jurnal terob 2014

Upload: sandy-rosandy

Post on 13-Jan-2016

16 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Jurnal Pengkajian dan Penciptaan SeniTEROB Volume IV Nomor 2 April 2014ISSN 2087 - 314XPerkembangan Seni Rupa Publik di YogyakartaOleh : Bramantijo, Timbul Haryono, M. Agus Burhan

TRANSCRIPT

  • TrR*B V*LUMr Vt |{J{}'WOR t Apnil 2*14. rE*o,s .o

    Ff\I)I

    Isdigunallrupa)publik.ditempispertimuseurseni ktersebudicermidalamkarya-lseni (nart), slseni linlain-laisebagardan m:terjadiRuangpalingberagarmediaeksprer

    PERKEMBANGAN SENI RUPA PUBLIKDIYOGYAKARTA

    Bramantijo, Timbul Haryono, M. Agus BurhanAbstrak

    Penggunaan ruang publik sebagai ruang ekspresi bagiseniman tumbuh seiring dengan dinamika masyarakat yangmenempatkan ruang publik sebagai ruang strategis. Ruang publikmenjadi tempat yang paling efektif untuk memperjuangkanberagam kepentingan, dan seni publik menjadi media yang palingmungkin digunakan untuk menyampaikan gagasan pada publikdengan menghibur serta meredam ekspresi kekerasan. Perbedaanpemahaman dan lemahnya komunikasi pihak-pihak yangberkepentingan dengan ruang publik khususnya pemerintahsebagai pengelola ruang publik dengan masyarakat penggunasering menimbulkan tindakan-tindakan represif. Kasuspembongkaran karya seni rupa publik yang pernah terjadi diIndonesia menunjukkan bahwa pendekatan estetis dan kebebasanberekspresi seni masih menimbulkan perdebatan. Pembahasan dariaspek-aspek pemikiran yang melatar belakangi peristiwa seni rupapublik serta bagaimana strategi visual penyajian seni rupa publikdalam penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran perandan posisi seniman, publik dan pemerintah dalam persoalanhadirnya karya seni rupa di ruang publik. Analisis terhadap artefakkarya. seni rupa publik serta tanggapan publik dan apantpemerintah yang terliput media massa memberi gambaran bahwatidak semua karya seni rupa publik mampu menjadi media yangcukup lembut dan kritis untuk menyampaikan gagasan sertamenghibur secara estetis, sehingga diperlukan pemikiran yanglebih cermat agar seni rupa publik tidak menimbulkanpermasalahan baru bagi publik.

    Kata kunci: Seni Publik, Ruang Publik.

    Abstract

    The use ofuublic spaceas aspaceof expression forartiststogrowin linewith thedynamics ofa society that placesof publicspaceas astrategic space. Public spaceto be the mosteffective wqytofighta variety ofinterests, andpublicartmediummostlikelybeusedtoconvey the ideatothepub I icw ithentert ainingandcurbv io I entexpr es s ions. Differ enc es ofunderstandingandlack ofcommunicationpartieswith an interestinpublic space, especially the governmentas a manager ofa public

  • TEfioB VSLUMT vl NoM0R l ApRl! 2S14

    spacewiththe us ercomrnunityofienlead torepress ive measures.case ofdemolitionworlaof public artthathave occurtedIndonesiashowedthat theaestheticapproach toartandfreedom

    Theinof

    theasa

    expr es s ionstillc aus e deb at e.b ac kgr oun dt hinkin gpu b I i c

    PENDAHULUAI\

    Istilah seni rupa publikdigunakan untuk menyebut karya senitrrpa) yang dihadirkan di ruangFblik. Lazimnya karya seni rupadiirempatkan di ruang-ruang privatryerti rumah pribadi, studio, galeri,@rsum, sehingga mengusung karyani keluar dari ranah ruang privattsebut menjadi fenomena yang patutdarmati. Seni di ruang publilq bisa&bn bentuk apa saja: bisa berupaSa-karya seni rupa, bahkan berupal rri (rupa) pertunjukan (lterformancenll seni peristiwa (happening art),rmi lingkungan (environment art), danilbplain. Penggunaan ruang publik

    i ruang ekspresi bagi senimanmasyarakat secara simultan terus

    dan fumbuh secara fenomenal.publik menjadi tempat yang

    efektif untuk memperjuangkankepentingan dan seni menjadi

    yang paling mungkin meredam;i kekerasan yang biasa terjadi

    D is cus s i onofas p ect s ofarteventsas well

    itnotposesuch

    pada aksi-aksi demostrasi yangdilalcukan di ruang publik.

    Sampai saat ini pengkajiansecara teoretis terhadap seni publiksangat jarang dilakukan. Kegelisahanini juga diungkapkan Miles (1997; I),"Praktek seni publik saat ini memilikikeanekaragaman namun berjarakdengan seni yang konvensional, daripameran patung di luar ruang, mural,seni di jalanan dan trotoar, danbeberapa lainnya tumbuh bersamaandengan perkembangan kota, namunsebagian besar tidak dibarengi denganperspektif teoritis seperti pada disiplinilmu lain. Sebagai hasilnya miskindengan penulisan kritis, Seni publik,juga merupakan area yangdimarginalkan dalam praktek seni".

    Penggunaan ruang publiksebagai tempat mengekspresikanungkapan oleh sekelompokmasyarakat sudah lama terjadi diIndonesia, yaitu sejak masapendudukan oleh Jepang hingga kini,masa kebebasan yang dipicu gerakanReformasi tahun 1998. Perkembanganseni rupa di ruang publik juga sangat

    visualrepresentationof howthe strategtof public artin thisresearchis expected toprovidean overviewof roles andpositionsofartists, the publicandthe governmentin matters ofihe presenceofworlcs of artinpublic spaces. The analysis ofartifactsandworksofpublic artpublic commentand governmenrffic ialswhocoveredmediaillus tratethatnot ollworks ofuubl ic artcanb ec om equ i t e s oft andm e dium cr it ic al to c o nv ey i de asan da e s t h e t i c a I ly ent e r t a ini n g,requiresmorecarefulthoughtthatartthe publicanew problemfor the public.

    Keywords: Public Art, Public Space.

    SOdoes

    188

  • TIROB VOIUME VI NOMOR l APRIL 2014

    l:tI

    tt!(ag

    nsklrIktdrplseg(nSGli!inr

    pem(kosetbetse!rnodrkorkedunprir(p,hanmaldaninstart,datrSiur

    dipengaruhi oleh perkembanganestetika yang sedang menjadipemahaman utama ketika peristiwaseni di ruang publik terjadi.

    Artikel ini merupakan hasilpenelitian dengan perhatian utamanyaadalah perkembangan seni rupa publikyang terjadi di Yogyakarta dari tahun199'l sampai 2012. PemilihanYogyakarta sebagai wilayah penelitiandidasarkan pada asumsi bahwaYogyakarta merupakan salah satubarometer perkembangan seni rupapublik Indonesia sejak masapergerakan hingga saat ini, sehinggaapapun peristiwa seni rupa yang terjadidi Yogyakarta patut menjadi cacatanpenting secara historis dan menjadibahan analisis para pemerhati danpelaku seni secara kritis.

    Permasalahan utama yangdibahas dalam artikel ini adalahberbagai aspek pemikiran yangmelatar belakangi peristiwa seni rupapublik di Yogyakarta dari tahun 1997sampai 2012 serta bagaimana strategivisualnya ? dengan tujuan memahamilatar belakang hadirnnya seni rupapublik serta pemikiran-pemikiran yangberkaitan dengan strategi visual yangdigunakan para perupa untukmencapai tujuan. Data utamapenelitian adalah artefak karya senirupa publik di Yogyakarta sertaberbagai artikel populer maupunilmiah tentang seni rupa publik yangdiperoleh melalui studi dokumentasidan observasi langsung terhadapkarya-karya seni rupa publik.

    Pendekatan multidisiplin denganmetode sejarah yang dipilih adalahkategori "sejarah pemikiran". MenurutStomberg dalam Kuntowijoyo, (2003;189), history of thought/ history ofideas/intellectual history

    of ideas in htstorical eventsprocess" (Pengkajian dari peranide dalam kejadian dan prosesbersejarah). Lebih lanjut Kuntowijoyo(2003; 191) menyatakan bahwa dalampraksisnya teori sejarah pemikiran iniperlu memperhatikan kajian teks yangdikaitkan dengan konteks historisnya.Pengamatan rangkaian peristiwa dalamsistem sosial-kultural yangmenghasilkan artefak budaya, ketikaperistiwa yang satu mengakibatkanperistiwa yang lain, menggunakanpendekatan sinkroniks dan diakronis(Kartodirjo, 1982; 129-130).Pengamatan' artefak denganpendekatan analisis sinkronis, dilihatsebagai sistem yang terstruktur, terdiridari unsur-unsur seni rupa sertadibatasi oleh fungsi-fungsi nyata,misalnya fungsi, bentuk, dan pesan.Pendekatan diakronis digunakan untukmerekonstruksi secara eksplanatonislatar belakang tampilnya artefak.Eksplanasi dititik beratkan padakekuatan-kekuatan eksternal atau yangberpusat pada diri manusia, terutamaterletak pada pemikiran ilmiah.Sedangkan data visual dan non visualdianalisis dengan semiotika.

    PEMBAHASAN

    1. Dari Ruang Privat MenujuRuang Publik

    "Publik" dan ooprivat" dalamranah arsitektur sebenarnya tidakmerujuk pada aktivitas tertentu, namunlebih kepada rasa? suasana, danpencerapan indera yangmempengaruhi kesan kepemilikanterhadap sebuah locus (Hutama, 2010;323) Semakin eksklusif kesankepemilikan yang terjadi pada sebuahlocus maka semakin privat locus

    andide-

    bermaknasebagai "the stuSt of the role

  • TTROB VOLUME VI FIOMOR I APRIL 2014

    tersebut, dan begitu pula sebaliknya.Jadi ruang publik dalam arsitekturlebih menggambarkan batas ruangyang nyata di mana ruang tersebutmampu 'membangun $Bsanakepememilikian publik.

    Ada fenomen menarik ketikasuatu kawasan publik menjadi kota:berbagai kepentingan tumpah ke ruangpublik, khususnya j alanan. Hertzberger(2000) menamakan kawasan pembatasantara pivat dan zon& publik itusebagai ruang ketiga (the third space),ruang antara (in between space).Suatu ranah yang mewarnai wajahkota. Dano di ranah itulah orangmenempatkan tanda-tandakehadirannya di tepi "ruang publik"dan sekaligus juga berada di tepi ruangprivat. Tanda-tanda itu dalam konteksseni rupa bisa berupa patung publik,grafiti, mural, bahkan berupa seni(rupa) pertunjukan Qterformance art),seni peristiwa (happening art), senrlingkungan (environment art), dan seniinstalasi.

    Tahun l970an, sejarahperkembangan seni rupa Indonesiamemasuki wacana seni ruPakontemporer yang mendorong wajahseni rupa Indonesia perlahan-lahanbergeser paradigma estetisnya, dariseni rupa dengan semangatmodemisme yang elitis dan esoterisdengan prinsip-prinsip harmoni yangkompleks maupun esensialis, bergeserke semangat kontemporer yang berisidunia banal keseharian dan prinsip-prinsip hamoni yang disharmoniQtaradoxical juxtaposition). Seni tidakhanya suntuk dengan olah konsep danmakna, tetapi juga olah sensasi, ironi,dan parody. Dalam paradigma itu seniinstalasi, happening art, performanceart, atau segala bentuk new media artdapat berkembang @urhan, 2003; 35).Situasi ini juga terjadi dalam

    perkembangan seni rupa publikYogyakarta.

    Pergeseran paradikma estetispada seni rupa kontemporermengembalikan oseni' pada kontekshidup sehari-hari, menjadikan senisebagai fenomena biasa saja.Pemilahan awal antara 'seni tinggi'dan oseni pop' tak lagi dianggapberarti. Karya hadir tidak hanya untukuditonton", melainkan untukdidialogkan dan lebih lagi : dialami.Dalam seni kontemporer "karya" lebihmerupakan "peristiwa". Dalamkerangka dialogis itu otomatis sangseniman lebih berfungsi sebagaisemacam "fasilitator" yang memberiumpan atau perangsang bagipenciptaan makna bersamapemirsanya. Dengan begitu senimanitu sendiri posisinya bukan lagi pusat.Pusafrya adalah "m4kna" yangdiharapkan terbentuk dari interaksidialogis arrtara si seniman itu,karyanya dan persepsi penonton.Lokus seni-rupa pun bergeser : darigaleri pribadi, ke museum, lantas kemedan-medan institusi, masuk kejaringan wacana media, dan akhimyakini melebur ke wilayah sosio'kulturalsehari-hari.

    Istilah seni (rupa) publikdigunakan untuk menyebut karya seni(rupa) yang dihadirkan di ruangpublik. Pada umumnyakarya seni rupaditempatkan di ruarg-ruang privatseperti rumah pribadi, studio, galeri,museum, sehingga mengusung karyaseni keluar dari ranah ruang privattersebut menjadi fenromena yang patutdicermati. Mendekirtkan karya senipada masyarakat (publik penikmatkarya seni) menjadi alasan utama sertaberbagai alasan lain yang padaprinsipnya menyang,ftut kebutuhanseniman memperoleh respon publikserta kontribusi kehadiran karva seni

    190

  • TrROB VoLUMT Vf f{0M0S l APRrr 2014

    tersebut bagi publik. Keterbatasanruang-ruang privat yang dapatmengakomodasi gagasan perupamendorong para perupa untuk terusmencari ruimg-ruang alternatif. Ruangaltematif (alternative space),dibayangkan sebagai sebuah ruangyang dapat memberikan semacam'kebebasan' bagi seorang senrmanuntuk mengeksekusi gagasannya.Dalam pandangan Kurniawan (2003;33-39) secara politik ruang, ia beradadi tengah-tengah antara studio (ruangprivat) dan ruang publik. Ruang publicyang berada di luar ruang sepertitembok gedung, paga\ pedestrian,trotoar dan dinding penyangga jalanlayang saat ini menjadi pilihan yangmenarik terutama bagi paru perupayang meng!*rususkan diri padagambar, stensil, graffiti, mural, patungpublik, dan sebagainya.

    Seni publik adalah seni yangdigubah/diproduksi oleh seniman(bersama komunitas pendukung,komunitas yang di/terbentuk disekitarnya), untuk dan dimiliki olehsuafu komunitas atau masyarakat.Karena itu, tak jarang karya senipublik merepresentasikan"kepentingan" (kegelisahan, pikiran-pikiran, impian, harapan, dansebagainya) publik pendukungnya, danmemang demikianlah seharusnya.Situasi yang sama juga terjadi hampirdi semua kota-kota di berbagai belahandunia, karya seni rupa menjadi elemenestetis kota dan menjadi bagian yangtak terpisahkan dari ruang publik kota(Miles, 1997). Menurut Rath (2003;4-15), ada kecenderungan para perupamendaur ulang wilayah-wilayahpraktik social dan budaya yang sampaikini belum tergali oleh wacana praktikdominan, seperti misalnya pengalamanhidup urban, budaya pop, budayamedia, dan ruang gender.

    Perkembangan seni publik diYogyakarta dengan nafas kontemporermulai mengisi ruang publik kondirasakan sejak tahun 1980-an. Seperuhalnya di kota-kota besar lainnya drkalangan- remaja muncul kelompok-kelompok atau'geng' meniru dari luarnegeri (Amerika). Untuk menunjukkaneksistensinya mereka menjadikantembok-tembok kota sebagai mediamenuliskan nama gengnya dalambentuk gattbar atau huruf tergores, dicat atau ditandai dengan cara apapunpada property. Menurut penelitianBarry (2008; 38), pada tahun 1980-andi Yogyakarta setidaknya ada duageng yang temama yang salingbersaing yaitu, QZR atau Qizruh danJXZ atau Joxzin (Joko Sinting). QZRberbasis di Yogyakarta bagian Utara,sedangkan IXZ berbasis di daerahselatan sekitar Kauman.

    Situasi menjelang reformasitahun 1998 me4iadi momentumtumbuh suburnya seni instalasi danseni rupa pertunjukan Qterformanceart). Seni instalasi dalam konteksvisual merupakan perupaan yangmenyajikan visual tiga dimensionalyarug memperhifungkan elemen-elemen ruang, waktu, suara, cahaya,gerak dan interaksi audien(pengunjung pameran) sebagaikonsepsi akhir dari olah rupa. Senirupa instalasi dan seni rupapertunjukan telah mendorong paraperupa Yogyakarta untuk mengangkatseni tradisi ke dalam seni rupakontemporer. Seni tradisi yang selamaini hanya dianggap sebagai seni rakyatdan objek turisme, kini mendapattempat khusus di dalam seni rupakontemporer. Seniman dan masyarakatberkolaborasi mengekspresikan diridengan turun ke jalan dan menjadikanruang publik tersebut sebagaipanggung dan ruang pamer jalanan, di

    htashnrttru lqdsdiklb.ttm+-nbeffiatilffiisE- gtt$mwAgunkoolr9e8).r996,@eMcnjaIlaria5l Yohrah Im*nEbea!'mgkepaltrn rnu

    dapatkeplJunrMalitkomrmenspal3l IDenlTanf28D

  • TEROB VOLUME VI NOMOR l APRIL 2014

    antaranya : (1) pada Minggu 21 Juni1998, Aksi seni rupa publik dan senirupa jalanan dilakukan di sePar{angBoulevard UGM, Jl. Cik Di Tiro, Jl.Jendral Sudirmano Tuguo Jl.Malioboro, dan Alun-alun Yogyakarta.Di di beberapa titik jalan digunakanuntuk presentasi seni rupa pertunjukandan aksi seni rupa publik. Karyagambar, poster, baliho, span:luk,instalasi, seni rupa pertunjukan,karnaval, bendera, lukisan dinding,atan apa saja yang diminati pesertadisajikan. Tujuannya adalahberkomunikasi dengan publik sertamembangun kesadaran perubahanmoralitas dengan cara terus-menerusmenggulirkan gerakan budaya. Motorpenggerak Hendro Suseno, Anusapati,Samuel lndratma,Agung"Leak"Kurniawan, NindityoPumomo @ernas, Rabu Pon, 17 Juni1998). (2) mulai 24 Juni s/d 7 Juli1998, Yuswantoro Adi menggelarkarya instalasi 'osiapa Saja BolehMenjadi Presiden" di Halaman KantorHarian Bemas, Jl. Jenderal Sudirman52 Yogyakarta dengan menampilkan 2buah karya masing-masing bergambaruang Rp. 50.000,- dan Perangkobergambar Soeharto. Dalam gambaryang dibuat di atas tripleks itu bagiankepalanya dilubangi seukuran kepalamanusia, di situ setiap orang boleh dandapat mencoba memasukkankepalanya (Bernas, Rabu Kliwon, 24Juni 1998). (3) Perupa JalananMalioboro (Per-JAM) bersamakomunitas Serri Jalanan Malioboromenggelar pameran seni instalasi disepanj ang j alan Malioboro tanggal 28-3l Desember 1999 dengan tema "Dengan Seni Menuju MasYarakatTanpa Kekerasan" (KomPas, Selasa,28 Desember 1999 hal9).

    Seni Rupa publik menjadi mediayang efektif untuk memperjuangkan

    beragam kepentingan dan menjadimedia yang paling mungkin meredamekspresi kekerasan yang biasa terjadipada aksi-aksi demostrasi yangdilalokan di ruang publik. Beberapaaksi tersebut diantaranya: (l) "PublicArt" yang dilakrftan para senimanyang bertujuan mengkritisipembangunan mal di Yogyakaftapadahari Senin-Rabu, 11-13 oktober 2004.Publik art dengan jargon *Di Sini akanDibangun Mal" dimaksudkan untukmengkritisi kontroversi pembangunanmal yang cenderung tidakmempertimbangkan kebutrhan dankarakteristik budaya masyarakat. Aksiitu diselenggarakan berbagaikelompok masyarakat, sepertiKomunitas Peduli Ruang Publik Kota(Kerupuk), Jogja Heritage Society(HJS), Yayasan Seni Cemeti, KedaiKebun Forum, Bentara BudayaYogyakarta, dan Komunitas Senthir.Teks yang dirancang dalam aksi inidimaksudkan untuk menyadarkankelompok-kelompok masyarakat,pengusaha dan pemerintah agarkembali rnerenungkan pembangunanma1 secara kritis (Kompas edisi Jogia,Senin 11 Oktober 20A4, hal 5). (2)kelompok Magersaren Art Project(MAPF yang dimotori SamuelIndratma, Ong Hari Wahyu, dan ButetKartaredjasa, memajang karya seniterpilih di Nol Kilometer di dekatJalan Malioboro setiap enam bulansekali. Awal Januari 2011 dipajangpatung setinggi sekitar 3 meter karyaseniman Budi Ubrux. Berbahan pelat,patung itu menyerupai bentuk nasidengan bungkus daun pisang yangdilambari kertas koran. Pada kertaskoran itu, ada gambar SultanHamengku Buwono X dan cuplikanpernyataannya terhadap tudingansistem monarki terkait dengan wacanakeistimewaan Yogyakarta. Ada jugagambar Wali Kota Yogyakarta Herry

    192

  • TIROE VOLUM[ Vt NOMOR l APRtr 2014

    Zudianto serta berita erupsi GunungMerapi.Inspirasi karya ini lahir dariperistiwa erupsi Merapi, November2010.

    Gambar l.Seni Publik Nasi Bungkus di NolKilometer, Yogyakarta. (Dokumen

    peneliti)

    Hadirnya karya-karya seni publikdi tengah sesaknya media komunikasikomersial dan pembangunan yangterus menggusur ruang-ruang publikbeserta karakteristiknya, memberisuasana yang lebih segar danmenghibur. seni publik sekaligus dapatmelestarikan nilai kearifan local,membongkar batas elitis dan eksklusifkarya seni rupa dengan publik menjadielemen yang mampu memanusiakanwajah kota, menjadikan ruang-ruangkota menjadi hidup, dinikmatibersama, dan milik semua warga.

    2, Siasat Meraih Posisi Pentingdalam Peta Seni Rupa danPublik

    Tembok-tembok jalanan kotaYogyakarta tidak pernah sepi menjaditempat menyuarakan aspirasi publikyang tidak tertampung. Media yangdigunakan semakin bervariasi, tidakhanya graffiti tetapi ada juga sticker,gambar temple (stensilan), dan mural.

    Ruang publik dan jalanan diYogyakarta semakin dipenuhi dengankarya mereka. Beberapa kelompokperupa dan 'geng' yang aktivitasnyamemanfaatkan ruang-ruang public,khususnya tembok-tembok jalanankota Yogyakarta tumbuh menguat danmenemukan momentumnyamengiringi gerakan Revormasi,Masyarakat Yogyakarta umumnyamenilai keberadaan coretan-coretandan gambar di tempat-tempat umummemunculkan suasana yang kurangnyaman. Kehadirannya dianggapmengotori lingkungan dan tindakanvandalism (perusakan), selain itukebanyakan kurang menunjukkan nilaiartistik serta sulit dipahami bagi yangmelihat. Pandangan masyarakatterhadap keberadaan coretan-coretandan gambar tersebut ternyatamenimbulkan perdebatan, ada yangmenganggap wajar sebagai ekspresianak muda yang ingin menunjukkanidentitas diri dan kelompoknya, namunpada umumnya masyarakatYogyakarta merasa terganggu denganjejak aktivitas mereka. Komentar-komentar masyarakat yang merasalingkungannya menjadi kotor olehcoretan-coretan yang teksnya tidakmereka pahami, ada pula yang geramkarena dinding luar pagar bangunanmereka yang selesai di cat, sudahternodai oleh graffiti, tagging, ataupunposter-poster. Pemerintah kotaYogyakarta juga merasakan hal yangsama, banyak fasilitas publik yangdipenuhi dengan coretan dan tempelanserta memberi kesan suatu tindakanyang tidak bertanggung jawab. Salahsatu kelompok yang popular membuatgraffiti dan tagging adalah YORK.YORC merupakan gabungan darisekitar 42 perkumpulan kecil parcpembuat graffiti yang punya hubunganteman dan sering bekerja sama dalampembuatan graffiti. Kebanyakan dari

  • TIROB VOLUME VI NOMOfr 1 APRIT 2014

    mereka adalah alumni/jebolan SMS&SMKI dan SMK 5 Yogyakarta.Komunitas ini tidak memiliki stnrkturorganisasi yang baku, melainkankarena kebersamaan dalam aktivitas(Barry, 2008: 47-49). Di luarkelompok ini masih banyak kelompoklain yang melalkukan aktivitas yangsama, tetapi sulit terdeteksi.

    Masyarakat ._kota Yogyakarta

    merindukan kembali ruang publikyang bersih dan estetis, sehinggalahimya gagasan estetisasi nrangpublik melalui mural, poster, dangambar tempel, dan grafis di ruangpublik kota. Kelompok-kelompokperupa yang memiliki interes ruangpublik kota tersebut diantaranya:Kelompok Apotik Komik yangdibentuk oleh mahasiswa ISI tahun1997 dengan anggota SamuelIndratma, Popok Tri Wahyudi,Bambang 'Toko' Wicaksono dan AriDiyanto . Kelompok ini menggunakanbahasa komik sebagai idiom dalamberkarya seni rupa. Mereka cenderungmemunculkan komik alternatif.Kolompok Apotik Komik banyakmembuat mural di dinding jembatanlayang dan tembok-tembok bangunandi Yogyakarta (Marianto, 2A00; 234).Apotik Komik juga dikenal sebagaipelopor oomuralisasi" di ruang publikkota Yogyakarta. Lahirnya gagasanestetisasi ruang publik dengan muralini adalah sebagai reaksi atasmaraknya grafiti dan coretan liar yangmengganggu kebersihan dan estetikakota. Estetisasi ruang publik ini padawaltu berikutnya di gerakkan olehJMF (Jogia Mural Forum).

    Pada tahun 1998 berdirikelompok Lembaga BudaYaKerakyatan 'Taring Padi' yang padatahun 2003 diketuai oleh YustoniVoluntero. Kelompok Taring Padimemfokuskan diri pada karya grafis

    dengan teknik cukil kayu yang dicetakdi atas kertas maupun kain. Karya-karya grafis Taring Padi umumnyabertemakan kritik social dengan subjekutamanya petani dan buruh. Karyagrafis Taring Padi yang berukuranbesar dicetak di atas kain dan biasanyadifungsikan sebagai baliho ataubarnner unhrk diarak dalam kegiatanarak-arakan budaya atau unjuk rasa.Karya-karya poster mereka seringditempel di tembok-tembok maupunpagar-pagar kota Yogyakarta(Harsono, 2003; 54-9 I ).

    Kelompok 'Daging Tumbuh'didirikan oleh Eko Nugroho padatahun 2000. Karya Daging Tumbuhdimulai dengan komik undergroundkemudian berkembang ke mural,ernbroidery, gambar, patung, instalasidan wayang kulit. Daging Tumbuhpada awalnya hanyalah sebuah bukukomik yang dimaksudkan sebagaigaleri untuk memajang karya-karyakomik mahasiswa ISI yang belumtertampung di galeri formal (Rusydi,Ibnu. 'Seni Dagrng Tumbuh', MajalahTempo Interaktif (O7-Agustus 2009)online, http://www.tempointerak-tif. comlhdsenil2 009/08/07/brk.20090807-191287.id.htm1. diunduh tanggal16 Juli 2012).

    Apotik Komik, LBK Taring padi,dan Daging Tumbuh memilikikesamaan dalam beberapa halmisalnya, mereka sama-samamenggunakan materi dasar berupagambar komik, ilustrasi, dan posteryang diusung ke ruang publik danmemiliki bobot komunikasi visualdibanding sebagai ekspresi murni.Ruang publik meqiadi sarana yangefektif bagi kelompok-kelompok yangselama ini berada di luar arus utamamenjadi perbincangan internasionaldan menempatkan mereka dalamcatatan sejarah seni rupa kontemporer

    L94

  • T[R08 V$I-UM[ Vl l{OliAOR I ApRlt 2C14

    Indonesia serta diterima galeri-galerikomersial.

    Kelompok Sepi (SenimanPinggiran) yang menempuh karirberkesenian tanpa melalui Jalur'formal, seperti ISI, tetapi mempunyaiketeguhan bahwa kesenian bukanhanya milik sekelompok orang. Senirupa adalah sebuah wilayah yangpaling demokratis untuk dimasuki.Arena yang memperbolehkan setiaporang untuk berlaga tanpa harusberakhir dengan kalah atau menang(Ade Tanesia. "Another Art isPosible', http ://adetanesia.wordpress. com/2008/08/ I 5/another-art-is-possible/ diunduh tanggal 6 Juli z0n).Menurut Ouda Tena salah satu aktivisKelompok Sepi, oKonsepsi SeniPinggiran ini berasal dari situasiberkesenian yarrg dilalui oleh paraanggota kelompok yang cenderungmemilih berkarya di kampung-kampung, juga karena mereka tidakberlatar belakang pendidikan seni(rupa)' (bttp://oa.ivaa-online.org/ oal?rid &code:0&id=343 diunduhtanggal 6 Juli 2012).

    Lahirnya muralisasi atau karyaseni rupa lainnya di ruang publik kotasebenarnya tidak mumi akibatvandalism graffiti oleh para ouBomber",tetapi proyek-proyek tersebut jugadilatar belakangi oleh beberapa faktor :

    a.Mendekatkan seni visual padapublik dan menjadikan ruang publikkota sebagai galeri alternative. Strategiini dimaksudkan untuk mencuriperhatian guna mendulang popularitasdan memperebutkan kesempatanmasuk dalam jaringan seni nasionalmaupun intemasional karena galerikonvensional dan agen*agen senicenderung kurang memperhatikanmereka. Kesempatan ini dimanfaatkansecara tepat oleh perupa kontemporer,

    khususnya kelompok Apotik Komikdengan mengusung gaya visualmereka ke dinding-dinding ruangpublik kota dalam bentuk mural.Karakter pribadi mereka sangat kental.sehingga- masyarakat dapatmengapresiasi karya mereka di ruangpublik yang telah dijadikan galerialternatif.

    b. Merebut ruang publikdari dominasi kepentingan komersialdan politik. Ruang publik yang biasadigunakan oleh masyarakat untukberkreasi dan berekspresi sangatterbatas akibat dominasi iklan,sehingga mural digunakan sebagaishategi untuk merebut ruang publik.Bisa dikatakan hampir seluruh ruangpublik yang ada di Yogyakarta habisdikapling untuk kepentingan promosiindustri dan partai politik. Wajah kotadipenuhi papan reklame, seakan-akanseluruh ruang kosong di kota menjadihak para pengiklan. Penataan kotasemakin menyedihkan, banyaknyapapan reklame di setiap bagian kotaberprilaku "meneror" kesadaran wargakota. Memang ada semacamperlawanan dari sebagian wargamasyarakat terhadap penataan kotasemacam itu. Sebagian senimanmisalnya, ada yang menjuluki kotanyasebagai "Yogya Berhati lklan" yangdiplesetkan dari "Yogya BerhatiNyaman".

    c.Mengendalikan vandalismpada ruang publik dan areal privatakibat coretan-coretan liar dan graffitiyang maknanya tidak jelas. Tindakanvandalism ini menimbulkan masalahyang lebih luas di masyarakat,masyarakat menjadi terganggu danruang publik menjadi kotor dan tidakestetis.

    "/

    Fnl

    t!fthen$tn!paretsk*MEum

    F"rltHt.elr145ls!aruEkerkatl l l

    Thko-a

    F*ei!

    IIlt

    rAi

    PI

  • TfgoB v0LUMg \ll N0M$R l ApRll t*14

    Proyek Mural "Midnight Live MuralProject", tahun 2006. (Dokumen

    peneliti)Dalam dua dasawarsa terakhir,

    kota Yogyakarta mulai menyadaribenar pentingnya ruang bagimasyarakat kota yaflg bersifatpartisipatif dan mencerminkanekspresi masyarakatnya, sehinggakebijakan publik pemerintah kotamemberikan ruang bagi masyarakatuntuk berpartisipasi mengisi ruangpublik dengan berbagai karya seni danpertunjukan seni, kfiususnya yangberkaitan dengan even seni. Karya senirupa kontemporer, seperti seniinstalasi, patung,' mural, graffiti, danyang lainnya silih berganti mengisiruang publik kota, sejalan dengan evenkesenian yang berlangsung. Kampung-kampung di kota Yogyakarta tampillebih ekspresif dengan menghadirkanmural yang dikerjakan oleh warganya.Thomas Eric Bantley, pakar arsitekturkota asal Amerika Serikat menyatakan,"aspek imajinasi sangat penting dalampertumbuhan pembangunan perkotaan,secara kejiwaan hal tersebut bisamemacu semangat dan kreativitaswarganya.

    PENUTUP

    Hadimya kelopok-kelomPokseniman ataupun perupa Yang

    memanfaatkan ruang publik sebagairuang ekspresi ini tidak lepas darikondisi ruang publik kota yang telahkehilangan sifat kepublikannya. Ruangpublik kota juga sarat dengan warnadan suasana r politik dan ekonomi.Kehadiran karya seni rupa di ruangpublik pada periode pra-reformasi,seperti monumen, diorama, postermenjadi sangat prakmatik danbermuatan politilq sehingga ruangpublik kota kehilangan sifat puitiknya.Karena kecenderungan sifat steriotipdan hegemonik dalampemanfaatannya, ruang publik dankarya seni rupa publik menjadikehilangan kewajaran dan dayaguguhnya. Ruang publik tidak lagimenjadi ruang yarrg demokratis.Situasi ini menjadi momentum pentingbagi perupa-perupa muda untukmerebut ruang publik sebagai ruangekspresi yang demokratis dan dinamis.Ruang yang mampu menjadi medanmagnit bagi publik seni danmasyarakat luas untuk melihat danmemperhitungkan eksistensi mereka.

    Ketatnya persaingan memasukigaleri seni sebagai media presentasikarya serta membangun jaringandalam art world tergantikan olehruang-ruang publik sebagai galerialternatif yang tak pernah tutup dandapat diakses oleh siapapun dankapanpun. Para perupa dengankarakteristik karyanya masing-masingmenjadi sangat dikenal masyarakat,ditunjang publikasi media massa yangmerespon positif aktivitas muraldengan peliputan yang takberkesudahan. Para perupamemperoleh publikasi secara intensifyang tentu sangat bermanfaat untukmeningkatkan popularitas mereka.Mereka memanfaatkan momentum iniuntuk memperluas jaringaninternasional dan memperkokoh

    Gambar 2.

    196

  • TrR08 V0tuMH \lt lroMsR n ApRrr 3s1q

    posisinya dalam peta seni rupakontemporer.

    DATTAR PUSTAKA

    Barry, Syamsul. 2008. Jalan SeniJalanan Yogtakarta. Yogyakarta:Stadium.

    Bemas, Rabu Pon, 17 Juni 1998,"Aksi Seni Rupa Publik, Aksi SeniRupa Jalanan"

    Bernas, Rabu Kliwon, 24 Juni1998, "Siapa Saja Boleh JadiPresiden".

    Burhan, M. Agus. 2003. "Cemetisebagai Tanda Perubahan Zaman"dalam 15 Years Cemeti Art HauseExploring Vacuum. Yogyakarta:Cemeti Art House.

    Harsono, FX. 2003. 'Kerakyatandalam Seni Lukis Indonesia: SejakPersagi hingga Kini' dalam AdiWicaksono dkk., od, Politik danGender: Aspek-aspek Seni VisualIndonesia. Yogyakarta: Yayasan SeniCemeti.

    Hertzberger, Herman. 2000.Space and the Architect: Lessons inArchitecture 2. Netherlands: 010Publishers.

    Hutama, David. 2010. "RuangPublik dalam Arsitektur" dalam F.Budi Hardiman, Ruang Publik:Melacak"Partisipasi Demoltatis"dari Polis sampai Cyberspace.Yogyakarta: Kanisius.

    &code:0&id:343 diakses tanggal 6Juli2012).

    Kartodirjo, Sartono. 1982.Pemikiran dan PerkembanganHistoriografi Indonesia Jakarta: PT.Gramedia.

    Kompas edisi Jogia, Senin 11Oktober 2004, hal 5, "Dengan SeniMenuju Masyarakat TanpaKekerasan".

    Kuntowijoyo, 2003. MetodologiSejarah. Yogyakarta: Tiara WacanaYogya bekerjasama dengan JurusanSejarah FIB UGM.

    Kumiawan, Agung. 2043.'Pemberontakan dari Ruang Tamu',Jurnal Karbon edisi 5 No.5, hal. 33-39.

    Marianto, Dwi. 2000. 'GelagatYogtakarta Menjelang MileniumKetiga' dalam Jim Supangkat, od,OUTLET: Yogta dalam Peta SeniRupa Kontemporer Indonesia.Yogyakarta: Yayasan Seni Cemeti.

    Miles, Malcolm. 1997. Art,Space and The City: Public Art andUrban Futures. London: Routledge.

    Rath, Amanda Katherine. 2003.'Perihal Seni Alternatif dan RuangSeni Alternatif, Jtrnal Karbon, edisi 5,No. 5. Hal .4-15.

    Rusydi, Ibnu. 'Seni DagingTumbuh', Majalah Tempo Interaktif(07 Agustus 2009)o n I i n e.http: //www. temp o interakti f. c omlhgl seni/2009 I 08 I 07 lbrk,2 0090 8 07 1 9 1287,id.html. diunduh tanggal 16 Juli2012.

    Stromberg, Roland N.2003."European Intellectual History Since1789" dalam KuntowijoyoMetodologi Sej arah Yogyakarta: Tiara

    Ivaa-online.online.org/ oal

    http://oa.ivaa-?rid :

  • TER0S VOtUMg U ilOMOR 1 APRll2014

    Wacana Yogya bekerjasama denganJurusan Sejarah FIB UGM.

    Tanesia, Ade. "Anotlter Art isPosible',,

    http ://adetanesia.wordpress. com/2008/08i 1 5/another-art-is-possible/diakses tanggal 6 Juli 2012).

    198

  • r$sN ?08?-314x

    llll||1ilffil$lllllf,lllg 772987 3144?.7