documentk3

Upload: faishal-mahdy-saputra-faishal

Post on 05-Mar-2016

9 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

k3 dan Hukum Ketenagakerjaan

TRANSCRIPT

K3 dan Hukum Ketenagakerjaan

K3 dan Hukum KetenagakerjaanBAB I. PENDAHULUAN

Disusun oleh : Faishal Mahdy S (3113110007) Muhammad Meisa L(3113110009)

TUJUANTujuan dari bab ini adalah agar pembaca diharapkan mengerti dan memahami tentang latar belakang historis tenaga kerja di Indonesia, perkembangan dunia konstruksi dan aspek-aspek ketenaga kerjaan dalam industri konstruksi.

Setelah mempelajari bab ini pembaca diharapkan mampu untuk :

Menjelaskan latar belakang historis tenaga kerja di Indonesia.Menjelaskan perkembangan dunia konstruksi dan permasalahannya .Menjelaskan keselamatan kerja yang efektif dalam dunia industri konstruksi.

LATAR BELAKANG HISTORISSejarah perkembangan tenaga kerja di Indonesia diawali dengan perbudakan, punale sanksi, dan rodi yang terjadi selama masa penjajahan. Setelah era kemerdekaan masalah perbudakan, punale sanksi dan rodi sudah tidak ada lagi. Hal ini diperkuat dengan adanya Undang- Undang Nomor 19 Tahun 1999 tentang Pengesahan Konvensi ILO Nomor 105 mengenai Penghapusan Kerja Paksa. PERBUDAKANPada zaman perbudakan ini, orang melakukan pekerjaan di bawah pimpinan orang lain, yaitu para budak yang tidak mempunyai hak apapun, bahkan hak atas hidupnya. Yang mereka miliki hanyalah kewajiban melakukan pekerjaan, kewajiban mengikuti segala perintah, mengikuti semua petunjuk dan aturan dari pihak pemilik budak. Pemilik budak ini adalah satu-satunya pihak dalam hubungan antara pekerja dan pemberi pekerjaan yang mempunyai segala hak seperti hak minta pekerjaan, hak mengatur pekerjaan, hak memberi perintah, dan semua hak lainnya. Pemeliharaan budak dilakukan dengan memberikan para budak berupa pemondokan dan makan, bukan merupakan kewajiban bagi pemilik budak melainkan kebijaksanaan yang timbul dari keluhuran budi, walaupun kebanyakan terdorong oleh kepentingan pribadi berupa tidak kehilangan pekerjaan yang bermanfaat baginya. Pemeliharaan para budak bukan merupakan kewajiban pemilik budak, karena baik sosiologis maupun yuridis tidak ada aturan yang menetapkan demikian.PEKERJAAN RODISelain bentuk kerja perbudakan, sebagai digambarkan sebelumnya, sejak dulu kala dari para anggota suku atau anggota desa dimintakan pekerjaan-pekerjaan yang harus dilakukan untuk kepentingan mereka bersama dan untuk suku atau desa sebagai kesatuan. Di mana terdapat kerajaan dilakukan pula pekerjaan untuk keperluan kerajaan itu atau untuk keperluan raja. Pekerjaan yang mula-mula merupakan pembagian pekerjaan antara sesama anggota untuk keperluan dan kepentingan bersama (gotong royong), karena berbagai keadaan dan alasan berkembang menjadi kerja paksa untuk kepentingan seseorang atau pihak lain dengan tiada bayaran atau upah. Jika pekerjaan untuk suku atau desa ditujukan untuk membantu :

Penyelenggaraan keramaian.Pemeliharaan bengkok.Membantu rumah tangga kepala suku atau desa.Pekerjaan untuk kepentingan kompeni atau gubernur dan pembesar-pembesarnya adalah semata-mata kerja paksa atau rodi.Kerja rodi dikelompokkan dalam tiga golongan yaitu :Rodi gubernamen yaitu untuk kepentingan gubernemen dan para pegawainya (herendienst).Rodi perorangan yaitu rodi untuk kepentingan kepala-kepala dan pembesar-pembesar Indonesia (persoonlijke diensten).Rodi desa yaitu rodi untuk kepentingan desa (desa diensten).

PUNALE SANKSIPerburuhan biasa, yaitu dimana pekerjaan dilakukan oleh buruh biasa untuk dan di bawah pimpinan seorang majikan dapat menerima upah disana-sini sudah ada tetapi tidak dapat meluas. Sebab walaupun sampai 1839 oleh gubernemen dipersewakan berbagai bidang tanah kepada orang-orang swasta bukan Indonesia, di antara 1830 sampai 1870 adalah gubernemen yang menjadi pengusaha terpenting, dan gubernemen ini menggunakan pekerja rodi sebanyak-banyaknya. Mengenai perburuhan biasa ini peraturan yang pertama-tama dikeluarkan pada tahun 1819, mengharuskan supaya semua perjanjian kerja didaftar oleh residen sebelum didaftar para residen ini harus menyelidiki apakah pada waktu perjanjian kerja itu dibuat tidak dilakukan paksaan dan apakah syarat-syarat kerjanya cukup layak. Penyelidikan yang dilakukan pada tahun 1903 membuktikan adanya keadaan perburuhan yang sangat menyedihkan berupa :

Pemerasan tenaga buruh.Penganiayaan buruh.Pengawasan yang berpihak pada majikan.Penyalahgunaan kekuasaan dan pengadilan.Dan lain sebagainya.Dari riwayat perburuhan dan ketenagakerjaan ini dapat dilihat bahwa perjuangan dalam perburuhan dan ketenagakerjaan sampai pada permulaan kemerdekaan Indonesia, baru mencapai usaha membebaskan buruh dari kekangan pihak majikan yang tidak wajar yaitu :

Membebaskan manusia Indonesia dari perbudakan dan perhambaan.Membebaskan penduduk Indonesia dari rodi dan kerja paksa.Membebaskan buruh Indonesia dari punale sanksi.

Sedangkan tugas berikutnya yang masih belum tercapai adalah :

Membebaskan buruh dari ketakutan kehilangan pekerjaan secara semena-mena.Memberikan kedudukan hukum yang seimbang dan kedudukan ekonomi yang seimbang.

Merupakan usaha yang pada umumnya masih harus terus diupayakan dan dikerjakan oleh buruh dan tenaga kerja Indonesia.

PENGHAPUSAN KERJA PAKSAPada saat ini Negara Indonesia sudah tidak mengizinkan suatu perusahaan atau perorangan melakukan kerja paksa terhadap seorang pekerja. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1999 tentang Pengesahan Konvensi ILO Nomor 105 mengenai Penghapusan Kerja Paksa. Konvensi ILO (Organisasi Perburuhan Internasional), nomor 105 menyatakan bahwa Negara anggota ILO telah memutuskan tentang penerimaan usulan yang menyangkut penghapusan bentuk-bentuk tertentu dari kerja paksa atau kerja wajib yang merupakan pelanggaran hak manusia sebagaimana tertera dalam Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa dan disebutkan dalam Deklarasi Universal tentang Hak Azasi Manusia. Dan memutuskan bahwa usulan-usulan ini harus berbentuk Konvensi Internasional.

Menerima pada tanggal 5 Juni tahun 1957 Konvensi nomor 105, yang dapat disebut sebagai Konvensi Penghapusan Kerja Paksa seperti tersirat pada pasal 1 yaitu :Tiap Anggota Organisasi Perburuhan Internasional yang meratifikasi Konvensi ini wajib menekan dan tidak akan menggunakan kerja paksa dalam bentuk apapun.

Sebagai cara penekanan atau pendidikan politik atau sebagai hukuman atas pemahaman atau pernyataan pandangan politik atau secara ideologis pandangan yang bertentangan dengan sistim politik, sosial dan ekonomi yang sah.Sebagai cara untuk mengerahkan dan menggunakan tenaga kerja untuk maksud pembangunan ekonomi.Sebagai cara untuk membina disiplin tenaga kerja.Sebagai hukuman karena keikutsertaan dalam pemogokan.Sebagai pelaksanaan diskriminasi rasial, sosial, bangsa dan agama.Juga pasal 2 Konvensi nomor 105 ILO ini menegaskan pada tiap anggotanya sebagai berikut : Tiap Anggota Organisasi Perburuhan Internasional yang meratifikasi Konvensi ini wajib mengambil tindakan efektif untuk menjamin penghapusan segera dan sepenuhnya atas kerja paksa atau kerja wajib sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 1 Konvensi ini.INDUSTRI KONSTRUKSIIndustri konstruksi dalam banyak segi memperlihatkan suatu gejala yang paradoksal, di Amerika Serikat industri konstruksi meliputi 10 % dari produk nasional bruto atau sekitar atau sekitar US $ 200 milyar, termasuk sektor industri terbesar. Tenaga kerja yang bekerja dalam sektor ini mencapai 9 % sampai 12 % dari seluruh tenaga kerja nasional, bahkan dapat mencapai 20 % dari seluruh tenaga kerja nasional.

Proyek konstruksi dapat dibagi dalam beberapa tipe yaitu :Konstruksi pemukiman (Residential Construction)Konstruksi gedung (Building Construction)Konstruksi rekayasa berat (Heavy Engineering Construction)Konstruksi industri (Industrial Construction)

Untuk memudahkan penanganan proyek konstruksi, biasanya dipimpin oleh seorang proyek manajer (PM) yang bertanggung jawab secara keseluruhan untuk mengimplementasikan dan menyelesaikan proyek tersebut.Untuk mengimplementasikan dan menyelesaikan proyek diperlukan berbagai macam sumber daya yang dapat diwujudkan dalam bentuk biaya seperti :

Biaya pembelian material dan peralatan.Biaya penyewaan atau pembelian peralatan konstruksi.Upah tenaga kerja.Biaya sub kontraktor.Biaya transportasi.Overhead dan administrasi.Fee / laba dan kontingensiAgar proyek konstruksi dapat dilaksanakan dengan selamat, maka PM harus mampu untuk membuat pekerjaan dengan manajemen keselamaatan (Safety Management) yang menerapkan ukuran keselamatan sebelum terjadinya kecelakaan. Manajemen keselamatan yang efektif mempunyai tiga tujuan utama yaitu : Untuk membuat lingkungan kerja aman.Untuk membuat pekerjaan aman.Untuk membuat perasaan aman bagi pekerja.

Terima Kasih