laporan akhir - fh.ubb.ac.idfh.ubb.ac.id/webconfig/download.php?file=cover plus lap_akhir bpi… ·...

37
Kerjasama Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Dengan Fakultas Hukum Universitas Bangka Belitung (FH UBB) Desember 2019 LAPORAN AKHIR KAJIAN DAN EVALUASI KAJIAN PERSPEKTIF CITA HUKUM PANCASILA TERHADAP PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 4 TAHUN 2005 PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 3 TAHUN 2003 TENTANG LARANGAN KEGIATAN PADA BULAN RAMADHAN TIM PENYUSUN KETUA : Dr. Faisal, S.H., M.H. ANGGOTA : Toni, S.H., M.H Ndaru Satrio, S.H., M.H. A. Cery Kurnia, S.H., M.H

Upload: others

Post on 10-Nov-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN AKHIR - fh.ubb.ac.idfh.ubb.ac.id/webconfig/download.php?file=Cover plus LAP_Akhir BPI… · Pancsila sebagai paradigma pembangunan hukum memiliki sekurang- kurangnya empat

Kerjasama Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Dengan Fakultas Hukum Universitas Bangka Belitung (FH UBB) Desember 2019

LAPORAN AKHIR

KAJIAN DAN EVALUASI

KAJIAN PERSPEKTIF CITA HUKUM PANCASILA

TERHADAP PERATURAN DAERAH KOTA

BANJARMASIN NOMOR 4 TAHUN 2005

PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR

3 TAHUN 2003 TENTANG LARANGAN KEGIATAN

PADA BULAN RAMADHAN

TIM PENYUSUN KETUA : Dr. Faisal, S.H., M.H. ANGGOTA : Toni, S.H., M.H

Ndaru Satrio, S.H., M.H. A. Cery Kurnia, S.H., M.H

Page 2: LAPORAN AKHIR - fh.ubb.ac.idfh.ubb.ac.id/webconfig/download.php?file=Cover plus LAP_Akhir BPI… · Pancsila sebagai paradigma pembangunan hukum memiliki sekurang- kurangnya empat

1.1. Latar Belakang

Sistem hukum Indonesi adalah sistem hukum Pancasila. Apabila

dijabarkan lebih maka akan berlandaskan/berorientasi pada tiga pilar/nilai

keseimbangan Pancasila, yaitu: pertama, berorientasi pada nilai-nilai

“Ketuhanan” (bermoral religius); kedua, berorientasi pada nilai-nilai

“Kemanusiaan” (humanistik); dan ketiga berorientasi pada nilai-nilai

“Kemasyarakatan” (nasionalistik, demokratik, berkeadilan sosial).1

Pancasila merupakan nilai-nilai filosofis kultural fundamental, maka

dapatlah ditegaskan bahwa strategi pembangunan sistem hukum nasional

seharusnya berawal/ dimulai dari “pembangunan kultural” (budaya hukum

nasional), karena nilai Pancasila inilah yang merupakan ruh/ jiwa/ nilai dasar/

ide dasar dari sistem hukum nasional.

Pancsila sebagai paradigma pembangunan hukum memiliki sekurang-

kurangnya empat kaidah penuntun yang harus dijadikan pedoman dalam

pembentukan dan penegakan hukum di Indonesia.2

Pertama, hukum harus melindungi segenap bangsa dan menjamin keutuhan bangsa dan karenanya tidak diperbolehkan ada hukum-hukum yang menanam benih disintegrasi. Kedua, hukum harus mampu menjamin keadilan sosial dengan memberikan proteksi khusus bagi golongan lemah agar tidak tereksploitasi dalam persaingan bebas melawan golongan yang kuat. Ketiga, hukum harus dibangun secara demokratis sekaligus membangun demokrasi sejalan dengan nomokrasi (negara hukum). Keempat, hukum tidak boleh diskriminatif berdasarkan ikatan primordial apapun dan harus mendorong terciptanya toleransi beragama berdasarkan kemanusiaan dan keberadaan.

Pancasila sebagai akar dari cita hukum bangsa Indonesia memberikan

konsekuensi bahwa dalam dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara,

1 Barda Nawawi Arief, 2012, Pembangunan Sistem Hukum Nasional, Semarang, Penerbit Pustaka Magister Semarang, hlm. 12.

2 Moh. Mahfud MD, 2010, Membangun Politik Hukum, Menegakkan Konstitusi,

Cetakan Pertama, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, hlm.55.

Page 3: LAPORAN AKHIR - fh.ubb.ac.idfh.ubb.ac.id/webconfig/download.php?file=Cover plus LAP_Akhir BPI… · Pancsila sebagai paradigma pembangunan hukum memiliki sekurang- kurangnya empat

sebagai pandangan hidup yang dianut akan memberikan koherensi dan direksi

(arah) pada pikiran dan tindakan.3

Cita hukum adalah gagasan, karsa, cipta dan pikiran berkenaan dengan hukum atau persepsi tentang makna hukum, yang dalam intinya terdiri atas tiga unsur yakni keadilan, kehasil-gunaan dan kepastian hukum. Cita hukum terbentuk dalam pikiran dan sanubari manusia sebagai produk berpadunya pandangan hidup, keyakinan keagaamaan dan kenyataan kemasyarakatan. Sejalan dengan itu maka, Ilmu hukum dan Hukum Indonesia seyogianya bertumpu dan mengacu pada cita hukum tersebut.

Pembangunan hukum harus berdasarkan nilai-nilai Pancasila. Menurut

Van Eikema Hommes asas hukum tidak boleh dianggap sebagai norma

hukum yang konkret, tetapi perlu dipandang sebagai dasar umum atau

petunjuk bagi hukum yang berlaku. Pembentukan hukum praktis perlu

berorientasi pada asas-asas hukum tersebut. Asas hukum adalah dasar atau

petunjuk arah dalam pembentukan hukum positif.4

A. Hamid S. Attamimi mengemukakan pembangunan hukum nasional

khususnya pembentukan perundang-undangan senantiasa harus

memperhatikan asas-asas hukum. Salah satu asas material dalam

pembentukan perundang-undangan harus sesuai dengan Cita Hukum

(rechtsidee) dan Norma Fundamental Negara (staatsfundamentalnorm), yakni

Pancasila.5

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan merupakan sebuah

sistem, karena di dalamnya terdapat beberapa peristiwa/tahapan yang terjalin

dalam satu rangkaian yang tidak terpisahkan antara satu dan lainnya. Tahapan

tersebut yaitu tahap perencanaan, tahap penyusunan, tahap pembahasan, tahap

pengesahan, tahap pengundangan, dan tahap penyebarluasan.

Jimly Asshiddiqie menyatakan bahwa seharusnya norma hukum yang

hendak dituangkan dalam rancangan Peraturan Perundang-undangan, benar-

benar telah disusun berdasarkan pemikiran yang matang dan perenungan yang

3 B. Arief Sidharta, Ilmu Hukum Indonesia, Op. Cit, hlm. 84-85.

4 Chainur Arrasjid, 2004, Dasar-Dasar Ilmu Hukum, Cetakan Ketiga, Jakarta, Sinar Grafika, hlm.37.

5 A. Hamid S. Attamimi, 1990, Peranan Keputusan Presiden Republik Indonesia

dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Negara,suatu studi analisis mengenai Keputusan Presiden yang berfungsi pengaturan dalam kurun waktu PELITA I-PELITA IV, Jakarta, Sekretariat Negara RI, hlm.344-345.

Page 4: LAPORAN AKHIR - fh.ubb.ac.idfh.ubb.ac.id/webconfig/download.php?file=Cover plus LAP_Akhir BPI… · Pancsila sebagai paradigma pembangunan hukum memiliki sekurang- kurangnya empat

memang mendalam, semata-mata untuk kepentingan umum (public interest),

bukan kepentingan pribadi atau golongan.6

Para pendiri Negara telah mengonsepsikan bahwa Negara Republik

Indonesia merupakan Negara berdasar hukum, Negara yang demokratis

(berkedaulatan rakyat), berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, dan

berkeadilan sosial. Padahal para pendiri negara telah mengonsepsikan bahwa

Negara Republik Indonesia merupakan Negara berdasar hukum, Negara yang

demokratis (berkedaulatan rakyat), berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa,

dan berkeadilan sosial.

Konsep Negara Kesatuan Republik Indonesia menurut UUD 1945

ialah Negara Hukum Pancasila, yaitu konsep Negara hukum di mana satu

pihak harus memenuhi kriteria dari konsep negara hukum pada umumnya,

yaitu memenuhi unsur-unsur dari negara hukum (rechtstaat), menurut

Freidrich Julius Stahl, ada empat unsur, yaitu:

1. Perlindungan hak asasi manusia;

2. Pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak-hak itu;

3. Pemerintahan berdasar peraturan perundang-undangan (asas

legalitas); dan

4. Peradilan administrasi dalam perselisihan.

Negara Hukum Pancasila juga harus diwarnai oleh aspirasi-aspirasi

ke-Indonesian yaitu lima nilai fundamental dari Pancasila. Dengan kata lain,

dalam sebuah Negara Hukum menentukan ada batas-batas kekuasaan dari hak

pemerintah. Segala tindakan dari penguasa harus berdasarkan serta bersumber

dari peraturan perundang-undangan. Penguasa tidak boleh keluar dari rel

6Jimly Asshiddiqie, 2006, Perihal Undang-Undang di Indonesia, Sekretariat Jenderal

Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Jakarta, hlm. 320

Page 5: LAPORAN AKHIR - fh.ubb.ac.idfh.ubb.ac.id/webconfig/download.php?file=Cover plus LAP_Akhir BPI… · Pancsila sebagai paradigma pembangunan hukum memiliki sekurang- kurangnya empat

aturan atau batas-batas patokan yang sudah ditentukan dalam perundang-

undangan.7

Peraturan Daerah yang bermuatan syari’ah yang bermunculan di

berbagai daerah di Indonesia setelah dilaksanakannya Undang-Undang

Nomor 23 tahun 2014 yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 9

tahun 2015 tentang Pemerintahan Daerah berpotensi akan memunculkan

persoalan, baik secara politik, sosial maupun secara hukum. Secara politik

maraknya peraturan daerah yang bermuatan syari’ah di berbagai daerah di

Indonesia dikhawatirkan akan mengulang ketegangan hubungan masa lalu

antara agama dan Negara. Yaitu ketika kelompok islam formalis gagal

memasukkan syariat islam dalam konstitusi nasional, maka dialihkan ke

tingkat daerah dengan membuat perda-perda. Sehingga pada akhirnya akan

mengancam keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan ideologi

Pancasila.

Salah satu Perda yang bermuatan syari’ah adalah Perda Kota

Banjarmasin Nomor 4 Tahun 2005 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah

Kota Banjarmasin Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Larangan Kegiatan Pada

Bulan Ramadhan.

Kenyataannya ini tentu saja bisa melahirkan suatu masalah. Karena di

satu sisi UU membenarkan daerah untuk memproduksi Perda sesuai dengan

keunikan daerah atau keunikan keberagaman, tetapi di sisi lain ini sering kali

dilupakan, disebutkan ada enam urusan yang menjadi urusan Pemerintah

Pusat, yaitu politik luar negeri, pertahanan, keamanan, peradilan, moneter,

dan fiskal serta agama. Artinya pemerintah daerah tidak memiliki

kewenangan untuk mengatur peraturan tentang agama, karena agama sudah

menjadi wewenang pemerintah pusat.8 Pasal 10 Undang-Undang Nomor 23

7Abdul Hadi, 2014, Study Analisis Keabsahan Perda Syariat Dalam Perspektif Teori

Hirarki Norma Hukum, Jurnal Ummul Quran Vol IV, No. 2, hlm. 55

8 Abdul Mu’in, dkk 2006, Perda Syari’ah Dalam Bingkai Negara Bangsa, Jurnal

Taswirul Afkar Edisi 20, hlm. 47.

Page 6: LAPORAN AKHIR - fh.ubb.ac.idfh.ubb.ac.id/webconfig/download.php?file=Cover plus LAP_Akhir BPI… · Pancsila sebagai paradigma pembangunan hukum memiliki sekurang- kurangnya empat

tahun 2014 yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 9 tahun 2015

tentang Pemerintahan Daerah menyebutkan bahwa:

“Urusan pemerintahan absolut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9

ayat (2) meliputi: a. politik luar negeri; b. pertahanan; c. keamanan; d.

yustisi; e. moneter dan fiskal nasional; dan f. agama.”

Pro kontra dimulai dari fenomena Perda Kota Banjarmasin No. 13

Tahun 2003 tentang Larangan Kegitan Pada Bulan Ramadhan sedikit banyak

menjelaskan bahwa Perda tersebut bisa dinyatakan Perda bernuansa syari’ah

yang merujuk ke konsep syari’ah, sebagaimana pokok utama isi dan tujuan

masih terdapat nilai-nilai agama atau religius. Dalam Perda tersebut diatur

kegiatan-kegiatan yang dilarang selama bulan Ramadhan di Kota

Banjarmasin. Kegiatan tersebut dapat berupa membuka tempat hiburan,

membuka warung makan, makan dan minum serta merokok di tempat-tempat

umum.9

Perda Kota Banjarmasin No. 13 Tahun 2003 tentang Larangan

Kegiatan Pada Bulan Ramadhan ini kemudian berubah menjadi Perda Kota

Banjarmasin Nomor 4 Tahun 2005 tentang Larangan Kegiatan Pada Bulan

Ramadhan yang memuat materi lebih menitikberatkan pada perubahan sanksi

yang ada. Potensi untuk terjadi pro dan kotra terhadap katentuan di dalamnya

juga tidak bisa kita tolak karena ketentuan dari regulasi tersebut dapat

berimbas ke bidang kehidupan yang lainnya serta berpotensi mencederai nilai

cita hukum Pancasila yang di miliki bangsa Indonesia.

1.2. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis kemukakan di atas,

maka hal yang menjadi pertanyaan kajian ini sebagai berikut:

a. Apakah Peraturan Daerah Kota Banjarmasin Nomor 4 Tahun 2005

Perubahan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2003 tentang

9 Lihta Pasal 2 Perda Kota Banjarmasin Nomor 13 Tahun 2003

Page 7: LAPORAN AKHIR - fh.ubb.ac.idfh.ubb.ac.id/webconfig/download.php?file=Cover plus LAP_Akhir BPI… · Pancsila sebagai paradigma pembangunan hukum memiliki sekurang- kurangnya empat

Larangan Kegiatan Pada Bulan Ramadhan sesuai dengan cita

hukum Pancasila?

b. Apa implikasi hukum diberlakukannya Peraturan Daerah Kota

Banjarmasin Nomor 4 Tahun 2005 Perubahan Peraturan Daerah

Nomor 3 Tahun 2003 tentang Larangan Kegiatan Pada Bulan

Ramadhan?

c. Bagaimana seharusnya Peraturan Daerah Kota Banjarmasin

Nomor 4 Tahun 2005 Perubahan Peraturan Daerah Nomor 3

Tahun 2003 tentang Larangan Kegiatan Pada Bulan Ramadhan

yang sesuai dengan cita hukum Pancasila?

1.3. Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan dari kajian ini adalah

a. Untuk mengetahui dan menganalisis kesesuaian Peraturan Daerah

Kota Banjarmasin Nomor 4 Tahun 2005 Perubahan Peraturan

Daerah Nomor 3 Tahun 2003 tentang Larangan Kegiatan Pada

Bulan Ramadhan dengan cita hukum Pancasila

b. Untuk mengetahui dan menganalisis implikasi hukum yang terjadi

akibat diberlakukannya Peraturan Daerah Kota Banjarmasin

Nomor 4 Tahun 2005 Perubahan Peraturan Daerah Nomor 3

Tahun 2003 tentang Larangan Kegiatan Pada Bulan Ramadhan.

c. Untuk mengetahui dan menganalisis solusi yang tepat yang dapat

diberlakukan pada Peraturan Daerah Kota Banjarmasin Nomor 4

Tahun 2005 Perubahan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2003

tentang Larangan Kegiatan Pada Bulan Ramadhan.

1.4. Metodologi

Metodologi yang digunakan dalam kajian ini adalah Regulatory Impact

Assessment (RIA) yakni sebuah proses yang secara sistematis menilai

signifikansi dampak (baik secara positif maupun negatif) dari sebuah regulasi.

Page 8: LAPORAN AKHIR - fh.ubb.ac.idfh.ubb.ac.id/webconfig/download.php?file=Cover plus LAP_Akhir BPI… · Pancsila sebagai paradigma pembangunan hukum memiliki sekurang- kurangnya empat

Penilaian ini dapat dilakukan baik untuk mengukur dampak dari regulasi

yang sedang diusulkan (ex ante) maupun dampak nyata dari sebuah regulasi

yang sudah ada dan tengah berjalan (ex pos).

Kajian ini menggunakan metode RIA sebagai Logika Berfikir. Metode

RIA dapat digunakan oleh pengambil kebijakan untuk berfikir logis, mulai

dari identifikasi masalah, identifikasi pilihan untuk memecahkan masalah,

serta memilih satu kebijakan berdasarkan analisis terhadap semua pilihan.

Metode RIA mendorong pengambil kebijakan untuk berfikir terbuka dengan

menerima masukan dari berbagai komponen yang terkait dengan kebijakan

yang hendak diambil.

Page 9: LAPORAN AKHIR - fh.ubb.ac.idfh.ubb.ac.id/webconfig/download.php?file=Cover plus LAP_Akhir BPI… · Pancsila sebagai paradigma pembangunan hukum memiliki sekurang- kurangnya empat

BAB II

Tinjauan Pustaka

A. Kerangka Konseptual

1. Kegiatan Bulan Ramadhan

Kegiatan menurut kamus besar bahasa Indonesia mempunyai arti

aktifitas, usaha, pekerjaan. Apabila merujuk pada Perda Nomor 13 Tahun

2003 tentang larangan kegiatan pada bulan Ramadhan, yang dimaksud

dengan kegiatan maksudnya adalah kegiatan yang dilarang. Pada Bab 2

Pasal 2 ayat (1) Perda Nomor 13 Tahun 2003 tentang larangan kegiatan

pada bulan Ramadhan disebutkan bahwa:

“Dilarang membuka kegiatan tempat hiburan; restoran, warung,

rombong dan sejenisnya pada bulan Ramadhan.”

Disebutkan dalam Pasal 1 huruf f Perda Nomor 13 Tahun 2003

tentang larangan kegiatan pada bulan Ramadhan pengertian kegiatan tempat

hiburan. Kegiatan tempat hiburan adalah semua kegiatan hiburan baik

dalam bentuk pertunjukan maupun bukan pertunjukan untuk dinikmati oleh

umum dengan atau tanpa peralatan musik, yang diselenggarakan dalam

maupun di luar ruangan dengan maksud untuk bersenang-senang.

Sedangkan Pasal 1 huruf g Perda Nomor 13 Tahun 2003 tentang larangan

kegiatan pada bulan Ramadhan menjelaskan pengertian tentang membuka

restoran, warung, rombong dan sejenisnya. Yang mana pengertian

membuka restoran, warung, rombong dan sejenisnya, adalah kegiatan jual

beli makanan dan/atau minuman yang disediakan untuk disantap secara

langsung di tempat tersebut.

2. Cita Hukum Pancasila

Dijelaskan dalam artikel Hotma P. Sibuea yang mengutip dari

bukunya Moh. Koesnoe, Cita Hukum mempunyai unsur-unsur yang

terkandung di dalamnya. Yang pertama adalah unsur emosional idiil yang

batasan rasionalnya tidak begitu pasti. Unsur emosianal idiil bersumber

pada filsafat hidup yang dianut oleh orang atau suatu masyarakat yang

menuntunnya meyakini tatanan nilai tertentu dan bukan tatanan nilai yang

Page 10: LAPORAN AKHIR - fh.ubb.ac.idfh.ubb.ac.id/webconfig/download.php?file=Cover plus LAP_Akhir BPI… · Pancsila sebagai paradigma pembangunan hukum memiliki sekurang- kurangnya empat

lain. Yang kedua, cita hukum juga mengandung unsur-unsur rasional yang

memungkinkan disusun suatu pengertian hukum umum (allgemein

Rechtsbegriff) sesuai dengan kandungan rechtsidee yang bersangkutan.

Unsur rasional dalam cita hukum (rechtsidee) bersumber dari akal-budi

yang membuat seseorang atau sekelompok anggota masyarakat membuat

keputusan untuk memilih dan meyakini nilai-nilai tertentu dan bukan nilai-

nilai yang lain sesuai dengan masyarakatnya dan lingkungan alam fisik yang

mengelilinginya. Kedua Cita Hukum tersebut juga terdapat dalam

Pancasila.10

10 Hotma P. SIbuea, Landasan Atau Dasar Dan Arah Pengembangan

Pengajaran Hukum Dan Ilmu Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta Dalam Perspektif Cita Hukum Pancasila (Suatu angkah Awal), (Jakarta). hlm.7.

Page 11: LAPORAN AKHIR - fh.ubb.ac.idfh.ubb.ac.id/webconfig/download.php?file=Cover plus LAP_Akhir BPI… · Pancsila sebagai paradigma pembangunan hukum memiliki sekurang- kurangnya empat

Cita Hukum Pancasila mempunyai peranan yang sangat vital, tidak

hanya sebagai pedoman dalam pembentukan peraturan perundang-undangan

saja, akan tetapi juga berperan penting dalam pengembangan hukum di

Indonesia. Konteks Pancasila sebagai Cita Hukum, Pancasila menuntut

kesesuaian arah pikir serta tujuan yang akan dicapai dari setiap

pembentukan peraturan perundang-undangan (hukum positif). Abdul Hamid

S. Attamimi mengemukakan, fungsi Pancasila sebagai cita hukum adalah

sebagai bintang pemandu terhadap segenap tatanan hukum yang terdapat di

Indonesia. Fungsi yang dijalankan oleh Cita Hukum Pancasila dilaksanakan

melalui dua sisi sekaligus yaitu pertama, menguji hukum positif yang

berlaku dan yang kedua, mengarahkan hukum positif yang berlaku supaya

hukum positif tersebut mengarah ke suatu tujuan. 11

Bertitik tolak dari nilai-nilai yang dikandungnya, Cita Hukum

Pancasila melakukan kedua fungsi tersebut di atas. Cita Hukum Pancasila

tersebut menjadi penguji bagi setiap peraturan perundang-undangan yang

ada termasuk UUD Republik Indonesia Tahun 1945. Karena sifatnya yang

masih abstrak, nilai-nilai yang terkandung dalam Cita Hukum Pancasila

tidak serta merta dapat memberikan pengarahan terhadap peraturan

perundang-undangan yang dibuat. Agar nilai-nilai tersebut dapat

memberikan arahan terhadap hukum positif terutama dalam hal ini adalah

UUD Republik Indonesia Tahun 1945, maka harus melalui proses

pengolahan terlebih dahulu. Hasil dari proses pengolahan tersebut kemudian

kita dapatkan sesuatu yang lebih konkrit, yaitu prinsip-prinsip hukum atau

asas-asas hukum.

Cita Hukum Pancasila yang sudah mengalami proses pengolahan,

menderivasi (menurunkan) asas-asas dan prinsip-prinsip hukum yang dapat

dijadikan pedoman yang lebih konkrit bagi pembuatan peraturan perundang-

undangan. Asas-asas ini akan senantiasa dipergunakan sebagai arah pikir

11

Tim Fakultas Hukum Universitas !7 Agustus Jakarta mengutip Abdul Hamid S. Attamimi. Pembaharuan Hukum Acara Pidana Dan Jabatan Hakim Pemeriksa Pendahuluan Dalam Perspektif Pancasila, Asas Hukum Hukum dan Politik Hukum Nasional. (Jakarta). hlm. 7.

Page 12: LAPORAN AKHIR - fh.ubb.ac.idfh.ubb.ac.id/webconfig/download.php?file=Cover plus LAP_Akhir BPI… · Pancsila sebagai paradigma pembangunan hukum memiliki sekurang- kurangnya empat

dari tujuan yang hendak dicapai dari pembentukan peraturan perundang-

undangan itu sendiri.

Konteks problematika kegiatan pada bulan Ramadhan yang akan

dibahas, tidak semua asas-asas yang diderivasi dari Cita Hukum Pancasila

diperbincangkan. Penulis mempunyai pandangan, ada asas-asas hukum

yang relevan yang akan diperbincangkan dan dapat dijadikan pedoman

sekaligus pisau analisis terhadap problematika kegiatan pada bulan

Ramadhan ini. Pisau analisis tersebut yaitu asas negara hukum.

Sebagian orang mungkin berpendapat bahwa “untuk apa kita terlalu

jauh membahas tentang asas-asas hukum”. Mengapa tidak kita lakukan

kajian secara langsung terhadap norma atau aturan yang ada dan bagaimana

pengaruh norma atau aturan tersebut? Pandangan dan pemikiran tersebut

harus kita singkirkan, karena ini terkait dengan betapa pentingnya peranan

asas-asas hukum dalam pembentukan peraturan perundang-uandangan.

Dalam pokok bahasan yang kita perbincangkan ada asas yang kita gunakan

sebagai acuan. Sebenarnya apa yang menjadi relevansi bahwa pisau anlisis

tersebut, yaitu asas negara hukum dijadikan tolak ukur sekaligus indikator

dalam perbincangan tentang problematika kegiatan pada bulan Ramadhan

ini. Asas tersebut belum dapat dijadikan pedoman dalam problematika

kegiatan pada bulan Ramadhan karena masih abstrak, walaupun sudah lebih

konkrit. Asas negara hukum tersebut harus diproses atau diolah lebih dahulu

untuk dapat memahami makna hakiki dari asas hukum tersebut supaya

kemudian dapat dihasilkan gambaran pemahaman dan atau pengertian yang

lebih jelas tentang asas hukum tersebut. Pemahaman terhadap asas hukum

secara baik akan dapat menghasilkan seperangkat prinsip atau pokok

pendirian yang lebih konkrit. Prinsip atau pokok pendirian itu kemudian

dapat dipakai sebagai pedoman dalam merumuskan kebijakan pembaharuan

hukum yang terkait dengan problematika kegiatan pada bulan Ramadhan.

Page 13: LAPORAN AKHIR - fh.ubb.ac.idfh.ubb.ac.id/webconfig/download.php?file=Cover plus LAP_Akhir BPI… · Pancsila sebagai paradigma pembangunan hukum memiliki sekurang- kurangnya empat

B. Kerangka Teoritis

1. Grand Theory,

Grand theory pada umumnya adalah teori-teori makro yang

mendasari berbagai teori di bawahnya. Teori negara hukum diambil oleh

penulis sebagai grand theory pada penelitian ini.

Konsepsi negara hukum sudah ada semenjak berkembangnya

pemikiran cita negara hukum itu sendiri. Plato dan Aristoteles merupakan

penggagas dari pemikiran negara hukum. Pemikiran negara hukum

dimunculkan Plato melalui karya monumentalnya yakni Politicos. Plato

dalam buku ini sudah menganggap adanya hukum untuk mengatur warga

negara. Pemikiran ini dilanjutkan tatkala Plato mencapai usia lanjut dengan

memberikan perhatian yang tinggi pada hukum. Menurutnya,

penyelenggaraan pemerintah yang baik ialah yang diatur oleh hukum.

Pemerintah pada dasarnya memang sangat memerlukan peraturan

perundang–undangan untuk dijadikan sebagai pedoman dan landasan dalam

melaksanakan tugas-tugasnya. Hal ini terkait dengan asas legalitas yang

diperlukan pemerintah sebagai pedoman menjalankan kewenangannya.

Akan tetapi sekarang ini, perkembangan masyarakat jauh lebih cepat

dibandingkan dengan pembaharuan peraturan perundang-undangan itu

sendiri. Untuk memberikan solusi akan keberadaan hal tersebut, diperlukan

adanya asas yang diderivasi dari Nilai Cita Hukum Pancasila yang relevan

dan dapat dijadikan pedoman untuk menentukan sebuah arah kebijakan

nasional. Apabila hal ini tidak dilakukan, pemerintah pasti akan kesuitan

apabila ketentuan yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan yang

memang sudah tidak relevan di era sekarang ini, terus dijadikan pedoman

dalam mengeluarkan kebijakan.

Pada dasarnya asas legalitas juga sangat penting karena dengan asas

ini pemerintah mempunyai legitimasi untuk melakukan suatu tindakan,

tentunya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan. Hal ini

juga untuk menjamin kepastian hukum dalam suatu negara.

Asas legalitas dan tujuan kepastian hukum tidak boleh dipertahankan

secara kaku. Untuk era konsepsi negara modern sekarang ini tentunya tidak

Page 14: LAPORAN AKHIR - fh.ubb.ac.idfh.ubb.ac.id/webconfig/download.php?file=Cover plus LAP_Akhir BPI… · Pancsila sebagai paradigma pembangunan hukum memiliki sekurang- kurangnya empat

boleh dilakukan, karena akan mempersulit dari penyelenggaraan

pemerintahan dalam suatu negara itu sendiri. Apabila masih terus

mempertahankan asas legalitas ini secara kaku, pemerintah akan kesulitan

menyelesaikan permasalahan atau problematika yang pada dasarnya juga

terus berkembang seiring dengan perkembangan masyarakat itu sendiri.

Ketika dihadapkan dengan hal seperti itu pemerintah tidak dapat berdiam

diri dengan berpedoman bahwa tidak ada peraturan perundang-undangan

yang mengaturnya. Pemerintah harus mempunyai pandangan progresif

bahwa setiap peraturan perundang-undangan mempunyai landasan filosofis

dari pembentukan peraturan perundang-undangan tersebut. Landasan

filosofis dari peraturan perundang-undangan tersebut adalah asas yang telah

diderivasi dari Nilai Cita Hukum Pancasila. Dalam hal ini asas yang

dijadikan pedoman adalah asas negara hukum material atau asas negara

hukum kesejahteraan.

Asas negara hukum material atau asas negara hukum kesejahteraan

merupakan bentuk penyempurnaan dari asas negara hukum formal. Negara

hukum material atau negara hukum kesejahteraan lahir karena adanya

perkembangan tugas-tugas pemerintah yang semakin kompleks dan luas.

Hal ini juga disampaikan oleh Hotma P. Sibuea yang memberikan pendapat

bahwa: “ Kelahiran negara hukum material didorong oleh perkembangan

tugas-tugas pemeritah yang semakin kompleks dan luas, terutama dalam

masalah sosial dan ekonomi. Negara hukum material bukan hanya

berurusan dengan masalah pemberian jaminan kepada individu supaya dapat

melaksanakan hak-hak politisnya sehingga hanya mengandung aspek yang

tidak kompleks seperti negara hukum formal. 12

Dalam bukunya Hotma P. Sibuea yang berjudul Asas Negara

Hukum, Peraturan Kebijakann Asas-Asas Umum Pemerintahan Yang Baik

yang mengutip Azhary menggambarkan kompleksitas negara material,

12 Hotma P. SIbuea mengutip Hadjon. Asas Negara Hukum,

Peraturan Kebijakan Dan Asas-Asas Umum Pemerintahan Yang Baik.

(Jakarta: Erlangga, 2010), hlm. 37.

Page 15: LAPORAN AKHIR - fh.ubb.ac.idfh.ubb.ac.id/webconfig/download.php?file=Cover plus LAP_Akhir BPI… · Pancsila sebagai paradigma pembangunan hukum memiliki sekurang- kurangnya empat

mengemukakan “…Negara kesejahteraan (Vergonggingsstaat), yaitu suatu

negara yang selain sebagai penjaga malam, juga ikut serta dalam

penyelenggaraan ekonomi nasional, sebagai pembagi jasa-jasa, penengah

bagi berbagai kelompok yang bersengketa dan ikut aktif dalam berbagai

bidang kehidupan lainnya. Mengutip pendapat Miriam Budiardjo yang

dikutip oleh Hotma P. Sibuea yang memberikan pernyataan yang berbeda

akan tetapi mempunyai maksud yang sama, bahwa: “Pada dewasa ini

dianggap bahwa demokrasi harus meluas mencakup dimensi ekonomi

dengan suatu sistem yang menguasai kekuatan-kekuatan yang menguasai

ekonomi dan yang berusaha memerkecil perbedaan sosial dan ekonomi

terutama perbedaan-perbedaan yang timbul dari distribusi perbedaan yang

tidak merata. Negara seperti ini dinamakan Welfare Staate (Negara

Kesejahteraan) atau social service staate (Negara yang memberikan

pelayanan kepada masyarakat).13

Asas negara hukum material atau negara hukum kesejahteraan yang

diderivasi dari cita hukum Pancasila mengandung makna bahwa dalam

suatu organisasi yang bernama Negara Republik Indonesia kekuasaannya

tunduk kepada hukum, akan tetapi dalam keadaan tertentu ketika situasi dan

kondisi mengharuskan pemerintah bertindak demi menghindari kerugian

yang lebih besar yang secara logis diperkirakan akan terjadi, pemerintah

memiliki kewenangan dan keleluasaan untuk bertindak atas inisiatif sendiri,

meskipun harus menyimpang atau mengabaikan undang-undang. Makna

tersebut menjelaskan, negara hukum material atau negara hukum

kesejahteraan mempunyai dasar filosofis dan tujuan yang jelas. Tujuan

negara hukum material adalah memberikan kesejahteraan kepada segenap

masyarakat (kesejahteraan umum).14

13

Ibid. hlm. 38.

14 Tim Fakultas Hukum Universitas !7 Agustus Jakarta.

Pembaharuan Hukum Acara Pidana Dan Jabatan Hakim Pemeriksa

Page 16: LAPORAN AKHIR - fh.ubb.ac.idfh.ubb.ac.id/webconfig/download.php?file=Cover plus LAP_Akhir BPI… · Pancsila sebagai paradigma pembangunan hukum memiliki sekurang- kurangnya empat

2. Middle Theori

Middle theory adalah dimana teori tersebut berada pada level mezzo

atau level menengah yang fokus kajiannya makro dan juga mikro. Teori

keadilan dipilih oleh penulis sebagai Middle range theory.

Konsep keadilan pada jaman modern diwarnai dengan

berkembangnya pemikiran-pemikiran tentang kebebasan, antara lain

munculnya aliran liberalisme yaitu suatu aliran yang tumbuh di dunia barat

pada awal abab ke-XVII Masehi. Aliran ini mendasarkan diri pada nilai-

nilai dalam ajaran etika dari mazhab Stoa khususnya individualisme, sanksi

moral dan penggunaan akal. Dalam bidang politik dianut konsepsi tentang

pemerintahan demokrasi yang dapat menjamin tercapainya kebebasan.

Tradisi liberalisme sangat menekankan kemerdekaan individu. Istilah

liberalisme erat kaitannya dengan kebebasan, titik tolak pada kebebasan

merupakan garis utama dalam semua pemikiran liberal.15

Penganut utilitarianisme menolak digunakannya ide hukum alam

dan suara akal dalam teori mereka. Konsep keadilan pada aliran ini

didasarkan pada asas kemanfaatan dan kepentingan manusia. Keadilan

mempunyai ciri sebagai suatu kebajikan yang sepenuhnya ditentukan oleh

kemanfaatannya, yaitu kemampuannya menghasilkan kesenangan yang

terbesar bagi orang banyak.

Teori ini dikritik oleh anti utilitarianisme yang dipelopori oleh

Dworkin dan Nozick. Menurut mereka utilitarianisme yang

memperioritaskan kesejahteraan mayoritas, menyebabkan minoritas atau

individu-individu yang prefensinya tidak diwakili oleh mayoritas di dalam

suatu negara akan dihiraukan dan sebagai akibatnya mereka dirugikan atau

Pendahuluan Dalam Perspektif Pancasila, Asas Hukum Hukum dan Politik

Hukum Nasional. (Jakarta). hlm. 10.

15

Lyman Tower Sargent, Ideologi-Ideologi Politik Kontemporer, (Jakarta: Erlangga,

2001), hlm. 63.

Page 17: LAPORAN AKHIR - fh.ubb.ac.idfh.ubb.ac.id/webconfig/download.php?file=Cover plus LAP_Akhir BPI… · Pancsila sebagai paradigma pembangunan hukum memiliki sekurang- kurangnya empat

kehilangan hak-haknya 16

. Bagi penentang utilitrian, keadilan menolak

argumen yang menyatakan bahwa hilangnya kebebasan sebagian orang

dapat dibenarkan atas asas manfaat yang lebih besar yang dinikmati oleh

orang-orang lain. Oleh karena itu dalam suatu masyarakat yang adil,

kebebasan warganegara yang sederajat tetap tidak berubah, hak-hak yang

dijamin oleh keadilan tidak tunduk pada tawar-menawar politik ataupun

pada pertimbangan kepentingan sosial17

.

Menurut Hampstead18

serangan Nozick terutama ditujukan kepada

rumus bahwa negara diperlukan atau merupakan alat terbaik untuk

melakukan keadilan distributif. Terhadap ini Nozick mengatakan bahwa bila

tiap orang memegang atau mempertahankan haknya yang diperoleh dengan

sah, maka secara total distribusi dari hak-hak itu juga adil. Dalam keadaan

yang demikian sudah barang tentu tidak ada tempat bagi negara melakukan

campur tangan, apalagi memberi rumusan-rumusan atau prinsip-prinsip

yang harus dianut dalam distribusi hak diantara warga negara. Negara cukup

berfungsi sebagai penjaga malam, penjaga terhadap usaha pencurian dan

menjaga hal-hal lain yang berhubungan dengan tindakan untuk

mempertahankan hak-hak warga negara.

Kelemahan teori Nozick yang kental dengan warna indivudualistik

dan liberal ini terletak dalam penerapannya, yaitu sangat sulit untuk

melakukan kontrol baik dalam mengontrol negara minimilis maupun dalam

kegiatan masyarakat. Artinya bagaimana mengontrol para individu yang

sekian banyak dalam suatu negara dan bagaimana mengontrol kegiatan para

16John Rawls dalam Scott Davidson, Hak Asasi Manusia (Jakarta:

Grafiti Press, 2004), hlm. 43.

17

Ibid, hal. 48.

18

Lord Lloyd of Hampstead & MDA Preeman, Introduction to

Jurisprudence, (London: English Language Book Society, Steven, 1985), hlm. 421.

Page 18: LAPORAN AKHIR - fh.ubb.ac.idfh.ubb.ac.id/webconfig/download.php?file=Cover plus LAP_Akhir BPI… · Pancsila sebagai paradigma pembangunan hukum memiliki sekurang- kurangnya empat

individu di dalam berbagai lapangan usaha. Ini semua tidak bisa diserahkan

kepada kekuatan pasar dan kehendak para individu semata-mata. Teori

Nozick tersebut juga kurang realistis karena memisahkan individu dari

kondisi masyarakat masa kini dengan kondisi kapitalisme dan liberalisme

yang sudah sangat berubah.

Konteks pemikiran modern tentang keadilan dalam kamus Bahasa

Indonesia istilah keadilan berasal darik kata adil, artinya tidak memihak,

sepatutnya, tidak sewenang-wenang. Jadi keadilan diartikan sebagai sikap

atau perbuatan yang adil. Di dalam literatur Inggris istilah keadilan disebut

dengan “justice” kata dasarnya “jus”. Perkataan “jus” berarti hukum atau

hak. Dengan demikian salah satu pengertian dari “justice” adalah hukum.

Makna awal keadilan sebagai hukum, kemudian berkembang arti

dari kata “justice” sebagai “lawfullness” yaitu keabsahan menurut hukum.

Pengertian lain yang melekat pada keadilan dalam makna yang lebih luas

adalah “fairness” yang sepadan dengan kelayakan. Ciri adil dalam arti layak

atau pantas, dapat dilihat dari istilah-istilah yang digunakan dalam ilmu

hukum. Misalnya “priciple of fair play” yang merupakan salah satu asas-

asas umum pemerintahan yang baik, “fair wage” diartikan sebagai upah

yang layak yang sering ditemui dalam istilah hukum ketenagakerjaan. Hal

yang sama dikemukakan dalam konsep keadilan Aristoteles yang disebutnya

dengan “fairness in human action”, Keadilan adalah kelayakan dalam

tindakan manusia.

Bertolak dari peristilahan di atas, di dalam literatur ilmu hukum

konsep keadilan mempunyai banyak pengertian sesuai dengan teori-teori dan

pengertian tentang keadilan yang dikemukakan para ahli. Telaah pustaka

menunjukkan bahwa masalah keadilan sejak dahulu telah menjadi bahan

kajian baik dikalangan ahli filsafat maupun dikalangan agamawan, politikus

maupun para pemikir atau ahli hukum sendiri. Akan tetapi sampai saat ini

apabila timbul pertanyaan tetang keadilan, misalnya apa itu keadilan?

Ukuran apa yang digunakan untuk menentukan sesuatu itu adil atau tidak?

Akan timbul berbagai jawaban dan jawaban itu biasanya tidak pernah atau

jarang memuaskan sehingga terus menjadi perdebatan, dengan demikian

Page 19: LAPORAN AKHIR - fh.ubb.ac.idfh.ubb.ac.id/webconfig/download.php?file=Cover plus LAP_Akhir BPI… · Pancsila sebagai paradigma pembangunan hukum memiliki sekurang- kurangnya empat

dapat disimpulkan bahwa berbagai rumusan mengenai keadialn merupakan

rumusan yang relatif. Persoalan ini pada akhirnya mendorong banyak

kalangan untuk mengambil jalan pintas dengan menyerahkan perumusan

keadilan kepada pembentuk undang-undang yang akan merumuskannya

berdasarkan pertimbangan mereka sendiri.

Sekian banyak pengertian dan teori-teori yang dikemukakan para

ahli, pada umumnya menyangkut mengenai hak dan kebebasan, peluang dan

kekuasaan pendapat dan kemakmuran. Berbagai definisi keadilan yang

menunjuk pada hal di atas antara lain dapat dilihat dari pengertian keadilan

sebagai:19

1. “the constant and perpetual disposition to render every man his

due”;

2. “the end of civil society;

3. “the right to obtain a hearing and decision by a court which is

free of prejudice and improper influence”;

4. “all recognized equitable rights as well as technical legal right”;

5. “the dictate of right according to the consent of mankind

generally”;

6. “conformity with the principle of integrity, rectitude and just

dealing”;

Pengertian yang sama dikemukakan oleh Rudolph Heimanson yang

mendefinisikan keadilan sebagai: redressing a wrong, finding a balance

between legitimate but conflicting interest”20

. Definisi ini menggambarkan

bahwa nilai keadilan melekat pada tujuan hukum. Ide keadilan dicerminkan

oleh keputusan yang menentang dilakukannya hukuman yang kejam,

19

The Encyclopedia Americana, Volume 16 (New York: Americana

Corporation, New York, 1972), hlm. 263.

20

Rudolf Heimanson, Dictionary of Political Science and Law, (Massachuttess:

Dobbs Fery Oceana Publication, 1967), hlm. 96.

Page 20: LAPORAN AKHIR - fh.ubb.ac.idfh.ubb.ac.id/webconfig/download.php?file=Cover plus LAP_Akhir BPI… · Pancsila sebagai paradigma pembangunan hukum memiliki sekurang- kurangnya empat

melarang penghukuman untuk kedua kalinya terhadap kesalahan yang sama.

Menolak diterapkannya peraturan hukum yang menjatuhkan pidana

terhadap tindakan yang dilakukan sebelum ada peraturan yang

mengaturnya, menolak pembentukan undang-undang yang menghapus hak-

hak dan harta benda seseorang. Teori lain yang menyatakan bahwa keadilan

melekat pada tujuan hukum dikemukakan oleh Tourtoulon 21

yang dengan

tegas menyatakan “lex injusta non est lex” yaitu hukum yang tidak adil

bukanlah hukum. sebaliknya ide keadilan itu menuntut pemberian kepada

setiap orang hak perlindungan dan pembelaan diri.

Makna dari suatu pengertian atau definisi keadilan berupaya

memberi pemahaman untuk mengenal apa itu keadilan. Dari definisi

tersebut akan diketahui ciri-ciri suatu gejala yang memberi identitas atau

tanda tentang keadilan. Akan tetapi tugas untuk menjelaskan apa itu

keadilan? Sifat dasar dan asal mula keadilan, atau mengapa suatu gejala

tertentu disebut keadilan bukan merupakan tugas definisi keadilan,

melainkan hanya dapat diterangkan dengan bantuan teori keadilan.

3. Applied Theory

Applied Theory adalah suatu teori yang berada dilevel mikro dan

siap untuk diaplikasikan dalam konseptualisasi. Teori pemidanaan gabungan

dipilih oleh penulis sebagai Applied Theory. Menurut Satochid Kartanegara

dan pendapat-pendapat para ahli hukum terkemuka dalam hukum pidana,

mengemukakan teori pemidanaan atau penghukuman dalam hukum pidana

dikenal ada tiga aliran yaitu:

a. Absolute atau vergeldings theorieen (vergelden/imbalan)

21 Radbruch & Dabin, The Legal Philosophi, (New YorkHarvard University Press, New York,

1950 hal. 432. Periksa juga Paul Siegart, The Lawfull Right of Mankind an Introduction

to the International Legal Code of Human Right, Oxfort University Press, New York,

1986 hal. 22.

Page 21: LAPORAN AKHIR - fh.ubb.ac.idfh.ubb.ac.id/webconfig/download.php?file=Cover plus LAP_Akhir BPI… · Pancsila sebagai paradigma pembangunan hukum memiliki sekurang- kurangnya empat

Aliran ini mengajarkan dasar daripada pemidanaan harus

dicari pada kejahatan itu sendiri untuk menunjukkan kejahatan itu

sebagai dasar hubungan yang dianggap sebagai pembalasan,

imbalan (velgelding) terhadap orang yang melakukan perbuatan

jahat. Oleh karena kejahatan itu menimbulkan penderitaan bagi si

korban.

b. Relative atau doel theorieen (doel/maksud, tujuan)

Ajaran ini menganggap dasar hukum dari pemidanaan

adalah bukan velgelding, akan tetapi tujuan (doel) dari pidana itu.

Jadi aliran ini menyandarkan hukuman pada maksud dan tujuan

pemidanaan itu, artinya teori ini mencari mamfaat daripada

pemidanaan (nut van de straf)

c. Vereningings theorieen (teori gabungan)

Teori ini sebagai reaksi dari teori sebelumnnya yang

kurang dapat memuaskan menjawab mengenai hakikat dari tujuan

pemidanaan. Menurut ajaran teori ini dasar hukum dari

pemidanaan adalah terletak pada kejahatan itu sendiri, yaitu

pembalasan atau siksaan, akan tetapi di samping itu diakuinya

pula sebagai dasar pemidanaan itu adalah tujuan daripada hukum.

Teori pemidanaan gabungan paling menggambarkan sistem

pemidanaan yang ada di Indonesia dan bagian dari dareivasi nilai cita

hukum Pancasila. Hal ini terbukti dengan perkembangan sistem

pemenjaraan menuju pemasyarakatan. Pemidanaan yang dianut Indonesia

semata-mata tidak hanya berorientasi pada kejahatan pelaku, akan tetapi

juga tujuan dari hukum itu sendiri, diantarnya kepentingan korban,

masyarakat dan pembangunan hukum.

Page 22: LAPORAN AKHIR - fh.ubb.ac.idfh.ubb.ac.id/webconfig/download.php?file=Cover plus LAP_Akhir BPI… · Pancsila sebagai paradigma pembangunan hukum memiliki sekurang- kurangnya empat

BAB III

ANALISIS

A. Peraturan Daerah Kota Banjarmasin Nomor 4 Tahun 2005 Perubahan

Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2003 tentang Larangan Kegiatan

Pada Bulan Ramadhan

Bagir Manan mengatakan ada lima prinsip yang terkandung dalam

ajaran tentang tata urutan peraturan perundang-undangan, yaitu:22

1. Peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi kedudukannya

dapat dijadikan landasan atau dasar hukum bagi peraturan

perundang-undangan yang lebih rendah atau berada di bawahnya.

2. Peraturan perundang-undangan tingkat lebih rendah harus

bersumber atau memiliki dasar hukum dari suatu peraturan

perundang-undangan tingkat lebih tinggi.

3. Isi atau muatan peraturan perundang-undangan yang lebih rendah

tidak boleh menyimpangi atau bertentangan dengan peraturan

perundang-undangan yang lebih tinggi tingkatannya.

4. Suatu peraturan perundang-undangan hanya dapat dicabut atau

diganti atau diubah dengan peraturan perundang-undangan yang

lebih tinggi atau paling tidak dengan yang sederajat.

5. Peraturan-peraturan perundang-undangan yang sejenis apabila

mengatur materi yang sama, maka peraturan terbaru harus

diberlakukan, walaupun tidak dengan secara tegas dinyatakan

bahwa peraturan yang lama itu dicabut. Selain itu peraturan yang

mengatur materi yang lebih khusus kharus diutamakan dari

peraturan perundang-undangan yang lebih umum.23

22 Abdul Hadi, Study Analisis Keabsahan Perda Syariat Dalam Prespektif Teori

Hirarki Norma Hukum, Jurnal Ummul Qura Vol IV, No. 2, Agustus 2014.

23 Bagir Manan, Teori dan Politik Konstitusi, Cetakan kedua, FH UII Press,

yogyakarta, 2004, hlm. 133.

Page 23: LAPORAN AKHIR - fh.ubb.ac.idfh.ubb.ac.id/webconfig/download.php?file=Cover plus LAP_Akhir BPI… · Pancsila sebagai paradigma pembangunan hukum memiliki sekurang- kurangnya empat

Lima (5) prinsip di atas dapat dikaji apakah Peraturan Daerah

Larangan Kegiatan Pada Bulan Ramadhan memiliki ke-absahan atau tidak,

jika dilihat dari prinsip pertama Peraturan Daerah Larangan Kegiatan Pada

Bulan Ramadhan menjadikan Undang-undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang

Penetapan Undang-undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang

Pembentukan Daerah Tingkat II Kalimantan Lembaran Negara Tahun 1953

Nomor 9 sebagai Undang-undang (Lembaran Negara Tahun 1959 Nomor 72,

Tambahan Lembaran Negara Nomor 1820), Undang-undang Nomor 8 Tahun

1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76,

Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209), Undang-undang Nomor 22 Tahun

1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60,

Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839), Peraturan Pemerintah Nomor 25

Tahun 2000 tentang, Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi

sebagai Daerah Otonom.

Beberapa konsideran tersebut sudah menjelaskan tentang sinkronisasi

aturan yang lebih tinggi dengan aturan dibawahnya. Misalnya menjadikan

Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana sebagai

dasar hukum dianggap tidak tepat dan cacat hukum karena substansi

penegakan oleh pihak terkait terdapat kekeliruan dalam bentuk sanksi dari

hasil penegakannya karena Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 lingkup

sanksi dalam penegakan adalah pidana pokok dalam KUHP sedangkan

Peraturan Daerah Larangan Kegiatan Pada Bulan Ramadhan pada Pasal 6

menyatakan “Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 2 ayat (2) Peraturan

daerah ini, selain dikenakan sanksi pidana sebagaimana dimaksud pada Pasal

5 ayat (1) dapat dikenakan sanksi administrasi berupa pencabutan izin usaha”,

lebih lanjut jika diukur dari prinsip ketiga, Isi atau muatan peraturan

perundang-undangan yang lebih rendah tidak boleh menyimpangi atau

bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi

tingkatannya.

Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum dijadikan sebagai

acuan untuk mengukur apakah Perda Larangan Kegiatan Bulan Ramadhan ini

bertentangan atau tidak dengan tata nilai Pancasila maka coba untuk di

Page 24: LAPORAN AKHIR - fh.ubb.ac.idfh.ubb.ac.id/webconfig/download.php?file=Cover plus LAP_Akhir BPI… · Pancsila sebagai paradigma pembangunan hukum memiliki sekurang- kurangnya empat

lihat dari Pendapat Hans Nawiasky yang menjelaskan bahwa dalam suatu

negara yang merupakan kesatuan tatanan hukum, terdapat suatu kaidah

tertinggi, yang kedudukannya lebih tinggi daripada Undang-Undang Dasar.

Kaidah tertinggi dalam tatanan kesatuan hukum dalam negara disebut

staatsfundamentalnorm, yang untuk Indonesia berupa Pancasila (Riyanto

dalam Pimpinan MPR dan Tim Kerja Sosialisasi MPR Periode 2009-2014,

2013: 93-94).24

Dalam hal ini Peraturan daerah yang lebih rendah tidak boleh

bertentangan dengan peraturan di atasnya apa lagi dengan Pancasila sebagai

staatsfundamentalnorm walaupun keberadaan regulasi tersebut bagian dari

implementasisi sila pertama, karena dalam memahami Pancasila sebagai satu

kesatuan sistem bukan hanya berdasarkan pemahaman salah satu sila saja.

Peraturan yang ada memang harus berlandaskan nilai-nilai Pancasila,

maka perasaan adil dan tidak adil dapat diminimalkan. Hal tersebut

dikarenakan Pancasila sebagai dasar negara menaungi dan memberikan

gambaran yang jelas tentang peraturan tersebut berlaku untuk semua tanpa

ada perlakuan diskriminatif bagi siapapun. Oleh karena itulah, Pancasila

memberikan arah tentang hukum harus menciptakan keadaan negara yang

lebih baik dengan berlandaskan pada nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan,

persatuan, kerakyatan, dan keadilan.25

Dasar Pancasila sebagai sumber dari sumber hukum harus dilihat

sumber yuridisnya adalah berdasarkan Pimpinan MPR dan Tim Kerja

Sosialisasi MPR periode 2009- 2014 menyebutkan Peneguhan Pancasila

sebagai dasar negara sebagaimana terdapat pada pembukaan, juga dimuat

dalam Ketetapan MPR Nomor XVIII/MPR/1998, tentang Pencabutan

Ketetapan MPR Nomor II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan dan

Pengamalan Pancasila (Ekaprasetya Pancakarsa) dan ketetapan tentang

Penegasan Pancasila sebagai Dasar Negara. Meskipun status ketetapan MPR

24 Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemenristekdikti RI ,Pendidikan

Pancasila untuk Perguruan Tinggi, cetakan pertama , 2016, hlm. 80.

25

ibid, hlm.83.

Page 25: LAPORAN AKHIR - fh.ubb.ac.idfh.ubb.ac.id/webconfig/download.php?file=Cover plus LAP_Akhir BPI… · Pancsila sebagai paradigma pembangunan hukum memiliki sekurang- kurangnya empat

tersebut saat ini sudah masuk dalam kategori ketetapan MPR yang tidak perlu

dilakukan tindakan hukum lebih lanjut, baik karena bersifat einmalig (final),

telah dicabut maupun telah selesai dilaksanakan.26

Latar belakang terbentuknya regulasi Larangan Kegiatan Pada Bulan

Ramadhan ini adalah karena Kota Banjarmasin sebagai kota yang memiliki

penduduk muslim mayoritas maka dianggap sangat memerlukan suatu

regulasi yang mengatur bagaimana perlindungan dan penertiban dalam

pelaksanaan ibadah pemeluk beragama. Sebagaimana diketahui bahwa ibadah

puasa merupakan salah satu rukun Islam yang wajib dilaksanakan oleh setiap

muslim dan pelaksanaannya harus dihormati oleh setiap muslim maupun

yang bukan muslim.

Beberapa arti dan makna Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, sebagai

berikut :27

a. Mengandung arti pengakuan adanya kuasa prima (sebab pertama)

yaitu Tuhan yang Maha Esa.

b. Menjamin penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan

beribadah menurut agamanya.

c. Tidak memaksa warga negara untuk beragama.

d. Menjamin berkembang dan tumbuh suburnya kehidupan beragama.

e. Bertoleransi dalam beragama, dalam hal ini toleransi ditekankan

dalam beribadah menurut agamanya masing-masing.

f. Negara memberi fasilitator bagi tumbuh kembangnya agama dan

iman warga negara dan mediator ketika terjadi konflik agama.

Makna tersebut tersirat bahwa untuk mengatur ketertiban dalam

menjalankan perintah agama, negara harus hadir untuk memberikan

perlindungan kepada semua pemeluk agama. Rumusan sila Ketuhanan Yang

Maha Esa sebagai sila pertama Pancasila sangat erat kaitannya dengan masalah

26 ibid, hlm. 85

27 http://www.sangkoeno.com/2013/11/hubungan-pancasila-dan-agama.html

Page 26: LAPORAN AKHIR - fh.ubb.ac.idfh.ubb.ac.id/webconfig/download.php?file=Cover plus LAP_Akhir BPI… · Pancsila sebagai paradigma pembangunan hukum memiliki sekurang- kurangnya empat

agama, sila ini menerangkan tentang ketuhanan begitu pun ritual keagamaan

yang dimaknai sebagai pengakuan terhadap Tuhan.28

Keberadaan regulasi Peraturan Daerah Kota Banjarmasin tentang

Larangan Kegiatan Pada Bulan Ramadhan dimana terdapat beberapa

kualifikasi tentang hal-hal yang dilarang, yang terdiri dari :

1. Membuka kegiatan tempat hiburan, restoran, warung, rombong dan

sejenisnya pada bulan Ramadhan;

2. Makan, minum dan/atau merokok di restoran, warung, rombong dan

yang sejenisnya di tempat-tempat umum dari masa imsyak (awal

puasa dalam sehari) sampai dengan waktu berbuka puasa, termasuk

juga di tempat hiburan;

Regulasi tersebut pada dasarnya dibentuk untuk memberikan

kenyamanan umat Islam dalam menjalankan ibadah puasa. Ibadah puasa yang

dijalankan oleh umat Islam sebenarnya tidak ada kaitannya secara langsung

dengan keberadaan warung, rombong dan sejenisnya yang disebutkan di Pasal

1 ayat (1) tersebut di atas. Umat Islam diwajibkan menahn lapar, haus dan

hawa nasfunya dari hal-hal yang membatalkan puasa. Ketika terdapat warung

dan sejenisnya pada prinsipnya itu bagian dari cobaan dan tantangan yang

harus dilewati oleh umat Islam. Jadi tidak ada alasan yang benar-benar hakiki

terhadap pelarangan tersebut, bahkan dikhawatirkan justru termasuk ke dalam

pemaksaan keyakinan agama atau kepercayaan kepada orang lain.

Aktifitas makan dan minum di tempat umum sebenarnya sama

dengan topik bahasan di atas. Ketika ada orang makan dan minum di warung

bukan menjadi masalah yang berarti untuk umat muslim yang berpuasa, karena

umat muslim memang diperintahkan untuk menahan lapar, haus dan hawa

nafsunya terhadap tantangan yang demikian. Umat Islam senantiasa dapat

menghormati hak dasar yang dimiliki individu yaitu hak hidup. Hak hidup

tersebut salah satunya adalah memperoleh makan dan minum.

Keadilan justru tercederai pula apabila memaksakan orang lain untuk

berhenti mencari nafkah. Baik untuk orang Islam maupun untuk orang non

28 http://www.sangkoeno.com/2013/11/hubungan-pancasila-dan-agama.html

Page 27: LAPORAN AKHIR - fh.ubb.ac.idfh.ubb.ac.id/webconfig/download.php?file=Cover plus LAP_Akhir BPI… · Pancsila sebagai paradigma pembangunan hukum memiliki sekurang- kurangnya empat

muslim sama-sama mempunyai hak untuk mencari nafkah. Kegiatan

perekonomian yang efektif, berkeadilan dan berwawasan lingkungan untuk

menciptakan kemadirian bangsa dan kesejahteraaan rakyat harus senantiasa

kita jaga.

Keberadaan sanksi pidana yang diberikan bagi para pelanggar juga

pada hakekatnya tidak sejalan dengan amanah teori pemidanaan gabungan

yang dianut oleh Indonesia. Alasannya jelas sekali jika sanksi tersebut hanya

momfokuskan pada perbuatan yang diklasifikasikan sebagai tindak pidana saja

bukan terhadap seluruh aspek pemidanaan beberapa diantaranya masyarakat

dan pembangunan hukum itu sendiri.

Pentingnya memantapkan kedudukan Pancasila, maka Pancasila pun

mengisyaratkan bahwa kesadaran akan adanya Tuhan milik semua orang dan

berbagai agama. Tuhan menurut terminologi Pancasila adalah Tuhan Yang

Maha Esa, yang tak terbagi, yang maknanya sejalan dengan agama Islam,

Kristen, Budha, Hindu dan bahkan juga Animisme.29

Artinya disini negara

sangat dituntut peran aktifnya dalam implementasi tata nilai Pancasila yang

melindungi segenap bangsa Indonesia dalam hal apapun khususnya kenyaman,

keamanan dan ke-khusuk-an pemeluk agama untuk menjalankan syariat

agamanya masing-masing, seperti kenyamanan dan keamanan dalam

menjalankan ibadah puasa Ramadhan bagi pemeluk agama Islamdengan tanpa

mengesampingkan pemeluk agama atau kepercayaan yang lain.

B. Implikasi Hukum Diberlakukannya Peraturan Daerah Kota Banjarmasin

Nomor 4 Tahun 2005 Perubahan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2003

tentang Larangan Kegiatan Pada Bulan Ramadhan

Otonomi daerah yang diberlakukan setelah reformasi memaksa setiap

daerah mengakomodir masukan masyarakat di daerah. Akibatnya muncul

perturan daerah atu perda yang hanya cocok dengan berlaku di

29 https://edukasismn.blogspot.com/2017/11/hubungan-pancasila-dan-agama-

dalam.html

Page 28: LAPORAN AKHIR - fh.ubb.ac.idfh.ubb.ac.id/webconfig/download.php?file=Cover plus LAP_Akhir BPI… · Pancsila sebagai paradigma pembangunan hukum memiliki sekurang- kurangnya empat

wilayahnya.Namun sebagian perda tersebut cenderung diskriminatif dan tidak

sesuaai dengan cita hukum Pancasila.

Peraturan yang berada di bawah tidak boleh bertentangan dengan

peraturan yng berada di atasnya. Artinya secara umum baik peraturan

pemerintah pusat maupun peraturan pemerintah daerah tidak boleh

bertentangan dengan cita hukum Pancasila. Apabila prinsip ini dilanggar, maka

peraturan tersebut akan batal demi hukum atau dapat dibatalkan melalui upaya

hukum judicial review ke Mahkamah Agung..

Peraturan Daerah Kota Banjarmasin tentang Larangan Kegiatan Pada

Bulan Ramadhan pada kenyataanya tetap dan selalu disosialisasikan sebelum

masuk bulan ramadhan, bahkan Walikota terus melaksanakan perda tersebut, pada

tahun 2016 Walikota Banjarmasin Ibnu Sina menegaskan akan terus menerapkan

Perda tentang Larangan Kegiatan Selama Ramadhan dan siap berada terdepan

untuk tetap menegakkan perda tersebut karena yang bersangkutan menganggap

perda ini sebagai refresentasi keinginan sebagian besar masyarakat Banjarmasin

dan harus terus dipertahankan dan ditegakkan.30

C. Peraturan Daerah Kota Banjarmasin Nomor 4 Tahun 2005 Perubahan

Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2003 tentang Larangan Kegiatan Pada

Bulan Ramadhan yang sesuai dengan Cita Hukum Pancasila

Peraturan Daerah Kota Banjarmasin Nomor 4 Tahun 2005 Perubahan

Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2003 tentang Larangan Kegiatan Pada Bulan

Ramadhan pada tahap perencanaanya harusnya melibatkan peran serta semua

pihak khususnya masyarakat dalam bentuk aspirasi. Hal ini ada pada Pasal 35

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan yang menyebutkan bahwa:

“Dalam penyusunan Prolegda Provinsi sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 34 ayat (1), penyusunan daftar rancangan peraturan daerah

provinsi didasarkan atas:

30 https://banjarmasin.tribunnews.com/2016/06/24/wali-kota-banjarmasin-siap-melawan-jika-perda-ramadan-dianulir

Page 29: LAPORAN AKHIR - fh.ubb.ac.idfh.ubb.ac.id/webconfig/download.php?file=Cover plus LAP_Akhir BPI… · Pancsila sebagai paradigma pembangunan hukum memiliki sekurang- kurangnya empat

a. perintah Peraturan Perundang-undangan lebih tinggi

b. rencana pembangunan daerah;

c. penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan; dan

d. aspirasi masyarakat daerah.”

Keterlibatan semua pihak terkait dalam tahap penyusunan, pembahasan

dan penetapan serta pengundangan Peraturan Daerah Kota Banjarmasin Nomor

4 Tahun 2005 Perubahan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2003 tentang

Larangan Kegiatan Pada Bulan Ramadhan telah diamanatkan dalam Pasal 60

Ayat (1), Pasal 75 Ayat (1) (2) (3), Pasal 78, Pasal 79 Ayat (1) dan (2), Pasal

86 Ayat (1) dan Pasal 87 UU No.12 tahun 2011. Selanjutnya Peran serta

masyarakat diatur dalam Pasal 96 Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011

tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang berisi hak untuk

memberikan masukan secara lisan dan/atau tulisan dalam pembentukan

peraturan perundang-undangan yang dilakukan melalui rapat dengar pendapat

umum, kunjungan kerja, sosialisasi, seminar lokakarya dan diskusi. Beberapa

dasar hukum tentang partisipasi masyarakat dalam perencanaan, penyusunan,

pembahasan, penerapan dan pengundangan suatu regulasi khususnya yang

termuat dalam Pasal 96 Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan tidak disebutkan secara ekplisit

bagaimana masyarakat dapat menyampaikan masukan, hanya saja aspirasi

tersebut ternyata dapat ditampung sejak tahapan perencanaan dalam

penyusunan prolegda.

Ketentuan di atas harusnya dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya

pada Peraturan Daerah Kota Banjarmasin Nomor 4 Tahun 2005 Perubahan

Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2003 tentang Larangan Kegiatan Pada Bulan

Ramadhan sehingga benar-benar mencerminkan Indonesia merupakan negara

yang menganut asas negara hukum kesejahteraan. Yang mana negara

kesejahteraan (Vergonggingsstaat), yaitu suatu negara yang selain sebagai

penjaga malam, juga ikut serta dalam penyelenggaraan ekonomi nasional,

sebagai pembagi jasa-jasa, penengah bagi berbagai kelompok yang

bersengketa dan ikut aktif dalam berbagai bidang kehidupan lainnya.

Page 30: LAPORAN AKHIR - fh.ubb.ac.idfh.ubb.ac.id/webconfig/download.php?file=Cover plus LAP_Akhir BPI… · Pancsila sebagai paradigma pembangunan hukum memiliki sekurang- kurangnya empat

Perspektif keadilan alangkah lebih baik ketika memandang konteks

agama dalam ruang lingkup yang lebih luas yaitu cita hukum Pancasila. Hal ini

dilakukan agar terjadi keseimbangan dalam menjalankan syariat agama dan

menjalankan kehidupan beragama dengan umat yang lain.

Teori pemidanaan gabungan yang pada hakekatnya sudah disepakati

juga harusnya dapat dijadikan pedoman dan acuan dalam menentukan suatu

kebijakan. Menentukan sanksi pidana dalam Peraturan Daerah Kota

Banjarmasin Nomor 4 Tahun 2005 Perubahan Peraturan Daerah Nomor 3

Tahun 2003 tentang Larangan Kegiatan Pada Bulan Ramadhan merupakan

suatu yang bertentangan dengan nilai cita hukum Pancasila. Ketentuan sanksi

pidana harus ditinjau ulang.

Page 31: LAPORAN AKHIR - fh.ubb.ac.idfh.ubb.ac.id/webconfig/download.php?file=Cover plus LAP_Akhir BPI… · Pancsila sebagai paradigma pembangunan hukum memiliki sekurang- kurangnya empat

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan bab-bab sebelumnya maka dapat disimpulkan :

Peraturan Daerah Kota Banjarmasin Nomor 4 Tahun 2005 Perubahan

Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2003 tentang Larangan Kegiatan Pada

Bulan Ramadhan belum sesuai dengan cita hukum Pancasila. Dalam

perspektif negara hukum kesejahteraan yang tujuan akhirnya adalah

kesejahteraan bagi masyarakat sudah jelas bahwa bagi umat non muslim hal

ini sangat bertolak belakang. Dari perspektif keadilan pastinya tidak

memenuhi keadilan bagi setiap masyarakat yang mempunyai usaha warung,

baik itu masyarakat muslim maupun masyarakat non muslim. Perspektif teori

pemidanaan gabungan juga tidak memenuhi harapan karena titik fokusnya

hanya ke tindakan yang diklasifikasikan sebagai tindak pidana dan pelakunya

bukan ke pembangunan hukumnya.

Peraturan yang berada di bawah tidak boleh bertentangan dengan

peraturan yng berada di atasnya. Artinya secara umum baik peraturan

pemerintah pusat maupun peraturan pemerintah daerah tidak boleh

bertentangan dengan cita hukum Pancasila. Apabila prinsip ini dilanggar,

maka peraturan tersebut akan batal demi hukum atau dapat dibatalkan melalui

upaya hukum judicial review ke Mahkamah Agung termasuk Peraturan

Daerah Kota Banjarmasin Nomor 4 Tahun 2005 Perubahan Peraturan Daerah

Nomor 3 Tahun 2003 tentang Larangan Kegiatan Pada Bulan Ramadhan.

Peraturan Daerah Kota Banjarmasin Nomor 4 Tahun 2005 Perubahan

Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2003 tentang Larangan Kegiatan Pada

Bulan Ramadhan harus mencrminkan asas negara hukum kesejahteraan, teori

keadilan daan teori pemidanaan gabungan yang mana asas dan teori ini

merupakan derivasi nilai cita hukum Pancasila.

B. Rekomendasi

Kita sepakat bahwa Pancasila dijadikan sebagai grundnorm bagi

bangsa Indonesia. Agar hal di atas dapat diaplikasiakan dengan optimal

Page 32: LAPORAN AKHIR - fh.ubb.ac.idfh.ubb.ac.id/webconfig/download.php?file=Cover plus LAP_Akhir BPI… · Pancsila sebagai paradigma pembangunan hukum memiliki sekurang- kurangnya empat

dalam kehidupan berbangsa dan dalam kehidupan sehari-hari maka

diperlukan standarisasi terkait pembentukan peraturan perundang-undangan

yang akan diberlakukan secara definitif. Menurut kami diperlukan adanya

lembaga yang bertugas dalam menyaring peraturan perundang-undangan

yang akan diberlakukan. Tidak hanya sekedar apakah itu merupakan

kewenangan pmerintah pusat atau bukan, tapi juga harus menyentuh apakah

peraturan yang akan diberlakukan bertentangan dengan nilai cita hukum

Pancasila atau tidak.

Page 33: LAPORAN AKHIR - fh.ubb.ac.idfh.ubb.ac.id/webconfig/download.php?file=Cover plus LAP_Akhir BPI… · Pancsila sebagai paradigma pembangunan hukum memiliki sekurang- kurangnya empat

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Bagir Manan, Teori dan Politik Konstitusi, Cetakan kedua, FH UII Press,

Yogyakarta, 2004.

Barda Nawawi Arief, ,Pembangunan Sistem Hukum Nasional, Semarang,

Penerbit Pustaka Magister Semarang, 2012.

Chainur Arrasjid, Dasar-Dasar Ilmu Hukum, Cetakan Ketiga, Jakarta, Sinar

Grafika, 2004.

Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemenristekdikti RI ,Pendidikan

Pancasila untuk Perguruan Tinggi, cetakan pertama , 2016.

Hamid S. Attamimi, Peranan Keputusan Presiden Republik Indonesia dalam

Penyelenggaraan Pemerintahan Negara,suatu studi analisis mengenai

Keputusan Presiden yang berfungsi pengaturan dalam kurun waktu PELITA

I-PELITA IV, Jakarta, Sekretariat Negara RI, 1990.

Hotma P. SIbuea, Landasan Atau Dasar Dan Arah Pengembangan Pengajaran Hukum

Dan Ilmu Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta

Dalam Perspektif Cita Hukum Pancasila (Suatu angkah Awal), (Jakarta).

Jimly Asshiddiqie,Perihal Undang-Undang di Indonesia, Sekretariat Jenderal

Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Jakarta, 2006.

Moh. Mahfud MD, Membangun Politik Hukum, Menegakkan Konstitusi, Cetakan

Pertama, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2010.

Tim Fakultas Hukum Universitas !7 Agustus Jakarta mengutip Abdul Hamid S.

Attamimi. Pembaharuan Hukum Acara Pidana Dan Jabatan Hakim

Pemeriksa Pendahuluan Dalam Perspektif Pancasila, Asas Hukum Hukum

dan Politik Hukum Nasional. (Jakarta)

Jurnal

Page 34: LAPORAN AKHIR - fh.ubb.ac.idfh.ubb.ac.id/webconfig/download.php?file=Cover plus LAP_Akhir BPI… · Pancsila sebagai paradigma pembangunan hukum memiliki sekurang- kurangnya empat

Abdul Hadi, Study Analisis Keabsahan Perda Syariat Dalam Prespektif Teori

Hirarki Norma Hukum, Jurnal Ummul Qura Vol IV, No. 2, Agustus 2014.

Rumadi, Perda Syariat Islam: Jalan Lain Menuju Negara Islam?, Journal

Tashwirul Afkar, Edisi No. 20 Tahun 2006, Lakpesdam NU, Jakarta, 2006

Internet

http://www.sangkoeno.com/2013/11/hubungan-pancasila-dan-

agama.html

https://edukasismn.blogspot.com/2017/11/hubungan-pancasila-dan-agama-

dalam.html

https://mediaindonesia.com/read/detail/50850-kalsel-tetap-terapkan-perda-ramadn

https://banjarmasin.tribunnews.com/2016/06/24/wali-kota-banjarmasin-siap-

melawan-jika-perda-ramadan-dianulir

Page 35: LAPORAN AKHIR - fh.ubb.ac.idfh.ubb.ac.id/webconfig/download.php?file=Cover plus LAP_Akhir BPI… · Pancsila sebagai paradigma pembangunan hukum memiliki sekurang- kurangnya empat

LAPORAN MATRIK

KAJIAN DAN EVALUASI

KAJIAN PERSPEKTIF CITA HUKUM PANCASILA TERHADAP PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 4 TAHUN 2005 PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 3 TAHUN 2003 TENTANG LARANGAN KEGIATAN PADA BULAN RAMADHAN

TIM PENYUSUN

Ketua : Dr. Faisal, S.H., M.H.

Anggota : Toni, S.H., M.H.

Ndaru Satrio, S.H., M.H.

A. Cery Kurnia, S.H., M.H

.

Kerjasama Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Dengan Fakultas Hukum Universitas Bangka Belitung (FH

UBB) Desember 2019

Page 36: LAPORAN AKHIR - fh.ubb.ac.idfh.ubb.ac.id/webconfig/download.php?file=Cover plus LAP_Akhir BPI… · Pancsila sebagai paradigma pembangunan hukum memiliki sekurang- kurangnya empat

MATRIK

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 4 TAHUN 2005

TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH

KOTA BANJARMASIN NOMOR 13 TAHUN 2003

TENTANG LARANGAN KEGIATAN PADA BULAN

RAMADHAN

No. Materi Perda Hasil Analisis dan Evaluasi Keterangan

Dikaitkan Dengan

Indikator Nilai-Nilai

Pancasila

1. Pasal 1 Bertentangan dengan sila Poin ke 6 yaitu

ke-2 Pancasila Perlindungan kepada setiap

orang dalam

memperjuangkan kebenaran

dan keadilan demi martabat

kemanusiaan tidak terwujud

dengan adanya regulasi

pada Pasal 1.

Lebih spesifik lagi harus

disesuaikan dengan teori

tujuan pemidanaan

gabungan yang kita anut.

Bertentangan dengan sila Poin ke 4 yaitu Kegiatan

ke-5 Pancasila perekonomian yang efektif,

berkeadilan dan

berwawasan lingkungan

untuk menciptakan

kemadirian bangsa dan

kesejahteraaan rakyat.

Apabila ditelaah lebih lanjut

regulasi tersebut justru

berpotensi menghambat

perkembngan dari

perekonomian itu sendiri.

Page 37: LAPORAN AKHIR - fh.ubb.ac.idfh.ubb.ac.id/webconfig/download.php?file=Cover plus LAP_Akhir BPI… · Pancsila sebagai paradigma pembangunan hukum memiliki sekurang- kurangnya empat

MATRIK

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 13 TAHUN 2003

TENTANG LARANGAN KEGIATAN PADA BULAN RAMADHAN

No. Materi Perda Hasil Analisis dan Evaluasi Keterangan

Dikaitkan Dengan

Indikator Nilai-Nilai

Pancasila

1. Pasal 2 Bertentangan dengan sila Poin ke 4 yaitu pelarangan

ke-1 Pancasila perbuatan kekerasan dan

pemaksaan keyakinan

agama dan kepercayaan

kepada orang lain tidak

terwujud dengan adanya

regulasi pada Pasal 2.

Lebih spesifik lagi harus

disesuaikan dengan teori

negara hukum kesejahteraan

dan teori keadilan

Bertentangan dengan sila Poin ke 5 yaitu

ke-2 Pancasila Penghormatan terhadap

hak dasar manusia baik

sebagai individu, maupun

sebagai warga masyarakat.

Hak dasar tersebut adalah

hak hidup yang dipada

kenyatannya didapat setelah

mencari nafkah