jurusan manajemen pendidikan fakultas ilmu...
TRANSCRIPT
PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH
TERHADAP KEPUASAN KERJA GURU
DI SMK YADIKA 5
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana
Pendidikan
Oleh :
Devi Rusmaningtyas
NIM 109018200060
JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
i
ABSTRAK
Devi Rusmaningtyas (NIM : 109018200060). Pengaruh Gaya Kepemimpinan
Kepala Sekolah Terhadap Kepuasan Kerja Guru Di SMK Yadika 5 Pondok
Aren.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara gaya
kepemimpinan kepala sekolah terhadap kepuasan kerja guru, dan signifikansi
kontribusi yang diberikan. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan oktober
2013 - februari 2014 di SMK Yadika 5 Pondok Aren. Metode penelitian ini
menggunakan metode survey dengan pendekatan kuantitatif. Teknik pengambilan
sampel yaitu dengan random sampling. Instrumen penelitian yang digunakan
adalah angket dengan bentuk pilihan yang menggunakan skor skala likert dengan
5 alternatif jawaban. Sedangkan teknik regresi yang digunakan adalah hipotesis
dengan uji t. Hasil yang ditemukan dalam penelitian ini bahwa terdapat pengaruh
yang signifikan antara gaya kepemimpinan terhadap kepuasan kerja. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa rhitung sebesar 0,762 dan termasuk kategori yang
kuat (nilai rhitung pada rentang 0,60-0,80) dengan nilai KD sebesar 58%.
Dengan demikian terdapat pengaruh yang signifikan dan kuat antara gaya
kepemimpinan kepala sekolah terhadap kepuasan kerja para guru di SMK Yadika
5 Pondok Aren dan gaya kepemimpinan memberikan kontribusi sebesar 58%
terhadap kepuasan kerja guru di SMK Yadika 5 Pondok Aren. Sehingga
sebaiknya kepala sekolah lebih meningkatkan gaya kepemimpinannya, misalnya
dengan memberikan informasi yang up to date kepada guru, rutin mengadakan
evaluasi kinerja, bersikap lebih terbuka terhadap keluhan para guru, dan kepala
sekolah perlu memberikan penghargaan dan mempromosikan para guru yang
memiliki prestasi tinggi agar kepuasan kerja para guru meningkat.
Kata kunci : gaya kepemimpinan kepala sekolah, kepuasan kerja guru.
ii
ABSTRACT
Devi Rusmaningtyas (NIM: 109018200060). The Effect Of Headmaster`s
Leadership Characteristics With Teh Statisfaaction Of Teacher`s Job At
SMK Yadika 5 Pondok Aren.
This research aims to know the effect between the caracteristics of
headmaster`s leadership with the satisfaction of teacher`s job, and the significance
of their contibutions that given. This research was conducted in oktober 2013-
februari 2014 at SMK Yadika 5 Pondok Aren. The method of this research is
using survey method with a quantitative approach. The sampling technique is
taken by random sampling. The reseacrh instrument used a questionnaire with a
choice from that using a likert scale with a score of 5 alternative answers. While
the correlation technique that used is the uji t. This study found some result that
there is a significant effect between headmaster`s leadership characteristic and job
satisfaction. The result showed that rhitung of 0,762 and it is strong category (the
score of rhitung in the range of 0,60-0,80) with KD score of 58%.
Thus there is a strong effect between headmaster`s leadership
characteristic of teacher`s job statisfaction at SMK Yadika 5 Pondok Aren and the
leadership characteristic gave 58% contributions to the teacher`s job statisfaction
at SMK Yadika 5 Pondok Aren. So that the headmaster should more increase his
leadership characteristic, such as giving some up to date informations, making a
performance evalutions routinely, be more open to the teachers complaints, and
the headmaster need to give an appreciation and promoting the teachers who have
a good achievement, in order to increase the satisfaction of teachers job.
Keywords : headmaster`s leadership charecteristic, teacher job statisfaction.
iii
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT Sang
Pemilik Kehidupan atas limpahan nikmat dan hidayah-Nya, menciptakan manusia
dengan segala kesempurnaan akal fikiran sehat untuk selalu menjalankan perintah
dan menjauhi segala larangan sesuai dengan tuntutan ajaran agama yang benar,
dan dengan selalu mengucapkan syukur akhirnya penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini tepat pada waktunya. Shalawat beriring salam tak lupa
penulis junjungkan kehadirat sang perubah peradaban dunia Nabi Muhammad
SAW yang selalu memberikan tauladan yang baik bagi seluruh umat manusia
sehingga sampai saat ini kita masih dapat merasakan indahnya Islam dan
nikmatnya iman.
Penulis sadar bahwa terselesainya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari
segala kekurangan karena keterbatasan kami sebagai mahkluk yang jauh dari
kesempurnaan, maka segala masukan, kritik, dan saran mengenai penulisan
maupun hasil penelitian skripsi ini sangat penulis harapkan demi mencapai
kesempurnaan yang lebih baik.
Terselesainya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari kebaikan hati
berbagai pihak yang selalu memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi kepada
penulis sehingga kami selalu beristiqamah menyelesaikan penulisan skripsi
sebagai tugas akhir di jenjang perguruan tinggi. Oleh karena itu dengan segala
kerendahan hati, penulis ingin mempersembahkan doa dan ucapan terimasih
kepada :
1. Dra. Nurlena Rifa’i, MA. Ph.D, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah mengizinkan
penulis untuk menuntut ilmu di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan di
Universitas Islan Negeri UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Hasyim Asy’ari, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Manajemen
Pendidikan dan selaku Dosen Pembimbing yang telah membantu
kemudahan administrasi, pembuatan skripsi dan selalu meluangkan waktu
iv
untuk memberikan bimbingan, nasehat, dan pengarahan kepada penulis
selama pembuatan skripsi ini.
3. Dra. Nurdelima Waruwu, M.Pd, Dosen Penasehat Akademik yang selalu
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan nasehat kepada
penulis selama menjalani kehidupan di kampus UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
4. Ibu Iffah Zahriyani, S.Pd.I, selaku Staf Jurusan Manajemen Pendidikan
yang selalu memberikan informasi mengenai perkembangan proses
akademik di kampus.
5. Seluruh staff Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah dan
Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, yang telah bertugas
dan membantu penulis menemukan berbagai sumber refrensi skripsi.
6. Caskam Cahyadi, MM. M.Pd selaku Kepala Sekolah SMK Yadika 5
Pondok Aren beserta seluruh guru SMK Yadika 5 Pondok Aren yang telah
banyak memberikan informasi kepada penulis dalam penelitian skripsi.
7. Kepada Bapak dan Mama tercinta Sutriyatna dan Dwi Suyamtini yang
selalu menjadi kebanggaan anak-anaknya, untuk semua do’a, tenaga, biaya
dan kasih sayang yang tak terhitung banyaknya, yang tidak pernah absen
untuk memberikan motivasi hingga skripsi ini dapat terselesaikan, terima
kasih.
8. Teruntuk adikku tercinta Rizky Anggara Putra. Terima kasih selama ini
telah memberikan doa, motivasi dan semangatnya.
9. Teruntuk mas bro Muhammad Rizki Ramadhan. Terima kasih selama ini
telah banyak memberikan pengalaman hidup yang berharga, memberikan
doa dan motivasinya hingga skripsi ini dapat terselesaikan.
10. Sahabat-sahabat terbaikku Kinanti Tikha Apriliani, Chusnul Rahmawati,
Annisa Ayu Fitria, Irsyad Zulfahmi, Irmalia Septiana, Mitsny Choiry,
Meifrida Ayunani terima kasih untuk setiap doa dan motivasinya hingga
skripsi ini dapat terselesaikan.
11. Teman seperjuangan skripsi, Dewi Alfiana. Terima kasih selalu
memberikan semangat dalam setiap penulisan skripsi ini.
v
12. Teman-teman terbaik di Program Studi Manajemen Pendidikan angkatan
2009, khususnya Eha, Pipit, Nida, Nitta, Welvy, Uyuy, Bunga, Yona,
Dinda, Arya dan kawan-kawan MP lainnya yang tidak bisa disebutkan
satu-persatu. Terima kasih telah menjadi teman terbaik selama bersama-
sama menjadi mahasiswa di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
13. Serta kepada segenap pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-
persatu. Terimakasih atas motivasi dan bimbingan yang sangat bermanfaat
kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga segala kebaikan yang telah dilakukan selama ini mendapat
balasan yang setimpal dari Allah SWT. Semoga kemudahan, rezeki, dan
keberkahan hidup selalu dilimpahkan pada kita semua. Amin yarabbal alamien.....
Penulis berharap semoga skripsi ini menjadi sumbangan ilmu pengetahuan
dan masukan yang positif dan bermanfaat bagi penulis sendiri, pelaku pendidikan,
serta bagi para pembaca pada umumnya.
Jakarta, 26 Maret 2014
Penulis
Devi Rusmaningtyas
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
ABSTRAK ......................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................... xi
DAFAR LAMPIRAN ........................................................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .............................................................................. 7
C. Batasan Masalah .................................................................................. 8
D. Rumusan Masalah ................................................................................. 8
E. Tujuan Penelitian .................................................................................. 8
F. Manfaat Penelitian ................................................................................ 8
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ................................... 10
A. Gaya Kepemimpinan ............................................................................ 10
1. Konsep Pemimpin dan Kepemimpinan ..................................... 10
2. Pengertian Gaya Kepemimpinan............................................... 14
3. Macam-macam Gaya Kepemimpinan ....................................... 16
B. Kepuasan Kerja ..................................................................................... 34
1. Pengertian dan Hakikat Kepuasan Kerja................................... 34
2. Faktor-faktor Kepuasan Kerja ................................................... 39
C. Kerangka Berpikir ................................................................................. 48
D. Hipotesis ................................................................................................ 49
vii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................................... 50
A. Waktu Dan Tempat Penelitian .............................................................. 50
B. Metode Penelitian ................................................................................. 50
C. Populasi Dan Sampel ............................................................................ 51
D. Variabel Penelitian ................................................................................ 51
E. Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 51
F. Instrumen .............................................................................................. 52
G. Teknik Analisa Data .............................................................................. 56
H. Pengujian Hipotesis ............................................................................... 59
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................................. 61
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ...................................................... 61
B. Deskripsi Data ....................................................................................... 64
C. Uji Coba Instrumen ............................................................................... 70
D. Pengujian Hipotesis ............................................................................... 70
E. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................................ 71
F. Keterbatasan Penelitian ......................................................................... 72
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 74
A. Kesimpulan ........................................................................................... 74
B. Saran ..................................................................................................... 75
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 kisi-kisi instrumen Variabel Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah (X) ............ 53
Tabel 3.2 Skor Pilihan Jawaban Gaya Keepemimpinan Kepala Sekolah ........................... 54
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Variabel Kepuasan Keja Guru (Y) ...................................... 55
Tabel 3.4 Skor Pilihan Jawaban Kepuasan Kerja Guru ...................................................... 56
Tabel 3.5 Interpretasi Koefisien Korelasi ........................................................................... 59
Tabel 4.1 Keadaan Siswa di SMK Yadika 5 Pondok Aren................................................. 62
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Variabel X ......................................................................... 64
Tabel 4.3 Nilai Butir Soal Variabel X ................................................................................. 66
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Variabel Y ......................................................................... 67
Tabel 4.5 Nilai Butir Soal Variabel Y ................................................................................. 69
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kombinasi Variabel Situasional ...................................................................... 21
Gambar 2.2 Model Kepemimpinan Situasional Hersey-Blanchard .................................... 23
Gambar 2.3 Beberapa Model Dari Hubungan Kausal Antara Motivasi Kerja,
Unjuk Kerja, Dan Sikap Kerja ....................................................................... 36
Gambar 4.1 Grafik Distribusi Frekuensi X ......................................................................... 65
Gambar 5.1 Grafik Distribusi Frekuensi Y ......................................................................... 68
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Bimbingan .............................................................................................. 76
Lampiran 2 Kisi-Kisi dan Angket Penelitian Uji Coba ...................................................... 77
Lampiran 3 Kisi-Kisi dan Angket Penelitian Setelah Uji Coba .......................................... 81
Lampiran 4 Uji Validitas Dan Reliabilitas Variabel X ....................................................... 84
Lampiran 5 Uji Validitas Dan Reliabilitas Variabel Y ....................................................... 88
Lampiran 6 Contoh Perhitungan Validitas Variabel X ....................................................... 91
Lampiran 7 Contoh Perhitungan Validitas Variabel Y ....................................................... 92
Lampiran 8 Contoh Perhitungan Reliabel Variabel X ........................................................ 93
Lampiran 9 Contoh Perhitungan Reliabel Validitas Y ....................................................... 94
Lampiran 10 Nilai Skor Variabel X .................................................................................... 95
Lampiran 11 Nilai Skor Variabel Y .................................................................................... 97
Lampiran 12 Perhitungan Distribusi Frekuensi Variabel X ................................................ 98
Lampiran 13 Perhitungan Distribusi Frekuensi Variabel Y ................................................ 100
Lampiran 14 Perhitungan Rata-Rata Dan Simpangan Baku Variabel X ............................ 102
Lampiran 15 Perhitungan Rata-Rata Dan Simpangan Baku Variabel Y ............................ 103
Lampiran 16 Uji Normalitas Variabel X ............................................................................. 104
Lampiran 17 Uji Normalitas Variabel Y ............................................................................. 105
Lampiran 18 Contoh Perhitungan Uji Normalitas .............................................................. 106
Lampiran 19 Perhitungan Uji Linieritas ............................................................................. 107
Lampiran 20 Uji Hipotesis X Dan Y................................................................................... 112
Lampiran 21 Tabel Z ........................................................................................................... 114
Lampiran 22 Tabel L Skritis Untuk Uji Liliefors ............................................................... 115
Lampiran 23 Disribusi F ..................................................................................................... 116
Lampiran 24 Surat Izin Penelitian....................................................................................... 117
xi
Lampiran 25 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ............................................. 118
Lampiran 26 Data Guru SMK ............................................................................................. 119
Lampiran 27 Lembar Uji Refrensi ...................................................................................... 122
Lampiran 28 Biodata Penulis .............................................................................................. 127
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan kunci utama bagi bangsa yang ingin maju dan
unggul dalam persaingan global. Sumber manusia yang berkualitas adalah
prasyarat dasar bagi terbentuknya peradaban yang lebih baik, dan
sebaliknya sumber manusia yang buruk akan menghasilkan peradaban
yang buruk. Melihat realitas pendidikan di negeri ini masih banyak hal-hal
yang harus diperbaiki dan jauh dari harapan, bahkan jauh tertinggal dari
Negara-negara lain. Faktor yang berperan penting dalam sebuah
pendidikan adalah guru. Karena guru adalah ujung tombak dalam suatu
pendidikan, maka baik dan buruknya kualitas pendidikan ditentukan oleh
baik dan buruknya kualitas guru. Guru bertanggungjawab atas kualitas
pendidikan Negara. Jika kualitas guru dalam suatu Negara baik, maka
pendidikan dalam Negara tersebut baik, dan begitu pula sebaliknya.
Karena sebuah pendidikan adalah sebuah sistem yang formal dan
dilindungi oleh Negara, maka pendidikan diatur dalam Undang-Undang
RI. Disebutkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
2
Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam pasal 1 bab 1
bahwa : “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.“1 Aturan dalam Undang-Undang RI bahwa sebuah pendidikan
harus menciptakan dan mencetak generasi penerus bangsa yang berakhlak
mulia, cerdas, dan bermanfaat untuk dirinya, juga orang lain. Sebuah
pendidikan tidak akan berjalan jika tidak ada seorang guru. Guru yang
bertanggungjawab memberikan pelajaran kepada para siswa, guru pula
yang bertanggungjawab atas kecerdasan anak bangsa, maka tugas-tugas
guru sudah diatur dalam Undang-Undang RI. Disebutkan dalam Undang-
Undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 Pasal 1 bahwa : “Guru
adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan
dasar, dan pendidikan menengah.”2 Dalam hal ini guru adalah seorang
pendidik yang bertugas tidak hanya mendidik, tetapi juga membimbing,
mengarahkan, melatih, para peserta didik agar menjadi manusia yang
cerdas, berakhlak mulia untuk dirinya, masyarakat, bangsa dan negara,
serta dapat unggul dalam persaingan global. Guru sangat
bertanggungjawab atas keberhasilan para siswa di sekolah. Guru juga
bertanggungjawab atas pembentukan karakter para siswa.
Profesionalisme seorang guru sangat berpengaruh terhadap
ketercapaian pendidikan yang baik. Guru yang memiliki sifat malas
bekerja, banyak mengeluh, minimnya prestasi dan kualitas pengajaran,
ketidak disiplinan guru dan gejala negatif lainnya sudah pasti ia tidak puas
atau kepuasan kerjanya rendah. Dalam sebuah sekolah, jika guru merasa
1 Undang-Undang RI nomor 20 tahun 2003 pasal 1 2 Undang-Undang RI nomor 14 tahun 2005 pasal 1
3
kurang puas terhadap pekerjaannya, maka harus dicari solusi yang tepat
untuk memperbaikinya agar kepuasaan kerja tinggi sehingga akhirnya
kualitas pekerjaannya meningkat. Karena kepuasan kerja adalah perasaan
seseorang terhadap sebuah pekerjaan, jadi baik dan buruknya kualitas
seorang guru dapat dipengaruhi oleh puas dan tidak puasnya seorang guru
dalam bekerja. Di dalam ketidakpuasan seseorang terhadap pekerjaannya,
sebenarnya terdapat harapan-harapan agar terciptanya kepuasan dalam
dirinya sehingga akan meningkat pula kualitas pekerjaan mereka.
Kepuasan kerja pada dasarnya sulit untuk dianalisis karena tingkat
kepuasan kerja seseorang berbeda-beda, dan banyak hal-hal yang membuat
seseorang puas dan tidak dalam pekerjaan mereka. Karena setiap orang
mempunyai tingkat dan faktor kepuasan yang berbeda-beda, maka setiap
orang pasti dapat menilai faktor apa yang sangat mempengaruhi mereka
sehingga mereka merasa puas ataupun tidak puas dalam pekerjaannya.
Karena kepuasan kerja tidak sederhana, maka perlu diadakan analisis
mengenai faktor apakah yang mendominasi kepuasan kerja para guru.
Berbagai macam faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja
seseorang akan sangat berpengaruh terhadap kualitas pekerjaannya, dan
tingkat kepuasan kerja yang tinggi menandakan bahwa sebuah organisasi
telah dikelola dengan baik dengan manajemen yang efektif dan memiliki
kepala sekolah yang berkualitas.
Salah satu dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi kepuasan
kerja guru adalah faktor seorang pemimpin. Pemimpin bertugas untuk
membimbing dan mengarahkan bawahan agar bekerja sesuai tujuan
sekolah. Oleh karena itu, kepala sekolah dituntut memiliki kemampuan
untuk mempengaruhi para guru agar arahan dan instruksinya didengar dan
dilaksanakan. Seorang kepala sekolah yang baik harus dapat
mempengaruhi bawahannya. Ia harus dapat meningkatkan kualitas sumber
daya yang dimiliki, harus dapat menciptakan rasa kesaudaraan antara
kepala sekolah, dan para bawahannya. Seorang pemimpin yang baik
adalah pemimpin yang dapat mempengaruhi bawahannya sehingga tujuan
4
yang telah dijalankan dapat tercapai sebagaimana mestinya. Jika kepala
sekolah tidak mampu mempengaruhi para bawahannya, maka sekolah
yang ia pimpin tidak akan berkembang dan tidak akan mencetak penerus
bangsa yang unggul dalam persaingan global.
Kepala sekolah sebagai pemimpin harus bertanggungjawab terhadap
keberhasilan sebuah sekolah yang ia pimpin. Kepala sekolah dan guru
adalah personil yang sangat berperan dalam menentukan keberhasilan
pendidikan di sekolah. Menurut Wahjosumidjo “keberhasilan suatu
sekolah pada hakikatnya terletak pada efisiensi dan efektivitas pemimpin
sebagai seseorang yang diberi tugas untuk memimpin sekolah.”3
Kerjasama yang baik antara kepala sekolah dengan guru akan menciptakan
pendidikan yang baik pula. Jika kualitas guru kurang baik, maka yang
terlebih dahulu harus diperbaiki adalah kualitas kepala sekolah, karena
kualitas dalam sebuah organisasi ditentukan oleh mutu kepemimpinanya,
dan manajemen yang baik. Kualitas guru yang baik akan mengikuti
kualitas kepala sekolah yang baik. Jika kepala sekolahnya berkualitas,
maka manajemen, serta guru dan seluruh staff di sekolah tersebut
berkualitas. Data yang saya dapatkan bahwa : “Dari total 337.724 kepala
sekolah di jenjang TK, SD, SMP, dan SMA/SMK, baru 10.132 orang atau
3 persen yang sudah bersertifikasi sebagai kepala sekolah profesional.
Kondisi ini sangat berpengaruh terhadap upaya meningkatkan kualitas
pendidikan.”4 Dari data diatas dapat digambarkan bahwa sangat banyak
kepala sekolah yang belum memiliki sertifikat sebagai kepala sekolah
yang profesional. Hal ini menggambarkan kondisi pendidikan di Negara
kita saat ini, masih terlalu sedikit kepala sekolah yang berkualitas. Padahal
kepala sekolah adalah seorang pemimpin dalam sebuah sekolah yang
3Rulam, Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Dan Sikap Para Guru Terhadap
Kepuasan Kerja Guru, diakses pada tanggal 4 september 2013,
(http://www.infodiknas.com/pengaruh-kepemimpinan-kepala-sekolah-dan-sikap-para-guru-
terhadap-kepuasan-kerja.html) 4Ichwan Chasani, Mayoritas Kepala Sekolah Belum Profesional, diakses pada tanggal 28
september 2013, (http://wartakota.tribunnews.com/detil/berita/164615/Mayoritas-Kepala-Sekolah-Belum-Profesional)
5
harusnya memiliki kualitas baik agar guru-guru di sekolahnya berkualitas
pula. Seorang pemimpin yang baik dengan gaya kepemimpinan yang baik
pasti akan dapat mempengaruhi bawahannya dengan baik, sehingga akan
menciptakan kepuasan kerja yang baik untuk para karyawan.
Karena gaya adalah cara, maka gaya kepemimpinan adalah cara
kepala sekolah untuk mempengaruhi para bawahannya. Kepala sekolah
harus dapat memberikan pengaruh positif terhadap bawahannya. Seorang
pemimpin harus dapat meciptakan iklim organisasi yang baik
dilingkungannya. Kepala sekolah yang baik, yaitu kepala sekolah yang
dapat menjadi contoh bagi para bawahannya, dan dapat membimbing para
bawahannya dalam bekerja sehingga tujuannya tercapai dengan efektif dan
efisien. Gaya kepemimpinan yang baik akan sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan sekolah. Kepala sekolah dengan gaya kepemimpinan yang
baik dan sesuai akan sangat membantu para guru dalam bekerja. Kepala
sekolah dengan gaya kepemimpinan yang seimbang antara orientasi tugas
dengan orientasi hubungan dengan para guru, akan sangat menunjang
keberhasilan tujuan sekolah dengan baik dan akan meningkatkan kinerja
para guru disekolah.
Dari hasil studi yang dilakukan Bambang Budi Wiyono (2000)
“terhadap 64 kepala sekolah dan 256 guru Sekolah Dasar di Bantul
terungkap bahwa etos kerja guru lebih tinggi ketika dipimpin oleh kepala
sekolah dengan gaya kepemimpinan yang berorientasi pada manusia.
Kepemimpinan seseorang sangat berkaitan dengan kepribadian.”5 Dalam
penelitian lain dinyatakan bahwa “terdapat hubungan antara
kepemimpinan kepala sekolah dengan kepuasan kerja para guru di SDIT
“x”. Korelasi ini bernilai 0.410 pada taraf signifikansi 95%, Artinya adalah
apabila kepemimpinan kepala sekolah meningkat maka kepuasan kerja
5Akhmad Sudrajat, Kompetensi Guru Dan Peran Kepala Sekolah 02 agustus 2008
diakses pada tanggal 13 april 2013,
(http://makalahpendidikan.blogspot.com/search?q=kepuasan+kerja+guru)
6
guru akan meningkat yang berlaku demikian juga untuk sebaliknya.”6 Dari
beberapa hasil penelitian diatas menjelaskan bahwa, adanya pengaruh
yang signifikan antara gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh kepala
sekolah dengan kepuasan guru di sekolah tersebut. Hasil penelitian
tersebut menjelaskan bahwa kepala sekolah mempunyai gaya
kepemimpinan berorientasi pada hubungan manusia akan meningkatkan
kinerja para guru. Para guru merasa diperhatikan, dibimbing, dibina, dan
mempunyai hubungan yang baik dengan pemimpinnya sehingga mereka
dapat dengan leluasa menyampaikan keluhan-keluhannya dan mendapat
motivasi yang baik untuk maju. Kepuasan kerja yang tinggi dipicu oleh
kepuasan kerja mereka terhadap gaya kepemimpinan seorang kepala
sekolah yang sesuai.
Dengan menggunakan gaya kepemimpinan yang baik maka akan
berdampak kepada kepuasan kerja yang tinggi dan tinggi pula kualitas
sekolah. Pemimpin yang baik adalah yang memahami kebutuhan para
bawahannya, pemimpin yang tidak hanya memperhatikan tugas-tugas,
tetapi juga memperdulikan hubungannya dengan para bawahan sehingga ia
mengerti bagaimana cara menangani kinerja setiap bawahannya dan
mengetahui keinginan mereka, serta memberikan kebebasan kepada para
guru untuk mengeluarkan pendapat dan membimbing para bawahannya
agar pekerjaannya lebih baik.
Berdasarkan hasil pengamatan awal, Di SMK Yadika 5 Pondok Aren,
ada beberapa permasalahan yang timbul diantara guru dan kepala sekolah
terkait kepuasan kerja para guru di sekolah. Kepuasan kerja para guru
sudah cukup baik. Gaya kepemimpinan yang dimiliki oleh kepala sekolah
sudah baik, tetapi masih belum sepenuhnya memberikan rasa nyaman
kepada para guru, sehingga masih timbul ketidak puasan yang dirasakan
oleh para guru terhadap pekerjaannya. Kepala sekolah kurang
6Rulam, Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Dan Sikap Para Guru Terhadap
Kepuasan Kerja Guru, diakses pada tanggal 4 september 2013,
(http://www.infodiknas.com/pengaruh-kepemimpinan-kepala-sekolah-dan-sikap-para-guru-
terhadap-kepuasan-kerja.html)
7
membimbing para guru dalam hal peningkatan kualitas mengajar. Mereka
hanya ditumtut umtuk bagaimana materi ajar diajarkan, tetapi kepala
sekolah kurang memberikan arahan mengenai bagaimana cara mengajar
yang baik dan kurang memberikan motivasi kepada para guru, sehingga
ada guru yang mengajar hanya sebatas menyampaikan materi ajar tanpa ia
tau bagaimana cara mengajar yang baik agar para peserta didik dapat
memahami seluruh pelajaran yang diajarkan. Kepala sekolah kurang
memiliki kedekatan emosional kepada para guru, tetapi jika dalam forum
rapat dan acara-acara lain, beliau sangat menghargai seluruh masukan dan
pendapat para guru demi ketercapaian tujuan pendidikan yang baik dan
tujuan dari sekolah tersebut dapat berjalan dengan efektif. Padahal, bukan
hanya menerima masukan saja yang diinginkan oleh para guru, kedekatan
emosional, bahkan motivasi dari kepala sekolah sangat mereka butuhkan,
cara seorang kepala sekolah memimpin para guru sangat berpengaruh
besar terhadap kepuasan kerjanya yang nantinya akan berpengaruh
terhadap kualitas peserta didik dan kualitas pendidikan di sekolah tersebut.
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas maka penulis
bermaksud mengadakan penelitian tentang “Pengaruh Gaya
Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kepuasan Kerja Guru di SMK
Yadika 5 Pondok Aren”.
B. Identifikasi Masalah
Dari uraian latar belakang di atas maka dapat diidentifikasi beberapa
masalah yang muncul terkait dengan hubungan gaya kepemimpinan kepala
sekolah dengan kepuasan kerja guru adalah sebagai berikut :
1. Belum optimalnya gaya Kepemimpinan kepala sekolah.
2. Belum maksimalnya kepuasan kerja guru.
3. Kepala sekolah kurang memiliki kedekatan emosional kepada para
guru.
4. Belum intensifnya arahan tugas kepala sekolah dengan para guru.
8
5. Belum maksimalnya hubungan kepala sekolah dengan para guru
masih kurang baik.
C. Batasan Masalah
Tiap masalah hakikatnya kompleks, sehingga tidak dapat diselidiki
segala aspek secara tuntas, karena itu peneliti harus membatasi
permasalahannya. Mengingat luasnya permasalahan dari topik penelitian
ini serta adanya keterbatasan yang ada dalam diri penulis, maka dipandang
perlu untuk membatasi permasalahan tentang “Pengaruh Gaya
Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kepuasan Kerja Guru di SMK
Yadik 5”. Gaya kepemimpinan yang meliputi : gaya kepemimpinan
berorientasi pada tugas dan gaya kepemimpinan berorientasi dengan
hubungan manusia, dan kepuasan kerja yang meliputi : tipe kerja, rekan
kerja, tunjangan, diperlakukan dengan hormat dan adil, keamanan kerja,
peluang menyumbangkan gagasan, upah, pengakuan terhadap kinerja,
kesempatan untuk maju
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan batasan masalah yang telah
dijelaskan di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
Adakah Pengaruh Antara Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah
Terhadap Kepuasan Kerja Guru di SMK Yadika 5?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan keinginan peneliti berupa jawaban yang
hendak dicari melalui proses penelitian. Tujuan penelitian berkaitan erat
dengan rumusan masalah yang diajukan. Berdasarkan rumusan masalah
yang diajukan, tujuan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan “Pengaruh Gaya
Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kepuasan Kerja Guru di SMK
Yadika 5”.
9
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat untuk :
1. Bagi pihak SMK Yadika 5 Pondok Aren memberi informasi dan
kontribusi sebagai masukan dalam meningkatkan dan
mengembangkan profesionalisme guru dan kepala sekolah serta
untuk membantu memecahkan dan mengantisipasi masalah yang
ada sebagai bahan acuan menentukan langkah-langkah dan
kebijakan yang perlu dilakukan dalam rangka meningkatkan
kepuasan kerja guru. Serta dapat menjadi acuan bagi kepala
sekolah untuk lebih meningkatan kinerjanya agar tujuan sekolah
dapat tercapai dan berjalan efektif.
2. Bagi peneliti, berharap dapat memberikan manfaat dan dapat
menerapkan ilmu manjemen pendidikan yang telah dipelajari.
Lebih memperdalam ilmu, serta menjadi bekal di masa depan dan
dapat diterapkan dalam masyarakat.
3. Bagi pembaca, diharapkan sebagai bahan kajian lebih lanjut untuk
meneliti dan membahas aspek yang sama.
10
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Gaya Kepemimpinan
1. Konsep Pemimpin dan Kepemimpinan
Dalam sebuah organisasi pasti membutuhkan seorang
pemimpin. Pemimpin adalah seseorang yang dipercaya untuk
memimpin sebuah organisasi agar organisasi tersebut dapat
berjalan sesuai tujuannya. Pemimpin yang baik adalah pemimpin
yang mampu membina para bawahannya agar pekerjaan para
bawahan dapat berjalan dengan baik, dan mengembangkan kinerja
para bawahan menjadi lebih baik, sehingga tujuan dari organisasi
tersebut dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Dari kata
pemimpin itulah nantinya muncul istilah kepemimpinan. Menurut
Hendiyat Soetopo dan Wasty Soemanto kepemimpinan adalah
“suatu kegiatan dalam membimbing suatu kelompok sedemikian
rupa sehingga tercapai tujuan dari kelompok itu, yaitu tujuan
bersama.”1
Goerge R. Terry dalam buku Miftah Toha mengatakan bahwa
“kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi orang-orang
1 Hendiyat Soetopo, Wasty Soemanto, Kepemimpinan Dan Supervisi Pendidikan,
(Jakarta: Bina Aksara, 1988), h. 1
11
agar diarahkan mencapai tujuan organisasi.”2 Jadi menurutnya,
kepemimpinan itu berarti aktivitas untuk mempengaruhi orang lain
agar pekerjaannya berjalan dengan baik dan tujuan dari organisasi
tersebut berjalan dengan baik.
Setiap pemimpin, pada tingkat apa pun ia bekerja selalu
memerlukan dua macam keterampilan (skills), yaitu : Technikal
skills, dan Managerial skills. Kualitas kepemimpinan yang
dimiliki oleh kelompok pimpinan dalam suatu organisasi sangat
menentukan berhasil tidaknya organisasi itu mencapai tujuan
yang telah ditentukan dengan efiensi dan ekonomis.3
Menurut Sondang. P. Siagian “seorang pemimpin tidak
seyogyanya hanya mampu berperan selaku atasan yang keinginan
dan kemauannya harus diikuti oleh orang lain.”4 Walaupun seorang
pemimpin adalah seorang kepala dalam sebuah organisasi, tetapi ia
tidak boleh memaksakan kehendak. Seharusnya ia mau menerima
semua masukan dari para bawahannya. Seorang pemimpin harus
dengan terbuka mau menerima kritikan dan saran dari para
bawahannya, ia harus menampung seluruh masukan dari
bawahannya, dan seorang pemimpin harus dapat membina para
bawahannya agar mereka dapat mengeluarkan seluruh ide dan
pendapat yang mereka punya demi kebaikan organisasi. Seperti
yang dijelaskan oleh Veithzal Rivai bahwa, “praktik
kepemimpinan berkaitan dengan mempengaruhi tingkah laku dan
perasaan orang lain baik secara individual maupun kelompok
dalam arahan tertentu, sehingga melalui kepemimpinan merujuk
pada proses untuk membantu mengarahkan dan memobilisasi
orang atau ide-idenya.”5 Cara berpikir dan bertindak seorang
pemimpin sangat berpengaruh terhadap keberhasilan sebuah
2Miftah toha, Perilaku Organisasi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Utama, 2007), h. 259
3Sondang P. Siagian, Filsafat Administrasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 31 4Sondang P. Siagian, Organisasi, Kepemimpinan Dan Perilaku Administrasi, (Jakarta: PT
Inti Idayu Press, 1988), h. 20 5Veithzal Rivai, Kepemimpinan Dan Perilaku Organisasi, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2003), h. 6
12
organisasi. Jadi seorang pemimpin tidak hanya mampu memimpin,
tetapi harus dapat memecahkan permasalahan dengan ide-ide dan
otoritas kepemimpinan yang ia punya. Seperti yang di jelaskan
oleh Sondang. P. Siagian “Efektifitas kepemimpinan seseorang
sangat ditentukan oleh kemampuannya mengenali secara tepat sifat
kondisi yang dihadapinya.”6
Menurut Wahyosumidjo, bahwa yang dimaksud pemimpin
adalah “semua orang yang bertanggungjawab dalam proses
perbaikan yang berada pada semua level kelembagaan
pendidikan.” Menurutnya, pemimpin adalah motor penggerak
untuk keberhasilan sebuah sekolah. Jika dalam proses kegiatan
disekolah ada yang tidak sesuai, maka seorang kepala sekolah
harus mampu memperbaiki semuanya. Semua kegiatan sekolah
tergantung bagaimana cara memimpin seorang kepala sekolah.
Karena fungsi dari kepemimpinan pendidikan adalah menyangkut
semua hal yang ada disekolah, seperti yang dijelaskan oleh
Wahyosumidjo dalam bukunya, yaitu “fungsi dari kepemimpinan
pendidikan haruslah tertuju pada mutu belajar serta semua staf lain
yang mendukungnya”7. Jika kepala sekolah tidak dapat
memberikan contoh yang baik, dan tidak dapat memperbaiki hal-
hal yang kurang baik dalam sekolah, maka sekolah tersebut tidak
akan berhasil, dan sebaliknya, seorang kepala sekolah yang
profesional, akan menghasilkan sekolah yang baik dan seluruh
tujuan dari sekolah tersebut berjalan dengan baik.
Karena organisasi dalam pendidikan unik, maka dalam
pendidikan, kepemimpinan adalah semua orang yang
bertanggungjawab atas keberhasilan pendidikan. Orangtua harus
bertanggungjawab atas pendidikan anak dirumah, dan tugas guru
6Sondang P. Siagian, Teori dan praktek kepemimpinan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), h.
20 7Wahyosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2007), h. 105
13
disekolah bertanggungjawab untuk mengontrol dan memberikan
pendidikan yang baik disekolah, pemerintah juga
bertanggungjawab dalam hal mendukung pendidikan, baik dalam
hal sarana-prasarana, dana kegiatan sekolah dan hal-hal yang
lainnya untuk menunjang keberhasilan pendidikan. Dalam dunia
pendidikan, semua orang harus bertanggungjawab atas
keberhasilan pendidikan, tetapi didalam sekolah yang berperan
penting demi ketercapaian pendidikan yang baik adalah seorang
kepala sekolah.
Pernyataan Gibb dan Halpin menjelaskan bahwa
“kepemimpinan kepala sekolah ditentukan oleh kualitas peranan
yang dimainkan di sekolah. Ada dua macam fungsi yang
dilakukan oleh kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan,
yaitu : penciptaan struktur dan melaksanakan pertimbangan.
Dengan kata lain, pemimpin dapat menekankan pada struktur
atau tugas, bisa juga menekankan hubungan atau pertimbangan
manusiawi. Dua orientasi inilah yang menjadi titik pandang
pokok kepemimpinan kepala sekolah.”8
Seorang kepala sekolah harus memiliki dua kualitas peran
yang baik, ia harus dapat memperhatikan struktur dan tugas dan
harus pula memperhatikan kondisi dan hubungan manusiawi antar
atasan-bawahan. Bukan hanya tugas yang harus ia perhatikan dan
tingkatkan, hubungan antar atasan-bawahan juga harus pula ia
perhatikan, agar ia mengetahui sifat dan sikap para bawahannya
sehingga dengan mudah ia dapat mempengaruhi para bawahannya.
Keseimbangan antara perhatian terhadap tugas dan hubungan antar
manusia akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan sekolah.
Jadi setiap kegiatan pasti membutuhkan seorang pemimpin,
karena pemimpin adalah “kepala” dari sebuah organisasi, maka
seorang pemimpin harus dapat menciptakan iklim organisasi yang
baik, ia harus dapat mempengaruhi para bahwahannya agar tujuan
dari organisasi tersebut dapat tepat sasaran. Seorang pemimpin
8Hendayat Soetopo, Perilaku Organisasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), h. 230
14
atau dalam hal ini seorang kepala sekolah harus mempunyai
kedekatan emosional kepada para bahwannya agar ia mengetahui
apa yang diinginkan oleh para bawahannya yang nantinya sangat
berpengaruh terhadap ketercapaian tujuan organisasi yang baik.
Pemimpin tidak hanya melulu harus memperhatikan tugas yang
diberikan, tetapi hubungan yang baik antara atasan-bawahan harus
pula ia perhatikan.
2. Pengertian Gaya Kepemimpinan
Karena kepemimpinan adalah seseorang yang mampu
mengarahkan, membimbing para bawahannya, maka seorang
pemimpin harus memiliki gaya yang digunakan untuk
mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang agar mau bekerja
dan agar tujuan dari organisasi yang dipimpinnya berjalan dengan
efektif dan efisien. Allan Tucker berpendapat bahwa
kepemimpinan ialah “kemampuan untuk mempengaruhi atau
mendorong seseorang atau sekelompok orang agar bekerja secara
sukerela untuk mencapai tujuan tertentu atau sasaran dalam situasi
tertentu.”9 Gaya adalah cara, jadi maksud dari gaya kepemimpinan
adalah gaya yang digunakan seorang pemimpin untuk
mempengaruhi orang lain. Ada beberapa pengertian mengenai gaya
kepemimpinan. Menurut Miftah Toha, “istilah gaya secara kasar
adalah sama dengan cara yang dipergunakan pemimpin di dalam
mempengaruhi para pengikutnya.”10
Dan Pandji Anoragan
berpendapat bahwa gaya kepemimpinan adalah “ciri seorang
pimpinan melakukan kegiatannya dalam membimbing,
mengarahkan, mempengaruhi, menggerakkan para pengikutnya
dalam rangka mencapai tujuan.”11
9Kartini Kartono, Pemimpin Dan Kepemimpinan, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 1993), h. 2 10Miftah Toha, Perilaku Organisasi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Utama, 2007), h. 302 11Pandji Anoragan, Psikologi Kepemimpinan, (Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2001), h. 7
15
Gaya kepemimpin digunakan seorang pemimpin untuk
mempengaruhi orang lain. Dengan gaya yang digunakan, seorang
pemimpin dengan mudah dapat mempengaruhi orang lain. Akibat
dari pengaruh seorang pemimpin kepada bawahannya adalah
kualitas pekerjaan yang meningkat dan ketercapaian tujuan
organisasi tersebut. Seorang pemimpin harus memikirkan dengan
baik gaya apa yang akan ia gunakan untuk memimpin, karena jika
salah penerapan gaya, maka tidak akan terjadi pengaruh apapun
kepada para anggotanya. Dan seorang pemimpin perlu memikirkan
dengan baik gaya apa yang akan ia gunakan untuk memimpin agar
para staf menjadi berkembang, dan dapat membangun iklim
motivasi yang baik agar tingkat produktivitas tinggi.
Menurut Miftah Toha “gaya kepemimpinan merupakan norma
perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut
mencoba mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang ia
lihat.”12
Gaya kepemimpinan digunakan untuk mempengaruhi
kegiatan para bawahannya dalam bekerja. Jika seorang pemimpin
dapat mempengaruhi bawahannya dengan baik, dan tujuan dari
organisasi tersebut berjalan dengan baik, maka gaya kepemimpinan
yang ia gunakan sesuai dengan karakter para bawahan. Pemimpin
mempengaruhi performasi kelompok dengan alat verbal atau
gestural yang dikomunikasikan melalui pengarahan, evaluasi, dan
sikap pemimpin terhadap anggota kelompok. Hal ini berkaitan
dengan perilaku pemimpin dalam mempengaruhi performansi
kelompok. Seperti yang dikatakan oleh Fiedler ia berpendapat
bahwa “gaya kepemimpinan mengacu pada struktur kebutuhan
12Miftah Toha, Perilaku Organisasi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Utama, 2007), h. 302
16
pemimpin yang memotivasi perilaku dalam berbagai situasi antar
pribadi.”13
Pentingnya gaya kepemimpinan adalah untuk mempengaruhi
para bawahan. Karena gaya kepemimpinan adalah cara yang
dilakukan oleh seorang pemimpin untuk memimpin dan
mempengaruhi orang lain agar mau melakukan pekerjaan dengan
sukarela. Gaya kepemimpinan yang baik akan menciptakan
kepuasan kerja bawahan yang baik pula, dan sebaliknya gaya
kepemimpinan yang buruk akan mempengaruhi kinerja dan ketidak
puasan para bawahan. Seorang pemimpin harus menggunkan gaya
kepemimpinan yang baik dan efektif agar organisasinya berjalan
dengan efektif pula.
3. Macam-Macam Gaya Kepemimpinan
Karena gaya adalah sebuah cara, dan gaya adalah karakteristik
seseorang, maka gaya kepemimpinan adalah cara/karakteristik
yang digunakan oleh seorang pemimpin untuk mempengaruhi
orang lain. Gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh seorang
pemimpin sangat beraneka ragam, tergantung cara seorang
pemimpin dalam mempengaruhi orang lain. Menurut Pandji
Anoraga, “untuk memilih gaya yang akan digunakan, perlu
dipertimbangkan berbagai faktor yang mempengaruhinya, yaitu :
faktor dalam organisasi, faktor pimpinan, faktor bawahan, dan
faktor situasi.”14
Semua faktor tersebut yang harus diperhatikan
dalam memilih gaya kepemimpin yang akan digunakan dalam
memimpin sebuah sekolah. Faktor-faktor tersebut yang nantinya
akan menciptakan gaya kepemimpinan apa yang akan digunakan
13Hendayat Soetopo, Perilaku Organisasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), h.
232-233 14Pandji Anoragan, Psikologi Kepemimpinan, (Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2001), h. 11
17
untuk mempengaruhi para bawahannya agar mereka bersedia
mengikuti semua arahannya.
Dalam buku T. Hani Handoko disebutkan bahwa “terdapat dua
gaya kepemimpinan : gaya dengan orientasi tugas dan gaya dengan
orientasi karyawan. Manajer berorientasi tugas mengarahkan dan
mengawasi bawahan secara tertutup untuk menjamin bahwa tugas
dilaksanakan sesuai yang diinginkannya.”15
Pemimpin yang
berorientasi pada tugas lebih memperhatikan tugas yang
dikerjakan. Pemimpin tersebut mengawasi dan mengarahkan para
bawahannya untuk bekerja sesuai dengan pekerjaannya tujuannya
berjalan dengan efektif dan efisien. Pemimpin ini kurang
memperhatikan hubungannya dengan para bahwahan, ia lebih
mementingkan tugas yang dilaksanakan para bawahan. Ia hanya
teruju pada tugas yang dikerjakan oleh para pegawai. Biasanya
pemimpin ini sangat tegas dan serius dalam bekerja, ia
menganggap keberhasilan sebuah organisasi yang ia pimpin adalah
terletak pada tugas-tugas yang dikerjakan oleh bawahannya. Lain
halnya dengan pemimpin yang berorientasi pada hubungan
manusia atau orientasi pada karyawan.
Akhmad Sudrajat menyebutkan bahwa “dua gaya
kepemimpinan yaitu kepemimpinan yang berorientasi pada tugas
dan kepemimpinan yang berorientasi pada manusia.16
Menurutnya
terdapat dua gaya kepemimpinan yang digunakan oleh kepala
sekolah, yaitu gaya kepemimpinan yang berorientasi pada tugas,
dan hubungannya dengan para bawahan, dan dijelaskan pula oleh
T. Hani Handoko bahwa “manajer berorientasi karyawan mencoba
untuk lebih memotivasi bawahan dibanding mengawasi mereka.”17
Pemimpin mendorong para anggota kelompok untuk melaksanakan
15T. Hani Handoko, Manajemen, (Yogyakarta: BPFE, 1999), h. 299 16
Akhmad Sudrajat, Kompetensi Guru Dan Peran Kepala Sekolah, diakses pada tanggal
13 april 2013, (http://makalah-pendidikan.blogspot.com/search?q=kepuasan+kerja+guru) 17Handoko. loc. cit
18
tugas-tugas dengan memberikan motivasi, dan kesempatan
bawahan untuk berpartisipasi dalam pembuatan keputusan,
menciptakan suasana persahabatan serta hubungan-hubungan
saling mempercayai dan menghormati dengan para anggota
kelompok. Pemimpin ini lebih mementingkan hubungannya
dengan para bawahan. Menurutnya, kesuksesan sebuah organisasi
tergantung dengan hubungan yang baik antara atasan-bawahan dan
antar rekan kerja. Pemimpin membangun hubungan yang baik
terhadap semua anggotanya, dan menurutnya dengan memiliki
hubungan yang baik akan dengan mudah dapat mempengaruhi
bawahannya.
Menurut Hendayat Soetopo “Gaya kepemimpinan yang
berorientasi kepada tugas, yaitu kepemimpinan yang lebih
menaruh perhatian pada perilaku pemimpin yang mengarah
pada penyusunan rencana kerja, penetapan pola organisasi,
adanya saluran komunikasi, metode kerja, dan prosedur
pencapaian tujuan yang jelas. Dan gaya kepemimpinan yang
berorientasi pada hubungan antar manusia, yaitu kepemimpinan
yang lebih menaruh perhatian pada perilaku pemimpin yang
mengarah pada hubungan kesejawatan, saling mempercayai,
saling menghargai, dan penuh kehangatan hubungan antara
pemimpin dengan stafnya.”18
Pemimpin yang berorientasi pada tugas lebih mementingkan
tugas yang dikerjakannya. Menurutnya, organisasi akan berjalan
dengan efektif dan efisien tergantung bagaimana tugas dikerjakan.
Jadi menurut pemimpin ini, struktur organisasi yang jelas, dan
metode kerja yang baik akan sangat berpengaruh terhadap
ketercapaian tujuan organisasi. Penyusunan program kerja yang
baik dan mendapat arahan dari kepala sekolah dapat menjadi
program tersebut baik dan sesuai dengan tujuan sekolah. Pemimpin
yang berorientasi pada tugas, akan lebih mengutamakan tugas-
tugas yang dikerjakan oleh para bawahan. Penetapan pola
18Hendayat Soetopo, Perilaku Organisasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), h.
232
19
organisasi sangat berpengaruh terhadap ketercapaian tujuan sebuah
organisasi.
Pemimpin memberikan tugas kepada bawahannya sesuai
dengan jabatan yang dipegang dalam organisasi. Pelaksanaan tugas
yang sesuai dengan jabatan seseorang akan memudahkan
ketercapaian tujuan. Tugas-tugas yang diberikan harus sesuai
dengan keahlian dan sesuai dengan jabatan yang diduduki oleh
seseorang dalam sebuah organisasi, dan dalam organisasi harus
tercipta saluran organisasi yang baik. Komunikasi yang baik antar
atasan-bawahan atau antar sesama rekan memudahkan seseorang
dalam bekerja. Dengan saluran komunikasi yang baik, para
anggota dapat dengan leluasa mengeluarkan keluhan-keluhan yang
selama ini ia rasakan. Metode kerja atau cara kerja yang ditunjukan
dan dengan bimbingan pemimpin akan menghasilkan hasil kerja
yang maksimal. Pemimpin dalam hal ini mengutamakan kinerja
para pegawainya oleh sebab itu metode kerja harus sesuai dengan
arahan pemimpin. Arahan mengenai cara kerja yang baik dari
pemimpin bertujuan agar organisasi semakin baik dan tujuan dari
organisasi tersebut berjalan dengan efektif dan efisien.
Dan pemimpin yang berorientasi pada hubungan antar manusia
adalah pemimpin yang lebih mementingkan hubungan antar
manusia. Ia menganggap bahwa dengan memiliki hubungan yang
baik antara atasan dan bawahan, maka ia akan dengan mudah
mempengaruhi para bawahannya dan akan lebih mudah
mengontrol, mengawasi dan mengevaluasi para bawahannya.
Menurutnya dengan mempunyai hubungan yang baik antara atasan
dengan bawahan, maka tugas-tugas dapat berjalan dengan efektif
dan efisien sehingga tujuan dapat berjalan dengan baik. Pemimpin
dalam hal ini mempercayai bahwa para pekerjanya mampu
menjalankan pekerjaan tanpa bantuan dan arahan yang keras
darinya, dalam memimpin ia tidak memaksakan kehendaknya dan
20
ia menghargai setiap pendapat dan gagasan dari para bawahannya
untuk kebaikan organisasi.
Pemimpin yang berorientasi pada hubungan juga dengan
leluasa memberikan kesempatan kepada para pegawai untuk
menyumbangkan ide-ide dan mengajak pegawainya untuk ikut
andil dalam menentukan jawaban dari setiap permasalahan yang
ada disekolah. Pemimpin dalam hal ini mengutamakan hubungan
yang baik antara atasan-bawahan dan antar sesama rekan kerja.
Pemimpin ini mengutamakan kenyamanan para bawahan dalam
bekerja.
Pada dimensi struktur tugas, Fiedler berpendapat bahwa apabila
tugas-tugas tersebut telah jelas, mutu daripada penyelenggaraan
kerja akan lebih mudah dikendalikan dan anggota-anggota
kelompok dapat lebih jelas pertanggungjawabannya dalam
pelaksanaan kerja, daripada apabila tugas-tugas itu tidak
jelas/kabur.19
Tugas yang diberikan oleh pemimpin harus jelas karena
ketepatan pekerjaan yang dilakukan oleh para pegawai akan
berpengaruh terhadap ketercapaian tujuan organisasi. Tugas-tugas
yang jelas, arahan dan pengontrolan yang baik dari pemimpin akan
sangat membantu memaksimalkan kinerja para pegawai.
Gaya kepemimpinan berorientasi tugas dan gaya
kepemimpinan yang berorientasi hubungan digunakan secara
efektif apabila hubungan pemimpin dengan anggotanya, struktur
tugas dan posisi kekuasaan sebagai berikut :
19Soewarno Hendayaningrat, Pengantar Studi Ilmu Administrasi Dan Manajemen,
(Jakarta: PT Dharma Karsa Utama, 1990), h. 79
21
Hubungan
pemimpin
dengan
anggotanya
+
Struktur tugas
+
Posisi
kekuasaan
Gaya
kepemimpinan
Yang efektif
: Gaya yang berorientasi pada tugas
: Gaya yang berorientasi pada hubungan
Gambar 2.1 Kombinasi Variabel Situasional
Pemimpin yang berorientasi pada tugas berhasil dengan efektif
menyelesaikan tugas-tugasnya dalam situasi yang
menguntungkan (kolom 1, 2, 3) dan dalam situasi yang paling
tidak menyenangkan (kolom 8). Pada kolom situasi 1, 2, dan 3;
situasi sangat menyenangkan, suasana kelompok baik, dan
tuigas-tugas terstruktur; pemimpin dihormati, pelaksanaan tugas
1 2 3 4 5 6 7 8
Baik
Tinggi
Kuat
Baik
Tinggi
Lemah
Baik
Rendah
Kuat
Baik
Rendah
Lemah
Buruk
Tinggi
Kuat
Buruk
Tinggi
Lemah
Buruk
Rendah
Kuat
Buruk
Rendah
Lemah
T
T
T
H
H
H
H
T
Menu
ju
T
H
22
yang ada memungkinkan kebebasan untuk memberi hadiah dan
hukuman kepada bawahan tertata dengan jelas dan spesifik.20
Pada situasi yang tidak menyenangkan (kolom 8), posisi
kekuasaan pemimpin rendah. Gaya kepemimpinan yang
berorientasi pada tugas akan berjalan dengan baik jika
pemimpinnya memiliki profesionalisme tinggi.
Gaya yang berorientasi pada hubungan akan efektif digunakan
dalam situasi yang relatif menyenangkan (kolom 4, 5, 6, dan 7).
Kolom 5, pemimpin tidak disukai oleh anggota kelompok karena
kondisi tugas yang terstruktur. Kolom 4, pemimpin disukai oleh
anggota kelompoknya tetapi tugas-tugas tidak terstruktur.
Pemimpin yang berorientasi pada hubungan dapat bekerja dengan
efektif apabila mendapat dukungan dari kelompoknya. Tugas
seorang pemimpin yang berorientasi pada hubungan adalah dengan
menjaga hubungan baik antar kelompok.
Menurut Hersey dan Blanchard, hubungan antara pimpinan dan
anggotanya mempunyai empat tahap/fase yang diperlukan bagi
pimpinan untuk mengubah gaya kepemimpinan, yaitu :
a. Pada kesiapan awal perhatian pimpinan pada tugas sangat
tinggi, anggota diberi instruksi yang jelas dan dibiasakan
dengan peraturan, struktur dan prosedur kerja.
b. Tahap selanjutnya adalah dimana anggota sudah mampu
menangani tugasnya, perhatian pada tugasnya sangat
penting karena bawahan belum dapat bekerja tanpa
struktur. Kepercayaan pimpinan pada bawahan semakin
meningkat.
c. Tahap ketiga dimana anggota mempunyai kemampuan
lebih besar dan motivasi berprestasi mulai tampak dan
mereka secara aktif mencari tanggung jawab yang lebih
besar, pemimpin masih harus mendukung dan memberikan
perhatian, tetapi tidak perlu lagi memberikan pengarahan.
d. Tahap yang terakhir adalah tahap dimana anggota mulai
percaya diri, dapat mengarahkan diri dan berpengalaman,
20Abi Sujak, Kepemimpinan Manajer, (Jakarta: Rajawali Press, 1990), h. 14
23
pemimpin dapat mengurangi jumlah perhatian dan
pengarahan.21
Tinggi
Tingkah laku hubungan
(memberikan tingkah laku
untuk mendukung)
Rendah
Tingkah laku tugas
(Memberikan pedoman/pengarahan)
Gambar 2.2 Model Kepemimpinan Situasional Hersey-
Blanchard22
Pada model 1 pemimpin memberikan pengarahan yang baik
terhadap tugas para bawahannya agar mereka maksimal dalam
mengerjakan pekerjaannya, ia memotivasi para bawahannya
dengan baik sehingga pekerjaan menjadi lebih baik. Tetapi dalam
model ini, antara pemimpin dengan bawahannya tidak memiliki
hubungan yang baik, ia lebih mementingkan pekerjaannya daripada
hubungannya dengan para bawahan.
Pada model 2 pemimpin memberikan pengarahan yang baik
terhadap tugas-tugas yang ia berikan, pemimpin memotivasi para
bawahan dengan baik agar pekerjaannya lebih baik, anggota
diberikan instruksi yang baik oleh pemimpin, dan dalam model ini
antara pemimpin dengan para bawahannya memiliki hubungan
yang baik, ia menaruh kepercayaan kepada para bawahannya
21Veithzal Rivai, Deddy Mulyadi, Kepemimpinan Dan Perilaku Organisasi, (Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2011), h. 16 22Ibid
Hubungan
tinggi dan
tugas rendah
(3)
Tugas tinggi
dan hubungan
tinggi
(2)
Hubungan
rendah dan
tugas rendah
(4)
Tugas tinggi
dan hubungan
rendah
(1)
24
dengan baik, dan percaya terhadap para bawahannya bahwa
mereka mampu dan bisa mengerjakan semua pekerjaannya.
Pada model 3 hubungan antara pemimpin dengan anggotanya
berjalan dengan baik, pemimpin memotivasi para bawahan dengan
baik, pemimpin memberikan kesempatan kepada para bawahan
untuk ikut andil dalam mengeluarkan pendapat yang positif untuk
kemajuan organisasi. Tetapi dalam model ini pemimpin kurang
memberikan pengarahan yang baik terhadap para bawahannya
mengenai tugas yang diberikan.
Pada model 4 hubungan antara pemimpin dengan para
anggotanya rendah, dan dalam model ini pemimpin tidak
memberikan pengarahan yang baik terhadap para bawahan.
Pemimpin dalam model ini tidak memperdulikan hubungannya
dengan para bawahan, dan tidak memperdulikan bagaimana kinerja
para pegawai.
Pada dimensi hubungan pemimpin dan anggota kelompok,
fiedler menganggap sangat penting dari sudut pandangan
seorang pemimpin, apabila kekuasaan atas dasar
kedudukan/jabatan dan struktur tugas dapat dikendalikan secara
lebih luas dalam suatu badan usaha/organisasi dan selama
anggota kelompok suka melakukan dan penuh kepercayaan
terhadap pemimpinnya dan suka mengikuti kepemimpinannya.23
Fiedler memberikan perhatian mengenai pengukuran orientasi
kepemimpinan dari seorang individu. Ia mengembangkan Least-
Preferred Co-Worker (LPC) Scale untuk mengukur dua gaya
kepemimpinan :
a. Gaya berorientasi tugas, yang mementingkan tugas atau
otoritatif.
b. Gaya berorientasi hubungan, yang mementingkan hubungan
kemanusiaan.
Sedangkan kondisi situasi terdiri dari dua faktor utama, yaitu :
23Soewarno Hendayaningrat, Pengantar Studi Ilmu Administrasi Dan Manajemen,
(Jakarta: PT Dharma Karsa Utama, 1990), h. 80
25
a. Hubungan pemimpin-anggota, yaitu derajat baik/buruknya
hubungan antara pemimpin dan bawahan.
b. Struktur tugas, yaitu derajat tinggi/rendahnya strukturisasi,
standardisasi dan rincian tugas pekerjaan.24
Hubungan antar manusia yang baik adalah landasan penting
untuk terciptanya sebuah organisasi yang baik. Hubungan yang
baik antara kepala sekolah dengan guru akan memperbaiki tugas
dan kualitas pekerjaan para guru. Guru tidak sungkan
mengeluarkan pendapatnya dalam berbagai forum sebagai usaha
untuk meningkatkan kualitas sekolah dan memberikan
pendapatnya agar kualitas sekolah semakin meningkat. Jika tidak
ada hubungan yang baik antara guru dengan kepala sekolah, para
guru takut untuk mengeluarkan pendapat mereka dan pikiran
mereka tidak berkembang karena pemimpin tidak memberikan
kebebasan kepada para guru untuk mengeluarkan pendapat mereka.
hubungan antara kepala sekolah dengan guru yang baik,
menjadikan kualitas sekolah lebih baik.
Kepala sekolah yang memiliki kedekatan dan memiliki
hubungan yang baik dengan para guru, ia akan dengan gampang
mempengaruhi kinerja para guru, mengontrol setiap pekerjaan para
guru dengan efektif. Salah satu hal yang dapat mempengaruhi
kepuasan kerja guru adalah hubungan yang baik antara kepala
sekolah dengan guru, karena dengan hubungan yang baik maka
akan tercipta iklim organisasi yang baik. Guru yang memiliki
kedekatan hubungan yang baik dengan kepala sekolah akan merasa
senang bekerja, karena kepala sekolah memberikan motivasi agar
pekerjaannya lebih baik, kepala sekolah mendorong para guru
untuk bekerja lebih baik dari sebelumnya.
24Veithzal Rivai, Deddy Mulyadi, Kepemimpinan Dan Perilaku Organisasi, (Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2011), h. 12
26
Telaah kepemimpinan yang dilakukan pada pusat riset
Universitas of Michigan, melalui penelitian ini
mengidentifikasikan dua gaya kepemimpinan yang berbeda,
disebut sebagai job-centered yang berorientasi pada pekerjaan
dan employee-centered yang berorientasi pada karyawan.
a. Pemimpin yang job-centered
Pemimpin yang berorientasi pada tugas menerapkan
pengawasan ketat, sehingga bawahan melakukan tugasnya
dengan menggunakan prosedur yang telah ditentukan.
b. Pemimpin yang berpusat pada bawahan
Mendelegasikan pengambilan keputusan pada bawahan dan
membantu pengikutnya dalam memuaskan kebutuhannya
dengan cara menciptakan lingkungan kerja yang suportif.25
Sama halnya dengan pendapat-pendapat yang sebelumnya
bahwa pemimpin yang berorientasi pada tugas sangat
memperhatikan tugas-tugas para bawahannya. Pemimpin ini
menerapkan pengawasan yang ketat, mengandalkan hukuman
kepada para pekerja yang tidak melaksanakan tugasnya sesuai
dengan prosedur. Menurutnya perhatian terhadap para pekerja
adalah sesuatu yang mewah. Jika pemimpin yang berorientasi
terhadap hubungan manusia, ia lebih memperhatikan hubungan
yang baik dan lingkungan atau iklim organisasi yang baik, karena
menurutnya dengan mempunyai hubungan kerja yang baik dengan
para bawahan, maka akan sangat mudah untuk mempengaruhi dan
mengevaluasi pekerjaan para bawahan. Ia mendelegasikan
pengambilan keputusan kepada bawahannya, karena ia ingin para
anggotanya ikut andil dalam mengeluarkan pendapat demi
ketercapaian tujuan organisasi yang efektif dan efisien.
Sondang. P. Siagian dalam bukunya, dari sudut gaya
manajerialnya, para pemimpin dalam berbagai bentuk organisasi
dapat digolongkan dalam :
a. Tipe paternalistik
b. Tipe Demokratik26
25Ibid
27
Terdapat beberapa macam tipe pemimpin menurut Sondang. P.
Siagian dari sudut pandang gaya manajerialnya, yaitu tipe
paternalistik yaitu tipe pemimpin yang terlalu melindungi karena ia
menganggap bawahannya adalah makhluk yang tidak dewasa, dan
tipe pemimpin ini, ia tidak memberikan kesempatan kepada para
bawahannya untuk mengambil keputusan karena ia menganggap
dirinyalah yang paling tahu. Pemimpin ini jarang memberikan
kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan daya
kreasi mereka, jarang memberikan kesempatan para bawahannya
untuk mengeluarkan pendapat bahkan ia tidak mengajak para
bawahannya untuk ikut andil dalam memutuskan jawaban dari
setiap persoalan dalam organisasi. ia juga tidak memberikan
kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan potensi
dirinya dalam organisasi. Ia menganggap dirinyalah yang paling
tahu, maka dari itu ia tidak memberikan kesempatan kepada
bawahannya untuk maju.
Lain halnya dengan tipe demokratis, pada tipe ini ia senang
menerima pendapat dari para bawahannya, ia dengan bebas
memberikan kesempatan kepada para bawahannya untuk
mengeluarkan pendapatnya untuk kebaikan dan kemajuan
organisasi. Ia selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih
sukses darinya. Ia mengarahkan para bawahannya untuk berani
bertindak walaupun mungkin berakibat pada kesalahan agar para
bawahannya tidak melakukan kesalahan yang sama. Pemimpin ini
memberikan kesempatan maju untuk para bawahannya. Ia juga
berusaha mengembangkan dirinya menjadi lebih baik. Dalam hal
ini, pemimpin tidak memaksakan kehendaknya, ia selalu
mensinkronisasikan kepentingan dan tujuan organisasi dengan
tujuan pribadi para bawahannya, dan ia selalu memberikan
26 Sondang P. Siagian, Filsafat Administrasi, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), h. 34-36
28
masukan-masukan atas keluhan-keluhan yang dialami oleh
bawahannya. ia senang menerima pendapat bahkan kritikan dari
bawahannya, ia menganggap dengan kritikan dan pendapat ia dapat
menjadi lebih baik dan organisasi juga dapat berjalan dengan baik
bahkan dapat lebih berkembang.
Graves di Stanford University memberikan laporan “Group
Processes In Training Administrations” laporannya dalah
mengenai 4 tipe kepemimpinan yang antara lain terdiri dari :
a. Tipe Autorian
b. Tipe Laizzes-faire
c. Tipe demokratis
d. Tipe pseudo demokratis27
Dalam bukunya, Hendiyat Soetopo dan Wasty Soemanto
berpendapat bahwa ada 4 tipe kepemimpinan berdasarkan laporan
“Group Process in Training Administration yaitu tipe autorian,
yaitu seorang pemimpin yang bersifat ingin berkuasa, dan tidak
memberikan kesempatan kepada para anggota untuk ikut andil
dalam memutuskan persoalan. Lain halnya dengan tipe laizzes
faire, tipe ini segala peraturan, kebijaksanaan suatu institusi berada
di tangan anggota. Jika tipe demokratis, pemimpin dalam tipe ini
menghargai seluruh masukan dari para anggotanya, tetapi
keputusan tetap berada di tangan seorang pemimpin. Jika tipe
pseudo demokratis, pemimpin ini adalah pemimpin demokrasi
yang semu, pemimpin ini memberikan kesempatan kepada para
bawahan untuk ikut serta dalam mengambil keputusan, tetapi
sebenarnya hal ini memanipulasi agar pendapatnya yang disetujui.
27 Hendiyat Soetopo, Wasty Soemanto, Kepemimpinan Dan Supervisi Pendidikan,
(Jakarta: Bina Aksara, 1988), h. 7-9
29
Tannenbaum dan Schmidt dalam artikel mereka yang dimuat
dalam majalah Havard Bussiness Review : “How To Choose a
Leadership Pattern”, berargumen bahwa gaya kepemimpinan
otokratis dan demokratis, keduanya merupakan gaya
kepemimpinan, dan oleh karenanya dapat didudukkan dalam
suatu kontinum dari perilaku pemimpin yang sangat otokratis
pada suatu ujung sampai pada perilaku pemimpin yang sangat
demokratik pada ujung yang lain :
a. Gaya kepemimpinan kontinum
Menurut Robert Tannenbaum dan Warren Schmidt
ada dua bidang pengaruh yang ekstrem. Pertama,
bidang pengaruh pimpinan dan kedua, bidang
pengaruh kebebasan bawahan.
b. Gaya managerial Grid
Dalam pendekatan ini manager berhubungan
dengan dua hal, yakni produksi disatu pihak dan
orang-orang dipihak lain. Dalam hal ini ada gaya
yang efektif dan tidak efektif, yaitu :
1) Gaya efektif
a) Eksekutif
b) Pencinta pengembangan
c) Otokratis yang baik hati
d) Birokrat
2) Gaya tidak efektif
a) Pencinta kompromi
b) Missionari
c) Otokrat
d) Lari dari tugas (Deserter).28
Dalam bukunya terdapat dua gaya kepemimpinan, yaitu gaya
kepemimpinan kontinum dan gaya kepemimpinan managerial grid.
Gaya kepemimpinan kontinum yang pertama adalah bidang
pengaruh pimpinan dalam hal ini pemimpin menggunakan
otoritasnya dalam memimpin, dengan kata lain pada gaya yang
pertama adalah gaya kepemimpinan yang bersifat otoriter, ia
menggunakan otoritasnya untuk memimpin, seluruh anggotanya
harus melaksanakan apa yang ia perintahkan, dan dalam
pengambilan keputusan ia bersikap otoriter, keputusan berada
28 Miftah Toha, Perilaku Organisasi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Utama, 2007), h. 302-314
30
ditangannya, dan tidak memberikan kesempatan kepada para
bawahan untuk memberikan pendapatnya. Lain halnya dengan
yang kedua, yaitu bidang pengaruh kebebasan bawahan. Dalam hal
ini pemimpin bersikap demokratis, ia mau menerima pendapat dari
para bawahannya, ia memberikan kebebasan kepada para bawahan
untuk mengeluarkan pendapatnya. Pemimpin mengarahkan para
bawahan untuk mengeluarkan pendapatnya.
Gaya yang kedua adalah gaya managerial grid dalam
pendekatan ini ada dua hal yaitu bagaimana seorang pemimpin
memikirkan mengenai produksi dan hubungan antar personal.
Dalam gaya ini ia harus mempertimbangkan berapa banyak
produksi yang harus dihasilkan dengan tidak mengurangi
hubungannya dengan para bawahan. Ia harus benar-benar
mempertimbangkan keputusan yang akan ia ambil, memahami
prosedur, melakukan penelitian dan harus memiliki pemikiran yang
kreatif, dengan tidak lupa memperhatikan kualitas pelayanan para
bawahan, dan menjadikan pekerjaannya berjalan dengan efektif
dan efisien.
Dalam gaya manajerial grid terbagi menjadi dua gaya
kepemimpinan, yaitu gaya kepemimpinan efektif dan tidak. Gaya
kepemimpinan yang tergolong efektif yang pertama adalah gaya
eksekutif yaitu gaya yang banyak memberikan perhatian kepada
tugas dan hubungan kerja. Ada pula gaya pecinta pengembangan,
yaitu gaya yang memberikan banyak perhatian terhadap hubungan
kerja tetapi minim terhadap tugas-tugas pekerjaan. Gaya otokratis
yang baik hati, yaitu kebalikan dari gaya pencinta pengembangan,
gaya ini lebih banyak memperhatikan pekerjaan dan tugas-tugas
yang dilaksanakan, daripada hubungan kerja. Dan yang terakhir
adalah gaya birokrat, yaitu gaya ini mempunyai perhatian yang
minim kepada tugas yang dikerjakan, maupun hubungan kerja.
31
Ada pula gaya yang tidak efektif. Yang pertama adalah gaya
pencinta kompromi, yaitu gaya ini memberikan perhatian yang
besar terhadap tugas yang dikerjakan dan hubungan kerja yang
menekankan pada kompromi, apapun yang dilakukan harus
berdasarkan kompromi. Gaya yang kedua adalah gaya missionari
yaitu memberikan perhatian yang besar terhadap hubungan kerja,
tetapi kurang memberikan perhatian terhadap tugas dengan
perilaku yang tidak sesuai. Ada pula gaya otokrat, yaitu ia
memiliki perhatian yang besar terhadap pekerjaan tetapi minim
dalam hubungan kerja. Jika gaya kepemimpinan yang lari dari
tugas, yaitu gaya ini sama sekali tidak memberikan perhatian baik
pada tugas maupun pada hubungan kerja.
Robert House mengemukakan ada empat gaya kepemimpinan
yang menjadi perilaku seorang pemimpin, yakni :
a. Kepemimpinan yang berorientasi pada prestasi
b. Kepemimpinan direktif
c. Kepemimpinan partisipatif
d. Kepemimpinan suportif.29
Menurut Robert House pemimpin yang efektif adalah
pemimpin yang dapat menyesuaikan dirinya dengan situasi dalam
sebuah organisasi. Ia mengemukakan ada 4 gaya kepemimpinan,
yaitu : kepemimpinan yang berorientasi pada prestasi, dalam gaya
ini pemimpin menaruh rasa percaya yang besar kepada para
bawahannya bahwa mereka mampu menyelesaikan seluruh tugas
dengan baik. Pemimpin hanya berpusat pada prestasi para
pegawainya, pemimpin memberikan tantangan kepada para
pegawai dan ia mengharapkan agar para bawahan berusaha
mencapai tujuan seoptimal mungkin. Gaya yang ke 2 adalah gaya
kepemimpinan direktif, yaitu pemimpin yang berorientasi pada
hasil. Ia memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk
29 Abi Sujak, Kepemimpinan Manajer, (Jakarta: Rajawali Press, 1990), h. 18-19
32
mengentahui apa yang menjadi harapannya untuk organisasi yang
dipimpinnya. Pemimpin dengan gaya ini memberikan pengarahan
tentang tugas yang akan dilaksanakan oleh para bawahannya.
Gaya kepemimpinan yang ke 3 yang dikemukakan oleh Robert
Housen adalah gaya kepemimpinan partisipatif, yaitu pemimpin
yang mau meminta saran kepada para bawahannya dan meminta
para bawahannya untuk ikut andil dalam menberikan masukan-
masukan positif dan ikut andil dalam menyelesaikan permasalahan
dalam orgsanisasi. Dan gaya kepemimpinan yang ke 4 adalah gaya
kepemimpinan suportif, yaitu seorang pemimpin yang berorientasi
pada hubungan manusia. Ia berusaha mendekatkan diri dan
menyenangkan perasaan para bawahannya, ia menganggap
bawahannya adalah kawan, menurutnya, sebuah organisasi dapat
berjalan dengan baik jika seluruh anggota dalam organisasi
tersebut memiliki hubungan yang baik. Dengan memiliki hubungan
yang baik antara atasan dan bawahan, maka akan dengan sangat
mudah ia mengontrol, membimbing para bawahannya.
Gaya kepemimpinan yang utama terbagi menjadi dua yaitu
gaya kepemimpinan yang berorientasi kepada tugas dan gaya
kepemimpinan yang berorientasi pada hubungan manusia. Gaya
kepemimpinan yang berorientasi pada tugas lebih mengutamakan
tugas yang dikerjakan, ia mengarahkan, mengontrol pekerjaan para
pegawainya dengan sangat teliti, tidak jarang pemimpin dalam hal
ini memiliki sikap yang otoriter dan memaksakan kehendaknya.
Yang ia perdulikan hanya pekerjaan, semua pekerjaan harus sesuai
dengan yang ia inginkan, pemimpin membantu para pekerjanya
untuk menyusun rencana kerja, memberi arahan kepada para
pekerja agar pekerjaannya berjalan sesuai dengan yang ia inginkan.
Pemimpin dengan tegas memberi tahu aturan-aturan yang terdapat
dalam organisasi, dan para pegawainya harus melaksanakan tugas
33
sesuai dengan aturan-aturan yang ia buat. Pemimpin memberikan
tugas sesuai dengan jabatan dan keahlian para pekerjanya.
Pemimpin dalam hal ini harus menciptakan saluran komunikasi
yang baik dalam organisasi. Setiap informasi ia bagikan kepada
seluruh anggotanya sesuai dengan struktur yang terdapat dalam
organisasi. pemimpin mengarahkan seluruh pegawainya untuk
mengikuti aturannya dan mengarahkan pegawainya agar tujuan
dari organisasi tercapai. Ia menganggap keberhasilan sebuah
organisasi tergantung dari kualitas pekerjaan yang dilakukan.
Pemimpin yang berorientasi pada hubungan adalah pemimpin
yang lebih mementingkan hubungannya dengan para bawahan.
Pemimpin ini lebih mengutamakan hubungannya dengan para
bawahan. Ia mengganggap dengan memiliki hubungan yang baik,
maka akan dengan mudah ia dapat mempengaruhi bawahannya. Ia
menaruh rasa percaya yang besar kepada para pegawainya bahwa
mereka mampu melaksanakan tugas dengan baik tanpa harus
memaksakan kehendak. ia menampung seluruh keluhan-keluhan
yang dialami setiap pegawainya dan berusaha memberikan solusi
yang terbaik dari setiap keluhan dan permasalahan yang dialami.
Pemimpin menghargai setiap pekerjaan para bawahannya, ia
membiarkan para pekerjanya untuk mengembangkan potensi
dirinya.
Pemimpin yang berorientasi pada hubungan membiarkan para
pegawai untuk mengembangkan dirinya, agak kualitas
pekerjaannya semakin baik. Pemimpin memberikan kebebasan
para pegawai untuk mengeluarkan pendapatnya, dan mengajak
berdiskusi untuk memecahkan persoalan yang dihadapi oleh
organisasi. Pemimpin ini harus dapat menciptakan hubungan yang
baik dalam organisasi, karena hubungan yang baik akan
memberikan kenyamanan seseorang dalam bekerja. Motivasi dan
34
perhatian yang baik dari pemimpin akan sangat berpengaruh
terhadap ketercapaian pekerjaan, dengan memberikan motivasi
maka para pegawai merasa diperhatikan dan dihargai, bahkan
dipercaya oleh pemimpinnya untuk mengerjakan tugas dengan
baik. Motivasi dan arahan yang baik sangat menunjang
ketercapaian pekerjaan yang baik yang annatinya akan berpengaruh
terhadap kualitas organisasi.
B. Kepuasan Kerja
1. Pengertian Dan Hakikat Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja seseorang adalah merupakan suatu perasaan
yang bersifat individual, setiap orang akan mempunyai tingkat
kepuasan yang berbeda-beda tergantung dari cara penilaian oleh
diri individu yang bersangkutan.30
Dalam sebuah organisasi
kepuasan kerja pegawai sangat penting, karena kepuasan kerja
adalah perasan puas/tidak puasnya seseorang dalam bekerja. Dalam
bukunya, Sondang. P. Siagian mengartikan kepuasan kerja sebagai
suatu cara pandang seseorang baik yang bersifat positif maupun
negatif tentang pekerjaanya.”31
Menurut Stephen P. Robbins dan
Timithy A. Judge kepuasan kerja adalah “suatu perasaan positif
tentang pekerjaan seseorang yang merupakan hasil dari sebuah
evaluasi karakteristiknya.”32
Jika pegawai merasa puas dengan apa
yang ia kerjakan, maka akan berpengaruh positif terhadap
kinerjanya, dan akan menjadikan kualitasnya lebih baik.
Jika menurut Adam Ibrahim Indrawijaya, pengertian kepuasan
kerja mencakup berbagai hal, seperti kognisi, emosi dan
kecenderungan perilaku seseorang. Kepuasan itu tidak nampak
30 Try bubu, Kepuasan Kerja, diakses pada tanggal 4 september 2013 (http://ruined-
info4u.blogspot.com/2011/03/kepuasan-kerja.html) 31 Sondang P. Siagian, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011),
h. 295 32 Stephen P. Robbins, Timoty A. Judge, Perilaku Organisasi, (Jakarta: Salemba empat,
2008), h. 107
35
secara nyata, tetapi dapat berwujud dalam sutu hasil pekerjaan.33
Menurut Ibrahim Indrawijaja, seseorang yang merasa puas atau
tidak puas dalam pekerjaannya tidak nampak secara nyata, tetapi
hasil dari pekerjaannyalah yang memperlihatkan bahwa ia puas
atau tidak puas dalam bekerja. Menurutnya, perilaku seseorang dan
hasil pekerjaanlah yang menunjukkan seorang pegawai tersebut
puas atau tidak. Dengan kata lain, hasillah yang menentukan puas
dan tidaknya seseorang dalam bekerja.
Pendapat lain dikemukakan oleh Newstrom bahwa “job
satisfaction is the favorableness or unfavorableness with employes
view their work”. Kepuasan kerja berarti perasaan mendukung atau
tidak mendukung yang dialami (pegawai) dalam bekerja.34
Jadi
menurut Newstrom puas dan tidaknya seseorang dalam bekerja
adalah sebuah perasaan yang diungkapkan oleh pegawai. Perasaan
tersebut dapat mendukung atau tidak mendukung seseorang dalam
pekerjaannya. Jika ia merasa tidak puas maka dukungan untuk
bekerja rendah sehingga hasil yang dikerjakan oleh pegawaipun
tidak maksimal. Seorang pegawai yang kepuasan kerjanya tinggi,
maka otomatis dirinya akan mendukung dirinya sendiri untuk
bekerja lebih baik lagi, dan menghasilkan pekerjaan yang baik
pula.
Robbins mengartikan kepuasan kerja sebagai sikap umum
individu terhadap pekerjaannya. Sikap individu bisa menyangkut
puas dan tidak puas pada seluruh dimensi pekerjaannya.35
Menurutnya kepuasan kerja kerja adalah sebuah perasaan yang
timbul akibat pekerjaannya, jika ia tidak merasa nyaman dengan
33 Adam Ibrahim Indrawijaya, Perilaku Organisasi, (Bandung: Sinar Baru, 1989), h. 72 34Anan Nur, Kepuasan Kerja, diakses pada tanggal 6 februari 2013, (http://anan-
nur.blogspot.com/2011/02/kepuasan-kerja.html) 35 Husaini Usman, Manajemen Teori Praktik Dan Riset Pendidikan, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2010), h. 498
36
pekerjaannya, maka otomatis kepuasan kerja pegawai tersebut juga
buruk. Sikap yang ditimbulkan oleh pegawai mencerminkan
perasaan ia terhadap pekerjaannya. Pekerjaan yang tidak sesuai
dengan kemampuannya, akan berakibat pada ketidak puasan kerja
pegawai tersebut, yang nantinya akan berakibat pula kepada hasil
dr pekerjaan tersebut. Lain halnya dengan yang diungkapkan Yulk,
ia menjelaskan bahwa kepuasan kerja adalah sikap seseorang
terhadap pekerjaannya yang mencerminkan pengalaman yang
menyenangkan dan tidak menyenangkan dalam pekerjaannya serta
harapan-harapannya terhadap pengalaman masa depan.36
Howell dan Dipboye memandang kepuasan kerja sebagai hasil
keseluruhan dari derajat rasa suka atau tidak sukanya tenaga kerja
terhadap berbagai aspek dari pekerjaannya.
Model A
Kondisi Sikap Motivasi Unjuk
Kerja Kerja Kerja Kerja
Model B
Kondisi Motivasi Unjuk Sikap
Kerja Kerja Kerja Kerja
Model C
Kondisi Motivasi Sikap
Kerja 1 Kerja 1 Kerja
Kondisi Motivasi Unjuk
Kerja 2 Kerja 2 Kerja
Gambar 2.3 Beberapa Model Dari Hubungan Kausal Antara Motivasi
Kerja, Unjuk Kerja, Dan Sikap Kerja37
36 Ibid., h. 464 37 Ashar Sunyoto Munandar, Psikologi Industri dan Organisasi, (Jakarta: UI Press, 2006),
h. 350-353
37
Pada model A, kondisi kerja mempengaruhi sikap tenaga kerja
terhadap pekerjaan dan organisasi, dan sikap ini mempengaruhi
usaha untuk melakukan pekerjaan. Berdasarkan model A,
manajemen perlu menciptakan kondisi kerja yang baik dan positif
terhadap pekerjaan, karena sikap kerja yang positif akan membuat
para pekerja lebih efektif dalam bekerja.
Dalam model B, para pekerja yang bekerja dengan baik dan
giat akan merasa bangga terhadap pekerjaannya dan secara
langsung akan lebih mengembangkan pekerjaan mereka dan akan
berpengaruh terhadap organisasi. Manajemen tidak perlu secara
langsung memperhatikan kepuasan kerja para pekerjanya,
manajemen hanya perlu menunjukkan tindakan yang menyatakan
bahwa mereka dapat bekerja dengan baik dan profesional dan
mendapat umpan balikan tentang hasil unjuk kerjanya.
Model C bahwa tidak ada hubungan langsung antara sikap
kerja dan unjuk kerja. Sikap kerja tidak menyebabkan timbulnya
unjuk kerja tertentu, begitu juga sebalikya. Implikasi dari model ini
ialah manajemen perlu melakukan tindakan positif jika
menginginkan sikap kerja yang positif dan melakukan tindakan
lain jika ingin memotivasi para pekerja, sehingga akan
menimbulkan unjuk kerja yang tinggi.
Sikap kerja dalam model A, B, C mengungkapkan kepuasan
kerja. Dalam model ini semakin positif sikap kerjanya, maka akan
semakin besar kepuasan kerjanya.
Salah satu diantara persoalan paling banyak menimbulkan
perdebatan dan menimbulkan kontroversi pendapat yaitu studi
tentang kepuasan jabatan. Ada tiga macam pandangan
sehubungan dengannya, yaitu :
38
a. Kepuasan menyebabkan timbulnya unjuk kerja
b. Unjuk kerja menyebabkan timbulnya kepuasan
c. Imbalan-imbalan menimbulkan pengaruh, tetapi tidak
adanya hubungan yang bersifat inheren.38
Jika seorang pegawai merasa puas dengan pekerjaannya maka
unjuk kerja yang ditunjukkan akan baik, dan sebaliknya unjuk
kerja yang baik menyebabkan kepuasan kerja yang baik. Jika
seorang pegawai bekerja dengan penuh semangat, dan
pekerjaannya sesuai dengan yang ia harapkan maka ia akan merasa
puas dengan pekerjaannya karena hasil pekerjaan yang baik berarti
kepuasan kerjanya tinggi, begitu pula sebaliknya. imbalan yang
diterima pegawai menimbulkan pengaruh terhadap kepuasan kerja
dan hasilnya, tetapi imbalan bukan faktor yang utama atau satu-
satunya faktor yang menunjang kepuasan kerja pegawai.
Kepuasan kerja adalah seperangkat perasaan karyawan yang
menyenangkan atau tidak menyenangkan berdasarkan imbalan
material dan imbalan psikologis. Kepuasan kerja memiliki banyak
dimensi, antara lain :
a. Kepuasan kerja dapat mewakili sikap secara menyeluruh
atau mengacu pada bagian pekerjaan misalnya pada isi
pekerjaan dan pada konteks pekerjaan.
b. Kepuasan kerja merupakan seperangkat perasaan.
c. Kepuasan kerja bersifat dinamik, ia dapat naik dan turun
dengan cepat sehingga perasaan pekerja terhadap organisasi
perlu diperhatikan secara berkesinambungan.39
Kepuasan kerja adalah perasaan menyenangkan dan tidak
menyenangkan seseorang terhadap pekerjaannya. Kepuasan kerja
dapat mewakili sikap para pekerjanya. Karena kepuasan kerja
adalah sebuah perasaan, maka jika ia merasa puas, pekerjaannya
akan berjalan dengan baik, jika tidak maka pekerjaan tersebut akan
38J. Winardi, Manajemen Perilaku Organisasi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup,
2007), h. 218 39 Ibid
39
terbengkalai. Kepuasan kerja dapat naik dan turun tergantung
bagaimana kondisi dan lingkungan kerjanya. Jika seorang pekerja
merasa bosan dengan pekerjaanya, maka dapat dikatakan bahwa
kepuasaannya sedang menurun, begitupun sebaliknya. Seorang
pemimpin secara berkesinambungan harus memperhatikan sikap
para bawahannya, mereka merasa puas atau tidak, dan faktor apa
yang membuat kepuasan mereka meningkat dan menurun.
Menurut Darsono dan Tjatjuk Siswandoko, “lingkungan
eksternal diluar pekerjaan mempengaruhi perasaan pekerja. Oleh
sebab itu kepuasan kerja merupakan bagian dari kepuasan hidup
pekerja. Jika pekerja hidupnya merasa puas, artinya terjadi
kepuasan kerja, karena kerja adalah basis kehidupan.”40
Faktor dari
puas dan tidaknya seseorang dalam bekerja tidak hanya dari dalam
organisasi. Faktor eksternal juga berpengaruh dalam kepuasan dan
ketidak puasan seorang pegawai. Jika seorang pekerja merasa puas
dengan pekerjaannya, maka akan berpengaruh terhadap
kenyamanan hidup pegawai. Bukan hanya hasil kerjaan yang akan
meningkat dan maksimal, kehidupan diluar pekerjaan juga akan
meningkat. Maka dari itu kepuasan kerja sangat berpengaruh
terhadap hidup dan kehidupan seseorang.
2. Faktor-Faktor Kepuasan Kerja
Faktor kepuasan kerja adalah hal-hal yang membuat pegawai
merasa puas terhadap pekerjaannya. Kepuasan kerja tidak hanya
dipicu oleh besarnya gaji/upah yang ia terima, banyak faktor lain
yang mempengaruhinya, contohnya adalah hubungan antara atasan
dan bawahan, tempat kerja yang nyaman, dan masih banyak lagi.
Setiap orang merasa puas dengan pekerjaanya karena berbagai
faktor. Si A merasa puas dengan faktor gaji/upah yang ia terima,
40 Darsono, Tjatjuk Siswandoko, Manajemen Sumber Daya Manusia Abad 21, (Jakarta:
Nusantara Consulting, 2011), h. 214
40
lain lagi dengan pegawai B, belum tentu ia merasa puas dengan
gaji yang ia terima. Faktor dari kepuasan kerja bermacam-macam
tergantung tingkat kenyamanan seseorang. Maka akan dibahas
beberapa faktor kepuasan kerja dengan beberapa pendapat para
ahli.
Dalam buku Ashar Sunyoto, banyak faktor yang telah diteliti
sebagai faktor yang mungkin menentukan kepuasan kerja, yaitu:
a. Ciri-ciri intrinsik pekerjaan
b. Gaji penghasilan, imbalan, yang dirasakan adil
c. Penyelia.
d. Rekan-rekan sejawat yang menunjang
e. Kondisi kerja yang menunjang41
Dalam buku Ashar Sunyoto, terdapat beberapa faktor penentu
kepuasan kerja pegawai, yaitu ciri-ciri intrinsik pekerjaan adalah
faktor-faktor internal organisasi penentu kepuasan kerja, seperti
jumlah pekerjaan, otonomi pemimpin, metode kerja yang
diterapkan oleh pemimpin, kreativitas, keragaman, kesulitan.
Faktor intrinsik tersebut mempengaruhi keefektifan kinerja para
pegawai dalam sebuah organisasi. Terdapat pula lima ciri intrinsik
yang kaitannya dengan kepuasan, yaitu keragaman keterampilan,
hal ini berkaitan dengan kreatifitas para pegawai dalam bekerja,
semakin banyak ragam keterampilan yang digunakan, maka
pekerjaan menjadi tidak membosankan. Dalam hal ini kreatifitas
pegawai dibutuhkan dalam menjalankan pekerjaannya. Faktor
intrinsik yang kedua adalah jati diri tugas, yaitu kesesuaian antara
tugas yang diberikan dengan kemampuan seseorang. Seseorang
yang mendapatkan tugas lebih dari kemampuannya, kepuasan
kerjanya akan minim, karena ia merasa tugas yang diberikan tidak
sesuai dengan kemampuannya. Yang ketiga adalah tugas yang
penting, yaitu jika menurutnya tugas yang diberikan penting, maka
41Ashar Sunyoto Munandar, Psikologi Industri dan Organisasi, (Jakarta: UI Press, 2006),
h. 354-363
41
ia akan memaksimalkan pekerjaannya dan hasilnya juga akan
maksimal. Jika tugas tersebut dirasakan penting, maka ia
cenderung mempunyai kepuasan kerja. Yang keempat adalah
otonomi, yaitu pemimpin yang memberikan kebebasan kepada
bawahannya untuk ikut andil dalam memberikan masukan dan
memberi peluang untuk mengambil keputusan, maka akan cepat
menimbulkan kepuasan kerja. Dan yang kelima adalah pemberian
balikan kepada pegawai, yaitu seorang pemimpin yang menghargai
pekerjaan para bawahannya, dan memberikan penghargaan atau
balikan yang seimbang dengan pekerjaan yang telah mereka
kerjakan.
Faktor yang menentukan kepuasan kerja menurut Ashar
Sunyoto yang kedua adalah gaji penghasilan, imbalan yang
dirasakan adil. Gaji juga menjadi salah satu faktor yang
menyebabkan seseorang merasa puas dan tidak, karena gaji dan
imbalan adalah sebagai tolok ukur sebuah organisasi menghargai
kinerja para pegawai. Jika pekerjaan yang ia kerjakan sulit, tetapi
gaji atau imbalan yang ia terima tidak sesuai, maka kepuasan
kerjanya akan minim. Seseorang yang mendapatkan gaji atau
imbalan yang sesuai dengan apa yang telah dikerjakan, akan
merasa puas, begitupun sebaliknya. karena gaji dapat memenuhi
harapan-harapan dan kebutuhan tenaga kerja.
Faktor ketiga adalah faktor penyelia (pemimpin). Pemimpin
yang memberikan rasa nyaman dan aman untuk para pegawainya,
akan menimbulkan kepuasan kerja yang tinggi. Ada satu gaya
kepemimpinan yang konsisten memberikan kepuasan kerja
pegawai yaitu penenggangan rasa. Pemimpin yang mempunyai
tenggang rasa kepada pegawainya, ia akan memberikan kebebasan
kepada para pegawai untuk menyalurkan masukan-masukan positif
untuk perusahaan, ia akan membimbing seluruh pegawainya untuk
42
mengeluarkan pendapatnya demi ketercapaian tujuan organisasi
dengan efektif dan efisien, dan ia akan mengajak para pegawainya
untuk ikut andil dalam memutuskan sesuatu hal. Menurut Locke,
tingkat kepuasan kerja yang paling besar adalah jika hubungan
antar atasan-bawahan berjalan dengan baik, dan hasil pekerjaan
bahkan tujuan organisasi dapat berjalan dengan efektif dan efisien.
Faktor yang keempat adalah rekan sejawat yang menunjang.
Setiap pekerjaan dalam organisasi memiliki kaitan dengan
pekerjaan lain. Mereka berada dalam satu perusahaan yang sama
dan tujuan yang sama, seharusnya antar rekan sejawat saling
membantu dan memberi masukan positif agar tujuan tercapai
dengan efektif dan efisien. Rekan sejawat juga menentukan puas
dan tidaknya seseorang, karena setiap orang pasti membutuhkan
orang lain dalam hidupnya, jika rekan sejawat tidak sepaham dan
tidak membuat nyaman, maka ia tidak akan merasa puas dalam
bekerja.
Faktor yang terakhir menurut Ashar Sunyoto adalah kondisi
kerja yang mendukung. Lingkungan kerja yang nyaman, akan
sangat berpengaruh terhadap kenyamanan seseorang dalam
bekerja, bukan hanya rekan kerja yang membuat nyaman, faktor
lingkungan pekerjaan juga menjadi faktor kepuasan kerja. Jika
seseorang bekerja didalam ruangan yang sempit, panas, cahaya
lampunya redup atau bahkan menyilaukan mata, makan ia tidak
akan bekerja secara maksimal, berbeda dengan seorang yang
bekerja diruangan yang nyaman. Begitupun dengan sarana
prasarana, jika bekerja disuatu tempat dengan sarana dan prasarana
yang lengkap, maka hasilnya akan lebih baik daripada seseorang
yang bekerja dengan sarana prasarana yang kurang lengkap.
Terdapat tujuh dimensi yang mempengaruhi kepuasan kerja yaitu :
43
a. Nama perusahaan
b. Imbalan dan penghargaan
c. Kesempatan promosi
d. Isi pekerjaan
e. Sistem pengawasan
f. Hubungan antar pekerja
g. Hari depan yang lebih baik42
Menurut Darsono, dan Tjatjuk Siswandoko, nama perusahan
mempengaruhi kepuasan kerja seseorang, karena orang yang
bekerja disebuah perusahaan atau sekolah yang namanya sudah
dikenal baik oleh masyarakat akan menimbulkan kepuasan
tersendiri, sebab nama perusahaan atau sekolah yang telah dikenal
baik oleh masyarakat maka kualitas organisasi tersebut juga baik.
Imbalan dan penghargaan juga menjadi faktor penentu kepuasan
kerja, karena imbalan dan penghargaan yang sesuai dengan
beratnya pekerjaan yang mereka jalani akan memberikan kepuasan
kerja kepada pegawai. Selanjutnya seorang pegawai yang memiliki
kesempatan promosi juga menjadi faktor kepuasan kerja. Isi
pekerjaan juga mempengaruhi kepuasan kerja pegawai, karena
pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan pegawai akan
menimbulkan kepuasan, begitupun sebaliknya. Sistem pengawasan
pemimpin yang sesuai dengan suasana dan kondisi organisasi
berpengaruh terhadap kepuasan kerja para pegawai. Hubungan
antara atasan-bawahan, dan hubungan anatara rekan sejawat sangat
berpengaruh terhadap kenyamanan seseorang dalam bekerja, jika
hubungan tersebut buruk, maka tidak akan terjadi kepuasan kerja
begitupun sebaliknya. hari depan yang baik adalah kesejahteraan
pegawai yang bekerja dalam organisasi tersebut.
42Darsono, Tjatjuk Siswandoko, Manajemen Sumber Daya Manusia Abad 21, (Jakarta:
Nusantara Consulting, 2011), h. 216
44
Robbins menjelaskan bahwa kepuasan kerja dipengaruhi oleh
faktor-faktor berikut :
a. Tipe kerja
b. Rekan kerja
c. Tunjangan
d. Diperlakukan dengan hormat dan adil
e. Keamanan kerja
f. Peluang menyumbangkan gagasan
g. Upah
h. Pengakuan terhadap kinerja
i. Kesempatan untuk maju.43
Menurut Robins tiap kerja mempengaruhi kepuasan kerja
seseorang, sebab tipe kerja yang sesuai dengan kemampuan akan
menghasilkan pekerjaan yang baik. Rekan kerja yang baik dan
saling membantu juga menjadi faktor penentu kepuasan kerja
seseorang, dengan memiliki rekan kerja yang saling membantu,
dan hubungan kerja yang baik akan membuat nyaman dalam
bekerja. Tunjangan dan upah yang sesuai dengan beratnya
pekerjaan akan berpengaruh terhadap keberhasilan sebuah
organisasi, karena tunjangan yang sesuai, perlakuan adil, dan
mendapatkan keamanan dari pemimpin kepada bawahannya akan
meningkatkan kenyamanan seseorang dalam bekerja yang nantinya
berpengaruh juga terhadap keberhasilan tujuan organisasi.
Pemimpin yang memberikan kebebasan kepada para pegawainya
untuk menyumbangkan gagasannya untuk perusahaan akan
memberikan rasa puas untuk pegawai, karena ia merasa dihargai,
dan didengar pendapatnya. Pengakuan terhadap kinerja adalah
penghargaan dari pemimpin terhadap pegawai atas hasil kerja yang
telah ia kerjakan. Dan sebuah organisasi dan seorang pemimpin
yang mau mengajarkan pegawainya agar lebih maju akan sangat
berpengaruh terhadap kepuasan kerjanya, kesempatan untuk maju
dirasakan perlu oleh pegawai agar pekerjaannya lebih baik.
43Ibid
45
Menurut Eburt faktor-faktor yang ikut menentukan kepuasan
kerja sebagai berikut:
a. Faktor hubungan antara karyawan:
1) Hubungan langsung antara manajer dengan
karyawan,
2) Faktor psikis dan kondisi kerja,
3) Sugesti teman sekerja,
4) Emosi dan situasi kerja.
b. Faktor individual:
1) Sikap,
2) Umur,
3) Jenis Kelamin.
c. Faktor-faktor luar:
1) Keadaan keluarga,
2) Rekreasi,
3) Pendidikan.44
Eburt menyatakan bahwa terdapat tiga faktor yang ikut
menentukan kepuasan kerja, faktor petama yaitu faktor hubungan
antara karyawan. Hubungan yang baik antara atasan-bawahan, dan
antara rekan sejawat menjadi faktor pertama penentu kepuasan
kerja seorang pegawai. Karena hubungan yang baik akan
menghasilkan kenyamanan dalam lingkungan organisasi.
Kepercayaan seorang pemimpin kepada bawahannya untuk bekerja
lebih baik, dan menyalurkan pendapat akan sangat berpengaruh
terhadap kenyamanan seorang dalam bekerja, mereka dianggap
mampu dan dipercaya untuk melaksanakan tugasnya dengan baik.
Faktor psikis dan dan kondisi kerja yang baik akan mengasilkan
kenyaman kerja seseorang, sebab kondisi kerja yang nyaman akan
berpengaruh terhadap kenyaman seseorang dalam bekerja. Emosi
yang stabil dan situasi kerja yang baik mendukung ketercapaian
tujuan organisasi dengan efektif dan efisien, karena emosi yang
stabil dan situasi kerja yang baik menimbulkan kenyamanan
44Anan Nur, Telaga Ilmu, Manajemen, Pendidikan, diakses pada tanggal 6 februari 2013
(http://anan-nur.blogspot.com/2011/02/kepuasan-kerja.html)
46
seseorang dalam bekerja, dan akan berakibat kepada hasil
pekerjaan yang maksimal.
Faktor yang kedua adalah faktor individual yaitu faktor sikap,
umur, jenis kelamin. Setiap manusia pasti memiliki sikap dan
kepribadian yang berbeda-beda. Dalam sebuah organisasi, sikap-
sikap tersebut harus dipersatukan dan harus mengurangi tingkat
keegoisan masing-masing. Organisasi yang para pegawainya tidak
mengandalkan ego masing-masing akan menjadi organisasi yang
baik dan maju. Dan didalam organisasi tidak hanya sikap yang
berbeda-beda, tetapi umur juga berbeda. Perbedaan umur akan
menghasilkan perbedaan tingkat keegoisan, ini juga menjadi
penyebab kepuasan atau ketidakpuasan kerja para pegawai. Faktor
jenis kelamin juga menjadi faktor penentu kepuasan kerja
seseorang, karena kemampuan laki-laki dan perempuan pasti
berbeda, jika ketiga hal tersebut tidak menjadi masalah, maka akan
terjadi kepuasan kerja para pegawai dan organisasi tersebut
berjalan dengan baik sehingga tujuan dari organisasi berjalan
dengan efektif dan efisien.
Faktor dari luar juga berpengaruh terhadap kepuasan kerja,
yaitu tuntutan keluarga, rekreasi dan pendidikan. Tuntutan dan
keadaan keluarga berpengaruh terhadap kepuasan kerja, jika
seorang pegawai bekerja di dalam sebuah perusahaan kecil tetapi
tuntutan keluarga tinggi, maka pegawai tersebut tidak akan merasa
puas dengan pekerjaanya. Hiburan juga dibutuhkan untuk kepuasan
batiniah pegawai. Hiburan dapat mempererat hubungan antara
atasan-bawahan ataupun antara rekan sejawat. Dan yang terakhir
adalah pendidikan. Pegawai dengan pendidikan tinggi akan
berbeda dengan yang memiliki pendidikan dibawahnya. Faktor
pendidikan biasanya mempengaruhi faktor gaji yang diterima para
47
pegawai. Faktor-faktor tersebut mempengaruhi kepuasan kerja
pegawai.
Faktor yang menyebabkan kepuasan kerja adalah faktor
pekerjaan. Pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya sangat
berpengaruh terhadap ketercapaian kepuasan kerja yang tinggi.
Jika ia merasa tugas yang diberikan sesuai dengan keahliannya,
maka ia dengan senang hati akan mengerjakan pekerjaannya
dengan semangat. Rekan kerja juga menunjang kepuasan kerja
seseorang, karena dengan memiliki motivasi kerja yang baik dari
rekannya akan sangat membantu kenyamanan kerjanya, ia akan
senang dengan pekerjaanya karena ia mendapat dukungan dari
rekan kerjanya. Komunikasi yang baik antar rekan kerja juga
sangat membantu ketercapaian kepuasan kerja yang baik.
Selanjutnya adalah faktor tunjangan dan upah yang diterima
juga menjadi faktor penentu kepuasan kerja, karena pujian atas
hasil kerja yang baik memberikan rasa bangga terhadap dirinya,
dan memacu untuk bekerja lebih baik. Gaji yang sesuai dengan
besarnya tanggungjawab, dan sesuai dengan kebutuhan pribadi
akan membantu ketercapaian kinerja yang baik yang berarti
kepuasan kerjanya tinggi. Perlakuan hormat dan adil dari atasan
kepada seluruh bawahannya juga sangat berpengaruh penting
terhadap ketercapaian tujuan dan kinerja yang baik, karena
perlakuan yang baik berarti seseorang dihormati, di beri
kenyamanan dan keamanan bekerja dalam organisasi/perusahaan
tersebut. Kepala sekolah yang mau menerima masukan, kritikan
dan saran dari bawahannya, dan bahkan ia mengembangkan
potensi para bawahannya juga menjadi faktor penentu kepuasan
kerja seseorang dalam bekerja. Ia merasa didengarkan dan
diperhatikan oleh atasannya dan merasa diberi kesempatan untuk
48
maju. Kesempatan untuk maju juga menjadi faktor, sebab ia dapat
mengembangkan dirinya menjadi lebih baik.
C. Kerangka berpikir
Pendidikan di Negara ini masih banyak masalah dan jauh dari
harapan. Banyak faktor yang mempengaruhi kualitas pendidikan, salah
satunya adalah kepuasan kerja guru. Guru yang tidak merasa puas akan
bermalas-malasan dalam melakuan seluruh pekerjaan. Dan sebaliknya
guru yang merasa puas akan menciptakan iklim organisasi yang baik yang
nantinya akan berpengaruh terhadap kualitas para siswa.
Untuk memperbaiki kepuasan kerja para guru adalah terlebih
dahulu memperbaiki dan meningkatkan kualitas pemimpin. Pemimpin
dengan gaya kepemimpinan yang baik dan sesuai dengan suasana dan
kondisi organisasi dan dapat mempengaruhi bawahannya, akan berakibat
kepada ketercapaian tujuan organisasi dengan baik. Kepala sekolah yang
memiliki hubungan yang baik dengan bawahannya akan menciptakan
kepuasan kerja pegawainya. Goerge R. Terry merumuskan bahwa
kepemimpinan itu adalah aktivitas untuk mempengaruhi orang-orang agar
diarahkan mencapai tujuan organisasi.
Gaya Kepemimpinan
Kepala Sekolah
(Variabel X)
Kepuasan kerja
Guru
(Variabel Y)
49
D. Hipotesis
Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara terhadap masalah
penelitian yang secara teoritis yang dianggap paling mungkin atau paling
tinggi tingkat kebenarannya.
Dari suatu penelitian yang harus diuji kebenarannya melalui jalan
riset. Dengan kata lain hipotesis merupakan dugaan yang mungkin benar
atau mungkin salah yang membutuhkan pembuktian atau diuji
kebenarannya.
Dari gambaran di atas dapat diajukan hipotesisnya sebagai berikut :
Ho : Diduga terdapat pengaruh antara gaya kepemimpinan kepala
sekolah terhadap kepuasan kerja guru di SMK Yadika 5
Ha : Diduga tidak terdapat pengaruh antara gaya kepemimpinan kepela
sekolah terhadap kepuasan kerja guru di SMK Yadika 5
50
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMK Yadika 5 Pondok Aren yang
berlokasi di Jln Jurang Mangu Barat Raya No 25A, Pondok Aren Tangerang,
Banten 15223. Adapun penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2013.
B. Metode Penelitian
Metode dalam penelitian ini adalah metode korelasional, regresi , yaitu
mencari pengaruh antara gaya kepemimpinan kepala sekolah dengan
kepuasan kerja guru. Dalam buku metodologi penelitian menurut Emzir,
metode korelasional bertujuan untuk “menentukan apakah, dan untuk
tingkatan apa, terdapat hubungan antara dua atau lebih variabel yang dapat
dikuantitatifkan. Tingkatan hubungan diungkapkan sebagai suatu koefisien
korelasi.”1 Peneliti dalam hal ini mengaitkan hubungan antara gaya
1 Emzir, metodelogi penelitian pendidikan, (Jakarta, PT RajaGrafindo Persada 2012) h. 38
51
kepemimpinan kepala sekolah dengan kepuasan kerja guru di sekolah SMK
Yadika 5 Pondok Aren – Tangerang.
C. Populasi Dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru di SMK Yadika 5
Pondok Aren, yaitu berjumlah 31 orang guru. Maka peneliti mengambil
sample acak dari keseluruhan populasi yang ada yaitu berjumlah 10 orang
guru.
D. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua variable yang saling berkaitan, yaitu :
1. Variabel bebas atau independen (X) yaitu gaya kepemimpinan kepala
sekolah.
2. Variable terkait atau dependen (Y) yaitu kepuasan kerja guru.
E. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data-data dalam penelitian ini, maka penulis
menggunakan metode sebagai berikut :
1. Angket
Angket digunakan untuk memperoleh informasi dari
responden. Tiap pertanyaan dalam angket ini merupakan bagian dari
hipotesis yang ingin diuji. Angket di bagikan kepada seluruh guru
yang ada di SMK Yadika 5 Pondok Aren. Angket ini berisi pertanyaan
tentang fakta-fakta yang dianggap dikuasai oleh responden yang
berkenaan dengan gaya kepemimpinan kepala sekolah dan kepuasan
kerja guru. Angket tersebut terdiri dari 31 butir soal untuk variabel X
(Gaya kepemimpinan kepala sekolah), dan 31 butir soal untuk variabel
Y (Kepuasan Kerja Guru).
52
2. Observasi
Observasi adalah cara pengambilan data dengan menggunakan
pengamatan langsung. Pengamatan data secara langsung dilaksanakan
terhadap subjek sebagaimana adanya dilapangan. Observasi ini
dilaksanakan di SMK Yadika 5 Pondok Aren sebagai objek sasaran
dari penelitian.
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data
kualitatif dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang
dibuat oleh subjek sendiri atau oleh orang lain tentang subjek.
Dokumentasi dibutuhkan untuk melengkapi data-data sekolah yang
dibutuhkan.
F. Instrumen
1 Variabel Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah (X)
a. Definisi Konseptual
Gaya kepemimpinan kepala sekolah adalah kemampuan kepala
sekolah untuk mempengaruhi atau mendorong seseorang atau
sekelompok orang agar bekerja secara sukarela untuk mencapai
tujuan tertentu atau sasaran dalam situasi tertentu.
b. Definisi Operasional
Gaya kepemimpinan kepala sekolah dalam penelitian ini dapat
diukur dengan menggunakan instrumen berupa kuesioner
sebanyak 25 butir pertanyaan yang mencerminkan indikator
gaya kepemimpinan kepala sekolah.
c. Kisi-kisi Instrumen Variabel Gaya Kepemimpinan Kepala
Sekolah (X)
53
Tabel 3.1
Kisi-kisi Instrumen
Variabel Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah (X)
Variabel Dimensi Indikator No
Soal
Jumlah
Soal
Gaya
kepemimpinan
kepala sekolah
Kepemimpinan
berorientasi
pada tugas.
1. Menyusun rencana kerja
2. Menetapkan pola organisasi
3. Adanya saluran organisasi
4. Metode kerja
5. Mengarahkan agar tujuan
tercapai dengan baik
1,2
3,4
5,6
7,8
9,10,11
2
2
2
2
3
Kepemimpinan
yang
berorientasi
pada hubungan
manusia.
1. Hubungan yang baik antara
atasan-bawahan dan antara
rekan sejawat
2. Saling mempercayai
3. Saling menghargai
4. Penuh kehangantan
hubungan antara pemimpin
dengan staff
12,13
15,16
17,18,
19
20,21,
22,23,
24
2
2
3
5
Jumlah 24
d. Skala Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah
Dalam instrumen penelitian ini, penulis menggunakan skala
likert untuk mengetahui bagaimana tingkat gaya kepemimpinan kepala
sekolah di SMK Yadika 5 Pondok Aren – Tangerang. Menurut
Sugiono, menyatakan bahwa: ”Jawaban setiap instrumen yang
menggunakan skala Likert mempunyai garadi dari sangat positif
sampai sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata dengan diberi
54
skor.2” Skala gaya kepemimpinan kepala sekolah mempunyai 5
kemungkinan jawaban dan masing-masing diberi skor sebagai berikut:
Tabel 3.2
Skor Pilihan Jawaban Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah
Pilihan Jawaban
Skor Pernyataan
Positif Negatif
Sangat Setuju (SS) 5 1
Setuju (S) 4 2
Ragu-ragu (R) 3 3
Tidak Setuju (TS) 2 4
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 5
2 Variabel Kepuasan Kerja Guru (Y)
a. Definisi Konseptual
Secara konseptual, kepuasan kerja adalah hasil keseluruhan
dari derajat rasa suka atau tidak sukanya tenaga kerja terhadap
berbagai aspek dari pekerjaannya.
b. Definisi Operasional
Kepuasan kerja guru dalam penelitian ini dapat diukur dengan
menggunakan instrumen berupa kuesioner sebanyak 20 butir
pertanyaan yang mencerminkan indikator kepuasan kerja guru.
c. Kisi-kisi instrumen variabel kepuasan kerja guru (Y)
2 Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D, (Jakarta : Alfabeta) h. 135
55
Tabel 3.3
Kisi-Kisi Instrumen
Variabel Kepuasan Kerja Guru (Y)
Variabel Indikator Item Jumlah
Kepuasan
kerja guru
1. Pekerjaan sesuai dengan
keahlian/kemampuan.
2. Rekan kerja.
3. Tunjangan.
4. Diperlakukan dengan hormat dan
adil.
5. Peluang menyumbangkan
gagasan.
6. Upah.
7. Pengakuan terhadap kinerja.
8. Kesempatan untuk maju.
1
2
3,4
5,6
7,8
9,10
11,12
13
1
1
2
2
2
2
2
1
Jumlah 13
d. Skala kepuasan kerja guru
Dalam instrumen penelitian ini, penulis menggunakan skala
likert untuk mengetahui bagaimana tingkat kepuasan kerja
guru di SMK Yadika 5 Pondok Aren – Tangerang. Menurut
Sugiono, menyatakan bahwa: ”Jawaban setiap instrumen yang
menggunakan skala Likert mempunyai garadi dari sangat
positif sampai sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata
dengan diberi skor.” Skala kepuasan kerja guru mempunyai 5
kemungkinan jawaban dan masing-masing diberi skor sebagai
berikut :
56
Tabel 3.4
Skor Pilihan Jawaban Kepuasan Kerja Guru
Pilihan Jawaban
Skor Pernyataan
Positif Negatif
Sangat Puas (SP) 5 1
Puas (P) 4 2
Cukup Puas (CP) 3 3
Tidak Puas (TP) 2 4
Sangat Tidak Puas (STP) 1 5
G. Teknik Analisis Data
1. Pengujian Validitas
Yang dimaksud dengan uji validitas adalah suatu data dapat
dipercaya kebenarannya sesuai dengan kenyataan. Menurut Sugiyono
(2009:172) bahwa valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan
untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Uji validitas dalam
penelitian ini menggunakan korelasi Product Moment dengan rumus
sebagai berikut:
57
Keterangan:
r = Koefisien validitas butir pertanyaan yang dicari
n = Banyaknya koresponden
X = Skor yang diperoleh subjek dari seluruh item
Y = Skor total yang diperoleh dari seluruh item
∑X = Jumlah Skor dalam distribusi X
∑Y = Jumlah Skor dalam distribusi Y
∑X² = Jumlah kuadrat masing-masing X
∑Y² = Jumlah kuadrat masing-masing Y
2. Pengujian Reliabilitas
Reliabilitas adalah ketepatan atau tingkat presisi suatu ukuran
atau alat pengukur.3 Uji reliabilitas instrumen penelitian ini akan
menggunakan reliability analysis dengan teknik Alpha Cronbach yang
mempunyai rumus sebagai berikut:
3 Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Bogor, Ghalia Indonesia 2005) h. 134
58
Keterangan:
α = Koefisien reliabilitas instrumen Alpha Cronbach
n = Jumlah butir pernyataan
S2 = Varian skor secara keseluruhan
Jumlah varian dicari terlebih dahulu dengan cara mencari nilai
varian tiap butir dengan persamaan sebagai berikut:
Keterangan:
S = varian
X = nilai skor yang dipilih
n = jumlah sampel
3. Pengujian Hipotesis
Adapun hipotesis statistik yang akan diuji dalam rangka
pengambilan keputusan penerimaan atau penolakan hipotesis adalah
sebagai berikut:
a. Ho : yx = 0; Artinya, gaya kepemimpinan kepala sekolah tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan
kerja guru.
b. H1 : yx 0; Artinya, gaya kepemimpinan kepala sekolah
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan kerja
guru.
59
Selanjutnya dihitung dengan Uji-t dengan rumus:
21
2
r
nrthitung
Keterangan:
t = nilai thitung
n = jumlah responden
r = koefisien korelasi hasil r hitung
Distribusi (Tabel t) untuk α= 0.05 dan derajat kebebasan (dk=
n-2). Kaidah keputusan: jika t hitung > t tabel berarti valid sebaliknya t
hitung < t tabel berarti tidak valid
Selanjutnya, untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi
terhadap rxy digunakan pedoman sebagai berikut4 :
Pedoman interpretasi koefisien korelasi.
Tabel 3.5
Interpretasi Koefisien Korelasi
4 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada) h. 193
60
61
61
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Singkat SMK YADIKA 5
SMK YADIKA 5 Pondok Aren berdiri pada Tahun Pelajaran
1997/1998 sesuai dengan SK Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi
Jawa Barat Nomor: 773a/I02/Kep/OT/1998 tanggal 29 September 1998 untuk
Kelompok Bisnis dan Manajemen dan Program Keahlian yang dimiliki pada
Tahun Pelajaran 1997/1998 Akuntansi dan Sekretaris (Administrasi
Perkantoran), pada Tahun Pelajaran 2007/2008 Membuka Bidang Keahlian
Baru sesuai dengan SK Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten
Tangerang Nomor : 421.5/149/Dis P&K/2007 untuk Kelompok Teknologi
Informasi dan Komunikasi Program Keahlian Teknik Komputer dan Jaringan
(TKJ).
Daftar nama-nama yang pernah menjadi dan masih menjabat Kepala
SMK Yadika 5 Pondok Aren adalah sebagai berikut :
a. Bapak Drs. Manangap Sitorus masa jabatan dari Tahun 1997 s.d.
1998.
b. Bapak Drs. Helmi Paros (alm) masa jabatan dari Tahun 1998 s.d.
2005.
62
c. Bapak Caskam Cahyadi, S.Pd masa jabatan dari Tahun 2005 s.d.
sekarang.
Status Sekolah : untuk Program Keahlian Akuntansi
TERAKREDITASI “B”, Program Keahlian Sekretaris (Adm.Perkantoran)
TERAKREDITASI “B”, dan untuk Program Keahlian Teknik Komputer dan
Jaringan (TKJ) belum di Akreditasi (masih proses pengusulan Akreditasi).
Berdasarkan Surat Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan
Menengah Nomor : 3656/C5.4/MN/2006 SMK YADIKA 5 di tunjuk sebagai
SMK Bertaraf Nasional untuk Program Keahlian Akuntansi. Jumlah siswa
SMK YADIKA 5 di Tahun Pelajaran 2009/2010 sebanyak 874 orang siswa
dengan jumlah rombongan belajar 21 kelas dengan ratio per kelas rata-rata 42
orang.
2. Visi dan Misi SMK Yadika 5 Pondok Aren
a. Visi
Terwujudnya lembaga pendidikan dan pelatihan yang berstandar
internasional.
b. Misi
1) Menghasilkan lulusan yang kompeten dalam bidang
keahliannya.
2) Memberikan pelayanan kepada masyarakat dan Du/Di melalui
pendidikan yang maksimal.
3) Membentuk jiwa tamatan yang berorientasi masa depan.
3. Tenaga pendidik
Jumlah tenaga pendidik DI SMK Yadika 5 pondok aren adalah 31 orang
guru. (Ada pada lampiran)
63
4. Siswa
Jumlah seluruh siswa SMK Yadika 5 pondok aren adalah 595 orang siswa
dengan perincian :
Tabel 4.1
Keadaan Siswa di SMK Yadika 5 Pondok Aren
No Kelas Jumlah
Siswa
Kelas Jumlah
Siswa
Kelas Jumlah
Siswa
1. X AK 45 XI AK 1 29 XII AK 1 30
2. XAP 1 39 XI AK 2 30 XII AK 2 30
3. X AP 2 34 XI AP 1 38 XII AP 1 39
4. X TKJ 1 31 XI AP 2 34 XII AP 2 39
5. XTKJ 2 31 XI TKJ 1 38 XII TKJ 1 36
6. XI TKJ 2 36 XII TKJ 2 36
Jumlah Seluruh Siswa Adalah 595 Siswa
5. Kebijakan Mutu SMK Yadika5 Pondok Aren
a. SMK yadika 5 pondok aren berkomitmen memberikan layanan
pendidikan untuk membentuk prestasi, mampu bekerja mandiri, dapat
mengisi lowongan pekerjaan yang ada di DU/DI sebagai tenaga kerja
tingkat menengah sesuai dengan kompetensi dalam program keahlian
yang dipilih.
b. Untuk menjaga penerapan prinsip di atas, SMK Yadika 5 pondok aren
menciptakan sistem komunikasi yang interaktif melalui penerapan
sistem manajemen mutu yang difokuskan pada perbaikan secara terus
menerus pada setiap aspek, termasuk peningkatan kompetensi sumber
daya pendukung lainnya serta pemenuhan peraturan perundang-
undangan yang relevan.
64
c. Kepala sekolah, guru dan karyawan memiliki komitmen kuat dalam
meningkatkan kinerja organisasi guna tercapainya efektifitas
pembelajaran.1
B. Deskripsi Data
Deskripsi data penelitian, mencakup variabel X (gaya kepemimpinan dan
variabel Y (kepuasan kerja). Deskripsi data dari kedua variabel mencakup
mean, modus, median, variance, simpangan baku, distribusi frekuensi. Berikut
disajikan deskripsi data dari masing-masing variabel :
1. Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah (Variabel X)
Berdasarkan instrumen penelitian yang terdiri dari 24 butir soal
(lampiran 3) mengenai gaya kepemimpinan kepala sekolah untuk
meningkatkan kepuasan kerja para guru, dari hasil penelitian tersebut
diperoleh skor tertinggi 115 dan terendah 84 (lampiran 10), dengan rata-
rata 97, simpangan baku (standar deviasi) sebesar 8,645 (lampiran 14) dan
jumlah sampel sebanyak 21 orang. Perhitungan selengkapnya dapar dilihat
pada tabel berikut :
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Variabel X
No Kelas
Interval
F Tepi
Kelas
Nt Fkum /
Fkb
F (%) F.Nt
1 84-90 6 83,5-90,5 87 21 28,571 126
2 91-97 4 88,5-97,5 94 15 19,048 376
3 98-104 7 97,5-104,5 101 11 33,333 707
4 105-111 3 104,5-111,5 108 4 14,285 324
1www.smkyadika5.sch.id
65
5 112-118 1 111,5-118,5 115 1 4,761 115
Σ - 21 - - - 100 1648
Berdasarkan penyajian data dalam tabel distribusi frekuensi di
atas dapat dilihat bahwa dari 21 orang responden yang mendapat skor
dibawah rata-rata sebanyak 10 orang atau 47%, sedangkan responden
yang mendapat skor diatas rata-rata sebesar 4 orang atau 19%. Data
tabel diatas dapat divisualisasikan dalam bentuk grafik berikut ini :
Distribusi skor gaya kepemimpinan dengan sumbu horizontalnya
diwakilkan dengan angka nilai tengah masing-masing kelas. Dari grafik
tersebut dapat dilihat bahwa peminatan skor tertinggi ada pada batas kelas
97,5-104,5 dengan nilai tengan 101 dan frekuensi 7, sedangkan nilai terendah
berada pada batas kelas 111,5 – 118,5 dengan frekuensi 1.
0
1
2
3
4
5
6
7
8
87 94 101 108 115
Gambar 4.1
Grafik Distribusi Frekuensi Variabel X
66
Untuk menentukan tinggi rendahnya rata-rata dari gaya kepemimpinan
dapat diperoleh dengan cara :
a. Mancari rentang skor untuk kategori sedang diperoleh dengan cara
rata-rata skor gaya kepemimpinan (variabel x) dikurangi simpangan
baku sampai dengan rata-rata ditambah simpangan baku.
97 ― 8,645 = 88
97 + 8,645 = 105
b. Menentukan rentang skor untuk kategori tinggi yaitu skor yang berada
di atas 105 sampai dengan skor tertinggi 108.
c. Menentukan rentang skor untuk kategori rendah yaitu dengan
menentukan skor yang berada dibawah 88 sampai dengan skor
terendah yang diperoleh, dengan demikian skor untuk kategori rendah
antara 84-88.
Untuk lebih jelasnya skor tersebut akan diinterpretasikan sebagai berikut :
84 – 88 adalah rentang skor gaya kepemimpinan rendah atau kurang baik.
88 – 105 adalah rentang skor gaya kepemimpinan sedang atau baik.
105 – 115 adalah rentang skor gaya kepemimpinan tinggi atau sangat baik.
Berdasarkan ketentuan diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa
nilai rata-rata pelaksanaan gaya kepemimpinan kepala sekolah sudah
berjalan dengan baik tetapi masih ada yang perlu diperbaiki agar gaya
kepemimpinan yang diterapkan kepala sekolah berjalan sesuai yang
dibutuhkan.
Dari 24 pertanyaan yang diberikan, maka dibagi dalam 3 kelompok
nilai yaitu rendah, sedang dan tinggi, yaitu :
67
Tabel 4.3
Nilai Butir SoalVariabel X (Lampiran 3)
Skor Nomor butir soal
Tinggi 1,3,6,7,11,15
Sedang 2,8,10,12,13,14,17,22
Rendah 4,5,9,16,18,19,20,21
2. Kepuasan Kerja (Variabel Y)
Berdasarkan instrumen penelitian yang terdiri dari 13 butir soal
(lampiran 3) mengenai kepuasan kerja untuk meningkatkan kepuasan
kerja para guru, dari hasil penelitian tersebutdiperoleh skor tertinggi 60
dan terendah 40 (lampiran 11), dengan rata-rata 50, simpangan baku
(standar deviasi) sebesar 5,67 (lampiran 15) dan jumlah sampel sebanyak
21 orang. Perhitungan selengkapnya dapar dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Variabel Y
No Kelas
Interval
F Tepi
Kelas
Nt Fkum /
Fkb
F (%) F.Nt
1 40-43 4 39,5-43,5 41,5 21 19,048 166
2 44-47 3 43,5-47,5 45,5 17 14,285 136,5
3 48-51 4 47,5-51,5 49,5 14 19,048 198
4 52-55 5 51,5-55,5 53,5 10 23,81 267,5
5 56-60 5 55,5-60,5 58 5 23,81 290
Σ - 21 - - - 100 1058
Berdasarkan penyajian data dalam tabel distribusi frekuensi di
atas dapat dilihat bahwa dari 21 orang responden yang mendapat skor
68
dibawahrata-rata sebanyak 7 orang atau 33%, sedangkan responden
yang mendapat skor diatas rata-rata sebesar 6 orang atau 28%. Data
tabel diatas dapat divisualisasikan dalam bentuk grafik berikut ini :
Distribusi skor kepuasan kerja dengan sumbu horizontalnya
diwakilkan dengan angka nilai tengah masing-masing kelas. Dari grafik
tersebut dapat dilihat bahwa peminatan skor tertinggi ada pada batas kelas
51,5-55,5 dan 55,5-60,5 dengan nilai tengah 53,5 dan 58 dan frekuensi 5,
sedangkan nilai terendah berada pada batas kelas 43,5 – 47,5 dengan frekuensi
3.
Untuk menentukan tinggi rendahnya rata-rata dari gaya kepemimpinan
dapat diperoleh dengan cara :
a. Mancari rentang skor untuk kategori sedang diperoleh dengan
cara rata-rata skor gaya kepemimpinan (variabel x) dikurangi
0
1
2
3
4
5
6
41.5 45.5 49.5 53.5 58
Gambar 4.2
Grafik Distribusi Frekuensi Variabel Y
69
simpangan baku sampai dengan rata-rata ditambah simpangan
baku.
50 – 5,67 = 44
50 + 5,67 = 56
b. Menentukan rentang skor untuk kategori tinggi yaitu skor yang
berada di atas 56sampai dengan skor tertinggi 60.
c. Menentukan rentang skor untuk kategori rendah yaitu dengan
menentukan skor yang berada dibawah 88 sampai dengan skor
terendah yang diperoleh, dengan demikian skor untuk kategori
rendah antara 40-44.
Untuk lebih jelasnya skor tersebut akan diinterpretasikan sebagai berikut :
40 – 44 adalah rentang skor kepuasan kerja rendah atau kurang baik.
44 – 56 adalah rentang skor kepuasan kerja sedang atau baik.
56 – 60 adalah rentang skor kepuasan kerja tinggi atau sangat baik.
Berdasarkan ketentuan diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa
nilai rata-rata kepuasan kerja guru di sekolah SMK Yadika 5 pondok aren
berada pada taraf sedang, yaitu kepuasan kerja para guru sudah baik tetapi
masih harus ditingkatkan.
Dari 13 pertanyaan yang diberikan, maka dibagi dalam 3 kelompok
nilai yaitu rendah, sedang dan tinggi, yaitu :
Tabel 4.5
Skor Butir SoalVariabel Y (Lampiran 3)
Skor Nomor butir soal
Tinggi 1,2,7
Sedang 5,8,12,13
Rendah 3,4,6,9,10,11
70
C. Uji Coba Instrumen
1. Uji Validitas
Berdasarkan pengujian validitas maka data yang diperoleh pada
variabel X (gaya kepemimpinan) dari 31 butir soal yang termasuk
kedalam kategori soal valid(rhitung> rtabel) adalah 24 butir soal dan 7 butir
soal termasuk tidak valid (lampiran 4). Dan variabel Y (kepuasan kerja)
dari 31 butir soal yang termasuk kedalam kategori valid (rhitung> rtabel)
adalah 13 butir soal dan 18 butir soal termasuk tidak valid (lampiran 5).
2. Uji Reliabilitas
Berdasarkan uji reliabilitas dengan menggunakan rumus analisis
reliabilitas, maka pada variabel X (gaya kepemimpinan) tingkat reliabel
angket sebesar 0,95 dengan keterangan angket reliabilitas tinggi dan dapat
diandalkan (lampiran 4) dan pada variabel Y (kepuasan kerja) tingat
reliabel angket sebesar 0,91 dengan keterangan angket reliabilitas tinggi
dan dapat diandalkan (lampiran 5).
D. Uji Asumsi Klasik
1. Uji Multikolinieritas
Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinieritas dilakukan dengan
melihat VIF (Variance Inflation Factor) pada output SPSS versi 20.0. Apabila
nilai tolerance value lebih tinggi daripada 0,10 maka dapat disimpulkan tidak
terjadi multikolinearitas. Jika nilai VIF < 10, maka tidak terdapat
multikoleniaritas. Jika nilai VIF > 10 maka diduga mempunyai persoalan
multikoleniaritas.
71
Tabel 4.6
Uji Multikolenieritas
Sumber: Data primer yang diolah
Dari tabel 4.4.4.B diperoleh bahwa nilai VIF untuk variabel bebas
lebih kecil dari 10 (VIF < 10), sehingga persamaan regresi ini terbebas dari
asumsi multikolinieritas.
2. Uji Heterosdeksitas
Uji Heterosdeksitas bertujuan untuk menguji apakah mode
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain. Jika variance dari satu pengamatan ke pengamatan lain
tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut
heterokdestisitas.
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1
(Constant) .002 .859 .002 .998
GAYA
KEPEMIMPINAN .520 .002 1.000 269.639 .000 1.000 1.000
a. Dependent Variable: SKOR KEPUASAN KERJA
72
Gambar 4.3
Uji Heterokdesitas
Sumber: Data primer yang diolah
Hasil gambar 4.3 terlihat bahwa titik-titik menyebar di atas dan di
bawah angka 0 pada sumbu Y ( daerah positif dan negatif) serta tidak
membentuk pola. Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa persamaan
regresi terbebas dari asusmsi heteroskedastisitas.
73
3. Uji Normalitas
Berdasarkan pengujian normalitas dengan menggunakan uji
liliefors, nilai kritis L (Ltabel) dari N = 21 dengan taraf signifikansi 1%
adalah 0,200. Pada variabel X diperoleh nilai Lhitung terbesar adalah 0,114
(Lampiran 16), sedangkan variabel Y diperoleh nilai Lhitung terbesar adalah
0,1914 (Lampiran 17). Dari nilai Lhitung kedua variabel tersebut terlihat
bahwa Lhitung < Ltabel (angka kritis), yang berarti bahwa data dalam
penelitian berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Artinya data
sampel tersebar secara proporsional pada kelas-kelas interval.
Gambar 4.4 dan Gambar 4.5
Uji Normalitas
Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan gambar 4.4 dan 4.5 di atas dapat disimpulkan bahwa
data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal
atau grafik histogram. Jadi, data menunjukan pola distribusi normal, maka
model regresi ini memenuhi asumsi normalitas dan berbentuk simetris
tidak miring ke kanan atau ke kiri.
4. Uji Regresi
Berdasarkan pengujian linieritas dengan menggunakan uji regresi
linier antara kedua variabel penelitian diperoleh persamaan Y = 2,24 +
0,497 X (lampiran 19). Kemudian pada perhitungan selanjutnya, nilai
Fhitung yang diperoleh adalah 0,823 (lampiran 19). Sedangkan nilai Ftabel
dengan taraf signifikansi 1% pada pembilang 12 dan penyebut 7 (F0,95
(12,7)) adalah 3,57 (Lampiran 23). Dengan demikian, karena Fhitung < Ftabel
maka dapat disimpulkan bahwa data berpola linier.
75
E. Uji Hipotesis
Dari perhitungan korelasi dan uji tdiperoleh nilai rhitung sebesar 0,762
(lampiran 20). Hal ini berarti terdapat pengaruh antara variabel X dengan
variabel Y. Pengaruh variabel X terhadap variabel Y (gaya kepemimpinan
dengan kepuasan kerja) termasuk dalam kategori tinggi yaitu 0,70-0,90.
Selanjutnya untuk mengetahui pengaruh antara variabel X dengan Y
signifikan atau tidak, maka nilai rhitung dibanding dengan rtabel maka diperoleh
rtabel pada taraf signifikansi 5% sebesar 0,433. Dengan demikian dapat
diketahui bahwa nilai rhitung lebih besar dari nilai rtabel (0,762 > 0,433). Hal ini
berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel X (gaya
kepemimpinan) dengan Y (kepuasan kerja). Dan jika dikonsultasikan pada
tabel interpretasi koefisien korelasi, taraf signifikansinya terletak pada rentang
0,70-0,90 yang berarti bahwa pengaruh yang diberikan variabel X (gaya
kepemimpinan) terhadap variabel Y (kepuasan kerja) kuat atau tinggi.
Selanjutnya, pada perhitungan koefisien determinasi (KD), diperoleh
nilai KD sebesar 58% yang berarti faktor gaya kepemimpinan memberikan
kontibusi 58% terhadap kepuasan kerja. Sedangkan sisanya 52% dipengaruhi
oleh faktor lain.
F. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil perhitungan variabel X (gaya kepemimpinan) bahwa
nilai rata-rata pelaksanaan gaya kepemimpinan kepala sekolah berada pada
taraf rentang sedang, yaitu pada nilai 101 dengan taraf rentang nilai sedang
yaitu antara 88 – 105, berarti gaya kepemimpinan kepala sekolah di SMK
yadika 5 pondok aren sudah berjalan dengan baik tetapi masih ada yang perlu
diperbaiki. Gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh kepala sekolah dalam
menjalankan tugasnya sudah baik, tetapi masih harus diperbaiki agar kualitas
kepala sekolah dalam memimpin semakin baik. Jika kualitas pemimpinnya
semakin baik, maka kualitas guru, murid serta sekolah pun juga akan lebih
baik. Gaya kepemimpinan yang sesuai dengan kebutuhan para guru, dan
tuntutan sekolah akan berpengaruh besar terhadap kualitas pendidikan. Oleh
karena itu gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh kepala sekolah di SMK
Yadika 5 pondok aren sudah baik, tetapi masih perlu perbaikan guna
meningkatkan kualitas.
76
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, dapat disimpulkan bahwa nilai
rata-rata kepuasan kerja guru di sekolah SMK Yadika 5 pondok aren berada
pada taraf sedang, yaitu pada nilai 53,5 dan 58 dengan taraf nilai rentang
sedang yaitu antara 44 – 56 kepuasan kerja para guru sudah baik tetapi masih
harus ditingkatkan. Faktor-faktor lain yang menjadi faktor kepuasan kerja
perlu ditingkatkan. Karena kepuasan kerja guru akan berdampak pada hasil
pekerjaan yang dilakukan oleh para guru. Jika kepuasan kerja guru rendah,
maka hasil pekerjaannya pun rendah. Hasil perhitungan diatas kepuasan kerja
guru berada pada taraf rentang sedang, yaitu kepuasan kerja guru sudah baik
tetapi masih perlu ditingkatkan.
Selanjutnya berdasarkan hasil perhitungan hipotesis dengan uji t antara
gaya kepemimpinan dengan kepuasan kerja di SMK Yadika 5 Pondok Aren
dapat disimpulkan bahwa hipotesis penelitian (Ha) yang diajukan diterima,
bahwa nilai rhitung lebih besar dari nilai rtabel (0,762 > 0,433), dengan demikian
dapat diketahui bahwa terdapat korelasi antara variabel X (gaya
kepemimpinan dengan variabel Y (kepuasan kerja) di SMK Yadika 5 Pondok
Aren.
Kontribusi yang diberikan oleh variabel X (gaya kepemimpinan)
terhadap variabel Y (kepuasan kerja) adalah 58%. Dari nilai tersebut dapat
memberikan gambaran bahwa gaya kepemimpinan kepala sekolah
memberikan kontribusi yang besar terhadap kepuasan kerja para guru
disamping faktor-faktor lain yang mempengaruhi.
G. Keterbatasan Penelitian
Kepemimpinan terbagi menjadi beberapa bagian, diantaranya yaitu
gaya kepemimpinan, fungsi kepemimpinan, asas kepemimpinan, ruang
lingkup kepemimpinan, prinsip kepemimpinan. Karena keterbatasan
kemampuan dan waktu yang penulis miliki maka penelitian ini hanya
membahas mengenai gaya kepemimpinan. Gaya kepemimpinan berkaitan
dengan mutu guru dan mutu pendidikan, namun dalam penelitian ini penulis
hanya mencari pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kepuasan kerja guru.
77
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil uraian dari bab 4, maka dapat disimpulkan beberapa
point sebagai berikut :
1. Gaya kepemimpinan di SMK Yadika 5 Pondok Aren berada pada
kategori sedang, yaitu pada nilai 101. Artinya gaya kepemimpinan
yang diterapkan kepala sekolah sudah baik, tetapi masih perlu
diperbaiki dan ditingkatkan kembali agar kualitas kepala sekolah
semakin baik.
2. Kepuasan kerja guru di SMK Yadika 5 Pondok Aren berada pada
kategori sedang, yaitu pada nilai 53,5 dan 58. Artinya kepuasan
kerja guru sudah baik tetapi masih perlu ditingkatkan. Karena
banyak faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja, maka faktor-
faktor lain yang mendukung juga harus ditingkatkan.
3. Berdasarkan hasil perhitungan uji tantara gaya kepemimpinan
terhadap kepuasan kerja di SMK Yadika 5 Pondok Aren dapat
disimpulkan bahwa hipotesis penelitian (Ha) yang diajukan
78
diterima. Kontribusi yang diberikan oleh variabel X (gaya
kepemimpinan) terhadap variabel Y (kepuasan kerja) adalah 58%.
Dari nilai tersebut dapat memberikan gambaran bahwa pengaruh
gaya kepemimpinan kepala sekolah memberikan kontribusi yang
besar terhadap kepuasan kerja para guru disamping faktor-faktor
lain yang mempengaruhi.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis dapat mengemukakan
beberapa saran berikut ini :
1. Kepala sekolah sebaiknya lebih meningkatkan gaya kepemimpinan
yang sesuai dengan kebutuhan para guru, karena gaya
kepemimpinan adalah cara yang dilakukan oleh kepala sekolah
untuk mempengaruhi para bawahannya. Ada banyak cara yang
dilakukan, misalnya dengan memberikan informasi yang up to date
kepada guru, memberikan motivasi kerja, menerima saran dan
kritik dari para guru, lebih meningkatkan hubungan yang baik
dengan para gurudan rutin mengadakan evaluasi kinerja.
2. Kepala sekolah perlu meningkatkan kepuasan kerja guru dengan
cara bersikap lebih terbuka terhadap keluhan-keluhan para guru,
sehingga guru dengan leluasa dapat mengeluarkan keluhan-
keluhannya. Dengan cara ini guru akan merasa lebih nyaman
dalam bekerja.
3. Kepala sekolah perlu memberikan penghargaan dan
mempromosikan para guru yang memiliki prestasi tinggi, karena
akan memberikan pengaruh yang baik terhadap peningkatan
kualitas pekerjaan mereka.
Daftar Pustaka
Akhmad Sudrajat : Kompetensi Guru Dan Peran Kepala Sekolah 02 agustus 2008
http://makalah-pendidikan.blogspot.com/search?q=kepuasan+kerja+guru
Anan Nur : Telaga Ilmu, Manajemen, Pendidikan
http://anannur.blogspot.com/2011/02/kepuasan-kerja.html
Anan Nur : http://anan-nur.blogspot.com/2011/02/kepuasan-kerja.html
Anoragan, Pandji. Psikologi Kepemimpinan, Jakarta : PT Asdi Mahasatya, 2001.
Buku :
Darsono, dan Tjatjuk Siswandoko, Manajemen Sumber Daya Manusia Abad 21,
Jakarta : Nusantara Consulting, 2011.
Emzir. Metodelogi Penelitian Pendidikan, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada,
2012.
Handoko, T. Hani. Manajemen, Yogyakarta : BPFE, 1999.
Hendayaningrat, Soewarno. Pengantar Studi Ilmu Administrasi Dan Manajemen,
Jakarta : PT Dharma Karsa Utama, 1990.
Ichwan Chasani : Mayoritas Kepala Sekolah Belum Profesional, 16 september
2013, http://wartakota.tribunnews.com/detil/berita/164615/Mayoritas-
Kepala-Sekolah-Belum-Profesional
Indrawijaya, Adam Ibrahim. Perilaku Organisasi, Bandung : Sinar Baru, 1989.
Internet :
Kartono, Kartini. Pemimpin Dan Kepemimpinan, Jakarta : PT Raja Grafindo,
1993.
Munandar, Ashar Sunyoto. Psikologi Industri dan Organisasi, Jakarta : UI Press,
2006.
Nazir, Moh. Metode Penelitian, Bogor : Ghalia Indonesia. 2005.
Rivai, Veithzal. Kepemimpinan Dan Perilaku Organisasi, Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada, 2003.
Rivai,Veithzal, dan Deddy Mulyadi. Kepemimpinan Dan Perilaku Organisasi,
Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2011.
Robbins, Stephen P, dan Timoty A. Judge. Perilaku Organisasi,. Jakarta :
Salemba empat, 2008.
Rulam : Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Dan Sikap Para Guru Terhadap
Kepuasan Kerja Guru, 29 juli 2013 http://www.infodiknas.com/pengaruh-
kepemimpinan-kepala-sekolah-dan-sikap-para-guru-terhadap-kepuasan-
kerja.html Try bubu kepuasan kerja 9 maret 2011 http://ruined-
info4u.blogspot.com/2011/03/kepuasan-kerja.html
Siagian, Sondang P. Filsafat Administrasi, Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
Siagian, Sondang P. Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Bumi Aksara,
2011.
Siagian, Sondang P. Organisasi, Kepemimpinan Dan Perilaku Administrasi,
Jakarta : PT Inti Idayu Press, 1988.
Siagian, Sondang P. Teori dan praktek kepemimpinan, Jakarta: Rineka Cipta,
1991.
Soetopo, Hendayat. Perilaku Organisasi, Bandung : PT Remaja Rosdakarya,
2010.
Soetopo, Hendiyat, dan Wasty Soemanto. Kepemimpinan Dan Supervisi
Pendidikan, Jakarta : Bina Aksara, 1988.
Sudijono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada
Sugiono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D, Jakarta : Alfabeta
Sujak, Abi. Kepemimpinan Manajer, Jakarta : Rajawali Press, 1990.
Toha, Miftah. Perilaku Organisasi, Jakarta : PT Raja Grafindo Utama, 2007.
Try bubu kepuasan kerja 9 maret 2011 http://ruined-
info4u.blogspot.com/2011/03/kepuasan-kerja.html
Undang-undang :
Undang-Undang RI nomor 14 tahun 2005 pasal 1
Undang-Undang RI nomor 20 tahun 2003 pasal 1
Usman, Husaini. Manajemen Teori Praktik Dan Riset Pendidikan, Jakarta : Bumi
Aksara, 2010.
Wahyosumidjo. Kepemimpinan Kepala Sekolah, Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada, 2007.
Winardi, J. Manajemen Perilaku Organisasi, Jakarta : Kencana Prenada Media
Grup, 2007.
www.smkyadika5.sch.id\
Angket Instrumen Penelitian
Identitas Responden 1 No. Responden : 2 Jenis kelamin : 3 Nama Sekolah : 4 Bidang Studi : 5 Lama Masa Kerja : 6 Pendidikan Terakhir :
A. KUESIONER PENELITIAN GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH (X)
Petunjuk pengisian : Berdasarkan atas pengalaman Ibu/Bapak, berilah tanda centang (√) pada bobot nilai alternatif jawaban yang paling merefleksi persepsi Ibu/Bapak pada setiap pertanyaan. Untuk jawaban sangan setuju (SS) diberi nilai 5, setuju (S) diberi nilai 4, ragu-ragu (R) diberi nilai 3, tidak setuju (TS) diberi nilai 2, sangat tidak setuju (STS) diberi niai 1.
Alternatif Jawaban
NO Daftar Pertanyaan SS S R TS STS
5 4 3 2 1
1. Kepala sekolah membimbing saya dalam menyusun rencana kerja
2. Kepala sekolah memberikan arahan kepada saya dalam penyusunan program kerja tahunan
3. Kepala sekolah mendelegasikan tugas kepada wakil-wakilnya
4. Kepala sekolah memberikan tugas sesuai dengan tugas saya disekolah
5. Kepala sekolah mengharuskan saya bekerja sesuai dengan aturan yang ia buat
6. Kepala sekolah memberikan informasi yang up to date kepada saya
7. Kepala sekolah memberi tahu saya mengenai aturan-aturan di sekolah
8. Saya melaksanakan tugas sesuai dengan job-des yang telah ditentukan
9. Kepala sekolah memberikan arahan kepada saya mengenai tugas yang diberikan
10. Kepala sekolah membantu saya dalam memahami tugas yang diberikan
11. Kepala sekolah mengadakan evaluasi kepada guru secara berkala
12. Kepala sekolah mengharuskan saya dapat menyelesaikan tugas sesuai dengan target waktu yang ditetapkan
13. Kepala sekolah dapat menggerakkan bawahan untuk mencapai tujuan sekolah
14. Kepala sekolah memberikan pengawasan yang baik
terhadap kinerja saya
15. Kepala sekolah mengadakan evaluasi hasil supervisi
16. Kepala sekolah memotivasi saya dalam bekerja
17. Kepala sekolah mendorong guru agar berprestasi
18. Kepala sekolah menjalin komunikasi yang baik dan terbuka kepada saya
19. Saya merasa dipercaya oleh kepala sekolah dalam menjalankan tugas
20. Kepala sekolah mengajak berdiskusi mengenai masalah-masalah yang ada di sekolah
21. Kepala sekolah percaya hasil pekerjaan saya
22. Saya diberi kebebasan oleh kepala sekolah untuk mengeluarkan pendapat
23. Dalam memutuskan sesuatu, kepala sekolah bermusyawarah dengan para guru
24. Saya dapat dengan leluasa menyampaikan keluhan-keluhan kepada kepala sekolah
25. Kepala sekolah memberikan jalan keluar terhadap permasalahan yang saya hadapi di sekolah
26. Kepala sekolah memberikan perhatian terhadap guru-guru yang memiliki masalah
27. Kepala sekolah menanyakan tentang keadaan keluarga bawahannya
28. Kepala sekolah mau menerima masukan dengan penuh perhatian dari bawahannya
29. Kepala sekolah mampu membuat hubungan yang baik dengan masyarakat sekitar
30. Kepala sekolah mampu menciptakan suasana kerja yang menyenangkan disekolah
31. Kepala sekolah penuh humoris
B. KUESIONER PENELITIAN KEPUASAN KERJA GURU (Y) Petunjuk pengisian : Berdasarkan atas pengalaman Ibu/Bapak, berilah tanda centang (√) pada bobot nilai alternatif jawaban yang paling merefleksi persepsi Ibu/Bapak pada setiap pertanyaan. Untuk jawaban sangat puas (SP) diberi nilai 5, puas (P) diberi nilai 4, cukup puas (CP) diberi nilai 3, tidak puas (TP) diberi nilai 2, sangat tidak puas (STP) diberi nilai 1. Pertanyaan negatif :
Alternatif Jawaban
NO Daftar Pertanyaan SP P CP TP STP
5 4 3 2 1
1. Pekerjaan yang diberikan sesuai dengan kemampuan saya
2. Saya merasa senang bekerja di sekolah ini
3. Saya bangga menjadi guru
4. Saya merasa senang berinteraksi dengan para guru
5. Saya merasa senang terhadap sikap teman-teman sekerja
6. Saya merasa senang dengan dukungan rekan kerja
saya
7. Saya merasa senang bekerja sama dengan para guru
8. Saya merasa senang tunjangan jabatan sesuai dengan tanggung jawab saya
9. Saya merasa senang kinerja saya dipuji kepala sekolah
10. Saya merasa senang diberi hadiah oleh kepala sekolah terkait pekerjaan yang saya lakukan
11. Hadiah menjadi penunjang kepuasan kerja saya
12. Saya merasa senang dengan cara kepala sekolah memberikan tugas yang adil kepada seluruh guru
13. Saya merasa semua siswa menghargai saya sebagai guru
14. Saya merasa senang kepala sekolah memperlakukan semua guru secara adil
15. Saya merasa senang dengan keamanan kerja di sekolah
16. Saya merasa senang dengan jaminan keamanan dan ketenangan dalam bekerja
17. Fasilitas di sekolah sangat aman bagi saya
18. Saya merasa senang karena keselamatan kerja di sekolah sudah diperhatikan dengan baik
19. Saya merasa senang karena kepala sekolah memberikan kebebasan untuk mengeluarkan pendapat
20. Saya merasa senang karena kepala sekolah melibatkan saya dalam pengambilan keputusan
21. Kepala sekolah terbuka dengan kritik dan saran para guru
22. Saya merasa senang dengan gaji yang diterima
23. Saya merasa senang pekerjaan mengajar dapat menjamin masa depan saya
24. Saya merasa senang mengajar memberikan jaminan kesejahteraan kepada saya
25. Saya merasa senang gaji yang saya terima perbulan dapat menjamin kebutuhan keluarga
26. Saya merasa senang dengan penghargaan kepala sekolah terhadap hasil pekerjaan saya
27. Saya merasa mendapat pengakuan yang layak terhadap hasil kerja saya
28. Saya merasa senang bahwa setiap guru mempunyai kesempatan yang sama untuk dipromosikan
29. Saya merasa senang kepala sekolah memberikan kesempatan untuk maju
30. Saya merasa senang kepala sekolah menyediakan bantuan untuk peningkatan kemampuan mengajar saya
31. Saya merasa senang mengajar memberikan saya sebuah peluang yang bagus untuk lebih maju
Angket Instrumen Penelitian Setelah Uji Validitas
Identitas Responden 1 No. Responden : 2 Jenis kelamin : 3 Nama Sekolah : 4 Bidang Studi : 5 Lama Masa Kerja : 6 Pendidikan Terakhir :
A. KUESIONER PENELITIAN GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH (X)
Petunjuk pengisian : Berdasarkan atas pengalaman Ibu/Bapak, berilah tanda centang (√) pada bobot nilai alternatif jawaban yang paling merefleksi persepsi Ibu/Bapak pada setiap pertanyaan. Untuk jawaban sangan setuju (SS) diberi nilai 5, setuju (S) diberi nilai 4, ragu-ragu (R) diberi nilai 3, tidak setuju (TS) diberi nilai 2, sangat tidak setuju (STS) diberi niai 1.
Alternatif Jawaban
NO Daftar Pertanyaan SS S R TS STS
5 4 3 2 1
1. Kepala sekolah membimbing saya dalam menyusun rencana kerja
2. Kepala sekolah memberikan arahan kepada saya dalam penyusunan program kerja tahunan
3. Kepala sekolah memberikan tugas sesuai dengan tugas saya disekolah
4. Kepala sekolah mengharuskan saya bekerja sesuai dengan aturan yang ia buat
5. Kepala sekolah memberikan informasi yang up to date kepada saya
6. Kepala sekolah memberi tahu saya mengenai aturan-aturan di sekolah
7. Kepala sekolah memberikan arahan kepada saya mengenai tugas yang diberikan
8. Kepala sekolah membantu saya dalam memahami tugas yang diberikan
9. Kepala sekolah dapat menggerakkan bawahan untuk mencapai tujuan sekolah
10. Kepala sekolah memberikan pengawasan yang baik terhadap kinerja saya
11. Kepala sekolah mengadakan evaluasi hasil supervisi
12. Kepala sekolah memotivasi saya dalam bekerja
13. Kepala sekolah mendorong guru agar berprestasi
14. Kepala sekolah menjalin komunikasi yang baik dan terbuka kepada saya
15. Saya merasa dipercaya oleh kepala sekolah dalam menjalankan tugas
16. Kepala sekolah percaya hasil pekerjaan saya
17. Saya diberi kebebasan oleh kepala sekolah untuk mengeluarkan pendapat
18. Dalam memutuskan sesuatu, kepala sekolah bermusyawarah dengan para guru
19. Kepala sekolah memberikan jalan keluar terhadap permasalahan yang saya hadapi di sekolah
20. Kepala sekolah memberikan perhatian terhadap guru-guru yang memiliki masalah
21. Kepala sekolah menanyakan tentang keadaan keluarga bawahannya
22. Kepala sekolah mau menerima masukan dengan penuh perhatian dari bawahannya
23. Kepala sekolah mampu membuat hubungan yang baik dengan masyarakat sekitar
24. Kepala sekolah mampu menciptakan suasana kerja yang menyenangkan disekolah
B. KUESIONER PENELITIAN KEPUASAN KERJA GURU (Y)
Petunjuk pengisian : Berdasarkan atas pengalaman Ibu/Bapak, berilah tanda centang (√) pada bobot nilai alternatif jawaban yang paling merefleksi persepsi Ibu/Bapak pada setiap pertanyaan. Untuk jawaban sangat puas (SP) diberi nilai 5, puas (P) diberi nilai 4, cukup puas (CP) diberi nilai 3, tidak puas (TP) diberi nilai 2, sangat tidak puas (STP) diberi nilai 1.
Alternatif Jawaban
NO Daftar Pertanyaan SP P CP TP STP
5 4 3 2 1
1. Pekerjaan yang diberikan sesuai dengan kemampuan saya
2. Saya merasa senang terhadap sikap teman-teman sekerja
3. Saya merasa senang kinerja saya dipuji kepala sekolah
4. Saya merasa senang diberi hadiah oleh kepala sekolah terkait pekerjaan yang saya lakukan
5. Saya merasa semua siswa menghargai saya sebagai guru
6. Saya merasa senang kepala sekolah memperlakukan semua guru secara adil
7. Saya merasa senang karena kepala sekolah memberikan kebebasan untuk mengeluarkan pendapat
8. Saya merasa senang karena kepala sekolah melibatkan saya dalam pengambilan keputusan
9. Saya merasa senang dengan gaji yang diterima
10. Saya merasa senang mengajar memberikan jaminan kesejahteraan kepada saya
11. Saya merasa senang dengan penghargaan kepala
sekolah terhadap hasil pekerjaan saya
12. Saya merasa mendapat pengakuan yang layak terhadap hasil kerja saya
13. Saya merasa senang bahwa setiap guru mempunyai kesempatan yang sama untuk dipromosikan
LAMPIRAN 4
UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS VARIABEL X
No. Resp SKOR ITEM UNTUK UNIT NOMOR SOAL SKOR ITEM UNTUK UNIT NOMOR SOAL SKOR ITEM UNTUK UNIT NOMOR SOAL Y Y²
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
1 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 5 4 5 4 5 5 5 4 4 4 4 5 4 5 4 3 133 17689
2 5 5 3 5 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 150 22500
3 4 4 4 4 5 3 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 3 3 4 4 3 115 13225
4 2 2 4 4 5 4 2 5 2 2 3 5 4 3 3 2 2 4 4 4 4 4 4 4 3 3 2 2 2 2 2 98 9604
5 4 4 5 4 5 4 4 5 5 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4 3 126 15876
6 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 123 15129
7 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 124 15376
8 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 125 15625
9 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 122 14884
10 5 5 5 4 4 4 5 4 5 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 5 4 3 4 4 4 4 4 4 3 130 16900
Σ 41 40 41 41 43 41 40 43 41 38 41 43 42 39 40 41 39 42 41 40 42 43 41 38 39 39 38 37 40 39 33 1246 156808
(ΣX)² 1681 1600 1681 1681 1849 1681 1600 1849 1681 1444 1681 1849 1764 1521 1600 1681 1521 1764 1681 1600 1764 1849 1681 1444 1521 1521 1444 1369 1600 1521 1089
ΣX² 175 166 171 169 189 171 166 187 175 150 171 191 178 155 164 175 157 178 169 164 178 187 169 148 155 155 152 143 166 157 113
(ΣY)² 1552516
ΣY² 156808
ΣXY 5191 5068 5090 5134 5306 5142 5068 5358 5194 4823 5162 5375 5267 4914 5054 5201 4938 5267 5134 5029 5267 5397 5134 4763 4921 4910 4834 4697 5071 4938 4161
N 10
r-hitung 0.795137 0.869247 -0.27686 0.678659 -0.64845 0.497149 0.869247 0.003498 0.824086 0.944744 0.794844 0.176524 0.677323 0.812705 0.887171 0.891634 0.900044 0.677323 0.678659 0.570324 0.677323 0.685671 0.678659 0.376736 0.916898 0.753166 0.912104 0.890829 0.900291 0.900044 0.615903
r-tabel 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632
Validitas Valid Valid drop Valid drop drop Valid drop Valid Valid valid drop Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid drop Valid Valid Valid drop Valid Valid Valid Valid Valid Valid drop
Varians 0.76 0.67 0.32 0.1 0.45 0.32 0.67 0.23 0.77 0.62 0.32 0.68 0.18 0.32 0.44 0.77 0.54 0.18 0.1 0.44 0.18 0.23 0.1 0.4 0.32 0.32 0.84 0.68 0.67 0.54 0.46
Varians 13.62
butir
Varians 172.93
total
Reliabilitas 0.903837
Keterangan Reliabel
LAMPIRAN 5
UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS VARIABEL Y
NO. Resp SKOR ITEM UNTUK UNIT NOMOR SOAL SKOR ITEM UNTUK UNIT NOMOR SOAL SKOR ITEM UNTUK UNIT NOMOR SOAL Y Y²
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
1 4 3 3 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 3 4 3 3 4 3 3 4 4 3 4 3 111 12321
2 5 5 5 5 3 3 5 3 5 4 3 5 4 4 4 3 4 1 4 4 3 3 3 3 2 3 4 4 4 1 3 112 12544
3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 122 14884
4 2 3 4 3 3 4 4 3 2 2 3 3 3 2 3 3 4 1 3 3 3 3 4 3 2 2 3 2 4 4 4 92 8464
5 4 3 4 5 4 4 4 3 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 3 4 4 3 3 4 3 113 12769
6 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3 3 3 2 3 4 4 4 4 5 108 11664
7 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 93 8649
8 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 3 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 117 13689
9 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 120 14400
10 4 3 5 4 3 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 114 12996
Σ 37 35 40 39 35 37 39 32 38 34 33 37 37 34 36 35 35 30 37 36 34 35 35 35 31 34 38 35 37 35 37 1102 122380
(ΣX)² 1369 1225 1600 1521 1225 1369 1521 1024 1444 1156 1089 1369 1369 1156 1296 1225 1225 900 1369 1296 1156 1225 1225 1225 961 1156 1444 1225 1369 1225 1369
ΣX² 143 127 164 157 125 139 155 106 150 120 111 141 139 120 132 125 125 102 139 132 118 125 125 125 103 120 146 127 139 131 141
(ΣY)² 1214404
ΣY² 122380
ΣXY 4135 3889 4430 4340 3889 4095 4319 3551 4243 3793 3647 4099 4109 3793 3992 3886 3859 3347 4110 3998 3772 3892 3871 3890 3467 3800 4223 3904 4091 3859 4087
N 10
r-hitung 0.76 0.492 0.35 0.622 0.661 0.4 0.406 0.423 0.764 0.719 0.234 0.348 0.712 0.719 0.523 0.6 0.041 0.386 0.734 0.649 0.532 0.723 0.289 0.682 0.631 0.828 0.914 0.723 0.306 0.022 0.155
r-tabel 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632 0.632
Validitas Valid drop drop drop valid drop drop drop valid valid drop drop valid valid drop drop drop drop valid valid drop valid drop valid drop valid valid valid drop drop drop
Varians o,68 0.5 0.4 0.54 0.28 0.23 0.32 0.4 0.62 0.49 0.23 0.46 0.23 0.49 0.27 0.28 0.28 1.3 0.23 0.27 0.27 0.28 0.28 0.28 0.77 0.49 0.28 0.5 0.23 0.94 0.46
Varians 12.6
butir
Varians 104.4
total
Reliabilitas 0.91
Keterangan Reliabel
LAMPIRAN 6
Contoh Perhitungan Validitas Variabel X (Gaya Kepemimpinan)
RESPONDEN X Y X.Y X Y
1 4 133 532 16 17689
2 5 250 750 25 22500
3 4 115 460 16 13225
4 2 98 196 4 9604
5 4 126 504 16 15876
6 5 123 615 25 15129
7 4 124 496 16 15376
8 4 125 500 16 15625
9 4 122 488 16 14884
1O 5 130 650 25 16900
Σ 41 1246 5191 175 156808
(ΣX)² 175
(ΣY)² 1552516
N 10
√ √
√ √
√ √
√ √
= 0,795 (valid)
Bila dibandingkan dengan r-hitung 0,795 di atas dengan nilai rtabel pada α = 5% dan N = 10
yaitu 0, 632 maka terlihat bahwa nilai rhitung > rtabel. Hal ini berarti item pertanyaan tersebut
dinyatakan valid.
LAMPIRAN 7
Contoh Perhitungan Validitas Variabel Y (Kepuasan Kerja)
RESPONDEN X Y X.Y X Y
1 4 111 444 16 12321
2 5 112 560 25 12544
3 4 122 488 16 14884
4 2 92 184 4 8464
5 4 113 452 16 12769
6 3 108 324 9 11664
7 3 93 279 9 8649
8 4 117 468 16 13689
9 4 120 480 16 14400
1O 4 114 456 16 12996
Σ 37 1102 4135 143 122380
(ΣX)² 1369
(ΣY)² 1214404
N 10
√ √
√ √
√ √
√ √
= 0,76 (valid)
Bila dibandingkan dengan r-hitung 0,76 di atas dengan nilai rtabel pada α = 5% dan N = 10 yaitu
0, 632 maka terlihat bahwa nilai rhitung > rtabel. Hal ini berarti item pertanyaan tersebut
dinyatakan valid.
LAMPIRAN 8
Perhitungan Reliabilitas Variabel X (Gaya Kepemimpinan)
Langkah-langkah
a. Menghitung varians tiap butir dengan menggunakan rumus:
α2b =
∑ ∑
contoh varians item pertanyaan nomor 1:
α2b =
α2b =
= 0,766
dari perhitungan semua varians item yang valid, diperoleh Σα2b = 13,62
b. Menghitung varians total dengan rumus:
α2t = =
∑ ∑
α2t =
=
=
= 172,93
c. Menghitung reliabilitas dengan rumus:
r11 = [
] [
∑
]
r11 = [
] [
]
r11 = [
] [ ]
r11 = [1,03][0,92] = 0,95
LAMPIRAN 9
Perhitungan Reliabilitas Variabel Y (Kepuasan Kerja)
Langkah-langkah
a. Menghitung varians tiap butir dengan menggunakan rumus:
α2b =
∑ ∑
contoh varians item pertanyaan nomor 1:
α2b =
α2b =
=
= 0,68
dari perhitungan semua varians item yang valid, diperoleh Σα2b = 12,6
b. Menghitung varians total dengan rumus:
α2t = =
∑ ∑
α2t =
=
=
= 104,4
c. Menghitung reliabilitas dengan rumus:
r11 = [
] [
∑
]
r11 = [
] [
]
r11 = [
] [ ]
r11 = [1,03][0,88] = 0,91
LAMPIRAN 12
Perhitungan Distribusi Frekuensi Skor Variabel X
a. Menentukan sebaran data
Range = skor max – skor min
= 115-84
= 31
b. Menentukan banyak kelas
Banyak Kelas = 1+ 33 Log N
= 1+ 33 Log 21
= 1+ 33 (1,32)
= 1+ 4,356
= 5,356 = 5
c. Menentukan Interval Kelas
Interval Kelas = sebaran data
banyak kelas
=
= 6,5 = 7
d. Tabel Distribusi Frekuensi
No Kelas
Interval
F Tepi
Kelas
Nt Fkum /
Fkb
F (%) F.Nt
1 84-90 6 83,5-90,5 87 21 28,571 126
2 91-97 4 88,5-97,5 94 15 19,048 376
3 98-104 7 97,5-104,5 101 11 33,333 707
4 105-111 3 104,5-111,5 108 4 14,285 324
5 112-118 1 111,5-118,5 115 1 4,761 115
Σ - 21 - - - 100 1648
e. Median
Mencari median dengan rumus :
Median = Bb + (
). i
= 97,5 + (
). 7
= 97,5 + (
).7
= 97,5 + 6,5 = 104
f. Modus
Mencari modus dengan rumus :
Mo = Bb + (
). I
= 97,5 + (
).7
= 97,5 + (
).7
= 97,5 + 3 = 100,5
Keterangan :
Bb = Batas bawah nyata dari interval yang mengandung median
fKb = Frekuensi komulatif yang terletak dibawah interval yang
mengandung median
fi = Frekuensi yang mengandung median
N = Number of case
i = Interval
fa = Frekuensi yang terletak di atas interval yang mengandung modus
fb = Frekuensi yang terletak di bawah interval yang mengandung modus
i = Interval kelas
LAMPIRAN 13
Perhitungan Distribusi Frekuensi Skor Variabel Y
a. Menentukan sebaran data
Range = skor max – skor min
= 60-40
= 20
b. Menentukan banyak kelas
Banyak Kelas = 1+ 33 Log N
= 1+ 33 Log 21
= 1+ 33 (1,32)
= 1+ 4,356
= 5,356 = 5
c. Menentukan Interval Kelas
Interval Kelas = sebaran data
banyak kelas
=
= 4
d. Tabel Distribusi Frekuensi
No Kelas
Interval
F Tepi
Kelas
Nt Fkum /
Fkb
F (%) F.Nt
1 40-43 4 39,5-43,5 41,5 21 19,048 166
2 44-47 3 43,5-47,5 45,5 17 14,285 136,5
3 48-51 4 47,5-51,5 49,5 14 19,048 198
4 52-55 5 51,5-55,5 53,5 10 23,81 267,5
5 56-60 5 55,5-60,5 58 5 23,81 290
Σ - 21 - - - 100 1058
e. Median
Mencari median dengan rumus :
Median = Bb + (
). i
= 47,5 + (
). 4
= 47,5 + (
).4
= 47,5 + 0,5 = 48
f. Modus
Mencari modus dengan rumus :
Mo = Bb + (
). I
= 47,5 + (
).4
= 47,5 + (
).4
= 47,5 + 1,5 = 49
Keterangan :
Bb = Batas bawah nyata dari interval yang mengandung median
fKb = Frekuensi komulatif yang terletak dibawah interval yang
mengandung median
fi = Frekuensi yang mengandung median
N = Number of case
i = Interval
fa = Frekuensi yang terletak di atas interval yang mengandung modus
fb = Frekuensi yang terletak di bawah interval yang mengandung modus
i = Interval kelas
LAMPIRAN 14
Perhitungan Rata-Rata Simpangan Baku Skor Variabel X
No Resp
X
X-X
(X-X)
1 100 3 9
2 102 5 25
3 84 -13 169
4 106 9 81
5 95 -2 4
6 95 -2 4
7 86 -11 121
8 100 3 9
9 94 -3 9
10 102 5 25
11 96 -1 1
12 100 3 9
13 89 -8 64
14 103 6 36
15 101 4 16
16 115 18 324
17 106 9 81
18 90 -7 49
19 108 11 121
20 84 -13 169
21 84 -13 169
Σ 2040 - 1495
X =
= 97
SD = √
= √
= √ = 8,645
LAMPIRAN 15
Perhitungan Rata-Rata Simpangan Baku Skor Variabel Y
No Resp
X
X-X
(X-X)
1 51 1 1
2 51 1 1
3 40 -10 100
4 56 6 36
5 53 3 9
6 47 -3 9
7 44 -6 36
8 55 5 25
9 51 1 1
10 53 3 9
11 47 -3 9
12 51 1 1
13 58 8 64
14 56 6 36
15 52 2 4
16 56 6 36
17 52 2 4
18 42 -8 64
19 60 10 100
20 43 -7 49
21 43 -7 49
Σ 1061 - 643
X =
= 50
SD = √
= √
= √ = 5,67
LAMPIRAN 16
Perhitungan Uji Normalitas Skor Variabel X Dengan Menggunakan Uji Liliefors
Kriteria Pengujian :
Jika Lhitung < Ltabel data berdistribusi normal
Jika Lhitung < Ltabel data berdistribusi tidak normal
No Xi Zi Tabel Z F kum F (Zi) S (Zi) [F (Zi)- S (Zi)]
1 84 -1,50 0,4332 1 0,0668 0,047 0,0198
2 84 -1,50 0,4332 2 0,0668 0,095 -0,0282
3 84 -1,50 0,4332 3 0,0668 0,142 -0,0752
4 86 -1,27 0,3980 4 0,102 0,19 -0,088
5 89 -0,93 0,3238 5 0,1762 0,238 -0,0618
6 90 -0,81 0,2910 6 0,209 0,285 -0,076
7 94 -0,35 0,1368 7 0,3632 0,333 0,0302
8 95 -0,23 0,0910 8 0,409 0,38 0,029
9 95 -0,23 0,0910 9 0,409 0,428 -0,019
10 96 -0,12 0,0478 10 0,4522 0,476 -0,0238
11 100 0,35 0,1368 11 0,6368 0,523 0,1138
12 100 0,35 0,1368 12 0,6368 0,571 0,0658
13 100 0,35 0,1368 13 0,6368 0,619 0,0178
14 101 0,46 0,1772 14 0,6772 0,666 0,0112
15 102 0,58 0,2190 15 0,7190 0,714 0,005
16 102 0,58 0,2190 16 0,7190 0,761 -0,042
17 103 0,69 0,2549 17 0,7549 0,809 -0,0541
18 106 1,04 0,3508 18 0,8508 0,857 -0,0062
19 106 1,04 0,3508 19 0,8508 0,904 -0,532
20 108 1,27 0,3980 20 0,898 0,952 -0,054
21 115 2,08 0,4812 21 0,9812 1 -0,0118
JUMLAH 2040
MEAN 97
SD 8,645
L (Tabel) 0,1138
L (Hitung) 0,200
Dari perhitungan diatas diperoleh nilai Lhitung terbesar adalah 0,1138. Sementara itu,
nilai Ltabel untuk N = 21 dengan taraf signifikasi 1% adalah 0,200. Hal tersebut berarti
Lhitung < Ltabel. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa skor variabel X
berdistribusi normal.
LAMPIRAN 17
Perhitungan Uji Normalitas Skor Variabel Y Dengan Menggunakan Uji Liliefors
Kriteria Pengujian :
Jika Lhitung < Ltabel data berdistribusi normal
Jika Lhitung < Ltabel data berdistribusi tidak normal
No Xi Zi Tabel Z F kum F (Zi) S (Zi) [F (Zi)- S (Zi)]
1 40 -1,76 0,4608 1 0,0392 0,047 -0,0078
2 42 -1,41 0,4207 2 0,0793 0,095 -0,0157
3 43 -1,23 0,3907 3 0,1093 0,142 -0,0327
4 43 -1,23 0,3907 4 0,1093 0,19 -0,0807
5 44 -1,06 0,3554 5 0,1446 0,238 -0,0934
6 47 -0,53 0,2019 6 0,2981 0,285 0,,0131
7 47 -0,53 0,2019 7 0,2981 0,333 -0,0349
8 51 0,18 0,0714 8 0,5714 0,38 0,1914
9 51 0,18 0,0714 9 0,5714 0,428 0,1434
10 51 0,18 0,0714 10 0,5714 0,476 0,0954
11 51 0,18 0,0714 11 0,5714 0,523 0,0484
12 52 0,35 0,1368 12 0,6368 0,571 0,0658
13 52 0,35 0,1368 13 0,6368 0,619 0,0178
14 53 0,53 0,2019 14 0,7019 0,666 0,0359
15 53 0,53 0,2019 15 0,7019 0,714 -0,0121
16 55 0,88 0,2106 16 0,8106 0,761 0,0496
17 56 1,06 0,3554 17 0,8554 0,809 0,0464
18 56 1,06 0,3554 18 0,8554 0,857 -0,0016
19 56 1,06 0,3554 19 0,8554 0,904 -0,0486
20 58 1,41 0,4207 20 0,9207 0,952 -0,0313
21 60 1,76 0,4608 21 0,9608 1 -0,0392
JUMLAH 1061
MEAN 50
SD 5,67
L (Tabel) 0,1914
L (Hitung) 0,200
Dari perhitungan diatas diperoleh nilai Lhitung terbesar adalah 0,1914. Sementara itu,
nilai Ltabel untuk N = 21 dengan taraf signifikasi 1% adalah 0,200. Hal tersebut berarti
Lhitung < Ltabel. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa skor variabel X
berdistribusi normal.
LAMPIRAN 18
Contoh Perhitungan Pada Uji Normalias :
a. Mengurutkan data sampel dari yang terkecil hingga yang terbesar.
b. Hitung rata-rata nilai skor sampel.
c. Hitung standar deviasi dengan rumus :
X = ΣX.f
Σf
S = √(X-X)2.f
√ n-1
d. Hitung Zi dengan rumus : x-mean
SD
e. Tentukan nilai tabel Z (lihat di lampiran tabel Z) berdasarkan nilai Zn
dengan mengabaikan nilai negatif.
f. Tentukan peluang masing-masing nilai z berdasarkan tabel Z (tulis
dengan F (Zi)). Yaitu dengan cara nilai 0,05- nilai tabel Z apabila nilai
Zi negatif, atau dengan cara nilai 0,5 + nilai tabel Z apabila nilai Zi
positif.
g. Tentukan nilai S (Zi) dengan cara membagi frekuensi kumulatif
dengan number of case.
h. Tentukan nilai Lhitung = [ F (Zi) – S (Zi) ] dan bandingkan dengan Ltabel
(lihat lampiran L kritis untuk uji liliefors.
i. Jika Lhitung < Ltabel maka sampel berasal dari populasi yang berdistribusi
normal.
LAMPIRAN 19
Perhitungan Uji Linieritas Menggunakan Persamaan Regresi Sederhana
Kriteria pengujian :
Jika Fhitung < Ftabel data berpola linier
Jika Fhitung < Ftabel data tidak berpola linier
No. X Y X² Y² XY
1 100 51 10000 2601 5100
2 102 51 10404 2601 5202
3 84 40 7056 1600 3360
4 106 56 11236 3136 5936
5 95 53 9025 2809 5035
6 95 47 9025 2209 4465
7 86 44 7396 1036 3784
8 100 55 10000 3025 5500
9 94 51 8836 2601 4794
10 102 53 10404 2809 5406
11 96 47 9216 1109 4512
12 100 51 10000 2601 5100
13 89 58 7921 3364 5162
14 103 56 10609 3136 5768
15 101 52 10201 2704 5252
16 115 56 13225 3136 6440
17 106 52 11236 2704 5512
18 90 42 8100 1764 3780
19 108 60 11664 3600 6480
20 84 43 7056 1849 3612
21 84 43 7056 1849 3612
Σ 2040 1061 199666 54243 103812
Persamaan Regresi Sederhana : Y=a+bx
1. Mencari nilai b dengan rumus :
b =
b =
b =
b =
= 0,497
2. Mencari nilai a dengan rumus :
a =
a =
a =
= 2,24
Dari perhitungan di atas, persamaan regresi linier yang diperoleh :
Y = 2,24 + 0,497X
Untuk mengetahui hasil uji linieritas perlu dihitung JKE, JKTC, RJKTC, RJKE, dan
FHitung. Sebelum menghitung hal tersebut perlu diketahui terlebih dahulu JKreg[a],
JKreg[bIa], dan JKres. Adapun langkah-langkahnya adalah :
1. Mencari jumlah kuadrat regresi (JKreg[a])
JKreg[a] =
JKreg[a] =
= 9507
2. Mencari jumlah kuadrat regresi (JKreg[bIa])
JKreg[bIa] = b. [ΣXY -
]
JKreg[bIa] = 0,497. [103812 -
]
JKreg[bIa] = 0,497. [103812 -
]
JKreg[bIa] = 0,497. [103812- 103068]
JKreg[bIa] = 0,497. 744 = 369,768
3. Mencari jumlah kuadrat residu (JKres)
JKres = ΣY²―JKreg[bIa]―JKreg[a]
= 54243―369,768―9507
= 44366,232
4. Mencari jumlah kuadrat eror (JKE)
JKE = Σ k [ΣX²―
]
Sebelum mencari JKE data variabel X diurutkan mulai dari yang terkecil sampai yang terbesar
berikut disertai pasangannya (variabel Y), seperti tabel penolong berikut :
No X Kelompok n Y Y²
1 84 1 3 51 2601
2 84 3 51 2601
3 84 3 40 1600
4 86 2 1 56 3136
5 89 3 1 53 2809
6 90 4 1 47 2209
7 94 5 1 44 1036
8 95 6 2 55 3025
9 95 2 51 2601
10 96 7 1 53 2809
11 100 8 3 47 1109
12 100 3 51 2601
13 100 3 58 3364
14 101 9 1 56 3136
15 102 10 2 52 2704
16 102 2 56 3136
17 103 11 1 52 2704
18 106 12 2 42 1764
19 106 2 60 3600
20 108 13 1 43 1849
21 115 14 1 43 1849
JUMLAH 1061 54243
Keterangan = n = jumlah anggota kelompok yang sama
k = 14 kelompok
JKE = (51²+51²+40² -
) +(56² -
) + (53² -
) + (47² -
) +
(44² -
) + (55²+51² -
) + (53² -
) + (47²+51²+58² -
)
+ (56² -
) + (52²+56² -
) + (52² -
) + (42²+60² -
) +
(43² -
) + (43² -
)
JKE = (2601+2601+1600 -
) + 0 + 0 + 0 + 0 +
(3025+2601 -
) + 0 + (2209+2601+3364 -
) + 0 +
(2704+3136 -
) + 0 + (1764+3600 -
) + 0 + 0
JKE = (6802-2267) + (5626-2813) + (8174-2724) + (5840-2920) + (5364-
2682)
= 4535 + 2813 + 5450 + 2920 + 2682
JKE = 18400
5. Mencari jumlah kuadrat tuna cocok ( JKTC )
JKTC = JKres - JKE
= 44366,232-18400 = 25966,232
6. Mencari rata-rata jumlah kuadrat tuna cocok (RJKTC )
RJKTC =
=
= 2163
7. Mencari rata-rata jumlah kuadrat eror (RJKE)
RJKE =
=
= 2628
8. Mencari Fhitung
Fhitung =
=
= 0,823
9. Menentukan nilai FTABEL
Ftabel = F (1-α) (dk TC, dk E)
= F (1-0,05) (dk = k-2, dk = n-k)
= F (0,95) (dk = 14-2, dk = 21-14)
= F (0,95) (12,7)
Cara mencari Ftabel :
Dk = k-2 = pembilang
Dk = 21-14 = penyebut
Dengan merujuk pada Ftabel distribusi F, maka nilai Ftabel pada pembilang 12
dan penyebut 7 dan α = 0,05 adalah 3,57. Berdasarkan pada hasil perhitungan
diatas diperoleh nilai Fhitung = 0,823 dan Ftabel 3,57. Hal ini berarti nilai Jika
Fhitung < Ftabel dengan demmikian dapat disimpulkan bahwa data berpola linier.
LAMPIRAN 20
Perhitungan Uji Hipotesis Variabel X Dan Y Dengan Menggunakan Korelasi Product
Moment
No X Y X² Y² XY
1 100 51 10000 2601 5100
2 102 51 10404 2601 5202
3 84 40 7056 1600 3360
4 106 56 11236 3136 5936
5 95 53 9025 2809 5035
6 95 47 9025 2209 4465
7 86 44 7396 1036 3784
8 100 55 10000 3025 5500
9 94 51 8836 2601 4794
10 102 53 10404 2809 5406
11 96 47 9216 1109 4512
12 100 51 10000 2601 5100
13 89 58 7921 3364 5162
14 103 56 10609 3136 5768
15 101 52 10201 2704 5252
16 115 56 13225 3136 6440
17 106 52 11236 2704 5512
18 90 42 8100 1764 3780
19 108 60 11664 3600 6480
20 84 43 7056 1849 3612
21 84 43 7056 1849 3612
Σ 2040 1061 199666 54243 103812
HIPOTESIS STATISTIK :
Ho : r = 0
Ha : r ≠ 0
Jika rhitung = 0 artinya tidak ada hubungan antara variabel X dan Y
Jika rhitung ≠ 0 artinya ada hubungan antara variabel X dan Y
√ √
√ √
√ √
√ √
√ =
= 0,762
Dari perhitungan diatas diperoleh nilai r hitung sebesar 0,762. Hal ini berarti
Ho ditolak dan Ha diterima karena rhitung ≠ 0 atau dapat disimpulakn bahwa
terdapat korelasi antara variabel X dengan Y. Selanjutnya nilai rtabel pada N =
21 dan taraf signifikansi α = 0,05 adalah 0,433 hal ini berarti rhitung lebih besar
dari rtabel. Dengan demikian terdapat korelasi yang signifikan antara variabel X
dengan Y.
Selanjutnya dicari koefisien determinasi (KD) dengan cara :
KD = r² X 100%
= (0,762)² X 100%
= 58%
Dari perhitungan diatas terlihat bahwa koefisien determinasinya adalah 58%.
Hal ini berarti faktor gaya kepemimpinan memberikan kontribusi senesar 58%
terhadap kepuasan kerja para guru, sedangkan 42% dipengaruhi oleh faktor
lain.
LAMPIRAN 4
d.f.
dua sisi 20% 10% 5% 2% 1% 0.2% 0.1%
satu sisi 10% 5% 2.5% 1% 0.5% 0.1% 0.05%
1 3.078 6.314 12.706 31.821 63.657 318.309 636.619
2 1.886 2.920 4.303 6.965 9.925 22.327 31.599
3 1.638 2.353 3.182 4.541 5.841 10.215 12.924
4 1.533 2.132 2.776 3.747 4.604 7.173 8.610
5 1.476 2.015 2.571 3.365 4.032 5.893 6.869
6 1.440 1.943 2.447 3.143 3.707 5.208 5.959
7 1.415 1.895 2.365 2.998 3.499 4.785 5.408
8 1.397 1.860 2.306 2.896 3.355 4.501 5.041
9 1.383 1.833 2.262 2.821 3.250 4.297 4.781
10 1.372 1.812 2.228 2.764 3.169 4.144 4.587
11 1.363 1.796 2.201 2.718 3.106 4.025 4.437
12 1.356 1.782 2.179 2.681 3.055 3.930 4.318
13 1.350 1.771 2.160 2.650 3.012 3.852 4.221
14 1.345 1.761 2.145 2.624 2.977 3.787 4.140
15 1.341 1.753 2.131 2.602 2.947 3.733 4.073
16 1.337 1.746 2.120 2.583 2.921 3.686 4.015
17 1.333 1.740 2.110 2.567 2.898 3.646 3.965
18 1.330 1.734 2.101 2.552 2.878 3.610 3.922
19 1.328 1.729 2.093 2.539 2.861 3.579 3.883
20 1.325 1.725 2.086 2.528 2.845 3.552 3.850
21 1.323 1.721 2.080 2.518 2.831 3.527 3.819
22 1.321 1.717 2.074 2.508 2.819 3.505 3.792
23 1.319 1.714 2.069 2.500 2.807 3.485 3.768
24 1.318 1.711 2.064 2.492 2.797 3.467 3.745
25 1.316 1.708 2.060 2.485 2.787 3.450 3.725
26 1.315 1.706 2.056 2.479 2.779 3.435 3.707
27 1.314 1.703 2.052 2.473 2.771 3.421 3.690
28 1.313 1.701 2.048 2.467 2.763 3.408 3.674
29 1.311 1.699 2.045 2.462 2.756 3.396 3.659
30 1.310 1.697 2.042 2.457 2.750 3.385 3.646
31 1.309 1.696 2.040 2.453 2.744 3.375 3.633
32 1.309 1.694 2.037 2.449 2.738 3.365 3.622
33 1.308 1.692 2.035 2.445 2.733 3.356 3.611
34 1.307 1.691 2.032 2.441 2.728 3.348 3.601
35 1.306 1.690 2.030 2.438 2.724 3.340 3.591
36 1.306 1.688 2.028 2.434 2.719 3.333 3.582
37 1.305 1.687 2.026 2.431 2.715 3.326 3.574
38 1.304 1.686 2.024 2.429 2.712 3.319 3.566
39 1.304 1.685 2.023 2.426 2.708 3.313 3.558
40 1.303 1.684 2.021 2.423 2.704 3.307 3.551
41 1.303 1.683 2.020 2.421 2.701 3.301 3.544
42 1.302 1.682 2.018 2.418 2.698 3.296 3.538
43 1.302 1.681 2.017 2.416 2.695 3.291 3.532
TINGKAT SIGNIFIKANSI
LAMPIRAN 4
44 1.301 1.680 2.015 2.414 2.692 3.286 3.526
45 1.301 1.679 2.014 2.412 2.690 3.281 3.520
46 1.300 1.679 2.013 2.410 2.687 3.277 3.515
47 1.300 1.678 2.012 2.408 2.685 3.273 3.510
48 1.299 1.677 2.011 2.407 2.682 3.269 3.505
49 1.299 1.677 2.010 2.405 2.680 3.265 3.500
50 1.299 1.676 2.009 2.403 2.678 3.261 3.496
51 1.298 1.675 2.008 2.402 2.676 3.258 3.492
52 1.298 1.675 2.007 2.400 2.674 3.255 3.488
53 1.298 1.674 2.006 2.399 2.672 3.251 3.484
54 1.297 1.674 2.005 2.397 2.670 3.248 3.480
55 1.297 1.673 2.004 2.396 2.668 3.245 3.476
56 1.297 1.673 2.003 2.395 2.667 3.242 3.473
57 1.297 1.672 2.002 2.394 2.665 3.239 3.470
58 1.296 1.672 2.002 2.392 2.663 3.237 3.466
59 1.296 1.671 2.001 2.391 2.662 3.234 3.463
60 1.296 1.671 2.000 2.390 2.660 3.232 3.460
61 1.296 1.670 2.000 2.389 2.659 3.229 3.457
62 1.295 1.670 1.999 2.388 2.657 3.227 3.454
63 1.295 1.669 1.998 2.387 2.656 3.225 3.452
64 1.295 1.669 1.998 2.386 2.655 3.223 3.449
65 1.295 1.669 1.997 2.385 2.654 3.220 3.447
66 1.295 1.668 1.997 2.384 2.652 3.218 3.444
67 1.294 1.668 1.996 2.383 2.651 3.216 3.442
68 1.294 1.668 1.995 2.382 2.650 3.214 3.439
69 1.294 1.667 1.995 2.382 2.649 3.213 3.437
70 1.294 1.667 1.994 2.381 2.648 3.211 3.435
71 1.294 1.667 1.994 2.380 2.647 3.209 3.433
72 1.293 1.666 1.993 2.379 2.646 3.207 3.431
73 1.293 1.666 1.993 2.379 2.645 3.206 3.429
74 1.293 1.666 1.993 2.378 2.644 3.204 3.427
75 1.293 1.665 1.992 2.377 2.643 3.202 3.425
76 1.293 1.665 1.992 2.376 2.642 3.201 3.423
77 1.293 1.665 1.991 2.376 2.641 3.199 3.421
78 1.292 1.665 1.991 2.375 2.640 3.198 3.420
79 1.292 1.664 1.990 2.374 2.640 3.197 3.418
80 1.292 1.664 1.990 2.374 2.639 3.195 3.416
81 1.292 1.664 1.990 2.373 2.638 3.194 3.415
82 1.292 1.664 1.989 2.373 2.637 3.193 3.413
83 1.292 1.663 1.989 2.372 2.636 3.191 3.412
84 1.292 1.663 1.989 2.372 2.636 3.190 3.410
85 1.292 1.663 1.988 2.371 2.635 3.189 3.409
86 1.291 1.663 1.988 2.370 2.634 3.188 3.407
87 1.291 1.663 1.988 2.370 2.634 3.187 3.406
88 1.291 1.662 1.987 2.369 2.633 3.185 3.405
89 1.291 1.662 1.987 2.369 2.632 3.184 3.403
90 1.291 1.662 1.987 2.368 2.632 3.183 3.402
LAMPIRAN 4
91 1.291 1.662 1.986 2.368 2.631 3.182 3.401
92 1.291 1.662 1.986 2.368 2.630 3.181 3.399
93 1.291 1.661 1.986 2.367 2.630 3.180 3.398
94 1.291 1.661 1.986 2.367 2.629 3.179 3.397
95 1.291 1.661 1.985 2.366 2.629 3.178 3.396
96 1.290 1.661 1.985 2.366 2.628 3.177 3.395
97 1.290 1.661 1.985 2.365 2.627 3.176 3.394
98 1.290 1.661 1.984 2.365 2.627 3.175 3.393
99 1.290 1.660 1.984 2.365 2.626 3.175 3.392
100 1.290 1.660 1.984 2.364 2.626 3.174 3.390