k ykliyh.hu.luj.lj.,jhn,khkl
DESCRIPTION
kiygilkygol;uo;puovgygkyllkhv hk,yhkl,iyoliylyiyfcyilyoliuo;liu;ouyiolhio;l8iuol8uopl;giu7uopl7U(I ol]o ilugl;oiup;oigv''TRANSCRIPT
PROPOSAL TERAPI BERMAIN MENYUSUN PUZZLE HURUF di RUANG ANAK
BANGSAL EDELWEIS RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Profesi Ners Stase Anak
Dosen Pengampu : Paulinus Deni K, S.Kep.,Ns
OLEH:
ABIATUL HUSNA
15160031
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERSFAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATIYOGYAKARTA
2015
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulasi bagi perkembangan anak secara
optimal. Dalam kondisi sakit atau anak dirawat di rumah sakit, aktivitas bermain ini tetap
dilaksanakan, namun harus disesuaikan dengan kondisi anak. Pada saat dirawat di rumah
sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak menyenangkan, seperti
marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari
hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi beberapa stressor yang ada
dilingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan permainan anak akan terlepas
dari ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan melakukan permainan anak
akan dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) dan relaksasi
melalui kesenangannya melakukan permainan. Tujuan bermain di rumah sakit pada
prinsipnya adalah agar dapat melanjutkan fase pertumbuhan dan perkembangan secara
optimal, mengembangkan kreatifitas anak, dan dapat beradaptasi lebih efektif terhadap
stress. Bermain sangat penting bagi mental, emosional, dan kesejahteraan anak seperti
kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada saat anak sakit
atau anak di rumah sakit (Wong, 2009).
Berdasarkan sensus penduduk pada tahun 2003 didapatkan jumlah anak usia
toddler (1-3 tahun) di Indonesia adalah 13,50 juta anak. Anak-anak pada usia toddler
dapat memainkan sesuatu dengan tangannya serta senang bermain dengan warna, oleh
karena itu bermain dengan mewarnai gambar menjadi alernatif untuk mengembangkan
kreatifias anak dan dapat menurunkan tingkat kecemasan pada anak selama dirawat.
Mewarnai gambar dapat menjadi salah satu media bagi perawat untuk mampu mengenali
tingkat perkembangan anak.
Dinamika secara psikologis menggambarkan bahwa selama anak bermain dengan
sesuatu yang menggunakan alat mewarnai seperti crayon atau pensil warna akan
membantu anak untuk menggunakan tangannya secara aktif sehingga merangsang
2
motorik halusnya. Oleh karena sangat pentingnya kegiatan bermain terhadap tumbuh
kembang anak dan untuk mengurangi kecemasan akibat hospitalisai, maka akan
dilaksanakan terapi bermain pada anak usia toddler dengan cara bongkar pasang pazzle.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk meminilkan dampak dari hospitalisasi pada anak.
2. Tujuan Khusus
a. Anak mampu memasang puzzle huruf membentuk satu kata.
b. Menurunkan tingkat kecemasan pada anak
c. Mengembangkan imajinasi pada anak
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Bermain
Bermain adalah satu kegiatan menyenangkan bagi anak yang dilakukan setiap hari
secara sukarela untuk memperoleh kepuasan dan merupakan media yang baik bagi anak-
anak untuk belajar komunikasi, mengenal lingkungan, dan untuk meningkatkan
kesejahteraan mental dan sosial anak.
Bermain adalah dunia anak-anak sebagai bahasa yang paling universal, meskipun
tidak pernah dimasukkan sebagai salah satu dari ribuan bahasa yang ada di dunia. Melalui
bermain, anak-anak dapat mengekspresikan apapun yang mereka inginkan. Menurut
Groos (Schaefer et al, 1991) bermain dipandang sebagai ekspresi insting untuk berlatih
peran di masa mendatang yang penting untuk bertahan hidup (Nuryanti, 2007).
Bermain juga menjadi media terapi yang baik bagi anak-anak bermasalah selain
berguna untuk mengembangkan potensi anak. Menurut Nasution (cit Martin, 2008),
bermain adalah pekerjaan atau aktivitas anak yang sangat penting. Melalui bermain akan
semakin mengembangkan kemampuan dan keterampilan motorik anak, kemampuan
kognitifnya, melalui kontak dengan dunia nyata, menjadi eksis di lingkungannya,
menjadi percaya diri, dan masih banyak lagi manfaat lainnya (Martin, 2008). Bermain
adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial dan bermain
merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain, anak akan berkata-
kata, belajar memnyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan apa yang dapat
dilakukan, dan mengenal waktu, jarak, serta suara (Wong, 2000). Bermain adalah
kegiatan yang dilakukan sesaui dgn keinginanya sendiri dan memperoleh kesenangan.
(Foster, 1989).
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa bermain adalah: “Kegiatan yang
tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak sehari-hari karena bermain sama dengan
kerja pada orang dewasa, yang dapat menurunkan stres anak, belajar berkomunikasi
4
dengan lingkungan, menyesuaikan diri dengan lingkungan, belajar mengenal dunia dan
meningkatkan kesejahteraan mental serta sosial anak.”
B. Kategori Bermain
1. Bermain Aktif: Anak banyak menggunakan energy inisiatif dari anak sendiri.
Contoh: bermain sepak bola.
2. Bermain Pasif: Energi yang dikeluarkan sedikit, anak tidak perlu melakkan aktivitas
(hanya melihat).
3. Contoh: Memberikan support.
C. Ciri-Ciri Bermain
1. Social affective play
Anak belajar memberi respon terhadap respon yang diberikan oleh lingkungan
dalam bentuk permainan, misalnya orang tua berbicara memanjakan anak tertawa
senang, dengan bermain anak diharapkan dapat bersosialisasi dengan lingkungan.
2. Sense of pleasure play
Anak memperoleh kesenangan dari satu obyek yang ada di sekitarnya, dengan
bermain anak dapat merangsang perabaan alat, misalnya bermain air atau pasir.
3. Skill play
Memberikan kesempatan bagi anak untuk memperoleh ketrampilan tertentu dan
anak akan melakukan secara berulang-ulang misalnya mengendarai sepeda.
4. Dramatika play role play
Anak berfantasi menjalankan peran tertentu misalnya menjadi ayah atau ibu.
D. Klasifikasi Bermain
1. Solitary play
Jenis permainan dimana anak bermain sendiri walaupun ada beberapa orang lain yang
bermain disekitarnya. Biasa dilakukan oleh anak balita Toddler.
2. Paralel play
5
Permaianan sejenis dilakukan oleh suatu kelompok anak masing-masing mempunyai
mainan yang sama tetapi yang satu dengan yang lainnya tidak ada interaksi dan tidak
saling tergantung, biasanya dilakukan oleh anak pre school.
Contoh : bermain balok
3. Asosiatif play
Permainan dimana anak bermain dalam keluarga dengan aktivitas yang sama tetapi
belum terorganisasi dengan baik, belum ada pembagian tugas, anak bermain
sesukanya.
4. Kooperatif play
Anak bermain bersama dengan sejenisnya permainan yang terorganisasi dan
terencana dan ada aturan tertentu. Biasanya dilakukan oleh anak usia sekolah
Adolesen.
E. Fungsi Bermain
Fungsi bermain adalah merangsang perkembangan sensorik-motorik,
perkembangan intelektual, sosial, kreatifitas, kesadaran diri, moral dan bermain sebagai
terapi.
1. Membantu Perkembangan Sensorik dan Motorik
Fungsi bermain pada anak ini adalah dapat dilakukan dengan melakukan
rangsangan pada sensorik dan motorik melalui rangsangan ini aktifitas anak dapat
mengeksplorasikan alam sekitarnya sebagai contoh bayi dapat dilakukan rangsangan
taktil,audio dan visual melalui rangsangan ini perkembangan sensorik dan motorik
akan meningkat. Hal tersebut dapat dicontohkan sejak lahir anak yang telah
dikenalkan atau dirangsang visualnya maka anak di kemudian hari kemampuan
visualnya akan lebih menonjol seperti lebih cepat mengenal sesuatu yang baru
dilihatnya. Demikian juga pendengaran, apabila sejak bayi dikenalkan atau
dirangsang melalui suara-suara maka daya pendengaran di kemudian hari anak lebih
cepat berkembang di bandingkan tidak ada stimulasi sejak dini.
2. Membantu Perkembangan Kognitif
6
Perkembangan kognitif dapat dirangsang melalui permainan. Hal ini dapat terlihat
pada saat anak bermain, maka anak akan mencoba melakukan komunikasi dengan
bahasa anak, mampu memahami obyek permainan seperti dunia tempat tinggal,
mampu membedakan khayalan dan kenyataan, mampu belajar warna, memahami
bentuk ukuran dan berbagai manfaat benda yang digunakan dalam
permainan,sehingga fungsi bermain pada model demikian akan meningkatkan
perkembangan kognitif selanjutnya.
3. Meningkatkan Sosialisasi Anak
Proses sosialisasi dapat terjadi melalui permainan, sebagai contoh dimana pada usia
bayi anak akan merasakan kesenangan terhadap kehadiran orang lain dan merasakan
ada teman yang dunianya sama, pada usia toddler anak sudah mencoba bermain
dengan sesamanya dan ini sudah mulai proses sosialisasi satu dengan yang lain,
kemudian bermain peran seperti bermain-main berpura-pura menjadi seorang guru,
jadi seorang anak, menjadi seorang bapak, menjadi seorang ibu dan lain-lain,
kemudian pada usia prasekolah sudah mulai menyadari akan keberadaan teman
sebaya sehingga harapan anak mampu melakukan sosialisasi dengan teman dan orang
4. Meningkatkan Kreatifitas
Bermain juga dapat berfungsi dalam peningkatan kreatifitas, dimana anak mulai
belajar menciptakan sesuatu dari permainan yang ada dan mampu memodifikasi
objek yang akan digunakan dalam permainan sehingga anak akan lebih kreatif
melalui model permainan ini, seperti bermain bongkar pasang mobil-mobilan.
5. Meningkatkan Kesadaran Diri
Bermain pada anak akan memberikan kemampuan pada anak untuk ekplorasi tubuh
dan merasakan dirinya sadar dengan orang lain yang merupakan bagian dari individu
yang saling berhubungan, anak mau belajar mengatur perilaku, membandingkan
dengan perilaku orang lain.
6. Mempunyai Nilai Terapeutik
7
Bermain dapat menjadikan diri anak lebih senang dan nyaman sehingga adanya stres
dan ketegangan dapat dihindarkan, mengingat bermain dapat menghibur diri anak
terhadap dunianya.
7. Mempunyai Nilai Moral Pada Anak
Bermain juga dapat memberikan nilai moral tersendiri kepada anak, hal ini dapat
dijumpai anak sudah mampu belajar benar atau salah dari budaya di rumah, di
sekolah dan ketika berinteraksi dengan temannya, dan juga ada beberapa permainan
yang memiliki aturan-aturan yang harus dilakukan tidak boleh dilanggar.
F. Faktor Yang Mempengaruhi Terapi Bermain
1. Tahap perkembangan, tiap tahap mempunyai potensi / keterbatasan
2. Status kesehatan, anak sakit à perkembangan psikomotor kognitif terganggu
3. Jenis kelamin
4. Lingkungan à lokasi, negara, kultur
5. Alat permainan à senang dapat menggunakan
6. Intelegensia dan status sosial ekonomi Tahap Perkembangan Bermain
G. Tahap Perkembangan Bermain
1. Tahap eksplorasi
Merupakan tahapan menggali dengan melihat cara bermain
2. Tahap permainan
Setelah tahu cara bermain, anak mulai masuk dalam tahap permainan
3. Tahap bermain sungguhan
Anak sudah ikut dalam permainan
4. Tahap melamun
Merupakan tahapan terakhir anak membayangkan permainan berikutnya.
H. Tahap Tumbuh Kembang Dan Karakteristik Bermain Sesuai Usia
1. Tahap Pertumbuhan
Perhitungan berat badan : Umur (tahun) x 2 – 8 : 2
Perhitungan panjang badan : Umur 1 tahun : 75 cm
8
: Umur 2 – 3 tahun = Umur (tahun) x 6 - 77
2. Tahap Perkembangan
a. Perkembangan Psikoseksual menurut Sigmeun Freud :
1. Fase anal (1 – 3 tahun) : daerah anal aktifitas, pengeluaran tinja menjadi
sumber kepuasan libido yang penting. Menunjukkan keakuannya, sikap
narsistik (cinta terhadap diri sendiri), dan egoistik.
2. Tugas utama anak : latihan kebersiahan, perkembangan bicara dan bahasa
meniru dan mengulang kata sederahana, hubungan interpersonal anak sangat
terbatas, bermain sendiri, belum bisa bermain dengan anak lain.
b. Perkembangan Psikoseksual menurut Erikson :
Tahap ke 2 : Autonomi vs Shame and doubt
Perkembangan ketrampilan motorik dan bahasa dipelajari dari lingkungan dan
keuntungan yang ia peroleh untuk mandiri, jika orang tua terlalu melindungi,
menuntut harapan terlalu tinggi maka anak akan merasa malu dan ragu-ragu.
c. Stimulasi dan perkembangan anak
a) Anak umur 12 – 18 bulan :
Perkembangan anak : berjalan sendiri tidak jatuh, mengambil benda kecil
dengan jari telunjuk, mengungkapkan keinginan secara sedehana, minum
sendiri dari gelas tidak tumpah.
Stimulasi dini : melatih anak naik turun tangga, bermain dengan anak
melempar dan menangkap bola besar kemudian kecil, melatih anak
menunjuk dan menyebut nama-nama bagian tubuh, memberi kesempatan
anak melepas pakaian sendiri.
b) Anak umur 18-24 bulan:
Perkembangan anak: berjalan mundur 5 langkah, mencoret-coret dengan
alat tulis, menunjukkan bagian tubuh dan menyebut namanya, meniru
melakukan pekerjaan rumah tangga.
Stimulasi dini: melatih anak berdiri dengan satu kaki, mengajari anak
menggambar bulatan, garis segi tiga dan gambar wajah, melatih anak
9
mengikuti perintah sederhana, melatih anak mau ditinggalkan ibunya
sementara waktu.
Anak usia toddler menunjukkan karakteristik yang khas, yaitu banyak
bergerak, tidak bias diam dan mulai mengembangkan otonomi dan
kemampuannya untuk mandiri. Oleh karena itu, dalam melakukan
permainan, anak lebih bebas, spontan, dan menunjukkan otonomi baik dalam
memilih mainan maupun dalam aktivitas bermiannya. Anak mempunyai rasa
ingin tahu yang besar. Oleh karena itu seringkali mainannya di bongkar-
pasang, bahkan dirusaknya. Untuk itu harus diperhatikan keamanan dan
keselamatan anak dengan cara tidak memberikan alat permainan yang tajam
dan menimbulkan perlukaan.
c) Jenis permainan yang tepat dipilih untuk anak usia toddler adalah
“sollitary play dan parallel play”. Pada anak usia 1 sampai 2 tahun lebih jelas
terlihat anak melakukan permainan sendiri dengan mainannya sendiri,
sedangkan pada usia lebih dari 2 tahun sampai 3 tahun, anak mulai dapat
melakukan permainan secara parallel karena sudah dapat berkomunikasi
dalam kelompoknya walaupun belum begitu jelas karena kemampuan
berbahasa belum begitu lancer. Jenis alat permainan yang tepat diberikan
adalah boneka, pasir, tanah liat dan lilin warna-warni yang dapat dibentuk
benda macam-macam.
d) Anak usia sekolah
Bermain sangat penting bagi perkembangan fisik, psikis dan sosial anak.
Dengan bermain anak berintraksi dengan teman main yang banyak
memberikan berbagai pengalaman berharga. Bermain secara kelompok
memberikan peluang dan pelajaran kepada anak untuk berintraksi,
bertenggang rasa dengan sesama teman.
10
BAB III
BERMAIN DI RUMAH SAKIT
A. Tujuan
1. Mengawasi tumbuh kembang selama perawatan
2. Mengembangkan kreativitas melalui pengalaman permainan yang tepat
3. Beradaptasi lebih efektif terhadap stress karena sakit atau dirawat
B. Prinsip
1. Tidak banyak energi, singkat dan sederhana
2. Mempertimbangkan keamanan dan infeksi silang
3. Kelompok umur sama
4. Melibatkan keluarga/orangtua
C. Waktu Dan Tempat Pelaksanaan Kegiatan
Hari, tanggal : selasa, 24 november
Waktu : 16.00
Tempat : Ruang Bermain Anak Bangsal Edelweis RSUD Pandanarang
Jurusan Keperawatan : Profesi NERS
Permainan :
Permainan menyusun puzzel huruf
Meningkatkan keterampilan anak mengenai motorik kasar dan halus.
Cara Bermain :
Susun keping-keping puzzel membentuk satu kata. Ajaklah si anak untuk mencari huruf
yang mampu disusun menjadi satu kata dengan meletakkan pada susunan berikutnya
yang sesuai dengan kata yang ingin dibentuk oleh anak. Lanjutkan dengan keping
berikutnya sampai membentuk satu kata kemudian minta anak untuk kata yang telah
disusunnya.
11
D. SASARAN
1. Anak usia toddler (6-10 tahun)
2. Anak yang dirawat di ruang Anggrek
3. Tidak mempunyai keterbatasan (fisik atau akibat terapi lain) yang dapat menghalangi
proses terapi bermain
4. Kooperatif dan mampu mengikuti proses kegiatan sampai selesai
5. Anak yang sudah dapat membaca
6. Anak yang mau berpartisipasi dalam terapi bermain menyusun puzzele huruf
E. MEDIA
1. puzzele huruf
2. Karpet
3. Lembar penilaian
F. Metode
Demonstrasi
G. Setting Tempat
ortu
klien
leader
Alat (puzzule
CI
12
H. Strategi Plaksanaan
No. Waktu Kegiatan Peserta
1.
5 menit Pembukaan :
Membuka kegiatan dengan
mengucapkan salam.
Memperkenalkan diri
Menjelaskan tujuan dari terapi
bermain
Kontrak waktu anak dan orang
tua
Menjawab
salam
Mendengarkan
Memperhatikan
Memperhatikan
2.
b
b
b
b
b
0
0
2
2
2
2
2
1
0
1
0
0
1
1
Pelaksanaan :
Menjelaskan tata cara
pelaksanaan terapi bermain
menyusun puzzle huruf kepada
anak
. Memberikan kesempatan
kepada anak untuk bertanya
jika belum jelas
Memberikan puzzle huruf
kepada anak
leader mendampingi anak dan
memberikan motivasi kepada
anak
Mengajak anak untuk
membaca puzzle huruf yang
sudah disusun
Memberitahu anak bahwa
waktu yang diberikan telah
Memperhatikan
Bertanya
Antusias saat
menerima
peralatan
Memulai untuk
menyusun puzzle
Menjawab
pertanyaan
Mendengarkan
Memperhatikan
13
0
0
0
selesai
Memberikan pujian terhadap
anak yang mampu menyusun
puzzle huruf dengan baik
3. 5 menit Evaluasi :
Memotivasi anak untuk
menyebutkan kata yang
sudah disusun
Memberikan reward
kepada anak
Menceritakan
Gembira
4. 5 menit Terminasi:
Memberikan motivasi dan
pujian kepada anak telah
melakukan terapi bermain
dengan baik.
Mengucapkan terima kasih
kepada anak dan orang tua
Mengucapkan salam penutup
Memperhatikan
Mendengarkan
Menjawab
salam
I. KRITERIA EVALUASI
1. Evalusi Struktur
a. Anak hadir di ruang bermain bangsal edelweis
b. Penyelenggaraan terapi bermain dilakukan di ruang bermain bangsal edelweis
c. Kontrak waktu dengan pasien dan keluarga
2. Evaluasi Proses
a. Anak antusias dalam kegiatan menyusun puzzle angka
b. Anak mengikuti terapi bermain dari awal sampai akhir
c. Anak tidak tampak malas untuk menyusun puzzle dan membentuk kata
3. Evaluasi hasil
14
a. Kriteria Hasil Anak terlihat senang dan gembira
b. Kecemasan anak berkurang
c. Anak mampu menyusun puzzle dan membentuk kata
d. Anak tidak terlihat takut lagi dengan perawat
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAAN
15
A. Identitas PesertaNama : An.Andrian dafa.
Umur : 10 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan : kelas 4 SD
Alamat : Ngemplak boyolali
B. Nama Kegiatan Terapi bermain menyusun Fuzzle Huruf dan Menyusun Satu Kata
C. Tujuan KegiatanMengurangi efek hospitalisasi seperti kecemasan, stres karena dirawat dan
mengetahui tumbuh kembang anak An. D serta dapat meningkatkan rasa senang pada anak
selama perawatan di ruang Edelweis RSUD Pandanarang Boyolali.
D. Waktu Pelaksanaan dan Tempat KegiatanWaktu dan tempat kegiatan pelaksanaan Terapi Bermain menyusun Puzzle Huruf dan
membentuk satu kata oleh mahasiswa program pendidikan Profesi Ners Universitas
Respati Yogyakarta pada:
Hari : Selasa
Tanggal : 24 November 2015
Waktu : 16:00 – 16.25 WIB
Tempat : Ruang Edelweis, RSUD Pandanarang Boyolali
E. Jalannya Kegiatan Terapi BermainKegiatan terapi bermain berlangsung pada hari selasa tanggal 24 November 2015.
Kegiatan terapi bermain meliputi penyusunan puzzle huruf dan membentuk satu kata
berjalan dengan lancar selama 25 menit. Acara dimulai pada pukul 16:00 WIB dengan
jumlah perserta sebanyak 1 orang. Peserta kegiatan terapi bermain yaitu An.D berumur 10
tahun yang dirawat diruang Edelweis RSUD Pandanarang Boyolali. Terapi bermain dibuka
oleh Leader, sebelum dilakukan terapi bermain leader memperkenalkan diri dan
menjelaskan maksud tujuan dilkaukan kegiatan terapi bermain kepada Ibu Pasien dan anak.
Kegiatan dimulai dengan memberikan puzzle dan huruf abjad kepada anak serta
mengarahkan dan menjelaskan permainan yang akan dilakukan oleh anak untuk menyusun
puzzle huruf dan membentuk satu kata dengan huruf abjad yang sudah diberikan. Kegiatan
menyusun puzzle dan membentuk satu kata juga mengikutsertakan orang tua untuk
mendampingi anak selama terapi bermain berlangsung. Selama kegiatan berlangsung anak
dibimbing untuk membentuk kata dan menyusun puzzle oleh leader. Setelah anak
menyusun puzzle dan membentuk satu kata, kemudian leader menjelaskan kepada ibu dan
16
anak bahwa anak sudah mampu melakukan kegiatan menyusun puzzle dan membentu kata.
Kegiatan terapi bermain ditutup oleh leader.
F. Evaluasi
Jalannya acara berjalan dengan lancar tidak ada halangan yang berarti, hanya pada
saja anak merasa takut dan harus dibimbing orang tua, sehingga penjelasan oleh leader
kurang ditangkap dengan baik oleh anak.
Evaluas meliputi: evaluasi struktur, proses dan hasil.
1. Evaluasi struktur
Persiapan dilakukan selama 15 menit sebelum pelaksanaan
a) Anak hadir di ruang bermain yang telah disiapkan sebelumnya
b) Tempat dilakukan terapi bermain di Ruang Edelweis RSUD Pandanarang Boyolali
c) Kontrak waktu dengan pasien dan keluarga satu hari sebelum kegiatan terapi
bermain dilakukan.
2. Evaluasi proses
a) An. D sangat antusias dalam kegiatan terapi bermain
b) An. D mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
c) An. D sangat bersemangat saat menyusun puzzle dan membentuk kata, tidak
tampak malas.
3. Evaluasi hasil
a) Kriteria Hasil Anak D terlihat senang dan gembira
b) Kecemasan anak D berkurang
c) Anak D mampu menyusun puzzle dan membentuk kata dengan baik
d) Anak D tidak terlihat takut lagi dengan perawat
G. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan acara ini adalah 95% dilihat dari:
a) Acara berjalan dengan lancar sesuai dengan tujuan yang diharapkan
b) An. D mengikuti terapi bermain menuyusun puzzle dengan menyusun puzzle secara
dan membentuk katadengan lengkap dan benar.
17
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bermain tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak, karena bagi anak bermain
sama saja bekerja bagi orang dewasa. Bermain pada anak mempunyai fungsi yaitu untuk
perkembangan sensorik, motorik, intelektual, sosial, kreatifitas, kesadaran diri, moral
sekaligus terapi anak saat sakit.
Tujuan bermain adalah melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang
normal, mengekspresikan dan mengalihkan keinginan fantasi. Dan idenya
mengembangkan kreatifitas dan kemampuan memecahkan masalah dan membantu anak
untuk beradaptasi secara efektif terhadap stress karena sakit dan di rawat di Rumah Sakit.
B. Saran
Terapi bermain dapat menjadi obat bagi anak-anak yang sakit. Jadi sebaiknya di
RS juga disediakan fasilitas bermain bagi anak-anak yang di rawat di rumah sakit.
Mensosialisasikan terapi bermain pada orang tua sehingga orang tua dapat menerapkan
terapi di rumah dan di rumah sakit.
18
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, K., et al.2010. Contoh Proposal Terapi Bermain Pada Anak Prasekolah. Diakses Pada
Tanggal 11 Desember 2012. www.nursingbegin.com
Erlita, dr. (2006). Pengaruh Permainan pada Perkembangan Anak. Terdapat pada : http://info.
balitacerdas.com. Diakses pada tanggal 21 Desember 2009
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC
19
Lampiran