jurnal kependudukan di indonesia

22
PENDAHULUAN Sudah tidak asing lagi permasalahan yang berada di Indonesia ini dari tahun ketahun masalah kependudukan cukup prihatin terhitung dari 1971 Jumlah penduduk mencapai 119.208.229 Penduduk.Pada tahun 1980 jumlah penduduk mencapai 147.490.298 penduduk, pada tahun 1990 jumlah penduduk mencapai 179.378.446 penduduk.tahun 2000 jumlah penduduk mencapai 206.264.595 penduduk dan pada tahun 2010 jumlah penduduk mencapai 237.6411.326 penduduk.laju pertumbuhan penduduk Indonesia dari tahun ketahun mencapai 1,49 % peningkatan dari tahun sebelumnya. Dari peningkatan laju Pertumbuhan penduduk dari tahun ketahunnya jumlah angka kemiskinan juga sangat dominan,sehingga banyaknya angka kemiskinan yang mengakibatkan rakyat sengsara dan kelaparan.faktor dari itu semua ,diakibatkan karena angka buta huruf pada masa itu sehingga dampak dari itu banyaknya angka pengangguran. Selain itu dampak dan penyebab dari kepadatan penduduk adalah : 1. Urbanisasi ( Perpindahan penduduk dari desa ke kota ) Masalah urbanisasi ini mungkin sulit untuk ditangani karena banyaknya angka kemiskinan yang mengakibatkan perpindahan dari desa ke kota untuk menjadi lebih baik. 2. Tingkat Kelahiran Tinggi Pada masa kepemimpinan soeharto (orde baru) ada sebuah program baru yang di beri nama BKKBN,yang dimana program ini dibuat dengan tujuan mengurangi jumlah populasi yang hidup di indonesia,selain itu untuk meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat dalam kekeluargaanya dan agar pria/wanita yang ingin menikah sudah mempunyai planning dalam perencanaan keluarganya nanti. dalam program KB ini menganjurkan setiap 1

Upload: operator-warnet-vast-raha

Post on 26-Jul-2015

67 views

Category:

Career


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Jurnal kependudukan di indonesia

PENDAHULUAN

Sudah tidak asing lagi permasalahan yang berada di Indonesia ini dari tahun ketahun masalah

kependudukan cukup prihatin terhitung dari 1971 Jumlah penduduk mencapai 119.208.229

Penduduk.Pada tahun 1980 jumlah penduduk mencapai 147.490.298 penduduk, pada tahun

1990 jumlah penduduk mencapai 179.378.446 penduduk.tahun 2000 jumlah penduduk

mencapai 206.264.595 penduduk dan pada tahun 2010 jumlah penduduk mencapai

237.6411.326 penduduk.laju pertumbuhan penduduk Indonesia dari tahun ketahun mencapai

1,49 % peningkatan dari tahun sebelumnya.

Dari peningkatan laju Pertumbuhan penduduk dari tahun ketahunnya jumlah angka

kemiskinan juga sangat dominan,sehingga banyaknya angka kemiskinan yang mengakibatkan

rakyat sengsara dan kelaparan.faktor dari itu semua ,diakibatkan karena angka buta huruf

pada masa itu sehingga dampak dari itu banyaknya angka pengangguran.

Selain itu dampak dan penyebab dari kepadatan penduduk adalah :

1.      Urbanisasi ( Perpindahan penduduk dari desa ke kota )

Masalah urbanisasi ini mungkin sulit untuk ditangani karena banyaknya angka kemiskinan

yang mengakibatkan perpindahan dari desa ke kota untuk menjadi lebih baik.

2.      Tingkat Kelahiran Tinggi

Pada masa kepemimpinan soeharto (orde baru) ada sebuah program baru yang di beri nama

BKKBN,yang dimana program ini dibuat dengan tujuan mengurangi jumlah populasi yang

hidup di indonesia,selain itu untuk meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat dalam

kekeluargaanya dan agar pria/wanita yang ingin menikah sudah mempunyai planning dalam

perencanaan keluarganya nanti. dalam program KB ini menganjurkan setiap keluarga hanya

dibolehkan memiliki 2 anak saja karena 2 anak terasa lebih baik.

3.      Kemacetan

Masalah kemacetan ini disebabkan karena jumlah kendaraan melebihi kapasitas jalan atau

ketidak seimbangan kepadatan pemukiman penduduk.

KATA KUNCI

Populasi,Penduduk,Kemiskinan,Kelaparan,Pengangguran,Urbanisasi,Kelahiran (Program

KB), Kemacetan,Transportasi.

1

Page 2: Jurnal kependudukan di indonesia

PEMBAHASAN

Keadaan Penduduk Indonesia

Pertumbuhan penduduk di Indonesia tidak selalu mengalami pertumbuhan positif. Hal ini

dapat dilihat di tahun 1990 dan 2000,Indonesia mengalami pertumbuhan penduduk yang

negatif. Pada tahun1990 laju pertumbuhan penduduk sebesar -0,22 persen. Hal ini

dikarenakan pemerintah berhasil menekan angka pertumbuhan penduduk di tahun tersebut

dengan program Keluarga Berencana (KB).

Pada tahun 2000 laju pertumbuhan penduduk sebesar -3,69 persen yang disebabkan oleh

perubahan perhitungan sensus yang tidak menghitung populasi penduduk timor-timur,

sehingga penduduk berkurang.Hal ini dapat dilihat pada gambar 4.1, pada gambar tersebut

jumlahpengangguran cenderung mengalami pertambahan, begitu juga dengan jumlah

penduduk, walaupun pertumbuhan cenderung stabil tetapi jumlah dari penduduk Indonesia

selalu bertambah (hanya pada tahun 1990 dan 2000 yang mengalami penurunan jumlah

penduduk). Kecenderungan searah ini mengindikasikan bahwa bertambahnya jumlah

penduduk secara tidak langsung berhubungan dengan bertambahnya pengangguran.

Variasi Manusia di Indonesia

Adanya pembagian ras merupakan bukti dari variasi biologis pada manusia.Kajian mengenai

variasi manusia di Indonesia pernah dilakukan oleh dua peneliti, yaitu Jacob (1967) dan

Glinka (1981). Dalam tulisannya, Jacob (1974)menyebutkan bahwa secara keseluruhan,

terdapat dua kelompok yang merupakan subras dari ras Melayu, yaitu:Australomelanesoid

dan Mongoloid.

Secara garis besar, klasifikasi ras di Indonesia dapat dikatakan bahwa di sebelah barat dan

utara Indonesia terdapat unsur -unsur Mongoloid, tetapi unsur Australomelanesoid juga

masih ada (Jacob, 1974:392). Kondisi yang ada sekarang menunjukkan pergeseran unsur

Mongoloid lebih ke timur, beberapa arus balik dari timur ke barat, dengan tempat

percampuran primer di perbatasan antara keduanya, yait u daerah Wallacea. Di samping itu

unsur -unsur Mongoloid dari utara sedikit demi sedikit masih terus bergerak ke arah selatan

(Jacob, 1974:393 -394).

Glinka membuat lima pengelompokan ras utama yang ada di Indonesia, yaitu: Negrito,

Protomalayid,Dayakid, De uteromalayid dan Madagassian2. Dari kelima ras tersebut,

terdapat dua ras yang kurang lebih sama dengan klasifikasi menurut Jacob. Ras Protomalayid

ini kurang lebih sama dengan Australomelanesoid, dan ras Deuteromalayid kurang lebih

sama dengan Mongoloid. Senada dengan penjelasan Jacob, Glinka(1981:108) menyatakan

bahwa elemen Mongoloid dari waktu ke waktu, semakin memberi pengaruh terhadap

pembentukan variasi, dan semakin meluas ke arah selatan dan timur. Elemen Mongoloid ini

semakin menyebar karena adany a migrasi yang terjadi secara kontinyu. Diferensiasi dan

variasi tercipta ketika isolasi terbentuk antara populasi satu dengan populasi lain.

2

Page 3: Jurnal kependudukan di indonesia

Dengan menggunakan perspektif dan metode berbeda, kedua penelitian di atas menghasilkan

klasifikasi yang berbeda pula. Penelitian Jacob menggunakan temuan kerangka prasejarah

(material arkeologis) sebagai sumber datanya, sedang penelitian Glinka mengambil data dari

populasi -populasi manusia yang masih hidup (hidup dalam masa Modern).

Pemukiman Kemiskinan.

Kemiskinan merupakan dilema terbesar yang dihadapi penduduk di abad 21. Menurut

perkiraan sekitar 42% atau 2.6 miliar manusia akan hidup dalam kemiskinan [1]. Sebenarnya

konteks kemiskinan tidak hanya diukur dari penghasilan (income poverty), tetapi juga kondisi

rumah yang buruk dan kumuh, serta kekurangan bahan kebutuhan pokok, sehingga terkadang

kemiskinan ‘memiliki banyak dimensi’. Bahkan jumlah penduduk dan pemukiman miskin di

Indonesia diperkirakan akan bertambah pada 2010. UN-HABITAT [4] menyatakan sekitar

60% penduduk Indonesia tinggal di pemukiman miskin pada wilayah perkotaan. Pemukiman

miskin adalah pemukiman padat dengan karakteristik penduduk mengalami kekurangan

untukmemenuhi kebutuhan dasar dan rumah [4]. Motivasi munculnya pemukiman miskin

adalah ketersediaan lapangan pekerjaan, kemudahan lokasi pasar dan pusat perbelanjaan

untuk pemenuhan kebutuhan hidup, kedekatan dengan wilayah industri dan komersial, akses

layanan publik, akses jaringan transportasi umum dan ketersediaan air.

Sebagai data penelitian dengan menggunakan bentuk indikator spasial pada wilayah miskin

yang diekstraksi dari citra RS. Indikator spasial digunakan untuk memahami heterogenic tas

wilayah pemukiman miskin.Indikator tersebut digolongkan berdasarkan karakteristik tertentu

seperti kepadatan roof coverage,sedikitnya jaringan jalan, dan bentuk pemukiman yang tidak

teratur

Karakteristik lokasi-lokasi berkembangnya pemukiman miskin pada data spasial adalah

sebagai berikut:

o   Pola tata ruang

Rencana pola tata ruang wilayah pembangunan lahan dan alokasi pemukiman yang kurang

baik,tidak ada ruang terbuka dan jalan yang menimbulkan kecenderungan bentuk dan ukuran

yang tidak teratur. Sebaliknya alokasi perumahan yang teratur memiliki ruang terbuka yang

lebih menonjol.

o   Struktur rumah.

Perumahan padat cenderung memiliki struktur ukuran yang lebih kecil dan bersebelahan/

berhimpitan.

o   Batas rumah.

Pemukiman rumah yang spontan tanpa perencanaan memiliki bentuk batasan polygon yang

tidak teratur.

o   Cluster dan penyebaran pemukiman .

3

Page 4: Jurnal kependudukan di indonesia

Tanpa perencanaan yang jelas menyebabkan ketidakseimbangan, tidak meratanya cluster

populasi padat di satu sisi dan populasi yang jarang di sisi lainnya, tidak ada wilayah vegetasi

dan ruang wilayah publik yang cukup.

o   Bentuk reflektance atau radiasi.

Umumnya wilayah pemukiman informal memiliki bentuk radiasi yang berbeda karena

degradasi alam, ukuran bangunan dan sifat material bangunan yang mudah rusak sehingga

terlihat lebih gelap.

o   Atribut lokasi.

Biasanya pemukiman padat terletak di perkotaan,dekat wilayah komersial dan industri

sebagai daya tarik utama urbanisasi serta mencari tempat tinggal yang dekat dengan tempat

kerja. Selain itu, pemukiman ini sering ditemukan pada zona berbahaya seperti sekitar aliran

sungai, sepanjang rel kereta api, di bawah jembatan layang, dan dekat tempat pembuangan

sampah.

Kemiskinan Di Indonesia

Ketika membicarakan kemiskinan pada dasarnya perlu dipahami penyebab utamanya yang

nanti nya rujukan pada pembahasan-pembahasan berikutnya,Secara garis besar kemiskinan

dapat di sebabkan oleh Manajemen dan jugapemimpin.

Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan

dasar seperti makanan , pakaian , tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan

dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses

terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang

memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya

dari segi moral dan evaluatif,dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang

telah mapan.

Di indonesia sendiri kemiskinan merupakan hal yang sangat perlu dibahas dimana angkat

kemiskinan yang masih sangat rentang, pada dasarnya  menyebabkan kemiskinan bisa terjadi,

yaitu kemiskinan alami dan kemiskinan buatan. Kemiskinan alami terjadi akibat sumber daya

alam (SDA) yang terbatas, penggunaan teknologi yang rendah dan bencana alam.

Kemiskinan Buatan diakibatkan oleh imbas dari para birokrat kurang berkompeten dalam

penguasaan ekonomi dan berbagai fasilitas yang tersedia, sehingga mengakibatkan susahnya

untuk keluar dari kemelut kemiskinan tersebut. Dampaknya, para ekonom selalu gencar

mengkritik kebijakan pembangunan yang mengedepankan pertumbuhan ketimbang dari

pemerataan.

Usaha pemerintah dalam penanggulanangan masalah kemiskinan sangatlah serius,bahkan

merupakan salah satu program yang di prioritas, program-program tersebut yang nantinya

mengarap persoalan kemiskinan dan pengangguran yang meresahkan selama ini.

4

Page 5: Jurnal kependudukan di indonesia

Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia

Kebijakan penanggulangan kemiskinan menurut Sumodiningrat (1996) dalam Achma Hendra

Setiawan (2011) digolongkan dalam 3 (tiga) kelompok,yaitu:

1. Kebijakan yang secara tidak langsung mengarah pada sasaran tetapi memberikan dasar

tercapainya suasana yang mendukung kegiatan social ekonomi penduduk miskin.

2. Kebijakan yang secara langsung mengarah pada peningkatan kegiatan ekonomi kelompok

sasaran.

3. Kebijakan khusus yang menjangkau masyarakat miskin dan daerah terpencil melalui upaya

khusus.

Secara garis besar, kebijakan penanggulangan kemiskinan di Indonesia dapat dibedakan

antara sebelum krisis ekonomi tahun 1998 dengan sesudah krisis ekonomi tahun 1998.

Sebelum krisis ekonomi tahun 1998, kebijakan penanggulangan kemiskinan dilakukan

melalui Program Inpres Desa Tertinggal (IDT), sedangkan setelah krisis eknomi 1998

diperkenalkan program-program yang terangkum dalam Jaring Pengaman Sosial (JPS).

Usaha Dalam Menangani Kelaparan

Selama ini pemerintah India sudah beusaha menangani kelaparan dengan berbagai cara baik

langsung maupun tak langsung, yang antara lain dapat diamati sebagai berikut:

1. Kebijakan pertanian yang baik

Pemerintah India menganggap produktivitas yang rendah di sektor pertanian disebabkan

beberapa faktor:

o   Buta huruf, keterbelakangan sosial ekonomi yang umum, lambatnya kemajuan dalam

mengimplementasikan reformasi pertanahan dan tidak cukupnya atau tidak efisiennya servis

keuangan dan pemasaran produksi pertanian

o   Rata-rata ukuran kepemilikan lahan cukup sempit (kurang dari 20,000 m²) dan terjadi

karena fragmentasi akibat land ceiling acts dan dalam beberapa kasus,sengketa keluarga.

Kepemilikan lahan yang sempit dapat menghasilkan pengangguran tersamar dan

produktivitas kerjasama yang rendah.

o   Penerapan langsung dari sistem agrikultur modern dan penggunaan teknologi tidak cukup,

dihambat oleh diabaikannya praktek tertentu, biaya yang tinggi dan secara tidak

langsungkasus kepemilikan lahan yang sempit

o   Fasilitas irigasi yang tidak cukup yang ditunjukkan oleh fakta bahwa hanya 53,6 % tanah

yang mendapatkan irigasi di tahun 2000 – 2001 yang menyebabkan petani hanya tergantung

pada air hujan, terutama pada musim hujan. Musim hujan yang baik akan menghasilkan

pertumbuhan ekonomi yang meningkat secara keseluruhan sedangkan musim hujan yang

burung menyebabkan terhambatnya pertumbuhan.Kredit pertanian berasal dari NABARD

yang berdasarkan undang-undnag merupakan agen pembangunan desa di subkontinen India

5

Page 6: Jurnal kependudukan di indonesia

Oleh karena itu pemerintah India harus segera mencari solusi terhadap rendahnproduktivitas

pertanian seperti dengan proteksi terhadap produk pertanian semasalah-masalah pertanian

yang disebabkan oleh WTO

2. Subsidi langsung kepada masyarakat yang malnutrisi

selama ini tentunya pemerintah India maupun LSM telah mencari cara untukmengatasi

kelaparan seperti misalnya membantu dengan memberikan bantuanmakanan atau dana secara

langsung, tetapi hal itu tidak dapat menyelesaikanpermasalahan masyarakat secara

keseluruhan

Kondisi Ketenagakerjaan Di Indonesia

Ledakan jumlah penduduk yang terjadi di Indonesia ternyata dibarengi dengan meningkatnya

jumlah angkatan kerja yang tersedia,serta tingginya angka pengangguran yang muncul.

Kondisi ini dapat dilihat pada Lampiran A yang menggambarkan kondisi ketenagakerjaan di

Indonesia yang mulai mengalami pertumbuhan pada tahun 1994 yang mencapai 5,46 persen

dan sebelum tahun tersebut pengangguran Indonesia berada di 1-2 persen saja. Setelah tahun

1994 pengangguran di Indonesia mengalamikenaikan-kenaikan yang besar (diatas 5 persen).

Tingkat pengangguran terbesar terjadi pada tahun 2006 yang mencapai 10,27 persen dengan

jumlah pengangguran mencapai 10.932.000 jiwa. Pada tahun 2007 tingkat pengangguran

mencapai 9,11 persen dengan jumlah pengangguran mencapai 10.011.142 jiwa.

Berdasarkan gambar 4.2, dapat dilihat grafik batang yang menggambarkan jumlah angkatan

kerja dan jumlah pengangguran. Pada data tersebut mencerminkan hubungan yang cenderung

searah, yaitu kenaikan, hal ini mengindikasikan bertambahnya jumlah angkatan kerja akan

menambah jumlah pengangguran.Menurut Siti Wahyuni (Kepala SubBagian Program) Dinas

Tenaga Kerja dan Transmigrasi hal ini disebabkan pertambahan penduduk tidak dibarengi

oleh meningkatnya kapasitas produksi dan kompetensi tenaga kerja serta peluang kerja yang

tersedia tidak sesuai dengan kemampuan si pekerja,sehingga penduduk dan angkatan kerja

yang bertambah hanya akan menambah jumlah pengangguran.

Gambaran mengenai kondisi ketenagakerjaan di Indonesia tersebut mencerminkan

perekonomian yang terhambat. Dengan semakin tingginya angka pengangguran yang terjadi,

maka akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi yang rendah sebagai akibat dari

rendahnya pendapatan per kapita dari masyarakat ditinjau dari sudut individu,pengangguran

menimbulkan berbagai masalah ekonomi dan sosial yang dapat mengakibatkan penurunan

pada pengeluaran konsumsinya. Jika keadaan pengangguran di suatu negara sangat buruk,

maka kekacauan politik dan sosial selalu berlaku dan menimbulkan efek yang buruk terhadap

kesejahteraan masyarakat dan prospek pembangunan ekonomi dalam jangka panjang

(Sadono, Sukirno,1994).

6

Page 7: Jurnal kependudukan di indonesia

Proses Urbanisasi dari Sisi Ekonomi

1. Kawasan urbanisasi jika 50% dari,  

o   Kontribusi  produk  domestic  regional  di sektor non-agrikultur 

o   Tenaga  kerja  bekerja  disektor  non-agrikultur 

2. Kawasan semi-urbanisasi II jika, 

o   Kontribusi  produk  domestic  regional di  sektor  nonagrikultur  kurang  dari dari 50% 

o   Tenaga  kerja  bekerja  disektor  non-agrikultur lebih dari 50% 

3. Kawasan semi-urbanisasi I jika, 

o   Kontribusi  produk  domestic  regional  di sektor nonagrikultur lebih dari 50% 

o   Tenaga  kerja  bekerja  disektor  non-agrikultur kurang dari 50% 

4. Kawasan tidak-terurbanisasi jika 50%, 

o   Kontribusi  produk  domestic  regional di sektor agrikultur  

Tenaga  kerja  bekerja  disektor agrikultur 

Kebijakan Kependudukan Dibidang Kesehatan

Pembangunan bidang kesehatan diantaranya bertujuan agar semua lapisan masyarakat

memperoleh pelayanan kesehatan secara mudah, murah dan merata.Upaya itu diharapkan

dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang lebih baik. Political will pemerintah

tersebut dinyatakan ke dalam berbagai usaha,seperti penyuluhan kesehatan, penyediaan

fasilitas umum seperti puskesmas,posyandu, pondok bersalin, penyediaan air bersih dan

sebagainya.

Dalam era otonomi daerah, layanan program di atas harus terjangkau dan dampak positifnya

dirasakan masyarakat. Di sini semua komponen meliputi penyiapan, pengolahan dan

penyajian data penduduk; penyusunan kebijakan,perencanaan program, penganggaran,

pelaksanaan, monitor, dan evaluasi program harus dilakukan secara terpadu dan

terkoordinasi.

Wilayah kerja layanan dan peranan aparatur pemerintah daerah pada masyarakat terjangkau

dengan cepat dan mudah. Partisipasi masyarakat mudah diorganisasikan setiap waktu,

hubungan dan kerjasama pemerintah daerah dan masyarakat dalam menyusun dan

melaksanakan kebijakan dapat dilakukan dengan baik, dan peranan legislatif dalam

mendukung dan mengontrol pelaksanaan program layanan pada masyarakat berlangsung

optimal. Gambaran pelaksanaan otonomi daerah tersebut dapat terwujud, jika tersedia data

kependudukan untuk kesehatan yang akurat, terpercaya dan rinci.

Pengalaman menunjukkan indikator kesehatan dalam pembangunan kesehatan tahun 1981

dan 1982 tidak berubah, namun tahun 1983 mangalami perubahan. Indikator-indikator

tersebut mencakup: penilaian masyarakat terhadap pelayanan kesehatan (SUSENAS BPS,

1982), cara dan tempat pengobatan (Sensus Penduduk 1980, SUSENAS, BPS, 1981),

perkiraan kematian bayi menurut propinsi (Proyeksi PendudukIndonesia, BPS,1980-

7

Page 8: Jurnal kependudukan di indonesia

2000),angka kematian umur kurang dari lima tahun menurut diagnose penyebab

penyakit(Survei Kesehatan Rumah Tangga,Depkes,1980), angkakesakitan menurut umur di

atas 5 tahun, dan angka kematian penyakit menular.

Keadaan kesehatan masyarakat diukur dengan menggunakan indicator derajat kesehatan,

indikator umum dan lingkungan, dan indikator upaya kesehatan.Indikator derajat kesehatan

dinilai dengan melihat angka kesakitan (sesaat,jatuh sakit, penyakit khusus, kelompok umur),

kematian (bayi, ibu, dansebab khusus), kecacatan dan angka harapan hidup (BPS,1998).

Indikator umum dan lingkungan yang berpengaruh terhadap derajat kesehatan mencakup

indikator sosial ekonomi: yaitu indikator demografi (angka kelahiran, kematian, pertumbuhan

penduduk, kepadatan penduduk, sex ratio).Indikator ekonomi meliputi GDP/Pendapatan per

kapita,distribusipendapatan,penyediaan pangan, dan kesempatan kerja; penting untuk melihat

Kemampuan penduduk dalam mencari pelayanan kesehatan,hidup sehat dan alokasi biaya

pelayanan kesehatan.Indikator pendidikan meliputi tingkat melek hurufwanita dewasa,

tingkat

peserta sekolah;sebagai dasar untuk perbaikan perilaku kesehatan.

Electronic Road Pricing

Electronic Road Pricing (ERP) menurut Wikipedia adalah “an electronic toll collection

scheme adopted in Singaporeto manage traffic by road pricing, and as a usage-based taxation

mechanism to complement the purchase-based Certificate of Entitlement system".

Pemerintah Singapura yang telah menerapkan sistem ini mendefinisikan ERP sebagai "an

electronic system of road pricing based on a pay-as-you-use principle. It is designed to be a

fair system as motorists are charged when they use the road during peak hours".

Sistem Electronic Road Pricing (ERP) merupakan sistem pungutan kemacetan menggunakan

kartu elektronik.Sistem ini membebankan sejumlah biaya kepada pemilik kendaraan karena

akan melewati suatu jalur tertentu sebab kendaraannya berpotensi menyebabkan kemacetan

pada waktu tertentu.Penggunaan sistem ini pernah dilontarkan oleh mantan Gubernur

Sutiyoso pada November 2006,

dan sekarang menjadi sebuah wacana yang akan diimplementasikan oleh Gubernur DKI

Jakarta (Fauzi Bowo). Menurutnya, sistem ini sangat cocok untuk diberlakukan di Jakarta dan

telah sejalan dengan kebijakan transportasi makro di DKI Jakarta melalui peraturan daerah

tentang pembatasan kawasan lalu lintas. Melalui sistem ini, diharapkan dapat mengurangi

pemakaian kendaraan pribadi, dan penduduk beralih menggunakan kendaraan umum. Jumlah

kendaraan pribadi di Jakarta mencapai 98% pengguna jalan, sedangkan kendaraan umum

hanya mengisi dua persen sisanya. Dengan kondisi ini, pembatasan kendaraan pribadi dapat

terlaksana hanya jika bersamaan dengan ketersediaan sarana transportasi publik (kendaraan

umum) yang memadai, baik jumlah maupun kualitasnya.

8

Page 9: Jurnal kependudukan di indonesia

Pemerintah provinsi DKI Jakarta saat ini masih terus mengkaji untuk mematangkan system

tersebut. Penerapan sistem ERP berupa pungutan kemacetan ini pertama-tama akan dicoba

untuk diterapkan pada jalan-jalan strategis dan menguntungkan secara ekonomis. Pemprov

DKI Jakarta pun telah mendatangkan tenaga ahli dari Jepang untuk melakukan kajian

mendalam mengenai hal ini, termasuk dampaknya terhadap lingkungan dan keuntungan

kualitas udara yang akan diperoleh. Kajian tersebut diperkirakan selesai tahun 2009, dan

aplikasinya dimulai tahun 2010 dengan penerapan pertama pada koridor I busway.

Diperkirakan pada tahun 2013 ketujuh koridor telah dapat menerapkan sistem ERP ini.Dewan

Provinsi Jakarta sendiri telah membahas dan memberikan sinyal persetujuan untuk

menerapkan sistem ini. Namun masih belum dapat diketahui dengan pasti, berapa jumlah

retribusi yang harus dikenakan pada pengguna jalan serta bagaimana mekanisme pengelolaan

hasil keuangannya.

Electronic Road Pricing atau dikenal pula sebagai Congestion Pricing telah sukses

diaplikasikan di Singapura,Stockholm, London, Oslo dan beberapa kota lain. Masyarakat

Transportasi Indonesia (MTI) pun menyatakan bahwa ERP bisa dijadikan salah satu alternatif

solusi untuk mengatasi permasalahan kemacetan di kota-kota besar di Indonesia, seperti

Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan dan Makassar.

Road Pricing di Singapura

Singapuar telah mengimplementasikan sistem ERP sejak tahun 1975, dengan cara

pengawasan manual oleh polisi lalulintas pada kawasan di sekitar pusat kota. Pada September

1998, sistem tersebut ditingkatkan dengan teknologi Electronic Toll Collection (ETC).

Penerapan sistem ini oleh Land Transport Authority (LTA) dilaksanakan setelah melakukan

suatu perencanaan yang hati-hati dan uji coba yang berhasil. Biaya retribusi yang dibayar

oleh pengguna jalan merupakan bagian dari pemberlakukan suatu paket sistem pembatasan

kepemilikan yang tegas,yang diberlakukan karena keterbatasan lahan di negara tersebut.

Sistem ini dilakukan sebagai suatu kebutuhan kompetitif secara ekonomi dan untuk

menghindari kemacetan lalu lintas yang banyak terjadi di kota-kota besar di dunia. Salah satu

aspek kunci dari pengelolaan lalu lintas di Singapura adalah pembatasan kepemilikan

kendaraan, baik dengan cara meninggikan biaya kepemilikan atau pun pembatasan

pertumbuhan jumlah kendaraan. Cara ini telah

mengikutsertakan pula pajak jalan tahunan yang tinggi serta biaya registrasi kendaraan.

Selain biaya fiskal yang yang tinggi, ketersediaan kendaraan bermotor di Singapura pun telah

diatur sejak tahun 1990 melalui Sistem Kuota Kendaraan (vehicle quota system). Biayabiaya

terkait lainnya seperti pajak bahan bakar (50% dari harga jual) serta, biaya parkir yang

tinggi, digunakan sebagai alat oleh pemerintah setempat dalam pelaksanaan sistem

pembatasan ini selanjutnya. Bersamaan dengan pelaksanaan system tersebut, pemerintah

setempat pun telah mempersiapkan sistem transportasi publik dan menerapkan sistem “park-

9

Page 10: Jurnal kependudukan di indonesia

and-ride”. Dengan begitu, warga yangmembutuhkan sarana transportasi dapat mengaksesnya

dengan mudah. Dengan kata lain, strategi transportasi dan perkotaan di Singapura adalah

memberi kemudahan transportasi publik pada warganya dengan implikasi pembatasan

kepemilikan kendaraan pribadi yang tegas. Hasilnya, walaupun negeri ini memiliki

pendapatan perkapita yang tertinggi di Asia, namun hanya kurang dari 30% warganya yang

memiliki kendaraan prbadi.

Pembatasan Kendaraan Dengan Nomor Ganjil Atau Genap

Pengaturan penggunaan jalan untuk nomor plat kendaraan ganjil dan genap ini pernah

mencuat sebagai alternative untuk mengatasi kemacetan di Jakarta. Jumlah populasi

kendaraan bernomor ganjil diperkirakan sekitar 50% dan kendaraan genap juga 50%. Secara

matematis, jika sistem ini diberlakukan maka akan mempengaruhi secara signifikan jumlah

kendaraan yang menggunakan jalan-jalan di Jakarta pada waktu yang bersamaan. Dengan

begitu,kemacetan di DKI Jakarta dapat terkurangi sekitar 50%. Jika dihitung dan dikaitkan

dengan populasi kendaraan seperti di atas, maka semestinya sistem pembatasan kendaraan

dengan nomor ganjil dan genap ini bisa diterapkandan merupakan salah satu pilihan yang

tepat.

Kendaraan pribadi dengan plat nomor ganjil dan genap bergantian menggunakan jalan-jalan

yang mengalami kemacetan. Pengecualian dapat diberikan pada kendaraan umum, polisi,

ambulan, pemadam kebakaran serta lain-lain yang melayani kepentingan publik. Kendaraan

milik perusahaan diperbolehkan berjalan dengan adanya izin dari instansi terkait misalnya

berupa stiker khusus yang dapat diperoleh setelah pemenuhan persyaratan oleh perusahaan

yang bersangkutan, dan dibatasi misalnya satu mobil per perusahaan atau sesuai dengan

proporsi antara karyawan dan kebutuhan mobilitas/pengangkutan yang

diperlukan.Pemberlakuan sistem pengaturan nomor plat ganjil dan genap ini pernah oleh kota

Beijing pada saat penyelenggaraan Olimpiade di bulan Agustus 2008. Hasilnya adalah jalan

raya di kota Beijing bebas dari kemacetan parah dan udara pun lebih bersih dibanding hari-

hari biasa.

Pemberlakuan Nomor Ganjil dan Genap di Kota Beijing

Untuk mengatasi kemacetan di Kota Beijing akibat menumpuknya kendaraan di jalan raya,

pemerintah setempat memberlakukan larangan dan kebebasan bagi kendaraan melintas di

jalan raya dengan berpatokan pada nomor plat ganjil dan nomor plat genap. Kendaraaan

dengan nomor polisi yang angka terakhirnya genap atau ganjil memiliki hari-hari tertentu di

mana mobil tersebut tidak boleh dipergunakan.

Apabila kendaraan ini terlihat digunakan, maka pengemudi mobil tersebut akan ditindak

sesuai hukum yang berlaku. Kebijakan ini muncul pada saat kota Beijing menjadi tuan rumah

Olimpiade pada bulan Agustus 2008 dan diterapkan kembali sejak tanggal 11 Oktober

10

Page 11: Jurnal kependudukan di indonesia

2008.Tujuannya semata-mata bukan saja mengurangi kepadatan lalu lintas, namun juga

menciptakan udara kota yang bersih. Dengan ketentuan tersebut, beberapa kendaraan milik

pemerintah, juga kendaraan milik perusahaan swasta

dan pribadi, diharapkan akan "hilang" dari peredaran di jalan raya selama adanya ketentuan

itu.Ketentuan yang berlaku adalah mobil yang memiliki plat nomor akhir angka 1 dan 3

hanya boleh melintas pada hari

Senin, sementara kendaraan dengan plat nomor akhir 2 dan 4 hanya boleh melintas pada hari

Selasa.

Kendaraan dengan plat nomor akhir 5 dan 7 hanya boleh melintas pada hari Rabu, plat nomor

akhir 6 dan 8 hanya boleh melintas pada hari Kamis dan plat nomor akhir 9 dan 0 hanya

boleh melintas pada hari Jumat. Sedangkan pada hari Sabtu dan Minggu semua pemilik mobil

pribadi diijinkan untuk menggunakan mobil pribadinya. Bagi pengendara atau pemilik mobil

yang melanggar ketentuan itu, akan dikenakan denda sebesar 100 yuan atau sekitar

US$14,7.Ketentuan larangan melintas di jalan raya bagi mobil pribadi dilakukan selama

enam bulan (hingga 10 April 2009) dan tidak berlaku untuk kendaraan polisi, ambulans,

pemadam kebakaran, bis, taksi, serta kendaraan lain untuk layanan masyarakat. Dengan

pengaturan ini, pemerintah Beijing mengharapkan 800 ribu kendaraan tidak melintas di jalan

raya, sehingga kemacetan dan tentu saja udara bersih bisa tercipta. "Adanya ketentuan ini

diharapkan bisa mengurangi kepadatan arus lalu lintas hingga 6,5% dan memperlancar arus

kendaraan melintas di ring keempat setidaknya delapan persen," tutur Wang Zhaorong,

seorang pejabat senior di Komite Komunikasi Kotamadya Beijing, seperti dikutip oleh

Xinhua.

Sebelum dilakukan penerapan ketentuan baru itu, pemerintah setempat telah melakukan

sosialisasi kepada masyarakat baik melalui media cetak maupun elektronik, sehingga pemilik

kendaraan tidak terkejut dan melanggar ketentuan baru tersebut. Untuk mensosialisasikan

pengaturan ini, maka polisi lalu lintas hanya memberikan peringatan melalui mulut kepada

para pelanggar selama satu minggu pertama dan tidak mengenakan denda uang.Pada minggu

berikutnya barulah peraturan ini diberlakukan sebagaimana mestinyaDengan pemberlakuan

sistem pengaturan ini, maka pada saat berlangsungnya olimpiade dan paralimpik, kepadatan

arus lalu lintas menurun hingga 21,2% dan rata-rata kecepatan berkendaraan pada saat jam

sibuk meningkat 25,8% yaitu menjadi 30,2 kilometer per jam. Polusi di kota Beijing pun bisa

ditekan cukup siginifikan, yakni mengurangi hampir 12 ribu ton emisi yang dikeluarkan oleh

kendaraan bermotor.

Sekalipun diberlakukan larangan melintas bagi mobil untuk plat nomor tertentu, tapi

pemerintah setempat tidak memberlakukannya secara semena-mena.Pemerintah telah

menyediakan sarana transportasi umum massal yang memadai,sehingga masyarakat pemilik

kendaraan pribadi tidak bertambah susah dengan pemberlakuan pembatasan kendaraan

tersebut. Wakil kepala komite komunikasi kotamadya Beijing (Zhou Zhengyu), mengatakan

11

Page 12: Jurnal kependudukan di indonesia

bahwa pemerintah telah menyediakan sarana transportasi massal yang memadai dan nyaman

misalnya dengan cara memperpanjang jam operasi bis umum dan kereta bawah tanah,

sehingga masyarakat tidak perlu khawatir dengan ketentuan itu. Layanan transportasi publik

benar-benar ditingkatkan baik kualitas maupun kuantitasnya ketika sistem tersebut

diberlakukan.

Pembatasan Usia Kendaraan

Ketua Organisasi Angkutan Darat DKI Jakarta (Herry Rotti) menyatakan bahwa pembatasan

kendaraan pribadi sebenarnya sudah ada dalam peraturan daerah. Namun Pemprov DKI

Jakarta masih dihadapkan pada dilema untuk mengimplementasikannya. Bila usia kendaraan

dibatasi, maka akan banyak kontra dari masyarakat yang mempunyai kendaraan berusia di

atas 10-15 tahun. Kendaraan-kendaraan yang berusia di atas 10-15 tahun tidak

diperkenankan menggunakan jalan-jalan di kota Jakarta. Lalu, harus kemana kendaraan-

kendaraan tersebut? Pada sejumlah negara yang menerapkan pembatasan usia kendaraan,

pemerintah membeli kendaraan-kendaraan yang usianya melampaui batas tertentu tersebut.

Untuk itu pemerintah harus memiliki cadangan dana yang cukup besar untuk membeli

kembali kendaraan yang dinilai sudah kadaluwarsa. Kalau pemerintah ternyata tak sanggup

membelinya, maka kebijakan itu hanya akan merugikan masyarakat dan menimbulkan

kekacauan sosial.

12

Page 13: Jurnal kependudukan di indonesia

PENUTUP

Ketika aturan/sistem pembatasan kendaraan pribadi akan diimplementasikan, maka

transportasi public juga harus sudah siap untuk melayani masyarakat, setidaknya dengan

kenyamanan dan biaya yang mendekati biaya yang harus ditanggung oleh masyarakat jika

menggunakan kendaraan pribadi. Dengan begitu, penggunaan kendaraan umum dapat

menjadi pilihan yang setara dengan penggunaan kendaraan pribadi. Sistem transportasi

publik yang berjalan mantap akan mendukung pemberlakuan system pembatasan kendaraan,

sehingga pengguna kendaraan pribadi bisa beralih menggunakan transportasi publik.

13

Page 14: Jurnal kependudukan di indonesia

DAFTAR PUSTAKA

Fitriya Niken Ariningsih Alumnus, Departemen Antropologi, FISIP, Universitas

Airlangga, Surabaya. Variasi Biologis Populasi Manusia.

Afrizal Woyla Saputra Zaini | KEMISKINAN DI INDONESIA

Nugroho, Gunarso Dwi.. Modul Globalisasi. Banyumas, CV. Cahaya Pustaka,2006

Achma Hendra Setiawan. 2011. PEREKONOMIAN INDONESIA. Semarang:Badan

Penerbit Universitas Diponegoro.

14

Page 15: Jurnal kependudukan di indonesia

15