kajian dan evaluasi undang-undang nomor 23 tahun...

67
Kerjasama Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Dengan Fakultas Hukum Universitas Bangka Belitung (FH UBB) Desember 2019 LAPORAN AKHIR KAJIAN DAN EVALUASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2019 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA NASIONAL UNTUK PERTAHANAN NEGARA TIM PENYUSUN KETUA : DR. DWI HARYADI, SH., MH. ANGGOTA : MUHAMMAD SYAIFUL ANWAR, SH., LL.M. WINANDA KUSUMA, SH., MH. RAFIQA SARI, SH., MH.

Upload: others

Post on 03-Dec-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KAJIAN DAN EVALUASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …fh.ubb.ac.id/webconfig/download.php?file=LAP_AKHIR BPIP UU 23 2… · pertahanan dan keamanan negara dan ayat (2) “usaha pertahanan

i

Kerjasama Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Dengan Fakultas Hukum Universitas Bangka Belitung (FH UBB) Desember 2019

LAPORAN AKHIR

KAJIAN DAN EVALUASI

UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2019

TENTANG

PENGELOLAAN SUMBER DAYA NASIONAL

UNTUK PERTAHANAN NEGARA

TIM PENYUSUN KETUA : DR. DWI HARYADI, SH., MH. ANGGOTA : MUHAMMAD SYAIFUL ANWAR, SH., LL.M.

WINANDA KUSUMA, SH., MH. RAFIQA SARI, SH., MH.

Page 2: KAJIAN DAN EVALUASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …fh.ubb.ac.id/webconfig/download.php?file=LAP_AKHIR BPIP UU 23 2… · pertahanan dan keamanan negara dan ayat (2) “usaha pertahanan

ii

Halaman Sampul ........................................................................................... ii

Daftar Isi ....................................................................................................... ii

BAB I Pendahuluan ................................................................................... 1

I.1 Latar Belakang .............................................................................. 1

I.2 Permasalahan .................................................................................. 4

I.3 Maksud dan Tujuan ........................................................................ 6

I.4 Metodologi ..................................................................................... 6

BAB II Tinjauan Pustaka ........................................................................... 8

II..1 Pancasila: Tantangan Memahami Dan Mengali Dengan Utuh

Untuk Pertahanan Negara ........................................................... 8

II.2 Pertahanan Negara dalam Konsep.................................................. 10

II.3 Hubungan Warga Negara dan Pertahanan Negara .......................... 10

BAB III Analisis ........................................................................ 13

III.1 Landasan Filosofis, Sosiologis dan Yuridis Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Sumber Daya

Nasional untuk Pertahanan Negara dalam Perspektif Nilai-Nilai

Pancasila ........................................................................ 13

a. Landasan Filosofis ............................................................... 13

b. Landasan Sosiologis............................................................. 14

c. Landasan Yuridis ................................................................. 16

III.2 Hubungan Antara Dasar Pertimbangan Dengan Materi Muatan

Dalam UU PSDN Sebagai Kesatuan Yang Utuh ......................... 17

III.3 Harmonisasi Muatan Materi UU PSDN Dengan Asas-Asas

Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan ............................ 22

III.4 Konsistesi Antara Tujuan UU PSDN Dengan Penjelasan Umum

Dan Pasal Per Pasal .................................................................... 31

III.5 Konsistensi, koherensi dan korespondensi Materi Undang-

Undang dengan Nilai-Nilai Pancasila .......................................... 35

III.6 Rekomendasi................................................................................ 43

BAB IV Kesimpulan dan Rekomendasi ..................................................... 45

Daftar Pustaka .............................................................................................. 47

DAFTAR ISI

Page 3: KAJIAN DAN EVALUASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …fh.ubb.ac.id/webconfig/download.php?file=LAP_AKHIR BPIP UU 23 2… · pertahanan dan keamanan negara dan ayat (2) “usaha pertahanan

1

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang memiliki wilayah besar yang

menyisir dari wilayah timur sampai wilayah barat. Dengan luas wilayah

daratan dan lautan sebesar 1.916.862,20 km2yang terdiri atas 34 provinsi dan

didalamnya tersebar 12.857 desa/kelurahan yang berada ditepi laut dan

71.074 yang bukan ditepi laut. Sebagai negara kepulauan, Papua Barat

misalnya tercatat sebagai provinsi dengan pulau terbanyak, yakni 4.108 pulau.

Kemudian secara demografi, jumlah penduduknya pada tahun 2018 sudah

mencapai 265 juta1.

Indonesia menjadi sangat strategis bagi dunia karena wilayahnya

sebagai jalur lalu lintas ekonomi, memiliki kekayaan dan keragaman budaya,

sumber daya alam yang melimpah, dan jumlah penduduk yang besar. Posisi

strategis tersebut disatu sisi dapat menjadi peluang dan potensi yang luar

biasa, namun disisi yang lain dapat menjadi ancaman dan sangat rentan

adanya infiltrasi kekuataan asing yang ingin memanfaatkan potensi tersebut

untuk kepentingannya, termasuk mengikis atau mereduksi kewibawaan

negara Indonesia melalui berbagai hal, khususnya masalah pertahanan dan

keamanan. Oleh karenanya sumber daya nasional yang ada, yakni sumber

daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya buatan yang ada harus

dioptimalkan sebaik mungkin peran dan fungsinya untuk memperkokoh

pertahanan Negara.

Berbicara tentang pertahanan negara dalam konteks konstitusi telah

tertuang secara eksplisit dalam Pasal 27 ayat (3) Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang menyebutkan bahwa, “setiap

warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara”.

Sehingga secara umum ditafsirkan bahwa tidak ada seorangpun yang secara

sadar “menghindar” dari adanya hak untuk membela kepentingan negara

tanpa adanya tendensi ataupun kepentingan apapun guna mempertahankan

1 BPS, Statitik Indonesia 2019

BAB I PENDAHULUAN

Page 4: KAJIAN DAN EVALUASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …fh.ubb.ac.id/webconfig/download.php?file=LAP_AKHIR BPIP UU 23 2… · pertahanan dan keamanan negara dan ayat (2) “usaha pertahanan

2

kepentingan negara. Disisi lain, warga negara juga memilki sebuah kewajiban

dalam usaha pembelaan negara baik secara sukarela maupun yang secara

nyata diatur dalam sebuah peraturan perundang-undangan.

Dalam usahanya untuk mempertahankan kesatuan wilayah, baik

wilayah darat, laut maupun udara, usaha pembelaan terhadap negara dapat

diwujudkan melalui peran serta dalam upaya mempertahankan negara yang

disandingkan dengan bentuk sikap, perilaku, bentuk pertanggungjawaban

kepada Tuhan YME. ataupun pertanggungjawaban kepada masyarakat, yang

dijiwai atas dasar kecintaan dan kesadaran secara penuh terhadap keutuhan

Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Sementara tindakan negara dalam sistem pertahanan dan keamanan

negara, secara jelas digambarkan dalam Pasal 30 ayat (1) Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyebutkan

bahwa:“tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha

pertahanan dan keamanan negara dan ayat (2) “usaha pertahanan dan

keamanan negara dilaksanakan melalui sistem pertahanan keamanan rakyat

semesta oleh Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik

Indonesia sebagai kekuatan utama, dan rakyat sebagai kekuatan pendukung”.

Hal ini secara tersirat menyebutkan bahwa terdapat ruang untuk adanya

kekuatan-kekuatan pendukung lain yang dijadikan sebagai sumber kekuatan

pertahanan dan keamanan.

Usaha dalam melaksanakan pertahanan negara tersebut, didukung oleh

berbagai aspek yang secara langsung maupun tidak langsung berhubungan

dengan masyarakat yang menjadi salah satu unsur terbentuknya negara serta

sebagai komponen sumber cadangan pertahanan dan keamanan suatu bangsa.

Apabila terdapat hal yang beririsan dengan kepentingan warga negara

tersebut, khususnya di Indonesia, seyogyanya mendasarkan pada sistem nilai

Pancasila. Mengingat Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum,

maka setiap peraturan perundang-undangan wajib mengandung nilai-nilai

luhur Pancasila.

Salahsatu peraturan perundang-undangan yang menempatkan peran

warga negara dalam sistem pertahanan negara adalah Undang-Undang Nomor

Page 5: KAJIAN DAN EVALUASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …fh.ubb.ac.id/webconfig/download.php?file=LAP_AKHIR BPIP UU 23 2… · pertahanan dan keamanan negara dan ayat (2) “usaha pertahanan

3

23 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Sumber Daya Nasional Untuk

Pertahanan Negara (selanjutnya disebut UU PSDN). Undang-undang ini

terdiri atas 10 bab 87 pasal yang disahkan pada bulan Oktober yang lalu.

Dengan adanya aturan ini menimbulkan potensi multitafsir terhadap

kekuasaan Negara. Salah satunya adalah berkaitan dengan konstruksi aturan

yang menggabungkan beberapa aturan menjadi satu bentuk aturan yang

semestinya diatur secara terpisah, dapat dimisalkan UU Nomor 3 Tahun 2002

tentang Pertahanan Negara yang masih aktif dan berjalan sehingga terdapat

dua aturan yang mengatur pada satu objek, sehingga berpotensi adanya

tumpang tindih pada saat pelaksanaan dilapangan, kemudian pada Pasal 8

ayat (3) UU Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negaraadanya

pembentukan komponen cadangan dan komponen pendukung, kemudian

terkait Bela Negara yang termaktub dalam Pasal 9 ayat (3) Nomor 3 Tahun

2002 tentang Pertahanan Negara, dan kemudian UU Nomor 27 tahun 1997

tentang Mobilisasi dan Demobilisasi yang kemudian dicabut dan digantikan

oleh UU PSDN tersebut.

Hal yang menarik terhadap UU PSDN ini, berkaitan dengan konsep

hak asasi manusia (HAM) yang tidak secara utuh diberikan ruang terbatas

kepada warga negara dalam proses pemilihan menjadi komponen cadangan.

Hal tersebut ada dalam Pasal 28 ayat (2) yang menyebutkan bahwa komponen

cadangan merupakan pengabdian dalam usaha pertahanan negara yang

bersifat sukarela. Dalam proses menjadi komponen cadangan, melalui

tahapan seleksi dan verifikasi serta pelatihan dasar kemiliteran, kemudian

siap namun dalam UU PSDN tidak disebutkan dalam Pasal 41huruf g, yang

menyatakan bahwa komponen cadangan wajib memenuhi panggilan

mobilisasi. Diksi “wajib” adalah sebuah perintah dan apabila tidak memenuhi

panggilan mobilisasi akan terkena sanksi seperti yang termaktub dalam Pasal

77 ayat (1) yang menyebutkan bahwa apabila setiap komponen cadangan

tidak memenuhi panggilan mobilisasi diancam dengan penjara paling lama

4(empat) tahun. Dalam UU PSDN itu sendiri, hanya menjelaskan berkaitan

dengan aturan dan persyaratan mendjadi komponen cadangan, namun tidak

Page 6: KAJIAN DAN EVALUASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …fh.ubb.ac.id/webconfig/download.php?file=LAP_AKHIR BPIP UU 23 2… · pertahanan dan keamanan negara dan ayat (2) “usaha pertahanan

4

menjelaskan tekait apabila warga negara yang sudah masuk komponen

cadangan ingin mengundurkan diri atas dasar alasan logis yang bisa diterima.

Secara gambaran di atas, bisa masuk dalam sebuah sistematisasi

kencenderungan sentralistik kekuasaan. Maksudnya adalah apabila ada yang

tidak sepakat atau berpendapat lain terkait isi atau materi pelaksanaan UU

PSDN ini, bisa dikatakan tidak ikut membela negara atau secara prinsip

melawan perintah undang-undang. Hal ini tegas bertentangan dengan Hak

Asasi Manusia. Dalam HAM secara utuh, pilihan hidup seseorang tidak bisa

dibatasi dengan adanya aturan yang memaksakan kehendak tujuan aturan

dengan menyimpangi aturan yang lain atau prinsip hidup manusia secar utuh.

Konstruksi berpikir HAM ini, mendasarkan pada kehendak pribadi yang

secara absolut bisa “mengelak” atau ingin keluar dari sistem komponen

cadangan namun tidak ada ruang yang diberikan oleh UU PSDN untuk

memilih mundur atau keluar dari komponen cadangan tersebut.

Adanya beberapa persoalan krusial di atas, maka undang-undang ini

penting untuk dilakukan telaah dari sudut pandang nilai-nilai Pancasila.

Apakah materinyaada yang berpotensi mereduksi atau mengurangi nilai-nilai

Pancasila dalam penerapannya. Terkhusus perihal konstruksi HAM dimana

adalah kewajiban mutlak negara dalam menjaga pertahanan negara, namun

diatur tentang tuntutan kewajiban warga negara.

1.2 Permasalahan

Pelaksanaan pengelolaan sumber daya nasional yang digunakan unutk

pertahanan negara secara nyata tidak bisa berlaku apabila tidak menggerakan

dari segala sektor atau lini dalam masyarakat. Namun, dalam

implementasinya, secara tersurat dan tersirat terdapat beberapa hal yang

“mengganjal” dari sisi isi atau materi dari UU PSDN tersebut. Dalam

pelaksanaannya, regulasi ini secara massive memiliki beberapa penafsiran

terkait konsep yang ditawarkan, diantaranya terkait dengan jaminan Hak

Asasi Manusia (HAM) secara utuh. Hal tersebut berkaitan dengan

dimungkinkannya militer bisa atau boleh menguasai sumber daya selain

manusia walaupun bukan milik negara. Hal ini bertitiktolak atas pengisian

Page 7: KAJIAN DAN EVALUASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …fh.ubb.ac.id/webconfig/download.php?file=LAP_AKHIR BPIP UU 23 2… · pertahanan dan keamanan negara dan ayat (2) “usaha pertahanan

5

komponen cadangan oleh warga negara yang bersifat sukarela namun hal

tersebut tidak sama atau tidak diberlakukan kepada komponen cadangan di

luar manusia yang berupa sumber daya alam dan sumber daya buatan. Namun

yang paling menarik adalah dengan tidak adanya pilihan terhadap anggota

komponen cadangan untuk menolak apabila terdapat panggilan mobilisasi

oleh negara dan bahkan terdapat ancaman sanksi terhadapnya.

Hal-hal yang menjadi potensi penyalahgunaan kekuasaan tersebut,

bisa dilihat melalui tidak adanya pilihan terkait dengan konsep demokrasi,

penghormatan terhadap hak asasi manusia, dan supremasi sipil, yang secara

aturan UU PSDN ini mengatur dengan konstruksi tafsir “sepihak” sehingga

apabila tidak mengikuti aturan tersebut maka dapat dianggap menghalang-

halangi pelaksanaan sebuah aturan dan dijatuhi sanksi. Apabila ditelisik lebih

lanjut, UU ini secara prinsip mengarah pada sistem semi militeristik terpusat.

Maksudnya ialah konstruksi berfikir yang mendasarkan asas demokrasi

dengan ruang lingkup terbatas berbasis militer, hal ini dapat dilihat dalam

Pasal-pasal di BAB IX ketentuan Pidananya yang “menjaring” semua

komponen cadangan yang secara langsung maupun tidak langsung, sengaja

maupun tidak sengaja menghalangi terkait mobilisasi tersebut, bahkan

menyerahkan komponen cadangan lainnya, maka dikenakan sanksi. Hal ini

menegaskan bahwa melalui aturan UU PSDN ini, apabila ada yang

menghalangi, bisa dikenakan sanksi pidana.

Berdasarkan beberapa permasalahan substansi di atas, secara

sistematis berikut rumusan masalah dalam laporan kajian ini:

1. Bagaimana aspek filosofis, sosiologis dan yuridis UU PSDN

dalam prespektif nilai-nilai Pancasila?

2. Bagaimana hubungan antara dasar pertimbangan dengan materi

muatan dalam UU PSDN sebagai sebuah satu kesatuan yang utuh?

3. Apakah muatan materi UU PSDN sesuai dengan asas-asas

pembentukan peraturan perundang-undangan?

4. Apakah ada konsistensi antara tujuan yang ingin dicapai UU

PSDN dengan penjelasan umum dan penjelasan pasal per pasal.

Page 8: KAJIAN DAN EVALUASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …fh.ubb.ac.id/webconfig/download.php?file=LAP_AKHIR BPIP UU 23 2… · pertahanan dan keamanan negara dan ayat (2) “usaha pertahanan

6

5. Bagaimana konsistensi, koherensi, dam korespondensi antara

keseluruhan materi muatan UU PSDN dengan nilai-nilai Pancasila?

1.3 Maksud dan Tujuan

Implementasi aturan mengenai pertahanan negara melalui konsep

komponen cadangan secara rigid bisa dilakukan, namun diperlukan terdapat

beberapa subtansi yang harus dimaknai atau ditafsirkan secara utuh dan

komprehensif agar tidak terdapat kesalahan penerapan dalam pemberlakuan

aturan tersebut yang dilandasi nilai-nilai Pancasila itu sendiri sebagai batu uji

sebuah peratuan perundang-undangan (UU PSDN) tersebut. Oleh karena itu,

maksud dan tujuan dari kajian dan evaluasi ini adalah untuk melakukan telaah

akademis tentang beberapa substansi UU PSDN guna harmonisasi dengan

nilai-nilai Pancasila. Beberapa substansi yang menurut kami penting ditelaah,

dalam UU PSDN dalam rangka harmonisasi dengan nilai-nilai Pancasila

adalah sebagai berikut:

a. Berkaitan dengan jaminan atas Hak Asasi Manusia;

b. Berkaitan dengan penguasaan Sumber daya alam dan sumber daya

buatan oleh negara;

c. Berkaitan dengan sistem semi militeristik terpusat;

d. Berkaitan dengan kriminalisasiterhadap komponen cadangan.

1.4 Metodologi

Kajian dan evaluasi peraturan perundangan-undangan guna

harmonisasi dengan nilai-nilai Pancasila ini menggunakan metode Regulatory

Impact Analysis (RIA). RIA merupakan alat analisis dan evaluasi suatu

kebijakan (regulasi maupun non-regulasi) yang akan dibuat atau yang sudah

diberlakukan untuk dilakukan evaluasi. Metode RIA dapat dipahami ke dalam

3 (tiga) aspek:

1. Metode RIA sebagai Proses;

2. Metode RIA sebagai Alat;

3. Metode RIA sebagai Logika Berfikir

Dalam kajian dan evaluasi ini, metode RIA sebagai sebagai logika

berfikir akan digunakan untuk menganalisis. Namun demikian metode RIA

Page 9: KAJIAN DAN EVALUASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …fh.ubb.ac.id/webconfig/download.php?file=LAP_AKHIR BPIP UU 23 2… · pertahanan dan keamanan negara dan ayat (2) “usaha pertahanan

7

sebagai proses akan menjadi bagian analisis juga. Pilihan terhadap logika

berfikir karena fokus analisis pada konsep dari sebuah regulasi yang diuji

dengan nilai-nilai Pancasila.

Analisis akan dimulai dari judul dan dasar pertimbangan khususnya

analisis filosofis,sosiologis dan yuridis. Kemudian melihat ada atau tidak

keterkaitan antara dasar pertimbangan dengan materi muatan,sehingga UU

terlihat utuh sebagai satu kesatuan. Analisis juga dilakukan dengan

memperhatikan asas-asas pembentukan peraturan perundang-undangan

denganasas materi mautan. Penjelasan umum juga akan menjadi bagian

review karena akan terlihat tujuan yang ingin dicapai sebuah dalam UU dan

penjelasan pasal per pasal , guna melihat konsistensinya.Terakhir melakukan

telaah konsisitensi, koherensi, dan korespondensi dengan nilai-nilai Pancasila

darikeseluruhan materi UU dan perda yang dievaluasi.

Page 10: KAJIAN DAN EVALUASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …fh.ubb.ac.id/webconfig/download.php?file=LAP_AKHIR BPIP UU 23 2… · pertahanan dan keamanan negara dan ayat (2) “usaha pertahanan

8

BAB II TINJAUANPUSTAKA

II. 1 Pancasila: Tantangan Memahami Dan Mengali Dengan Utuh Untuk

Pertahanan Negara

Konsepsi Pancasila yang dicetuskan para pendiri negara Indonesia,

secara komprehensif menjadikan Pancasila sebagai sumber rujukan terhadap

semua peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pancasila merupakan

suatu dasar nilai serta norma untuk mengatur pemerintah

negara/penyelenggara negara. Oleh sebab itu, seluruh pelaksanaan dan

penyelenggaraan negara terutama peraturan perundang-undangan negara

dijabarkan dan diderivikasi dari nilai-nilai Pancasila.2 Terdapat hal yang

beririsan dengan kepentingan warga negara tersebut, khususnya di Indonesia,

seyogyanya mendasarkan pada sistem nilai Pancasila.

Pancasila sebagai suatu sistem filsafat pada hakekatnya merupakan

suatu sisitem nilai yang menjadi sumber dari penjabaran norma, baik norma

hukum, norma moral maupun norma kenegaraan lainnya. Nilai-nilai

Pancasila yang harus diaktualisasi dan dijabarkan dalam kehidupan yang

bersifat praktis atau kehidupan nyata dalam masyarakat, bangsa dan

negara.yang menjadi pedoman.3 Pancasila juga dapat menjadi sebagai penguji

peraturan perundang-undangan, sangat diperlukan sebagai bentuk dasar

filosofis yang digunakan suatu peraturan yang akan diberlakukan kepada

warga negara Indonesia. 4

Pancasila merupakan ideologi terbuka sehingga membuka ruang

kepada interpretasi baru sesuai dengan dinamika politik dan sosial. Di sinilah

letak dari kekuatan dari Pancasila karena dia mampu menyesuaikan diri

dengan perubahan dari waktu ke waktu.5

Konstruksi berpikir Pancasila

sebagai dasar sebuah kehidupan bangsa Indonesia, sejalan dengan pemikiran

2Any Ismayawati, “Pancasila sebagai Dasar Pembangunan Hukum Di Indonesia”,Yudisia, Vol. 8

No. 1, Juni 2017 3 Kuswan Hadji, “Aktualisasi Nilai Nilai Pancasila Sebagai Norma Dalam Mencegah Korupsi Di

Indonesia”, Vol 2 No 1 Tahun 2018 4Any Ismayawati, Op.cit. Hlm. 355 5 Siswanto, “Transformasi dan Identitas Keindonesiaan”, Jurnal Penelitian Politik, Volume 14

No. 1 Juni 2017

Page 11: KAJIAN DAN EVALUASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …fh.ubb.ac.id/webconfig/download.php?file=LAP_AKHIR BPIP UU 23 2… · pertahanan dan keamanan negara dan ayat (2) “usaha pertahanan

9

yang menyebutkan bahwa Penempatan Pancasila sebagai pemandu, yang

lapisan-lapisan materinya berisi substansi hukum dan tiang kerangkanya

struktur hukum, serta lingkungan kehidupannya adalah budaya hukum.6

Pancasila sebagai cita hukum harus menguasai dan melingkupi

konstitusi dan norma hukum yang mengatur kehidupan bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara. Sehingga sebagai sumber dari segala sumber

hukum, Pancasila berfungsi sebagai dasar hukum yang bersifat konstitutif dan

sebagai dasar hukum yang bersifat regulatif. Pancasila merupakan titik tolak

pertahanan negara dalam rangka menjamin keutuhan dan tetap tegaknya

Negara Kesatuan Republik Indonesia serta tercapainya tujuan pembentukan

Negara Indonesia.7

Dalam perjalanannya, sistem pertahanan yang berbasis pada nilai-nilai

luhur Pancasila, mulai luntur dengan adanya padangan atau pemikiran asing

yang masuk dalam aturan-aturan hukum yang berlaku, sehingga banyak

aturan-aturan hukum secara tidak langsung banyak mengadopsi pemikiran

barat yang justru merubah Konstruksi falsafah Pancasila juga harus menjadi

nafas dalam hal konsep pertahanan dan keamanan bagi masyarakatnya. Tata

kelola pertahanan dan keamanan suatu negara, secara prinsip merupakan hal

mutlak yang harus dipenuhi sebuah negara untuk menangkal ganguan,

hambatan dan ancaman dari pihak asing yang akan merusak konsep negara,

khususnya di Indonesia dengan Pancasila yang dijadikan sumber dari segala

sumber hukum.8 Hukum sebagai peraturan akan dituangkan dalam peraturan

perundangan untuk dapat diterapkan dimasyarakat. Hal ini menyadarkan kita

dalam memahami Pancasila perlu dengan perspektif bernegara,

bermasyarakat hingga dimensi pribadi harus secara mendalam dan utuh.

6 Anthon Susanto, Ilmu Hukum Non Sistematik “Fondasi Filsafat Pengembangan Ilmu Hukum

Indonesia, Genta Publishing, Yogyakarta, 2010, hlm. 294., lihat juga di Toni dan Faisal,

Pancasila Antara Akumulasi Informasi dan Paradigma Kebangsaan, Jurnal Progressi, Volume

XIII/No.1/Juni 2019. 7 Anang Setiyawan, “Pancasila Sebagai Paradigma Pertahanan Modern Indonesia”, Citizenship

Jurnal Pancasila Dan Kewarganegaraan, Vol 7 No 1 Maret 2019,hlm. 6. 8Ibid.

Page 12: KAJIAN DAN EVALUASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …fh.ubb.ac.id/webconfig/download.php?file=LAP_AKHIR BPIP UU 23 2… · pertahanan dan keamanan negara dan ayat (2) “usaha pertahanan

10

II.2 Pertahanan Negara dalam Konsep

Dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 telah telah tercantum salah satu tujuan terbentuknya Pemerintah

Negara Indonesia yaitu untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan

seluruh tumpah darah Indonesia. Pertahanan Negara bagi bangsa Indonesia

merupakan suatu cara untuk menjaga, melindungi, dan mempertahankan

keutuhan persatuan dan kesatuan, serta kedaulatan bangsa terhadap segala

bentuk ancaman.

Pertahanan negara saat ini telah diakomodir melalui Sistem

Pertahanan Rakyat Semesta, dan telah ditegaskan dalam konstitusi bahwa

system pertahanan negara adalah system pertahanan negara yang bersifat

semesta yaitu suatu sistem yang melibatkan seluruh sumber daya, sarana dan

prasarana untuk pertahanan negara.Menurut Undang-Undang Nomor 3 Tahun

2002 Tentang Pertahanan Negara, keikutsertaan warga negara dalam bela

negara secara fisik dapat dilakukan dengan menjadi anggota Tentara Nasional

Indonesia dan pelatihan Dasar Kemiliteran. Sebagaimana telah diuraikan

sebelumnya, bela negara tidak selalu harus bearti “memanggul senjata

menghadapi musuh” atau bela negara yang militeristik. Menurut Undang-

Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara, keikutsertaan

warga negara dalam bela negara secara nonfisik dapat diselenggarakan

melalui pendidikan kewargaan negara dan pengabdian sesuai dengan profesi.

Pendidikan kewarganegaraan dapat dilaksanakan melalui jalur formal

(sekolah dan perguruan tinggi) dan jalur non formal (sosial kemasyarakatan).

Kris Wijoyo Sopanji menyebutkan bahwa ketahanan nasional sangat

bergantung pada kemampuan mengoptimalisasikan fungsi aspek sebagai

modal dasar untuk menciptakan aspek dinamis yang merupakan yang

merupakan kekuatan untuk menyelenggarakan kehidupan nasional9.

9 Kris Wijoyo Soepandji, Muhammad Farid, “Konsep Bela Negara Dalam Perspektif Ketahanan

Nasional”, Jurnal Hukum & Pembangunan, 48 No. 3 , 2018, hlm. 9

Page 13: KAJIAN DAN EVALUASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …fh.ubb.ac.id/webconfig/download.php?file=LAP_AKHIR BPIP UU 23 2… · pertahanan dan keamanan negara dan ayat (2) “usaha pertahanan

11

II.3 Hubungan Warga Negara dan Pertahanan Negara

Indonesia ingin mengadopsi konsep negara hukum dalam sistem

negara pada saat awal kemerdekaannya. Dalam kepustakaan Indonesia,

peristilahan diksi negara hukum merupakan terjemahan istilah “rechtstaat”.

Istilah rechtstaat berasal dari Freidrich Julius Stahl, yang diilhami oleh

Immanuel Kant.10

Dahlan Thaib berpendapat Ketentuan Indonesia adalah

Negara hukum tidak dapat dilepaskan dari Pembukaan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia 1945 sebagai citanegara hukum, kemudian

ditentukan dalam batang tubuh dan penjelasan UUD 1945 (sebelum di

amandemen). Alinea I Pembukaan UUD 1945 mengandung kata perikeadilan;

dalam alinea II terdapat kata adil; dalam alinea II terdapat kata Indonesia;

dalam alinea IV terdapat kata keadilan sosial dan kata kemanusiaan yang adil.

Semua istilah tersebut merujuk pada pengertian Negara hukum,karena salah

satu tujuan Negara hukum adalah untuk mencapai keadilan.11

Salah satu

tujuan pembentukan suatu negara adalah untuk melindungi warga negara.

Pemerintah sebagai penyelenggara negara memiliki kewajiban untuk

mewujudkan tujuan melindungi warga negaranya.

Terminologi atau pengertian mengenai warga negara12

diartikan

dengan orang-orang sebagai bagian dari suatu penduduk yang menjadi unsur

negara. Istilah ini dahulu biasa disebut hamba atau kawula negara. Pendapat

berbeda disampaikan oleh AS. Hikam mendefinisikan bahwa warga negara

sebagai terjemahan dari citizenship, yaitu anggota dari sebuah komunitas

yang membentuk negara itu sendiri, sedangkan Koerniatmanto S.,

mendefinisikan warga negara dengan anggota negara. Sebagai anggota

negara, seorang warga negara mempunyai kedudukan yang khusus terhadap

negaranya. Ia mempunyai hubungan hak dan kewajiban yang bersifat timbal

10Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, Edisi Revisi, Penerbit Rajawali Pers, Jakarta, 2014,

hlm. 3. 11 Dahlan Thaib, Kedaulatan Rakyat Negara Hukum dan Hak-hak Asasi Manusia, Kumpulan

Tulisan dalam rangka 70 tahun Sri Soemantri Martosoewignjo, Media Pratama,Jakarta,1996,

hlm. 25. 12 Tim ICCE, Demokrasi, Hak Azasi Manusia dan Masyarakat Madani, ICCE, UIN Suarif

Hidayatullah, Jakarta, 2003, hlm. 73

Page 14: KAJIAN DAN EVALUASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …fh.ubb.ac.id/webconfig/download.php?file=LAP_AKHIR BPIP UU 23 2… · pertahanan dan keamanan negara dan ayat (2) “usaha pertahanan

12

balik terhadap negaranya13

.Pada hakikatnya pertahanan negara adalah segala

upaya pertahanan bersifat semesta, yang penyelenggaraannya didasarkan

pada kesadaran atas hak dan kewajiban warga negara serta keyakinan pada

kekuatan sendiri. Penyelenggaraan Pertahanan dan Keamanan Negara

berdasarkan prinsip-prinsip seperti berikut :14

1. Bangsa Indonesia berhak dan wajib membela serta mempertahankan

kemerdekaan negara.

2. Bahwa upaya pembelaan negara tersebut merupakan tanggung jawab

dan kehormatan setiap warga negara yang dilandasi asas:

a. Keyakinan akan kekuatan dan kemampuan sendiri.

b. Keyakinan akan kemenangan dan tidak kenal menyerah (keuletan).

c. Tidak mengandalkan bantuan atau perlindungan negara atau

kekuatan asing.

3. Bahwa pertentangan yang timbul antara Indonesia dengan bangsa lain

akan selalu diusahakan dengan cara-cara damai. Perang adalah jalan

terakhir yang dilakukan dalam keadaan terpaksa.

4. Bahwa pertahanan dan keamanan keluar bersifat defensif-aktif yang

mengandung pengertian tidak agresif dan tidak ekspansif. Ke dalam

bersifat preventif-aktif yang mengandung pengertian sedini mungkin

mengambil langkah dan tindakan guna mencegah dan mengatasi setiap

kemungkinan timbulnya ancaman.

5. Bahwa bentuk perlawanan rakyat Indonesia dalam membela serta

mempertahankan kemerdekaan bersifat kerakyatan dan kesemestaan.

Pancasila secara umum diketahui oleh masyarakat sebagai dasar

ideologi negara Indonesia. Pancasila yang diposisikan sebagai ideologi negara.

Dalam keterangannya, Agus Widjojo menyatakan bahwa Pancasila sebagai

idiologi negara bermakna bahwa sila-sila dalam Pancasila nilainya merupakan

ide dasar yang mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara sesuai yang

dicita-citakan. Nilai philosofi untuk mengatur tata kehidupan kenegaraan

Indonesia (filosofische groundslag) dalam Pancasila selanjutnya ditetapkan

sebagai Dasar negara. Kedudukannya sebagai dasar negara merupakan

kedudukan yuridis formal karena tertuang dalam ketentuan hukum negara,

yaitu dalam Pembukaan UUD 1945 Alenia IV15

.

13 AS. Muhamaad Hikam, Kewarganegaraan dan Agenda Demokratisasi, dalam Malian S dan

Marzuki. S., Pendidikan Kewarganegaraan dan Hak Azasi Manusia, UII Press, Yogyakarta,

2002, hlm. 26. 14 Djokosoetono, Hukum Tata Negara, Himpunan oleh Harun Alrasid,Ghalia Indonesia, Jakarta

,1982, hlm 286. 15Agus Widjojo, Pemantapan Nilai-Nilai Ideologi Bangsa dalam Rangka Penguatan Ketahanan

Nasional dalam Aras Global, Seminar Nasional Universitas Negeri Semarang, Prosiding

Seminar Nasional, Badan Penerbit Fakultas Hukum Unnes, Semarang, 2016, hlm.12

Page 15: KAJIAN DAN EVALUASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …fh.ubb.ac.id/webconfig/download.php?file=LAP_AKHIR BPIP UU 23 2… · pertahanan dan keamanan negara dan ayat (2) “usaha pertahanan

13

BAB III

ANALISIS

III. 1. Landasan Filosofis, Sosiologis dan Yuridis Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2019 tentang Pengelolaan Sumber Daya Nasional untuk

Pertahanan Negara dalam Perspektif Nilai-Nilai Pancasila

A. Landasan Filosofis

Dalam naskah akademiknya dijabarkan bahwa landasan filosofis

dari Undang-Undang Nomor 23 tahun 2019 melihat aspek pertahanan

sebagai faktor yang sangat fundamental dalam menjamin kelangsungan

hidup negara. Kemampuan mempertahankan diri terhadap ancaman dari

luar negeri dan/atau dari dalam negeri merupakan syarat mutlak bagi

suatu negara dalam mempertahankan kedaulatan. Oleh karenanya,

sesuai dengan tujuan negara yang termuat dalam pembukaan UUD NRI

Tahun 1945 yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh

tumpah darah Indonesia dan ikut melaksanakan ketertiban dunia maka

negara merupakan institusi yang memiliki kuasa penuh dalam

pengelolaan pertahanan.

Sumber daya dan sarana prasarana nasional merupakan potensi

pertahanan yang harus ditata dan dikelola secara baik untuk penguatan

pertahanan negara.Pelibatan sumber daya nasional untuk pertahanan

negara bertujuan untuk memperbesar dan memperkuat komponen

utama. Ancaman terhadap eksistensi bangsa dan negara di abad

sekarang sudah tidak mungkin lagi diletakkan hanya pada fungsi TNI.

Namun idealnya TNI, sumber daya serta sarana prasaranalainnya

merupakan sumber kekuatan pertahanan negara yang siap digunakan

kapanpun sesuai dengan kebutuhan pertahanan negara.

Ada dua point penting dalam landasan filosofis di atas, pertama

pertahanan negara sebagai aspek fundamental dalam menjaga

kedaulatan negara sebagaimana menjadi salahsatu tujuan nasional

dalam pembukaan UUD 1945, bahkan termasuk berpartisipasi dalam

menjaga perdamaian dunia. Kedua, dalam rangka menjaga kedaulatan

Page 16: KAJIAN DAN EVALUASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …fh.ubb.ac.id/webconfig/download.php?file=LAP_AKHIR BPIP UU 23 2… · pertahanan dan keamanan negara dan ayat (2) “usaha pertahanan

14

tersebut dibutuhkan tata kelola semua sumber daya nasional yang ada

guna mendukung TNI sebagai komponen utama.

Dalam perspektif nilai-nilai Pancasila, secara eksplisit

kewajiban negara dalam menjaga keutuhan NKRI termaktub dalam

salahsatu nilai Pancasila disila ketiga, yakni Peran dan kewajiban

negara dalam menciptakan persatuan bangsa dalam kebhinnekaan dan

menjaga kesatuan wilayah Negara Republik Indonesia. Sementara

terkait dengan peran serta warga negara dalam menjaga kedaulatan

negara terkandung dalam ketiga nilai Pancasila sebagai berikut:

1. Setiap orang untuk mencintai Tanah Air dan bersedia melindungi

segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia.

2. Pengutamaan persatuan, kesatuan, kepentingan dan keselamatan

bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi dan golongan.

3. Setiap orang rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara.

B. Landasan Sosiologis

Landasan sosiologis undang-undang ini dalam naskah

akademiknya disampaikan beberapa hal, antara lain:

1. Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak suku, etnis dan

agama sehingga di balik identitas nasional setiap individu pasti

memiliki identitas lain yang melekat di dalam dirinya. Kondisi

masyarakat yang multikultur ini memiliki suatu kelemahan, yaitu

rentan terhadap konflik horizontal yang mengakibatkan disintegrasi

bangsa. Contoh konflik horizontal yang terjadi di Indonesia adalah

konflik Sampit yang terjadi di Kota Sampit pada tahun 2001-2007.

Contoh lain dari konflik horizontal yang sering terjadi di Indonesia

adalah konflik antar agama. Sebagai contoh, Konflik Poso yang

terjadi pada 24 Desember 1998.

2. Melihat contoh kasus di atas, apabila kita menelaah kesumber

permasalahan, penyebab dari konflik tersebut berkaitanerat dengan

penurunan nilai-nilai bela negara di dalammasyarakat. Konflik

horizontal biasanya terjadi karena adanyaidentitas lokal yang lebih

Page 17: KAJIAN DAN EVALUASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …fh.ubb.ac.id/webconfig/download.php?file=LAP_AKHIR BPIP UU 23 2… · pertahanan dan keamanan negara dan ayat (2) “usaha pertahanan

15

kuat dibandingkan identitas nasional,sehingga warga negara

melupakan hakikat bangsa seperti yangdicantumkan di dalam

Pancasila.

3. Penyebab yang sama juga berlaku untuk masalahseparatisme di

Indonesia. Hingga saat ini, Indonesia telahmengalami beberapa

permasalahan separatisme seperti GerakanAceh Merdeka, Organisasi

Papua Merdeka, dan Gerakan RepublikMaluku Selatan. Gerakan

separatisme tersebut menunjukkanbahwa ada permasalahan besar di

dalam kehidupan berbangsadan bernegara bagi sebagian masyarakat

Indonesia. Kurangnyapemahaman mengenai kehidupan bernegara

akan diikuti dengandisintegrasi bangsa yang dapat menuntun bangsa

Indonesiaterhadap kehancurannya sendiri.

4. Untuk membangun bangsa yang kuat dan memilikikesadaran bela

negara, diperlukan sebuah payung yangmendukung proses integrasi

di dalam masyarakat, sehingga sukudan etnis yang berbeda dapat

mengedepankan identitasnasionalnya sebagai identitas utama. Salah

satu cara yang dapat digunakan sebagai kanalisasipatriotisme

masyarakat Indonesia adalah Pembinaan KesadaranBela Negara dan

program Komponen Cadangan. Dengan mengikutiprogram

Komponen Cadangan, seorang warga negara diharapkanmemiliki

pengertian yang tepat mengenai semangat bela negaradan dapat

berjuang untuk Indonesia apabila sewaktu-waktudibutuhkan dalam

keadaan darurat.

Berdasarkan keempat pertimbangan landasan sosiologis di atas,

garis merahnya adalah betapa keragaman Indonesia rentan dengan

konflik horizontal sehingga menimbulkan konflik sosial, suku, agama,

ras, bahkan gerakan separatis. Kondisi ini antaralain disebabkan karena

pemahaman persatuan dan nasionalisme yang mulai memudar.

Dalam perspektif Pancasila, terkhusus sila ketiga sebagaimana

disebutkan pada pembahasan sebelumnya bahwa semangat

nasionalisme harus menjadi yang pertama dan utama di atas

kepentingan pribadi atau golongan. Keberagaman Indonesia yang luar

Page 18: KAJIAN DAN EVALUASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …fh.ubb.ac.id/webconfig/download.php?file=LAP_AKHIR BPIP UU 23 2… · pertahanan dan keamanan negara dan ayat (2) “usaha pertahanan

16

biasa dan tiada duanya didunia memang membutuhkan perekat yang

ampuh untuk menyatukan semuanya dibawah bendera merah putih.

Semangat mencintai Tanah Air, mengutamakan persatuan dan

kesatuan, dan rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara

menjadi nilai Pancasila yang relevan dalam landasan sosiologis ini

ditengah menurunnya semangat persatuan dan kesatuan bangsa dan

mudahnya masyarakat kita terbelah karena perbedaan pendapat

sehingga memicu konflik, terlebih diera media sosial yang begitu

mudah dalam memecah belah bangsa dengan berbagai isu atau berita

bohong.

C. Landasan Yuridis

Secara eksplisit landasan yurudis undang-undang ini adalah

Dalam Pasal 27 ayat (3) UUD NRI Tahun 1945 yang

menyatakanbahwa setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta

dalamupaya pembelaan negara. Kemudian pada Pasal 30 ayat (1)

Undang-Undang Dasar NRI Tahun 1945. Sedangkan pada Pasal 30

ayat (2) usaha pertahanan negara dan keamanan negara dilaksanakan

melalui sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh Tentara

Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia,

sebagai kekuatan utama dan rakyat sebagai kekuatan pendukung. Jelas

bahwa postur pertahanan negara terdiri dari komponen utama,

cadangan dan pendukung yang harus diaturoleh Undang-

Undang.Untuk menjalankan amanat UUD NRI Tahun 1945

makaUndang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan

Negara mengatur bahwa Pertahanan Negara diselenggarakan melalui

usaha membangun dan membina kemampuan, daya tangkal negara

dan bangsa, serta menanggulangi setiap ancaman. Daya tangkal

dibangun melalui Pembinaan Kesadaran Bela Negara bagi seluruh

warga negara, sehingga terbangun karakter rakyat yang militan atas

dasar kecintaan pada NKRI. Untuk menjalankan ketentuan tersebut,

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 mendelegasikan pengaturan

Page 19: KAJIAN DAN EVALUASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …fh.ubb.ac.id/webconfig/download.php?file=LAP_AKHIR BPIP UU 23 2… · pertahanan dan keamanan negara dan ayat (2) “usaha pertahanan

17

mengenai Komponen Cadangan, Komponen Pendukung, pendidikan

kewarganegaraan, pelatihan dasar kemiliteran secara wajib, dan

pengabdian sesuai dengan profesi diatur dengan suatu undang-undang.

Namun demikian pengaturan tersebut sampai saat ini masih belum ada

sehingga diperlukan pengaturan mengenai pengelolaan sumber daya

nasional untuk pertahanan negara.

Landasan yuridis yang dijabarakan dalam naskah akademis di

atas secara konstitusional memang tidak ada persoalan. Begitu halnya

dengan nilai-nilai Pancasila sebagaimana terkandung dalam sila

ketiga. Mungkin yang penting menjadi perhatian adalah perihal

konteks antara hak dan kewajiban warga negara disatu sisi dengan

kewajiban mutlak negara dalam menjaga keutuhan NKRI dari segala

ancaman yang muncul. Konteks negara demokrasi dan Hak Asasi

Manusia harus menjadi pertimbangan disaat menempatkan kewajiban

warga negara sebagai bagian sipil untuk turut serta dalam menjaga

pertahanan negara dalam ranah militer meskipun sebagai komponen

cadangan.

III.2 Hubungan Antara Dasar Pertimbangan Dengan Materi Muatan Dalam

UU PSDN Sebagai Kesatuan Yang Utuh

Pengelolaan sumber daya nasional untuk pertahanan negara

bertujuan untuk mengubah sumber daya nasional yang mana meliputi

seluruh sektor mulai dari seluruh sumber daya manusia, sumber daya alam

dan sumber daya buatan16

, menjadi kekuatan pertahanan nasional yang siap

dipergunakan untuk kepentingan pertahanan negara melalui usaha bela

negara, penataan komponen pendukung dan pembentukan komponen

cadangan. Dalam pengelolaan sumber daya nasional untuk pertahanan

negara bisa mengacu padal sila ke 3 pada Pancasila. Dimana kandungan

dalam sila ke tiga menerapkan setiap orang untuk mencintai tanah air dan

bersedia melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah indonesia.

Dalam sila persatuan indonesia dimaknai dengan setiap orang warga negara

16 Lihat Pasal 1 angka 1

Page 20: KAJIAN DAN EVALUASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …fh.ubb.ac.id/webconfig/download.php?file=LAP_AKHIR BPIP UU 23 2… · pertahanan dan keamanan negara dan ayat (2) “usaha pertahanan

18

rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara serta pemuliaan dan

pemajuan potensi diri dan segala karya yang dimilikinya untuk kepentingan

bangsa dan negara.

Ancaman yang diatur dalam UU PSDN Pasal 3 angka 3 dalam

beberapa wujud.17

Dalam era globalisasi saat ini ide-ide tentang liberalisme,

hedonisme, dan radikalisme berinteraksi dengan rakyat Indonesia dan

membawa konsekuensi tersendiri kepada pola pikir dan perilaku warga

negara sehingga identitas keindonesiaan yang selama ini menjadi ciri bangsa

Indonesia seperti; nilai-nilai gotong royong, toleransi, musyawarah,

kekeluargaan, dan saling menghormati yang mengkristal dalam Pancasila

akan terdistorsi oleh nilai-nilai yang datang dari luar tersebut.18

Perlu

pemikiran lebih luas mengenai eksistensi ancaman terhadap negara

Indonesia dan adaptasi ancaman ditengah era digitalisasi. Perkembagan

digitalisasi menjadikan ancaman fisik sudah tertinggal zaman, kedaulatan

dan keutuhan bahkan bertentangan dengan Pancasila melalui proxy war.

Dalam undang-undangnya memuat materi memulai bela negara yang

mana setiap warga negara wajib ikut serta dalam usaha membela negara

dalam mewujudkan pertahanan negara, serta pendidikan kewarganegaraan

dimana setiap warga negara lebih memahami dan mencintai negara

Indonesia dengan memberikan pembinaan kesadaran yang diberikan nilai

nilai dasar bela negara. Pendidikan kewarganegaraan dan Pancasila bukan

dimaksud sebagai doktrinisasi ala era orde baru. Dalam diskursus mengenai

pluralitas, adanya konflik horizontal menjadi suatu keniscayaan yang harus

dihadapi.19

Pendidikan ini perlu untuk mempertebal unsur komponen

cadangan sehingga segala ancaman yang masuk melalui proxy-proxy dapat

segera ditangkal dengan segera tanpa upaya militeristik sebagai bentuk

perlindungan negara.

17 Lihat Pasal 3 angka 3 18 Siswanto, “Transformasi dan Identitas Keindonesiaan”, Jurnal Penelitian Politik, Volume 14

No. 1 Juni 2017, hlm 55–68 19 Sudjito, Hendro Muhaimin, “Membudayakan Nilai-Nilai Pancasila Dan Upaya Menangkal

Tumbuhnya Radikalisme Di Indonesia”, Waskita: Jurnal Pendidikan Nilai dan Pembangunan

Karakter, Vol 2 No 1 2018

Page 21: KAJIAN DAN EVALUASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …fh.ubb.ac.id/webconfig/download.php?file=LAP_AKHIR BPIP UU 23 2… · pertahanan dan keamanan negara dan ayat (2) “usaha pertahanan

19

Peran dan kewajiban negara dalam memberikan perlindungan

terhadap hak-hak warga negara dan penghormatan terhadap harkat dan

martabat manusia sebagai nilai yang terkandung dalam Sila ke 2 Pancasila

mengamanatkan keaktifan negara dalam mendesain perlindungan. Pancasila

sebagai penunjuk arah semua kegiatan atau aktivitas hidup dan kehidupan di

segala bidang.20

Kewajiban ini menjadi dasar pembentukan dan menjadi

dasar materi muatan suatu perundangan. UU PSDN yang mewajibkan

sumber daya nasional yang dalam hal ini sumber daya manusia yaitu warga

negara Indonesia sebagai salah satu komponen pokok pertahanan, apakah

hal sejalan negara yang melindungi secara aktif. Untuk dapat menjawab hal

tersebut negara harus mampu memberikan suatu turunan aturan mengatur

bahwa negara yang tetap aktif melindungi warga negara bukan sebaliknya.

Dalam konsideran pertimbangan disebutkan pelibatan seluruh

sumber daya nasional yang dipersiapkan secara dini. Melibatkan tersebut

menjadikan kewajiban setiap orang rela berkorban demi kepentingan bangsa

dan negara yang merupakan nilai Pancasila sila ke 3 relevan. Relevansi

tersebut perlu juga mempertimbangkan makna persiapan secara dini dalam

pemahaman warga negara sebagai sipil. Ukuran waktu secara dini tersbut

haruslah menjunjung nilai sila ke 2 penghormatan hak dasar manusia

sebagai Individu dan nilai sila ke 5 karsa, cipta dan karya masyarakat.

Penghormatan ini agar negara dapat menjamin warga negaranya tetap

mengembangkan diri. Pengembangan diri ini untuk mwujudkan pula

Indonesia yang kuat dari ancaman yang jelaskan dalam UU PDSN dengan

lebih mengedepankan sistem pertahanan nasional yang lebih efisien dalam

konteks kekinian.

Bela negara Bab III Pasal 6 ayat 5 yang tertulis Pelatihan dasar

kemiliteran secara wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b

diberlakukan kepadacalon Komponen Cadangan yang telah memenuhi

persyaratan. Persyaratan yang dibuat nanti harus memenuhi nilai Pancasila

mengenai penghormatan HAM yang wajib dipenuhi oleh negara. Pembatasn

20 Any Ismayawati, “Pancasila sebagai Dasar Pembangunan Hukum Di Indonesia”, Yudisia, Vol

8 No 1, Juni 2017, hlm.56

Page 22: KAJIAN DAN EVALUASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …fh.ubb.ac.id/webconfig/download.php?file=LAP_AKHIR BPIP UU 23 2… · pertahanan dan keamanan negara dan ayat (2) “usaha pertahanan

20

HAM dalam pengimplemtasian persyaratan tadi agar warga negara tetap

bisa mengembangkan diri sesuai nilai Pancasila khususnya sila ke kelima.

Bila kita baca kewajiban komponen pendukung Pasal 17 ayat 2

keikutsertaan dengan sifat kesukarelaan, sifat sukarela merupakan

penghormatan atas HAM dengan sukarela warga negara dengan sadar tanpa

paksaan dan negara tidak membatasi pengembangan diri warga negara.

Komponen cadangan dalam Pasal 33 ayat 1 mensyarakat adanya proses

pendaftaran untuk menjadi bagian dari komponen cadangan. Tahap

pendaftaran bagian dari penegakan HAM dalam makna tidak ada

pemaksaan negara kepada warga negaranya.

Pemanfaatan sumber daya nasional selain memaksimalkan warga

negara yang tentunya harus tidak melanggar Pancasila. Dalam Pasal 55

penetapan Komponen Cadangan tidak menghilangkan hak kepemilikan,

mengelola, dan/atau menggunakan, dan/atau hak mengelolanya

pengaturannya akan diatur dalam Peraturan Pemerintah. Pengaturan

mengenai pemanfaatan tersebut harus tetap dengan nilai Pancasila, karena

untuk menjaga hak milik pribadi yang tercermin dalam nilai Pancasila sila

kelima. UU PDSN mengatur Pasal 54 ayat 4 hanya harus dilakukan

pemberitahuan kepada pemilik atau pengelola Sumber Daya Alam perlu

kiranya juga meminta izin tidak hanya pemberitahuan. Perbedaan paham

antara pemberitahuan dengan permintaan izin adalah hak kepemilikan

diakui dan dihormati oleh negara.

Komponen cadangan dalam Pasal 66 ayat 2 menyatakan kewajiban

pemanfaatan sumber-sumber yang digunakana dalam pertahanan nasional

demi kepentingan mobilisasi. Kewajiban ini bila dimaknai pemahaman sila

ketiga Persatuan Indonesia tanpa diminta oleh negara warga negara wajib

membela Indonesia. Kewajiban membela dan kewajiban memanfaatkan

diatas harus pula melihat nilai sila kelima bila tenaga dan sumber tersebut

akan menyangkut kewajiban warga negara dalam memenuhi kehidupannya.

Kepemilikan dalam pemanfaatan pertahanan nasional dalam hal

demobilisasi dalam Pasal 67 ayat 2 digunakan pada saat mobilisasi

dinyatakan diperlakukan sebagai barang milik negara dan diberi rawatan

Page 23: KAJIAN DAN EVALUASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …fh.ubb.ac.id/webconfig/download.php?file=LAP_AKHIR BPIP UU 23 2… · pertahanan dan keamanan negara dan ayat (2) “usaha pertahanan

21

kedinanasan dalam sistem pembinaan materiel. Materi muatan ini perlu

diperjelas bila kepemilikan tidak beralih tapi diperlakukan sebagai milik

negara tidak melanggar nilai Pancasila yang mengandung bahwa dapat

merugikan warga negara itu sendiri. Diatur dalam ayat 4 pasal ini pada saat

mobilisasi tidak menyebabkan putusnya hubungan kepemilikan dengan

pemilik atau pengelola, tapi bila diminta dikembalikan pada saat

dipergunakan ataupun proses pemanfaatan hingga mobilisasi harus tidak

mengandung kerugian warga negara yang mana juga tidak melanggar nilai

Pancasila.

Dalam rangka mobilisasi diatas ditekankan bahwa memanfaatkan,

memobilisasi dan perawatan harus dengan kesukarelaan atas dasar nilai

Pancasila sila Persatuan Indonesia. Pada sila ini warga negara setiap orang

untuk mencintai tanah air dan bersedia melindungi segenap bangsa dan

seluruh tumpah darah Indonesia. Pemahaman nilai ini menjadikan warga

negara dalam mobilisasi Sumber Daya Nasional sesuai dengan nilai

Pancasila. Sila ketiga juga mengandung nilai setiap orang rela berkorban

demi kepentingan bangsa dan negara, sifat kerelaan ini harus terus didorong

dalam Sistem Pertahanan Nasional.

Tahapan demobilisasi yang dilakukan yang didahului rehabilitasi

dalam kewajiban Pasal 71 ayat 2 harus wajib mengembalikan dengan

sebagaimana awal kondisi mobilisasi. Rehabilitasi pun harus dalam jangka

waktu yang jelas akan adanya kepastian bagi warga negara untuk dapat

memanfaatkan kembali. Rehabilitasi juga dengan standar kualitas yang

terbaik agar tidak adanya salah memahami dalam kewajiban membela

Indonesia sebagai negara dan kewajiban memenuhi kewajiban warga negara

sebagai pribadi yang merdeka.

Durasi demobilisasi yang diwajibkan oleh UU PSDN Pasal 72 ayat 3

paling lama 3 (tiga) tahun. Durasi tersebut menurut hemat penulis cukup

lama karena kewajiban warga negara sebagai pribadi merdeka, sebelum

waktu tersebut juga harus wajib diberikan pemenuhan kewajiban oleh

negara sesuai kepantasan. Kompensasi tersebut agar tidak menghilangkan

Page 24: KAJIAN DAN EVALUASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …fh.ubb.ac.id/webconfig/download.php?file=LAP_AKHIR BPIP UU 23 2… · pertahanan dan keamanan negara dan ayat (2) “usaha pertahanan

22

nilai Pancasila sila kedua dimana warga negara harus dijadikan manusia

yang seutuhnya.

III.3.Harmonisasi Muatan Materi UU PSDN Dengan Asas-Asas

Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan

Peraturan perundang-undangan di suatu negara merupakan suatu

bagian inheren dari suatu sistem hukum di negara tersebut. Indonesia

mendasarkan pada Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang

Pembuatan Peraturan Perundang-undangan, yang dalam pengertian sebuah

Peraturan Perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang memuat

norma hukum yang mengikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan

oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang melalui prosedur yang

ditetapkan dalam Peraturan Perundang-undangan.21

Peraturan perundang-

undangan mengikat secara maksudnya adalah tidak mengidentifikasikan

individu tertentu, sehingga berlaku bagi setiap subjek hukum yang

memenuhi unsur -unsur tertentu yang terkandung dalam ketentuan

mengenai pola tingkah laku tersebut.22

Dalam membentuk suatu Peraturan Perundang-undangan yang baik

dan responsif, harus berlandaskan atau mendasarkan pada suatu asas

Pembentukan Peraturan Perundang undangan yang baik, yang meliputi:23

a. kejelasan tujuan;

b. kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat;

c. kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi muatan;

d. dapat dilaksanakan;

e. kedayagunaan dan kehasilgunaan;

f. kejelasan rumusan; dan

g. keterbukaan.

21 Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan 22

Yuliandri, Asas-asas Pembentukan Peraturan Perundang-undanganYang baik, PT Raja

Grafindo Persada, Jakarta, 2011, hlm.25 23 Pasal 5 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-

undangan

Page 25: KAJIAN DAN EVALUASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …fh.ubb.ac.id/webconfig/download.php?file=LAP_AKHIR BPIP UU 23 2… · pertahanan dan keamanan negara dan ayat (2) “usaha pertahanan

23

Untuk membentuk suatu peraturan perundang-undangan, isi atau

materi muatan peraturan perundang-undangan harus mencerminkan asas

sebagai berikut:24

a. pengayoman;

b. kemanusiaan;

c. kebangsaan;

d. kekeluargaan;

e. kenusantaraan;

f. bhinneka tunggal ika;

g. keadilan;

h. kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan;

i. ketertiban dan kepastian hukum; dan/atau

j. keseimbangan, keserasian, dan keselarasan.

Bentuk suatu peraturan yang baik dalam proses pembuatan peraturan

perundang-undangan, ditentukan melalui kesesuaian atau keharmonisan

antara asas pembentukan peraturan perundang-undangan dengan materi

muatan peraturan perundang-undangan. Konsep peraturan yang secara

tahapan proses dan isi atau materinya mencirikan suatu peraturan baik, bisa

dilihat dari dampak atau efek atas pemberlakuan suatu aturan perundang-

undangan tersebut. hal tersebut dapat dianalisa melalui Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Sumber Daya Nasional Untuk

Pertahanan Negara (selanjutnya disebut UU PSDN). Dalam perspektif asas

pembentukan dan materi pembuatan peraturan perundang-undangan bisa

dianalisis sebagai berikut:

1. Asas Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan

a. Kejelasan Tujuan;

Dalam perspektif kejelasan tujuan atas UU PSDN, secara tersirat

menunjukan bahwa UU PSDN ini merupakan suatu peraturan untuk

melegitimasi adanya kesatuan antar elemen untuk pertahanan negara

dengan melibatkan seluruh sumber daya manusia, sumber daya

alamnya, serta sarana dan prasarana nasional. Secara prinsipil sangat

berguna dalam koridor pertahanan negara.

24 Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan

Page 26: KAJIAN DAN EVALUASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …fh.ubb.ac.id/webconfig/download.php?file=LAP_AKHIR BPIP UU 23 2… · pertahanan dan keamanan negara dan ayat (2) “usaha pertahanan

24

Dalam Pasal 3 UU PSDN menyatakan bahwa tujuan Pengelolaan

Sumber Daya Nasional untuk Pertahanan Negara bertujuan untuk

mentransformasikan Sumber Daya Manusia, Sumber Daya Alam,

dan Sumber Daya Buatan, serta Sarana dan Prasarana Nasional

menjadi kekuatan Pertahanan Negara yang siap digunakan untuk

kepentingan Pertahanan Negara.

b. Kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat;

Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia

mensyahkan atas UU PSDN tersebut. Secara kewenangan

kelembagaan atau pejabat yang membentuk peraturan ini, sudah

sesuai dengan kewenangan atau kekuasaan yang diberikan karena

sesuai dengan UUD NRI Tahun 1945 Pasal 20 ayat (1) menyatakan

bahwa DPR memegang kekuasaan membentuk undang-undang.

Dalam Pasal 20 ayat (2)nya bahwa Setiap rancangan undang-undang

dibahas oleh DPR dan Presiden untuk mendapat persetujuan bersama.

Artinya apabila suatu UU sudah diundangkan, maka telah terjadi

kesepakatan antara Presiden dengan DPR sehingga secara prinsip UU

PSDN telah mendapatkan persetujuan dari DPR sebagai lembaga

legislatif.

c. Kesesuaian Antara Jenis, Hierarki, Dan Materi Muatan;

Kesesuaian antara jenis peraturan dan hirarkitas dalam UU PSDN ini

secara kasat mata sudah sesuai dengan pembentukan peraturan

perundang-undangan, namun untuk materi muatan atau isi dari UU

PSDN ini, masih bersinggungan antara suatu kewajiban dari warga

negara dengan kesukarelaan dari warga negara yang secara prisnip

berujung pada suatu Hak Asasi Manusia yang secara sekilas materinya

belum secara utuh atau komprehensif diatur dalam UU PSDN tersebut.

Konsep HAM yang telah diratifikasi dan diundangkan melalui UU

Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, materi muatan

yang ada seyogyanya dimasukan juga dalam UU PSDN, hal ini sangat

erat hubungannya antara masuknya warga negara (manusia) dalam

sistem komponen cadangan. Kemudian berkaitan dengan “sukarela”

Page 27: KAJIAN DAN EVALUASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …fh.ubb.ac.id/webconfig/download.php?file=LAP_AKHIR BPIP UU 23 2… · pertahanan dan keamanan negara dan ayat (2) “usaha pertahanan

25

dalam isi atau materi muatan UU PSDN tersebut, berlaku secara

seimbang kesediaan warga negara (sumber daya manusia) sistem

komponen cadangan namun tidak ada ruang yang diberikan oleh UU

PSDN untuk memilih mundur atau keluar dari komponen cadangan

tersebut.

d. Dapat Dilaksanakan;

Dalam setiap Pembentukan Peraturan Perundang-undangan harus

memperhitungkan efektivitas Peraturan Perundang-undangan tersebut

di dalam masyarakat, baik secara filosofis, sosiologis, maupun yuridis.

Secara sadar, UU PSDN memiliki “irisan hukum” dengan undang-

undang yang lain, diharapkan tidak terjadi benturan atau tumpang

tindih antar satu aturan dengan aturan lain yang mengatur hal yang

prinsipil, dimisalkan berkaitan dengan Hak Asasi Manusia.

e. Kedayagunaan dan Kehasilgunaan;

Setiap Peraturan Perundang-undangan yang dibuat oleh lembaga yang

berwenang, didasari karena memang benar-benar dibutuhkan dan

bermanfaat dalam mengatur kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan

bernegara. Dalam perspektif kedayagunaan dan kehasilgunaan atas

UU PSDN ini, secara nyata dan sistematis telah ada dalam beberapa

UU yang lain, diantaranya ada dalam Undang-Undang Nomor 3

Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara Pasal 9 ayat (1) yang

menyebutkan bahwa “setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta

dalam upaya bela negara yang diwujudkan dalam peneyelenggaraan

pertahanan negara”, hal tersebut menjelaskan bahwa konteks bela

negara sudah ada dalam UU tersebut. Kemudian berkaitan dengan

Sumber daya alam dan sarana dan prasarana juga telah diatur dalam

UU Pertahanan Negara ini.

Dalam isi UU PSDN ini, terkait dengan warga negara, baik yang

sudah bekerja maupun dalam masa pendidikan, secara otomatis akan

bersinggungan dengan berbagai aturan, dimisalkan UU Nomor 13

Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang berhubungan dengan

warga negara yang bekerja bidang tertentu dalam sektor swasta yang

Page 28: KAJIAN DAN EVALUASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …fh.ubb.ac.id/webconfig/download.php?file=LAP_AKHIR BPIP UU 23 2… · pertahanan dan keamanan negara dan ayat (2) “usaha pertahanan

26

tunduk dan patuh terhadap Peraturan Perusahaan yang kemudian ikut

dalam usaha bela negara, bentuk perlindungan terhadap karyawan

tersebut atas pekerjaannya harus secara nyata dijamin dan

dikembalikan hak-haknya oleh negara untuk bisa dan mendapatkan

pekerjaannya kelak dikemudian hari pasca demobilisasi. Kemudian,

dapat dimisalkan UU Sistem Jaminan Sosial Nasional, apabila warga

negara yang ikut dalam usaha bela negara, dan gugur yang kemudian

warga negara tersebut sebagai tulang punggung keluarga, negara

diwajibkan memberikan perhatian lebih atas keberlanjutan hidup

keluarga yang ditinggalkan.

f. Kejelasan Rumusan;

Dalam UU PSDN tersebut, secara resmi telah diundangkan dan telah

memenuhi persyaratan teknis penyusunan Perundang-undangan,

sistematika, pilihan kata atau istilah, serta bahasa hukum yang jelas

dan mudah dimengerti oleh khalayak ramai guna menghindari

multitafsir atas UU PSDN tersebut.

g. Keterbukaan.

Era keterbukaan informasi, memberikan ruang terhadap Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan mulai dari perencanaan, penyusunan,

pembahasan, pengesahan atau penetapan, dan pengundangan bersifat

transparan dan terbuka. Dengan demikian, seluruh lapisan masyarakat

mempunyai kesempatan yang seluas-luasnya untuk memberikan

masukan dalam Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.

Konstalasi pembentukan UU PSDN secara prosedur sudah memenuhi

persyaratan administratif dalam perancangan peraturan perundang-

undangan, namun disisi lain, perlu diperhatikan kembali dalam hal

pembahasan, terdapat beberapa usulan dan harapan dari lembaga atau

pihak-pihak yang tekait dengan masalah prinsip agar UU PSDN ini

tidak dijadikan sebagai alat kekuasaan, namun dijadikan sebagai

landasan bagi warga negara untuk membela negara atas pertahanan

negara melalui komponen cadangan yang diprioritaskan sebagai

penyokong TNI sebagai komponen utama, sehingga dalam

Page 29: KAJIAN DAN EVALUASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …fh.ubb.ac.id/webconfig/download.php?file=LAP_AKHIR BPIP UU 23 2… · pertahanan dan keamanan negara dan ayat (2) “usaha pertahanan

27

pelaksanaannya tidak ada yang disalahgunakan atas dasar kekusaan

(abuse of power).

Peraturan perundang-undangan dalam proses pembuatan atau

perancangan sampai pengundangan, terdapat materi muatan peraturan

perundang-undangan yang harus mencerminkan asas. Asas-asas materi

muatan yang terkandung dalam sebuah aturan seyogyanya saling

melengkapi antara satu dengan dengan yang lain. Harmonisasi dalam satu

undang-undang juga tercermin dalam UU PSDN tersebut yang disesuaikan

dengan asas materi muatan peraturan perundang-undangan yang dapat

dikualifikasikan sebagai berikut:

a. Pengayoman

Maksud dari asas pengayoman adalah setiap Materi Muatan Peraturan

Perundang-undangan yang sudah diundangkan harus memiliki fungsi

untuk memberikan perlindungan dengan tujuan menciptakan ketentraman

di masyarakat. UU PSDN dalam arti kepastian hukum dan perlindungan

hukum secara nyata telah masuk dalam materi muatannya, walaupun

secara garis besar, masih bisa dilihat ruang masih tersiratnya kekuasaan

negara atas sistem militeristik yang mendasari pelatihan komponen

cadangan tersebut. Loyalitas terhadap pimpinan dibentuk dan terbentuk

secara sistematis dalam proses pelatihan komponen cadangan tersebut.

b. Kemanusiaan

Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan dalam UU Nomor 12

Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan harus

mencerminkan pelindungan dan penghormatan hak asasi manusia serta

harkat dan martabat setiap warga negara dan penduduk Indonesia secara

proporsional. Dalam konteks tersebut, UU PSDN secara materinya,

terdiri atas 10 (sepuluh) BAB, yang secara tersirat masih memiliki

beberapa “celah”, baik dalam hal konsep HAM, maupun pelaksanaan in

put maupun out put terkait komponen cadangan tersebut. Ruang yang

diberikan oleh UU PSDN terhadap warga negara yang turut serta dalam

komponen cadangan sangat terbatas, maksudnya ialah tidak adanya ruang

untuk “mengundurkan diri atau menolak” apabila telah ikut dan

Page 30: KAJIAN DAN EVALUASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …fh.ubb.ac.id/webconfig/download.php?file=LAP_AKHIR BPIP UU 23 2… · pertahanan dan keamanan negara dan ayat (2) “usaha pertahanan

28

ditetapkan sebagai komponen cadangan. Secara garis besar, hal tersebut

merupakan hal yang musti ditanggulangai sejak awal sehingga

masyarakat akan jauh merasakan lebih tentram.

c. Kebangsaan

Dalam kajian terkait Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan, UU

PSDN telah mencerminkan sifat dan watak bangsa Indonesia yang

majemuk dengan tetap menjaga prinsip Negara Kesatuan Republik

Indonesia. Konsep kebangsaan ini tercermin dari konsep bela negara

yang termaktub dalam UU PSDN ini yang secara murni untuk

mendisiplinkan dan menempa mental agar menjadi bangsa yang

tanggung dalam menghadapi semua ancaman, layak untuk diapresiasi

dan didukung secara penuh. Secara prinsip bela negara sebagai bentuk

pengabdian diri kepada bangsa dan negara serta mendedikasikan diri

untuk kebaikan bangsa dan negara.

d. Kekeluargaan

UU PSDN dalam Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan

seharusnya mencerminkan musyawarah untuk mencapai mufakat dalam

setiap pengambilan keputusan. Dalam UU PSDN secara tersirat,

menggunakan sistem militer (sistem komando) yang secara utuh akan

menggunakan puncak pimpinan sebagai pemegang kunci pengambil

keputusan. Walaupun secara riil, dalam BAB VI tentang Mobilisasi dan

Demobilisasi, Presiden dalam menyatakan mobilisasi harus mendapatkan

persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.

e. Kenusantaraan

Dalam UU PSDN memperhatikan kepentingan seluruh wilayah Indonesia

dan Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan yang dibuat di daerah

merupakan bagian dari sistem hukum nasional yang berdasarkan

Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945. Dalam UU PSDN yang merupakan sistem pertahanan negara yang

bersifat semesta dan melibatkan seluruh elemen serta sumber daya

nasional, yang secara hirarki sampai tingkat daerah yang dipersiapkan

secara dini guna menegakan keadulatan negara, menjaga keutuhan

Page 31: KAJIAN DAN EVALUASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …fh.ubb.ac.id/webconfig/download.php?file=LAP_AKHIR BPIP UU 23 2… · pertahanan dan keamanan negara dan ayat (2) “usaha pertahanan

29

wilayah dan keselamtan segenap bangsa dari segala bentuk ancaman dari

luar maupun dari dalam.

f. Bhinneka Tunggal Ika

Dalam UU PSDN sudah memperhatikan keragaman penduduk, agama,

suku dan golongan, kondisi khusus daerah serta budaya dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dengan memasukan pembinaan

kesadaran bela negara. Secara aktual, UU PSDN sudah memasukan

semua elemen termasuk tokoh adat, yang menjadi anggota binaan

kesadaran bela negara serta dengan menanamkan nilai dasar bela negara

kepada masyarakat.

g. Keadilan

Muatan UU PSDN sudah mencerminkan keadilan secara proporsional

bagi setiap warga negaranya. Dalam arti keadilan disini, memberikan

kesempatan seluas-luasnya kepada setiap warga negara tanpa

membedakan suku, agama, ras dan antar golongan yang secara sukarela

untuk mengikuti pelatihan bela negara atau lebih tepatnya menjadi

komponen cadangan dalam sistem pertahanan rakyat semesta.

h. Kesamaan Kedudukan Dalam Hukum Dan Pemerintahan

Materi muatan UU PSDN mendudukan kompone cadangan (sumber daya

manusia) dalam porsi yang sama (equal) sehingga tidak memuat hal yang

bersifat membedakan berdasarkan latar belakang, antara lain, agama,

suku, ras, golongan, gender, atau status sosial. Secara prinsip UU PSDN

bersifat menyeluruh bagi warga negara Indonesia.

i. Ketertiban dan Kepastian Hukum

UU PSDN dalam materi muatannya, seharusnya memberikan dan

mewujudkan ketertiban dalam masyarakat melalui jaminan kepastian

hukum. Ketertiban dan kepastian hukum disini berkaitan dengan konsep

rehabilitasi atas Sumber Daya Alam yang dimiliki oleh warga negara.

Dalam rehabilitasi terhadap SDA tersebut, belum dijelaskan secara rinci

terkait indikator rehabilitasi SDA tersebut. Seyogyanya diberikan

indikator tingkat rehabilitasi yang diberikan negara atas penggunaan

Page 32: KAJIAN DAN EVALUASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …fh.ubb.ac.id/webconfig/download.php?file=LAP_AKHIR BPIP UU 23 2… · pertahanan dan keamanan negara dan ayat (2) “usaha pertahanan

30

SDA oleh negara terhadap SDA alam milik warga negara (swasta

maupun perseorangan).

j. Keseimbangan, Keserasian, Dan Keselarasan

Dalam UU PSDN sudah mencerminkan pola atau sistem yang seimbang,

adanya keserasian, dan keselarasan, antara kepentingan individu,

masyarakat dan kepentingan bangsa dan negara. Konsep keseimbangan,

keserasian dan selarasan atas kepentingan, merupakan hal mutlak yang

harus diberikan oleh sebuah peraturan perundang-undangan. Walaupun

masih ada “sela atau ruang kecil” yang masih menjadi ganjalan dalam

UU PSDN tersebut. Dalam keterangan dalam asas-asas yang di atas,

dapat dimisalkan terkait adanya kekosongan pengaturan terkait

pelaksanaan HAM atas warga negara yang masuk dalam komponen

cadangan. Diperlukan penjelasan yang lebih rinci dan pasti terkait

permasalahan tersebut, agar tidak terjadi ketidakpastian dalam

pelaksanaannya kelak.

Dalam aturan tentang pembentukan peraturan perundang-undangan

terkait materi muatan suatu aturan, bisa dimasukan asas-asas lain yang

sesuai dengan peristiwa hukum yang terjadi dalam pelaksanaan aturan

tersebut. UU Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan Pasal 6 ayat (2) yang menyebutkan bahwa suatu

peraturan dapat berisi asas lain sesuai dengan bidang hukum Peraturan

Perundang-undangan yang bersangkutan. Dalam penjelasan dari Pasal 6

ayat (2) ini, yang dimaksud dengan “asas lain sesuai dengan bidang

hukum Peraturan Perundang-undangan yang bersangkutan”, antara lain:

a. dalam Hukum Pidana, misalnya, asas legalitas, asas tiada

hukuman tanpa kesalahan, asas pembinaan narapidana,dan

asas praduga tak bersalah;

b. dalam Hukum Perdata, misalnya, dalam hukum perjanjian,

antara lain, asas kesepakatan, kebebasan berkontrak, dan

itikad baik

Sistem tata kelola sumber daya nasional yang termaktub dalam

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Sumber Daya

Nasional Untuk Pertahanan Negara atau UU PSDN apabila dipersandingkan

dengan Pasal 6 ayat (2) UU Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan

Page 33: KAJIAN DAN EVALUASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …fh.ubb.ac.id/webconfig/download.php?file=LAP_AKHIR BPIP UU 23 2… · pertahanan dan keamanan negara dan ayat (2) “usaha pertahanan

31

Peraturan Perundang-undangan, masih terdapat beberapa hal yang kurang

mengikuti asas tersebut, khususnya asas keperdataan. Asas keperdataan

yang dimaksud adalah berkaitan dengan asas perjanjian (Pasal 1320

KUHPerdata), kemudian asas iktikad baik dan asas pacta sunt servanda

(pasal 1338).

Dalam UU PSDN tersebut khususnya dalam pasal 72 ayat (1), (2)

dan (3) tidak menyebutkan secara eksplisit terkait dengan tunduk dan

patuhnya negara terhadap asas-asas hukum perdata. Dalam pasal tersebut,

tidak dijelaskan posisi negara terhadap posisi komponen cadangan (sumber

daya alam, sumber daya buatan serta sarana dan prasarana nasional).

Seyogyanya harus diberikan kepastian aturan dan kepastian kedudukan para

pihak untuk menggunakan bagian dari keperdataan tersebut.

Secara keseluruhan, UU PSDN ini merupakan aturan perundang-

undangan yang secara resmi dijadikan sebagai landasan hukum terkait pola

pertahanan dan keamanan yang menggunakan seluruh daya upaya yang ada

dalam diri Bangsa Indonesia yang termaktub dalam baik dalam nilai-nilai

Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945. Harmonisasi aturan merupakan hal

yang tak terelakan sehingga perlu diadakannya perubahan terbatas terkait

pemberlakuan UU PSDN yang bersinggungan atau terdapat irisan aturan

yang mengatur hal yang sama sehingga akan tercipta aturan yang lebih baik

untuk kedepannya tanpa harus melanggar prinsip atau asas yang secara

universal berlaku di Indonesia maupun di dunia internasional.

III. 4 Konsistesi Antara Tujuan UU PSDN Dengan Penjelasan Umum Dan

Pasal Per Pasal.

Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945 dan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 Tentang Pertahanan

Negara, dapat kita temui tentang pengaturan pokok mengenai Bela Negara.

Dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Pasal 27 ayat (3), menyatakan

bahwa “setiap warga negara dan wajib ikut serta dalam pembelaan negara”,

kita dapat melihat penyelenggaraannya dalam Undang-Undang Nomor 3

Tahun 2002 dalam pasal 9 ayat (1), menyatakan bahwa “setiap warga

Page 34: KAJIAN DAN EVALUASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …fh.ubb.ac.id/webconfig/download.php?file=LAP_AKHIR BPIP UU 23 2… · pertahanan dan keamanan negara dan ayat (2) “usaha pertahanan

32

negara berhak dan wajib ikut serta dalam bela negara yang diwujudakan

dalam penyelanggaraan pertahanan negara”, sehingga pasal 30 ayat (1)

Undang-Undang Dasar 1945 juga menegaskan bahwa “tiap-tiap warga

negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan

negara”, kemudian ayat (2) menegaskan pula bahwa “usaha pertahanan dan

keamanan negara dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan

rakyat semesta oleh Tentara Negara Indonesia dan Kepolisian Negara

Republik Indonesia sebagai kekuatan utama dan rakyat sebagai kekuatan

pendukung”. Usaha pembelaan negara sangatlah penting untuk menjaga

kedaulatan, keutuhan persatuan dan kesatuan sebuah negara dari ancaman

dari dalam negeri maupun dari luar negeri.

Kebijakan pertahanan negara disusun dengan Nawacita yang telah

dicanangkan oleh Bapak Presiden Jokowi, khusus Nawacita adalah antara

lain menghadirkan negara untuk melindungi segenap bangsa dan

memberikan rasa aman keseluruh warga negara, membangun Indonesia dari

pinggiran dan melakukan revolusi karakter bangsa25

. Kebijakan pertahanan

negara disusun untuk mencapai tujuan membangun TNI yang profesional,

pengamanan perbatasan, ikut serta dalam perdamaian dunia, membangun

industri pertahanan dalam negeri yang kuat, mandiri dan berdaya saing, dan

mewujudkan kesadaran bela negara sebagai bagian 26

Bangsa Indonesia memiliki cara tersendiri untuk membangun system

pertahanan negaranya, yaitu system pertahanan yang bersifat semesta

dengan melibatkan seluruh warga negara, wilayah, dan sumber daya

nasional lainnya, yang dipersiapkan secara matang demi menjaga segenap

bangsa dari segala ancaman. Konsep pertahanan negara yang bersifat

semesta, lahir dari sejarah panjang perjuangan rakyat Indonesia, yang

diawali dari masa penjajahan sampai dengan kemerdekaan. Pada hakikatnya

pertahanan negara yang bersifat semesta tersebut penyelenggaraannya

didasarkan pada kesadaran atas hak, kewajiban dan kekuatan setiap rakyat

Indonesia yang disusun berlandasakan prinsip demokrasi, hak asasi manusia,

25 Artikel “Capaian Tiga Tahun Kabinet Kerja Kementerian Pertahanan, Vol. 67/Nomor. 53,

Tahun 2019, hlm. 35. 26Ibid

Page 35: KAJIAN DAN EVALUASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …fh.ubb.ac.id/webconfig/download.php?file=LAP_AKHIR BPIP UU 23 2… · pertahanan dan keamanan negara dan ayat (2) “usaha pertahanan

33

ketentuan hukum nasional, hukum internasional, dan kebiasaan

internasional, serta prinsip hidup berdampingan secara damai dengan

memperhatikan kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan dan

negara maritim.

Melalui prinsip tersebut, tujuan penyelenggaraan pertahanan negara

adalah untuk menjaga dan melindungi kedaulatan negara, keutuhan wilayah

negara Kesatuan Republik Indonesia, serta keselamatan segenap bangsa

Indonesia. Dalam mencapai tujuan tersebut, fungsi pertahanan negara

dilaksanakan dengan memanfaatkan seluruh potensi yang dimiliki oleh

segenap bangsa Indonesia, sekaligus digunakan bagi kesejahteraan rakyat

Indonesia.

Pengelolaan sumber daya nasional untuk pertahanan negara

bertujuan untuk mentransformasikan sumber daya nasional menjadi

kekuatan pertahanan negara yang siap digunakan untuk kepentingan

pertahanan negara melalui usaha bela negara, penataan komponen

ppendukung, dan pembentukan kompnen cadangan. Bela negara merupakan

hak dan kewajiban bagi setiap warga negara yang bertujuan untuk

menengakkan kedaulatan negara, menjaga keutuhan wilayah Republik

Indonesia, keselamatan segenap bangsa Indonesia. Usaha bela negara

bertujuan untuk memelihara jiwa nasionalisme warga negara dalam upaya

pemenuhan hak dan kewajiban dalam membela negara demi tercapainya

tujuan dan demi kepentingan segenap bangsa Indonesia.

Komponen pendukung adalah merupakan salah satu wadah dan

bentuk keikutsertaan warga negara dan pemanfaatan sumber daya nasional

lainnya yang secara langsung mupun tidak langsung dapat digunakan untuk

meningkatkan kekuatan dan kemampuan dalam usaha bela negara. Untuk

komponen utama dan komponen cadangan digunakan untuk meningkatkan

kekuatan dan kemampuan dalam menghadapi ancaman militer. Sedangkan

komponen pendukung meliputi warga negara, sumber daya alam, sumber

daya buatan, serta sarana dan prasarana nasional, dimana pengelolaannya

ada pada kementerian atau lembaga Pertahanan Negara dan dilaksanakan

dalam system tata kelola yang demokratis, berkeadilan, dan menghormati

Page 36: KAJIAN DAN EVALUASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …fh.ubb.ac.id/webconfig/download.php?file=LAP_AKHIR BPIP UU 23 2… · pertahanan dan keamanan negara dan ayat (2) “usaha pertahanan

34

hak asasi manusia serta mentaati peraturan perundang-undanga yang

berlaku.

Komponen cadangan merupakan salah satu wadah dan bentuk

keikutsertaan warga negara serta sarana dan prasarana nasional dalam usaha

pertahanan negara. Kegiatan dari pengelolaan komponen cadangan meliputi

pembentukan, penetapan, pembinaan, penggunaan, pengembalian yang

bertujuan untuk memperbesar dan memperkuat kemampuan Tentara

Nasional Indonesia sebagai komponen utama setelah pernyataan mobilisasi

oleh presiden. Mobilisasi sendiri adalah sebuah bentuk tindakan pengerahan

dan penggunaan secara serentak dari Sumber Daya Nasional yang telah

dipersiapkan secara tepat untuk melindungi negara Indonesia dari keadaan

perang atau ancaman militer yang membahayakan kedaulatan Negara

Kesatuan Republik Indonesia.

Presiden Republik Indonesia menyatakan demobilisasi apabila

ancaman militer yang dapat mengancam kedaulatan negara sudah dapat

diatasi. Demobilisasi adalah suatu bentuk upaya penghentian pengerahan

dan penggunaan sumber daya nasional yang ada di seluruh wilayah

Republik Indonesia, tujuannya meliputi memulihkan fungsi dan tugas setiap

unsur kekuataan bangsa yang telah dikerahkan melalui mobilisasi.

Pemulihan ini dilakukan secara bertahap dengan mengutamakan tugas

umum pemerintah dan pemulihan ekonomi rakyat.

Menteri Pertahanan Republik Indonesia, Bapak Ryamizad

menegaskan, dengan bela negara dapat memperkuat pertahanan Indonesia,

yaitu untuk melawan terorisme, aksi radikalisme saparatisme, bencana alam,

wabah penyakit, dan sebagainya, dengan strategi utama perang modern

berbasis brainwash. Maka dari itu, peperangan cuci otak ini harus dilawan

dengan penanaman rela berkorban dan mencintai negara dengan bela negara.

Idiologi dan negara memiliki keterikatan yang tidak dapat dipisahkan.

Ideologi merupakan hasil refleksi manusia. Ideologi mencerminkan cara

berfikir masyarakat, bangsa maupun negara, namun juga membentuk

masyarakat menuju cita-citanya. Dengan demikian idiologi sangat

menentukan eksistensi suatu bangsa dan negara. Idiologi membimbing

Page 37: KAJIAN DAN EVALUASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …fh.ubb.ac.id/webconfig/download.php?file=LAP_AKHIR BPIP UU 23 2… · pertahanan dan keamanan negara dan ayat (2) “usaha pertahanan

35

bangsa dan negara untuk mencapai tujuannya melalui berbagai realisasi

pembangunan 27

.

Tujuan dari Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2019 Tentang

Pengelolaan Sumber Daya Nasional Untuk Pertahanan Negara agar setiap

warga negara berhak dan wajib serta dalam usaha pertahanan dan keamanan

negara seperti yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945, serta agar sistem pertahanan negara

bersifat semesta yang melibatkan seluruh sumber daya nasional yang

dipersiapkan secara dini oleh pemerintah dapat diselenggarakan secara total,

terpadu, terarah, berkelanjutan untuk menegakkan kedaulatan negara,

menjaga keutuhailayah, dan keselamatan segenap bangsa dari segala bentuk

ancaman, baik dari dalam negeri maupun berasal dari luar negeri.

III. 5 Konsistensi, koherensi dan korespondensi Materi Undang-Undang

dengan Nilai-Nilai Pancasila

Konsep pertahanan rakyat semesta merupakan bagian dari skenario

besar dalam strategi nasional bidang pertahanan. Pertahanan Negara adalah

segala usaha untuk mempertahankan kedaulatan negara, keutuhan wilayah

Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan keselamatan segenap bangsa dari

ancaman serta gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara. Akselerasi

pertahanan negara tersebut melalui sistem pertahanan yang visioner yang

disiapkan sejak dini dan berkelanjutan. Dalam undang-undang Pengelolaan

Sumber Daya Nasional (UU PSDN), konstruksi mempertahankan Negara

dalam hal ini Indonesia bila melihat secara utuh tidak hanya

mempertahankan unsur kedaulatan, keutuhan dan keselamatan tapi perlu

juga dimasukan usaha mempertahankan Pancasila sebagai ideologi bangsa

yang telah terbukti oleh zaman mempertahankan Indonesia sebagai negara-

bangsa.

Konstruksi pendayagunaan sumber daya yang Indonesia memiliki

beberapa tujuan. Salah satu tujuan yang menitikberatkan pada transformasi

sumber daya nasional dalam Pancasila juga tidak melupakan peran dan

27 Budiyono, “Memperkokoh Idiologi Negara Pancasila Melalui Bela Negara”, Vol. 5, No. 1 April

2017, hlm. 3.

Page 38: KAJIAN DAN EVALUASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …fh.ubb.ac.id/webconfig/download.php?file=LAP_AKHIR BPIP UU 23 2… · pertahanan dan keamanan negara dan ayat (2) “usaha pertahanan

36

kewajiban negara dalam memberikan perlindungan terhadap hak-hak warga

negara dan penghormatan terhadap harkat dan martabat manusia. Peran

negara tersebut tidak boleh dilupakan bukannya mentransformasi. Negara

yang dimaksud disini adalah semua alat negara yang dalam peraturan

mempunyai kewajiban utama sebagai pelindung negara.

Penyiapan secara dini dalam menghadapi ancaman perlu adanya

pengaturan yang jelas agar rasa bersedia melindungi segenap bangsa dan

seluruh tumpah darah Indonesia dapat dipahami oleh warga negara bukan

sebagai paksaan negara. Bila tidak diinformasikan dengan baik maksud

penyiapan secara dini ini dengan tepat dari ancaman dari luar dan dalam.

Ancaman global yang datang dari luar maupun ancaman dari dalam sendiri,

sekarang memiliki beraneka ragam jenis dan bentuk, khususnya ancaman

ideology yang secara nyata dalam menjalankan ideologi tersebut

bertentangan dengan niali Pancasila sepert kapitalisme, liberalisme,

hedonisme, dan radikalisme.

Dalam BAB III tentang Bela Negara, menjelaskan terkait usaha bela

negara diwujudkan pada setiap aktivitas warga negara, baik fisik maupun

nonfisik, hal ini disesuaikan dengan kapasitas dan kompetensinya, meliputi

idiologi, politik, ekonomi, sosial, dan budaya, serta pertahanan keamanan

dalam masa damai dan masa perang. Dalam pendidikan kewarganegaraan

sudah mencakup pemahaman tentang bela negara. Sedangkan untuk

“pengabdian sesuai profesi” seperti pengabdian setiap warga negara yang

mempunyai profesi tertentu untuk kepentingan pertahanan negara, termasuk

dalam menganggulangi dan memperkecil akibat yang ditimbulkan oleh

perang, bencana alam, atau bencana lainnya.

Pembinaan dan aplikasi sistem pertahanan negara, bisa dilakukan

melalui berbagai macam jalur yang secara aturan bisa masuk dalam usaha

pertahanan negara, salah satunya melalui pendidikan kewarganegaraan.

Pendidikan kewarganegaraan inilah dapat dilakukan pembinaan

menanamkan nilai-nilai bela negara, melalui sistem pendidikan nasional,

kelompok masyarakat lainnya diantaranya kader organisasi pemuda dan

kader organisasi mahasiswa, badan lainnya, antara lain adalah yayasan dan

Page 39: KAJIAN DAN EVALUASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …fh.ubb.ac.id/webconfig/download.php?file=LAP_AKHIR BPIP UU 23 2… · pertahanan dan keamanan negara dan ayat (2) “usaha pertahanan

37

koperasi, serta pihak lainnya antara lain adalah pihak swasta, organisasi

kemasyarakatan, koorporasi, dan perkumpulan. Sedangkan untuk kebijakan

pembinaan kesadaran bela negara antara lain adalah rencana induk dan

rencana aksi. Hal ini dilakukan sebagai bentuk pembinaan kesadaran negara

demi persatuan dan kesatuan Indonesia.

Usaha pertahanan rakyat semesta didukung oleh sebuah kualifikasi

yang cukup tepat dengan adanya sebuah pelatihan untuk mempersiapkan

komponen-komponen yan ada untuk dipersiapkan melalui sebuah latihan.

Pelatihan dasar kemiliteran ini hanya diberlakukan bagi warga negara yang

telah memenuhi syarat sebagai calon komponen cadangan yang

pengelolaannya dilaksanakan oleh Menteri dengan menerapkan sistem tata

kelola pertahanan negara yang demokrasi, berkeadilan, dan menghormati

hak asasi manusia serta mentaati peraturan perundang-undangan, dengan

tujuan memperkuat kemampuan Tentara Nasional Indonesia sebagai salah

satu komponen penting dalam pertahanan negara.

Komposisi pertahanan negara yang dipersiapkan melalui UU PSDN

ini secara utuh meliputi komponen utama, komponen cadangan dan

komponen pendukung. Komponen utama dan komponen cadangan yaitu

Tentara Nasional Indonesia sebagai komponen utama melaksanakan bentuk

pengabdian. Pengabdian sebagai prajurit Tentara Nasional adalah undang-

undang mengatur mengenai Tentara Nasional Indonesia. Pengabdian oleh

komponen cadangan bertujuan untuk mengahadapi ancaman non militer

serta sebagai bentuk tindakan yang wajib dilakukan oleh pemerintah sebagai

bentuk tanggung jawab untuk melakukan pembinaan warga negara sesuai

dengan profesinya yang dipersiapkan secara resmi untuk kepentingan

pertahanan negara.

Komponen cadangan sebagai salah satu unsur dalam UU PSDN

inidiatur dalam BAB V Pasal 28 ayat (1) menjelaskan tentang isi komponen

cadangan, dan hal tersebut sudah sesuai dengan konsep Pancasila yang

termakstub dalam UUD NRI 1945 pada Pasal 27 ayat (3) Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang menyebutkan bahwa,

“setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan

Page 40: KAJIAN DAN EVALUASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …fh.ubb.ac.id/webconfig/download.php?file=LAP_AKHIR BPIP UU 23 2… · pertahanan dan keamanan negara dan ayat (2) “usaha pertahanan

38

negara”. Dalam nilai-nilai Pancasila terdapat dalam nilai Sila Kedua, yang

dalam tafsir nilainya adalah berkaitan dengan peran dan kewajiban negara

dalam memberikan perlindungan terhadap hak-hak warga negara dan

penghormatan terhadap harkat dan martabat manusia (warga negara

Indonesia). Secara yuridis, UU PSDN disesuaikan dengan aturan lainnya,

namun terdapat beberapa hal yang tidak tersebtuh secara nyata berkaitan

dengan ruang gerak yang diberikan oleh UU PSDN terhadap warga negara

yang turut serta dalam komponen cadangan sangat terbatas, maksudnya

ialah tidak adanya ruang untuk “mengundurkan diri atau menolak” apabila

telah ikut dan ditetapkan sebagai komponen cadangan. Oleh karena itu,

disarankan dalam Peraturan Pemerintah sebagai petunjuk pelaksanaan dari

UU PSDN ini, agar memasukan mekanisme pengunduran diri dari warga

negara yang telah ditetapkan sebagai komponen cadangan.

Komponen cadangan merupakan pengabdian dalam usaha

pertahanan negara yang bersifat sukarela. Dalam arti sukarela yang

didengungkan oleh Pancasila, secara tersirat bahwa kesiapsediaan seorang

warga negara muncul dari jiwa dan pemikiran suatu pembelaan negara

apabila terjadi ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan dari luar yang

secara nyata maupun tidak nyata sehingga mengancam kedaulatan Negara

Republik Indonesia. Hal ini berimplikasi terhadap konteks HAM yang

secara universal ada dalam Pancasila sebagai bintang pemandu sebuah

negara. Dalam nilai-nilai Pancasila masuk dalam aturan harus lebih

mengedepankan terkait hak-hak warga negara yang berkaitan dengan HAM

khususnya hak atas warga negara.

Melimpahnya sumber daya yang Indonesia punya, yang kemudian

bertransformasi dalam sebuah pengelolaan sumber daya dan pemanfaatan

dari sumber-sumber daya tersebut, diharapkan tidak disalahgunakan oleh

kekuasaan dalam pemanfaatan kekuatan pertahanan untuk kepentingan

pribadi atau golongan. Konsep Pancasila dalam hal melindungi segenap

bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia secara nilai masuk dalam Sila

Ketiga. Bagaimana peraturan ini bisa menjadi dasar patokan atau tolok ukur

untuk melaksanakan adanya kewajiban warga negara untuk menjaga

Page 41: KAJIAN DAN EVALUASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …fh.ubb.ac.id/webconfig/download.php?file=LAP_AKHIR BPIP UU 23 2… · pertahanan dan keamanan negara dan ayat (2) “usaha pertahanan

39

keberlangsungan negara Indonesia yang berujung pada kerelaan berkorban

untuk kepentingan bangsa dan negara.

Komponen cadangan yang disiapkan untuk dikerahkan melalui

mobilisasi guna memperbesar dan memperkuat kekuatan dan kemampuan

komponen utama dalam menghadapi ancaman militer dan ancaman hibrida.

Dalam tataran konsep, komponen cadangan secara utuh merupakan bagian

yang tidak terpisahkan dalam sebuah negara dan tugas dari komponen

cadangan ini untuk membantu usaha pertahanan dan keamanan negara.

Secara tersurat, nilai-nilai Pancasila yang secara konseptual merasuk pada

sendi-sendi peraturan perundang-undangan, sehingga pemanfaatan sumber-

sumber pertahanan dalam komponen cadangan pertahanan ini, secara nyata

diharapkan tidak melanggar hal-hal lain yang saling berkaitan khususnya

berkaitan dengan komponen cadangan khususnya yang bersifat private.

Dalam UU PSDN ini terdapat pengelolaan kegiatan atau proses dari

komponen cadangan tersebut. Hal ini juga berkaitan erat dengan UU Nomor

3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara yang masih aktif dan berjalan

sehingga terdapat dua aturan yang mengatur pada satu objek, sehingga

berpotensi adanya tumpang tindih pada saat pelaksanaan dilapangan,

kemudian pada Pasal 8 ayat (3) UU Nomor 3 Tahun 2002 tentang

Pertahanan Negara adanya pembentukan komponen cadangan dan

komponen pendukung, kemudian terkait Bela Negara yang termaktub dalam

Pasal 9 ayat (3) Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara. Terkait

hal tersebut, perlu adanya persamaan konsepsi dalam hal pengaturan

komponen cadangan tersebut.

UU PSDN dalam Pasal 41 huruf g, yang menyatakan bahwa

komponen cadangan wajib memenuhi panggilan mobilisasi. Diksi “wajib”

adalah sebuah perintah. UU PSDN itu sendiri, hanya menjelaskan berkaitan

dengan aturan dan persyaratan menjadi komponen cadangan, namun tidak

menjelaskan terkait apabila warga negara yang sudah masuk komponen

cadangan ingin mengundurkan diri atas dasar alasan logis yang bisa

diterima. Hal ini berkaitan dengan Pasal 77 ayat (1) tentang ketentuan

pidana, yang menyebutkan bahwa apabila setiap komponen cadangan tidak

Page 42: KAJIAN DAN EVALUASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …fh.ubb.ac.id/webconfig/download.php?file=LAP_AKHIR BPIP UU 23 2… · pertahanan dan keamanan negara dan ayat (2) “usaha pertahanan

40

memenuhi panggilan mobilisasi diancam dengan penjara paling lama 4

(empat) tahun. Hal tersebut menimbulkan ambiguitas terhadap pasal

tersebut, disisi lain sukarela, kemudian menjadi wajib yang berujung pada

pemidanaan apabila tidak mengikuti panggilan komponen cadangan. Nilai-

nilai Pancasila yang seharusnya dikedepankan berkaitan dengan

penghormatan terhadap hak dasar manusia sebagai individu, maupun

sebagai warga masyarakat yang berhak untuk memilih tanpa harus

dikenakan ancaman hukuman. Hal-hal seperti ini seharusnya dihindari

sehingga UU tersebut lebih humanis dan populis.

Komponen Cadangan secara penuh menjadi kewajiban negara untuk

melindunginya. Hal tersebut secara prinisp sesuai dengan nilai-nilai

Pancasila berkaitan dengan peran dan kewajiban negara dalam memberikan

perlindungan terhadap hak-hak warga negara dan penghormatan terhadap

harkat dan martabat manusia. Terdapat hal yang menarik dalam UU PSDN

ini berkaitan dengan hak ketenagakerjaan dari seorang pekerja atau profesi

yang dalam UU PSDN ini dijamin keberlanjutannya apabila terpilih menjadi

bagian dari komponen cadangan. Disisi lain, pekerja tersebut juga harus

tunduk dan patuh terhadap asas hukum lain berupa perjanjian kerja (dasar

hubungan private) terkait hubungan kerja tersebut. Sebagai bentuk

perlindungan terhadap karyawan tersebut atas pekerjaannya harus secara

nyata dijamin dan dikembalikan hak-haknya oleh negara untuk bisa dan

mendapatkan pekerjaannya kelak dikemudian hari pasca demobilisasi.

Dalam pelaksanaan mobilisasi maupun demobilisasi, banyak

komponen yang akan terkena dampaknyanya, salah satunya adalah sumber

daya alam dan sumber daya buatan. Sumber daya tersebut apabila sudah

terverifikasi dan mendapatkan penetapan menjadi salah satu unsur

komponen cadangan, serta merta harus diserahkan pemanfaatan dan

pengelolaannya kepada negara walaupun tidak memutuskan kepemilikannya.

Pengembalian sumber daya alam, sumber daya buatan serta sarana dan

prasarana nasional kepada masyarakat, negara diposisikan sebagai badan

hukum, mengembalikan kepada subyek hukum (pemilik SDA atau SDB)

lain. Dalam Pasal 72 UU PSDN ini tidak menyebutkan secara eksplisit

Page 43: KAJIAN DAN EVALUASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …fh.ubb.ac.id/webconfig/download.php?file=LAP_AKHIR BPIP UU 23 2… · pertahanan dan keamanan negara dan ayat (2) “usaha pertahanan

41

terkait dengan tunduk dan patuhnya negara (badan hukum) terhadap asas-

asas hukum perdata. Dalam pasal tersebut, tidak dijelaskan posisi negara

dengan posisi komponen cadangan (sumber daya alam, sumber daya buatan

serta sarana dan prasarana nasional). Seyogyanya harus diberikan kepastian

aturan dan kepastian kedudukan para pihak untuk menggunakan bagian dari

keperdataan tersebut. Persamaan kedudukan didepan hukum merupakan

bagain dari sebuah nilai-nilai Pancasila yang dituangkan dalam UUD NRI

1945.

Secara komprehensif, UU PSDN ini merupakan salah satu wujud

penting dari usaha pertahanan terhadap negara secara utuh dari semua sektor

dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam beberapa isi dari materi

peraturan perundang-undangan sudah memenuhi asas pembentukan

peraturan perundang-undangan namu disisi lainnya masih ada beberapa

pasal yang masih bersifat norma kabur (vague norm) dengan masih adanya

multitafsir dalam pelaksanaannya. Bentuk pertahanan negara tersebut

dengan melakukan pemanfaatan semua sumber daya yang digunakan secara

berkelanjutan dalam berbagai bentuk usaha, salah satunya melalaui bela

negara.

Pengawasan usaha Bela Negara, penataan Komponen Pendukung,

dan pembentukan Komponen Cadangan dilaksanakan oleh komisi di Dewan

Perwakilan Rakyat yang mempunyai ruang lingkup tugas di bidang

pertahanan. Pengaturan ini sejalan dengan fungsi pengawasan DPR.

Pengawasan terhadap usaha bela negara, penataan komponen pendukung

dan pembentukan cadanganmenjadi bagian check and balance kekuasaan

dan penting dilakukan agar tidak ada penyalahgunaan terhadap sumber daya

pertahanan negara. Konsistensi, koherensi dan korespondensi materi ini

sejalan dengan nilai sila keempat dimana kita menganut sistem perwakilan,

yaitu ada DPR yang menjadi representasi dari rakyat Indonesia untuk

melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan segala aspek pembangunan,

termasuk dalam implementasi undang-undang yang terkait dengan

pengelolaan sumber daya nasional dibidang pertahanan negara.

Page 44: KAJIAN DAN EVALUASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …fh.ubb.ac.id/webconfig/download.php?file=LAP_AKHIR BPIP UU 23 2… · pertahanan dan keamanan negara dan ayat (2) “usaha pertahanan

42

Upaya kriminalisasi terlihat dalam Bab IX tentang ketentuan pidana.

Adapun perbuatan yang dikriminalisasi adalah komponen cadangan yang

tidak memenuhi panggilan mobilisasi, pemberi kerja yang memutus

hubungan kerja komponen cadangan yang dalam masa pelatihan/aktif, tidak

menyerahkan yang sudah ditetapkan sebagai komponen cadangan, dan

penyalahgunaan kekuasaan karena tidak mengembalikan sumber daya

pertahanan yang telah digunakan.

Secara teoritik, proses kriminalisasi atau membuat sebuah perbuatan

yang tadinya bukan tindak pidana menjadi tindak pidana memiliki

persyaratan , seperti apakah sebagai perbuatan yang dibenci masyarakat,

kemudian menimbulkan kerugian materil maupun imateril, bertentangan

dengan tujuan nasional, mempertimbangkan kemampuan penegak hukum

dan lain sebagainya. Persyaratan atau pertimbangan-pertimbangan tersebut

menjadi sangat penting agar tidak semua perbuatan kemudian

dikriminalisasi yang ternyata menyebabkan over criminalitation

sebagaimana selama ini terjadi dalam beberapa undang-undang. Satu yang

perlu dipahami bahwa hukum pidana dengan sanksinya yang berat

dibandingkan dengan sanksi dibidang hukum yang lain, seperti perdata atau

hukum administrasi negara, maka penerapannya harusla selektif dan hati-

hati sesuai dengan kebutuhan. Sifat hukum pidana sebagai ultimum

remidium harus betul-betul menjadi perhatian agar tidak salah dalam

melakukan kriminalisasi. Ditambah lagi beban aparat penegak hukum yang

selama ini sudah berat, jangan ditambah lagi dengan tindak pidana baru

yang ternyata cukup menggunakan instrument hukum dibidang yang lain.

Terkait dengan kriminalisasi dalam UU ini muaranya dimulai dari

apakah pertahanan negara itu menjadi kewajiban pemerintah atau kewajiban

warga negara atau bahkan keduanya. Apabila sepakat bahwa menjadi

kewajiban atau tugas dari pemerintah, maka keterlibatan warga negara

sifatnya menjadi hak, bukan kewajiban. Apabila kita merunut dari naskah

pembukaan UUD 1945 diawal alenia keempat bahwa “membentuk suatu

pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia

dan seluruh tumpah darah Indonesia”, maka kalimat ini menyiratkan bahwa

Page 45: KAJIAN DAN EVALUASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …fh.ubb.ac.id/webconfig/download.php?file=LAP_AKHIR BPIP UU 23 2… · pertahanan dan keamanan negara dan ayat (2) “usaha pertahanan

43

pertahanan negara termasuk melindungi warga negara adalah kewajiban dari

pemerintah. Selanjutnya merujuk dari Pasal 30 ayat (1) UUD 1945

disebutkan bahwa “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta”,

menurut kami ini pemilihan kata hak kemudian dikumulatifkan dengan kata

wajib tetap ditafsirkan bahwa yang prioritas adalah hak, yang artinya

kewajiban itu menjadi pilihan. Kemudian linier dengan Pasal 30 ayat (2),

bahwa “rakyat sebagai pendukung”. Selanjutnya dari sisi nilai-nilai

Pancasila terutama sila ketiga misalnya, bahwa ada nilai kewajiban warga

negara dan ada juga kewajiban dari negara, posisi tersebut tetap

memprioritaskan peran atau kewajiban dari pemerintah. Dari pembahasan

ini, menurut kami kriminalisasi terhadap perbuatan misalnya tidak

mengikuti mobilisasi adalah kurang tepat karena mendudukan warga negara

sebagai kriminal, sementara meskipun warga negara memiliki kewajiban

tetapi sifatnya tetap sebagai pendukung dan wajib turut serta. Disisi yang

lain dilihat dari prasyarat kriminalisasi terlihat dipaksakan dan tidak

mempertimbangkan beban aparat penegak hukum, tujuan nasional bangsa

yang mendudukan pemerintah sebagai pelindung dan penjaga pertahanan

negara dan lain-lain. Justru dengan melakukan kriminalisasi ini akan

berpotensi menimbulkan masalah baru ditengah pemerintah nantinya fokus

pada mengatasi gangguan-gangguan pertahanan negara.

III. 6 Rekomendasi

Pancasila sebagai sebuah sumber falsafah hidup bangsa, secara utuh

digunakan untuk mempertahankan persatuan dan kesatuan dari ancaman dan

gangguan dari semua sisi kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam hal

tersebut, penulis merekomendasikan beberapa hal terkait dengan Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Sumber Daya Nasional

Untuk Pertahanan Negara, diantaranya ialah:

a. Secara prinsip pertahanan negara merupakan kewajiban negara

untuk melindungi kepentingan warganegaranya, sehingga konsep

hak dan kewajiban yang didengungkan oleh UU PSDN ini

kiranya diperhatikan konsep atau asas lain yang berkaitan

Page 46: KAJIAN DAN EVALUASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …fh.ubb.ac.id/webconfig/download.php?file=LAP_AKHIR BPIP UU 23 2… · pertahanan dan keamanan negara dan ayat (2) “usaha pertahanan

44

langsung maupun tidak langsung, misalkan berkaitan dengan Hak

Asasi Manusia

b. Kebutuhan atau Urgensi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2019

tentang Pengelolaan Sumber Daya Nasional Untuk Pertahanan

Negara untuk disahkan secara umum tidak terlalu mendesak,

karena pada dasarnya, UU PSDN ini beririsan dengan Undang-

Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara. Secara

tidak langsung, terdapat dua aturan yang mengatur hal yang sama

terkait bela negara dan pertahanan negara, bisa mengakibatkan

benturan pengaturan dalam konteks pertahanan negara tersebut.

c. Kriminalisasi warga negara dengan dikarenakan tidak mengikuti

arahan dari negara, seharusnya tidak perlu terjadi bahkan terkesan

semi otoriter dalam aturan ini, sehingga penulis

merekomendasikan untuk adanya de-kriminalisasi atau

penghapusan tindak pidana terhadap warga negara yang “tidak

ikut” dalam mobilisasi pembelaan negara.

Page 47: KAJIAN DAN EVALUASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …fh.ubb.ac.id/webconfig/download.php?file=LAP_AKHIR BPIP UU 23 2… · pertahanan dan keamanan negara dan ayat (2) “usaha pertahanan

45

BAB IV

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

IV.1 Kesimpulan

Negara hakikatnya sebagai pelindung rakyatnya. Perlindungan

kepada rakyatnya tersebut dicantumkan dalam sebuah konstitusi yang

diderivasikan dalam aturan yang digunakan sebagai landasan hukum dalam

melakukan sebuah kebijakan terkait sebuah pertahanan negara. Undang-

Undang Pengelolaan Sumber Daya Nasional Untuk Pertahanan Negara (UU

PSDN) secara formil sudah disahkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat

Republik Indonesia yang artinya UU PSDN menjadi aturan yang harus

diketahui dan dipahami oleh setiap warga negara Indonesia.

Berdasarkan kajian terhadap UU PSDN tersebut, dapat disimpulkan

sebagai berikut:

a. Bahwa UU PSDN secara formal sudah terbentuk dan disahkan

namun secara materiil terdapat norma-norma atau asas yang

masih belum diakomodir dalam aturan tersebut sehingga

dikhawatirkan menimbulkan gesekan antar satu undang-undang

dengan undang-undang yang lain.

b. Terdapat tumpang tindihnya antar aturan (UU PSDN dengan UU

Pertahanan Negara) yang mengatur hal yang sama berkaitan

dengan konsep bela negara (komponen cadangan). Konsep hak

asasi manusia (HAM) yang tidak secara utuh diberikan ruang

terbatas kepada warga negara dalam proses pemilihan menjadi

komponen cadangan.

c. Sistem perlindungan dan pertahanan negara merupakan kewajiban

negara terhadap masyarakatnya, sehingga secara prinsip setiap

warga negara berhak dan wajib ikut serta, menurut kami ini

pemilihan kata hak kemudian dikumulatifkan dengan kata wajib

tetap ditafsirkan bahwa yang prioritas adalah hak, yang artinya

kewajiban itu menjadi pilihan. Kemudian linier dengan Pasal 30

ayat (2), bahwa “rakyat sebagai pendukung”. Selanjutnya dari sisi

Page 48: KAJIAN DAN EVALUASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …fh.ubb.ac.id/webconfig/download.php?file=LAP_AKHIR BPIP UU 23 2… · pertahanan dan keamanan negara dan ayat (2) “usaha pertahanan

46

nilai-nilai Pancasila terutama sila ketiga misalnya, bahwa ada

nilai kewajiban warga negara dan ada juga kewajiban dari negara,

posisi tersebut tetap memprioritaskan peran atau kewajiban dari

pemerintah.

IV. 2 Rekomendasi

Pancasila sebagai sebuah sumber dari segala sumber hukum,

sehingga setiap peraturan perundang-undangan harus mencirikan nilai-nilai

luhur Pancasila. UU PSDN tersebut secara kasat mata telrihat utuh, namun

secara materiil terdapat beberapa ruang kecil dalam aturan tersebut. Dalam

hal tersebut, penulis merekomendasikan beberapa hal terkait dengan

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Sumber Daya

Nasional Untuk Pertahanan Negara, diantaranya ialah:

a. Harmonisasikan isi atau materiil dari UU PSDN dengan konsepsi

aturan hukum yang lain sehingga akan terbentuk isi materiil

aturan yang lebih komprehensif tanpa adanya tumpang tindih

dengan atauran hukum yang lain.

b. Diusulkan untuk segera merevisi dan meninjau ulang terhadap

UU PSDN dengan dasar ketidakcermatan atas konseptual

terhadap asas-asas hukum yang lainnya, sehingga tujuan dari

aturan ini dalam pelaksanaannya bisa menimbulkan ketenangan

dan keadilan ditengah masyarakat.

c. Untuk memperjelas posisi negara dalam bentuk perlindungan

terhadap warga negaranya sehingga tidak menimbulkan kerugian

dalam masyarakat.

Page 49: KAJIAN DAN EVALUASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …fh.ubb.ac.id/webconfig/download.php?file=LAP_AKHIR BPIP UU 23 2… · pertahanan dan keamanan negara dan ayat (2) “usaha pertahanan

47

Daftar Pustaka

Agus Widjojo, Pemantapan Nilai-Nilai Ideologi Bangsa dalam Rangka Penguatan

Ketahanan Nasional dalam Aras Global, Seminar Nasional Universitas Negeri

Semarang, Prosiding Seminar Nasional, Badan Penerbit Fakultas Hukum Unnes,

Semarang, 2016

Anang Setiyawan, “Pancasila Sebagai Paradigma Pertahanan Modern Indonesia”,

Citizenship Jurnal Pancasila Dan Kewarganegaraan, Vol 7 No 1 Maret 2019

Anthon Susanto, Ilmu Hukum Non Sistematik “Fondasi Filsafat Pengembangan Ilmu

Hukum Indonesia, Genta Publishing, Yogyakarta, 2010

Any Ismayawati, “Pancasila sebagai Dasar Pembangunan Hukum Di

Indonesia”,Yudisia, Vol. 8 No. 1, Juni 2017

Artikel “Capaian Tiga Tahun Kabinet Kerja Kementerian Pertahanan, Vol. 67/Nomor.

53, Tahun 2019

AS. Muhamaad Hikam, Kewarganegaraan dan Agenda Demokratisasi, dalam Malian S

dan Marzuki. S., Pendidikan Kewarganegaraan dan Hak Azasi Manusia, UII

Press, Yogyakarta, 2002

Badan Pusat Statistik, Statitik Indonesia 2019

Budiyono, “Memperkokoh Idiologi Negara Pancasila Melalui Bela Negara”, Vol. 5,

No. 1 April 2017

Dahlan Thaib, Kedaulatan Rakyat Negara Hukum dan Hak-hak Asasi Manusia,

Kumpulan Tulisan dalam rangka 70 tahun Sri Soemantri Martosoewignjo, Media

Pratama,Jakarta,1996

Djokosoetono, Hukum Tata Negara, Himpunan oleh Harun Alrasid,Ghalia Indonesia,

Jakarta,1982

Kris Wijoyo Soepandji, Muhammad Farid, “Konsep Bela Negara Dalam Perspektif

Ketahanan Nasional”, Jurnal Hukum & Pembangunan, 48 No. 3 , 2018

Kuswan Hadji, “Aktualisasi Nilai Nilai Pancasila Sebagai Norma Dalam Mencegah

Korupsi Di Indonesia”, Vol 2 No 1 Tahun 2018

Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, Edisi Revisi, Penerbit Rajawali Pers,

Jakarta, 2014

Siswanto, “Transformasi dan Identitas Keindonesiaan”, Jurnal Penelitian Politik,

Volume 14 No. 1 Juni 2017

Sudjito, Hendro Muhaimin, “Membudayakan Nilai-Nilai Pancasila Dan Upaya

Menangkal Tumbuhnya Radikalisme Di Indonesia”, Waskita: Jurnal Pendidikan

Nilai dan Pembangunan Karakter, Vol 2 No 1 2018

Page 50: KAJIAN DAN EVALUASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …fh.ubb.ac.id/webconfig/download.php?file=LAP_AKHIR BPIP UU 23 2… · pertahanan dan keamanan negara dan ayat (2) “usaha pertahanan

48

Tim ICCE, Demokrasi, Hak Azasi Manusia dan Masyarakat Madani, ICCE, UIN

Suarif Hidayatullah, Jakarta, 2003

Toni dan Faisal, Pancasila Antara Akumulasi Informasi dan Paradigma Kebangsaan,

Jurnal Progressi, Volume XIII/No.1/Juni 2019.

Yuliandri, Asas-asas Pembentukan Peraturan Perundang-undanganYang baik, PT

Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2011

Page 51: KAJIAN DAN EVALUASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …fh.ubb.ac.id/webconfig/download.php?file=LAP_AKHIR BPIP UU 23 2… · pertahanan dan keamanan negara dan ayat (2) “usaha pertahanan

49

LAPORAN MATRIK

KAJIAN DAN EVALUASI

UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2019 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA

NASIONAL UNTUK PERTAHANAN NEGARA

TIM PENYUSUN Ketua : Dr. Dwi Haryadi, SH., MH. Anggota : Muhammad Syaiful Anwar, SH., LL.M.

Winanda Kusuma, SH., MH. Rafiqa Sari, SH., MH.

Kerjasama Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Dengan Fakultas Hukum Universitas Bangka Belitung (FH UBB) Desember 2019

Page 52: KAJIAN DAN EVALUASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …fh.ubb.ac.id/webconfig/download.php?file=LAP_AKHIR BPIP UU 23 2… · pertahanan dan keamanan negara dan ayat (2) “usaha pertahanan

50

NO Materi Undang-Undang Hasil Analisis dan Evaluasi Keterangan

1. Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 1 Mempertahankan Negara dalam hal ini Indonesai bila melihat secara utuh tidak

Pertahanan Negara adalah segala usaha hanya mempertahankan unsur kedaulatan, keutuhan dan keselamatan tapi perlu

untuk mempertahankan kedaulatan juga dimasukan usaha mempertahankan Pancasila sebagai ideologi bangsa yang

negara, keutuhan wilayah Negara telah terbukti oleh zaman mempertahankan Indonesia sebagai negara-bangsa

Kesatuan Republik Indonesia,

dankeselamatan segenap bangsa dari

ancaman serta gangguan terhadap

keutuhan bangsa dan negara.

2. Bagian kedua Tujuan dari Undang- Tujuan yang menitikberatkan pada tranasformasi sumber daya nasional dalam undang ini

Pasal 3 Pengelolaan Sumber Pancasila juga tidak melupakan peran dan kewajiban negara dalam memberikan

Daya Nasional untuk Pertahanan Negara perlindungan terhadap hak-hak warga negara dan penghormatan terhadap harkat

bertujuan untuk mentransformasikan dan martabat manusia. Peran negara tersebut tidak boleh dilupakan bukannya

Sumber Daya Manusia, Sumber Daya mentransformasi. Negara yang dimaksud disini adalah semua alat negara yang

Alam, dan Sumber Daya Buatan, serta dalam peraturan mempunyai kewajiban utama sebagai pelindung negara.

Sarana dan Prasarana Nasional menjadi

kekuatan Pertahanan Negarayang siap

digunakan untuk kepentingan Pertahanan

Negara.

Page 53: KAJIAN DAN EVALUASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …fh.ubb.ac.id/webconfig/download.php?file=LAP_AKHIR BPIP UU 23 2… · pertahanan dan keamanan negara dan ayat (2) “usaha pertahanan

51

3. Pasal 4 ayat 1 Pengelolaan Sumber Daya Penyiapan secara dini dalam menghadapi ancaman perlu adanya pengaturan yang

Nasional untuk Pertahanan Negara jelas agar rasa bersedia melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah

dipersiapkan secara dini untuk Indonesia dapat dipahami oleh warga negara bukan sebagai paksaan negara. Bila

menghadapi Ancaman tidak disampaikan dengan baik maksud penyiapan secara dini ini dengan tepat.

4. Pasal 4 ayat 3 menjabarkan beberapa Ancaman global sekarang beraneka ragam khususnya ancaman ideology yang

amcaman dari yang perlu diantisipasi secara nyata dalam menjalankan ideologi tersebut bertentangan dengan niali

Pancasila sepert kapitalisme, liberalisme, hedonisme, dan radikalisme.

5 BAB III, Bela Negara, Dalam usaha bela negara diwujudkan pada setiap aktivitas warga negara, baik fisik

Bagian Kesatu, Umum, maupun nonfisik, hal ini disesuaikan dengan kapasitas dan kompetensinya,

Pasal 6 ayat 1 sampai dengan ayat 5 meliputi idiologi, politik, ekonomi, sosial, dan budaya, serta pertahanan keamanan

dalam masa damai dan masa perang. Dalam pendidikan kewarganegaraan sudah

mencakup pemahaman tentang bela negara. Sedangkan untuk “pengabdian sesuai

profesi” seperti pengabdian setiap warga negara yang mempunyai profesi tertentu

untuk kepentingan pertahanan negara, termasuk dalam menganggulangi dan

memperkecil akibat yang ditimbulkan oleh perang, bencana alam, atau bencana

lainnya.

6 Bagian Kedua, Pendidikan Melalui pendidikan kewarganegaraan inilah dapat dilakukan pembinaan

Kewarganegaraan, Pasal 7, 8, 9, 10, 11, menanamkan nilai-nilai bela ngara, melalui sistem pendidikan nasional, kelompok

Page 54: KAJIAN DAN EVALUASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …fh.ubb.ac.id/webconfig/download.php?file=LAP_AKHIR BPIP UU 23 2… · pertahanan dan keamanan negara dan ayat (2) “usaha pertahanan

52

12 masyarakat lainnya diantaranya kader organisasi pemuda dan kader organisasi

mahasiswa, badan lainnya, antara lain adalah yayasan dan koperasi, serta pihak

lainnya antara lain adalah pihak swasta, organisasi kemasyarakatan, koorporasi,

dan perkumpulan. Sedangkan untuk kebijakan pembinaan kesadaran bela negara

antara lain adalah rencana induk dan rencana aksi. Hal ini dilakukan sebagai

bentuk pembinaan kesadaran negara demi persatuan dan kesatuan Indonesia.

7 Bagian Ketiga Bagian Ketiga, Pelatihan Pelatihan dasar kemiliteran ini hanya diberlakukan bagi warga negara yang telah

Dasar Kemiliteran Secara Wajib, Pasal memenuhi syarat sebagai calon komponen cadangan yang pengelolaannya

13 dilaksanakan oleh Menteri dengan menerapkan sistem tata kelola pertahanan

negara yang demokrasi, berkeadilan, dan menghormati hak asasi manusia serta

mentaati peraturan perundang-undangan, dengan tujuan memperkuat kemampuan

Tentara Nasional Indonesia sebagai salah satu komponen penting dalam

pertahanan negara.

8 Bagian Keempat, Pengabdian Sebagai Pengabdian sebagai prajurit Tentara Nasional adalah undang-undang mengatur

Prajurit Tentara Nasional Indonesia mengenai Tentara Nasional Indonesia.

Secara Sukarela atau Wajib, Pasal 14

9 Bagian Kelima, Pengabdian Sesuai Pengabdian sesuai profesi ini bertujuan untuk mengahadapi ancaman non militer

Profesi, Pasal 15, dan 16 serta sebagai bentuk tindakan yang wajib dilakukan oleh pemerintah sebagai

bentuk tanggung jawab untuk melakukan pembinaan warga negara sesuai dengan

Page 55: KAJIAN DAN EVALUASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …fh.ubb.ac.id/webconfig/download.php?file=LAP_AKHIR BPIP UU 23 2… · pertahanan dan keamanan negara dan ayat (2) “usaha pertahanan

53

profesinya yang dipersiapkan secara resmi untuk kepentingan pertahanan negara.

10 Pasal 28 tentang Komponen Cadangan Pasal 28 ayat (1) menjelaskan tentang isi komponen cadangan, dan hal tersebut

sudah sesuai dengan konsep Pancasila yang termakstub dalam UUD NRI 1945

pada Pasal 27 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945, yang menyebutkan bahwa, “setiap warga negara berhak dan wajib ikut

serta dalam upaya pembelaan negara”.

Dalam nilai-nilai Pancasila terdapat dalam nilai Sila Kedua, yang dalam tafsir

nialinya adalah berakiatn dengan peran dan keajiban negara dalam memberikan

perlindungan terhadap hak-hak warga neagra dan penghormatan terhadap harkat

dan martabat manusia (warga negara Indonesia).

Ruang yang diberikan oleh UU PSDN terhadap warga negara yang turut serta

dalam komponen cadangan sangat terbatas, maksudnya ialah tidak adanya ruang

untuk “mengundurkan diri atau menolak” apabila telah ikut dan ditetapkan sebagai

komponen cadangan. Oleh karena itu, disarankan dalam Peraturan Pemerintah

sebagai petunjuk pelaksanaan dari UU PSDN ini, agar memasukan mekanisme

pengunduran diri dari warga negara yang telah ditetapkan sebagai komponen

cadangan.

Page 56: KAJIAN DAN EVALUASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …fh.ubb.ac.id/webconfig/download.php?file=LAP_AKHIR BPIP UU 23 2… · pertahanan dan keamanan negara dan ayat (2) “usaha pertahanan

54

Pasal 28 ayat (2) yang menyebutkan bahwa komponen cadangan merupakan

pengabdian dalam usaha pertahanan negara yang bersifat sukarela. Dalam arti

sukarela yang didengungkan oleh Pancasila, secara tersirat bahwa kesiapsediaan

seorang warga negara muncul dari jiwa dan pemikiran suatu pembelaan negara

apabila terjadi ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan dari luar yang secara

nyata maupun tidak nyata sehingga mengancam kedaulatan Negara Republik

Indonesia. Hal ini berimplikasi terhadap konteks HAM yang secara universal ada

dalam Pancasila sebagai bintang pemandu sebuah negara. Dalam nilai-nilai

Pancasila masuk dalam aturan harus lebih mengedepankan terkait hak-hak warga

negara yang berkaitan dengan HAM khususnya hak atas warga negara.

Pasal 28 ayat (3) menjelaskan terkait pemanfaatan dalam usaha pertahanan negara

yang berkaitan dengan Sumber Daya Alam (Pasal 28 ayat (1) tersebut.

Pemanfaatan dari sumber-sumber ini diharapkan tidak adanya penyalahgunaan

kekuasaan yang berkaitan dengan pemanfaatan kekuatan pertahanan untuk

kepentingan pribadi atau golongan. Konsep Pancasila dalam hal melindungi

segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia secara nilai masuk dalam Sila

Ketiga. Bagaimana peraturan ini bisa menjadi dasar patokan untuk melaksanakan

adanya kewajiban warga negara untuk menjaga keberlangsungan negara Indonesia

Page 57: KAJIAN DAN EVALUASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …fh.ubb.ac.id/webconfig/download.php?file=LAP_AKHIR BPIP UU 23 2… · pertahanan dan keamanan negara dan ayat (2) “usaha pertahanan

55

yang berujung pada kerelaan berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.

11 Pasal 29 Pasal ini menjelaskan terkait komponen cadangan yang disiapkan untuk

dikerahkan melalui mobilisasi guna memperbesar dan memperkuat kekuatan dan

kemampuan komponen utama dalam menghadpi ancaman militer dan ancaman

hibrida. Secara tersurat, pasal ini berkaitan dengan tujuan dari adanya komponen

cadangan. Nilai-nilai Pancasila yang secara konseptual merasuk pada sendi-sendi

peraturan perundang-undangan, sehingga pemanfaatan sumber-sumber pertahanan

dalam komponen cadangan pertahanan ini, secara nyata tidak melanggar hal-hal

lain yang saling berkaitan khususnya berkaitan dengan komponen cadangan.

12 Pasal 30 ayat (1) dan ayat (2) Pasal-pasal ini berkaitan dengan pengelolaan kegiatan atau proses dari komponen

Pasal 31 s.d Pasal 40 cadangan tersebut. Pasal ini juga berkaitan erat dengan UU Nomor 3 Tahun 2002

tentang Pertahanan Negara yang masih aktif dan berjalan sehingga terdapat dua

aturan yang mengatur pada satu objek, sehingga berpotensi adanya tumpang tindih

pada saat pelaksanaan dilapangan, kemudian pada Pasal 8 ayat (3) UU Nomor 3

Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara adanya pembentukan komponen cadangan

dan komponen pendukung, kemudian terkait Bela Negara yang termaktub dalam

Pasal 9 ayat (3) Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara.

Page 58: KAJIAN DAN EVALUASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …fh.ubb.ac.id/webconfig/download.php?file=LAP_AKHIR BPIP UU 23 2… · pertahanan dan keamanan negara dan ayat (2) “usaha pertahanan

56

13 Pasal Pasal 41 huruf g tentang Kewajiban UU PSDN Pasal 41 huruf g, yang menyatakan bahwa komponen cadangan wajib

dan Hak memenuhi panggilan mobilisasi. Diksi “wajib” adalah sebuah perintah. UU PSDN

itu sendiri, hanya menjelaskan berkaitan dengan aturan dan persyaratan menjadi

komponen cadangan, namun tidak menjelaskan tekait apabila warga negara yang

sudah masuk komponen cadangan ingin mengundurkan diri atas dasar alasan logis

yang bisa diterima. Hal ini berkaitan dengan Pasal 77 ayat (1) tentang ketentuan

pidana, yang menyebutkan bahwa apabila setiap komponen cadangan tidak

memenuhi panggilan mobilisasi diancam dengan penjara paling lama 4 (empat)

tahun.

hal tersebut menimbulkan ambiguitas terhadap pasal tersebut, disisi lain sukarela,

kemudian menjadi wajib yang berujung pada pemidanaan apabila tidak mengikuti

panggilan komponen cadangan. Nilai-nilai Pancasila yang seharusnya

dikedepankan berkaitan dengan penghormatan terhadap hak dasar manusia sebagai

individu, maupun sebgai warga masyarakat yang berhak untuk memilih tanpa

harus dikenakan ancaman hukuman. Hal-hl seperti ini seharusnya dihindari

sehingga UU tersebut lebih humanis dan populis.

14 Pasal 42 ayat (1) dan ayat (2) Komponen Cadangan yang terdapat dalam Pasal 28 ayat (1) huruf a mendapatkan

hak sebagaimana yang disebutkan di pasal 42 ini, hal ini secara penuh menjadi

Page 59: KAJIAN DAN EVALUASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …fh.ubb.ac.id/webconfig/download.php?file=LAP_AKHIR BPIP UU 23 2… · pertahanan dan keamanan negara dan ayat (2) “usaha pertahanan

57

tanggungan negara. Hal tersebut secara prinisp sesuai dengan nilai-nilai Pancasila

berkaitan dengan peran dan kewajiban negara dalam memberikan perlindungan

terhadap hak-hak warga negara dan penghormatan terhadap harkat dan martabat

manusia. Secar tidak langsung berkaitan dengan adagium “memanusiakan

manusia”.

15 Pasal 43 Merupakan pembagian jenis masa pengabdian, yaitu masa aktif dan masa tidak

aktif bagi komponen cadangan.

16 Pasal 44 ayat (1) dan ayat (2) Pasal 44 ayat (1) merupakan masa pengabdian aktif pada saat komponen cadangan

mengikuti pelatihan penyegaran dan/atau pada saat mobilisasi

Pasal 44 ayat (2) merupakan masas tidak aktif dimana komponen cadangan

kembali kepada rutinitas atau pekerjaan semula

17 Pasal 45 ayat (1) dan ayat (2) Pasal 45 ayat (1) menyebutkan tetap memperoleh hak ketenagakerjaannya dan

tidak menyebabkan putusnya hubungan kerja dengan instansi atau perusahaan

tempatnya bekerja. Hal ini secara prinsip akan bersinggungan dengan UU Nomor

13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang berhubungan dengan warga negara

yang bekerja bidang tertentu dalam sektor swasta yang tunduk dan patuh terhadap

Peraturan Perusahaan yang kemudian ikut dalam usaha bela negara, bentuk

perlindungan terhadap karyawan tersebut atas pekerjaannya harus secara nyata

dijamin dan dikembalikan hak-haknya oleh negara untuk bisa dan

Page 60: KAJIAN DAN EVALUASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …fh.ubb.ac.id/webconfig/download.php?file=LAP_AKHIR BPIP UU 23 2… · pertahanan dan keamanan negara dan ayat (2) “usaha pertahanan

58

mendapatkan pekerjaannya kelak dikemudian hari pasca demobilisasi.

Pasal 45 ayat (2) warga negara yang berstatus mahasiswa selama menjalanimasa

aktif akan tetap memperoleh hak akademisnya dan tidak menyebabkan kehilangan

status sebagai peserta didik. Hal ini sesuai dengan tujuan negara yang menjelaskan

bahwa mencerdaskan kehidupan bangsa meurpkan hak wajib warga negara namun

tidak dipungkiri harus melalui surat izin tertulis apabila mahasiswa tersebut masuk

terseleksi dalam komponen cadangan tersebut.

18 Pasal 46 Pelaksanaan pelatihan (masa aktif), menggunakan hukum militer

19 Pasal 47 Batas akhir pengabdian oleh komponen cadangan pada usia 48 tahun. Hal ini

sudah mencukupi umur yang beranjak senja sehingga perlu diistirahatkan.

20 Pasal 48 Masa pengabdian komponen cadangan diatur dengan Peraturan Pemerintah.

21 Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) tentang Dalam pasal ini mengatur mekanisme terkait dengan pemberhentian secara hormat

Pemberhentian dan pemberhentian komponen cadangan secara tidak hormat. Dalam

pemberhentian tersebut sudah jelas terkait unsur-unsur pemberhentiannya.

22 Pasal 50 Ketentuan pemberhentian komponen cadangan diatur dengan Peraturan

Pemerintah.

23 Pasal 51 Penetapan Sumber Daya alam, Penetapan Sumber Daya alam, Sumber Daya Buatan serta sarana dan prasarana

Sumber Daya Buatan serta sarana dan nasional ini melalui tahapan verifikasi dan klasifikasi yang berkaitan langsung

Page 61: KAJIAN DAN EVALUASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …fh.ubb.ac.id/webconfig/download.php?file=LAP_AKHIR BPIP UU 23 2… · pertahanan dan keamanan negara dan ayat (2) “usaha pertahanan

59

prasarana nasional dengan sistem tata kelola pertahanan yang mendukung komponen utama maupun

Pasal 51 sd Pasal 54 komponen cadangan. Penetapan SDA, SDB dan Sapras Nasional ini ditentukan

oleh menteri dengan berkoordinasi dengan menteri yang terkait.

24 Pasal 55 Penetapan komponen cadangan tidak menghilangkan kepemilikan dan

pengelolaan, namun disisi lain, tidak diatur mengenai pemilik yang “menolak” atas

SDA dan SDB nya ditetapkan menjadi komponen cadangan oleh negara.

Seyogyanya untuk pengaturan teknisnya, dimasukan juga ketentuan mengenai

“hak menolak” terhadap pemanfaatan SDA dan SDB atas penetapan komponen

cadangan tersebut.

Pasal 56 Ketentuan mengenai penetapan SDA, SDB dan Sapras Nasional diatur dalam

Peraturan Pemerintah

25 Pasal 57 tentang Warga Negara Tujuan dari pembinaan komponen cadangan tersebut adalah untuk meningkatkan

Pasal 57 ayat (1), (2), dan ayat (3) kualitas, nilai guna, dan daya guna untuk kepentingan pertahanan negara. Hal ini

Pasal 58 ayat (1) dan ayat (2) secara prinsip sesuai dengan nilai-nilai Pancasila berkaitan dengan usaha untuk

persatuan dan kesatuan negara mendasarkan pada warga negaranya sendiri.

26 Pasal 59 ayat (1) dan ayat (2) Sumber Sumber daya Alam, Sumber Daya Buatan serta Sarana dan Prasarana Nasional

daya Alam, Sumber Daya Buatan serta dikelola, dipelihara dan dirawat dibawah supervisi dibawah kementerian atau

Sarana dan Prasarana Nasional lembaga terkait sesuai dengan tugas pokok dan fungsi.

27 Pasal 60 Ketentuan mengenai pembinaan komponen cadangan diatur dalam Peraturan

Page 62: KAJIAN DAN EVALUASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …fh.ubb.ac.id/webconfig/download.php?file=LAP_AKHIR BPIP UU 23 2… · pertahanan dan keamanan negara dan ayat (2) “usaha pertahanan

60

Pemerintah.

28 Penggunaan dan Pengembalian Penggunaan dan Pengembalian komponen cadangan difungsikan untuk

Pasal 61 ayat (1) dan ayat (2) memperbesar dan memperkuat komponen utama pasca penyataan mobilisasi

Pasal 62 ayat (1) dan ayat (2) dan/atau demobilisasi oleh Presiden. penggunaan komponen cadangan nini

dibawah komando Panglima TNI. Secara urutan kewenangan, sudah jelas dan

terukur dalam pelaksanaannya, terkait mobilisasi dan atau demobilisasi oleh

Kepala Negara dan pelaksanaannya oleh Panglima TNI.

29 Pasal 63 tentang Mobilisasi Pasal 63 ayat (1) dan ayat (2) tentang mobilisasi dalam keadaan darurat militer

atau keadaan perang dengan persetujuan DPR RI. Hal ini merupakan hal yang

sudah tepat dalam persetujuan mobilisasi agar tidak timbul korban pada

masyarakat secara meluas.

30 Pasal 64 Pasal 64 ayat (1) dan ayat (2) menerangkan terkait mobilisasi terhadap komponen

cadangan dan komponen pendukung dinaikan statusnya menjadi komponen

cadangan.

31 Pasal 65 Pasal 65 ayat (1) dan ayat (2) terkait dengan mobilisasi yang dikoordinasikan oleh

kementerian atau lembaga sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing.

Komponen pendukung bersifat non kombatan.

32 Pasal 66 Pasal 66 ayat (1) dan ayat (2) berkaitan dengan Komponen cadangan yang berasal

dari unsur warga negara wajib memenuhi panggilan mobilisasi, dan setiap pemilik

Page 63: KAJIAN DAN EVALUASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …fh.ubb.ac.id/webconfig/download.php?file=LAP_AKHIR BPIP UU 23 2… · pertahanan dan keamanan negara dan ayat (2) “usaha pertahanan

61

dan/atau pengelola sumber daya alam, sumber daya buatan serta sarana dan

prasarana nasional yang ditetapkan setatusnya menjadi komponen cadangan wajib

menyerahkan pemanfaatannya untuk kepentingan mobilisasi.

33 Pasal 67 Pasal 67 (1), (2), (3), dan (4) terkait dengan komponen cadangan yang

diperlakukan dan diberikan hak sesuai dengan ketentan yang berlaku dan tidak

memutuskan hubungan kepemilikannya.

34 Pasal 68 Terkait mobilisasi diatur dalam Peraturan Pemerintah.

35 Pasal 69 tentang Demobilisasi Pasal 69 ayat (1) dan ayat (2) terkait pemulihan Demobilisasi yang dinyatakan

oleh Presiden dengan persetujuan DPR. Hal ini sudah sesuai dgn fungsi kekuassan

legislatif dan eksekuitf untuk saling bekerjasama dalam hal genting tentang

mobilisasi.

36 Pasal 70 Demobilisasi dilakukan secara bertahap guna memulihkan fungsi dan tugas umum

pemerintahan dan kehidupan sosial ekonmi masyarakat pasca mobilisasi oleh

negara.

37 Pasal 71 71 ayat (1) dan ayat (2) terkait dengan konsep rehabilitasi atas Sumber Daya

Alam yang dimiliki oleh warga negara. Dalam rehabilitasi terhadap SDA tersebut,

belum dijelaskan secara rinci terkait indikator rehabilitasi SDA tersebut.

Seyogyanya diberikan indikator tingkat rehabilitasi yang diberikan negara atas

penggunaan SDA oleh negara terhadap SDA alam milik warga negara (swasta

Page 64: KAJIAN DAN EVALUASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …fh.ubb.ac.id/webconfig/download.php?file=LAP_AKHIR BPIP UU 23 2… · pertahanan dan keamanan negara dan ayat (2) “usaha pertahanan

62

maupun perseorangan).

38 Pasal 72 ayat (1), (2) dan (3) tentang Pengembalian sumber daya alam, sumber daya buatan serta sarana dan prasarana

Demobilisasi nasional kepada masyarakat, negara diposisikan sebagai badan hukum,

mengembalikan kepada subyek hukum (pemilik SDA atau SDB) lain. Dalam pasal

ini tidak menyebutkan secara eksplisit terkait dengan tunduk dan patuhnya negara

(badan hukum) terhadap asas-asas hukum perdata. Dalam pasal tersebut, tidak

dijelaskan posisi negara dengan posisi komponen cadangan (sumber daya alam,

sumber daya buatan serta sarana dan prasarana nasional). Seyogyanya harus

diberikan kepastian aturan dan kepastian kedudukan para pihak untuk

menggunakan bagian dari keperdataan tersebut. Persamaam kedudukan didepan

hukum merupakan bagain dari sebuah nilai-nilai Pancasila yang dituangkan dalam

UUD NRI 1945.

39 Pasal 73 Komponen cadangan yang dimobilisasi dan pengelola mendapatkan tanda

kehormatan oleh negara. Hal ini terkait dengan penghormatan atas rela

berkobannya para komponen cadangan yang secara sukarela menyerahkan

pemanfaatan atas sumber daya alam maupun sumber daya buatan demi

kepentingan negara.

40 Pasal 74 Ketentuan demobiliasi akan diatur dalam Peraturan Pemerintah. Diharapkan

Page 65: KAJIAN DAN EVALUASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …fh.ubb.ac.id/webconfig/download.php?file=LAP_AKHIR BPIP UU 23 2… · pertahanan dan keamanan negara dan ayat (2) “usaha pertahanan

63

peraturan pemerintah sebagai petunjuk teknis akan lebih mengedepankan kajian

mengenai nilai-nilai Pancasila sebagai landasan pelaksanaan UU PSDN ini

sehingga tujuan dari negara tercapai.

41 Pasal 76 Perihal pengawasan usaha bela negara, penataan komponen pendukung dan

pembentukan komponen cadangan dilakukan oleh komisi di DPR yang

membidangi. Ketentuan ini sudah sejalan dengan prinsip check and balance

kekuasaan agar tidak ada penyalahgunaan terhadap sumber daya pertahanan

negara. Kemudian fungsi pengawasan memang menjadi bagian dari tugas DPR.

Hal ini juga sudah sesuai dengan nilai sila keempat dimana kita menganut sistem

perwakilan, dan DPR sebagai representasi dari masyarakat memiliki kewajiban

untuk melakukan pengawasan terhadap kinerja eksekutif termasuk implementasi

undang-undang ini.

42 Pasal 77 Kriminalisasi terhadap setiap komponen cadangan atau setiap orang yang tidak

memenuhi panggilan mobilisasi dengan ancaman pidana tunggal berupa pidana

penjara maksimal 4 tahun pada dasarnya penting ditinjau ulang mengingat tujuan

nasional dalam pembukaan UUD 1945, kemudian nilai-nilai Pancasila sila ke tiga

dan Pasal 30 ayat (1) dan ayat (2) meskipun mendudukan kewajiban warga negara

dalam pertahanan negara, namun tetap posisi utama ada pada kewajiban

pemerintah melalui perangkatnya berupa TNI dan Polri. Kemudian jika melihat

Page 66: KAJIAN DAN EVALUASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …fh.ubb.ac.id/webconfig/download.php?file=LAP_AKHIR BPIP UU 23 2… · pertahanan dan keamanan negara dan ayat (2) “usaha pertahanan

64

syarat-syarat kriminalisasi tentunya ketentuan ini belum sepenuhnya memenuhi

persyaratan tersebut.

43 Pasal 78 Kriminalisasi terhadap pemberi kerja/pengusaha/lembaga pendidikan yang

memutuskan hubungan kerja dengan calon komponen cadangan juga dirasa kurang

tepat mengingat ini adalah ranahnya hukum perdata, serta mempertimbangkan

syarat-syarat kriminalisasi. Pasal ini pada dasarnya tujuannya untuk melindungi

kepentingan negara dalam konteks pertahanan negara, namun tentunya

kepentingan dunia kerja juga bagian yang harus dilindungi oleh negara. Namun

dari semua ini, pada dasarnya ketentuan ini adalah kelanjutan dari pasal

sebelumnya yang mengkriminalisasi setiap orang yang tidak mau dimobilisasi.

44 Pasal 79 Kriminalisasi terhadap perbuatan tidak menyerahkan pemanfaatan sumber daya

yang dimiliki juga perlu ditinjau ulang untuk dapat digunakan sarana sanksi

hukum yang lain karena ini terkait dengan hak milik dan hukum privat atau

mungkin ke sanksi administrasi dibandingkan dengan sanksi pidana yang

diancaman dengan pidana tunggal penjara maksimal 4 tahun.

45 Pasal 80, 81, 82, dan 83 Kriminalisasi terhadap perbuatan penyalahgunaan kekuasaan dengan tidak

menyerahkan kembali sumber daya, perbuatan menganjurkan orang tidak

menyerahkan, atau perbuatan diatas karena kealpaan, juga membutuhkan

peninjauan ulang mengenai subjek tindak pidananya, dan kembali pada posisi

Page 67: KAJIAN DAN EVALUASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN …fh.ubb.ac.id/webconfig/download.php?file=LAP_AKHIR BPIP UU 23 2… · pertahanan dan keamanan negara dan ayat (2) “usaha pertahanan

65

warga negara sebagai perangkat pendukung. Pada dasarnya kriminalisasi pada

pasal 80 sampai 83 merupakan tindak lanjut dari kriminalisasi sebelumnya.

46 Pasal 84 dan 85 Dalam ketentuan penutup ini sepertinya ada inkonsistensi dimana Pasal 84

mengatur bahwa masih berlaku sepanjang tidak bertentangan, namun di Pasal 85

terhadap undang-undang yang sama dicabut dan tidak berlaku