referat eka
DESCRIPTION
nnTRANSCRIPT
REFERAT
MONITORING
Disusun oleh :
Eka Widia 2010730030
Suyetno 2008730123
Dokter Pembimbing :
dr. Indra K Ibrahim, Sp. An
BAGIAN ANASTESI
RSUD SYAMSHUDIN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2015
Keajuan dalam bidang mikro-elektonik dan bio-enjerinering
memungkinkan kita mmonitor lebh afektif dan dapat mengetahui peringatan
awal dari masalah yang potensial, sehingga kitadapatcepat mengerjakanhal-hal
yang perlu untukmengembalikan fungsi organ vital sefisiologis mungkin.
Tetapi alat monitorkurang bermanfaat, kalauartidanlimitasi dari infomasiyang
diberikan kurang dimengerti.
Anestesiabertujuan menghasilkan blokade terhadap rangsang nyeri,
bolkade terhadapmemori atau kesadaran dan blokade terhadap otot lurik.
Untuk meniadakan atau diperlukan mengurangi efek samping dari obat atau
tindakan anestesi diperlukan monitoring utnuk mengetahui apakah ketiga hal
diatas cukup adekuat,kelebihan dosis atau malah perlu ditambah.
Pemantauan pada pasien yang di anestesi perlu di lakukan pengumpulan
data, meliputi:
1. Fisiologi hemostasis
Untuk menilai kesadaran pasien segar atau bugar, ada penyakit
sistemik lainnnya atau tidak, perubahan pasien, GCS, kesadaran
2. Respon dari pengobatan yang telah diberikan
Sedang mengalami penyakit apa, sudah diberikan obat apa belum,
respon dari obat yang diberikan, membaik atau memburuk atau tidak
ada perubahan
3. Alat anestesi yang akan digunakan dalam keadaan berfungsi
Dalam pelaksanaan operasi harus mengetahui kondisi pasien pasca
prabedah, Untuk menentukan prognosis (Dachlan. 1989) ASA (American
Society of Anesthesiologists) membuat klasifikasi berdasarkan status fisik
pasien pra anestesi yang membagi pasien kedalam 5 kelompok atau kategori
sebagai berikut: ASA 1, yaitu pasien dalam keadaan sehat yang memerlukan
operasi. ASA 2, yaitu pasien dengan kelainan sistemik ringan sampai sedang
baik karena penyakit bedah maupun penyakit lainnya. Contohnya pasien batu
ureter dengan hipertensi sedang terkontrol, atau pasien apendisitis akut dengan
lekositosis dan
febris. ASA 3, yaitu pasien dengan gangguan atau penyakit sistemik berat
yang diaktibatkan karena berbagai penyebab. Contohnya pasien apendisitis
perforasi dengan septi semia, atau pasien ileus obstruksi dengan iskemia
miokardium. ASA 4, yaitu pasien dengan kelainan sistemik berat yang secara
langsung mengancam kehiduannya. ASA 5, yaitu pasien tidak diharapkan
hidup setelah 24 jam walaupun dioperasi atau tidak. Contohnya pasien tua
dengan perdarahan basis krani dan syok hemoragik karena ruptura hepatik.
Klasifikasi ASA juga dipakai pada pembedahan darurat dengan
mencantumkan tanda darurat (E = emergency), misalnya ASA 1 E atau III E.
Stadium anestesi dibagi dalam 4 yaitu; Stadium I (stadium induksi atau
eksitasi volunter), dimulai dari pemberian agen anestesi sampai menimbulkan
hilangnya kesadaran. Rasa takut dapat meningkatkan frekuensi nafas dan
pulsus, dilatasi pupil, dapat terjadi urinasi dan defekasi. Stadium II (stadium
eksitasi involunter), dimulai dari hilangnya kesadaran sampai permulaan
stadium pembedahan. Pada stadium II terjadi eksitasi dan gerakan yang tidak
menurut kehendak, pernafasan tidak teratur, inkontinensia urin, muntah,
midriasis, hipertensi, dan takikardia. Stadium III (pembedahan/operasi),
terbagi dalam 3 bagian yaitu; Plane I yang ditandai dengan pernafasan yang
teratur dan terhentinya anggota gerak. Tipe pernafasan thoraco-abdominal,
refleks pedal masih ada, bola mata bergerak-gerak, palpebra, konjuctiva dan
kornea terdepresi. Plane II, ditandai dengan respirasi thoraco-abdominal dan
bola mata ventro medial semua otot mengalami relaksasi kecuali otot perut.
Plane III, ditandai dengan respirasi regular, abdominal, bola mata kembali ke
tengah dan otot perut relaksasi. Stadium IV (paralisis medulla oblongata atau
overdosis),ditandai dengan paralisis otot dada, pulsus cepat dan pupil dilatasi.
Bola mata menunjukkan gambaran seperti mata ikan karena terhentinya
sekresi lakrimal (Archibald, 1966).
Standar pemanatauan dasar anestesi oleh american society of
anesthesiologist
1. oxiometry pulse
2. capnography
3. Oxygen analyzer
4. Disconnect alarm
5. Temperature
6. Visual ekg selama operasi
7. Tekanan darah dan heart rate sedikitnya harus dievaluasi tiap 5 menit
PEMANTAUAN YANG TIDAK MEMERLUKAN PERALATAN
1. Inspeksi
Kulit : warna, capilari refill, rash, edema
Kuku: warna, capillary refill
Membaran mukosa : warna, bentuk, bengkak
Surgical field: warna jaringan dan darah, darah yang hilang,
skeletalmuscle relaxation
Gerak : reflex dan ukuran
Eyes : konjungtiva (warna dan bengkak), pupil (ukuran dan refleks
cahaya)
2. Palpasi
Kulit : suhu dan bentuk
Denyut nadi : isi cukup, kuat angkat,reguler
Skeletal muscle : tone
3. Perkusi
Gaster : distensi
Dada : pneumotoraks
4. Auskultasi
Dada : susara paru dan jantung
Tekanan darah
PEMANTAUAN YANG DIGUNAKAN SELAMA PROSES
ANESTESI
1. Tekanan darah
Dapat di ukur manual atau otomatid dengan manset yang harus tepat ukurannya
( lebarnya kira-kira 2/3 lebar jarak olekranon-akromion atau 40% dari keliling
besarnya lengan)
Bila terlalu lebar emasangan menghasilkan nilai lebih rendah, bila terlalu sempit
menghasilkan nilai lebih tinggi.
Yang diperhatikan ialah sistol, diastol, MAP (mean arterial pressure)
13 (sistolik + 2 x diastolik) atau diastol +
13(sistol-diastol)
2. Precordial or esophageal stethoscope
Dapat didengar suara pernapasan, frekuensi nadi, dan irama.
Pada esophageal stetoscope adalah pemasangan kateter khusus yang masuk melalui
esofagus
3. Ekg
Untuk mengetahui kontinyu frekuensi nadi, disritmia, iskemia jantung gangguan
induksi, abnormalitas gelombang, elektrolit dan fungsi peace maker.
Perlu diperhatikan lead II, karena lead II merupakan dapat langsung mendeteksi
cardiac aritmia, karena arah vektor gelombang P menghasilkan amplitudo yang
maximum pada gelombang P ( dapat di jadikan hitung heart rate yang baik) dan
mendeteksi ST depresi yang merupakan gambaran adanya inferior iskemik miokard.
Selain itu perhatikan juga lead v5, yaitu utnuk mendteksi anter0 ischemic myiocard.
4. Pulse oxiometer
Utnuk mengetahui menilai perfusi dan oksigenasi jaringan perifer.
5. Capnograph
Selang untuk menghitung kadar PaCO2 yang dihubungkan dari face mask ke mesin
monitor.
6. Mass spectrometry
Untuk menganalisa gas, menentukan massa atom atau molekul.
Cara kerja sampel dalam bentuk gas mula-mula ditembaki dengan berikan elektron
bernergi tinggi hasilnya atom berionisasi .
Contoh ada emboli maka emboli tersebut dapat di pecahkan oleh elektornnya
kemudian menjadi gas yang tidak menyumbat atau dapat dihisap kembali.
7. Raman spectroscopy
Contoh kerja pada pendeteksi barang di bandara
8. Disconnect alarm
Untuk memantau tekanan darah, nadi, ernapasan sedikitya 5 menit sekali.
Alarm akanberbunyi bila didapatkan nilai yang tidak normal pada monitor
9. Spirometer
Untuk meniali faal paru.
Dalamanestesi untuk memprediksi toleransi atau risiko pasien terhadap prosedur
pembedahan atau anestesi . dan untuk menilai komplien paru saat penekanan O2
10. Urine output
Untuk mengetahui keadaan sirkulasi ginjal, produksi air kemih normal dewasa 0.5 – 1
ml /kgbb.
Pemantauan pada bedahlama bermanfaatuntuk menghindari retensi urin atau distensi
buli-buli juga hemoglubinuria.
11. Peripheral nerve stimulator
Untuk mengetahui apakah sudah cukup obatanestesi yang diberikan karena anestesi
bertujuan menghasilkan blokade neuromuskular dan apakah setelah selesai
anestesitonus oto sudah kembalinormal.
12. Suhu tubuh
Dilakukan pada pembedahan lama atau pada bayi dan anak kecil.
Karena bayi mudah sekal kehinlangan panas secara radiasi, konveksi, evaporasi dan
konduksi, dengan konsekuensi depresi otot jantung, hipoksia, asidosis,pulih anestesi
lambatdan pada neonatus dapat terjadi persisten fetal.
13. Oxygen analizer
Dikalibrasi dengan udara ruangan dan oksigen dengna menyeting alrm, bila konstrasi
oksigen kurang dari 30% alarm berbunyi
14. Arterial blood gases and pH
Analisa gas darah
15. Central venous pressure catheter dan Pulmonary artery catheter
Dikerjakan secara invasive .
Pulmonary artery chaeter dapatdianalisa curah jantung dan biasanya digunakan pada
pasien dengan cronic heart failure dan infark miokard berulang
16. Echocardiography
Menilai fungsi jantung
17. Electroencephalography
Efek dari anestesi volatile sevoflurance yang dilaporkan dapat menyebabkan aktifitas
atau gerakan listrik mirip kejang pada EGG
18. Bispectral index
Merupakan salah satu dari beberapa tekhnologi berkembang masa kini yag fungsinya
adalah untuk memonitor kdalaman anestesi , membantu dokter merumuskan jenis dan
dosis yang tepat dan optimal dari obat bius atau obat penengan utnuk setiap pasien.
Penggunaan monitor bispectral di perrkirakan akan megnurangi insiden kesadaran
intraoperatif
Bispectral index belum dapat dibuktikan untuk mengukur level kesadaran khususnya
jika disebabkan oleh hal yang menurunkan kesadaran (obat-obat penyakit metabolik,
hipotermi, truma kepala, hipovolemi, tidur alami)
19. Evoked potentials
Termasuk pada jenis tehnik neuro psikologik monitoring. Pemeriksaan melihat respon
dari sistem nervus (sensory stimulation)
Sebagai metode alternatif dari monitoring dan untuk menjaga keselamatan fungsi
syaraf dari seseorang pasien yang ada saat sedang dalam keadaan terbius total.
Daftar pustaka
Robert K, etc, Basic of anesthesi edisi 4; hal 209-221
Said A, dkk, petunjuk praktis anestesiologis edisi kedua ; hal 90-96
Ardin , referat anestesi , intraoperativeawarenessin patient monitored with bispectral index
Gueli SL, Lerman J. Controversies in pediatric anesthesia: Sevofl urane and fl uid management. Curr Opin Anaesthesiol. 2013;26(3):310-7. doi: 10.1097/ACO.0b013e328360e94f.
Nieminen K, Westeren-Punnonen S, Kokki H, Ypparila H, Hyvarinen A, Partanen J. Sevofl urane anaesthesia in children after induction of anaesthesia with midazolam and thiopental doesnot cause epileptiform EEG. Br J Anaesth. 2002;89(6):853–6.