menjadi entertainer di panggung presentasi pdf2

Upload: iyad-nuryadin

Post on 13-Oct-2015

42 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • Chapter 1

    Tiga Pendahuluan

  • Chapter 1

    Suatu Waktu Di Pelatihan Komunikasi

    "Ada yang ingin ditanyakan?"

    Sungguh saya selalu ingin memulai dengan kalimat itu di

    suatu pelatihan komunikasi lisan dan tulisan.

    Saya geregetan sekali ingin mengucapkan kalimat itu.

    Karena, sejak kedatangan saya di ruang pelatihan, saya

    merasa tidak seorang pun yang kurang suatu apa. Ya, tidak

    seorang pun tidak bisa melakukan apa yang disebut

    dengan komunikasi.

    Semuanya bisa berbicara. Tidak kurang suatu apa di bibir

    dan mulutnya. Tampak tidak ada kesulitan, karena mereka

    berbincang-bincang satu sama lain. Itu yang terlihat di

    mata saya, maka sungguh saya ingin bertanya, "Ada yang

    ingin ditanyakan?"

    Di saat yang nyaris bersamaan, saya mengamati bahwa

    mereka tampak terpelajar. Ya. Tidak. Ya, mereka tampak

    terpelajar. Tidak, mereka benar-benar terpelajar.

    Mereka bisa membaca tulis, tentu saja. Seorang yang

    terpelajar tentu saja bisa membaca tulis. Dan karena itu,

    saya pun ingin bertanya dengan pertanyaan yang sama,

    "Ada yang ingin ditanyakan?"

  • Chapter 1

    Apa yang menghadirkan mereka ke ruangan ini? Apakah

    benar ini semua hanya masalah nyali dan keberanian?

    Atau adakah alasan yang lain? Saya hanya berharap,

    memang ada yang ingin mereka ketahui, secara teknis

    atau secara detail. Karena itu, pertanyaan saya adalah,

    "Ada yang ingin ditanyakan?"

    Kembali ke inti acara. Kembali ke kenapa saya diundang

    dan hadir di sini.

    Pertama, harus kita sadarkan dulu diri kita bahwa

    komunikasi adalah kemampuan dasar yang penting.

    Karena, tanpa komunikasi yang mumpuni, ide kreatif anda

    tidak akan sampai pada orang lain. Orang lain jadi tidak

    memahami anda dan tidak tergerak karena anda. Bukan

    masalah siapa yang punya ide pertama kali, tetapi yang

    penting adalah siapa yang menyampaikan ide tersebut.

    Karena penyampai ide belum tentu pemilik ide. Sebaiknya,

    pemilik ide berperan sekaligus sebagai penyampai ide.

    Kedua, komunikasi adalah skill. Komunikasi adalah

    keterampilan. Jadi bukan sesuatu yang tinggal dibaca dari

    buku, atau tinggal mendengarkan seorang dosen/guru

    bercerita di depan kelas. Komunikasi adalah keterampilan

    yang harus terus-menerus dilakukan (baca: dilatih).

  • Chapter 1

    Ketiga, tentang komunikasi lisan dan tulisan itu sendiri.

    Saya bagi ke dalam dua bagian: tulisan lalu lisan.

    Tulisan yang menarik itu, berarti tulisan sebagai suatu

    karya seni. Dan yang terpenting adalah, seni bagaimana

    menuliskan ide itu yang penting. Karena seberapa dalam

    ide akan ditangkap oleh pembacanya, bergantung pada

    seberapa baik "cita-rasa" yang disajikan di dalam tulisan

    tersebut. Mulai dari pilihan kosakata, susunan kalimat,

    keterlibatan pembaca, nuansa yang disuguhkan dan lain

    sebagainya.

    Komunikasi lisan yang baik, adalah komunikasi lisan yang

    sederhana. Sederhana dalam kalimat, tidak seperti kalimat

    majemuk. Sederhana pula dalam penyampaiannya.

    Sehingga orang mudah memahami. Seperti sederhananya

    kalimat Steve Jobs ketika launching produk-produk Apple

    Inc. Tapi tetap saja, yang penting adalah bagaimana ide

    tersebut sampai di benak audiens.

    Kedua komunikasi itu adalah keterampilan yang terletak

    di otot-otot jari dan mulut kita. Sekaligus bahasa tubuh

    kita. Tidak bisa diajarkan dengan cara kuno: guru bicara

    dan murid mendengarkan. Tidak. Tidak. Tidak seperti itu.

    Keterampilan ini adanya di otot-otot kita. Bukan di otak

  • Chapter 1

    kita. Makanya, kuncinya hanya tiga: latihan, latihan dan

    latihan.

    Karena itu, bentuk yang tepat dari pelatihan komunikasi

    adalah workshop. Bukan seminar. Itu pun

    workshop dengan kuantitas minimal 5 kali. Setelah itu,

    juga harus diikuti dengan penampilan dan latihan yang

    konsisten. Jadi, pelatihan komunikasi ini, hanyalah sebuah

    awal.

    Nah, kira-kira demikian pengantar dari saya sebelum kita

    memasuki materi. Nah, ada yang ingin ditanyakan?

  • Chapter 1

    Mengapa Saya Menulis Buku Ini

    Tidak semua orang merasakan kegagalan. Ada yang

    merasakan pahitnya kegagalan, tapi ada juga yang

    langsung mereguk manisnya keberhasilan. Tidak pernah

    ada orang yang gagal di sepanjang hidupnya, sebagaimana

    tidak pernah ada orang yang selalu berhasil seumur

    hidupnya.

    Kebetulan saya adalah salah seorang yang pernah

    merasakan pahitnya kegagalan. Kegagalan menyampaikan

    ide saya di depan banyak orang. Kegagalan yang begitu

    cepat terjadi, hingga saya sendiri seakan-akan tidak bisa

    mengantisipasinya. Dan dalam buku ini, bagi mata yang

    jeli, anda mungkin akan menemukan kegagalan tersebut.

    Sebab, saya memang menuliskannya di dalam buku ini.

    Hehehe :D Maaf ya, main rahasia-rahasiaan soal kegagalan

    ^_^

    Tapi bukan kegagalan itu yang ingin saya bagi di sini. Tapi

    justru semangat bangkit dari kegagalan itu sendiri.

    Sebagaimana tidak pernah ada yang selalu berhasil, maka

    tidak pernah ada kegagalan yang terulang. Manusia bukan

    keledai yang akan jatuh ke lubang yang sama, dua kali.

    Manusia mampu belajar dari kegagalan dan bangkit

  • Chapter 1

    memperbaikinya. Dan semangat itu yang ingin saya bagi

    kepada anda semua!

    Itu yang pertama. Inspirasi. Inspirasi adalah kata

    kuncinya. Berbagai inspirasi sesungguhnya tersebar

    begitu membludak di sekitar kita. Tapi kadang-kala

    kesibukan manusia menghalangi mereka untuk mendapat

    inspirasi. Melalui buku ini, saya hanya ingin mempertegas

    inspirasi itu sendiri. Karena inspirasi, adalah sesuatu yang

    ingin saya bagi melalui buku ini. Inspirasi adalah alasan

    pertama saya menulis buku ini.

    Alasan kedua. Setiap orang bisa belajar. Bahkan

    pintar/mampu belajar sendiri (otodidak). Tapi, seringkali

    proses belajar otodidak itu membutuhkan waktu yang

    panjang dan usaha yang keras. Adanya guru, akan

    membantu kita untuk belajar lebih banyak, lebih cepat dan

    lebih mudah. Dan sebagaimana setiap orang harus belajar,

    maka sebaiknya setiap orang juga harus mengajarkan

    ilmunya kepada orang lain.

    Persoalannya datang ketika tidak setiap orang mampu dan

    mau mengajar. Ada yang mau tetapi tidak mempunyai

    banyak waktu untuk mengajar. Ada yang memahami

    ilmunya dengan baik, tetapi tidak mampu mengajarkan

  • Chapter 1

    kepada orang lain, hingga lain memiliki kemampuan yang

    sama. Dan berbagai alasan lainnya.

    Buku ini saya tulis, untuk melengkapi pengajaran public

    speaking. Karena, intensitas dan lama pertemuan dengan

    pengajar akan selalu terbatas. Betul tidak? Tapi, di luar

    pertemuan itu, anda sebaiknya terus-menerus belajar

    kan? Sayangnya, adakalanya guru tidak selalu bisa

    mendampingi anda belajar. Maka dari itu, buku ini akan

    menjadi sarana pelengkap bagi anda untuk dapat

    mempelajari ilmu public speaking. Ini alasan kedua.

    Yang ketiga. Saya kira, setiap orang yang berusaha, harus

    berusaha keras hingga mencapai batas, kan? Ini untuk

    meraih target maksimal yang bisa dia capai. Karena, pada

    prinsipnya, usaha yang setengah-setengah tidak akan

    memberikan hasil yang maksimal. Lagipula, kita tidak

    akan pernah tahu batas hasil yang mampu kita capai, bila

    kita hanya setengah-setengah saja dalam berusaha. Betul,

    tidak?

    Saya suka sekali menulis. Menulis tentang apa pun, karena

    menulis adalah bagian dari berekspresi. Tulisan saya

    adalah ekspresi diri saya. Tulisan saya adalah gambaran

    siapa saya. Tulisan saya adalah cermin siapa saya. Di

    samping, menulis adalah sarana berkomunikasi,

  • Chapter 1

    menyampaikan gagasan kepada orang lain. Menulis

    tentang apa-apa yang sedang saya pikirkan/renungkan,

    menulis puisi, sampai menulis tentang sesuatu yang

    ilmiah. Dan saya merasa, saya belum berusaha maksimal

    dalam menulis, ketika saya belum menyatukan tulisan-

    tulisan saya menjadi sebuah buku

    Sejak januari 2011 lalu, saya mulai menulis tentang public

    speaking. Kebetulan saya membuat blog khusus mengenai

    public speaking ini. Boleh dicek di

    http://amazingpublicspeaking.wordpress.com. Beberapa

    tulisan lain tentang public speaking juga ada di dalam blog

    pribadi saya, http://ikhwanalim.wordpress.com. Buku ini

    adalah penyempurnaan dari tulisan-tulisan tersebut yang

    disatukan. Semua ide tulisan, datang dari pengalaman saya

    sendiri, yang berhasil dan gagal, maupun dari kegagalan

    dan keberhasilan orang lain. Dan di dalam buku ini, anda

    akan menemukan beberapa tips dari public speaker yang

    sukses.

  • Chapter 1

    Sebelum, Saat dan Setelah

    Public Speaking adalah suatu pembelajaran sepanjang

    hayat. Barack Obama tidak belajar public speaking di

    tahun 2008, ketika beliau akan mencalonkan diri sebagai

    Presiden AS. Tidak, tidak. Beliau sudah melakukan public

    speaking jauh sebelumnya. Sejak memberikan ceramah di

    berbagai tempat di daerah tempat tinggalnya dahulu.

    Iya, pada dasarnya kemampuan ini tidak datang begitu

    saja sejak lahir. Kemampuan ini adalah akumulasi

    pembelajaran seumur hidup, kemampuan ini datang dari

    latihan. Baik terhadap public speaking yang pernah

    dilakukan oleh diri sendiri, maupun ketika melihat orang

    lain melakukan public speaking. Pembelajarannya bisa

    didapat dari contoh-contoh baik dan buruk yang pernah

    dilakukan oleh diri sendiri, maupun oleh orang lain.

    Oleh karena itu, yang paling menjadi dasar untuk belajar

    public speaking adalah motivasi belajar itu sendiri.

    Motivasi belajar sering kali muncul dan bertahan lama,

    ketika kita sangat memahami seberapa pentingnya dan

    seberapa mendesaknya suatu ilmu untuk kita miliki

    bukan? Nah di bagian pertama buku ini, saya akan

    memaparkan beberapa alasan penting mengapa public

  • Chapter 1

    speaking itu penting. Bagian pertama itu adalah :

    Motivasi Diri Anda untuk Public Speaking

    Bagian pertama baru memunculkan motivasi terdalam diri

    anda untuk belajar public speaking. Motivasi ini penting

    untuk menjadi dasar kuat yang bisa bertahan dalam waktu

    yang panjang untuk terus-menerus belajar public

    speaking. Tapi itu baru di tataran mental saja. Untuk detail

    pelajarannya, sebagian besar saya jabarkan dalam bagian

    kedua, Belajar public speaking. Dalam bagian ini,

    teknik-teknik belajar public speaking yang baik, saya

    paparkan secara lengkap. Tentu saja, ini adalah persiapan

    kita sebelum naik panggung yang sebenarnya.

    Saya memberikan tanda kutip pada kata panggung,

    karena sesungguhnya panggung setiap public speaker

    adalah berbeda-beda. Penyiar radio tidak pakai panggung

    kan, tapi dia diberikan ruang waktu untuk melakukan

    siaran. Panggung bagi corporate sales adalah ketika

    bertemu dengan calon klien. Di sanalah panggung yang

    sebenarnya bagi dia, ketika dia harus menawarkan produk

    dengan sebaik-baiknya. Dan masih banyak panggung yang

    lain bagi jenis public speaker yang lain kan?

    Nah, katakanlah anda sudah mempunyai mental yang kuat

    dan menguasai teknik-teknik public speaking. Pada fase

  • Chapter 1

    yang berikutnya, yakni ketika public speaking itu akan

    dilangsungkan, sebenarnya ada tiga tahap yang menyusun

    rangkaian aktivitas public speaking itu sendiri. Yang

    pertama adalah Sebelum naik panggung. Bagian ketiga

    ini yang mempertebal kepercayaan diri anda sebelum

    anda naik ke panggung public speaking.

    Bagian keempat, Ketika berada di panggung berisi

    tentang apa-apa saja yang harus dilakukan oleh public

    speaker. Bahwa panggung adalah miliknya, itu jelas.

    Bahwa dia bisa public speaking dengan bermacam-macam

    cara, itu jelas. Itu adalah hak public speaker. Dan berbagai

    teknik lainnya dibahas dalam bagian ini. Bagian Setelah

    turun panggung adalah bagian kelima, dimana bagian

    ini mengilustrasikan bagaimana seorang public speaker

    harus bersikap professional, agar order public speaking

    terus-menerus datang kepadanya. Serta etika-etika

    seorang public speaker professional.

    Kita tidak boleh memandang public speaking secara

    sempit. Seakan-akan hanya MC (master of ceremony) yang

    membutuhkan kemampuan ini. Padahal, sesungguhnya

    banyak profesi mengandalkan kemampuan ini. Bahkan,

    banyak karir bergantung pada kemampuan ini. Bagian

    keenam, membahas beragam profesi yang terkait public

  • Chapter 1

    speaking: Profesi yang butuh kemampuan public

    speaking

    Bagian terakhir mencoba menjelaskan lembaga

    pendidikan public speaking yang kami dirikan: Tentang

    Amazing Public Speaking School

  • Chapter 1

    Daftar Isi

    Tiga Pendahuluan

    Suatu Waktu Di Pelatihan Komunikasi ...chapter 1

    Mengapa Saya Menulis Buku Ini.. chapter 1

    Sebelum, Saat dan Setelah ..........chapter 1

    Motivasi Diri Anda untuk ber-Public Speaking!

    Public Speaking itu makhluk apa? ..chapter 2

    Mengapa harus Public Speaking? ...chapter 2

    PS meningkatkan nilai tambah diri anda ...chapter 2

    Kaya dari Public Speaking ...chapter 2

    Jembatan itu bernama: Public Speaking chapter 2

    Belajar public speaking

    Ibarat Belajar Renang .chapter 3

    Tidak Harus Menjadi Orang Lain .chapter 3

    Satu Kata, Satu Kalimat, lalu Satu Paragraf ...chapter 3

    Optimalkan Metode Mind-Mapping ..chapter 3

    Langkah Ber-Mind Mapping ...chapter 3

    Big Picture - Details - Big Picture chapter 3

    Sebelum naik panggung

    Kita juga perlu rasa takut,koq ...chapter 4

  • Chapter 1

    Jangan Terburu-Buru .chapter 4

    Bahan Baku Public Speaking ..chapter 4

    Grogi itu Punya Siapa? ...chapter 4

    Ketika berada di panggung

    Menjadi Entertainer di Panggung Presentasi ..chapter 5

    FOR dan FOE, Panduan Memahami Audiens chapter 5

    Fokuslah ke Audiens, bukan Layar Presentasi! ..chapter 5

    Outfit yang Pas untuk Presentasi chapter 5

    Aslinya Foto untuk Presentasi ..chapter 5

    So, The Stage is Yours .chapter 5

    Lima Langkah Memperbaiki Presentasi .chapter 5

    Setelah turun panggung

    Menjadi Public Speaker Profesional ..chapter 6

    Profesi yang butuh kemampuan public speaking

    Moderator yang Simple dan Smoothly ..chapter 7

    Menjadi Resepsionis Andal .chapter 7

    Ramahnya Penyiar Radio .chapter 7

    MC Pernikahan yang Pandai Menyambut Tamu chapter 7

    Memperkenalkan Produk Baru chapter 7

    Komentator Sepak Bola yang Informatif chapter 7

  • Chapter 1

    Guru yang Bisa Menjelaskan ..chapter 7

    Memenangkan Kontes Debat .chapter 7

    Sumber-Sumber Inspirasi

    Tentang Amazing Public Speaking School

  • Chapter 1

    Motivasi Diri Anda untuk ber-Public Speaking!

  • Chapter 1

    Public Speaking itu makhluk apa?

    Berbagai pidato telah mengubah dunia. Salah satu di

    antaranya adalah di kampanye Barrack Obama Yes, we

    can! Pidato-pidato Obama di berbagai kampanye di

    pemilihan umum presiden Amerika Serikat (AS) telah

    mengubah persepsi warga AS kebanyakan bahwa mereka

    bisa (can) mengubah (change) dan memperbaiki kondisi

    perekonomian Negara mereka, yang krisis sejak 2008. Dan

    pidato Obama, adalah salah satu bentuk public speaking.

    Pidato The Change is Within Reach

    Change is a health care plan that

    guarantees insurance to every American

    who wants it; that brings down premiums

    for every family who needs it; that stops

    insurance companies from discriminating

    and denying coverage to those who need it

    most.

    Change is giving every child a world-class

    education by recruiting an army of new

  • Chapter 1

    teachers with better pay and more support;

    by promising four years of tuition to any

    American willing to serve their community

    and their country; by realizing that the best

    education starts with parents who turn off

    the TV, and take away the video games, and

    read to our children once in a while.

    That is what change is.

    That is the choice in this election.

    Public speaking sesungguhnya hanyalah satu di antara

    sekian banyak bentuk komunikasi. Komunikasi, bisa

    diartikan sebagai proses menghantarkan

    ide/ilmu/gagasan kepada orang lain. Pelaku komunikasi

    disebut komunikator, yang menghantarkan

    ide/ilmu/gagasan, dan pihak yang menerima

    ide/ilmu/gagasan tersebut, disebut komunikan. Berbagai

    bentuk komunikasi lainnya dapat dilakukan dalam bentuk

    tulisan, pembicaraan empat mata, situs jejaring sosial,

    surat elektronik (electronic mail, e-mail), komunikasi jarak

    jauh (televisi, telepon), dan lain sebagainya.

  • Chapter 1

    Public speaking dilakukan sebagai salah satu cara

    berkomunikasi di berbagai bidang: bisnis, pendidikan,

    politik, dan seterusnya. Fungsinya juga bermacam-macam:

    customer service (pelayanan pada konsumen), speech

    (pidato), presentasi penjualan, technical presentation,

    menjadi presenter/master of ceremony (MC), presentasi

    rencana bisnis, negosisasi politik, negosiasi bisnis,

    termasuk bagaimana dosen/guru mengajar di depan kelas.

    Masih ingat bagaimana produk-produk Apple Inc

    diperkenalkan ke public? Steve Jobs, CEO (chief executive

    officer, di Indonesia disebut sebagai direktur utama) Apple

    Inc memperkenalkannya sendiri ke khalayak ramai. Beliau

    menggunakan auditorium, membuat panggung di

    dalamnya, mengundang banyak hadirin, termasuk di

    antaranya wartawan, dan memperkenalkan produknya

    seorang diri. Benar-benar seperti seorang salesman. Dan

    apa yang dilakukan oleh Steve Jobs, juga termasuk public

    speaking. Saya kagum dengan beliau dan selalu

    menyebutkan beliau sebagai contoh, salah seorang public

    speaker yang sukses.

    Beberapa orang merasakan, bahwa public speaking adalah

    sesuatu yang sangat sulit untuk dilakukan. Mereka,

    bingung ketika berada di depan mikrofon. Mereka

  • Chapter 1

    gemetar berada di depan hadirin. Katanya, lutut terasa

    bergetar ketika berada di depan banyak orang. Padahal,

    mereka belum bicara apa-apa. Sedang di sisi lain, hadirin

    sedang menanti apa yang ingin mereka sampaikan.

    Katanya, untuk dapat menjadi pembicara sukses, caranya

    cuma tiga. Hanya ada tiga langkah sederhana. Katanya.

    Pertama, yakinkan diri anda bahwa anda bisa. Tanpa

    keyakinan, anda bukan apa-apa sebelum maju ke

    panggung, dan tetap tidak menjadi apa-apa setelah turun

    dari panggung. Anda harus yakin dan meyakinkan hadirin

    di hadapan anda.

    Kedua, persiapan anda harus matang. Persiapan yang

    tidak matang akan mengarahkan anda pada

    ketidakyakinan anda pada materi yang anda sampaikan.

    Anda akan bertanya-tanya, benar ga siy yang saya

    sampaikan ini? Saya merasa orang di depan saya ini, tahu

    bahwa saya tidak yakin dengan apa yang saya sampaikan.

    Dan seterusnya, dan seterusnya. Persiapan yang tidak

    matang, hanya akan mengarahkan anda pada penyesalan.

    Terakhir, lakukan latihan terus-menerus sebelum

    anda melakukan public speaking. Karena, jam terbang

    anda akan sangat menentukan kesuksesan anda di

    panggung. Berlatihlah di hadapan rekan-rekan anda. Minta

  • Chapter 1

    koreksi dari mereka, sebagaimana anda akan mampu

    merasakan, bagian mana yang kurang dan bagian mana

    yang berlebihan. Berlatihlah terus-menerus, dan lakukan

    public speaking terus-menerus. Itu akan menyempurnakan

    kemampuan anda.

  • Chapter 1

    Mengapa harus Public Speaking?

    Public speaking adalah salah satu metode dalam

    menyampaikan ide/ilmu/gagasan kepada orang lain,

    hingga mereka/dia melakukan sesuatu hal atau terjadi

    perubahan dalam diri mereka/dia. Metode komunikasi ini

    hanyalah salah satu di antara berbagai metode lainnya.

    Dan seperti berbagai pilihan lainnya, anda cukup memilih

    satu saja. Dan mengapa harus public speaking? Berikut ini

    adalah gagasan kami, mengapa anda harus memilih

    metode ini untuk menyampaikan pendapat anda.

    Ide. Ini adalah alasan yang pertama. Setiap orang punya

    ide. Ide ada dalam kegiatan manusia. Ide mengalir dalam

    kegiatan manusia. Manusia berjalan dan bertindak. Ada

    ide disana. Manusia melihat dan mendengar. Ada ide juga.

    Manusia membaca dan bercerita. Masih ada ide disana.

    Pendeknya, semua kegiatan manusia akan memberi

    inspirasi dan menghadirkan ide. Dan ide yang masuk, akan

    dialirkan pula kepada orang lain. Melalui kegiatan yang

    sama seperti bagaimana ide itu datang. Menulis, berbicara,

    bertindak, dan lain sebagainya. Setiap orang punya ide,

    dan mereka ingin berbagi tentang ide mereka.

  • Chapter 1

    Komunikan. Ini yang menjadi alasan kedua. Dua pelaku

    dalam komunikasi adalah komunikator dan komunikan.

    Komunikator punya ide, dan ingin idenya sampai

    kepada komunikan. Komunikan pun beragam jumlah

    dan macamnya. Komunikan bisa saja seorang diri, bisa

    pula hadir belasan orang di hadapan komunikator. Bisa

    juga seperti siswa di ruang kelas : 30-40 orang. Lebih luas

    lagi, komunikan bisa berjumlah ribuan orang.

    Macam komunikan juga beragam. Beragam dari

    pengalamannya (FOE, frame of experience) dan beragam

    dari pengetahuan yang mereka dapat (FOR, frame of

    reference). Komunikan ada yang biasa mengerjakan

    teknis-teknis di lapangan, ada juga yang sangat biasa

    merumuskan teori-teori di dalam ruang kelas dan ruang

    akademisi lainnya, bahkan ada komunikan yang sehari-

    hari berkutat dalam tataran filosofis. Pekerjaan mereka

    hanya berfilosofi dari hari ke hari. Pengalaman

    membentuk FOE, dan FOE telah membentuk para

    komunikan.

    Komunikan memiliki bermacam referensi yang berbeda.

    Keluarga pernah bercerita kepada mereka. Teman sebagai

    tempat berbagi. Lingkungan pendidikan mengajak mereka

    berdiskusi. Lingkungan pergaulan juga menjadi referensi

  • Chapter 1

    bagi mereka. Berbagai referensi yang dimiliki, telah

    membentuk para komunikan. FOR membentuk

    komunikan.

    Ada kalanya komunikan dengan terus terang menyatakan

    ingin terlibat dalam komunikasi. Semua terbaca dari

    tingkah laku. Eksplisit melalui lisan, atau implisit melalui

    tindak-tanduk. Antusias mendengarkan, bersikap ingin

    tahu. Ada juga yang diam-diam tidak peduli. Mereka ingin

    lebih diperhatikan, oleh para komunikator, baru mereka

    terlibat lebih dalam kegiatan berkomunikasi. Semuanya

    adalah komunikan, dan komunikan yang berbeda-beda

    karakternya, harus diperlakukan secara berbeda oleh

    komunikator.

    Efisiensi. Faktor ketiga dalam memilih bentuk

    komunikasi adalah tingkat kesederhanaan bentuk

    komunikasi itu sendiri. Seiring dengan banyaknya

    komunikan kita dan jarak (distance) yang harus ditempuh

    untuk menyampaikan gagasan, sementara di sisi lain

    begitu terbatasnya waktu dan begitu mahalnya upaya

    untuk melakukan komunikasi, berbagai alternatif

    kemudian muncul. Banyak komunikan harus mendengar,

    dan kemudian melakukan. Tentu berat sekali apabila

    komunikator harus menemui komunikan satu demi satu

  • Chapter 1

    supaya tiap-tiap orang melakukan perubahan. Dan

    melakukan ini, berarti menempuh akumulasi jarak yang

    luar biasa jauh, dan waktu yang luar biasa banyak untuk

    menghampiri tiap komunikator.

    Padahal, hanya ada sedikit jeda di antara

    mengkomunikasikan ide dengan saat dimana

    perubahan/tindakan itu dibutuhkan. Di sini, begitu

    terbatasnya waktu untuk berkomunikasi. Biaya tinggi

    komunikasi akan muncul manakala setiap komunikan

    harus ditemui satu demi satu. Manakala semua kegiatan

    komunikasi begitu memboroskan waktu. Tapi, masih

    adakah bentuk komunikasi yang dapat menyederhanakan,

    memudahkan dan menyelesaikan berbagai masalah itu

    semua?

    Dan public speaking adalah satu jawaban. Public

    speaking memudahkan ide/gagasan/ilmu yang sudah ada

    untuk ditransfer kepada komunikan. Public speaking dapat

    menjawab berbagai problem yang muncul terkait

    komunikan: berapa dan seperti apa komunikan. Terutama,

    bagaimana public speaking dapat menjadi solusi bagi anda

    dalam menyampaikan ide kepada sejumlah orang dengan

    cara yang efektif dan efisien. Public speaking

    menyederhanakan pemborosan waktu, tenaga, jarak dan

  • Chapter 1

    biaya komunikasi hanya dalam satu kali komunikasi saja.

    Betapa tidak, kepada semua komunikan yang harus

    mendengarkan, kita dapat memangkas semua jarak untuk

    menemui komunikan, hanya dengan mengumpulkan

    komunikan dalam satu tempat!

    Public speaking telah menjawab berbagai permasalahan

    komunikasi yang selama ini telah mengganggu anda. Dan

    tidak hanya mengatasi permasalahan, public speaking juga

    telah membuktikan, bahwa metode ini adalah yang paling

    efisien untuk menyampaikan ide/gagasan/ilmu

    kepada khalayak. Jadi, mengapa anda tidak belajar dan

    menggunakan metode public speaking saja? :)

  • Chapter 1

    Public Speaking

    meningkatkan nilai tambah diri anda

    Beberapa orang memandang komunikasi itu tidak penting.

    Orang-orang seperti ini mengutamakan action, biasanya.

    Dan pada kenyataannya, mereka memang tidak salah.

    Action adalah kegiatan yang akan memberiikan hasil.

    Bukan kegiatan komunikasi, apalagi komunikasi yang

    berbusa-busa tapi tidak efektif. Sebagian kecil yang lain,

    biasanya take action dulu, baru berkomunikasi.

    Beberapa yang lain, mengagung-agungkan komunikasi.

    Terutama komunikasi untuk leadership. Katanya, dengan

    komunikasi yang tepat, mereka akan bisa membuat orang

    lain berubah untuk melakukan sesuatu. Komunikasi bisa

    membuat orang-orang take action, kata mereka. Yang ini

    juga tidak salah, komunikasi untuk leadership memang

    benar adanya seperti itu.

    Bila kita bicara sebagai bagian dari organisasi, tentunya

    kita semua menghendaki agar organisasi kita dibangun

    dari dalam. Dibangun dari ide segar orang dalam dan

    dengan action orang dalam. Untuk hal yang satu ini,

    keduanya dijembatani oleh public speaking yang efektif

    dan efisien. Efektif karena ide tersampaikan pada target

  • Chapter 1

    komunikan dan efisien karena tidak memboroskan biaya

    dan waktu. Dari sini, organisasi akan lebih sehat karena

    semua sumber daya berasal dari dalam dan dijalankan

    oleh orang dalam sendiri. Jadi, komunikasi public

    speaking yang tepat adalah ciri-ciri organisasi yang sehat.

    Akan tetapi, tidak hanya organisasi yang akan mendapat

    nilai tambah dari public speaking. Diri anda, sebagai public

    speaker juga akan mendapatkannya. Orang-orang lain

    tidak hanya melihat anda dari bagaimana anda take action

    saja. Tapi mereka juga akan memperhatikan bagaimana

    anda berkomunikasi. Dan keduanya, action dan

    komunikasi, akan membantu anda dalam karir, dengan

    sangat mudah.

    Menjadi public speaker, tidak harus berarti menjadi

    MC, master of ceremony. Tidak harus juga berperan

    sebagai pembawa acara. Banyak sekali profesi yang

    membutuhkan kapasitas untuk berbicara di depan umum.

    Dan itu tidak hanya di dunia entertainment saja,

    dimana public speaking yang baik akan membantu anda

    dalam karir. Tapi termasuk ketika anda bekerja di bidang

    lain.

    Baik anda bekerja di perusahaan, atau menjadi aktivis

    sosial, atau menjadi pegawai pemerintahan, dan lain

  • Chapter 1

    sebagainya, prestasi dan karir anda akan ditunjang oleh

    bagaimana anda menyampaikan pendapat. Baik dalam

    konteks kepemimpinan (leadership), atau hanya sekedar

    mengemukakan pendapat saja. Khususnya komunikasi

    dengan public speaking. Ingat, ide yang baik/segar/kreatif,

    tidak akan menjadi demikian adanya kan, bila tidak bisa

    dipahami oleh orang lain?

    Oleh karena itu, sadarilah bahwa public speaking itu

    penting. Dan latihlah diri anda untuk menjadi public

    speaker yang handal. Karena public speaking yang baik

    akan memberikan nilai tambah diri anda di hadapan orang

    lain.

  • Chapter 1

    Kaya dari Public Speaking

    Siapa yang tidak kenal olga syahputra? presenter ini selalu

    diminta menjadi pembawa acara oleh berbagai stasiun

    televisi. Bukan cuma karena kocaknya, tapi juga karena

    ke-lihai-annya memandu acara. Meski selalu menjadi

    bulan-bulanan Raffi Ahmad di suatu acara musik televisi

    swasta nasional, tapi Olga selalu di hati para pemirsa.

    Dan jangan heran, kalau sekali waktu, anda nongkrong di

    depan televisi seharian saja, maka anda akan melihat

    wajah olga hampir di semua acara televisi. Pagi di acara

    musik, kemudian siang hari di acara yang lain, sore juga

    masih tampil, malam kemudian ikut menjadi presenter.

    Beliau tentu seorang presenter profesional. Artinya,

    kocak dan pandai memandu acara di atas panggung,

    tetapi profesional bila bekerja sama dengan pihak

    penyelenggara acara. Tiga hal ini yang membuat public

    speaking selalu menjadi rezeki bagi Olga Syahputra.

    Itu baru public speaking dari seorang presenter. Padahal

    kemampuan public speaking bukan cuma milik presenter

    seorang saja. Kemampuan public speaking adalah

    kemampuan yang sebaiknya dimiliki oleh setiap orang

    yang ingin sukses di karir masing-masing. Kebetulan, salah

  • Chapter 1

    satu karir tersebut adalah presenter. Sebaiknya kita

    berpandangan luas dengan beranggapan bahwa tidak

    hanya presenter yang membutuhkan kemampuan

    public speaking.

    Insinyur di perusahaan juga membutuhkan, koq. Mereka

    kan harus presentasi secara teknis dan detail pekerjaan

    kepada tim kerja, atasan dan kepada rekan sejawat. Baik

    tentang rancangan konsep mereka, atau pun ketika

    melaporkan hasil pekerjaan. Benar tidak? Kesuksesan

    para insinyur menjadi semakin mantap ketika mereka

    mampu merancang, melaksanakan dan melaporkan apa

    yang mereka kerjakan. Apalagi ketika hasil pekerjaan

    nyaris mendekati rancangan yang sudah dibuat. Kalau

    sudah begini, karir akan gampang melesat naik.

    Saya berikan satu ilustrasi yang menarik. Dari profesi

    insinyur teknik sipil. Insinyur ini baru akan mengerjakan

    proyek pembangunan, bila sudah ada tawaran dari

    pemilik proyek. Bisa pemerintah maupun swasta.

    Pertama-tama, pihak pemilik proyek mencari arsitek yang

    mampu merancang bangunan yang diinginkan. Sesuai

    spesifikasi, yang diawali dengan studi pendahuluan. Nah,

    tahap pertama ini diakhiri dengan adanya suatu gambar

    rancang bangunan dari sang arsitek.

  • Chapter 1

    Dari rancangan yang sudah ada, kemudian ditawarkan

    kepada kontraktor bangunan, dimana terdapat insiyur

    teknik sipil di dalamnya. Sang insinyur kemudian akan

    membuat rancangan versi teknik sipil, lengkap dengan

    rencana anggaran dan belanja (RAB). Rancangan dan

    biaya ini kemudian dipresentasikan kepada pemilik

    proyek. Bila pemilik proyek setuju, pembangunan baru

    akan dilakukan. Selalu akan terjadi perbedaan rancangan

    arsitektur dengan realisasi teknik sipil di lapangan

    nantinya. Sejauh apa insinyur teknik sipil mampu

    mewujudkan bangunan tersebut, ternyata sangat

    didukung oleh kemampuan komunikasi public speaking.

    Karena banyak pihak harus diyakinkan. Mulai dari

    penyedia (supplier) bahan bangunan, renegosiasi

    anggaran dengan pemilik proyek, meyakinkan arsitek

    bahwa teknologi bangunan harus disesuaikan dengan

    rancangan arsitek, dan lain sebagainya. Bahkan, menurut

    informasi dari seorang rekan arsitek, kesesuaian

    rancangan arsitek dengan bangunan yang sebenarnya, bila

    mencapai 70% saja sudah suatu hasil yang bagus. Nah, jika

    angka ini mampu dicapai, bahkan lebih, serta disampaikan

    dalam presentasi akhir di depan pemilik proyek, tentu ini

    akan berujung pada nama baik insinyur teknik sipil kan?

  • Chapter 1

    Kalau sudah begini, order pembangunan akan

    berdatangan

    Karir karyawan di bagian corporate sales pun sangat

    dilihat dari kemampuan mereka menjual. Karena, seperti

    kita tahu, pekerjaan corporate sales adalah menawarkan

    produk/jasa ke perusahaan lain. Dan berhasil tidaknya

    mereka, tentu sangat dipengaruhi oleh kemampuan

    menawarkan bukan? Nah, melakukan penawaran kepada

    calon konsumen kan salah satu bentuk public speaking.

    Dan sebagai orang pemasaran, kinerja mereka dilihat dari

    seberapa banyak produk/jasa yang mampu mereka jual.

    Berhasil menawarkan, berarti akan berhasil menjual,

    berarti karir bisa menanjak lebih cepat.

    Penyanyi handal tidak hanya bersuara bagus. Tidak cuma

    paham musik. Tapi juga bisa menguasai audiens,

    menenangkan audiens, menguasai keadaan panggung,

    tidak hanya diam di satu bagian panggung saja, dan lain

    sebagainya. dan semua kemampuan itu termasuk public

    speaking. Ini yang membedakan satu penyanyi dengan

    penyanyi yang lain. Ini juga yang membedakan penyanyi

    kelas dunia dengan penyanyi kelas kampung. Yang

    membedakan mereka yang akan berkarir cemerlang atau

  • Chapter 1

    tidak. Yang membedakan mereka yang akan terus bersinar

    atau cepet meredup.

    Makanya, perkuat kemampuan public speaking anda.

    Supaya anda bisa mendapat rezeki berlebih, jabatan tinggi,

    karir yang melesat dengan kemampuan public speaking

    anda :D

  • Chapter 1

    Jembatan itu bernama: Public Speaking

    Apakah anda pernah menyaksikan video tentang

    bagaimana jembatan gantung antar dua tebing diciptakan?

    Bila belum pernah, saya coba mengilustrasikannya di sini.

    Pertama, dua orang yang akan membuat jembatan

    bersama-sama naik ke satu tebing saja. Dari sini, mereka

    menembak paku bertali yang menghubungkan satu tebing

    dengan tebing lainnnya. Salah seorang di antara mereka

    kemudian menyeberang ke tebing lain, dengan cara

    merayap di atas tali. Tapi dia tidak hanya merayap saja,

    melainkan membawa beberapa utas tali yang lain beserta

    paku/pasak dan dua tiang kayu, tentu saja.

    Berarti, sudah ada dua utas tali yang menghubungkan dua

    tebing. Kemudian, tali kedua dipasak dengan kuat di

    tebing yang baru bersama dengan tiang di masing-masing

    ujung tali. Kedua tali ditarik kencang di bagian bawah

    masing-masing tiang, lalu diikuti dengan mengencangkan

    dua utas tali yang terikat di bagian atas tiang. Kini, kedua

    tebing terhubung dengan 4 utas tali yang terikat pada 2

    tiang.

    Langkah selanjutnya adalah membuat anyaman tali antar

    bagian bawah keempat tiang. Langkah ini akan lebih

  • Chapter 1

    mudah, karena sudah ada dua utas tali terulur kencang.

    Tentu akan lebih aman bagi para pembuat jembatan.

    Sedikit demi sedikit, tali menganyam dua tali yang lain.

    Menghubungkan dua tali yang terulur, dari ujung tebing

    yang satu menuju ujung tebing yang lain.

    Nah, selesai sudah. Banyak orang kini bisa menyeberang

    menggunakan jembatan tali tersebut. Jembatan ini kian

    aman, karena yang menyeberang bisa berpegangan pada

    dua tali yang terulur di sisi samping jembatan, selain

    lantai jembatan yang kuat, karena terdiri dari anyaman

    tali.

    Tebing pertama, dapat kita analogikan sebagai

    komunikator, atau orang yang ingin menyampaikan

    ide/gagasan. Sedangkan tebing kedua adalah, orang yang

    diharapkan untuk mendengar ide, atau kita sebut

    komunikan. Orang yang menyeberang menggunakan

    jembatan tali ini, dari satu tebing ke tebing yang lain,

    dapat kita sebut sebagai ide, atau gagasan, dan lain

    sebagainya. Sedangkan jembatan tali adalah penghubung

    antara komunikator dan komunikan, sehingga ide bisa

    sampai dengan baik. Jembatan tali ini, dapat kita sebut

    dengan Public Speaking.

  • Chapter 1

    Nah, dari sini kita bisa menggunakan analogi di atas, untuk

    mengetahui apa sesungguhnya kegunaan suatu public

    speaking bagi anda. Jadi, bila anda punya suatu

    ide/gagasan, yang ingin anda sampaikan kepada orang

    lain, maka disanalah guna suatu public speaking. Ibarat

    jembatan tali yang sudah saya ilustrasikan di atas, public

    speaking akan sangat membantu anda. Dalam hal,

    menyampaikan ide anda kepada orang lain.

    Tentu saja, ini bukan hanya tentang menyampaikan ide.

    Tapi ini adalah tentang membuat orang lain memahami

    apa ide yang kita miliki. Lebih lanjut, ini adalah tentang

    bagaimana menggerakkan orang lain. hanya dengan

    kekuatan dari komunikasi ide milik kita dan dari kita.

    Semua ini seperti sebuah jembatan yang menghubungkan

    orang yang satu (komunikator) dengan orang yang lain

    (komunikan). Jembatan itu bernama: public speaking!

  • Chapter 1

    Belajar public speaking

  • Chapter 1

    Ibarat Belajar Renang

    Saya yakin, orang yang di-cemplung-kan ke air pasti bisa

    berenang. Kalau dia tidak bisa renang, dia akan berusaha

    supaya tetap mengapung. Dia akan menggerak-gerakkan

    tangan dan kakinya. Kalau masih kelelep (bahasa jawa: air

    terus-menerus masuk lewat mulut dan hidung, orang yang

    akan tenggelam biasanya diawali dengan ini), berarti dia

    masih kurang usaha untuk terus bergerak di dalam air.

    Tapi seseorang tidak harus dilempar dulu ke kolam baru

    bisa berenang kan? Pasti ada caranya supaya bisa

    berenang tapi tidak dengan cara dilempar ke air. Ya tidak?

    Caranya? Ya belajar. Mulai di kolam yang tidak dalam,

    belajar mengapung dulu, atau belajar menggerak-

    gerakkan kaki di air dulu atau diajar oleh pelatih renang,

    dan seterusnya. Yang jelas, tidak dengan baca buku "cara

    berenang yang baik", saja kan?

    Iya, karena orang yang cuma tahu teori, tidak pernah

    praktik, maka dia tidak bisa menjalankan teori itu. Anda

    tahu tidak, dalam otot-otot kita ada sel syaraf juga. Dan

    disinilah ilmu itu (juga) disimpan. tidak semuanya ada di

    syaraf otak. Hasil belajar dari baca buku atau dari kelas,

    biasanya disimpannya di otak. Tapi hasil belajar lewat

  • Chapter 1

    pengalaman, atau lewat otot, disimpannya di syaraf di

    otot-otot kita. Dan keterampilan itu ilmunya disimpan di

    sel syaraf otot, bukan di sel syaraf otak.

    Makanya, orang yang cuma baca, tapi tidak melakukan,

    maka dia tidak akan belajar apa-apa dan dia tidak akan

    bisa apa-apa. Sama seperti belajar renang lewat baca

    buku, public speaking juga seperti itu. Orang yang cuma

    membaca buku "bagaimana berbicara di depan publik

    tidak akan bisa melakukan public speaking. Percaya deh.

    Kemampuan ini, cuma datang dari tiga kata: latihan,

    latihan, dan latihan.

    Tapi latihan sendiri saja, percuma. Kalau tidak ada yang

    memberiikan feedback (umpan balik, saran, masukan, dll).

    Kalau tidak ada yang memberiikan kritik dan saran, tetap

    saja percuma. Latihan sendiri di kamar? Percuma, karena

    tidak ada audiens. Latihan di depan cermin? Iya bisa

    menyempurnakan penampilan kita. Tapi yang melihat,

    memberii saran dan kritik, tetap saja cuma diri kita sendiri

    lho.

    Hajar langsung tanpa latihan? Ya tidak baik juga, yang ada

    kita tidak tahu selera audiens. Kita tidak tahu cara public

    speaker terbaik melakukannya. Seperti kita tidak tahu

    bagaimana seorang Steve Jobs, CEO Apple Inc,

  • Chapter 1

    mempersiapkan diri untuk sebuah public speaking. seakan

    kita tidak tahu bagaimana Martin Luther King

    mempersiapkan pidatonya yang termashyur itu: I Have a

    Dream.

    I Have a Dream

    (by Martin Luther King)

    I have a dream that one day this nation will

    rise up and live out the true meaning of its

    creed: "We hold these truths to be self-

    evident, that all men are created equal."

    I have a dream that one day on the red hills

    of Georgia, the sons of former slaves and the

    sons of former slave owners will be able to

    sit down together at the table of

    brotherhood.

    I have a dream that one day even the state

    of Mississippi, a state sweltering with the

    heat of injustice, sweltering with the heat of

    oppression, will be transformed into an

    oasis of freedom and justice.

  • Chapter 1

    I have a dream that my four little children

    will one day live in a nation where they will

    not be judged by the color of their skin but

    by the content of their character.

    I have a dream today!

    I have a dream that one day, down in

    Alabama, with its vicious racists, with its

    governor having his lips dripping with the

    words of "interposition" and "nullification" -

    - one day right there in Alabama little black

    boys and black girls will be able to join

    hands with little white boys and white girls

    as sisters and brothers.

    I have a dream today!

    I have a dream that one day every valley

    shall be exalted, and every hill and

    mountain shall be made low, the rough

    places will be made plain, and the crooked

    places will be made straight; "and the glory

    of the Lord shall be revealed and all flesh

    shall see it together."

  • Chapter 1

    Maka dari itu, belajar public speaking itu ibarat belajar

    berenang. Mungkin bisa kalo dipaksakan sendiri, tapi

    percayalah hasilnya tidak akan maksimal. Belajarnya juga

    bukan dengan membaca buku teori (saja). tapi juga

    dengan berlatih. Berlatih juga tidak hanya berlatih sendiri,

    sebaiknya selalu berlatih bersama orang lain. sehingga ada

    saran dan kritik yang membangun.

    Salam sukses

  • Chapter 1

    Tidak Harus Menjadi Orang Lain

    Anda tidak perlu menjadi seorang Steve Jobs untuk

    berhasil menjual produk anda. Anda tidak harus menjadi

    seorang Charles Bonar Sirait, ketika anda membawakan

    berbagai acara. Anda tidak harus seperti Rhenald Kasali,

    yang begitu sederhana menyampaikan materi-materinya

    di berbagai kesempatan kuliah. Yang hanya harus adalah,

    anda harus menjadi diri anda sendiri ketika anda

    melakukan suatu public speaking.

    Salah satu hal yang paling menarik dari public speaking

    adalah bahwa setiap pribadi memiliki gayanya masing-

    masing. Entah sebagai pendidik, sebagai pimpinan

    organisasi, atau sebagai penyiar radio sekalipun. Dan

    berbagai profesi lainnya. Perbedaan-perbedaan antar

    pribadi ini yang kemudian, menjadi salah satu daya tarik

    mengapa seorang hadirin bisa datang ke forum dimana

    anda menjadi public speaker.

    Karena, pada dasarnya setiap audiens akan selalu

    berusaha memahami apa yang disampaikan oleh public

    speaker. Sejak mereka berniat untuk menghadiri acara

    yang terdapat aktivitas public speaking di dalamnya, sejak

    itu pula mereka akan berusaha menyesuaikan diri dengan

  • Chapter 1

    bagaimana gaya atau tipe public speaker menyampaikan

    gagasannya. Betul tidak? Ini di satu sisi audiens.

    Dari sisi public speaker, cuma ada dua yang sesungguhnya

    harus mereka siapkan. Yang pertama, penguasaan

    terhadap materi. Penguasaan materi ini hendaknya

    mampu meningkatkan kepercayaan diri public

    speaker. Ibarat presentasi penelitian, presenter yang telah

    melakukan tugas penelitian, yang mereka sangat meyakini

    kebenaran hasil penelitian tersebut, tentunya tidak perlu

    malu dan canggung lagi. Kenapa? Karena mereka sendiri

    yang melakukan penelitian tersebut, mencari pustaka-

    pustaka terkait lalu menganalisis hasil penelitian masing-

    masing. Dari sini, kepercayaan diri seharusnya sudah

    mulai muncul. Ini contoh saja.

    Kedua, pemahaman terhadap penguasaan audiens akan

    materi yang ingin disampaikan. Salah satu fungsi public

    speaking adalah memberikan materi baru. Dengan kata

    lain, memberikan sesuatu yang baru. Dan ibarat jembatan,

    public speaking berfungsi untuk menjembatani

    pemahaman lama audiens (tebing yang satu) dan

    pemahaman baru yang diharapkan (tebing yang satu lagi).

    Nah, sebelum membangun jembatan ini di depan audiens,

    tugas public speaker adalah mengetahui sudah sejauh

  • Chapter 1

    mana audiens memahami akan materi atau hal

    tersebut. Audiens yang berupa kumpulan anak SMA tentu

    memiliki tingkat kedalaman pemahaman yang berbeda

    bukan dengan seorang professor? Audiens yang ingin

    menikmati acara musik, tentu berbeda bukan dibanding

    acara formal yang berisikan para pejabat yang hadir?

    Setelah melakukan persiapan sebelum public speaking,

    melalui dua hal di atas, sebenarnya tugas public speaker

    sudah selesai. Tetapi ini adalah tugas sebelum naik

    panggung. Seorang public speaker hanya perlu melakukan

    tugas dia yang berikutnya: melakukan public speaking di

    atas panggung, sesuai dengan karakter pembawaannya

    dia saja. Yang paling penting adalah, bagaimana

    ketersampaian materi kepada audiens bisa benar-benar

    terlaksana. Hingga kemudian, audiens bisa diharapkan

    untuk melakukan sesuatu setelah pemahaman yang baru

    akan materi tersebut.

    Setelah ini, kita akan masuk ke bagian dimana anda bisa

    melatih diri untuk sebuah public speaking.

  • Chapter 1

    Satu Kata, Satu Kalimat, lalu Satu Paragraf

    Public speaking sangat kental dengan latihan, latihan dan

    latihan. Seorang Steve Jobs (Chief Executive Officer Apple)

    saja, melatih dirinya di depan manajer pengembangan

    produknya (product development) selama dua hari

    berturut-turut, sebelum launching produk-produk Apple.

    Bagaimana bisa kita mengabaikan pentingnya latihan,

    ketika seorang CEO saja melatih dirinya selama dua hari

    penuh, bahkan sambil meminta masukan dari bawahan-

    bawahannya sendiri? Berikut ini adalah beberapa tips dari

    saya, tentang bagaimana kita melatih diri untuk

    sebuah public speaking.

    Pertama, pastikan anda tidak berlatih sendirian.

    Maksudnya, jangan sampai anda bahkan tidak bisa

    mengkoreksi diri anda sendiri. Lebih bagus bila ada teman

    yang menemani, dia akan bisa memberiikan koreksi. Atau

    bila tidak, gunakan cermin. Berlatihlah di depan cermin.

    Berlatihlah sendiri, dan lakukan koreksi sendiri terhadap

    latihan anda. Ini untuk melatih sistematika kata-kata yang

    kita ucapkan, sekaligus tingkat kejelasan lafal

    (pengucapan) kata-kata kita.

  • Chapter 1

    Sedangkan untuk melatih penguasaan anda terhadap

    panggung yang disediakan, lakukan latihan sambil

    berjalan kesana-kemari. Seakan-akan anda sedang berada

    di panggung presentasi/pidato yang sebenarnya. Gunakan

    ruangan yang cukup luas, agar tidak membatasi gerak-

    gerik anda. Sebisa mungkin, lengkapi semua peralatan

    semisal meja, kursi, pengeras suara, dan lain sebagainya.

    Seakan-akan anda memang sudah berada di tempat acara,

    ini sebagai simulasi. Boleh juga bila anda melatih diri di

    tempat acara yang sebenarnya anda akan melakukan

    presentasi/pidato. Menggunakan podium juga boleh, bila

    anda diminta untuk berpidato.

    Tapi, apabila anda benar-benar baru pertama kalinya

    menghadapi presentasi/pidato, pertama-tama berlatihlah

    terlebih dahulu untuk mengungkapkan isi hati dan isi

    kepala anda terlebih dahulu. Tak usah dipusingkan dengan

    materi yang ingin anda sampaikan. Ucapkan satu kata

    terlebih dahulu. Ucapkan dengan sungguh-sungguh,

    tegas dan jelas. Tidak perlu pengucapan yang terlalu

    cepat. Dan latihlah beberapa kali. Hingga anda meraih

    kesempurnaan. Ini untuk melatih cara anda berekspresi

    dulu.

  • Chapter 1

    Kemudian, berlatihlah untuk mengucapkan satu kalimat.

    Diulang-ulang. Sungguh-sungguh, tegas dan jelas. Ketiga

    kata sifat ini penting untuk memperoleh psikologi

    massa dari audiens anda, nantinya. Anda boleh memilih

    kalimat apapun, pokoknya yang sedang terpkirkan atau

    yang sedang dirasakan. Public speaking yang baik akan

    mentautkan hati dan pikiran sang pembicara agar audiens

    bisa memahami pesan yang ingin dikomunikasikan.

    Tutup latihan anda dengan berbicara sungguh-sungguh,

    tegas dan jelas, sebanyak satu paragraf. Satu inti pesan

    untuk satu kalimat. Gunakan beberapa kalimat yang

    berhubungan (paragraf) untuk membentuk satu arti. Bila

    anda benar-benar memasukkan perasaan anda ke

    dalam kalimat-kalimat yang anda ucapkan, biasanya

    (saya seringkali mengalami hal ini) pesan yang ingin

    anda komunikasikan akan benar-benar dapat

    dirasakan oleh audiens, hingga menggetarkan sukma

    mereka!

    Demikian, mudah-mudahan dapat memunculkan

    keberanian anda untuk menjadi public speaker! Ingat cara

    melatihnya : Satu Kata, Satu Kalimat, lalu Satu Paragraf.

  • Chapter 1

    Optimalkan Metode Mind Mapping

    Pernah tidak anda berusaha untuk mengingat sesuatu

    yang penting, tapi anda (entah bagaimana) tidak bisa

    mengingat hal tersebut? Akan tetapi, ketika anda sedikit

    melupakan hal tersebut, ternyata anda malah berhasil

    mengingatnya?

    Dan memang demikian cara otak kita bekerja. Tidak

    semua yang tersimpan dalam memori kita, bisa kita ingat

    (recall) dengan cara yang sistematis, bisa jadi kita harus

    mencari jalan lain untuk menemukannya.

    Pernah tidak, anda mencoba untuk mengingat nama

    seseorang dalam kategori tertentu, misalnya teman

    kampus anda dari jurusan lain? Anda berusaha mengingat

    siapa di jurusan lain, yang adalah teman anda, tapi anda

    tetap tidak bisa. Akan tetapi, ketika anda mengingat ada

    siapa saja teman dalam satu unit kegiatan anda, ternyata

    anda justru menemukannya nama seseorang yang berasal

    dari jurusan yang anda ingin cari. Saya pernah mengalami

    kejadian seperti ini, berusaha mengingat yang terkait

    dengan satu kategori tertentu, ternyata malah

    menemukannya di kategori lain.

  • Chapter 1

    Dan seperti itulah cara pikiran kita bekerja. Pikiran kita

    tidak membuat memori terhadap sesuatu seperti sebuah

    rantai yang sangat panjang. Dia justru berbentuk seperti

    susunan terkecil tapi independen dalam otak, yaitu sel-sel

    syaraf itu sendiri. Dimana ada satu badan sel berukuran

    besar, yang memiliki beberapa tangan sekaligus. Dan

    tangan-tangan ini berhubungan dengan badan sel yang

    lainnya. Bagaimana pikiran kita bisa mengakses /

    mengingat memori yang lain, adalah dengan menempuh

    jalur menuju badan sel yang lain. Dan ini tidak harus

    selalu sistematis/sekuensial/ berurutan. Perhatikan

    gambar berikut.

    (gambar sel syaraf)

    Jadi, bentuk sel syaraf yang seperti batang pohon ini

    ada batang utama, cabang, kemudian dahan, dan diakhiri

    dengan daun bekerja dengan mengkombinasikan

    kemampuan otak kiri dan otak kanan. Otak kiri yang selalu

    mencari keterkaitan antar hubungan, dan otak kanan yang

    bersifat eksploratif mencari jalan baru.

    Oleh karena itu, metode mind mapping ini bisa digunakan

    dengan mudah untuk menyimpan maupun

    mengeluarkan/memberiikan informasi. Menyimpan,

    yang berarti kreatif membentuk informasi yang baru,

  • Chapter 1

    dan mengeluarkan informasi yang berarti

    menghimpun informasi yang sudah ada dan

    menyampaikan kepada orang lain.

    Selain itu, masih banyak manfaat lebih besar yang bisa

    anda dapat, antara lain :

    Merencanakan, yang berarti menghimpun

    kegiatan apa saja yang harus dilakukan,

    memperkirakan durasi lama kegiatan, menghitung

    biaya yang harus dikeluarkan, dst. Kreativitasnya

    adalah dalam mengkombinasikan kegiatan, durasi

    dan biaya yang tepat, murah dan singkat.

    Berkomunikasi, yakni menghimpun informasi

    yang harus disampaikan serta berpikir kreatif

    untuk menyampaikan secara tepat.

    Menjadi lebih kreatif,

    Menyelesaikan masalah, berarti menghimpun

    tanda-tanda/clue serta berpikir kreatif dalam

    mencari solusi.

    Memusatkan perhatian,

    Menyusun dan menjelaskan pikiran-pikiran,

    Mengingat dengan baik,

    Belajar lebih cepat dan efisien,

    Melatih big picture

  • Chapter 1

    Bagaimana cara membuat mind mapping ? Anda Cuma

    perlu tiga hal berikut :

    Kertas kosong, gunakan secara landscape

    (penggunaan kertas persegi panjang secara

    horizontal)

    Pena / pensil / spidol, beberapa warna, dan

    Pikiran anda

    Simpel kan? Efektif dan efisien, lagi!

    Nah, selanjutnya kita masuk ke bagian penerapan mind

    mapping

  • Chapter 1

    Langkah Ber-Mind Mapping

    Di tulisan sebelum ini, saya menyarankan untuk lebih

    banyak menggunakan metode mind-mapping. Bukan apa-

    apa, tapi terus terang, karena metode ini lebih efisien.

    Dalam waktu yang relatif singkat, anda dapat menyimpan

    dan mengeluarkan/memberiikan informasi yang baru saja

    anda dapat. Tidak hanya yang baru saja anda dapat,

    sebenarnya. Tapi sesuatu yang sangat dalam tersimpan di

    memori anda, bertahun-tahun anda lakukan, setiaa hari

    menjadi kegiatan anda, juga bisa anda kemukakan secara

    sederhana dengan metode mind-mapping.

    Itu tentang tulisan sebelum tulisan yang sedang anda baca

    saat ini. Sekarang, mari kita berbicara bagaimana secara

    teknis, kita menggunakan metode ini. Suatu kesia-siaan

    kan ketika anjuran sudah berikan, bila tidak diikuti

    dengan suatu pedoman teknis?

    Pertama, mulailah dengan suatu kertas kosong. Tidak

    harus kertas, tapi boleh juga papan tulis. Whiteboard atau

    blackboard sama saja. Gunakan secara landscape, begitu

    microsoft office word, biasanya bilang. Lalu, letakkan satu

    kata kunci anda di tengah-tengah kertas/papan tulis.

  • Chapter 1

    Cukup satu kata saja, yang menurut anda, menjadi titik

    awal dari mind-mapping yang akan anda buat.

    Kedua, buatlah secara radial. Artinya, perluaslah satu kata

    yang sudah anda tuliskan, dengan kata-kata yang lain. Ke

    sekeliling kata pertama tersebut. Boleh ke kanan, kiri, atas,

    bawah, dan lain sebagainya. Ini namanya arah radial. Kata-

    kata ini harus memiliki hubungan dengan kata utama

    tersebut. Dan hubungkan kata baru tersebut dengan kata

    utama anda. Gunakan suatu garis, atau semacam dahan

    (bila ini dimisalkan dengan pohon), analogi jalan raya juga

    bisa kita gunakan. Jadi, pada kata yang baru, anda beri

    garis hubungnya. Ini adalah pada tahap kedua.

    Tahap ketiga, bertindak kreatiflah. Gunakan belahan otak

    kanan anda secara maksimal. Gunakan berbagai warna,

    boleh merah, hijau, biru, dan seterusnya. Dan boleh juga

    gunakan berbagai gambar. Sebenarnya, untuk tahap kedua

    tidak harus menggunakan kata. Gambar juga boleh.

    Pilihlah gambar yang mewakili maksud/makna yang ingin

    anda sampaikan.

    Oiya, jangan pernah mengubah tulisan yang sudah ditulis,

    atau gambar yang sudah dibuat. Ini adalah proses kreatif,

    proses yang menggunakan ide yang tiba-tiba muncul di

    benak anda. Jadi jangan meng-edit ide tersebut kemudian.

  • Chapter 1

    Percayalah, sebaiknya anda jangan mengubah ide anda.

    Tunggu saja , hasil akhirnya pasti akan bagus sekali

    Di tahun 1970 majalah saintifik Amerika mempublikasi

    hasil penelitian Ralph Haber yang menunjukkan bahwa

    individu dapat mengingat kembali gambar secara akurat

    sekitar 85 95 persen. Seperti quote yang biasa kita

    dengar sebuah gambar senilai dengan ribuan kata.

    Kita mengasosiasikan dan mengingat gambar karena

    gambar menggunakan berbagai macam cortical skills anda,

    terutama imajinasi. Gambar lebih mampu

    membangkitkan ingatan daripada kata-kata, lebih

    presisi dan punya potensi dalam merangsang asosiasi

    dalam rentang yang luas (wide range of associations),

    karena itu akan memperkuat pikiran kreatif dan daya

    ingat.

    Dalam menyempurnakan peta pikiran yang anda buat dari

    waktu ke waktu, cobalah untuk selalu menyisakan ruang

    dari tiap mind-mapping yang pertama kali anda buat. Jadi,

    pada kesempatan pertama tuangkanlah seluruh isi pikiran

    anda, baik dari otak kanan maupun otak kiri, seluruhnya

    di atas kertas atau papan tulis. Kemudian, simpanlah hasil

    pikiran anda tersebut. Lakukan kegiatan yang lain.

  • Chapter 1

    Di waktu yang lain, ketika pikiran anda masih segar

    (fresh), cobalah untuk membuka lagi mindmapping yang

    sudah anda buat. Baca dengan seksama, perhatikan

    seluruh kata, gambar dan warna. Adakah sesuatu yang

    ingin anda tambahkan? Nah, begitu ada yang akan anda

    tambahkan, disanalah yang disebut dengan

    penyempurnaan mind-mapping. Karena itu, ada baiknya

    bagi kita untuk menyediakan ruang kosong di tepi kertas

    atau papan tulis, setiap kita selesai membuat mind-

    mapping.

  • Chapter 1

    Big Picture Details Big Picture

    Kesempatan berbicara di depan orang banyak,

    sesungguhnya adalah sebuah kesempatan yang sangat

    langka. Kecuali bagi seorang dosen, saya kira. Dosen

    kebanyakan, tentunya. Kenapa saya berpendapat seperti

    itu? Karena sesungguhnya, setiap kesempatan public

    speaking adalah sesuatu yang sangat langka. Langka bagi

    para audiensnya, karena (biasanya) mereka baru sekali itu

    bertemu dengan sang pembicara, dan langka karena (bisa

    jadi) materi yang akan disampaikan tersebut juga baru

    mereka dapatkan.

    Di sisi pembicara, kesempatan untuk memenuhi harapan

    tiap audiens juga adalah sesuatau yang langka. Karena

    belum tentu dia akan memberiikan materi yang benar-

    benar sama dibandingkan dengan materi yang

    sebelumnya pernah dia sajikan. Selain itu, bisa jadi ada

    perbedaan antara audiens yang akan dia hadapi nanti,

    dibandingkan dengan audiens yang sudah-sudah. Di sini

    saya ingin menggarisbawahi, menekankan bahwasanya

    setiap momentum public speaking sesungguhnya

    adalah momentum yang sangat langka. Karena

    pembicara yang berbeda, materi yang berbeda, audiens

  • Chapter 1

    yang berbeda, waktu dan tempat yang berbeda, dan

    berbagai hal lainnya adalah sesuatu yang jarang terjadi.

    Pesan saya, tentang satu momentum yang jarang ini,

    berbicaralah dalam bahasa yang sederhana dan

    sistematis: big picture details big picture.

    Tiga langkah inilah yang ingin saya anjurkan kepada anda

    : big picture details big picture. Ini adalah sistematika

    yang akan menyederhanakan materi yang akan anda

    sampaikan kepada audiens anda. Mulailah dengan

    suatu big picture, gambaran besar. Beberapa ada juga yang

    menyebutnya helicopter view. Jadi seperti berada di

    ketinggian tertentu di atas suatu wilayah

    menggunakan helikopter, ceritakanlah dengan

    sederhana apa yang akan anda sampaikan. Seberapa

    penting hal tersebut, apa kaitannya dengan hal-hal

    lainnya, fenomena apa yang menjadi sebab atau akibat

    dari hal ini, dan seterusnya dan seterusnya.

    Aspek terpenting dalam big picture yang pertama ini,

    justru semua hal yang tidak termasuk dalam lingkup

    materi itu sendiri. Siapa tetangga kita, apakah rumah kita

    di tanah datar atau di lereng, bangunan apa saja yang

    terlihat di sekitar rumah kita? Seperti itu kan yang akan

  • Chapter 1

    kita lihat pada rumah kita, dari ketinggian tertentu dengan

    helikopter?

    Nah, kita masuk ke bagian berikutnya. Di sinilah saatnya

    kita berbicara tentang segala yang berbau detail.

    Segala tentang rumah kita. Bukan tentang sekitar rumah

    kita, atau keadaannya. Tapi tentang seberapa luas

    tanahnya, seberapa luas bangunannya, ada berapa tingkat,

    bagaimana konsep arsitekturnya, konsep desain

    interiornya, apa saja bahan bangunannya, dan seterusnya

    dan seterusnya.

    Potretlah semuanya dan ceritakanlah semuanya. Dengan

    detail. Anda bisa menggunakan konsep 5W + 1H (what,

    when, who, where, why, how). Tentunya, jangan lupa untuk

    memunculkan sesuatu yang baru. Mudah-mudahan tidak

    ada audiens kita yang hadir saat ini dan di saat lain

    berikutnya, yang akan berkata,

    wah, pembicara itu ngomongin hal yang

    sama. Engga ada yang baru.

    Terakhir, sebagai penutup dalam presentasi atau pidato

    anda. Berikanlah sedikit big picture kembali, sebagai

    penutup yang berupa kesimpulan dan rangkuman.

    Jangan sampai audiens kita justru merasa pikirannya yang

    baru saja dibawa melanglang buana kesana kemari

  • Chapter 1

    dengan berbagai detail yang anda kemukakan, ternyata

    tidak menemukan titik pemberhentiannya. Selain itu, big

    picture yang terakhir ini adalah big picture yang berbeda

    dengan di awal anda berbicara. Ini adalah kesimpulan dan

    rangkuman dari semua materi anda kepada audiens.

    Mudah-mudahan bermanfaat, big picture details big

    picture ini, semoga berhasil diterapkan dengan mudah dan

    sederhana dalam presentasi ataupun pidato anda.

  • Chapter 1

    Sebelum naik panggung

  • Chapter 1

    Kita juga perlu rasa takut,koq

    Banyak orang merasa khawatir tidak siap ketika diminta

    menjadi seorang public speaker. Takut, katanya. Takut di

    depan tidak bisa mengeluarkan kata-kata, takut terdiam

    seribu basa, takut ditertawakan, takut yang disampaikan

    malah melebar ke mana-mana dan berbagai ketakutan

    lainnya. Padahal, ketakutan yang menghinggapi seorang

    calon public speaker adalah biasa terjadi. Pada siapapun.

    Baik yang sudah terbiasa, maupun yang baru menjadi

    public speaker. Seorang Charles Bonar Sirait pun juga

    mengalami ketakutan yang sama. Tapi apakah lantas,

    ketakutan ini adalah sebuah keburukan? Apakah lantas

    ketakutan harus kita hapuskan sepenuhnya dari diri kita?

    Keberanian adalah salah satu aspek penting yang akan

    menunjang sukses tidaknya kita dalam melakukan suatu

    public speaking. Tapi itu cuma salah satu aspek saja. Masih

    banyak aspek lain yang perlu kita perhatikan.

    Justru kita membutuhkan ketakutan untuk menyadarkan

    diri kita bahwa kita belum siap. Ingat, momentum public

    speaking adalah momentum yang sangat jarang

    sesungguhnya. Materi yang sama, audiens yang sama,

    tempat yang sama, pembicara yang sama adalah

  • Chapter 1

    sesuatu yang nyaris tidak akan terulang, saya kira. Jadi,

    setiap kesempatan yang diberikan harus kita

    maksimalkan. Karena hanya itulah satu-satunya

    kesempatan. Dan untuk inilah kita perlu rasa takut. Rasa

    takut bahwa kita belum cukup menguasai materi kita.

    Rasa takut bahwa kita belum cukup berlatih. Rasa takut

    bahwa kita belum cukup mengenal siapa saja audiens kita,

    dan berbagai ketakutan lainnya. Intinya, rasa takut bahwa

    ketidaksiapan kita akan berujung pada hasil yang tidak

    maksimal, harus tetap kita pelihara.

    Memunculkan keberanian perlu, mereduksi ketakutan

    juga penting. Tapi memelihara adanya ketakutan yang

    tepat, juga penting agar kita dapat memberikan suatu

    public speaking yang maksimal.

  • Chapter 1

    Jangan Terburu-Buru

    Kemarin siang, saya diminta oleh teman-teman untuk

    presentasi di depan kelas. Presentasi tentang konsep

    pemasaran dari produk roti yang ditugaskan kepada

    kelompok kami. Saya diminta maju seorang diri. Bukan

    apa-apa, kata teman-teman supaya bisa lebih berseni dan

    lebih dramatis. Kebetulan, audiens adalah teman-teman

    sekelas, jadi saya sudah tahu persis kebiasaan mereka

    (sebagai audiens) seperti apa. Dan saya juga tahu harus

    berbuat apa.

    Mengambil pelajaran dari kejadian sebelumnya, saya

    kemudian berusaha untuk tenang. Kebetulan saya juga

    mengenal karakter para audiens seperti apa. Sehingga

    dapat menerapkan treatment (perlakuan) yang tepat.

    Tentang apa yang saya sampaikan, saya membuat outline-

    nya dulu di kertas kecil. Saya menulis disana, bahwa saya

    harus menggugah perasaan hadirin dulu. Bahwa, makan

    nasi adalah budaya. Yang ditularkan oleh orang tua kita

    (sebagai pemilik rumah dan kepala keluarga) menjadi

    ritual yang sangat biasa kita lakukan. Begitu ritualnya,

    sehingga seakan-akan hidup untuk makan nasi.

  • Chapter 1

    Kemudian, saya menegaskan kepada para audiens, bahwa

    pengambil keputusan, pemilik dana sekaligus pembayar

    transaksi makanan pokok adalah orang tua kita yang

    menjadi kepala keluarga. Sehingga, bila kita ingin

    mengubah kebiasaan makan nasi di masyarakat menjadi

    makan roti, kita harus mengubah persepsi kepala keluarga

    tentang makanan pokok ini. Selanjutnya, berbagai jurus

    pemasaran saya paparkan, tanpa terburu-buru. Saya

    berusaha memanfaatkan setiap momen dengan tepat,

    termasuk bila audiens ada yang nyeletuk. Ya tanggapi saja.

    Tidak masalah. Jangan dianggap sebagai gangguan. Yang

    paling penting, pesannya tersampaikan dan presentasi

    berjalan sebagai sebuah bentuk hiburan bagi audiens.

    Demikian pentingnya menjaga ketenangan diri supaya

    tidak terburu-buru dalam melakukan presentasi. Karena

    ketidaksabaran justru berbuah pada ketidaksampaian

    pesan yang diinginkan serta hambarnya presentasi yang

    anda lakukan. Presentasi yang hambar akan membuat

    presenter tidak diingat oleh audiens, dan terutama: pesan

    tidak menancap di benak audiens.

    Jangan terburu-buru, itu kuncinya.

  • Chapter 1

    Bahan Baku Public Speaking

    Public speaking adalah suatu proses. Proses komunikasi

    untuk menghantarkan ide, dari komunikator kepada

    komunikan. Bila diibaratkan suatu pabrik, yang memiliki

    proses produksi, maka terdapat input dan output. Input ini

    adalah bahan baku yang dibutuhkan untuk menjalankan

    proses produksi. Sedangkan hasil produksinya, itu disebut

    dengan ouput.

    Kembali lagi ke proses komunikasi bernama public

    speaking. Proses ini juga memiliki input dan output. Ouput

    yang diinginkan adalah, tercapainya pemahaman pada

    komunikan/audiens untuk kemudian, mereka dapat

    tergerak untuk melakukan sesuatu. Tentu, karena public

    speaking ini adalah suatu proses, maka terdapat input pula

    yang harus ada sejak awal, sebagai bahan baku proses

    komunikasi.

    Input-nya adalah ide/gagasan yang ingin disampaikan.

    Dan ini memang sesuatu yang harus ada sejak awal. Tapi,

    ide tersebut tidak harus lengkap/sempurna ide tersebut

    sebelum anda naik ke panggung public speaking. Yang

    utama adalah, inti gagasan anda sebenarnya.

  • Chapter 1

    Seperti sebuah pabrik, proses komunikasi adalah sesuatu

    yang membutuhkan keahlian dan pengalaman. Keahlian

    berarti kebisaan, kemampuan. Suatu kemampuan yang

    ada untuk memberiikan hasil yang diinginkan. Bukankah

    pabrik seperti itu? Pabrik itu kan punya standar kualitas

    yang ingin dicapai, bila barang tidak memenuhi kualitas

    maka dianggap cacat dan tidak akan dirilis ke pasar. Betul

    tidak?

    Selain itu, pengalaman adalah akumulasi proses dan

    waktu yang memperkuat kemampuan itu sendiri. Di

    pabrik, tenaga-tenaga berpengalaman akan terus

    dipertahankan kan? Wajar saja, karena pengalaman

    mereka dalam memproduksi barang berkualitas itulah

    faktor penting yang mempengaruhi kualitas barang

    produksi. Meskipun pengalaman tidak bisa dibeli atau

    diperoleh dalam waktu singkat, tapi sesungguhnya

    pengalaman bisa dipelajari, koq.

    Nah, maka dari itu proses komunikasi membutuhkan

    kemampuan untuk memastikan kualitas penyampaian ide

    yang sudah ada. Selain kemampuan, pengalaman dalam

    menyampaikan ide adalah faktor penting bagaimana ide

    bisa tersampaikan. Makanya, jam terbang dalam public

    speaking menjadi penting

  • Chapter 1

    Tapi, proses dan bahan baku adalah dua hal yang berbeda

    dalam pabrik. Demikian juga dengan komunikasi.

    Prosesnya dan idenya adalah dua hal berbeda. Beda bab,

    istilahnya. Bahkan bisa jadi beda buku Karena,

    kemampuan public speaking yang mumpuni, belum tentu

    bisa memberikan hasil yang maksimal ketika ide-nya saja

    belum jelas benar. Dan sebaliknya, punya gagasan

    cemerlang tapi tidak bisa menyampaikan, ya jadi percuma

    kan punya ide?

    Kita kembali ke judul di atas. Bahan baku public speaking.

    Jadi, bahan baku yang harus dimiliki sebelum melakukan

    public speaking, adalah ide/gagasan itu sendiri. Apa ide

    saya? Itu adalah pertanyaan yang harus anda tanyakan

    kepada diri anda sendiri, dan anda harus menguasai

    jawabannya, sebelum anda naik ke panggung public

    speaking

  • Chapter 1

    Grogi itu Punya Siapa?

    Jangan anda pikir yang grogi itu cuma mereka yang baru

    beberapa kali melakukan public speaking. Tidak, lho.

    Sebenarnya anda salah kalau berpikir seperti itu. Saya

    seringkali bertanya kepada mereka yang sudah sangat

    sering melakukan public speaking. Pertanyaan saya

    adalah: masih suka grogi gak, waktu melakukan public

    speaking?

    Nah, ternyata, yang sudah mahir dan sudah sering

    sekalipun, masih suka merasa grogi. Baik itu penyiar,

    pembicara, trainer, dan lain sebagainya. Jadi jangan salah.

    Si grogi tidak cuma memilih mereka yang baru beberapa

    kali melakukan public speaking. Tapi mereka tidak

    pandang bulu. Si grogi menyerang semua orang.

    Ternyata oh ternyata.. hehe..

    Jadi, anda tidak usah takut bahwa seakan-akan hanya anda

    satu-satunya orang di dunia yang grogi ketika akan

    melakukan public speaking. Semua orang ternyata pernah

    (kalau tidak boleh dibilang selalu) mengalami grogi ketika

    akan melakukan public speaking. Jadi, ketika di antara

    orang-orang itu ada yang sanggup melawan rasa grogi

    mereka, dan tampil prima di panggung public speaking,

  • Chapter 1

    kenapa anda tidak bisa? Toh, rasa grogi milik semua

    orang, kan?

    Jadi, sebenarnya memang rasa grogi ini bisa berakhir pada

    dua hal. Pertama rasa grogi akan terus ada sampai dengan

    akhir waktu menjadi pembicara/guru/moderator, dll. Tapi

    ada juga yang kedua, yang berhasil menekan rasa grogi

    tersebut hingga justru rasa percaya diri yang lebih

    mendominasi. Yang kedua ini yang seharusnya menjadi

    acuan kita. Performa kita sebagai public speaker akan lebih

    optimal kalau bisa meraih rasa percaya diri sekaligus

    menekan rasa grogi. Begitu kan?

  • Chapter 1

    Ketika berada di panggung

  • Chapter 1

    Menjadi Seorang Entertainer di Panggung Presentasi

    Berkali-kali menghadiri seminar di aula kampus saya,

    membuat saya bertanya-tanya. Mengapa para pembicara

    tersebut, terutama yang hanya tampil seorang diri,

    seringkali membosankan?

    Materi yang mereka sampaikan tidaklah membosankan,

    sesungguhnya. Justru saya datang ke aula karena materi

    yang akan mereka sampaikan. Pun, siapa mereka

    (dikaitkan dengan materi yang akan disampaikan),

    mereka adalah orang-orang yang memang terkait dengan

    materi mereka. Entah mereka adalah seorang dosen,

    peneliti, praktisi bahkan pejabat terkait di topik-topik

    tersebut. Tapi, yang menarik hanya materinya. Tidak

    bagaimana mereka menyampaikannya.

    Bicara penting tidak penting, yang paling penting adalah

    materi. Itu memang benar, tidak perlu diperdebatkan. Dan

    ketika pesan yang ingin kita berikan pada audiens lewat

    materi itu sudah sampai pada target sasaran, tujuan kita

    sebagai seorang presenter/pembicara, sudah selesai.

    Tapi, tidak inginkah kita menjadi seorang entertainer di

    atas panggung presentasi yang menghibur dan memukau

    audiens kita? Nah, berikut adalah sedikit tips bagaimana

  • Chapter 1

    tidak hanya menjadi seorang presenter, tapi juga

    entertainer di panggung presentasi.

    1. Sadarilah bahwa orang-orang datang untuk

    mendengar anda. Sebelum anda melakukan presentasi di

    hari-h, cobalah untuk hadir di hari gladi bersih. Sehari

    atau dua hari sebelumnya. Latihlah diri anda sebagai

    presenter di sana seorang diri. Berlatih di depan kursi-

    kursi yang tak berpenghuni. Agar di hari-h anda

    merasakan, bahwa audiens datang untuk mendengar anda

    berbicara Hal ini menjadi penting ketika anda berada di

    depan para hadirin, bahwa anda harus memberikan yang

    terbaik pada audiens anda.

    2. ketika anda berada di atas panggung presentasi,

    sadarilah bahwa semua mata tertuju pada

    saya. Semua gerak-gerik, ekspresi, intonasi dan kata-kata

    anda. Karena audiens tidak hanya melihat layar presentasi

    saja, atau hanya mendengar kata-kata saja, maka gerak-

    gerik, ekspresi juga menjadi penting. Karena itu, menjadi

    penting untuk mengintegrasikan sikap tubuh dan ekspresi

    kita bersama dengan kata-kata yang kita ucapkan dan

    intonasinya. Poin positifnya, pesan yang anda sampaikan

    menjadi lebih jelas, anda juga menghibur dan memukau

    audiens melalui kesatuan gerak tubuh dan kata-kata.

  • Chapter 1

    3. sampaikanlah hal-hal menarik yang membuat

    penampilan anda di atas panggung bisa diingat

    banyak orang. Sampaikanlah cerita pribadi yang anda

    alami. Yang menarik, tentu. Dan menarik tidak harus lucu,

    lho. Yang jelas harus bersesuaian dan cocok dengan

    dengan tema materi yang akan anda sampaikan.

    Atau sampaikanlah insight-insight yang muncul di sekitar

    kita. Insight ini adalah salah satu hal yang menarik ketika

    kita mempresentasikan materi tentang marketing,

    misalnya. Tentang mengapa perilaku konsumen bisa

    berbeda-beda. Ternyata, ada perbedaan psikologis. Boleh

    juga bercerita tentang hal-hal yang lucu. Dan tentu, lucu di

    sini tidak sama dengan lucu-nya komedi-komedi kita yang

    ada di Indonesia. Lucunya harus cerdas. Kira-kira begitu.

    Bukan lucu yang menjelek-jelekkan orang lain. Bukan lucu

    karena jelek.

    4. Isilah presentasi anda dengan sedikit penampilan,

    video, atau lagu. Bila perlu, sedikit menyanyi atau

    memainkan alat musik. Tentu, tambahan seperti ini harus

    disesuaikan dengan materi apa yang disampaikan. Sesuai

    artinya, bisa sama dengan tema presentasi. Misal,

    presentasi tentang bagaimana cara bermain gitar klasik,

    diawali dengan permainan gitar klasik terlebih dahulu.

  • Chapter 1

    Atau, sesuai juga bisa berarti ada kesamaan pesan/

    kesimpulan yang akan/sudah disampaikan dalam

    presentasi. Misalnya yang dilakukan oleh Steve Jobs ketika

    memperkenalkan laptop paling tipis di dunia:

    memasukkannya ke dalam amplop, meletakkannya di atas

    meja, dan kemudian mengeluarkan laptop dari amplop di

    hadapan audiens!

    Demikian, mudah-mudahan bermanfaat. Selamat menjadi

    Entertainer di Panggung Presentasi.

  • Chapter 1

    FOR dan FOE, Panduan Anda Memahami Audiens

    Frame of Reference: The context,

    viewpoint, or set of presuppositions or of

    evaluative criteria within which a persons

    perception and thinking seem always to

    occur, and which constrains selectively the

    course and outcome of these activities

    Fontana Dictionary of Modern Thought (2nd

    edn: 1988)

    Read more: Frames of

    Referencehttp://www.doceo.co.uk/tools/f

    rame.htm#ixzz1DkbIaD7z

    Under Creative Commons

    License: Attribution Non-Commercial No

    Derivatives

    Saat ini, kita berada di balik panggung public speaking,

    menanti datangnya waktu dan tempat yang tepat untuk

    menghadirkan diri kita sebagai public speaker di hadapan

    para hadirin. Para hadirin, yang dengan sengaja sudah

    datang ke gedung ini, sudah siap untuk melihat dan

    mendengar apa yang akan kita sampaikan. Tapi tidak

  • Chapter 1

    dengan kepala yang kosong tak berisi. Melainkan dengan

    sejumlah pengetahuan dan pertanyaan yang sudah ada

    sebelumnya. Kita, public speaker, tidak akan berbicara

    dengan botol kosong.

    Hadirin tidak datang seperti bayi yang baru lahir ke dunia.

    Hadirin datang seperti seorang anak yang baru saja

    menyelesaikan pendidikan dasar atau menengahnya, atau

    seperti seorang sarjana yang baru saja menyelesaikan

    pendidikan tingginya. Mereka datang dengan asumsi

    tertentu, asumsi yang belum tentu sama dengan kita,

    frekuensinya. Syukurlah bila sama, tetapi seringkali tidak.

    Tapi justru di sanalah gunanya public speaking. Untuk

    menghantarkan ide/gagasan/ilmu kepada para

    komunikan, agar tercapai kesepahaman atau kemudian

    tindakan.

    Frame of Reference (FOR) dan Frame of Experience (FOE)

    adalah dua kategori yang melingkupi semua asumsi yang

    sudah mengisi hadirin di hadapan anda, public speaker.

    FOR adalah asumsi-asumsi yang menjadi referensi bagi

    para hadirin, bahkan setiap orang hadirin. Anda tahu,

    sewaktu kecil, kita seringkali diberi tahu tentang sesuatu

    oleh orang tua kita, bahkan sebelum kita melihatnya. Anda

    tahu, guru geografi anda menceritakan tentang suatu

  • Chapter 1

    wilayah, yang belum pernah anda kunjungi. Semua itu

    membentuk persepsi anda tentang sesuatu. Simak quote

    menarik berikut :

    We are told about the world before we see

    it. We imagine most things before we

    experience them. And those

    preconceptions, unless education has made

    us acutely aware, govern deeply the whole

    process of perception Walter

    Lippmann Public OpinionNY, Macmillan,

    1922

    Read more: Frames of

    Referencehttp://www.doceo.co.uk/tools/f

    rame.htm#ixzz1Dke3AqSL

    Under Creative Commons

    License: Attribution Non-Commercial No

    Derivatives

    Frame of Experience (FOE) adalah berbagai pengalaman

    yang telah dialami, atau kegiatan/aktivitas/tindakan yang

    pernah dilakukan, yang memberiikan persepsi pada

    hadirin anda. Baik sebagai pribadi, maupun sebagai

    kelompok. Semua FOE telah memberiikan asumsi bagi

    mereka, sesuatu yang perlu anda ketahui, sebelum

  • Chapter 1

    menghantar ilmu/ide anda kepada mereka. Segala hal

    yang dialami oleh hadirin, selama itu berupa pengalaman,

    kita masukkan semua ke dalam kategori ini.

    Kedua makhluk ini, FOR dan FOE adalah pembentuk

    persepsi dan asumsi hadirin kita. Sebagai public speaker,

    kita harus mengetahui hal ini terlebih dahulu. Ini yang

    mungkin membedakan, kita sebagai seorang mahasiswa

    S1 akan terasa lebih sulit untuk menyampaikan ide

    tentang penelitian ilmiah di hadapan seorang profesor

    ketimbang puluhan rekan-rekan kita sendiri. Karena

    profesor, memiliki lebih banyak FOR dan FOE ketimbang

    rekan-rekan mahasiswa kita yang seumuran.

    Simpulannya adalah, ketika anda sedang mempersiapkan

    public speaking anda di depan khalayak, cobalah untuk

    turut mencari tahu, apa saja FOE dan FOR yang sudah

    menghinggapi mereka sebelumnya. Dengan mengetahui

    kedua hal ini, akan mudah bagi kita untuk menghantarkan

    ide/ilmu/gagasan kita kepada mereka.

  • Chapter 1

    Fokuslah ke Audiens, bukan Layar Presentasi Anda!

    Ada banyak presenter yang sangat mengandalkan layar

    presentasi mereka. Sejak awal menyiapkan diri untuk

    presentasi, mereka menuang semua bahan yang akan

    disampaikan, tumpah ruah ke dalam slide-slide mereka.

    Khawatir gambar tidak bisa menjelaskan maksud yang

    ingin mereka sampaikan, alih-alih mereka justru

    menuangkan paragraf ke dalam tiap slide mereka.

    Selain itu, mereka menghitung berapa banyak slide yang

    harus mereka buat berdasar asumsi awal mereka: berapa

    menit yang terhabiskan oleh setiap slide. Jadi misalnya

    disediakan waktu 30 menit, dengan tiap slide

    menghabiskan waktu 2 menit, maka slide yang harus

    mereka buat adalah 15 slide! Entah bagaimana

    mengisinya, pokoknya jumlahnya harus 15 slide, tidak

    boleh lebih, apalagi kurang!!

    Mereka mengawali presentasi dengan berdiri di hadapan

    audiens. Tapi hanya berdiri saja. Mereka memberiikan

    salam pembuka, tapi tidak menatap audiens. Kemudian

    mereka fokus pada layar presentasi. Mereka menceritakan

    semua yang terlihat di tiap slide, dan terus seperti itu pada

  • Chapter 1

    slide-slide yang berikutnya. Rasanya, tidak ada bedanya,

    antara ada audiens atau tidak ada..

    Biasanya, hal ini terjadi karena anggapan dari presenter

    sendiri, bahwa audiens adalah botol kosong. Botol yang

    tidak ada isinya sama sekali, dan botol yang harus dituang

    air informasi ke dalamnya. Padahal tidak sama sekali!

    Audiens adalah manusia hidup yang datang untuk melihat

    dan mendengarkan. Mereka ingin melakukan konfirmasi

    atas apa yang mereka ketahui sebelumnya. Atau, bila

    memang mereka belum mengetahui sesuatu apa pun,

    mereka punya rasa ingin tahu yang tinggi, dan mereka

    ingin rasa ingin tahu tersebut terpuaskan.

    Karena itu, sesungguhnya mereka ingin terlibat. Mereka

    bukan botol kosong yang hanya ingin mendengar dan

    menangkap informasi. Tapi mereka juga ingin

    mengkonfirmasi apakah informasi tersebut benar adanya.

    Minimal, sampai rasa ingin tahu mereka benar-benar

    terjawab.

    Bagi anda para presenter, jangan mudah ditipu oleh layar

    presentasi. Layar adalah alat bantu bagi anda untuk

    memudahkan penyampaian. Fungsi layar sesungguhnya

    adalah memvisualisasikan apa yang anda sampaikan.

    Memvisualisasikan kepada hadirin anda. Tapi inti dari

  • Chapter 1

    presentasi anda tetaplah ide anda sendiri. Ide yang ingin

    anda sampaikan.

    Oleh karena itu, jangan menumpahkan semua bahan ke

    dalam slide-slide presentasi anda. Slide hanyalah alat

    bantu. Jangan sampai alat bantu justru mengganggu anda

    dalam menyampaikan ide anda. Ide anda adalah prioritas

    yang harus tersampaikan. Dan visualisasi melalui slide

    presentasi hanyalah alat bantu.

  • Chapter 1

    Mencuri Seluruh Perhatian Audiens

    Public Speaking ternyata memang tidak bisa asal-asalan.

    Mungkin bisa, bagi mereka yang sudah sangat

    berpengalaman, yaitu yang sudah sangat sering diminta

    untuk berbicara di depan hadirin. Tapi tentu saja, mereka

    mengawali itu semua dengan belajar dan berlatih dengan

    serius. Hampir semua aspek dalam public speaking tidak

    bisa kita anggap remeh. Termasuk (dan terutama) dalam

    hal mendapatkan perhatian audiens. Mulai dari yang

    duduk di depan, hingga di belakang. Mulai dari awal,

    hingga akhir kesempatan public speaking yang diberikan

    kepada kita.

    Ada beberapa hal yang coba saya sarankan kepada teman-

    teman semua, seluruh pembaca artikel ini, terkait

    bagaimana mencuri seluruh perhatian audiens:

    Kenali siapa audiens anda. Pada dasarnya, tidak ada

    waktu yang tidak tersedia bagi kita, calon pembicara

    untuk mencari tahu siapa saja calon audiens kita.

    Seberapa pun sempitnya waktu ketika kita dihubungi

    untuk mengisi suatu kegiatan seminar, pelatihan, kelas,

    dan lain sebagainya, sebenarnya selalu ada kesempatan

    untuk mencari tahu siapa saja calon pendengar kita. Dan

  • Chapter 1

    kesempatan ini jangan disia-siakan sama sekali. Aspek

    penting yang harus kita ketahui adalah apa aktivitas

    sehari-hari yang mereka lakukan. Berbicara di depan

    puluhan mahasiswa tentu berbeda dengan berbicara di

    hadapan para pejabat pemerintah, dan lain sebagainya.

    Dari sini kita bisa mengetahui, gaya komunikasi seperti

    apa yang layak kita bawakan. Lelucon seperti apa yang

    pantas untuk kita sampaikan. Bila gaya komunikasi saja

    sudah tidak pas, bagaimana kita akan mendapat perhatian

    audiens kan?

    Kenali karakteristik audiens anda. Karakter audiens

    juga akan mempengaruhi apa dan bagaimana kita

    menyampaikan materi yang dipesan kepada kita. Karakter

    yang paling utama adalah bagaimana kita harus

    berinteraksi dengan mereka. Apakah mereka cukup

    terbiasa untuk berdiskusi di tengah-tengah pembicaraan?

    Atau justru diskusi biasanya dilakukan di tanya jawab?

    Yang kedua, bagaimana posisi pemahaman mereka

    terhadap hal yang akan anda sampaikan? Apakah hal

    tersebut sudah demikian familiar bagi mereka, sehingga

    kita tidak perlu mengulanginya dari dasar? Bisa jadi

    sebaliknya, kita harus menekankan beberapa hal

    fundamental di awal presentasi kita kepada audiens,

  • Chapter 1

    sebelum sampai kepada inti materi. Seberapa perhatian

    mereka terhadap apa yang anda sampaikan, dipengaruhi

    juga oleh sejauh apa pemahaman mereka, disamping

    minat terhadap materi yang akan anda sampaikan.

    Hanya sebagai contoh, public speaking berupa pidato

    sambutan tentu saja tidak memerlukan sejauh apa

    pemahaman audiens akan yang anda sampaikan, cukup

    menjembatani saja antara pembukaan dengan inti acara.