jurnal rully febri a

16
GAMBARAN ANGKA KEJADIAN KEHAMILAN EKTOPIK DI RUMAH SAKIT UMUM dr. H. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG TAHUN 2012-2014 Disusun Oleh : Rully Febri Anggoro NPM : 11310342 Pembimbing I : dr. Fonda Octarianingsih, Sp. OG Pembimbing II : Mala Kurniati, S.Si, M.Biomed Penguji : dr. Moeliadi M. Arsyad, Sp. OG ABSTRAK Latar Belakang : Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang tempat implantasi, nidasi atau melekatnya buah kehamilan di luar tempat yang tidak semestinya. Kehamilan ektopik terganggu (KET) merupakan salah satu masalah di bidang obstetri dan ginekologi yang berkontribusi pada mortalitas maternal. Merupakan kehamilan yang berbahaya bagi wanita yang bersangkutan karena dapat menimbulkan abortus maupun ruptur tuba, sehingga dapat menimbulkan perdarahan yang menyebabkan hipotensi berat atau syok. Bila terlambat mendapatkan penanganan yang tepat penderita bisa meninggal akibat kehilangan darah yang banyak. Tujuan : Untuk mengetahui gambaran angka kejadian kehamilan ektopik di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung periode 1 Januari 2012 sampai 31 Desember 2014. Metode : Jenis penelitian deskriptif observasional pendekatan cross sectional. Dengan menganalisa data rekam medik pasien kehamilan ektopik. Populasi seluruh pasien kehamilan ektopik terganggu di RSUD dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung 2012- 2014. Hasil : Hasil penelitian didapatkan 195 kasus KET selama periode tahun 2012-2015. Terdapat 42 data rekam medik yang tidak memenuhi kriteria inklusi. Sehingga subyek penelitian menjadi 153 orang. Kelompok usia terbanyak adalah kelompok usia 30-34 tahun sebanyak 72 kasus (47,05%). Paritas terbanyak adalah paritas ke-3 sebanyak 61 kasus. Terdapat 24 orang (15,7%) mengalami KET berulang. Riwayat kelainan ginekologis terbanyak adalah penyakit radang panggul (PRP) sebanyak 79 orang (51,6%). Metode kontrasepsi terbanyak adalah metode suntik sebanyak 37 orang (45,6%). Berdasarkan lokasi, terbanyak pada tuba falopii, tuba falopii dextra sebanyak 79 kasus (51,6%) dan tuba sinistra sebanyak 64 kasus (41,8%). Kata kunci : Kehamilan ektopik, KET. Kepustakaan : 26 (1999-2014)

Upload: rully-febri-anggoro

Post on 07-Jul-2016

16 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

KE T

TRANSCRIPT

Page 1: Jurnal Rully Febri A

GAMBARAN ANGKA KEJADIAN KEHAMILAN

EKTOPIK DI RUMAH SAKIT UMUM dr. H. ABDUL

MOELOEK BANDAR LAMPUNG

TAHUN 2012-2014

Disusun Oleh : Rully Febri Anggoro

NPM : 11310342

Pembimbing I : dr. Fonda Octarianingsih, Sp. OG

Pembimbing II : Mala Kurniati, S.Si, M.Biomed

Penguji : dr. Moeliadi M. Arsyad, Sp. OG

ABSTRAK

Latar Belakang : Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang tempat implantasi, nidasi

atau melekatnya buah kehamilan di luar tempat yang tidak semestinya. Kehamilan

ektopik terganggu (KET) merupakan salah satu masalah di bidang obstetri dan

ginekologi yang berkontribusi pada mortalitas maternal. Merupakan kehamilan yang

berbahaya bagi wanita yang bersangkutan karena dapat menimbulkan abortus maupun

ruptur tuba, sehingga dapat menimbulkan perdarahan yang menyebabkan hipotensi

berat atau syok. Bila terlambat mendapatkan penanganan yang tepat penderita bisa

meninggal akibat kehilangan darah yang banyak.

Tujuan : Untuk mengetahui gambaran angka kejadian kehamilan ektopik di RSUD Dr.

H. Abdul Moeloek Bandar Lampung periode 1 Januari 2012 sampai 31 Desember 2014.

Metode : Jenis penelitian deskriptif observasional pendekatan cross sectional. Dengan

menganalisa data rekam medik pasien kehamilan ektopik. Populasi seluruh pasien

kehamilan ektopik terganggu di RSUD dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung 2012-

2014.

Hasil : Hasil penelitian didapatkan 195 kasus KET selama periode tahun 2012-2015.

Terdapat 42 data rekam medik yang tidak memenuhi kriteria inklusi. Sehingga subyek

penelitian menjadi 153 orang. Kelompok usia terbanyak adalah kelompok usia 30-34

tahun sebanyak 72 kasus (47,05%). Paritas terbanyak adalah paritas ke-3 sebanyak 61

kasus. Terdapat 24 orang (15,7%) mengalami KET berulang. Riwayat kelainan

ginekologis terbanyak adalah penyakit radang panggul (PRP) sebanyak 79 orang

(51,6%). Metode kontrasepsi terbanyak adalah metode suntik sebanyak 37 orang

(45,6%). Berdasarkan lokasi, terbanyak pada tuba falopii, tuba falopii dextra sebanyak

79 kasus (51,6%) dan tuba sinistra sebanyak 64 kasus (41,8%).

Kata kunci : Kehamilan ektopik, KET.

Kepustakaan : 26 (1999-2014)

Page 2: Jurnal Rully Febri A

ABSTRACT

Background : Ectopic pregnancy is a pregnancy that implanted outside the

circumstances (uterine body). Ruptured ectopic pregnancy is one of the problems in the

area of obstetrics and gynecology that contribute to maternal mortality. This is a

seriously condition in women due to bleeding. It may cause abortion or tuba rupture

which can result in bleeding that causes severe hypotension and shock. The delayed

management, may cause the mortality.

Objective : To describe the incidence of ectopic pregnancy In RSUD Abdul Moeloek

Bandar Lampung Period 1 January 2012 to 31 December 2014

Method : This used descriptive observational research with cross-sectional approach.

was analyzed the medical records of ectopic pregnancy’s patients. The population was

all the patients of ruptured ectopic pregnancy in RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar

Lampung 2012-2014 Result : The result showed 195 cases of ruptured ectopic pregnancy within 2012 to

2015. There were 42 medical records required inclusion criteria. resulty 153 subjects.

The most group age 30-34 years, that were 72 cases (47.05%). The most parity was the

3rd parity as many as 61 cases, and 24 patients (15.7%) experienced recurrent ruptured

ectopic pregnancy. History of gynecological disorders were most pelvic inflammatory

disease (PID) most suffered by 79 patients (51.6%). The most contraceptive method

was injected as many as 37 patients (45.6%). Based on the location, the most common

was in the fallopian tube, the right side fallopian tube was 79 cases (51,6%) and the left

side fallopian tube was 64 cases (41,8%).

Keywords : ectopic pregnancy,

References : 26 (1999-2014)

I. PENDAHULUAN

Kehamilan adalah suatu proses

penyatuan sperma dari laki-laki dan

ovum dari perempuan. Masa kehamilan

dimulai dari konsepsi hingga lahirnya

janin. Lamanya hamil normal adalah

280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari)

hal ini dapat dihitung dari hari pertama

haid terakhir. Kehamilan dibagi menjadi

3 triwulan yaitu triwulan pertama yang

dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan,

triwulan kedua dari bulan keempat

sampai bulan keenam, triwulan ketiga

dari bulan ketujuh sampai sembilan

bulan. Kehamilan dan persalinan setiap

ibu akan dihadapkan pada risiko

kesakitan, ketidakpuasan bahkan

kematian. Baik pada bayi maupun pada

ibu.1

Angka Kematian Ibu (AKI)

merupakan indikator utama derajat

kesehatan masyarakat dan ditetapkan

sebagai salah satu tujuan Millenium

Development Goals (MDGs). Saat ini

Angka Kematian Ibu (AKI) di

Indonesia tertinggi diantara negara -

Page 3: Jurnal Rully Febri A

negara ASEAN dengan penurunan

sangat lambat. AKI Indonesia

diperkirakan tidak akan dapat mencapai

target MDGs yang ditetapkan yaitu

102/100 000 kelahiran hidup pada tahun

2015. Dari data SDKI 2012 justru

terjadi peningkatan angka kematian ibu

dari 228/100.000 kelahiran hidup

menjadi 359/100.000.2

Berdasarkan data

profil kesehatan Provinsi Lampung

tahun 2012, AKI di Lampung mencapai

228/100.000 kelahiran hidup yang

disebabkan oleh eklampsia (33%),

perdarahan (23%), dan infeksi (2%).3

Kehamilan ektopik (KE)

merupakan salah satu masalah di bidang

obstetri dan ginekologi yang

berkontribusi pada mortalitas maternal.4

Kehamilan ektopik ini merupakan

kehamilan yang berbahaya bagi wanita

yang bersangkutan berhubung dengan

besarnya kemungkinan terjadi keadaan

gawat. Keadaan gawat ini dapat terjadi

apabila kehamilan ektopik terganggu

(KET) dimana terjadi abortus maupun

ruptur tuba. Abortus dan ruptur tuba

menimbulkan perdarahan ke dalam

kavum abdominalis yang bila cukup

banyak bisa menyebabkan hipotensi

berat atau syok. Bila terlambat

mendapatkan penanganan yang tepat

penderita bisa meninggal akibat

kehilangan darah yang banyak.5

Dari data World Health

Organization (WHO) pada tahun 2007

menunjukkan bahwa kehamilan ektopik

merupakan penyebab satu dari 200

mortalitas maternal di negara maju.

Dengan 60.000 kasus setiap tahun atau

berkontribusi sekitar 6% pada semua

kematian terkait kehamilan.4 Di

Indonesia, berdasarkan laporan dari

Biro Pusat Statistik Kesehatan diketahui

bahwa pada tahun 2007 terdapat 20

kehamilan ektopik di setiap 1.000

kehamilan.2

Sedangkan dari hasil

presurvey yang dilakukan oleh peneliti

di Rumah Sakit Umum Dr. H. Abdul

Moeloek, terjadi kehamilan ektopik

sebanyak 195 kasus selama Tahun

2012-2014. Kehamilan ektopik adalah

kehamilan yang tempat implantasi,

nidasi atau melekatnya buah kehamilan

di tempat yang tidak semestinya.5

Kehamilan ektopik terjadi apabila hasil

konsepsi berimplantasi, tumbuh dan

berkembang di luar endometrium

normal.6

Sampai sekarang penyebab pasti

dari kehamilan ektopik belum diketahui

pasti, namun ada beberapa faktor yang

dapat menyebabkan terjadinya

Page 4: Jurnal Rully Febri A

kehamilan ektopik yaitu usia ibu,

penggunaan kontrasepsi, riwayat

penyakit ginekologis dan riwayat

kehamilan ektopik sebelumnya.

Kehamilan ektopik bagi seorang ibu

atau wanita harus diketahui dan

dideteksi secara dini karena sering kali

ibu dengan kehamilan ektopik datang

ketempat pelayanan kesehatan setelah

timbul masalah yang lebih besar.7

Oleh

karena itu perlu diperhatikan lebih

dalam faktor – faktor yang dapat

mempengaruhi kehamilan ektopik,

sehingga nantinya angka kematian ibu

akibat kehamilan ektopik terganggu

dapat berkurang.

II. METODE

Jenis penelitian yang digunakan

adalah deskriptif yaitu suatu metode

penelitian yang dilakukan dengan tujuan

utama membuat gambaran atau

deskripsi tentang suatu keadaan secara

objektif.22

Penelitian ini menggunakan

pendekatan studi kasus cross sectional

untuk mengetahui gambaran angka

kejadian kehamilan ektopik di Rumah

Sakit Umum Dr. H. Abdul Moeloek

Bandar Lampung Tahun 2012 – 2014

melalui data rekam medik pasien.

III. HASIL

Proses pengambilan data pada

penelitian ini dilakukan pada bulan Mei

2015 dimulai dengan pencatatan nomor

rekam medis di Ruang Kebidanan

Delima RSUD Dr. H. Abdul Moeloek.

Kemudian dilakukan pengambilan data

rekam medik di ruang rekam medik

RSUD Dr. H. Abdul Moeloek. Terdapat

sampel penelitian sebanyak 195 pasien

dari tahun 2012 sampai tahun 2014,

namun terdapat 42 data rekam medik

yang tidak lengkap, sehingga sampel

penelitian menjadi 153 pasien.

1. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk

mendeskripsikan gambaran angka

kejadian kehamilan ektopik di Rumah

Sakit Umum Dr. H. Abdul Moeloek

Bandar Lampung tahun 2012 – 2014.

A. Kejadian Kehamilan Ektopik

Terganggu

Distribusi frekuensi kejadian

kehamilan ektopik di RSUD Dr. H.

Abdul Moeloek Bandar Lampung tahun

2012 – 2014 ditampilkan dalam bentuk

grafik dibawah ini:

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Kejadian

Kehamilan Ektopik Di RSUD Dr. H.

Abdul Moeloek Bandar Lampung Tahun

2012 – 2014.

Page 5: Jurnal Rully Febri A

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui

bahwa kejadian kehamilan ektopik

terganggu di RSUD Dr. H. Abdul

Moeloek Bandar Lampung, tahun 2012

sebanyak 78 orang(40%), tahun 2013

sebanyak 65 orang (33,3%) dan tahun

2014 sebanyak 52 orang (26,7%).

B. Usia

Distribusi usia penderita

kehamilan ektopik di Rumah Sakit

Umum Dr. H. Abdul Moeloek Bandar

Lampung tahun 2012 – 2014

ditampilkan dalam bentuk tabel

dibawah ini:

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Usia

Penderita Kehamilan Ektopik Di RSUD

Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung

Tahun 2012 – 2014.

Usia Jumlah (%)

<20tahun 3 1,96

20-24 tahun 20 13,01

25-29 tahun 50 32,67

30-34 tahun 72 47,05

35-39 tahun 6 3,92

40 tahun> 2 1,30

Total 153 100,0

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui

bahwa kelompok usia penderita

kehamilan ektopik terbanyak adalah 30-

34 tahun sebanyak 72 orang (47,05%).

Kelompok usia 25-29 tahun sebanyak

50 orang (32,67%), kelompok usia 20-

24 tahun sebanyak 20 orang (13,01%),

kelompok usia 35-39 tahun sebanyak 6

orang, kelompok usia kurang dari 20

tahun sebanyak 3 orang (1,96%) dan

kelompok usia 40 tahun lebih sebanyak

2 orang (1,30%).

C. Paritas

Distribusi paritas penderita

kehamilan ektopik di RSUD Dr. H.

Abdul Moeloek Bandar Lampung tahun

2012 – 2014 ditampilkan dalam bentuk

grafik dibawah ini:

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Paritas

Penderita Kehamilan Ektopik Di RSUD

Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung

Tahun 2012 – 2014.

Paritas Jumlah (%)

0 14 9,2

1 28 18,3

2 37 24,2

3 61 39,9

4 9 5,9

5 3 2,0

6 1 0,7

Total 153 100,0

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui

bahwa paritas terbanyak pada penderita

kehamilan ektopik adalah paritas 0-3

78 65

52

0

20

40

60

80

100

Tahun 2012Tahun 2013Tahun 2014

Kejadian kehamilan ektopik terganggu di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek

40% 33,3% 26,7%

Page 6: Jurnal Rully Febri A

yaitu paritas ke-3 sebanyak 61 orang

(39,9%), paritas ke-2 sebanyak 37 orang

(24,2%), paritas ke-1 sebanyak 28 orang

(18,3%), dan paritas ke-1 sebanyak 14

orang (9,2). Kemudian pada paritas ke-4

didapatkan 9 orang (5,9%), paritas ke-5

sebanyak 3 orang (2,0%) dan paritas ke-

6 hanya 1 orang (0,7%).

D. Riwayat Kehamilan Ektopik

Distribusi riwayat kehamilan

ektopik pada penderita kehamilan

ektopik di Rumah Sakit Umum Dr. H.

Abdul Moeloek Bandar Lampung tahun

2012 – 2014 ditampilkan dalam bentuk

tabel dibawah ini:

Tabel 4.4 Distribusi Riwayat Kehamilan

Ektopik Pada Penderita Kehamilan Ektopik

Di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar

Lampung Tahun 2012 – 2014.

Riwayat KE Jumlah (%)

Tidak ada

riwayat KE 129 84,3

Ada riwayat

KE 24 15,7

Total 153 100,0

Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa

sebanyak 129 orang (84,3%) tidak

memiliki riwayat kehamilan ektopik

sebelumnya sedangkan 24 orang

(15,7%) memiliki riwayat kehamilan

ektopik.

E. Riwayat Penyakit Ginekologis

Distribusi riwayat penyakit

ginekologis pada penderita kehamilan

ektopik di Rumah Sakit Umum Dr. H.

Abdul Moeloek Bandar Lampung tahun

2012 – 2014 ditampilkan dalam bentuk

tabel dibawah ini:

Tabel 4.5 Distribusi Riwayat

Penyakit Ginekologis Pada Penderita

Kehamilan Ektopik Di RSUD Dr. H.

Abdul Moeloek Bandar Lampung

Tahun 2012 – 2014.

Riwayat penyakit

ginekologis Jumlah

(%)

Tidak ada kelainan 57 37,3

Riwayat PRP 79 51,6

Riwayat PMS 17 11,1

Total 153 100,0

Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui

bahwa sebanyak 79 orang (51,6%)

pernah mengalami penyakit

radang/infeksi panggul (PRP) kemudian

17 orang (11,1%) pernah mengalami

penyakit menular seksual (PMS)

sedangkan yang tidak mempunyai

kelainan ginekologis adalah sebanyak

57 orang (37,3%).

F. Riwayat Penggunaa Kontrasepsi

Distribusi penggunaan kontrasepsi pada

penderita kehamilan ektopik di Rumah

Page 7: Jurnal Rully Febri A

Sakit Umum Dr. H. Abdul Moeloek

Bandar Lampung tahun 2012 – 2014

ditampilkan dalam bentuk tabel

dibawah ini:

Tabel 4.6 Distribusi Riwayat Kontrasepsi

Pada Penderita Kehamilan Ektopik Di RSUD

Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung

Tahun 2012 – 2014.

Penggunaan

Kontrasepsi Jumlah (%)

Non kontrasepsi 72 47,1

Riwayat

kontrasepsi 81 52,9

Total 153 100,0

Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui

bahwa 81 orang (52,9%) penderita

kehamilan ektopik terganggu

menggunakan kontrasepsi, sedangkan

yang tidak menggunakan kontrasepsi

adalah 72 orang (47,1%).

G. Jenis Kontrasepsi

Distribusi jenis kontrasepsi pada

penderita kehamilan ektopik yang

menggunakan alat kontrasepsi di

Rumah Sakit Umum Dr. H. Abdul

Moeloek Bandar Lampung tahun 2012

– 2014 ditampilkan dalam bentuk tabel

dibawah ini:

Tabel 4.7 Distribusi Jenis Kontrasepsi Pada

Penderita Kehamilan Ektopik Di RSUD Dr.

H. Abdul Moeloek Bandar Lampung Tahun

2012 – 2014.

Jenis

Kontrasepsi Jumlah (%)

IUD 10 12,5

Suntik 37 45,6

Pil 26 31,0

Susuk 8 9,8

Total 81 100,0

Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahu

bahwa jenis kontrasepsi yang digunakan

adalah kontrasepsi suntik yaitu

sebanyak 37 orang (45,6%). Kemudian

kontrasepsi pil sebanyak 26 orang

(31,0%), kontrasepsi IUD sebanyak 10

orang (12,5%), dan kontrasepsi susuk

sebanyak 8 orang (9,8%).

H. Lokasi Kehamilan Ektopik

Distribusi lokasi terjadinya kehamilan

ektopik pada penderita kehamilan

ektopik di Rumah Sakit Umum Dr. H.

Abdul Moeloek Bandar Lampung tahun

2012 – 2014 ditampilkan dalam bentuk

tabel dibawah ini:

Tabel 4.8 Distribusi Lokasi

Terjadinya Kehamilan Ektopik Pada

Penderita Kehamilan Ektopik Di RSUD Dr.

H. Abdul Moeloek Bandar Lampung Tahun

2012 – 2014.

Lokasi KE Jumlah (%)

Tuba dekstra 79 51,6

Tuba sinistra 64 41,8

Fimbrae 8 5,2

Servikalis 1 0,7

Abdominalis 1 0,7

Total 153 100,0

Page 8: Jurnal Rully Febri A

Dari tabel 4.8 dapat diketahui bahwa

lokasi terbanyak terjadinya kehamilan

ektopik adalah di tuba dekstra sebanyak

79 orang (51,6%) dan tuba sinistra

sebanyak 64 orang (41,8%). Kemudian

di fimbrae sebanyak 8 orang (5,2%),

sevikalis 1 orang (0,7%) dan

abdominalis 1 orang (0,7%).

IV. PEMBAHASAN

A. Kejadian Kehamilan Ektopik

Berdasarkan data yang diperoleh

oleh peneliti di Rumah Sakit Umum Dr.

H. Abdul Moeloek Bandar Lampung,

terdapat 195 kasus kejadian kehamilan

ektopik terganggu selama 3 tahun. Pada

tahun 2012 sebanyak 78 kasus, tahun

2013 sebanyak 65 kasus dan pada tahun

2014 sebanyak 52 kasus. Dari tahun ke

tahun, kejadian kehamilan ektopik

terganggu di RSUD Dr. H. Abdul

Moeloek mengalami penurunan.

Hal ini sesuai dengan survey yang

dilakukan oleh The National Hospital

Discharge Survey (2012) yang

menyatakan bahwa bahwa di Amerika

Serikat kejadian kehamilan ektopik

telah menurun dari 33 kehamilan

ektopik/100.000 kehamilan di tahun

2001 menjadi 21 kehamilan

ektopik/100.000 kehamilan pada tahun

2010. Penurunan ini terjadi karena

kemajuan di bidang kesehatan, seperti

meningkatnya keterampilan paramedis

mendiagosa KET secara lebih dini dan

Pengetahuan ibu yang semakin baik

juga berpengaruh pada penurunan

kejadian kehamilan ektopik, sehingga

para ibu lebih waspada tentang faktor-

faktor yang dapat menyebabkan

kehamilan ektopik tersebut.23

B. Usia

Distribusi usia terbanyak pada

penderita kehamilan ektopik di RSUD

Dr. H. Abdul Moeloek Bandar

Lampung adalah kelompok usia 30-34

tahun sebanyak 72 orang (47,2%)

dengan usia rata-rata 30 tahun. Hasil ini

sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Deanette (2014) di RSU.

Kandou Manado yang menemukan

bahwa umur pasien KET terbanyak

adalah pada kelompok usia 30-34 tahun,

yaitu berjumlah 86 (32%) dari 271

pasien.12

Penelitian tentang insiden

kehamilan ektopik di Ebony State

University Teaching Hospital,

Abakaliki, Nigeria periode Juni 2002

sampai Mei 2012 menunjukkan jumlah

pasien KET terbanyak terdapat pada

kelompok usia 25-29 tahun, yaitu 88%

Page 9: Jurnal Rully Febri A

dari 205 pasien.23

Oleh karena itu,

berdasarkan perbandingan dari

penelitian diatas, dapat disimpulkan

bahwa usia rentan terjadinya KET pada

wanita adalah pada usia 25-35 tahun.

Hal ini disebabkan karena pada usia

tersebut sering terjadi endometriosis,

infeksi panggul yang menyebabkan

perubahan pada endosalping sehingga

menghambat zigot menuju

endometrium.5 Selain itu kelompok usia

20-35 tahun merupakan usia dimana

wanita berada pada tingkat kesuburan

yang tinggi dan wanita dalam kelompok

usia ini memiliki risiko aktivitas secara

seksual yang tinggi. Jika wanita tersebut

melakukan hubungan seksual secara

tidak higienis, maka risiko terkena

penyakit peradangan atau infeksi pelvis

akan meningkat,24

C. Paritas

Paritas adalah banyaknya jumlah

kelahiran yang dipunyai oleh seorang

wanita. Paritas dapat dibedakan menjadi

nulipara, primipara, multipara dan

grandemultipara.23

Insiden kehamilan

ektopik meningkat seiring dengan

pertambahan paritas. Kejadian ini lebih

banyak terjadi pada multipara.12

Penelitian Anita (2006) di RSUD Arifin

Achmad Pekan Baru selama periode 1

Januari 2003 - 31 Desember 2005

melaporkan bahwa kehamilan ektopik

terganggu terbanyak terjadi pada

multipara yaitu paritas ke-2 sebanyak

62 orang (55,34%).12

Berdasarkan data yang diperoleh

peneliti di RSUD Dr. H. Abdul

Moeloek Bandar Lampung didapatkan

bahwa paritas terbanyak pada penderita

kehamilan ektopik adalah paritas 0-3

yaitu paritas ke-3 sebanyak 61 orang

(39,9%), paritas ke-2 sebanyak 37 orang

(24,2%), paritas ke-1 sebanyak 28 orang

(18,3%), dan paritas ke-0 sebanyak 14

orang (9,2%). Hasil ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan Abdullah

(1997) bahwa pada paritas 0-3

ditemukan peningkatan kehamilan

ektopik terganggu sedangkan pada

Page 10: Jurnal Rully Febri A

paritas >3-6 terdapat penurunan kasus

kehamilan ektopik terganggu.11

D. Riwayat Kehamilan Ektopik

Menurut Abdullah frekuensi

kehamilan ektopik yang berulang

dilaporkan berkisar antara 0%-14,6%.11

KET berulang terjadi karena saluran

tuba yang masih berlekuk akibat dari

infeksi suatu kuman atau bakteri,

sehingga perjalanan zigot ke uterus

masih terganggu.menuju uterus.4

Beberapa pasien melaporkan bahwa

pernah mengalami kehamilan ektopik

sebelumnya.4

Berdasarkan hasil penelitian ini

diketahui bahwa sebanyak 24 (15,7%)

pasien pernah mengalami kehamilan

ektopik atau disebut juga KET berulang.

Sedangkan 129 (84,3%) penderita

kehamilan ektopik tidak memiliki

riwayat KET sebelumnya. Hal ini sesuai

dengan penelitian Baginda (2012) di Di

Rumah Sakit Immanuel Bandung bahwa

KET berulang terjadi sebanyak 22 kasus

(14,7%) pada 150 pasien.

E. Riwayat Penyakit Ginekologis

Abdullah mengemukakan bahwa

kira - kira sepertiga sampai separuh (33-

50%) dari pasien dengan kehamilan

ektopik mempunyai riwayat infeksi

pelvis sebelumnya.11

Penyakit tersebut

dapat mempengaruhi endometrium

(selaput dalam rahim), saluran tuba,

indung telur, miometrium (otot rahim),

perimetrium, rongga panggul karena

infeksi dapat menyebabkan perlekatan

didalam saluran tuba dan gangguan

pergerakan sel rambut silia sehingga

perjalanan sperma menuju uterus

menjadi terganggu. Hal ini dapat terjadi

karena infeksi kuman TBC, klamidia,

dan gonorrhea.5

Lebih dari 60%

kehamilan ektopik terjadi pada wanita

dengan sosio - ekonomi rendah dan

tinggal didaerah dengan prevalensi

gonore dan prevalensi tuberkulosa yang

tinggi.27

Pemakaian antibiotik pada penyakit

radang panggul dapat meningkatkan

kejadian kehamilan ektopik terganggu.

Antibiotik dapat mempertahankan

terbukanya tuba yang mengalami

infeksi tetapi perlengketan

menyebabkan pergerakan silia dan

peristaltik tuba terganggu sehingga

menghambat perjalanan ovum yang

dibuahi (zigot) dari ampula ke rahim

dan berimplantasi di tuba.27

Berdasarkan hasil penelitian di

RSUD Dr. H Abdul Moeloek Bandar

Lampung dapat diketahui bahwa

Page 11: Jurnal Rully Febri A

sebanyak 79 orang (51,6%) penderita

kehamilan ektopik pernah mengalami

penyakit radang/infeksi panggul (PRP).

Kemudian 17 orang (11,1%) penderita

kehamilan ektopik pernah mengalami

penyakit menular seksual (PMS). Hasil

ini sesuai dengan penelitian Suryawan

(2007) di RS. Imanuel Bandung bahwa

47 pasien KET pada penelitian tersebut

25 orang (52,2%) pernah mengalami

penyakit radang panggul(PRP),

kemudian 7 orang mengalami penyakit

menular seksual (PMS).

F. Riwayat Kontrasepsi

Berdasarkan hasil penelitian di

RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar

Lampung jumlah pasien KET yang

memiliki riwayat kontrasepsi dengan

yang tidak memiliki riwayat kontrasepsi

hampir seimbang, dengan 81 (52,9%)

pasien yang memiliki riwayat

kontrasepsi dan 72 (47,1%) pasien

yang tidak. Hasil penelitian ini

membuktikan bahwa baik yang

menggunakan kontrasepsi atau tidak,

memiliki peluang yang hampir sama

untuk terkena KET.

Pada penderita KET yang tidak

menggunakan kontrasepsi,

kemungkinan pasien tersebut

sebelumnya sudah pernah mengalami

penyakit radang/infeksi panggul (PRP)

dan pernah juga menggunakan

antibiotik sebagai pengobatannya.

Pemakaian antibiotik pada penyakit

radang/infeksi panggul dapat

meningkatkan kejadian kehamilan

ektopik. Antibiotik dapat

mempertahankan terbukanya tuba yang

mengalami infeksi tetapi perlengketan

menyebabkan pergerakan silia dan

peristaltik tuba terganggu sehingga

menghambat perjalanan ovum yang

dibuahi (zigot) dari ampula ke rahim

dan berimplantasi ke tubasehingga

terjadilah kehamilan ektopik.27

Sedangkan pada penderita KET

yang menggunakan kontrasepsi

terutama kontrasepsi hormonal yang

mengandung progesteron, mempunyai

risiko kelainan peristaltik tuba.

Sehingga mengganggu perjalanan ovum

yang dibuahi (zigot) dari ampula ke

rahim. Hal ini sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Deannete (2014) di

RSU Kandou Manado tidak terdapat

hubungan antara riwayat penggunaan

kontrasepsi dengan kejadian KET

dilihat dari nilai p = 0.457 (p > 0.05).13

G. Jenis Kontrasepsi

Jenis kontrasepsi yang paling

banyak digunakan penderita kehamilan

Page 12: Jurnal Rully Febri A

ektopik di RSUD Dr. H. Abdul

Moeloek Bandar Lampung adalah

kontrasepsi suntik yaitu sebanyak 37

orang (45,6%). Kemudian kontrasepsi

pil sebanyak 26 orang (31,0%),

kontrasepsi IUD sebanyak 10 orang

(12,5%) dan kontrasepsi susuk 8 orang

(9,8%)

Hasil ini sesuai dengan penelitian

Suryawan (2007) di RS Imanuel

Bandung, bahwa kejadian KET tertinggi

pada wanita yang menggunakan

kontrasepsi hormonal, dalam hal ini

suntikan progesteron, yaitu 20 orang

(42,5%), sedangkan AKDR 6

orang(12,77)%.4

Menurut beberapa penelitian

sebelumnya menunjukkan bahwa

pengguna AKDR tidak lagi merupakan

kelompok risiko yang meningkatkan

angka kejadian KET, terutama AKDR

copper T keluaran terbaru, peningkatan

risiko KET masih tinggi pada pengguna

AKDR progesteron.15

Dari hasil tersebut

peneliti menduga bahwa pengguna

kontrasepsi hormonal mempunyai risiko

kelainan peristaltik kontraksi tuba,

kemungkinan juga sebelumnya pasien

sudah pernah mengalami infeksi/radang

panggul. Alat kontrasepsi yang

mengandung hormon progesteron

meningkatkan kehamilan ektopik

karena progesteron dapat mengganggu

pergerakan tuba, sehingga zigot yang

harusnya dibawa ke dalam rahim,

menjadi terganggu dan berimplantasi di

tempat yang tidak semestinya.21

H. Lokasi Implantasi

Hasil penelitian di RSUD Dr. H.

Abdul Moeloek Bandar Lampung

menunjukan bahwa lokasi terbanyak

implantasi KET adalah di tuba falopii.

Tuba falopii dekstra sebanyak 79 orang

(51,6%) dan tuba falopii sinistra

sebanyak 64 orang (41,8%). Hasil ini

sesuai dengan penelitian Deannete

(2014) di RSU Kandou Manado bahwa,

lokasi KET paling sering adalah pada

tuba, khususnya di tuba dekstra, yaitu

sebanyak 148 pasien (55%), diikuti

dengan tuba sinistra dengan 121 pasien

(45%).12

Hal ini didukung oleh teori Sepillian

yang mengemukakan bahwa lokasi

tersering kejadian KET adalah di tuba

yaitu 90,3%. Lokasi implantasi

terbanyak di tuba falopii disebabkan

karena tuba falopi sangat banyak

mengandung serat elastik, pembuluh

darah dan limfatik. Selain itu, tuba

falopi juga tidak memiliki lapisan sub

mukosa, sehingga ovum yang telah

Page 13: Jurnal Rully Febri A

dibuahi (zigot) segera menembus epitel,

dan zigot akhirnya terimplantasi di

dekat atau di dalam otot tuba kemudian

bertahan karena suplai nutrisi yang

adekuat dari pembuluh darah sekitar.26

V. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan

pembahasan gambaran angka kejadian

kehamilan ektopik di RSUD. Dr. H.

Abdul Moeloek Bandar Lampung

Tahun 2012 – 2013 dapat di ambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Selama 3 tahun (1 Januari 2012-31

Desember 2014) ditemukan 195

kasus kehamilan ektopik terganggu

dala 3 tahun dan setiap tahun

mengalami penurunan kejadian.

2. Kelompok usia terbanyak pada

penderita kehamilan ektopik adalah

kelompok usia 30-34 tahun sebanyak

72 orang (47,2%), dengan rata-rata

usia pasien adalah 30 tahun. Usia

tertinggi pasien adalah 40 tahun

kemudian usia terendah pasien

adalah 18 tahun.

3. Paritas terbanyak pada penderita

kehamilan ektopik adalah paritas ke-

3 yaitu sebanyak 61 orang (39,9%).

4. Terdapat 24 orang (15,7%) penderita

kehamilan ektopik mengalami

kehamilan ektopik berulang atau

memiliki riwayat KET sebelumnya

5. Riwayat penyakit ginekologis

terbanyak pada penderita kehamilan

ektopik terganggu adalah penyakit

radang panggul (PRP), yaitu 79

orang (51,6%).

6. Sebanyak 81 orang (52,9%)

penderita kehamilan ektopik pernah

menggunakan kontrasepsi.

7. Penggunaan kontrasepsi dengan

frekuensi tertinggi adalah metode

suntik sebanyak 37 orang (45,6%)

dan kontrasepsi pil sebanyak 26

orang (31,0%

8. Lokasi terbanyak terjadinya

kehamilan ektopik pada penderita

kehamilan ektopik adalah di tuba

falopii dekstra sebanyak 79 orang

(51,6%).

VI. KESIMPULAN

Mengingat kehamilan ektopik

terganggu merupakan kasus darurat di

bidang ginekologi dan dapat

menimbulkan ancaman jiwa bagi

penderita, penulis menyarankan:

1. Meningkatkan kualitas pendidikan,

serta keterampilan tenaga - tenaga

kesehatan agar dapat menegakkan

diagnosis kehamilan ektopik

terganggu lebih dini sehingga

Page 14: Jurnal Rully Febri A

diharapkan dapat mengurangi

angka kematian ibu.

2. Rumah sakit perlu diberikan alat

diagnostik yang cukup dan lengkap

agar dapat menunjang penegakan

diagnosis dini kehamilan ektopik

Sekarang ini, peran alat bantu

diagnostik sangatlah penting, dan

sudah merupakan sesuatu yang

harus dilakukan, sehingga

diharapkan dapat mengurangi

angka kematian ibu.

3. Pada setiap ibu hamil diberikan

penjelasan dan pengetahuan tentang

gejala - gejala yang timbul akibat

kehamilan yang tidak normal

sehingga ibu dapat segera

memeriksakan kehamilannya di

puskesmas atau rumah sakit

terdekat agar dapat didiagnosis

secara dini.

4. Ibu dengan faktor risiko dan

riwayat kehamilan ektopik

terganggu sebelumnya diharapkan

agar waspada dan senantiasa

melakukan pemeriksaan antenatal

care secara berkala kepada bidan

atau tenaga medis terdekat.

5. Jika penderita KET sudah punya

anak yang cukup,sesuai dengan

program KB yaitu 2 anak saja,

maka dapat diberikan pilihan untuk

melakukan sterilisasi atau

melakukan kontrasepsi mantap agar

dapat mencegah kehamilan ektopik

berulang.

6. Pencatatan rekam medik dan status

pasien di RSUD Dr. H. Abdul

Moeloek Bandar Lampung

diharapkan dapat lebih lengkap

jelas dan teliti sehingga

mempermudah untuk dilakukan

penelitian selanjutnya.

7. Perlu dilakukan anamnesis lebih

lengkap untuk memprediksi faktor

resiko kejadian kehamilan ektopik.

VII. DAFTAR PUSTAKA

1. Wiknjosastro, H. Kehamilan

ektopik. Dalam: Prawirohardjo,S.

Ed. Ilmu kebidanan. Jakarta;

Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo;2006 p.258-63.

2. SDKI, 2012. Survei demografi dan

kesehatan Indonesia. Jakarta:

Badan Pusat Statistik RI

3. DINKES, Lampung. 2012. Profil

kesehatan Provinsi Lampung.

Bandar Lampung: Dinkes Lampung

4. Suryawan A. Gunanegara H,

Sastrawinata U. Profil penderita

kehamilan ektopik terganggu

Tahun 2003 - 2004 di RS Immanuel

Bandung. Bandung: JKM.

2007;6(2): p.1-3.

Page 15: Jurnal Rully Febri A

5. Chalik, TMA. Hemoragi utama

obstetri dan ginekologi. Ed.1.

Jakarta: Widya Medika, 2010. p.

341.

6. Varney H, M,Kirebs Jan, L.Gegor

Carolyn. Buku ajar asuhan

kebidanan. Ed.4. Jakarta: Penerbit

Buku Kedokteran EGC, 2009; p.

606-7.

7. Manuaba, IGB. Gawat darurat

obstetri-ginekologi dan obstetri-

ginekologi sosial. Jakarta : EGC,

2008 p.277

8. Hanifa W. Kehamilan ektopik.

Dalam : Ilmu Kebidanan. Ed3.

Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo. Jakarta. 2007;

p.323-38

9. Saifuddin, AB. Pelayanan

kesehatan ibu hamil. Jakarta :

Yayasan Bina Pustaka, 2006. p.47-

9

10. Polan ML, Wheeler JM. Kehamilan

ektopik (diagnosis dan terapi).

Dalam: Seri skema diagnosis dan

penatalaksanaan infertilitas. Ed.I.

Jakarta: Bina Rupa Aksara. 1997;

p. 102-5

11. Abdullah F, Bakar E, Salin J.

Kehamilan ektopik terganggu di

Rsup dr. M. Djamil Padangselama

3 Tahun (1 Januari 1995-31

Desember 1997). Padang:

Universitas Andalas, 1997

12. Aling D, Kaeng J, Wantania J.

Hubungan penggunaan kontrasepsi

dengan kejadian kehamilan ektopik

terganggu di blu Rsud prof. Dr. R.

D. Kandou Manado periode 2009 –

2013. Manado: Universitas Sam

Ratulangi, 2014.

13. Rachimhadhi T, Saifudin AB.

Kehamilan ektopik. Dalam : Ilmu

Bedah Kebidanan. Ed.I. Jakarta:

Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawiroharjo, 2005; p.320-9

14. Christina, I. Perawatan kebidanan.

Jakarta : Penerbit Bratara, 1996; p.

12

15. Sepilian V, Wood E. Ectopic

pregnancy. Fertil Steril, 2000; 57:

456-8. Dari:

http://www.emedicine.com/. Di

akses 27 Maret 2015

16. Bangun, R. Karakteristik ibu

penderita kehamilan ektopik

terganggu di Rumah Sakit Pusat

Haji Adam Malik Tahun 2003 -

3008. Medan : Universitas

Sumatera Utara, 2009.

17. Hadisaputra, W. Penatalaksanaan

kehamilan ektopik dengan kajian

hasil laparoskopi operatif.

FKUI.2008; p. 72-6. Diakses di

http://indonesia.digitaljournals.org/i

ndex.php/IJOG/article/viewFile/97

2/966 pada tanggal 11 Desember

2014.

18. Murray H, Baakdah H, Bardell T,

Tulandi T. Diagnosis and

treatment of ectopic pregnancy

synthese. CMAJ, 2005; p.905-12.

19. Saifuddin AB. Kehamilan ektopik

terganggu. Dalam: Buku Panduan

Praktis Pelayanan Kesehatan

Maternal dan Neonatal. Ed. I.

Page 16: Jurnal Rully Febri A

Editor: Affandi B, Waspodo B.

Jakarta, 2002; p.102-35

20. Sastrawinata, S. Obstetri patologi.

Bagian obstetri dan ginekologi.

Bandung: Fakultas Kedokteran

Universitas Padjajaran, 1984. p.22

21. Ectopic pregnancy. Diakses dari

http://www.glowm.com/

section_view/ heading

/Ectopic%20Pregnancy/item/47

pada tanggal 15 Januari 2015.\

22. Sastroasmoro, S., Ismael, S. Dasar-

dasar metodologi penelitian klinis.

Ed.4. Jakarta: Sagung Seto.

2011.p.57-9

23. Braxton, J. CareyD. Davis, D.

Sexually transmitted disease:

Centers for Disease Control and

Prevention. Atlanta: U.S.

Department Of Health And Human

Services. 2014

24. Lawani O, Okechukwu A, Ezeonu

P. Ectopic pregnancy: a life-

threatening gynecological

emergency. International Journal of

Women’s Health 2013;5:515-521.

25. Barnhart KT. Ectopic Pregnancy. N

Engl J Med. 2009;361:379-87.

Diakses pada tanggal 23 mei 2015

di

http://www.nejm.org/doi/full/10.10

56/NEJMcp0810384

26. Cunningham, Mac Donald, Gant,

Levono, Gilstrap. Kehamilan

Ektopik. Dalam : obstretics

William.Ed.23.Vol 2. Jakarta:

EGC; 2010. p.773-818