jurnal ilmiah analisis putusan pengadilan agama …...pertimbangan hukum hakim dalam memutus perkara...

17
i JURNAL ILMIAH ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA PRAYA NOMOR 216/PDT.G/2009/PA.PRA MENGENAI PERCERAIAN BAGI PNS MENURUT PP NOMOR 10 TAHUN 1983 JO PP NOMOR 45 TAHUN 1990Program Studi Ilmu Hukum Oleh : Muhammad Imam Pikri Taupik D1A012276 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MATARAM 2019

Upload: others

Post on 08-Nov-2020

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: JURNAL ILMIAH ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA …...pertimbangan hukum hakim dalam memutus perkara ini dan untuk mengetahui sanksi bagi Pegawai Negeri Sipil yang melakukan perceraian

i

JURNAL ILMIAH

“ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA PRAYA

NOMOR 216/PDT.G/2009/PA.PRA MENGENAI PERCERAIAN

BAGI PNS MENURUT PP NOMOR 10 TAHUN 1983 JO PP

NOMOR 45 TAHUN 1990”

Program Studi Ilmu Hukum

Oleh :

Muhammad Imam Pikri Taupik

D1A012276

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MATARAM

2019

Page 2: JURNAL ILMIAH ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA …...pertimbangan hukum hakim dalam memutus perkara ini dan untuk mengetahui sanksi bagi Pegawai Negeri Sipil yang melakukan perceraian

ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA PRAYA NOMOR

216/PDT.G/2009/PA.PRA MENGENAI PERCERAIAN BAGI PNS MENURUT PP

NOMOR 10 TAHUN 1983 JO PP NOMOR 45 TAHUN 1990

Program Studi Ilmu Hukum

Oleh :

Muhammad Imam Pikri Taupik

D1A012276

Menyetujui

Mataram, 2019

Pembimbing Pertama

( Sahruddin, SH., MH )

NIP: 196312311992031016

Page 3: JURNAL ILMIAH ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA …...pertimbangan hukum hakim dalam memutus perkara ini dan untuk mengetahui sanksi bagi Pegawai Negeri Sipil yang melakukan perceraian

“ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA PRAYA

NOMOR 216/PDT.G/2009/PA.PRA MENGENAI PERCERAIAN

BAGI PNS MENURUT PP NOMOR 10 TAHUN 1983 JO PP

NOMOR 45 TAHUN 1990”

NAMA : MUHAMMAD IMAM PIKRI TAUPIK

NIM : D1A012276

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MATARAM

ABSTRAK

Tujuan Penelitian untuk menganalisis Putusan Pengadilan Agama Praya Nomor

216/PDT.G/2009/PA.PRA mengenai perceraian bagi PNS menurut PP Nomor 10 Tahun 1983

Jo PP Nomor 45 Tahun 1990 mengenai permasalahan dasar pertimbangan dalam memutus

perkara dan bagaimana pertanggung jawaban terhadap PNS yang melakukan perceraian tanpa

izin atasan atau pejabat, tujuan dan manfaat penelitian ini untuk mengetahui dasar

pertimbangan hukum hakim dalam memutus perkara ini dan untuk mengetahui sanksi bagi

Pegawai Negeri Sipil yang melakukan perceraian tanpa izin atasan . penelitian menggunakan

metode hukum normative, kesimpulan dalam penelitian ini dalam memutus perkara

perceraian Nomor 216/PDT.G/2009/PA.PRA, hakim memutus secara verstek dengan

berbagai pertimbangan hukum dan mendengarkan keterangan saksi, adapun sanksi yang di

jatuhkan kepada PNS yang melakukan perceraian tanpa izin atasan adalah hukum disiplin.

Kata Kunci : Putusan, Pengadilan

ANALYSIS OF THE PRAYA RELIGIUS COURT DECISION NUMBER

216/PDT.G/PA.PRA REGARDING DIVORCE FOR CIVIL SERVANTS

ACCORDING TO PP.10 OF 1983 JO PP. 45 OF 1990

Abstract

Research Objective to analyze the Praya Religion Court Decision Number 216 / PDT.G /

2009 / PA.PRA concerning divorce for Civil Servants according to PP No. 10 of 1983 Jo PP

No. 45 of 1990 concerning basic issues of consideration in deciding cases and how

accountability for Civil Servants who divorce without permission from their superiors or

officials, the purpose and benefits of this study are to find out the legal basis of judges in

deciding this case and to find out sanctions for Civil Servants who divorce without

permission from their superiors. study uses normative legal methods, the conclusions in this

study are in deciding divorce cases Number 216 / PDT.G / 2009 / PA.PRA, the judge decides

verstek with various legal considerations and hears the basic information of witnesses, as for

sanctions imposed on Civil servants who carry out divorce without the permission of their

superiors are disciplinary laws.

Keywords : Ruling, Court

Page 4: JURNAL ILMIAH ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA …...pertimbangan hukum hakim dalam memutus perkara ini dan untuk mengetahui sanksi bagi Pegawai Negeri Sipil yang melakukan perceraian

i

I. PENDAHULUAN

Perkawinan dalam hukum Islam bukanlah perjanjian semata melainkan ikatan

suci yang terkait dengan keyakinan dan keimanan kepada Allah SWT, sehingga ada

dimensi ibadah dalam sebuah perkawinan, oleh karena itu dalam perkawinan terdapat

aspek horizontal dan vertikal. Kemudian perceraian pada hakikatnya adalah suatu

proses di mana hubungan suami istri tatkala tidak di temui lagi kehormatan dalam

perkawinan. Mengenai definisi perceraian Undang-Undang Perkawinan tidak

mengatur secara tegas melainkan hanya menentukan bahwa perceraian hanyalah

salah satu sebab dari putusnya perkawinan di samping sebab lain yakni kematian dan

putusan pengadilan.1

Pada dasarnya perundang-undangan di Indonesia bidang keluarga, utamanya

perkawinan bersifat umum yang maksudnya di peruntukkan bagi seluruh masyarkat di

Indonesia. Namun pada kenyataannya terdapat perundang-undangan yang bersifat

khusus seperti Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983 Jo Peraturan Pemerintah

Nomor 45 Tahun 1990 tentang Izin Perkawinan dan Perceraian Bagi Pegawai Negeri

Sipil termasuk di dalamnya pejabat.

Adanya pengkhususan ini di karenakan PNS dan pejabat merupakan unsur

aparatur negara dan abdi masyarakat yang harus menjadi teladan yang baik bagi

masyarakat dalam bertingkah laku, bertindak dan taat pada peraturan perundang-

undangan yang berlaku, PNS dan pejabat yang tidak mentaati atau melanggar

1 Amiur Nurudin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam Di Indonesia, Kencana,Jakarta,

2004, hlm. 206

Page 5: JURNAL ILMIAH ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA …...pertimbangan hukum hakim dalam memutus perkara ini dan untuk mengetahui sanksi bagi Pegawai Negeri Sipil yang melakukan perceraian

ii

ketentuan mengenai izin perkawinan perceraian PNS akan di jatuhi hukuman

disiplin2.

Sementara itu terkait dengan perceraian terdapat beberapa aturan yang di

tegaskan dan harus di patuhi oleh PNS, yakni untuk dapat melakukan perceraian PNS

harus memperoleh izin tertulis lebih dahulu dari pejabat. Surat permintaan izin

perceraian di ajukan kepada pejabat melalui jalur hirarki. permintaan izin perceraian

harus di lengkapi dengan salah satu atau lebih bahan pembuktian mengenai alasan-

alasan untuk melakukan perceraian seperti tersebut di atas. Salah Satu Perceraian PNS

terdapat dalam Putusan Nomor 216/PDT.G/2009/PA. PRA, perkara ini sudah di putus

oleh Pengadilan Agama Praya dan sudah inkracht, padahal penggugat yang berstatus

sebagai PNS belum mendapat izin dari atasan untuk melakukan perceraian. Hal ini

tidak sesuai dengan Pasal 3 Ayat (1) PP Nomor 10 tahun 1993 joPP Nomor 45 tahun

1990 tentang Izin Perkawinan dan Perceraian Bagi PNS yang berbunyi :

Pegawai negeri sipil yang akan melakukan perceraian wajib memperoleh izin

atau surat keterangan lebih dahulu dari pejabat”. Pasal 3 (2) dalam hal ini

menyebutkan keharusan memperoleh izin untuk perceraian berlaku pada PNS

baik yang berkedudukan sebagai penggugat ataupun sebagai tergugat.3

Adapun berdasarkan latar belakang di atas, maka timbullah beberapa perkara

yang di angkat dalam penulisan ini adalah (1) Apakah dasar pertimbangan hukum

majelis hakim dalam Putusan Nomor 216/PDT.G/2009/PA. PRA, (2) Apakah sanksi

bagi Pegawai Negeri Sipil yang melakukan perceraian tanpa izin dari atasan atau

pejabat.

2M. Furkon, http://www.landasanteori.com/2015/10/syarat-perceraian-pegawai-negeri-sipil. 3 Indonesia, Peraturan Pemerintah Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No 10 Tahun 1983,

Tentang Izin Perkawinan dan Perceraian Bagi Pegawai Negeri Sipil, PP No. 45 Tahun 1990. TLN No. 3424, Psl.

3

Page 6: JURNAL ILMIAH ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA …...pertimbangan hukum hakim dalam memutus perkara ini dan untuk mengetahui sanksi bagi Pegawai Negeri Sipil yang melakukan perceraian

iii

Tujuan dan manfaat yang ingin di capai dari penelitian ini adalah (a) Untuk

mengetahui dasar pertimbangan hukum majelis hakim mengabulkan permohonan

perceraian PNS pada putusan Nomor 216/PDT.G/21009/PA.PRA dan mengetahui

sanksi bagi Pegawai Negeri Sipil yang melakukan perceraian tanpa izin dari atasan

atau pejabat. (b) Diharapkan dapat bermanfaat bagi lembaga-lembaga hukum secara

umum untuk terus berupaya menyadarkan masyarakat pada umumnya dan Pegawai

Negeri Sipil pada khususnya tentang pelaksanaan peraturan dan Undang-Undang

secara maksimal guna mencapai masyarakat yang teratur dan kepastian hukum yang

terjamin di dalam masyarakat.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian normative yaitu hukum di konsepkan

sebagai kaedah atau norma yang merupakan patokan berprilaku manusia yang di

anggap pantas yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum skunder, bahan

hukum tersier.4

4 Amirudin dan Zaenal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT Raja Grafindo Persada,

Depok, 2006, Hlm 118.

Page 7: JURNAL ILMIAH ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA …...pertimbangan hukum hakim dalam memutus perkara ini dan untuk mengetahui sanksi bagi Pegawai Negeri Sipil yang melakukan perceraian

iv

II. PEMBAHASAN

Kasus Posisi Perkara Perceraian PNS Nomor 216/PDT.G/2009/PA.PRA

Pada umumnya perkawinan di dasarkan atas ikatan lahir dan bathin sebagaimana

di jelaskan dalam Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang perkawinan yang

menyebutkan :

“Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang

wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia

dan kekal berdasarkan ketuhanan yang maha esa.”

Namun pada perkara ini Sukiani berusia 33 tahun, beragama Islam sebagai

Penggugat yang bertempat tinggal di Desa Sisik, Kecamatan Pringgarata, Kabupaten

Lombok Tengah, yang bekerja sebagai Pegawai Honorer di Kantor Kecamatan

Pringgarata menggugat Hamdial Ansori S.Sos berusia 40 Tahun, beragama Islam yang

bertempat tinggal di Dusun Goak, Desa Sisik, Kecamatan Pringgarata, Kabupaten

Lombok Tengah, pekerjaan PNS di Satuan Pemadam Kebakaran Kota Mataram sejak

Tahun 2001. Adapun alasan Penggugat untuk menggugat cerai suaminya adalah

bahwa keadaan rumah tangga Penggugat dengan Tergugat semula berjalan lancar

rukun dan dami. Namun seiring berjalannya waktu ketidak harmonisan mulai terjadi

pada tanggal 19 April 2009, Penggugat dengan Tergugat langsung pisah tempat

tinggal yang di sebabkan karena: (1) Bahwa pada malam senin tanggal 19 April 2009

Penggugat di antar membeli bakso oleh teman kerja Penggugat dan pada saat itu

Tergugat melihat Penggugat sedang di bonceng dan pada tanggal 20 April 2009

Page 8: JURNAL ILMIAH ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA …...pertimbangan hukum hakim dalam memutus perkara ini dan untuk mengetahui sanksi bagi Pegawai Negeri Sipil yang melakukan perceraian

v

Tergugat mentalak Penggugat di luar sidang Pengadilan Agama. (2) Bahwa setelah

Penggugat di talak oleh Tergugat, maka Penggugat langsung pulang dan tinggal di

rumah orang tua Penggugat sampai sekarang ± 3 bulan. (3) Bahwa selama Penggugat

berada di rumah orang tua, Tergugat tidak pernah datang untuk menjemput Penggugat

dan tidak ada nafkah dari Tergugat sehingga untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-

hari Penggugat mencari sendiri dan di bantu oleh orang tua Penggugat.

Prosedur Mengajukan Izin Perceraian Bagi Pegawai Negeri Sipil

Pada perkara Nomor : 216/Pdt.G/2009/PA.PRA. antara Sukiani Binti H.

Maazzini yang di sebut sebagai Penggugat melawan Hamdial Ansyori. S.sos Bin Drs

Hajar Syafi’i SH.ST.Spd. Msi yang di sebut sebagai Tergugat. Hamdial Ansyori S.sos

sebagai Tergugat sekaligus Pegawai Negeri Sipil di Dinas Pemadam Kebakaran Kota

Mataram, tidak mengajukan izin untuk melakukan perceraian kepada atasannya sesuai

dengan yang di atur dalam PP Nomor 10 Tahun 1983 jo. PP Nomor 45 Tahun 1990.

Adapun prosedur pengajuan izin yang seharusnya di tempuh oleh Pegawai Negeri

Sipil yang bersangkutan adalah : (1) Pengajuan izin untuk melakukan perceraian

kepada Pejabat yang berwenang secara tertulis (sesuai dengan Pasal 3 ayat (2) PP

Nomor 10 Tahun 1983 jo. Pasal 3 ayat (2) PP Nomor 45 Tahun 1990). (2) Dalam

pengajuan surat izin untuk melakukan perceraian tersebut di cantumkan alasan

lengkap yang mendasari perceraian tersebut (sesuai dengan Pasal 3 ayat (3) PP Nomor

10 tahun 1983 jo .Pasal 3 ayat (2) PP Nomor 45 Tahun 1990). (3) Atasan yang

menerima permintaan izin dari Pegawai Negeri Sipil Yang bersangkutan memberikan

pertimbangan dan meneruskannya kepada Pejabat melalui saluran hierarki dalam

Page 9: JURNAL ILMIAH ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA …...pertimbangan hukum hakim dalam memutus perkara ini dan untuk mengetahui sanksi bagi Pegawai Negeri Sipil yang melakukan perceraian

vi

jangka waktu selambat lambatnya 3(tiga) bulan terhitung mulai tanggal ia menerima

permintaan izin di maksud (sesuai dengan pasal 5 ayat (2) jo. PP Nomor 45 Tahun

1990). (4) Sebelum pengambilan keputusan pejabat yang berwenang atau atasan

Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan memanggil Pegawai Negeri Sipil yang

bersangkutan bersama dengan pasangannya (suami/isteri) untuk berupaya merukunkan

kembali (sesuai dengan Pasal 6 ayat (3) PP Nomor 10 tahun 1983). (5) Pemberian atau

penolakan surat izin untuk melakukan perceraian tersebut di lakukan oleh pejabat yang

berwenang secara tertulis paling lambat tiga bulan terhitung pada saat permintaan izin

tersebut di terima (sesuai dengan pasal 13 PP Nomor 10 tahun 1983 jo. PP Nomor 45

Tahun 1990).

Dasar Pertimbangan Hukum Majelis Hakim dalam Putusan Nomor

216/PDT.G/2009/PA.PRA

Adapun Hakim dalam memutus perkara Nomor 216/PDT.G/2009/PA.PRA sudah

melalui beberapa pertimbangan hukum yaitu : (1) Bahwa pada hari-hari persidangan

yang telah di tentukan Penggugat telah hadir di Persidangan dan telah memberikan

keterangan secukupnya disertai bukti-bukti sebagaimana tersebut di atas sedangkan

Tergugat telah tidak hadir di Persidangan meskipun menurut relaas penggilan Nomor

:216/Pdt.G/2009/PA.PRA tanggal 01 Juli 2009 dan tanggal 22 Juli 2009, telah di

panggil secara resmi dan patut, oleh karena itu berdasarkan ketentuan Pasal 149 RBg.

Perkara ini dapat di putus dengan verstek yaitu putusan yang di jatuhkan apabila

tergugat tidak hadir atau tidak juga mewakilkan kepada kuasanya meskipun tergugat

sudah di panggil dengan patut atau sesuai dengan prosedur yang seharusnya. (2)

Page 10: JURNAL ILMIAH ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA …...pertimbangan hukum hakim dalam memutus perkara ini dan untuk mengetahui sanksi bagi Pegawai Negeri Sipil yang melakukan perceraian

vii

Bahwa meskipun Majelis Hukum telah berupaya agar Penggugat rukun lagi dalam

sebuah rumah tangga dengan tergugat dan telah pula di tempuh dengan upaya mediasi

oleh Saudara H.Lukman H. Abu Bakar, SH selaku ( Hakim ) sebagai mediatornya

pada tanggal 22 Juli 2009, akan tetapi upaya tersebut tidak berhasil karena pihak

kedua dalam hal ini Tergugat tidak hadir dalam mediasi tersebut sehingga upaya yang

di lakukan oleh mediator tidak dapat di lanjutkan, adapun pertimbangan tersebut di

atas merujuk pada Pasal 115 Kompilasi Hukum Islam yang menyatakan bahwa

perceraian hanya dapat di lakukan di depan sidang Pengadilan Agama setelah di

laksanakan upaya untuk damai oleh Majelis Hakim Pengadilan Agama tersebut namun

tidak berhasil5. (3) Bahwa dasar hukum yang di jadikan alasan Penggugat untuk

mengajukan gugatan cerai adalah karena terjadi perselisihan dan pertengkaran pada

malam senin tanggal 19 April 2009 Penggugat di antar membeli bakso oleh teman

kerja Penggugat dan pada saat itu Tergugat melihat Penggugat sedang di bonceng dan

pada tanggal 20 April 2009 Tergugat mentalak Penggugat di luar sidang Pengadilan

Agama, setelah Penggugat di talak oleh Tergugat, maka Penggugat langsung pulang

dan tinggal di rumah orang tua Penggugat sampai sekarang ± 3 bulan, selama

Penggugat berada di rumah orang tua, Tergugat tidak pernah datang untuk memenuhi

kebutuhan kehidupan sehari-hari Penggugat ataupun melakukan upaya perdamaian

dengan Tergugat ataupun keluarganya sehingga untuk memenuhi kebutuhannya

Penggugat mencari sendiri dan di bantu oleh orang tua Penggugat karena tidak ada

upaya perdamaian yang di lakukan baik dari pihak tergugat maupun dari pihak

5 Indonesia, Inpres tentang Kompilasi Hukum Islam, Inpres No 1 Tahun 1993, Psl. 115

Page 11: JURNAL ILMIAH ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA …...pertimbangan hukum hakim dalam memutus perkara ini dan untuk mengetahui sanksi bagi Pegawai Negeri Sipil yang melakukan perceraian

viii

penggugat, dasar pertimbangan Hakim tersebut di atas merujuk pada PP Nomor 9

tahun 1975 tentang pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan yang memberikan hak juga kepada seorang istri untuk mengajukan

perceraian kepada Pengadilan6. (4) Bahwa apabila dalam sebuah rumah tangga salah

satu pihak apalagi kedua-duanya sudah bertekad untuk tidak mau lagi

mempertahankan perkawinannya, maka tujuan perkawinan sebagaimana di atur dalam

pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Jo. Pasal 3 Kompilasi Hukum Islam

yaitu untuk membentuk keluarga yang sakinah, mawaddah dan rahmah akan sulit di

capai dan pilihan yang terbaik bagi kedua belah pihak adalah memutuskan

perkawinannya dengan perceraian meskipun perbuatan itu adalah hal yang sangat di

benci oleh Allah S.W.T. (5) Bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas maka

alasan Penggugat untuk bercerai dari Tergugat telah sesuai dengan alasan perceraian

sebagaimana di atur dalam Pasal 39 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Jo. Pasal

19 Huruf (f) peraturan Pemerintah omor 9 Tahun 1975 Jo. Pasal 116 Huruf (f)

Kompilasi Hukum Islam, oleh karena itu Gugatan Penggugat Patut di kabulkan, dari

beberapa pertimbangan Hakim tersebut di atas maka hakim sudah dapat memutus

perkara perceraian nomor 216/PDT.G/2009/PA.PRA sesuai dengan alat bukti yang di

hadirkan dalam persidangan meskipun di sebutkan bahwa perceraian (talaq)

merupakan hak mutlak dari pihak suami untuk memutuskan hubungannya dengan istri,

namun gugatan yang di ajukan oleh pihak istri kepada Pengadilan Agama agar ikatan

perkawinannya dengan suaminya dapat di tetapkan berakhir oleh Pengadilan Agama

6Indonesia, Peraturan Pemerintah tentang pelaksanaan Undang- Undang No.1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan, PP No 9 Tahun 1975. LN No.12 Tahun 1975

Page 12: JURNAL ILMIAH ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA …...pertimbangan hukum hakim dalam memutus perkara ini dan untuk mengetahui sanksi bagi Pegawai Negeri Sipil yang melakukan perceraian

ix

adalah hak seorag istri7, oleh karena perceraian merupakan salah satu dari tiga hal

yang dapat menyebabkan putusnya perkawinan maka hubungan suami istri yang

terjalin dalam suatu ikatan suci perkawinan dapat berakhir dengan terjadinya

perceraian tersebut.8

Sanksi Bagi PNS yang Melakukan Perceraian tanpa Izin dari Atasan atau

Pejabat

Menurut Pasal 4 PP Nomor 30 tahun 1990 tentang peraturan Disiplin Pegawai

Negeri Sipil di nyatakan bahwa setiap ucapan, tulisan, atau perbuatan Pegawai Negeri

Sipil yang melanggar ketentuan adalah pelanggaran disiplin dan dalam pasal 5

kemudian di jelaskan bahwa Pegawai Negeri Sipil yang melakukan pelanggaran

disiplin di jatuhi hukuman disiplin oleh pejabat yang berwenang.

Dalam hal ini tindakan Pegawai Negeri Sipil yang melakukan perceraian tanpa

izin atasan dapat di kategorikan sebagai sebuah tindakan pelanggaran disiplin karena

menurut aturan setiap Pegawai Negeri Sipil yang melaksanakan perceraian harus

memperoleh izin atasan seperti yang tercantum dalam PP Nomor 10 Tahun 1983 Pasal

3 Ayat (1) yang menyatakan bahwa:

“Pegawai Negeri Sipil yang akan melakukan perceraian wajib memperoleh

izin lebih dahulu dari pejabat yang berwenang.

Namun terdapat ketentuan yang mengatur bagi Pegawai-Pegawai tertentu

yang secara tegas mempersamakan Pegawai-Pegawai tertentu dengan Pegawai Negeri

7 Munti Ratna Batara Dan Hindun Anisah, Posisi Perempuan Dalam Hukum Islam di Indonesia, LBH-APIK,

Jakarta, 2005, Hlm. 79 8 Ghazaly Dan Abdul Rahman, Fikih Munakahat, Kencana, Jakarta, 2006, Hlm. 191

Page 13: JURNAL ILMIAH ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA …...pertimbangan hukum hakim dalam memutus perkara ini dan untuk mengetahui sanksi bagi Pegawai Negeri Sipil yang melakukan perceraian

x

Sipil sehingga aturan perceraian bagi Pegawai Negeri Sipil berlaku juga untuk

pegawai tertentu yang sudah di tentukan oleh Undang-Undang. Untuk sanksi terhadap

pelanggaran disiplin tersebut sudah di atur secara jelas dalam Pasal 16 PP Nomor 10

Tahun 1983 yang menyatakan bahwa:

“Pegawai Negeri Sipil yang melanggar ketentuan Pasal 3 ayat (1)

dan Pasal 4 ayat (1), Ayat (2), dan Ayat (3) di jatuhi hukuman

disiplin berupa pemberhentian dengan hormat tidak atas

permintaan sendiri sebagai Pegawai Negeri Sipil.

Kemudian di jelaskan kembali pada Pasal 15 PP Nomor 45 tahun 1990 yang

menyatakan bahwa:

“Pegawai Negeri Sipil yang melanggar salah satu atau lebih

kewajiban/ketentuan Pasal 2 Ayat (1),Ayat (2), Pasal 3 Ayat

(1),Pasal 4 Ayat (1), Pasal 14, tidak melaporkan perceraiannya

dalam jangka waktu selambat-lambatnya satu bulan terhitung

mulai terjadinya perceraian, dan tidak melaporkan perkawinannya

yang kedua/ketiga/keempat dalam jangka waktu selambat-

lambatnya satu tahun terhitung sejak perkawinan tersebut di

langsungkan, di jatuhi salah satu hukuman disiplin berat

berdasarkan PP Nomor 30 tahun 1980 tentang peraturan disiplin

Pegawai Negeri Sipil.

Berdasarkan Pasal 6 Ayat (1) PP Nomor 30 tahun 1980 hukuman disiplin di

klafikasikan menjadi : (1) Hukuman disiplin ringan. (2) Hukuman disiplin sedang. (3)

Hukuman disiplin berat.

Namun ketentuan PP Nomor 30 tahun 1980 sudah di nyatakan tidak berlaku

dan telah di ganti dengan PP Nomor. 53 tahun 2010, ini berarti bahwa “hukum disiplin

berat” yang di atur dalam PP Nomor 53 tahun 2010 dapat di jatuhkan kepada Pegawai

Negeri Sipil yang melanggar hukum khusus perceraian menurut Pasal 15 Ayat (1) PP

Page 14: JURNAL ILMIAH ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA …...pertimbangan hukum hakim dalam memutus perkara ini dan untuk mengetahui sanksi bagi Pegawai Negeri Sipil yang melakukan perceraian

xi

Nomor 45 Tahun 1990 dan pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 3 Ayat (1) PP

Nomor 10 tahun 1983 tentang Kewajiban Pegawai Negeri Sipil untuk memperoleh izin

atasan jika melakukan perceraian berdasarkan ketentuan PP Nomor 45 tahun 1990 jo,

PP Nomor 53 tahun 2010 adalah termasuk dalam pelanggaran disiplin berat, maka

sanksi yang akan di jatuhkan kepada Pegawai Negeri Sipil jika melakukan perceraian

tanpa izin atasan tersebut adalah hukuman disiplin berat yaitu : (1) Penurunan pangkat

pada pangkat yang setingkat lebih rendah untuk paling lama 3(tiga) tahun. (2)

Pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah. (3) Pembebasan

dari jabatan. (4) Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai

Pegawai Negeri Sipil. (5) Pemberhentian dengan tidak hormat sebagai Pegawai Negeri

Sipil.

Pegawai Negeri Sipil yang di jatuhi hukuman disiplin yang tersebut di atas

masih bisa mengajukan keberatan, seperti di atur dalam PP Nomor 30 tahun 1980

tentang peraturan disiplin Pegawai Negeri Sipil, yaitu:

Pasal 15 berbunyi :9

(2) Pegawai Negeri Sipil yang di jatuhi salah satu jenis hukuman disiplin sebagaimana

di maksud dalam pasal 6 ayat (3) dan ayat (4), dapat mengajukan keberatan kepada

atasan pejabat yang berwenang menghukum dalam jangka waktu 14 hari terhitung

,mulai tanggal ia menerima keputusan hukuma disiplin tersebut.

Pasal 16 berbunyi :10

Keberatan sebagaimana di maksud dalam pasal 15 ayat (2), di ajukan secara tertulis

melalui saluran hirarki.

Dalam surat keberatan sebagaimana di maksud dalam ayat (1), harus di muat alasan-

alasan dari keberatan itu.

9 Indonesia, Peraturan Pemerintah Tentang Peraturan disiplin Pegawai Negeri Sipil, PP No.30 Tahun 1980

Psl.15 10 Ibid

Page 15: JURNAL ILMIAH ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA …...pertimbangan hukum hakim dalam memutus perkara ini dan untuk mengetahui sanksi bagi Pegawai Negeri Sipil yang melakukan perceraian

xii

III. PENUTUP

Kesimpulan

Dari uraian di atas disimpulkan bahwa Analisis putusan pengadilan agama praya

nomor 216/pdt.g/2009/pa.pra mengenai perceraian bagi pns menurut pp nomor 10

tahun 1983 jo pp nomor 45 tahun 1990, sebagai berikut : (1) Dasar Pertimbangan

hakim dalam memutus perkara perceraian Nomor 216/PDT.G/2009/PA.PRA adalah

bahwa di hari-hari persidangan penggugat telah hadir di persidangan dan memberikan

keterangan secukupnya namun pihak tergugat tidak pernah hadir selama persidangan

dari awal sampai akhir meskipun sudah di panggil secara resmi dan patut sehingga

hakim memutus perkara secara verstek karena tidak adanya iktikad baik dari pihak

penggugat maupun dari pihak tergugat untuk memperbaiki hubungan rumah tangga

mereka sesuai dengan tujuan dari Undang-Undang perkawinan No 1 Tahun 1974 pasal

1 yaitu membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan

ketuhanan Yang Maha Esa. (2) Pegawai Negeri Sipil dapat mengajukan perceraian

kepada Pengadilan meskipun tidak melampirkan izin melakukan perceraian dari atasan

atau pejabat dengan catatan hakim menerima gugatan tersebut namun Pegawai Negeri

Sipil tersebut harus menerima konsekuensi terhadap pengajuan gugatan perceraian

yang tidak sesuai dengan aturan yang berlaku sehingga dapat di jatuhkan hukum

disiplin yaitu berupa hukum disiplin ringan, hukum disiplin sedang, maupun hukum

disiplin berat seperti penurunan pangkat atau bahkan pemberhentian dengan tidak

hormat.

Page 16: JURNAL ILMIAH ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA …...pertimbangan hukum hakim dalam memutus perkara ini dan untuk mengetahui sanksi bagi Pegawai Negeri Sipil yang melakukan perceraian

xiii

Saran

Dari kesimpulan di atas maka penulis menyampaikan saran sebagai berikut :

(1) Kepada para Pegawai Negeri Sipil yang hendak melakukan perceraian hendaknya

harus mematuhi peraturan yang berlaku dalam hal ini adalah mengajukan surat izin

untuk melakukan perceraian kepada atasannya untuk menghindari di jatuhkannya

hukum disiplin yang dapat merugikan Pegawai Negeri Sipil itu sendiri. (2) Dalam

proses persidangan Majelis Hakim sebaiknya lebih menekankan kepada para Pegawai

Negeri Sipil untuk mendapatkan izin atasan terlebih dahulu sebelum mengajukan

permohonan atau gugatan cerai ke Pengadilan Agama. (3) Bagi para Pegawai Negeri

Sipil yang tetap melakukan perceraian tanpa izin atasan hendaknya pihak atasan

langsung harus memberikan sanksi maksimal kepada Pegawai Negeri Sipil yang

bersangkutan agar memberikan pelajaran kepada para Pegawai Negeri Sipil lain yang

ingin melakukan hal yang sama agar tetap patuh kepada aturan yang berlaku.

Page 17: JURNAL ILMIAH ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA …...pertimbangan hukum hakim dalam memutus perkara ini dan untuk mengetahui sanksi bagi Pegawai Negeri Sipil yang melakukan perceraian

DAFTAR PUSTAKA

Buku-Buku :

Amirudin; Asikin Zaenal, Pengantar Metode Penelitian Hukum. PT Raja Grafindo

Persada, Depok, 2006.

Ghazaly; Rahman, Abdul, Fikih Munahakat, Kencana, Jakarta, 2006

Nuruddin, Amir; dan Tarigan Azhari Akmal, Hukum Perdata Islam Di Indonesia.

Kencana, Jakarta, 2004.

Ratna Barata Munti; dan Anisah, Hindun, Posisi Perempuan Dalam Hukum Islam

di Indonesia, LBH-APIK, Jakarta, 2005

Peraturan-Peraturan :

Indonesia, Peraturan Pemerintah Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah

No 10 Tahun 1983, Tentang Izin Perkawinan dan Perceraian Bagi

Pegawai Negeri Sipil, PP No. 45 Tahun 1990. TLN No. 3424.

Indonesia, Inpres tentang Kompilasi Hukum Islam, Inpres No 1 Tahun 1991.

Indonesia, Peraturan Pemerintah tentang pelaksanaan Undang- Undang No.1

Tahun 1974 tentang Perkawinan, PP No 9 Tahun 1975. LN No.12

Tahun 1975

Indonesia, Peraturan Pemerintah Tentang Peraturan disiplin Pegawai Negeri Sipil,

PP No.30 Tahun 1980

Internet dan Lainnya:

M. Furkon, http://www.landasanteori.com/2015/10/syarat-perceraian-pegawai-

negeri-sipil, diakses pada hari rabu 10 Oktober 2018, pada pukul 21.18

WITA