modul praktikum tpb-2014
DESCRIPTION
modul praktikumTRANSCRIPT
MODUL PRAKTIKUM
TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH
PENGUJIAN BENIH
Oleh :Tim Penyusun
LABORATORIUM PEMULIAAN TANAMAN JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
LEMBAR PENGESAHAN
No MATERI ASISTEN LAPORAN KETERANGANTanggal
DiserahkanTanggalDisetujui
ABSENSI KEGIATAN PRAKTIKUMNo Hari /Tgl Kegiatan Asisten1234567891011121314
Foto
TATA TERTIB PRAKTIKUM TEKNOLOGI BENIH
A. Ketentuan Sebelum Praktikum Praktikan datang tepat waktu, bagi yang terlambat lebih dari 10 menit tidak
diperkenankan mengikuti praktikum pada hari itu. Setiap kali praktikum, praktikum, praktikan membawa jas lab dan petunjuk
praktikum. Sebelum masuk ruang praktikum, praktikan menyerahkan laporan praktikum
sementara.
B.Ketentuan Selama Dan Sesudah Praktikum Setelah praktikum, setiap kelompok membereskan semua alat yang dipakai dan
mengembalikannya pada laboran sesuai dengan jumlahnya. Setiap praktikan atau kelompok mengganti alat yang rusak atau hilang selama
dipinjam sebelum ujian akhir praktikum (UAP). Post test/pre test diadakan sebelum atau sesudah praktikum Hasil pengamatan selama praktikum dilaporkan segera setelah praktikum selesai hari
itu sebagai laporan sementara. Untuk pengamatan yang melibatkan kelompok lain (kolektif) setiap kelompok harus menempelkan hasil pengamatannya di papan pengumuman yang telah disediakan.
C. Laporan Praktikum dan Tugas Laporan praktikum dikerjakan di rumah dan dikumpulkan 1 (satu) minggu setelah
pengamatan terakhir dilakukan, Dikumpulkan secara kolektif menurut asisten yang membimbing pada saat praktikum
Laporan sementara praktikum boleh ditulis tangan dengan syarat tulisan harus rapi, dan asisten berhak mengembalikan laporan tsb jika laporan dianggap tidak layak untuk dikumpulkan dan dikoreksi.
Laporan dan tugas yang diberikan dikumpulkan tepat waktu, keterlambatan dalam mengumpulkan akan dikenai sanksi pengurangan nilai.
D. Tidak Dapat Mengikuti Praktikum Praktikan yang dengan terpaksa tidak dapat mengikuti praktikum yang sudah
dijadwalkan pada kelompoknya, harus melapor ke koordinator asisten untuk mendapatkan ijin mengikuti praktikum pada kelompok lain.
Praktikan yang tidak dapat mengikuti praktikum sampai 2 (dua) kali tanpa keterangan dianggap mengundurkan diri dan praktikumnya dianggap gugur
E. Mengikuti Praktikum pada Kelompok Lain1. Mahasiswa yang mengikuti praktikum pada kelompok lain harus sudah seijin asisten
kelompok yang diikuti, setelah sebelumnya sudah melapor ke asisten kelompok asal, dan telah mengkonfirmasi pada koordinator asisten.
2. Praktikan yang sudah selesai mengikuti praktikum pada kelompok lain, melapor kembali pada asisten kelompok asal dan menyerahkan laporan pada asisten kelompok asal.
F. Mahasiswa Dilarang : Membawa buku laporan praktikum mahasiswa angkatan sebelumnya kedalam ruang
praktikum. Makan, minum dan merokok didalam ruang praktikum.
G. Hal-hal lain yang belum tercantum dalam tata tertib ini diatur kemudian
Malang, Maret 2014
Koordinator Praktikum Teknologi Produksi Benih
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga
Modul Praktikum Teknologi Produksi Benih dapat terselesaikan dengan baik.
Modul ini disusun sebagai buku penuntun praktikum mata kuliah Teknologi
Produksi Benih bagi mahasiswa S-1 Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Dalam
pelaksanaan praktikum, mahasiswa diharapkan lebih mudah memahami tujuan pelaksanaan
praktikum dalam melaksanakan kegiatan praktikum.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan modul ini masih terdapat kesalahan
dan kekurangan, oleh karena itu, penyusun mengharapkan saran sebagai masukan guna
kesempurnaannya. Terakhir, semoga modul ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca
Malang, Maret 2014
Tim Penyusun
I. PENGENALAN ANATOMI DAN MORFOLOGI BIJI TANAMAN
1. PENDAHULUAN
Menurut bentuknya, biji terbentuk dari suatu bakal biji (ovule) masak, yang mengandung embrio dan cadangan makanan serta dibagian luarnya terdapat pelindung biji atau kulit biji.
Embrio:Embrio yang perkembangannya sempurna pada umumnya terdiri dari struktur-struktur sebagi berikut :
Epikotil atau plumula, yaitu calon pucukKotiledon, yaitu keping bijiHipokotil, yang merupakan daerah transisi antara akar dan pucukRadikel, yaitu calon akar.
Cadangan makanan :Pada umumnya cadangan makanan pada biji tanaman terdiiri dari karbohidrat, lemak, protein atau mineral. Struktur yang berfungsi sebagai jaringan penyimpanan cadangan makanan antara lain : emdosperm, kotiledon dan perisperm.
Pelindung biji :Pada umumnya kulit biji berasal dari integumen bakal biji yang mengalami modifikasi selama berlangsungnya proses pembentukan biji.Fungsinya untuk melindungi biji terutama dari faktor luar yang dapat merugikan kelangsungan hidup embrio. Oleh karena itu biasanya bagian luar kulit biji terdiri dari jaringan yang kuat atau keras, sedangkan bagian dalamnya tipis dan berselaput. Pengetahuan dasar tentang struktur biji sangat penting untuk menangani berbagai masalah di bidang teknologi benih, misalnya benih keras dalam perkecambahan.
2. TUJUAN PRAKTIKUMMahasiswa dapat mengenal sifat-sifat anatomi dan morfologi dari biji-biji tanaman sub-kelas monokotiledon dan dikotiledon, yang diamati secara makroskopis dan mikroskopis atau dengan mencari dan melihat dari pustaka.
3. ALAT DAN BAHANAlat yang diperlukan untuk melaksanakan praktikum antara lain :
- cawan petri- pisau skalpel / cutter- pinset
- kaca pembesar- mikroskop binokuler
Bahan yang dipergunakan antara lain :- sub-kelas monokotiledon : jagung, padi, sorghum, gandum- sub-kelas dikotiledon : kacang hijau, kedelai, kacang tanah
4. PELAKSANAAN PRAKTIKUMPelaksanaan secara makroskopis :
1. Contoh biji yang disediakan diletakkan diatas cawan petri, kemudian lakukan pengamatan makroskopis dengan bantuan kaca pembesar.
2. Catat bentuk, ukuran, tekstur permukaan dan warna3. Buat gambar berdasarkan pengamatan makroskopis terutama mengenai bentuk biji.
Dapat diperbesar untuk kejelasan gambar4. Potong biji, buat gambar penampang melintang dan membujur dari biji contoh,
sebutkan bagian-bagiannya.
Pelaksanaan secara mikroskopis :1. Contoh biji diletakkan dibawah mikroskop dengan pembesaran yang sesuai2. Buat gambar berdasarkan pengamatan mikroskopis mengenai : bentuk, tekstur
permukaan dan ciri-ciri lain yang ada3. Lakukan irisan melintang dan membujur pada contoh biji. Amati dibawah mikroskop
dan gambarkan serta sebutkan bagian-bagiannya.
5. HASIL PENGAMATAN
A. Pelaksanaan secara makroskopis
Gambar 1 Dikotil MonokotilIrisan Melintang
Irisan Membujur
Benih Utuh
B. Pelaksanaan secara mikroskopis
Gambar 2 Dikotil MonokotilIrisan Melintang
Irisan Membujur
Benih Utuh
II TIPE-TIPE PERKECAMBAHAN BENIH
1. PENDAHULUANProses perkecambahan benih merupakan suatu rangkaian perubahan perubahan morfologi, fisiologi dan biokimia. Proses perkecambahan secara umum berkaitan dengan kecepatan maupun karakterisitik benih yang dipengaruhi oleh faktor genetik, lingkungan dan dormansi benih. Tipe pertumbuhan awal suatu perkecambahan benih tanaman terbagi menjadi dua, yaitu : epigeal dan hipogeal. Dengan mengetahui tipe perkecambahan suatu benih tanaman akan sangat bermanfaat dalam aplikasi budidaya tanaman, salah satunya adalah cara penanaman benih dan kedalaman tanam.
2.TUJUAN PRAKTIKUMMahasiswa dapat mengetahui dan membedakan tipe-tipe perkecambahan beberapa jenis tanaman serta dapat mengamati perubahan dalam fase-fase perkecambahan benih.
3. ALAT DAN BAHANAlat yang digunakan :
- cetok- bak plastik - ember
Bahan yang digunakan :- pasir- benih jagung, padi, kacang tanah, kedele- air
4.PELAKSANAAN PRAKTIKUM1. Isi bak plastik dengan pasir sampai ¾ tinggi bak, siram dengan air sampai lembab, jangan
terlalu basah/tergenang.2. Tanam benih sekitar 2 butir tiap jenis yang disediakan pada bak tersebut dengan
kedalaman sekitar 1 – 2 cm dari permukaan pasir.3. Siram kembali dengan sedikit air agar lembab (JANGAN SAMPAI TERGENANG !!!)4. Siram bila media pasir mengering setiap hari5. Amati setiap hari selama 7 hari dengan cara mencabut 1 yang ditanam dengan hati-hati.
Jaga jangan sampai rusak akar dan tunasnya.6.Parameter pengamatan pada tipe perkecambahan benih :
- kondisi benih- panjang akar- panjang tunas- gambarkan fase-fase perkecambahan benih mulai saat tanam sampai hari ke-7
4. HASIL PENGAMATAN
III. EKSTRAKSI DAN PENGERINGAN BENIH
1. PENDAHULUANBiji tanaman yang akan dipergunakan sebagai benih, pada saat pemanenan melalui tahapan pengolahan (prosesing). Pengolahan benih meliputi : perontokan, ekstraksi dan pengeringan benih. Perontokan dan ekstraksi benih dilakukan untuk memisahkan biji dari bagian buah atau bagian tanaman lainnya. Perontokan merupakan pengolahan benih pada tipe buah kering, sedangkan untuk tipe buah basah sistem pengolahan benih dilakukan dengan cara ekstraksiPengeringan benih dilakukan untuk menurunkan kadar air dalam biji sampai batas yang telah ditentukan. Biji-biji yang mengalami proses ekstraksi basah, pengeringan harus secepatnya dilakukan agar biji tidak menjadi rusak, karena selama proses ekstraksi kandungan air dalam benihnya dapat bertambah.Tingkat kemasakan benih dan metode ekstraksinya dapat mempengaruhi viabilitas benih. Benih yang terlalu muda atau terlalu tua biasanya bervigor rendah, demikian pula dengan metode prosesing benih. Pengolahan benih yang tidak tepat dapat merusak viabilitas benih
2. TUJUAN PRAKTIKUMMahasiswa mengetahui, dapat membedakan serta dapat melakukan pengolahan benih dengan cara perontokan dan ekstraksi
3. ALAT DAN BAHANAlat yang dipergunakan dalam praktikum ini :
- wadah untuk ekstraksi- pisau / cutter- saringan- pengaduk / skalpel- meja pengeringan
Bahan yang diperlukan- Cara perontokan : kacang tanah, jagung- Cara ekstraksi basah : tomat, ketimun, jambu biji- Cara ekstraksi kering : cabe besar, cabe kecil, labu, lengkeng
4. PELAKSANAANEkstraksi Kering :
1. Dipilih buah yang telah masak, kemudian dibelah menjadi dua bagian dengan menggunakan pisau pemotong.
2. Ambil biji yang terdapat pada bagian dalam buah tersebut dan letakkan dalam suatu wadah.
3. Bila biji cukup bersih dapat langsung dikering anginkan. Apabila belum bersih maka perlu dicuci dengan air kemudian disaring dan dikering-anginkan
Ekstraksi Basah : 1. Buah yang telah masak dan masih segar, (misal tomat) dipotong kecil-kecil dengan
pisau sampai halus. Dapat juga dipergunakan alat penghancur/pencacah2. Dilakukan proses fermentasi :
a. Biasa:Hancuran daging buah dan biji letakkan dalam suatu wadah yang tidak mudah berkarat, kemudian ditutup. Biarkan selama beberapa hari ( 1-5 hari atau lebih).Pemeriksaan dilakukan setiap hari untuk melihat cairan berlendir yang melekat pada biji telah terurai hancur serta dilakukan pengadukan secara merata.
b. Bahan kimia: Hancuran daging buah dan biji letakkan dalam suatu wadah yang tidak mudah berkarat dan bereaksi dengan bahan kimia.Hati-hati tambahkan HCL sebanyak 50-80 ml untuk setiap 1 kg hancuran tomat, biarkan selama ½ jam.Tambahkan air untuk mengencerkan HCl, dan buang airnya dengan hati-hati, saring biji yang tertinggal.Cuci biji dengan air beberapa kali sampai bersih, pilih biji yang tenggelam ke dasar wadah dan tidak keriput lalu diletakkan diatas baki untuk dikeringkan.
PengeringanPengeringan dapat dilakukan dengan bantuan sinar matahari atau dengan menggunakan pengering buatan. Lama pengeringan tergantung pada tingkat kadar air yang dikehendaki.
- Pengeringan dengan sinar matahari- Biji diletakkan diatas baki pengering dengan ketebalan lapisan biji tidak lebih dari 2 x
tebal biji. Baki kemudian ditempatkan dibawah sinar matahari selama beberapa waktu sampai biji-biji tersebut kering dengan kadar air yang sesuai dengan yang ditentukan
- Pengeringan dengan pengering buatan- Apabila menggunakan pengering buatan dengan hembusan udara panas, maka suhu
udara panas yang dipergunakan sekitar 30ºC – 43º C dengan kecepatan yang disuaikan dengan ukuran biji yang dikeringkan.
5. HASIL PENGAMATAN
A. Ekstraksi Basah
B. Ekstraksi Kering
IV. PENGUJIAN DAYA BERKECAMBAH
1. PENDAHULUANPerkecambahan benih merupakan salah satu kriteria yang berhubungan dengan kualitas benih. Namun perkecambahan benih juga merupakan salah satu tanda dari beniih yang telah mengalami penuaan. Tujuan pengujian daya kecambah benih antara lain : untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan nilai penanaman benih, yaitu persentase perkecambahan dan jumlah benih yang dapat tumbuh ke permukaan tanah, melihat penurunan viabilitas benih dalam penyimpanan, menghitung kebutuhan benih dalam usaha tani, menilai kualitas benih serta menentukan batas daluarsa sertifikat benih.Pengujian daya berkecambah bertujuan untuk menentukan potensi perkecambahan maksimum dari suatu lot benih, yang dapat digunakan untuk membandingkan mutu benih dari lot yang berbeda, dan untuk menduga ”the field planting value” daya tumbuh dilapang.Pengujian pada kondisi lapang biasanya tidak memberikan hasil yang memuaskan karena tidak dapat diulang dengan hasil yang akurat. Oleh karena itu metode pengujian di laboratorium telah dikembangkan dimana kondisi lingkungan dikendalikan sedemikian rupa untuk mendapatkan tingkat perkecambahan yang optimal pada lot benih jenis tanaman tertentu.
2. TUJUAN Mahasiswa akan mengetahui cara melakukan dan mengevaluasi pengujian daya perkecambahan dan kekuatan tumbuh berbagai jenis benih tanaman.
Definisi :1. Perkecambahan.
Adalah proses perkembangan struktur esensial kecambah melalui tahapan-tahapan dimana struktur esensial menunjukkan kemampuan untuk berkembang secara normal dalam kondisi lingkungan yang sesuai (Favourable).
2. Persentase daya berkecambah.Proporsi berdasarkan jumlah (dinyatakan dalam persentase) yang menghasilkan kecambah normal dalam kondisi yang sesuai selama periode tertentu.
3. Struktur esensial kecambah.Struktur esensial kecambah yang akan berkembang menjadi tanaman normal meliputi ; sistem perakaran, tunas, kotiledon, titik tumbuh dan koleoptil (Poaceae/Gramineae).
4. Kecambah normal.Kecambah normal memperlihatkan potensi untuk berkembang lebih lanjut menjadi tanaman yang normal dalam kondisi yang optimum (kelembaban, suhu dan cahaya yang sesuai)
Untuk dapat diklasifikasikan sebagai kecambah normal, harus memenuhi salah satu kategori berikut :1. Kecambah sempurna
Kecambah yang semua struktur esensialnya berkembang dengan baik, lengkap, proporsional dan sehat.
2. Kecambah dengan kerusakan ringanKecambah memperlihatkan terjadinya kerusakan ringan tertentu pada struktur esensialnya dengan kerusakan yang dapat diperbaiki sehingga kecambah berkembang normal dan seimbang sebagaimana kecambah normal pada pengujian yang sama.
3. Kecambah dengan infeksi sekunderKecambah yang masuk kriteria 1 dan 2 diatas, tetapi kecambah ini terserang cendawan atau bakteri yang bukan berasal dari benih tersebut.
4. Kecambah Abnormal.Kecambah tidak memperlihatkan potensi untuk berkembang menjadi tanaman normal, jika ditumbuhkan di media yang berkualitas baik dan di bawah kondisi kelembaban, suhu dan cahaya yang sesuai.Kecambah dikategorikan abnormal bila :a. Kecambah rusak.
Kecambah yang struktur esensialnya hilang atau mengalami kerusakan yang berat, sehingga tidak dapat berkembang menjadi tanaman normal.
b. Kecambah cacatKecambah dengan perkembangan yang lemah atau struktur esensialnya tidak terbentuk sempurna/tidak proporsional.
c. Kecambah busukKecambah yang struktur esensialnya terkena infeksi primer atau busuk yang menghambat perkembangan kecambah untuk menjadi kesambah normal.
5. Unit benih berkecambah banyak (Multi germ seed unit)Satu unit benih yang dapat menghasiulkan lebih dari satu kecambah.
6. Benih-benih tidak berkecambahBenih-benih yang tidak berkecambah sampai proses akhir periode pengujian dalam kondisi yang optimum, diklasifikasikan menjadi :
a. Benih keras.Benih yang tetap keras sampai akhir periode pengujian yang telah ditetapkan, jika diakibatkan oleh kekerasan atau kekedapan kulitnya hingga tidak mampu berimbibisi (menyerap air).Benih keras merupakan salah satu bentuk dormansi, misalnya benih dari Fabaceae (Leguminoceae)
b. Benih segarBenih-benih yang tidak dapat berkecambah dalam kondisi perkecambahan yang optimum, mampu berimbi bisi dan masih bersih, kuat serta memiliki potensi untuk berkembang menjadi kecambah normal.
c. Benih mati
Benih yang pada akhir pengujian tidak termasuk benih keras atau segar, biasanya ditandai dengan benih busuk, lunak, berubah warna atau bercendawan dan tidak menunjukkan tanda-tanda perkembangan kecambah.
Kategori-kategori lainKategori ini dapat ditemukan pada semua jenis tanaman, khususnya benih tanaman pohon 1.Benih hampa
Benih yang benar-benar kosong atau hanya berisi jaringan sisa/residu;2. Benih tidak berembrio
Benih yang tidak berisi endosperma segar atau jaringan gametofit yang tidak memperlihatkan aktivitas sebagai embrio;
3. Benih rusak karena seranggabenih yang berisi larva serangga atau memperlihatkan bentuk-bentuk serangan serangga lainnya yang mempengaruhi kemapuan benih berkecambah;
c.PrinsipPengujian daya berkecambah harus dilakukan pada benih murni kecuali pada pengujian berdasarkan berat benih. Benih murni dapat diambil dari fraksi benih murni pada analisis kemurnian atau fraksi yang mewakili contoh kirimBenih yang diuji sebaiknya tidak diberi perlakuan kecuali benih-benih yang direkomendasikanUji ulang dapat dilakukan, jika uji ulang dilakukan setelah pemberian perlakuan benih maka hasil uji dan perlakuan benih harus dilaporkan pada laporan hasil ujiDalam pengujian daya berkecambah, contoh kerja dibagi dalam beberapa ulangan dan diuji pada kondisi yang optimum. 3. ALAT DAN BAHAN Peralatan yang diperlukan untuk daya berkecambah adalah: 1. Alat penghitung2. Alat Pengecambahan benih3. Meja daya berkecambah
Bahan yang diperlukan :1. Benih Jagung, padi dan kedele
Alat Penghitung BenihDua tipe penghitung benih yang sering digunakan : Counting boards dan Vacuum counters.
a.Counting Boards.Sering digunakan untuk menghitung benih-benih besar seperti jagung dan kacang-kacangan. Alat ini biasnya terbuat dari stainless, bentuk persegi panjang atau bujur sangkar yang terdiri dari dua plat. Plat I bagian bawah tidak berlubang dan Plat II bagian atas berlubang sebesar ukuran biji yang dimaksud.Ukuran plat II kecil dari plat I sehingga dapat ditarik.
Jumlah lubang pada plat II biasanya 50 untuk benih ukuran besar seperti kedelai, jagung dan kacang-kacangan lainnya, sedang bila untuk padi dan gandum biasnya berjumlah 100 lubang.Cara pengoperasian : Plat I dan II pada posisi sejajar dengan plat II diatas plat I, hamparkan benih diatasnya agar lubang-lubang tersebut terisi penuh. Setelah lubang terisi penuh, buang sisa benih dan plat II ditarik keluar sedemikain rupa sehingga benih tersebut tertata rapi diatas substrat yang akan digunakan.
b. Vacuum CountersUmumnya alat ini digunakan untuk benih yang bentuknya seragam seperti serealia (misalnya gandum atau padi, Brassica (kubis-kubisan) dan TrifoliumAlat ini terdiri dari 3 bagian, yaitu :
1.System Vacuum, termasuk pipa;2.Ring penghitung (kepala/head) untuk menempatkan ring penghitung benih yang
ukurannya sedikit lebih kecil dibanding dengan ukuran/ luas substrat. Ring penghitung berisi 50 – 100 lubang.
3.Knop Vacuum release. Untuk keperluan ini maka vacuum cleaner juga dapat digunakan sebagai system vaccum.
Cara penggunaan:Taburkan benih pada bak plastik, taruh alat diatasnya dan hidupkan system
vacuum. Kelebihan benih ditaruh kembali, isi lubang-lubang kosong, hanya satu benih tiap lubang. Selanjutnya alat diletakkan diatas substrat dan tekan tombol vacuum-release sehingga benih jatuh beraturan diatas substrat.
Alat Pengecambahan beniha.Germinator cabinet/Electric germinatorAlat ini dapat digunakan untuk pengujian benih tanaman yang memerlukan cahaya ataupun tidak. Alat ini dilengkapi pengatur suhu kelembaban, sistem pemanasan dan pendinginan. Alat ini disebut juga Germinator Listrik / Electric Germinator
b. Ruang Perkecambahan (Germinator room)Ruang ini merupakan modifikasi dari Germinator Cabinet yang dibangun dengan prinsip yang sama, tetapi berukuran besar sehingg analis dapat masuk kedalamnya.Pengujian dapat dilakukan dengan menggunakan bak transparan yang tertutup rapat dan diletakkan pada meja dorong /trolley atau rak pengujian.Dipergunakan AC dan Humidifier untuk mengendalikan suhu dan kelembaban
c. Copenhagen Tank (Bell jar atau Alat Jacobsen)Alat ini terdiri dari bak air dan tempat perkecambahan untuk pengujian dengan metode Pada kertas/PK (Top of Paper). Kelembaban substrat selalu terjaga karena diberi sumbu yang dihubungkan dengan air serta ditutup dengan tudung transparan berbentuk seperfti lonceng yang bagian pusatnya mengecil dan berlubang (Bell-jar).Suhu tempat pengujian dikondisikan baik secara tidak langsung dengan pemanasan/pendinginan air didalam waterbath atau dikendalikan secara otomatis.
Alat ini dapat digunakan untuk semua suhu konstan atau suhu berganti, tergantung pada desainnya.
4. PELAKSANAAN1. Contoh kerja; 400 benih diambil secara acak dari traksi benih murni. Jika sebelumnya
tidak melakukan pengujian kemurnian benih, maka 400 benih diambil secara acak dari contoh kirim. Benih yang terambil tersebut sesuai dengan klasifikasi benih murni.
2. Metode tanam; benih ditabur dalam 4 ulangan @100 butir. Jika ukuran substrat tidak mencukupi maka jumlah benih per 1 ulangan dapat ditabur dalam beberapa sub ulangan, masing-masing 25 atau 50 butir. Pada kondisi benih terinfeksi parah perlu dilakukan penggantian media kertas pada saat pengamatan antaraUntuk tiap komoditi membutuhkan persyaratan berkecambah atau perlakuan lainnya seperti ditetapkan pada tabel 16, antara lain :a. Metode menggunakan media kertas1. Pada Kertas/PK (Top of Paper)Benih diletakkan pada permukaan kertas basah yang terdiri dari satu atau beberapa lapis kertas (tergantung jenis kertas) yang telah diletakkan pada alat Jacobsen, cawan petri, boks perkecambahan yang tertutup atau baki-baki perkecambahan yang langsung diletakkan dalam germinator yang dijaga kelembabannya.Kertas berpori dan lembab atau kapas penghisap dapat digunakan sebagai dasar media.2.Antara Kertas/AK (Between Paper)Benih ditaburkan antara dua lapis kertas basah lalu dilipat atau digulung kemudian dimasukkan dalam boks atau kantong plastik atau diletakkan di baki dalam germinator dalam posisi mendatar atau berdiri.3.Antara Kertas Kipas (Plated Paper)Kertas dibuat seperti kipas atau akordion. Benih diletakkan diantara lipatan kertas kemudian diletakkan dalam kotak dan ditutup dengan plastik. Selanjutnya diletakkan dalam germinator. Metode ini dapat digunakan sebagai metode alternatif selain PK dan AK yang telah ditetapkan.
b. Metode menggunakan pasir1. Pada Pasir (Top of Sand / TS)Benih ditabur merata dan ditekan kedalam permukaan pasir yang telah diatur kelembabannya, kemudian diletakkan dalam germinator atau ruang yang kelembaban diatur.2. Dalam pasir (In Sand/S)Caranya seperti TS diatas, hanya kemudian ditimbun dengan pasir lembab setebal 1-2 cm, tergantung ukuran banih. Untuk menjamin aerasi yang baik, disarankan dilakukan penggarukan sebelum benih ditabur.Pasir lebih baik digunakan apabila;
a.Terjadi kontaminasi pada media kertasb.Evaluasi kecambah meragukanc.Untuk tujuan pemeriksaan
c. Metode menggunakan tanah, komposMedia tanah dan kompos pada umumnya tidak direkomendasikan sebagai media pengujian primer, tetapi metode ini dapat digunakan apabila :1.Kecambah menampakkan gejala keracunan2.Evaluasi kecambah meragukan bila menggunakan media kertas/pasir;Penggunaan tanah dan kompos biasanya untuk tujuan pembanding atau pemeriksaan.
Evaluasi KecambahEvaluasi kecambah dilaksanakan terhadap kecambah yang tumbuh dengan kondisi optimum di laboratorium.Kecambah yang dievaluasi terbagi dalam 5 (lima) kategori:1.Kecambah normalTiga kategori yang termasuk kecambah normal a.Kecambah dengan pertumbuhan sempurnaTergantung jenis benih yang diuji, kecambah sempurna menunjukkan kombinasi spesifik pertumbuhan struktur penting seperti tersebut dibawah ini :
1. Sistem perakaran berkembang baika). Akar primer
- Panjang dan ramping- Dipenuhi dengan bulu akar- Ujung akar sehat/runcing
b). Akar sekunder - Merupakan tambahan akar primer - Tumbuh selama periode pengujian (Zea mays, Cucurbitae)c) Beberapa akar seminal Dapat dianggap sebagai pengganti akar primer pada beberapa genera (Triticum, Cyclamen, Avena, Hordeum, Secale, Triticosecale)
2.Batang yang berkembang baika). Hipokotil yang lurus dan langsing pada perkecambahan epigealb). Hipokotil pendek atau tidak terlihat. Tapi dengan perkembangan epikotil yang baik (Pisum, Asparagus) pada kecambah dengan perkecambahan hipogeal.c). Hipokotil dan epikotil memanjang pada beberapa genera perkecambahan epigeald. Mesokotil yang pendek atau memanjang pada beberapa genera tertentu (Poaceae / Gramineae)
3. Jumlah tertentu pada kotiledona). Satu kotiledon- Pada monokotil
- Warna hijau atau berbentuk seperti daun (Allium)
b. Dua kotiledon- Pada dikotil- Warna hijau, berkembang seperti daun- Ukuran dan bentuk sesuai jenisnya, menunjukkan pertumbuhan epigeal- Atau setengah bulatan dan berdaging serta tetap tinggal di kulit biji di dalam tanah pada perkecambahan hipogeal
c. Jumlah kotiledon berbeda (2-18)- Pada konifera- Warna hijau, panjang dan sempit)
HASIL PENGAMATAN
V. PEMECAHAN DORMANSI
1. PENDAHULUANBenih tanaman mengalami dormansi apabila benih tersebut sebenarnya benih masih hidup, namun belum juga berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan yang telah memenuhi persyaratan untuk perkecambahan benih. Dormansi benih tanaman beragam tergantung jenis tanaman dan lamanya mulai dari beberapa hari, musiman bahkan sampai tahunan.Dormansi dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :
b. Keadaan embrio ketidakmasakan embrio dan “after ripening”c.Keadaan fisik benih impermeabilitas terhadap air, ketahanan mekanis terhadap
pertumbuhan embrio, permeabilitas rendah terhadap O2 dan CO2.d. Pengaruh faktor fisiologis keperluan akan cahaya, suhu rendah, zat penghambat
perkecambahane.Kombinasi dari beberapa faktor diatas
Keadaan dormansi pada benih dapat mengurangi nilai uji perkecambahan benih. Oleh karena itu diperlukan cara-cara untuk dapat memecahkan atau mempersingkat masa dormansi benih tanaman.
2. TUJUAN PRAKTIKUMMahasiswa akan mempelajari beberapa cara yang dapat dipergunakan untuk memecahkan atau mempersingkat masa dormansi benih tanaman.
3. ALAT DAN BAHANAlat yang diperlukan :
- pinset- skalpel / pisau cutter- kertas gosok/amplas- gunting- cawan petri- stop-watch- panci alumunium- kompor listrik- beaker glass- termometer
Bahan yang diperlukan, antara lain :- substrat kertas merang- bahan kimia H2SO4, HCl, KNO3- benih tanaman pangan : padi, sorghum- benih tanaman hortikultura : bayam, sawi, jambu biji, flamboyan
4. PELAKSANAAN PRAKTIKUMPerlakuan mekanis
1. Benih contoh uji diambil masing-masing 100 butir, lakukan pengguntingan pada bagian ujung kulit benih (clipping) atau pengikisan kulit biji (scratching) dengan menggunakan kertas gosok/amplas.
2. Benih dengan perlakuan (1) diuji perkecambahan dengan metode UDK masing-masing perlakuan diulang 4 kali
3. Buat satu ulangan tanpa perlakuan sebagai kontrol4. Bandingkan antara perlakuan dengan kontrol5. Lakukan pengamatan setiap hari
Perlakuan fisik, perendaman air panas / stratifikasi1. Benih contoh uji diambil masing-masing 100 butir. Masukkan contoh uji kedalam
kantong kemudian masukkan dalam air mendidih suhu ±40ºC selama 1-2 menit untuk benih padi dan sorghum.
2. Kantong diangkat selama beberapa menit, kemudian dicelupkan dalam air dingin selama 10 menit.
3. Benih dengan perlakuan (1) di uji daya perkecambahan dengan metode UDK, masing-masing perlakuan diulang 4 kali.Pengamatan dilakukan setiap hari sampai semua benih yang diberi perlakuan berkecambah atau dalam waktu tertentu Benih padi dan sorghum = 10 hariBenih bayam / sawi = 15 hariBenih Flamboyan = 21 hari
4. Pengamatan dan penilaian sama seperti pengamatan pada UDK5. Buat satu ulangan tanpa perlakuan sebagai kontrol
Buat :1. Grafik persentase perkecambahan untuk masing-masing kriteria normal, abnormal
dan mati2. Grafik laju perkecambahan3. Gambar kecambah normal abnormal dan mati untuk masing-masing perlakuan
5. HASIL PENGAMATAN
VI. ANALISIS KEMURNIAN BENIH
1. PENDAHULUANPengujian kemurnian benih sebaiknya merupakan analisis yang pertama kali dilakukan. Benih murni yang diperoleh dari hasil pengujian tersebut untuk kemudian digunakan untuksebagai bahan benih dalam pengujian yang lain, yaitu penetapan kadar air benihh dan daya kecambah benih (viabilitas).Definisi benih murni adalah benih yang sesuai dengan pernyataan pengirim benih atau secara dominan ditemukan di dalam contoh benih termasuk benih-benih varietas lain dalam jenis benih tersebut, seperti :
a. Benih utuh, benih muda, benih berukuran kecil, benih mengkerut dan benih sedikit rusak
b. Benih terserang penyakit atau benih yang mulai berkecambah tetapi benih tersebut masih bisa dikenali sebagai benih yang dimaksud. Jika sudah berubah karena sclerotia, smut balls atau nematoda galls, maka termasuk kotoran benih
c. Pecahan benih dengan ukuran yang lebih besar dari ½ ukuran semula. Khusus untuk familli Fabaceae (Leguminoceae), Brassicaceae (Cruciferaceae), Cupressaceae; Pinaceae, Taxaceae dan Taxodiaceae yang terkelupas kulit benihnya, termasuk kriteria kotoran benih. Pada leguminoceae jika kotiledon terpisah termasuk kriteria kotoran benih.
d. Benih tanaman lain; benih tanaman lain adalah benih tanaman selain yang dimaksudkan oleh pengirim. Penentuan benih tanaman lain sebagai kotoran benih sama seperti pada penentuan benih murni
e. Kotoran benih meliputi benih dan bagian dari benih serta bahan-bahan lain yang bukan dari benih antara lain : Pecahan benih dengan ukuran ½ atau < ½ ukuran normal Benih rusak tanpa lembaga (sudah hancur/rusak berat) Gabah hampa, floret steril (pada Composiate) Sekam, cangkang benih, kulit benih dan lain-lain
f. Bahan lain yang bukan merupakan bagian dari benih seperti : tanah, pasir, batu, batang jerami, daun, tangkai bunga, nematoda galls, sclerotia, smut balls, lemma, palea dan jamur
2. TUJUAN PRAKTIKUM :1. Mahasiswa mampu menentukan komponen benih berdasarkan persentase komponen
dalam contoh benih yang mencerminkan komposisi benih dalam lot. 2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi benih tanaman lain dan kotoran pada contoh
benih
3. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM- Berbagai jenis benih (jagung, padi, kacang tanah, kedelai, cabe)- Pembagi mekanis (mechanical divider)- Pinset
- Sendok dan spatula- Meja kerja kemurnian- Kaca pembesar - Timbangan analitik
4. PELAKSANAAN PRAKTIKUMB. Pengambilan contoh kerja kemurnian
1. Contoh kerja kemurnian diambil dari contoh kirim dengan menggunakan alat pembagi benih atau dengan metode sendok atau dengan cara parohan yang dimodifikasi.
2. Apabila akan dilakukan analisis simplo, maka pengambilan contoh kerja hanya dilakukan satu kali. Sedangkan bila duplo maka pengambilan contoh kerja dilakukan 2 x ½ berat contoh kerja dengan cara mengulangi langkah pengambilan contoh kerja dari awal.
C. Penimbangan contoh kerja Timbang contoh kerja yang sudah diperoleh dalam satuan g (gram) baik
simplo maupun duplo, dengan ketentuan desimal penimbangan pada tabel
Analisis kemurnianMelakukan analisis kemurnian dengan memisahkan contoh kerja dalam komponen benih murni, benih tanaman lain dan kotoran benih dengan cara sebagai berikut :b. Contoh kerja kemurnian disebarkan di meja kerjac.Setiap benih diidentifikasi satu persatu secara visual berdasarkan penampakan
morfologi (bentuk, ukuran, warna, kemengkilapan, tekstur bagian luar) dan atau penampakan dibawah cahaya.
d. Semua benih tanaman lain dan kotoran benih yang ditemukan diambil dan dipisahkan dari benih murni.
e.Setiap komponen ditimbang dalam satuan gram dengan tingkat ketelitian sama dengan contoh kerja dan hasilnya dicatat di buku kemurnian analisis. Kemudian datanya dimasukkan ke kartu analisis.
f. Komponen-komponen tersebut disimpan sebagai arsip contoh kerja sampai batas waktu yang telah ditentukan.
Perhitungan.1. Satu contoh kerja (Simplo)
b. Jumlahkan berat ketiga komponen yang ditemukan. Bandingkan dengan berat contoh kerja awal. Jika terdapat kehilangan berat lebih besar dari 5% dari berat contoh kerja awal, maka harus dilakkan pengulangan analisis;
c. Buat persentase masing-masing komponen dalam 1 desimal.d. Jumlahkan persentase ketiga komponen tersebut. Jumlah total harus 100,0%. Jika
jumlah tersebut tidak 100,0% (misalkan 99,9% atau 100,1%) maka harus dilakukan penambahan atau pengurangan 0,1% pada persentase tertinggi (biasanya pada fraksi benih murni). Apabila lebih dari 0,1% maka perlu dilakukan pengecekan terhadap kesalahan.
2. Contoh kerja parohan (Duplo)a. Gunakan cara seperti pada Simplo untuk masing-masing contoh kerja;b. Buat persentasenya untukn masing-masing komponen dalam kedua contoh kerja
tersebut dalam 2 desimal;c. Gunakan tabel toleransi untuk melihat variasi antara 2 ulangan seperti pada Bab
Toleransi Dalam Pengujian.d. Untuk pelaporan hasil jumlahkan berat keseluruhan benih murni, berat
keseluruhan benih tanaman lain, dan berat keseluruhan kjotoran benih serta berat keseluruhan contoh kerja, kemudian buat persentasenya berdasarkan jumlah total dari setiap komponen tersebut.
Rumus perhitungan persentase
% BM = BM ---------------------------- x 100% ( BM + BTL + KB )
% BTL = BTL ---------------------------- x 100% ( BM + BTL + KB )
% KB = KB ---------------------------- x 100% ( BM + BTL + KB )
Faktor kehilangan yang diperbolehkan maksimal 5% dihitung dengan rumus :
CK – ( BM + BTL + KB )--------------------------------- x 100% ≤ 5%
( CK )
Semua penimbangan dinyatakan dalam satuan gramKeterangan :
BM = Benih MurniBTL = Benih Tanaman LainKB = Kotoran BenihCK = Contoh Kerja
5. HASIL PENGAMATAN :Hasil analisis kemurnian ditulis dalam persentase dengan 1 desimal (1 angka dibelakang koma), Jumlah persentase berat dan semua komponen harus 100,0%. Komponen yang beratnya kurang dari 0,05% ditulis ”trace” yang berarti ada tetapi jumlahnya sedikit. Apabila
ditemukan hasil nihil dari suatu komponen harus ditulis dengan angka 0,0% pada kolom yang disediakan (kolom – kolom pada kartu analisis tidak boleh dibiarkan kosong).Bila total komponen tidak 100,0% (misalnya 99,9% atau 100,1%), maka tambahkan atau kurangkan 0,1% pada komponen yang nilainya terbesar, biasanya pada fraksi benih murni.Nama ilmiah dari benih murni dan benih tanaman lain serta macam kotoran benih harus dilaporkan.
VII. TPB HPT (HAMA)
PENDAHULUAN
A. Hama Gudang (Hama Pasca Panen)
Hama adalah hewan atau organisme yang aktivitasnya dapat menurunkan nilai
ekonomis dan merusak kualitas juga kuantitas produk pertanian. Hama berdasarkan tempat
penyerangannya dibagi menjadi 2 jenis yaitu hama lapang dan hama gudang/hama pasca
panen. Hama lapang adalah hama yang menyerang produk pertanian pada saat masih di
lapang. Hama gudang adalah hama yang merusak produk pertanian saat berada di gudang
atau pada masa penyimpanan.
Menurut Kertasapoetra (1991), hama pasca panen merupakan salah satu faktor yang
memegang peranan penting dalam peningkatan produksi. Hasil panen yang disimpan
khususnya biji-bijian setiap saat dapat diserang oleh berbagai hama gudang yang dapat
merugikan.
Hama gudang berpotensi menyebabkan kehilangan hasil selama produk dalam
penyimpanan. Kehilangan hasil yang disebabkan oleh hama gudang dapat mencapai 10-15%
dari isi gudang. Serangga hama gudang adalah serangga yang telah teradaptasi pada
lingkungan penyimpanan dengan baik.
B. Sejarah Infestasi Hama Gudang
Dahulu pada saat petani bercocok tanam, hama pasca panen sangat sedikit sekali
ditemui, mereka bertahan hidup dengan tumbuh pada biji-bjian, seresah, kayu bekas pohon,
kotoran binatang, tanah dan terbawa oleh binatang lain seperti burung dan tikus. Pada saat itu
nenek moyang kita bertani hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, jadi hasil panen
mereka tidak memerlukan perlakuan khusus dalam sistem penyimpanannya. Seiring
berkembangnya jaman yang menyebabkan hasil pertanian tidak hanya untuk kebutuhan
sehari-hari melainkan juga karena desakan ekonomi yang didukung melimpahnya pakan,
terjadinya kelangkaan air dan berkembangnya perlakuan dalam sistem penyimpanan, para
petani mulai menyimpan hasil panen mereka pada tempat penyimpanan yang biasa kita sebut
gudang.
Pengertian gudang dapat dikemukakan bahwa gudang tidak hanya terbatas pada
wujud suatu bangunan yang dapat dipergunakan untuk menyimpan produk pertanian yang
biasanya tertutup rapat, melainkan pula meliputi setiap tempat penyimpanan, tempat apapun
tanpa memperdulikan bentuk, ukuran serta letaknya yang ada kaitannya dengan hama gudang
dapat dianggap sebagai gudang.
Menurut Franklin G. Moore dalam “Production Control” (1961), gudang pada
umumnya terbagi atas gudang terbuka dan gudang tertutup. Pada gudang terbuka biasanya
ditempatkan bahan-bahan yang baru diambil, guna melindunginya sebelum dilakukan proses
pemilihan atau sebelum dilemparkan pada pedagang dan konsumen, nilai dari bahan-bahan di
sini dapat dianggap masih dalam transisi untuk dipersiapkan agar dapat dimasukkan gudang
tertutup.
Gudang tertutup adalah suatu tempat tertutup yang keadaan di dalamnya lebih
terpelihara, bahan-bahan yang disimpan ditempat ini biasanya yang telah disortir dan
memperoleh pengolahan-pengolahan, seperti pengeringan, pembersihan dari berbagai kotoran
dan biasanya ditempatkan lagi dalam tempat-tempat yang khusus (bakul, peti, karung, belek
dan lain sebagainya). Jadi hama gudang akan tetap ada walaupun bahan disimpan dalam
gudang tertutup dan telah mengalami beberapa pengolahan sebelumnya.
C. Klasifikasi Hama Gudang
Berbagai hama dalam gudang dapat diklasifikasikan menurut beberapa sifat dan
morfologi dari hama tersebut, yang dimaksud dengan klasifikasi atau penggolongan ialah
pengaturan individu dalam kelompok, penyusunan kelompok, penyusunan kelompok dalam
suatu sistem, data individu dan kelompok menentukan hama itu dalam sistem tersebut. Letak
hama itu dalam sistem sudah memperlihatkan sifatnya.
Berdasarkan hasil penggolongan para taksom, hama gudang yang penting/primer
terbatas pada serangga, burung dan mamalia. Kelompok pada serangga tergolong dalam 2
ordo yaitu Coleoptera dan Lepidoptera. Hama gudang yang tergolong hama sekunder
merupakan hama gudang yang kurang penting, artinya sifat kerusakannya merupakan gejala
sekunder pada bahan simpanan, seperti: Mites (kelas Arachnoidea, ordo Acarina), Kecoak
(ordo Orthoptera), Renget/gegat (ordo Thysanura), Collembola (ordo Collembola), Semut
(ordo Hymenoptera) dan lain-lain, akan tetapi walaupun hama yang kurang penting daya
perusakannya dan hanya bersifat sekunder saja, kalau terlalu banyak populasinya tentunya
kerusakan sekunder yang dilakukannya akan menimbulkan kerugian yang cukup besar.
Menurut Linsley (1944), hama pasca panen dapat dikelompokkan menjadi delapan,
yaitu:
1. Spesies yang menginvestasi biji-bijian, yaitu spesies dari family Gelechiidae ,Bruchidae
dan Curculionidae.
2. Spesies pemakan jamur, yaitu ordo Lepidoptera dan Coleoptera.
3. Spesies pemakan tanaman mati, yaitu larva ngengat yang termaduk dalam family Phytidae.
4. Spesies pemakan binatang mati yaitu kumbang dari family Dermestidae dan beberapa jenis
ngengat dari family Tineidae.
5. Cucujidae dan Tenebrionidae (Tribolium spp., Cryptoleste sp., Tenebroides mauritanicus,
Palorus sp., Gnatocerus sp. Dan Latheticus sp.)
6. Penggerek binatang dan pemakan kayu, yaitu beberapa spesies serangga dalam famili
Anobiidae yaitu Lasoderma serricorne dan Stegobium panecium dan famili Bostrichidae
yaitu Rhyzopertha dominica.
7. Scavenger pada sarang serangga lain, contohnya sarang tawon, dalam
familiGalleriidae, Phycitidae, Ptinidae dan Dermesitidae.
8. Predator dan Parasitoid, dalam ordo Hemiptera (kepik), Diptera dan Hymenoptera
(tawon).
D. Faktor Yang Mempengaruhi Penyebaran Dan Kelimpahan Hama Gudang
1. Suhu, Kadar Air Biji Dan Sumber Makanan
Masa perkembangan, ketahanan hidup dan produksi telur serangga hama pascapanen
tergantung pada kesesuaian lingkungan dan makanan. Laju populasi serangga dapat
meningkat sebagai hasil dari masa perkembangan yang singkat, ketahanan hidup yang
meningkat atau produksi telur yang lebih banyak. Dalam kondisi normal, gudang adalah
sumber makanan sehingga permasalahan utama bagi serangga adalah suhu dan kadar
air/kelembaban. Walaupun demikian, sebagian besar serangga hama pascapanen dapat hidup
pada berbagai bahan simpan dan terdapat variasi kelimpahan serangga pada tiap-tiap bahan
simpan.
a. Masa Perkembangan
Suhu lingkungan dan kadar air bahan simpan merupakan faktor utama yang
mempengaruhi masa perkembangan. Pada coleoptera, kadar air lebih dominan pengaruhnya
dibanding suhu dan makanan, demikian pula pada lepidoptera.
Lepidoptera pascapanen menghabiskan sebagian besar masa perkembangannya
sebagai larva. Stadium larva lepidoptera pascapanen lebih lama daripada larva coleoptera
karena nutrisinya digunakan untuk produksi telur. Imago lepidoptera sendiri berumur pendek
dan tidak makan. Coleoptera berumur panjang (Cryptolestes, Oryzaephilus, Sitophilus,
Tribolium, Rhyzopertha) makan selama periode imago, karena itu dapat memproduksi telur
selama hidupnya. Seperti lepidoptera, stadium larva coleoptera berumur pendek
(Callosobruchus, Lasioderma, Stegobium) cenderung lebih lama (walaupun tidak selama
lepidoptera), akibatnya produksi telurnya pun tidak sebanyak lepidoptera.
Hingga batas tertentu, kenaikan suhu lingkungan meningkatkan aktivitas makan. Hal
ini menjelaskan sebagian pengaruh suhu terhadap pemendekan masa perkembangan serangga
pascapanen. Fluktuasi suhu harian juga berpengaruh. Serangga yang hidup pada suhu
konstan tinggi masa perkembangannya lebih singkat daripada suhu fluktuatif (walaupun
dengan rata-rata suhu yang sama tinggi). Sementara itu pada suhu konstan rendah, masa
perkembangannya lebih lama dibandingkan suhu fuktuatif dengan rata-rata sama rendah.
Kadar air bahan simpan/kelembaban udara mempengaruhi lama stadium larva. Kadar
air bahan simpan yang rendah memperlama stadium larva, tetapi stadium telur dan pupa tidak
terpengaruh sehingga hal ini mengubah keseimbangan struktur umur dalam populasi yang
sudah stabil.
Seperti dijelaskan sebelumnya, suhu lingkungan dan kelembaban di penyimpanan bisa
saja sebagai sebab atau akibat dari keberadaan hama. Serangga membutuhkan kisaran suhu
dan kelembaban optimum untuk perkembangannya. Sementara itu metabolisme serangga
juga menghasilkan kalor dan uap air ke lingkungannya.
Gambar 2. Hubungan masa perkembangan dengan suhu lingkungan
b. Ketahanan hidup/survival
Serangga biasanya memiliki kisaran suhu optimum. Sedikit saja di luar kisaran suhu
tersebut, terjadi penurunan populasi yang sangat besar Contohnya pada Tribolium, suhu
optimum pertumbuhan adalah 25-37.5˚C. Ketahanan hidup akan turun drastis di luar kisaran
tersebut. Kematian terbesar terjadi pada larva instar awal. Pola serupa tampaknya terjadi pada
spesies Rhyzopertha, Oryzaephilus, Cryptolestes dan Tribolium (coleoptera berumur panjang)
.
Gambar 3. Hubungan suhu lingkungan dengan ketahanan hidup
Kadar air biji berkorelasi positif dengan ketahanan hidup. Kadar air meningkat,
kondisi lingkungan makin baik untuk serangga sehingga ketahanan hidupnya pun meningkat.
Sebaliknya, ketahanan hidup hama pascapanen menurun bila kadar air biji rendah.
Implikasinya, kalaupun pengendalian hama tidak bisa dilakukan dengan menurunkan suhu
(pendinginan), pengeringan dan pemanasan dapat pula bermanfaat.
Kematian hama pascapanen pada suhu rendah merupakan fungsi dari laju
pendinginan, lama waktu pendinginan, suhu dan spesies. Serangga akan punya
kesempatan menyesuaikan diri (aklimasi) bila laju pendinginan lambat.
c. Produksi telur
Serangga memerlukan nutrisi yang cukup untuk memproduksi telur. Lepidoptera
biasanya mengakumulasi nutrisi pada saat larva, dan memproduksi telur dalam jumlah
banyak hanya pada hari-hari pertama menjadi imago. Coleoptera biasanya hidup lebih lama
dan memproduksi telur sepanjang hidupnya dalam proporsi yang lebih merata. Dengan
demikian, coleoptera berumur panjang membutuhkan nutrisi sepanjang hidupnya.
Peningkatan suhu dan kadar air bahan simpan meningkatkan produksi telur, hanya
saja produksi telur tertinggi dan ketahanan hidup tertinggi tidak terjadi pada satu titik suhu
atau kadar air yang sama. Pada Tribolium, kombinasi ketahanan hidup dan produksi telur
yang menghasilkan tingkat reproduksi maksimum terjadi pada suhu 27 0C dan kadar air 16%.
Sejumlah ngengat diketahui meningkat produksi telurnya bila menemukan sumber air,
demikian pula kumbang Dermestes. Callosobruchus juga meningkat produksi telurnya
karena nutrisi.
2. Interaksi Antar Individu Dan Antar Spesies
Intraspesifik (antar individu)
Interaksi antarindividu dalam satu spesies menentukan distribusi dan kelimpahan
serangga. Pada kepadatan populasi rendah, laju pertumbuhan biasanya kecil karena kesulitan
untuk menemukan pasangan seksual misalnya. Ketika populasi bertambah, laju pertumbuhan
meningkat secara eksponensial karena kelimpahan sumber makanan dan kesesuaian
lingkungan. Sejalan dengan pertambahan populasi yang tinggi, terjadi kompetisi/persaingan
untuk makan dan perkawinan sehingga menimbulkan efek negatif bagi populasi. Pada
spesies tertentu bahkan terjadi kanibalisme terhadap serangga dalam stadium inaktif (telur
dan pupa). Walaupun demikian, tekanan populasi seperti ini jarang terjadi karena
kecenderungan migrasi bila populasi meningkat. Kompetisi umumnya terjadi pada populasi
di penyimpanan yang kosong, sarana transportasi maupun peralatan pengolahan di mana
jumlah makanan relatif sedikit.
Interspesifik (antar spesies)
Interaksi antarspesies juga mempengaruhi laju pertumbuhan suatu spesies serangga.
Berbagai pola interaksi ditemukan di penyimpanan, yaitu:
Suksesi, yaitu pergantian dominansi spesies pada pernyimpanan kerena perubahan
lingkungan dan sumber makanan. Pada saat awal yang dominan adalah hama primer,
kemudian digantikan hama sekunder, selanjutnya mungkin serangga pemakan cendawan
atau sisa-sisa.
Kompetisi, terjadi bila dua spesies hama memiliki relung ekologis yang sama (bandingkan
dengan suksesi dimana masing-masing spesies memiliki peran berbeda.)
Predasi, bisa oleh spesies predator (misal kepik Xylocoris sp.) atau spesies hama yang
menjadi karnivor fakultatif pada kondisi ekstrim.
Parasitisme, kebanyakan Hymenoptera famili Trichogrammatidae, Bethylidae, dan
Pteromalidae menjadi parasitoid hama gudang. Termasuk parasitisme adalah serangan
mikroorganisme seperti protozoa, bakteri dan cendawan entomophaga penyakit terhadap
hama pasca panen
E. Faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi serangga terhadap inang.
Painter (1951) dan Beck (1965) mengemukakan bahwa preferensi serangga terhadap
inangnya banyak dipengaruhi oleh faktor biofisik dan biokimia tanaman. Pada saat serangga
mencari makanan, serangga melakukan serangkaian proses yaitu proses pengenalan atau
orientasi yang kemudian disusul dengan menggigit atau menusukkan alat mulutnya ke dalam
jaringan tanaman (Atkins , 1980). Pada proses ini yang mula-mula berperan adalah faktor
biofisik tanaman yaitu serangga mulai merasakan adanya rambut-rambut pada bagian
tanaman, lapisan lilin, kekerasan jaringan tanaman dan lain-lain (Painter, 1951). Fase
selanjutnya, yang berperan adalah faktor biokimia tanaman. Apabila dalam inang terdapat
senyawa-senyawa yang menarik maka serangga akan menetap (arrestant) dan bila ada
senyawa-senyawwa yang merangsang (feeding stimulant) maka serangga akan meneruskan
makannya pada inang tersebut. Jika pada fase ini makanan tidak sesuai maka serangga akan
meninggalkan inangnya, dan sebaliknya bila makanan sesuai maka serangga akan menetap
pada inang tersebut.
TUJUAN PRAKTIKUM
Untuk mengetahui hubungan antara jenis pakan terhadap tingkat preferensi hama
Sitophilus oryzae.
METODOLOGI
ALAT DAN BAHAN
Alat yang digunakan antara lain : fial plastik, kuas gambar, kain kasa, lup, karet gelang,
kertas label.
Bahan yang digunakan antara lain : Sitophilus oryzae, beras IR64, beras jatah, beras pandan
wangi, padi.
PELAKSANAAN
1. Ambil 1000 butir beras untuk tiap jenis beras, lalu timbang berat awal.
2. Sediakan 3 fial plastik isi masing-masing dengan 3 jenis beras berbeda.
3. Masukkan 10 Sitophilus oryzae ke dalam masing-masing fial plastik.
4. Berilah label untuk masing-masing jenis beras.
5. Tutup fial plastik dengan kain kasa dan ikat dengan karet gelang.
6. Pengamatan dilakukan 28 hari setelah aplikasi.
7. Timbang berat akhir pada masing-masing jenis beras.
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL PENGAMATAN
Varietas Berat Beras
Awal 7 HAS 14 HAS 21 HSA 28 HSA
Beras IR.64
Beras Jatah
Beras Pandan Wangi
Padi
Varietas Jumlah Hama
Awal 7 HAS 14 HAS 21 HSA 28 HSA
Beras IR.64 10 imago
Beras Jatah 10 imago
Beras Pandan Wangi 10 imago
Padi 10 imago
GRAFIK
Grafik Hasil Pengamatan Mingguan Berat Beras
Grafik Hasil Pengamatan Mingguan Jumlah Hama
07 hari 14 hari
Σ
ha ma
Beras Pandan wangi
Beras Jatah
Beras IR64
21 hari 28 hari
07 hari 14 hari
bera
t
Beras Pandan wangi
Beras Jatah
Beras IR64
21 hari 28 hari
Bahan diskusi yang merupakan pembahasan meliputi :
1. Dari grafik pengamatan saudara, apakah ada penambahan populasi Sitophilus oryzae pada
ketiga jenis beras? mengapa demikian? Apakah variable tersebut sudah menunjukkan
bahwa varietas tertentu yang disukai oleh Sitophilus oryzae?
2. Dari ketiga jenis beras, manakah yang memiliki kualitas bagus, sehingga disukai oleh
Sitophilus oryzae? Apakah kualitas pada beras mempengaruhi preferensi Sitophilus
oryzae? Jelaskan Alasannya? Bagaimana kualitas (kondisi) ketiga jenis beras setelah akhir
pengamatan?
3. Carilah jurnal yang berhubungan dengan soal no 1 dan no 2. Sertakan print out jurnal
sebagai acuan dalam menjawab soal. Berilah tanda (garis bawah atau stabilo) pada kata
yang menjadi acuan untuk menjawab.
4. Ambil 5-10 sample dari masing-masing jenis beras yang telah rusak, *dokumentasikan
secara jelas gejala yang terdapat pada permukaan beras. *gunakan kamera dgn resolusi
yang bagus untuk hasil dokumentasi yang jelas.
Format Laporan
1. Pendahulun
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
2. Tinjauan Pustaka
2.1 Definisi Hama Gudang (3 Ing + Terjemah)
2.2 Morfologi Sitophilus oryzae (+Gambar literatur)
3. Metodologi
3.1 Waktu dan Tempat
3.2 Alat dan Bahan
3.3 Cara Kerja (Diagram alir)
3.4 Analisa Perlakuan
4. Hasil dan Pembahasan
4.1 Hasil (Berupa tabel dan grafik)
4.2 Pembahasan Praktikum (dibandingkan dengan literatur)
4.3 Pembahasan Soal
5. Penutup
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran (Asisten dan Praktikum)
Daftar Pustaka
Lampiran Jurnal
VIII. TPB HPT ( PENYAKIT)
PENDAHULUAN
(Sekilas Pandang Mengenai Patologi Benih)
Seperti telah diketahui bermacam-macam jasad renik dapat terbawa pada benih dan
sebagian besar bersifat pathogen. PenyaKit yang ditimbulkan dapat terjadi pada kecambah,
tanaman muda, dan pada tanaman dewasa.
Patogen-patogen yang terdapat pada biji dapat menimbulkan berbagai kerusakan.
Bentuk kerusakan yang ditimbulkan sangat bervariasi, tergantung macam patogennya,
macam biji, dan lingkukngannya. Bentuk kerusakan tersebut dapat berupa bercak (nekrose),
perubahan warna, dan busuk.
Biji-biji membawa beberapa pathogen yang sering menyebabkan beberapa penyakit
pada pertanaman yang tumbuh dari biji yang tersebut. Seperti halnya penyakit-penyakit pada
biji sorgum dapat menyebanka kehilangan hasil secara individual di lapangan sampai lebih
dari 5 persen dan kadang-kadang infeksinya dapat sebersar 50 persen. Penyakit-penyakit pada
biji (benih) disamping menderita kerusakan juga menghasilkan sejumlah spora yang
selanjutnya dapat menyebabkan penyakit pada tanaman sehat di lapang, sebagai contoh
penyakit bercak coklat pada padi dan antraknosa pada chili. Bijji-biji juga dapat
menyebabkan penyakit pada embrio.
Ada beberapa biji yang terinfeksi dan dikonsumsi akan menyebabkan penyakit pada
manusia atau hewan.sebagai contoh penyakit ergot pada bajra dan kudis pada gandum. Biji-
biji gandum yang terserang ergot akan menyebabkan binatang atau manusia menjadi sakit.
Hal ini dilaporkan juga bahwa dengan memakan gandum yang terkena kudis, meskipun
dalam jumlah yang kecil akan menyebabkan keracunan makanan. Selain itu biji-biji yang
terinfeksi menurunkan nilai pemasarannya. Campuran biji-biji yang sehat dan terinfeksi akan
menyebakan penurunan mutu. Biasanya biji-biji gandum yang terkontaminasi dengan jamur
sampai 5 persen, akan menyebabkan perubahan warna pada tepung, sehingga akan
menyebabkan tepung tersebut tidak disukai oleh konsumen.
Patogen yang terbawa oleh biji dapat mengurangi nilai biji dan juga mengurangi daya
tumbuhnya. Pathogen dapat menimbulkan penyakit pada tanaman sebelum benih
berkecambah, pada tanaman muda, atau pada tanaman dewasa. Jika pathogen menyerang
tanaman dewasa, maka kerugian akan menjadi lebih besar lagi. Pathogen-patogen tersebut
selain menimbulkan penyakit pada tanaman itu sendiri, dapat pula menjadi sumber infeksi
bagi tanaman lain. Dengan demikian pathogen tersebut dapat menginfeksi tanaman yang
sehat. Penyebaran ini dapat dilakukan dengan perantara angin, air, insekta, hewan, dan
manusia.
Mengenai lokasinya dari patogen tersebut pada benih dapat berbeda-beda tergantung
dari macamnya patogen dan macamnya tanaman yang diserang. Patogen dapat
mempertahankan diri dalam bentuk lain dalam embriyo, endosperm, kulit biji atau pada
permukaan biji. Tetapi tidak jarang patogen tertentu dapat berada pada berbagai macam
bagian dari biji tersebut.
Sebagai contoh beberapa infeksi langsung ialah: Yellow Mosaic Virus pada kacang-kacangan
yang penularannya lewat pollen (tepung sari)
Kebanyakan patogen yang terbawa oleh benih menjadi aktif segera setelah benih
disebar atau disemaikan. Sebagai akibatnya benih menjadi busuk atau terjadi “damping off’
sebelum atau sesudah benih berkecambah
MATERI
Seed pathology atau penyakit benih merupakan cabang Ilmu Penyakit Tanaman yang
mempunyai tujuan untuk mengadakan determinasi terhadap kesehatan dan perlakuan benih.
Patogen-patogen benih
Semua golongan patogen seperti halnya jamur, bakteri, virus. insekta, dan nematoda
dapat terbawa oleh benih. Hal ini terjadi karena benihnya telah terinfeksi atau karena
kontaminasi dengan permukaannya saja. Atau ada pula yang terbawa bersama benih dalam
bentuk skierotia.
Terjadinya infeksi dan kontaminasi pada benih (biji)
Patogen yang terbawa biji pada prinsipnya dapat dibedakan dalam 2 macam yaitu:
1. Biji yang terinfeksi (infected)
2. Biji yang mengalami kontaminasi (infested)
Sebagai contoh pada biji-biji yang terinfeksi, patogen mengadakan penetrasi pada
jaringan atau biji atau dapat juga menetap dalam bentuk resting stage (tingkat istirahat).
Sedang biji yang terinfestasi (terkontaminasi) oleh patogen biasanya terjadi
dipermukaan biji. Sehagai contoh dalam bentuk spora, scierotia, gall, dan buah yang
tercampur dengan biji.
Mekanisme dan penyebaran patogen dapat dibedakan dalam 2 proses yaitu:
a. Penetapan (Establishment) dan patogen pada biji, atau tercampur dengan biji dan
keadaan ini atau proses ini biasanya disebut dengan seedborne disease (patogen yang
terbawa biji).
b. Penyebaran (transfer) dan patogen yang lewat biji, dan dalam hal ini patogen tersebut
adalah seed transmitted (dipindahkan lewat biji).
Infeksi dan kontaminasi pada benih dapat terjadi :
1. Secara langsung menginfeksi benih dan berada di dalam jaringan.
2. Secara tidak langsung mengkontaminasi pada permukaan benih.
Sumber inokulumnya tersebut kemungkinan berasal dan tanaman inangnya sendiri atau dan
tanaman lain.
Sedang asal infeksi dapat berasal dari:
1. Dari lapang-field fungi, berkembang sebelum panen
2. Dari gudang-strorage fungi-berkembang sesudah panen / selama penyimpanan.
Terdapatnya patogen dalam biji dapat dibedakan menjadi:
1. Tercampur dengan biji (Admixed). contoh : Anguina tritici
2. Melekat pada permukaan hiji (Adherent), contoh Helminthosporium sp.; Alternaria
sp. ; Smut sp.
3. Tertanam dalam biji (Embedded). contoh : Alternaria sp. ; Cercospora sp. ,
Helminthosporium sp. ; Septoria sp. Phoma sp.; culvuria sp.
4. Embrionie seed born, dimana inokulum dan patogen berada dalam embriyo, contoh :
virus.
PRAKTEK PENGUJIAN BENIH
Untuk mengetahui patogen yang terbawa benih dapat dilakukan pengujian benih.
Pemeriksaan kesehatan dapat dipakai untuk berbagai tujuan, antara lain:
1. Mengevaluasi kesehatan benih sebelum disebarkan ke berbagai tempat untuk keperluan
pertanaman.
2. Mengevaluasi efek dan fungisida untuk keperluan perlakuan benih.
3. Mengevaluasi usaha pemberantasan penyakit di lapang dalam rangka mencegah penyakit
yang ditularkan ke biji.
4. Usaha mengadakan survey penyakit pada tingkat nasional atau regional sehingga bisa
mengetahul penyebaran patogen terutama yang terbawa biji.
5. Karantina tumbuh-tumbuhan, untuk mencegah masuknya/ keluamya patogen yang
membahayakan
Pengujian benih dengan metode inkubasi:
1. Pengujian dengan media kertas
2. Pengujian dengan media agar
Metode ini didasarkan pada pertumbuhan inokulum. Dengan cara ini dapat dilihat macamnya
jamur patogen yang menyerang benih
1. Media kertas
a. Pengamatan biji dilakukan setelah biji diinkubasi pada kertas. Kertas umumnya
adalah kertas yang mengisap air. Kertas whatman, kertas merang, kertas buram,
dll.
b. Biji diletakkan pada medium kertas dan diletakkan dalam cawan Petni. Kertas
medium terdiri atas beberapa lapis, dan dibasahi sebelumnya.
c. Tebarkan beberapa benih dan diinkubasi 7- 8 hari.
d. Diamati jumlah dan macam jamur (cendawan) dengan mikrosSSkop.
2. Media agar
a. Biji.biji ditempatkan pada cawan Petri yang berisi agar. Macam agar yang
digunakan dapat berupa : PDA (Potato Dextrose Agar) atau MEA (Malt Extract
Agar).
b. Tebarkan beberapa benih. Inkubasi pada suhu 20-28°C selama 5- 8 hari.
c. Pengamatan dapat secara makroskopis maupun mikroskopis
TUJUAN PRAKTIKUM
Untuk mengetahui macam-macam pathogen yang terdapat dalam benih dengan
menggunakan metode kertas sebagai evaluasi uji kesehatan benih.
METODOLOGI
ALAT DAN BAHAN
Alat yang digunakaan antara lain: Cawan petri, Mikroskop, TV LCD.
Bahan yang digunakan antara lain: Benih, Kertas, Air.
PELAKSANAAN
1. Bersihkan cawan petri dari kotoran yang menempel.
2. Gunting kertas berbentuk bulat dan letakkan pada alas cawan petri. Basahi dengan air.
3. Ambil 3 benih. Rendam benih 10-15 menit, lalu tebarkan diatas kertas.
4. Inkubasi pada suhu kamar 7-8 hari.
5. Amati dibawah mikroskop.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel Pengamatan.
No Perlakuan Pathogen yang
ditemukan
Dokumentasi Keterangan
1 Benih ....
2 Benih ...
3 Benih ……………
Bahan diskusi:
1. Amati benih dibawah mikroskop. Apakah terdapat pathogen pada benih yang diuji
pada media kertas? Apa saja jenis pathogen yang ditemukan? Bandingkan data anda
dengan kelompok lain.
2. Carilah laporan praktikum kakak tingkat (pengujian metode agar). Amati apakah
terdapat pathogen yang ditemukan? Apa saja jenis pathogen yang ditemukan?
3. Bandingkan pembahasan pengujian antara media agar dengan media kertas.
6. Pendahulun
6.1 Latar Belakang
6.2 Tujuan
6.3 Manfaat
7. Tinjauan Pustaka
7.1 Definisi Penyakit Benih (3 Ing + Terjemah)
7.2 Macam-Macam Penyakit Benih (+cotoh dan Gambar literatur)
8. Metodologi
8.1 Waktu dan Tempat
8.2 Alat dan Bahan
8.3 Cara Kerja (Diagram alir)
8.4 Analisa Perlakuan
9. Hasil dan Pembahasan
9.1 Hasil (Berupa tabel dan grafik)
9.2 Pembahasan Praktikum (dibandingkan dengan literatur)
9.3 Pembahasan Soal
10. Penutup
10.1 Kesimpulan
10.2 Saran (Asisten dan Praktikum)
Daftar Pustaka
Lampiran Jurnal
IX. PENETAPAN KADAR AIR BENIH
1. PENDAHULUANKadar air benih selalu berubah tergantung kadar air lingkungannya, karena benih
mempunyai sifat selalu berusaha mencapai kondisi yang equilibrium dengan keadaan sekitarnya. Kadar air benih yang selalu berubah dengan keadaan sekitarnya teersebut sangat membahayakan kondisi benih karena berkaitan dengan laju deteriorasi (kemunduran) benih yang pada akhirnya akan berpengaruh pada viabilitas benih. Untuk mengatasi masalah perubahan kadar air benih, setelah benih diproses dengan kadar air tertentu maka benih tersebut harus dikemas dengan bahan pengemas yang dapat mempertahankan kadar airnya untuk jangka waktu tertentu. Benih tersebut harus disimpan di ruangan dengan kelembaban udara relatif (RH) tertentu dengan tujuann agar kadar air benih tetap stabil.
Definisi kadar air benih adalah berat air yang hilang karena pemanasan sesuai dengan aturan yang dinyatakan dalam persentase terhadap berat awal contoh benih.
Prinsip dalam metode yang digunakan untuk penetapan kadar air benih adalah metode yang ditetapkan sedemikian rupa sehingga memungkinkan penguapan air sebanyak mungkin tetapi dapat menekan terjadinya oksidasi, dekomposisi atau hilangnya zat-zat yang mudah menguap.
2. TUJUAN PRAKTIKUM Praktikum penetapan kadar air benih bertujuan agar mahasiswa mengetahui dan mampu melakukan penetapan kadar air benih dengan menggunakan metode yang sesuai bagi keperluan pengujian.
3. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM- Berbagai jenis benih (padi, kacang hijau, kacang tanah dan jagung)- Mortar dan pestle- Timbangan digital- Oven- Wadah porselen + tutup- Penjepit dan sarung tangan- Saringan (0.50 mesh; 1.00 mesh; dan 4.00 mesh)
4. PELAKSANAAN PRAKTIKUMA. Persiapan
2. Penentuan kadar air dilakukan dengan 2 (dua) ulangan dari contoh benih yang ada. 3. Pengambilan contoh kerja dilakukan secara terpisah. Berat yang ditetapkan tergantung
dari ukuran wadah yang digunakan.
Tabel 1. Hubungan antara wadah dengan berat contoh kerjaUkuran diameter wadah Berat contoh kerja (g)< 8 cm 4-5 > 8 cm 10
Sumber : ISTA Rules (2004)
4. Benih contoh kerja tersebut kemudian ditimbang menggunakan timbangan analitik, dilakukan dalam satuan gram dengan ketelitian 3 desimal
5. Benih besar harus dijadikan bagian-bagian (partikel) yang lebih kecil dengan cara digiling. Pengecualian bagi benih yang kandungan minyaknya sangat tinggi sehingga sulit digiling atau minyaknya yang mengandung iodium tinggi, karena kemungkinan akan terjadi penambahan berat akibat oksidasi dari minyak selama proses pemanasan, sehingga dapat menyebabkan kesalahan pada penetapan kadar air benih.
6. Benih-benih tanaman keras yang berukuran besar (tiap kg berjumlah > 5000 benih) dan benih tanaman dengan kulit benih yangsangat keras dapat dipotong atau diiris lebih kecil
B. Pengeringan benih Metode Oven suhu rendah konstan (103±2)CMetode oven suhu rendah konstan dilakukan pada benih kacang tanah dan kedelai
Wadah (cawan) dan tutup yang akan digunakan dipanaskan terlebih dahulu dengan dioven selama 1 jam pada suhu 130°C, kemudian didinginkan dalam desikator.
Oven dinyalakan kemudian atur suhunya hingga mencapai (103±2)C Timbang cawan + tutup sebelum digunakan (M1) Lakukan penghancuran benih dengan cara digiling atau diiris Timbang contoh kerja sesuai diameter wadah Masukkan contoh kerja ke dalam cawan dan ditimbang beserta tutupnya (M2) Masukkan cawan beserta contoh kerja dan tutupnya ke dalam oven Buka tutup cawan, kemudian letakkan masing-masing tutup cawan disamping
cawan Keringkan pada suhu (103±2)C selama (17±1) jam Apabila sudah pengovenan sudah selesai, cawan ditutup dan dikeluarkan dari
oven dan didinginkan dalam desikator selama (30-45) menit. Kemudian timbang cawan beserta isi dan tutup yang telah dioven tersebut (M3) Hitunglah kadar air benihnya
Catatan : saat mengerjakan penetapan kadar air benih ini, kelembaban udara relatif (RH) laboratorium harus kurang dari 70%
C. Pengeringan benih Metode Oven suhu tinggi konstan (130-133C)Metode oven suhu rendah konstan dilakukan pada benih padi, jagung dan kacang hijau
Prosedur penetapan kadar air benih dengan suhu tinggi konstan sama dengan metode oven dengan suhu rendah, namun untuk benih jagung dilakukan selama 4 jam, dan untuk benih serealia 2 jam, untuk jenis tanaman lain 1 jam.
D. Penetapan kadar air benih dengan metode cepatPenetapan kadar air benih dengan metode cepat dilakukan dengan menggunakan moisture meter (alat pengukur akadar air).
Pengamatan PraktikumPengamatan praktikum penetapan kadar air benih dilakukan dengan menghitung kadar air masing-masing benih yang digunakan dalam praktikkum ini. Perhitungan untuk penetapan kadar air benih adalah sebagai berikut :
Perhitungan Kadar Air Benih1. Kadar air benih dinyatakan dalam persentase terhadap berat semula dengan ketelitian
satu desimal. Apabila menggunakan metode oven, rumus yang digunakan adalah :Kadar air benih = (M2 – M3) x 100%
(M2 – M1)
keterangan : M1= berat wadah + tutup (g)M2= berat wadah + isi sebelum dikeringkan (g)M3= berat wadah + tutup + isi setelah dikeringan (g)
2. Apabila memerlukan pengeringan pendahuluan, maka penghitungan kadar air menggunakan rumus sebagai berikut :Kadar air benih = S1 + S2 – [S1 x S2]
100keterangan : S1= kadar air pada pengeringan 1
S2= kadar air pada pengeringan II
Toleransi antara kedua contoh kerja tidak lebih dari 0,2%, apabila perbedaannya > 0,2% maka pengerjaannya harus diulang dengan menggunakan contoh kerja yang baru.
5. HASIL PENGAMATAN
Tabel . Penetapan kadar air berdasarkan metode oven
No Jenis BenihKadar air benih ulangan
(%)Toleransi beda ulangan 1 dan 2 (%)
1 21. Jagung2. Padi3. Kacang hijau4. Kedelai
Tabel . Penetapan kadar air berdasarkan metode cepat
No Jenis BenihKadar air benih ulangan
(%)Toleransi beda ulangan 1 dan 2 (%)
1 21. Jagung2. Padi3. Kacang hijau4. Kedelai
X. PERBANYAKAN VEGETATIF
1. Pendahuluan
Perbanyakan vegetatif merupakan salah satu cara perkembangbiakan yang
menggunakan organ vegetatif tanaman yaitu daun, batang dan akar. Perbanyakan
vegetatif dilakukan dengan memisahkan bagian-bagian vegetatif tanaman untuk dijadikan
bahan tanam.
Perbanyakan secara vegetatif terbagi menjadi dua yaitu perbanyakan vegetatif secara
alami dan perbanyakan vegetatif secara buatan. Perbanyakan vegetatif secara alami
dilakukan dengan cara langsung memisahkan bagian-bagian vegetatif pada tanaman
induk untuk digunakan sebagai bahan tanam. Perbanyakan vegetatif alami pada bagian
daun dan akar biasanya menggunakan tunas adventif daun dan akar. Tunas adventif daun
bisa ditemukan pada tanaman cocor bebek (Bryophyllum pinnatum) dan tanaman hias
wijaya kusuma (Epiphyllum anguliger ). Tunas adventif akar bisa ditemukan pada
tanaman cemara (Casuarina sp) dan tanaman kersen (Mutingia calabura L.).
Perbanyakan vegetatif alami menggunakan batang tanaman yang terletak di bawah tanah
bisa menggunakan rhizome, tuber, corm, bulb, sedangkan batang tanaman yang terletak
pada bagian atas tanah bisa menggunakan runner, offset, stolon dan sucker.
Perbanyakan vegetatif alami mempunyai keuntungan dan kerugian dalam
pelaksanaannya. Keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan perbanyakan vegetatif
alami yaitu dapat diaplikasikan pada tanaman yang tidak menghasilkan biji, sifat pohon
induk diteruskan ke tanaman generasi berikutnya, masa juvenile relative pendek dan
mempercepat persediaan bibit. Kerugian menggunakan perbanyakan vegetatif alami yaitu
infeksi sistemik oleh virus dapat menjalar ke seluruh bagian tanaman, penyimpanan
bahan tanam memerlukan banyak tempat tidak seperti biji, periode penyimpanan bahan
tanam pendek dan mekanisme pada beberapa jenis tanaman tidak praktis.
Tabel 1. Macam – macam perbanyakan vegetatif alami menggunakan batang beserta contoh
tanamannya
No Bahan tanam Contoh tanamannya
1 Rhizome Jahe, kunyit, lengkuas,
kencur, dll
2 Tuber Kentang, caladium
3 Corm Pisang, gladiol, dll
4 Bulb Bawang merah, bawang
putih, lili, tulip, amarilis,
dll
5 Runner Rumput teki, pegagan
6 Offset Eceng gondok, pistia
7 Stolon Stroberi, colocasia
8 Sucker Salak, cycas, dll
Perbanyakan vegetatif secara buatan terbagi menjadi dua yaitu perbanyakan vegetatif
buatan dengan tanpa perbaikan sifat dan perbanyakan vegetatif buatan dengan perbaikan
sifat. Perbanyakan vegetatif buatan tanpa perbaikan sifat menggunakan teknik cangkok
dan stek. Perbanyakan vegetatif buatan dengan perbaikan sifat menggunakan teknik
okulasi, grafting dan kultur jaringan.
Tabel 1. Macam – macam perbanyakan vegetatif buatan beserta contoh namannya
No Metode Definisi Contoh tanaman
1 Okulasi perbanyakan tanaman dengan menggabungkan 2
tanaman atau lebih dengan cara mengambil mata
tunas dari cabang pohon induknya &
menempelkannya pada bagian batang bawah yang
sebagian kulitnya telah di kupas, kemudian
mengikatnya selama beberapa waktu hingga kedua
bagian tanaman bergabung menjadi satu tanaman
baru
Mangga, durian,
rambutan, sirsak,
alpukat, jambu
biji, dll
2 Grafting metode perbanyakan vegetatif buatan dengan
menyambungkan 2 jaringan tanaman hidup
sedemikian rupa sehingga keduanya bergabung dan
tumbuh serta berkembang sebagai satu tanaman
gabungan
Mangga, durian,
rambutan, sirsak,
alpukat, jambu
biji, dll
3 Kultur
jaringan
Metode untuk mengisolasi bagian tanaman yang
ditumbuhkan dalam kondisi aseptik sehingga
bagian tanaman tersebut dapat memperbanyak diri
dan tumbuh menjadi individu baru
Pisang, anggrek,
krisan, tebu,
kelapa sawit, dll
2. Tujuan
Setelah mengikuti praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat :
2.1. Mengenal berbagai macam cara perbanyakan tanaman secara vegetatif
2.2. Melakukan perbanyakan tanaman secara vegetatif baik secara alami maupun buatan
3. Metode
3.1. Alat : - Pisau silet untuk memotong,
- Plastik es untuk mengikat dan menyungkup
- Polibag dan bak tanam untuk tempat menanam
3.2. Bahan :
Bahan tanam
Perbanyakan Vegetatif Alami
No Metode Bahan
1 Umbi lapis Bawang merah, bawang putih, bawang Bombay,
tanaman lili
2 Umbi batang Kentang, talas, suweg
Perbanyakan Vegetatif Buatan
No Metode Bahan
1 Stek daun Daun tanaman jeruk, daun tanaman begonia, daun
tanaman sansiviera, tanaman daun violces
2 Stek batang Batang tanaman jeruk, batang tanaman hias
bougenvil, batang tanaman hias puring
3 Okulasi Tanaman mawar, tanaman jeruk, tanaman kakao
4 Grafting Batang atas dan batang bawah dari tanaman
mangga, manggis, jeruk, durian, bougenvil
Media tanam menggunakan campuran pasir dan tanah/kompos dengan
perbandingan 1 :1
Zat perangsang pertumbuhan akar seperti rootone-F atau atonik
Cara kerja
Umbi lapis
Umbi batangGambar 1. Alur perbanyakan vegetatif menggunakan umbi lapis
2 siung bawang merah
Beri label identitas kelompok
Pengamatan & dokumentasi setiap 1 minggu sekali
Tanam di polibag
1 siung bagian pucuknya dipotong bagian
1 siung tetap utuh
Bawang dicelup ke dalam ZPT
Kentang
Potong kentang menjadi beberapa bagian menyesuaikan mata tunas
Bagian bawah potongan kentang dioles dengan ZPT
Tanam di polibag
Beri label identitas kelompok
Pengamatan & dokumentasi setiap 1 minggu sekali
Gambar 2. Alur perbanyakan vegetatif menggunakan umbi batang
Stek daun
Stek batang
Gambar 3. Alur perbanyakan vegetatif menggunakan stek daun
2 lembar daun tanaman Zamia kolkas
Beri label identitas kelompok
Pengamatan & dokumentasi setiap 1 minggu sekali
1 lembar daun utuh
1 lembar daun dipotong menjadi 2 bagian secara horizontal
Bagian bawah tangkai daun dan bagian bawah daun yang dicelupkan pada ZPT
Bagian bawah tangkai daun dan bagian bawah daun yang dipotong ditanam pada polibag
Gambar 4. Penanaman menggunakan stek daun utuh dan daun yang dipotong
Okulasi
Gambar 5. Alur perbanyakan vegetatif menggunakan stek batang
Batang tanaman Krisan
Beri label identitas kelompok
Pengamatan & dokumentasi setiap 1 minggu sekali
Batang atas Batang tengah Batang bawah
Dipotong menjadi 3 bagian
Bagian bawah masing-masing batang dioles dengan ZPT
Masing-masing batang ditanam pada polibag yang berbeda
Induk mawar A Induk mawar B
Ambil mata tunas Buat sayatan pada batang
Buka sayatan untuk meletakkan mata tunas mawar A
Tempelkan mata tunas mawar A pada sayatan batang mawar B
Balut hasil tempelan tunas dengan plastik, mata tunas tidak ditutup
plastik
Beri label identitas kelompok
Pengamatan & dokumentasi setiap 1 minggu sekali
Gambar 5. Alur perbanyakan vegetatif menggunakan metode okulasi
Grafting
Lembar kerja
Lembar pengamatan
Umbi lapis
NoParameter
Pengamatan
Minggu ke-
1 2 3 4 5
Perlakuan bawang merah dipotong bagian
1 Saat munculnya
tunas
………. Hst
2 Jumlah tunas
3 Tinggi tanaman (cm)
Perlakuan penanaman menggunakan bawang merah tanpa dipotong
1 Saat munculnya
tunas
………. hst
2 Jumlah tunas
Gambar 6. Alur perbanyakan vegetatif menggunakan metode grafting
Batang atas Batang bawah
Pemotongan batang atas Pembelahan batang bawah
Penyambungan batang atas dan batang bawah
Penyungkupan
Pemeliharaan selama 5 minggu
Pengamatan & dokumentasi
3 Tinggi tanaman (cm)
Umbi batang
NoParameter
Pengamatan
Minggu ke-
1 2 3 4 5
1 Saat munculnya tunas ………. hst
2 Persentase tumbuh
(%)
………. %
3 Jumlah tunas
4 Tinggi tanaman (cm)
Stek daun
NoParameter
Pengamatan
Minggu ke-
1 2 3 4 5
Perlakuan menggunakan bagian daun
1 Saat munculnya
tunas
………. hst
2 Jumlah tunas
3 Persentase tanaman
hidup (%)
Perlakuan menggunakan daun utuh
1 Saat munculnya
tunas
………. hst
2 Jumlah tunas
3 Persentase tanaman
hidup (%)
Stek batang
NoParameter
Pengamatan
Minggu ke-
1 2 3 4 5
Perlakuan menggunakan batang atas
1 Saat munculnya
tunas
………. hst
2 Jumlah tunas
3 Persentase tanaman
hidup (%)
Perlakuan menggunakan batang tengah
1 Saat munculnya
tunas
………. hst
2 Jumlah tunas
3 Persentase tanaman
hidup (%)
Perlakuan menggunakan batang bawah
1 Saat munculnya
tunas
………. hst
2 Jumlah tunas
3 Persentase tanaman
hidup (%)
Okulasi
NoParameter
Pengamatan
Minggu ke-
1 2 3 4 5
1 Persentase tumbuh
(%)
………. %
2 Panjang tunas
3 Warna tunas
Grafting
NoParameter
Pengamatan
Minggu ke-
1 2 3 4 5
1 Saat munculnya tunas ………. hst
2 Persentase tumbuh
(%)
………. %
3 Warna batang
4 Diameter batang (cm)
4.1.7 Dokumentasi
XI. PRODUKSI BENIH LAPANG
I. PendahuluanKebijakan Pemerintah dalam pembangunan di bidang Pertanian khususnya untuk
tanaman pangan semakin meningkat. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk swasembada tanaman pangan di Indonesia. Untuk mencapai tujuan ini diperlukan dukungan ketersediaan benih bermutu dari varietas unggul yang memadai baik kwalitas maupun kwantitasnya.
Oleh karena itu upaya pengadaan benih perlu terus ditingkatkan dan dimantapkan untuk mengantisipasi kebutuhan yang semakin meningkat. Dalam hal ini produksi benih bermutu dilapangan mutlak diperlukan untuk menghasilkan produksi yang tinggi.Benih bermutu merupakan faktor utama suksesnya produksi. Di negara-negara berkembang tidak/kurang tersedianya benih bermutu antara lain disebabkan oleh karena beberapa kelemahan: 1. Penyediaan varietas unggul 2. Teknologi produksi benih 3. Penanganan benih pasca panen 4. Pemasaran
A. Prinsip Produksi BenihDalam memproduksi benih yang memiliki mutu yang tinggi, terdapat prinsip-
prinsip produksi benih yang perlu diperhatikan oleh seorang penakar atau produsen benih diantaranya seperti;
Mempertahankan kemurnian genetik Teknologi produksi benih yang mencangkup prinsip-prinsip agronomi untuk
mempertahankan mutu benih yang tinggi. Prinsip-prinsip tersebut diantaranya;1. Agroklimat dan Lokasi2. Isolasi3. Roguing4. Irigasi5. Hama dan Penyakit6. Pasca panen yang tepat
B. IsolasiUntuk menghindari terjadinya kontaminasi penyerbukan dari polen yang tidak
diinginkan, areal pertanaman produksi benih harus diisolasi dari areal pertanaman lainnya. Tujuan dari isolasi :
Isolasi pada produksi benih dimaksudkan untuk menghindari kemungkinan terjadinya persarian silang dengan tanaman / varietas lain. Macam isolasi :
Secara garis besar macam isolasi tanaman dibedakan menjadi 3 (tiga) macam yaitu :
Isolasi Jarak Isolasi Waktu
C. RoguingRoguing adalah proses pembuangan tanaman yang tidak dikehendaki dari
tanaman pokok yang terdiri dari gulma, tanaman spesies lain, varietas atau kulturar
lain tetapi spesies sama dan tanaman tipe simpang sebagai akibat terjadinya segregasi, mutasi, varian dan lain-lain. Tujuan dari roguing:
Membuang tanaman yg tidak dikehendaki dr tan pokok, yg td gulma, species lain, kultivar lain ttp species sama, tana tipe simpang sbg akibat terjadinya segregasi, mutan, varian dll. Dilakukan roguing karena :
1. Karena adanya perubahan sifat genetis sehingga menimbulkan tanaman tipe
simpang (rogues).
2. Adanya volunteer plant.
3. Adanya diversifikasi dari tanaman yg diusahakan
4. Terjadinya cross pollination pd waktu benih diproduksi
Kriteria yg digunakan :
1. Harus dicocokkan dengan diskripsi tanaman
2. Bentuk dan warna daun
3. Warna bunga
4. Bentuk dan warna buah
5. Saat berbunga
II. Tujuan Praktikum
Tujuan dari dilakukannya praktikum produksi benih lapang ini diantaranya yaitu:1. Agar mahasiswa mengetahui tahapan-tahapan untuk memproduksi benih dan
bagaimana teknis-teknis produksi benih di lapangan.2. Agar mahasiswa dapat menerapkan teori-teori tentang produksi benih yang
telah didapatkan selama perkuliahan.3. Agar mahasiswa dapat mempelajari teknik-teknik apa saja yang dilakukan
untuk mendapatkan benih berkualitas.
III.Bahan dan MetodeIII.1 Bahan Praktikum
Benih- Mentimun- Kacang Kedelai- Kacang Ijo- Bayam- Kangkung
Pupuk Air
III.2 Alat Praktikum Cangkul Ajir
III.3 Metode Praktikum Peraturan
Tanaman harus dipelihara dengan sebaik-baiknya
Tanaman tumbuh dan berkembang ≥ 90% mendapatkan tambahan nilai
Tanaman tumbuh dan berkembang ≤ 60% nilai akan dikurangi Pengamatan
5 sampel, masing-masing sampel diberi label 1-5, pengamatan pertama dilakukan 7 hst. Setiap minggu harus ada dokumentasi tiap sampel/kelompok. Laporan pengamatan tiap minggu (fase vegetatif). Laporan tiap minggu secara individu.
Fase vegetative
- Tinggi tanaman (cm)
- Jumlah daun (buah)
- Jumlah cabang (buah)
Fase generative
- Awal berbunga (hst)
- Berbunga 50% dari seluruh jumlah tanaman (hst)
- Berbunga 75% dari seluruh jumlah tanaman (hst)
- Jumlah bunga/tanaman
- Jumlah polong/tanaman
- Produksi buah/biji per petak
IV. Hasil PengamatanIV.1 Tabel Pengamatan Tanaman
ParameterSampel Tanaman Ke-
1 2 3 4 5
A. Fase Vegetative- Tinggi Tanaman (cm)- Jumlah Daun (buah)- Jumlah Cabang
(buah)
B. Fase Genetarive- Awal Berbunga (hst)- Berbunga 50% (hst)- Berbunga 75% (hst)- Jumlah bunga per
tanaman- Jumlah polong per
tanaman- Produksi buah/biji
per petak
IV.2 Tabel Pengamatan Roguing
ParameterHasil rouguing
Jumlah Tanaman Off Type
Jumlah Tanaman Volunter
Bentuk dan warna daun
Warna bunga
Bentuk dan warna buah
Waktu berbungan
XII. KULTUR JARINGAN (Pembiakan Vegetatif)
PENDAHULUAN
Pengenalan Peralatan dan Ruang Laboratorium Kultur Jaringan
Ruang I:
Adalah ruang pembuatan media dan penyimpanan bahan kimia, berisi peralatan:
- Kulkas (refrigerator),
Menyimpan bahan kimia yang mudah rusak oleh suhu ruang (tinggi)
- Timbangan analitik
Menimbang bahan kimia yang diperlukan untuk membuat media in vitro.
- Oven
Mengeringkan botol-botol kultur, glass wear dan alat inokulasi lainnya
- Almari penyimpan alat dan bahan
Menyimpan bahan kimia yang sesuai dengan suhu ruang. Menyimpan glass wear yang sudah
disterilkan.
Ruang II:
Adalah ruangan penanaman, berisi :
- Alat penanaman. (Laminar Air Flow Cabinet) atau berupa Entkast (boks penanaman)
- Rak kultur dan alat penggojog.
Ruang III:
Adalah ruangan biakan / inkubasi, berisi :
- AC, sebagai pengatur suhu ruang
- Rak kultur, untuk menempatkan botol-botol kultur yang telah berisi explant.
- Lampu TL sebagai sumber cahaya dan stereo mikroskop maupun mono mikroskop
II. Pengenalan teknik aseptik dan sanitasi
- Menggunakan jas lab, membersihkan tangan dengan air bersih dan alkohol 70%
- Melepas alas kaki, apabila akan memasuki ruang inokulasi maupun ruang biakan
I. PEMBUATAN LARUTAN INDUK
Pendahuluan
Larutan induk adalah larutan yang akan dijadikan bahan dasar media tanam in vitro
dimana terdiri dari larutan induk senyawa makro, larutan induk senyawa mikro, larutan induk
senyawa besi dan unsur-unsur vitamin serta zat pengatur tumbuh.
Tujuan
- Mempelajari cara pembuatan larutan induk, berdasarkan kelompok senyawa
masing-masing.
- Ketersediaan larutan induk akan mempermudah dalam pembuatan media in vitro.
Alat dan bahan
Alat: I
Timbangan analitik, spatula/pengaduk, beaker glas, cup kertas, sendok plastik, corong
kaca, labu ukur, botol penyimpan larutan, aluminium foil (penutup botol), aquades dan
kertas tissue.
Bahan :
Pembuatan media yang akan dilakukan adalah jenis media Murashige and Skoog. Bahan
kimia yang harus disediakan untuk membuat jenis media in vitro Murashige and Skoog
adalah:
A. Kelompok senyawa makro dengan kepekatan 10 x
Nama senyawa Konsentrasi (mg/L)
Potassium nitrate (KNO3) 1900
Ammonium nitrate (NH4NO3) 1650
Calcium chloride (CaCl2. 2H2O) 440
Magnesium sulfate (MgS04.7H2O) 370
Potassium phospate (KH2PO4) 170
B. Kelompok senyawa mikro dengan kepekatan 100 x
Nama senyawa Konsentrasi (mg/L)
Boric acid (H3BO3) 6,2
Mangane sulfate (MnSO4.H2O) 22,3
Zinc sulfate ((ZnSO4.7H2O) 8,6
Potassium iodide (Kl) 0,83
Sodium molibdate (NaMoO4.H2O) 0,25
Cupper sulfate (CuSO4.5H2O) 0,025
Cobalt chloride (CoCl2.6H2O) 0,025
C. Fe-EDTA dengan kepekatan 100 x
Nama senyawa Konsentrasi (mg/L)
Sodium EDTA (Na EDTA)
(Ethyl Dinitro Tetra Asetat)37,2
Iron sulfat (FeSO4.7H2O) 27,8
D. Unsur vitamin dengan kepekatan 100 x
Nama Vitamin Konsentrasi (mg/L)
Myo-Inositol 100
Glycine 2
Nicotinic acid 0,5
Pyridoxine HCI 0,5
Thiamine HCI 0,1
1.4. Cara Kerja
- Menyiapkan timbangan analitik dan cup kertas. Baca cara penggunaan timbangan
dengan seksama
- Menimbang bahan yang akan dijadikan larutan induk satu persatu dan melarutkannya
masing-masing dengan aquades
- Setelah dilarutkan, tambahkan aquades sesuai dengan volume yang telah dihitung,
lalu masukkan dalam botol penyimpanan sesuai dengan golongan senyawa
masing-masing.
Cara pembuatan Chelat Fe.
Untuk membuat 1 liter Fe Chelat stok 100 x, ialah:
1. Timbang Na EDTA, dan larutkan ke dalam aquades. Pada suhu ruang akan larut
sesudah 20 menit.
2. Timbang FeS04. 7H20 dan masukkan sedikit demi sedikit ke dalam larutan Na EDTA,
sampai akhirnya didapatkan larutan bening berwarna kekuningan.
3. Larutan yang telah ditambah aquades, dipanaslkan di atas api burnsen dan masukkan
ke dalam botol coklat untuk menghindari kerusakan oleh cahaya atau botol dibungkus
dengan kertas gelap.
- Memberi label pada botol yakni: nama larutan, tanggal pembuatan dan besar
kepekatan ( 10 x, 100 x, atau 1000 x).
- Simpan di dalam lemari es sampai suhu 150C, agar tidak cepat rusak.
II. PEMBUATAN MEDIA KULTUR
(Jenis media Murashige and Skoog)
2.1. Pendahuluan
Media biakan pada kultur Jaringan tidak berbeda jauh dengan media tanah untuk
media konvensional. Media yang akan dipergunakan harus mengandung unsur-unsur yang
dibutuhkan bagi pertumbuhan tanaman yakni unsur makro, unsur mikro, unsur vitamin dan
zat pengatur tumbuh. Media kultur jaringan sangat banyak jenisnya, dimana tiap-tiap jenis
media tersebut cocok bagi jenis tanaman tertentu pula. Salah satu jenis media tanam ini
adalah MS (Murashige and Skoog).
Sedangkan unsur-unsur yang diberikan di dalam media tersebut berbentuk senyawa
yang mudah diserap tanaman.
2.2. Tujuan
Untuk mengetahui dan mempelajari cara pembuatan media in vitro (kultur jaringan)
jenis media Murashige and Skoog.
2.3. Alat dan bahan
Alat:
Timbangan analitik, spatula, beaker glas, cup kertas, sendok plastik, corong kaca, labu
ukur, heated plate dan pH meter serta autoclave.
Bahan:
Larutan induk makro, mikro, Fe EDTA, vitamin, zat pengatur tumbuh. Agar, sukrosa,
vitamin C, larutan HCI 0, IN, larutan NaOH 1N, pH meter, aquades steril.
2.4. Cara Kerja
- Menghitung kebutuhan larutan induk pada media biakan dengan menggunakan rumus
pengenceran
Dimana:
V2: volume media yang akan dibuat
V1: Volume yang dicari yaitu. banyaknya larutan stok yang akan diambil.
C2: Konsentrasi media MS (1 x MS)
C1: Konsentrasi larutan induk (stok) yang sudah di buat.
V1C1 = V2C2
Atau:
Volume larutan yang diambil (ml) =
ZPT yang diambil (ml) =
- Menyiapkan larutan induk yang telah dihitung kebutuhannya (makro, mikro, vitamin,
Fe EDTA dan ZPT).
- Mencampur bahan dasar (larutan induk) diatas ke dalam beaker glass, ditambah
sucrosa dan aquades steril hingga volume media yang telah dihitung
- Mengukur pH 5,8; apabila dalam pengukuran pH kurang dari 5,8 maka ditambahkan
(larutan basa) NaOH, sedangkan bila larutan media memiliki pH lebih dari 5,8 maka
tambahkan (larutan asam) larutan HCI hingga media yang dibuat memiliki keasaman
yang dikehendaki (5,8)
- Menambahkan agar ke dalam media, diaduk hingga homogen dan dipanaskan sampai
agar terlarut.
- Siapkan botol/tabung kultur beserta tutupnya lalu tuangkan ke dalam botol
masing-masing 15 ml media setiap botol dan tutup dengan segera.
- Sterilkan dengan autoclave menggunakan tekanan 15 psi selama 25 menit dengan
suhu 121 C
- Setelah keluar dari autoklave segera masukkan ke dalam ruang simpan untuk
menekan kontaminasi media.
III. ISOLASI DAN INOKULASl EXPLANT
3.1. Pendahuluan
Bahan tanam kultur jaringan berasal dari bagian tanaman atau jaringan tanaman, baik
berupa meristem, pucuk maupun ruas. Bahan tanam kultur jaringan tersebut dinamakan
explant. Biasanya explant berasal dari jaringan tanaman yang masih aktif membelah, dan
pada tujuan pembiakan tanaman secara mikropropagasi ini diambil organ tanaman yang
bukan berasal dari organ generatif.
Explant yang akan ditanam (diinokulasi) pada media kultur jaringan harus dalam
keadaan steril bebas mikroorganisme. Pemisahan bagian tanaman dan proses sterilisasinya
disebut isolasi.
3.2. Tujuan
- Mempelajari teknik isolasi yang benar sebelum dilakukan tahap inokulasi.
- Mengetahui cara inokulasi di dalam alat penabur atau Laminar Air Flow Cabinet.
3.3. Alat dan Bahan
Alat dan bahan:
Laminar Air Flow Cabinet (LAFC), beaker glass, timbangan analitik, spatula, labu ukur,
pisau scapel, tabung reaksi, pinset, petridish, lampu spirtus, semprotan alkohol.
Bahan :
Jaringan meristem tanaman, bahan sterilan yang terdiri dari: Bayclin mengandung NaOCl
= 52,2 % , aquades steril, deterjen, alkohol 70 %, fungisida non sistemik dan alkohol 96
%, spiritus, media tanam.
3.4. Cara Kerja
- Sterilisasi explant dilakukan dengan hati-hati dan teliti, yakni mencuci explant di
bawah air mengalir,
- Merendam dan menggojog explant di dalam detergen selama 5 menit.
- Membilas di bawah air mengalir sambil membersihkan (membuang) bagian yang
tidak diperlukan,
- Merendam dan menggojog explant di dalam fungisida selama 10 menit.
- Celupkan explant ke dalam alkohol 70%, selanjutnya merendam dan menggojog
explant dalam Bayclin di ruang LAFC.
- Membilas explant yang telah direndam Bayclin selama 15 menit dengan aquades
steril sebanyak 3 kali masing masing selama 1 menit
- Inokulasi di dalam LAFC, dengan cara memilah bagian meristem, pucuk maupun
ruas yang dijadikan explant
Persiapan ruang penabur (LAFC) adalah:
- Sterilisasi ruang dengan alkohol 70% beserta alat-alat di dalamnya. Membersihkan
alat-alat penunjang seperti skalpel, pinset, petridish dan gunting dengan alkohol 70%.
Pengamatan terhadap explant yang telah diinokulasi:
1. Jumlah tanaman hidup.
2. Jumlah tanaman matl.
3. Jumlah tanaman terkontaminasi.
4. Jumlah media terkontaminasi.
5. Saat tunas tumbuh.
6. Jumlah tunas tumbuh.
IV. AKLIMATISASI
4.1. Pendahuluan
Aklimatisasi adalah kegiatan pemindahan plantlet (tanaman kecil) dari media in vitro
ke media in vivo (lingkungan sebenarnya). Proses pemindahan ini memerlukan keadaan yang
mendukung agar plantlet tidak mengalami stress lingkungan. Diantara kegiatan yang
dilakukan adalah memberikan kelembaban tinggi hingga 80% dan struktur media remah
serta kandungan nutrisinya yang memadai selama masa transisi plantlet.
4.2. Tujuan
Untuk mempelajari teknik aklimatisasi dan memberikan perlakuan yang benar saat
kegiatan aklimatisasi.
Alat dan Bahan
Alat :
Tempat aklimatisasi berupa bak plastik berukuran 30 x 20 x 15 cm yang telah dilubangi
bagian bawahnya, cetok, plastik penutup dan sprayer, pinset, gunting, hand sprayer, tali
ravia,
Bahan :
Plantlet (tanaman kecil yang lengkap memiliki akar, batang, daun), bahan organik, pasir
dan tanah, fungisida, air.
4.4. Cara Kerja
- Menyiapkan media aklimatisasi yang terdiri dari campuran bahan organik, tanah dan
pasir (2:2:1) yang telah diayak halus kemudian disterilisasi dengan cara dikukus
selama 1 jam.
- Membersihkan plantlet dari agar (media) yang masih menempel di akar dengan cara
di cuci dibawah air kran.
- Ditanam dalam media, disemprot dengan air untuk menjaga kelembaban media
dikerodong dengan plastik bening serta ditempatkan di tempat yang teduh
- Penutupan dengan plastik selama ± 3 minggu sampai terbentuk daun baru.
- Pengamatan terhadap plantlet :
1. Jumlah akar dan daun baru yang tumbuh
2. Saat terbentuknya daun baru
78