jurnal kajian yuridis perlindungan hukum pemegang polis … · kajian yuridis perlindungan hukum...

17
JURNAL KAJIAN YURIDIS PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG POLIS ASURANSI JIWA PADA PERUSAHAAN ASURANSI YANG PAILIT Untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mencapai derajat S-1 pada Program Studi Ilmu Hukum Oleh : AHMAD SAPRIADI D1A 012 023 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MATARAM MATARAM 2017

Upload: others

Post on 13-Sep-2019

16 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: JURNAL KAJIAN YURIDIS PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG POLIS … · kajian yuridis perlindungan hukum pemegang polis asuransi jiwa pada perusahaan asuransi yang pailit ahmad sapriadi d1a012023

JURNAL

KAJIAN YURIDIS PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG POLIS ASURANSI JIWA

PADA PERUSAHAAN ASURANSI YANG PAILIT

Untuk memenuhi sebagian persyaratan

untuk mencapai derajat S-1 pada

Program Studi Ilmu Hukum

Oleh :

AHMAD SAPRIADI

D1A 012 023

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MATARAM

MATARAM

2017

Page 2: JURNAL KAJIAN YURIDIS PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG POLIS … · kajian yuridis perlindungan hukum pemegang polis asuransi jiwa pada perusahaan asuransi yang pailit ahmad sapriadi d1a012023

LEMBAR PENGESAHAN

KAJIAN YURIDIS PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG POLIS ASURANSI JIWA

PADA PERURAHAAN ASURANSI YANG PAILIT

Oleh :

AHMAD SAPRIADI

D1A 012 023

Menyetujui,

Pembimbing Utama

Dr. Hj. Sumiati Ismail, SH., MM, MH.

NIP. 195404081988032001

Page 3: JURNAL KAJIAN YURIDIS PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG POLIS … · kajian yuridis perlindungan hukum pemegang polis asuransi jiwa pada perusahaan asuransi yang pailit ahmad sapriadi d1a012023

KAJIAN YURIDIS PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG POLIS ASURANSI JIWA

PADA PERUSAHAAN ASURANSI YANG PAILIT

AHMAD SAPRIADI

D1A012023

Fakultas Hukum Universitas Mataram

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan upaya yang dapat ditempuh oleh pemegang

polis pada asuransi yang pailit. Adapun metode yang digunakan adalah normatif. Upaya hukum

yang dapat ditempuh oleh pemegang polis untuk memperoleh haknya apabila perusahaan

asuransi dinyatakan pailit sesuai dengan ketentuan Pasal 26 ayat (1) Undang-Undang No. 37

Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU adalah dengan mengajukan permohonan pembayaran

klaim asuransi kepada kurator, karena dengan adanya pernyataan pailit, segala hak dan

kewajiban perusahaan asuransi menurut ketentuan pasal 1 ayat (1) Undang-Undang No. 40

Tahun 2014 tentang Peransuransian dan isi perjanjian dalam polis telah diambil alih oleh kurator.

Kata kunci : perlindungan, pemegang polis, pailit

JURIDICAL OF LEGAL PROTECTION OF POLICYHOLDERS LIFE INSURANCE ON A

BANKRUPTY INSURANCE COMPANY

ABSTRACT

This study aims to explain the efforts that can be taken by policyholders on insolvent

insurance. The method used is normative. Legal remedies which can be taken by the policyholder

to obtain their rights if the insurer is declared bankrupt in accordance with the provisions of

Article 26 paragraph (1) of Law no. 37 of 2004 concerning Bankruptcy and PKPU is to apply for

payment of insurance claim to the curator, because with the existence of bankrupt statement, all

rights and obligations of insurance company according to the provisions of article 1 paragraph

(1) of Law no. 40 Year 2014 on the Insurance and the contents of the agreement in the policy has

been taken over by the curator.

Keywords: protection, policyholder, bankruptcy

Page 4: JURNAL KAJIAN YURIDIS PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG POLIS … · kajian yuridis perlindungan hukum pemegang polis asuransi jiwa pada perusahaan asuransi yang pailit ahmad sapriadi d1a012023

i

I. PENDAHULUAN

Kedudukan para nasabah asuransi, khususnya mengenai perlindungan

hukum terutama berkaitan dengan klaim mereka, dapat diperhatikan melalui

perjanjian asuransi. Asuransi dalam terminologi hukum merupakan suatu perjanjian,

oleh karena itu sendiri perjanjian itu perlu dikaji sebagai acuan menuju pada

pengertian perjanjian asuransi. Perjanjian asuransi itu diadakan dengan maksud

untuk memperoleh suatu kepastian atas kembalinya keadaan (ekonomi) sesuai

dengan semula sebelum terjadi peristiwa.1

Ketidakjelasan mengenai pengaturan kedudukan pemegang polis dalam

Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004, apakah sebagai kreditur preferen atau

sebagai kreditur konkuren. Sebab dalam Pasal 137 ayat (2) menyatakan:

“Semua piutang yang dapat ditagih dalam waktu 1 (satu) tahun setelah

putusan pernyataan pailit diucapkan, wajib diperlakukan sebagai piutang yang dapat

ditagih pada tanggal tersebut”.

Ini terlihat bahwa pemegang polis yang mana jatuh tempo atau resiko yang

menjadi objek pengalihan dalam perjanjian asuransinya itu terjadi dalam waktu 1

(satu) tahun setelah tanggal putusan pernyataan pailit diucapkan dapat digolongkan

sebagai kreditur preferen. Sedangkan dalam Pasal 137 ayat (3) menyatakan: “Semua

piutang yang dapat ditagih setelah lewat 1 (satu) tahun setelah tanggal putusan

pernyataan pailit diucapkan”. Maka terlihat bahwa pemegang polis yang mana jatuh

1 Isnandar Syahputra Nasution, Kewenangan Pengajuan Permohonan Pailit Terhadap

Perusahaan Asuransi, Tesis Magister Ilmu Hukum Universitas Diponegoro, Semarang, 2009, hlm.

20

Page 5: JURNAL KAJIAN YURIDIS PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG POLIS … · kajian yuridis perlindungan hukum pemegang polis asuransi jiwa pada perusahaan asuransi yang pailit ahmad sapriadi d1a012023

ii

tempo atau resiko yang menjadi objek pengalihan dalam perjanjian asuransinya itu

terjadi setelah lewat 1 (satu) tahun setelah tanggal putusan pernyataan pailit

diucapkan dapat digolongkan sebagai kreditur konkuren.

Sedangkan dalam ketentuan UU Peransuransian (UU No. 40 Tahun 2014)

pada Pasal 52 ayat (1) dan (2) yang berbunyi: 1. Dalam hal Perusahaan Asuransi,

Perusahaan Asuransi syariah, Perusahaan Reasuransi, atau Perusahaan Reasuransi

Syariah dipailitkan atau dilikuidasi, hak Pemegang Polis, Tertanggung, atau Peserta

atas pembagian harta kekayaannya mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dari

pada pihak lainnya. 2. Dalam hal Perusahaan Asuransi atau Perusahaan Reasuransi

dipailitkan atau dilikuidasi, Dana Asuransi harus digunakan terlebih dahulu untuk

memenuhi kewajiban kepada para Pemegang Polis, Tertanggung, atau pihak lain

yang berhak atas manfaat asuransi.

Menurut ketentuan di atas, jelas bahwa kedudukan pemegang polis baik

yang polisnya telah jatuh tempo (telah terjadi evenemen) atau yang polisnya belum

jatuh tempo (belum terjadi evenemen) sama-sama berkedudukan sebagai kreditur

preferen. Dari ketentuan Pasal 137 ayat (2) dan (3) UUK jelas terjadi pertentangan

norma dengan Pasal 52 ayat (1) dan (2) UU Peransuransian mengenai kedudukan

pemegang polis dalam hal perusahaan asuransi dinyatakan pailit oleh Pengadilan

Niaga.

Page 6: JURNAL KAJIAN YURIDIS PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG POLIS … · kajian yuridis perlindungan hukum pemegang polis asuransi jiwa pada perusahaan asuransi yang pailit ahmad sapriadi d1a012023

iii

Maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana

pengaturan hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian Asuransi Jiwa? 2.

Bagaimana upaya hukum yang dapat ditempuh pemegang polis untuk memperoleh

hak-haknya? 3. Bagaimana perlindungan pemegang polis asuransi jiwa pada

Perusahaan Asuransi yang pailit? Untuk menjelaskan pengaturan hak dan kewajiban

para pihak dalam perjanjian Asuransi Jiwa. Untuk menjelaskan upaya hukum yang

dapat ditempuh pemegang polis untuk memperoleh hak-haknya. Untuk menjelaskan

perlindungan pemegang polis pada Perusahaan asuransi yang pailit. Untuk

menghasikan jawaban yang sesuai dengan permasalahan di atas, maka jenis

penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian normatif, di mana penelitian

normatif disebut juga penelitian hukum doktrinal.2

2 Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, Raneka Cipta, Jakarta, 2010, hlm. 33

Page 7: JURNAL KAJIAN YURIDIS PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG POLIS … · kajian yuridis perlindungan hukum pemegang polis asuransi jiwa pada perusahaan asuransi yang pailit ahmad sapriadi d1a012023

iv

II. PEMBAHASAN

Pengaturan Hak Dan Kewajiban Para Pihak Dalam Perjanjian Asuransi jiwa

Dalam Pasal 255 KUHD disebutkan bahwa: “suatu pertanggungan harus

dibuat secara tertulis dalam suatu akta yang dinamakan polis.” Ketentuan tersebut

memberikan kesan seolah-olah perjanjian asuransi jiwa harus dibuat secara tertulis

sebagai syarat mutlak. Padahal polis bukanlah syarat mutlak adanya perjanjian

asuransi jiwa, tetapi hanyalah merupakan alat bukti adanya perjanjian.

Hal tersebut dijelaskan dalam Pasal 257 KUHD, yang menyatakan bahwa:

“perjanjian pertanggungan diterbitkan setelah ia ditutup, hak-hak dan

kewajiban-kewajiban bertimbal balik dari si penanggung dan si tertanggung mulai

berlaku semenjak itu, bahkan sebelum polis ditandatangani.”

Dalam hal ini berarti bahwa walaupun tidak ada polis (polis belum terbit),

perjanjian asuransi jiwa tetap berlaku apabila telah ditutup (telah ada persesuaian

kehendak), telak melaksanakan hak dan kewajiban dan dapat dibutikan dengan

bukti-bukti lain, misalnya dengan kwitansi pembayaran premi.3

Dalam perjanjian asuransi jiwa para pihak yaitu pemegang polis,

penanggung dan tertunjuk (penikmat asuransi) mempunyai hak dan kewajiban

masing-masing. Adapun hak dan kewajiban yang dimaksud antara lain sebagai

berikut:

3 Arthur Samosir, Kekuatan Hukum Polis Asuransi Jiwa Perorangan Pada Asuransi Jiwa

Bumi Asih Jaya Cabang Medan, Skripsi Fak. Hukum Sumut, Medan, 2009, hlm. 61

Page 8: JURNAL KAJIAN YURIDIS PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG POLIS … · kajian yuridis perlindungan hukum pemegang polis asuransi jiwa pada perusahaan asuransi yang pailit ahmad sapriadi d1a012023

v

Hak dan Kewajiban Pemegang Polis

Hak-hak dari pemegang polis antara lain:4

Hak untuk mendapatkan ganti kerugian apabila terjadi evenemen. Menurut

Pasal 1 ayat (1) (huruf b) UU No. 40 Tahun 2014 menyatakan:

“memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya

tertanggung atau pembayaran yang didasarkan pada hidupnya tertanggung

dengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan dan/atau didasarkan pada

hasil pengelolaan dana.”

Berdasarkan ketentuan tersebut pembayaran uang santunan kepada pemegang

polis atau tertunjuk wajib dilaksanakan oleh penanggung apabila telah terjadi

evenemen (meninggalnya tertanggung) sebagai timbal balik atas premi yang

dibayarkan oleh pemegang polis.

Hak untuk mendapatkan jumlah pertanggungan apabila tidak terjadi

evenemen dalam masa asuransi. Pada masa asuransi jiwa berakhir tanpa terjadi

evenemen, pemegang polis atau tertunjuk berhak mendapatkan pengembalian

sejumlah uang tertentu dari penanggung sesuai dengan perjanjian dalam polis.

Ketentuan tersebut diatur dalam Pasal 1 ayat (1) huruf b UU No. 40 Tahun 2014

yang menyatakan:

“……memberikan pembayaran yang didasarkan pada hidupnya tertanggung

dengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan dan atau didasarkan atass

hasil pengelolaan dana”.

Sedangkan kewajiban-kewajiban dari pemegang polis atau pengambil

asuransi antara lain: 1). Kewajiban membayar premi kepada penanggung. Ketentuan

4 Ibid, hlm. 72

Page 9: JURNAL KAJIAN YURIDIS PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG POLIS … · kajian yuridis perlindungan hukum pemegang polis asuransi jiwa pada perusahaan asuransi yang pailit ahmad sapriadi d1a012023

vi

mengenai kewajiban membayar premi bagi pemegang polis asuransi kepada

penanggunng diatur dalam Pasal 246 KUHD dan Pasal 1 ayat (1) UU

Peransuransian. Premi merupakan kewajiban pemegang polis untuk membayarnya

kepada penanggung sebagai kontraprestasi dari ganti kerugian atau uang santunan

yang akan penanggung berikan padanya, premi merupakan syarat esensial dalam

perjanjian asuransi.5 2). Kewajiban untuk memberikan keterangan-keterangan yang

diperlukan oleh penanggung dengan iktikad baik. Adanya ketentuan yang

mewajibkan kepada pemegang polis supaya memberitahukan tentang keadaan objek

yang akan diasuransikannya dengan dilandasi iktikad baik dapat disimpulkan dari

Pasal 251 KUHD, yang berbunyi:6

“Setiap keterangan yang keliru atau tidak benar, ataupun setiap tidak

memberitahukan hal-hal yang diketahui oleh tertanggung, betapapun itikad

baik ada padanya, yang demikian sifatnya sehingga seandainya penanggung

telah mengetahui keadaan yang sebenarnya, perjanjian itu tidak dapat ditutup

atau tidak ditutup dengan syarat-syarat yang sama, mengakibatkan batalnya

asuransi.”

Hak dan Kewajiban Penanggung

Hak-hak penanggung antara lain:7 a. Menuntut pembayaran premi kepada

pemegang polis sesuai dengan perjanjian (Pasal 1 ayat (1) UU Peransuransian). b.

Meminta keterangan yang benar dan lengkap kepada pemegang polis/tertanggung

yang berkaitan dengan objek yang diasuransikan kepadanya (Pasal 251 KUHD). c.

5 Man Suparman Sastrawidjaja, Aspek-aspek Hukum Asuransi dan Surat Berharga, Cet. 2,

Alumni, Bandung, 2003, hlm. 32 6 Ibid, hlm. 44 7 Ibid, hlm. 22

Page 10: JURNAL KAJIAN YURIDIS PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG POLIS … · kajian yuridis perlindungan hukum pemegang polis asuransi jiwa pada perusahaan asuransi yang pailit ahmad sapriadi d1a012023

vii

Melakukan asuransi kembali kepada penanggung yang lain, dengan untuk membagi

risiko yang dihadapinya.

Sedangkan yang menjadi kewajiban penanggung antara lain:8 1. Membayar

uang pertanggungan kepada pemegang polis apabila telah berakhir masa asuransi

dan kepada pihak yang tertunjuk dalam polis apabila si tertanggung meninggal

dunia. 2. Menandatangani dan menyerahkan polis kepada pemegang polis (Pasal

259, 260 KUHD)

Hak Tertunjuk

Dalam perjanjian asuransi jiwa, tertunjuk adalah orang yang ditunjuk oleh

pemegang polis dan tercantum namanya dalam polis sebagai orang yang berhak

menerima pembayaran uang pertanggungan dalam hal terjadi evenemen. Apabila

terjadi evenemen tertunjuk berhak mengajukan klaim kepada penanggung untuk

menerima manfaat asuransi berupa santunan sejumlah uang sesuai dengan jumlah

manfaat yang sudah ditentukan dalam polis.

Upaya Hukum Yang Dapat Ditempuh Oleh Pemegang Polis Untuk

Memperoleh Hak-haknya Dalam Hal Kepailitan Perusahaan Asuransi

Dalam hal debitur adalah perusahaan asuransi, permohonan pernyataan pailit

hanya dapat diajukan oleh Otoritas Jasa Keuangan kepada Pengadilan Niaga sesuai

ketentuan Pasal 50 ayat (1) Undang-Undang Peransuransian. Terhitung sejak

kepailitan diputuskan, debitur pailit tidak lagi berhak melakukan pengurusan atas

harta kekayaannya. Oleh karena itu, untuk melidungi kepentingan baik debitur pailit

8 Arthur Samosir, Op.cit, hlm. 74-75

Page 11: JURNAL KAJIAN YURIDIS PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG POLIS … · kajian yuridis perlindungan hukum pemegang polis asuransi jiwa pada perusahaan asuransi yang pailit ahmad sapriadi d1a012023

viii

itu sendiri maupun pihak ketiga yang berhubungan hukum dengan debitur pailit

sebelum pernyataan pailit dijatuhkan, Undang-Undang Kepailitan dan PKPU telah

menunjuk Kurator sebagai satu-satunya pihak yang akan menangani seluruh

kegiatan pemberesan termasuk pengurusan harta pailit. Secara umum hal tersebut

dinyatakan dalam ketentuan Pasal 26 ayat (1) Undang-Undang Kepailitan dan

PKPU yang berbunyi:

“Tuntutan mengenai hak dan kewajiban yang menyangkut harta pailit harus

diajukan oleh atau terhadap Kurator”.9

Maka sesuai dengan ketentuan Pasal 26 ayat (1) UU Kepailitan dan PKPU

tersebut, upaya hukum yang dapat ditempuh pemegang polis apabila perusahaan

asuransi dinyatakan pailit oleh Pengadilan Niaga untuk mendapatkan hak-haknya

berupa pembayaran dari piutangnya, yaitu pemegang polis asuransi dapat menuntut

hak yang menyangkut harta pailit dengan mengajukan klaim asuransi kepada

kurator yang tata caranya sama seperti pengajuan klaim pada perusahaan asuransi

karena adanya pernyataan pailit oleh Pengadilan Niaga atas permohonan Otoritas

Jasa Keuangan mengakibatkan segala hak dan kewajiban perusahaan asuransi untuk

melaksanakan perjanjian menurut ketentuan Pasal 1 ayat (1) UU Peransuransian dan

ketentuan dalam polis asuransi telah diambil alih oleh kurator.

Setelah adanya putusan pailit dari Pengadilan Niaga, kurator akan

menentukan pembagian pembayaran utang-utang Debitur pailit kepada Kreditur

menurut besar kecilnya jumlah piutang masing-masing. Pembayaran utang-utang

9 Gunawan Widjaja, Risiko Hukum dan Bisnis Perusahaan Pailit, Cet.1, Gorum Sahabat,

Jakarta, 2009, hlm. 87

Page 12: JURNAL KAJIAN YURIDIS PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG POLIS … · kajian yuridis perlindungan hukum pemegang polis asuransi jiwa pada perusahaan asuransi yang pailit ahmad sapriadi d1a012023

ix

tersebut akan dibayar menurut kedudukannya berdasarkan sifat piutang masing-

masing Kreditur, baik Kreditur preferen, Kreditur konkuren, maupun Kreditur

separatis.

Perlindungan Hukum Pemegang polis Asuransi Jiwa Dalam Kasus Kepailitan

Dalam hal kepailitan Perusahaan Asuransi, jaminan perlindungan terhadap

pemegang polis asuransi telah diatur secara tegas dalam UU Peransuransian (UU

No. 40 Tahun 2014) pada Pasal 52 ayat (1) dan (2) yang berbunyi:

(1) Dalam hal Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi syariah, Perusahaan

Reasuransi, atau Perusahaan Reasuransi Syariah dipailitkan atau dilikuidasi, hak

Pemegang Polis, Tertanggung, atau Peserta atas pembagian harta kekayaannya

mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dari pada pihak lainnya.

(2) Dalam hal Perusahaan Asuransi atau Perusahaan Reasuransi dipailitkan atau

dilikuidasi, Dana Asuransi harus digunakan terlebih dahulu untuk memenuhi

kewajiban kepada para Pemegang Polis, Tertanggung, atau pihak lain yang

berhak atas manfaat asuransi.

Menurut ketentuan Pasal 52 ayat (1) UU Peransuransian, kedudukan para

pemegang polis asuransi dalam memperoleh pembayaran piutang menjadi tegas

yaitu pemegang polis berkedudukan sebagai kreditur preferen yang artinya dalam

pembagian harta kekayaan, pemegang polis mendapatkan pelunasan terlebih dahulu

dari pada kreditur lainnya.

Menurut ketentuan Pasal 52 ayat (2) UU Peransuransian, dana asuransi yaitu

kumpulan dana yang berasal dari premi yang dibentuk untuk memenuhi kewajiban

yang timbul dari polis yang diterbitkan atau dari klaim asuransi. Ketika perusahaan

asuransi dipailitkan maka pembagian dana asuransi harus digunakan terlebih dahulu

Page 13: JURNAL KAJIAN YURIDIS PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG POLIS … · kajian yuridis perlindungan hukum pemegang polis asuransi jiwa pada perusahaan asuransi yang pailit ahmad sapriadi d1a012023

x

untuk memenuhi kewajiban pembayaran klaim kepada pemegang polis yang berhak

atas manfaat asuransi.

Sejalan dengan ketentuan Pasal 52 ayat (1) dan (2) UU Kepailitan tersebut,

dalam hal terjadi kepailitan pada perusahaan asuransi ini pemegang polis yang

berhak atas manfaat asuransi dijamin dengan polis asuransi yang mana pada isi

polis tersebut telah memuat banyak hal terkait pelaksanaan hak dan kewajiban

terutama mengenai pembayaran ganti kerugian dan pembayaran sejumlah uang

kepada pemegang polis.

Bila merujuk pada ketentuan di atas jelaslah bahwa UU Peransuransian dan

polis asuransi telah memberikan perlindungan hukum yang tegas dan jelas karena

telah menempatkan pemegang polis pada kedudukan yang lebih tinggi dari pada

pihak lain yaitu sebagai kreditur istimewa (preferen) dalam hal memperoleh

pelunasan piutang pada mekanisme pembagian harta kekayaan perusahaan asuransi

yang pailit. Hal ini sejalan dengan ketentuan dalam polis asuransi jiwa yang

tertuang pada syarat-syarat umum polisnya bahwa pembayaran manfaat asuransi

kepada pemegang polis harus segera dilakukan setelah pemegang polis mengajukan

klaim.

Keberadaan Pasal 52 ayat (1) dan (2) yang mengatur perihal kepailitan

perusahaan asuransi ini tidak perlu dipertentangkan lagi dengan UU Kepailitan. Hal

ini sejalan dengan asas hukum yang berlaku, yakni asas lex specialis derogat lex

generalis, di mana ketentuan Pasal 52 ayat (1) dan (2) UU Peransuransian sebagai

Page 14: JURNAL KAJIAN YURIDIS PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG POLIS … · kajian yuridis perlindungan hukum pemegang polis asuransi jiwa pada perusahaan asuransi yang pailit ahmad sapriadi d1a012023

xi

ketentuan atau aturan hukum khusus harus dikedepankan pelaksanaannya dengan

cara mengabaikan (mengenyampingkan) ketentuan hukum umum yang tertuang

dalam UU Kepailitan, karena UU Peransuransian sendiri secara khusus telah

mengatur dan menempatkan kedudukan pemegang polis secara tegas sebagai

kreditur yang diutamakan atau didahulukan pembayaran hak-haknya (preferen).

Namun perlu diingat bahwa kedudukan pemegang polis yang dimaksud di

atas tentu saja sebagai kreditur preferen yang istimewa (privilege), bukan kreditur

preferen yang separatis, karena pemegang polis bukan pemegang jaminan

kebendaan seperti, gadai, hipotik, atau fidusia. Jadi ketentuan KUHPerdata dan UU

Kepailitan harus tunduk kepada ketentuan Pasal 52 ayat (1) dan (2) UU

Peransuransian bila terjadi kepailitan suatu perusahaan asuransi.

Page 15: JURNAL KAJIAN YURIDIS PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG POLIS … · kajian yuridis perlindungan hukum pemegang polis asuransi jiwa pada perusahaan asuransi yang pailit ahmad sapriadi d1a012023

xii

III. PENUTUP

Simpulan: Berdasarkan dari hasil pembahasan di atas, maka penulis dapat menarik

suatu simpulan sebagai berikut: (1) Pengaturan hak dan kewajiban para pihak dalam

perjanjian asuransi jiwa menurut hukum positif di Indonesia, diatur dalam Kitab

Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) dan Undang-Undang Nomor 40 Tahun

2014 tentang Peransuransian. Selain itu juga terdapat pengaturan yang diatur secara

lebih khusus dan rinci dalam perjanjian asuransi jiwa yang dicantumkan pada polis

asuransi. (2) Upaya hukum yang dapat ditempuh oleh pemegang polis untuk

memperoleh haknya apabila perusahaan asuransi dinyatakan pailit sesuai dengan

ketentuan Pasal 26 ayat (1) Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan

dan PKPU adalah dengan mengajukan permohonan pembayaran klaim asuransi

kepada kurator, karena dengan adanya pernyataan pailit, segala hak dan kewajiban

perusahaan asuransi menurut ketentuan pasal 1 ayat (1) Undang-Undang No. 40

Tahun 2014 tentang Peransuransian dan isi perjanjian dalam polis telah diambil alih

oleh kurator. (3) Perlindungan yang diberikan kepada pemegang polis asuransi jiwa

dalam kasus kepailitan yaitu dijaminnya kedudukan pemegang polis dalam hal

terjadi kepailitan terhadap perusahaan asuransi yang telah diatur secara tegas di

dalam Pasal 52 ayat (1) dan (2) UU Peransuransian yaitu, pemegang polis

berkedudukan sebagai kreditur yang diutamakan (preferen) dalam hal memperoleh

pengembalian premi dari harta kekayaan perusahaan asuransi yang pailit dan

Page 16: JURNAL KAJIAN YURIDIS PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG POLIS … · kajian yuridis perlindungan hukum pemegang polis asuransi jiwa pada perusahaan asuransi yang pailit ahmad sapriadi d1a012023

xiii

terlebih lagi bagi para pemegang polis yang berhak atas manfaat asuransi dijamin

dengan polis asuransi untuk memperoleh pembayaran klaim mereka.

SARAN: (1) Untuk memberikan perlindungan yang optimal kepada pemegang

polis, maka disarankan kepada perusahaan asuransi untuk menjelaskan isi polis

kepada pemegang polis. Dan disarankan juga kepada pemegang polis untuk

membaca dengan teliti isi polis agar tidak menimbulkan permasalahan dikemudian

hari. (2) Mengenai upaya hukum pemegang polis dalam hal terjadi kepailitan

asuransi yang di dalam UU Kepailitan dan UU Peransuransian belum diatur secara

jelas dan tegas, untuk kedepannya diharapkan pemerintah membuat aturan yang

lebih eksplisit lagi yang mengatur mengenai upaya hukum bagi pemegang polis

dalam kepailitan asuransi. (3) Perlindungan terhadap pemegang polis untuk

mendapatkan hak-haknya pada kepailitan perusahaan asuransi ini, hendaknya

kurator sebagai orang yang berwenang mengurus semua harta kekayaan perusahaan

asuransi harus memperhatikan isi perjanjian dalam polis asuransi supaya

pelaksanaan kewajiban perusahaan asuransi kepada pemegang polis bisa terlaksana

dengan baik.

Page 17: JURNAL KAJIAN YURIDIS PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG POLIS … · kajian yuridis perlindungan hukum pemegang polis asuransi jiwa pada perusahaan asuransi yang pailit ahmad sapriadi d1a012023

DAFTAR PUSTAKA

Ashshofa ,Burhan, Metode Penelitian Hukum, Raneka Cipta, Jakarta, 2010.

Nasution, Isnandar Syahputra, Kewenangan Pengajuan Permohonan Pailit

Terhadap Perusahaan Asuransi,Tesis Magister Ilmu Hukum Universitas

Diponogoro, Semarang, 2009.

Samosir, Arthur, Kekuatan Hukum Polis Asuransi Jiwa Perorangan Pada

Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya Cabang Medan, Skripsi Fakultas Sumut,

Medan, 2009.

Sastrawidjaja, Man Suparman dan Endang, Hukum Asuransi, Cet. 2, Alumni,

Bandung, 2003.

Widjaja, Gunawan, Resiko Hukum dan Bisnis Perusahaan Pailit, Ce. 1, Gorum

Sahabat, Jakarta, 2009.