bab ii tinjauan teoritis 2.1 pengertian pajak ii.pdfperusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan...

21
5 BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Pajak Pajak merupakan penerimaan negara yang paling utama, untuk itu pajak merupakan hal yang paling penting dalam meningkatkan pembangunan nasional dan pelaksanaan pemerintahan. Pengertian pajak menurut Mardiasmo (2011) adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak sebagai berikut. 1) Pajak dipungut berdasarkan Undang-undang serta aturan pelaksanaanya yang bersifat dapat dipaksaan. 2) Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi atau jasa timbal individual oleh pemerintah. 3) Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. 4) Pajak dipergunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum pemerintah.

Upload: phamtruc

Post on 17-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Pajak II.pdfperusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil ... Penghasilan dari usaha berbasis syariah. ... mengatur mengenai

5

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Pengertian Pajak

Pajak merupakan penerimaan negara yang paling utama, untuk itu pajak

merupakan hal yang paling penting dalam meningkatkan pembangunan nasional dan

pelaksanaan pemerintahan.

Pengertian pajak menurut Mardiasmo (2011) adalah iuran rakyat kepada kas

negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat

jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan

untuk membayar pengeluaran umum.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri yang melekat

pada pengertian pajak sebagai berikut.

1) Pajak dipungut berdasarkan Undang-undang serta aturan pelaksanaanya yang

bersifat dapat dipaksaan.

2) Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi atau

jasa timbal individual oleh pemerintah.

3) Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

4) Pajak dipergunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum

pemerintah.

Page 2: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Pajak II.pdfperusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil ... Penghasilan dari usaha berbasis syariah. ... mengatur mengenai

6

2.2 Pajak Penghasilan

1) Pengertian Pajak Penghasilan

Setiap wajib pajak yang memperoleh atau mendapat penghasilan dalam

tahun pajak akan dikenakan pajak penghasilan sesuai dengan subjeknya. Pajak

Penghasilan di Indonesia mengacu pada Undang-undang No.7 tahun 1983 yang

telah disempurnakan dengan Undang-undang No.7 tahun 1991, Undang-undang

No.10 tahun 1994, Undang-undang No.17 tahun 2000 dan terakhir Undang-

undang No.36 tahun 2008. Pajak penghasilan merupakan pajak yang dikenakan

atas penghasilan, baik penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau

perorangan maupun badan yang berada didalam negeri dan atau di luar negeri,

yang terhutang selama tahun pajak.

2) Subjek Pajak Penghasilan

Pajak penghasilan dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang

diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Menurut Pasal 2 ayat 1 Undang-

undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, yang menjadi subjek

pajak adalah.

(1) Orang pribadi dan warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan

menggantikan yang berhak.

(2) Badan.

(3) Bentuk usaha tetap.

Selain itu, subjek pajak dibedakan menjadi subjek pajak dalam negeri dan

subjek pajak luar negeri.

3) Tidak Termasuk Subjek Pajak Penghasilan

Page 3: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Pajak II.pdfperusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil ... Penghasilan dari usaha berbasis syariah. ... mengatur mengenai

7

Berdasarkan Pasal 3 ayat (1) Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008

tentang Pajak Penghasilan, yang tidak termasuk subjek pajak adalah sebagai

berikut.

(1) Badan perwakilan negara asing.

(2) Pejabat-pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat-pejabat

lain dari negara asing dan orang-orang yang diperbantukan kepada

mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama-sama mereka

dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan di Indonesia tidak

menerima atau memperoleh penghasilan di luar jabatan atau pekerjaannya

tersebut serta negara bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik.

(3) Organisasi-organisasi internasional yang ditetapkan dengan Keputusan

Menteri Keuangan.

(4) Pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan

dengan Keputusan Menteri Keuangan.

4) Objek Pajak Penghasilan

Pasal 4 ayat (1) menyebutkan bahwa yang menjadi objek pajak adalah

penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau

diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar

Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan

Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apa pun,

termasuk berikut.

Page 4: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Pajak II.pdfperusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil ... Penghasilan dari usaha berbasis syariah. ... mengatur mengenai

8

(1) Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang

diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium,

komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk

lainnya, kecuali ditentukan lain dalam Undang-undang ini.

(2) Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan.

(3) Laba usaha.

(4) Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk.

(5) Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai

biaya dan pembayaran tambahan pengembalian pajak.

(6) Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan

pengembalian utang.

(7) Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari

perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil

usaha koperasi.

(8) Royalti atau imbalan atas penggunaan hak.

(9) Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta.

(10) Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala.

(11) Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah

tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

(12) Keuntungan selisih kurs mata uang asing.

(13) Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva.

(14) Premi asuransi.

Page 5: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Pajak II.pdfperusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil ... Penghasilan dari usaha berbasis syariah. ... mengatur mengenai

9

(15) Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang

terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas.

(16) Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum

dikenakan pajak.

(17) Penghasilan dari usaha berbasis syariah.

(18) Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang yang

mengatur mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan.

(19) Surplus Bank Indonesia.

Adapun objek yang dikecualikan dari objek pajak penghasilan, sebagai

berikut.

(1) Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil

zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh

pemerintah dan yang diterima oleh penerima zakat yang berhak atau

sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang

diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang

dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima

sumbangan yang berhak, yang ketentuannya diatur dengan atau

berdasarkan Peraturan Pemerintah. Harta hibahan yang diterima oleh

keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, badan

keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi,

atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang

ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri

Page 6: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Pajak II.pdfperusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil ... Penghasilan dari usaha berbasis syariah. ... mengatur mengenai

10

Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan,

kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan.

(2) Warisan.

(3) Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b sebagai pengganti saham atau

sebagai pengganti penyertaan modal.

(4) Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang

diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan atau kenikmatan dari

Wajib Pajak atau Pemerintah, kecuali yang diberikan oleh bukan Wajib

Pajak, Wajib Pajak yang dikenakan pajak secara final atau Wajib Pajak

yang menggunakan norma penghitungan khusus (deemed profit)

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15.

(5) Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan

dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi

dwiguna, dan asuransi bea siswa.

(6) Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas

sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, badan usaha milik negara,

atau badan usaha milik daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha

yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia.

(7) Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah

disahkan Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja

maupun pegawai.

Page 7: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Pajak II.pdfperusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil ... Penghasilan dari usaha berbasis syariah. ... mengatur mengenai

11

(8) Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun sebagaimana

dimaksud pada huruf g, dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan

dengan Keputusan Menteri Keuangan.

(9) Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan

komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan,

perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan

kontrak investasi kolektif.

(10) Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura

berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan

menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia.

(11) beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur

lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

(12) Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang

bergerak dalam bidang pendidikan dan/atau bidang penelitian dan

pengembangan, yang telah terdaftar pada instansi yang membidanginya,

yang ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan

pendidikan dan atau penelitian dan pengembangan, dalam jangka waktu

paling lama 4 (empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut, yang

ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan

Menteri Keuangan.

(13) Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial kepada Wajib Pajak tertentu, yang ketentuannya diatur

lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

Page 8: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Pajak II.pdfperusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil ... Penghasilan dari usaha berbasis syariah. ... mengatur mengenai

12

5) Pajak Penghasilan Badan

Pajak Penghasilan Badan (PPh Badan) merupakan pajak penghasilan

yang dikenakan terhadap laba perusahaan/badan usaha yang sering disebut

dengan Penghasilan Kena Pajak (PKP) atau laba kena pajak. Dalam

menentukan laba kena pajak ini seringkali terjadi perbedaan akuntansi

keuangan dengan perpajakan.

Wajib pajak harus memahami dengan benar perbedaan-perbedaan antara

perlakuan akuntansi (komersial) dengan pajak (fiskal). Secara fiskal ada

pendapatan yang merupakan objek pajak dan yang bukan merupakan objek

pajak, dari segi biaya/pengeluaran ada yang boleh diakui sebagai biaya

perusahaan dan ada yang tidak boleh diakui sebagai biaya perusahaan.

Akibat dari perbedaan-perbedaan tersebut akan menimbulkan koreksi

baik positif maupun negatif. Koreksi fiskal positif adalah penyesuaian terhadap

penghasilan neto komersial yang sifatnya menambah penghasilan neto

komersial atau mengurangi biaya. Koreksi fiskal negatif adalah penyesuaian

terhadap penghasilan neto komersial yang bersifat menambah penghasilan neto

komersial atau mengurangi biaya komersial.

Tarif pajak penghasilan badan berdasarkan Undang-undang No.36 Tahun

2008 pasal 17 ayat (1) huruf b adalah berlaku tarif tunggal sebesar 28% pada

tahun 2009 dan pada tahun 2010 menjadi 25% (sesuai dengan Undang-undang

No.36 Tahun 2008 Pasal 17 ayat (2) huruf b). Bagi wajib pajak yang peredaran

bruto usahanya sampai dengan Rp 50.000.000.000,00 dapat memanfaatkan

fasilitas perpajakan berupa pengurangan tarif sebesar 50% dari tarif normal

Page 9: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Pajak II.pdfperusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil ... Penghasilan dari usaha berbasis syariah. ... mengatur mengenai

13

sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf b dan ayat (2a) yang

dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto sampai

dengan Rp 4.800.000.000,00 (sesuai dengan Undang-undang No. 36 Tahun

2008 pasal 31E tentang Pajak Penghasilan).

6) Pajak Penghasilan Pasal 21

Pajak Penghasilan pasal 21 dikenakan kepada wajib pajak orang pribadi

dalam negeri sehubungan dengan pekerjaan, jasa dan kegiatan. Wajib pajak PPh

pasal 21 adalah sebagai berikut.

(1) Pejabat Negara

(2) Pegawai Negeri Sipil (PNS)

(3) Pegawai Tetap

(4) Pegawai Lepas

(5) Penerima Honorarium

(6) Penerima Pensiun

(7) Penerima Upah

Dalam menghitung PPh pasal 21 untuk pegawai tetap, kita mengenal

biaya jabatan dan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) yang dapat dikurangi

dari penghasilan yang diterima Wajib Pajak. Biaya jabatan adalah biaya untuk

mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan. Biaya jabatan dikenakan

sebesar 5% dari penghasilan bruto dan setinggi-tingginya Rp

1.296.000,00/bulan sampai dengan tahun 2008. Mulai 1 Januari 2009 besarnya

biaya jabatan adalah 5% dari penghasilan bruto dan setinggi-tingginya Rp

6.000.000,00/tahun atau Rp 500.000,00/bulan. Besarnya Penghasilan Tidak

Page 10: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Pajak II.pdfperusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil ... Penghasilan dari usaha berbasis syariah. ... mengatur mengenai

14

Kena Pajak (PTKP) dijelaskan dalam Pasal 7 ayat (1) Undang-undang No. 36

Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.

Tarif PPh pasal 21 yang berlaku mulai tahun 2009 berdasarkan Pasal 17

Undang-undang No. 36 Tahun 2008 adalah berlaku tarif progresif. Tarif pajak

penghasilan pasal 21 dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut.

Tabel 2.1 Tarif Pajak Penghasilan Pasal 21 Wajib Pajak Orang Pribadi

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif

Sampai dengan Rp 50.000.000,00 5%

Diatas Rp 50.000.000,00 sampai dengan Rp 250.000.000,00 15%

Diatas Rp 250.000.000,00 sampai dengan Rp 500.000.000,00 25%

Diatas Rp 500.000.000,00 30%

Sumber : Undang-undang No. 36 Tahun 2008 (tentang pajak penghasilan)

Berdasarkan Undang-undang No. 36 Tahun 2008 pasal 21 ayat (5a)

menerangkan bahwa besarnya tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (5) yang

diterapkan terhadap Wajib Pajak yang tidak memiliki Nomor Pokok Wajib

Pajak (NPWP) lebih tinggi 20% daripada tarif yang diterapkan terhadap Wajib

Pajak yang dapat menunjukkan NPWP.

2.3 Pengertian Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan tahapan akhir dari siklus akuntansi yang

berfungsi sebagai alat untuk mengetahui posisi keuangan suatu perusahaan. Untuk

dapat mempermudah mengetahui perkembangan dari aktivitas perusahaan biasanya

Page 11: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Pajak II.pdfperusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil ... Penghasilan dari usaha berbasis syariah. ... mengatur mengenai

15

dilihat dari laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen perusahaan secara

periodik.

Laporan keuangan menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam buku Standar

Akuntansi Keuangan adalah bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan

keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba/rugi, laporan

perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti

misalnya laporan arus kas atau laporan perubahan modal), dan catatan atas laporan

keuangan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.

Laporan keuangan yang sebagaimana diuraikan diatas adalah laporan keuangan

yang sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan dan dimaksudkan untuk keperluan

berbagai pihak serta bersifat netral atau tidak memihak. Laporan keuangan yang

demikian sering juga disebut dengan laporan keuangan komersial. Sedangkan laporan

keuangan fiskal adalah laporan keuangan yang disusun berdasarkan peraturan

perpajakan yang berlaku.

2.4 Tujuan Laporan Keuangan

Tujuan laporan keuangan menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam buku

Standar Akuntansi Keuangan adalah sebagai berikut.

1) Menyediakan informasi menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan

posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar

pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.

2) Untuk memenuhi kebutuhan sebagian besar pengguna.

Page 12: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Pajak II.pdfperusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil ... Penghasilan dari usaha berbasis syariah. ... mengatur mengenai

16

3) Laporan Keuangan dibuat untuk menunjukkan apa yang telah dilakukan oleh

suatu perusahaan.

Fungsi utama akuntansi adalah menyajikan laporan periodik untuk manajemen,

investor, kreditor, dan pihak lain di luar perusahaan. Laporan keuangan utama yang

dihasilkan dalam proses akuntansi adalah Neraca dan Laporan Laba/Rugi. Neraca

dibuat dengan tujuan untuk menggambarkan posisi keuangan suatu organisasi pada

periode tertentu, sedangkan Laporan Laba/Rugi disusun dengan tujuan untuk

menggambarkan hasil operasi perusahaan dalam suatu periode tertentu. Dengan kata

lain, Laporan Laba/Rugi menggambarkan keberhasilan atau kegagalan operasi

perusahaan dalam upaya mencapai tujuannya.

2.5 Pengertian Biaya

Secara umum, dapat dikatakan bahwa cost yang telah dikorbankan dalam

rangka menciptakan pendapatan disebut dengan biaya. Pengertian biaya menurut

Ikatan Akuntan Indonesia adalah penurunan manfaat ekonomi selama periode

akuntansi tertentu ditunjukkan dengan berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban

yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada

penanam modal.

Biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan

usaha, antara lain :

1) biaya pembelian bahan;

2) biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji, honorarium,

bonus, dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang;

Page 13: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Pajak II.pdfperusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil ... Penghasilan dari usaha berbasis syariah. ... mengatur mengenai

17

3) bunga, sewa, dan royalti;

4) biaya perjalanan;

5) biaya pengolahan limbah;

6) premi asuransi;

7) biaya promosi dan penjualan yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan

Menteri Keuangan;

8) biaya administrasi;

9) pajak kecuali pajak penghasilan;

10) penyusutan atau pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan amortisasi

atas pengeluaran untuk memperoleh hak atas biaya lain yang mempunyai masa

manfaat lebih dari satu tahun;

11) iuran kepada dana pensiun yang pendirinya telah disahkan oleh Menteri

Keuangan;

12) kerugian selisih kurs mata uang asing;

13) kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan digunakan

dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan, menagih, dan

memelihara penghasilan;

14) biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia;

15) biaya beasiswa, magang, dan pelatihan;

16) piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dengan syarat :

(1) telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi;

(2) wajib pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih

kepada Direktorat Jenderal Pajak; dan telah diserahkan perkara

Page 14: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Pajak II.pdfperusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil ... Penghasilan dari usaha berbasis syariah. ... mengatur mengenai

18

penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau instansi pemerintah yang

menangani piutang Negara atau adanya perjanjian tertulis mengenai

penghapusan/pembebasan utang antara kreditur dan debitur yang

bersangkutan.

17) sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional yang ditetapkan

dalam Peraturan Pemerintah;

18) sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang dilakukan di

Indonesia dengan ketentuan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah;

19) biaya pembangunan infrastruktur sosial yang ketentuannya diatur dalam

Peraturan Pemerintah;

20) sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya diatur dengan Peraturan

Pemerintah;

21) sumbangan dalam rangka pembinaan olah raga yang ketentuannya diatur dalam

Peraturan Pemerintah.

Sedangkan biaya yang tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto menurut

Pasal 9 ayat (1) Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 antara lain :

1) pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti dividen,

termasuk dividen yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang

polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi;

2) biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang

saham, sekutu, atau anggota;

3) pembentukan atau pemupukan dana cadangan kecuali cadangan piutang tak

tertagih untuk usaha bank dan sewa guna usaha dengan hak opsi, cadangan

Page 15: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Pajak II.pdfperusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil ... Penghasilan dari usaha berbasis syariah. ... mengatur mengenai

19

untuk usaha asuransi, dan cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan,

yang ketentuannya ditetapkan dalam Keputusan Menteri Keuangan;

4) premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna,

dan asuransi beasiswa, yang dibayar oleh Wajib Pajak Orang Pribadi, kecuali

jika dibayar oleh pemberi kerja dan premi tersebut dihitung sebagai penghasilan

bagi wajib pajak yang bersangkutan;

5) pergantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan

dalam bentuk natura dan kenikmatan, kecuali penyediaan makanan dan

minuman bagi seluruh pegawai serta penggantian atau imbalan dalam bentuk

natura dan kenikmatan daerah tertentu dan yang berkaitan dengan pelaksanaan

pekerjaan yang ditetapkan dalam Keputusan Menteri Keuangan;

6) jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham

atau kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan

sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan;

7) harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan sebagaimana

yang dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b, kecuali zakat atas

penghasilan yang nyata-nyata dibayarkan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi

pemeluk agama Islam dan atau Wajib Pajak Badan dalam negeri yang dimiliki

oleh pemeluk agama Islam kepada badan amil zakat atau lembaga amil zakat

yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah;

8) pajak penghasilan;

9) biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi wajib pajak

atau orang yang tanggungannya;

Page 16: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Pajak II.pdfperusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil ... Penghasilan dari usaha berbasis syariah. ... mengatur mengenai

20

10) gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau perseroan

komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham;

11) sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana

berupa denda berkenaan dengan pelaksanaan perundang-undangan di bidang

perpajakan;

12) pengeluaran untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan.

2.6 Koreksi Fiskal Terhadap Laporan Keuangan

Koreksi fiskal merupakan koreksi atau pembetulan terhadap laba menurut

perusahaan (laba komersial) agar sesuai dengan peraturan perundang-undangan

perpajakan yang dapat dilakukan oleh wajib pajak atau fiskus. Koreksi fiskal timbul

akibat adanya perbedaan antara Standar Akuntansi Keuangan dengan Undang-undang

Perpajakan yang menimbulkan perbedaan laba usaha. Dalam melakukan koreksi

fiskal, maka perlu dilakukan rekonsiliasi atas laporan keuangan komersial dan

laporan keuangan fiskal. Rekonsiliasi ini dilakukan setelah dilakukannya analisis atas

transaksi-transaksi suatu perusahaan. Hasil analisis tersebut akan menghasilkan dua

kelompok transaksi yaitu transaksi yang sama dan transaksi yang berbeda dengan

ketentuan perpajakan yang berlaku.

Koreksi dilakukan atas perbedaan antara laporan keuangan perusahaan yang

disesuaikan dengan ketentuan perpajakan sehingga dapat disusun laporan keuangan

fiskal. Koreksi fiskal dapat dibedakan menjadi dua yaitu koreksi fiskal positif dan

koreksi fiskal negatif. Koreksi fiskal positif adalah koreksi atau pembetulan yang

mengakibatkan bertambahnya laba menurut perusahaan atau laba komersial,

Page 17: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Pajak II.pdfperusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil ... Penghasilan dari usaha berbasis syariah. ... mengatur mengenai

21

sedangkan koreksi fiskal negatif adalah koreksi atau pembetulan yang mengakibatkan

berkurangnya laba menurut perusahaan.

Jadi pengertian koreksi fiskal adalah koreksi atau penyesuaian yang dilakukan

oleh perusahaan atas laporan keuangan yang disusunnya dengan memperhatikan

peraturan perpajakan yang berlaku, sehingga ddidapat penghasilan kena pajak yang

digunakan sebagai dasar pengenaan pajak.

2.7 Pengertian Perencanaan Pajak (Tax Planning)

Menurut Mohammad Zain (2008:67) perencanaan pajak (tax planning) adalah

tindakan penstrukturan yang terkait dengan konsekuensi potensi pajaknya, yang

tekanannya kepada pengendalian setiap transaksi yang ada konsekuensi pajaknya.

Menurut Suandy (2011:6) perencanaan pajak adalah langkah awal dalam

manajemen pajak. Pada tahap ini dilakukan pengumpulan dan penelitian terhadap

peraturan perpajakan agar dapat diseleksi jenis tindakan penghematan pajak yang

dilakukan, dengan tujuan untuk meminimalisasi kewajiban pajak.

Perencanaan pajak juga dapat diartikan sebagai perencanaan pemenuhan

kewajiban perpajakan secara lengkap, benar, dan tepat waktu sehingga dapat secara

optimal menghindari pemborosan sumber daya. Tujuannya adalah bagaimana

pengendalian tersebut dapat mengefisienskan jumlah pajak yang akan ditransfer ke

pemerintah, melalui apa yang disebut sebagai penghindaran pajak (tax avoidance)

merupakan perbuatan legal yang masih dalam ruang lingkup peraturanperundang-

undangan perpajakan dan bukan termasuk penyelundupan pajak (tax evasion).

Page 18: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Pajak II.pdfperusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil ... Penghasilan dari usaha berbasis syariah. ... mengatur mengenai

22

Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri tax

planning adalah.

1) Tax planning adalah bagian dari tindakan membantu manajemen dalam

pengambilan keputusan.

2) Digunakan untuk mengefisienkan pembayaran pajak terutang.

3) Tax planning dilakukan berdasarkan peraturan perpajakan yang berlaku.

2.8 Manfaat Perencanaan Pajak (Tax Planning)

Perencanaan pajak sebagai bagian dari kegiatan manajemen memiliki beberapa

manfaat yang berguna bagi perusahaan yang melaksanakan kegiatan usaha dalam

pencapaian laba maksimum. Ada 4 hal penting yang dapat diambil sebagai

keuntungan dari melaksanakan perencanaan pajak, yaitu.

1) Penghematan kas keluar, pajak dianggap sebagai unsur biaya yang dapat

diefesienkan. Penghematan kas untuk pembayaran biaya-biaya yang ada di

perusahaan, termasuk biaya pajak harus dipertimbangkan sebagai faktor yang

akan mengurangi laba, dengan menekan biaya pajak seefisien mungkin

perusahaan dapat bertindak sebagai wajib pajak yang taat sekaligus tidak

mengganggu arus kas perusahaan.

2) Mengatur aliran kas, dengan tax planning yang dikelola secara cermat,

perusahaan dapat menyusun anggaran kas secara lebih akurat dalam

mengestimasi kebutuhan kas terhadap pajak. Hal ini akan menolong perusahaan

dalam pelaksanaan kegiatan operasional perusahaan berdasarkan anggaran yang

telah disusun pada periode sebelumnya.

Page 19: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Pajak II.pdfperusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil ... Penghasilan dari usaha berbasis syariah. ... mengatur mengenai

23

3) Menentukan waktu pembayarannya, sehingga tidak terlalu awal atau terlambat

yang mengakibatkan denda atau sanksi. Kewajiban perpajakan dapat

dilaksanakan dengan tepat waktu apabila perusahaan telah melakukan

penghematan atas sanksi atau denda yang bisa terjadi jika terlambat membayar

atau menyetorkan pajak.

4) Membuat data-data terbaru untuk menyikapi perubahan pada peraturan

perpajakan yang berubah setiap waktu, sehingga perusahaan tetap mengetahui

kewajiban-kewajiban dan hak-hak perusahaan sebagai wajib pajak.

2.9 Jenis-Jenis Perencanaan Pajak (Tax Planning)

Jenis-jenis perencanaan pajak dibagi menjadi dua, yaitu.

1) Perencanaan Pajak Nasional (National Tax Planning)

Perencanaan pajak nasional yaitu perencanaan yang dilakukan berdasarkan

undang-undang domestik. Dalam perencanaan pajak nasional pemilihan atas

dilaksanakan atau tidak suatu transaksi hanya bergantung terhadap transaksi

tersebut. Artinya untuk menghindari/ mengurangi pajak, wajib pajak dapat

memilih jenis transaksi apa yang harus dilaksanakan sesuai dengan hukum

pajak yang berlaku, misalnya akan terkena tarif pajak khusus, final, atau tidak.

2) Perencanaan Pajak Internasional (International Tax Planning)

Perencanaan pajak internasional adalah perencanaan pajak yang dilakukan

berdasarkan undang-undang domestik dan juga harus memperhatikan perjanjian

pajak (tax treaty) serta undang-undang dari Negara-negara yang terlibat. Dalam

perencanaan pajak internasional yang dipilih adalah Negara mana yang akan

digunakan untuk melakukan suatu transaksi.

Page 20: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Pajak II.pdfperusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil ... Penghasilan dari usaha berbasis syariah. ... mengatur mengenai

24

2.10 Strategi Umum Perencanaan Pajak (Tax Planning)

1) Tax Saving

Tax saving merupakan efesiensi beban pajak melalui pemilihan alternatif

pengenaan pajak dengan tarif yang lebih rendah. Misalnya perusahaan yang

dimiliki penghasilan kena pajak lebih dari Rp100.000.000,00 dapat melakukan

perubahan pemberian natura kepada karyawan menjadi tunjangan dalam bentuk

uang.

2) Tax Avoidance

Tax avoidance merupakan upaya efisiensi beban pajak dengan menghindari

pengenaan pajak melalui transaksi yang bukan merupakan pengenaan pajak

melalui transaksi yang bukan merupakan objek pajak. Misalnya perusahaan

yang masih mengalami kerugian, perlu mengubah tunjangan karyawan dalam

bentuk uang menjadi pemberian natura, karena natura bukan merupakan objek

pajak PPh Pasal 21. Dengan demikian, terjadi penghematan pajak.

3) Menghindari pelanggaran atas peraturan perpajakan

Penghindaran pajak dapat dilakukan dengan menguasai peraturan

perpajakan yang berlaku, maka perusahaan dapat memghindari timbulnya

sanksi perpajakan seperti sanksi administrasi berupa denda, bunga, atau

kenaikan serta sanksi pidana.

4) Menunda pembayaran kewajiban perpajakan

Menunda pembayaran kewajiban pajak tanpa melanggar peraturan yang

berlaku dapat dilakukan melalui penundaan pembayaran PPN. Penundaan ini

dilakukan dnegan cara menunda penerbitan faktur pajak keluaran hingga batas

Page 21: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Pajak II.pdfperusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil ... Penghasilan dari usaha berbasis syariah. ... mengatur mengenai

25

waktu yang diperkenankan, khususnya untuk penjualan kredit. Dalam hal ini,

perusahaan yang sebagai penjual dapat menerbitkan faktur pajak pada akhir

bulan berikutnya setelah bulan penyerahan barang.

5) Mengoptimalkan kredit pajak yang diperkenankan

Wajib pajak sering kurang memperoleh informasi mengenai pembayaran

pajak yang dapat dikreditkan, seperti PPh Pasal 22 atas pembelian solar

dan/impor dan fiskal luar negeri atas perjalanan dinas pegawai.

Terdapat tiga hal yang harus diperhatikan dalam suatu perencanaan pajak,

yaitu :

(1) tidak melanggar ketentuan perpajakan. Bila suatu perencanaan pajak ingin

dipaksakan dengan melanggar ketentuan perpajakan untuk Wajib Pajak

merupakan risiko yang sangat berbahaya dan mengancam keberhasilan

perencanaan pajak tersebut;

(2) secara bisnis masuk akal, karena perencanaan pajak merupakan bagian

yang tidak dapat dipisahkan dari perencanaan menyeluruh perusahaan baik

jangka panjang maupun jangka pendek, maka perencanaan pajak yang

tidak masuk akal akan membuat perencanaan menyeluruh perusahaan tidak

akan mendapatkan hasil yang optimal;

(3) bukti-bukti pendukungnya memadai, misalnya dokumen perjanjian, faktur,

dan perlakuan akuntansi.