat dan kegunaan......................................................................... 11
D. Kunyit dan Asam Jawa............................................................................. 12
E. Nyeri......................................................................................................... 13
1. Definisi dan jenis nyeri....................................................................... 13
2. Saraf dan reseptor nosiseptor.............................................................. 15
3. Mediator nyeri..................................................................................... 17
4. Prostaglandin....................................................................................... 18
5. Opioid endogen.................................................................................. 21
xii
F. Analgetika.................................................................................................. 22
1. Analgetika non narkotik.......................................................................... 23
2. Analgetika narkotik................................................................................. 25
G. Asetosal..................................................................................................... 26
H. Metode Pengujian Efek Analgesik............................................................ 27
I. Simplex Lattice Design................................................................................ 32
J. Landasan Teori........................................................................................... 34
K. Hipotesis.................................................................................................... 35
BAB III. METODE PENELITIAN................................................................ 36
A. Jenis dan Rancangan Penelitian................................................................. 36
B. Variabel dan Definisi Operasional............................................................. 36
1. Variabel utama...................................................................................... 36
2. Variabel pengacau................................................................................. 36
3. Definisi operasional............................................................................... 37
C. Bahan Penelitian......................................................................................... 38
1. Bahan..................................................................................................... 38
2. Bahan kimia........................................................................................... 38
D. Alat atau Instrumen Penelitian.................................................................... 38
1. Alat uji geliat.......................................................................................... 38
2. Lain-lain................................................................................................. 39
E. Tata Cara Penelitian.................................................................................... 39
1. Pengumpulan barang............................................................................. 39
xiii
2. Pembuatan larutan CMC Na 1%........................................................... 39
3. Pembuatan suspensi asetosal................................................................. 39
4. Pembuatan asam asetat 1%.................................................................. 40
5. Penetapan kriteria geliat........................................................................ 40
6. Penetapan kadar dan dosis asam asetat................................................. 40
7. Penetapan selang waktu pemberian rangsang....................................... 41
8. Penetapan dosis dan kadar asetosal....................................................... 42
9. Penetapan dosis ektrak rimpang kunyit dan ekstrak daging buah
asam Jawa............................................................................................. 43
10. Seleksi hewan uji................................................................................. 43
11. Perlakuan hewan uji............................................................................ 43
12. Penerapan metode Simplex Lattice Design......................................... 44
F. Tata Cara Analisis Hasil............................................................................. 45
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................ 46
A. Uji Pendahuluan......................................................................................... 46
1. Penentuan kriteria geliat........................................................................ 46
2. Penetapan dosis asam asetat.................................................................. 47
3. Penetapan selang waktu pemberian rangsang....................................... 49
4. Penetapan dosis asetosal........................................................................ 51
B. Penetapan dosis dan kadar ektrak rimpang kunyit dan daging buah
asam Jawa................................................................................................. 53
C. Penerapan metode Simplex Lattice Design............................................... 61
xiv
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN........................................................ 67
A. Kesimpulan................................................................................................ 67
B. Saran.......................................................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 68
LAMPIRAN.................................................................................................... 70
BIOGRAFI PENULIS..................................................................................... 102
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel I. Rata-rata jumlah kumulatif geliat hewan uji pada penetapan dosis efektif
asam asetat................................................................................... 47
Tabel II. Ringkasan analisis variansi satu arah pada penetapan dosis efektif asam
asetat............................................................................................. 48
Tabel III. Rata-rata jumlah kumulatif geliat hewan uji dan % penghambatan terhadap
geliat pada penetapan selang waktu pemberian rangsang ............ 49
Tabel IV. Ringkasan analisis variansi satu arah % penghambatan terhadap geliat pada
penetapan selang waktu pemberian rangsang……...................… 50
Tabel V. Rata-rata kumulatif geliat hewan uji dan % penghambatan terhadap geliat
pada penetapan dosis asetosal...................................................... 51
Tabel VI. Ringkasan analisis variansi satu arah % penghambatan terhadap geliat pada
penetapan dosis asetosal............................................................... 52
Tabel VII. Hasil analisis uji Scheffe % penghambatan geliat pada penetapan dosis
asetosal.......................................................................................... 53
Tabel VIII. Rata-rata jumlah kumulatif geliat hewan uji dan % penghambatan
terhadap geliat pada kelompok perlakuan………………………. 54
Tabel IX. Ringkasan analisis variansi satu arah % penghambatan geliat terhadap
kontrol negatif pada kelompok perlakuan.................................. 56
Tabel X. Hasil analisis uji Scheffe % penghambatan geliat terhadap kontrol negatif
pada kelompok perlakuan.......................................................... 57
xvi
Tabel XI. Ringkasan analisis variansi satu arah % penghambatan geliat terhadap
kontrol positif pada kelompok perlakuan.................................. 58
Tabel XII. Hasil analisis uji Scheffe % penghambatan geliat terhadap kontrol positif
pada kelompok perlakuan.......................................................... 59
Tabel XIII. Komposisi kunyit dan asam Jawa untuk tiap formula………… 62
Tabel XIV. Data % penghambatan pada percobaan dan SLD ...………….... 63
Tabel XV. Perbandingan jamu kunyit asam dosis 2730 mg/kg BB............... 65
xvii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Tanaman kunyit (Anonim, 2008)................................................. 8
Gambar 2. Struktur molekul kurkumin ( Majeed, dkk, 1995 )...................... 10
Gambar 3. Struktur kimia kurkumin, demetoksikurkumin, dan bisdemetoksikurkumin
(Windholdz, 1981)..................................................................... 10
Gambar 4. Buah asam jawa (Anonim, 2008).....…………………………..... 11
Gambar 5. Diagram Metabolime Arachidonat………………….................... 20
Gambar 6. Struktur molekul asetosal…………………………………......... 26
Gambar 7. Histogram rata-rata jumlah kumulatif geliat pada penetapan dosis efektif
asam asetat................................................................................. 48
Gambar 8. Histogram rata-rata % penghambatan terhadap geliat pada penetapan
selang waktu pemberian rangsang………….......................….. 50
Gambar 9. Histogram rata-rata % penghambatan terhadap geliat pada penetapan dosis
asetosal....................................................................................... 52
Gambar 10. Histogram rata-rata % penghambatan geliat terhadap kontrol negatif pada
kelompok perlakuan……………………........................…… 55
Gambar 11. Histogram rata-rata % penghambatan geliat terhadap kontrol positif pada
kelompok perlakuan………………………….......................… 60
Gambar 12. Grafik Hubungan Formula Campuran Ekstrak Rimpang Kunyit dan
Ekstrak Daging Buah Asam Jawa vs Daya Panghambatan….... 63
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Dokumentasi.............................................................................. 71
Lampiran 2. Data jumlah geliat hewan uji pada penetapan dosis efektif asam
asetat………………………………………………………… 72
Lampiran 3. Data jumlah geliat hewan uji pada penetapan selang waktu
pemberian…………………………………………………… 74
Lampiran 4. Data % penghambatan terhadap jumlah geliat pada penetapan selang
waktu pemberian…………………………………… ............ 76
Lampiran 5. Data jumlah geliat hewan uji pada penetapan dosis efektif
Asetosal…………………………………………………….. 78
Lampiran 6. Data % penghambatan terhadap jumlah geliat pada penetapan dosis
efektif Asetosal…………………………………………….. 81
Lampiran 7. Data % penghambatan kontrol positif dan negative terhadap jumlah
geliat………………………………………………………… 83
Lampiran 8. Data jumlah geliat hewan uji setelah pemberian asam asetat pada semua
kelompok perlakuan Kunyit : Asam (20% : 10%)…………. 84
Lampiran 9. Data % penghambatan terhadap jumlah geliat pada semua kelompok
perlakuan Kunyit : Asam (20% : 10%)……………………… 88
Lampiran 10. Data % Perubahan daya analgesik terhadap kontrol positif…. 91
xix
Lampiran 11. Data jumlah geliat hewan uji setelah pemberian asam asetat pada semua
kelompok perlakuan dengan komposisi SLD……………… 94
Lampiran 12. Data % penghambatan terhadap jumlah geliat pada semua kelompok
perlakuan dengan komposisi menurut metode SLD………… 95
Lampiran 13. Perhitungan Persamaan Simplex Lattice Design…………....... 96
Lampiran 14. Data Uji Regresi Persamaan menggunakan metode Fhitung ....... 98
Lampiran15. Data respon daya penghambatan geliat………………….......... 101
xx
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Penggunaan obat tradisional di Indonesia merupakan bagian dari budaya
bangsa dan banyak dimanfaatkan masyarakat sejak berabad-abad yang lalu. Obat
tradisional pada awalnya dibuat oleh pengobat tradisional untuk pasiennya
sendiri/lingkungan terbatas, namun sekarang berkembang menjadi industri rumah
tangga dan selanjutnya sejak pertengahan abad ke-20 telah diproduksi secara massal
baik oleh industri kecil obat tradisional maupun industri obat tradisional dengan
mengikuti perkembangan teknologi pembuatan.
Salah satu obat tradisional yang digunakan masyarakat, terutama wanita
adalah jamu kunyit asam. Jamu ini banyak digunakan baik dalam bentuk sediaan
racikan maupun instan. Bahan baku utama dari jamu ini adalah kunyit dan asam jawa.
Untuk remaja putri biasanya diminum pada saat menstruasi karena dapat
menghilangkan rasa sakit haid (Anonim, 2008).
Kunyit (Curcuma domestica Val) merupakan salah satu tanaman yang
memiliki efek terapetik. Rimpang kunyit mengandung kurkuminoid yang dilaporkan
memiliki aktivitas antiinflamasi sehingga banyak digunakan sebagai salah satu
komponen dalam jamu kunyit asam. Kurkuminoid tersebut stabil dalam suasana
asam, sehingga dalam jamu kunyit asam digunakan juga buah asam jawa yang
1
2
mengandung asam tartrat, asam malat dan asam sitrat untuk menstabilkan senyawa
tersebut (Soedibyo, 1998).
Dewasa ini banyak jamu kunyit asam instan yang beredar di pasaran. Jamu
tersebut tersedia dengan berbagai macam merek dan komposisi. Jamu Kunyit Asam
instan produksi PT SM mengandung 20% ekstrak rimpang kunyit (Curcumae
domesticae Rhizoma Ekstraktum) dan 10% ekstrak daging buah asam jawa
(Tamarindi Pulpa Ekstraktum). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Praswanto,
Nurendah, Dzulkarnain, dan Dian (1996) dilaporkan bahwa 30% rimpang kunyit
digunakan dalam salah satu jamu kunyit asam instan lain dan berefek analgesik.
Dalam penelitian yang sama, 4% rimpang kunyit masih memberikan efek analgesik.
Penelitian lain dilakukan oleh Rahmawati (2008) tentang perbandingan daya
analgesik jamu kunyit asam instan dan jamu kunyit asam segar dengan menggunakan
komposisi yang sama dengan PT SM. Dalam penelitian tersebut, jamu kunyit asam
instan yang mempunyai daya analgesik adalah dengan dosis 18200 mg/kg BB,
sedangkan jamu kunyit asam segar pada dosis 5460 mg/kg BB hanya mempunyai
daya analgesik sebesar 49,57%. Komposisi tertentu ekstrak rimpang kunyit dan
daging buah asam jawa akan menghasilkan efek analgesik tertentu pula. Oleh karena
itu perlu dilakukan optimasi komposisi ekstrak rimpang kunyit dan ekstrak daging
buah asam jawa agar dapat memberikan efek analgesik yang optimal dalam
meredakan nyeri pada saat haid.
Uji daya analgesik dapat dilakukan pada hewan uji dengan metode geliat.
Pada metode ini digunakan rangsang kimia berupa zat kimia yang diberikan secara
3
intraperitonial pada mencit yang sudah diberi senyawa uji secara oral dalam selang
waktu tertentu. Metode ini dipilih karena metode ini sederhana, mudah dilakukan,
dan cukup peka untuk pengujian senyawa-senyawa yang memiliki daya analgesik
lemah.
Optimasi komposisi ekstrak rimpang kunyit dan ekstrak daging buah asam
jawa dapat dilakukan dengan metode Simplex Lattice Design (SLD). Metode ini
merupakan salah satu metode optimasi untuk mengetahui profil efek campuran
terhadap suatu parameter. Secara teoritis, metode ini dapat digunakan untuk
memprediksi komposisi campuran bahan baku utama suatu produk obat tradisional.
1. Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka dirumuskan
permasalahan sebagai berikut ini:
a. Berapa dosis efektif dari campuran ekstrak rimpang kunyit dan ekstrak daging
buah asam jawa dengan komposisi 20 % : 10 %?
b. Berapa komposisi optimum untuk campuran ekstrak rimpang kunyit dan ekstrak
daging buah asam jawa yang berdaya analgesik berdasarkan perhitungan
dengan metode Simplex Lattice Design?
2. Keaslian penelitian
Sepengetahuan penulis penelitian mengenai daya analgesik dari campuran ekstrak
rimpang kunyit dan ekstrak daging buah asam jawa dengan metode Simplex Lattice
Design belum pernah dilakukan. Adapun penelitian tentang kunyit asam yang pernah
dilakukan adalah sebagai berikut:
4
a. Penentuan Komponen Utama Minyak Atsiri Kunyit (Curcuma domestica Val)
dengan GC-MS (Yunita, 1986), dan disimpulkan bahwa ditemukan dua komponen
minyak atsiri rhizoma kunyit yaitu turmeron dan ar-turmeron.
b. Informasi Penelitian Komponen Jamu Pengatur Haid (Praswanto, 1996) dan
disimpulkan bahwa ada 30 jamu telah diteliti sebagai pengatur haid.
c. Obat Analgetik dan Antiinflamasi Nabati (Hargono, 2000), dan disimpulkan bahwa
rimpang kunyit adalah salah satu analgetika yang dapat dipertanggung jawabkan
pemakaiannya di masyarakat karena adanya kandungan terpenoid.
d.Validasi Penetapan Kadar Parasetamol Tercampur Kunyit Asam dalam Plasma
dengan Metode Kolorimetri Chafetz at al (Kusuma, 2005), dan disimpulkan bahwa
penetapan kadar parasetamol tercampur kunyit asam dalam plasma dengan metode
kolorimetri Chafetz at al mempunyai akurasi dan presisi yang baik.
e. Optimasi Penetapan Kadar Parasetamol Tercampur Kunyit Asam dalam Plasma
Darah secara Spektrofotometri Ultraviolet dengan Aplikasi Metode Panjang
Gelombang Berganda (Erlinda, 2005) dan disimpulkan bahwa spektrofotometri
ultraviolet dengan aplikasi metode panjang gelombang berganda dapat digunakan
untuk optimasi kadar parasetamol tercampur kunyit asam dalam plasma darah
dengan presisi, akurasi, LOD, LOQ serta spesifisitas yang baik.
f. Validasi Penetapan Kadar Parasetamol Tercampur Kunyit Asam dalam Plasma
dengan Metode Kolorimetri Menggunakan Senyawa Pengkopling Vanili (Vidiani,
2006) dan disimpulkan bahwa penetapan kadar parasetamol tercampur kunyit asam
5
dalam plasma dengan metode kolorimetri menggunakan senyawa pengkopling
vanilin mempunyai spesifisitas, akurasi dan presisi yang baik.
g.Efek Analgetika Infusa Daun Asam Jawa (Tamarindus indica, Linn) pada Mencit
Betina (Lestari, 2006) dan disimpulkan bahwa 4 kelompok dosis (19,65 g/kg BB;
22,50 g/kg BB; 25,76 g/kg BB; 38,64 g/kg BB) infusa daun asam Jawa mempunyai
efek analgetika dengan besar proteksi berturut-turut sebesar 51,15%, 61,27%,
72,92% dan 68,43%.
3. Manfaat penelitian
a. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan akan memberi informasi tentang :
1. Dosis efektif dari campuran ekstrak rimpang kunyit dan ekstrak daging buah
asam jawa dengan komposisi 20% : 10%.
2. Komposisi optimum untuk campuran ekstrak rimpang kunyit dan ekstrak
daging buah asam jawa.
b. Manfaat praktis
Penelitian ini dapat dijadikan acuan :
Bagi industri obat tradisional dalam membuat formulasi obat tradisional instan.
6
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mendapatkan formula baru dengan komposisi optimum dari campuran
ekstrak rimpang kunyit dan ekstrak daging buah asam jawa yang berdaya
analgesik.
2. Tujuan khusus
a) Untuk mengetahui dosis efektif dari campuran ekstrak rimpang kunyit dan
ekstrak daging buah asam jawa dengan komposisi 20% : 10%.
b) Untuk mengetahui komposisi optimum campuran ekstrak rimpang kunyit dan
ekstrak daging buah asam jawa yang berdaya analgesik.
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Obat Tradisional
Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan,
bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut
yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman
(Anonim, 1992). Obat tradisional telah diterima secara luas di negara-negara yang tingkat
ekonominya rendah sampai sedang. Bahkan di beberapa negara berkembang obat
tradisional telah dimanfaatkan dalam pelayanan kesehatan terutama dalam pelayanan
kesehatan strata pertama. Sementara itu di banyak negara maju penggunaan obat
tradisional makin populer (Anonim, 2007).
Dalam naskah Kebijakan Obat Tradisional Nasional (KOTRANAS), disebutkan
bahwa strategi yang dipilih oleh Departemen Kesehatan dalam kaitannya dengan obat
tradisional adalah :
1. Mendorong pemanfaatan sumber daya alam Indonesia secara berkelanjutan untuk
digunakan sebagai obat tradisional demi peningkatan pelayanan kesehatan dan ekonomi
2. Menjamin obat tradisional yang aman, bermutu dan bermanfaat serta melindungi
masyarakat dari penggunaan obat tradisional yang tidak tepat
7
8
3. Tersedianya obat tradisional yang memiliki khasiat nyata yang teruji secara ilmiah,
dan dimanfaatkan secara luas baik untuk pengobatan sendiri maupun dalam
pelayanan kesehatan formal
4. Mendorong perkembangan dunia usaha di bidang obat tradisional yang
bertanggung jawab agar mampu menjadi tuan rumah di negeri sendiri dan diterima
di negara lain (Anonim, 2007).
B. Kunyit
Gambar 1. Tanaman kunyit (Anonim, 2008)
1. Keterangan Botani
Kunyit (Curcuma domestica Val) termasuk dalam famili Zingiberaceae, juga
dikenal dengan sinonimnya C domestica Rumph dan C. longa Auct. Di Indonesia
tanaman ini dikenal dengan nama kunyit, sedangkan di Jawa dikenal dengan
kunir, di Sunda dikenal dengan koneng serta di Madura dikenal dengan konyet.
Nama umum / Inggrisnya adalah Saffron (Anonim, 1995; Rukmana, 1994).
2. Kandungan Kimia
Kunyit mengandung kurkumin, demetoksikurkumin, bisdemetoksikurkumin,
minyak atsiri (turmeron, zingiberon, seskuiterpen alkohol), pati, tanin, damar, zat
pahit, dan minyak lemak ( Anonim, 1977; Soedibyo, 1998).
9
3. Sifat
Rimpang kunyit mempunyai sifat sebagai berikut: melancarkan peredaran darah,
membersihkan darah, mendinginkan dan kelat (Soedibyo, 1998).
4. Khasiat
Banyak sekali khasiat kunyit dalam pengobatan yaitu sebagai: antiinflamasi,
kolagoga, stomakik, antispasmodik, antibakteri, dan kolestetik (Soedibyo, 1998).
5. Kegunaan
Kunyit dapat digunakan untuk mengatasi nyeri haid, sakit perut, kolesterol tinggi,
maag, mencret, nifas, gatal (obat luar), koreng (obat luar), kurap (obat luar), sakit
kuning, luka (obat luar), dan radang gusi (obat luar) (Soedibyo, 1998).
6. Kurkumin
Kurkumin merupakan senyawa kandungan utama tanaman kunyit terdapat
juga dalam tanaman temulawak dan pada tanaman temugiring. Kurkumin murni
sangat sulit diperoleh langsung dari rimpang kunyit karena sering kali tercampur
dengan turunannya yaitu demetoksikurkumin dan bisdemetoksikurkumin (Donatus,
1994).
Kurkuminoid adalah komponen yang terdapat dalam kunyit, yang terkait
secara kimia dengan bahan utamanya, yaitu kurkumin. Kurkuminoid merupakan
bahan aktif penting yang bertanggung jawab atas aktifitas biologis dari kunyit.
Aktifitas utama kurkuminoid adalah sebagai antiinflamasi. Tetapi dilaporkan juga
bahwa kurkuminoid mempunyai sifat antioksidan, anti alergi, anti spasmodik, anti
bakteri, anti fungi, anti tumor, dan sebagai penyembuh luka (Majeed, 1995).
10
Tiga kurkuminoid utama yang telah diisolasi dari kunyit adalah kurkumin,
demetoksikurkumin, dan bisdemetoksikurkumin. Ketiganya memberikan warna
kuning pada Curcuma domestica, terutama pada rhizomanya (Majeed, 1995).
HO
H3OC
O O
OH
COH3
Gambar 2. Struktur molekul kurkumin ( Majeed, 1995 )
O
H3CO
OH
OCH3
O O
H
HO OH
OCH3
O O
H
HO OH
O O
H
5-Hydroxy-1,7-bis-(4-hydroxy-3-methoxy-phenyl)-hepta-1,4,6-trien-3-one
5-Hydroxy-7-(4-hydroxy-3-methoxy-phenyl)-1-(4-hydroxy-phenyl)-hepta-1,4,6-trien-3-one
5-Hydroxy-1,7-bis-(4-hydroxy-phenyl)-hepta-1,4,6-trien-3-one
Gambar 3. Struktur kimia kurkumin, demetoksikurkumin, dan bisdemetoksikurkumin (Windholdz, 1981)
11
C. Asam Jawa
Gambar 4. Buah asam jawa (Anonim, 2008)
1. Keterangan Botani
Asam jawa (Tamarindus indica Linn) termasuk dalam famili Leguminose, ekstrak
daging buah asam jawa dikenal dengan Tamarindus Pulpa Extractum. Di
Indonesia tanaman ini dikenal dengan nama asam jawa, sedangkan di Jawa
dikenal dengan asem, di Sunda dikenal dengan celangi dan tangkal asem. Nama
umum / Inggrisnya adalah Tamarind (Hutapea, 1994).
2. Kandungan kimia
Daging buah asam jawa antara lain mengandung asam tartrat, asam malat, asam
sitrat, asam suksinat, asam asetat, pektin, dan gula invert (Soedibyo, 1998).
3. Khasiat dan kegunaan
Daging buah asam jawa berkhasiat sebagai laksan. Adapun kegunaannya adalah
untuk mencegah dan mengatasi nyeri haid (jika dicampur bersama kunyit),
demam, eksem, kegemukan, pencahar (berkurang khasiatnya bila dimasak), sakit
perut, sariawan, wasir dam rematik (obat luar) (Soedibyo, 1998).
12
D. Kunyit dan Asam Jawa
Tanaman mengandung senyawa kimia seperti karbohidrat, protein, lemak
yang bermanfaat sebagai makanan bagi manusia dan hewan. Tanaman juga
mengandung banyak senyawa kimia seperti glikosida, alkaloid, terpenoid yang
menyebabkan tanaman memiliki efek terapetik. Senyawa dengan efek terapetik ini
disebut konstituen aktif, sedang yang lain disebut konstituen inert (Robbers,1996).
Salah satu tanaman yang memiliki efek terapetik adalah kunyit, sehingga
tanaman ini sering digunakan sebagai bahan baku obat. Secara tradisional, rimpang
kunyit digunakan dalam ramuan dengan buah asam jawa untuk pengobatan berbagai
penyakit seperti menghilangkan nyeri pada wanita haid. Kunyit asam adalah salah
satu jamu yang biasanya dijajakan oleh penjaja jamu dari rumah ke rumah atau sering
disebut jamu gendong. Ada dua cara dalam membuat jamu gendong. Pertama dengan
merebus semua bahan. Kedua dengan memeras sari yang ada kemudian
mencampurnya dengan air matang. Penggunaan bahan baku jamu kunyit asam pada
umumnya tidak jauh berbeda di antara pembuat. Perbedaan terlihat pada komposisi
bahan penyusunnya (Suharmiati dan Handayani, 1998).
Jamu kunyit asam instan yang diproduksi oleh industri-industri obat tradisonal
juga tidak jauh berbeda dengan jamu kunyit asam segar yang dibuat oleh masyarakat
sendiri. Sama halnya dengan jamu kunyit asam segar yang dibuat dengan komposisi
bahan penyusun yang berbeda, jamu kunyit asam instan juga diproduksi berbeda-beda
pada komposisi bahan penyusunnya. Jamu Kunir Asem merupakan jamu kunyit asam
instan yang komposisinya terdiri dari Curcumae domestica Rhizoma, Curcumae
13
Rhizoma, Pandanis Folium, Tamarindi Pulpae Crudae dan sugar. Cara
pengaplikasiannya yaitu satu bungkus jamu ditambah setengah gelas (100 ml) air
matang (hangat/dingin), aduk dan langsung diminum (Anonim, 2001).
Jamu Kunyit Asam merupakan jamu kunyit asam instan yang komposisinya
terdiri dari Curcumae domestica Rhizoma Extract (20%), Tamarindi Pulpa Extract
(10%), Citrit acid (0,5 %), Sucrose (69,4%), Sodium Chloride (0,1%). Cara
pemakaiannya : sehari 1 bungkus atau sesuai kebutuhan, tuang pada ± 150 cc air
hangat atau dingin (Anonim, 2008).
E. Nyeri
1. Definisi dan jenis nyeri
Nyeri (pain) merupakan suatu gejala yang umum dan sering terjadi mengikuti
salah satu atau lebih penyakit. Hampir sebagian besar penyakit memberi gejala nyeri
yang dimanifestasikan dalam bentuk rasa sakit pada organ atau jaringan pada tubuh
(Anonim, 1991). Nyeri merupakan respon langsung terhadap kejadian/ peristiwa yang
tidak menyenangkan yang berhubungan dengan kerusakan jaringan, seperti, luka,
inflamasi, atau kanker (Rang, Dale, Ritter, and Moore, 2003).
Menurut Tjay dan Raharja (2002), nyeri adalah perasaan sensoris dan
emosional yang tidak enak dan yang berkaitan dengan (ancaman) kerusakan jaringan.
Keadaan psikis sangat mempengaruhi nyeri, misalnya emosi dapat menimbulkan rasa
sakit (kepala) atau memperhebatnya, tetapi dapat pula menghindarkan sensasi
rangsangan nyeri. Nyeri dikatakan pula sebagai suatu perasaan pribadi dimana
ambang toleransi nyeri berbeda-beda bagi setiap orang. Ambang nyeri didefinisikan
14
sebagai tingkat (level) dimana nyeri dirasakan untuk pertama kali. Sedangkan
menurut Guyton dan Hall (1996), nyeri merupakan suatu mekanisme pertahanan
tubuh, yang timbul bila ada jaringan yang rusak. Hal ini menyebabkan individu
bereaksi dengan cara memindahkan stimulus nyeri.
Menurut tempat terjadinya, nyeri terbagi atas nyeri somatik dan nyeri dalaman
(viseral). Dikatakan nyeri somatik apabila rasa nyeri berasal dari kulit, otot,
persendian, tulang, atau dari jaringan ikat. Nyeri somatik dibagi atas 2 (dua) kualitas
yaitu nyeri permukaan dan nyeri dalam. Disebut nyeri permukaan apabila rangsang
bertempat di dalam kulit, sedangkan disebut nyeri dalam apabila rangsang berasal
dari otot, prsendian tulang dan jaringan ikat. Nyeri dalaman (viseral) atau nyeri perut
mirip dengan nyeri dalam sifat menekannya dan reaksi vegetatif yang menyertainya.
Nyeri ini terjadi antara lain pada tegangan organ perut, kejang otot polos, aliran darah
kurang dan penyakit yang disertai radang (Mutschler, 1999).
Berdasarkan perjalanannya, nyeri dapat dibedakan menjadi nyeri yang
sifatnya akut dan kronis. Pada nyeri yang sifatnya akut umumnya terjadi beberapa
saat setelah terjadinya lesi atau trauma jaringan, berlangsung singkat dan biasanya
cepat membaik bila diberi obat pengurang rasa nyeri (analgetika). Bila diberikan
stimulus nyeri, maka rasa nyeri akan timbul dalam waktu kira-kira 0,1 detik. Rasa
sakit akut juga digambarkan dengan banyak nama pengganti, seperti rasa sakit tajam,
rasa tertusuk, rasa sakit cepat, rasa sakit elektrik, dan sebagainya (Anonim, 1991;
Guyton dan Hall, 1996).
15
Nyeri yang kronik umumnya berhubungan dengan terjadinya lesi jaringan
yang bersifat permanen, atau dapat sebagai kelanjutan dari nyeri akut yang tidak
ditangani dengan baik. Nyeri kronik ini biasanya berlangsung lama, atau biasanya
terjadi selama lebih dari 6 bulan. Rasa sakit kronik timbul setelah satu detik atau
lebih dan kemudian rasa sakit ini secara perlahan bertambah untuk selama beberapa
detik dan kadang kala sampai beberapa menit. Rasa sakit kronik diberi banyak nama
tambahan seperti rasa sakit terbakar, rasa sakit pegal, rasa sakit berdenyut-denyut,
rasa sakit mual, dan rasa sakit lambat. (Anonim, 1991; Guyton dan Hall, 1996).
1. Saraf dan reseptor nosiseptik
Dalam kondisi normal, nyeri berkaitan dengan aktivitas listrik pada serabut
saraf aferen utama dengan diameter kecil dari saraf perifer. Ujung saraf sensoris pada
jaringan perifer diaktifkan oleh berbagai macam rangsangan (mekanik, suhu, kimia)
(Rang, et al, 2003). Berdasarkan rekaman aktivitas pada serabut aferen menunjukkan
bahwa rangsang yang cukup untuk merangsang serabut aferen tersebut menimbulkan
sensasi nyeri.
Di bawah kondisi normal, nyeri dihubungkan dengan aktivitas elektrik dalam
serabut aferen yang membawa impuls dari perifer ke pusat. Banyak dari serabut ini
adalah serabut-C tak bermielin yang dikenal dengan polimodal nosiseptor-C.
Polimodal nosiseptor (PMN) merupakan saraf sensori utama di perifer yang
memberikan respon terhadap adanya rangsang bahaya. Mayoritas merupakan serabut-
C tak bermielin yang memberikan respon terhadap rangsang suhu, mekanik dan kimia
(Rang, et al, 2003).
16
Kebanyakan reseptor pada kulit memiliki struktur khusus yang merupakan
ujung saraf bebas yang sederhana di perifer. Tiga tipe serabut saraf terlihat dalam
pengiriman nyeri ini ialah :
a. serabut A-β : berukuran besar, bermielin, cepat menyalurkan impuls (30-100
m/detik), memiliki ambang nyeri yang rendah dan memberi tanggapan terhadap
sentuhan ringan.
b. serabut A-δ : bermielin tipis dan menyalurkan impuls dengan lebih lambat (6-30
m/detik), memberi tanggapan terhadap tekanan panas, dingin, kimia dan memberi
reaksi terhadap sensasi nyeri tajam sehingga menghasilkan reflek penarikan diri
atau gerakan capat.
c. serabut C : berukuran kecil, tak bermielin, oleh karena itu menyalurkan dengan
lambat (1-2,5 m/detik), memberi tanggapan terhadap segala jenis rangsang
berbahaya dan menyalurkan lebih lambat nyeri tumpul (Greene, 2000).
Tiga kelompok utama reseptor kulit yang telah diidentifikasi, yaitu :
a. mekanoreseptor (yang mendeteksi sentuhan ringan).
b. termoreseptor (yang mendeteksi panas).
c. Nosiseptor (yang mendeteksi adanya luka dan rangsangan yang membahayakan)
(Greene, 2000).
Serabut aferen nosiseptik dorsal horn berada di belakang serabut ganglia.
Serabut ini memasuki sumsum tulang belakang melalui serabut ganglia dan berakhir
di daerah abu-abu pada tulang belakang. Serabut C dan beberapa serabut A masuk ke
17
dalam badan sel pada lamina I dan II. Sementara serabut A lainnya masuk lebih
dalam ke dalam tulang (lamina V) (Rang, et al, 2003).
Dorsal horn merupakan daerah abu-abu menyerupai tanduk yang terdapat di
sumsum tulang belakang. Pada daerah tersebut terdapat daerah pengaturan sistem
somatik dan viseral (Martini, 1995).
Serabut saraf aferen tak bermielin mengandung beberapa neuropeptida
terutama substansi P dan Calcitonin gene-related peptide (CGRP). Zat-zat ini
dilepaskan sebagai mediator di pusat dan perifer dan berperan penting dalam
mekanisme nyeri.
3. Mediator nyeri
Nyeri timbul jika rangsang mekanik, termal, kimia, atau listrik melampaui
suatu nilai ambang tertentu (nilai ambang nyeri) dan karena itu menyebabkan
kerusakan jaringan dengan pembebasan yang disebut senyawa nyeri. Seperti telah
disebutkan, rangsang yang cukup untuk menimbulkan rasa nyeri ialah kerusakan
jaringan atau gangguan metabolisme jaringan. Di sini senyawa tubuh sendiri
dibebaskan dari sel-sel yang rusak, yang disebut zat nyeri (mediator nyeri), yang
menyebabkan perangsangan reseptor nyeri (Mutschler, 1999).
Mediator nyeri yang kini juga disebut autacoida, terdiri dari antara lain
histamin, serotonin, bradikinin, leukotrien, dan prostaglandin. Bradikinin adalah
polipeptida (rangkaian asam amino) yang dibentuk dari protein plasma. Prostaglandin
mirip strukturnya dengan asam lemak dari protein plasma. Struktur prostaglandin
mirip dengan asam lemak dan terbentuk dari asam arakhidonat. Menurut perkiraan,
18
zat-zat ini meningkatkan kepekaan ujung saraf sensoris bagi rangsangan nyeri yang
diakibatkan oleh mediator lainnya. Berhubung kerja dan inaktivasinya pesat dan
bersifat lokal, maka juga dinamakan hormon lokal (Tjay dan Raharja, 2002).
Yang termasuk “zat nyeri” yang potensinya kecil adalah ion hidrogen. Pada
penurunan nilai pH di bawah 6 selalu terjadi rasa nyeri yang meningkat pada
kenaikan konsentrasi ion H+ lebih lanjut. Kerja lemah yang mirip dimiliki juga oleh
ion kalium yang keluar dari ruang intrasel setelah terjadi kerusakan jaringan dan
dalam interstisium pada konsentrasi >20 mmol/L menimbulkan rasa nyeri. Demikian
pula berbagai neurotransmiter bekerja sebagai zat nyeri pada kerusakan jaringan.
Histamin pada konsentrasi relatif tinggi (8-10 gram/L) terbukti sebagai zat nyeri.
Asetilkolin pada konsentrasi rendah mensensibilisasi reseptor nyeri terhadap zat nyeri
lain sehingga senyawa ini bersama-sama dengan senyawa yang dalam konsentrasi
yang sesuai secara sendiri tidak berkhasiat dapat menimbulkan nyeri. Pada
konsentrasi tinggi, asetilkolin bekerja sebagai zat nyeri yang berdiri sendiri. Serotonin
merupakan senyawa yang menimbulkan nyeri yang paling efektif dari kelompok
transmiter. Sebagai kelompok senyawa penting lain dalam hubungan ini adalah kinin,
khususnya bradikinin yang termasuk penyebab nyeri terkuat (Tjay dan Raharja,
2002).
4. Prostaglandin
Salah satu mediator nyeri adalah prostaglandin (PG), ia merupakan golongan
zat serupa hormon yang mempengaruhi tekanan darah, peradangan jaringan dan rasa
19
sakit, serta menaikkan suhu tubuh. Struktur induknya adalah asam prostanoat tidak
jenuh, turunan asam lemak (Pine, Hendrickson, Cram, and Hammond, 1998).
Prostaglandin bertanggung jawab terhadap jalannya berbagai respon fisiologi
beberapa diantaranya adalah inflamasi, tekanan darah, demam dan nyeri. Semua PG
mempunyai kerangka karbon dengan 20 C, 5 cincin dengan C7 memiliki substituen
asam karboksilat dan C8 memiliki substituen hidrokarbon. Prostaglandin disintesis
dari asam arakhidonat, 20 C asam lemak dengan 4 cis ikatan rangkap. Asam
arakhidonat kembali disintesis dari asam linoleat (asam linoleat tidak dapat disintesis
oleh mamalia, karena itu penting dimasukkan ke dalam diet) (Bruice, 1998).
Di rahim, Pg mengakibatkan kontraksi dengan terjadinya kekurangan darah
(ischaemia) dari otot rahim, yang menimbulkan nyeri hebat. Keadaan ini timbul
selama gangguan haid (dysmenorrea primer), di mana kadar Pg di endometrium
ternyata sangat meningkat. Akibatnya, reseptor nyeri di rahim disensibilisasi, yang
menyebabkan kontraktilitas berlebihan dan nyeri mirip kolik. Selain itu, zat ini juga
dapat menyebabkan nyeri kepala, nausea, muntah dan diare, yang intensitasnya
berhubungan langsung dengan kadar Pg (Tjay dan Rahardja, 2002).
20
Gambar 5. Diagram Metabolisme Arachidonat (Rang, et al, 2007)
Pada mamalia, prekusor utama eicosanoid adalah asam arachidonat (asam 5,8,11,14-
eicosatetraenoic), suatu asam lemak tak jenuh dengan 20 gugus karbon yang
mengandung 4 ikatan rangkap. Pada kebanyakan tipe sel, asam arakidonat
diesterifikasi dalam cadangan phospolipid dan konsentrasi asam bebas rendah.
Eicosanoid utama adalah prostaglandin, thromboxan, dan leukotrien, meskipun
derivat arachidonat yang lain seperti lipoxin juga dihasilkan (Rang, et al, 2007).
Pada kebanyakan zat, initial dan rate-limiting step dalam sintesis eicosanoid
adalah pembebasan arachidonat, bisa dengan one-step atau proses two-step, dari
phospolipid dengan enzim phopolipase A2 (PLA2). Enzim ini menghasilkan tidak
hanya asam arachidonat tapi juga lysogliseril-phosporilcholine (lyso-PAF), prekusor
dari platelet activating factor, mediator inflamasi lainnya (Rang, et al, 2007).
21
Cytosolic PLA2 diaktifkan (sejak asam arachidonat dibebaskan) dari
phosporilasi. Kejadian ini merupakan respon yang menandakan transduksi dari
beberapa stimulus, seperti aksi trombin pada platelet, C5a pada neutrofil, bradikinin
pada fibroblast dan reaksi antigen-antibodi pada sel mast. Kerusakan sel juga
menyebabkan proses aktivasi (Rang, et al, 2007). Asam arachidonat bebas
dimetabolisme pada beberapa bagian berikut :
1. Fatty acid cyclo-oxygenase (COX). Dua bentuk isoform utama, COX-1 dan
COX-2, mengubah asam arachidonat menjadi prostaglandin dan thromboxan.
2. Lypoxygenase. Beberapa subtipe mensintesis leukotrien, lipoxi atau senyawa lain.
5. Opioid endogen
Beberapa keluarga opioid endogen telah diidentifikasikan meliputi endorfin,
enkefalin, dan dinorfin (Greene and Harris, 2000). Istilah umum yang digunakan saat
ini untuk zat-zat endogen ini adalah peptida opioid endogen yang menggantikan
istilah sebelumnya yaitu endorfin (Katzung, 2001).
Opioid endogen sebagai agonis sistem penghambat nyeri tubuh sendiri telah
diidentifikasi polipeptida dan ologopeptida, dan senyawa ini sebagian merupakan
bagian dari pecahan dari hormon yang berasal dari hipofisis yaitu beta-lipotropin.
Yang termasuk opioid endogen yaitu :
a. β-endorfin
b. α- dan γ-endorfin
c. dinorfin
22
d. penta peptida metionin enkefalin dan leusin enkefalin
Molekul-molekul prekusor opioid endogen terdapat pada otak yang telah
diimplikasikan dalam modulasi rasa sakit. Sebuah bukti menyatakan bahwa molekul-
molekul tersebut dapat dirilis dalam keadaan stress, seperti sakit atau antisipasi rasa
sakit (Katzung, 2001).
F. Analgetika
Analgetika adalah senyawa yang dalam dosis terapeutik meringankan atau
menekan rasa nyeri, tanpa memiliki kerja anestesi umum. Berdasarkan potensi kerja,
mekanisme kerja dan efek samping analgetika dibedakan dalam 2 kelompok yakni
analgetika yang berkhasiat kuat, bekerja pada pusat (hipoanalgetika, kelompok
opioat) serta analgetika yang berkhasiat lemah (sampai sedang), bekerja terutama
pada perifer dengan sifat antipiretika dan kebanyakan juga mempunyai sifat
antiinflamasi dan antireumatik (Mutschler, 1999).
Metode-metode pengujian aktivitas analgetika dilakukan dengan menilai
kemampuan zat uji untuk menekan atau menghilangkan rasa nyeri yang diinduksi
pada hewan percobaan (mencit, tikus, marmot), yang meliputi induksi secara
mekanik, termik, elektrik dan secara kimia. Pada umunya daya kerja analgetika
dinilai pada hewan dengan mengukur besarnya peningkatan stimulus nyeri yang
harus diberikan sampai ada respon nyeri atau jangka waktu ketahanan hewan
terhadap stimulus nyeri atau juga peranan frekuensi respon nyeri (Anonim, 1991).
Secara umum analgetika dibagi menjadi tiga tipe yaitu: analgetika perifer,
seperti asam salisilat digunakan sebagai analgetika untuk radang jaringan, obat ini
23
menekan suhu dan edema; analgetika hipotalamus, seperti aminopirin, digunakan
sebagai analgetika normal dan radang jaringan, obat ini menekan suhu dan edema;
analgetika narkotika, digunakan sebagai analgetika normal dan radang jaringan, obat
ini mungkin mempunyai pengaruh yang kuat pada penghilangan nyeri dan pada
kejiwaan. Obat ini tidak mempunyai efek pada suhu dan edema (Turner, 1965).
Berdasarkan kerja farmakologisnya, Tjay dan Rahardja (2002) membagi
analgetika dalam dua kelompok besar, yakni: analgetika perifer (non-narkotik), yang
terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral; analgetika
narkotik khusus digunakan untuk menghalau rasa nyeri hebat, seperti pada fractura
dan kanker.
1. Analgetika non narkotik
Analgetika jenis ini, yang juga disebut analgetika yang bekerja perifer atau
‘kecil’, memiliki spektrum kerja farmakologi yang mirip walaupun struktur kimianya
berbeda. Di samping kerja analgetika, senyawa-senyawa ini menunjukkan kerja
antipiretika dan juga komponen kerja antiflogistika dengan kekecualian turunan
asetilanilida. Sebaliknya senyawa-senyawa ini tidak mempunyai sifat-sifat
psikotropik dan sifat sedasi dari hipnoanalgetika. Akibat spektrum kerja ini,
pemakaian luas dan karena itu termasuk pada bahan-bahan obat yang paling banyak
digunakan (Mutschler, 1999).
Obat analgetika antipiretika serta obat anti-inflamasi nonsteroid (AINS)
merupakan suatu kelompok obat yang heterogen, bahkan beberapa obat sangat
berbeda secara kimia. Walaupun demikian obat-obat ini ternyata memiliki banyak
24
persamaan dalam efek terapi maupun efek samping. Prototip obat golongan ini adalah
aspirin (Wilmana, 1995).
Obat ini efektif untuk peradangan lain akibat trauma (pukulan, benturan,
kecelakaan), juga misalnya setelah pembedahan, atau pada memar akibat olah raga.
Obat ini dipakai pula untuk mencegah pembengkakan bila diminum sedini mungkin
dalam dosis yang cukup tinggi. Selanjutnya obat AINS juga digunakan untuk kolik
saluran empedu dan kemih, serta keluhan tulang pinggang dan nyeri haid
(dysmenorroe) (Tjay dan Rahardja, 2002).
Efek analgesik AINS digunakan baik di perifer maupun di sentral, tetapi efek
perifernya lebih banyak. Efek analgetiknya biasanya berhubungan dengan efek
antiinflamasinya dan diakibatkan oleh inhibisi sintesis prostaglandin dalam jaringan
yang meradang. Prostaglandin menghasilkan sedikit nyeri, tetapi mempotensiasi nyeri
yang disebabkan oleh mediator inflamasi lain (misalnya histamine, bradikinin) (Neal,
2006).
Ada beberapa kelompok analgetik antipiretik antara lain :
a. Kelompok salisilat dan garam-garamnya (asam salisilat, Na Salisilat, Salisilamid,
methyl salisilad).
b. Kelompok parasetamol / para aminofenol dan derivatnya (fenacetin,
asetaminofen, hidroksi asetanilid)
c. Kelompok pirazolon (antipirn, aminopirin, fenilbutason, dipiron / metampiron,
piramidon, amidopirin)
d. Derivat asam propionat (fenbufen, fenoprofen, ibuprofen, ketoprofen, naproksen)
25
e. Derivat asam antranilat (asam mefenamat, asam meklofenamat, asam flufenamat)
(Sutedjo, 2008).
2. Analgetika narkotik
Analgetika narkotik, kini disebut juga opioida (= mirip opiat), adalah zat yang
bekerja terhadap reseptor opiod khas di SSP, hingga persepsi nyeri dan respons
emosional terhadap nyeri berubah (dikurangi) (Tjay dan Rahardja, 2002).
Analgetika narkotik merupakan obat penghilang rasa sakit berasal dari baha-
bahan narkotik yang bekerja melalui susunan saraf pusat (SSP), mempunyai efek
analgesi kuat dan digunakan untuk nyeri dengan intensitas tinggi, misal : nyeri karena
patah tulang, nyeri kanker, nyeri setelah pembedahan. Analgesik narkotik terdiri dari
beberapa kelompok antara lain :
a. Analgetik narkotik opioid alamiah, yaitu obat yang diperoleh dari baha-bahan
alamiah, misal: morfin, kodein dan tebain.
b. Analgetik narkotik opioid semi sintetik, merupakan derivat dari morfin, misal:
heroin, dihidromorfin, hidrokodon.
c. Analgetik narkotik opioid sintetik, obat ini secara kimia tidak berhubungan dengan
morfin, tetapi efek farmakologiknya sama.
d. Kelompok antagonis opioid, merupakan obat pilihan pada keracunan akut opioid,
bekerja dengan cara menggeser obat agonis dari reseptor opioid (Sutedjo, 2008).
26
G. Asetosal
COOH
COOCH3
Gambar 6. Struktur molekul asetosal
Asetosal memiliki pemerian hablur putih, umumnya seperti jarum atau
lempengan tersusun, atau serbuk hablur putih, tidak berbau atau berbau lemah.
Asetosal stabil di udara kering, di dalam udara lembab secara bertahap terhidrolisa
menjadi asam salisilat dan asam asetat. Asetosal sukar larut dalam air, mudah larut
dalam etanol, larut dalam kloroform dan eter, agak sukar larut dalam eter mutlak
(Anonim, 1995).
Asetosal adalah obat anti-nyeri tertua yang hingga kini paling banyak
digunakan di seluruh dunia (Tjay dan Rahardja, 2002). Asam salisilat yang lebih
dikenal sebagai asetosal atau aspirin adalah analgetika antipiretika dan anti-inflamasi
yang sangat luas banyak digunakan dan digolongkan dalam obat bebas. Selain
sebagai prototip, obat ini merupakan standar dalam menilai efek obat sejenis
(Wilmana, 1995).
Salisilat bermanfaat untuk mengobati nyeri yang tidak spesifik misalnya sakit
kepala, nyerisendi, nyeri haid, neuralgia dan mialgia. Aspirin dosis terapi bekerja
cepat dan efektif sebagai antipiretik (Wilmana, 1995).
27
Asetosal bekerja dengan menghambat aktivitas prostaglandin G/H sintetase
atau yang dikenal lazim sebagai enzim siklooksigenase. Enzim siklooksigenase
merupakan katalisator pada tahap pertama pembentukan prostaglandin dan
tromboksan dari asam arakhidonat. Enzim siklooksigenase terdiri dari isoenzim yaitu
siklooksigenase I dan siklooksigenase II. Asetosal relatif lebih selektif terhadap
enzim siklooksigenase tipe I. Pada enzim siklooksigenase tipe I, asetosal bekerja
dengan mengasetilasi gugus hidroksil serin pada posisi 529 dari rantai polipeptida
sehingga dapat menghambat masuknya substrat dari sisi enzim akibat rintangan sterik
sehingga menyebabkan hilangnya aktivitas enzim secara irreversibel. Dengan
hilangnya aktivitas enzim sklooksigenase maka pembentukan mediator nyeri dapat
dihambat sehingga nyeri yang dirasakan dapat berkurang. Asetosal juga dapat
menghambat aktivitas enzim siklooksigenase tipe II dengan cara berbeda yaitu
dengan cara mengubah produk asam arakhidonat yang seharusnya Prostaglandin G1
menjadi asam 15 hidroksieisosatetraenoik (Dollery, 1999).
H. Metode Pengujian Efek Analgesik
Secara umum, pengujian aktivitas analgetika dilakukan secara in vitro dan in
vivo. Uji in vitro lebih banyak dilakukan untuk menguji aktivitas analgetika sentral
yaitu dengan menguji kemampuan suatu zat uji dalam menduduki atau berikatan
dengan reseptor (Vogel, 2002).
Berdasarkan jenis analgetika, metode pengujian efek analgesik dibagi menjadi 2
(Turner, 1965), yaitu:
1. Golongan analgetika non narkotika
28
a. Metode induksi kimia
Pada metode ini digunakan rangsang kimia berupa zat kimia yang secara
intraperitonial pada mencit yang sudah diberi senyawa uji secara oral pada selang
waktu tertentu. Zat kimia yang biasa digunakan untuk memberikan respon berupa
nyeri yaitu fenilkuinon. Respon nyeri pada mencit adalah geliat berupa kontraksi
perut disertai tarikan kedua kaki belakang dan perut menempel pada lantai. Geliat
diamati setiap 5 menit selama 1 jam. Pemberian analgesik akan mengurangi rasa
nyeri sehingga jumlah geliat yang terjadi berkurang. Penelitian ini menggunakan
metode rangsang kimia sebagai mentode pengujian efek analgesik karena metode
ini sederhana, mudah dilakukan, dan cukup peka untuk pengujian senyawa-senyawa
yang memiliki daya analgesik lemah. Daya analgesik dapat dievaluasi
menggunakan persen penghambatan terhadap geliat, yaitu :
% penghambatan terhadap geliat = 100-[(P/K)x 100]
Keterangan : P = jumlah kumulatif geliat hewan uji setelah pemberian obat yang telah ditetapkan K = jumlah rata-rata geliat hewan uji kelompok control
b. Metode pedolorimeter
Metode ini dilakukan dengan cara menempatkan mencit yang sudah diberi senyawa
uji pada tempat yang sudah berarus listrik dengan tegangan 20 volt. Respon mencit
yang ditimbulkan berupa suara mencicit. Pengukuran dialkukan setiap 10 menit
selama 1 jam. Senyawa uji yang mempunyai daya analgesik dapat menaikkan
tegangan untuk dapat menimbulkan teriakan mencit.
29
c. Metode rektodolometer
Pada metode ini hewan uji tikus diletakkan dalam sebuah kandang yang dibuat
khusus dengan menggunakan alas tembaga yang kemudian dihubungkan dengan
sebuah gulungan yang berfungsi sebagai penginduksi. Ujung lain dari gulungan
tersebut dihubungkan dengan silinder elektroda tembaga. Pada gulungan bagian
atas terdapat suatu konduktor yang dihubungkan dengan suatu voltmeter yang
sensitif untuk dapat mengubah 0,1 volt. Respon berupa suara teriakan tikus dapat
ditimbulkan dengan pemberian teganagn sebesar 1 sampai 2 volt.
2. Golongan analgetika narkotika
a. Metode jepitan ekor
Metode ini dilakukan dengan cara meletakkan mencit yang sudah diberi senyawa
uji dengan dosis tertentu secara subkutan atau intravena 30 menit sebelumnya pada
jepitan arteri yang dilapisi karet tipis selama 30 detik. Mencit yang tidak diberi
analgetika akan berusaha terus untuk melepaskan diri dari kekangan tersebut,
sedangkan mencit yang diberi analgetika akan mengabaikan kekangan tersebut.
b. Metode rangsang panas
Metode ini dilakukan dengan cara menempatkan mencit yang sudah diberi senyawa
uji di atas pelat panas (hot plate) yang bersuhu 50º-55º C. Mencit memberikan
respon berupa mengangkat, menjilat telapak kakinya, melompat. Hewan uji yang
dibutuhkan tiap kelompok yaitu 5 ekor. Metode ini paling sederhana dan efisien.
Evaluasi: efek analgesik dinyatakan positif jika waktu reaksi setelah pemberian obat
lebih besar dari 30 detik yang tejadi paling sedikitnya satu kali, atau apabila paling
30
sedikitnya tiga kali pembacaan memperlihatkan waktu reaksi yang sama dengan
atau lebih besar dari 3 kali rata-rata waktu reaksi kelompok kontrol negatif
(Anonim, 1991).
c. Metode pengukuran tekanan
Alat yang digunakan pada metode ini menggunakan dua buah syringe yang
dihubungkan pada kedua ujungnya, bersifat elastis, fleksibel, serta terdapat pipa
plastik yang diisi dengan cairan. Sisi dari pipa dihubungkan dengan manometer.
Syringe yang pertama diletakkan dengan posisi vertikal dengan ujungnya
menghadap ke atas. Ekor tikus diletakkan di bawah penghisap syringe. Ketika
tekanan diberikan pada syringe kedua, maka tekanan akan terhubung pada sistem
hidrolik pada syringe yang pertama lalu pada ekor tikus. Tekanan sama pada
syringe kedua akan meningkatkan tekanan pada ekor tikus, sehingga akan
menimbulkan respon dan akan terbaca pada manometer. Respon tikus yang pertama
adalah meronta-ronta kemudian akan mengeluarkan suara (mencicit) sebagai tanda
kesakitan.
d. Metode potensi petidin
Metode ini dilakukan dengan cara menyuntikkan petidin dengan dosis 2,4 mg/kg
BB dan 8 mg/kg BB secara berturut-turut pada suatu kelompok hewan uji dan
petidin dosis tunggal, senyawa lain dan substansi lain yang akan diteliti dengan
dosis 25% dari LD50 pada kelompok hewan uji yang lain. Persen daya analgesik
dihitung dengan metode rangsang panas. Metode ini memerlukan hewan uji yang
cukup banyak.
31
e. Metode antagonis nalorfin
Metode ini dilakukan dengan cara memberikan senyawa uji dengan dosis toksik dan
diikuti pemberian nalorpin dengan dosis 0,5-10,0 mg/kg BB secara intravena pada
hewan uji berupa mencit, tikus, atau anjing. Segera setelah itu efek puncak dapat
diamati. Nalorpin dapat menggantikan ikatan morfin dengan reseptornya sehingga
meniadakan efek analgesik morfin dan obat analgesik lain yang mempunyai
makanisme karja yang sama.
f. Metode kejang oksitosin
Oksitosin merupakan hormon yang dihasilkan oleh kelenjar pituitori posterior, yang
dapat menyebabkan kontraksi uterin sehingga menimbulkan kejang pada tikus.
Hewan uji yang digunakan yaitu tikus betina dengan berat badan 120-140 mg,
diberi estrogen dengan penanaman 15 mg dietilstilbestrol secara subkutan pada
paha hewan uji. Setelah 10 minggu, hewan uji siap untuk tes daya analgesik.
Senyawa yang akan diuji diberikan secara subkutan 15 menit sebelum pemberian
secara intraperitonial 2 unit oksitosin (dosis ED50). Persen penurunan kejang
dideterminasi dan ED50 dapat diperkirakan.
g. Metode pencelupan pada air panas
Metode ini dilakukan dengan cara mencelupkan ekor mencit pada air bertemperatur
580C, dimulai 15 menit setelah diinjeksikan substansi yang diuji secara
intraperitonial. Pencelupan diulang setiap 30 menit. Respon mencit terlihat pada
sentakan ekornya untuk menghindari air panas.
32
I. Simplex Lattice Design
Prinsip dari Simplex Lattice Design (SLD) adalah suatu metode optimasi
ekstraksi untuk mengetahui profil efek campuran terhadap suatu parameter. Dasarnya
terdapat 2 variabel bebas A dan B, dibuat rancangan yang terdiri dari 3 kombinasi
campuran variabel A dan B dan dari setiap kombinasi diamati respon yang didapat.
Hubungan antara respon dan komponen dapat digambarkan dengan rumus
(Puspitasari, 2007; Bolton, 1990) sebagai berikut :
Y = a [A] + b [B] + ab[A][B]
Y : respon yang diharapkan a, b : koefisien yang didapat dari percobaaan [A], [B] : bagian komponen, dengan syarat : 0 ≤ [A] ≤ 1 ; 0 ≤ [B] ≤ 1; [A] + [B] = 1.
Untuk mendapatkan persamaan di atas diperlukan 3 formula. Ketiga formula
tersebut adalah FI menggunakan 100 % komponen A, FII menggunakan 100 %
komponen B, dan FIII menggunakan 50 % komponen A dan 50 % komponen B
(Bolton, 1997).
Contoh penerapan simplex lattice design adalah sebagai berikut :
FI = percobaan yang menggunakan pelarut 100 % A, dari hasil percobaan dapat
melarutkan zat 10 mg/ml
FII = percobaan yang menggunakan pelarut 100 % B, dari hasil percobaan dapat
melarutkan zat 15 mg/ml
FIII = percobaan yang menggunakan pelarut campuran 50 % A, 50 % B, dari hasil
percobaan dapat melarutkan 20 mg/ml
33
Cara menghitung koefisien :
Koefisien a = dihitung dari hasil percobaan yang menggunakan pelarut 100 % A
berarti :
[A] = 100 % = 1 bagian
[B] = 0 % = 0 bagian
Y = 10 mg/ml, maka :
Y = a [A] + b [B] + ab[A][B]
10 = a (1) + 0 +0
a = 10
Koefisien b = dihitung dari hasil percobaan yang menggunakan pelarut 100 % B
berarti :
[A] = 0 % = 0 bagian
[B] = 100 % = 1 bagian
Y = 15 mg/ml, maka :
Y = a [A] + b [B] + ab[A][B]
15 = 0 + b(1) + 0
b = 15
Koefisien ab = dihitung dari hasil percobaan yang menggunakan pelarut campuran 50
% A dan 50 % B, berarti :
[A] = 50 % = 0,5 bagian
[B] = 50 % = 0,5 bagian
Y = 20 mg/ml
34
Y = a [A] + b [B] + ab[A][B]
20 = 10 (0,5) + 15 (0,5) + ab (0,5) (0,5)
20 = 12,5 + 0,25 ab
ab = 30
Jadi persamaan yang didapat adalah Y = 10 (A) + 15 (B) + 30 (A)(B), dari persamaan
tersebut dapat diprediksi jumlah kelarutan zat versus campuran pelarut pada
komposisi tertentu, kemudian dapat digambarkan profil antara campuran pelarut
terhadap jumlah zat yang terlarut.
J. Landasan teori
Nyeri (pain) merupakan suatu gejala yang umum dan sering terjadi mengikuti
salah satu atau lebih penyakit. Hampir sebagian besar penyakit memberi gejala nyeri
yang dimanifestasikan dalam bentuk rasa sakit pada organ atau jaringan pada tubuh
(Anonim, 1991). Nyeri merupakan respon langsung terhadap kejadian/ peristiwa yang
tidak menyenangkan yang berhubungan dengan kerusakan jaringan, seperti, luka,
inflamasi, atau kanker.
Metode induksi kimia merupakan salah satu metode pengujian efek analgesik
golongan non narkotika. Pada metode ini digunakan rangsang kimia berupa zat kimia
yang diberikan secara intraperitoneal pada mencit yang sudah diberi senyawa uji.
Metode ini digunakan karena sederhana, mudah dilakukan, dan cukup peka untuk
pengujian senyawa-senyawa yang memiliki daya analgesik lemah. Daya analgesik
dapat dievaluasi menggunakan persen penghambatan terhadap geliat.
35
Kunyit mengandung minyak atsiri (tumeron, zingiberon, seskuiterpen
alkohol), kurkumin, demetoksikurkumin, bisdemetoksikurkumin, pati, tanin, damar,
zat pahit, dan minyak lemak Kurkuminoid adalah komponen yang terdapat dalam
kunyit, yang terkait secara kimia dengan bahan utamanya, yaitu kurkumin.
Kurkuminoid merupakan bahan aktif penting yang bertanggung jawab atas aktifitas
biologis dari kunyit. Aktifitas utama kurkuminoid adalah sebagai antiinflamasi. Salah
satu manifestasi dari inflamasi adalah nyeri. Kurkuminoid stabil dalam suasana asam.
Asam jawa mengandung asam tartrat, asam malat dan asam sitrat yang dapat
menstabilkan kurkuminoid dalam kunyit.
Prinsip dari Simplex Lattice Design (SLD) adalah suatu metode optimasi
ekstraksi untuk mengetahui profil efek campuran terhadap suatu parameter. Dasarnya
terdapat 2 variabel bebas A dan B, dibuat rancangan yang terdiri dari 3 kombinasi
campuran variabel A dan B dan dari setiap kombinasi diamati respon yang didapat.
K. Hipotesis
1. Dapat ditemukan dosis efektif dari campuran ekstrak rimpang kunyit dan ekstrak
daging buah asam jawa dengan komposisi 20% : 10%.
2. Dapat ditemukan komposisi optimum campuran ekstrak rimpang kunyit dan
ekstrak daging buah asam jawa yang berdaya analgesik.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental murni dengan
menggunakan rancangan acak lengkap pola satu arah.
B. Variabel dan Definisi Operasional
1. Variabel utama
Variable penelitian ini meliputi :
a. Variabel bebas : komposisi estrak rimpang kunyit : ekstrak daging buah
asam jawa
b. Variabel tergantung : daya analgesik berbagai komposisi estrak rimpang kunyit
: ekstrak daging buah asam jawa
2. Variabel pengacau
a. Variabel pengacau terkendali :
1) subyek uji : mencit betina galur Swiss
2) umur subyek : 2-3 bulan
3) berat badan : 20-30 gram
4) keadan subyek uji : sehat
5) asal ekstrak rimpang kunyit dan ekstrak daging buah asam jawa :
PT. Sidomuncul, Semarang
b. Variabel pengacau tak terkendali :
1. Keadaan patologis mencit.
36
37
2. Kemampuan absorbsi mencit terhadap ekstrak kunyit dan asam
3. Kemampuan mencit dalam menahan rasa sakit
3. Definisi operasional
a. Jamu kunyit asam : jamu yang dibuat dari campuran ekstrak rimpang kunyit
dan ekstrak daging buah asam jawa.
b. Optimasi : proses mencari komposisi ekstrak rimpang kunyit dan ekstrak
daging buah asam jawa yang dapat menghasilkan efek analgesik yang
optimum dengan metode Simplex Lattice Design.
c. Pelarut : air yang digunakan untuk melarutkan ekstrak kering rimpang kunyit
dan ekstrak kering daging buah asam jawa
d. Penyari : penyari yang digunakan oleh Industri Obat Tradisional Sido Muncul
untuk menyari konstituen aktif pada jamu Kunyit Asam
e. Uji analgesik : proses menilai kemampuan campuran ekstrak rimpang kunyit
dan ekstrak daging buah asam jawa dalam menekan atau menghilangkan rasa
nyeri yang diinduksi pada hewan percobaan
f. Populasi : mencit betina galur Swiss, umur 2-3 bulan, berat badan 20-30 gram
g. Simplex Lattice Design : kombinasi dengan komposisi berikut
Komposisi I (K1)
(100%:0%)
Komposisi II (K2)
(75%:25%)
Komposisi III (K3)
(50%:50%)
Komposisi IV (K4)
(25%:75%)
Komposisi V (K5)
(0%:100%) Kunyit 25% 20% 15% 10% 5%
Asam Jawa 5% 10% 15% 20% 25% h. Aktivitas analgesik : senyawa yang mempunyai daya penghambatan sebesar ≥ 50%
38
C. Bahan Penelitian
1. Bahan
a. Hewan uji
Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini berupa mencit betina, galur
Swiss, berat 20-30 gram, umur 2-3 bulan, yang diperoleh dari Pusat
Perkembangan Hewan Percobaan Universitas Gajah Mada Yogyakarta
b. Ekstrak rimpang kunyit dan ekstrak daging buah asam jawa
Bahan uji yang digunakan berupa ekstrak rimpang kunyit dan ekstrak
daging buah asam jawa yang diperoleh dari PT. Sidomuncul, Semarang
2. Bahan kimia
a. 5 gram asetosal dengan kualitas farmasetis.
b.3 gram CMC Na dengan kualitas farmasetis.
c. 2 ml asam asetat dengan kualitas pro analisis.
D. Alat atau Instrumen Penelitian
Peralatan yang digunakan :
1. Alat uji geliat
a. kotak kaca tempat pengamatan geliat
b. stopwatch (Olympic)
c. jarum yang digunakan untuk pemberian per oral, berupa jarum yang ujungnya
berbentuk bulat dan berlubang di bagian tengah.
d. spuit injeksi yang memiliki ujung runcing dan digunakan untuk pemberian
secara intraperitoneal dengan merek Terumo.
39
2. Lain-lain
a. neraca analitik merek Mettler Toledo
b. timbangan merek Mettler Toledo
c. alat-alat gelas merek Pyrex
E. Tata Cara Penelitian
1. Pengumpulan barang
a. bahan uji yang digunakan yaitu ekstrak kunyit dan daging buah asam Jawa
yang diperoleh dari PT Sidomuncul, Semarang pada bulan Juni 2008.
b. bahan kimia yang digunakan yaitu: etanol, asetosal, CMC Na, dan asam
asetat yang diperoleh dari Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi,
aquadest yang diproduksi oleh Laboratorium Kimia Organik, Fakultas
Farmasi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Pembuatan larutan CMC Na 1%
Larutan CMC Na 1% dibuat dengan cara menimbang dengan seksama 1g serbuk
CMC Na kemudian ditaburkan di atas air panas sedikit demi sedikit hingga
mengembang sambil diaduk. Setelah terbentuk larutan kemudian dimasukkan
dalam labu ukur 100 mL dan ditambah aquadest hingga 100 mL lalu digojog.
3. Pembuatan suspensi asetosal
Asetosal yang digunakan sebagai kontrol positif ditimbang seksama sebanyak 91
mg dan disuspensikan ke dalam suspensi CMC Na 1% volume 25 ml.
40
4. Pembuatan asam asetat 1%
Larutan asam asetat ini dibuat dari larutan asam asetat glasial 100% v/v dengan
pengenceran menggunakan rumus volume1 x konsentrasi1 = volume2 x
konsentrasi2. Sebanyak 0,25 mL asam asetat 100% diencerkan dengan aquadest
hingga volume 25,0 mL menggunakan labu ukur 25 mL.
5. Pembuatan komposisi campuran ekstrak rimpang kunyit dan asam jawa
Perasan rimpang kunyit dan daging buah asam jawa dari PT SM dikeringkan
dengan vakum evaporator dan oven pada suhu kurang dari 500 C. Setelah semua
pelarut menguap, ekstrak rimpang kunyit dan ekstrak daging buah asam jawa
ditimbang dengan komposisi sebagai berikut :
Keterangan KomposisiI (25% A :
5%B)
Komposisi II (20%A :
10%B)
Komposisi III (15%A:15%B)
Komposisi IV (10%A:20%B)
Komposisi V (5%A:25%B)
Kunyit 6,25 g 5 g 3,75 g 2,5 g 1,25 g Asam jawa 1,25 g 2,5 g 3,75 g 5 g 6,25 g
Keterangan : A = kunyit B = asam jawa Campuran ekstrak yang sudah ditimbang, dilarutkan dengan aquadest dan diberi
dalam dosis 2730 mg/kg BB secara peroral.
6. Penetapan kriteria geliat
Respon yang diamati pada uji daya analgesik ini berupa geliat. Kriteria geliat perlu
ditetapkan untuk mendapatkan geliat yang hampir sama. Pedoman gerakan mencit
yang dianggap sebagai geliat adalah apabila mencit menarik kedua kaki belakang
ke belakang dengan mengempiskan perutnya sehingga permukaan perut menempel
pada alas tempat berpijak mencit itu, yaitu alas pada kotak kaca tempat
41
pengamatan. Respon geliat yang timbul merupakan akibat dari pemberian asam
asetat yang bersifat mengiritasi jaringan dan diberikan secara intraperitoneal.
Adanya jaringan yang rusak mengakibatkan timbulnya rasa sakit dan mencit
memberikan respon geliat.
7. Penetapan kadar dan dosis asam asetat
Menurut Williamson (1996) asam asetat kadar 1-3 % digunakan sebagai iritant
yang menyebabkan nyeri pada pengujian daya analgesik dengan metode geliat.
Sumber lain menyebutkan bahwa asam asetat 1% sudah dapat menimbulkan
geliat yang cukup banyak selama pengamatan (Putra, 2004). Penetapan dosis
asam asetat menggunakan tiga peringkat dosis, yaitiu 25 mg/kg BB, 50 mg/kg
BB, dan 100 mg/kg BB. Sebanyak sembilan ekor hewan uji, mencit betina, galur
Swiss, berat 20-30 gram, umur 2-3 bulan yang telah dipuasakan ± 18-22 jam
dibagi ke dalam 3 kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari 3 ekor mencit
diinjeksi secara intraperitoneal dengan asam asetat 1% berturut-turut dengan dosis
25 mg/kg BB, 50 mg/kg BB, dan 100 mg/kg BB untuk tiap kelompoknya. Setelah
itu diamati geliatnya selama 60 menit dan dicatat jumlah geliat tiap 5 menit.
Kelompok dosis yang menunjukkan jumlah geliat paling banyak digunakan
sebagai kontrol negatif, yaitu yang memberikan jumlah geliat yang tidak terlalu
sedikit dan tidak terlalu banyak akan menyulitkan pengamatan.
8. Penetapan selang waktu pemberian rangsang
Penetapan selang waktu pemberian rangsang bertujuan untuk mengetahui waktu
zat uji memberikan efek analgesik secara optimal. Rentang waktu yang diujikan
42
adalah 5, 10, dan 15 menit. Sebanyak sembilan ekor hewan uji, mencit betina,
galur Swiss, berat 20-30 gram, umur 2-3 bulan yang telah dipuasakan ± 18-22 jam
dibagi ke dalam 3 kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari 3 ekor mencit
diinjeksi secara intraperitoneal dengan asam asetat 1% menggunakan dosis efektif
asam asetat yang diperoleh dari penetapan dosis asam asetat dengan selang waktu
5, 10, dan 15 menit.
9. Penetapan dosis dan kadar asetosal
Dosis asetosal yang digunakan dalam penelitian ini adalah dosis lazim 0,5 g. Jika
dikonversikan pada mencit maka dosisnya dihitung sebagai berikut: Berat badan
manusia Indonesia adalah 50 kg. Faktor konversi dengan pedoman manusia Eropa
70 kg adalah 70/50 kg = 0,7 g atau 700 mg. Konversi dari manusia ke mencit
adalah 0,0026 x 700 mg = 1,82 mg. Maka dosis asetosal adalah: 1000/ 20 x 1,82
mg/kg BB yaitu 91 mg/kg BB. Untuk menetapkan dosis asetosal digunakan tiga
peringkat dosis yaitu 45,5 mg/kg BB, 91 mg/kg BB, dan 182 mg/kg BB.
Dalam penetapan dosis asetosal digunakan 9 ekor mencit yang dibagi dalam tiga
kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari 3 ekor mencit, galur Swiss, berat
20-30 gram, umur 2-3 bulan yang telah dipuasakan ± 18-22 jam sebelumnya.
Tiap- tiap kelompok diberi suspensi asetosal dengan tiga peringkat dosis.
Kemudian mencit diinjeksi dengan asam asetat secara intraperitoneal dengan
selang waktu yang paling efektif dari penetapan waktu waktu pemberian asam
asetat yaitu 10 menit dan menggunakan dosis yang paling efektif dari penetapan
dosis asam asetat yaitu 25 mg/kg BB. Geliat mencit yang timbul diamati selama
43
60 menit dengan dicatat jumlah geliatnya tiap 5 menit. Kelompok dosis yang
paling efektif digunakan sebagai kontrol positif.
10. Penetapan dosis ekstrak rimpang kunyit dan ekstrak daging buah asam jawa
Perbandingan ekstrak rimpang kunyit dan ekstrak daging buah asam jawa yang
digunakan adalah 20 % : 10 % berdasarkan perbandingan yang tercantum dalam
kemasan jamu instan Kunyit Asam. Dalam penelitian ini digunakan 3 peringkat
dosis ekstrak rimpang kunyit dan ekstrak daging buah asam jawa yaitu 1365
mg/kg BB, 2730 mg/kg BB, 5460 mg/kg BB.
11. Seleksi hewan uji
Hewan uji yang digunakan yaitu mencit putih betina galur Swiss, berat 20-30
gram, umur 2-3 bulan. Semua hewan uji dipelihara dengan kondisi perlakuan
yang sama meliputi: pakan, minum, kandang, dan alasnya. Sebelum digunakan
dalam percobaan, semu hewan uji diadaptasikan terlebih dahulu dengan kondisi
yang sama. Bila akan digunakan dalam perlakuan, hewan uji dipuasakan terlebih
dahulu selama ± 18-22 jam tanpa diberi makan, tetapi tetap diberi minum. Hal ini
bertujuan untuk mengurangi variasi akibat adanya makanan.
12. Perlakuan hewan uji
Hewan uji yang digunakan dalan penelitian ini dibagi menjadi dua kelompok,
yaitu kelompok orientasi dan kelompok perlakuan. Pada kelompok perlakuan,
hewan uji dibagi secara acak menjadi enam kelompok meliputi: kelompok I yaitu
kelompok kontrol negatif, kelompok II yaitu kelompok kontrol positif diberi
asetosal, kelompok III-VI yaitu kelompok perlakuan diberi ekstrak kunyit dan
44
daging buah asam Jawa dengan empat peringkat dosis berturut-turut yaitu 1365
mg/kg BB, 2730 mg/kg BB, 5460 mg/kg BB secara per oral. Beberapa saat
sesudah perlakuan, hewan uji diinjeksi dengan asam asetat 1% secara
intraperitoneal. Penentuan daya analgesik atau penghambatan terhadap geliat
dilakukan dengan pengamatan respon nyeri berupa geliat pada hewan uji akibat
pemberian asam asetat tersebut. Data yang diperoleh berupa jumlah kumulatif
geliat kemudian dihitung persen penghambatan terhadap geliat, yaitu:
% penghambatan terhadap rangsang = 100 – [(P/K) x 100]
Perubahan persen penghambatan geliat terhadap asetosal dosis 91 mg/kg BB
sebagai kontrol positif pada tiap kelompok perlakuan dihitung dengan rumus:
% perubahan penghambatan rangsang = 100)( xKp
KpP −
Keterangan: P = % penghambatan terhadap geliat pada setiap kelompok perlakuan Kp = rata-rata % penghambatan terhadap geliat pada kelompok kontrol positif
13. Penerapan metode Simplex Lattice Design
Metode Simplex Lattice Design digunakan setelah diperoleh dosis efektif kunyit
asam dengan komposisi campuran ekstrak rimpang kunyit : ekstrak daging buah
asam jawa 20 % : 10 %. Hasil perhitungan tentang komposisi campuran ekstrak
rimpang kunyit : ekstrak daging buah asam jawa kemudian diuji daya
analgesiknya. Hewan uji dibagi secara acak ke dalam tiga kelompok meliputi :
kelompok I yaitu campuran ekstrak rimpang kunyit dan ekstrak daging buah asam
jawa dengan perbandingan 25% : 5 %, kelompok II yaitu campuran ekstrak
45
rimpang kunyit dan ekstrak daging buah asam jawa dengan perbandingan 15 % :
15 % dan kelompok III yaitu campuran ekstrak rimpang kunyit dan ekstrak
daging buah asam jawa dengan perbandingan 5 % : 25 %. Dosis yang digunakan
yaitu dosis efektif kunyit asam dengan perbandingan 20 % : 10 %. Beberapa saat
sesudah perlakuan, hewan uji diinjeksi dengan asam asetat 1% secara
intraperitoneal. Penentuan daya analgesik atau penghambatan terhadap geliat
dilakukan dengan pengamatan respon nyeri berupa geliat pada hewan uji akibat
pemberian asam asetat tersebut. Data yang diperoleh berupa jumlah kumulatif
geliat kemudian dihitung persen penghambatan terhadap geliat dan ditentukan
komposisi optimumnya dengan metode Simplex Lattice Design.
F. Tata Cara Analisis Hasil
Data yang diperoleh dianalisis dengan Kolmogorov-Smirnov untuk melihat
distribusi data. Data terdistribusi normal maka dilanjutkan dengan ANAVA satu arah
dengan taraf kepercayaan 95% kemudian dilanjutkan dengan uji Scheffe untuk
melihat perbedaan antar kelompok bermakna (p≤0,05) atau tidak bermakna (p ≥
0,05). Data uji analgesik untuk metode Simplex Lattice Design dianalisis dengan
metode uji statistik Fhitung dengan taraf kepercayaan 95 %. Apabila persamaan yang
diperoleh regresi maka persamaan tersebut dapat digunakan untuk memprediksi
respon daya analgesik dari campuran ekstrak rimpang kunyit dan ekstrak daging buah
asam jawa dalam berbagai komposisi sehingga dapat diketahui komposisi optimum
dari campuran ekstrak rimpang kunyit dan ekstrak daging buah asam jawa.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Uji Pendahuluan
Ekstrak yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari ekstrak cair yang
divakum dengan vakum evaporator dan dilanjutkan pengeringan dengan oven pada
suhu kurang dari 500 C. Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan
mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan
pelarut yang sesuai kemudian semua atau hampir semua pelarut atau diuapkan dan
masa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang
telah ditetapkan (Anonim, 1995). Sebelum dilakukan pengujian daya analgesik
campuran ekstrak rimpang kunyit dan ekstrak daging buah asam jawa maka terlebih
dahulu dilakukan serangkaian uji pendahuluan. Uji pendahuluan ini bertujuan untuk
menetapkan hal-hal yang akan dilakukan pada pengujian sebenarnya, agar didapat
data yang lebih optimal.
1. Penentuan kriteria geliat
Respon yang diamati pada uji daya analgesik ini berupa geliat. Kriteria geliat
perlu ditetapkan untuk mendapatkan validitas data geliat. Pedoman gerakan
mencit yang dianggap sebagai geliat adalah apabila mencit menarik kedua kaki
belakang ke belakang dengan mengempiskan perutnya sehingga permukaan perut
menempel pada alas tempat berpijak mencit itu, yaitu alas pada kotak kaca tempat
pengamatan. Rangsang kimia yang digunakan sebagai penginduksi nyeri supaya
dapat menimbulkan respon geliat pada mencit yaitu asam asetat 1 % dosis 25
46
47
mg/kg BB yang diberikan secara intraperitonial. Asam asetat akan mengiritasi
jaringan lokal dengan adanya ion H+. Adanya jaringan yang rusak mengakibatkan
timbulnya rasa sakit dan mencit memberikan respon geliat.
2. Penetapan dosis asam asetat
Pada penelitian daya analgesik campuran ekstrak rimpang kunyit dan ekstrak
daging buah asam jawa ini menggunakan metode induksi kimia dengan zat
rangsang kimia berupa asam asetat. Penentuan dosis asam asetat bertujuan
mendapatkan dosis efektif asam asetat yang dapat menimbulkan nyeri,
menghasilkan geliat yang tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit. Geliat
sebaiknya tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit dengan tujuan untuk
mempermudah pengamatan.
Konsentrasi asam asetat yang digunakan yaitu sebesar 1% (Putra, 2004),
sedangkan dosis yang akan ditetapkan menggunakan 3 peringkat dosis, yaitu 25,
50 dan 100 mg/kg BB. Masing-masing diujikan kepada 3 ekor hewan uji dengan
rute pemberian intraperitoneal kemudian respon geliat diamati tiap 5 menit
selama 60 menit. Data yang diperoleh berupa rata-rata jumlah kumulatif geliat
hewan uji (tabel I).
Tabel I. Rata-rata jumlah kumulatif geliat hewan uji pada penetapan dosis efektif asam asetat
Dosis asam asetat (mg/kg BB) Rata-rata jumlah kumulatif geliat (X ± SE)
25 141 ± 19,08 tb 50 85 ± 30,88 tb 100 64 ± 12,14 tb
Keterangan : tb = tidak berbeda (p ≥ 0,05)
48
Dari histogram yang diperoleh (gambar 8), semakin tinggi dosis maka jumlah
kumulatif geliat pada hewan uji semakin menurun, tetapi penurunannya tidak
signifikan.
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
25 50 100
Dosis asam asetat (mg/kg BB)
Rat
a-ra
ta ju
mla
h ku
mul
atif
Gambar 7. Histogram rata-rata jumlah kumulatif geliat pada penetapan dosis efektif asam asetat
Tabel II. Ringkasan analisis variansi satu arah pada penetapan dosis efektif asam asetat
Sumber variansi
Jumlah kuadrat
Derajat bebas
Rata-rata kuadrat
F hitung Probabilitas
Antar perlakuan
9684,222 2 4842,111
Error dalam percobaan
(dalam kelompok)
8574,667 6 1429,111
3,388 0,104
Dari hasil analisis variansi satu arah pada penetapan dosis efektif asam asetat
(tabel II) diperoleh probabilitasnya lebih besar dari 0,05 (p ≥ 0,05) yang
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara ketiga kelompok tersebut. Dari
49
hasil tersebut disimpulkan bahwa asam asetat dosis 25 mg/kg BB sudah dapat
memberikan rangsang nyeri yang cukup baik, terlihat dari respon geliat yang
dihasilkan, sehingga dosis ini dipilih sebagai penginduksi nyeri untuk percobaan
selanjutnya.
3. Penetapan selang waktu pemberian rangsang
Selang waktu pemberian rangsang adalah selang waktu antara pemberian zat
uji secara per oral dengan pemberian asam asetat sebagai rangsang nyeri secara
intraperitoneal. Penetapan selang waktu pemberian asam asetat bertujuan
mengetahui berapa lama waktu zat uji memberikan daya analgesik secara optimal.
Zat uji yang digunakan dalam orientasi penetapan selang waktu pemberian asam
asetat adalah asetosal dosis 91 mg/kg BB. Rentang waktu yang diujikan adalah 5,
10,15 dan 30 menit. Data yang diperoleh berupa rata-rata jumlah kumulatif geliat
hewan uji dan % penghambatan terhadap geliat (tabel III).
Tabel III. Rata-rata jumlah kumulatif geliat hewan uji dan % penghambatan terhadap geliat pada penetapan selang waktu pemberian rangsang
Selang waktu pemberian (menit)
Rata-rata jumlah kumulatif geliat (X ± SE)
Rata-rata % penghambatan terhadap geliat (X ± SE)
5 10 ± 3 tb 84,29 ± 4,71 tb 10 37 ± 15,40 tb 41,37 ± 24,17 tb 15 16 ± 10,16 tb 74,87 ± 15,94 tb 30 23,33 ± 1,86 tb 63,35 ± 2,92 tb
Keterangan : tb = tidak berbeda (p ≥ 0,05)
Rata-rata % penghambatan terhadap geliat pada penetapan selang waktu
pemberian rangsang dapat pula berupa histogram (gambar 9) yang menggambarkan
secara langsung pengaruh lama waktu pemberian dengan % penghambatan geliat.
50
0102030405060708090
100
5 10 15 30
selang waktu (menit)
Rata-rata % penghambata
n
Gambar 8. Histogram rata-rata % penghambatan terhadap geliat pada penetapan selang waktu pemberian rangsang
Data % penghambatan terhadap geliat pada setiap selang waktu diuji secara
statistik variansi satu arah untuk mengetahui terdapat perbedaan atau tidak.
Tabel IV. Ringkasan analisis variansi satu arah % penghambatan terhadap geliat pada penetapan selang waktu pemberian rangsang
Sumber variansi
Jumlah kuadrat
Derajat bebas
Rata-rata kuadrat
F hitung Probabilitas
Antar perlakuan
3081,376 3 1027,125
Error dalam percobaan
(dalam kelompok)
5213,353 8 651,669
1,576 0,269
Dari hasil uji statistik (tabel IV) diperoleh probabilitasnya lebih besar dari
0,05 (p ≥ 0,05) yang menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara keempat
kelompok tersebut. Selang waktu yang dipilih adalah 30 menit karena pada selang
waktu ini respon geliat yang diperoleh tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit.
51
Respon geliat yang diperoleh juga dengan ketelitian (nilai SE) yang lebih baik dari 5,
10 dan 15 menit. Selain itu, 30 menit adalah waktu onset asetosal.
4. Penetapan dosis asetosal
Pada penelitian ini, asetosal berfungsi sebagai kontrol positif karena uji
aktivitas analgesik dengan metode rangsang kimia termasuk dalam uji golongan
analgetik non-narkotika, sehingga kontrol positif yang digunakan adalah obat yang
juga mempunyai aktivitas anlagesik dan termasuk dalam obat golongan analgetik
non-narkotika. Kontrol positif berfungsi sebagai pembanding terhadap kelompok
perlakuan dengan zat uji sehingga dapat diketahui pada dosis berapa zat uji memiliki
efek analgesik yang setara dengan asetosal.
Dosis asetosal yang digunakan dalam penelitian ini adalah dosis terapi yang
biasa digunakan manusia yaitu 500 mg. Pada orientasi dosis asetosal digunakan tiga
peringkat dosis yang diperoleh dengan menaikkan dan menurunkan dosis tersebut 2
kalinya. Jadi, peringkat dosis yang digunakan adalah 250, 500 dan 1000 mg. Ketiga
dosis tersebut dikonversikan ke mencit sehingga diperoleh dosis 45, 91 dan
182 mg/kg BB. Data yang diperoleh berupa rata-rata jumlah kumulatif geliat hewan
uji dan % penghambatan terhadap geliat (tabel V).
Tabel V. Rata-rata kumulatif geliat hewan uji dan % penghambatan terhadap geliat pada penetapan dosis asetosal
Dosis asetosal (mg/kg BB) Rata-rata jumlah kumulatif geliat (X ± SE)
Rata-rata % penghambatan terhadap geliat (X ± SE)
45 39 ± 7,82 38,75 ± 12,27 91 35,33 ± 5,20 44,51 ± 8,23 182 6,67 ± 3,72 89,53 ± 5,83
52
Berdasarkan histogram rata-rata % penghambatan terhadap geliat pada
penetapan dosis asetosal (gambar 10), semakin tinggi dosis akan meningkatkan %
penghambatan geliat. Data persen penghambatan terhadap geliat pada setiap dosis
diuji secara statistik variansi satu arah untuk mengetahui terdapat perbedaan atau
tidak.
0
20
40
60
80
100
120
45 91 182
dosis asetosal (mg/kg BB)
% p
engh
amba
tan
gelia
t
Gambar 9. Histogram rata-rata % penghambatan terhadap geliat pada
penetapan dosis asetosal
Tabel VI. Ringkasan analisis variansi satu arah % penghambatan terhadap geliat pada penetapan dosis asetosal
Sumber variansi
Jumlah kuadrat
Derajat bebas
Rata-rata kuadrat
F hitung Probabilitas
Antar perlakuan
4638,848 2 2319,424
Error dalam percobaan
(dalam kelompok)
1513,418 6 252,236
9,195 0,015
Dari hasil statistik (tabel VI) diperoleh probabilitasnya lebih kecil dari 0,05 (p
≤ 0,05) yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara ketiga kelompok
tersebut. Selanjutnya data diuji lagi dengan menggunakan uji Scheffe dengan taraf
53
keparcayaan 95 % untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang bermakna diantara
ketiganya (tabel VII).
Tabel VII. Hasil analisis uji Scheffe % penghambatan geliat pada penetapan dosis asetosal
Dosis asetosal (mg/kg BB)
45 91 182
45 - tb b 91 tb - b 182 b b -
Keterangan : b : Berbeda bermakna (p ≤ 0,05) tb : Berbeda tidak bermakna (p ≥ 0,05)
Hasil pengujian menunjukkan bahwa dosis 182 mg/kg BB berbeda bermakna
dengan dosis 45 dan 91 mg/kg BB, sedangkan dosis 45 mg/kg BB berbeda tidak
bermakna dengan dosis 91 mg/kg BB. Dari hasil analisis tersebut dipilih asetosal
dengan dosis 91 mg/kg BB karena pada dosis tersebut diperoleh respon geliat dengan
ketelitian yang lebih baik dari dosis 45 mg/kg BB dan 182 mg/kg BB. Selain itu,
dosis 182 mg/kg BB sudah menimbulkan toksisitas. Dosis 182 mg/kg BB dipilih
karena menyesuaikan dengan perhitungan peringkat dosis.
B. Penetapan dosis campuran ekstrak rimpang kunyit dan ekstrak daging
buah asam jawa
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dosis yang efektif dari campuran
ekstrak rimpang kunyit dan ekstrak daging buah asam jawa dengan perbandingan
20% : 10%. Perbandingan 20% : 10% ini merupakan komposisi yang digunakan pada
jamu kunyit asam instant yang diproduksi oleh PT SM. Dosis efektif yang diperoleh
54
dari penelitian ini akan digunakan untuk pengembangan komposisi yang diharapkan
dapat menghasilkan efek analgesik yang optimum.
Tabel VIII. Rata-rata jumlah kumulatif geliat hewan uji dan % penghambatan terhadap geliat pada kelompok perlakuan
Kelompok perlakuan Rata-rata % penghambatan
geliat terhadap kontrol negatif (X ± SE)
Rata-rata % penghambatan geliat terhadap kontrol
positif (X ± SE) I 79,93 ± 4,39 0,56 ± 5,44 II -0,17 ± 5,58 -100,21 ± 6,98 III 46,77 ± 21,87 -41,48 ± 27,39 IV 71,90 ± 8,86 -10,04 ± 11,09 V 58,47 ± 8,07 -26,85 ± 10,09
Keterangan : X : rata-rata SE : standard error I : kontrol positif (Asetosal 91 mg/kg BB) II : kontrol negatif (Aquadest) III : campuran ekstrak rimpang kunyit dan ekstrak daging buah asam jawa (20% :
10%) 1365 mg/kg BB IV : campuran ekstrak rimpang kunyit dan ekstrak daging buah asam jawa (20% :
10%) 2730 mg/kg BB V : campuran ekstrak rimpang kunyit dan ekstrak daging buah asam jawa (20% :
10%) 5460 mg/kg BB
Subyek uji yang digunakan yaitu mencit betina galur Swiss umur 2-3 bulan.
Respon yang timbul berupa geliat yang menunjukkan bahwa mencit merasakan nyeri.
Sementara itu pemberian senyawa yang mempunyai aktivitas anlagesik akan
menekan atau mengurangi rasa nyeri sehingga gerakan geliat semakin sedikit. Respon
geliat diamati tiap 5 menit selama 60 menit setelah pemberian asam asetat. Data yang
diperoleh berupa jumlah kumulatif geliat pada tiap kelompok perlakuan. Jumlah
kumulatif geliat diubah dalam bentuk % penghambatan terhadap geliat menurut
55
persamaan Handersoth-Forsaith (tabel VIII) dan dianalisis secara statistik dengan
variansi satu arah (tabel IX) dilanjutkan dengan uji Scheffe dengan taraf kepercayaan
95 % (tabel X).
Rata-rata % penghambatan geliat terhadap kontrol negatif pada kelompok
perlakuan dapat pula berupa histogram (gambar 11) yang menggambarkan bahwa
campuran ekstrak rimpang kunyit dan ekstrak daging buah asam jawa dalam berbagai
peringkat dosis mempunyai daya analgesik.
-15-10
-505
1015202530354045505560657075808590
I II III IV V
Kelompok perlakuan
%penghambatan geliat
Gambar 10. Histogram rata-rata % penghambatan geliat terhadap kontrol negatif pada kelompok perlakuan
Keterangan : I : kontrol positif (Asetosal 91 mg/kg BB) II : kontrol negatif (Aquadest) III : campuran ekstrak rimpang kunyit dan ekstrak daging buah asam jawa (20% :
10%) 1365 mg/kg BB IV : campuran ekstrak rimpang kunyit dan ekstrak daging buah asam jawa (20% :
10%) 2730 mg/kg BB V : campuran ekstrak rimpang kunyit dan ekstrak daging buah asam jawa (20% :
10%) 5460 mg/kg BB
56
Data % penghambatan geliat terhadap kontrol negatif pada setiap kelompok
perlakuan diuji secara statistik variansi satu arah untuk mengetahui terdapat
perbedaan atau tidak.
Tabel IX. Ringkasan analisis variansi satu arah % penghambatan geliat terhadap kontrol negatif pada kelompok perlakuan
Sumber variansi
Jumlah kuadrat
Derajat bebas
Rata-rata kuadrat
F hitung Probabilitas
Antar perlakuan
35687,992 4 8921,998
Error dalam percobaan
(dalam kelompok)
48396,467 40 1209,912
7,374 0.000
Dari hasil uji statistik (tabel IX) diperoleh probabilitasnya lebih kecil dari 0,05
(p ≤ 0,05) yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antar kelompok tersebut.
Selanjutnya data diuji lagi dengan uji Scheffe dengan taraf kepercayaan 95 % untuk
mengetahui ada tidaknya perbedaan bermakna diantara kelompok perlakuan.
Hasil uji Scheffe (tabel X) menunjukkan bahwa kelompok kontrol negatif
berbeda bermakna dengan hampir semua kelompok perlakuan yang lain, kecuali
dengan dosis 1365 mg/kg BB. Sementara itu tidak terdapat perbedaan bermakna
antara ketiga kelompok perlakuan. Dosis 2730 mg/kg BB memiliki % penghambatan
geliat berbeda tidak bermakna dengan % penghambatan geliat pada dosis 5460 mg/kg
BB yang berarti kedua dosis ini mempunyai aktivitas analgesik yang setara dan bila
dibandingkan dengan kontrol positif berbeda tidak bermakna.
57
Tabel X. Hasil analisis uji Scheffe % penghambatan geliat terhadap kontrol negatif pada kelompok perlakuan
Kelompok perlakuan
I II III IV V
I - b tb tb tb II b - tb b b III tb tb - tb tb IV tb b tb - tb V tb b tb tb -
Keterangan : b : Berbeda bermakna (p ≤ 0,05) tb : Berbeda tidak bermakna (p ≥ 0,05) I : kontrol positif (91 mg/kg BB) II : kontrol negatif (Aquadest) III : campuran ekstrak rimpang kunyit dan ekstrak daging buah asam jawa (20% :
10%) 1365 mg/kg BB IV : campuran ekstrak rimpang kunyit dan ekstrak daging buah asam jawa (20% :
10%) 2730 mg/kg BB V : campuran ekstrak rimpang kunyit dan ekstrak daging buah asam jawa (20% :
10%) 5460 mg/kg BB
Dalam menentukan apakah campuran ekstrak rimpang kunyit dan ekstrak
daging buah asam jawa memiliki daya analgesik atau tidak, digunakan acuan yaitu
prosedur evaluasi menurut Anonim (1991) yang menyatakan bahwa pada pengujian
daya analgesik menggunakan rangsang kimia adanya efek analgesik dinyatakan
dengan persen penghambatan sebesar ≥ 50%. Persen penghambatan pada perlakuan
campuran ekstrak rimpang kunyit dan ekstrak daging buah asam jawa dosis 1365
mg/kg BB; 2730 mg/kg BB dan 5460 mg/kg BB berturut-turut adalah 46,77%,
71,90% dan 58,47%. Sedangkan persen penghambatan asetosal sebesar 79,93%.
Berdasarkan acuan prosedur evaluasi Anonim (1991), maka asetosal, kelompok
perlakuan dengan dosis 2730 mg/kg BB dan 5460 mg/kg BB memiliki efek
58
analgesik. Sedangkan dosis 1365 mg/kg BB tidak memiliki efek analgesik karena %
penghambatannya kurang dari 50%. Selain itu pada dosis ini menunjukkan perbedaan
yang tidak bermakna dengan kontrol negatif yang tidak mempunyai efek analgesik.
Pada kelompok perlakuan dengan dosis 1365 mg/kg BB meskipun
menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna dengan asetosal tetapi dengan
menggunakan acuan prosedur evaluasi Anonim (1991) dapat diketahui bahwa pada
dosis ini tidak memiliki efek analgesik karena mempunyai persen penghambatan
kurang dari 50%. Sedangkan pada kelompok perlakuan dengan dosis 2730 mg/kg
BB dan 5460 mg/kg BB dapat diketahui bahwa dosis ini memiliki efek analgesik
karena mempunyai persen penghambatan lebih besar dari 50%.
Berdasarkan hasil perhitungan % penghambatan terhadap respon geliat hewan
uji, kemudian dihitung % perubahan daya analgesik terhadap asetosal (tabel VIII) dan
dilanjutkan dengan analisis statistik variansi satu arah. Persen perubahan daya
analgesik merupakan parameter efektifitas bahan uji dalam menekan rasa nyeri
dibandingkan dengan kontrol positif.
Tabel XI. Ringkasan analisis variansi satu arah % penghambatan geliat terhadap kontrol positif pada kelompok perlakuan
Sumber variansi
Jumlah kuadrat
Derajat bebas
Rata-rata kuadrat
F hitung Probabilitas
Antar perlakuan
56219,208 4 14054,802
Error dalam
percobaan (dalam
kelompok)
75713,306 40 1892,833
7,425 0.000
59
Dari hasil uji statistik (tabel XI) diperoleh probabilitasnya lebih kecil dari 0,05
(p ≤ 0,05) yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antar kelompok tersebut.
Selanjutnya data diuji lagi dengan uji Scheffe dengan taraf kepercayaan 95 % untuk
mengetahui ada tidaknya perbedaan bermakna diantara kelompok perlakuan.
Tabel XII. Hasil analisis uji Scheffe % penghambatan geliat terhadap kontrol positif pada kelompok perlakuan
Kelompok perlakuan
I II III IV V
I - b tb tb tb II b - tb b b III tb tb - tb tb IV tb b tb - tb V tb b tb tb -
Keterangan : b : Berbeda bermakna (p ≤ 0,05) tb : Berbeda tidak bermakna (p ≥ 0,05) I : kontrol positif (asetosal 91 mg/kg BB) II : kontrol negatif (aquadest) III : campuran ekstrak rimpang kunyit dan ekstrak daging buah asam jawa (20% :
10%) 1365 mg/kg BB IV : campuran ekstrak rimpang kunyit dan ekstrak daging buah asam jawa (20% :
10%) 2730 mg/kg BB V : campuran ekstrak rimpang kunyit dan ekstrak daging buah asam jawa (20% :
10%) 5460 mg/kg BB
Hasil uji Scheffe (tabel XII) menunjukkan bahwa kelompok kontrol negatif
berbeda bermakna dengan hampir semua kelompok perlakuan yang lain, kecuali
dengan dosis 1365 mg/kg BB. Sementara itu tidak terdapat perbedaan bermakna
antara ketiga kelompok perlakuan. Dosis 2730 mg/kg BB memiliki % penghambatan
geliat berbeda tidak bermakna dengan % penghambatan geliat pada dosis 5460 mg/kg
60
BB yang berarti kedua dosis ini mempunyai aktivitas analgesik yang setara dan bila
dibandingkan dengan kontrol positif berbeda tidak bermakna.
Rata-rata % penghambatan geliat terhadap kontrol positif pada kelompok
dapat pula berupa histogram (gambar 12) yang menggambarkan bahwa perlakuan
dibandingkan dengan kontrol positif akan menunjukkan hasil yang negatif.
-120
-100
-80
-60
-40
-20
0
20
I II III IV V
Kelompok perlakuan
perubahan % daya
analgesik
Gambar 11. Histogram rata-rata % penghambatan geliat terhadap kontrol positif pada kelompok perlakuan
Keterangan : I : kontrol positif (Asetosal 91 mg/kg BB) II : kontrol negatif (Aquadest) III : campuran ekstrak rimpang kunyit dan daging buah asam Jawa (20% : 10%)
1365 mg/kg BB IV : campuran ekstrak rimpang kunyit dan daging buah asam Jawa (20% : 10%)
2730 mg/kg BB V : campuran ekstrak rimpang kunyit dan daging buah asam Jawa (20% : 10%)
5460 mg/kg BB
61
Pada tabel VIII terlihat bahwa perubahan % daya analgesik campuran ekstrak
rimpang kunyit dan ekstrak daging buah asam jawa dibandingkan dengan asetosal
pada ketiga peringkat dosis berturut-turut adalah -41,48%, -10,04%, dan -26,85%.
Perubahan % daya analgesik untuk ketiga peringkat dosis lebih kecil dibandingkan
dengan asetosal. Hal ini menunjukkan bahwa ketiga peringkat dosis kurang efektif
dibanding asetosal. Namun berdasarkan perbandingan dengan kontrol negatif, maka
yang mempunyai daya analgesik yang sesuai acuan prosedur evaluasi Anonim (1991)
adalah perlakuan dengan dosis 2730 mg/kg BB dan 5460 mg/kg BB dimana kedua
dosis ini menunjukkan hubungan berbeda tidak bermakna, sehingga dosis efektif dari
campuran ekstrak rimpang kunyit dan ekstrak daging buah asam jawa adalah 2730
mg/kg BB. Dosis 2730 mg/kg BB ini juga dipakai untuk menentukan komposisi
dengan metode Simplex Lattice Design.
C. Penerapan metode Simplex Lattice Design
Profil daya analgesik campuran ekstrak rimpang kunyit dan ekstrak daging
buah asam jawa dapat diprediksi dengan pendekatan Simplex Lattice Design,
diperlukan 5 percobaan yaitu 25% ekstrak rimpang kunyit, 25% ekstrak daging buah
asam jawa, serta kombinasi 15%-15%; 20%-10%; 10%-20% ekstrak rimpang kunyit
dan ekstrak daging buah asam jawa. Respon yang diukur adalah % penghambatan
geliat yang menggambarkan kemampuan ekstrak rimpang kunyit dan ekstrak daging
buah asam jawa dalam menghambat rasa nyeri (analgesik).
62
Tabel XIII. Komposisi ekstrak rimpang kunyit dan ekstrak daging buah asam
jawa untuk tiap formula
Komposisi I (K1)
(100%:0%)
Komposisi II (K2)
(75%:25%)
Komposisi III (K3)
(50%:50%)
Komposisi IV (K4)
(25%:75%)
Komposisi V (K5)
(0%:100%) Kunyit 25% 20% 15% 10% 5%
Asam Jawa 5% 10% 15% 20% 25%
Dosis yang digunakan adalah 2730 mg/kg BB dari campuran ekstrak rimpang
kunyit dan ekstrak daging buah asam jawa dengan komposisi 20% : 10%. Komposisi
ini digunakan karena merupakan komposisi yang tertera pada jamu kunyit asam
instan, sehingga dijadikan patokan untuk menentukan dosis yang memberikan efek
analgesik. Dosis yang digunakan merupakan 2 kali dosis terapi pada manusia, karena
jika digunakan pada dosis terapi maka % penghambatan terhadap geliat tidak sesuai
dengan acuan yang tertera pada acuan prosedur evaluasi menurut Anonim (1991).
Dalam metode SLD 2 komponen, setelah didapatkan hasil pengukuran
terhadap respon analgesik maka terlebih dahulu dihitung persamaan SLD dari respon
tersebut. Berdasarkan perhitungan metode SLD maka persamaan yang diperoleh
adalah :
Y = 59,69 (A) + 34,73 (B) + 65,28 (A) (B)
Keterangan : Y : % penghambatan geliat A : komposisi ekstrak rimpang kunyit B : komposisi ekstrak daging buah asam Jawa
63
Dengan persamaan yang diperoleh maka didapat dua data (tabel XVI) yaitu
data percobaan (lampiran 12) dan data teoritis (lampiran 13).
Tabel XIV. Data % penghambatan pada percobaan dan SLD Komp.1 Komp.2 Komp.3 Komp.4 Komp.5
Perc. 59,69 71,90 63,53 41,19 34,73 SLD 59,69 65,69 63,53 53,21 34,73
Keterangan : Komp. : komposisi Percobaan : % penghambatan yang diperoleh dari hasil percobaan dengan metode
rangsang kimia SLD : % penghambatan yang diperoleh dari hasil perhitungan dengan
persamaan Simplex Lattice Design
Dari hasil pengukuran % penghambatan, maka dapat dibuat suatu grafik
perbandingan % penghambatan dan berbagai komposisi ekstrak rimpang kunyit dan
ekstrak daging buah asam jawa.
PROFIL DAYA ANALGESIK EKSTRAK RIMPANG KUNYIT DAN EKSTRAK DAGING BUAH ASAM
JAWA
01020304050607080
K1 K2 K3 K4 K5
KOMPOSISI
DAYA
HA
MBA
T
Profil SLDProfil percobaan
Gambar 12. Grafik Hubungan Komposisi Campuran Ekstrak Rimpang Kunyit dan Ekstrak Daging Buah Asam Jawa vs Daya Panghambatan
64
Berdasarkan gambar 13 kita dapat melihat bagaimana profil efek analgesik
ekstrak rimpang kunyit dan ekstrak daging buah asam jawa. Profil efek analgesik
ekstrak rimpang kunyit dan ekstrak daging buah asam jawa membuka ke bawah
(cembung) dapat dikatakan bahwa semakin rendah komposisi kunyit dalam campuran
maka daya penghambatan (% penghambatan) akan semakin kecil. Bentuk kurva
cembung mengindikasikan bahwa campuran ekstrak rimpang kunyit dan ekstrak
daging buah asam jawa membawa efek yang meningkatkan daya penghambatan.
Berdasarkan perhitungan dengan metode Fhitung didapatkan hasil bahwa
persamaan SLD untuk % penghambatan geliat dari campuran ekstrak rimpang kunyit
dan ekstrak daging buah asam jawa regresi. Fhitung yang diperoleh adalah sebesar
3,9549, sedangkan F tabel yang diperoleh adalah 3,222, sehingga Fhitung lebih besar
daripada F tabel yang berarti ada regresi. Hal ini berarti persamaan yang diperoleh
dengan metode SLD dapat digunakan untuk menghitung komposisi campuran ekstrak
rimpang kunyit dan ekstrak daging buah asam jawa yang mempunyai daya analgesik.
Berdasarkan persamaan yang diperoleh dari prediksi menggunakan Simplex
Lattice Design dapat juga diketahui data hasil respon penelitian, dimana hasil ini
dapat digunakan untuk mengetahui campuran optimum ekstrak rimpang kunyit dan
ekstrak daging buah asam jawa yang menghasilkan efek analgesik optimum. Pada
pengujian daya analgesik menggunakan rangsang kimia, adanya efek analgesik
dinyatakan dengan % penghambatan ≥ 50% (Anonim, 1991). Berdasarkan data yang
diperoleh, komposisi optimum ekstrak rimpang kunyit : ekstrak daging buah asam
jawa adalah 69 % : 31% dari 100% campuran ekstrak rimpang kunyit dan ekstrak
65
daging buah asam jawa. Komposisi yang digunakan merupakan campuran dari
ekstrak rimpang kunyit dan ekstrak daging buah asam jawa sebanyak 30%, sehingga
komposisi ekstrak rimpang kunyit : ekstrak daging buah asam jawa yang memberikan
efek analgesik optimum adalah 20,7% : 9,3%. Komposisi ini memberikan daya
analgesik sebesar 65,5791 % jika diminum pada dosis 2730 mg/kg BB.
Tabel XV. Perbandingan jamu kunyit asam dosis 2730 mg/kg BB
Hasil percobaan Hasil optimasi dengan SLD
I II III IV V
46,43 % 45,90 % 71,90 % 65.9108 % 65,91579 %
Keterangan : I = Daya penghambatan jamu kunyit asam segar II = Daya penghambatan jamu kunyit asam instan III = Daya penghambatan jamu kunyit asam ekstrak 20 %: 10% IV = Daya penghambatan jamu kunyit asam ekstrak 20% : 10% V = Daya penghambatan jamu kunyit asam ekstrak 20,7%:9,3%
Dari hasil yang diperoleh, maka antara jamu kunyit asam segar, jamu kunyit
asam instan dan jamu kunyit asam ekstrak baik hasil percobaan maupun perkiraan
dengan Simplex Lattice Design (tabel XVII) jika dibandingkan secara deskriptif,
maka terdapat perbedaan daya analgesik antara kelima kelompok jamu. Daya
penghambatan jamu kunyit asam ekstrak hasil optimasi 20 % : 10 %, secara deskriptif
tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan komposisi optimum 20,3% : 9,7%.
Jika dibandingkan dengan jamu kunyit asam ekstrak hasil percobaan, maka secara
deskriptif juga tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Hal ini berarti komposisi 20
% : 10 % dalam bentuk campuran ekstrak rimpang kunyit dan ekstrak daging buah
66
asam jawa sudah merupakan komposisi yang memiliki daya analgesik optimum jika
diminum dengan dosis 2730 mg/kg BB. Namun jika dibandingkan dengan jamu
kunyit asam segar hasil percobaan, maka jamu dari campuran ekstrak rimpang kunyit
dan ekstrak daging buah asam jawa baik hasil optimasi maupun percobaan secara
deskriptif memiliki perbedaan yang signifikan dan jika dibandingkan dengan jamu
kunyit asam instan juga memiliki perbedaan yang signifikan. Hal ini berarti ada
pengaruh proses pembuatan pada jamu kunyit asam segar dan pengaruh bahan
tambahan lain seperti Citrit acid (0,5 %), Sucrose (69,4%), Sodium Chloride (0,1%)
pada jamu kunyit asam instan.
Komposisi 20 % : 10 % ekstrak rimpang kunyit dan ekstrak daging buah asam
jawa secara deskriptif tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan
komposisi optimum 20,3 % : 9,7 % pada dosis 2730 mg/kg BB. Hal ini berarti secara
komposisi, campuran ekstrak rimpang kunyit dan ekstrak daging buah asam jawa
20% : 10% sudah dapat menimbulkan daya analgesik yang setara dengan komposisi
optimumnya jika diminum pada dosis 2730 mg/kg BB. 2730 mg/kg BB merupakan 2
dosis terapi pada manusia, artinya agar dapat memberikan daya analgesik, maka jamu
diminum 2 bungkus. Namun jika diminum pada dosis 1365 mg/kg BB (dosis terapi)
komposisi 20 % : 10 % belum dapat memberikan daya analgesik yang optimum. Oleh
karena itu disarankan adanya perbaikan baik dari segi formulasi ataupun aturan pakai.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Dosis efektif dari campuran ekstrak rimpang kunyit dan ekstrak daging buah asam
jawa dengan komposisi 20 % : 10 % adalah 2730 mg/kg BB.
2. Dari hasil prediksi berdasarkan metode Simplex Lattice Design, komposisi campuran
20,7% : 9,3% adalah campuran yang optimum karena dapat menghasilkan %
penghambatan sebesar 65,91579 % jika diminum pada dosis 2730 mg/kg BB.
B. Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut lagi tentang optimasi proses pembuatan jamu
kunyit asam.
2. Penelitian mengenai daya analgesik campuran ekstrak rimpang kunyit dan ekstrak
daging buah asam jawa ini dapat dilanjutkan lagi dengan dibuat bentuk sediaan yang
lain yang lebih praktis penggunaannya.
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut lagi tentang perbandingan jamu kunyit asam
instan dan jamu kunyit asam segar dengan komposisi 20,7% : 9,3%.
4. Penelitian mengenai daya analgesik campuran ekstrak rimpang kunyit dan daging
buah asam jawa ini dapat dilanjutkan lagi dengan menggunakan dosis berulang.
67
DAFTAR PUSTAKA
Angelita, K., 2005, Validasi Penetapan Kadar Parasetamol Tercampur Kunyit Asam dalam Plasma dengan Menggunakan Metode Kolorimetri Chafetz at al, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Jogjakarta.
Anonim, 1977, Materia Medica Indonesia, Jilid I, 47, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta. Anonim, 1991, Penapisan Farmakologi, Pengujian Fitokimia dan Pengujian Uji Klinik,
Kelompok Kerja Ilmiah Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica, Jakarta
Anonim, 1995, Materia Medika, jilid VI, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta Anonim, 2001, Daftar Obat Alam (DOA), edisi II, 120, Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia
Badan Pimpinan Daerah Jawa Tengah Gabungan Pengusaha Jamu dan Obat Tradisional Indonesia Dewan Pimpinan Daerah Jawa Tengah, Semarang
Anonim, 2007, Keputusan Menteri kesehatan republik Indonesia No.
381/menes/SK/III/2007 tentang Kebijakan Obat Tradisional Nasional, Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Anonim, 2008, Kunyit Asam, www.sidomuncul.com, diakses tanggal 20 Februari 2008 Bolton, S., 1990, Pharmaceutical Statistics, Marcel Dekker, Inc., New York and Basel Bruice, P.Y., 1998, Organic Chemistry, second edition, 1039-1045, Prentice Hall Inc,
New Jersey. Dollery, C., 1999, Therapeutic Drugs, 2nd
Edition, A216-A218, Churchill Livinstone, London
Erlinda, E., 2005, Optimasi Penetapan Kadar Parasetamol Tercampur Kunyit Asam
dalam Plasma Darah secara Spektrofotometri Ultraviolet dengan Aplikasi Metode Panjang Gelombang Berganda, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Jogjakarta
68
69
Guyton, A. C., and Hall, 1996, Textbook of Medical Phisiology, diterjemahkan oleh Tengadi, L., Setiawan, I., Santosa, A., Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 9, Bagian II, 76, 761-762, 443, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Hargono, D., 2000, Obat Analgetik dan Antiinflamsi Nabati,
http://www.google.cdk.com diakses tanggal 22 November 2008 Hutapea, J.R., 1994, Inventaris Tanaman Obat Indonesia, jilid III, 287-289, Depkes
RI, Jakarta Lestari, C.M., 2006, Efek Analgetika Infusa Daun Asam Jawa (Tamarindus indica,
Linn) pada Mencit Betina, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Jogjakarta Majeed, 1995, Curcuminoids Antioxidant Phytonutrients, 9, 24, 33- 63, 67,
Nutrisciecs Publisher Inc, New Jersey. Mutschler, E., 1991, Dinamika Obat, 177-180, diterjemahkan oleh Widianto MB dan
Ranti, A.S., penerbit ITB, Bandung Neal, M.J., 2006, At a Glance Farmakologi Medis, edisi V, 64, penerbit
Erlangga,Jakarta Pine, S. H., Hendrickson, J. B., Cram, D. J., and Hammond, G. S., 1998, Organic
Chemistry 2, terbitan ke IV, 77-78, 931, 932, penerjemah Joedoli Broto, R., dan Hadiwijoyo, S. W. P., Penerbit ITB, Bandung.
Praswnato, Nurendah P.S., B. Dzulkarnain, dan Dian S., 1996, Informasi Penelitian
Komponen Jamu Pengatur Haid, http://www.google.cdk.com diakses tanggal 2 Juni 2008.
Puspitasari, A., 2007, Optimasi Ekstraksi bahan Alam, materi pada Pelatihan
Ekstraksi dan Analisis Herbal, Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu, Universitas Gadjah Mada, 28 – 29 November 2007, Yogyakarta
Putra, A.D.K., 2004, Daya Analgesik Air Perasan Umbi Wortel (Daucus carota L.)
pada Mencit Putih Betina, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Rang H.P., Dale M.M., Ritter J.M.,and Moore P.K., 2003, Pharmacology, edisi 5,
562-572, Churchill LivingstoneLondon Robbers, J.E., Speedie, M.K., and Tyler, V.E., 1996, Pharmacognosy and
Pharmacobiotechnology , Williams & Wilkins, Baltimore
70
Rukmana, Rahmat, 1994, Kunyit, 13-15, Kanisius, Yogyakarta Soedibyo, 1998, Alam Sumber Kesehatan Manfaat dan Kegunaan, 230-231, Balai
Pustaka, Jakarta. Suharmiati, dan Handayani, L., 1998, Bahan Baku, Khasiat, dan Cara Pengolahan
Jamu Gendong: Studi Kasus di Kotamadya Surabaya , Pusat Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan, Departemen Kesehatan RI, www.tempo.co.id diakses tanggal 19 Februari 2008
Tjay, T.H., dan Rahardja, K., 2002, Obat-Obat Penting : Khasiat penggunaan dan
Efek-Efek Sampingnya, Edisi V, Cetakan ke-2, 295-310, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Turner, R.A., 1965, Screening Methods in Pharmacology, 100 – 117, Academic
Press, New York Vidiani. Y, Vani Dwi, 2006, Validasi Penetapan Kadar Parasetamol Tercampur
Kunyit Asam dalam Plasma dengan Metode Kolorimetri Menggunakan Senyawa Pengkopling Vanili, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Jogjakarta
Voigt, R, 1994, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, edisi 5, 579-580, Gajah Mada
Press, Yogyakarta Vogel, H.G., 2002, Drug Discovery and Evaluation : Pharmacological Assays,
Second Edition, 726-769, Spinger Verlag Berlin Heidelberg, New York Wilmana, P.F., 1995, Analgesik Antiinflamasi Non Steroid dan Obat Pirai dalam
Ganiswara, S. G., 1995, Farmakologi dan Terapi, Edisi IV, 210-212, Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta
Yunita, F., 1986, Penentuan Komponen Utama Minyak Atsiri Kunyit (Curcuma
domestica Val) dengan GC-MS, Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI, www.depkes.co.id diakses tanggal 22 November 2008.
71
Lampiran 1. Dokumentasi
Geliat mencit
Campuran ekstrak rimpang kunyit dan daging buah asam Jawa
72
Lam 2. Data mla liat h n uji pada penetapan dosis efektif asam asetat
is 25 /kg B Dosis 50 mg/kg Dosis 100 mg/kg BB
piran ju h ge ewa
Dos mg B BB Waktu (menit) I II III I II III I II III
0-5 2 12 3 6 10 14 0 2 16 5-10 10 17 18 9 11 20 8 10 12 10-15 12 19 20 6 8 13 8 8 7 15-20 11 20 4 12 5 10 17 8 5 20-25 15 16 6 11 4 9 16 6 5 25-30 4 16 12 3 8 11 4 6 6 30-35 4 12 14 1 5 19 4 2 6 35-40 8 14 14 7 2 12 4 4 4 40-45 11 11 15 1 0 12 2 2 5 45-50 10 5 14 2 1 10 3 3 5 50-55 2 6 3 5 7 11 4 13 0 55-60 9 2 14 3 1 5 4 3 1
TOTAL 107 145 173 48 145 49 55 88 62X±SD 85 ± 52,43 64 ± 21 141 ± 33 X±SE 141 ± 19,08 85 ± 30, 88 64 ± 12,14
NPar Tests
lmogorov-Smirnov Test One-Sample Ko Geliat N 9
Mean 96.89Normal Parameters(a,b) Std. Deviation 47.774
Absolute .212Positive .212
Most Extreme Differences
Negative -.176Kolmogorov-Smirnov Z .636Asymp. Sig. (2-tailed) .814
a Test distribution is Normal.
om data.
b Calculated fr
73
Oneway Descriptives
eliat
G
95% Confidence Interval for Mean
N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum25 mg/kg 3 141.67 33.126 19.125 59.38 223.96 107 17350 mg/kg 3 85.00 52.431 30.271 -45.25 215.25 48 145100 m kg g/ 3 64.00 21.000 12.124 11.83 116.17 49 88Total 9 96.89 47.774 15.925 60.17 133.61 48 173
Test of Homogeneity of Variances Geliat
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1.948 2 6 .223 AN
eliat
OVA
G
Sum of
Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 9684.222 2 4842.111 3.388 .104 Within Groups 8574.667 6 1429.111 Total 18258.889 8
H neous bs
Geliat
omoge Su ets
Scheffe
Subset for alpha =
.05
Kelompok N 1 100 mg/kg 3 64.0050 mg/kg 3 85.0025 mg/kg 3 141.67Sig. .115
Means for gro ogen s su re display
a arm c Me p Size 000.
ups in hom eou bsets a ed.
Uses H oni an Sam le = 3.
74
Lampiran Dat uml gel ew ji a p eta se g w u p beri
5 nit 10 nit 15 nit 30 nit
3. a j ah iat h an u pad en pan lan akt em an
me me me meWaktu (menit) I II I I III III I II II I II I II II
0-5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5-10 2 1 1 2 0 0 0 0 2 2 0 1 10-15 2 0 4 8 8 2 1 1 6 5 3 2 15-20 0 0 2 8 9 3 0 1 0 3 1 7 20-25 0 2 12 0 0 1 14 0 0 4 2 325-30 0 0 8 0 0 0 6 0 0 1 1 230-35 0 5 3 5 4 0 0 1 7 3 4 2 35-40 0 2 0 2 2 0 0 1 5 1 1 1 40-45 0 2 0 1 0 0 0 2 4 0 3 0 45-50 0 2 0 3 0 1 1 0 1 1 2 4 50-55 0 0 1 3 1 1 0 2 4 6 0 0 55-60 0 0 0 2 6 4 0 5 4 0 1 1
TOTAL 4 13 13 57 48 7 3 9 36 27 21 22 X±SD 10 ± 5,19 37 ± 26,56 16 ± 17,58 23,33 ± 3,22 X±SE 10 ± 3 37 ± 15,40 6 ± 10,16 23,33 ± 1,86 1
NPar Tests
One-Sample Kolmogoro irnov Test
v-Sm
Geliat N 12
Mean 2.72Normal Parameters(a,b) Std. Deviation .940
Absolute .133Positive .089
Most Extreme Differences
Negative -.133Kolmogorov-Smirnov Z .462Asymp. Sig. (2-tailed) .983
a Test distribution is Normal. Calculated from data.
b
75
Onewa
De ves
eliat
y
scripti
G95% Confidence Interval for
Mean
N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum 5 menit 3 10.00 5.196 3.000 -2.91 22.91 4 1310 menit 3 37.33 26.652 15.388 -28.87 103.54 7 5715 menit 3 16.00 17.578 10.149 -27.67 59.67 3 3630 menit 3 23.33 3.215 1.856 15.35 31.32 21 27Total 12 21.67 17.484 5.047 10.56 32.78 3 57
Test of Homogeneity o ces G
f Varian
eliat
Levene Statistic df1 df2 Sig.
2.507 3 8 .133 ANOVA Geliat
Sum of
Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 2.950 3 .983 1.161 .383 Within Groups 6.775 8 .847 Total 9.724 11
H eneous ubseScheffe
omog S ts Subset for
alpha = .05
Kelompok N 1 5 menit 3 2.1715 menit 3 2.2930 menit 3 3.1410 menit 3 3.29Sig. .561
Means for groups in homog bsets are da Uses Harmonic Mean S 3.000. a Uses Harmonic Mean S 3.000.
eneous su isplayed. ample Size =
ample Size =
76
Lam . Data ata la en waktu pemberian
Waktu
piran 4 % penghamb n terhadap jum h geliat pada p etapan selang
Kelompok Perlakuan 5 menit 10 menit 15 menit 30 menit
1 93,72% 10,48% 95,29% 57,59% 2 79,58% 24,61% 85,86% 67,02% 3 79,58% 89,01% 43,46% 65,45%
X ± SE 84,29 ± 4,71 41,37 ± 24 74,87 ± 15,94 63,35 ± 2,92 ,17
NPar Tests
One v- est
-Sample Kolmogoro Smirnov T
Daya N 12
Mean 4.0464Normal Parameters(a,b) Std. Deviation .66010
Absolute .254Positive .220
Most Extreme Differences
Negative -.254Kolmogorov-Smirnov Z .881Asymp. Sig. (2-tailed) .420
a Test distribution is Normal. ulated from data.
Onewa
ves Daya
b Calc
y
Descripti
95% Confidence Interval for Mean
N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum 5 menit 3 84.2933 8.16373 4.71333 64.0135 104.5732 79.58 93.7210 menit 3 41.3667 41.86084 24.16837 -62.6214 145.3547 10.48 89.0115 menit 3 74.8700 27.60747 15.93918 6.2892 143.4508 43.46 95.2930 menit 3 63.3533 5.05255 2.91709 50.8021 75.9046 57.59 67.02Total 12 65.9708 27.46027 7.92710 48.5234 83.4183 10.48 95.29
77
Test of Homogeneity of Variances Daya
Levene Statistic df1 df2 Sig.
4.078 3 8 .050
ANOVA
ya
Da
Sum of
Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 2.079 3 .693 2.043 .187 Within Groups 2.714 8 .339 Total 4.793 11
Homogeneous Subsets
D S
aya
cheffe Subset for
alpha = .05
Kelompok N 1 10 menit 3 3.347130 menit 3 4.146515 menit 3 4.26055 menit 3 4.4313Sig. .237
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
78
Lampiran 5. Data jumlah geliat hewa uji p a pe tapa osis ktif etosa
D is 45 /kg BB Dosis 91 mg/kg BB sis 1 mg/
n ad ne n d efe as l
os mg Do 82 kg BB
Waktu (
I I III menit)
I II II I II II I II 0-5 1 0 0 0 0 0 0 0 0 5-10 13 2 2 3 3 2 0 1 0 10-15 9 7 5 1 2 1 0 3 0 15-20 6 10 6 1 4 2 0 2 0 20-25 4 10 0 8 10 3 0 1 0 25-30 2 5 3 0 2 8 0 2 2 30-35 0 6 1 0 2 10 1 0 0 35-40 2 1 2 1 0 2 1 4 3 40-45 1 1 1 0 1 2 0 4 1 45-50 2 3 2 0 1 3 1 2 0 50-55 0 2 0 6 0 3 0 0 0 55-60 0 3 3 15 0 3 0 1 0
TOTAL 40 52 25 39 25 42 2 14 4
X±SD 39 ± 13,53 35,33 ± 9,07 6,67 ± 6,43
X±SE 39 ± 7,82 35,33 ± 5,20 6,67 ± 3,72
NPar Tests
ne-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
O
Geliat N 9
Mean 27.00Normal Parameters(a,b) Std. Deviation 17.656
Absolute .196Positive .126
Most Extreme Differences
Negative -.196Kolmogorov-Smirnov Z .588Asymp. Sig. (2-tailed) .879
a Test distribution is Normal.
Calculated from data.
b
79
Oneway
D tives Geliat
escrip
95% C ce Intervonfiden al for Mean
N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum 45 mg/kg 3 39.00 13.528 7.810 5.40 72.60 25 5291 mg/kg 3 35.33 9.074 5.239 12.79 57.87 25 42182 mg/kg 3 6.67 6.429 3.712 -9.30 22.64 2 14Total 9 27.00 17.656 5.885 13.43 40.57 2 52
Test of Homogeneity of Variances Geliat
Levene Statistic df1 df2 Sig.
.647 2 6 .557
A VA
eliat
NO
G
Sum of
Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 1880.667 2 940.333 9.199 .015 Within Groups 613.333 6 102.222 Total 2494.000 8
Post Hoc Tests u aris D VariaScheffe
M ltiple Comp ons
ependent ble: Geliat
95% C e Inteonfidenc rval
(I) Kelompok (J) Kelompok
Mean Difference
(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound 91 mg/kg 3.667 8.255 .908 -22.81 30.1445 mg/kg 182 mg/kg 32.333(*) 8.255 .022 5.86 58.81
91 mg/kg 45 mg/kg -3.667 8.255 .908 -30.14 22.81182 mg/kg 28.667(*) 8.255 .037 2.19 55.14
182 mg/kg 45 mg/kg -32.333(*) 8.255 .022 -58.81 -5.8691 mg/kg -28.667(*) 8.255 .037 -55.14 -2.19
The mean difference is sign* ificant at the .05 level.
80
Homogeneous Su
Geliat Schef
bsets
fe
Subset for alpha = .05 Kelompok N 1 2 182 mg/kg 3 6.67 91 mg/kg 3 35.3345 mg/kg 3 39.00Sig. 1.000 .908
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
a
81
Lampiran 6. Data % penghambatan terhadap jumlah geliat pada penetapan dosis ektif asetosa
NPar Tests
ne-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
ef l
O
Daya N 9
Mean 57.5956Normal Parameters(a,b) Std. Deviation 27.73145
Absolute .196Positive .196
Most Extreme Differences
Negative -.126Kolmogorov-Smirnov Z .588Asymp. Sig. (2-tailed) .880
a Test distribution is Normal.
lated from data.
Oneway
es Daya
b Calcu
Descriptiv
95% C e Interval for onfidencMean
N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum 45 mg/kg 3 38.7500 21.24855 12.26785 -14.0343 91.5343 18.33 60.7491 mg/kg 3 44.5067 14.25519 8.23024 9.0948 79.9185 34.03 60.74182 mg/kg 3 89.5300 10.09939 5.83089 64.4417 114.6183 78.01 96.86Total 9 57.5956 27.73145 9.24382 36.2793 78.9118 18.33 96.86
Dosis Asetosal Kelompok 45 mg/kg BB 91 mg/kg BB 182 mg/kg BB Perlakuan
1 37,18 % 38,75 % 96,86 % 2 18,33 % 60,74 % 78,01 % 3 34,03 % 93,72 % 60,74 %
X ± S 44,51 ± 8,23 89,53 ± 5,83 E 38,75 ± 12,27
82
Test of Homogeneity of Variances Daya
Levene Statistic df1 df2 Sig.
.646 2 6 .557
ANOVA Daya
Sum of
Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 4638.848 2 2319.424 9.195 .015 Within Groups 1513.418 6 252.236 Total 6152.266 8
P T Multip isons D VariablScheffe
ost Hoc ests le Compar
ependent e: Daya
95% e Int Confidenc erval
(I) Kelompok (J) Kelompok
Mean Difference
(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound 91 mg/kg -5.75667 12.96756 .908 -47.3470 35.833645 mg/kg 182 mg/kg -50.78000(*) 12.96756 .022 -92.3703 -9.1897
91 mg/kg 45 mg/kg 5.75667 12.96756 .908 -35.8336 47.3470182 mg/kg -45.02333(*) 12.96756 .037 -86.6136 -3.4330
182 mg/kg 45 mg/kg 50.78000(*) 12.96756 .022 9.1897 92.370391 mg/kg 45.02333(*) 12.96756 .037 3.4330 86.6136
* The mean difference is significant at the .05 level. H eneous b
Daya
omog Su sets
Scheffe
Subset for alpha = .05 Kelompok N 1 2 45 mg/kg 3 38.7500 91 mg/kg 3 44.5067 182 mg/kg 3 89.5300Sig. .908 1.000
Means for ogeneous subsets are displayed.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
groups in hom
83
Lampiran 7. Data % penghambatan ositif dan negative te jumlah
KeloPerlakuan
kontrol p rhadapgeliat
mpok Asetosal Aquadest
1 82,72% 4,19% 2 84,29% -14,65% 3 74,87% 1,05% 4 87,44% 5,76% 5 78,01% 5,76% 6 90,58% -33,50% 7 100% 5,76% 8 63,88% 27,75% 9 57,59% -3,66%
X ± SE 79,93 ± 4,39 -0,17± 5,58
84
Lampiran 8. Data jumlah geliat hewan uji setelah pemberian asam asetat pada semua kelompok perlakuan Kunyit : Asam (20% : 10%)
Aquadest Asetosal 91 mg/kg BB Dosis 1365 mg/kg BB Dosis 2730 mg/kg BB Dosis 5460 mg/kg BB Waktu
(menit) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9
0-5 1 2 18 6 1 5 2 4 10 0 0 2 0 0 0 0 2 0 0 0 9 0 2 2 0 0 7 1 1 0 0 2 5 0 2 0 0 0 1 2 4 0 2 25 0
5-10 14 13 7 8 15 16 7 9 21 0 0 2 0 1 0 0 7 9 2 5 10 1 15 8 2 0 31 1 3 4 3 3 8 0 6 7 5 5 9 13 7 3 2 8 0
10-15 13 5 8 9 7 17 16 3 16 3 2 6 2 0 1 0 4 4 0 4 15 3 5 7 2 1 18 3 4 3 5 6 9 2 7 5 0 0 3 5 8 2 8 6 4
15-20 7 13 8 6 4 9 10 8 4 0 0 1 2 1 0 0 1 2 0 2 7 2 6 6 0 0 15 1 0 3 2 3 3 0 8 8 2 2 3 3 4 3 3 0 2
20-25 9 8 2 5 0 12 4 3 0 1 2 2 1 1 1 0 2 0 0 0 1 3 1 4 0 0 11 0 0 4 0 3 5 0 1 8 3 3 3 0 4 1 2 1 0
25-30 9 6 3 5 5 4 5 3 5 2 2 1 0 3 0 0 1 5 0 0 3 0 0 3 1 0 11 0 2 1 1 0 4 0 3 5 5 5 4 2 3 2 0 2 0
30-35 2 5 4 4 3 5 7 8 4 1 4 2 0 0 0 0 4 0 1 1 2 2 1 1 1 0 3 2 1 1 1 1 8 0 1 4 2 2 3 1 2 1 0 1 0
35-40 3 3 2 6 4 3 2 0 0 2 0 0 1 2 0 0 0 2 0 0 3 1 2 3 0 0 10 2 2 0 0 1 5 0 0 3 1 1 2 0 1 2 1 0 0
40-45 0 4 6 4 5 8 3 2 3 0 0 0 0 4 2 0 1 0 0 0 4 0 1 0 2 0 6 2 1 1 0 2 3 0 1 4 0 0 2 0 2 0 1 1 1
45-50 0 5 3 3 6 2 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 2 0 0 4 0 1 1 1 1 12 2 1 0 0 1 2 0 0 3 2 2 4 0 5 0 1 1 0
50-55 0 3 2 3 5 1 2 2 2 0 0 0 2 2 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 5 2 0 0 0 2 3 0 0 0 3 3 2 1 4 0 0 2 0
55-60 3 5 0 1 5 3 1 4 0 2 0 0 0 0 0 0 1 2 0 0 0 0 0 0 3 0 5 1 0 0 0 1 3 0 0 0 2 2 1 0 4 0 0 2 0
Total 61 72 63 60 60 85 60 46 66 11 10 16 8 14 6 0 23 27 3 59 12 12 34 35 13 3 134 17 15 17 12 25 59 2 10 4 25 11 37 27 48 14 20 49 7
X±SD 63,67 ± 10,55 12,78 ± 8,38 33,89 ± 41,77 17,89 ± 16,93 26,44 ± 15,41
X±SE 63,67 ± 3,52 12,7 ± 8 ± 2,79 33,89 ± 13,92 17,89 ± 5,64 26,44 ± 5,14
85
Analisis Dosis Kunyit : Asam (20% : 10%) dengan kontrol
NPar Tests
ne-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
O
Geliat N 45
Mean 30.93Normal Parameters(a,b) Std. Deviation 27.799
Absolute .181Positive .181
Most Extreme Differences
Negative -.133Kolmogorov-Smirnov Z 1.213Asymp. Sig. (2-tailed) .106
a Test distribution is Normal.
ulated from data.
Oneway
escrip
t
b Calc
D tives Gelia
95% Co ce Intervanfiden l for Mean
N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum Aquadest 9 63.67 10.548 3.516 55.56 71.77 46 85Asetosal 91 mg/kg BB 9 12.78 8.378 2.793 6.34 19.22 0 27Dosis 1365 mg/kg BB 9 33.89 41.769 13.923 1.78 66.00 3 134Dosis 2730 mg/kg BB 9 17.89 16.930 5.643 4.88 30.90 2 59Dosis 5460 mg/kg BB 9 26.44 15.412 5.137 14.60 38.29 7 49Total 45 30.93 27.799 4.144 22.58 39.29 0 134
Test of Homogeneity of Variances
Geliat
Levene Statistic df1 df2 Sig.
3.022 4 40 .059
86
A VA G
NO
eliat
Sum of
Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 14401.244 4 3600.311 7.347 .000 Within Groups 19601.556 40 490.039 Total 34002.800 44
Multiple Comparisons
endent Varieffe
Post Hoc Tests
DepSch
able: Geliat
95% e IntervConfidenc al
(I) Kelompok (J) Kelompok
Mean Difference
(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound Asetosal 91 mg/kg BB 50.889(*) 10.435 .001 17.20 84.58Dosis 1365 mg/kg BB 29.778 10.435 .108 -3.91 63.47Dosis 2730 mg/kg BB 45.778(*) 10.435 .003 12.09 79.47
Aquadest
Dosis 5460 mg/kg BB 37.222(*) 10.435 .023 3.53 70.91Asetosal 91 mg/kg BB Aquadest -50.889(*) 10.435 .001 -84.58 -17.20
Dosis 1365 mg/kg BB -21.111 10.435 .407 -54.80 12.58Dosis 2730 mg/kg BB -5.111 10.435 .993 -38.80 28.58Dosis 5460 mg/kg BB -13.667 10.435 .787 -47.36 20.03
Dosis 1365 mg/kg BB Aquadest -29.778 10.435 .108 -63.47 3.91Asetosal 91 mg/kg BB 21.111 10.435 .407 -12.58 54.80Dosis 2730 mg/kg BB 16.000 10.435 .673 -17.69 49.69Dosis 5460 mg/kg BB 7.444 10.435 .972 -26.25 41.14
Dosis 2730 mg/kg BB Aquadest -45.778(*) 10.435 .003 -79.47 -12.09Asetosal 91 mg/kg BB 5.111 10.435 .993 -28.58 38.80Dosis 1365 mg/kg BB -16.000 10.435 .673 -49.69 17.69Dosis 5460 mg/kg BB -8.556 10.435 .953 -42.25 25.14
Dosis 5460 mg/kg BB Aquadest -37.222(*) 10.435 .023 -70.91 -3.53Asetosal 91 mg/kg BB 13.667 10.435 .787 -20.03 47.36Dosis 1365 mg/kg BB -7.444 10.435 .972 -41.14 26.25Dosis 2730 mg/kg BB 8.556 10.435 .953 -25.14 42.25
* The mean difference is significant at the .05 level.
87
Homogeneous Subsets
Geliat Scheffe
Subset for alpha = .05 Kelompok N 1 2 Asetosal 91 mg/kg BB 9 12.78 Dosis 2730 mg/kg BB 9 17.89 Dosis 5460 mg/kg BB 9 26.44 Dosis 1365 mg/kg BB 9 33.89 33.89Aquadest 9 63.67Sig. .407 .108
M
a Uses Harmo
eans for groups in homogeneous subsets are displayed.
nic Mean Sample Size = 9.000.
88
Lampiran 9 ng ter h g mu perlakuan Kunyit : Asam (20% : 10%
% peng an gelia
. Data % pe hambatan hadap jumla eliat pada se)
a kelompok
hambat t Kelo pok
Perlakuan A 1365 g 27 g 54 g m
Asetosal quadest mg/kBB
30 mg/kBB
60 mg/kBB
1 82,72% 4,19% 95,29% 73,30% 60,74% 2 84,29% -14,65% 7,33% 76,44% 82,72% 3 7 4,87% 1,05% 81,15% 73,30% 41,89% 4 87,44% 5,76% 81,15% 81,15% 57,59% 5 78,01% 5,76% 46,60% 60,74% 24,61% 6 90,58% -33,50% 45,03% 96,86% 23,04% 7 100% 5,76% 79,58% 84,29% 78,01% 8 63,88% 27,75% 95,29% 93,72% 68,59% 9 57,59% -3,66% -110,46% 7,33% 89,01%
X ± SE 79,93 ± 4,39 -0,17± 5,58 46,77 ± 21,87 71,90 ± 8,86 58,47 ± 8,07 NPar Tests
Kolmogorov-Smirnov Test
One-Sample
Daya N 45
Mean 51.3807Normal Parameters(a,b) Std. Deviation 43.71511
Absolute .181Positive .133
Most Extreme Differences
Negative -.181Kolmogorov-Smirnov Z 1.213Asymp. Sig. (2-tailed) .105
a Test distribution is Normal.
Calculated from data.
b
89
One
way
Daya
Descriptives
95% ce Inte Confiden rval for Mean
N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum Asetosal 9 79.9311 13.15955 4.38652 69.8158 90.0464 57.59 100.00Aquadest 9 -.1711 16.72669 5.57556 -13.0284 12.6862 -33.50 27.75Dosis 1365 mg/kg BB 9 46.7733 65.60172 21.86724 -3.6526 97.1993 -110.46 95.29Dosis 2730 mg/kg BB 9 71.9033 26.59077 8.86359 51.4639 92.3428 7.33 96.86Dosis 5460 mg/kg BB 9 58.4667 24.20637 8.06879 39.8600 77.0733 23.04 89.01Total 45 51.3807 43.71511 6.51666 38.2472 64.5141 -110.46 100.00
Test o gen arian
aya
f Homo eity of V ces
D
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1.182 4 36 .335
ANOV D
A
aya
Sum of
Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 35687.992 4 8921.998 7.374 .000 Within Groups 48396.475 40 1209.912 Total 84084.467 44
90
Post Hoc Tests
Multi
endent Varieffe
ple Comparisons
DepSch
able: Daya
95 e Int% Confidenc erval
(I) Kelompok (J) Kelompok
Mean Difference
(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound Aquadest 80.10222(*) 16.39723 .001 27.1620 133.0424Dosis 1365 mg/kg BB 33.15778 16.39723 .408 -19.7824 86.0980Dosis 2730 mg/kg BB 8.02778 16.39723 .993 -44.9124 60.9680
Asetosal
Dosis 5460 mg/kg BB 21.46444 16.39723 .787 -31.4758 74.4047Aquadest Asetosal -80.10222(*) 16.39723 .001 -133.0424 -27.1620
Dosis 1365 mg/kg BB -46.94444 16.39723 .106 -99.8847 5.9958Dosis 2730 mg/kg BB -72.07444(*) 16.39723 .003 -125.0147 -19.1342Dosis 5460 mg/kg BB -58.63778(*) 16.39723 .023 -111.5780 -5.6976
Dosis 1365 mg/kg BB Asetosal -33.15778 16.39723 .408 -86.0980 19.7824Aquadest 46.94444 16.39723 .106 -5.9958 99.8847Dosis 2730 mg/kg BB -25.13000 16.39723 .674 -78.0702 27.8102Dosis 5460 mg/kg BB -11.69333 16.39723 .972 -64.6336 41.2469
Dosis 2730 mg/kg BB Asetosal -8.02778 16.39723 .993 -60.9680 44.9124Aquadest 72.07444(*) 16.39723 .003 19.1342 125.0147Dosis 1365 mg/kg BB 25.13000 16.39723 .674 -27.8102 78.0702Dosis 5460 mg/kg BB 13.43667 16.39723 .953 -39.5036 66.3769
Dosis 5460 mg/kg BB Asetosal -21.46444 16.39723 .787 -74.4047 31.4758Aquadest 58.63778(*) 16.39723 .023 5.6976 111.5780Dosis 1365 mg/kg BB 11.69333 16.39723 .972 -41.2469 64.6336Dosis 2730 mg/kg BB -13.43667 16.39723 .953 -66.3769 39.5036
* The mean difference is significant at the .05 level.
Homogeneous Subsets Daya Scheffe
Subset for alpha = .05 Kelompok N 1 2 Aquadest 9 -.1711 Dosis 1365 mg/kg BB 9 46.7733 46.7733Dosis 5460 mg/kg BB 9 58.4667Dosis 2730 mg/kg BB 9 71.9033Asetosal 9 79.9311Sig. .106 .408
Means
a Uses Harmo
for groups in homogeneous subsets are displayed.
nic Mean Sample Size = 9.000.
91
Lamp ata % an da ter l p
Perubahan % daya analgesik terhadap k sitif
iran 10. D Perubah ya analgesik hadap kontro ositif
ontrol poKeloPerlakuan Asetosal Aquadest 1365 27 g 54 g
mpok mg/kg
BB 30 mg/k
BB 60 mg/k
BB 1 3,50% -94,76% 19,22% -8,29% -24,01% 2 5,45% -118,33% -90,83% -4,37% 3,49% 3 -1,33% -98,69% 1,53% -8,29% -47,59% 4 9.40% -92,79% 1,53% 1,53% -27,95% 5 -2,40% -92,79% -41,70% -24,01% -69,21% 6 13,32% -141,91% -43,66% 21,18% -71,17% 7 25,11% -92,79% -0,44% 5,45% -2,40% 8 -20,08% -65,28% 19,22% 17,25% -14,19% 9 -27,95% -104,58% -238,20% -90,83% 11,36%
X ± SE 0,56 ± 5,44 -100,21 ± 6,98 -41,48±27,39 -10,04±11,09 -26,85±10,09
NPar Tests One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Daya N 45
Mean -35.6062Normal Parameters(a,b) Std. Deviation 54.75825
Absolute .180Positive .134
Most Extreme Differences
Negative -.180Kolmogorov-Smirnov Z 1.207Asymp. Sig. (2-tailed) .108
a Test distribution is Normal.
Calculated from data. b
92
Oneway Descriptives
Daya
95 ce Inte% Confiden rval for Mean
N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum Asetosal 91 mg/kg BB 9 .5578 16.30715 5.43572 -11.9770 13.0926 -27.95 25.11Aquadest 9 -100.2133 20.92728 6.97576 -116.2995 -84.1272 -141.91 -65.28Dosis 1365 mg/kg BB
9 -41.4811 82.07616 27.35872 -104.5704 21.6082 -238.20 19.22
Dosis 2730 mg/kg BB 9 -10.0422 33.26728 11.08909 -35.6137 15.5293 -90.83 21.18Dosis 5460 mg/kg BB 9 -26.8522 30.28336 10.09445 -50.1301 -3.5744 -71.17 11.36Total 45 -35.6062 54.75825 8.16288 -52.0574 -19.1550 -238.20 25.11
Te en f Varian
aya
st of Homog eity o ces
D
Levene Statistic df1 df2 Sig.
3.000 3 11 .077
ANOV D
A
aya
Sum of
Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 56219.208 4 14054.802 7.425 .000 Within Groups 75713.306 40 1892.833 Total 131932.51
3 44
93
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons Dependent Variable: Daya Scheffe
95 e In% Confidenc terval
(I) Kelompok (J) Kelompok
Mean Difference
(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound Aquadest 100.77111(*
) 20.50925 .001 34.5548 166.9874
Dosis 1365 mg/kg BB 42.03889 20.50925 .394 -24.1774 108.2552Dosis 2730 mg/kg BB 10.60000 20.50925 .992 -55.6163 76.8163
Asetosal 91 mg/kg BB
Dosis 5460 mg/kg BB 27.41000 20.50925 .774 -38.8063 93.6263Aquadest Asetosal 91 mg/kg BB -
100.77111(*)
20.50925 .001 -166.9874 -34.5548
Dosis 1365 mg/kg BB -58.73222 20.50925 .106 -124.9485 7.4841Dosis 2730 mg/kg BB -90.17111(*) 20.50925 .003 -156.3874 -23.9548Dosis 5460 mg/kg BB -73.36111(*) 20.50925 .023 -139.5774 -7.1448
Dosis 1365 mg/kg BB Asetosal 91 mg/kg BB -42.03889 20.50925 .394 -108.2552 24.1774Aquadest 58.73222 20.50925 .106 -7.4841 124.9485Dosis 2730 mg/kg BB -31.43889 20.50925 .674 -97.6552 34.7774Dosis 5460 mg/kg BB -14.62889 20.50925 .972 -80.8452 51.5874
Dosis 2730 mg/kg BB Asetosal 91 mg/kg BB -10.60000 20.50925 .992 -76.8163 55.6163Aquadest 90.17111(*) 20.50925 .003 23.9548 156.3874Dosis 1365 mg/kg BB 31.43889 20.50925 .674 -34.7774 97.6552Dosis 5460 mg/kg BB 16.81000 20.50925 .953 -49.4063 83.0263
Dosis 5460 mg/kg BB Asetosal 91 mg/kg BB -27.41000 20.50925 .774 -93.6263 38.8063Aquadest 73.36111(*) 20.50925 .023 7.1448 139.5774Dosis 1365 mg/kg BB 14.62889 20.50925 .972 -51.5874 80.8452Dosis 2730 mg/kg BB -16.81000 20.50925 .953 -83.0263 49.4063
• The mean difference is significant at the .05 level.
Homogeneous Subsets Daya Scheffe
Subset for alpha = .05 Kelompok N 1 2 Aquadest 9 -100.2133 Dosis 1365 mg/kg BB 9 -41.4811 -41.4811Dosis 5460 mg/kg BB 9 -26.8522Dosis 2730 mg/kg BB 9 -10.0422Asetosal 91 mg/kg BB 9 .5578Sig. .106 .394
Means for groups in
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 9.000.
homogeneous subsets are displayed.
94
Lampiran 11. Data jumlah geliat hewan uji setelah pemberian asam asetat pada ua m e an ga p S
Waktu (menit)
0-5 10-15 15-20 20-25 2 3 5 35-40 40-45 45-50 5 5 5 0 T X± D X± E
sem kelo pok p rlaku den n kom osisi LD
5-10 5-30 0-3 0-5 5-6 otal S S
1 14 13 7 9 9 2 3 0 0 0 3 61 2 13 5 13 8 6 5 3 4 5 3 5 72 18 7 8 8 2 3 4 2 6 3 2 0 63 6 8 9 6 5 5 4 6 4 3 3 1 60 1 15 7 4 0 5 3 4 5 6 5 5 60 5 16 17 9 12 4 5 3 8 2 1 3 85 2 7 16 10 4 5 7 2 3 1 2 1 60 4 8 3 8 3 3 8 0 2 0 2 4 48
Aquadest
63,67± 10,55
63,67 ±
3,52
10 21 16 4 0 5 4 0 3 1 2 0 66
0 0 3 0 1 2 1 2 0 0 0 2 11 0 0 2 0 2 2 4 0 0 0 0 0 10 2 2 6 1 2 1 2 0 0 0 0 0 16 0 0 2 2 1 0 0 1 0 2 0 0 8 0 1 0 1 1 0 0 2 4 2 0 0 14 0 0 1 0 1 0 0 0 2 1 1 0 6 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 2 2 4 1 2 5 4 0 1 0 0 1 23
Asetosal 91 mg/kg
BB 12,78 ± 8,38
12,78 ± 2,79
0 0 4 2 0 3 0 2 0 1 2 2 27
0 10 11 0 2 3 5 0 0 2 2 7 42 3 15 8 4 4 2 3 3 3 0 0 1 46 0 3 3 2 0 0 1 0 0 0 0 0 9 2 5 4 5 1 0 2 0 0 0 0 1 20 0 4 5 2 0 0 0 0 0 0 0 0 11 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 3 0 1 2 3 4 3 5 0 2 0 2 2 24 2 6 7 8 1 3 1 0 1 0 0 0 29
Kunyit : Asam (25%: 5 %)
25,67 ± 16,54
25,67 ±
5,51
0 7 5 8 8 5 4 3 0 3 0 0 47
0 3 3 2 0 0 0 0 0 0 0 0 8 1 2 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 5 0 3 0 2 0 0 1 0 0 0 0 0 6 0 3 5 0 2 4 2 0 0 0 0 4 23 0 6 8 4 0 2 4 4 2 2 2 3 37 1 9 5 3 2 1 5 0 0 0 0 1 27 0 6 4 2 1 1 1 1 0 1 1 0 2 0 7 3 2 3 3 4 0 0 1 0 2 10
Kunyit : Asam (15%: 15%)
23,22 ± 17,49
23,22 ±
5,83
4 14 12 8 3 5 5 1 2 2 0 4 4
2 12 10 7 5 11 3 3 1 3 0 4 61 0 4 6 4 1 0 0 0 0 0 0 0 15 3 3 12 5 6 7 3 5 4 4 5 0 57 5 3 4 2 4 5 2 1 0 3 1 0 30 3 5 10 14 2 3 2 0 0 0 0 0 39 1 4 5 5 2 3 2 0 0 0 0 0 22 4 20 13 8 1 2 2 1 2 2 3 3 61 3 14 11 5 2 4 1 1 1 2 2 0 46
Kunyit : Asam (5%: 25%)
41,56 ± 16,75
41,56 ± 5,58
4 10 9 2 0 4 1 1 4 2 6 0 43
95
Lampiran 12. Data % penghambatan terhadap jumlah geliat pada semua kelompok
perlakuan dengan kom
Komposisi Kunyit dan Asam
posisi menurut metode SLD
Kelo pok Perlakuan
mF1 F3 F5
1 34,03% 87,44% 4,19% 2 27,75% 92,15% 76,44% 3 85,86% 90,58% 10,48% 4 68,59% 63,88% 52,88% 5 82,72% 41,89% 38,75% 6 95,29% 57,59% 65,45% 7 62,31% 71,73% 4,19% 8 54,45% 60,74% 27,75% 9 26,18% 5,76% 32,46%
X 59,69 ± 8,66 4,73 ± 8,77 ± SE 63,53 ± 9,16 3
mposisi Kunyit : AsaKo m KeloPerlakuan
mpok F2 F4
1 73,30% 43,46% 2 76,44% 32,46% 3 73,30% 32,46% 4 81,15% 79,58% 5 60,74% 60,74% 6 96,86% 57,59% 7 84,29% 4,19% 8 93,72% 27,75% 9 7,33% 32,46%
X ± SE 71,90 ± 8,86 41,19 ± 7,37
96
Lampiran 13. Perhitungan Persamaan p a Sim lex L ttice Design
sisi ek ak daging bu As
Y = pon (da amba it-As
% pen an gel
Keterangan :
A = komposisi ekstrak rimpang Kunyit
B = kompo str ah am Jawa
res ya pengh tan) Kuny am
ghambat iat Perlakuan F1 F2 F3 F4 F5
1 34,03% 73,30% 87,44% 43,46% 4,19% 2 27,75% 76,44% 92,15% 32,46% 76,44% 3 85,86% 73,30% 90,58% 32,46% 10,48% 4 68,59% 81,15% 63,88% 79,58% 52,88% 5 82,72% 60,74% 41,89% 60,74% 38,75% 6 95,29% 96,86% 57,59% 57,59% 65,45% 7 62,31% 84,29% 71,73% 4,19% 4,19% 8 54,4 93,72% 5% 60,74% 27,75% 27,75% 9 26,1 7,33% 8% 5,76% 32,46% 32,46%
X ± SE 59,69 ± 8,66 ,90 ± 8,8671 63,53 ± 9,16 41,19 ± 7,37 34,73 ± 8,77 Y untuk 100 % A = 59,69 %
Y untuk 100 % B = 34,73 %
50 % B = 63,53 %
0 % A
b (B) + ab (A) (B)
9,69 = a (1) + b (0) + ab (1) (0)
2 0 % B
b (B) + ab (A) (B)
(0) (1)
Y untuk 50% A :
1. F1 : 10
A = 1
B = 0
Y = a (A) +
5
a = 59,69
. F5 : 10
A = 0
B = 1
Y = a (A) +
34,73 = a (0) + b (1) + ab
b = 34,73
97
3
(B)
,5) + 34,73 x (0,5) + ab (0,5) (0,5)
45 + 17,365 + ab (0,25)
3,53 = 47,21 + ab (0,25)
65,28 (A) (B)
Berdasarkan persamaan SLD yang didapat, perhitungan respon untuk formula :
1
+ 34,73 (B) + 65,28 (A) (B)
= 44,77 + 8,68 + 12,24
ercobaan : 71,90 %
2
+ 34,73 (B) + 65,28 (A) (B)
Menurut percobaan : 41,19 %
. F3 : 50 % A dan 50 % B
A = 0,5
B = 0,5
Y = a (A) + b (B) + ab (A)
63,53 = 59,69 x (0
63,53 = 29,8
6
16,32 = ab (0,25)
ab = 65,28
Jadi persamaan SLD :
Y = 59,69 (A) + 34,73 (B) +
. F2 : 75 % A dan 25 % B
A= 0,75
B= 0,25
Y = 59,69 (A)
Y = 59,69 x (0,75) + 34,73 x (0,25) + 65,28 (0,75) (0,25)
Y
Y = 65,69 %
Menurut p
. F4 : 25 % A dan 75 % B
A = 0,25
B = 0,75
Y = 59,69 (A)
Y = 59,69 x (0,25) + 34,73 x (0,75) + 65,28 (0,25) (0,75)
Y = 14,92 + 26,05 + 12,24
Y = 53,21 %
98
Lampiran 14. Data Uji Regresi Persamaan menggunakan metode Fhitung
ij an percobaan 2 = kuadrat dari yij setiap formula
b rdasarkan pendekatan SLD (Simplex Lattice Design)
ku at dari ŷ
Keterangan :
y = hasil berdasark
y
ŷ = hasil e
ŷ2 = adr
SStotal = N
y∑ −2 y∑ 2)(
Sregresi Ny∑S = y∑ −2
2)(
ersamaan SLD
N = ( formula) x (
F(p-1,N-p) hitung (dengan taraf kepercayaan 95 %)
Keterangan : P = ∑ formula yang digunakan untuk menghitung p
∑ ∑ r eplikasi tiap formula)
Ho : Persamaan Y = 69 (A) + 3 ) + 65, ) tidak
HI : Persamaan Y = 5 69 (A) + 3 ) + 65, ) regres
FORMULA Replikasi
59, 4,73 (B 28 (A) (B regresi
9, 4,73 (B 28 (A) (B i
yij y2 ŷ ŷ2
I
9 26,18 685,39 59,69 3562,90
1
2
3
4
5
6
7
8
34,03
27,75
85,86
68,59
82,72
95,29
62,31
54,45
1158,04
770,06
7371,94
4704,59
6842,60
9080,18
3882,54
2964,80
59,69
59,69
59,69
59,69
59,69
59,69
59,69
59,69
3562,90
3562,90
3562,90
3562,90
3562,90
3562,90
3562,90
3562,90
99
II
3689,35
1
2
3
4
5
6
7
8
9
73,30
76,44
73,30
81,15
60,74
96,86
84,29
93,72
7,33
5372,89
5843,07
5372,89
6585,32
9381,86
7104,80
8783,44
53,73
65,69
65,69
65,69
65,69
65,69
65,69
65,69
65,69
65,69
4315,18
4315,18
4315,18
4315,18
4315,18
4315,18
4315,18
4315,18
4315,18
III
1754,77
1
2
3
4
5
6
7
8
9
87,44
92,15
90,58
63,88
41,89
57,59
71,73
60,74
5,76
7645,75
8491,62
8204,74
4080,65
3316,61
5145,19
3689,35
33,18
63,53
63,53
63,53
63,53
63,53
63,53
63,53
63,53
63,53
2831,30
2831,30
2831,30
2831,30
2831,30
2831,30
2831,30
2831,30
2831,30
IV
6
7
8
9
57,59
4,19
27,75
32,46
1053,65
3316,61
17,56
770,06
1053,65
53,21
53,21
53,21
53,21
2831,30
2831,30
2831,30
2831,30
1
2
3
4
5
43,46
32,46
32,46
79,58
60,74
1888,77
1053,65
6332,98
3689,35
53,21
53,21
53,21
53,21
53,21
2831,30
2831,30
2831,30
2831,30
2831,30
100
V
6
7
8
9
4,19
27,75
32,46
17,56
770,06
1053,65
34,73
34,73
34,73
1206,17
1206,17
1206,17
1
2
3
4
5
4,19
76,44
10,48
52,88
38,75
65,45
17,56
5843,07
109,83
2796,29
1501,56
4283,70
34,73
34,73
34,73
34,73
34,73
34,73
1206,17
1206,17
1206,17
1206,17
1206,17
1206,17
JUMLAH 2439,35 167578,91 2491,65 143564,49
SStotal = N
yy ∑∑ −
22 )(
= 17,3534745
42,595042891,16757895X
)35,2439(91,1675782
=−=−
SSregresi = N
y ∑ y∑ −2 ( 2)
= 83,560145
72,6202 831949,4 =−
derajat bebas SS/df Fhitung
1435645
)65,2491(49,143564 =−
Sum of Square SSregresi 5601,83 2 2800,92 SS 29745,34 42 708,22 residualSStotal 35347,17 44
3,9549
regresi Fhitung = Sum of Square = 2800,92 = 3,9549
Sum of Square residual 708,22
F(3-1,5.9-3) = F(2,42) = 3,222 (tabel)
Karena Fhitung > F(2,42) tabel maka Ho ditolak, artinya persamaan Y = 59,69 (A) + 34,73
(B) + 65,28 (A) (B) regresi dan dapat digunakan untuk menentukan respon daya
penghambatan geliat.
101
Lampiran15. Data respon daya pen b ge
0 1 34.73 0.01 0.99 35.62587 0.02 0.98 36.50869 0.03 0.97 37.37845 0.04 0.96 38.23515 0.05 0.95 39.0788 0.06 0.94 39.90939 0.07 0.93 40.72693 0.08 0.92 41.53141 0.09 0.91 42.32283 0.1 0.9 43.1012
0.11 0.89 43.86651 0.12 0.88 44.61877 0.13 0.87 45.35797 0.14 0.86 46.08411
0.17 0.83 48.18421 0.18 0.82 48.85813 0.19 0.81 49.51899 0.2 0.8 50.1668
0.21 0.79 50.80155 0.22 0.78 51.42325 0.23 0.77 52.03189 0.24 0.76 52.62747 0.25 0.75 53.21 0.26 0.74 53.77947 0.27 0.73 54.33589
0.72 0.29 0.71 55.40955
58.3172 0.64
0.37 0.63 59.18197 0.38 0.62 59.59477
0.61
0.56
0 0.53
63.27387
0.48
0.55 0.45 64.6148
0.43 64.95733 0.42
0.61 0.39 65.48571 0.62 0.38 65.58517
0.64 0.36 65.74491 0.65 0.35 65.8052
65.88661
gham atan liat
0.15 0.85 46.7972 0.16 0.84 47.49723
0.28 54.87925
0.3 0.7 55.9268 0.31 0.69 56.43099 0.32 0.68 56.922130.33 0.67 57.40021 0.34 0.66 57.86523 0.35 0.65 0.36 58.75611
0.39 59.99451 0.4 0.6 60.3812
0.41 0.59 60.75483 0.42 0.58 61.115410.43 0.57 61.46293 0.44 61.79739 0.45 0.55 62.1188 0.46 0.54 62.42715
.47 62.72245
0.48 0.52 63.00469 0.49 0.51 0.5 0.5 63.53
0.51 0.49 63.77307 0.52 64.00309 0.53 0.47 64.22005 0.54 0.46 64.42395
0.56 0.44 64.79259 0.57 0.58 65.10901 0.59 0.41 65.24763 0.6 0.4 65.3732
0.63 0.37 65.67157
0.66 0.34 65.85243 0.67 0.33 0.68 0.32 65.90773 0.69 0.31 65.91579
0.7 0.3 65.9108 0.71 0.29 65.89275 0.72 0.28 65.86165
0.27 60.2 6
0.75 0.25 65.69 0.76 0.24 65.60667 0.77 0.23 65.51029 0.78 0.22 65.40085 0.79 0.21 65.27835 0.8 0.2 65.1428
0.81 0.19 64.99419 0.82 0.18 64.83253 0.83 0.17 64.65781 0.84 0.16 64.47003 0.85 0.15 64.2692 0.86 0.14 64.05531 0.87 0.13 63.82837 0.88 0.12 63.58837 0.89 0.11 63.33531 0.9 0.1 63.0692
0.91 0.09 62.79003 0.92 0.08 62.49781 0.93 0.07 62.19253 0.94 0.06 61.87419 0.95 0.05 61.5428
0.96 0.04 61.19835 0.97 0.03 60.84085 0.98 0.02 60.47029 0.99 0.01 60.08667
1 0 59.69
0.73 5.81749 0.74 6 5.76027
102
BIOGRAFI PENULIS
Penulis yang bernama lengkap Yesika Fadeli lahir di Padang
pada tanggal 15 April1987 adalah anak pertama dari
pasangan Alwi Widjaja Alie (Alm) dan Christina Halim.
Penulis mengawali masa pendidikannya di TK Mariana
Padang. Mengenyam pendidikan Sekolah Dasar di SD Santa
Agnes Padang dan lulus pada tahun 1999. Menyelesai
pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkatan Pertama di SLTP Maria Padang tahun 2002,
kemudian melanjutkan pendidikan di SMA Don Bosko Padang (2002-2005). Penulis
menyelesaikan pendidikan sarjana di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta (2005-
2009).
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif sebagai Asisten Praktikum Botani Dasar
(2006/2007 dan 2008/2009) serta Asisiten Analisis Sedian Obat Tradisonal
(2008/2009) dan berbagai kegiatan kepanitiaan lainnya.