kafein

11
Kopi Mengandung Kafein Kafein bekerja di dalam tubuh dengan mengambil alih reseptor adenosin dalam sel saraf Begitu pula, dalam hal mengonsumsi kafein sebagai salah satu bahan kimia yang banyak terkandung dalam minuman dan makanan yang akrab dikonsumsi sehari-hari seperti kopi, teh, minuman cola, minuman suplemen dan obat-obatan. Padahal kafein merupakan salah satu zat yang berbahaya bagi kesehatan dan sudah dibuktikan dari berbagai macam penelitian (jika dikonsumsi berlebihan) Agaknya merupakan hal yang wajib untuk mengenal lebih jauh apa sebenarnya kafein tersebut. Apa itu kafein? Dalam dunia medis, kafein yang banyak terkandung dalam minuman yang kita konsumsi hampir setiap hari ini dikenal sebagai trimethylxantine dengan rumus kimia C8H10N4O2 dan termasuk jenis alkaloida. Manfaatnya dalam dunia kedokteran sering digunakan sebagai perangsang kerja jantung dan meningkatkan produksi urin. Dalam dosis yang rendah, kafein juga berfungsi sebagai bahan pembangkit stamina dan penghilang rasa lelah. Kafein juga memiliki kemampuan menstimulasi otak. Karena itu juga di beberapa negara maju kafein sudah digunakan untuk mengatasi asma dan batu ginjal walaupun belum secara penuh didukung penelitian ilmiah. Coba lihat sebagian besar obat flu yang kerap mengandung kafein dalam bahannya dengan tujuan menyeimbangkan dorongan rasa kantuk akibat bahan-bahan lainnya, sementara minuman-minuman suplemen menjanjikan kebugaran jangka pendek melalui kandungan-nya. Tak heran, sampai di kalangan pelajar pun manfaatnya dalam meningkatkan kewaspadaan dan menambah energi ini dijadikan alasan untuk mengkonsumsi minuman-minuman suplemen berkafein ataupun secangkir kopi tanpa menyadari efek ketergantungan yang bisa ditimbulkannya.

Upload: linazaenabu

Post on 02-Aug-2015

131 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kafein

Kopi Mengandung KafeinKafein bekerja di dalam tubuh dengan mengambil alih reseptor adenosin dalam sel saraf

Begitu pula, dalam hal mengonsumsi kafein sebagai salah satu bahan kimia yang banyak terkandung dalam minuman dan makanan yang akrab dikonsumsi sehari-hari seperti kopi, teh, minuman cola, minuman suplemen dan obat-obatan.

Padahal kafein merupakan salah satu zat yang berbahaya bagi kesehatan dan sudah dibuktikan dari berbagai macam penelitian (jika dikonsumsi berlebihan) Agaknya merupakan hal yang wajib untuk mengenal lebih jauh apa sebenarnya kafein tersebut.

Apa itu kafein?Dalam dunia medis, kafein yang banyak terkandung dalam minuman yang kita konsumsi hampir setiap hari ini dikenal sebagai trimethylxantine dengan rumus kimia C8H10N4O2 dan termasuk jenis alkaloida.

Manfaatnya dalam dunia kedokteran sering digunakan sebagai perangsang kerja jantung dan meningkatkan produksi urin. Dalam dosis yang rendah, kafein juga berfungsi sebagai bahan pembangkit stamina dan penghilang rasa lelah.

Kafein juga memiliki kemampuan menstimulasi otak. Karena itu juga di beberapa negara maju kafein sudah digunakan untuk mengatasi asma dan batu ginjal walaupun belum secara penuh didukung penelitian ilmiah.

Coba lihat sebagian besar obat flu yang kerap mengandung kafein dalam bahannya dengan tujuan menyeimbangkan dorongan rasa kantuk akibat bahan-bahan lainnya, sementara minuman-minuman suplemen menjanjikan kebugaran jangka pendek melalui kandungan-nya.

Tak heran, sampai di kalangan pelajar pun manfaatnya dalam meningkatkan kewaspadaan dan menambah energi ini dijadikan alasan untuk mengkonsumsi minuman-minuman suplemen berkafein ataupun secangkir kopi tanpa menyadari efek ketergantungan yang bisa ditimbulkannya.

Cara kerja kafein Kafein bekerja di dalam tubuh dengan mengambil alih reseptor adenosin dalam sel saraf yang akan memacu produksi hormon adrenalin dan menyebabkan peningkatan tekanan darah, sekresi asam lambung, dan aktifitas otot, serta perangsangan hati untuk melepaskan senyawa gula pada aliran darah untuk menghasilkan energi ekstra.

Page 2: Kafein

Dalam berbagai produk, kandungannya berbeda-beda, misalnya dalam 150 ml kopi seduhan sebanyak a. 110-150 mg, kopi instan b. 40-108 mg, c. decaffeinated (kopi dengan kadar kafein rendah) sebanyak 2-5 mg, sementara dalam teh berkisar antara d. 9-50 mg pada teh seduhan, teh instan e. 12-28 mg dan minuman teh ringan f. 22-36 mg.

2 5 9 12 22 28 36 40 50 108 110 150

Pada minuman cola mencapai 40-60 mg, minuman energi/suplemen 50-80 mg, coklat 5-35 mg dan obat-obatan 100-200 mg (stimulan), 32-65 mg (analgesik/pereda sakit) dan 10-30 mg (obat demam).

Pengaruh bagi kesehatanMeski belum ada keputusan mutlak tentang bahaya konsumsi kafein bagi kesehatan orang dewasa di kalangan ahli, dapat dipastikan kafein memang bisa mengakibatkan kecanduan jika mengonsumsi kafein sebanyak 600 mg (sekira 5-6 cangkir kopi 150 ml) selama 10-15 hari berturut-turut. Dosis fatalnya sendiri berkisar sekira 10.000 mg (sekira 50-200 cangkir kopi/hari) pada konsumsi oral untuk berat badan rata-rata.

Seperti dikatakan tadi, mekanisme kerja kafein dalam tubuh adalah dengan menyaingi fungsi adenosin, salah satu senyawa dalam sel otak yang membuat orang mudah tertidur. Namun berbeda dengan ikatan adenosin asli dengan reseptor, kafein tidak memperlambat gerak sel tubuh. Lama kelamaan sel-sel tubuh tidak akan bekerja lagi terhadap perintah adenosin.

Kafein akan membalikkan semua kerja adenosin, sehingga tubuh tidak lagi mengantuk, tetapi muncul perasaan segar, sedikit gembira, mata terbuka lebih lebar, namun jantung juga akan berdetak lebih cepat, tekanan darah naik, otot-otot berkontraksi dan hati akan melepas gula ke aliran darah yang akan membentuk energi ekstra.

Selanjutnya, setengah dari kandungan kafein yang diminum ternyata bisa bertahan beberapa jam dalam tubuh sehingga membuat mata susah terpejam. Kalaupun dipaksa, kualitas tidur akan

C E F A

D

B

Page 3: Kafein

berkurang dan terus akan menumpuk selama terus mengonsumsi kafein sehingga mengurangi kadar vitalitas tubuh.

Pada saat inilah sudah terjadi ketergantungan terhadap kafein, sekali saja terlepas dari stimulasinya maka tubuh akan mudah merasa lelah dan depresi. Kalau begitu, bisa dipahami kafein termasuk zat berbahaya yang bisa merugikan bila dikonsumsi tanpa kendali.

Ini juga yang menjadi alasan mengapa beberapa waktu lalu sebuah merek minuman energi diimbau untuk menghentikan produksinya karena mengandung 80% kafein. Jauh lebih banyak dari yang tercantum pada daftar labelnya.

Potensi ketergantungan ini pula yang membuat kopi disamakan dengan zat-zat adiktif lainnya di beberapa negara, bahkan pernah disebut sebagai heroin berskala kecil pada sebuah literatur di AS yang mencatat jumlah 90% warganya sebagai pengonsumsi rutin produk-produk berkafein dari berbagai makanan dan minuman sehari-hari dan lebih dari 50% orang dewasa di sana yang mengonsumsi minimal 300 mg kafein/hari, dari sekadar beberapa cangkir kopi, teh dan minuman cola.

Di Eropa, penelitian terpisah mencatat delapan dari sepuluh orang dewasa mengonsumsi kafein setiap harinya. Untuk saat ini, Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) masih menetapkan kandungan kafein dalam minuman-minuman penambah energi tidak lebih dari 50 mg, karena jumlah ini yang diyakini sebagai ambang batas.

Bila lebih dari jumlah itu dalam jangka panjang, risiko akan berkembang pada penyakit-penyakit tertentu seperti darah tinggi, ginjal, penyakit gula hingga penyakit jantung dan stroke plus risiko aborsi bagi wanita hamil.

Sebaiknya penderita penyakit-penyakit tadi disarankan untuk berhati-hati mengonsumsi produk-produk berkafein seperti yang dilaporkan pada penelitian di Eropa baru-baru ini, kafein bisa menyebabkan terjadinya pengerasan pembuluh darah yang bisa terjadi dua jam setelah konsumsi kafein, dalam hal ini kopi, terutama bagi penderita tekanan darah tinggi.

Secangkir kopi memiliki potensi untuk meningkatkan tekanan darah 5-10 mm Hg, jadi bisa dengan cepat memicu terjadinya serangan jantung dan stroke. Belum lagi untuk sebagian individu yang sensitif terhadap kafein.

Overstimulasi yang terjadi akan bisa menyebabkan jantung berdebar dengan irama tak beraturan sehingga bisa mengakibatkan gangguan lain yang bisa jadi lebih fatal. Dengan mengenal lebih jauh seluk-beluk kafein ini, efek buruknya terhadap kesehatan akan lebih bisa dihindari secara dini.

Tak perlu takut untuk mengonsumsinya sebagaimana juga konsumsi makanan atau minuman lain juga tak terlepas dari pengaruh bermacam-macam zat kimia.

Ada efek yang merugikan, namun ada pula yang menguntungkan. Yang penting adalah bagaimana untuk menjaga agar efek buruk terhadap kesehatan tidak sampai muncul secara

Page 4: Kafein

merugikan, yaitu tidak mengonsumsinya secara berlebih dan dalam jangka panjang terus-menerus.

Apalagi untuk yang menggunakan kafein untuk mengusir rasa kantuk. Sesekali tentu tak me-ngapa, tetapi bila terus-menerus pasti akan merugikan tubuh. Ingat, rasa mengantuk adalah isyarat yang diberikan tubuh untuk beristirahat karena aktivitas sudah berlebih.

Dan satu lagi yang tak kalah penting, karena sedikit banyak kafein termasuk dalam zat adiktif dan kadarnya cukup tinggi pada minuman-minuman ekstra energi, sudah selayaknya dibutuhkan peran serta instansi yang berwenang untuk selalu mengadakan survei secara teratur agar kandungannya tak melebihi batas yang sudah ditentukan (segala yang berlebihan tidak baik).

Melawan Dampak Negatif KAFEIN . .   !

Posted on Februari 8, 2009 by idmgarut

Sejatinya, semua ciptaan Tuhan di bumi bermanfaat buat manusia. Api, air dan sebagainya, siapa tak kenal kemaslahatannya? Kecuali tentunya, kalau dikonsumsi tanpa kendali. Hukum alam ini juga berlaku untuk kafein, yang lama dikenal sebagai zat penyuntik energi ekstra buat tubuh yang loyo. Tapi, awas lo, kalau kelebihan, berpotensi mengundang penyakit akut.

Anda pasti masih ingat gonjang-ganjing beberapa merek minuman penambah energi, yang dipaksa mundur dari peredaran beberapa waktu lalu, lantaran mengandung 80% kafein. Kalau ditilik lebih jauh, kasus tadi sebenarnya cuma satu dari sekian banyak kontroversi yang mengiringi kafein. Di banyak negara, zat yang mayoritas terdapat dalam kopi, cola, dan coklat ini bahkan kerap disebut “heroin berskala kecil”, karena begitu gampangnya membuat orang nambah dan nambah lagi.

Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) sendiri tegas menetapkan, kandungan kafein dalam minuman penambah energi tak boleh melebihi 50 mg. “Jika dikonsumsi lebih dari itu, dalam jangka panjang, peminumnya bisa kena penyakit jantung, darah tinggi, ginjal hingga penyakit gula,” tegas H. Sampurno, kepala BPOM.

“Termasuk risiko abortus untuk wanita hamil,” tambah Dr. Emon Winardi D., ahli penyakit dalam dari RS St. Carolus, Jakarta. Penelitian terakhir lebih serem lagi. Konon, kafein juga berpotensi mengundang stroke. Gawat juga, ternyata!

Energi ekstra dan penggembira

Melihat problem yang ditimbulkan, kafein memang sudah menjadi masalah dunia.

Sebuah situs negeri Paman Sam mencatat 90% warga Amerika melanggani kafein, yang masuk dari berbagai makanan dan minuman yang dikonsumsi saban harinya. Mereka juga mencatat, lebih dari separuh orang dewasa AS menelan minimal 300 mg kafein per hari. Jumlah yang

Page 5: Kafein

gampang diperoleh hanya dengan menenggak sekitar tiga cangkir kopi atau coke. Saking populernya, mereka menobatkan kafein sebagai the most popular drug in the USA. He … he, ada-ada saja.

Di Eropa, ya sami mawon. Statistik berbicara, delapan dari sepuluh orang dewasa di benua itu mengaku sebagai konsumen kafein. Ya, siapa sih yang tak tergoda mencicipi kopi, teh, cola atau makan coklat nan lezat?

Padahal, disadari atau tidak, tiap 360 mg cola (hampir ada di semua merek soft drink) mengandung sekitar 40 mg hingga 60 mg kafein. Kopi bisa lebih banyak lagi, mencapai 80 mg hingga 100 mg per cangkir. Paling sedikit, tentu saja teh yang ‘cuma’ menyimpan kandungan 20 mg hingga 30 mg per cangkir. “Tapi angka-angka tadi bukannya harga mati, karena tingginya kandungan kafein berkaitan erat dengan kualitas bahan dan proses pengolahannya,” ujar Emon Winardi.

Dalam kamus medis, kafein memang masuk golongan zat yang punya kemampuan menstimulasi otak. Kalau dipisahkan dari zat-zat lainnya, pemilik nama lain trimethylxanthine ini aslinya berbentuk bubuk putih, dengan rasa agak pahit. Namun ajaib, penenggaknya bak mendapat kekuatan ekstra untuk berperang melawan rasa lelah, diiringi munculnya semangat tinggi dan perasaan gembira. Kafein juga dikaruniai kemampuan memacu detak jantung dan meningkatkan produksi urine.

Singkat kata, kafein memang menjanjikan kebugaran jangka pendek yang banyak dicari orang. Bahkan kalangan medis pun kerap memanfaatkannya sebagai campuran obat-obatan. Obat flu misalnya, biasanya dilengkapi kafein untuk menyeimbangkan dorongan rasa kantuk yang muncul. Belakangan, dicoba pula sebagai campuran obat asma. Namun dalam praktik sehari-hari, kafein lebih sering dimanfaatkan untuk menciptakan efek penambah energi dan menumbuhkan kewaspadaan tingkat tinggi.

Tengok saja para pelajar dan mahasiswa, yang begitu percaya kopi bisa membuat mata tak mengantuk, meski dipakai belajar semalam suntuk. Bahkan ada orang yang “mewajibkan” dirinya minum kopi tiap pagi, agar lebih gesit beraktivitas. Jika tak menyeruput kopi, tubuhnya loyo bak tak makan seminggu. Sebuah fenomena yang bukan sekadar sugesti belaka, tapi bisa dijelaskan secara ilmiah.

Mengapa kafein membuat tubuh selalu siaga ?

Begini kira-kira ceritanya : Salah satu yang membuat orang mudah tertidur, adalah peran senyawa adenosine dalam sel otak. Jika zat ini terikat oleh receptornya, secara “otomatis” akan memperlambat aktivitas sel tubuh. Juga menyebabkan pembesaran pembuluh darah (dibutuhkan saat tidur, agar jumlah oksigen yang wara wiri lebih banyak).

Nah, di sinilah letak kehebatan kafein. Dia ternyata dapat menyaingi fungsi adenosine, terutama dalam membuat ikatan dengan receptor. Namun beda dengan hasil ikatan pendahulunya, buah karya kafein justru tidak memperlambat gerak sel tubuh. Seiring makin banyaknya bubuk putih

Page 6: Kafein

yang terserap masuk, lambat laun sel tubuh akan cuek terhadap perintah-perintah adenosine. Soalnya, receptornya di otak lebih sibuk bergumul dengan kafein.

Lain perkataan, kafein membalikkan semua pola kerja adenosine, sehingga tubuh bukannya mengantuk, tapi malah siaga satu. Bersamaan dengan itu, muncul perasaan segar dan gembira, pupil mata terbuka lebar, jantung berdetak lebih cepat, tekanan darah naik, otot menegang, sementara hati melepas gula ke aliran darah yang nantinya makin menguatkan terbentuknya energi ekstra.

Mirip kartu kredit

Sayangnya, harga yang harus dibayar untuk mencapai kebugaran semu itu tidak bisa dibilang murah. Bahkan buat orang tertentu, taruhannya nyawa.

Untuk jangka panjang, konsentrasi kafein bisa menimbulkan masalah. Jika terbiasa mengonsumsi kopi dan sejenisnya, sekali saja absen, tubuh akan merasa cepat lelah dan depresi.

Laporan terbaru dari kongres European Society of Cardiology baru-baru ini bahkan menyebut kafein sebagai penyebab pengerasan pembuluh darah yang bisa memicu serangan jantung dan stroke. Gejala yang biasa disebut aterosklerosis ini bisa berlangsung selama dua jam setelah kopi diminum.

“Peringatan terutama ditujukan buat penderita tekanan darah tinggi,” sebut Dr. Charalambos Vlachopoulos dari RS. Henry Dunant, Athena, Yunani. Sebab, secangkir kopi berpotensi meningkatkan tekanan darah 5 – 10 mm.Hg. Jika diikuti pengerasan pembuluh darah, risiko pasien darah tinggi terkena serangan jantung dan stroke menjadi lebih besar ketimbang manusia “normal”.

Kebiasaan mengonsumsi kafein juga menyebabkan tubuh berutang istirahat dan tidur. Sebuah lembaga penelitian di Amerika Serikat pernah mencatat, setengah dari kandungan kafein yang diminum, ternyata sanggup bertahan selama enam jam dalam tubuh. Jadi, jika Anda minum dua gelas kopi (sekitar 160 mg – hingga 100 mg) pada pukul 03.00 dinihari, pada pukul 09.00 pagi kafein tadi masih tersisa sekitar 80 mg. Cukup untuk membuat mata susah terpejam.

Bisa saja memaksakan diri tidur, tapi tingkat kenyenyakannya pasti berkurang. Defisit ini akan terus bertambah, jika kebiasaan ngopi tak berubah. Dari hari ke hari, defisit makin menumpuk dan mengurangi kadar fit tubuh. Begitu tak ada stimulasi (kopi) lagi atau memang berniat berhenti mengonsumsi, “batere” langsung drop. Lucunya, banyak di antara mereka kemudian berpaling lagi ke kopi. Inilah lingkaran setan kafein, yang memberi kesan peminumnya “kecanduan”.

Satu lagi, “Buat mereka yang punya tubuh sensitif, bakal mudah mengalami overstimulasi. Minum kopinya mungkin cuma beberapa teguk, tapi bisa tiba-tiba panik dan jantung berdebar-debar dengan irama tak beraturan,” tegas Dr. Emon lagi. Jadi, gangguan kafein tak hanya ditentukan oleh dosis (banyaknya kafein yang dikonsumsi), tapi juga tingkat kesensitifan seseorang alias lebih bersifat individual.

Page 7: Kafein

Makanya, “Sulit menentukan berapa dosis ideal konsumsi kafein per hari,” masih kata Emon, yang sehari-harinya berkacamata. Selain perbedaan kadar sensitivitas tiap individu, makanan dan minuman mengandung kafein bukanlah jenis yang bisa terus menerus dikonsumsi. “’Kan jarang ada orang yang sanggup minum cola tiga gelas berturut-turut.

” Emon juga meyakini, pengonsumsi kafein sebenarnya bukan pecandu. Karena hubungan ketergantungan yang tercipta tidak sama dengan pecandu narkotika misalnya. “Meninggalkan kafein relatif lebih mudah. Ini ’kan soal kebiasaan dan komitmen untuk hidup normal tanpa stimulan,” ujarnya.

Perbedaan lainnya, kecanduan terhadap heroin dan obat-obatan terlarang, efeknya bisa dirasakan semua orang. Siapa pun individunya, pasti ketagihan jika terus dicekoki putau. Sebaliknya, tak semua orang berpotensi jadi pecinta kafein. Meski dicekoki secara paksa, tak dijamin bakal langsung kecanduan. Karena, sekali lagi, dampaknya lebih bersifat individual.

Makanya, tak seperti narkotika yang peredarannya sembunyi-sembunyi, kopi dan sejenisnya tetap bisa dijual bebas. Kalau pun ada yang mesti diperhatikan menyusul kasus tingginya kadar kafein dalam energy drink, adalah inisiatif pemerintah untuk memaksa para pembuat minuman tadi membuat peringatan dampak mengonsumsi obat-obatan tadi dalam jangka panjang. “Ya, mirip peringatan yang tercantum pada bungkus rokoklah,” simpul Emon.

Lelaki ramah ini mengibaratkan pemakai kafein sebagai pengguna kartu kredit yang doyan ngutang. Saat kantong kosong, kartu terus digesek untuk membeli barang. Begitu juga dengan badan. Saat mata mengantuk dan tubuh loyo, bukannya diajak beristirahat, malah dipaksa “berhutang segar” pada minuman penambah energi, kopi, dan sejenisnya.

Padahal, jika makin menumpuk, utang tadi bisa tak terbayar. Kalau utangnya berupa uang, ’kan bisa minta dispensasi dan penundaan pembayaran pada bank bersangkutan. Tapi bagaimana jika badan yang sengsara? Bukankah kata orang, nyawa itu tak ternilai harganya?

Nah, bagaimana dengan mereka yang telanjur berutang? “Obat satu-satunya, perlakukanlah tubuh secara normal. Jika memang ngantuk, ya tidur. Kalau lelah, beristirahatlah. Enggak usah ngutang energi ke lain tempat,” sambung Emon. Artinya, makan munumlah kafein secara cerdas (tahu kadar dan bahayanya) serta ingat dampak negatifnya jika sudah mulai melampaui batas.

Itu kalau mau tetap jadi penikmat kafein yang sehat!

DIarsipkan di bawah: 1, artikel

« ISLAM Vs VALENTINE   DAY Konjungtivitis »

l