jurusan pendidikan agama islam fakultas...
TRANSCRIPT
PERHATIAN ORANG TUA DALAM UPAYA PEMBENTUKAN
KEPRIBADIAN ANAK
(Studi Penelitian di RW.04 Kel. Gondrong Kec. Cipondoh Kota Tangerang)
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Sebagai
Syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Skripsi
Oleh:
Syarif Hidayatullah
NIM : 106011000195
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH & KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011
ABSTRAK
Perhatian Orang tua dalam Upaya Pembentukan Kepribadain Anak.
Penelitian lapangan (field Research) ini menjadi salah satu pendekatan
keilmuan dalam menyelesaikan problematika keluarga yaitu pada aspek
pembentukan kepribadian anak. Kaitannya dengan tujuan penelitian dalam hal ini
adalah untuk mengetahui fungsi perhatian orang tua kepada anak, untuk
mengetahui upaya yang dilakukan orang tua dalam membentuk keparibadian
anak, unutk mengetahui hubungan perhatian orang tua dengan pembentukan
kepribadian anak.
Data dikumpulkan melalui observasi, penyebaran angket, dan wawancara
mendalam. Data dianalisis secara pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Subjek
penelitian orang tua, dan setting penelitian lokasinya yaitu, Rw. 04 Kelurahan
Gondrong Kecamatan Cipondoh Kota Tangerang. Populasi yang diteliti
berjumlah 591, responden berjumlah 50 orang, dan 20% dari sampel
diwawancarai secara mendalam.
Perhatian orang tua adalah upaya atau sikap orang tua mencurahkan waktu
dan ruang dengan penuh kesadaran dengan cara memberikan kebutuhan-
kebutuhan anak baik kebutuhan fisik jasmaniah maupun kebutuhan mental
rohaniah serta menciptakan keadaan dan suasana di dalam rumah yang dapat
mendukung pertumbuhan dan perkembangan pribadi anak secara baik. Bentuk
perhatian orang tua yang dibutuhkan anak diantaranya yaitu; memberikan
kebutuhan pokok jasmaniah, memberi kebutuhan agama (keimanan), memberi
kebutuhan kasih dan sayang, memberi rasa aman, memberi rasa penerimaan dan
memberi rasa ingin tahu (pendidikan akal). Dari perhatian orang tua yang
dibutuhkan anak tersebut diharapkan terbentuk kepribadian anak yaitu; bersikap
terbuka, mudah bergaul, percaya diri, mandri, ekspresif dan ceria.
Berdasarkan analisa temuan lapangan dapat disimpulkan bahwa perhatian
orang tua di wilayah Rw. 04 Kelurahan Gondrong Kecamatan Cipondoh Kota
Tangerang cukup tinggi sehingga tinggi pula implikasinya terhadap pembentukan
kepribadiana anak. Hal ini bisa dilihat dari hasil temuan lapangan mengenai
kepribadian anak yang terbentuk dari perhatian yang diberikan orang tua bahwa
kerpibadian anak-anak di wilayah tersebut yaitu sikap anak baik ketika di rumah
dan di luar rumah, sikap anak baik, hormat dan patuh kepadan orang tua, anak
tertarik belajar agama Islam, anak mengerjakan tugasnya sendiri, anak rajin
melaksanakan ibadah sholat, puasa dan mengaji, dan anak dapat membaca al-
Qur’an dengan baik.
Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara perhatian orang tua
dengan pembentukan kepribadian anak di wilayah Rw. 04 Kelurahan Gondrong
Kecamatan Cipodoh Kota Tangerang. Bahwa baik dan buruknya kepribadian anak
yang terbentuk itu tergantung dari tinggi atau rendahnya perahtian orang tua yang
diberikan kepada anak.
LEMBAR PERSEMBAHAN
Syukur Alhamdulillah, Puji-pujian hanya milik Illahi Robbi yang telah melimpahkan
Karunia, Rahmat dan Hidayah-Nya.
Tanpa ke-Ridhoan-Mu hamba tidak mungkin mampu menyelesaikan tugas ini.
Karya ilmiah ini ku persembahkan untuk Ibu dan Bapak tercinta
Semoga Allah selalu menyayangi beliau….amin.
Untuk kaka-kaka ku tercinta terima kasih do’a dan dukungannya
Untuk adik-adik ku semoga kalian menjadi orang yang sukses dunia akhirat.
Untuk Teh Icha yang selalu mendukung dan medo’akan dalam penulisan skripsi ini.
Tanpa kalian penulis bukanlah siapa-siapa.
Semoga Allah Swt. senantiasa memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya untuk kita
semua.
… Amien
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahhirrobil’alamiin. Segala Puji hanya milik Allah dan atas
limpahan Rahmat dan Karunia serta Hidayah Allah swt, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir dengan judul ”Perhatian Orang Tua dalam Upaya
Pembentukan Kepribadian Anak”, disusun sebagai persyaratan untuk mencapai
gelar Sarjana Pendidikan Islam.
Selama dalam penyusunan tugas akhir ini penulis mendapat banyak bantuan
dan didukung serta bimbingan yang sangat berarti dari berbagai pihak. Dan juga
tak sedikit hambatan yang penulis hadapi saat menyelesaikan tugas akhir ini.
Karena bantuan dari orang-orang terdekatlah penulis dapat menyelesaikan tugas
akhir ini, khususnya penulis megucapkan rasa terima kasih kepada dosen
pembimbing yang telah banyak memberi masukan untuk penulis. Kepada Bapak
Prof. Dr. H. Rusmin Tumanggor, MA. penulis mengucapkan rasa syukur dan
rasa terima kasih yang mendalam atas semua bimbingan dan arahannya.
Selanjutnya tak lupa, penulis haturkan syukur Alhamdulillah dan terima
kasih yang mendalam kepada semua pihak, karena itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kepada Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Kepada Bapak Bahrissalim, M.Ag., Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
dan Bapak Drs. Sapiudin Shiddiq, M.Ag., Sekretaris Jurusan Pendidikan
Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Kepada segenap dosen pengajar Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah
memberikan kuliah dan membekali penulis dengan pengetahuan yang
bermanfaat.
4. Kepada segenap keluarga-Ku Ibu, Bapak, Kakak dan adik-adiku tercinta,.
Syarif bukan siapa-siapa tanpa ikatan tali silaturrahmi dari keluarga, semangat,
motivasi, dan keharmonisan dalam keluarga adalah sebuah modal besar untuk
i
Syarif menyelesaikan tugas akhir perkuliahan ini, terima kasih-Ku ucapkan
untuk Teh Icha yang telah memberikan banyak dukungan dalam penulisan
skripsi ini, semoga karya ini dapat bermanfaat.
5. Kepada seluruh sahabat-sahabat kelas jurusan PAI, terutama saudara Ahmad
Hidayat, Deden Supriyadi, Panji, Toto Priyanto, Ahmad Mudasir, Ahmad
Fadil From Batu Ceper, Saiful Makmur from Ciledug, Dwi Priyo Utomo from
Tangerang, Akhi Hardiansyah dan Akhi Haris from Lampung, Ade Husni
Mubarok from Ciamis, Dokter Herbal Akhi Imanulhaq dan sahabat-sahabat
lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
6. Kepada orang yang sangat berharga dalam hidup-Ku, Teh Icha, sahabat-
sahabat di Tarbiyah; Akhi Taufik Hidayat, Akhi lefi, , Akhi Abdu, Akhi Agus,
dan Abu Muflih.
Semoga kebaikan yang telah diberikan dibalas dengan setimpal oleh Allah
Swt. Mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan nama dan gelar. Semoga
dapat bermanfaat, khususnya bagi civitas akademis dunia pendidikan dan
umumnya bagi masyarakat yang cinta akan ilmu. Amin.
Tangerang, 14 Maret 2011 M.
09 Sili Mulud 1432 H.
Penulis
Syarif Hidayatullah
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH
ABSTRAK
LEMBAR PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR .................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................ iii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ v
DAFTAR BAGAN ....................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................... 4
C. Pembatasan Masalah .............................................................. 5
D. Perumusan Masalah ................................................................ 5
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................... 5
F. Metode Penelitian Yang Digunakan ....................................... 6
G. Pendekatan Ilmu Pendidikan dan Ilmu Sosial .......................... 10
BAB II DESKRIPSI TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL
A. Perhatian Orang Tua kepada Anaknya ................................... 12
1. Pengertian Perhatian Orang Tua ....................................... 12
2. Pengertian Orang Tua ....................................................... 13
3. Bentuk Perhatian Orang Tua yang Dibutuhkan Anaknya . 14
iii
4. Kedudukan Orang Tua dalam Keluarga ........................... 19
5. Hubungan Orang Tua dengan Anak .................................. 23
B. Pembentukan Kepribadian Anak ............................................ 27
1. Pengertian Kepribadian .................................................... 27
2. Sifat Kepribadian Anak yang Diharapkan Orang Tua ....... 29
3. Faktor yang Mempengaruhi Kepribadian Anak ................. 31
C. Kerangka Konseptual dan Pengajuan Hipotesis ..................... 34
1. Kerangka Konseptual ....................................................... 34
2. Pengajuan Hipotesis ......................................................... 34
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ....................................... 35
1. Letak Geografis Wilayah Rukun Warga 04 ...................... 35
2. Tugas Pokok Rukun Warga .............................................. 35
3. Keadaan Penduduk ........................................................... 37
4. Sarana Pendidikan dan Ibadah .......................................... 40
B. Susunan Kepengurusan RW. 04 ............................................ 41
BAB IV HASIL PENELITIAN PERHATIAN ORANG TUA DALAM
UPAYA PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN ANAK
A. Peran Perhatian Orang Tua dalam Upaya Pembentukan
Kepribadian Anak .................................................................. 42
B. Bentuk Perhatian Orang Tua kepada Anaknya ....................... 70
C. Kepribadian Anak yang Diharapkan dari Perhatian yang
Diberikan Orang Tua .............................................................. 73
D. Hubungan Perhatian Orang Tua dengan Pembentuakan
Kepribadian Anak .................................................................. 74
BAB V ANALISA HASIL TEMUAN LAPANGAN
A. Ketepatan Hipotesis ................................................................ 76
B. Analisa Teoritis dan Teori Temuan ........................................ 77
iv
C. Perspektif Peneliti Mengenai Perhatian Orang Tua dalam
Upaya Pembentukan Kepribadian Anak ................................. 80
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................ 82
B. Rekomendasi .......................................................................... 83
DAFTAR PUSTAKA
BIOGRAFI PENULIS
LAMPIRAN
v
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1 Daftar Jumlah Kepala Keluraga di Rw. 04 Kel. Gondrong
Kec. Cipondoh Kota Tangerang .......................................... 37
2. Tabel 2 Daftar Jumlah Rumah Tinggal dan Kontrakan di Rw. 04
Kel. Gondrong Kec. Cipondoh Kota Tangerang ................... 38
3. Tabel 3 Daftar Tingkat Pendidikan Warga Rw. 04 Kel. Gondrong
Kec. Cipondoh Kota Tangerang ......................................... 38
4. Tabel 4 Daftar Pekerjaan Warga di Rw. 04 Kel. Gondrong Kec.
Cipondoh Kota Tangerang .................................................. 39
5. Tabel 5 Perhatian Pendidikan Agama Islam pada Anak ................... 42
6. Tabel 6 Mengajarkan Pendidikan Agama Islam pada Anak di
Rumah ................................................................................. 43
7. Tabel 7 Sikap Memeberikan Contoh Teladan yang Baik pada Anak
di Rumah ............................................................................. 45
8. Tabel 8 Sikap Mencerimkan Perilaku yang Baik Ketika di Rumah
Maupun di Luar Rumah ...................................................... 46
9. Tabel 9 Sikap Menegur dan Menasehati Anak Ketika Melakukan
Hal yang Buruk Baik di Rumha Maupun di Luar Rumah .... 47
10. Tabel 10 Sikap Mengarahkan Anak Untuk Bersikap Baik Ketiak di
Rumah Maupun di Luar Rumah .......................................... 48
11. Tabel 11 Penyediaan Pasilitas Pendidikan yang Memadai kepada
Anak .................................................................................... 49
12. Tabel 12 Sikap Memberikan Semangat dan Motivasi Anak di Rumah 50
13. Tabel 13 Mengadakan Diskusi Keagamaan Bersama Anak di Rumah
............................................................................................. 51
14. Tabel 14 Anak Mengikuti Kursus Tambahan Baik di Rumah
Maupun di Sekolah ............................................................. 52
15. Tabel 15 Sikap Mengontrol Kegiatan Ibadah Anak di Rumah ........... 53
vi
16. Tabel 16 Sikap Menegur Anak Apabila Tidak Sholat ......................... 54
17. Tabel. 17 Mendidik Anak Ibadah Shalat dan Puasa ............................ 55
18. Tabel. 18 Pemibasaan Melakukan Sahalat Berjamaan Bersama Anak
di Rumah ............................................................................. 56
19. Tabel. 19 Penanaman Sikap Disiplin di Rumah .................................. 57
20. Tabel. 20 Sikap Memberikan Pengawasan Terhadap Kegiatan Belajar
Anak di Rumah Maupun di Luar Rumah ............................. 58
21. Tabel. 21 Sikap Selalu Menanamkan Pendidikan Akhlak di Rumah .... 59
22. Tabel. 22 Minat Anak Terhadap Pendidikan Agama Islam ................. 60
23. Tabel. 23 Pendapat Anak Tentang Pendidikan Agama Islam .............. 61
24. Tabel. 24 Sikap Anak Ketika di Rumah dan di Luar Rumah ............... 62
25. Tabel. 25 Setelah Memperoleh Pendidikan Agama Islam Anak
Bersikap Baik, Hormat dan Patuh Pada Orang Tua .............. 63
26. Tabel. 26 Setelah Memperoleh Pendidikan Agama Islam Anak
Bersikap Baik, Hormat, Tidak Bertengkar dan Mengharagai
Sesama Kerabat ................................................................... 64
27. Tabel. 27 Anak Rajin Melaksanak Ibadah Seperti Shalat, Puasa dan
Mengaji ............................................................................... 65
28. Tabel. 28 Anak Rajin Belajar dan Mengerjakan Tugasnya Sendiri ..... 67
29. Tabel. 29 Kemampuan Anak Membaca Al-Qura’an ........................... 67
vii
DAFTAR GAMBAR
1 Gambar 1 Peta Wilayah Kelurahan Gondrong Kecamatan Cipondoh
Kota Tangerang ....................................................................... 82
2 Gambar 2 Sarana Ibadah di Wilayah Rw. 04 Kelurahan Gondrong
Kecamatan Cipondoh Kota Tangerang ................................... 83
3 Gambar 3 Sarana Pendidikan di Wilayah Rw. 04 Kelurahan Gondrong
Kecamatan Cipondoh Kota Tangerang ................................... 85
4 Gambar 4 Sarana Kesehatan di Wilayah Rw. 04 Kelurahan Gondrong
Kecamatan Cipondoh Kota Tangerang ................................... 86
5 Gambar 5 Anak-Anak Sedang Belajar Di Sekolah ................................. 87
6 Gambar 6 Anak-Anak Sedang Mengaji Dan Praktek Ibadah ................ 88
viii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar Pedoman Wawancara Kepala Rw. 04 Kel. Gondrong Kec. Cipondoh
Kota Tangerang
2. Daftar Pedoman Wawancara Orang Tua
3. Daftar Pedoman Observasi
4. Angket Orang Tua
5. Pedoman Peliputan Data
6. Surat Keterangan Pengajuan Proposal Skripsi
7. Surat Keterangan Bimbingan Skripsi
8. Surat Keterangan Izin Penelitian Dari Fakultas
9. Surat Keterangan Wawancara
10. Surat Keterangan Penelitian Dari Rw. 04 Kel. Gondrong Kec. Cipondoh Kota
Tangerang
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha manusia membina kepribadiannya sesuai
dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan.1 Pendidikan adalah
bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan
jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.2
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasan
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengemabangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang di perlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 3
Pendidikan merupakan suatu proses bimbingan, tuntutan atau pimpinan yang
di dalamnya melibatkan unsur-unsur seperti pendidik, anak didik, tujuan dan
sebagainya.
Dalam pelaksanaannya keberhasilan pendidikan anak melibatkan ketiga
lingkungan pendidikan atau yang dikenal dengan tri pusat pendidikan yaitu:
1 Hasbullah. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006) Ed.
Revisi, h. 1
2 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. (Bandung: al-Ma’arif, 1980),
Cet. IV, h.19
3 Anwar arifin, Memahami Pradigma Baru Pendidikan Nasional dalam UNDANG-
UNDANG SISDIKNAS (Jakarta : Ditjen Kelembagaan Agama Islma Depag, 2003) Cet. III h. 34.
1
pertama, pendidikan keluarga, kedua, pendidikan sekolah, dan ketiga,
pendidikan kesatuan sosial (masyarakat). 4 Lapangan lingkungan pertama
merupakan pendidikan primer khususnya meliputi masa bayi dan masa kanak-
kanak sampai sekolah, umumnya meliputi kehidupan sianak sampai ia dewasa
dan berdiri sendiri. Lingkungan kedua merupakan pendidikan sekunder
meliputi si anak dalam lembaga-lembaga pendidikan formil (sekolah) sampai
ia meninggalkan bangku sekolah. Sedangkan lingkungan ketiga adalah
pendidikan tersier, yang terakhir tapi bersifat serba tetap, mulai semenjak si
anak kontak dengan dunia luar rumahnya, khususnya setelah keluar dari
rumah tangga orang tuanya menjadi warga masyarakat yang penuh.
Dari ketiga lingkungan pendidikan tersebut, pendidikan keluarga adalah
yang paling mendasar. Tidak berlebih-lebihan kalau dikatakan yang terpenting
dalam pembentukan dasar-dasar keperibadian seseorang. Sebab keluarga
merupakan kesatuan kehidupan bersama yang pertama dikenal oleh anak.
Keluarga disebut sebagai lingkungan pertama karena dalam keluarga inilah
anak pertama kalinya mendapatkan pendidikan dan bimbingan. Dan keluarga
disebut pula sebagai lingkungan pendidikan yang utama karena sebagian besar
hidup anak berada dalam keluarga.
Anak lahir kedunia dalam keadaan suci dan tidak mengetahui apa-apa,
maka dalam hal ini melalui orang tualah anak mengetahui apa-apa dan bisa
apa-apa serta kemampuan lain sebagai bekal mereka di masa yang akan
datang.
Adapun masa terpenting untuk sebuah pendidikan adalah masa kanak-
kanak, karena masa inilah masa yang menentukan terbentuknya dasar-dasar
keperibadian. Usia anak ini memiliki beberapa kelebihan yang tidak dimiliki
pada masa sesuadahnya. Saat itu jiwanya yang masih bersih sesuai denga
firman Allah, lahir dalam keadaan suci. Dan pada masa itulah seorang
pendidik memiliki peluang sangat besar dalam membentuknya menjadi apa
4 Sidi Gazalba, Pendidikan Umat Islam: Masalah terbesar kurun kini menentukan nasib umat,
(Jakarta: Bhratara, 1970), h. 26-27
2
saja sesuai dengan apa yang di inginkan oleh pendidik. Oleh karena itu, orang
tua selaku pendidik pertama memiliki peran yang sangat menentukan. 5
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, Nomor 2 tahun 1989,
pasal 10 ayat 4 dan penjelasannya mengemukakan bahwa pendidikan keluarga
merupakan bagian dari jalur pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan
dalam keluarga yang tugas atau peranannya adalah untuk
memberikan/menanamkan keyakinan agama, nilai-nilai budaya, nilai-nilai
moral dan keterampilan.6
Dengan demikian pendidikan dilingkungan keluarga ini oleh undang-
undang sistem pendidikan nasional, diakui sangat penting perananya dalam
upaya pendidikan pada umumnya, sehingga berarti tanpa adanya pendidikan
keluarga yang terlaksana dengan baik maka pembentukan kepribadian yang
diharapkan oleh tujuan pendidikan nasional akan sulit dapat diwujudkan oleh
lembaga pendidikan selanjutnya karena dasar-dasar kepribadiannya kuarang
terbentuk dengan baik waktu di lingkungan pendidikan keluarga.
Oleh karena demikian besar dan sangat mendasar pengaruh keluarga
terhadap perkembangan pribadi anak, maka kehidupan dalam keluarga jangan
sampai memberikan pengalaman-pengalaman atau meninggalkan kebiasaan-
kebiasaan yang tidak baik yang akan merugikan perkembangan hidup anak
kelak di masa dewasa.
Pengalaman-pengalaman yang dialami di waktu kecil, baik pengalaman
pahit maupun pengalaman yang menyenangkan, semua mempunyai pengaruh
dalam kehidupan anak nantinya karena kepribadian anak terbentuk dari
pengalaman sejak kecil, terutama pada tahun-tahun pertama kehidupan anak.
Pengalaman itu termasuk pendidikan dan perhatian orang tua terhadap anak.
5 Muhammad Nur Abdul Hafizh, Mendidik Anak Bersama Rosulullah terj. Dari manhaj al-
tarbiyah al-nabawiyyah li al-thifl oleh kuswandani, dkk., (Bandung: al-Bayan, 1997), Cet. II, h.
108
6 Undang-Undang Republik Indonesia No. 2 Th. 1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional,
h. 6
3
Perhatian orang tua dapat ditunjukkan dengan cara orang tua
memberikan kebutuhan-kebutuhan anak dalam hidup, mulai dari kebutuhan-
kebutuhan pokok (jasmani) seperti makan, minum, dan sebagainya, sampai
kebutuhan-kebutuhan jiwa dan sosial (rohaniah) seperti kasih sayang, rasa
aman, dan sebagainya, serta menciptakan keadaan dan suasana keluarga
adalah pula syarat supaya anak merasa aman. Kehilangan rasa aman, terutama
masa kanak-kanak akan membawa pengaruh buruk terhadap pembentukan
pribadi anak.
Terjalinnya hubungan antara orang tua dengan anak berdasarkan rasa
kasih sayang yang ikhlas, dan kesediaan mengorbankan segala-galanya,
adalah hanya untuk melindungi dan memberikan pertolongan kepada anak,
dalam membimbing mereka agar pertumbuhan dan perkembangannya menjadi
sempurna, sebagaimana yang diharapkan.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis mengambil judul yaitu
”PERHATIAN ORANG TUA DALAM UPAYA PEMBENTUKAN
KEPRIBADIAN ANAK (Studi penelitian di RW. 04 Kel. Gondrong Kec.
Cipondoh Kota Tangerang)”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disebutkan di atas, maka
dapat diidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut:
1. Masih banyak orang tua yang tidak menyadari tugas dan tanggung
jawabnya sebagai pendidik yang pertama dan utama, karena kurang
menyadari bertapa pentingnya fungsi perhatian orang tua dalam
pembentukan kepribadian anak.
2. Kesibukan orang tua dalam bekerja menyebabkan lemahnya kontrol orang
tua terhadap perkembangan kepribadian anak.
3. Masih banyak orang tua yang kurang memperhatiakan kebutuhan anaknya.
4
C. Pembatasan Masalah
Dari identifikasi masalah di atas, maka penulis membatasi masalah
dalam penelitiana ini yaitu:
1. Masih banyak orang tua yang tidak menyadari tugas dan tanggung
jawabnya sebagai pendidik yang pertama dan utama, karena kurang
menyadari bertapa pentingnya fungsi perhatian orang tua dalam
pembentukan kepribadian anak.
2. Masih banyak orang tua yang kurang memperhatiakan kebutuhan anaknya.
D. Perumusan Masalah
Dari pembatasan masalah di atas penelitian ini dapat dirumuskan yaitu
banyaknya orang tua yang belum menyadari tugas dan tanggung jawab
utamanya sebagai pendidik menyebabkan lemahnya perhatian orang tua dalam
pemenuhan kebutuhan anaknya.
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Secara rinci sesuai dengan permasalahan di atas, maka tujuan dan
kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui fungsi perhatian orang tua terhadap anak.
2. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan orang tua dalam membentuk
kepribadian anak.
3. Untuk mengetahui hubungan perhatian orang tua dengan pembentukan
kepribadian anak.
4. Dari tulisan ini dapat berguna bagi penulis khususnya dan para orang tua
dalam upaya membentuk kepribadian anak.
5. Untuk memperluas pradigma berfikir dan khazanah keilmuan dalam
bidang pendidikan.
5
F. Metodologi Penelitian Yang Digunakan
1. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Yang dimaksud dengan populasi adalah “keseluruhan subjek
penelitian”.7 Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah kepala
keluarga Rw. 04 Kelurahan Gondrong Kecamatan Cipondoh Kota
Tangerang. Dalam penelitian ini penulis nanti akan membatasi
populasinya hanya pada kepala keluarga Rt. 03, 04, 06 dan 08 yang
memiliki anak yang berumur 0-12 tahun.
b. Informan
Penelitian ini tidak menggunakan sampel karena bersifat kualitatif.
Penulis mengambil informan sebanyak kebutuhan penelitian perhatian
orang tua dalam upaya pembentukan kepribadian anak dari sejumlah
kepala keluarga. Dalam penelitian ini penulis mengambil sebanyak 50
informan yang memiliki anak 0-12 tahun.
Dengan teknik penarikan secara acak (random) dari masing-masing
informan. Selanjutnya, informan ini akan diberikan angket dan dari hasil
data angket akan dilanjutkan dengan wawancara, yaitu lebih kurang 20
persen dari sejumlah informan, dengan tujuan mendapatkan data lebih
mendalam.
2. Teknik Pengumpulan Data
Agar data yang terkumpul dapat terbaca dan penelitian ini dapat
dipercaya, maka data tersebut harus dianalisis sehingga diperoleh
kesimpulan. Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif
analisis karena data yang diperoleh dalam penelitian ini lebih banyak
7 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2002), Ed. Revisi, Cet. ke-XII, h. 108.
6
bersifat kualitatif maka dengan sendirinya dalam penganalisaan data-data,
penulis lebih banyak menganalisa.
Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berusaha untuk
menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data,
jadi ia juga menyajikan data, menganalisis dan menginterpretasi. Ia juga
bersifat komperatif dalam korelatif. Penelitian deskriptif bertujuan untuk
pemecahan masalah secara sistematis dan faktual mengenai fakta-fakta
dan sifat-sifat populasi.8
Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini, penulis
menggunakan beberapa instrumen penelitian antara lain:
a. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Metode penelitian kepustakaan merupakan penelitian yang bersifat
teoritis yang diperoleh dari berbagai literatur untuk menjelaskan
masing-masing variabel penelitian.
b. Penelitian Lapangan (Field Reserach)
Penelitian lapangan merupakan penelitian yang bertujuan untuk
mendapatkan data secara langsung ke objek penelitian guna
memperoleh data yang sebenarnya. Dengan menggunakan cara:
1) Observasi atau “pengamatan adalah alat pengumpulan data yang
dilakukan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-
gejala yang diselidiki”.9
Observasi ini dilakukan untuk
memperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai kondisi objek
yang sedang diteliti.
2) Wawancara yaitu “suatu kegiatan dilakukan untuk mendapatkan
informasi secara langsung dengan mengungkapkan pertanyaan-
pertanyaan pada para responden”.10
Wawancara tersebut
8 Cholid Narbuko dan H. Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2004), Cet. VI, h. 44. 9 Cholid Narbuko, Abu Achmad, Metodologi…, h. 70
10 Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: PT Rineka Cipta,
2004), Cet. IV, h. 39.
7
dilakukan kepada responden yang terkait dengan masalah yang
akan diteliti.
3) Angket adalah suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan
mengenai suatu masalah atau bidang yang akan diteliti. Untuk
memperoleh data, angket disebarkan kepada responden, terutama
pada penelitian survai. Angket bertujuan untuk memperoleh
informasi yang relevan dengan tujuan penelitian dan memperoleh
informasi mengenai suatu masalah secera sertentak.11
Dalam buku yang berjudul metode penelitian karangan P. Joko
Subagyo, SH meneyebutkan bahwa, tujuan pembuatan angket adalah:
1) Lebih mengarahkan informasi yang diperoleh secara relevan
sehingga terhindar data tidak terpakai.
2) Membantu responden memberikan jawaban dalam waktu relatife
lebih cepat dibandingkan cara lain.
3) Mengarah dalam pemakaian analisa kuantitatif sebagai maksud
utama, ditunjang analisis kuantitatif atau sebaliknya.
4) Mempercepat pengumpulan data. 12
Angket mempunyai kelebihan tersendiri apabila dibandingkan
dengan alat bantu lainnya, misalnya dengan cara wawancara yang
mempunyai kemampuan jelajah terbatas pada keadaan pewawancara.
Angket dapat disebarluaskan sesuai dengan keperluan pada setiap
responden dalam waktu relatife singkat dengan mengerahkan seluruh
jajaran peneliti untuk membagikannya secara langsung yang nantinya
anakn diisi oleh para orang tua yang mempunyai anak berumur antara 0-12
tahun.
3. Metode Analisis Data
Agar data yang terkumpul dapat terbaca dan penelitian ini dapat
dipercaya, maka data tersebut harus dianalisis sehingga diperoleh
kesimpulan. Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptip
11 Cholid Narbuko, Abu Achmad, Metodologi…, h. 76 12 Joko Subagyo, Metode Penelitian..., h. 56
8
analisis karena data yang diperoleh dalam penelitian ini lebih banyak
bersifat kualitatif maka dengan sendirinya dalam penganalisaan data-data,
penulis lebih banyak menganalisa.
Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berusaha untuk
menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data,
jadi ia juga menyajikan data, menganalisis dan menginterpretasi. Ia juga
bersifat komperatif dalam korelatif. Penelitian deskriptif bertujuan untuk
pemecahan masalah secara sistematis dan faktual mengenai fakta-fakta
dan sifat-sifat populasi.13
Metode analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Analisa Kualitatif
Analisa kualitatif dilakukan terhadap data baik brupa data
kulitatif maupun data kuantitatif. Data kualitatif dikemukakan
dalam bentuk kalimat sehingga nantinya dapat diambil kesimpulan.
Yang dianalisa adalah data tentang peran perhatian orang tuan
dalam upaya pembentukan kepribadian anak yang bersumber dari
observasi, wawancara dan angket.
b. Analisa Kuantitatif
Penelitian kuantitatif selalu berbicara variabel, variabel
adalah perubahan-perubahan perilaku yang dapat diukur.
Kuantitatif adalah data tentang fenomena yang hanya bisa
dijelaskan dan ditrasformasikan keangka.
Analisa kuantitatif yaitu analisa yang dilakukan terhadap data yang
berwujud angka dengan mengklasifikasikan, mentabulasikan dan
dilakukan perhitungan dengan menggunakan statistik sederhana untuk
memperoleh hasil penelitian. Untuk data kuantitatif penulis menggunakan
perhitungan prosentase dari hasil angket. Hasil penelitian disajikan dengan
menggunakan ferkuensi distribusi dan prosentase dengan rumus
perhitungannya:
13 Cholid Narbuko, Abu Achmad, Metodologi…, h. 44
9
P = 𝑓
𝑁 x 100 %
P = Angka Persentase
ƒ = Frekuensi yang dicari persentasenya
N = Number of cases (jumlah frekuensi / banyaknya individu)
100 % = Bilangan tetap.14
Untuk mengukur tinggi rendahnya perhatian orang tua dalam
upaya pembentukan kepribadian anak di Rw. 04 Kelurahan Gondrong
Kecamatan Cipondoh Kota Tangerang, maka penulis memilih ketentuan
dengan keriteria sebagai berikut:
a. Apabila jawaban orang tua yang memilih jawaban A dan B
mencapai 90% - 100%, ini berarti baik sekali.
b. Apabila jawaban orang tua yang memilih jawaban A dan B
mencapai 70% - 80%, ini berarti baik.
c. Apabila jawaban orang tua yang memilih jawaban A dan B
mencapai 50% - 60%, ini berarti sedang atau cukup.
d. Apabila jawaban orang tua yang memilih jawaban A dan B kurang
dari 50%, ini berarti kurang.
F. Pendekatan Ilmu Pendidikan dan Ilmu Sosial
Pendekatan ilmu pendidikan merupakan teknik yang dilakukan dengan
mencocokan antara teori ilmu pendidikan dan temuan lapangan.
Menurut H.P. Fairchild dalam bukunya Dictionary Of Sociology
mengatakan bahwa, “sosiologi pendidikan adalah ilmu sosial yang diterapkan
14 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Persada, 1994), Cet. V,
h. 40.
10
untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan yang fundamental, jadi
tergolong applied sociologi”.15
Dari keterangan di atas memberi kesimpulan bahwa pendekatan ilmu
dalam penulisan skripsi ini direlevansikan dengan teori ilmu pendidikan dan
teori ilmu sosial (sosiologi).
15 Drs. H. Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan, (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1982), Cet. IV, h.
11.
11
BAB II
DESKRIPSI TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL
A. Perhatian Orang Tua Kepada Anaknya
1. Pengertian Perhatian Orang Tua
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, perhatian berarti hal
perbuatan memperhatikan.16
Menurut Bimo Walgito, Perhatian merupakan
pemusatan atau konsentarasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan
kepada sesuatu atau sekumpulan objek. Makin diperhatikan sesuatu objek
akan semakin disadari objek itu dan makin jelas bagi individu. 17
Sedangkan menurut Sumadi Suryabrata dalam bukunya
”Psikologi Pendidikan” perhatian berdasarkan intensitasnya dibagi
menjadi dua macam, yaitu : (1) Pehatian intensif (2) Perhtian tidak
intensif. Semakin banyak kesadaran yang menyertai sesuatu aktivitas
batin berarti semakin intensiflah perhatiannya. Semakin intensif
perhatian yang menyertai sesuatu aktivitas akan semakin sukseslah
aktivitas itu.18
Dari beberapa pengertian diatas penulis dapat mengambil
kesimpulan bahwa yang dimakusd perhatian adalah suatu aktivitas jiwa
yang diarahkan kepada suatu objek, dimana semakin banyak kesadaran
16 Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1988), h. 245 17 Bimo Walinggo, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta: Andi Offset, 1981), h. 56
18 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jarkarta: Raja Grafindo, 2002), Cet. XI, h. 14-
15
yang menyertai aktivitas tersebut berarti semakin intensiflah perhatiannya.
Dan semakin intensif perhatian yang menyertai sesuatu aktivitas akan
semakin sukselah aktivitas itu.
Adapun yang dimaksud dengan pengertian perhatian orang tua,
maka penulis mendefinisikan sebagai berikut ”Perhatian orang tua adalah
upaya atau sikap orang tua mencurahkan waktu dan ruang dengan penuh
kesadaran dengan cara memberikan kebutuhan-kebutuhan anak baik
kebutuhan fisik jasmaniah maupun kebutuhan mental rohaniah serta
menciptakan keadaan dan suasana di dalam rumah yang dapat mendukung
pertumbuhan dan perkembangan pribadi anak secara baik.
2. Pengertian Orang Tua
Menurut kamus besar bahasa indonesia istilah orang tua diartikan
dengan: (1) ayah dan ibu kandung (2) orang tua (3) orang yang dianggap
tau (cerdik, pandai, ahli dan sebagainya) (4) orang yang dihormati
(disegani) di kampung.19
Sedangkan dalam pengertian Arab istilah orang tua dikenal dengan
sebutan al-walid.20
Adapun dalam pengertian bahasa inggris istilah orang tua dikenal
dengan sebutan ”parent” yang artinya ”orang tua laki-laki atau ayah, orang
tua perempuan atau ibu.”21
Dari beberapa pengertian di atas penulis dapat meyimpulkan
bahwa orang tau adalah ayah dan ibu kandung yang harus disegani dan
dihormati, yang memberikan kasih sayang, bimbingan, latihan, dan
pendidikan serta memenuhi setiap kebutuhan baik sandang, pangan dan
papan bagi anaknya.
19 Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia…, h. 627 20 Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Muanawwir Arab-Indonesia Terlengkap,
(Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), Cet. XIV, h. 1580 21 Atabih Ali, Kamus Inggris Indonesia Arab, (Yogyakarta: Multi Karya Grafika, 2003), Cet.
I, h. 593
13
3. Bentuk Perhatian Orang Tua Yang Dibutuhkan Anaknya
a. Memeberikan Kebutuhan Pokok Jasmaniah
Meskipun hakikat manusia adalah jiwanya dan tujuan asli dari
pendidikan adalah mendidik sifat-sifat kesempurnaan jiwa namun dimensi
jasmani anak juga tidak boleh diabaikan. Karena untuk bisa
menyempurnakan jiwanya manusia harus hidup dan sehat. Di samping itu,
antar jiwa manusia dan jasmaninya terdapat hubungan yang sangat erat
dimana satu sama lainnya saling mempengaruhi. Kecerdasan yang baik
dan sifat yang terpuji dapat tumbuh pada saraf dan tubuh yang sehat. Saraf
yang lemah menjadi sumber bagi akhlak yang buruk. Oleh karena itu,
salah satu kewajiban terpenting kedua orang tua ialah menjaga
perkembangan jasmani dan anggota tubuh anaknya secara benar dan
berusaha sekuat tenaga memelihara kesehatannya.
Peran keluarga dalam menjaga kesehatan anaknya sudah dapat
dilakasanakan sebelum bayi lahir. Yaitu melalui pemeliharaan terhadap
kesehatan ibu dan memberinya makanan yang baik dan halal selama
mengandung, sebab hal itu berpengaruh pada anak dalam kandungan ibu.
Setelah bayi lahir maka tanggung jawab keluarga terhadap
kesehatan anak dan ibunya menjadi berlipat ganda, dan dapat
menggunakan berbagai cara untuk melindungi dan memelihara anak-anak
agar menjadi sehat.
As-sayyid menyatakan :
Dalam pendidikan Islam, tuntunan yang baik untuk melindungi
kesehatan badan, adalah dengan cara wiqoyah, yaitu penjagaan
kesehatan (tindakan preventif). Metode ini lebih efektif bila
dibandingkan dengan pengobatan (kuratif). Sungguh merupaka
konsepsi pendidikan kesehatan yang sangat bagus, jauh melampaui
pendapat para ahli medis, yang saat ini juga mengandalkan teroi
serupa.22
22 Ramayulis, dkk, Pendidikan Islam Dalam Rumah Tangga, (Jakarta: Radar Jaya Offset), h.
81-82.
14
Tidak memberikan makanan kepada anak atau lalai dalam
memberikannya dapat menyebabkan anak melihat anak yang laini yang
kemudian akan menimbulkan perasaan dengki atau iri kepadanya. Bahkan
dapat meniombulkan tingkah laku mencuri. Di samping itu ada pula
dampak-dampak yang lainnya, yaitu: (i) kecerdasan yang lemah yang
kemudian akan menimbilkan keterlamabatan dlam belajar (ii) tidak
memiliki kemampuan untuk berkonsentrasi (iii) tidak memiliki
keseimbangan dalam pergerakan.23
Dalam mengembangkan jasmani anak ada dua masalah penting
yang harus menjadi perhatian para orang tua: pertama, memberi makan
anak secara benar, dan kedua, menjaga kebersihan anak. Selain itu,
Muhammad Said Mursi mengatakan bahwa makanan yang deberikan
kepada anak harus memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut:
bersih, mudah dikunyah dan dicerna, pemberian makanan harus dengan
cara-cara yang tenang dan tidak memaksa anak untuk makan.
Diantara kebutuhan-kebutuhan jasmaniah anak yang lain yaitu
pakaian. Pakaian yang baik adalah pakaian yang sesuai dengan iklim yang
sedang dialami anak. Pada musim panas, pakaian anak haruslah yang
ringan/tipis sehingga dapat memantulkan panas matahari. Sedangkan pada
musim dingin, pakaian yang dipakai anak harus yang berat/tebal sehingga
dapat memberikan kehangatan, misalnya pakaian dari wool. Mengetahui
kebutuhan-kebutuhan anak dan bagaimana mewujudkannya serta
memberikan kepuasan kepadanya merupakan sesuatu yang sangat penting
agar anak dapat tumbuh dan berkembang dengan sempurna dan seimbang
dalam semua isi kepribadiannya, baik fisik, mental, sosial, kecerdasan
maupun rohani.
b. Memberikan Kebutuhan Agama (Keimanan)
23 Muahammad Sa’id Mursi, Melahirkan Anak Masya Allah: Sebuah Terobosan Baru Dunia
Pendidikan Modern Terj. Dari fan Tarbiyah al-Awlad fi al-Islam oleh Ali Yahya, (Jakarta:
Cendikia Sentra Muslim, 2001), Cet. I, h. 17
15
Bayi yang baru lahir memang belum mampu mengenal apapun dan
belum mengerti arti kata dan kalimat. Namun demikian saraf dan otaknya
sudah memiliki kesiapan untuk menerima pengaruh dari apa yang
dilihatnya dan apa-apa yang di dengarnya. Oleh karenanya dari sejak lahir
seorang anak sudah membutuhkan agama.
Untuk mencapai pendidikan sebagaimana di canangkan oleh
Rasulullah, agar terbentuk manusia yang utuh disetiap aspek baik akal,
jasmani, rohani dan keserasiannya dengan kehidupan kemasyarakatan,
pendidikan anak perlu disempurnakan dengan pendidikan keimanan.
Di dalam ajaran Islam yang disampaikan oleh Rasulullah SAW
yang padat makna, yaitu iman dan taqwa. Kedua konsep ini tidak dapat di
pisahkan. Taqwa merupakan azas dari berbagai kebajikan, dan bahkan
sebagai iduk dari segala perbuatan dan ibadah manusia. Sedangkan iman
merupakan pernyataan pembenaran dengan kalbu sehingga manusia
terbebas dari berbuat dusta. Lebih jauh lagi iman menurut syariat islam
adalah i’tikad dalam qalbu dan iqrar dengan lisan yang diwujudkan dalam
berbagai amalan segala rukunnya. Ini berarti bahwa seorang yang beriman,
pasti berserah diri kepada Allah SWT, dalam arti bahwa dia muslim
hakiki.24
Menurut Zuhairini dkk., ”bahwa semenjak lahirnya manusia sudah
membawa fitrah beragama”. 25
Agama disebut fitrah karena merupakan
dasar-dasar teoritis dan aturan-aturan praktis, jalan hidup yang dapat
menjamin kehagagiaan hakiki manusia sebagai tujuan perkembangan
martabat insani. Dengan demikian agama merupakan tuntutan fitrah, dan
karenanya tidak boleh diubah.
c. Memberikan Kasih Sayang
Rasa kasih sayang adalah kebutuhan jiwa yang paling pokok dalam
hidup manusia. Anak kecil yang merasa kurang disayangi oleh ayah
24 Ramayulis dkk, Pendidikan Islam Dalam Rumah Tangga…,h. 96
25 Zuahirini dkk., Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), Cet. II, h. 96
16
ibunya akan menderitanya batinnya, kesehatan badannya mungkin
terganggu, kecerdasannya mungkin akan berkurang, kelakuannya munekin
menjadi nakal, keras dan sebagainya.
Seorang anak sangat membutuhkan pemeliharaan orang tua,
terutama pada tahun-tahun pertama pada umur anak. Pada tahun-tahun
pertama anak sangat bergantung kepada orang tuannya dan dengan
sendirinya membutuhkan kasih sayang, ketentraman dan penerimaan.
Muahammad Said Mursi menyebutkan bahwa di antara cara-cara
menyayangi anak yaitu : berbicara dengan anak sesuai kemampuan
akalnya, memanggilnya dengan nama yang paling ia sukai, memberikan
hadiah dalam bentuk barang, memaafkannya apabila ia berbuat salah,
bercanda, bersenda gurau, dan bermain bersamanya, menciumnya,
memandangnya dan tersenyum kepadanya, menyentuh anak dengan
sentuhan yang menujukkan kecintaan, dan lain sebagainya.
d. Memberi Rasa Aman
Seorang anak akan merasa diterima oleh orang tuannya, bila ia
merasa bahwa kepantingannya diperhatikan, serta merasa bahwa ada
hubungan yang erat antara ia dan keluarganya. Ketenangan suasana
keluarga adalah pula syarat supaya anak merasa aman.
Unsur-unsur pokok dalam rasa aman adalah kasih sayang,
ketentraman dan penerimaan. Maka anak yang merasa sungguh dicintai
oleh orang tua dan keluarganya, pada umumnya akan merasa bahagia dan
aman.
Kebutuhan akan rasa aman sangat dirasakan, terutama ketika anak
masih kecil. Karena itu, ia harus merasa aman dengan kehadiran sang ibu
di sisinya di dunia yang asing dan baru ini baginya. Ia juga merasa aman
dengan kehadiran ayahnya dan senda guraunya bersamanya. Anak akan
merasa tersia-sia dan cemas apabiloa ditinggalkan oleh ibunya di tempat
pengasuhan atau bersama pembantu sepanjang harinya. Berganti-gantinya
17
pengganti ibu akan membuat anak kehilangan rasa amanya dan akan
tertanan dalam dirinya perasaan ragu dan bingung.
e. Memberikan Rasa Penerimaan
Seorang anak butuh untuk disenangi dan diterima oleh kedua orang
tuanya dan orang-orang lain. Ia butuh untuk diterima apa adanya tanpa
memandang jenis kelaminnya, warna kulitnya, bentuknya, dan apa-apa
yang dapat dianggap kelemahan atau kekurangan pada dirinya.
Penerimaan orang tua terhadap anaknya dengan mencintainya, lembut
terhadapnya, bermain bersamanya, mengarahkannya dengan halus,
menghormatinya ketika ia salah, memberikan pujian ketika ia benar dan
tidak memisahkan antara ia dengan salah satu saudaranya terutama yang
lebih kecil darinya, semua itu akan meningkatkan percaya dirinya, lebih
cenderung kepada kasih sayang, mampu menjalin interaksi sosial yang
baik, serta menyayangi saudara-saudaranya.
Muhammad said mursi mengatakan bahwa di antara tanda-tanda
mengesampingkan anak adalah membencinya, mangabaikannya,
memusuhinya, lebih mementingkan saudara-saudaranya dari pada dirinya,
atau sering membanding-bandingkannya dengan anak-anak lain. Hal ini
dapat menumbuhkan pada anak perasaan bermusuhan, keinginan untuk
melakukan pembalasan, perasaan iri, tidak dapat menyesuaikan diri, dan
sebagainya.
f. Memberikan Rasa Ingin Tahu (Pendidikan Akal)
Seorang anak membutuhkan rasa ingin tahu. Di antara gerak dan
tingkah laku anak banyak menunjukkan bahwa ia ingin tahu, misalnya
setiap benda atau apa saja yang terdapat di sekitarnya, menggugah
perhatiannya, lalu benda itu diperiksanya dengan tangan dan mulutnya.
Karena itu tidak patut apabila orang tua membentak anak ketika ia sedang
melakukannya atau mencegahnya dari pencarian dan rasa ingin tahunya
18
tanpa suatu alasan. Dan kalaupun tujuannya untuk mendidik maka tidaklah
hal itu dilakukan terlalu lama.
Menurut Zakiyah Daradjat kebutuhan ingin tahu tentang
lingkungannya adalah termasuk faktor yang penting untuk menumbuhkan
kesanggupan padanya. Oleh karena itu orang tua harus memperhatikan hal
ini dalam mendidik anaknya. Salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan
ini ialah dengan aktivitas sediri (permainan). Akan tetapi permainan pada
umur kanak-kanak itu permainannya tidak menentu, karena itu orang tua
memiliki peran yang sangat penting dalam memimpin anak-anak.
Ramayulis dalam bukunya ”Pendidikan Islam Dalam Rumah
Tangga” menyebutkan langkah-langkah yang harus di tempuh dalam
pendidikan akal anak-anak adalah :
1) Anak-anak harus diberi kesempatan bergerak dan diajar cara yang
akan menolongnya untuk mencapai kebutuhan jiwanya. Supaya
jangan mereka merasa tidak tentram dan merasa tidak mendapat
perhatian dan penghargaan. Juga dalam mendidik anak-anak jangan
digunakan cara-cara ancaman, kekejaman dan siksaan badan, dan ia
juga jangan merasa diabaikan dan merasa kekurangan dan
kelemahan. Begitu juga jangan dilukai perasaan mereka dengan
keritik tajam, ejekan cemoohan, mengangap enteng pendapatnya
serta membandingaknya dengan anak-anak tetangga dan kaum
kerabat yang lain.
2) Berikanlah ia peluang untuk menyatakan diri, keinginan, pikiran
dan pendapat mereka dengan menyatakan secara sopan dan hormat,
disamping menolong mereka berhasil dalam pelajaran dan
menunaikan tugas yang di pikulkan kepadanya.
3) Ajarkan kepada mereka berbagai jenis ilmu yang dapat
merangsangnya untuk mempergunakan fikirannya, seperti ilmu
mantik, matematika dan sebagainya.26
4. Kedudukan Orang tua dalam Keluarga
Keluarga adalah persatuan yang kecil yang terdiri dari ayah, ibu
dan anak-anak. Dalam pengertian lain desebtukan keluaga merupaka unit
sosial terkecil yang bersifat universal, karenanyua ia terdapat pada setiap
masyarakat di dunia ini. Dilihat dari sudut pandang sosiologi, keluarga
26 Ramayulis dkk, Pendidikan Islam Dalam Rumah Tangga…,h. 86-87
20
pada dasarnyatidak hanya sebagai kindship grop yang terdiri dari ayah, ibu
dan anak yang terhimpun atas dasar darah atau perkawinan, tetapi juga
ditempatkan sebgai unit sosial terkecil dalam masyarakat.
Orang tua sebagai bagian dari keluarganya biasa disebut sebagai
”Primary community”, yaitu sebagai lingkungan pendidikan pertama dan
utama. Disebut lingkungan pendidikan pertama karena dalam keluarga
inilah anak pertama kalinya mendapatkan pendidikan dan bimbingan. Dan
disebut sebagai lingkungan pendidikan utama karena sebagi besar hidup
anak berada dalam keluarga. 27
Menurut Hery Noer Aly bahwa orang tua adalah orang dewasa
pertama yang memikul tanggung jawab pendidikan, sebab secara alami
anak pada masa-masa awal kehidupannya berada di tengah-tengah ibu dan
ayahnya. Dari merekalah anak mulai mengenal pendidikannya. Dasar-
dasar pandangan hidup, sikap hidup, dan keterampilan hidup banyak
tertanam sejak anak berada di tengah-tengah orang tuanya. 28
Oleh karena itu kedudukan orang tua dalam keluarga adalah
sangat penting dan memiliki pengaruh yang sangat mendasar terhadap
perkembangan pribadi anak terutama dasar-dasar kelakuan seperti sikap,
reaksi, kebiasaan makan, minum, berbicara dan kebiasaan lainnya. Dengan
demikian kehiduapan dalam keluarga jangan sampai memberikan
pengalaman-pengalaman dan kebiasaan yang tidak baik, yang nantinya
akan merugikan perkembangan hidup anak di masa dewasa.
Dalam ajaran Islam orang tua di samping sebagai pendidik, juga
sebagai kepala dan pemimpin dalam keluarganya serta berkewajiban untuk
memelihara keluarganya dari siksa api neraka. 29
hal ini sesuai dengan
firman Allah dalam QS. At-Tahrim ayat 6 sebagai berikut:
....
27 M. Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1999), Cet. 1 h. 15
28 Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), Cet. II, h.5
29 Zakiyah Daradjat, dkk., Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), Cet. IV, h.
37
21
Artinya:
”Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari
api neraka....” (QS. At-Tahrim: 6)30
Dan dalam firmannya yang lain Allah menjelaskan dengan tersirat
bagaimana posisi orang tua terhadap anaknya dalam hubungannya sebagai
penanggung jawab dan pelindungnya, namun dalam situasi yang
sedemikian rumit hanya doa dan penyerahan yang tulus kepada Sang
Maha Pencipta. Allah berfirman dalam surat Ibarahim ayat 37:
Artinya:
Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian
keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat
rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, Ya Tuhan Kami (yang
demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, Maka Jadikanlah hati
sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka
dari buah-buahan, Mudah-mudahan mereka bersyukur.31
Memberi kasih sayang dan perhatian kepada anak adalah suatu
kewajiban yang harus dilakukan oleh setiap orang tua, supaya mental anak
dapat tumbuh sehat. Hal itu disebabkan karena kasih sayang orang tua
sangat mempengaruhi perkembangan jiwa anak.
Nabi Muhammad SAW berkata dalam sabdanya bahwa hak anak
terhadap orang tuanya ada tiga yaitu sebagai berikut:
30 Departemen Agama RI, al-Quran dan terjemahannya, h. 448
31 Departemen Agama RI, al-Qura’an dan terjemahnnya, h. 386
22
ج أى يز أى يحساسوح الكتاتح أى يعلو الد لد عل اى هي حق ال
(را لثخار)إذاتلغ
Artinya : Sesungguhnya hak anak dari orang tuanya yaitu akan
menerima pelajaran menulis, diberi nama yang baik, dan mengawinkannya
jika telah dewasa. (HR. Bukhari)32
Menurut Zakiah Daradjat, kata ”mental” sering digunakan sebagai
kata ganti dari kata persoality (kepribadian) yang berarti bahwa mental
adalah semua unsur-unsur jiwa termasuk fikiran, emosi, sikap (attitude)
dan perasaan yang dalam keseluruhan dan kebulatannya akan menentukan
corak laku, cara menghadapi suatu hal yang menekan perasaan,
mengecewakan atau menggembirakan, menyenangkan dan sebagainya.33
Dalam kaitannya dengan mental, dikemukakan beberapa faktor
pendukung dalma pembinaan mental anak yaitu kerukunan orang tua yang
saling mengerti, saling menerima dan sayang pada anak. Hal ini akan
menjadikan pembentukan kepribadian mental anak dapat berjalan lancar
sesuai dengan apa yang diharapkan orang tuanya.34
Oleh karena itu diharapkan adanya keluarga yang harmonis
dimana orang tua mampu memberikan perhatian mengenai pertumbuhan
akal, emosi, dan gejala-gejala perilaku lainnya. Tidak hanya memberikan
kebutuhan jasmani semata, sehingga terbentuknya peribadi anak yang
seimbang dan dapat megendalikan emosi menjadi pribadi yang sehat
jasmani dan rohani.
Orang tua merupakan bagian terpenting dalam keluarga, karena
merekalah yang pertama kali memberikan bimbingan dan kasih sayang
terhadap anak-anaknya. Orang tua sangat berperan sekali terhadap
32 Husein Bahreisj, Ensiklopedi Hadis Nabi Sahih Bukhari – Muslim, (Surabaya : Bintang
Usaha Jaya,1994) h. 13 33 Zakiah Daradjat, Pendidikan Agama Dalam Pembinaan Mental, (Jakarta: Bulan Bintang)
h. 38-39 34 Sri Suharyani, “Keluraga dan peranannya dalam pendidikan Aqidah dan Akhlaq Anak,
Skripsi sarjana UIN syarif hidayatullah Jakarta, (Jakrata: Perpustakaan Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2005) h. 55
23
pertumbuahan dan perkembangan anak-anak. Mereka merasa senang
karena memperoleh kasih sayang yang penuh dari orang tuanya.
Jadi keluarga adalah tempat pertama kali anak dibentuk,
dibimbing dan dididik dan keluarganyalah yang menjadikan anak tersebut
menjadi generasi penerus bangsa yang kuat. Jika proses pembentukannya
baik, insya Allah akan berguna di masa yang akan datang.
5. Hubungan Orang Tua dengan Anak
Hubungan orang tua dengan anak sangat besar artinya dan
pengaruhnya bagi perkembangan kepribadian anak, sebab orang tualah
yang merupakan orang pertama yang dapat memberikan bimbingan,
arahan, dan pendidikan serta orang yang pertama kali dikenal oleh anak.
Oleh karena itu, pendidikan yang dilaksanakan di lingkungan keluarga
merupakan pendidikan yang pertama dan utama. Membina hubungan yang
positif antara orang tua dengan anak, diawali dari menciptakan hubungan
yang harmonis antara semua anggota keluarga sehingga tercipta rumah
tangga yang sehat dan bahagia.
Dalam membina hubungannya dengan anak, orang tua hendaknya
menunjukkan kasih sayang dan menciptakan suasana kehangatan atau
kenyamanan pada diri anak. Jika seorang anak merasakan dari reaksi orang
tuanya bahwa dirinya mendapatkan pengakuan sebagai individu yang
menjadi bagian yang penting dalam keluarganya, jika ia merasakan tinggal
dalam suasana rumah yang aman sejahtera, jika ia diberikan perlakuan
dengan kata-kata yang adil antara yang “boleh” dan “tidak boleh” maka ia
akan berkembang menjadi anak yang memiliki kepribadian yang sehat.35
Islam mengatur serta membimbing bagaimana hendaknya orang
tua mendidik anak-anaknya. Ayah sebagai kepala keluarga berkewajiban
mendidik, membimbing, mengarahakan serta berkewajiban memberikan
suri tauladan yang baik. Ibu berkewajiban membantu dan mendampingi
35 M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: Pedoman Ilmu
Jaya, 1993), Cet. I, h. 106
24
ayah menyelamatkan keluarga, mengatur rumah, dan menyediakan
makanan yang sehat dan halal, mengasuh dan mendidik serta menyiapkan
keperluan sehari-hari demi anak-anaknya.
Islam mengatur agar para orang tua melaksanakan kewajibannya
kepada anaknya, adapun yang menjadi kewajiban orang tua terhadap
anaknya yaitu:
a. Memberi nama yang baik bagi anak
Sesungguhnya Allah itu maha indah dan menyukai keindaha. Diantar
keindahan adalah memberikan nama yang baik bagi anak dan tidak
memberikan nama yang mengandung makna yang buruk. Untuk itu
Rasulullah SAW. mengatakan dalam sabdanya:
ا أقثح وام ا حارث اصدق عثد الرحوي احة األسواء إل اهلل
هرج حرب
“Nama yang paling disukai oleh Allah adalah Abdullah dan Abdur
Rahman dan nama yang paling baik adalah Harits dan Hammam,
sedang nama yang paling buruk adalah Harb (perang) dan Murrah
(pahit).” (HR. Abu Daud)
b. Memberi nafkah yang baik
Kewajiban orang tua kepada anak yang ke dua adalah member nafkah
yang baik kepada anak. Rasulullah SAW. bersabda:
ل فق الوسلن فقح عل أ صدقحإذا أ ا كات ل يحتسث
“Jika seorang muslim memberi nafkah kepada keluarganya sedang dia
mengharap pahala darinya, maka yang demikian itu sebagai sedekah
darinya.” (HR. Bukhari )
c. Menikahkan anak ketika sudah dewasa
Kewajiban orang tua yang ketiga adalah menikahkan anak ketika anak
sudah dewasa. Sedangkan untuk anak wanita agar orang tua terlebih
25
dahulu meminta izinnya untuk menikahkannya. Rasulullah SAW.
bersabda:
ا ت ا سك إذ الثكر تستأهر ا لي ا هي فس الثية أحق ت
“Seorang janda lebih berhak atas dirinya dari pada walinya. Sedangkan
seorang gadis diminat izin dan pengizinannya adalah sikap diamnya.”
(HR. Muslim)36
Hubungan orang tua yang efektif dan penuh kemesraan dan
tanggung jawab yang didasari oleh kasih sayang yang tulus, menyebabkan
anak-anaknya mampu mengembangkan aspek-aspek kegiatan manusia
pada umumnya ialah kegiatan yang bersifat individual, kegiatan sosial dan
keagamaan.37
Menurtu Hery Noer Aly bahwa suasana lingkungan dalam
keluarga yang baik sekurang-kurangnya harus ditunjang oleh tiga
faktor antara lain:38
a. Keluarga (orang tua) dapat memberikan suasana emosional yang
baik bagi anak-anak, misalnya perasaan senang, aman, disayangi
dan dilindungi. Suasana ini dapat tercipta apabila kehidupan rumah
tangga diliputi suasana yang sama.
b. Mengetahui dasar-dasar kependidikan terutama yang berkaitan
dengan kewajiban dan tanggung jawab orang tua terhadap
perkembangan mental anak. Lebih lanjut orang tua juga
bertanggung jawab pada tujuan dan isi pendidikan yang diberikan
kepada anaknya.
c. Bekerja sama dengan lembaga pendidikan dimana orang tua
memberikan amanatnya dalam mendidik anaknya. Bentuk kerja
sama ini antara lain menyangkut anak belajar dan mengerjakan
pekerjaan rumah (PR) dari lembaga pendidikan tersebut.
Menurut Syamsu Yusuf, bahwa sikap dan prilaku orang tua
terhadap anak mempunyai pengaruh bagi kepribadian anak. Dibawah ini
beberapa sikap atau perlakuan orang tua dan dampaknya terhadap
kepribadian anak, yaitu:
36 Ummu Salmah As-Salafiyyah, Dapatkan Hak-Hakmu Wahai Muslimah, (Bogor :Pustaka
Ibnu Katsir, 2005) hal. 58 37 Sri suharyani, Kelurga dan Peranannya Dalam..., h. 14 38 Hery Noer Ali, Ilmu Pendidikan Islam..., h. 212-217
26
a. Overprotection (terlalu melindungi). Perlakuan ini ditunjukkan
dengan melakukan kontak yang berlebihan dengan anak,
perawatan/pemberian bantuan kepada anak terus menerus dan
sebagainya. Perlakuan ini menjadikan anak tidak aman, kurang
percaya diri, sulit dalam bergaul dan sebagainya.
b. Permissiveness (pembolehan). Perlakuan ini ditunjukkan dengan
selalu memberikan kebebasan untuk berfikir atau berpendapat,
cenderung selalu memerikan apa yang diminta anak dari pada
menerima dan sebagainya. Perlakuan ini mengakibatkan anak
menjadi lebih percaya diri, menuntu dan tidak sabaran dan
sebagainya.
c. Rejection (penolakan). Perlakuan ini ditunjukkan dengan orang tua
bersikap masa bodoh, kurang memperdulikan kesejahteraan anak
dan sebagainya. Perlakuan ini menjadikan anak agresif, sulit
bergaul, pendiam dan sebagainya.
d. Acceptance (penerimaan). Perlakuan ini ditunjukkan dengan
memberikan perhatian dan cinta kasih sayang yang tulus kepada
anak, menempatkan anak pada posisi yang penting di dalam
rumah, mengembangkan hubungan yang hangat dengan anak dan
sebagainya. Perlakuan ini mengkibantkan anak menjadi ceria,
optimis, mau menerima tanggung jawab dan sebagainya.
e. Domination (dominasi). Perlakuan ini ditujukkan dengan selalu
mendominasi (menguasai) anak. Akibatnya anak menjadi bersikap
sopan dan sangat berhati-hati, pemalu, penurut dan sebagainya.
f. Submission (penyerahan). Perlakuan ini ditunjukkan dengan
senantiasa memberikan sesuatu yang diminta anak dan
membiarkan anak berprilaku semaunya di rumah. Perlakuan ini
menyebabkan anak menjadi tidak patuh, agersif, terlalu percaya
diri dan sebagainya.
g. Punitiveness/overdiscipline (terlalu disiplin). Perlakun ini
ditunjukan dengan mudah memberikan hukuman, dan
menanamkan kedisiplinan secara keras. Akibatnya anak tidak dapat
mengambil keputusan, nakal, agresif dan sebagainya.39
Dari ketujuh sikap atau perlakuan orang tua tersebut di atas, maka
penulis berkesimpulan bahwa sikap atau perlakuan yang sebaiknya orang tua
lakuan adalah sikap “acceptance”. Oleh karena dengan sikap atau perlakuan
tersebut diharpkan anak dapat terbentuk menjadi pribadi yang sehat dan baik.
39 Syamsu Yusuf, Psikologi perkembangan anak dan remaja, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2008), Cet. IX, h. 172-173
27
B. Pembentukan Kepribadian Anak
1. Pengertian Keparibadian Anak
Secara etimologis, istilah ”personalitiy” atau ”kepribadian” itu asal
mulanya berasal dari kata latin ”per” dan ”sonare”, yang kemudian
berkembang menjadi kata ”persona” yang berarti ”topeng”, pada zaman
romawi dulu, aktor drama menggunakan topeng itu untuk
menyembunyikan identitas dirinya. Dari ”tehnik drama” itulah kemudian
dikembangkan istilah ”personality”.40
Kepribadian bukanlah sesuatu yang dapat dikenakan ataupun di
tinggalkan sebagaimana orang mengenakan pakaian ataupun mengikuti
gaya mode tertentu. Kepribadian adalah tentang diri pribadi secara
keseluruhan, kepribadian adalah sesuatu yang unik pada diri masing-
masing individu.
DR. Sarlito Wirawan Sarwono dalam bukunya Pengantar Umum
Psikologi mengemukakan bahwa Kepribadian adalah sebuah konsep yang
sangat sukar di mengerti dalam psikologi, meskipun istilah ini di
pergunakan sehari-hari. Ada beberapa definisi yang di kemukakan oleh
beberapa sarjana mengenai kepribadian yaitu :
a) Definisi anekawarna :
”Kepribadian adalah kumpulan pembawaan biologis berupa
dorongan, kecendrungan, selera dan instink yang dicampuri oleh
sifat dan kecendrungan yang di dapat melalui pengalaman yang
terdapat pada diri seseorang.” (Morton Prience, 1924).
b) Definisi Integratif dan Konfiguratif yang menekankan pada
pengorganisasian sifat-sifat yang ada pada pribadi seseorang :
”Keseluruhan organisasi yang terdapat pada diri manusia, pada setiap tingkat perkembangannya”. (Warren dan Carmichael,
1930).
”Integrasi interes-intere yang menyebabkan individu yang
bersangkutan cenderung untuk bertingkahlaku tertentu”.
(McCurdy, 1928)
40 M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum Dan Perkembangan, (Jakrata: Pedoman Ilmu
Jaya, 1993), Cet. 1, h. 90
28
c) Definisi hirarkis :
”Tingkatan sifat-sifat di mana biasanya sifat yang tinggi
tingkatannya mempunyai pengaruh yang menentukan”. (McDougall dan kawan-kawan, 1930).
d) Definisi penyesuaian diri :
”Integrasi daripada sistim kebiasaan-kebiasaan yang
menunjukkan cara khas pada individu untuk menyesuaikan diri
dengan lingkungannya”. (E. Y. Kempt, 1921).41
Menurut Gordon Allport (1951), seorang psikolog jerman yang
merupakan pakar kepribadian, kepribadian adalah organisasi dinamis
dalam individu sebagai sistem psikofisik yang menentukan caranya yang
khas dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan. (personality is the
dinamic organization within the individual of those psychophysical
systems that determine his unique adjustment to his environment).42
M. Ngalaim purwanto menyatakan bahwa kepribadian atau
personality itu dinamis tidak statis atau tetap saja tanpa perubahan.
Keparibadian menjukkan tingkah laku yang terintegrasi dan merupakan
interaksi antara kesanggupan-kesanggupan bawaan yang ada pada individu
dengan lingkungannya. Di samping itu juga keparibadian besifat
psikofisik, yang berarti baik faktor jasmaniah maupun rohaniah individu
itu samam-sama memegang peranan dalam kepribadian. Kepribadian
bersifat unik, artinya kepribadian seseorang sifatnya khas, mempunyai
ciri-ciri tertentu yang membedakan dari individu lain.43
Mengnai defnisi kepribadian, ada satu definisi yang disetujui oleh
para ahli psikologi, yaitu definisi kepribadian menrut ”Allprot” di mana
kepribadian didefinisikan sebagai: ”the dynamic organization within the
individual of those psychopysical systems that detemine the individual’s
unique adjustments to the enviornment”. Kepribadian pada haikatnya
adalah organisasi/susunan yang dinamis dari pada sistem psikopisik dalam
41 Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta : Bulan Bintang, 2000),
Cet. VIII. h. 78-79.
42 Inge Hutagalung, Pengembangan Kepribadian, Tinjauan Praktis Menuju Pribadi Positif,
(Jakarta : Bulan Bintang, 2001) Cet. h. 1-2 43 M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1999),
Cet. XV, h.156
29
diri individu yang menentukan penyesuaian dirinya yang unik (khas)
terhadap lingkungannya.44
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa keparibadian adalah
keseluruhan sifat-sifat yang ada dalam diri seseorang atau dapat dikatak
juga sifat hakiki yang tercermin pada sikap seseorang yang membedakan
dari orang lain.
2. Sifat Kepribadian Anak yang diharapkan Orang Tua
Sebelum membahas tentang sifat kepribadian anak yang diharapkan
orang tua terlebih dahulu akan dijelaskan tentang pengertian sifat-sifat
kepribadian. Menurut M. Ngalim purwanto, sifat-sifat kepribadian
(personality traits) adalah sifat-sifat yang ada pada individu atau sifat-sifat
yang merupakan kecendrungan-kecendrungan umum pada seorang
individu untuk menilai situasi-situasi dengan cara-cara tertentu dan
bertindak sesuai dengan penilaian itu. 45
Adapun sifat-sifat kepribadian anak yang diharapkan orang tua pada
penelitian ini akan disesuaikan dengan usia anak yang penulis maksud,
yaitu anak usia 0-12 tahun. Dan oleh karena ciri khas yang dimiliki anak
pada usia 0-12 tahun adalah perkembangan dipusatkan untuk menjadi
manusia sosial (belajar bergaul dengan orang lain),46
maka beberapa sifat-
sifat pribadi yang diharapkan dapat terbentuk adalah sebagai berikut:
a) Bersikap terbuka
Dalam kamus besar bahasa indonesia kata terbuka berarti keadaan
buka, tidak tertutup.47
Dengan demikian penulis menyimpulkan bahwa
bersikap terbuka berarti anak berani untuk terbuka dan tidak sungkan
mengemukakan pendapatnya atau keluh kesah dan lain sebagainya.
44 M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi…, h. 91
45 M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan…, h. 157
46 Netty Hartati, dkk., Islam Dan Psikologi…, h. 34
47 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahsa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1988), h. 132
30
b) Mudah bergaul
Gaul secara bahasa adalah hidup berteman/berkawan dengan akrab.48
Dengan demikian penulis dapat menyimpulkan bahwa mudah bergaul
berarti anak mudah untuk berteman/berkawan dengan akrab bersama
teman-teman dilingkungan sekitarnya atau dapat dikatakan memiliki
penyesuaian diri yang baik dengan lingkungan sekitar dan memiliki
kemampuan yang baik dalam berkomunikasi.
c) Percaya diri
Kata percaya diri terdiri dari dua kata yaitu percaya dan diri. Dalam
kamus besar bahasa indonesia kata percaya berarti yakin benar atau
memastikan akan kemampuan atau kelebihan seseorang atau sesuatu
(bahwa akan dapat memenuhi harapannya, dan sebaginya).49
Sedangkan kata diri berarti orang seorang(terpisah dari yang lain).50
Dari pengertian tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa
percaya diri adalah anak memiliki keyakinan pada dirinya sendiri
bahwa ia dapat melakukan sesuatu hal dengan baik.
d) Mandiri
Secara bahasa mandiri adalah keadaan dapat berdiri sendiri, tidak
bergantung pada orang lain.51
Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa mandiri artinya anak mampu melakukan sesuatu hal dengan
sendiri tanpa bergantung dengan orang lain.
e) Ekspresif
Ekspresif dalam kamus besar bahasa indonesia berarti tepat (mampu)
memberikan/mengungkapkan gambaran, maksud, gagasan, perasaan.52
48 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahsa Indonesia…, h. 258
49 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahsa Indonesia…, h. 669
50 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahsa Indonesia…, h. 208
51 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahsa Indonesia…, h. 555
52 Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahsa Indonesia…, h. 222
31
Dengan demikian dapat disimpulka bahwa anak yang ekspresif adalah
anak yang dalam mengemukakan pendapatnya terlihat adanya eksprsi
yang baik tidak hanya bersikap diam.
f) Ceria
Secara bahasa ceria berarti kecerahan sinar (seri) muka yang
menandakan bahagia, gembira, dan sebagainya.53
Maka disimpulkan
bahwa anak yang ceria berarti anak memiliki perasaan yang baik dan
bahagia sehingga hal itu terlihat dari tingkah lakunya yang selalu
bersemangat dalam melakukan sesuatu.
3. Fakor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepribadian Anak
Pribdi manusia itu dapat berubah-ubah, itu berarti bahwa manusia
itu mudah atau dapat di pengaruhi oleh sesuatu. Menurut Sjarkawi faktor-
faktor yang mempengaruhi kepribadian seseorang itu ada dua, yaitu faktor
eksternal dan faktor internal.54
Faktor internal adalah faktro yang berasal
dari dalam diri orang itu sendiri.faktor internal ini biasanya merupakan
faktor genetik atau bawaan. Faktro genetik maksudnya adalah faktor yang
berupa bawaan sejak lahir dan merupakan pengaruh keturunan dari salah
satu sifat yang dimiliki oleh orang tuanya.
Sedangkan faktor ekternal adalah faktro yang berasal dari luar
orang tersebut. Faktro eksternal ini biasanya merupakan pengaruh yang
berasal dari lingkungan seseorang mulai dari lingkungan terkecilnya yakni
keluarga, teman, tetangga, sampai dengan pengaruh dari berbagai media
audiovisual seperti TV dan VCD, atau media cetak seperti koran, majalah
dan lain sebagainya.
Sedangkan menurut Alisuf Sabri bahwa beberapa faktor yang
mempengaruhi pembentukan kepribadian anak yaitu, faktor
53 Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahsa Indonesia…, h. 165
54 Sjarkawi, Pembentukan Kepribadian Anak: Peran moral intelektual, emosional, dan sosial
sebagai wujud integritas membangun jati diri, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006), Cet. I h. 19
32
heredity/pembawaan, pengalaman-pengalaman yang aktual bagi individu
dan kebudayaan. 55
Yang dimaksud faktor heredity adalah faktor bawaan sejak lahir.
Sedangkan faktor pengalaman yang dimaksud disini dapat berupa
pengalaman-pengalaman yang dirasakan oleh anak, misalnya pengalaman
yang dirasakan anak ketika menyusui apabila sang ibu tidak menciptakan
suasana kasih sayang yang menyenangkan pada sang anak maka timbul
rasa memberontak dan umumnya kelak ia akan terganggu batinnya. Jadi
orang tua yang kurang menciptakan suasana kehangatan/kenyamanan
pada diri anak, maka berarti anak kurang dilengkapi dengan bekal
perasaan positif yang diperlukan untuk pembentukan kepribadian yang
sehat guna penyesuaian dirinya di luar rumah.
Dan yang dimaksud dengan faktor kebudayaan adalah aspek-aspek
standar budaya yang ditunjukkan oleh pribadi-pribadi orang yang
dijadikan contoh peniruan anak. Mengingat seorang anak mempunyai
kecendrungan meniru tingkah laku/perbuatan yang dilakukan orang tua
dan orang-orang lain yang dekat dengan anak. Maka banyak aspek-aspek
budaya dan sikap-sikap moral yang diwariskan pada anak-anak melalui
cara-cara peniruan.
Adapun menurut M. Ngalim purwanto bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kepribadian ada tiga, yaitu: faktor biologis, faktor sosial,
dan faktor kebudayaan.56
Yang diaksud faktor biologis, yaitu faktor yang
berhubungan dengan keadaan jasmani, atau sering kali disebut faktor
fsikologis. Faktor ini berkaitan dengan kontribusi tubuh yang meliputi
tinggi, besar, berat, dan sebagainya. Keadaan jasmani setiap orang sejak
dilahirkan telah menunjukkan adanya perbedaan. Hal ini menujukkan
bahwa sifat-sifat jasmani yang ada pada setiap orang ada yang diperoleh
55 M. Alisuf Sabri, Pengantara Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: Pedoman Ilmu
Jaya, 2005), Cet. I, h. 103 56 M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1999),
Cet. XV, h. 160
33
dari keturuan, dan ada pula yang merupakan pembawaan anak atau orang
itu masing-masing. Oleh karena itu faktor biologis mempengaruhi
kepribadian seseorang.
Dan yang dimaksud faktor sosial adalah masyarakat, yakni
manusia lain disekitar individu yang mempengaruhi individu yang
bersangkutan. Termasuk kedalam faktor sosial ini adalah tradisi-tradisi,
adat istiadat, peraturan-peraturan, bahasa dan sebagainya yang berlaku
dalam masyarakat itu. Sedangkan yang dimaksud dengan faktor
kebudayaan termasuk pula kedalam faktor sosial.
Menurut Agus Sujanto, dkk., bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi pembentukan kepribadian itu adal dua, yaitu faktor dalam
atau faktor pemabawaan dan faktor lingkungan.57
Faktor dalam atau
faktor pemabawaan yang dimaksud ialah segala sesuatu yang telah
dibawa oleh anak sejak lahir, baik yang bersifat kejiwaan maupun yang
bersifat ketubuhan. Kejiwaan yang berwujud fikiran, perasaan, kemauan,
fantasi, ingatan dan sebagainya. Dan yang bersifat ketubuhan seperti
panjang pendeknya leher, besar kecilnya tengkorak, susunan urat saraf,
otot-otot , susunan dan keadaan tulang-tulang juga mempengarahi pribadi
manusia. Sedangkan yang dimaskud faktor lingkungan ialah segala
sesuatu yang ada di luar manusia baik yang hidup maupun yang mati.
Baik tumbuh-tumbuhan, hewan, manusia, keadaan udara, curah hujan dan
lain sebagainya.
Dari pembahasan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa
kepribadian seseorang dipengaruhi oleh dua kekuatan, yakni kekuatan dari
dalam yang sudah dibawa sejak lahir dan kekuatan dari faktor-faktor
lingkungan.
57 Agus Sujanto, dkk., Psikologi Kepribadian, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), Cet. VII, h. 5
34
C. Kerangka Konseptual dan Pengajuan Hipotesis
1. Kerangka Konseptual
Bagan. 1
Perhatian Orang Tua dalam Upaya Pembentukan
Kepribadian Anak
2. Pengajuan Hipotesis
Ha :
H0 :
Kebutuhan Rohani Kebutuhan Rohani
Semakin tinggi tingkat perhatian orang tua kepada anaknya, akan
berimplikasi besar terhadap pembentukan kepribadian anak.
Semakin tinggi tingkat perhatian orang tua kepada anaknya, tidak
akan berimplikasi terhadap pembentukan kepribadian anak.
35
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Letak geografis wilayah Rukun Warga 04
Wilayah Rukun Warga 04 berada di Jalan Kihajar Dewantoro
Kelurahan Gondrong Kecamatan Cipondoh Kota Tangerang. Adapun luas
wilayah ini adalah ± 11.5 hektar dengan perbatasan sebagai berikut:
a. Sebelah Utara : Rw. 02 Kelurahan Gondrong
b. Sebelah Selatan : Kelurahan Narogtog
c. Sebelah Timur : Rw. 03 Kelurahan Gondrong
d. Sebelah Barat : Rw. 01 Kelurahan Kenanga
Status tanah di wilayah Rw. 04 Kel. Gondrong adalah tanah hak
milik/guna bangunan/tanah negara yang memiliki sertifikat dari Badan
Pertanahan Kota Tangerang. Wilayah ini juga dekat dengan pasar yang
bernama pasar Simpang. Disebagian wilayah Rw. 04 mempunyai
penduduk yang cukup padat namun ruamah-rumah yang berada di wilayah
ini tertata dengan rapih. Masih banyak dijumpai kebun-kebun yang
menjadi objek pemandangan.
2. Tugas Pokok Rukun Warga
Berdasarkan peraturan Menteri Dalam Negeri No. 5 Tahun 2007
tentang Pedoman Penataan Lembaga Kemasyarakatan, menyebutkan:
36
Pasal 14
RT/RW sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 huruf d mempunyai
tugas membantu Pemerintah Desa dan Lurah dalam menyelenggarakan
urusan pemerintah.
Pasal 15
RT/RW dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam
pasal 14 mempunyai fungsi:
a. Pendataan kependudukan dan pelayanan administrasi pemerintahan
layanan;
b. Pemeliharaan keamanan, ketertiban dan kerukunan hidup antar
warga;
c. Pembuatan gagasan dalam pelaksanaan pembangunan dengan
mengembangkan aspirasi dan swadaya murni masyarakat; dan
d. Penggerak swadaya gotong royong dan partisipasi masyarakat
diwilayah. 58
Adapun tugas pokok Rukun Warga wilayah Rw. 04 sebagai berikut:
a. Mewujudkan kehidupan masyarakat berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945, secara konsekwen dan berkesinambungan.
b. Menggerakkan kegotong royongan swadaya masyarakat seta
persatuan dan kesatuan bangsa, umat beragama dan antar umat
beragama.
c. Menciptakan kondisi dinamis kerukunan masyarakat dalam
menjunjung stabilitas nasional.
d. Melaksanakan tugas maupun program pemerintah yang sifatnya
insidentil.
e. Menjembatani hubungan antara anggota masyarakat serta
menyampaikan aspirasi dengan pemerintah.
58 Peraturan Pemerintah Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 2007, Pedoman Penataan Lembaga Kemasyarakatan, Pasal 14 dan 15
37
f. Membangun dan merencanakan program kerja RT/RW yang
efisien dan berkesinambungan.
g. Meningkatkan sumber daya kehiduapan masyarakat serta
memberikan playanan pembinaan, selalu bertanggung jawab
kepada wilayah.
h. Menghadiri rapat-rapat untuk suksenya program pemerintah.
i. Menggerakkan kerja bakti demi kebersihan dan keindahan.
j. Menggerakkan kesadaran masyarakat dalam memperingati hari
besar nasional maupun keagamaan.
3. Keadaan Penduduk
Wilayah Rw.04 merupakan bagian dari wilayah kelurahan Gondrong
Kecamatan Cipondoh Kota Tangerang, dimana penduduknya terdiri dari
penduduk asli pribumi dan pendatang. Sesuai perkembangan penduduk
yang setiap tahunnya bertambah, maka penulis mendapatkan data dari
ketua Rw. 04 sudah mencapai 5546 penduduk asli dan pendatang. Dengan
rincian laki-laki berjumlah 2883 orang dan perempuan berjumlah 2663
orang, jadi jumlah keseluruhannya 5546 jiwa. Sedangkan jumlah
bangunan rumah tinggal dari Rt. 001 s/d 008 sebanyak 1237 bangunan. 59
Seperti terlihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 1
No RT KK Laki-laki Perempuan Jumlah
1 001 155 430 412 842
2 002 198 466 416 882
3 003 149 305 303 608
4 004 248 506 468 974
5 005 197 268 242 510
59 Drs. Samuih Hadi, Ketua Rw. 04, Wawancara Pribadi, (Pos Rw. 04 Kel. Gondrong Kec. Cipondoh Kota Tangerang), Tgl. 27 Desember
2010
38
6 006 184 310 275 585
7 007 128 270 255 525
8 008 159 328 292 620
Total 1418 2883 2663 5546
Tabel 2
RT Rumah Tinggal Rumah Kontrakan Jumlah
001 115 19 134
002 135 21 156
003 128 26 154
004 169 35 204
005 121 15 136
006 129 25 154
007 113 26 139
008 132 28 160
Jumlah 1237
Tabel 3
No Pendidikan Prosentase
1 SD 3%
2 SMP/SLTP 11%
3 SMA/SLTA 74%
4 D1/D2/D3 5%
5 S1 7%
100%
Pada tabel ini terlihat bahwa sebagian besar (74 %) mereka itu
pendidikannya SMA dan sedikit (11%) hanya sampai SMP saja dan
39
sedikit sekali (7%) yang melanjutkan sampai S1 dan sedikit sekali pula
(5%) yang melanjutkan sampai tingkat D1-3 dan sedikit sekali pula (3%)
yang hanya sampai SD saja. Mereka yang hanya melanjutkan sampai SD
dan SMP itu dikarenakan masalah ekonomi yang mereka alami dan tidak
tahu arti penting pendidikan.
Adapun masalah pekerjaan, penduduk Rw. 04 mayoritas
pekerjaannya karyawan swasta, buruh, pensiunan Negeri/ABRI,
berdagang mulai dengan berdagang warung/toko, counter HP, sembako
dan lain-lain. Ada juga yang menjadi anggota ABRI dan POLRI dan juga
pengusaha, tapi itu sedikit jumlahnya. Seperti tabel berikut ini:
Tabel 4
No Pekerjaan Prosentase
1 Karyawan Swasta 54 %
2 Pegeawai Negeri 2 %
3 Wiraswasta 8 %
4 Anggota ABRI dan POLRI 1 %
5 Pensiun Negeri/ABRI 6 %
6 Pengusaha 1 %
7 Buruh 28 %
100 %
Pada tabel ini terlihat lebih dari setengah (54%) pekerjaannya
karyawan swasta, dan sebgian kecil (28%) itu buruh, dan sedikit sekali
(6%) yang menjadi pensiunan Negeri/ABRI, dan sedikit sekali pula (2%)
yang menjadi pegawai negeri, dan sedikit sekali pula (1%) yang menjadi
pengusaha dan Anggota ABRI maupun POLRI.
40
4. Sarana Pendidikan dan Ibadah
Sarana pendidikan yang berada di wilayah Rw. 04 baik yang formal
maupun non formal seperti Taman Kanak-kanak berjumlah (TK) 2,
Sekolah Dasar (SD) berjumlah 2, SLTP berjumlah 1 dan SMA berjumlah
1. Taman Kanak-Kanak Islam/ Taman Pendidikan Al-Qur’an yang berada
di wilayah Rw. 04 ini misalnya TK Harapan Bangsa dan Taman
Pendidikan Islam Nurul Huda. Para orang tua selain memasukkan anaknya
ke sekolah formal, kebanyakan pula dari mereka yang memasukkan
anaknya ke TK/TPA Islam, dan tempat-tempat pengajian yang bersifat
tradisional.
Dilingkungan wilayah Rw. 04 Kelurahan Gondrong Kecamatan
Cipondoh Kota Tangerang mempunyai sarana ibadah dalam rangka
pembinaan rohani, yaitu ada 1 buah masjid bernama Masjid Nurul Amal
dan 2 buah Mushollah Baiutur Rahmah dan Mushollah Baitur Rohim.
Adapun kegiatan-kegiatan tempat ibadah yang ada diwilayah Rw. 04
antara lain:
a. Di Masjid Nurul Amal diadakan pengajian kaum bapak dan Majlis
Ta’lim ibu-ibu dan Majlis Ta’lim Remaja Masjid Nurul Amal.
b. Di Mushollah Baitul Rahmah diadakan pengajian bulanan yang
dikordinir oleh penguruh Mushollah Baitul Rahmah.
c. Di Mushollah Baitul Rohim diadakan pengajian kaum bapak dan
majlis kaum ibu-ibu.
d. Mushollah dan Masjid sering mengadakan peringatan hari besar
agama Islam.
41
B. Susunan Kepengurusan RW 04
Bagan 2
SUSUNAN PENGURUSAN RW. 04
KELURAHAN GONDRONG
KECAMATAN CIPONDOH KOTA TANGERANG
SURAT KEPUTUSAN LURAH GONDRONG
NOMOR : 148/02-SK/VII/2010
KETUA RT. 03 RW.04
ARAB COPIAN
42
BAB IV
HASIL PENELITIAN PERHATIAN ORANG TUA DALAM UPAYA
PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN ANAK
A. Peran Perhatian Orang Tua Dalam Upaya Pembentukan Kepribadian
Anak
Berdasarkan data yang diperoleh pada temuan lapangan, tergambar
fakta-fakta di lapangan berkenaan dengan perhatian orang tua dalam upaya
pembentukan kepribadian anak.
Di bawah ini adalah usaha-usaha yang dilakukan orang tua dalam
upaya pembentukan kepribadian anak-anaknya yang diperoleh dari hasil
penyebaran angket kepada orang tua di wilayah Rw. 04 Kelurahan Gondrong
Kecamatan Cipondoh Kota Tangerang yaitu :
1. Perhatian orang tua dalam upaya pembentukan kepribadian anak
Tabel 5
Perhatian Pendidikan Agama Islam pada Anak
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Sejak lahir 42 84%
Ketika SD 8 16%
Jumlah 50 100%
43
Pada tabel ini terlihat bahwa perhatian orang tua dalam hal perhatian
pendidikan agama Islam pada anak. Diperoleh data sebanyak 42 informan
(84%) menjawab memberikan perhatian pendidikan agama Islam pada anak
sejak lahir, dengan bentuk perhatian yang diberikan dalam hal:
a. Mengajarkan anak untuk mengenal dan mencintai Allah dan Rasulullah
b. Mengajarkan anak tata cara makan dan minum yang baik dengan
membaca do’a dan menggunakan tanggan kanan.
c. Mengajarkan anak bacaan do’a yang dipergunakan dalam kehidupan
sehari-hari, seperti do’a makan dan do’a sebelum dan sesudah tidur.
d. Mengajak anak ke masjid untuk melakukan sholat lima waktu agar anak
terbiasa.
e. Memasukan anak ke pengajian agar anak lebih mengenal ilmu agama.
Dan sebanyak 8 informan (16%) menjawab memberikan perhatian
pendidikan agama Islam pada anak ketika SD, dengan bentuk perhatian yang
diberikan dalam hal:
a. Mengajarkan mengaji atau membaca Al-qur’an
b. Mengajarkan anak bacaan do’a yang digunakan dalam kehidupan sehari-
hari seprti do’a makan dan minum.
c. Membiasakan anak untuk melaksanakan sholat lima waktu
d. Membiasakan anak untuk berkata jujur.
Dari hasil temuan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa
perhatian orang tua dalam pembentukan kepribadian anak baik dalam hal
penanaman pendidikan agama Islam yaitu dengan mengajarkan pendidikan
agama Islam semenjak anak dilahirikan karena dengan begitu maka anak
akan terbiasa dan akan terbentuk pribadi yang baik.
Tabel 6
Mengajarkan Pendidikan Agama Islam kepada Anak di Rumah
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu 38 76%
Sering 10 20%
44
Kadang-kadang 2 4%
Jumlah 50 100%
Dari tabel ini terlihat bahwa perhatian orang tua dalam hal
mengajarkan pendidikan agam Islam kepada anak di rumah, diperoleh data
sebanyak 38 informan (76%) menjawab selalu dengan pengajaran pendidikan
agam Islam yang diberikan dalam hal :
a. Sholat lima waktu
b. Membaca Al-qur’an
c. Puasa sunah dan wajib
Sedangkan sebanyak 10 informan (20%) menjawab sering dalam
mengajarkan pendidikan agam Islam kepada anak di rumah, dengan
pengajaran pendidikan agama Islam yang diberikan dalam hal :
a. Sholat lima waktu
b. Membaca Al-qur’an
c. Puasa sunah dan wajib
Dan sebanyak 2 informan (4%) menjawab kadang-kadang dalam
mengajarkan pendidikan agam Islam kepada anak di rumah, dengan
pengajaran pendidikan agam Islam yang diberikan dalam hal:
a. Sholat lima waktu
b. Membaca Al-qur’an
c. Puasa sunah dan wajib
Dari hasil temuan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa
perhatian orang tua dalam pembentukan kepribadian anak tersebut baik dalam
hal mengajarkan pendidikan agama Islam kepada anak di rumah. Sesibuk
apapun orang tua bekerja tetapi mereka tetap memberikan pendidikan agama
Islam kepada anak-anak mereka. Dengan mengajarkan anak sholat lima
waktu, membaca al-Qur’an dan membiasakan anak untuk melaksankan puasa
sunah ini semua akan membuat anak terbisa sehingga terbentuklah pribadi
anak yang baik.
45
Tabel 7
Sikap Memberikan Contoh Teladan yang Baik pada
Anak di Rumah
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu 43 86 %
Sering 7 14 %
Jumlah 50 100%
Dari tabel ini terlihat bahwa perhatian orang tua dalam
memberikan contoh teladan kepada anak dirumah, diperoleh data
sebanyak 43 informan (86%) menjawab selalu, dengan contoh teladan
yang diberikan yaitu:
a. Melaksanakan sholat lima watku tepat waktu dan berjamaah
b. Melaksanakan puasa sunah
c. Membaca surat yasin setiap malam jum’at
d. Membiasakan membaca do’a ketika ingin mengerjakan sesuatu.
Dan sebanyak 7 informan (14%) menjawab sering dalam
memberikan contoh teladan kepada anak dirumah. Dengan contoh
teladan yang diberikan yaitu :
a. Sholat lima waktu berjamaah dan tepat waktu.
b. Menjaga kbersihan lingkungan rumah.
c. Melaksanakan puasa sunah.
d. Membiasakan membaca do’a ketika sebelum sesudah makan dan
minum.
e. Membantu pekerjaan orang tua.
Dari temuan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa perhatian
orang tua dalam pembentukan kepribadian anak tersebut baik dalam hal
memberikan contoh teladan kepada anak di rumah, hal ini menandakan
46
bahwa orang tualah yang harus memberikan contoh-contoh teladan yang
baik kepada anak dan anak akan meniru apa yang orang tua contohkan
kepada mereka.
Tabel 8
Sikap mencerminkan prilaku yang baik ketika di rumah
dan di luar rumah
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu 39 78%
Sering 11 22%
Jumlah 50 100%
Dari tabel ini terlihat bahwa perhatian orang tua dalam memberikan
sikap mencerminkan prilaku yang baik ketika di rumah dan diluar rumah,
diperoleh data sebanyak 39 informan (78%) menjawab selalu, dengan bentuk
pencerminan yang diberikan kepada anak yaitu :
a. Menjaga keharmonisan dan kenyamanan suasan di rumah.
b. Tidak melimpahkan kemarahan atau emosi kepada anak atau benda-benda
yang ada dirumah.
c. Apabila ada masalah dikeluarga maka tidak ditampilkan didepan anak-anak.
d. Bersilaturahmi kepada tetangga.
e. Mengahadiri undangan.
f. Melaksanakan kerja bakti dalam hal kebersihan lingkungan rumah maupun
lingkungan luar rumah.
Sedangkan sebanyak 11 informan(22%) menjawab sering dalam hal
memberikan sikap mencerminkan prilaku yang baik ketika di rumah dan diluar
rumah, dengan bentuk pencerminan yang diberikan kepada anak di rumah dan di
luar rumah yaitu :
a. Selalu menjaga keharmonisan dan kenyamanan suasan di rumah.
b. Tidak marah-marah dihadapan anak-anak.
c. Menghadiri undangan.
47
d. Menjaga kerukunan dengan tetangga.
e. Menjaga tali silaturahmi dan menghindari pertengkaran.
Dari hasil temuan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa perhatian
orang tua dalam pembentukan kepribadian anak baik dalam hal sikap
mencerminkan prilaku yang baik kepada anak di rumah maupun di luar rumah.
Dengan demikian, terlihat bahwa orang tua harus mencerminkan prilaku yang
baik kepada anak di rumah maupun di luar rumah, karena anak akan meniru
segala tingkah laku dari orang tuanya.
Tabel 9
Sikap menegur dan menasehati anak ketika melakukan hal yang
Buruk Baik di rumah maupun di luar rumah
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu menegur 42 84%
Sering menegur
~
8 16%
Jumlah 50 100%
Dari tabel ini terlihat bahwa perhatian orang tua dalam hal sikap
menegur dan menasehati anak ketika melakukan hal buruk baik di rumah
maupun di luar rumah. Diperoleh data sebanyak 42 informan (84%)
menjawab selalu menegur, dengan contoh atau hal buruk yang ditegur adalah:
a. Ketika anak bermain tidak mengenal waktu.
b. Ketika anak tidak mau sholat.
c. Ketika anak tidak mau pergi mengaji.
d. Ketika anak terlalu banyak menonton TV dan tidak mau belajar.
e. Ketika anak bertengkar dengan temannya.
f. Ketika anak mengambil barang milik orang lain.
Dan sebanyak 8 informan (16%) menjawab sering menegur dengan
contoh hal buruk yang ditegur adalah :
a. Ketika anak tidak mau sholat.
b. Ketika anak tidak mau mengaji.
48
c. Ketika anak tidak mau belajar.
d. Ketika anak tidak mau sekolah.
e. Ketika anak tidak mau mandi.
f. Ketika anak mengambil mainan atau barang milik temannya.
g. Ketika anak bertengkar dengan temannya.
h. Ketika anak terlalu banyak menonton TV dan tidak mau belajar.
Dari hasil temuan di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa
perhatian orang tua dalam pembentukan kepribadian anak baik dalam hal
menegur dan menasehati anak ketika melakukan hal yang buruk baik di
rumah maupun di lura rumah. Hal ini menujukkan bahwa para orang tua tidak
mau anaknya menjadi anak yang nakal dan memiliki kepribadian yang buruk.
Tabel 10
Sikap mengarahkan anak untuk bersikap baik ketika
di rumah atau di luar rumah
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu 39 78%
Sering 11 22%
Jumlah 50 100%
Dari tabel ini terlihat bahwa perhatian orang tua dalam hal sikap
mengarahkan anak untuk bersikap baik ketika di rumah maupun di luar rumah.
Diproleh data sebanyak 39 informan (78 %) menjawab selalu dengan arahan
yang diberikan kepada anak adalah :
a. Berbakti kepada kedua orang tua
b. Rajin dan bekerja keras
c. Jangan malas.
d. Rajin beribadah dan selalu berdo’a.
e. Rajin belajar agar jadi orang yang sukses.
Dan sebanyak 11 informan (22%) menjawab sering, dengan arahan
yang diberikan kepada anak adalah :
49
a. Taat pada perintah agama.
b. Berbakti pada orang tua.
c. Jangan durhaka kepada orang tua
d. Rajin belajar dan bekerja keras
e. Jangan malas.
Dari hasil temuan di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa
perhatian orang tua dalam pembentukan kepribadian anak baik dalam sikap
mengarahkan anak untuk bersikap baik ketika di rumah maupun di luar rumah.
Hal ini menujukkan bahwa para orang tua mengharapkan anaknya memiliki
kepribadian yang baik menjadi anak yang berbakti kepada kedua orang tua
dan taat pada perintah agama.
Tabel 11
Penyediakan fasilitas pendidikan yang memadai kepada anak
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu 35 70%
Sering 15 30%
Jumlah 50 100%
Dari tabel ini terlihat bahwa perhatian orang tua dalam hal penyediaan
pasilitas pendidikan yang memadai kepada anak. Diperoleh data sebanyak 35
informan (70%) menjawab selalu, dengan fasilitas pendidikan yang diberikan
kepada anak adalah :
a. Biaya sekolah.
b. Alat tulis.
c. Komputer.
d. Biaya les.
Dan sebanyak 15 informan (30%) menjawab sering dengan fasilitas
pendidikan yang diberikan kepada anak adalah :
a. Biaya sekolah.
b. Alat tulis.
50
c. Komputer.
d. Biaya les.
Dari temuan di atas penulis dapat menyimpulakan bahawa perhatian
orang tua dalam upaya pembentukan kepribadian anak baik dalam hal
penyediaan pasilitas pendidikan yang memadai kepada anak. Dengan angaran
yang disiapkan baik itu biaya sekolah, alat tulis, komputer dan biaya les
diharapkan anak mau bersungguh-sungguh dalam belajar.
Tabel 12
Sikap memberikan motivasi dan semangat belajar anak di rumah
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu 37 74%
Sering 13 26%
Jumlah 50 100%
Dari tabel ini terlihat bahwa perhatian orang tua dalam hal memberikan
motivasi dan semangat belajar anak di rumah. Diperoleh data sebanyak 37
informan (74%) menjawab selalu. Dengan bentuk motivasi dan semangat yang
diberikan adalah :
a. Rajin belajar agar menjadi orang yang sukses.
b. Terus berusaha dan berdo’a agar cita-cita kamu tercapai.
c. Jangan pernah putus asa kamu pasti bisa.
Dan sebanyak 13 informan (26%) menjawab sering dengan bentuk
motivasi dan semangat yang diberikan adalah :
a. Rajin belajar agar menjadi orang yang sukses.
b. Terus berusaha dan berdo’a agar cita-cita kamu tercapai.
c. Jangan pernah putus asa kamu pasti bisa.
Dari temuan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa perhatian
orang tua dalam upaya pembentukan kepribadian anak baik dalam hal
memberikan motivasi dan semangat belajar anak di rumah. Hal ini diharapkan
51
agar anak akan rajin belajar apa bila orang tua selalu memberikan motivasi
dan semangat kepada anak.
Tabel 13
Mengadakan diskusi keagamaan bersama anak di rumah
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu 16 32%
Sering 34 68%
Jumlah 50 100%
Dari tabel ini terlihat bahwa perhatian orang tua dalam hal mengadakan
diskusi keagamaan dirumah. Diperoleh data sebanyak 34 informan (68%)
menjawab sering dengan isi diskusi yang dilakukan adalah :
a. Terkait masalah sholat wajib dan sunah.
b. Terkait masalah zakat.
c. Terkati masalah puasa.
d. Terkait maslah pacaran dikalangan remaja.
Dan sebanyak 16 informan (32%) menjawab selalu. Dengan isi diskusi
yang dilakukan adalah :
a. Terkait masalah sholat wajib dan sunah.
b. Terkait masalah zakat.
c. Terkati masalah puasa.
d. Terkait masalah merokok
e. Tekati masalah pacaran dikalangan remaja.
Dari temuan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa perhatian
orang tua dalam upaya pembentukan kepribadian anak baik dalam hal
mengadakan diskusi keagamaan di rumah. Hal ini diharapkan agar
pengetahuan agama anak meningkat dan bertambah.
52
Tabel 14
Anak mengikuti kursus tambahan baik di rumah maupun di sckolah
Alternatif Jawaban
Frekucnsi
Frekuensi Prosentase
Selalu 19 38%
Sering 21 42%
Kadang-kadang 10 20%
Jumlah 50 100%
Dari tabel ini terlihat bahwa perhatian orang tua dalam hal
memberikan anak kursus tambahan baik dirumah maupun diluar rumah.
Diperoleh data sebanyak 21 informan(42%) mejawab sering, dengan
kursus tambahan yang diberikan adalah :
a. Kursus komputer
b. Kursus bahasa inggris
c. Kursus mengaji
d. Kursus music
Sebanyak 19 informan (38%) menjawab selalu, dengan kursus
tambahan yang diberikan adalah :
a. Kursus komputer
b. Kursus bahasa Inggris
c. Kursus mengaji
d. Kursus musik
Dan sebanyak 10 informan (20%) menjawab kadang-kadang,
dengan kursus tambahan yang diberikan adalah :
a. Kursus komputer
b. Kursus bahasa inggris
c. Kursus mengaji
d. Kursus musik
Dari temuan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa perhatian
orang tua dalam upaya pembentukan kepribadian anak baik dalam hal
memberikan anak kursus tambahan baik dirumah maupun diluar rumah.
53
Tabel 15
Sikap mengontrol kegiatan ibadah anak di rumah
Alternatife jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu 40 80%
Sering 10 20%
Jumlah 50 100%
Dari tabel ini terlihat bahwa perhatian orang tua dalam hal sikap
mengontrol kegiatan ibadah anak di rumah. Diperoleh data sebanyak 40
informan (80%) dengan bentuk ibadah yang dikontrol adalah :
a. Sholat wajib
b. Puasa wajib
Dan sebanyak 10 informan (20%) menjawab sering, dengan bentuk
ibadah yang dikontrol adalah :
a. Sholat wajib
b. Puasa wajib
Dari temuan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa perhatian
orang tua dalam upaya pembentukan kepribadian anak baik dalam hal
sikap mengontrol kegiatan ibadah anak di rumah. Para orang tua
mengharpkan anaknya tumbuh menjadi anak yang sholeh dan sholeha serta
berkepribadian yang baik.
Tabel 16
Sikap menegur anak apabila tidak shalat
Alternatif jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu menegur 31 62%
Sering menegur 19 38%
Jumlah 50 100%
54
Dari tabel ini terlihat bahwa perhatian orang tua dalam hal sikap
menegur anak apabila tidak sholat. Diperoleh data sebanyak 31 informan
(62%) menjawab selalu menegur. Dengan alasan mengapa hal itu harus
ditegur adalah :
a. Sholat adalah tiang agama
b. Sholat itu kewajiban jadi harus dikerjakan
c. Sholat dapat menenangkan hati anak dan membuat anak menjadi baik.
Dan sebanyak 19 informan (38%) menjawab sering menegur,
dengan alasan mengapa hal itu harus ditegur adalah :
a. Sholat perintah agama.
b. Sholat kewajiban maka harus dikerjakan.
c. Sholat tiang agama.
d. Sholat bisa menentramkan jiwa dan hati anak.
Dari temuan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa perhatian
orang tua dalam pembenutkan kepribadian anak baik dalam hal menegur
anak apabila tidak sholat. Dari alasa-alasan yang diberikan dari orang tua,
dapatlah dijelaskan bahwa orang tua tidak mau melihat kalau anaknya tidak
mengerjakan sholat, karena sholat adalah perintah agama dan sholat dapat
menentramkan jiwa dan hati anak sehingga anak bisa mengontrol emosinya
dan memiliki kepribadian yang baik.
Tabel 17
Mendidik ibadah shalat dan puasa
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Melalui contoh teladan 25 50%
Melalui pembiasaan 15 30%
Melalui buku bacaan 3 6%
Melalui guru agama 7 14%
Jumlah 50 100%
55
Dari tabel ini terlihat bawa perhatian orang tua dalam hal mendidik
anak dalam ibadah shalat dan puasa. Diperoleh data sebanyak 25 informan
(50%) menjawab melalui contoh teladan, dengan alasan menggunakan cara itu
adalah :
a. Karena dengan contoh teladan anak akan mengikuti apa yang kita
contohkan tersebut.
b. Karean anak lebih suka mengikuti apa yang orang tua lakukan.
c. Dengan contoh teladan kita tidak hanya mengajarkan anak tetapi kita juga
sama-sama mengerjakan.
Sebanyak 15 informan (30%) mejawab melalui pembiasaan, dengan
alasan menggunakan cara itu adalah :
a. Dengan pembiasaan anak akan mejadi terbiasa dalam melakukan sholat
dan puasa.
b. Dengan pembiasaan akan membuat anak merasa sholat dan puasa adalah
kebutuhannya.
Sebanyak 7 informan (14%) menjawab melalui guru agama, dengan
alasan menggunakan cara itu adalah :
a. Guru agama lebih tau ilmunya dan paham tata caranya.
b. Guru agama biasanya lebih dihormati oleh anak dari pada orang tuanya.
Dan sebanyak 3 informan (6%) menjawab melalui buku bacaan, dengan
alasan menggunakan cara itu adalah :
a. Dari buku bacaan orang tua bisa menjelaskan kepada anak tata cara
mengerjakan ibadah sholat dan puasa.
b. Karena orang tua tidak mengetahui tata caranya maka lebih mudah
menggunakan buku bacaan dalam mendidik anak ibadah sholat dan puasa.
c. Dari buku bacaan banyak hal-hal yang belum diketahui orang tua
mengenai tata cara ibadah sholat dan puasa.
Dari temuan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa perhatian
orang tua dalam upaya pembentukan kepribadian anak baik dalam hal
mendidik anak ibadah shalat dan puasa.
56
Tabel 18
Pembiasaan mclakukan shalat bcrjama'ah dengan anak-anak di rumah
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu 3 6%
Sering 12 24%
Kadang-kadang 28 56%
Tidak pernah 7 14%
Jumlah 50 100%
Dari tabel ini terlihat bahwa perhatian orang tua dalam hal
pembiasaan shalat berjamaah dengan anak-anak di rumah. Diperoleh data
28 informan (56%) menjawab kadang-kadang, dengan sholat yang di
jama’ah adalah :
a. Sholat magrib
b. Sholat isya
c. Sholat subuh
Sebanyak 12 informan (24%) menjawab sering dengan sholat
yang dijama’ah adalah :
a. Sholat magrib
b. Sholat isya
c. Sholat subuh
Dan sebanyak 3 informan (6%) menjawab selalu dengan sholat
yang dijama’ah adalah :
a. Sholat magrib
b. Sholat isya
c. Sholat subuh
Sedangkan sebanyak 7 informan (14%) menjawab tidak pernah,
dengan alasan :
a. Sibuk dengan pekerjaan.
b. Sudah terbiasa sholat masing-masing.
57
Dari temuan di atas penulis dapat menyimpulakan bahwa
perhatian orang tua dalam upaya pembentukan kepribadian anak kurang
dalam hal melaksanakan sholat berjamaah dengan anak-anak di rumah.
Orang tua umumnya sibuk dengan pekerjaannya sehingga tidak
menyempatkan diri untuk melaksanakan shalat berjamaah di rumah
bersama anak-anaknya.
Tabel 19
Penanaman sikap disiplin kepada anak dirumah
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu 32 64%
Sering 10 20%
Kadang-kadang 8 16%
Jumlah 50 100%
Dari tabel ini terlihat bahwa perhatian orang tua dalam hal penanaman
sikap disiplin kepada anak di rumah. Diperoleh data sebanyak 32 informan
(64%) menjawab selalu dengan contoh sikap disiplin yang ditanamkan pada
anak adalah :
a. Sholat tepat waktu
b. Makan tepat waktu
c. Belajar sebelum tidur.
d. Mengosok gigi sebelum dan bangun tidur.
e. Merapihkan kamar tidur selesai bangun tidur.
Sebanyak 10 informan (20%) menjawab sering, dengan contoh sikap
disiplin yang ditanamkan pada anak adalah :
a. Sholat tepat waktu
b. Makan tepat waktu
c. Belajar sebelum tidur.
d. Merapihkan kamar tidur selesai bangun tidur.
58
Dan sebanyak 8 informan (16%) menjawab kadang-kadang, dengan
contoh sikap disiplin yang ditanamkan adalah :
a. Sholat tepat waktu
b. Makan tepat waktu
c. Belajar sebelum tidur.
d. Merapihkan kamar tidur selesai bangun tidur.
Dari temuan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa perhatian
orang tua dalam upaya pembentukan kepribadian anak tersebut baik dalam hal
mcnanamkan sikap disiplin kepada anaknya.
Tabe1 20
Sikap memberikan pengawasan terhadap kegiatan belajar anak
di rumah maupun di luar rumah
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu 25 50%
Sering 13 26%
Kadang-kadang 12 24%
Jumlah 50 100%
Dari tabel ini terlihat bahwa perhatian orang tua dalam hal sikap
memberikan pengawasan terhadap kegiatan belajar anak di rumah maupun
di luar rumah. Diperoleh data sebanyak 25 informan (50%) menjawab
selalu, dengan bentuk pengawasan yang dilakukan adalah :
a. Selalu melihat nilai anak ketika pulang sekolah.
b. Menanyakan kepada anak mengenai pelajaran yang dipelajari
disekolah hari ini.
c. Membuat jadwal belajar, bermain, dan istirahat anak di dirumah.
Sebanyak 13 informan (26%) menjawab sering, dengan bentuk
pengawasan yang dilakukan adalah :
a. Selalu melihat nilai anak ketika pulang sekolah.
59
b. Menanyakan kepada anak mengenai pelajaran yang dipelajari
disekolah hari ini.
c. Membuat jadwal belajar, bermain, dan istirahat anak di di rumah.
Dan sebanyak 12 informan (24%) menjawab kadang-kadang,
dengan bentuk pengawasan yang dilakukan adalah :
a. Melihat nilai anak ketika pulang sekolah.
b. Menanyakan kepada anak mengenai pelajaran yang dipelajari
disekolah hari ini.
Dari temuan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa perhatian
orang tau dalam upaya pemebntukan kepribadian anak baik dalam hal
sikap memberikan pengawasan terhadap kegiatan belajar anak di rumah
maupun di luar rumah.
Tabel 21
Sikap selalu menanamkan pendidikan akhlak di rumah
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu 40 80%
Sering 8 16%
Kadang-kadang 2 4%
jumlah 50 100%
Dari table ini telihat bahwa perhatian orang tua dalam hal sikap selalu
menanamkan pendidikan akhlak di rumah. Diperoleh data sebanyak 40
informan menjawab selalu, dengan bentuk akhlak yang ditanamkan kepada anak
adalah :
a. Cium tangan apabila ada tamu atau bertemu dengan orang yang lebih tua.
b. Segera datang apabila orang tua memanggil.
c. Mengucap salam apabila bertamu atau jika bertemu dengan seseorang.
Sebanyak 8 informan (16%) menjawab sering, dengan bentuk akhlak
yang ditanamkan kepada anak adalah :
a. Cium tangan apabila ada tamu atau bertemu dengan orang yang lebih tua.
60
b. Segera datang apabila orang tua memanggil.
c. Mengucap salam apabila bertamu atau jika bertemu dengan seseorang.
Dan sebanyak 2 informan (4%) menjawab kadang-kadang, dengan
bentuk akhlak yang ditanamkan kepada anak adalah :
a. Menghormati orang tua atau guru.
b. Cium tangan kepada yang lebih tua.
c. Mengucapkan salam jika bertamu.
Dari temuan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa perhatian orang
tua dalam upaya pembentukan kepribadian anak baik dalam hal sikap
penanaman pendidikan akhlak kepada anak di rumah. Para orang tua sangat
mengharapkan anak-anaknya memiliki akhlak yang baik.
2. Tingkat keberhasilan perhatian orang tua dalam upaya
pembentukan kepribadian anak
Tabel 22
Minat anak terhadap pendidikan agama Islam
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Sangat berminat 40 80%
Berminat 10 20%
Jumlah 50 100%
Dari tabel ini terlihat bahwa tingkat keberhasilan orang tua dalam hal
minat anak terhadap pendidikan agama Islam. Diperoleh data sebanyak 40
informan (80%) menjawab sangat berminat, dengan alasan memilih jawaban
tersebut adalah :
a. Anak-anak menyukai belajar agama Islam.
b. Anak-anak setiap malam pergi mengaji ke rumah guru mengaji.
c. Di sekolah anak sangat antusias mengikuti pelajaran agama.
d. Di rumah anak sangat berminat jika orang tua mengjarkan mengaji.
61
Dan sebanyak 10 informan (20%) menjawab berminat, dengan alasan
memilih jawaban tersebut adalah :
a. Anak-anak sangat antusias apabila belajar agama.
b. Anak-anak setiap malam pergi mengaji ke rumah guru mengaji.
c. Di sekolah anak sangat antusias mengikuti pelajaran agama.
d. Di rumah anak sangat berminat jika orang tua mengajarkan mengaji.
Dari temuan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa umumnya
anak-anak di lingkungan waraga Rw. 04 sangat berminat terhadap pendidikan
agam Islam. Dengan demikian dapat dikategorikan bawa tingkat keberhasilan
perhatian orang tua dalam upaya pembentukan kepribadian anak tersebut baik
dalam hal minat anak terhadap pendidikan agama Islam.
Tabel 23
Pendapat anak tentang Pendidikan Agama Islam
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Sangat penting 39 78%
Penting 11 22%
Jumlah 50 100%
Dari tabel ini terlihat bahwa tingkat keberhasilan orang tua dalam hal
pendapat anak tentang pendidikan agama Islam. Diperoleh data sebanyak 39
informan (78%) menjawab sangat penting, dengan alasan memilih jawaban
tersebut adalah :
a. Setelah ditanyakan kepada anak yang bersangkutan anak tersebut
menjawab bahwa pendidikan agama Islam sangat penting.
b. Anak-anak sangat antusias apabila belajar agama.
c. Anak-anak setiap malam pergi mengaji ke rumah guru mengaji.
Dan sebanyak 11 informan (22%) menjawab penting, dengan alasan
memilih jawaban tersebut adalah :
a. Setelah ditanyakan kepada anak yang bersangkutan anak tersebut
menjawab bahwa pendidikan agama Islam penting.
62
b. Anak-anak antusias mengikuti pelajaran agama Islam baik di rumah
maupun di luar rumah.
c. Anak-anak setiap malam pergi mengaji ke rumah guru mengaji.
Dari temuan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa secara umum
anak-anak di lingkungan wilayah Rw. 04 berpendapat pendidikan agama Islam
sangat penting. Hal itu mengatakan bahwa anak-anak sangat memerlukan
pendidikan agama Islam. Apalagi pendidikan agama Islam itu diberikan
sejak dini. Dengan demikian maka dapat dikategorikan berarti tingkat
keberhasilan perhatian orang tua dalam upaya pembentukan kepribadian anak
tersebut baik dalam hal pendapat anak tentang pendidikan agama Islam.
Tabel 24
Sikap anak ketika di rumah dan di luar rumah
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Sangat baik 13 26%
Baik 37 74%
Jumlah 50 100%
Dari tabel ini terlihat bahwa tingkat keberhasilan orang tua dalam hal
sikap anak ketika di rumah dan di luar rumah. Diperoleh data sebanyak 37
informan (74%) menjawab baik, dengan contoh sikap yang di cerminkan oleh
anak-anak adalah :
a. Mau mengikuti nasihat orang tua.
b. Mengucap salam dan cium tangan ketika pergi dan pulang sekolah.
c. Sayang kepada orang tua.
d. Baik kepada teman.
e. Apabila memiliki makanan ia tidak segan untuk memberi kepada teman.
Dan sebanyak 13 informan (26%) menjawab sangat baik, dengan
contoh sikap yang dicerminkan oleh anak-anak adalah :
a. Mau mengikuti nasihat orang tua.
b. Mengucap salam dan cium tangan ketika pergi dan pulang sekolah.
63
c. Sayang kepada orang tua.
d. Baik kepada teman.
Dari temuan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa secara umum
anak-anak di wilayah Rw. 04 memiliki sikap yang baik ketika di rumah dan di
luar rumah. Dengan demikian maka dapat dikategorikan berarti tingkat
keberhasilan perhatian orang tua dalam upaya pembentukan kepribadian
anak tcrsebut baik dalam hal sikap anak ketika di rumah dan di luar rumah.
Tabel 25
Setelah mempcroleh pendidikan agama Islam anak akan bersikap baik,
hormat dan patuh pada orang tua
Alternatif jawaban Frekuensi Proscntasc
Selalu 30 60%
Sering 9 18%
Kadang-kadang 11 22%
Jumlah 50% 100%
Dari tabel ini terlihat bahwa tingkat keberhasilan orang tua dalam
hal setelah memperoleh pendidikan agama Islam anak akan bersikap baik,
hormat dan patuh pada orang tua. Diperoleh data sebanyak 30 informan (60%)
menjawab selalu, dengan bentuk sikap yang dicerminkan adalah :
a. Anak lebih hormat kepada orang tua.
b. Anak lebih patuh kepada orang tua.
c. Anak tidak berani berkata kasar kepada orang tua.
d. Ketika diperintah anak segera melaksanakan perintah orang tua.
Sebanyak 11 informan (22%) menjawab kadang-kadang, dengan
bentuk sikap yang dicerminkan anak adalah :
a. Anak lebih patuh kepada orang tua.
b. Anak tidak berani berkata kasar kepada orang tua.
c. Ketika diperintah anak segera melaksanakan perintah orang tua.
64
Dan sebanyak 9 informan (18%) menjawab sering, dengan bentuk
sikap yang dicerminkan anak adalah :
a. Ketika diperintah anak segera melaksanakan perintah orang tua.
b. Anak tidak berani berkata kasar kepada orang tua.
c. Anak lebih hormat kepada orang tua.
Dari temuan di atas penulis dapat meneyimpulkan bahwa anak-
anak di wilayah Rw. 04 secara umum akan bersikap baik, hormat dan
patuh kepada orang tua setelah memperoleh pendidikan agama Islam.
Dengan demikian maka dapat dikategorikan berarti tingkat keberhasilan
perhatian orang tua dalam upaya pembentukkan kepribadian anak tersebut
baik dalam hal setelah memperoleh pendidikan agama Islam.
Tabel 26
Sctelah memperoleh pendidikan agama Islam anak akan bersikap
baik, hormat, tidak bertengkar dan saling menghargai sesama
kerabat
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Selalu 20 40%
Sering 20 40%
Kadang-kadang 10 20%
Jumlah 50% 100%
Dari tabel ini terlihat bahwa tingkat keberhasilan orang tua dalam hal
setelah memperoleh pendidikan agama Islam anak akan bersikap baik, hormat,
tidak bertengkar, dan saling mengharagai sesama kerabat. Diperoleh data
sebanyak 20 informan (40%) menjawab selalu, dengan bentuk sikap yang
dicerminkan anak adalah :
a. Anak tidak bertengkar dengan kerabatnya dan teman-temannya.
b. Jika memiliki makanan anak mau memberikan kepada kerabat atau
temannya.
65
c. Anak tidak menyakiti hati kerabat atau teman dengan kata-kata yang
kasar atau kata yang menyakitkan.
Sebanyak 20 informan (40%) menjawab sering, dengan bentuk sikap
yang dicerminkan anak adalah :
a. Anak tidak bertengkar dengan kerabatnya dan teman-temannya.
b. Jika memiliki makanan anak mau memberikan kepada kerabat atau
temannya.
c. Anak tidak menyakiti hati kerabat atau teman dengan kata-kata yang
kasar atau kata yang menyakitkan.
Dan sebanyak 10 informan (20%) menjawab kadang-kadang, dengan
bentuk sikap yang dicerminkan anak adalah :
a. Anak tidak bertengkar dengan kerabatnya dan teman-temannya.
b. Jika memiliki makanan anak mau memberikan kepada kerabat atau
temannya.
c. Anak tidak menyakiti hati kerabat atau teman dengan kata-kata yang
kasar atau kata yang menyakitkan.
Dari temuan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa anak-anak
di wilayah Rw. 04 secara umum akan bersikap baik, hormat, tidak
bertengkar dan saling menghargai sesama kerabat setelah memperoleh
pendidikan agama Islam. Dengan demikian maka dapat dikategorikan
berarti tingkat keberhasilan perhatian orang tua dalam upaya pembentukan
kepribadian anak tersebut baik dalam hal setelah memperoleh pendidikan
agama Islam anak akan bersikap baik, hormat tidak bertengkar dan saling
menghargai sesama kerabat.
Tabel 27
Apakah anak rajin melaksanakan ajaran agama seperti shalat,
puasa dan mengaji
Alternatif Jawaban Frekucnsi Prosentase
Sangat rajin 34 68%
Rajin 11 22%
Kurang rajin 5 10%
66
Jumlah 50 100%
Dari table ini terlihat bahwa tingkat keberhasilan orang tua dalam
hal anak rajin melaksanakan ajaran agama seperti shalat, puasa dan mengaji.
Dipeoleh data sebanyak 34 informan (68%) menjawab sangat rajin, dengan
alasan memilih jawaban tersebut :
a. saya memperhatikan sendiri ibadah anak saya rajin dalam melaksanakan
sholat wajib, puasa dan mengaji.
b. Setiap malam anak saya pergi mengaji ke pengajian.
c. Setiap bulan Ramadhan anak saya selau melaksanakan ibadah puasa.
d. Setiap malam jum’at di rumah diadakan yasinan bersama anak-anak.
Sebanyak 11informan (22%) menjawab rajin, dengan alasan memilih
jawaban tersebut adalah :
a. saya memperhatikan sendiri ibadah anak saya rajin dalam melaksanakan
sholat wajib, puasa dan mengaji.
b. Setiap malam anak saya pergi mengaji ke pengajian.
c. Setiap bulan Ramadhan anak saya selau melaksanakan ibadah puasa.
d. Setiap malam jum’at di rumah diadakan yasinan bersama anak-anak.
Dan sebanyak 5 informan menjawab kurang rajin, dengan alasan
memilih jawaban tersebut adalah :
a. Saya memperhatikan sendiri ibadah sholat, puasa dan mengaji anak saya
kurang rajin.
b. Terkadang anak saya sulit untuk diperintah pergi mengaji.
c. Terkadang anak saya tidak mau kalau di perintah untuk sholat.
d. Dalam ibadah puasa Ramadhan anak saya belum mencapai sebulan penuh
dalam berpuasa.
Dari temuan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa secara umum
anak-anak di wilayah Rw. 04 rajin melaksanakan ajaran agama seperti sholat,
puasa dan mengaji. Dengan demikian maka dapat dikategorikan berarti
tingkat keberhasilan perhatian orang tua dalam upaya pembentukan
kepribadian anak tersebut baik dalam hal melaksanakan ajaran agama
67
seperti shalat, puasa dan mengaji.
Tabel 28
Apakah anak rajin belajar dan mengerjakan tugasnya sendiri
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Sangat rajin 20 40%
Rajin 17 34%
Kurang rajin 13 26%
Jumlah 50% 100%
Dari tabel ini terlihat bahwa tingkat keberhasilan orang tua dalam hal
anak rajin belajar dan mengerjakan tugasnya sendiri. diperoleh data sebanyak
20 informan (20%) menjawab sangat rajin, dengan bentuk tugas yang
dikerjakan adalah :
a. Menggambar
b. Berhitung.
c. Menulis
Sebanyak 17 informan (34%) menjawab rajin, dengan bentuk tugas
yang dikerjakan adalah :
a. Menggambar.
b. Menghitung.
c. Menulis.
Sebanyak 13 informan menjawab kurang rajin, dengan alasan
memilih jawaban itu adalah :
a. Anak saya apabila ada PR selalu meminta bantuan orang tua.
b. Anak saya susah kalau disuruh belajar.
c. Anak saya suka dipaksa kalau belajar tanpa dari kesadaran sendiri.
Dari temuan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa secara
umum anak-anak di wilayah Rw. 04 rajin belajar dan mengerjakan PR
sendiri. Dengan demikian maka dapat dikategorikan berarti tingkat
keberhasilan perhatian orang tua dalam upaya pembentukan kepribadian anak
68
tersebut baik dalam hal rajin belajar dan mengerjakan tugasnya sendiri.
Tabel 29
Kemampuan anak membaca Al-Qur'an
Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase
Sangat baik 7 14%
Baik 30 60%
Kurang baik 13 26%
Jumlah 50% 100%
Dari tabel ini telihat bahwa tingkat keberhasilan orang tua dalam hal
kemampuan anak dalam membaca al-Qur’an. Diperoleh data sebanyak 30
informan (60%) menjawab baik dengan kemapuan anak membaca al-Qur’an
dalam bidang :
a. Dalam pelafalan huruf hijaiyah sudah cukup baik.
b. Tajwid atau hukum bacaan anak sudah mengetahui hukum bacaan Mad,
Ikhfa dan Idzhar.
Sebanyak 13 informan (26%) menjawab kurang baik, dengan
kemampuan anak membaca al-Qur’an dalam bidang :
a. Dalam pelafalan huruf hijaiyah belum cukup baik.
b. Anak-anak belum cukup tau hukum bacaan atau tajwidnya.
Dan sebanyak 7 informan (14%) menjawab sangat baik, dengan
kemampuan anak membaca al-Qur’an dalam bidang :
a. Dalam pelafalan huruf hijaiyah sudah sangat baik.
b. Dalam hukum bacaan atau tajwid atau sudah sangat baik.
c. Dalam hal lagu atau irama anak sudah bisa dan cukup baik.
Dari temuan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa anak-anak
diwilayah Rw. 04 secara umum baik dalam hal kemampuan membaca al-
Qu’an baik dari segi pelapalan huruf (Makhrojul huruf), hukum bacaan
69
(Tajwid) dan lagau atau irama bacaan. Dengan demikian maka dapat
dikategorikan berarti tingkat keberhasilan perhatian orang tua dalam upaya
pembentukan kepribadian anak tersebut baik dalam hal membaca al-Qur'an.
Dari tabel-tabel yang telah diuraikan dari data pengelompokkan
perhatian orang tua dalam upaya pembentukan kepribadian anak, terlihat
bahwa para orang tua di wilayah Rw. 04 sangat berperan dalam uapaya
pembentukan kepribadian anak. Dari sekian pertanyaan yang penulis ajukan
kepada mereka tentang perhatian orang tua dalam upaya pembentukan
kepribadian anak, mayoritas mereka menjawab dengan jawaban selalu, dan
Sering. Sedikit sekali dari mereka yang menjawab kadang-kadang dan
tidak pernah. Hal itu berarti bahwa peranan keluarga sangat penting dalam
pembentukan kepribadian anak. Dengan adanya penerapan pendidikan agama
Islam di rumah, maka anak akan mengetahui dan memahami akan ajaran-
ajaran agama Islam. Meskipun mayoritas orang tua di wilayah Rw. 04 itu
disibukkan dengan aktifitasnya, tapi mereka tetap menyisakan waktu mereka
untuk memberikan perhatian kepada anak-anak mereka khususnya dalam
memerikan pendidikan agama Islam. Karena pendidikan agama Islam itu
sangat penting untuk kehidupan anak mereka kelak supaya anak-anak
tidak tersesat kepada hal-hal yang tidak baik.
Dalam memberikan perhatian kepada anak, sebagian besar orang
tua menanamkan pendidikan agama kepada anak-anaknya dari sejak
lahir, agar anakanaknya dapat mengetahui agama dari sejak dini dan dapat
mengamalkan perintah agama di waktu besar nanti. Berdasarkan data-data
yang terdapat pada tabel di atas bahwa mereka sudah benar-benar melakukan
peranannya dalam membentuk kepribadian anak yaitu dengan memberikan
perhatian kepada anak, dari mulai mengajarkan pendidikan agama Islam dan
membimbing dalam mengerjakan perintah agama, mengawasi segala
tingkah lake anak-anaknya di luar rumah dan menegur anakanaknya apabila
melakukan hal yang tidak baik. Adapun dari segi materi mereka berupaya
memberikan segala keperluan anak-anaknya dari menyekolahkan anaknya
70
kesekolah agama sampai menyediakan segala fasilitas yang anak-anak mereka
perlukan, karena menurut mereka pendidikan agama itu sangat penting bagi
anak-anak mereka walaupun ada hambatan, mereka akan tetap
mengusahakannya agar anak-anak mereka menjadi anak yang berguna
bagi agama, bangsa dan negara dan juga menjadi anak yang shaleh dan
shalehah.
Sedangkan dari data pengelompokkan tentang keberhasilan perhatian
orang tua dalam upaya pembentukan kepribadian anak di keluarga Rw. 04
itu dapatlah diinterpretasikan bahwa, anak-anak mereka adalah anak-
anak yang benar-benar di harapkan oleh orang tua mereka. Hal itu
berarti bahwa setelah anak-anak memperoleh pendidikan agama Islam baik
di rumah atau di luar rumah, mereka bisa mengamalkan sedikit demi sedikit
ilmunya khususnya ilmu pendidikan agama Islam yang telah mereka peroleh.
Mereka selalu mengerjakan apa yang diperintah Allah swt. dan orang tua
mereka dan selalu bertingkah laku yang baik sesuai dengan norma-norma
agama yang berlaku. Kebanyakan dari mereka (anak-anak) sangat berminat
terhadap pendidikan agama Islam. Karena mereka sudah mengerti bahwa
pendidikan agama Islam itu sangat penting bagi mereka. Oleh karena itu
mayoritas dari mereka, selain sekolah disekolah umum, mereka juga
belajar mengaji di Taman Pendidikan al-Qur'an yang ada di wilayah
mereka. Berdasarkan data pengelompokkan tingkat keberhasilan perhatian
orang tua dalam upaya pembentukan kepribadian anak itu dapatlah dilihat
bahwa orang tua di wilayah Rw. 04 sudah berhasil akan peranannya
memberika perhatian kepada anak-anak mereka dalam membentuk
kepribadian anak.
Tentang keberhasilan perhatian orang tua dalam pembentukan
kepribadian anak yaitu dalam hal memberikan pendidikan agama Islam
di keluarga, penulis mendapatkan informasi dari salah seorang warga
masyarakat yang mendidik anaknya di rumah, walaupun disekolah
sudah diberikan pendidikan agama Islam, betapa sulit sekali memberikan
71
pembinaan, bimbingan kepada anak dalam pendidikan agama Islam di
rumah. Apabila anak tidak di biasakan untuk belajar agama maka anak
tersebut akan malas, yang nantinya ia tidak dapat membedakan mana
yang baik dan mana yang buruk atau yang dibolehkan dan dilarang oleh
agama. Disekolah saja tidak cukup di berikan pendidikan/pelajaran agama
saja, tetapi harus di lanjutkan dengan kebiasaannya yang dilakukan dirumah,
yaitu dengan mempraktekan apa yang sudah di pelajari dari pendidikan
agama di sekolah.
B. Bentuk Perhatian Orang Tua Kepada Anaknya
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada orang tua di
wilayah Rw. 04 terdapat temuan lapangan berkenaan dengan bentuk perhatian
orang tua kepada anaknya.
Di bawah ini adalah data temuan lapangan yang didapatkan dari hasil
wawancara terhadap perhatian orang tua dalam upaya pembentukan
kepribadian anak yang berkaitan dengan bentuk perhatian orang tua kepada
anaknya, dari pertanyaan yang peneliti ajukan kepada orang tua, diperoleh
jawaban :
1. Pemenuhan kebutuhan pokok jasmani anak yaitu :
a. Memberikan anak makanan dan minuman yang bergizi seperti susu,
telor, daging sayur-sayuran dan buah-buahan.
b. Merawat kebersihan tubuh anak dengan memperhatikan kebersihan
pakaian, memandikan anak minimal sehari dua kali, menjaga
kebersihan kuku dan gigi anak.
c. Memberikan anak pakaian yang bagus dan baik yang melindungi
tubuh anak.
d. Melarang anak jajan di tempat sembarangan yang belum terjamin
kebersihan dan kesehatannya.
e. Apabila anak sakit segera memeriksa kedokter atau puskesmas
terdekat.
2. Pemenuhan kebutuhan agama (keimanan) anak yaitu:
72
a. Memasukkan anak ke Taman Pendidikan Al-Qur’an untuk belajar
membaca al-Qur’an.
b. Mengajarkan anak mengetahui huruf-huruf hijaiyyah dengan
menggunakan poster dan menempelnya di kamar tidur anak.
c. Mendidika anak melaksanakan sholat berjama’ah di masjid.
d. Mengontrol ibadah sholat anak.
e. Mengadakan yasinan bersama dengan keluarga dengan mengikut
sertakan anak setiap malam jum’at.
f. Melatih anak untuk melaksanakan ibadah puasa pada saat bulan
Ramadhan.
3. Pemenuhan kebutuhan kasih sayang anak yaitu:
a. Menjaga kesehatan anak.
b. Tidak membentak anak ketika ia salah.
c. Membelikan anak mainan yang disukai.
d. Memberikan perhatian yang cukup kepada anak.
e. Memanggil anak dengan panggilan yang khas yang menyentuh hati
anak seperti; sayang, nak, dik, ade.
f. Selalu berbicara dengan nada penuh kasih sayang kepada anak dan
menghindarkan kata-kata yang menyakitkan hati anak.
4. Pemenuhan kebutuhan rasa aman anak yaitu:
a. Ketika anak salah tidak menghukum anak dengan pukulan atau hal-
hal yang bisa mengganggu jiwanya.
b. Menjaga lingkungan rumah agar kesehatan anak terjaga.
c. Menjaga kebersihan pakaian, badan dan tempat tidur anak.
d. Tidak membentak-bentak anak ketika salah.
e. Tidak melampiaskan kemarahan kepada anak ketika ada masalah.
f. Menjaga kesehatan anak.
5. Pemenuhan kebutuhan rasa penerimaan yaitu:
a. Tidak membeda-bedakan dalam hal memberikan kasih sayang antara
anak yang satu dengan yang lain.
73
b. Menghargai pendapat anak walau itu salah.
c. Ikut bermain bersama-sama dengan anak.
d. Tidak membading-bandingkan anak sendiri dengan anak orang lain.
6. Pemenuhann kebutuhan rasa ingin tahu anak yaitu:60
a. Mengajari anak nama-nama benda, hewan, buah yang belum
diketahui.
b. Memasang poster-poster nama-nama benda, hewan dan buahan untuk
merangsang otak anak dan menambah pengetahuan anak.
c. Memukkan anak kursus tambahan seperti komputer dan bahasa
inggris untuk menambah pengetahuan anak.
d. Mendampingi anak ketika sedang menonton televisi.
e. Mempasilitasi anak dengan alat-alat belajar yang lengkap.
f. Memberikan jawaban yang memuaskan anak ketika anak
menanyakan sesuatu yang belum diketahuinya.
Dari hasil wawancara yang diperoleh, penulis dapat menyimpulkan
bahwa orang tua di wilayah Rw. 04 sangat berperan dalam proses
pembenutkan kepribadian anak, yaitu dengan memberikan pemenuhan
kebutuhan jasmani anak seperti memberikan anak makanan dan minuman
yang bergizi, menjaga kebersihan pakainan anak, menjaga kesehatan anak,
memberikan anak pakaian yang baik., pemenuhan kebutuha agama
(keimanan) seperti memasukan anak ke Taman Pendidikan Al-Qur’an untuk
belajar membaca Al-Qur’an, mengajarkan anak untuk mengenal huruf-huruf
hijaiyah, melatih anak melaksanakan sholat berjama’ah di masjid,
mengadakan yasinan bersama dan melatih anak untuk melaksanakan ibadah
puasa pada saat bulan Ramadhan., pemenuhan kebutuhan kasih sayang seperti
menjaga kesehatan anak, tidak membentak anak apabila salah, membelikan
anak mainan yang disukai, memanggil anak dengan sebutan yang baik dan
selalu berbicar dengan nada yang lembut dan penuh kasih sayang di depan
60 Hasil wawancara dengan orang tua di wilayah Rw. 04 Kel. Gondrong Kec. Cipondoh
Kota Tangerang.
74
anak., pemenuhan kebutuhan rasa aman anak seperti tidak menghukum anak
dengan pukulan atau hal yang menggangu jiwanya, menjaga kebersihan
lingkungan rumah, menjaga kebersihan pakaian, badan dan tempat tidur anak,
tidak membentak anak jika salah dan menjaga kesehatan anak., pemenuhan
kebutuhan rasa penerimaan seperti tidak pilih kasih dalam memberikan kasih
sayang kepada anak, bermain bersama anak, tidak membeda-bedakan anak
kita dengan anak orang lain, menghargai pendapat anak., dan pemenuhan
kebutuhan rasa ingin tahu anak yaitu dengan mengajari anak nama-nama
benda, hewan dan tumbuhan yang belum diketahui, mendampingi anak saat
menonton televisi, menjawab pertanyaan yang di lontarakann anak dengan
benar dan memberikan kepuasan anak dan mempasilitasi anak dengan alat-alat
belajar yang mendukung pendidikan anak.
C. Kepribadian Anak yang Diharapkan dari Perhatian yang Diberikan
Orang Tua
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada orang tua di
wilayah Rw. 04 Kelurahan Gondrong Kecamatan Cipondoh Kota Tangerang,
terdapat temuan lapangan berkenaan dengan kepribadian anak yang diharpkan
dari perhatian yang diberikan orang tua.
Di bawah ini adalah data temuan lapangan yang didapatkan dari hasil
wawancara terhadap orang tua yang berkaitan dengan kepribadian anak yang
diharpkan dari perhatian yang diberikan orang tua yaitu:
1. Bersikap terbuka yaitu:
a. Anak mau berkata jujur
b. Anak berani berkata sebenarnya dan tidak ragu-ragu.
c. Anak tidak tertutup dengan orang tua dan orang lain.
d. Anak berani berpendapat dan mengungkapkan isi hatinya.
2. Mudah bergaul yaitu:
a. Anak pintar mencari teman.
b. Anak berjiwa sosial dan tidak individualis.
75
c. Anak memiliki banyak teman.
d. Anak mudah beradaptasi dilingkungan lama maupun lingkungan baru.
e. Anak mampu berkomunikasi dengan baik.
3. Percaya diri yaitu:
a. Anak mampu bekerja sendiri tanpa bantuan orang lain.
b. Anak tidak bergantung dengan orang lain.
c. Anak pantang menyerah.
d. Anak selalu semangat dan ceria.
4. Mandiri yaitu:
a. Anak mampu bekerja sediri.
b. Anak tidak bergantung dengan orang lain.
c. Anak mengerjakan tugas sendiri tanpa bantuan orang lain.
d. Anak mampu mengerjakan sesuatu sendiri.
5. Ekspresif yaitu:
a. Anak bersikap ceria.
b. Anak mudah tersenyum.
c. Anak memiliki jiwa yang tegar.
6. Ceria yaitu:
a. Anak tidak gampang murung.
b. Anak selalu semangat dalam hidupnya.
c. Anak tidak mudah putus asa.
d. Anak memiliki ekspersi wajah yang beseri.
e. Anak selau tersenyum kepada orang lain.
Dari hasil wawancara yang diperoleh penulis dapat menyimpulkan
bahwa orang tua diwilayah Rw. 04 Kelurahan Gondorong Kecamatan
Cipondoh sangat mengharapkan anaknya memiliki kepribadian bersikap
terbuka yaitu berani berkata jujur, tidak ragu dan berani perpendapat., mudah
bergaul yaitu pintar mencari teman, berjiwa sosial, tidak individualis, dan
mampu berkomunikasi dengan baik., percaya diri yaitu mampu bekerja
sendiri, tidak bergantung dengan orang lain, pantang menyerah, selalu
76
semangat dan ceria., madiri yaitu anak mampu bekerja sendiri tanpa bantuan
orang lain dan tidak bergantug dengan orang lain., ekspresif yaitu anak
memiliki wajah yang riang, tidak mudah murung dan selalu ceria., ceia yaitu
anak tidak gampang murung, selalu semangat dalam hidupnya, anak tidak
mudah putus asa dan selalu tersenyum dengan ornag lain.
D. Hubungan Perhatian Orang Tua dengan Pembentukan Kepribadian
Anak
Seorang anak dilahirkan dalam keadaan tidak berdaya, dalam keadaan
penuh ketergantungan dengan orang lain, tidak mampu berbuat apa-apa
bahkan tidak mampu menolong dirinya sendiri. Oleh karena ketidak
berdayaannya itulah maka orang tua adalah tempat menggantungkan diri bagi
anak secara wajar. Seorang anak membutuhkan pemeliharaan dan perawatan
untuk kelangsungan hidupnya, baik kebutuhan jasmaninya maupun kebutuhan
rohaninya. Ia membutuhkan perhatian dari orang tuanya. Perhatian itu dapat
berupa pemenuhan kebutuhan fisik seperti makan dan minum, maupun
pemenuhan fsikologisnya seperti pemberian kasih sayang, rasa aman, rasa
penerimaan dirinya dan harga dirinya dan sebagainya.
Apabila berbagai kebutuhan tersebut dapat terpenuhi maka ia akan
merasa tenang dan aman serta berprasangka baik kepada orang-orang yang
ada disekitarnya, sehingga hal ini memberikan pengaruh positif bagi
perkembangan kepribadiannya. Namun sebaliknya apabila ia merasa
kebtuhannya kurang terpenuhi maka ia akan selalu resah dan tidak percaya
kepada sekelilingnya dan ini akan sangat berpengaruh pada jiwa dan tubuhnya
dan juga masa depannya.
Oleh karena itu antara perhatian orang tua dengan kepribadian anak
memiliki hubungan yang saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya.
Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa kepribadian anak salah satunya
ditentukan oleh perhatian yang diberikan oleh orang tuanya dalam memnuhi
kebutuhan-kebutuhan anak baik kebutuhan jasmaniah maupun kebutuhan
rohaniah. Dengan orang tua memberikan perhatian yang baik terhadap
77
pemenuhan kebutuhan jasamaniah maupun rohaniah anak, maka anak akan
merasa tenang dan bahagia. Kebahagiaan itu pada gilirannya akan
memberikan pengaruh positif terhadap pembentukan kepribadian anak.
Sebaliknya apabila anak kurang memperoleh perhatian dari orang tuanya
dalam pemenuhan kebutuhan fisik jasmaniahnya maupun mental rohaniahnya
maka anak akan merasa resah dan tidak bahagia sehingga memberikan
pengaruh buruk terhadap pembentukan kepribadiannya.
78
BAB V
ANALISA HASIL TEMUAN LAPANGAN
A. Ketepatan Hipotesis
Sesuai hipotesis yang penulis kemukakan pada Bab II bahwa:
Ha :
H0 :
Berdasarkan data temuan di lapangan yang dikemukakan pada Bab IV,
bahwasanya persentase perhatian orang tua kepada anaknya sangat tinggi
sehingga implikasinya pun tinggi terhadap pembentukan kepribadian anak . Maka
hipotesis alternatif (Ha) diterima yakni semakin tinggi tingkat perhatian orang tua
kepada anaknya, berimplikasi besar terhadap pembentukan kepriabadian anak.
Sedangkan pada hipotesis nol (H0) ditolak.
Ini berarti ada hubungan yang signifikan antara perhatian orang tua dengan
pembenutkan kepribadian anak. Semakin tinggi tingkat perhatian orang tua
kepada anaknya maka akan semakin tinggi implikasinya terhadap pembenutkan
Semakin tinggi tingkat perhatian orang tua kepada anaknya, akan
berimplikasi besar terhadap pembentukan kepribadian anak.
Semakin tinggi tingkat perhatian orang tua kepada anaknya, tidak
akan berimplikasi terhadap pembentukan kepribadian anak.
79
kepribadian anak dan sebaliknya jika perhatian orang tua rendah maka rendah
pula implikasinya terhadap pembentukan kepribadian anak.
B. Analisis Teoritis dan Teori Temuan
Ketepatan teoritis yang penulis uraikan pada Bab II adalah mengenai
perhatian orang tua dalam upaya pembentukan kepribadian anak dan apakah ada
hubungan antara perhatian orang tua dengan pembentukan keperibadian anak.
Berdasarkan kerangka teori temuan, dengan melakukan pengamatan secara
mendalam peneliti menemukan fakta di lapangan yaitu, adanya perhatian yang
cukup tinggi yang diberikan orang tua kepada anaknya dalam upaya pembentukan
kepribadian anak, dengan bukti hasil perhitungan angket dan hasil wawancara
yang dilakukan pada orang tua di wilayah Rw. 04 Kelurahan Gondrong
Kecamatan Cipondoh Kota Tangerang.
Di bawah ini terdapat bagan kerangka temuan lapangan, yang
menggambarkan perspektif kerangka teori hasil temuan dengan merefleksi
berbagai kondisi empiris di lapangan, yaitu:
80
Bagan 3
Kerangka Kosep Teori Temuan
81
Merujuk pada kerangka teori temuan di atas, terdapat implikasi yang
besar dalam pembentukan kepribadian anak dari perhatian yang diberikan oleh
orang tua. Dengan perhatian yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya
yaitu pemenuhan kebutuhan pokok jasmani seperti memberikan makanan dan
minuman yang bergizi, menjaga kebersihan tubuh anak, melarang anak jajan
disembarang tempat juga memeriksa anak ke dokter atau puskesmas jika sakit.
Pemenuhan kebutuhan agama seperti memasukkan anak ke TPA (Taman
Pendidikan Al-qur’an), mengajarkan anak mengenal huruf hijaiyah, melatih
anak melaksanakan sholat berjama’ah di masjid, mengontrol ibadah sholat
anak, mengadakan yasinan bersama dirumah setiap malam jum’at dan melatih
anak melaksanakan ibadah puasa saat bulan Ramadhan. Pemenuhan
kebutuhan kasih sayang seperti menjaga kesehatan anak, tidak membentak
anak apabila salah, membelikan anak mainan yang disukai, memanggil anak
dengan sebutan yang baik dan selalu berbicar dengan nada yang lembut dan
penuh kasih sayang di depan anak. Pemenuhan kebutuhan rasa aman anak
seperti tidak menghukum anak dengan pukulan atau hal yang menggangu
jiwanya, menjaga kebersihan lingkungan rumah, menjaga kebersihan pakaian,
badan dan tempat tidur anak, tidak membentak anak jika salah dan menjaga
kesehatan anak. Pemenuhan kebutuhan rasa penerimaan seperti tidak pilih
kasih dalam memberikan kasih sayang kepada anak, bermain bersama anak,
tidak membeda-bedakan anak kita dengan anak orang lain, menghargai
pendapat anak. Dan pemenuhan kebutuhan rasa ingin tahu anak yaitu dengan
mengajari anak nama-nama benda, hewan dan tumbuhan yang belum
diketahui, mendampingi anak saat menonton televisi, menjawab pertanyaan
yang di lontarakann anak dengan benar dan memberikan kepuasan anak dan
mempasilitasi anak dengan alat-alat belajar yang mendukung pendidikan anak.
Dari perhatian yang diberika orang tua kepada anaknya di atas ini
semua akan berimplikasi besar terhadap pembenutkan kepribadian anak dan
dari itu semua maka kepribadian anak yang diharapkan oarng tua yaitu;
Bersikap terbuka yaitu berani berkata jujur, tidak ragu dan berani perpendapat.
Mudah bergaul yaitu pintar mencari teman, berjiwa sosial, tidak individualis,
82
dan mampu berkomunikasi dengan baik. Percaya diri yaitu mampu bekerja
sendiri, tidak bergantung dengan orang lain, pantang menyerah, selalu
semangat dan ceria. Madiri yaitu anak mampu bekerja sendiri tanpa bantuan
orang lain dan tidak bergantung dengan orang lain. Ekspresif yaitu anak
memiliki wajah yang riang, tidak mudah murung dan selalu ceria. Ceria yaitu
anak tidak gampang murung, selalu semangat dalam hidupnya, anak tidak
mudah putus asa dan selalu tersenyum dengan oraang lain.
C. Perspektif Peneliti Mengenai Perhatian Orang Tua dalam Upaya
Pembentukan Kepribadian Anak
Sesuai hasil temuan lapangan melalui wawancara mendalam (in-depth
interview) pada orang tua dan ketua rukun warga . Memberikan sebuah perspektif
tersendiri bagi peneliti, tentang perhatian orang tua dalam upaya pembentukan
kepribadian anak. Peneliti berpandangan bahwa dari perhatian yang diberikan
orang tua kepada anaknya membuahkan hasil yang cukup berarti dan berjalan
sesuai dengan apa yang diharapkan oleh orang tua. Walaupun dalam prosesnya
orang tua menemukan kendala-kendala baik dari segi ekonomi dan sebagainya,
namun orang tua tidak putus asa dalam memberikan perhatian kepada anaknya
guna proses pembentukan kepribadian yang diharapkan.
Pada tingkat proses pembenutkan kepribadian anak, terlihat bahwa
kepribadian anak yang terbentuk dari perhatian yang diberikan oleh orang tua
menunjukan kepribadian yang baik. Bentuk perhatian yang orang tua berikan
yaitu berupa pemenuhan kebutuhan pokok jasmani, pemenuhan kebutuhan agama,
pemenuhan kebutuhan kasih sayang, pemebuhan kebutuhan rasa aman,
pemenuhan kebutuhan rasa penerimaan dan pemenuhan kebutuhan rasa ingin tahu
anak.
Refleksi terhadap pembentukan kepribadian anak yang akan datang, peneliti
mencoba memberikan perspektif dengan merujuk berdasarkan fakta di lapangan,
bahwa pembentukan kepribadian anak yang berkualitas sesuai dengan nilai-nilai
al-Qur’an yaitu pembentukan akhalkul karimah atau akhlak mulia bisa
83
diwujudakan. Untuk mewujudakan hal tersebut, orang tua harus memberikan
perhatian yang cukup akan kebutuhan anak. Di era globalisasi sekarang ini di
manan pergaulan sudah sangat bebas, orang tua diharuskan memberikan
pengawasan terhadap anak-anak mereka agar tidak salah dalam bergaul, karena
hal ini sangat berpengaruh terhadap pembenutkan kepribadian anak. Lingkungan
yang baik akan menciptakan kepribadian anak yang baik dan sebaliknya
lingkungan yang buruk akan menciptakan kepribadian yang buruk.
Sesuai dengan dinamika dan perkembangan peradaban manusia, dalam
dimensi pendidikan khusunya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
bahwa perubahan adalah suatu keniscayaan yang akan berproses secara dinamis,
dan berubah sesuai perputaran waktu secara konstan mengikuti ketetapan Allah
Swt. Oleh karenanya, orang tua wajib untuk meningkatkan kompetensinya
kepribadiannya dalam mendidik anak-anaknya. Orang tua adalah panutan bagi
anak-anaknya dan menjadi suri tauladan bagi anak. Segala yang diajarkan oleh
orang tua kepada anak pasti akan dicerminkan dalam kehidupan anak.
84
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Berdasarkan analisa temuan lapangan dapat disimpulkan bahwa perhatian
orang tua di wilayah Rw. 04 Kelurahan Gondrong Kecamatan Cipondoh
Kota Tangerang cukup tinggi sehingga tinggi pula implikasinya terhadap
pembentukan kepribadiana anak. Hal ini bisa dilihat dari hasil temuan
lapangan mengenai perhatian orang tua yang diberika kepada anaknya
pemenuhan kebutuhan jasamni dengan memberi makan dan minuman
bergizi, menjaga kesehatan anak dan memerikasa ke dokter jika anak sakit.
Pemenuhan kebtuhan agama seperti mengajarkan anak mengaji baik dengan
orang tua di rumah maupun dengan ustadz di TPA (Taman Pendidikan Al-
qur’an), mengontrol ibdah sholat anak dan melaksanak puasa saat bulan
Ramadhan. Pemenuhan kebtuhan kasih sayang dengan menjaga kesehatan
anak, tidak membentak anak jika salah, memanggil nama anak dengan
sebtuan khas dan berbicara lembut di hadapan anak. Pemenuhan kebtuhan
rasa aman di lakukan dengan tidak menghukum anak dengan cara yang
kasar, menjaga kesehatan dan kebersiah anak baik badan, pakaian mupun
tempat tidur. Kebutuhan rasa penerimaan dengan tidak pilih kasih dalam
memberi kasih sayang, tidak membeda-bedakan anak sendiri dengan anak
orang lain dan menghargai pendapat anak. Kebutuhan rasa ingin tahu yaitu
dengan mengajarkan anak nama-nama benda, buah dan hewan yang belum
85
diketahui, mempasilitasi kegiatan belajar anak dan memberikan jawaban
yang memuaskan anak saat anak bertanya.
2. Secara umum anak-anak diwilayah Rw. 04 Keluarahan Gondrong
Kecamatan Cipondoh Kota Tangerang memiliki kepribadian yang baik. Hal
ini terbukti dengan tingginya minat anak untuk mempelajari agama Islam.
Setiap ba’da magrib kebisaan anak-anak di wilayah ini yaitu pergi mengaji
untuk belajar membaca al-Qur’an dan mendengarkan nasihat dari guru ngaji
mereka.
3. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara perhatian orang tua
dengan pembentukan kepribadian anak di wilayah Rw. 04 Kelurahan
Gondrong Kecamatan Cipodoh Kota Tangerang. Bahwa baik dan buruknya
kepribadian anak yang terbentuk itu tergantung dari tinggi atau rendahnya
perahtian orang tua yang diberikan kepada anak.
B. Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan di atas maka penulis menawarkan rekomendasi
yaitu, sebagai berikut:
1. Kepada orang tua, khususnya di wilayah Rw. 04 Kelurahan Gondrong
Kecamatan Cipondoh Kota Tangerang dari perhatian yang sudah
diberikan kepada anak berupa pemenuhan kebutuhan jasmani,
pemenuhan kebutuhan agama (keimanan), pemenuhan kebutuhan kasih
sayang, pemenuhan kebutuhan rasa aman, pemenuhan kebutuhan rasa
penerimaan dan pemenuhan kebutuhan rasa ingin tahu (pendidikan akal)
agar dipertahankan dan untuk pemenuhan kebutuhan agama (keimanan)
anak agar diutamakan dalam rangka membentuk pribadi yang berakhlak
mulia.
2. Kepada segenap lembaga pendidikan, khususnya di lingkungan Rw. 04
Kelurahan Gondrong Kecamamatan Cipondoh Kota Tangerang, agar
86
melakukan kerjasama dengan para orang tua dalam mendidik anak.
saling memberikan pengawasan dan informasi terhadap aktifitas anak
baik di lingkungan rumah, luar rumah maupun di lingkungan sekolah.
3. Kepada masyarakat umum yang peduli akan masa depan anak-anak
bangsa agar selalu menjaga nilai dan norma yang baik dalam masyarkat,
berikan contoh teladan tehadap anak-anak yang akan menjadi generasi
penerus kita.
87
DAFTAR PUSATAKA
Ali, Atabih, Kamus Inggris Indonesia Arab, (Yogyakarta: Multi Karya Grafika,
2003)
Arikunto, Suharsimi, Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta:
Rineka Cipta: 2002)
As-Salafiyyah, Ummu Salmah, Dapatkan Hak-Hakmu Wahai Muslimah, (Bogor
:Pustaka Ibnu Katsir, 2005)
Bahreisj, Husein, Ensiklopedi Hadis Nabi Sahih Bukhari – Muslim, (Surabaya :
Bintang Usaha Jaya,1994)
Cholid Narbuko, Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara:
2004)
Departemen Agama RI, al-Quran dan terjemahannya
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 1988)
Daradja, Zakiyah t, dkk., Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000)
Gazalba, Sidi, Pendidikan Umat Islam: Masalah terbesar kurun kini menentukan
nasib umat, (Jakarta: Bhratara, 1970)
Hafizh, Muhammad Nur Abdul, Mendidik Anak Bersama Rosulullah terj. Dari
manhaj al-tarbiyah al-nabawiyyah li al-thifl oleh kuswandani, dkk., (Bandung:
al-bayan, 1997)
Hasbullah. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2006) Ed. Revisi
Marimba, Ahmad D., Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. (Bandung: Al-
Ma’arif, 1980)
Munawwir, Ahmad Warson, Kamus Al-Muanawwir Arab-Indonesia Terlengkap,
(Surabaya: Pustaka Progressif, 1997)
Mursi, Muahammad sa’id, Melahirkan anak masya Allah: Sebuah Terobosan
Baru Dunia Pendidikan Modern terj. Dari fan tarbiyah al-awlad fi al-islam oleh
Ali Yahya, (Jakarta: Cendikia Sentra Muslim, 2001)
Purwanto, M. Ngalim, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
1999)
Suryabrata, Sumadi, Psikologi Pendidikan, (Jarkarta: Raja Grafindo, 2002)
Sabri, M. Alisuf, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1999)
______________, Pengantar Psikologi Umum Dan Perkembangan, (Jakrata:
Pedoman Ilmu Jaya, 1993),
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003)
Subagyo, P. Joko, Metode Penelitian Dalam Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta,
2004)
S. Nasution, Metode Research (Penelitian Ilmiah), (Jakarata: Bumi Aksara, 2003)
Sjarkawi, Pembentukan Kepribadian Anak: Peran moral intelektual, emosional,
dan sosial sebagai wujud integritas membangun jati diri, (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2006)
Walinggo, Bimo, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta: Andi Offset, 1981)
Zuhairini dkk., Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995102
SARANA IBADAH DI RW. 04 KEL. GONDRONG
KEC. CIPONDOH KOTA TANGERANG
SARANA PENDIDIKAN DI RW. 04 KEL. GONDRONG
KEC. CIPONDOH KOTA TANGERANG
SARANA KESEHATAN DI RW. 04 KEL. GONDRONG
KEC. CIPONDOH KOTA TANGERANG
PEDOMAN OBSERVASI
DI RW. 04 KEL. GONDRONG KEC. CIPONDOH
KOTA TANGERANG
Lokasi Observasi : RW. 04 Kelurahan Gondrong Kecamatan
Cipondoh Tangerag
Waktu Observasi :
Keadaan Lokasi Penelitian
1. Letak Geografis, Luas Wilayah dan Batas Wilayah RW. 04 Kelurahan
Gondrong Kecamatan Cipondoh Kota Tangerang
2. Kantor RW. 04 Kelurahan Gondrong Kecamatan Cipondoh Kota
Tangerang
3. Keadaan penduduk RW. 04 Kelurahan Gondrong Kecamatan
Cipondoh Kota Tangerang meliputi:
a. Jumlah penduduk laki-laki dan perempuan
b. Jumlah bangunan rumah tinggal dan kontrakan
c. Tingkat pendidikan warga
d. Mata pencarian (pekerjaan) warga
4. Sarana pendidikan yang terdapat di RW. 04
5. Sarana ibadah yang terdapat di RW. 04
6. Sarana kesehatan yang terdapat di RW. 04
Tangerang, Desember 2010
Pengobservasi
Syarif Hidayatullah
PEDOMAN WAWANCARA
DENGAN KEPALA RW. 04 KEL. GONDRONG KEC. CIPONDOH
KOTA TANGERANG
Nama : Bapak Drs. Samuih Hadi
Jabatan : Kepala RW. 004
Hari / Tgl. Wawancara : Senin, 27 Desember 2010
A. Q-informan
1. Pandangan bapak sebagai kepala RW 004 terhadap warga yang manakah
yang memiliki kosep yang baik dalam mendidik anak.
2. Pandangan bapak sebagai kepala RW 004 terhadap warga yang manakah
yang memiliki kosep yang sedang dalam mendidik anak.
3. Pandangan bapak sebagai kepala RW 004 terhadap warga yang manakah
yang memiliki kosep yang rendah dalam mendidik anak.
B. Keadaan Lokasi Penelitian
4. Tugas pokok Rukun warga RW. 004
5. Keadaan penduduk di RW. 004 meliputi:
a. Jumlah penduduk laki-laki dan perempuan
b. Jumlah bangunan rumah tinggal dan kontrakan
c. Tingkat pendidikan warga
d. Mata pencarian (pekerjaan) warga
Tangerang,27 Desember 201
Pewawancar
Syarif Hidayatullah
PEDOMAN WAWANCARA
DENGAN ORANG TUA DI RW. 04 KEL. GONDRONG KEC. CIPONDOH
KOTA TANGERANG
Nama :
Pendidikan :
Jumlah anak :
Hari / Tgl. Wawancara :
1. Apa yang bapak/ibu ketahui tentang konsep perhatian?
2. Bentuk perhatian seperti apa yang sudah bapak/ibu berikan kepada anak?
3. Apa yang bapak/ibu ketahui tentang pengertian atau konsep orang tua?
4. Apa yang bapak/ibu ketahui tentang perhatian orang tua kepada anak?
5. Bentuk perhatian seperti apa yang anak butuhkan dari orang tua?
6. Dengan cara seperti apa bapak/ibu memberikan perhatian kepada anak?
7. Apa yang bapak/ibu ketahui mengenai kedudukan orang tua dalam keluarga
kaitannya dengan pendidikan anak?
8. Bagaimana hubungan bapak/ibu sebagai orang tua dengan anak di rumah?
9. Apa yang bapak/ibu ketahui tentang kepribadian?
10. Kepribadian seperti apa yang bapak/ibu harapkan dari anak?
11. Menurut bapak/ibu apakah kepribadian orang tua menentukan kepribadian
anaknya?
12. Apa yang bapak/ibu ketahui tentang kepribadian mulia?
13. Bagaiman kepribadian anak bapak/ibu sekarang?
Tangerang, 27 Desember
Pewawancara
Syarif Hidayatullah
ANGKET ORANG TUA “PERAN PERHATIAN ORANG TUA DALAM UPAYA PEMBENTUKAN
KEPRBADIAN ANAK”
(Studi Penelitian di Rw.04 )
Nama :
……………………………………………………………………………..
Alamat :
……………………………………………………………………………..
Pendidikan :
……………………………………………………………………………..
Jumlah Anak :
……………………………………………………………………………..
Petunjuk Umum
1. Pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner ini mohon dijawab dengan
benar.
2. Dalam menjawab berilah tanda (X) pada salah satu alternative
jawaban yang sesuai dengan keadaan bapak/Ibu dan isi jawaban
alasan memilih jawaban tersebut.
3. Kejujuran jawaban Bapak/Ibu merupakan bantuan yang tidak ternilai
harganya, karena dapat membantu pengumpulan data yang valid
dalam penelitian ini.
4. Penelitan/angket ini bertujuan ilmiah, tidak ada maksud lain, kecuali
untuk mengumpulkan data dalam rangka penyelesaian studi
kesarjanaan strata satu (S1) di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Jakarta.
5. Atas segala perhatian dan kesediaan Bapak/Ibu kami ucapkan terima
kasih.
PERTANYAAN
1. Apakah anak Bapak/Ibu berminat terhadap Pendidikan Agama
Islam?
a. Sangat berminat c. kurang berminat
b. Berminat d. tidak berminat
Apa alasan bapak/ibu memilih jawaban tersebut?
Jawaban:
2. Sejak kapan Bapak/Ibu menanamkan Pendidikan Agam Islam pada
anak?
a. Sejak lahir c. ketika SMP
b. Ketika SD d. ketika SMA
Apa alasannya?
Jawaban:
3. Bagaimana pendapat anak Bapak/Ibu tentang Pendidikan Agama
Islam?
a. Sangat penting c. Kurang penting
b. Penting d. Tidak penting
Apa Alasannya?
Jawaban:
4. Apakah Bapak/Ibu mengajarkan atau membimbing Pendidikan
Agama Islam kepada anak dirumah?
a. Selalu c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
Apa alasannya dan pendidikan Agama Islam dalam hal apa yang
diajarkan atau dibimbing?
Jawaban:
5. Apakah Bapak/Ibu memberikan contoh teladan yang baik kepada
anak di rumah?
a. Selalu c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
Apa bentuk contoh teladannya?
Jawaban:
6. Apakah Bapak/Ibu mencerminkan prilaku sebagai orang yang
berprilaku baik ketika di rumah dan di luar rumah?
a. Selalu c. jarang
b. Sering d. Tidak pernah
Apa bentuk pencerminan itu?
Jawaban:
7. Apakah Bapak/Ibu menegur/menasehati anak, ketika ia melakukan
hal-hal yang beruk baik di rumah maupun di luar rumah?
a. Selalu menegur c. Jarang menegur
b. Sering mengur d. Tidak pernah menegur
Apa contoh hal buruk yang ditergur/dinasehati itu?
Jawaban:
8. Apakah Bapak/Ibu mengarahkan anak untuk selalu bersikap baik?
a. Selalu c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
Apa isi arahan tersebut?
Jawaban:
9. Apakah Bapak/Ibu menyediakan fasilitas/anggaran pendidikan yang
memadai kepada anak?
a. Selalu c. Jarang
b. Sering d. Tidak Pernah
Anggaran untuk apa saja yang bapak/ibu keluarkan?
Jawaban:
10. Apakah Bapak/Ibu memberikan motivasi dan semangat belajar
kepada anak di rumah?
a. Selalu c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
Apa bentuk motivasi dan semangat tersebut?
Jawaban:
11. Bagaimana sikap Bapak/Ibu ketika di rumah dan di luar rumah?
a. Sangat baik c. kurang baik
b. Baik d. tidak baik
Apa bentuk sikap tersebtu?
Jawaban:
12. Apakah Bapak/Ibu mengadakan diskusi keagamaan dengan anak
anda?
a. Selalu c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
Apa bentuk dan isi diskusi tersebut?
Jawaban:
13. Apakah anak Bapak/Ibu mengikuti pelajaran kursus/tambahan, baik
di rumah maupun di sekolah?
a. Selalu c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
Pelajaran kursus atau tambahan apa yang anak anda lakukan?
Jawaban:
14. Apakah Bapak/Ibu selau mengontrol kegiatan ibadah anak anda di
ruamah?
a. Selalu c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
Kegiatan ibadah apa yang bapak/ibu kontrol?
15. Apabila anak Bapak/Ibu tidak sholat, apakah anda langsung
menegurnya?
a. Selalu c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
Apa alasan hal itu harus ditergur?
Jawaban:
16. Bagaimana cara Bapak/Ibu mendidik anak untuk melaksanakan
ibadah shalat?
a. Melalui contoh teladan c. Melalui buku bacaan
b. Melalui pembiasaan d. Melalui guru agama
Apa alasannya memilih cara itu?
Jawaban:
17. Apakah Bapak/Ibu sekeluarga biasa melakukan shalat berjamaah
dengan anak-anak di rumah?
a. Selalu c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
Shalat apa saja yang dilakukan?
Jawaban:
18. Apakah Bapak/Ibu menanamkan sikap disiplin kepada anak di
rumah?
a. Selalu c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
Contoh sikap disiplinnya dan mengapa?
Jawaban:
19. Apakah Bapak/Ibu memberikan pengawasan terhadap kegiatan
belajar anak, baik di rumah maupun di luar rumah?
a. Selalu c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
Apa bentuk pengawasannya?
Jawaban:
20. Apakah setelah memperoleh Pendidikan Agama Islam anak
Bapak/Ibu bersikap baik, hormat dan patuh kepada anda?
a. Selalu c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
Bagaimana bentuk sikapnya dan apa buktinya?
Jawaban:
21. Apakah setelah mendapat Pendidikan Agama Islam, anak Bapak/Ibu
bersikap baik dan saling hormat, tidak bertengkar dan saling
menghargai dengan sesama kerabat?
a. Selalu c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
Bagaimana bentuk sikapnya dan apa buktinya?
Jawaban:
22. Apakah anak Bapak/Ibu rajin belajar dan mengerjakan tugasnya
sendiri?
a. Selalu c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
Alasannya dan apa bentuk tugasnya?
Jawab:
23. Apakah anak Bapak/Ibu melaksanakan ajaran agama seperti, shalat,
mengaji dan puasa?
a. Selalu c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
Alasannya mengapa?
Jawaban:
24. Bagaimana kemampuan anak Bapak/Ibu dalam membaca al-Qur’an?
a. Sangat baik c. Kurang baik
b. Baik d. Tidak baik
Dalam bidang apa yang dimiliki anak?
Jawaban:
25. Apakah Bapak/Ibu selalu menanamkan tentang pendidikan akhlak di
rumah?
a. Selalu c. Jarang
b. Sering d. Tidak pernah
Apa bentuk penanaman akhlak tersebut?
Jawaban: