jurusan psikologi, fakultas ilmu pendidikan, universitas

8
142 INTUISI 11 (2) (2019) INTUISI JURNAL PSIKOLOGI ILMIAH http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/INTUISI Terindeks DOAJ: 2541-2965 Adult Attachment Style dan Kesiapan Menjadi Orang Tua pada Individu Dewasa Awal Yauma Syifa’ul Izza¹ Andromeda² Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang Info Artikel Abstrak Sejarah Artikel: Diterima 2 Mei 2019 Disetujui 5 Juni 2019 Dipublikasikan 30 Juli 2019 Kesiapan menjadi orang tua pada individu dewasa awal dipengaruhi oleh berbagai hal. Salah satu faktor yang diprediksi mempengaruhi kesiapan individu menjadi orang tua adalah adult attachment style. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara adult attachment style dan kesiapan menjadi orang tua pada individu dewasa awal. Menggunakan pendekatan kuantitatif korelasional, penelitian ini melibatkan 150 wanita dewasa awal di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah yang terpilih melalui teknik pengambilan sampel purposive sampling. Data penelitian diambil dengan skala adult attachment style, yang terdiri dari tiga tipe yaitu secure, avoidant, ambivalent dan skala kesiapan menjadi orang tua. Selanjutmya, data dianalisis dengan teknik korelasi spearman non parametric. Penelitian menemukan bahwa hasil uji korelasi secure attachment style dan kesiapan menjadi orangtua menghasilkan nilai rˢ 0,089 dengan taraf signifikansi p=0,279 dimana p>0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara secure attachment style dan kesiapan menjadi orang tua pada individu dewasa awal. Namun demikian, hasil uji korelasi avoidant attachment style dan kesiapan menjadi orangtua menghasilkan nilai rˢ -0,225 dengan taraf signifikansi p=0,006 dimana p<0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara avoidant attachment style dan kesiapan menjadi orangtua pada individu dewasa awal. Sama halnya dengan hasil uji korelasi ambivalent attachment style dan kesiapan menjadi orangtua diperoleh rˢ -0,248 dengan taraf signifikansi p=0,002 dimana p<0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara ambivalent attachment style dan kesiapan menjadi orangtua pada individu dewasa awal. Keywords: adult attachment style, parenting readiness Abstract Readiness for parenting in early adulthood is affected by several factors. One of the factors probably affecting the readiness for parenting is adult attachment style. This reserach is aimed to investigate the correlation between adult attachment style and readiness for parenting in early adulthood. Used descriptive quantitative approach, 150 early adulthood women on Brebes Regency, Central Java ilvolved as the subjects of this research. The subjects were selected by using purposive sampling technique. The data were obtained by using adult attachment style scale which consist of three types these are: secure, avoidant, ambivalent; and readiness for parenting scale. The data were analyzed by using spearman non parametric correlation technique. The result of correlation between secure and readiness for parenting reveals rˢ 0,089 with significance level of p=0,279 in which p>0,05. It suggests that there is no correlation between secure with readiness for parenting. Avoidant and readiness for parenting correlation test reveals rˢ -0,225 with significance level of p= 0,006 in which p<0,05. That result suggests that there is a negative relation between avoidant with readiness for parenting. The result of correlation between ambivalent and readiness for parenting reveals -0,248 with significance level of p=0,002 in which p<0,05. That result indicates that there is a negative relation between ambivalent and readiness for parenting. © 2019 Universitas Negeri Semarang Alamat korespondensi: Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang Sekaran, Gunungpati Semarang [email protected] p-ISSN 2086-0803 e-ISSN 2541-2965

Upload: others

Post on 01-Nov-2021

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas

142

INTUISI 11 (2) (2019)

INTUISI

JURNAL PSIKOLOGI ILMIAH

http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/INTUISI

Terindeks DOAJ: 2541-2965

Adult Attachment Style dan Kesiapan Menjadi Orang Tua pada Individu Dewasa

Awal

Yauma Syifa’ul Izza¹ Andromeda²

Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang

Info Artikel Abstrak Sejarah Artikel:

Diterima 2 Mei 2019

Disetujui 5 Juni 2019

Dipublikasikan 30 Juli

2019

Kesiapan menjadi orang tua pada individu dewasa awal dipengaruhi oleh berbagai hal. Salah

satu faktor yang diprediksi mempengaruhi kesiapan individu menjadi orang tua adalah adult

attachment style. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara adult

attachment style dan kesiapan menjadi orang tua pada individu dewasa awal. Menggunakan

pendekatan kuantitatif korelasional, penelitian ini melibatkan 150 wanita dewasa awal di

Kabupaten Brebes, Jawa Tengah yang terpilih melalui teknik pengambilan sampel purposive

sampling. Data penelitian diambil dengan skala adult attachment style, yang terdiri dari tiga

tipe yaitu secure, avoidant, ambivalent dan skala kesiapan menjadi orang tua. Selanjutmya,

data dianalisis dengan teknik korelasi spearman non parametric. Penelitian menemukan

bahwa hasil uji korelasi secure attachment style dan kesiapan menjadi orangtua

menghasilkan nilai rˢ 0,089 dengan taraf signifikansi p=0,279 dimana p>0,05. Hasil ini

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara secure attachment style dan kesiapan

menjadi orang tua pada individu dewasa awal. Namun demikian, hasil uji korelasi avoidant

attachment style dan kesiapan menjadi orangtua menghasilkan nilai rˢ -0,225 dengan taraf

signifikansi p=0,006 dimana p<0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan

negatif antara avoidant attachment style dan kesiapan menjadi orangtua pada individu

dewasa awal. Sama halnya dengan hasil uji korelasi ambivalent attachment style dan

kesiapan menjadi orangtua diperoleh rˢ -0,248 dengan taraf signifikansi p=0,002 dimana

p<0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara ambivalent

attachment style dan kesiapan menjadi orangtua pada individu dewasa awal.

Keywords: adult attachment

style, parenting

readiness

Abstract Readiness for parenting in early adulthood is affected by several factors. One of the factors

probably affecting the readiness for parenting is adult attachment style. This reserach is

aimed to investigate the correlation between adult attachment style and readiness for

parenting in early adulthood. Used descriptive quantitative approach, 150 early adulthood

women on Brebes Regency, Central Java ilvolved as the subjects of this research. The

subjects were selected by using purposive sampling technique. The data were obtained by

using adult attachment style scale which consist of three types these are: secure, avoidant,

ambivalent; and readiness for parenting scale. The data were analyzed by using spearman

non parametric correlation technique. The result of correlation between secure and readiness

for parenting reveals rˢ 0,089 with significance level of p=0,279 in which p>0,05. It suggests

that there is no correlation between secure with readiness for parenting. Avoidant and

readiness for parenting correlation test reveals rˢ -0,225 with significance level of p= 0,006 in

which p<0,05. That result suggests that there is a negative relation between avoidant with

readiness for parenting. The result of correlation between ambivalent and readiness for

parenting reveals rˢ -0,248 with significance level of p=0,002 in which p<0,05. That result

indicates that there is a negative relation between ambivalent and readiness for parenting.

© 2019 Universitas Negeri Semarang

Alamat korespondensi:

Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas

Negeri Semarang Sekaran, Gunungpati Semarang

[email protected]

p-ISSN 2086-0803

e-ISSN 2541-2965

Page 2: Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas

143

PENDAHULUAN

Masa dewasa muda adalah permulaan

dari tahap baru dalam kehidupan. Masa ini

merupakan tanda bagi individu bahwa telah

tiba saat bagi mereka untuk dapat mengambil

bagian dalam setiap tujuan hidup yang telah

dipilih dan menemukan kedudukan dirinya

dalam kehidupan. Tugas perkembangan yang

sangat penting menurut Carter & Mc Goldrick

(dalam Santrock, 2002) bahwa siklus pada

kehidupan keluarga memiliki fase-fase dan

perubahan status keluarga yang diperlukan

untuk membangun perubahan mental yang

terjadi salah satunya pada fase menjadi orang

tua dan keluarga dengan anak (becaming

parent and a family with children). Fase ini

menuntut orang dewasa untuk maju satu

generasi dan menjadi pemberi kasih sayang

pada generasi yang lebih muda. Untuk dapat

melalui fase panjang ini secara sukses dan

baik perlu komitmen waktu sebagai orang tua,

memahami perannya sebagai orang tua dalam

pengasuhan anak serta mengerti fungsi

sebagai orang tua yang berkompeten dalam

mewujudkan kehidupan anak yang lebih baik.

Permasalahan yang muncul adalah

bagi kebanyakan orang dewasa, peran untuk

menjadi orang tua telah direncanakan dan

dikoordinasikan dengan cukup baik. Bagi

yang lain, ketika akan menjadi orang tua

merupakan suatu kejutan. Dalam kedua

kejadian tersebut, calon orang tua memiliki

emosi yang bercampur aduk dan ilusi yang

romantis tentang memiliki anak. Menjadi

orang tua memiliki tuntutan tersendiri dalam

beberapa keterampilan interpersonal dan

tuntunan emosional, namun sayangnya

keterampilan tersebut sangat sedikit sekali

dipelajari dalam pendidikan formal.

(Santrock, 2002).

Penyesuaian diri terhadap masa

keorangtuaan (parenthood) merupakan

kriteria terpenting dalam peralihan dari

tanggungjawab kedewasaan. Status sebagai

orang tua tidak dapat diragukan lagi dalam hal

ini banyak mengorbankan kebahagiaan dan

kepuasan. Banyak perubahan perilaku, nilai

dan peran yang ditunjukan pada masa

keorangtuaan mempengaruhi kesiapan

individu menjadi orang tua, hal ini diartikan

sebagai “masa krisis” dengan lahirnya seorang

anak, keluarga terkadang merasa bingung,

kehadiran setiap anak merupakan situasi

krisis, tetapi yang paling mengecewakan

adalah saat lahirnya anak pertama, karena

dalam beberapa hal kedua orang tua merasa

belum mampu berperan sebagai orang tua.

Dalam beberapa hal mereka masih

dipengaruhi konsep orang tua yang romantis.

Sebagian karena otomatis menyelimuti

kehidupan orang tua, sebagian lagi karena

bayi itu dianggap mengganggu dan

mempengaruhi keharmonisan pada hubungan

suami dan istri karena mengubah hubungan

keluarga yang bersifat dwitunggal menjadi

tritunggal (Hurlock, 1980)

Berbagai permasalahan yang telah

disebutkan di atas dapat mengguncang

kesiapan orang dewasa dalam masa transisi

menjadi orang tua yang juga berdampak

terhadap keharmonisan pada pernikahannya.

Sebagaimana yang diungkapkan pada

penelitian mengenai Attachment orientations,

marriage, and the transition to parenthood

(Simpson & Steven, 2002) Bahwa masa

menjadi orang tua baru membutuhkan banyak

perubahan yang besar dalam kehidupan dan

merupakan masa menegangkan bagi sebagian

besar pasangan, karena mengakibatkan

menurunnya kepuasan pada perkawinan

mereka. Pada awal transisi sangat sulit bagi

isteri bertahan terhadap tuntutan kehamilan,

persalinan, dan kepedulian terhadap anak.

Teori attachment berpendapat bahwa bentuk-

bentuk tertentu dari rasa tidak aman dapat

membuat mereka rentan terhadap menurunnya

kepuasan tersebut. Bowlby mengusulkan

bahwa pada kenyataannya semakin tinggi

tingkat ambivalen (kekhawatiran mendalam

bahwa kelekatan dengan pasangan tidak ada

atau tidak memberikan dukungan yang paling

dibutuhkan) pada wanita akan sangat rentan

Page 3: Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas

144

terhadap hubungan penurunan pada seluruh

masa transisi. (Simpson & Steven. 2002).

Teori mengenai attachment pertama kali

dikemukakan Bowlby yang mendefinisikan

sebagai ikatan emosional antara anak dan

pengasuhnya. Selanjutnya Ainsworth

membedakan kelekatan yang dimiliki bayi

menjadi 3 tipe secure, anxious, dan avoidant.

Secure attachment, gaya kelekatan ini

merupakan bentuk dari keintiman. Individu

dengan kelekatan yang aman lebih mudah

menjadi dekat dengan seseorang, mandiri dan

tidak resah. Sebagai pasangan mereka

menikmati hubungannya, memiliki

kepercayaan terhadap pasangannya, sehingga

terjadi permasalahan dalam kehidupan

pernikahannya sudah terbiasa

mendiskusikannya secara bersama-sama dan

mengatasi masalah dengan penuh kebijakan.

Avoidant attachment, memiliki kepercayaan

terhadap dirinya, namun sulit ketika

mempercayai pasangannya, sehingga ketika

terjadi permasalahan dalam hubungan

terutama ketika mengahadapi masa transisi

dalam kehidupannya mereka cenderung saling

menutup diri dan sulit untuk terbuka dengan

pasangannya, bahkan hanya menyelesaikan

masalahnya sendiri dan merasa tertekan.

Sedangkan ambivalent attachment, mudah

mengalami perasaan cinta, namun tidak

mampu untuk mempertahankan hubungannya.

Hal ini karena individu merasa meyakini

bahwa pasangannya tidak menerima

seutuhnya, dan merasa tidak pantas ketika

terjadi suatu permasalahan

Berdasarkan latar belakang masalah

yang sudah peneliti jelaskan di atas, peneliti

merasa perlu untuk mengetahui adakah

hubungan antara adult attchment style dan

kesiapan menjadi orang tua pada individu

dewasa awal.

METODE

Penelitian ini menggunakan

pendekatan kuantitatif korelasional. Populasi

dalam penelitian ini adalah wanita yang sudah

menikah, berada pada rentang usia dewasa

awal dan belum memiliki anak. Kancah

penelitian adalah di Kabupaten Brebes Jawa

Tengah. Mengapa hanya melibatkan wanita?

Menurut Brooks (2011) wanita lebih

bergantung pada bantuan pasangan dan

keluarga besarnya dan menurut Kartono

(1992) wanita pada umumnya

menginvestasikan dorongan kreatif dan

proaktifnya dalam berbagai tugas yaitu

melahirkan, memelihara, melindungi, dan

mendidik anak keturunannya. Melalui teknik

purposive sampling, diperoleh 150 subjek.

Pengumpulan data menggunakan skala adult

attachment style dan kesiapan menjadi orang

tua. Analisis data dilakukan dengan teknik

analisis korelasi spearman non parametric.

Uji validitas menggunakan analisis item

pearson correlation.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data penelitian diambil menggunakan

skala adult attachment style yang terdiri dari

secure attachment style, avoidant attachment

style, ambivalent attachment style dan skala

kesiapan menjadi orang tua. Skala secure

attachment style terdiri dari 10 item dengan

koefisien korelasi item-total yang bergerak

antara 0,398-0,845 dan koefisien reliabilitas

Alpha Cronbach sebesar 0,873. Skala

avoidant attachment style terdiri dari 10 item

dengan koefisien korelasi item-total yang

bergerak antara 0,476 - 0,733 dan koefisien

reliabilitas Alpha Cronbach sebesar 0,825.

Skala ambivalent attachment style terdiri dari

10 item dengan koefisien korelasi item-total

yang bergerak antara 0,365 - 0,660 dan

koefisien reliabilitas Alpha Cronbach sebesar

0,766, dan untuk skala kesiapan menjadi

orang tua terdiri dari 32 item dengan koefisien

korelasi item-total yang bergerak antara 0,415

- 0,622 dan koefisien reliabilitas Alpha

Cronbach sebesar 0,951.

Metode analisis data dalam penelitian

ini menggunakan teknik korelasi spearman

non parametric, karena data tidak

Page 4: Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas

145

terdistribusikan secara normal. Penelitian

memperoleh hasil uji secure attachment style

dan kesiapan menjadi orangtua menghasilkan

nilai rˢ 0,089 dengan taraf signifikansi

p=0,279 dimana p>0,05. Hasil ini

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan

antara secure attachment style dan kesiapan

menjadi orang tua. Hasil uji korelasi avoidant

attachment style dan kesiapan menjadi

orangtua menghasilkan nilai rˢ -0,225 dengan

taraf signifikansi p=0,006 dimana p<0,05.

Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat

hubungan negatif antara avoidant attachment

style dan kesiapan menjadi orangtua. Hasil uji

korelasi ambivalent attachment style dan

kesiapan menjadi orangtua menghasilkan nilai

rˢ -0,248 dengan taraf signifikansi p=0,002

dimana p<0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa

terdapat hubungan negatif antara ambivalent

attachment style dan kesiapan menjadi

orangtua.

Berdasarkan hasil penelitian yang

telah dilakukan, diketahui bahwa terdapat

hubungan antara adult attachment style dan

kesiapan menjadi orangtua, yaitu pada tipe

avoidant dan ambivalent, namun tidak dengan

tipe secure. Hasil penelitian ini sesuai dengan

hipotesis yang diajukan diawal bahwa

terdapat hubungan antara adult attachment

style dan kesiapan menjadi orangtua.

Beberapa tipe adult attachment style

berkontribusi terhadap kesiapan menjadi

orangtua pada wanita dewasa awal. Beberapa

tipe adult attachment style yang dimiliki oleh

seseorang menjadi predictor terhadap

kesiapan menjadi orangtua. Adult attachment

style dalam penelitian ini diartikan sebagai

kelekatan pada orang dewasa yang ditandai

dengan adanya sebuah kasih sayang antar

pasangan tanpa batas untuk mengikat satu

sama lain dalam menyelesaikan masalah

bersama dengan pasangan baik itu dalam

mereka merasa, berfikir dan bertindak untuk

membuat suatu keputusan. Hal ini terkait

dengan cara pandang individu terhadap

dirinya dan oranglain.

Masing-masing individu dengan

attachment style yang berbeda, memiliki

respon yang berbeda ketika dihadapkan

dengan permasalahan yang sama, begitu juga

ketika menghadapi tugas menjadi orangtua,

salah satunya yang berperan penting adalah

seorang ibu (isteri) karena mereka akan

dihadapkan berbagai macam tugas yang

dibebani ketika akan menjadi seorang Ibu

karena pada umumnya wanita lebih banyak

menginvestasikan segenap dorongan kreatif

dan prokreatifnya dalam bentuk tugas-tugas

reproduktif, memelihara, melindungi dan

mendidik anak keturunannya. Sedangkan

kaum pria lebih banyak menginvestasikan

energy dan kemampuannya pada pekerjaan

(Kartono, 1992: 29). Sehingga pada penelitian

ini hanya melibatkan seorang isteri saja. Salah

satu ukuran terbaik dalam perawatan sebelum

kelahiran untuk Ibu ialah keterlibatan dengan

pasangannya. Ada individu yang merespon

kedekatannya dengan pasangan merupakan

sumber kekuatan untuk mempersiapkan diri

menjadi orangtua yang baik, ada pula individu

yang merasa cemas ketika mempersiapkan

diri menjadi orangtua karena tidak adanya

dukungan, dan kedekatan dengan pasangan

yang akhirnya mempengaruhi proses kesiapan

tersebut. Adanya perbedaaan itulah yang

menyebabkan masa transisi menjadi orang tua

berhubungan terhadap kedekatannya dengan

pasangan

Secure attachment style tidak

memiliki hubungan yang significant dengan

kesiapan menjadi orangtua. Hal ini berarti

bahwa tidak ada pengaruh dari tipe kelekatan

secure terhadap kesiapan menjadi orangtua.

Berbeda dengan secure attachment

style yang tidak memiliki hubungan dengan

kesiapan menjadi orangtua, pola lain dari

attachment style seperti avoidant dan

ambivalent ternyata memiliki hubungan

negatif dengan kesiapan menjadi orangtua.

Avoidant attachment style memiliki hubungan

yang negatif dengan kesiapan menjadi

orangtua, hal ini menunjukkan bahwa

Page 5: Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas

146

inidividu yang memiliki tipe kelekatan

avoidant memiliki ciri-ciri mudah curiga,

mudah berubah pendirian dan sulit untuk

terbuka. Hal tersebut yang menjadikan

seseorang kesulitan dalam menjalin hubungan

interpersonal termasuk dengan pasangannya.

Pada saat memasuki fase pernikahan

kemudian lanjut kepada masa transisi menjadi

orangtua individu yang memiliki tipe

kelekatan avoidant dan ambivalent cenderung

tidak dapat menghadapi dengan baik masa

transisi tersebut atau dapat dikatakan memiliki

kesiapan yang rendah. Semakin khas atau

lekat seseorang terhadap tipe kelekatan

avoidant, maka semakin tidak siap individu

tersebut memasuki masa parenthood (menjadi

orangtua).

Hal ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan (Simpson & Steven. 2002) Bahwa

masa menjadi orang tua baru membutuhkan

banyak perubahan yang besar dalam

kehidupan dan merupakan masa menegangkan

bagi sebagian besar pasangan, karena

mengakibatkan menurunnya kepuasan pada

perkawinan mereka. Pada awal transisi sangat

sulit bagi isteri bertahan terhadap tuntutan

kehamilan, persalinan, dan kepedulian

terhadap anak. Teori attachment berpendapat

bahwa bentuk-bentuk tertentu dari rasa tidak

aman dapat membuat mereka rentan terhadap

menurunnya kepuasan tersebut. Bowlby

mengusulkan bahwa pada kenyataannya

semakin tinggi tingkat ambivalent

(kekhawatiran mendalam bahwa kelekatan

dengan pasangan tidak ada atau tidak

memberikan dukungan yang paling

dibutuhkan) pada wanita akan sangat rentan

terhadap hubungan penurunan pada seluruh

masa transisi.

Individu dengan avoidant attachment

style memiliki kepercayaan terhadap dirinya,

namun sulit ketika mempercayai

pasangannya, sehingga ketika terjadi

permasalahan dalam hubungan terutama

ketika mempersiapkan untuk berperan

menjadi orang tua mereka cenderung saling

menutup diri dan sulit untuk terbuka dengan

pasangannya, bahkan hanya menyelesaikan

masalahnya sendiri dan merasa tertekan.

Pandangan negatif terhadap oranglain atau

pasangannya ini yang menyebabkan

menurunnya kesiapan dalam menghadapi fase

menjadi orang tua pada wanita dewasa awal.

Sama halnya dengan avoidant

attachment style, ambivalent attachment style

juga memiliki hubungan yang negatif dengan

kesiapan menjadi orangtua. Individu yang

memiliki tipe kelekatan ambivalent cenderung

membutuhkan kedekatan dengan oranglain,

namun takut untuk ditelantarkan, dan

cenderung selalu ingin bergantung dengan

pasangannya. Seseorang dengan ambivalent

attachment style mudah mengalami perasaan

cinta, namun tidak mampu untuk

mempertahankan hubungannya. Hal ini

karena individu merasa meyakini bahwa

pasangannya tidak menerima seutuhnya, dan

merasa tidak berharga untuk dicintai. Hal

tersebut yang menyebabkan seseorang merasa

tertekan dan khawatir ketika tidak mendapat

dukungan yang diharapkan dari pasangannya,

sehingga untuk melangkah ke fase berikutnya

dalam pernikahan (menjadi orangtua) tidak

berjalan dengan baik. Semakin khas atau lekat

seseorang terhadap tipe kelekatan ambivalent,

maka semakin tidak siap individu tersebut

memasuki masa parenthood (menjadi

orangtua).

Dari data penelitian yang telah

peneliti kelompokkan sesuai dengan tipe

attachment dan aspek kesiapan menjadi orang

tua diperoleh hasil untuk wanita dengan

secure attachment style secara keseluruhan

sebanyak 96,67% memiliki kesiapan yang

tinggi dengan terpenuhinya aspek pemahaman

sebesar 41,33%, penghayatan sebesar 29,33%

dan kesediaan sebesar 26%, dalam hal ini

artinya mereka yang menikmati hubungannya

dengan pasangan, percaya kepada

pasangannya, merasa dilindungi oleh

pasangannya mereka siap untuk menjadi

orang tua karena terpenuhinya aspek tersebut

Page 6: Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas

147

mereka memahami dan mengetahui apa yang

dialaminya sebagai salah satu jaminan untuk

merasa siap menghadapi hal-hal yang akan

terjadi kedepannya, dan mereka menghayati

ini adalah kondisi psikologis dimana dia

merasa siap secara alami karena menjadi

orang tua adalah hal yang wajar, normal dan

tidak perlu dikhawatirkan, kemudian mereka

bersedia dalam hal ini mereka yakin dan

sanggup serta rela untuk melakukan tugasnya

secara langsung hal yang seharusnya dialami

sebagai salah satu proses kehidupan.

Sedangkan untuk mereka dengan avoidant

attachment style dari 150 subjek sebesar

2,67% memiliki kesiapan dengan aspek

pemahaman dan penghayatan masing-masing

sebesar 1,33% sedangkan untuk aspek

kesediaan sendiri tidak ada pada tipe avoidant

dan yang memiliki tipe ambivalent dari 150

subjek hanya 0,67% yang artinya tipe

ambivalent lebih sedikit dari tipe attachment

yang lainnya sehingga hanya memiliki

kesiapan pada aspek penghayatan saja sebesar

0,67% artinya, mereka yang memiliki tipe

insecure memiliki kesiapan dengan aspek

lebih rendah kesiapannya menjadi orang tua

dibanding dengan pola yang secure. Ini dapat

disebabkan karena kurangnya dukungan dari

pasangan yang dibutuhkan, sehingga seorang

wanita mudah mengalami kekhawatiran. Hal

ini sejalan dengan penelitian yang

mengatakan bahwa wanita yang ambivalent

akan merasa kurang puas dengan pernikahan

mereka, sehingga terjadinya penurunan pada

seluruh masa transisi menjadi orang tua.

Dari hasil pembahasan di atas dapat

disimpulkan bahwa wanita lebih banyak

membutuhkan peran serta dukungan dari

pasangannya, seperti yang telah dikemukakan

oleh Keizer, (2010) mereka berpendapat

dalam jurnalnya yang membahas tentang A

Separate Focus on Women and Men bahwa

perempuan lebih terlibat dalam peran

orangtua pada saat orang tua awal dan mereka

yang sarjana berpendapat bahwa beban

menggabungkan pekerjaan, tugas rumah

tangga dan tugas membesarkan anak, transisi

menjadi orang tua adalah lebih merugikan

bagi perempuan daripada laki-laki (diulas

Demo & Cox, 2000). Temuan ini

menunjukkan bahwa sama transisi menjadi

orang tua dapat menghasilkan lebih banyak

perubahan negatif dalam kesejahteraan bagi

perempuan daripada laki-laki. Dalam

penelitian ini pola secure tidak berhubungan

langsung dengan kesiapan menjadi orang tua,

namun berbeda halnya dengan avoidant dan

ambivalent yang memiliki hubungan dengan

kesiapan menjadi orang tua namun berada

pada hubungan yang negative, yang artinya

semakin tinggi suatu variabel maka akan

semakin rendah variabel tersebut.

Bahkan beberapa studi menurut

(Rholes, 2001) menilai bahwa kasus ini

menjadi langka, karena masalah memiliki

anak adalah penyebab yang unik terhadap

penurunan perkawinan yang belum

terselesaikan. Pertama, Bowlby (1988)

mengemukakan bahwa masa transisi harus

menjadikan perempuan masalah sebagai

kelekatan yang akut, mungkin lebih daripada

laki-laki. Kedua, wanita yang mengalami stres

lebih besar selama masa transisi karena

mereka sering mengambil peran lebih besar

dalam perawatan anak usia dini (Oakley,

1980) dan keharusan menanggung tuntutan

fisik kehamilan dan persalinan. Ketiga,

perkawinan kepuasan cenderung berpengaruh

lebih buruk pada wanita dibandingkan pada

pria di masa transisi (Belsky & Pensky, 1988).

Secara umum hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa mayoritas wanita dewasa

awal memiliki secure attachment style yang

tinggi, diikuti dengan avoidant attachment

style pada kategori sedang dan ambivalent

attachment style pada kategori paling rendah.

Kesiapan menjadi orangtua yang dimiliki oleh

wanita dewasa awal di Kabupaten Brebes

sebagian besar berada pada kategori yang

tinggi. Kesiapan menjadi orangtua untuk tiap

aspek pun juga menunjukkan kategori yang

tinggi untuk pemahaman, penghayatan dan

Page 7: Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas

148

kesediaan. Hasil kesiapan menjadi orangtua

yang tinggi dapat dikarenakan subjek dalam

penelitian ini sudah menikah dan menjalin

hubungan yang dekat dengan pasangan. Hasil

penelitian ini bermanfaat bagi calon orang tua

sehingga diharapkan dapat mengetahui tipe

attachment yang dimilikinya dan bagaimana

pengaruhnya dengan hubungan interpersonal

terhadap oranglain dan individu yang

memiliki tipe insecure diharapkan dapat

memperbaiki diri akan kekurangannya.

Mengupayakan suatu hubungan yang hangat

serta menciptakan interaksi yang aman

dengan pasangan dan responsif menanggapi

segala hal yang terjadi dalam sebuah proses

kehidupan. Kondisi tersebut merupakan

kesempatan bagi pasangan untuk

mempersiapkan diri menjadi orang tua yang

positif serta merencanakan kehamilan dengan

pertimbangan yang matang sebagai bekal

dalam menciptakan hubungan yang lebih baik

lagi dengan pasangan. Bagi peneliti

selanjutnya baik yang hendak melanjutkan

maupun mengembangkan penelitian serupa

diharapkan untuk melakukan penelitian ini

kepada sepasang suami isteri, untuk

mengetahui bagaimana kesiapan menjadi

orang tua pada jenis kelamin yang berbeda

dan mengetahui adakah kecemasan yang

dialami suami ketika tidak mendapat pola

kelekatan yang aman dari pasangan, sehingga

dapat kita ketahui letak perbedaannya.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data

penelitian dan pembahasan yang telah

dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa

secara umum mayoritas wanita dewasa awal

dari hasil penelitian ini memiliki tipe

kelakatan secure, kemudian diikuti dengan

tipe kelekatan avoidant dan lainnya memiliki

tipe kelekatan ambivalent. Hasil penelitian

membuktikan bahwa terdapat hubungan

signifikan antara avoidant attachment style

dan kesiapan menjadi orangtua dan ada

hubungan signifikan antara ambivalent

attachment style dan kesiapan menjadi orang

tua. Keduanya memiliki hubungan yang

negatif artinya semakin khas atau lekat

seorang individu terhadap dua tipe kelekatan

tersebut (avoidant dan ambivalent) maka akan

semakin tidak siap individu tersebut untuk

memasuki masa parenthood atau menjadi

orangtua. Namun untuk tipe secure

attachment style ternyata tidak memiliki

hubungan dengan kesiapan menjadi orang tua.

Wanita dengan secure attachment

style, sebanyak 96,67% memiliki kesiapan

pemahaman menjadi orangtua sebesar

41,33%, penghayatan menjadi orangtua

sebesar 29,33% dan kesediaan menjadi

orangtua sebesar 26%. Wanita dengan

avoidant attachment style, sebanyak 2,67%

memiliki kesiapan dengan pemahaman

menjadi orangtua sebesar 1,33%, penghayatan

menjadi orangtua sebesar 1,33%, sedangkan

untuk kesediaan menjadi orangtua tidak ada

pada tipe avoidant. Wanita dengan ambivalent

attachment style, sebanyak 0,67% memiliki

kesiapan menjadi orangtua yang hanya

ditunjukkan dari satu aspek yaitu penghayatan

menjadi orangtua sebesar 0,67%. Artinya

mereka yang memiliki tipe insecure memiliki

kurangnya dukungan dari pasangan yang

dibutuhkan, sehingga seorang wanita mudah

mengalami kekhawatiran.

DAFTAR PUSTAKA

Brooks, Jane. (2011). The process of

parenting (8 ed.). Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Hurlock, E. B. (1980). Psikologi

perkembangan suatu pendekatan

sepanjang rentang kehidupan, (5 ed.).

Jakarta: Erlangga

Kartono, Kartini. (1992). Psikologi wanita

jilid 2: Mengenal sebagai sosok ibu dan

nenek. Bandung: Penerbit Mandar Maju

Keizer, R., Dykstra Pearl., & Anne R. P.

(2010). The transition to parenthood

and well-being: the impact of partner

status and work hour transitions.

Page 8: Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas

149

Journal of Family Psychology, 24(4).

429-438.

Mahasneh, Ahmad. M, Zohair H. Al-Zoubi,

Omar T. Batayenh, dan Mohammad S.

Jawarneh. (2013). The relationship

between parenting style and adult

attachment style from Jordan

University Students. International

Jurnal of Asian Social Science, 3(6).

1431-1441.

Rholes, W. S., Simpson J. A., Lorne. C., &

Jami, G. (2001). Adult attachment and

the transitions to parenthood. Journal of

Personality and Social Psychology,

81(3). 421-435.

Santrock, J. W. (2002). Life-Span

development perkembangan masa

hidup. Jakarta: Erlangga.

Simpson. J. A., & Rholes. W. S. (2002).

Attachment orientations, marriage, and

the transition to parenthood. Journal of

Reasearch in Personality, (36). 622-

628.