kabar tpb - localisesdgs-indonesia.org · upaya kami untuk menyampaikan berbagai informasi...

8
Newsleer 1 PENTINGNYA KERJASAMA MULTI PIHAK DALAM PELAKSANAAN TPB HEADLINE Pelaksanaan Target-target TPB/ SDGs memiliki tujuan yang kompleks dan membutuhkan dukungan sumber daya yang dak hanya bertumpu pada pendanaan dari pemerintah. Kemitraan dan kolaborasi antara pemerintah, akademisi, organisasi masyarakat, mitra pembangunan, filantropi dan bisnis, dan media menjadi sangat penng untuk diinisiasi dan dindaklanju. Kerjasama mul pihak merupakan salah satu prinsip pelaksanaan TPB. LOCALISE SDGs mendorong pelaksanaan prinsip tersebut melalui pelahan lokal yang dilaksanakan pada tahun kedua program sejak Agustus- September 2019. Pelahan lokal di Provinsi Papua menjadi pembuka pelahan tersebut pada tanggal 8 Agustus 2019, bekerja sama dengan Bappenas, Kantor Staf Presiden Republik Indonesia, Kementerian Informasi dan Komunikasi, dan Pemerintah Provinsi Papua. Pelahan yang membahas proses pelaksanaan TPB di daerah ini diselenggarakan bersamaan dengan sosialisasi Pelahan Lokal LOCALISE SDGs di Provinsi Papua, 8 Agustur 2019 di Kantor Gubernur Provinsi Papua Foto :AFN/LOCALISE SDGS KABAR TPB Kabar TPB adalah salah satu media informasi dari program LOCALISE SDGs, sebuah program kolaborasi UCLG-ASPAC dan APEKSI dengan dukungan pendanaan dari Uni Eropa, dalam menyampaikan informasi terkait dinamika pelaksanaan TPB/SDGs kepada rekan-rekan mitra LOCALISE SDGs (16 provinsi, 14 kota dan lima asosiasi pemerintah daerah), serta pemerintah daerah non- mitra, dan aktor non-pemerintah (mitra pembangunan, filantropi, akademisi, media dan masyarakat) Informasi pada Kabar TPB dapat bersumber dari m program, asosiasi pemda dan pemerintah daerah. Kabar TPB juga adalah upaya kami untuk menyampaikan berbagai informasi perkembangan kebijakan, prakk baik dan inovaf pemerintah daerah dan pihak-pihak lain yang bekerja untuk pencapaian pembangunan berkelanjutan di Indonesia. Kami mengundang para pembaca untuk menyampaikan krik, saran, maupun kontribusi merupa arkel dan foto yang dilengkapi dengan capon terkait pelaksanaan TPB melalui email: kabartpb@uclg- aspac. Kabar TPB dapat diakses melalui [email protected] .dan FB: localise.sdgs

Upload: others

Post on 20-Jan-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Newsletter 1

PENTINGNYA KERJASAMA MULTI PIHAK DALAM PELAKSANAAN TPB

HEADLINE

Pelaksanaan Target-target TPB/SDGs memiliki tujuan yang kompleks dan membutuhkan dukungan sumber daya yang tidak hanya bertumpu pada pendanaan dari pemerintah. Kemitraan dan kolaborasi antara pemerintah, akademisi, organisasi masyarakat, mitra pembangunan, filantropi dan bisnis, dan media menjadi sangat penting untuk diinisiasi dan ditindaklanjuti.

Kerjasama multi pihak merupakan salah satu prinsip pelaksanaan TPB. LOCALISE SDGs

mendorong pelaksanaan prinsip tersebut melalui pelatihan lokal yang dilaksanakan pada tahun kedua program sejak Agustus- September 2019. Pelatihan lokal di Provinsi Papua menjadi pembuka pelatihan tersebut pada tanggal 8 Agustus 2019, bekerja sama dengan Bappenas, Kantor Staf Presiden Republik Indonesia, Kementerian Informasi dan Komunikasi, dan Pemerintah Provinsi Papua. Pelatihan yang membahas proses pelaksanaan TPB di daerah ini diselenggarakan bersamaan dengan sosialisasi

Pelatihan Lokal LOCALISE SDGs di Provinsi Papua, 8 Agustur 2019 di Kantor Gubernur Provinsi PapuaFoto :AFN/LOCALISE SDGS

KABAR TPBKabar TPB adalah salah satu media informasi dari program LOCALISE SDGs, sebuah program

kolaborasi UCLG-ASPAC dan APEKSI dengan dukungan pendanaan dari Uni Eropa, dalam menyampaikan informasi terkait dinamika pelaksanaan TPB/SDGs kepada rekan-rekan mitra LOCALISE SDGs (16 provinsi, 14 kota dan lima asosiasi pemerintah daerah), serta pemerintah daerah non-mitra, dan aktor non-pemerintah (mitra pembangunan, filantropi, akademisi, media dan masyarakat)

Informasi pada Kabar TPB dapat bersumber dari tim program, asosiasi pemda dan pemerintah daerah. Kabar TPB juga adalah upaya kami untuk menyampaikan berbagai informasi perkembangan kebijakan, praktik baik dan inovatif pemerintah daerah dan pihak-pihak lain yang bekerja untuk pencapaian pembangunan berkelanjutan di Indonesia. Kami mengundang para pembaca untuk menyampaikan kritik, saran, maupun kontribusi merupa artikel dan foto yang dilengkapi dengan caption terkait pelaksanaan TPB melalui email: kabartpb@uclg-aspac. Kabar TPB dapat diakses melalui [email protected] .dan FB: localise.sdgs

Jawa Barat turut mendukung pelaksanaan pelatihan lokal di masing-masing provinsi. Isu stunting, pemberdayaan perempuan dan reformasi birokrasi menjadi bahasan dari SDGs Center Universitas Lampung yang baru diresmikan pada awal tahun 2019 ini. Sementara SDGs Center Universitas Padjadjaran memberikan paparan riset terkait TPB yang sudah dilakukan, seperti baseline terhadap indikator TPB dan analisis ketimpangan pada wilayah pelaksanaan TPB.

Isu tematik kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan Barat menjadi pemicu yang dapat mempertemukan pemerintah, swasta dan organisasi masyarakat dalam pelatihan lokal di provinsi ini. PT. Sinar Mas sebagai pihak swasta menjelaskan bahwa mereka memiliki aktivitas pencegahan kebakaran hutan lahan yang lebih konkrit dan membentuk kelompok Masyarakat Siaga Api. Sementara organisasi lingkungan, Tropical Forest Conservation Act (TFCA) Kalimantan memberikan gambaran mengenai upaya-upaya konservasi dalam pengelolaan kebakaran hutan dan lahan. Berbagai model dan diskusi tentang keterlibatan multi-pihak ini tidak hanya mendukung TPB 17 (Kemitraan untuk Mencapai

Melalui pelatihan ini, saya mendapatkan

ilmu baru yang dapat mempermudah tugas-

tugas koordinasi antar pihak yang

saya lakukan dalam melakukan

implementasi TPB di Kabupaten Landak.-

Bapak Julimus, Kepala Bappeda Kab Landak,

Kalimantan Barat

“kemitraan multi pihak oleh ketiga kementerian tersebut.

Provinsi Maluku Utara, Lampung, Jawa Barat, Sulawesi Selatan dan Kalimantan Barat juga melaksanakan pelatihan serupa. Pelatihan ini tidak hanya melibatkan pemerintah daerah saja, tapi juga aktor non-pemerintah dari berbagai sektor.

Mitra pembangunan dari Jerman, GIZ, memperdalam pemahaman mengenai kemitraan kerjasama multi pihak kepada peserta pelatihan di Provinsi Sulawesi Selatan. PT. Sarana Multi Infrastruktur (SMI) memberikan informasi alternatif pembiayaan untuk mengakselerasi pembangunan infrastruktur di daerah. PT. SMI merupakan badan usaha milik negara dibawah pengawasan Kementerian Keuangan. Peserta dari kota dan kabupaten di Provinsi Maluku Utara mendapatkan kesempatan berdiskusi dengan Gubenur Maluku Utara, Drs. Samsuddin A. Kadir yang baru dilantik pada Mei 2019 mengenai pentingnya peran para pihak dalam pembangunan di Maluku Utara. Asosiasi Partisipasi Publik Internasional (IAP2) mendukung acara ini dengan memperkenalkan tools/instrumen analisis peran para pihak untuk mempermudah pelaksanaan kerjasama multi pihak nantinya.

Pusat Kajian TPB (SDGs Center) yang berada di Provinsi Lampung dan

Foto: ADS / LOCALISE SDGs

Newsletter 2

Foto bersama narasumber dari Mitra Pembangunan Jerman, GIZ di Pelatihan Lokal Provinsi Sulawesi Selatan. Foto; RM /LOCALISE SDGs

Seluruh Tujuan), tetapi juga TPB lain seperti Tujuan 3 (Kesehatan) di Provinsi Lampung, Tujuan 15 (Ekosistem Darat) di Provinsi Kalimantan Barat serta Tujuan 9 (Industri, Inovasi dan Infrastruktur) di Sulawesi Selatan. **SAS, ADS

Informasi terkait 17 tujuan dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan dapat diakses melalui www. localisesdgs-indonesia.org. atau scan QR code dibawah ini.

Newsletter 3

INOVASI PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGHADAPI STUNTING

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan stunting sebagai gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang dialami anak-anak akibat gizi buruk, infeksi berulang dan stimulasi psikososial yang tidak memadai. Anak-anak dikategorikan stunting jika tingga badan mereka lebih dari dua standar deviasi di bawah median standar WHO untuk pertumbuhan anak. Indonesia memiliki pravelansi stunting yang tinggi. Hasil pemantauan status gizi Kementerian Kesehatan pada tahun 2018 menyatakan bahwa prevalensi stunting untuk anak di bawah 2 tahun di Indonesia adalah 30,8% dan untuk anak di bawah 5 tahun 29,9%. Kedua angka tersebut berada di bawah standar yang ditetapkan WHO yang sebesar 20%.

Berdasarkan situasi ini, Pemerintah telah meluncurkan Strategi Nasional untuk Percepatan Pencegahan Stunting 2018-2024, yang terdiri dari 5 pilar: visi kepemimpinan dan komitmen, kampanye nasional dan komunikasi perubahan perilaku, konvergensi dan koordinasi di semua tingkat pemerintahan, ketahanan pangan dan gizi, dan pemantauan dan evaluasi. Pemerintah memprioritaskan 160 kabupaten untuk menerapkan strategi tersebut pada tahun 2018. Di antara 160 kabupaten tersebut, 17 kabupaten diantaranya terletak di Provinsi Lampung dan Provinsi Jawa Barat. Kedua provinsi tersebut adalah mitra Program LOCALISE SDGs.

KABAR DAERAHTentang LOCALISE SDGsProgram LOCALISE SDGs adalah upaya bersama UCLG ASPAC dan APEKSI untuk memberikan peningkatan kapasitas bagi Pemerintah Daerah dan asosiasi pemerintah daerah dalam implementasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) dengan dukungan finansial dari Uni Eropa. Program ini mencakup 16 provinsi, 14 kota di Indonesia serta lima asosiasi pemerintah daerah. Peningkatan kapasitas yang dimaksud meliputi penyadartahuan, pelaksanaan dan monitoring dan evaluasi TPB. Selain mendukung akselerasi pencapaian seluruh TPB, program ini juga secara spesifik mendukung TPB 17: Kemitraan untuk Mencapai Tujuan melalui Pelatihan Diplomasi Kota bagi pemerintah daerah anggota UCLG ASPAC untuk memperkuat kemampuan daerah dalam melakukan kerjasama untuk mencapai TPB. Informasi lebih lanjut terkait LOCALISE SDGSs dapat diakses melalui www.localisesdgs-indonesia.org

STUNTING DI JAWA BARAT

Provinsi Jawa Barat menghadapi situasi serupa dimana 13 kabupaten dari provinsi yang berdekatan dengan DKI Jakarta ini masuk dalam program intervensi stunting nasional. Pemerintah Jawa Barat telah menetapkan masalah stunting sebagai bagian dari lima prioritas mereka dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2018-2023. Pelaksanaan program

ini melibatkan lima aktor pembangunan di Jawa Barat: pemerintah, sektor swasta, akademisi, komunitas dan media. Provinsi ini meluncurkan program pengurangan stunting tingkat provinsi dan memperkenalkan Ojek Makanan Balita (OMABA), layanan pengiriman nutrisi anak-anak berbasis sepeda motor dengan fokus pada daerah yang memiliki angka stunting yang tinggi di Jawa Barat. Awalnya, OMABA adalah inisiatif lokal dari masyarakat di Bandung

Selatan yang bertujuan untuk mengurangi ketergantungan susu formula dengan menyediakan makanan bergizi bagi anak-anak di tahun 2012. Pada tahun 2016, kegiatan ini didukung oleh PT. Pertamina Persero untuk wilayah Bandung Selatan dan selanjutnya direplikasi di tingkat kota. Pada 2018, OMABA direplikasi di tingkat provinsi.

Kabupaten Sukabumi masuk sebagai salah satu kabupaten di

Newsletter 4

AKSELERASI AKSI PENGURANGAN STUNTING DI PROVINSI LAMPUNG

Sumber: transumatera.com

Provinsi Lampung mengalami peningkatan angka prevalensi stunting sejak tahun 2015. Kabupaten Lampung Selatan adalah salah satu dari empat kabupaten yang masuk wilayah fokus pelaksanaan Strategi Nasional untuk Penurunan Stunting di Provinsi Lampung. Data dari Dinas Kesehatan Provinsi Lampung pada tahun 2015 menunjukkan bahwa prevalensi stunting di Kabupaten Lampung Selatan adalah sebesar 23,2% yang naik menjadi 24,8% di tahun 2018 dan 30,3% di tahun 2017. Dinas Kesehatan Provinsi Lampung kemudian memprakarsai Lampung Stunting Agency (LSA) untuk

mendukung dan melembagakan komitmen guna mengatasi masalah stunting. Saat ini LSA sedang dalam proses legitimasi untuk menjadi peraturan gubernur (Dinkes Provinsi Lampung, 2019). Di tingkat kabupaten, Pemerintah Lampung Selatan, mendeklarasikan komitmennya untuk mengurangi stunting hingga 0% pada tahun 2023, sebagai upaya untuk mengakselerasi pencapain TPB 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera.

Kabupaten Lampung Selatan juga telah terlibat aktif dalam program nasional, Program

Keluarga Harapan (PKH) yang dapat membantu mengurangi prevalensi stunting. Program ini merupakan bantuan sosial bersyarat untuk keluarga miskin yang memungkinkan keluarga miskin untuk mengakses layanan kesehatan dan pendidikan dasar, selain mendapatkan uang tunai untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Kabupaten Lampung Selatan juga mengintegrasikan program distribusi beras untuk keluarga di bawah garis kemiskinan atau beras untuk keluarga prasejahtera (ranstra). Program ini menyediakan asupan gizi minimum sebagai bagian dari pencegahan stunting. Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan juga bekerja sama dengan organisasi masyarakat sipil, bidan desa, dan kader posyandu sebagai garda depan untuk meningkatkan kesadaran dan memantau pelaksanaan ranstra sambil memastikan koordinasi yang erat dengan berbagai dinas pemerintah setempat seperti Dinas Sosial dan Dinas Pendidikan. Hasilnya, angka kasus stunting di Desa Way Gelam, Lampung Selatan, misalnya menurun dari 37 menjadi 27 kasus 1.

1 https://www.lampost.co/berita-dalam-kurun-ti-ga-tahun-tren-cakupan-balita-mangalami-stunting-di-lamsel-meningkat.html

INFO DAN PELUANG

Newsletter 5

bawah program intervensi stunting nasional, dengan tingkat stunting sebesar 37,6% (2018). Pemerintah kabupaten telah memberikan program yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan pendidikan tentang stunting di antara para ibu. Kegiatan ini dipimpin oleh para bidan lokal bernama Komunitas Bidan Siaga. Program ini membantu ibu-ibu di setiap area layanan bidan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang kesehatan ibu, nutrisi yang baik untuk ibu dan bayi, dan tumbuh kembang anak dari usia nol hingga tujuh tahun. Kegiatan pendidikan ini juga menggunakan smartphone sehingga para ibu dapat mengakses informasi

dengan mudah dan dapat secara aktif berinteraksi dengan ibu-ibu lain melalui grup whatsApp.

Inovasi dari Provinsi Lampung dan Provinsi Jawa Barat menunjukkan bagaimana pemerintah daerah di kedua provinsi ini berinovasi dan menerapkan langkah kontekstual dan konkret dalam menangani masalah stunting. Keduanya juga mencerminkan bagaimana desentralisasi dapat memberikan peluang penting bagi pemerintah daerah untuk mengejar ide-ide inovatif mereka, dengan sumber daya dan upaya mereka sendiri. Semua cerita ini mengarah pada satu tujuan

bersama: menghapuskan stunting, yang berkontribusi pada Tujuan Pembangunan Berkelanjutan No. 2 (Tanpa Kelaparan), No. 3 (Kehidupan Sehat dan Kesejahteraan), No. 5 (Kesetaraan Gender) dan No. 8 (Pekerjaan yang Layak dan Pertumbuhan Ekonomi). Upaya-upaya yang dilaksanakan oleh kedua pemerintah daerah ini juga memperlihatkan pentingnya kemitraan multi pihak kuntuk mengakselerasi upaya pencapaian TPB. **SAS, ADS

AMBON TERPILIH MENJADI KOTA KREATIF DUNIA

REVIEW BUKUJudul: Pengalaman Praktek Terbaik Otonomi Daerah Di Indonesia 2019

Terbitan : Direktorat Jenderal Otonomi Daerah Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia

Tahun Terbit: 2019

Jumlah Halaman: 228 halaman

KABAR DAERAH

Kota Ambon baru saja memperoleh predikat kota kreatif konsentrasi bidang musik dari UNESCO, lembaga PBB yang menangani pendidikan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Ambon adalah satu dari 66 kota yang ditetapkan UNESCO sebagai kota kreatif tahun ini. Penetapan yang bertepatan dengan peringatan Hari Kota Sedunia, 31 Oktober 2019 ini menjadikan Kota Ambon masuk jajaran kota kreatif UNESCO dari Indonesia. Predikat serupa juga diperoleh oleh Kota Pekalongan dan Kota Bandung, masing masing pada tahun 2014 dan tahun 2015.

Kota Ambon adalah rumah bagi sejumlah musisi terkemuka Indonesia, seperti Glen Fredly, Harvey Malaiholo, Ruth Sahanaya dan Daniel Sahuleka. Potensi dan budaya musik yang dimiliki Kota Ambon juga menjadi modal sosial

Buku Pengalaman Praktik Terbaik Otonomi Daerah adalah sebuah buku berisikan dokumentasi inovasi dan praktik sukses 23 pemerintah daerah yang terdiri dari 10 kabupaten, 10 kota dan 3 provinsi yang mendapatkan penghargaan Karya Bhakti Praja Nugraha dari Kementerian Dalam Negeri tahun 2018. Penghargaan ini adalah bentuk apresiasi bagi kinerja Kepala Daerah dalam menyelenggarakan Pemerintah Daerah. Kementerian Dalam Negeri, dalam hal ini Direktorat Jenderal Otonomi Daerah melakukan evaluasi tahunan kinerja pemerintah daerah, yang disebut dengan Evaluasi Kinerja dan Peningkatan Kapasitas Kerja Daerah. Evaluasi ini sendiri mengacu pada Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) tahun terbaru. Buku setebal 228 halaman ini merupakan hasil evaluasi berdasarkan LPPD tahun 2017.

Pemerintah Daerah yang mendapatkan apresiasi yaitu untuk tingkat kabupaten: Banyuwangi, Bintan, Bone, Bulukumba, Gianyar, Karanganyar, Kuningan, Pasuruan, Pohuwatu, dan Sidoarjo. Untuk tingkat kota: Banjar, Cimahi, Gorontalo, Makassar, Madiun, Denpasar, Semarang, Surabaya, Pekanbaru, dan Tangerang. Untuk provinsi: Jawa Barat, Jawa Timur dan Nusa Tenggara Barat. **SAS

saat bangkit dari situasi pasca kerusuhan etnis-politis. Maka tidak berlebihan jika Pemerintah Kota Ambon dibawah pimpinan Bapak Richard Louhenapessy menjadikan musik sebagai salah satu fokus branding Kota Ambon, yang disandingkan dengan potensi lainnya yaitu ikan dan cita-cita untuk hidup damai. Ketiga hal ini menjadi tagline Kota Ambon “Peace-Fish-Music”. Keseriusan memaksimalkan potensi musik terlihat dari pembangunan infrastruktur berupa pusat dokumentasi musik dan studio rekaman bertaraf internasional. Predikat Kota Kreatif ini dapat juga dipandang sebagai kontribusi Kota Ambon pada pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB), tujuan no 11 Kota dan Pemukiman Berkelanjutan, target 4 yaitu menjaga warisan budaya dunia dan warisan alam dunia. Kota Ambon adalah ibu kota Provinsi Maluku, salah satu provinsi mitra program LOCALISE SDGs UCLG ASPAC – APEKSI. **ANF, SAS

Foto: www.sindonews.com

Cover Depan Buku Pengalaman Praktek Terbaik Otonomi Daerah di Indonesia 2019

Newsletter 6

TANCAP NIKAH: MENDORONG GENERASI UNGGUL DI KOTA GORONTALO MELALUI KMP

KABAR DAERAH

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata tancap berarti mempercepat bekerja (belajar dan sebagainya) untuk menutupi ketinggalan. Namun kata tancap dalam program Tancap Nikah Generasi Unggul di Kota Gorontalo, bukan berarti mempercepat pernikahan. Kata ‘tancap’ pada Tancap Nikah disini adalah kepanjangan Tanda Aman Calon Pengantin Nikah, sebuah program kerja Dinas Kesehatan Kota Gorontalo yang diluncurkan tahun 2017 untuk membantu menurunkan angka kematian ibu. Saat program ini dimulai, angka kematian ibu (AKI) adalah 7 kasus/100.000 kelahiran hidup, dan setelah dua tahun, AKI di Kota Gorontalo menurun menjadi 3 kasus/100.000 kelahiran, yang diklaim oleh Dinas Kesehatan Kota Gorontalo sebagai salah satu dampak dari program Tancap Nikah. Hal ini dapat berkontribusi pada naiknya indeks pembangunan manusia (IPM) Kota Gorontalo yang menjadi aset pembangunan penting untuk kemajuan kota.

Untuk dapat mengikuti Program Tancap Nikah, pasangan calon pengantin bisa mendaftarkan diri di Kantor Urusan Agama (KUA) Kota Gorontalo. Calon pengantin ini langsung mendapatkan pelayanan pemeriksaan kesehataan pra-nikah untuk mengetahui kondisi kesehatan masing-masing. Pelayanan kesehatan yang diperoleh secara gratis ini mencakup pemeriksaan gula darah, pencegahan penyakit sipilis serta suntik vaksin TT untuk mencegah tetanus. Bagi pasangan yang sudah mendapatkan

pelayanan pemeriksaan kesehatan dan tidak terdeteksi menderita penyakit tertentu, akan diberi sertifikat untuk kemudian diberikan kepada KUA sebagai dokumen persyaratan akad nikah. Dan jika salah satu calon pengantin terdeteksi menderita penyakit, maka calon pengantin tersebut akan mendapatkan pemeriksaan dan pengobatan lanjutan hingga kondisi kesehatannya kembali normal dan dapat melangsungkan pernikahan. Hingga tahun September 2019, sudah ada 3.336 pasangan yang mengikuti program Tancap Nikah.

Tancap Nikah Generasi Unggul merupakan kontribusi Kota Gorontalo dalam pencapaian TPB 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera dan TPB 5: Kesetaraan Gender, terutama untuk penurunan angka kematian ibu dan bayi baru lahir, mengurangi angka kematian akibat penyakit tidak menular serta menjamin akses universal terhadap kesehatan seksual dan reproduksi, dan hak reproduksi. Salah satu kunci keberhasilan Tancap Nikah Generasi Unggul adalah kerjasama,kemitraan dan kolaborasi erat antara Dinas Kesehatan, Kantor Urusan Agama, pihak Gereja, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat, PKK pada setiap kelurahan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Gorontalo dan Politeknik Kesehatan Gorontalo. Contoh kerjasama ini merefleksikan upaya pemerintah daerah dalam pelaksanaan TPB 17:Kemitraan Untuk Mencapai Tujuan. **SAS, ADS

Newsletter 7

PENTINGNYA KERJASAMA MULTI PIHAK DALAM PENYUSUNAN RAD TPB

Pemerintah Daerah adalah garda depan dalam pelaksanaan TPB hingga 2030 nanti. Salah satu pemerintah daerah yang menjadi aktor pelaksana adalah Pemerintah Kota. Untuk edisi perdana Kabar TPB, tim LOCALISE SDGs mewawancarai Ibu Noerlinda, S.Kom, MT, Kasubdit Kesejahteraan Sosial, Desa dan Daerah Tertinggal, Bidang Pemerintahan dan Sosial Budaya, Bappeda Maluku Utara untuk berbagi tentang pelaksanaan TPB di Maluku Utara. Berikut hasil wawancara singkat yang diambil saat acara pelatihan terkait penyusunan RAD TPB di Jakarta, 30 Oktober 2019 lalu.

Tim LOCALISE SDGs (TL): Ibu Noerlinda terimakasih sudah meluangkan waktu untuk wawancara bersama kami. Sebagai pembuka, boleh Ibu ceritakan sedikit tentang pelaksanaan TPB di Provinsi Maluku Utara?

Ibu Noerlinda (IN): Provinsi Maluku Utara saat ini sudah memasuki tahun kedua pelaksanaan TPB. Tahun pertama kemarin, kami fokus pada sosialisasi TPB guna memahami hal terkait TPB. Pada tahun kedua ini, kami masuk pada tahap penyusunan Rencana Aksi Daerah (RAD) TPB yang diamanatkan oleh Pemerintah Pusat melalui Peraturan Presiden No 59 tahun 2017 tentang Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.

TL: Apa tantangan yang Ibu hadapi di tahap kedua ini?

IN: Maluku Utara baru saja mengalami pergantian pemimpin dan otomatis Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) perlu disusun dan selesai dalam kurun waktu 3-6 bulan paska pelantikan. Fokus kami adalah mendukung proses penyusunan RPJMD baru ini sampai selesai selain juga menyusun RAD TPB. Hal ini menjadikan tantangan tersendiri bagi kami. Untuk RPJMD yang saat ini sedang dalam tahap finalisasi, kami sudah pastikan TPB sudah terintegrasi dengan baik, kemudian baru kami secara penuh memusatkan perhatian pada penyusunan RAD TPB. Sebenarnya RAD sendiri sudah kami pelan-pelan kerjakan sejak tahun kemarin. Namun kami memutuskan untuk fokus pada RPJMD terbaru agar tidak mengulang pekerjaan penyusunan dari awal lagi.

TL: Maluku Utara sebagai mitra LOCALISE SDGs sudah berpartisipasi pada pelatihan lokal dalam kurun waktu 2018-2019. Apa saja manfaat yang diperoleh dari partisipasi pada pelatihan lokal tersebut?

IN: Pelatihan Lokal yang diselenggarakan oleh LOCALISE SDGs sangat membantu kami terutama ada saat mensosialisasikan TPB kepada OPD dan Kabupaten/Kota, serta kampus dan perusahan-perusahaan yang ada di Maluku. Selain itu juga, melalui pelatihan ini kami sendiri semakin paham

keterlibatan pihak lain. Kalau selama ini, dalam pelaksanaan program interaksi kami terhenti di OPD dan jarang ke lapangan, maka saat pelaksanaan TPB, setidaknya saat penyusunan RAD, kami harus merangkul banyak pihak, terutama aktor non-pemerintah. Pelatihan Lokal LOCALISE SDGs memudahkan kami untuk mengajak mereka berpartisipasi, karena para aktor non-pemerintah sudah terpapar TPB , terutama untuk pengisian matriks 3 pada dokumen RAD TPB Provinsi Maluku Utara.**SAS

OPINI SDGs

Foto: SAS/LOCALISE SDGs

Newsletter 8