jurnal minyak kelapa
DESCRIPTION
pembuatan minyak kelapa dengan oerbedaan cara ekstraksiTRANSCRIPT
KUALITAS MINYAK KELAPA (Cocos nucifera L) YANG DIHASILKAN
DARI VARIASI PERLAKUAN PADA KELAPA
DAN CARA EKSTRAKSI
THE QUALITY OF COCONUT OIL ( Cocos nucifera L ) RESULTING FROM
VARIATION OF COCONUT TREATMENT AND
MANNER EXTRACTION
Nely Sendy P.H.1, Claudia Ayu R.
1, Ferdianto At Taufiqi
1, Trisna Aris S.
1
Program Studi Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas
Jember, Jalan Kalimantan 37, Jember 68121
ABSTRAK
Kelapa (Cocos nucifera L) dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis
sehingga seluruh bagian dari kelapa dapat dimanfaatkan. Salah satu pemanfaatan dari
buah kelapa adalah minyak kelapa. Perlu dilakukan praktikum minyak kelapa untuk
mengetahui karakteristik minyak kelapa yang dihasilkan dari setiap metode ekstraksi
minyak. Pada praktikum ini dilakukan empat perlakuan pada kelapa parut yaitu
kelapa parut fresh atau tanpa perlakuan, kelapa parut dikukus, kelapa parut dioven 24
jam, dan kelapa parut dioven empat jam lalu disangrai. Untuk metode ekstraksi
dilakukan dengan dua cara yaitu pemanasan santan sampai menghasilkan minyak dan
blondo, dan pengepresan kelapa parut kering sehingga minyak terekstrak.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, didapatkan berat minyak dan rendemen
minyak yang tertinggi adalah dari perlakuan oven 4 jam dan sangrai, volume minyak,
berat blondo, dan rendemen blondo yang tertinggi adalah perlakuan oven 24 jam
sedangkan berat jenis minyak kelapa yang paling baik adalah dengan perlakuan kukus
karena kadar air yang hilang selama proses pembuatan minyak kelapa dengan
pemanasan dapat menyebabkan berat jenisnya lebih rendah. Untuk bilangan asam
yang paling baik adalah dari minyak kelapa “Cap Dorang”. Untuk kelapa parut fresh
yang ada pada kelas C mempunyai warna kuning yang lebih jernih dikarenakan zat
warna alami pada kelapa yang mengandung minyak ikut terekstrak bersama minyak
pada proses ekstraksi dan untuk aroma yang terbaik adalah tidak tengik karena
minyak kelapa yang tengik menandakan adanya kadar air yang terkandung yang
mengakibatkan aroma tengik dan cepat rusak.
Kata Kunci : Kelapa, minyak kelapa, ekstraksi
PENDAHULUAN
Indonesia memiliki berbagai sumber daya alam yang melimpah. Salah satu
kekayaan alam Indonesia yang erat hubungannya dengan kehidupan masyarakat
adalah kelapa. Kelapa (Cocos nucifera L) dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis
sehingga seluruh bagian dari kelapa dapat dimanfaatkan sebagai pemenuhan
kebutuhan masyarakat. Sejak tahun 1984, produksi kelapa Indonesia terus meningkat
sehingga tahun 1991 mencapai 2.303.400 ton dengan sentra utama di Propinsi Riau,
Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, DI Aceh, Sumatra Utara, Sulawesi Tengah,
Sulawesi Selatan, dan Maluku.
Salah satu pemanfaatan dari buah kelapa adalah minyak kelapa karena
termasuk salah satu minyak nabati yang memenuhi berbagai kebutuhan manusia.
Minyak kelapa banyak dimanfaatkan sebagai minyak goreng, bahan kosmetik,
mentega, dan sebagainya. Berbagai penelitian ilmiah mengatakan bahwa minyak
kelapa murni mengandung asam lemak jenuh yang unik dan berbeda dari dari asam
lemak jenuh pada umumnya (Widiandani dkk, 2010).
Minyak kelapa dapat mengalami perubahan aroma dan cita rasa selama
penyimpanan. Perubahan ini disertai dengan terbentuknya senyawa-senyawa yang
dapat menyebabkan kerusakan minyak. Kandungan air dalam minyak mampu
mempercepat kerusakan minyak. Air yang ada dalam minyak dapat juga dijadikan
sebagai media pertumbuhan mikroorganisme yang dapat menghidrolisis minyak
(Ketaren dalam Suastuti, 2009).
Ada dua cara dalam pembuatan minyak kelapa yaitu cara kering dan cara
basah. Pembuatan minyak kelapa dengan cara kering yaitu dengan mengeringkan
daging buah kelapa melalui pemanasan minimum kemudian melakukan penekanan
(pres) secara mekanik terhadap buah kering. Pembuatan minyak kelapa cara basah
diawali dengan pembuatan santan yang merupakan emulsi minyak dari daging buah
kelapa dalam air, kemudian emulsi dipecah sehingga minyak dapat diambil (Ketaren
dalam Widiandani dkk, 2010).
Perbedaan metode ekstraksi minyak kelapa menghasilkan kualitas minyak
kelapa yang berbeda pula. Dalam praktikum ini, digunakan empat macam metode
ekstraksi minyak kelapa untuk mengetahui metode yang paling pas untuk
menghasilkan minyak kelapa kualitas terbaik. Selain itu, praktikum ini juga bertujuan
untuk mengetahui karakteristik minyak kelapa yang dihasilkan dari setiap metode
ekstraksi minyak.
BAHAN DAN METODE
Bahan
Bahan yang digunakan untuk menghasilkan minyak kelapa adalah sebanyak
24 buah kelapa yang sudah dikupas dan diparut.
Kelapa Parut Fresh
Proses ekstraksi minyak kelapa parut fresh yaitu daging kelapa segar
dilakukan pengecilan ukuran dengan cara diparut untuk memperluas permukan
sehingga mudah untuk dilakukan pemerasan. Kemudian ditambahkan air sebanyak 3x
dengan perbandingan (1:½) agar memudahkan minyak kelapa keluar dan dilakukan
pemerasan. Dari proses pemerasan dihasilkan santan kelapa serta ampas kelapa dari
sisa pemerasan. Setelah santan didapat maka dilakukan pemanasan dengan
menggunakan wajan selama ±½ jam. Meningkatnya suhu dalam wajan akan
menghasilkan minyak kelapa yang masih bercampur dengan blondo. Setelah
dilakukan pemanasan minyak kelapa yang masih bercampur dengan blondo
dipisahkan dengan cara penyaringan. Saat penyaringan, blondo masih mengandung
minyak yang banyak. Oleh karena itu, perlu dilakukakan penekanan agar minyak
yang terkandung dalam blondo keluar dan didapat minyak kelapa yang murni.
Kelapa Parut Kukus
Proses ekstraksi minyak kelapa dengan perlakuan kelapa parut kukus, dapat
dijelaskan dengan langkah-langkah berikut: pertama, daging kelapa segar dilakukan
pengecilan ukuran dengan cara diparut. Hal ini bertujuan untuk memperluas
permukan sehingga mudah untuk dilakukan pemerasan. Kemudian dilakukan
pengkusan selama 15 menit yang bertujuan untuk memperlunak tekstur pada kelapa
parut. Setelah itu dilakukan pemerasan dan ditambahkan air sebanyak 3x dengan
perbandingan (1:½). Dari proses pemerasan dihasilkan santan kelapa serta ampas
kelapa dari sisa pemerasan. Setelah santan didapat maka dilakukan pemanasan
dengan menggunakan wajan selama ±½ jam. Meningkatnya suhu dalam wajan akan
menghasilkan minyak kelapa yang masih bercampur dengan blondo. Pada proses
pemanasan tersebut terjadi reaksi mayllard yang semula warna blondo kekuning-
kuningan berubah menjadi kecoklatan. Setelah dilakukan pemanasan minyak kelapa
yang masih bercampur dengan blondo dipisahkan dengan cara penyaringan. Saat
penyaringan, blondo masih mengandung minyak yang banyak. Oleh karena itu, perlu
dilakukakan penekanan agar minyak yang terkandung dalam blondo keluar dan
didapat minyak kelapa yang murni.
Kelapa Parut Oven 24 jam
Proses ekstraksi minyak kelapa dengan perlakuan kelapa parut oven 24 jam,
dapat dijelaskan dengan langkah-langkah berikut: pertama, daging kelapa segar
dilakukan pengecilan ukuran dengan cara diparut. Hal ini bertujuan untuk
memperluas permukan sehingga mempermudah saat proses pengeringan. Kemudian
kelapa yang sudah diparut dilakukan pengeringan dengan menggunakan oven pada
suhu 70°C selama 24 jam. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan kandungan air
pada kelapa parut. Setelah dikeringkan kelapa parut tersebut kemudian di pres dengan
alat pengepres. Pengepresan dilakukan hingga kelapa parut yang sudah dikeringkan
menjadi ampas yang betul-betul kering dan tidak mengandung minyak sehingga
didapat minyak kelapa murni.
Kelapa Parut Oven dan Sangrai
Proses ekstraksi minyak kelapa dengan perlakuan kelapa parut oven dan
penyangraian, dapat dijelaskan dengan langkah-langkah berikut: pertama, daging
kelapa segar dilakukan pengecilan ukuran dengan cara diparut. Hal ini bertujuan
untuk memperluas permukan sehingga mempermudah saat proses pengeringan.
Kemudian kelapa yang sudah diparut dilakukan pengeringan dengan menggunakan
oven pada suhu 70°C selama 4 jam, untuk menghilangkan sebagian kandungan air
pada kelapa. Setelah dikeringkan kelapa parut tersebut kemudian di sangrai hingga
membentuk tekstur yang renyah. Kemudian dilanjutkan dengan pengepresan yang
dilakukan dengan alat pengepres. Pengepresan dilakukan hingga kelapa parut yang
sudah dikeringkan menjadi ampas yang betul-betul kering dan tidak mengandung
minyak sehingga didapat minyak kelapa murni.
Analisa Bilangan Asam
Minyak kelapa yang sudah dihasilkan, ditentukan nilai bilangan asamnya.
Langkah pertama untuk menentukan bilangan asam yaitu dengan mengambil 5 gram
minyak dan dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer. Kemudian tambahkan 50 ml
etanol 97% pada minyak kelapa. Selanjutnya dilakukan pemanasan selama 10 menit
sambil diaduk, lalu tambahkan 3 tetes PP. Kemudian dilakukan titrasi dengan KOH
0,1 N sampai warna minyak berubah. Setelah itu ukur volume KOH yang digunakan
untuk melakukan tirasi, kemudian dilakukan perhitungan bilangan asam dengan
rumus :
Bilangan asam= ml KOH ×M KOH×BM asam lemak
berat minyak
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berat Minyak
Hasil berat minyak yang diperoleh untuk masing–masing perlakuan disajikan
dalam Gambar 1.
Gambar 1. Berat minyak
Berdasarkan Gambar 1, diketahui berat minyak yang paling tinggi dihasilkan
dari proses oven selama 4 jam lalu penyangraian mempunyai berat sebanyak 194,15
gram. Hal ini terjadi karena perlakuan oven selama 4 jam + sangrai menggunakan
proses pemisahan minyak dengan cara pengepresan.
Menurut Bailey dalam Fajdawani (1996), pemasakan atau penyangraian
merupakan salah satu tahap yang sangat penting dalam ekstraksi minyak yang
menggunakan cara pengepresan. Tujuan utama pemasakan adalah untuk
mengkoagulasi protein dalam bahan, sehingga butiran (droplet) minyak terakumulasi
dan minyak mudah keluar dari bahan. Selain itu, pemasakan menyebabkan penurunan
afinitas (tekanan permukaan) minyak dengan permukaan bahan, sehingga minyak
diperoleh semaksimal mungkin pada waktu bahan dipres.
Untuk perlakuan fresh menggunakan proses pemisahan minyak dengan cara
penggorengan mempunyai berat sebanyak 121.89 gram dan terlihat adanya jarak yang
cukup jauh dari perlakuan yang lainnya. Hal ini terjadi karena pada saat
penggorengan, waktu yang digunakan kurang optimal sehingga minyak yang keluar
hanya sedikit.
Volume
Volume minyak merupakan hasil minyak yang diperoleh dari pengekstrakan
dengan satuan mL. Hasil berat minyak yang diperoleh untuk masing–masing
perlakuan disajikan dalam Gambar 2.
121,89161,15 177,98 194,15
0
100
200
300
fresh kukus oven 24 jam oven 4 jam +
sangrai
Berat M
inyak
Gambar 2. Volume Minyak
Pada Gambar 2 menunjukkan volume minyak yang terendah adalah dari
perlakuan fresh sebanyak 98 dan meloncat jauh dari perbandingan perlakuan kukus
sebanyak 180. Hal ini dikarenakan pada saat proses penggorengan untuk
mendapatkan ekstrak minyak kelapa, waktu yang digunakan kurang optimal sehingga
minyak yang keluar hanya sedikit. Minyak yang diperoleh dari perlakuan kukus
mempunyai volume minyak lebih banyak, dikarenakan kelapa yang dikukus akan
terkena panas sehingga enzim yang berada pada kelapa akan di non–aktifkan yang
membuat protein terdenaturasi. Terdenaturasinya protein sebelum dilakukan
pemanasan untuk mengekstrak minyak akan membuat minyak lebih cepat keluar dan
hasilnya lebih banyak.
Rendemen Minyak
Rendemen dihitung untuk mengetahui output yang didapat dari banyaknya
input bahan yang masuk. Menurut Raharja (2010), Rendemen minyak menunjukkan
jumlah lemak yang dapat terekstrak. Hasil perhitungan rendemen untuk masing–
masing perlakuan disajikan dalam Gambar 3.
Gambar 3. Rendemen Minyak
98
180
217 215,5
0
50
100
150
200
250
fresh kukus oven 24 jam oven 4 jam +
sangrai
Volu
me M
inyak
Perlakuan
11,081
14,6516,18
17,65
0
5
10
15
20
fresh kukus oven 24 jam oven 4 jam
+ sangrai
Ren
dem
en
Min
ya
k
Perlakuan
Berdasarkan Gambar 3, diketahui rendemen minyak dengan perlakuan fresh
mempunyai hasil yang terendah yaitu 11,081 mL. Hal ini terjadi karena perlakuan
fresh menggunakan proses pemisahan minyak dengan cara digoreng. Penggorengan
dilakukan untuk menghilangkan air dan juga dapat membuat minyak mudah keluar
dari bahan. Rendahnya rendemen yang dihasilkan dalam pembuatan minyak kelapa
dengan cara penggorengan disebabkan karena berat minyak yang dihasilkan hanya
sedikit.
Seharusnya, menurut Ketaren dalam Widiandani (2010), Pembuatan minyak
kelapa dengan cara kering yaitu dengan mengeringkan daging buah kelapa melalui
pemanasan minimum kemudian melakukan penekanan (pres) secara mekanik
terhadap buah kering. Melalui cara ini rendemen minyak kelapa yang diperoleh
rendah.
Berat Jenis
Proses perhitungan dengan rumus dengan menggunakan picknometer juga
berpengaruh terhadap hasil akhir berat jenis minyak. Berat jenis minyak dapat
dipengaruhi oleh waktu lamanya pemanasan atau pengekstrakan minyak. Diharapkan
berat jenis minyak berada di antara 0,9–0,950. Menurut Ketaren dalam Diyah, dkk
(2010) berat jenis minyak yang paling baik adalah 0,917–0,919.
Hasil perbandingan berat jenis untuk masing–masing perlakuan disajikan
dalam Gambar 4.
Gambar 4. Berat jenis minyak ( ) menggunakan rumus, ( ) menggunakan
piknometer
1,24
0,890,82
0,90,926 0,918 0,969 0,95 0,913 0,953
0
0,2
0,4
0,6
0,8
1
1,2
1,4
fresh kukus oven 24 jam oven 4 jam +
sangrai
minyak
kelapa sawit
minyak
kelapa
bera
t je
nis
min
ya
k
perlakuan
Berdasarkan Gambar 4, perlakuan fresh mempunyai berat jenis yang cukup
tinggi sebanyak 1,24 jika dihitung dengan rumus, sedangkan jika diukur
menggunakan piknometer hasilnya menjadi 0,926. Menurut Diyah (2010), kadar air
serta zat-zat lain seperti protein dan garam mineral yang hilang selama proses
pembuatan minyak kelapa dengan pemanasan dapat menyebabkan berat jenisnya
lebih rendah.
Untuk minyak kelapa sawit dan minyak kelapa yang diproduksi oleh industri
besar, juga mempunyai berat jenis minyak yang bisa dikatakan baik karena berat
jenisnya ada pada 0,9–0,95. Minyak kelapa sawit yang digunakan adalah merk
“Tropical” yang mempunyai berat jenis sebesar 0,913 dan minyak kelapa sebanyak
0,953 yang menggunakan merk “Cap Ikan Dorang”.
Bilangan Asam
Bilangan asam adalah suatu ukuran jumlah asam lemak yang bebas dan
didefinisikan sebagai jumlah milligram KOH yang dibutuhkan untuk menetralkan
asam lemak bebas dari satu gram sampel. Penentuan bilangan asam digunakan untuk
mengidentifikasi dan kemurnian asam lemak (Suastuti, 2009).
Bilangan asam minyak kelapa ditentukan dengan cara titrasi menggunakan
larutan KOH. Hasil titrasi dan perhitungan bilangan asam minyak kelapa dan minyak
kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Bilangan Asam Minyak Kelapa dan Minyak Sawit
Minyak Berat
(gr)
mL
KOH
Bilangan Asam
Palmitat Laurat Oleat Linoleat
Sawit 5.04 1 5.07937 3.96825 5.59524 5.51587
Kelapa 5.00 1.1 5.632 4.40000 6.20400 6.11600
Oven 5.01 0.9 4.5988 3.59281 5.06587 4.99401
Kukus 5.01 0.9 4.5988 3.59281 5.06587 4.99401
Fresh 5.02 0.7 3.56972 2.78884 3.93227 3.87649
Sangrai 5.04 1.1 5.07937 3.96825 5.59524 5.51587
Berdasarkan Tabel 1, dapat diketahui bahwa bilangan asam minyak kelapa
“Cap Dorang” secara keseluruhan lebih tinggi daripada minyak yang lainnya. Hal ini
disebabkan oleh terjadinya proses hidrolisis trigeliserida pada minyak “Cap Dorang”
lebih tinggi sehingga asam lemak yang dihasilkan menjadi lebih tinggi pula.
Trigliserida dapat berwujud cair atau padat, hal ini tergantung dari komposisi
asam lemak yang menyusunnya. Semakin banyak asam lemak tidak jenuh seperti
asam oleat, linoleat atau asam linolenat pada suatu trigliserida, maka titik cairnya
lebih rendah atau sebaliknya trigliserida yang lebih banyak mengandung asam
palmitat dan stearat, titik cairnya lebih tinggi (Barlina, 2005).
Berat Blondo
Pada saat pengekstrakan kelapa, diperoleh minyak dan padatan atau yang
biasa disebut blondo. Minyak dipisahkan dari blondo dengan cara disaring atau
dipres. Blondo yang diperoleh merupakan hasil samping pada proses pengekstrakan,
mengandung banyak protein yang sudah rusak struktur kimianya akibat pengaruh
panas saat pemanasan santan (Setiaji dan Prayogo, 2006).
Hasil perbedaan berat blondo untuk masing–masing perlakuan disajikan
dalam Gambar 5.
Gambar 5. Berat Blondo
Berdasarkan Gambar 5, perlakuaan fresh mempunyai berat blondo sebanyak
141,54 gram dan lebih banyak daripada perlakuaan kukus yang hanya mempunyai
blondo sebanyak 75,98 gram. Perlakuan fresh pada saat pemanasan santan, waktu
yang dipergunakan kurang optimal, sehingga blondo yang dihasilkan banyak dan
minyak yang didapatkan hanya sedikit.
Untuk perlakuan oven selama 24 jam mempunyai berat blondo sebanyak
336,48 gram. Cara pemisahan blondo ini dengan cara pengepressan. Cara
pengepressan ini yang membuat blondo yang dihasilkan menjadi lebih banyak karena
pemisahan antara minyak dan blondo sangat optimal.
Rendemen Blondo
Rendemen dihitung untuk mengetahui output yang didapat dari banyaknya
input bahan yang masuk. Rendemen blondo menunjukkan jumlah blondo yang dapat
terpisah dari minyak.
141,54
75,98
336,48
203,83
050
100150200250300350400
fresh kukus oven 24
jam
oven 4 jam
+ sangrai
Bera
t B
lon
do
Perlakuan
Hasil perhitungan rendemen blondo untuk masing–masing perlakuan
disajikan dalam Gambar 6.
Gambar 6. Rendemen Blondo
Berdasarkan Gambar 6, rendemen blondo sudah sesuai dengan berat blondo
yang dihasilkan dari proses pemisahan antara blondo dengan minyak. Pemisahan
minyak kelapa dengan blondo yang menggunakan cara pengepresan didapatkan hasil
yang tinggi. Untuk oven selama 24 jam sebanyak 30,498 gram dan oven 4 jam dan
penyangraian didapatkan blondo sebanyak 18,53 gram.
Menurut Ketaren dalam Widiandani (2010), Pembuatan minyak kelapa
dengan cara kering yaitu dengan mengeringkan daging buah kelapa melalui
pemanasan minimum kemudian melakukan penekanan (pres) secara mekanik
terhadap buah kering. Melalui cara ini rendemen minyak kelapa yang diperoleh
rendah dan rendemen blondo tinggi.
Warna dan Aroma
Tabel 2. Pengaruh Metode Ekstraksi terhadap Warna dan Aroma Minyak Kelapa
yang Dihasilkan
Perlakuan Warna Aroma
A B C A B C
Kelapa Parut Fresh ++ +++ +++ ++
Kelapa Parut Kukus ++ ++ +++ + ++ +++
Kelapa Parut Oven 24
Jam + ++ +++ ++ ++ +++
Kelapa Parut Oven 4
Jam dan Sangrai ++ +++ ++ +++ +++ ++
Dari Tabel 2, diketahui semakin banyak (+) yang didapatkan maka semakin
baik warna yang dihasilkan. Untuk kelapa parut fresh, kelas C mempunyai warna
12,87
6,91
30,498
18,53
05
101520253035
fresh kukus oven 24 jam oven 4 jam +
sangrai
Ren
dem
en
Blo
nd
o
Perlakuan
kuning yang lebih jernih dibandingkan kelas lain dikarenakan zat warna alami pada
kelapa yang mengandung minyak ikut terekstrak bersama minyak pada proses
ekstraksi. Menurut Kataren (1986), zat warna alami yang terdapat dalam bahan yang
mengandung minyak ikut terekstrak bersama minyak pada proses ekstraksi. Zat
warna ini antara lain terdiri dari karoten, xantofil, klorofil, dan antosianin, yang
menyebabkan minyak berwarna kuning jernih. (Fajdawani, 1996)
Untuk kelapa parut yang dioven selama 4 jam dan disangrai, kelas A dan C
mendapatkan warna yang gelap. Hal ini terjadi karena suhu yang tinggi dapat
menyebebkan tokoferol yang terdapat pada minyak teroksidasi sehingga dihasilkan
minyak yang berwarna gelap. Disamping itu pemanasan langsung juga dapat
mengakibatkan terjadinya reaksi browning atau pencoklatan terhadap bahan yang
mengadung minyak pada saat proses ekstraksi dilakukan. Tingkat pemanasan yang
paling tinggi diterima bahan (daging kelapa) terjadi proses ekstraksi penyangraian.
Pada proses ini bahan mengalami kontan langsung dengan wajan yang terbuat dari
bahan logam, sehingga panas yang diterima menjadi tinggi.
Dilihat dari Tabel 2, tidak ada minyak yang mendapatkan tanda (+) lebih dari
3, karena menurut Fatwatun, dkk (2013), pembuatan minyak kelapa dengan cara
pemanasan secara tradisional relatif mudah dan peralatan yang digunakan juga relatif
sederhana, tetapi kualitas minyak kelapa yang dihasilkan kurang baik karena selama
pemanasan pada suhu tinggi (100 – 110oC) protein, lemak, dan antioksidan yang
dikandung akan rusak. Selain itu, minyak yang dihasilkan tidak jernih dan tidak tahan
lama, hanya bertahan sekitar 2 – 3 minggu.
Dari Tabel 2, diketahui semakin banyak (+) yang didapatkan maka semakin
baik aroma yang dihasilkan sehingga menghasilkan aroma yang khas kelapa. Untuk
kelapa yang dikukus pada kelas A aroma yang didapatkan sangat tengik, ini sesuai
dengan pemberian tanda (+) yang hanya satu dari panelis. Kadar air merupakan
parameter yang mempengaruhi tingkat ketahanan minyak terhadap kerusakan.
Menurut Ketaren (1986), terdapatnya sejumlah air dalam minyak atau lemak dapat
mengakibatkan terjadinya reaksi hidrolisis. Minyak atau lemak akan diubah menjadi
asam lemak bebas dan gliserol. Reaksi ini akan menghasilkan flavour dan bau tengik
pada minyak tersebut.
Untuk pengovenan selama 24 jam dengan suhu 700C, kelas A dan B
mempunyai aroma minyak yang hampir sama tengiknya diabanding dengan kelas C
yang lebih harum aromanya. Minyak yang tengik dikarenakan ada air yang
teroksidasi dan dengan perlakuan pengovenan selama 24 jam dengan suhu 700C
membuat peluang oksidasi lebih besar.
DAFTAR PUSTAKA
Barlina, R. dan H. Novarianto. 2005. Pembuatan dan Pemanfaatan Minyak Kelapa
Murni. Penebar Swadaya, Depok.
Diyah,Nuzul Wahyuning., Purwanto, Yunita Susanti, dan Yuliana Kristiani Dewi.
2010. Pembuatan Minyak Kelapa Secara Enzimatis Dengan Memanfaatkan
Kulit Buah Dan Biji Pepaya Serta Analisis Sifat Fisikokimianya. Surabaya:
Departemen Kimia Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Airlangga.
Fajdawani, Abdul Kholik. 1996. Kajian Proses dan Finansial Pembuatan Minyak
Kelapa Untuk Industri Kecil dengan Pengepresan Mekanik. Bogor: Jurusan
Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian
Bogor.
Fatwatun, Nely. Kaunaini Chusna, dan Bambang Pramudono. 2013. Pembuatan
Virgin Coconut Oil (VCO): Pemecahan Emulsi dengan Metode Ultrasonik.
Semarang: Jurusan Teknik Kimia Fakultas Kimia Universita Diponegoro.
Ketaren S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia.
Raharja, Sapta dan Maya Dwiyuni. 2010. Kajian Sifat Fisiko Kimia Ekstrak Minyak
Kelapa Murni (Virgin Coconut Oil, Vco) Yang Dibuat Dengan Metode
Pembekuan Krim Santan. Bogor: Jurusan Teknologi Industri Pertanian Fakultas
Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Setiaji, B. dan S. Prayogo. 2006. Membuat VCO Berkualitas Tinggi. Penebar
Swadaya, Depok.
Suastuti, Dwi Adhi. 2009. Kadar Air dan Bilangan Asam dari Minyak Kelapa yang
Dibuat dengan Cara Tradisional dan Fermentasi. Bukit Jimbaran: Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,Universitas Udayana.
Widiandani, Tri, Purwanto, Suko Harjono, Bambang T. P., Rully, S., Nuzul W. D.
2010. Upaya Peningkatan Kualitas Minyak Kelapa yang Dibuat dari Cocos
nucifera L dengan Berbagai Metode Kimiawi dan Fisik. Surabaya : Universitas
Airlangga.