jurnal akuntansi dan keuangan methodist eissn : …
TRANSCRIPT
JURNAL AKUNTANSI DAN KEUANGAN METHODIST eISSN : 2599-1175
Volume 1, Nomor 1, 2017, 45-56 ISSN : 2599-0136
45
PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP PROFITABILITAS
PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA PERIODE 2013-2015
Melanthon Rumapea
Fakultas Ekonomi, Universitas Methodist Indonesia [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Good Corporate Governance
terhadap rasio profitabilitas pada perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa Efek
Indonesia pada periode 2013 – 2015. Mekanisme Good Corporate Governance dalam
penelitian ini diproksikan dengan ukuran dewan direksi, dewan komisaris, dan komite audit.
Sedangkan, rasio profitabilitas diproksikan dengan return on equity (ROE). Sampel penelitian
ini terdiri dari 8 perusahaan dengan metode pengambilan sampel purposive sampling. Data
yang digunakan adalah laporan tahunan dan laporan keuangan masing masing perusahaan
sampel yang dipublikasikan melalui website www.idx.co.id. Hipotesis dalam penelitian ini
diuji dengan menggunakan regresi linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
Good Corporate Governance berpengaruh terhadap rasio profitabilitas pada perusahaan
manufaktur dimana Good Corporate Governance yang terdiri dari dewan direksi signifikan
dan berpengaruh negatif terhadap profitabilitas, dewan komisaris signifikan dan berpengaruh
positif terhadap profitabilitas serta komite audit signifikan dan berpengaruh negatif terhadap
profitabilitas. Secara simultan, dewan direksi, dewan komisaris, dan komite audit signifikan
dan berpengaruh positif terhadap profitabilitas.
Kata Kunci : Good Corporate Governance, dewan direksi, dewan komisaris, komite
audit, dan return on equity (ROE)
I. PENDAHULUAN Latar Belakang
Profitabilitas menjadi indikator
penting bagi investor dalam menilai kinerja
suatu perusahaan karena menunjukkan
kemampuan perusahaan dalam
memperoleh keuntungan dan tingkat
pengembalian yang akan diterima oleh
investor. Profitabilitas menggambarkan
apakah suatu entitas usaha memiliki
peluang atau prosepek yang baik di masa
mendatang.Semakin tinggi profitabilitas
badan usaha, maka kemampuan
perusahaan dalam mempertahankan
kelangsungan hidupnya akan semakin
terjamin (Hermuningsih, 2013).
Peningkatan profitabilitas perusahaan
salah satunya dapat dicapai melalui
terciptanya tata kelola yang baik di dalam
perusahaan. Menurut Daniri (2006)
pengelolaan perusahaan dalam upaya
pencapaian keuntungan dan kelangsungan
secara seimbang, dapat dicapai melalui
penerapan Corporate Governance. Good
Corporate Governance bukanlah fenomena
atau aturan baru bagi perusahaan, Good
Corporate Governance telah lama
berkembang dan semakin mencuat
semenjak krisis ekonomi tahun 1998 yang
dialami Indonesia.
Kinerja perusahaan dapat diukur
dengan profitabilitas perusahaan.
Peningkatan profitabilitas perusahaan
membutuhkan penerapan pengelolaan
perusahaan yang baik maka perlu
mengimplementasikan Good Corporate
Governance (GCG). Good Corporate
Governance telah menjadi isu yang tengah
menarik akhir-akhir ini. Good Corporate
Governance merupakan seperangkat
Oktober 2017 Rumapea Melanthon
46
peraturan dalan rangka pengandalian
perusahaan untuk menghasilkan value
added bagi para stakeholders.
Pada mulanya, pelaksanaan Good
Corporate Governance di Indonesia masih
bersifat sukarela sehingga tidak ada sanksi
yang di berikan apabila perusahaan tidak
melaksankan Good Corporate
Governance. Namun, di tahun 2012 PER-
12/MBU/2012 Good Corporate
Governance wajib diterapkan pada
perusahaan BUMN. Untuk perusahaan
lain, Badan Pengawas Pasar Modal dan
Laporan Keuangan (BAPEPAM-LK)
hanya menyediakan kuesioner penilaian
sendiri untuk melihat kualitas tata kelola
perusahaannya. Good Corporate
Governance dapat tercapai apabila
perusahaan memenuhi asas-asas
transparansi, akuntabilitas, responsibilitas,
independensi dan karyawan.
Sebagai salah satu pilar dari salah
sistem ekonomi pasar, Good Corporate
Governance berkaitan dengan kepercayaan
terhadap perusahaan dan iklim persaingan
yang sehat dan iklim usaha kondusif.
Penerapan Good Corporate Governance
dapat mendorong pertumbuhan dan
stabilitas ekonomi yang berkelanjutan.
Menurut komite cadbury dalam
Surya dan Ivan (2008).Corporate
Governance adalah sistem yang
mengarahkan dan mengendalikan
perusahaan dengan tujuan agar mencapai
keseimbangan antara kekuatan
kewenangan yang diperlukan oleh
perusahaan untuk menjamin kelangsungan
eksitensinya dan pertanggungjawaban
kepada stakeholder. Good Corporate
Governance merupakan suatu hal yang
penting untuk mewujudkan peningkatan
kinerja perusahaan melalui monitoring
kinerja manejemen dan menjamin
akuntanbilitas manejemen terhadap para
pemenang saham (Nugroho, 2014). Proksi
yang digunakan untuk mengukur Good
Corporate Governance yaitu dewan
direksi, dewan komisaris, dan ukuran
komite audit (Setiawan, 2012).
Dewan direksi adalah pihak dalam
suatu entitas perusahaan sebagai pelaksana
operasi dan kepengurusan perusahaan.
Dewan komisaris sebagai pengawas dalam
suatu perusahaan sedangkan komisaris
independen sebagai kekuatan penyeimbang
dalam pengambilan keputusan dari dewan
komisaris. Peranan dewan komisaris dan
komisaris independen sangat penting dan
diperlukan komitmen penuh dari dua hal
tersebut dalam menentukan keberhasilan
implementasi Good Corporate Governance
tersebut (Effendi, 2009:19). Sedangkan
komite audit bertugas untuk mengawasi
jalannya perusahaan.
Kinerja perusahaan dapat di lihat dari
rasio profitabilitas seperti Return On Assets
(ROA), Return On Equity (ROE), dan Net
Profit Margin (NPM). Penelitian ini
khususnya pada kinerja perusahaan yang
diukur menggunakan Return On Equiti
(ROE). Good Corporate Governance dapat
mengurangi resiko yang mungkin akan
dilakukan oleh dewan direksi dan
komisaris dengan berbagai keputusan yang
mementingkan kepentingan pribadi.
Hubungan antara Good Corporate
Governance dengan profitabilitas adalah
melalui kinerja yang semakin baik akan
mencerminkan kesan yang baik pula
terhadap investor. Sehingga perusahaan
akan meningkatkan kemampuannya dalam
memperoleh profit yang tinggi pula.
Perumusan Masalah
1. Apakah Good Corporate Governance
(GCG) berpengaruh secara Parsial
terhadap profitabilitas perusahaan?
2. Apakah Good Corporate Governance
(GCG) berpengaruh secara simultan
terhadap profitabilitas perusahaan?
II. TINJAUAN PUSTAKA
Teori Keagenan (Agency Theory)
Teori keagenan dikemukakan oleh
Michael C. jensen dan William H.
Meckling (1976). Teori keagenan
merupakan sebuah teori yang membahas
hubungan pemilik (principal) dengan
manajer (agent). Teori keagenan ini
menjelaskan hubungan kontraktual anat
manajer (agent) dengan pemilik
Oktober 2017 Rumapea Melanthon
47
(principal). Pemilik perusahaan
memberikan kewenangan pengambilan
keputusan kepada manajer sesuai dengan
kontrak kerja.
Eisenhard (dalam Arifin, 2005),
membagi teori keagenan menjadi 3 (tiga)
buah animasi yaitu: asuransi tentang sifat
manusia, asumsi tentang keorganisasian,
dan asumsi tentang informasi. Asumsi sifat
manusia menjelaskan bahwa manusia
memiliki sifat untuk mementingkan diri
sendiri (self interest), memiliki
keterbatasan rasionalitas (bounded
rationaliti), dan tidak menyukai resiko
(risk aversion) (Arifin, 2008). Asumsi
keorganisasian menjelaskan konflik antar
anggota organisasi, efisiensi sebagai
kriteria produktivitas. Asumsi tentang
informasi adalah konsepyang menjelaskan
bahwa informasi merupakan sebuah
komoditi.
Teori Stakeholder
Teori stakeholder mengalami
perubahan definisi selama beberapa tahun
terakhir. Fiedman (1962) mengatakan
bahwa tujuan utama perusahaan adalah
untuk memaksimumkan kemakmuran
pemiliknya. Hal ini menunjukkann bahwa
definisi stakeholder pada awalnya hanya
mengacu pada pemilik perusahaan. Namun
demikian freeman (1983) memperluas
definisi stakeholder dengan memasukkan
konstituen yang lebih banyak, termaksuk
kelompok yang tidak menguntungkan bagi
perusahaan.
Stakeholder pada dasarnya adalah
pihak yang memiliki kemampuan untuk
mempengaruhi pemakaian sumber-sumber
ekonomi yang berkaitan dengan
perusahaan (Ghozali dan Chariri, 2000).
Karena kemampuan stakeholder ini maka
organisasi akan memilih stakeholder yang
dianggap penting dan dapat menghasilkan
hubungan yang harmonis antara
perusahaan dengan stakeholdernya
(Ullman,1985).
Menurut Ghozali dan Chariri (2000)
teori stakeholder mengatakan bahwa
perusahaan bukanlah entitas yang hanya
beroprasi untuk kepentingan sendiri namun
juga harus memberikan manfaat bagi
stakeholder-nya ( pemegang saham,
kreditor, konsumen, supplier, pemerintah,
masyarakat, analis dan pihak lain).
Menurut Budiarto (dalam Nugroho,
2014) untuk menunjukkan keselarasan
hubungan ini, setiap perusahaan
diharapkan memiliki perhatian dan
tanggung jawab yang seimbang antara
kepentingan ekonomi dan kepentingan
sosial. Menurut Gray, Kouhy dan Adams
(dalam Ghazali dan Chariri, 2000),
kelangsungan hidup perusahaan tergantung
pada dukungan stakeholder dan dukungan
tersebut harus dicari sehingga aktivitas
perusahaan adalah untuk mencari aktivitas
tersebut.
Good Corporate Governance (GCG)
Stakeholder adalah semua pihak baik
internal maupun eksternal yang memiliki
hubungan baik bersifat mempengaruhi
maupun dipengaruhi, bersifat langsung
maupun tidak langsung oleh perusahaan.
Batasan stakeholder tersebut di atas
mengisyaratkan bahwa perusahaan
hendaknya memperhatikan stakeholder,
karena mereka adalah pihak yang
mempengaruhi dan dipengaruhi baik
secara langsung mapun tidak langsung atas
aktivitas serta kebijakan yang diambil dan
dilakukan perusahaan. Jika perusahaan
tidak memperhatikan stakeholderbukan
tidak mungkin akan menuai protes dan
dapat mengeliminasi legitimasi stakeholder
(Adam C. H, 2002 dalam Nor Hadi, 2011:
94-95).
Struktur Corporate Governance
Struktur governance, dapat
didefinisikan sebagai suatu kerangka
dalam organisasi untuk menerapkan
berbagai prinsip governance sehingga
prinsip tersebut dapat dibagi, dijalankan
serta dikendalikan (Arifin, 2005). Struktur
governance diatur oleh Undang-undang
sebagai dasar legalitas berdirinya sebuah
entitas (Arifin, 2005). Salah satu model
dalam struktur governance adalah model
Anglo-Saxon. Struktur governance ini
terdiri dari RUPS (Rapat Umum Pemegang
Oktober 2017 Rumapea Melanthon
48
Saham), Board of Directors (perwakilan
dari para pemegang saham/pemilik), serta
Executive managers (pihak manajemen
sebagai pelaku aktivitas perusahaan).
Model Anglo-Saxon ini dikenal dengan
Single-board system yaitu struktur tata
kelola perusahaan yang tidak memisahkan
keanggotaan dewan komisaris dan dewan
direksi. Pada sistem ini anggota dewan
komisaris juga merangkap anggota dewan
direksi dan kedua dewan ini disebut
sebagai board of directors.
Model corporate governance yang
lain adalah Continental Europe. Dalam
struktur ini governance terdiri dari RUPS,
Dewan Komisaris, Dewan Direktur, dan
Manajer Eksekutif (Arifin, 2008). Struktur
ini sering disebut sebagai Two board
system, yaitu struktur Corporate
governance yang memisahkan antara
keanggotaan dewan komisaris sebagai
pengawas dan dewan direksi sebagai
eksekutif perusahaan.
Dalam model two-board system,
RUPS (Rapat Umum Pemegang
Saham)dapat mengangkat dan
memberhentikan dewan komisaris yang
mewakili para pemegang saham untuk
melakukan kontrol terhadap manajemen.
Dewan komisaris sebagai atasan langsung
dewan direksi mempunyai kewenangan
untuk mengangkat dan memberhentikan
dewan direksi serta melakukan tugas
pengawasan terhadap kegiatan direksi
dalam menjalankan perusahaan.
KNKG (2006) menyatakan bahwa
kepengurusan perseroan terbatas di
Indonesia menganut two-board system
dimana Dewan komisaris dan Direksi yang
mempunyai wewenang dan tanggungjawab
yang jelas sesuai dengan fungsinya
masing-masing sebagaimana diamanahkan
dalam anggaran dasardan peraturan
perundang-undangan (fiduciary
responsibility). Namun, penerapan model
two board system di Indonesia berbeda
dengan model Continental Europe, di
mana kewenangan mengangkat dan
memberhentikan.
Gambar 1 Dual-Board System yang berlaku di Indonesia
Mekanisme Corporate Governence
Mekanisme Corporate Governance
merupakan suatu sistem yang berdasarkan
pada aturan main, prosedur dan hubungan
yang jelas antar para pelaku dalam suatu
perusahaan ketika menjalankan peran dan
tugas. Walsh dan seward (dalam
arifin,2008) menyatakan bahwa terdapat 2
mekanisme untuk membantu menyamakan
perbedaan kepentingan antar pemegang
saham dan manajer dalam rangka
penerapan GCG, yaitu (1) mekanisme
pengendalian internal perusahaan, dan (2)
mekanisme pengendalian eksternal
berdasarkan pasar.
Struktur memiliki peran penting
dalam implementasi Mekanisme Corporate
Governance. Struktur berperan sebagai
kerangka dasar tempat diletakkannya
sistem dalam penyusunan mekanisme
Corporate Governance. Struktur
Corporate Governance merupakan
kerangka dasar managemen perusahaan
dalam pendistribusian hak-hak dan
tanggungjawab diantara organ-organ
perusahaan (dewan komisaris, direksi, dan
RUPS/pemegang saham).
Arifin (2008) menjelaskan
mekanisme pengendalian perusahaan yang
dilakukan dengan membuat seperangkat
aturan yang mengatur tentang mekanisme
bagi hasil baik yang berupa keuntungan,
return maupun resiko-resiko yang disetujui
oleh prinsipal dan agen.sedangkan
mekanisme pengendalian ekternal adalah
pengendalian perusahaan yang dilakukan
oleh pihak diluar perusahaan misalnya
pasar. Penelitian ini berfokus pada struktur
Rapat Umum Pemegang Saham
Dewan komisaris
Dewan
Direksi Komite Audit
Oktober 2017 Rumapea Melanthon
49
pengendalian internal perusahaan yang
terdiri dari komisaris, dan dewan direksi.
Ukuran Dewan Direksi
Dewan direksi merupakan pihak
dalam suatu entitas perusahaan sebagai
pelaksana operasi dan kepengurusan
perusahaan. Pengangkatan dan pemecatan
dewan direksi, penentuan besar
penghasilannya, serta pembagian tugas dan
wewenang setiap anggota dewan direksi
dilakukan pada saat Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS) . ukuran dewan
direksi dihitung berdasarkan jumlah
anggota dewan direksi pada suatu
perusahaan.
Ukuran Dewan Komisaris
KNKG (2006) mendefinisikan
dewan komisaris sebagai mekanisme
pengendalian internal tertinggi yang
bertanggungjawab secara kolektif untuk
melakukan pengawasan dan memberi
masukan kepada direksi serta memastikan
bahwa perusahaan melakukan GCG.
Pemahaman mengenai dewan
komisaris juga dapat ditemui dalam
undang-undang perseroan terbatas nomor
40 tahun 2007. Pasal 108 ayat (5) yang
menyebutkan bahwa bagi perusahaan
berbentu perseroan terbatas, maka wajib
memiliki paling sedikitnya 2 (dua) anggota
komisaris.
Pengawasan yang dilakukan dewan
komisaris bertujuhan agar pihak
managemen dapat berkerja dengan baik.
Ukuran Komite Audit
Konsep komite audit pertama kali
diperkenalkan oleh New York Stock
Exchange (NYSE) pada tahun 1939 (fulop,
2013). Pada awal tahun 1970-an komisi
sekuritas di America Serikat
merekomedasikan perusahaan yang listing
di bursa efek menyusun komite audit yang
terdiri dari non-executive directors dan
pada tahun 1979 NYSE menentukan
persyaratan bahwa semua anggota komite
audit haruslah dari kalangan independen
(Fulop,2013).
Dalam keputusan Bapepam nomor
Kep-29/PM/2004 disebutkan bahwa
komite audit terdiri dari sekurang –
kurangnya satu komisaris independen yang
bertindak sebagai ketua komite audit
sekurang – kurangnya dua orang anggota
lain yang berasal dari luar emiten atau
perusahaan publik (Nugroho,2014).
Menurut Vafeas (dalam Nugroho, 2014)
menyatakan bahwa rata- rata jumlah
komite audit yang ideal adalah 3- 4 orang.
Menurut Komite Nasional Kebijakan
Governance (2006), Komite Audit
bertugas membantu Dewan Komisaris
untuk memastikan bahwa :
1. Laporan keuangan disajikan secara
wajar sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum
2. Struktur pengendalian internal
perusahaan dilaksanakan dengan baik
3. Pelaksanaan audit internal maupun
ekternal dilaksanakan sesuai dengan
standar audit yang berlaku
4. Tindak lanjut temuan hasil audit
dilaksanakan oleh managemen
Dalam pedoman Good Corporate
Governance yang dikeluarkan oleh Komite
Nasional Kebijakan Corporate
Governance (KNKCG), Komite Audit
memproses calon auditor eksternal
termaksud imbalan jasanya untuk
disampaikan kepada Dewan Komisaris.
Jumlah anggota Komite Audit harus
disesuaikan dengan kompleksitas
perusahaan denagan tetap memperhatikan
efektifitas dalam pengambilan keputusan.
Bagi perusahaan yang sahamnya yang
tercatat di bursa efek, peusahaan negara,
perusahaan daerah, peusahaan yang
menghimpundan mengelolah dana
masyarakat, perusahaan yang produk atau
jasanya oleh masyarakat luas, serta
perusahaan yang mempunyai dampak luas
terhadap kelestarian lingkungan, sekurang
– kurangnya harus membentuk Komite
Audit.
Komite Audit diketuai oleh
Komisaris Indeoenden dan anggotanya
dapat terdiri dari komisaris dan atau pelaku
profesi dari luar perusahaan. Salah
Oktober 2017 Rumapea Melanthon
50
seseorang memiliki latar belakang dan
kemampuan akuntansi dan keuangan.
Profitabilitas
Profitabilitas menunjukkan kinerja
suatu perusahaan untuk menghasilkan
keuntungan sehingga dapat berpengaruh
pada pembuatan keputusan investasi.
Artinya, semakin baik kinerja keuangan
yang dimiliki investor perusahaan, maka
akan memiliki kepercayaan yang tinggi
untuk mengungkapkan tanggung jawab
sosialnya. Menurut Jati (dalam
Widianto,2011) tingkat profitabilitas yang
tinggi pada perusahaan akan meningkatkan
daya saing antar perusahaan.
Salah satu rasio untung menghitung
profitabilitas adalah Return on equity
(ROE). Return on equiy menunjukan
kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba setelah pajak dengan
memanfaatkan total equity (modal sediri)
yang dimilikinya.
Kerangka Berpikir
H1
H2
H3
H4
Gambar 2
Kerangka berpikir
Hipotesis
H1 = Ukuran dewan direksi berpengaruh
positif terhadap profitabilitas
perusahaan.
H2 = Ukuran dewan komisaris berpengaruh
positif terhadap profitabilitas
perusahaan.
H3= Ukuran Komite Audit berpengaruh
positif terhadap profitabilitas
perusahaan
H4: Ukuran Dewan Direksi, Ukuran
Dewan Komisaris dan Ukuran Komite
Audit berpengaruh secara simultan
terhadap Profitabilitas.
III. METODE PENELITIAN
Variabel Penelitian
Variabel dependen dalam penelitian
ini adalah profitabilitas perusahaan,
sedangkan variabel independennya adalah
Good Corporate Governance yang diukur
melalui ukuran dewan direksi, ukuran
dewan komisaris dan ukuran dewan
komite.
Variabel Dependen
Variabel dependen penelitian ini
adalah profitabilitas perusahaan. Besarnya
profit perusahaan merupakan salah satu
ukuran untuk mengetahui kinerja
perusahaan. Kinerja perusahaan
merupakan pengukuran atas prestasi
perusahaan yang timbul akibat proses
pengambilan keputusan manajemen.
Penelitian ini menggunakan ROE (Return
on Equity) untuk mengukur profitabilitas
perusahaan.
ROE=𝐋𝐚𝐛𝐚 𝐛𝐞𝐫𝐬𝐢𝐡 𝐬𝐞𝐭𝐞𝐥𝐚𝐡 𝐩𝐚𝐣𝐚𝐤
𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐞𝐤𝐮𝐢𝐭𝐚𝐬 x 100%
Variabel Independen
Variabel independen dalam
penelitian ini adalah Good Corporate
Governance (GCG). Good Corporate
Governance (GCG) merupakan prinsip
yang mengarahkan dan mengendalikan
perusahaan agar mencapai keseimbangan
antara kekuatan serta kewenangan
perusahaan dalam memberikan
pertanggungjawabannya kepada para
pemegang saham khususnya dan
stakeholder pada umumnya (Komite
Cadbury dalam Dewi dan Widagdo, 2012).
Pada penelitian ini, GCG diukur dari
ukuran dewan direksi, ukuran dewan
komisaris dan ukuran komite audit.
Ukuran Dewan Direksi
Peningkatan ukuran dan diversitas
dari dewan direksi akan memberikan
manfaat bagi perusahaan dan menjamin
karena terciptanya hubungan dengan pihak
luar perusahaan dan menjamin
ketersediann sumber daya (Pearce &
Zahra, 1992 dalam Faisal, 2009). Ukuran
Ukuran Dewan Direksi
Ukuran Dewan Komisaris
Ukuran Komite Audit
Profitabilitas
Oktober 2017 Rumapea Melanthon
51
dewan direksi diukur melalui jumlah
seluruh anggota dewan direksi pada
perusahaan yang menjadi objek penelitian.
Ukuran Dewan Direksi = Jumlah
Anggota Dewan Direksi
Ukuran Dewan Komisaris
Ukuran dewan komisaris merupakan
perbandingan antara dewan komisaris
dengan dewan direksi. Ukuran dewan
komisaris diukur dengan membagi antara
total anggota dewan komisaris
dibandingkan dengan total anggota dewan
direksi di perusahaan. Rumus untuk
menghitung ukuran dewan komisaris
sebagai berikut:
Ukuran Dewan Komisaris = Jumlah
Anggota Dewan Komisaris
Ukuran Komite Audit
Ukuran komite audit merupakan
salah satu karakteristik yang mendukung
efektifitas kinerja komite audit dalam
suatuperusahaan. Semakin besar ukuran
komite audit tentu akan lebih baik bagi
perusahaan. Hal tersebut menunjukkan
pengawasan yang lebih maksimal. Pada
penelitian ini, ukuran komite audit diukur
degan membandingkan jumlah seluruh
anggota komite audit dalam suatu
perusahaan. Rumus untuk menghitung
ukuran Ukuran Komite Auditsebagai
berikut:
Ukuran Komite Audit =Jumlah Anggota
Komite Audit
Jenis dan Sumber Data
Jenis penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif yang menggunakan data
sekunder. Data tersebut diperoleh dari
berbagai sumber diantaranya yaitu di
laporan keuangan tahunan perusahaan
yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI)
yang didokumentasikan dalam
www.idx.co.id.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam
penelitian ini adalah:
1. Metode studi pustaka
Metode studi pustaka yaitu
melakukan telaah pustaka, eksplorasi
danmengkaji berbagai literatur pustaka
seperti buku-buku, jurnal, majalan
dansumber- sumber lainnya yang terkait
dengan penelitian ini.
2. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu dengan
mengumpulkan data–data dengan
caramencatat hal-hal yang berhubungan
dengan penelitian ini.
Metode Analisis Regresi Linear
Berganda
Model persamaan yang digunakan adalah :
ROE = α + β1DD + β2DK + β3KA + e
Keterangan :
ROE : kinerja perusahaan i tahun
ke-t yang diukur
menggunakan ROE
α : konstanta
β1, β2, β3 : koefisien regresi
DD :Ukuran Dewan Direksi
perusahaan i tahun ke-t
DK : Ukuran Dewan Komisaris
perusahaan i tahun ke-t
KA : Ukuran Komite Audit
perusahaan i tahun ke-t
e : error
IV. PEMBAHASAN Hasil Penelitian
Statistik Deskriptif
Analisis data deskriptif dilakukan
dengan membandingkan nilai minimum,
nilai maksimum, rata-rata (mean) dan
standar deviasi dari data sampel yang ada.
Dari hasil pengujian statistik
deskriptif kelima variabel dalam penelitian
ini diperoleh hasil sebagai berikut: Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation
DD 24 10,46 20,21 16,1717 3,27506
DK 24 8,22 19,52 13,7050 3,56735
KA 24 10,49 19,74 17,0079 2,94341
ROE 24 14,14 71,08 37,7413 14,43053
Valid N
(listwise) 24
Sumber: Data Olahan, 2016
Oktober 2017 Rumapea Melanthon
52
Dari hasil pengujian diatas diketahui
bahwa:
a. Variabel Dewan Direksi (DD)
memiliki nilai minimum 10,46, nilai
maksimum 20,21, mean 16,1717 dan
standar deviasi 3,27506.
b. Variabel Dewan Komisaris (DK)
memiliki nilai minimum 8,22, nilai
maksimum 19,52, mean 13,7050 dan
standar deviasi 3,56735.
c. Variabel Komite Audit (KA) memiliki
nilai minimum 10,49, nilai maksimum
19,74, mean 17,0079 dan standar
deviasi 2,94341.
d. Variabel Return on Equity (ROE)
memiliki nilai minimum 14,14, nilai
maksimum 71,08, mean 37,7413 dan
standar deviasi 14,43053.
Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk
melihat apakah variabel terdistribusi
normal atau tidak. Suatu model regresi
dikatakan baik jika datanya berdistribusi
secara normal atau mendekati normal.
Dalam penelitian ini uji normalitas
dilakukan dengan analisis statistik dengan
uji Kolmogorov Smirnov (K-S) untuk
mengetahui tingkat signifikansi dari nilai
residual berdistribusi secara normal atau
tidak. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 24
Normal
Parametersa,b
Mean 0E-7
Std.
Deviation 10,79066535
Most Extreme
Differences
Absolute ,131
Positive ,131
Negative -,095
Kolmogorov-Smirnov Z ,642
Asymp. Sig. (2-tailed) ,805
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber: Data Olahan, 2016
Pada hasil uji statistik non-
parametik Kolmogorov-Smirnov (K-S)
dapat dilihat nilai K-S sebesar 0.642
dengan profitabilitas signifikansi 0.805 dan
nilainya berada diatas α =0.05, maka dapat
disimpulkan bahwa residual berdistribusi
normal (H0 diterima).
Grafik histogram di atas juga
menunjukkan bahwa distribusi data yang
berbentuk lonceng tidak menceng ke kiri
atau menceng ke kanan. Oleh karena itu,
data dikatakan berdistribusi normal.
Pada grafik normal plot terlihat titik-
titik menyebar disekitar garis diagonal,
serta penyebarannya mengikuti arah garis
diagonal. Hal ini berarti data berdistribusi
normal. Secara visual seringkali data
kelihatan normal karena mengikuti garis
diagonal, padahal belum tentu data tersebut
berdistribusi normal. Oleh sebab itu,
analisis harus dilengkapi dengan uji
statistik, diantaranya adalah uji statistik
Kolmogorov-Smirnov (KS).
Uji Multikolinieritas
Uji multikolonieritas untuk
digunakan mengetahui adanya korelasi
antar variabel bebas (indenpenden). Jika
dalam model regresi terdapat
multikolonearitas maka model memiliki
kesalahan standar yang besar. Pengujian
kolinearitas dalam penelitian ini dilihat
dari nilai Tolerance dan Variance Inflation
Factor (VIF).
Oktober 2017 Rumapea Melanthon
53
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. Collinearity Statistics
B Std.
Error
Beta Tolerance VIF
1
(Constant) 6,982 1,297 5,384 ,000
Ln_DD -1,256 ,383 -,686 -3,282 ,004 ,635 1,574
Ln_DK 1,147 ,333 ,771 3,448 ,003 ,555 1,802
Ln_KA -1,036 ,370 -,521 -2,803 ,011 ,802 1,248
a. Dependent Variable: Ln_ROE
Berdasarkan tabel diatas dapat
dilihat bahwa keseluruhan variabel
indenpenden memiliki nilai Tolerance >
0.1 dan nilai VIF < 10. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa variabel
indenpenden dari penelitian ini terbebas
dari multikolinearitas.
Uji Heterokesdatisitas
Heterokedastisitas menggambarkan
hubungan antara nilai yang di prediksi
dengan Studentized Deleted Residual nilai
tersebut. Uji heterokedastisitas
digunakan untuk mengetahui ada atau tidak
penyimpangan varians dari residual untuk
semua pengamatan pada model regresi.
Model regresi yang baik adalah
homokesdastisitas atau tidak
heterokedastisitas. Uji heterokedastisitas
dalam penelitian ini menggunakan
grafik scatterplot dengan melihat
penyebaran titik- titik. Apabila grafik yang
ditunjukkan dengan titik-titik tersebar
secara acak dan tidak membentuk pola
tertentu dengan jelas dan tersebar di atas
maupun di bawah angka nol pada
sumbuY, maka tidak terjadi
heterokedastisitas.
Grafik scatterplot diatas
menunjukkan bahwa titik-titik tersebar
secara acak dan tidak membentuk pola
tertentu serta tersebar di atas maupun di
bawah angka nol pada sumbu Y. Hal ini
berarti data bebas dari masalah
heterokedastisitas.
Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk
mengetahui ada tidaknya korelasi antara
variabel pada periode tertentu dengan
variabel-variabel sebelumnya. Model
regresi yang baik adalah tidak terdapat
masalah autokorelasi. Cara yang dapat
digunakan untuk mendeteksi gejala
autokorelasi adalah dengan menggunakan
uji Durbin Watson (DW).
Model Summaryb
Model R R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error
of the
Estimate
Durbin-
Watson
1 ,667a ,445 ,362 ,31651 1,579
a. Predictors: (Constant), Ln_KA, Ln_DD, Ln_DK
b. Dependent Variable: Ln_ROE
Berdasarkan tabel pada signifikansi
5% dengan jumlah sampel 24 dan jumlah
variabel indenpenden 3 (k=3) maka tabel
Durbin Watson (DW) memberikan nilai
du = 1.5464 dan dl = 1,1878. Oleh
karena dw= 1.579 lebih besar dari batas
atas (du) 1.5464 dan lebih kecil dari 2,4536
(4-du) menunjukkan tidak terjadinya
masalah autokorelasi.
Uji Koefisien Determinasi (R2)
Hasil pengujian dari hipotesis
tersebut dapat dilihat dari koefisien
determinasi (R2) yang mengukur
kemampuan model dalam menerangkan
variasi variabel dependen. Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 ,667a ,445 ,362 ,31651
a. Predictors: (Constant), Ln_KA, Ln_DD, Ln_DK b. Dependent Variable: Ln_ROE
Dari tabel diperoleh nilai adjusted R2
sebesar 0.362, hal ini berarti varians dari
variabel bebas yaitu ukuran dewan
direksi, ukuran dewan komisaris, dan
ukuran komite audit mampu menjelaskan
variabel terikat yaitu profitabilitas
perusahaan (return on equity) 36,2% dan
sisanya sebesar 63,8% dijelaskan oleh
Oktober 2017 Rumapea Melanthon
54
variabel lain yang tidak dimasukkan dalam
penelitian ini.
Analisis Regresi Linear Berganda
Hasil estimasi regresi dari
pengolahan data dapat ditunjukkan pada
tabel berikut.
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. Collinearity
Statistics
B Std.
Error
Beta Tolerance VIF
1
(Constant) 6,982 1,297 5,384 ,000
Ln_DD -1,256 ,383 -,686 -3,282 ,004 ,635 1,574
Ln_DK 1,147 ,333 ,771 3,448 ,003 ,555 1,802
Ln_KA -1,036 ,370 -,521 -2,803 ,011 ,802 1,248
a. Dependent Variable: Ln_ROE
Sumber: Data Olahan, 2016
Model persamaan regresi linear
berganda pada penelitian ini sebagai
berikut:
ROA = 6,982 – 1,256DD + 1,147DK – 1,036KA +
e
Keterangan :
ROE = Return on Equity
DD = Dewan Direksi
DK = Dewan Komisaris
KA = Komite Audit
e = Tingkat Kesalahan pengganggu
Interpretasi persamaan tersebut adalah
sebagai berikut.
1. Konstanta sebesar 6,982 menunjukkan
bahwa jika variabel independen ukuran
dewan direksi, dewan komisaris, dan
komite audit dianggap konstan, maka
nilai ROE adalah sebesar 6,982.
2. Koefisien regresi dewan direksi sebesar
-1,256 menunjukkan bahwa setiap
kenaikan ukuran dewan direksi sebesar
1%, maka ROE akan mengalami
penurunan sebesar 1,256 %. Dengan
asumsi variabel lain tetap (variabel lain
sama dengan nol).
3. Koefisien regresi dewan komisaris
sebesar +1,147 menunjukkan bahwa
setiap kenaikan ukuran dewan komisaris
sebesar 1%, maka ROE akan
mengalami kenaikan sebesar 1,147 %.
Dengan asumsi variabel lain tetap
(variabel lain sama dengan nol).
4. Koefisien regresi komite audit sebesar -
1,036 menunjukkan bahwa setiap
kenaikan ukuran komite audit sebesar
1%, maka ROE akan mengalami
penurunan sebesar 1,036 %. Dengan
asumsi variabel lain tetap (variabel lain
sama dengan nol).
Pengujian Hipotesis
Uji Statistik F
Uji statistik F bertujuan untuk
menguji pengaruh signifikan variabel
indenpenden ukuran dewan direksi, ukuran
dewan komisaris, dan ukuran komite audit
terhadap variabel dependen return on
equity (ROE) dengan melihat nilai
signifikansi F. Apabila nilai signifikansi
yang diperoleh lebih kecil dari α = 0.05
maka variabel indenpenden dalam model
tersebut berpengaruh secara bersama-sama
terhadap variabel dependen.
ANOVAa
Model Sum of
Squares
df Mean
Square
F Sig.
1
Regression 1,609 3 ,536 5,353 ,007b
Residual 2,004 20 ,100
Total 3,613 23
a. Dependent Variable: Ln_ROE
b. Predictors: (Constant), Ln_KA, Ln_DD, Ln_DK
Dari uji ANOVA atau F test diatas
diperoleh tingkat signifikansi 0.007 dan
lebih kecil dari α = 0.05 sehingga dapat di
simpulkan bahwa variabel independen
ukuran dewan direksi, ukuran dewan
komisaris, dan ukuran komite audit secara
bersama-sama berpengaruh terhadap
variabel dependen return on equity (ROE).
Uji Statistik t
Uji signifikansi parsial (t-test)
bertujuan untuk mengetahui pengaruh
masing-masing variabel indenpenden
terhadap variabel dependen. Hasil t-test
disajikan dalam tabel berikut ini:
Oktober 2017 Rumapea Melanthon
55
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std.
Error
Beta
1
(Constant) 6,982 1,297 5,384 ,000
Ln_DD -
1,256 ,383 -,686 -3,282 ,004
Ln_DK 1,147 ,333 ,771 3,448 ,003
Ln_KA -
1,036 ,370 -,521 -2,803 ,011
a. Dependent Variable: Ln_ROE
Dari ketiga variabel penelitian yang
dimasukkan ke dalam model regresi,
variabel dewan direksi (Ln_DD) dan
dewan komisaris (Ln_DK), dan komite
audit (Ln_KA) secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap kinerja keuangan
perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari nilai
signifikansi untuk dewan direksi (Ln_DD)
sebesar 0.004, dewan komisaris (Ln_DK)
sebesar 0,003, dan komite audit (Ln_KA)
sebesar 0.011 dan ketiganya dibawah
0.05.
V. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
4. Pengaruh dewan direksi (DD), dewan
komisaris (DK), dan komite audit
(KA) sebagai variabel independen
terhadap return on equity (ROE)
sebagai variabel dependen secara
simultan menunjukkan adanya
pengaruh positif dan signifikan pada
perusahaan manufaktur sub sektor
otomotif yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2013-2015.
5. Hasil penelitian secara parsial
variabel dewan direksi (DD)
menunjukkan bahwa dewan direksi
(DD) memiliki pengaruh negatif dan
signifikan terhadap return on equity
(ROE) pada perusahaan manufaktur
sub sektor otomotif yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2013-
2015.
6. Hasil penelitian secara parsial
variabel dewan komisaris (DK)
menunjukkan bahwa dewan komisaris
(DK) memiliki pengaruh positif dan
signifikan terhadap return on equity
(ROE) pada perusahaan manufaktur
sub sektor otomotif yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2013-
2015.
7. Hasil penelitian secara parsial
variabel komite audit (KA)
menunjukkan bahwa komite audit
(KA) memiliki pengaruh negatif dan
signifikan terhadap return on equity
(ROE) pada perusahaan manufaktur
sub sektor otomotif yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2013-
2015.
Saran
Adapun saran penulis adalah sebagai
berikut.
3. Perusahaan manufaktur sub sektor
otomotif yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia harus memperhatikan faktor
good corporate govermance dan
faktor-faktor lain dalam meningkatkan
return on equity (ROE) perusahaan.
4. Penelitian ini masih mempunyai
keterbatasan, diantaranya masih
banyak faktor yang tidak diteliti
sebagai variabel independen/bebas.
Penelitian selanjutnya juga sebaiknya
menambah atau memperpanjang
jumlah periode pengamatan dan
faktor-faktor yang diteliti.
DAFTAR PUSTAKA
Brigham, Eugene F. dan Joel F. Houston.
2006. Fundamentals of Financial
Management : Dasar-
DasarManajemenKeuangan. Buku 1.
Edisi 10. Jakarta ;SalembaEmpat.
Bukhori. 2012. Pengaruh Good Corporate
Governance dan Ukuran Perusahaan.
Indonesia.
Bapepam. 2007.Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 40 tahun 2007.
Perseroan Terbatas. Jakarta: Badan
Pengawas Pasar Modal.
Dewi, R. K. & Widagdo, B. 2012.
Pengaruh Corporate Social
Responsibility dan Good Corporate
Governance terhadapt Kinerja
Perusahaan.Jurnal Manajemen Bisnis.
Vol. 2 No. 01 Edisi April 2012
Faisal.2008.Analisis Agency Cost, Struktur
Kepemilikan dan Mekanisme Corporate
Oktober 2017 Rumapea Melanthon
56
Governance.Simposium Nasional VII.
Jakarta ; Ikatan Akuntansi Indonesia
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis
Multivariate Dengan Program SPPS.
Semarang ; Badan Penerbit Undip
Hardikasari, Eka dan Sugeng Pramudji.
2011. Pengaruh Penerapan Corporate
Governance Terhadap Kinerja keuangan
Pada Industri Perbankan Yang Terdapat
Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun
2006-2008. Undergraduate thesis
(unpublished). Semarang
;UniversitasDipenegoro.
Hermuningsih, Sri 2013. Pengaruh
Profitabilitas, Growth Opportunity,
Struktur Modal terhadap Nilai
Perusahaan pada Perusahaan Publik di
Indonesia.Buletin Ekonomi Moneter
dan Perbankan.
Hidayah, E. 2008. Pengaruh Kualitas
Pengungkapan Informasi Terhadap
Hubungan Antara Penerpan Corporate
Governance dengan Kinerja Perusahaan
di Bursa Efek Jakarta. JAAI. Vol.12, No
1, 53-64
Jansen, Michael and William Meckling.
1976. Theory of Firm ; Manajeral
Behavior, Agency Cost and
Ownership.Journal Of Financial
Economic, pg: 305-306.
Jati, Framudyo. 2009. Pengaruh Struktur
Corporate Governance terhadap
Kinerja Perusahaan Manufaktur yang
Terdapat di Bursa Efek Indonesia.
Artikel Jurusan Akuntansi, Fakultas
Ekonomi-Universitas Gunadarma
Johan Wahyudi. 2010. Pengaruh
Pengungkapan Good Corporate
Governance, Ukuran Dewan Komisaris
dan Tingkat Cross Directorship
terhadapt Nilai Perusahaan. Universitas
Dipenegoro.
Kementrian BUMN. 2012. Keputusan
Mentri BUMN Per-12/MBU/2012
Tentang Organ Pendukung Dewan
Komisaris atau Dewan Pengawas
BUMN. Jakarta.
KNKG. 2006. Pedoman Umum Good
Corporate di Indonesia. Jakarta.
Nurgo, 2014. Pengaruh Corporate Social
Responsibility dan karakteristik Good
Corporate Governance terhadap Kinerja
Perusahaan. Jakarta.
Ramdhaningsih, Amalia dan Utama, I
Made K. 2013 Pengaruh Indikator Good
Corporate Governance dan Profitabilitas
pada Pengungkapan Corporate Social
Resposibility. E-Journal Akuntansi
Universitas Udayana, Vol. 3 No.2.
Sarawati, Rara dan Basuki Hadiprajitno.
2012. Pengaruh Corporate Governance
Pada Hubungan Corporate Social
Responsibility dan Nilai Perusahaan
Manufaktur yang Terdapat di
BEI.Jurnal Akuntansi dan auditing 9
(1): 86-96
Setiawan,Ferdiansyah. 2011. Pengaruh
Corporate Governance terhadap
Profitabilitas dan Nilai Perusahaan.
Skrpsi.Fakultas Ekonomi. Universitas
Airlangga.
Surya dan Ivan. 2008. Sistem yang
Mengarahkan dan Mengendalikan
Perusahaan kepada stakeholer.
Cadbury. Jakarta.
Sukandar, Panky Pradana. 2014. Pengaruh
Ukuran Dewan Direksi dan Dewan
Komisaris serta Ukuran Perusahaan
terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan.
Semarang ; Universitas Diponegoro.
Wicaksono, Tangguh. 2014. “Pengaruh
Good Corporate Governance Terhadap
Profitabilitas Perusahaan”.