jurnalpenelitianperikananindonesia - lp2t.kkp.go.id spasial dan temporal... · jurnal...

13

Upload: others

Post on 01-Nov-2019

13 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: JURNALPENELITIANPERIKANANINDONESIA - lp2t.kkp.go.id SPASIAL DAN TEMPORAL... · Jurnal PenelitianPerikanan Indonesiaadalah wadahinformasi perikanan, baik laut maupun perairan umum
Page 2: JURNALPENELITIANPERIKANANINDONESIA - lp2t.kkp.go.id SPASIAL DAN TEMPORAL... · Jurnal PenelitianPerikanan Indonesiaadalah wadahinformasi perikanan, baik laut maupun perairan umum

JURNAL PENELITIAN PERIKANAN INDONESIA

ISSN 0853 - 5884

Volume 20 Nomor 3 September 2014Nomor Akreditasi: 455/AU2/P2MI/LIPI/08/2012

(Periode: Agustus 2012 - Agustus 2015)

Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia adalah wadah informasi perikanan,baik laut maupun perairan umum daratan. Jurnal ini menyajikan hasil penelitian

sumber daya, penangkapan, oseanografi, lingkungan, rehabilitasilingkungan, dan pengkayaan stok ikan.

Terbit pertama kali tahun 1994. Tahun 2006, frekuensi penerbitanJurnal ini tiga kali dalam setahun padabulan April, Agustus, dan Desember.

Tahun 2008, frekuensi penerbitan menjadi empat kali yaitu padabulan MARET, JUNI, SEPTEMBER, dan DESEMBER.

Ketua Redaksi:Prof. Dr. Ir. Wudianto, M.Sc. (Teknologi Penangkapan Ikan-P4KSI)

Anggota:Prof. Dr. Ir. Ngurah Nyoman Wiadnyana, DEA. (Ekologi Perairan-P4KSI)

Prof. Dr. Ir. M.F. Rahardjo, DEA. (Ekologi Ikan-IPB)Prof. Dr. Ir. Mennofatria Boer, DEA. (Matematika dan Statistika Terapan-IPB)Dr. Eko Sriwiyono, S.Pi, M.Si. (Teknologi Kapasitas Penangkapan Ikan-IPB)

Dr. Ir. Nani Hendiarti, M. Sc. (Penginderaan Jauh-BPPT)

Bebestari untuk Nomor ini:Prof. Dr. Ir. Endi Setiadi Kartamihardja, M. Sc. (Pengelolaan Perikanan PUD-P4KSI)

Prof. Dr. Ir. Sam Wouthuyzen, M.Sc. (Oseanografi Perikanan-LIPI)Prof. Dr. Ir. Ari Purbayanto, M.Sc. (Metode Penangkapan Ikan-IPB)

Prof. Dr. Ir. Indra Jaya. (Hidro Akustik Perikanan-IPB)Dr. Ir. Sudarto, M.Si. (Genetika Akuakultur-BP2BIH)

Dr. Ir. Abdul Ghofar, M.Sc. (Pengkajian Sumber Daya Ikan-UNDIP)

Redaksi Pelaksana:Dra. Endang SriyatiDarwanto, S.Sos.

Sekretariat :Amalia Setiasari, A.Md

Alamat Redaksi/Penerbit:Pusat Penelitian Pengelolaan Perikanan dan Konservasi Sumber Daya IkanGedung Balitbang KP II, Jl. Pasir Putih II Ancol Timur Jakarta Utara 14430Telp. (021) 64700928, Fax. (021) 64700929Website : http://p4ksi.litbang.kkp.go.idEmail: [email protected]

Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia diterbitkan oleh Pusat Penelitian Pengelolaan Perikanan danKonservasi Sumber Daya Ikan-Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan-Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Page 3: JURNALPENELITIANPERIKANANINDONESIA - lp2t.kkp.go.id SPASIAL DAN TEMPORAL... · Jurnal PenelitianPerikanan Indonesiaadalah wadahinformasi perikanan, baik laut maupun perairan umum

i

KATAPENGANTAR

Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia (JPPI) di tahun 2014 memasuki Volume ke-20. Pencetakan jurnalini dibiayai oleh Pusat Penelitian Pengelolaan Perikanan dan Konservasi Sumber Daya Ikan tahun anggaran2014. Semua naskah yang terbit telah melalui proses evaluasi oleh Dewan Redaksi dan editing oleh RedaksiPelaksana.

Penerbitan pertama di Volume 20 Nomor 3 tahun 2014 menampilkan tujuh artikel hasil penelitian perikanandi perairan Indonesia. Ketujuh artikel tersebut mengulas tentang: Sebaran ukuran morfologi labi-labi (Amydacartilaginea Boddaert, 1770) hasil tangkapan di Sumatera Selatan; Distribusi spasial dan temporal ikan tunamata besar (Thunnus obesus) di Samudera Hindia Bagian Timur; Evaluasi potensi ikan layang (Decapterusspp.) di WPP 712– Laut Jawa; Selektivitas mata jaring bujur sangkar (Square Mesh Window) pada alattangkap cantrang di perairan Laut Jawa; Peran stakeholder dalam pengelolaan perikanan udang skala kecil dikabupaten Cilacap Provinsi Jawa Tengah; Peningkatan kinerja pelabuhan perikanan: studi kasus pelabuhanperikanan nusantara Brondong; Status perikanan dan stok sumberdaya ikan pelagis kecil di Laut Arafura;Pengaruh modifikasi celah pelolosan terhadap selektivitas bubu lipat dalam penangkapan kepiting bakau(Scylla spp.).

Diharapkan tulisan ini dapat memberikan kontribusi bagi para pengambil kebijakan dan pengelola sumberdaya perikanan di Indonesia. Redaksi mengucapkan terima kasih atas partisipasi aktif para peneliti darilingkup dan luar Pusat Penelitian Pengelolaan Perikanan dan Konservasi Sumber Daya Ikan.

Redaksi

Page 4: JURNALPENELITIANPERIKANANINDONESIA - lp2t.kkp.go.id SPASIAL DAN TEMPORAL... · Jurnal PenelitianPerikanan Indonesiaadalah wadahinformasi perikanan, baik laut maupun perairan umum

iii

ISSN 0853 - 5884

JURNAL PENELITIAN PERIKANAN INDONESIAVolume 20 Nomor 3 September 2014

DAFTAR ISI

Halaman

i

iii

v-vii

129-136

137-142

143-152

153-160

161-168

169-176

177-182

183-190

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………...................................

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………..……………………..

KUMPULAN ABSTRAK .......................................................................................................

Sebaran Ukuran Morfologi Labi-Labi (Amyda cartilaginea Boddaert, 1770) Hasil Tangkapan diSumatera SelatanOleh: Agus Arifin Sentosa dan Astri Suryandari……………………………………………………………...............

Distribusi Spasial dan Temporal Ikan Tuna Mata Besar (Thunnus obesus) di Samudera HindiaBagian TimurOleh: Irwan Jatmiko, Bram Setyadji dan Dian Novianto…………………………………………………..............

Evaluasi Potensi Ikan Layang (Decapterus spp.) di WPP 712– Laut JawaOleh: Setiya Triharyuni, Sri Turni Hartati dan Duto Nugroho.......................................................................................

Selektivitas Mata Jaring Bujur Sangkar (Square Mesh Window) pada Alat Tangkap Cantrang diPerairan Laut JawaOleh: Hufiadi, Baihaqi dan Mahiswara…………………………………………............……………………………..

Peran Stakeholder dalam Pengelolaan Perikanan Udang Skala Kecil di Kabupaten Cilacap ProvinsiJawa TengahOleh: Drama Panca Putra, Mulyono S. Baskoro, Eko Sri Wiyono, Sugeng Hari Wisudo dan Wudianto..............

Peningkatan Kinerja Pelabuhan Perikanan: Studi Kasus Pelabuhan Perikanan Nusantara BrondongOleh: Suryanto, Setiya Triharyuni dan Ignatius Tri Hargiyatno……………………………..............……………….

Status Perikanan dan Stok Sumberdaya Ikan Pelagis Kecil di Laut ArafuraOleh :Wijoprionodan Fayakun Satria............................................................................................................................

Pengaruh Modifikasi Celah Pelolosan Terhadap Selektivitas Bubu Lipat dalam Penangkapan KepitingBakau (Scylla spp.)Oleh: Ismawan Tallo, Ari Purbayanto, Sulaeman Martasuganda dan Gondo Puspito…………............………..

Page 5: JURNALPENELITIANPERIKANANINDONESIA - lp2t.kkp.go.id SPASIAL DAN TEMPORAL... · Jurnal PenelitianPerikanan Indonesiaadalah wadahinformasi perikanan, baik laut maupun perairan umum

JURNAL PENELITIAN PERIKANAN INDONESIAVol. 20 No.3-September 2014

KUMPULAN ABSTRAK

v

SEBARAN UKURAN MORFOLOGI LABI-LABI(Amydacartilaginea Boddaert, 1770) HASILTANGKAPAN DI SUMATERASELATAN

Agus Arifin SentosaJPPI September 2014, Vol.20 No.3, Hal.129-136

ABSTRAK

Labi-labi (Amydacartilaginea) merupakan salahsatu komoditas tangkapan untuk ekspor di SumateraSelatan. Status perlindungannya telah masuk dalamAppendix II CITES dan kategori rawan menurut IUCN.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebaranukuran morfologi A. cartilaginea hasil tangkapan diSumatera Selatan. Data tangkapan labi-labi diperolehdari catatan enumerator selama 2013 di KabupatenMusi Rawas, Musi Banyuasin dan Lubuklinggau.Analisis data dilakukan secara deskriptif. Hasilmenunjukkan bahwa labi-labi yang tertangkap dari MusiRawas dan Lubuklinggau memiliki ukuran morfologiyang lebih besar dibandingkan dari MusiBanyuasin.Labi-labi yang dominan tertangkap memiliki bobot <5,5 kg (52,45%). Sebaran labi-labi yang tertangkapdengan bobot tangkapan total > 1000 kg dan totaltangkapan > 200 ekor tahun-1 terdapat di Jaya Loka,Megang Sakti dan Lakitan Ulu (Kabupaten Musi Rawas)serta di Sekayu, Batanghari Leko dan Babat Toman(Kabupaten Musi Banyuasin).

Kata Kunci: Amydacartilaginea, labi-labi, sebarantangkapan, Sumatera Selatan

DISTRIBUSISPASIALDANTEMPORALIKAN TUNAMATABESAR (Thunnus obesus) DI SAMUDERA HINDIABAGIAN TIMUR

Irwan JatmikoJPPI September 2014, Vol.20 No.3, Hal.137-142

ABSTRAK

Ikan tuna mata besar (Thunnus obesus) merupakansalah satu hasil tangkapan yang penting bagi industriperikanan di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untukmengetahui distribusi spasial dan temporal ikan tunamata besar di Samudera Hindia Bagian Timur.Pengumpulan data dilakukan oleh pemantau ilmiah(scientific observers) pada kapal rawai tuna yangberbasis di Pelabuhan Benoa Bali, mulai Agustus 2005hingga November 2013. Ikan tuna mata besar yangtertangkap sebanyak 5.340 ekor dan dari jumlah tersebutsebanyak 5.253 ekor diukur panjangnya. Distribusispasial ikan tuna mata besar yang tertangkap rawaituna Indonesia membentang dari 0°-33° LS dan 76°-128° BT. Persentase tertinggi ikan tuna mata besar

dengan panjang >110 cm (Lm) terdapat di sebelah barat

Sumatera Barat dan di sebelah selatan Jawa Timur. Lajupancing menurut bulan penagkapan menunjukkanperbedaan yang nyata dengan laju pancing tertinggiterjadi pada Agustus sebesar 0,54 ekor/100 matapancing. Nelayan direkomendasikan untuk melakukanoperasi penangkapan di daerah dengan persentaseukuran panjang ikan tuna mata besar >110 cm (L

m)

tertinggi, sehingga species tersebut mempunyaikesempatan untuk melakukan pemijahan minimalsekali sepanjang hidupnya. Hal ini dimaksudkan untukmenjaga kelestarian sumberdaya ikan tuna mata besardi Samudera Hindia.

Kata Kunci: Tuna matabesar, distribusi, laju pancing,Samudera Hindia

EVALUASI POTENSI PRODUKSI IKAN LAYANG(Decapterus spp.) DI WPP 712– LAUT JAWA

Setiya TriharyuniJPPI September 2014, Vol.20 No.3, Hal.143-152

ABSTRAK

Dalam rangka menjaga pelestarian sumberdayaikan di kawasan perairan tertentu, maka tingkatpemanfaatan sumberdaya ikan tersebut harusseimbang dengan potensi produksinya. Ikan layang(Decapterus spp.) merupakan hasil tangkapan dominanmencapai 60% dari total tangkapan perikanan pukatcincin yang beroperasi di Laut Jawa. Tujuan kajian iniadalah untuk mengetahui kesesuaian beberapa modelproduksi surplus pada dinamika perikanan layang diLaut Jawa (WPP-712) dengan menggunakanpendekatan lima model produksi, yaitu model Schaefer,Fox, Walter & Hilborn, Clarke Yoshimoto Pooley (CYP)dan Schnute. Model produksi yang sesuai digunakanuntuk estimasi tangkapan maksimum lestari (MSY) danupaya optimum (F

opt) serta parameter pertumbuhan stok

ikan layang. Data yang digunakan adalah data hasiltangkapan ikan layang dan jumlah trip penangkapankapal pukat cincin yang berpangkalan di PelabuhanPerikanan Tegal, Pekalongan, Juana dan Rembangyang beroperasi di Laut Jawa selama periode 2004-2012. Ketepatan model dianalisis denganmembandingkan tanda regresi, uji F, uji t dan nilaikonstanta determinasi. Hasil kajian menunjukkanbahwa pendekatan model Fox merupakan model yangpaling tepat dengan estimasi MSY sebesar 24.447 tondan upaya penangkapan sebesar 5.784 trip/tahunsetara pukat cincin. Berdasarkan model Fox jugadiperoleh nilai parameter pertumbuhan stok ikan layang,yaitu nilai pertumbuhan intrinsik (r) sebesar 0,7172,koefisien penangkapan (q) sebesar 5,075 x 10-5 dan daya

Page 6: JURNALPENELITIANPERIKANANINDONESIA - lp2t.kkp.go.id SPASIAL DAN TEMPORAL... · Jurnal PenelitianPerikanan Indonesiaadalah wadahinformasi perikanan, baik laut maupun perairan umum

vi

dukung lingkungan perairan (K) sebesar 48.072 ton.Perikanan layang di Laut Jawa telah berada padakondisi lebih tangkap sehingga intervensi pengelolaan,yaitu pengurangan intensitas upaya penangkapan ketitik optimal atau pengaturan hasil tangkapan di bawahtangkapan lestari untuk menjamin keberlanjutannyaperlu dilakukan.

Kata Kunci: Model produksi, parameterpertumbuhan, stok, ikan layang, LautJawa

SELEKTIVITAS MATA JARING BUJUR SANGKAR(SQUARE MESH WINDOW) PADA ALAT TANGKAPCANTRANG DI PERAIRAN LAUT JAWA

Hufiadi, BaihaqiJPPI September 2014, Vol.20 No.3, Hal.153-160

ABSTRAK

Penelit ian selektivitas alat tangkap cantrangdilakukan dengan memasang BRD/square meshwindow di bagian kantong jaring. Upaya rancang bagunjaring cantrang yang lebih selektif dilakukan melaluiujicoba pengoperasian secara langsung di lapangan.Untuk mengetahui tingkat kelolosan ikan muda (juvenil)/ukuran kecil melalui square mesh window menggunakanmetode cover cod end. Penelitian dilakukan di Brondong,Lamongan Jawa Timur di 39 stasiun penangkapan.Selama penelitian, Rata-rata laju tangkap cantrang yangdilengkapi dengan perangkat square mesh window 2inci, 3 inci dan 4 inci masing-masing berkisar 54,03 -101,34 kg/tarikan, 36,84- 72,34 kg/tarikan dan 46,51 -99,98 kg/tarikan dari subtotal tangkapan. Tingkatpelolosan cantrang yang dilengkapi square meshwindow 2 inci, 3 inci dan 4 inci masing-masing berkisarantara 4,13 - 9,06% ,7,66 - 10,47% dan 14,94 - 39,80%.Perangkat square mesh window berukuran 3 inci (7,62 cm) dan 4 inci (10,16 cm) efektif dalam meloloskanikan-ikan berukuran kecil.

Kata Kunci : Mata jaring bujur sangkar, cantrang,selektivitas, juvenile ikan

PERAN STAKEHOLDER DALAM PENGELOLAANPERIKANAN UDANG SKALA KECIL DI KABUPATENCILACAP PROPINSI JAWATENGAH

Drama Panca PutraJPPI September 2014, Vol.20 No.3, Hal.161-168

ABSTRAK

Kabupaten Cilacap merupakan penghasil utamaudang di perairan Selatan Jawa dan sebagian besarmerupakan hasil tangkapan nelayan skala kecil. Namundemikian, saat ini (periode tahun 2004 – 2010) terjadipenurunan produksi udang rata-rata sekitar 7,61%.Kondisi ini harus dicermati dengan serius olehstakeholders perikanan terkait. Penelitian ini bertujuanuntuk menganalisis tingkat peran stakeholders

perikanan dalam pengelolaan sumberdaya udang skalakecil. Peran ini akan menentukan bentuk ko-manajemenuntuk diterapkan dalam pengelolaan udang. Metodeyang digunakan adalah structural equation modelling(SEM). Hasil analisis menunjukkan bahwa pemerintah,nelayan, dan swasta mempunyai peran yang positifdalam mendukung pengelolaan perikanan udang skalakecil di perairan Kabupaten Cilacap dengan nilai EEmasing-masing 0,484, 6,873, dan 2,622, namun pihakswasta yang terbukti memiliki peran secara nyataterhadap pengelolaan perikanan udang (P < 0,05).

Kata Kunci : SEM, stakeholder, ko-manajemen, udang,Kabupaten Cilacap

PENINGKATAN KINERJA PELABUHAN PERIKANAN:STUDI KASUS PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARABRONDONG

SuryantoJPPI September 2014, Vol.20 No.3, Hal.169-176

ABSTRAK

Pengukuran waktu penyerahan ikan dan tingkataktif i tas dermaga, sebagai bagian dari usahapeningkatan kinerja di PPN Brondong, dilakukan denganmenggunakan simulasi antrian. Simulasi dilakukandengan memanfaatkan data kedatangan dan hasiltangkapan kapal, data enumerator dan sampling di PPNBrondong periode Agustus-Desember 2012-Januari-Juli 2013. Hasil penelit ian menunjukkan bahwapeningkatan kinerja dapat dilakukan melaluikesepakatan semua pihak yang berkepentingan untukmengubah jam pelayanan armada dogol mingguan danrawai dasar dari jam 05:00 menjadi jam 02:30 sertamemindahkan kegiatan sortasi ikan dari dermaga kePusat Pendaratan dan Distribusi Ikan (PPDI). Langkahtersebut dapat menurunkan tingkat aktifitas dermagapada musim ikan menjadi lebih ideal, 76-79%;menambah 29 unit kapal setara dogol mingguan perhari untuk sandar serta meningkatkan efektifitas tenagakerja sortasi dan akan mempersingkat waktupenyerahan ikan sebesar 52%.

Kata Kunci: Waktu penyerahan ikan, tingkat aktifitasdermaga, kinerja pelabuhan, sortasi ikan

STATUS PERIKANAN DAN STOK SUMBERDAYA IKANPELAGIS KECIL DI LAUT ARAFURA

WijoprionoJPPI September 2014, Vol.20 No.3, Hal.177-182

ABSTRAK

Sumberdaya ikan pelagis kecil di Laut Arafura belummenjadi target utama penangkapan bagi armadaperikanan skala industri apabila dibandingkan denganperikanan demersal, terutama spesies udang yangmemiliki nilai ekonomis tinggi. Namun demikian,pesatnya peningkatan armada pukat ikan dan pukat

Page 7: JURNALPENELITIANPERIKANANINDONESIA - lp2t.kkp.go.id SPASIAL DAN TEMPORAL... · Jurnal PenelitianPerikanan Indonesiaadalah wadahinformasi perikanan, baik laut maupun perairan umum

vii

udang telah berdampak terhadap stok sumberdaya ikanpelagis kecil, yang tereksploitasi sebagai hasiltangkapan sampingan. Penelitian terhadap perikanandan sumberdaya ikan pelagis kecil di Laut Arafura telahdilakukan dengan tujuan untuk memperoleh gambarantentang status perikanan, stok dan pemanfaatannya.Hasil analisis menunjukkan bahwa stok sumberdayaikan pelagis pada tingkat maximum sustainable yield(MSY) diestimasi sebesar 468.700 ton, sementarapemanfaatannya masih sekitar 177.000 ton. Ditemukan42 jenis ikan pelagis kecil pada survei eksplorasi musimperalihan II (Oktober), namun ditemukan berkurangpada musim peralihan I (Mei). Hal ini menunjukkanindikasi adanya pengaruh musim terhadap kelimpahanjenis ikan. Hasil observasi akustik menunjukkan bahwastok sumberdaya ikan pelagis kecil juga lebih melimpahpada musim peralihan II dibandingkan musim peralihanI.

Kata Kunci:, Status perikanan, MSY, ikan pelagiskecil, Laut Arafura

PENGARUH MODIFIKASI CELAH PELOLOSANTERHADAP SELEKTIVITAS BUBU LIPAT DALAMPENANGKAPAN KEPITING BAKAU (Scylla spp.)

Ismawan TalloJPPI September 2014, Vol.20 No.3, Hal.183-190

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan bentukdan posisi pemasangan celah pelolosan sertaselektivitas pada bubu lipat balok. Penelitian dibagidalam dua tahap, yaitu penelitian di laboratorium dan dilapangan. Penelitian di laboratorium dilaksanakanantara Januari - Mei 2012 dan penelitian di lapangan didilaksanakan di Teluk Mutiara Kabupaten Alor, ProvinsiNusa Tenggara Timur antara Juni - November 2012.Data penelitian di laboratorium dan di lapang dianalisissecara deskriptif komparatif. Adapun data untukselektivitas bubu lipat dianalisis dengan modelselektivitas logistik dengan dukungan persamaanmetode maximum likelihood dan program Solver dariMicrosoft Excel. Hasil penelitian menunjukkan bahwabentuk celah pelolosan yang sesuai untuk meloloskankepiting bakau adalah celah berbentuk persegi panjang.Posisi celah pelolosan yang paling banyak meloloskankepiting muda adalah celah pelolosan bagian depan(CP depan). Nilai selektivitas bubu lipat (dengan nilaiCW

50) untuk posisi CP depan: 6,6 cm, CP sudut bawah:

6,5 cm, CP samping atas: 6,4 cm dan CP sudut atas:6,2 cm. Celah pelolosan yang lebih selektif terhadapukuran kepiting bakau adalah CP samping atas.

Kata Kunci : Modifikasi, posisi, celah pelolosan, bubulipat, kepiting bakau

Page 8: JURNALPENELITIANPERIKANANINDONESIA - lp2t.kkp.go.id SPASIAL DAN TEMPORAL... · Jurnal PenelitianPerikanan Indonesiaadalah wadahinformasi perikanan, baik laut maupun perairan umum

137

Distribusi Spasial dan Temporal Ikan Tuna Mata Besar……di Samudera Hindia bagian Timur (Jatmiko, I., et al)

PENDAHULUAN

Ikan tuna mata besar (Thunnus obesus)merupakan spesies yang bermigrasi jauh (highlymigratory species) yang penyebarannya berada diperairan tropis hingga perairan subtropis. Spesies inidapat ditemukan di Samudera Atlantik, Hindia danPasifik (Collette & Nauen, 1983). Daerah penyebaranikan tuna mata besar di Indonesia meliputi perairanbarat dan selatan Sumatera, selatan Jawa, Bali dan

Nusa Tenggara, Laut Banda dan sekitarnya, LautSulawesi dan perairan barat Papua (Uktolseja et al.,1991).

Berdasarkan data statistik perikanan, hasiltangkapan total kelompok tuna di Indonesia mencapai1,297 juta ton dari tahun 2004 hingga 2011. Dari totaltangkapan kelompok tuna tersebut, produksi ikan tunamata besar merupakan kedua tertinggi yaitu sebesar24%, sedang yang paling tinggi adalah madidihang

___________________Korespondensi penulis:Loka Penelitian Perikanan Tuna, Benoa – Bali; e-mail: [email protected]. Raya Pelabuhan Benoa, Denpasar-Bali

DISTRIBUSI SPASIAL DAN TEMPORAL IKAN TUNA MATA BESAR(Thunnus obesus) DI SAMUDERA HINDIA BAGIAN TIMUR

SPATIAL AND TEMPORAL DISTRIBUTION OF BIGEYE TUNA(Thunnus obesus) IN EASTERN INDIAN OCEAN

Irwan Jatmiko, Bram Setyadji dan Dian NoviantoPeneliti pada Loka Penelitian Perikanan Tuna, Benoa – Bali

Teregistrasi I tanggal: 14 April 2014; Diterima setelah perbaikan tanggal: 04 September 2014;Disetujui terbit tanggal: 08 September 2014

ABSTRAK

Ikan tuna mata besar (Thunnus obesus) merupakan salah satu hasil tangkapan yang pentingbagi industri perikanan di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi spasialdan temporal ikan tuna mata besar di Samudera Hindia Bagian Timur. Pengumpulan data dilakukanoleh pemantau ilmiah (scientific observers) pada kapal rawai tuna yang berbasis di PelabuhanBenoa Bali, mulai Agustus 2005 hingga November 2013. Ikan tuna mata besar yang tertangkapsebanyak 5.340 ekor dan dari jumlah tersebut sebanyak 5.253 ekor diukur panjangnya. Distribusispasial ikan tuna mata besar yang tertangkap rawai tuna Indonesia membentang dari 0°-33° LSdan 76°-128° BT. Persentase tertinggi ikan tuna mata besar dengan panjang >110 cm (L

m) terdapat

di sebelah barat Sumatera Barat dan di sebelah selatan Jawa Timur. Laju pancing menurut bulanpenangkapan menunjukkan perbedaan yang nyata dengan laju pancing tertinggi terjadi padaAgustus sebesar 0,54 ekor/100 mata pancing. Nelayan direkomendasikan untuk melakukanoperasi penangkapan di daerah dengan persentase ukuran panjang ikan tuna mata besar >110cm (L

m) tertinggi, sehingga species tersebut mempunyai kesempatan untuk melakukan pemijahan

minimal sekali sepanjang hidupnya. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga kelestarian sumberdayaikan tuna mata besar di Samudera Hindia.

KATA KUNCI: Tuna mata besar, distribusi, laju pancing, Samudera Hindia

ABSTRACT

Big eye tuna (Thunnus obesus) is one of the important catch of the fishing industry in Indonesia.The study is aimed to investigate the spatial and temporal distribution of big eye tuna in the EasternIndian Ocean. Data were collected by scientific observers on tuna long line vessels which weremainly based in Port of Benoa Bali from August 2005 to November 2013. Total number of big eyetuna caught were 5,340 individuals and as many as 5,253 of them were measured in length. Thespatial distribution of big eye tuna caught by Indonesia tuna long line are in the area between 0°-33° S and 76°-128° E. The highest percentage of big eye tuna with length bigger than 110 cm (L

m)

occurred in the west of West Sumatera and in the south of East Java. The hook rate by months wassignificantly different and the highest hook rate was in August with 0.54/100 hooks. The fishermenare recommended to fish in areas of high percentage of big eye tuna with length more than 110 cm(L

m), to provide opportunities for the species to spawn at least once throughout their life. It is

intended to sustain the big eye tuna resources in the Indian Ocean.

KEYWORDS: Big eye tuna, distribution, hook rate, Indian Ocean

Page 9: JURNALPENELITIANPERIKANANINDONESIA - lp2t.kkp.go.id SPASIAL DAN TEMPORAL... · Jurnal PenelitianPerikanan Indonesiaadalah wadahinformasi perikanan, baik laut maupun perairan umum

J. Lit. Perikan. Ind. Vol.20 No.3 September 2014:

138

sebesar 69%, sisanya adalah albakora sebesar 6%dan tuna sirip biru selatan kurang dari 1% dari totalproduksi kelompok tuna besar (DJPT, 2012).

Saat ini, kondisi stok ikan tuna mata besar diSamudera Hindia dalam keadaan baik, tidak dalamkondisi kelebihan tangkap (IOTC, 2013; ISSF, 2013).Meskipun demikian, meningkatnya permintaan produktuna di dunia dalam beberapa tahun terakhir yangmengakibatkan berkembangnya jumlah armadapenangkapan dapat mengancam kelestariansumberdaya tuna. Oleh karena itu, pengelolaan secaratepat dan bertanggungjawab penting dilakukan untukmenjaga kelestarian sumberdaya tuna (FAO, 2012).

Informasi tentang penyebaran ikan dan faktorlingkungan merupakan hal yang penting untukmenentukan tingkat pemanfaatan dan pendugaan stokikan, terutama spesies yang bermigrasi jauh (Lehodey,2001). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuipenyebaran secara spasial dan temporal kelimpahanikan tuna mata besar yang diindikasikan dari sebaranlaju pancing dan kelimpahan ikan tuna mata besaryang berukuran panjang lebih besar dari panjang ikantuna mata besar pertama kali matang gonad (L

m). Hasil

penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasikepada nelayan tentang sebaran posisi dimana ikantuna mata besar dewasa (pernah melakukanpemijahan). Hal ini penting untuk menjaga siklus hidupkelestarian sumberdaya ikan tuna mata besar. Selainitu, informasi temporal tentang kelimpahan ikan tunamata besar dapat bermanfaat untuk meningkatkanhasil tangkapan nelayan.

BAHAN DAN METODEPengambilan Data

Pengumpulan data dilakukan oleh pemantau ilmiah(scientific observer) mulai Agustus 2005 hinggaNovember 2013 di kapal rawai tuna yang sebagianbesar berbasis di Pelabuhan Benoa, Bali.Pengoperasian kapal rawai tuna per trip berlangsungselama 3 minggu sampai 3 bulan. Setiap tripnya,pemantau ilmiah mengumpulkan data harian operasipenangkapan berupa jumlah ikan tuna mata besaryang tertangkap, ukuran panjang cagak (FL) danposisi tebar pancing (setting) yang diperoleh dari alatGlobal Positioning System (GPS). Meskipundemikian, tidak semua ikan yang tertangkap dapatdiukur panjangnya karena beberapa faktor teknis dilapangan. Selain itu, pemantau ilmiah juga mencatatdata jumlah pelampung dan jumlah mata pancingantar pelampung. Seluruh data harian ini (data jumlahhasil tangkapan dan jumlah mata pancing) dapatdigunakan untuk menghitung laju pancing (hook rate)

setiap bulan dan laju pancing setiap luasan 5x5°lintang (latitude) dan bujur (longitude) yang diperolehdari data posisi setting dari GPS.

Analisis Data

Data hasil tangkapan distandarisasi denganmenggunakan rumus laju pancing (hook rate). Lajupancing didefinisikan sebagai jumlah hasil tangkapan(ekor) per satuan unit (100 mata pancing), yangberarti jumlah hasil tangkapan dihitung secaraproporsional terhadap jumlah mata pancing. Nilai lajupancing dapat dihitung dengan menggunakan rumusdari Klawe (1980) sebagai berikut:

dimana:HR : laju pancing (hasil tangkapan/100 mata pancing)JI : jumlah hasil tangkapan (ekor)JP : jumlah mata pancingA : 100 mata pancing

Distribusi spasial tuna mata besar dianalisisdengan menghitung sebaran laju pancing untuk tiap-tiap luasan 5x5° lintang (latitude) dan bujur (longitude).Untuk mendapatkan nilai sebaran laju pancing untuktiap-tiap luasan ini, hasil tangkapan dan jumlah matapancing dikelompokkan ke dalam luasan tersebut.Kemudian laju pancing untuk tiap-tiap luasan dapatdihitung menggunakan rumus Klawe (1980).Selanjutnya, laju pancing dikelompokkan ke dalamtiga kategori, yaitu: rendah (<0,2), sedang (>0,2-0,5)dan tinggi (>0,5-1). Kategori ini dibuat karena lajupancing tuna mata besar yang tertangkap rawai tunasangat rendah.

Panjang pertama kali matang gonad (Lm) ikan tuna

mata besar di Samudera Hindia adalah 110 cm (IOTC,2013; Zhu et al., 2011). Persentase kelimpahan ikantuna mata besar yang memiliki panjang > L

mpada

luasan 5x5° lintang (latitude) dan bujur (longitude)dibandingkan dengan total hasil tangkapan ikan tunamata besar pada luasan tersebut. Persentase ikantuna mata besar yang ukuran panjang > 110 cm untuktiap-tiap luasan 5x5° lintang (latitude) dan bujur(longitude) dikelompokkan ke dalam tiga kategori,yaitu: rendah (< 50%), sedang (> 50% - 70%) dantinggi (> 70%). Kategori ini dibuat untuk mengetahuistatus tuna mata besar yang diduga telah melakukanpemijahan sebelum tertangkap.

Distribusi temporal tuna mata besar dianalisisdengan menghitung laju pancing tuna mata besar perbulan. Analisis ini menggunakan data laju pancing

xAJP

JIHR

137-142

Page 10: JURNALPENELITIANPERIKANANINDONESIA - lp2t.kkp.go.id SPASIAL DAN TEMPORAL... · Jurnal PenelitianPerikanan Indonesiaadalah wadahinformasi perikanan, baik laut maupun perairan umum

139

yang sudah dikelompokkakan ke dalam tiap-tiapbulan. Data laju pancing setiap bulan kemudiandianalisis dengan uji statistik one-way Anova.

HASIL DAN BAHASANHASIL

Total sebanyak 87 trip dan 2.121 hari operasipenangkapan rawai tuna yang diamati oleh observerdengan sebaran posisi daerah penangkapan dari 0°-33° LS dan 76°-128° BT (Tabel 1). Tercatat sebanyak5.337 ikan tuna mata besar tertangkap selamapengamatan pada periode 2005-2013. Dari total hasiltangkapan, sebanyak 5.253 ikan tuna mata besardapat diukur panjangnya (panjang cagak = FL).Panjang rata-rata tuna mata besar yang tertangkappada periode 2005-2013 adalah 115 cm, denganukuran rata-rata tertinggi 119 cm tercatat pada 2009sedangkan terendah 109 cm terjadi pada 2006(Gambar 1). Rata-rata laju pancing rawai tuna dalammenangkap ikan tuna mata besar adalah 0,30. Lajupancing tuna mata besar tertinggi terjadi pada 2012sebesar 0,39, sedangkan terendah terjadi pada 2013yaitu 0,18 (Gambar 2), tentunya dengan daerahpenangkapan yang tidak terlalu sama.

Tabel 1. Jumlah trip, hari operasi, lintang dan bujurpengoperasian longline di SamuderaHindia Bagian Timur pada periode 2005-2013

Table 1. Number of trip, days operation, latitude andlongitude longline operation in EasternIndian Ocean in 2005-2013

Lintang (°LS) Bujur (°BT)

2005 9 117 12-16 107-116

2006 13 401 4-31 103-128

2007 13 258 9-33 79-115

2008 16 404 9-18 76-119

2009 13 288 0-14 95-119

2010 5 152 9-15 110-120

2011 4 111 6-30 95-124

2012 8 192 1-32 85-117

2013 6 198 9-13 100-121

LokasiJumlah hari

operasi

Jumlah

tripTahun

Distribusi Spasial

Ikan tuna mata besar yang tertangkap oleh rawaituna yang berasal dari Indonesia menyebar padaposisi lintang dan bujur 0°-33° LS dan 76°-128° BT.Daerah penangkapan ini kemudian dikelompokkan kedalam luasan 5x5° untuk mengetahui penyebarankepadatan laju pancing dan persentase jumlah ikantuna mata besar yang memiliki panjang > 110 cm.Nilai panjang 110 cm merupakan ukuran panjang ikantuna mata besar pertama kali matang gonad (L

m) (IOTC,

2013; Zhu et al., 2011). Nilai laju pancing tinggi (>0,5) terdapat di sebelah barat Sumatera tepatnya padaposisi 2° LU - 3° LS dan 90°-95° BT dan 8°-13° LSdan 95°-100° BT, selatan Jawa tepatnya pada posisi13°-18° LS dan 105°-110° BT dan di laut lepastepatnya pada posisi 28°-33° LS dan 85°-110° BT.

Laju pancing sedang (> 0,2 – 0,5) juga terdapat disebelah barat Sumatera dan selatan Jawa, namunlokasinya lebih dekat dengan daratan tepatnya padaposisi 2° LU - 8° LS dan 95°-100° BT; serta padaposisi 8°-13° LS dan 100°-120° BT, sedangkan lajupancing rendah secara umum terdapat di laut lepastepatnya pada posisi 13°-28° LS dan 75°-110° BT(Gambar 3).

100

105

110

115

120

125

200

5

200

6

200

7

200

8

200

9

201

0

201

1

201

2

201

3

Pan

jan

gca

ga

k(c

m)

Tahun

Gambar 1.Rata-rata panjang cagak tuna mata besarpada periode 2005-2013.

Figure 1. Average of fork length of bigeye tuna in2005-2013.

0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

Laj

uta

ngk

ap

(N/1

00m

ata

pan

cin

g)

Tahun

Gambar 2.Rata-rata laju pancing ikan tuna matabesar tertangkap rawai tuna pada periode2005-2013.

Figure 2. Average of hook rate of bigeye tuna caughtby tuna longline in 2005-2013.

Distribusi Spasial dan Temporal Ikan Tuna Mata Besar……di Samudera Hindia bagian Timur (Jatmiko, I., et al)

Persentase panjang ikan tuna mata besar > 110cm (L

m) tidak menunjukkan pola yang jelas.

Persentase tinggi (> 70%) terdapat di sebelah baratSumatera tepatnya pada posisi 2° LU - 3° LS dan95°-100° BT, sebelah selatan Jawa tepatnya padaposisi 8°-13° LS dan 110°-115° BT dan di laut lepastepatnya pada posisi 18°-23° LS dan 95°-100° BT,23°-28° LS dan 105°-110° BT, 28°-33° LS dan 80°-85°BT, 28°-33° LS dan 90°-95° BT. Persentase sedang

Page 11: JURNALPENELITIANPERIKANANINDONESIA - lp2t.kkp.go.id SPASIAL DAN TEMPORAL... · Jurnal PenelitianPerikanan Indonesiaadalah wadahinformasi perikanan, baik laut maupun perairan umum

J. Lit. Perikan. Ind. Vol.20 No.3 September 2014:

140

(> 50% - 70%) juga terdapat di sebelah barat Sumateratepatnya pada posisi 8°-13° LS dan 95°-105° BT,sebelah selatan Jawa tepatnya pada posisi 13°-23°LS dan 100°-115° BT dan sebelah selatan NusaTenggara tepatnya pada posisi 8°-13° LS dan 115°-125° BT.

Persentase rendah (< 50%) secara umum beradadi laut lepas tepatnya pada posisi 13°-28° LS dan75°-90° BT (Gambar 4). Pada Gambar 4 terdapatluasan yang kosong, namun pada Gambar 3, luasantersebut terisi. Hal ini berarti tidak terdapat data ikanyang diukur panjangnya pada luasan tersebut, karenatidak semua ikan tuna mata besar yang tertangkapberhasil diukur panjangnya. Secara umum, ikan tunamata besar yang tertangkap didominasi pada kisaranpanjang cagak 121-125 cm. Sedangkan ikan tunamata besar yang mempunyai panjang > 110 cm (L

m)

sebesar 61,09% dari total hasil tangkapan ikan tunamata besar. Kejadian ini berarti 61,09% dari total hasiltangkapan ikan tuna mata besar diindikasikan telahmelakukan pemijahan sebelum ditangkap (Gambar5).

0 to 50

51 to 70

71 to 100

Gambar 4.Penyebaran ikan tuna mata besar yang mempunyai panjang > 110 cm (Lm).

Figure 4. Distributions of bigeye tuna with length more than 110 cm (Lm).

Distribusi Temporal

Penyebaran laju pancing ikan tuna mata besarberdasarkan bulan di Samudera Hindia menunjukkanperbedaan yang nyata (One-way Anova; F

1,11=11,183;

p<0,001). Dengan uji Anova ini menunjukkan bahwalaju tangkap rata-rata tertinggi terjadi pada periodeAgustus sebesar 0,54, hasil ini berbeda nyata denganbulan-bulan lainnya (Gambar 6).

BAHASAN

Ikan tuna mata besar yang tertangkap kapal rawaituna berasal dari Indonesia di Samudera Hindiaberada pada lokasi dari 0°-33° LS dan 76°-128° BT.Jenis tuna ini memang tersebar secara merata diperairan Samudera Hindia wilayah barat maupun timurdan membentang dari 20° LU hingga 40° LS, namundi wilayah barat daya Samudera Hindia, tuna matabesar jarang ditemukan (Gillet, 2011).

Hasil tangkap tahunan tuna mata besar yangtertangkap berfluktuasi setiap tahunnya dengan laju

0

100

200

300

400

500

600

700

50 60 70 80 90 100

110

120

130

140

150

160

170

180

190

200

Fre

ku

ensi

Panjang cagak (cm)

n=5.253 Lm=110 cm (IOTC, 2013; Zhu et al., 2011)

Gambar 5.Sebaran panjang dan panjang pertama kali matang gonad (Lm) ikan tuna mata besar di Samudera

Hindia Bagian Timur.Figure 5. Length distributions and length at first maturity (L

m) of bigeye tuna in Eastern Indian Ocean.

137-142

Page 12: JURNALPENELITIANPERIKANANINDONESIA - lp2t.kkp.go.id SPASIAL DAN TEMPORAL... · Jurnal PenelitianPerikanan Indonesiaadalah wadahinformasi perikanan, baik laut maupun perairan umum

141

0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

Jan

Feb

Mar

Ap

r

Mei

Ju

n

Jul

Agu

Sep

Ok

t

Nov

Des

La

jup

an

cin

g(j

um

lah

tan

gk

ap

an

/10

0m

ata

pa

nci

ng

)

Bulan

n = 2.121

aa

ab

cd

abc

abc

abc

abc

abc

abc

bcd

d

Gambar 6.Rata-rata laju pancing bulanan tuna mata besar di Samudera Hindia Bagian Timur.

Figure 6. Average of monthly hook rate of bigeye tuna in Eastern Indian Ocean.

pancing rata-rata 0,30 ekor/100 mata pancing. Lajupancing tertinggi terjadi pada 2012 sebesar 0,39 ekor/100 mata pancing dan turun drastis pada tahunberikutnya. Hal ini disebabkan karena perbedaandaerah penangkapan. Jika pada 2012, daerahpenangkapan rawai tuna paling jauh hingga lintang33° LS dan bujur 85° BT, sedangkan pada 2013 palingjauh hanya pada lintang 14° LS dan bujur 100° BT.Selain itu, estimasi total hasil tangkapan tuna matabesar yang didaratkan di Pelabuhan Benoa jugamenurun dari 2,7 juta ton pada tahun 2012 menjadihanya 2,2 ton pada tahun 2013 (LPPT, 2013; LPPT,2014).

Penyebaran secara spasial tuna mata besar yangdirepresentasikan dengan laju pancing tidakmenunjukkan pola tertentu. Hal ini terjadi karenaperubahan daerah penangkapan ikan kapal rawai tunayang beroperasi di Samudera Hindia. Laju pancingyang tinggi tidak hanya terdapat di dekat ZonaEkonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) yaitu pada 2° LU-18° LS dan 90°-120° BT, namun juga terdapat di lautlepas pada 28°-33° LS dan 85°-100° BT. Beberapafaktor memang dapat mempengaruhi distribusi dankepadatan ikan di laut seperti suhu dan ketersediaanmakanan (Pillai & Satheeshkumar, 2012).

Distribusi temporal yang direpresentasikan dengannilai laju pancing bulanan tuna mata besar tertinggiterjadi pada Agustus sebesar 0,54 ekor/100 matapancing, kemudian diikuti periode Juni sebesar 0,42ekor/100 mata pancing dan Juli sebesar 0,37 ekor/100 mata pancing. Hal ini sesuai dengan penelitianyang dilaksanakan oleh Loka Penelitian PerikananTuna tentang Indeks Musim Penangkapan (IMP) ikantuna di Samudera Hindia dengan studi kasus di PPPTamperan, Pacitan, Jawa Timur. Dalam penelitiantersebut disebutkan bahwa musim penangkapan tunadi PPP Tamperan di duga berlangsung selama 6 bulanyaitu pada Mei hingga Oktober, dimana puncak musimpenangkapannya terjadi pada Agustus (LPPT, 2014).

Jenis tuna mata besar diduga mempunyai panjangmaximum lebih dari 200 cm, namun sebagian besarikan mencapai panjang 180 cm atau setara denganumur sekurang-kurangnya 3 tahun (Collete & Nauen,1983). Dalam penelitian ini, panjang tuna mata besardidominasi oleh ikan berukuran panjang 121-125 cmdengan panjang maximum 195 cm. Dengan ukuranpanjang tersebut, ikan masih berpeluang untukmelakukan reproduksi dimana nilai L

msebesar 110

cm (IOTC, 2013; Zhu et al., 2011). Hasil penelitian inimenunjukkan bahwa lebih dari 60% tuna mata besaryang tertangkap mempunyai panjang > 110 cm. Halini berarti lebih dari 60% tuna mata besar yangtertangkap diindikasikan telah melakukan pemijahansebelum ditangkap.di Samudera Hindia Bagian Timur.

KESIMPULAN DAN SARAN

Jenis tuna mata besar menyebar secara meratadi Samudera Hindia Bagian Timur dengan laju pancingtinggi berada di sebelah barat Sumatera dan selatanJawa. Hasil tangkapan bulanan tuna mata besartertinggi terjadi pada bulan Agustus dengan lajupancing sebesar 0,54 ekor/100 mata pancing. Hasiltangkapan tuna mata besar didominasi oleh ikan yangdiindikasikan telah melakukan pemijahan sebelumditangkap. Kapal rawai tuna Indonesia yangmelakukan operasi penangkapan di Samudera HindiaBagian Timur direkomendasikan untuk melakukanpenangkapan di daerah yang memiliki persentasetinggi tuna mata besar yang memiliki panjang lebihdari 110 cm. Hal ini penting untuk menjaga kelestariansumber daya tuna mata besar di Samudera Hindia.

PERSANTUNAN

Penelitian ini dibiayai dari kerjasama PusatPenelitian Pengelolaan Perikanan dan KonservasiSumber Daya Ikan (P4KSI) dengan Australian Centrefor International Agricultural Research (ACIAR) padatahun 2005-2009, DIPAkegiatan riset Balai Penelitian

Distribusi Spasial dan Temporal Ikan Tuna Mata Besar……di Samudera Hindia bagian Timur (Jatmiko, I., et al)

Page 13: JURNALPENELITIANPERIKANANINDONESIA - lp2t.kkp.go.id SPASIAL DAN TEMPORAL... · Jurnal PenelitianPerikanan Indonesiaadalah wadahinformasi perikanan, baik laut maupun perairan umum

J. Lit. Perikan. Ind. Vol.20 No.3 September 2014:

142

Perikanan Laut (BPPL) pada tahun 2010-2011 danDIPA kegiatan riset Loka Penelitian Perikanan Tuna(LPPT) pada tahun 2012-2013. Peneliti mengucapkanterima kasih kepada para pemantau ilmiah di LokaPenelitian Perikanan Tuna (LPPT) Benoa yang telahmembantu dalam proses pengumpulan data penelitianini.

DAFTAR PUSTAKA

Collete, H.B. & C.E. Nauen. 1983. FAO speciescatalogue. Vol. 2. Scombrids of the world. AnAnnonated and illustrated catalogue of tunas,mackerels, bonitos, and related species knownto date. FAO Fisheries Synopsis. No. 125, Vol. 2.Rome, Italy: FAO Press, 137 pp.

Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap (DJPT). 2012.Statistik Perikanan Tangkap Indonesia 2011.Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta. 190pp.

Espindola, F., R. Vega & E. Yanez. 2009.Identification of the spatial-temporal distributionpattern of swordfish (Xiphias gladius) in thesoutheastern Pacific.Lat. Am. J. Aquat. Res. 37(1):43-57.

Food and Agriculture Organization (FAO). 2012. Thestate of world fisheries and aquaculture 2012. FAOFisheries and Aquaculture Department. Rome,Italy. 230 pp.

Gillet, R. 2011. Tuna for tomorrow: Information on animportant Indian Ocean Fishery Resourse. IndianOcean Commission-Smart Fish Programme.Mauritius, 55pp.

Hamilton, A., A. Lewis, M.A. McCoy, E. Havice & L.Campling. 2011. Market and industry dynamics inthe global tuna supply chain. Pacific Islands ForumFisheries Agency. 396 pp.

Indian Ocean Tuna Commission. 2013. Report of theFifteenth Session of the IOTC Working Party onTropical Tunas. San Sebastian, Spain, 23–28October 2013. 93 pp.

International Seafood Sustainability Foundation(ISSF). 2013. ISSF Tuna Stock Status Update,2013(2): Status of the world fisheries for tuna. ISSFTechnical Report 2013-04A. International SeafoodSustainability Foundation, Washington, D.C.,USA.88 pp.

International Union for Conservation of Nature. 2013.The IUCN Red List of Threatened Species.Version 2013.2. <http://www.iucnredlist.org>.Diunduh pada tanggal 21 Desember 2013.

Klawe, W.L. 1980. Long lines catches of tunas withinthe 200 miles Economic zones of the Indian andWestern Pacific Ocean. Dev. Rep. Indian OceanProg. 48:83 pp.

Lehodey, P. 2001. The pelagic ecosystem of thetropical Pacific Ocean: dynamic spatial modellingand biological consequences of ENSO. Progr.Oceanogr., 49:439-468.

Loka Penelitian Perikanan Tuna. 2014. Laporan AkhirPenelitian Sumber Daya Tuna Skala Kecil diSamudera Hindia Selatan Jawa, Bali dan NusaTenggara. Loka Penelitian Perikanan Tuna Benoa,Bali. 258 pp.

Loka Penelitian Perikanan Tuna. 2013. LaporanEnumerasi Perikanan Tuna Di Pelabuhan Benoa,Bali Tahun 2012. Loka Penelitian Perikanan TunaBenoa, Bali. 28 pp.

Loka Penelitian Perikanan Tuna. 2014. LaporanEnumerasi Perikanan Tuna Di Pelabuhan Benoa,Bali Tahun 2013. Loka Penelitian Perikanan TunaBenoa, Bali. 30 pp.

Nakamura, H. 1969. Tuna distributions and migration.Fishing News (Books), London, 76 pp.

Pillai, N.P. & P. Satheeshkumar. 2012. Biology,fishery, conservation and management of IndianOcean tuna fisheries. Ocean Sci. J., 47(4):411-433.

Uktolseja J.C.B., B. Gafa & S. Bahar. 1991. Potensidan penyebaran sumberdaya ikan tuna dancakalang. Dalam: Martosubroto P., N. Naamin,B.B.A. Malik (editor). Potensi dan PenyebaranSumberdaya Ikan Laut di Perairan Indonesia.Jakarta: Direktorat Jenderal Perikanan. PusatPenelitian dan Pengembangan Perikanan. PusatPenelitian dan Pengembangan Oseanologi.Jakarta. 29-43 pp.

Zhu, G.P., X.J. Dai, L.M. Song & L.X. Xu. 2011. Sizeat Sexual Maturity of Bigeye Tuna Thunnus obesus(Perciformes: scombridae) in the Tropical Waters:a Comparative Analysis. Turkish Journal ofFisheries and Aquatic Sciences, 11: 149-156.

137-142