jurnal oka iffata kesumasari

12
ANALISIS PROFITABILITAS PENGUSAHAAN TANAMAN KARET DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IX (PERSERO) KEBUN NGOBO KABUPATEN SEMARANG Oka ‘Iffata Kesumasari, Sugiharti Mulya Handayani, Emi Widiyanti Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta Jalan Ir. Sutami No. 36 A Kentingan Surakarta 57126 Telp./ Fax.(0271) 637457 E-mail: [email protected]. Telp. 085728450478 Abstract : The reseach aims to determine of profitability of rubber cultivation and sensitivity when possible decline in selling product prices and rising production costs in the PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Kebun Ngobo Kabupaten Semarang.The basic method of this research is the analysis of the description of the case study technique. The analytical method used is NPV, IRR, Net B / C and sensitivity analysis. Location of the research done in PT. PTPN IX (Persero) Ngobo Gardens, Semarang regency.Basic considerations in the location of the research conducted so far there has never been a study evaluating the profitability of the company concerned. Rubber plant has a continuous production of the company's mainstay commodity. The possibility of changes in the cost and the selling price of rubber cultivation in PTPN IX (Persero) Ngobo Gardens, Semarang regency which will affect the profitability of the company.Rubber cultivation in PT. PTPN IX (Persero) Ngobo Gardens Semarang Regency is advantageous to an indicator of NPV, IRR, Net B / C and is still profitable with price reductions and cost increases. Keywords : Profitability, Rubber, PTPN Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profitabilitas dari pengusahaan tanaman karet dan sensitivitasnya bila terjadi penurunan harga jual produk dan kenaikan biaya produksi di PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Kebun Ngobo, Kabupaten Semarang. Metode dasar penelitian ini adalah deskripsi analisis dengan teknik studi kasus. Metode analisis yang digunakan adalah NPV, IRR, Net B/C dan analisis sensitivitas. Lokasi penelitian dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Kebun Ngobo, Kabupaten Semarang. Dasar pertimbangan dilakukan penelitian di lokasi ini sejauh ini belum pernah ada penelitian yang mengkaji profitabilitas perusahaan bersangkutan. Tanaman karet mempunyai produksi yang kontinyu yang menjadi komoditi andalan dari perusahaan. Adanya kemungkinan terjadinya perubahan biaya maupun harga jual dari pengusahaan tanaman karet di PTPN IX (Persero) Kebun Ngobo, Kabupaten Semarang yang akan mempengaruhi profitabilitas perusahaan. Pengusahaan tanaman karet di PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Kebun Ngobo Kabupaten Semarang menguntungkan dengan indikator NPV, IRR, Net B/C dan masih menguntungkan dengan penurunan harga jual dan kenaikan biaya. Kata Kunci : Profitabilitas, Tanaman Karet, PTPN

Upload: dimazs-hamihenda

Post on 28-Dec-2015

10 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ANALISIS PROFITABILITAS PENGUSAHAAN TANAMAN KARET DIPT. PERKEBUNAN NUSANTARA IX (PERSERO) KEBUN NGOBOKABUPATEN SEMARANG

TRANSCRIPT

Page 1: Jurnal Oka Iffata Kesumasari

ANALISIS PROFITABILITAS PENGUSAHAAN TANAMAN KARET DI

PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IX (PERSERO) KEBUN NGOBO

KABUPATEN SEMARANG

Oka ‘Iffata Kesumasari, Sugiharti Mulya Handayani, Emi Widiyanti Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta

Jalan Ir. Sutami No. 36 A Kentingan Surakarta 57126 Telp./ Fax.(0271) 637457

E-mail: [email protected]. Telp. 085728450478

Abstract : The reseach aims to determine of profitability of rubber cultivation

and sensitivity when possible decline in selling product prices and rising

production costs in the PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Kebun Ngobo

Kabupaten Semarang.The basic method of this research is the analysis of the

description of the case study technique. The analytical method used is NPV,

IRR, Net B / C and sensitivity analysis. Location of the research done in PT.

PTPN IX (Persero) Ngobo Gardens, Semarang regency.Basic considerations in

the location of the research conducted so far there has never been a study

evaluating the profitability of the company concerned. Rubber plant has a

continuous production of the company's mainstay commodity. The possibility of

changes in the cost and the selling price of rubber cultivation in PTPN IX

(Persero) Ngobo Gardens, Semarang regency which will affect the profitability

of the company.Rubber cultivation in PT. PTPN IX (Persero) Ngobo Gardens

Semarang Regency is advantageous to an indicator of NPV, IRR, Net B / C and

is still profitable with price reductions and cost increases.

Keywords : Profitability, Rubber, PTPN

Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profitabilitas dari

pengusahaan tanaman karet dan sensitivitasnya bila terjadi penurunan harga jual

produk dan kenaikan biaya produksi di PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero)

Kebun Ngobo, Kabupaten Semarang. Metode dasar penelitian ini adalah

deskripsi analisis dengan teknik studi kasus. Metode analisis yang digunakan

adalah NPV, IRR, Net B/C dan analisis sensitivitas. Lokasi penelitian dilakukan

di PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Kebun Ngobo, Kabupaten Semarang.

Dasar pertimbangan dilakukan penelitian di lokasi ini sejauh ini belum pernah

ada penelitian yang mengkaji profitabilitas perusahaan bersangkutan. Tanaman

karet mempunyai produksi yang kontinyu yang menjadi komoditi andalan dari

perusahaan. Adanya kemungkinan terjadinya perubahan biaya maupun harga

jual dari pengusahaan tanaman karet di PTPN IX (Persero) Kebun Ngobo,

Kabupaten Semarang yang akan mempengaruhi profitabilitas perusahaan.

Pengusahaan tanaman karet di PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Kebun

Ngobo Kabupaten Semarang menguntungkan dengan indikator NPV, IRR, Net

B/C dan masih menguntungkan dengan penurunan harga jual dan kenaikan

biaya.

Kata Kunci : Profitabilitas, Tanaman Karet, PTPN

Page 2: Jurnal Oka Iffata Kesumasari

PENDAHULUAN

Indonesia adalah negara agraris

dimana mata pencaharian mayoritas

penduduknya dengan bercocok

tanam. Di Indonesia pertanian

mempunyai kontribusi penting baik

terhadap perekonomian maupun

terhadap pemenuhan kebutuhan

pokok masyarakat. Menurut data

Badan Pusat Statistik (BPS)

kontribusi sektor pertanian pada

Tahun 2011 di Jawa Tengah, sebesar

Rp 35.421,5 milyar rupiah dengan

laju pertumbuhan sebesar 1,3%.

Kontribusi sektor pertanian ini tidak

terlepas dari sumbangan

subsektornya, salah satunya adalah

subsektor perkebunan. Dimana

pertumbuhan dari sub sektor

perkebunan sebesar 6,06%.

Subsektor perkebunan

merupakan salah satu subsektor

penting dalam sektor pertanian

dimana menyediakan lapangan kerja

di pedesaan dan daerah terpencil.

Subsektor perkebunan merupakan

salah satu subsektor andalan dalam

menyumbang devisa.

Tanaman karet merupakan salah

satu komoditi utama dari perkebunan

di Indonesia untuk ekspor maupun

untuk memenuhi kebutuhan dalam

negeri. Menurut Kasman (2009: 252)

Indonesia merupakan negara

produsen karet dunia bersama 2

negara produsen karet alam lainnya

yaitu Thailand dan Malaysia.

Indonesia memberikan kontribusi

sebesar 26 % dari total produksi karet

alam dunia. Selain sebagai

penyumbang devisa tanaman karet

juga memberika kontribusi yang

sangat penting dalam pelestarian

lingkungan.

Kebutuhan pasar dunia akan

karet semakin meningkat sejalan

dengan semakin berkembangnya

perindustrian. Karet dijadikan sebagai

bahan baku industri antara lain

sebagai bahan baku industri ban

kendaraan, peralatan medis maupun

sebagai pelengkap dan peralatan

industri itu sendiri. PT. Perkebunan

Nusantara IX mengusahakan tanaman

karet sebagai komoditas utama selain

kopi dan pala. Areal terluas di Kebun

Ngobo digunakan untuk pengusahaan

tanaman karet. Luas dan produksi di

Kebun Ngobo dapat dilihat pada

Tabel 1.

Hasil dari produk tanaman karet

yang diambil melalui penyadapan

untuk diolah menjadi disebut lateks.

Lateks dapat diolah menjadi sheet,

lateks pekat, dan karet remah. Hasil

olahan karet merupakan peluang

pangsa ekspor yang menjanjikan

tentunya dengan mutu dan standar

ekspor yang baik. Maka dari itu

PTPN IX Kebun Ngobo, Kabupaten

Semarang berusaha memanfaatkan

peluang ekspor ini dengan mengelola

komoditi karet sebagai usaha yang

menjanjikan.

Tabel 1. Luas dan Produksi Tanaman di Perkebunan PTPN IX (Persero) Kebun

Ngobo, Kabupaten Semarang Tahun 2011

No Komoditas Luas Areal (ha) Produksi (Ton)

1 Karet 1.550,28 1.025,98

2 Kopi 185,75 20,27

3 Pala 166,25 3,44

Sumber: Profil PTPN (Persero) Kebun Ngobo Kabupaten Semarang

Page 3: Jurnal Oka Iffata Kesumasari

Penelitian ini bertujuan untuk

Mengetahui profitabilitas dari

pengusahaan tanaman karet dan

mengetahui sensitivitas dari

pengusahaan tanaman karet di PT.

Perkebunan Nusantara IX (Persero)

Kebun Ngobo, Kabupaten Semarang

bila terjadi penurunan harga jual

produk dan kenaikan biaya.

METODE PENELITIAN

Metode Dasar Penelitian

Metode dasar penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini

adalah metode deskriptif. Teknik

penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah studi kasus.

Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT.

Perkebunan Nusantara IX (Persero)

Kebun Ngobo, Kabupaten Semarang

dengan dasar pertimbangan bahwa

sejauh ini belum pernah ada

penelitian yang mengkaji tingkat

profitabilitas, adanya kenaikan biaya

dan penurunan harga jual dari

pengusahaan karet. Tanaman karet

di PT. Perkebunan Nusantara IX

(Persero) Kebun Ngobo, Kabupaten

Semarang mempunyai produksi yang

kontinyu dan menjadi komoditi

andalan dari perusahaan yang

terbukti dari areal pengusahaan

tanaman karet di PT. Perkebunan

Nusantara IX (Persero) Kebun

Ngobo, Kabupaten Semarang terluas.

Metode Analisis Data

Profitabilitas menunjukkan

kemampuan yang dimiliki

perusahaan untuk menghasilkan laba

selama periode tertentu. Pengukuran

tingkat profitabilitas dengan NPV,

IRR, dan Net B/C Ratio.

Net Present Value merupakan

selisih antara Present Value dari

investasi dengan nilai sekarang dari

penerimaan-penerimaan kas bersih di

masa yang akan datang. NPV dapat

dicari dengan rumus sebagai berikut:

NPV ………..(1)

Keterangan: Cft = aliran kas per

tahun periode t, I = investasi awal

pada tahun 0-5, K = suku bunga

(discount rate)

Dengan kriteria penilaian sebagai

berikut: Jika NPV > 0, maka proyek

diterima, Jika NPV < 0, maka usulan

proyek ditolak, Jika NPV = 0, maka

proyek diterima ataupun ditolak

(Umar, 2005: 200-201).

Menurut Jakfar dan Kasmir

(2008: 102) Internal Rate of Return

merupakan alat untuk mengukur

tingkat pengembalian hasil intern.

Pencarian besarnya IRR didahului

dengan cara trial and error untuk

mencari nilai NPV positif dan NPV

negatif sampai diperoleh dengan

menggunakan tingkat suku bunga

tertentu yang paling mendekati nol.

Setelah itu baru dihitung dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

IRR = i1+21

1

NPV-NPV

NPVx (i2-i1)….(2)

Keterangan: i1 = tingkat bunga ke 1,

i2 = tingkat bunga ke 2, NPV1 = NPV

positif, NPV2 = NPV negatif

Dengan kriteria penilaian sebagai

berikut: Jika IRR > bunga pinjaman,

maka proyek diterima, Jika IRR <

bunga pinjaman, maka proyek

ditolak

Menurut Ibrahim (2003: 151)

net benefit cost ratio merupakan

perbandingan antara net benefit yang

telah didiscount positif (+) dengan

net benefit yang telah didiscount

negatif (-), dengan rumus sebagai

berikut:

Page 4: Jurnal Oka Iffata Kesumasari

Net B/C ratio =

)( NB

)( NB

1

i

1

i

n

i

n

i

Jika nilai Net B/C lebih besar

dari 1 (satu) berarti usaha/ proyek

layak untuk dikerjakan dan jika lebih

kecil dari 1 (satu) berarti tidak layak

untuk dikerjakan. Untuk Net B/C

sama dengan 1 (satu) berarti cash

inflows sama dengan cash outflows,

dalam present value disebut dengan

break even Point (BEP), yaitu total

cost sama dengan total revenue.

Analisis sensitivitas dilakukan

dengan mengubah biaya dan harga

jual produk untuk melihat

pengaruhnya terhadap tingkat

profitabilitas pengusahaan tanaman

karet. Jika terjadi perubahan NPV,

IRR dan Net B/C ratio di mana nilai

NPV tetap positif, IRR lebih tinggi

dari tingkat suku bunga dan Net B/C

ratio masih sama atau lebih besar

dari satu maka suatu usaha masih

memberikan keuntungan atau

manfaat. Sehingga usaha tersebut

masih bisa tetap dilaksanakan pada

tingkat perubahan biaya total dan

harga jual produk yang ditetapkan

dalam analisis sensitivitas.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Produksi Karet

Besarnya hasil produksi tanaman

karet akan mempengaruhi

pendapatan perusahaan karena

tanaman karet merupakan produk

utama dari PT. Perkebunan

Nusantara IX (Persero) Kebun

Ngobo. Perubahan produktivitas

tersebut disebabkan oleh beberapa

hal yaitu luas tanaman karet

menghasilkan, umur tanaman karet

menghasilkan, kondisi tanaman dan

kondisi lingkungan yang dapat

mempengaruhi jumlah produksi

sehingga akan berdampak pada

tingkat produktivitas tanaman karet

di Kebun Ngobo.

Hasil produksi tertinggi

diperoleh pada tahun 2007, dimana

pada tahun ini luas lahan terluas dan

sebagian besar tanaman berada

dalam umur produktif, selain itu

kondisi tanaman dan lingkungan

berjalan normal.

Tabel 2. Hasil Produksi, Luas Lahan dan Produktivitas Tanaman Karet di Kebun

Ngobo Tahun 2002-2011

Tahun Hasil Produksi

(kg)

Luas lahan

(Ha)

Produktivitas

(kg/ha)

2002 1.055.450 619,38 1.439,16

2003 1.117.769 697,12 1.603,41

2004 1.076.415 757,92 1.420,22

2005 1.173.301 836,75 1.402,21

2006 1.132.679 795,28 1.385,91

2007 1.174.486 929,50 1.263,57

2008 1.109.164 866,91 1.279,44

2009 1.114.103 770,87 1.445,25

2010 1.132.249 642,11 1.763,33

2011 1.121.002 637,05 1.759,68

Sumber: Laporan Hasil Produksi Karet di Kebun Ngobo Tahun 2002-2011

…...(3)

Page 5: Jurnal Oka Iffata Kesumasari

Sebaliknya hasil produksi

terendah diperoleh pada tahun 2002,

hal ini disebabkan karena kondisi

lingkungan yang kurang mendukung

yaitu terjadi kemarau yang cukup

panjang selama 7 bulan yaitu Mei-

Nopember 2002 menyebabkan

banyak tanaman yang kekurangan air

dan kelembaban rendah, sehingga

mempengaruhi produksi tanaman

karet.

Produktivitas tanaman karet

tertinggi dicapai pada tahun 2011

yaitu sebesar 1.759,68 kg/ha.

Sedangkan produktivitas tanaman

karet terendah pada tahun 2007

sebesar 1.263,57 kg/ha. Keadaan

produktivitas tanaman karet di PT.

Perkebunan Nusantara IX (Persero)

Kebun Ngobo ini tidak sejalan

dengan jumlah produksi. Karena

pada produksi pada tahun 2007

tertinggi tetapi pada produktivitasnya

terendah.

Biaya Pengusahaan Tanaman

Karet

Biaya pengusahaan tanaman karet di

Kebun Ngobo terdiri biaya produksi

dan biaya investasi. Biaya investasi

merupakan biaya yang harus

dikeluarkan saat tanaman belum

menghasilkan. Sedangkan biaya

produksi merupakan biaya yang

harus dikeluarkan selama tanaman

meghasilkan atau berproduksi.

Biaya produksi

Biaya produksi dikeluarkan oleh

Kebun Ngobo sejak tanaman karet

mulai berproduksi yaitu berumur 6

tahun. Biaya tanaman berupa biaya

pengangkutan ke pabrik, biaya

pemeliharaan dan peremajaan, biaya

panen,biaya umum, biaya tunjangan

dan sosial karyawan. Biaya produksi

total per hektar per tahun dari

tanaman karet di Kebun Ngobo dapat

dilihat dalam Tabel 3.

Berdasarkan Tabel 3 dapat

diketahui biaya produksi total

terendah terdapat pada tahun 2002

dan biaya produksi total tertinggi

pada tahun 2011. Peningkatan biaya

produksi total dari tahun ke tahun ini

disebabkan karena adanya time value

of money yaitu dimana uang yang

dimiliki saat sekarang tidak sama

nilainya dengan jumlah uang yang

dimiliki pada beberapa tahun ke

depan.

Tabel 3. Biaya Produksi Total per Ha per Tahun Tanaman Karet di Kebun Ngobo

Tahun 2002-2011

Tahun Biaya Produksi Total (Rp)

2002 7.420.648

2003 8.111.078

2004 9.355.098

2005 10.463.832

2006 11.969.829

2007 12.240.881

2008 16.281.212

2009 14.161.642

2010 19.370.208

2011 20.959.728

Jumlah 130.334.156

Sumber: Laporan Biaya Produksi Karet di Kebun Ngobo Tahun 2002-2011

Page 6: Jurnal Oka Iffata Kesumasari

Biaya Tanaman Menghasilkan

ini sudah meliputi gaji baik pegawai

tetap maupun pegawai honorarium.

Biaya tunjangan dan sosial karyawan

ini dikeluarkan apabila ada karyawan

yang terkena musibah, sakit,

kematian bahkan kecelakaan kerja.

Biaya pemeliharaan dan peremajaan

meliputi saluran air, penyiangan,

pemberantasan hama dan penyakit,

pemupukan dan lain-lain. Biaya

panen paling banyak untuk biaya gaji

karyawan penyadap, lainnya hanya

untuk peralatan seperti ember,

dadung dan pisau penyayat. Biaya

pengangkutan berupa biaya

transportasi hasil sadapan karet ke

pabrik pengolahan. Biaya umum

meliputi perjalanan dan penginapan,

bangunan dan pekarangan, maupun

biaya-biaya lain. Untuk rata-rata

setiap rincian dari biaya produksi

dapat dilihat pada Tabel 4.

Berdasarkan Tabel 4 dapat

dilihat bahwa biaya yang paling

tinggi adalah biaya panen yaitu

sebesar 64,75% atau sebesar Rp

7.117.359,9,00. Hal ini disebabkan

karena sebagian besar tanaman karet

yang diusahakan PT. Perkebunan

Nusantara IX (Persero) Kebun

Ngobo berada dalam umur produktif

sehingga biaya panen yang

dikeluarkan juga besar. Sedangkan

biaya terendah adalah untuk biaya

pengangkutan ke pabrik. Letak lahan

dan pabriknya tidak terlalu jauh

maka biaya pengangkutan paling

rendah dimana pengangkutan ini

dilakukan menggunakan truk.

Biaya Investasi

Biaya investasi tanaman karet terdiri

dari biaya tahun tanam ini (TTI),

biaya Tanaman Belum Menghasilkan

(TBM) 1, TBM 2, TBM 3, TBM 4

dan TBM 5. Biaya investasi

dikeluarkan saat tanaman berumur 0-

5 tahun dikarenakan tanaman karet

mulai menghasilkan pada tahun ke

enam.

Berdasarkan Tabel 5 dapat

diketahui besarnya biaya investasi

tiap tahun berbeda-beda. Besarnya

biaya investasi paling tinggi yaitu

biaya TT (Tahun Tanam)

dibandingkan pada tahun-tahun

berikutnya. Hal ini disebabkan

karena biaya yang harus dikeluarkan

pada Tahun Tanam sangat besar

yaitu untuk biaya pembelian bibit,

pengolahan tanah dan biaya-biaya

untuk pembelian input lainnya.

Tabel 4. Biaya produksi rata-rata Tanaman Menghasilkan Tanaman Karet per

hektar per tahun

Uraian Biaya Produksi(Rp) Persentase (%)

1. Biaya Pengangkutan 366.353,7 3,33

2. Biaya pemeliharaan dan

peremajaan tanaman

1.950.706,0 17,75

3. Biaya panen 7.117.359,9 64,75

4. Biaya tunjangan dan sosial

karyawan

421.311,4 3,83

5. Biaya umum 1.136.533,7 10,34

Jumlah 10.992.264,7 100,00

Sumber: Analisis Data Sekunder (Laporan Biaya Produksi Karet di Kebun Ngobo

Tahun 2002-2011)

Page 7: Jurnal Oka Iffata Kesumasari

Tabel 5. Biaya Investasi Total per Ha per Tahun Tanaman Karet di Kebun Ngobo

Uraian Biaya (Rp/ Ha)

TT 8.836.393

TBM 1 6.261.765

TBM 2 4.700.831

TBM 3 5.432.280

TBM 4 4.796.942

TBM 5 5.161.768

Sumber: Analisis Data Sekunder (Laporan Biaya Produksi Karet di Kebun Ngobo

Tahun 2002-2011)

Besarnya biaya investasi

semakin menurun setelah biaya TT

pada biaya TBM 1 dan biaya TBM 2.

Tetapi untuk TBM 3 lebih tinggi dari

biaya investasi untuk TBM 2, hal ini

dikarenakan saat TBM 3 tanaman

karet mulai intensif penyiangan

karena persaingan antar tanaman

mulai ketat dan rentan terhadap

serangan penyakit. Kemudian untuk

TBM 4 menurun lagi karena tinggal

melanjutkan pemeliharaan. Untuk

TBM 5 naik lagi jumlah biaya yang

harus dikeluarkan karena pada TBM

5 ini karena mulai berbunga dan

”belajar berbuah”. Untuk

merangsang pertumbuhan bunga dan

buah diperlukan nutrisi dan unsur

hara yang cukup sehingga adanya

penambahan dosis pupuk yang

mengakibatkan biaya investasi

bertambah.

Penerimaan

Penerimaan dari suatu perusahaan

akan dipengaruhi oleh besarnya

jumlah produksi dan harga jual

produknya. Menurut Sukirno (2002:

76) untuk mengetahui jumlah

penerimaan yang diperoleh dengan

mengalikan jumlah produk dengan

harga. Produksi tanaman karet di PT.

Perkebunan Nusantara IX (Persero)

Kebun Ngobo berupa karet kering

yang diproduksi oleh setiap unit

kebun. Penjualan diserahkan kepada

pihak Direksi di Semarang.

Tabel 6. Penerimaan Per Hektar Per Tahun Tanaman Karet di Kebun Ngobo

Tahun 2002-2011

Tahun Produksi per hektar

(kg/ha)

Harga Jual

(Rp/Kg)

Penerimaan

(Rp/ha)

2002 1.439,16 6.005 8.642.156

2003 1.603,41 8.033 12.880.193

2004 1.420,22 10.827 15.376.722

2005 1.402,21 12.434 17.435.079

2006 1.385,91 17.970 24.904.803

2007 1.263,57 18.629 23.539.046

2008 1.279,44 24.363 31.170.997

2009 1.445,25 17.031 24.614.053

2010 1.763,33 28.214 49.750.593

2011 1.759,68 41.363 72.785.644

Rata-rata 14.762,18 18.487 28.109.928

Sumber: Analisis Data Sekunder

Page 8: Jurnal Oka Iffata Kesumasari

Tabel 7. Keuntungan per hektar per tahun Tanaman Karet di Kebun Ngobo

Tahun Penerimaan Total

(Rp)

Biaya Total

(Rp)

Keuntungan

(Rp)

2002 8.642.156 7.420.648 1.221.508

2003 12.880.193 8.111.078 4.769.115

2004 15.376.722 9.355.098 6.021.624

2005 17.435.079 10.463.832 6.971.247

2006 24.904.803 11.969.829 12.934.974

2007 23.539.046 12.240.881 11.298.165

2008 31.170.997 16.281.212 14.889.785

2009 24.614.053 14.161.642 10.452.411

2010 49.750.593 19.370.208 30.380.385

2011 72.785.644 20.959.728 51.825.916

Rata-rata 28.109.928 13.033.406 15.076.522

Sumber: Analisis Data Sekunder

Penerimaan Per Hektar Per Tahun

Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat

bahwa pada tahun 2010 terjadi

kenaikan harga jual yang cukup

tajam. Kenaikan harga jual ini

disebabkan karena melemahnya nilai

tukar rupiah terhadap dolar. Hal ini

sangat berpengaruh mengingat

tanaman karet yang dihasilkan

sebagian besar diekspor dan harga

jual karet menggunakan standar US

Dollar. Berdasarkan Tabel 6 dari data

produksi per hektar dengan

menggunakan harga rata-rata selama

10 tahun yaitu sebesar Rp

18.487,00diperoleh penerimaan rata-

rata sebesar Rp 28.109.928,00 per

hektar.

Keuntungan

Penerimaan bersih (keuntungan)

tanaman karet diperoleh dari selisih

antara penerimaan total dan biaya

total yang dikeluarkan.

Berdasarkan Tabel 7

penerimaan bersih dari pengusahaan

tanaman karet selama 10 tahun

terakhir di PT. Perkebunan

Nusantara IX (Persero) Kebun

Ngobo cenderung mengalami

kenaikan, hanya sempat mengalami

penurunan pada tahun 2007 dan

2009. Penerimaan bersih terbesar

diperoleh pada tahun 2011 yaitu

sebesar Rp51.825.916/ha.

Sedangkanpenerimaan bersih terkecil

diperoleh pada tahun 2002 yaitu

sebesar Rp 1.221.58 /ha yang

disebabkan penerimaan totalnya

terkecil.

Tingkat Profitabilitas

Menurut Soetarno, 1983 dalam

Warsih (2004: 68) metode ekonomis

untuk menilai profitabilitas

perusahaan perkebunan

dikembangkan tiga kriteria yaitu Net

Present Value (NPV), Internal Rate

of Return (IRR) dan Net Benefit Cost

Ratio (Net B/C). Dalam menghitung

NPV, IRR dan Net B/C perlu

memperhatikan faktor waktu. Faktor

waktu tersebut digunakan untuk

menentukan discount factor (DF)

untuk menghitung nilai uang pada

saat sekarang. Untuk menghitung

nilai discount factor, suku bunga

yang digunakan adalah suku bunga

riil yaitu suku bunga yang bebas dari

pengaruh inflasi.

Menurut Alwi (1994: 39)

selain dipengaruhi oleh waktu,

Page 9: Jurnal Oka Iffata Kesumasari

perbedaan nilai uamg juga

dipengaruhi oleh tinggi rendahnya

tingkat bunga (discount rate) yang

diperhitungkan. Dengan memakai

rata-rata tingkat suku bunga kredit

investasi dan inflasi, maka besarnya

suku bunga riil dihitung dengan

menggunakan rumus:

i =f1

fr=

0,06781

0,06781432,0 =

1,0678

0,0754

i = 0706,0 atau 7,06%

Keterangan: i=suku bunga riil,

r=suku bunga rata-rata, f = tingkat

inflasi rata-rata. Sehingga dalam

melakukan penilaian tingkat

profitabilitas suku bunga yang

digunakan adalah suku bunga riil

yaitu 7,06% per tahun.

Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) merupakan

selisih antara nilai sekarang dari

penerimaan dan nilai sekarang dari

biaya. Berdasarkan hasil analisis

nilai NPV sebesar Rp 27.441.423,00

per ha. Nilai NPV tersebut bernilai

positif dan lebih dari nol. Hal ini

berarti bahwa pengusahaan tanaman

karet di PT. Perkebunan Nusantara

IX (Persero) Kebun Ngobo adalah

menguntungkan.

Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate of Return (IRR)

merupakan tingkat suku bunga yang

akan menjadikan nilai sekarang dari

penerimaan total sama dengan nilai

sekarang biaya total. IRR ini nilainya

dicari sampai NPV mendekati nol.

Dari hasil analisis diperoleh IRR

sebesar 12,675%. Jika dibandingkan

dengan tingkat suku bunga riil yang

dipakai yaitu sebesar 7,06% maka

nilai IRR pengusahaan tanaman karet

di PT. Perkebunan Nusantara IX

(Persero) Kebun Ngobo lebih besar.

dengan demikian dapat dikatakan

bahwa pengusahaan tanaman karet

adalah menguntungkan.

Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

Net Benefit Cost Ratio merupakan

angka perbandingan antara jumlah

nilai sekarang keuntungan positif

dengan jumlah nilai sekarang

keuntungan negatif. Dari hasil

analisis diperoleh jumlah nilai

sekarang keuntungan positif sebesar

Rp 55.655.109/ha dan jumlah nilai

sekarang keuntungan negatif sebesar

Rp 31.091.657/ha. Nilai Net B/C

yang diperoleh sebesar 1,79. Nilai

Net B/C lebih dari satu. Hal ini

berarti pengusahaan tanaman karet di

PT. Perkebunan Nusantara IX

(Persero) Kebun Ngobo adalah

menguntungkan.

Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas untuk mengukur

sampai seberapa persen pengusahaan

tanaman karet di PT. Perkebunan

Nusantara IX (Persero) Kebun

Ngobo Kabupaten Semarang masih

memberikan keuntungan bagi

perusahaan.

Berdasarkan Tabel 8 dapat

diketahui bahwa sensitivitas dari

pengusahaan tanaman karet di PT.

Perkebunan Nusantara IX (Persero)

Kebun Ngobo Kabupaten Semarang

dengan penurunan harga jual 24%

masih memberikan keuntungan.

Sedangkan pada penurunan harga

jual sebesar 25% pengusahaan

tanaman karet sudah tidak

menguntungkan karena nilai dari

NPV kurang dari nol atau sebesar –

Rp 1.389.309,00.

Sensitivitas pengusahaan

tanaman karet di PT. Perkebunan

Nusantara IX (Persero) Kebun

Ngobo Kabupaten Semarang dengan

menaikkan biaya sampai 32% masih

memberikan keuntungan atau impas.

Page 10: Jurnal Oka Iffata Kesumasari

Tabel 8. Analisis Sensitivitas Pengusahaan Tanaman Karet di PT. Perkebunan

Nusantara IX (Persero) Kebun Ngobo Kabupaten Semarang

No Uraian Kriteria

NPV (Rp) IRR (%) Net B/C

1

Penurunan Harga Jual

a. 5% 21.862.768 11,714 1,77

b. 10% 16.284.113 10,679 1,57

c. 15% 10.705.458 9,545 1,37

d. 20% 5.126.803 8,381 1,18

e. 24% 663.879 7,231 1,02

f. 25% -451.852 - -

2

Kenaikan Biaya

a. 5% 23.234.839 11,762 1,78

b. 10% 19.028.256 10,826 1,61

c. 15% 14.821.672 10,093 1,45

d. 20% 10.615.088 9,157 1,31

e. 25% 6.408.504 8,206 1,18

f. 30% 2.201.920 7,037 1,06

g. 32% 519.286 7,102 1,01

h. 33% -322.030 - -

3

Penurunan Harga Jual

dan Kenaikan Biaya

a. 5% 14.629.019 9,950 1,44

b. 10% 4.694.585 8,023 1,13

c. 14% 720.812 7,104 1,02

d. 15% -1.914.294 - -

Sumber: Analisis Data Sekunder

Apabila kenaikan biaya sebesar

33% maka pengusahaan tanaman

karet sudah mengalami kerugian

bahkan tidak layak untuk diusahakan

lagi karena nilai NPV, IRR dan Net

B/C tidak memenuhi kriteria.

Sedangkan apabila terjadi

kemungkinan kenaikan biaya

produksi dan penurunan harga jual

secara bersamaan pengusahaan

tanaman karet di PT. Perkebunan

Nusantara IX (Persero) Kebun

Ngobo Kabupaten Semarang masih

menguntungkan sampai pada tingkat

perubahan 14% dan pada tingkat

perubahan 15% sudah tidak

menguntungkan lagi.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan

analisis maka dengan nilai NPV

sebesar Rp 27.441.423,00 per hektar,

IRR sebesar 12,675% dan Net B/C

1,97 dapat diketahui analisis

profitabilitas dari pengusahaan

tanaman karet di PT. Perkebunan

Nusantara IX (Persero) Kebun

Ngobo Kabupaten Semarang adalah

menguntungkan dan layak

diusahakan dimana masih

menguntungkan dengan penurunan

harga jual 24% dan kenaikan biaya

32% serta secara bersamaan sampai

tingkat perubahan 14%.

Page 11: Jurnal Oka Iffata Kesumasari

Saran

Berdasarkan kesimpulan maka saran

yang dapat diberikan adalah

Perusahaan dapat mengembangkan

lagi usahanya dengan menambah

luas areal pengusahaan tanaman

karet dengan mengganti tanaman

yang kurang produktif. Lebih

meningkatkan dalam menjaga

kestabilan produksi dengan

mengintensifkan pengawasan dan

memperbaiki cara budidaya

Pemerintah lebih mendukung,

memberi motivasi dan penyuluhan

tentang tanaman karet serta mau

bermitra dan menyediakan sapras

yang digunakan untuk

pengembangan.

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Syafaruddin. 1994. Alat-alat

Analisis dalam Pembelanjaan.

Andi offset. Yogyakarta.

Ibrahim, Yacob. 2003. Studi

Kelayakan Bisnis. PT. Rineka

Cipta. Jakarta.

Indraty, I.S. 2005. Tanaman Karet

Menyelamatkan Kehidupan

dari Ancaman Karbondioksida.

Warta Penelitian dan

Pengembangan Pertanian

27(5): 10−12.

Jakfar dan Kasmir. 2008. Studi

Kelayakan Bisnis Cetakan 5

Edisi 2. Kencana. Jakarta.

Kasman. 2009. Pengembangan

Perkebunan Karet dalam Usaha

Peningkatan Ekonomi Daerah

dan Pendapatan Petani di

Provinsi Aceh. Jurnal Ekonomi

Pembangunan Vol. 10, No.2,

Desember 2009. Perguruan

Tinggi Alwashliyah Banda

Aceh 250-266.

Sukirno. 2002. Pengantar Ekonomi

Mikro. Edisi 3 Cetakan 17.

Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Umar, Husein. 2005. Studi

Kelayakan Bisnis : Teknik

Menganalisis Kelayakan

Rencana Bisnis secara

Komprehensif. Edisi 3. PT.

Gramedia Pustaka Utama.

Jakarta.

Warsih. 2004. Analisis Profitabilitas

Tanaman Kakao (Theobroma

cacao L.) di PT. Perkebunan

Nusantara IX (Persero) Kebun

Balong Beji Kabupaten Jepara.

Skripsi S1 FP UNS. Surakarta.

(Tidak dipublikasikan).

Page 12: Jurnal Oka Iffata Kesumasari