jurnal eka ervina

10
Jurnal Keperawatan STIKes Aisyah Pringsewu i HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PELAKSANAAN TOILET TRAINING PADA ANAK USIA TODDLER(1-3 TAHUN)DI DESA TOTOKARTO KECAMATAN ADILUWIH KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN 2014 Eka Erviana Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Aisyah Pringsewu Lampung ABSTRAK Kejadian enuresis disebabkan oleh masalah pskis salah satunya adalah kegagalan dalam melakukan toilet training pada anak. Di Amerika Serikat didapatkan 5-7 juta anak mengalami enuresis nokturnal dan Sekitar 15%-25% terjadi pada umur 5 tahun. Di Indonesia di perkirakan jumlah balita yang masih susah mengontrol BAB dan BAK di usia sampai prasekolah mencapai 75 juta anak. Tujuan penelitian ini mengetahui hubungan pengetahuan ibu dengan pelaksanaan toilet training pada anak usia toddler (1-3 tahun) di Desa Totokarto Kecamatan Adiluwih Kabupaten Pringsewu Tahun 2014. Jenis penelitan ini adalah kuantitatif analitik dengan pendekatan waktu cross sectional. Penelitian ini dilakukan di Desa Totokarto Kecamatan Adiluwih Kabupaten Pringsewu Tahun 2014. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak usia toddler (1-3 tahun) didesa Totokarto sebanyak 57 orang. Alat pengumpul data pada penelitian ini adalah kuesioner tentang pengeatahuan dan pelaksanaan toilet training. Analisa data bivariat menggunakan uji chi square. Hasil penelitian diperoleh pengetahuan tentang toilet training pada ibu yang memilliki anak usia toddler (1-3 tahun) di Desa Totokarto sebagian besar kurang baik yaitu 37 orang (64,9%), pelaksanaan toilet training pada anak usia toddler (1- 3 tahun) di Desa Totokarto sebagian besar kurang baik yaitu 34 responden (59,6%). Hasil uji chi square P value = 0,012 dapat disimpulkan ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan pelaksanaan toilet training pada anak usia usia toddler (1-3 tahun) di Desa Totokarto Kecamatan Adiluwih Kabupaten Pringsewu Tahun 2014. Saran bagi ibu yang memiliki anak usia 1-3 tahun di desa Totokarto hendaknya lebih aktif dalam mencari informasi mengenai toilet training. Kata Kunci : Pengetahuan, Pelaksanaan toilet training. Kepustakaan : 22 (2004-2013) PENDAHULUAN Masalah tumbuh kembang anak merupakan masalah yang perlu diketahui atau dipahami sejak konsepsi hingga dewasa yang menurut WHO sampai usia 18 tahun sedangkan menurut undang-undang kesejahteraan anak RI No 4 tahun 1979 sampai usia 21 tahun sebelum menikah. Salah satu bentuk ganguan tumbuh kembang pada anak yang

Upload: sapakademik

Post on 29-Jul-2015

315 views

Category:

Education


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Jurnal eka ervina

Jurnal Keperawatan STIKes Aisyah Pringsewu

i

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PELAKSANAAN TOILET

TRAINING PADA ANAK USIA TODDLER(1-3 TAHUN)DI DESA

TOTOKARTO KECAMATAN ADILUWIH KABUPATEN

PRINGSEWU TAHUN 2014

Eka Erviana

Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Aisyah Pringsewu Lampung

ABSTRAK

Kejadian enuresis disebabkan oleh masalah pskis salah satunya adalah kegagalan

dalam melakukan toilet training pada anak. Di Amerika Serikat didapatkan 5-7 juta

anak mengalami enuresis nokturnal dan Sekitar 15%-25% terjadi pada umur 5

tahun. Di Indonesia di perkirakan jumlah balita yang masih susah mengontrol

BAB dan BAK di usia sampai prasekolah mencapai 75 juta anak. Tujuan

penelitian ini mengetahui hubungan pengetahuan ibu dengan pelaksanaan toilet

training pada anak usia toddler (1-3 tahun) di Desa Totokarto Kecamatan

Adiluwih Kabupaten Pringsewu Tahun 2014.

Jenis penelitan ini adalah kuantitatif analitik dengan pendekatan waktu cross

sectional. Penelitian ini dilakukan di Desa Totokarto Kecamatan Adiluwih

Kabupaten Pringsewu Tahun 2014. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang

memiliki anak usia toddler (1-3 tahun) didesa Totokarto sebanyak 57 orang. Alat

pengumpul data pada penelitian ini adalah kuesioner tentang pengeatahuan dan

pelaksanaan toilet training. Analisa data bivariat menggunakan uji chi square.

Hasil penelitian diperoleh pengetahuan tentang toilet training pada ibu yang

memilliki anak usia toddler (1-3 tahun) di Desa Totokarto sebagian besar kurang

baik yaitu 37 orang (64,9%), pelaksanaan toilet training pada anak usia toddler (1-

3 tahun) di Desa Totokarto sebagian besar kurang baik yaitu 34 responden

(59,6%). Hasil uji chi square P value = 0,012 dapat disimpulkan ada hubungan

antara pengetahuan ibu dengan pelaksanaan toilet training pada anak usia usia

toddler (1-3 tahun) di Desa Totokarto Kecamatan Adiluwih Kabupaten Pringsewu

Tahun 2014. Saran bagi ibu yang memiliki anak usia 1-3 tahun di desa Totokarto

hendaknya lebih aktif dalam mencari informasi mengenai toilet training.

Kata Kunci : Pengetahuan, Pelaksanaan toilet training.

Kepustakaan : 22 (2004-2013)

PENDAHULUAN

Masalah tumbuh kembang anak

merupakan masalah yang perlu

diketahui atau dipahami sejak

konsepsi hingga dewasa yang

menurut WHO sampai usia 18 tahun

sedangkan menurut undang-undang

kesejahteraan anak RI No 4 tahun

1979 sampai usia 21 tahun sebelum

menikah. Salah satu bentuk ganguan

tumbuh kembang pada anak yang

Page 2: Jurnal eka ervina

Jurnal Keperawatan STIKes Aisyah Pringsewu

ii

harus diperhatikan adalah enuresis

(mengompol), yaitu pengeluaran air

kemih yang tidak disadari yang sering

dijumpai pada anak diatas empat

tahun karena seharusnya pada usia 4

tahun otak dan otot-otot kandung

kecing serta pencernaannya sempurna

sehingga dapat mengontrol dan

membantu anak memperkirakan

kapan akan buang air kecil (BAK)

dan buang air besar (BAB) (Hidayat,

2005).

Prevalensi enuresis bervariasi di

berbagai negara. Di Amerika Serikat

didapatkan 5-7 juta anak mengalami

enuresis nokturnal, laki-laki tiga kali

lebih sering dibandingkan dengan

perempuan. Sekitar 15%-25%

enuresis nokturnal terjadi pada umur

5 tahun. Makin bertambah umur,

prevalensi enuresis makin menurun.

Dari seluruh kejadian enuresis

didapatkan 80% adalah enuresis

nokturnal. 20% enuresis diurnal, dan

sekitar 15%-20% anak yang

mengalami enuresis nokturnal juga

mengalami enuresis diurnal

(Soetjiningsih, 2008).

Di Indonesia di perkirakan jumlah

balita mencapai 30% dari 250 juta

jiwa penduduk Indonesia dan menurut

Survey Kesehatan Rumah Tangga

(SKRT) di perkirakan jumlah balita

yang masih susah mengontrol BAB

dan BAK di usia sampai prasekolah

mencapai 75 juta anak. Kejadian

anak mengompol lebih besar jumlah

persentase anak laki-laki yaitu 60%

dan anak perempuan 40%. Statistik

menunjukan 25% anak mengompol

pada usia 5 tahun akan menurun 5%

pada usia 10 tahun ( Lestari, 2013).

Selain mencegah terjadinya

mengompol dan membentuk prilaku

hidup bersih dan sehat pada anak

sejak dini, toilet training juga akan

membentuk kemandirian dan

kepercayaan diri dalam mengontrol

buang air kecil dan buang air besar

serta melatih kemampuan motorik

halus yaitu melepas dan memakai

celana sendiri setelah buang air kecil

dan buang air besar (Hidayat, 2005).

Usia toddler (1-3 tahun) biasanya

digunakan patokan oleh para ibu

untuk memulai toliet training karena

pada usia tersebut hampir semua

fungsi tubuh sudah matang dan stabil,

rasa ingin tahu yang besar, menaruh

minat kepada apa yang dilakukan

oleh orang sekitar dan anak telah

memasuki fase anal (pusat

kesenangan anak pada perilaku

menahan dan juga pengeluaran

kotoran) (Nuryanti, 2008).

Balita yang berusia 1-3 tahun juga

lebih siap secara kognitif, psikologis,

sosial dan emosional untuk

pengajaran penggunaan toilet. Data

statistik menunjukkan bahwa 90%

dari anak-anak antara usia 24-30

bulan berhasil diajari menggunakan

toilet dengan rata-rata usia 27-28

bulan, 80% anak-anak mendapat

kesuksesan tidak buang air kecil

dimalam hari (enuresis) dimalam hari

antara usia 30-42 bulan dengan rata-

rata usia 33 bulan (Warner, 2007).

Hasil penelitian Istichomah di

TPA Citra RSU Rajawali Citra

Bantul, terhadap anak usia 24-41

bulan, menunjukan hasil anak usia 24

bulan hingga 41 bulan sudah memberi

isyarat khusus ingin buang air hal ini

ditunjukkan besarnya responden

sebanyak 30 anak atau 68,18%. Akan

tetapi sebanyak 23 atau 52,27% orang

tua anak memiliki perilaku kurang

baik terhadap toilet training karena

kurangnya pengetahuan orang tua

tentang toilet training sehingga tidak

memperdulikan tentang

popok/pampers yang sudah saatnya

diganti (Istichomah, 2010).

Melalui toilet training anak akan

belajar bagaimana mereka

Page 3: Jurnal eka ervina

Jurnal Keperawatan STIKes Aisyah Pringsewu

iii

mengendalikan keinginan untuk

buang air yang selanjutnya akan

menjadikan mereka terbiasa untuk

meggunakan toilet (mencerminkan

keteraturan) secara mandiri.

Kedekatan interaksi orang tua dengan

anak dalam toilet training ini akan

membuat anak merasa aman dan

percaya diri. Keberhasilan toilet

training tidak hanya dari kemampuan

fisik, psikologis dan emosi anak itu

sendiri tetapi juga dari bagaimana

perilaku orang tua atau ibu untuk

mengajarkan toilet training secara

baik dan benar, sehingga anak dapat

melakukan dengan baik dan benar

hingga besar kelak (Hidayat, 2005).

Menurut Bloom dalam

Notoatmodjo, (2007) membagi

perilaku manusia dalam tiga ranah,

yaitu pengetahuan (knowledge), sikap

(attitude), dan praktik atau tindakan

(practice). Dalam aplikasi perilaku

toilet training mulai dari pengetahuan

ibu tentang apa itu toilet training,

bagaimana cara toilet training serta

apa saja yang dibutuhkan dalam toilet

training, setelah ibu mengetahui

tentang toilet training, ibu harus

mempersiapkan diri serta balita untuk

latihan toilet training, diharapkan

setelah ibu memahami dan

mempersiapkan diri untuk toilet

training, ibu dapat mempraktekkan

apa yang telah diketahui dan

dipersiapkan untuk toilet training.

Permasalahan yang sering terjadi

ketika anak tidak mau melakukan

BAB atau BAK menuju toilet adalah

disebabkan karena pengetahuan ibu

yang masih kurang tentang

pelaksanaan toilet training. Toilet

training tidak sama dengan membawa

anak ke toilet, tetapi melatih anak

mengontrol BAB atau BAK dan

melakukannya sendiri. Sedangkan

yang banyak dilakukan oleh para

orang tua sejak anak masih bayi

adalah membawa anak ke toilet

dengan menggendongnya supaya

anak BAB atau BAK sehingga anak

tidak mandiri dalam melakukannya

(Suririnah, 2010).

Hasil penelitian yang dilakukan

Wieke effendi tentang hubungan

pengetahuan dan pola asuh ibu

terhadap kemampuan toilet training

pada anak usia 2-3 tahun di PAUD

Asa Bunda Semarang, menunjukkan

bahwa sebanyak dua orang dengan

pengetahuan kurang baik secara

keseluruhan 2 (100%) dengan toilet

training dalam katagori kurang baik,

pada responden dalam katagori cukup

sebanyak 52 orang, sebanyak 49

orang (94,2%) dengan toilet training

dalam katagori cukup dan hanya

sebagian yang termasuk dalam

katagori kurang baik. Pada responden

dengan pengetahuan baik sebayak 20

orang, terdapat 15 orang (75,0%)

dengan toilet training dalam katagori

cukup dan 5 orang (25%) dengan

toilet training dalam katagori baik.

Hasil uji bivariat menunjukkan ada

hubungan antara pengetahuan dengan

kemampuan ibu dalam toilet training

pada anak usia 2-3 tahun dengan p

value 0,000 > 0,05.

Berdasarkan hasil prasurvey pada

tanggal 19 Januari 2014 di desa Toto

Karto Kecamatan Adiluwih

Kabupaten Pringsewu, terdapat 57 ibu

yang memiliki usia toddler (1-3

tahun), yaitu merupakan usia yang

tepat pada ibu untuk melakukan toilet

training pada anak. Berdasarkan

wawancara bebas terhadap 15 ibu

yang memiliki anak usia 1-3 tahun

terdapat 10 ibu diantaranya kurang

mengetahui tentang toilet training,

hal ini terlihat saat anak hendak BAB

ibu tidak mengarahkan anak untuk

melepas pakaiannya sendiri dan

menuju ke kamar kecil, kemudian ibu

memarahi anak saat anak BAK dan

Page 4: Jurnal eka ervina

Jurnal Keperawatan STIKes Aisyah Pringsewu

iv

BAB dicelana, hal ini dapat

menjadikan psikologis anak

terganggu. lima ibu memiliki

pengetahuan yang baik tentang toilet

training karena membiasakan anak

untuk menuju kamar kecil ketika

inggin BAK atau BAB.

Berdasarkan latar belakang diatas

maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul

“hubungan pengetahuan ibu dengan

pelaksanaan toilet training pada anak

usia toddler (1-3 tahun) di Desa

Totokarto Kecamatan Adiluwih

Kabupaten Pringsewu Tahun 2014

METODOLOGI PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini adalah kuantitatif

dengan pendekatan cross sectional

yaitu penelitian untuk mempelajari

dinamika korelasi antar faktor-faktor

dengan cara pendekatan, observasi

atau pengumpulan data sekaligus

pada suatu saat (Notoadmodjo, 2010)

di Desa Totokarto Kecamatan

Adiluwih Kabupaten Pringsewu

terhadap 57 ibu yang memiliki anak

usia 1-3 tahun pada tanggal 24 Juni –

2 Juli tahun 2014.

Variabel independent pada

penelitian ini adalah Pengetahuan ibu

sedangkan variabel dependent yang

diteliti pada penelitian ini adalah

Pelaksanaan toilet training pada anak

usia toddler.

Analisa data pada penelitia ini

menggunakan analisa univariat

dengan rumus persentase bertujuan

untuk mengetahui distribusi frekuensi

masing-masing variablel sedangan

untuk mengetahui hubungan antar

variabel dalam penelitian ini

menggunakan analisa bivariat

menggunakan uji chi square. Taraf

kesalahan yang digunakan adalah 5%,

untuk melihat hasil kemaknaan

perhitungan statistik digunakan batas

kemaknaan 0,05. Berarti jika p value

< 0,05 maka hasilnya bermakna yang

artinya Ho ditolak dan Ha diterima.

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

1. Pengetahuan ibu tentang toilet

training pada anak usia toddler

(1-3 tahun).

Berdasarkan hasil penelitian,

pengetahuan ibu tentang toilet

training pada anak usia toddler (1-3

tahun) di Desa Totokarto Kecamatan

Adiluwih Kabupaten Pringsewu

Tahun 2014, dapat diketahui sebesar

37 responden (64,9%) memiliki

pengetahuan kurang baik dan sebesar

20 responden (35,1%) memiliki

pengetahuan baik tentang toilet

training.

Pengetahuan merupakan hasil dari

tahu yang terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap

obyek tertentu. Pengindraan terjadi

melalui panca indra yang meliputi

indra penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba.

Pengetahuan merupakan domain yang

sangat penting untuk terbentuknya

tindakan seseorang (Notoatmodjo,

2007).

Toilet training pada anak

merupakan suatu usaha untuk melatih

anak agar mampu mengontrol dalam

melakukan buang air kecil atau buang

air besar. Toilet training secara umum

dapat dilaksanakan pada setiap anak

yang sudah mulai memasuki fase

kemandirian pada anak. Fase ini

biasanya pada anak usia 1–3 tahun.

Dalam melakukan toilet training ini,

anak membutuhkan persiapan fisik,

psikologis maupun intelektualnya.

Dari persiapan tersebut anak dapat

Page 5: Jurnal eka ervina

Jurnal Keperawatan STIKes Aisyah Pringsewu

v

mengontrol buang air besar dan

buang air kecil secara mandiri

(Hidayat, 2005).

Hasil penelitian ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh

Heryanto (2013) tentang hubungan

antara tingkat pengetahuan ibu

tentang toilet training dengan praktik

ibu dalam penggunaan dapers pada

anak usia toddler (1-3 tahun)

dikelurahan Putat Porwodadi. Jenis

yang digunakan dalam penelitian ini

adalah korelasi dengan pendekatan

cross sectional populasi dalam

penelitian ini adalah 123 dan sampel

sebanyak 94 responden dengan teknik

random sampling Hasil penelitian

didapat nilai p value 0,018 yang

menunjukkan bahwa terdapat

hubungan antara tingkat pengetahuan

ibu tentang toilet training dengan

praktik ibu dalam penggunaan dapers

pada anak usia toddler (1-3 tahun)

dikelurahan Putat Porwodadi.

Berdasarkan teori dan hasil

penelitian diatas menurut peneliti

masih banyaknya ibu yang memiliki

anak usia 1-3 tahun di desa Totokarto

yang kurang mengetahui tentang

toilet training, kemungkinan

disebabkan karena tidak adanya

sosialsiasi megenai tolet traning dari

petugas kesehatan yang ada di

wilayah setempat, menurut

wawancara terhadap responden yang

memiliki pengetahuan kurang baik

mengatakan selama ini petugas

kesehatan baik di puskesmas maupun

posyandu tidak pernah memberikan

penjelasan mengenai pengajaran

buang air besar dan air kecil pada

anak usia 1-3 tahun, selama ini

kegiatan yang ada diposyandu hanya

melakukan penimbangan,

pemeriksaan serta pemberian

makanan tambahan tetapi jarang

dilakukan penyuluhan terutama

mengenai pengajaran buang air besar

da kecil pada anak usia 1-3 tahun.

Kurangnya informasi yang didapat

para ibu menyebabkan mereka tidak

bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan

yang peneliti berikan.

Faktor pendidikan dan ekonomi

menurut peneliti juga sangat

mempengaruhi kurangnya

pengetahuan toilet training pada ibu

di pekon Totokarto, hal ini

dikarenakan sebagian besar ibu yang

menjadi responden pada penelitian ini

memiliki pendidikan hanya hingga

SMP, rendahnya pendidikan

menyebabkan ibu kurang

meperhatikan kebutuhan kesehatan

untuk anaknya sehingga mengabaikan

informasi mengenai toilet training,

begitu juga dengan faktor ekonomi,

ibu lebih memilih bekerja untuk

memenuhi kebutuhan sehari-hari dari

pada meluangkan waktu untuk

mencari informasi mengenai toilet

training. Berdasarkan wawancara

terhadap ibu yang memiliki

pengetahuan kurang baik mengenai

toilet trainig mengatakan mereka

tidak pernah mengakses informasi

mengenai toilet traning baik bertanya

kepada petugas kesehatan, membaca

majalah atau koran dan juga

mendengarkan radio atau menonton

televisi yang berkaitan dengan

pelaksanaan toilet traning. Alasan

ibu tidak mau mencari informasi

mengenai toilet training dikarenakan

sibuk bekerja.

2. Pelaksanaan toilet training pada

anak toddler (1-3 tahun).

Berdasarkan hasil penelitian pada

tabel 4.2 distribusi frekuensi

pelaksanaan toilet training pada anak

toddler (1-3 tahun) di Desa Totokarto

Kecamatan Adiluwih Kabupaten

Pringsewu Tahun 2014, dapat

diketahui sebesar 34 responden

(59,6%) melaksanakan toilet training

Page 6: Jurnal eka ervina

Jurnal Keperawatan STIKes Aisyah Pringsewu

vi

kurang baik dan sebesar 23 responden

(40,4%) melaksanakan toilet training

dengan baik.

Menurut Lawrence Green (1993)

yang dikutip oleh Notoatmodjo

(2007), dinyatakan bahwa kesehatan

seseorang atau masyarakat

dipengaruhi oleh berbagai faktor,

yaitu faktor perilaku dan faktor di luar

perilaku. Perilaku pula dibentuk oleh

tiga faktor yaitu faktor predisposisi,

faktor pendukung dan faktor

pendorong. Salah satu faktor yang

mempengaruhi perilaku kesehatan

seseorang yaitu penegtahuan.

Penelitian ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan Susi

Natalia (2010), tentang pengaruh

toilet training terutama cara cebok

dari depan kebelakang terhadap

berkurangnya kejadian ISK berulang,

Penelitian ini merupakan suatu quasi

experimental yang meneliti 32 anak

perempuan. Hasil penelitian didapat,

setelah 6 bulan untuk tiap subyek,

pada akhir penelitian didapatka

bahwa pada kelompok intervensi;

pengetahuan, sikap dan praktik toilet

secara significan meningkat

dibanding kelompok kontrol

(p<0,001). Berulangnya ISK pada

kelompok kontrol cenderung

meningkat selama evaluasi 6 bulan,

namun, pada kelompok intervensi,

kejadian berulang cenderung

berkurang. Persentasi anak yang

berhasil dalam cara cebok yang benar

meningkat secara bermakana pada

kelompok intervensi (100% vs

17,8%).

Berdasarkan hasil penelitian dan

teori diatas menurut peneliti masih

banyaknya ibu yang memiliki anak

usia 1-3 tahun di Pekon Totokarto

yang melaksanakan toilet traning

dalam katagori kurang baik,

disebabkan oleh kurangnya

pengetahuan responden mengenai

pelaksanaan toilet training. Selain itu

para responden yang melaksanakan

toilet training dalam katagori kurang

baik disebabkan terpengaruh oleh

stigma atau pandangan kurang baik

dimasyarakat yang mengatakan

bahwa anak tidak perlu diajari untuk

buang air besar dan kecil karena akan

terbiasa dengan sendirinya. Hasil

wawancara terhadap responden yang

melaksanakan toilet training dalam

katagori kurang baik mengatakan

mereka tidak mau melaksanakan

toilet training pada anak karena

pengalalaman anak sebelumnya yang

tidak diajarkan buang air kecil dan

besar akan tetapi akan bisa dengan

sendirinya.

Selain pengetahuan yang kurang

baik menurut peneliti pelaksanaan

toilet training pada ibu-ibu yang

memiliki anak usia 1-3 tahun di

Pekon Totokarto dalam katagori

kurang baik disebabkan oleh faktor

ekonomi, hasil observasi peneliti

sebagian besar responden memiliki

toilet dengan jarak yang jauh dari

rumah, sehingga tidak memungkinkan

mereka membuat toilet didalam

rumah untuk mengajarkan anak

ketoilet sendiri.

3. Hubungan pengetahuan ibu

dengan pelaksanaan toilet

training pada anak usia usia

toddler (1-3 tahun).

Hasil penelitian hubungan antara

pengetahuan ibu dengan pelaksanaan

toilet training pada anak usia usia

toddler (1-3 tahun) di Desa Totokarto

Kecamatan Adiluwih Kabupaten

Pringsewu Tahun 2014, dapat

diketahui bahwa 73,0% responden

yang memiliki pengetahuan kurang

baik, melaksanakan toilet training

kurang baik sedangkan 35,0%

responden yang memiliki

Page 7: Jurnal eka ervina

Jurnal Keperawatan STIKes Aisyah Pringsewu

vii

pengetahuan baik, melaksanakan

toilet training kurang baik. Hasil uji

statistik chi square didapat nilai p

value = 0,012 (0,012 < 0,05), maka

dapat disimpulkan ada hubungan

antara pengetahuan ibu dengan

pelaksanaan toilet training pada anak

usia usia toddler (1-3 tahun) di Desa

Totokarto Kecamatan Adiluwih

Kabupaten Pringsewu Tahun 2014.

OR didapat 5,014 artinya responden

dengan pengetahuan kurang baik

memiliki peluang kurang baik dalam

melaksanakan toiet training sebesar

5,014 kali dibandingkan dengan

responden yang memiliki

pengetahuan baik.

Menurut Bloom dalam

Notoatmodjo, (2007) membagi

perilaku manusia dalam tiga ranah,

yaitu pengetahuan (knowledge), sikap

(attitude), dan praktik atau tindakan

(practice). Dalam aplikasi perilaku

toilet training mulai dari pengetahuan

ibu tentang apa itu toilet training,

bagaimana cara toilet training serta

apa saja yang dibutuhkan dalam toilet

training, setelah ibu mengetahui

tentang toilet training, ibu harus

mempersiapkan diri serta balita untuk

latihan toilet training, diharapkan

setelah ibu memahami dan

mempersiapkan diri untuk toilet

training, ibu dapat mempraktekkan

apa yang telah diketahui dan

dipersiapkan untuk toilet training.

Hasil penelitian ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh

Pusparini (2010) tetang hubungan

Pengetahuan Ibu tentang Toilet

Training dengan Perilaku Ibu dalam

Melatih Toilet Training pada Anak

Usia Toddler di Desa Kadokan

Sukoharjo. hasil uji Spearman Rho

diperoleh nilai rho 0.733 dan nilai

probabilitas (pvalue) 0,000 lebih kecil

dari (alpha) = 0,05, sehingga ada

hubungan signifikan antara

pengetahuan tentang ibu tentang toilet

training dengan perilaku ibu dalam

pelatihan toilet training pada anak

usia balita di desa Kadokan

Sukoharjo.

Adanya hubungan antara

pengetahuan ibu dengan pelaksanaan

toilet training pada anak usia usia

toddler (1-3 tahun) di Desa Totokarto,

menurut peneliti disebabkan sebagian

besar pengetahuan ibu kurang baik

mengenai toilet training

mempengaruhi perilaku ibu tidak

melaksanakan toilet training pada

anak usia toddler (1-3) tahun.

Sebanyak 73,0% responden yang

memiliki pengetahuan kurang baik,

melaksanakan toilet training kurang

baik. Perilaku yang kurang ini salah

satunya ditunjukkan dari skor

jawaban responden yang rendah pada

pernyataan kurangnya kesadaran

menerapkan toilet training

disebabkan rendahnya tingkat

pengetahuan ibu. Sunaryo (2004)

menyatakan faktor fungsional atau

faktor yang yang mempengaruhi

perilaku adalah pengalaman, usia,

masa lalu, kepribadian, jenis kelamin,

dan lain-lain yang bersifat subyektif.

Pengetahuan merupakan salah satu

faktor dari dalam diri individu yang

berkiat erat dengan luasnya wawasan

dan pengalaman yang dimiliki

responden. Dapat diartikan bahwa

tingkat pengetahuan berpengaruh

pada kemampuan responden untuk

mengenali fenomena yaitu toilet

training.

Sejalan dengan Notoatmojo

(2005), yang mengemukakan bahwa

salah satu faktor yang berpengaruh

pada perilaku kesehatan adalah

tingkat pendidikan. Hasil pendidikan

ikut membentuk pola berpikir, pola

persepsi dan sikap pengambilan

keputusan seseorang. Pendidikan

seseorang yang meningkat

Page 8: Jurnal eka ervina

Jurnal Keperawatan STIKes Aisyah Pringsewu

viii

mengajarkan individu mengambil

keputusan yang terbaik untuk dirinya.

Tingkat pendidikan ibu di wilayah

desa Totokarto berdampak pada

kemampuan mereka untuk bersikap

dan mengambil keputusan yang

terbaik dalam menerapkan toilet

training pada anaknya.

Masih adanya responden yang

mempunyai periaku pelaksanaan

toilet training dalam katagori kurang

baik menunjukkan bahwa masih ada

responden yang belum tertarik

terhadap konsep toilet training. Hal

ini disebabkan karena toilet training

dianggap tidak penting untuk

diajarkan kepada anak, karena ada

sebagian ibu yang beranggapan anak

akan bisa melakukannya sendiri.

Sebagian orang tua juga beranggapan

bahwa toilet training pada anak

bukanlah pekerjaan yang mudah

untuk dilakukan. Hal ini sejalan

dengan pendapat dari Reputrawaty

(2008) yang menyatakan banyak

orang tua yang merasa kesulitan

dalam melatih toilet training pada

anak dan beranggapan akan diajarkan

oleh guru di sekolah.

Ketidaktertarikan orang tua terhadap

toilet training ini akan membuat

orang tua menjadi kurang perhatian

sehingga menumbuhkan persepsi

yang kurang baik terhadap toilet

training. Hal ini sejalan dengan

pendapat yang dikemukakan oleh

Sunaryo (2004) yang menyatakan

langkah pertama tumbuhnya persepsi

adalah adanya perhatian.

Faktor pendidikan juga sangat

mempengeruhi perilaku ibu dalam

pelaksanaan toilet training. Sejalan

dengan pendapat Soetjiningsih (2011)

yang menyatakan pendidikan orang

tua merupakan salah satu faktor yang

penting dalam tumbuh kembang anak,

karena orang tua terbuka terhadap

informasi tentang cara pengasuhan

anak yang baik salah satunya

pembimbingan toilet training pada

anak.

Hasil penelitian data dapat

diketahui bahwa karakteristik

responden berdasarkan pendidikan

terdapat 65% mempunyai tingkat

pendidikan rendah (tidak sekolah-

SMP. Hal ini juga sejalan dengan

pendapat dari Hidayat (2005) yang

menyatakan kesuksesan toilet

training dipengaruhi oleh kesiapan

orang tua diantaranya kesiapan secara

psikologis yaitu dalam bentuk

pengetahuan dan perilaku.

Tidak dilaksanakannya toilet training

dengan baik pada usia toddler akan

berpengaruh pada perkembangan

psikologis anak,anak yang tidak

diajarkan toilet training cendrung

lebih bandel dan susah diatur. Oleh

karena itu diharapkan bagi petugas

kesehatan khususnya para kader-

kader diposyandu untuk aktif

memberikan penyuluhan dan

konseling mengenai toilet training

pada ibu-ibu sehingga dapat

melaksanakan toilet training dengan

baik pada anak usia 1-3 tahun.

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan

pembahasan penelitian yang berjudul

hubungan antara pengetahuan ibu

dengan pelaksanaan toilet training

pada anak usia usia toddler (1-3

tahun) di Desa Totokarto Kecamatan

Adiluwih Kabupaten Pringsewu

Tahun 2014, maka dapat disimpulkan

sebagai berikut:

a. Pengetahuan tentang toilet training

pada ibu yang memilliki anak usia

toddler (1-3 tahun) di Desa

Totokarto Kecamatan Adiluwih

Kabupaten Pringsewu Tahun 2014,

Page 9: Jurnal eka ervina

Jurnal Keperawatan STIKes Aisyah Pringsewu

ix

sebagian besar kurang baik yaitu

37 orang (64,9%).

b. Pelaksanaan toilet training pada

anak usia toddler (1-3 tahun) di

Desa Totokarto Kecamatan

Adiluwih Kabupaten Pringsewu

Tahun 2014, sebagian besar

kurang baik yaitu 34 responden

(59,6%).

c. Terdapat hubungan antara

pengetahuan ibu dengan

pelaksanaan toilet training pada

anak usia usia toddler (1-3 tahun)

di Desa Totokarto Kecamatan

Adiluwih Kabupaten Pringsewu

Tahun 2014. P value = 0,012, OR

= 5,014.

B. Saran

1. Bagi Petugas Kesehatan

Bagi petugas kesehatan diwilayah

kerja Puskesmas Adiluwih hendaknya

lebih meningkatkan upaya promosi

mengenai toilet training pada

masyarakat, hal ini berguna untuk

meningkatkan tumbuh kembang pada

anak diwilayah kerja setempat lebih

baik.

2. Bagi responden Penelitian

Bagi ibu yang memiliki anak usia 1-3

tahun di Pekon Totokarto hendaknya

lebih aktif dalam mencari informasi

mengenai toilet training baik bertanya

kepada petugas kesehatan, membaca

buku atau majalah yang berkaitan

dengan toilet training serta dapat

mengases informasi melalui televisi

dan radio.

3. Bagi peneliti Selanjurnya

Bagi peneliti selanjutnya diharapkan

agar melakukan penelitian mengenai

faktor yang berhubungan dengan

dampak tidak melakukan toilet

training seperti kejadian infeksi

saluran kemih pada anak balita

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, 2006. Prosedur Penelitian

Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta : Rineka Cipta.

Green, W, 2005. Helath Education

Planing A Diagnostik Approach.

Johns Hapkins University:

Mayfield Publishing Company..

Gupte, S. 2004. Pedoman Perawatan

Anak, Jakarta: Pustaka Populer

Obor.

Hastono, 2007. Analisa Data

Kesehatan. Jakarta : FKM UI.

Heryanto, 2013. Hubungan antara

tingkat pengetahuan ibu tentang

tilet training dengan praktik ibu

dalam penggunaan dapers pada

anak usia toddler (1-3 tahun)

dikelurahan putat porwodadi.

Dalam http://www.e-jurnal.com/.

diakses tanggal 1 Desember

2013.

Hidayat, A, 2005. Pengantar Ilmu

Keperawatan Anak. Jakarta :

Salemba Medika.

Istichomah, 2010. Hubungan Tingkat

Pengetahuan Ibu Asuh dengan

Pelaksanaan Toilet Training

Secara Mandiri pada Anak Usia

Todler di TPA Citra RSU

Rajawali Citra Bantul. Jurnal

Kesehatan Surya Medika

Yogyakarta : dalam

http://www.skripsistikes.wordpre

ss.com diakses tanggal 15 Januari

2014.

Lestari, 2013. Hubungan Antara

Tingkat Pengetahuan Ibu tentang

Toilet Training dengan Perilaku

Ibu Dalam Penggunaan Diapers

pada Anak Usia Toddlers (1-3

tahun) di Kelurahan Putat

Purwodadi. Semarang :

Universitas Telogorejo

Semarang.

Page 10: Jurnal eka ervina

Jurnal Keperawatan STIKes Aisyah Pringsewu

x

Notoatmodjo, S. 2007. Promosi

Kesehatan dan Ilmu Perilaku.

Jakarta: Rineka Cipta.

,. 2010. Metodologi

Penelitian Kesehatan. Jakarta :

Rineka. Cipta.

. 2005. Metodelogi

Penelitian Kesehatan. Jakarta:

PT. Rineka Cipta.

Octopus, 2006. Kamus perkembangan

bayi dan balita. Alih bahasa:

Ariavita. Purnamasari. Jakarta :

EGC.

Pusparini, 2010. Hubungan

Pengetahuan Ibu tentang Toilet

Training dengan Perilaku Ibu

dalam Melatih Toilet Training

pada Anak Usia Toddler di Desa

Kadokan Sukoharjo. Dalam

http://publikasiilmiah.ums.ac.id/h

andle/ diakses tanggal 15 Mei

2014.

Soetjiningsih., 2008. Prevalensi dan

Faktor Risiko Enuresis pada

Anak Taman Kanak-Kanak di

Kotamadya Denpasar.

Denpasar : Divisi Tumbuh

Kembang- Ilmu Kesehatan Anak

Fakultas Kedokteran Universitas

Udayana.

Sugiyono, 2009. Metode Penelitian

Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.

Bandung : Alfabetha.

Supartini, 2002. Buku Ajar Konsep

Dasar Keperawatan Anak.

Jakarta: EGC.

Suririnah, 2010. Buku Pintar

Mengasuh Balita. Jakarta : PT

Gramedia.

Susi, 2010. Pengaruh toilet training

terutama cara cebok dari depan

kebelakang terhadap

berkurangnya kejadian ISK

berulang. Dalam

http://eprints.undip.ac.id/18739/.

Diakses tanggal 1 Desember

2013.

Warner, Penny & Paula Kelly. 2007.

Mengajari Anak Pergi ke Toilet.

Jakarta: Arcan.

Wieke, 2013. Hubungan

pengetahuan dan pola asuh ibu

terhadap kemampuan toilet

training pada anak usia 2-3

tahun di PAUD Asa Bunda

Semarang. Dalam http://www.e-

jurnal.com/2013. diakses tanggal

1 Desember 2013.

Wong, 2008. Buku Ajar Keperawatan

Pediatric. Jakarta: EGC.

Zaivera, Ferdinand. 2008.

Mengenali dan Memahami

Tumbuh Kembang Anak.

Jogjakarta: Katahati.

.