modul praktikum tpb-2014

105
MODUL PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PENGUJIAN BENIH Oleh : Tim Penyusun LABORATORIUM PEMULIAAN TANAMAN JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

Upload: willis-rinjani

Post on 19-Jan-2016

125 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

modul praktikum

TRANSCRIPT

Page 1: Modul Praktikum Tpb-2014

MODUL PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH

PENGUJIAN BENIH

Oleh :Tim Penyusun

LABORATORIUM PEMULIAAN TANAMAN JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

Page 2: Modul Praktikum Tpb-2014

LEMBAR PENGESAHAN

No MATERI ASISTEN LAPORAN KETERANGANTanggal

DiserahkanTanggalDisetujui

ABSENSI KEGIATAN PRAKTIKUMNo Hari /Tgl Kegiatan Asisten1234567891011121314

Foto

Page 3: Modul Praktikum Tpb-2014

TATA TERTIB PRAKTIKUM TEKNOLOGI BENIH

A. Ketentuan Sebelum Praktikum Praktikan datang tepat waktu, bagi yang terlambat lebih dari 10 menit tidak

diperkenankan mengikuti praktikum pada hari itu. Setiap kali praktikum, praktikum, praktikan membawa jas lab dan petunjuk

praktikum. Sebelum masuk ruang praktikum, praktikan menyerahkan laporan praktikum

sementara.

B.Ketentuan Selama Dan Sesudah Praktikum Setelah praktikum, setiap kelompok membereskan semua alat yang dipakai dan

mengembalikannya pada laboran sesuai dengan jumlahnya. Setiap praktikan atau kelompok mengganti alat yang rusak atau hilang selama

dipinjam sebelum ujian akhir praktikum (UAP). Post test/pre test diadakan sebelum atau sesudah praktikum Hasil pengamatan selama praktikum dilaporkan segera setelah praktikum selesai hari

itu sebagai laporan sementara. Untuk pengamatan yang melibatkan kelompok lain (kolektif) setiap kelompok harus menempelkan hasil pengamatannya di papan pengumuman yang telah disediakan.

C. Laporan Praktikum dan Tugas Laporan praktikum dikerjakan di rumah dan dikumpulkan 1 (satu) minggu setelah

pengamatan terakhir dilakukan, Dikumpulkan secara kolektif menurut asisten yang membimbing pada saat praktikum

Laporan sementara praktikum boleh ditulis tangan dengan syarat tulisan harus rapi, dan asisten berhak mengembalikan laporan tsb jika laporan dianggap tidak layak untuk dikumpulkan dan dikoreksi.

Laporan dan tugas yang diberikan dikumpulkan tepat waktu, keterlambatan dalam mengumpulkan akan dikenai sanksi pengurangan nilai.

D. Tidak Dapat Mengikuti Praktikum Praktikan yang dengan terpaksa tidak dapat mengikuti praktikum yang sudah

dijadwalkan pada kelompoknya, harus melapor ke koordinator asisten untuk mendapatkan ijin mengikuti praktikum pada kelompok lain.

Praktikan yang tidak dapat mengikuti praktikum sampai 2 (dua) kali tanpa keterangan dianggap mengundurkan diri dan praktikumnya dianggap gugur

E. Mengikuti Praktikum pada Kelompok Lain1. Mahasiswa yang mengikuti praktikum pada kelompok lain harus sudah seijin asisten

kelompok yang diikuti, setelah sebelumnya sudah melapor ke asisten kelompok asal, dan telah mengkonfirmasi pada koordinator asisten.

2. Praktikan yang sudah selesai mengikuti praktikum pada kelompok lain, melapor kembali pada asisten kelompok asal dan menyerahkan laporan pada asisten kelompok asal.

F. Mahasiswa Dilarang : Membawa buku laporan praktikum mahasiswa angkatan sebelumnya kedalam ruang

praktikum. Makan, minum dan merokok didalam ruang praktikum.

Page 4: Modul Praktikum Tpb-2014

G. Hal-hal lain yang belum tercantum dalam tata tertib ini diatur kemudian

Malang, Maret 2014

Koordinator Praktikum Teknologi Produksi Benih

Page 5: Modul Praktikum Tpb-2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga

Modul Praktikum Teknologi Produksi Benih dapat terselesaikan dengan baik.

Modul ini disusun sebagai buku penuntun praktikum mata kuliah Teknologi

Produksi Benih bagi mahasiswa S-1 Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Dalam

pelaksanaan praktikum, mahasiswa diharapkan lebih mudah memahami tujuan pelaksanaan

praktikum dalam melaksanakan kegiatan praktikum.

Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan modul ini masih terdapat kesalahan

dan kekurangan, oleh karena itu, penyusun mengharapkan saran sebagai masukan guna

kesempurnaannya. Terakhir, semoga modul ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca

Malang, Maret 2014

Tim Penyusun

Page 6: Modul Praktikum Tpb-2014

I. PENGENALAN ANATOMI DAN MORFOLOGI BIJI TANAMAN

1. PENDAHULUAN

Menurut bentuknya, biji terbentuk dari suatu bakal biji (ovule) masak, yang mengandung embrio dan cadangan makanan serta dibagian luarnya terdapat pelindung biji atau kulit biji.

Embrio:Embrio yang perkembangannya sempurna pada umumnya terdiri dari struktur-struktur sebagi berikut :

Epikotil atau plumula, yaitu calon pucukKotiledon, yaitu keping bijiHipokotil, yang merupakan daerah transisi antara akar dan pucukRadikel, yaitu calon akar.

Cadangan makanan :Pada umumnya cadangan makanan pada biji tanaman terdiiri dari karbohidrat, lemak, protein atau mineral. Struktur yang berfungsi sebagai jaringan penyimpanan cadangan makanan antara lain : emdosperm, kotiledon dan perisperm.

Pelindung biji :Pada umumnya kulit biji berasal dari integumen bakal biji yang mengalami modifikasi selama berlangsungnya proses pembentukan biji.Fungsinya untuk melindungi biji terutama dari faktor luar yang dapat merugikan kelangsungan hidup embrio. Oleh karena itu biasanya bagian luar kulit biji terdiri dari jaringan yang kuat atau keras, sedangkan bagian dalamnya tipis dan berselaput. Pengetahuan dasar tentang struktur biji sangat penting untuk menangani berbagai masalah di bidang teknologi benih, misalnya benih keras dalam perkecambahan.

2. TUJUAN PRAKTIKUMMahasiswa dapat mengenal sifat-sifat anatomi dan morfologi dari biji-biji tanaman sub-kelas monokotiledon dan dikotiledon, yang diamati secara makroskopis dan mikroskopis atau dengan mencari dan melihat dari pustaka.

3. ALAT DAN BAHANAlat yang diperlukan untuk melaksanakan praktikum antara lain :

- cawan petri- pisau skalpel / cutter- pinset

- kaca pembesar- mikroskop binokuler

Page 7: Modul Praktikum Tpb-2014

Bahan yang dipergunakan antara lain :- sub-kelas monokotiledon : jagung, padi, sorghum, gandum- sub-kelas dikotiledon : kacang hijau, kedelai, kacang tanah

4. PELAKSANAAN PRAKTIKUMPelaksanaan secara makroskopis :

1. Contoh biji yang disediakan diletakkan diatas cawan petri, kemudian lakukan pengamatan makroskopis dengan bantuan kaca pembesar.

2. Catat bentuk, ukuran, tekstur permukaan dan warna3. Buat gambar berdasarkan pengamatan makroskopis terutama mengenai bentuk biji.

Dapat diperbesar untuk kejelasan gambar4. Potong biji, buat gambar penampang melintang dan membujur dari biji contoh,

sebutkan bagian-bagiannya.

Pelaksanaan secara mikroskopis :1. Contoh biji diletakkan dibawah mikroskop dengan pembesaran yang sesuai2. Buat gambar berdasarkan pengamatan mikroskopis mengenai : bentuk, tekstur

permukaan dan ciri-ciri lain yang ada3. Lakukan irisan melintang dan membujur pada contoh biji. Amati dibawah mikroskop

dan gambarkan serta sebutkan bagian-bagiannya.

5. HASIL PENGAMATAN

A. Pelaksanaan secara makroskopis

Gambar 1 Dikotil MonokotilIrisan Melintang

Irisan Membujur

Benih Utuh

Page 8: Modul Praktikum Tpb-2014

B. Pelaksanaan secara mikroskopis

Gambar 2 Dikotil MonokotilIrisan Melintang

Irisan Membujur

Benih Utuh

Page 9: Modul Praktikum Tpb-2014

II TIPE-TIPE PERKECAMBAHAN BENIH

1. PENDAHULUANProses perkecambahan benih merupakan suatu rangkaian perubahan perubahan morfologi, fisiologi dan biokimia. Proses perkecambahan secara umum berkaitan dengan kecepatan maupun karakterisitik benih yang dipengaruhi oleh faktor genetik, lingkungan dan dormansi benih. Tipe pertumbuhan awal suatu perkecambahan benih tanaman terbagi menjadi dua, yaitu : epigeal dan hipogeal. Dengan mengetahui tipe perkecambahan suatu benih tanaman akan sangat bermanfaat dalam aplikasi budidaya tanaman, salah satunya adalah cara penanaman benih dan kedalaman tanam.

2.TUJUAN PRAKTIKUMMahasiswa dapat mengetahui dan membedakan tipe-tipe perkecambahan beberapa jenis tanaman serta dapat mengamati perubahan dalam fase-fase perkecambahan benih.

3. ALAT DAN BAHANAlat yang digunakan :

- cetok- bak plastik - ember

Bahan yang digunakan :- pasir- benih jagung, padi, kacang tanah, kedele- air

4.PELAKSANAAN PRAKTIKUM1. Isi bak plastik dengan pasir sampai ¾ tinggi bak, siram dengan air sampai lembab, jangan

terlalu basah/tergenang.2. Tanam benih sekitar 2 butir tiap jenis yang disediakan pada bak tersebut dengan

kedalaman sekitar 1 – 2 cm dari permukaan pasir.3. Siram kembali dengan sedikit air agar lembab (JANGAN SAMPAI TERGENANG !!!)4. Siram bila media pasir mengering setiap hari5. Amati setiap hari selama 7 hari dengan cara mencabut 1 yang ditanam dengan hati-hati.

Jaga jangan sampai rusak akar dan tunasnya.6.Parameter pengamatan pada tipe perkecambahan benih :

- kondisi benih- panjang akar- panjang tunas- gambarkan fase-fase perkecambahan benih mulai saat tanam sampai hari ke-7

Page 10: Modul Praktikum Tpb-2014

4. HASIL PENGAMATAN

Page 11: Modul Praktikum Tpb-2014

III. EKSTRAKSI DAN PENGERINGAN BENIH

1. PENDAHULUANBiji tanaman yang akan dipergunakan sebagai benih, pada saat pemanenan melalui tahapan pengolahan (prosesing). Pengolahan benih meliputi : perontokan, ekstraksi dan pengeringan benih. Perontokan dan ekstraksi benih dilakukan untuk memisahkan biji dari bagian buah atau bagian tanaman lainnya. Perontokan merupakan pengolahan benih pada tipe buah kering, sedangkan untuk tipe buah basah sistem pengolahan benih dilakukan dengan cara ekstraksiPengeringan benih dilakukan untuk menurunkan kadar air dalam biji sampai batas yang telah ditentukan. Biji-biji yang mengalami proses ekstraksi basah, pengeringan harus secepatnya dilakukan agar biji tidak menjadi rusak, karena selama proses ekstraksi kandungan air dalam benihnya dapat bertambah.Tingkat kemasakan benih dan metode ekstraksinya dapat mempengaruhi viabilitas benih. Benih yang terlalu muda atau terlalu tua biasanya bervigor rendah, demikian pula dengan metode prosesing benih. Pengolahan benih yang tidak tepat dapat merusak viabilitas benih

2. TUJUAN PRAKTIKUMMahasiswa mengetahui, dapat membedakan serta dapat melakukan pengolahan benih dengan cara perontokan dan ekstraksi

3. ALAT DAN BAHANAlat yang dipergunakan dalam praktikum ini :

- wadah untuk ekstraksi- pisau / cutter- saringan- pengaduk / skalpel- meja pengeringan

Bahan yang diperlukan- Cara perontokan : kacang tanah, jagung- Cara ekstraksi basah : tomat, ketimun, jambu biji- Cara ekstraksi kering : cabe besar, cabe kecil, labu, lengkeng

4. PELAKSANAANEkstraksi Kering :

1. Dipilih buah yang telah masak, kemudian dibelah menjadi dua bagian dengan menggunakan pisau pemotong.

2. Ambil biji yang terdapat pada bagian dalam buah tersebut dan letakkan dalam suatu wadah.

3. Bila biji cukup bersih dapat langsung dikering anginkan. Apabila belum bersih maka perlu dicuci dengan air kemudian disaring dan dikering-anginkan

Page 12: Modul Praktikum Tpb-2014

Ekstraksi Basah : 1. Buah yang telah masak dan masih segar, (misal tomat) dipotong kecil-kecil dengan

pisau sampai halus. Dapat juga dipergunakan alat penghancur/pencacah2. Dilakukan proses fermentasi :

a. Biasa:Hancuran daging buah dan biji letakkan dalam suatu wadah yang tidak mudah berkarat, kemudian ditutup. Biarkan selama beberapa hari ( 1-5 hari atau lebih).Pemeriksaan dilakukan setiap hari untuk melihat cairan berlendir yang melekat pada biji telah terurai hancur serta dilakukan pengadukan secara merata.

b. Bahan kimia: Hancuran daging buah dan biji letakkan dalam suatu wadah yang tidak mudah berkarat dan bereaksi dengan bahan kimia.Hati-hati tambahkan HCL sebanyak 50-80 ml untuk setiap 1 kg hancuran tomat, biarkan selama ½ jam.Tambahkan air untuk mengencerkan HCl, dan buang airnya dengan hati-hati, saring biji yang tertinggal.Cuci biji dengan air beberapa kali sampai bersih, pilih biji yang tenggelam ke dasar wadah dan tidak keriput lalu diletakkan diatas baki untuk dikeringkan.

PengeringanPengeringan dapat dilakukan dengan bantuan sinar matahari atau dengan menggunakan pengering buatan. Lama pengeringan tergantung pada tingkat kadar air yang dikehendaki.

- Pengeringan dengan sinar matahari- Biji diletakkan diatas baki pengering dengan ketebalan lapisan biji tidak lebih dari 2 x

tebal biji. Baki kemudian ditempatkan dibawah sinar matahari selama beberapa waktu sampai biji-biji tersebut kering dengan kadar air yang sesuai dengan yang ditentukan

- Pengeringan dengan pengering buatan- Apabila menggunakan pengering buatan dengan hembusan udara panas, maka suhu

udara panas yang dipergunakan sekitar 30ºC – 43º C dengan kecepatan yang disuaikan dengan ukuran biji yang dikeringkan.

Page 13: Modul Praktikum Tpb-2014

5. HASIL PENGAMATAN

A. Ekstraksi Basah

B. Ekstraksi Kering

Page 14: Modul Praktikum Tpb-2014

IV. PENGUJIAN DAYA BERKECAMBAH

1. PENDAHULUANPerkecambahan benih merupakan salah satu kriteria yang berhubungan dengan kualitas benih. Namun perkecambahan benih juga merupakan salah satu tanda dari beniih yang telah mengalami penuaan. Tujuan pengujian daya kecambah benih antara lain : untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan nilai penanaman benih, yaitu persentase perkecambahan dan jumlah benih yang dapat tumbuh ke permukaan tanah, melihat penurunan viabilitas benih dalam penyimpanan, menghitung kebutuhan benih dalam usaha tani, menilai kualitas benih serta menentukan batas daluarsa sertifikat benih.Pengujian daya berkecambah bertujuan untuk menentukan potensi perkecambahan maksimum dari suatu lot benih, yang dapat digunakan untuk membandingkan mutu benih dari lot yang berbeda, dan untuk menduga ”the field planting value” daya tumbuh dilapang.Pengujian pada kondisi lapang biasanya tidak memberikan hasil yang memuaskan karena tidak dapat diulang dengan hasil yang akurat. Oleh karena itu metode pengujian di laboratorium telah dikembangkan dimana kondisi lingkungan dikendalikan sedemikian rupa untuk mendapatkan tingkat perkecambahan yang optimal pada lot benih jenis tanaman tertentu.

2. TUJUAN Mahasiswa akan mengetahui cara melakukan dan mengevaluasi pengujian daya perkecambahan dan kekuatan tumbuh berbagai jenis benih tanaman.

Definisi :1. Perkecambahan.

Adalah proses perkembangan struktur esensial kecambah melalui tahapan-tahapan dimana struktur esensial menunjukkan kemampuan untuk berkembang secara normal dalam kondisi lingkungan yang sesuai (Favourable).

2. Persentase daya berkecambah.Proporsi berdasarkan jumlah (dinyatakan dalam persentase) yang menghasilkan kecambah normal dalam kondisi yang sesuai selama periode tertentu.

3. Struktur esensial kecambah.Struktur esensial kecambah yang akan berkembang menjadi tanaman normal meliputi ; sistem perakaran, tunas, kotiledon, titik tumbuh dan koleoptil (Poaceae/Gramineae).

4. Kecambah normal.Kecambah normal memperlihatkan potensi untuk berkembang lebih lanjut menjadi tanaman yang normal dalam kondisi yang optimum (kelembaban, suhu dan cahaya yang sesuai)

Untuk dapat diklasifikasikan sebagai kecambah normal, harus memenuhi salah satu kategori berikut :1. Kecambah sempurna

Page 15: Modul Praktikum Tpb-2014

Kecambah yang semua struktur esensialnya berkembang dengan baik, lengkap, proporsional dan sehat.

2. Kecambah dengan kerusakan ringanKecambah memperlihatkan terjadinya kerusakan ringan tertentu pada struktur esensialnya dengan kerusakan yang dapat diperbaiki sehingga kecambah berkembang normal dan seimbang sebagaimana kecambah normal pada pengujian yang sama.

3. Kecambah dengan infeksi sekunderKecambah yang masuk kriteria 1 dan 2 diatas, tetapi kecambah ini terserang cendawan atau bakteri yang bukan berasal dari benih tersebut.

4. Kecambah Abnormal.Kecambah tidak memperlihatkan potensi untuk berkembang menjadi tanaman normal, jika ditumbuhkan di media yang berkualitas baik dan di bawah kondisi kelembaban, suhu dan cahaya yang sesuai.Kecambah dikategorikan abnormal bila :a. Kecambah rusak.

Kecambah yang struktur esensialnya hilang atau mengalami kerusakan yang berat, sehingga tidak dapat berkembang menjadi tanaman normal.

b. Kecambah cacatKecambah dengan perkembangan yang lemah atau struktur esensialnya tidak terbentuk sempurna/tidak proporsional.

c. Kecambah busukKecambah yang struktur esensialnya terkena infeksi primer atau busuk yang menghambat perkembangan kecambah untuk menjadi kesambah normal.

5. Unit benih berkecambah banyak (Multi germ seed unit)Satu unit benih yang dapat menghasiulkan lebih dari satu kecambah.

6. Benih-benih tidak berkecambahBenih-benih yang tidak berkecambah sampai proses akhir periode pengujian dalam kondisi yang optimum, diklasifikasikan menjadi :

a. Benih keras.Benih yang tetap keras sampai akhir periode pengujian yang telah ditetapkan, jika diakibatkan oleh kekerasan atau kekedapan kulitnya hingga tidak mampu berimbibisi (menyerap air).Benih keras merupakan salah satu bentuk dormansi, misalnya benih dari Fabaceae (Leguminoceae)

b. Benih segarBenih-benih yang tidak dapat berkecambah dalam kondisi perkecambahan yang optimum, mampu berimbi bisi dan masih bersih, kuat serta memiliki potensi untuk berkembang menjadi kecambah normal.

c. Benih mati

Page 16: Modul Praktikum Tpb-2014

Benih yang pada akhir pengujian tidak termasuk benih keras atau segar, biasanya ditandai dengan benih busuk, lunak, berubah warna atau bercendawan dan tidak menunjukkan tanda-tanda perkembangan kecambah.

Kategori-kategori lainKategori ini dapat ditemukan pada semua jenis tanaman, khususnya benih tanaman pohon 1.Benih hampa

Benih yang benar-benar kosong atau hanya berisi jaringan sisa/residu;2. Benih tidak berembrio

Benih yang tidak berisi endosperma segar atau jaringan gametofit yang tidak memperlihatkan aktivitas sebagai embrio;

3. Benih rusak karena seranggabenih yang berisi larva serangga atau memperlihatkan bentuk-bentuk serangan serangga lainnya yang mempengaruhi kemapuan benih berkecambah;

c.PrinsipPengujian daya berkecambah harus dilakukan pada benih murni kecuali pada pengujian berdasarkan berat benih. Benih murni dapat diambil dari fraksi benih murni pada analisis kemurnian atau fraksi yang mewakili contoh kirimBenih yang diuji sebaiknya tidak diberi perlakuan kecuali benih-benih yang direkomendasikanUji ulang dapat dilakukan, jika uji ulang dilakukan setelah pemberian perlakuan benih maka hasil uji dan perlakuan benih harus dilaporkan pada laporan hasil ujiDalam pengujian daya berkecambah, contoh kerja dibagi dalam beberapa ulangan dan diuji pada kondisi yang optimum. 3. ALAT DAN BAHAN Peralatan yang diperlukan untuk daya berkecambah adalah: 1. Alat penghitung2. Alat Pengecambahan benih3. Meja daya berkecambah

Bahan yang diperlukan :1. Benih Jagung, padi dan kedele

Alat Penghitung BenihDua tipe penghitung benih yang sering digunakan : Counting boards dan Vacuum counters.

a.Counting Boards.Sering digunakan untuk menghitung benih-benih besar seperti jagung dan kacang-kacangan. Alat ini biasnya terbuat dari stainless, bentuk persegi panjang atau bujur sangkar yang terdiri dari dua plat. Plat I bagian bawah tidak berlubang dan Plat II bagian atas berlubang sebesar ukuran biji yang dimaksud.Ukuran plat II kecil dari plat I sehingga dapat ditarik.

Page 17: Modul Praktikum Tpb-2014

Jumlah lubang pada plat II biasanya 50 untuk benih ukuran besar seperti kedelai, jagung dan kacang-kacangan lainnya, sedang bila untuk padi dan gandum biasnya berjumlah 100 lubang.Cara pengoperasian : Plat I dan II pada posisi sejajar dengan plat II diatas plat I, hamparkan benih diatasnya agar lubang-lubang tersebut terisi penuh. Setelah lubang terisi penuh, buang sisa benih dan plat II ditarik keluar sedemikain rupa sehingga benih tersebut tertata rapi diatas substrat yang akan digunakan.

b. Vacuum CountersUmumnya alat ini digunakan untuk benih yang bentuknya seragam seperti serealia (misalnya gandum atau padi, Brassica (kubis-kubisan) dan TrifoliumAlat ini terdiri dari 3 bagian, yaitu :

1.System Vacuum, termasuk pipa;2.Ring penghitung (kepala/head) untuk menempatkan ring penghitung benih yang

ukurannya sedikit lebih kecil dibanding dengan ukuran/ luas substrat. Ring penghitung berisi 50 – 100 lubang.

3.Knop Vacuum release. Untuk keperluan ini maka vacuum cleaner juga dapat digunakan sebagai system vaccum.

Cara penggunaan:Taburkan benih pada bak plastik, taruh alat diatasnya dan hidupkan system

vacuum. Kelebihan benih ditaruh kembali, isi lubang-lubang kosong, hanya satu benih tiap lubang. Selanjutnya alat diletakkan diatas substrat dan tekan tombol vacuum-release sehingga benih jatuh beraturan diatas substrat.

Alat Pengecambahan beniha.Germinator cabinet/Electric germinatorAlat ini dapat digunakan untuk pengujian benih tanaman yang memerlukan cahaya ataupun tidak. Alat ini dilengkapi pengatur suhu kelembaban, sistem pemanasan dan pendinginan. Alat ini disebut juga Germinator Listrik / Electric Germinator

b. Ruang Perkecambahan (Germinator room)Ruang ini merupakan modifikasi dari Germinator Cabinet yang dibangun dengan prinsip yang sama, tetapi berukuran besar sehingg analis dapat masuk kedalamnya.Pengujian dapat dilakukan dengan menggunakan bak transparan yang tertutup rapat dan diletakkan pada meja dorong /trolley atau rak pengujian.Dipergunakan AC dan Humidifier untuk mengendalikan suhu dan kelembaban

c. Copenhagen Tank (Bell jar atau Alat Jacobsen)Alat ini terdiri dari bak air dan tempat perkecambahan untuk pengujian dengan metode Pada kertas/PK (Top of Paper). Kelembaban substrat selalu terjaga karena diberi sumbu yang dihubungkan dengan air serta ditutup dengan tudung transparan berbentuk seperfti lonceng yang bagian pusatnya mengecil dan berlubang (Bell-jar).Suhu tempat pengujian dikondisikan baik secara tidak langsung dengan pemanasan/pendinginan air didalam waterbath atau dikendalikan secara otomatis.

Page 18: Modul Praktikum Tpb-2014

Alat ini dapat digunakan untuk semua suhu konstan atau suhu berganti, tergantung pada desainnya.

4. PELAKSANAAN1. Contoh kerja; 400 benih diambil secara acak dari traksi benih murni. Jika sebelumnya

tidak melakukan pengujian kemurnian benih, maka 400 benih diambil secara acak dari contoh kirim. Benih yang terambil tersebut sesuai dengan klasifikasi benih murni.

2. Metode tanam; benih ditabur dalam 4 ulangan @100 butir. Jika ukuran substrat tidak mencukupi maka jumlah benih per 1 ulangan dapat ditabur dalam beberapa sub ulangan, masing-masing 25 atau 50 butir. Pada kondisi benih terinfeksi parah perlu dilakukan penggantian media kertas pada saat pengamatan antaraUntuk tiap komoditi membutuhkan persyaratan berkecambah atau perlakuan lainnya seperti ditetapkan pada tabel 16, antara lain :a. Metode menggunakan media kertas1. Pada Kertas/PK (Top of Paper)Benih diletakkan pada permukaan kertas basah yang terdiri dari satu atau beberapa lapis kertas (tergantung jenis kertas) yang telah diletakkan pada alat Jacobsen, cawan petri, boks perkecambahan yang tertutup atau baki-baki perkecambahan yang langsung diletakkan dalam germinator yang dijaga kelembabannya.Kertas berpori dan lembab atau kapas penghisap dapat digunakan sebagai dasar media.2.Antara Kertas/AK (Between Paper)Benih ditaburkan antara dua lapis kertas basah lalu dilipat atau digulung kemudian dimasukkan dalam boks atau kantong plastik atau diletakkan di baki dalam germinator dalam posisi mendatar atau berdiri.3.Antara Kertas Kipas (Plated Paper)Kertas dibuat seperti kipas atau akordion. Benih diletakkan diantara lipatan kertas kemudian diletakkan dalam kotak dan ditutup dengan plastik. Selanjutnya diletakkan dalam germinator. Metode ini dapat digunakan sebagai metode alternatif selain PK dan AK yang telah ditetapkan.

b. Metode menggunakan pasir1. Pada Pasir (Top of Sand / TS)Benih ditabur merata dan ditekan kedalam permukaan pasir yang telah diatur kelembabannya, kemudian diletakkan dalam germinator atau ruang yang kelembaban diatur.2. Dalam pasir (In Sand/S)Caranya seperti TS diatas, hanya kemudian ditimbun dengan pasir lembab setebal 1-2 cm, tergantung ukuran banih. Untuk menjamin aerasi yang baik, disarankan dilakukan penggarukan sebelum benih ditabur.Pasir lebih baik digunakan apabila;

Page 19: Modul Praktikum Tpb-2014

a.Terjadi kontaminasi pada media kertasb.Evaluasi kecambah meragukanc.Untuk tujuan pemeriksaan

c. Metode menggunakan tanah, komposMedia tanah dan kompos pada umumnya tidak direkomendasikan sebagai media pengujian primer, tetapi metode ini dapat digunakan apabila :1.Kecambah menampakkan gejala keracunan2.Evaluasi kecambah meragukan bila menggunakan media kertas/pasir;Penggunaan tanah dan kompos biasanya untuk tujuan pembanding atau pemeriksaan.

Evaluasi KecambahEvaluasi kecambah dilaksanakan terhadap kecambah yang tumbuh dengan kondisi optimum di laboratorium.Kecambah yang dievaluasi terbagi dalam 5 (lima) kategori:1.Kecambah normalTiga kategori yang termasuk kecambah normal a.Kecambah dengan pertumbuhan sempurnaTergantung jenis benih yang diuji, kecambah sempurna menunjukkan kombinasi spesifik pertumbuhan struktur penting seperti tersebut dibawah ini :

1. Sistem perakaran berkembang baika). Akar primer

- Panjang dan ramping- Dipenuhi dengan bulu akar- Ujung akar sehat/runcing

b). Akar sekunder - Merupakan tambahan akar primer - Tumbuh selama periode pengujian (Zea mays, Cucurbitae)c) Beberapa akar seminal Dapat dianggap sebagai pengganti akar primer pada beberapa genera (Triticum, Cyclamen, Avena, Hordeum, Secale, Triticosecale)

2.Batang yang berkembang baika). Hipokotil yang lurus dan langsing pada perkecambahan epigealb). Hipokotil pendek atau tidak terlihat. Tapi dengan perkembangan epikotil yang baik (Pisum, Asparagus) pada kecambah dengan perkecambahan hipogeal.c). Hipokotil dan epikotil memanjang pada beberapa genera perkecambahan epigeald. Mesokotil yang pendek atau memanjang pada beberapa genera tertentu (Poaceae / Gramineae)

3. Jumlah tertentu pada kotiledona). Satu kotiledon- Pada monokotil

Page 20: Modul Praktikum Tpb-2014

- Warna hijau atau berbentuk seperti daun (Allium)

b. Dua kotiledon- Pada dikotil- Warna hijau, berkembang seperti daun- Ukuran dan bentuk sesuai jenisnya, menunjukkan pertumbuhan epigeal- Atau setengah bulatan dan berdaging serta tetap tinggal di kulit biji di dalam tanah pada perkecambahan hipogeal

c. Jumlah kotiledon berbeda (2-18)- Pada konifera- Warna hijau, panjang dan sempit)

HASIL PENGAMATAN

Page 21: Modul Praktikum Tpb-2014

V. PEMECAHAN DORMANSI

1. PENDAHULUANBenih tanaman mengalami dormansi apabila benih tersebut sebenarnya benih masih hidup, namun belum juga berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan yang telah memenuhi persyaratan untuk perkecambahan benih. Dormansi benih tanaman beragam tergantung jenis tanaman dan lamanya mulai dari beberapa hari, musiman bahkan sampai tahunan.Dormansi dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :

b. Keadaan embrio ketidakmasakan embrio dan “after ripening”c.Keadaan fisik benih impermeabilitas terhadap air, ketahanan mekanis terhadap

pertumbuhan embrio, permeabilitas rendah terhadap O2 dan CO2.d. Pengaruh faktor fisiologis keperluan akan cahaya, suhu rendah, zat penghambat

perkecambahane.Kombinasi dari beberapa faktor diatas

Keadaan dormansi pada benih dapat mengurangi nilai uji perkecambahan benih. Oleh karena itu diperlukan cara-cara untuk dapat memecahkan atau mempersingkat masa dormansi benih tanaman.

2. TUJUAN PRAKTIKUMMahasiswa akan mempelajari beberapa cara yang dapat dipergunakan untuk memecahkan atau mempersingkat masa dormansi benih tanaman.

3. ALAT DAN BAHANAlat yang diperlukan :

- pinset- skalpel / pisau cutter- kertas gosok/amplas- gunting- cawan petri- stop-watch- panci alumunium- kompor listrik- beaker glass- termometer

Bahan yang diperlukan, antara lain :- substrat kertas merang- bahan kimia H2SO4, HCl, KNO3- benih tanaman pangan : padi, sorghum- benih tanaman hortikultura : bayam, sawi, jambu biji, flamboyan

4. PELAKSANAAN PRAKTIKUMPerlakuan mekanis

Page 22: Modul Praktikum Tpb-2014

1. Benih contoh uji diambil masing-masing 100 butir, lakukan pengguntingan pada bagian ujung kulit benih (clipping) atau pengikisan kulit biji (scratching) dengan menggunakan kertas gosok/amplas.

2. Benih dengan perlakuan (1) diuji perkecambahan dengan metode UDK masing-masing perlakuan diulang 4 kali

3. Buat satu ulangan tanpa perlakuan sebagai kontrol4. Bandingkan antara perlakuan dengan kontrol5. Lakukan pengamatan setiap hari

Perlakuan fisik, perendaman air panas / stratifikasi1. Benih contoh uji diambil masing-masing 100 butir. Masukkan contoh uji kedalam

kantong kemudian masukkan dalam air mendidih suhu ±40ºC selama 1-2 menit untuk benih padi dan sorghum.

2. Kantong diangkat selama beberapa menit, kemudian dicelupkan dalam air dingin selama 10 menit.

3. Benih dengan perlakuan (1) di uji daya perkecambahan dengan metode UDK, masing-masing perlakuan diulang 4 kali.Pengamatan dilakukan setiap hari sampai semua benih yang diberi perlakuan berkecambah atau dalam waktu tertentu Benih padi dan sorghum = 10 hariBenih bayam / sawi = 15 hariBenih Flamboyan = 21 hari

4. Pengamatan dan penilaian sama seperti pengamatan pada UDK5. Buat satu ulangan tanpa perlakuan sebagai kontrol

Buat :1. Grafik persentase perkecambahan untuk masing-masing kriteria normal, abnormal

dan mati2. Grafik laju perkecambahan3. Gambar kecambah normal abnormal dan mati untuk masing-masing perlakuan

Page 23: Modul Praktikum Tpb-2014

5. HASIL PENGAMATAN

Page 24: Modul Praktikum Tpb-2014

VI. ANALISIS KEMURNIAN BENIH

1. PENDAHULUANPengujian kemurnian benih sebaiknya merupakan analisis yang pertama kali dilakukan. Benih murni yang diperoleh dari hasil pengujian tersebut untuk kemudian digunakan untuksebagai bahan benih dalam pengujian yang lain, yaitu penetapan kadar air benihh dan daya kecambah benih (viabilitas).Definisi benih murni adalah benih yang sesuai dengan pernyataan pengirim benih atau secara dominan ditemukan di dalam contoh benih termasuk benih-benih varietas lain dalam jenis benih tersebut, seperti :

a. Benih utuh, benih muda, benih berukuran kecil, benih mengkerut dan benih sedikit rusak

b. Benih terserang penyakit atau benih yang mulai berkecambah tetapi benih tersebut masih bisa dikenali sebagai benih yang dimaksud. Jika sudah berubah karena sclerotia, smut balls atau nematoda galls, maka termasuk kotoran benih

c. Pecahan benih dengan ukuran yang lebih besar dari ½ ukuran semula. Khusus untuk familli Fabaceae (Leguminoceae), Brassicaceae (Cruciferaceae), Cupressaceae; Pinaceae, Taxaceae dan Taxodiaceae yang terkelupas kulit benihnya, termasuk kriteria kotoran benih. Pada leguminoceae jika kotiledon terpisah termasuk kriteria kotoran benih.

d. Benih tanaman lain; benih tanaman lain adalah benih tanaman selain yang dimaksudkan oleh pengirim. Penentuan benih tanaman lain sebagai kotoran benih sama seperti pada penentuan benih murni

e. Kotoran benih meliputi benih dan bagian dari benih serta bahan-bahan lain yang bukan dari benih antara lain : Pecahan benih dengan ukuran ½ atau < ½ ukuran normal Benih rusak tanpa lembaga (sudah hancur/rusak berat) Gabah hampa, floret steril (pada Composiate) Sekam, cangkang benih, kulit benih dan lain-lain

f. Bahan lain yang bukan merupakan bagian dari benih seperti : tanah, pasir, batu, batang jerami, daun, tangkai bunga, nematoda galls, sclerotia, smut balls, lemma, palea dan jamur

2. TUJUAN PRAKTIKUM :1. Mahasiswa mampu menentukan komponen benih berdasarkan persentase komponen

dalam contoh benih yang mencerminkan komposisi benih dalam lot. 2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi benih tanaman lain dan kotoran pada contoh

benih

3. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM- Berbagai jenis benih (jagung, padi, kacang tanah, kedelai, cabe)- Pembagi mekanis (mechanical divider)- Pinset

Page 25: Modul Praktikum Tpb-2014

- Sendok dan spatula- Meja kerja kemurnian- Kaca pembesar - Timbangan analitik

4. PELAKSANAAN PRAKTIKUMB. Pengambilan contoh kerja kemurnian

1. Contoh kerja kemurnian diambil dari contoh kirim dengan menggunakan alat pembagi benih atau dengan metode sendok atau dengan cara parohan yang dimodifikasi.

2. Apabila akan dilakukan analisis simplo, maka pengambilan contoh kerja hanya dilakukan satu kali. Sedangkan bila duplo maka pengambilan contoh kerja dilakukan 2 x ½ berat contoh kerja dengan cara mengulangi langkah pengambilan contoh kerja dari awal.

C. Penimbangan contoh kerja Timbang contoh kerja yang sudah diperoleh dalam satuan g (gram) baik

simplo maupun duplo, dengan ketentuan desimal penimbangan pada tabel

Analisis kemurnianMelakukan analisis kemurnian dengan memisahkan contoh kerja dalam komponen benih murni, benih tanaman lain dan kotoran benih dengan cara sebagai berikut :b. Contoh kerja kemurnian disebarkan di meja kerjac.Setiap benih diidentifikasi satu persatu secara visual berdasarkan penampakan

morfologi (bentuk, ukuran, warna, kemengkilapan, tekstur bagian luar) dan atau penampakan dibawah cahaya.

d. Semua benih tanaman lain dan kotoran benih yang ditemukan diambil dan dipisahkan dari benih murni.

e.Setiap komponen ditimbang dalam satuan gram dengan tingkat ketelitian sama dengan contoh kerja dan hasilnya dicatat di buku kemurnian analisis. Kemudian datanya dimasukkan ke kartu analisis.

f. Komponen-komponen tersebut disimpan sebagai arsip contoh kerja sampai batas waktu yang telah ditentukan.

Perhitungan.1. Satu contoh kerja (Simplo)

b. Jumlahkan berat ketiga komponen yang ditemukan. Bandingkan dengan berat contoh kerja awal. Jika terdapat kehilangan berat lebih besar dari 5% dari berat contoh kerja awal, maka harus dilakkan pengulangan analisis;

c. Buat persentase masing-masing komponen dalam 1 desimal.d. Jumlahkan persentase ketiga komponen tersebut. Jumlah total harus 100,0%. Jika

jumlah tersebut tidak 100,0% (misalkan 99,9% atau 100,1%) maka harus dilakukan penambahan atau pengurangan 0,1% pada persentase tertinggi (biasanya pada fraksi benih murni). Apabila lebih dari 0,1% maka perlu dilakukan pengecekan terhadap kesalahan.

Page 26: Modul Praktikum Tpb-2014

2. Contoh kerja parohan (Duplo)a. Gunakan cara seperti pada Simplo untuk masing-masing contoh kerja;b. Buat persentasenya untukn masing-masing komponen dalam kedua contoh kerja

tersebut dalam 2 desimal;c. Gunakan tabel toleransi untuk melihat variasi antara 2 ulangan seperti pada Bab

Toleransi Dalam Pengujian.d. Untuk pelaporan hasil jumlahkan berat keseluruhan benih murni, berat

keseluruhan benih tanaman lain, dan berat keseluruhan kjotoran benih serta berat keseluruhan contoh kerja, kemudian buat persentasenya berdasarkan jumlah total dari setiap komponen tersebut.

Rumus perhitungan persentase

% BM = BM ---------------------------- x 100% ( BM + BTL + KB )

% BTL = BTL ---------------------------- x 100% ( BM + BTL + KB )

% KB = KB ---------------------------- x 100% ( BM + BTL + KB )

Faktor kehilangan yang diperbolehkan maksimal 5% dihitung dengan rumus :

CK – ( BM + BTL + KB )--------------------------------- x 100% ≤ 5%

( CK )

Semua penimbangan dinyatakan dalam satuan gramKeterangan :

BM = Benih MurniBTL = Benih Tanaman LainKB = Kotoran BenihCK = Contoh Kerja

5. HASIL PENGAMATAN :Hasil analisis kemurnian ditulis dalam persentase dengan 1 desimal (1 angka dibelakang koma), Jumlah persentase berat dan semua komponen harus 100,0%. Komponen yang beratnya kurang dari 0,05% ditulis ”trace” yang berarti ada tetapi jumlahnya sedikit. Apabila

Page 27: Modul Praktikum Tpb-2014

ditemukan hasil nihil dari suatu komponen harus ditulis dengan angka 0,0% pada kolom yang disediakan (kolom – kolom pada kartu analisis tidak boleh dibiarkan kosong).Bila total komponen tidak 100,0% (misalnya 99,9% atau 100,1%), maka tambahkan atau kurangkan 0,1% pada komponen yang nilainya terbesar, biasanya pada fraksi benih murni.Nama ilmiah dari benih murni dan benih tanaman lain serta macam kotoran benih harus dilaporkan.

Page 28: Modul Praktikum Tpb-2014

VII. TPB HPT (HAMA)

PENDAHULUAN

A. Hama Gudang (Hama Pasca Panen)

Hama adalah hewan atau organisme yang aktivitasnya dapat menurunkan nilai

ekonomis dan merusak kualitas juga kuantitas produk pertanian. Hama berdasarkan tempat

penyerangannya dibagi menjadi 2 jenis yaitu hama lapang dan hama gudang/hama pasca

panen. Hama lapang adalah hama yang menyerang produk pertanian pada saat masih di

lapang. Hama gudang adalah hama yang merusak produk pertanian saat berada di gudang

atau pada masa penyimpanan.

Menurut Kertasapoetra (1991), hama pasca panen merupakan salah satu faktor yang

memegang peranan penting dalam peningkatan produksi. Hasil panen yang disimpan

khususnya biji-bijian setiap saat dapat diserang oleh berbagai hama gudang yang dapat

merugikan.

Hama gudang berpotensi  menyebabkan kehilangan hasil selama produk dalam

penyimpanan. Kehilangan hasil yang disebabkan oleh hama gudang dapat mencapai 10-15%

dari isi gudang. Serangga hama gudang adalah serangga yang telah teradaptasi pada

lingkungan penyimpanan dengan baik.

B. Sejarah Infestasi Hama Gudang

Dahulu pada saat petani bercocok tanam, hama pasca panen sangat sedikit sekali

ditemui, mereka bertahan hidup dengan tumbuh pada biji-bjian, seresah, kayu bekas pohon,

kotoran binatang, tanah dan terbawa oleh binatang lain seperti burung dan tikus. Pada saat itu

nenek moyang kita bertani hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, jadi hasil panen

mereka tidak memerlukan perlakuan khusus dalam sistem penyimpanannya. Seiring

berkembangnya jaman yang menyebabkan hasil pertanian tidak hanya untuk kebutuhan

sehari-hari melainkan juga karena desakan ekonomi yang didukung melimpahnya pakan,

terjadinya kelangkaan air dan berkembangnya perlakuan dalam sistem penyimpanan, para

petani mulai menyimpan hasil panen mereka pada tempat penyimpanan yang biasa kita sebut

gudang.

Pengertian gudang dapat dikemukakan bahwa gudang tidak hanya terbatas pada

wujud suatu bangunan yang dapat dipergunakan untuk menyimpan produk pertanian yang

biasanya tertutup rapat, melainkan pula meliputi setiap tempat penyimpanan, tempat apapun

Page 29: Modul Praktikum Tpb-2014

tanpa memperdulikan bentuk, ukuran serta letaknya yang ada kaitannya dengan hama gudang

dapat dianggap sebagai gudang.

Menurut Franklin G. Moore dalam “Production Control” (1961), gudang pada

umumnya terbagi atas gudang terbuka dan gudang tertutup. Pada gudang terbuka biasanya

ditempatkan bahan-bahan yang baru diambil, guna melindunginya sebelum dilakukan proses

pemilihan atau sebelum dilemparkan pada pedagang dan konsumen, nilai dari bahan-bahan di

sini dapat dianggap masih dalam transisi untuk dipersiapkan agar dapat dimasukkan gudang

tertutup.

Gudang tertutup adalah suatu tempat tertutup yang keadaan di dalamnya lebih

terpelihara, bahan-bahan yang disimpan ditempat ini biasanya yang telah disortir dan

memperoleh pengolahan-pengolahan, seperti pengeringan, pembersihan dari berbagai kotoran

dan biasanya ditempatkan lagi dalam tempat-tempat yang khusus (bakul, peti, karung, belek

dan lain sebagainya). Jadi hama gudang akan tetap ada walaupun bahan disimpan dalam

gudang tertutup dan telah mengalami beberapa pengolahan sebelumnya.

C. Klasifikasi Hama Gudang

Berbagai hama dalam gudang dapat diklasifikasikan menurut beberapa sifat dan

morfologi dari hama tersebut, yang dimaksud dengan klasifikasi atau penggolongan ialah

pengaturan individu dalam kelompok, penyusunan kelompok, penyusunan kelompok dalam

suatu sistem, data individu dan kelompok menentukan hama itu dalam sistem tersebut. Letak

hama itu dalam sistem sudah memperlihatkan sifatnya.

Berdasarkan hasil penggolongan para taksom, hama gudang yang penting/primer

terbatas pada serangga, burung dan mamalia. Kelompok pada serangga tergolong dalam 2

ordo yaitu Coleoptera dan Lepidoptera. Hama gudang yang tergolong hama sekunder

merupakan hama gudang yang kurang penting, artinya sifat kerusakannya merupakan gejala

sekunder pada bahan simpanan, seperti: Mites (kelas Arachnoidea, ordo Acarina), Kecoak

(ordo Orthoptera), Renget/gegat (ordo Thysanura), Collembola (ordo Collembola), Semut

(ordo Hymenoptera) dan lain-lain, akan tetapi walaupun hama yang kurang penting daya

perusakannya dan hanya bersifat sekunder saja, kalau terlalu banyak populasinya tentunya

kerusakan sekunder yang dilakukannya akan menimbulkan kerugian yang cukup besar.

Menurut Linsley (1944), hama pasca panen dapat dikelompokkan menjadi delapan,

yaitu:

Page 30: Modul Praktikum Tpb-2014

1. Spesies yang menginvestasi biji-bijian, yaitu spesies dari family Gelechiidae ,Bruchidae

dan Curculionidae.

2. Spesies pemakan jamur, yaitu ordo Lepidoptera dan Coleoptera.

3. Spesies pemakan tanaman mati, yaitu larva ngengat yang termaduk dalam family Phytidae.

4. Spesies pemakan binatang mati yaitu kumbang dari family Dermestidae dan beberapa jenis

ngengat dari family Tineidae.

5. Cucujidae dan Tenebrionidae (Tribolium spp., Cryptoleste sp., Tenebroides mauritanicus,

Palorus sp., Gnatocerus sp. Dan Latheticus sp.)

6. Penggerek binatang dan pemakan kayu, yaitu beberapa spesies serangga dalam famili

Anobiidae yaitu Lasoderma serricorne dan Stegobium panecium dan famili Bostrichidae

yaitu Rhyzopertha dominica.

7. Scavenger pada sarang serangga lain, contohnya sarang tawon, dalam

familiGalleriidae, Phycitidae, Ptinidae dan Dermesitidae.

8. Predator dan Parasitoid, dalam ordo Hemiptera (kepik), Diptera dan Hymenoptera

(tawon).

Page 31: Modul Praktikum Tpb-2014

D. Faktor Yang Mempengaruhi Penyebaran Dan Kelimpahan Hama Gudang

1. Suhu, Kadar Air Biji Dan Sumber Makanan

Masa perkembangan, ketahanan hidup dan produksi telur serangga hama pascapanen

tergantung pada kesesuaian lingkungan dan makanan.  Laju populasi serangga dapat

meningkat sebagai hasil dari masa perkembangan yang singkat, ketahanan hidup yang

meningkat atau produksi telur yang lebih banyak.  Dalam kondisi normal, gudang adalah

sumber makanan sehingga permasalahan utama bagi serangga adalah suhu dan kadar

air/kelembaban.  Walaupun demikian, sebagian besar serangga hama pascapanen dapat hidup

pada berbagai bahan simpan dan terdapat variasi kelimpahan serangga pada tiap-tiap bahan

simpan.

a. Masa Perkembangan

Suhu lingkungan dan kadar air bahan simpan merupakan faktor utama yang

mempengaruhi masa perkembangan.  Pada coleoptera, kadar air lebih dominan pengaruhnya

dibanding suhu dan makanan, demikian pula pada lepidoptera. 

Lepidoptera pascapanen menghabiskan sebagian besar masa perkembangannya

sebagai larva.  Stadium larva lepidoptera pascapanen lebih lama daripada larva coleoptera

karena nutrisinya digunakan untuk produksi telur.  Imago lepidoptera sendiri berumur pendek

dan tidak makan.  Coleoptera berumur panjang (Cryptolestes, Oryzaephilus, Sitophilus,

Tribolium, Rhyzopertha) makan selama periode imago, karena itu dapat memproduksi telur

selama hidupnya.  Seperti lepidoptera, stadium larva coleoptera berumur pendek

(Callosobruchus, Lasioderma, Stegobium) cenderung lebih lama (walaupun tidak selama

lepidoptera), akibatnya produksi telurnya pun tidak sebanyak lepidoptera.

Hingga batas tertentu, kenaikan suhu lingkungan meningkatkan aktivitas makan.  Hal

ini menjelaskan sebagian pengaruh suhu terhadap pemendekan masa perkembangan serangga

pascapanen.  Fluktuasi suhu harian juga berpengaruh.  Serangga yang hidup pada suhu

Page 32: Modul Praktikum Tpb-2014

konstan tinggi masa perkembangannya lebih singkat daripada suhu fluktuatif (walaupun

dengan rata-rata suhu yang sama tinggi).  Sementara itu pada suhu konstan rendah, masa

perkembangannya lebih lama dibandingkan suhu fuktuatif dengan rata-rata sama rendah. 

Kadar air bahan simpan/kelembaban udara mempengaruhi lama stadium larva.  Kadar

air bahan simpan yang rendah memperlama stadium larva, tetapi stadium telur dan pupa tidak

terpengaruh sehingga hal ini mengubah keseimbangan struktur umur dalam populasi yang

sudah stabil.

Seperti dijelaskan sebelumnya, suhu lingkungan dan kelembaban di penyimpanan bisa

saja sebagai sebab atau akibat dari keberadaan hama.  Serangga membutuhkan kisaran suhu

dan kelembaban optimum untuk perkembangannya.  Sementara itu metabolisme serangga

juga menghasilkan kalor dan uap air ke lingkungannya. 

Gambar 2. Hubungan masa perkembangan dengan suhu lingkungan

b. Ketahanan hidup/survival

Serangga biasanya memiliki kisaran suhu optimum.  Sedikit saja di luar kisaran suhu

tersebut,  terjadi penurunan populasi yang sangat besar  Contohnya pada Tribolium, suhu

optimum pertumbuhan adalah 25-37.5˚C.  Ketahanan hidup akan turun drastis di luar kisaran

tersebut. Kematian terbesar terjadi pada larva instar awal. Pola serupa tampaknya terjadi pada

spesies Rhyzopertha, Oryzaephilus, Cryptolestes dan Tribolium (coleoptera berumur panjang)

.

Page 33: Modul Praktikum Tpb-2014

Gambar 3. Hubungan suhu lingkungan dengan ketahanan hidup

Kadar air biji berkorelasi positif dengan ketahanan hidup.  Kadar air meningkat,

kondisi lingkungan makin baik untuk serangga sehingga ketahanan hidupnya pun meningkat. 

Sebaliknya, ketahanan hidup hama pascapanen menurun bila kadar air biji rendah.  

Implikasinya,  kalaupun pengendalian hama tidak bisa dilakukan dengan menurunkan suhu

(pendinginan), pengeringan dan pemanasan dapat pula bermanfaat. 

Kematian hama pascapanen pada suhu rendah merupakan fungsi dari laju

pendinginan, lama waktu pendinginan, suhu dan spesies.  Serangga akan punya

kesempatan menyesuaikan diri (aklimasi) bila laju pendinginan lambat.

c. Produksi telur

Serangga memerlukan nutrisi yang cukup untuk memproduksi telur.  Lepidoptera

biasanya mengakumulasi nutrisi pada saat larva, dan memproduksi telur dalam jumlah

banyak hanya pada hari-hari pertama menjadi imago.  Coleoptera biasanya hidup lebih lama

dan memproduksi telur sepanjang hidupnya dalam proporsi yang lebih merata.  Dengan

demikian, coleoptera berumur panjang membutuhkan nutrisi sepanjang hidupnya.

Peningkatan suhu dan kadar air bahan simpan meningkatkan produksi telur, hanya

saja produksi telur tertinggi dan ketahanan hidup tertinggi tidak terjadi pada satu titik suhu

atau kadar air yang sama.   Pada Tribolium, kombinasi ketahanan hidup dan produksi telur

yang menghasilkan tingkat reproduksi maksimum terjadi pada suhu 27 0C dan kadar air 16%.

Sejumlah ngengat diketahui meningkat produksi telurnya bila menemukan sumber air,

demikian pula kumbang Dermestes.  Callosobruchus juga meningkat produksi telurnya

karena nutrisi.

2. Interaksi Antar Individu Dan Antar Spesies

Intraspesifik (antar individu)

Page 34: Modul Praktikum Tpb-2014

Interaksi antarindividu dalam satu spesies menentukan distribusi dan kelimpahan

serangga.  Pada kepadatan populasi rendah, laju pertumbuhan biasanya kecil karena kesulitan

untuk menemukan pasangan seksual misalnya.  Ketika populasi bertambah, laju pertumbuhan

meningkat secara eksponensial karena kelimpahan sumber makanan dan kesesuaian

lingkungan.  Sejalan dengan pertambahan populasi yang tinggi, terjadi kompetisi/persaingan

untuk makan dan perkawinan sehingga menimbulkan efek negatif bagi populasi.  Pada

spesies tertentu bahkan terjadi kanibalisme terhadap serangga dalam stadium inaktif (telur

dan pupa).  Walaupun demikian, tekanan populasi seperti ini jarang terjadi karena

kecenderungan migrasi bila populasi meningkat.  Kompetisi umumnya terjadi pada populasi

di penyimpanan yang kosong, sarana transportasi maupun peralatan pengolahan di mana

jumlah makanan relatif sedikit.

Interspesifik (antar spesies)

Interaksi antarspesies juga mempengaruhi laju pertumbuhan suatu spesies serangga. 

Berbagai pola interaksi ditemukan di penyimpanan, yaitu:

Suksesi, yaitu pergantian dominansi spesies pada pernyimpanan kerena perubahan

lingkungan dan sumber makanan.  Pada saat awal yang dominan adalah hama primer,

kemudian digantikan hama sekunder, selanjutnya mungkin serangga pemakan cendawan

atau sisa-sisa.

Kompetisi, terjadi bila dua spesies hama memiliki relung ekologis yang sama (bandingkan

dengan suksesi dimana masing-masing spesies memiliki peran berbeda.)

Predasi, bisa oleh spesies predator (misal kepik Xylocoris sp.) atau spesies hama yang

menjadi karnivor fakultatif pada kondisi ekstrim.

Parasitisme, kebanyakan Hymenoptera famili Trichogrammatidae, Bethylidae, dan

Pteromalidae menjadi parasitoid hama gudang.  Termasuk parasitisme adalah serangan

mikroorganisme seperti protozoa, bakteri dan cendawan entomophaga penyakit terhadap

hama pasca panen

E. Faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi serangga terhadap inang.

Painter (1951) dan Beck (1965) mengemukakan bahwa preferensi serangga terhadap

inangnya banyak dipengaruhi oleh faktor biofisik dan biokimia tanaman. Pada saat serangga

mencari makanan, serangga melakukan serangkaian proses yaitu proses pengenalan atau

orientasi yang kemudian disusul dengan menggigit atau menusukkan alat mulutnya ke dalam

jaringan tanaman (Atkins , 1980). Pada proses ini yang mula-mula berperan adalah faktor

Page 35: Modul Praktikum Tpb-2014

biofisik tanaman yaitu serangga mulai merasakan adanya rambut-rambut pada bagian

tanaman, lapisan lilin, kekerasan jaringan tanaman dan lain-lain (Painter, 1951). Fase

selanjutnya, yang berperan adalah faktor biokimia tanaman. Apabila dalam inang terdapat

senyawa-senyawa yang menarik maka serangga akan menetap (arrestant) dan bila ada

senyawa-senyawwa yang merangsang (feeding stimulant) maka serangga akan meneruskan

makannya pada inang tersebut. Jika pada fase ini makanan tidak sesuai maka serangga akan

meninggalkan inangnya, dan sebaliknya bila makanan sesuai maka serangga akan menetap

pada inang tersebut.

TUJUAN PRAKTIKUM

Untuk mengetahui hubungan antara jenis pakan terhadap tingkat preferensi hama

Sitophilus oryzae.

METODOLOGI

ALAT DAN BAHAN

Alat yang digunakan antara lain : fial plastik, kuas gambar, kain kasa, lup, karet gelang,

kertas label.

Bahan yang digunakan antara lain : Sitophilus oryzae, beras IR64, beras jatah, beras pandan

wangi, padi.

PELAKSANAAN

1. Ambil 1000 butir beras untuk tiap jenis beras, lalu timbang berat awal.

2. Sediakan 3 fial plastik isi masing-masing dengan 3 jenis beras berbeda.

3. Masukkan 10 Sitophilus oryzae ke dalam masing-masing fial plastik.

4. Berilah label untuk masing-masing jenis beras.

5. Tutup fial plastik dengan kain kasa dan ikat dengan karet gelang.

6. Pengamatan dilakukan 28 hari setelah aplikasi.

7. Timbang berat akhir pada masing-masing jenis beras.

Page 36: Modul Praktikum Tpb-2014

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL PENGAMATAN

Varietas Berat Beras

Awal 7 HAS 14 HAS 21 HSA 28 HSA

Beras IR.64

Beras Jatah

Beras Pandan Wangi

Padi

Varietas Jumlah Hama

Awal 7 HAS 14 HAS 21 HSA 28 HSA

Beras IR.64 10 imago

Beras Jatah 10 imago

Beras Pandan Wangi 10 imago

Padi 10 imago

Page 37: Modul Praktikum Tpb-2014

GRAFIK

Grafik Hasil Pengamatan Mingguan Berat Beras

Grafik Hasil Pengamatan Mingguan Jumlah Hama

07 hari 14 hari

Σ

ha ma

Beras Pandan wangi

Beras Jatah

Beras IR64

21 hari 28 hari

07 hari 14 hari

bera

t

Beras Pandan wangi

Beras Jatah

Beras IR64

21 hari 28 hari

Page 38: Modul Praktikum Tpb-2014

Bahan diskusi yang merupakan pembahasan meliputi :

1. Dari grafik pengamatan saudara, apakah ada penambahan populasi Sitophilus oryzae pada

ketiga jenis beras? mengapa demikian? Apakah variable tersebut sudah menunjukkan

bahwa varietas tertentu yang disukai oleh Sitophilus oryzae?

2. Dari ketiga jenis beras, manakah yang memiliki kualitas bagus, sehingga disukai oleh

Sitophilus oryzae? Apakah kualitas pada beras mempengaruhi preferensi Sitophilus

oryzae? Jelaskan Alasannya? Bagaimana kualitas (kondisi) ketiga jenis beras setelah akhir

pengamatan?

3. Carilah jurnal yang berhubungan dengan soal no 1 dan no 2. Sertakan print out jurnal

sebagai acuan dalam menjawab soal. Berilah tanda (garis bawah atau stabilo) pada kata

yang menjadi acuan untuk menjawab.

4. Ambil 5-10 sample dari masing-masing jenis beras yang telah rusak, *dokumentasikan

secara jelas gejala yang terdapat pada permukaan beras. *gunakan kamera dgn resolusi

yang bagus untuk hasil dokumentasi yang jelas.

Page 39: Modul Praktikum Tpb-2014

Format Laporan

1. Pendahulun

1.1 Latar Belakang

1.2 Tujuan

1.3 Manfaat

2. Tinjauan Pustaka

2.1 Definisi Hama Gudang (3 Ing + Terjemah)

2.2 Morfologi Sitophilus oryzae (+Gambar literatur)

3. Metodologi

3.1 Waktu dan Tempat

3.2 Alat dan Bahan

3.3 Cara Kerja (Diagram alir)

3.4 Analisa Perlakuan

4. Hasil dan Pembahasan

4.1 Hasil (Berupa tabel dan grafik)

4.2 Pembahasan Praktikum (dibandingkan dengan literatur)

4.3 Pembahasan Soal

5. Penutup

5.1 Kesimpulan

5.2 Saran (Asisten dan Praktikum)

Daftar Pustaka

Lampiran Jurnal

Page 40: Modul Praktikum Tpb-2014

VIII. TPB HPT ( PENYAKIT)

PENDAHULUAN

(Sekilas Pandang Mengenai Patologi Benih)

Seperti telah diketahui bermacam-macam jasad renik dapat terbawa pada benih dan

sebagian besar bersifat pathogen. PenyaKit yang ditimbulkan dapat terjadi pada kecambah,

tanaman muda, dan pada tanaman dewasa.

Patogen-patogen yang terdapat pada biji dapat menimbulkan berbagai kerusakan.

Bentuk kerusakan yang ditimbulkan sangat bervariasi, tergantung macam patogennya,

macam biji, dan lingkukngannya. Bentuk kerusakan tersebut dapat berupa bercak (nekrose),

perubahan warna, dan busuk.

Biji-biji membawa beberapa pathogen yang sering menyebabkan beberapa penyakit

pada pertanaman yang tumbuh dari biji yang tersebut. Seperti halnya penyakit-penyakit pada

biji sorgum dapat menyebanka kehilangan hasil secara individual di lapangan sampai lebih

dari 5 persen dan kadang-kadang infeksinya dapat sebersar 50 persen. Penyakit-penyakit pada

biji (benih) disamping menderita kerusakan juga menghasilkan sejumlah spora yang

selanjutnya dapat menyebabkan penyakit pada tanaman sehat di lapang, sebagai contoh

penyakit bercak coklat pada padi dan antraknosa pada chili. Bijji-biji juga dapat

menyebabkan penyakit pada embrio.

Ada beberapa biji yang terinfeksi dan dikonsumsi akan menyebabkan penyakit pada

manusia atau hewan.sebagai contoh penyakit ergot pada bajra dan kudis pada gandum. Biji-

biji gandum yang terserang ergot akan menyebabkan binatang atau manusia menjadi sakit.

Hal ini dilaporkan juga bahwa dengan memakan gandum yang terkena kudis, meskipun

dalam jumlah yang kecil akan menyebabkan keracunan makanan. Selain itu biji-biji yang

terinfeksi menurunkan nilai pemasarannya. Campuran biji-biji yang sehat dan terinfeksi akan

menyebakan penurunan mutu. Biasanya biji-biji gandum yang terkontaminasi dengan jamur

sampai 5 persen, akan menyebabkan perubahan warna pada tepung, sehingga akan

menyebabkan tepung tersebut tidak disukai oleh konsumen.

Patogen yang terbawa oleh biji dapat mengurangi nilai biji dan juga mengurangi daya

tumbuhnya. Pathogen dapat menimbulkan penyakit pada tanaman sebelum benih

berkecambah, pada tanaman muda, atau pada tanaman dewasa. Jika pathogen menyerang

tanaman dewasa, maka kerugian akan menjadi lebih besar lagi. Pathogen-patogen tersebut

selain menimbulkan penyakit pada tanaman itu sendiri, dapat pula menjadi sumber infeksi

Page 41: Modul Praktikum Tpb-2014

bagi tanaman lain. Dengan demikian pathogen tersebut dapat menginfeksi tanaman yang

sehat. Penyebaran ini dapat dilakukan dengan perantara angin, air, insekta, hewan, dan

manusia.

Mengenai lokasinya dari patogen tersebut pada benih dapat berbeda-beda tergantung

dari macamnya patogen dan macamnya tanaman yang diserang. Patogen dapat

mempertahankan diri dalam bentuk lain dalam embriyo, endosperm, kulit biji atau pada

permukaan biji. Tetapi tidak jarang patogen tertentu dapat berada pada berbagai macam

bagian dari biji tersebut.

Sebagai contoh beberapa infeksi langsung ialah: Yellow Mosaic Virus pada kacang-kacangan

yang penularannya lewat pollen (tepung sari)

Kebanyakan patogen yang terbawa oleh benih menjadi aktif segera setelah benih

disebar atau disemaikan. Sebagai akibatnya benih menjadi busuk atau terjadi “damping off’

sebelum atau sesudah benih berkecambah

Page 42: Modul Praktikum Tpb-2014

MATERI

Seed pathology atau penyakit benih merupakan cabang Ilmu Penyakit Tanaman yang

mempunyai tujuan untuk mengadakan determinasi terhadap kesehatan dan perlakuan benih.

Patogen-patogen benih

Semua golongan patogen seperti halnya jamur, bakteri, virus. insekta, dan nematoda

dapat terbawa oleh benih. Hal ini terjadi karena benihnya telah terinfeksi atau karena

kontaminasi dengan permukaannya saja. Atau ada pula yang terbawa bersama benih dalam

bentuk skierotia.

Terjadinya infeksi dan kontaminasi pada benih (biji)

Patogen yang terbawa biji pada prinsipnya dapat dibedakan dalam 2 macam yaitu:

1. Biji yang terinfeksi (infected)

2. Biji yang mengalami kontaminasi (infested)

Sebagai contoh pada biji-biji yang terinfeksi, patogen mengadakan penetrasi pada

jaringan atau biji atau dapat juga menetap dalam bentuk resting stage (tingkat istirahat).

Sedang biji yang terinfestasi (terkontaminasi) oleh patogen biasanya terjadi

dipermukaan biji. Sehagai contoh dalam bentuk spora, scierotia, gall, dan buah yang

tercampur dengan biji.

Mekanisme dan penyebaran patogen dapat dibedakan dalam 2 proses yaitu:

a. Penetapan (Establishment) dan patogen pada biji, atau tercampur dengan biji dan

keadaan ini atau proses ini biasanya disebut dengan seedborne disease (patogen yang

terbawa biji).

b. Penyebaran (transfer) dan patogen yang lewat biji, dan dalam hal ini patogen tersebut

adalah seed transmitted (dipindahkan lewat biji).

Infeksi dan kontaminasi pada benih dapat terjadi :

1. Secara langsung menginfeksi benih dan berada di dalam jaringan.

2. Secara tidak langsung mengkontaminasi pada permukaan benih.

Sumber inokulumnya tersebut kemungkinan berasal dan tanaman inangnya sendiri atau dan

tanaman lain.

Page 43: Modul Praktikum Tpb-2014

Sedang asal infeksi dapat berasal dari:

1. Dari lapang-field fungi, berkembang sebelum panen

2. Dari gudang-strorage fungi-berkembang sesudah panen / selama penyimpanan.

Terdapatnya patogen dalam biji dapat dibedakan menjadi:

1. Tercampur dengan biji (Admixed). contoh : Anguina tritici

2. Melekat pada permukaan hiji (Adherent), contoh Helminthosporium sp.; Alternaria

sp. ; Smut sp.

3. Tertanam dalam biji (Embedded). contoh : Alternaria sp. ; Cercospora sp. ,

Helminthosporium sp. ; Septoria sp. Phoma sp.; culvuria sp.

4. Embrionie seed born, dimana inokulum dan patogen berada dalam embriyo, contoh :

virus.

Page 44: Modul Praktikum Tpb-2014

PRAKTEK PENGUJIAN BENIH

Untuk mengetahui patogen yang terbawa benih dapat dilakukan pengujian benih.

Pemeriksaan kesehatan dapat dipakai untuk berbagai tujuan, antara lain:

1. Mengevaluasi kesehatan benih sebelum disebarkan ke berbagai tempat untuk keperluan

pertanaman.

2. Mengevaluasi efek dan fungisida untuk keperluan perlakuan benih.

3. Mengevaluasi usaha pemberantasan penyakit di lapang dalam rangka mencegah penyakit

yang ditularkan ke biji.

4. Usaha mengadakan survey penyakit pada tingkat nasional atau regional sehingga bisa

mengetahul penyebaran patogen terutama yang terbawa biji.

5. Karantina tumbuh-tumbuhan, untuk mencegah masuknya/ keluamya patogen yang

membahayakan

Pengujian benih dengan metode inkubasi:

1. Pengujian dengan media kertas

2. Pengujian dengan media agar

Metode ini didasarkan pada pertumbuhan inokulum. Dengan cara ini dapat dilihat macamnya

jamur patogen yang menyerang benih

1. Media kertas

a. Pengamatan biji dilakukan setelah biji diinkubasi pada kertas. Kertas umumnya

adalah kertas yang mengisap air. Kertas whatman, kertas merang, kertas buram,

dll.

b. Biji diletakkan pada medium kertas dan diletakkan dalam cawan Petni. Kertas

medium terdiri atas beberapa lapis, dan dibasahi sebelumnya.

c. Tebarkan beberapa benih dan diinkubasi 7- 8 hari.

d. Diamati jumlah dan macam jamur (cendawan) dengan mikrosSSkop.

2. Media agar

a. Biji.biji ditempatkan pada cawan Petri yang berisi agar. Macam agar yang

digunakan dapat berupa : PDA (Potato Dextrose Agar) atau MEA (Malt Extract

Agar).

b. Tebarkan beberapa benih. Inkubasi pada suhu 20-28°C selama 5- 8 hari.

c. Pengamatan dapat secara makroskopis maupun mikroskopis

TUJUAN PRAKTIKUM

Untuk mengetahui macam-macam pathogen yang terdapat dalam benih dengan

menggunakan metode kertas sebagai evaluasi uji kesehatan benih.

Page 45: Modul Praktikum Tpb-2014

METODOLOGI

ALAT DAN BAHAN

Alat yang digunakaan antara lain: Cawan petri, Mikroskop, TV LCD.

Bahan yang digunakan antara lain: Benih, Kertas, Air.

PELAKSANAAN

1. Bersihkan cawan petri dari kotoran yang menempel.

2. Gunting kertas berbentuk bulat dan letakkan pada alas cawan petri. Basahi dengan air.

3. Ambil 3 benih. Rendam benih 10-15 menit, lalu tebarkan diatas kertas.

4. Inkubasi pada suhu kamar 7-8 hari.

5. Amati dibawah mikroskop.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel Pengamatan.

No Perlakuan Pathogen yang

ditemukan

Dokumentasi Keterangan

1 Benih ....

2 Benih ...

3 Benih ……………

Page 46: Modul Praktikum Tpb-2014

Bahan diskusi:

1. Amati benih dibawah mikroskop. Apakah terdapat pathogen pada benih yang diuji

pada media kertas? Apa saja jenis pathogen yang ditemukan? Bandingkan data anda

dengan kelompok lain.

2. Carilah laporan praktikum kakak tingkat (pengujian metode agar). Amati apakah

terdapat pathogen yang ditemukan? Apa saja jenis pathogen yang ditemukan?

3. Bandingkan pembahasan pengujian antara media agar dengan media kertas.

Page 47: Modul Praktikum Tpb-2014

6. Pendahulun

6.1 Latar Belakang

6.2 Tujuan

6.3 Manfaat

7. Tinjauan Pustaka

7.1 Definisi Penyakit Benih (3 Ing + Terjemah)

7.2 Macam-Macam Penyakit Benih (+cotoh dan Gambar literatur)

8. Metodologi

8.1 Waktu dan Tempat

8.2 Alat dan Bahan

8.3 Cara Kerja (Diagram alir)

8.4 Analisa Perlakuan

9. Hasil dan Pembahasan

9.1 Hasil (Berupa tabel dan grafik)

9.2 Pembahasan Praktikum (dibandingkan dengan literatur)

9.3 Pembahasan Soal

10. Penutup

10.1 Kesimpulan

10.2 Saran (Asisten dan Praktikum)

Daftar Pustaka

Lampiran Jurnal

Page 48: Modul Praktikum Tpb-2014

IX. PENETAPAN KADAR AIR BENIH

1. PENDAHULUANKadar air benih selalu berubah tergantung kadar air lingkungannya, karena benih

mempunyai sifat selalu berusaha mencapai kondisi yang equilibrium dengan keadaan sekitarnya. Kadar air benih yang selalu berubah dengan keadaan sekitarnya teersebut sangat membahayakan kondisi benih karena berkaitan dengan laju deteriorasi (kemunduran) benih yang pada akhirnya akan berpengaruh pada viabilitas benih. Untuk mengatasi masalah perubahan kadar air benih, setelah benih diproses dengan kadar air tertentu maka benih tersebut harus dikemas dengan bahan pengemas yang dapat mempertahankan kadar airnya untuk jangka waktu tertentu. Benih tersebut harus disimpan di ruangan dengan kelembaban udara relatif (RH) tertentu dengan tujuann agar kadar air benih tetap stabil.

Definisi kadar air benih adalah berat air yang hilang karena pemanasan sesuai dengan aturan yang dinyatakan dalam persentase terhadap berat awal contoh benih.

Prinsip dalam metode yang digunakan untuk penetapan kadar air benih adalah metode yang ditetapkan sedemikian rupa sehingga memungkinkan penguapan air sebanyak mungkin tetapi dapat menekan terjadinya oksidasi, dekomposisi atau hilangnya zat-zat yang mudah menguap.

2. TUJUAN PRAKTIKUM Praktikum penetapan kadar air benih bertujuan agar mahasiswa mengetahui dan mampu melakukan penetapan kadar air benih dengan menggunakan metode yang sesuai bagi keperluan pengujian.

3. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM- Berbagai jenis benih (padi, kacang hijau, kacang tanah dan jagung)- Mortar dan pestle- Timbangan digital- Oven- Wadah porselen + tutup- Penjepit dan sarung tangan- Saringan (0.50 mesh; 1.00 mesh; dan 4.00 mesh)

4. PELAKSANAAN PRAKTIKUMA. Persiapan

2. Penentuan kadar air dilakukan dengan 2 (dua) ulangan dari contoh benih yang ada. 3. Pengambilan contoh kerja dilakukan secara terpisah. Berat yang ditetapkan tergantung

dari ukuran wadah yang digunakan.

Page 49: Modul Praktikum Tpb-2014

Tabel 1. Hubungan antara wadah dengan berat contoh kerjaUkuran diameter wadah Berat contoh kerja (g)< 8 cm 4-5 > 8 cm 10

Sumber : ISTA Rules (2004)

4. Benih contoh kerja tersebut kemudian ditimbang menggunakan timbangan analitik, dilakukan dalam satuan gram dengan ketelitian 3 desimal

5. Benih besar harus dijadikan bagian-bagian (partikel) yang lebih kecil dengan cara digiling. Pengecualian bagi benih yang kandungan minyaknya sangat tinggi sehingga sulit digiling atau minyaknya yang mengandung iodium tinggi, karena kemungkinan akan terjadi penambahan berat akibat oksidasi dari minyak selama proses pemanasan, sehingga dapat menyebabkan kesalahan pada penetapan kadar air benih.

6. Benih-benih tanaman keras yang berukuran besar (tiap kg berjumlah > 5000 benih) dan benih tanaman dengan kulit benih yangsangat keras dapat dipotong atau diiris lebih kecil

B. Pengeringan benih Metode Oven suhu rendah konstan (103±2)CMetode oven suhu rendah konstan dilakukan pada benih kacang tanah dan kedelai

Wadah (cawan) dan tutup yang akan digunakan dipanaskan terlebih dahulu dengan dioven selama 1 jam pada suhu 130°C, kemudian didinginkan dalam desikator.

Oven dinyalakan kemudian atur suhunya hingga mencapai (103±2)C Timbang cawan + tutup sebelum digunakan (M1) Lakukan penghancuran benih dengan cara digiling atau diiris Timbang contoh kerja sesuai diameter wadah Masukkan contoh kerja ke dalam cawan dan ditimbang beserta tutupnya (M2) Masukkan cawan beserta contoh kerja dan tutupnya ke dalam oven Buka tutup cawan, kemudian letakkan masing-masing tutup cawan disamping

cawan Keringkan pada suhu (103±2)C selama (17±1) jam Apabila sudah pengovenan sudah selesai, cawan ditutup dan dikeluarkan dari

oven dan didinginkan dalam desikator selama (30-45) menit. Kemudian timbang cawan beserta isi dan tutup yang telah dioven tersebut (M3) Hitunglah kadar air benihnya

Catatan : saat mengerjakan penetapan kadar air benih ini, kelembaban udara relatif (RH) laboratorium harus kurang dari 70%

C. Pengeringan benih Metode Oven suhu tinggi konstan (130-133C)Metode oven suhu rendah konstan dilakukan pada benih padi, jagung dan kacang hijau

Page 50: Modul Praktikum Tpb-2014

Prosedur penetapan kadar air benih dengan suhu tinggi konstan sama dengan metode oven dengan suhu rendah, namun untuk benih jagung dilakukan selama 4 jam, dan untuk benih serealia 2 jam, untuk jenis tanaman lain 1 jam.

D. Penetapan kadar air benih dengan metode cepatPenetapan kadar air benih dengan metode cepat dilakukan dengan menggunakan moisture meter (alat pengukur akadar air).

Pengamatan PraktikumPengamatan praktikum penetapan kadar air benih dilakukan dengan menghitung kadar air masing-masing benih yang digunakan dalam praktikkum ini. Perhitungan untuk penetapan kadar air benih adalah sebagai berikut :

Perhitungan Kadar Air Benih1. Kadar air benih dinyatakan dalam persentase terhadap berat semula dengan ketelitian

satu desimal. Apabila menggunakan metode oven, rumus yang digunakan adalah :Kadar air benih = (M2 – M3) x 100%

(M2 – M1)

keterangan : M1= berat wadah + tutup (g)M2= berat wadah + isi sebelum dikeringkan (g)M3= berat wadah + tutup + isi setelah dikeringan (g)

2. Apabila memerlukan pengeringan pendahuluan, maka penghitungan kadar air menggunakan rumus sebagai berikut :Kadar air benih = S1 + S2 – [S1 x S2]

100keterangan : S1= kadar air pada pengeringan 1

S2= kadar air pada pengeringan II

Toleransi antara kedua contoh kerja tidak lebih dari 0,2%, apabila perbedaannya > 0,2% maka pengerjaannya harus diulang dengan menggunakan contoh kerja yang baru.

5. HASIL PENGAMATAN

Tabel . Penetapan kadar air berdasarkan metode oven

No Jenis BenihKadar air benih ulangan

(%)Toleransi beda ulangan 1 dan 2 (%)

1 21. Jagung2. Padi3. Kacang hijau4. Kedelai

Page 51: Modul Praktikum Tpb-2014

Tabel . Penetapan kadar air berdasarkan metode cepat

No Jenis BenihKadar air benih ulangan

(%)Toleransi beda ulangan 1 dan 2 (%)

1 21. Jagung2. Padi3. Kacang hijau4. Kedelai

Page 52: Modul Praktikum Tpb-2014

X. PERBANYAKAN VEGETATIF

1. Pendahuluan

Perbanyakan vegetatif merupakan salah satu cara perkembangbiakan yang

menggunakan organ vegetatif tanaman yaitu daun, batang dan akar. Perbanyakan

vegetatif dilakukan dengan memisahkan bagian-bagian vegetatif tanaman untuk dijadikan

bahan tanam.

Perbanyakan secara vegetatif terbagi menjadi dua yaitu perbanyakan vegetatif secara

alami dan perbanyakan vegetatif secara buatan. Perbanyakan vegetatif secara alami

dilakukan dengan cara langsung memisahkan bagian-bagian vegetatif pada tanaman

induk untuk digunakan sebagai bahan tanam. Perbanyakan vegetatif alami pada bagian

daun dan akar biasanya menggunakan tunas adventif daun dan akar. Tunas adventif daun

bisa ditemukan pada tanaman cocor bebek (Bryophyllum pinnatum) dan tanaman hias

wijaya kusuma (Epiphyllum anguliger ). Tunas adventif akar bisa ditemukan pada

tanaman cemara (Casuarina sp) dan tanaman kersen (Mutingia calabura L.).

Perbanyakan vegetatif alami menggunakan batang tanaman yang terletak di bawah tanah

bisa menggunakan rhizome, tuber, corm, bulb, sedangkan batang tanaman yang terletak

pada bagian atas tanah bisa menggunakan runner, offset, stolon dan sucker.

Perbanyakan vegetatif alami mempunyai keuntungan dan kerugian dalam

pelaksanaannya. Keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan perbanyakan vegetatif

alami yaitu dapat diaplikasikan pada tanaman yang tidak menghasilkan biji, sifat pohon

induk diteruskan ke tanaman generasi berikutnya, masa juvenile relative pendek dan

mempercepat persediaan bibit. Kerugian menggunakan perbanyakan vegetatif alami yaitu

infeksi sistemik oleh virus dapat menjalar ke seluruh bagian tanaman, penyimpanan

bahan tanam memerlukan banyak tempat tidak seperti biji, periode penyimpanan bahan

tanam pendek dan mekanisme pada beberapa jenis tanaman tidak praktis.

Page 53: Modul Praktikum Tpb-2014

Tabel 1. Macam – macam perbanyakan vegetatif alami menggunakan batang beserta contoh

tanamannya

No Bahan tanam Contoh tanamannya

1 Rhizome Jahe, kunyit, lengkuas,

kencur, dll

2 Tuber Kentang, caladium

3 Corm Pisang, gladiol, dll

4 Bulb Bawang merah, bawang

putih, lili, tulip, amarilis,

dll

5 Runner Rumput teki, pegagan

6 Offset Eceng gondok, pistia

Page 54: Modul Praktikum Tpb-2014

7 Stolon Stroberi, colocasia

8 Sucker Salak, cycas, dll

Perbanyakan vegetatif secara buatan terbagi menjadi dua yaitu perbanyakan vegetatif

buatan dengan tanpa perbaikan sifat dan perbanyakan vegetatif buatan dengan perbaikan

sifat. Perbanyakan vegetatif buatan tanpa perbaikan sifat menggunakan teknik cangkok

dan stek. Perbanyakan vegetatif buatan dengan perbaikan sifat menggunakan teknik

okulasi, grafting dan kultur jaringan.

Tabel 1. Macam – macam perbanyakan vegetatif buatan beserta contoh namannya

No Metode Definisi Contoh tanaman

1 Okulasi perbanyakan tanaman dengan menggabungkan 2

tanaman atau lebih dengan cara mengambil mata

tunas dari cabang pohon induknya &

menempelkannya pada bagian batang bawah yang

sebagian kulitnya telah di kupas, kemudian

mengikatnya selama beberapa waktu hingga kedua

bagian tanaman bergabung menjadi satu tanaman

baru

Mangga, durian,

rambutan, sirsak,

alpukat, jambu

biji, dll

2 Grafting metode perbanyakan vegetatif buatan dengan

menyambungkan 2 jaringan tanaman hidup

sedemikian rupa sehingga keduanya bergabung dan

tumbuh serta berkembang sebagai satu tanaman

gabungan

Mangga, durian,

rambutan, sirsak,

alpukat, jambu

biji, dll

3 Kultur

jaringan

Metode untuk mengisolasi bagian tanaman yang

ditumbuhkan dalam kondisi aseptik sehingga

bagian tanaman tersebut dapat memperbanyak diri

dan tumbuh menjadi individu baru

Pisang, anggrek,

krisan, tebu,

kelapa sawit, dll

2. Tujuan

Page 55: Modul Praktikum Tpb-2014

Setelah mengikuti praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat :

2.1. Mengenal berbagai macam cara perbanyakan tanaman secara vegetatif

2.2. Melakukan perbanyakan tanaman secara vegetatif baik secara alami maupun buatan

3. Metode

3.1. Alat : - Pisau silet untuk memotong,

- Plastik es untuk mengikat dan menyungkup

- Polibag dan bak tanam untuk tempat menanam

3.2. Bahan :

Bahan tanam

Perbanyakan Vegetatif Alami

No Metode Bahan

1 Umbi lapis Bawang merah, bawang putih, bawang Bombay,

tanaman lili

2 Umbi batang Kentang, talas, suweg

Perbanyakan Vegetatif Buatan

No Metode Bahan

1 Stek daun Daun tanaman jeruk, daun tanaman begonia, daun

tanaman sansiviera, tanaman daun violces

2 Stek batang Batang tanaman jeruk, batang tanaman hias

bougenvil, batang tanaman hias puring

3 Okulasi Tanaman mawar, tanaman jeruk, tanaman kakao

4 Grafting Batang atas dan batang bawah dari tanaman

mangga, manggis, jeruk, durian, bougenvil

Media tanam menggunakan campuran pasir dan tanah/kompos dengan

Page 56: Modul Praktikum Tpb-2014

perbandingan 1 :1

Zat perangsang pertumbuhan akar seperti rootone-F atau atonik

Cara kerja

Umbi lapis

Umbi batangGambar 1. Alur perbanyakan vegetatif menggunakan umbi lapis

2 siung bawang merah

Beri label identitas kelompok

Pengamatan & dokumentasi setiap 1 minggu sekali

Tanam di polibag

1 siung bagian pucuknya dipotong bagian

1 siung tetap utuh

Bawang dicelup ke dalam ZPT

Kentang

Potong kentang menjadi beberapa bagian menyesuaikan mata tunas

Bagian bawah potongan kentang dioles dengan ZPT

Tanam di polibag

Beri label identitas kelompok

Pengamatan & dokumentasi setiap 1 minggu sekali

Gambar 2. Alur perbanyakan vegetatif menggunakan umbi batang

Page 57: Modul Praktikum Tpb-2014

Stek daun

Stek batang

Gambar 3. Alur perbanyakan vegetatif menggunakan stek daun

2 lembar daun tanaman Zamia kolkas

Beri label identitas kelompok

Pengamatan & dokumentasi setiap 1 minggu sekali

1 lembar daun utuh

1 lembar daun dipotong menjadi 2 bagian secara horizontal

Bagian bawah tangkai daun dan bagian bawah daun yang dicelupkan pada ZPT

Bagian bawah tangkai daun dan bagian bawah daun yang dipotong ditanam pada polibag

Gambar 4. Penanaman menggunakan stek daun utuh dan daun yang dipotong

Page 58: Modul Praktikum Tpb-2014

Okulasi

Gambar 5. Alur perbanyakan vegetatif menggunakan stek batang

Batang tanaman Krisan

Beri label identitas kelompok

Pengamatan & dokumentasi setiap 1 minggu sekali

Batang atas Batang tengah Batang bawah

Dipotong menjadi 3 bagian

Bagian bawah masing-masing batang dioles dengan ZPT

Masing-masing batang ditanam pada polibag yang berbeda

Induk mawar A Induk mawar B

Ambil mata tunas Buat sayatan pada batang

Buka sayatan untuk meletakkan mata tunas mawar A

Tempelkan mata tunas mawar A pada sayatan batang mawar B

Balut hasil tempelan tunas dengan plastik, mata tunas tidak ditutup

plastik

Beri label identitas kelompok

Pengamatan & dokumentasi setiap 1 minggu sekali

Gambar 5. Alur perbanyakan vegetatif menggunakan metode okulasi

Page 59: Modul Praktikum Tpb-2014

Grafting

Lembar kerja

Lembar pengamatan

Umbi lapis

NoParameter

Pengamatan

Minggu ke-

1 2 3 4 5

Perlakuan bawang merah dipotong bagian

1 Saat munculnya

tunas

………. Hst

2 Jumlah tunas

3 Tinggi tanaman (cm)

Perlakuan penanaman menggunakan bawang merah tanpa dipotong

1 Saat munculnya

tunas

………. hst

2 Jumlah tunas

Gambar 6. Alur perbanyakan vegetatif menggunakan metode grafting

Batang atas Batang bawah

Pemotongan batang atas Pembelahan batang bawah

Penyambungan batang atas dan batang bawah

Penyungkupan

Pemeliharaan selama 5 minggu

Pengamatan & dokumentasi

Page 60: Modul Praktikum Tpb-2014

3 Tinggi tanaman (cm)

Umbi batang

NoParameter

Pengamatan

Minggu ke-

1 2 3 4 5

1 Saat munculnya tunas ………. hst

2 Persentase tumbuh

(%)

………. %

3 Jumlah tunas

4 Tinggi tanaman (cm)

Stek daun

NoParameter

Pengamatan

Minggu ke-

1 2 3 4 5

Perlakuan menggunakan bagian daun

1 Saat munculnya

tunas

………. hst

2 Jumlah tunas

3 Persentase tanaman

hidup (%)

Perlakuan menggunakan daun utuh

1 Saat munculnya

tunas

………. hst

2 Jumlah tunas

Page 61: Modul Praktikum Tpb-2014

3 Persentase tanaman

hidup (%)

Stek batang

NoParameter

Pengamatan

Minggu ke-

1 2 3 4 5

Perlakuan menggunakan batang atas

1 Saat munculnya

tunas

………. hst

2 Jumlah tunas

3 Persentase tanaman

hidup (%)

Perlakuan menggunakan batang tengah

1 Saat munculnya

tunas

………. hst

2 Jumlah tunas

3 Persentase tanaman

hidup (%)

Perlakuan menggunakan batang bawah

1 Saat munculnya

tunas

………. hst

2 Jumlah tunas

3 Persentase tanaman

hidup (%)

Okulasi

Page 62: Modul Praktikum Tpb-2014

NoParameter

Pengamatan

Minggu ke-

1 2 3 4 5

1 Persentase tumbuh

(%)

………. %

2 Panjang tunas

3 Warna tunas

Grafting

NoParameter

Pengamatan

Minggu ke-

1 2 3 4 5

1 Saat munculnya tunas ………. hst

2 Persentase tumbuh

(%)

………. %

3 Warna batang

4 Diameter batang (cm)

4.1.7 Dokumentasi

XI. PRODUKSI BENIH LAPANG

Page 63: Modul Praktikum Tpb-2014

I. PendahuluanKebijakan Pemerintah dalam pembangunan di bidang Pertanian khususnya untuk

tanaman pangan semakin meningkat. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk swasembada tanaman pangan di Indonesia. Untuk mencapai tujuan ini diperlukan dukungan ketersediaan benih bermutu dari varietas unggul yang memadai baik kwalitas maupun kwantitasnya.

Oleh karena itu upaya pengadaan benih perlu terus ditingkatkan dan dimantapkan untuk mengantisipasi kebutuhan yang semakin meningkat. Dalam hal ini produksi benih bermutu dilapangan mutlak diperlukan untuk menghasilkan produksi yang tinggi.Benih bermutu merupakan faktor utama suksesnya produksi. Di negara-negara berkembang tidak/kurang tersedianya benih bermutu antara lain disebabkan oleh karena beberapa kelemahan: 1. Penyediaan varietas unggul 2. Teknologi produksi benih 3. Penanganan benih pasca panen 4. Pemasaran

A. Prinsip Produksi BenihDalam memproduksi benih yang memiliki mutu yang tinggi, terdapat prinsip-

prinsip produksi benih yang perlu diperhatikan oleh seorang penakar atau produsen benih diantaranya seperti;

Mempertahankan kemurnian genetik Teknologi produksi benih yang mencangkup prinsip-prinsip agronomi untuk

mempertahankan mutu benih yang tinggi. Prinsip-prinsip tersebut diantaranya;1. Agroklimat dan Lokasi2. Isolasi3. Roguing4. Irigasi5. Hama dan Penyakit6. Pasca panen yang tepat

B. IsolasiUntuk menghindari terjadinya kontaminasi penyerbukan dari polen yang tidak

diinginkan, areal pertanaman produksi benih harus diisolasi dari areal pertanaman lainnya. Tujuan dari isolasi :

Isolasi pada produksi benih dimaksudkan untuk menghindari kemungkinan terjadinya persarian silang dengan tanaman / varietas lain. Macam isolasi :

Secara garis besar macam isolasi tanaman dibedakan menjadi 3 (tiga) macam yaitu :

Isolasi Jarak Isolasi Waktu

C. RoguingRoguing adalah proses pembuangan tanaman yang tidak dikehendaki dari

tanaman pokok yang terdiri dari gulma, tanaman spesies lain, varietas atau kulturar

Page 64: Modul Praktikum Tpb-2014

lain tetapi spesies sama dan tanaman tipe simpang sebagai akibat terjadinya segregasi, mutasi, varian dan lain-lain. Tujuan dari roguing:

Membuang tanaman yg tidak dikehendaki dr tan pokok, yg td gulma, species lain, kultivar lain ttp species sama, tana tipe simpang sbg akibat terjadinya segregasi, mutan, varian dll. Dilakukan roguing karena :

1. Karena adanya perubahan sifat genetis sehingga menimbulkan tanaman tipe

simpang (rogues).

2. Adanya volunteer plant.

3. Adanya diversifikasi dari tanaman yg diusahakan

4. Terjadinya cross pollination pd waktu benih diproduksi

Kriteria yg digunakan :

1. Harus dicocokkan dengan diskripsi tanaman

2. Bentuk dan warna daun

3. Warna bunga

4. Bentuk dan warna buah

5. Saat berbunga

II. Tujuan Praktikum

Tujuan dari dilakukannya praktikum produksi benih lapang ini diantaranya yaitu:1. Agar mahasiswa mengetahui tahapan-tahapan untuk memproduksi benih dan

bagaimana teknis-teknis produksi benih di lapangan.2. Agar mahasiswa dapat menerapkan teori-teori tentang produksi benih yang

telah didapatkan selama perkuliahan.3. Agar mahasiswa dapat mempelajari teknik-teknik apa saja yang dilakukan

untuk mendapatkan benih berkualitas.

III.Bahan dan MetodeIII.1 Bahan Praktikum

Benih- Mentimun- Kacang Kedelai- Kacang Ijo- Bayam- Kangkung

Pupuk Air

III.2 Alat Praktikum Cangkul Ajir

Page 65: Modul Praktikum Tpb-2014

III.3 Metode Praktikum Peraturan

Tanaman harus dipelihara dengan sebaik-baiknya

Tanaman tumbuh dan berkembang ≥ 90% mendapatkan tambahan nilai

Tanaman tumbuh dan berkembang ≤ 60% nilai akan dikurangi Pengamatan

5 sampel, masing-masing sampel diberi label 1-5, pengamatan pertama dilakukan 7 hst. Setiap minggu harus ada dokumentasi tiap sampel/kelompok. Laporan pengamatan tiap minggu (fase vegetatif). Laporan tiap minggu secara individu.

Fase vegetative

- Tinggi tanaman (cm)

- Jumlah daun (buah)

- Jumlah cabang (buah)

Fase generative

- Awal berbunga (hst)

- Berbunga 50% dari seluruh jumlah tanaman (hst)

- Berbunga 75% dari seluruh jumlah tanaman (hst)

- Jumlah bunga/tanaman

- Jumlah polong/tanaman

- Produksi buah/biji per petak

IV. Hasil PengamatanIV.1 Tabel Pengamatan Tanaman

ParameterSampel Tanaman Ke-

1 2 3 4 5

A. Fase Vegetative- Tinggi Tanaman (cm)- Jumlah Daun (buah)- Jumlah Cabang

(buah)

B. Fase Genetarive- Awal Berbunga (hst)- Berbunga 50% (hst)- Berbunga 75% (hst)- Jumlah bunga per

Page 66: Modul Praktikum Tpb-2014

tanaman- Jumlah polong per

tanaman- Produksi buah/biji

per petak

IV.2 Tabel Pengamatan Roguing

ParameterHasil rouguing

Jumlah Tanaman Off Type

Jumlah Tanaman Volunter

Bentuk dan warna daun

Warna bunga

Bentuk dan warna buah

Waktu berbungan

XII. KULTUR JARINGAN (Pembiakan Vegetatif)

Page 67: Modul Praktikum Tpb-2014

PENDAHULUAN

Pengenalan Peralatan dan Ruang Laboratorium Kultur Jaringan

Ruang I:

Adalah ruang pembuatan media dan penyimpanan bahan kimia, berisi peralatan:

- Kulkas (refrigerator),

Menyimpan bahan kimia yang mudah rusak oleh suhu ruang (tinggi)

- Timbangan analitik

Menimbang bahan kimia yang diperlukan untuk membuat media in vitro.

- Oven

Mengeringkan botol-botol kultur, glass wear dan alat inokulasi lainnya

- Almari penyimpan alat dan bahan

Menyimpan bahan kimia yang sesuai dengan suhu ruang. Menyimpan glass wear yang sudah

disterilkan.

Ruang II:

Adalah ruangan penanaman, berisi :

- Alat penanaman. (Laminar Air Flow Cabinet) atau berupa Entkast (boks penanaman)

- Rak kultur dan alat penggojog.

Ruang III:

Adalah ruangan biakan / inkubasi, berisi :

- AC, sebagai pengatur suhu ruang

- Rak kultur, untuk menempatkan botol-botol kultur yang telah berisi explant.

- Lampu TL sebagai sumber cahaya dan stereo mikroskop maupun mono mikroskop

II. Pengenalan teknik aseptik dan sanitasi

- Menggunakan jas lab, membersihkan tangan dengan air bersih dan alkohol 70%

- Melepas alas kaki, apabila akan memasuki ruang inokulasi maupun ruang biakan

Page 68: Modul Praktikum Tpb-2014

I. PEMBUATAN LARUTAN INDUK

Pendahuluan

Larutan induk adalah larutan yang akan dijadikan bahan dasar media tanam in vitro

dimana terdiri dari larutan induk senyawa makro, larutan induk senyawa mikro, larutan induk

senyawa besi dan unsur-unsur vitamin serta zat pengatur tumbuh.

Tujuan

- Mempelajari cara pembuatan larutan induk, berdasarkan kelompok senyawa

masing-masing.

- Ketersediaan larutan induk akan mempermudah dalam pembuatan media in vitro.

Alat dan bahan

Alat: I

Timbangan analitik, spatula/pengaduk, beaker glas, cup kertas, sendok plastik, corong

kaca, labu ukur, botol penyimpan larutan, aluminium foil (penutup botol), aquades dan

kertas tissue.

Bahan :

Pembuatan media yang akan dilakukan adalah jenis media Murashige and Skoog. Bahan

kimia yang harus disediakan untuk membuat jenis media in vitro Murashige and Skoog

adalah:

A. Kelompok senyawa makro dengan kepekatan 10 x

Nama senyawa Konsentrasi (mg/L)

Potassium nitrate (KNO3) 1900

Ammonium nitrate (NH4NO3) 1650

Calcium chloride (CaCl2. 2H2O) 440

Magnesium sulfate (MgS04.7H2O) 370

Potassium phospate (KH2PO4) 170

Page 69: Modul Praktikum Tpb-2014

B. Kelompok senyawa mikro dengan kepekatan 100 x

Nama senyawa Konsentrasi (mg/L)

Boric acid (H3BO3) 6,2

Mangane sulfate (MnSO4.H2O) 22,3

Zinc sulfate ((ZnSO4.7H2O) 8,6

Potassium iodide (Kl) 0,83

Sodium molibdate (NaMoO4.H2O) 0,25

Cupper sulfate (CuSO4.5H2O) 0,025

Cobalt chloride (CoCl2.6H2O) 0,025

C. Fe-EDTA dengan kepekatan 100 x

Nama senyawa Konsentrasi (mg/L)

Sodium EDTA (Na EDTA)

(Ethyl Dinitro Tetra Asetat)37,2

Iron sulfat (FeSO4.7H2O) 27,8

D. Unsur vitamin dengan kepekatan 100 x

Nama Vitamin Konsentrasi (mg/L)

Myo-Inositol 100

Glycine 2

Nicotinic acid 0,5

Pyridoxine HCI 0,5

Thiamine HCI 0,1

1.4. Cara Kerja

- Menyiapkan timbangan analitik dan cup kertas. Baca cara penggunaan timbangan

dengan seksama

- Menimbang bahan yang akan dijadikan larutan induk satu persatu dan melarutkannya

masing-masing dengan aquades

- Setelah dilarutkan, tambahkan aquades sesuai dengan volume yang telah dihitung,

lalu masukkan dalam botol penyimpanan sesuai dengan golongan senyawa

masing-masing.

Page 70: Modul Praktikum Tpb-2014

Cara pembuatan Chelat Fe.

Untuk membuat 1 liter Fe Chelat stok 100 x, ialah:

1. Timbang Na EDTA, dan larutkan ke dalam aquades. Pada suhu ruang akan larut

sesudah 20 menit.

2. Timbang FeS04. 7H20 dan masukkan sedikit demi sedikit ke dalam larutan Na EDTA,

sampai akhirnya didapatkan larutan bening berwarna kekuningan.

3. Larutan yang telah ditambah aquades, dipanaslkan di atas api burnsen dan masukkan

ke dalam botol coklat untuk menghindari kerusakan oleh cahaya atau botol dibungkus

dengan kertas gelap.

- Memberi label pada botol yakni: nama larutan, tanggal pembuatan dan besar

kepekatan ( 10 x, 100 x, atau 1000 x).

- Simpan di dalam lemari es sampai suhu 150C, agar tidak cepat rusak.

Page 71: Modul Praktikum Tpb-2014

II. PEMBUATAN MEDIA KULTUR

(Jenis media Murashige and Skoog)

2.1. Pendahuluan

Media biakan pada kultur Jaringan tidak berbeda jauh dengan media tanah untuk

media konvensional. Media yang akan dipergunakan harus mengandung unsur-unsur yang

dibutuhkan bagi pertumbuhan tanaman yakni unsur makro, unsur mikro, unsur vitamin dan

zat pengatur tumbuh. Media kultur jaringan sangat banyak jenisnya, dimana tiap-tiap jenis

media tersebut cocok bagi jenis tanaman tertentu pula. Salah satu jenis media tanam ini

adalah MS (Murashige and Skoog).

Sedangkan unsur-unsur yang diberikan di dalam media tersebut berbentuk senyawa

yang mudah diserap tanaman.

2.2. Tujuan

Untuk mengetahui dan mempelajari cara pembuatan media in vitro (kultur jaringan)

jenis media Murashige and Skoog.

2.3. Alat dan bahan

Alat:

Timbangan analitik, spatula, beaker glas, cup kertas, sendok plastik, corong kaca, labu

ukur, heated plate dan pH meter serta autoclave.

Bahan:

Larutan induk makro, mikro, Fe EDTA, vitamin, zat pengatur tumbuh. Agar, sukrosa,

vitamin C, larutan HCI 0, IN, larutan NaOH 1N, pH meter, aquades steril.

2.4. Cara Kerja

- Menghitung kebutuhan larutan induk pada media biakan dengan menggunakan rumus

pengenceran

Dimana:

V2: volume media yang akan dibuat

V1: Volume yang dicari yaitu. banyaknya larutan stok yang akan diambil.

C2: Konsentrasi media MS (1 x MS)

C1: Konsentrasi larutan induk (stok) yang sudah di buat.

V1C1 = V2C2

Page 72: Modul Praktikum Tpb-2014

Atau:

Volume larutan yang diambil (ml) =

ZPT yang diambil (ml) =

- Menyiapkan larutan induk yang telah dihitung kebutuhannya (makro, mikro, vitamin,

Fe EDTA dan ZPT).

- Mencampur bahan dasar (larutan induk) diatas ke dalam beaker glass, ditambah

sucrosa dan aquades steril hingga volume media yang telah dihitung

- Mengukur pH 5,8; apabila dalam pengukuran pH kurang dari 5,8 maka ditambahkan

(larutan basa) NaOH, sedangkan bila larutan media memiliki pH lebih dari 5,8 maka

tambahkan (larutan asam) larutan HCI hingga media yang dibuat memiliki keasaman

yang dikehendaki (5,8)

- Menambahkan agar ke dalam media, diaduk hingga homogen dan dipanaskan sampai

agar terlarut.

- Siapkan botol/tabung kultur beserta tutupnya lalu tuangkan ke dalam botol

masing-masing 15 ml media setiap botol dan tutup dengan segera.

- Sterilkan dengan autoclave menggunakan tekanan 15 psi selama 25 menit dengan

suhu 121 C

- Setelah keluar dari autoklave segera masukkan ke dalam ruang simpan untuk

menekan kontaminasi media.

Page 73: Modul Praktikum Tpb-2014

III. ISOLASI DAN INOKULASl EXPLANT

3.1. Pendahuluan

Bahan tanam kultur jaringan berasal dari bagian tanaman atau jaringan tanaman, baik

berupa meristem, pucuk maupun ruas. Bahan tanam kultur jaringan tersebut dinamakan

explant. Biasanya explant berasal dari jaringan tanaman yang masih aktif membelah, dan

pada tujuan pembiakan tanaman secara mikropropagasi ini diambil organ tanaman yang

bukan berasal dari organ generatif.

Explant yang akan ditanam (diinokulasi) pada media kultur jaringan harus dalam

keadaan steril bebas mikroorganisme. Pemisahan bagian tanaman dan proses sterilisasinya

disebut isolasi.

3.2. Tujuan

- Mempelajari teknik isolasi yang benar sebelum dilakukan tahap inokulasi.

- Mengetahui cara inokulasi di dalam alat penabur atau Laminar Air Flow Cabinet.

3.3. Alat dan Bahan

Alat dan bahan:

Laminar Air Flow Cabinet (LAFC), beaker glass, timbangan analitik, spatula, labu ukur,

pisau scapel, tabung reaksi, pinset, petridish, lampu spirtus, semprotan alkohol.

Bahan :

Jaringan meristem tanaman, bahan sterilan yang terdiri dari: Bayclin mengandung NaOCl

= 52,2 % , aquades steril, deterjen, alkohol 70 %, fungisida non sistemik dan alkohol 96

%, spiritus, media tanam.

3.4. Cara Kerja

- Sterilisasi explant dilakukan dengan hati-hati dan teliti, yakni mencuci explant di

bawah air mengalir,

- Merendam dan menggojog explant di dalam detergen selama 5 menit.

- Membilas di bawah air mengalir sambil membersihkan (membuang) bagian yang

tidak diperlukan,

- Merendam dan menggojog explant di dalam fungisida selama 10 menit.

Page 74: Modul Praktikum Tpb-2014

- Celupkan explant ke dalam alkohol 70%, selanjutnya merendam dan menggojog

explant dalam Bayclin di ruang LAFC.

- Membilas explant yang telah direndam Bayclin selama 15 menit dengan aquades

steril sebanyak 3 kali masing masing selama 1 menit

- Inokulasi di dalam LAFC, dengan cara memilah bagian meristem, pucuk maupun

ruas yang dijadikan explant

Persiapan ruang penabur (LAFC) adalah:

- Sterilisasi ruang dengan alkohol 70% beserta alat-alat di dalamnya. Membersihkan

alat-alat penunjang seperti skalpel, pinset, petridish dan gunting dengan alkohol 70%.

Pengamatan terhadap explant yang telah diinokulasi:

1. Jumlah tanaman hidup.

2. Jumlah tanaman matl.

3. Jumlah tanaman terkontaminasi.

4. Jumlah media terkontaminasi.

5. Saat tunas tumbuh.

6. Jumlah tunas tumbuh.

Page 75: Modul Praktikum Tpb-2014

IV. AKLIMATISASI

4.1. Pendahuluan

Aklimatisasi adalah kegiatan pemindahan plantlet (tanaman kecil) dari media in vitro

ke media in vivo (lingkungan sebenarnya). Proses pemindahan ini memerlukan keadaan yang

mendukung agar plantlet tidak mengalami stress lingkungan. Diantara kegiatan yang

dilakukan adalah memberikan kelembaban tinggi hingga 80% dan struktur media remah

serta kandungan nutrisinya yang memadai selama masa transisi plantlet.

4.2. Tujuan

Untuk mempelajari teknik aklimatisasi dan memberikan perlakuan yang benar saat

kegiatan aklimatisasi.

Alat dan Bahan

Alat :

Tempat aklimatisasi berupa bak plastik berukuran 30 x 20 x 15 cm yang telah dilubangi

bagian bawahnya, cetok, plastik penutup dan sprayer, pinset, gunting, hand sprayer, tali

ravia,

Bahan :

Plantlet (tanaman kecil yang lengkap memiliki akar, batang, daun), bahan organik, pasir

dan tanah, fungisida, air.

4.4. Cara Kerja

- Menyiapkan media aklimatisasi yang terdiri dari campuran bahan organik, tanah dan

pasir (2:2:1) yang telah diayak halus kemudian disterilisasi dengan cara dikukus

selama 1 jam.

- Membersihkan plantlet dari agar (media) yang masih menempel di akar dengan cara

di cuci dibawah air kran.

- Ditanam dalam media, disemprot dengan air untuk menjaga kelembaban media

dikerodong dengan plastik bening serta ditempatkan di tempat yang teduh

- Penutupan dengan plastik selama ± 3 minggu sampai terbentuk daun baru.

- Pengamatan terhadap plantlet :

1. Jumlah akar dan daun baru yang tumbuh

2. Saat terbentuknya daun baru

Page 76: Modul Praktikum Tpb-2014
Page 77: Modul Praktikum Tpb-2014
Page 78: Modul Praktikum Tpb-2014

78