jurnal penelitian - digital library uns/upaya... · jurnal penelitian upaya meningkatkan minat...
TRANSCRIPT
1
Jurnal Penelitian
UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR IPA ANAK TUNA
GRAHITA
DENGAN MEDIA GAMBAR HEWAN BERKAKI EMPAT
PADA SISWA KELAS IV C1 SLB-C SHANTI YOGA
KLATEN TAHUN AJARAN 2008/ 2009
OLEH
S U T A R I
NIM X 510 766 7
PROGRAM PENDIDIKAN LUAR BIASA
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2009
2
ABSTRAK
Sutari .2009 NIM .X5107667. Upaya meningkatakan minat belajar IPA
Anak Tuna Grahita Dengan Media Gambar Hewan Berkaki Empat Pada Siswa
Kelas IV
SLB-C Shanti Yoga Klaten Tahun Ajaran 2008-2009
Disini seorang guru dituntut lebih aktif dan kreatif dalam mengunakan alat
peraga dalam proses belajar mengajar. Karena dalam mengajar bidang studi IPA
sebagian besar siswa kurang berminat dan kurang menyenangkan, maka dari itu
penulis mencoba melakukan penelitian tindakan kelas dengan penerapan sesuai
judul “Upaya Meningkatkan Minat Belajar IPA Anak Tuna Grahita Dengan
Media Gambar Hewan Berkaki Empat Pada Siswa Kelas IVCI SLB-C Shanti
Yoga Klaten
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengetahuan minat belajar IPA
anak tuna grahita kelas IV CI SLB-C Shanti Yoga Klaten, dengan menggunakan
media gambar hewan berkaki empat. Dan seberapa besar peningkatan minat
belajar serta pemahaman siswa terhadap mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (
IPA) dengan menggunakan alat peraga gambar hewan berkaki empat terhadap
siswa. Adapun subyek penelitian disini yang saya ambil adalah siswa kelas IV CI
SLB-C ShantiYoga Klaten Tahun Pelajaran 2008/ 2009 yang kebetulan peneliti
sebagai guru kelas. Tehnik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan
lembar tes untuk mengetahui ,prestasi ,belajar siswa, lembar observasi untuk
mengetahui minat siswa dalam menerima pelajaran dan untuk menganalisa
aktifitas siswa dan guru dalam penerapan alat peraga gambar hewan berkaki
empat, dan lembar angket untuk mendapatkan respon siswa setelah guru
menerapkan pembelajaran dengan alat peraga hewan berkaki empat tersebut pada
mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA ).
Untuk lebih mudahnya dalam penyampaian materi pada mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam ( IPA ) peneliti mengunakan metode demontrasi tanya jawab
dan penugasan. Karena dengan menggnakan ketiga metode tersebut siswa akan
lebih aktif, lebih kreaktif dan lebih berminat dalam mengikuti proses
pembelajaran .
Adapun dari hasil penelitian setelah pembelajaran menggunakan alat peraga
maka minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam ( IPA ), mengalami peningkatan.
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada dasarnya tidak ada seorang manusiapun yang ingin
dilahirkan dalam keadaan cacat, atau tidak sempurna baik fisik maupun
mentaI. Seorang dikatakan tuna grahita apabila memiliki keterlambatan
fungsi kecerdasan secara umum atau dibawah rata-rata dan ketidakmampuan
dalam perilaku adaptif. Anak tuna grahita juga perlu dididik sebagaimana
anak ormal lainnya karena pada hakekatnya anak berkelainan itu juga
mempunyai potensi untuk dikembangkan dan potensi-potensi tersebut akan
dapat dikembangkan semaksimal mungkin apabila mendapat pengaruh-
pengaruh ( pendidikan ). Demikian juga anak-anak yang ada di Shanti
Yoga Klaten khususnya siswa kelas IV, mereka dipandang mampu, karena
memiliki potensi untuk menguasai mata pelajaran, salah satunya IPA
meskipun dengan hasil belajar belum memuaskan. Hal ini banyak
disebabkan berbagai faktor antara lain kurang minatnya siswa terhadap
mata pelajaran, cara penyampaian materi pelajaran yang kurang tepat serta
lingkungan yang kurang mendukung.
Oleh karena itu guru sebagai faktor yang utama, harus mampu
membangkitkan minat siswa untuk menyenangi materi , dan memberikan
suasana pengajaran menyenangkan dan merangsang siswa untuk belajar
dengan sarana yang cukup, serta dituntut menggunakan media pembelajaran
yang variatif. Untuk meningkatkan minat belajar IPA anak tuna grahita
maka seorang guru harus dituntut lebih aktif dan kreatif dalam menyampaikan
materi pembelajaran juga dalam memilih alat peraga yang tepat yang sesuai
dengan apa yang akan diajarkan.
( Kauffman dan Hallahan.1986 ) Tunagrahita atau terbelakang mental
merupakan kondisi dimana perkembangan kecerdasannya mengalami
hambatan sehingga tidak mencapai tahap perkembangan yang optimal.
Piaget memandang intelegensi sebagai suatu proses adaptif dan menekankan
4
bahwa adaptasi melibatkan fungsi intelektual
Oleh karena itu dengan keadaan intelegensi anak tunagrahita yang ibawah
rata-rata normal tadi perlu diupayakan bagaimana caranya agar minat belajar
siswa kelas IV CI SLB- C Shanti Yoga lebih meningkat sehingga
proses pembelajaran berhasil dengan maksimal. Christiana Demaja W .
Sahertian (2004;45 ) mengatakan “ Hasil belajar seseorang ditentukan oleh
berbagai faktor “
Adapun salah satu faktor diluar individu adalah tersedianya bahan ajar yang
memberi kemudahan bagi individu untuk mempelajarinya sehingga menghasilkan
belajar yang baik serta meningkat.
Cara yang dapat dilakukan dalam proses kegiatan belajar mengajar dengan
menggunakan media gambar ,karena diantara media pembelajaran, media gambar
Adalah media yang paling umum dipakai . Hal ini dikarenakan siswa lebih
menyukai gambar daripada tulisan apalagi jika dibuat dan disajikan sesuai dengan
persyaratan yang baik sudah tentu akan menambah minat belajar siswa dalam
proses pembelajaran dan mengembangkan daya imajinasi anak tunagrahita.
Dengan tersedianya media ditiap-tiap kelas maka akan mempengaruhi dan
mendukung pembelajaran siswa dimana penempatan media yang sesuai dan tepat
akan mendukung proses pencapaian pembelajaran itu sendiri. Adapun manfaat
media pembelajaran yaitu memudahkan pengertian bagi guru dan siswa, dalam
menyampaikan materi pembelajaran kemudian bagi siswa akan terangsang dan
berminat dalam mengikuti proses belajar mengajar dan lebih aktif bertanya.
Namun tak jarang masalah sering timbul dan pasti kita alami dalam
berhubungan sehari-hari dengan anak tunagrahita ini di dalam kesempatan apapun
entah kita sebagai tetangga dari suatu keluarga yang mempuyai anak tuna grahita
atau anggota dari keluarga kita sendiri. Karena pada dasarnya semua anak
baik normal maupun berkelainan terdapat kesamaan secara luas mereka
menginginkan pengakuan dan penghargaan dan membutuhkan rasa aman
ingin tahu, ingin bermain , perlu makan dan membutuhkan perlindungan yang
layak dan beradaptasi sehingga dapat diterima dimasyarakat pada umumnya.
5
Dalam upaya meningkatkan minat belajar Anak Tuna Grahita eorang guru
dituntut lebih cermat dan tepat dalam menyampaikan materi pembelajaran pada
siswa karena tingkat kemampuan anak tuna grahita dalam menerima pelajaran
sangat terbatas. OLeh karena itu diperlukan alat penunjang, misal media gambar.
Dengan adanya alat bantu media gambar, minat belajar anak akan lebihmeningkat.
“ Melihat pentingnya minat dalam pembelajaran, maka seorang guru
seyogyanya mampu membangkitkan minat belajar siswa untuk menguasai
pengetahuan yang terkandung dalam bidang studi yang diajarkan. Termasuk
katagori ini adalah perasaan menyenang materi dan kebutuhannya terhadap
materi tersebut “ ( Syah, 2005; 152 ). Karena tingkat kemampuan siswa kelas IV
C1 SLB-C Shanti Yoga masih rendah, maka dicari penyebabnya. Kemungkinan
dari siswa ataupun guru dalam penyampaian materi kurang tepat dan menarik.
Guru perlu sekali memahami cara yang terbaik untuk mendidik anak-anaknya
( Mazur in Encarta ; 2003 learning ).
Berbicara mengenai minat belajar seperti yang dikemukakan Efend
(1995: 33 ) Bahwa “ belajar dengan minat akan lebih baik daripada belajar tanpa
minat “ minat siswa pada mata pelajaran merupakan salah satu komponen
penilaian afektif ada kurikulum tingkat satuan pendidikan yang berlaku saat ini.
Siswa yang memiliki minat pada mata pelajaran bias diharapkan hasil belajarnya
akan meningkat secara optimal namun begitu sebaliknya bagi anak yang tidak
berminat sulit untuk meningkatkan hasil belajarnya ( Tim Pengembang Pedoman
Umum Pengembangan Penilaian 2004;49 ). “ Minat adalah variabel penting yang
berpengaruh terhadap tercapainya prestasi atau cita-cita yang diharapkan. Minat
dan motivasi bagaikan dua mata rantai yang tidak dapat dipisahkan. Menciptakan
minat adalah cara yang sangat baik untuk memberikan motivasi pada anda demi
mencapai tujuan anda “ ( De Porter 2002;51 )
Tujuan dipergunakan media gambar dalam pembelajaran IPA adalah
membuat siswa lebih tertarik dan berminat untuk mengikuti kegiatan belajar
mengajar karena dengan media tersebut memberikan variasi baru dalam kegiatan
belajar mengajar dan bisa mengurangi kejenuhan sehingga suasana lebih
menyenangkan . Perhatian yang besar terhadap materi yang pelajaran dapat
membantu siswa untuk apat menguasai materi pelajaran yang disampaikan oleh
guru. Karena dengan media gambar dapat meningkatkan daya imajinasi dan
6
kreatifitas anak tunagrahita dan memperjelas masalah. Maka dari itu peneliti
dalam meningkatkan minat belajar IPA mengunakan media gambar pada siswa
kelas IV CI SLB-C Shanti Yoga Klaten.
B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan batasan masalah diatas maka dalam hal ini peneliti,
merumuskan permasalahan sebagai berikut :
Apakah media bergambar dapat meningkatkan minat belajar IPA pada anak tuna
grahita kelas IV CI SLB-C Shanti Yoga ?
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah :
Untuk mengetahui pengetahuan minat belajar IPA anak tuna grahita kelas
IV C1 SLB-C Shanti Yoga Klaten, dengan menggunakan media gambar.
D. MANFAAT PENELITIAN
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis
maupun praktis .Adapun manfaat yang dapat diperoleh dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut.
1. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat dan lebih menambah
pengetahuan dalam memilih metode belajar dengan metode media gambar.
2. Secara Praktis
a. Bagi Guru
Bagi guru penelitian ini diharapkan dapat diterapkan dalam
pembelajaran IPA sehingga anak mencapai hasil belajar yang maksimal.
7
b. Bagi anak tuna grahita.
Dapat meningkatkan semangat dan minat belajar IPA dan
memberi kemudahan siswa dalam mempelajari IPA.
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Tinjauan Tentang Anak Tuna Grahita
a. Pengertian Anak Tuna Grahita
Tuna grahita adalah istilah yang digunakan untuk menyebut anak
yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata-rata. Anak tuna
grahita atau dikenal juga dengan istilah terbelakang mental karena
keterbatasan kecerdasannya sukar untuk mengikuti sekolah secara klasikal.
Oleh karena itu anak terbelakang mental membutuhkan layanan pendidikan
Secara khusus ,yakni disesuakan dengan kemampuan anak itu. Dengan latar
belakang seperti ini Alfred Binet tampil dengan konsep baru tentang
psikologi bahwa kecerdasan tidak lagi diteliti melalui pendirian tetapi
langsung diteliti tanpa perantara lagi. Selanjutnya Binet melontarkan pula
ide baru ialah “ Mental Level “ yang kemudian menjadi “ Mental Age “.
Untuk memahami anak tuna grahita atau terbelakang mental ada
baiknya memahami terlebih dahulu konsep Mental Age ( MA ) Mental AG
adalah kemampuan mental yang dimiliki oleh seorang anak pada usia
tertentu, sebagai contoh anak yang mempunyai usia enam tahun akan
mempunyai memampuan yang sama sepadan dengan kemampuan anak
umur enam tahun pada umumnya. Artinya anak yang berumur enam tahun
akan memiliki MA enam tahun. Jika seseorang anak memiliki MA lebih
tinggi dari umurnya, ( Cronology Age ) maka anak tersebut memiliki
kemampuan mental atau kecerdasan diatas rata-rata. Sebaliknya jika MA
seorang anak ebih rendah dari umurnya , maka anak tersebut memiliki
kemamapuan kecerdasan di bawah rata-rata. Anak tunagrahita selalu
memiliki MA lebih rendah dari CA- nya secara jelas. Oleh karena itu MA
yang sedikit saja kurang dari CA tidak termasuk tunagrahita.
MA dipandang sebagai indeks dari perkembangan kognitif seorang anak.
9
Anak berkebutuhan khusus sebenarnya suatu istilah yang diberikan
untuk anak luar biasa , anak cacat, anak berkelainan. Samuel Kirk memberi
batasan tentang anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memilki
perbedaan dalam perkembangan fisik,social dan mentalnya jika dibanding
dengan anak normal , sehingga mereka memerlukan pelayanan pendidikan
khusus. “Secara ekplisit Depdiknas memberikan definisi anak berkebutuhan
khusus adalah yang dalam proses pertumbuhan /perkembangannya secara
Signifikan mengalami kelainan /penyimpangan ( phisik, mental-intelektual,
social, emosional ) dibanding dengan anak-anak seusianya sehingga mereka
memerlukan pendidikan khusus.”
Keterbelakangan mental menunjukkan fungsi intelek di bawah rata-
rata secara jelas disertai ketidakmampuan dalam penyesuaian prilaku dan
terjadi pada masa perkembangan . ( K auffam dan Hallahan 1986 ) Tuna
grahita atau terbelakang mental merupakan kondisi dimana perkembangan
kecerdasannya mengalami hambatan sehingga tidak mencapai tahap
perkembangan yang optimal.
b. Klasifikasi Anak Tuna Grahita .
Pengelompokan pada umumnya berdasarkan pada taraf intelegensi,
yang terdiri dari terbelakang ringan, sedang , dan berat kemampuan
intelegensi tuna grahita kebanyakan diukur dengan tes Stanford Binet dan
Skala Weshler ( WISC ). Disini akan dibahas satu persatu mengenai
anak tunagrahita berdasarkan taraf intelegensinya.
Anak Tuna Grahita memiliki rentang intelegensi dari idiot sampai
dengan ambang batas normal . Setiap kelompok memiliki karekteristik yang
berbeda-beda serta membutuhkan pelayanan yang pendidikan yang berbeda
pula karena disebabkan tingkat intelegensi yang tidak sama.
10
1). Tuna grahita ringan
Anak tuna grahita ringan disebut juga moron atau debil;
Kelompok ini memiliki IQ antara 68 – 52 menurut Binet; mereka
masih dapat belajar membaca, menulis dan berhitung yang sederhana
dengan bimbingan guru. Dengan pendidikan dan latihan secara terus
menerus anak tuna grahita ringan pada saatnya akan dapat
memperoleh penghasilan untuk dirinya sendiri. Anak terbelakang
mental ringan dapat didik menjadi tenaga kerja semi skilled seperti ;
klening servis pertanian, peternakan, pekerjaan rumah tangga,
bahkan jika dilatih dan dibimbing dengan baik anak tunagrahita
ringan dapat bekerja di pabrik-pabrik dengan sedikit pengawasan.
Namun demikian anak terbelakang mental ringan tidak mampu
Melakukan penyesuaian social secara independe. Ia tidak akan bisa
mengatur keuangan dengan baik dan tidak dapat merencanakan masa
depan dan juga sering berbuat kesalahan. Pada umumnya anak
tuna grahita ringan tidak mengalami gangguan fisik. Mereka secara
fisik seperti anak normal pada umumnya. Oleh karena itu
agak sulit membedakan antara anak tuna grahita ringan dengan
anak normal, bila dikehendaki mereka ini masih bisa bersekolah
di sekolah anak berkesulitan , maka ia akan dilayani pada kelas
khusus dengan guru dari pendidikan luar biasa.
Adapun ciri-ciri anak mampu didk ( debil ) sebagai berikut :
1. Dapat dididik
2. Sukar berfikr abstrak
3. Fantasinya lemah dan kondentrasi lemah
4. Kurang mampu kendalikan perasaan
5. Sugestible
6. Beberapa kasus suka onani
7. Kurang dapat berfikir logis
8. Kepribadian kurang harmonis
11
2). Tuna grahita sedang
Anak tuna grahita sedang juga disebut juga embisil yang
memiliki IQ 51-36 berdasarkan skala Binet, anak ini mampu
untuk didik untuk mengurus diri sendiri, melindungi diri sendiri
dari bahaya seperti kebakaran, berjalan di jalan raya berlindung
dari hujan dan sebagainya. Anak tuna grahita sedang sangat sulit
bahkan tidak dapat belajar secara akademik seperti belajar
menulis, membaca dan berhitung, walaupun mereka masih
dapat menulis secara social misalnya menulis namanya sendiri,
alamatnya dll , dapat dididik mengurus diri seperti mandi,
berpakaian, makan, minum, mengerjakan pekerjaan rumah tangga
sederhana seperti menyapu, membersihkan perabot rumah tangga,
dan sebagainya. Dalam kehidupan sehari-hari membutuhkan
pengawasan yang terus-menerus, mereka juga masih bisa bekerja.
Anak tuna grahita sedang hampir tidak bisa mempelajari pelajaran
pelajaran akademik.
Ciri-ciri anak embisil / mampu latih antara lain ;
1. Tidak dapat didik, hanya mampu dilatih
2. Hampir tidak ada inisiatif
3. Tidak dapat konsentrasi dan lekas bosan
4. Perkembangan sosial tidak baik
5. Koordinasi motorik lemah
6. Perkembangan bahasa mengalami retardasi
.
3) Tuna grahita berat
Anak tuna grahita berat sering disebut idiot yang memiliki IQ
antara 32-20 Menurut sekala Binet. Tuna grahita berat memerlukan
bantuan perawatan secara total dalam segala hal dan memerlukan
perlindungan sepanjang hidupnya seperti mandi, makan berpakaian
dan lain –lain mereka memerlukan perlindungan dari bahaya sepanjang
12
hidupnya. Mereka selalu bergantung pada orang lain dan tidak bisa
memelihara dirinya sendiri.
Anak idiot memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Tidak dapat dididik hanya mampu dilatih
2. Selalu tergantung pada orang lain
3. Perkembangan bicara minimal
4. Pertumbuhan fisiknya terganggu
5. Tidak ada kontak sosial
6. Memiliki kelainan yang komplek
7. Tidak dapat menghindari bahaya
8. Suka memukul dirinya sendiri
9. Tidak memiliki daya daya abstraksi ,fantasi
10. Tidak bisa mengurus diri sendiri.
c. Faktor-Faktor Penyebab Anak Tuna Grahita antara lain :
1). Pre natal
Terjadi saat ibu hamil kekurangan nutrisi dan terkena infeksi
sehingga menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan janin
terganggu. Di samping itu ibu meminum obat-obatan di luar resep
dokter, cidera ibu perokok ibu olkoholik terkena radiasi dan masih
banyak lagi. Hal ini terdapat beberapa kondisi yang dapat
berpengaruh terhadap pertumbuhan embrio dan yang menyebabkan
kesalahan perkembangan system saraf serta menyebabkan
retardasi mental. Maka dari itu bagi ibu –ibu yang sedang
mengandung diharapkan dan disarankan menjaga kandungan demi
anak yang dikandung dengan cara menjauhi dan tidak diperbolehkan
minum obat tanpa seijin dari dokter dan juga jangan merokok juga
2). Natal
Hal ini terjadi pada saat dilahirkan anak kekurangan oksigen
menyebabkan sesak nafas, asphyxia. Juga bisa terjadi anak lahir
13
belum saatnya atau premature. Diagnosis kerusakan otak pada saat
kelahiran yang kemudian diduga berhubungan dengan retardasi
mental. Data tentang proses kelahiran yang berhubungan dengan
lamanya kelahiran dan kesulitan melahirkan, penggunaan alat dokter,
lahir sungsang dan penyebab – penyebab yang lain. Penyebab lain dari
kerusakan otak adalah sesak nafas ( Asphyxia) yang disebabkan oleh
kekurangan oksigen dalam otak selama kelahiran misalnya lahir
didalam mobil / taksi ini pernah dialami murid saya. “ Seperti dikutip
oleh Kirk dan Gallagher ( 1979 ;p120 ) telah meneliti problem ini
secara ekstensif dan mengemukakan data bahwa kerusakan mental
pada anak-anak kadang-kadang merupakan akibat dari kekurangan
oksigen pada otok, bisa juga kelahiran menggunakan tang.”
3). Post natal
Setelah anak dilahirkan, anak sering panas tinggi, kejang dan
kekurangan nutrisi sering dianggap sebagai penyeabab utama terjadinya
retardasi mental. Penyakit –penyakit akibat infeksi dan problema nutrisi
yang diderita pada masa bayi dan awal masa kanak-kanak dapat
menyebabkan retardasi mental. Penyakit itu antara lain meningitis,
tumor otak, encephalitis dan bisa juga disebabkan kekurangan gisi
berat. Encephalitis menunjuk pada suatu peradangan system saraf
pusat yang disebabkan oleh virus tertentu. Ada bermacam-macam
kerusakan atau infeksi pada usia dini yang menimbulkan panas
tinggi dan mungkin menimbulkan kerusakan sel-sel otak. Miningitis
adalah suatu kondisi yang berasal dari infeksi bakteri yang
menyebabkan peradangan pada selaput otak dan menimbulkan kerusakan
pada system saraf pusat. Maka dari itulah bagi ibu yang telah
melahirkan harus menjaga pertumbuhan dan perkembangan bayinya
apalagi masalah nutrisi jangan sampai terjadi
14
d. Faktor Genetik
Penyebab retardasi mental yang sering ditemukan baik yang
berasal dari Faktor keturunan yaitu meliputi ;
(1). Kelainan kromososm
(2). Kelainan pada gen
Dari yang tersebut diatas adalah penyebab anak tuna grahita dari faktor
Endogen. Ada juga karena perkawinan sedarah atau saudara sendiri,
hal itu Juga bisa menyebabkan anak tuna grahita.
e. Faktor Budaya / Kultur
Peran nyata dari lingkungan dalam perkembangan kemampuan
intelektual masih belum dapat dipahami secara jelas, tetapi para psikolog
dan pendidik umumnya mempercayai bahwa lingkungan social budaya
berpengaruh terhadap kemampuan intelektual anak . Jadi bisa
disimpulkan bahwa lingkungan yang baik akan mempengaruhi
perkembangan yang baik pula begitu pula sebaliknya bila lingkungan
jelek akan membawa dampak yang jelek pula
2. Tinjauan Tentang Minat Belajar.
a. Pengertian Minat
Minat adalah variable penting yang berpengaruh terhadap tercapainya
prestasi atau cita-cita yang diharapkan seperti yang dikemukan Effendi
( 1995 : 33 ) bahwa “ belajar dengan minat akan lebih baik daripada belajar
tanpa minat “. Minat siswa pada mata pelajaran merupakan salah satu
komponen penilaian afektif pada kurikulum tingkat satuan pendidikan yang
berlaku saat ini. Siswa yang memiliki minat pada mata pelajaran bisa
diharapkan hasil belajarnya akan meningkat secara optimal, namun bagi
yang tidak berminat sulit untuk meningkatkan hasil belajarnya
( Tim Pengembang Pedoman Umum Pengembangan Penilaian , 2004 : 49 ).
15
Penilaian terhadap minat siswa diperoleh dengan memberi 10 butir
indicator yaitu :
1). Kehadiran di kelas.
2). Bertanya di kelas.
3). Ketepatan waktu waktu mengunmpulkan tugas.
4). Kerapian buku catatan.
5). Kelengkapan buku catatan.
6). Membaca diperpustaan atau diinternet.
7). Kelengkapan buku referensi
8). Partisipasi dalam kegiatan pratikum.
(9). Kerapian laporan pratikum dan.
10). Partisipasi dalam kelompok belajar.
Pemberian skor pada minat siswa dengan menghitung freuensi tiap
butir indicator diatas. Keterlibatan siswa dalam belajar erat kaitanya dengan
sifat-sifat siswa itu sendiri baik yang bersifat kognitif seperti kecerdasan dan
bakat maupun yang bersifat afektif seperti motivasi rasa percaya diri ,dan
minatnya. Minat sangat besar sekali pengaruhnya terhadap belajar sebab
dengan minat , seseorang akan melakaukan sesuatu yang diminatinya
( USMAN 2002; 27 ) Secara sederhana minat / interest diartikan
kecenderungan dan kegairahan yang timggi atau keinginan yang besar
terhadap sesuatu . Ruber ( Syah 2005 ; 151 ) Mengatakan „” minat yang ada
pada diri seseorang bergantung pada berbagai faktor internal yang lain
seperti pemusatan perhatian, keinginan, keingintahuan , motivasi dan
kebutuhan” Minat akan sangat mempengaruhi perilaku siswa dalam
pembelajaran. Jauh lagi, minat akan mempengaruhi kualitas pencapaian
hasil belajar siswa . Perasaan suka adalah dasar bagi menumbuhkan minat.
( Francis Bacon in E ncarta 2003; interest )
Minat dan motivasi bagaikan dua mata uang yang tidak dapat
dipisahkan . Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa minat salah
satunya dipengaruhi oleh motivasi . Menciptakan minat adalah cara yang
16
sangat baik untuk memberikan motivasi pada diri anda demi mencapai
tujuan anda. ( De Porter 2002 ; 51 ) Motivasi yang besar pada diri seseorang
akan mendorongnya belajar lebih efektif dan cepat ( Mazur in Encarta 2003
Learning ) ini bukan berarti bahwa minat yang besar adalah baik.
Agar seseorang menjadi termotivasi , ada dua faktor yang
mempengaruhi yaitu faktor intrinsic dan faktor ekstrinsik. Motivasi intrisik
atau yang tumbuh dari diri siswa sendiri memiliki kedudukan yang lebih
penting dalam pembelajaran karena sifatnya yang relative langgeng.
Termasuk kategori ini adalah perasaan menyenangi materi dan kebutuhan
terhadap materi tersebut . ( Syah 2005 ;152 ). Termasuk juga didalamnya,
jika seseorang merasakan ada manfaatnya untuk dilakukan .
( De Potter 2002 ; 47 ) Melihat pentingnya minat dalam pembelajaran,maka
seorang guru seyoganya mampu membangkitkan minat siswa untuk
menguasai pengetahuan yang terkandung dalam bidang studinya.
b. Pengertian Belajar
Di dalam setiap aktifitas kehidupan sehari-hari ,manusia tidak terlepas
dari prose belajar . Terjadinya belajar manusia , berlangsung masih hidup.
Menurut Sutratinah Tirtonegoro ( 1984; 64 ) mengemukakan bahwa”prestasi
belajar” adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dapat
mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode
tertentu. Dalam pengertian lain yaitu menurut Dewa Ketut Sukardi ( 1990- 30)
Mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah suatu hasil maksimal yang
diperoleh seseorang dalam usahanya dalam rangka mengaktualisasikan dan
mmpotensiksan dari lewat belajar.
Berdasarkan pengertian tersebut diatas , dapat disimpulkan bahwa
prestasi belajar adalah suatu hasil yang diperoleh seseorang dari usaha
kegiatan belajar dalam rangka mengaktualisasikan dan mempotensikan dirinya
yang dinyatakan dalam bentuk angka,huruf atau kalimat dalam periode tertentu
.
17
Belajar memiliki definisi sebagai berikut seperti yang dikemukakan
oleh Chaplin bahwa belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang
relative menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. ( Syah 2005 ; 64)
sejalan dengan Chaplin. Pada dasarnya tidak ada belajar tanpa adanya
pendidikan. Disamping itu prosese belajar berlangsung sepanjang hayat
oleh karenanya pengaruh dari belajar akan dirasakan disemua bidang yang
kita lakukan . Untuk itu mempelajari bagaimana belajar sangat penting
artinya termasuk bagi guru. Guru perlu sekali untuk memahami cara yang
terbaik untuk anak-anaknya ( Mazur in Encarta, 2003 Learning )
c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar
ada 4 faktor utama yang mempengaruhi belajar seseorang antara lain
1). Faktor umur
2). Faktor motivasi
3). Faktor pengalaman
4). Faktor kecerdasan
Jadi minat belajar adalah variabel yang sangat penting yang
berpengaruh terhadap tercapainya prestasi atau cita-cita yang didapat
dari perolehan perubahan tingkah laku yang relative menetap sebagai
akibat latihan dan pengalaman.
3. Tinjauan Tentang IPA.
a. Pengertian IPA
Menurut Srini M Iskandar, ( 2002 : 2 ) pengertian IPA adalah “IPA”
merupakan singkatan kata “ Ilmu Pengetahuan Alam “. Kata-kata ilmu
pengetahuan alam merupakan terjemahan kata- kata bahasa Inggris
Natural Scince artinya alamiah. Jadi Ilmu Pengetahuan Alam secara harfiah
dapat disebutkan sebagai ilmu tentang alam yang mempelajari peristiwa-
peristiwa yang terjadi di alam.
18
Menurut Nash dalam bukunya Henbdro Darmojdjo, R,E Kaligis
(1991;3 ) mengemukakan bahwa “ IImu Pengetahuan Alam merupakan suatu
cara atau metode untuk mengamati alam dunia ini bersifat analis, lengkap,
cermat, serta menghubungkan antara satu fenomen dengan fenomena yang
lain sehingga keseluruhannya membentuk suatu perspektif yang baru tentang
obyek yang diamati itu”. Ilmu Pengetahuan Alam biasa disingkat IPA
adalah sebuah mata pelajaran yang mempelajari ilmu alam untuk siswa
sekolah dasar dan sekolah menengah pertama (SMP/SLTP),namun berbeda
dengan istilah yang terdapat disekolah menengah tingkat atas (SMA / SMU )
dan perguruan tinggi kata IPA / Ilmu Pengetahuan Alam lebih dikenal
sebagai salah satu penjurusan kelas yang secara khusus lebih memfokuskan
untuk membahas ilmu-ilmu eksakta.”
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa IPA
merupakan Ilmu yang mempelajari tentang alam melalui metode
pengamatan yang bersifat analis ,lengkap,cermat yang membentuk perspektif
yang baru tentang obyek yang diamati.
b. Fungsi atau Manfaat Mempelajari IPA
Adapun fungsi atau manfaat pelajaran IPA berdasarkan Pedoman
Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar ( 1999; 2 ) fungsi pelajaran IPA adalah;
1). Memberikan pengetahuan tentang pelbagai jenis dan perangai
lingkungan alam dan lingkungan buatan dalam kaitanya dengan
pemanfaatan bagi kehidupan sehari-hari. Berbagai masalah yang
dapat diperoleh dari lingkungan buatan misalnya pada lingkungan
rumah. Gejala-gejala IPA yang dapat dipelajari dari lingkungan
misalnya; deterjen, pelarut lemak seperti sabun, gas , penyemprot
nyamuk, dan berbagai makanan.
2). Mengembangkan ketrampilan proses.
Ketrampilan prosese ialah ketrampilan fisik maupun mental
yang diperlukan untuk memperoleh pengetahuan di bidang IPA
19
maupun untuk pengembangannya. Dengan ketrampilan ini diharapkan
siswa akan dapat mengembangkan pengetahuannya sesuai dengan
karakter IPA.
3). Mengembangkan wawasan, sikap dan nilai –nilai yang berguna
bagi siswa untuk meningkatkan kualitas kehidupan sehari-hari.
Memperluas pandangan ( wawasan ) alam peduli terhadap lingkungan
dan rasa cinta terhadap mahkluk hidup dan sebagainya.
4). Mengembangkan kesadaran tentang adanya hubungan keterkaitan
Yang saling mempengaruhi antara kemauan IPA teknologi dengan
keadaan lingkungan dan pemanfaatannya bagi kehidupan
sehari- hari misal pemuaian udara dihubungkan dengan pembutan kue
srabi dan roti. Dalam belajar IPA peserta didik diarahkan untuk
membandingkan hasil prediksi peserta didik dengan teori melalui
ekperimen dengan mengunakan metode ilmiah. Pendidikan IPA
disekolah diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk
mempelajari diri sendiri sekitarnya namun demikian mereka tetap
berharap agar pembelajaran IPA di sekolah dapat disajikan secara
menarik ,efisien dan efektif. Di sini penulis membahas salah satu
mahkluk hidup yaitu hewan berkaki empat. Sesuai judul yang penulis
ambil pernakah anda memperhatikan makanan hewan-hewan disekitar
kalian? Hewan dapat dikelompokan berdasarkan jenis makanannya.
c. Pengelompokan Hewan Berdasarkan Makanannya
Adapun jenis-jenis hewan berkaki empat , menurut jenis
makananannya dapat digolongkan menjadi tiga yaitu :
1). Hewan pemakan tumbuhan atau herbivora seperti ; sapi, kuda, kelinci dll
2). Hewan pemakan daging atau karnivora seperti ; harimau, singa, kucing, .
3). Hewan pemakan segala atau omnivore seperti ; tikus, babi.
20
Macam –macam hewan berkaki empat antara lain seperti berikut ini :
Hewan Pemakan Tumbuhan (Herbivora)
Sapi
Kelinci
Jerapah
21
Gajah
Kerbau
Domba
22
Hewan Pemakan Daging (Karnivora)
Kucing
Anjing
Harimau
Singa
23
Hewan Pemakan Segala (Omnivora)
Tikus
Babi
24
d. Ciri – Ciri Hewan Berkaki Empat
Hewan berkaki empat mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1). Memiliki kelenjar susu ( mamae ).
2). Berdaun telinga.
3). Memiliki rambut.
4. Tinjauan Tentang Media Gambar.
a. Pengertian Media Gambar
Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medius yang secara harafiah
berarti “ tengah “ perantara atau pengantar. Dalam bahasa arab, media adalah
perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan .
Gerlach & Ely ( 1971 ) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara
garis besar adalah manusia , materi, atau kejadian yang membanguan kondisi
yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan , ketrampilan atau
sikap. Dalam pengertian ini guru, buku, dan lingkungan sekolah merupakan
media. Secara lebih khusus ,pengertian media dalam proses belajar mengajar
cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografia atau elektronis
untuk menangkap,memproses dan menyusun kembali informasi visual atau
verbal.
Para ahli memberi batasan tentang media sebagai berikut :
AECT ( Association of Education and Communication Technology,1977 )
Bahwa media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk
menyampaikan pesan atau informasi. Disamping sebagai system
penyampaian atau pengantar , media yang sering diganti kata mediator
menurut Fleming ( 1987 ;234 ) adalah penyebab atau alat yang turut campur
tangan dalam dua pihak dan mendamaikannya . Dengan istilah mediator
media menunjukkan fungsi atau perantaranya, yaitu mengatur hubungan
yang efektif antara dua pihak utama dalam proses belajar –siswa dan isi
25
pelajaran. Di samping itu ,mediator dapat pula mencerminkan pengertian
bahwa setiap system pembelajaran yang melakukan peran mediasi, mulai
dari guru sampai kepada peralatan paling canggih ,dapat disebut media.
Ringkasan media adalah alat yang menyampaikan atau mengantarkan pesan-
pesan pembelajaran.
Heinich, dan kawan –kawan ( 1982 ) mengemukakan istilah medium
sebagai perantara yang mengantar informasi antara sumber dan penerima.
Jadi televise, film, foto, radio, rekaman audio, gambar yang diproyeksikan,
bahan-bahan cetakan dan sejenisnya adalah media komunikasi. Apabila
media itu membawa pesan –pesan atau informasi yang bertujuan
instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran maka media itu
disebut media pembelajaran.
Diantara media pembelajaran, media gambar adalah media yang
paling umum dipakai. Hal ini dikarenakan siswa lebih menyukai gambar
daripada tulisan, apalagi jika gambar dibuat dan disajikan sesuai dengan
persyaratan yang baik sudah tentu akan menambah semangat siswa dalam
mengikuti PBM. Media gambar merupakan peniruan dari benda-benda dan
pemandangan dalam hal bentuk, rupa serta ukurannya relative terhadap
lingkungan ( Soelarko, 1980: 3 ). Gambar yang berwarna-warni dapat
membuat murid dalam menjadi semangat, karena gambar menerjemahkan
konsep abstrak menjadi nyata.
b. Jenis–Jenis Media Gambar
Penggolongan media pembelajaran menurut Gerlach dan Ely yang
dikutip oleh Rohani (1997;16 ) yaitu:
1). Gambar diam, baik dalam bentuk teks, bulletin, papan display, slide, flim
strip atau overhead proyektor.
2). Gambar gerak baik hitam putih, berwarna , baik yang bersuara
maupun yang tidak bersuara.
3). Rekaman bersuara , baik dalam kaset maupun piringan hitam.
4). Televisi.
26
5). Benda –benda hidup, simulasi maupun model.
6). Instruksional berprogram ataupun CAI ( Computer Assisten Instruction )
c. Manfaat Media Pembelajaran
Manfaat media pembelajaran bagi guru dan siswa adalah:
(1). Memudahkan pengertian ketika anak-anak sedang mendengarkan
(2). Memudahkan jalan komunikasi antara guru dan siswa
(3). Menimbulkan minat siswa dengan adanya media pembelajaran
d. Kelebihan Media Gambar
(1). Dapat menerjemahkan ide-ide abstrak ke dalam bentuk yang lebih
nyata
(2). Banyak tersedia dalam buku-buku.
(3). Mudah dipakai karena tidak membutuhkan peralatan
(4). Relatif tidak mahal.
(5). Dapat dipakai untuk berbagai tingkat pelajaran dan bidang study.
e. Kelemahan media gambar antara lain;
(1). Kadang-kadang terlampau kecil untuk ditunjukkan di kelas yang besar.
(2). Gambar mati adalah gambar dua dimensin, untuk menunjukkan dimensi
yang ketiga .
(3). Tidak dapat menunjukkan gerak.
(4). Tidak selalu mengetahui bagaimana membaca ( menginterprestasi)
gambar.
Ciri-ciri Gambar Yang Baik;
(1) Cocok dengan tingkatan umur atau kelas dan sesuai dengan
kemampuan siswa.
(2). Tidak terlalu komplek karena dengan gambar siswa akan dapatkan
gambaran yang pokok.
(3). Realistis ,maksudnya gambar tersebut seperti benda yang sebenarnya.
(4). Gambar harus dapat dipegang, diraba oleh siswa.
27
B. KERANGKA BERFIKIR
Dengan diterapkannya penggunaan media gambar dalam setiap
pembelajaran terutama mata pelajaran IPA akan memberi kemudahan bagi guru
dalam menyampaikan pelajaran sehingga siswa lebih aktif dan meningkatkan
minat belajar. Untuk lebih jelasnya dapat digambarkan dalam diagram berikut ini
Diagram kerangka berfikir
Keadaan sebelum tindakan Siswa kurang berminat dalam
Menerima pelajaran
Diadakan tindakan Dengan mengunakan media
Gambar hewan berkaki empat
Pada mata pelajaran IPA.
Keadaan setelah tndakan Guru lebih mudah dalam
menyampaikan materi dan siswa
lebih berminat dan lebih aktif
C. RUMUSAN HIPOTESA
Berdasarkan perumusan masalah dan uraian dalam kajian pustaka, dapat
dirumuskan hipotesa Penelitian Tindakan Kelas sebagai berikut : “Dengan
menggunakan media gambar hewan berkaki empat dapat meningkatkan minat
belajar IPA dan keaktifan siswa kelas IV CI SLB-C Shanti Yoga Klaten.
28
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian tindakan kelas dilaksanakan di SLB-C Shanti
Yoga Klaten. Khususnya di kelas IV CI yang mana merupakan tempat dimana
subyek penelitian mengikuti proses belajar mengajar yang berlokasi di jalan
merapi no IA Klaten, dengan pertimbangan :
a. Penelitian dilaksanakan setiap saat atau setiap hari pada saat
berlangsung proses belajar mengajar yang kebetulan peneliti sebagai guru
kelas.
b. Di samping menghemat biaya juga tidak memerlukan waktu yang khusus.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan pada semester II pada bulan Maret sampai
bulan Mei.tahun 2009, dengan rincian kegiatan penelitian ;
Persiapan penelitian. Koordinasi persiapan tindakan, dan pelaksanaan kemudian
menyususn laporan berdasarkan data-data yang telah diperoleh saat mengadakan
penelitian.
B. Subyek Penelitian
Subyek penelitian yaitu siswa kelas IV C1 SLB-C Shanti Yoga Klaten,
yang berjumlah 5 orang , yang terdiri dari 2 laki-laki, dan 3 perempuan. Untuk
membantu agar siswa tersebut memiliki minat dalam belajar IPA.
C. Data Dan Sumber Data
Yang menjadi sumber data pada penelitian ini adalah orang- orang yang
ada hubungannya dengan subyek penelitian secara langsung, sehingga diharapkan
dapat memberikan informasi tentang situasi dan kondisi subyek yang akan diteliti.
29
. Adapun yang menjadi sumber data pada penelitian ini adalah :
1. Guru kelas yang sekaligus bertindak sebagai peneliti.
2. Siswa kelas IV CI SLB-C Shanti Yoga Klaten.
3. Orang tua siswa.
4. Kepala sekolah.
5. Teman –teman subyek di sekolah.
6. Guru / teman seprofesi peneliti.
D. Tehnik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang tepat dalam enelitian ini, maka perlu,
adanya teknik pengumpulan data yang benar. Adapun teknik pengumpulan
data yang digunakan adalah :
1. Observasi
Observasi adalah semua kegiatan yang ditujukan untuk mengamati
mengenali, merekam dan mendokumentasikan setiap dari proses dan hasil
yangdicapai baik yang timbul oleh tindakan terencana maupun akibat
sampingannya. Observasi ini dilakukan pada proses pembelajaran IPA, dalam hal
ini yang diamati yakni penyampaian materi pelajaran, lingkungan pembelajaran
dan sikap siswa terhadap mata pelajaran.
2. Tanya Jawab/ Wawancara.
Wawancara merupakan teknik mendapatkan/ mengumpulkan informas
melalui informasi langsung dengan responden, dalam hal ini siswa kelas IV
C1 SLB-C Shanti Yoga Klaten.
E. Analisa Data
Data yang telah terkumpul diperoleh dari hasil pengamatan upaya
30
meningkatkan minat belajar dalam pembelajaran IPA.
Peneliti membandingkan hasil sebelum dan penelitian dengan hasil pada
setiap siklus yang pada mulanya dalam proses belajar mengajar dalam
bidang studi IPA Tidak menggunakan alat peraga atau media gambar
setelah dilihat hasil tes yang kurang baik dan anak juga kurang berminat dalam
menerima pelajaran.
Dalam hal ini data dianalisis dengan tehnik deskripsi kualitatif.
Tehnik analisis data di dalam penelitian ini dimulai dengan menelaah seluruh
data yang telah dikumpulkan dari berbagai sumber yaitu dari hasil observasi
dan wawancara, selanjutnya dari hasil analisis tersebut dideskripsikan
dalam melakukan tindakan:
1. Lebih efektif dengan menggunakan media gambar dalam pembelajaran IPA
pada siswa klas IV CI SLB-C Shanti Yoga Klaten.
.2. Minat belajar lebih meningkat dengan adanya media gambar.
3. Kendala yang muncul saat proses belajar mengajar berlangsung dalam
pembelajaran IPA dikelas IV CI SLB –C Shanti Yoga Klaten.
F. Indikator Kinerja
Indikator dalam penelitian ini antara lain adalah :
1. Mengikuti kegiatan belajar mengajarIPAdengan baik .
a. Dapat duduk tenang siap menerima pelajaran
b. Tidak berisik / ramai
c. Tidak menggaggu temannya
d. Mengikuti pelajaran IPA dengan tertib
e. Menyebutkan macam-macam hewan berkaki empat
2. Mengikuti kegiatan belajar mengajarIPAdengan cukup.
a. Dapat duduk dengan tenang tetapi Cuma sebentar sehingga
dalam menerima pelajaran kurang bisa menerima pelajaran.
b. Terkadang usil mengganggu temannya.
c. Mengikuti pelajaran IPA terkadang berminat.
31
3. Mengikuti kegiatan belajar mengajar IPA kurang
a. Tidak bisa duduk dengan tenang.
b. Sering usil dan ramai.
c. Tidak berminat dalam mengikuti pelajaran IPA.
G. Prosedur Penelitian
Rencana kegiatan penelitian tindakan kelas ini diawali dengan penjajakan
awal untuk memperoleh informasi dan mengetahui tentang minat belajar IPA
siswa kelas IV C1 SLB-C Shanti Yoga .
Dari hasil penjajakan ini sebagai dasar untuk merencanakan kegiatan tindakan
kelas selanjutnya dengan menggunakan media gambar.
Adapun rencana kegiatan penelitian tindakan kelas sebagai berikut :
1. Siklus I.
a. Rencana Tindakan
1). Daftar nilai observasi guru/ peneliti dalam pembelajaran IPA
2). Mengidentifikasi masalah yang dihadapi oleh siswa saat
Pembelajaran IPA.
3). Membuat rencana pembelajaran IPA tanpa media gambar.
4). Menyiapkan lembar kerja siswa dalam pembelajaran IPA
5). Menyiapkan lembar penelitian
b. Tindakan
1). Guru/ peneliti melaksanakan proses pembelajaran IPA dengan
media gambar hewan berkaki empat.
2). Guru/ peneliti membimbing siswa dalam menerima dan memahami
materi yang disampaikan.
3). Guru/ peneliti memberi motivasi siswa agar lebih aktif dalam
pembelajaran
4). Guru/peneliti memberikan suasana atau lingkungan pembelajaran
yang menyenangkan.
32
5). Guru/ peneliti memberikan tugas
6). Guru/ peneliti memberikan penilaian terhadap hasil pembelajaran
dengan media gambar hewan berkaki empat.
c. Tahap Observasi
Kegiatan observasi ini dilakukan untuk mengamati
perubahan proses belajar mengajar yang berkaitan dengan hal- hal sebagai
berikut :
1). Penyampaian materi IPA dengan media gambar hewan berkaki empat
2). Sikap siswa dalam menerima materi dengan media gambar hewan
d. Tahap Refleksi
Guru/ peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan rencana
yang telah dibuat kemudian melihat, mengamati dan mempertimbangkan
dampak positif dan dampak negatifnya serta kekurangan-kekurangan
yang masih ditemui dalam kegiatan belajar-mengajar. Hal-hal yang
perlu dikemukakan pada tahap ini yaitu :
1).Apakah dengan media gambar hewan berkaki empat dapat meningkatkan
minat belajar IPA?
2).Apakah siswa dapat menerima dan memahami materi IPA yang
diberikan dengan media gambar hewan ?
Apabila dalam penelitian pada siklus I belum menunjukkan
hasil yang maksimal maka dapat dilakukan siklus II.
2. Siklus II
a. Perencanaan Perbaikan
b. Setelah dilakukan kegiatan pada siklus I belum menunjukkan hasil
yang maksimal, maka perlu diadakan perencanaan ulang.
1). Identifikasi masalah
Yaitu mengidentifikasi masalah yang dihadapi dari hasil refleksi
siklus I
2). Rencana Tindakan
Tindakan yang harus dilakukan adalah meningkatkan keaktifan dan
33
minat belajar siswa dalam pengunaan media gambar hewan berkaki
empat.
3). Tindakan
a). Guru melaksanakan tindakan seperti pada kegiatan siklus I
b). Guru menggunakan strategi baru dalam pemberian nilai pada
keaktifan siswa dalam tanya jawab.
c). Mengaktifkan siswa untuk menjawab pertayaan lesan dari guru.
4). Observasi
a). Peneliti mengadakan observasi seperti pada kegiatan siklus I
b). Peneliti memberikan penilaian ulang pada keaktifan siswa saat
menjawab pertayaan lesan atau tanya jawab.
5). Refleksi
Peneliti menganalisis tindakan kelas pada kegiatan siklus II, seperti pada
siklus I kemudian mengadakan refleksi sebagai berikut :
a). Siswa lebih aktif dan berminat dengan adanya media gambar.
b). Tercapainya pembelajaran IPA dengan media gambar, maka refleksi
pada siklus II ini merupakan kegiatan terakhir .
34
MODEL PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Perencanaan
Refleksi SIKLUS I Tindakan
Observasi
Perencanaan
Refleksi SIKLUS II Tindakan
Observasi
35
H. JADWAL KEGIATAN
N
O
TAHAP
KEGIATAN PENELITIAN
MINGGU KE
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1
2.
3.
4.
Persiapan :
- Koordinasi
- Menyusun perencanaan
- Menyusun instrumen
Pelaksanaan :
- Siklus I
Perencanaan
Melakukan Tindakan
Pengamatan
Refleksi
Siklus II
Rencana berikutnya
Melakukan Tindakan
Pengamatan
Refleksi
Pelaporan :
- Diskusi/ seminar terbatas
- Penyusunan laporan
Penyelesaian :
- Finalisasi laporan penelitian
- Pendistribusian laporan
hasil penelitian
a.
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
v
V
V
V
v
v
v
v
v
V
v
V
v
V
v
V
v
36
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Kondisi Awal (Pra Siklus)
Pada tahap akhir uji kompetensi pembelajaran IPA dengan materi
Hewan Berkaki Empat belum semua siswa mencapai ketuntasan belajar. Dalam
proses pembelajaran masih dijumpai siswa yang belum memiliki hasil atau
prestasi yang baik (tuntas, mencapai indicator minimal), meskipun
sebelumnya guru telah menjelaskan materi pelajaran. Berdasarkan fakta
hasil atau prestasi belajar di atas, maka peneliti bersama teman sejawat dan
supervisor mengidentifikasi masalah-masalah terhadap kekurangan-kekurangan
dari pembelajaran IPA yang telah dilaksanakan. Hasil diskusi tersebut
terungkap masalah-masalah sebagai berikut.
1. Kejenuhan dan kurangnya perhatian siswa terhadap materi pelajaran saat
KBM
2. Kurangnya variasi dalam pembelajaran
3. Keterbatasan pada alat bantu konvensional
4. Materi padat, guru dipacu waktu
5. Guru tidak menyampaikan tujuan dari materi
6. Sarana yang tersedia belum digunakan secara maksimal
Dari beberapa masalah tersebut maka siswa kelas IV CI SLB C Shanti Yoga
yang terdidik dari 5 ( lima ) anak dengan latar belakang yang berbeda-beda yang
bisa dilihat dari beberapa faktor antara lain ;faktor sosial,kecerdasan ,minat
belajar, daya konsentrasi dan juga keaktifan anak dalam belajar. Disini akan saya
jelaskan satu-persatu mengenai keadaan anak yang sebenarnya sesuai data yang
saya peroleh :
37
1. Nama : Putut Galih Prabancana
Tempat / tgl lahir : Klaten, 02 Juni 1995
IQ anak : 51 ( mampu didik )
Keaktifan : Kehadiran cukup baik, namun anak kurang aktif
dalam kegiatan pembelajaran di kelas.
Minat anak : minat anak cukup tapi masih kurang.
Daya konsentrasi : Cukup
Pekerjaan orang tua : Buruh
Karakteristik anak dikelas :
- anak tidak bisa diam
- kurang kreatif
-suara tidak jelas
- membaca belum lancar
- menulis belum rapi
- minat belajar cukup
2. Nama : Muhammat latif arifin
Tempat / tgl lahir ; Klaten, 19 Juli1997
IQ anak : 55 ( mampu didik )
Keaktifan : Anak cukup aktif hadir kesekolah namun dalam
menerima pelajaran dikelas kurang aktif.
Minat anak : anak memiliki minat cukup baik tapi perlu motivasi.
Daya konsentrasi : cukup
Pekerjaan orang tua ; PNS
Karakteristik anak dikelas :
- anak rajin berangkat kesekolah
- suara pelan dapat dipahami
- jarang bermain
- kurang inisiatif
- mudah capai
- mudah bergaul
38
3. Nama : Dwi Ariyanik
Tempat / tgl lahir : Klaten, 02 Pebruari 1995
IQ anak : 54 ( mampu didik )
Keatifan : keaktifan anak dalam menerima pelajaran baik
saat proses belajar mengajar berlansung .
Minat anak : anak memiliki minat yang sangat baik dalam
belajar dikelas.
Daya konsentrasi ; Baik
Pekerjaan orang tua : Buruh
Karakteristik anak dikelas :
- anak rajin menulis dan tulisan rapi
- anak jarang membolos
- jarang bermain
- suka mengatur temannya
- mudah bergaul
- ada inisiatif
4. Nama : Harda tri marantina
Tempat / tgl lahir : Klaten, 10 Maret 1996
IQ anak ; 55 (mampu didik )
Keaktifan ; Anak aktif dalam menerima pelajaran sangat baik
bila ditanya anak bisa menjawab.
Minat anak : minat anak juga baik karena setiap hari ia rajin ke
sekolah.
Daya konsentrasi : baik
Pekerjaan orang tua ; Wiraswasta
Karakteristik anak dikelas :
- anak sudah bisa sedikit membaca - Jarang bermain
- bicara lancar - Agak nakal
- tulisan cukup bisa dibaca - Minat belajar baik
39
5. N ama : Nur Indah sari
Tempat / tgl lahir : Klaten, 24 Mei 1997
IQ anak : 36 ( mampu didik )
Keaktifan : kurang terbukti saat proses belajar mengajar
Berlangsung anak bermain diluar.
Minat anak : juga kurang karena anak jarang masuk sekolah.
Daya konsentrasi : kurang
Pekerjaan orang tua : Buruh
Karakteristik anak dikelas :
- anak sukar diatur
- sering tidak masuk sekolah
- suka jalan-jalan saat PBM berlangsung
- belum bisa membaca
- menulis masih menebalkan
- minat belajar tidak ada
Dari kelima anak tersebut di atas dilihat dari data tes IQ mereka dapat
digolongkan anak mampu didik. Dengan nilai IQ 68-52 , sehingga keaktifan
dalam mengikuti pelajaran sebagian besar dan pada umumnya rata-rata kurang
sehingga minat belajar juga kurang , daya konsentrasi juga berkurang dan juga
sangat dipengaruhi oleh faktor ekonomi kurang. Dengan latar belakang kondisi
orang tua kurang mampu maka anak tersebut diperlukan perhatian khusus dalam
proses belajar mengajar, untuk itu diperlukan suatu metode , pendekatan dan
adanya alat peraga yang bisa diterima anak dalam pembelajaran , tentunya dengan
perhatian dan bimbingan yang khusus.
Hasil refleksi di sebagai dasar peneliti sebagai guru untuk.menyusun
rencana perbaikan pembelajaran yang dapat mengatasi masalah dengan tindakan
tindakan yang tepat. Beberapa tindakan tersebut meliputi peningkatan
kualitas proses pembelajaran dengan menggunakan media untuk mengonkritkan
konsep, dan menyamakan persepsi terhadap suatu konsep. Membangkitkan
minat belajar, dan keaktifan siswa mengikuti proses pembelajaran melalui
40
pemberian motivasi. Hal penting dari suatu penelitian adalah akan
dikembangkan suatu (metode, media) yang mampu mengatasi masalah
pembelajaran yang ada. Rancangan rencana tindakan di atas berpedoman pada
rencana pembelajaran dengan langkah-langkah perbaikan pembelajaran yang
dilaksanakan dalam 2 siklus.
Tabel 1.
Nilai Ulangan Harian Pada Kondisi Awal Siswa Kelas IV CI
Mata Pelajaran IPA SLB-C Santhi Yoga Klaten
N
O. Nama Anak
UH
1
UH
2
UH
3
UH
4
Rata-
rata
( UH)
Nilai
Pre Tes
1
Putut Galeh
Prabancono 50 55 55 60 55,0 55
2 M.Latif Arifin 50 60 55 55 55,0 55
3 Dwi Ariyanik 60 60 50 60 57,5 60
4 Harda Tri Maratina 60 50 60 60 57,5 60
5 Nur Indah Sari 50 60 50 50 52,0 50
Rata-rata 54,0 57,
0
54,0 57,
0
55,4 56
Keterangan tabel;
UH =Ulangan Harian
41
Grafik 1 Prasiklus
B. Deskripsi Siklus I
Perbaikan pembelajaran siklus 1 merupakan usaha perbaikan
pembelajaran dari hasil pembelajaran yang dilaksanakan sebelumnya. Perbaikan
pembelajaran pada siklus I ini sudah menggunakan media berupa alat
peraga Hewan Berkaki Empat.Dengan alat peraga gambar akan dapat
menciptakan suasana pembelajaran dan menumbuhkan motivasi anak dalam
mengikuti proses belajar mengajar akan menyenankan. Gambar akan lebih
membantu anak mengembangkan daya imajinasi . Pada siklus pertama
Kompetensi Dasar yang diajarkan adalah pengenalan hewan berkaki
empat.Walaupun hasil belajar siswa belum mencapai target. Guru sebagai
peneliti dan pelaksana pemnbelajaran, terlebih dahulu menyusun rencana
PRASIKLUS
44
46
48
50
52
54
56
58
60
62
1
NILAI
NA
MA
Puthut GP
M. Latif Arif in
Dw i Aryanik
Harda Tri M
Nur Indah S
42
perbaikan pembelajaran yang berisi pelaksanaan kegiatan yang terdiri dari
pendahuluan, inti, dan penutup.
Langkah-langkah perbaikan pembelajaran adalah sebagai berikut :
1. Perencanaan Tindakan
Pada tahap awa kegiatan ini guru mengabsen siswa memberikan
Apersepsi yaitu tanya jawab tentang materi yang sudah dipelajari sebelumnya
dan menyinggung materi yang akan dipelajari agar siswa lebih memperhatikan
dan memancing keaktifan siswa pada pelajaran yang akan berlangsung. Antara
lain yang perlu dipersiapkan adalah ;
a. Pemilihan materi dan enyusunan rencana pelaksanaan pembelajara ( RPP)
Materi yang dipilih dalam penelitian ini , pada siklus pertama adalah
pengenalan hewan berkaki empat dan jenis makananya. Berdasarkan materi
yang dipilh tersebut, kemudian disusun ke dalam Rencana Pembelajaran (RPP)
b..Menyiapkan media belajar yaitu gambar hewan berkaki empat.
c. Menyususn alat evaluasi yang berupa;
1) Lembar pengamatan kegiatan belajar mengajar.
2) Lembar kegiatan Siswa ( LKS ) dan lembar pertayaan Quiz.
3) Tabel perubahan nilai pra siklus dan nilai siklus Quis individu
2. Pelaksanaan Tindakan
Pada kegiatan ini guru memberi materi pelajaran dengan saling memberi
dan menggunakan media gambar hewan berkaki empat. Siswa berdiskusi
untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan materi pelajaran. Disini
metode pembelajaran yang di gunakan oleh guru adalah demonstrasi , tanya
jawab dan penugasan . Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :
a. Pelaksanaan Tatap Muka
Tatap muka yang pertama dan kedua dengan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran ( RPP ), adapun langkah-langkahnya sebagai berikut ;
43
1) Guru dan siswa bersama-sama menempelkan Gambar Hewan Berkaki
Empat dipapan tulis.
2) Guru memperkenalkan satu persatu Gambar Hewan Berkakai Empat
dan siswa disuruh maju satu persatu secara bergiliran.
3) Suasana pembelajaran dibuat kondusif sehingga siswa tidak bosan .
4) Setelah semua siswa maju secara bergantian kemudian guru mengajak
siswa belajar secara berkelompok.
5) Guru memberi umpan balik dengan tanya jawab.
6) Guru menilai hasil evaluasi.
7) Guru memberikan tindak lanjut.
Kegiatan pada siklus I dapat digambarkan pada gambar berikut ini:
Pada saat proses belajar mengajar berlangsung dalam mata pelajaran IPA
siswa disuruh maju satu persatu oleh guru menunjukkan hewan berkaki empat
dengan bimbingan guru secara bergiliran. Dengan adanya media gambar
siswa lebih tertarik dan berminat dalam PBM.
44
Gambar 1:Proses Belajar Mengajar
45
Gambar 2:Proses Belajar Mengajar
Pada gambar dua (2 ) tersebut guru menyuruh siswa maju satu persatu
dengan bantuan guru siswa menunjukkan gambar sesuai perintah guru.
46
Gambar 3 Saat Proses Belajar Mengajar Berkelompok
Pada gambar 3 ( tiga ) tersebut siswa dengan bimbingan guru diajak
Belajar secara berkelompok teryata keaktifan siswa semakin bertambah dan
menyenangkan . Sehingga proses belajar mengajar lebih diminati siswa
dengan adanya media gambar hewan berkaki empat pada mata pelajaran IPA.
b. Angket Siswa
Angket siswa dilaksanakan pada saat egiatan tatap muka setelah selesai
47
pengisian angket siswa dilaksanakan oleh guru terhadap para siswa .
Angket diperlukan untuk mengetahui sejauh mana minat siswa dalam
pembelajaran bidang studi IPA. Karena hasil dari Angket tersebut digunakan
sebagai bahan refleksi.
c. Observasi
Dalam Observasi dilaksanakan pada saat kegiatan tatap muka, dalam hal ini
Observasi dilakukan oleh 3 ( Tiga ) observer yaitu guru kelas, teman sejawat
Dan kepala sekolah yaitu di SLB-C Shanti Yoga Klaten. Observasi
dilaksanakan untuk mengetahui keaktifan, minat, dan konsentrasi juga
prestasi siswa dalam mengikuti prosese belajar mengajar bidang studi Ilmu
Pengetahuan Alam ( IPA )
3. Hasil Pengamatan
Pada akhir kegiatan guru memberikan uji kompetensi dan pekerjaan rumah
berupa soal isian singkat pada materi yang sudah dipelajari.
Berikut ini data hasil tes siklus I, dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 2
Nilai Hasil Tes siklus I
No Nama Siswa NIlai
1. Putut Galih Prabancono 60
2. Muhammad Latif Arifin 60
3. Dwi Ariani 75
4. Harda Trimaratina 75
5. Nur Indah Sari 55
48
Grafik 2 Nilai Tes Siklus I
Tabel 3
0
10
20
30
40
50
60
70
80
1
NA
MA
NILAI
SIKLUS I
Puthut GP
M.Latif A
Dwi Ariyanik
Harda Tri M
Nur Indah S
49
Hasil Rekap Nilai Tes Siklus I
No. Hasil
Angka
Hasil
Huruf
Arti Lambang Jumlah
Siswa
Persen
1. 85-100 A Sangat Baik - -
2. 75-84 B Baik 2 40%
3. 65-74 C Cukup 2 40%
4. 55-64 D Kurang 1 20%
5. < 54 E Sangat Kurang - 0%
Tabel 4
Ketuntasan Belajar Siswa Hasil Tes Siklus I
No Ketuntasan Jumlah Siswa
Persen
1. Tuntas 4 80%
2. Belum Tuntas 1 20%
Jumlah 5 100%
Tabel 5
HASIL OBSERVASI
50
KEGIATAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN SIKLUS I
No.
Nama Siswa
Konsentrasi Keaktifan Kemauan
Belajar IPA
Prestasi
T S R T S R T S R T S R
1. Putut Galih P. V V V V
2. M. Latif Arifin V V V V
3. Dwi Ariyani V V V V
4. Harda Tri M. V V V V
5. Nur Indah Sari V V V V
Keterangan :
T = Tinggi
S = Sedang
R = Rendah
4. Refleksi
a. Setelah diketahui dari hasil tes siklus I, bahwa siswa yang mencapai
Nilai tertinggi A ( sangat baik ) tidak ada 0% sedangkan siswa yang mendapat
nilai B ( Baik) ada 2 atau 40% yang mendapat nilai C (cukup) 2 anak
40% yang mendapat nilai D ( kurang ) ada 1 anak 20% dan yang
mendapat nilai E atau ( sangat kurang ) tidak ada atau 0%.
b. Dari sejumlah siswa dari 5 siswa berdasarkan ketuntasan belajar terdapat
4 siswa atau 80% sudah mencapai ketuntasan belajar , sedangkan ada satu
siswa yang belum ketuntasan belajar. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa nilai tertinggi 75 dan nilai terendah 55 .
c. Dari data hasil observasi, secara keseluruhan terdapat konsentrasi, keaktifan
minat dan prestasi walaupun ada satu anak yang kurang keaktifan,
51
kurang, konsentrasi, dan kurang minat.
Tabel 6
PERBANDINGAN HASIL NILAI TES PRA SIKLUS DAN SIKLUS I
No Hasil ( dalam huruf ) Jumlah siswa yang berhasil
Pra siklus Siklus
1. A. ( 85-100 ) - -
2. B. ( 75-84 ) - 2
3. C. ( 65-74 ) - 2
4. D. ( 55-64 ) 5 1
5. E. ( < 54 ) - -
JUMLAH 5 5
Tabel 7
PERBANDINGAN NILAI-NILAI PRA SIKLUS DAN SIKLUS I
No Nama siswa Prasiklus Siklus 1
1. Putut Galih Prabancono 55 60
2. M. Latif Arifin 55 60
3. Dwi Ariyanik 60 75
4. Harda Tri Maratina 60 75
5. Nur Indah Sari 50 55
Pada pembelajaran siklus 1, peneliti dan prestasi teman sejawat
memperoleh data hasil belajar siswa dalam meningkatkan minat belajarnya, yaitu
52
1). Siswa belum memiliki sikap aktif dan kreatif,
2). Siswa belum mampu mengerjakan soal-soal uraian dengan jawaban
pengembangan
3). Siswa tidak memperhatikan pada waktu proses kegiatan pembelajaran
berlangsung karena media pembelajaran yang digunakan kurang menarik
Berdasarkan data yang diperoleh hasil pembelajaran belum mencapai
batas tuntas. Pada perbaikan pembelajaran siklus I masih terdapat 1 siswa dari
5 siswa yang memperoleh nilai dibawah 70. Walaupun sudah terjadi kenaikan
seperti tersebut diatas ,namun hasil tersebut belum optimal. Hal ini dapat diterlihat
dari hasil observasi bahwa dalam kegiatan pembelajaran masih terdapat satu siswa
yang kurang konsentrasi, kurang keaktifan dan kurang minat.
C. Diskripsi Siklus II
Dari hasil reflesi pada siklus I, maka palaksanaan tindakan pada siklus II
dapat dideskripsikan sebagai berikut;
Sebelum melaksanakan perbaikan pembelajaran siklus 2 guru sebagai
peneliti dan pelaksana pembelajaran mengadakan diskusi dengan teman
sejawat serta berkonsultasi dengan supervisor untuk menentukan langkah-
langkah perbaikan pembelajaran tahap berikutnya. Semua kekurangan yang
terjadi pada siklus I akan diadakan oleh guru sebagai peneliti dan pelaksana
pembelajaran pada siklus II.
Pada siklus II ini kegiatan yang dilaksanakan seperti pada siklus I yaitu
penyajian materi dengan menggunakan alat peraga hewan berkaki empat untuk
meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa.
1. Perencanaan Tindakan
53
Perbaikan pembelajaran IPA dengan judul upaya meningkatkan minat
belajar IPA Anak Tuna Grahita dengan media gambar hewan berkaki empat
pada siswa kelas IV CI SLB-C shanti Yoga Klaten tahun ajaran 2008/ 2009.
Perbaikan pembelajaran ini dilaksanakan dengan II siklus. Siklus I dilaksanakan
pada tanggal 13 Maret 2009 sedang siklus II dilaksanakan pada
tanggal 22 Mei 2009.
Perencanaan tindakan dalam siklus dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Pemilihan materi dan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran dalam
siklus II yang merupakan perbaikan atas kondisi siklus I Kompetensi Dasar
yang dipilih pada siklus II adalah ; mengidentifikasi berbagai jenis makanan
untuk pertumbuhan. Kemudian penyusunan Rencana Pembelajaran ( RPP)
b. Menyiapkan alat peraga berupa gambar hewan berkaki empat.
c. Peneliti menyusun alat evaluasi yang berupa:
1). Lembar pengamatan kegiatan belajar mengajar.
2). Lembar kegiatan siswa ( LKS ) dan lembar Quis.
3). Tabel siklus II
2.Pelaksanaan Tindakan
Langkah – langkah yang ditempuh dalam perbaikan pembelajaran
Pembelajaran IPA adalah sebagai berikut :
a. Pelaksanaan Tatap Muka
Tatap muka pada siklus I dan siklus II dengan mengunakan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) tentang mahkluk hidup dan proses
Kehidupanya. Metode yang digunakan adalah ;
1). Demonstrasi
2). Tanya jawab
3). Penugasan
54
Langkah-langkahnya sebagai berikut;
(a). Guru menyuruh siswa yang sudah menguasai menjawab soal
(b). Memberi motivasi agar siswa lebih aktif dalam mengikuti proses
pembelajaran
(c). Menyimpulkan materi pelajaran yang baru saja dilaksanakan
( d). Pemberian tugas
b. Angket Siswa
Angket siswa dilaksanakan pada saat kegiatan tatap muka setelah selesai
pengisisan angket siswa dilaksanakan oleh guru terhadap para siswa .
Angket diperlukan untuk mengetahui sejauh mana minat siswa dalam
Pembelajaran bidang studi IPA. Karena hasil dari Angket tersebut digunakan
sebagai bahan refleksi.
c. Observasi
Dalam observasi dilaksanakan pada saat kegiatan tatap muka, dalam hal ini
observasi dilakukan oleh 3 ( Tiga ) observer yaitu guru kelas, teman sejawat
dan kepala sekolah yaitu di SLB-C Shanti Yoga Klaten. Observasi
dilaksanakan untuk mengetahui keaktifan, minat, dan konsentrasi juga
Prestasi siswa dalam mengikuti prosese belajar mengajar bidang studi Ilmu
Pengetahuan Alam ( IPA )
3. Hasil Pengamatan
Sesuai dengan hasil yang dihadapi dalam pembelajaran yaitu adanya
siswa yang belum tuntas dalam pembelajaran IPA, maka siswa tersebut diberi
perhatian dan kegiatan khusus dalam pembelajaran adalah sebagai berikut
Kegiatan pembelajaran pada siklus I ini masih ditemukan tingkat penguasaan
materi dan pemahamannya masih rendah. Tidak terlaksananya pembelajaran
yang direncanakan dikarenakan keterbatasan waktu, penggunaan alat peraga
Media Gambar Hewan Berkaki Empat pada siswa belum terbiasa dan belum
adanya rasa keaktifan, kreatifitas dalam mengikuti pembelajaran. Pada siklus II
ditekankan penguasaan materi dengan menumbuhkan Motivasi ke sikap
55
keaktifan dan kreatifitas siswa menggunakan media/alat peraga Hewan
Berkaki Empat . Melalui abservasi teman sejawat, penelitian pelaksanaan
kegiatan pembelajaran dicatat mulai dari proses sampai tahap akhir sesuai
dengan rencana.
Data temuan penelitian diperoleh dari hasil perbaikan pembelajaran yang
telah Dilaksanakan pada pembelajaran siklus I dan II. Selanjutnya peneliti
dan teman sejawat memperoleh data yang berkaitan dengan permasalahan yang
menjadi fokus pada proses pembelajaran.
Tabel 8
Hasil Observasi Kegiatan Siswa dalan Pembelajaran Siklus II
No.
Nama Siswa
Konsentrasi Keaktifan Kemauan
Belajar IPA
Prestasi
T S R T S R T S R T S R
1. Putut Galih P. V V V V
2. M. Latif Arifin V V V V
3. Dwi Ariyani V V V V
4. Harda Tri M. V V V V
5. Nur Indah Sari V V V V
Keterangan :
T =Jikasiswa mampu mengerjakan sendiri tanpa dibantu. =
S = Jika siswa mengerjakan dengan dibantu sebagian.
R = Jika siswa mengerjakan sudah dibantu tetapi tidak bisa.
56
Tabel 9
HASIL TES SIKLUS II:
No
Nama Siswa NIlai
1. Putut Galih Prabancono 65
2. Muhammad Latif Arifin 70
3. Dwi Ariani 85
4. Harda Trimaratina 75
5. Nur Indah Sari 60
57
Grafik Hasil Tes Siklus II
Grafik 3 Nilai Tes Siklus II
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
1
NA
MA
NILAI
SIKLUS II
Puthut GP
M.Latif A
Dwi Ariyanik
Harda Tri M
Nur Indah S
58
Tabel 10
Hasil Rekap Nilai Tes Siklus II
No. Hasil
Angka
Hasil
Huruf
Arti Lambang Jumlah
Siswa
Persen
1. 85-100 A Sangat Baik 1 20%
2. 75-84 B Baik 1 20%
3. 65-74 C Cukup 3 60%
4. 55-64 D Kurang - -
5. < 54 E Sangat Kurang - 0%
Tabel 11
Ketuntasan Belajar Siswa Hasil Tes Siklus II
No Ketuntasan Jumlah Siswa
jumlah
Persen
1. Tuntas 5 100%
2. Belum Tuntas -
Jumlah 5 100%
4. Refleksi
Setelah dilihat dari hasil tes siklus II, menunjukkan bahwa hasil
yang mencapai Nilai A ( sangat baik ) adalah 1 siswa 20%, sedangkan
yang mendapat nilai B ( baik ) 1 siswa 20% yang mendapat nilai C ( cukup)
3 siswa 60% dan yang mendapat Nilai D dan E tidak ada atau 0 %
Berdasarkan ketuntasan belajar dari 5 siswa dapat Tuntas semua
100% dan perolehan nilai tertinggi pada siklus II 85 sedangkan nilai terendah
60 dapat dilihat pada tabel: Maka dari itu dari hasil siklus II ada peningkatan
konsentrasi, keaktifan ,dan juga minat dan prestasi pada
59
Tabel 12
Nilai Tertigg ( NTT Nilai Terendah ( NTR )dan Rata-rata hasil Tes Siklus II
No Keterangan Nilai
1. Nilai Tertiggi 85
2. Nilai Terendah 60
3. Nilai Rata-rata
Keterangan :
NTT = Nilai tertinggi
NTR = Nilai terendah
NRR = Nilai Rata
Tabel 13
Perbandingan Hasil Nilai Siklus I dan Nilai Siklus II
No Hasil ( dalam huruf ) Jumlah siswa yang berhasil
Siklus I Siklus II
1. A. ( 85-100 ) - 1
2. B. ( 75-84 ) 2 1
3. C. ( 65-74 ) 2 3
4. D. ( 55-64 ) 1 -
5. E. ( < 54 ) - -
JUMLAH 5 5
60
Tabel 14
Perbandingan Hasil Rata- Rata Siklus I dan Siklus II
No Keterangan Siklus I Siklus II
1. Nilai tertinggi 70 85
2. Nilai terendah 55 60
3. Nilai rata-rata 62,5 72.5
61
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan pelaksanaan penelitian dalam proses pembelajaran IPA dapat
disimpulkan bahwa media atau alat peraga Hewan Berkaki Empat dapat
meningkatkan minat belajar IPA Anak Tuna Grahita pada siswa kelas IV CI
SLB-C Shanti Yoga Klaten dalam pembelajaran berpengaruh dalam hal-hal
sebagai berikut.
1. Meningkatkan keaktifan dan kreatifitas siswa sehingga prestasi belajar
dapat meningkat.
2. Meningkatkan keefektifan waktu yang direncanakan
3. Dalam proses pembelajaran berlangsung siswa merasa senang dan
termotivasi
Penggunaan media gambar hewan berkaki empat dalam pembelajaran dapat
meningkatkan minat belajar IPA karena :
1. Merupakan variasi dalam pembelajaran sehingga siswa tidak bosan
2. Dengan media Gambar Hewan Berkaki Empat siswa dapat menemukan ide,
gagasan, dan permasalahan-permasalahan yang ada pada dirinya.
Jadi berdasarkan pengamatan penelitian membuktikan bahwa penggunaan
media gambar hewan berkaki empat dapat meningkatkan minat belajar IPA siswa
kelas IV SLB C Shanti Yoga baik aspek kognitif maupun afektif.
B. Implikasi
Berdasarkan simpulan penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka
dapat diketahui bahwa dengan penggunaan media gambar hewan berkaki empat
pada Mata pelajaran IPA , maka proses belajar mengajar pada siswa kelas
IV SLB -Shanti Yoga Klaten lebih menarik kreatif, efektif dan juga lebih
62
berminat sehingga Hasil belajar lebih meningkat. Dengan demikian implikasi
penelitian tindakan Kelas ini adalah :
1. Bahwa pembelajaran yang mengunakan alat peraga atau Media
Gambar yang disesuaikan dengan bidang studi dapat meningkatkan
Prestasibelajarsiswa
2. Media gambar dapat menarik minat belajar siswa dalam proses belajar
mengajar..
3. Media gambar dapat sebagai media dalam mengatasi suasana kelas
Sehingga tercipta suasana kelas yang kondisif.
C. Saran-saran
Sesuai dengan simpulan dan hasil penelitian serta dalam rangka
ikut menyumbangkan pemikiran untuk meningkatkan minat belajar IPA pada
siswa kelas IV CI SLB -C Shanti Yoga Klaten , maka dapat disimpulkan saran –
saran sebagai berikut :
1. Bagi Siswa
Siswa hendaknya ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran juga
Selalu taat dan patuh pada guru dalam mengerjakan tugas, dan rajin belajar
sehingga memperoleh hasil belajar yang optimal.
2. Bagi Guru
Guru hendaknya sudah mempersiapkan secara matang dan cermat
Mengenai perangkat pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA ) atau siap
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) karena dalam hal ini sangat
mempengaruhi efektifitas juga efisisen dalam pembelajaran yang pada
akhirnya sangat berpengaruh terhadap minat belajar siswa kelas IV CI SLB-C
Shanti Yoga Klaten.
3. Bagi Sekolah
Sekolah hendaknya menyediakan pengadaan berbagai alat peraga yang
bisa mendukung proses belajar mengajar terutama dalam bidang studi Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA ) sehingga siswa akan lebih berminat dalam belajar.
63
3. Bagi Orang Tua
Sebagai orang tua asuh hendaknya selalu memantau keadaan putranya
Dan selalu memberi perhatian juga motivasi dalam belajar putra-putrinya
sehingga dapat membantu kemajuan dan keberhasilan siswa tersebut . Untuk
Itu kerja sama antara guru,kepala sekolah ,orang tua dan masyarakat harus
terjalin dengan baik.
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP )
SIKLUS I
Nama Sekolah : SLB-C Shanti Yoga Klaten
Kelas : IV C1
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam
Semester : II ( Dua )
Alokasi Waktu : 120 menit 2x pertemuan
Standar Kompetensi : Mahkluk Hidup dan Proses Kehidupanya
Kompetensi Dasar : 1.1 Mendeskripsikan ciri-ciri Mahkluk Hidup
1.2 Mendeskripsikan KebutuhaMahklukHidup
Indikator : Dapat menyebutkan ciri-ciri mahkluk hidup
: Dapat menyebutkan jenis-jenis makanan
hewan Berkaki empat
I. Tujuan Pembelajaran :
1. Siswa dapat menyebutkan salah satu mahkluk hidup.
2. Siswa dapat menyebutkan salah satu hewan berkaki empat.
3 Siswa dapat menyebutkan jenis-jenis makanan hewan berkaki
Empat.
105
II. Materi pembelajaran:
Hewan Berkaki Empat
III. Metose pembelajaran;
- Ceramah
- Tanya Jawab
- Demostrasi
- Pemberian Tugas
IV. Langkah- Langkah
a. Kegiatan Awal;
- Guru memimpin Doa
- Apersepsi
- Guru mempersiapkan alat dan bahan dalam pembelajaran.
b. Kegiatan Inti;
1. Guru menjelaskan tentang mahkluk hidup.
2. Guru menjelskan salah satu mahkluk hidup.
3. Guru mendemonstrasikan jenis- jenis hewan berkaki empat.
4. Guru menjelaskan jenis-jenis makan hewan berkaki empat.
c. Kegiatan Ahhir;
1. Siswa mengerjakan tugas dari guru.
2. Guru mengakhiri pelajaran.
V. Alat dan Sumber Bahan
a. Alat : Gambar hewan berkaki empat
b. Sumber Bahan ; buku IPA jilid 4
106
VI. Soal;
1. Sebutkan salah satu hewan berkaki empat !
2. Sapi termasuk hewan pemakan …..
3. Binatang pemakan daging contohnya….
4. Hewan pemakan segala contohnya…..
5. Kerbau juga pemakan …..
V. Jawaban;
1. Sapi
2. Rumput
3. Harimau
4. Tikus
5. Rumput
Klaten …………. …….2009
Mengetahui
Kepala SLB-C Shanti Yoga Klaten Guru kelas
( Soeripto BA ) ( S u t a r i )
Nip. 130 924 340 Nip. 132 093 129
107
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP )
SIKLUS II
Nama Sekolah : SLB-C Shanti Yoga Klaten
Kelas : IV ( Empat )
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam
Semester : II ( Dua )
Alokasi Waktu : 120 menit 2x pertemuan
Standar Kompetensi : Mahkluk Hidup dan Proses Kehidupanya
Kompetensi Dasar : 1.1 Mendeskripsikan ciri-ciri Mahkluk Hidup
1.2 Mendeskripsikan KebutuhaMahklukHidup
Indikator : Dapat menyebutkan ciri-ciri mahkluk hidup
: Dapat menyebutkan jenis-jenis makanan
hewan Berkaki empat
I. Tujuan Pembelajaran :
1. Siswa dapat menyebutkan salah satu mahkluk hidup.
2. Siswa dapat menyebutkan salah satu hewan berkaki empat.
3 Siswa dapat menyebutkan jenis-jenis makanan hewan berkaki
Empat.
108
II. Materi pembelajaran:
Hewan Berkaki Empat
III. Metose pembelajaran;
- Ceramah
- Tanya Jawab
- Demostrasi
- Pemberian Tugas
IV. Langkah- Langkah
a. Kegiatan Awal;
- Guru memimpin Doa
- Apersepsi
- Guru mempersiapkan alat dan bahan dalam pembelajaran.
b. Kegiatan Inti;
1. Guru menjelaskan tentang mahkluk hidup.
2. Guru menjelskan salah satu mahkluk hidup.
3. Guru mendemonstrasikan jenis- jenis hewan berkaki empat.
4. Guru menjelaskan jenis-jenis makan hewan berkaki empat.
c. Kegiatan Ahhir;
1. Siswa mengerjakan tugas dari guru.
2. Guru mengakhiri pelajaran.
109
V. Alat dan Sumber Bahan
a. Alat : Gambar hewan berkaki empat
b. Sumber Bahan ; buku IPA jilid 4
VI. Soal;
1. Sebutkan salah satu hewan berkaki empat !
2. Sapi termasuk hewan pemakan …..
3. Binatang pemakan daging contohnya….
4. Hewan pemakan segala contohnya…..
5. Kerbau juga pemakan …..
V. Jawaban;
1. Sapi
2. Rumput
3. Harimau
4. Tikus
5. Rumput
Klaten …………. …….2009
Mengetahui
Kepala SLB-C Shanti Yoga Klaten Guru kelas
( Soeripto BA ) ( S u t a r i )
Nip. 130 924 340 Nip. 132 093 129
110
DAFTAR PUSTAKA
Abror. Abd Rohman. 1993. Psikologi Pendidikan, Jakarta. Yayasan Tiara Wacana
AECT. 1977. The Definition of Educational Technology. Washington DC :
AECT, (Edisi bahasa Indonesia dengan judul “Definisi teknologi
pendidikan”, seri pustaka teknologi pendidikan no.7, (1994). Jakarta :
PAU-UT & PT. Rajawali
Anwas. M. Oos. 2002. Pengembangan Model Pembelajaran Kelas Rangkap
Berbantuan Media Audio di Sekolah Dasar. Jurnal pendidikan dan
kebudayaan. No. 038. diambil pada tanggal 10 Desember 2005 dari :
(http://josie653.tripod.com/teknologi.htm).
Armunanto. Dyah. Eliestina, Tata. 2004. Pengaruh Media Terhadap Prestasi
Belajar. Diambil pada tanggal 10 Desember 2005 dari :
(http://www.republika.co,id/suplemen/cetak).
Borg, Walter R. & Gall, Meredith Damien. 1983. Educational research : an
introduction (4d ed.). New York & London : Longman
Cahyadi. Ani. 2004. Pengembangan Pembelajaran Berbantuan Komputer (PBK)
Mata Kuliah Ilmu Pendidikan di Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)
Fakultas Tarbiyah IAIN Antasari Banjarmasin. Tesis : TP-PPs Universitas
Negeri Yogyakarta
Chaeruddin. 2004. Media Membantu Mutu Proses Belajar. Buletin Pusat
Perbukuan. Vol. 10. 20-22. Departemen Pendidikan Nasional
Criswell, Elearnor L. 1989. The Designof Computer-based Iinstruction. New
York : Macmillan Publishing Company.
Departemen Agama RI. 2004. Pedoman Pendidikan Agama Islam di Sekolah
Umum. Jakarta : Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, Direktorat
Madrasah dan Pendidikan Agama Islam pada sekolah umum.
111
Ediyanto Tri. 2004. Pengembangan Multimedia Pembelajaran Bahasa Inggris
Berbantuan Komputer untuk Siswa SMP. Proposal Tesis : TP-PPs
Universitas Negeri Yogyakarta.
Hasan. Zaeni, 2000. Strategi Pembelajaran Aktif Edisi Rrevisi. Yogyakarta.
CTSR. IAIN Sunan Kalijogo.
Kweldju, Siusana. 1995. Komputer Sebagai Media Belajar Kosa Kata Bahasa
Inggris Bagi Anak-Anak Usia Pra-Sekolah Dasar. Jurnal teknologi
pembelajaran, teori dan penelitian. Tahun 3 no. 1-2, 34-38 Ikatan Profesi
Pendidikan Indonesia bekerjasama dengan Program Studi Teknologi
Pembelajaran Pascasarjana IKIP Malang.
Latuheru. John D. 1998. Media Pembelajaran Dalam Proses Belajar Mengajar
Masa Kini. Jakarta : Depdikbud
Mukminan. 1998. Belajar dan Pembelajaran. Pusat Pengembangan Pendidikan
Profesi Guru (P4G) : IKIP Yogyakarta.
Mulyasa, E. 2006. Kurikulum yang Disempurnakan. Bandung, Remaja Rosda
Karya
Munawir. 2005. Pengembangan Media Gambar dengan Pemanfaatan Multimedia
Berbasis Komputer untuk Meningkatkan Keterampilan Membaca Siswa
SMP. Proposal tesis. TP-PPs Universitas Negeri Yogyakarta
Ridwan. M. (tt). Kamus istilah populer. Jakarta : Pustaka Indonesia
Sardiman. A.M. 2000. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta. Raja
Grafindo Persada
Sihombing. Umberto. 2002. Kembang-kembang pendidikan. Jurnal pendidikan
dan kebudayaan. No.038. diambil pada tanggal 10 Desember 2005 dari
(http://www.depdiknas.go.id).
Slameto. 2003.. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta : Rineka
Cipta.
Sofyan. Herminarto. 2005. Media Pembelajaran. Hand-out : PPs Universitas
Negeri Yogyakarta
Suryono. Sigit. 2004. Pengembangan Multi
112
DAFTAR PUSTAKA
Abitur. A, 2004. Sains. Jakarta: Tropika.
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.
Furqon Hidayatullah, 2008. Pengembangan Profesi Guru. Surakarta: Panitia
Sertifikasi Guru Rayon 13 Surakarta.
Humalik Oemar 2001. Prases Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara
Mulyadi, 2008. Peningkatan Profesionalisme Guru Melalui Penelitian Tindakan
Kelas. Surakarta: Forum Komunikasi Pengembangan Profesi Pendidik.
Munzayanah, 2008. Peningkatan Kompetensi Guru Pendidikan Khusus dan
Penguatan Pendidikan Inklusi di Indonesia. Surakarta: Panitia
Workshop Nasional APPKhl.
Rohcman Natawidjaja, 1997. Konsep Dasar Penelitian Tindakan ( ACTON
Research ). Bandung: IKIP Bandung.
Sarwiji Suwandi, 2008. Penelitian Tindakan kelas ( PTK ) dan Penulisan Karya
Ilmiah. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13 Surakarta.
Sri Anitah, 2008. Media Pembelajaran. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon
13 Surakarta.
Subagyo, Anak Berkebutuhan Khusus Dan Pendidikannya.
Sunardi, 2002. Progarm Pengajaran Individual ( PPI ). Surakarta: FKIP
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
-----------, 2004. Tim Pengembang Pedoman Umum Pengembangan Penilaian.
-----------, 2008, Strategi memanfaatkan gambar media, htn srategi memanfaatkan
Gambar untuk pembelajaran bahasa. http://tpcomunity, 0,5,com/
diakses 28 Mei 2008
-----------, 2009. Pengembangan Pembelajaran IPA Terpadu.
http://smpn4cimahi.com/? Diakses 9 Januari 2009.
-----------, Kajian psikologi tentang perkembangan anak luar biasa
114