jurnal publikasi - digilib.isi.ac.iddigilib.isi.ac.id/1893/7/jurnal.pdf · secara pribadi penulis...

19
JURNAL PUBLIKASI Pertanggungjawaban Karya “JU PANGGOLA” Disusun guna memenuhi sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Jurusan Etnomusikologi Fakultas Seni Pertunjukan Pertanggungjawaban Tertulis Karya Seni Disusun oleh : JULISTIA PIDO 1210460015 PROGRAM STUDI S1- ETNOMUSIKOLOGI JURUSAN ETNOMUSIKOLOGI FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA 2017 UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Upload: dangcong

Post on 06-Mar-2019

235 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: JURNAL PUBLIKASI - digilib.isi.ac.iddigilib.isi.ac.id/1893/7/JURNAL.pdf · Secara pribadi penulis memiliki sebuah pengalaman pribadi tentang sosok Ju Panggola. Terdapat sebuah perjalanan

JURNAL PUBLIKASI

Pertanggungjawaban Karya

“JU PANGGOLA”

Disusun guna memenuhi sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana

Jurusan Etnomusikologi

Fakultas Seni Pertunjukan

Pertanggungjawaban Tertulis Karya Seni

Disusun oleh :

JULISTIA PIDO

1210460015

PROGRAM STUDI S1- ETNOMUSIKOLOGI

JURUSAN ETNOMUSIKOLOGI FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN

INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA

2017

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 2: JURNAL PUBLIKASI - digilib.isi.ac.iddigilib.isi.ac.id/1893/7/JURNAL.pdf · Secara pribadi penulis memiliki sebuah pengalaman pribadi tentang sosok Ju Panggola. Terdapat sebuah perjalanan

1

JU PANGGOLA

Oleh : Julistia Pido

Pembimbing I : Drs. Haryanto, M.Ed

Pembimbing II : Warsana, S.Sn, M.Sn

Abstrak

Karya ini ini merupakan suatu bentuk pengaplikasian dari sebuah fenomena

budaya yang kemudian menjadi sebuah ide musikal sehingga terciptalah sebuah

karya musik yang berjudul Ju Panggola. Dalam karya Ju Panggola ini penulis

terinspirasi dari sebuah makam yang di anggap keramat oleh sebagian masyarakat

di Gorontalo dan nama makam tersebut adalah “Makam Auliya Raja Ilato Ju

Panggola). Menurut beberapa budayawan Gorontalo, Ju Panggola adalah sebuah

julukan yang artinya Pak Tua atau orang yang dituakan. Konon nama beliau

tersebut adalah Ilato yang artinya kilat, karena kesaktiannya mempunyai

kemampuan untuk menghilang secepat kilat. Gelar Ju Panggola ini muncul dari

sebagian masyarakat di Gorontalo karena beliau selalu hadir dengan profil kakek

tua berjenggot panjang hingga melewati lutut. Beliau juga dijuluki sebagai

awuliya atau wali karena beliau adalah salah satu penyebar agama islam di

Gorontalo. Akan tetapi menurut penulis sangat dimungkinkan Ju Panggola adalah

putra mahkota dari Sultan amai yang bergelar Matolodula kiki yang namanya

adalah Sayidina Ali Bin Abubakar Al-Hasby. Beliau memerintah pada tahun

1550-1558 M melanjutkan kedudukan ayahnya untuk memimpin kerajaanan.

Untuk mempermudah dalam memusikalkan karya ini penulis membuat sebuah

alur yang dibagi menjadi tiga bagian, yakni untuk bagian pertama

menggambarkan suasana proses ziarah, bagian kedua menggambarkan suasana

perjalanan spiritual penulis dan yang ketiga menggambarkan kefiguran Ju

Panggola. Karya musik ini juga memiliki landasan etnis yakni etnis Jawa dan

etnis melayu Gorontalo.

Kata Kunci : Ju Panggola, Ilato, Makam keramat, Gorontalo

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 3: JURNAL PUBLIKASI - digilib.isi.ac.iddigilib.isi.ac.id/1893/7/JURNAL.pdf · Secara pribadi penulis memiliki sebuah pengalaman pribadi tentang sosok Ju Panggola. Terdapat sebuah perjalanan

2

Abstract

This creation is a form of application a cultural phenomenon then later

became a musically idea so as to create the titled Ju Panggola. In this creation

inspired author of a tomb that is considered sacred by some communities in

Gorontalo and the name of the tomb is the " Makam Auliya Raja Ilato Ju

Panggola). According to some cultural Gorontalo, Ju Panggola is a nickname

meaning old man or elder person. It is said that his name is Ilato which means

lightning, because his power has the ability to disappear as fast as lightning. Ju

Panggola title arises from some communities in Gorontalo because he was always

present with the profile of an old man with long beards down past the knee. He

also dubbed as awuliya or guardian because he is one of the propagator of Islam

in Gorontalo. But according to the author it is possible Ju Panggola is the crown

prince of Sultan Amai who holds Matolodula kiki whose name is Sayidina Ali Bin

Abubakar Al-Hasby . He reigned in the years 1550-1558 M to resume his position

to lead the kingdom. To facilitate the creation of musically the author create a

groove that is divided into three parts, for the first part describes from the

atmosphere of pilgrimage, the second part describes the atmosphere of the

spiritual journey and third authors describe the figure of Ju Panggola. This

musical creation also has a foundation ethnic, that is Javanese ethnicity and ethnic

Melayu Gorontalo.

Keywords: Ju Panggola, Ilato, Hallow Tomb, Gorontalo

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 4: JURNAL PUBLIKASI - digilib.isi.ac.iddigilib.isi.ac.id/1893/7/JURNAL.pdf · Secara pribadi penulis memiliki sebuah pengalaman pribadi tentang sosok Ju Panggola. Terdapat sebuah perjalanan

3

I. Pendahuluan

Ju Panggola merupakan salah satu Awuliya atau Wali yang ada di

Gorontalo dan beliaulah yang menyebarkan agama islam di Gorontalo. Akan

tetapi sampai saat ini belum tercatat dengan jelas pada tahun berapa beliau

mengislamkan masyarakat Gorontalo, bahkan tulisan-tulisan sejarah secara detail

tentang beliau belum ada hingga saat ini. Hal ini dibuktikan dengan tidak adanya

sumber-seumber secara tertulis yang ditinggalkan oleh orang-orang terdahulu

melainkan hanya meninggalkan cerita-cerita dari mulut ke mulut. Akan tetapi

meski hanya sebuah cerita sampai saat ini sosok Ju Panggola sangat dihormati

oleh seluruh masyarakat Gorontalo. Sehingga makam beliau dikeramatkan oleh

penduduk setempat dan sering dipenuhi oleh para pendatang untuk berziarah

dimakamnya.

Nama makam Ju Panggola adalah Ilato (dalam bahasa Gorontalo yang

artinya kilat) dengan pangilan kesehariannya Ju Panggola (dalam bahasa

Gorontalo yang artinya Pak Tua). Secara geografis Makam Ju Panggola terletak di

Kelurahan Lekobalo, Kecamatan Kota Barat, Kota Gorontalo, Provinsi

Gorontalo.Makam ini terletak sekitar 7 km dari pusat Kota Gorontalo.1Beliau

dijuluki Ju Panggola, karena ia selalu tampil atau muncul dengan profil kakek tua

berjenggot panjang dan mengenakan jubah putih. Ju Panggola sendiri

sesungguhnya adalah gelar, yang artinya tokoh yang dituakan. Beliau juga

mendapatkan gelar adat “Ta Lo’o Baya Lipu” atau orang yang berjasa kepada

rakyat sebagai lambang kehormatan dan keluhuran negeri. Sebagai pejuang, ia

1Manu Skrip oleh Farha Daulima selaku salah satu budayawan di Gorontalo.

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 5: JURNAL PUBLIKASI - digilib.isi.ac.iddigilib.isi.ac.id/1893/7/JURNAL.pdf · Secara pribadi penulis memiliki sebuah pengalaman pribadi tentang sosok Ju Panggola. Terdapat sebuah perjalanan

4

juga dikenal sebagai pendekar yang piawai dalam ilmu persilatan di Gorontalo

yang disebut Langga. Akan tetapi dapat dimungkinkan serta analisis penulis

dengan melihat tulisan dari gapura makam Ju Panggola terdapat tulisan Raja Ilato

dengan riwayat beliau adalah salah satu penyebar agama Islam di Gorontalo

kemungkinan besar beliau merupakan putra mahkota dari Raja Amai yang

bergelar “Matolodula Kiki”. Nama asli dari Ju Panggola adalah Sayidina Ali Bin

Abubakar Al-Hasby dan beliau wafat pada 1673 M atau 1084 H.

Secara pribadi penulis memiliki sebuah pengalaman pribadi tentang sosok

Ju Panggola. Terdapat sebuah perjalanan spiritual antara penulis, Ju Panggola dan

Allah SWT. Perjalanan spiritual tersebut berawal sejak penulis duduk di bangku

SMP (Sekolah Menengah Pertama). Saat itu penulis sering bermimpi bertemu

dengan sosok orang tua yang selalu mengenakan baju putih dengan wajah yang

bercahaya. Didalam mimpi orang tua tersebut sering memberikan beberapa

wejangan dan memberikan sebuah gambaran kejadian yang akan datang.

Terkadang dikala kebingungan melanda, penulis cukup memejamkan mata dan

orang tua tersebut selalu datang dan membantu untuk menentukan pilihan

tersebut. Kejadian inipun sering berlangsung meskipun penulis berada jauh dari

tempat kelahirannya, dan saat ini penulis sedang menempuh studi di Yogyakarta.

II. Rumusan Ide Penciptaan

Keseluruhan karya ini dibentuk berdasarkan pendekatan empiris dan

imajinasi penulis, sehingga timbul sebuah kegelisahan yakni mampukah sebuah

fenomona budaya tentang kepercayaan masyarakat terhadap Ju Panggola yang

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 6: JURNAL PUBLIKASI - digilib.isi.ac.iddigilib.isi.ac.id/1893/7/JURNAL.pdf · Secara pribadi penulis memiliki sebuah pengalaman pribadi tentang sosok Ju Panggola. Terdapat sebuah perjalanan

5

dikenal sebagai salah satu Aulia atau Wali yang ada di Gorontalo dijadikan ide

untuk menciptakan sebuah karya musikal.

III. Metode Penciptaan

1. Rangsangan awal

Berawal dari perjalanan penulis menuju tempat wisata makam keramat Ju

Panggola yang mana makam ini menjadi inspirasi awal dalam penciptaan musik

yang ke III dan kemudian melanjutkan kajian ini sebagai modal untuk maju pada

Tugas Akhir semester nantinya.Makam ini secara visualnya hanya seperti makam

pada umumnya.Tetapi orang-orang sekitar dan hampir seluruh masyarakat

Gorontalo sangat memuliakan sosok Ju Panggola. Karena jasa-jasanya yang telah

menyebarkan agama islam dan telah mengusir penjajah dari tanah Gorontalo.

Pada awalnya penulis hanya sekedar mengangkat sosok beliau namun

ditengah observasi penulis menemukan sesuatu yang jika difikirkan dengan logika

sangat tidak masuk akal. Ketika ada beberapa orang yang sengaja mengambil

tanahnya untuk dijadikan jimat, adapula sosok wanita yang menangis hingga

terisak-isak dimakam untuk meminta kekuatan lewat makam tersebut. Sementara

dalam satu waktu penulis pernah membaca di surat kabar tentang adanya konflik

antara ormas islam dengan masyarakat sekitar. Menurut ormas islam tersebut,

berdoa hingga meminta dimakam adalah perilaku yang syirik. Terlepas dari

fenomena maupun konflik yang terjadi untuk pribadi sendiri penulis memiliki

pengalaman tersendiri tentang Ju Pangggola. Oleh karena itu dengan sengaja

penulis mengangkat makam keramat Ju Panggola untuk memenuhi Tugas Akhir

Penciptaan Musik Etnis.

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 7: JURNAL PUBLIKASI - digilib.isi.ac.iddigilib.isi.ac.id/1893/7/JURNAL.pdf · Secara pribadi penulis memiliki sebuah pengalaman pribadi tentang sosok Ju Panggola. Terdapat sebuah perjalanan

6

2. Ekplorasi

Pada teori Alma M. Hawkins metode eksplorasi adalah tahap langkah awal

dalam mewujudkan suatu karya seni (musik).2Pada tahapan ini penulis mengamati

objek kemudian masih meraba-raba kemungkinan instrumen apa yang akan

digunakan dalam karya Ju Panggola ini. Kemudian dalam pemilihan instrumen

penulis mengklasifikasikan berdasarkan fungsinya dan dibagi menjadi dua yakni :

instrumen Melodis dan instrumen Ritmis. Instrumen melodis adalah instrumen

yang memainkan tema lagu dengan menggunakan melodi atau nada. Pada karya

Ju Panggola penulis menggunakan instrumen melodis seperti : Violin, Viola,

Cello, Accordion, Polopalo, Gambus, Saluang, Serunai, Gender, Saron, flute,

gong, Talempong , Sape, Bambua dan bass. Sedangkan instrumen Ritmis adalah

instrumen yang berfungsi sebagai pengiring serta pengatur tempo pada lagu.

Instrumen ritmis yang digunakan pada karya Ju Panggola ini adalah drum set dan

rebana.

Pada saat pemilihan instrumen yang dipakai serta pengklasifikasian

instrumen melodis dan rimtis penulis juga mempertimbangkan suasana musikal

yang akan dipentaskan. Penulis ingin menghadirkan nuansa etnis dari berbagai

macam daerah di Indonesia seperti dari Sumatera penulis memilih Talempong,

saluang dan bansi sebagai icon dari Padang atau Sumatera Barat sedangkan dari

pulau Kalimantan penulis menggunakan Sape karena merupakan salah satu

isntrumen yang dimiliki oleh suku dayak. Pada pulau Jawa penulis menggunakan

2Alma M. Hawkins, Bergerak Menurut Kata Hati, Terj. Iwayan Dibia (Jakarta : Ford

Foundation dan MSPI, 2003).

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 8: JURNAL PUBLIKASI - digilib.isi.ac.iddigilib.isi.ac.id/1893/7/JURNAL.pdf · Secara pribadi penulis memiliki sebuah pengalaman pribadi tentang sosok Ju Panggola. Terdapat sebuah perjalanan

7

gamelan sunda yang meliputi saron, gong, dan suling sedangkan untuk pulau

sulawesi penulis menggunakan polopalo dan rebana. Walaupun sebagian

instrumen merupakan instrumen etnis timur akan tetapi pada pengolahan melodi

secara keseluruhan penulis menggunakan tehnik musik barat.

3. Improvisasi

Pada teori Alma M. Hawkins metode improvisasi adalah tahap selanjutnya

dalam mewujudkan suatu karya seni (musik).3 Proses imporvisasi dimana penulis

mulai melakukan percobaan sebuah motif yang akan dijadikan tema musikal.

Untuk proses pencarian sebuah motif penulis melakukannya dengan cara

menyanyikannya kemudian mencoba untuk menuangkan ke dalam setiap

instrumen. Dalam tahapan percobaan ini ketelitian penulis sangat dibutuhkan

karena dalam menciptakan sebuah motif harus ada kecocokan dengan instrumen

yang diinginkan.Untuk motif pertama kali diimajinasi penulis adalah tiupan

bambua yang panjang. Bambua merupakan salah satu instrumen etnis dari

Gorontalo. Penulis memilih instrumen karena dari keseluruhan instrumen etnis

Gorontalo sebagian besar merupakan instrumen yang berfungsi sebagai pembawa

ritmis. Sedangkan instrumen yang bisa menggambarkan kesakralan menurut

penulis adalah bambua. Karakter suara bambua hampir sama dengan saluang

hanya saja saluang memiliki tangga nada yakni do, re, mi, fa sedangkan bambua

hanya memiliki satu nada. Berikut motif dari bambua :

3Alma M. Hawkins, Ibid

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 9: JURNAL PUBLIKASI - digilib.isi.ac.iddigilib.isi.ac.id/1893/7/JURNAL.pdf · Secara pribadi penulis memiliki sebuah pengalaman pribadi tentang sosok Ju Panggola. Terdapat sebuah perjalanan

8

Berawal dari motif bambua tersebut kemudian penulis

mengembangkannya dengan menggunakan tehnik augmentasi sehingga menjadi :

Kemudian untuk menciptakan melodi agar lebih terkesan indah penulis

mengembangkannya dengan menggunakan motif sekuen naik dan turun sehingga

menjadi seperti :

Berawal dari motif yang begitu sederhana yakni tiupan bambua kemudian

penulis mengembangkannya dengan menggunakan berbagai macam tehnik musik

barat sehingga penulis mendapatkan berbagai macam motif untuk setiap bagian-

bagian dari karya Ju Panggola. Keselurahan karya ini meskipun pengolahannya

menggunakan tehnik musik barat namun tidak mempengaruhi karakter melodi

dari tiap-tiap instrumen. Seperti instrumen-instrumen etnis tetap memainkan pola

melodi sesuai dari daerahnya sendiri. Khususnya untuk instrumen dari Jawa

seperti Saron dan suling tetap menggunakan tangga nada pentatonik. Begitu juga

dengan instrumen etnis yang lainnya.

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 10: JURNAL PUBLIKASI - digilib.isi.ac.iddigilib.isi.ac.id/1893/7/JURNAL.pdf · Secara pribadi penulis memiliki sebuah pengalaman pribadi tentang sosok Ju Panggola. Terdapat sebuah perjalanan

9

4. Pembentukan (form)

Setelah keseluruhan data terkumpul baik dari segi musikal dan non

musikal penulis mulai menyusun sebuah komposisi musik dengan menggunakan

aplikasi musik Fruity Loops, yang dilanjutkan dengan eksplore midi dan untuk

proses editan dilakukan pada aplikasi sibelius. Keseluruhan karya ini dibagi

menjadi tiga bagian yakni bagian awal, tengah, dan penutup dengan berlandaskan

dua etnis yakni etnis Jawa dan etnis Melayu Gorontalo.Akan tetapi dalam

pengolahan komposisi tidak berpatokan pada pakem-pakem baik di Jawa maupun

pakem yang berada di Gorontalo melainkan membuat sebuah komposisi baru dan

belum pernah diciptakan sebelumnya.

Alasan penulis memilih Jawa dan Melayu sebagai landasan etnis

penciptaan musik etnis ini adalah untuk mempermudah menggambarkan suasana

sakral dari proses ziarah adalah dengan menggunakan gong dan gender dari Jawa.

Alasan kedua yakni dilihat dari bentuk, karakter, tangga nada, gamelan jawa

sangat berbeda jauh dengan karakter Melayu Gorontalo. Saron memiliki karakter

suara yang sangat nyaring dan terbuat dari perunggu. Sedangkan instrumen

Melayu Gorontalo sebahagian besar berbahan dasar dari bambu. Tangga nada

yang digunakanpun berbeda dimana Jawa menggunakan tangga nada pentatonik

sedangkan Melayu Gorontalo menggunakan tangga nada diatonik. Oleh karena

alasan inilah sehingga penulis memutuskan untuk memilih landasan etnis dari

Jawa dan Melayu Gorontalo karena ketika kedua etnis ini digabungkan akan

menciptakan sesuatu nuansa yang lebih baru baik dari penggabungan tiap

instrumen maupun dalam pengolahan melodi-melodinya.

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 11: JURNAL PUBLIKASI - digilib.isi.ac.iddigilib.isi.ac.id/1893/7/JURNAL.pdf · Secara pribadi penulis memiliki sebuah pengalaman pribadi tentang sosok Ju Panggola. Terdapat sebuah perjalanan

10

Setelah komposisi terbentuk maka mulai dilatihkan kepada para pemain.

Setelah proses latihan selesai, kemudian dilakukan evaluasi sebagai bahan koreksi

untuk mencapai hasil atau finishing yang maksimal.Berikut rancangan struktur

musik pada garapan musik Ju Panggola ini.

Bagian I

Proses Ziarah

Bagian II

Perjalanan Spritiual

Bagian III

Kefiguran Ju Panggola

8 Menit 16 menit 6 Menit

Keterangan:

- Grafik yang dimulai dengan musik yang datar kemudian dinamikanya naik

secara perlahan ialah bagian introduction dan dilanjutkan dinamika

menurun dengan tempo yang melambat merupakan melodi pertama.

- Selanjutnya pada bagian tengah tensi dinamika serta tempo stabil.

Kemudian naik menjadi tempo cepat dengan durasi tidak terlalu lama dan

menurun kembali. Saat transisi tempo dan dinamika naik untuk masuk

bagian selanjutnya. Di bagian ini grafik agak naik dan mood musik

berubah menjadi semangat. Selanjutnya pada sub tema melodi bagian tiga

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 12: JURNAL PUBLIKASI - digilib.isi.ac.iddigilib.isi.ac.id/1893/7/JURNAL.pdf · Secara pribadi penulis memiliki sebuah pengalaman pribadi tentang sosok Ju Panggola. Terdapat sebuah perjalanan

11

dinamika menurun hingga ending. Pada bagian ending suasana menjadi

khidmat dan di akhiri dengan lagu.

IV. Kesimpulan

Dari penjelasan serta uraian konsep musik diatas maka penulis mempunyai

kesimpulan, bahwa sebuah fenomena budaya yang tidak musikal dapat dijadikan

sebuah karya musikal dengan melewati beberapa tahapan ataupun proses.

Kemudian dari sebuah ide ataupun rangsang awal penciptaan haruslah ditelusuri

secara detail dan mendalam, karena nantinya sangatlah berpengaruh bagi hasil

karya serta kemampuan berpikir kita dalam merancang suatu komposisi musik

dalam konteks akademis. Selain itu dalam membuat suatu komposisi yang

sederhana ternyata juga membutuhkan pemikiran yang rumit dan kritis, karena

dalam menelusuri sebuah sumber yang akan kita angkat sama halnya dengan

melakukan penelitian, dan ide yang sederhana bisa saja membutuhkan suatu

proses yang sangat lama. Hal ini terbukti dalam proses penggarapan Ju Panggola,

karena pemulis membutuhkan waktu yang cukup lama demi kesempurnaan

komposisi tersebut. Harapannya semoga untuk karya-karya yang akan datang

bisa lebih lancar serta dimudahkan dalam berpikir. Semangat terus dalam

berkarya.

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 13: JURNAL PUBLIKASI - digilib.isi.ac.iddigilib.isi.ac.id/1893/7/JURNAL.pdf · Secara pribadi penulis memiliki sebuah pengalaman pribadi tentang sosok Ju Panggola. Terdapat sebuah perjalanan

12

Daftar Pustaka

Chafidh Afnan – Asrori Ma’ruf. 2008. Tradisi Islam panduan prosesi kelahiran,

perkawinan, dan kematian. Surabaya : Khalista

Hawkins Alma. 2003. Bergerak Menurut Kata Hati. Jakarta : Ford Foundation

dan MSPI.

Hardjana Suka. 2003. Corat-Coret Musik Kontemporer Dulu dan Kini.

Yogyakarta : Ford Foundation.

http://wiyonggoputih.blogspot.co.id/2015/01/ju-panggola-syaikh-kilat.html (di

akses pada tanggal 30 oktober 2015, pukul 23.00 WIB)

http://Kejayaangorontalo.blogspot.co.id/2011_04_01_archive.html (diakses,

selasa 24 januari 2017, Pukul 15.00 WIB)

Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : PT Rineka Cipta

Mcdemott Vincent. 2013. Imagination Membuat Musik Biasa Menjadi Luar

Biasa. Yogyakarta : Art Music Today

Manu Skrip Farha Daulima selaku budayawan di Gorontalo

Manu Skrip Roni Monoarfa selaku budayawan di Gorontalo

Manu Skrip Muhammad Ihsan Selaku Pemerhati Budaya di Gorontalo

Nakagawa Shin. 2000. Musik dan Kosmos Seuah Pengantar Etnomusikologi.

Jakarta : Yayasan Obor

Rakhmat Jalaludin. 2008. Petualangan Spritualitas Meraih Makna Diri Menuju

Kehidupan Abadi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 14: JURNAL PUBLIKASI - digilib.isi.ac.iddigilib.isi.ac.id/1893/7/JURNAL.pdf · Secara pribadi penulis memiliki sebuah pengalaman pribadi tentang sosok Ju Panggola. Terdapat sebuah perjalanan

13

Dokumentasi

Gambar 4.Proses Latihan Ju Panggola

(Foto : Noval, 2016)

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 15: JURNAL PUBLIKASI - digilib.isi.ac.iddigilib.isi.ac.id/1893/7/JURNAL.pdf · Secara pribadi penulis memiliki sebuah pengalaman pribadi tentang sosok Ju Panggola. Terdapat sebuah perjalanan

14

Gambar 5. Proses Pembuatan Artistik

(Foto : Noval, 2016)

Gambar 6. Rapat Tim Produski dan Pemain serta evalusi latihan

(Foto : Noval, 2016)

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 16: JURNAL PUBLIKASI - digilib.isi.ac.iddigilib.isi.ac.id/1893/7/JURNAL.pdf · Secara pribadi penulis memiliki sebuah pengalaman pribadi tentang sosok Ju Panggola. Terdapat sebuah perjalanan

15

Gambar 7. Ujian Seleksi Tugas Akhir Ju Panggola

(Foto : Noval, 2016)

Gambar 8. Gladi Bersih Ju Panggola

(Foto : Noval, 2016)

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 17: JURNAL PUBLIKASI - digilib.isi.ac.iddigilib.isi.ac.id/1893/7/JURNAL.pdf · Secara pribadi penulis memiliki sebuah pengalaman pribadi tentang sosok Ju Panggola. Terdapat sebuah perjalanan

16

Gambar 9. Pementasan Karya Ju Panggola

(Foto : Noval, 2016)

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 18: JURNAL PUBLIKASI - digilib.isi.ac.iddigilib.isi.ac.id/1893/7/JURNAL.pdf · Secara pribadi penulis memiliki sebuah pengalaman pribadi tentang sosok Ju Panggola. Terdapat sebuah perjalanan

17

Gambar 10. Tari Longgo & Motombulu

(Foto : Noval, 2016)

Gambar 11. Tari Tidi Lo Ayabu

(Foto : Noval, 2016)

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 19: JURNAL PUBLIKASI - digilib.isi.ac.iddigilib.isi.ac.id/1893/7/JURNAL.pdf · Secara pribadi penulis memiliki sebuah pengalaman pribadi tentang sosok Ju Panggola. Terdapat sebuah perjalanan

18

Gambar 12. Euforia Setelah Pentas

(Foto : Noval, 2016)

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta