jurnal biologi indonesia · jurnal biologi indonesia diterbitkan oleh ... yang telah berpulang...

16

Upload: lykhue

Post on 02-Mar-2019

245 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Jurnal Biologi Indonesia · Jurnal Biologi Indonesia diterbitkan oleh ... yang telah berpulang kerahmat Allah SWT pada tanggal 18 Agustus 2015 ... bubur telur puyuh (A), bubur
Page 2: Jurnal Biologi Indonesia · Jurnal Biologi Indonesia diterbitkan oleh ... yang telah berpulang kerahmat Allah SWT pada tanggal 18 Agustus 2015 ... bubur telur puyuh (A), bubur

Jurnal Biologi Indonesia diterbitkan oleh Perhimpunan Biologi Indonesia. Jurnal ini memuat hasil penelitian ataupun kajian yang berkaitan dengan masalah biologi yang diterbitkan secara berkala dua kali setahun (Juni dan Desember).

Editor Ketua

Prof. Dr. Ibnu Maryanto Anggota

Prof. Dr. I Made Sudiana Dr. Deby Arifiani

Dr. Izu Andry Fijridiyanto

Dewan Editor Ilmiah

Dr. Abinawanto, F MIPA UI

Dr. Achmad Farajalah, FMIPA IPB

Prof. Dr. Ambariyanto, F. Perikanan dan Kelautan UNDIP

Dr. Didik Widiyatmoko, Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya-LIPI

Dr. Dwi Nugroho Wibowo, F. Biologi UNSOED

Dr. Gatot Ciptadi F. Peternakan Universitas Brawijaya

Dr. Parikesit, F. MIPA UNPAD

Dr. Faisal Anwari Khan, Universiti Malaysia Sarawak Malaysia

Assoc. Prof. Monica Suleiman, Universiti Malaysia Sabah, Malaysia

Dr. Srihadi Agungpriyono, PAVet(K), F. Kedokteran Hewan IPB

Y. Surjadi MSc, Pusat Penelitian ICABIOGRAD

Drs. Suharjono, Pusat Penelitian Biologi-LIPI

Dr. Tri Widianto, Pusat Penelitian Limnologi-LIPI

Dr. Witjaksono Pusat Penelitian Biologi-LIPI

Sekretariat Eko Sulistyadi M.Si, Dewi Citra Murniati M.Si, Hetty Irawati PU, S.Kom

Alamat d/a Pusat Penelitian Biologi - LIPI

Jl. Ir. H. Juanda No. 18, Bogor 16002 , Telp. (021) 8765056 Fax. (021) 8765068

Email : [email protected]; [email protected]; [email protected]; [email protected] Website : http://biologi.or.id

Jurnal Biologi Indonesia : Akreditasi: No. 657/AU3/P2MI-LIPI/07/2015.

Page 3: Jurnal Biologi Indonesia · Jurnal Biologi Indonesia diterbitkan oleh ... yang telah berpulang kerahmat Allah SWT pada tanggal 18 Agustus 2015 ... bubur telur puyuh (A), bubur

JURNAL BIOLOGI INDONESIA

Diterbitkan Oleh:

Perhimpunan Biologi Indonesia

Bekerja sama dengan

PUSLIT BIOLOGI-LIPI

Page 4: Jurnal Biologi Indonesia · Jurnal Biologi Indonesia diterbitkan oleh ... yang telah berpulang kerahmat Allah SWT pada tanggal 18 Agustus 2015 ... bubur telur puyuh (A), bubur

OBITUARI

Redaksi Jurnal Biologi Indonesia telah kehilangan seorang editor penelaah Dr. Ir Sri Sulandari, M.Sc.

yang telah berpulang kerahmat Allah SWT pada tanggal 18 Agustus 2015 Jam 16.10 di RSCM,

Jakarta. Jabatan terakhir almarhumah sebagai Peneliti Madya/IVc di Pusat Penelitian Biologi-LIPI

sebagai ahli DNA Molekuler yang menekuni kajian DNA pada ayam lokal Indonesia dan berbagai

hidupan liar khususnya pada burung. Tiga tahun terakhir sangat aktif berusaha menyelamatkan

populasi kambing Gembrong di Kabupaten Karanganyar, Bali. Almarhumah meninggalkan seorang

suami Prof. Dr. Muladno, MSA yang bekerja sebagai guru besar di Fakultas Peternakan, Institut

Pertanian bogor dan saat ini juga sebagai Direktur Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan,

Kementerian Pertanian, serta dua anak laki-laki Aussie Andry Vermarchnanto M. dan Endyea

Mendelian.

Page 5: Jurnal Biologi Indonesia · Jurnal Biologi Indonesia diterbitkan oleh ... yang telah berpulang kerahmat Allah SWT pada tanggal 18 Agustus 2015 ... bubur telur puyuh (A), bubur

Jurnal Biologi Indonesia yang diterbitkan oleh PERHIMPUNAN BIOLOGI INDONESIA bekerjasama

dengan PUSLIT BIOLOGI-LIPI. Edisi volume 11 No. 2 tahun 2015 memuat 15 artikel lengkap dan

satu artikel tulisan pendek. Penulis pada edisi ini sangat beragam yaitu dari Balai Besar Penelitian

Veteriner-Deptan, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik

Pertanian, Bogor, Balai Penelitian Tanaman Sayuran Lembang, Bandung, Departemen Konservasi

Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan-IPB, Dept. Biokimia FMIPA-IPB, Institut

Sains dan Teknologi Nasional Jakarta, Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Pesisir &

Laut, Balitbang Kelautan & Perikanan, Kementerian Kelautan & Perikanan, Departemen Manajemen

Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB. Program Studi Manajemen

Sumberdaya Perairan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan-Universitas Maritim Raja Ali Haji-

Tual, Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya–LIPI, Puslit Biologi-LIPI, Puslit Bioteknologi-LIPI.

Page 6: Jurnal Biologi Indonesia · Jurnal Biologi Indonesia diterbitkan oleh ... yang telah berpulang kerahmat Allah SWT pada tanggal 18 Agustus 2015 ... bubur telur puyuh (A), bubur

Jurnal Biologi Indonesia mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada para pakar yang telah

turut sebagai penelaah dalam Volume 11 No 2, Desember 2015:

Dr. Niken Tunjung Murti Pratiwi, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB

Dr. Agus Prijono Kartono, Fakultas Kehutanan IPB

Ir. Drs. Eko Harsono MSi, Puslit Limnologi-LIPI

Dra. Donowati Tjokrokusumo M.Phil, Pusat Teknologi Bioindustri, BPPT

Ir. M. Syamsul Arifin Zein MSi, Puslit Biologi LIPI

Drh. Anang S. Achmadi MSc, Puslit Biologi LIPI

Dr. Yuyu S. Poerba, Puslit Biologi LIPI

Ir. Dwi Agustiyani MSc, Puslit Biologi LIPI

Dr. Apon Zaenal Mustopa, Puslit Bioteknologi LIPI

Dr. Yopi Puslit Bioteknologi LIPI

Dr. Joeni S. Rahajoe, Puslit Biologi LIPI

Dr. Wartka Rosa Farida, Puslit Biologi LIPI

BIOLOGI

Page 7: Jurnal Biologi Indonesia · Jurnal Biologi Indonesia diterbitkan oleh ... yang telah berpulang kerahmat Allah SWT pada tanggal 18 Agustus 2015 ... bubur telur puyuh (A), bubur

Halaman

Efikasi Vaksin Inaktif Bivalen Avian Influenza Virus Subtipe H5N1 (Clade 2.1.3. dan Clade

2.3.2) di Indonesia

169

NLP. Indi Dharmayanti & Risa Indriani

Klon-klon Kentang Transgenik Hasil Persilangan Terseleksi Tahan terhadap Penyakit

Hawar Daun Phytophthora infestans Tanpa Penyemprotan Fungisida di Empat Lapangan

Uji Terbatas

177

Alberta Dinar Ambarwati, Kusmana, & Edy Listanto

Penambahan Inokulan Mikroba Selulolitik pada Pengomposan Jerami Padi untuk Media 187

Tanam Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus)

Iwan Saskiawan

Identifikasi Molekular dan Karakterisasi Morfo-Fisiologi Actinomycetes Penghasil Senyawa

Antimikroba

195

Arif Nurkanto & Andria Agusta

Populasi dan Kesesuaian Habitat Langkap (Arenga obtusifolia Mart.) 205

di Cagar Alam Leuweung Sancang, Jawa Barat

Didi Usmadi, Agus Hikmat, Joko Ridho Witono, & Lilik Budi Prasetyo

Optimasi Produksi Enzim Amilase dari Bakteri Laut Jakarta (Arthrobacter arilaitensis )   215

Awan Purnawan, Y. Capriyanti, PA. Kurniatin, N. Rahmani, & Yopi

Pengaruh Antioksidan Eksopolisakarida dari Tiga Galur Bakteri Asam Laktat pada Sel

Darah Domba Terinduksi tert-Butil Hidroperoksida (t-BHP)

225

Fifi Afiati, Nina Ainul Widad, & Kusmiati

Ekosistem Lamun sebagai Bioindikator Lingkungan di P. Lembeh, Bitung, Sulawesi Utara 233

Agustin Rustam, Terry L. Kepel, Mariska A. Kusumaningtyas, Restu Nur Afi

Ati, August Daulat, Devi D. Suryono, Nasir Sudirman, Yusmiana P. Rahayu,

Peter Mangindaan, Aida Heriati, & Andreas A. Hutahaean

Identification of Bioactive Compound from Microalga BTM 11 as Hepatitis C Virus RNA 243

Helicase Inhibitor

Apon Zaenal Mustopa, Rifqiyah Nur Umami, Prabawati Hyunita Putri, Dwi

susilaningsih, & Hilda Farida

Kemampuan Cerna Protein dan Energi Metabolisme Perkici Pelangi (Trichoglossus

haematodus )

253

Rini Rachmatika & Andri Permata Sari

Optimasi Enzim α-Amilase dari Bacillus amyloliquefaciens O1 yang Diinduksi Substrat

Dedak Padi dan Karboksimetilselulosa

259

Yati Sudaryati Soeka, Maman Rahmansyah, & Sulistiani

Kajian Aspek Ekologis dan Daya Dukung Perairan Situ Cilala 267

Niken T.M. Pratiwi, Sigid Hariyadi, Inna Puspa Ayu, Aliati Iswantari,

Novita MZ, & Tri Apriadi

Page 8: Jurnal Biologi Indonesia · Jurnal Biologi Indonesia diterbitkan oleh ... yang telah berpulang kerahmat Allah SWT pada tanggal 18 Agustus 2015 ... bubur telur puyuh (A), bubur

Halaman

Penanda Genetik Tarsius (Tarsius spp.) dengan Menggunakan Gen Cytochrome Oxidase I

(COI) DNA Mitokondria (mtDNA) Melalui Metode Sekuensing

275

 Wirdateti, Sri Wijayanti Wulandari, & Paramita Cahyaningrum Kuswandi

Carboxymethyl Cellulose Hydrolyzing Yeast Isolated from South East Sulawesi, Indonesia 285

Atit Kanti

Uji Bakteri Simbiotik dan Nonsimbiotik Pelarutan Ca vs. P dan Efek Inokulasi Bakteri pada

Anakan Turi (Sesbania grandiflora L. Pers.)

295

Sri Widawati

TULISAN PENDEK 309

Mating behavior of Slow Loris (Nycticebus coucang ) at Captivity

Wartika Rosa Farida & Andri Permata Sari

Page 9: Jurnal Biologi Indonesia · Jurnal Biologi Indonesia diterbitkan oleh ... yang telah berpulang kerahmat Allah SWT pada tanggal 18 Agustus 2015 ... bubur telur puyuh (A), bubur

Kemampuan Cerna Protein dan Energi Metabolisme Perkici Pelangi Trichoglossus haematodus

(Protein Digestibility and Energy Metabolism of Rainbow Lorikeet Trichoglossus haematodus)

Rini Rachmatika & Andri Permata Sari

Pusat Penelitian Biologi-LIPI JL. Raya Bogor Km. 46, Cibinong Email: [email protected]

Memasukkan: Desember 2014, Diterima: Mei 2015

ABSTRACT

Protein is one of the important aspects in animal feed to fulfill basic needs and stimulate reproduction behaviors. The aims of this research were to determine food preferences and observe digestibility of protein in rainbow lorikeet. This research consisted of two experiments, which were 1 week of preliminary study and 4 weeks f o r data collection. Studies were carried out using two 4-month-aged rainbow lorikeets (Trichoglossus haematodus). The birds were kept individually in metabolism cage (86 x 42 x 53 cm) and treated with 5 different protein sources consisting quail’s egg (A), soybean meal (B), koi fish pellet (C), milk 7% (D), and milk 13% (E). The diets were then offered to the birds ad libitum in the form of mashes, and sweet corn served separately. Variables observed include dry matter consumption, apparent metabolizable energy value, and apparent digestibility of protein value. Feed intake of soybean meal mashes was higher than the others. From the calculation, AME of milk 7% mashes was the highest (49.27 cal/g), and AME of soybean meal mashes was the lowest (38.07 cal/g). ADP of soybean meal mashes was highest (87.88 %) compared to the others. Keywords: rainbow lorikeet, apparent metabolizable energy, apparent digestibility protein

ABSTRAK

Protein adalah salah satu aspek penting dalam pakan hewan guna memenuhi kebutuhan hidup pokok maupun dalam merangsang reproduksinya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui komposisi pakan yang paling disukai oleh burung perkici pelangi (Trichoglossus haematodus) dan mengetahui kemampuan metabolisme dari burung tersebut dengan sumber protein yang berbeda-beda sehingga diketahui sumber protein yang mudah dicerna oleh burung perkici pelangi. Penelitian terdiri dari 2 tahap percobaan dengan lima perlakuan ransum masing-masing selama 1 minggu tahap preliminary dan 4 minggu tahap koleksi data. Burung yang dipakai dalam penelitian ini adalah 2 ekor perkici pelangi berumur 4 bulan hasil penangkaran. Selama masa penelitian, burung tersebut ditempatkan dalam kandang individu berukuran 86 cm x 42 cm x 53 cm. Perkici pelangi tersebut mendapatkan lima perlakuan pakan dengan sumber protein yang berbeda tiap perlakuannya, yaitu bubur telur puyuh (A), bubur bungkil kedelai (B), bubur pelet koi (C), bubur susu 7% (D), dan bubur susu 13% (E). Pakan yang digunakan adalah pakan dalam bentuk bubur dan jagung manis yang disajikan secara terpisah dan ad libitum. Peubah yang diamati adalah konsumsi bahan kering, nilai energi metabolis semu, serta nilai kecernaan protein semu. Dari hasil penelitian diketahui bahwa bubur bubur pelet koi adalah yang tertinggi dikonsumsi dan yang paling rendah adalah bubur bubur bungkil kedelai. Dari hasil perhitungan, AME bubur bubur susu 7% yang paling besar yaitu sebesar 49,27 kal/g dan yang paling rendah adalah bubur pelet koi yaitu sebesar 38,07 kal/g. Berdasarkan kecernaan protein maka bubur A memiliki nilai ADP yang tertinggi (87,88%). Kata Kunci: perkici pelangi, metabolisme energi semu, kecernaan protein semu

PENDAHULUAN

Perkici pelangi (Trichoglossus haematodus)

adalah burung nuri berukuran sedang dengan bulu

berwarna-warni. Kepala burung dewasa berwarna

coklat kehitaman dengan coretan abu-abu, kerah

leher kuning, punggung hijau, dada dan bawah

sayap merah, perut hitam keunguan, paha

bergaris hijau kuning (tampak nyata ketika

terbang). (MacKinnon et al. 2000). Burung

yang termasuk dalam famili lorinae ini tersebar

dari Bali hingga kepulauan di laut Flores. Pakan

di habitatnya terdiri dari polen, nektar, buah-

buahan, berri, biji-bijian, pucuk daun, serangga,

dan larvanya. (Forshaw & Cooper 1989). Perkici

pelangi adalah burung yang kerap menjadi

komoditas perdagangan satwa liar. Karena itu, untuk

menjaga agar populasi alaminya di alam tidak

Page 10: Jurnal Biologi Indonesia · Jurnal Biologi Indonesia diterbitkan oleh ... yang telah berpulang kerahmat Allah SWT pada tanggal 18 Agustus 2015 ... bubur telur puyuh (A), bubur

254

Rachmatika & Sari

burung, bidang Zoologi, Pusat Penelitian

Biologi-LIPI, Cibinong. Pengujian bahan pakan

dan ekskreta burung dilakukan di Laboratorium

Nutrisi, Bidang Zoologi, Pusat Penelitian

Biologi-LIPI, Cibinong. Penelitian berlangsung

dari selama 25 minggu masing-masing terdiri

dari 2 tahap percobaan dengan 5 perlakuan

pakan yaitu selama 1 minggu tahap preliminary

dan 4 minggu tahap koleksi data per perlakuan.

Burung yang dipakai dalam penelitian ini adalah

2 ekor perkici pelangi (Trichoglossus haematodus)

berumur 4 bulan hasil penangkaran di Puslit

Biologi, LIPI. Selama masa penelitian, burung

tersebut ditempatkan dalam kandang individu

berukuran 86 cm x 42 cm x 53 cm yang terbuat

dari kawat loket berukuran 1 cm x 1 cm.

Burung perkici pelangi tersebut mendapatkan 5

perlakuan pakan dengan sumber protein yang

berbeda tiap perlakuannya, yaitu telur puyuh,

bungkil kedelai, pelet koi, susu 7%, dan susu

13%. Pakan yang digunakan adalah pakan

dalam bentuk bubur dan disajikan secara ad

libitum beserta dengan air minum. Selain bubur,

diberikan pula jagung manis yang disajikan

terpisah. Perbandingan tiap pakan yang

digunakan pada penelitian dapat dilihat di Tabel

1.

Pakan yang diberikan, sisa pakan, dan

produksi ekskreta ditimbang setiap hari

berdasarkan metode total koleksi (Tillman et al.

1991). Koleksi ekskreta dilakukan setiap hari

pada pagi hari. Ekskreta dimasukkan ke

dalam plastik berseal dan disimpan di dalam

freezer. Peubah yang diamati adalah konsumsi

bahan kering, nilai energi metabolis semu, serta

nilai kecernaan protein semu. Data dianalisis

secara deskriptif, yaitu penyajian tabel dan

grafik rataan konsumsi pakan, ekskreta yang

dihasilkan, nilai AME, dan nilai ADP.

Analisis kadar berat kering, protein kasar,

dan kadar abu pakan dan ekskreta ditentukan

dengan metode standar AOAC (1995). Energi bruto

pakan dan ekskreta ditentukan menggunakan

adiabatic bomb calorimeter (Parr Instrument 1266,

Illnois, USA). Energi metabolis semu dihitung

menggunakan rumus dari Zarei (2006), sedangkan

untuk mengetahui efisiensi metabolik dengan

menggunakan rumus dari Shuman et al. (1988).

Kecernaan protein semu (ADP) dihitung

menggunakan rumus yang dikemukan oleh

terus berkurang maka perlu diadakan upaya

konservasi eksitu melalui program penangkaran.

Pakan adalah salah satu hal penting yang

menunjang keberhasilan penangkaran. Menurut

Widodo et al. (2009), di penangkaran burung

perkici pelangi dapat beradaptasi dengan pakan

bentuk bubur dengan komposisi roti tawar, telur

puyuh rebus, gula jawa, pisang lampung, pur,

dan taoge. Salah satu yang menentukan kualitas

suatu bahan pakan adalah kandungan protein

dalam bahan pakan tersebut. Namun, bukan

hanya komposisinya yang penting tetapi apakah

komposisi bahan pakan tersebut dapat digunakan

secara maksimal oleh burung. Salah satu

parameter nilai gizi protein adalah daya cernanya

yang didefinisikan sebagai efektifitas absorbsi

protein oleh tubuh (Del Valle 1981). Selain

kecernaan protein maka untuk mengukur

apakah formula pakan tersebut dapat diterapkan

pada unggas adalah dengan mengetahui AME

(Apparent Metabolizable Energy) dari pakan

tersebut.

Kandungan protein juga sangat mempengaruhi

proses reproduksi. Menurut Layman & Rodriguez

(2009), protein pada pakan berfungsi untuk

menyediakan asam amino yang digunakan dalam

pembentukan otot dan sintesis protein pada

telur. Untuk mensintesis otot dan telur

setidaknya diperlukan 20 asam amino yang

dibutuhkan tubuh unggas. Sepuluh dari asam

amino tersebut tidak dapat disintesis atau disintesis

secara lambat untuk memenuhi kebutuhan

metabolismenya, sehingga diperlukan suplai dari diet

dan dikenal dengan istilah asam amino esensial.

Menurut Nasr et al. (2011) rekomendasi terbaru

untuk formulasi pakan bagi peternak unggas

adalah lebih berdasarkan AME dan Total Amino

Acids (TAA) daripada TME dan Digestible

Amino Acids pakan. Oleh karena itu, dalam

penelitian ini AME-pun menjadi hal penting

yang menjadi acuan bagi efektivitas pakan

tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

komposisi pakan yang paling disukai oleh burung

perkici dan mengetahui kemampuan metabolisme

dari burung tersebut dengan sumber protein yang

berbeda-beda.

BAHAN DAN CARA KERJA

Penelitian ini dilakukan di penangkaran

Page 11: Jurnal Biologi Indonesia · Jurnal Biologi Indonesia diterbitkan oleh ... yang telah berpulang kerahmat Allah SWT pada tanggal 18 Agustus 2015 ... bubur telur puyuh (A), bubur

255

Kemampuan Cerna Protein dan Energi Metabolisme Perkici Pelangi

Emamzadeh & Yaghobfar (2009). Hasil

perhitungan dianalisis statistik dengan analisis

regresi berganda dengan program SPSS 16.0.

HASIL

Rataan konsumsi bahan segar, konsumsi

bahan kering, AME (Apparent Metabolizable

Energy), dan ADP (Apparent Digestibility Protein)

tersaji dalam Tabel 2.

Dari Tabel 2 terlihat konsumsi bahan segar

bubur tertinggi adalah bubur B dengan sumber

protein bungkil kedelai, dan terendah adalah

bubur A dengan campuran telur puyuh sebagai

sumber protein. Nilai energi metabolis semu tertinggi

didapat dari bubur D dengan penambahan susu 7

gram/100 gram ransum, yaitu sebesar 49,27 kal/g

dan yang terendah didapat dari bubur B

(bungkil kedelai) sebesar 38,07 kal/g. Dari hasil

perhitungan terlihat bahwa bubur A memiliki

efisiensi metabolik yang tinggi, yaitu sebesar

97,04% dan yang paling rendah adalah bubur E

dengan efisiensi metabolik sebesar 89,86%.

Seberapa besar suatu bahan pakan dapat

dimetabolisme dapat dilihat dari nilai AME. Nilai

AME yang paling besar terdapat pada bubur D.

Melalui analisis statistik regresi linier berganda, nilai

AME akan diperoleh dari persamaan sebagai berikut:

Y = 9,448 + 0,007EB– 0,171PK Keterangan: Y= AME (Apparent Metabolizable Energy/Energi

metabolis semu)

EB= Energi Bruto

PK= Protein Kasar

Nilai ADP yang paling besar terdapat pada

bubur A. Melalui analisis statistik regresi linier

berganda, nilai ADP akan diperoleh dari persamaan

sebagai berikut:

Y = 22,307-2,284PK – 0,024EB Keterangan:

Y= ADP (Apparent Digestibility of Protein /Kecernaan

protein semu)

EB= Energi Bruto

PK= Protein Kasar

PEMBAHASAN

Protein tersusun dari unsur karbon,

nitrogen, oksigen, dan hidrogen, yang berfungsi

dalam pertumbuhan jaringan baru, memperbaiki

jaringan yang rusak, metabolisme untuk energi

Bubur A Bubur B Bubur C Bubur D Bubur E

Pisang lampung (Musa paradisiaca) 49,0 51,0 51,0 53,0 50,0

Pepaya (Carica papaya ) 31,0 30,0 28,5 30,0 27,0

Gula jawa 8,0 9,5 9,5 10,0 10,0

Telur puyuh 12,0 - - - -

Bungkil kedelai - 9,5 - - -

Pelet koi*) - - 11,0 - -

Susu bubuk - - - 7,0 13,0

Bahan Kering (%) 85,99 83,73 83,00 83,59 87,68

Abu (%) 3,70 5,37 5,40 4,44 4,60

Protein Kasar (%) 9,52 18,77 8,48 9,25 11,62

Lemak Kasar (%) 5,05 0,27 0,54 0,53 1,07

Serat Kasar (%) 1,72 1,11 4,63 2,79 3,23

BETN (%) 80,01 74,48 80,95 82,99 79,48

Energi Bruto (kal/g) 4541 4025 5166 5502 5107

Kandungan nutrien ekskreta (% BK)

Bahan Kering (%) 87,64 85,73 92,08 90,07 65,62

Abu (%) - 23,68 19,71 19,40 14,17 12,94

Protein Kasar (%) - 43,23 35,61 27,48 34,76 35,62

Energi Bruto (kal/g) - 4065 3588 3329 3591 3878

4522

Ad lib

Ad lib

Ad lib

Ad lib

Kandungan nutrient (% BK)

90,5

3,85

15,09

10,00

2,40

68,66

Ad lib

KomposisiJagung

------------------gram------------------

Ad lib

Ad lib

Keterangan: *) Komposisi pellet koi: tepung ikan, tepung terigu, bungkil kedelai, pollard, minyak ikan, kolin, klorida, vitamin, dan mineral.

Tabel 1. Komposisi pakan serta nutrisi pakan dan ekskreta

Page 12: Jurnal Biologi Indonesia · Jurnal Biologi Indonesia diterbitkan oleh ... yang telah berpulang kerahmat Allah SWT pada tanggal 18 Agustus 2015 ... bubur telur puyuh (A), bubur

256

Rachmatika & Sari

dan produksi (Anggorodi 1994). Pada penelitian

ini digunakan sumber protein dari telur puyuh,

bungkil kedelai, pelet ikan koi, dan susu bubuk.

Kandungan protein pada bubur B yang paling

besar diantara yang lain, namun memiliki bruto

energi yang paling kecil. Menurut Summers et

al. (1964), peningkatan level energi mengakibatkan

menurunnya konsumsi pakan, yang kemudian

menurunkan konsumsi protein.

Dari hasil perhitungan efisiensi metabolik

bubur A yang tertinggi, yaitu sebesar 97,04%

dan yang paling rendah adalah bubur E dengan

efisiensi metabolik sebesar 89,86%. Hal ini

menunjukkan bahwa diantara kelima perlakuan

bubur A paling mudah dicerna dengan nilai

ADP 87,88% (Tabel 2). Rendahnya efisiensi

metabolik bubur E kemungkinan disebabkan

karena penggunaan susu dalam pakan. Menurut

Rasyid (2002), sumber karbohidrat yang

terdapat dalam susu adalah laktosa (galaktosa

dan glukosa) sebagai bahan pembakar. Adanya

lemak dan laktosa menjadikan susu memiliki

nilai pembakar yang tinggi. Namun, adanya

laktosa pada produk susu ini menjadi masalah

utama pada unggas yang mengganggu

pertumbuhannya. Menurut Atkinson et al. (1957)

dalam Stevenson & Jackson (1981), laktosa pada

pakan manusia dan hewan tidak dapat

digunakan dalam jumlah yang besar. Rendahnya

efisiensi bubur B dengan bungkil kedelai

sebagai sumber protein disebabkan karena sisi

negatif penggunaan bungkil kedelai adalah

adanya oligosakarida yang terkandung di

dalamnya (raffinose dan stachyose) yang tidak

dapat dicerna baik oleh hewan maupun oleh

manusia. Namun, fraksi tersebut dapat dicerna

oleh bakteri di usus halus. Apabila fraksi ini

terfermentasi, maka akan dihasilkan produk

fermentasi seperti karbondioksida, hidrogen

sulfida, asam laktat, asam lemak rantai pendek,

dan beberapa gas. Fermentasi oligosakarida,

gula terlarut, dan serat terlarut akan

meningkatkan volume feses karena peningkatan

ekskresi bakteri dan air (Hill 2004).

Kecernaan dapat diartikan banyaknya zat

makanan yang ditahan atau diserap oleh tubuh

(Tillman et al. 2005). Zat makanan yang

terdapat dalam feses adalah makanan yang tidak

tercerna dan tidak diperlukan kembali.

Kecernaan dapat dipengaruhi oleh tingkat

pemberian pakan, spesies hewan, kandungan

lignin pakan, defisiensi nutrien, pengolahan

bahan pakan, pengaruh gabungan pakan, dan

gangguan pencernaan. Selain itu, daya cerna

juga dipengaruhi komposisi pakan, perbandingan zat

makanan dalam pakan, jenis kelamin, dan strain.

Kecernaan protein tergantung pada protein yang

dikandung dalam pakan. Pakan dengan

kandungan protein rendah akan memiliki

kecernaan protein yang rendah, dan sebaliknya

(Tillman et al. 1991). Muchtadi (1989)

melaporkan bahwa protein yang mudah dicerna

menunjukkan tingginya jumlah asam-asam

amino yang dapat diserap oleh tubuh dan begitu

Keterangan Bubur A Bubur B Bubur C Bubur D Bubur E

Konsumsi:

BS bubur 39,58 65,20 51,93 52,85 54,79

BS jagung 26,91 16,02 16,82 25,64 29,66

BK 23,85 40,92 32,10 26,75 30,21

PK 2,73 7,57 3,06 2,93 3,86

GE 1082 1668 1630 1407 1498

Ekskreta :

BK 0,77 2,64 1,57 2,18 2,61

PK 0,33 1,15 0,48 0,85 1,16

GE 32 111 58 87 153

AME (kal/g) 44,01 38,07 49,01 49,27 44,57

Efisiensi 97,04 93,41 96,51 93,70 89,86

ADP (%) 87,88 85,06 84,47 70,56 63,42

Keterangan : BS = Bahan segar, BK = Bahan kering, GE = Gross Energy (Bruto Energi), PK = Protein Kasar, AME = Apparent Metabolizable Energy (Energi metabolis semu), ADP = Apparent Digestibility of Protein (Kecernaan protein semu); 1 Dalam 100 % Bahan kering; Data disajikan dalam bentuk rataan

Tabel 2. Rataan Nilai Energi Metabolisme dan Kecernaan Protein1

Page 13: Jurnal Biologi Indonesia · Jurnal Biologi Indonesia diterbitkan oleh ... yang telah berpulang kerahmat Allah SWT pada tanggal 18 Agustus 2015 ... bubur telur puyuh (A), bubur

257

Kemampuan Cerna Protein dan Energi Metabolisme Perkici Pelangi

juga sebaliknya. Menurut Sriperm et al. (2010)

walaupun hubungan antara protein kasar dan

asam amino pada jagung dan bungkil kedelai

tidak berdistribusi normal, mungkin ini hanya

sedikit sekali pengaruhnya dalam formulasi

pakan. Bubur A dengan telur puyuh sebagai

sumber protein memiliki ADP paling tinggi.

Namun berbeda dengan penelitian yang

dilakukan oleh Frankel & Avram (2001) bahwa

perkici pelangi yang diberikan sumber protein

berupa tepung putih telur menunjukkan

rendahnya kecernaan dari tepung putih telur

yang memiliki daya cerna sebesar 13,3%. Hal

ini mungkin disebabkan bahwa telur yang

diberikan berbeda dari jenis dan bentuk telur

yang digunakan. Pada penelitian ini digunakan

telur yang direbus, sedangkan pada penelitian

Frankel & Avram (2001) digunakan tepung

putih telur. Tingginya nilai ADP pada bubur A

yang mengandung telur puyuh juga dipengaruhi

oleh kandungan beta karoten yang terkandung

di dalam kuning telur yaitu sebebsar 2,2

mikrogram/gram (Karadas et al. 2006). Beta

karoten merupakan precursor vitamin A. Sekitar

10-50% total beta karoten yang dikonsumsi

diserap di dalam sistem pencernaan dan pada

dinding usus halus akan diubah menjadi vitamin

A secara parsial. Protein tidak dapat digunakan

secara tepat tanpa adanya vitamin ini. (Vanta

2011). Menurut Frankel & Avram (2001),

terlalu tingginya protein dalam pakan perkici di

penangkaran justru akan menimbulkan penumpukan

asam urat, mungkin lebih baik menggunakan pakan

yang rendah protein namun tetap memenuhi

kebutuhan asam amino esensial.

Bila dibandingkan hasil ADP pada bungkil

kedelai dan susu, nilai ADP pada bungkil

kedelai lebih besar dibandingkan nilai ADP pada

susu 7 gram/100 gram ransum dan 13 gram/100

gram ransum. Berbeda dengan penelitian Yen et al.

(2004) yang menyimpulkan bahwa pemakaian susu

skim mampu menggantikan penggunaan

bungkil kedelai sebagai pakan babi. Pemberian

10% dried skim milk pada pakan babi

menghasilkan pertumbuhan, karkas, dan

kecernaan nitrogen yang serupa dengan pakan

berbasis jagung-bungkil kedelai. Harga susu

skim memang lebih tinggi daripada bungkil

kedelai. Namun, kelebihan penggunaan susu

skim ini adalah laktosa dalam susu

mempengaruhi populasi mikrobiota dalam

pencernaan, sehingga menurunkan potensi

adanya mikroba patogen di dalamnya yang

dapat berakibat pada kontaminasi daging yang

dihasilkan.

Kecernaan protein dipengaruhi pula oleh

serat kasar pada pakan. Serat yang tinggi

menyebabkan laju digesta menjadi lebih cepat.

Hal ini mengakibatkan proses pencernaan

menjadi lebih singkat, sehingga enzim

pencernaan memiliki waktu yang singkat untuk

mendegradasi nutrisi secara menyeluruh.

Akibatnya, kecernaan protein pun ikut menurun

(Tillman et al. 1991).

KESIMPULAN

Bubur dengan konsumsi paling besar

adalah bubur dengan penambahan bungkil

kedelai sebagai sumber protein, diikuti bubur

dengan penambahan pelet koi, dan telur puyuh.

Kemampuan perkici pelangi dalam mencerna

berbagai sumber protein cukup baik,

diperlihatkan dengan persentase ADP yang

tinggi di atas 80%. Urutan bahan pakan sumber

protein yang paling mudah dicerna adalah telur

puyuh, bungkil kedelai, pelet koi, susu 7

gram/100 gram ransum, dan terakhir susu 13

gram/100 gram ransum.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada

Pusat Penelitian Biologi-LIPI yang mendanai

penelitian ini melalui program DIPA. Terima

kasih pula disampaikan kepada Dr. Wartika

Rosa Farida dan Dr. Siti Nuramaliati Prijono

atas bimbingannya dan kepada Sdri. Tri Hadi

Handayani, S.Si, Sdri. R. Lia Rahadian, A.Md,

dan Sdr. Tatang yang telah membantu penelitian

ini.

DAFTAR PUSTAKA

Anggorodi, R. 1994. Ilmu Makanan Ternak

Umum. Gramedia. Jakarta.

AOAC. 1995. Official Methods of Analysis of

AOAC International. 16th ed. Association of

Page 14: Jurnal Biologi Indonesia · Jurnal Biologi Indonesia diterbitkan oleh ... yang telah berpulang kerahmat Allah SWT pada tanggal 18 Agustus 2015 ... bubur telur puyuh (A), bubur

258

Rachmatika & Sari

Official Analytical Chemists, Arlington, VA.

Del Valle, FR. 1981. Nutritional Qualities of Soya

Protein as Affected by Processing. Journal of

the American Oil Chemists’ Society. 58: 419-

429.

Emamzadeh, AN. & A. Yaghobfar. 2009. Evaluation

of Protein Digestibility in Canola Meals

between Caecectomised and Intact Adult

Cockerels. World Academy of Science,

Engineering and Technology. 3: 108-110.

Frankel, TL. & D. Avram. 2001. Protein

Requirement of Rainbow Lorikeet,

Trichoglossus haematodus. Australian

Journal of Zoology 49:435-443.

Forshaw, JM. & WT. Cooper. 1989. Parrots of

The World. Third Edition. Landsdowne

edition. Australia.

Layman, DK. & NR. Rodriguez. 2009. Egg as a

Source of Power, Strength, and Energy.

Nutrition Today . 44: 43-48.

Karadas, F., E. Grammenidis, PF. Surai, T.

Acamovic & NHC. Sparks. 2006. Effect

of Carotenoid from Lucerne, Marigold,

and Tomato on Egg Yolk Pigmentation

and Carotenoid Composition. British

Poultry Science. 47:561-566.

MacKinnon, J., K. Phillips & B. van Balen. 2000.

Burung-Burung di Sumatera, Kalimantan,

Jawa, dan Bali. BirdLife International

dan LIPI.

Nasr, J., A. Yaghobfar, YE. Nezhad & KN. Adl.

2011. Effects of Diets Formulation Based

on Digestible Amino Acids and True

Metabolism Energy on Egg Characteristics

and Reproductive Performance of Broiler

Breeder. International Conference on Asia

Agriculture and Animal. IPCBEE 13:101-105.

Rasyid, YG. 2002. Susu Sumber Makanan

Sempurna. Kumpulan tulisan ilmu

pengetahuan dan teknologi tepat guna.

http://www.warintek.ristek.go.id/

pangan_kesehatan/pangan/ipb/Susu%

20makanan%20sempurna.pdf.

Shuman, TW., RJ. Robel, AD. Dayton & JL.

Zimmerman. 1988. Apparent Metabolizable

Energy Content of Foods Used by Mourning

Doves. Journal of Wildlife Management. 52:

481-483.

Summers, JD., SJ. Slinger, IR. Sibbald & WF.

Pepper. 1964. Influence of Protein and

Energy on Growth and Protein Utilization

in the Growing Chicken. Journal of

Nutrition. 82: 463-468.

Tillman, AD, H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo,

S. Prawirokusumo & S. Lebdosoekojo.

1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar.

Cetakan kelima. Gajah Mada University

Press. Yogyakarta.

Vanta, B. 2011. Vitamin to Improve Digestion.

http://www.livestrong.com/article/424508

-vitamins-to-improve-digestion/

Widodo, W., S. Paryanti & S. Handini. 2009.

Teknik Menangkarkan Burung Perkici.

LIPI: Cibinong.

Yen, J., J. Wells & DN. Miller. 2004. Dried

skim milk as a replacement for soybean

meal in growing-finishing diets: Effects

on growth performance, apparent total-

tract nitrogen digestibility, urinary and

fecal nitrogen excretion, and carcass traits

in pigs. Journal Animal Science. 82:3338-

3345

Zarei, A. 2006. Apparent and True Metabolizable

Energy in Artemia Meal. International

Journal Poultry. Science. 5: 627-628.

Page 15: Jurnal Biologi Indonesia · Jurnal Biologi Indonesia diterbitkan oleh ... yang telah berpulang kerahmat Allah SWT pada tanggal 18 Agustus 2015 ... bubur telur puyuh (A), bubur

PANDUAN PENULIS

Naskah dapat ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris. Naskah disusun dengan urutan: JUDUL (bahasa Indonesia dan Inggris), NAMA PENULIS (yang disertai dengan alamat Lembaga/Instansi), ABSTRAK (bahasa Inggris, dan Indonesia maksimal 250 kata), KATA KUNCI (maksimal 6 kata), PENDAHULUAN, BAHAN DAN CARA KERJA, HASIL, PEMBAHASAN, UCAPAN TERIMA KASIH (jika diperlukan) dan DAFTAR PUSTAKA. Penulisan Tabel dan Gambar ditulis di lembar terpisah dari teks.

Naskah diketik dengan spasi ganda pada kertas HVS A4 maksimum 15 halaman termasuk gambar, foto, dan tabel disertai CD. Batas dari tepi kiri 3 cm, kanan, atas, dan bawah masing-masing 2,5 cm dengan program pengolah kata Microsoft Word dan tipe huruf Times New Roman berukuran 12 point. Setiap halaman diberi nomor halaman secara berurutan. Gambar dalam bentuk grafik/diagram harus asli (bukan fotokopi) dan foto (dicetak di kertas licin atau di scan). Gambar dan Tabel di tulis dan ditempatkan di halaman terpisah di akhir naskah. Penulisan simbol a, b, c, dan lain-lain dimasukkan melalui fasilitas insert, tanpa mengubah jenis huruf. Kata dalam bahasa asing dicetak miring. Naskah dikirimkan ke alamat Redaksi sebanyak 3 eksemplar (2 eksemplar tanpa nama dan lembaga penulis).

Penggunaan nama suatu tumbuhan atau hewan dalam bahasa Indonesia/Daerah harus diikuti nama ilmiahnya (cetak miring) beserta Authornya pada pengungkapan pertama kali.

Pustaka didalam teks ditulis secara abjad.

Contoh penulisan Daftar Pustaka sebagai berikut :

Jurnal : Achmadi, AS., JA. Esselstyn, KC. Rowe, I. Maryanto & MT. Abdullah. 2013. Phylogeny, divesity , and

biogeography of Southeast Asian Spiny rats (Maxomys). Journal of mammalogy 94 (6):1412-123. Buku : Chaplin, MF. & C. Bucke. 1990. Enzyme Technology. Cambridge University Press. Cambridge. Bab dalam Buku : Gerhart, P. & SW. Drew. 1994. Liquid culture. Dalam : Gerhart, P., R.G.E. Murray, W.A. Wood, & N.R.

Krieg (eds.). Methods for General and Molecular Bacteriology. ASM., Washington. 248-277. Abstrak : Suryajaya, D. 1982. Perkembangan tanaman polong-polongan utama di Indonesia. Abstrak Pertemuan

Ilmiah Mikrobiologi. Jakarta . 15 –18 Oktober 1982. 42. Prosiding : Mubarik, NR., A. Suwanto, & MT. Suhartono. 2000. Isolasi dan karakterisasi protease ekstrasellular dari

bakteri isolat termofilik ekstrim. Prosiding Seminar nasional Industri Enzim dan Bioteknologi II. Jakarta, 15-16 Februari 2000. 151-158.

Skripsi, Tesis, Disertasi : Kemala, S. 1987. Pola Pertanian, Industri Perdagangan Kelapa dan Kelapa Sawit di Indonesia.[Disertasi].

Bogor : Institut Pertanian Bogor. Informasi dari Internet : Schulze, H. 1999. Detection and Identification of Lories and Pottos in The Wild; Information for surveys/

Estimated of population density. http//www.species.net/primates/loris/lorCp.1.html.

Page 16: Jurnal Biologi Indonesia · Jurnal Biologi Indonesia diterbitkan oleh ... yang telah berpulang kerahmat Allah SWT pada tanggal 18 Agustus 2015 ... bubur telur puyuh (A), bubur