jurnal dr. pramudi

21
Penanda untuk Diagnosis Awal Sepsis pada Neonatus : Membandingkan Procalcitonin (PCT) dan C-Reactive Protein (CRP) ABSTRAK Latar Belakang : Pengenalan dini dan diagnosis sepsis pada neonatus merupakan suatu hal yang sulit karena variabel dan presentasi klinisnya yang non-spesifik dari kondisi ini. Sangat penting untuk membuat diagnosis dini sepsis neonatorum bagi lembaga terapi anti- mikroba, yang nantinya akan memperbaiki hasil akhir. Tujuan : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja diagnostik Procalcitonin (PCT) dan Protein C-Reactive (CRP) sebagai penanda diagnostik awal untuk mendeteksi sepsis neonatorum di unit perawatan intensif neonatal dibandingkan dengan kultur darah dan parameter hematologis seperti mikro ESR dan Total jumlah WBC.

Upload: monica-lauretta-sembiring-ii

Post on 28-Dec-2015

30 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

uhdfgjd

TRANSCRIPT

Page 1: Jurnal Dr. Pramudi

Penanda untuk Diagnosis Awal Sepsis pada Neonatus :

Membandingkan Procalcitonin (PCT) dan

C-Reactive Protein (CRP)

ABSTRAK

Latar Belakang :

Pengenalan dini dan diagnosis sepsis pada neonatus merupakan suatu hal yang sulit karena

variabel dan presentasi klinisnya yang non-spesifik dari kondisi ini. Sangat penting untuk

membuat diagnosis dini sepsis neonatorum bagi lembaga terapi anti-mikroba, yang nantinya

akan memperbaiki hasil akhir.

Tujuan :

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja diagnostik Procalcitonin (PCT) dan

Protein C-Reactive (CRP) sebagai penanda diagnostik awal untuk mendeteksi sepsis neonatorum

di unit perawatan intensif neonatal dibandingkan dengan kultur darah dan parameter hematologis

seperti mikro ESR dan Total jumlah WBC.

Metode dan Bahan :

Penelitian prospektif ini dilakukan pada neonatus yang dirawat di unit perawatan intensif

neonatal (NICU) di Tirunelveli Medical College Hospital, Tirunelveli , Tamil Nadu, India mulai

Juli 2010 dan Agustus 2010. Spesimen darah (n=50) diperoleh dari masing-masing neonatus

sebelum dimulainya pemberian antibiotik untuk sepsis workout termasuk parameter hematologis

seperti tingkat sedimentasi eritrosit, total jumlah leukosit, hitung neutrofil absolute (ANC),

perbandingan neutrofil yang belum matang terhadap total rasio jumlah neutrofil (ratio I/T),

Page 2: Jurnal Dr. Pramudi

jumlah trombosit, perubahan degeneratif pada neutrofil. Kultur darah dan tes sensitivitas

antibiotik dilakukan. Kadar serum CRP diukur dengan menggunakan A-15 CRP Kit dengan

metode immunoturbidimetrik. Kadar serum PCT diukur dengan menggunakan metode

immunoluminometry kuantitatif dengan kit Lumitest.

Analisis Statistik yang Digunakan :

Data dinyatakan sebagai mean ± SD dan signifikansi statistik dinilai dengan uji Chi-square.

Hasil :

50 % (7/14) dari neonatus dengan sepsis mengalami peningkatan CRP > 6 mg / lit. Terdapat

43,7% (7/ 16) dari neonatus dengan dugaan sepsis dan 20 % ( 4/20 ) dari neonatus dengan klinis

sepsis mengalami peningkatan CRP. Sensitivitas CRP untuk memprediksi sepsis adalah 50,0 % ,

spesifisitas 69,4 % , nilai prediksi positif adalah 38,8 % dan nilai prediksi negatif adalah 78,1 % .

Sebagian besar (64,3% atau 9/14) dari bayi dengan sepsis memiliki tingkat PCT 10 ng/ml. Dari

50 kasus, peningkatan PCT terdeteksi pada 22 infant, sedangkan CRP ditemukan hanya pada 18

kasus. Di antara 14 kasus dengan hasil kultur positif, peningkatan kadar serum PCT terlihat di 13

(92,85 %) kasus sedangkan tingkat CRP cukup tinggi dalam 7 (50 %) kasus. Sensitivitas dari

PCT dalam mendeteksi sepsis adalah 92,8 %, spesifitasnya 75,0 %, nilai prediksi positif adalah

59,0 % dan nilai prediksi negatif adalah 96,0 %. Parameter hematologis yang berubah hanya

terlihat dalam 7-14 % kasus .

Kesimpulan :

Dalam penelitian ini tingkat procalcitonin serum lebih tinggi dari kadar serum CRP dalam hal

diagnosis dini sepsis neonatorum, dalam mendeteksi keparahan penyakit dan evaluasi respon

terhadap pengobatan antibiotik. Konsentrasi PCT dalam penelitian kami meningkat pada

neonatus dengan hasil kultur positif. Dalam beberapa kasus bayi dengan hasil kultur positif tes

Page 3: Jurnal Dr. Pramudi

skrining sepsis lain memiliki hasil negatif tetapi tingkat PCT meningkat. Temuan ini mendukung

kegunaan dari PCT untuk mendiagnosis dini sepsis neonatorum.

PENDAHULUAN

Sepsis neonatorum didefinisikan sebagai infeksi bakteri invasif yang terjadi pada 4 minggu

pertama kehidupan. Insiden sepsis neonatorum bervariasi 11-24,5/1000 kelahiran hidup di India.

Manifestasi klinis sepsis pada bayi baru lahir biasanya tidak spesifik. Karena tingginya

morbiditas dan mortalitas yang berhubungan dengan sepsis neonatorum, terapi antibiotik dimulai

segera setelah timbulnya gejala sebelum diagnosis dikonfirmasi oleh kultur darah.

Diagnosis sepsis neonatorum berdasarkan gejala klinis saja adalah sebuah hal yang tidak

mungkin. Meskipun isolasi mikroorganisme penyebab sepsis dengan menggunakan kultur darah

telah menjadi metode gold standard untuk diagnosis, hasilnya baru siap setelah 24-72 jam

setelah pengambilan sampel dan selama periode ini, penting untuk mengobati bayi yang

memiliki kecurigaan sepsis dengan antibiotik berdasarkan gejala klinis dan faktor risiko.

Mungkin juga ditemukan hasil pseudo-negatif yang diperoleh dalam beberapa kasus.

Kecenderungan tindakan yang diterapkan untuk bayi yang diduga memiliki sepsis neonatorum

dapat menyebabkan peningkatan konsumsi antibiotik yang tidak perlu, insiden efek samping

akibat penggunaan antibiotik yang lebih tinggi, peningkatan resistensi terhadap antibiotik,

perawatan di rumah sakit yang lama, pemisahan bayi dari ibu mereka dan meningkatkan biaya

kesehatan keseluruhan. Oleh karena itu, dengan menggunakan metode diagnostik cepat termasuk

penanda laboratorium dapat bermanfaat untuk diagnosis neonatal sepsis.

Selain kultur darah, tes lain yang biasanya digunakan untuk diagnosis sepsis neonatorum

termasuk estimasi jumlah sel darah putih ( WBC ), hitung neutrofil absolut ( ANC ), mikro ESR

dan rasio I/T. Sayangnya, tes ini tidak memiliki sensitivitas tinggi dan spesifisitas dalam

mendiagnosis sepsis neonatorum.

Penelitian selanjutnya menunjukkan bahwa penanda tambahan seperti protein C-Reaktif (CRP)

dan, prokalsitonin (PCT) mungkin berguna. CRP merupakan reaktan fase akut yang disintesis

oleh hati , yang kurang baik dalam membedakan antara respon inflamasi sistemik dan sepsis.

Page 4: Jurnal Dr. Pramudi

Sementara itu, beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa CRP masih digunakan secara

terbatas dalam mendiagnosis sepsis pada neonatus.

Baru-baru ini, serum procalcitonin (PCT) telah dilaporkan sebagai penanda laboratorium yang

terukur dalam respon inflamasi terhadap infeksi dalam beberapa studi. Procalcitonin (PCT)

adalah protein asam amino-116, prekursor kalsitonin yang diproduksi oleh tiroid. Dalam sepsis,

makrofag dan sel-sel monosit hati terlibat dalam sintesis PCT. Beberapa penelitian telah

melaporkan tentang manfaat pengukuran kuantitatif PCT untuk diagnosis dini sepsis pada bayi

baru lahir. Sebenarnya data yang dapat memvalidasi CRP dan PCT sebagai alat skrining di

Departemen Darurat masih kurang.

Para dokter dibuat frustrasi oleh keterbatasan dalam mendiagnosis sepsis neonatorum dan

mereka akan mendapat manfaat dari sebuah tes yang dapat diandalkan dalam mendiagnosa sepsis

awal dalam perjalanannya. Saat ini, tidak ada satupun tes yang memenuhi kriteria tes diagnostik

yang ideal. Dalam neonatologi, tes yang menggunakan indeks hematologis tetap digunakan

secara luas, meskipun tetap terdapat kekhawatiran tentang kehandalan mereka dalam

mendiagnosis sepsis neonatorum. Keprihatinan ini sebagian besar berasal dari variasi hasil yang

ditunjukkan pada akurasi prediksi parameter hematologis.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja diagnostik PCT dan CRP sebagai

penanda diagnostik dini untuk deteksi sepsis neonatorum di unit perawatan intensif neonatal

dibandingkan dengan kultur darah dan parameter hematologis seperti mikro ESR dan hitung total

WBC.

BAHAN DAN METODE

Desain studi

Penelitian prospektif ini dilakukan pada neonatus yang dirawat di unit perawatan intensif

neonatal (NICU) di Tirunelveli Medical College Hospital , Tirunelveli , Tamil Nadu selama 6

bulan (April 2010 sampai September 2010).

Page 5: Jurnal Dr. Pramudi

Penelitian ini disetujui oleh Komite Ilmiah dan Etika Kelembagaan, dengan informed consent

yang diperoleh dari orang tua. Kriteria inklusi adalah bayi yang dirawat di NICU dengan tanda-

tanda yang mengarah pada sepsis, atau mereka yang memiliki tanda-tanda sepsis saat berada di

bangsal. Kriteria eksklusi adalah bayi yang sedang dalam terapi antibiotik atau mereka yang

mengembangkan tanda-tanda sepsis dalam 72 jam setelah penghentian antibiotik dan mereka

yang memiliki asfiksia lahir, sindrom aspirasi, temuan laboratorium yang sugestif dari kelainan

metabolisme bawaan dan kelainan kongenital.

Spesimen dan Tes Yang Dilakukan

Spesimen darah yang diperoleh dari setiap neonates diambil sebelum dimulainya antibiotik untuk

sepsis work up, termasuk parameter hematologis seperti laju endap darah, jumlah total leukosit,

hitung neutrofil absolut (ANC), neutrofil imatur terhadap total rasio neutrofil (I/T ratio), jumlah

trombosit, perubahan degeneratif pada neutrofil, kultur darah dan sensitivitas antibiotik, estimasi

PCT dan C-Reaktif protein (CRP).

Serum CRP

Tingkat CRP serum diukur dengan menggunakan A - 15 CRP Kit (Bio - sistem, Costa Brava,

Barcelona, Spanyol). Pengukuran kuantitatif CRP dari serum dilakukan dengan metode

immunoturbidimetric di laboratorium sesuai dengan petunjuk pabrik. Reagen linier sampai 150

mg / L. Nilai referensi adalah hingga 6 mg / L.

Serum PCT

Tingkat PCT serum diukur dengan menggunakan metode immuno-luminometry kuantitatif dan

Lumitest kit (Brahms Diagnostik , Berlin, Jerman). Dalam pengujian ini, tingkat PCT ≥ 0,5

ng/ml dianggap sebagai patologis. PCT 0,5-2 ng/ml, 2-10 ng/ml dan >10 ng/ml dianggap sebagai

lemah positif, positif, dan sangat positif.

Page 6: Jurnal Dr. Pramudi

Analisis Statistik

Korelasi serum PCT dan tingkat CRP dengan parameter hematologis (Total WBC count, Micro

ESR dan I / T Ratio) dan kultur darah untuk diagnosis dini sepsis neonatal dibandingkan secara

statistik dan hasilnya dianalisis dengan menggunakan SPSS, versi 12. Nilai P < 0,05 dianggap

signifikan. Dengan menggunakan hasil kultur darah sebagai standar, sensitivitas, spesifisitas,

nilai prediksi positif dan nilai prediksi negatif PCT - Q dan CRP untuk mendiagnosis sepsis

dihitung. Sensitivitas tes didefinisikan sebagai proporsi bayi dengan sepsis dan teridentifikasi

dengan benar oleh tes. Spesifitas tes didefinisikan sebagai proporsi bayi tanpa sepsis dan ini

teridentifikasi dengan benar oleh tes. Nilai prediktif positif tes didefinisikan sebagai proporsi

bayi dengan hasil tes positif dan memiliki sepsis. Nilai prediksi tes negatif didefinisikan sebagai

proporsi bayi dengan hasil tes negatif dan tidak memiliki sepsis.

Hasil

Berdasarkan temuan klinis dan data laboratorium, lima puluh neonatus yang memenuhi syarat

untuk penelitian digolongkan ke dalam tiga kelompok yaitu, terbukti sepsis (14 neonatus),

diduga sepsis (16 neonatus) dan sepsis klinis (20 neonatus). Onset usia sepsis berkisar dari hari 1

sampai hari 24. Organisme yang paling umum dari hasil isolasi adalah Acinetobacter (5/14),

diikuti oleh Klebsiella pneumoniae (2/14), Staphylococcus aureus (2/14), CONS (2/14),

Klebsiella oxytoca (1/14), Citrobacter koseri (1/14) dan Pseudomonas aeruginosa (1/14).

Gambar 1. Organisme yang diisolasi pada kultur darah

Page 7: Jurnal Dr. Pramudi

Variabel seperti maturitas, berat lahir dan jenis kelamin pasien dibandingkan dalam tiga

kelompok sepsis. Sepsis onset awal dikonfirmasi di 29 (58 %) dan akhir onset sepsis pada 21(42

%) pasien. Sepuluh dari 14 pasien sepsis neonatorum diidentifikasi sebagai jenis dini dan 4

diidentifikasi sebagai jenis onset akhir. Dari 14 bayi, 8 yang prematur dan 6 normoterm. Dari 14

neonatus, 8 laki-laki dan 6 adalah wanita. Semua neonatus yang digunakan dalam penelitian

selamat, kecuali satu , yang meninggal karena berat lahir rendah dan prematur dan merupakan

salah satu dari anak kembar.

Gambar 2. Perbandingan variabel antara tiga kelompok sepsis

Parameter hematologis pada kelompok sepsis dibandingkan dan disajikan dalam (gambar 3).

Total jumlah WBC normal dalam 12 dari 14 kultur kasus yang terbukti sepsis. Tingkat ESR

mikro meningkat hanya pada satu kasus yang terbukti sepsis neonatus. Rasio I/T normal diamati

hanya pada dua kasus .

Gambar 3. Hubungan antara parameter hematologis dengan kelompok sepsis

Page 8: Jurnal Dr. Pramudi

Hanya 50% (7/14) dari neonatus dengan sepsis mengalami peningkatan CRP lebih dari 6 mg/lit.

sekitar 43,7% (7/ 16) dari neonatus dengan dugaan sepsis dan 20% (4/20) dari neonatus dengan

sepsis klinis mengalami peningkatan CRP. Tingkat PCT serum pada kelompok sepsis yang

berbeda disajikan dalam (gambar 4).

Gambar 4. Perbandingan tingkat procalcitonin serum antara kelompok sepsis

Gambar 5. Perbandingan antara serum PCT dengan tingkat CRP

Proporsi yang lebih tinggi terdapat pada neonatus dengan sepsis dengan peningkatan PCT (26%

vs 18%) dibandingkan mereka yang tanpa sepsis, namun peningkatan tingkat CRP terlihat lebih

banyak dalam kasus-kasus kecuirgaan sepsis daripada dalam kasus-kasus terbukti sepsis (22% vs

Page 9: Jurnal Dr. Pramudi

14%). Namun, proporsi yang lebih tinggi dari bayi dengan sepsis, setelah usia 48 jam (11/12 atau

91,6% ), memiliki kenaikan PCT ≥ 2 ng/ml dan peningkatan tingkat CRP (5/12 atau 41,6%)

dibandingkan mereka yang tanpa sepsis ( PCT 6/ 26 atau 23,1%, CRP : 2/26 atau 7,7%).

Sensitivitas PCT dalam mendeteksi sepsis adalah 92,8%, spesifisitas adalah 75,0%, nilai prediksi

positif adalah 59,0% dan nilai prediksi negatif adalah 96,0%. Sensitivitas CRP dalam

memprediksi sepsis adalah 50,0% , spesifisitas 69,4%, nilai prediksi positif adalah 38,8% dan

nilai prediksi negatif adalah 78,1% .

22 dari 50 neonatus dalam penelitian adalah neonatus prematur, dan 45 % (10/22) kelompok

terakhir ini mengalami sepsis. Bila dibandingkan dengan bayi prematur tanpa sepsis, proporsi

yang lebih tinggi dari preterms dengan sepsis ditemukan peningkatan PCT (90% sepsis vs 33,3%

tanpa sepsis) dan peningkatan tingkat CRP (40% sepsis vs 25% tanpa sepsis) .

Hanya 14,3% (4/28) dari bayi cukup bulan yang direkrut memiliki sepsis. Bila dibandingkan

dengan bayi cukup bulan tanpa sepsis, proporsi bayi aterm dengan sepsis yang telah

membesarkan PCT ( 100% sepsis vs 20,8 % tanpa sepsis) dan peningkatan tingkat CRP (75%

sepsis vs 33,3% tanpa sepsis).

Tingkat serum PCT dibandingkan dengan parameter hematologis (jumlah WBC dan Mikro

ESR), tingkat CRP dan kultur darah , yang disajikan dalam (table VI). Di antara 50 kasus, tingkat

PCT tinggi terdeteksi pada 22 kasus, sedangkan tingkat CRP tinggi hanya terlihat pada 18 kasus.

Di antara 14 kasus kultur positif, tingkat PCT serum tampak pada 13 (92,85%) kasus, sedangkan

tingkat CRP meningkat hanya pada 7 (50%) kasus. Parameter hematologis diubah hanya terlihat

dalam 7-14% kasus.

Gambar 6. Perbandingan PCT, CRP, parameter hematologis dan kultur darah

Page 10: Jurnal Dr. Pramudi

DISKUSI

Sepsis neonatorum dengan angka kematian yang tinggi, masih tetap merupakan tantangan

diagnostik dan pengobatan untuk penyedia layanan kesehatan neonatal. Sebuah diagnosis dini

septikemia neonatal membantu dokter dalam memberikan terapi antibiotik di awal, sehingga

mengurangi tingkat kematian neonatus. Sebuah identifikasi awal dari neonatus yang terinfeksi

juga membantu dalam menghindari pengobatan yang tidak perlu dari neonatus yang tidak

terinfeksi. Kultur darah tidak hanya membutuhkan waktu, tetapi juga rumit, dengan hasil yang

rendah. Hitung darah lengkap dan tes diferensial leukosit mudah dilakukan namun memiliki

spesifisitas yang relatif rendah untuk mendiagnosis sepsis. Count Band yang terkait dan

pergeseran ke kiri dari pengukuran imaturitas myeloid dapat meningkatkan hasil diagnostik,

tetapi pengukuran subyektifnya merupakan sebuah permasalahn tersendiri. Oleh karena itu,

diperlukan sebuah indikator diagnostik sepsis neonatal yang lebih baik.

Tidak ada satupun tes yang dapat diandalkan untuk diagnosis pasti sepsis awal neonatorum, dan

karena itu, ada pencarian yang berkelanjutan untuk sebuah penanda infeksi baru. Protein C-

reaktif telah menjadi parameter yang paling sering dianalisis untuk mendeteksi infeksi bakteri

selama bertahun-tahun. Protein ini bertindak sebagai "pengangkut" karena mengarah pada

opsonisasi bakteri dan aktivasi sistem komplemen dan dengan demikian memfasilitasi fagositosis

dalam respon inflamasi. Procalcitonin (PCT) telah diusulkan sebagai penanda sepsis bakteri.

Keuntungan dari PCT dibandingkan dengan protein C-reaktif adalah bahwa kenaikan lebih cepat

dan restorasi kembali ke normalnya juga lebih cepat.

Dalam penelitian kami, jumlah total WBC menunjukan hasil normal pada 12 dari 13 kultur

dengan hasil terbukti sepsis. Tingkat ESR mikro tinggi bukanlah indikator yang dapat diandalkan

untuk sepsis . Sebuah rasio I/T normal diamati tampak hanya pada dua kasus. Ini bertentangan

dengan pengamatan Rodwell, Zipursky dan Basu et al. Perubahan degeneratif pada neutrofil

tidak ditemukan menjadi indikator yang sensitif dari sepsis.

Pada neonatus, tingkat PCT tinggi dapat membantu dalam memprediksi septikemia, lebih lanjut,

PCT rendah membantu dalam mengesampingkan septikemia sebagai diagnosis. Oleh karena itu,

penilaian PCT dapat membantu dokter dalam membatasi jumlah resep untuk antibiotik. Dalam

penelitian ini, tingkat PCT yang sangat tinggi di neonatus dengan sepsis terbukti dan juga dalam

Page 11: Jurnal Dr. Pramudi

kasus-kasus yang dicurigai sepsis. Temuan ini sebanding dengan studi yang dilakukan oleh

Yadolla Zahedpasha et al, dan Monneret et al. Selama penelitian ini, uji PCT mendeteksi semua

bayi dengan sepsis gram negatif. Ada hubungan yang signifikan antara tingkat PCT serum dan

jenis sepsis (p<0,001), yang sebanding dengan Koksal et al. Temuan penelitian Chiesa dkk,

Melaporkan bahwa sensitivitas mendiagnosa sepsis onset akhir pada usia setelah 48 jam hidup

pada neonatus adalah 100%. Dalam penelitian ini, sensitivitas mendeteksi sepsis late-onset

adalah 92,8%.

Dalam penelitian ini, sensitivitas PCT untuk mendeteksi sepsis (lebih dari 0,5ng/ml) adalah

92,8%, spesifitasnya 75,0%, nilai prediksi positif adalah 59,0 % dan nilai prediksi negatif adalah

96,0% dan sensitivitas CRP untuk memprediksi sepsis (lebih dari 6 mg/L) adalah 50,0%,

spesifisitas 69,4% , nilai prediksi positif adalah 38,8 % dan nilai prediksi negatif adalah 78,1%.

Sakha et al meneliti peran procalcitonin (PCT) dalam diagnosis sepsis neonatorum dan

korelasinya dengan Protein C-Reactive (CRP). Sensitivitas, spesifisitas, nilai prediksi positif dan

nilai prediksi negatif PCT (lebih dari 2 ng/mL) adalah 66,7, 50, 28,6, 83,3 dan mereka dengan

CRP (lebih dari 3,5mg/L) adalah 70,4, 72,2, 43,2 dan 89%, masing-masing, dalam diagnosis

sepsis neonatorum. Suara et al Mempelajari 52 neonatus dengan kemungkinan infeksi. Hanya 13

neonatus mengalami infeksi tertentu, di antaranya sensitivitas dan nilai prediktif negatif serum

PCT adalah 89,5 dan 95%. Tapi mereka menyatakan bahwa meskipun PCT secara signifikan

terkait dengan kategori infeksi, masih tidak cukup handal untuk menjadi satu-satunya penanda

sepsis neonatorum. PCT akan berguna sebagai bagian dari evaluasi sepsis , tapi akan menjadi

relatif mahal. Sebuah hasil PCT negatif pada presentasi dapat mengesampingkan diagnosis

sepsis. Vazzalwar et al menilai PCT untuk diagnosis sepsis late-onset pada 67 neonatus. Pada

nilai cutoff PCT dari 1,0 ng mL sensitivitas ditemukan menjadi 97% dan spesifisitas 80%,

sedangkan dengan CRP, sensitivitas adalah 72% dan spesifisitas 93%. Boo dkk menunjukkan

pada 18 neonatus dari 87 bayi dengan sepsis dikonfirmasi, berdasarkan hasil kultur darah positif ,

pada PCT cut-off pada tingkat yang lebih besar dari atau sama dengan 2 ng mL, bahwa

sensitivitas dan spesifisitas PPV dan NPV adalah 88,9 , 65,2 , 40 dan 95,7% dan untuk CRP ,

adalah 55,6, 89,9, 58,8 dan 88,6%. Chiesa et al mempelajari keandalan konsentrasi PCT pada 28

bayi yang memiliki sepsis onset awal neonatorum parah. Mereka menemukan bahwa sensitivitas,

spesifisitas, PPV dan NPV adalah 92,6, 97,5, 94,3 dan 96,8%. Mereka juga menemukan bahwa

Page 12: Jurnal Dr. Pramudi

24 bayi memiliki kadar PCT yang lebih tinggi dari normal pada saat diagnosis. Namun pada

waktu itu, hanya 13 dari mereka memiliki tingkat CRP yang tinggi. Hatherill et al dalam

penelitian mereka, menunjukkan bahwa sensitivitas dan spesifisitas tingkat PCT serum 92,6 dan

97,5%, dalam diagnosis dini onset sepsis neonatal dan 100% pada neonatus dengan sepsis late-

onset.

Carol et al dalam penelitian mereka, menunjukkan prokalsitonin yang lebih sensitif dibandingkan

dengan CRP dalam diagnosis septikemia, meningitis dan infeksi saluran kemih. Dalam penelitian

kami, ada tujuh kasus sepsis kultur positif yang disertai dengan peningkatan kadar procalcitonin

dan CRP. Dalam sebagian besar kasus kultur positif, tes skrining sepsis lainnya negatif, namun

tingkat PCT meningkat. Ini mirip dengan temuan Boo dkk. Temuan ini mendukung kegunaan

PCT dalam membangun diagnosis dini sepsis neonatorum .

Penelitian baru-baru ini menegaskan temuan peneliti lain yang menyimpulkan PCT lebih sensitif

dibandingkan CRP dalam mendeteksi sepsis neonatorum, sebelumnya kenaikan tingkat PCT

lebih tinggi dari tingkat CRP selama sepsis. Dalam penelitian terbaru, Koksal dkk disimpulkan

bahwa tingkat procalcitonin serum lebih baik dibandingkan tingkat CRP serum dalam hal

diagnosis dini sepsis neonatorum, dalam mendeteksi tingkat keparahan penyakit dan dalam

evaluasi respon terhadap antibiotik pengobatan.

Namun, ketika PCT digunakan bersama dengan CRP, hasil tes negatif PCT dapat membantu

dalam mengesampingkan, sementara hasil CRP membantu dalam menunjukan, kemungkinan

sepsis, terutama dari jenis onset terlambat. Berdasarkan hasil penelitian ini , kami

merekomendasikan bahwa dimulainya antibiotik pada bayi baru lahir harus didasarkan pada hasil

PCT pada hari diterimanya mereka di NICU.

Di antara 50 kasus , tingkat PCT tinggi terdeteksi di 22, sedangkan tingkat CRP terlihat hanya

dalam 18 kasus. Di antara 14 kasus kultur positif , tingkat PCT serum tampak pada 13 (92,85%)

kasus, sedangkan tingkat CRP terlihat hanya dalam 7 (50%) kasus. Parameter hematologis yang

berubah hanya terlihat dalam 7-14 % dari kasus

Karena kadar PCT serum meningkat pada hampir semua kasus sepsis dengan kultur positip,

PCT dapat digunakan sebagai alat yang baik untuk diagnosis sepsis neonatal dan untuk

mengobati kasus sepsis. PCT sangat spesifik untuk infeksi bakteri dan membantu membedakan

Page 13: Jurnal Dr. Pramudi

dari infeksi virus. Juga berkorelasi baik dengan perkembangan dan tingkat keparahan infeksi.

PCT membantu dalam diagnosis dini dari sepsis sejak hari penerimaan pasien, sebelum laporan

kultur darah siap (biasanya setelah 3-5 hari). PCT membantu dalam menghindari terapi antibiotik

yang tidak diperlukan dan dengan demikian mengurangi biaya yang dikeluarkan dan terjadinya

resistensi bakteri. PCT juga dapat digunakan untuk prognosis sepsis.

KESIMPULAN

Sebagai kesimpulan, temuan studi ini mengkonfirmasi bahwa kadar serum PCT merupakan

penanda yang lebih dapat diandalkan dibandingkan kadar serum CRP atau jumlah WBC dalam

diagnosis dini sepsis neonatal dan dalam evaluasi respon penyakit terhadap terapi antibiotik.

Manfaat mengukur serum PCT secara rutin dalam diagnosis dan tindak lanjut dari sepsis

neonatorum, adalah bahwa hal tersebut dapat mengurangi biaya perawatan selama di rumah

sakit. Manfaat tersebut mungkin akan mendukung penerimaan yang lebih luas dari pemakaian

tes tersebut dalam praktek rutin.

Page 14: Jurnal Dr. Pramudi

JURNAL READING

Penanda untuk Diagnosis Awal Sepsis pada Neonatus :

Membandingkan Procalcitonin (PCT) dan

C-Reactive Protein (CRP)

Disusun oleh :

Ade Sabryla

Eka Aprillia Arum Kanti

Raisa Mahmudah

Perceptor : dr. Prambudi R. Sp.A

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

Rumah Sakit Umum Daerah DR.H.Abdul Moeloek

2013