jurnal rully febri a
DESCRIPTION
KE TTRANSCRIPT
GAMBARAN ANGKA KEJADIAN KEHAMILAN
EKTOPIK DI RUMAH SAKIT UMUM dr. H. ABDUL
MOELOEK BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2012-2014
Disusun Oleh : Rully Febri Anggoro
NPM : 11310342
Pembimbing I : dr. Fonda Octarianingsih, Sp. OG
Pembimbing II : Mala Kurniati, S.Si, M.Biomed
Penguji : dr. Moeliadi M. Arsyad, Sp. OG
ABSTRAK
Latar Belakang : Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang tempat implantasi, nidasi
atau melekatnya buah kehamilan di luar tempat yang tidak semestinya. Kehamilan
ektopik terganggu (KET) merupakan salah satu masalah di bidang obstetri dan
ginekologi yang berkontribusi pada mortalitas maternal. Merupakan kehamilan yang
berbahaya bagi wanita yang bersangkutan karena dapat menimbulkan abortus maupun
ruptur tuba, sehingga dapat menimbulkan perdarahan yang menyebabkan hipotensi
berat atau syok. Bila terlambat mendapatkan penanganan yang tepat penderita bisa
meninggal akibat kehilangan darah yang banyak.
Tujuan : Untuk mengetahui gambaran angka kejadian kehamilan ektopik di RSUD Dr.
H. Abdul Moeloek Bandar Lampung periode 1 Januari 2012 sampai 31 Desember 2014.
Metode : Jenis penelitian deskriptif observasional pendekatan cross sectional. Dengan
menganalisa data rekam medik pasien kehamilan ektopik. Populasi seluruh pasien
kehamilan ektopik terganggu di RSUD dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung 2012-
2014.
Hasil : Hasil penelitian didapatkan 195 kasus KET selama periode tahun 2012-2015.
Terdapat 42 data rekam medik yang tidak memenuhi kriteria inklusi. Sehingga subyek
penelitian menjadi 153 orang. Kelompok usia terbanyak adalah kelompok usia 30-34
tahun sebanyak 72 kasus (47,05%). Paritas terbanyak adalah paritas ke-3 sebanyak 61
kasus. Terdapat 24 orang (15,7%) mengalami KET berulang. Riwayat kelainan
ginekologis terbanyak adalah penyakit radang panggul (PRP) sebanyak 79 orang
(51,6%). Metode kontrasepsi terbanyak adalah metode suntik sebanyak 37 orang
(45,6%). Berdasarkan lokasi, terbanyak pada tuba falopii, tuba falopii dextra sebanyak
79 kasus (51,6%) dan tuba sinistra sebanyak 64 kasus (41,8%).
Kata kunci : Kehamilan ektopik, KET.
Kepustakaan : 26 (1999-2014)
ABSTRACT
Background : Ectopic pregnancy is a pregnancy that implanted outside the
circumstances (uterine body). Ruptured ectopic pregnancy is one of the problems in the
area of obstetrics and gynecology that contribute to maternal mortality. This is a
seriously condition in women due to bleeding. It may cause abortion or tuba rupture
which can result in bleeding that causes severe hypotension and shock. The delayed
management, may cause the mortality.
Objective : To describe the incidence of ectopic pregnancy In RSUD Abdul Moeloek
Bandar Lampung Period 1 January 2012 to 31 December 2014
Method : This used descriptive observational research with cross-sectional approach.
was analyzed the medical records of ectopic pregnancy’s patients. The population was
all the patients of ruptured ectopic pregnancy in RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar
Lampung 2012-2014 Result : The result showed 195 cases of ruptured ectopic pregnancy within 2012 to
2015. There were 42 medical records required inclusion criteria. resulty 153 subjects.
The most group age 30-34 years, that were 72 cases (47.05%). The most parity was the
3rd parity as many as 61 cases, and 24 patients (15.7%) experienced recurrent ruptured
ectopic pregnancy. History of gynecological disorders were most pelvic inflammatory
disease (PID) most suffered by 79 patients (51.6%). The most contraceptive method
was injected as many as 37 patients (45.6%). Based on the location, the most common
was in the fallopian tube, the right side fallopian tube was 79 cases (51,6%) and the left
side fallopian tube was 64 cases (41,8%).
Keywords : ectopic pregnancy,
References : 26 (1999-2014)
I. PENDAHULUAN
Kehamilan adalah suatu proses
penyatuan sperma dari laki-laki dan
ovum dari perempuan. Masa kehamilan
dimulai dari konsepsi hingga lahirnya
janin. Lamanya hamil normal adalah
280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari)
hal ini dapat dihitung dari hari pertama
haid terakhir. Kehamilan dibagi menjadi
3 triwulan yaitu triwulan pertama yang
dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan,
triwulan kedua dari bulan keempat
sampai bulan keenam, triwulan ketiga
dari bulan ketujuh sampai sembilan
bulan. Kehamilan dan persalinan setiap
ibu akan dihadapkan pada risiko
kesakitan, ketidakpuasan bahkan
kematian. Baik pada bayi maupun pada
ibu.1
Angka Kematian Ibu (AKI)
merupakan indikator utama derajat
kesehatan masyarakat dan ditetapkan
sebagai salah satu tujuan Millenium
Development Goals (MDGs). Saat ini
Angka Kematian Ibu (AKI) di
Indonesia tertinggi diantara negara -
negara ASEAN dengan penurunan
sangat lambat. AKI Indonesia
diperkirakan tidak akan dapat mencapai
target MDGs yang ditetapkan yaitu
102/100 000 kelahiran hidup pada tahun
2015. Dari data SDKI 2012 justru
terjadi peningkatan angka kematian ibu
dari 228/100.000 kelahiran hidup
menjadi 359/100.000.2
Berdasarkan data
profil kesehatan Provinsi Lampung
tahun 2012, AKI di Lampung mencapai
228/100.000 kelahiran hidup yang
disebabkan oleh eklampsia (33%),
perdarahan (23%), dan infeksi (2%).3
Kehamilan ektopik (KE)
merupakan salah satu masalah di bidang
obstetri dan ginekologi yang
berkontribusi pada mortalitas maternal.4
Kehamilan ektopik ini merupakan
kehamilan yang berbahaya bagi wanita
yang bersangkutan berhubung dengan
besarnya kemungkinan terjadi keadaan
gawat. Keadaan gawat ini dapat terjadi
apabila kehamilan ektopik terganggu
(KET) dimana terjadi abortus maupun
ruptur tuba. Abortus dan ruptur tuba
menimbulkan perdarahan ke dalam
kavum abdominalis yang bila cukup
banyak bisa menyebabkan hipotensi
berat atau syok. Bila terlambat
mendapatkan penanganan yang tepat
penderita bisa meninggal akibat
kehilangan darah yang banyak.5
Dari data World Health
Organization (WHO) pada tahun 2007
menunjukkan bahwa kehamilan ektopik
merupakan penyebab satu dari 200
mortalitas maternal di negara maju.
Dengan 60.000 kasus setiap tahun atau
berkontribusi sekitar 6% pada semua
kematian terkait kehamilan.4 Di
Indonesia, berdasarkan laporan dari
Biro Pusat Statistik Kesehatan diketahui
bahwa pada tahun 2007 terdapat 20
kehamilan ektopik di setiap 1.000
kehamilan.2
Sedangkan dari hasil
presurvey yang dilakukan oleh peneliti
di Rumah Sakit Umum Dr. H. Abdul
Moeloek, terjadi kehamilan ektopik
sebanyak 195 kasus selama Tahun
2012-2014. Kehamilan ektopik adalah
kehamilan yang tempat implantasi,
nidasi atau melekatnya buah kehamilan
di tempat yang tidak semestinya.5
Kehamilan ektopik terjadi apabila hasil
konsepsi berimplantasi, tumbuh dan
berkembang di luar endometrium
normal.6
Sampai sekarang penyebab pasti
dari kehamilan ektopik belum diketahui
pasti, namun ada beberapa faktor yang
dapat menyebabkan terjadinya
kehamilan ektopik yaitu usia ibu,
penggunaan kontrasepsi, riwayat
penyakit ginekologis dan riwayat
kehamilan ektopik sebelumnya.
Kehamilan ektopik bagi seorang ibu
atau wanita harus diketahui dan
dideteksi secara dini karena sering kali
ibu dengan kehamilan ektopik datang
ketempat pelayanan kesehatan setelah
timbul masalah yang lebih besar.7
Oleh
karena itu perlu diperhatikan lebih
dalam faktor – faktor yang dapat
mempengaruhi kehamilan ektopik,
sehingga nantinya angka kematian ibu
akibat kehamilan ektopik terganggu
dapat berkurang.
II. METODE
Jenis penelitian yang digunakan
adalah deskriptif yaitu suatu metode
penelitian yang dilakukan dengan tujuan
utama membuat gambaran atau
deskripsi tentang suatu keadaan secara
objektif.22
Penelitian ini menggunakan
pendekatan studi kasus cross sectional
untuk mengetahui gambaran angka
kejadian kehamilan ektopik di Rumah
Sakit Umum Dr. H. Abdul Moeloek
Bandar Lampung Tahun 2012 – 2014
melalui data rekam medik pasien.
III. HASIL
Proses pengambilan data pada
penelitian ini dilakukan pada bulan Mei
2015 dimulai dengan pencatatan nomor
rekam medis di Ruang Kebidanan
Delima RSUD Dr. H. Abdul Moeloek.
Kemudian dilakukan pengambilan data
rekam medik di ruang rekam medik
RSUD Dr. H. Abdul Moeloek. Terdapat
sampel penelitian sebanyak 195 pasien
dari tahun 2012 sampai tahun 2014,
namun terdapat 42 data rekam medik
yang tidak lengkap, sehingga sampel
penelitian menjadi 153 pasien.
1. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk
mendeskripsikan gambaran angka
kejadian kehamilan ektopik di Rumah
Sakit Umum Dr. H. Abdul Moeloek
Bandar Lampung tahun 2012 – 2014.
A. Kejadian Kehamilan Ektopik
Terganggu
Distribusi frekuensi kejadian
kehamilan ektopik di RSUD Dr. H.
Abdul Moeloek Bandar Lampung tahun
2012 – 2014 ditampilkan dalam bentuk
grafik dibawah ini:
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Kejadian
Kehamilan Ektopik Di RSUD Dr. H.
Abdul Moeloek Bandar Lampung Tahun
2012 – 2014.
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui
bahwa kejadian kehamilan ektopik
terganggu di RSUD Dr. H. Abdul
Moeloek Bandar Lampung, tahun 2012
sebanyak 78 orang(40%), tahun 2013
sebanyak 65 orang (33,3%) dan tahun
2014 sebanyak 52 orang (26,7%).
B. Usia
Distribusi usia penderita
kehamilan ektopik di Rumah Sakit
Umum Dr. H. Abdul Moeloek Bandar
Lampung tahun 2012 – 2014
ditampilkan dalam bentuk tabel
dibawah ini:
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Usia
Penderita Kehamilan Ektopik Di RSUD
Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung
Tahun 2012 – 2014.
Usia Jumlah (%)
<20tahun 3 1,96
20-24 tahun 20 13,01
25-29 tahun 50 32,67
30-34 tahun 72 47,05
35-39 tahun 6 3,92
40 tahun> 2 1,30
Total 153 100,0
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui
bahwa kelompok usia penderita
kehamilan ektopik terbanyak adalah 30-
34 tahun sebanyak 72 orang (47,05%).
Kelompok usia 25-29 tahun sebanyak
50 orang (32,67%), kelompok usia 20-
24 tahun sebanyak 20 orang (13,01%),
kelompok usia 35-39 tahun sebanyak 6
orang, kelompok usia kurang dari 20
tahun sebanyak 3 orang (1,96%) dan
kelompok usia 40 tahun lebih sebanyak
2 orang (1,30%).
C. Paritas
Distribusi paritas penderita
kehamilan ektopik di RSUD Dr. H.
Abdul Moeloek Bandar Lampung tahun
2012 – 2014 ditampilkan dalam bentuk
grafik dibawah ini:
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Paritas
Penderita Kehamilan Ektopik Di RSUD
Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung
Tahun 2012 – 2014.
Paritas Jumlah (%)
0 14 9,2
1 28 18,3
2 37 24,2
3 61 39,9
4 9 5,9
5 3 2,0
6 1 0,7
Total 153 100,0
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui
bahwa paritas terbanyak pada penderita
kehamilan ektopik adalah paritas 0-3
78 65
52
0
20
40
60
80
100
Tahun 2012Tahun 2013Tahun 2014
Kejadian kehamilan ektopik terganggu di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek
40% 33,3% 26,7%
yaitu paritas ke-3 sebanyak 61 orang
(39,9%), paritas ke-2 sebanyak 37 orang
(24,2%), paritas ke-1 sebanyak 28 orang
(18,3%), dan paritas ke-1 sebanyak 14
orang (9,2). Kemudian pada paritas ke-4
didapatkan 9 orang (5,9%), paritas ke-5
sebanyak 3 orang (2,0%) dan paritas ke-
6 hanya 1 orang (0,7%).
D. Riwayat Kehamilan Ektopik
Distribusi riwayat kehamilan
ektopik pada penderita kehamilan
ektopik di Rumah Sakit Umum Dr. H.
Abdul Moeloek Bandar Lampung tahun
2012 – 2014 ditampilkan dalam bentuk
tabel dibawah ini:
Tabel 4.4 Distribusi Riwayat Kehamilan
Ektopik Pada Penderita Kehamilan Ektopik
Di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar
Lampung Tahun 2012 – 2014.
Riwayat KE Jumlah (%)
Tidak ada
riwayat KE 129 84,3
Ada riwayat
KE 24 15,7
Total 153 100,0
Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa
sebanyak 129 orang (84,3%) tidak
memiliki riwayat kehamilan ektopik
sebelumnya sedangkan 24 orang
(15,7%) memiliki riwayat kehamilan
ektopik.
E. Riwayat Penyakit Ginekologis
Distribusi riwayat penyakit
ginekologis pada penderita kehamilan
ektopik di Rumah Sakit Umum Dr. H.
Abdul Moeloek Bandar Lampung tahun
2012 – 2014 ditampilkan dalam bentuk
tabel dibawah ini:
Tabel 4.5 Distribusi Riwayat
Penyakit Ginekologis Pada Penderita
Kehamilan Ektopik Di RSUD Dr. H.
Abdul Moeloek Bandar Lampung
Tahun 2012 – 2014.
Riwayat penyakit
ginekologis Jumlah
(%)
Tidak ada kelainan 57 37,3
Riwayat PRP 79 51,6
Riwayat PMS 17 11,1
Total 153 100,0
Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui
bahwa sebanyak 79 orang (51,6%)
pernah mengalami penyakit
radang/infeksi panggul (PRP) kemudian
17 orang (11,1%) pernah mengalami
penyakit menular seksual (PMS)
sedangkan yang tidak mempunyai
kelainan ginekologis adalah sebanyak
57 orang (37,3%).
F. Riwayat Penggunaa Kontrasepsi
Distribusi penggunaan kontrasepsi pada
penderita kehamilan ektopik di Rumah
Sakit Umum Dr. H. Abdul Moeloek
Bandar Lampung tahun 2012 – 2014
ditampilkan dalam bentuk tabel
dibawah ini:
Tabel 4.6 Distribusi Riwayat Kontrasepsi
Pada Penderita Kehamilan Ektopik Di RSUD
Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung
Tahun 2012 – 2014.
Penggunaan
Kontrasepsi Jumlah (%)
Non kontrasepsi 72 47,1
Riwayat
kontrasepsi 81 52,9
Total 153 100,0
Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui
bahwa 81 orang (52,9%) penderita
kehamilan ektopik terganggu
menggunakan kontrasepsi, sedangkan
yang tidak menggunakan kontrasepsi
adalah 72 orang (47,1%).
G. Jenis Kontrasepsi
Distribusi jenis kontrasepsi pada
penderita kehamilan ektopik yang
menggunakan alat kontrasepsi di
Rumah Sakit Umum Dr. H. Abdul
Moeloek Bandar Lampung tahun 2012
– 2014 ditampilkan dalam bentuk tabel
dibawah ini:
Tabel 4.7 Distribusi Jenis Kontrasepsi Pada
Penderita Kehamilan Ektopik Di RSUD Dr.
H. Abdul Moeloek Bandar Lampung Tahun
2012 – 2014.
Jenis
Kontrasepsi Jumlah (%)
IUD 10 12,5
Suntik 37 45,6
Pil 26 31,0
Susuk 8 9,8
Total 81 100,0
Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahu
bahwa jenis kontrasepsi yang digunakan
adalah kontrasepsi suntik yaitu
sebanyak 37 orang (45,6%). Kemudian
kontrasepsi pil sebanyak 26 orang
(31,0%), kontrasepsi IUD sebanyak 10
orang (12,5%), dan kontrasepsi susuk
sebanyak 8 orang (9,8%).
H. Lokasi Kehamilan Ektopik
Distribusi lokasi terjadinya kehamilan
ektopik pada penderita kehamilan
ektopik di Rumah Sakit Umum Dr. H.
Abdul Moeloek Bandar Lampung tahun
2012 – 2014 ditampilkan dalam bentuk
tabel dibawah ini:
Tabel 4.8 Distribusi Lokasi
Terjadinya Kehamilan Ektopik Pada
Penderita Kehamilan Ektopik Di RSUD Dr.
H. Abdul Moeloek Bandar Lampung Tahun
2012 – 2014.
Lokasi KE Jumlah (%)
Tuba dekstra 79 51,6
Tuba sinistra 64 41,8
Fimbrae 8 5,2
Servikalis 1 0,7
Abdominalis 1 0,7
Total 153 100,0
Dari tabel 4.8 dapat diketahui bahwa
lokasi terbanyak terjadinya kehamilan
ektopik adalah di tuba dekstra sebanyak
79 orang (51,6%) dan tuba sinistra
sebanyak 64 orang (41,8%). Kemudian
di fimbrae sebanyak 8 orang (5,2%),
sevikalis 1 orang (0,7%) dan
abdominalis 1 orang (0,7%).
IV. PEMBAHASAN
A. Kejadian Kehamilan Ektopik
Berdasarkan data yang diperoleh
oleh peneliti di Rumah Sakit Umum Dr.
H. Abdul Moeloek Bandar Lampung,
terdapat 195 kasus kejadian kehamilan
ektopik terganggu selama 3 tahun. Pada
tahun 2012 sebanyak 78 kasus, tahun
2013 sebanyak 65 kasus dan pada tahun
2014 sebanyak 52 kasus. Dari tahun ke
tahun, kejadian kehamilan ektopik
terganggu di RSUD Dr. H. Abdul
Moeloek mengalami penurunan.
Hal ini sesuai dengan survey yang
dilakukan oleh The National Hospital
Discharge Survey (2012) yang
menyatakan bahwa bahwa di Amerika
Serikat kejadian kehamilan ektopik
telah menurun dari 33 kehamilan
ektopik/100.000 kehamilan di tahun
2001 menjadi 21 kehamilan
ektopik/100.000 kehamilan pada tahun
2010. Penurunan ini terjadi karena
kemajuan di bidang kesehatan, seperti
meningkatnya keterampilan paramedis
mendiagosa KET secara lebih dini dan
Pengetahuan ibu yang semakin baik
juga berpengaruh pada penurunan
kejadian kehamilan ektopik, sehingga
para ibu lebih waspada tentang faktor-
faktor yang dapat menyebabkan
kehamilan ektopik tersebut.23
B. Usia
Distribusi usia terbanyak pada
penderita kehamilan ektopik di RSUD
Dr. H. Abdul Moeloek Bandar
Lampung adalah kelompok usia 30-34
tahun sebanyak 72 orang (47,2%)
dengan usia rata-rata 30 tahun. Hasil ini
sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Deanette (2014) di RSU.
Kandou Manado yang menemukan
bahwa umur pasien KET terbanyak
adalah pada kelompok usia 30-34 tahun,
yaitu berjumlah 86 (32%) dari 271
pasien.12
Penelitian tentang insiden
kehamilan ektopik di Ebony State
University Teaching Hospital,
Abakaliki, Nigeria periode Juni 2002
sampai Mei 2012 menunjukkan jumlah
pasien KET terbanyak terdapat pada
kelompok usia 25-29 tahun, yaitu 88%
dari 205 pasien.23
Oleh karena itu,
berdasarkan perbandingan dari
penelitian diatas, dapat disimpulkan
bahwa usia rentan terjadinya KET pada
wanita adalah pada usia 25-35 tahun.
Hal ini disebabkan karena pada usia
tersebut sering terjadi endometriosis,
infeksi panggul yang menyebabkan
perubahan pada endosalping sehingga
menghambat zigot menuju
endometrium.5 Selain itu kelompok usia
20-35 tahun merupakan usia dimana
wanita berada pada tingkat kesuburan
yang tinggi dan wanita dalam kelompok
usia ini memiliki risiko aktivitas secara
seksual yang tinggi. Jika wanita tersebut
melakukan hubungan seksual secara
tidak higienis, maka risiko terkena
penyakit peradangan atau infeksi pelvis
akan meningkat,24
C. Paritas
Paritas adalah banyaknya jumlah
kelahiran yang dipunyai oleh seorang
wanita. Paritas dapat dibedakan menjadi
nulipara, primipara, multipara dan
grandemultipara.23
Insiden kehamilan
ektopik meningkat seiring dengan
pertambahan paritas. Kejadian ini lebih
banyak terjadi pada multipara.12
Penelitian Anita (2006) di RSUD Arifin
Achmad Pekan Baru selama periode 1
Januari 2003 - 31 Desember 2005
melaporkan bahwa kehamilan ektopik
terganggu terbanyak terjadi pada
multipara yaitu paritas ke-2 sebanyak
62 orang (55,34%).12
Berdasarkan data yang diperoleh
peneliti di RSUD Dr. H. Abdul
Moeloek Bandar Lampung didapatkan
bahwa paritas terbanyak pada penderita
kehamilan ektopik adalah paritas 0-3
yaitu paritas ke-3 sebanyak 61 orang
(39,9%), paritas ke-2 sebanyak 37 orang
(24,2%), paritas ke-1 sebanyak 28 orang
(18,3%), dan paritas ke-0 sebanyak 14
orang (9,2%). Hasil ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan Abdullah
(1997) bahwa pada paritas 0-3
ditemukan peningkatan kehamilan
ektopik terganggu sedangkan pada
paritas >3-6 terdapat penurunan kasus
kehamilan ektopik terganggu.11
D. Riwayat Kehamilan Ektopik
Menurut Abdullah frekuensi
kehamilan ektopik yang berulang
dilaporkan berkisar antara 0%-14,6%.11
KET berulang terjadi karena saluran
tuba yang masih berlekuk akibat dari
infeksi suatu kuman atau bakteri,
sehingga perjalanan zigot ke uterus
masih terganggu.menuju uterus.4
Beberapa pasien melaporkan bahwa
pernah mengalami kehamilan ektopik
sebelumnya.4
Berdasarkan hasil penelitian ini
diketahui bahwa sebanyak 24 (15,7%)
pasien pernah mengalami kehamilan
ektopik atau disebut juga KET berulang.
Sedangkan 129 (84,3%) penderita
kehamilan ektopik tidak memiliki
riwayat KET sebelumnya. Hal ini sesuai
dengan penelitian Baginda (2012) di Di
Rumah Sakit Immanuel Bandung bahwa
KET berulang terjadi sebanyak 22 kasus
(14,7%) pada 150 pasien.
E. Riwayat Penyakit Ginekologis
Abdullah mengemukakan bahwa
kira - kira sepertiga sampai separuh (33-
50%) dari pasien dengan kehamilan
ektopik mempunyai riwayat infeksi
pelvis sebelumnya.11
Penyakit tersebut
dapat mempengaruhi endometrium
(selaput dalam rahim), saluran tuba,
indung telur, miometrium (otot rahim),
perimetrium, rongga panggul karena
infeksi dapat menyebabkan perlekatan
didalam saluran tuba dan gangguan
pergerakan sel rambut silia sehingga
perjalanan sperma menuju uterus
menjadi terganggu. Hal ini dapat terjadi
karena infeksi kuman TBC, klamidia,
dan gonorrhea.5
Lebih dari 60%
kehamilan ektopik terjadi pada wanita
dengan sosio - ekonomi rendah dan
tinggal didaerah dengan prevalensi
gonore dan prevalensi tuberkulosa yang
tinggi.27
Pemakaian antibiotik pada penyakit
radang panggul dapat meningkatkan
kejadian kehamilan ektopik terganggu.
Antibiotik dapat mempertahankan
terbukanya tuba yang mengalami
infeksi tetapi perlengketan
menyebabkan pergerakan silia dan
peristaltik tuba terganggu sehingga
menghambat perjalanan ovum yang
dibuahi (zigot) dari ampula ke rahim
dan berimplantasi di tuba.27
Berdasarkan hasil penelitian di
RSUD Dr. H Abdul Moeloek Bandar
Lampung dapat diketahui bahwa
sebanyak 79 orang (51,6%) penderita
kehamilan ektopik pernah mengalami
penyakit radang/infeksi panggul (PRP).
Kemudian 17 orang (11,1%) penderita
kehamilan ektopik pernah mengalami
penyakit menular seksual (PMS). Hasil
ini sesuai dengan penelitian Suryawan
(2007) di RS. Imanuel Bandung bahwa
47 pasien KET pada penelitian tersebut
25 orang (52,2%) pernah mengalami
penyakit radang panggul(PRP),
kemudian 7 orang mengalami penyakit
menular seksual (PMS).
F. Riwayat Kontrasepsi
Berdasarkan hasil penelitian di
RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar
Lampung jumlah pasien KET yang
memiliki riwayat kontrasepsi dengan
yang tidak memiliki riwayat kontrasepsi
hampir seimbang, dengan 81 (52,9%)
pasien yang memiliki riwayat
kontrasepsi dan 72 (47,1%) pasien
yang tidak. Hasil penelitian ini
membuktikan bahwa baik yang
menggunakan kontrasepsi atau tidak,
memiliki peluang yang hampir sama
untuk terkena KET.
Pada penderita KET yang tidak
menggunakan kontrasepsi,
kemungkinan pasien tersebut
sebelumnya sudah pernah mengalami
penyakit radang/infeksi panggul (PRP)
dan pernah juga menggunakan
antibiotik sebagai pengobatannya.
Pemakaian antibiotik pada penyakit
radang/infeksi panggul dapat
meningkatkan kejadian kehamilan
ektopik. Antibiotik dapat
mempertahankan terbukanya tuba yang
mengalami infeksi tetapi perlengketan
menyebabkan pergerakan silia dan
peristaltik tuba terganggu sehingga
menghambat perjalanan ovum yang
dibuahi (zigot) dari ampula ke rahim
dan berimplantasi ke tubasehingga
terjadilah kehamilan ektopik.27
Sedangkan pada penderita KET
yang menggunakan kontrasepsi
terutama kontrasepsi hormonal yang
mengandung progesteron, mempunyai
risiko kelainan peristaltik tuba.
Sehingga mengganggu perjalanan ovum
yang dibuahi (zigot) dari ampula ke
rahim. Hal ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Deannete (2014) di
RSU Kandou Manado tidak terdapat
hubungan antara riwayat penggunaan
kontrasepsi dengan kejadian KET
dilihat dari nilai p = 0.457 (p > 0.05).13
G. Jenis Kontrasepsi
Jenis kontrasepsi yang paling
banyak digunakan penderita kehamilan
ektopik di RSUD Dr. H. Abdul
Moeloek Bandar Lampung adalah
kontrasepsi suntik yaitu sebanyak 37
orang (45,6%). Kemudian kontrasepsi
pil sebanyak 26 orang (31,0%),
kontrasepsi IUD sebanyak 10 orang
(12,5%) dan kontrasepsi susuk 8 orang
(9,8%)
Hasil ini sesuai dengan penelitian
Suryawan (2007) di RS Imanuel
Bandung, bahwa kejadian KET tertinggi
pada wanita yang menggunakan
kontrasepsi hormonal, dalam hal ini
suntikan progesteron, yaitu 20 orang
(42,5%), sedangkan AKDR 6
orang(12,77)%.4
Menurut beberapa penelitian
sebelumnya menunjukkan bahwa
pengguna AKDR tidak lagi merupakan
kelompok risiko yang meningkatkan
angka kejadian KET, terutama AKDR
copper T keluaran terbaru, peningkatan
risiko KET masih tinggi pada pengguna
AKDR progesteron.15
Dari hasil tersebut
peneliti menduga bahwa pengguna
kontrasepsi hormonal mempunyai risiko
kelainan peristaltik kontraksi tuba,
kemungkinan juga sebelumnya pasien
sudah pernah mengalami infeksi/radang
panggul. Alat kontrasepsi yang
mengandung hormon progesteron
meningkatkan kehamilan ektopik
karena progesteron dapat mengganggu
pergerakan tuba, sehingga zigot yang
harusnya dibawa ke dalam rahim,
menjadi terganggu dan berimplantasi di
tempat yang tidak semestinya.21
H. Lokasi Implantasi
Hasil penelitian di RSUD Dr. H.
Abdul Moeloek Bandar Lampung
menunjukan bahwa lokasi terbanyak
implantasi KET adalah di tuba falopii.
Tuba falopii dekstra sebanyak 79 orang
(51,6%) dan tuba falopii sinistra
sebanyak 64 orang (41,8%). Hasil ini
sesuai dengan penelitian Deannete
(2014) di RSU Kandou Manado bahwa,
lokasi KET paling sering adalah pada
tuba, khususnya di tuba dekstra, yaitu
sebanyak 148 pasien (55%), diikuti
dengan tuba sinistra dengan 121 pasien
(45%).12
Hal ini didukung oleh teori Sepillian
yang mengemukakan bahwa lokasi
tersering kejadian KET adalah di tuba
yaitu 90,3%. Lokasi implantasi
terbanyak di tuba falopii disebabkan
karena tuba falopi sangat banyak
mengandung serat elastik, pembuluh
darah dan limfatik. Selain itu, tuba
falopi juga tidak memiliki lapisan sub
mukosa, sehingga ovum yang telah
dibuahi (zigot) segera menembus epitel,
dan zigot akhirnya terimplantasi di
dekat atau di dalam otot tuba kemudian
bertahan karena suplai nutrisi yang
adekuat dari pembuluh darah sekitar.26
V. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan gambaran angka kejadian
kehamilan ektopik di RSUD. Dr. H.
Abdul Moeloek Bandar Lampung
Tahun 2012 – 2013 dapat di ambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Selama 3 tahun (1 Januari 2012-31
Desember 2014) ditemukan 195
kasus kehamilan ektopik terganggu
dala 3 tahun dan setiap tahun
mengalami penurunan kejadian.
2. Kelompok usia terbanyak pada
penderita kehamilan ektopik adalah
kelompok usia 30-34 tahun sebanyak
72 orang (47,2%), dengan rata-rata
usia pasien adalah 30 tahun. Usia
tertinggi pasien adalah 40 tahun
kemudian usia terendah pasien
adalah 18 tahun.
3. Paritas terbanyak pada penderita
kehamilan ektopik adalah paritas ke-
3 yaitu sebanyak 61 orang (39,9%).
4. Terdapat 24 orang (15,7%) penderita
kehamilan ektopik mengalami
kehamilan ektopik berulang atau
memiliki riwayat KET sebelumnya
5. Riwayat penyakit ginekologis
terbanyak pada penderita kehamilan
ektopik terganggu adalah penyakit
radang panggul (PRP), yaitu 79
orang (51,6%).
6. Sebanyak 81 orang (52,9%)
penderita kehamilan ektopik pernah
menggunakan kontrasepsi.
7. Penggunaan kontrasepsi dengan
frekuensi tertinggi adalah metode
suntik sebanyak 37 orang (45,6%)
dan kontrasepsi pil sebanyak 26
orang (31,0%
8. Lokasi terbanyak terjadinya
kehamilan ektopik pada penderita
kehamilan ektopik adalah di tuba
falopii dekstra sebanyak 79 orang
(51,6%).
VI. KESIMPULAN
Mengingat kehamilan ektopik
terganggu merupakan kasus darurat di
bidang ginekologi dan dapat
menimbulkan ancaman jiwa bagi
penderita, penulis menyarankan:
1. Meningkatkan kualitas pendidikan,
serta keterampilan tenaga - tenaga
kesehatan agar dapat menegakkan
diagnosis kehamilan ektopik
terganggu lebih dini sehingga
diharapkan dapat mengurangi
angka kematian ibu.
2. Rumah sakit perlu diberikan alat
diagnostik yang cukup dan lengkap
agar dapat menunjang penegakan
diagnosis dini kehamilan ektopik
Sekarang ini, peran alat bantu
diagnostik sangatlah penting, dan
sudah merupakan sesuatu yang
harus dilakukan, sehingga
diharapkan dapat mengurangi
angka kematian ibu.
3. Pada setiap ibu hamil diberikan
penjelasan dan pengetahuan tentang
gejala - gejala yang timbul akibat
kehamilan yang tidak normal
sehingga ibu dapat segera
memeriksakan kehamilannya di
puskesmas atau rumah sakit
terdekat agar dapat didiagnosis
secara dini.
4. Ibu dengan faktor risiko dan
riwayat kehamilan ektopik
terganggu sebelumnya diharapkan
agar waspada dan senantiasa
melakukan pemeriksaan antenatal
care secara berkala kepada bidan
atau tenaga medis terdekat.
5. Jika penderita KET sudah punya
anak yang cukup,sesuai dengan
program KB yaitu 2 anak saja,
maka dapat diberikan pilihan untuk
melakukan sterilisasi atau
melakukan kontrasepsi mantap agar
dapat mencegah kehamilan ektopik
berulang.
6. Pencatatan rekam medik dan status
pasien di RSUD Dr. H. Abdul
Moeloek Bandar Lampung
diharapkan dapat lebih lengkap
jelas dan teliti sehingga
mempermudah untuk dilakukan
penelitian selanjutnya.
7. Perlu dilakukan anamnesis lebih
lengkap untuk memprediksi faktor
resiko kejadian kehamilan ektopik.
VII. DAFTAR PUSTAKA
1. Wiknjosastro, H. Kehamilan
ektopik. Dalam: Prawirohardjo,S.
Ed. Ilmu kebidanan. Jakarta;
Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo;2006 p.258-63.
2. SDKI, 2012. Survei demografi dan
kesehatan Indonesia. Jakarta:
Badan Pusat Statistik RI
3. DINKES, Lampung. 2012. Profil
kesehatan Provinsi Lampung.
Bandar Lampung: Dinkes Lampung
4. Suryawan A. Gunanegara H,
Sastrawinata U. Profil penderita
kehamilan ektopik terganggu
Tahun 2003 - 2004 di RS Immanuel
Bandung. Bandung: JKM.
2007;6(2): p.1-3.
5. Chalik, TMA. Hemoragi utama
obstetri dan ginekologi. Ed.1.
Jakarta: Widya Medika, 2010. p.
341.
6. Varney H, M,Kirebs Jan, L.Gegor
Carolyn. Buku ajar asuhan
kebidanan. Ed.4. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC, 2009; p.
606-7.
7. Manuaba, IGB. Gawat darurat
obstetri-ginekologi dan obstetri-
ginekologi sosial. Jakarta : EGC,
2008 p.277
8. Hanifa W. Kehamilan ektopik.
Dalam : Ilmu Kebidanan. Ed3.
Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Jakarta. 2007;
p.323-38
9. Saifuddin, AB. Pelayanan
kesehatan ibu hamil. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka, 2006. p.47-
9
10. Polan ML, Wheeler JM. Kehamilan
ektopik (diagnosis dan terapi).
Dalam: Seri skema diagnosis dan
penatalaksanaan infertilitas. Ed.I.
Jakarta: Bina Rupa Aksara. 1997;
p. 102-5
11. Abdullah F, Bakar E, Salin J.
Kehamilan ektopik terganggu di
Rsup dr. M. Djamil Padangselama
3 Tahun (1 Januari 1995-31
Desember 1997). Padang:
Universitas Andalas, 1997
12. Aling D, Kaeng J, Wantania J.
Hubungan penggunaan kontrasepsi
dengan kejadian kehamilan ektopik
terganggu di blu Rsud prof. Dr. R.
D. Kandou Manado periode 2009 –
2013. Manado: Universitas Sam
Ratulangi, 2014.
13. Rachimhadhi T, Saifudin AB.
Kehamilan ektopik. Dalam : Ilmu
Bedah Kebidanan. Ed.I. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo, 2005; p.320-9
14. Christina, I. Perawatan kebidanan.
Jakarta : Penerbit Bratara, 1996; p.
12
15. Sepilian V, Wood E. Ectopic
pregnancy. Fertil Steril, 2000; 57:
456-8. Dari:
http://www.emedicine.com/. Di
akses 27 Maret 2015
16. Bangun, R. Karakteristik ibu
penderita kehamilan ektopik
terganggu di Rumah Sakit Pusat
Haji Adam Malik Tahun 2003 -
3008. Medan : Universitas
Sumatera Utara, 2009.
17. Hadisaputra, W. Penatalaksanaan
kehamilan ektopik dengan kajian
hasil laparoskopi operatif.
FKUI.2008; p. 72-6. Diakses di
http://indonesia.digitaljournals.org/i
ndex.php/IJOG/article/viewFile/97
2/966 pada tanggal 11 Desember
2014.
18. Murray H, Baakdah H, Bardell T,
Tulandi T. Diagnosis and
treatment of ectopic pregnancy
synthese. CMAJ, 2005; p.905-12.
19. Saifuddin AB. Kehamilan ektopik
terganggu. Dalam: Buku Panduan
Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Ed. I.
Editor: Affandi B, Waspodo B.
Jakarta, 2002; p.102-35
20. Sastrawinata, S. Obstetri patologi.
Bagian obstetri dan ginekologi.
Bandung: Fakultas Kedokteran
Universitas Padjajaran, 1984. p.22
21. Ectopic pregnancy. Diakses dari
http://www.glowm.com/
section_view/ heading
/Ectopic%20Pregnancy/item/47
pada tanggal 15 Januari 2015.\
22. Sastroasmoro, S., Ismael, S. Dasar-
dasar metodologi penelitian klinis.
Ed.4. Jakarta: Sagung Seto.
2011.p.57-9
23. Braxton, J. CareyD. Davis, D.
Sexually transmitted disease:
Centers for Disease Control and
Prevention. Atlanta: U.S.
Department Of Health And Human
Services. 2014
24. Lawani O, Okechukwu A, Ezeonu
P. Ectopic pregnancy: a life-
threatening gynecological
emergency. International Journal of
Women’s Health 2013;5:515-521.
25. Barnhart KT. Ectopic Pregnancy. N
Engl J Med. 2009;361:379-87.
Diakses pada tanggal 23 mei 2015
di
http://www.nejm.org/doi/full/10.10
56/NEJMcp0810384
26. Cunningham, Mac Donald, Gant,
Levono, Gilstrap. Kehamilan
Ektopik. Dalam : obstretics
William.Ed.23.Vol 2. Jakarta:
EGC; 2010. p.773-818