jurnal pendidikan matematika issn: 2086 - 4251 1 volume 1 nomor 1- juni 2014 jurnal pendidikan...

58
Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251 1 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014 JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA STKIP BIMA Diterbitkan 2 kali setahun pada bulan Februari dan bulan Juli. Jurnal ini berisi laporan penelitian, gagasan konseptual, kajian teori, dan kajian buku pendidikan khususnya Pendidikan Matematika. ISSN: 2086-4250 Susunan Redaksi Pelindung Drs. Mustamin, M.Sc Penanggung Jawab Dr. Amran Amir Redaksi Pelaksana Moh. Zaky Aminy, ST. M.Pd Andang, M.Pd Redaksi Ahli Edi Mulyadin, M.Pd Dusalan, S.Pd. M.Pd Sudarsono, M.Pd Syaifullah, M.Pd Yaser Arafat, SH.MH Penyunting/Editor B.Erdiansyah Putra, M.Eng Alamat: Kampus STKIP Bima, Jl. Piere Tendean Kelurahan Mande Kota Bima. Telp/Fax: 0374-42801 .. Naskah dikirim ke Alamat Email [email protected]

Upload: phungthuy

Post on 14-Feb-2018

223 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251 1 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014 JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA STKIP BIMA Diterbitkan 2 kali setahun pada bulan Februari dan bulan Juli

Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251

1 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014

JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA

STKIP BIMA

Diterbitkan 2 kali setahun pada bulan Februari dan bulan Juli.

Jurnal ini berisi laporan penelitian, gagasan konseptual, kajian

teori, dan kajian buku pendidikan khususnya Pendidikan

Matematika. ISSN: 2086-4250

Susunan Redaksi

Pelindung

Drs. Mustamin, M.Sc

Penanggung Jawab

Dr. Amran Amir

Redaksi Pelaksana

Moh. Zaky Aminy, ST. M.Pd

Andang, M.Pd

Redaksi Ahli

Edi Mulyadin, M.Pd

Dusalan, S.Pd. M.Pd

Sudarsono, M.Pd

Syaifullah, M.Pd

Yaser Arafat, SH.MH

Penyunting/Editor

B.Erdiansyah Putra, M.Eng

Alamat: Kampus STKIP Bima, Jl. Piere Tendean Kelurahan Mande Kota

Bima. Telp/Fax: 0374-42801

.. Naskah dikirim ke Alamat Email [email protected]

Page 2: Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251 1 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014 JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA STKIP BIMA Diterbitkan 2 kali setahun pada bulan Februari dan bulan Juli

Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251

2 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014

Daftar Isi

Dewi Sartika, M.Pd

Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman

Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams

Games Tournaments

47-6

Yaser Arafat, SH. MH

Implementasi Strategi Think-Talk-Write melalui

Belajar Dalam Kelompok Kecil untuk Meningkatkan

Aktivitas dan

Prestasi belajar siswa

63-48

Sari Novia

Model Penyebaran Virus Flu Burung

(Avian Influenza Virus)

75-64

Lahmudin, S.Pd.,M.Pd.

Pengaruh Penggunaan Media KIT Mekanika

terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas X 1

(Unggulan) dan Kelas X 2 (Reguler)

Di SMA Negeri 5 Kota Bima

84-76

B. Erdiansyah Putra, M.Eng

Pengaruh Pembelajaran Matematika Melalui

Pendekatan Pemecahan Masalah Terhadap Hasil

Belajar Siswa Pada Materi Statistika

60-52

Page 3: Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251 1 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014 JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA STKIP BIMA Diterbitkan 2 kali setahun pada bulan Februari dan bulan Juli

Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251

3 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA

PEMAHAMAN MELALUI PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENTS

Oleh: Dewi Sartika, M.Pd

Abstrak : Pembelajaran model kooperatif TGT adalah salah satu

tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah

diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa

harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa

sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan

dan reinforcement. Aktivitas belajar dengan permainan

yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT

memungkinkan siswa mampu memahami pembelajaran

secara maksimal.

Kata Kunci : Membaca Pemahaman, model kooperatif TGT

Pendahuluan

Undang-undang RI No.20 Tahun 2003, tentang Sistem

Pendidikan Nasional (Sisdiknas) menyatakan bahwa pendidikan

nasional adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar

menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha

Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, mandiri dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertangungjawab. Untuk

mewujudkan tujuan tersebut salah satu cara yang ditempuh adalah

melakukan inovasi dalam pembelajaran, agar suasana

pembelajaran lebih bervariasi.

Selama ini, metode pembelajaran yang sering diterapkan

pada peserta didik adalah metode ceramah yang berasal dari satu

arah yaitu dari guru. Dampak yang timbul dari penerapan metode

Page 4: Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251 1 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014 JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA STKIP BIMA Diterbitkan 2 kali setahun pada bulan Februari dan bulan Juli

Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251

4 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014

ini secara terus menerus adalah kurangnya keterampilan dan

kreatifitas siswa terhadap fenomena alam sebagai akibat

pemahaman yang terbatas. Dengan demikian, penerapan metode

seperti ini tidak banyak memberikan kontribusi yang cukup dalam

merangsang daya serap belajar siswa khususnya mata pelajaran

Bahasa Indonesia serta akan berimplikasi pada kecenderungan

menurunnya prestasi belajar siswa. Untuk mengantisipasi dan

usaha menyiasati adanya pemahaman siswa yang terbatas,

kurangnya antisipasi dan kreativitas terhadap fenomena alam

sekitar serta usaha untuk menggalang daya serap belajar siswa,

maka diperlukan adanya inovasi dalam belajar yang dapat

membantu meningkatkan pemahaman dan penalaran siswa.

Sebagai bagian dari upaya menyikapi permasalahan dan

kenyataan pengajaran matematika, salah satu hal yang perlu

dilakukan adalah menerapkan pembelajaran yang berorientasi pada

suatu model pembelajaran yang sesuai. Dalam pengembangan

perangkat pembelajaran yang diperlukan saat ini adalah

pembelajaran yang inovatif dan kreatif yaitu antara lain

mengembangkan pembelajaran yang berorientasi model

pembelajaran kelompok. Pembelajaran yang dimaksud adalah

mode pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Turnaments

(TGT).

Model pembelajaran Tipe Teams Games Tournamaents

(TGT) merupakan suatu bentuk pembelajaran yang bertujuan untuk

memberi suasana rilek pada siswa, karena model pembelajaran ini

disajikan dalam bentuk game atau permainan. Tipe pembelajaran

Teams Games Tournaments (TGT) ini dirasa tepat digunakan

dalam proses pembelajaran.

Konsep Membaca

Page 5: Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251 1 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014 JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA STKIP BIMA Diterbitkan 2 kali setahun pada bulan Februari dan bulan Juli

Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251

5 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014

Pada hakikatnya membaca adalah suatu aktivitas membatin

yang suatu hal yang lahir, tentunya dalam pengertian luas. Maksud

dari lahir disini adalah benda dalam artian fisik, konkrit maupun

absrak yang dapat didera olah panca indera manusia baik secara

langsung maupun tidak langsung. Dalam pengertian melalui

pengheliatan, perabaan, penciuman, pengecapan maupun

pendengaran. Sedangkan tidak langsung dapat diartikan melalui

ciri-ciri suatu benda atau keadaan, ataupun dengan peralatan bantu

tertentu. Sebagai contoh adalah membaca tulisan. “Tulisan adalah

suatu bentuk fisik konkrit yang melalui indera pengheliatan atau

bisa juga melalui peradaban yang tuna netra.” (Klein, dkk. dalam

Rahim, 2009:1) pertama membaca merupakan suatu proses.

Maksudnya adalah informasi dari teks dan pengetahuan yang

dimiliki oleh pembaca memiliki peranan yang utama dalam

membentuk makna, kedua membaca adalah strategis. Pembaca

yang efektif menggunakan berbagai strategi membaca sesuai

dengan teks dan konteks dalam rangka mengontruksi makna.

Ketiga membaca merupakna interaktif. Keterlibatan pembaca

dengan teks tergantung pada konteks.

Hakikat Membaca Siswa

Pada hakikatnya aktivitas membaca terdiri dari dua bagian

yaitu membaca sebagai proses dan membaca sebagai produk.

Membaca sebagai proses mengacu pada aktivitas fisik dan mental.

Sedangkan membaca sebagai produk mengacu pada konsekuensi

dari aktivitas yang dilakukan pada saat membaca. Pelajaran

membaca di sekolah diselenggarakan dalam rangka pengembangan

kemampuan membaca yang mutlak harus dimiliki oleh setiap siswa

agar dpat mengembangkan diri secara berkelanjutan. Melalui

pembelajaran di sekolah, siswa diharapkan memperoleh dasar-

Page 6: Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251 1 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014 JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA STKIP BIMA Diterbitkan 2 kali setahun pada bulan Februari dan bulan Juli

Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251

6 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014

dasar kemampuan membaca di samping kemampuan menulis dan

menghitung, serta kemampuan esensial lainnya. Dengan dasar

kemampuan itu, siswa dapat menyerap pengetahuan yang sebagian

besar disampaikan melalui tulisan.

Tujuan Pembelajaran Membaca

Tujuan setiap pembaca adalah memahami bacaan yang

dibacanya. Pemahaman terhadap bacaan dapat dipandang sebagai

suatu proses yang bergulir, terus menerus dan berkelanjutan.

Membaca pemahaman sebagai sebuah proses, berarti memahami

bacaan sudah terjadi ketika kita belum membaca buku apapun.

Kemudian, paham itu menapaki tahapan yang berbeda yang terus

berubah saat baris demi baris, kalimat demi kalimat, paragraf demi

paragraf dari bacaan yang mulai kita baca. Selanjutnya,

pemahaman bacaan itu akan mencapai tahapan yang lain pula

ketika kita sampai pada bagian terakhir bacaan itu.

Begitu besarnya peranan membaca untuk menambah

pengetahuan seseorang. Begitu besar pula peran orang lain dalam

menyempurnakan pemahaman seseorang terhadap apa yang

dibacanya. Karena itu, di kelas membaca merupaka proses

memasukkan informasi dan pengetahuan ke dalam otak siswa

(Santosa, 2008:20).

Membaca Pemahaman

Pemahaman berasal dari kata paham yang artinya mengerti,

memahami. Menurut Daryanto (1998:48), pemahaman diartikan

sebagai proses atau perbuatan memahami atau memahamkan. Jadi

membaca pemahaman adalah suatu kegiatan atau proses yang

melibatkan beberapa aktivitas, baik berupa kegiatan fisik maupun

Page 7: Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251 1 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014 JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA STKIP BIMA Diterbitkan 2 kali setahun pada bulan Februari dan bulan Juli

Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251

7 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014

mental dalam rangka memahami atau mengerti suatu

permasalahan.

Menurut Santosa (2008:48), proses membaca pemahaman

merupakan suatu kegiatan yang yang sangat komplek yang

melibatkan babeberapa aspek. Aspek-aspek tersebut adalah: 1)

Aspek sensori, 2) Aspek perseptual, 3) Aspek skemata, 4) Aspek

berpikir, 5) Aspek apektif.

Kemampuan membaca siswa banyak ditentukan oleh

pengalamannya membaca dan kemampuannya menguasai

pengetahuan yang berkaitan dengan aspek-aspek kebahasaan,

misalnya kosa kata dan struktur. Aspek yang terpenting dalam

penilaian membaca adalah pemahaman. Karena alat ukur yang

paling tepat digunakan berbentuk tes.

Menurut Santosa (2008:52), ada dua jenis tes yang dapat

digunakan menguji kemampuan membaca siswa, yaitu tes

pemahaman kalimat dan tes pemahaman wacana.

1. Tes Pemahaman Kalimat. Jenis

tes ini biasanya diberikan di kelas rendah. Dalam penyusunan

tes pemahaman kalimat ada dua cara yang dat ditempuh guru

yaitu menyajikan gambar dan menyajikan kata atau frase untuk

pilihan jawabannya. Tes pemahaman kalimat biasa digunakan

untuk mengukur kemampuan siswa memahami fungsi kosa

kata dan struktur dalam kalimat.

2. Tes Pemahaman Wacana. Tes pemahaman wacana

bersifat integratif. Artinya banyak aspek yang dapat diukur

dengan menggunakan tes ini, misalnya penguasaan kosa kata,

penguasaan struktur, daan pemahaman isi wacana. Tes ini dapat

diberikan dikelas tinggi maupun kelas rendah. Tes pemahaman

wacana terdiri dari tes pilihan ganda dan tes pilihan rumpang.

Page 8: Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251 1 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014 JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA STKIP BIMA Diterbitkan 2 kali setahun pada bulan Februari dan bulan Juli

Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251

8 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014

Menurut Santosa (2008:64-65), metode pembelajaran

membaca pemahaman dikelompokkan menjadi: 1) membaca

teknik, 2) membaca dalam hati, 3) membaca pemahaman, 4)

membaca indah, 5) membaca cepat, 6) membaca pustaka, 8)

membaca bahasa. Semuanya dapat dilaksanakan dengan

pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaents (TGT).

Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk

pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran

kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa

sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya

berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa

anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu

untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran

kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman

dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.

Menurut Ibrahim dalam Rahmah (2005:9-10), unsur-unsur

dasar dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut: Hasil

belajar akademik, penerimaan terhadap perbedaan individu,

pendembangan keterampilan sosial.

1. Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka tenggelam

atau berenang bersama.

2. Para siswa harus memiliki tanggungjawab terhadap

siswa atau peserta didik lain dalam kelompoknya, selain

tanggungjawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi

yang dihadapi.

3. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua

memiliki tujuan yang sama.

Page 9: Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251 1 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014 JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA STKIP BIMA Diterbitkan 2 kali setahun pada bulan Februari dan bulan Juli

Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251

9 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014

4. Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggungjawab

di antara para anggota kelompok.

5. Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan

yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok.

6. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara

mereka memperoleh keterampilan bekerja sama selama

belajar.

7. Setiap siswa akan diminta mempertanggungjawabkan

secara individual materi yang ditangani dalam kelompok

kooperatif.

Pada pembelajaran kooperatif diajarkan keterampilan-

keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam

kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang baik, siswa diberi

lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang

direncanakan untuk diajarkan selama kerja kelompok, tugas

anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan.

Beberapa ciri dari pembelajaran kooepratif adalah; (a) siswa

bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan

materi belajarnya, (b) kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki

kemampuan tinggi, sedang, dan rendah, (c) bilamana mungkin,

anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin

berbeda-beda, (d) penghargaan lebih berorientasi kelompok

ketimbang individu.” (Ibrahim, dkk. dalamRahmah, 2005:10).

Tujuan pembelajaran kooperatif adalah agar paserta didik

dapat belajar secara berkelompok bersama teman-temannya dengan

cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan

kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan

menyampikan pendapat mereka secara berkelompok (Isjoni, dalam

Rahmah. 2005:9-10). Tipe pembelajaran kooperatif dikembangkan

untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting

Page 10: Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251 1 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014 JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA STKIP BIMA Diterbitkan 2 kali setahun pada bulan Februari dan bulan Juli

Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251

10 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014

yang dirangkum oleh Ibrahim dalam Rahmah (2005:12-13), yaitu:

hasil belajar akademik, penerimaan terhadap perbedaan individu,

dan pengembangan keteranpilan social.

Hasil Belajar Akademik

Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam

tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas

akademis penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model

ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit.

Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model

struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai

siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang

berhubungan dengan hasil belajar. Di samping mengubah norma

yang berhubungan dengan hasil belajar, pembelajaran kooperatif

dapat memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah

maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan

tugas-tugas akademik.

Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah

penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan

ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya.

Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai

latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung

pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan

kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain.

Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah,

mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan

kolaborasi. Keterampilan-keterampilan sosial, penting dimiliki

oleh siswa sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam

keterampilan sosial.

Page 11: Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251 1 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014 JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA STKIP BIMA Diterbitkan 2 kali setahun pada bulan Februari dan bulan Juli

Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251

11 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014

Keterampilan Kooperatif

Dalam pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari

materi saja, tetapi siswa atau peserta didik juga harus mempelajari

keterampilan-keterampilan khusus yang disebut keterampilan

kooperatif. Keterampilan kooperatif ini berfungsi untuk

melancarkan hubungan kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja

dapat dibangun dengan membangun tugas anggota kelompok

selama kegiatan.

Menurut Isjoni dalam Rahmah (2005:14-15), keterampilan

kooperatif dibagi menjadi: Keterampilan Kooperatif Tingkat Awal;

Keterampilan Tingkat Menengah,dan Keterampilan Tingkat Mahir.

Urutan langkah-langkah prilaku guru menurut pembelajaran model

kooperatif yang diuraiakan oleh Ibrahim dkk dalam Rahmah

(2005:16).

Tabel: Sintaks Pembelajaran Kooperatif

Fase Tingkah laku Guru

Fase 1:

Menyampaikan tujuan

dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan

pelajaran yang ingin dicapai pada

pelajaran tersebut dan memotivasi

siswa belajar.

Fase 2:

Menyajikan

informasi

Guru menyajikan informasi kepada

siswa dengan jalan demonstrasi atau

lewat bahan bacaan.

Fase 3:

Mengorganisasikan siswa

ke dalam kelompok-

kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa

bagaimana caranya membentuk

kelompok belajar dan membantu

setiap kelompok agar melakukan

transisi secara efisien.

Fase 4:

Membimbing kelompok

bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-

kelompok belajar pada saat mereka

mengerjakan tugas mereka.

Page 12: Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251 1 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014 JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA STKIP BIMA Diterbitkan 2 kali setahun pada bulan Februari dan bulan Juli

Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251

12 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014

`

Metode Teams Games Tournament (TGT)

Pembelajaran model kooperatif TGT adalah salah satu tipe

atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan,

melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan

status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan

mengandung unsur permainan dan reinforcement. Aktivitas belajar

dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif

tipe TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks

disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan

sehat dan keterlibatan keterlibatan belajar (Chotimah. 2009:296).

Selanjutnya Slavin dalam Chotimah (2009:270-271),

mengemukakan 5 komponen utama dalam TGT yaitu: Penyajian

Kelas (teacher presentation), Kelompok (Teams), Permainan

(Games), Pertandingan (Tournaments), Penghargaan kelompok

(Teams recognition).

1. Penyajian Kelas (teacher presentation).

Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam

penyajian kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung

atau dengan ceramah, diskusi, yang dipimpin guru. Pada saat

penyajian kelas ini siswa harus benar-benar memperhatikan dan

memahami materi yang disampaikan guru, karena akan membantu

siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat

Fase 5:

Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar

tentang materi yang telah dipelajari

atau masing-masing kelompok

mempresentasikan hasil kerjanya.

Fase 6:

Memberikan

penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk

menghargai baik upaya maupun

hasil belajar individu dan kelompok.

Page 13: Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251 1 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014 JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA STKIP BIMA Diterbitkan 2 kali setahun pada bulan Februari dan bulan Juli

Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251

13 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014

game karean skor game akan menentukan skor kelompok.

2. Kelompok (Teams)

Kelompok biasanya terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa yang

anggotanya heterogen dilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin,

dan ras atau etnis. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami

materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk

mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan

optimal pada saat game.

3. Permainan (Games)

Game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang

untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian

kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan game terdiri dari

pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor.

4. Pertandingan (Tournaments)

Yakni perlombaan yang diadakan pada akhir minggu atau

pada setiap unit setelah guru melakukan presentasi kelas dan

kelompok sudah mengerjakan lembar kerja.

5. Penghargaan kelompok (Teams recognition)

Yakni penghargaan dengan mengumumkan kelompok yang

menang.

Langkah-Langkah Pembelajaran Membaca Dengan

Metode Teams Games Tournaments (TGT)

Chotimah dkk (2009:272-274), merincikan langkah-langkah

yang dilakukan pengajar dalam melaksanakan pembelajaran

dengan metode Teams Games Tournaments (TGT) sebagai berikut:

1) menulis topik pembelajaran di papan tulis, 2) menyampaikan

tujuan pembelajaran, 3) membagi peserta didik dalam kelompok

masing – masing kelompok beranggotakan 4-5 orang secara

heterogen, 4) meminta masing-masing kelompok membaca materi

Page 14: Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251 1 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014 JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA STKIP BIMA Diterbitkan 2 kali setahun pada bulan Februari dan bulan Juli

Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251

14 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014

yang akan di pelajari, 5) menyiapkan meja turnamen dan

perlengkapan turnamen, 6) membagi perlengkapan untuk

turnamen, 7) menunutun kegiatan turnamen, 8) merekap skor nilai

kelompok masing-masing di papan tulis, 9) memberi penguatan

pada jawaban soal turnamen, 10) membimbing peserta didik

mengambil kesimpulan.

Kesimpulan

Belajar akan bermakna jika proses belajar memperhatikan atau

memperlihatkan keterkaitan yang baru dengan struktur kognitif

yang telah dimiliki oleh seseorang atau materi yang dikuasainya.

Tipe teams games tournaments adalah metode mengajar dengan

mengedepankan konsep bermain sambil belajar. Kegiatan ini

bertujuan untuk memupuk semangat anak didik untuk selalu riang

dalam melakukan suatu kegiatan dalam hal ini adalah belajar, agar

proses pembelajaran tidak terkesan membosankan.

Page 15: Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251 1 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014 JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA STKIP BIMA Diterbitkan 2 kali setahun pada bulan Februari dan bulan Juli

Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251

15 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014

IMPLEMENTASI STRATEGI THINK-TALK-WRITE

MELALUI BELAJAR DALAM KELOMPOK KECIL

UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN

PRESTASI BELAJAR SISWA

Oleh: Yaser Arafat, SH. MH

Abstrak : Pembelajaran matematika hendaknya memperhatikan

karakteristik matematika, mengingat siswa sebagai

subjek didik perlu dikaji hal-hal yang mampu

mengembangkan potensinya masing-masing. Strategi

think-talk-write yang diterapkan melalui belajar dalam

kelompok kecil merupakan salah satu alternatif

strategi pembelajaran yang dapat digunakan untuk

menjadikan siswa dapat aktif dalam proses

pembelajaran dengan menunjukan berbagai

kemampuannya. Implikasi penting yang timbul dari

penggunaan strategi tersebut selain peningkatan

aktivitas belajar adalah meningkatnya prestasi belajar

siswa. Oleh karena itu, tulisan ini menjadi penting

untuk memberikan penjelasan terutama kepada guru

matematika agar dapat melaksanakan suatu strategi

pembelajaran yang tepat yaitu strategi think-talk-write.

Kata Kunci: Hasil Belajar, Aktivitas Belajar, Strategi

think-talk-write

Pendahuluan

Masyarakat umum mengetahui bahwa pendidikan memiliki

peran sentral yang sangat penting. Kemajuan ilmu pengetahuan

dan teknologi yang demikian pesat menuntut adanya upaya

perbaikan kualitas pendidikan secara kontinyu. Pemberlakuan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan salah

satu upaya pemerintah memperbaiki kualitas pendidikan di

Page 16: Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251 1 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014 JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA STKIP BIMA Diterbitkan 2 kali setahun pada bulan Februari dan bulan Juli

Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251

16 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014

Indonesia. Dikatakan demikian, karena KTSP menuntut adanya

perubahan paradigma baik dalam hal cara guru mengajar, cara

siswa belajar, maupun cara mengevaluasi siswa.

Di dalam KTSP disebutkan sebagai berikut, “Kurikulum

dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki

posisi sentral untuk mengembangkan potensinya...” (Muslich,

2007:11). Implikasinya, pembelajaran yang sebelumnya bersifat

teacher oriented hendaknya diubah menjadi pembelajaran bersifat

student oriented yang memberikan kesempatan pada siswa untuk

aktif mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Dengan demikian,

pemahaman konsep, kemampuan penalaran dan komunikasi, serta

kemampuan pemecahan masalah siswa dapat ditingkatkan, yang

nantinya akan berimbas pada peningkatan prestasi belajar

Matematika siswa.

Model pengajaran langsung (direct teaching) merupakan

salah satu model pengajaran yang cenderung diterapkan dalam

kegiatan belajar mengajar (KBM). Salah satu dampak dari direct

teaching, keterlibatan guru yang cenderung mendominasi KBM,

menjadikan aktivitas belajar siswa berkurang dan berakibat

menurunkan kemampuan berpikir siswa, karena pemahaman

konsep oleh siswa diperoleh melalui transfer informasi dari guru.

Jean Peaget (dalam Rohani, 2004:7) menegaskan, “seorang anak

akan berpikir sepanjang ia berbuat. Tanpa berbuat anak tak

berpikir. Agar ia berpikir sendiri (aktif) ia harus diberi kesempatan

untuk berbuat sendiri”. Jadi, seyogyanya proses membangun

pemahaman tersebut dilakukan sendiri oleh siswa dan guru

memantapkan saja (Muslich, 2007:52).

Akibat lainnya yang biasa di amati adalah lemahnya interaksi

di dalam KBM baik antar siswa maupun antara siswa dengan guru

Matematika. Siswa jarang berdiskusi dengan siswa lainnya dalam

Page 17: Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251 1 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014 JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA STKIP BIMA Diterbitkan 2 kali setahun pada bulan Februari dan bulan Juli

Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251

17 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014

menghadapi masalah Matematika, dan hampir tidak berani

mengajukan pertanyaan jika ada ketidakjelasan materi yang

disampaikan guru. Ketidakpahaman siswa akan konsep

Matematika, membuat siswa kurang mampu mengekspresikan

kemampuannya dalam komunikasi tertulis. Prakteknya siswa

cenderung menuliskan semua hal yang dituliskan guru di papan

tulis tanpa memahami makna yang terkandung dari simbol-simbol

yang dituliskan terlebih dahulu. Karena setiap simbol mengandung

ide, adalah penting bahwa ide harus dipahami sebelum ide itu

sendiri disimbolkan (Hudojo, 2003:73).

Strategi think-talk-write yang diterapkan melalui belajar

dalam kelompok kecil merupakan salah satu alternatif strategi

pembelajaran yang dapat digunakan. Strategi think-talk-write

dipilih, karena melalui tahap think memberikan kesempatan bagi

siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikirnya dalam

memecahkan masalah. Nasution (1989:124) berkata dalam semua

proses pemecahan masalah, yang paling penting dan paling sukar

ialah langkah pertama yakni mencari, mengidentifikasi,

merumuskan dan menjelaskan masalah. Oleh karena itu, tahap

think merupakan basic bagi siswa untuk memahami adanya

masalah. Membangun interaksi siswa yang merupakan

pengembangan kemampuan sosial seperti berkomunikasi dan

berpendapat dilakukan pada tahap talk. Interaksi dapat ditingkatkan

dengan belajar kelompok (Muslich, 2007:50).

Hakekat Pembelajaran Matematika

Matematika berasal dari bahasa Latin manthanein atau

mathema yang berarti belajar atau hal yang dipelajari, sedangkan

dalam bahasa Belanda disebut wiskunde atau ilmu pasti, yang

semuanya berkaitan dengan penalaran. Ciri utama Matematika

Page 18: Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251 1 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014 JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA STKIP BIMA Diterbitkan 2 kali setahun pada bulan Februari dan bulan Juli

Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251

18 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014

adalah penalaran deduktif yang bekerja atas dasar asumsi, yaitu

kebenaran suatu konsep atau pernyataan diperoleh sebagai akibat

dari kebenaran sebelumnya, sehingga kaitan antar konsep atau

pernyataan dalam Matematika bersifat konsisten (Depdiknas,

2004:17).

Secara umum belajar dapat diartikan sebagai proses

perubahan tingkah laku melalui latihan atau pengalaman sebagai

akibat interaksi dengan lingkungannya (Purwanto, 1990:85).

Dengan demikian, seseorang dikatakan telah melakukan kegiatan

belajar apabila orang tersebut telah memperoleh hasil, yaitu

perubahan tingkah laku (perilaku). Pembelajaran pada hakekatnya

adalah untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan pengembangan

potensi dalam masing-masing individu. Pembelajaran Matematika

di sekolah tidak bisa terlepas dari sifat-sifat Matematika yang

abstrak dan sifat perkembangan intelektual siswa. Berkenaan

dengan hal tersebut, menurut Suherman (2003) dalam Depdiknas

(2007:7) maka perlu memperhatikan karakteristik pembelajaran

Matematika di sekolah yaitu sebagai berikut: (1) Pembelajaran

Matematika berjenjang (bertahap), (2) Pembelajaran Matematika

mengikuti metode spiral, (3) Pembelajaran Matematika

menekankan pola pikir deduktif, (4) Pembelajaran Matematika

menganut kebenaran konsistensi.

Pembelajaran Matematika hendaknya memperhatikan

karakteristik Matematika di atas. Mengingat siswa sebagai subjek

didik, perlu dikaji hal-hal yang mampu mengembangkan

potensinya masing-masing. Ebbut dan Staker memberikan asumsi

tentang karakteristik subjek didik dalam mempelajari Matematika

sebagai berikut: (1) murid akan mempelajari Matematika jika

mereka mempunyai motivasi, (2) murid mempelajari Matematika

dengan caranya sendiri, (3) murid mempelajari Matematika baik

Page 19: Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251 1 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014 JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA STKIP BIMA Diterbitkan 2 kali setahun pada bulan Februari dan bulan Juli

Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251

19 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014

secara mandiri maupun dengan kerjasama dengan temannya, (4)

murid memerlukan konteks dan situasi yang berbeda-beda dalam

mempelajari Matematika (Depdiknas, 2006:5). Perbedaan-

perbedaan individual setiap siswa merupakan hal yang harus

menjadi pertimbangan dalam pembelajaran Matematika. Oleh

karenanya, pemilihan strategi yang digunakan dalam pembelajaran

haruslah diperhatikan.

Istilah-istilah dalam Pembelajaran

Dalam mengajarkan suatu materi pokok tertentu dalam

Matematika, digunakan model, strategi, pendekatan, metode,

maupun teknik yang sesuai dengan kondisi dan situasi siswa yang

di ajar agar tujuan pembelajaran tercapai dengan hasil yang

optimal. Pembelajaran yang dimaksud merupakan perpaduan

pengertian kegiatan pengajaran oleh guru dan belajar oleh peserta

didik. Agar dapat dibedakan yang dimaksud dengan model,

strategi, pendekatan, metode dan teknik mengajar, berikut akan

dipaparkan pengertiannya.

1. Model

Model merupakan suatu konsepsi untuk mengajar suatu

materi dalam mencapai tujuan tertentu (Depdiknas, 2004:3).

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Joyce dan Weill (1986),

setiap model memiliki unsur-unsur berupa : Sintaks, Sistem

Sosial, Prinsip Reaksi, Sistem Pendukung, Dampak

Instruksional dan Pengiring (Suherman dan Winataputra,

1992:48). Dalam model mencakup strategi, pendekatan,

metode dan teknik. Contoh model dalam pembelajaran

Matematika: Direct Teaching, Problem Based Instruction dan

Model Kooperatif.

2. Strategi mengajar

Page 20: Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251 1 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014 JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA STKIP BIMA Diterbitkan 2 kali setahun pada bulan Februari dan bulan Juli

Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251

20 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014

Dalam konteks pengajaran, strategi bisa diartikan sebagai

suatu pola umum tindakan guru-peserta didik dalam

manifestasi aktivitas pengajaran (Rohani, 2004:32). Pada

dasarnya, strategi mengajar adalah tindakan nyata dari guru

atau praktek guru melaksanakan pengajaran melalui cara

tertentu, yang dinilai lebih efektif dan efisien (Sudjana,

1987:147). Strategi yang dimaksud adalah mencakup

bagaimana memilih dan menggunakan suatu pendekatan,

metode maupun teknik dalam melaksanakan pengajaran.

3. Pendekatan

Pendekatan belajar mengajar dapat merupakan suatu

konsep atau prosedur yang digunakan dalam membahas suatu

materi untuk mencapai tujuan belajar-mengajar (Suherman dan

Winataputra, 1992:220). Contoh pendekatan dalam

pembelajaran Matematika : Pendekatan Spiral, Pendekatan

Deduktif dan Pendekatan Kontekstual.

4. Metode mengajar

Metode mengajar adalah cara mengajar atau cara

menyampaikan materi pelajaran kepada siswa. Metode

mengajar sifatnya umum dan dapat dilakukan pada semua mata

pelajaran. Contoh metode dalam pembelajaran Matematika :

Metode Penemuan Terbimbing, Metode Diskusi dan Metode

Penugasan.

5. Teknik mengajar

Teknik merupakan cara mengajar yang memerlukan

keahlian khusus sesuai dengan karakter materi pelajaran,

peserta didik atau keterampilan guru. Sebuah metode mengajar

suatu topik atau subtopik jika dilakukan oleh seorang guru

yang menguasainya atau berbakat, dapat menjadi sebuah

teknik mengajar (Suherman dan Winataputra, 1992:220).

Page 21: Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251 1 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014 JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA STKIP BIMA Diterbitkan 2 kali setahun pada bulan Februari dan bulan Juli

Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251

21 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014

Contoh : Bagaimana teknik bertanya yang benar dan teknik

menjelaskan yang efektif di dalam proses belajar mengajar.

Berikut skema penjenjangan istilah pengajaran di kelas

(Depdiknas, 2004:3).

Gambar 1: Skema Penjenjangan Pengajaran

Strategi Think-Talk-Write dalam Pembelajaran

Strategi mengajar menyangkut pemilihan cara yang dipilih

guru dalam menentukan ruang lingkup, urutan bahasan, kegiatan

pembelajaran, dan lain-lain dalam menyampaikan materi

Matematika kepada siswa di depan kelas (Hudoyo, 1990:11).

Think-talk-write adalah strategi yang memfasilitasi latihan

berbahasa secara lisan dan menuliskan bahasa tersebut dengan

lancar dan terstruktur. Strategi think-talk-write yang dipilih pada

penelitian ini dibangun dengan memberikan waktu kepada siswa

untuk melakukan kegiatan berpikir, merefleksikan hasil pemikiran

untuk menyusun ide-ide, dan menguji ide-ide itu sebelum

menuliskannya (Andriani, 2008:1).

Pelaksanaan Strategi Think-Talk-Write

Model

Strategi

Pendekatan

Teknik

Metode

Page 22: Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251 1 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014 JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA STKIP BIMA Diterbitkan 2 kali setahun pada bulan Februari dan bulan Juli

Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251

22 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014

Mengutip pernyataan Suherman (2008:14), di dalam strategi

think-talk-write dijelaskan sebagai berikut : pembelajaran dimulai

dengan berpikir melalui bahan bacaan (menyimak dan

mengkritisi), informasi yang diperoleh dari bahan bacaan tersebut

kemudian dikomunikasikan dalam diskusi kelompok, sebagai

pedoman untuk menyelesaiakan permasalahan yang diberikan

dalam kelompok. Melalui presentasi dan diskusi kelas, persepsi

disamakan dan hasil diskusi ditulis dalam laporan hasil diskusi

berupa lembar kerja kelompok.

Andriani (2008:1) mengungkapkan, tahapan belajar siswa

dengan menggunakan strategi think-talk-write adalah :

1. Tahap think, yaitu tahap berpikir dimana siswa membaca teks

berupa bahan bacaan maupun soal. Dalam tahap ini siswa

secara individu memikirkan kemungkinan jawaban (strategi

penyelesaian), membuat catatan kecil tentang ide-ide yang

terdapat pada bacaan, dan hal-hal yang tidak dipahaminya

sesuai dengan bahasanya sendiri,

2. Tahap kedua adalah talk (berbicara atau diskusi) memberikan

kesempatan kepada siswa untuk membicarakan tentang

penyelidikannya pada tahap think. Pada tahap ini siswa

merefleksikan, menyusun, serta menguji (negosiasi, sharing)

ide-ide dalam kegiatan diskusi kelompok. Kemajuan

komunikasi siswa akan terlihat pada dialognya dalam

berdiskusi baik dalam bertukar ide dengan orang lain ataupun

refleksi mereka sendiri yang diungkapkannya kepada orang

lain,

3. Tahap ketiga adalah write, siswa menuliskan ide-ide yang

diperolehnya dari kegiatan tahap pertama dan kedua. Tulisan

ini terdiri atas landasan konsep yang digunakan, keterkaitan

Page 23: Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251 1 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014 JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA STKIP BIMA Diterbitkan 2 kali setahun pada bulan Februari dan bulan Juli

Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251

23 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014

dengan materi sebelumnya, strategi penyelesaian, dan solusi

yang diperolehnya.

Belajar dan bekerja dalam kelompok merupakan bentuk

kegiatan belajar aktif yang mampu menumbuhkembangkan

keterampilan sosial siswa (Ahmadi, 1997:125). Berlmutter dan De

Montmollin menyatakan, dalam kelompok, siswa belajar lebih

cepat, dan bahwa pengalaman kelompok sering beralih ke anggota-

anggota kelompok sehingga mereka bekerja lebih efektif sekembali

ke pekerjaan mereka masing-masing (Abdullah, 2007:75).

Dalam penelitian ini, paktek pemecahan masalah

diimplementasikan melalui belajar dalam kelompok-kelompok

kecil yang beranggotakan 4 hingga 5 orang untuk tiap

kelompoknya. Keseluruhan alur atau urutan kegiatan belajar

mengajar (sintaks) strategi pembelajaran think-talk-write terdiri

dari 6 fase, yakni (1) memotivasi siswa, (2) mengorganisasi siswa

ke dalam kelompok belajar dan memberikan tugas kelompok, (3)

membimbing kelompok bekerja dan belajar, (4) diskusi kelas dan

melaporkan hasil diskusi, (5) penguatan terhadap hasil diskusi, (6)

mengakhiri pembelajaran.

Adapun rincian aktivitas guru dan siswa dapat dilihat pada

tabel 2.1.

Tabel 2.1 Sintaks Strategi Pembelajaran Think-talk-write

Pelaksanaan

di kelas Fase Aktivitas guru dan siswa

Pendahuluan Memotivasi

siswa a. Guru menyampaikan materi pokok, tujuan

pembelajaran dan apersepsi.

b. Guru memotivasi siswa dengan mengaitkan

materi yang akan dipelajari dengan

kehidupan siswa sehari-hari. Pengembangan Mengorganis a. Guru mengorganisai siswa ke dalam

Page 24: Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251 1 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014 JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA STKIP BIMA Diterbitkan 2 kali setahun pada bulan Februari dan bulan Juli

Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251

24 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014

asi siswa ke

dalam

kelompok

belajar dan

memberikan

tugas

kelompok

kelompok belajar. Siswa mengambil tempat

di kelompok yang sudah ditetapkan guru

b. Guru membagikan bahan bacaan, lembar

kerja kelompok, soal-soal latihan dan alat

peraga

c. Guru menyampaikan kepada siswa apa yang

akan mereka lakukan dalam kelompok

(menjawab pertanyaan pada lembar kerja

kelompok).

Membimbin

g kelompok

bekerja dan

belajar

a. Siswa melakukan aktivitas yang telah

ditentukan guru, meliputi :

T H I

N K

Siswa membaca, mempelajari bahan

bacaan dan membuat catatan dari hasil

bacaan yang berkaitan dengan solusi

pemecahan masalah secara individual

untuk dibawa ke forum diskusi

T A L K

Siswa berinteraksi dan berkolaborasi dalam

kelompok membahas isi catatan melalui

komunikasi lisan dalam usaha menemukan

solusi pemecahan masalah W R I T E

Siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan

yang memuat pemahaman dan komunikasi

Matematika dalam bentuk tulisan berupa

pengisian lembar kerja kelompok

b. Guru berkeliling memberikan bantuan

terbatas kepada kelompok berupa

penjelasan secukupnya, memberikan

pertanyaan yang merangsang siswa

berpikir, dll.

Diskusi

kelas dan

melaporkan

hasil diskusi

a. Siswa melaporkan hasil penyelesaian

masalah atau hasil aktivitas kelompok

b. Guru menentukan wakil dari kelompok

tertentu untuk mempresentasikan hasil kerja

melalui forum diskusi kelas

c. Guru memimpin diskusi

d. Guru menyamakan persepsi dan meminta

setiap siswa untuk membuat kesimpulan

dari hasil diskusi

Page 25: Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251 1 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014 JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA STKIP BIMA Diterbitkan 2 kali setahun pada bulan Februari dan bulan Juli

Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251

25 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014

e. Guru menutup forum diskusi dan bersama-

sama dengan siswa menyimpulkan hasil

diskusi

Penerapan Penguatan

terhadap

hasil diskusi

a. Guru meminta siswa secara individu

mengerjakan soal-soal latihan dan

menyampaikan langkah-langkah

penyelesaian yang benar

Penutup Mengakhiri

pembelajara

n

a. Guru bersama siswa menyimpulkan hasil

kegiatan pembelajaran kali ini

b. Guru menutup pembelajaran dengan

menugaskan siswa mempelajari materi

berikutnya atau dengan memberi PR

Prestasi Belajar

Prestasi belajar dapat diartikan sebagai hasil yang dicapai

oleh individu setelah mengalami suatu proses belajar dalam jangka

waktu tertentu. Djamarah (1994:24) menyimpulkan, prestasi

belajar adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan dan

kemajuan siswa dalam segala hal yang dipelajari di sekolah yang

menyangkut pengetahuan/kecakapan yang dinyatakan sesudah

hasil penilaian. Lebih lanjut Nurkancana dan Sunartana

menyatakan, Prestasi belajar bisa juga disebut kecakapan nyata

(actual ability) yang diperoleh seseorang setelah belajar, bukan

suatu kecakapan potensial (potensial ability) yaitu suatu

kemampuan dasar yang berupa disposisi yang dimiliki individu

untuk mencapai suatu prestasi.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat penulis

simpulkan prestasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

perkembangan kecakapan nyata (actual ability) yang diperoleh

siswa setelah belajar bukan kecakapan potensial (potensial ability),

sebab prestasi belajar ini dapat ditunjukkan oleh angka-angka yang

merupakan hasil pengukuran yang lazim disebut dengan skor. Skor

dikonversikan ke dalam nilai berdasarkan kriteria tertentu atau

Page 26: Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251 1 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014 JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA STKIP BIMA Diterbitkan 2 kali setahun pada bulan Februari dan bulan Juli

Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251

26 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014

norma. Dalam penelitian ini, hasil belajar dinyatakan dalam bentuk

nilai, hasil dari mengerjakan tes Matematika.

Peranan guru sebagai pendidik sangat menentukan prestasi

belajar siswa. Guru dituntut menciptakan suasana belajar yang

kondusif serta senatiasa mengadakan penilaian dalam proses

pembelajaran. Penilaian merupakan sistem yang

berkesinambungan untuk dapat menilai prestasi belajar siswa. Bagi

guru, penilaian berfungsi untuk memberikan umpan balik kepada

guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses pembelajaran ke

arah yang lebih baik. Bagi siswa sendiri, hasil penilaian dapat

digunakan untuk memperbaiki cara belajar siswa, serta membantu

meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga dapat meningkatkan

prestasinya.

Aktivitas Belajar

Aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik itu

secara jasmani maupun rohani. Sardiman (2003:95) menegaskan,

“Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas”. Aktivitas belajar

siswa selama proses pembelajaran merupakan salah satu indikator

dari keberhasilan belajar siswa. Aktivitas yang dimaksud adalah

kegiatan yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya,

mengajukan pendapat, mendiskusikan materi ajar, dan

mengerjakan tugas-tugas. Dalam proses belajar mengajar, guru

perlu membangun aktivitas siswa meliputi berpikir dan

berkomunikasi baik lisan maupun tertulis. Melalui aktivitas

individu, penerimaan pelajaran dapat bertahan lama, karena

informasi yang didapat siswa dipikirkan kembali, diolah, kemudian

diimplementasikan dalam bentuk yang berbeda. Dengan partisipasi

aktif siswa, pengetahuan mereka akan berkembang dengan lebih

Page 27: Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251 1 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014 JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA STKIP BIMA Diterbitkan 2 kali setahun pada bulan Februari dan bulan Juli

Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251

27 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014

baik yang pada akhirnya diharapkan mampu meningkatkan prestasi

belajar siswa (Slameto, 2003:36).

Aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam

interaksi belajar mengajar. Penggunaan prinsip aktivitas dalam

proses pembelajaran memiliki manfaat tertentu sebagaimana yang

dikemukakan Hamalik (2003:175-176) antara lain :

1. Para siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung

mengalami sendiri,

2. Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi

siswa secara integral,

3. Memupuk kerjasama yang harmonis dikalangan siswa,

4. Para siswa bekerja menurut minat dan kemampuan sendiri,

5. Memupuk disiplin belajar dan suasana belajar yang demokratis,

6. Mempererat hubungan sekolah dan masyarakat, dan hubungan

orang tua siswa dengan guru,

7. Pengajaran dilaksanakan secara realistis dan konkret sehingga

mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis serta

menghindari terjadinya verbalistis,

8. Pengajaran di sekolah menjadi hidup sebagaimana aktivitas

dalam kehidupan di masyarakat.

Kesimpulan

Strategi think-talk-write yang diterapkan melalui belajar

dalam kelompok kecil merupakan salah satu alternatif strategi

pembelajaran yang dapat digunakan. Strategi think-talk-write

dipilih, karena melalui tahap think memberikan kesempatan bagi

siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikirnya dalam

memecahkan masalah. Dalam strategi think-talk-write,

pembelajaran dapat dilakukan dengan dimulai berpikir melalui

bahan bacaan (menyimak dan mengkritisi), kemudian informasi

yang diperoleh dari bahan bacaan tersebut dikomunikasikan dalam

Page 28: Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251 1 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014 JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA STKIP BIMA Diterbitkan 2 kali setahun pada bulan Februari dan bulan Juli

Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251

28 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014

diskusi kelompok. Hal tersebut diperlukan sebagai pedoman untuk

menyelesaiakan permasalahan yang diberikan dalam kelompok.

Melalui presentasi dan diskusi kelas, persepsi disamakan dan hasil

diskusi ditulis dalam laporan hasil diskusi berupa lembar kerja

kelompok. Apabila strategi think-talk-write dilaksanakan didalam

proses pembelajaran secara utuh dan komperehensif dengan

mengacu kepada tahapan pembelajarannya maka dapat

meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa. Aktivitas belajar

siswa setelah diterapkan strategi tersebut akan nampak dalam

bentuk keaktifan dan kemampuan siswa dalam hal membaca,

mendengar, mengamati, menyimak, mendiskusikan, menanyakan,

merangkum, menyimpulkan, dan menerapkan. Sedangkan hasil

belajar siswa dapat ditunjukan nilai belajar yang meningkat.

Daftar Pustaka

Abdullah, J. 2007. “Mengoptimalkan Pembelajaran Kooperatif

Model STAD Untuk Meningkatkan Motivasi dan

Prestasi Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Pengolahan

Data di Kelas VI SDN 08 Cakranegara Tahun Pelajaran

2005/2006”. Jurnal Pendidikan Karya Tulis Ilmiah

Guru Kota Mataram Tahun 2007. Hlm. 71-86.

Ahmadi, A. dan Prasetya, J.T. 1997. Strategi Belajar Mengajar

Untuk Fakultas Tarbiyah Komponen MKDK. Bandung:

Pustaka Setia.

Page 29: Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251 1 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014 JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA STKIP BIMA Diterbitkan 2 kali setahun pada bulan Februari dan bulan Juli

Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251

29 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014

Andriani, M. 2008. Dunia matematika : Strategi Pembelajaran

Think-Talk-Write. http://mellyirzal.blogspot.com/: 23-

12-2008.

Depdiknas. 2004. Materi Pelatihan Terintegrasi Matematika.

Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. 2007. Kajian kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran

Matematika. Jakarta: Depdiknas

Djamarah, S.B. 1994. Prestasi Belajar Dan Kompetensi Guru.

Surabaya: Usaha Nasional.

Hamalik, O. 2003. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan

Kompetensi. Jakarta: Bumi Aksara.

Hudojo, H. 2003. Common Textbook : Pengembangan Kurikulum

dan Pembelajaran Matematika. Malang: JICA-

Universitas Negeri Malang.

Muslich, M. 2007. KTSP Dasar Pemahaman Dan Pengembangan.

Malang: Bumi Aksara.

Nasution. 1989. Kurikulum Dan Pengajaran. Bandung: Bumi

Aksara.

Purwanto, N. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Rohani, A. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Sardiman, A.M. 2003. Interaksi Dan Motivasi Belajar. Jakarta:

Raja Grafindo Persada.

Sudjana, N. 1987. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar.

Bandung: Sinar Baru Algresindo.

Suherman, E. 2008. Model Belajar dan Pembelajaran Berorientasi

Kompetensi Siswa. Http://model-belajar-dan-

pembelajaran.html: 17-09-2008.

Suherman, E. dan Winataputra, U.S. 1992. Strategi Belajar

Mengajar Matematika. Jakarta: Depdikbud.

Page 30: Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251 1 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014 JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA STKIP BIMA Diterbitkan 2 kali setahun pada bulan Februari dan bulan Juli

Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251

30 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014

MODEL PENYEBARAN VIRUS FLU BURUNG

(AVIAN INFLUENZA VIRUS)

Oleh: Sari Noviana

Abstrak: Flu burung (avian influenza), yang ditimbulkan oleh avian

influenza virus berjenis H5N1, merupakan penyakit yang

sangat mematikan. Hingga saat ini telah dilakukan berbagai

tindakan untuk membasmi virus tersebut, baik konstruktif

maupun preventif. Dalam karya tulis ini akan dimodelkan

secara matematis penyebaran virus flu burung sebagai

langkah awal pencegahan penyebaran virus flu burung yang

semakin meluas. Model tersebut menggunakan empat

variabel terikat, yaitu S, E, I, R. Setiap variabel tersebut

merepresentasikan kelompok individu dalam wilayah endemi

flu burung, yaitu S berarti kelompok susceptible (kelompok

individu rentan), E berarti kelompok exposed (kelompok

individu laten), I berarti kelompok infectious (kelompok

individu penginfeksi), dan R berarti kelompok recovery

(kelompok individu yang sembuh). Model yang berupa sistem

persamaan diferensial tersebut memiliki dua titik kritis yaitu

titik bebas penyakit flu burung dan titik endemi flu burung.

Model yang diperoleh kemudian dievaluasi untuk mengetahui

karakter kestabilannya. Evaluasi tersebut menggunakan

sebuah contoh kasus. Dengan nilai parameter 200 ,

8.0 , 01.0 , 32.0 , 2.0k , dan 1.0

menunjukkan bahwa sistem akan stabil pada titik kritis

endemi flu burung dan tak-stabil pada titik kritis bebas

penyakit flu burung. Hal ini berarti, untuk setiap nilai awal

(S0, E0, I0, R0) yang diberikan akan selalu menuju ke kondisi

endemi flu burung dengan nilai-nilai parameter yang

diberikan.

Kata kunci: Avian Influenza Virus, Model Matematika, Evaluasi Model,

Kestabilan Sistem.

Page 31: Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251 1 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014 JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA STKIP BIMA Diterbitkan 2 kali setahun pada bulan Februari dan bulan Juli

Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251

31 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014

Pendahuluan

Matematika memegang peranan yang sangat penting dalam

perkembangan ilmu pengetahuan, mulai dari ilmu pengetahuan

alam hingga ilmu-ilmu sosial. Matematika digunakan untuk

membantu menyelesaikan permasalahan yang muncul dari kondisi-

kondisi yang aplikatif. Dalam penggunaannya, permasalahan-

permasalahan yang muncul dalam dunia nyata dianalisis secara

matematis kemudian diinterpretasikan sehingga menghasilkan

formula penyelesaian masalah.

Proses penyelesaian tersebut, dalam matematika, dikenal

dengan istilah pemodelan matematika. Pemodelan matematika

banyak digunakan untuk menjelaskan sistem peredaran darah

manusia, memprediksi gejala penyakit, mengantisipasi penyebaran

penyakit lebih luas (permasalahan pandemi dan epidemi), hingga

merumuskan cara terbaik untuk mengobati suatu penyakit. Salah

satu contoh kasus yang menggunakan pemodelan matematika

adalah masalah flu burung. Virus pembawa penyakit flu burung ini

disebut dengan Highly Pathogenic Avian Influenza (HPAI) yang

biasa dikenal dengan virus flu burung.

Menurut Dwi Andreas Santosa, virus HPAI memiliki

kemampuan untuk melakukan mutasi dan penyebaran sangat cepat.

Penyebarannya dapat melalui udara, makanan unggas, air,

peralatan, dan pakaian yang telah tercemar oleh unggas yang sakit

dan kotorannya. Kemampuan penyebaran ini sangat

memungkinkan untuk memperluas wilayah infeksi virus atau

dengan kata lain dengan mudah dapat memperbanyak jumlah

individu yang terinfeksi dalam waktu yang sangat singkat.

Virus tersebut muncul pertama kali di Spanyol sekitar tahun

1917-1918 yang mengakibatkan wabah avian influenza, yang

kemudian disebut sebagai Flu Spanyol. Jumlah individu yang

Page 32: Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251 1 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014 JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA STKIP BIMA Diterbitkan 2 kali setahun pada bulan Februari dan bulan Juli

Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251

32 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014

terinfeksi mencapai 20 juta lebih hingga akhirnya meninggal dunia.

Dua peristiwa besar juga muncul pada abad yang sama, yaitu Flu

Asia yang terjadi pada tahun 1957-1958 dan Flu Hong Kong terjadi

pada tahun 1968-1969. Sehingga terdapat 3 peristiwa besar yang

mengakibatkan wabah influenza di abad ke-20 ini.

Penyebaran virus flu burung yang tidak terkendali dapat

mengakibatkan pandemi dan endemi. Pandemi dan endemi itu

sendiri merupakan indikasi awal terjadinya wabah penyakit yang

sangat luas dan berkepanjangan. Pandemi flu burung yang

mematikan terjadi pada tahun 1983-1984 di Negara bagian

Pensylvania, Amerika Serikat yang menyebabkan 17 juta unggas

piaraan mati, dan kerugian sejumlah 65 juta dolar AS. Epidemi flu

burung tipe H7N7 mewabah di Negeri Belanda pada bulan Maret

tahun 2003 yang mengakibatkan sekitar 14 juta ekor unggas

piaraan dari 900 perusahaan peternakan diisolasi, sedangkan 18

juta ekor lebih ayam sakit dimusnahkan (World health

organization, 2006).

Penanganan kasus flu burung ini masih terus diupayakan

dengan cara-cara yang efektif. Mulai dari sosialisasi tentang

bahaya flu burung sampai pada penelitian untuk menemukan

vaksin yang tepat untuk mengatasi virus tersebut.

Upaya pengendalian penyebaran virus flu burung dapat

dilakukan dengan 2 cara, yaitu cara preventif dan cara konstruktif.

Cara-cara konstruktif cenderung lebih sulit daripada cara-cara

preventif karena belum tentu dapat pulih secara total. Salah satu

tindakan preventif yang dapat dilakukan sebagai upaya untuk

meminimalisir penyebaran virus flu burung adalah dengan

melakukan analisis secara matematis dengan membuat model

penyebarannya. Dari model yang diperoleh dapat dibuat prediksi-

Page 33: Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251 1 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014 JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA STKIP BIMA Diterbitkan 2 kali setahun pada bulan Februari dan bulan Juli

Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251

33 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014

prediksi kejadian mendatang sehingga dapat diambil langkah-

langkah antisipatif dari awal.

Pemodelan Matematika

Pemodelan matematika adalah suatu cara untuk

memformulasikan beberapa fenomena di kehidupan nyata secara

matematika (Husein, 2007). Sehingga dapat dikatakan bahwa

pemodelan matematika adalah suatu proses merumuskan

permasalahan ke dalam bahasa matematika hingga kemudian

diperoleh penyelesaian yang dapat diinterpretasikan dalam keadaan

sebenarnya. Langkah-langkah pemodelan matematika (Sardiman,

2004), sebagai berikut:

1. Merumuskan Masalah

Pada tahap ini dilakukan pengenalan masalah-masalah yang

sebenarnya dan diadakan penyederhanaan yang meliputi

pengabaian beberapa faktor yang kurang relevan dengan

masalahnya.

2. Membuat Model Matematika

Pada langkah ini semua peubah dan relasi-relasi yang ada

dalam rumusan masalah dinyatakan dengan simbol-simbol

matematika untuk mengenali pola-pola masalah matematika

dengan cara membuat persamaan matematika yang sesuai

dengan masalah tersebut.

3. Evaluasi Model

Model matematika yang telah dibuat perlu ditentukan

penyelesaiannya agar dilakukan analisis untuk evaluasi apakah

model yang telah dibuat tersebut telah menjawab pertanyaan

secara tepat atau belum serta berisi interpretasi model dalam

kehidupan nyata.

Page 34: Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251 1 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014 JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA STKIP BIMA Diterbitkan 2 kali setahun pada bulan Februari dan bulan Juli

Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251

34 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014

Metode Penulisan

Penelitian ini merupakan penelitian dengan konsep studi

literatur/ kajian pustaka dengan proses sebagai berikut (Budiarto,

2004) :

a) Mengamati dan menganalisis permasalah tentang adanya kasus

perkembangan dan penyebaran virus flu burung khususnya di

Indonesia

b) Mempelajari informasi dari kajian pustaka dan beberapa hasil

penelitian bahwa penyebaran virus dapat dimodelkan secara

matematis dan dapat dianalisis secara matematis

c) Merumuskan masalah tentang cara memodelkan penyebaran

virus flu burung kemudian menentukan kestabilan model yang

diperoleh

d) Mengumpukan data dan informasi dari berbagai sumber, yaitu

literatur pada media cetak dan elektronik serta data-data akurat

yang diperoleh dari jurnal dan laporan hasil penelitian

e) Mengolah dan menganalisis permasalahan berdasarkan data dan

informasi serta telaah pustaka yang diperoleh untuk

mendapatkan jawaban dari perumusan masalah

f) Mengambil keputusan sesuai dengan rumusan masalah.

4. Pembahasan

Suatu wilayah yang tertular virus flu burung disebut dengan

daerah endemi flu burung. Pada daerah endemi ini akan

diberlakukan suatu sistem yang dapat meminimalisir jumlah

individu tertular. Sistem tersebut dikenal dengan istilah isolasi.

Sistem isolasi ini dapat membatasi jumlah individu keluar dari

suatu wilayah endemi (emigrasi) dan membatasi jumlah individu

dari luar masuk ke dalam wilayah tersebut (imigrasi), sehingga

dapat meminimalisir penularan virus flu burung. Akibatnya,

Page 35: Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251 1 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014 JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA STKIP BIMA Diterbitkan 2 kali setahun pada bulan Februari dan bulan Juli

Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251

35 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014

populasi dalam wilayah endemi flu burung bersifat tertutup,

sehingga pertambahan dan pengurangan penduduk melalui

imigrasi/emigrasi dapat diabaikan.

Daerah endemi flu burung memiliki tiga kelompok besar

individu, yaitu kelompok yang rentan terinfeksi virus flu burung

disebut kelompok rentan (susceptible); kelompok individu yang

tidak rentan terinfeksi disebut kelompok tidak rentan (recovery);

dan kelompok individu tertular virus, disebut kelompok tertular.

Kelompok tertular ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu kelompok

individu terinfeksi, untuk selanjutnya disebut exposed dan

kelompok individu penginfeksi, untuk selanjutnya disebut

infectious.

Model Matematika

Masing-masing kelompok individu tersebut memiliki

keterkaitan yang menghubungkan antara kelompok individu yang

satu dengan kelompok individu yang lain. Hal ini dapat dilihat

pada bagan penyebaran virus flu burung berikut ini.

SI Ek I

S E I)( R

Gambar 3.1. Penyebaran virus flu burung pada wilayah endemi

flu burung.

Berdasarkan gambar bagan tersebut, maka penyebaran virus

flu burung dapat dimodelkan secara matematis dalam bentuk

a

S E I R

Page 36: Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251 1 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014 JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA STKIP BIMA Diterbitkan 2 kali setahun pada bulan Februari dan bulan Juli

Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251

36 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014

sistem persamaan diferensial non-linear autonomous orde satu

berikut ini:

RIESfRIdt

dR

RIESfIkEdt

dI

RIESfEkSIdt

dE

RIESfSSIdt

dS

,,,

,,,)(

,,,)(

,,,

'

4

'

3

'

2

'

1

Evaluasi Model

Untuk mengevaluasi model tersebut, maka dilakukan analisa

kestabilan sistem melalui karakter kestabilan titik kritis/titik

keseimbangannya. Model penyebaran virus flu burung di atas

memiliki dua titik keseimbangan, yaitu (S, E, I, R) =

)0,0,0,( disebut titik keseimbangan bebas penyakit dan (S,

E, I, R) =

))((

))((,

))((

))((,

)(

)()(,

)()(

k

kk

k

kk

kk

kkk

k

disebut titik keseimbangan endemik.

Dengan menggunakan nilai-nilai parameter (Ridwan, 2003)

sebagai berikut:

a) 200 menyatakan banyaknya individu yang lahir dalam

kurun waktu tertentu, yang kesemuanya akan menjadi individu

susceptible.

Page 37: Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251 1 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014 JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA STKIP BIMA Diterbitkan 2 kali setahun pada bulan Februari dan bulan Juli

Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251

37 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014

b) 8.0 menyatakan tingkat kontak individu susceptible-

infectious yang menyatakan banyaknya individu susceptible

yang terinfeksi virus. Misalnya, terdapat 80 dari 100 orang

susceptible yang terinfeksi virus dalam kurun waktu tertentu.

c) 01.0 menyatakan tingkat kematian alami individu exposed,

infectious, dan recovery yang menyatakan banyaknya individu

yang mengalami kematian alami. Misalnya, terdapat 1 dari 100

orang exposed, infectious, dan recovery yang mati dalam kurun

waktu tertentu.

d) 32.0 menyatakan tingkat kematian individu infectious

akibat virus yang menyatakan banyaknya individu yang

mengalami kematian akibat virus. Misalnya, terdapat 32 dari

100 orang infectious yang mengalami kematian akibat virus

dalam kurun waktu tertentu.

e) 2.0k menyatakan tingkat keaktifan virus yang menyatakan

banyaknya individu exposed berubah status menjadi infectious.

Misalnya, terdapat 20 dari 100 orang exposed yang berubah

status menjadi infectious dalam kurun waktu tertentu.

f) 1.0 menyatakan tingkat kesembuhan yang menyatakan

banyaknya individu yang sembuh dari infeksi virus. Misalnya,

terdapat 10 orang dari 100 orang terinfeksi yang sembuh dalam

kurun waktu tertentu. Maka dengan memperhatikan karakter

nilai eigen sistem persamaan pada titik keseimbangan bebas

penyakit, sistem bersifat tak stabil sedangkan pada titik

keseimbangan endemik, sistem bersifat stabil.

Dari contoh kasus di atas, dapat disimpulkan bahwa sistem

persamaan diferensial akan stabil pada titik kritis endemi flu

burung dan tidak stabil pada titik kritis bebas penyakit flu burung.

Hal ini berarti, untuk setiap nilai awal (S0, E0, I0, R0) yang

Page 38: Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251 1 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014 JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA STKIP BIMA Diterbitkan 2 kali setahun pada bulan Februari dan bulan Juli

Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251

38 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014

diberikan akan selalu menuju pada kondisi keseimbangan yaitu

endemi flu burung.

Kesimpulan

Dari pembahasan dapat disimpulkan bahwa model

matematika penyebaran virus flu burung (avian influenza virus)

berbentuk sistem persamaan diferensial non-linear autonomous,

yaitu:

RIdt

dR

IkEdt

dI

EkSIdt

dE

SSIdt

dS

)(

)(

Keterangan:

a) S (susceptible) menyatakan populasi individu rentan virus flu

burung;

b) E (exposed) menyatakan populasi individu laten virus flu

burung (individu terinfeksi tetapi belum memiliki

kemampuan untuk menularkan);

c) I (infectious) menyatakan populasi individu penginfeksi

virus flu burung;

d) R (recovered) menyatakan populasi individu yang sembuh

setelah terinfeksi;

e) dt

dS menyatakan laju pertumbuhan individu susceptible;

Page 39: Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251 1 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014 JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA STKIP BIMA Diterbitkan 2 kali setahun pada bulan Februari dan bulan Juli

Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251

39 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014

f) dt

dE menyatakan laju pertumbuhan individu exposed;

g) dt

dI menyatakan laju pertumbuhan individu infectious;

h) dt

dR menyatakan laju pertumbuhan individu recovery;

i) α adalah konstanta positif yang menyatakan tingkat

kelahiran dan kematian individu;

j) adalah konstanta positif yang menyatakan tingkat

kematian alami;

k) adalah konstanta positif yang menyatakan tingkat

terjadinya kontak dengan penyebar virus flu burung;

l) k adalah konstanta positif yang menyatakan tingkat

perubahan virus menjadi aktif dari exposed (latent: infeksi

yang belum terlihat) ke infectious (dapat menularkan virus ke

individu lain);

m) adalah konstanta positif yang menyatakan tingkat

kematian individu karena terinfeksi virus flu burung;

n) adalah konstanta positif yang menyatakan tingkat

kesembuhan individu setelah terinfeksi virus flu burung.

Model matematika di atas kemudian dievaluasi dengan

menggunakan karakter kestabilan sistem yang ditinjau dari

kestabilan titik kritisnya. Titik kritis yang diperoleh dari sistem

persamaan diferensial tak-linear autonomous di atas adalah titik

kritis I disebut titik keseimbangan bebas penyakit )0,0,0,(

dan titik kritis II disebut titik keseimbangan endemik

))((

))((,

))((

))((,

)(

)()(,

)()(

k

kk

k

kk

kk

kkk

k

Page 40: Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251 1 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014 JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA STKIP BIMA Diterbitkan 2 kali setahun pada bulan Februari dan bulan Juli

Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251

40 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014

Evaluasi sistem persamaan diferensial (3.5) menggunakan contoh

kasus dengan nilai parameter yang diberikan, yaitu: 200 ,

8.0 , 01.0 , 32.0 , 2.0k , dan 1.0 . Dari hasil

evaluasi menunjukkan bahwa sistem akan stabil pada titik kritis

endemi flu burung dan tak-stabil pada titik kritis bebas penyakit flu

burung. Hal ini berarti, untuk setiap nilai awal (S0, E0, I0, R0) yang

diberikan akan selalu menuju ke kondisi endemi flu burung dengan

nilai-nilai parameter yang diberikan.

Daftar Pustaka

Budiarto, MT. 2004 Materi Pelatihan Terintegrasi Matematika,

Jakarta : Depdikbud

Ridwan. 2003. Dasar-dasar Statistik. Bandung: Alfabeta.

Sardiman. 2004. Intraksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta:

PT Raja Grafindo Persada.

Sukino, Dan Wilson.2007.Matematika Untuk SMP Kelas VIII.

Jakarta: Erlangga

Sumaji,dkk.1998. Pendidikan Yang Humanistis, Kanisius:

Yogyakarta

Page 41: Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251 1 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014 JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA STKIP BIMA Diterbitkan 2 kali setahun pada bulan Februari dan bulan Juli

Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251

41 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014

Suryabrata, S. 2003. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja

Grafindo.

Tampomas husein, 2007. Matematika Plus 2b. Jakarta:Yudhistira

Utomo, T. dan Ruijhter K. 1989.Peningkatan Dan Pengembangan

Pendidikan. Gramedia : Jakarta.

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA KIT MEKANIKA

TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X 1

(UNGGULAN) DAN KELAS X 2 (REGULER)

DI SMA NEGERI 5 KOTA BIMA

Oleh: Lahmudin, S.Pd.,M.Pd.

ABSTRAK : Penelitian ini bertujuan untuk : Mengetahui adakah

perbedaan pengaruh penggunaan media KIT Mekanika

terhadap prestasi belajar siswa baik pada kelas unggulan

maupun kelas reguler. Metode penelitian yang

digunakan adalah metode eksperimen. Populasi

Page 42: Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251 1 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014 JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA STKIP BIMA Diterbitkan 2 kali setahun pada bulan Februari dan bulan Juli

Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251

42 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014

penelitian adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 5

Kota Bima (8 kelas). Sampel penelitian adalah 2 kelas

yaitu siswa kelas X Unggulan dan kelas X Reguler.

Instrumen pengambilan data berupa tes prestasi belajar.

Instrumen pelaksanaan penelitian berupa Silabus, RPP,

Lembar Kerja Siswa (LKS), KIT mekanika. Teknik

analisa data yang dipergunakan adalah Analisis t tes

pada taraf signifikan α = 0,05. Hasil analisis

menunjukkan bahwa : (1) Ada pengaruh yang signifikan

terhadap prestasi belajar siswa menggunakan KIT

mekanika pada kelas unggulan dan kelas reguler (nilai t

hitung pada kelas unggulan sebesar 19,60 dan nilai t

hitung pada kelas reguler sebesar 15,44 > t table 1,69).

(2) Ada perbedaan pengaruh yang signifikan terhadap

prestasi belajar siswa yang menggunakan media KIT

mekanika antara kelas unggulan dengan kelas reguler

dengan selisih sebesar 3,72 artinya bahwa dengan

menggunakan media KIT mekanika dapat

meningkatkan prestasi belajar baik itu pada kelas

unggulan maupun kelas reguler.

Kata Kunci : Media KIT IPA, Media CD pembelajaran,

Prestasi Belajar

Pendahuluan

Tujuan utama yang ingin dicapai dalam Kurikulum Berbasis

Kompetensi mata pelajaran fisika adalah (Depdiknas, 2001): (1)

menyukai fisika sebagai ilmu pengetahuan dasar yang bersifat

kualitatif dan kuantitatif sederhana, (2) kemampuan menerapkan

berbagai konsep dan prinsip fisika dalam menjelaskan berbagai

peristiwa alam serta cara kerja produk teknologi dalam

menyelesaikan permasalahan, (3) kemampuan melakukan kerja

ilmiah dalam menguji kebenaran, (4) membentuk sikap ilmiah

yaitu sikap terbuka dan kritis terhadap pendapat orang lain serta

tidak mudah mempercayai pernyataan yang tidak didukung dengan

Page 43: Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251 1 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014 JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA STKIP BIMA Diterbitkan 2 kali setahun pada bulan Februari dan bulan Juli

Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251

43 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014

hasil observasi empiris dan (5) menghargai sejarah sains dan

penemuannya.

Penggunaan multimedia dalam pembelajaran memberikan

kontribusi yang positif pada retensi. Keunggulan multimedia dalam

imagery tools dan penyedia iklim afektif untuk pembelajaran,

membuat siswa mampu lebih lama menyimpan abstraksi konsep

dalam struktur kognitifnya (Mulyasa, 2003). Multimedia yang

berperan sebagai tutor mengurangi peran pengajar sebanyak

59,62%. Berkurangnya peran pengajar ini berkontribusi negatif

terhadap pemahaman siswa, sehingga jumlah siswa yang tuntas

belajar pada kelompok multimedia lebih sedikit (65,38%) dari pada

kelompok non multimedia (80,77%). Peran komputer multimedia

sebagai tutor hanya dipahami oleh 57,69% siswa, sedangkan

sisanya masih membutuhkan pengajar sebagai tutor (Herlanti et al,

2007).

De Porter mengungkapkan manusia dapat menyerap suatu

materi sebanyak 50% dari apa yang didengar dan dilihat (audio

visual), sedangkan dari yang dilihatnya hanya 30%, dari yang

didengarnya hanya 20%, dan dari yang dibaca hanya 10%.

Keunggulan lain multimedia adalah kemampuan layar komputer

untuk menyajikan sebuah tampilan berupa teks nonsekuensial,

nonlinear, dan multidimensional dengan percabangan tautan dan

simpul secara interaktif (Herlanti et al., 2007).

Sudrajat (2009), memberi batasan tentang media yang

mengatakan bahwa media adalah semua bentuk perantara yang

digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau menyebar ide,

gagasan, atau pendapat sehingga semua guru harus memahami

banyak tentang media pendidikan. Hamalik (1994), mengatakan

bahwa setiap guru harus memiliki pengetahuan dan pemahaman

yang mendalam tentang media pendidikan yang meliputi :

Page 44: Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251 1 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014 JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA STKIP BIMA Diterbitkan 2 kali setahun pada bulan Februari dan bulan Juli

Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251

44 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014

1. Media sebagai alat komunikasi guna lebih mengefektifkan

proses belajar mengajar .

2. Fungsi media dalam rangka mencapai tujuan pendidikan

3. Tentang proses-proses belajar

4. Hubunngan antara metode mengajar dan media pendidikan

5. Nilai atau manfaat media pendidikan dalam pengajaran

6. Memilih dan menggunakan media pendidikan.

7. Berbagai jenis alat pendidikan dalam dunia pendidikan.

8. Media pendidikan dalam setiap mata pelajaran .

9. Usaha inovasi dalam media pendidikan,dan lain-lain.

Begitu besarnya peranan dari sebuah media pada dunia

pendidikan terutama dalam melakukan pembelajaran. Maka

dalam pembelajaran seorang guru harus dapat memilih dan

menentukan jenis media yang tepat yang akan digunakannya untuk

setiap kompetensi dasar agar arus informasinya dapat mengalir

dengan baik kepada peserta didik. Bagi sekolah tidak tersedia

media belajar yang cukup menuntut kreativitas guru mencari dan

menentukan jenis media yang akan digunakannya (Indrawati,

1999). Dari pernyataan ini sudah jelas sekali bahwa penggunaan

media ini dihajatkan untuk mempercepat sampainya pesan

pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan kepada peserta

didik.

Metode Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Penelitian ini

dilaksanakan untuk menguji ada atau tidaknya pengaruh pemberian

perlakuan berupa pelaksanaan pembelajaran menggunakan media

KIT Mekanika untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Disain

penelitian yang digunakan berupa “desain pretest-posttest ” yang

disajikan dalam bentuk bagan sebagai berikut :

Page 45: Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251 1 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014 JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA STKIP BIMA Diterbitkan 2 kali setahun pada bulan Februari dan bulan Juli

Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251

45 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014

Kelompok Pretest Perlakuan Post test

A1

B1

X1

X1

O1

O1

X2

X2

Sample diambil secara klaster terhadap siswa kelas X

SMA Negeri 5 Kota Bima sebanyak 2 (dua) kelas dari populasi 8

(delapan) kelas. Dimana 1 (satu) kelas unggulan dan 1 (satu) kelas

reguler, selanjutnya kedua kelas yang dipilih dijadikan sebagai

kelompok sampel A dan kelompok sampel B. kedua kelas

diberikan perlakuan yang sama yaitu menggunakan KIT mekanika

dalam pembelajarannya. Instrumen yang digunakan berupa: Tes

hasil belajar kognitif, adalah tes tertulis yang diberikan kepada

siswa dalam bentuk soal pilihan ganda untuk mengetahui

kemampuan kognitif siswa Pengumpulan data dilakukan dengan

memberikan tes awal dan tes akhir. tes awal dan tes akhir

menggunakan instrumen yang sama. Pengujian hipotesa dilakukan

dengan menggunakan t test (uji t). Analisis ini dibantu dengan

menggunakan program analisis statistik SPSS 16.0 for windows,

dilakukan dengan taraf signifikans 0,05.

Hasil Penelitian

Hasil Pretest dan Posttest Kelas Unggulan

Pengujian pertama untuk mengetahui adanya pengaruh

penggunaan media pembelajaran KIT IPA terhadap peningkatan

prestasi belajar fisika pada pokok bahasan Gerak di kelas X SMAN

5 Kota Bima. Pengujian ini dilakukan dengan uji t. Setelah

dilakukan analisis menggunakan SPSS 16.0 for Windows

didapatkan data seperti pada tabel di bawah ini:

Tabel 1. Uji t Pengaruh Penggunaan Media KIT Mekanika

Terhadap Prestasi Belajar Siswa Unggulan (X1)

Perlakuan

KIT

N Mean Std.

Deviasi

t hitung t tabel signifika

nsi

Page 46: Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251 1 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014 JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA STKIP BIMA Diterbitkan 2 kali setahun pada bulan Februari dan bulan Juli

Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251

46 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014

Pretes 35 11.40 1.77 19.60 1,69 0,05

Postes 35 16.80 2.10

Pada pengujian dua sampel dengan signifikan sebesar 0,05

dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan

antara prestasi belajar siswa sebelum dengan sesudah

menggunakan media KIT IPA dalam pembelajaran. Nilai thitung

dapat dibandingkan dengan tabel. Untuk melihat harga tabel, maka

didasarkan pada derajat kebebasan yang besarnya N-1 yaitu 35-1 =

34 dengan derajat kesalahan 5% dan pengujian dilakukan dengan

menggunakan uji t didapat ttabel sebesar 1,69. dan t hitung sebesar

19,60 Karena t hitung 19,60 > t table 1,69 maka hipotesis

diterima. Artinya ada perbedaan signifikan prestasi belajar siswa

sebelum dengan sesudah menggunakan media KIT Mekanika

dalam pembelajarannya.

Hasil Pretest dan Posttest Kelas Reguler

Untuk mengetahui adanya pengaruh penggunaan media

pembelajaran KIT Mekanika terhadap peningkatan prestasi belajar

fisika pada pokok bahasan Gerak di kelas X regular SMAN 5 Kota

Bima. Pengujian ini dilakukan dengan uji t. Setelah dilakukan

analisis menggunakan SPSS 16.0 for Windows didapatkan data

seperti pada tabel di bawah ini

Tabel 2. Uji t Pengaruh Penggunaan Media KIT Mekanika

Terhadap Prestasi Belajar Siswa reguler (X2)

Perlakuan

KIT

N Mean Std.

Deviasi

t

hitung

t

tabel

signifikan

Pretes 35 11.00

1.66 15,45 1,69 0,05 Postes 35 15.37 2.07

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan

yang signifikan antara prestasi belajar siswa sebelum dan sesudah

Page 47: Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251 1 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014 JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA STKIP BIMA Diterbitkan 2 kali setahun pada bulan Februari dan bulan Juli

Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251

47 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014

menggunakan media pembelajaran. Nilai thitung dapat dibandingkan

dengan ttabel. Untuk melihat harga ttabel, maka didasarkan pada

derajat kebebasan yang besarnya N-1 yaitu 35-1 = 34 dengan

derajat kesalahan 5% dan pengujian dilakukan dengan

menggunakan dua fihak didapat ttabel sebesar 1,69. Karena 15.45 >

2,04 maka hipotesis diterima. Artinya ada perbedaan signifikan

prestasi belajar siswa sebelum dan sesudah menggunakan media

KIT mekanika dalam pembelajarannya.

Perbedaan Pengaruh Penggunaan Media KIT Mekanika pada

Kelas Unggulan dan Kelas Reguler Terhadap Prestasi Belajar

Data tabel satu dengan tabel dua diatas menunjukkan bahwa

terdapat perbedaan prestasi belajar antara kelas unggulan dengan

kelas regular yang menggunakan media KIT mekanika dalam

pembelajarannya. t hitung kelas unggulan sebesar 19,17 dan t

hitung kelas regular sebesar 15,45. kedua data t hitung diatas

memiliki perbedaan atau selisih sebesar 3,72 artinya bahwa

prestasi yang dihasilkan kedua kelas tersebut sama-sama memiliki

peningkatan, hanya saja kelas reguler lebih rendah dibanding kelas

unggulan, dikarenakan kemampuan siswa yang berbeda dan

motivasi berprestasi yang tidak lebih tinggi dari kelas unggulan.

Pembahasan

Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai siswa setelah

mempelajari materi pelajaran. Penggunaan media pembelajaran

dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan minat dan

keinginan yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan

dalam kegiatan belajar, bahkan membawa pengaruh-pengaruh

psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran pada

tahap orientasi pengajaran akan sangat membantu efektifitas proses

pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat

Page 48: Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251 1 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014 JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA STKIP BIMA Diterbitkan 2 kali setahun pada bulan Februari dan bulan Juli

Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251

48 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014

itu. Apalagi pola pendekatan dan tujuan laboratorium fisika

sekarang beralih dari pembuktian teori atau konsep yang diajarkan

menjadi life education bagi siswa yang merupakan penilaian

psikomotoriknya untuk menemukan teori atau konsep fisika yang

sudah ada. Hal ini menuntut para guru fisika membuat lembar kerja

siswa yang dapat merangsang siswa untuk bekerja dan mencoba

menemukan teori, konsep, dan rumus fisika sederhana.

Penggunaan media KIT mekanika pada pembelajarn gerak

dapat menumbuhkan pengetahuan secara konkrit artinya teori

dalam pembelajaran matematika yang mereka terima dikelas dapat

dibuktikan dengan melakukan percobaan dan eksperimen sehingga

kemampuan mengingat materi pelajaran dengan melakukan

percobaan dan eksperimen lebih baik dibandingkan hanya dengan

melihat saja (Sardiman, 2001). Dari hasil penelitian dapat dilihat

bahwa penggunaan media KIT IPA dapat meningkatkan prestasi

yang lebih baik dibanding penggunaan media CD Pembelajaran

dalam proses pembelajaran, namun secara umum bahwa

penggunaan media apapun dalam proses pembelajaran dapat

menumbuhkan minat dan motivasi serta meningkatkan prestasi

belajar dibandingkan tidak menggunakan media.

Kesimpulan

Dari hasil dan pembahasan diatas dapat diimpulkan sebagai berikut

: (1). Terdapat pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar

fisika siswa kelas unggulan yang menggunakan media KIT

mekanika pada pembelajarannya, juga terdapat pengaruh yang

signifikan terhadap prestasi belajar fisika siswa kelas reguler yang

menggunakan media KIT mekanika pada pembelajarannya,

prestasi belajar kelas unggulan lebih baik dibanding prestasi kelas

regular.

Page 49: Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251 1 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014 JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA STKIP BIMA Diterbitkan 2 kali setahun pada bulan Februari dan bulan Juli

Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251

49 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014

Daftar Pustaka

Depdiknas. 2001. Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran

Fisika untuk SLTA.

Hamalik, O., 2001, Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara.

Jakarta.

Herlanti, Y., Setiawan, W, Rustaman, Y.N. 2007, Kontribusi

Wacana Multimedia Terhadap Pemahaman Dan Retensi

Siswa, (Studi Kasus pada Pembelajaran Hereditas di Kelas

3 MTs Cimahi) Jurnal Pendidikan IPA: METAMORFOSA

VOL 2 NO 1, April 2007, h.29-38

Indrawati., 1999, Model-Model Pembelajaran IPA, Pusat

Pengembangan Penataran Guru Ilmu Pengetahuan Alam,

Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah,

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Bandung.

Mulyasa, E., 2003, Kurikulum Berbasis Kompetensi (Konsep,

Karakteristik, Implementasi dan inovasi), Remaja

Rosdakarya. Bandung.

Sardiman, A.M., 2001. Interaksi dan Motivasi Balajar Mengajar.

(Pedoman Bagi Guru dan Calon Guru), Penerbit Rajawali.

Yakarta.

Sudrajat, (2009), Media Pembelajaran, diakses dari

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/, tanggal 27 Mei

2009.

Page 50: Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251 1 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014 JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA STKIP BIMA Diterbitkan 2 kali setahun pada bulan Februari dan bulan Juli

Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251

50 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014

PENGARUH PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA

MATERI STATISTIKA SISWA KELAS VII SMPN 3 KOTA BIMA

Oleh: B. Erdiansyah P. ST.M.Eng

Abstrak : Jenis penelitian yang digunakan adalah Eksperimen

yang melibatkan dua kelompok yang diberi

perlakuan yang berbeda. Sampel yang digunakan

dalam penelitian ini adalah VIIA dan VIIB sebagai

kelas Eksperimen dan kelas Kontrol yang ditentukan

melalui teknik cluster ramdom sampling. Kelas

eksperimen pembelajarannya mengunakan

pendekatan pembecahan masalah dan kelas kontrol

pembelajarannya mengunakan model konvensional.

Pengambilan data menggunakan instrument berupa

tes hasil belajar berbentuk essay. Nilai rata-rata tes

hasil belajar yang diajar dengan pendekatan

pemecahan masalah adalah sebesar 82,86 dan rata-

rata tes hasil belajar yang diajar dengan model

konvensional adalah sebesar 68,77

( ).

Kata Kunci : Pemecahan Masalah, Hasi belajar, Statistika

Pendahuluan

Pendidikan merupakan bagian terpenting bagi

kelangsungan peradaban manusia dimuka bumi ini. Kesadaran

tentang hal inilah yang menyebabkan bangsa Indonesia

menempatkan pendidikan sebagai suatu yang utama. Hal ini

dapat terlihat di dalam sumber hukum bangsa Indonesia, yaitu

UUD 1945 pada pembukaan UUD 1945 alinea keempat

mengamanatkan bahwa salah satu tujuan Nasional Negara

Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.

Page 51: Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251 1 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014 JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA STKIP BIMA Diterbitkan 2 kali setahun pada bulan Februari dan bulan Juli

Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251

51 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014

Keberhasilan proses belajar mengajar dalam rangka

mewujudkan tujuan pendidikan sangat dipengaruhi oleh

banyak factor. Tidak hanya guru dan murid yang berperan

dalam keberhsilan pendidikan akan tetapi ketepatan dalam

pemilihan metode tehnik, dan pendekatan pembelajaran

menjadi aspek yang penting dalm menunjang keberhasilan

pembelajaran. Ketepatan dalam pemilihan, metode merupakan

kesesuaian antara karakteristik materi dan karakteristik siswa

baik secara psikologis maupun jasmani dan untuk itu

diperlukakejelian dan keterampilan seorang guru dalam

mendiagnosa dan menentukan strategi serta metode yang akan

diterapkan. Karena kesalahan dalam pemilihan metode

pembelajaran akan mengakibatkan tidak maksimalnya

pemahaman siswa yang berimbas pada tidak maksimalnya

pencapaian tujuan.

Pembelajaran matematika disekolah yang dapat

meningkatkan hasil belajar siswa adalah dengan menggunakan

pendekatan pemecahan masalah menurut Supardi, dkk. (2008:

9-10) pendekatan pemecahan masalah adalah adalah

penggunaan pendekatan dalam kegiatan pembelajaran dengan

jalan melatih peserta didik menghadap berbagai masalah baik

itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah

kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama.

Orientasi pembelajarannya adalah investigasi dan penemuan

yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah.

Pendekatan Pemecahan Masalah

Pemecahan Masalah adalah suatu proses belajar

mengajar yang berupa penghilangan perbedaan aau

ketidaksesuaian yang terjadi antara hasil yang diperoleh

dengan yang diinginkan, (pranata, 2005:3). Sejalan dengan

pendapa tersebut prawiro (1986 : 36) mengatakan problem

solbing adalah metode belajar dengan jalan menghadapkan

siswa pada suatu masalah yang harus dipecahkan oleh siswa

Page 52: Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251 1 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014 JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA STKIP BIMA Diterbitkan 2 kali setahun pada bulan Februari dan bulan Juli

Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251

52 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014

sendiri dengan mengarahkan segala kemampuan yang ada

pada diri siswa tersebut. Menurut Hudoyo (2007 : 26), dalam

pengajaran matematika, bahwa masalah (soal) matematika

dibedakan menjadi dua bagian yaitu :

1. Latihan yang diberikan pada waktu belajar matematika

ynag bersifat latihan agar terampil atau sebagai aplikasi

dari pengertian yang baru diajarkan.

2. Masalah yang tidak seperti halnya latihan melainkan

menghendaki siswa untuk menggunakan sintesa atau

analisa. Untuk menyelesaikan suatu masalah, siswa

tersebut harus menguasai hal-hal yang telah dipelajari

sebelumnya, yaitu mengenai pengetahuan,

keterampilan, dan pemahaman, tetapi dalam hal ini ia

menggunakannya didalam situasi baru.

Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh data hasil belajar matematika pada

materi Statistika siswa kelas VII SMPN 3 Kota Bima,

digunakan perangkat alat instrument yaitu tes hasil belajar

yang diambil dari buku pegangan guru oleh peneliti dengan

bimbingan dosen pembimbinng dan guru mata pelajaran

disekolah yang berbetuk latihan Essay (uraian).

Tes ini digunakan untuk mengukur tingkat penguasaan

siswa terhadap materi setelah belajar dalam jangka waktu

tertentu. Bentuk tes yang digunakan adalah tes essay. Namun,

sebelum tes hasil belajar itu dibuat, terlebih dahulu dibuatkan

kisi-kisi agar masing-masing bagian dalam materi dapat

terwakilkan secara proporsional dalam tes.

Hasil Tes Kelas Eksperimen

Hasil tes yang diberikan kepada kelompok

eksperimen yang menggunakan pendekatan pemecahan

masalah memiliki nilai terendah 70 dan nilai tertinggi 98.

Page 53: Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251 1 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014 JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA STKIP BIMA Diterbitkan 2 kali setahun pada bulan Februari dan bulan Juli

Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251

53 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014

Untuk lebih jelasnya, data hasil tes kelompok eksperimen

disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut :

Tabel 1. hasil posttest kelas Ekperimen

Statistik Kelompok eksperimen

Banyak sampel 22

Nilai terendah 70

Nilai tertinggi 98

Nilai rata-rata 82,86

Simpangan baku 7,67

Variansi 53.54

Range 28

Berdasarkan data tabel 4.1, terlihat bahwa banyak

sampel pada kelas ekperimen yaitu sebanyak 22 siswa. Nilai

terendah hasil posttest kelas ekperimen yaitu 70 sedangkan

nilai tertinggi yaitu 98. Berdasarkan hasil perhitungan

diperoleh nilai rata-rata ( ) 82,86, simpangan baku (standard

deviasi) sebesar 7,67, Variansi sebesar 62,44 dan Range 28.

Bersadarkan nilai KKM pada tempat penelitian yaitu

sebesar 75 untuk mata pelajaran matematika, sebanyak 20

siswa kelompok eksperimen mendapat nilai diatas KKM.

Sedangkan siswa yang mendapat nilai dibawah KKM

sebanyak 2 siswa.

Jika skor variabel hasil belajar matematika siswa yang

diberi perlakuan pengajaran dengan menggunakan pendekatan

pemecahan masalah dikelompokkan kedalam 5 kategori, maka

diperoleh distribusi skor frekuensi dan persentase seperti yang

di tunjukan pada tabel dibawah ini :

Tabel 2. Distribusi dan presentase skor hasil belajar

matematika kelas eksperimen.

Skor Kategori Frekuensi persentase

0 -59 Sangat

rendah

0 0%

Page 54: Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251 1 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014 JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA STKIP BIMA Diterbitkan 2 kali setahun pada bulan Februari dan bulan Juli

Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251

54 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014

60 -70 Rendah 2 9%

71-81 Sedang 8 36%

82-93 Tinggi 10 45%

94-100 Sangat

tinggi

2 9%

Jumlah 22 99%

Gambar 1. Grafik nilai kelas eksperimen

Hasil Tes Kelompok Kontrol

Hasil tes yang diberikan kepada kelompok control yang

menggunakan model konvensional memiliki nilai terendah

adalah 60 dan nilai tertinggi adalah 85 untuk lebih jelasnya

data hasil tes kelompok kontrol disajikan dalam bentuk tabel

4.3, sebagai berikut:

Tabel 3. Hasil posttest kelas Kontrol

Statistik Kelompok eksperimen

Banyak sampel 22

Nilai terendah 60

Nilai tertinggi 85

0

1

2

3

4

5

6

7

70 75 80 85 87 88 90 93 94 98 100

nilai kelas eksperimen

Page 55: Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251 1 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014 JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA STKIP BIMA Diterbitkan 2 kali setahun pada bulan Februari dan bulan Juli

Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251

55 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014

Nilai rata-rata 68,77

Simpangan baku 7,51

Variansi 41,99

Range 25

Berdasarkan tabel 4.3, terlihat bahwa banyak sampel

pada kelompok kontrol yaitu sebanyak 22 siswa. Nilai

terendah hasil posttest kelas kontrol yaitu 60 sedangkan nilai

tertinggi yaitu 85 berdasarkan hasil perhitungan diperoleh

nilai rata-rata ( ) 68,77, simpangan baku sebesar 7,51, varians

(S₂) sebesar 41,99, dan Range 25.

Berdasarkan nilai KKM pada tempat penelitian yaitu

75 untuk mata pelajaran matematika, maka sebanyak 8 siswa

kelompok kontrol mendapat nilai diatas KKM. Sedangkan

siswa yang mendapat nilai dibawah KKM sebanyak 13 siswa.

Persentase data hasil belajar siswa pada kelas kontrol

dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4. Persentase data hasil belajar kelas kontrol

Skor Kategori Frekuensi persentase

0 -59 Sangat

rendah

0 0%

60 -70 rendah 13 59%

71-81 sedang 7 31%

82-93 tinggi 1 4%

94-100 Sangat

tinggi

0 0%

jumlah 22 94%

Persentase skor hasil belajar matematika siswa yang

diberi perlakuan pengajaran pendekatan pemecahan masalah

dapat diamati dalam gambar histogram seperti yang

ditunjukkan pada gambar 4.2 dibawah ini :

Page 56: Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251 1 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014 JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA STKIP BIMA Diterbitkan 2 kali setahun pada bulan Februari dan bulan Juli

Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251

56 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014

Gambar 5. Grafik nilai kelas control

Analisis Data (Uji Hipotesis)

Setelah dilakukan uji persyarat analisis ternyata

populasi berdistribusi normal dan homogeny. Selanjutnya

dilakukan pengujian hipotesis menggunakan uji t. pengujian

hipotesis ini dilakukan untuk mengetahui apakah rata-rata tes

hasil belajar siswa pada materi Statistika kelompok

Eksperimen yang menggunakan pendekatan pemecahan

masalah lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata tes hasil

belajar siswa pada kelompok kontrol yang menggunakan

pembelajaran konvensional.

Dengan kriteria pengujian yaitu

maka H0 diterima H1 ditolak, sedangkan jika ,

maka H0 ditolak H1 diterima. Berdasarkan hasil perhitungan

dengan menggunakan uji-t untuk sampel yang homogen, maka

diperoleh sebesar 16,97 dan derajat kebebasan (dk) =

- 2 = 22 + 22 - 2 = 42, diperoleh = 1,68.

(lampiran )

Page 57: Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251 1 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014 JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA STKIP BIMA Diterbitkan 2 kali setahun pada bulan Februari dan bulan Juli

Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251

57 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014

Untuk lebih jelasnya, hasil perhitungan uji hipotesis

disajikan pada tabel 4.7 berikut :

Tabel 6. Hasil pengujian hipotesis dengan uji-t

Berdasarkan tabel 4.8 terlihat bahwa lebih besar

dari (16,97 1,68), maka dapat disimpulkan bahwa

terdapat pengaruh dari pembelajaran matematika melalui

pendekatan pemecahan masalah terhadap hasil belajar siswa pada

materi Statistika siswa kelas VII SMPN 3 Kota Bima tahun

pelajaran 2014/2015.

Kesimpulan

berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan maka

dapat disimpulkan “ terdapat pengaruh dari pembelajaran

matematika melalui pendekatan pemecahan masalah terhadap

hasil belajar siswa pada materi statistika siswa Kelas VII SMPN

3 Kota Bima tahun ajarana 2014/2015

Daftar Pustaka

Abidin, Irham. 2006. Analisis Kesulitan Siswa Menyelesaikan Soal

Teorema Pythagoras. Jakarta: Raja GrafindoPersada.

Abdurrahman, Mulyono. 1999. Pendidikan Bagi Anak Berkualitas

Belajar. Jakarta Rineka Cipta.

Arikunto, S. 1998. Prosedur Penelitian. Yogyakarta : Rineka Cipta

______ 2006. Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek.

Edisi Revisi III. Jakarta: PT Rineka Cipta

______2007. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi

Aksara

Djamarah, Syiful Bahri dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar

Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta

Depdiknas, 2006. Panduan pengembangan silabus mata pelajaran

matematika Jakarta : depertemen pendidikan nasional

Kesimpulan

16,97 1,68 Tolak H0

Page 58: Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251 1 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014 JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA STKIP BIMA Diterbitkan 2 kali setahun pada bulan Februari dan bulan Juli

Jurnal Pendidikan Matematika ISSN: 2086 - 4251

58 Volume 1 Nomor 1- Juni 2014

Dahar, 1989. Strategi Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Hudoyo, Herman. 2001. Pengembangan Kurikulum

Matematikadan Pelaksanaannya di Depan Kelas.

Surabaya: Usaha Nasional,

Irma. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta:

Rajawali Pers.

Mirnawati. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta

Ruseffendi, E. T. 1991. Pengantar Kepada Membantu Guru

Mengembangkan Potensinya dalam Pengajaran

Matematika untuk Meningkatkan CBSA.Bandung: Tarsito

Sugyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif,dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2008, Cet. 6.

Suherman, dkk. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika

Kontemporer. Bandung: JICA Universitas Pendidikan

Indonesia (UPI)