pasien pribadi

37
BAB I ILUSTRASI KASUS IDENTITAS a. Identitas Pasien No. CM : 02-24-64-35 Nama pasien : An. BA Jenis kelamin : Laki-laki Agama : Islam Alamat : Jl.Cipinang, Jatinegara Tempat Tangal Lahir / umur : Jakarta, 23 Juni 2011 /4 tahun 11 bulan Masuk RSUP Persahabatan : 27 April 2016 b. Identitas Orang Tua Ayah Nama : Tn. L Agama : Islam Alamat : Jl.Cipinang, Jatinegara Pendidikan : D3 Pekerjaan : Wiraswasta Penghasilan : Rp 4.500.000 – 5.000.000 / Bulan Ibu Nama : Ny. W Agama : Islam Alamat : Jl.Cipinang Mutiara, Jatinegara Pendidikan : D3 Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Upload: fitria-rahardini

Post on 08-Jul-2016

223 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

tugas morbili

TRANSCRIPT

Page 1: PASIEN PRIBADI

BAB I

ILUSTRASI KASUS

IDENTITAS

a. Identitas Pasien

No. CM : 02-24-64-35

Nama pasien : An. BA

Jenis kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat : Jl.Cipinang, Jatinegara

Tempat Tangal Lahir / umur : Jakarta, 23 Juni 2011 /4 tahun 11 bulan

Masuk RSUP Persahabatan : 27 April 2016

b. Identitas Orang Tua

Ayah

Nama : Tn. L

Agama : Islam

Alamat : Jl.Cipinang, Jatinegara

Pendidikan : D3

Pekerjaan : Wiraswasta

Penghasilan : Rp 4.500.000 – 5.000.000 / Bulan

Ibu

Nama : Ny. W

Agama : Islam

Alamat : Jl.Cipinang Mutiara, Jatinegara

Pendidikan : D3

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Penghasilan : -

Hubungan dengan orang tua : Anak kandung

Page 2: PASIEN PRIBADI

I. ANAMNESIS

Dilakukan secara alloanamnesis dengan ibu pasien dan pasien pada tanggal 27 April 2016

pukul 17:30 WIB di bangsal Bougenville Atas dan pengamatan melalui data rekam

medis.

Keluhan Utama:

Demam sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit

Keluhan Tambahan:

Bercak kemerahan diseluruh tubuh, Batuk, BAB cair dan penurunan nafsu makan

Riwayat Penyakit Sekarang:

Empat hari sebelum masuk rumah sakit pasien demam naik turun, tidak ada waktu

yang spesifik kapan demam muncul. Demam di rasakan tinggi, saat diukur suhu mencapai

40,1o C. Ibu pasien mengaku telah memberikan paracetamol sirup., demam sempat turun

sebentar kemudian demam kembali muncul. Demam tidak sampai menyebabkan pasien

menggigil ataupu kejang.

Tiga hari SMRS pasien mengalami batuk pilek, ingus pasien berwarna bening

sedangkan batuk berdahak putih bening, batuk tidak dirasakan semakin parah saat malam

hari,keringat saat malam hari ataupun berat badan yang sulit naik adanya sesak nafas juga

disangkal.

Dua hari sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh BAB cair , BAB cair sebanyak

1 kali warna kuning disertai dedikit ampas, tidak ada lender ataupun darah, tidak terdapat

mual muntah. Muncul bercak kemerahan pada wajah.

Satu hari sebelum masuk rumah sakit pasien BaB cair sebanyak 2x warna kuning

sediki ampas, lendir (-), darah (-), mual muntah didak ada, pasien tidak mau makan dan

terlihat lemas. Bercak kemerahan semakin semakin banyak hingga sampai badan, tangan

dan kaki pasien. Bercak kemerahan tidak nyeri ataupun gatal. Keluhan mata belekan,

lengket di pagi hari disangkal,mata merah berair disangkal, mimisan, gusi berdarah

disangkal.

Keesokan harinya karena demam tak kunjung turun dan pasien BAB cair sebanyak 4x

makan pasien dibawa ke IGD RSU Persahabatan.

Riwayat Penyakit Dahulu

Page 3: PASIEN PRIBADI

Pasien belum pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya

Riwayat alergi disangkal

Riwayat asma,TBC paru disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan serupa

Riwayat alergi disangkal

Riwayat asma disangkal

Riwayat Kehamilan dan Persalinan

Kehamilan Morbiditas kehamilan Infeksi saat kehamilan (-) Riwayat darah tinggi saat kehamilan (-) keputihan (-) alkohol/rokok (-)

Perawatan antenatal Periksa rutin ke bidanPersalinan Tempat kelahiran Rumah bersalin

Penolong persalinan BidanCara persalinan SpontanMasa gestasi Cukup bulanKeadaan bayi BB: 2800 gram

PB: 48 cmLangsung menangis, warna kulit merah

Kesan: Riwayat kehamilan dan persalinan baik

Riwayat Sosial Ekonomi dan Lingkungan

Pasien tinggal bersama kedua orang tuanya serta dua orang kakak pasien yang berusia 10

tahun,7 tahun. Orang tua pasien berpenghasilan sekitar empat juta lima ratus ribu rupiah dan

dirasa cukup untuk menghidupi ketiga anaknya. Pasien tinggal didaerah yang cukup padat

penduduk. Orang tua pasien mengaku menguras bak mandi setiap hari dan menutup tong

sampah di rumah. Terdapat tetangga pasien yang mengalami sakit campak dalam waktu 2

minggu terakhir.

Kesan : Sosial ekonomi cukup, lingkungan berisiko

Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan

Tengkurap : 4 bulan

Duduk : 6 bulan

Page 4: PASIEN PRIBADI

Berdiri : 8 bulan

Berjalan : 11 bulaan

Bicara : 1 tahun

Saat ini pasien sudah lancer berbicara, pasien dapat mengemukakan pendapatnya dan

berkomunikasi dengan baik.

Kesan : perkembangan dan pertumbuhan pasien baik.

Riwayat Makanan

Umur (bulan)

ASI / PASI Buah / Biskuit

Bubur susu Nasi tim

0 – 6 √ (ASI) - - -6 – 10 √ (ASI) √ √ -10 – 12 √ (ASI) √ √ √Saat ini Menu keluarga, Nasi, Lauk, Buah frekuensi makan 3-4 kali

sehari

Kesulitan makan : Tidak ada

Kesan : Kualitas dan kuantitas makan baik

Riwayat Imunisasi

Vaksin Dasar Ulangan (Umur)BCG √ (2)DPT √ (2) √ (4) √ (6)Hepatitis B √ (0) √ (2) √ (4) √ (6)Polio √ (2) √ (4) √ (6Campak √ (9)

Kesan : Riwayat imunisasi dasar lengkap

II. PEMERIKSAAN FISIK

Dilakukan pada tanggal 27 April 2016 pukul 17:30 WIB

Kesan umum : Tampak sakit sedang, tenang, pasien sadar, status gizi baik

Kesadaran : Compos Mentis

Data Antropometri

Berat badan : 14.5 kg

Tinggi badan : 99 cm

Status Gizi

BB/U : 0<Z<0

Page 5: PASIEN PRIBADI

Kesan : Baik/normal

TB/U : 0<z<2

Kesan : Baik/normal

BB/TB: -1<Z<0

Kesan : Baik/normal

Kesimpulan : Status gizi normal

Tanda Vital

Tekanan darah : 100/60 mmHg

Nadi : 129 x/menit (regular, isi cukup dan kuat angkat)

Suhu : 38 ºC

Pernapasan : 28x/menit

Kepala : Distribusi rambut normal,merata tidak mudah dicabut, tampak

makuopapular eritematosa diwajah

Mata : Alis mata hitam dan tersebar merata, konjungtiva anemis -/-, sklera

ikterik -/-, pupil bulat isokor Ø 3 mm, refleks cahaya langsung +/+,

refleks cahaya tidak langsung +/+, edema palpebra -/-, injeksi

konjungtiva -/-, perdarahan subkonjungtiva -/-, mata cekung -/-, air

mata +

Telinga : Bentuk telinga normal, serumen +/+ minimal, sekret -/-, membran

timpani sulit dinilai, nyeri tekan dan tarik -/-

Hidung : Tidak ditemukan deviasi septum, nafas cuping hidung -/-, cavum nasi

lapang, sekret +/+ bening, epistaksis -/-

Bibir : mukosa lembab, sianosis (-)

Mulut : Trismus (-),langit-langit normal, uvula letak di tengah, tonsil T1-T1,

mukosa mulut tidak hiperemis

Tenggorokan : Faring hiperemis (-), injeksi faring (-)

Leher : Trakea lurus di tengah, KGB tidak teraba membesar

Thoraks

Paru

Inspeksi : Simetris saat statis dan dinamis, pernafasan abdominotorakal,

retraksi (-)

Palpasi : Vocal fremitus sulit dievaluasi

Perkusi : Sonor pada kedua hemithoraks

Auskultasi :Suara nafas vesicular +/+, Rhonki -/-, Wheezing -/-

Page 6: PASIEN PRIBADI

Jantung

Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak

Palpasi : Ictus cordis tidak teraba

Perkusi : Batas jantung sulit dinilai

Auskultasi : Bunyi jantung I tunggal - II regular normal, murmur (-), gallop (-)

Kesimpulan : Paru dan Jantung dalam batas normal

Abdomen

Inspeksi : Datar

Auskultasi : Bising usus (+) normal

Perkusi : Timpani di semua kuadran abdomen

Palpasi : Supel, tidak ada pembesaran hepar dan lien, nyeri tekan (-), turgor

baik

Kesimpulan : Abdomen dalam batas normal

Ekstremitas

Atas: Simetris, sianosis -/-, akral hangat +/+, gerak sendi : Aktif, CTR < 2 detik

Bawah: Simetris, sianosis -/-, akral hangat +/+, gerak sendi : Aktif, CTR < 2 detik

Kulit : makulopapular eritematosa diwajak, leher, dada, abdomen,

ekstremitas atas dan bawah.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium :

Tanggal 27 Mei 2016 pkl. 13.10

Darah Rutin Nilai Satuan Nilai NormalLeukosit 11.24 Ribu/mm3 5-14.5Hitung jenis-Basofil 0,2 % 0 – 1-Eosinofil 1 % 1 – 5-Netrofil 58,0 % 25 – 60-Limfosit 38.0 % 25 – 50-Monosit 2.8 % 1 – 6Eritrosit 5,05 Juta/uL 3,95 – 5,26Hemoglobin 13.1 g/dL 11.5-13.5Hematokrit 40 % 34-40MCV 85 Fl 75-87MCH 27 Pg 24-30MCHC 35 % 31-37Trombosit 238 Ribu/mm3 150-440

Page 7: PASIEN PRIBADI

Kesimpulan : hasil pemeriksaan laboratorium hematologic darah rutun dalam batas normal

III. DIAGNOSIS KERJA

Morbili stadium erupsi

Diare akut tanpa dehidrasi

IV. DIAGNOSIS BANDING

German Measles

Eksantema subitum

V. PENATALAKSANAAN

Non-medikamentosa :

• Tirah baring

• Edukasi

• Diet makan rendah serat

• Rawat ruang isolasi

Medikamentosa :

• IVFD Kaen 3B 20 tetes per menit (makro)

Kebutuhan cairan berat badan 14,5 = 1225 ml/hari ditambah koreksi suhu

menjadi 1378 ml/hari

1378 x 20 / (24 x 60) = 19 tpm (makro)

• Paracetamol sirup 4 x 1.5 ml jika panas

10-15 mg/kgBB/kali 145 – 217.5 mg/kali

Zinc syrup 1 x 5 mg

Lacto B 3 x1 sachet

Vit A 1 x 200.000 (hari 1 dan hari 2)

VI. PROGNOSIS

Ad vitam : Dubia ad bonam

Ad sanationam : Dubia ad bonam

Ad functionam : Dubia ad bonam

Page 8: PASIEN PRIBADI

VII. FOLLOW UP

28 Desember 2015 29 Desember 2015 30 Desember 2015 Jam Keluhan Kesan

Umum

Tanda Vital

07.00 WIBDemam, mencret 1 kali, Batuk (-)Sadar, aktif, sesak (-), makulopapular eritematosa (+)TD: 100/70 mmHgN : 120 /menit, isi dan tegangan

cukupRR : 30/menitt : 37.80C

07.00 WIBDemam (-),mencret (-), batuk(-), sesak(-)Sadar, aktif, sesak (-),makulopapular eritematosaTD : 100/70mmHgN : 120 /menit, isi dan tegangan

cukupRR : 28 /menitt : 36.700C

07.00 WIBDemam (-), Mencret 1 kali, batuk (-)Sadar, cukup aktif, sesak (-), Hiperpigmentasi (+)

TD : 100/70mmHgN : 100 /menit, isi dan tegangan

cukupRR : 28 /menitt : 36,80C

Pf fisik Kepala : normosefallMata : cekung(-),Injeksi

konjungtiva (-/-)lakrimasi (-)Telinga : discharge(-), nyeri tekan

tragus (-)Hidung : sekret (+) serous.Mulut : bibir kering (-), sianosis(-),Tenggorok: Tonsil T1-1, faring

hiperemis (-)Leher : pembesaran KGB (-)Thorax : simetris, retraksi (-)

Cor : BJI-II normal, bising(-), gallop(-)

Pulmo : suara dasar vesikulerAbdomen : datar, supel, turgor baik

Hepar : tak terabaLien : tak teraba

EkstremitasMakulopapular eritematosa +/+ +/+Hiperpigmentasi -/- -/-Sianosis -/- -/-Akral dingin -/- -/-

Ruam : Belakang telinga,waja leher,

Kepala : normosefalMata : cekung (-), Injeksi Konj (-/-)

sekret (-), lakrimasi (-)Telinga : discharge(-), nyeri tekan

tragus(-)Hidung : sekret (-)Mulut : bibir kering (-), sianosis (-)Tenggorok : Tonsil T1-1, faring hiperemis

(-)Leher : pembesaran KGB (-),

hiperpigmentasi dibelakang leher

Thorax : simetris, retraksi (-), hiperpigmentasi

Cor : BJ I-II normal, bising(-), gallop(-)

Pulmo : SD vesikulerAbdomen : datar, lemas, turgor

baik,hiperpigmentasiHepar : tak terabaLien : tak teraba

EkstremitasEksantema +/+ +/+

santema -/- +/+

Kepala : normosefalMata : cekung(-), Injeksi(-/-)

lakrimasi (-/-/)Telinga : discharge(-), nyeri tekan

tragus(-)Hidung : sekret (-)Mulut : bibir kering (-), sianosis (-),Tenggorok: TonsilT1-1, Faring hiperemis

(-)Leher : pembesaran KGB (-),

hiperpigmentasi dibelakang leher

Thorax : simetris, retraksi (-), hiperpigmentasi

Cor : BJ I-II normal, bising(-), gallop(-)

Pulmo : SD vesikulerAbdomen : datar, lemas, turgor baik,

hiperpigmentasHepar : Tak terabaLien : tak teraba

EkstremitasMakulopapular eritematosa -/- -/-Hiperpigmentasi +/+ +/+

Page 9: PASIEN PRIBADI

badan, ekstemitas atas dan bawah Makulopapular eritematosa -/- -/-Sianosis -/- -/-Akral dingin -/- -/-Hiperpigmentasi: Belakang telinga, dadaEksantema:, punggung, ekstremitas atas dan bawah

Hiperpigmentasi:belakang telinga, leher, badan, lengan, kaki

Px penunjang

Hb : 13,0 g/dlHt : 36 g%Leukosit : 7100/mm3

Trombosit : 201.000/mm3

MCV : 74,5.8 FlMCH : 24,5 PgMCHC : 38.5 g/dlGlukosa sewaktu : 97 mg/dlNa : 141 mmol/lK : 3.6 mmol/lCl : 107 mmol/l

-

Assesment 1. Morbili fase erupsi 1. Morbili fase konvalensi 1. Morbili fase konvalensi

Terapi - Infus KaEN 3B 20 tpm- PO : -Paracetamol -VitaminA 200.000 IU - Ore zinc syrp

Dosis tidak berubah

Infus KaEN 3B 20 tpmPO : - Paracetamol

- Ore zinc syrp

Dosis tidak berubah

Infus KaEN 3B 20 tpm- PO : -Paracetamol (kalau panas) - Ore zinc syrp

Dosis tidak berubahProgram Pengawasan KU dan TV Pengawasan KU dan TV

\ Pasien rawat jalan

Page 10: PASIEN PRIBADI

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

III.1 MORBILI

III.1.1 Definisi

Ialah penyakit infeksi virus akut dan menular yang umumnya menyerang anak,

ditandai dengan 3 stadium, yaitu : stadium kataral sekitar 10-12 hari, stadium erupsi dan

stadium konvalesen1

III.1.2 Epidemiologi

Insiden kasus campak di Indonesia tahun 2007 untuk golongan umur < 1 tahun

sebesar 48,9 per 100.000 orang pertahun, umur 1-4 tahun sebesar 36,6 per 100.000 orang

tahun, dan umur 5-14 tahun sebesar 18,2 per 100.000 orang tahun. Bahkan sampai dengan

tahun 2009 masih dijumpai kejadian luar biasa campak di beberapa propinsi di Indonesia.

kasus campak banyak terjadi pada daerah dengan kepadatan penduduk tinggi dengan insiden

> 16 per 100.000 orang tahun, pada kelompok umur < 5 tahun dengan status tidak

diimunisasi. Terjadi peningkatan insiden campak pada tahun 2005 sebesar 7,40 per 10.000

penduduk dari tahun 2004. Terjadi peningkatan insiden campak pada tahun 2006 sebesar 8,35

per 10.000 penduduk dari tahun 2005.2

III.1.3 Etiologi

Penyebab penyakit ini adalah sejenis virus yang tergolong dalam genus morbili virus

dan famili Paramyxoviridae yang merupakan virus single stranded RNA. Di dalam virus

terdapat nukleokapsid yang bulat lonjong terdiri dari bagian protein yang mengelilingi asam

nukleat (RNA). Selubung luar merupakan suatu protein yang bersifat hemaglutinin.1,5

Virus campak berada di sekret nasofaring, dalam darah dan urin, minimal selama

masa tunas dan dalam waktu yang singkat sesudah timbulnya ruam. Virus tetap aktif minimal

34 jam pada temperature kamar, 15 minggu di dalam pengawetan beku, minimal 4 minggu

disimpan dalam temperature 350C, dan beberapa hari pada suhu 00C. virus tidak aktif pada

pH rendah.1

III.1.4 Patogenesis

Page 11: PASIEN PRIBADI

Penularannya sangat efektif, dengan sedikit virus yang infeksius sudah dapat

menimbulkan infeksi pada seseorang. Penularan campak terjadi secara droplet melalui udara

terutama selama stadium kataralis, terjadi antara 1-2 hari sebelum timbul gejala klinis sampai

4 hari setelah timbul ruam. Di tempat awal infeksi, penggandaan virus sangat minimal dan

jarang dapat ditemukan virusnya. Virus masuk kedalam limfatik lokal, bebas maupun

berhubungan dengan sel mononuklear mencapai kelenjar getah bening lokal. Di tempat ini

virus memperbanyak diri dengan sangat perlahan dan dari tempat ini mulailah penyebaran ke

sel jaringan limforetikular seperti limpa. Sel mononuklear yang terinfeksi menyebabkan

terbentuknya sel raksasa berinti banyak dari sel Whartin-findkeley, sedangkan Limfosit-T

(termasuk T-supressor dan T-helper) yang rentan terhadap infeksi, aktif membelah.1,5

Gambaran kejadian awal di jaringan limfoid masih belum diketahui secara lengkap,

tetapi 5-6 hari setelah infeksi awal, fokus infeksi terwujud yaitu ketika virus masuk kedalam

pembuluh darah dan menyebar kepermukaan epitel orofaring, konjungtiva, saluran nafas,

kulit, kandung kemih dan usus.1

Pada hari ke 9-10 fokus infeksi yang berada di epitel saluran nafas dan konjungtiva,

satu sampai dua lapisan mengalami nekrosis. Pada saat itu virus dalam jumlah banyak masuk

kembali ke pembuluh darah dan menimbulkan manifestasi klinis dari sistem saluran nafas

diawali dengan keluhan batuk-pilek disertai selaput konjungtiva yang tampak merah. Respon

imun yang terjadi adalah proses peradangan epitel pada sistem saluran pernafasan diikuti

dengan manifestasi klinis berupa demam tinggi, anak tampak sakit berat dan ruam yang

menyebar keseluruh tubuh, tampak suatu ulsera kecil pada mukosa pipi yang disebut bercak

koplik, merupakan tanda pasti untuk menegakkan diagnosis.1

Akhirnya muncul ruam makulopapular pada hari ke-14 sesudah awal infeksi dan pada

saat itu antibodi humoral dapat dideteksi. Selanjutnya daya tahan tubuh menurun, sebagai

akibat respon delayed hypersensitivity terhadap antigen virus terjadilah ruam pada kulit,

kejadian ini tidak tampak pada kasus yang mengalami defisit sel-T. Fokus infeksi tidak

menyebar jauh ke pembuluh darah. Vesikel tampak secara mikroskopik di epidermis tetapi

virus tidak berhasil tumbuh di kulit. Penelitian dengan imunofluoresens dan histologik

menunjukkan bahwa antigen campak dan gambaran histologi di kulit diduga suatu reaksi

Arthus. Daerah epitel yang nekrotik di nasofaring dan saluran pernafasan memberikan

kesempatan serangan infeksi bakteri sekunder berupa bronkopneumonia, otitis media dan

lain-lain. Dalam keadaan tertentu adenovirus dan herpes virus pneumonia dapat terjadi pada

kasus campak, selain itu campak dapat menyebabkan gizi kurang.1,5

Page 12: PASIEN PRIBADI

Gambar 1. Patogenesis Campak

Gambar 2. Karakteristik dari campak

III.1.5 Gejala Klinis

Masa inkubasi 10-20 hari dan kemudian timbul gejala-gejala yang dibagi dalam 3

stadium, yaitu:6

Stadium kataral (prodromal).

Stadium ini berlangsung selama 4-5 hari disertai gambaran klinis seperti demam,

malaise, batuk, fotofobia, konjungtivitis, dan coryza. Menjelang akhir dari stadium kataral

dan 24 jam sebelum timbul exantem, terdapat bercak koplik berwarna putih kelabu sebesar

Page 13: PASIEN PRIBADI

ujung jarum dan dikelilingi oleh eritema. Lokasinya di mukosa bukal yang berhadapan

dengan molar bawah. Gambaran darah tepi leukopeni dan limfositosis.1,6

Stadium erupsi

Coryza dan batuk bertambah. Timbul enantem atau titik merah di palatum durum dan

palatum mole. Kadang – kadang terlihat bercak koplik. Terjadi eritem bentuk makulopapuler

disertai naiknya suhu badan. Diantara macula terdapat kulit yang normal. Mula-mula eritema

timbul dibelakang telinga, bagian atas lateral tengkuk sepanjang rambut dan bagian belakang

bawah. Kadang-kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit. Rasa gatal, muka bengkak.

Ruam mencapai anggota bawah pada hari ke 3, dan menghilang sesuai urutan terjadinya.

Terdapat pembesaran kelenjar getah bening di sudut mandibula dan di daerah leher belakang.

Sedikit terdapat splenomegali, tidak jarang disertai diare dan muntah.1,6

Variasi yang biasa terjadi adalah Black Measless, yaitu morbili yang disertai dengan

perdarahan di kulit, mulut, hidung, dan traktus digestivus.1

Stadium konvalesensi

Erupsi berkurang menimbulkan bekas yang berwarna lebih tua atau hiperpigmentasi

(gejala patognomonik) yang lama kelamaan akan hilang sendiri. Selain itu ditemukan pula

kelainan kulit bersisik. Hiperpigmentasi ini merupakan gejala patognomonik untuk morbilli.

Pada penyakit-penyakit lain dengan eritema atau eksantema ruam kulit menghilang tanpa

hiperpigmentasi. Suhu menurun sampai normal kecuali bila ada komplikasi.1,6

Panas

Panas dapat meningkat pada hari ke-5 atau ke-6, yaitu pada saat puncak timbulnya

erupsi. Kadang-kadang temperatur dapat bifasik dengan peningkatan awal yang cepat dalam

24-48 jam pertama diikuti dengan periode normal selama 1 hari dan selanjutnya terjadi

peningkatan yang cepat sampai 390-40,60 C saat erupsi rash mencapai puncaknya.1,5

Pada morbili yang tidak mengalami komplikasi, temperatur turun secara lisis antara

hari ke-2 dan ke-3, hingga timbulnya eksantema. Bila tidak disertai komplikasi, 2 hari setelah

timbulnya rash yang lengkap, panas biasanya turun. Bila panas menetap, kemungkinan

penderita mengalami komplikasi.1

Coryza

Page 14: PASIEN PRIBADI

Tidak dapat dibedakan dari common cold. Batuk dan bersin diikuti dengan hidung

tersumbat dan sekret yang mukopurulen dan menjadi profus pada saat erupsi mencapai

puncaknya serta menghilang bersamaan dengan hilangnya panas.1

Konjungtivitis

Pada periode awal stadium prodromal dapat ditemukan transverse marginal line

injection pada palpebral inferior. Gambaran ini sering dikaburkan dengan adanya inflamasi

konjungtiva yang luas dengan disertai adanya edema palpebra. Keadaan ini dapat disertai

adanya edema palpebra. Keadaan ini dapat disertai dengan adanya peningkatan lakrimasi dan

fotofobia. Konjungtivitis akan menghilang setelah demam turun.1,6

Batuk

Batuk disebabkan oleh reaksi inflamasi mukosa saluan pernapasan. Intensitas batuk

meningkat dan mencapai puncaknya pada saat erupsi. Namun, batuk dapat bertahan lebih

lama dan menghilang secara bertahap dalam waktu 5-10 hari.1

Koplik spot

Gambar 3.

Bercak Koplik

Merupakan bercak-bercak kecil yang irregular sebesar ujung jarum/pasir yang

berwarna merah terang dan pada bagian tengahnya berwarna putih kelabu. Gambaran ini

merupakan salah satu tanda patognomonik morbili. Beberapa jam sebelum timbulnya rash

sudah dapat ditemukan adanya Koplik spot dan menghilang dalam 24 jam – hari kedua

timbulnya rash.

Rash

Page 15: PASIEN PRIBADI

Timbul setelah 3-4 hari panas. Rash mulai sebagai eritema makulopapular, mulai

timbul dari belakang telinga pada batas rambut, kemudian menyebar ke daerah pipi, leher,

seluruh wajah dan dada serta biasanya dalam 24 jam sudah menyebar sampai ke lengan atas

dan selanjutnya ke seluruh tubuh mencapai kaki pada hari ketiga. Pada saat rash sudah

sampai kaki, rash yang timbul duluan mulai berangsur-angsur menghilang.1

Gambar 4. Eritema Makulopapular

III.1.6 Diagnosis

Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan gambaran klinis yang khas, pemeriksaan

serologi, isolasi virus dari urine atau swab nasofaringeal.1,5,6

Pada pemeriksaan darah tepi hanya ditemukan adanya leukopeni. Dalam sputum,

sekresi nasal, sedimen urin dapat ditemukan adanya multinucleated giant cells yang khas.

Pemeriksaan serologi dengan ELISA IgM lebih sensitive bila diperiksa antara hari ke-3

sampai hari ke-28 timbulnya rash.5

Pada pemeriksaan serologis dengan cara hemaglutinin inhibition test dan complemen

fixation test akan ditemukan adanya antibodi yang spesifik dalam 1-3 hari setelah timbulnya

rash dan mencapai puncaknya pada 2-4 mingggu kemudian. Tes ini cukup praktis dan

spesifik untuk mendiagnosis morbili atipik atau subklinik.1,6

III.1.7 Diagnosis Banding

German Measles

Gejala lebih ringan dari morbili, terdiri dari gejala infeksi saluran napas bagian atas, demam

ringan, pembesaran kelenjar regional di daerah oksipital dan post aurikuler. Rash lebih halus,

yang mula-mula pada wajah lalu menyebar ke batang tubuh dan menghilang dalam waktu 3

hari, tidak ada bercak koplik.1,5,6

Page 16: PASIEN PRIBADI

Gambar 5. German measles

Eksantema Subitum

Penyakit ini disebabkan oleh virus, biasanya timbul pada bayi berumur 6-36 bulan.

Perjalanan penyakit ini mirip morbili, bedanya rash timbul pada saat suhu badan turun.

Demam tinggi selama 3-4 hari disertai iritabilitas biasanya terjadi sebelum timbulnya

kemerahan pada kulit dan diikuti dengan penurunan demam secara drastis menjadi normal.5,6

Ruam karena obat-obatan

Lebih bersifat urtikaria, sehingga rash lebih besar, luas, menonjol dan umumnya tidak

disertai panas. Rash kulit tidak disertai dengan batuk dan umumnya timbul setelah ada

riwayat penyuntikan atau menelan obat.1

Ricketsia

Gejala prodromal lebih ringan, batuk, rash tidak dijumpai di wajah dan bercak koplik tidak

ada yang secara khas dapat ditemui pada penyakit campak.1,7

Mononukleosis infeksiosa

Dijumpai limfadenopati umum dan peningkatan jumlah monosit.1,7

Demam skarlatina

Kelainan kulit biasa timbul dalam 12 jam pertama sesudah demam. Batuk dan muntah. Gejala

prodromal berlangsung 2 hari. Lidah berwarna merah stroberi serta tonsilitis eksudatif atau

membranosa.1,7

Page 17: PASIEN PRIBADI

Gambar 6. Lidah stroberi

Penyakit Kawasaki

Demam tidak spesifik disertai nyeri tenggorok mendahului penyakit ini selama 2-5 hari.

Biasa ditemukan adanya eksantema yang bersifat generalisata dan makulopapuler. Telapak

tangan dan kaki membengkak merah dan menghilang dalam beberapa hari sampai minggu.

Gejala klinik lain yang dapat ditemukan adanya bibir, mulut dan lidah yang mengering dan

merah serta adanya konjungtivitis non purulen.1,5,7

Gambar 7. Klinis penyakit Kawasaki

III.1.8 Komplikasi

Page 18: PASIEN PRIBADI

Pada penyakit campak terdapat resistensi umum yang menurun sehingga dapat terjadi

alergi (uji tuberkulin yang semula positif berubah menjadi negatif). Keadaan ini

menyebabkan mudahnya terjadi komplikasi sekunder seperti:1,7

Bronkopneumonia

Komplikasi campak yang sering dijumpai (75,2%), Dapat disebabkan oleh virus

campak maupun akibat invasi bakteri sekunder, terutama pneumokokus, stafilokokus dan

hemophilus influenza. Ditandai dengan batuk, meningkatnya frekuensi napas, dan adanya

ronki basah halus. Pada saat suhu turun, apabila disebabkan oleh virus, gejala pneumonia

akan menghilang, kecuali batuk yang masih dapat berlanjut sampai beberapa hari lagi.

Apabila suhu tidak juga turun pada saat yang diharapkan dan gejala saluran napas masih terus

berlangsung, dapat diduga adanya pneumonia karena bakteri yang telah mengadakan invasi

pada sel epitel yang telah dirusak oleh virus. Gambaran infiltrat pada foto thorak dan adanya

leukositosis dapat mempertegas diagnosis. Di negara sedang berkembang dimana malnutrisi

masih menjadi masalah, penyulit pneumonia bakteri biasa terjadi dan dapat menjadi fatal bila

tidak diberi antibiotik.1,5,7

Laringitis akut

Laringitis timbul karena adanya edema hebat pada mukosa saluran napas, yang

bertambah parah pada saat demam mencapai puncaknya. Ditandai dengan distress

pernapasan, sesak, sianosis, dan stridor. Ketika demam turun keadaan akan membaik dan

gejala akan menghilang.1,7

Encephalitis morbili akut

Merupakan penyulit neurologik yang paling sering terjadi, biasanya terjadi pada hari

ke-4 dan ke-7 setelah timbulnya ruam. Kejadian ensefalitis sekitar 1 dalam 1.000 kasus

campak, dengan mortalitas 30-40%. Terjadinya ensefalitis dapat melalui mekanisme

imunologik maupun melalui invasi langsung virus campak ke dalam otak. Gejala ensefalitis

dapat berupa kejang, letargi, koma, dan iritabel. Keluhan nyeri kepala, frekuensi napas

meningkat, twitching, disorientasi juga dapat ditemukan. Pemeriksaan cairan serebrospinal

menunjukkan pleisitosis ringan, dengan predominan sel mononuklear, peningkatan protein

ringan, sedangkan kadar glukosa dalam batas normal.1,7

Kejang demam

Page 19: PASIEN PRIBADI

Kejang dapat timbul pada periode demam, umumnya pada puncak demam saat ruam

keluar. Kejang dalam hal ini diklasifikasikan sebagai kejang demam.7\

SSPE (Subacute Scleroting panencephalitis)

SSPE (dawson’s disease) yaitu suatu penyakit degeneratif susunan saraf pusat.

Ditandai oleh gejala yang terjadi secara tiba-tiba seperti kekacauan mental, disfungsi motorik,

kejang, dan koma. Perjalan klinis lambat, biasanya meninggal dalam 6 bulan sampai 3 tahun

setelah timbul gejala spontan. Meskipun demikian, remisi spontan masih dapat terjadi.

Biasanya terjadi pada anak yang menderita morbili sebelum usia 2 tahun. SSPE timbul

setelah 7 tahun terkena morbili, sedang SSPE setelah vaksinasi morbili terjadi 3 tahun

kemudian. Kemungkinan menderita SSPE setelah vaksinasi morbili adalah 0,5-1,1 tiap

10.000.000, sedangkan setelah infeksi campak sebesar 5,2-9,7 tiap 10.000.000. Penyebab

SSPE tidak jelas tetapi ada bukti-bukti bahwa virus morbili memegang peranan dalam

patogenesisnya.1,7

Laboratorium menunjukkan peningkatan globulin dalam cairan serebrospinal,

antibody terhadap campak dalam serum (CF dan HAI) meningkat (1:1280). Tidak ada terapi

untuk SSPE. Rata-rata jangka waktu timbulnya gejala sampai meninggal antara 6-9 bulan.1,7

Immunosuppresive measles encephalopathy

Didapatkan pada anak dengan morbili yang sedang menderita defisiensi imunologik

karena keganasan atau karena pemakaian obat-obatan imunosupresif.1,7

Otitis media

Invasi virus ke dalam telinga tengah umumnya terjadi pada campak. Gendang telinga

biasanya hiperemis pada fase prodromal dan stadium erupsi. Jika terjadi invasi bakteri pada

lapisan sel mukosa yang rusak karena invasi virus akan terjadi otitis media purulenta.1

Enteritis

Beberapa anak yang menderita campak mengalami muntah dan mencret pada fase

prodromal. Keadaan ini akibat invasi virus ke dalam sel mukosa usus. Dapat pula timbul

enteropati yang menyebabkan kehilangan protein (protein losing enteropathy).1,7

Konjungtivitis

Pada hampir semua kasus campak terjadi konjungtivitis, yang ditandai dengan adanya

mata merah, pembengkakan kelopak mata, lakrimasi dan fotofobia. Kadang-kadang terjadi

Page 20: PASIEN PRIBADI

infeksi sekunder oleh bakteri. Virus campak atau antigennya dapat dideteksi pada lesi

konjungtiva pada hari-hari pertama sakit. Konjungtivitis dapat memburuk dengan terjadinya

hipopion dan pan-oftalmitis hingga menyebabkan kebutaan. Dapat pula timbul ulkus

kornea.1,7

Sistem kardiovaskuler

Pada EKG dapat ditemukan kelainan berupa perubahan pada gelombang T, kontraksi

premature aurikel dan perpanjangan interval A-V. perubahan tersebut bersifat sementara dan

tidak atau hanya sedikit mempunyai arti klinis.1

III.1.9 Pemeriksaan penunjang

Laboratorium

- Darah tepi : jumlah leukosit normal atau meningkat apabila ada komplikasi infeksi bakteri

- Pemeriksaan untuk komplikasi bila terindikasi :

Ensefalopati/ensefalitis : pemeriksaan cairan serebrospinalis, kadar elektrolit

darah dan analisis gas darah

Enteritis : feses lengkap

Bronkopneumonia : pemeriksaan foto dada dan analisis gas darah.

III.1.10 Pengobatan

Pasien campak tanpa penyulit dapat berobat jalan. Anak harus diberikan cukup cairan

dan kalori, sedangkan pengobatan bersifat simtomatik, dengan pemberian antipiretik,

antitusif, ekspetoran, dan antikonvulsan bila diperlukan. Sedangkan pada campak dengan

penyulit, pasien perlu dirawat inap. Di rumah sakit pasien campak dirawat di bangsal isolasi

system pernapasan, diperlukan perbaikan keadaan umum dengan memperbaiki kebutuhan

cairan dan diet yang memadai. Vitamin A 100.000 IU per oral diberikan satu kali, apabila

terdapat malnutrisi dilanjutkan 1500 IU tiap hari.1,5,6

Apabila terdapat penyulit, maka dilakukan pengobatan untuk mengatasi penyulit yang timbul,

yaitu1,6,7 :

Bronkopneumonia

Page 21: PASIEN PRIBADI

- Diberikan antibiotik ampisilin 100 mg/kgBB/hari dalam 4 dosis intravena

dikombinasikan dengan kloramfenikol 75 mg/kgBB/hari intravena dalam 4 dosis,

sampai gejala sesak berkurang dan pasien dapat minum obat per oral. Antibiotik

diberikan sampai tiga hari demam reda.

- Berikan oksigen 2 liter/menit.

- Koreksi gangguan analisis gas darah dan elektrolit.

- Apabila dicurigai infeksi spesifik, maka uji tuberculin dilakukan setelah anak

sehat kembali (3-4 minggu kemudian) oleh karena uji tuberculin biasanya

negative (anergi) pada saat anak menderita campak. Gangguan reaksi delayed

hypersensitivity disebabkan oleh sel limfosit-T yang terganggu fungsinya.

Enteritis

Pada keadaan berat anak mudah jatuh dalam dehidrasi. Pemberian cairan intravena

dapat dipertimbangkan apabila terdapat enteritis dan dehidrasi.

Otitis media

Seringkali disebabkan oleh karena infeksi sekunder, sehingga perlu diberikan

antibiotik kotrimoksazol (4 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis)

Ensefalopati/ensefalitis

- Kloramfenikol dosis 75 mg/kgBB/hari dan ampisilin 100mg/kgBB/hari selama 7-

10 hari.

- Kortikosteroid : deksametason 1 mg/kgBB/hari sebagai dosis awal dilanjutkan 0,5

g/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis sampai kesadaran membaik (bila pemberian

lebih dari 5 hari dilakukan tapering off).

- Perlu reduksi jumlah pemberian cairan hingga ¾ kebutuhan untuk mengurangi

edema otak. Perlu dilakukan koreksi elektrolit dan gangguan gas darah.

Indikasi masuk rumah sakit yang dianjurkan:5

Bercak/eksantema merah kehitaman yang menimbulkan deskuamasi dengan skuama

yang lebar dan tebal.

Suara parau, terutama disertai tanda penyumbatan seperti laryngitis dan pneumonia.

Dehidrasi berat

Kejang dengan kesadaran menurun.

Page 22: PASIEN PRIBADI

III.1.11 Pencegahan

III.1.11.1 Pencegahan Tingkat Pertama (Primary Prevention) 1

Pencegahan tingkat pertama ini merupakan upaya untuk mencegah seseorang terkena

penyakit campak, yaitu :

a. Memberi penyuluhan kepada masyarakat mengenai pentingnya pelaksanaan imunisasi

campak untuk semua bayi.

b. Imunisasi dengan virus campak hidup yang dilemahkan, yang diberikan pada semua

anak berumur 9 bulan atau lebih. Sangat dianjurkan karena dapat melindungi sampai

jangka waktu 4-5 tahun. Vaksin diberikan secara subkutan sebanyak 0,5 mL pada

umur 9 bulan. Pada anak di bawah umur 9 bulan umumnya tidak dapat memberikan

kekebalan yang baik, karena gangguan dari antibody yang dibawa sejak lahir.3

Program pemerintah Indonesia menganjurkan pemberian vaksin campak sebanyak 1

dosis pada usia 9 bulan. Tetapi beberapa ahli berpendapat bahwa pemberian vaksin

campak dosis ke 2 pada usia 15 bulan (bisa diberikan MMR) akan memberikan

cakupan imunitas lebih dari 90%.3

Vaksin campak tidak dianjurkan untuk wanita hamil, anak-anak dengan

immunodefisiensi primer, TBC yang tidak diobati, kanker, atau transplantasi organ,

mereka yang menerima terapi imunosupresif jangka panjang, atau anak-anak yang

terinfeksi HIV dengan immunocompromised berat. Anak-anak yang terinfeksi HIV

tanpa imunosupresi parah dan tanpa bukti kekebalan campak dapat menerima vaksin

campak.2

Anak dengan infeksi TBC aktif harus menerima pengobatan antituberkulosis ketika

vaksin campak diberikan. Tes tuberkulin sebelum atau bersamaan dengan imunisasi

aktif terhadap campak dipertimbangkan jika tuberkulosis terkendali.2,3

Reaksi KIPI :2,3

Reaksi KIPI imunisasi campak yang banyak dijumpai terjadi pada imunisasi ulang

pada seseorang yang telah memiliki imunitas sebagian akibat imunisasi dengan vaksin

campak dari virus yang dimatikan. Kejadian KIPI imunisasi campak telah menurun

dengan digunakannya vaksin campak yang dilemahkan.

Page 23: PASIEN PRIBADI

Gejala KIPI berupa demam yang lebih dari 39,50C yng terjadi pada 5-15% kasus,

demam mulai dijumpai pada hari ke 5-6 sesudah imunisasi dan berlangsung selama 2

hari.

Berbeda dengan infeksi alami, demam tidak tinggi, walaupun demikian peningkatan

suhu tubuh tersebut dapat merangsang terjadinya kejang demam.

Ruam dapat dijumpai pada 5% resipien, timbul pada hari ke 7-10 sesudah imunisasi

dan berlangsung selama 2-4 hari. Hal ini sukar dibedakan dengan akibat imunisasi

yang terjadi jika seseorang telah memperoleh imunisasi pada saat masa inkubasi

penyakit alami.

Reaksi KIPI berat jika ditemukan gangguan fungsi sistem saraf pusat seperti

ensefalitis dan ensefalopati pasca imunisasi, diperkirakan risiko terjadinya kedua efek

samping tersebut 30 hari sesudah imunisasi sebanyak 1 diantara 1 milyar dosis vaksin.

Imunisasi pasif

Imunisasi pasif dengan imunoglobulin efektif untuk pencegahan dan meredam

campak dalam waktu 6 hari setelah paparan. Pada rumah tangga yang rentan dan kontak

dengan rumah sakit untuk anak dengan usia kurang dari 12 bulan atau wanita yang sedang

hamil harus menerima imunoglobulin (0,25 mL / kg; maksimum: 15 mL) intramuskular

secepat mungkin setelah terkena, dalam waktu 5 hari. Orang dengan immunocompromised

harus menerima imunoglobulin (0,5 ml/kg. maksimum: 15 ml) intramuskuler tanpa melihat

status imunisasi. Bayi dengan usia 6 bulan atau lebih muda yang lahir dari ibu nonimun harus

menerima imunoglobulin. Bayi usia 6 bulan atau lebih muda lahir dari ibu yang memiliki

kekebalan dianggap dilindungi oleh antibodi ibu. Anak-anak usia rentan 6-12 bulan juga

harus divaksinasi, vaksinasi ini tidak dihitung sebagai salah satu dari dua vaksinasi campak

yang diperlukan. anak-anak Anak-anak usia 12 bulan atau atau lebih yang rentan harus

menerima vaksin dalam waktu 72 jam. Wanita hamil dan orang immunocompromised

seharusnya menerima imunoglobulin tetapi bukan vaksin.3

Kegagalan vaksinasi

Kegagalan vaksinasi perlu dibedakan antara kegagalan primer dan sekunder.

Dikatakan primer apabila tidak terjadi serokonversi setelah diimunisasi dan sekunder apabila

tidak ada proteksi setelah terjadi serokonversi. Berbagai kemungkinan yang menyebabkan

tidak terjadinya serokonversi ialah2,3 :

Page 24: PASIEN PRIBADI

a) Adanya antibodi yang dibentuk sejak lahir yang dapat menetralisir virus vaksin

campak yang masuk

b) Vaksinnya yang rusak

c) Akibat pemberian immunoglobulin yang diberikan bersama-sama.

Kegagalan sekunder dapat terjadi karena potensi vaksin yang kurang kuat sehingga

respon imun yang terjadi tidak adekuat dan tidak cukup untuk memberikan perlindungan

pada tubuh terhadap serangan campak secara alami.

III.1.11.2 Pencegahan Tingkat Kedua (Secondary Prevention)

Pencegahan tingkat kedua ditujukan untuk mendeteksi penyakit sedini mungkin untuk

mendapatkan pengobatan yang tepat. Dengan demikian pencegahan ini sekurang-kurangnya

dapat menghambat atau memperlambat progresifitas penyakit, mencegah komplikasi, dan

membatasi kemungkinan kecatatan, yaitu :

a. Menentukan diagnosis campak dengan benar baik melalui pemeriksaan fisik atau darah.

b. Mencegah perluasan infeksi. Anak yang menderita campak jangan masuk sekolah selama

empat hari setelah timbulnya rash. Menempatkan anak pada ruang khusus atau

mempertahankan isolasi di rumah sakit dengan melakukan pemisahan penderita pada stadium

kataral yakni dari hari pertama hingga hari keempat setelah timbulnya rash yang dapat

mengurangi keterpajanan pasien-pasien dengan risiko tinggi lainnya.

c. Pengobatan simtomatik diberikan untuk mengurangi keluhan penderita yakni antipiretik

untuk menurunkan panas dan juga obat batuk. Antibiotika hanya diberikan bila terjadi infeksi

sekunder untuk mencegah komplikasi.

d. Diet dengan gizi tinggi kalori dan tinggi protein bertujuan untuk meningkatkan daya tahan

tubuh penderita sehingga dapat mengurangi terjadinya komplikasi campak yakni bronkhitis,

otitis media, pneumonia, ensefalomielitis, abortus, dan miokarditis yang reversibel.

III.1.11.3 Pencegahan Tingkat Ketiga (Tertiary Prevention)

Pencegahan tingkat ketiga bertujuan untuk mencegah terjadinya komplikasi dan kematian.

Adapun tindakan-tindakan yang dilakukan pada pencegahan tertier yaitu :

a. Penanganan akibat lanjutan dari komplikasi campak.

Page 25: PASIEN PRIBADI

b. Pemberian vitamin A dosis tinggi karena cadangan vitamin A akan turun secara cepat

terutama pada anak kurang gizi yang akan menurunkan imunitas mereka.

III.1.12 Prognosis

Morbili merupakan penyakit self-limiting dan berlangsung antara 7-10 hari sehingga

bila tidak disertai komplikasi, prognosis baik.

Morbiditas morbili dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti :

Diagnosis dini, pengobatan yang adekuat terhadap komplikasi yang timbul

Kesadaran dan pengetahuan yang rendah dari orang tua penderita

Penggunaan fasilitas kesehatan yang kurang