k ykliyh.hu.luj.lj.,jhn,khkl

29
PROPOSAL TERAPI BERMAIN MENYUSUN PUZZLE HURUF di RUANG ANAK BANGSAL EDELWEIS RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Profesi Ners Stase Anak Dosen Pengampu : Paulinus Deni K, S.Kep.,Ns OLEH: ABIATUL HUSNA 15160031 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA

Upload: abidatul-husna

Post on 18-Feb-2016

15 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

kiygilkygol;uo;puovgygkyllkhv hk,yhkl,iyoliylyiyfcyilyoliuo;liu;ouyiolhio;l8iuol8uopl;giu7uopl7U(I ol]o ilugl;oiup;oigv''

TRANSCRIPT

Page 1: k ykliyh.hu.luj.lj.,jhn,khkl

PROPOSAL TERAPI BERMAIN MENYUSUN PUZZLE HURUF di RUANG ANAK

BANGSAL EDELWEIS RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Profesi Ners Stase Anak

Dosen Pengampu : Paulinus Deni K, S.Kep.,Ns

OLEH:

ABIATUL HUSNA

15160031

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERSFAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS RESPATIYOGYAKARTA

2015

Page 2: k ykliyh.hu.luj.lj.,jhn,khkl

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulasi bagi perkembangan anak secara

optimal. Dalam kondisi sakit atau anak dirawat di rumah sakit, aktivitas bermain ini tetap

dilaksanakan, namun harus disesuaikan dengan kondisi anak. Pada saat dirawat di rumah

sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak menyenangkan, seperti

marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari

hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi beberapa stressor yang ada

dilingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan permainan anak akan terlepas

dari ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan melakukan permainan anak

akan dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) dan relaksasi

melalui kesenangannya melakukan permainan. Tujuan bermain di rumah sakit pada

prinsipnya adalah agar dapat melanjutkan fase pertumbuhan dan perkembangan secara

optimal, mengembangkan kreatifitas anak, dan dapat beradaptasi lebih efektif terhadap

stress. Bermain sangat penting bagi mental, emosional, dan kesejahteraan anak seperti

kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada saat anak sakit

atau anak di rumah sakit (Wong, 2009).

Berdasarkan sensus penduduk pada tahun 2003 didapatkan jumlah anak usia

toddler (1-3 tahun) di Indonesia adalah 13,50 juta anak. Anak-anak pada usia toddler

dapat memainkan sesuatu dengan tangannya serta senang bermain dengan warna, oleh

karena itu bermain dengan mewarnai gambar menjadi alernatif untuk mengembangkan

kreatifias anak dan dapat menurunkan tingkat kecemasan pada anak selama dirawat.

Mewarnai gambar dapat menjadi salah satu media bagi perawat untuk mampu mengenali

tingkat perkembangan anak.

Dinamika secara psikologis menggambarkan bahwa selama anak bermain dengan

sesuatu yang menggunakan alat mewarnai seperti crayon atau pensil warna akan

membantu anak untuk menggunakan tangannya secara aktif sehingga merangsang

Page 3: k ykliyh.hu.luj.lj.,jhn,khkl

2

motorik halusnya. Oleh karena sangat pentingnya kegiatan bermain terhadap tumbuh

kembang anak dan untuk mengurangi kecemasan akibat hospitalisai, maka akan

dilaksanakan terapi bermain pada anak usia toddler dengan cara bongkar pasang pazzle.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk meminilkan dampak dari hospitalisasi pada anak.

2. Tujuan Khusus

a. Anak mampu memasang puzzle huruf membentuk satu kata.

b. Menurunkan tingkat kecemasan pada anak

c. Mengembangkan imajinasi pada anak

Page 4: k ykliyh.hu.luj.lj.,jhn,khkl

3

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Bermain

Bermain adalah satu kegiatan menyenangkan bagi anak yang dilakukan setiap hari

secara sukarela untuk memperoleh kepuasan dan merupakan media yang baik bagi anak-

anak untuk belajar komunikasi, mengenal lingkungan, dan untuk meningkatkan

kesejahteraan mental dan sosial anak.

Bermain adalah dunia anak-anak sebagai bahasa yang paling universal, meskipun

tidak pernah dimasukkan sebagai salah satu dari ribuan bahasa yang ada di dunia. Melalui

bermain, anak-anak dapat mengekspresikan apapun yang mereka inginkan. Menurut

Groos (Schaefer et al, 1991) bermain dipandang sebagai ekspresi insting untuk berlatih

peran di masa mendatang yang penting untuk bertahan hidup (Nuryanti, 2007).

Bermain juga menjadi media terapi yang baik bagi anak-anak bermasalah selain

berguna untuk mengembangkan potensi anak. Menurut Nasution (cit Martin, 2008),

bermain adalah pekerjaan atau aktivitas anak yang sangat penting. Melalui bermain akan

semakin mengembangkan kemampuan dan keterampilan motorik anak, kemampuan

kognitifnya, melalui kontak dengan dunia nyata, menjadi eksis di lingkungannya,

menjadi percaya diri, dan masih banyak lagi manfaat lainnya (Martin, 2008). Bermain

adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial dan bermain

merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain, anak akan berkata-

kata, belajar memnyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan apa yang dapat

dilakukan, dan mengenal waktu, jarak, serta suara (Wong, 2000). Bermain adalah

kegiatan yang dilakukan sesaui dgn keinginanya sendiri dan memperoleh kesenangan. 

(Foster, 1989).

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa bermain adalah: “Kegiatan yang

tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak sehari-hari karena bermain sama dengan

kerja pada orang dewasa, yang dapat menurunkan stres anak, belajar berkomunikasi

Page 5: k ykliyh.hu.luj.lj.,jhn,khkl

4

dengan lingkungan, menyesuaikan diri dengan lingkungan, belajar mengenal dunia dan

meningkatkan kesejahteraan mental serta sosial anak.”

B. Kategori Bermain

1. Bermain Aktif: Anak banyak menggunakan energy inisiatif dari anak sendiri.

Contoh: bermain sepak bola.

2. Bermain Pasif: Energi yang dikeluarkan sedikit, anak tidak perlu melakkan aktivitas

(hanya melihat).

3. Contoh: Memberikan support.

C. Ciri-Ciri Bermain

1. Social affective play

Anak belajar memberi respon terhadap respon yang diberikan oleh lingkungan

dalam bentuk permainan, misalnya orang tua berbicara memanjakan anak tertawa

senang, dengan bermain anak diharapkan dapat bersosialisasi dengan lingkungan.

2. Sense of pleasure play

Anak memperoleh kesenangan dari satu obyek yang ada di sekitarnya, dengan

bermain anak dapat merangsang perabaan alat, misalnya bermain air atau pasir.

3. Skill play

Memberikan kesempatan bagi anak untuk memperoleh ketrampilan tertentu dan

anak akan melakukan secara berulang-ulang misalnya mengendarai sepeda.

4. Dramatika play role play

Anak berfantasi menjalankan peran tertentu misalnya menjadi ayah atau ibu.

D. Klasifikasi Bermain

1. Solitary play

Jenis permainan dimana anak bermain sendiri walaupun ada beberapa orang lain yang

bermain disekitarnya. Biasa dilakukan oleh anak balita Toddler.

2. Paralel play

Page 6: k ykliyh.hu.luj.lj.,jhn,khkl

5

Permaianan sejenis dilakukan oleh suatu kelompok anak masing-masing mempunyai

mainan yang sama tetapi yang satu dengan yang lainnya tidak ada interaksi dan tidak

saling tergantung, biasanya dilakukan oleh anak pre school.

Contoh : bermain balok

3. Asosiatif play

Permainan dimana anak bermain dalam keluarga dengan aktivitas yang sama tetapi

belum terorganisasi dengan baik, belum ada pembagian tugas, anak bermain

sesukanya.

4. Kooperatif play

Anak bermain bersama dengan sejenisnya permainan yang terorganisasi dan

terencana dan ada aturan tertentu. Biasanya dilakukan oleh anak usia sekolah

Adolesen.

E. Fungsi Bermain

Fungsi bermain adalah merangsang perkembangan sensorik-motorik,

perkembangan intelektual, sosial, kreatifitas, kesadaran diri, moral dan bermain sebagai

terapi.

1.  Membantu Perkembangan Sensorik dan Motorik

Fungsi bermain pada anak ini adalah dapat dilakukan dengan melakukan

rangsangan pada sensorik dan motorik melalui rangsangan ini aktifitas anak dapat

mengeksplorasikan alam sekitarnya sebagai contoh bayi dapat dilakukan rangsangan 

taktil,audio dan visual melalui rangsangan ini perkembangan sensorik dan motorik

akan meningkat. Hal tersebut dapat dicontohkan sejak lahir anak yang telah

dikenalkan atau dirangsang visualnya maka anak di kemudian hari kemampuan

visualnya akan lebih menonjol seperti lebih cepat mengenal sesuatu yang baru

dilihatnya. Demikian juga pendengaran, apabila sejak bayi dikenalkan atau

dirangsang melalui suara-suara maka daya pendengaran di kemudian hari anak lebih

cepat berkembang di bandingkan tidak ada stimulasi sejak dini.

2. Membantu Perkembangan Kognitif

Page 7: k ykliyh.hu.luj.lj.,jhn,khkl

6

Perkembangan kognitif dapat dirangsang melalui permainan. Hal ini dapat terlihat

pada saat anak bermain, maka anak akan mencoba melakukan komunikasi dengan

bahasa anak, mampu memahami obyek permainan seperti dunia tempat tinggal,

mampu membedakan khayalan dan kenyataan, mampu belajar warna, memahami

bentuk ukuran dan berbagai manfaat benda yang digunakan dalam

permainan,sehingga fungsi bermain pada model demikian akan meningkatkan

perkembangan kognitif selanjutnya.

3. Meningkatkan Sosialisasi Anak

Proses sosialisasi dapat terjadi melalui permainan, sebagai contoh dimana pada usia

bayi anak akan merasakan kesenangan terhadap kehadiran orang lain dan merasakan

ada teman yang dunianya sama, pada usia toddler anak sudah mencoba bermain

dengan sesamanya dan ini sudah mulai proses sosialisasi satu dengan yang lain,

kemudian bermain peran seperti bermain-main berpura-pura menjadi seorang guru,

jadi seorang anak, menjadi seorang bapak, menjadi seorang ibu dan lain-lain,

kemudian pada usia prasekolah sudah mulai menyadari akan keberadaan teman

sebaya sehingga harapan anak mampu melakukan sosialisasi dengan teman dan orang

4. Meningkatkan Kreatifitas

Bermain juga dapat berfungsi dalam peningkatan kreatifitas, dimana anak mulai

belajar menciptakan sesuatu dari permainan yang ada dan mampu memodifikasi

objek yang akan digunakan dalam permainan sehingga anak akan lebih kreatif

melalui model permainan ini, seperti bermain bongkar pasang mobil-mobilan.

5. Meningkatkan Kesadaran Diri

Bermain pada anak akan memberikan kemampuan pada anak untuk ekplorasi tubuh

dan merasakan dirinya sadar dengan orang lain yang merupakan bagian dari individu

yang saling berhubungan, anak mau belajar mengatur perilaku, membandingkan

dengan perilaku orang lain.

6. Mempunyai Nilai Terapeutik

Page 8: k ykliyh.hu.luj.lj.,jhn,khkl

7

Bermain dapat menjadikan diri anak lebih senang dan nyaman sehingga adanya stres

dan ketegangan dapat dihindarkan, mengingat bermain dapat menghibur diri anak

terhadap dunianya.

7. Mempunyai Nilai Moral Pada Anak

Bermain juga dapat memberikan nilai moral tersendiri kepada anak, hal ini dapat

dijumpai anak sudah mampu belajar benar atau salah dari budaya di rumah, di

sekolah dan ketika berinteraksi dengan temannya, dan juga ada beberapa permainan

yang memiliki aturan-aturan yang harus dilakukan tidak boleh dilanggar.

F. Faktor Yang Mempengaruhi Terapi Bermain

1. Tahap perkembangan, tiap tahap mempunyai potensi / keterbatasan

2. Status kesehatan, anak sakit à perkembangan psikomotor kognitif terganggu

3. Jenis kelamin

4. Lingkungan à lokasi, negara, kultur

5. Alat permainan à senang dapat menggunakan

6.         Intelegensia dan status sosial ekonomi Tahap Perkembangan Bermain

G. Tahap Perkembangan Bermain

1. Tahap eksplorasi

Merupakan tahapan menggali dengan melihat cara bermain

2. Tahap permainan

Setelah tahu cara bermain, anak mulai masuk dalam tahap permainan

3. Tahap bermain sungguhan

Anak sudah ikut dalam permainan

4. Tahap melamun

Merupakan tahapan terakhir anak membayangkan permainan berikutnya.

H. Tahap Tumbuh Kembang Dan Karakteristik Bermain Sesuai Usia

1. Tahap Pertumbuhan

Perhitungan berat badan            : Umur (tahun) x 2 – 8 : 2

Perhitungan panjang badan       : Umur 1 tahun : 75 cm

Page 9: k ykliyh.hu.luj.lj.,jhn,khkl

8

                                                    : Umur 2 – 3 tahun = Umur (tahun) x 6 - 77

2. Tahap Perkembangan

a. Perkembangan Psikoseksual menurut Sigmeun Freud :

1. Fase anal (1 – 3 tahun) : daerah anal aktifitas, pengeluaran tinja menjadi

sumber kepuasan libido yang penting. Menunjukkan keakuannya, sikap

narsistik (cinta terhadap diri sendiri), dan egoistik.

2. Tugas utama anak : latihan kebersiahan, perkembangan bicara dan bahasa

meniru dan mengulang kata sederahana, hubungan interpersonal anak sangat

terbatas, bermain sendiri, belum bisa bermain dengan anak lain.

b. Perkembangan Psikoseksual menurut Erikson :

Tahap ke 2 : Autonomi vs Shame and doubt

Perkembangan ketrampilan motorik dan bahasa dipelajari dari lingkungan dan

keuntungan yang ia peroleh untuk mandiri, jika orang tua terlalu melindungi,

menuntut harapan terlalu tinggi maka anak akan merasa malu dan ragu-ragu.

c. Stimulasi dan perkembangan anak

a) Anak umur 12 – 18 bulan :

Perkembangan anak : berjalan sendiri tidak jatuh, mengambil benda kecil

dengan jari telunjuk, mengungkapkan keinginan secara sedehana, minum

sendiri dari gelas tidak tumpah.

Stimulasi dini : melatih anak naik turun tangga, bermain dengan anak

melempar dan menangkap bola besar kemudian kecil, melatih anak

menunjuk dan menyebut nama-nama bagian tubuh, memberi kesempatan

anak melepas pakaian sendiri.

b) Anak umur 18-24 bulan:

Perkembangan anak: berjalan mundur 5 langkah, mencoret-coret dengan

alat tulis, menunjukkan bagian tubuh dan menyebut namanya, meniru

melakukan pekerjaan rumah tangga.

Stimulasi dini: melatih anak berdiri dengan satu kaki, mengajari anak

menggambar bulatan, garis segi tiga dan gambar wajah, melatih anak

Page 10: k ykliyh.hu.luj.lj.,jhn,khkl

9

mengikuti perintah sederhana, melatih anak mau ditinggalkan ibunya

sementara waktu.

Anak usia toddler menunjukkan karakteristik yang khas, yaitu banyak

bergerak, tidak bias diam dan mulai mengembangkan otonomi dan

kemampuannya untuk mandiri. Oleh karena itu, dalam melakukan

permainan, anak lebih bebas, spontan, dan menunjukkan otonomi baik dalam

memilih mainan maupun dalam aktivitas bermiannya. Anak mempunyai rasa

ingin tahu yang besar. Oleh karena itu seringkali mainannya di bongkar-

pasang, bahkan dirusaknya. Untuk itu harus diperhatikan keamanan dan

keselamatan anak dengan cara tidak memberikan alat permainan yang tajam

dan menimbulkan perlukaan.

c) Jenis permainan yang tepat dipilih untuk anak usia toddler adalah

“sollitary play dan parallel play”. Pada anak usia 1 sampai 2 tahun lebih jelas

terlihat anak melakukan permainan sendiri dengan mainannya sendiri,

sedangkan pada usia lebih dari 2 tahun sampai 3 tahun, anak mulai dapat

melakukan permainan secara parallel karena sudah dapat berkomunikasi

dalam kelompoknya walaupun belum begitu jelas karena kemampuan

berbahasa belum begitu lancer. Jenis alat permainan yang tepat diberikan

adalah boneka, pasir, tanah liat dan lilin warna-warni yang dapat dibentuk

benda macam-macam.

d) Anak usia sekolah

Bermain sangat penting bagi perkembangan fisik, psikis dan sosial anak.

Dengan bermain anak berintraksi dengan teman main yang banyak

memberikan berbagai pengalaman berharga. Bermain secara kelompok

memberikan peluang dan pelajaran kepada anak untuk berintraksi,

bertenggang rasa dengan sesama teman.

Page 11: k ykliyh.hu.luj.lj.,jhn,khkl

10

BAB III

BERMAIN DI RUMAH SAKIT

A. Tujuan

1. Mengawasi tumbuh kembang selama perawatan

2. Mengembangkan kreativitas melalui pengalaman permainan yang tepat

3. Beradaptasi lebih efektif terhadap stress karena sakit atau dirawat

B. Prinsip

1. Tidak banyak energi, singkat dan sederhana

2. Mempertimbangkan keamanan dan infeksi silang

3. Kelompok umur sama

4. Melibatkan keluarga/orangtua

C. Waktu Dan Tempat Pelaksanaan Kegiatan

Hari, tanggal : selasa, 24 november

Waktu : 16.00

Tempat : Ruang Bermain Anak Bangsal Edelweis RSUD Pandanarang

Jurusan Keperawatan : Profesi NERS

Permainan :

Permainan menyusun puzzel huruf

Meningkatkan keterampilan anak mengenai motorik kasar dan halus.

Cara Bermain :

Susun keping-keping puzzel membentuk satu kata. Ajaklah si anak untuk mencari huruf

yang mampu disusun menjadi satu kata dengan meletakkan pada susunan berikutnya

yang sesuai dengan kata yang ingin dibentuk oleh anak. Lanjutkan dengan keping

berikutnya sampai membentuk satu kata kemudian minta anak untuk kata yang telah

disusunnya.

Page 12: k ykliyh.hu.luj.lj.,jhn,khkl

11

D. SASARAN

1. Anak usia toddler (6-10 tahun)

2. Anak yang dirawat di ruang Anggrek

3. Tidak mempunyai keterbatasan (fisik atau akibat terapi lain) yang dapat menghalangi

proses terapi bermain

4.   Kooperatif dan mampu mengikuti proses kegiatan sampai selesai

5.   Anak yang sudah dapat membaca

6.   Anak yang mau berpartisipasi dalam terapi bermain menyusun puzzele huruf

E. MEDIA

1. puzzele huruf

2.   Karpet

3. Lembar penilaian

F. Metode

Demonstrasi

G. Setting Tempat

ortu

klien

leader

Alat (puzzule

CI

Page 13: k ykliyh.hu.luj.lj.,jhn,khkl

12

H. Strategi Plaksanaan

No. Waktu Kegiatan Peserta

1.

 

5 menit Pembukaan :

Membuka kegiatan dengan

mengucapkan salam.

Memperkenalkan diri

Menjelaskan tujuan dari terapi

bermain

Kontrak waktu anak dan orang

tua

Menjawab

salam

Mendengarkan

Memperhatikan

Memperhatikan

2.

 

b

b

b

b

b

0

0

2

2

2

2

2

1

0

1

0

0

1

1

Pelaksanaan :

Menjelaskan tata cara

pelaksanaan terapi bermain

menyusun puzzle huruf kepada

anak

. Memberikan kesempatan

kepada anak untuk bertanya

jika belum jelas

Memberikan puzzle huruf

kepada anak

leader mendampingi anak dan

memberikan motivasi kepada

anak

Mengajak anak untuk

membaca puzzle huruf yang

sudah disusun

Memberitahu anak bahwa

waktu yang diberikan telah

Memperhatikan

Bertanya

Antusias saat

menerima

peralatan

Memulai untuk

menyusun puzzle

Menjawab

pertanyaan

Mendengarkan

Memperhatikan

Page 14: k ykliyh.hu.luj.lj.,jhn,khkl

13

0

0

0

selesai

Memberikan pujian terhadap

anak yang mampu menyusun

puzzle huruf dengan baik

3. 5 menit Evaluasi :

Memotivasi anak untuk

menyebutkan kata yang

sudah disusun

Memberikan reward

kepada anak

Menceritakan

Gembira

4. 5 menit Terminasi:

Memberikan motivasi dan

pujian kepada anak telah

melakukan terapi bermain

dengan baik.

Mengucapkan terima kasih

kepada anak dan orang tua

Mengucapkan salam penutup

Memperhatikan

Mendengarkan

Menjawab

salam

I. KRITERIA EVALUASI

1. Evalusi Struktur

a. Anak hadir di ruang bermain bangsal edelweis

b. Penyelenggaraan terapi bermain dilakukan di ruang bermain bangsal edelweis

c. Kontrak waktu dengan pasien dan keluarga

2. Evaluasi Proses

a. Anak antusias dalam kegiatan menyusun puzzle angka

b.   Anak mengikuti terapi bermain dari awal sampai akhir

c. Anak tidak tampak malas untuk menyusun puzzle dan membentuk kata

3. Evaluasi hasil

Page 15: k ykliyh.hu.luj.lj.,jhn,khkl

14

a. Kriteria Hasil Anak terlihat senang dan gembira

b. Kecemasan anak berkurang

c. Anak mampu menyusun puzzle dan membentuk kata

d. Anak tidak terlihat takut lagi dengan perawat

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAAN

Page 16: k ykliyh.hu.luj.lj.,jhn,khkl

15

A. Identitas PesertaNama : An.Andrian dafa.

Umur : 10 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Pendidikan : kelas 4 SD

Alamat : Ngemplak boyolali

B. Nama Kegiatan Terapi bermain menyusun Fuzzle Huruf dan Menyusun Satu Kata

C. Tujuan KegiatanMengurangi efek hospitalisasi seperti kecemasan, stres karena dirawat dan

mengetahui tumbuh kembang anak An. D serta dapat meningkatkan rasa senang pada anak

selama perawatan di ruang Edelweis RSUD Pandanarang Boyolali.

D. Waktu Pelaksanaan dan Tempat KegiatanWaktu dan tempat kegiatan pelaksanaan Terapi Bermain menyusun Puzzle Huruf dan

membentuk satu kata oleh mahasiswa program pendidikan Profesi Ners Universitas

Respati Yogyakarta pada:

Hari : Selasa

Tanggal : 24 November 2015

Waktu : 16:00 – 16.25 WIB

Tempat : Ruang Edelweis, RSUD Pandanarang Boyolali

E. Jalannya Kegiatan Terapi BermainKegiatan terapi bermain berlangsung pada hari selasa tanggal 24 November 2015.

Kegiatan terapi bermain meliputi penyusunan puzzle huruf dan membentuk satu kata

berjalan dengan lancar selama 25 menit. Acara dimulai pada pukul 16:00 WIB dengan

jumlah perserta sebanyak 1 orang. Peserta kegiatan terapi bermain yaitu An.D berumur 10

tahun yang dirawat diruang Edelweis RSUD Pandanarang Boyolali. Terapi bermain dibuka

oleh Leader, sebelum dilakukan terapi bermain leader memperkenalkan diri dan

menjelaskan maksud tujuan dilkaukan kegiatan terapi bermain kepada Ibu Pasien dan anak.

Kegiatan dimulai dengan memberikan puzzle dan huruf abjad kepada anak serta

mengarahkan dan menjelaskan permainan yang akan dilakukan oleh anak untuk menyusun

puzzle huruf dan membentuk satu kata dengan huruf abjad yang sudah diberikan. Kegiatan

menyusun puzzle dan membentuk satu kata juga mengikutsertakan orang tua untuk

mendampingi anak selama terapi bermain berlangsung. Selama kegiatan berlangsung anak

dibimbing untuk membentuk kata dan menyusun puzzle oleh leader. Setelah anak

menyusun puzzle dan membentuk satu kata, kemudian leader menjelaskan kepada ibu dan

Page 17: k ykliyh.hu.luj.lj.,jhn,khkl

16

anak bahwa anak sudah mampu melakukan kegiatan menyusun puzzle dan membentu kata.

Kegiatan terapi bermain ditutup oleh leader.

F. Evaluasi

Jalannya acara berjalan dengan lancar tidak ada halangan yang berarti, hanya pada

saja anak merasa takut dan harus dibimbing orang tua, sehingga penjelasan oleh leader

kurang ditangkap dengan baik oleh anak.

Evaluas meliputi: evaluasi struktur, proses dan hasil.

1. Evaluasi struktur

Persiapan dilakukan selama 15 menit sebelum pelaksanaan

a) Anak hadir di ruang bermain yang telah disiapkan sebelumnya

b) Tempat dilakukan terapi bermain di Ruang Edelweis RSUD Pandanarang Boyolali

c) Kontrak waktu dengan pasien dan keluarga satu hari sebelum kegiatan terapi

bermain dilakukan.

2. Evaluasi proses

a) An. D sangat antusias dalam kegiatan terapi bermain

b) An. D mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir

c) An. D sangat bersemangat saat menyusun puzzle dan membentuk kata, tidak

tampak malas.

3. Evaluasi hasil

a) Kriteria Hasil Anak D terlihat senang dan gembira

b) Kecemasan anak D berkurang

c) Anak D mampu menyusun puzzle dan membentuk kata dengan baik

d) Anak D tidak terlihat takut lagi dengan perawat

G. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan acara ini adalah 95% dilihat dari:

a) Acara berjalan dengan lancar sesuai dengan tujuan yang diharapkan

b) An. D mengikuti terapi bermain menuyusun puzzle dengan menyusun puzzle secara

dan membentuk katadengan lengkap dan benar.

Page 18: k ykliyh.hu.luj.lj.,jhn,khkl

17

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bermain tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak, karena bagi anak bermain

sama saja bekerja bagi orang dewasa. Bermain pada anak mempunyai fungsi yaitu untuk

perkembangan sensorik, motorik, intelektual, sosial, kreatifitas, kesadaran diri, moral

sekaligus terapi anak saat sakit.

Tujuan bermain adalah melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang

normal, mengekspresikan dan mengalihkan keinginan fantasi. Dan idenya

mengembangkan kreatifitas dan kemampuan memecahkan masalah dan membantu anak

untuk beradaptasi secara efektif terhadap stress karena sakit dan di rawat di Rumah Sakit.

B. Saran

Terapi bermain dapat menjadi obat bagi anak-anak yang sakit. Jadi sebaiknya di

RS juga disediakan fasilitas bermain bagi anak-anak yang di rawat di rumah sakit.

Mensosialisasikan terapi bermain pada orang tua sehingga orang tua dapat menerapkan

terapi di rumah dan di rumah sakit.

Page 19: k ykliyh.hu.luj.lj.,jhn,khkl

18

DAFTAR PUSTAKA

Dewi, K., et al.2010. Contoh Proposal Terapi Bermain Pada Anak Prasekolah. Diakses Pada

Tanggal 11 Desember 2012. www.nursingbegin.com

Erlita, dr. (2006). Pengaruh Permainan pada Perkembangan Anak. Terdapat pada : http://info.

balitacerdas.com. Diakses pada tanggal 21 Desember 2009

Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC

Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC

Page 20: k ykliyh.hu.luj.lj.,jhn,khkl

19

Lampiran