jurnal eka

31
Arti Penting Poundsterling bagi Inggris dalam Uni Eropa Eka Deviana Putri (0911240049) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya Abstrak Pasca Perang Dunia II, beberapa negara di Eropa Barat membentuk sebuah integrasi Eropa atau dikenal dengan European Union (EU). Pada awalnya mereka bekerjasama untuk meningkatkan ekonomi untuk membayar kerugian yang diakibatkan oleh Perang Dunia II. Dengan ide kerjasama tersebut, EU dapat menghindari terjadinya konflik dalam kawasan karena negara-negara di Eropa menjadi saling tergantung secara ekonomi, sehingga menciptakan perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran. Kemudian kerjasama itu berkembang menjadi sebuah pasar tunggal di Eropa yang luas dimana orang, barang, jasa dan modal bergerak bebas diantara negara-negara anggota, disebut sebagai common market. EU bahkan menetapkan Euro sebagai mata uang bersama (common currency). Saat ini 17 dari 28 negara anggota EU menggunakan Euro sebagai mata uang resmi negaranya, dikenal sebagai Eurozone. Sedangkan, 10 negara lain masih mempertahankan mata uang masing-masing sebagai mata uang resmi, salah satunya adalah Inggris. Meskipun Inggris merupakan anggota EU yang telah ikut serta menciptakan integrasi secara ekonomi, politik, dan sosial, Inggris memiliki alasan tersendiri untuk mempertahankan poundsterling sebagai mata uang resmi negaranya.

Upload: ekaputri

Post on 21-Jan-2016

137 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Jurnal Eka

Arti Penting Poundsterling bagi Inggris dalam Uni Eropa

Eka Deviana Putri (0911240049)

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Brawijaya

Abstrak

Pasca Perang Dunia II, beberapa negara di Eropa Barat membentuk sebuah integrasi Eropa atau dikenal dengan European Union (EU). Pada awalnya mereka bekerjasama untuk meningkatkan ekonomi untuk membayar kerugian yang diakibatkan oleh Perang Dunia II. Dengan ide kerjasama tersebut, EU dapat menghindari terjadinya konflik dalam kawasan karena negara-negara di Eropa menjadi saling tergantung secara ekonomi, sehingga menciptakan perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran. Kemudian kerjasama itu berkembang menjadi sebuah pasar tunggal di Eropa yang luas dimana orang, barang, jasa dan modal bergerak bebas diantara negara-negara anggota, disebut sebagai common market. EU bahkan menetapkan Euro sebagai mata uang bersama (common currency). Saat ini 17 dari 28 negara anggota EU menggunakan Euro sebagai mata uang resmi negaranya, dikenal sebagai Eurozone. Sedangkan, 10 negara lain masih mempertahankan mata uang masing-masing sebagai mata uang resmi, salah satunya adalah Inggris. Meskipun Inggris merupakan anggota EU yang telah ikut serta menciptakan integrasi secara ekonomi, politik, dan sosial, Inggris memiliki alasan tersendiri untuk mempertahankan poundsterling sebagai mata uang resmi negaranya.

Kata kunci: European Union (EU), Euro, Inggris, Poundsterling

Latar Belakang

European Union (EU) adalah sebuah integrasi dimana negara-negara

anggotanya melakukan kerjasama ekonomi, politik, dan sosial. Tujuan awal EU

dibentuk pasca Perang Dunia II adalah untuk meningkatkan kerjasama ekonomi.

Negara-negara yang melakukan perdagangan secara ekonomi menjadi saling

bergantung, sehingga dapat menghindari konflik. Selain itu, negara-negara di

Eropa menghadapi dua musuh yang sama yaitu ancaman eksternal dari Uni Soviet

selama Perang Dingin dan ancaman internal akan terjadinya perpecahan dan

konflik yang dapat menyebabkan perang dan instabilitas di Eropa seperti masa

Page 2: Jurnal Eka

lalu (Balaam & Veseth, 2001, p. 232). Saat ini EU telah menciptakan perdamaian,

stabilitas, dan kemakmuran di Eropa selama lebih dari lima puluh tahun.

Pada tahun 1957, EU atau Uni Eropa secara formal dimulai sebagai EEC

(European Economic Community) yang berfokus pada kerjasama ekonomi antar

negara. Pada tahun 1980-an, berubah menjadi EC (European Community) karena

fungi politik dan sosial berkembang. Kemudian berubah lagi pada tahun 1993

menjadi EU (European Union), suatu bukti bahwa integrasi telah berkembang

dari bidang ekonomi menuju bidang politik dan sosial. Integrasi ekonomi Uni

Eropa tidak terbentuk dalam waktu yang singkat dan instan. Biasanya suatu

integrasi ekonomi melalui beberapa tahapan atau level, yaitu: (Appleyard &

Alfred, 1998, p. 353- 355)

1. FTA (Free Trade Area)

Semua anggota menghapus tarif pada produk masing-masing, sementara

pada saat yang sama setiap anggota mempertahankan kebebasannya dalam

membuat kebijakan perdagangan dengan nonanggota. Dengan kata lain,

anggota FTA dapat mempertahankan tarif individu dan hambatan

perdagangan lain kepada negara non anggota.

2. CU (Custom Union)

Semua tarif antar anggota dihapus dan mereka mengadopsi kebijakan

komersial eksternal bersama terhadap non anggota.

3. CM (Common Market)

Semua tarif antar anggota dihapus dan mereka mengadopsi kebijakan

komersial eksternal bersama terhadap non anggota, dan semua hambatan

untuk pergerakan faktor ekonomi antara negara-negara anggota dihapus.

4. EU (Economic Union)

Mencakup semua fitur dari CM tetapi juga menyiratkan persatuan lembaga

ekonomi dan koordinasi kebijakan ekonomi seluruh negara anggota.

Ketika Economic Union mengadopsi mata uang bersama, hal ini juga telah

menjadi sebuah kesatuan moneter.

Berdasarkan tahapan itu integrasi ekonomi Uni Eropa telah sampai pada

tahap keempat. Pada awalnya kerjasama ekonomi hanya dilakukan oleh beberapa

negara di Eropa dengan membentuk ECSC (European Coal and Steel Community)

Page 3: Jurnal Eka

dimana free trade hanya berlaku untuk komunitas tertentu, dan perdagangan

dilakukan utamanya pada coal dan steel. Pada tahap FTA (Free Trade Area),

integrasi ekonomi di Eropa ditandai dengan terbentuknya EFTA (European Free

Trade Area). Negara-negara anggota sepakat untuk menghilangkan hambatan

dagang hanya untuk sesama negara angora EFTA, serta menggunakan tarif yang

berbeda untuk negara non anggota EFTA. Tahap selanjutnya yaitu CU (Custom

Union) dimana mereka mulai menerapkan tariff yang sama untuk negara non

anggota AFTA dan penyeragaman pabean.

Pada tahap CM (Common Market), terjadi pergerakan bebas orang,

barang, jasa dan modal diantara negara-negara anggota yang dikenal dengan

istilah “four freedom of movements”. Itulah sebabnya orang-orang yang ingin

melakukan perjalanan ke negara anggota lain tidak memerlukan visa. Pada tahap

EU (Economic Union), European Union berusaha menerapkan EMU (Economic

and Monetary Union) yaitu penyeragaman kebijakan moneter dan fiskal antar

negara anggota. Tahapan inilah yang akhirnya membuat Uni Eropa meluncurkan

mata uang tunggal yaitu Euro (€). Dalam hal ini, Perancis merupakan negara yang

menginginkan monetary union, sedangkan Jerman lebih tertarik pada political

union. Kedua negara ini merupakan pelopor kesatuan Eropa dan mendominasi di

Uni Eropa.

Euro (€) adalah bukti nyata dari integrasi Eropa dimana common currency

digunakan oleh 17 dari 28 negara anggota Uni Eropa. Manfaat common currency

tersebut sangat jelas bagi orang-orang yang bepergian ke luar negeri atau belanja

online di situs yang berbasis di negara-negara anggota Uni Eropa. Euro senidiri

diluncurkan sejak 1 Januari 1999 sebagai mata uang virtual untuk pembayaran

tunai dan tujuan akuntansi. Uang kertas dan koin diperkenalkan pada tanggal 1

Januari 2002. Lebih dari 332 juta orang di seluruh dunia menggunakan mata uang

yang dipegkan ke Euro. Berikut adalah 17 dari 28 negara anggota EU yang

dikenal sebagai Eurozone (www.europa.eu):

Austria

Belgia

Siprus

Estonia

Finlandia

Perancis

Jerman

Yunani

Page 4: Jurnal Eka

Irlandia

Itali

Luxemburg

Malta

Belanda

Portugal

Slovakia

Slovenia

Spanyol

Pada akhir Perang Dingin, EU atau Uni Eropa dihadapkan pada empat

masalah yang mengancam persatuan dan integrasi yang telah diciptakan, yaitu:

(Balaam & Veseth, 2001, p. 245)

1. The Ever-Wider Union

Bagaimana mengakomodasi tuntutan baru untuk keanggotaan EU tanpa

mengaleniasi anggota EU saat ini.

2. The challenge of the Regions

Apa yang harus dilakukan mengenai tuntutan otonomi daerah yang lebih

besar dalam EU.

3. The Security Issue

Bagaimana menangani masalah kemanan secara efektif selain ancaman

Soviet.

4. The German Problem

Bagaimana memastikan bahwa Jerman tetap berkomitmen pada kesatuan.

Secara teori monetary union dianggap mampu memecahkan empat masalah

tersebut dalam satu solusi. Hal ini didasarkan pada persepsi dimana sebuah mata

uang tunggal akan membuat pasar Eropa menjadi lebih efisien dan ekonomi Eropa

lebih dinamis. Dengan demikian masalah Jerman akan terselesaikan karena

Jerman akan terikat oleh jaringan kemungkinan terkuat seluruh Uni Eropa yaitu

uang dan akhirnya kerja sama politik akan dicapai (Balaam & Veseth, 2001, p.

247). Ini berarti Jerman akan mendapatkan political union yang diinginkan disaat

Perancis mewujudkan monetary union.

Bagi Uni Eropa mata uang tunggal menawarkan banyak keuntungan.

Misalnya saja, menghilangkan fluktuasi nilai tukar dan biaya pertukaran karena

lebih mudah bagi perusahaan untuk melakukan perdagangan lintas batas dan

ekonomi yang lebih stabil. Selain itu, ekonomi terus tumbuh dan konsumen

Page 5: Jurnal Eka

memiliki lebih banyak pilihan. Sebuah mata uang tunggal juga mendorong orang

untuk melakukan perjalanan dan berbelanja di negara-negara lain. Pada tingkat

global, Euro memberikan Uni Eropa pengaruh lebih besar karena merupakan mata

uang internasional kedua yang penting setelah dolar AS (www.europa.eu).

Di samping itu, Uni Eropa ingin mengurangi ketergantungan terhadap

dolar AS dimana dahulu Amerika Serikat memberi bantuan finansial setelah

Eropa mengalami kehancuran akibat Perang Dunia II. Inilah yang membuat

negara-negara Eropa tergantung pada perkenomian dan dolar AS, sehingga jika

terjadi krisis yang mempengaruhi nilai dolar AS maka mereka juga akan

menerima akibatnya. Selain mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS,

perekonomian Eropa juga menjadi lebih stabil dan terhindar dari spekulan.

Eropa juga telah memiliki bank sentral yaitu European Central Bank

(ECB) yang bertanggung jawab atas masalah moneter di Uni Eropa. Tujuan

utamanya adalah untuk menjaga stabilitas harga. ECB juga menetapkan sejumlah

suku bunga acuan untuk daerah Euro. Meskipun masih dikenakan pajak oleh

negara-negara Uni Eropa dan setiap negara memutuskan anggarannya sendiri,

pemerintah nasional telah merancang aturan umum pada keuangan publik untuk

dapat mengkoordinasi kegiatan mereka untuk stabilitas, pertumbuhan dan

lapangan kerja (www.europa.eu).

Euro memang terlihat sangat menjajikan, namun bukan berarti tidak ada

permasalahan dalam mengadopsi Euro karena masih ada beberapa beberapa

negara angggota EU yang tidak menggunakan Euro sebagai mata uang negaranya

sehingga membuat monetary union menjadi tidak sempurna. Berikut ini adalah 10

negara anggota EU yang masih mempertahankan mata uang masing-masing:

Bulgaria

Republik Ceko

Denmark

Hungaria

Latvia

Kroasia

Polandia

Rumania

Swedia

Inggris

Inilah yang membuat tahap kelima merupakan tahapan yang tidak mudah

untuk dilakukan karena diperlukan pemahaman dan visi bersama yang kuat untuk

mengikat diri dan bekerjasama dalam kerangka ekonomi untuk menyatukan

Page 6: Jurnal Eka

negara-negara di Eropa hingga memiliki mata uang tunggal. Hal ini setidaknya

membutuhkan waktu lebih dari 50 tahun bagi Uni Eropa. Selain pertimbangan

ekonomi, faktor sejarah dimana sebagian negara Eropa mengalami kepedihan dan

menanggung akibat buruk dari Perang Dunia II membangkitkan semangat mereka

untuk bersatu agar sejarah kelam masa lalu tidak terulang lagi, namun hal itu tidak

cukup untuk membuat mereka semua menyetujui penggunaan mata uang tunggal.

Kesepuluh negara tersebut tentunya memiliki alasan masing-masing

mengapa mereka tidak mau mengadopsi Euro. Negara yang memiliki

perkonomian kuat seperti Inggris pun tidak mau mengadopsi Euro dan masih

menggunaka poundsterling sebagai mata uangnya. Pertanyaannya adalah mengapa

Inggris masih mempertahankan poundsterling sebagai mata uang resmi

negaranya?

Pembahasan

A. Merkantilisme Inggris dalam Uni Eropa

Merkantilisme adalah sekumpulan pemikiran ekonomi yang muncul di

Eropa selama periode 1500-1750. Negara memiliki tindakan yang sama terhadap

aktivitas ekonomi domestik dan peran perdagangan internasional, tujuannya

adalah untuk mendominasi ekonomi dan kebijakan pada masa itu. Merkantilisme

sering dianggap sebagai political economy of state building. Pusat pemikiran

merkantilisme adalah pandangan bahwa kekayaan nasional direfleksikan pada

logam berharga yang dimiliki suatu negara yaitu emas. (Appleyard & Alfred,

1998, p.19-20).

Dengan munculnya negara-negara nasional di Eropa Barat, muncul juga

kesatuan-kesatuan ekonomi nasional. Negara dianggap sebagai satu kesatuan

ekonomi sehingga negara selalu berusaha untuk mencapai neraca perniagaan yang

positif agar banyak emas yang mengalir ke dalam negeri. Semakin banyak emas

yang dimiliki suatu negara, semakin ia memiliki kedudukan yang kuat.

Merkantilisme adalah suatu sistem peraturan yang praktis, yang cara

menjalankannya lain antara negara satu dengan negara lainnya (Hardjosoebroto,

Page 7: Jurnal Eka

1976, p. 7). Persamaannya adalah tiap negara adalah merkantilis yang berusaha

mendapatkan emas sebanyak-banyaknya. Begitu pula dengan Inggris.

Merkantilisme di Inggris dimulai pada pemerintahan Henry VII (1485-

1509) raja I dari keluarga Tudor (Hardjosoebroto, 1976, p. 8). Inggris menerapkan

peraturan-peraturan yang bersifat merkantilis yang berusaha membuat negaranya

untung dan secara tidak langsung merugikan negara lain, atau dikenal dengan

istilah zero-sum game. Merkantilisme dalam hal ini adalah suatu cita-cita

organisasi ekonomi yang dijalankan pemerintah (Hardjosoebroto, 1976, p.7).

Pemerintah memiliki kontrol penuh terhadap penggunaan dan pertukaran logam

berharga (emas), sering disebut sebagai bullionism (Appleyard & Alfred, 1998,

p.20). Tidak ada individu yang boleh melakukan hal itu karena disini negara

adalah aktor utama.

Merkantilisme Inggris dalam Uni Eropa terlihat sangat jelas dimana Inggris tetap

berusaha mencapai kepentingan nasionalnya dan tidak mau menyetujui kebijakan

yang dianggap akan merugikan negaranya. Pada awalnya Inggris tidak mau berada dalam

EEC karena beberapa alasan. Inggris khawatir akan hilangnya otonomi politik dan

ekonomi yang selalu menyertai integrasi ekonomi. Politisi Inggris dan mungkin sebagian

besar warga Inggris ragu-ragu untuk menyerahkan kekuasaan pengambilan keputusan

kepada orang lain atau untuk berbagi dengan Prancis dan Jerman. Inggris juga tidak mau

menyerahkan baik "preferensi impertial" nya – hubungan perdagangan preferensial

dengan negara-negara Persemakmuran - atau "hubungan khusus" dengan Amerika Serikat

yang begitu sangat dihargai (Balaam & Veseth, 2001, p. 238).

Teori merkantilisme menyatakan dengan jelas bahwa negara adalah aktor

utama, segala hal dilakukan demi mencapai kepentingan nasionalnya. Inggris dan

negara-negara lain di dunia saling berkompetisi untuk mendapatkan power dan

kekayaan (wealth) yang merupakan dasar dari power tersebut. Inggris menyadari

bahwasanya integrasi ekonomi akan menghalangi pencapaian kepentingan

nasional dan mengurangi kontrol negara di bidang dometik. Pada titik tertentu,

risiko masing-masing negara anggota adalah dipaksa untuk mengabaikan

kepentingan nasional-politik, ekonomi, sosial, atau budaya - sebagai konsekuensi

dari mempertahankan kewajiban internasional. (Balaam & Veseth, 2001, p. 236)

Tiap tahapan integrasi ekonomi mengikis peran negara dalam mengontrol

kondisi domestiknya. “Four freedom of movements” adalah langkah penting

Page 8: Jurnal Eka

dalam integrasi ekonomi dan politik. Negara yang terlibat menyerahkan sebagian

kedaulatannya atau otonomi politik nasional karena mereka tidak bisa lagi

mengatur batasan perdagangannya sendiri (Balaam & Veseth, 2001, p. 233).

Mereka kehilangan kemampuan untuk meregulasi pergerakan barang, jasa, orang,

dan modal ke dalam negaranya. Oleh karena itu Inggris sangat defensive terhadap

kebijakan Uni Eropa yaitu penyeragaman kebijakan moneter dan fiskal dimana

Euro diluncurkan sebagai mata uang tunggal.

B. Keraguan Inggris Untuk Bergabung dalam Eurozone

Bergabung dalam Eurozone bukanlah suatu hal yang mudah dilakukan

oleh Inggris karena banyak pertimbangan dan kemungkinan yang akan terjadi bila

Inggris memutuskan untuk menyetujui penyeragaman kebijakan moneter dan

fiskal. Dalam Uni Eropa sendiri, Inggris termasuk negara yang cukup banyak

menentang kebijakan EU, contoh konkretnya adalah Inggris tidak mau

mengadopsi Euro. Inggris tidak mau terikat dengan hanya satu benua karena

sepertinya Inggris memang ingin melebarkan pengaruhnya ke seluruh dunia.

Seperti yang diungkapkan Winston Churchill dan kelompok Konservatif di House

of Commons. “We are with Europe, but not of it. We are linked, but not

compromised. We are interested and associated, but not absorbed… We belong to

no single Continent, but to all.” (Kaiser & Elvert, 2004, p. 10). Hal ini kemudian

dikenal dengan karakter Inggris yaitu “Britain’s semi-detached relationship with

continental Europe” pada tahun 1930, hubungan Inggris yang agak terpisah dari

benua Eropa.

Untuk melihat kemungkinan Inggris bergabung dalam Eurozone, Inggris

telah melakukan tes ekonomi. Kemudian Pejabat Keuangan (Chancellor of the

Exchequer) Inggris, Gordon Brown akan mengumumkan hasil dari lima tes

ekonomi yang sudah dilakukan sejak Oktober 1999. Jika hasil tes menunjukkan

bahwa Inggris akan bergabung dalam Eurozone, maka langkah selanjutnya adalah

referendum umum untuk meminta pendapat rakyat mengenai keharusan Inggris

bergabung dalam Eurozone.

Lima tes ekonomi yang dilakukan yaitu pertama, apakah kegiatan bisnis

dan struktur ekonomi Inggris cocok dengan anggota Eurozone lainnya, melihat

Page 9: Jurnal Eka

kenyataan akankah Inggris dan pihak lainnya dapat menerima dengan senang hati

tingkat suku bunga Euro pada basis permanen. Kedua, apakah ada fleksibilitas

yang cukup untuk mengatasi apabila muncul suatu masalah. Ketiga, tes dilakukan

berkaitan jika Inggris menyetujui EMU, apakah akan memberikan suatu kondisi

yang lebih baik bagi perusahaan-perusahaan Inggris dalam membuat keputusan

jangka panjang guna melakukan investasi di Inggris. Pertanyaan ini berkaitan

dengan posisi Inggris yang secara geografis terpisah dari daratan Eropa. Pada tes

keempat, tes juga dilakukan berkaitan dengan dampak yang akan terjadi, terutama

berkaitan dengan kemampuan daya saing industri jasa keuangan dan yang paling

utama pasar keuangan di London. Tes kelima adalah apakah akan lebih

mendorong pertumbuhan ekonomi, stabilitas, dan pada akhirnya memberikan

peluang lapangan kerja yang lebih luas di Inggris (Efrilia, 2008)

Tes Ekonomi di atas menimbulkan pro dan kontra antar aktor di Inggris.

Sebagian besar ekonom Inggris mengatakan bahwa tes tersebut lebih banyak

bernuansa politik dan menimbulkan makna ganda sehingga bisa memberikan

jawaban yang berbeda-beda. Misalnya menyangkut tes apakah struktur ekonomi

Inggris cocok dengan anggota zona euro lainnya, serta apakah cukup fleksibilitas

dalam mengatasi persoalan yang muncul, jelas akan mengundang berbagai

penafsiran dan interpretasi, terutama dari kacamata seorang politis. Mereka juga

berpendapat tes ekonomi yang diadakan tahun 1997 ini jelas sudah tidak sesuai

dengan kodisi saat ini. “Tahun 1997, jelas bukan hal bijaksana untuk bergabung,

nilai tukar tidak pas, kondisi perekonomian berbeda,” ujar Profesor Ray Barrell

dari Institut Nasional Riset Sosial dan Ekonomi (NIESR) sebagaimana dikutip

AFP (Efrilia, 2008). Barrell juga mengatakan, tes ini merupakan ide yang bagus,

namun jelas bermakna ganda. Terdapat tujuan politik yang tersembunyi

dibaliknya dan karena itu tes ini akan memperoleh sejumlah jawaban yang

berbeda-beda.

Pro dan kontra mengenai keputusan Inggris bergabung dalam Eurozone

masih berlanjut. Sebagian besar perusahaan besar Inggris pro terhadap keputusan

itu. Mereka menginginkan Inggris bergabung dalam Eurozone, bahkan para

pemimpin dari 25 perusahaan besar Inggris mengirim surat kepada Perdana

Menteri Tony Blair. Tujuan surat itu adalah mengingatkan dampak serius yang

Page 10: Jurnal Eka

akan dihadapi perekonomian Inggris jika terus berada di luar Eurozone (zona

euro) dan dalam surat itu, mereka mengatakan bahwa Pemerintah Inggris harus

berani bergabung dalam Eurozone karena memberikan keuntungan jangka

panjang. Mereka juga mendesak PM Blair agar segera mengumumkan referendum

sebelum pemilu Inggris tahun 2006.

Salah satu kelompok kontra adalah sejumlah ekonom yang bergabung

dalam Financial Hub, London. Dalam suatu jajak pendapat, mereka mengatakan

dengan gamblang untuk menolak Inggris bergabung dalam Eurozone. Mereka

tidak rela menggantikan mata uang poundsterling yang sudah berusia 1.200 tahun

dengan Euro. Mereka juga khawatir bahwa independensi Inggris dalam kebijakan

moneter dan suku bunga akan hilang, serta kepentingan ekonomi Inggris menjadi

terabaikan karena harus mengutamakan kepentingan bersama dengan negara-

negara Eropa lainnya yang bergabung dalam Eurozone (Efrilia, 2008)

Dalam beberapa berita, menyatakan bahwa Inggris semakin tertarik untuk

bergabung dalam kelompok negara pengguna mata uang euro atau Eurozone.

Presiden Komisi Eropa, Jose Manuel Barroso mengatakan bahwa sejumlah politisi

Inggris sedang menimbang untuk bergabung dengan Eurozone, dalam sebuah

wawancara pada November 2008. Ketidakpastian ekonomi akhir-akhir ini telah

membuat mata uang euro menjadi pilihan yang lebih menarik. Namun Barroso

menambahkan bahwa tindakan Inggris untuk menggunakan Euro tidak akan

dilakukan dalam waktu dekat. “Saya tahu bahwa mayoritas warga Inggris masih

menentang, tetapi orang-orang berwenang di Inggris saat ini sedang

memikirkannya,” kata Barroso (Kawilarang, R. & Adiati, H, 2008).

C. Perdebatan Sepuluh Aktor Berpengaruh di Inggris Mengenai Euro

Pertimbangan akan keputusan Inggris untuk bergabung dalam Eurozone

masih berjalan hingga saat ini. Sebagai negara yang memiliki kontribusi besar di

bidang ekonomi, dan terpisah dari anggota Uni Eropa yang lain karena kondisi

geografisnya dan penolakan Inggris terhadap banyak kebijakan Uni Eropa,

membuat Inggris semakin sulit untuk mengadopsi Euro sebagai mata uang

negaranya. Padahal syarat untuk bergabung dalam Eurozone adalah kesepakatan

Page 11: Jurnal Eka

menggunakan Euro sebagai mata uang tunggal, dan dalam hal ini poundsterling

akan tergantikan.

Di dalam internal negara Inggris terdapat beberapa kelompok aktor yang

berpengaruh dan memperdebatkan masalah penggunaan Euro sebagai mata uang

resmi Inggris. Sepuluh aktor tersebut memiliki argumen masing-masing untuk

untuk berada di posisi pro atau kontra terhadap masalah mata uang ini, dan

sebenarnya di situlah mereka memasukkan kepentingan agar dapat tercapai. Tujuh

dari sepuluh aktor tersebut menginginkan Inggris untuk mengadopsi Euro. Mereka

inilah kelompok pro Euro yang terdiri dari: Labour government, Labour party,

Liberal Democrats, Bank of England, Confederation of British Industry, British

Bankers’ Association, dan British Chember of Commerce. Sedangkan tiga

kelompok lain yang merupakan kelompok kontra, tetap ingin mempertahankan

poundsterling sebagai mata uang Inggris. Mereka terdiri dari: Conservative Party,

Federation of Small Business, dan No-Campaign.

Conservative Party beranggapan bahwa dengan mengadopsi Euro sebagai

mata uang, maka Inggris akan kehilangan kontrol terhadap suku bunga. Jika suku

bunga terlalu tinggi untuk pasar Inggris, maka akan menghalangi public

investment dan berakibat mengurangi kemampuan pasar untuk berkompetisi (less

competitive market) yang berarti semakin sedikit perusahaan yang ada dan

semakin banyak yang akan kehilangan pekerjaan (unemployment). Dengan

banyaknya unemployment, pemerintah harus meningkatkan pengeluaran publik

untuk keamanan sosial, dan dengan meningkatnya pengeluaran publik, pemerintah

Inggris akan meningkatkan pajak (Sukardi, 2005, p. 4).

Di tambah dengan regulasi EMU, Conservative Party percaya bahwa

mengharmonisasi pajak dengan negara-negara Eurozone lainnya akan sangat pasti

terjadi dan menghasilkan lebih banyak pajak. Selain itu, negara-negara anggota

Eurozone harus mempertahankan budgetnya defisit pada level tertentu. Situasi ini

akan menciptakan tendensi pemerintah Inggris untuk meningkatkan pajak.

Conservative Party sejak awal tidak menginginkan adanya integrasi. Aktor ini

berargumen bahwa adopsi Euro akan meningkatkan kemungkinan untuk EU

menjadi lebih terintegrasi. Conservative party menolak kesatuan integrasi (EU

superstate) yang lebih dari sebelumnya (Sukardi, 2005, p. 4).

Page 12: Jurnal Eka

Kelompok anti-Euro yang bergabung dalam No Campaign British

beranggapan bahwa ekonomi Inggris berbeda dan Inggris sudah memiliki peran

yang bagus di luar Eurozone (Sukardi, 2005, p.5), sehingga tidak perlu

mengadopsi Euro. Oleh karena itu, kelompok anti-euro yang bergabung dalam No

Campaign menegaskan bahwa dua pertiga dari para usahawan Inggris dalam jajak

pendapat September 2002 menghendaki tetap mempertahankan poundsterling.

James Frayne, manajer kampanye dari No Campaign, mengatakan bahwa

Ekonomi zona Euro kini mengalami angka pengangguran yang tinggi dan

pertumbuhan ekonomi yang lemah. Itulah mengapa sebagian besar usahawan

Inggris menolak bergabung dalam Euro (Efrilia, 2008). Federation of Small

Business memiliki argumen sendiri. Mereka beranggapan bahwa dengan

mengadopsi Euro, kelompok bisnis kecil tidak mendapatkan keuntungan yang

cukup dan membuat mereka membayar ekstra cost. Selain itu, Federation of

Small Business percaya bahwa suku bunga acuan akan menjadi terlalu tinggi.

Berikut ini adalah tabel daftar 10 aktor yang pro dan kontra mengenai penggunaan

Euro sebagai mata uang Inggris beserta argumennya.

Tabel.1 Influential Actors and Their Arguments (Sukardi, 2005, p. 10)

Aktor Argumen

Labour government Sebagai negara anggota Uni Eropa, Inggris harus

mengadopsi Euro. Perusahaan Inggris akan menikmati biaya transaksi yang

lebih sedikit dalam Eurozone Dengan mata uang tunggal, tidak ada lagi volatilitas nilai

tukar Euro akan mendorong perdagangan lintas negara Konsumer akan menikmati produk dengan harga yang lebih

murah

Labour party Inggris tidak bisa menghindari Euro lagi Inggris akan mempertahankan pengaruhnya dalam Eurozone Common currency akan meningkatkan pekerjaan, investasi,

dan perdagangan

Liberal Democrats Euro membawa kepastian bagi importir dan eksportir Euro akan menciptakan pasar yang lebih kompetitif Inggris akan mempertahankan pengaruhnya dalam Eurozone

Bank of England Tiga alasan bagi bank: inflasi rendah, inflasi rendah, dan inflasi rendah

Page 13: Jurnal Eka

Confederation of

British Industry

Dengan Euro, tidak ada lagi volatilitas nilai tukar Euro akan mengundang lebih banyak investasi asing Euro akan menciptakan pasar yang lebih kompetitif Dalam Euro, biaya transaksi berkurang Pasar akan dipenuhi produk yang lebih murah

British Bankers’

Association

Sektor bisnis akan memulai proses changeover setelah pemerintah mengadopsi Euro. Jika refendum gagal, banyak bisnis akan kehilangan uangnya

British Chember of

Commerce

Euro membawa lebih banyak kompetisi di pasar Inggris akan dipenuhi oleh lebih banyak peraturan dari

Brussels Kemungkinan besar bagi bisnis untuk membayar pajak yang

lebih besar setelah Euro

Conservative Party

Sterling adalah simbol nasional Euro adalah langkah pertama untuk Uni Eropa sebagai

single state Lebih banyak peraturan dari Brussels

Federation of Small

Business

Tidak cukup keuntungan bagi usaha kecil Adaptasi Euro akan membuat usaha kecil membayar biaya

tambahan Tingkat bunga umum terlalu tinggi

No-Campaign Economi Inggris berbeda Keadaan Inggris baik-baik saja di luar Euro

D. Poundsterling Merupakan Kebanggaan Rakyat Inggris

Inggris bukanlah satu-satunya negara yang melakukan penolakan tehadap

penggunaan Euro sebagai mata uang tunggal, beberapa negara juga melakukan hal

yang sama seperti Denmark, Swedia, dll. Mereka memutuskan untuk

mempertahankan mata uangnya masing-masing. Pemerintah Denmark dan Swedia

sebelumnya melakukan referendum, namun hasil menunjukkan negatif atau

sedikit dukungan terhadap Euro (Jonung, 2004). Begitu juga di Inggris hasil

referendum menunjukkan negatif karena sebagian besar rakyat Inggris

mendukung poundsterling. Survei dari 1000 orang menunjukkan bahwa hanya

23% memilih “ya” untuk bergabung dengan mata uang tunggal Eropa, dan 6%

berkata “tidak yakin”. Pada Januari 2002, 31% orang berkata mereka akan

memilih ya untuk bergabung, dan 56% memilih tidak (BBC News, 2009)

Page 14: Jurnal Eka

Selain dari hasi survei, masyarakat Inggris mempertahankan

poundstersling karena merupakan simbol negara. Conservative Party adalah

kelompok anti-Euro yang menyatakan bahwa Poundsterling adalah simbol

nasional Inggris. Mata uang poundsterling sudah ada sekitar 1200 tahun yang lalu,

jauh lebih lama dibandingkan mata uang lainnya bahkan mata uang negara-negara

yang sekarang bergabung dalam Eurozone. Sterling adalah mata uang tertua dunia

yang masih dipakai (Rendall, 2007). David Sinclair, penulis buku “The Pound”

yang mengisahkan sejarah panjang mata uang Inggris, berargumen bahwa sangat

tepat jika warga Inggris memiliki hubungan emosional dan komitmen yang sangat

dalam dengan poundsterling (Efrilia, 2008). Rakyat Inggris tidak ingin

poundsterling yang merupakan suatu kebanggan, lenyap begitu saja. lnggris punya

alasan bahwa poundsterling tidak hanya sekadar mata uang bagi Inggris, tetapi

juga kebanggaan Imperium Inggris, yakni Britania Raya (SBM, 2005).

E. Kepercayaan terhadap Poundsterling

Inggris merasa bahwa tanpa bergabung dengan Uni Eropa, perekonomian

Inggris akan tetap baik-baik saja. Lagipula pada kenyataannya, Inggris menolak

beberapa kebijakan yang dikeluarkan Uni Eropa. Sama halnya dengan mata uang,

Inggris tidak mau mengadopsi Euro sebagai mata uang negaranya. Hal itu

dikarenakan Inggris masih ingin mempertahankan poundsterling dan percaya

bahwa Euro tidak lebih baik daripada poundsterling. Di samping itu, Inggris

masih yakin poundsterling tetap akan menjadi mata uang kuat dunia (hard

currency) yang bisa bertahan terhadap segala goncangan krisis ekonomi dan

moneter (SBM, 2005). Misalnya saja Krisis Yunani yang terjadi saat ini sangat

mempengaruhi mata uang Euro. Inggris yang menggunakan poundsterling tidak

terlalu mendapat dampak yang signifikan seperti yang dialami negara-negara

Eurozone.

Krisis Yunani berbeda dengan krisis ekonomi tahun 2008 di Amerika

Serikat. Perbedaannya adalah Krisis Amerika Serikat dipicu oleh krisis perbankan

dan lembaga keuangan yang terlalu banyak memberikan kredit perumahan dengan

standar rendah (subprime loans) dan transaksi derivatif yang sangat besar.

Sementara Krisis Yunani tidak dipicu oleh krisis perbankan, tetapi karena krisis

Page 15: Jurnal Eka

utang pemerintah. Yunani terlalu banyak meminjam pada masa lalu untuk

membiayai pengeluaran yang besar. Sebagai anggota Uni Eropa, Yunani dapat

meminjam dengan bunga murah karena memiliki peringkat utang relatif baik

karena ditunjang oleh kekuatan ekonomi Jerman dan Perancis. Di samping itu,

banyak bank investasi yang membujuk Yunani untuk terus meminjam, bila perlu

Yunani melakukan pinjaman off balance sheet. Akibatnya, utang Yunani semakin

besar (115 persen produk domestik bruto/ PDB) dan kemudian baru diketahui

laporan keuangannya banyak rekayasa. Akibatnya, peringkat dan harga surat

utang Yunani jatuh, padahal banyak bank Eropa memiliki surat utang Pemerintah

Yunani sekitar US$429 (Ramli, 2010).

Krisis yunani menyebabkan kurs Euro dan harga saham Eropa jatuh.

poundsterling terhindar dari penderitaan karena teraniaya seperti yang dialami

Euro karena krisis hutang yang dialami Yunani (Harvest International Future,

2011). Sebelum Krisis Yunani, Euro terlalu kuat, pernah mencapai 1,5 dollar

AS/Euro sehingga membuat negara-negara Eropa yang ekonominya relatif lemah

semakin tidak kompetitif. Memang memiliki mata uang yang kuat

membanggakan, tetapi jika uang kuat sebelum waktunya dan tidak didukung oleh

fundamental, justru sangat merugikan. Dilema itulah yang dihadapi oleh negara-

negara PIGS (Portugal, Italy, Greece, Spain). Mereka terperangkap dalam mata

uang Euro yang kuat. Seandainya mereka melepaskan diri dari Euro, mereka akan

mampu meningkatkan daya saing dan pertumbuhan ekonomi akan lebih tinggi

(Ramli, 2010). Euro kembali terpuruk di sesi perdagangan seiring dengan

meningkatnya kekhawatiran pasar terhadap krisis utang Zona Euro. Kekhawatiran

tersebut dipicu oleh beberapa kabar terutama mengenai Yunani. (Detikfinance,

2011)

Dengan adanya krisis yunani yang menyebar di beberapa negara Eropa

terutama pengguna Euro membuktikan bahwa ketidakstabilan ekonomi negara

pengguna Euro akan menyebabkan ketidakstabilan ekonomi negara pengguna

Euro lainnya. Dalam hal ini, meskipun Inggris tidak bisa dikatakan berada di

posisi aman (tidak terkena dampak krisis yunani), namun setidaknya Inggris tidak

perlu memusingkan masalah Euro seperti yang terjadi pada Jerman. Duta besar

Jerman untuk Yunani berjanji bahwa Jerman tidak akan membiarkan Yunani jatuh

Page 16: Jurnal Eka

(VOANews, 2010). Karena itulah Jerman ikut memberi dana talangan kepada

Yunani untuk menstabilkan mata uang Euro.

Jerman yang merupakan negara dengan ekonomi terkuat di zona euro akan

menjadi kontributor terbesar dalam pemberian dana talangan ini. Banyak orang

Jerman yang marah karena hasil pembayaran pajak mereka digunakan untuk

menalangi Yunani. Mereka beranggapan tidak ada gunanya menalangi negara

yang sudah melakukan kecurangan akuntansi keuangan negara dan membuat

masalahnya menyebar ke negara lain. Sementara itu, di Jerman, Kanselir Jerman

Angela Merkel, mempertimbangkan akan meminta pengesahan dari parlemen atas

kontribusi Jerman memberi talangan kepada Yunani senilai 8,4 miliar Euro.

Merkel mengharapkan persetujuan parlemen sudah didapatkan pada Jumat akhir

pekan ini. ”Saya rasa ini adalah satu-satunya cara agar kita dapat membuat

Euro stabil kembali. Ini merupakan program yang berkesinambungan, dapat

berjalan selama beberapa tahun,” katanya. (Kompas, 2010)

Yunani sendiri akan menerima dana talangan dari Uni Eropa dan Dana

Moneter Internasional agar tidak terjadi gagal bayar atas utang sebesar 9 miliar

euro yang akan jatuh tempo pada 19 Mei 2010. Total dana talangan yang

diberikan sejumlah 110 miliar Euro. Sebagai kompensasi, Yunani menghemat

anggarannya dengan memangkas tunjangan pegawai negeri. Pengeluaran yang

dapat dihemat sekitar 30 miliar Euro dalam tiga tahun (Bataviase, 2011).

Kesimpulan

Keputusan untuk bergabung dalam Eurozone bukanlah hal yang

sederhana. Banyak terjadi pro dan kontra mengenai masalah ini. Beberapa aktor

mengatakan keputusan bergabung dalam Eurozone adalah yang terbaik karena

dapat meningkatkan perekonomian, di sisi lain ada yang berpendapat sebaiknya

Inggris tetap berada di luar Eurozone. Mereka yang menolak penggunaan Euro ini

tergabung dalam tiga kelompok yaitu Conservative Party, Federation of Small

Business, dan No-Campaign. Perdebatan telah terjadi sejak lama namun hingga

saat ini Inggris belum memutuskan untuk bergabung dalam Eurozone karena lebih

memilih untuk mempertahankan mata uangnya yaitu poundsterling. Sebagian

besar rakyat Inggris yang memilih untuk tetap menggunakan poundsterling dan

Page 17: Jurnal Eka

menolak untuk mengadopsi Euro. Di Inggris, poundsterling sendiri bukan hanya

merupakan mata uang, melainkan simbol nasional Inggris. Mata uang

poundsterling sudah ada sekitar 1200 tahun yang lalu dan menjadi mata uang

tertua dunia yang masih dipakai. Selain itu poundsterling juga adalah kebanggaan

Imperium Inggris sehingga rakyat Inggris tidak ingin poundsterling lenyap begitu

saja karena tergantikan oleh Euro.

Inggris merupakan negara yang memiliki ekonomi kuat di Eropa. Dengan

kekuatannya itulah Inggris merasa lebih baik berada di luar Eurozone. Inggris

juga percaya bahwa poundsterling bisa lebih bertahan terhadap segala goncangan

krisis ekonomi dan moneter daripada Euro. Hal itu dibuktikan dengan adanya

Krisis Yunani yang melanda Eropa dan memberi dampak buruk terhadap

perekonomian negara-negara pengguna Euro (Eurozone) lainnya. Inggris juga

tidak perlu menghawatirkan nilai Euro yang jatuh dan terbebani oleh pikiran

untuk mengatasi krisis yunani ini. Berbeda dengan Jeman yang merupakan negara

dominan di Uni Eropa dan pengguna Euro. Jerman tidak suka dengan kondisi

Euro yang terpuruk sehingga berusaha untuk membuat Euro stabil kembali. Salah

satu cara adalah dengan memberi dana talangan kepada Yunani senilai 8,4 miliar

Euro.

Dari segi politik, Inggris merasa bila mengadopsi Euro maka akan

semakin terintegrasi dengan negara-negara pengguna Euro lain. Sebagaimana

diketahui bahwa sebenarnya integrasi akan menghilangkan sebagian kedaulatan

negara. Karena itulah Inggris khawatir akan hilangnya otonomi politik dan

ekonomi yang selalu menyertai integrasi ekonomi. Inggris juga menyadari

bahwasanya integrasi ekonomi akan menghalangi pencapaian kepentingan

nasional dan mengurangi kontrol negara di bidang dometik. Dalam hal ini, Inggris

sama sekali tidak ingin pihak luar ikut camput dalam urusan domestiknya dan

melanggar kedaulatan yang dimiliki meskipun secara tidak langsung (melalui

ekonomi dan mata uang tunggal). Inggris benar-benar konsisten menjaga

kedaulatan dan kepentingan nasionalnya.

Daftar Pustaka

BUKU

Page 18: Jurnal Eka

Appleyard, D. R., dan Field, A. J. 1998. International Economics: Trade Theory and Policy. Singapore: McGraw-Hill.

Balaam, D. N., dan Veseth, M. 2001. Introduction to International Political Economy. New Jersey: Upper Saddle River.

Burchill, S., dan Linklater, A. 2009. Teori-teori Hubungan Internasional. Bandung: Nusa Media.

Ellsworth, P.T., dan Leith. J. C. 1009. The International Economy. New York: Macmillan Publishing Company.

Hardjosoebroto, S. 1976. Pengantar Sejarah Perekonomian Dunia: Akhir Abad Pertengahan Sampai Perang Dunia II. Yogyakarta: BPFE.

Jackson, R & Georg Sorensen. 2009. Pengantar Studi Hubungan Internasional. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Jonung, L. (2004). ’The Political Economy of Monetary Unification: The Swedish Euro Referendum’. Cato Journal. Retrieved February 8, 2005.

Kaiser, W., dan Elvert, J. 2004. European Union Enlargement: A Comparative History. London dan New York: Routledge.

Soelistyo. 1981. Ekonomi Internasional: Teori Perdagangan Internasional. Yogyakarta.

Sukardi, S. 2005. Ten Actors Blowing Their Trumpets: Understanding a Constellation for the Labour Government to Secure the Euro Adaptation.

White, L. (2003). ‘Currency Competition and Consumer-Driven Unification’. Cato Journal, 23(1), 139-145.

SITUS

The euro/monetary union <http://europa.eu/about-eu/basic-information/money/euro/index_en.htm> diakses pada 14 Juli 2013

Peneliti CARE IPB Bogor, & Dosen Fakultas Ekonomi Unsyiah Univ. Syiah Kuala, 2009, ‘Keberhasilan UE, Bagaimana ASEAN?’, 17 Agustus, <http://aceh.tribunnews.com/news/view/11740/keberhasilan-ue-bagaimana-asean> diakses pada 14 Juli 2013

Anonim, 2010, ‘G20 Sambut Baik Bailout Keuangan Yunani, Bataviase, 5 Mei, < http://bataviase.co.id/node/198216> diakses pada 14 Juli 2013

Anonim, 2011, ‘Krisis Utang Memburuk, Euro Terpuruk’, Detik Finance, 23 Mei, <http://finance.detik.com/read/2011/05/23/105038/1644505/6/krisis-utang-memburuk-euro-terpuruk?nd9911043> diakses pada 14 Juli 2013

Anonim, 2010, ‘IMF: Krisis Utang Yunani Ancam Eurozone’, VOA News, 28 April, <http://www.voanews.com/indonesian/news/IMF-Krisis-Utang-Yunani-Ancam-Eurozone-92347284.html> diakses pada 14 Juli 2013

Anonim, 2009, ‘Most Britons Still Oppose Euro', BBC News, 1 Januari, <http://news.bbc.co.uk/2/hi/uk_news/7806936.stm> diakses pada 14 Juli

Page 19: Jurnal Eka

2013 Efrilia, 2008, ‘Perekonomian Inggris’, 11 Maret,

<http://efriliainggris.wordpress.com/2008/03/11/perekonomian-inggris/> diakses pada 14 Juli 2013

Harvest International Future, Sterling terhindar dari krisis Yunani tetapi dihadapkan dengan masalah sendiri, <http://hif.co.id/en/news-and-analysis/news/284-sterling-.html> diakses pada 14 Juli 2013

Joe, 2010, ‘Yunani Dapat Dana Talangan’, Kompas, 4 Mei, <http://otomotif.kompas.com/read/2010/05/04/03284161/Yunani.Dapat.Dana.Talangan> diakses pada 14 Juli 2013

Kawilarang, R. & Adiati, H. 2008, ‘Inggris Kian Tertarik Pakai Euro’, Viva News, 1 Desember, <http://dunia.vivanews.com/news/read/12798-inggris_kian_tertarik_pakai_euro> diakses pada 14 Juli 2013

Ramli, Rizal, 2010, Krisis Utang Yunani, Kompas, 31 Mei, <http://cetak.kompas.com/read/2010/05/31/02453033/krisis.utang.yunani> diakses pada 14 Juli 2013

Rendall, R. 2007, ‘Economic Terms Explained’, BBC News, 12 November, <http://news.bbc.co.uk/2/hi/programmes/bbc_parliament/7090665.stm> diakses pada 14 Juli 2013

SBM, Nugroho. 2005, ‘Usulan Mata Uang Tunggal ASEAN’, Suara Merdeka, 27 September, <http://www.suaramerdeka.com/harian/0509/27/opi04.htm> diakses pada 14 Juli 2013