jurnal teknik pomits vol. 1, no. 1, (2013) 1-6 studi ... · mass rapid transit jakarta (mrt...

6
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1 MRT Jakarta merupakan gagasan pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk mengatasi permasalahan transportasi. Pembangunan MRT Jakarta yang akan direncanakan tahun 2013 ini memiliki dua rute yang direncanakan yaitu koridor selatan utara dan barat timur. Akan tetapi rute yang direncanakan belum mencakup semua daerah DKI Jakarta. Masih ada beberapa daerah yang membutuhkan sarana transportasi lagi untuk mencapai MRT Jakarta. Moda pengumpan (feeder) dibutuhkan untuk menunjang penggunaan MRT Jakarta agar lebih maksimal. Tugas Akhir ini merencanakan rute LRT (Light Rail Transit) sebagai moda pengumpan (feeder) untuk MRT Jakarta. LRT sendiri memiliki kapasitas yang lebih kecil dari MRT. Akan tetapi tidak membutuhkan biaya yang tinggi dalam pembangunannya. Dalam tugas akhir ini salah satu langkah dalam menentukan rute LRT adalah permodelan transportasi pada zona yang direncanakan yang kemudian akan diterapkan pada rute yang direncanakan. Tugas akhir ini bertujuan untuk mendapatkan permodelan transportasi untuk rute LRT yang direncanakan, demand pada rute LRT, mendaptakan analisa pembebanan penumpang pada rute LRT, serta perencanaan operasional moda LRT. Hasil yang didapatkan pada tugas akhir ini adalah dari permodelan pada zona yang ditentukan didapatkan persamaan persaman yang akan digunakan untuk menenetukan demand rute LRT. Dengan beberapa variabel yang dimasukkan pada persamaan yang didapatkan, dihasilkan bangkitan paling maksimum sebesar 2340 dan tarikan paling maksimum sebesar 1740 pada tahun eksisting, sedangkan untuk tahun rencana dihasilkan bangkitan paling maksimum sebesar 2830 dan tarikan paling maksimum sebesar 2013. Dari hasil bangkitan dan tarikan dilakukan analisis distribusi yang paling maksimum sebesar 336,57 pada tahun eksisting dan 394,06 pada tahun rencana. Untuk analisis pembebanan didapatkan yang terbesar adalah 7897,30 untuk tahun eksisting dan 9722,88 untuk tahun rencana. Hasil dari perencanaan operasional moda didapatkan headway sebesar 12 menit dan travel time selama 1 jam dengan jumlah armada 5 kereta. Kata kunci : rute, LRT, MRT Jakarta, feeder, regresi I. PENDAHULUAN Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sudah sering menerapkan berbagai kebijakan untuk mengurangi kemacetan. Sistem Three In One yang paling lama diterapkan oleh pemerintah sudah tidak mampu mengatasi kemacetan yang ada. Kemudian pemerintah juga sudah membangun Trans Jakarta yang menerapkan sistem Bus Rapid Transit yang sekarang sudah memiliki 11 koridor. Akan tetapi masih ada beberapa kekurangan dalam pelaksanaannya selama beberapa tahun ini. Kemudian pemerintah mulai merencanakan pembangunan MRT (Mass Rapid Transit) yang pembangunannya masih dimatangkan kembali dan diperkirakan akan dibangun mulai tahun 2013. Mass Rapid Transit Jakarta (MRT Jakarta) yang berbasis rel rencananya akan membentang kurang lebih 110.8 km, yang terdiri dari Koridor Selatan Utara (Koridor Lebak Bulus - Kampung Bandan) sepanjang kurang lebih 23.8 km dan Koridor Timur Barat sepanjang kurang lebih 87 km [1]. Dapat dilihat pembangunan MRT Jakarta tidak menyebar keseluruh kota Jakarta. Beberapa daerah cukup kesulitan mencapai ke koridor MRT tersebut. Maka untuk mempermudah para masyarakat menggunakan MRT, dibutuhkan moda pengumpan (feeder) yang nyaman dan terjangkau. Moda pengumpan atau feeder sudah sering diterapkan di dalam berbagai transportasi massal. Di Jakarta sendiri, feeder diterapkan kepada moda Trans Jakarta. Jenis feeder yang digunakan untuk menjangkau Trans Jakarta adalah jenis bus. Bus tersebut biasanya beroperasi mulai dari suatu daerah kemudian menuju ke daerah yang dilewati oleh jalur Trans Jakarta. Jenis feeder sendiri ada berbagai macam dari angkutan umum hingga transportasi berbasis rel. Contohnya di Singapura sendiri menggunakan LRT (Ligh Rail Transit) sebagai moda pengumpan MRT Singapura. Light Rail Transit (LRT) merupakan salah satu transportasi massal yang menggunakan tenaga listrik sebagai penggeraknya, memiliki kapasitas besar dan memiliki lajur sendiri. LRT merupakan salah satu alternatif sebagai moda pengumpan (feeder) moda MRT Jakarta. LRT tidak menghasilkan polusi yang besar dan dapat mengurangi volume kendaraan yang ada. LRT dalam pembangunannya tidak memerlukan pembangunan jalan baru karena LRT dapat menggunakan jalan yang sudah ada. Pada tugas akhir ini rute LRT sudah direncanakan dan memiliki dua titik pertemuan pada pemberhentian halte MRT Jakarta. Feeder yang direncanakan bertujuan untuk mengangkut penumpang MRT Jakarta ke daerah pemukiman atau perkantoran yang belom dilewati oleh MRT Jakarta ataupun transportasi massal lainnya. Dalam tugas akhir ini akan dilakukan analisis permodelan bangkitan, analisis bangkitan, analisis distribusi, dan analisis Studi Perencanaan Rute LRT (Light Rail Transit) Sebagai Moda Pengumpan (Feeder) MRT Jakarta Mercyano Febrianda, Ir. Wahju Herijanto, MT. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail: [email protected]

Upload: hathu

Post on 03-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6

1

MRT Jakarta merupakan gagasan pemerintah Provinsi

DKI Jakarta untuk mengatasi permasalahan transportasi.

Pembangunan MRT Jakarta yang akan direncanakan tahun 2013

ini memiliki dua rute yang direncanakan yaitu koridor selatan –

utara dan barat – timur. Akan tetapi rute yang direncanakan

belum mencakup semua daerah DKI Jakarta. Masih ada beberapa

daerah yang membutuhkan sarana transportasi lagi untuk

mencapai MRT Jakarta. Moda pengumpan (feeder) dibutuhkan

untuk menunjang penggunaan MRT Jakarta agar lebih maksimal.

Tugas Akhir ini merencanakan rute LRT (Light Rail

Transit) sebagai moda pengumpan (feeder) untuk MRT Jakarta.

LRT sendiri memiliki kapasitas yang lebih kecil dari MRT. Akan

tetapi tidak membutuhkan biaya yang tinggi dalam

pembangunannya. Dalam tugas akhir ini salah satu langkah

dalam menentukan rute LRT adalah permodelan transportasi pada

zona yang direncanakan yang kemudian akan diterapkan pada

rute yang direncanakan. Tugas akhir ini bertujuan untuk

mendapatkan permodelan transportasi untuk rute LRT yang

direncanakan, demand pada rute LRT, mendaptakan analisa

pembebanan penumpang pada rute LRT, serta perencanaan

operasional moda LRT.

Hasil yang didapatkan pada tugas akhir ini adalah dari

permodelan pada zona yang ditentukan didapatkan persamaan –

persaman yang akan digunakan untuk menenetukan demand rute

LRT. Dengan beberapa variabel yang dimasukkan pada

persamaan yang didapatkan, dihasilkan bangkitan paling

maksimum sebesar 2340 dan tarikan paling maksimum sebesar

1740 pada tahun eksisting, sedangkan untuk tahun rencana

dihasilkan bangkitan paling maksimum sebesar 2830 dan tarikan

paling maksimum sebesar 2013. Dari hasil bangkitan dan tarikan

dilakukan analisis distribusi yang paling maksimum sebesar

336,57 pada tahun eksisting dan 394,06 pada tahun rencana.

Untuk analisis pembebanan didapatkan yang terbesar adalah

7897,30 untuk tahun eksisting dan 9722,88 untuk tahun rencana.

Hasil dari perencanaan operasional moda didapatkan headway

sebesar 12 menit dan travel time selama 1 jam dengan jumlah

armada 5 kereta.

Kata kunci : rute, LRT, MRT Jakarta, feeder, regresi

I. PENDAHULUAN

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sudah sering menerapkan

berbagai kebijakan untuk mengurangi kemacetan. Sistem

Three In One yang paling lama diterapkan oleh pemerintah

sudah tidak mampu mengatasi kemacetan yang ada. Kemudian

pemerintah juga sudah membangun Trans Jakarta yang

menerapkan sistem Bus Rapid Transit yang sekarang sudah

memiliki 11 koridor. Akan tetapi masih ada beberapa

kekurangan dalam pelaksanaannya selama beberapa tahun ini.

Kemudian pemerintah mulai merencanakan pembangunan

MRT (Mass Rapid Transit) yang pembangunannya masih

dimatangkan kembali dan diperkirakan akan dibangun mulai

tahun 2013.

Mass Rapid Transit Jakarta (MRT Jakarta) yang berbasis

rel rencananya akan membentang kurang lebih 110.8 km,

yang terdiri dari Koridor Selatan – Utara (Koridor Lebak

Bulus - Kampung Bandan) sepanjang kurang lebih 23.8 km

dan Koridor Timur – Barat sepanjang kurang lebih 87 km [1].

Dapat dilihat pembangunan MRT Jakarta tidak menyebar

keseluruh kota Jakarta. Beberapa daerah cukup kesulitan

mencapai ke koridor MRT tersebut. Maka untuk

mempermudah para masyarakat menggunakan MRT,

dibutuhkan moda pengumpan (feeder) yang nyaman dan

terjangkau.

Moda pengumpan atau feeder sudah sering diterapkan

di dalam berbagai transportasi massal. Di Jakarta sendiri,

feeder diterapkan kepada moda Trans Jakarta. Jenis feeder

yang digunakan untuk menjangkau Trans Jakarta adalah jenis

bus. Bus tersebut biasanya beroperasi mulai dari suatu daerah

kemudian menuju ke daerah yang dilewati oleh jalur Trans

Jakarta. Jenis feeder sendiri ada berbagai macam dari angkutan

umum hingga transportasi berbasis rel. Contohnya di

Singapura sendiri menggunakan LRT (Ligh Rail Transit)

sebagai moda pengumpan MRT Singapura.

Light Rail Transit (LRT) merupakan salah satu transportasi

massal yang menggunakan tenaga listrik sebagai

penggeraknya, memiliki kapasitas besar dan memiliki lajur

sendiri. LRT merupakan salah satu alternatif sebagai moda

pengumpan (feeder) moda MRT Jakarta. LRT tidak

menghasilkan polusi yang besar dan dapat mengurangi volume

kendaraan yang ada. LRT dalam pembangunannya tidak

memerlukan pembangunan jalan baru karena LRT dapat

menggunakan jalan yang sudah ada. Pada tugas akhir ini rute

LRT sudah direncanakan dan memiliki dua titik pertemuan

pada pemberhentian halte MRT Jakarta. Feeder yang

direncanakan bertujuan untuk mengangkut penumpang MRT

Jakarta ke daerah pemukiman atau perkantoran yang belom

dilewati oleh MRT Jakarta ataupun transportasi massal

lainnya.

Dalam tugas akhir ini akan dilakukan analisis permodelan

bangkitan, analisis bangkitan, analisis distribusi, dan analisis

Studi Perencanaan Rute LRT (Light Rail Transit)

Sebagai Moda Pengumpan (Feeder) MRT

Jakarta Mercyano Febrianda, Ir. Wahju Herijanto, MT.

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

(ITS)

Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111

E-mail: [email protected]

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6

2

pembebanan pada rute LRT rencana, juga perencanaan moda

dan pola operasional LRT berdasarkan analisis pembebanan.

II. METODOLOGI

Metodologi Tugas Akhir ini dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Metodologi Tugas Akhir

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Data Primer

Pada perencanaan moda pengumpan (feeder) LRT untuk

mendapatkan analisa regresi maka dibutuhkan data penumpang

MRT Jakarta. Karena MRT Jakarta belum beroperasi maka

untuk data penumpang diasumsikan sama dengan data

penumpang Transjakarta. Kemudian dibutuhkan juga data

penduduk per kelurahan sesuai letak halte Transjakara Koridor

1. Data yang digunakan dalam tugas akhir ini dapat dilihat

pada tabel 1 dan tabel 2.

Tabel 1. Data Penumpang Transjakarta Koridor 1

Halte Pagi Malam Pagi Malam

Blok-M 2.787 5.885 3.291 4.480

Al-Azhar 1.092 1.097 1.101 456

Bundaran Senayan 672 3.030 978 1.615

Gelora Bung Karno 433 2.210 458 1.150

Polda Metro Jaya 513 2.253 640 994

Bendungan Hilir 654 3.237 1.220 2.085

Karet 767 2.562 781 1.475

Setia Budi 430 1.872 428 897

Dukuh Atas 359 1.423 391 590

Tosari 420 1.808 492 1.018

BundaranHI 471 2.900 450 2.330

Sarinah 570 2.920 719 2.010

BI 311 1.603 289 481

Monas 383 2.142 358 1.365

Harmoni 799 3.918 922 2.600

Sawah Besar 882 2.006 894 1.306

Mangga Besar 687 1.320 793 1.030

Olimo 678 1.341 658 1.126

Glodok 743 2.164 736 1.926

Kota 2.138 4.562 2.378 4.298

Naik Turun

Tabel 2. Data Jumlah Penduduk Kelurahan Sesuai Halte

Transjakarta [4]

No Kelurahan Halte Jumlah Penduduk

1 Melawai Blok-M 4070

2 Selong Masjid Agung 5527

3Bundaran Senayan

4 Gelora Bung Karno

5 Polda Metro Jaya

6 Karet Semanggi Bendungan Hilir 3259

7 Karet

8Setia Budi

9Dukuh Atas

10 Menteng Tosari 31695

11BundaranHI

12 Sarinah

13 BI

14Monas

15 Petojo Utara Harmoni 23021

16 Kebon Kelapa Sawah Besar 13894

17 Mangga Besar

18 Olimo

19 Glodok Glodok 9642

20 Pinangsia Kota 13748

Gondangdia

Gambir

Keagungan

4742

3351

5481

2835

22521

Senayan

Setia Budi

B. Permodelan Bangkitan

Permodelan yang dilakukan menggunakan metode regresi

linier berdasarkan jumlah penduduk per kelurahan, jumlah

rumah, dan daerah luas bangunan komersial dengan jumlah

lantai. Variabel jumlah penduduk, jumlah rumah, dan luas

bangunan komersial dengan jumlah lantai merupakan variabel

bebas yang didapatkan dengan membuat zona pada halte

Transjakarta Koridor 1 dengan radius 1 km, 500 m, dan 250

m, dan variabel tetapnya adalah jumlah penumpang

Transjakarta Koridor 1 yang diumpakan sebagai penumpang

MRT Jakarta yang naik dan turun. Hasil regresi linier tersebut

merupakan persamaan – persamaan yang akan digunakan pada

permodelan rute LRT. Lokasi halte Transjakarta Koridor 1

dapat dilihat pada gambar 1 dan hasil regresi linier yang akan

digunakan untuk permodelan rute LRT dapat dilihat pada tabel

3 [2].

Gambar 1. Halte Transjakarta Koridor 1

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6

3

Tabel 3

Hasil regresi linier yang digunakan untuk permodelan LRT

C. Analisis Bangkitan pada Rute LRT Rencana

Untuk mendapatkan bangkitan pada rute LRT yang

dilakukan adalah membuat zona dengan radius 1 km, 500 m,

dan 250 m pada tiap stasiun yang berada pada rencana rute

LRT. Untuk menentukan zona pada rute LRT rencana kita

harus menentukan letak stasiun terlebih dahulu [3]. Rute LRT

yang direncanakan dimulai dari daerah Dukuh Atas kemudian

melewati daerah Pejompongan, Senayan, Kebayoran Baru, dan

berakhir di daerah Mampang Prapatan. Letak stasiun LRT

dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Letak Stasiun LRT (Rute LRT warna putih dan rute

MRT Jakarta warna biru)

Setelah menentukan letak stasiun LRT, maka dilakukan

perhitungan jumlah rumah pada zona radius 500 m dan 250 m.

Sedangkan untuk zona radius 1 km dilakukan perhitungan luas

bangunan komersial dengan jumlah lantai. Setelah diketahui

jumlah rumah dan luas bangunan komersial dengan jumlah

lantai, data tersebut digunakan sebagai variabel yang akan

digunakan pada persamaan regresi pada zona halte

Transjakarta Koridor 1 untuk mendapatkan jumlah penumpang

yang naik dan turun pada rute LRT. Jumlah rumah yang

dihitung apabila diregresikan dengan penumpang naik pagi

dan turun malam akan didapatkan bangkitan dan tarikan,

sedangkan luas bangunan komersial x lantai apabila

diregresikan dengan penumpang turun pagi dan naik malam

akan didapatkan tarikan dan bangkitan. Contoh

perhitungannya adalah sebagai berikut : [2]

Persamaan regresi zona halte Transjakarta koridor 1 :

Y = 0,1513 X + 753,23

Jumlah rumah pada zona stasiun 1 LRT :

780 rumah (sebagai X)

Maka bangkitan perjalanannya :

Y = 0,1513 X + 753,23

=(0,1513 x 780) + 753,23

= 871

Hasil dari bangkitan dan tarikan pada rute LRT dapat dilihat

pada tabel 4.

Tabel 4

Bangkitan dan Tarikan Rute LRT

No Stasiun Bangkitan

Pagi

Tarikan

Pagi

Bangkitan

Malam

Tarikan

Malam

1 1 871 869 1512 1404

2 2 938 979 2172 1491

3 3 1106 998 2286 1710

4 4 1091 1023 2439 1691

5 5 941 719 613 1495

6 6 1128 743 756 1740

7 7 807 784 1001 1320

8 8 829 776 955 1349

9 9 820 770 917 1337

10 10 829 808 1149 1349

11 11 936 903 1716 1488

12 12 839 802 1110 1361

13 13 860 877 1563 1389

14 14 835 819 1214 1357

15 15 855 804 1126 1382

16 16 857 766 896 1384

17 17 878 798 1087 1413

18 18 887 810 1158 1424

19 19 805 778 967 1317

D. Analisis Transit LRT

Pada tugas akhir ini, moda LRT yang direncanakan

merupakan moda pengumpan (feeder) MRT Jakarta. Maka

perlu dilakukan analisis jumlah penumpang yang akan transit

atau pindah moda dari MRT Jakarta menuju moda LRT yang

direncanakan. Pada rute LRT sendiri ada dua lokasi stasiun

transit yaitu stasiun 1 dan stasiun 11 yang berdekatan dengan

stasiun MRT Jakarta yaitu stasiun Dukuh Atas dan Senayan

Perhitungan dalam analisis ini, data yang digunakan adalah

jumlah penumpang Trasnjakarta naik dan turun pada pagi dan

malam hari yang diasumsikan sebagai penumpang MRT

Jakarta. Data tersebut digunakan untuk mencari nilai rata –

rata penumpang naik dan turun pada pagi dan malam hari pada

halte biasa dan nilai rata – rata penumpang naik dan turun

pada pagi dan malam hari pada halte transit. Halte transit pada

Transjakarta koridor 1 adalah halte Blok M, Dukuh Atas, dan

Harmoni. Hasil nilai rata – rata halte transit kemudian dibagi

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6

4

nilai rata – rata halte non transit. Letak stasiun LRT transit dan

stasiun MRT Jakarta transit dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar 3. Lokasi stasiun LRT transit dan stasiun MRT

Jakarta (Lingkaran Kuning)

Berikut adalah hasil perhitungan analisis transit LRT :

1. Nilai rata – rata halte transit : halte non transit nak pagi :

1.315 / 678 = 1,939686962

2. Nilai rata – rata halte transit : halte non transit turun pagi :

3.742 / 2.247 = 1,665166873

3. Nilai rata – rata halte transit : halte non transit naik malam:

1.535 / 765 = 2,006974717

4. Nilai rata – rata halte transit : halte non transit turun malam:

2.557 / 1.453 = 1,75971245

Hasil perbandingan nilai rata – rata yang telah

dihitung, digunakan sebagai faktor pengali untuk mendapatkan

penumpang LRT + jumlah penumpang yang transit. Nilai –

nilai yang telah dihitung dikalikan dengan hasil bangkitan dan

tarikan LRT yang telah diketahui pada stasiun transit yaitu 1

dan 11 [6].

E. Analisis Bangkitan pada Tahun Rencana

Dalam tugas akhir ini juga perlu menghitung bangkitan pada

tahun rencana. Tahun rencana yang ditentukan adalah tahun

2030. Tahun 2030 dipilih berdasarkan RTRW DKI Jakarta

tahun 2030. Dalam RTRW DKI Jakarta tahun 2030 terdapat

peta rencana tata ruang kota kawasan DKI Jakarta. Peta

tersebut menjelaskan kawasan mana yang akan berkembang

menjadi kawasan perumahan dan kawasan komersial pada

tahun 2030. Peta rencana tata ruang kota pada daerah sekitar

rute LRT yang dapat dilihat pada gambar 4.

Gambar 4. Peta rencana tata ruang kota DKI Jakarta pada

daerah rute LRT

Dalam analisis ini, kita menghitung jumlah rumah dan luas

bangunan komersial x jumlah lantai yang diperkirakan akan

bertambah pada tahun 2030 berdasarkan RTRW DKI Jakarta

tahun 2030. Perhitungan yang dilakukan sama seperti pada

zona stasiun LRT dengan radius 1 km, 500 m, dan 250 m.

Untuk jumlah rumah, pada analisis tahun rencana ini

diasumsikan berupa apartemen berlantai 10 dengan luas unit

59 m2 dengan perhitungan luas sesuai dengan peta rencana tata

kota. Untuk luas bangunan komersial diasumsikan sebagai

gedung perkantoran berlantai 10 dengan luas sesuai daerah

yang direncanakan pada peta rencana tata kota. Hasil

perhitungan pertumbuhan jumlah rumah dan luas bangunan

zona stasiun LRT pada tahun 2030 digunakan sebagai variabel

x pada persamaan regresi zona halte Transjakarta koridor 1.

Dengan perhitungan yang sama, hasil perhitungan bangkitan

dan tarikan pada rute LRT tahun rencana yaitu tahun 2030

yang dapat dilihat pada tabel 5 [2].

Tabel 5

Bangkitan dan Tarikan Rute LRT Tahun Rencana

No Stasiun Bangkitan

Pagi

Tarikan

Pagi

Bangkitan

Malam

Tarikan

Malam

1 1 871 950 1998 1404

2 2 1135 1088 2830 1734

3 3 1188 1053 2618 1710

4 4 1173 1055 2628 1691

5 5 941 744 765 1495

6 6 1232 825 1252 1740

7 7 807 828 1267 1320

8 8 882 820 1221 1485

9 9 853 817 1204 1337

10 10 829 856 1436 1349

11 11 1211 944 1962 1488

12 12 1088 863 1478 2013

13 13 897 939 1931 1389

14 14 872 880 1582 1357

15 15 855 908 1746 1382

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6

5

16 16 857 896 1676 1384

17 17 878 891 1648 1413

18 18 940 918 1805 1564

19 19 856 827 1261 1450

F. Analisis Trip Distribution dengan Metode Furness

Untuk mendapatkan persebaran penumpang pada rute LRT,

perlu dilakukakan analisis persebaran dengan metode Furness

[2]. MAT (Matriks Asal Tujuan) awal yang digunakan adalah

matriks bernilai 1 kemudian untuk mendapatkan matrik

persebaran dikalikan dengan bangkitan dan tarikan rute LRT

eksisting yang sudah diketahui dan dilakukakn secara

bergantian. Pada matrik awal, untuk angka bangkitan dan

tarikan stasiun 1 dan 11 yang merupakan stasiun transit,

dikalikan juga dengan nilai faktor pengali transit yang telah

dihitung sebelumnya. Matrik yang dikalikan kemudian

diiterasikan hingga mendapatkan hasil fo = 1. Untuk Furness

tahun rencana, hasil matrik akhir dari furness eksisting diiterasi

kembali dengan mengkalikan bangkitan dan tarikan pada tahun

2030. Hasil MAT dapat dilihat pada tabel 6, 7, 8, dan 9.

Tabel 6. MAT Pagi tahun Eksisting

Tabel 7. MAT Malam tahun Eksisting

Tabel 8. MAT Pagi Tahun 2030

Tabel 9. MAT Malam Tahun 2030

G. Analisis Trip Assignment

Analisis trip assignment atau analisis pembebanan

penumpang didapatakan dari hasil matrik Furness [2].

Pembebanan yang di analisis adalah pembebanan penumpang

per ruas rute LRT arah pergi dan pulang. Pembebanan ini juga

digunakan untuk perencanaan headway moda LRT. Hasil

pembebanan dapat dilihat pada tabel 10 dan 11.

Tabel 10 Pembebanan per Ruas Rute LRT Eksisting Pagi dan

Malam

Tabel 11 Pembebanan per Ruas Rute LRT Tahun 2030 Malam

Ruas Jumlah Penumpang Ruas Jumlah Penumpang Ruas Jumlah Penumpang Ruas Jumlah Penumpamg

1 1-2 1689,94 19-18 855,90 1 1-2 4010,41 19-18 1261,28

2 2-3 2607,81 18-17 1708,24 2 2-3 6319,16 18-17 2918,87

3 3-4 3433,32 17-16 2410,07 3 3-4 8067,04 17-16 4268,86

4 4-5 4102,55 16-15 3004,58 4 4-5 9496,37 16-15 5500,63

5 5-6 4562,92 15-14 3508,82 5 5-6 9478,74 15-14 6642,03

6 6-7 5109,09 14-13 3945,83 6 6-7 9436,41 14-13 7496,97

7 7-8 5275,82 13-12 4294,95 7 7-8 9687,08 13-12 8440,26

8 8-9 5413,86 12-11 4697,48 8 8-9 9722,88 12-11 8740,89

9 9-10 5457,12 11-10 5359,71 9 9-10 9675,53 11-10 9349,96

10 10-11 5388,50 10-9 5310,02 10 10-11 9665,49 10-9 9390,28

11 11-12 5335,79 9-8 5214,76 11 11-12 8814,28 9-8 9176,29

12 12-13 5066,40 8-7 5050,68 12 12-13 7927,95 8-7 8821,87

13 13-14 4575,35 7-6 4775,05 13 13-14 7337,91 7-6 8487,71

14 14-15 4036,42 6-5 4547,47 14 14-15 6549,14 6-5 7353,26

15 15-16 3382,31 5-4 4204,29 15 15-16 5682,88 5-4 6446,38

16 16-17 2652,70 4-3 3541,11 16 16-17 4651,39 4-3 5365,11

17 17-18 1842,62 3-2 2737,92 17 17-18 3418,88 3-2 3918,99

18 18-19 915,20 2-1 1750,31 18 18-19 1877,80 2-1 2258,28

NoMalam

NoPagi

Ruas Jumlah Penumpang Ruas Jumlah Penumpang Segmen Jumlah Penumpang Segmen Jumlah Penumpamg

1 1-2 1690 19-18 805 1-2 3034 19-18 967

2 2-3 2434 18-17 1610 2-3 4833 18-17 2025

3 3-4 3201 17-16 2321 3-4 6448 17-16 2906

4 4-5 3813 16-15 2934 4-5 7897 16-15 3520

5 5-6 4276 15-14 3456 5-6 7828 15-14 4234

6 6-7 4772 14-13 3877 6-7 7698 14-13 4910

7 7-8 4950 13-12 4212 7-8 7793 13-12 5709

8 8-9 5067 12-11 4470 8-9 7759 12-11 6069

9 9-10 5104 11-10 4873 9-10 7624 11-10 7211

10 10-11 5045 10-9 4866 10-11 7504 10-9 7210

11 11-12 4795 9-8 4797 11-12 7339 9-8 7003

12 12-13 4489 8-7 4651 12-13 6806 8-7 6720

13 13-14 4043 7-6 4414 13-14 6261 7-6 6382

14 14-15 3552 6-5 4225 14-15 5520 6-5 5629

15 15-16 2994 5-4 3907 15-16 4630 5-4 4903

16 16-17 2391 4-3 3255 16-17 3607 4-3 4299

17 17-18 1675 3-2 2489 17-18 2483 3-2 3360

18 18-19 861 2-1 1600 18-19 1241 2-1 2327

NoPagi Malam

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6

6

H. Perencanaan Moda dan Operasional LRT

Contoh perhitungan headway (berdasarkan analisis

pembebanan) [3] :

Kebutuhan penumpang maksimum (Eksisting) = 7897 orang/8

jam = 987 orang/jam

Jenis kendaraan LRT yang digunakan : Alstom Citadis Dualis

dengan kapasitas 234 penumpang (Cv)

Headway maksimum (h maks) = (Cv x 3600)/P

= (234 x 3600)/987

= 853,3541 detik = 14,22 menit

Headway rencana (h) = 14 menit = 840 detik

Kapasitas jalur (C) = (Cv x 3600)/h

= (243 x 3600)/840

= 1002,857 penumpang

Frekuensi (F) = (1/h) x 3600

= (1/840) x 3600

= 5 kendaraan / jam

Kontrol = (P/C) < 1

= (987/1002,857) < 1

= 0,984 < 1 .........................OK

Jarak tempuh = 18,56 km (rute pulang dan pergi)

Kecepatan minimum = 20 km/jam = 0,33 km/menit

Headway = 660 detik

Jumlah Armada =

Dari hasil perhitungan, headway yang akan digunakan pada

rute LRT adalah sebagai berikut :

Jumlah Penumpang = 1174 penumpang/jam (tahun 2030)

Jenis moda = Bombardier Flexity Freedom

Kapasitas 251 penumpang

Frekuensi = 5 kendaraan/jam

Headway = 720 detik = 12 menit

Perencanaan area mengantri [5]

Panjang moda LRT = Bombardier Flexity Freedom,

30,8 m

Jumlah pintu kereta = 6 pintu

Lebar stasiun LRT rencana = 2 m

LOS (Level of Service) = C, 0,7 m2 / orang

Luas stasiun = 61,6 m2

Jumlah penumpang = 354 penumpang/jam

Jumlah orang mengantri = 354 / 6 = 59 orang/jam

= 12 orang/12 menit

Luas tempat menunggu = 0,7 x 12 orang = 8,3 m2 ~ 8 m2

IV. KESIMPULAN/RINGKASAN

1. Dari hasil permodelan yang dilakukan dengan menggunakan

analisis regresi, didapatkan empat persamaan regresi

berdasarkan pada zona halte Transjakarta koridor 1 radius 1

km, 500 m, dan 250 m yang kemudian digunakan untuk

permodelan rute LRT. Persamaan regresi yang didapatkan

adalah y = 0,1513x + 753,23 untuk permodelan bangkitan

pagi, y = 0,0002x + 649,09 untuk tarikan pagi, y = 0,0012x

+ 194,18 untuk bangkitan malam, dan y = 0,3955x + 1249,3

untuk tarikan malam.

2. Dari hasil analisis didapatkan pada rute LRT yang memiliki

bangkitan terbesar pada kondisi eksisting adalah stasiun 4

yaitu sebesar 2439 yang berada pada Jl. Karet Pasar Baru

Barat dekat daerah Dukuh Atas dan untuk kondisi tahun

rencana tahun 2030 adalah stasiun 2 yaitu sebesar 2830

yang berada pada Jl. Karet Pasar Baru Timur dekat daerah

Dukuh Atas. Untuk tarikan terbesar pada kondisi eksisting

adalah stasiun 6 yaitu sebesar 1740 yang berada pada Jl.

Pejompongan Raya dan untuk kondisi tahun rencana adalah

staisun 12 yaitu sebesar 2013 yang berada pada Jl. Senopati.

3. Dari hasil analisis distribusi yang dapat dilihat pada matriks

asalal tujuan pada bagian lampiran, didapatkan pergerakan

yang paling maksimum pada tahun eksisting adalah

pergerakan pada stasiun 11 menuju stasiun 1 pada malam

hari yaitu sebesar 336,57 sedangkan tahun 2030 pergerakan

pada stasiun 1 menuju stasiun 11 pada malam hari yaitu

sebesar 394,06.

4. Dari hasil analisis pembebanan dapat disimpulkan bahwa

kebutuhan (demand) ruas antar stasiun LRT yang terbesar

adalah ruas 4-5 yaitu sebesar 7897,30 untuk kondisi

eksisting dan ruas 8-9 yaitu sebesar 9722,88 untuk kondisi

tahun rencana.

5. Headway rencana yang didapatkan dari hasil analisis adalah

720 detik atau 12 menit menggunakan jenis moda

Bombardier Flexity Freedom. Untuk travel time yang

didapatkan adalah 1 jam. Sehingga didapatkan jumlah

armada tiap jam sebesar 5 kereta. Untuk jenis right of way

yang dipilih adalah separated right of way atau tipe B,

shared right of way atau tipe C, dan exclusive right of way

atau tipe A. Kemudian untuk analisis area mengantri

didapatkan luas area mengantri pada stasiun LRT berdarkan

jenis moda dan jumlah penumpang maksimum adalah 8 m2

untuk stasiun biasa dan 5,6 m2 untuk stasiun trasnit.

DAFTAR PUSTAKA

[1] About MRT Jakarta Project, Brosur MRT Jakarta, PT.

Mass Rapid Jakarta, Jakarta.

[2] Tamin, O.Z. 2000. Perencanaan dan Permodelan

Transportasi.Bandung : ITB.

[3] Vuchic, V. R. 1981. Urban Public Transportation

System and Technology. University of Pensylvania

[4] BPS Provinsi DKI Jakarta, 2012, e-Publikasi Kecamatan

Dalam

Angka,URL<:http://jakarta.bps.go.id/index.php?bWVudT

0xOTUwJnBhZ2U9YnVrdWtkYQ==>

[5] Transportation Research Board. 2003. Transit Capacity

and Quality of Service Manual—2nd Edition.

Washington, D.C

[6] Febrianda, M. 2013. Studi Perencanaan Rute LRT

(Light Rail Transit) Sebagai Moda Pengumpan

(Feeder) MRT Jakarta. Tugas Akhir S1 Jurusan Teknik

Sipil