jurnal panggung 2011

16
) :-) -) t I a: t) tl | ,,rl[; illl"-- . : =r!_)*)"eJ .=) -"'-='

Upload: sandy-rosandy

Post on 15-Dec-2015

83 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

Jurnal PanggungVol. 21 No 1 Januari - MAret 2011ISSN 0854-3429Mural Sebagai Tanda dan Identitas Kontemporer KotaOleh : Bramantijo

TRANSCRIPT

Page 1: Jurnal PANGGUNG 2011

)

:-)

-)

tI

a:t)tl| ,,rl[;

illl"--. : =r!_)*)"eJ .=) -"'-='

Page 2: Jurnal PANGGUNG 2011

PanggungVol. 21, No. 1, Januari - Maret 2011ISSN 0854-3429Terlrit empat kali setalr!n

PanSgtng Drerupakan juindl iimial tentanS S.ni darB dnra naupunilnr peng.t hr an dan disipli| iimr vj.gberLritaf se.tab€rhubunAan dc.gon keduaranahlv avnh

tanSgfng menllikl lisi dan nni m.ngemban8lanSeni di. Rudara lokal tradisi, \.krligus p€rhatiandenBan mrsalah dinanila Senj dan Bnd.,ya murallir(konr€mporcr) r' rs LrerldrssunS dj renEah-1cn8ah trornuDitas tradisi mil|Un kosno|olil.

KELUA SEKOLAH TINGG{ SLN1 INDONES]A(slsr) BANDUTJC

Ketua Dewan Penyunting:E\DA\C C]\IURI\ATI

Anggota Dewrn Peni uniing:DE\] HER\I\\\'A\| \.1\ ID \R)1\TOHERI iIERDAJI,\LA\R!\IL{\SLH.\R\OlAt_\1

HUS}J\ H!NDRry\\I

VENY ANUCTL\H AKAL

IKI]SAN IIiATAMA

YUPI SUN"DARI

Daftar Isi:

2.

3.

4

l K,)munta\ Batrclor lilar PenvanssaKesenran Bajidoran di Kabupaien'K"a-rawang h\va Bar.rt oLeh Anis Suiana.....Lhal.r-t2l

Transformasi Natasi Verbal KaryaSastra ke Narasi Visual Film dala"mKerangka PeIurTrbUhan IndrEtri KIea-tii Bidang Sastrir, Senl, d;n IIlm olehAccp lwan Saidi .... (hal. 13 22)

Representasi Mitos dalam Film Nga-laksa oleh Apip..... (hal. 23 - 36)

lemasaran Serli: Kaiian Konseptualuntuk Senirnirr Seni RuDa oleh lokoSubiharto ..... (hal. 37 - 47)

Mural sebacai l:ltdr dan ldentitasKurrtemporer Kotir oleh Bramantiio. .. (hal.18 oll

Seren T.rurr Sind,]ltg Biuing BalayarDua l.r|ahu TraditionJ knral Recin-shrcti,)n of KamFuns Budar a SiudaneBaran3 Bogorl o1!h Titangabdulah .lthal.6l -o)

Rruluhn\a \\a..na K.flr dan KeungFlllarl Cint.r Darnai At.rr;rn lslam: Sebuah \nahss lmorcsrt Lnfur Mrrnk1I iL l.,rr r Dahrr P'ertrurruLan l{nvnrcCLL( oleh I Nvoman Murtani "(hal.80 39)

Pemanfaatan Khasanah Tradisi MusikCaidan g Tanbu a MinangkabaLl dalamRekavasa PenciDtaan Geirre Banr An-samtjel dar Misil Lepanean 'ConsTambuLr Nla.li (,leh Mihdi-Rihir "(hal. 90 - 104)

Animateci Film in CD as A Form otCultllre Dcveloprnent: Ir. Loi,e SlorvOf R. Pmtl Asnatobnnsun |nd DeitSek faji oleh Na$en Afatara ..... (hal.105 114)

9.

I'cnulis wajib ncnye..hkan l,trr ort arnl:el duabuah serta soli .dprl d.lam b.ntuk disket ataukephgan CD.

Alamat Redaksi:SEKOLAH TINGGI SENI INDONESIAJalan Buahbatu No. 212 Bandunq 40265

Telcpon 022-7314982; Faks. 022 J30i02lE-mail: uptjenerbitan@ sNr-bdg ac.id '

redakslpanggungfa yxh,,o corn

Page 3: Jurnal PANGGUNG 2011

48

Mural sebagai Tanda dan Identitas Kontem-porer Kota

Bramantijo

Jurusan Seni Rupa Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta (STKW) Surabaya

Jalan Klampis Anom tr sulabaya 50117

ABSTRACT

Al prese t, @e cat olmost fnd Mulal in oarious public spaces in sofie cities of I donesii, Mural has

beconte t psrt of city societ! dlnamics in ea?ressing some social life ptoblefis faced bu then, mufiIis a rcpresenlation of society. The oisual expressiofl of society in the fofm af mural in public spaces

of city nny be seen as aesthetic behaoior, but, oi the othe, hnfid, it may be deemed to makt the faceof city lo be ditty, in fact to be oisual garbage. yoryakrrta city (as the obiect of researcher) anyhoT,

is able to manage a nural as a part of city identity haoing tenponry and unique charscter, and. to

express local culfure nuance thqt became the city identit! and al the same time to rcduce oofidalisntefkcts ofpublic Waces by |tild graffti.

KeyTootds : fllulal, symbal, identitu

Pendahulual

Mencermati perkembangan kota-kotabesar di Indonesia dalam hal tata kotadan pencitraan kota yang estetis, kita akan

melihat bagaimana setiap kota berusaha

mempercantik kota dengan nenghadir-kan elemen estetiskota sepe.ti taman kota,monumen kota, dsb. Upaya mempetcan-tik wilayah kota ini sebagian besar mer!-pakan inisiatif pemerintah kot4 sehinggadari aspek perencanaan, pendanaan, danr€qreliharaan menjadi tanggung jawab*=leiniah kota. Aspek politil sosial, danab::o:I'i tidak dapat dilepaskan dari ke-:E:aa1 lain dalam penataan kota. Na-:-=. :-:].lca, di]lalflika kota yang cepat

mempengaruhi pandangan sebagian ma-syarakat kota dalam rnemberikan andilmemanJaatkan ruang pub[k kota. Merekaberanggapan bahwa ruang publik kota ti-dak hanya wewenang pemerintah dalarnpenataannya, Dasyalakat memiliki ha]<

untuk ikut memanfaatkan ruang publiktersebut sesuai dengan pelsepsi masing'masin& sehingga muncul berbagai elernenvisual di berbagai wiiayah kota berupagapura, patun& mural, dan lainJain yangmerupakan paitisipasi masyarakat kota,baik yang direncanakan sesuai kebutuhanlingkungan, maupun yang lahir sekedarkeisengan.

Page 4: Jurnal PANGGUNG 2011

Brahantijo: Mural sebagai Tanda dan I<tentiras Konlenpoier Kota 49

Kehadiran mural di betbagai tempat_tempat publik kota, seperti di dindingjala,narL di tiang penyangga jembatan layan&dsb menjadi tempaFtempat partisipasi al_

tematif para pemural sebagai warga kota.Ruang-ruang pubtik kota dipilih pemuralkarena sifatnya yang terbuka, menjadi ak-ses lalu lintas warga kota serta dianggapmilik umum, sehingga siapa saja dapatmemanfaatkannya. Partisipasi masyarakatkota dalam bentuk memural ruang pub-lik kota atau tempat-tempat umum dapaibersifat esteti6, kehadirannya mempetcan-tik dan membed kesan menyenangkarLtetapi tidak jarang menjadi pemandanganyang kurang nyaman, kotot atau me4jadisampah visual bagi kota, Oleh sebab itupemerintah kota serta masyarakat yeurEpeduli terhadap estetika ruang publik kotaperlu memberi perhatian terhadap kehad_iran mural ataupun karya-karya street arflairmya seperti grafiti unfuk dikelola seb-agai aset kota. Salah satu kota yang men_coba mengelola mural sebagai aset kotaadalah Kota Yogyakarta.

Bagi kebanyakan orang yarg berper-gjan dengan menggr.lndlan iasa kereta dpi,baik kereta ekonomi bisnis, ataupun ekse-kutif dengan rute pe4alanan Surabaya-Yogyakart4 Surabaya-Bandun& Suraba-ya-Jakatta, atau rute pe4alanan lainnyayang melintasi kota Yogyalartq petunjutataupun tanda lainnya yarg menginfor_masikan bahu'a mereka telah memasukiwilayah kota Yogyakarta menjadi cukuppenting. Dikatakan penting karena tandaini dapat mengingatkan para penumpaRgbahwa mereka harus segera berkemas-ke-mas unfuk tur-un di Stasiun Lempuyanganunfuk penumpang kereta ekonomi, atauberkemas-kemas untuk turun di StasiunTugu sebutan lain untuk Stasiun Kota yo-gyakafta. Bagi penumpang yang tujuan

pe4alanannya kota-kota seteiah yogya_

karta, tanda bahwa mereka telah mema_suki wilayah kota Yogyakarta bisa sedikitmemusatkan pethatian untuk menikmatipanorama kota Yogyakarta yang khas me-lalui kaca jendela kereta yang cukup lebaratau bersiap turun sesaat di stasiun untukmembe[ oleh-oleh khas ,,Jogja,,.

Kehadiran nedia yang berfungsi seb_agai petunjul atau tanda tentang sebualkota menjadi sangai pentin& karena me-dia ini disamping berfungsi memberikaninformasi langsung meialui teks atau teksdan gambar, dapat pula berfungsi mem_bangkitkan memori atau ingatan pengala-man bagi seseorang yang pemah men_gunjungi sebuah kot4 sepefti yogyakafta.Tanda ini dikategorikan sebagai ,,sign

sys_tem" sebagai manarambu lalu linta, tandadi area perkantoran dan mall, atau tandapada ruang publik kota lainnya. Informasilangsung dalam bentuk teks bisa berupapapan di jalan raya atau sisi kiti kanan relkereta api bertuliskan " YOGYAKARTA-dan varian sejenisny4 atau papan reklamebesar "billboard" berisikan ilustrasi ban-gunai keratort gapur4 laki-laki meng6u_nakan blangkon, ddn sebagdinya sebaga;ci khas kota Jogja denga4 tulisan Se-lamat Datang di Kota yog-yalafta. Namundemikian kota Yogyakarta memilil<i ataubisa dikatalan memberikan altemati ti -da l'ang berbeda unt!,k mernbeiken inJor_masi posisinta sebagai kota buda),a, satahsatunva melalui mural di kaki JembatanLayang Lempul angar vang dilintasi jalurkereta api.

Kaki Jembatan LayarLg Lempuyangansaat ini dipenuli dengan mural tentfiglegenda Jaka Tarub, Punakawao wayangBrar'ut dan obyek mural lainnya tentangkhasaaah seni rupa hadisi yang berkem_bang di Yogyakarta. Mural ini diketakan

Page 5: Jurnal PANGGUNG 2011

lu,nJLlj.ni & Budaya l.nggrnS V.l 2llN! l,Jaruad lvlar€I2011:18-6t 50

tahun 2007 olch scniman tradisional Yo-

c)Jk.,rlr'. djdnldrdn\J 5L,lJ.ru fpelul r-

kaca), Tjipto Wibagso (pelukis tonil dan

tata panggung wayang orang), Ki Ledjar

Slrbroto (pembuat wayang kancil sekal

igrr J.rl.rnSr subrndi rp.l.r r- la,.: 'eri-man garnbar pitutur), Tjipio Seti\ ono (pe-

lukis becak), Dani Juriarto (perupa muda

)'ang tertarik pada seni tupa tradisi), dan

Nur Saman (penggiat mural di kampung\Lr\"rm"idr / )arF -lenJrdi b;g,ar dari

proyek mLual "Tanda Mata dari Jogja"yang dimotori olch Jogja Mural Forum(JMF). Kehadiran mural di kaki JembatanLayang Lcmpuyangan ini menjadi sanEiat

n'\ena k karena secara visual ukurannya

yang relatif lebar dan menampilkan obyek

scni tradisionai yang hampir dilupakanoleh masvarakat Yogyakarta dan sekaligus

dikerjakan langsung oleh para senirnan

pelaku seni tradisional tersebut, yang se-

belumnva belum pernah berkalva mural.\amun demikialr. dalam makalah iri mur:r .:li iaji] le.rbai..n Lempu\ angan akan

- . J.: :- -. i , r- ,cn o;i\" L,e-\a,-

:::: ie._i::r :-jrSSir\ a :e5asai iarda sefia

;:,aa.Eit :E:aas:r lar |ar_,g berhubunganjergar penai.iran iegala sesuatu rangada di baLik tanda tersebut. Mural di kaki

Jembatan Lempuvangan merupakan salah

\d-x .i. ri \. ridn oblek lang memberi .irikota Yogyakarta yang sekaligus menjadi

tanda sebuah kota yang bernama Yogya-

karta.

Mural di Kaki Jembatan Layang Lempuy-

angan dalam Kesatuan Tanda

Konsep tentanfj tanda umumnya digu-nakan dalam pengertian yang luas pada

enhlr. .p.nicliL Lon\en\ionrl rlru alrn'i

],ang terdi atas tanda (sign vehicle) yangdikaitki dengan makna (meanin€i). Defi-

njsj yanfJ lebih sempit untuk isii]ah tanda

telah banyak ctiberikan selama sejarah

semiotik oleh tokoh-tokoh semiotika sep-

erti Carles S Peirce, Saussure, Moris, danHjelmslev. Definisi tentang tanda dimulaidengan mempersoalkan terminologi dan

pertanvaan ontologis mengenai hakikatldnd. ddr perand. r\o namr.n demrlirn.prdrial brnfr. k, Nrb- J r lprmrnologi-

Carnbar. 1: NIulalsebagiielemenestetis(Sumbcr: Bramantiidoktober 2010)

dalam upaya rnembedakan antara tanda,

penaida, dan unsur-unsur minimaliya.\Ienurut Saussluc, tanda selalu mem-

pun\-ai tiga h'ajah: tan.la itu sendiri (sign),

aspek material (entah berlrpa suara, hurutbentul9 Ejambar, gerak) da tanda yangbcdungsi menandakan atau yang dihasilkan oleh aspek material (signifier), dan as-

pek mcntal atau konseptual yang ditunjuk-kan oleh aspek maierial (signi{icd) (ketigawajah ini sering jLrga diformr asikan seb-

agai berikuti sign, sign-vehicle, meanjng).

Pembcdaan ini membuat ianda seolai ieb-

ih aktif. Melakukan analisis tentang tanda,

kita harus tahu benar mana aspek materialdan mrnr r.pek n"entdl. Ketiga \dpel inimerupakan aspek-aspek konstitutif suatu

tandar ianpa salah satu unsur, tidak akan

ada tanda dan kita tidak bisa membicara-

kannya, bahkan tidak bisa membayang

Page 6: Jurnal PANGGUNG 2011

l=I!::!!aE! s"i runda dan idenrlas Kont€mpoler Kora 51

kannya. Ketiga konsep ini mudah diingattapi tidak mudah dipahami, karena tidakpernah dapat dibuktjkan secara empiris.Pembuktian lebih didasarkan pada pers-pektif kita sendiri.

Dala.n aralisis semiotik dikenal isti-iah significatiort merupakan huburganantara signifier dan signified, sedangkansign menrpakan kesaLuan antara signi-fier dan signified. Dalam analisis semiotikkita mencari berbagai hubungan yang me-nyatukan antara signifieds (jamal) dan sig-niliers dari berbagai unsur objek tersebut.Menurut Barthes, analisi6 semiotik lebihmemusatkan perhatian pada suatu obleksebagai the significant (dipenuhi denganhalhal yang bermalna) dari pada sebagdithe technical atau the functional (kebutu-han dasar akan nilai fungsi yang dipenulidengar.r hal-hal teknis). Jadi untuk meli-hat gejala budaya dalam masyarakat thesignificant dari obyek tungsional menjadilebih penting dari pada fungsi atau thetechnical. Sebagai contoh topi yang semu-la digunakan untuk melindr.mgi kepaladad terik mataiari berubah menjadi tandagaya hidup, dan kelualga yang makan direstoran katena ditinggal pembantu di-tafsirkan sebagai tanda gaya hidup. Itulahsebabnya mengapa obiek }?ng sebenamyabukan tanda melainkan sebuah nilai gunaatau fungsi bisa melocat menjadi objek se-bagai tanda. Pandangan Barthes ini padaakhimya menjadi landasan teori Baudril-Iard untuk mengkdtik budaya modemyang lahir dari masyarakat ko4sumsi.

Berkaitan dengan mulal di kaki Jem-batan Layang Lempuyangan yang diker-jakan pada tahun 2007, lukjsan dindingatau mural te$ebut menghadirkan kem-bali dunia wayang, meskipun tak seluaipakem. Lukisan legenda Joko Tarub, epikRamayan4 wayang Brayut, hingga pitu-

tur Punakawan di sekujur kaki jernbatanIayang Lempuyangal dengan melibatkanperupa tradlsional. Mutal-mural tersebutbagi penumpang kereta yarrg sebelumnyapemah ke Yogyalarta dan melintasi bawahJembatan Layang Lempuyangan akan ber-fungsi sebagai tanda (sign) bahwa merekatelah sampai di Yogyakartd, namun bagiyang belum pernah ke Yogyakarta ataumemperoleh inlormasi di media tentangIiputan mural di kaki Jembatan Lempuy-angan, maka mutal tersebut tidak bemdiapa-apa, hal ini seperti sebuah papan ber-tuliskan "YoSyakarta" akan tidak berartidan tidak dapar memberi inJormasi bagiorang yang buta huruf alias tidak dapatmengenali huruf apalagi membaca.

Gagasan membuat mural di kaki Jem-batan Layang Lempuyangan dalam proyek"Tanda Mata dad Jogja,, oleh Jogja MuralForum (JMF) dengan melibatkan para sen-iman tradisional nampaknya disengaia un-tuk membuat tanda bagi kota yogyakalta,

sesuai dengan nama proyeknya denganmenggunakan kata "Tanda Mata,, ataubisa diartikan sebagai kenang-kenangan,kenangan tentang Jogj4 kenangan bah-wa mereka pemah sampai di yogyakartadan mereka kelak dapat mengenali kem-bali sisi indah tentang kota ini. Sehinggakeberadaan murdl ini patut dikategori-kan sebagai tanda atau sign. penempatan

mural pada kaki jembatan yang menjadiperlintasan puluhan kereta api yang men-gangkut r;buan penumpang dari berbagaikota setiap hariny4 membuat fujuan mu_ral sebagai tanda dapat berfungsi denganefektif dan memberi kesan khas. Kelhasanini mlrncul karena mutal sebagai tanda se-buah kota berbeda dengan tanda untukkota-kota lainnya yang sebagian besarberupa papaa nama atau gapura yang an-tara kota yang satu dengan kota lainnya

Page 7: Jurnal PANGGUNG 2011

l.-n S.r ,! Budaya Palgglng Vol. 21, No. 1, lanuan _ Marel 201I : 16 _ n i 52

'ieniliki banyak kemiiipan.

Mural di kaki Jembatan Layang Lem-

puyangai sebagai signifier atau penan-

dd aiau dspek maLeridl, terbangun dari

lukisan tcntang legenda dan wayang atau

segala sesuatlr yang sedng hadir dalam

pertunjutan wayang, merupakan tradisi

yang lekat dengan masyarakat Jawa, khu'susnya masyarakat Yogyakafia. Sepe*ipada salah satu sisi kaki jembatan layang

Lempuyangan tampat gambar rombon-

gan kera berbaris rapi menghadap Prabu

Rama, karya yang dicuplik dad epos Ra-

mayana ini muncul dari tangan keriPutTjipto Wibagso, senlman sepuh penunggupanggung sendratari Ramayana di Taman

Hiburan Rakyat Yogyakarta, Pada kaki

iembatan lainnya dda Joko Tarup merrcuri

selendang Dewi Nawangwulan. Karya ihrmuncul dari tallgan Sulasno, pelukis kaca.

Lalu di kaki lainnya, dalang Wayang Kancil

, ki Lej.ir Subroto melukis Srpura baSian

dari gunungan yang biasa muncul dalam

wayang cerita Mataram tentang sosok sul-tan Agung dan seterunya, Jan Pieterzoon

Coen, dan dikaki lainnya Subandi, pelukis

kaca/seniman gambar pitutur melukiskan

Punakawar! serta Dani Jmiarto melukis

wayang Brayut mengisahkan kehidupankawulo (rakyat kecil) yang banyak anak.

Karak(enstik visual wayang sebasai seni

rupa tradisi melekat kuat pada kota Yo-

gyakari4 maka siapapun yang melihat

lukisan wayang pada dinding atau mu-ral wayang maka mercka akan membay-

an8kan sebagai sesuatu yang berkonotasiiaadisi, dan yangberkonotasi tradisi maka

=enjadibagaian yang tak terpisahkan dari:€,-zlteristik kota Yogyakarta. Aspek ma-

=--1 (signifier) te$ebul akan menunjuk:::a -i.ek mental atau konsepfual (sig-

-,:l=: .:an8 bermakna (meaning) tentang< -=

-r:-rt<2:b.

lvlural di kaki Jembatan Layang Lep-uvan8an sebagai srgn terhangun dAri

kesatlan sigrLiJier (perwujudan lukisanwayang) Cail signified (makna tradisional

vang lekat dengan kota Yogyakarta), dan

antara signifier cian signified memilikihubun8an yang kuat (signification). Mak-na yang terban8un dalarn konteks mural

wayang di kaki jembatan ini tidak berhenti

sampai pada pen8enalan orang tentang

Yogyakarta sebaBai kota tradisi atau kota

budayd, tetapi dal-rm pemaharnan setiap

orang akan murtcul makna-nakna yanglain dalarn trngkatan yang berlapislapis,sesuai denSan pengaiaman masing-mas-

ing. Dari sisi digagasnya m'rral ini oleh

JMF dapat meiahilkan multi makna, pen-empatdn pada kaki jembatan layang juga

multi makna, pembuaian mural oleh seni-

man tradisional juga multi makna, dan

setiap orang yang nelihatpun juga dapatbersifat multi makna. Analisis terhadapmural dalarn sisten:, tanda yang dihasil-kan karena adanya perbedaan-perbedaan

dimaksudkan untuk merekonstmksi ataubaikan rrendekonsLruLsi tanda, dan inimenempati posisi penting daiam analisis

semiotika.

Menuknai Mural di Kaki JembatanLayang Lernpuyangan

Jembatan layang merupakan salah satu

infrastruklur pentirg bagi kola-kota modem,

khususnya daiam nengurai permasalahan jalur

transportasi kota yang semakin ha semakin

sempjt dan tak mampu menampung lonjakan

kendaraan bermotor yang lalu laiang di jalan-

an. Kehadiran j€ batan laya:rg sekaligus men-

jadi landa atau simbol bagi sebuah koia bahwa

modemisasi lelah &ernasuki sendi-sendi ke-

hidupan kota. la mendampingi infrastruktur

kota modem lainnya seperti gedung berting-

Page 8: Jurnal PANGGUNG 2011

bllllfAglgueu, t'nda dan rdenriras KonteDrporer Kor, 53

kat, traffic light, bandarudara, dan sebaeainva.

Jembatan Layang Lempuyangan merupakanjembalan layang perlana yang hadir di yog-

yakerta. Sosohtya yang kokoh- teAusun darisrruLrur belon bemrlarg )"nc r,enj"dr ciripenting bangunan nrodem- berbeda dengarstruktur bangunan tradlsional atau bangunan

kolonial ],ang mendorninasi kota yogyakafta

pada saat sebelunrnya. Desain jenbatan yang

lugas sebagaimana gaya arsitcktlLr modern 3F(Form Follow Function) medadikan Jembatan

Lenpuyangan ierkesan kakr dan dingin, tidakada delrl-dcr.l om-rren rk oact. .dgi"n-bagian

jcmbatan, dinding pada sisi luar dan kaki-kaki

cambar.2: Murat Wayang Braylt(sunlb.r: Bramantijo/Okrober 2010)

jembatan dibiarkan kosong, kontras dengan

balrgunan di sekirarnya vang didominasi gaya

arsitektur tradisional dan kolonial di kawasanKoia Baru termasuk Stasiun Lempuyangan.

Membuat mural di kaki Jembatan Layang

Lempuyangan sebenarn)'a teiah dilakukan olehkelompok "Apotik Komik" pada tahun 1997

dengan objek mural berupa lukisan _vang ber-temakan kepedulian akan lingkungan dan ga),a

bidup modem, dengan slvle yang seiring den

san nafas seni rupa modem (blsa pula dimak_nai kontemporer) \'ans sedans berkenrbang ali

Yogyaka a saat iru. Tampilan baru jenbatanlayang iri menjadi lcbih buDanistik serelah dihiasi dengan mural. Para pengendara vanq lalulalang di bdwahjembatan iayang serla penun-pang kcreta api yang melintas di kakijembalanmelihat mural ini sebagai sajian visual yalgiayak diapresiasi. Sosok jembatan yang kakudan dinginteiah manpu dijinakkan oleh mural.Suasana i1i dapat dimakrai mcnyatunya infiashuktur kota ya g saintifik dengan kehidupanmasyarakatnya yang humanis dengan bukem-bangnya buda],a modcnt. Mural di jernbatan

layang sebagai simbol penvatuan budaya pikirdan br,da\a m\.r..ck, igus m.rgrrark"n rlorn.,nasi modernihs scbuah kota dengan scgalariak-riak kehidupan modern. Seperli halnya dikotr-lora br.ar di Jrrn,a. 'nural n-e iadi bagra..

yang tak terpisahkan dari dinamika kota yangkeras dan penuh dengan konlradiksi. Mulal

enjadi media ekspresi dan rnedia perlawanan

masyarakat kota yang tetpinggirkan.Pembaruanlnural di kaki Jembalan Layang

Lempuyangan pada tahLlll 2007 dalam proyek"Tanda Mata dari Jogja,yang ttimotot'i olchJogja Mural Forum (JMF) dcngan nrelibarkenpara senirnan tradisional dapat dinaknai secar.a

berbeda-beda baik oleh inisiator, pelaku, mau_pun masyalakat. Gagasan JMF nenghadirkannural dengar objek seni rupa tradisi meniadisesuatu yang kontradiksi, kontradiksi denganjembatan layang yang rrodem dan kontracliksidengan mural sebelumnya yang menampil-kan fenomena nasy akat modem. Namundemikian kontmdiksi ini jushu menjadi aspekyang secara cermat diolah oleh JMF ul1tuk nrc_

nadk perhatian publik. Dengan hadimya mulaltentang PlLnakawan, wayang Bla],ut. cuplikanadengan Ramayana. masyarakat diingatkankembaii tcntang khasanah seni tradisional yang

dilniliki V)gyakarla dan mulai <iilupakan. Me-lal-r n,'rer froyck Trull rrri prrt:r . r3 6 -

Page 9: Jurnal PANGGUNG 2011

Jumal S€ni & B{d al'a ranggung Vol.21, No.1, hnuiri Mar.r201l:48-61 54

gatkan bahwa para penggiat seni tradisi sepefii

Sulasno (pelukis kaca), Tjipto Wibagso (pe-

lukis tonil dan tata panggung wayang orang),

Ki Ledjar Subroto (pembuat wayang kancilceka,igu. drldng,. Subturoi (pelrkis ka.Jceni-lndn gambar pilurur./. I iplo Scriyoro i0elJkljbecak), masih ada, dan dengan setia menjaga

warisan tradisj itu agar tidak puirah. Dengan

segenap kekLcl:rn nereka mcrrur:'r\"n ,eni

tradisi yadg lelah menyatu dengan keseharian

mereka di kaki Jembaian Layang Lempuyan-gan dengan menaDpillGn ikon-ikon belupacuplikan adegan atnu bagian-bagian penlingdari seni tradisional t€ls€but. Meskipun mrualbukan mcrupakan ba-,dn d0ri media ekspresi

ser1i mereka sebelumDya, tetapi para selimantradisioDcl yang lelxh ll enjJdi rkon bagi

kesenian yang me.elo wakili, marnpu lrreng-

hadirkan mural tentatg seDi tradisi yang ada diYogyaka(a sebagai ikon kotaYogyakarta. JMFmencoba memlx. lirrri hadimya ikon-ikon; i

unluk dikenang kembali oleh masyarakal Yo-gyakarla dan para penumpang kereta yang

berasal dari luar Yogyakari.a lnelalui murallegenda dan wayang di kaki Jembatan LayalgLempuynngan.

Penggunaan istilal "ikon" dalan konteks

inj al,rn menimbulkan perdeharin, karena ti-dak sekedar menggunakan pemahaman ikonsebagai korelasi kemiripan atau analogi, se-

bagaimana gambar klrda nenjadi ikon untukbinatang kuda seslrngguhnya, sebagai nanapengertian ikon adalah hasil kcia "iangan ma-nusia", ikon adalah "gambar" dad objek, lela-pi penulis nrencoba membandingkan dengan

ilon-rkor yang sieni.. \epcr.i Alb(rL Einsrein

menjadiikon dai ilmu pengetahuan, Che Gue-.:--a menjadi ikon untuk tevolusi, Muhammad

-ljj Lrtuk olah raga tjnju, Eddie Van llalen un-j -- :ris rocL. rlau Men:tlit Lift;l ikon brqri:= P2-is dan patung Singa unruk Singapu,

-- P,'lrira:1lingan ini berseberangan dergan:i:olcni ;a,-i Charles Sanders Peirce yang

mengklasifikasikan tanda menjadi tiga, sim-bol, ikon, dan indeks. Simbol adalah hubur-gan antara penanda dan pelanda arbiter atau

secara arbiier dihubungkan dengan objeknya,

ikon adalah adanya hubungan kenitipan antara

penanda dan pelanda, dan indeks adalah secan

fisik dihubungkan dengan objeknya atau ada

hubungan kedekatan cksistensinya. UmbertoEco nengkritik pendapai Pierce tersebut yang

dirrgg"p terlalu .1iil [co .nengalakan lungsj

r,'nd:r aJalah korclisi anlarr ekspresi dan isididasarkan kode-kode yang dibentuk secara

konvcnsional (sistem aturan kor€lasi), dankode itu memberikan arunn-aturan yang men-ciptalGn ftugsi tanda. Jika ada tanda yang didalam beberapa tingkatan dimotivasikan oleh,mirip dengan, analog dcngan, se.cara alami di-hubungkan dengan objehya, makadefi nisinyaselra.usnya tidak lagi dipertahankal MenurutMorris, ikonit4s adalah masalah iingkat, tanda

ikonik lidak memiliki kesamaan properti fisiksepeni cbjekny.!, tetapi met€ka bersandarpada

struktur perseptual yang sama, Kesamaan per-

sepsi iiilah yang mencoba dibangun dalamkonteks kesenjaD tradisional dengan pelakun-ya, dan persepsi Yogyakarta sebagai kota yang

kuat menjaga tradisi dan menggunakan ele-

men-elenlen tradisi sebagai ikon kota.

Seniman Tradisional datr Pesan Bermakns

Keterlibatan seniman tradisional dalarn

ruunl, seperti Sulasno (pelukis kaca), TjiptoWibagso (pelukis tonit dan tata panggung way-ang orang), Ki Ledjar Subroio (pembuat way-ang l,lncil 5ckrligJs dxlang). Subandj (senj-

man gambar pitutur), ljipio Setiyono (pelukis

bccak) membcri makna tersendjd dalam per-jalman kair berkesenian neleka Tidak ter-bayangkan sebelunrnya mercka akan me ural-krn ohjek scni lradisi yxng menjddi ke:eharian

ereka. Canrbaran nural yang lebih mercka

kenal sebagai media eksp(esi senikontemporer

Page 10: Jurnal PANGGUNG 2011

lllmturtij.: Ntural sebaSal Thda .lan ldentitas Konrchpoia K.ta

yang jauh dari nafas ffadisi membuat be{arakdengan dunia meleka. tetapi dengan mereka

tampil di publik saat merancang, mengerjakan

murai, dan setelah menyelesaikan ntural, ma-

syarakat Yogyakafta menjadi tahu bahwa paraccnrndn lrddr:,,nal rn. rnrsrlr adr drn ekristensi mereka masih diperhitungkan dalannlemherr war 'a baFr perkembangan kesenrrn

Jr Yo$al.,dna khusu.n)a \eni n-pa he|b,sis

ffadisi- Melalui proyek muml ini pala scnirnan

tradisi ini nencoba mcnyampaikan pesan kultural dan nilai-nilai filosotis yang dikandung

dalam setiap kesenian mereka secara \dsual

dengan mcnginterpretasi muatan pesan yang.e5ua. dcnpdn keada"n maslar'alar ."r' ni.

serta situasi lingkungan di ,rl1a murai terse-

but di bual, sehiogga masyarakat yang meli-hat me peroleh sesuatu, baik bcrupa bang-

kitnya kenangan lerhadap masa lalu maupun

imajinasi dan interyiretasi sesuai pengalaman

mereka saat ini. Hal ini rerbukti sejak proscs

pembuatan hingga terselesaikannya karya rnu-

ral ini banyak masyarakat yang menghentikan

perjalanannya untuk sekedar mclihat dan men-

dokumentasikan diri bersamakarya mural den-

gan obyek yang unikterscbut. Melibatkan mer

eka dalam proyek lnural dan rcspon apresialif

masyarakat terhadap mural mereka mempakan

Gambar.3: Mural Lcgenda Jaka Tarub(Sunber: Branantijo/oktober 2010)

penghargaan yang luar biasa, mengingat pada

nkhir-aldrir ini masyarakat luas $rdah kurargmeminati kcsenian yang menjadi bagian hidup

Mural tentang legenda Jaka Tanrb yang

suka "saba ngalas" untuk berburu burung den-

gan alat tulup, suatu hari melihat 7 bidadaritengah mandi bersama di sendang di kawasan

hulan. lrkd larp lang sejar lama tncng r-tipnya lantas nencuri selendang atau selembar

kain salah satu bidadari. Dewi Nawangwllan(satu dari tujuh bidadari yang dicuri pakaian-

nya) tidak bisa terbang dan kembali ke Kay-rnyarr drn atrL |n1" \a\\dnpu I d. Jler'.trJaka Tarub dan dikeruniai anak \a$angsih.Jaka Tarub merupakan ceira rak., at !.ang san-

gat dikenal di Ja$a. Cerita iri menjadi salah

satu lakon dalan perhrnjukan keropmk dan

drama tari anak-anak yang populer di Jawa.

termasuk di Yogayakarta dan wilayah seki-

tamya. Suiasno, seorang pelukis kaca yang bia'a bekcrid Jengan tel r. tncmumrkan bdgidn

dari adegan saat Jaka Tarub sedang menggen

dong anaklya,juga digambarkan seuntai padi

dan dandang penanak nasi, serla digambarkanpula kembalinya Nawangwulan ke Kayangan,

setelah menemukan kain di bawah tunpukanpadi di lumbungnya. Pesan-pesan nloral akan

kcjujuran, kesetiaan, dan cinta kasih mencoba

Gamb .4: Muml Rana Tambak(Cerita Ramayana)

(Sutulre.r Breantijo/Oktober 2010)

Page 11: Jurnal PANGGUNG 2011

juma I Seni & Budayr Panssms Vol.21, No.1,Ianuari Marer20 :48 61 56

dibangun kernbali melalui visualisasi adegan.

Sulasno mencoba membangkitkan kembali

kenangan masyarakat Jawa tentang nilai nilailuhur tersebut.

Mulal tentang kisah Rama Ttunbak.

nenceritakan tentang Prabu Rama yang diban-tu ribuan pasukan kem menyerbu Kerajaan

Alengka. Kera kera yang membantu Rama

sejatinya adalah manusia yang dikutlLk karena

memperebutkan scsuatu. MelalL mulal den-

gan kisah ini .J.ipto Wibagso (pelukis ronil dan

tata panggung wayang orang) iigin mengajak

oralrg-nrdng )dng melihrl mLrral in; tnerenungr

kesejatian hidup, "kera sa.ja bisa bekerja sama

Gambar.5: Maral Gapun Mataram(Srmber Brananti jo/Okiober 201 0)

dan berbuat baik, mengapamanusia lidak bisa".

Ddlarn nurdl tcnlsng \'-ah Rrn-:r Tarnba,( inr

oleh Tjipto Wibagso sebagian telah dimodifi-kasi agar sesuai dengan sihrasi saat ini_

Muml tentang gnpura scpefti dalam ilus-Tasi gunungan wayang dihadirkan oleh Ki:3diar Subroto (pembuat wayang kancil seka-

isrs dalang). Sosok Ki Ledjar lekat dengan

-sr: Sultan Agung versus Jan Pieterzool::cr \ser1a anak buah nya dihadirkan oleh Ki

-3:':_ Subroto (pemhrat wayang kancil seka-

rai --::rg). \fereka akan melgerahkan bala

,-:'::-::i: jnmk pcrang tanding, adu taktik,::: :-- :::t i\er. derni memperluas kekLLa-

saan di tahan Jawa. Peperangan sengitpun takterhindarkan. Pasukan Gubemur Jenderal Be-la'da rn rncna g .e ak. pa,ukan Var3rum ko

car-kacir, narnun semangat pembebasan tidakpernah pudar Genetasi berikutnya sampai anak

c. cu S- lan \pu-p. reru, be urdya nrengu.

anak cucu dan anak buah Jan Pieterzoon Coen

daritahah Jawa. GubemurJenderal Belanda itu

wafat tanggal 21 September i629 dan diganiikan oleh Jacqres Spccx, sedangkan Sultan

Agung digantikan Raia Mataram berikutnya.

Cerita tentang Mataram vs VOC seda guba-

han Serai Kancil karya sastrawan Yogyakarta

bemama R.P Sast?wijaya tahun 1804, dalam

cerita wayang dengan karakter yang unikmen-jadi ciri Ki Ledjar. Popularitasnya sampai diAmerika dan Eropa, khususnya Belanda. Way-

irnts ciolaan K l edidr relah dikolcksi berhredi

museum di Belanda. Namun demikian perha-

tian dan apresiasi masyarakat masih kurang,

Gambar. 6: Murai Pl,nakalvan(Sumbcr: Bramanlijo/oktober 2010)

apalagi para genemsi muda. Oieh sebab itu KiT ediar menrl"l pro)ek .n ral ;J' Jdpal menrn-

gkalkan apresiasi masyarakat dan mcnjadi mu,.eum terbuka.

Mural tentalg punakawan dihadirkan oleh

Subandi seorang pehkjs kaca dan gambai pitLr-

fur Mural lentang kitik sosial yang dikisah-kan oieh Punakawan, tokoh yang dalam kisah

pcwayangan sclalu bertindak selaku pcnasihat,

tiba-tiba nenjilma menjadi pam pelal(lr ke-

Page 12: Jurnal PANGGUNG 2011

Ealj:f!!3Eltogo, trnda.ran rrr€ntiras Kontempod Kora 57

hidupan. "Tikus Mati Ing Lubung" dar ,,Aja

Arlol \egar" i. dur prlrhan baha.a berj.r

mas yang sarat kitik sosial. ,,Tikus Mati tngLubung" digambarkarl dengan adegan berde-

batan sengit antara Pelruk dan Begong, sedarg

Gareng saudam mereka, hanya mcndengarkan

deogan perut yang mclilit-litit di rengah rum-pukan padi. Sedangkan 'Aia Adoi Negara l',o.ok Pe'ml Scnrar. ddn \4bilurg. n en.all"kebenaran" sendiri untuk kepentingan diridan kelompok. Mual dcngan tema yang ak-tual dan mengakomodasi permasalahan yang

sedang menlbeiit bangsa ini merupakan sebuah

ironi yang ungkapkan Subandi melalui tokoh-tokoh Punakawan yang secara tradisi sangat

dikenal masyarakat Jawa. Di negaB yang kaya

dan subur ini mengapa harus mcngimpor beras!

kedelai, dan buah buahan. sedargkan para pe

mimpin asyik beldebat. carcng dijadikan s1m-

bol wong cilik yang hanye bisa melongo me-nyaksikan tingkah pemilnpin mereka, rak tahu

apa yang harL6 ditakukan walaupun dia dudukdi atas gundukan padi. Careng wong cilik yargtakmenliliki hak berfikir dan mengambil kepu-

tusan sendiri. Perdebatan antan petruk dan

Bagong yang tak kunjung selesai, membuatgundukan padi menbusuk dan Careng hanva

ngeces. Gaya k tik yang nenghibur lekat den-

gan tokob Punakawan. dan dergan segale kele_bihan dan kel-urancann\.a tokoh punakawan

telah menjadi fton bagi rnas\arakai Ja\ra yangmengidolakann) a.

Di antata mural di kaki Jembaran LalargLempulangan_ pada bagian paling tensah rer

dapat mural vang mcnggambarkan sepasang

suami istri dengan anak mer€ka yang bedum-ldh b"n)fk MLrul lor\d Dan Ju.lla-ro .e".man muda yang teflarik pada seni rLrpa tradisiini nerupakan bentuk pemaknaan ulang ter-hadap Wayang Bralut (saat ini sudah banyak

dilupakan masyarakat). Wayang Brayut mem-pakan cerninan kehidupan keluarga nlasyalakat Jawapada masa lalu. sebuah keluargayangtetap hamonis dan nkun neskipun jumlah

anggota kcluarga di dalamnya begitu banyak.yang sedng dikai&an dcngan pamdigma Jawa

"Banyak anak, banyrk rqeki". Figur Ki Bratutdan Nyi Btayut diposisikan sebagai cerminankegelisahan serta kebingungan uniuk memper-cayai bahkan memilih sosok pemimpin yang

mampu rnembawa negam ke arah yang lebihbaik, sehingga tercipta masyarakat yang adilmakmur scjahtera, "Tata titi tcnlrem, gemah

ripah loh jinawi". Tampilan mural WayangBrayut dengan falsafah "Eling lan \raspodo,';''Ngemong lan dadi nrlodho sing becik,, di-harapkan dapar menginspirasi publik Lrntuk

seialu berusaha mawas diri. sadar baik secaraIingkungan maupun spiritLlal, welas asih, ber_

tanggungjawab secara bijak atas apapun yang

diernban dan )rnts drllkukan. 5elalu belajardari apa yang terjadi dan menjadi contoh yaog

baik atau suri tariladan bagi orang-oIang disekitamya.

Upaya para seniman tradisional memilihdan rnengolah pesan melalui tandatanda visu-al maupun pesan verbal dalam teks yang meny-enai h*isan mereka, merupakan upaya unhkmerekonstuksi pcsan-pesan yang telah disam-oaiLa .e.am rad,,ional nadd eenerasi \ebel-umn\a. Oleh nasyarakat kadisional nilai nilai

r5

Cambar. 7: Mural Waydg Bra\ar(Sunber: Bramantijo/Okiobe! 20i 0)

Page 13: Jurnal PANGGUNG 2011

':.: a-: & lrdaya Panggung VoL21, No.1,lanuari- Maret 2011:48,61 58

tjans disampaikan melalui seni tradisi dimak-nai sebagai pesan luhur yang secara kulturalsama bagi seluruh masyarakat pendukungnya,jarang terjadi interpretasi yang menyimpangdari pakem yang sudah ada. Pesan yang sudah

ada direkonstruksi secam berulang dari waktuke waktu. Namur demikian para perupa tra-disi dalam proyek murat di Jembatan LayangLempuyangan mereinterpr€tasi pesan tersebut

dan direkonstruksi untuk disesuaikan dengan

sirua'i dar londisi sosial masyarakar,aat ini.Reko struksi dan reinierpretasi tanda, pesan,

dan makna ini diharapkan dapat diterima ssp-

erti maksud pembuat tanda, yaitu para penrpa

tradisi, sehingga dampaloya keberadaan mer-eka sebagai penjaga tradisi dan niiai-nilaj tra-disi yang dilayati dan diperjuangkan dapal

di"pre.ia)r oleh -rasyar"kar. Namur oemik:xnreinterpretasi telhadap pesan, tanda dan naknabagi masyarakat yang melihat mural sangat ter-gantung pada pengalaman budaya dan kebutr-han masyarakat yang sangat beragam, sehjng-

ga kesesuaian ataupun bias yang ditimbulkanperlu dikaji lebih endalan.

Mskna bagi Mdsyarakat Pcnikmat

Mural sebagai tanda visual dapat didefi-nisikan secaE sede lana sebagai tanda yang

dikonstruksi dengan sebuah penanda visual,yang artinya dengan penanda yang dapai dili-hat (bukan didengar, disentuh, dikecap, atau

dicium), baik secam ikonis, indeksikal, mau-pun simbolis. Mural sebagai sebuah lukisanataupun gambar merupakan citra yang ditang-kap oleh indra yang berikurnya bersinggungan

dcngan aspek mental. Sehingga pada dasamya,

langgapan pengamat atau yang neljhat nluralsangat bergantung pada penciiraan mental.

Kemampuan dan kecenderungan orang dalam

menqgunakan aspek-aspek pencitraaD yang

b.rbeda sangat besar. Cira tidaklah bebas

dari penglondisian budaya. Orang yang hidup

dalallr budayayang sama akan membayangkangambaran mental yang sangat mirip atas suatu

acuan yang dilihat, atau dikenal dengan purwa-rupa kultuml. Orang yang berada dalam kon-disi budaya yang berbeda dengan acuan, frakasangat dimungkinkan akan memberikan citranental yang berbeda pula, dan akan meng-

hasilkan interpretasi terhadap pesan, tanda, dan

makna secara berbeda. Hal ini dikarenakan nru-ral yang dibuat para perupa tradisi telah men-jadi karya seni rupa konlemporer yang lebihbebas dimaknai oleh nasyarakat dengan lata-r

budeya yang berbeda-beda. pakem-pakem ha-di"i drp,l di-nnepretasi ulang unnrk dilesuai-kan dengan kebutuhan zanan baik oleh perupa

tradisi nuupun pen jkmatnya.

Pertanyaan mengenai fungsi seni visual(nural temrasuk di dalamnya) dalam kehidu-pan manusia telah nenjadi bagian dari perde-

batan sosial umum. Salah satu versi yang

paling terkenal daiam perdebatan ini dimulaioleh Andy Warhol (1928-1987), seniman popAmerika yang menghasilkan lukisa[ dan ce-takan silk-screen yang menggambarkan bendasehai-hari, seperti kaleng sup dan foto seleb,ritis. MisalDya lukisan kaleng sup Campbell,s,

karya yang dibuai pada tahun 1966. Saat dit-anya apa makna lukisan ini, orang akan (1) ber-kata bahwa maknanya tidak ada, atau (2) m€m-beri respon misalnya " ini simbol masyarakat

kita yang konsumeds", "ini merepresentasikan

kedangkalan dan remehnya kehidupan kon-tenporcr", dan seterusnya, Tanggapan yangpefiana dimungkinkan karena perbedaan citramental dan pemahaman budaya dengan gam-

bamn karya seni sebagai ekspresi k&atif yargjauh dad duplikasi darr adilubung sebagaimana

nilai esteiis yang mereka pahami sebelunrnya,

sehingga mereka melihat sebuah lukisan ka-leng tidak menberjkan pengalaman apapun

dan tidak nT emaknainya. Tanggapan kedua me-nyirilkcn hec(nderungan menal'sirkan citra vi-sual karena mereka mencoba menginterpretasi

Page 14: Jurnal PANGGUNG 2011

MuFl sb,,6a T.n.lr dan ldcnhtar Konternp.rerK.ra

pikjran penbuatnya dan mengkaitkan dengan

realilas kekinian, di nuna seni telah melam-paui keadaan sosial, masa kini. dan lral-halyarg lazim belaka. Apakah tanggapan penalradan kedua bersesuaian dengan maksud AndyWarhol, barang kali hanya Warhol yang tahu

dan kita hanya dapat menginterpretasinya ber-

dasarka.n pandangannya yang mencoba lepas

dari kooptasi estetika modem art yang mem-batasi kebebasannya berekspresi.

Berkaitan dengan mural di kaki Jembatan

Layang Lempuyangan. bagi orang Jawa pada

unumnya atau orang Jogja kbususnya, yang

akab dengan tmdisi visual Jawa, tanda visualdalam muml yang ada di kaki Jembatan Lay-ang Lempuyangan (legenda Jaka Tarub, Rarna,

Punakawan, Wayang Bratut, dsb) akan mudah

diidentifikasi dan berikuhya menggiring mer-

eka pada proses mencema pesan verbal dan

visual (isi da.i cuplilGn adegan, teks-teks "Ti-kus Mati Ing Lumbung", "Ojo Adol Negala",

"Eiing lan Waspodo", 'Ngenong lan Dadi Tu-

lodho sing Becik') dalam setiap muml. Namun

demikian masing-masing orang dapat memak-

nai setiap pesan dan tanda secara berbeda-becla

sesuai dengan kadar pemahaman dan pengala-

man budaya merekr. Atau mungkin pula mer-eka memaknai secara kontradiktifdengan me-iihai rekonstluksi tanda dan pesan oleh perupa

lradisi lersebut. Mereka berpandangan bahwa

kaidah-kaidah tradisi bersilat baku dan final,sehingga setiap perubahan merupakan tabu.

Bagi orang yang awam dengan tradisi visuai

Jawa. gambaran dalam rnLlral rersebul bl:a ra a

dimal(nai sekedar penghias atau elemen visual

untuk mempercantik kota. Pesan tidak dapal

dicema karena proses kourunikasi tidak ber-

langsung secam dialogis.

Mural sebagai Ikon Kota Yogyakarta

Berderet sebutan unfuk kota Yogyakatu,

sebagai kota budaya, kota keraton, kota gud-

heg, kota pelajar, kota batik, kota bakpi4 dan

sebuian lainnya tak nenyurutkan warganya

untuk keatif menggali dan Dengembangkan

berbagai kekhasan dari klasanah budaya yang

tumbuh bersama perkembangan zan1an. Muralsebagai salah sirfd benfuk seni kontemporeryang berkembang seiring dinamikn kota-kota

di dunia, ikut pula menggejala di Yogyakaramelalui para perupanya, sehingga sejak ta-ilun 1997 bingga saat ini mural telah menjadi

bagian dari elemer estetis kota. Keberadaan

mulal di dinding-dinding koia Yogyakartamemang iidak semuanya direncanakan oleh

pemerinlah kola. penggial seni. arlu pi,hak-pi-

hak yang secara sadar dan terencana nembuatprcyek mural untuk kepentingan estetika kota.

Banyak pula muml yang dikerjakan secara liaratau inisiatif individu dengan berbagai maksud,

tetapi kebemdaannyajauh iebih nyaman diiihaibila dibandingkan dengan munculnya graffirialaupun coretan-corelan para Bomber (sebutan

pembuar gaffiri harryarg lrbrh bxnyat bersi-

lat vandalisme dan mernbuat coteng nrorcng

wajah kota Yogyakarta. Mural menjadi pen-

angkal grafiiti vandal.

Kehadiran mural di kaki Jenbatan LayangLempuyangan dengen ekspresi visual yang

menghadirkan keunikan seni rradisi semakia

memperkokoh furgsi mural dalam memberi

ciri khas kota Yogyakarta. Mural ini seolah

menjadi klimaks dari ribuao mural yang berre-

bamn di dinding-dinding kota, di gang-gang

perlampungan. d dinding selolah. dsb. Dini-lai klimaks, selain karena ukurannya yang be-

sar, letaknye yang sreregis, tetapi yang lebihpenting karena mural di kaki Jeidbatan LayangLenpuyargal Cil.rjairn para perupa tradisidan mena;rpilkar naias ffadisi yang berbeda

dengan muml yans ada sebelumnyayang sena-

fas dengan gava seni rupa kontempoier di Yog-yakana. la mampu berperan sebagai ikon kota,

memperkuat sebutan "Yogyakarta sebagai kota

mural",

Page 15: Jurnal PANGGUNG 2011

:.,r: !rir i: nrdal,i l]ilngAung Vol.21, No.l,lannnri- N,fur1t2{)ll:48-6i 60

Pada waktu mendatang kota Yogyakarta

per'L lerur menggali keunil(cn liasanah seni

Eadisi ataupun kekayaan gaya seni rupa kon-

lemporernyauntuk dimuralkan di dinding-dind-

ing kola, sehingga mumi dapat menjadi media

promosi dan informasi tentang perkembangan

seni rupa tradisi dan kontemporcr, serta dind-

ing-dinding kota menjadi galeri publik yang

dapat diakses seluruh masyankat, sekaligus

menanglel vandalisme graffiti dan tempelan

posler illan komersial. Mural akan memberi

n'nkna dan dinaknai oleh n,asyankat seca&

positif berdasarkan meniai culture masing-ma-

sing.

Penutup

Proyek mural "Tanda Mata dai Jogia" dikaki Jembatan Layang Lempuyangan yang

dikerjakan para penrpa tradisi dengan difasjli-

la5i jogja Mural forum pada lahun 2008 dini-

atkan menjadi tanda (r€n). Tanda bagi sebuah

kota dan tanda tentang klasanah budayanya.

Oleh sebab itu ll1enghadirl(an elemen-elemen

atau simbolsimbol visual yang dapat diiden-

tifikasi sebagai khasanah seri rupa iradisi

(wayang, ilushasi legenda, dsb) dapat menjadi

penanda (signifier) bagi khasanah budaya yang

berkembang di Yogyakafia. Hadirnya murai

yang bemalas tradisi ini membawa ma.kna

(meaning atau signified) untuk dimaknai oleh

masyarakat. Keragaman dan bias makna yang

hadir (the significant) menjadihak setiap omng

karena faktor pengetahuan dan pengalaman

budaya (mental culture) masing-masing, da{

r: ridal( mempengamhi fungsi (the functional)

=:r.l di kaki Jembatan Layang Lempuyangan

i::=si sebual landa dan ikon bagi kota Yog-

t:: ::-:- \faka mural di kaki Jembatan Layang

-::: -..:r:gan pantas sebagai identitas kon-

::--.::- .<o:a d"n menjadi "Tanda Mata dad

-:< :-

Daftar Pusaka

Bambang Sugiharto, dkk.

2008 Mural Rasa Jo@a. Yogyakafta:

Jogja Mural Forum.

Bambang Wirjaksono

2006 "Jogia Kota Mural", dalam Jumnl

Seni Rupa dan Desain 'lRS' Nomor:

03 - Nopember 2006. Yogyakarta:

Institut Seni Indonesia Yogyakana.

C&neron Cartiere and Shelly Willis, ed.

2008 The Ptuctice ofPlbliclr"t. New York:

Rolrtledge.

Dadang Rusbianloro

2008 Geneftsi MTy. Yogyakarta: Jalasutm,

Donald Kusp;t

2004 The End ofArt New York: Cam

bridge Univenity Press.

Eva Cockroft. John Pitman Weber, and James

Cockroti.

1998 Towards People Arts: The Co te po-

rary Mural Vovenent. Me,\icotUniversity ofNew Mexico Press.

Jearule Maftinet

2010 Senialogi:Kajian Teori Tanda

Saussuran antara Semiologi Komuni

kasi dan Seniologi Sign ifikasi,

Yogyakarta: Jalasutra.

Malcolm Miles

199'7 Att, Space and The Cit,: Public Artan d Urban Futat'es . London:

Routledge.

Marcel Denesi

2010 Pcsan,Tanda . dan Makna. tetj Eui

Page 16: Jurnal PANGGUNG 2011

Mu.al sebagai Tanda dan Iddtitd K@rqnpoier Kota

Setyarini dan Lusi Lian Piantari).

Yogyakarta: Jalasutm.

Stuart Hall, ed.

lgg7 Representation: Ctltural Representa-

tions and Signilying Practices.

London-New Delhi: The Open

Uoiversity, Sage Publication.

Sunardi, sT.

2002 Seniotika Negativa.YogyakuIa..

Kaoal

Winfred N6th

2006 Semioti.k-Suabaya:Airlangga

Univenity Press.