jurnal keperawatan

141
  Pengaruh pemberian..., Ayu Yuliani Sekriptini, FIK UI, 2013

Upload: endar-budi

Post on 09-Oct-2015

375 views

Category:

Documents


18 download

DESCRIPTION

jurnal keperawatan

TRANSCRIPT

  • UNIVERSITAS INDONESIA

    PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP PENURUNANSKOR NYERI AKIBAT TINDAKAN INVASIF PENGAMBILAN

    DARAH INTRA VENA PADA ANAK DI RUANG UGDRSUD KOTA CIREBON

    TESIS

    AYU YULIANI SEKRIPTINI1006833571

    FAKULTAS ILMU KEPERAWATANPROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN

    DEPOK, JANUARI 2013

    Pengaruh pemberian..., Ayu Yuliani Sekriptini, FIK UI, 2013

  • ii

    UNIVERSITAS INDONESIA

    PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP PENURUNANSKOR NYERI AKIBAT TINDAKAN INVASIF PENGAMBILAN

    DARAH INTRA VENA PADA ANAK DI RUANG UGDRSUD KOTA CIREBON

    TESISDiajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

    Magister Ilmu Keperawatan

    AYU YULIANI SEKRIPTINI1006833571

    FAKULTAS ILMU KEPERAWATANPROGRAM MAGISTER KEPERAWATANPEMINATAN KEPERAWATAN ANAK

    DEPOK, JANUARI 2013

    Pengaruh pemberian..., Ayu Yuliani Sekriptini, FIK UI, 2013

  • Pengaruh pemberian..., Ayu Yuliani Sekriptini, FIK UI, 2013

  • iv

    HALAMAN PENGESAHAN

    Tesis ini diajukan oleh :Nama : Ayu Yuliani SekriptiniNPM : 1006833571Program Studi : Magister KeperawatanJudul Tesis : Pengaruh pemberian madu terhadap penurunan skor nyeri

    akibat tindakan invasif pengambilan darah intravena pada anakdi ruang UGD RSUD Kota Cirebon.

    Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterimasebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelarMagister Keperawatan pada Program Studi Ilmu Keperawatan, FakultasIlmu Keperawatan, Universitas Indonesia.

    DEWAN PENGUJI

    Pembimbing : Yeni Rustina, SKp., M.App.Sc, PhD (..)

    Pembimbing : Nur Agustini, S.Kp., M.Si (..)

    Penguji : Elfi Syahreni, M.Kep.,Sp.An. (..)

    Penguji : Dessie Wanda, S.Kp.MN. (..)

    Ditetapkan di : DepokTanggal : Januari 2013

    Pengaruh pemberian..., Ayu Yuliani Sekriptini, FIK UI, 2013

  • Pengaruh pemberian..., Ayu Yuliani Sekriptini, FIK UI, 2013

  • vi

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat danrahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan proposal tesis ini. Penulisan tesis inidilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelarMagister Keperawatan Peminatan Keperawatan Anak pada Fakultas IlmuKeperawatan Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan danbimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai penyusunan tesisini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan tesis ini. Oleh karena itu, sayamengucapkan terima kasih kepada :1. Yeni Rustina, S.Kp., M.App.Sc, PhD., selaku dosen pembimbing I yang telah

    dengan penuh kesabaran, menyediakan waktu, tenaga, pikiran dan motivasiserta dukungan yang sangat besar untuk saya dalam penyusunan tesis ini.

    2. Nur Agustini, S.Kp., M.Si., selaku dosen pembimbing II yang telahmenyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk penyusunan tesis ini.

    3. Elfi Syahreni, Ners., M.Kep.,Sp.An., selaku penguji III, yang dengan sabardan tulus memberikan bimbingan, arahan dan perhatian yang besar dalampenyusunan tesis ini.

    4. Dessie Wanda, S.Kp., MN., selaku penguji IV, yang telah memberikan saranguna perbaikan tesis ini.

    5. Dewi Irawaty, M.A., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu KeperawatanUniversitas Indonesia.

    6. Astuti Yuni Nursasi, S.Kp., M.N., selaku Ketua Program Studi PascasarjanaFakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

    7. Seluruh Staf pengajar Program Studi Magister Ilmu Keperawatan terutamakekhususan Keperawatan Anak dan seluruh staf akademik yang telahmembantu peneliti.

    8. Pihak RSUD Gunung Jati Kota Cirebon dan RSUD Arjawinangun KabupatenCirebon yang telah banyak membantu dalam usaha memperoleh data danmemberikan ijin untuk tempat penelitian.

    9. Rekan-rekan perawat di ruang unit gawat darurat RSUD Gunung Jati danRSUD Arjawinangun yang telah memberikan bantuan dan dukungan selamaproses pengambilan data untuk menyelesaikan tesis ini.

    Pengaruh pemberian..., Ayu Yuliani Sekriptini, FIK UI, 2013

  • vii

    10. Suyami, Shinta Maharani, Yuliatin dan teman-teman di KeilmuanKeperawatan Anak, yang telah memberikan perhatian dan dukungan yangsangat besar selama penyusunan tesis ini.

    11. Eni Nuraeni Yunus, Ghaida Shafa Nabilah, Fadhli Dzil Ikram, dan keluargasaya yang telah memberikan bantuan dan dukungan doa bagi peneliti dalammenyelesaikan penelitian ini.

    Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda untuk semuakebaikan yang telah diberikan. Semoga tesis ini membawa manfaat bagi kemajuankeperawaan, khususnya keperawatan anak di Indonesia.

    Depok, Januari 2013

    Penulis

    Pengaruh pemberian..., Ayu Yuliani Sekriptini, FIK UI, 2013

  • viii

    ABSTRAK

    Nama : Ayu Yuliani SekriptiniProgram Studi : Magister Ilmu KeperawatanJudul : Pengaruh pemberian madu terhadap penurunan skor nyeri

    akibat tindakan invasif pengambilan darah intravena padaanak di ruang UGD RSUD Kota Cirebon

    Pengambilan darah intravena dapat menimbulkan nyeri dan traumatik pada anak.Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh madu terhadap skornyeri anak saat pengambilan darah. Desain penelitian ini adalah kuasi eksperimen.Sampel diambil dengan consecutive sampling, terdiri dari kelompok intervensiyang mendapatkan madu peroral (34 responden) dan kelompok kontrolmendapatkan plasebo (34 responden), usia responden 1-6 tahun. Skor nyeridievaluasi dengan Childrens Hospital of Eastern Ontario Pain Scale (CHEOPS).Hasil analisis menunjukkan terdapat perbedaan bermakna rata-rata skor nyerianak pada kelompok madu dan kelompok plasebo (p=0,001). Penelitimenyimpulkan pemberian madu peroral dapat menurunkan skor nyeri pada anaksaat pengambilan darah intravena.

    Kata kunci: madu, pengambilan darah intra vena, skor nyeri.

    Pengaruh pemberian..., Ayu Yuliani Sekriptini, FIK UI, 2013

  • ix

    ABSTRACT

    Name : Ayu Yuliani SekriptiniStudy Programme : University of Indonesia

    Magister Program in Nursing ScienceSpecialisation Pediatric Nursing

    Title : The influence of giving honey on the score decreasing ofpain as the result of intravena blood taking action on childat the emergency department of RSUD Cirebon City

    The intravena blood taken can cause pains and be traumatic for child.Thisresearch has the aims to identify The influence of giving honey on the scoredecreasing of pain. The design of this research is quasi experiment. Samples weretaken by consecutive sampling which consists of the intervened group whoobtained honey per oral (34 respondents), and controlled group obtained plasebo(34 respondents) respondents aged 1-6 years.The score of pains are evaluated withChildrens Hospital of Eastern Ontario Pain Scale (CHEOPS). The result ofanalysis shows there is a significant difference on the average score of painsbetween the intervened and controlled group (p=0,001). The researcherconcluded that the giving of honey per oral can decrease the score of pains onchild when the intravena blood taken.

    Key words: honey, the intravena blood taken, the score of pains

    Pengaruh pemberian..., Ayu Yuliani Sekriptini, FIK UI, 2013

  • xDAFTAR ISI

    HalHALAMAN JUDULHALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ... iiiLEMBAR PENGESAHAN ivKATA PENGANTAR viABSTRAK .. viiiABSTRACT ixDAFTAR ISI ... xDAFTAR TABEL... xiiiDAFTAR GAMBAR .. xivDAFTAR SKEMA .. xvDAFTAR LAMPIRAN xvi1. PENDAHULUAN... 11.1. Latar Belakang 11.2. Perumusan Masalah 71.3. Tujuan Penelitian 81.4. Manfaat Penelitian .. 82. TINJAUAN PUSTAKA.. 102.1. Nyeri Pada Anak . 10

    2.1.1. Pengertian Nyeri ... 102.1.2. Fisiologi Nyeri .. 112.1.3. Klasifikasi Nyeri ... 132.1.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Nyeri .. 162.1.5. Efek yang ditimbulkan oleh Nyeri 192.1.6. Penatalaksanaan Nyeri pada Anak 202.1.7. Pengendalian Nyeri di Unit Gawat Darurat .. 262.1.8. Penilaian Nyeri .. 25

    2.2. Penggunaan Madu Dalam Penanganan Nyeri Pada Anak 352.2.2. Pengertian Madu 352.2.3. Komposisi Kimia dan Biologi Madu .352.2.4. Jenis-jenis Madu ... 372.2.5. Efek Terapeutik Madu .. 38

    2.3. Pengaruh Madu Terhadap Penurunan Respon Nyeri ... 392.4. Teori Keperawatan Comfort Katherine C. Kolcaba . 40

    2.4.1. Konsep Teori Comfort Katherine C. Kolcaba 402.4.2. Aplikasi Comfort Theory pada Keperawatan Anak ...43

    2.5. Konsep Anak 452.5.1. Pengertian Anak 452.5.2. Kelompok Anak Berdasarkan Fase Perkembangan ...46

    2.6. Atraumatic Care.. 472.6.1. Pengertian Atraumatic Care. 472.6.2. Prinsip Atraumatic Care49

    Pengaruh pemberian..., Ayu Yuliani Sekriptini, FIK UI, 2013

  • xi

    2.7. Kerangka Teori .503. KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN

    DEFINISI OPERASIONAL513.1. Kerangka Konsep Penelitian 51

    3.1.1. Variabel terikat (dependent) .. 513.1.2. Variabel bebas (independent) 513.1.3. Variabel perancu (confounding) 52

    3.2. Hipotesis .. 533.2.1. Hipotesis Mayor 533.2.2. Hipotesis Minor . 53

    3.3. Definisi Oprasional .. 534. METODE PENELITIAN564.1. Desain Penelitian . 564.2. Populasi, Sampel dan Besar Sampel 56

    4.2.1. Populasi . 564.2.2. Sampel 574.2.3. Besar Sampel . 58

    4.3. Tempat Penelitian 594.4. Waktu Penelitian .. 604.5. Etika Penelitian 604.6. Alat Pengumpula Data . 614.7. Validitas dan Reliabilitas Instrumen 624.8. Intervensi yang Dilakukan 644.9. Prosedur Pengumpul Data 644.10. Pengolahan Data .. 684.11. Prosedur Analisis Data .695. HASIL PENELITIAN. 715.1. Analisis Univariat 71

    5.1.1. Karakteristik Responden ... 705.1.2. Skor Nyeri Kelompok Madu dan Kelompok Plasebo ... 73

    5.2. Uji Kesetaraan (Homogenity). 735.3. Analisis Bivariat .. 74

    5.3.1. Perbedaan Rata-rata Skor Nyeri pada Kelompok Intervensi danKelompok Kontrol 74

    5.3.2. Perbedaan Rata-rata Skor Nyeri antara Kelompok Intervensi danKelompok Kontrol Berdasarkan Karakteristik Anak. 75

    6. PEMBAHASAN 786.1. Interpretasi dan Diskusi hasil78

    6.1.1. Karaktristik Responen 786.1.2. Rata-rata skor nyeri pada kelompok madu dan kelompok

    plasebo .. 856.2. Keterbatasan Penelitian . 876.3. Implikasi Hasil Penelitian ... 88

    Pengaruh pemberian..., Ayu Yuliani Sekriptini, FIK UI, 2013

  • xii

    7. KESIMPULAN DAN SARAN7.1. Simpulan . 907.2. Saran 90DAFTAR PUSTAKA.. 92LAMPIRAN

    Pengaruh pemberian..., Ayu Yuliani Sekriptini, FIK UI, 2013

  • xiii

    DAFTAR TABEL

    HalTabel 2.1. Penilaian Klinis Nyeri ....... 27Tabel 2.2. Faces, Legs,Activity, Cry, dan Consolability .... 31Tabel 2.3. Childrens Hospital of Eastern Ontario Pain Scale (CHEOPS) 32Tabel 2.4. Kandungan Gizi Madu Perhutani ...... 36Tabel 3.1 Definisi Operasional .. 52Tabel 4.2. Uji Statistik . 67Tabel 5.1. Distribusi responden berdasarkan usia, jenis kelamin, kehadiran

    keluarga, dan pengalaman pengambilan darah di ruang UGDRSUD Gunung Jati dan RSUD Arjawinangun Kota Cirebon 68

    Tabel 5.2. Distribusi skor nyeri pada kelompok madu dan kelompokplasebo di ruang UGD RSUD Gunung Jati dan RSUDArjawinangun Kota Cirebon.. 69

    Tabel 5.3. Uji homogenitas data responden berdasarkan jenis kelamin,usia,pengalaman sebelumnya dan kehadiran orang tua di ruang UGDRSUD Gunung Jati dan RSUD Arjawinangun Kota Cirebon.. 70

    Tabel 5.4. Distribusi perbedaan rata-rata skor nyeri pada anak kelompokintervensi dan kelompok kontrol di ruang UGD RSUD GunungJati dan RSUD Arjawinangun Kota Cirebon . 71

    Tabel 5.5. Distribusi perbedaan rata-rata skor nyeri antara kelompokintervensi dan kelompok kontrol berdasarkan usia anak di ruangUGD RSUD Gunung Jati dan RSUD Arjawinangun KotaCirebon... 72

    Tabel 5.6 Distribusi perbedaan rata-rata skor nyeri antara kelompokintervensi dan kelompok kontrol berdasarkan jenis kelamin diruang UGD RSUD Gunung Jati dan RSUD Arjawinangun KotaCirebon... 76

    Tabel 5.7 Distribusi perbedaan rata-rata skor nyeri antara kelompokintervensi dan kelompok kontrol berdasarkan pengalaman nyerisebelumnya di ruang UGD RSUD Gunung Jati dan RSUDArjawinangun Kota Cirebon 76

    Tabel 5.8 Distribusi perbedaan rata-rata skor nyeri antara kelompokintervensi dan kelompok kontrol berdasarkan kehadiran orangtua di ruang UGD RSUD Gunung Jati dan RSUD ArjawinangunKota Cirebon.. 77

    Pengaruh pemberian..., Ayu Yuliani Sekriptini, FIK UI, 2013

  • xiv

    DAFTAR GAMBARHal

    Gambar 2.1. Perjalanan Nyeri..... 13Gambar 2.2. Wong Baker Faces Pain Rating Scale.......... 31Gambar 2.3. Verbal Rating Scale... 31Gambar 2.4. Numerical Rating Scale..... 31Gambar 2.5. Visual Analogue Scale....... 32

    Pengaruh pemberian..., Ayu Yuliani Sekriptini, FIK UI, 2013

  • xv

    DAFTAR SKEMA

    HalSkema 2.1. Aplikasi Comfort Theory dalam Keperawatan Anak 43Skema 2.2. Aplikasi Comfort Theory dalam Tindakan Pemberian Madu 45Skema 2.3. Kerangka Teori ... 49Skema 3.1. Kerangaka Konsep Penelitian . 51

    Pengaruh pemberian..., Ayu Yuliani Sekriptini, FIK UI, 2013

  • xvi

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. Penjelasan tentang PenelitianLampiran 2. Lembar Persetujuan Bersedia Menjadi Responden PenelitianLampiran 3. Kuesioner Data DemografiLampiran 4. Instrumen Skala Nyeri CHEOPSLampiran 5. Protokol Pemberian Madu Bagi PerawatLampiran 6. Jadual Pelaksanaan PenelitianLampiran 7. Daftar Riwayat Hidup

    Pengaruh pemberian..., Ayu Yuliani Sekriptini, FIK UI, 2013

  • 1 Universitas Indonesia

    BAB 1PENDAHULUAN

    1.1. Latar BelakangUndang-undang perlindungan anak No. 23 tahun 2002 menyebutkan bahwaNegara Kesatuan Republik Indonesia menjamin kesejahteraan tiap-tiap warganegaranya, termasuk perlindungan terhadap hak anak yang merupakan hakasasi manusia, salah satunya hak anak untuk mendapatkan pelayanankesehatan. Hal tersebut didukung oleh Undang-undang No. 36 tahun 2009tentang Kesehatan pasal 132 ayat 1 menyebutkan anak yang dilahirkan wajibdibesarkan dan diasuh secara bertanggung jawab sehingga memungkinkananak tumbuh dan berkembang secara sehat dan optimal. Salah satu programpemerintah terkait optimalisasi tumbuh kembang anak yaitu ProgramNasional Bagi Anak Indonesia 2015 (PNBAI). Tujuan Program NasionalBagi Anak Indonesia 2015 (PNBAI) adalah terwujudnya anak Indonesia yangsehat, tumbuh dan berkembang, cerdas ceria, berakhlak mulia danterlindungi dari diskriminasi, eksploitasi dan kekerasan serta dapatmengalami peningkatan kesejahteraan.

    Tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya keadaansakit dan hospitalisasi. Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karenasuatu alasan yang berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggaldi rumah sakit menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangan kembalike rumah. Keadaan anak yang tiba-tiba sakit atau terjadinya cederamengharuskan anak masuk ke ruang gawat darurat, dimana unit gawatdarurat merupakan suatu bentuk pelayanan keperawatan yang diberikankepada anak yang diperkirakan mengalami keadaan yang mengancam jiwadan terjadi secara mendadak dalam suatu lingkungan yang tidak dapatdikendalikan (Zempsky & Schecter, 2005).

    Salah satu tugas perawat gawat darurat adalah melakukan intervensi yangcepat dan tepat kepada pasien dan menetapkan area yang tepat untukpengobatan selanjutnya. Proses gawat darurat dipengaruhi oleh beberapa

    Pengaruh pemberian..., Ayu Yuliani Sekriptini, FIK UI, 2013

  • 2Universitas Indonesia

    faktor diantaranya waktu yang terbatas, kondisi pasien yang memerlukanbantuan segera, kebutuhan pelayanan definitif di unit lain, informasi yangterbatas, peran tim medis, dan sumber daya yang ada. Oleh karena itudiperlukan adanya tindakan secara cepat dan tepat untuk mencegah adanyakecacatan ataupun ancaman jiwa pasien di instalasi gawat darurat.

    Salah satu tindakan yang cepat dan tepat yang harus segera dilakukan di unitgawat darurat untuk menentukan diagnosis suatu penyakit atau tindakan yanglainnya adalah tindakan invasif pengambilan darah. Tindakan invasifpengambilan darah merupakan tugas dari petugas laboratorium akan tetapidalam kenyataanya di unit gawat darurat pengambilan darah dilakukan olehperawat. Hal ini dikarenakan banyaknya pasien di unit gawat darurat yangdatang secara mendadak dan keterbatasan petugas.

    Tindakan invasif yang didapat anak selama di unit gawat darurat dapatmenimbulkan trauma berkepanjangan. Tindakan pengambilan darah venamerupakan prosedur yang menimbulkan kecemasan dan ketakutan serta rasatidak nyaman bagi anak akibat nyeri yang dirasakan saat prosedur tersebutdilaksanakan (Zeltzer & Brown 2007). Penelitian Zempsky dan Cravero,(2004) menyebutkan pengendalian nyeri dan kecemasan untuk anak yangmemasuki unit gawat darurat merupakan hal yang penting dan harusdiperhatikan karena dapat menyebabkan trauma pada anak.

    Beberapa studi nyeri pada anak, didapatkan bahwa nyeri yang dikeluhkanoleh anak selalu diabaikan sehingga penanganan yang diberikan tidakadekuat (Zeltzer & Brown 2007; Weisan, Bernstein & Schechter, 2008).Pengalaman nyeri selalu tidak menyenangkan, dan dapat terjadi pada anakdengan keadaan sakit akut maupun yang sedang menjalani prosedur, salahsatunya adalah tindakan pengambilan darah vena (Meliala, 2001; Eichenfield,et al. 2002; Weisman, Bernstein & Schechter, 2008).

    Pengaruh pemberian..., Ayu Yuliani Sekriptini, FIK UI, 2013

  • 3Universitas Indonesia

    Tindakan yang menyakitkan merupakan stresor bagi anak pada semua tingkatusia. Anak yang mengalami kondisi sakit akan muncul tantangan-tantanganyang harus dihadapinya seperti mengatasi suatu perpisahan, penyesuaiandengan lingkungan yang asing baginya, penyesuaian dengan banyak orangyang mengurusinya, dan sering harus berhubungan dan bergaul dengan anak-anak yang sakit serta pengalaman mengikuti terapi yang menyakitkan. Hasilpenelitian Won, (2006) dan Cohen, et al. (2007), menjelaskan bahwa anakyang masuk rumah sakit akan muncul perasaan ketakutan karena menghadapisesuatu yang baru dan belum pernah dialami sebelumnya, rasa tidak aman,dan tidak nyaman, perasaan kehilangan sesuatu yang biasanya dialaminya,dan sesuatu yang dirasakan menyakitkan. Salah satu mekanisme mengurangidampak perawatan adalah manajemen nyeri.

    Anak dengan kondisi nyeri menunjukkan berbagai komplikasi sepertitimbulnya kecemasan, keputusasaan, gangguan prilaku, psikososial danfisiologi jangka panjang. Berbagai komplikasi ini dapat menurunkan kualiashidup. Oleh karena itu penatalaksanaannya seharusnya dilakukan denganoptimal dan rasional, sehingga dapat mengurangi dampak yang merugikanbaik bagi anak itu sendiri maupun bagi keluarganya (Kleiber, et al. 2002;Zempsky & Schecter, 2005).

    Hasil penelitian Petersen, Hagglof dan Bergstrom (2009), nyeri pada anakdapat menyebabkan penurunan kualitas hidup, dimana hasil penelitianmenunjukkan dua pertiga dari sampel yang dilaporkan pada anak yangmengalami nyeri berulang mengalami penurunan kulias hidup empat kali dibandingkan pada anak dengan tanpa nyeri. Aspek penilaian Health-RelatedQuality Of Life (HRQOL) meliputi penilaian fisik, emosional, sosial, dansekolah berfungsi dan kesejahteraan.

    Metode penurunan nyeri merupakan salah satu prinsip dasar keperawatananak yaitu prinsip atraumatic care atau pencegahan terhadap trauma.Perawat bertanggung jawab secara komperhensif dalam memberikan asuhan

    Pengaruh pemberian..., Ayu Yuliani Sekriptini, FIK UI, 2013

  • 4Universitas Indonesia

    keperawatan anak untuk mesejahterakan anak. Prinsip atraumatic care adalahperawatan yang tidak menimbulkan adanya trauma pada anak dan keluarga(Wong & Hockenberry, 2003). Seorang perawat bertanggung jawab sedapatmungkin untuk menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri pada anak yangdilayaninya, disamping akan memberikan kenyamanan dan ketenangankepada orang tua atau pendamping anak yang dilayani (American AcademyOf Pediatrics American Pain Society, 2002; Morton 2008; Czarnecki, et al,2011).

    Pemeriksaan dan pengobatan nyeri pada anak adalah komponen pentingdalam praktek pelayanan kesehatan anak sehari-hari (Zempsky & Schecter,2003). Penatalaksanaan nyeri yang adekuat, disamping bertujuan untukmengurangi kecemasan pada anak dan orang tua, juga akan meningkatkankeeratan dan kerjasama antara pasien dengan perawat saat memberikanintervensi sehingga dapat mengurangi beban perawat dalam memberikanpelayanan. Intervensi untuk mengurangi nyeri dapat dilakukan secaramultidimensional melalui pendekatan pengobatan interdisipliner, yaitu suatugabungan farmakologis, kognitif, psikologis dan pengobatan nonfarmakologis yang bertujuan untuk memberikan intervensi dengan penuhkasih sayang, efektif dan tepat waktu (American Academy Of Pediatrics,American Pain Society, 2002). Intervensi keperawatan untuk mencegahterjadinya trauma karena nyeri pada anak dapat dilakukan berupa intervensifarmakologi ataupun intervensi nonfarmakologi.

    Sejumlah tehnik farmakologis dan non farmakologis dapat dilakukan untukmengurangi nyeri pada anak, seperti misalnya pemberian terapi analgesik,krim anastesi, distraksi, relaksasi, guided imagery dan stimulasi kutan dapatmembantu mengurangi persepsi nyeri, membuat nyeri dapat lebih ditoleransi,menurunkan kecemasan dan meningkatkan kefektifan analgesik ataumengurangi dosis yang diperlukan (Czarnecki, et al, 2011).

    Pengaruh pemberian..., Ayu Yuliani Sekriptini, FIK UI, 2013

  • 5Universitas Indonesia

    Pendekatan intervensi untuk mengurangi nyeri akut biasanya lebih banyakdilakukan dengan pendekatan farmakologi, berupa pemberian anastesi umum,anastesi regional, anastesi local infiltrasi, dan krim anastesi topikal.Pendekatan farmakologi pada anak tidak seluruhnya dapat dilaksanakankarena kekhawatiran akan adanya efek samping yang ditimbulkan daripemberian obat-obatan tersebut (American Academy Of Pediatrics, 2000).

    Pendekatan secara nonfarmakologi yang sering dilakukan berupa pendekatanpsikologis dengan cara memberikan penjelasan tentang prosedur yang akandilakukan. Pendekatan secara psikologis dapat dilakukan pada usia anaktertentu saja dan membutuhkan waktu khusus pendekatan kepada anak(Sikorova & Hrazdilova, 2011). Pendekatan dengan menggunakan intervensinonfarmakologi untuk mengurangi respon nyeri lainnya dilakukan olehbeberapa peneliti dan telah membuktikan bahwa intervensi nonfarmakologidapat mengurangi nyeri karena tindakan invasif.

    Penelitian yang dilakukan oleh Gradin et al., (2002) dan Crutis et al., (2011)menjelaskan tentang pemberian oral sukrosa 20 % dapat menurunkan responnyeri pada bayi cukup bulan saat dilakukan pengambilan contoh darah vena.Steven et al., (2005) melakukan penelitian meta-analisis tentang pemberiansukrosa saru lahir. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan larutan sukrosasebagai analgesik pada bayi baru lahir saat menjalani prosedur invasif minordapat menurunkan respon nyeri. Penelitian lain yang serupa dilakukan olehDevaera (2006) berupa pemberian oral larutan glukosa 30 % dapatmenurunkan respon nyeri pada bayi baru lahir saat dilakukan prosedurpengambilan darah tumit. Penelitian meta-analis yang dilakukan olehHarrison, et al. (2011) menyebutkan pemberian rasa manis (sukrosa, glukosa,dan permen karet manis) dapat mengurangi rasa nyeri pada anak usia satusampai enamanbelas tahun. Penelitian lain menunjukkan bahwa larutan manislain seperti glukosa, fruktosa, aspartan, dan sakarin memberikan efek yangserupa (Bauer et al., 2005).

    Pengaruh pemberian..., Ayu Yuliani Sekriptini, FIK UI, 2013

  • 6Universitas Indonesia

    Fenomena pemberian intervensi non farmakologi di beberapa rumah sakitsudah sebagian dilakukan berupa distraksi, relaksasi, dan guided imagery.Pemberian rasa manis untuk mengurangi rasa manis seperti pemberiansukrosa sudah pernah dilaksanakan di ruang bedah anak dan ruang PediatricIntensive Care Unit (PICU) di Rumah Sakit Umum Pendidikan Negri Dr.Cipto Mangunkusumo dengan memberikan sukrosa 30% 2 ml pada anak danbayi sebelum tindakan invasif.

    Larutan manis yang banyak mengandung sukrosa dan glukosa terdapat dalammadu. Madu merupakan larutan yang memiliki rasa manis, yang dihasilkanoleh lebah dari saripati beragam tanaman, dan madu telah mendapatkantempat yang istimewa dalam sejarah pengobatan tradisional serta mudahdiperoleh. Kandungan gizi utama madu adalah aneka senyawa karbohidratseperti gula fruktosa (41,0%), glukosa (35%), sukrosa (1,9%), dan dekstrin(1,5%). Karbohidrat madu ikut menambah pasokan sebagian energi yangdiperlukan tubuh. Kadar protein dalam madu relatif kecil, sekitar 2,6%.Kandungan asam amino pada madu cukup beragam, baik asam aminoesensial maupun non-esensial. Asam amino berfungsi sebagian metabolismeprotein tubuh. Madu juga mengandung berbagai macam enzim (amylase,diastase, investase, katalase, peroksidase, lipase) yang memperlancar reaksikimia berbagai metabolisme di dalam tubuh, serta mengandung flavonoidyaitu pinocrembin (Purabaya, 2002).

    Madu banyak diteliti oleh beberapa ahli, beberapa penelitian memberikaninformasi tentang manfaat madu untuk tubuh. Departement of BiologicalSciences, University of Waikoto, di Hamilton, Selandia Baru membuktikan,madu mengandung zat antibiotik yang aktif melawan serangan berbagaipatogen penyebab penyakit. Selain berfungsi sebagai antibiotik madumemiliki khasiat untuk menyembuhkan luka. Hasil penelitian Geonarwo etal., (2011) menyebutkan kandungan flavonoid yang terdapat dalam madudapat menghambat nyeri yaitu dengan mekanisme kerja menghambat

    Pengaruh pemberian..., Ayu Yuliani Sekriptini, FIK UI, 2013

  • 7Universitas Indonesia

    pembentukan prostaglandin melalui penghambatan enzim cyclooxygenase,sama seperti obat-obat analgetik antipiretik lain (NSAIDs).

    Pemberian madu belum pernah diberikan terkait dengan penurunan responnyeri pada anak. Sampai saat ini penulis belum mendapatkan adanyapenelitian yang meneliti tentang keefektifan madu dalam menurunkan responnyeri pada anak yang dilakukan tindakan pengambilan darah vena. Olehkarena itu penulis tertarik untuk meneliti tentang pengaruh pemberian maduterhadap penurunan respon nyeri akibat tindakan pengambilan darah venapada anak di ruang Unit Gawat Darurat.

    Hasil observasi lapangan dan wawancara pada perawat yang dilakukanpeneliti di RSUD Gunung Jati dan RSUD Arjawinangun Kota Cirebonmemberikan gambaran bahwa di ruangan perawatan anak ataupun di unitgawat darurat intervensi non farmakologi untuk mengurangi respon nyerikarena tindakan pengambilan darah belum dilakukan.

    Intervensi non farmakologi untuk mengurangi nyeri yang dilakukan perawatberupa informasi tentang penjelasan pada anak dan orang tua saat tindakanakan dilakukan. RSUD Gunung Jati dan RSUD Arjawiangun Kota Cirebonbelum memiliki format skala nyeri yang digunakan baik untuk dewasaataupun anak. Intervensi pengambilan darah pada anak lebih seringdilakukan di unit gawat darurat daripada di ruang perawatan anak. Jumlahkasus anak yang masuk ke ruang unit gawat darurat setahun terakhir ini rata-rata per-bulan kurang lebih 300 orang anak dengan rata-rata usia 1-17 tahun.(Rekam Medik RSUD Gunung Jati dan RSUD Arjawiangun Kota Cirebon,2011).

    1.2. Perumusan MasalahNyeri pada anak menimbulkan dampak negatif terhadap mutu kehidupan(quality of life). Nyeri menyebabkan anak menderita, tidak mampu bergerakbebas, cemas, gelisah, susah tidur, perasaan tidak akan tertolong dan putus

    Pengaruh pemberian..., Ayu Yuliani Sekriptini, FIK UI, 2013

  • 8Universitas Indonesia

    asa. Keadaan ini sangat mengganggu kehidupan normal anak sehari-harisehingga penatalaksanaan nyeri yang efektif perlu dilakukan.

    Penatalaksanaan mengurangi nyeri pada anak dengan intervensinonfarmakologis salah satunya adalah dengan memberikan sensasi rasa manispada anak. Rasa manis yang sering diberikan dalam penelitian untukmengurangi nyeri berupa pemberian sukrosa dan glukosa. Salah satu sunberrasa manis selain sukrosa dan glukosa adalah madu. Madu merupakan salahsatu obat alami yang banyak memiliki khasiat mengobati dan memiliki rasamanis. Anak-anak pada umumnya menyukai rasa manis seperti gula,permen, sirup, dan aneka kue. Karenanya rasa manis pada madu mudah dapatditerima oleh anak-anak.

    Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka pertanyaan yang akanditeliti Adakah pengaruh pemberian madu terhadap penurunan skor nyeriakibat tindakan invasif pengambilan darah intravena pada anak di ruang UGDRSUD Kota Cirebon?

    1.3. Tujun Penelitian1.3.1. Tujuan Umum

    Teridentifikasinya pengaruh pemberian madu terhadap penurunan skornyeri akibat tindakan invasif pengambilan darah intra vena pada anak diruang UGD RSUD Kota Cirebon.

    1.3.2. Tujuan KhususTujuan khusus dari penelitian adalah teridentifikasinya :a. Gambaran karakteristik anak (usia, jenis kelamin, pengalaman nyeri

    sebelumnya, pendampingan orang tua) saat dilakukan prosedurpengambilan darah di ruang unit gawat darurat.

    b. Rerata skor nyeri anak yang dilakukan pengambilan darah padakelompok intervensi dan kelompok kontrol.

    Pengaruh pemberian..., Ayu Yuliani Sekriptini, FIK UI, 2013

  • 9Universitas Indonesia

    c. Perbedaan rerata skor nyeri antara kelompok intervensi dan kelompokkontrol.

    d. Perbedaan rerata skor nyeri pada kelompok intervensi dan kelompokkontrol berdasarkan karakteristik anak (usia, jenis kelamin,pengalaman nyeri sebelumnya, pendampingan orang tua).

    1.4. Mafaat Penelitian1.4.1. Manfaat Aplikatif

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam melaksanakanasuhan keperawatan pada anak saat dilakukan tindakan invasifpengambilan darah intra vena di ruang unit gawat darurat sehingga dapatmengurangi terjadinya dampak traumatik dan hospitalisasi.

    1.4.2. Manfaat KeilmuanMemberi gambaran dan informasi tentang pengaruh pemberian maduterhadap penurunan respon nyeri akibat tindakan invasif pengambilandarah intra vena pada anak di ruang unit gawat darurat.

    1.4.3. Manfaat MetodologiPenelitian ini dapat menambah jumlah penelitian tentang perawatanpengaruh pemberian madu terhadap penurunan respon nyeri akibattindakan tindakan invasif pengambilan darah intra vena pada anak di ruangUnit Gawat Darurat dan dapat menjadi landasan penelitan selanjutnya.

    Pengaruh pemberian..., Ayu Yuliani Sekriptini, FIK UI, 2013

  • 10 Universitas Indonesia

    BAB 2TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Nyeri Pada Anak2.1.1. Pengertian Nyeri

    Nyeri adalah suatu gejala dalam merasakan subyek dan pengalamanemosional serta termasuk suatu komponen sensori, komponendiskriminatori, respon-respon yang mengantarkan ataupun reaksi-reaksiyang ditimbulkan oleh stimulus dalam suatu kasus nyeri (Latief, 2001;Smatzler & Bare, 2002; Mathew & Dickenson, 2004). Nyeri adalah segalasesuatu yang dikatakan seseorang tentang nyeri tersebut dan terjadi kapansaja seseorang mengatakan bahwa ia merasa nyeri (McCaffery & Pasero2010).

    Nyeri dan kecemasan dapat terjadi akibat suatu prosedur diagnostik atauterapi pada anak (Brusch & Zeltzer, 2004; Soyer et al., 2009). TheInternaional Association for Study of Pain menyebutkan nyeri yaituperasaan dan pengalaman emosi yang tidak menyenangkan yang berkaitandengan kenyataan atau potensi terjadinya kerusakan jaringan ataugambaran yang berkaitan kerusakan jaringan tersebut (Drendel et al.,2006; Taddio et al., 2010). Nyeri sangat penting sebagai mekanismeproteksi tubuh yang timbul bilamana jaringan sedang dirusak danmenyebabkan individu bereaksi untuk menghilangkan rangsang nyeri ini.Nyeri pada anak menjadi masalah oleh karena anak memberikan responnyeri yang berbeda sesuai dengan tingkat usia pada anak (Mathew, 2003).

    Nyeri mempunyai komponen sensori, emosi, kognitif dan behavior yangsaling berhubungan dengan faktor lingkungan, sosio-kultur dan tumbuhkembang anak. Interpretasi nyeri sifatnya subjektif, dimana setiap orangakan mengeluarkan ekspresi yang berbeda dengan yang lainnya jikaberhadapan dengan stimulus yang melukai. Nyeri pada anak, diinterpretasidan diekspresikan melalui tingkah laku (menangis, wajah menyeringai,fleksi dan ekstensi alat gerak) dan perubahan fisiologis (perubahan laju

    Pengaruh pemberian..., Ayu Yuliani Sekriptini, FIK UI, 2013

  • 11

    Universitas Indonesia

    denyut jantung, laju pernafasan, dan perubahan kimia darah), jadi dapatditarik kesimpulan bahwa nyeri merupakan pengalaman yang universalyang berfungsi sebagai tanda penting bahwa tubuh tidak berfungsi ataumengalami kerusakan, dari beberapa definisi tersebut nyeri merupakankombinasi dari respon sensorik, afektif dan prikomotor, sehinggahubungan nyeri dengan kerusakan jaringan tidak sama dan tidak konsisten,dan nyeri itu bersifat subyektif, sehingga laporan atau keluhan dari pasienmerupakan penilaian yang paling mempunyai arti dalam menegakkandiagnosa nyeri (Petersen et al., 2009; Srouji et al., 2010).

    2.1.2. Fisiologi NyeriPerjalanan nyeri termasuk suatu rangkaian proses neurofisiologiskompleks yang disebut sebagai nosiseptif (nociception) yangmerefleksikan empat proses komponen yang nyata yaitu transduksi,transmisi, modulasi dan persepsi, dimana terjadinya stimuli yang kuatdiperifer sampai dirasakannya nyeri di susunan saraf pusat (cortex cerebri)(Uman et al., 2007; Breivik et al., 2008; Daniela et al., 2010). Rangkaianproses perjalanan yang menyertai antara kerusakan jaringan sampaidirasakan nyeri adalah suatu proses elektofisiologi. Menurut Latief (2001)dan Daniela et al., (2010) ada 4 proses yang mengikuti suatu prosesnosisepsi yaitu :a. Proses Transduksi

    Proses dimana stimulus noksius diubah ke impuls elektrikal padaujung saraf. Suatu stimuli kuat (noxion stimuli) seperti tekanan fisikkimia, suhu dirubah menjadi suatu aktifitas listrik yang akan diterimaujung-ujung saraf perifer (nerve ending) atau organ-organ tubuh(reseptor meisneri, merkel, corpusculum paccini, golgi mazoni).Kerusakan jaringan karena trauma baik trauma pembedahan atautrauma lainnya menyebabkan sintesa prostaglandin, dimanaprostaglandin inilah yang akan menyebabkan sensitisasi dari reseptor-reseptor nosiseptif dan dikeluarkannya zat-zat mediator nyeri sepertihistamin, serotonin yang akan menimbulkan sensasi nyeri. Keadaan ini

    Pengaruh pemberian..., Ayu Yuliani Sekriptini, FIK UI, 2013

  • 12

    Universitas Indonesia

    dikenal sebagai sensitisasi perifer (Breivik et al., 2008; Daniela et al.,2010).

    b. Proses TransmisiProses penyaluran impuls melalui saraf sensori sebagai lanjutan prosestransduksi melalui serabut A-delta dan serabut C dari perifer kemedulla spinalis, dimana impuls tersebut mengalami modulasi sebelumditeruskan ke thalamus oleh tractus spinothalamicus dan sebagian ketraktus spinoretikularis. Traktus spinoretikularis terutama membawarangsangan dari organ-organ yang lebih dalam dan viseral sertaberhubungan dengan nyeri yang lebih ditekan dan melibatkan emosi.Selain itu juga serabut-serabut saraf disini mempunyai sinapsinterneuron dengan saraf-saraf berdiameter besar dan bermielin.Selanjutnya impuls disalurkan ke thalamus dan somatosensoris dicortex cerebri dan dirasakan sebagai persepsi nyeri (Uman et al., 2007;Daniela et al., 2010).

    c. Proses ModulasiProses modulasi merupakan perubahan transmisi nyeri yang terjadipada susunan saraf pusat (medulla spinalis dan otak). Proses terjadinyainteraksi antara sistem analgesik endogen yang dihasilkan oleh tubuhkita dengan input nyeri yang masuk ke kornu posterior medullaspinalis merupakan proses ascenden yang dikontrol oleh otak.Analgesik endogen (enkefalin, endorphin, serotonin, noradrenalin)dapat menekan impuls nyeri pada kornu posterior medulla spinalis.Kornu posterior sebagai pintu dapat terbuka dan tertutup untukmenyalurkan impuls nyeri untuk analgesik endogen tersebut. Inilahyang menyebabkan persepsi nyeri sangat subjektif pada setiap orang(Uman et al., 2007; Breivik et al., 2008; Daniela et al., 2010).

    d. PersepsiHasil akhir dari proses interaksi yang kompleks dari proses tranduksi,transmisi dan modulasi yang pada akhirnya akan menghasilkan suatuproses subjektif yang dikenal sebagai persepsi nyeri, yang diperkirakanterjadi pada thalamus dengan korteks sebagai diskriminasi dari

    Pengaruh pemberian..., Ayu Yuliani Sekriptini, FIK UI, 2013

  • 13

    Universitas Indonesia

    sensorik (Uman et al., 2007; Breivik et al., 2008; Daniela et al., 2010).Secara skematis, jaras persepsi nyeri seperti terlihat pada gambar 2.1.

    Sumber : www.medscape.comGambar 2.1. Perjalanan Nyeri

    2.1.3. Klasifikasi NyeriRespon individu yang berbeda-beda tentang nyeri membuat sulitmengkategorikan jenis nyeri yang dirasakan dan mengatahui penyebabnyeri itu sendiri. Nyeri memiliki sifat yang unik pada setiap individualbahkan jika cedera fisik terjadi respon nyeri pada individu satu tidak samapada individual lainnya. Adanya takut, marah, kecemasan, depresi dankelelahan akan mempengaruhi bagaimana nyeri itu dirasakan. Salah satupendekatan yang dapat dilakukan untuk membedakan nyeri adalahberdasarkan durasi (akut, kronik), patofisiologi (nosiseptif, nyerineuropatik) dan etiologi (paska pembedahan, kanker) (Ratnapalan et al.,2010; Daniela et al., 2010).

    Pengaruh pemberian..., Ayu Yuliani Sekriptini, FIK UI, 2013

  • 14

    Universitas Indonesia

    Klasifikasi nyeri terdiri dari :a. Nyeri Akut dan Kronik

    Nyeri akut merupakan nyeri yang terjadi secara tiba-tiba yang bisadisebabkan oleh injuri, penyakit, ataupun pembedahan (McCaffrey, &Pasero, 2010). Nyeri akut merupakan indikator terjadinya kerusakanjaringan, yang memberitahukan individu untuk melindungi area yangterkena dari injuri lebih lanjut. Karakteristik nyeri akut ini terdiri dari:komunikasi tentang nyeri dideskripsikan, perilaku sangat berhati-hati,memusatkan diri, fokus perhatian rendah (perubahan persepsi waktu,menarik diri dari hubungan sosial, gangguan proses pikir), perilakudistraksi (mengerang, menangis, dan lain-lain), raut wajah kesakitan,perubahan tonus otot, respon autonom (diaforesis, perubahan tekanandarah dan nadi, dilatasi pupil, penurunan atau peningkatan frekuensipernapasan). Nyeri kronik muncul jika masih dirasakan setelahpengobatan terhadap injuri tidak ada kerangka waktu yang ditentukan.Nyeri kronik juga tampak sebagai ketidakmampuan tubuh untukmencegah interpretasi sinyal dan gejala nyeri setelah injuri diatasi.Nyeri ini berkembang lebih lambat dan terjadi dalam waktu lebih lamadan pasien sering sulit mengingat sejak kapan nyeri mulai dirasakan,karakteristik nyeri ini terdiri dari; individu melaporkan bahwa nyeritelah ada lebih dari 6 bulan, ketidaknyaman, marah, frustasi, depresikarena situasi, raut wajah kesakitan, anoreksia, penurunan berat badan,insomnia, gerakan yang sangat berhati-hati dan spasme otot(Ratnapalan et al., 2010).

    b. Nosiseptif dan Nyeri NeuropatikNyeri organik bisa dibagi menjadi nosiseptif dan nyeri neuropatik.Nyeri nosiseptif adalah nyeri inflamasi yang dihasilkan olehrangsangan kimia, mekanik dan suhu yang menyebabkan aktifasimaupun sensitisasi pada nosiseptor perifer (saraf yang bertanggungjawab terhadap rangsang nyeri). Nyeri nosiseptif biasanyamemberikan respon terhadap analgesik opioid atau non opioid. Nyerinociceptive merupakan persepsi sensorik terhadap kerusakan atau

    Pengaruh pemberian..., Ayu Yuliani Sekriptini, FIK UI, 2013

  • 15

    Universitas Indonesia

    potensial kerusakan pada jaringan akibat trauma atau penyakit. Nyeriini terjadi sebagai akibat rangsangan reseptor dan dapat berupa nyeriakut maupun kronis. Nyeri neuropati yang bisa berupa nyeri akutmaupun kronis, disebabkan oleh cedera atau penyakit yang secaralangsung mempengaruhi sistem saraf. Nyeri sentral juga merupakannyeri kronik yang terjadi lebih disebabkan oleh kerusakan saraf. Nyerineuropatik merupakan nyeri yang ditimbulkan akibat kerusakan neuralpada saraf perifer maupun pada sistem saraf pusat yang meliputi jalursaraf aferen sentral dan perifer, biasanya digambarkan dengan rasaterbakar dan menusuk. Pasien yang mengalami nyeri neuropatik seringmemberi respon yang kurang baik terhadap analgesik opioid (Potter &Perry 2005; McCaffrey, & Pasero, 2010; Daniela et al., 2010).

    c. Nyeri ViseralNyeri viseral biasanya menjalar dan mengarah ke daerah permukaantubuh jauh dari tempat nyeri namun berasal dari dermatom yang samadengan asal nyeri. Nyeri viseral terjadi karena kontraksi ritmis ototpolos. Penyebab nyeri viseral termasuk iskemia, peregangan ligamen,spasme otot polos, distensi struktur lunak seperti kantung empedu,saluran empedu, atau ureter. Distensi pada organ lunak menimbulkanrespon nyeri karena terjadinya peregangan jaringan dan dapatmenyebabkan iskemia daerah sekitarnya, adanya kompresi pembuluhdarah pada organ lunak tersebut dan menyebabkan distensi berlebihdari jaringan yang dapat menimbulkan nyeri (McCaffrey, & Pasero,2010; Daniela et al., 2010).

    d. Nyeri SomatikNyeri somatis permukaan atau superfisial adalah akibat stimulasinociceptor di dalam kulit atau jaringan subkutan dan mukosa yangmendasari. Hal ini ditandai dengan adanya sensasi atau rasa berdenyut,panas atau tertusuk, kemungkinan berkaitan dengan rasa nyeri yangdisebabkan oleh stimulus yang secara normal tidak mengakibatkannyeri dan hiperalgesia. Jenis nyeri ini biasanya konstan dan jelaslokasinya. Nyeri superfisial biasanya terjadi sebagai respon terhadap

    Pengaruh pemberian..., Ayu Yuliani Sekriptini, FIK UI, 2013

  • 16

    Universitas Indonesia

    luka terpotong, luka gores dan luka bakar superfisial. Nyeri somatisdalam diakibatkan oleh jejas pada struktur dinding tubuh (misalnyaotot rangka atau skelet). Berlawanan dengan nyeri tumpul yangberkaitan dengan organ dalam, nyeri somatis dapat diketahui di manalokasi persisnya pada tubuh, beberapa menyebar ke daerah sekitarnya(McCaffrey, & Pasero, 2010).

    2.1.4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi NyeriNyeri merupakan hal yang kompleks, banyak faktor yang mempengaruhipengalaman seseorang terhadap nyeri. Faktor-faktor ini dapatmeningkatkan atau menurunkan persepsi nyeri pasien, toleransi terhadapnyeri dan mempengaruhi reaksi terhadap nyeri (Le Mone & Burke, 2008;Czarnecki et al., 2011). Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi reaksinyeri tersebut antara lain:a. Usia

    Usia dalam hal ini merupakan variabel yang penting yangmempengaruhi nyeri terutama pada anak-anak (Potter & Perry, 2005).Perbedaan tingkat perkembangan yang ditemukan antara kelompokumur ini dapat mempengaruhi bagaimana anak bereaksi terhadap nyeri(Daniela et al., 2010).

    Penelitian Kenneth et al., (2006) menjelaskan bahwa perkembanganusia anak mempengaruhi makna nyeri dan ekspresi yang dimunculkan.Usia bayi memberikan respon nyeri dengan menangis dan lebih mudahditenangkan kembali dengan dipeluk oleh orang tuanya, usiaprasekolah memiliki sifat egosentris dalam pemikirannya dan percayabahwa semua kejadian dan sensasi berasal dari dunia internal mereka.Anak prasekolah memiliki sedikit pemahaman tentang sebab nyeriyang dirasakan, seringkali terjadi kesalahpahaman arti dan penyebabsakit. Usia prasekolah membutuhkan penjelasan yang berulang kalidan diyakinkan bahwa prosedur dan pengalaman yang menyakitkanbukan merupakan hukuman untuk perilaku buruk. Respon nyeri pada

    Pengaruh pemberian..., Ayu Yuliani Sekriptini, FIK UI, 2013

  • 17

    Universitas Indonesia

    anak usia sekolah sering berupa penolakan dengan menggerakandaerah yang menyakitkan. Anak usia sekolah memberikan respon fisikberupa tangan mengepal, gigi terkatup, dan dahi berkerut. Secarabertahap, anak usia sekolah mampu berfikir lebih logis dan wajar,dapat di ajak kerja sama dan cenderung berorientasi menjadi sebuahprestasi bagi dirinya. Usia remaja mampu berpikir abstrak danmemiliki pemahaman tentang hubungan sebab akibat. Bagaimanaproses sosialisasi remaja mempengaruhi pengalaman nyeri tetapmemahami dalam konsep nyeri, peran kelompok sangat berpengaruh.Anak remaja kadang menyangkal rasa sakit di hadapan keluarga atauteman sebaya.

    b. Jenis KelaminSecara umum pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalamberespon terhadap nyeri. Toleransi terhadap nyeri dipengaruhi faktor-faktor biokimia dan merupakan hal yang unik pada individu tanpamemperhatikan jenis kelamin (Potter & Perry, 2005).

    Karakteristik jenis kelamin dan hubungannya dengan sifatketerpaparan dan tingkat kerentanan memegang peranan tersendiri.Anak-anak belajar bahwa terdapat perbedaan antara laki-laki danperempuan dalam mengekspresikan nyeri dimana anak perempuanboleh pulang ke rumah sambil menangis ketika lututnya terluka,sedangkan anak laki-laki diberitahu untuk berani dan tidak menangis(Taylor et al., 2008).

    Beberapa penelitian menjelaskan perbedaan antara anak laki-lakidan perempuan tidak terlalu berpengaruh terhadap respon nyeri, dalampenelian tersebut lebih menjelaskan perbedaan jenis kelamin hanyakarena sensitivitas, pengalaman ekspresi, dan kondisi situasionalyang mempengaruhi dan bagaimana anak menanggapi nyeri (Mathew,2003).

    Pengaruh pemberian..., Ayu Yuliani Sekriptini, FIK UI, 2013

  • 18

    Universitas Indonesia

    Penelitian Logan et al., (2004) dan Loeser et al., (2008) pada usiaremaja menjelaskan adanya perbedaan respon nyeri antara anakremaja laki-laki dan perempuan dimana hasil penelitian tersebutmenyebutkan bahwa anak perempuan memiliki skor intensitas nyeritinggi, tetapi penelitian tersebut tidak menunjukkan perbedaan jeniskelamin dalam penggunaan obat pereda nyeri sejenis opioid setelahtindakan operasi.

    c. Pengalaman Nyeri SebelumnyaPengalaman sebelumnya berpengaruh terhadap persepsi seseorangtentang nyeri. Pengalarnan individu dengan nyeri yang dialami, makintakut individu tersebut terhadap peristiwa menyakitkan yang akandiakibatkan oleh nyeri tersebut. Umumnya, orang yang seringmengalami nyeri dalam hidupnya, cenderung mengantisipasiterjadinya nyeri yang lebih hebat (Schmitz et al, 2012).

    Penelitian Noel et al., (2012), meneliti pengaruh pengalaman anak-anak untuk stimulus nyeri baru pada pengalaman nyeri berikutnya.Penelitian melibatkan 110 anak yang sehat (60 anak laki-laki, 50perempuan) berusia 8 sampai 12 tahun, dengan kriteria anak yangmempunyai pengalaman operasi dan pernah dilakukan venipuncture,pengalaman nyeri minimal 1 tahun yang lalu, kemudian dilakukanwawancara pengalaman nyeri yang pernah dialami, dan diobservasiekspresi wajah yang muncul pada anak yang dilakukan wawancara.Hasil menunjukkan pengalaman nyeri sebelumnya pada anak-anakberhubungan dengan rasa takut dari waktu ke waktu danmempengaruhi pengalaman nyeri yang baru.

    d. Lingkungan dan Dukungan Orang TerdekatLingkungan dan kehadiran dukungan keluarga juga dapatmempengaruhi nyeri seseorang. Banyak orang yang merasalingkungan pelayanan kesehatan yang asing, khususnya cahaya,kebisingan, aktivitas yang sama di ruang perawatan intensif, dapatmenambah nyeri yang dirasakan (Craig et al., 2006).

    Pengaruh pemberian..., Ayu Yuliani Sekriptini, FIK UI, 2013

  • 19

    Universitas Indonesia

    Penelitian Ozcetin, et al. (2011). Melakukan penelitian pada 135 anakdengan rentang usia 3-6 tahun akan dilakukan tindakan venipuncturedi klinik rawat jalan anak. Penelitian dilakukan secara acak menjadidua kelompok, kelompok pertama kelompok yang didampingi olehorang tua, dan kelompok kedua hanya didampingi oleh anggota stafrumah sakit. Penilaian skor nyeri menggunakan Wong-Baker FACES.Hasil penelitian diperoleh usia rata-rata kasus dengan didampingiorang tua mereka adalah usia 4,19 sampai dengan 1,23 tahun. Usiarata-rata kasus dengan didampingi petugas rumah sakit adalah 4,36sampai dengan 1,41 tahun. Selama prosedur venipuncture dilakukanpengukuran tanda vital; frekuensi pernafasan dan denyut jantung.Selama prosedur venipuncture rata-rata nyeri anak pada kelompok 2diperoleh Wong-Baker skor lebih tinggi 3 kali dari pada kelompok 1,secara statistik signifikan (p

  • 20

    Universitas Indonesia

    mengernyitkan dahi, menggigit bibir, gelisah, imobilisasi, mengalamiketegangan otot, melakukan gerakan melindungi bagian tubuh sampaidengan menghinndari percakapan, menghindari kontak sosial danhanya fokus pada aktivitas menghilangkan nyeri.

    c. Pengaruh Pada Aktivitas Sehari-hariPasien yang mengalami nyeri setiap hari kurang mampu berpartisipasidalam aktivitas rutin, seperti mengalami kesulitan dalam melakukantindakan higiene normal dan dapat menganggu aktivitas sosial.

    2.1.6. Penatalaksanaan Nyeri Pada AnakPenataksanaan nyeri sering tidak dilakukan secara adekuat pada anak olehkarena anak diangap tidak dapat merasakan nyeri. Suatu studi retrospektifmenyatakan hanya 28% anak-anak yang masuk ke unit gawat daruratmemperoleh intervensi farmakologi untuk mengurangi nyeri yang adekuatsedangkan pada dewasa mencapai 60% (Cohen, 2008). Kunci keberhasilanpenatalaksanaan nyeri pada anak adalah dengan pemeriksaan nyeri yangbaik (Herd et al., 2009).

    Terdapat variasi yang luas dalam tatalaksana nyeri pada berbagai unitgawat darurat dan pelayanan kesehatan profesional. Pada anak yangmengalami prosedur invasif minor tanpa intervensi penurunkan nyerimemiliki dampak yang panjang dalam respond dan persepsi anak terhadapnyeri. Gangguan stress pasca trauma dapat timbul setelah pengalamanprosedur yang tidak disertai denan pengendalian nyeri yang tepat (Larssonet al., 2000; Ellis et al., 2004; Movahaedi 2006).

    Nyeri yang tidak berkurang dapat menyebabkan konsekwensi padagangguan prilaku, psikososial dan fisiologi jangka panjang (Wanga et al.,2008; Crowley et.al, 2010). Manajemen nyeri seharusnya menjadi prioritasuntuk mengatasi masalah tersebut. Nyeri seringkali dikaitkan dengan rasatakut, cemas dan stres.

    Pengaruh pemberian..., Ayu Yuliani Sekriptini, FIK UI, 2013

  • 21

    Universitas Indonesia

    Tehnik farmakologi yang sering diberikan saat prosedur pengambilandarah pada anak untuk mengurangi nyeri lebih sering menggunakanpendekatan farmakologis berupa anastesi topikal berupa oles maupunanastesi semprot (Arrowsmith & Campbell, 2000). Obat-obatan yangdisering digunakan misalnya LET (Lidokain, Epinefrin, dan Tetrakain),EMLA (Eutectic Mixture of Local Anesthetics) sebagai salah satu anastesitopical yang paling sering digunakan (Kelly, 2000; Soyer et al., 2009),sedangkan sendekatan non farmakologik yang paling sering seringdigunakan di unit gawat darurat berupa mendatangkan orang tua saatdilakukan intervensi.

    Beberapa peneliti menyebutkan ada berbagai macam tehnik nonfarmakologik yang dapat diberikan pada anak unuk mengurangi nyeriseperti misalnya distraksi, relaksasi, guided imagery dan stimulasimemberikan strategi koping yang dapat membantu mengurangi persepsinyeri, membuat nyeri dapat lebih ditoleransi, menurunkan kecemasan danmeningkatkan kefektifan analgesik atau mengurangi dosis yang diperlukan(American Pain Society, 2003; Gimbler-Berglund et al., 2008; William &Zempsky, 2008). Sebagai tambahan, tehnik-tehnik ini juga dapatmenurunkan persepsi ancaman nyeri, memberikan kemampuanmengontrol nyeri, meningkatkan rasa nyaman dan meningkatkan istirahatdan tidur (Huether & Leo, 2002; Gimbler-Berglund, Lyon & Mackway,2005).

    Terdapat berbagai metode penelitian non farmakologi yang dapatdigunakan untuk menurangi rasa nyeri, ketakutan dan kecemasan.Pendekatan yang ada mempunyai efektivitas dan keamanan yang cukupbaik. Intervensi non farmakologis yang dapat diberikan diantaranya(Zempsky, 2000; Amy et al., 2006; Wanga et al., 2008; Srouji, Pamella &Macintyre, 2010) :

    Pengaruh pemberian..., Ayu Yuliani Sekriptini, FIK UI, 2013

  • 22

    Universitas Indonesia

    a. Pemberian InformasiInformasi yang diberikan kepada anak dan anggota keluarga sehinggamengerti kondisi sakit, prosedur yang akan dilakukan serta pengobatanyang akan diberikan. Dengan demikian pasien juga dilibatkan dalammenentukan cara untuk mengontrol nyeri.

    b. RelaksasiTehnik relaksasi akan memberikan relaksasi otot dan mengurangikecemasan yang sering menyertai dan meningkatkan nyeri.Pengontrolan pernafasan dan relaksasi otot merupakan metode yangpaling sering digunakan untuk anak usia pra-sekolah dan usia yanglebih tua.

    c. PengalihanMetode pengalihan dengan berbagai aktifitas membantu anak dariberbagai usia untuk menghilangkan nyeri. Metode yang paling seringdigunakan antara lain : pengunaan gelembung sabun, musik, videogames, televise, telepon, dan permainan (Kelly, 2000; Loeser et al.,2008).

    Penelitian Wanga, Sunb, dan Chena (2008), menyebutkan intervensinon farmakologis berupa metoda pengalihan dapat mengurangi nyeridan stress dalam prosedur invasif pada anak. Penelitian melibatkan 300anak usia 8-9 tahun dilakukan tindakan penyuntikan akses vena,masing-masing anak terbagi dalam 3 kelompok, kelompok pertamadiberi intervensi non farmakologis yang berbeda, kelopok anak keduadi beri audiovisual dengan menonton film kartun saat penyuntikan, dankelompok anak ketiga menerima intervensi psikologis, penilaian nyerimenggunakan skala Visual Analogue Scale (VAS) dan CooperativeBehavior Scale of Children in Venepuncture (CBSCV). Hasilpenelitian menunjukkan intervensi non farmakologi denganmengunakan audiovisiual lebih efektif dibandingkan intervensipsikologis dan dapat mengurangi nyeri dan meningkatkan keberhasilanpenyuntikan ke vena.

    Pengaruh pemberian..., Ayu Yuliani Sekriptini, FIK UI, 2013

  • 23

    Universitas Indonesia

    d. HipnoterapiHipnoterapi membatu anak untuk membayangkan pengalaman yangmenyenangkan yang pernah dialami. Peranan hipnoterapi adalahmengalihkan perhatian, mengurangi pengalaman sensoris sertamembantu anak untuk mengontrol perasaannya. Intervensi ini baikuntuk anak usia sekolah atau remaja (William et al., 2003).

    Penelitian Liossi, White dan Hatira (2006), membandingkanintervensi anstesi EMLA dan hinoptis dengan pemberian EMLA saatpengambilan darah pada anak, dengan responden 46 anak antara usia6-16 tahun, memberikan hasil ada pengaruh yang signifikan intervensihipnotis dengan EMLA di banding intervensi EMLA saja pada saatpengambilan darah pada anak dengan p < 0.001.

    e. Pemberian rasa manisPenelitian menyebutkan pemberian sukrosa atau glukosa untukmengurangi nyeri sangat baik diberikan pada neonatus, dapat jugadiberikan sampai usia 3 bulan. Sukrosa atau glukosa dapatmenurunkan respon terhadap stimulus yang menimbulkan nyeri sepertisaat pengambilan darah dari tumit dan injeksi pada neonatus. Pengaruhini tampaknya paling kuat saat bayi baru lahir dan nenurun secarabertahap selama 6 bulan pertama kehidupan (Eichenfield et al., 2002;Gradin et al., 2002; Zempsky et al., 2004; Carbajal et al., 2009).

    Penelitian yang dilakukan oleh Taddio et al., (2008), menyebutkansukrosa 25 % dapat memberikan efek analgesik pada bayi baru lahirsaat dilakukan prosedur indakan invasif. Penelitian eksperiman diruang NICU rumah sakit Mount Sinai Hospital, Toronto, Ontariodengan jumlah responden 240 bayi baru lahir. Dilakukan tiga (3)intervensi invasif diataranya penguntikan intra muskuler, tusuk tumitdan pengambilan contoh darah. Penerian sukrosa 25 % sebanyak 2 mlselama 60 detik dilakukan 2 menit sebelum tindakan invasif dengan 5menit sebelumnya diukur denyut nadi dan nilai oksimetri bayi,

    Pengaruh pemberian..., Ayu Yuliani Sekriptini, FIK UI, 2013

  • 24

    Universitas Indonesia

    kemudian dilakukan tindakan intervensi dan di lakukan penilaian skalanyeri 30 detik setelah tindakan invasif dengan menggunakan skalanyeri Premature Infant Pain Profile (PPIP), setelah pengukuran skalanyeri bayi dinilai kembali denyut nadi dan nilai oksimetri. Hasilpenelitian menunjukkan, bayi yang diberi sukrosa dengan tidakanpengambilan darah memiliki skor nyeri yang lebih rendahdibandingkan dengan penyuntikan intramuskuler vit K dan tusuk tumitdengan CI 95% p < 0,29.

    Penelitian Jatana, Dalal, dan Wilson (2003). Tentang efek analgesikpada pemberian glukosa pada neonatus. Penelitian dilakukan pada 125bayi baru lahir normal yang akan di lakukan tusuk tumik dengandibagi tiga kelompok perlakukan pemberian glukosa, kelompokpertama diberi glukosa 10 %, kelompok kedua diberi glukosa 25 %dan kelompok ke tiga diberi glukosa 50 %, sebelum penusukkanntumit masing-masing kelompok bayi di lakukan denyut jantung dansaturasi oksigen. Larutan glukosa diberikan 2 menit sebelum tindakanpenusukkan tumit, kemudian dilakukan rekaman suara tangisan saatpenusukkan dan di ukur rata-rata durasi menangis pada masing-masingkelompok. Hasil penelitian menunjukkan adanya efek analgesik padapemberian glokosa 25 % dan 50 % (p

  • 25

    Universitas Indonesia

    signifikan dalam durasi tangisan pertama pada bayi yang diberikan 25% glukosa dibandingkan dengan kontrol dan diberikan 10 % glukosa.Tidak ada efek yang signifikan pada detak jantung, laju pernapasanatau saturasi oksigen. Dengan kesimpulan bahwa larutan glukosaterkonsentrasi dapat mengurangi rasa sakit dan memiliki efekanalgesik serta aman untuk prosedur minor pada neonatus.

    f. Lingkungan ruanganMenciptakan suatu lingkungan yang tepat merupakan hal yang esensialuntuk mengurangi nyeri dan kecamasan pada seorang anak di unitgawat darurat, idealnya masing-masing anak ditempatkan pada satukamar pribadi. Kamar ini sebaiknya telah menyediakan lingkunganyang bersahabat dan menenangkan. Dinding yang berwarna bergambarserta kumpulan mainan akan mengurani ketakutan yang ditimbulkanoleh lingkungan yang asing. Penatakalsanaan non farmakologik iniyang disertai oleh adanya dukungan emosional merupakan hal utamauntuk memberikan lingkungan yang nyaman bagi anak (Zempsky &Cravero, 2004; Brusch & Zeltzer, 2004).

    Perawat di ruang unit gawat darurat mempunyai peranan penting untukmengurangi kecemasan dan persepsi nyeri pada anak dengan caramengajarkan tehnik sederhana da mendukung keterlibatan keluarga.Mengijinkan tetapi bukan mengharuskan kehadiran keluarga saatprosedur invasif yang menimbulkan nyeri dilakukan, akan memberimanfaat bagi anak. Meskipun tidak terdapat bukti bahwa kehadirankeluarga dapat ngurangi nyeri, namun kehadiran mereka mengurangikecemasan orang tua dan anak (American Academy of Pediaric, 2001;Zempsky & Cravero, 2004; Bursch & Zeltzer, 2004).

    2.1.7. Pengendalian nyeri di unit gawat daruratPenelitian menyebutkan hampir 90% pasien yang masuk ke unit gawatdarurat mendapatkan intervensi medis berhubungan dengan prosedurjarum suntik (Zempsky et al., 2004). Penelitian yang dilakukan oleh Ellis

    Pengaruh pemberian..., Ayu Yuliani Sekriptini, FIK UI, 2013

  • 26

    Universitas Indonesia

    et al., (2004) selama 23 hari di rumah sakit Kanada memberikan gambaranbahwa terdapat 387 prosedur rumah sakit berhubungan dengan jarumsuntik terdiri dari, pengambilan darah vena 63%, infus 13%, pengambilandarah kapiler 11%, Port-a-cath access 7%, injeksi intramuscular 5%,pemberian terapi atau anastesi lumbal 1% dan penyuntikan insulin 0,5%,dan seluruh prosedur tersebut menimbulkan respon nyeri yang bervariasipada anak (CI 95% p < 0,01).

    Pengambilan darah vena merupakan prosedur pemeriksaan yang seringdikerjakan pada pasien anak di unit gawat darurat dan prosedur inimerupakan sumber nyeri yang paling sering dirasakan bagi anak(Eichenfield et al., 2002). Penelitian menyebutkan pengendalian nyeri diemergensi dapat dilakukan dengan farmakologi dan non farmakologi(Zempsky, Joseph & Cravero, 2004), Pengendalian rasa sakit dankecemasan pada anak, di mulai dari arena pra-rumah sakit saat pertamakali anak masuk ke gawat darurat. Frekuensi mengurangi nyeri denganfarmakologis di Amerika Serikat untuk pengambilan darah adalah 40%sedangkan menggunakan non farmakologis hanya mencapai 10%(Acharya et al., 2008). Pengambilan darah sering dilakukan di unit gawatdarurat untuk mentukan jenis penyakit yang diderita oleh pasien.

    Beberapa hambatan secara umum yang terjadi di unit gawat darurat dapatmuncul secara intrinsik yaitu tidak memadainya obat-obatan analgesiakhususnya pada anak (Soyer et al., 2009), masih ada tenaga kesehatanyang beranggapan bahwa anak-anak tidak merasa sakit yang samadilakukan oleh orang dewasa dan rasa sakit yang tidak memilikikonsekuensi yang tak diinginkan pada anak-anak, tidak terdapatnyapenilaian skala nyeri pada anak. Nyeri anak diremehkan karena kurangnyaalat penilaian yang memadai dan ketidakmampuan untuk menjelaskanberbagai tahap perkembangan anak-anak. Nyeri sering undermedicatedkarena kekhawatiran terjadinya oversedation, depresi pernafasan,

    Pengaruh pemberian..., Ayu Yuliani Sekriptini, FIK UI, 2013

  • 27

    Universitas Indonesia

    kecanduan, dan ketidakbiasaan dengan penggunaan obat penenang dananalgesik agen pada anak-anak (Breau et al., 2000; Beisang, 2007).

    Dalam ruang gawat darurat, anak-anak sering masuk dengan gejala yangtidak jelas yang berdampak kesulitan dalam mentukan diagnosa medis(Craig, Lilley, & Gilbert, 2006). Faktor-faktor tersebut membuatpenilaian petugas kesehatan merasa kesuitan, selain itu, kondisi ruanggawat darurat yang sibuk, dituntut intervensi yang lebih cepat, jumlahpasien yang tidak dapat diperkirakan, skala penilaian belum memadai, dankecemasan orangtua (Zempsky, 2000).

    Unit gawat darurat lebih cenderung menggunakan intervensi farmakologisdari pada non farmakologis (Crowley et al., 2010), pemberian intervensifarmakologi biasanya digunakan untuk nyeri dalam, penggunaan anestesitopikal jarang diberikan karena kekhawatiran tentang keterlambatan dalampengobatan, biaya, atau kurangnya ketersediaan. Intervensi nonfarmakologis mengalami hambatan kurangnya pengetahuan petugastentang skala nyeri pada anak, tidak adanya ruangan khusus (Twycross,2000). Manajemen nyeri yang optimal memerlukan pemahaman yangmenyeluruh tentang penilaian nyeri dan manajemen strategis ruangan yangbaik (Zempsky, 2000; Dowling, 2004).

    2.1.8. Penilaian NyeriPenilaian nyeri berdasarkan 3 komponen penting yaitu; kognitif (selfreport), tingkah laku (behavioral), dan fisiologik (Desparment-Sheridan,2003). Komponen kognitif biasanya diukur dengan cara kuesioner,wawancara, skala deskriptif kualitatif taupun kuntitatif, yang dibuat untukmengetahui intensitas nyeri pada anak. Komponen tingkah laku biasanyadiukur dengan suatu chek list tingkah laku yang dijumpai sewaktu anakmengalami rasa nyeri, misalnya menangis, menyeringai, danmemberontak. Komponen tingkah laku ini digunakan pada bayi atau anakyang belum biasa berkomunikasi secara verbal. Komponen fisiologis

    Pengaruh pemberian..., Ayu Yuliani Sekriptini, FIK UI, 2013

  • 28

    Universitas Indonesia

    diukur dengan cara menilai frekuensi denyut jantung, frekuensipernafasan, kadar oksigen, kadar kortisol, dan kadar endorphin dalamdarah (Desparment-Sheridan, 2003; Taddio et al., 2010; Srouji,Ratnapalan, & Schneeweiss, 2010).

    Beberapa hasil penelitian menyebutkan bahwa parameter psikologis danpengamatan orang tua dapat membantu pemeriksaan nyeri pada anak,namun pada dasarnya komponen kognitif anak sendiri yang dapatmenentukan tentang apa yang sedang dirasakannya (Bulloch & Tenenbein,2002; Zempsky & Schecter, 2005). Pada bayi hal tersebut tidak dapatdilakukan oleh karena bayi tidak dapat menyampaikan secara verbal apayang sedang dirasakannya (Curtis et al., 2007; Srouji, Ratnapalan, &Schneeweiss, 2010). Anak-anak usia lebih dari 8 tahun umumnya sudahdapat melaporkan sendiri intensitas, lokasi dan kualitas nyeri (William, etal. 2003), sehingga dapat menggukan Visual Analog Scale (VAS) denganketentuan yang selalu digunakan pada anak lebih besar dan melibatkangaris 10 cm yang telah ditentukan kedua ujungnya (tidak sakit dansangat sakit). Anak usia 3-8 tahun diperiksa dengan alat yang sesuaiyang sudah mengalami perkembangan, misalnya Color Analogue Scale(CAS), Oucher Scale dan Faces Scale (Desparment-Sheridan, 2003;Zempsky & Schecter, 2003).

    Berbagai skala pengukuran nyeri telah dikembangkan denganmenggunakan gabungan elemen-elemen fisiologis dan perilaku(behavioral), seperti yang tertera dalam tabel 2.1 berikut (Zempsky &Schecter, 2003; Srouji, Ratnapalan, & Schneeweiss, 2010).

    Pengaruh pemberian..., Ayu Yuliani Sekriptini, FIK UI, 2013

  • 29

    Universitas Indonesia

    Tabel 2.1. Penilaian Klinis NyeriPhysiologic Behavioral Self Report Composite

    Frekuesipernafasan

    Fekuansi nadi Tekanandarah

    Kadarkortisol

    Gerakan tubuh Gerakan wajah Menangis Postur tubuh Pola nafas

    Usia 3-8 tahun: Oucher Scale Faces Scale FLACC CFCS Faces Pain Scale Poker Chip Toll Coloredanalogue Scale

    Usia lebih dari 9tahun : Visual AnalogueSacale

    McGil Pain Pediatric PainQuestionnaire

    Infant CRIES Neonatal Facialaction CodingSystem

    NAPI MAX NIPS PPIP SUN OPS DANUsia 2-7 tahun : CHEOPS COMFORT OSBD OPS TPPPS AUCHERUsia 8 tahun lebih AdolescentPediatric PainTool

    Varni-ThompsonPediatric PainQuestionnare

    The McGill PainQuestionnaire

    Sumber : Zempsky W.T., Schecter, N.L., Whats New in The Management of Pain in Childrens

    Skala untuk pemeriksaan nyeri pada anak sebagaimana telah disebutkan diatas telah diteliti secara ektensif, tetapi masih sangat sedikit diteliti untukmenentukan validitas alat-alat tersebut pada nak di Negara berkembang.Newman, et al. (2005), di Thailan telah meneliti validitas tiga skala nyeriyang sering digunakan yaitu Visual analog Scale (VAS), Wong-BakerFaces Pain Ratting (WBFPS), dan Face Pain Scale-Revised (FPS-R),pada 122 anak-anak Thailan usia 4-15 tahun. Ketiga alat tersebut ternyatamempunyai korelasi yang baik pada anak usia diatas 4 tahun dan validitasyang cukup konvergen (Newman et al., 2005).

    Pengaruh pemberian..., Ayu Yuliani Sekriptini, FIK UI, 2013

  • 30

    Universitas Indonesia

    Penelitian Bulloch dan Tenenbein (2002), yang dilakukan di unit gawatdarurat menggunkan dua skala nyeri yaitu Color Analog Scale (CAS) dan7 poin Faces Pain Scale (FPS) pada 60 anak dengan rata-rata usia 3-9tahun. Kedua alat tersebut ternyata mempunyai korelasi yang baik danvaliditas yang cukup konvergen untuk di gunakan di unit emergensi.

    Penelitian Suraseranivongse, et al. (2001), menguji validitas empat skalanyeri antara Childrens Hospital of Eastern Ontario Pain Scale (CHEOP),Objective Pain Scale (OPS), Toddler Preschool Postoperative Pain Scale(TPPPS), dan Face, Legs, Activity, Cry, Consolability (FLACC),penelitian dilakukan di Thailan dengan 167 anak antara usia 1-5,5 tahunyang akan dilakukan tindakan pembedahan. Perilaku anak-anak di rekamsebelum dan setelah operasi, hasil penelitian memnunjukkan dari ke-empatskala tersebut skala CHEOP lebih valid, reliabel dan praktis digunakanpada anak dengan prosedural operasi.

    Skala penilaian nyeri dan keterangan pasien digunakan untuk menilaiderajat nyeri. Intensitas nyeri harus dinilai sedini mungkin selama pasiendapat berkomunikasi dan menunjukkan ekspresi nyeri yang dirasakan. Adabeberapa skala penilaian nyeri pada pasien sekarang ini (McLean et al.,2005; Petersen et al., 2009; McCaffrey & Pasero, 2010).

    a. Wong-Baker Faces Pain Rating ScaleSkala dengan enam gambar wajah dengan ekspresi yang berbeda,dimulai dari senyuman sampai menangis karena kesakitan. Skala iniberguna pada pasien dengan gangguan komunikasi, seperti anak-anak,orang tua, pasien yang kebingungan atau pada pasien yang tidakmengerti dengan bahasa lokal setempat.

    Pengaruh pemberian..., Ayu Yuliani Sekriptini, FIK UI, 2013

  • 31

    Universitas Indonesia

    Gambar 2.2. Wong Baker Faces Pain Rating Scale

    b. Verbal Rating Scale (VRS)Pasien ditanyakan tentang derajat nyeri yang dirasakan berdasarkanskala lima poin ; tidak nyeri, ringan, sedang, berat dan sangat berat.

    Gambar 2.3. Verbal Rating Scale

    c. Numerical Rating Scale (NRS)Pertama sekali dikemukakan oleh Downie dkk pada tahun 1978,dimana pasien ditanyakan tentang derajat nyeri yang dirasakan denganmenunjukkan angka 0 5 atau 0 10, dimana angka 0 menunjukkantidak ada nyeri dan angka 5 atau 10 menunjukkan nyeri yang hebat.

    Gambar 2.4. Numerical Rating Scaled. Visual Analogue Scale (VAS)

    Verbal Rating Scale terdiri dari beberapa nomor yang menggambarkantingkat nyeri pada pasien. Pasien ditanya bagaimana sifat dari nyeri

    Pengaruh pemberian..., Ayu Yuliani Sekriptini, FIK UI, 2013

  • 32

    Universitas Indonesia

    yang dirasakannya. Peneliti memilih nomor dari skor tingkat nyeritersebut dari apa yang dirasakan pasien. Skor tersebut terdiri dariempat poin yaitu :Poin 0 = Tidak ada nyeri atau perasaan tidak enak ketika ditanyaPoin 1 = Nyeri yang ringan yang dilaporkan pasien ketika ditanyaPoin 2 = Nyeri sedang yang dilaporkan pasien ketika ditanyaPoin 3 = Nyeri dihubungkan dengan respon suara, tangan atau lengantangan, wajah merintih atau menangisKeempat poin ini secara luas digunakan oleh klinisi untuk menentukantingkat kebenaran dan keandalan. Untuk pasien yang memilikigangguan kognitif, skala nyeri verbal ini sulit digunakan.

    Visual Analog Scale (VAS) dilihat berupa suatu garis lurus yangpanjangnya biasaya 10 cm (atau 100 mm), dengan penggambaranverbal pada masing-masing ujungnya, seperti angka 0 (tanpa nyeri)sampai angka 10 (nyeri terberat). Nilai VAS 0 -

  • 33

    Universitas Indonesia

    Tabel 2.2. Faces, Legs,Activity, Cry, dan ConsolabilityCriteria Score -0 Score -1 Score -2Face No particular

    expression orsmile

    Occasional grimaceor frown,withdrawn,disinterested

    Freuent toconstant quiveringchin, cleched jaw

    Legs Normal positionor relaxed

    Uneasy, restless,tense

    Kicking, or legsdraw up

    Activity Lying quietly,normal position,moves easily

    Squimin, shitingback and forh, tense

    Arched, rigid orjerkig

    Cry No cry (awakeor asleep)

    Moans or whimpers;occasionalcomplaint

    Crying steadily,sreams or sobs,frequentcomplaints

    Consolability Content, relaxed Reassured byaccosional altouching, hugging orbeing talked to,distractible

    Difficult toconsole or comfort

    Sumber : National Health and Medical Research Council http://www2.massgeneral.org/ painrelief/pcs pain files/app_d_flacc.pdf

    f. Childrens Hospital of Eastern Ontario Pain Scale (CHEOPS)Skala penilaian CEOPS berupa penilaian yang mencakup perilakunyeri anak dan keluhan yang rasakan. Skala penilaian CHEOPdigunakan untuk anak usia 1-7 tahun. Di dalam skala ini terdapatenam kategori dari perilaku nyeri: menangis, ekspresi muka, verbal,torso, sentuhan, dan kaki. Penilaian skor nyeri diperoleh berdasarkanhasil penilaian keseluruhan. Skor 4 mengindikasikan awitan nyeri, skormaksimal nyeri adalah 13.

    Tabel 2.3. Childrens Hospital of Eastern Ontario Pain Scale(CHEOPS)

    Item Behavioral Definition ScoreCry No cry

    MoaningCryingScream

    1 Child is not crying.2 Child is moaning or quietlyvocalizing silent cry.

    2 Child is crying, but the cry isgentle or whimpering.

    3 Cild is in a full-lunged cry;sobbing; may be scoredcomplaint or without complaint.

    Pengaruh pemberian..., Ayu Yuliani Sekriptini, FIK UI, 2013

  • 34

    Universitas Indonesia

    Item Behavioral Definition ScoreFacial Composed

    GrimaceSmiling

    1 Neutral facial expression2 Score only if definite negativefacial expression

    0 score only if definite positivefacial expression

    ChildVerbal

    NoneOther complaints

    Pain complaintsBoth complaints

    Positive

    1 Child not talking1 Child complains, but not aboutpain, e.g., I want to seemommy of I am thirsty

    2 Child complains I about pain.2 Child complains about pain andabout other, e.g., It hurts; I wantmy mommy.

    0 Chid makes any positivestatement or talks about thingswithout complaint.

    Torso NeutralShiftingTenseSheveringUprightRestrained

    1 Body (not limbs) is at rest; torsois inactive.

    2 Body is in motion in shifting orserpentine fashion.

    2 Body is arcehed or rigid.2 Body is shuddering or shakinginvoluntarily.

    2 Child is a vertical or uprightposition.

    2 Body s restrained.Touch Not touching

    ReachTouchGrabRestrained

    1 Child is not touching or grabbingat wound.

    2 Child is reaching for but nottouching wound.

    2 Child is gently touching woundor wound area.

    2 Child is grabbing vigorously atwound.

    2 Childs arms are restrained.Legh Neutral

    Squirm/kicking

    Drawn up/tensedStandingRestrained

    1 Legh may be in any position butare relaxed; include gentleswinning or separate-likemovements.

    2 Definitive uneasy or restlessmovement in the legh/or strikingout with foot or feet.

    2 Legs tensed and/or pulled uptightyly to body kept there.

    2 Standing, crouching or kneeling.2 Childs legs are being held down.

    Sumber : McGrath, P.J., Johnson, G., Goodman, J.T., et al, CHEOPS: A behavioralscale for rating postoperative pain in children. In Field, H.L., et al (editors) Advancesin pian Resesrcn and Therapy, 9, New York, Raven Press.

    Pengaruh pemberian..., Ayu Yuliani Sekriptini, FIK UI, 2013

  • 35

    Universitas Indonesia

    2.2. Penggunaan Madu Dalam Penanganan Nyeri Pada Anak2.2.2. Pengertian Madu

    Madu merupakan cairan alami yang umumnya mempunyai rasa manis,dihasilkan oleh lebah madu dari sari bunga tanaman (floral nectar) ataubagian lain dari tanaman (extra floral nectar) atau ekskresi serangga (SNI,2004). Madu merupakan zat pemanis alami yang diproduksi oleh lebahmadu dari nektar tanaman atau sekresi bagian lain dari tanaman atauekskresi dari insekta pengisap tanaman, yang dikumpulkan, diubah dandikombinasikan dengan zat tertentu dari lebah kemudian ditempatkan,dikeringkan, lalu disimpan di dalam sarang hingga matang (Hamad, 2004;Akanmu et al., 2011; Cornelia & Chis, 2011).

    2.2.3. Komposisi Kimia dan Biologis MaduMenurut hasil pengkajian dari para ahli, lebih dari 181 macam senyawaatau unsur dan zat nutrisi yang ada, terkandung di dalam madu alami. Jenisgula atau karbohidrat yang terdapat di dalam madu alami yakni fruktosa,yang memiliki kadar yang tertinggi, yaitu sedikitnya bisa mencapai 38,5gram per 100 gram madu alami. Sementara untuk kadar glukosa, maltosa,dan sukrosanya rendah. Fruktosa atau yang sering disebut Levulosamerupakan gula murni atau alami yang berasal dari saripati buah-buahan.(Goenarwo et al., 2011; Scheiner et al., 2002; Akanmu et al., 2011).

    Komposisi kimia madu hasil ekstraksi terdiri dari air (17,10%), fruktosa(38,50%), glukosa (31%), maltosa (7,20%), sukrosa (1,31%), asamorganik (0,57%), protein (0,7%), dan abu (0,17%). Komposisi kimiawiutama dalam madu total karbohidrat (78,90 g), kadar air (78,00 g), protein(1,20 g), lemak (0 g), serat kasar (0 g), abu (0,20 g), kalori (295,00 kal),kalsium (2 mg), posfor (12 mg), zat besi ( 0,8 mg%), natrium (10 mg),thiamin (0,1 mg), flavonoid (0,02 mg), dan niacin (0,02 mg) (Alzubier &Okechukwu, 2011; Suarez et al., 2010).

    Madu mengandung monosakarida yang mudah diserap dalam usus tanpamembutuhkan proses pemecahan yaitu fruktosa (38%) dan glukosa (31%).

    Pengaruh pemberian..., Ayu Yuliani Sekriptini, FIK UI, 2013

  • 36

    Universitas Indonesia

    Madu juga mengandung berbagai mineral seperti Ca, Na, K, Mg, Fe, Cl, P,S, garam Iodium, dan asam organik (asam malat, tartrat, sitrat, laktat,oksalat) (Purabaya, 2002). Selain itu, madu juga mengandung berbagaimacam enzim (amylase, diastase, investase, katalase, peroksidase, lipase)yang memperlancar reaksi kimia berbagai metabolisme di dalam tubuh,serta mengandung flavonoid yaitu pinocrembin (Puspitasari, 2007;Truchado et al., 2009; Alzubier & Okechukwu, 2011).

    Madu mengandung beberapa senyawa organik yang telah terindetifikasiantara lain seperti polyphenol, flavoid, dan glikosida. Selain itu didalammadu juga terdapat berbagai jenis enzim, antara lain enzim glukosaoksidase dan enzim invertase yang dapat membantu proses pengolahansukrosa untuk diubah menjadi glukosa dan fruktosa yang kedunya mudahdiserap dan dicerna oleh tubuh. Madu mengandung berbagai macamenzim, salah satunya adalah enzim katalase yang mampu memberikan efekpemulihan. Selain itu madu mengandung enzim amilase, enzim lipase, danminyak volatil, seperti hidroksi metal furfural. Madu memiliki kandunganantibiotika sebagai antibakteri pada luka dan mengandung dekstrosa, lilin,gen pembiakan, dan asam formik (Puspitasari, 2007).

    Komponen tambahan yang terkandung didalam madu seperti lisozim,asam fenolik dan flavonoid juga terdapat dalam madu yang berfungsisebagai antioksidan dan anti radang. Kandungan flavonoid didugamenghambat produksi cyclooxygenase, sehingga dapat digunakan untukmenghilangkan rasa nyeri (Almada, 2000; Goenarwo, 2003).

    2.2.4. Jenis-jenis MaduJenis-jenis madu beraneka ragam tergantung nektar tanamannya. Beberapajenis madu di Indonesia antara lain madu kapuk, karet, kopi, klengkeng,sonokeling, durian, rambutan, apel, jambu air, mangga, kaliandra,multiflora, hutan, jambu mente, mahoni, bunga matahari dan madu royaljelly. Jenis-jenis madu lain yang terdapat di negara sub tropis menurutPuspitasari (2007) antara lain; alfalfa, aster, athel, bamboo, basswood,

    Pengaruh pemberian..., Ayu Yuliani Sekriptini, FIK UI, 2013

  • 37

    Universitas Indonesia

    bergamot, blackberry, bluberry, blue curls, bluevine, boneset, buckwheat,cantaloupe, cape vine, coralvine, cranberry, galiberry, goldenrod, holly,horsemint, locust, manzanita, marigold, mesquite, mountain laurel,mustard, palmatto dan pepperbush. Setiap madu mempunyai karakteristikyang berbeda baik berdasarkan komposisi, rasa maupun penampilan fisik.

    Jenis madu dibagi menjadi tiga macam yaitu, a) Madu flora yaitu maduyang dihasilkan dari nektar bunga, b) Madu ekstra flora yaitu madu yangdihasilkan dari nektar yang terdapat diluar bunga yaitu berasal dari bagiantanaman yang lain seperti daun, cabang atau batang tanaman, c) Maduembun yaitu madu yang dihasilkan dari cairan suksesi serangga yangkemudian eksudatnya diletakkan pada bagian-bagian tanaman, cairan inikemudian dihisap dan dikumpulkan oleh lebah madu (Puspitasari, 2007).Di Indonesia jenis madu yang dipasarkan sering diberi nama menurutdaerah asalnya, misalnya madu Sumbawa, madu Kalimantan, dan MaduSulawesi.

    Kualitas madu ditentukan oleh waktu pemanenan madu, kadar air, warnamadu, rasa dan aroma madu. Madu yang memiliki kandungan enzimdiastase sebagai salah satu acuan yang digunakan Sandar NasionalIndonesia (SNI) untuk menentukan madu tersebut asli atau tidak, karenaenzim diastase hanya dihasilkan dari kelenjar ludah lebah (Hamad, 2004;Puspitasari, 2007).

    Jenis madu yang sering digunakan pada beberapa pengobatan adalah maduPERUM PERHUTANI ber-Standar Nasional Indonesia (SNI) atau disebutsebagai madu perhutani. Penelitian yang dilakukan oleh Nurhidayah,(2011) tentang pengaruh madu dalam perawan oral care terhadap pasienanak mukolitis akibat mukolitis pada anak menggunakan madu PERUMPERHUTANI. Madu yang digunakan adalah jenis madu hutan multifloradan telah diuji kualitasnya oleh Pusat Perlebahan Nasional Perhutani(PPNP). Berikut ini kandungan gizi madu perhutani :

    Pengaruh pemberian..., Ayu Yuliani Sekriptini, FIK UI, 2013

  • 38

    Universitas Indonesia

    Tabel 2.4. Kandungan gizi madu perhutaniParameter Satuan Hasil

    Kalori Kal/100 gram 320Lemak % 0Asam lemak jenuh % 0Kolesterol mg/100 gram < 0Total Karbohidrat % 79,3Serat makanan % 0,73Protein % 0,63Kalsium (Ca) mg/100 gram 9,84Natrium (Na) mg/100 gram 12,8Besi (Fe) mg/100 gram 0,63Kalium (K) mg/100 gram 102Vitamin A UI/100 gran < 0,5Vitamin C mg/100 gram 3,52

    Sumber : Pusat Perlebahan Nasional Perum Perhutani 2008

    2.2.5. Efek Terapeutik MaduMadu merupakan bahan makanan yang mengandung nilai gizi tinggitinggi mengandung banyak komponen gula sederhana (monosakarida dandisakarida) dan gula rantai panjang (polisakarida), selain itu madumengandung enzim untuk mencerna gula, vitamin, mineral dan lain-lain(Bognadov et al., 2008).

    Penelitian yang dilakukan oleh Alzubier dan Okechukwu (2011)menyebutkan madu memiliki efek terapeutik anti-inflammatory,antipyretic, dan analgesic. Penelitian dilakukan pada tikus dengandisuntikkan asam asetat pada peritoneum tikus dengan sebelumnya dikasihmadu per oral, hasil menunjukkan pemberian madu mengurangi ambangnociception dan mengurangi rangsang saraf terminal dari seratnociceptive.

    Suarez et al., (2010), menyebutkan madu asli 100% murni mengandungzat antibiotik yang dapat menyembuhkan penyakit dari berbagai patogenpenyebab penyakit. Terdapat empat faktor yang mempengaruhi aktivitasantibakteri pada madu asli 100% murni; pertama, kadar gula madu yang

    Pengaruh pemberian..., Ayu Yuliani Sekriptini, FIK UI, 2013

  • 39

    Universitas Indonesia

    tinggi akan menghalang pertumbuhan bakteri sehingga bakteri tersebuttidak dapat hidup dan berkembang. kedua, tingkat kemanisan madu yangtinggi (pH 3.65) akan mengurangi pertumbuhan dan daya hidupnyasehingga bakteri tersebut mati, ketiga, adanya pertumbuhan radikalhidrogen peroksida yang bersifat membunuh mikroorganisme patogen,dan keempat adanya senyawa organik yang bersifat antibakteri antara lainseperti polyphenol, flavonoid, dan glikosida.

    2.3. Pengaruh Madu Terhadap Penurunan Respon NyeriMadu mengandung berbagai mineral seperti Ca, Na, K, Mg, Fe, Cl, P, S,garam Iodium, dan asam organik (asam malat, tartrat, sitrat, laktat, oksalat)(Purabaya, 2002). Selain itu, madu juga mengandung berbagai macamenzim (amylase, diastase, investase, katalase peroksidase, lipase) yangmemperlancar reaksi kimia berbagai metabolisme di dalam tubuh, sertamengandung flavonoid yaitu pinocrembin yang memiliki efek anti nyeri.Puspitasari (2007) dalam penelitiannya menyebutkan madu dapatmemberikan efek analgesik. Flavonoid dalam madu dapat menghambatproduksi cyclooxygenase, sehingga dapat digunakan untuk menghilangkannyeri.Geonarwo, Chodidjah, dan Susanto (2011) melakukan eksperimental denganpendekatan post test only control group design. Penelitian dilakukan denganmenggunakan hewan uji tikus putih jantan galur wistar 25 ekor, dibagidalam 5 kelompok secara random, kelompok I (kontrol negatif) diberiaquadest, kelompok II diberi madu 25%, kelompok III diberi madu 50%,kelompok IV diberi madu 100% dan kelompok V (kontrol positif) diberiparasetamol 4,5 mg/kgBB. Setelah 5 menit semua kelompok disuntikdengan asam asetat 1% (0,1 ml) intra peritoneum, kemudian dihitung jumlahgeliat setiap 5 menit selama 1 jam. Hasil penelitian menunjukkan madudengan konsentrasi madu 50% memiliki efek analgetik yang meningkat,sedangkan madu dengan konsentrasi 25% dan 100% menunjukkan efekanalgetik yang menurun.

    Pengaruh pemberian..., Ayu Yuliani Sekriptini, FIK UI, 2013

  • 40

    Universitas Indonesia

    2.4. Teori Keperawatan Comfort Katharine C. Kolcaba2.4.1. Konsep Umum Teori Comfort Katharine C. Kolcaba

    Kolcaba mendefinisikan salah satu intervensi perawatan kesehatan sebagaikebutuhan tentang kenyamanan, peningkatan dari kondisi penuh tekanandalam situasi perawatan kesehatan, yang tidak dapat ditemui padapenerima pelayanan tradisional. Kebutuhan ini meliputi kebutuhan fisik,psikospiritual, sosial dan kebutuhan lingkungan yang memfasilitasinyaseperti alat monitor dan laporan verbal atau non verbal, kebutuhan yangberhubungan dengan ukuran secara patofisiologi, kebutuhan pendidikandan dukungan, dan kebutuhan akan konseling financial dan intervensi(Tomey & Alligood, 2006).

    Kolcaba (2003), menilai kenyaman dengan membuat struktur taksonomiyang bersumber pada tiga tipe kenyamanan yaitu reliefe, ease, dantranscendence. Kolcaba mengaitkan ketiga tipe kenyamanan tersebutdengan empat pengalaman kenyaman yaitu fisik, psikospiritual,lingkungan, dan sosial. Relief yaitu status ketidaknyamanan yang dimilikimenjadi berkurang atau status terpenuhinya kebutuhan kenyaman spesifik.Ease adalah tidak adanya ketidaknyamanan spesifik. Sedangkantranscendence yaitu kemampuan untuk bangkit diatas ketidaknyamananketika ketidaknyamanan yang ada tidak dapat dihindari atau dihilangkan.

    Empat konsep sentral dalam paradigma keperawatan yaitu manusia ataupasien, kesehatan, lingkungan dan keperawatan. Teori kenyamananmemandang keperawatan adalah pengkajian yang inten tentang kebutuhankenyamanan untuk mengatasi kebutuhan tersebut, dan menilai kembalikenyamanan pasien setelah pelaksanaan tindakan kenyamanan kemudiandibandingkan denan keadaan sebelumnya. Manusia atau pasien adalahindividu atau keluarga yang membutuhkan perawatan kesehatan.Lingkungan adalah pengaruh eksternal yang dapat dimanipulasi untukmeningkatkan kenyamanan. Kesehatan adalah fungsi optimal dari

    Pengaruh pemberian..., Ayu Yuliani Sekriptini, FIK UI, 2013

  • 41

    Universitas Indonesia

    komunitas, pasien, keluarga yang dapat dicapai dengan memperhatikankebutuhan kenyamanan.

    Konsep teori kenyamanan adalah kebutuhan kenyaman, intervensikeyamanan (comfort care), intervening variables, peningkatan kenyaman,healt seeking behavior (HSBs) dan intergritas institusional. Seluruhkonsep tersebut terkait dengan pasien dan keluarga. Comfort ataukenyamanan adalah pengalaman langsung yang diperkuat dengankebutuhan relief, ease, dan trascendece terkait dengan empat pengalamanyaitu fisikal psikospiritual, lingkungan dan sosiokultural (Kolcaba, 2003).Comfort care adalah filosofi perawatan kesehatan yang berdasarkan fisik,psikospiritual, sosiokultural, dan lingkungan yang nyaman bagi pasien.Comfort care mempunyai 3 komponen yaitu intervensi yang sesuai dantepat waktu, model keperawatan yang perhatian adan empati, berfokuspada kenyaman pasien. Comfort measures adalah intervensi yang sengajadirancang untuk meningkatkan kenyamanan pasien atau keluarga. Comfortneeds adalah kebutuhan akan rasa nyaman relief, ease, dan transcendendalam konteks pengalaman manusia secara fisik, psikospiritual,sosiokultural dan lingkungan. HSBs adalah perilaku pasien atau keluargayang terlibat secara sadar atau tidak sadar, menggerakkan mereka ke arahkesejahteraan. HSBs dapat ekternal, internal atau kematian yang damai.Integritas institusional adalah kondisi sarana perawatan kesehatan yangmenyeluruh, jujur, professional dan beretika. Intervening variabel adalahfaktor positif taupun negatif yang sedikit sekali dapat dikontrol olehperawat atau institusi tetapi berpengaruh langsung kesuksesan rencanaintervensi kenyamanan (Kolcaba & DiMarco, 2005; Kolcaba, 2003).

    Pengaruh pemberian..., Ayu Yuliani Sekriptini, FIK UI, 2013

  • 42

    Universitas Indonesia

    Sumber : Kolcaba 2003Gambar 2.6. Kerangka konseptual teori kenyamanan

    Kerangka konsep diatas mejelaskan proposition adalah pernyataan yangmenghubungkan antar konsep. Berikut ini adalah proposition teorikenyamanan; 1) perawat mengidentifikasi kebutuhan kenyamanan pasiendan anggota keluarga, khususnya kebutuhan yang tidak dapat dipenuhioleh suppor system eksternal, 2) perawat menyusun rencana keperawatanuntuk memenuhi kebutuhan kenyamanan, 3) intervening variablesdiperhitungkan dalammerancang intervensi, 4) intervensi yan efektif dandilakukan dengan penuh caring yang hasilnya akan langsung terlihatsebagai pengingkatan rasa nyaman. Intervensi ini disebut comfortmeasures. Sedangkan comfort care akan mengkaitkan semua komponen,5) pasien dan perawat sepakat tentang HSBs yang diinginkan, 6) bilakenyamanan tercapai, pasien dan anggota keluarga terikat oleh HSBs yangakan meningkatkan kenyamanan lebih lanjut, 7) bila pasien dan keluargatelah memiliki HSBs yang kuat sebagai hasil dari comfort care, perawatdan keluarga akan lebih puas dengan pelayanan kesehatan, dan 8) bilaperawat dengan pelayanan puas terhadap institusi pelayanan, masyarakatakan mengetahui kontribusi institusi tersebut terhadap program kesehatanpemerintah. Institusi menjadi lebih baik terpandang dan berkembang(Kolcaba, 2003).

    2.4.2. Aplikasi comfort theory pada keperawatan anakComfort theory diterapkan dalam beberapa kondisi pasien seperti pasienpenderia kanker payudara stadium awal, pasien dengan kondisi

    Pengaruh pemberian..., Ayu Yuliani Sekriptini, FIK UI, 2013

  • 43

    Universitas Indonesia

    inkontinensia urin, pada perawatan peri dan intra operatif, unit luka bakar,kondisi individu dengan keterbelakang mental dan keperawatan pada bayibaru lahir (Kolcaba & DiMarco). Kolcaba menyatakan teori kenyamananmeliputi tiga alasan logis yang terdiri dari induction, deduction, danretroduction, lebih jelas dapat dilihat pada kerangka konsep Kolcaba 2. 2berikut ini :

    Skema 2.1 Aplikasi Comfort Theory pada Keperawatan Anak

    Sumber: Kolcba & DiMarco (2005)Skema di atas menggambarkan hubungan antara konsep-konsep pentingdalam teori comfort. Baris 1 menggambarkan konsep teori secara umumdan merupakan tingkat tertinggi yang bersifat abstrak dan setiap barisberikutnya lebih bersifat konkret. Baris 2 adalah tingkat praktik comfortpada kasus perawatan anak. Baris 3 adalah cara dimana masing-masingkonsep dilaksanakan.

    Aplikasi comfort theory dalam penanganan nyeri akibat tindakan invasifpengambilan darah pada anak dapat diuraikan bahwa aspek health care

    Pengaruh pemberian..., Ayu Yuliani Sekriptini, FIK UI, 2013

  • 44

    Universitas Indonesia

    need yaitu anak memiliki kebutuhan rasa nyaman selama prosedur invasifdilakukan. Aspek nursing intervention yaitu pemberian intervensi nonfarmakologis berupa pemberian madu yang merupakan bagian intervensikeperawatan untuk memenuhi kebutuhan rasa nyaman. Tahapperkembangan dan kehadiran orang tua merupakan interventing variabelyang per