kajian administrasi, farmasetik dan klinis resep …

117
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP PASIEN RAWAT JALAN DI RUMKITAL DR. MINTOHARDJO PADA BULAN JANUARI 2015 SKRIPSI SITI ULFAH BILQIS 1111102000018 FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI FARMASI JAKARTA MEI 2015

Upload: others

Post on 20-Oct-2021

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN

KLINIS RESEP PASIEN RAWAT JALAN DI

RUMKITAL DR. MINTOHARDJO PADA BULAN

JANUARI 2015

SKRIPSI

SITI ULFAH BILQIS

1111102000018

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FARMASI

JAKARTA

MEI 2015

Page 2: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

ii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN

KLINIS RESEP PASIEN RAWAT JALAN DI

RUMKITAL DR. MINTOHARDJO PADA BULAN

JANUARI 2015

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi

SITI ULFAH BILQIS

1111102000018

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FARMASI

JAKARTA

MEI 2015

Page 3: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …
Page 4: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …
Page 5: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …
Page 6: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

vi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ABSTRAK

Nama : Siti Ulfah Bilqis

Program Studi : Strata-1 Farmasi

Judul : Kajian resep rawat jalan di RUMKITAL Dr. Mintohardjo

pada Bulan Januari 2015

Kajian resep merupakan aspek yang sangat penting dalam peresepan karena dapat

membantu mengurangi terjadinya medication error. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui persentase kelengkapan resep dan kejelasan penulisan terkait obat

serta gambaran terkait interaksi obat pada resep rawat jalan di Instalasi Apotek

RUMKITAL Dr. Mintohardjo pada bulan Januari 2015. Penelitian yang dilakukan

bersifat deskriptif dan pengambilan data dilakukan secara retrospektif. Metode

pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode random sampling,

didapatkan sebanyak 400 resep. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa

kelengkapan resep secara administrasi yaitu: data pasien 12%, paraf dokter 100%,

tidak ada resep yang mengandung narkotik dan kesesuaian dengan formularium

88,2%. Secara farmasetik didapatkan kejelasan penulisan bentuk sediaan 27% dan

adanya obat puyer 3,5%. Sedangkan secara klinis didapatkan kejelasan penulisan

nama obat 95,2%, signa 96,2% dan rute pemberian 32%. Ketepatan dosis obat

67,2% dan frekuensi pemberian obat 91,5%. Adanya interaksi obat sebanyak

49,2% dengan mekanisme secara farmakodinamik sebesar 50,8% dan secara

farmakokinetik sebesar 18,5%. Adanya hubungan yang bermakna terjadi antara

jumlah jenis obat dalam satu resep dengan kejadian potensi interaksi obat (p =

0,000). Hasil pengkajian kelengkapan dan analisis resep ini diharapkan dapat

membantu meningkatkan kualitas pelayanan kepada pasien dan dapat mencegah

terjadinya medication error pada fase prescribing.

Kata Kunci : Kajian resep, kelengkapan resep, interaksi obat.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 7: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

vii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ABSTRACT

Name : Siti Ulfah Bilqis

Program Study : Strata-1 Pharmacy

Title : Analysis of Prescribing in Naval Hospital Dr.

Mintohardjo in Januari 2015

The analysis of prescribing is a very important aspect in the prescription because

it can help to reduce the occurrence of medication errors. This study aimed to

determine the percentage of the completeness of prescriptions and the writing

clarity related to medicines, and a description related to the prescription drug

interaction outpatient in pharmacy installation Naval Hospital Dr. Mintohardjo in

Januari 2015. This is a descriptive research where the data has been retrieved

retrospectively. The sampling method that has been used in this research was the

random sampling method, with a total of 400 prescriptions. The result showed that

the completeness of prescription in the administration were: 12% of patient data,

100% of the doctor’s initials, no prescriptions containing narcotics and suitability

with the formularium was 88,2%. Pharmaceutically, the clarity of the writing

dosage form and the presence of medication pulveres were obtained at 27% and

3,5%. While clinically, the clarity of the writing name of the medicine was

obtained at 95,2%, signa 96,2% and route of drug administration at 32%. The

result of drug interaction was 49,2% with the pharmacodynamic mechanism at

50,8% and the pharmacokinetics at 18,5%. Significant correlation occured

between the number of drugs in one prescription to the incidence of potential drug

interaction (p = 0.000). The assessment results of completeness and prescription

analysis is expected to help improve the quality of care for patients and prevent

the occurrence of medication errors in prescribing phase

Keywords: Analysis of prescription, completeness of prescription, drug

interaction

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 8: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

viii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang Maha pengasih dan

Maha penyayang, yang telah member kekuatan kepada penulis, sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam senantiasa terlimpahkan

kepada Baginda Rasul, Nabi Muhammad SAW yang merupakan suri tauladan

bagi umatnya.

Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan untuk

memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada program Studi Farmasi Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam

melaksanakan penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa penyusunan ini

tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan

terima kasih kepada :

1. Ibu Dr. Azrifitria, M.Si., Apt sebagai Pembimbing I dan Ibu Ingrid Green

Nego, S.Si., Apt sebagai Pembimbing II yang telah memberikan ilmu, nasehat,

waktu, tenaga dan pikiran selama penelitian dan penulisan skripsi ini.

2. Bapak Drs. Umar Mansur, M.Sc, Apt selaku ketua Program Studi Farmasi

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitan Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Yardi, Ph.D., Apt selaku Pembimbing akademik yang telah

memberikan arahan selama masa perkuliahan.

4. Bapak dan Ibu staf pengajar, serta karyawan yang telah memberikan

bimbingan dan bantuan selama menempuh pendidikan di Program Studi

Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Kedua orang tua tercinta, Abi H. Drs. Wahruddin dan Ummi Hj. Dra.

Mu’izzah yang selalu ikhlas tanpa pamrih memberikan kasih sayang,

dukungan moral, materil, nasehat-nasehat, serta lantunan do’a di setiap waktu.

6. Adik-adik tercinta, Iin Inayatul Maula, Aat Syafa’atul Udzma, Hikmatun Nisa

dan Aghni Nurul Azizah yang sudah memberikan semangat dan do’a.

Page 9: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

ix UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

7. Kakanda Muhammad Samad (Madun) yang selalu memberikan semangat,

dukungan, doa, tenaga, waktu selama penelitian sampai akhir penulisan skripsi

ini.

8. Ibu dan Bapak Apoteker di RUMKITAL Dr. Mintohardjo yang telah

memberikan bantuan selama penulis melakukan penelitian.

9. Teman-teman seperjuangan selama penelitian di RUMKITAL Dr.

Mintohardjo: Athirotin Halawiyah, Khabbatun Ni’mah dan Dana

Yusshiammanti F, terimakasih atas bantuan dan kerjasamanya.

10. Teman-teman di Program Studi Farmasi: Fifi Zuliyanti, Erlin Febriyanti, Rizki

Hidayanti Rambe, Intan Rumaisha, Arumpuspa Azizah, Qurry Mawaddana,

Fathiyah serta teman-teman Farmasi 2011 atas semangat dan kebersamaan

kita selama perkuliahan berlangsung. Semoga ukhuwah yang telah terjalin

tidak pernah putus dan akan terus berlanjut.

11. Semua pihak yang telah membantu penulis selama melakukan penelitian dan

penulisan yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Semoga semua bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan dari

Allah SWT. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan

ini, oleh karena itu kritik dan saran sangat diharapkan demi perbaikan skripsi ini.

Dan semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Jakarta, Mei 2015

Penulis

Page 10: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …
Page 11: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

xi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………….…….. ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS…………………………….…... iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………………... iv

HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………….… v

ABSTRAK……………………………………………………………………...… vi

ABSTRACT………………………………………………………………….….... vii

KATA PENGANTAR…………………………………………………………… viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH……………... x

DAFTAR ISI…………………………………………………………..……….… xi

DAFTAR TABEL……………………………………………………………...… xiii

DAFTAR GAMBAR………………………………………………………..….... xiv

DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………...... xv

BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………………………... 1

1.1 Latar Belakang.................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah……………………………………….…………... 4

1.3 Tujuan................................................................................................. 4

1.4 Manfaat............................................................................................... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………. 5

2.1 Depo Farmasi..................................................................................... 5

2.1.1 Struktur Organisasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit……….. 5

2.1.2 Tugas dan Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit…….....….. 6

2.1.3 Tim Farmasi dan Terapi……………..……………….......… 8

2.2 Obat………………………………………………………..……....… 10

2.3 Resep………………………………………….……………….…….. 10

2.3.1 Definisi Resep…………………………………………….. 10

2.3.2 Jenis-jenis Resep…………………...…………….……… 11

2.3.3 Penulisan Resep…………………………………………… 11

2.3.4 Penulis Resep…………………………………………….. 11

2.3.5 Tujuan Penulisan Resep…………………………………… 12

2.3.6 Format Penulisan Resep…………………………………. 12

2.3.7 Kerahasiaan dalam Penulisan Resep……………………… 13

2.3.8 Pola Penulisan Resep……………………………………. 14

2.3.9 Contoh Resep……………………………………..…....... 15

2.3.10 Tanda-tanda pada Resep........…………………….…..…. 16

2.3.11 Persyaratan Menulis Resep dan Kaidahnya…….………… 16

2.3.12 Menulis Resep……………………………………….….… 17

2.3.13 Prinsip Penulisan Resep di Indonesia…………….……..... 19

2.4 Skrining Resep…………………………..…………………..…...…. 20

2.4.1 Penulisan Resep Obat yang Rasional……………………. 21

2.4.2 Permasalahan dalam Menulis Resep…...………………… 23

2.4.3 Medication Error……………………..……....………..... 24

2.5 Interaksi Obat……….………….…………………………………… 25

Halaman

Page 12: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

xii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.5.1 Pengertian Interaksi Obat……………..……..…….......... 25

2.5.2 Mekanisme Interaksi Obat……………………………… 25

2.5.3 Tingkat Keparahan Interaksi Obat………………..……... 29

BAB 3 METODEPENELITIAN…………………………………………..….… 31

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian……………………………………….. 31

3.2 Rancangan Penelitian…...…………..…….……..……………….… 31

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian………………..………….……….. 31

3.3.1 Populasi…………….………………..………….………... 31

3.3.2 Sampel ……………..………….......……….…..……….. 31

3.4 Kriteria Inklusi dan Ekslusi………………..…..……………….…..… 32

3.4.1 Kriteria Inklusi……….……………..…………………… 32

3.4.2 Kriteria Ekslusi….………………..….…………..……… 32

3.5 Kerangka Konsep………………...…………..………..…………….. 33

3.6 Definisi Operasional………………………………………………… 33

3.7 Tata Cara Penelitian…………………………………………………. 35

3.8 Cara Kerja…………………………………………………………… 36

3.9 Analisis Data………………………………………………………….. 37

BAB 4 PEMBAHASAN……………………………………………………..…… 38

4.1 Hasil Penelitian………………………………………........................ 38

4.1.1 Analisis Kelengkapan Resep……………………………. 38

4.1.2 Analisis Penulisan Terkait Obat…………….………….... 40

4.1.3 Analisis Terkait Interaksi Obat……………………..……. 42

4.2 Pembahasan Penelitian……………………………………………… 44

4.2.1 Pembahasan Hasil Penelitian………….............................. 44

4.2.1.1 Analisis Kelengkapan Resep………............... 44

4.2.1.2 Analisis Penulisan Terkait Obat………........... 47

4.2.1.3 Analisis Terkait Interaksi Obat………............. 49

4.2.2 Keterbatasan Penelitian……………………………………. 51

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………………... 53

5.1 Kesimpulan…………………..……….……………………………… 53

5.2 Saran………………………………………………………………… 54

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………..…………... 55

LAMPIRAN………………………………………………………………………. 58

Page 13: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

xiii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR TABEL

4.1 Data Analisis Kelengkapan Resep………………………..………………….…… 39

4.2 Profil Resep terhadap Legalitas Narkotik………………………………………… 40

4.3 Data Analisis Ketepatan Dosis Sediaan dan Frekwensi Pemberian Obat............. 40

4.4 Data Analisis Kejelasan Penulisan Terkait Obat……………………….……...… 41

4.5 Profil Resep……………………………………………………………............... 41

4.6 Potensi Terjadinya Interaksi Obat Berdasarkan Literatur…………….............… 41

4.7 Gambaran Jumlah Obat Berdasarkan Ada Tidaknya Potensi Interaksi Obat

Berdasarkan Literatur……………………………………………………………..

42

4.8 Data Distribusi Potensi Interaksi Obat Berdasarkan Tingkat Keparahan dan

Tipe Mekanisme Interaksi Obat………………………………………………….

43

4.9 Gambaran Distribusi Jumlah Jenis Obat yang di Resepkan dalam Lembar

Resep dengan Kejadian Potensi Interaksi Obat…………………………………

43

Halaman Tabel

Page 14: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

xiv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pola penulisan resep……………………………………...…………… 14

Gambar 2.2 Contoh resep………………………………………………..………… 15

Gambar 1 Grafik persentase jumlah kelengkapan data pasien…………………... 58

Gambar 2 Grafik persentase jumlah kejelasan penulisan nama obat…………….. 58

Gambar 3 Grafik persentase jumlah kejelasan penulisan signa………………… 58

Gambar 4 Grafik persentase jumlah pencantuman paraf dokter…………………. 58

Gambar 5 Grafik persentase jumlah resep yang mengandung narkotik…...…….. 58

Gambar 6 Grafik persentase kesesuaian obat dengan formularium……………… 58

Gambar 7 Grafik persentase kejelasan penulisan dan ketepatan dosis obat……... 59

Gambar 8 Grafik persentase kejelasan penulisan bentuk sediaan……………… 59

Gambar 9 Grafik persentase kejelasan penulisan rute pemberian obat………….. 59

Gambar 10 Grafik persentase kejelasan penulisan dan ketepatan frekuensi

pemberian……………………………………………………….……

59

Gambar 11 Grafik persentase jumlah ketercampuran obat (puyer) pada resep 59

Gambar 12 Grafik persentase jumlah terjadinya interaksi obat pada resep………. 59

Halaman

Page 15: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

xv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Grafik Persentase Analisis Univariat……………………..….............. 58

Lampiran 2 Surat Persetujuan Pelaksanaan Penelitian di RUMKITAL Dr.

Mintohardjo………………………………………............................

60

Lampiran 3 Data Kelengkapan Resep……….…………..………........................... 61

Lampiran 4 Data Distribusi Interaksi Obat……………………..…...……………. 79

Lampiran 5 Output SPSS Analisis Univariat…………………………………..... 98

Lampiran 6 Output SPSS Analisis Bivariat…………………………….………… 101

Halaman

Page 16: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

1

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Peraturan Menteri Kesehatan No. 35 tahun 2014, Bab I, Pasal 1(4)

menyebutkan bahwa “Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter

gigi, kepada Apoteker, baik dalam bentuk paper maupun electronic untuk

menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan yang berlaku”.

Katzung 2009 dalam Sandy (2010), resep yang baik harus memuat cukup

informasi yang memungkinkan ahli farmasi yang bersangkutan mengerti obat apa

yang akan diberikan kepada pasien. Namun pada kenyataannya, masih banyak

permasalahan yang ditemui dalam peresepan. Beberapa contoh permasalahan

dalam peresepan adalah kurang lengkapnya informasi pasien, penulisan resep

yang tidak jelas atau tidak terbaca, kesalahan penulisan dosis, tidak

dicantumkannya aturan pemakaian obat, tidak menuliskan rute pemberian obat,

dan tidak mencantumkan tanda tangan atau paraf penulis resep (Cahyono, 2008).

Banyak faktor yang mempengaruhi permasalahan dalam peresepan, sehingga

diperlukan kepatuhan dokter dalam melaksanakan aturan-aturan dalam penulisan

resep sesuai undang-undang yang berlaku (Gibson et al (1996) dalam Sandy

(2010)).

Permasalahan dalam peresepan merupakan salah satu kejadian medication

error. Menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor

1027/MENKES/SK/IX/2004 menyebutkan bahwa medication error adalah

kejadian yang merugikan pasien akibat pemakaian obat selama dalam penanganan

tenaga kesehatan yang sebetulnya dapat dicegah. Bentuk medication error yang

terjadi adalah pada fase prescribing (error terjadi pada penulisan resep) yaitu

kesalahan yang terjadi selama proses peresepan obat atau penulisan resep.

Dampak dari kesalahan tersebut sangat beragam, mulai yang tidak memberi resiko

sama sekali hingga terjadinya kecacatan atau bahkan kematian (Dwiprahasto dan

Kristin, 2008). Selain itu, dalam (Hartayu dan Aris, 2005) menyebutkan bahwa

1

Page 17: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

2

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

medication error yang terjadi dapat menyebabkan kegagalan terapi, bahkan dapat

timbul efek obat yang tidak diharapkan seperti terjadinya interaksi obat.

Interaksi obat didefinisikan sebagai reaksi yang terjadi antara obat dengan

senyawa kimia (obat lain, makanan) di dalam tubuh maupun pada permukaan

tubuh yang dapat mempengaruhi kerja obat sehingga dapat terjadi

peningkatan/pengurangan kerja obat atau bahkan obat sama sekali tidak

menimbulkan efek. Definisi yang lebih relevan adalah ketika obat bersaing satu

dengan yang lainnya atau yang terjadi ketika satu obat hadir bersama dengan obat

yang lainnya (Stockley, 2008). Mekanisme interaksi obat dapat dibagi menjadi

interaksi yang melibatkan aspek farmakokinetik obat dan interaksi yang

mempengaruhi respon farmakodinamik obat. Interaksi farmakokinetik dapat

terjadi pada beberapa tahap, meliputi absorpsi, distribusi, metabolisme, atau

ekskresi. Interaksi farmakodinamik adalah interaksi dimana efek suatu obat

diubah oleh obat lain pada tempat aksi (Fradgley, 2003).

Hasil penelitian dari Prawitosari (2009) menemukan bahwa dalam

peresepan ditemukan ketidakjelasan penulisan signa sebanyak 50,8%, kesalahan

penulisan dosis obat sebanyak 50,8%, dan paraf dokter sebanyak 6,8%. Selain itu,

penelitian oleh Octavia (2011) medapatkan kesalahan penulisan bentuk sediaan

sebanyak 60,2%, rute pemberian 84,2% dan frekwensi penggunaan obat 75,5%.

Studi lain yang dilakukan oleh Mayasari (2015) yang melibatkan 240 lembar

resep, 107 lembar resep mengalami interaksi obat dengan mekanisme interaksi

farmakokinetik sebanyak 3,74%, farmakodinamik 59,81% dan unknown 36,45%.

Tindakan nyata yang dapat dilakukan untuk mencegah medication error

oleh seorang farmasis adalah melakukan skrining resep atau pengkajian resep.

Pengkajian resep dilakukan dengan tujuan untuk mencegah terjadinya kelalaian

pencantuman informasi, penulisan resep yang buruk dan penulisan resep yang

tidak tepat. Apoteker harus memahami dan menyadari kemungkinan terjadinya

kesalahan pengobatan dalam proses pelayanan. Hal ini dapat dihindari apabila

apoteker dalam menjalankan prakteknya sesuai dengan standar yang telah

ditetapkan. Standar tersebut merupakan refleksi pengalaman klinik dari staf medik

dirumah sakit yang dibuat oleh panitia farmasi dan terapi yang didasarkan pada

pustaka yang mutakhir (Anonim, 2008).

Page 18: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

3

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Standar yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan Peraturan

Menteri Kesehatan No. 35 tahun 2014, dimana kegiatan pengkajian resep dimulai

dari persyaratan administrasi (nama pasien, nama dokter, alamat, paraf dokter,

umur, berat badan, jenis kelamin), persyaratan farmasetik (bentuk sediaan,

kekuatan sediaan, stabilitas dan kompatibilitas) dan persyaratan klinis (ketepatan

indikasi dan dosis obat, aturan, cara dan lama penggunaan obat, duplikasi dan/atau

polifarmasi, reaksi obat yang tidak diinginkan (alergi, efek samping obat,

manifestasi klinis lain), kontraindikasi dan interaksi obat).

Rumah sakit didaerah Bendungan Hilir Jakarta Pusat yaitu RUMKITAL

Dr. Mintohardjo ini memiliki jumlah peresepan yang banyak dan untuk peresepan

tiap harinya ini mencapai kira-kira 200-300 resep. Banyaknya resep yang masuk

ke unit farmasi di RUMKITAL Dr. Mintohardjo ini memerlukan waktu proses

pengolahan resep yang cepat. Kondisi yang terjadi seperti ini memerlukan

penanganan khusus, sehingga medication error yang mungkin terjadi dapat

dicegah.

Instalasi farmasi Rumah Sakit sebagai satu-satunya bagian dalam Rumah

Sakit yang berwenang menyelenggarkan pelayanan kefarmasian, harus dapat

menjamin bahwa pelayanan yang dilakukannya tepat dan sesuai dengan ketentuan

standar pelayanan kefarmasian yang telah ditetapkan. Pelayanan kefarmasian ini

harus dapat mengidentifikasi, mencegah, dan menyelesaikan masalah-masalah

kesehatan terutama yang berkaitan dengan obat.

Dari uraian di atas dapat di usulkan penelitian yang berjudul Kajian

Administrasi, Farmasetik dan Klinis Resep Pasien Rawat Jalan di RUMKITAL

Dr. Mintohardjo pada Bulan Januari 2015. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan

menggunakan data resep yang diterima oleh unit farmasi RUMKITAL Dr.

Mintohardjo pada bulan Januari 2015. Dari data resep tersebut dapat dianalisis

kelengkapan resep dan diidentifikasi ada tidaknya efek yang tidak diinginkan

seperti interaksi obat, sehingga diharapkan dapat membantu meningkatkan

kualitas pelayanan kepada pasien untuk mendapatkan outcome terapi yang

optimal serta mendukung pelaksanaan patient safety di rumah sakit tersebut.

Page 19: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

4

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

1.2 RUMUSAN MASALAH

Dari uraian di atas menunjukkan bahwa masih banyak terdapat penulisan

resep yang tidak lengkap di berbagai Rumah Sakit di Indonesia.

Ketidaklengkapan tersebut ditemukan pada bagian administrasi, farmasetik dan

klinis. RUMKITAL Dr. Mintohardjo memiliki peresepan yang sangat banyak

dengan waktu pelayanan yang terbatas dan belum diketahui berapa banyak resep

yang tidak lengkap

1.3 TUJUAN PENELITIAN

1.3.1 Tujuan Umum

Secara umum, tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji peresepan pasien

rawat jalan di RUMKITAL Dr. Mintohardjo pada bulan Januari 2015

1.3.2 Tujuan Khusus

Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk :

a. Mengetahui kelengkapan resep pasien rawat jalan di RUMKITAL Dr.

Mintohardjo pada bulan Januari 2015 ditinjau dari persyaratan administrasi,

farmasetik dan klinis.

b. Mendapatkan gambaran interaksi obat yang terdapat pada resep di apotek

rawat jalan RUMKITAL Dr. Mintohardjo pada bulan Januari 2015

1.4 MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut :

a. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah ilmu

pengetahuan dalam bidang kefarmasian khususnya pada penulisan resep yang

baik yang sesuai dengan peraturan yang berlaku.

b. Manfaat praktis

Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan masukan dalam peresepan di

RUMKITAL Dr. Mintohardjo sehingga dapat mendukung upaya pelaksanaan

patient safety di RUMKITAL Dr. Mintohardjo.

Page 20: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

5

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Depo Farmasi

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 56 tahun

2014, Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan

rawat inap, rawat jalan dan rawat darurat. Tugas rumah sakit umum adalah

melaksanakan upaya kesehatan dan memberikan pelayanan kesehatan pada semua

bidang dan jenis penyakit.

Instalasi farmasi di rumah sakit adalah instalasi di rumah sakit yang

dipimpin oleh seorang apoteker dan dibantu oleh beberapa orang apoteker, tenaga

ahli madya farmasi (D-3) dan tenaga menengah farmasi (AA) yang memenuhi

persyaratan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan merupakan tempat

atau fasilitas penyelenggaraan yang bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan

serta pelayanan kefarmasian yang terdiri atas pelayanan paripurna, mencakup

perencanaan, pengadaan, produksi, penyimpanan perbekalan kesehatan,

dispensing obat, pengendalian mutu dan pengendalian distribusi dan penggunaan

seluruh perbekalan kesehatan di rumah sakit serta pelayanan farmasi klinik

(Menkes RI, 2014)

2.1.1 Struktur Organisasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 58 Tahun 2014 tentang

standar pelayanan farmasi klinik di Rumah Sakit, Pengorganisasian Instalasi

Farmasi Rumah Sakit harus mencakup penyelenggaraan pengelolaan sediaan

farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai, pelayanan farmasi klinik

dan manajemen mutu, dan bersifat dinamis dapat direvisi sesuai kebutuhan

dengan tetap menjaga mutu.

5

Page 21: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

6

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.1.2 Tugas dan Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 58 Tahun 2014 tentang

standar pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit, tugas Instalasi Farmasi Rumah

Sakit yaitu:

1. Menyelenggarakan, mengkoordinasikan, mengatur dan mengawasi seluruh

kegiatan pelayanan farmasi klinis yang optimal dan profesional serta sesuai

prosedur dan etik profesi.

2. Melaksanakan pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis

habis pakai yang efektif, aman, bermutu dan efisien.

3. Melaksanakan pengkajian dan pemantauan penggunaan sediaan farmasi, alat

kesehatan, dan bahan medis habis pakai guna memaksimalkan efek terapi

dan keamanan serta meminimalkan risiko.

4. Melaksanakan komunikasi, edukasi dan informasi (KIE) serta memberikan

rekomendasi kepada dokter, perawat dan pasien.

5. Berperan aktif dalam tim farmasi dan terapi.

6. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan serta pengembangan pelayanan

farmasi klinis

7. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan

formularium rumah sakit.

Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit, meliputi:

1. Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai.

a. memilih sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai

sesuai kebutuhan pelayanan rumah sakit.

b. Merencanakan kebutuhan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan

medis habis pakai secara efektif, efisien dan optimal.

c. Mengadakan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai

berpedoman pada perencanaan yang telah dibuat sesuai ketentuan yang

berlaku.

d. Memproduksi sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis

pakai untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit.

Page 22: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

7

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

e. Menerima sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai

sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang berlaku.

f. Menyimpan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai

sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan kefarmasian.

g. Mendistribusikan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis

pakai ke unit-unit pelayanan di rumah sakit.

h. Melaksanakan pelayanan farmasi satu pintu.

i. Melaksanakan pelayanan obat “unit dose”/dosis sehari.

j. Melaksanakan komputerisasi pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan,

dan bahan medis habis pakai (apabila sudah memungkinkan).

k. Mengidentifikasi, mencegah dan mengatasi masalah yang terkait dengan

sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai.

l. Melakukan pemusnahan dan penarikan sediaan farmasi, alat kesehatan,

dan bahan medis habis pakai yang sudah tidak dapat digunakan.

m. Mengendalikan persediaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan

medis habis pakai.

n. Melakukan administrasi pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan

bahan medis habis pakai

2. Pelayanan farmasi klinik.

a. Mengkaji dan melaksanakan pelayanan resep atau permintaan obat.

b. Melaksanakan penelusuran riwayat penggunaan obat.

c. Melaksanakan rekonsiliasi obat.

d. Memberikan informasi dan edukasi penggunaan obat baik berdasarkan

resep maupun obat non resep kepada pasien/keluarga pasien.

e. Mengidentifikasi, mencegah dan mengatasi masalah yang terkait dengan

sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai.

f. Melaksanakan visite mandiri maupun bersama tenaga kesehatan lain.

g. Memberikan konseling pada pasien dan/atau keluarganya.

h. Melaksanakan pemantauan terapi obat (PTO).

- Pemantauan efek terapi obat.

- Pemantauan efek samping obat.

- Pemantauan kadar obat dalam darah (PKOD).

Page 23: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

8

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

i. Melaksanakan evaluasi penggunaan obat (EPO).

j. Melaksanakan dispensing sediaan steril.

- Melakukan pencampuran obat suntik.

- Menyiapkan nutrisi parenteral.

- Melaksanakan penanganan sediaan sitotoksik.

- Melaksanakan pengemasan ulang sediaan steril yang tidak stabil.

k. Melaksanakan pelayanan informasi obat (PIO) kepada tenaga kesehatan

lain, pasien/keluarga, masyarakat dan institusi di luar Rumah Sakit.

l. Melaksanakan Penyuluhan Kesehatan Rumah Sakit (PKRS).

2.1.3 Tim Farmasi dan Terapi

Tim farmasi dan terapi (TFT) merupakan unit kerja dalam memberikan

rekomendasi kepada pimpinan rumah sakit mengenai kebijakan penggunaan obat

di rumah sakit yang anggotanya terdiri dari dokter yang mewakili semua

spesialisasi yang ada di rumah sakit, Apoteker instalasi farmasi, serta tenaga

kesehatan lainnya apabila diperlukan (Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 58

tahun 2014).

Tugas tim farmasi dan terapi berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI

Nomor 58 Tahun 2014 tentang standar pelayanan farmasi di rumah sakit, tugas

panitia farmasi dan terapi yaitu:

1. Mengembangkan kebijakan tentang penggunaan obat di rumah sakit.

2. Melakukan seleksi dan evaluasi obat yang akan masuk dalam formularium

rumah sakit.

3. Mengembangkan standar terapi.

4. Mengidentifikasi permasalahan dalam penggunaan obat.

5. Melakukan intervensi dalam meningkatkan penggunaan obat yang rasional.

6. Mengkoordinir penatalaksanaan reaksi obat yang tidak dikehendaki.

7. Mengkoordinir penatalaksanaan medication error.

8. Menyebarluaskan informasi terkait kebijakan penggunaan obat di rumah

sakit.

Sistem formularium adalah suatu metode yang digunakan staf medik dari

suatu rumah sakit yang bekerja melalui TFT, mengevaluasi, menilai, dan memilih

Page 24: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

9

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dari berbagai zat aktif obat dan produk obat yang tersedia, yang dianggap paling

berguna dalam perawatan penderita. Jadi, sistem formularium adalah sarana

penting dalam memastikan mutu penggunaan obat dan pengendalian harganya.

Sistem formularium menetapkan pengadaan, penulisan, dispensing, dan

pemberian suatu obat dengan nama dagang atau obat dengan nama generik

apabila obat itu tersedia dalam dua nama tersebut. Formularium adalah dokumen

berisi kumpulan produk obat yang dipilih TFT disertai informasi tambahan

penting tentang penggunaan obat tersebut, serta kebijakan dan prosedur berkaitan

obat yang relevan untuk rumah sakit tersebut, yang terus menerus direvisi agar

selalu akomodatif bagi kepentingan penderita dan staf profesional pelayan

kesehatan, berdasarkan data konsumtif dan data morbiditas serta pertimbangan

klinik staf medik rumah sakit (Lia, 2007).

Kesalahan obat adalah pemberian suatu obat yang menyimpang dari resep

atau order dokter yang tertulis dalam kartu pengobatan penderita atau

menyimpang dari kebijakan, prosedur, dan standar rumah sakit. Kecuali kesalahan

karena kelalaian memberikan dosis obat kepada penderita, yang dimaksud

kesalahan obat adalah jika dosis obat telah benar-benar sampai pada penderita.

Misalnya, suatu kesalahan dosis yang terdeteksi dan diperbaiki sebelum

pemberian kepada penderita, bukan suatu kesalahan obat.

Secara umum kesalahan pengobatan penyebabnya adalah kekuatan obat

pada etiket atau dalam kemasan membingungkan; nomenklatur sediaan obat

(nama obat kelihatan mirip atau bunyi nama obat mirip); kegagalan atau gagal

fungsi peralatan; tulisan tangan tidak terbaca; penulisan kembali resep / order

dokter yang tidak tepat; perhitungan dosis yang tidak teliti; personel terlatih tidak

mencukupi; menggunakan singkatan yang tidak tepat dalam penulisan resep;

kesalahan etiket; beban kerja berlebihan; konsentrasi hilang dalam unjuk kerja

individu; serta obat-obatan yang tidak tersedia.

Kesalahan pengobatan mencakup kesalahan administratif yang disebabkan

ketidakjelasan tulisan, ketidaklengkapan resep, keaslian resep, ketidakjelasan

instruksi. Kesalahan farmasetik seperti dosis, bentuk sediaan, stabilitas,

inkompatibilitas, dan lama pemberian. Serta kesalahan klinis seperti alergi, reaksi

obat yang tidak sesuai, interaksi yang meliputi obat dengan penyakit, obat dengan

Page 25: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

10

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

obat lain dalam hal lama terapi, dosis, cara pemberian dan jumlah obat. (Tatro,

2009)

2.2 OBAT

Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

193/KabB.VII/71 memberikan definisi berikut untuk obat: “Obat ialah suatu

bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam

menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan, menghilangkan,

menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan

rohaniah pada manusia atau hewan dan untuk memperelok atau memperindah

badan atau bagian badan manusia”.

2.3 RESEP

2.3.1 Definisi Resep

Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi, kepada

Apoteker, baik dalam bentuk paper maupun electronic untuk menyediakan dan

menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan yang berlaku (Peraturan Menteri

Kesehatan No. 35 tahun 2014). Resep ditulis diatas kertas dengan ukuran 10-12

cm dan panjang 15-18 cm, hal tersebut digunakan karena resep merupakan

dokumen pemberian/penyerahan obat kepada pasien, dan diharapkan tidak

menerima permintaan resep melalui telepon

Demi keamanan penggunaan, obat dibagi dalam beberapa golongan.

Secara garis besar dapat dibagi dalam dua golongan, yaitu obat bebas (OTC =

Other of the counter) dan Ethical (obat narkotika, psikotropika, dan keras), harus

dilayani dengan resep dokter. Jadi sebagian obat tidak bisa diserahkan langsung

pada pasien atau masyarakat tetapi harus melalui resep dokter (on medical

prescription only). Dalam sistem distribusi obat nasional, peran dokter sebagai

“medical care” dan alat kesehatan ikut mengawasi penggunaan obat oleh

masyarakat, apotek sebagai organ distributor terdepan berhadapan langsung

dengan masyarakat atau pasien, dan apoteker berperan sebagai “pharmaceutical

care” dan informan obat, serta melakukan pekerjaan kefarmasian di apotek. Di

dalam sistem pelayanan kesehatan masyarakat, kedua profesi ini harus berada

Page 26: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

11

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dalam satu tim yang solid dengan tujuan yang sama yaitu melayani kesehatan dan

menyembuhkan pasien (Jas, 2009).

2.3.2 Jenis-jenis Resep

Dalam (Wibowo, 2010) disebutkan jenis-jenis resep terdiri dari:

1. Resep standar (R/. Officinalis), yaitu resep yang obatnya/komposisi telah

tercantum dalam buku farmakope atau buku lainnya dan merupakan standar.

2. Resep magistrales (R/. Polifarmasi), yaitu resep formula obatrnya disusun

sendiri oleh dokter penulis resep dan menentukan dosis serta bentuk sediaan

obat sendiri sesuai penderita yang dihadapi.

Jas 2009 dalam Amira (2011) menyebutkan jenis-jenis resep yaitu:

3. Resep medicinal, yaitu resep obat jadi, bisa berupa obat paten, merek dagang

maupun generik, dalam pelayanannya tidak mangalami peracikan.

4. Resep obat generik, yaitu penulisan resep obat dengan nama generik dalam

bentuk sediaan dan jumlah tertentu. Dalam pelayanannya bisa atau tidak

mengalami peracikan.

2.3.3 Penulisan Resep

Jas (2009) dalam Amira (2011) disebutkan bahwa penulisan resep artinya

pemberian obat secara tidak langsung, ditulis jelas dengan tinta, tulisan tangan

pada kop resmi kepada pasien, format dan kaidah penulisan sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku yang mana permintaan tersebut

disampaikan kepada farmasi atau apoteker di apotek agar diberikan obat dalam

bentuk sediaan dan jumlah tertentu sesuai permintaan kepada pasien yang berhak.

2.3.4 Penulis Resep

Menurut Syamsuni (2006) yang berhak menulis resep adalah :

- Dokter Umum.

- Dokter gigi, terbatas pada pengobatan gigi dan mulut.

- Dokter hewan, terbatas pada pengobatan pada hewan/pasien hanya hewan.

Page 27: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

12

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.3.5 Tujuan Penulisan Resep

1. memudahkan dokter dalam pelayanan kesehatan di bidang farmasi / obat

2. Meminimalkan kesalahan dalam pemberian obat

3. Terjadi kontrol silang (cross check) dalam pelayanan kesehatan dibidang

farmasi / obat.

4. Instalasi farmasi / apotek waktu bukanya lebih panjang dalam pelayanan

dibandingkan praktik dokter.

5. Dituntut peran dan tanggung jawab dokter dalam pengawasan distribusi obat

kepada masyarakat.

6. Pemberian obat lebih rasional dibandingkan dispensing.

7. Pelayanan lebih berorientasi kepada pasien (patient oriented) dan

menghindarkan material oriented.

Wibowo (2010)

2.3.6 Format Penulisan Resep

Menurut Jas (2009) dalam Amira (2011), resep terdiri dari 6 bagian :

1. Inscriptio : Nama dokter, no. SIP, alamat/telepon/HP/kota/tempat, tanggal

penulisan resep. Untuk obat narkotika hanya berlaku untuk satu kota provinsi.

Sebagai identitas dokter penulis resep, format inscription suatu resep dari

rumah sakit sedikit berbeda dengan resep pada praktik pribadi.

2. Invocatio : permintaan tertulis dokter dalam singkatan latin “R/ = resipe”

artinya ambilah atau berikanlah, sebagai kata pembuka komunikasi dengan

apoteker di apotek.

3. Prescriptio atau Ordonatio : nama obat dan jumlah serta bentuk sediaan yang

diinginkan.

4. Signatura : yaitu tanda cara pakai, regimen dosis pemberian, rute dan interval

waktu pemberian harus jelas untuk keamanan penggunaan obat dan

keberhasilan terapi.

5. Subscrioptio : yaitu tanda tangan/ paraf dokter penulis resep berguna sebagai

legalitas dan keabsahan resep tersebut.

Page 28: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

13

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

6. Pro (diperuntukkan) : dicantumkan nama dan tanggal lahir pasien.

Teristimewa untuk obat narkotika juga hatus dicantumkan alamat pasien

(untuk pelaporan ke Dinkes setempat).

2.3.7 Kerahasiaan dalam Penulisan Resep

Resep merupakan sarana komunikasi professional antara dokter (penulis

resep), APA (penyedia/pembuat obat) dan penderita (yang menggunakan obat)

(Lestari, 2002). Oleh karena itu, resep tidak boleh diberikan atau diperlihatkan

kepada yang tidak berhak karena resep bersifat rahasia. Rahasia dokter dengan

apoteker menyangkut penyakit penderita, khusus beberapa penyakit, dimana

penderita tidak ingin orang lain mengetahuinya. Oleh karena itu kerahasiaannya

dijaga, kode etik dan tata cara (kaidah) penulisan resep (Jas, 2009).

Menurut Syamsuni (2007) dan Jas (2009) dalam Amira (2011), resep asli

harus disimpan di apotek dan tidak boleh diperlihatkan kecuali oleh yang berhak,

yaitu :

a. Dokter yang menulis atau merawatnya.

b. Pasien atau keluarga pasien yang bersangkutan.

c. Paramedis yang merawat pasien.

d. Apoteker yang mengelola apotek bersangkutan.

e. Aparat pemerintah serta pegawai (kepolisian, kehakiman, kesehatan) yang

ditugaskan untuk memeriksa.

f. Petugas asuransi untuk kepentingan klem pembayaran.

Page 29: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

14

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.3.8 Pola Penulisan Resep

Gambar 2.1 Pola Penulisan Resep

RUMAH SAKIT SUMBER BAHAGIA

Jalan Tendean, Astanajapura No. 134 Jakarta Barat

Telp : 5703081-45 / 574903740

No. Resep S/K/M :

Tanggal :

Dr : No

R/ nama obat, bentuk sediaan obat, wadah obat, jumlah wadah,

aturan pakai, regimen dosis, rute, interval waktu, paraf dokter.

Pro : Nama Pasien Alamat / No. Tlp : ..……

Tanggal lahir : ……… No. RM : …………….

Yang Menyerahkan Yang Dilegalisir Yang Menerima

(……………………..) (…………………) (…….…………..)

Page 30: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

15

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.3.9 Contoh Resep

Gambar 2.2 Contoh resep

RUMAH SAKIT SUMBER BAHAGIA

Jalan Tendean, Astanajapura No. 134 Jakarta Barat

Telp : 5703081-45 / 574903740

No. Resep S/K/M :

Tanggal :

Dr : No

R/ Claneksi Forte Syr. Fls I

S 3 dd. Cth I

……… paraf

R/ Toplexil elixir Fls. I

S 3 dd. Cth II

……... paraf

R/ Curcuma plus Syr. Fls I

S 3 dd. Cth I

…….. paraf

Pro : Nn, Tiara Alamat : Jakarta Barat

Tanggal lahir : 22 Februari 1995 No. RM : 123678

Yang Menyerahkan Yang Dilegalisir Yang Menerima

(……………………..) (………….……) (…….…….......)

INVOCATIO

PRESCRIPTIO

SUBSCRIPTIO

SIGNATURA

PRO

Page 31: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

16

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.3.10 Tanda-tanda pada resep

Menurut Jas (2009) dalam Amira (2011) :

1. Tanda Segera, diberikan untuk pasien yang harus segera memerlukan obat,

tanda segera atau peringatan dapat ditulis sebelah kanan atas atau bawah

blanko resep, yaitu: Cito! = segera, Urgent = penting, Statim = penting sekali

dan PIM (Periculum in mora) = berbahaya bila ditunda. Urutan yang

didahulukan adalah PIM, Statim, dan Cito!.

2. Tanda tidak dapat diulang, Ne iteratie (N.I). Apabila dokter tidak ingin

resepnya diulang, maka tanda N.I ditulis di sebelah atas blanko resep. Resep

yang tidak boleh diulang adalah resep yang mengandung obat-obatan narkotik,

psikotropik dan obat keras yang telah ditetapkan oleh pemerintah atau Menteri

kesehatan Republik Indonesia.

3. Tanda resep dapat diulang, Iteratie (Iter). Apabila dokter menginginkan agar

resepnya dapat diulang, dapat ditulis dalam resep di sebelah kanan atas dengan

tulisan iter (Iteratie) dan berapa kali boleh diulang. Misal, iter 3x, artinya

resep dapat dilayani 4x (1 + 3x ulangan). Untuk resep yang mengandung

narkotika, tidak dapat diulang (N.I) tetapi harus dengan resep baru.

4. Tanda dosis sengaja dilampaui. Tanda seru dan paraf dokter diberi di belakang

nama obatnya jika dokter sengaja member obat dosis maksimum dilampaui.

5. Resep yang mengandung narkotik, tidak boleh ada iterasi yang artinya dapat

diulang, aturan pakai jelas yaitu tidak boleh ada tulisan u.c. (usus cognitus)

yang berarti pemakaiannya diketahui, tidak boleh ada m.i. (mihipsi) yang

berarti untuk dipakai sendiri tetapi obat narkotik di dalam resep diberi garis

bawah tinta merah. Selain itu, resep yang mengandung narkotik harus

disimpan terpisah dengan resep obat lainnya.

2.3.11 Persyaratan Menulis Resep dan Kaidahnya

Jas 2009 dalam Amira (2011) disebutkan bahwa syarat-syarat dalam penulisan

resep mencakup :

1. Resep ditulis jelas dengan tinta dan lengkap di kop resep, tidak ada keraguan

dalam pelayanannya dan pemberian obat kepada pasien.

2. Satu lembar kop resep hanya untuk satu pasien.

Page 32: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

17

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Signatura ditulis dalam singkatan latin dengan jelas, jumlah takaran sendok

dengan signa bila genap ditulis angka romawi, tetapi angka pecahan ditulis

arabik.

4. Menulis jumlah wadah atau numero (No.) selalu genap, walaupun kita butuh

satu setengah botol, harus digenapkan menjadi Fls. II saja.

5. Setelah signatura harus diparaf atau ditandatangani oleh dokter bersangkutan,

menunjukkan keabsahan atau legalitas dari resep tersebut terjamin.

6. Jumlah obat yang dibutuhkan ditulis dalam angka romawi.

7. Nama pasien dan umur harus jelas.

8. Khusus untuk peresepan obat narkotika, harus ditandatangani oleh dokter

bersangkutan dan dicantumkan alamat pasien dan resep tidak boleh diulangi

tanpa resep dokter.

9. Tidak menyingkat nama obat dengan singkatan yang tidak umum (singkatan

sendiri), karena menghindari material oriented.

10. Hindari tulisan sulit dibaca hal ini dapat mempersulit pelayanan.

11. Resep merupakan medical record dokter dalam praktik dan bukti pemberian

obat kepada pasien yang diketahui oleh farmasi di apotek, kerahasiaannya

dijaga.

2.3.12 Menulis Resep

Pedoman cara penulisan resep dokter harus menepati ciri-ciri :

1. Ukuran blanko resep (ukuran lebar 10-12 cm, panjang 15-18 cm)

2. Penulisan nama obat (Bagian Inscriptio):

a. Dimulai dengan huruf besar

b. Ditulis secara lengkap atau dengan singkatan resmi (dalam farmakope

Indonesia atau nomenklatur internasional) misal: ac. Salic; acetosal

c. Tidak ditulis dengan nama kimia (misal: kalium chloride dengan KCl)

atau singkatan lain dengan huruf capital (missal clorpromazin dengan

CPZ)

3. Penulisan jumlah obat

a. Satuan berat: mg (milligram), g, G (gram)

b. Sataun volume: ml (mililiter), l (liter)

Page 33: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

18

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

c. Satuan unit: IU/IU (Internasional Unit)

d. Penulisan jumlah obat dengan satuan biji menggunakan angka Romawi.

Misal: - Tab Novalgin no. XII

- Tab Stesolid 5 mg no. X (decem)

- m.fl.a.pulv. dt.d.no. X

e. Penulisan alat penakar, dalam singkatan bahasa latin dikenal:

- C. = sendok makan (volume 15 ml)

- Cth. = sendok teh (volume 5 ml)

- Gtt. = guttae (1 tetes = 0,05 ml)

Catatan: Hindari penggunaan sendok teh dan senok makan rumah

tangga karena volumenya tidak selalu 15 ml untuk sendok makan dan

5 ml untuk sendok teh. Gunakan sendok plastik (5 ml) atau alat lain

(volume 5, 10, 15 ml) yang disertakan dalam sediaaan cair paten.

f. Arti presentase (%)

- 0,5% (b/b) → 0,5 gram dalam 100 gram sediaan

- 0,5% (b/v) → 0,5 gram dalam 100 ml sediaan

- 0,5% (v/v) → 0,5 ml dalam 100 ml sediaan

g. Hindari penulisan dengan angka desimal (misal: 0,...; 0,0....; 0,00..)

4. Penulisan kekuatan obat dalam sediaan obat jadi (generik/paten) yang

beredar di pasaran dengan beberapa kekuatan, maka kekuatan yang diminta

harus ditulis, misalkan Tab. Primperan 5 mg atau Tab. Primperan 10 mg.

Penulisan volume obat minum dan berat sediaan topikal dalam tube

dari sediaan jadi/paten yang tersedia beberapa kemasan, maka harus ditulis,

misal:

- Allerin exp. Yang volume 60 ml atau 120 ml

- Garamycin cream yang 5 mg/tube atau 15mg/tube

5. Penulisan bentuk sediaan obat (merupakan bagian subscriptio) dituliskan

tidak hanya untuk formula magistralis, tetapi juga untuk formula officialis

dan spesialistis.

Misal: m.f.l.a.pulv. No. X

Tab Antangin mg 250 X

Tab Novalgin mg 250 X

Page 34: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

19

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

6. Penulisan jadwal dosis/aturan pemakaian (bagian signatura)

a. Harus ditulis dengan benar. Misal: s.t.d.d. pulv. I.p.c atau

s.p.r.n.t.d.d.tab.I

b. Untuk pemakaian yang rumit seperti pemakaian ”tapering up/down”

gunakan tanda s.u.c (usus cognitus = pemakaian sudah tahu). Penjelasan

kepada pasien ditulis pada kertas dengan bahasa yang dipahami.

7. Setiap selesai menuliskan resep diberi tanda penutup berupa garis penutup

(untuk 1 R/) atau tanda pemisah di antara R/ (untuk > 2R/) dan paraf/tanda

tangan pada setiap R/.

8. Resep ditulis sekali jadi, tidak boleh ragu-ragu, hindari coretan, hapusan dan

tindasan.

9. Penulisan tanda Iter (Itteretur/ harap diulang) dan N.I. (Ne Iterretur/tidak

boleh diulang).

- Resep yang memerlukan pengulanagan dapat diberi tanda: Iter (n)X di

sebelah kanan atas dari resep untuk seluruh resep yang diulang. Bila

tidak semua resep, maka ditulis di bawah setiap resep yang diulang.

- Resep yang tidak boleh diulang, dapat diberi tanda: N.I di sebelah

kanan atas dari resep untuk seluruh resep yang tidak boleh diulang.

Bila tidak semua resep, maka ditulis di bawah setiap resep yang

diulang.

10. Penulisan tanda Cito atau PIM. Apabila diperlukan agar resep segera

dilayani karena obat sangat diperlukan bagi penderita, maka resep dapat

diberi tanda Cito atau PIM dan harus ditulis di sebelah kanan atas resep.

2.3.13 Prinsip penulisan resep di Indonesia adalah :

Setiap negara mempunyai ketentuan sendiri tentang informasi apa yang

harus tercantum dalam sebuah resep (WHO, 1994). Berikut ini prinsip penulisan

resep yang berlaku di Indonesia (Jas, 2009) dalam Amira (2011):

1. Obat ditulis dengan nama paten/dagang, generik, resmi atau kimia

2. Karakteristik nama obat ditulis harus sama dengan yang tercantun di label

kemasan.

3. Resep ditulis dengan jelas di kop resep resmi.

Page 35: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

20

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4. Bentuk sediaan dan jumlah obat ditentukan dokter penulis resep.

5. Signatura ditulis dalam singkatan bahasa latin.

6. Pro atau peruntukan dinyatakan umur pasien.

2.4 SKRINING RESEP

Resep obat adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi, kepada

Apoteker, baik dalam bentuk paper maupun electronic untuk menyediakan dan

menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan yang berlaku (PerMenKes No. 35

tahun 2014). Apotek wajib melayani resep dokter dan dokter gigi karena

pelayanan resep sepenuhnya atas tanggung jawab apoteker pengelola apotek

(Lestari, 2010)

Menurut Lia (2007), Apoteker wajib memberi informasi yang berkaitan

dengan penggunaan obat yang diserahkan kepada pasien. Informasi meliputi cara

penggunaan obat, dosis dan frekuensi pemakaian, lamanya obat digunakan

indikasi, kontra indikasi, kemungkinan efek samping dan hal-hal lain yang

diperhatikan pasien. Apabila apoteker menganggap dalam resep terdapat

kekeliruan atau penulisan resep yang tidak tepat, harus diberitahukan kepada

dokter penulis resep. Bila karena pertimbangannya dokter tetap pada

pendiriannya, dokter wajib membubuhkan tanda tangan atas resep. Salinan resep

harus ditanda tangani oleh apoteker

Pelayanan resep didahului dengan proses skrining resep yang dapat

ditinjau dari 3 aspek kelengkapan resep yang mencakup persyaratan administrasi

(nama pasien, nama dokter, alamat, paraf dokter, umur, berat badan, jenis

kelamin), persyaratan farmasetik (bentuk sediaan, kekuatan sediaan, stabilitas dan

kompatibilitas) dan persyaratan klinis (ketepatan indikasi dan dosis obat, aturan,

cara dan lama penggunaan obat, duplikasi dan/atau polifarmasi, reaksi obat yang

tidak diinginkan (alergi, efek samping obat, manifestasi klinis lain), kontraindikasi

dan interaksi obat). (Peraturan Menteri Kesehatan No. 35 tahun 2014).

Resep yang lengkap harus ada nama, alamat dan nomor ijin praktek

dokter, tempat dan tanggal resep, tanda R pada bagian kiri untuk tiap penulisan

resep, nama obat dan jumlahnya, kadang-kadang cara pembuatan atau keterangan

Page 36: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

21

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

lain yang dibutuhkan, aturan pakai, nama pasien, serta tanda tangan atau paraf

dokter (Syamsuri, 2006)

Menurut Lestari (2002) tinjauan kelengkapan obat meliputi :

a. Pemeriksaan dosis

b. Frekuensi pemberian

c. Adanya polifarmasi

d. Interaksi obat yaitu reaksi yang terjadi antara obat dengan senyawa kimia

(obat lain, makanan) di dalam tubuh maupun pada permukaan tubuh yang

dapat mempengaruhi kerja obat sehingga dapat terjadi

peningkatan/pengurangan kerja obat atau bahkan obat sama sekali tidak

menimbulkan efek

e. Karakteristik penderita atau kondisi penyakit yang menyebabkan pasien

menjadi kontra indikasi dengan obat yang diberikan.

Peracikan merupakan kegiatan menyiapkan, mencampur, mengemas dan

memberi etiket pada wadah. Pada waktu menyiapkan obat harus melakukan

perhitungan dosis, jumlah obat dan penulisan etiket yang benar. Sebelum obat

diserahkan kepada penderita perlu dilakukan pemeriksaan akhir dari resep

meliputi tanggal, kebenaran jumlah obat dan cara pemakaian. Penyerahan obat

disertai pemberian informasi dan konseling untuk penderita beberapa penyakit

tertentu (Lestari, 2002).

2.4.1 Penulisan Resep Obat Yang Rasional

Penulisan resep yang tepat dan rasional merupakan penerapan berbagai

ilmu, karena begitu banyak variabel-variabel yang harus diperhatikan, maupun

variabel unsur obat dan kemungkinan kombinasi obat, ataupun variabel

penderitanya secara individual. Resep yang jelas adalah tulisannya terbaca.

Misalnya nama obatnya ditulis secara betul dan sempurna/lengkap. Nama obat

harus ditulis dengan betul, hal ini perlu mendapat perhatian karena banyak obat

yang tulisannya atau bunyinya hampir sama, sedangkan khasiatnya berbeda.

Page 37: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

22

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Resep yang tepat, aman dan rasional adalah resep yang memenuhi lima

tepat, ialah sebagai berikut:

1. Tepat obat; obat dipilih dengan mempertimbangkan manfaat dan resiko, rasio

antara manfaat dan harga, dan rasio terapi.

2. Tepat dosis; dosis ditentukan oleh factor obat (sifat kimia, fisika dan

toksisitas), cara pemberian obat (oral, parenteral, rektal, lokal), faktor

penderita (umur, berat badan, jenis kelamin, ras, toleransi, obesitas,

sensitivitas individu dan patofisiologi).

3. Tepat bentuk sediaan obat; menentukan bentuk sediaan berdasarkan efek

terapi maksimal, efek samping minimal, aman dan cocok, mudah, praktis dan

harga murah.

4. Tepat cara dan waktu penggunaan obat; obat dipilih berdasarkan daya kerja

obat, bioavailabilitas, serta pola hidup penderita (pola makan, tidur, defekasi

dan lain-lainnya).

5. Tepat penderita; obat disesuaikan dengan keadaan penderita yaitu bayi, anak-

anak, dewasa dan orang tua, ibu menyusui, obesitas, dan malnutrisi.

Beberapa kebiasaan peresepan yang tidak rasional akan mempengaruhi

mutu pengobatan dan pelayanan secara langsung atau tidak langsung. Secara luas

mempunyai pengaruh terhadap upaya penurunan mortalitas dan morbiditas

penyakit-penyakit tertentu, misalnya kebiasaan selalu memberikan antibiotik dan

antidiare terhadap kasus-kasus diare akut, dengan melupakan pemberian oralit

akan meningkatkan mortalitas dan morbiditas dari setiap kasus diare dengan

penanganan tersebut.

Evaluasi penulisan resep bertujuan untuk mencegah kesalahan penulisan

resep dan ketidaksesuaian pemilihan obat bagi individu tertentu. Kesalahan

penulisan dan ketidaksesuaian pemilihan obat untuk penderita tertentu dapat

menimbulkan ketidaktepatan dosis, interaksi obat yang merugikan, kombinasi

antagonis dan duplikasi penggunaan. Penyampaian obat untuk penderita biasanya

dengan cara penulisan resep. Resep atau order tersebut sebelum disiapkan harus

dikaji terlebih dahulu oleh apoteker. Pengkajian resep obat oleh apoteker sebelum

Page 38: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

23

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

disiapkan merupakan salah satu kunci keterlibatan apoteker dalam proses

penggunaan obat (Lia, 2007).

Pengkajian ketepatan atau evaluasi penulisan obat dalam resep, dilakukan

dengan mengacu pada kriteria atau standar penggunaan obat yang telah ditetapkan

terlebih dahulu. Kriteria tersebut pada umumnya dibuat oleh panitia farmasi dan

terapi didasarkan pada pustaka mutakhir dan refleksi pengalaman klinik dari staf

medik di rumah sakit. Kriteria ini digunakan oleh apoteker untuk mengevaluasi

resep atau order dokter.

Resep yang tepat, aman, dan rasional adalah resep yang memenuhi 6

(enam) tepat, ialah setelah diagnosanya tepat maka kemudian :

1. Memilih obatnya tepat sesuai dengan penyakitnya

2. Dosis yang tepat

3. Bentuk sediaan yang tepat

4. Waktu yang tepat

5. Cara yang tepat

6. Penderita yang tepat (Lestari, 2002).

2.4.2 Permasalahan Dalam Menulis Resep

Banyak permasalahan yang timbul dalam penulisan resep, karena hal ini

menyangkut dengan pelayanan kesehatan yang bersifat holistik. Kesalahan yang

dapat timbul berupa :

1. Kesalahan dalam penulisan resep, dimana dokter gagal untuk

mengkomunikasikan info yang penting, seperti :

- Meresepkan obat, dosis atau rute bukan yang sebenarnya dimaksudkan.

- Menulis resep dengan tidak jelas atau tidak terbaca

- Menulis nama obat dengan menggunakan singkatan atau nomenklatur

yang tidak terstandarisasi

- Menulis instruksi obat yang ambigu

- Meresepkan satu tablet yang tersedia lebih dari satu kekuatan obat tersebut

- Tidak menuliskan rute pemberian untuk obat yang dapat diberikan lebih

dari satu rute.

Page 39: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

24

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

- Meresepka obat untuk diberikan melalui infus intavena intermitten tanpa

menspesifikasi durasi penginfusan.

- Tidak mencantumkan tanda tangan penulis resep.

2. Kesalahan dalam transkripsi

- Saat datang ke rumah sakit, secara tidak sengaja tidak meresepkan obat

yang digunakan pasien sebelum ke rumah sakit.

- Meneruskan kesalahan penulisan resep dari dokter yang sebelumnya

ketika menuliskan resep obat untuk pasien saat datang ke rumah sakit.

- Menyalin instruksi obat dengan tidak benar ketika menulis ulang di daftar

obat pasien.

- Untuk resep yang dibawa pulang tanpa sengaja berbeda dengan daftar obat

yang diresepkan untuk pasien rawat inap (Cahyono, 2008).

2.4.3 Medication Error

Dalam Charles dan Endang, (2006) menyebutkan bahwa medication error

adalah kejadian merugikan pasien akibat penanganan tenaga kesehatan yang

sebetulnya dapat dicegah. Hasil dari medication error ini biasanya menyebabkan

terjadinya pemakaian obat yang tidak tepat.

Kejadian medication error dapat terjadi dalam 4 bentuk yaitu:

1. Prescribing error : Kesalahan yang terjadi selama proses peresepan obat atau

penulisan resep. Dalam penulisan resep yang biasanya terjadi adalah

kesalahan penulisan dosis, lupa menulis kadar obat, tulisan tangan pada resep

yang tidak terbaca, tidak adanya aturan pakai, tidak jelas nama obat

2. Transcribing error : Kesalahan yang terjadi pada saat membaca resep

3. Dispensing error : Kesalahan yang terjadi selama proses peracikan obat

meliputi content errors dan labelling errors. Jenis dispensing error ini dapat

berupa pemberian obat yang tidak tepat dan obat tidak sesuai dengan resep.

4. Administration error : Kesalahan yang terjadi selama proses pemberian obat

kepada pasien, meliputi kesalahan teknik pemberian, rute, waktu, salah pasien.

Page 40: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

25

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.5 INTERAKSI OBAT

2.5.1 Pengertian Interaksi Obat

Interaksi obat merupakan satu dari delapan kategori masalah terkait obat

(drug-related problem) yang diidentifikasi sebagai kejadian atau keadaan terapi

obat yang dapat mempengaruhi outcome klinis pasien. Sebuah interaksi obat

terjadi ketika farmakokinetika atau farmakodinamika obat dalam tubuh diubah

oleh kehadiran satu atau lebih zat yang berinteraksi (Piscitelli, 2005). Definisi

lain dalam Baxter (2008), interaksi obat dikatakan terjadi ketika efek suatu obat

berubah karena keberadaan suatu obat lain, obat herbal, makanan, minuman atau

karena adanya agen kimia lingkungan.

2.5.2 Mekanisme Interaksi Obat

Mekanisme interaksi obat pemberian suatu obat (A) dapat mempengaruhi

aksi obat lainnya (B) dengan satu dari dua mekanisme berikut:

1. Modifikasi efek farmakologi obat B tanpa mempengaruhi konsentrasinya di

cairan jaringan (interaksi farmakodinamik).

2. Mempengaruhi konsentrasi obat B yang mencapai situs aksinya (interaksi

farmakokinetik).

- Interaksi ini penting secara klinis mungkin karena indeks terapi obat B

sempit (misalnya, pengurangan sedikit saja efek akan menyebabkan

kehilangan efikasi dan atau peningkatan sedikit saja efek akan

menyebabkan toksisitas).

- Interaksi ini penting secara klinis mungkin karena kurva dosis-respon

curam (sehingga perubahan sedikit saja konsentrasi plasma akan

menyebabkan perubahan efek secara substansial).

- Untuk kebanyakan obat, kondisi ini tidak ditemui, peningkatan yang

sedikit besar konsentrasi plasma obat-obat yang relatif tidak toksik seperti

penisilin hampir tidak menyebabkan peningkatan masalah klinis karena

batas keamanannya lebar.

- Sejumlah obat memiliki hubungan dosis-respon yang curam dan batas

terapi yang sempit, interaksi obat dapat menyebabkan masalah utama,

Page 41: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

26

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

sebagai contohnya obat antitrombotik, antidisritmik, antiepilepsi, litium,

sejumlah antineoplastik dan obat-obat imunosupresan

(Hashem, 2005)

Mekanisme interaksi obat dapat terjadi secara farmaseutik atau

inkompatibilitas, farmakokinetik dan farmakodinamik.

2.5.2.1 Interaksi Farmaseutik

Interaksi farmaseutik atau inkompatibilitas terjadi diluar tubuh sebelum

obat diberikan antara obat yang tidak dapat bercampur (inkompatibel).

Pencampuran obat tersebut menyebabkan terjadinya interaksi langsung secara

fisik atau kimiawi, yang hasilnya mungkin terlihat sebagai pembentukan endapan,

perubahan warna dan mungkin juga tidak terlihat secara visual. Interaksi ini

biasanya mengakibatkan inaktivasi obat (Setiawati 2007).

2.5.2.2 Interaksi Farmakokinetik

Interaksi farmakokinetik terjadi jika salah satu obat mempengaruhi

absorbsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi obat kedua, sehingga kadar plasma

obat kedua meningkat atau menurun. Akibatnya terjadi peningkatan toksisitas atau

penurunan efektivitas obat tersebut.

a. Mempengaruhi absorpsi

Kebanyakan interaksi yang dapat mengubah absorpsi obat terjadi di

saluran cerna. Terdapat banyak mekanisme dimana suatu obat secara teori

dapat mengubah absorpsi dari obat lain. Termasuk di dalamnya mengubah

aliran darah splanchnic, motilitas saluran cerna, pH saluran cerna, kelarutan

obat, metabolism di saluran cerna, flora saluran cerna ataupun mukosa saluran

cerna. Namun sebagian besar interaksi yang penting secara klinis melibatkan

pembentukan dari complex yang tidak dapat diabsorpsi (Tatro, 2009)

b. Mempengaruhi distribusi

Ikatan dengan protein: setelah diserap, obat dibawa oleh darah ke

jaringan dan reseptor. Jumlah obat yang berikatan dengan reseptor ditentukan

oleh absorpsi, metabolisme, ekskresi dan ikatan dengan situs yang tidak aktif,

serta afinitas obat terhadap reseptor dan aktivitas intrinsic obat. Yang perlu

Page 42: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

27

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

diperhatikan adalah obat yang terikat kuat pada albumin plasma dan potensi

perpindahan obat dari situs ikatan dengan albumin karena adanya pemberian

obat lain yang juga berikatan kuat dengan albumin. Mekanisme inilah yang

banyak digunakan untuk menjelaskan banyak interaksi. Perpindahan obat dari

ikatan dengan situs yang tidak aktif dapat meningkatkan konsentrasi serum

dari obat aktif tanpa adanya perubahan yang nyata pada konsentrasi total

serum. Namun interaksi ini tidak terlalu penting secara klinis karena cepatnya

pencapaian kesetimbangan yang baru (Tatro, 2009)

Ikatan dengan reseptor: situs ikatan dengan selain albumin terkadang

penting dalam interaksi obat. Sebagai contoh, penggantian tempat digoxin

oleh quinidine dari situs ikatan di otot rangka dapat meningkatkan konsentrasi

serum digoksin (Tatro, 2009)

c. Mempengaruhi metabolisme (Tatro, 2009)

Untuk mencapai efek sistemik, obat harus mencapai situs reseptor, yang

berarti obat tersebut harus mampu melintasi membrane plasma lipid. Oleh

karena itu, obat tersebut setidaknya harus larut di dalam lipid. Peran

metabolisme adalah mengubah senyawa aktif yang larut di dalam lipid

menjadi senyawa tidak aktif yang larut di dalam air sehingga dapat

diekskresikan secara efisien. Sebagian besar enzim terdapat di permukaan

endotelium hati. Suatu enzim mikrosomal hati yang penting yaitu isoenzim

sitokrom p-450 yang bertanggung jawab dalam oksidasi kebanyakan obat dan

merupakan enzim yang paling sering di induksi oleh suatu obat lain.

Induksi enzim adalah merangsang peningkatan aktivitas enzim.

Peningkatan aktivitas enzim disebabkan karena peningkatan jumlah

keberadaan enzim. Terdapat sekitar 400 obat dan bahan kimia yang

merupakan agen penginduksi enzim pada hewan. Secara klinis, fenobarbital,

fenitoin, karbamazepin dan rifampisin merupakan obat penginduksi enzim

terbesar. Untuk obat yang dimetabolisme oleh enzim yang diinduksi,

diperlukan peningkatan dosis saat digunakan bersamaan dengan obat

penginduksi enzim dan dosis diturunkan ketika obat tersebut dihentikan.

Sedangkan penghambatan enzim metabolisme obat umumnya dapat

mengurangi laju metabolisme suatu obat. Hal ini dapat mengakibatkan

Page 43: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

28

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

peningkatan konsentrasi serum obat tersebut dan terutama jika obat tersebut

memiliki indeks terapi sempit maka dapat berpotensi toksis.

d. Mempengaruhi ekskresi

Interaksi yang mempengaruhi ekskresi umumnya mempengaruhi

transport aktif di dalam tubulus ataupun efek pH pada transport pasif dari

asam lemah dan basa lemah. Dalam kasus terbaru, ada sedikit obat yang

secara klinis dipengaruhi oleh perubahan pH urin, seperti fenobarbital dan

salisilat. Perubahan presentasi sodium pada ginjal mempengaruhi ekskresi dan

level serum lithium (Tatro, 2009).

2.5.2.3 Interaksi Farmakodinamik

Interaksi farmakodinamik adalah interaksi yang terjadi antara obat yang

memiliki efek farmakologis, antagonis atau efek samping yang hampir sama.

Interaksi ini dapat terjadi karena kompetisi pada reseptor atau terjadi antara obat-

obat yang bekerja pada sistem fisiologis yang sama. Interaksi ini biasanya dapat

diprediksi dari pengetahuan tentang farmakologi obat-obat yang berinteraksi

(Tatro, 2009).

a. Interaksi aditif atau sinergis

Jika dua obat yang memiliki efek farmakologis yang sama diberikan

bersamaan efeknya bisa bersifat aditif. Sebagai contoh, alkohol menekan SSP,

jika diberikan dalam jumlah sedang dosis terapi normal sejumlah besar obat

(misalnya ansiolitik, hipnotik, dan lain-lain), dapat menyebabkan mengantuk

berlebihan. Kadang-kadang efek aditif menyebabkan toksik (misalnya aditif

ototoksisitas, nefrotoksisitas, depresi sumsum tulang dan perpanjangan

interval QT) (Stockley, 2008).

b. Interaksi antagonis atau berlawanan

Berbeda dengan interaksi aditif, ada beberapa pasang obat dengan

kegiatan yang bertentangan satu sama lain. Misalnya kumarin dapat

memperpanjang waktu pembekuan darah yang secara kompetitif menghambat

efek vitamin K. Jika asupan vitamin K bertambah, efek dari antikoagulan oral

dihambat dan waktu protrombin dapat kembali normal, sehingga

menggagalkan manfaat terapi pengobatan antikoagulan (Stockley, 2008).

Page 44: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

29

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

c. Sindrom serotonin (Thanacoody, 2012)

Menurut Boyer dan Shannon (2005) sindrom serotonin berhubungan

dengan kelebihan serotonin yang disebabkan oleh penggunaan suatu obat,

overdosis atau adanya interaksi antar obat. Meskipun kasus yang parah jarang

terjadi, kasus ini menjadi semakin mudah dikenali pada pasien yang menerima

kombinasi obat serotonergik.

Sindrom serotonin dapat terjadi ketika dua atau lebih obat yang

mempengaruhi serotonin diberikan pada saat bersamaan atau penggunaan obat

serotonergik lain setelah penghentian salah satu obat serotonergik. Sindrom ini

ditandai dengan gejala termasuk kebingungan, disorientasi, gerakan yang

abnormal, refleks berlebih, demam, berkeringat, diare, hipotensi ataupun

hipertensi. Diagnosis ditegakkan jika tiga atau lebih gejala tersebut muncul

dan tidak ditemukannya penyebab lain.

d. Interaksi obat atau uptake neurotransmitter

Aksi sejumlah obat untuk mencapai situs aksi pada neuron adrenergic

dapat dicegah dengan adanya obat lain. Antidepresan trisiklik mencegah

reuptake noradrenalin ke neuren adrenergik perifer. Pasien yang menggunakan

antidepresan trisiklik dan diberi noradrenalin secara parenteral menunjukkan

peningkatan respon seperti hipertensi dan takikardi. Efek antihipertensi dari

klonidin juga dapat dihambat oleh antidepresan trisiklik, salah satu

penyebabnya yaitu terjadinya penghambatan uptake klonidin pada SSP

(Baxter, 2008).

2.5.3 Tingkat Keparahan Interaksi Obat

Keparahan interaksi diberi tingkatan dan dapat diklasifikasikan ke dalam

tiga level : minor, moderate, atau major.

1. Keparahan minor

Sebuah interaksi termasuk ke dalam keparahan minor jika interaksi

mungkin terjadi tetapi dipertimbangkan signifikan potensial berbahaya

terhadap pasien jika terjadi kelalaian. Contohnya adalah penurunan absorbsi

ciprofloxacin oleh antasida ketika dosis diberikan kurang dari dua jam

setelahnya (Bailie, 2004).

Page 45: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

30

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Keparahan moderate

Sebuah interaksi termasuk ke dalam keparahan moderate jika satu dari

bahaya potensial mungkin terjadi pada pasien, dan beberapa tipe

intervensi/monitor sering diperlukan. Efek interaksi moderate mungkin

menyebabkan perubahan status klinis pasien, menyebabkan perawatan

tambahan, perawatan di rumah sakit dan atau perpanjangan lama tinggal di

rumah sakit. Contohnya adalah dalam kombinasi vankomisin dan gentamisin

perlu dilakukan monitoring nefrotoksisitas (Bailie, 2004).

3. Keparahan major

Sebuah interaksi termasuk ke dalam keparahan major jika terdapat

probabilitas yang tinggi kejadian yang membahayakan pasien termasuk

kejadian yang menyangkut nyawa pasien dan terjadinya kerusakan permanen

(Bailie, 2004). Contohnya adalah perkembangan aritmia yang terjadi karena

pemberian eritromisin dan terfenadin (Piscitelii, 2005).

Page 46: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

31

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di RUMKITAL Dr. Mintohardjo dan waktu

pengumpulan data dilakukan bulan Februari-Maret 2015

3.2 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian non eksperimental dengan

rancangan penelitian deskriptif yang bersifat retrospektif. Penelitian deskriptif

berarti data yang telah didapatkan dideskripsikan secara objektif dengan

memaparkan fenomena yang terjadi dengan bantuan tabel atau gambar. Penelitian

ini bersifat retrospektif dengan melakukan pengamatan terhadap kelengkapan

resep bulan Januari 2015.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi

Menurut Arikunto (2010), populasi adalah keseluruhan objek penelitian

yang dapat terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, gejala, nilai tes atau peristiwa

sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam suatu penelitian.

Populasi yang digunakan sebagai objek penelitian adalah seluruh resep rawat jalan

yang masuk ke unit farmasi RUMKITAL Dr. Mintohardjo pada bulan Januari

2015 yaitu sebanyak 6.937 lembar resep.

3.3.2 Sampel

Penetapan sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik

simple random sampling yaitu pengambilan sampel secara acak, yang dimana

diasumsikan populasi yang diambil homogen, jadi setiap anggota populasi

mempunyai kesempatan yang sama untuk diseleksi sebagai sampel

(Notoadmodjo, 2010). Adapun caranya adalah dengan mengambil secara acak,

tanpa memperlihatkan tingkatan yang ada dalam populasi. Jumlah sampel yang

diambil ditentukan dengan Rumus Slovin digunakan untuk menentukan ukuran

31

Page 47: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

sampel minimal (n) jika diketahui ukuran populasi (N) pada taraf signifikan α

adalah :

n =

n =

( ) = 378

Berdasarkan hasil perhitungan, maka didapat hasil 378 lembar resep sebagai

jumlah sampel minimal yang diperoleh dalam penelitian. Jumlah tersebut adalah

jumlah resep yang diambil selama bulan Januari 2015. Untuk meningkatkan

validasi hasil penelitian, maka jumlah lembar resep yang digunakan dalam

penelitian ini adalah 400 lembar resep.

3.4 Kriteria Inklusi dan Kriteria Ekslusi

3.4.1 Kriteria inklusi :

Kriteria inklusi yang digunakan yaitu resep pasien rawat jalan di

RUMKITAL Dr. Mintohardjo pada bulan Januari 2015 yang belum dilakukan

analisa.

3.4.2 Kriteria ekslusi :

Kriteria ekslusi yang digunakan yaitu resep pasien rawat jalan di

RUMKITAL Dr. Mintohardjo pada bulan Januari 2015 yang sudah dilakukan

analisa oleh Apoteker RUMKITAL Dr. Mintohardjo.

Page 48: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.5 Kerangka Konsep

3.6 Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Ukuran Skala

1. Kelengkapan - Lengkap secara

administrasi (data pasien,

paraf dokter, legalitas

narkotik dan kesesuaian

dengan formularium)

- Lengkap secara Farmasetik

(bentuk sediaan dan

ketercampuran obat)

- Lengkap secara Klinis

(nama obat, ketepatan

dosis, signa, rute

pemberian, frekuensi

pemberian dan interaksi

obat)

Menilai / melihat /

mengobservasi

resep pasien rawat

jalan di

RUMKITAL Dr.

Mintohardjo

- Lengkap bila secara

administrasi,

farmasetik dan klinis

terpenuhi

- Tidak lengkap bila

secara administrasi,

farmasetik dan klinis

tidak terpenuhi

Nominal

2. Data pasien Informasi utama mengenai

pasien seperti: nama, alamat,

tanggal lahir dan no rekam

Menilai / melihat

kelengkapan data

pasien (nama,

- Lengkap bila data

pasien terpenuhi

- Tidak lengkap bila

Nominal

Resep rawat jalan yang masuk ke apotek rawat jalan

RUMKITAL Dr. Mintohardjo bulan Januari 2015

Memenuhi kriteria inklusi

Pengkajian resep

Kelengkapan

Kejelasan

Ketepatan

Terpenuhi

Analisis Administrasi

- Data Pasien

- Paraf Dokter

- Legalitas Narkotik

- Kesesuaian dengan

Formularium Obat

Analisis Farmasetik

- Bentuk Sediaan

- Ketercampuran

Obat

Analisis Klinis

- Nama Obat

- Ketepatan Dosis

- Signa

- Rute pemberian

- Frekuensi Pemberian

- Interaksi Obat

Memenuhi kriteria

inklusi dan ekslusi

Tidak Terpenuhi

Page 49: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

medis pasein. alamat, tanggal

lahir dan no

rekam medis

pasein)

data pasien tidak

terpenuhi

3. Paraf dokter Tanda tangan atau stempel

nama dokter penulis resep

yang berguna sebagai

legalitas resep tersebut

Menilai / melihat

kelengkapan paraf

dokter penulis

resep

- Lengkap bila paraf

dokter terpenuhi

- Tidak lengkap bila

paraf dokter tidak

terpenuhi

Nominal

4. Legalitas

narkotik

Keabsahan atau keaslian

resep pasien yang

mengandung obat narkotik

Menilai / melihat /

mengobservasi

kelengkapan dari

legalitas narkotik

dengan

melampirkan

fotokopi KTP

pasien

- Legal bila resep yang

mengandung narkotik

disertai fotokopi KTP

pasien

- Tidak legal bila resep

yang mengandung

narkotik tidak disertai

fotokopi KTP pasien

Nominal

5. Formularium

obat

Kompilasi nama obat yang

telah disepakati untuk

digunakan di Rumah Sakit

beserta informai dosis,

indikasi, kontraindikasi,

peringatan, efek samping,

toksisitas, dll.

Menilai / melihat /

mengobservasi

kesesuaian resep

dengan

formularium obat.

- Sesuai bila tidak ada

keterangan ne det / nd

pada resep

- Tidak sesuai bila ada

keterangan ne det / nd

pada resep

Nominal

6. Bentuk

sediaan

Bentuk tertentu sesuai

kebutuhan, mengandung

suatu zat aktif atau lebih

dalam pembawa yang

digunakan sebagai obat

dalam atau obat luar

Menilai / melihat /

mengobservasi

kejelasan

penulisan bentuk

sediaan

- Jelas bila penulisan

bentuk sediaan ditulis

dengan jelas

- Tidak jelas bila

penulisan bentuk

sediaan ditulis dengan

tidak jelas

Nominal

7. Ketercampur-

an obat

(puyer)

Salah satu bentuk sediaan

obat yang biasanya didapat

dengan menghaluskan atau

menghancurkan sediaan obat

tablet atau kaplet yang terdiri

atas sedikitnya dua macam

obat

Menilai / melihat /

mengobservasi

kompatibilitas

dari resep yang

dibuat puyer

- Kompatibel bila resep

yang dibuat puyer

kompatibel

- Tidak kompatibel bila

resep yang dibuat

puyer tidak kompatibel

Nominal

8. Nama obat Label atau sebutan yang

diberikan pada obat

Menilai / melihat /

mengobservasi

kejelasan

penulisan nama

obat

- Jelas bila penulisan

nama obat ditulis

dengan jelas dan

terang

- Tidak jelas bila

penulisan nama obat

ditulis dengan tidak

jelas.

Nominal

9. Dosis obat Takaran obat yang diberikan

kepada pasien yang

mendapat terapi, tercantum

pada resep.

Menilai / melihat /

mengobservasi

kejelasan

penulisan dan

ketepatan dosis

obat

- Tepat bila dosis yang

diberikan sesuai

dengan yang

dibutuhkan pasien

- Tidak tepat bila dosis

yang diberikan tidak

sesuai dengan yang

dibutuhkan pasien

Nominal

10. Signa Petunjuk penggunaan obat

bagi pasien pada bagian

resep yang ditulis oleh dokter

penulis resep

Menilai / melihat /

mengobservasi

kejelasan

penulisan signa

- Jelas bila penulisan

signa obat ditulis

dengan jelas.

- Tidak jelas bila

nominal

Page 50: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

penulisan signa obat

ditulis dengan tidak

jelas.

11. Rute

pemberian

Jalur obat masuk ke dalam

tubuh

Menilai / melihat /

mengobservasi

kejelasan

penulisan rute

pemberian obat

- Jelas bila penulisan

rute pemberian ditulis

dengan jelas.

- Tidak jelas bila

penulisan rute

pemberian ditulis

dengan tidak jelas.

Nominal

12. Frekuensi

pemberian

Jangka waktu pemberian

obat yang tercantum pada

resep

Menilai / melihat /

mengobservasi

kejelasan

penulisan dan

ketepatan

frekuensi

pemberian obat

- Tepat bila frekuensi

pemberian obat yang

diberikan sesuai

dengan yang

dibutuhkan pasien

- Tidak tepat bila dosis

yang diberikan tidak

sesuai dengan yang

dibutuhkan pasien

Nominal

13. Interaksi obat Situasi dimana suatu zat

memengaruhi aktivitas suatu

obat, yaitu meningkatkan

atau menurunkan efeknya,

atau menghasilkan efek baru

yang tidak diinginkan atau

direncanakan

Menilai / melihat /

mengobservasi

kemungkinan

terjadinya

interaksi obat

- Ada, bila dalam

peresepan berpotensi

mengalami interaksi

obat

- Tidak ada bila dalam

peresepan tidak

berpotensi mengalami

interaksi obat

Nominal

3.7 Tata Cara Penelitian

Terdapat tiga tahapan penelitian yaitu tahap perencanaan, tahap

pengambilan data dan tahap penyelesaian data.

1. Tahap Perencanaan

Tahap perencanaan dimulai dengan penentuan masalah dan analisis

situasi. Di dalam penentuan masalah ditetapkan masalah yang akan diteliti.

Sedangkan yang termasuk di dalam analisis situasi adalah perijinan dan

diskusi dengan pihak mitra dalam hal ini RUMKITAL Dr. mintohardjo.

2. Tahap pengambilan data

Setelah berdiskusi dengan pihak rumah sakit dan mendapat ijin

penelitian, maka dilakukan pengambilan data secara retrospektif dengan

melihat resep pasien bulan Januari 2015 yang dilakukan adalah mengamati

dan mencatat semua bentuk-bentuk kelengkapan resep dan terkait obat dari

formulir yang telah dibuat.

a. Proses pengambilan data dilakukan dengan mengambil resep bulan Januari

2015 di unit Farmasi RUMKITAL Dr. mintohardjo.

Page 51: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

36

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

b. Kemudian dilakukan random sampling menggunakan rumus slovin

dengan ukuran sampel minimal yang dihasilkan adalah 378 lembar resep.

Untuk meningkatkan validasi hasil penelitian, maka jumlah lembar resep

yang digunakan dalam penelitian ini adalah 400 lembar resep.

3. Tahap pengolahan data

Setelah pengumpulan data selesai dilakukan, maka dilakukan

pengolahan data. Proses pengolahan data dilakukan dengan tahapan sebagai

berikut:

a. Analisa kelengkapan resep

Setelah dilakukan sampling, selanjutnya resep tersebut dilakukan

pengamatan satu persatu dengan cara mencatat semua bentuk-bentuk

kelengkapan resep dan diamati dari formulir yang telah dibuat.

b. Data yang telah diperoleh kemudian dimasukkan ke dalam komputer

untuk melihat presentase kelengkapan resep yang sudah diamati.

c. Selanjutnya dilakukan analisa dari hasil pengamatan.

3.8 Cara Kerja

1. Alat pengumpulan data

Data yang dikumpulkan merupakan data sekunder yang diperoleh dari

resep rawat jalan yang masuk di unit farmasi RUMKITAL Dr. Mintohardjo

bulan Januari 2015 yang telah dilakukan random sampling sebanyak 600

lembar resep.

2. Pengumpulan data

Data yang dikumpulkan berupa kelengkapan resep yang meliputi:

a. Keabsahan resep :

- Data pasien

- Penulisan obat

- Signa obat

- Paraf dokter

- Legalitas narkotik

- Formularium obat

Page 52: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

b. Terkait obat :

- Dosis sediaan

- Bentuk sediaan

- Rute pemberian

- Frekuensi pemberian

- Ketercampuran obat

- Efek samping obat : untuk efek samping obat peneliti menganggap

100%, karena dalam setiap obat pasti mempunyai efek samping yang

mungkin muncul pada pasien atau bahkan tidak muncul

- Interaksi obat

3.9 Analisis Data

Data yang telah diperoleh kemudian dikumpulkan dan dilakukan analisis.

Analisis data dilakukan menggunakan program Microsoft Office Excel 2007 dan

program SPSS (Stastistical Package for The Social Science) 16.0.

Pengolahan data yang dilakukan meliputi analisis univariat dan bivariat.

Analisis univariat adalah analisis yang digunakan untuk menganalisis setiap

variabel yang ada secara deskriptif (Notoatmojo, 2003).

Adapun pengolahan data dengan menggunakan analisis univariat ialah

kelengkapan resep pada bulan Januari 2015 di RUMKITAL Dr. Mintohardjo.

Analisis yang dilakukan didasarkan dari pengamatan satu persatu dengan cara

mencatat semua bentuk-bentuk kelengkapan resep dengan menggunakan formulir

yang telah dibuat.

Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan terhadap dua variabel

yang diduga berhubungan / berkolerasi. Adapun pengolahan data menggunakan

analisis bivariat bertujuan untuk melihat hubungan antara jumlah jenis obat dalam

satu resep dengan banyaknya kejadian interaksi obat yang ada. Dalam penelitian

ini menggunakan uji chi-square atau uji kai kuadrat dengan interpretasi hasil p

value < 0,05.

Page 53: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL PENELITIAN

Penelitian tentang kajian resep ini dilakukan terhadap 400 lembar resep

rawat jalan di RUMKITAL Dr. Mintohardjo pada bulan Januari 2015, dengan

mengamati kelengkapan resep, kejelasan penulisan terkait obat, dan gambaran

terkait interaksi obat pada peresepan. Dalam pengkajian resep ini digunakan

parameter berupa pedoman penulisan resep yaitu PERMENKES RI No. 35 tahun

2014 tentang standar pelayanan kefarmasian di Apotek. Melalui hasil pengamatan

dari 400 lembar resep rawat jalan, diketahui masih banyak terdapat

ketidaklengkapan penulisan resep setiap harinya.

4.1.1 Analisis Kelengkapan Resep

Pada penelitian ini, sekitar lebih dari sembilan ribu lembar resep pada

bulan Januari 2015 masuk ke Instalasi Apotek RUMKITAL Dr. Mintohardjo.

Berdasarkan perhitungan, sampel minimal yang dapat dijadikan sampel adalah

sebanyak 378. Untuk meningkatkan validasi hasil penelitian, maka jumlah lembar

resep yang digunakan dalam penelitian ini adalah 400 lembar resep. Resep

tersebut diamati kelengkapan resep yang mencakup; kelengkapan data pasien,

kejelasan penulisan nama obat, kejelasan penulisan signa, adanya paraf dokter,

dan kesesuaian obat pada formularium. Data kelengkapan resep tersebut dapat

dilihat pada tabel 4.1

38

Page 54: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 4.1

Data Analisis Kelengkapan Resep

No.

Kelengkapan Resep

Jumlah Resep

Ya

(%)

Tidak

(%)

1.

Kelengkapan Data Pasien 48

(12)

352

(88)

Nama Pasien 400

(100)

-

Alamat 48

(12)

352

(88)

Tanggal Lahir 68

(17)

332

(83)

No. Rekam Medis 348

(87)

52

(13)

2.

Kejelasan Penulisan Nama Obat 381

(95,2)

19

(4,8)

3.

Kejelasan Penulisan Signa Obat 385

(96,2)

15

(3,8)

4.

Adanya Paraf Dokter 400

(100)

-

5.

Kesesuaian Formularium 353

(88,2)

47

(11,8)

Berdasarkan tabel 4.1, dapat diketahui hasil analisis ketidaklengkapan

resep yang ditulis oleh dokter terbanyak pada kelengkapan data pasien yaitu 88%

(352 lembar resep), dimana kelengkapan data pasien ini mencakup; penulisan

nama pasien 100%, penulisan alamat 12%, penulisan tanggal lahir 17% dan

penulisan no rekam medis 87%. Selanjutnya, ketidaklengkapan resep yang ditulis

oleh dokter terbanyak kedua adalah pada kesesuaian formularium yaitu 11,8% (47

lembar resep). Ketidakjelasan penulisan nama obat dengan 4,8% (19 lembar

resep) sebagai ketidaklengkapan resep terbanyak ketiga dan ketidakjelasan

penulisan signa obat dengan 3,8% (15 lembar resep).

Analisis kelengkapan resep selanjutnya adalah analisis terhadap legalitas

obat narkotik. Dimana, legalitas narkotik berperan penting dalam menjamin

keaslian resep. Data hasil analisis tersebut dapat dilihat pada tabel 4.2.

Page 55: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 4.2

Profil Resep terhadap Legalitas Narkotik

No. Resep Jumlah Resep

(%)

1.

Non Narkotik 400

(100)

2. Narkotik -

Berdasarkan tabel 4.2, didapatkan hasil bahwa pada penelitian ini tidak

ditemui adanya resep yang mengandung narkotik. Sehingga untuk analisis

legalitas narkotik tidak dapat dilakukan.

4.1.2 Analisis Penulisan Terkait Obat

Pada penelitian ini selanjutnya resep dilakukan analisis terhadap kejelasan

penulisan terkait obat. Analisis penulisan terkait obat pada resep ini meliputi;

kejelasan penulisan dosis sediaan dan ketepatan dosis, kejelasan penulisan

frekwensi pemberiaan obat dan ketepatan frekwensi pemberian, kejelasan

penulisan bentuk sediaan dan kejelasan penulisan rute pemberian. Data hasil

analisis tersebut dapat dilihat pada tabel 4.3 dan 4.4

Tabel 4.3

Data Analisis Ketepatan Dosis Sediaan dan Frekwensi Pemberian Obat

Tepat Tidak Tepat

Dosis Sediaan 269

(67,2)

131

(32,8)

Frekuensi Pemberian Obat 366

(91,5)

34

(8,5)

Hasil analisis pada tabel 4.3 menunjukkan bahwa ketidakjelasan penulisan

dosis sediaan lebih besar dibanding dengan ketidakjelasan penulisan frekuensi

pemberian obat. Hasil penulisan dosis sediaan yang ditulis dengan jelas adalah

sebanyak 67,2% (269 lembar resep). Hasil 269 lembar resep dengan penulisan

dosis sediaan yang ditulis dengan jelas tersebut diketahui bahwa dosis sediaan

yang diberikan sudah tepat. Sedangkan penulisan frekuensi pemberian obat yang

ditulis dengan jelas adalah sebanyak 91,5% (366 lembar resep). Berdasarkan

literatur, hasil frekuensi pemberian obat pada 366 lembar resep tersebut sudah

tepat.

Page 56: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 4.4

Data Analisis Kejelasan Penulisan Terkait Obat

No.

Kejelasan Penulisan Terkait Obat

Jumlah Resep

Ya

(%)

Tidak

(%)

1.

Bentuk Sediaan 108

(27)

292

(73)

2.

Rute Pemberian Obat 128

(32)

272

(68)

Hasil analisis terhadap kejelasan penulisan terkait obat menunjukkan

bahwa masih terdapat ketidakjelasan dalam penulisan terkait obat. Seperti pada

tabel 4.4 dapat diketahui ketidakjelasan penulisan bentuk sediaan yaitu 73% (292

lembar resep) lebih besar dibanding dengan ketidakjelasan penulisan rute

pemberian obat dengan hasil sebanyak 68% (272 lembar resep).

Analisis penulisan terkait obat selanjutnya adalah analisis terhadap

ketercampuran obat yang dibuat puyer dan mengamati potensi terjadinya interaksi

obat. Data tersebut dapat dilihat pada tabel 4.5 dan 4.6.

Tabel 4.5 Profil Resep

Jumlah Resep

(%)

Puyer 14

(3,5)

Non puyer 386

(96,5)

Dari tabel 4.5, diketahui profil resep yang dibuat puyer lebih sedikit

dibanding resep yang tidak dibuat puyer. Hal ini diketahui dari 400 lembar resep,

hanya 3,5% (14 lembar resep) yang dibuat puyer, sedangkan sisanya 96,5% (386

lembar resep) tidak dibuat puyer.

Tabel 4.6

Potensi Terjadinya Interaksi Obat Berdasarkan Literatur

Jumlah Resep

(%)

Ada Interaksi Obat 197

(49,2)

Tidak Ada Interaksi Obat 203

(50,8)

Page 57: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pada tabel 4.6 diketahui bahwa dari 400 lembar resep yang dianalisis,

resep yang tidak berpotensi mengalami interaksi obat lebih besar dibandingkan

dengan resep yang berpotensi mengalami interaksi obat. Hal ini diketahui dari

hasil analisis yaitu sebanyak 50,8% (203 lembar resep) tidak berpotensi

mengalami interaksi obat, sedangkan sebanyak 49,2% (197 lembar resep)

berpotensi mengalami interaksi obat.

Untuk distribusi data kejelasan penulisan terkait obat selengkapnya dapat

dilihat pada lampiran 3.

4.1.3 Analisis Terkait Interaksi Obat

Pada penelitian ini, selanjutnya dilakukan analisis terhadap gambaran

jumlah obat yang berpotensi mengalami interaksi obat. Dimana resep

dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu kelompok resep yang mempunyai

jumlah obat dua hingga kurang dari lima macam obat dan resep yang mempunyai

jumlah obat lebih atau sama dengan lima. Dari kelompok-kelompok resep tersebut

didapat gambaran jumlah obat yang berpotensi mengakibatkan interaksi obat yang

terdapat pada tabel 4.7

Tabel 4.7

Gambaran Jumlah Obat Berdasarkan Ada Tidaknya Potensi Interaksi

Obat Berdasarkan Literatur

Kategori

Potensi Interaksi Obat

Total Ada Interaksi Tidak Ada Interaksi

Jenis obat <5 obat N

%

132

39,8

200

60,2

332

100

≥5 obat N

%

65

95,6

3

4,4

68

100

Total N

%

197

49,2

203

50,8

400

100

Berdasarkan hasil analisis lembar resep tersebut, sebanyak 197 lembar

resep (49,2%) berpotensi mengalami interaksi obat dan sebanyak 203 lembar

resep (50,8%) tidak berpotensi mengalami interaksi obat. Dari tabel 4.3 diatas

dapat dilihat bahwa potensi interaksi obat lebih banyak terjadi pada lembar resep

dengan jumlah obat lebih atau sama dengan lima, yaitu sebanyak 65 lembar resep

(95,6%) dari total resep 68 lembar. Sedangkan yang potensi interaksi obat lebih

Page 58: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

sedikit terjadi pada lembar resep dengan jenis obat kurang dari lima, yaitu

sebanyak 132 lembar resep (39,8%) dari total resep 332 lembar.

Dalam penelitian ini, selanjutnya potensi interaksi obat diamati dari

tingkat keparahan dan tipe mekanisme interaksi obat. Dari analisis menggunakan

literatur, potensi interaksi obat berdasarkan tingkat keparahan dan mekanisme

interaksi obat dapat dilihat pada tabel 4.8

Tabel 4.8

Data Distribusi Potensi Interaksi Obat Berdasarkan Tingkat Keparahan

dan Tipe Mekanisme Interaksi Obat

Potensi Interaksi Kategori Jumlah Presentase (%)

Mekanisme Interaksi

Farmakokinetik 71 18,5

Farmakodinamik 195 50,8

Tidak diketahui 118 30,7

Total 384 100

Tingkat Keparahan

Ringan 123 32

Sedang 46 12

Berat 215 56

Total 384 100

Hasil analisis terhadap 197 lembar resep yang berpotensi mengalami

interaksi obat, diperoleh hasil bahwa terdapat total potensi kejadian interaksi obat

adalah sebanyak 384 kasus yang terdiri dari interaksi farmakodinamik dengan 195

kasus (50,8%) sebagai tipe mekanisme interaksi obat terbanyak, kemudian

interaksi farmakokinetik dengan 71 kasus (18,5%) dan interaksi lainnya dengan

118 kasus (30,7%). Hasil analisis tingkat keparahan potensi interaksi obat pada

lembar resep yang diperoleh dari tingkat keparahan ringan sebanyak 123 (32%),

tingkat keparahan sedang 46 (12%) dan tingkat keparahan berat 215 (56%). Untuk

distribusi data potensi dari tiap resep selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 4.

Tabel 4.9

Gambaran Distribusi Jumlah Jenis Obat yang Di Resepkan dalam Lembar

Resep dengan Kejadian Potensi Interaksi Obat

Kriteria

Kategori

Ada Potensi

Interaksi

Tidak Berpotensi

Interaksi

Total

P

Value N % N % N %

Jenis Obat 2-<5 Obat 132 39,8 200 60,2 332 100

0,000 ≥5 Obat 65 95,6 3 4,4 68 100

Page 59: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Berdasarkan tabel 4.9, hasil analisis hubungan antara jumlah jenis obat

dalam satu resep dengan kejadian potensi interaksi obat menggunakan uji chi-

square menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara jumlah

jenis obat dalam satu resep dengan kejadian potensi interaksi obat. Hal ini

ditunjukkan dari nilai probabilitas sebesar 0,000 (P value <0,05).

4.2 PEMBAHASAN PENELITIAN

4.2.1 Pembahasan Hasil Penelitian

4.2.1.1 Analisis Kelengkapan Resep

Penelitian tentang analisis resep ini dilakukan di apotek rawat jalan

RUMKITAL Dr. Mintohardjo menggunakan lembar resep periode bulan Januari

2015, hasil inklusi didapatkan sebanyak 9.237 dan sampel yang diambil

menggunakan teknik random sampling sebanyak 400 lembar resep. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa masih banyak ketidaklengkapan pada resep.

Pada tabel 4.1 diketahui hasil dari analisis kelengkapan resep. Untuk

ketidaklengkapan data pasien pada resep didapatkan hasil sebanyak 88% (352

lembar resep) yang mencakup; nama 0%, alamat 88%, tanggal lahir 83% dan no

rekam medis 13%. Hasil ketidaklengkapan data pasien tersebut cukup tinggi yaitu

lebih dari 50%. Hasil ketidaklengkapan data pasien ini sesuai dengan penelitian

yang dilakukan Prawitosari (2009) yang mendapatkan hasil ketidaklengkapan

penulisan data pasien sebanyak 39% umur pasien, 36,4% alamat pasien dan 2,6%

nama pasien. Data pasien dalam penulisan resep cukup penting, hal ini sangat

diperlukan dalam proses pelayanan peresepan sebagai pembeda ketika ada nama

pasien yang sama agar tidak terjadi kesalahan pemberian obat pada pasien. Seperti

contohnya umur dan no rekam medis pasien sangatlah penting dan harus

dicantumkan dalam resep. Bentuk ketidaklengkapan data pasien dalam resep yang

diamati ini beragam, yaitu karena tidak dituliskannya tanggal lahir atau umur

pasien, alamat, no rekam medis pasien, atau bahkan tidak dicantumkan ketiganya.

Selanjutnya hasil ketidakjelasanan penulisan nama obat pada resep

sebanyak 4,8% (19 lembar resep). Penulisan nama obat sangat penting dalam

resep agar ketika dalam proses pelayanan tidak terjadi kesalahan pemberian obat,

karena banyak obat yang tulisannya hampir sama atau penyebutannya sama.

Page 60: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Untuk itu, dokter harus menuliskan nama obat dengan jelas sehingga terhindar

dari kesalahan pemberian obat.

Pada tabel 4.1 diketahui juga hasil dari ketidakjelasanan penulisan signa

obat yaitu sebanyak 3,8% (15 lembar resep). Dalam resep, penulisan signa obat

sangat penting agar dalam proses pelayanan tidak terjadi kekeliruan dalam

pembacaan pemakaian obat, sehingga pasien dapat meminum obat sesuai dengan

cara dan aturan pemakaian. Dengan demikian, seharusnya dokter menuliskan

signa obat dengan jelas sehingga terhindar dari kesalahan pemakaian obat. Hasil

ketidakjelasan penulisan signa obat ini sesuai dengan penelitian Prawitosari

(2009) yang mendapatkan hasil ketidakjelasan penulisan signa obat sebanyak

50,8%.

Pada penelitian ini, tidak ditemukan adanya resep tanpa tanda tangan

atau stempel nama dokter. Dimana resep yang tidak mencantumkan tanda tangan

diganti dengan stempel nama dokter. Paraf atau tanda tangan dokter juga berperan

penting dalam resep agar dapat menjamin keaslian resep dan berfungsi sebagai

legalitas dan keabsahan resep tersebut. Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian

Prawitosari (2009) yang mendapatkan hasil ketidaklengkapan pencantuman paraf

dokter sebanyak 6,8%. Pada kasus pencantuman tanda tangan/paraf dokter ini

hasil yang didapatkan sangat bagus karena 100% resep yang dikaji mencantumkan

stempel nama dokter sebagai pengganti tanda tangan. Dengan ini berarti, resep

yang diberikan pasien merupakan resep yang sah yang diberikan oleh dokter yang

bersangkutan.

Nama dokter, SIP, alamat, telepon, paraf atau tanda tangan dokter serta

tanggal penulisan resep sangat penting dalam penulisan resep agar ketika

Apoteker Pengelola Apotek melakukan skrining resep kemudian terjadi kesalahan

mengenai kesesuaian farmasetik yang meliputi bentuk sediaan, dosis, potensi,

stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama pemberian, dokter penulis resep tersebut

bisa dapat langsung dihubungi untuk melalukan pemeriksaan kembali.

Format inscriptio suatu resep dari rumah sakit sedikit berbeda dengan resep

pada praktik pribadi. Resep di RUMKITAL Dr. Mintohardjo tidak tercantum

Surat Izin Praktek (SIP), hal ini dikarenakan dokter-dokter yang bekerja atau

melakukan praktek di rumah sakit tersebut bernaung di bawah izin operasional

Page 61: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

46

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

rumah sakit dimana menurut PERMENKES RI No. 56 tahun 2014 izin

operasional rumah sakit adalah izin yang diberikan oleh pejabat yang bernaung

sesuai kelas rumah sakit kepada penyelenggara/pengelola rumah sakit untuk

menyelenggarakan pelayanan kesehatan di rumah sakit setelah memenuhi

persyaratan dan standar yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan. Jadi

berbeda dengan resep dokter yang membuka praktik sendiri di luar rumah sakit

dimana resep dokter yang membuka praktik sendiri harus mencantumkan Surat

Izin Praktek (SIP) agar dapat memberikan perlindungan kepada pasien dan

memberikan kepastian hukum serta jaminan kepada masyarakat bahwa dokter

tersebut benar-benar layak dan telah memenuhi syarat untuk menjalankan praktik

seperti yang telah ditetapkan oleh Undang-Undang. Akan tetapi pada penelitian

ini, paraf dokter dalam resep yang diterima di Apotek RUMKITAL Dr.

Mintohardjo diganti dengan stempel dokter dimana didalamnya terdapat nama

dokter dan SIP.

Selanjutnya untuk hasil ketidakkesesuaian obat dengan formularium

didapatkan sebanyak 11,8% (47 lembar resep). Resep yang tidak sesuai dengan

formularium ini akhirnya dilakukan perubahan agar sesuai dengan formularium.

Formularium dalam hal ini adalah formularium rumah sakit tempat dilakukannya

penelitian yang mengacu dari formularium nasional.

Formularium disusun dengan tujuan untuk penyempurnaan efektifitas,

penurunan resiko, penurunan biaya, dan penyempurnaan pengadaan obat,

sehingga formularium rumah sakit yang digunakan dengan baik dapat

membimbing dokter dalam peresepan obat yang paling aman dan paling efektif

untuk mengobati masalah medis tertentu (Siregar 2004).

Formularium rumah sakit yang telah disusun bersama harus dipatuhi oleh

seluruh praktisi rumah sakit sebagai pedoman yang digunakan dalam pemberian

terapi, hal ini seperti dijelaskan oleh Menteri Kesehatan RI dalam buku Standar

Pelayanan Minimal Rumah Sakit, tercapainya suatu pelayanan farmasi rumah

sakit dapat dilihat dari penulisan resep yang sesuai dengan formularium, dimana

standar kesesuaiannya adalah 100% (Menteri Kesehatan RI, 2008).

Pada tabel 4.2 didapatkan hasil pengamatan terhadap legalitas narkotik 0%.

Hasil ini diperoleh karena dari jumlah 400 lembar resep yang digunakan tidak ada

Page 62: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

47

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

satu resep yang menggunakan atau mengandung obat narkotik. Sehingga untuk

analisis legalitas narkotik tidak dapat dilakukan oleh peneliti. Legalitas terhadap

obat narkotik berperan penting dalam resep agar dapat menjamin keaslian resep

tersebut. Hal ini dilakukan untuk menghindari penyalahgunaan obat oleh

masyarakat.

Untuk distribusi data kelengkapan resep selengkapnya dapat dilihat pada

lampiran 3.

4.2.1.2 Analisis Penulisan Terkait Obat

Pada penelitian selanjutnya (tabel 4.3), resep dianalisis terhadap

kejelasan penulisan dosis sediaan dan ketepatan dosis serta kejelasan penulisan

frekwensi pemberian obat beserta ketepatan frekwensi pemberian obat. Analisis

ketidakjelasan penulisan dosis sediaan pada resep didapatkan hasil sebanyak

32,8% (131 lembar resep). Dengan ini, diketahui bahwa hanya 67,2% (269 lembar

resep) yang ditulis dengan jelas. Dari 269 lembar resep yang ditulis dengan jelas

tersebut setelah dilakukan analisis berdasarkan literatur, dosis sediaan yang

diberikan sudah tepat. Penulisan dosis sediaan obat harus ditulis dengan jelas agar

terhindar dari kesalahan pemberian jumlah dosis mengingat adanya obat-obat

yang memiliki dosis lebih dari satu. Dimana dosis obat itu sendiri adalah jumlah

atau ukuran yang diharapkan dapat menghasilkan efek terapi pada fungsi tubuh

yang mengalami gangguan. Misalnya Amoxan 500 mg dan Amoxan 250 mg,

maka dosis obat perlu ditulis dengan jelas dalam peresepan. Tetapi biasanya ada

kesepakatan tidak tertulis dalam pelayanan obat tersebut bahwa jika kekuatan obat

tidak tertulis maka diberikan obat dengan kekuatan kecil. Oleh karena itu, dosis

sediaan harus ditulis dengan jelas dan harus sesuai/tepat. Hasil ketidakjelasan

penulisan kekuatan sediaan obat ini sesuai dengan penelitian Prawitosari (2009)

yang mendapatkan hasil ketidakjelasan penulisan kekuatan sediaan sebanyak

50,8%.

Selanjutnya untuk hasil ketidakjelasan penulisan frekuensi obat didapatkan

hasil sebanyak 8,5% (34 lembar resep). Hasil ketidakjelasan penulisan frekuensi

pemberian obat ini sesuai dengan penelitian Octavia (2011) yang mendapatkan

hasil ketidakjelasan penulisan frekuensi pemberian obat sebanyak 75,5%. Pada

Page 63: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

resep seharusnya frekuensi pemberian ditulis dengan jelas dan lengkap. Penulisan

frekuensi pemberian obat sangat penting dalam resep agar ketika dalam proses

pelayanan tidak terjadi kesalahan informasi penggunaan obat, karena keadaan dan

kondisi pasien menentukan frekuensi penggunaan obat yang tepat. Misalnya obat

diminum 3 kali 1sehari dan diminum 1 jam sebelum makan, atau 2 jam sesudah

makan dan sebagainya. Dengan informasi tersebut, maka diharapkan pasien akan

dapat menggunakan obat dengan benar. Sedangkan untuk hasil ketepatan

frekuensi pemberian obat berdasarkan literatur terhadap 91,5% (366 lembar resep)

yang ditulis dengan jelas, didapatkan hasil bahwa frekuensi pemberian obat sudah

tepa.

Selanjutnya pada tabel 4.4, penulisan bentuk sediaan obat yang tidak jelas

didapatkan hasil sebanyak 73% (292 lembar resep). Pada resep, seharusnya

penulisan bentuk sediaan harus ditulis dengan jelas agar tidak memicu terjadinya

kesalahan pemberian bentuk sediaan obat yang akan digunakan oleh pasien sesuai

dengan kebutuhan, keadaan dan kondisi pasien. Misalnya Paracetamol, dimana

paracetamol memiliki bentuk sediaan lebih dari satu. Maka dalam resep perlu

dituliskan bentuk sediaan tablet atau syrup. Hasil ketidaklengkapan penulisan

bentuk sediaan ini sesuai dengan penelitian Octavia (2011) yang mendapatkan

hasil ketidakjelasan penulisan bentuk sediaan sebanyak 60,2%.

Ketidakjelasan penulisan rute pemberian obat juga didapatkan sebanyak

68% (272 lembar resep). Penulisan rute pemberian obat sangat penting dalam

resep agar ketika dalam proses pelayanan tidak terjadi kekeliruan pemberian obat,

karena banyak sediaan obat yang memiliki beberapa bentuk rute pemberian.

Untuk itu, dokter harus menuliskan nama obat dengan jelas sehingga terhindar

dari kesalahan rute pemberian obat. Hasil ketidaklengkapan penulisan rute

pemberian obat ini sesuai dengan penelitian Octavia (2011) yang mendapatkan

hasil ketidakjelasan penulisan rute pemberian obat sebanyak 84,2%.

Analisis penulisan terkait obat selanjutnya adalah analisis terhadap

ketercampuran obat yang dibuat puyer (tabel 4.5). Dimana pada profil resep

terhadap ketercampuran obat yang dibuat puyer didapatkan hasil 3,5% (14 lembar

resep). Penulisan nama obat racikan/campuran sangat penting dalam resep agar

ketika dalam proses pelayanan tidak terjadi kekeliruan atau kesalahan

Page 64: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pencampuran obat, karena tidak semua obat dapat bercampur dengan baik

(kompatibel). Untuk itu, dokter harus menuliskan nama obat dengan jelas dengan

melihat kompatibilitas dari masing-masing obat sehingga terhindar dari kesalahan

pemberian obat. Dari 3,5% tersebut menunjukkan hasil bahwa obat kompatibel

dan dapat digunakan oleh pasien. Hasil tersebut menandakan bahwa pembuatan

obat dengan cara racikan (puyer) ini turun dari jumlah peresepan di Indonesia

yang hampir 60%.

Selain itu pada tabel 4.6, berdasarkan literatur diketahui adanya interaksi

obat dengan obat pada resep yang diamati yaitu sebanyak 49,2% (197 lembar

resep). Analisis interaksi obat ini berperan penting dalam terapi pengobatan agar

ketika dalam proses pengobatan tidak terjadi hal yang dapat merugikan pasien dan

terjadinya interaksi obat dapat dihindarkan.

4.2.1.3 Analisis Terkait Interaksi Obat

Hasil terhadap 400 lembar resep, diperoleh bahwa terdapat interaksi obat

pada 197 lembar resep (49,2%) dan sebanyak 203 lembar resep (50,8%) tidak

mengalami interaksi obat. Dari data tersebut diketahui bahwa interaksi lebih

banyak terjadi pada pasien yang menerima obat ≥5 macam obat dibandingkan

dengan pasien yang menerima obat <5 macam obat. Hal ini sesuai dengan

penelitian Mega (2013) bahwa resiko terjadinya interaksi obat meningkat sejalan

dengan jumlah obat yang diresepkan. (Thanacody, 2012).

Berdasarkan hasil analisis terhadap 197 resep yang berinteraksi (tabel 4.3),

diperoleh hasil bahwa terdapat total kejadian interaksi obat sebanyak 384 kejadian

(tabel 4.8) yang terdiri dari interakdi farmakodinamik 50,8% dengan mekanisme

interaksi obat yang paling banyak terjadi. Hal tersebut menunjukkan bahwa obat-

obat yang diberikan saling berinteraksi pada sistem reseptor, tempat kerja atau

sistem fisiologi yang sama sehingga terjadi efek yang aditif, sinergis (saling

memperkuat), dan antagonis (saling meniadakan). Beberapa alternatif

penatalaksanaan interaksi obat adalah menghindari kombinasi obat dengan

memilih obat pengganti yang tidak berinteraksi, penyesuaian dosis obat,

pemantauan pasien atau meneruskan pengobatan seperti sebelumnya jika

Page 65: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

kombinasi obat yang berinteraksi tersebut merupakan pengobatan yang optimal

atau bila interaksi tersebut tidak bermakna secara klinis (Fradgley, 2003).

Mekanisme interaksi obat terbanyak kedua adalah interaksi obat yang

bersifat unknown yaitu sebesar 30,7%, dimana mekanisme interaksi obat jenis ini

belum diketahui secara jelas mekanismenya yakni tidak termasuk kedalam

mekanisme farmakodinamik maupun farmakokinetik. Sedangkan mekanisme

interaksi obat secara farmakokinetik terjadi sebesar 18,5%. Hal tersebut

menunjukkan bahwa salah satu obat mempengaruhi absorpsi, distribusi,

metabolisme, atau eksresi obat kedua sehingga kadar plasma kedua obat

meningkat atau menurun. Akibatnya terjadi peningkatan toksisitas atau penurunan

efektifitas obat tersebut (Fradgley, 2003)

Berdasarkan hasil penelitian, tingkat keparahan interaksi obat yang paling

banyak terjadi adalah pada interaksi obat secara mayor yaitu sebanyak 215 kasus

(56%). Interaksi obat secara mayor ini seharusnya diprioritaskan untuk dicegah

dan diatasi karena efek potensial membahayakan jiwa atau menyebabkan

kerusakan permanen. Dari 215 kasus interaksi mayor ini, hanya 46 kasus (21,4%)

yang menyatakan bahwa interaksi tersebut dapat berdampak secara klinis.

Selanjutnya interaksi obat terbanyak kedua adalah secara minor yaitu sebanyak

123 kasus (32%). Interaksi obat ini mungkin mengganggu atau tidak disadari

(interaksi obat diduga terjadi), tetapi tidak mempengaruhi secara signifikan

terhadap efek obat yang diinginkan, dan bentuk interaksi obat yang paling sedikit

terjadi adalah interaksi obat secara moderet yaitu sebanyak 46 kasus (12%).

Interaksi obat secara moderet ini termasuk jenis interaksi obat yang seharusnya

diprioritaskan untuk dicegah dan diatasi karena mempunyai bukti yang cukup

rasional untuk kemungkinan terjadinya interaksi obat. Ketiga bentuk interaksi ini

terjadi pada 197 lembar resep yang mengalami interaksi obat. Jumlah interaksi

obat dalam 1 resep ini dapat ditemukan bentuk interaksi lebih dari 1 macam

bentuk interaksi obat.

Hasil analisis dengan uji Chi-square menunjukkan bahwa terdapat

hubungan yang bermakna antara jumlah obat dalam satu resep dengan kejadian

interaksi obat. Hasil ini ditunjukkan oleh nilai probabilitas sebesar 0,000. Nilai ini

lebih kecil dari α = 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang

Page 66: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

51

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

bermakna antara jumlah obat dalam satu resep dengan kejadian interaksi obat.

Hasil yang didapatkankan ini sesuai dengan penelitian Mega (2013) dengan nilai

probabilitas α = 0,000. Hasil analisis menggunakan odds ratio menunjukkan

bahwa pasien yang menerima jumlah jenis obat ≥5 beresiko 0,030 kali lebih tinggi

mengalami potensi interaksi obat (95% Cl, 0,009-0,099) dibandingkan dengan

pasien yang menerima obat <5 macam obat. Hal ini membuktikan teori dimana

resiko terjadinya interaksi obat meningkat sejalan dengan jumlah obat yang

diresepkan. (Thanacody, 2012)

Dari data di atas, maka dapat diketahui bahwa kesalahan dalam penulisan

resep masih sering terjadi dalam praktek sehari-hari baik dalam satu wilayah

tertentu maupun wilayah lain. Seperti data pasien yang tidak lengkap, hal ini

menyebabkan adanya hambatan ketika resep tersebut akan diberikan kepada

pasien. Tulisan tangan yang tidak jelas dari nama obat yang membingungkan,

dapat mengakibatkan kesalahan pengambilan obat sehingga berakibat fatal bagi

pasien bila sampai pada tahap pemberian karena obat yang diberikan tidak sesuai

dengan penyakitnya. Frekwensi pemberian obat yang tidak jelas sehingga aturan

obat yang diberikan melenceng dari jam dan waktu yang seharusnya. Penulisan

signa obat yang tidak jelas, pemberian bentuk sediaan obat yang tidak tepat,

jumlah obat yang tidak tepat sehingga dapat mengakibatkan kegagalan terapi pada

saat penggunaan obat oleh pasien. Jenis prescribing error lain adalah peresepan

beberapa obat yang dapat mengakibatkan interaksi obat sehingga tujuan terapi

tidak dapat diperoleh dengan maksimal.

Hasil pengamatan pada penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai

informasi kepada dokter dan farmasis RUMKITAL Dr. Mintohardjo mengenai

adanya kejadian dalam penulisan resep yang tidak sesuai dengan PERMENKES

RI No. 35 tahun 2014 tentang standar pelayanan kefarmasian di Apotek dan

adanya kejadian interaksi obat dengan obat pada resep rawat jalan, dan beberapa

dari interaksi tersebut memerlukan perhatian khusus karena pasien tidak mendapat

perawatan atau pemantauan yang tepat dari tenaga medis, sehingga upaya patient

safety di RUMKITAL Dr. Mintohardjo dapat ditegakkan.

Page 67: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

52

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.2.2 Keterbatasan Penelitian

1. Dalam penelitian ini masih banyak variabel yang belum diukur dan tidak

semua resep dalam bulan Januari 2015 dapat diamati oleh penulis. Hal ini

karena adanya keterbatasan waktu penelitian, keterbatasan dana dan

keterbatasan pengetahuan penulis.

2. Penelitian ini bersifat retrospektif sehingga tidak dapat memonitoring

pasien mengenai akibat interaksi obat secara aktual, terhadap penggunaan

obat atau adanya pengungganaan obat lain diluar resep.

Page 68: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

53

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Pada penelitian ini, masih banyak ditemukan adanya kejadian

ketidaksesuaian dalam penulisan resep menurut PERMENKES RI No. 35 tahun

2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Instalasi Apotek.

1. Hasil kelengkapan resep rawat jalan di RUMKITAL Dr. Mintohardjo pada

bulan Januari 2015 menunjukkan bahwa:

a. Secara administrasi :

- Data pasien 12%

- Paraf dokter 100%

- Tidak ada resep yang mengandung narkotik

- Kesesuaian dengan formularium 88,2%

b. Secara farmasetik :

- Bentuk sediaan 27%.

- Adanya obat puyer 3,5% dan semuanya kompatibel.

c. Secara klinis :

- Penulisan nama obat 95,2%

- Ketepatan dosis obat 67,2%

- Penulisan signa 96,2%

- Penulisan rute pemberian 32%

- Ketepatan frekuensi pemberian 91,5%

- Adanya interaksi obat 49,2%

2. Hasil pengamatan mengenai interaksi obat dengan obat menunjukkan bahwa:

a. Interaksi obat yang terjadi sebanyak 49.2% ini, 32% secara minor, 12%

secara moderet dan 56% terjadi secara mayor.

b. Mekanisme interaksi obat yang paling banyak terjadi yaitu secara

farmakodinamik sebanyak 195 kasus (50,8%), selanjutnya mekanisme

interaksi yang lain sebanyak 118 kasus (30,7%) dengan mekanisme

53

Page 69: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

54

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

terbanyak kedua dan mekanisme interaksi secara farmakokinetik sebanyak

71 kasus (18,5%).

c. Terdapat hubungan yang bermakna antara jumlah obat dalam satu resep

dengan kejadian interaksi obat. Hasil ini ditunjukkan oleh nilai

probabilitas sebesar 0,000.

5.2 SARAN

1. Kepada dokter, dalam penulisan resep diharapkan dapat menerapkan

PERMENKES RI No. 35 tahun 2014 sehingga resiko kesalahan pada resep

dapat dihindari.

2. Kepada apoteker, dalam melayani resep perlu mengacu pada PERMENKES

RI No. 35 tahun 2014 sehingga terapi obat yang diberikan dapat maksimal.

3. Perlu ditingkatkan komunikasi antara apoteker dan dokter dalam menentukan

terapi untuk mencegah terjadinya interaksi.

Page 70: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

55

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

Amira, A. 2011. Skripsi: Penulisan Resep Askes di Apotek RSUP Haji Adam

Malik Periode Mei 2011. Medan

Anonim. 2004. Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 1197/Menkes/SK/X/2004

Anonim. 2008. Pedoman Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit. Jakarta:

Departemen kesehatan RI

Anonim. 2010. ISO (Informasi Spesialite Obat Indonesia) Volume 46. Jakarta:

Ikatan Apoteker Indonesia

Arikunto, S. 2010. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rieka Cipta

Aslam, Mohammed, dkk. 2003. Farmasi Klinis. Jakarta: PT. Elex Media

Komputindo

Bailie, G. R dkk. 2004. Medfact Pocket Guide of Drug Interaction Second

Edition. Middleton: Bone Care International, Nephrology Pharmacy

Associated, Inc

Baxter, Editor. 2008. Stockley’s Drug Interaction. Eighth Edition. London:

Pharmaceutical Press

Cahyono, J.B.S.B, 2008. Membangun Budaya Keselamatan Pasien dalam Praktik

Kedokteran. Yogyakarta: Kanisius

Charles J. P,. dan Endang Kumolosari. 2006. Farmasi Klinik Teori dan

Penerapan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Departemen Kesehatan RI. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.

1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang

Dwiprahasto Iwan, Erna Kristin. 2008. Intervensi Pelatihan untuk Meminimalkan

Risiko Medication Error di Pusat Pelayanan Kesehatan Primer. Jurnal

Berkala Ilmu Kedokteran

Fradgley, S. 2003. Interaksi Obat, Dalam Farmasi Klinis (Clinical Pharmacy)

Menuju Pengobatan Rasional dan Penghargaan Pilihan Pasien. Jakarta:

PT. Elex Media Komputindo Gramedia

Hashem. 2005. Drug-Drug, Herb-Drug & Food-Drug Interaction. Kairo: Faculty

of Medicine Cairo University

55

Page 71: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

56

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Hartayu, T.S., dan Widayati, A. Kajian Kelengkapan Resep Pediatri yang

Berpotensi Menimbulkan Medication Error di Rumah Sakit dan 10 Apotek

di Yogyakarta. Yogyakarta

Iskandar, H. D. 1998. Rumah Sakit, Tenaga Kesehatan dan Pasien. Jakarta: Sinar

Grafika

Jas, A., 2007. Perihal Resep & Dosis serta Latihan Menulis Resep Edisi 1.

Medan: Universitas Sumatera Utara Press

Jas, A., 2009. Perihal Resep & Dosis serta Latihan Menulis Resep Edisi 2.

Medan: Universitas Sumatera Utara Press

Katzung, Bertram G. 2004. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi Pertama.

Jakarta: Salemba Medika

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 56 Tahun 2014

Lestari, C. S. 2002. Seni Menulis Resep Teori dan Praktek. Jakarta: PT. Perca

Lestari, A. 2010. Skripsi: Hubungan Karakteristik dengan Pengetahuan Ibu

Hamil tentang Preeklampsia di RSUD Kota Semarang Tahun 2010.

Semarang

Lia, Amalia. 2007. Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan. Jakarta: Buku

Kedokteran EGC

Mayasari Erlisa. 2015. Skripsi: Analisis Potensi Interaksi Antidiabetik Injeksi

Insulin pada Peresepan Pasien Rawat Jalan Peserta Askes Rumah Sakit

DR. SOEDARSO Pontianak Periode April-Juni 2013. Pontianak

Medscape.com. Drug interaction Checker. Available:

http://reference.medscape.com/drug-interactionchecker

Mega. 2013. Skripsi: Analisis Potensi Interaksi Obat Antidiabetik Oral Pada

Pasien di Instalasi Rawat Jalan Askes Rumah Sakit DR. SOEDARSO

Pontianak Periode Januari-Maret 2013. Pontianak

Notoadmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian. Jakarta: Rieka Cipta

Octavia, Hanna. 2011. Skripsi: Analisis Kelengkapan Peresepan di Apotek KPRI

RSUD DR. SOETOMO Bulan Desember 2010. Surabaya

Peraturan Menteri Kesehatan No. 35 tahun 2014

Peraturan Menteri Kesehatan No. 58 tahun 2014

Page 72: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

57

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Piscitelli, S. C., and Rodvold, K. A. 2005. Drug Interaction in Infection Disease

Second Edition. New Jersey: Humana Press

Praktiknya, A.W. 2001. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan

Kesehatan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Prawitasari, Diah. 2009. Skripsi: Tinjauan Aspek Legalitas dan Kelengkapan

Resep di 5 Apotek Kabupaten Klaten Tahun 2007. Surakarta

Rahmawati, F. 2002. Kajian Penulisan Resep: Tinjauan Aspek Legalitas dan

Kelengkapan Resep di Apotek-apotek Kotamadya Yogyakarta.

Yogyakarta: Majalah Farmasi Indonesia

Sandy, 2010. Skripsi: Studi kelengkapan Resep Obat Untuk Pasien Anak di

Apotek Wilayah Kecamatan Kartasura Bulan Oktober-Desember 2008.

Surakarta

Setiawati, A. 2007. Interaksi Obat, dalam Farmakologi dan Terapi Edisi 5.

Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia. Jakarta: Gaya Baru

Siregar, C.J.P,. 2004. Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC

Stockley, I. H. 2008. Stockley’s Drug Interaction Edisi Kedelapan. Great Britain:

Pharmaceutical Press

Syamsuni, H.A. 2006. Ilmu Resep. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Syamsuni, H.A. 2007. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC

Tatro, Editor, 2009. Drug Interaction Facts Fifth Edition. United States of

America: Wolters Kluwer Company

Thanacoody. 2012. Drug Interactions. Dalam Buku: Walker R dan Whittlesea,

Editor. Clinical Pharmacyand Therapeutics. Fifth Edition. London:

Churchill Livingstone Elsevier.

Wibowo, A. 2010. Skripsi: Analisis Kelengkapan Resep di Apotek Wilayah

Lamongan Bulan Februari2010. Surabaya

World Health Organization. 1994. The Contribution of the Family Doctor, WHO-

WONCA Conference 1994.

Page 73: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

58

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 1. Grafik Persentase Analisis Univariat

12% 88%

4,8%

95,2%

96,2%

3,8%

0% 88,2%

11,8%

100%

Gambar 1. Grafik persentase jumlah

kelengkapan data pasien Gambar 2. Grafik persentase jumlah

kejelasan penulisan nama obat

Gambar 3. Grafik persentase jumlah

kejelasan penulisan signa

Gambar 4. Grafik persentase jumlah

adanya paraf dokter dalam resep

Gambar 5. Grafik persentase

adanya resep yang

mengandung narkotik

Gambar 6. Grafik persentase

kesesuaian obat dengan formularium

Page 74: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

59

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(Lanjutan…)

67,2%

32,8%

73%

27%

68%

32%

96,5%

3,5%

91,5%

8,5%

49,2%

50,8%

Gambar 7. Grafik persentase kejelasan

penulisan dan ketepatan dosis obat

Gambar 8. Grafik persentase

kejelasan penulisan bentuk sediaan

Gambar 9. Grafik persentase kejelasan

penulisan rute pemberian obat

Gambar 10. Grafik persentase kejelasan

penulisan dan ketepatan frekuensi

pemberian obat

Gambar 11. Grafik persentase jumlah

ketercampuran obat (puyer) pada resep

Gambar 12. Grafik persentase terjadinya

interaksi obat pada resep

Page 75: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

60

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 2. Surat Persetujuan Pelaksanaan Penelitian di RUMKITAL

Dr. Mintohardjo

Page 76: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

61

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 3. Data Kelengkapan Resep

No NAMA

PASIEN

NO

RM

KEABSAHAN RESEP TERKAIT OBAT

Data Pasien Nama

Obat

Signa Tanda

Tangan

Legalitas Obat Dosis

Sediaan

Bentuk

Sediaan

Rute Pemberian

Frekwensi

Pemberian

Keter-

campuran

Obat

Efek

Samping

Interaksi

Obat Narkotik Sesuai

Formularium

Lengkap Tidak

Lengkap

Jelas Tidak

Jelas

Jelas Tidak

Jelas

Ada Tidak

ada

Ada Tidak

ada

Ya Tidak Jelas Tidak

Jelas

Jelas Tidak

Jelas

Jelas Tidak

Jelas

Jelas Tidak

Jelas

Ada Tidak

Ada

Ada Tidak

Ada

Ada Tidak

Ada

1 Ny. TK 111068 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

2 Ny. S 124525 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

3 Tn. BS 124524 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

4 Ny. H 119420 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

5 Tn. S 059291 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

6 Ny. M 116163 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

7 Ny. W 006389 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

8 Tn. M 124500 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

9 Tn. H 071845 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

10 Ny. J 012290 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

11 Ny. R 123637 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

12 Ny. S 020187 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

13 Ny. T 002917 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

14 Ny. R 110061 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

15 M. H 118606 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

16 Tn. H 123162 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

17 Ny. S 124321 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

61

Page 77: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

62

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

18 Ny. M 009820 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √

19 YY 124586 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

20 Ny. H 119420 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

21 Ny. S 115990 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

22 Ny. TS 120260 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

23 Tn. E 004337 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

24 Tn.K 122125 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

25 Ny. RR 119427 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

26 A 006533 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

27 Ny. R 007487 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

28 Ny. TD 003885 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

29 SW 116621 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

30 Ny. K 124117 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

31 TY 122047 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

32 Ny. J 026957 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

33 Ny. OL 122174 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

34 A 000007 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

35 R 124120 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

36 F 124223 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

37 Tn. MR 109507 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

38 Ny. S 114826 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

39 AD 074535 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

40 Ny. M 100104 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

62

Page 78: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

63

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

41 Ny. HU 125061 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √

42 Ny. H 073947 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

43 AAH 026326 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

44 Tn. S 005889 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

45 Ny. SS 001508 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

46 Ny. R 125489 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

47 Ny. WM 117531 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

48 Ny. G 053384 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

49 Ny. SB 008024 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

50 Ny. SH 013429 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

51 Tn. S 121348 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

52 Tn M 008467 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

53 Tn. S 122928 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

54 Tn. D 020181 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

55 Ny. S 117137 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

56 Ny. Y 119042 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

57 Tn. S 000688 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

58 E 005948 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

59 Tn. I 004814 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

60 Ny. M 101670 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

61 Tn. G 002423 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

62 Ny. F 082442 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

63 Ny. M 088430 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

63

Page 79: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

64

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

64 Tn. L 115383 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

65 Ny. MH 121191 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

66 Ny. M 023282 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

67 Tn. S 028212 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

68 Ny. S 115587 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

69 Tn. Y 112652 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

70 Ny. Y 016380 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

71 Tn. E 125374 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

72 SL 079759 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

73 DS 110182 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

74 Ny. R 118277 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

75 WM 117128 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

76 Tn. T 000670 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

77 Tn. T 116678 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

78 Ny. SS 117014 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

79 Ny. SS 122113 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

80 M 108910 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

81 Tn. VL 116402 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

82 Ny. II 085538 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

83 SS 085945 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

84 Ny. S 122440 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

85 Tn. BP 000197 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

86 Nn. TH 124981 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

64

Page 80: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

65

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

87 Tn. J 124635 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

88 Tn. M 018093 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

89 Ny. DI 123659 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

90 Tn. EE 124984 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

91 Ny. SE 079161 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

92 R 118228 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

93 Ny. Z 116100 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

94 Tn. AS 108001 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

95 Tn. BS 050641 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

96 Tn. S 119333 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

97 Ny. H 124048 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

98 Tn. MM 007600 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

99 Ny. S 008920 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

100 Tn. BB 007877 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

101 Ny. KM 115827 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

102 Nn. LS 117812 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

103 Tn. HD 014390 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

104 Ny. H 000593 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

105 Ny. K 115104 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

106 Ny. S 093027 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

107 Ny. A 124971 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

108 Ny. N 124889 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

109 Ny. L 124982 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

65

Page 81: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

66

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

110 Ny. S 124286 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

111 Ny. M 117354 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

112 Tn. P 005741 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

113 Ny. N 124787 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

114 Ny. JM 061580 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

115 Ny. S 021880 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

116 Ny. E 091677 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

117 Tn. SL 104013 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

118 Ny. A 007054 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

119 Tn. T 094558 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

120 Tn. S 103232 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

121 Tn. B 116970 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

122 Ny. E 086713 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

123 Tn. NS 004481 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

124 Ny. S 124995 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

125 Tn. M 108618 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

126 Ny. Y 124570 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

127 Tn. YH 004840 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

128 Tn. R 124028 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

129 Ny. N 006358 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

130 Tn. I 123486 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

131 Ny. DS 116839 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

132 Ny. TS 104889 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

66

Page 82: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

67

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

133 Ny. E 121128 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

134 Tn. H 121139 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

135 Ny. H 125027 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

136 Ny. SS 012764 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

137 Nn. A 118417 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

138 Tn. R 016033 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

139 Tn. M 001852 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

140 Tn. B 025751 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

141 Tn. D 050863 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

142 Ny. SN 109662 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

143 Tn. AA 123553 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

144 Tn. F 000105 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

145 Tn. I 116148 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

146 AW 018762 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

147 Ny. R 121274 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

148 AB 080255 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

149 Ny. A 001920 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

150 Ny. M 124146 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

151 Ny. RR 124163 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

152 Ny. AA 018856 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

153 Ny. U 124394 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

154 Ny. M 118429 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

155 LPS 122111 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

67

Page 83: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

68

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

156 Ny. R 016127 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

157 Tn. M 110717 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

158 Ny. S 123737 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

159 Ny. R 118413 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

160 Ny. EP 010716 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

161 Ny. K 057915 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

162 Tn. W 121654 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

163 Ny. ES 004257 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

164 Tn. M 124500 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

165 Tn. W 020128 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

166 Tn. PS 115110 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

167 Ny. E 000899 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

168 Ny. JM 061580 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

169 Ny. N 124787 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

170 Ny. M 117354 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

171 Tn. P 005741 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

172 Ny. W 004397 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

173 Tn. TW 074272 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

174 Ny. Ma 116693 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

175 Ny. NZ 071791 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

176 Ny. M 122355 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

177 Ny. N 059151 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

178 Ny. NM 075957 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

68

Page 84: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

69

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

179 Ny. AS 104939 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

180 Nn. I 115186 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

181 Ny. YR 119112 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

182 Ny. DM 123359 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

183 Ny. FJ 086504 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

184 Nn. MF 123323 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

185 Ny. W 009102 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

186 Ny. SE 108573 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

187 Tn. GG 125003 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

188 Ny. SS 005681 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

189 IB 123362 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

190 Tn. S 051677 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

191 Tn. M 084641 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

192 Ny. N 124572 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

193 Tn. ES 120292 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

194 Tn. AS 123308 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

195 Ny. SR 119807 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

196 Tn. MI 018093 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

197 Ny. L 124492 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

198 Ny. S 121394 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

199 Ny. S 007992 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

200 Ny. F 116440 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

201 Ny.TF 100188 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

69

Page 85: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

70

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

202 Ny. T 085358 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

203 Ny. J 016854 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

204 Tn. S 066861 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

205 Ny. PS 002641 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

206 Ny. M 000255 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

207 Ny. BS 007083 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

208 Tn. DP 005955 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

209 Ny. AM 000194 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

210 Ny. SF 000690 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

211 Tn. I 115184 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

212 Ny. S 117857 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

213 Ny. CB 007481 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

214 Tn. R 115218 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

215 Ny. S 105932 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

216 Ny. S 004016 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

217 Tn. U 052495 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

218 Ny. HF 122126 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

219 Tn. W 054573 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

220 Tn. I 118063 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

221 Tn. L 051929 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

222 Tn. SS 116424 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

223 Ny. SH 057790 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

224 Ny. II 002437 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

70

Page 86: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

71

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

225 Tn. D 116840 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

226 Ny. H 115211 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

227 Tn. AK 117678 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

228 Ny. S 107925 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

229 Ny. T 123988 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

230 Ny. D 021483 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

231 Tn. AN 125181 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

232 Ny. K 014743 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

233 Tn. B 118970 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

234 Ny. S 113481 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

235 Tn. ES 107926 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

236 Ny. S 004622 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

237 Ny. C 115269 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

238 Tn. SL 104015 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

239 Ny. A 014636 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

240 Tn. OP 013823 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

241 Ny. N 124556 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

242 Tn. H 123195 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

243 Ny. A 007064 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

244 Ny. LZ 005927 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

245 Tn. A 008166 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

246 Tn. W 020128 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

247 Ny. TM 050340 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

71

Page 87: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

72

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

248 Ny. EN 000001 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

249 Ny. H 103022 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

250 Tn. J 116952 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

251 Ny. LD 087649 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

252 Ny. S 111250 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

253 Tn. A 064793 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

254 Ny. EP 010756 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

255 Ny. Y 108402 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

256 Ny. S 124109 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

257 Ny. S 000373 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

258 Ny. N 105402 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

259 Tn. S 121926 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

260 Tn. H 05905 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

261 Ny. P 112541 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

262 An. K 085533 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

263 Tn. S 009491 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

264 Ny. K 110223 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

265 Tn. AM 123946 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

266 Tn. DZ 116614 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

267 Ny. R 006666 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

268 Ny. SS 003076 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

269 Tn. HS 006669 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

270 Tn. AT 008892 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

72

Page 88: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

73

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

271 Tn. S 004427 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

272 Ny. K 124605 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

273 Ny. Y 123678 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

274 Tn. I 116148 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

275 Ny. S 001315 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

276 Ny. E 091677 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

277 Ny. F 024900 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

278 Ny. TS 013936 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

279 Ny. EM 009686 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

280 Ny. Y 115720 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

281 Tn. A 123906 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

282 Tn. K 079412 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

283 Ny. TK 008836 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

284 Tn. B 010515 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

285 Tn. AM 106634 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

286 Ny. R 123659 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

287 An. L 074201 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

288 Ny. GK 124404 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

289 Tn. M 024140 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

290 Tn. S 099795 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

291 Tn. S 008145 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

292 Tn. SW 055760 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

293 Ny. S 050684 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

73

Page 89: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

74

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

294 Ny. W 012494 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

295 Ny. SS 124403 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √ √

296 Ny. C 095112 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

297 An. R 115870 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

298 Ny. S 081002 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

299 Ny. LL 124247 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

300 Ny. SY 110040 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

301 Tn. M 122885 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

302 Ny. SW 102198 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

303 Tn. N 097272 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

304 Ny. M 002408 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

305 Ny. SH 088932 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

306 Tn. T 000817 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

307 Tn. L 116958 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

308 Ny. M 093018 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

309 Ny. P 103409 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

310 Ny. SS 124387 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

311 Tn. BN 117812 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

312 Ny. D 102310 √ √ √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

313 Ny. S 5137 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

314 Ny. Z 092191 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

315 Ny. RI 111068 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

316 Tn. G 109335 √ √ √ √ - - √ √ √ √

√ √ √ √

74

Page 90: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

75

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

317 Ny. S 009733 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

318 Tn. S 115923 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

319 Tn. T 006443 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

320 Ny. S 008271 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

321 Ny. ID 112714 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

322 Tn. S 003017 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

323 Tn. B 021341 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

324 Tn. AT 017855 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

325 Tn. S 116505 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

326 Tn. RY 014377 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

327 Tn. RL 105673 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

328 Tn. SR 075907 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

329 Ny. S 124159 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

330 Tn. S 002887 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √ √

331 Ny. M 123680 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

332 Tn. M 124655 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

333 Tn. HM 123918 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

334 Ny. S 004206 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

335 Ny. IP 116902 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

336 Ny. M 108811 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

337 Ny. S 106558 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

338 Tn. L 008838 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

339 Ny. I 084079 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

75

Page 91: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

76

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

340 A 119694 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

341 Tn. MA 013388 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

342 Tn. TR 121609 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

343 Ny. V 124383 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

344 Ny. II 119125 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

345 Ny. TI 108893 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

346 Tn. AN 125019 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

347 Nn. NK 083964 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

348 Ny. SA 067873 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

349 Ny. SS 124419 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

350 Ny. F 125018 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

351 Ny. A 090596 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

352 Tn. M 112516 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

353 Tn. IP 047181 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

354 Tn. HF 108196 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

355 Tn. IF 125016 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

356 Tn. W 124183 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

357 Nn. S 124995 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

358 Ny. MS 117545 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

359 B 124169 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

360 An. MZ 117974 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

361 Tn. EC 119144 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

362 Tn. S 008589 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

76

Page 92: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

77

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

363 Ny. JP 110213 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

364 Ny. N 115665 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

365 Tn. M 094052 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

366 Tn. W 003243 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

367 Tn. AF 087157 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

368 Tn. R 118338 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

369 Ny. K 003481 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

370 Ny. AA 061793 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

371 Ny. I 095524 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

372 Tn. AR 115054 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

373 Tn. SS 019356 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

374 Tn. H 018000 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

375 Tn. D 116042 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

376 Tn. NS 091171 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

377 Tn. S 002985 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

378 Tn. W 086745 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

379 Tn. S 115923 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

380 Tn. MN 125300 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

381 Ny. N 122895 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

382 Tn. SI 006072 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

383 Ny. S 122854 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

384 Tn. PS 005110 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

385 Tn. IS 111669 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

77

Page 93: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

78

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

386 Tn. M 011278 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √

387 Ny. SR 006747 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

388 Ny. A 002713 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

389 Tn. CS 123002 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

390 Tn. K 110714 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

391 Tn. D 121153 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

392 Ny. M 124189 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

393 Ny. M 122944 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

394 Ny. S 029650 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

395 Ny. R 055133 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

396 Ny. IW 005186 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

397 Ny. M 123216 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

398 Ny. TS 124260 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

399 Ny. S 116437 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

400 Tn. S 001883 √ √ √ √ - - √ √ √ √ √ √ √ √

78

Page 94: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

79

Lampiran 4. Data Distribusi Interaksi Obat Kategori

Obat

Interaksi Obat Efek Tingkat

Keparahan

Mekanisme

Interaksi

Jumlah

Resep

Kombinasi 2 Obat

Cefadroxil + Ka. Diklofenak Cefadroxil meningkatkan efek Ka. Diklofenak

Minor Tidak diketahui 3

Ciprofloxacin + Asam Mefenamat

Meningkatkan resiko stimulasi SSP dan kejang dengan dosis tinggi

Moderat Tidak diketahui 7

Methyl Prednisolon + Loratadin

Loratadin meningkatkan efek methyl prednisolon. Sedangkan Methyl prednisolon menurunkan efek loratadin

Mayor Tidak diketahui 2

Amlodipin + Bisoprolol Concor dan amlodipin meningkatkan kanal bloking anti hipertensi

Moderat Farmakodinamik 3

Bisoprolol + Valsartan Bisoprolol dan Valsartan keduanya meningkatkan serum potasium dan jika digunakan pada wanita hamil maka dapat memberikan resiko terhadap janin

Moderat Farmakodinamik (sinergis)

1

Risperidon + Trihexipenidil Risperidon meningkatkan efek trihexipenidil secara sinergis

Moderat Farmakodinamik (Sinergis)

1

Cefadroxil + Asam Mefenamat

Cefadroxil meningkatkan efek Asam mefenamat

Minor Tidak diketahui 4

Novomix + Metformin Novomix dan metformin, salah satunya meningkatkan efek obat lain

Mayor Farmakodinamik (sinergis)

1

Candesartan + Bisoprolol Candesartan dan Bisoprolol, keduanya meningkatkan serum potasium

Mayor Farmakodinamik (sinergis)

1

Risperidon + Trihexypenidil Risperidon meningkatkan efek Trihexyfenidil

Moderat Farmakodinamik (sinergis)

1

Lansoprazol + Sukralfat Sukralfat menurunkan efek Lansoprazol dengan menginhibisi absorbs GI

Minor Farmakokinetik 1

Asam Mefenamat + Na. Diklofenak

Asam Mefenamat dan Na. Diklofenak, keduanya meningkatkan antikoagulan dan serum potasium

Minor Farmakodinamik 1

Levofloxacin + Asam Mefenamat

Meningkatkan resiko stimulasi CNS dan kejang

Mayor Tidak diketahui 1

Levodopa + Trihexypenidil Dalam dosis yang tinggi, terjadinya penurunan antikolinergik pada absorpsi GI

Minor Tidak diketahui 1

Candesartan + Aspirin Candesartan dan Aspirin, keduanya meningkatkan serum potasium

Mayor Tidak diketahui 1

Kombinasi 3 Obat

Methyl Prednisolon + Na. Diklofenak + Ketese

Natrium diklofenak dan Methyl prednisolon, salah satunya meningkatkan toksisitas obat lain

Mayor Farmakodinamik (Sinergis)

1

Page 95: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

80

INH + Rifampin + Ethambutol

Rifampin meningkatkan toksisitas dari INH dengan meningkatkan metabolisme

Mayor Tidak diketahui 1

Methyl Prednisolon + Na. Diklofenak+Cyanocobalamin

Natrium diklofenak dan Methyl prednisolon, salah satunya meningkatkan toksisitas obat lain

Moderat Farmakodinamik (Sinergis)

1

Diklofenak + Tramadol + Diazepam

Tramadol dan Diazepam keduanya meningkatkan efek sedasi

Moderat Tidak diketahui 2

Ciprofloxacin + C. Xytrol + Asam Mefenamat

Ciprofloxacin dan asam mefenamat keduanya Meningkatkan resiko stimulasi SSP dan kejang dengan dosis tinggi

Moderat Tidak diketahui 1

Candesartan + Meloxicam + Nitrogliserin

Meloxicam menurunkan efek dari candesartan pada vasodilatasi prostaglandin ginjal

Moderat Farmakodinamik (Antagonis)

1

Clopidogrel + Simvstatin + Amlodipin

Amlodipin menghambat metabolisme simvastatin sehingga konsentrasi metabolit aktif simvastatin meningkat dalam plasma

Mayor Tidak diketahui 1

Diovan + Meloxicam + Ranitidin

Diovan dan Meloxicam keduanya meningkatkan serum potasium

Minor Farmakodinamik 1

Amlodipin + Diovan + Diklofenak

Diovan dan Diklofenak keduanya meningkatkan serum potasium

Moderat Farmakodinamik 1

Amlodipin + Diovan + Bisoprolol

Diovan dan Bisoprolol, keduanya meningkatkan serum potasium Bisoprolol dan amlodipin meningkatkan kanal bloking anti hipertensi

Mayor

Moderat

Farmakodinamik (Sinergis) Farmakodinamik

2

Asetosal + Sohobion + Candesartan-

Asetosal menurunkan efek dari sohobion dengan menginhibisi absorbsi GI Asetosal menurunkan efek candesartan

Minor

Mayor

Farmakokinetik Farmakodinamik (antagonis)

1

Candesartan + Bisoprolol + Clopidogrel

Bisoprolol dan Candesartan keduanya meningkatkan serum potasium dan jika digunakan pada wanita hamil maka dapat memberikan resiko terhadap janin

Moderat Farmakodinamik (Sinergis)

1

Fenitoin + As. Valproat + Asam Folat

Asam folat menurunkan efek penitoin dengan meningkatkan metabolisme penitoin. Asam valproat meningkatkan efek Fenitoin pada saat peningkatakn metabolisme enzim hati CYP2C9/10

Minor

Moderat

Farmakokinetik Tidak diketahui

1

Risperidon + Hexymer + Clorilex

Clorilex meningkatkan efek Hexymer secara sinergis

Mayor

Farmakodinamik (Sinergis)

1

Page 96: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

81

Risperidon meningkatkan efek Hexymer secara sinergis Risperidon dan Clorilex keduanya meningkatkan sedasi

Moderet

Mayor

Farmakodinamik (Sinergis) Tidak diketahui

Ranitidin + Methyl Prednison + na. Diklofenak

Methyl Prednison dan natrium Diklofenak keduanya meningkatkan toksisitas

Moderat Farmakodinamik (Sinergis)

3

Rhinofed + Na. Diklofenak + Methyl Prednison

Methyl Prednison dan natrium Diklofenak keduanya meningkatkan toksisitas

Mayor Farmakodinamik (Sinergis)

1

Omeprazol + Alprazolam + Sukralfat

Omeprazol meningkatkan efek dari alprazolam dengan menurunkan metabolisme alprazolam

Minor

Farmakokinetik

1

Na. Diklofenak + Tramadol + Diazepam

Tramadol dan Diazepam, keduanya meningkatkan sedasi

Moderet Tidak diketahui 1

Na. Diklofenak + Methyl Prednison + Diazepam

Methylprednisolon menurunkan efek diazepam dengan mempengaruhi metabolisme CYP3A4 pada enzim hati/usus Na. Diklofenak dan Methyl Prednison, salah satunya meningkatkan toksisitas dari obat yang lainnya

Mayor

Mayor

Tidak diketahui Farmakodinamik (sinergis)

1

Diazepam + As. Folat + Haloperidol

Diazepam dan Haloperidol keduanya meningkatkan sedasi

Mayor Tidak diketahui 1

Ciprofloxacin + Rhinofed + Na. diklofenak

Na. Diklofenak dan Ciprofloxacin salah satunya meningkatkan resiko stimulasi CNS dan kejang dengan penggunaan dosis tinggi

Minor

Tidak diketahui 2

PCT + Diazepam + Tramadol

Tramadol dan Diazepam, keduanya meningkatkan sedasi Diazepam menurunkan efek PCT dengan meningkatkan metabolisme

Mayor

Minor

Tidak diketahui Farmakokinetik

1

Carbamazepin + Tramadol + Amitriptilin

Karbamazepin menurunkan efek Tramadol dan Amitriptilin dengan mempengaruhi metabolisme CYP3A4 pada enzim hati/usus Amitriptilin dan Tramadol keduanya meningkatkan sedasi

Mayor

Minor

Minor

Farmakokinetik Farmakokinetik Farmakodinamik

1

Diovan + Bisoprolol + Aspirin

Aspirin menurunkan efek Bisoprolol Valsartan dan Bisoprolol keduanya meningkatkan serum potasium Aspirin menurun efek valsartan

Mayor

Mayor

Moderet

Farmakodinamik (antagonis) Farmakodinamik (sinergis) Farmakodinamik (antagonis)

1

Asam mefenamat + Diazepam + Tramadol

Diazepam dan Tramadol keduanya meningkatkan sedasi

Mayor Farmakodinamik (sinergis)

1

Meloxicam + Tramadol + Diazepam

Diazepam dan Tramadol keduanya meningkatkan sedasi

Mayor Farmakodinamik (sinergis)

1

Page 97: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

82

Amoxicillin + Klorampenikol + Asam mefenamat

Klorampenikol menurunkan efek Amoxicillin

Minor Farmakodinamik ( antagonis)

1

Diazepam + Na. Diklofenak + Asam Mefenamat

Na. Diklofenak dan Asam mefenamat, keduanya meningkatkan antikoagulan dan serum potasium

Minor Farmakodinamik (sinergis)

1

Cefadroxil + Asam Mefenamat + Klorampenikol

Klorampenikol menurunkan efek Cefadroxil Cefadroxil meningkatkan efek Asam Mefenamat

Minor

Minor

Farmakodinamik (antagonis) Tidak diketahui

1

Alprazolam + Buscopan + Omeprazol

Omeprazol meningkatkan efek Alprazolam dengan menurunkan metabolisme

Minor Tidak diketahui 1

Meloxicam + Ranitidin + Asam Mefenamat

Asam Mefenamat dan Meloxicam, keduanya meningkatkan antikoagulan dan serum potasium

Minor Farmakodinamik (sinergis)

1

Tramadol + Valsartan + Na. Diklofenak

Valsartan dan Na. Diklofenak keduanya meningkatkan serum potasium dan salah satunya meningkatkan toksisitas obat yang lain

Minor Farmakodinamik (antagonis)

1

Flutikason + Spiriva + Combivent

Spiriva dan Combiven, keduanya menurunkan efekkolinergik

Mayor Tidak diketahui 1

Humalog + Glimepirid + Simvastatin

Humalog dan Glimepirid, salah satunya meningkatkan efek dari obat yang lain

Mayor Farmakodinamik (sinergis)

1

Cefadroxil + Kloramfenikol + Asam Mefenamat

Kloramfenikol menurunkan efek Cefadroxil Cefadroxil meningkatkan efek Asam Mefenamat

Mayor

Mayor

Farmakodinamik (antagonis) Farmakodinamik

1

Lansoprazol + Sukralfat + Alprazolam

Sukralfat menurunkan efek Lansoprazol dengan menginhibisi absorbs GI

Minor Farmakokinetik 1

Gabapentin + Na. Diklofenak + Mekobalamin

Gabapentin menurunkan efek Mekobalamin dengan menginhibisi absorpsi GI

Minor Farmakokinetik 1

Meloxicam + Methyl Prednisolon + Ranitidin

Meloxicam dan methyl Prednisolon, salah satunya meningkatkan toksisitas obat lain

Moderet Farmakodinamik (sinergis)

1

Lantus + Neurodex + Gabapentin

Gabapentin menurunkan efek Neurodex dengan menginhibisi absorpsi GI

Minor Farmakokinetik 1

Simvastatin + Aspirin + Amlodipin

Amlodipin meningkatkan efek Simvastatin

Mayor Tidak diketahui 1

Diovan + Bisoprolol + Spironolacton

Diovan dan Bisoprolol, keduanya meningkatkan serum potasium Bisoprolol dan Spironolacton, keduanya meningkatkan serum potasium

Mayor

Mayor

Farmakodinamik (sinergis) Farmakodinamik (sinergis)

1

Candesartan + Amlodipin + Amlodipin meningkatkan efek Mayor Tidak diketahui 1

Page 98: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

83

Simvastatin Simvastatin

Amlodipin + Candesartan + Bisoprolol

Bisoprolol dan Amlodipin, keduanya meningkatkan anti-hipersensitivitas kanal bloker Bisoprolol dan Candesartan keduanya meningkatkan serum potasium

Moderat

Mayor

Farmakodinamik (sinergis) Farmakodinamik (sinergis)

1

Bisoprolol + Aspirin + ISDN Aspirin menurunkan efek Bisoprolol

Mayor Farmakodinamik (antagonis)

1

Amlodipin + Diovan + Simvastatin

Amlodipin meningkatkan efek Simvastatin Simvastatin meningkatkan efek Diovan

Mayor

Mayor

Tidak diketahui Tidak diketahui

1

Adalat + Bisoprolol + Candesartan

Candesartan dan Bisoprolol keduanya meningkatkan serum potasium Bisoprolol dan Adalat keduanya meningkatkan anti-hipersensitivitas kanal bloker

Mayor

Mayor

Farmakodinamik (sinergis) Farmakodinamik (sinergis)

1

Amlodipin + Candesartan + Aspirin

Aspirin dan Candesartan keduanya meningkatkan serum potasium

Mayor Farmakodinamik (antagonis)

1

Kombinasi 4 Obat

Simvastatin + Amlodipin-Neurodex + Asam Folat

Amlodipin meningkatkan efek Simvastatin

Mayor Tidak diketahui 1

Meloxicam + Asam Mefenamat + Diazepam-Ergotamin

Meloxicam dan Asam Mefenamat keduanya meningkatkan serum potasium dan antikoagulan

Minor Farmakodinamik 1

Tramadol + Diazepam + As. Mefenamat + Ranitidin

Tramadol dan Diazepam keduanya meningkatkan sedasi

Mayor Farmakodinamik 1

Meloxicam + Diazepam + Neurodex + Asam Mefenamat

Meloxicam dan Asam Mefenamat keduanya meningkatkan serum potasium dan antikoagulan

Minor Farmakodinamik 1

Aspirin-Simvastatin-Ka. Diklofenak-As. Folat

Aspirin dan Ka. Diklofenak keduanya meningkatkan serum potasium dan antikoagulan Aspirin menurunkan efek Asam Folat dengan menginhibisi absorpsi GI

Minor

Minor

Farmakodinamik Farmakokinetik

1

Furosemid + Lisinopril + Amlodipin + Spironolakton

Lisinopril dan Spironolakton meningkatkan resiko hiperkalemia Furosemid dan Lisinopril beresiko terjadinya hipotensi akut Spironolakton meningkatkan sedangkan Furosemid menurunkan serum potasium

Mayor

Mayor

Mayor

Farmakodinamik (sinergis) Farmakodinamik (sinergis) Farmakodinamik (antagonis)

1

Bisoprolol + Amlodipin + Candesartan + Nitrogliserin

Candesartan dan Bisoprolol keduanya meningkatkan serum potasium Bisoprolol dan Amlodipin keduanya meningkatkan hipersensitivitas kanal bloker

Mayor

Mayor

Farmakodinamik (sinergis) Farmakodinamik (sinergis)

1

Page 99: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

84

Adalat + Bisoprolol + Lansoprazol + Sukralfat

Adalat dan Bisoprolol keduanya meningkatkan hipersensitivitas kanal bloker Sukralfat menurunkan efek Lansoprazol dengan menginhibisi absorpsi GI

Mayor

Minor

Farmakodinamik Farmakokinetik

1

Amlodipin + Bisoprolol + Nitrogliserin + Asetosal

Asetosal menurunkan efek Bisoprolol Amlodipin dan Bisoprolol keduanya meningkatkan hipersensitivitas kanal bloker

Moderet

Mayor

Farmakodinamik (sinergis) Farmakokinetik

1

Nitrogliserin + Furosemid- + Asetosal + Spironolakton

Asetosal meningkatkan sedangkan Furosemid menurunkan serum potasium Asetosal dan Spironolakton keduanya meningkatkan serum potasium Spironolakton meningkatkan sedangkan Furosemid menurunkan serum potasium

Minor

Moderat

Mayor

Farmakodinamik (antagonis) Farmakodinamik Farmakodinamik (antagonis)

1

Aspirin + Amlodipin + Valsartan + Sohobion

Aspirin menurunkan efek Valsartan Aspirin menurunkan efek Sohobion dengan menginhibisi absorpsi GI

Mayor

Minor

Tidak diketahui Farmakokinetik

1

Glimepirid + Metformin + Laxadin + Neurodex

Metformin menurunkan efek Neurodex

Minor Tidak diketahui 1

Bisoprolol + Amlodipin + Candesartan + Aspirin

Aspirin menurunkan efek Candesartan Aspirin menurunkan efek Bisoprolol Candesartan dan Bisoprolol, keduanya meningkatkan serum potasium Bisoprolol dan Amlodipin, keduanya meningkatkan hipersensitivitas kanal bloker

Mayor

Mayor

Moderat

Minor

Farmakodinamik (antagonis) Farmakodinamik (antagonis) Farmakodinamik Farmakodinamik

1

As. Mefenamat + Diazepam + Tabrosan + Levofloxacin

As. Mefenamat dan Levofloxacin beresiko terhadap stimulasi CNS dan kejang

Mayor Tidak diketahui 1

Aspirin + Neurodex + Na. Diklofenak + HCT

Aspirin dan HCT keduanya menurunkan serum potasium Aspirin dan Na. Diklofenak keduanya meningkatkan antikoagulan dan serum potasium Na. Diklofenak meningkatkan sedangkan HCT menurunkan serum potasium Aspirin menurunkan efek Neurodex dengan cara menginhibisi absorpsi GI

Minor

Minor

Mayor

Minor

Farmakodinamik (sinergis) Farmakodinamik (sinergis) Farmakodinamik (Antagonis) Farmakodinamik (Antagonis)

1

Page 100: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

85

Rifampin + INH + Etambutol + Dexanta

Rifampin meningkatkan toksisitas INH dengan meningkatkan metabolisme Dexanta menurunkan efek INH dengan menginhibisi absorpsi GI Dexanta meningkatkan efek etambutol pada saluran GI

Mayor

Mayor

Mayor

Farmakokinetik Farmakokinetik Tidak diketahui

1

Na. Diklofenak + Tramadol + Amitriptilin + Ranitidin

Tramadol dan Amitriptilin, keduanya sedasi dan serotonin

Mayor Tidak diketahui 1

Na. Diklofenak + Tramadol + Diazepam + Ranitidin

Tramadol dan Amitriptilin, keduanya sedasi dan serotonin

Moderat Tidak diketahui 1

Ciprofloxacin + Rhinofed + Na. Diklofenak + CTM

CTM meningkatkan sedangkan Rhinofed menurunkan sedasi Na. Diklofenak dan Ciprofloxacin, salah satunya meningkatkan resiko stimulasi CNS dan kejang

Mayor

Mayor

Farmakodinamik (antagonis) Tidak diketahui

1

Tramadol + PCT + Diazepam + Amlodipin

Diazepam dan Tramadol keduanya meningkatkan sedasi Diazepam menurunkan efek PCT dengan meningkatkian metabolisme

Mayor

Minor

Tidak diketahui Farmakokinetik

1

Na. Diklofenak + Tramadol + Diazepam + Neurobion

Tramadol dan Diazepam keduanya meningkatkan sedasi

Mayor Tidak diketahui 1

Na. Diklofenak + Tramadol + Diazepam + Syr. OBH

Tramadol dan Diazepam keduanya meningkatkan sedasi

Mayor Tidak diketahui 1

Na. Diklofenak + Ranitidin + PCT + Gabapentin

Gabapentin menurunkan efek PCT dengan meningkatkan metabolisme

Minor Farmakokinetik 1

Diovan + Verapamil + Omeprazol + Neurodex

Omeprazol menurunkan efek Neurodex dengan menginhibisi absorpsi GI

Minor Farmakokinetik 1

Adalat + Methyl Prednison + Na. Diklofenak + Tramadol

Adalatmeningkatkan efek Methyl Prednison dengan mempengaruhi metabolisme CYP3A4 pada enzim hati/usus Na. Diklofenak dan Methyl Prednison, salah satunya meningkatkan toksisitas obat yang lain

Minor

Moderat

Farmakokinetik Farmakodinamik

1

Aspirin + ISDN + Bisoprolol + Amlodipin

Aspirin menurunkan efek Bisoprolol dengan menurunkan sintesis prostaglandin Bisoprolol dan Amlodipin keduanya meningkatkan serum potasium

Mayor

Mayor

Farmakodinamik (antagonis) Farmakodinamik (Sinergis)

1

Amlodipin + Valsartan + Gabapentin + Neurodex

Gabapentin menurunkan efek Neurodex dengan menginhibisi absorpsi GI

Minor Tidak diketahui 1

Haloperidol + Trihexypenidil + Asam Folat + Piracetam

Haloperidol meningkatkan efek Trihexypenidil

Mayor Farmakodinamik (sinergis)

1

Page 101: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

86

Amlodipin + Noperten + Bisoprolol + Lansoprazol

Bisoprolol dan Amlodipin keduanya meningkatkan anti hipersensitivitas kanal blocker

Mayor farmakodinamik 1

Digoxin + Candesartan + Aspirin + Simvastatin

Simvastatin meningkatkan efek digoxin

Mayor Tidak diketahui 1

Fenitoin + Asam Folat + PCT + Klobazam

Asam Folat menurunkan efek Fenitoin dengan meningkatkan metabolisme Fenitoin menurunkan efek PCT dengan meningkatkan metabolisme

Minor

Minor

Tidak diketahui Tidak diketahui

1

Candesartan + Neurodex + Aspirin + Na. Diklofenak

Aspirin dan Na.Diklofenak keduanya meningkatkan koagulan dan serum potasium Aspirin menurunkan efek Candesartan Na. Diklofenak menurunkan efek Candesartan Aspirin menurunkan efek Neurodex dengan menginhibisi absorpsi GI

Minor

Mayor

Mayor

Minor

Farmakodinamik Farmakodinamik (antagonis) Farmakodinamik (antagonis) Farmakokinetik

1

Metformin + Amlodipin + Valsartan + Neurodex

Metformin menurunkan efek Neurodex

Minor Tidak diketahui 1

Diaversa + Metformin + Amlodipin + Sohobion

Metformin menurunkan efek Sohobion

Minor Tidak diketahui 1

Metformin + Glimepirid + Gemfibrozil + Aspirin

Aspirin meningkatkan efek Glimepirid Gemfibrozil meningkatkan efek Glimepirid Aspirin meningkatkan efek Glimepirid

Minor

Moderat

Mayor

Tidak diketahui Farmakodinamik Farmakodinamik

1

Na. Diklofenak + Tramadol + Diazepam + Allopurinol

Tramadol dan Diazepam keduanya meningkatkan efek sedasi

Mayor Tidak diketahui 1

Lantus + Metformin + Amlodipin + Sohobion

Metformin menurunkan efek Sohobion Lantus dan Metformin, salah satunya meningkatkan efek obat lain

Minor

Mayor

Tidak diketahui Farmakodinamik (sinergis)

1

Hexymar + Sifrol + Pardos + Aspirin

Sifrol dan Pardos keduanya meningkatkan efek dopaminergik Hexymar dan Pardos (dalam dosis tinggi), dapat menurunkan efek antikolinergik

Minor

Mayor

Tidak diketahui Tidak diketahui

1

Furosemid + Spironolacton + Levofloxacin + Candesartan

Spironolacton dan Candesartan, keduanya meningkatkan serum potasium Furosemid dan Candesartan, keduanya meningkatkan serum potasium Furosemid dan Spironolacton,

Mayor

Mayor

Mayor

Tidak diketahui Tidak diketahui Tidak diketahui

1

Page 102: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

87

keduanya meningkatkan serum potasium

Amlodipin + Diovan + Simvastatin + Neurodex

Amlodipin meningkatkan efek Simvastatin Simvastatin meningkatkan efek Diovan

Mayor

Mayor

Farmakodinamik Farmakodinamik

1

Diaversa + Metformin + Meloxicam + Ranitidin

Ranitidine meningkatkan efek Metformin Meloxicam meningkatkan efek Diaversa

Mayor

Minor

Farmakodinamik Tidak diketahui

1

Amlodipin + Candesartan + Clopidogrel + Bisoprolol

Amlodipin dan Bisoprolol keduanya meningkatkan anti hipersensitivitas kanal blocker Candesartan dan Bisoprolol, keduanya meningkatkan serum potasium

Mayor

Minor

Farmakodinamik Farmakodinamik

1

Amlodipin + Bisoprolol + Omeprazol + Sukralfat

Amlodipin dan Bisoprolol keduanya meningkatkan anti hipersensitivitas kanal blocker

Mayor Farmakodinamik 1

Aspirin + Asam Folat + Neurodex + Diovan

Aspirin menurunkan efek Diovan Aspirin menurunkan efek Neurodex dengan menginhibisi absorpsi GI Aspirin menurunkan efek Asam Folat dengan menginhibisi absorpsi GI

Mayor

Minor

Minor

Farmakodinamik (antagonis) Farmakokinetik Tidak diketahui

1

Tyarit + Simvastatin + Clopidogrel + Metformin

Tyarit meningkatkan toksisitas Simvastatin dengan menurunkan metabolisme Tyarit meningkatkian efek Metformin

Mayor

Mayor

Tidak diketahui Tidak diketahui

1

Novorapid + Levemir + Adalat + Metformin

Novorapid dan Metformin, salah satunya meningkatkan efek obat lain Adalat meningkatkan efek Metformin

Moderat

Minor

Farmakodinamik (sinergis) Tidak diketahui

1

Aspirin + Bisoprolol + Simvastatin + Asam Mefenamat

Aspirin dan Asam Mefenamat, keduanya meningkatkan serum potasium dan antikoagulan Aspirin menurunkan efek Bisoprolol Asam Mefenamat menurunkan efek Bisoprolol

Minor

Mayor

Mayor

Farmakodinamik (sinergis) Farmakodinamik (antagonis) Farmakodinamik (antagonis)

1

Amlodipin + Diovan + Aspirin + Gemfibrozil

Aspirin menurunkan efek Diovan Gemfibrozil meningkatkan efek Diovan

Mayor

Mayor

Farmakodinamik (antagonis) Tidak diketahui

1

Simarc + Candesartan + Tyarit + Amlodipin

Tyarit meningkatkan efek Simarc dengan menurunkan metabolisme

Mayor Tidak diketahui 1

Kombinasi 5 Obat

Amlodipin + Asam Mefenamat + Antasida +

Tramadol dan Diazepam, keduanya meningkatkan sedasi

Mayor Tidak diketahui 1

Page 103: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

88

Tramadol + Diazepam

Combivent + Teofilin + Cefadroxil + Albuterol + Methyl Prednison

Methyl Prednison menurunkan efek Teofilin

Mayor Farmakokinetik 1

Bisoprolol + Amlodipin + Lansoprazol + Lisinopril + Antasida

Antasida menurunkan efek Lisinopril Antasida menurunkan efek Bisoprolol dengan menginhibisi absorpsi GI Bisoprolol dan Amlodipin, keduanya meningkatkan anti-hipersensitivitas kanal bloker

Mayor

Mayor

Mayor

Tidak diketahui Farmakokinetik Farmakodinamik

1

Amlodipin + Bisoprolol + Lisinopril + Isosorbid Dinitrat + Aspirin

Aspirin menurunkan efek Lisinopril Aspirin menurunkan efek Bisoprolol Amlodipin dan Bisoprolol, keduanya meningkatkan anti-hipersensitivitas kanal bloker

Mayor

Minor

Mayor

Farmakodinamik (antagonis) Farmakodinamik (antagonis) Farmakodinamik (sinergis)

1

Clopidogrel + Aspirin + Bisoprolol + Simvastatin + Lansoprazol

Aspirin menurunkan efek Bisoprolol Clopidogrel dan Aspirin, salah satunya meningkatkan toksisitas obat lain Lansoprazol menurunkan efek Clopidogrel dengan mempengaruhi metabolisme enzim hati CYP2C19

Mayor

Mayor

Mayor

Farmakodinamik (antagonis) Farmakodinamik (antagonis) Farmakokinetik

1

Diovan + Amlodipin + Furosemid + Aldacton + Bisoprolol

Aldacton meningkatkan sedangkan Furosemid menurunkan serum potasium Diovan dan Aldacton, keduanya meningkatkan serum potasium Diovan dan Furosemid, keduanya meningkatkan serum potasium Bisoprolol dan Amlodipin, keduanya meningkatkan anti-hipersensitivitas kanal bloker Bisoprolol dan Aldacton keduanya meningkatkan serum potasium Bisoprolol dan Diovan beresiko terjadinya pendarahan Bisoprolol meningkatkan sedangkan Furosemid menurunkan serum potasium

Minor

Mayor

Minor

Mayor

Mayor

Mayor

Mayor

Farmakodinamik (antagonis) Farmakodinamik (sinergis) Tidak diketahui Farmakodinamik (sinergis) Tidak diketahui Farmakodinamik (sinergis) Farmakodinamik (antagonis)

1

Dexametason + Lidokain + Omeprazol + Dopamin + Ranitidin

Dexametason menurunkan efek Omeprazol dengan mempengaruhi metabolisme CYP3A4 pada enzim hati/usus Omeprazol menurunkan efek Lidokain dengan mempengaruhi

Minor

Minor

Farmakokinetik Farmakokinetik

1

Page 104: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

89

metabolisme CYP1A2 pada enzim hati

Metformin + Actos + Aspirin + Sohobion + Simvastatin

Aspirin menurunkan efek Sohobion dengan menginhibisi absorpsi GI Metformin menurunkan efek Sohobion

Minor

Minor

Farmakokinetik Farmakokinetik

1

Metformin + glipizid + Gemfibrozil + Candesartan + Amlodipin

Gemfibrozil meningkatkan efek Glipizid dan beresiko terjadinya hipoalbuminemia

Mayor Tidak diketahui 1

Candesartan + Neurodex + Aldacton + Carvedilol + Omeprazol

Carvedilol dan Aldactone,keduanya meningkatkan serum potasium Carvedilol dan Candesartan keduanya meningkatkan serum potasium Candesartan dan Aldacton, keduanya meningkatkan serum potasium Omeprazol menurunkan efek Neurodex dengan menginhibisi absorpsi GI Omeprazol meningkatkan efek Carvedilol dengan mempengaruhi metabolisme CYP2C9 pada enzim hati

Minor

Mayor

Mayor

Minor

Minor

Farmakodinamik Farmakodinamik (sinergis) Farmakodinamik Farmakokinetik Farmakokinetik

1

Amlodipin + Diovan + Meloxicam + Osteocal + Neurodex

Meloxicam menurunkan efek Valsartan Osteocal menurunkan efek Amlodipin

Mayor

Mayor

Farmakodinamik (antagonis) Farmakodinamik (antagonis)

1

Candesartan + Bisoprolol + Neurodex + Omeprazol + Papaverin

Candesartan dan Bisoprolol, keduanyan meningkatkan serum potasium Omeprazol menurunkan efek Neurodex dengan menginhibisi absorpsi GI

Mayor

Minor

Farmakodinamik (sinergis) Farmakokinetik

1

Simarc + Digoxin + Candesartan + Amlodipin + Aldacton

Aldacton menurunkan efek Simarc Aldacton meningkatkan efek Digoxin dan keduanya meningkatkan serum potasium Candesartan dan Aldacton keduanya meningkatkan serum potasium Candesartan dan Digoxin keduanya meningkatkan serum potasium

Mayor

Minor

Mayor

Mayor

Farmakokinetik Tidak diketahui Farmakodinamik Farmakodinamik

1

Simvastatin + Amlodipin Aspirin + Meloxicam + Neurodex

Amlodipin meningkatkan efek Simvastatin Aspirin menurunkan efek Neurodex dengan cara menginhibisi absorpsi GI

Mayor

Minor

Tidak diketahui Farmakokinetik

1

Page 105: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

90

Aspirin dan Meloxicam keduanya meningkatkan serum 1potasium dan antikoagulan

Minor Farmakodinamik

Amlodipin + Diovan + Sukralfat + Omeprazol + Simvastatin

Amlodipin meningkatkan efek Simvastatin Simvastatin meningkatkan efek Valsartan

Mayor

Mayor

Tidak diketahui Tidak diketahui

1

Asetosal + Amlodipin + Neurodex + Karbamazepin + Alprazolam

Karbamazepin meningkatkan efek alprazolam dengan mempengaruhi metabolisme CYP3C4 pada enzim hati/usus Karbamazepin menurunkan efek Amlodipin engan mempengaruhi metabolisme CYP3C4 pada enzim hati/usus Aspirin menurunkan efek Neurodex dengan menginhibisi absorpsi GI Karbamazepin menurunkan efek Neurodex dengan menginhibisi absorpsi GI

Mayor

Mayor

Minor

Minor

Farmakokinetik Farmakokinetik Farmakokinetik Farmakokinetik

1

Amlodipin + Valsartan + Bisoprolol + Neurodex + Syr. OBH

Valsartan dan Bisoprolol, keduanya meningkatkan serum potasium Bisoprolol dan Amlodipin, keduanya meningkatkan anti-hipersensitivitas kanal bloking

Mayor

Mayor

Farmakodinamik (sinergis) Farmakodinamik (sinergis)

1

Candesartan + Amlodipin + Asam Folat + Bicnat + CaCO3

CaCO3 menurunkan efek Amlodipin

Mayor Farmakodinamik ( antagonis)

1

Candesartan + Amlodipin + Bisoprolol + ISDN + Aspirin

Aspirin menurunkan efek Candesartan Aspirin menurunkan efek Bisoprolol Candesartan dan Bisoprolol keduanya meningkatkan serum potasium Bisoprolol dan Amlodipin, keduanya meningkatkan anti-hipersensitivitas kanal bloking

Mayor

Mayor

Mayor

Minor

Farmakodinamik (antagonis) Farmakodinamik (antagonis) Farmakodinamik (sinergis) Farmakodinamik

1

Diovan + Amlodipin + Simvastatin + Gemfibrozil + Allopurinol

Gemfibrozil dan Simvastatin, salah satunya meningkatkan efek obat lain Amlodipin meningkatkan efek Simvastatin Simvastatin meningkatkan efek DIovan Gemfibrozil meningkatkan efek Diovan

Mayor

Mayor

Mayor

Mayor

Farmakodinamik (sinergis) Farmakokinetik Farmakokinetik Tidak diketahui

1

Diaversa + Metformin + Gabapentin + Neurodex + Amdixal

Metfromin menurunkan efek Neurodex Gabapentin menurunkan efek

Minor

Minor

Tidak diketahui Farmakokinetik

1

Page 106: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

91

Neurodex dengan menginhibisi absorpsi GI

Candesartan + Furosemid + Aldacton + Bisoprolol + Aspirin

Aspirin menurunkan efek Candesartan Aspirin menurunkan efek Bisoprolol Aspirin meningkatkan sedangkan furosemid menurunkan serum potasium Aldacton dan Aspirin, keduanya meningkatkan serum potasium Aldacton meningkatkan sedangkan furosemid menurunkan serum potasium Candesartan dan Aldacton, keduanya meningkatkan serum potasium Candesartan dan Bisoprolol, keduanya meningkatkan serum potasium Candesartan meningkatkan sedangkan furosemid menurunkan serum potasium Bisoprolol meningkatkan sedangkan furosemid menurunkan serum potasium Bisoprolol dan Aldacton, keduanya meningkatkan serum potasium

Mayor

Mayor

Minor

Mayor

Mayor

Mayor

Mayor

Mayor

Mayor

Mayor

Farmakodinamik (antagonis) Farmakodinamik (antagonis) Farmakodinamik (antagonis) Farmakodinamik (sinergis) Farmakodinamik (antagonis) Farmakokinetik Farmakokinetik Farmakodinamik (antagonis) Farmakodinamik (antagonis) Farmakokinetik

1

Levofloxacin + Dexametason + Candesaran + Furosemid + Albumin

Candesartan meningkatkan sedangkan Furosemid menurunkan serum potasium Dexametason dan Levofloxacin, keduanya meningkatkan efek obat lain Dexametason dan Furosemid beresiko terjadinya hipokalemia

Mayor

Mayor

Minor

Farmakodinamik (antagonis) Tidak diketahui Farmakodinamik (sinergis)

1

Aspirin + Amlodipin + Clonidin + Ka. Diklofenak + Sohobion

Aspirin dan Ka. Diklofenak, keduanya meningkatkan antikoagulan dan serum potasium Aspirin menurunkan efek Sohobion dengan menginhibisi absorspi GI

Minor

Minor

Tidak diketahui Farmakokinetik

1

Aspirin + Amlodipin + Madofar + Trihexyfenidil + Neurobion

Levodopa meningkatkan efek Amlodipin Trihexypenidil dan Levodopa: terjadi penurunan efek antikolinergik Aspirin menurunkan efek Neurobion dengan menginhibisi absorspi GI

Mayor

Minor

Minor

Farmakodinamik (sinergis) Tidak diketahui Farmakokinetik

1

Page 107: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

92

Diovan + Tyanit + Alprazolam + Simvastatin + Lansoprazol

Tyanit meningkatkan toksisitas Simvastatin dengan menurunkan metabolisme Simvastatin meningkatkan efek Valsartan

Mayor

Mayor

Farmakokinetik Tidak diketahui

1

Diaversa + Metformin + Glucobay + Amdixal + Simvastatin

Amlodipin meningkatkan efek Simvastatin

Mayor Tidak diketahui 1

Amlodipin + Osteocal + Na. Diklofenak + Methyl Prednisolon + Meloxicam

Meloxicam dan Methyl Prednisolon, salah satunya meningkatkan toksisitas obat lain Na.Diklofenak dan Methyl Prednisolon, salah satunya meningkatkan toksisitas obat lain Na.Diklofenak dan Meloxicam, keudanya meningkatkan antikoagulan dan serum potasium Osteocal menurunkan efek Amlodipin Methyl Prednisolon menurunkan efek Amlodipin dengan mempengaruhi metabolisme enzim hati/usus CYP3A4 Methyl Prednisolon menurunkan efek Osteocal dengan meningkatkan eliminasi Na. Diklofenak meningkatkan efek Meloxicam

Mayor

Mayor

Minor

Mayor

Minor

Minor

Minor

Farmakodinamik (antagonis) Farmakodinamik (sinergis) Tidak diketahui Farmakodinamik (antagonis) Farmakokinetik Farmakokinetik Tidak diketahui

1

Humalog + Lantus + Actos + Lansoprazol + Neurodex

Humalog meningkatkan toksisitas Actos Lantus meningkatkan toksisitas Actos

Mayor

Mayor

Farmakokinetik Farmakokinetik

1

Lodem + Eclid + Simvastatin + Aspirin + CaCO3

Aspirin dan CaCO3 beresiko terhadap ginjal Lodem dan Aspirin, keduanya meningkatkan serum potasium

Minor

Mayor

Tidak diketahui Farmakokinetik

1

Simarc + Candesartan + Lantus + Aldacton + Lansoprazol

Aldacton menurunkan efek Simarc Candesartan dan Aldacton, keduanya meningkatkan serum potasium

Mayor

Mayor

Tidak diketahui Farmakodinamik (sinergis)

1

Candesartan + Nitrogliserin + Diklofenak + Diazepam + Ranitidin

Candesartan dan Diklofenak, keduanya meningkatkan serum potasium

Mayor Farmakodinamik (antagonis)

1

Glimepirid + Metformin + Glucobay + Bicnat + Asam Folat

Metformin menurunkan efek Asam Folat

Minor Tidak diketahui 1

Candesartan + Bisoprolol + Lansoprazol + Letonal + Diazepam

Bisoprolol dan Letonal, keduanya meningkatkan serum potasium Bisoprolol dan Candesartan, keduanya meningkatkan serum potasium

Mayor

Mayor

Tidak diketahui Farmakodinamik (sinergis)

1

Page 108: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

93

Candesartan dan Letonal, keduanya meningkatkan serum potasium

Mayor Tidak diketahui

Adalat + Aspirin + Simvastatin + Diaversa + Metformin

Adalat meningkatkan efek Simvastatin dengan mempengaruhi metabolisme enzim hati CYP3A4 Aspirin meningkatkan efek Diaversa Adalat meningkatkan efek Metformin dengan menginhibisi absorpsi GI

Mayor

Minor

Minor

Farmakokinetik Farmakodinamik Farmakokinetik

1

Kombinasi 6 Obat

Nitrogliserin + Amlodipin + Bisoprolol + Clopidogrel + Valsartan + Lansoprazol

Valsartan dan Bisoprolol, kedunya meningkatkan serum potasium Lansoprazol menurunkan efek Clopidogrel dengan mempengaruhi metabolisme enzim hati CYP2C19 Bisoprolol dan Amlodipin, keduanya meningkatkan antihipersensitivitas kanal bloker

Mayor

Mayor

Mayor

Farmakodinamik (sinergis) Farmakokinetik Farmakodinamik (sinergis)

1

Candesartan + Glimepirid + Omeprazol + Alprazolam + Amlodipin + Metformin

Omeprazol meningkatkan efek Alprazolam dengan menurunkan metabolisme

Minor Farmakokinetik 1

Valsartan + ISDN + Furosemid + Bisoprolol + Spironolakton + Aspirin

Aspirin menurunkan efek Valsartan Aspirin menurunkan efek Bisoprolol Aspirin meningkatkan sedangkan furosemid menurunkan serum potasium Spironolacton dan Aspirin, keduanya meningkatkan serum potasium Spironolacton meningkatkan sedangkan furosemid menurunkan serum potasium Valsartan dan Aspirin, keduanya meningkatkan serum potasium Valsartan dan Spironolacton, keduanya meningkatkan serum potasium Valsartan dan Bisoprolol, keduanya meningkatkan serum potasium Valsartan meningkatkan sedangkan furosemid menurunkan serum potasium Bisoprolol dan Spironolakton, keduanya meningkatkan serum potasium

Mayor

Mayor

Mayor

Mayor

Mayor

Mayor

Mayor

Mayor

Mayor

Mayor

Farmakodinamik (antagonis) Farmakodinamik (antagonis) Farmakodinamik (antagonis) Farmakodinamik (sinergis) Farmakodinamik (antagonis) Tidak diketahui Farmakodinamik (sinergis) Farmakodinamik (sinergis) Farmakodinamik (antagonis) Farmakodinamik (sinergis)

1

Page 109: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

94

Aspirin + As. Mefenamat + Diazepam + Valsartan + HCT + Na. Diklofenak

Aspirin meningkatkan sedangkan HCT menurunkan serum potasium Aspirin dan Asam Mefenamat, keduanya meningkatkan antikoagulan dan serum potasium Aspirin menurunkan efek Valsartan Asam Mefenamat meningkatkan sedangkan HCT menurunkan serum potasium Asam Mefenamat menurunkan efek Valsartan Valsartan meningkatkan sedangkan HCT menurunkan serum potasium Valsartan dan Aspirin, keduanya meningkatkan serum potasium

Minor

Minor

Moderat

Minor

Mayor

Mayor

Mayor

Farmakodinamik (antagonis) Farmakodinamik (antagonis) Farmakodinamik (antagonis) Farmakodinamik (antagonis) Tidak diketahui Farmakodinamik (antagonis) Farmakodinamik (antagonis)

1

Aspirin + Na. Diklofenak + As. Folat + Neurodex + Diazepam + Esperson

Aspirin dan Na. Diklofenak, keduanya meningkatkan antikoagulan dan serum potasium Aspirin menurunkan efek Neurodex dengan menginhibisi absorpsi GI Aspirin menurunkan efek Asam Folat dengan menginhibisi absorpsi GI

Mayor

Minor

Minor

Farmakokinetik Farmakokinetik Farmakokinetik

1

Adalat + Valsartan + Bisoprolol + ISDN + Omeprazol + Aspirin

Aspirin menurunkan efek Valsartan dan meningkatkan toksisitas Aspirin menurunkan efek Bisoprolol Valsartan dan Bisoprolol, keduanya meningkatkan serum potasium Bisoprolol dan Adalat, keduanya meningkatkan serum potasium

Mayor

Mayor

Mayor

Mayor

Farmakodinamik (antagonis) Farmakodinamik (antagonis) Farmakodinamik (sinergis) Farmakodinamik (sinergis)

1

Laxadin + Omeprazol + Cefixime + Buscopan + Neurodex + Bicnat + Asam folat

Omeprazol menurunkan efek Neurodex dengan menginhibisi absorpsi GI

Minor Farmakokinetik 1

Amlodipin + Diovan + Lasix + Bicnat + Asam Folat + CaCO3

Valsartan meningkatkan sedangkan Lasix menurunkan serum potasium CaCO3 menurunkan efek Amlodipin dan Lasix Lasix menurunkan efek Asam Folat

Mayor

Mayor Minor Minor

Farmakodinamik (antagonis) Farmakodinamik Farmakodinamik Farmakodinamik

1

Amlodipin + Diovan + Sukralfat + Lansoprazol + Simvastatin + Syr. OBH

Amlodipin meningkatkan efek Simvastatin Simvastatin meningkatkan efek Valsartan Sukralfat menurunkan efek

Mayor

Moderat

Minor

Tidak diketahui Farmakodinamik Farmakokinetik

1

Page 110: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

95

Lansoprazol dengan menginhibisi absorpsi GI Simvastatin meningkatkan efek Diovan

Mayor

Tidak diketahui

Amlodipin + Candesartan + Letonal + Metformin + Simvastatin + Gemfibrozil

Gemfibrozil dan Simvastatin, salah satunya meningkatkan efek obat yang lainnya Amlodipin meningkatkan efek Simvastatin Candesartan dan Letonal keduanya meningkatkan serum potasium

Mayor

Mayor

Moderat

Farmakodinamik (sinergis) Tidak diketahui Farmakodinamik

1

Amlodipin + Diovan + Asam Folat + CaCO3 + Neurodex + Lansoprazol

CaCO3 menurunkan efek Amlodipin Lansoprazol menurunkan efek Neurodex dengan menginhibisi absorpsi GI

Mayor

Minor

Farmakodinamik (antagonis) Farmakokinetik

1

Amlodipin + Diovan + Asam Folat + CaCO3 + Neurodex + Lansoprazol

CaCO3 menurunkan efek Amlodipin Lansoprazol menurunkan efek Neurodex dengan menginhibisi absorpsi GI

Mayor

Minor

Farmakodinamik (antagonis) Farmakokinetik

1

Diaversa + Metformin + Bicnat + Asam Folat + CaCO3 + Neurodex

Metformin menurunkan efek Neurodex dan Asam Folat

Minor

Minor

Tidak diketahui Tidak diketahui

1

Amdixal+ Diovan + Meloxicam + Glucosamin + Neurodex + Simvastatin

Amlodipin menurunkan efek Simvastatin Diovan dan Meloxicam, keduanya meningkatkan serum potasium Meloxicam menurunkan efek Diovan

Mayor

Mayor

Mayor

Framakodinamik Farmakodinamik Farmakodinamik (sinergis)

1

Amlodipin + Aspirin + Gemfibrozil + Simvasatin + Cetirizin + Mecobalamin

Gemfibrozil dan Simvastatin, salah satunya meningkatkan efek obat lain Amlodipin meningkatkan efek Simvastatin Aspirin menurunkan efek Neurodex dengan menginhibisi GI

Mayor

Mayor

Minor

Farmakodinamik (sinergis) Tidak diketahui Farmakokinetik

1

Digoxin + Simarc + Candesartan + Furosemid + Letonal + Asam Mefenamat

Letonal menurunkan efek Simarc Letonal meningkatkan efek Digoxin Letonal meningkatkan sedangkan furosemid menurunkan serum potasium Candesartan dan Letonal, keduanya meningkatkan serum potasium Candesartan dan Digoxin, keduanya meningkatkan serum potasium Candesartan meningkatkan sedangkan furosemid

Mayor

Moderat

Mayor

Mayor

Mayor

Mayor

Tidak diketahui Tidak diketahui Farmakodinamik (antagonis) Farmakodinamik (sinergis) Tidak diketahui Farmakodinamik

1

Page 111: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

96

menurunkan serum potasium Digoxin meningkatkan sedangkan furosemid menurunkan serum potasium Asam fenamat menurunkan efek Furosemid

Mayor

Minor

(antagonis) Farmakodinamik (sinergis) Farmakodinamik (antagonis)

Amlodipin + Valsartan + Diaversa + Metformin + Glucobay + Actos

Actos meningkatkan efek Valsartan

Mayor Tidak diketahui 1

Amlodipin + Diovan + Lasix + Bicnat + Asam Folat + CaCO3

Diovan meningkatkan sedangkan Lasix menurunkan serum potasium CaCO3 menurunkan efek Amlodipin Lasix menurunkan efek Asam Folat Lasix menurunkan efek CaCO3

Mayor

Mayor

Minor

Minor

Farmakodinamik (antagonis) Farmakodinamik (antagonis) Tidak diketahui Tidak diketahui

1

Diaversa + Metformin + Glucobay + Amlodipin + Valsartan + Neurodex

Metformin menurunkan efek Neurodex

Minor Tidak diketahui

1

Diaversa + Metformin + Glucobay + Neurodex + Lansoprazol + Hytroz

Metformin menurunkan efek Neurodex Lansoprazol menurunkan efek Neurodex dengan menginhibisi absorpsi GI

Minor

Minor

Tidak diketahui Farmakokinetik

1

Bisoprolol + Diovan + Aspirin + Metformin + Furosemid + Letonal

Aspirin menurunkan efek Diovan Aspirin meningkatkan sedangkan furosemid menurunkan serum potasium Aspirin menurunkan efek Bisoprolol Letonal dan Aspirin keduanya meningkatkan serum potasium Letonal meningkatkan sedangkan furosemid menurunkan serum potasium Diovan dan Spironolacton keduanya meningkatkan serum potasium Diovan meningkatkan sedangkan furosemid menurunkan serum potasium Diovan dan Bisoprolol keduanya meningkatkan serum potasium Letonal dan Bisoprolol keduanya meningkatkan serum potasium Metformin menurunkan efek Furosemid

Mayor

Minor

Mayor

Moderat

Mayor

Mayor

Minor

Mayor

Minor

Minor

Farmakodinamik (antagonis) Farmakodinamik (antagonis) Farmakodinamik (antagonis) Tidak diketahui Farmakodinamik Farmakodinamik Farmakodinamik Tidak diketahui Farmakodinamik Tidak diketahui

1

Kombinasi 7 Obat

Humalog + Amlodipin + Diovan + Bicnat + Asam Folat + CaCO3 + Lodem

CaCO3 menurunkan efek Amlodipin

Mayor Farmakodinamik (antagonis)

1

Page 112: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

97

Amlodipin + Diovan + Lodem + Eclid + Simvastatin + Bicnat + Asam Folat

Amlodipin meningkatkan efek Simvastatin Simvastatin meningkatkan efek Diovan

Mayor

Moderat

Tidak diketahui Tidak diketahui

1

Amlodipin + Diovan + Asam Folat + CaCO3 + Bicnat + Gimepirid + Metformin

CaCO3 menurunkan efek Amlodipin Metformin menurunkan efek Asam Folat

Mayor

Moderat

Farmakodinamik (antagonis) Tidak diketahui

1

Amlodipin + Diovan + Lasix + Asam Folat + CaCO3 + Bicnat + Aminoral

Diovan meningkatkan sedangkan furosemid menurunkan serum potasium CaCO3 menurunkan efek Amlodipin Furosemid menurunkan efek Asam Folat Furosemid menurunkan efek CaCO3

Mayor

Mayor

Minor

Minor

Farmakodinamik (antagonis) Farmakodinamik (antagonis) Tidakdiketahui Farmakodinamik (sinergis)

1

Amlodipin + CaCO3 + Bicnat + Simvastatin + Aspirin + Aminoral + Candesartan

Amlodipin meningkatkan efek Simvastatin Aspirin menurunkan efek Candesartan CaCO3 menurunkan efek Amlodipin Bicnat dan Aspirin Bicnat dan Aspirin

Mayor

Mayor

Minor

Minor Minor

Farmakokinetik Farmakodinamik (antagonis) Farmakodinamik (sinergis) Farmakokinetik Tidak diketahui

1

Amlodipin + Diovan + Asam Folat + CaCO3 + Bicnat + Gabexal + Aminoral

CaCO3 menurunkan efek Gabapentin dengan menginhibisi absorpsi GI CaCO3 menurunkan efek Amlodipin

Mayor

Mayor

Farmakokinetik Farmakodinamik (sinergis)

1

Kombinasi 8 Obat

Amlodipin + Diovan + Lasix + Asam Folat + CaCO3 + Bicnat + Aminoral + Allopurinol

Diovan meningkatkan sedangkan furosemid menurunkan serum potasium CaCO3 menurunkan efek Amlodipin Furosemid menurunkan efek Asam Folat Furosemid menurunkan efek CaCO3

Bicnat menurunkan efek Allopurinol dengan menginhibisi absorpsi GI CaCO3 menurunkan efek Allopurinol dengan menginhibisi absorpsi GI

Mayor

Moderat

Minor

Minor

Mayor

mayor

Farmakodinamik (antagonis) Farmakodinamik (antagonis) Tidakdiketahui Farmakodinamik (sinergis) Farmakokinetik Farmakokinetik

2

Page 113: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

98

Lampiran 5. Output SPSS Analisis Univariat

Kelengkapan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid ya 48 12.0 12.0 12.0

tidak 352 88.0 88.0 100.0

Total 400 100.0 100.0

Obat

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid jelas 381 95.2 95.2 95.2

tidak jelas 19 4.8 4.8 100.0

Total 400 100.0 100.0

Signa

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid jelas 385 96.2 96.2 96.2

tidak jelas 15 3.8 3.8 100.0

Total 400 100.0 100.0

Page 114: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

99

(Lanjutan……)

Paraf

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak ada 400 100.0 100.0 100.0

Narkotika

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak ada 400 100.0 100.0 100.0

Formularium

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid sesuai 353 88.2 88.2 88.2

tidak sesuai 47 11.8 11.8 100.0

Total 400 100.0 100.0

Dosis

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid jelas 269 67.2 67.2 67.2

tidak jelas 131 32.8 32.8 100.0

Total 400 100.0 100.0

Page 115: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

100

(Lanjutan…..)

bentuk

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid jelas 108 27.0 27.0 27.0

tidak jelas 292 73.0 73.0 100.0

Total 400 100.0 100.0

ketercampuran

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid ada 14 3.5 3.5 3.5

tidak ada 386 96.5 96.5 100.0

Total 400 100.0 100.0

frekwensi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid jelas 366 91.5 91.5 91.5

tidak jelas 34 8.5 8.5 100.0

Total 400 100.0 100.0

rute

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid jelas 128 32.0 32.0 32.0

tidak jelas 272 68.0 68.0 100.0

Total 400 100.0 100.0

Page 116: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

101

Lampiran 6. Output SPSS Analisis Bivariat

jenis_obat * jumlah_interaksi_obat Crosstabulation

Jumlah interaksi obat

Total

ada tidak ada

jenis_obat kurang dari 5 Count 132 200 332

% within jenis_obat 39.8% 60.2% 100.0%

lebih dari 5 Count 65 3 68

% within jenis_obat 95.6% 4.4% 100.0%

Total Count 197 203 400

% within jenis_obat 49.2% 50.8% 100.0%

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

jenis_obat * jumlah_

interaksi_obat 400 100.0% 0 .0% 400 100.0%

Page 117: KAJIAN ADMINISTRASI, FARMASETIK DAN KLINIS RESEP …

102

Chi-Square Tests

Value Df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 70.383a 1 .000

Continuity Correctionb 68.167 1 .000

Likelihood Ratio 83.614 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 70.207 1 .000

N of Valid Casesb 400

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 33.49.

b. Computed only for a 2x2 table