eissn 2549-7308 - fe.unira.ac.idfe.unira.ac.id/wp-content/uploads/2017/03/makro-mei-2016.pdf ·...
TRANSCRIPT
EISSN 2549-7308
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 1
EISSN 2549-7308
EISSN 2549-7308
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 2
JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN
Penanggung Jawab : Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Madura Pimpinan Redaksi : Rachman Hakim Dewan Redaksi : Zef Rizal Gazali Zainurrafiqi Taufik Rahman Moh. Amir Furqon Mitra Bestari : Agus Kamarullah Fathor Rahman Iriani Ismail Alamat Penyunting : Fakultas Ekonomi Universitas Madura FE (UNIRA) Jl. Raya Panglegur Pamekasan – Madura Email: [email protected] Telp. (0324) 322231, Fax (0324) 327418
Makro adalah jurnal ilmiah yang diterbitkan dua kali dalam setahun oleh Fakultas Ekonomi Universitas Madura, yaitu pada bulan Mei dan November. Pertama kali terbit pada tahun 2001. Selama ini, jurnal makro sangat identik dengan FE Unira. Akan tetapi, identitas itu mulai berubah karena prodi Manajemen dan Akuntansi diharapkan memiliki jurnal masing-masing. Sejak tahun 2016, prodi Akuntansi memiliki jurnal sendiri dan jurnal Makro sepenuhnya milik prodi Manajemen. Jurnal ini merupakan media untuk mensosialisasikan ide atau gagasan dari sejumlah studi pustaka dan riset empiris yang mengkaji masalah manajemen,kewirausahaan, dan bidang ekonomi lainnya.Artikel yang dapat diterbitkan dalam jurnal ini meliputi : ➢ Artikel konseptual: artikel hasil
pemikiran ➢ Artikel hasil penelitian ➢ Artikel ulasan atas artikel lain ➢ Artikel terjemah ➢ Artikel tinjauan buku (book review) dan ➢ Artikel suplemen, yang memuat
Current Issue
EISSN 2549-7308
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 3
MAKRO
JURNAL MANAJEMEN & KEWIRAUSAHAAN
EISSN 2549-7308
Vol - 1 No 01
DAFTAR ISI
Zef Rizal Pengaruh Komunikasi Dan Semangat Kerja Terhadap Efektivitas Kerja Karyawan Di Glos Bakery And Resto Pamekasan ....................... 1 - 12
Nuzulul Qurnain Analisa Penentuan Tarif Jasa Rawat Inap dengan Menggunakan Activity Based Costing System (ABCS) di Rumah Sakit Paru Pamekasan ............................................... 13 - 26 Taufik Aris Saputra Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Bidang Consumer Goods Yang Terdaftar Di Dursa Efek Indonesia .....27 – 37
Citra larashati Analisis Pengukuran Kinerja Pada Badan Layanan Umum Dengan Metode Balanced Scorecard (Studi Pada Rumah Sakit Umum Daerah Pamekasan) ..........................38 - 56 Runik Puji Rahayu Analisis Atas Laporan Realisasi Anggaran Untuk Mengukur Kinerja Keuangan Pemerintah
Kabupaten Pamekasan ............................................................................................ 57 - 78
Alfi Hasaniyah Pengaruh kualitas Pelayanan Terhadap Persepsi Konsumen PT. Pos Pamekasan .............................................................................................................79 – 97 Ummi Wahyuni Pengaruh Persepsi Terhadap Minat Konsumen Membeli Kartu Seluler 3 Di Kecamatan Pamekasan ........................................................................................................... 98 - 111
EISSN 2549-7308
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 4
PENGARUH KOMUNIKASI DAN SEMANGAT KERJA TERHADAP
EFEKTIVITAS KERJA KARYAWAN DI GLOS BAKERY AND RESTO PAMEKASAN
Zef Rizal
UNIVERSITAS MADURA
Abstrak
Komunikasi dan semangat kerja memiliki peranan dalam meningkatkan efektivitas kerja
karyawan pada suatu perusahaan.Penelitian ini dilakukan di Glos Bakery and Resto di Jl. R.
Abd.Aziz No. 26 Pamekasan.Jenis penelitian adalah penelitian kualitatif dan
kuantitatif.Teknik penggalian data menggunakan teknik observasi, wawancara, dan studi
pustaka.
Hasil penelitian menunjukkan model regresi Y = 2.694 + 0.097 + 0,453 + e. Berdasarkan
persamaan tersebut menunjukkan bilamana komunikasi dan semangat kerja meningkat satu-
satuan, maka nilai Y (efektivitas kerja) akan meningkat sebesar 0,453 (asumsi variabel lain
konstan). Nilai konstanta dari persamaa regresi tersebut 2,694 berarti variabel bebas
(komunikasi dan semangat kerja sama) sama dengan nol (konstan) maka efektivitas kerja
(Y) sama dengan 2.694 satuan. Sedangkan hasil uji ANOVA menyatakan bahwa komunikasi
dan semangat kerja memberikan pengaruh yang signifikan terhadap efektivitas kerja
karyawan Glos Bakery and Resto.Variabel semangat kerja memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap efektivitas kerja karyawan dibandingkan dengan variabel komunikasi.
Kata kunci : Komunikasi Dan Semangat Kerja, Efektifitas Kerja
PENDAHULUAN
Dalam bekerja, tentunya pegawai
akan selalu berkomunikasi baik dengan
atasan, maupun sesama pekerja.
Lingkungan kerja yang menyenangkan
juga akan membuat para pegawai
merasa betah bekerja sehingga dapat
meningkatkan semangat kerjanya.
Komunikasi merupakan aktivitas
dasar manusia.Pentingnya komunikasi
tidak terbatas pada komunikasi personal
tetapi juga dalam tatanan komunikasi
organisasi.Kurang atau tidak adanya
komunikasi dalam suatu organisasi
dapat mengakibatkan tidak lancarnya
kegiatan organisasi itu sendiri.Dengan
demikian, komunikasi dalam setiap
organisasi mempunyai peranan sentral.
Proses dan pola komunikasi merupakan
sarana yang diperlukan untuk
mengkoordinasi dan mengarahkan
kegiatan karyawan ke tujuan dan
sasaran organisasi.
Hicks dalam Kartasapoetra dkk
(2000: 24) mengemukakan bahwa
“komunikasi merupakan dasar kehidupan
organisasi. Seorang manajer/pengurus
menggunakan 95% dari waktu
berkomunikasi untuk mengkoordinasikan
unsur manusia dan unsur fisik dari
organisasi agar satuan kerjanya efisien
dan efektif.
Usaha yang dilakukan oleh
karyawan dalam menangani
pekerjaannya berpengaruh secara
langsung dalam mewujudkan hasil kerja
1
EISSN 2549-7308
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 5
perusahaan.Peranan individu di dalam
perusahaan secara keseluruhan sangat
penting.Oleh karena itu, komunikasi dan
semangat kerja sangat penting artinya
untuk mencapai tujuan perusahaan
secara efektif dan efisien.
Hal yang harus diperhatikan
pimpinan adalah perlunya komunikasi
kepada para karyawan agar mereka
lebih giat dalam bekerja. Komunikasi
yang tepat akan mendorong karyawan
untuk lebih tertarik dan bersemangat
dalam bekerja. Hal ini secara tidak
langsung akan berdampak pada tugas
yang dilaksanakan dengan baik dan
penuh tanggung jawab.
Glos Bakery and Resto adalah
sebuah perusahaan yang bergerak di
bidang kuliner, yaitu pastry and bakery
serta restoran.Produk yang dihasilkan
oleh perusahaan ini beraneka ragam,
diantaranya aneka kue, cake, roti, puding
dll.Keunggulan dari perusahaan ini
terletak pada lokasi yang strategis
dengan desain interior yang didesain
sedemikian rupa sehingga cocok untuk
tempat bersantai.Meskipun lokasi
perusahaan berada di pinggir jalan,
namun terbatasnya lahan parkir
membuat pengunjung sedikit kewalahan
dalam memarkir kendaraannya.
Sumber daya manusia sebagai
salah satu penggerak perusahaan
menjadi unsur utama dalam menentukan
kelancaran dan kelangsungan hidup
perusahaan. Pegawai merupakan
sumber daya manusia sekaligus menjadi
aset yang paling penting. Jika pegawai
diberikan latihan dan pengembangan
yang tepat akan mampu memberikan
prestasi dan kinerja yang baik.
Permasalahan yang dikaji dalam
penelitian ini adalah kurang optimalnya
komunikasi dan semangat kerja pegawai
sehingga berpengaruh terhadap
efektivitas kerja. Rumusan masalah yang
diangkat dalam penelitian adalah: 1)
Bagaimanakah pengaruh komunikasi
dan semangat kerja terhadap efektivitas
kerja karyawan di Glos Bakery and
Resto?. 2)Variabel apakah yang paling
dominan dalam mempengaruhi
efektivitas kerja karyawan di Glos Bakery
and Resto?.
TINJAUAN PUSTAKA
Komunikasi
Beberapa ahli memiliki pendapat
tentang apa itu “komunikasi”. Himstreet
dan Baty dalam Purwanto (2003:3)
menyatakan bahwa komunikasi adalah
suatu proses pertukaran informasi antar
individu melalui suatu sistem yang biasa
(lazim) baik dengan simbol-simbol,
sinyal-sinyal maupun perilaku atau
tindakan.
Tidak ada kehidupan manusia
yang luput dari komunikasi.Melalui
komunikasi, manusia dapat berbicara,
saling bertukar gagasan/ide,
pengalaman, ilmu dan segala bentuk
informasi. Tanpa komunikasi,
perkembangan dan pertumbuhan
organisasi tidak akan terwujud.
Komunikasi dalam organisasi akan
berjalan baik apabila arus informasi tidak
mengalami hambatan.
Ada 2 bentuk komunikasi
diantaranya: 1) komunikasi verbal, yaitu
komunikasi yang menggunakan simbol-
simbol atau kata yang dinyatakan secara
tulisan (written) atau lisan (oral). 2)
Komunikasi non verbal, adalah
komunikasi yang menggunakan gerak
tubuh, sikap tubuh, kontak mata,
ekspresi wajah, sentuhan dan kedetakan
jarak. Proses komunikasi meliputi
beberapa tahap sebagai berikut:
2
EISSN 2549-7308
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 6
1. Penetapan gagasan atau ide oleh
pihak pengirim berita.
2. Mengubah ide menjadi suatu pesan
yang telah disusun dalam bentuk
simbol, sandi, atau kode.
3. Pengirim menyampaikan pesan.
4. Penerimaan berita/pesan oleh pihak
penerima.
5. Penerima menafsirkan pesan serta
memberi tanggapan.
6. Mengirim umpan balin kepada
pengirim.
Dalam komunikasi ada beberapa
komponen yang terlibat di dalamnya.
Komponen tersebut meliputi:
a) Pengirim berita atau komunikator
b) Pesan atau berita/informasi
c) Penerima berita atau komunikan
d) Prosedur pengiriman berita atau
media
e) Reaksi/tanggapan atau efek
Menurut Wursanto (1987: 37-53)
komunikasi dibedakan menjadi: 1)
Komunikasi formal, yaitu komunikasi
yang terjadi di antara para anggota yang
secara tegas telah diatur dan telah
ditentukan dalam struktur organisasi. 2)
Komunikasi informal, yaitu komunikasi
yang terjadi di dalam suatu organisasi
tetapi tidak direncanakan atau tidak
ditentukan dalam struktur organisasi. 3)
Komunikasi nonformal, yaitu komunikasi
yang dilakukan secara tidak resmi,
sehingga penanganannya juga dilakukan
secara tidak resmi, dan tidak terikat oleh
saluran birokrasi.
Menurut ruang lingkupnya,
komunikasi dibedakan menjadi: 1)
Komunikasi internal adalah komunikasi
yang berlangsung dalam organisasi, 2)
Komunikasi eksternal, yaitu komunikasi
yang berlangsung antara organisasi
dengan pihak masyarakat yang ada di
luar organisasi. Sedangkan menurut
aliran informasi, komunikasi dibedakan
menjadi: 1) komunikasi ke atas, yaitu
komunikasi dari bawahan ke atasan; 2)
komunikasi ke bawah, yaitu komunikasi
yang mengalir dari pimpinan kepada
bawahan; 3) komunikasi horizontal, yaitu
komunikasi antar karyawan yang
mempunyai kedudukan yang sama; 4)
komunikasi diagonal, yaitu komunikasi
yang berlangsung antara karyawan pada
tingkatan yang berbeda dan tidak
mempunyai wewenang langsung pada
pihak lain.
Semangat Kerja
Setiap perusahaan selalu berusaha
agar produktivitas kerja para
karyawannya dapat ditingkatkan. Oleh
karena itu, sudah selayaknya apabila
setiap perusahaan akan selalu berusaha
agar karyawannya mempunyai moral
kerja yang tinggi. Dengan moral kerja
yang tinggi diharapkan mampu
meningkatkan semangat kerja karyawan.
Nitisemito (1982), menyatakan
bahwa semangat kerja adalah
melakukan pekerjaan secara lebih giat,
sehingga pekerjaan akan lebih cepat dan
lebih baik. Ada beberapa cara yang
dapat dilakukan untuk meningkatkan
semangat kerja antara lain:
a) Gajiyang cukup
b) Memperhatikan kebutuhan rohani
c) Sekali-kali menciptakan suasana
santai
d) Harga diri perlu mendapatkan
e) Tempatkan para karyawan pada
posisi yang tepat
f) Berikan kesempatan kepada mereka
untuk maju
g) Usahakan para karyawan
mempunya loyalitas
h) Pemberian insentif yang terarah
i) Fasilitas yang menyenangkan
Indikasi turunnya semangat kerja
penting sekali untuk diketahui oleh
setiap perusahaan. Karena dengan
pengetahuan tentang indikasi ini dapat
diketahui sebab turunnya semangat
3
EISSN 2549-7308
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 7
kerja. Indikasi turunnya semangat kerja
dapat dilihat dari turunnya produktivitas
kerja, tingkat absensi yang tinggi, labour
turn over (tingkat perpindahan buruh)
yang tinggi, tingkat kerusakan yang
tinggi, kegelisahan dimana-mana,
tuntutan yang seringkali terjadi, dan
pemogokan kerja.
Menurut Sugiyono dalam Utomo
(2002), aspek-aspek semangat kerja
karyawan dapat dilihat dari beberapa
segi, yaitu:
a) Disiplin yang tinggi
b) Kualitas untuk bertahan
c) Kekuatan untuk melawan frustasi
d) Semangat berkelompok
Terdapat indikator semangat kerja
yang diungkapkan oleh beberapa
ahli.Salah satunya, Azwar (2002).
Beberapa dimensi dan indikator
semangat kerja adalah:
1. Sedikitnya perilaku yang agresif
yang menimbulkan frustasi:
• Konsetrasi kerja
• Ketelitian
• Hasrat untuk maju
2. Individu bekerja dengan suatu
perasaan yang menyenangkan:
• Kebanggaan karyawan
• kepuasan karyawan
• Tingkat absensi
3. Menyesuaikan diri dengan teman-
teman sekerja:
• Perlakuan yang baik dari atasan
dan rekan kerja
4. Keterlibatan ego dalam bekerja:
• Tanggung jawab
• Lancarnya aktivitas
Sedangkan menurut Kossen (1993)
ada beberapa tanda atau peringatan
menurunnya semangat kerja, yaitu
kemangkiran, keterlambatan, pergantian
yang tinggi, mogok dan sabotase,
ketiadaan kebanggaan dalam kerja.
Efektivitas Kerja
Efektivitas kerja merupakan suatu
keadaan tercapainya tujuan yang
diharapkan atau dikehendaki melalui
penyelesaian pekerjaan sesuai dengan
rencana yang telah ditentukan.Siagian
(2007:24) menyebutkan bahwa
efektivitas adalah pemanfaatan sumber
daya, sarana dan prasarana dalam
jumlah tertentu yang secara sadar
ditetapkan sebelumnya untuk
menghasilkan sejumlah barang atas jasa
kegiatan yang dijalankan.
Sutarto dalam Tangkilisan (2002:60),
mengemukakan bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi efektivitas meliputi
faktor internal dan eksternal.Faktor
internal terdiri dari keseluruhan faktor
yang ada dan berkaitan dengan
organisasi itu sendiri. Faktor-faktor
tersebut akan saling mempengaruhi satu
sama lain. Faktor internal meliputi: a)
Departemenisasi, kegiatan menyusun
satuan-satuan organisasi, b)
Fleksibilitas, keadaan dimana struktur
organisasi mudah diubah untuk
disesuaikan dengan tuntutan dan
kebutuhan yang datangnya dari
lingkungan organisasi, c) Rentangan
control, terbanyak satuan bawahan
langsung yang dapat dipimpin dengan
baik oleh atasan, d) Berkelangsungan,
kondisi organisasi untuk memberikan
dukungan dengan berbagai sumber daya
yang dimiliki agar aktivitas organisasi
berjalan terus, e) Kepemimpinan, yaitu
proses pemerintah dan mempengaruhi
agar kegiatan atau pekerjaan yang saling
terkait dapat diarahkan untuk mencapai
tujuan organisasi, f) Keseimbangan,
satuan-satuan organisasi ditempatkan
pada struktur organisasi sesuai dengan
perannya.
Faktor eksternal mencakup suatu
jaringan hubungan-hubungan pertukaran
dengan sejumlah organisasi dan
melibatkan diri dengan transaksi-
4
EISSN 2549-7308
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 8
transaksi dengan tujuan memperoleh
dukungan, mengatasi hambatan,
melakukan pertukaran sumber daya,
menata lingkungan organisasi yang
konduktif dan proses transformasi nilai
inovasi maupun norma sosial yang ada.
Efektivitas kerja karyawan dapat dilihat
dari: prestasi kerja, kepuasaan kerja, dan
kemampuan menyesuaikan diri.
METODELOGI PENELITIAN
Populasi dan Sampel
Populasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah seluruh karyawan
Glos Bakery and Resto dengan sampel
berjumlah 18 karyawan.
Teknik Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data dalam
penelitian ini dilakukan dengan cara:
1. Survei pendahuluan
2. Penelitian lapangan, meliputi
wawancara, dan kuesioner
3. Studi kepustakaan
Teknik Analisis Data
Analisis Kualitatif
Kuesioner yang telah disebar selanjutnya
akan dianalisis menggunakan skala
linkert sebagai berikut:
Sangat baik = 4,51 s.d ,00
Baik = 3,51 s.d 4,50
Cukup baik = 2,51 s.d 3,50
Tidak baik = 1,51 s.d 2,50
Sangat tidak baik = 1,00 s.d 1,50
Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif dilakukan untuk
mengetahui pengaruh variabel bebas
terhadap variabel peneliti.Adapun uji
yang dilakukan meliputi uji validitas, uji
reabilitas, dan regresi. Dalam
penghitungannya akan menggunakan
bantuan program SPSS for Windows
versi 11.5. Kemudian untuk mengetahui
korelasi atau hubungan variabel X
terhadap variabel Y maka akan
menggunakan interprestasi nilai r.
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Deskripsi profil responden
berdasarkan jenis kelamin dan usia.
Adapun deskripsi profil responden
menurut jenis kelamin dapat disajikan
melalui tabel 1 berikut ini:
Tabel 1 Deskripsi Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Sumber: Data primer
Tabel 2 Deskripsi Profil Responden
Berdasarkan Usia/Umur
Sumber: Data primer
No Jenis Kelamin Frekuensi Orang Persentase (%)
1 Laki-laki 13 72
2 Perempuan 5 28
18 100Jumlah Responden
No Usia Responden Frekuensi Orang Persentase (%)
1 18 - 30 16 89
2 30 - 50 2 11
18 100Jumlah Responden
5
EISSN 2549-7308
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 9
Tabel 3 Jawaban Responden untuk Variabel Komunikasi
Sumber: Data diolah dari angket
Tabel 4 Jawaban Responden untuk Variabel Semangat Kerja
1 2 3 4 Total rrt
1 4 4 3 4 15 3.75
2 4 5 4 4 17 4.25
3 4 4 4 5 17 4.25
4 4 4 4 5 17 4.25
5 3 5 4 5 17 4.25
6 5 5 4 5 19 4.75
7 4 5 4 5 18 4.50
8 5 5 4 4 18 4.50
9 4 4 5 3 16 4.00
10 3 3 4 5 15 3.75
11 4 5 4 5 18 4.50
12 4 5 3 5 17 4.25
13 5 5 3 5 18 4.50
14 5 5 5 5 20 5.00
15 4 5 4 4 17 4.25
16 3 4 3 5 15 3.75
17 3 4 3 5 15 3.75
18 3 3 4 5 15 3.75
X1No
1 2 3 4 Total rrt
1 4 5 5 5 19 4.75
2 5 4 3 4 16 4.00
3 4 4 4 4 16 4.00
4 4 4 3 4 15 3.75
5 5 5 4 4 18 4.50
6 5 4 4 5 18 4.50
7 5 4 3 3 15 3.75
8 5 4 5 4 18 4.50
9 5 4 5 5 19 4.75
10 4 3 5 4 16 4.00
11 5 3 5 5 18 4.50
12 5 5 4 3 17 4.25
13 5 4 4 4 17 4.25
14 5 5 5 5 20 5.00
15 3 5 4 4 16 4.00
16 5 4 5 4 18 4.50
17 4 3 5 4 16 4.00
18 4 4 4 3 15 3.75
X2No
6
EISSN 2549-7308
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 10
Tabel 5 Jawaban Responden untuk Variabel Efektivitas Kerja Karyawan
Sumber: Data diolah dari angket
Tabel 6
Hasil Perhitungan Korelasi Validitas
Sumber: Data diolah dari tabel 3, 4, dan 5
Berdasarkan tabel diatas, dari uji
validitas semua indikator variabel memiliki
koefisien korelasinya > 0,3 atau valid, kecuali
item 4 dengan indikator sarana komunikasi.
Tujuan dilakukannya uji reabilitas
adalah untuk mengetahui tingkat kehandalan
dari instrument penelitian. Jika koefisien alpha
> 0,5 maka variabel/ instrument dapat
dinyatakan handal. Hasil uji reliabilitas dapat
dilihat pada tabel dibawah ini:
Variabel Item Nilai Korelasi Std. Validitas Ket
1 0.810 0.3 Valid
2 0.778 0.3 Valid
3 0.425 0.3 Valid
4 0.155 0.3 Valid
1 0.539 0.3 Valid
2 0.367 0.3 Valid
3 0.710 0.3 Valid
4 0.702 0.3 Valid
1 0.789 0.3 Valid
2 0.302 0.3 Valid
3 0.781 0.3 Valid
4 0.837 0.3 Valid
Y
X1
X2
1 2 3 4 Total rrt
1 4 5 5 5 19 4.75
2 3 3 4 4 14 3.50
3 4 4 4 4 16 4.00
4 3 5 5 3 16 4.00
5 3 5 5 4 17 4.25
6 4 4 5 4 17 4.25
7 4 5 5 4 18 4.50
8 4 4 4 4 16 4.00
9 4 5 5 5 19 4.75
10 4 5 4 4 17 4.25
11 4 4 4 5 17 4.25
12 2 5 2 2 11 2.75
13 5 5 4 5 19 4.75
14 5 5 5 5 20 5.00
15 5 4 4 4 17 4.25
16 3 5 4 4 16 4.00
17 4 4 5 5 18 4.50
18 4 5 5 4 18 4.50
YNo
7
EISSN 2549-7308
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 11
Tabel 7
Hasil Uji Reliabilitas
Sumber Data: Diolah dari tabel 3, 4, dan 5
Berdasarkan tabel diatas, semua
variabel mempunyai nilai koefisien > 0,5
sehingga semua variabel dapat diikutkan
dalam proses analisis selanjutnya. Selanjutnya
data yang dikumpulkan melalui angket, maka
dapat diuraikan distribusi frekuensi jawaban
responden sebagai berikut:
a) Distribusi frekuensi jawaban responden
untuk komunikasi (X1)
1. Rapat
Tabel 8
Rapat
Sumber Data : Diolah dari tabel 3
2. Interaksi Pimpinan
Tabel 9 Interaksi Pimpinan
Sumber Data : Diolah dari tabel 3
3. Frekuensi Tatap Muka
Tabel 10 Frekuensi Tatap Muka
Sumber Data : Diolah dari tabel 3
4. Sarana Komunikasi
Tabel 11
Sarana Komunikasi
Sumber Data : Diolah dari tabel 3
b) Distribusi Frekuensi Jawaban Responden
untuk Semangat Kerja
1. Pemberian Insentif
Tabel 12
Pemberian Insentif
Sumber Data : Diolah dari tabel 4
2. Disiplin Kerja
Tabel 13
Pemberian Insentif
Sumber Data : Diolah dari tabel 4
Variabel Keterangan Croncach's Alpha Keterangan
X1 Komunikasi 0.567 Reliable
X2 Semangat Kerja 0.608 Reliable
Y Efektivitas Kerja 0.786 Reliable
Jawaban Frekuensi Persen
Sangat tidak setuju (1) 0 0
Tidak setuju (2) 0 0
Cukup setuju (3) 5 27.8
Setuju (4) 9 50.0
Sangat setuju (5) 4 22.2
Total 18 100
Jawaban Frekuensi Persen
Sangat Tidak Setuju (1) 0 0
Tidak Setuju(2) 0 0
Cukup Setuju (3) 2 11.1
Setuju (4) 6 33.3
Sangat Setuju (5) 10 55.6
Total 18 100
Jawaban Frekuensi Persen
Sangat Tidak Setuju (1) 0 0
Tidak Setuju(2) 0 0
Cukup Setuju (3) 5 27.8
Setuju (4) 11 61.1
Sangat Setuju (5) 2 11.1
Total 18 100
Jawaban Frekuensi Persen
Sangat Tidak Setuju (1) 0 0
Tidak Setuju(2) 0 0
Cukup Setuju (3) 1 5.6
Setuju (4) 4 22.2
Sangat Setuju (5) 13 72.2
Total 18 100
Jawaban Frekuensi Persen
Sangat Tidak Setuju (1) 0 0
Tidak Setuju(2) 0 0
Cukup Setuju (3) 1 5.6
Setuju (4) 6 33.3
Sangat Setuju (5) 11 61.1
Total 18 100
Jawaban Frekuensi Persen
Sangat Tidak Setuju (1) 0 0
Tidak Setuju(2) 0 0
Cukup Setuju (3) 3 16.7
Setuju (4) 10 55.6
Sangat Setuju (5) 5 27.8
Total 18 100
8
EISSN 2549-7308
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 12
3. Kerja Sama
Tabel 14
Kerja Sama
Sumber Data : Diolah dari tabel 4
4. Loyalitas
Tabel 15
Loyalitas
Sumber Data : Diolah dari tabel 4
c) Distribusi Frekuensi Jawaban Responden
untuk Efektivitas Kerja
1. Kuantitas Kerja
Tabel 16
Kuantitas Kerja
Sumber Data : Diolah dari tabel 5
2. Kualitas Kerja
Tabel 17
Kualitas Kerja
Sumber Data : Diolah dari tabel 5
3. Pemanfaatn Waktu
Tabel 18 Pemanfaatan Waktu
Sumber Data : Diolah dari tabel 5
4. Peningkatan Kualitas Sumber Daya
Manusia
Tabel 19 Peningkatan Kualitas Sumber Daya
Manusia
d) Descriptive Statistik
Tabel 20
Descriptive Statistic
Berdasarkan hasil pehitungan
descriptive statistic dapat dijelaskan
bahwa rata-rata atau means dari variabel
X1 (komunikasi) sebesar 4.2361 dengan
standar deviasi 0.51786 dari 18
responden yang diteliti. Artinya
komunikasi di Glos Bakery and Resto
Pamekasan termasuk baik karena berada
di antara nilai 3,51 – 4,50.
Untuk variabel X2 (Semangat Kerja)
sebesar 4,222 dengan standar deviasi
0,37268 dari 18 responden yang diteliti.
Artinya bahwa semangat kerja karyawan
di Glos Bakery and Resto Pamekasan
Jawaban Frekuensi Persen
Sangat Tidak Setuju (1) 0 0
Tidak Setuju(2) 0 0
Cukup Setuju (3) 2 11.1
Setuju (4) 6 33.3
Sangat Setuju (5) 10 55.6
Total 18 100
Jawaban Frekuensi Persen
Sangat Tidak Setuju (1) 0 0
Tidak Setuju(2) 0 0
Cukup Setuju (3) 3 16.7
Setuju (4) 10 55.6
Sangat Setuju (5) 5 27.8
Total 18 100
Jawaban Frekuensi Persen
Sangat Tidak Setuju (1) 0 0
Tidak Setuju(2) 1 5.6
Cukup Setuju (3) 4 22.2
Setuju (4) 10 55.6
Sangat Setuju (5) 3 16.7
Total 18 100
Jawaban Frekuensi Persen
Sangat Tidak Setuju (1) 0 0
Tidak Setuju(2) 0 0.0
Cukup Setuju (3) 1 5.6
Setuju (4) 6 33.3
Sangat Setuju (5) 11 61.1
Total 18 100
Jawaban Frekuensi Persen
Sangat Tidak Setuju (1) 0 0
Tidak Setuju(2) 1 5.6
Cukup Setuju (3) 0 0.0
Setuju (4) 8 44.4
Sangat Setuju (5) 9 50.0
Total 18 100
Jawaban Frekuensi Persen
Sangat Tidak Setuju (1) 0 0
Tidak Setuju(2) 1 5.6
Cukup Setuju (3) 1 5.6
Setuju (4) 10 55.6
Sangat Setuju (5) 6 33.3
Total 18 100
Variabel Mean Std. Deviation N
Komunikasi (X1) 4.2361 0.51786 18
Semangat Kerja (X2) 4.2222 0.37268 18
Efektivitas Kerja (Y) 4.3056 0.38877 18
9
EISSN 2549-7308
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 13
termasuk baik karena berada antara nilai
3,51 – 4,5.
Nilai rata-rata dari variabel Y
(Efektivitas Kerja) sebesar 4,3056 dengan
standar deviasi 0,38877 termasuk baik
karena berada di antara nilai 3,51 – 4,50
dengan 18 responden yang diteliti.
e) Korelasi
Untuk mengetahui hubungan antara
variabel dilakukan uji korelasi seperti
terlihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 21
Correlation
y x1 x2
Pearson Correlation y
x1
x2
.000
055
314
055
.000
367
314
367
.000
Sig. (1-tailed) y
x1
x2
414
102
.414
067
.102
067
.
N y
x1
x2
8
8
8
8
8
8
8
8
8
Model Summmary
Model R
R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 .321a .103 -.016 .52211
Dari hasil perhitungan diperoleh nilai
korelasi sebesar 0,321, artinya nilai
koefisien korelasi (r) menunjukkan
bahwa hubungan kedua variabel
tersebut rendah karena berada pada
interval 0,20 – 0,399.
f) Analisis Regresi Linear
Sederhana
Analisis ini digunakan untuk
mengetahui seberapa pengaruh
antara variabel (X1 dan X2)
terhadap efektivitas kerja (Y)
karyawan Glos Bakery and Resto.
10
EISSN 2549-7308
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 14
Tabel 22
Coefficients (a)
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t
Sig.
B
Std.
Error Beta
1
(Constant) 2.694 1.721 1,566 .138
x1
x2
-.097
.453
.365
.350
-070
.340
-265
1.294
.795
.215
a Dependent Variable: Efektivitas Kerja
Dari tabel di atas dapat dijelaskan
tentang koefisien regresi dengan
persamaan linear sederhana sebagai
berikut:
Y = 2.694 + 0.097 + 0.453 + e
Berdasarkan persamaan tersebut
menunjukkan:
1. Koefisien regresi X1 (Komunikasi)
menunjukkan 0,097 dan
semangat kerja X2 sebesar
0,453. Dari data tersebut dapat
diasumsikan apabila komunikasi
dan semangat kerja meningkat
satu satuan, maka nilai Y
(efektivitas kerja) akan meningkat
sebesar 0,453 (catatan: variabel
lain konstan).
2. Nilai konstanta dari persamaan
regersi diperoleh 2,694. Artinya
jika variabel bebas komunikasi
dan semangat kerja sama
dengan nol (konstan), maka
efektivitas kerja (Y) sama dengan
2,694 satuan.
3. Taraf signifikan 0,05 atau dengan
tingkat toleransi kesalahan 5%
atau dengan tingkat keyakinan
0,95 dari perhitungan statistik
diperoleh R square/ determinan R
sebesar 0,103. Artinya pengaruh
yang diberikan oleh komunikasi
dan semangat kerja terhadap
efektivitas kerja karyawan positif,
yaitu sebesar 10,3% sedangkan
89,7% atau dipengaruhi oleh
faktor lain yang diperkirakan tidak
diteliti oleh penulis.
Tabel 23
ANOVA
Model SSum of
Squares df
Mmean
Square F Ssig.
1 Regression
Residual
Total
4707
.089
.559
5
7
235
273
862 442a
Sumber: Data diolah
11
ISSN 1412-2936
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 15
Dari hasil perhitungan ANOVA
dapat diasumsikan bahwa ada
pengaruh yang signifikan antara
variabel komunikasi dengan
semangat kerja terhadap
efektivitas kerja karyawan Glos
Bakery and Resto Pamekasan
secara simultan.
Selanjutnya untuk melihat
variabel mana yang lebih
dominan memberikan pengaruh
terhadap efektivitas kerja
dilakukan uji t.
Darihasiluji t dapat dilihat bahwa:
1) Variabel komunikasi memiliki nilai
signifikan 0,795 dengan
signifikansi yang ditetapkan yaitu
0,10 dan niilai t-hitung (-0,265) <
t-tabel (1,341) sehingga dapat
disimpulkan bahwa variabel
komunikasi tidak memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap
efektivitas kerja karyawan secara
parsial.
2) Variabel semangat kerja
mempunyai nilai signifikansi
0,215 dengan signifikan yang
ditetapkan 0,10. Nilai thitung (1,294)
> ttabel (1,341), sehingga dapat
disimpulkan semangat kerja
memberikan yang signifikan
terhadap efektivitas kerja
karyawan Glos Bakery and Resto
secara parsial.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan analisis dan
pembahasan di atas dapat disimpulkan
bahwa:
1. Komunikasi dan semangat kerja
memberikan pengaruh yang cukup
siginifikan terhadap efektivitas kerja
karyawan di Glos Bakery and Resto
Pamekasan.
2. Semangat kerja memberikan
pengaruh yang lebih terhadap
efektivitas kerja karyawan di Glos
Bakery and Resto Pamekasan
dibandingkan dengan variabel
komunikasi.
Saran yang dapat diberikan kepada Glos
Bakery and Resto sebagai berikut:
1. Karyawan wajib mengikuti setiap
aturan yang telah ditetapkan oleh
perusahaan.
2. Perlunya membina hubungan yang
baik antara pimpinan dan karyawan
agar suasana kerja menjadi lebih
nyaman dan semangat kerja
karyawan meningkat.
3. Monitoring kinerja karyawan dengan
memberikan reward bagi karyawan
teladan dan komunikasi yang baik
dalam membina karyawan yang
bolos dan tidak taat aturan.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, Azrul. 2002. Pengantar Epidemiologi. Edisi Revisi. Jakarta: Penerbit Binarupa Akssara.
Kartasapoetra G. 2000. Makro Ekonomi. Edisi Kedua Cetakan Keempat Belas. Jakarta: Penerbit Raja Grafindo Persada.
Kossen, S. 1993. Aspek Manusiawi dalam
Organisasi. Edisi ketiga. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Nitisemito, Alex S. 1996. Manajemen Suatu
Dasar dan Pengantar.Ghalia Indonesia.
Purwanto, Djoko. 2003. Komunikasi Bisnis. Edisi Kedua. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Siagian, Sondang. 2007. Manajemen
Sumber Daya Manusia. Edisi Pertama, Cetakan Keempat Belas. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.
Sugiyono. 2002. Metode Penelitian
Administrasi. Bandung: Penerbiy Alfabeta.
Tangkilisan. 2002. Kebijakan. Jakarta:
Penerbit Media Pesada. Wursanto, I. G. 1987. Etika Komunikasi
Kantor. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
12
ISSN 1412-2936
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 16
Analisa Penentuan Tarif Jasa Rawat Inap dengan Menggunakan Activity Based Costing System (ABCS) di Rumah Sakit Paru Pamekasan
Nuzulul Qurnain
Universitas Madura
Abstrak
Activity Based Costing System (ABCS) merupakan suatu sistem kalkulasi biaya berdasarkan aktivitas dan produk yang diniai dapat mengukur secara cermat biaya-biaya yang keluar dari setiap aktivitas tersebut. Penelitian ini merupakan penilitian deskriptif yang dilakukan di Rumah Sakit Paru Pamekasan. Data yang digunakan meliputi jenis biaya, laporan besarnya tariff konsumsi makanan, laporan jumlah pasien, laporan lama pasien dan besarnya tenaga listrik (EPS), dan data pendukung lain seperti data luas masing tipe kamar, nama tipe kamar, fasilitas pelayanan dan penunjang layangan di RS Paru Pamekasan.
Hasil penelitian menunjukkan dengan penentuan tarif jasa rawat inap per tipe kamar menggunakan metode Activity Based Costing System (ABCS) memberikan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan penentuan tarif yang dilakukan oleh RS Paru. Hal ini disebabkan adanya pembebanan biaya overhead pada masing-masing pproduk lebih rinci dengan menggunakan driver. RS Paru Pamekasan diharapkan mengganti sistem penentuan tarif tradisional dengan sistem Activity Based Costing System (ABCS) dalam menentukan tarif rawat inap karena informasi pada sistem ini lebih akurat untuk membantu manajemen dalam proses pengambilan keputusan tarif rawat inap.
Kata Kunci :Activity Based Costing System (ABCS)
PENDAHULUAN
Pelayanan terbaik merupakan salah satu tanggung jawab dari rumah sakit.Rumah sakit dituntut untuk dapat memanfaatkan teknologi dan bidang kesehatan, bidang komunikasi, informasi, dan bidang transportasi yang dapat mendukung jasa pelayanan kesehatan sehingga dapat meningkatkan (Gabriela, 2012).
Menurut Undang-Undang No 44 (2009) Rumah sakit diselenggarakan berasakan pancasila dan didasarkan pada nilai kemanusian, etika dan profesionalitas, manfaat, keadilan, persamaan hak dan anti diskriminasi, pemerataan, perlindungan dan keselamatan pasien serta mempunyai faktor sosial.Bentuk fungsi tugas pelayanan dari rumah sakit adalah penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.Dalam memberikan jasa pelayanan tersebut, rumah sakit menggunakan perolehan pendapatan jasa,
salah satunya dari tarif sewa unit rawat inap.
Rumah sakit Paru Pamekasan merupakan salah satu rumah sakit miliki pemerintah yang melayani kesehatan bagi masyarakat sekitar Pamekasan dan luar kota Pamekasan. Ada beberapa unit yang diterapkan oleh rumah sakit ini, diantaranya unit rawat jalan, UGD, unit rawat inap, unit radiologi, unit laboratorium, dan unit farmasi.Dalam perhitungan rawat inap rumah sakit paru Pamekasan masih menggunakan sistem akuntansi biaya tradisional.
Menurut Rudianto (2013) sistem akuntansi tradisional menekankan pada tujuan penentuan harga pokok produk yang dijual.Akibatnya sistem ini hanya menyediakan informasi yang relatif sangat sedikit untuk mencapai keunggulan dalam persaingan global. Akuntansi tradisional juga kurang menekankan pentingnya daur
13
ISSN 1412-2936
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 17
hidup, sehingga menyebabkan distorsi harga pokok daur hidup produk.
Penentuan tarif sewa unit kamar inap adalah suatu keputusan yang penting.Hal ini dapat mempengaruhi penentuan biaya yang akurat berkenan dengan biaya pelayanan yang diberikan.Dalam menentukan harga pokok produk, masih ada rumah sakit yang memakai sistem perhitungan akuntansi tradisional.Namun distorsi biaya produk dapat terjadi pada sistem akuntansi biaya tradisional. Distorsi dapat menyebabkan undercost pada hasil produksi. Dalam sistem akuntansi biaya tradisional, distorsi biaya bisa terjadi dikarenakan struktur biaya yang rumit (Carter, 2009).
Metode penghitungan yang dapat digunakan rumah sakit agar tidak mengalami distorsi biaya dalam sistem tradisional adalah dengan menggunakan metode activity based costing system (ABCS). Metode ini menggunakan cost driver yang berdasar pada aktivitas yang menimbulkan biaya, sehingga dianggap mampu mengalokasikan biaya aktivitas di setiap kamar secara tepat berdasarkan konsumsi masing-masing aktivitas. Activity based costing system (ABCS) dapat meningkatkan ketelitian dalam perincian biaya dan ketepatan pembiayaan yang lebih akurat, serta dapat membantu perusahaan jasa dalam mengelola keunggulan kompetitif, kekuatan, kelemahan perusahaan secaraa efisien dengan mengukur aktivitas dan biaya aktivitas di dalam perusahaan jasa rumah sakit (Hidayat, 2012).
Berdasarkan latar belakang diatas, pentingnya perhitungan tarif rumah sakit penulis ingin membuat “Analisis Penentuan Tarif Jasa Rawat Inap dengan Menggunakan Activity Based Costing System (ABCS) di Rumah Sakit Paru Pamekasan”.
TINJAUAN PUSTAKA
Activity Based Costing System
Activity based costing system adalah pendekatan penentuan biaya produk yang membebankan biaya ke produk atau jasa berdasarkan konsumsi sumber daya oleh aktivitas. Dasar pemikiran pendekatan penentuan biaya ini adalah bahwa produk atau jasa perusahaan dilakukan oleh aktivitas dan aktivitas yang dibutuhkan tersebut menggunakan sumber daya yang menyebabkan timbulnya biaya (Rudianto, 2013).
Menurut Mulyadi (2003:14) ada empat macam aktivitas, yaitu: a) Unit-Level Activity, jenis aktivitas yang
dikonsumsi oleh produk atau jasa berdasarkan unit yang dihasilkan oleh aktivitas tersebut.
b) Batch – Related Activity, jenis aktivitas yang dikonsumsi oleh produk atau jasa yang dikonsumsi oleh produk yang diproduksi. Batch adalah sekolompok produk atau jasa yang diproduksi dalam satu kali proses.
c) Product – Sustaining Activity, jenis aktivitas yang dikonsumsi oleh produk atau jasa berdasarkan jenis produk yang dihasilkan oleh aktivitas tersebut.
d) Facility – Sustaining Activity, jenis aktivitas yang dikonsumsi oleh produk atau jasa berdasarkan fasilitas yang dinikmati oleh produk yang diproduksi.
Menurut Blocher, et al (2011:212),
menjelaskan manfaat dari ABCS adalah:
• ABCS menyajikan biaya produk yang lebih akurat dan informatif, mengaraj pada pengukuran profitabilitas produk dan pelanggan yang lebih akurat serta keputusan strategis yang diinformasikan secara lebih baik mengenai penetapan harga, lini produk dan segmen pasar.
• ABCS menyajikan pengukuran yang lebih akurat mengenai biaya yang dipicu oleh adanya aktivitas. Hal ini dapat membantu manajer untuk membuat keputusan yang lebih baik
14
ISSN 1412-2936
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 18
mengenai desain produk serta nilai produk.
• ABCS menyediakan informasi untuk mengidentifikasi bidang-bidang dimana perbaikan proses dibutuhkan.
• ABCS meningkatkan biaya produk yang mengarah pada estimasi biaya pesanan yang lebih baik untuk keputusan penetapan harga, penganggaran dan perencanaan.
• ABCS menyediakan informasi yang lebih baik untuk mengidentifikasi biaya dari kapasitas yang tidak digunakan dan mempertahankan akuntansi secara terpisah untuk biaya tersebut.
Tahap- Tahap Penerapan Activity Based Costing System (ABCS)
Menurut Blocher, Stout dan Cokins (2011:207) ada beberapa tahap dalam perhitungan ABCS diantaranya: 1. Mengidentifikasi sumber daya dan
aktivitas 2. Membebankan biaya sumber daya ke
aktivitas 3. Membebankan biaya aktivitas ke objek
biaya Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
penerapan ABCS pada perusahaan jasa adalah: 1. Identifying and costing activities
Mengidentifikasi dan menghargai aktivitas dapat membuka beberapa kesempatan untuk pengoperasian yang efisien
2. Special Challenger Perbedaan antara perusahaan jasa dan perusahaan manufaktur akan memiliki permasalahan-permasalahan yang serupa. Permasalahan itu seperti sulitnya mengalokasikan biaya ke aktivitas.Selain itu jasa tidak dapat menjadi suatu persediaan, karena kapasitas yang ada namun tidak dapat digunakan menimbulkan biaya yang tidak dapat dihindari.
3. Output diversity Perusahaan jasa juga memiliki kesulitan-kesulitan dalam melakukan identifikasi output yang ada. Pada perusahaan jasa, diversity yang menggambarkan aktivitas-aktivitas pendukung pada hal-hal yang berbeda
mungkin sulit untuk dijelaskan atau ditentukan dengan rumus:
Tarif per kamar = Cost sewa + laba yang diharapkan
Syarat Penerapan Sistem ABCS Penentuan harga pokok
dengan menggunakan sistem ABCS mensyaratkan 3 hal: 1. Perusahaan mempunyai tingkat
diversitas yang tinggi Artinya perusahaan
memproduksi beberapa macam produk atau lini produk yang diproses dengan menggunakan fasilitas yang sama. Contohnya pada rumah sakit dengan produk yang bervariasi “perawatan dan penginapan”. Selama menginap seorang pasien akan mendapatkan berbagai jasa misalnya perawatan harian yang terdiri dari 3 kegiatan: penginapan, pemberi makan, dan perawatan. Kondisi semacam ini akan menimbulkan masalah dalam membebankan biaya ke masing-masing produk.
2. Tingkat persaingan industri yang tinggi Ada beberapa
perusahaan yang menghasilkan produk yang sama atau sejenis. Dalam persaingan antar perusahaan yang sejenis tersebut maka perusahaan akan semakin meningkatkan persaingan untuk memperbesar pasarnya. Semakin besar tingkat persaingan maka semakin penting peran informasi tentang harga pokok dalam mendukung pengambilan keputusan manajemen.
3. Biaya pengukuran yang rendah Biaya yang digunakan sistem ABCS untuk menghasilkan informasi biaya yang akurat harus lebih rendah dibandingkan dengan manfaat yang diperoleh.
Pemicu Biaya (Cost Driver)
Cost driver atau activity driver merupakan suatu yang menjadi penyebab timbulnya konsumsi aktivitas oleh produk atau jasa dan menjadi basis yang digunakan untuk membebankan biaya
15
ISSN 1412-2936
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 19
aktivitas ke produk atau jasa yang memanfaatkan aktivitas tersebut.
Menurut Gabriela (2012), cost driver adalah kejadian atau aktivitas yang menyebabkan atau berakibat keluarnya biaya. Ada tiga faktor dalam memilih cost driver sebagai berikut: a) Degree of correlation (tingkat korelasi).
Konsep dasar ABCS adalah membebankan biaya-biaya dari setiap aktivitas ke lini produk, berdasarkan pada bagaimana setiap lini produk mengkonsumsi cost driver. Oleh karena itu, keakuratan pengalokasian setiap biaya tergantung pada tingkat korelasi antara konsumsi aktivitas dan konsumsi cost driver.
b) Cost measurement. Perancangan sistem informasi memerlukan cost benefit trade offs. Jumlah activity cost pool yang terdapat dalam sistem ABCS yang lebih banyak memerlukan cost driver, menyebabkan biaya implementasi menjadi lebih besar. Namun demikian, korelasi yang tinggi antara cost driver dan konsumsi sesungguhnya dari setiap aktivitas menyebabkan perhitungan harga pokok semakin akurat.
c) Behavioural effect. Sistem informasi berpotensi tidak hanya untuk memfasilitasi keputusan, tetapi juga mempengaruhi perilaku pengambil keputusan. Dalam mengidentifikasi cost driver, analisis ABCS perlu mempertimbangkan kemungkinan konsekuensi keperilakuan.
Rayburn (1999:142) dan Blocher et al (2002:581) menyatakan ada 2 jenis cost driver yaitu: 1. Cost driver berdasarkan unit/volume
Cost driver berdasarkan unit membebankan atau mengalokasikan biaya overhead pada produk melalui penggunaan tarif overhead tunggal oleh seluruh departemen.
2. Cost driver berdasarkan non unit Merupakan faktor
penyebab selalin unit yang menjelaskan konsumsi overhead. Contoh cost driver berdasarkan unit pada perusahaan jasa adalah luas
lantai, jumlah pasien, dan jumlah kamar yang tersedia.
Perbedaan antara ABC System dengan Akuntansi Biaya Tradisional
Menurut Carter (2009:532) menjelaskan perbandingan antara metode Activity Based Costing dengan metode Tradisional Costing diantaranya sebagai berikut: 1) Sistem ABCS mengharuskan
penggunaan tempat penampungan overhead lebih dari satu, tetapi tidak setiap sistem dengan tempat penampungan biaya dari satu adalah sistem ABCS.
2) Jumlah tempat penampungan biaya overhead dan dasar alokasi cenderung lebih banyak sistem tradisional menggunakan satu tempat penampungan biaya atau satu dasar alokasi untuk semua tempat penampungan biaya.
3) Perbedaan umum antara sistem ABC dan sistem tradisional adalah homogenitas dari biaya dalam satu dasar alokasi untuk semua tempat penampungan biaya.
4) Perbedaaan lain antara sistem ABCS dan sistem tradisional adalah semua sistem ABCS merupakan sistem perhitungan biaya dua tahap, sementara sistem tradisional bisa merupakan sistem perhitungan satu atau dua tahap.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Paru Pamekasan.Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Data yang digunakan meliputi jenis biaya, laporan besarnya tariff konsumsi makanan, laporan jumlah pasien, laporan lama pasien dan besarnya tenaga listrik (EPS), dan data pendukung lain seperti data luas masing tipe kamar, nama tipe kamar, fasilitas pelayanan dan penunjang layangan di RS Paru Pamekasan periode 2014.
16
ISSN 1412-2936
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 20
Teknik Analisis Data
Langkahh-langkah yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakanActivity Based Costing System menurut Hansen dan Mowen (1999: 322 – 324) sebagai berikut:
• Mengidentifikasi aktivitas
• Mengklasifikasi biaya berdasar aktivitas ke dalam berbagai aktivitas
• Mengidentifikasi cost driver
• Menentukan tarif per unit cost Tarif per unit cost
driver = Jumlah aktivitas / Cost
driver
• Membebankan biaya ke produk dengan menggunakan tarif cost driver dan ukuran aktivitas 1. Pembebanan biaya overhead dari
aktivitas ke setiap kamar BOP yang
dibebankan = Tarif per unit cost
driver x cost driver 2. Kemudian perhitungan tarif masing-
masing tipe kamar dengan metode activity based costing system dapat dihitung dengan rumus:
Tarif per kamar = Cost sewa + laba yang diharapkan
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Ada 4 kategori kelas yang diterapkan di RS Paru Pamekasan diantaranya dapat dilihat di tabel berikut ini:
Tabel 1 Tabel Tarif dan Fasilitas
Kamar Perawatan
Sumber: Data Internal Rumah
Sakit Paru Pamekasan
Dalam menetapkan harga pokok rawat inap, rumah sakit mengkategorikan biaya-biaya yang ada menjadi dua macam, yaitu: 1. Biaya Tetap, biaya depresiasi yaitu
biaya atas investasi. Biaya tersebut meliputi biaya depreasi gedung dan depresiasi fasilitas.
2. Biaya Variabel, biaya operasional unit jasa rawat inap. Biaya yang diperlukan pada saat kegiatan produksi yang bersifat habis pakai atau relatif singkat. Biaya-biaya tersebut adalah biaya perawat, biaya bahan habis pakai, biaya konsumsi, biaya listrik dan air, serta biaya administrasi. Berdasarkan hasil perolehan data dari
bagian administrasi, diketahui terdapat biaya yang disebabkan oleh unit rawat inap tetapi aktivitas-aktivitas biaya tersebut belum dibebankan sebagai biaya.Diantaranya adalah biaya laundry,
Kelas Tarif (/hari/pasien)
a. 1 Tempat tidur pasien
b. 1 Tempat tidur tunggu
c. Kamar mandi dalam
d. Meja Obat
e. Lemari Pasien
f. TV, AC, Lemari Es
a. 1 Tempat Tidur Pasien
b. 1 Sofa tunggu
c. Kamar mandi dalam
d. Meja Obat
e. Lemari pasien
f. TV, AC, Lemari Es
a. 2 Tempat tidur pasien
b. Kamar mandi dalam
c. Meja Obat
d. Lemari Pasien
e. 1 Kipas angin
a. 5 Tempat tidur pasien
b. Kamar mandi dalam
c. Meja Obat
d. Lemari Pasien
e. 1 Kipas angin
Fasilitas
VIP
I
II
III
590,000Rp
445,000Rp
335,000Rp
215,000Rp
17
ISSN 1412-2936
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 21
biaya kebersihan dan biaya pemeliharaan alat dokter.
Tabel 2 Data Pendukung Luas
Kamar Rawat Inap dan Jumlah Kamar Rumah Sakit Paru Pamekasan
Sumber : Rumah Sakit Paru Pamekasan
Adapun data pendukung tarif konsumsi yang diberikan oleh rumah sakit paru pamekasan pada tiap-tiap kelas terdapat perbedaan sesuai dengan tiap kelas rawat inap.Konsumsi diberikan 3 kali sehari yaitu pada pagi, siang, dan sore hari
Tabel 3
Tarif Konsumsi Tiap Kelas Rumah Sakit Paru Pamekasan
Sumber : Rumah Sakit Paru Pamekasan
Rincian macam-macam biaya rawat inap yang akan dibebankan membutuhkan driver jumlah pasien yang menjalani rawat inap pada masing-masing tipe kamar dan driver lama hari pasien rawat inap dalam satu tahun seperti biaya administrasi dan sebagainya.
Tabel 5
Data Macam-Macam Biaya Rawat Inap Rumah Sakit Paru Pamekasan
Sumber : Rumah Sakit Paru Pamekasan
TIPE KAMAR LUAS KAMAR JUMLAH KAMAR
VIP 460 m2
5 Kamar
Kelas I 370 m2
6 Kamar
Kelas II 450 m2
7 Kamar
Kelas III 420 m2
7 Kamar
TOTAL 1700 m2
25 Kamar
TIPE KAMAR Tarif Konsumsi/Hari
VIP 45,000Rp
Kelas I 30,000Rp
Kelas II 30,000Rp
Kelas III 30,000Rp
TOTAL 135,000Rp
No Elemen Biaya Jumlah
1 Biaya Laundry 52,780,450Rp
2 Biaya Kebersihan 130,850,000Rp
3 Biaya Konsumsi 284,000,000Rp
4 Biaya Listrik dan Air 725,000,000Rp
5 Biaya Gaji Tenaga Medis 890,300,000Rp
6 Biaya Penyusutan Gedung 398,700,160Rp
7 Biaya Penyusutan Fasilitas 65,370,309Rp
8 Biaya Administrasi 575,000,000Rp
9 Biaya Pemeliharaan Alat Dokter 68,500,300Rp
10 Biaya Bahan Habis Pakai 535,230,000Rp
18
ISSN 1412-2936
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 22
Tabel 6
Data Pendukung Lama Hari Pasien Rawat Inap Rumah Sakit Paru Pamekasan
Sumber : Rumah Sakit Paru Pamekasan
Tabel 7 Penggunaan Tenaga Listrik Rumah Sakit Paru Pamekasan
Klasifikasi biaya ke dalam berbagai aktivitas dapat dikelompokkan pada tabel berikut ini.
Tabel 8 Klasifikasi Biaya Ke Dalam Berbagai Aktivitas
BULAN VIP KELAS I KELAS II KELAS III
Januari 120 150 284 350
Februari 115 129 242 410
Maret 110 130 286 250
April 130 150 276 304
Mei 125 140 291 325
Juni 90 100 306 298
Juli 180 196 265 225
Agustus 143 152 369 320
September 132 200 383 231
Oktober 165 175 276 210
November 76 100 244 242
Desember 152 165 235 292
Jumlah 1538 1787 3457 3457
TOTAL 10239
Tipe Kamar KWH
VIP 20250
Kelas I 12700
Kelas II 12050
Kelas III 10000
Jumlah 55000
Biaya Gaji Tenaga Medis 890,300,000Rp
Biaya Listrik dan Air 725,000,000Rp
Biaya Konsumsi 284,000,000Rp
Biaya Kebersihan 130,850,000Rp
Biaya Administrasi 575,000,000Rp
Biaya Bahan Habis Pakai 535,230,000Rp
Biaya Penyusutan Laundry 52,780,450Rp
Biaya Penyusutan Gedung 398,700,160Rp
Biaya Penyusutan Fasilitas 65,370,309Rp
Biaya Pemeliharaan Alat Dokter 68,500,300Rp
TOTAL 3,725,731,219Rp
Unit Level Activity Cost
Batch Related Activity Cost
Facility Sustaining Activity Cost
19
ISSN 1412-2936
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 23
Menentukan Tarif per Unit Pemicu Biaya (Cost Driver)
Menurut Hansen dan Mowen (1999:134) tarif per unit cost driver dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
𝐓𝐚𝐫𝐢𝐟 𝐩𝐞𝐫 𝐔𝐧𝐢𝐭 𝐂𝐨𝐬𝐭 𝐃𝐫𝐢𝐯𝐞𝐫 =𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐚𝐤𝐭𝐢𝐯𝐢𝐭𝐚𝐬
𝐂𝐨𝐬𝐭 𝐃𝐫𝐢𝐯𝐞𝐫
Dalam penentuan tarif per unit cost driver kamar rawat inap dengan metode Activity Based Costing System yaitu membebankan atau membagi jumlah aktivitas dari jenis-jenis biaya yang sudah ditentukan kepada cost driverdari masing-masing tipe kamar.
Biaya Gaji Tenaga Medis
Tarif per Unit Cost Driver =Bi. Gaji Ten. Medis
Tot. hari rawat inap
= Rp.890.300.000
10.039 Hari
= Rp. 88.684,13
Biaya Listrik dan Air
Tarif per Unit Cost Driver =Bi. Listrik dan Air
Jumlah penggunaan listrik
= Rp.725.000.000
55.000 KWH
= Rp. 13.181,81
Biaya Konsumsi
Tarif per Unit Cost Driver =Bi. Konsumsi
Tot. hari rawat inap
= Rp.284.000.000
10.039
=Rp. 28.289,67
Biaya Kebersihan
Tarif per Unit Cost Driver =Bi. Kebersihan
Jumlah seluruhluas tipe kamar
= Rp.130.850.000
1.700
= Rp. 76.970,58
Biaya Bahan Habis Pakai
Tarif per Unit Cost Driver
=Bi. Bahan Habis Pakai
Tot. hari rawat inap
= Rp.535.230.000
10.039 hari
= Rp. 53.513,07
Biaya Administrasi
Tarif per Unit Cost Driver =Bi. Administrasi
Juml pasienseluruh tipe kamar
= Rp.575.000.000
3.039 hari
= Rp. 189.206,97
Biaya Laundry
Tarif per Unit Cost Driver =Bi. Laundry
Tot hari rawat inap
= Rp.52.780.450
10.039 hari
20
ISSN 1412-2936
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 24
= Rp. 5.257,24
Biaya Pemeliharaan Alat Dokter
Tarif per Unit Cost Driver =
Bi. Pemeliharaanalat dokter
Tot. hari rawat inap
= Rp.68.500.300
10.039 hari
= Rp. 6.823,41
Biaya Penyusutan Gedung
Tarif per Unit Cost Driver =
Bi. Penyusutangedung
Jumlah seluruh luastipe kamar
= Rp.398.700.160
1700
= Rp. 234.529,50
Biaya Penyusutan Fasilitas
Tarif per Unit Cost Driver =Bi. penyusutan AC
Juml. hari rawat inapVIP dan Kelas I
= Rp.10.392.000
3325 hari
= Rp. 3.125,41
Tarif per Unit Cost Driver =
Bi. penyusutankulkas
Juml. hari rawat inapVIP
= Rp.4.400.665
1.538 hari
= Rp. 2.861,29
Tarif per Unit Cost Driver =
Bi. penyusutankipas angin
Juml. hari rawat inapkelas I dan II
= Rp.4.250.000
6.714 hari
= Rp. 633,01
Tarif per Unit Cost Driver =
Bi. penyusutanTV
Juml. hari rawat inapVIP dan Kelas I
= Rp.3.950.000
3.325 hari
= Rp. 1.187,96
Menurut Hansen dan Mowen (1999:138), biaya aktivitas dibebankan ke produk berdasarkan konsumsi masing-masing aktivitas produk.Artinya yang dapat menimbulkan biaya ditelusuri ke produk yang disesuaikan dengan berapa banyak kegiatan produk yang digunakan. Pembebanan biaya overhead dari tiap aktivitas setiap kamar dihitung dengan rumus sebagai berikut:
BOP yang dibebankan = Tarif per unit cost driver x cost driver yang dipilih
Mulyadi (1999:98) menyatakan tarif masing-masing tipe kamar dengan metode ABC dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Tarif per kamar = Cost rawat inap + laba yang diharapkan
Dari tipe per kamar yang ada di rumah sakit mengharapkan laba dari tarif jasa rawat inap, sedangkan laba yang diharapkan ditetapkan oleh pihak manajemen rumah sakit, yaitu : VIP 25%, kelas I 24%, kelas II 23%, dan kelas III 15%.
21
ISSN 1412-2936
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 25
Tabel 9
Tarif Jasa Rawat Inap Kelas VIP
No Aktivitas Tarif Per Cost
Driver Driver Jumlah
1 Biaya Laundry Rp 5,257.54 1538 hari Rp 8,086,096.52
2 Biaya Kebersihan Rp 76,970.58 460 m2 Rp 35,406,467
3 Biaya Konsumsi Rp 28,289.67 1538 hari Rp 43,509,512
4 Biaya Listrik dan Air Rp 13,181.81 20250 KWH Rp 266,931,653
5 Biaya Gaji Tenaga Medis Rp 88,684.13 1538 hari Rp 136,396,192
6 Biaya Administrasi Rp 189,206.97 221 pasien Rp 41,814,740.37
7 Biaya Bahan Habis Pakai Rp 53,315.07 1538 hari Rp 81,998,577.66
8 Biaya Pemeliharaan Alat Dokter Rp 6,823.41 1538 hari Rp 10,494,404.58
9 Biaya Penyusutan Gedung Rp 234,529.50 460 m2 Rp 107,883,570
10 Biaya Penyusutan Fasilitas :
Kulkas Rp 2,861.29 1538 hari Rp 4,400,664.02
Televisi Rp 1,187.96 1538 hari Rp 1,827,082.48
AC Rp 3,125.41 1538 hari Rp 4,806,880.58
TOTAL BIAYA VIP Rp 743,555,839.91
JUMLAH HARI PAKAI 1538 Hari
B IAYA RAWAT INAP PER KAMAR Rp 483,456.33
PROSENTASE LABA 25% Rp 120,864.08
TARIF JASA RAWAT INAP VIP Rp 604,320.42
Berdasarkan perhitungan tarif jasa rawat inap pada kelas VIP dengan menggunakan ABCS di rumah sakit paru-paru pamekasan dihasilkan tarif sebesar Rp.604.320,42 dengan tingkat keuntungan yang diharapkan 25%. Hal ini lebih besar dibandingkan dengan tarif yang selama ini diterapkan oleh RS Paru Pamekasan sebesar Rp.590.000. Ada selisih
Rp.14.320,55. Hal ini disebabkan biaya yang diberlakukan oleh RS Paru Pamekasan masih menggunakan tarif dasar yang ada di pasaran dan perkiraan pembebanan biaya yang dikeluarkan pasien, sehingga terjadi penetapan tarif jasa rawat inap yang rendah dibandingkan dengan menggunakan ABCS.
22
ISSN 1412-2936
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 26
Sedangkan untuk perhitungan penentuan tarif jasa rawat inap kelas I menggunakan metode activity based costing system diperoleh tarif jasa sebesar Rp.485.909,18 dengan tingkat keuntungan yang diharapkan 24%. Ada selisih sebesar Rp.40.909,18 dari tarif yang diterapkan RS Paru Pamekasan sebesar Rp.445.000.
Hasil perhitungan tarif jasa rawat inap kelas II juga tidak jauh berbeda. Tarif yang
dihasilkan dengan ABCS sebesar Rp.360.095,44 dengan tingkat keuntungan 23%. Terdapat selisih tarif jasa rawat inap sebesar Rp25.095,44 dari tarif yang diberlakukan RS Paru Pamekasan sebesar Rp.335.000.
Untuk hasil penghitungan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 10
Tarif Jasa Rawat Inap Kelas I
No Aktivitas Tarif Per Cost
Driver Driver Jumlah
1 Biaya Laundry 5,257.54Rp 1787 hari 9,395,223.98Rp
2 Biaya Kebersihan 76,970.58Rp 370 m2
28,479,115Rp
3 Biaya Konsumsi 28,289.67Rp 1787 hari 50,553,640.29Rp
4 Biaya Listrik dan Air 13,181.81Rp 12700 KWH 167,408,987Rp
5 Biaya Gaji Tenaga Medis 88,684.13Rp 1787 hari 158,478,540.31Rp
6 Biaya Administrasi 189,206.97Rp 474 pasien 89,684,103.78Rp
7 Biaya Bahan Habis Pakai 53,315.07Rp 1787 hari 95,274,030.09Rp
8 Biaya Pemeliharaan Alat Dokter 6,823.41Rp 1787 hari 12,193,433.67Rp
9 Biaya Penyusutan Gedung 234,529.50Rp 370 m2
86,775,915Rp
Biaya Penyusutan Fasilitas :
Televisi 1,187.96Rp 1787 hari 2,122,884.52Rp
AC 3,125.41Rp 1787 hari 5,585,107.67Rp
705,950,980.91Rp
1787 hari
395,048.11Rp
90,861.07Rp
485,909.18Rp TARIF JASA RAWAT INAP KELAS I
10
TOTAL BIAYA VIP
JUMLAH HARI PAKAI
B IAYA RAWAT INAP PER KAMAR
PROSENTASE LABA 24%
23
ISSN 1412-2936
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 27
Tabel 11
Tarif Jasa Rawat Inap Kelas II
Tabel 12
Tarif Jasa Rawat Inap Kelas III
No Aktivitas Tarif Per Cost
Driver Driver Jumlah
1 Biaya Laundry 5,257.54Rp 3257 hari 17,123,807.78Rp
2 Biaya Kebersihan 76,970.58Rp 450 m2
34,636,761Rp
3 Biaya Konsumsi 28,289.67Rp 3257 hari 92,139,455.19Rp
4 Biaya Listrik dan Air 13,181.81Rp 12050 KWH 158,840,810.5Rp
5 Biaya Gaji Tenaga Medis 88,684.13Rp 3257 hari 288,844,211.41Rp
6 Biaya Administrasi 189,206.97Rp 309 pasien 58,464,953.73Rp
7 Biaya Bahan Habis Pakai 53,315.07Rp 3257 hari 173,647,182.99Rp
8 Biaya Pemeliharaan Alat Dokter 6,823.41Rp 3257 hari 22,223,846.37Rp
9 Biaya Penyusutan Gedung 234,529.50Rp 450 m2
105,538,275Rp
Biaya Penyusutan Fasilitas :
Kipas Angin 633.01Rp 3257 hari 2,061,713.57Rp
953,521,017.54Rp
3257 hari
292,760.52Rp
67,334.92Rp
360,095.44Rp TARIF JASA RAWAT INAP KELAS II
10
TOTAL BIAYA VIP
JUMLAH HARI PAKAI
B IAYA RAWAT INAP PER KAMAR
PROSENTASE LABA 23%
No Aktivitas Tarif Per Cost
Driver Driver Jumlah
1 Biaya Laundry 5,257.54Rp 3457 hari 18,175,315.78Rp
2 Biaya Kebersihan 76,970.58Rp 420 m2
32,327,644Rp
3 Biaya Konsumsi 28,289.67Rp 3457 hari 97,797,389.19Rp
4 Biaya Listrik dan Air 13,181.81Rp 10000 KWH 131,818,100.0Rp
5 Biaya Gaji Tenaga Medis 88,684.13Rp 3457 hari 306,581,037.41Rp
6 Biaya Administrasi 189,206.97Rp 2035 pasien 385,036,183.95Rp
7 Biaya Bahan Habis Pakai 53,315.07Rp 3457 hari 184,310,196.99Rp
8 Biaya Pemeliharaan Alat Dokter 6,823.41Rp 3457 hari 23,588,528.37Rp
9 Biaya Penyusutan Gedung 234,529.50Rp 420 m2
98,502,390Rp
Biaya Penyusutan Fasilitas :
Kipas Angin 633.01Rp 3457 hari 2,188,315.57Rp
1,280,325,100.86Rp
3457 hari
370,357.28Rp
55,553.59Rp
425,910.87Rp TARIF JASA RAWAT INAP KELAS III
10
TOTAL BIAYA VIP
JUMLAH HARI PAKAI
B IAYA RAWAT INAP PER KAMAR
PROSENTASE LABA 15%
24
ISSN 1412-2936
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 28
Berdasarkan hasil penghitungan tarif jasa rawat inap pada kelas III dengan menggunakan activity based costing system (ABCS) di rumah sakit Paru Pamekasan dihasilkan tarif jasa Rp.425.910,87 dengan keuntungan 15%. Hal ini lebih besar Rp.210.910,87 dari tarif jasa rawat inap yang diterapkan oleh RS Paru Pamekasan sebesar Rp.215.000. Adanya selisih tarif tersebut disebabkan RS Paru Pamekasan masih menggunakan perkiraan biaya (akuntansi tradisional) sehingga biaya-biaya yang ditimbulkan oleh aktivitas pasien selama dirawat.
Penanggungan tarif biaya rawat inap kepada pasien terdapat biaya yang dikenakan langsung dan tarif bagi pasien yang tergolong tidak mampu dengan caramenunjukkan kartu JAMKESMAS. Besarnya tarif yang dikenakan dalam pengklaimnya terhadap pemerintah disesuaikan dengan tarif yang telah ditentukan oleh pihak rumah sakit Paru Pamekasan.
Tabel 13
Perbandingan Tarif Jasa Rawat Inap ABCS
dengan Tarif yang Berlaku Di Rumah Sakit Paru Pamekasan
Tipe Kamar Tarif ABCS Tarif yang berlaku Selisih
VIP Rp 604,320.42 Rp 590,000.00 Rp 14,320.42
Kelas I Rp 485,909.18 Rp 445,000.00 Rp 40,909.18
Kelas II Rp 360,095.44 Rp 335,000.00 Rp 25,095.44
Kelas III Rp 425,910.87 Rp 215,000.00 Rp 210,910.87
25
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 xxix
Perbandingan yang terjadi antara tarif jasa rawat inap menggunakan metode activity based costing system dengan tarif yang berlaku di rumah sakit disebabkan oleh cost driver pada masing-masing tipe kamar sehingga mampu mengalokasikan biaya aktivitas ke setiap kamar secara tepat berdasarkan konsumsi masing-masing produk berdasarkan aktivitas.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perhitungan tarif jasa rawat inap dengan menggunakan metode Activity Based Costing System memberikan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan tarif yang diberlakukan oleh RS Paru Pamekasan.Perbedaan yang terjadi disebabkan karena pembebanan biaya overhead pada masing-masing tipe kamar rawat inap dan produk lebih rinci dengan menggunakan driver.
DAFTAR PUSTAKA
Blocher, Edward J, Chen, Kung H dan Lin, Thomas W. 2000.Manajemen Biaya: dengan Tekanan Strategis. Jakarta: Salemba Empat.
Carter. K William. 2009. Akuntansi Biaya. Buku 1. Edisi Keempat Belas. Jakarta: Salemba Empat.
Gabriela. 2012. Penerapan Activity Based Costing Pada Tarif Jasa Rawat Inap Rumah Sakit Umum
Daerah di Makassar. Makasar: Universitas Hasanuddin.
Hansen dan Mowen. 1999. Akuntansi Manajemen Jilid I. Jakarta: Erlangga.
Hidayat, Nurul et al. 2012. Penentuan Tarif Jasa Rawat Inap dengan Menggunakan Activity Based Costing System (ABCS) di Rumah Sakit Paru BP4 Pamekasan.
Mulyadi,dkk. 2003. Activity Based Cost System Informasi Biaya untuk Pengurangan Biaya. Yogyakarta:UPPAMP YKPN.
Rayburn Gayle. 1999. Akuntansi Biaya dengan Menggunakan Pendekatan Manajemen Biaya. Jakarta: Penerbit Erlangga.
26
ISSN 1412-2936
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 xxx
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR
BIDANG CONSUMER GOODS YANG TERDAFTAR DI DURSA EFEK INDONESIA
Taufik Aris Saputra
STAI AL-KHAIRAT
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Bidang Consumer Goods Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data sekunder. Dalam pemilihan sampel yang peneliti gunakan metode purposive sampling dan berdasarkan kriteria, sampel yang diperoleh yaitu 20 perusahaan Consumer Goods di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2012-2014. Data diuji dengan menggunakan statistik dekriptif, uji asumsi klasik, regresi linier berganda dan uji hipotesis
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, hasil penelitian menunjukkan secara simultan laverage (DER), ukuran perusahaan (SIZE) dan profitabilitas (ROA) tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Sedangkan uji secara parsial menunjukkan bahwa tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba karena nilai signifikansinya di atas 0,05 semua. Dan yang paaling dominan terhadap manajemen laba adalah profitabilitas (ROA) dengan nilai signifikan 1,417.
Kata kunci : Laverage, ukuran perusahaan, profitabilitas, manajemen laba
PENDAHULUAN
Pesatnya perkembangan dan ketatnya persaingan dunia bisnis menuntut setiap perusahaan untuk dapat bertahan dan menciptakan keunggulan dalam bidang usahanya. Di samping memperoleh laba yang tinggi, perusahaan juga memiliki tujuan lain yang ingin dicapainya, yaitu dapat memasuki daftar jajaran perusahaan yang dinilai likuid dengan kapitalisasi pasar yang besar dan fundamental serta kinerja yang baik. Agar kinerja perusahaan terlihat bagus,manajemen berusaha untuk mengatur laba, yaitu dengan melakukan manajemen laba.
Manajemen laba adalah campur tangan dalam proses pelaporan keuangan eksternal dengan tujuan untuk menguntungkan diri sendiri. Manajemen laba merupakan salah
satu faktor yang dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan, manajemen laba menambah bias dalam laporan keuangan dan dapat mengganggu pemakai laporan keuangan yang mempercayai angka laba hasil rekayasa tersebut sebagai angka laba tanpa rekaysa.
Saat ini manajemen laba menjadi sebuah fenomena umum yang terjadi di sejumlah perusahaan. Manajemen laba merupakan pemilihan kebijakan-kebijakan akuntansi tertentu oleh manajemen perusahaan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Manajemen laba merupakan suatu intervensi manajer terhadap proses pelaporan keuangan dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan, baik bagi manajer maupun perusahaan.
27
ISSN 1412-2936
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 xxxi
Teori keagenan menyatakan bahwa manajemen laba dipengaruhi oleh konflik kepentingan antara manajemen dengan pemilik yang timbul ketika setiap pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmurannya. Manajemen laba merupakan intervensi langsung dalam proses laporan keuangan dengan maksud untuk mendapatkan keuntungan atau manfaat tertentu, baik bagi manajer maupun bagi perusahaan.
Salah satu yang mempengaruhi adanya manajemen laba adalah leverage.Leverage merupakan rasio antara total kewajiban dengan total asset. Semakin besar rasio leverage, berarti semakin tinggi nilai utang perusahaan. perusahaan yang mempunyai rasio leverage yang tinggi, berarti proporsi hutangnya lebih tinggi dibandingkan dengan proporsi aktivanya akan cenderung melakukan manipulasi dalam bentuk manajemen laba. Penelitian Astuti (2003) dengan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi manajemen laba di seputar Right Issue menemukan bahwa variabel leverage yang menunjukkan hasil yang signifikan positif. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Fransiska (2007) dengan anlisis faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen laba pada perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Jakarta menemukan bahwa leveragetidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
Semakin besar ukuran perusahaan, biasanya informasi yang tersedia untuk investor dalam pengambilan keputusan sehubungan dengan investasi dalam saham perusahaan tersebut semakin banyak. Perusahaan yang berskala besar mempunyai tingkat earnings management yang lebih rendah daripada perusahaan berskala kecil. Sedangkan perusahaan berskala kecil penyebaran informasi mengenai informasinya belum begitu banyak.Karena untuk mendapatkan informasi ini dengan biaya maka perusahaan berskala kecil mempunyai tingkat earnings
management yang lebih tinggi tersebut semakin banyak. Hasil penelitian dari Widyastuti (2009) meyatakanukuran perusahan berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba, dimana semakin besar ukuran perusahaan maka akan menyebabkan peningkatan manajemen laba.
Profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk mendapatkan laba (keuntungan) dalam suatu periode tertentu. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh widyastuti (2009) profitabilitas berpegaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba. Perusahaan yang memiliki profitabilitas yang tinggi akan cenderung untuk mengatur labanya.
Berdasarkan latar belakang diatas maka judul penelitian ini adalah “Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Bidang Consumer Goods Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”
TINJAUAN PUSTAKA
Manajemen Laba
Secara umum ada beberapa definisi yaitu definisi manajemen laba yang diciptakan oleh Davidson, Stickney, dan Weil, Schipper, Fisher dan Rosenzweing, Lewit, serta Healy dan Whalen dalam Sulistyanto (2008:48)
Terminologi yang digukan setiap definisi itu, yaitu langkah tertentu yang disengaja untuk mengatut laba (Davidson, Stickney, dan Weil), campur tangan dalam penyusunan laporan keuangan (Schipper), tindakan untuk mengatur laba (Fisher dan Rosenzweig), fleksibilitas yang mendorong penyalahgunaan laba (Lewiit), serta menggunakan keputusan tertentu untuk mengubah laporan keuangan (Healy dan wahlen). Walaupun menggukan terminologi yang berbeda, definisi-definisi itu mempunyai benang merah yang menghubungkan satu definisi dengan definisi lainnya, yaitu menyepakati bahwa manajemen laba
28
ISSN 1412-2936
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 xxxii
merupakan aktivitas manajerial untuk “mempengaruhi” dan mengintervensi laporan keuangan.
Dalam penelitian ini proksi manajemen laba yang digunakan adalah model spesifik akrual yaitu akrual modal kerja sebagaimana yang digunakan dalam penelitan Utami (2005). Akrual diskresioner tidak diestimasi berdasarkan kesalahan residual karena teknik tersebut dianggap relatif rumit. Oleh karena itu, digunakan proksi rasio akrual modal kerja dengan penjualan. Alasan pemakaian penjualan sebagai deflator akrual modal kerja adalah karena manajemen laba banyak terjadi pada akun penjualan.
Leverage
Leverage ini mengambarkan hubungan antara hutang perusahaan terhadap modal maupun aset. Leverage ini dapat melihat seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh hutang atau pihak luar dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh modal (equity). Perusahaan yang baik mestinya memiliki komposisi modal yang lebih besar dari hutang. Leverage ini bisa juga dianggap bagian dari rasio solvabilitas menurut Harahap (2002:306).
Ukuran Perusahaan
Menurut kusuma wardi (2012) ukuran perusahaan adalah ukuran yang digunakan untuk mengetahui apakah perusahaan memiliki aktivitas operasional yang lebih kompleks sehingga dimungkinkan melakukan manajemen laba. Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecil perusahaan menurut berbagai cara, antara lain
aktiva, log size, penjualan dan nilai saham.
Profitabilitas
Profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiataan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya (Harahap, 2002:304).
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri. Baik satu variabel atau lebih(independen) tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan antara variabel satu dengan variabel lainnya (Sugiyono, 2006:11). Penelitian ini akan menganalisis pengaruh leverage, ukuran perusahaan dan profitabilitas terhadap praktik manajemen labapada perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Kriteria pengambilan sampel dari populasi yang ada dalam penelitian ini adalah :
1. Perusahaan manufaktur bidang consumer goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
2. Perusahaan yang diambil yaitu perusahaan yang mempublikasikan laporan tahunan secara berturut-turut selama tahun 2012-2014
3. Perusahaan yang diambil adalah perusahaan yang mengalami laba.
Prosedur Pemilihan Sampel
NO Kriteria Sampel Jjumlah
1 Perusahaan consumer goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
38
2 Perusahaan yang tidak mempublikasikan laporan (12)
29
ISSN 1412-2936
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 xxxiii
tahunan secara berturut-turut selama tahun 2012-2014
Perusahaan yang mempublikasikan laporan keuangan secara berturut-turut selama tahun 2012-2014
26
3 Perusahaan yang tidak mengalami laba (6)
Perusahaan yang mengalami laba 20
Jumlah Sampel 20
Berdasarkan teknik pengambilan sampel dengan menggunakan purposive sampling terdapat 20 perusahaan consumer goods yang menjadi sampel penelitian. ANALISIS DAN PEMBAHASAN Hasil Penghitungan Data
Leverage (DER)
Hasil penghitungan Leverage (DER) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2012-2014 yang menjadi sampel penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Hasil Rata-rata Leverage (DER)
NNO KODE PERUSAHAAN
LEVERAGE RATA-RATA
2012 22013 22014
11 ADES 0.462541185 0.3996835 0.414103 0.4254
22 DLTA 0.1973621 0.219693 0.229321 0.2155
33 GGRM 0.359042504 0.4206002 0.429262 0.4030
44 HMSP 0.492964804 0.4834795 0.52439 0.5003
55 ICBP 0.328697416 0.3762431 0.396234 0.3671
66 INDF 0.425613241 0.5086214 0.520259 0.4848
77 KAEF 0.305735849 0.3428825 0.389814 0.3461
88 KDSI 0.446151375 0.5859858 0.583588 0.5386
99 KLBF 0.217277858 0.2487926 0.209863 0.2253
110 LMPI 0.497688664 0.5166319 0.506571 0.5070
111 MBTO 0.287010367 0.262274 0.267418 0.2722
112 MERK 0.268143285 0.265053 0.227336 0.2535
113 MLBI 0.713681201 0.4458749 0.751778 0.6371
114 MYOR 0.630491054 0.5943536 0.601544 0.6088
30
ISSN 1412-2936
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 xxxiv
Berdasarkan tabel di atas, Leverage (DER) pada perusahaanManufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2012-2014 mengalami perkembangan yang berfluktuasi. Rata-rata Laverage yang paling tinggi untuk 20 perusahaan terlihat pada tahun 2014 yaitu 0,4305. Sedangkan rata-rata Laverage yang paling rendah untuk 20 perusahaan terlihat pada tahun 2012 yaitu sebesar 0,3972. Selama periode tahun 2012-2014 rata-rata Laverage yang paling
tinggi dicapai oleh PT. UNILEVER INDONESIA Tbk (UNVR) yaitu dengan rata-rata sebesar 0,6760. Sedangkan rata-rata Laverage yang paling rendah dicapai oleh PT. MANDOM Tbk (TCID) yaitu dengan rata-rata 0,2103.
Ukuran Perusahaan (SIZE)
Hasil penghitungan Size pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2012-2014 yang menjadi sampel penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Hasil Rata-rata Ukuran Perusahaan (LnAsset)
NNO KODE PERUSAHAAN
LN ASSET RATA-RATA
22012 22013 22014
11 ADES 26.6870868 26.812455
8 26.947556
9 26.8157
22 DLTA 27.3370618
3 27.488351
9 27.622935
7 27.4828
33 GGRM 31.3569392
2 31.558331
7 31.695260
4 31.5368
44 HMSP 30.8985928
9 30.941731
8 30.976728 30.9390
115 ROTI 0.446773277 0.5680351 0.551951 0.5223
116 SKLT 0.481543975 0.5375655 0.537456 0.5189
117 TCID 0.130592033 0.1930225 0.307425 0.2103
118 TSPC 0.276242832 0.2856912 0.261123 0.2744
119 ULTJ 0.307450555 0.2832795 0.223506 0.2714
220 UNVR 0.668888448 0.6812549 0.677972 0.6760
Rata-rata per tahun 0.3972 0.4110 0.4305
31
ISSN 1412-2936
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 xxxv
55 ICBP 30.5076026
7 30.688199
8 30.846298
9 30.6807
66 INDF 31.7140385
5 31.988918
8 32.084657
5 31.9292
77 KAEF 28.3616315 28.536024
2 28.718971
6 28.5389
88 KDSI 27.0698912
7 27.468777
3 27.582017
2 27.3736
99 KLBF 29.8736393
2 30.057155
8 30.150734
3 30.0272
110 LMPI 27.4266416
9 27.435236
7 27.418931
5 27.4269
111 MBTO 27.1358949
6 27.139621
8 27.151989
8 27.1425
112 MERK 27.0679033
7 27.269974
2 27.297783 27.2119
113 MLBI 27.7725623
4 28.208840
5 28.433493
9 28.1383
114 MYOR 29.7475785
4 29.904160
7 29.962301
3 29.8713
115 ROTI 27.8174547
7 28.231334 28.393178
5 28.1473
116 SKLT 26.2437121
1 26.433658 26.527119
5 26.4015
117 TCID 27.8633804
3 28.013526
3 28.247954
1 28.0416
118 TSPC 29.1642224
8 29.318892
7 29.352488
7 29.2785
119 ULTJ 28.5151164
5 28.664782
3 28.701605
5 28.6272
220 UNVR 30.1146752
3 30.222401
8 30.289928 30.2090
Rata-rata per tahun 28.6338 28.8191 28.9201
32
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 xxxvi
Berdasarkan tabel di atas, Ukuran Perusahaan (SIZE) pada perusahaanmanufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2012-2014 mengalami perkembangan yang berfluktuasi. Rata-rata Ukuran Perusahaaan yang paling tinggi untuk 20 perusahaan terlihat pada tahun 2014 yaitu 28.9201. Sedangkan rata-rata Ukuran Perusahaan yang paling rendah untuk 20 perusahaan terlihat pada tahun 2012 yaitu sebesar 28.6338.
Profitabilitas (ROA)
Hasil penghitungan Return On Assets pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2012-2014 yang menjadi sampel penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah in
Hasil Rata-rata Profitabilitas (ROA)
NNO KODE PERUSAHAAN
ROA RATA-RATA
22012 22013 22014
11 ADES 0.2142824 0.1261858 0.0614441 0.1340
22 DLTA 0.2863533 0.3119785 0.2904121 0.2962
33 GGRM 0.0980192 0.0863484 0.0926698 0.0923
44 HMSP 0.373575 0.3943849 0.3528813 0.3736
55 ICBP 0.1288334 0.1075181 0.1012568 0.1125
66 INDF 0.0805649 0.043751 0.0598835 0.0614
77 KAEF 0.099099 0.0872361 0.0796888 0.0887
88 KDSI 0.0645625 0.0423446 0.0467236 0.0512
99 KLBF 0.1881549 0.1771306 0.171365 0.1789
110 LMPI 0.0028715 -0.014644 0.0021147 -0.0032
111 MBTO 0.07469 0.0264198 0.0047226 0.0353
112 MERK 0.1893261 0.2517335 0.2532408 0.2314
113 MLBI 0.3935643 0.6690909 0.3532223 0.4720
114 MYOR 0.0894714 0.1085111 0.040069 0.0794
115 ROTI 0.1237812 0.0866935 0.0880013 0.0995
116 SKLT 0.0318831 0.0378822 0.0497044 0.0398
33
ISSN 1412-2936
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 xxxvii
117 TCID 0.119536 0.1095286 0.09438 0.1078
118 TSPC 0.13891 0.1246583 0.1077959 0.1238
119 ULTJ 0.1459983 0.115637 0.0971384 0.1196
220 UNVR 0.4037675 0.4010001 0.4018385 0.4022
Rata-rata per tahun 0.1624 0.1647 0.1374
Sumber Data: lampiran diolah
Berdasarkan tabel di atas, Return On Assets (ROA) pada perusahaanmanufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2012-2014 mengalami perkembangan yang berfluktuasi. Rata-rata ROA yang paling tinggi untuk 20 perusahaan terlihat pada tahun 2013 yaitu 0,1647. Sedangkan rata-rata ROA yang paling rendah untuk 20 perusahaan terlihat pada tahun 2014 yaitu sebesar 0,1374.
Manajemen Laba (ML)
Hasil penghitungan manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2012-2014 yang menjadi sampel penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel Hasil Rata-rata Manajemen laba (ML)
NNO KODE PERUSAHAAN
MNJ LABA RATA-RATA
22012 22013 22014
11 ADES 0.0312 0.0228 -0.0174 0.0122
22 DLTA -8.2574 -31.6791 43.0088 1.0241
33 GGRM -0.2939 -0.0318 0.0009 -0.1083
44 HMSP 0.0605 0.0003 -0.0168 0.0147
55 ICBP -0.0161 0.0109 -0.0356 -0.0136
66 INDF 0.0231 -0.0078 0.0759 0.0304
77 KAEF 0.0129 0.0042 -0.0128 0.0014
88 KDSI 0.0284 -0.0459 0.0130 -0.0015
99 KLBF 0.0454 0.0462 0.0236 0.0384
34
ISSN 1412-2936
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 xxxviii
Sumber Data: lampiran diolah
Berdasarkan tabel di atas, manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2012-2014 mengalami perkembangan yang berfluktuasi. Rata-rata manajemen laba yang paling tinggi untuk 20 perusahaan terlihat pada tahun 2014 yaitu 2,1419. Sedangkan rata-rata manajemen laba yang paling rendah untuk 20 perusahaan terlihat pada tahun 2013 yaitu sebesar -1,5770.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan analisis hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dihasilkan kesimpulan sebagai berikut:
1. Nilai R (koefisien korelasi) sebesar 0,505 yang berarti
menunjukkan terjadi hubungan yang sedang antara leverage, ukuran perusahaan (SIZE) dan profitabilitas (ROA) terhadap manajemen laba (ML).
2. Nilai R Square atau R2 adalah sebesar 0,255. Hal ini berarti 25,5% manajemen laba dipengaruhi oleh leverage, SIZE dan ROA. Sedangkan sisanya sebesar 74,5% dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini.
3. Dari hasil perhitungan signinifikansi t menunjukkan bahwa :
a. Laverage ( DER) (0,084) > (0,05), Ha ditolak. Maka dapat
110 LMPI -0.0217 -0.0184 0.0263 -0.0046
111 MBTO 0.1330 0.0613 -0.0057 0.0629
112 MERK 0.0300 0.0466 -0.0557 0.0070
113 MLBI -0.1156 0.0762 -0.2533 -0.0975
114 MYOR 0.0119 -0.0093 0.0525 0.0184
115 ROTI -0.0060 -0.0292 0.0040 -0.0104
116 SKLT -0.0076 -0.0211 -0.0024 -0.0104
117 TCID 0.0184 0.0058 0.0291 0.0177
118 TSPC 0.0051 -0.0418 -0.0678 -0.0349
119 ULTJ 0.0067 0.0729 0.0873 0.0556
220 UNVR -0.0124 -0.0029 -0.0165 -0.0106
Rata-rata per tahun -0.4162 -1.5770 2.1419
35
ISSN 1412-2936
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 xxxix
disimpulkan Laverage tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.
b. Ukuran perusahaan (SIZE)
sebesar (0,378) > (0,05), Ha ditolak. Maka dapat disimpulkan ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.
c. Profitabilitas (ROA) sebesar (0,176) > (0,05), Ha diterima, Maka dapat disimpulkan profitabilitas (ROA) berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.
d. Hasil perhitungan signifikansi t Profitabilitas (ROA) paling dominan terhadap Manajemen laba dengan nilai signifikansi sebesar 1,417.
4. Hasil analisis dengan membandingkan nilai F hitung dengan F tabel berdasarkan α = 5% (0,05), F hitung < F tabel (1,822 <3.238) dan tingkat signifikansi 0,184 > 0,05 maka Ho diterima. Hal ini berarti secara simultan variabel leverage, ukuran perusahaan (SIZE) dan profitabilitas (ROA) menunjukkan tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba (ML).
SARAN
Setelah melakukan analisis pada penelitian ini, ada beberapa saran yang bisa dijadikan masukan bagi para investor, emiten, dan peneliti lain yang akan mengkaji ulang tentang faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen laba pada masa mendatang, antara lain:
1. Para peneliti yang tertarik untuk melakukan penelitian di bidang yang sama dapat menggunakan variabel-variabel lain yang diperkirakan akan berpengaruh terhadap manajemen laba. Variabel-variabel tersebut tidak hanya untuk faktor mikro tapi faktor makro juga. Untuk faktor mikro, variabel yang diperkirakan berpengaruh adalah PER, EPS, pengalaman manajemen sedangkan untuk faktor makro adalah tingkat inflasi dan tingkat suku bunga. Variabel-variabel tersebut diduga mempunyai pengaruh terhadap manajemen laba, untuk itu perlu adanya pengkajian ulang sebagai bukti bahwa variabel-variabel tersebutbenar-benar berpengaruh terhadap manajemen laba atau tidak.
2. Penelitian ini hanya menggunakan periode pengamatan dari tahun 2012-2014, oleh karena itu bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk menggunakan periode pengamatan yang lebih lama untuk bisa menghasilkan data yang lebih akurat.
3. Penulis tidak memperhatikan kondisi ekonomi, politik maupun alam yang terjadi di Indonesia atau melihat faktor internal perusahaan yang kemungkinan bisa mempengaruhi keakuratan sampel yang digunakan, oleh karena itu untuk penelitian selanjutnya diharapkan juga mempertimbangkan kondisi-kondisi khusus di atas.
4. Hasil penelitian ini sekiranya dapat dijadikan sebagai acuan bagi peneliti lain untuk mengembangkan maupun mengoreksi dan melakukan perbaikan seperlunya.
36
ISSN 1412-2936
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 xl
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, Dewi Saptantinah Puji.2003. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi manajemen laba di seputar right issue. Universitas slamet riyadi surakarta
Fransiska, yulia. 2007. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen laba pada perusahaan yang melakukan ipo di bursa efek jakarta. Skripsi. Universitas islam indonesia yogyakarta
Harahap. Sofyan Syafri. 2002. Analisa Kritis Atas Laporan Keuangan. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Muliati, Ni Ketut. 2011. Pengaruh Asimetri Informasi dan Ukuran Perusahaan Pada Praktik Manajemen Laba di Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Tesis. Universitas Udayana, Denpasar
Priyatno, Duwi. 2012.Cara Kilat Belajar Analisis Data Dengan SPSS 20. Andi, Yogyakarta.
Salno, H.M. dan Baridwan. 2000. “Analisis Perataan Penghasilan (income Smoothing) : Faktorfaktor yang Mempengaruhi dan Kaitannya dengan Kinerja
Saham Perusahaan Publik di Indonesia”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, 3 (1):17-34.
Scott, William R. 2000. Financial Accounting Theory.Second Edition. Canda: Practice Hall
Setiawati, Lilis dan Ainun Na’im. 2000. Manajemen Laba. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol. 15, No. 4, 424-441
Sugiyono, 2006. Metode Penelitian Administrasi. Edisi Revisi dilengkapi dengan Metode R&D,Cetakan ke 14, Penerbit ALFABETA, Bandung.
Sulistyanto, Sri. 2008. Manajemen Laba Teori dan Model Empiris. Grasindo, Jakarta.
Utami, Wiwik, 2005, Pengaruh Manajemen Laba Terhadap Biaya Modal Ekuitas (Studi pada Perusahaan Manufaktur). Makalah dipresentasikan dalam Simposium Nasional Akuntansi VIII. 15 – 16. September: 100 – 116
Yuniningsih. 2010. Manajemen Keuangan. Unesa University Press.
www.idx.com
www.sahamok.com
37
ISSN 1412-2936
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 41
ANALISIS PENGUKURAN KINERJA PADA BADAN LAYANAN UMUM DENGAN METODE BALANCED SCORECARD
(Studi Pada Rumah Sakit Umum Daerah Pamekasan)
Citra larashati
ABSTRAK
Rumah Sakit Umum Daerah Pamekasan merupakan salah satu rumah sakit milik pemerintah yang tujuan utamanya bukan untuk mencari keuntungan, tetapi lebih kepada jasa konsumen. Selama ini dalam menilai kinerjanya, Rumah Sakit Umum Daerah Pamekasan hanya berfokus pada efisiensi pengelolaan dana yaitu dengan mengevaluasi anggaran pendapatan dan biaya apakah sudah dapat dibandingkan dengan realisasinya atau tidak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kinerja rumah sakit apabila menggunakan Balanced Scorecard. Dengan menggunakan Balanced Scorecard diharapkan rumah sakit dapat mengembangkan aspek keuangan dan non keuangan dalam melakukan penilaian kinerja, sehingga nantinya diharapkan bahwa rumah sakit mampu menjadi institusi yang dapat memberikan kepuasan kepada para konsumen, karyawan yang berkomitmen tinggi dan kemudian akan menghasilkan surplus yang memadai.
Penelitian dilakukan dengan mengambil data selama 3 tahun, yaitu dari tahun 2012-2014, menggunakan analisis komparatif dimana peneliti melakukan evaluasi kinerja rumah sakit antar periode. Data diperoleh melalui studi pustaka, data sekunder serta data primer Rumah Sakit Umum Pamekasan. Pengukuran kinerja keuangan dilihat dari pencapaian pendapatan dan perubahan biaya, perspektif pelanggan dilihat dari akuisisi pelanggan, retensi pelanggan, kepuasan pelanggan, perspektif proses Bisnis Internal menggunakan jumlah penanganan keluhan, peningkatan pendapatan, Respons Times. Sedangkan untuk perspektif pertumbuhan dan pembelajaran dilihat dari retensi karyawan dan pelatihan karyawan.
Dari hasil penelitian dengan menggunakan konsep Balanced Scorecard dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat beberapa variasi pencapaian hasil.Perspektif pertumbuhan dan pembelajaran masih dianggap kurang , sedangkanuntuk 3 perspektif lainnya dianggap sudah cukup baik. Maka, Balanced Scorecard cocok untuk diterapkan pada Rumah Sakit Umum Daerah Pamekasan karena Balanced Scorecard dapat memberikan gambaran yang lebih terstrukturdan menyeluruh dibandingkan dengan sistem tradisional yang masih digunakansampai saat ini.
Kata kunci :Kinerja, Balanced Scorecard, Rumah Sakit
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini kepercayaan masyarakat kepada Rumah Sakit sedang mengalami krisis, khususnya pada kinerja Rumah Sakit Umum milik pemerintah, banyak sekali keluhan yang datang dari masyarakat yang menggambarkan tentang ketidak puasan pelanggan atas kinerja Rumah Sakit Umum Daerah. Rata-rata masyarakat sebagai pelanggan mengeluhkan tentang pelayanan yang masih sangat buruk apalagi untuk masyarakat yang kurang mampu, tarif kamar
dan obat-obatan yang sangat tinggi, proses administrasi yang lambat terutama untuk masyarakat miskin, mall praktik yang dilakukan oleh beberapa dokter, manajemen rumah sakit yang masih kacau atau tidak akuntanbilitas juga tentang fenomena tentang maraknya pemesanan kamar khusus untuk orang-orang khusus, (hasil wawancara dari beberapa sumber serta dari media informasi).
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pamekasan kini harus merubah orientasinya dengan memajukan service public oriented dan profit oriented, sebagai salah satu sarana
38
ISSN 1412-2936
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 42
kesehatan di daerah, keberadaan RSUD masih dipandang sebelah mata oleh masyarakat, hal ini disebabkan oleh kondisi medis yang masih minim, serta kinerja dari RSUD yang juga masih sangat minim. 1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang yang telah diuraikan di atas masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana kinerja Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pamekasan diukur dengan menggunakan balanced scorecard ?”
II. TELAAH PUSTAKA 2.1. Definisi Kinerja
Menurut Helfert (dalam Srimindarti, 2004: 53) Kinerja perusahaan adalah suatu tampilan keadaan secara utuh atas perusahaan selama periode waktu tertentu, merupakan hasil atau prestasi yang dipengaruhi oleh kegiatan operasional perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya-sumber daya yang dimiliki.Kinerja merupakan suatu istilah secara umum yang digunakan untuk sebagian atau seluruh tindakan atau aktivitas dari suatu organisasi pada suatu periode dengan referensi pada sejumlah standar seperti biaya-biaya masa lalu atau yang diproyeksikan, dengan dasar efisiensi, pertanggungjawaban atau akuntabilitas manajemen dan semacamnya (Srimindarti, 2004). 2.2. Pengukuran Kinerja
Menurut Larry D. Stout (dalam Yuwono 2002) menyatakan bahwa pengukuran kinerja merupakan proses mencatat dan mengukur pencapaian pelaksanaan kegiatan dalam arah pencapaian misi (mission accomplishment) melalui hasil-hasil yang ditampilkan berupa produk, jasa ataupun suatu proses.
2.5 Pengertian Sistem Pengukuran Kinerja Organisasi Sektor Publik
Sistem pengukuran kinerja sektor publik adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu manajer publik menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur finansial dan non finansial.Sistem pengukuran kinerja dapat dijadikan sebagai alat pengendalian organisasi, karena pengukuran kinerja dapat diperkuat dengan menetapkan reward and punishment (Mardiasmo, 2002:121).
2.6.2.4. Penilaian Kinerja Rumah Sakit
Berdasar standar pengukuran jasa pelayanan kesehatan nasional (Depkes 2005), kinerja rumah sakit dinilai dari: 1. BOR (Bed Occupancy Rate)
Menunjukkan presentase tempat tidur yang dihuni dengan tempat tidur yang tersedia.
2. BTO (Bed Turn Over Rate) Menunjukkan perbandingan jumlah pasien keluar dengan rata-rata tempat tidur yang siap pakai.
3. TOI (Turn Over Interval) Menunjukkan rata-rata waktu luang tempat tidur.
4. ALOS (Average Length of Stay) Menunjukkan rata-rata lamanya seorang pasien dirawat inap.
5. GDR (Gross Death rate) Digunakan untuk mengetahui rata-rata kematian untuk tiap-tiap 1000 pasien keluar.
6. NDR (Net Death Rate) Digunakan untuk mengetahui rata-rata angka kematian >48 jam setelah dirawat untuk tiap-taip 1000 pasien keluar.
2.6.2.5. Indikator Kinerja Rumah Sakit
Indikator merupakan variabel ukuran atau tolok ukur yang dapat menunjukkan indikasi-indikasi terjadinya perubahan tertentu. Untuk mengukur kinerja rumah sakit ada beberapa indikator, yaitu :
1. Input : mengukur bahan/ alat/ sistem prosedur/ orang yang memberikan pelayanan. Misalnya : dokter, perlengkapan alat, prosedur tetap.
2. Proses: mengukur perubahan pada saat pelayanan. Misalnya ; kecepatan dan ketepatan pelayanan, keramahan pelayanan.
3. Output: menjadi tolok ukur pada hasil yang dicapai. Misalnya ; jumlah yang dilayani, jumlah pasien yang dioperasi, jumlah pasien yang sembuh.
4. Outcome: menjadi tolok ukur dan merupakan dampak dari hasil pelayanan.
5. Benefit: tolok ukur dari keuntungan yang diproleh pihak rumah sakit maupun penerima pelayanan atau pasien. Misalnya biaya pelayanan yang lebih murah, peningkatan pendapatan rumah sakit.
39
ISSN 1412-2936
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 43
6. Impact: tolok ukur dampak pada lingkungan atau masyarakat luas. Misalnya angka kematian ibu yang menurun, meningkatnya derajat kesehatan masyarakat, meningkatnya kesejahteraan karyawan.
Indikator-indikator tersebut di atas digunakan untuk mengukur mutu pelayanan kesehatan pada suatu rumah sakit. Berdasarkan SK MenKes RI No. 1457/Menkes/SK/X/2003, tentang Standard Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan di Kabupaten/Kota.
1.1.3 Balanced Scorecard 2.1.3.1 Konsep Balanced Scorecard
Balanced scorecard adalah suatu pendekatan untuk mengukur kinerja yang akan menilai kinerja keuangan dan kinerja bukan keuangan. Pemikiran dari Balanced Scorecard adalah mengukur kinerja serta target perusahaan dari empat sudut berbeda. Selama ini ukuran itu secara formal hanya untuk keuangan (finance) seperti menggunakan “Balanced Sheet” dan “Income Statement” atau dengan menghitung rasio-rasio keuangan seperti rasio likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas perusahaan. Pada konsep Balanced scorecard tidak hanya aspek keuangan (finance) saja yang menjadi tolak ukur kinerja perusahaan, ada tiga sudut pengukuran lain yang juga diperhitungkan aspek tersebut yaitu, Customer, Internal Business Process dan Learning & Growth.
1.1.3.2 Perspektif dalam Balanced Scorecard
Balanced Scorecard menunjukkan adanya pengukuran kinerja yang menggabungkan antara pengukuran keuangan dan non keuangan (Kaplan dan Norton,1996:47). Ada empat perspektif kinerja bisnis yang diukur dalam Balanced Scorecard, yaitu:
1. Perspektif keuangan (Financial Perspective)
Perspektif keuangan tetap menjadi perhatian dalam Balanced Scorecard, karena ukuran keuangan merupakan ikhtisar dari konsekuensi ekonomi yang terjadi yang disebabkan oleh pengambilan keputusan (Sugiyanto dan Anwar, 2003).Aspek keuangan menunjukkan apakah
perencanaan, implementasi dan pelaksanaan dari strategi memberikan perbaikan yang mendasar. Pengukuran kinerja keuangan mempertimbangkan adanya tahapan dari siklus kehidupan bisnis, yaitu ;
a. Growth (bertumbuh) b. Sustain (bertahan) c. Harvest (menuai) 2. Perspektif Pelanggan
Dalam perspektif ini perhatian perusahaan harus ditujukan pada kemampuan internal untuk peningkatan kinerja produk, inovasi dan teknologi dengan memahami selera pasar.Dalam perspektif ini peran riset pasar sangat besar. Suatu produk atau jasa harus bernilai bagi pelanggan atau potensial pelanggan, artinya memberikan manfaat yang lebih besar dan apa yang dikorbankan pelanggan untuk mendapatkannya.
Perspektif Proses Bisnis Internal
Dalam perspektif ini, perusahaan melakukan pengukuran terhadap semua aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan baik manajer maupun karyawan untuk menciptakan suatu produk yang dapat memberikan kepuasan tertentu bagi pelanggan dan juga para pemegang saham. Dalam hal ini perusahaan berfokus pada tiga proses bisnis utama yaitu:
a) Proses inovasi 1. Pengukuran terhadap proses inovasi
yang bersifat penelitian dasar dan terapan
2. Pengukuran terhadap proses pengembangan produk.
b) Proses Operasi c) Pelayanan Purna Jual 4. Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran
Kaplan (1996) mengungkapkan betapa pentingnya suatu organisasi bisnis untuk terus mempertahankan karyawannya, memantau kesejahteraan karyawan dan meningkatkan pengetahuan karyawan karena dengan meningkatnya tingkat pengetahuan karyawan akan meningkatkan pula kemampuan karyawan untuk berpartisipasi dalam pencapaian hasil ketiga perspektif diatas dan tujuan perusahaan. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan organisasi
40
ISSN 1412-2936
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 44
merupakan faktor pendorong dihasilkannya kinerja yang istimewa dalam tiga perspektif Balanced Scorecard.
III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Pembahasan Hasil Penelitian
4.1.1 Perspektif Keuangan
Pendanaan merupakan faktor penting dalam operasionalisasi rumah sakit dan diperoleh dari beberapa sumber.Sumber pembiayaan RSUD Pamekasan sebagian besar melalui penerimaan operasional rumah sakit baik melalui pasien umum, ASKES, JAMKESMAS, dan SKTM. Penerimaan dana fungsional tersebut ternyata tidak mencukupi untuk operasional rutin rumah sakit, untuk itu melalui Dana Alokasi Umum (DAU) Kabupaten Pamekasan dan Dekonsentralisasi (APBN) RSUD Pamekasan menerima bantuan atau subsidi dana untuk anggaran rutin dan proyek pembangunan. Uraiannya sebagai berikut:
a. Sumber Pembiayaan Rutin Sumber pembiayaan rutin
berasal dari penerimaan jasa layanan RSUD dan lain-lain pendapatan RSUD yang sah.
b. Sumber Pembiayaan Pembangunan Sumber pembiayaan
pembangunan berasal dari dana APBD, APBN dan dana shering cukai.
c. Lain-lain 1. Perkembangan Pertumbuhan
Pendapatan (Sales Growth Rate) Pertumbuhan pendapatan
dilakukan dengan cara membandingkan jumlah anggaran yang dianggarkan dengan realisasi anggaran pada RSUD Pamekasan. Setiap tahun anggaran RSUD Pamekasan menargetkan jumlah anggaran yang hendak dicapai tetapi kadang realisasi/ kenyataannya berbeda dengan apa yang diharapkan. Seperti dalam tabel di bawah ini.
Tabel 4.1 Pertumbuhan Pendapatan
RSUD Pamekasan Tahun 2012-2014
TTahun
Jumlah Anggaran (Rp) Realisasi Anggaran (Rp)
Pertumbuhan Pendapatan (%)
22011
- 15.653.491.307,00 -
22012
18.142.730.000,00 19.011.172.037,00 22%
22013
20.852.045.618,00 25.816.111.998,00 35%
22014
28.080.000.000,00 37.032.843.043,00 43%
Sumber: Data RSUD yang diolah
Berdasarkan tabel 4.1 bahwa realisasi penerimaan RSUD Pamekasan pada tahun 2011-2012 realisasi penerimaan mengalami peningkatan begitu pula pada tahun 2013. Untuk perhitungan perkembangan pertumbuhan pendapatan RSUD Pamekasan 2012-2014 perkembangan pertumbuhan
pendapatan mengalami peningkatan signifikan sebesar 13% begitu juga pada tahun 2012 perkembangan pertumbuhan mengalami pertumbuhan sebesar 8% dari tahun sebelumnya yaitu 35% pada tahun 2013 naik menjadi 43% pada tahun 2014.
41
ISSN 1412-2936
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 45
Tabel 4.2
Rincian Penerimaan RSUD Pamekasan Tahun 2012-2014
(dalam rupiah)
TTahun Rawat Jalan Rawat Inap Farmasi Jumlah
22012 2.399.200.123 14.242.932.510 2.369.039.404 19.011.172.037
22013 3.019.522.543 20.235.119.232 2.561.470.223 25.816.111.998
22014 5.524.571.981 28.798.325.000 2.709.946.062 37.032.843.043
Sumber: Bagian Keuangan RSUD Pamekasan
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa dari tiga sumber penerimaan selama tiga tahun, yaitu tahun 2012 sampai dengan tahun 2014 penerimaan terbesar dari RSUD Pamekasan terbesar berasal dari rawat inap sebesar Rp.14.242.932.510 di tahun
2012, Rp. 20.235.119.232 di tahun 2013 dan Rp. 28.798.325.000 di tahun 2014. Pada rawat jalan dan farmasi juga memberikan kontribusi dalam penerimaan RSUD Pamekasan dengan perkembangan yang terus meningkat.
2. PengeluaranBelanja RSUDPamekasan Tabel 4.3
Pengeluaran RSUD Pamekasan Belanja langsung Tahun 2012-2014
Tahun Jumlah Anggaran (Rp) Realisasi Anggaran (Rp)
Kecenderungan Belanja Pertahun (%)
2012 32.462.934.426,00 30.413.945.270,00 93,68
2013 43.493.558.096,00 35.083.550.043,00 80,66
2014 46.331.198.656,00 44.398.158.517,00 95,65
Sumber: Data RSUD yang diolah
Pada tabel 4.3 menunjukkan bahwa realisasi anggaran belanja RSUD Pamekasan dari tahun 2012 sampai 2014 mengalami peningkatan terus menerus.
42
ISSN 1412-2936
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 46
Tabel 4.4 Rincian Realisasi Anggaran Biaya
RSUD Pamekasan Tahun 2012-2014
(dalam rupiah)
Tahun Belanja Tidak Langsung Gaji Pegawai
Belanja Langsung Belanja Barang dan Jasa
Jumlah
2012 11.625.336.641,00 30.413.945.270,00 42.039.281.911,00
2013 13.625.969.152,00 35.083.550.043,00 48.709.519.195,00
2014 16.275.119.174,00 27.728.342.008,00 44.003.461.182,00
Sumber: Data RSUD yang diolah
Pada tabel di atas menunjukkan bahwa belanja terbesar adalah belanja langsung yaitu belanja barang dan jasa.Dari tiap-tiap bagian pengelola anggaran yang ada di RSUD Pamekasan yang diperlihatkan pada tabel di atas ada dua macam
belanja yang dikeluarkan oleh rumah sakit.
3. Perbandingan Antara Anggaran dan Realisasi Penerimaan RSUD Pamekasan
Tabel 4.5
Perbandingan Anggaran dan Realisasi Penerimaan
RSUD Pamekasan
Tahun 2012-2014
TTahun
Anggaran Penerimaan (Rp)
Realisasi Penerimaan (Rp)
Selisih (Rp) Realisasi dibagi Anggaran (%)
22012 18.142.730.000,00 19.011.172.037,00 868.442.037 124
22013 20.852.045.618,00 25.816.111.998,00 4.964.066.380 123
22014 28.080.000.000,00 37.032.842.043,00 8.952.843.043 132
Sumber: Data RSUD yang diolah
Pada tabel di atas terlihat bahwa pada tahun 2012-2014 realisasi penerimaan lebih besar dari anggaran yang telah ditentukan. Pencapaian penerimaan tahun 2012-2014 berturut-turut adalah sebesar 104%,123% dan 132%. Selisih antara anggaran dan realisasi penerimaan
RSUD Pamekasan tahun 2012 bisa dikatakan tidakl besar, dari anggaran yang telah ditetapkan oleh pihak rumah sakit.
4. Perbandingan antara Pendapatan dan Belanja (CRR: Cost Recovery Rate)
43
ISSN 1412-2936
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 47
Cost Recovery Rate adalah ukuran profitabilitas yang digunakan untuk mengetahui berapa besar perbandingan antara pendapatan fungsional pada RSUD Pamekasan terhadap pengeluaran belanja yang
dilakukan.Dalam perbandingan ini dapat dilihat sejauh mana kemampuan RSUD Pamekasan untuk memenuhi kebutuhannya.Rumus CRR adalah pendapatan dibagi belanja.
Tabel 4.6 Perkembangan Cost Recovery
RSUD Pamekasan Tahun 2012-2014
Tahun Pendapatan (Rp) Belanja (Rp) Cost Recovery (%)
2012 19.011.172.037,00 42.039.281.911,00 45,22
2013 25.816.111.998,00 48.992.706.117,00 52,69
2014 37.032.842.043,00 53.741.420.882,00 68,90
Sumber: Data RSUD yang diolah
Pada tabel di atas menunjukkan bahwa belanja di RSUD Pamekasan selama tahun 2012-2014 jauh diatas pendapatan. Dalam cost recovery rate semuanya di bawah
70% yaitu masing-masing dari tahun 2012 sebesar 45,22% dan tahun 2013 naik menjadi 52,69% dan tahun 2014 naik lagi menjadi 68,90%.
5. Ratio Ekonomis Rasio Ekonomi adalah rasio yang menggambarkan kehematan dalam penggunaan
anggaran yang mencakup pengelolaan secara hati-hati dan cermat serta tidak boros.
Tabel 4.7 Perbandingan Anggaran dan Realisasi Belanja
RSUD Pamekasan Tahun 2012-2014
TTahun Anggaran Belanja (Rp) Realisasi Belanja (Rp) Selisih (Rp)
22012 45.511.975.345,00 42.039.281.911,00 3.472.693.437,00
22013 37.759.429.511,00 48.992.706.117,00 (11.233.276.605,00)
22014 63.807.690.356,00 53.741.420.882,00 10.066.269.474,00
Sumber: Data RSUD yang diolah
Dari tabel di atas terlihat bahwa terjadi kenaikan yang sangat signifika pada tahun 2012 sebesar 129,7%. Rata-rata dari tahun 2012 sampai dengan 2014 terjadi kenaikan realisasi belanja di RSUD Pamekasan.
4.2.2. Perspektif Pelanggan
Dari sisi kinerja pelanggan sasaran strategik RSUD Pamekasan diantaranya meningkatkan citra RSUD Pamekasan menjadi lebih baik. Langkah-langkah yang dilakukan dengan cara melaksanakan kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan pelayanan di RSUD Pamekasan yaitu :
44
ISSN 1412-2936
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 48
1. Kebijakan Biaya Pengobatan Pasien Dalam hal ini RSUD Pamekasan
memberikan kebujakan pelayanan kesehatan terhadap orang miskin atau orang tidak mampu, yaitu dengan tidak adanya pungutan biaya atau uang jaminan apapun yang diberikan ke RSUD Pamekasan untuk melakukan pengobatan dan rawat inap. Orang miskin atau orang tidak mampu tersebut dapat berobat secara gratis dan tidak dipungut biaya dengan menggunakan kartu Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS), Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) dan Asuransi Kesehatan (ASKES) yang sekarang diganti BPJS. Dimana pembiayaan untuk masyarakat miskin tersebut telah dijamin dan pembiayaannya ditanggung oleh pemerintah yaitu Dinas Kesehatan Pamekasan/ Propinsi.Kartu JAMKESMAS tersebut diperoleh oleh masyarakat miskin dari pembagian di kelurahan/ desa masing-masing yang sebelumnya petugas kelurahan/ desa melakukan pendataan terhadap masyarakat miskin tersebut. Untuk SKTM hanya berlaku untuk masyarakat Kabupaten Pamekasan jika masyarakat dari kabupaten lain tidak bisa menggunakan SKTM di RSUD Pamekasan.
a. Kebijakan Poliklinik
Pada poliklinik yang ada di RSUD Pamekasan, pasien miskin atau tidak mampu tersebut juga tidak perlu mengeluarkan biaya untuk melakukan pengobatan dan pelayanan kesehatan, tetapi harus menunjukkan kartu JAMKESMAS atau SKTM dan setelah pengobatan selesai pasien dapat melakukan perwatan selanjutnya di rumah.RSUD Pamekasan mempunyai prosedur penyediaan dan pemberian obat kepada pasien yang berbeda-beda.
b. Kebijakan Rawat Inap Dalam prosedur rawat inap RSUD
Pamekasan mempunyai kebijakan-kebijakan tertentu yaitu seperti pemisahan ruang atau kelas bagi pasien yang melakukan rawat inap.Kategori pasien yang melakukan pengobatab dan rawat inap tidak dipungut biaya adalah seperti keluarga miskin atau tidak mampu dengan syarat mempunyai kartu JAMKESMAS atau SKTM.Pihak RSUD Pamekasan menempatkan mereka khusu di kelas tiga. Untuk PNS yang menggunakan kartu BPJS tidak semuanya diberikan kelas yang sama, penggunaan fasilitas rawat inap untuk PNS yang menggunakan BPJS ditetapkan berdasarkan golongan kepangkatan dari PNS tersebut.
Tabel 4.8
Jumlah Kunjungan IGD
RSUD Pamekasan
Tahun 2012-2014
JJumlah pasien
NNo. TTahun Umum Asuransi
ASKES Asuransi lainnya
jamkesmas jamsostek SPM Lain-
OLlain
TTotal
1 22012 3697 1690 5522 10909
2 22013 4015 1880 4225 1259 11379
3 22014 4253 2216 7465 166 14100
Sumber: buku laporan tahunan RSUD
45
ISSN 1412-2936
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 49
Tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah pasien di RSUD Pamekasan berdasarkan jenis pasiennya dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Dari cara pembayaran pasien dapat dilihat bahwa kenaikan yang dialami pada pasien JAMKESMAS sangat signifikan pada tahun 2014 sebesar 7465 pasien pengguna JAMKESMAS.
1. Kemampuan Meraih Konsumen Baru Secara umum perusahaan yang ingin
menumbuhkan bisnis menetapkan sebuah tujuan berupa peningkatan basis pelanggan dalam segmen sasaran.Akuisisi pelanggan dapat diukur dengan banyaknya jumlah pelanggan baru atau jumlah penjualan kepada pelanggan baru di segmen yang ada. Maka dari itu jumlah pelanggan pada RSUD Pamekasan adalah kemampuan meraih konsumen baru
.
Tabel 4.9 Jumlah Kunjungan Instalasi Rawat Jalan
RSUD Pamekasan Tahun 2012-2014
Uraian
Tahun Jumlah pasien baru Jumlah pasien lama Total pasien
2012 27387 18354 45741
2013 23637 28101 51738
2014 21031 18088 39119
Sumber: buku laporan tahunan RSUD
Berdasarkan data di atas bahwa kemampuan dalam memperoleh pelanggan baru pada RSUD Pamekasan cukup bagus. Hal ini dapat dilihat dalam perkembangannya, pada tahun 2012 kemampuan dalam memperoleh pelanggan menunjukkan angka 59% dan pada tahun 2013 sebesar 45% hal
tersebut mengalami penurunan tetapi pada tahun 2014 kembali mengalami perkembangnan sebesar 53%.
2. Kemampuan Mempertahankan Pelanggan
Tabel 4.10 Jumlah Kunjungan Instalasi Rawat Jalan
RSUD Pamekasan Tahun 2012-2014
TTahun Uraian
Jumlah pasien baru Jumlah pasien lama Total pasien
22012 27387 18354 45741
22013 23637 28101 51738
22014 21031 18088 39119
Sumber: buku laporan tahunan RSUD
46
ISSN 1412-2936
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 50
Berdasarkan data di atas kemampuan RSUD Pamekasan dalam mempertahankan pelanggan cukup bagus. Hal ini dapat dilihat pada tingkat retensi pelanggan pada tahun 2012 menunjukkan angka sebesar 40% dan mengalami perkembangan pada tahun 2013 yang menunjukkan perkembangan sebesar 54%, tetapi pada tahun 2014 mengalami penurunan sebesar 46%.
3. Kepuasan Pelanggan Basis dari perspektif ini adalah
menciptakan konsumen yang mampu menghasilkan finansial return tinggi. Hal tersebut dapat terwujud jika perusahaan memperhatikan proses (aspek waktu, kualitas, kinerja, dan layanan) dan hasilnya berupa ukuran hasil (out come measure) sebagai parameter perspektif ini.
4. Perspektif Proses Bisnis Internal Pada pengukuran kinerja dari
perspektif proses bisnis internal di RSUD Pamekasan ada beberapa indikator yang digunakan salah satunya kemampuan rumah sakit untuk melakukan inovasi. Pada pencapaian kinerja dapat dilihat dari beberapa indikator pelayanan.Untuk melihat kemampuan dalam melakukan pelayanan publik dilihat dari jumlah komplain yang masuk, yang terakhir dari pelayanan purnajual yang dilakukan pihak RSUD Pamekasan.
1. Inovasi Inovasi yang sedang dilakukan oleh
RSUD Pamekasan yaitu dengan upaya-upaya peningkatan manajemen dan pelayanan penunjang. Adapaun rencana yang akan dan sedang dilakukan dalam peningkatan pelayanan secara terperinci antara lain:
a. Manajemen Manajemen pada pihak Rumah Sakit Umum Daerah Pamekasan sudah menjadi BLUD (Badan Layanan Umum Daerah) terhitung bulan Desember 2010. Pada undang-undang rumah sakit No.44 Tahun 2009 bahwa setiap rumah sakit harus melaksanakan PPK BLUD (Pola Pengembangan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah) maka dari itu semua rumah sakit harus menyesuaikan diri terhadap peraturan perundang-undangan tersebut dalam waktu dua tahun dari ditetapkannya. Dengan
undang-undang tersebut rumah sakit yang pengelolaanya sudah menerapkan BLUD maka rumah sakit tersebut diberikan fleksibelitas yaitu jasa layanan bisa langsung digunakan sebagai dana operasional dan fleksibilitas dalam pengadaan barang dan jasa yang mana pengadaan barang dan jasa sealain menggunakan Perpres No. 54 Tahun 2010 tentang pengadaan barang dan jasa, maka demi efektifitas, efisiensi dan transparansi untuk memudahkan operasional dibolehkan dengan menggunakan Perbup (Peraturan Bupati) tentang pengadaan barang dan jasa.
b. Pelayanan 1. Pengembangan alat-alat kesehatan
seperti CT SCAN yang fungsinya untuk menegakkan diagnosa supaya pengobatan sesuai dengan penyakitnya. Selama ini jika ada kasus-kasus yang tidak terdeteksi dengan foto polos/ rontgen biasanya langsung dikirim ke Surabaya dengan adanya alat ini diharapkan tingkat frekuensi rujukan dari RSUD Pamekasan ke rumah sakit tipe A (RSUD dr. Soetomo) dapat diminimalisir.
2. Ruang hemodialisa (ruang cuci darah) sudah dibangun dari APBD Tahun 2010 dan untuk alatnya sudah dipersiapkan pada tahun 2011. Dari segi SDM (Sumber Daya Manusia) pihak rumah sakit sudah menyiapkan dokter spesialis penyakit dalam. Pada pihak RSUD Pamekasan sudah ada tiga orang dokter spesialis penyakit dalam.
3. Bank darah yang merupakan bank/ unit untuk menyimpan darah di rumah sakit, pihak rumah sakit bekerja sama dengan UTD (Unit Tranfusi Darah) Kabupaten Pamekasan dan sekaligus bekerjasama dengan UTD Kabupaten Sampang (sebagai Kabupaten terdekat).
4. USG tiga dimensi alat ini berfungsi untuk mendeteksi penyakit yang berhubungan dengan rongga perut. Alat ini sangat membantu sekali apabila dengan foto polos/ rontgen tidak terdeteksi maka dengan alat ini dapat terdeteksi sehingga pasien
47
ISSN 1412-2936
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 51
akan lebih mudah mendapatkan informasi dan perawatan lebih lanjut.
2. Indikator Pelayanan Rawat Inap Untuk mengukur kinerja
pelayanan pada RSUD Pamekasan diukur dengan menggunakan enam
indikator.Enam indikator tersebut dapat dipakai untuk mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu, dan efisiensi pelayanan rumah sakit. Berikut data sensus harian rawat inap, yaitu:
Tabel 4.12 Instalasi Rawat Inap RSUD Pamekasan Tahun 2012-2014
No Uraian Tahun Jumlah Rerata
2012 2013 2014
1. Jumlah TT 145 145 208 498 166
2. Jumlah pasien masuk 10662 12934 14468 38064 12688
3. Jumlah pasien keluar hidup 9962 12185 12368 34515 11505
4. Jumlah pasien keluar mati 641 751 795 2187 729
5. Pasien mati < 48 jam 269 369 583 1221 407
6. Pasien mati > 48 jam 372 382 212 966 322
7. Jumlah lama dirawat 41143 53310 58843 153296 51099
8. Jumlah hari perawatan 31988 42128 45408 119524 39841
Sumber: Laporan tahunan RSUD
1. Indikator Bed Turn Over Ratio (BTO) BTO (angka perputaran tempat tidur)
menurut Depkes RI (2005) adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada suatu periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu. Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali. Indikator BTO bertujuan untuk mengukur peningkatan dengan perbandingan antara jumlah pasien yang keluar dengan tempat tidur yang siap dipakai.
Berdasarkan hasil perhitungan, dapat dilihat bahwa nilai BTO dari tahun 2012-2014 mengalami peningkatan sebesar 16,09 kali (73,12 – 89,21 = 16,09). Hasil perhitungan tersebut menunjukkan
bahwa tingkat perputaran tempat tidur yang terisi di RSUD Pamekasan terus meningkat, yang berarti jumlah pasien yang dapat ditangani oleh RSUD Pamekasan semakin banyak, karena pada tahun 2013 terjadi peningkatan pasien sebesar 16,09 kali jika dibandingkan dengan tahun 2012. Pada tahun 2014 terjadi penurunan pada tingkat perputaran tempat tidur, yang berarti jumlah pasien yang dapat tertangani semakin sedikit karena pada tahun 2014 terjadi penurunan sebesar 28,83 kali (89,21 – 69,38 = 28,83).
2. Indikator Gross Death Rate (GDR)
48
ISSN 1412-2936
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 52
Gross death rate menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian umum untuk setiap 1000 penderita keluar.Indikator GDR bertujuan untuk mengukur penurunan atau kenaikan jumlah pasien yang meninggal dunia di RSUD Pamekasan, GDR diukur dengan membandingkan antara pasien meninggal dunia dengan jumlah pasien keluar (hidup+mati).
Berdasarkan hasil perhitungan dapat dilihat bahwa nilai GDR pada RSUD Pamekasan dari tahun 2012 sampai tahun 2013 mengalami penurunan, hal ini menunjukkan bahwa kinerja RSUD Pamekasan dalam hal perawatan, pencegahan, kecepatan penanganan serta keamanan terhadap pasien baik dan memuaskan karena jumlah pasien di RSUD Pamekasan yang meninggal dapat diminimalisir selain itu pada tahun 2013 sampai tahun 2014 juga terjadi penurunan.
3. Indikator Net Death Rate (NDR) Net Death Rate menurut Depkes
RI (2005) adalah angka kematian >48 jam setelah dirawat. Indikator ini memberikan mutu pelayanan di rumah sakit.NDR bertujuan untuk mengukur penurunan atau kenaikan jumlah pasien yang meninggal setelah dirawat di RSUD Pamekasan. NDR diukur dengan membandingkan antara jumlah pasien yang meninggal setelah dirawat selama lebih dari 48 jam dengan jumlah untuk tiap pasien yang keluar dari rumah sakit.
Dari hasil perhitungan, terlihat bahwa nilai NDR dari tahun 2012 hingga tahun 2013 mengalami penurunan, ini menunjukkan bahwa kinerja RSUD Pamekasan dalam hal perawatan intensif dan keamanan terhadap pasien memuaskan, berbada dengan tahun 2013-2014 yang mengalami kenaikan, hal ini menunjukkan kinerja yang ditunjukkan RSUD Pamekasan dalam hal perawatan intensif dan keamanan terhadap pasien kurang memuaskan karena jumlah pasien yang meninggal setelah dirawat di RSUD Pamekasan selama lebih dari 48 jam belum dapat diminimalisir.
4. Indikator Bed Occupacion Rate (BOR)
Bed Occupacion Rate (angka penggunaan tempat tidur) menurut Depkes RI (2005), BOR adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu.Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85%.Indikator BOR bertujuan untuk mengukur pemakaian tempat tidur yang dipergunakan untuk melihat berapa banyak tempat tidur di RSUD Pamekasan yang digunakan pasien.
Dari hasil perhitungan yang disajikan, dapat dilihat bahwa nilai BOR dari tahun 2009-2010 mengalami kenaikan, hal ini menunjukkan bahwa kinerja RSUD Pamekasa baik karena bertambahnya pemakaian tempat tidur di rawat inap. Pada tahun 2013-2014 mengalami penurunan.
5. Indikator Average Length of Stay (ALOS) Average Length of Stay (rata-rata
lamanya pasien dirawat) menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata lama rawat seorang pasien.Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan lebih lanjut.Secara umum nilai ALOS yang ideal antara 6-9 hari.Indikator ALOS digunakan untuk mengukur rata-rata lama perawatan pasien di RSUD Pamekasan.
Dari perhitungan dapat dilihat, bahwa nilai ALOS dari tahun 2009-2010 mengalami kenaikan.Hasil perhitungan berarti menunjukkan bahwa rata-rata lama pasien dirawat pada RSUD Pamekasan terus meningkat yang berarti bahwa lamanya pasien dirawat masih dapat diminimalisir karena masih berada di bawah angka ideal (3-12 hari).Pada tahun 2013-2014 nilai ALOS mengalami penurunan.
6. Indikator Turn Over Interval (TOI) Turn Over Interval (tenggang
perputaran) menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati. Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur.Idealnya tempat tidur kosong
49
ISSN 1412-2936
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 53
tidak terisi pada kisaran 1-3 hari. Indikator TOI adalah waktu rata-rata suatu tempat tidur kosong atau waktu antara satu tempat tidur ditinggalkan oleh pasien sampai ditempati lagi oleh pasien lain di RSUD Pamekasan.
Dari hasil perhitungan terlihat bahwa TOI dari tahun 2012-2013 mengalami penurunan. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa tempat tidur kosong
pada RSUD Pamekasan mengalami penurunan, yang berarti bahwa kinerja RSUD Pamekasan dalam hal perawatan, pencegahan, terhadap pasien sudah baik dan memuaskan karena jumlah pasien yang melakukan rawat inap sudah diminimalisir. Pada tahun 2014 mengalami peningkatan. Hasil perhitungan indikator-indikator selama tahun 2012-2014 disajikan dalam tabel di bawah ini:
Tabel 4.13 Kinerja RSUD Pamekasan
Berdasarkan Indikator Mutu Pelayana Tahun 2012 – 2014
TTahun IIndikator
OR TOI BTO ALOS GDR NDR
22012 60,44 1,97 73,12 3,88 6,04 3,5
22013 79,59 0,83 89,21 4,12 5,8 2,95
22014 59,81 2,11 69,38 4,07 5,5 4,03
JJumlah 199,84 4,91 231,71 12,07 173,51 104,92
RRerata 66,61 1,64 77,24 4,02 57,84 34,97
Sumber: data RSUD yang diolah
3. Komplai Dan Saran Untuk mengetahui adanya komplain
yang terjadi di RSUD Pamekasan, pihak rumah sakit menyediakan sms pengaduan untuk menampung keluh kesah/ komplain dari masyarakat atau pasien.Penanganan terhadap komplain pasien masih belum seperti di rumah sakit swasta, dimana ada kotak saran untuk menyediakan komplain pasien.Komplain pasien tersebut biasanya dibahas dalam rapat untuk dievaluasi.
Pelayanan komplain pasian oleh pihak RSUD Pamekasan selama ini belum dilakukan secara optimal karena belum ada tenaga khusus yang menangani komplain pasien. Setiap bisnis mempunyai rangkaian proses tertentu untuk menciptakan nilai bagi pelanggan dan memberikan hasil finansial yang baik.
4. Layanan Purna Jual
Setiap pasien yang berobat ke rumah sakit selalu diberi kartu pengunjung yang gunanya setiap mau berobat kartu tersebut harus dibawa sehingga pengobatan terhadap pasien dapat terstruktur.Selain itu pada setiap jaminan dari pihak ketiga baik yang berupa JAMKESMAS, BPJS, dan SKTM (Surat Keterangan Tidak Mampu dalam hal ini harus bersifat emergency) selalu dilayani dengan peraturan-peraturan yang ada.
4.2.4. Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran Dalam mengukur perspektif
pertumbuhan dan pembelajaran digunakan beberapa indikator yaitu pengukuran tingkat retensi karyawan, kedisiplinan dan pendidikan serta pelatihan. Pengukuran tersebut disajikan dalam data di bawah ini:
1. Tingkat Retensi Karyawan
50
ISSN 1412-2936
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 54
Untuk mengukur tingkat retensi karyawan diambil data mengenai turnover yang terjadi selama tiga tahun yaitu tahun 2012-2014 di RSUD Pamekasan. Kemudian dihitung labour turn over dengan rumus sebagai berikut:
Jumlah karyawan yg keluar
Ratensi Karyawan = -------------X100%
Total jumlah karyawan
Berikut ini adalah rincian pegawai atau karyawan yang ada di RSUD Pamekasan selama tahun 2012 – 2014:
Tabel 4.14 Turn Over Karyawan
RSUD Pamekasan Tahun 2012
No.
Jenis Keterangan Awal Tahun
Masuk Keluar Akhir Tahun
1 Tenaga Struktural 20 - - 20
2. Tenega Fungsional 175 - - 175
3. Staf Administrasi 121 - - 121
4. CPNS 85 - - 85
5. Tenaga Honor 19 - - 19
6. Tenaga Kontrak 5 - - 5
TOTAL 425 0 0 425
Sumber: Sub Bagian Kepegawaian
Tabel 4.15 Turn Over Karyawan
RSUD Pamekasan Tahun 2013
No Jenis Keterangan AAwal Tahun
MMasuk
KKeluar
Akhir Tahun
1. Tenaga Struktural 20 - 1 19
2. Tenega Fungsional 175 32 - 207
3. Staf Administrasi 121 4 - 125
4. CPNS 85 - 3 82
5. Tenaga Honor 19 - 10 9
6. Tenaga Kontrak 5 - - 5
TOTAL 425 36 14 447
Sumber: Sub Bagian Kepegawaian
51
ISSN 1412-2936
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 55
Tabel 4.16 Turn Over Karyawan
RSUD Pamekasan Tahun 2014
NNo
Jenis Keterangan Awal Tahun
Masuk Keluar Akhir tahun
11 Tenaga Struktural 19 - 1 18
22 Tenega Fungsional 207 10 - 217
33 Staf Administrasi 125 - - 125
44 CPNS 82 - 43 39
55 Tenaga Honor 9 3 - 12
66 Tenaga Kontrak 5 - - 5
TOTAL 447 13 44 416
Sumber: Sub Bagian Kepegawaian
Tingkat retensi karyawan pada tahun 2012 adalah 0%. Pengukuran retensi karyawan tahun 2013 sebesar 3,13% dan pengukuran retensi karyawan tahun 2014 sebesar 10,57%. Perhitungan pada retensi karyawan tahun 2012 sampai 2014 terjadi peningkatan, hal ini kurang baik terhadap pertumbuhan RSUD Pamekasan, sebab jika sebuah organisasi terus-terusan mengalami peningkatan dalam melakukan rotasi karyawan maka organisasi tersebut harus memberikan pelatihan dan pembelajaran kembali kepada karyawan baru, hal ini akan mengakibatkan kinerja sebuah organisasi akan menurun.
2. Absensi Karyawan Untuk mengetahui tingkat
kedisiplinan para karyawan RSUD Pamekasan maka hal tersebut dilihat dari lembar presensi karyawan. Hal ini dilakukan dengan cara wawancara dengan Sub Bagian Personalia dan Hukum (R. Abdul Kadir Damanhuri, S.Sos M.Si). Presensi di RSUD Pamekasan masih menggunakan tanda tangan atau paraf kehadiran pegawai. Untuk keterlambatan pegawai sangsi berupa teguran langsung dan tidak langsung, teguran tidak langsung berupa pemberian
surat teguran kepada karyawan yang bersangkutan. Pada umumnya disiplin pegawai sudah cukup tinggi di RSUD Pamekasan.
Jam kerja RSUD Pamekasan dari jam 07.00 – 14.00 wib pada hari senin sampai dengan hari Jumat, sedangkan khusus untuk hari Sabtu jam 07.00 – 13.00 wib. Untuk membantu memonitor kontrol di setiap unit, setiap bulannya dipantau oleh Sub Bagian Personalia dan Hukum melalui lembaran presensi.
3. Pelatihan dan Pendidikan Lanjutan
Sumber daya manusia yang ada di RSUD Pamekasan harus berkualitas dan memiliki kemampuan serta integritas yang baik, untuk itu setiap tahun RSUD Pamekasan mangadakan pelatihan atau pendidikan lanjutan bagi para pegawainya, baik untuk medis maupun paramedis. Pelatihan dan pendidikan lanjutan yang ada di RSUD Pamekasan diantaranya:
1. Pelatihan lanjutan bagi pegawai RSUD Pamekasan .
2. Pendidikan lanjutan bagi para pegawai RSUD Paamekasan.
52
ISSN 1412-2936
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 56
Tabel 4.17 Pendidikan Lanjutan Swadana
RSUD Pamekasan Tahun 2012 – 2014
Jenis pendidikan
Tahun Manajemen Kesehatan dan Manajemen Lainnya (S2)
Keperawatan, Kebidanan dan Kesehatan Masyarakat (S1)
Kesehatan Lingkungan dan Elektro Medis (D4)
Kebidanan dan Gizi (D4)
2012 - - - -
2013 2 9 1 2
2014 3 31 2 3
Sumber: Hasil wawancara dengan bagian kepegawaian RSUD Pamekasan
53
ISSN 1412-2936
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 57
Analisis Hasil Penelitian Setelah dilakukan pengukuran kinerja
pada masing-masing perspektif dengan pendekatan balanced scorecard, maka dapat diketahui gambaran pada masing-masing indikator kinerjanya. Adapun hasil pengukuran masing-masing indikator adalah sebagai berikut:
1. Perspektif Keuangan Secara umum pada perspektif
keuangan menunjukkan hasil memuaskan karena dari olah data keuangan yang ada terlihat bahwa telah terjadi peningkatan pendapatan di RSUD Pamekasan dari tahun ke tahun.Anggaran yang lebih besar dari tahun sebelumnya ternyata dapat menambah pendapatan rumah sakit. Untuk belanja yang dilakukan oleh RSUD Pamekasan mengalami kenaikan anggaran dan realisasinya, hal ini dianggap wajar karena RSUD Pamekasan adalah satu-satunya rumah sakit rujukan yang ada di Madura sehingga tuntutan tinggi untuk memberikan pelayanan jasa kesehatan optimal bagi masyarakat serta untuk menjadi salah satu organisasi publik yang bertujuan non profit oriented menjadi alasan untuk penambahan belanja RSUD Pamekasan. Dilihat dari hasil olahan data, kenaikan anggaran dan realisasi belanja RSUD Pamekasan mengalami kenaikan terutama untuk belanja pegawai dan untuk belanja barang dan jasa. Penambahan pada kedua poin pokok tersebut diharapkan akan sejalan dengan peningkatan kinerja RSUD Pamekasan selanjutnya.
2. Perspektif Konsumen Kinerja pada perspektif konsumen
secara umum sudah sesuai dengan yang diharapkan, hal ini dapat dilihat dari pemberian kebijakan-kebijakan tertentu pada pasien miskin atau tidak mampu, dengan penggunaan kartu JAMKESMAS atau melakukan pengobatan dan penggunaan kartu ASKES untuk PNS. Pihak rumah sakit memberlakukan
penggunaan kartu yang sama untuk melakukan rawat inap dan pengobatan di poliklinik. Begitu pula pada kemampuan untuk meraih pelanggan baru RSUD Pamekasan menunjukkan tingkat pertumbuhan yang baik dari tahun ke tahun dan kemampuan dalam mempertahankan pelanggan sempat mengalami penurunan pada tahun 2014.Pada kepuasan pelanggan pihak RSUD juga bisa dikatakan baik.
3. Perspektif Proses Bisnis Internal RSUD Pamekasan telah
melakukan inovasi sesuai dengan kemampuan pelanggan dengan penambahan beberapa jenis pelayanan, seperti hemodialisa (ruang cuci darah), bank darah, USG 3 Dimensi, dan CT SCAN. Dari pengukuran dengan enam indikator yaitu BTO, GDR, NDR, BOR, ALOS dan TOI secara umum memperlihatkan bahwa kinerja pelayanan RSUD Pamekasan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, hai ini juga dapat mempengaruhi peningkatan kepercayaan konsumen untuk berobat di RSUD Pamekasan. Dalam segi penanganan komplain pasien belum bisa tertangani dengan baik.Pada pelayanan purna jual berjalan sesuai dengan regulasi yang ada.
4. Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran
Pada perspektif pertumbuhan dan pembelajaran, diketahui bahwa pegawai di RSUD Pamekasan menunjukkan kapabilitas kerja yang baik, walaupun dari angka turn over selama dua tahun mengalami peningkatan. Kemampuan RSUD Pamekasan untuk mempertahankan hubungan baik dengan pegawai bisa dikatakan berhasil, yang nantinya hal ini akan berdampak pada loyalitas pegawai. Pada pelatihan dan pendidikan lanjutan, pihak RSUD Pamekasan telah melakukan dengan baik dengan adanya pengiriman pelatihan
54
ISSN 1412-2936
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 58
pegawai medis dan paramedis, serta pendidikan lanjutan bagi anggota medis.
4.2.6. Hubungan Antar Empat Perspektif Balanced scorecard yang baik harus
mampu mengintegrasikan antara visi dan misi dengan strategi organisasi ke dalam empat perspektif.Empat perspektif tersebut merupakan barometer untuk mengukur kinerja RSUD Pamekasan. Kekoherenan startegik objektif pada setiap organisasi dapat dievaluasi dengan mencari hubungan sebab akibat antara strategik objektif perspektif tertentu dengan perspektif lainnya, mulai dari perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal, serta perspektif pembelajaran dan pertumbuhan.
Dari penjabaran rencana startegis RSUD Pamekasan ke depan ke dalam pencapaian peningkatan kepuasan pelanggan (pasien) dilakukan melalui kepuasan pelanggan dengan cara penilaian pasien terhadap pelayanan RSUD Pamekasan. Serta bagaimana akuisisi pelanggan baru dan pelanggan lama yang diukur dengan jumlah pelanggan RSUD Pamekasan pada tahun 2012 sampai tahun 2014.
Untuk mewujudkan kepuasan pelanggan maka diperlukan pelayanan yang baik melalui perspektif proses bisnis internal yang dilakukan dengan cara melakukan inovasi. Inovasi tersebut berupa program-program unggulan berupa kemudahan dan fasilitas yang canggih guna kepentingan pasien. Proses operasional yang dilakukan dengan cara kecukupan sarana dan prasarana dan pengembangan kerja sama serta pengembangan jaminan mutu sebagai proses penyampaian jasa kepada pelanggan.
Agar perspektif proses bisnis internal dapat terlaksana maka diperlukan pemberdayaan sumber daya manusia yang dapat mendorong kinerja menjadi lebih baik melalui perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. Dalam perspektif ini dilakukan peningkatan kemampuan karyawan
diwujudkan dengan retensi karyawan, kedisiplinan karyawan dan pendidikan dan pelatihan karyawan.Dari ketiga perspektif di atas, tentunya diperlukan sumber-sumber pendanaan yang merupaka bagian dari perspektif keuangan.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
Berdasarkan data yang diperoleh dan analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Rumah Sakit Umum Daerah Pamekasan memungkinkan untuk menerapkan Balanced Scorecard, karena dengan Balanced Scorecard semua aspek dapat diukur. Penerapan Balanced Scorecard dimungkinkan karena rumah sakit telah memformulasikan visi, misi dan strateginya, dan hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja rumah sakit dikatakan cukup baik dengan menggunakan Balanced Scorecard.
2. Pihak Rumah Sakit masih kurang dalam memberikan pelatihan/seminar yang bermanfaat bagi para karyawannya, padahal kegiatan pelatihan tersebut akan berguna dalam mengembangkan kemampuan serta keahlian para karyawannya. Semakin tingginya keahlian yang dimiliki para karyawan maka akan meningkatkan kualitas jasa yang diberikan dan banyaknya inovasi yang terjadi pada Rumah Sakit Umum Daerah Pamekasan sehingga akan menarik banyak minat masyarakat untuk terus melakukan pengobatan di rumah sakit tersebut, terlebih-lebih jika dapat menarik calon pasien baru.
5.3 Solusi
55
ISSN 1412-2936
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 59
1. Pihak rumah sakit sebaiknya menggunakan konsep Balanced Scorecard untuk mengimplementasikan dan mengintegrasikan perencanaan strategis rumah sakit serta sebagai bahan evaluasi.
2. Rumah sakit sebaiknya lebih meningkatkan perspektif proses pertumbuhan dan pembelajaran terutama untuk meningkatkan kapabilitas dengan memberikan pelatihan kepada seluruh karyawan secara merata.
3. Rumah sakit sebaiknya menambah serta memperbaharui sistem informasinya agar dapat meningkatkan pelayanan dan memperlancar aktivitas rumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA
Andari, 2009.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Manajerial Rumah Sakit Swadana Melalui Pendekatan Balanced Scorecard. Surabaya
Anthony, Robert N dan Vijay Govindarajan. 2005. Management Control System. Kurniawan Tjakrawala (Penerjemah).2005. Sistem Pengendalian Manajemen.Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Badan Layanan Umum Rumah Sakit, www.lapan.go.id. Diakses 2 Februari 2012
Depkeu, Badan Layanan Umumwww.depkes.go.id. Diakses 2 Februari 2012
Kaplan, Robert S and David P Norton, 1996.Balanced Scorecard, Menerapkan Strategi Menjadi Aksi, Diterjemahkan oleh Peter R. Yosi Pasla PenerbitErlangga, Jakarta.
Lasdi, 2002.Analisis Penilaian Kinerja Organisasi. Jurnal Akuntansi dan Keuangan.
Lynch dan Cross, 1993. Performance Measurement System, Handbook Of Cost Managemen, Peny.Barry Brinker, New York.
Mahmudi, 2005.Manajemen Kinerja Sektor Publik, UPP AMP YKPN,Yogyakarta.
Mardiasmo, 2002. Akuntansi Sektor Publik. Andi BPFE, Yogyakarta.
Marlena, 2002.Penerapan Balanced Scorecard sebagai Tolok Ukur Kinerja Perusahaan Pada AJB Bumiputera 1912 Cabang Malang, UniversitasMuhammadiyah Malang.
Mulyadi, 2005.Sistem Manajemen Strategik Berbasis Balanced Scorecard. Cetakan Pertama, UPP AMP YKPN, Jakarta.
Mulyadi, 2001.Sistem Akuntansi. Salemba Empat, Jakarta.
Soetjipto, Budi W., 1997. Mengukur Kinerja Bisnis dengan Balanced Scorecard, Usahawan No. 06 Th XXVI, Juni 1997.
Sumarni dan Soeprihanto, 1998.Dasar-Dasar Ekonomi Perusahaan, Liberty.
Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara.
Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 dan Peraturan Menteri Kesehatan No. 920/Menkes/Per/XII/86.
Yuwono, 2002.Akuntanbilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Kendal, Semarang
Yuwono, Soni, Edy Sukarno, Muhammad Ichsan, 2007. Petunjuk Praktis Penyusunan Balanced Scorecard, Menuju Organisasi Yang Berfokus Pada Strategi. Cetakan Kelima, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
56
ISSN 1412-2936
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 60
ANALISIS ATAS LAPORAN REALISASI ANGGARAN UNTUK MENGUKUR KINERJA
KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN
RUNIK PUJI RAHAYU Universitas Madura
ABSTRAK
Laporan Realisasi anggaran merupakan jenis laporan keuangan daerah yang lebih dahulu dihasilkan sebelum kemudian diisyaratkan untuk membuat laporan neraca dan laporan aruskas.Anggaran dalam pemerintahan merupakan tulang punggung (back-bone) penyelenggaraan pemerintahan.Usaha pemerintah daerah dalam menggali sumber danayang berasal dari potensi daerah yang dimiliki serta kemampuan mengelola dan memanfaatkan sumber dana yang ada tercermin dalam anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Anggaran memiliki peran penting sebagai alat stabilisasi, distribusi, alokasi sumber daya publik, perencanaan dan pengendalian organisasi serta penilaian kinerja.Oleh karena itu laporan realisasi anggaran menjadi salah satu laporan pertanggung jawaban keuangan daerah yang utama.Dalam rangka pengelolaan keuangan daerah yang jujur, demokratis, efektif, efisien, ekonomis dankuntabel, analisis rasio keuangan terhadap pendapatan dan belanja daerah perlu dilaksanakan meskipun terdapat perbedaan kaidah pengakuntansiannya dengan laporan keuangan yang dimiliki perusahaan swasta.
Berdasarkan latar belakang diatas, perlu diteliti mengenai kinerja keuangan daerah di kabupaten Pamekasan, sehingga peneliti tertarik mengadakan penelitian dengan judul: Analisis atas Laporan Realisasi Anggaran Untuk Mengukur Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten Pamekasan (Studi Kasus Dinas Pu Bina Marga).
Pendahuluan
Mewujudkan Good Governance diperlukan perubahan paradigma pemerintahan yang mendasar dari sistem lama yang serba sentralistis, dimana pemerintah pusat sangat kuat dalam menentukan kebijakan. Paradigma baru tersebut menuntut suatu sistem yang mampu mengurangi ketergantungan dan bahkan menghilangkan ketergantungan pemerintah daerah kepada pemerintah pusat, serta bisa memberdayakan daerah agar mampu berkompetisi baik secara regional, nasional maupun internasional.Menanggapi paradigma baru tersebut maka pemenrintah memberikan otonomi kepada daerah seluas-luasnya yang bertujuan untuk memungkinkan daerah menguras dan mengatur rumah tangganya sendiri agar berdaya guna dan berhasil guna dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan serta dalam rangka pelayanan
kepada masyarakat.
Dalam laporan realisasi anggaran menggambarkan perbandingan antara anggaran dengan realisasinya dalam suatu periode pelaporan.Tujuan pelaporan realisasi anggaran adalah memberikan informasi tentang realisasi dan anggaran entitas pelpaoan secara tersanding.Penyandingan antara anggaran dan realisaisnya menunjukkan tingkat ketercapaian target-target yang telah disepakati antara legislatif dan eksekutif sesuai dengan peraturan perundang-undangan.laporanrealisasianggaranterdiriatas beberapa elemen (pos)utama yaitu:pendapatan, transfer, belanja, surplus atau defisit, penerimaan pembiayaan, pengeluaran pembiayaan, pembiayaan neto dan, siasa lebih/kurang pembiayaan
57
ISSN 1412-2936
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 61
anggaran (SiLPA/SiKPA).
Diberlakukannya UU No. 23 Tahun 2014yang dikenal dengan sebutan otonomi daerah, kemudian untuk perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah dikeluarkan juga UU No. 33 Tahun 2004 dan tentunya kedua UU ini erat kaitannya karena secara otomatis dengan adanya peralihan wewenang pemerintah dari pusat kedaerah maka harus diikuti dengan penyerahan keuangan yang dipercayakan pemenrintah pusat untuk bisa mengolah keuangan dari masing-masing daerah. Memang kehadiran UU No. 33 Tahun 2004 telah membawa dampak yang besar dan cukup mendasar dalam hubungan keuangan pusat dan daerah. Dalam konsiderannya UU ini menyatakan antara lain bahwa untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah melalui penyediaan sumber-sumber pembiayaan berdasarkan desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan, perlu diatur perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah berupa system keuangan yang diatur berdasarkan pembagian kewenangan, tugas, dan tanggung jawab yang jelas antar tingkat pemerintahan.
Laporan Realisasi anggaran merupakan jenis laporan keuangan daerah yang lebih dahulu dihasilkan sebelum kemudian diisyaratkan untuk membuat laporan neraca dan laporan aruskas.Anggaran dalam pemerintahan merupakan tulang punggung (back-bone) penyelenggaraan pemerintahan.Usaha pemerintah daerah dalam menggali sumber danayang berasal dari potensi daerah yang dimiliki serta kemampuan mengelola dan memanfaatkan sumber dana yang ada tercermin dalam anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Anggaran memiliki peran penting sebagai alat stabilisasi, distribusi, alokasi sumber daya publik, perencanaan dan pengendalian organisasi serta penilaian kinerja.Oleh karena itu laporan realisasi anggaran menjadi salah satu laporan
pertanggung jawaban keuangan daerah yang utama.Dalam rangka pengelolaan keuangan daerah yang jujur, demokratis, efektif, efisien, ekonomis dankuntabel, analisisrasio keuangan terhadap pendapatan dan belanja daerah perlu dilaksanakan meskipun terdapat perbedaan kaidah pengakuntansiannya dengan laporan keuangan yang dimiliki perusahaan swasta.
RumusanMasalah
Berdasarkan latar belakang dan masalah tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: “Bagaimana kinerja keuangan Dinas PU Bina Marga Kabupaten Pamekasan dilihat dari Laporan Realisasi Anggaran 2012-2014 dengan analisis Rasio Keuangan?”.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai antara lain: “Untuk mengetahui kinerja keuangan Dinas PU Bina Marga Kabupaten Pamekasan dilihat dari Laporan Realisasi Anggaran 2012-2014dengan analisis Rasio Keuangan”.
Landasan Teori Dan Konseptualisasi
Otonomi Daerah
Otonomi Daerah adalah hak yang dimiliki dan melekat sejak berdirinya daerah tersebut. Pemaknaan ini dapat membuat daerah bertindak semaunya tanpa kontol sama sekali dari Pusat. Pemaknaan ini berlawanan dengan paham yang menyatakan bahwa daerah tidak memiliki hak otonom karena hak tersebut sesungguhnya baru muncul setelah pusat mendesentralisasikan sebagian kewenangannya kepada daerah. Dengan kata lain, Otonomi daerah adalah pemberian pemerintah pusat melalui asas desentralisasi.(Bastian,2006;331)
Undang-Undang Nomor23Tahun 2014tentang Pemerintah Daerah, Otonomi
58
ISSN 1412-2936
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 62
Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri Urusan Pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Daerah Otonom yang selanjutnya disebut Daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-bataswilayah yang berwenang mengatur dan mengurus UrusanPemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakatdalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) di Indonesia disusun menurut tahun Anggaran yang dimulai pada tanggal 1Januari dan berakhir 31 Desember.Undang-Undang No.33Tahun 2004, sumber penerimaan daerah antara lain:
a. PendapatanAsli Daerah (PAD)yangterdiri dari beberapa pos pendapatan antara lain pajak daerah, bagian laba usaha daerah dan lain-lain pendapatan yang sah.
b. Dana perimbangan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah yang terdiri dari pendapatan bagi hasil pajak bukan pajak, dana alokasi umum dan dana alokasi khusus.
c. Bagian dari pembiayaan daerah yang terdiri dari bagian sisa lebih perhitungan anggaran daerah, pinjaman daerah, dana cadangan daerah, dan hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan.
Sisi pengeluaran daerah, pengaturan belanja diatur melalui Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005tentang Pengelolaan Keuangan Daerah yang dalamnya menjelaskan tentang belanja daerah yang diklasifikasikan menurut organisasi, fungsi, program dan kegiatan, dan jenis belanja.Pembiayaan terdiri dari pengeluaran pembiayaan dan penerimaan pembiayaan.
Otonomi daerah hakekatnya merupakan suatu keadaan yang
memungkingkan daerah untuk dapat mengelola segala potensi terbaik yang dimiliki secara optimal.Otonom idiharapkan akanmendorong kemampuan daerah untuk berkembang sesuai dengan potensi dan karakteristik ekonomi, geografis dan sosial budaya. Berhasil tidaknya suatu pemerintah dalam melaksanakan kebijakan otonomi daerah dapat dilihat dari kinerja keuangan Pemerintah Daerah tersebut.
Pemerintah Daerah
PPNo 71Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan yang didalamnya menjelaskan bahwa Pemerintah menyusun Sistem Akuntansi Pemerintahan yang mengacu pada Standar Akuntansi Pemerintah (SAP). Sistem Akuntansi Pemerintahan pada Pemerintah Pusat diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan yang mengacu pada pedoman umum Sistem Akuntansi Pemerintahan. Sistem Akuntansi Pemerintahan pada pemerintah daerah diatur dengan peraturan gubernur/bupati/walikota yang mengacu pada pedoman umum Sistem Akuntansi Pemerintahan.
Pemerintah Daerah adalah pelaksanaan fungsi-fungsi pemerintahan daerah yang dilakukan oleh lembaga pemerintah daerah yaitu pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).Hubungan antara pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah merupakan hubungan kerja yang kedudukannya setara dan bersifat kemitraan.
Menurut pasal 1 Undang-Undang Nomor 23Tahun 2014Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar NNegara Republik Indonesia Tahun 1945.
59
ISSN 1412-2936
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 63
Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonomi.
Akuntansi Keuangan Daerah
Pengertian Akuntansi Keuangan Daerah
Akuntansi Keuangan Daerah adalah proses pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan dan pelaporaan transaksi ekonomi (keuangan) dari entitas Pemerintah Daerah-Pemda (Kabupaten, Kota atau Provinsi) yang dijadikan sebagai informasi dalam rangka pengambilan keputusan ekonomi yang diperlukan oleh pihak-pihak eksternalentitas Pemda (Kabupaten,Kota atau Provinsi). Pihak-pihak eksternal entitas Pemda yang memerlukan informasi yang dihasilkan oleh Akuntansi Keuangan Daerah tersebut antara lain adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD); badan pengawas keuangan; investor, kreditur, dandonator; analis ekonomi dan pemerhati Pemda; rakyat; Pemdalain; dan Pemerintah Pusat, yang seluruhnya ada dalam lingkungan Akuntansi Keuangan Daerah (Halim,2004;34).
Pengelolaan keuangan daerah adalah tahapan-tahapan yang harus dilakukan dalam mengelola keuangan yang menjad iwewenang tanggung jawab Pemerintah Daerah agar pengelolaan keuangan tersebut memenuhi prinsip ekonomi, efisiensi,danefektivitas, transparan,dan akuntabel. Siklus pengelolaan keuangan daerah padadasarnya,terdiri dari tigatahap,yaitu:
1. Tahap Perencanaan. 2. Tahap Pelaksanaanatau Implementasi. 3. Tahap Pelaporandan Evaluasi Kinerja.
Pada setiap tahap di dalamnya dapat diklasifikasikan lagi apayang menjadi input, proses dan output-nya. Karena ketiga tahap tersebut membentuk suatu siklus, maka output yang dihasilkan dari tahap tertentu akan menjadinput bagi tahap berikutnya
(Mahmudi,2010;16).
Informasi keuangan Pemerintah Daerah yang paling utama adalah Neraca dan Laporan Realisasi Anggaran (LRA).Dari dua jenis laporan keuangan tersebut dapat dikembangkan informasi keuangan lainnya, yaitu Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan.Dengan demikian Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan pada dasarnya merupakan turunan dari laporan keuangan Neraca dan Laporan Realisasi Anggaran.
Sistem dan Basis Pencatatan Akuntansi
Sistem pembukuan akuntansi yang telah digunakan selama ini,antaralain:
1. Sistem pembukuan tunggal (singleentry) yaitu pencatatan transaksi hanya pada satu sisi penerimaan atau pada sisi pengeluaran.
2. Sistem pembukuan berpasangan (double entry) yaitu pencatatan transaksi yang dilakukan secara berpasangan pada sisi debit dan pada sisi kredit.
Basis akuntansi merupakan dasar akuntansi yang menetapkan kapan suatu transaksi diakui atau dicatat.Pengakuan atau pencatatan transaksi tersebut akan berpenngaruh pada laporan keuangan. Jika suatu transaksi belum diakui berarti tidak dicatat dalam sistem akuntansi sehingga tidak akanmuncul dalam laporan keuangan. Sebaliknya jika suatu transaksi sudah diakui, maka transaksi ituakan dicatat dalam sistem akuntansi sehingga refleksi dalam laporan keuangan.
Pada dasarnya terdapa tempat basis pencatatan akuntansi yang biasa digunakan oleh Pemerintah Daerah, antara lain: (Halim,2004;39)
1. Akuntansi Basis Kas(Cash Basis)
Akuntansi basis kas yaitu pengakuan atau pencatatan transaksi ekonomi hanya dilakukan apabila transaksi tersebut
60
ISSN 1412-2936
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 64
menimbulkan perubahan dalam kas.
2. Akuntansi Basis Akrual(Accrual Basis)
Akuntansi basis akrual yaitu dasar akuntansi yang mengakui transaksi dan peristiwa lainnya pada saat transaksi dan peristiwa tersebut terjadi (dan bukan hanya pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar.
3. Akuntansi Basis Kas Modifikasian (ModifiedCash Basis)
Akuntansi basis kas modifikasian yaitu basis yang tepat untuk digunakan dalam mengangakuntasikan transaksi keuangan oleh satuan pemegang kas saat ini baik pada satuan kerja maupun pada bagian keuangan atau Biro/Badan Pengelola Kekayaan Daerah karena hampir tidak mungkin suatu Pemerintah Daerah mampu menerapkan basis akrual.
4. Akuntansi Basis Akrual Modifikasian (ModifiedAccrual Basis)
Akuntansi basisakrual modifikasian yaitu pencatan transaksi dengan menggunakan basis kas untuk transaksi-transaksi tertentu dan menggunakan basis akrual untuk sebagian besar transaksi.
LaporanKeuangan Pemerintah Daerah
Laporan keuangandaerah merupakan informasi yang memuat data sebagai elemen struktur kekayaan dan struktur finansial yang merupakan pencerminan hasil aktivitas ekonomi suatu organisasi pemerintah daerah. Adapun tujuan Pelaporan Keuangan daerah adalah untuk menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan dan untuk menunjukkan akuntabilitas entitas pelaporan atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Adapun yang mencakup Laporan Keuangan deraha dalah:
1. Laporan Keuangan Daerah 2. Neraca Daerah 3. Laporan Arus Kas 4. Catatan Atas Laporan Keuangan Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
Laporan Realisasi Anggaran adalah laporan yang berisi tentang informasi mengenai realisasi pendapatan, belanja dan pembiayaan dari suatu entitas yang dibandingkan dengan anggaran ketiga pos tersebut. Melalui laporan realisasi anggaran dapat diketahui prediksi tentang sumber daya ekonomi yang akan diterima untuk mendanai kegiatan pemerintah pusat dan daerahserta risiko ketidakpastian atas sumber daya ekonomi tersebut.
Tujuan standar Laporan Realisasi Anggaran adalah untuk menerapkan dasar-dasar penyajian Laporan Realisasi Anggaran bagi pemerintah dalam rangka memenuhi tujuan akuntabilitas sebagaimana ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan.(Bastian,2006;139)
Elemen-elemen yang terdapat dalam relisasi anggaran adalah sebagai berikut:
1. Pendapatan (basis kas) yaitu semua penerimaan kas umum negara/kas daerah yang menambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar lagi oleh pemerintah (basis kas). Sedangkan pendapatan (basisis akrual) yaitu hak pemerintah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih.
2. Belanja (basis kas) yaitu semua pengeluaran kas umum negara/daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah. Sedangkan belanja (basis akrual) yaitu kewajiban pemerintah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih.
3. Trasfer adalah penerimaan/pengeluaran uang dari suatu entitas pelaporan dari/kepada entitas pelaporan lain, termasuk dana perimbangan.
4. Pembiayaan yaitu setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau
61
ISSN 1412-2936
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 65
pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikuitnya, yang dimaksudkan untuk menutup defisit atau memanfaatkan surplus anggaran.
Laporan Realisasi Anggaran disajikan sedemikian rupa sehingga menonjolkan berbagai unsur pendapatan, belanja, dan pembiayaan yang diperlukan untuk penyajian yang wajar.Laporan Realisasi Anggaran menyandingkan realisasi pendapatan, belanja, dan pembiayaan dengan anggarannya. PSAP 02 Paragraf 14dijelaskan bahwa Laporan Realisasi Anggaran Sekurang-kurangnya mencakup pos-pos sebagai berikut: (Tanjung Abdul Hafiz,2008;84)
1. Pendapatan 2. Belanja 3. Transfer 4. Surplus atau defisit 5. Penerimaan pembiayaan 6. Pengeluaran pembiayaan 7. Pembiayaan neto 8. Selisih lebih/kurang pembiayaan anggaran
(SiLPA/SiKPA) Klasifikasi Pendapatan Dalam Laporan Keuangan
Pendapatan adalah semua penerimaan daerahalam bentuk peningkatan aktiva atau penurunan utang dari berbagai sumber dalam periode tahun anggaran bersangkutan. Secara umum pendapatan dalam laporan keuangan dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) 2. Dana Perimbangan 3. Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah Klasifikasi Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan asli daerah (PAD) merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah.No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah menyebutkan bahwa kelompok PAD dipisahkan menjadi empat jenis pendapatan,
yaitu :
1. Pendapatan pajak daerah, yaitu pungutan yang dilakukan oleh pemerintah daerah berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku ditetapkan melalui peraturan daerah.
2. Pendapatan retribusi daerah, yaitu pungutan daerah sebagai pembayaran karena memperoleh jasa yang diberikan oleh daerah atau dengan kata lain retribusi daerah adalah pungutan yang dilakukan sehubungan dengan suatu jasa atau fasilitas yang diberikan secara langsung dan nyata.
3. Pendapatan pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, yaitu penerimaan daerah yang berasal dari pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, mencakup bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah/BUMD, negara/BUMN, dan swasta atau kelompok usaha masyarakat.
4. Lain-lain PAD yang sah, yaitu penerimaan daerah yang berasal dari lain-lain milik pemda, seperti hasil penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga, dll.
Klasifikasi Belanja
Belanja adalah semua pengeluaran daerah pada suatu periode anggaran. Secara umum belanja dalam APBD dikelompokan menjadi lima kelompok, yaitu:
1. Belanja Administrasi Umum 2. Belanja Operasi, Pemeliharaan Sarana,
dan Prasarana Publik 3. Belanja Modal 4. Belanja Tak Tersangkan
Belanja administrasi umum adalah semua pengeluaran pemerintah daerah yang tidakberhubungan secara langsung dengan ativaitas atau pelayanan publik.Kelompok belanja administrasi umum terdiri atas empat jenis, yaitu:
1. Belanja pegawai 2. Belanja Barang 3. Belanja Perjalanan Dinas
62
ISSN 1412-2936
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 66
4. Belanja Pemeliharaan Belanja pegawai Belanja pegawai merupakan pengeluaran daerah untuk orang/personel yang tidak berhubungan secara langsung dengan aktivitas atau dengan kata lainmerupakan biaya tetap pegawai. Belanja pegawai meliputi:
a. Biaya gaji dan tunjangan, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk pembayaran gaji dan tunjangan bagi pegawai serta dewan. Contohnya gaji pokok, tunjangan keliarga, dan tunjangan jabatan
b. Biaya perawatan dan pengobatan, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk pengeluaran kesehatan pegawai dan dewan yang ditanggung pemerintah daerah, dan pengobatan lanjutan luar daerah
c. Biaya pengembangan sumber daya manusia, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk menunjang kualitas sumber daya manusia. Contohnya biaya beasiswa bantuan tugas belajar ikatan dinas, biaya kursus keterampilan dan job training.
Belanja Barang merupakan pengeluaran pemerintah daerah untuk penyediaan barang atau jasa yang idak berhubungan langsung dalam pelayanan publik. Belanja barang terdiri dari:
a. Biaya barang habis pakai, contohnya biaya alat listrik dasn elektronik, biaya alat tulis dan biaya gas.
b. Biaya jasa kantor, yaitu biaya yang berhubungan dengan pelayanan serta penunjang administrasi kamtor. Contohnya biaya kawat dan faks dan biaya pengiriman.
c. Biaya cetak dan penggandaan, yaitu biaya yang dikeluaran untuk mencetak dan penggandaan. Contohnya barang setakan dan fotokopi.
d. Biaya langganan, yaitu pengeluaran yang dibayar setelah manfaatnya dinikmati selama suatu periode. Contohnya biaya listrik, biaya telepon, dan biaya air.
e. Biaya pakaian dinas, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk penyediaan pakaian dinas pegawai. Contohnya biaya pakaian
dinasbiaya pakaian upacara. Belanja Perjalanan Dinas merupakan pengeluaran untuk biaya perjalanan pegawai dan dewan yang tidak berhubungan secara langsung dengan pelayanan publik. Biaya ini terdiri dari:
a. Biaya perjalanan dinas, yaitu pengeliaran perjalanan pegawai atau dewan yangmenjalankan tugas. Contohnya biaya perjalanan dinas dalam daerah dan biaya perjalanan dinas luar daerah
b. Biaya perjalanan pindah, yaitu pengeluaran perjalanan pegawai yang pindah. Contohnya biaya perjalanan pindah dalam daerah dan biaya perjalanan pindah luar daerah
c. Biaya pemulangan pegawai yang gugur, dipensiunkan, dan cuti besar. Contohnya biaya pemulangan dipensiunkan, biaya pemulangan dipensiun liar daerah, dan biaya pemulangan pegawai yang terlah gugur.
Belanja Pemeliharaan merupakan pengeluaran pemerintah daerah untuk pemeliharaan barang daerah yang tidak berhubungan secara langsung dengan pelayanan publik. Biaya pemeliharaan ini terdiri dari:
a. Biaya pemelihraan gedung kantor. Contohnya biaya pemeliharaan pintu dan jendela, biaya pemeliharaan atap, dan biaya pemeliharaan lantai.
b. Biaya pemeliharaan ruma dinas dan asrama. Contohnya sama dengan butir a diatas .
c. Biaya pemeliharaan meubelair, yaitu pengeluaran yang terkait dengan pemeliharaan meubelair kantor. Contohnya biaya pemeliharaan meja, kursi, dan lemari
d. Biaya pemeliharaan peralatan kantor, yaitu pengeluaran barang kantor yang apabila dioperasikan merupakan operator. Contohnya biaya pemeliharaan AC, sound system, dan OHP.
e. Biaya pemeliharaan peralatan kantor, yaitu pengeluaran barang kantor yang apabila
63
ISSN 1412-2936
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 67
dioperasikan tidak memerlukam operator. Contohnya biaya pemeliharaan komputer, mesin ketik, dan mesin fotokopi.
f. Biaya pemeliharaan emplasment kantor. Contohnya biaya pemeliharaan pagar, taman, dan halaman parkir.
Belanja Opersional dan Pemeliharaan Sarana, dan Prasarana Publik belanja ini merupakan semua pengeluara pemerintah daerah yang berhubungan dengan aktivitas atau pelayanan publik. Kelompok belanja ini meliputi:
1. Belanja pegawai 2. Belanja Barang 3. Belanja Perjalanan 4. Belanja Pemeliharaan Belanja pegawai (Belanja Opersional dan Pemeliharaan Sarana, dan Prasarana Publik) merupakan pengeluaran pemerintah daerah untuk orang/personal yang berhubungan langsung dengan suatu aktivitas atau dengan kata lain merupakan belanja pegawai yang bersifat variabel. Belanja pegawai ini terdiri dari:
a. Honorarium, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk honor personal/orang yang secara langsung melaksanakan suatu kegiatan atau aktivias. Contohnya honor bulanan, dan honor proyek
b. Upah lembur, yaitu pengeluaran untuk pemberian upah pada pegawai karna bekerja diluar jam kerja
c. Upah, yaitu pengeluaran untuk pemberian upah pada pegawai harian, yang meliputi upah harian tetap dan upah harian lepas.
d. Insentif, yaitu pengeluaran guna pemberian uang perangsang atau inisiatif orang/personal yang bekerja untuk suatu kegiatan.
Belanja pemeliharaan (Belanja Opersional dan Pemeliharaan Sarana, dan Prasarana Publik) merupakan pengeluaran pemerintah dan untuk pemeliharaan barang daerah yang mempunyai hubungan langsung dengan pelayanan publik. Biaya pemeliharaan ini terdiri dari:
a. Biaya pemeliharaan gedung pelayanan umum. Contohnya biaya pemeliharaan gedung Dinas.
b. Biaya pemeliharaan lajan dan jembatan. Contohnya biaya pemeliharaan jembatan.
c. biaya pemeliharaan kendaraan. Contohnya biaya pengujian kendaraan, biaya raparasi dan penggantian suku cadang, dan pembelian ban.
d. Biaya pemeliharaan mesin. Contohnya biaya pemeliharaan mesin cetak, biaya pemeliharaan mesin pengeboran tanah.
e. Biaya pemeliharaan sungai dan daluran/kanal
f. Biaya pemeliharaan museum. Contohnya biaya pemeliharaan museum perjuangan, biaya pemeliharaan museum peninggalan purbakala,dan biaya pemeliharaan museum budaya.
Belanja Tak Tersangka adalah pengeluaran yang dilakukan oleh pemerintah daerah untuk membiayai kegiatan-kegiatan tak terduga dan kejadian-kejadian luar biasa.
Belanja Modal merupakan pengeluaran pemerintah daerah yang manfaatnya melebihi satu tahin anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan daerah dan selanjutnya akan menambah belanja yang bersifat rutin seperti biaya operasional dan pemeliharaan. Belanja modal dibagi menjadi:
1. Belanja Publik, yaitu belanja yang manfaatnya dapat dinikmati secara langsung oleh masyarakat umum. Contohnnya belanja publik: pembangunan jembatan dan jalan raya
2. Belanja aparatur, yaitu belanja yang manfaatya tidak secara langsung dinikmati oleh masyarakat, tetapi dirasakan secara langsung oleh aparatur. Cotohnya belanja aparatur: pembangunan gedung pemerintah, pembelian kendaraan dinas, dan pembangunan rumah dinas.
Kinerja Keuangan Daerah
Kinerja adalah gambaran pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/ program/
64
ISSN 1412-2936
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 68
kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi (Bastian,2006;274).
Menurut Stout (1993) dalam Bastian (2006) menyatakan bahwa: “pengukuran/penilaiankinerja merupakan proses mencatat dan mengukur pencapaian pelaksanaan kegiatan dalamarah pencapaian misi (Mission Accomplishment) melalui hasil-hasil yang ditampilkan berupa produk, jasa ataupun suatu proses”.
Whittaker (1993) dalam Bastian (2006;275) mendefinisikan Kinerja sebagai berikut:“Pengukuran/kinerja adalah suatu alat manajemen untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan danAkuntabilitas”.
Pengukuran kinerja merupakan alat manajemen, oleh karena itu tujuan dan manfaa tpengukuran kinerja untuk: (Bastian,2006;275)
1. Memastikan pemahaman para pelaksana dan ukuran yang digunakan untuk pencapaian kinerja.
2. Memastikan tercapainya skema kinerja yang disepakati.
3. Memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan kinerja dan membandingkannya dengan skema kerja serta melakukan tindakan untuk memperbaiki kinerja.
4. Memberikan penghargaan dan hukuman yang obyektif atas kinerja yang dicapai setelah dibandingkan dengan skema indikator kinerja yang telah disepakati.
5. Menjadikan alat komunikasi antara bawahan dan pimpinan dalam upaya memperbaiki kinerja organisasi.
6. Mengidentifikasi apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi.
7. Membantu memahami proses kegiatan instansi pemerintah.
8. Memastikan bahwa dalam pengambilan keputusan dilakukan secara obyektif.
9. Menunjukkan peningkatan yang perlu dilakukan.
10. Mengungkap permasalahan yang terjadi. Pengukuran kinerja terdapat beberapa
aspek yang biasanya suatu organisasi tertarik untuk mengukurnya antara lain: aspekfinansial, kepuasan pelanggan, operasi dan bisnis internal, kepuasan pegawai, kepuasan komunitas/stakeholders dan waktu. namun pada aspek finansial ini sangat penting diperhatikan dalam pengukuran kinerja, sehingga kondisi keuangan dapat dianologikan sebagai aliran darah dalam tubuh manusia.(Bastian,2006;276).
Setiap laporan kinerja akan menampilkan hasil yang diharapkan secara signifikan. Sementara itu, setiap sisitem pengukuran kinerja bermaksud menelusuri permasalahan hasil, sehingga manajemen dapat menilai “apakah tindakan koreksi dapat dilakukan untuk meraih hasil yang diinginkan”(Bastian,2006;316).
Pada dasarnya pengukuran kinerja keuangan daerah menyangkut tiga bidang analisis yang saling terkait satu dengan yang lainnya, ketiga bidang analisis tersebut meliputi:
a. Analisis penerimaan, yaitu analisis mengenai kemampuan pemerintah daerah dalam menggali sumber-sumber pendapatan yang potensial.
b. Analisis pengeluaran, yaitu analisis mengenai seberapa besar biaya-biaya dari suatu pelayanan publik dan faktor-faktor yang menyebabkan biaya-biaya tersebut meningkat.
c. Analisis anggaran, yaitu analisis mengenai hubungan antara pendapatan dan pengeluaran serta kecenderungan yang diproyeksikan untuk masa depan.
Analisis Rasio Keuangan
65
ISSN 1412-2936
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 69
Analisis rasio keuangan seperti halnya alat-alat analisis yang lain adalah futureoriented yaitu untuk orientasi dimasa yang akan datang, oleh karena itu penganalisa harus mampu untuk menyesuaikan factor-faktor yang ada pada periode atau waktu ini dengan faktor-faktor dimasa yang akan datang yang munkin akan mempengaruhi posisi keuangan atau hasil operasi yang bersangkutan (Munawir,2007;64).
Mengadakan perbandingan rasio, penganalisa jangan hanya berpegang teguh pada standar rasiosaja, akantetapi harus memperhatikan trend atas prosentase historis dari rasio keuangan perusahaan yang sedang dianalisa. Dengan membandingkan angka rasio periode sekarang dengan angka rasio periode yang lalu akan diketahui perubahan angka rasio yang dimiliki perusahaan dan akan diketahui pula kecenderungan kondisi keuangan perusahaan yang bersangkutan (Munawir,2007;67).
Beberapa rasio keuangan yang dapat dikembangkan berdasarkan data laporan keuanganyaitu sebagai berikut: (Mahmudi,2010;142)
1. Analisis varians (selisih)Anggaran pendapatan
Analisis variansAnggaran pendapatan dilakukan dengan cara menghitung selisih antara realisali pendapatan dengan yang dilakukan. Biasanya selisih anggaran sudah diinformasikan dalam laporan Realisasi Anggaran yang disajikan oleh pemerintah daerah.Informasi selisih anggaaran tersebut sangat membantu pengguna laporan dalam memahami dan menganalisa kinerja pendapatan. Dalam analisa selisih anggaran pendapatan, hal pertama yang dilakukan oleh pembaca laporan adalah:
a. Melihat besarnya selisih anggaran pendapatan dengan realisasi baik secara nominal maupun persentasi
b. Menetapkan tingkat selisih yang dapat ditoleransi atau dianggap wajar
c. Menilai siqnifikan tidaknya selisih tersebut jika dilihat dari total pendapatan
d. Menganalisis penyebap terjadinya selisih anggaran pendapatan.(Mahmudi,2010;137).
2. Derajat Desentralisasi Derajat desentralisasi dihitung
berdasarkan perbandingan antara jumlah pendapatan Asli Daerah dengn total penerimaan daerah. Rasio ini menunjukan derajat kontribusi PAD terhadap total penerima daerah. Semakin tinggi kontribusi PAD maka semakin tinggi kemampuan pemerintahdaerah dalam penyelenggaraan desentralisasi.(Mahmudi,2010;142).
Derajat Desentralisasi dapat dirumuskan sebagai berikut:
Derajat Desentralisasi
=Pendapatan Asli Daerah
Total Pendapatan Daerah x 100%
3. Rasio Efektivitas Pendapatan Asli Daerah ( PAD )
Rasio efektivitas PAD dihitung dengan cara membandingkan realisasi penerimaan PAD dengan target penerimaan PAD yang dianggarkan. Rasioefektivitas PAD menunjukkan Kemampuan Pemerintah Daerah dalam memobilisasi penerimaan PAD sesuai dengan yang ditargetkan.Secara umum, nilai efektivitas PAD dapat dikategorikan sebagai berikut: (Mahmudi,2010:143)
- Sangat efektif : >100% - Efektif : 100% - Cukup efektif : 90% - 99% - Kurang efektif : 75% - 89% - Tidak efektif : <75%
Rasio Efektivitas dapat dirumuskan sebagai berikut:
Rasio Efektivitas Pendapatan Asli Daerah
=Realisasi PAD
Target PAD×100%
4. Analisis Varians Belanja Dalam hal belanja daerah tedapat
ketentuan bahwa anggaran belanja
66
ISSN 1412-2936
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 70
merupakan batas maksimum pengeluaran yang boleh dilakukan pemerintah daerah. Dalam hal ini pemerintah daerah akan dinilai baik kinerja belanjanya apabila realisasi belanja tidak melebihi yang dianggarkan. Analisis varians merupakan analisis terdapat perbedaan atau selisih antara realisasi belanja dengan anggaran. Analisis varians cukup sederhana namun dapat memberikan informasi yang sangat berarti.(Mahmudi,2010;157).
5. Rasio Efisiensi Belanja Rasio Efisiensi Belanja merupakan
perbandingan antara realisasi belanja dengan anggaran belanja.Rasio efisiensi belanja ini digunakan untuk mengukur tingkat penghematan anggaran yang dilakukan pemerintah.Angka yang dihasilkan dari rasio efisiensi ini tidak bersifat absolute, tetapi relatif.Artinya tidak ada standar bakuyang dianggap baik untuk rasio ini. Pemerintah Daerah dinilai telah melekukan efisiensi anggaran jika rasio efisiensinya kurang dari100%, sebaiknya jika lebih maka mengindikasikan telah terjadi pemborosan anggaran(Mahmudi,2010:166).
Rasio Efisiensi Belanja dapat dirumuskan sebagai berikut:
Rasio Efisiensi Belanja
=Realisasi Belanja
Anggaran Belanja×100%
Informasilaporan keuangan dalam neraca juga sangat penting untuk menghitung rasio keuangan tertentu.Beberapa realisasi rasio keuangan memang ada yang kurang relevan untuk sektor publik, dan lebih cocok untuk sektor bisnis yang tujuan utamanya untuk mencari laba, karena tujuan menggunakan analisis rasio tersebut adalah dalam rangka menilai kinerja keuangan yang berhubungan dengan laba.
Metode Penelitian
Jenis Penelitian
Berdasarkan judul dan permasalahan, maka jenis penelitian ini adalah Penelitian dengan menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif.Penelitian dengan pendekatan deskriptif kuantitatif merupakan metode penelitian dengan mendeskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena yang nampak dari data- data bersifat kuantitatif yang telah dianalisis.
ObyekPenelitian
Obyek dalam penelitian ini yaitu Dinas PU Bina Marga Kabupaten Pamekasan.
DefinisiOperasionalVariabel Dalam operasionalisasi penelitian ini,
peneliti menggunakan variabel rasio dalam menganalisis laporan Realisasi Anggaran Dinas PU Bina Marga Kabupaten Pamekasan. Rasio yang digunakan yaitu:
1. Analisis varian anggaran pendapatan Merupakan anggaran yang dihitung dengan cara menghitung selisih antara realisasi pendapatan dengan yang dilakukan. Dalam analisis selisih anggran pendapatan, hal utama yang perlu dilakukan oleh pembaca laporan adalah :
a. Melihat besarnya selisih anggaran pendapatan dengan realisasinya baik secara nominal maupun persentasi
b. Menetapkan tingkat selisih yang dapat ditoleransi atau dianggap wajar
c. Menilai signifikan tidaknya selisih tersebut jika dilihat dari selisih pendapatan
d. Menganalisis peyebab terjadinya selisih anggaran pendapatan.
2. Derajat Desentralisasi Merupakan perhitungan berdasarkan
perbandigan antara jumlah pendapatan asli daerah dengam total penerimaan daerah.
67
ISSN 1412-2936
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 71
3. Rasioefektivitas Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Merupakan perhitungan dengan caramembanndingkan realisasi penerinaman PAD dengan target penerimaan PAD (dianggarkan).
Secara umum, nilai efektivitas PAD
dapatdikatagorikansebagaiberikut:
- Sangatefektif : >100% - Efektif : 100% - Cukupefektif : 90% - 99% - Kurangefektif : 75% - 89% - Tidakefektif : <75%
4. AnalisisVarians Belanja Selisih anggaran belanja dikatagorikan
menjadi duajenis, yaitu:
1. Selisih disukai (favourable variance) dan
2. Selisih tidak disukai (unfavourable variance) Dalam hal realisasi belaja lebih kecil dari anggaran maka disebut favourable variance,
Sedangkan jika realisasi belanja lebih besar dari anggaran belanja maka dikatagorikan unfavourable variance. Hal yang terpenting yang harus diperhatikan dalam analisa verians ini adalah:
1. Mempertanyakan alasan terjadinya varians. Apakah selisih tersebut cukup beralasan dan dapat dipertanggug jawabkan?
2. Berapa besarnya varians, apakah jumlahnya signifikan atau tidak?
3. Berapa tingkat selisih (varians) yang bisa ditoleransi?
5. Rasio Efisiensi Belanja Merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur tingkat penghematan anggaran yang dilakukan Pemerintah Daerah.
Jenisdan Sumberdata Jenis dan Sumber data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data primer.Data primer merupakan data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber yang asli (tidak melalui media perantara).Data
ini diperoleh langsung dari bagian keuangan Dinas PU Bina Marga Kabupaten Pamekasan.
TehnikPengumpulan Data Untuk memperoleh data primer dari
penelitian ini, dilakukan penelitian lapangan dengan menggunakan Wawancara dan Observasi.
Wawancara sebagai upaya mendekatkan informasi dengan cara bertanya langsung kepada informan. Tanpa wawancara, peneliti akan kehilangan informasi yang hanya dapat diperoleh dengan jalan bertanya langsung. Adapun dalam pengumpulan data, peneliti melakukan wawancara bersama antara lain Kepala Dinas dan Bendahara PU Bina Marga.Hal demikian dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh data secara luas.
Oservasi yang dilakukan oleh peneliti bisa direalisasikan dengan cara mencatat berupa informasi yang berhubungan dengan Laporan Realisasi Anggaran. Dengan observasi penelitian ini, peneliti dapat melihat secara langsung mengenai kegiatan yang dilakukan oleh Dinas PU Bina Marga Kabupaten Pamekasan dalam hal kinerja keuangan.peneliti dapat melakukan pengamatan secara langsung dalam mendapatkan bukti yang terkait dengan objek penelitian.
TehnikAnalisis Data
Langkah-langkah analisis dalam penelitian ini yaitu:
1. Mengumpulkan data-data keuangan APBD Dinas PU Bina Marga Kabupaten Pamekasan yang berupa Laporan Realisasi Anggaran(LRA).
2. Melakukan perhitungan analisis rasio keuangan pada tahun 2012-2014.
3. Melakukan perhitungan Derajat Desentralisasi Rasio ini dirumuskan sebagai berikut:
(Mahmudi,2010;142).
68
ISSN 1412-2936
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 72
Derajat Desentralisasi
=Pendapatan Asli Daerah
Total Pendapatan Daerah x 100%
4. Melakukan perhitungan Rasio efektivitas Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Rasio Efektivitas dapat dirumuskan sebagai berikut:(Mahmudi,2010;143).
Rasio Efektivitas Pendapatan Asli Daerah
=Realisasi PAD
Target PAD×100%
5. MelakukanperhitunganRasio Efisiensi Belanja
Rasio Efisiensi Belanja dirumuskan
sebagai berikut: (Mahmudi,2010;166).
Rasio Efisiensi Belanja
=Realisasi Belanja
Anggaran Belanja×100%
6. Melakukan analisis atas hasil perhitungan rasio keuangan.
7. Menyajikan hasil analisis rasio keuangan yang selanjutnya dapat diketahui kinerja keuangan Dinas PU Bina Marga Kabupaten Pamekasan.
8. Membuat kesimpulan.
Hasil Dan Pembahasan Penelitian
Analisis
Setelah melakukan penelitian pada Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Kabupaten Pamekasan Peneliti memperoleh data yang diperlukan Dalam penyusunan laporan keuangan, sebagai entitas Akuntansi menggunakan basis kas (Cash Basis) dalam penyusunan Laporan Realisasi Anggaran (LRA)untuk perhitungan analisis Rasio Keuangan berdasarkan data-data keuangan yang telah diperoleh, maka perhitungan analisis Rasio Keuangan Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Kabupaten Pamekasan adalah sebagaiberikut:
AnalisisVariansAnggaranPendapatan
Analisis varian Anggaran pendapatan dilakukan dengan cara menghitung selisih antara realisali pendapatan dengan Anggaran yang dilakukan. Biasanya selisih anggaran sudah diinformasikan dalam laporan Realisasi Anggaran yang disajikan oleh Pemerintah Daerah.Informasi selisih anggaran tersebut sangat membantu pengguna laporan dalam memahami dan menganalisa kinerja pendapatan.
69
ISSN 1412-2936
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 73
Tabel 4.1. LaporanRealisasiAnggaranPendapatanTahun 2012
Dinas PU Bina Marga Kabupaten Pamekasan Nomor
Urut
Uraian Anggaran
Setelah
Perubahan
Realisasi Lebih/(Kurang) %
1 2 3 4 5
1 PENDAPATAN
1,1 PENDAPATAN ASLI DAERAH
1.1.1 Pendapatan PajakDaerah 0 0 0
1.1.2 Pendapatan Retribusi Daerah 158.126.390,00 388.612.454,00 (230.486.064,00) 2,46
1.1.3 Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah
yang Dipisahkan
0 0 0
1.1.4 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah 1.500.000,00 354.985.960,00 (353.485.960,00) 236,66
1,2 PENDAPATAN TRANSFER
1.2.1 Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan
1.2.1.1 Dana Bagi Hasil Pajak 0 0 0
1.2.1.2 Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumberdaya alam) 0 0 0
1.2.1.3 Dana Alokasi Umum 0 0 0
1.2.1.4 Dana Alokasi Khusus 0 0 0
1.2.2 Transfer pemerintah Pusat – Lainnya
1.2.2.1 Dana otonomi khusus 0 0 0
1.2.2.2 Dana Penyesuaian 0 0 0
1.2.3 Transfer Pemerintah Propinsi*)
1.2.3.1 Pendapatan Bagi Hasil Pajak 0 0 0
1.2.3.2 Pendapatan Bagi Hasil lainnya 0 0 0
70
ISSN 1412-2936
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 74
1,3 LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH.
1.3.1 Pendapatan Hibah 0 0 0
1.3.2 Pendapatan Dana Darurat 0 0 0
1.3.3 Pendapatan lainnya. 0 0 0
Jumlah 159.626.390,00 743.598.414,00 (583.972.024,00) 4,66
Sumber: Lampiran 1LaporanRealisasiAnggaran 2012
Berdasarkan Laporan Realisasi Anggaran diatas, pada tahun 2012 secara umum terdapat selisih anggaran pendapatan dengan realisasi yang bersaldo positif.Hal ini mengindikasikan
bahwa kinerja pendapatan pemerintah sangat baik karena mampu memperoleh pendapatan yang melebihi dengan jumlah yang dianggarkan.
Tabel 4.2. LaporanRealisasiAnggaranPendapatanTahun 2013
Dinas PU Bina Marga Kabupaten Pamekasan Nomor
Urut
Uraian Anggaran Setelah
Perubahan
Realisasi Lebih/(Kurang) %
1 2 3 4 5
1 PENDAPATAN
1,1 PENDAPATAN ASLI DAERAH
1.1.1 Pendapatan PajakDaerah 0 0 0
1.1.2 Pendapatan Retribusi Daerah 180.100.000,00 332.715.465,00 (152.615.465,00) (0,85)
1.1.3 Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah
yang Dipisahkan
0 0 0
1.1.4 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah 130.790.500,00 46.253.350,00 84.537.150 0,65
1,2 PENDAPATAN TRANSFER
1.2.1 Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan
1.2.1.1 Dana Bagi Hasil Pajak 0 0 0
1.2.1.2 Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumberdaya alam) 0 0 0
71
ISSN 1412-2936
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 75
1.2.1.3 Dana Alokasi Umum 0 0 0
1.2.1.4 Dana Alokasi Khusus 0 0 0
1.2.2 Transfer pemerintah Pusat – Lainnya
1.2.2.1 Dana otonomi khusus 0 0 0
1.2.2.2 Dana Penyesuaian 0 0 0
1.2.3 Transfer Pemerintah Propinsi*)
1.2.3.1 Pendapatan Bagi Hasil Pajak 0 0 0
1.2.3.2 Pendapatan Bagi Hasil lainnya 0 0 0
1,3 LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH.
1.3.1 Pendapatan Hibah 0 0 0
1.3.2 Pendapatan Dana Darurat 0 0 0
1.3.3 Pendapatan lainnya. 0 0 0
Jumlah 310.890.500 378.968.815 (68.078.315) (0,22)
Sumber: Lampiran 2LaporanRealisasiAnggaran 2013
Berdasarkan Laporan Realisasi Anggaran diatas, pada tahun 2013 secara umum terdapat selisih anggaran pendapatan dengan realisasi yang bersaldo positif.Hal ini mengindikasikan bahwa kinerja pendapatan pemerintah sangat baik karena mampu
memperoleh pendapatan yang melebihi dengan jumlah yang dianggarkan.Meskipun pada tahun ini jumlah Angaran Lebih besar di tahun 2012tetap dapat merealisasikan pendapatannya melebihi dengan yang dianggarkan.
Tabel 4.3.
LaporanRealisasiAnggaranPendapatanTahun 2014
Dinas PU Bina Marga Kabupaten Pamekasan
Nomor
Urut
Uraian Anggaran
Setelah
Perubahan
Realisasi Lebih/(Kurang) %
72
ISSN 1412-2936
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 76
1 2 3 4 5
1 PENDAPATAN
1,1 PENDAPATAN ASLI DAERAH
1.1.1 Pendapatan PajakDaerah 0 0 0
1.1.2 Pendapatan Retribusi Daerah 27.500.000,00 82.853.000,00 (55.353.000,00)
1.1.3 Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan
Daerah yang Dipisahkan
0 0 0
1.1.4 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang
sah
- 7.723.000,00 (7.723.000,00)
1,2 PENDAPATAN TRANSFER
1.2.1 Transfer Pemerintah Pusat - Dana
Perimbangan
1.2.1.1 Dana Bagi Hasil Pajak 0 0 0
1.2.1.2 Dana Bagi Hasil Bukan Pajak
(Sumberdaya alam)
0 0 0
1.2.1.3 Dana Alokasi Umum 0 0 0
1.2.1.4 Dana Alokasi Khusus. 0 0 0
1.2.2 Transfer pemerintah Pusat – Lainnya
1.2.2.1 Dana otonomi khusus 0 0 0
1.2.2.2 Dana Penyesuaian 0 0 0
1.2.3 Transfer Pemerintah Propinsi*)
1.2.3.1 Pendapatan Bagi Hasil Pajak 0 0 0
1.2.3.2 Pendapatan Bagi Hasil lainnya 0 0 0
73
ISSN 1412-2936
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 77
1,3 LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH.
1.3.1 Pendapatan Hibah 0 0 0
1.3.2 Pendapatan Dana Darurat 0 0 0
1.3.3 Pendapatan lainnya. 0 0 0
Jumlah 27.500.000,00 90.576.000,00 (63.076.000.00)
Sumber: Lampiran 3LaporanRealisasiAnggaran 2014
Berdasarkan Laporan Realisasi Anggaran diatas, pada tahun 2014 secara umum terdapat selisih anggaran pendapatan dengan realisasi yang bersaldo positif.Hal ini mengindikasikan bahwa kinerja pendapatan pemerintah sangat baik karena mampu memperoleh pendapatan yang melebihi dengan jumlah yang dianggarkan.Meskipun pada tahun ini jumlah anggaran lebih kecildari tahun 2013dapat merealisasikan pendapatannya melebihi dengan yang dianggarkan.
Berdasarkan analisis Varians Anggaran Pendapatan dari tahun 2012sampai dengan tahun 2014 kinerja Dinas PU Bina Marga
Dapat dikatakan sangat baik, hal ini dapat dilihat dari realisasi pendapatan yang setiap tahunnya melebihi anggaran yang ditargetkan.
Derajat Desentralisasi
Rasio ini menunjukan derajat kontribusi PAD terhadap total penerimaan daerah. Semakin tinggi kontribusi PAD maka semakin tinggi kemampuan pemerintah daerah dalam penyelenggaraan desentralisasi.(Mahmudi,2010;142).
Table 4.4.dibawah ini menunjuk perhitungan Derajat Desentralisasi.
Tabel 4.4.
DerajatDesentralisasi
Dinas PU Bina Marga Kabupaten Pamekasan
TTAHUN PAD Total Pendapatan RASIO (%) Naik/(Turun)
(%)
22012
388.612.454,00 743.598.414,00
52,26
22013
332.715.465,00 378.968.815,00
87,79
35,53
22014
82.853.000,00 90.576.000,00
91,47
3,68
74
ISSN 1412-2936
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 78
Sumber: Lampiran 1, 2, 3 (data diolah)
Derajat desentralisasi Dinas PU Bina Marga PadaTahun 2012sebesar52,26% , pada tahun 2013sebesar 87,79%, kemudian pada tahun 2014 sebesar 91,47%. Pada tahun 2012-2014mengalami Kenaikan Sebesar 35,53% dan 3,68%.
RasioEfektivitasPendapatanAsli Daerah
Rasio efektivitas PAD dihitung dengan cara membandingkan realisasi penerimaan PAD dengan target penerimaan PAD yang dianggarkan.
Rasio efektivitas PAD menunjukkan Kemampuan Pemerintah Daerah dalam memobilisasi penerimaan PAD sesuai dengan yang ditargetkan.Secara umum, nilai efektivitas PAD dapat dikategorikan sebagai berikut: (Mahmudi,2010:143).
Tabel 4.5.di bawah ini menunjukkan perhitungan Rasio Efektivitas Pendapatan Asli Daerah.
Tabel 4.5. RasioEfektivitasPendapatanAsli Daerah
Dinas PU Bina Marga Kabupaten Pamekasan
TTAHUN Realisasi PAD Target PAD RASIO (%) Naik/(Turun)
(%)
22012
388.612.454,00 158.126.390,00
245,76
22013
332.715.465,00 180.100.000,00
184,74 (61,02)
22014
82.853.000,00 27.500.000,00
301,28 116,54
Sumber: Lampiran 1, 2, 3 (data diolah)
Tabel 4.5. menunjukkan bahwa dalam merealisasikan Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada tahun 2012, 2013, dan 2014 sudah efektif, karena realisasi atau penerimaan PAD sudah melebihi target penerimaan PAD setiap tahunnya. KinerjaDinas PU Bina Marga Pemerintah Kabupaten Pamekasan dalam Efektivitas Pendapatan Asli Daerahnya Pada tahun 2012-2013 mengalami Penurunan kinerja yaitu sebesar (61,02%), sedangkan tahun 2013-2014 Mengalami Kenaikan Kinerja yaitu 116,54%. Dalam hal ini kinerja Dinas PU Bina Marga pada tahun 2012-2014 melalui analisis rasio efektivitas Pendapatan Asli Daerah secara keseluruhan dapat
dikategorikan efektif.
Analisis Varian Belanja
Dalam hal belanja daerah tedapat ketentuan bahwa anggaran belanja meruakan batas maksimum pengeluaran yang boleh dilakukan pemerintah daerah. Dalam hal ini pemerintah daerah akan dinilai baik kinerja belanjanya apabila realisasi belanja tidak melebihi yang dianggarkan. Analisis varians merupakan analisis terdapat perbedaan atau selisih antara realisasi belanja dengan anggaran. Analisis varians cukup sederhana namun dapat memberikan informasi yang sangat
75
ISSN 1412-2936
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 79
berarti.(Mahmudi,2010;157). Tabel 4.6.di bawah ini menunjukkan perhitungan Analisa Varian Belanja.
Tabel 4.6. Laporan Realisasi Anggaran Belanja
Dinas PU Bina Marga Kabupaten Pamekasan
TAHUN ANGGARAN JUMLAH REALISASI BERTAMBAH / (BERKURANG)
(%)
2012 135.193.464.701,68
129.332.003.829,00
5.861.460.872,68 95,66%
2013 151.457.981.673,20
127.223.988.281,00
24.233.993.392,20 84,00%
22014 199.011.185.637,40
154.463.226.075,00
44.547.959.562,40 77,62%
Sumber: Lampiran 1, 2, 3 (data diolah)
Berdasarkan laporan realisasi anggaran Dinas PU Bina Marga pada tahun 2012 secara umum terdapat selisih anggaran belanja bersaldo positif.Hal ini mengindikasikan adanya efisiensi atau penghematan anggaran. Anggaran belanja terserap 95,66%, penghematan anggaran belanja yang dilakukan dalam tahun 2012 sebesar 5.861.460.872,68dari total APBD. Pada tahun 2013, secara umum terdapat selisih anggaran belanja bersaldo positif.Hal ini mengindikasikan adanya efisiensi atau penghematan anggaran. Anggaran belanja terserap 84,00%, penghematan anggaran belanja yang dilakukan dalam tahun 2013 sebesar 24.233.993.392,20dari total APBD. Pada tahun 2014, secara umum terdapat selisih anggaran belanja bersaldo positif.Hal ini mengindikasikan adanya efisiensi atau penghematan anggaran. Anggaran belanja terserap 77,62%, penghematan anggaran belanja yang dilakukan dalam tahun 2014 sebesar 44.547.959.562,40 total APBD. Jumlah penghematan tersebut jika dilihat daripersentasenya memang tidak begitu
besar, namun jika dilihat dari nominalnya cukup signifikan dan dapat dikatan Dalam Dinas PU Bina Marga memiliki kinerja yang cukup baik dalam penghematan anggaran belanja.
Rasio Efisiensi Belanja
Rasio Efisiensi Belanja merupakan perbandingan antara realisasi belanja dengan anggaran belanja.Rasio efisiensi belanja ini digunakan untuk mengukur tingkat penghematan anggaran yang dilakukan pemerintah.Angka yang dihasilkan dari rasio efisiensi ini tidak bersifat absolute, tetapi relatif.Artinya tidak ada standar bakuyang dianggap baik untuk rasio ini. Pemerintah Daerah dinilai telah melekukan efisiensi anggaran jika rasio efisiensinya kurang dari100%, sebaliknya jika lebih maka mengindikasikan telah terjadi pemborosan anggaran (Mahmudi,2010:166).
Tabel.4.7. di bawah ini menunjukan perhitungan Rasio Efisiensi Belanja.
ISSN 1412-2936
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 80
Tabel 4.7. Rasio Efisiensi Belanja
Dinas PU Bina Marga Kabupaten Pamekasan
TTAHUN Realisasi Belanja Anggaran Belanja RASIO
(%) Naik/(Turun)
(%)
22012
129.332.003.829,00
135.193.464.701,68
95,66
22013
127.223.988.281,00
151.457.981.673,20
84,00 (11,66)
22014
154.463.226.075,00
199.011.185.637,40
77,62 (6,38)
Sumber: Lampiran 1, 2, 3 (data diolah)
Tabel 4.7. menunjukkan bahwa Rasio Efisiensi Belanja pada tahun 2012 rasionya sebesar 95,66%, pada tahun 2013 rasionya mengalami Penurunan sebesar 11,66% sehingga Menjadi 84,00% dan pada tahun 2014 rasionya mengalami penurunan sebesar 6,38% sehingga menjadi 77,62% menunjukkan bahwa kinerja keuangannya sudah efisien karena realisasi belanja lebih rendah dari anggaran belanja setiap tahun.kinerja Dinas PU Bina Marga pada tahun 2012, 2013, dan tahun 2014 melalui analisis rasio efisiensi dapat dikategorikan efisien karena rasionya tidak lebih dari 100%.Namun pengeluaran belanja pada setiap pemerintah daerah juga mesti dilihat tergantung dengan keperluan kegiatan operasi dan pembangunan untuk mencapai pertumbuhan yang optimal. Dalam hal efisiensi belanja, Dinas PU Bina Marga perlu mempertimbangkan terlebih dahulu bagaimana gejala jika terjadi kenaikan atau penurunan pada Pemerintah Daerah.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dibahas pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Kinerja Dinas PU Bina Marga Pemerintah Kabupaten Pamekasan dalam penyelenggaraan tugas-tugas pemerintahan, pembangunan,dan pelayanan sosial kepada masyarakat Pada tahun 2012-2013 mengalami Penurunan kinerja yaitu sebesar (61,02%), sedangkan tahun 2013-2014 Mengalami Kenaikan Kinerja yaitu 116,54% Meskipun demikian Pendapatan Asli Daerah sudah efektif.
2. Kendala dalam penyusunan Laporan Keuangan Dinas PU Bina Marga pertahun adalah kesalahan pencatatan transaksi dan tidak lengkapnya dokumen sumber pencatatan.
3. Kesalahan pencatatan yang sering terjadi antara lain menyangkut kode program dan kegiatan serta kode rekening belanja. Sedangkan dokumen sumber yang tidak lengkap menyangkut pembayaran SP2D LS untuk Pihak ketiga.
4. Pendapatan dan Belanja Dinas PU Bina Marga pemerintah kabupaten Pamekasan yang selalu mengalami penghematan setiap tahunnya melalui Analisis Varians Anggaran Pendapatan, Derajat Desentralisasi, Rasio Efektivitas PAD, Analisis Varians Belanja, dan Rasio Efisiensi Belanja.Seperti halnya dalam Rasio Efisiensi Belanja pada tahun 2012
76
77
ISSN 1412-2936
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 81
rasionya sebesar 95,66%, pada tahun 2013 rasionya sebesar 84,00%, kemudian pada tahun 2013 rasionya mengalami Penurunan sebesar (11,66%) sehingga Menjadi 84,00% dan pada tahun 2014 rasionya mengalami penurunan sebesar (6,38%) sehingga menjadi 77,62%,kinerja Dinas PU Bina Marga pada tahun 2012, 2013, dan tahun 2014 melalui analisis rasio efisiensi dapat dikategorikan efisien karena rasionya tidak lebih dari 100%.
Daftar Pustaka Bastian, Indra. 2006. Akuntansi Sektor
Publik,Suatu Pengantar. Erlangga: Jakarta.
Cherrya Dhia Wenny 2012. Analisis Pengaruh
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Kinerja Keuangan Pada Pemerintah Kabupaten dan Kota Di Propinsi Sumatera Selatan.Jurnal Ilmiah STIE MDP Forum Bisnis Dan Kewirausahaan
Halim, Abdul. 2004. Akuntansi Keuangan
Daerah. Salemba Empat: Jakarta. Hendra Arafat 2010, Analisis Atas Laporan
Realisasi Anggaran Untukmengukur Kinerja Keuangan Pemerintah Kota Batu.Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Malang.
Julliet Angel Gozaliem (2013), yang berjudul
Analisis Pendapatan Dan Belanja Pada Pemerintah Kota Bitung.Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Akuntansi Universitas Sam Ratulangi Manado.
Mahmudi. 2010. Analisis Laporan Keuangan
Pemerinntah Daerah.UPP Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN: Yogyakarta.
Munawir. 2007. Analisis Laporan Keuangan. Liberty: Yogyakarta.
Republik Indonesia, Undang-Undang No. 23
Tahun 2014, 2014Tentang Pemerintah Daerah.
Republik Indonesia, Undang-Undang No. 33
Tahun 2004, 2004.Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah
No. 71 Tahun 2010, 2010.Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan .135
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah
No. 58 Tahun 2005, 2005.Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Bisnis.
Penerbit Alfabeta: Bandung. Tanjung, Abdul Hafiz 2008.Akuntansi
Pemerintah Daerah. Alfabeta: Bandung.
Wahyuni, Nanik. 2007. Analisis Rasio Untuk
Mengukur Kinerja Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Malang.Karya Ilmiah. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi UIN MALIKI Malang
78
ISSN 1412-2936
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 i
PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP PERSEPSI KONSUMEN PT. POS PAMEKASAN
Alfi Hasaniyah
UNIVERSITAS MADURA
A B S T R A K
Kualitas pelayanan memiliki peranan penting dalam hal pelayanan kepada konsumen. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan terhadap persepsi konsumen PT Pos Pamekasan. Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Kecamatan Pamekasan.
Penelitian ini menggunakan perhitungan analisa linear sederhana. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan analisa linear sederhana dapat diketahui
hubungankualitas pelayanan terhadap persepsi konsumennilai positif sebesar 0,967 atau 96,7%, Sedangkan persamaan regresi sederhananya sebagai berikut :
Y = 0,23+ 0,826 X1 + 0,187 X2+ 0,027 X3 + 0,0012 X4+ 0,011 X5
Hasil perhitungan R sebesar 0,967 atau 96,7% yaitu menggambarkan pengaruh antara variable bebas terhadap variabel terikat bersifat searah dan kuat. Sedangkan nilai R squared atau determinan R sebesar 0,935 atau 93,5% artinya 6,5% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan uji t, ternyata variabel reliability (X1), daya tanggap (X2), jaminan (X3), empaty (X4) dan bukti fisik (X5) nilai t hitungnya lebih besar dibandingkan dengn t table. Dengan demikian hipotesis penelitian dapat dibuktikan kebenarannya bahwa pelayanan berpengaruh terhadap persepsi konsumen PT Pos Pamekasan
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan uji t, ternyata dari kelima faktor tersebut, faktor reliability nilai t nya paling besar. Dengan demikian faktor reliability adalah faktor yang paling dominan mempengaruhi persepsi konsumen PT Pos Pamekasan.
PENDAHULUAN
Persaingan ketat yang berlangsung sedemikian cepat, menjadikan layanan sebagai faktor pembeda yang berperan merebut hati pelanggan. Tidak hanya memiliki peranan yang sangat penting, namun juga sangat menentukan. Itulah dahsyatnya layanan, layanan adalah segalanya. Kualitas jasa harus mulai dari kebutuhan konsumen dan berakhir
pada persepsi konsumen. Hal ini berarti bahwa faktor yang mempengaruhi kepuasan konsumen antara lain produk, harga, promosi, saluran distribusi, karyawan, bukti fisik, proses dan layanan pelanggan. Dewasa ini hampir setiap perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa dan layanan, saling berlomba merumuskan dan mengaplikasikan konsep layanan terbaik guna mempertahankan
79
ISSN 1412-2936
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 ii
sekaligus mengembangkan jaringan pelanggannya.
Aspek pelayanan dari kualitas jasa PT Pos Indonesia dimulai dari pelayanan pada saat calon pengguna jasa membutuhkan jasa pengiriman melalui pos, antar lain: surat, wesel, paket barang, giro bahkan saat ini PT Pos mengembangkan kegiatan usahanya dengan membuka Pos Shop yang menyediakan berbagai produk untuk memenuhi kebutuhan konsumen dalam berbelanja. Adapun yang mempengaruhi kebutuhan konsumen adalah produk, harga, slauran distribusi, karyawan, bukti fisik, proses, dan layanan pelanggan, semuanya harus memenuhi kebutuhan dan harapan dari pelanggan baik yang bersifat fisik maupun fisikologis.
Bagi PT Pos Indonesia Pamekasan terdapat beberapa langkah yang diterapkan untuk mewujudkan citra PT Pos Indonesia Pamekasan kepada masyarakat sehingga masyarakat memiliki persepsi yang baik. Setiap pengambilan keputusan senantiasa dipertimbangkan berdasarkan komitmen untuk menyediakan pelayanan berkelas bagi para pelanggan. Dengan demikian PT Pos Indonesia Pamekasan berharap akan memberikan pelayanan terbaik terhadap semua konsumen. Selain itu PT Pos Indonesia Pamekasan juga secara konsisten berupaya membangun komunikasi dengan para konsumennya. Komunikasi ini antara lain dengan bagaimana menangani keluhan maupun pujian yang dilontarkan pelanggan dan konsumen, kemudian di tindak lanjuti dengan pengawasan yang sangat ketat dan cermat. Konsumen atau pelanggan yang betul-betul setia dengan pelayanan PT Pos Indonesia Pamekasan adalah konsumen atau pelanggan yang puas dengan
pelayanan yang diberikan oleh PT Pos Indonesia Pamekasan, kemudian selalu merekomendasikan PT Pos Indonesia Pamekasan kepada orang lain dan mengambil waktu serta usaha untuk menunjukkan cara agar PT Pos Indonesia Pamekasan terus berkembang.
Membangun persepsi konsumen yang berasal dari berbagai kalangan, berbagai usia dan berbagai asal usul akan tercapai dengan baik pada tingkat kepuasan mereka dalam mendapatkan pelayanan yang berkualitas dan baik. Untuk mencapai persepsi konsumen banyak hal lain yang dilakukan PT Pos Indonesia Pamekasan seperti memberikan berbagai kemudahan dan kenyamanan, tepat waktu, menjaga kebersihan, melayani tanpa peduli jabatan, melakukan pekerjaan lebih dari yang diharapkan konsumen, tetap melakukan komunikasi walau sudah sibuk dengan tugasnya selalu membantu konsumen sehingga konsumen merasa puas sehingga konsumen memiliki persepsi yang positif yang akan berpengaruh terhadap loyalitas konsumen. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka judul penelitian ini adalah ”Pengaruh kualitas pelayanan terhadap persepsi konsumen PT Pos Indonesia Pamekasan.
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah kualitas pelayanan yang terdiri dari keandalan (X1), daya tanggap (X2), jaminan (X3), empati (X4)dan berwujud (X5)secara bersama-sama berpengaruh terhadap persepsi PT Pos Indonesia Pamekasan.
2. Dari kelima variabel kualitas pelayanan manakah yang paling dominan berpengaruh terhadap
80
ISSN 1412-2936
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 iii
persepsi konsumen PT Pos Indonesia Pamekasan
TINJAUAN PUSTAKA
Pelayanan
Sutopo dan Adi (2003:3) menyebutkan bahwa berkaitan dengan pelayanan, ada dua istilah yang perlu diketahui, yaitu melayani dan pelayanan. Pengertian melayani adalah membantu menyiapkan apa yang diperlukan seseorang. Sedangkan pelayanan adalah usaha melayani kebutuhan orang lain.
Pelayanan yang terbaik yang dapat diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat dimana ukuran terbaik sangat relatif, dan biasanya dikaitkan dengan standar pelayanan publik. Pelayanan merupakan terjemahan dari istilah excellent service yang secara harfiah berarti pelayanan yang sangat baik dan atau pelayanan yang terbaik.
Menurut Michelli (1996:53) menyatakan bahwa faktor yang ada untuk menciptakan kesan pertama itu adalah :
Penampilan
Ukuran, mobilitas dan asal kebangsaan
Berjabat tangan
Gaya berjalan, bahasa tubuh
Suara, aksen, pola bicara, kesukaran bicara, nada.
Kesempatan pertama untuk menciptakan kesan yang baik adalah pertemuan pertama, apabila konsumen dan pemakai jasa telah mendapatkan kesan negative terhadap pelayanan yang diberikan maka selajutnya konsumen akan
merasa segan dan enggan untuk kembali.
Pelayanan adalah proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain. Pada penjualan jasa maka pelayanan sangat menentukan keberhasilan perusahaan. Pelayanan merupakan faktor yang amat penting untuk mendapat perhatian dalam sikap manusia, apalagi bagi suatu perusahaan yang berkaitan dengan pelayanan secara umum seperti selep padi. Sehubungan dengan hal tersebut.
Adapun Faktor – faktor yang menentukan kualitas Pelayanan adalah sebagai berikut :
a. Faktor Kesadaran, yaitu sutu kesiapan yang mana tidak ada pihak yang berperan tanpa suatu paksaan atau pamrih dalam melaksanakan tugasnya.
b. Faktor utama, yaitu adanya peraturan yang memadai sehingga yang bersangkutan akan memiliki sikap kewenangan, pengetahuan dan pengalaman, kemampuan bahasa pemahaman oleh pelaksana dan disiplin dalam pelaksanaan.
c. Faktor Organisasi, yaitu faktor yang menyamgkut metode, prosedur maksudnya adalah suatu kecenderungan dalam mencapai sesuatu dengan kemampuan yang dimiliki sehingga mekanismenya cukup dinamis.
d. Faktor Pendapatan, yaitu faktor yang menyangkut pendapatan pegawai yang cukup untuk memenuhi kebutuhan minimum sehingga merasa
81
ISSN 1412-2936
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 iv
diperlakukan adil dengan apa yang telah dikerjakan.
e. Faktor Kemampuan dan Ketrampilan, yaitu suatu kemampuan dan ketrampilan yang dimiliki oleh suatu pihak sehingga dengan hal tersebut dapat mendukung dan mampu mengemban tugas dan tanggung jawabnya dengan baik.
f. Faktor Sarana Pelayanan, yaitu sarana kerja dan fasilitas yang tersedia sampai dengan jenis dan bentuknya.
Kesempatan pertama yang dapat dimiliki untuk menciptakan kesan yang baik itu adalah pertemuan pertama atau selama wawancara untuk mendapatkan pekerjaan. Bila konsumen atau pemakai jasa pada pertemuan pertama telah mendapatkan kesan negatif terhadap pelayanan yang diberikan pegawai maka selanjutnya konsumen akan merasa malas untuk berbicara banyak. Kondisi seperti ini akan sangat merugikan pada perusahaan khususnya perusahaan yang dalam operasionalnya memerlukan komunikasi dan pelayanan.
Pelanggan pada dasarnya adalah pemilik dari pelayanan, tanpa pelanggan tidak akan pernah ada pelayanan. Mengutamakan pelanggan secara praktis diartikan sebagai berikut:
a. Prosedur pelayanan harus disusun demi kemudahan dan kenyamanan pelanggan.
b. Jika ada pelanggan internal dan ekternal, maka harus ada prosedur yang berbeda dan terpisah keduannya
c. Harus dipersiapkan jenis-jenis layanan yang sesuai.
Sebuah proses pelayanan perlu dilihat sebagai sebuah sistem yang nyata yaitu tatanan yang
memadukan hasil-hasil kerja dari berbagai unit dalam organisasi. Perpaduan itu harus dilihat sebagai sebuah proses yang beralngsung dengan tertib dan lancar dimata pelanggan. Setiap pelayanan selayaknya memiliki prosedur yang memungkinkan perpaduan hasil kerja ini dapat mencapai batas maksimum.
Pelayanan juga perlu dilihat sebagai sebuah sistem yang halus yaitu tatanan yang mempertemukan manusia satu dengan yang lainnya. Pertemuan semacam ini tentu melibatkan sentuhan-sentuhan emosi, perasaan, sikap, penilaian, keinginan, harga diri, dan perilaku. Pelayanan memiliki kekuatan sistemik untuk membentuk pola perilaku baik pada petugas pelayanan, maupun pada pelanggan ternyata muncul perilaku-perilaku yang kurang menguntungkan selama berlangsung proses pelayanan.
Sebaik apapun disain dan prosedur sebuah pelayanan akhirnya tetap para petugas pelayanan yang harus berhadapan dengan para pelanggan. Penilaian pelangggan terhadap mutu sebuah layanan sebagian besar terjadi ketiak mereka bertemu langsung dengan petugas layanan. Ukuran utama penilaian adalah sikap dan perilaku pelyanan yang baik.
Pelanggan pada dasarnya juga belajar mengenali kebutuhan dirinya dari proses pelayanan kita. Semakin baik mutu pelayanan semakin akan menghasilkan pelanggan yang semakin sulit untuk dipuaskan, karena tuntutannya juga semakin tunggi dan beragam. Fenomena aksi dan reaksi antar mutu layanan dan tuntutan pelanggan semacam ini akan terus bergulir dan memacu kita untuk mampu terus-menerus meningkatkan mutu pelayanan.
82
ISSN 1412-2936
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 v
Dengan menawarkan jenis-jenis layanan yang dapat digunakan berarti memberdayakan pelanggan
Kepuasan adalah sebagi tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja (hasil) yang dirasakan dengan harapannya. Oleh karen itu maka tingkat kepuasan adalah perbedaan antara kinerja dengan apa yang dirasakan dengan harapan. Dengan demikian apabila dikaitkan dengan pelanggan, maka pelanggan dapat merasakan hal-hal sebagai berikut:
a. Kalau kinerjanya dibawah harapan, pelanggan akan merasa kecewa
b. Kalau kinerjanya sesuai harapan, pelanggan akan merasa puas.
c. Kalau kinerjanya melebihi harapan, pelanggan akan sangat puas
Perlu diperhatikan adalah orang yang sangat puas akan mempunyai ikatan emosional dengan suatu produk dan ini akan menyebabkan loyalitas pelanggan menjadi tinggi. Oleh karena itu, aparatur dihadapkan pada tantangan membangun budaya organisasi, yaitu agar senua orang yang berada dilingkungan organisasi bertujuan memuaskan pelanggan.
Kepuasan pelanggan adalah merupakan tujuan utama pelayanan prima. Kepuasan pelanggan dapat dicapai dengan mengetahui siapa pelanggan, sikap pelanggan, karakter pelanggan, keinginan pelanggan. Apabila pelanggan merasa puas terhadap pelayanan yang telah diberikannya maka akan memberikan suatu perubahan terhadap perilaku pelanggan. Pelanggan akan memiliki keyakinan dan kesadaran untuk selalu mendapatkan pelayanan. Dimensi pelayanan harus selalu diperhatikan dan ditingkatkan untuk memberikan suatu kepercayaan kepada
pelanggan dengan selalu meningkatkan mutu pelayanan dengan memperhatikan:
a. Ketepatan waktu pelayanan b. Akurasi pelayanan c. Kesopanan dan keteraturan serta
keramahan d. Tanggung jawab e. Kelengkapan yang berkaitan
dengan sarana pendukung f. Kemudahan bagi pelanggan
untuk mendapatkan pelayanan g. Kenyamanan dalam memberikan
pelayanan Dapat disimpulkan bahwa pelayanan sangat erat hubungannya dengan membangun perilaku pelanggan. Orientasi pelayanan dalam upaya membangun perlaku pelanggan adalan dengan menciptakan budaya pelayanan. Pelayanan sebagai budaya berarti melakukan kegiatan pelayanan sebagai suatu hal yang membanggakan dengan nilai luhur yang dijunjung tinggi. Budaya pelayanan adalah sebuah budaya yang kuat yang mewarnai sifat hubungan antara instansi/organisasi pemberi pelayanan dengan pelanggannya dan dapat menjadi sarana yang sangat baik untuk menciptakan perilaku pelanggan yang baik.
Pelayanan prima sangat memperhatikan individu sebagai pribadi yang unik dan menarik. Setiap pelanggan memiliki sifat dan watak serta perilaku yang berbeda. Sentuhan pribadi akan mengarahkan petugas pelayanan berfikir bahwa memberlakukan orang lain sebagaimana memberlakukan diri-sendiri dan bukan hanya slogan-slogan untuk memberikan pelayanan terbaik bagi pelanggan. Buatlah pelanggan merasa penting, merasa nyaman, cepat, tepat, ramah, mengutamakan kepuasan pelanggan, menunjukkan etika dan sopan
83
ISSN 1412-2936
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 vi
Menurut Ruslan (2005:279) kualitas pelayanan ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut:
a. Reliability adalah kemampuan untuk memberikan pelayanan yang sesuai dengan janji yang ditawarkan.
b. Responsiveness, respon atau kesigapan dalam membantu pelanggan dengan memberikan layanan cepat, tepat dan tanggap serta mampu menangani keluhan para pelanggan secara baik.
c. Assurance, kemampuan karyawan tentang pengetahuan dan informasi suatu produk (goodproduct knowledge) yang ditawarkan dengan baik, keramah-tamahan, perhatian, dan kesopanan dalam memberikan jaminan pelayanan yang terbaik.
d. Empaty adalah merupakan perhatian secara individual yang diberikan kepada konsumen dan berusaha untuk memahami keinginan dan kebutuhan, serta mampu menangani keluhan pelanggan secara baik dan tepat.
e. Tangibles adalah kenyataan yang berhubungan dengan penampilan fisik gedung, tersedianya tempat parkir yang layak, kebersihan, kerapian, aman dan kenyamanan dilingkungan perusahaan yang dipelihara secara baik.
Gap Kualitas Pelayanan
Pelayanan jasa yang berkualitas dapat didayagunakan dengan mengindentifikasi bentuk kepuasan pelanggannya. Terdapat beberapa Gap (kesenjangan) yang menyebabkan adanya perbedaan persepsi mengenai kualitas pelayanan, diantaranya yaitu:
a. Gap persepsi manajemen Adanya perbedaan penilaian pelayanan menurut pengguna jasa dan persepsi menajemen mengenai harapan pengguna jasa. Manajemen terjadi antara lain karena tidak memadai.
b. Gap spesifikasi kualitas Kesenjangan antara persepsi manajemen mengenai harapan pengguna jasa dan spesifikasi-spesifikasi kualitas jasa. Kesenjangan terjadi antara lain karena tidak memadainya standarisasi tugas dan tidak adanya penyusunan tujuan.
c. Gap penyampaian pelayanan Kesenjangan antara spesifikasi kualitas jasa dan penyerahan jasa (service delivery). Manajemen tidak selalu dapat merasakan apa yang diinginkan para pelanggan secara tepat.
d. Gap komunikasi pemasaran Kesenjangan antara penyampaian jasa dan komunikasi eksternal. Ekspetasi pelanggan mengenai kualitas pelayanan dipengaruhi oleh pernyataan-pernyataan yang dibuat oleh perusahaan dan komunikasi pemasaran.
e. Gap dalam pelayanan yang dirasakan Perbedaan persepsi antara jasa yang dirasakan dan jasa yang diharapkan oleh pelanggan. Jika jasa yang diharapkan atau sama dengan yang diterima maka perusahaan akan memperoleh citra dan dampak positif. Namun jika jasa yang diterima lebih rendah dari jasa yang diharapkan, maka kesenjangan ini akan menimbulkan permasalahan bagi perusahaan.
Strategi Kualitas Pelayanan
84
ISSN 1412-2936
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 vii
Pelayanan yang diberikan perusahaan tidak hanya untuk memenuhi harapan-harapan konsumen dan memberikan kepuasan, akan tetapi juga pelayanan tersebut diupayakan untuk mempertahankan konsumen agar tetap loyal menggunakan produk yang ditawarkan perusahaan. Oleh sebab itu, strategi kualitas pelayanan mempunyai peranan penting untuk mencapai tujuan tersebut. Tjiptono (2003:132) menyatakan bahwa strategi kualitas pelayanan atau jasa harus mencakup empat hal sebagai berikut:
a. Atribut layanan pelanggan Penyampaian layanan harus tepat waktu, akurat, dengan perhatian dan keramahan. Semua ini penting, karena jasa layanan tidak berwujud fisik (intangible) dan merupakan fungsi dari persepsi. Selain itu, jasa juga bersifat tidak tahan lama, sangat variatif, dan tidak terpisahkan antara produksi dan konsumsi. Atribut-atribut layanan pelanggan ini dapat dirangkum dalam akronim COMFORT yaitu caring (kepedulian), observant (suka memperhatikan) mindful (hati-hatit), friendly (ramah), oblinging (bersedia memabantu), responsible (bertanggungjawab), dan tactful (bijaksana). Atribut-atribut ini sangat tergantung pada keterampilan hubungan antar pribadi, komunikasi, pemberdayaan, pengetahuan, sensitivitas, pemahaman, dan berbagai macam perilaku eksternal.
b. Pendekatan untuk penyempurnaan kualitas jasa Penyempurnaan kualitas jasa merupakan aspek penting dalam rangka menciptakan
kepuasan konsumen. Setidaknya ini disebabkan oleh faktor biaya, waktu menerapkan program, dan pengaruh layanan konsumen. Ketiga faktor tersebut merupakan inti pemahaman dan penerapan suatu sistem yang responsif terhadap pelanggan dan organisasi untuk pencapaian kepuasan optimum. Sistem umpan balik untuk kualitas layanan pelanggan
Umpan balik sangat diibutuhkan untuk evaluasi dan perbaikan yang berkesinambungan. Perusahaan perlu mengembangkan sistem yang reponsif terhadap kebutuhan, keinginan, dan harapan pelanggan. Informasi umpan balik harus difokuskan pada hal-hal berikut: 1) memahami persepsi pelanggan terhadap perusahaan, jasa perusahaan, dan para pesaing; 2) mengukur dan memperbaiki kinerja perusahaan; 3) mengubah bidang-bidang terkuat perusahaan menjadi faktor pembeda pasar; 4) mengubah kelemahan menjadi peluang berkembang, sebelum pesaing lain melakukannya; 5) mengembangkan saran komunikasi internal agar setiap orang mengetahui apa yang mereka lakukan dan 6) menunjukkan komitmen perusahaan pada kualitas dan para pelanggan.
c. Implementasi Implementasi adalah strategi yang paling penting. Sebagai bagian dari proses implementasi, manajemen harus menentukan cakupan kualitas jasa dan level layanan konsumen sebagai bagian dari
85
ISSN 1412-2936
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 viii
kebijakan organisasi. Disamping itu, manajemen juga harus menentukan rencana implementasi, rencana tersebut harus mencakup jadwal waktu, tugas-tugas, dan siklus pelaporan.
Persepsi Konsumen
Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Jika tujuan pembelian produk tersebut untuk dijual kembali, maka dia disebut pengecer atau distributor. Pada masa sekarang ini bukan suatu rahasia lagi bahwa sebenarnya konsumen adalah raja sebenarnya, oleh karena itu produsen yang memiliki prinsip holistic marketing sudah seharusnya memperhatikan semua yang menjadi hak-hak konsumen
Kualitas jasa merupakan sesuatu yang sering Kita terima atau rasakan mamun sebenarnya apa sih kualitas tersebut? Beberapa pakar marketing menjelaskan sebagai berikut: kualitas jasa harus dimulai dari kebutuhan konsumen dan berakhir pada persepsi konsumen tersebut. Hal ini berarti bahwa citra kualitas yang baik bukanlah berdasarkan sudut pandang pihak penyedia jasa, melainkan berdasarkan sudut pandang atau persepsi konsumen. Dalam hal ini pelanggan yang mengkonsumsi dan menikmati jasa perusahaan, sehingga merekalah yang seharusnya menentukan kualitas jasa. Persepsi konsumen terhadap kualitas jasa merupakan penilaian menyeluruh atas keunggulan suatu jasa
Menurut Robbins (1998:234), persepsi adalah suatu proses pengorganisasian dan pemaknaan terhadap kesan-kesan sensori untuk memberi arti pada lingkungannya. Luthans (1992:89) mengatakan proses persepsi dapat didefinisikan sebagai interaksi yang rumit dalam penyeleksian, pengorganisasian, dan penafsiran stimulus. Sedangkan Milton (1981:90) mengatakan persepsi adalah proses seleksi, organisasi dan interpretasi stimulus yang berasal dari lingkungan.
Persepsi adalah suatu proses dengan mana berbagai stimuli dipilih, diorganisir, dan diinterpretasi menjadi informasi yang bermakna.
Persepsi konsumen ini sangat penting dipelajari karena perilaku konsumen karena perilaku konsumen didasarkan oleh persepsi mereka tentang apa itu kenyataan dan bukan kenyataan itu sendiri.
Karateristik Seseorang Mempengaruhi persepsi
Menurut Robbins (1998:98) persepsi dapat dipengaruhi oleh karakter seseorang. Karakter tersebut dipengaruhi oleh :
1. Attitudes
Dua individu yang sama, tetapi mengartikan sesuatu yang dilihat itu berbeda satu dengan yang lain.
2. Motives
Kebutuhan yang tidak terpuaskan yang mendorong individu dan mungkin memiliki pengaruh yang kuat terhadap persepsi mereka.
3. Interests
86
ISSN 1412-2936
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 ix
Fokus dari perhatian kita sepertinya dipengaruhi oleh minat kita, karena minat seseorang berbeda satu dengan yang lain. Apa yang diperhatikan oleh seseorang dalam suatu situasi bisa berbeda satu dengan yang lain. Apa yang diperhatikan seseorang dalam suatu situasi bisa berbeda dari apa yang dirasakan oleh orang lain.
4. Experiences
Fokus dari karakter individu yang berhubungan dengan pengalaman masa lalu seperti minat atau interest individu. Seseorang individu merasakan pengalaman masa lalu pada sesuatu yang individu tersebut hubungkan dengan hal yang terjadi sekarang.
5. Expectations
Ekspektasi bisa mengubah persepsi individu dimana individu tersebut bisa melihat apa yang mereka harapkan dari apa yang terjadi sekarang.
Proses terjadinya persepsi meliputi :1) Proses Fisis, dimana objek menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat indera.2) Proses Fisiologis, stimulus yang diterima alat indera kemudian dilanjutkan oleh saraf sensoris ke otak. 3) Proses Psikologis, terjadi proses pengolahan otak, sehingga individu menyadari tentang apa yang ia terima dengan alat indera sebagai suatu akibat dari stimulus yang diterima.
Harapan Konsumen
Setiap konsumen pasti mempunyai harapan dalam
membuat suatu keputusan pembelian. Harapan inilah yang mempunyai peran besar sebagai standar perbandingan dalam mengevaluasi kualitas maupun kepuasan konsumen. Tentunya banyak faktor yang mempengaruhinya, namun Zeithaml and Bitner (2003:67) mengelompokkan faktor-faktor tesebut sebagai berikut :
1. Word Of Mouth
Word of mouth merupakan pernyataan (secar personal atau non personal) yang disampaikan oleh orang lain selain organisasi (service provider) kepada pelanggan. Word of mouth ini biasanya cepat diterima oleh pelanggan karena yang menyampaikannya adalah mereka yang dapat dipercayai, seperti pakar, teman, keluarga, publikasi media massa. Disamping itu word of mouth inijua cepat diterima sebagai referensi karena pelanggan jasa biasanya sulit mengevaluasi jasa yang belum dibelinya atau belum dirasakannya sendiri.
2. Personal Need
Kebutuhan yang dirasakan seseorang mendasar bagi kesejahteraannya juga sangat menentukan harapannya. Kebutuhan tersebut meliputi kebutuhan fisik, sosial, dan psikologis.
3. Past Experience(Pengalaman masa lalu)
Pengalaman masa lalu meliputi hal-hal yang telah dipelajari atau diketahui pelanggan dari yang pernah diterimanya pada masa sebelumnya. Harapan pelanggan ini dari waktu ke waktu berkembang, seiring dengan semakin banyaknya informasi
87
ISSN 1412-2936
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 x
(non experimental information) yang diterima pelanggan serta semakin bertambahnya pengalaman pelanggan.
4. External Communication(Komunikasi eksternal)
Faktor ini merupakan pernyataan langsung atau tidak langsung oleh perusahaan. Faktor ini akan memegang peranan penting dalam membentuk harapan pelanggan tentang jasanya terhadap perusahaan. Harapan ini dapat terbentuk dari iklan-iklan media, personal selling, perjanjian atau komunikasi dengan karyawan organisasi tersebut
METODOLOGI PENELITIAN
Populasi Dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang menggunakan jasa PT Pos Indonesia Pamekasan dengan jumlah populasi 1600
Teknik Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara:
1. Survei pendahuluan 2. Penelitian lapangan, meliputi
wawancara, dan kuesioner 3. Studi kepustakaan
Tehnik Analisis Data
Pada penelitian ini terdiri dari dua analisis yang terdiri dari analisis kualitatif dan analisis yang bersifat kuantitatif:
1. Analisis kualitatif adalah untuk memberikan gambaran tentang obyek yang akan diteliti, dengan menggunakan skala linkert .
2. Analisis kuantitatif adalah untuk memberikan gambaran tentang kondisi obyek yang
diteliti berdasarkan perhitungan statistic yaitu dengan menggunakan persamaan regresi linear sederhana
ANALISIS DAN PEMBAHASAN Karateristik Responden
Berdasarkan hasil kuesioner yang dikumpulkan dalam penelitian yang dilakukan terhadap pengaruh bauran jasa terhadap kepuasan konsumen PT Pos Pamekasan. Maka dapat didipenelitiankan tentang karateristik responden berdasarkan pada tingkatan usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan adalah sebagai berikut:
a. Karateristik Usia Responden
285 responden yang berusia 11>15 Th sebanyak 10 orang atau 3,5%, responden yang berusia 16>20 Th sebanyak 30 orang atau 10,5%, 21>25 Th. sebanyak 34 orang atau 11,9%, 26>30Th.sebanyak 47 orang atau 16,5%, 31>35 Th. sebanyak 36 orang atau 12,6%, 36>40 Th. sebanyak 38 orang atau 13,3%, 40> 45 Th. sebanyak 47 orang atau 16,5% dan yang berumur > 45Th. sebanyak 15 % .
b. Karateristik jenis Kelamin responden
285 responden menunjukkan bahwa yang berjenis kelamin pria sebanyak 123 orang atau 43,2% dan yang berjenis kelamin wanita sebanyak 162 orang atau 56,8%. Hal ini menunjukkan bahwa pada penelitian ini sebagian besar respondennya adalan wanita.
c. Karateristik Pendidikan Responden
285 responden menunjukkan bahwa tidak tamat sebanyak 25
88
ISSN 1412-2936
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 xi
orang atau 8,8%, pendidikan SD sebanyak 50 responden atau 50 responden atau 17,5%, pendidikan SMP sebanyak 55 responden atau 19,3%, SMU sebanyak 85 responden atau 29,8%, S1 sebanyak 65 responden atau 22,8% dan S2 sebanyak 5 responden atau 1.,8%.
Karateristik berdasarkan pekerjaan dari 285 responden menunjukkan bahwa yang tidak bekerja sebanyak 58 orang atau 20,3%, swasta sebanyak 85 responden atau 29,8%, PNS sebanyak 75 responden atau 26,3% dan TNI/Polri sebanyak 67 responden aau 23,5%.
Distribusi Jawaban Responden
Berdasarkan hasil angket yang dikumpulkan dari responden, maka dapat dijelaskan tanggapan responden terhadap variable bebas (X) dan variable terikat (Y). Adapun tanggapan responden terhadap variabel X dan variable Y adalah sebagai berikut:
a. Reliabllity (X1)
Untuk variabel reliability (X1)
sebagian besar responden
menyatakan setuju bahwa PT Pos
akurat dalam memberikan
pelayanan (Item_1) yaitu sebanyak
110 orang, sedangkan untuk PT
Pos cepat dalam memberikan
pelayanan (Item_2) sebagian besar
responden menyatakan setuju yaitu
sebanyak 107 orang dan PT Pos
tepat dalam memberikan pelayanan
sebagian besar responden
menjawab cukup setuju sebanyak 98
orang.
b. Daya Tanggap (X2)
Dari tanggapan responden untuk variable daya tanggap (X2) dengan indikator bahwa tanggap dalam menangani keluhan (Item_1) sebagian besar responden menyatakan setuju dengan jumlah responden sebanyak 108 orang, dan kesigapan pelayanan (Item.2) sebagian besar menyatakan cukup setuju sebanyak 98 orang. Sedangkan membantu memberikan informasi kepada konsumen ( Item_3) sebagian besar responden menyatakan setuju dengan jumlah sebanyak 99 responden.
c. Jaminan (X3)
Untuk variabel jaminan (X3)
terdiri dari responden tertarik sikap
karyawan dalam memberikan
pelayanan (Item.1) sebagian besar
menyatakan cukup setuju sebanyak
96 orang.. Sedangkan responden
yang tertarik untuk menggunakan PT
Pos karena karyawannya memiliki
pengetahuan yang luas (Item.2)
sebagian besar responden
menyatakan cukup setuju sebanyak
98 orang atau 44%, karyawan PT
Pos profesional (Item.3) sebagian
besar responden menyatakan
setuju sebanyak 102 orang.
d. Empaty (X4)
Dari tanggapan responden untuk variable empati (X4) dengan indikator bahwa karyawannya memiliki perhatian yang tinggi (Item.1) sebagian besar menyatakan cukup setuju sebanyak 100 orang, sedangkan untuk karyawan memahami keinginan konsumen (Item.2) sebagian besar menyatakan cukup sertuju yaitu sebanyak 97 orang dan karyawan PT Pos sangat komunikatif (Item.3) sebagian besar
89
ISSN 1412-2936
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 xii
responden menyatakan setuju yaitu sebanyak 100 orang.
e. Bukti Fisik (X5)
Tanggapan responden untuk
variable bukti fisik (X5) dengan
indikator bahwa tersedia fasilitas
ruangan (Item.1) sebagian besar
responden menyatakan setuju
dengan jumlah responden sebanyak
107 orang, karyawan memiliki
keahlian dalam memberikan
pelayanan (Item.2) menyatakan
setuju sebanyak 107 orang dan
tersedianya fasilitas pelayanan yang
cukup sebagian besar responden
menyatakan setuju dengan jumlah
100 responden.
f. Persepsi (Y)
Dari jawaban responden dapat diketahui bahwa variabel keputusan konsumen (Y) terdiri dari: sikap (Item.1), sebagian besar responden menyatakan setuju yaitu sebanyak 107 orang, sedangkan untuk motivasi (Item.2) sebagian besar responden menyatakan setuju yaitu sebanyak 107 orang, daya tarik (Item.3) sebagian besar responden menyatakan setuju sebanyak 107 orang. pengalaman (Item.4) sebagian besar responden menyatakan cukup setuju yaitu sebanyak 98 orang. Sedangkan tanggapan responden tentang terpenuinya harapan (Item.5), sebagian besar responden menyatakansetujusebanyak 107 orang.
Uji Validitas
Tabel 1
Hasil Uji Validitas
Reliability (X1)
Indikator Koefisien
Item_1 0,911
Item_2 0,931
Item_3 0,663
Daya Tanggap (X2)
Indikator Koefisien
Item_1 0,684
Item_2 0,643
Item_3 0,610
Jaminan (X3)
Indikator Koefisien
90
ISSN 1412-2936
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 ii
Item_1 0,646
Item_2 0,733
Item_3 0,524
Empaty (X4)
Indikator Koefisien
Item_1 0,880
Item_2 0,867
Item_3 0,945
Bukti Fisik (X5)
Indikator Koefisien
Item_1 0,646
Item_2 0,733
Item_3 0,524
Berdasarkan tabel uji validitas diatas, semua variabel nilai koefisiennya > 0,3 atau valid sehingga semua variabel dapat diikutkan dalam proses analisis selanjutnya.
Uji Reliabilitas
Tabel 2
Koefisien Alpha
Variabel Keterangan Koefisien Alpha Keterangan
X1
X2
X3
X4
X5
Y
Reliability
Daya Tanggap
Jaminan
Empaty
Bukti Fisik
Persepsi
0,937
0,887
0,774
0,967
0,774
0,975
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
91
ISSN 1412-2936
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 iii
Sumber data: diolah dari tabel 1
Berdasarkan tabel diatas, semua variabel handal sehingga semua variable dapat diikutkan dalam proses analisis selanjutnya.
Hasil Perhitungan Korelasi
Tabel 3
Korelasi
Y X1 X2 X3 X4 X5
Pearson Correlation Y 1.000 .963 .878 .642 .403 .536
X1 .963 1.000 .866 .653 .047 .361
X2 .878 .866 1.000 .607 -.006 .437
X3 .642 .653 .607 1.000 .372 .525
X4 .403 .047 -.006 .372 1.000 .550
X5 .536 .361 .437 .525 .550 1.000
N Y 284 284 284 284 284 284
X1 284 284 284 284 284 284
X2 284 284 284 284 284 284
X3 284 284 284 284 284 284
X4 284 284 284 284 284 284
X5 284 284 284 284 284 284
Korelasi antara reliability (X1) terhadap persepsi konsumen PT Pos Pamekasan kuat, hal ini dapat dibuktikan dari hasil perhitungan korelasi dengan nilai positif sebesar 0,963 yang berarti bahwa setiap peningkatan reliability akan dapat
meningkatkan persepsi konsumen PT Pos Pamekasan sebesar 96,3%.
Sedangkan korelasi antara daya tanggap (X2) terhadap persepsi konsumen PT Pos Pamekasan adalah kuat, yaitu dilihat dari hasil nilai korelasi yaitu sebesar 0,878
92
ISSN 1412-2936
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 ii
atau 87,8%. Jaminan (X3) nilai korelasinya bersifat positif dan searah dengan nilai korelasi sebesar 0,642 atau 64,2%. Hal ini berarti bahwa setiap peningkatan jaminan akan dapat meningkatkan persepsi konsumen PT Pos Pamekasan. Sedangkan empaty (X4) mempunyai nilai korelasi sebesar 0,403 atau
40,3%, menunjukkan bahwa setiap peningkatan empaty akan meningkatkan persepsi konsumen PT Pos Pamekasan. Bukti fisik sebesar 0,536 atau 53,6% yang menunjukkan adanya hubungan atau pengaruh bersifat positif dengan persepsi konsumen.
Tabel 4
Nilai R
MModel R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Change Statistics
R Square Change Sig. F Change
1 .967a .935 .934 .20163 .935 .000
a. Predictors: (Constant), X5, X1, X4, X3, X2
b. Dependent Variable: Y
Sedangkan pada hasil perhitungan R dan R square pada table diatas Yaitu memberikan informasi tentang hubungan atau korelasi antara variable bebas yang terdiri – dari reliability (X1), daya tanggap (X2), jaminan (X3), empaty (X4) dan bukti fisik (X5) pelayanan dengan variable terikat yaitu persepsi konsumen PT Pos Pamekasan. Nilai R
atau multiple R sebesar 0,967 atau 96,7% yaitu menggambarkan hubungan antara variable bebas bersifat searah dan kuat. Sedangkan nilai R squared atau determinan R sebesar 0,935 atau 93,5% artinya 6,5% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
Tabel 5
Persamaan Regresi
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Ssig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 023 .089 .261 .795
Reliability (X1) .826 .034 .802 24.486 .000
D.Tanggap (X2) .187 .036 .174 5.199 .000
93
ISSN 1412-2936
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 ii
Jaminan (X3) .027 .029 .022 4.948 .344
Empaty (X4) .012 .021 .012 4.505 .545
Bukti.Fisk (X5) .011 .028 .009 3.405 .686
Berdasarkan tabel cofficients, dapat disusun persamaan regresi berganda sebagai berikut :
Y = 0,23+ 0,826 X1 + 0,187 X2+ 0,027 X3 + 0,0012 X4+ 0,011 X5
Nilai kontanta sebesar 0,23 hal ini berarti bahwa pada saat X1 dan X2, X3, X4, X5, sama dengan nol maka persepsi konsumen PT Pos sebesar 0,23. Koefisien variabel reliability (X1) sebesar 0,826 hal ini berarti bahwa bilamana variabel reliability dinaikkan satu – satuan maka akan menaikkan persepsi konsumen PT Pos Pamekasan sebesar 0,826. sedangkan apabila variabel daya tanggap (X2) ditingkatkan satu – satuan maka akan meningkatkan persepsi konsumen PT Pos Pamekasan sebesar 0,187. Apabila jaminan (X3) ditingkatkan, maka akan meningkatkan persepsi konsumen PT Pos sebesar 0,027. Jika empaty (X4) itingkatkan satu-satuan, maka akan meningkatkan pesepsi konsumen sebesar 0,0012.
Sedangkan bukti fisik (X5) ditingkatkan satu-satuan maka akan meningkatkan persepsi konsumen sebesar 0,011.
94
ISSN 1412-2936
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 ii
Tabel 6
ANOVA
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 163.247 5 32.649 803.097 .000a
Residual 11.302 278 .041
Total 174.549 283
a. Predictors: (Constant), X5, X1, X4, X3, X2
b. Dependent Variable: Y
Dari hasil anova dapat disimpulkan bahwa faktor reliability, daya tanggap, jaminan, empaty dan bukti fisik secara simultan atau bersama-sama mempengaruhi persepsi konsumen PT Pos Pamekasan dapat dibuktikan kebenarannya.
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh t hitung untuk variabel reliability (X1) sebesar 24,486 dan kalau dikonsultasikan dengan t tabel sebesar 1,64 didapat t hitung > t tabel maka dapat diambil kesimpulan bahwa dugaan bahwa variabel reliability berpengaruh terhadap persepsi konsumen PT Pos dapat dibuktikan Sedangkan untuk variabel daya tanggap (X2) nilai t hitungnya sebesar 5,199 dimana kalau dikonsultasikan dengan t tabel sebesar 1,64 hal ini berarti bahwa t hitung > t tabel, yang menunjukkan bahwa daya tanggap berpengaruh terhadap persepsi konsumen PT Pos Pamekasan dapat dibuktikan kebenarannya.
Untuk variabel jaminan (X3) nilai t hitungnya sebesar 4,946 dimana kalau dikonsultasikan dengan t tabel sebesar 1,64, hal ini berarti bahwa t hitung > t tabel, yang menunjukkan bahwa jaminan berpengaruh terhadap persepsi konsumen PT Pos Pamekasan dapat dibuktikan kebenarannya. Sedangkan variabel empaty (X4) nilai t hitungnya sebesar 4,605 dimana kalau dikonsultasikan dengan t tabel sebesar 1,64, hal ini berarti bahwa t hitung > t tabel, yang menunjukkan bahwa empaty berpengaruh terhadap persepsi konsumen PT Pos Pamekasan dapat dibuktikan kebenarannya.
Untuk variabel bukti fisik (X5) nilai t hitungnya sebesar 3,405 dimana kalau dikonsultasikan dengan t tabel sebesar 1,64, hal ini berarti bahwa t hitung > t tabel, yang menunjukkan bahwa bukti fisik berpengaruh terhadap persepsi konsumen PT Pos Pamekasan dapat dibuktikan kebenarannya.
95
ISSN 1412-2936
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 ii
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan uji t, ternyata dari kelima faktor tersebut, faktor reliability nilai t nya paling besar. Dengan demikian faktor reliability adalah faktor yang paling dominan mempengaruhi persepsi konsumen PT Pos Pamekasan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan mengenai Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Persepsi Konsumen PT Pos Pamekasan, maka kesimpulan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan model persamaan regresi linear berganda adalah: Y = 0,23+ 0,826 X1 + 0,187 X2+ 0,027 X3 + 0,0012 X4+ 0,011 X5
2. Besarnya nilai koefisien korelasi berganda (R) sebesar 0,967 artinya bahwa hubungan atau korelasi antara variable bebas yang terdiri – dari reliability (X1), daya tanggap (X2), jaminan (X3), empaty (X4) dan bukti fisik (X5) dengan variable terikat yaitu persepsi konsumen PT Pos Pamekasan.mempunyai hubungan yang erat atau kuat terhadap persepsi konsumen PT Pos Pamekasan (variable Y) yaitu sebesar 0,991 atau 99,1%.
3. Hasil perhitungan dari besarnya pengaruh simultan diperoleh nilai (r2) = 0,935 atau 93,5% dapat dijelaskan bahwa sisany6a sebesar 6,5% adalah faktor lain diluar faktor penelitian.
4. Dari hasil pengujian dengan menggunakan uji F diperoleh F hitung 803 > F table sebesar
2.233 hal ini mennujukkan bahwa variable reliability (X1), daya tanggap (X2), jaminan (X3), empaty (X4) dan bukti fisik (X5 secara simultan memberikan pengaruh signifikan terhadap persepsi konsumen (Y) dan nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,000
5. Hasil perhitungan diperoleh t hitung untuk variabel reliability (X1), daya tanggap (X2), jaminan (X3), empaty (X4) dan bukti fisik (X5 nilai t hitungnya lebih besar dari t tabel.
6. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan uji t, ternyata dari kelima faktor tersebut, faktor reliability nilai t nya paling besar. Dengan demikian faktor reliability adalah faktor yang paling dominan mempengaruhi persepsi konsumen PT Pos Pamekasan
Saran
Saran untuk PT POS Pamekasan terkait Pengaruh kualitas pelayanan Terhadap persepsi Konsumen adalah sebagai berikut:
1. Hendaknya PT Pos Pamekasan memperhatikan dan meningkatkan pelayanannya kepada konsumen untuk menciptakan persepsi positif.
2. PT Pos Pamekasan untuk terus melakukan evaluasi terhadap kebijakan dibidang pelayanan dengan tujuan agar persepsi konsumen yang sudah terbentuk dapat dipertahankan.
96
ISSN 1412-2936
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 iii
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Hakim, Statistik Induktif Untuk Ekonomi Dan Bisnis, Edisi I, Penerbit EKONOSIA, Yogyakarta, 2000
Anton Dajan, Pengantar Metode Statistik, Jilid I, Penerbit LP3S, Jakarta 1986
Anwar P, Mangkunegara, Perilaku Konsumen, Edisi Revisi, Cetakan Kedua, Penerbit PT. Refika Aditama, Bandung 2002
Bashu Swasta, Dan T.H. Handoko, Manajemen Pemasaran Analisa Perilaku Konsumen, Edisi Pertama, Cetakan Ketiga, BPFE, Yogyakarta, 2000
Buchari Alma, Manajemen Pemasaran Dan Pemasaran Jasa, Edisi Kelima, Penerbit Alfabeta, Bandung, 2000
Djarwanto, Mengenal Beberapa Uji Statistik Dalam Penelitian, Cetakan Pertama, Penerbit Liberty, Yogyakarta, 1993
Engel. Et.al, Perilaku Konsumen, Jilid satu, Edisi Keenam, Binarupa Aksara, Jakarta, 1995
Fandy Tjiptono, Manajemen Jasa, Edisi Kedua, Penerbit Andi, Yogyakarta, 2001
Imam Gozali, Aplikasi Analisa Multivariate Dengan Program SPSS, Edisi 2, Penerbit Undip, Semarang, 2001
Kotler Philip, Manajemen Pemasaran, Edisi Indonesia, Prenhalindo, Jakarta, 1997
Maholtra, Naresh, Marketing Research and Applied Orientation, Prentice Hall, New Jersey, 1999
Marius P. Angipora, Dasar-dasar Pemasaran, Edisi revisi, Cetakan Kedua, Penerbit, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002
Moch. Nazir Metode Penelitian, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta, 1999
Payne, Adrian, Pemasaran Jasa, Edisi Pertama, Penerbit Andi, Yogyakarta, 1993
Santoso Singgih, Buku Latihan
SPSS statistic Parametrik,
Alek Media Komputindo,
Jakarta, 2002
Sugiono, Metode Penelitian
Administradisi, Penerbit
Alpha Beta, Bandung, 2001
Sutisna, Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran, Pt. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2001
97
ISSN 1412-2936
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 ii
PENGARUH PERSEPSI TERHADAP MINAT KONSUMEN MEMBELI KARTU SELULER 3 DI KECAMATAN PAMEKASAN
Ummi Wahyuni
UNIVERSITAS MADURA
Abstrak
Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui pengaruh persepsi terhadap minat konsumen membeli kartu seluler 3 di Kecamatan Pamekasan.
Yang menjadi obyek pada Penelitian ini adalah masyarakat Kecamatan Kota Pamekasan . Adapun sample penelitian ini menggunakan sample sebanyak 105 responden pengambilan datanya dengan menggunakan dan menyebarkan angket selama 7 hari kerja. Adapun model penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan regresi linaer sederhana.
Hasil perhitungan dengan menggunakan analisa linear sederhana dapat diketahui bahwa korelai dengan nilai positif sebesar 0,716 atau 71.6%. %.
Hasil perhitungan dengan menggunakan metode regresi linear sederhana Nilai R sebesar 0,716 atau 71,6% yaitu menggambarkan pengaruh antara variable bebas bersifat searah dan kuat. Nilai R squared atau determinan R sebesar 0,513 atau 51,3% artinya 29,7% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh t hitung untuk variabel persepsi (X) sebesar 8,443 dan kalau dikonsultasikan dengan t tabel sebesar 1,98 didapat t hitung > t tabel maka dapat diambil kesimpulan bahwa dugaan bahwa variabel persepsi mempengaruhi minat konsumen membeli di Pamekasan dapat dibuktikan
PENDAHULUAN
Definisi marketing mix menurut America Marketing Association adalah proses merencanakan konsepsi, harga, promosi, dan distribusi ide, menciptakan peluang yang memuaskan individu dengan tujuan organisasi (Alma, 2003:3). Dengan demikian marketing mix merupakan salah satu faktor penting untuk mempengaruhi perilaku konsumen terutama dalam menciptakan persepsi konsumen. Persepsi adalah suatu proses pengorganisasian dan pemaknaan terhadap kesan-kesan
sensori untuk memberi arti pada lingkungannya.
Perkembangan industri seluler sangat pesat khususnya di Pamekasan dan Madura pada umumnya, hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya jenis kartu seluler yang beredar di tengah-tengah masyarakat dan bahkan hampir mencapai pelosok desa tanpa mengenal adanya tingkatan masyarakat. Dengan semakin ketatnya persaingan tersebut, masing-masing produsen kartu seluler berupaya dan berusaha untuk memberikan kepuasan dengan
98
ISSN 1412-2936
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 ii
membangun dan menciptakan image serta persepsi yang baik, sehinggga konsumen tertarik untuk menggunakan dan memakai kartu seluler yang merekan inginkan.
Persepsi konsumen ini sangat penting karena perilaku konsumen konsumen didasarkan oleh persepsi mereka tentang apa itu kenyataan dan bukan kenyataan itu sendiri. Dalam persepsi seseorang juga melalui proses seleksi. Seleksi adalah proses seseorang memilih dan menentukan marketing stimuli karena tiap individu adalah unik dalam kebutuhan, keinginan dan pengalaman, sikap dan karakter pribadi masing-masing orang
Kepuasan konsumen harus diutamakan, karena kepuasan konsumen memegang peranan yang sangat penting, upaya untuk mempertahankan pelanggan , dan menarik pelanggan dan calon pelanggan baru membutuhkan suatu kerja keras, biaya, dan strategi pemasaran yang baik.
Pelayanan merupakan suatu aktivitas yang diberikan kepada konsumen sehingga konsumen merasa puas, dalam upaya memberikan kepuasan kepada konsumen produsen kartu seluler 3 ) berusaha untuk memberikan layanan terbaiknya dengan menyediakan operator center yang dapat dihubungi selama 24 jam dan memberikan kemudahan kepada para pengguna untuk dapat dengan mudah menghubungi operator 3 center tanpa dikenakan beban biaya. Disamping itu untuk memberikan pelayanan terbaiknya operator kartu seluler 3 menyediakan berbagai informasi bagi para pengguna 3 dan dapat dengan mudah para pengguna untuk melakukan akses ke operator 3 center
Upaya lain yang dilakukan oleh Kartu 3 untuk dapat memberikan kepuasan kepada para pengguna atau konsumen adalah dengan memberikan harga yang terjangkau yaitu dengan menyediakan berbagai pilihan harga sesuai dengan kemampuan dari para pengguna atau konsumen 3. Dengan harga yang murah melalui tarif per detiknya apabila melakukan percakapan langsung ke sesama kartu 3 dan SMS - an ke sesama 3 telah menempatkan kartu 3 sebagai kartu seluler yang cukup diminati oleh masyarakat, sehingga tidaklah heran kalau masyarakat Pamekasan banyak menggunakan kartu seluler 3, apa yang dilakukan oleh kartu 3 adalah upaya untuk membangun persepsi konsumen.
Sehingga persepsi adalah faktor penting untuk mempengaruhi konsumen. Dalam upaya untuk mempengaruhi konsumen tidaklah mudah, Keputusan konsumen merupakan suatu proses, dimana konsumen memutuskan untuk memilih produk dari berbagai produk yang ada atau dapat diartikan juga sebagai suatu proses dimana konsumen menentukan pilihan terhadap suatu produk.
Dari latar belakang masalah tersebut diatas maka peneliti dalam penelitian ini mengambil judul “ Pengaruh Persepsi Konsumen Terhadap Minat Konsumen Membeli Kartu Seluler 3 di Kecamatan Kota Pamekasan “.
1.2. Rumusan Masalah
Stonner dalam Sugiono ( 2002:35) menyebutkan bahwa” masalah dapat diartikan sebagai penyimpangan antara yang seharusnya dengan apa yang benar-benar terjadi”.
Sedangkan Tuckman dalam Sugiono (2002:36) menyatakan
99
ISSN 1412-2936
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 iii
bahwa “ rumusan masalah yang baik adalah yang menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih, dinyatakan dalam bentuk kalimat tanya atau alternatif yang tetapi secara implisit mengandung pertanyaan “.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah pada penelitian ini sebagai berikut :
“ Bagaimanakah pengaruh persepsi konsumen terhadap minat konsumen membeli kartu seluler 3 di Kecamatan Kota Pamekasan?.
TINJAUAN PUSTAKA
Persepsi Konsumen
Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Jika tujuan pembelian produk tersebut untuk dijual kembali, maka dia disebut pengecer atau distributor. Pada masa sekarang ini bukan suatu rahasia lagi bahwa sebenarnya konsumen adalah raja sebenarnya, oleh karena itu produsen yang memiliki prinsip holistic marketing sudah seharusnya memperhatikan semua yang menjadi hak-hak konsumen
Kualitas jasa merupakan sesuatu yang sering Kita terima atau rasakan mamun sebenarnya apa sih kualitas tersebut? Beberapa pakar marketing menjelaskan sebagai berikut: kualitas jasa harus dimulai dari kebutuhan konsumen dan berakhir pada persepsi konsumen tersebut. Hal ini berarti bahwa citra kualitas yang baik bukanlah berdasarkan sudut pandang pihak penyedia jasa, melainkan berdasarkan sudut pandang atau persepsi konsumen. Dalam hal ini pelanggan yang mengkonsumsi dan
menikmati jasa perusahaan, sehingga merekalah yang seharusnya menentukan kualitas jasa. Persepsi konsumen terhadap kualitas jasa merupakan penilaian menyeluruh atas keunggulan suatu jasa
Menurut Robbins (1998:234), persepsi adalah suatu proses pengorganisasian dan pemaknaan terhadap kesan-kesan sensori untuk memberi arti pada lingkungannya.
Persepsi konsumen ini sangat penting dipelajari karena perilaku konsumen karena perilaku konsumen didasarkan oleh persepsi mereka tentang apa itu kenyataan dan bukan kenyataan itu sendiri. Menurut shiffman dan kanuk (1997) persepsi akan sesuatu berasal dari interaksi antara dua jenis faktor :
1. Faktor stimulus, yaitu karakteristik secara fisik seperti ukuran, berat, warna atau bentuk. Tampilan suatu produk baik kemasan maupun karakteristik akan mampu menciptakan suatu rangsangan pada indra manusian, sehingga mampu menciptakan sesuatu persepsi mengenai produk yang dilihatnya.
2. Faktor individu, yang termasuk proses didalamnya bukan hanya pada panca indra akan tetapi juga pada proses pengalaman yang serupa dan dorongan utama serta harapan dari individu itu sendiri.
Dalam persepsi seseorang juga melalui proses seleksi. Seleksi adalah proses seseorang memilih dan menentukan marketing stimuli karena tiap individu adalah unik dalam kebutuhan, keinginan dan pengalaman, sikap dan karakter pribadi masing-masing orang. Menurut Shiffman dan Kanuk (2000:78) dalam seleksi ada proses yang disebut selective perception
100
ISSN 1412-2936
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 iv
concept. Adapun selective selective perception concept, yaitu :
1. Selective Exposure
Konsumen secara efektif mencari pesan menemukan kesenangan atau simpati mereka secara aktif menghindari kesakitan atau ancaman disisi lainnya. Mereka secara efektif membuka diri mereka kepada iklan-ikaln yang menentramkan hati mereka mengenai kebijaksanaan tentang kepuasaan pembeliannya.
2. Selective Attention
Konsumen mengadakan transaksi pemilihan yang bagus dengan tujuan perhatian merek berikan pada rangsangan komersial. Mereka mempunyai kesadaran tinggi terhadap rangsangan yang sesuai dengan minat dan kebutuhan mereka. Jadi konsumen mungkin untuk mengingat iklan untuk prodek yang dapat memuaskan kebutuhan mereka dan mengabaikan yang tidak mereka butuhkan.
3. Perceptual Defense
Konsumen secara bawah sadar menyaring rangsangan yang mereka temukan ancaman psikological, meskipun telah terdapat pembukaan. Jadi ancaman atau sebaliknya rangsangan yang merusak mungkin lebih sedikit diterima secara sadar daripada rangsangan netral pada level pembukaan yang sama.
4. Perceptual Blocking
Konsumen melindungi diri mereka dari rangsangan-rangsangan yang mereka anggap negatif dan mempunyai pengaruh buruk bagi diri mereka.
Karateristik Seseorang Mempengaruhi persepsi
Proses terjadinya persepsi meliputi 1) Proses Fisis, dimana objek menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat indera.2) Proses Fisiologis, stimulus yang diterima alat indera kemudian dilanjutkan oleh saraf sensoris ke otak. 3) Proses Psikologis, terjadi proses pengolahan otak, sehingga individu menyadari tentang apa yang ia terima dengan alat indera sebagai suatu akibat dari stimulus yang diterima.
Dinamika Persepsi
Stimulus mana yang akan lulus seleksi oleh seorang individu tergantung pada 1. Sifat-sifat stimulus
Stimulus pemasaran termasuk ciri-ciri produk, atribut-atributnya, rancangan kemasan, nama merek dan iklan. Faktor stimulus yang paling penting persepsi konsumen adalah:
a. Contrast, merupakan atribut yang paling kuat. Contrast menguatkan persepsi dengan menonjolkan perbedaan intensitas stimulus itu. Jadi konsumen menerima stimulus yang berhubungan dengan konteksnya. Hal ini mendasari prinsip sosok dan latar (figure and ground). Konsumen mempersepsi suatu sosok dalam konteksnya dengan latar. Prinsip sosok dan latar dalam iklan dikatakan gagal bila konsumen ingat pernah melihat iklan tersebut tetapi tidak dapat menyebabkan nama produknya
b. Closure, pengetahuan adalah kecenderungan orang untuk mengisi, secara persepsi, bagian yang hilang dari stimulus yang tidak lengkap.
c. Proximity, menurut prinsip kedekatan, benda atau artikel yang
101
ISSN 1412-2936
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 v
berdekatan satu sama lain dalam wawasan waktu maupun ruang akan di presepsi sebagai bagian-bagian yang hilang yang berhubungan dari suatu pola atau konfigurasi
d. Similarity, dalam suatu konglomerasi stimulus, orang akan mempersepsi objek-objek yang kelihatan sama menjadi satu kelompok. Ada kecenderungan konsumen tidak mengelompokan produk-produk karena kemasan warna, kemasan, dan bahkan pada penempatan rak. Ukuran, warna, posisi, dan usia dari stimulus itu. Ukuran, warna, dan posisi produk dalam stimulusatau dalam hal ini iklan harus sesuai dengan positioning produk; sedangkan stimulus yang baru tentu saja akan lebih menarik perhatian dari pada yang sudah usai
2. Expectation (harapan) konsumen
Orang biasanya mempunyai harapan tentang apapun yang dihadapi, baik produk maupun orang. Harapan ini di bentuk dari pengalaman sebelumnya dari informasi yang dia peroleh melalui mendia masa dan dari kenalannya atau juga apa yang dia lihat, di raba dan di dengar saat itu. Itulah sebabnya pemirsa selalu disuguhi dengan preview film yang bakan ditayangkan di TV, peserta seminar selalu di beri informasi data pribadi dan pendidikan si pembicara, bahkan produkpun diberi kemasan dengan bahan, warna dan gambar tertentu. Semua itu merupakan suatu yang mengkondisikan prospek untuk membentuk expektasi. Expektasi konsumen terhadap sirup yang berwarna merah pastilah sirup dengan rasa rosen atau frambos, dan pasti bukan rasa jeruk. Sampo yang
transparan membentuk expektasi tentang kemurnian dan kebersihan.
3. Motive
Motive adalah dorongan untuk memenuhi kebutuhan. Dalam rangka memenuhi kebutuhan ini orang lebih memperhatika sesuatu yang menurut dia dapat memenuhi kebutuhan. Orang cenderung memasukan stimulus yang cocok dengan mitifnya ke dalam persepsi. Semakin kuat kebutuhan, semakin besar kecenderungan untuk mengabaikan stimulus yang tidak ada hubungannya dengan kebutuhan itu. Orang yang membutuhkan mobil akan tertarik pada iklan-iklan mobil, informasi tentang mobil, majalah atau tabloid otomotif, dan mengabaikan iklan dan informasi yang lain. Sebaliknya, orang yang memiliki motif melindungi diri, tidak akan bergeming dengan iklan rokok semenarik apapun, tetapi dia justru sangat tertarik pada keterangan tentang kandungan nutrisi pada kemasan makanan
Tinjauan tentang Perilaku Konsumen
Menurut London and Bitta (1993:5) menyatakan bahwa” perilaku konsumen sebagai proses keputusan dan aktivitas fisik individu yang digunakan ketika mengevaluasi,memerlukan,menggunakan,atau menentukan barang dan jasa, dapat dijelaskan sebagai berikut: Bahwa perilaku konsumen merupakan proses keputusan mental”.
Pernyataan tersebut lebih menekankan pada serangkaian perilaku konsumen sebagai konsumen, pelanggan, atau konsumen akhir yang diawali dari proses keputusan dalam aktivitas pembelian barang dan jasa.
Perilaku konsumen adalah studi tentang konsumen seperti: tukar-
102
ISSN 1412-2936
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 vi
menukar sesuatu nilai untuk produk dan jasa yang memuaskan kebutuhannya. Dalam mengetahui perilaku konsumen atas permintaan produk, jika pada teori klasik perilaku konsumen ditinjau melalui pendekatan utilities kurve indeferensnya, maka pada teori terbaru ini menggunakan pendekatan atribut produk yang bersangkutan misalnya: privacy, keamanan, kenyamanan sehingga konsumen mendapatkan kepuasan atas produk, akibat mengkonsumsi atribut yang ditawarkan.
Konsumen membeli barang dan jasa sebagai upaya untuk memuaskan keinginan dan kebutuhannya. Salah satu tugas dari manajemen pemasaran adalah bagaimana untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan manusia, sehingga dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan manusia tersebut manajemen pemasaran perlu untuk menentukan kebutuhan dasar dari konsumen.
Beberapa faktor yang mempengaruhi mengapa seseorang membeli suatu produk tertentu untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya seperti : jenis produk, faktor ekonomi, faktor sosiologis, dan faktor lain seperti motif, sikap, kepribadian. Agar program pemasaran dapat berhasil maka manajemen perlu untuk mempelajari faktor – faktor tersebut.
Konsumen merupakan sasaran utama pemasaran dari suatu perusahaan dalam memasarkan produk atau jasa. Perubahan situasi pasar yang dinamis menyebabkan pola perilaku konsumen dalam mengkonsumsi sesuatu mengalami perubahan. Tujuan pemasaran adalah memenuhi dan memuaskan kebutuhan serta keinginan pelanggan sasaran atau konsumen. Oleh karena itu seorang pemasar harus benar – benar mempelajari dan memahami perilaku konsumen yang mempunyai kecenderungan sangat dinamis.
Peran pemasaran yang merupakan ujung tombak untuk melakukan komunikasi dengan konsumen dan pelanggan sehingga para pemasar perusahaan dituntut untuk selalu berupaya memahami kebutuhan, keinginan dan permintaan pasar sasaran. Untuk dapat memahami kebutuhan, keinginan dari konsumen tidaklah mudah.
Kepuasan konsumen memegang peranan yang sangat penting, upaya untuk mempertahankan pelanggan dan menarik pelanggan dan calon pelanggan baru membutuhkan suatu kerja keras, biaya, dan strategi pemasaran yang baik.Memahami perilaku konsumen dan mengenal pelanggan tidak sederhana, pelanggan mungkin menyatakan kebutuhan dan keinginan mereka namun bertindak sebaliknya. Pelanggan mungkin tidak memahami motivasi mereka yang lebih dalam. Pelanggan mungkin menanggapi pengaruh yang mengubah pikiran mereka pada menit – menit terakhir.
Tugas pemasar adalah memahami karateristik pembeli tersebut agar pembeli melakukan proses keputusan pembelian yang pada akhirnya akan memutuskan pembelian mengenai pilihan produk, pilihan merk, pilihan penyalur, waktu pembelian dan jumlah pembelian.
Karateristik pembeli yang terdiri dari budaya, sosial, pribadi, dan psikologi sangat besar sekali pengaruhnya di dalam memahami serta merespon rangsangan tersebut sehingga akan menimbulkan dan menentukan proses pengambilan keputusan dalam membeli dari konsumen. Proses pengambilan keputusan konsumen dalam melakukan pembelian terhadap suatu produk berdasarkan pada tingkat analisa yang sangat mendalam dari konsumen tersebut.
103
ISSN 1412-2936
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 vii
Proses Pengambilan Keputusan
( membeli )
Menurut Philip Kottler dalam Fandi Tjiptono ( 2000 : 20 ) menyebutkan bahwa dalam keputusan pembelian barang, konsumen sering ada lebih dari dua pihak yang terlibat dalam proses pertukaran atau pembeliannya.
Umumnya ada lima peranan yang dapat dilakukan seseorang. Pemahaman mengenai masing – masing peranan ini sangat berguna dalam rangka memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen.
1. Inisiator (Pemrakarsa) adalah orang yang pertama kali menyadari adanya keinginan atau kebutuhan yang belum terpenuhi dan mengusulkan ide untukmembeli.
2. Influencer ( Pemberi pengaruh ) adalah orang yang akan mempengaruhi keputusan pembelian
3. Desider ( Pengambilan keputusan ) adalah orang yang menentukan keputusan pembelian.
4. Buyer ( Pembeli ) yaitu orang yang melakukan pembelian
5. User ( Pengguna ) adalah orang yang mengkonsumsi atau menggunakan barang atau jasa yang dibeli. Pengambilan keputusan ( memilih
) yang dilakukan konsumen pada dasarnya untuk melakukan pembelian diawali oleh adanya kesadaran pemenuhan kebutuhan atau keinginan dari konsumen itu sendiri. Atas kesadaran pemenuhan kebutuhan atau keinginan itu, maka konsumen mulai mencari informasi tentang produk yang dapat memenuhi kebutuhan atau keinginannya. Dari informasi yang didapat selanjutnya konsumen akan melakukan seleksi atas macam/produk yang tersedia .
Metode Penelitian
Populasi Dan Sampel
Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Kecamatan Kota Pamekasan yang membeli dan menggunakan kartu seluler 3
Peneliti secara sengaja memberi angket kepada sejumlah masyarakat yang kebetulan membeli dan menggunakan kartu 3 untuk dijadikan sebagai sampel. Peneliti selama selama 7 hari kerja berada di lokasi penelitian untuk mendapatkan responden yang akan dijadikan sampel sebanyak 105 responden.
Teknik Analisis
Pada penelitian ini terdiri dari dua analisis yang terdiri dari analisis kualitatif dan analisis yang bersifat kuantitatif:
1. Analisis kualitatif adalah untuk memberikan gambaran tentang obyek yang akan diteliti, dengan menggunakan skala linkert
2. Analisis kuantitatif adalah untuk memberikan gambaran tentang kondisi obyek yang diteliti berdasarkan perhitungan statistic yaitu dengan menggunakan persamaan regresi linear sederhana, menurut pendapat Djarwanto dan Pangestu (1995:309) sebagai berikut:
Y = a + b1 X1
dimana :
Y = variable terikat yang ditentukan oleh besarnya X
X = variable bebas yang menentukan besarnya Y
b = koefisien korelasi
a = nilai kostanta
104
ISSN 1412-2936
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 viii
Sedangkan untuk menguji hipotesa yaitu dengan menggunakan uji t.
1. t hitung ≤ t tabel maka Ho diterima dan Hi ditolak, artinya variable bebas kurang menjelaskan variabel terikatnya
2. t hitung ≥ t tabel maka Ho ditolak dan Hi diterima, artinya variable bebasnya dapat menjelaskan variable terikatnya.
Hasil dan Pembahasan
Responden yang berjenis kelamin laki – laki sebanyak 45 atau 43% dan yang menjadi responden wanita sebanyak 60 responden atau 57%. Dari table tersebut menunjukkan pada saat penelitian pendahuluan dilakukan bahwa sebagian besar masyarakat yang mengisi angket yang telah disebarkan oleh peneliti sebagian besar adalah perempuan. Yang menjadi konsumen tersebut dari berbagai kalangan, anak-anak muda, remaja, dewasa dan tua serta dari berbagai lapisan masyarakat memiliki profesi dan pekerjaan yang berbeda.
a. Karateristik Berdasarkan Umur responden
Dilihat dari umur responden, ternyata responden yang menjadi pelanggan seluler 3 dari berbagai kalangan umur. Responden dalam penelitian ini yang berumur 16-20th. Sebanyak 15 orang . Responden yang berumur 21-25 th sebanyak 23 orang. Adapun responden yang berumur 26-30th sebanyak 36 orang dan responden yang berumur 31-35th sebanyak 20 orang. Dan berdasarkan hasil angket yang telah dikumpulkan oleh peneliti responden yang berumur 36-40th sebanyak 10 orang dan yang berumur diatas 40th sebanyak 11 orang.
b. Karateristik Berdasarkan Pendidikan Responden
Untuk responden dengan kategori yang berpendidikan SD sebanyak 11 orang atau 10%, responden yang pendidikannya SMP sebanyak 37 orang atau 35% dan responden yang berpendidikan SMU sebanyak 32 orang atau 31% . Sedangkan responden yang berpendidikan S1 sebanyak 25 orang atau 24% dapat disimpulkan bahwa sebagian besar yang menjadi pengguna kartu seluler 3 pada saat penelitian ini dilakukan adalah responden yang berpendidikan SMP.
c. Karateristik Berdasarkan Pekerjaan Responden
Responden tidak bekerja yang menjadi pengguna kartu seluler 3 sebanyak 15 orang atau 14%, sedangkan yang menjadi responden dari swasta sebanyak 60 orang atau 57% dan responden yang bekerja sebagai PNS sebanyak 30 orang atau 29%.
Distribusi frekuensi Jawaban Responden
Berdasarkan hasil angket yang telah disebarkan kepada responden yaitu sebanyak 256 angket dan yang berhasil dikumpulkan sebanyak 105 angket, berdasarkan hal tersebut, maka dapat dijelaskan mengenai distribusi fekuensi jawaban responden sebagai berikut :
a. Variabel Persepsi (X) dengan indicator terdiri-dari: kesadaran, motivasi, daya tarik, pengalaman
1) Kesadaran
responden yang menjawab cukup setuju 37 orang atau 35%, yang menjawab setuju 42 orang atau 40% dan yang menjawab sangat
105
ISSN 1412-2936
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 ix
setuju sebanyak 26 orang atau 25%. Dari hasil tanggapan responden ternyata sebagian besar responden mengatakan setuju, hal ini menunjukkan bahwa konsumen selalu menginginkan layanan yang terbaik dan mampu menggugah kesadaran konsumen yang akan mempengaruhi persepsi yang baik terhadap kartu seluler 3
2) Motivasi
responden yang menjawab cukup setuju 35 orang atau 33%, yang menjawab setuju 40 orang atau 38% dan yang menjawab sangat setuju sebanyak 30 orang atau 29%. Dari tanggapan responden tentang motivasi konsumen untuk selalu menggunakan kartu seluler 3 sebagian besar responden menyatakan setuju
Kartu seluler 3 memberikan pelayanan yang menarik agar para pengguna seluler 3 merasakan kepuasan terhadap segala layanan yang telah dinikmati oleh para konsumen. Dengan pelayanan yang menarik diharapkan para pengguna kartu seluler 3 tertarik untuk menjadi pengguna setia dan loyal. Jasa pelayanan yang menarik sebagi wujud penghargaan kepada para pengguna kartu seluler 3 agar termotivasi untuk selalu menggunakan kartu seluler 3.
3) Daya Tarik
responden yang menjawab cukup setuju 42 orang atau 40%, yang menjawab setuju 35 orang atau 33% dan yang menjawab sangat setuju sebanyak 28 orang atau 27%.
Kartu seluler 3 dapat memberikan jasa layanan yang dapat memenuhi keinginan dan kepuasan kepada para pengguna kartu seluler 3. Tercipta kepuasan dan keinginan memberikan daya tarik bagi konsumen yang lain untuk menggunakan kartu seluler 3. Daya
tarik dari kartu seluler 3 berupa produk beserta layanannya yang mampu memberikan dan menciptakan kepuasan sesuai dengan keinginan para pengguna kartu seluler 3.
4) Pengalaman
responden yang menjawab cukup setuju 39 orang atau 37,2%, yang menjawab setuju 33 orang atau 31,4% dan yang menjawab sangat setuju sebanyak 33 orang atau 31,4%. Dari tanggapan responden tentang pengalaman sebagian besar responden menyatakan cukup setuju. Pengalaman dari para pengguna kartu seluler 3 merupakan referensi penting untuk dijadikan rekomendasi oleh pengguna lain atau konsumen yang akan menggunakan kartu seluler 3
Para pengguna kartu seluler 3 pasti akan mencerikan kepada keluarga, sahabat, teman dan koleganya tentang produk dan layanan yang diberikan oleh kartu seluler 3. Dari cerita tentang layanan dan produk memunculkan persepsi positif dan secara tidak langsung merupakan bentuk informasi yang berharga untuk dijadikan sebagai referensi bagi para pengguna baru untuk memutuskan mendapatkan layanan dan produk dari kartu seluler 3.
b. Variabel Minat Konsumen Membeli (Y)
1) Kebutuhan
responden yang menjawab cukup setuju 34 orang atau 32,4%, yang menjawab setuju 38 orang atau 36,2% dan yang menjawab sangat setuju sebanyak 33 orang atau 31,4%. Dari tanggapan responden tentang kebutuhan konsumen sebagian besar responden menyatakan setuju.
106
ISSN 1412-2936
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 x
Memutuskan untuk menggunakan kartu seluler 3 berdasarkan keyakinan konsumen. Keyakinan para pengguna kartu seluler 3 muncul dari berbagai informasi tentang kartu seluler 3, dari berbagai informasi tersebut akan dicocokkan sesuai dengan kenyataan. Keyakinan para pengguna kartu seluler 3 juga dipengaruhi oleh persepsi masyarakat tentang kartu seluler 3. Dari persepsi masyarakat akan terintegrasi dalam pikiran para pengguna kartu seluler 3 untuk membuat sebuah minat untuk menjadi para pengguna kartu seluler 3 untuk memenuhi kebutuhannya
2) Mencari Informasi
responden yang menjawab cukup setuju 35 orang atau 33,3%, yang menjawab setuju 39 orang atau 37,2% dan yang menjawab sangat setuju sebanyak 31 orang atau 29,5%.
3) Evaluasi Informasi
responden yang menjawab cukup setuju 33 orang atau 31,4%, yang menjawab setuju 42 orang atau 40% dan yang menjawab sangat setuju sebanyak 30 orang atau 28,6%.
4) Minat
responden yang menjawab cukup setuju 26 orang atau 25%, yang menjawab setuju 36 orang atau 34% dan yang menjawab sangat
setuju sebanyak 43 orang atau 41%. Dampak dari adanya persepsi yang baik dari para pengguna kartu seluler 3 adalah adanya minat para pengguna kartu seluler 3 untuk menjdi para pengguna kartu seluler 3. Disamping untuk mempertahankan para pengguna kartu seluler 3 , layanan yang baik sebagai upaya untuk menarik para pengguna kartu seluler 3 baru agar menjadi para pengguna kartu seluler 3 yang berpotensi dan menjadi para pengguna kartu seluler 3 tetap serta sebagai upaya untuk mempertahankan para pengguna kartu seluler 3 yang sudah ada.
5) Evaluasi Setelah Membeli
responden yang menjawab tidak setuju 9 orang atau 8,6%, menjawab cukup setuju 32 orang atau 30%, menjawab setuju 55 orang atau 52,4% dan menjawab sangat setuju 9 orang atau 8,6%
Uji Validitas Dan Uji Reliabilitas
Berdasarkan hasil perhitungan korelasi dari variabel semua variabel maka untuk mengetahui validitas dari semua variabel maka dilakukan uji validitas semua variabel yang akan diteliti. Variabel dinyatakan valid apabila koefisien korelasi r > 0,3. Adapun hasil perhitungaan korelasi dengan menggunakan bantuan program SPSS versi 16.00 maka dapat dilihat hasil perhitungan matrik korelasi validitas sebagai berikut
107
ISSN 1412-2936
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 ii
Tabel 1
Hasil Perhitungan Uji Validitas
Variabel X Koefisien Korelasi Kket.
Kesadaran
Motivasi
Daya Tarik
Pengalaman
0,553
0,575
0,549
0,547
valid
valid
valid
valid
Variabel Y Koefisien Korelasi Kket.
Kebutuhan
Mencari Informasi
Evaluasi Informasi
Minat
Evaluasi
0,791
0,776
0,791
0,512
0,512
valid
valid
valid
valid
valid
Sumber data: diolah
Dari hasil uji validitas diatas, semua variabel koefisien korelasinya diatas 0,3 (>0,3) atau valid sehingga semua variabel dapat diikutkan dalam proses selajutnya.
Uji Realibilitas
Tujuan dari uji realibilitas adalah untuk mengetahui tingkat kehandalan dari instrumen penelitian. Variabel dapat dinyatakan handal apabila koefisien alpha > 0,5, dengan menggunakan metode Alpha Cronbach dengan menggunakan bantuan SPSS Program Versi 16.00 dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
108
ISSN 1412-2936
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 ii
Tabel 2
Hasil Uji Realibilitas
Variabel
Koefisien Alpha Keterangan
Persepsi
Minat
773
769
Handal
Handal
Sumber data: diolah
Semua variabel penelitian yang terdiri-dari persepsi (X) dan minat (Y) mempunyai tingkat kehandalan untuk digunakan dalam penelitian karena koefisien alpha > 0,5
Pengaruh Antara Variabel Bebas Dan Variabel Terikat
Dari hasil perhitungan statistik dengan menggunakan regresi linear sederhana dengan menggunakan bantuan program SPSS for windows versi 16.00.dapat diketahui sebagai berikut:
Tabel 3
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
Minat (Y) 3.8250 .61160 105
Persepsi (X) 3.600 .56479 105
Sumber data: diolah
109
ISSN 1412-2936
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 ii
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa
a. Dari hasil analisis statistik ternyata persepsi mempengaruhi minat konsumen. Adapun besar pengaruh yang diberikan oleh variable tersebut sebesar 0,716 atau 71,6% (kuat).
b. Model persamaan penelitian ini adalah:
Y = 0, 196 + 0,175 X
Nilai konstanta sebesar 1,893 hal ini berarti bahwa pada saat variabel X sama dengan nol maka minta konsumen sebesar 1,893. Koefisien variabel persepsi (X) sebesar 0,524 hal ini berarti bahwa bilamana variabel persepsi ditingkatkan satu-satuan maka akan menaikkan minat konsumen 0,524
Persamaan ini layak digunakan untuk memprediksi Y atau minat konsumen karena nilai signifikan pada ANOVA memiliki nilai 0,000 lebih kecil dari taraf signifikan 0,005 yang digunakan dalam penelitian ini.
b. Nilai uji t atau t hitung untuk persepsi sebesar 8.433. dengan probabilitas 0,00. Sedangkan dengan menggunakan nilai t table sebesar 1,98 dan tarap nyata sebesar 0,05, maka dapat diambil suatu kesimpulan dugaan persepsi berpengaruh terhadap minat konsumen dapat dibuktikan kebenarannya
Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran-saran dari peneliti adalah sebagai berikut:
a. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi berpengaruh terhadap minat konsumen oleh karena itu kartu seluler 3 untuk selalu memberikan dan meningkatkan persepsi kepada konsumen kartu seluler 3
b. Kartu seluler 3 hendaknya untuk selalu memberikan informasi sesuai dengan kebutuhan konsumen untuk dapat meningkatkan persepsi terhadap konsumen.
Pada tabel discriptive statistics dapat dijelaskan bahwa rata-rata atau means dari variabel terikat yaitu minat para pengguna kartu seluler 3 sebesar 3, 8250 dimana standart deviasi sebesar 0,61160 dengan N atau jumlah yang diteliti sebanyak 105 responden. Artinya bahwa minat para pengguna kartu seluler 3 termasuk baik karena berada diantara nilai 3,51 – 4,50.
Pada tabel discrieptieve statistics tersebut diatas juga menunjukkan bahwa variabel persepsi yang terdiri-dari: kesadaran, motivasi, daya tarik dan pengalaman termasuk baik yaitu berada diantara nilai 3,51-4,50 dengan nilai rata-rata 3,600 dan standart deviasi 0,56479. dengan jumlah responden yang diteliti sebanyak 105 responden.
110
ISSN 1412-2936
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 i
DAFTAR PUSTAKA
Asssael, Henry, 1987, Consumer Behaviour and Marketing Action, Kent Publishing, Boston USA
Djaslim Saladin, Unsur – Unsur Inti Pemasaran dan Manajemen Pemasaran, CV. Mandar Maju, Bandung, 1991.
Engel,James F., Roger D.Blackwell & Paul W. Miniard, 1994, Alih bahasa Budiyanto, Perilaku konsumen, Edisi Ke Enam,jilid I, Binarupa Aksara,Jakarta
Kartono, Kartini, 1997,dalam Husein Umar, Metodologi Penelitian, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Kotler,Philip Manajemen Pemasaran,Jilid 1 & 2, terjemahan Teguh Hendra, Ronny Antonius Rusli, Edisi Revisi, Prenha Hindu,Jakarta,1997
Kotler,Philip, Manajemen Pemasaran, Jilid I & II , Terjemahan Teguh Hendra, Roni Antunios Rusli, Penyunting Agus Hasan Pura Anggawijaya, Edisi Revisi, Prenha Hindu, Yogyakarta ,2000
Loudon, D.L and A.J. D. Bitta, 1993. Consumer Behavior Concepts and Aplication, Fourt Edition, Mc Graw-Hill,Inc.Singapore
Michelli, Dena, 1996, , Strategi Pemasaran, Edisi Pertama, Penerbit Andy Offset, Yogyakarta
Moenir dalam Sudiarto Santoso, Pengaruh Marketing Mix Terhadap Perilaku Konsumen pada Pedagang Kaki Lima di Malang, Penelitian Universitas Muhammadyah, Malang, 1992
Santoso Singgih, Buku Latihan SPSS statistic Parametrik, Alek Media Komputindo, Jakarta, 2002
Sanusi, Misbah dalam Fandy Tjiptono, Strategi Pemasaran, Edisi Pertama, Penerbit Andy Offset, Yogyakarta, 1995
Sugiono, Metode Penelitian Administradisi, Penerbit Alpha Beta, Bandung, 2001
Sutisna, Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran, Pt. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2001
Swasta, Bashu. dan T.Hani Handoko, Manajemen Pemasaran, Analisa Perilaku Konsumen, Edisi Pertama,BPFE,Yogyakarta, 2000
Tjiptono, Fandy, 2000, Strategi Pemasaran, Edisi Kedua, Penerbit Andy Offset, Yogyakarta
Umar, Husein, 2002, Metodologi Penelitian Aplikasi dalam Pemasaran, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Zaltman, 1979, The Demographics and Market Foregnmentation Journal Of Marketing, Illionis.
111
ISSN 1412-2936
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 2
KEBIJAKAN EDITORIAL JURNAL MAKRO
Makro merupakan jurnal yang diterbitkan secara berkala setiap bulan Mei dan November atau sebanyak dua kali dalam setahun. Tujuannya untuk menyebarluaskan hasil penelitian khususnya di bidang manajemen, kewirausahaan, akuntansi dan bidang ekonomi lainnya. Makro sudah tercatat sebagai jurnal yang terdaftar (ISSN 1412–2936). Untuk penyerahan artikel bisa dikirim ke email [email protected] atau diserahkan langsung ke alamat penyunting. Artikel yang masuk akan diseleksi dan hasil seleksi akan diinformasikan ke setiap penulis. Selanjutnya, artikel yang sudah terseleksi akan dipublikasikan dalam jurnal makro.
PEDOMAN PENULISAN ARTIKEL
1. Sistimatika Penulisan
a. Judul Judul ditulis secara singkat, maksimum
12 kata dalam Bahasa Indonesia, ditulis
dengan huruf kapital, jenis huruf arial
ukuran 12, rata tengah tanpa diakhiri
dengan tanda titik.
b. Nama Penulis dan Institusi Nama penulis diketik tanpa gelar
akademik. Penulis utama ada di baris
atas, kemudian setelahnya penulis
pendukung (jika artikel ditulis oleh tim).
Nama institusi ditulis setelah nama
penulis.
c. Abstrak Abstrak ditulis dalam bahasa Indonesia
dengan kisaran jumlah kata antara 150-
200, berisi penjelasan ringkas
mengenai masalah penelitian, tujuan,
metode, hasil dan kesimpulan.
d. Pendahuluan Uraian mengenai latar belakang,
rumusan masalah, dan tujuan penelitian.
e. Kajian Pustaka Berisi uraian tentang teori-teori
pendukung dan penelitian terdahulu
yang menjadi landasan pengembangan
kerangka pikir atau model penelitian.
f. Metode Penelitian Menguraikan tentang jenis penelitian,
objek penelitian, teknik pengumpulan
data, dan teknik analisis data.
g. Analisis dan Pembahasan Berisi uraian tentang analisis hasil
penelitian dan pembahasan lebih lanjut
dari hasil penelitian tersebut.
h. Kesimpulan dan Saran Berisi tentang kesimpulan hasil
penelitian dan saran dari penulis.
i. Daftar Pustaka Berisi sumber bacaan yang digunakan
untuk mendukung penulisan artikel.
2. Format Penulisan
a. Artikel diketik dengan huruf arial ukuran 11 dengan jarak baris satu spasi pada kertas A4.
b. Marjin kertas; 3 cm untuk sisi kiri, dan masing-masing 2,5 cm di sisi kanan, atas dan bawah.
c. Panjang artikel secara keseluruhan berkisar antara 15-20 halaman.
3. Tabel dan Gambar
Tabel diberi nomor urut dan judul diletakkan
di atas tabel. Sedangkan untuk gambar,
nomor urut dan judul diletakkan di bawah
gambar, disertai sumber kutipan yang
diketik dengan menggunakan tipe huruf
arial ukuran 10 dan dicetak tebal.
4. Kutipan
a. Sumber kutipan dalam teks dikutip di antara kurung buka dan kurung tutup yang menyebutkan nama belakang (akhir) penulis, tahun, dan nomor halaman. Contoh: 1) Satu sumber kutipan dengan satu
penulis: (Ayu, 2007), jika disertai dengan halaman: (Ayu, 2009: 96).
2) Satu sumber kutipan dengan dua penulis: (Diah dan Ayu, 2009: 96)
3) Satu sumber kutipan lebih dari dua penulis: (Ayu et al., 2004)
b. Jika penulis lebih dari dua orang, hanya nama penulis pertama yang disebutkan pada teks. Contoh: Ayu et al. (2010: 19).
c. Sumber kutipan tidak menyebut nama penulis, tetapi menyebut suatu lembaga atau badan tertentu. Contoh: Bank Indonesia (2013).
112
ISSN 1412-2936
Makro, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Volume 1 No.01│Mei 2016 3
5. Daftar Pustaka
Setiap artikel harus memuat daftar pustaka
(hanya yang menjadi sumber kutipan) yang
disusun berurutan berdasarkan huruf
pertama dari nama belakang penulis atau
nama institusi. Berikut ini tata cara
penulisannya:
a. Buku Nama belakang, inisial nama depan (jika
ada), tahun penerbitan, judul buku
(cetak miring), nama penerbit, kota
tempat buku diterbitkan. Contoh:
1) Satu penulis: Kasmir. 2002. Dasar-dasar
Perbankan. PT Raja Grafindo
Persada.Jakarta.
2) Dua penulis: Yamin, S. dan H. Kurniawan. 2009.
SPSS Complete Teknik Analisis
Statistik Terlengkap dengan Software
SPSS. Salemba Infotek.Jakarta.
b. Jurnal Nama belakang, inisial nama depan (jika
ada), tahun penerbitan, judul artikel,
nama jurnal (cetak miring), volume
jurnal, halaman artikel dalam jurnal.
Contoh:
1) Satu penulis: Ayu, D. 2006. An Optimizing IS-LM
Specification for Monetary Policy and
Business Cycle Analysis. Journal of
Money, Credit, and Banking: 296–
316.
2) Dua penulis: Neuenkirch, M. and P. Tillmann.
2012.Inflation Targeting, Credibility,
andNon-Linear Taylor Rules.Joint
Discussion Paper Series in
Economics35: 1-15.
3) Lebih dari dua penulis: Harmanta, M. B. Bathaludin, dan J.
Waluyo. 2011. Inflation Targeting
Under Imperfect Credibility: Lessons
from Indonesian Experience. Bulletin
of Monetary, Economics and
Banking: 271-306.
c. Prosiding Nama belakang, inisial nama depan (jika
ada), tahun penerbitan, nama prosiding
(cetak miring), penerbit (cetak miring),
halaman.
Contoh:
Ayu, D. 2004. Learning About Belief
About Inflation Target and Stabilisation
Policy. Prosiding Simposium II Jakarta: 1-
27.
d. Skripsi/Tesis/Disertasi Nama belakang, inisial nama depan (jika
ada), tahun, judul skripsi/tesis/disertasi,
skripsi/tesis/disertasi (cetak miring, pilih
salah satu), nama penerbit, kota penerbit.
Contoh:
Alamsyah, Halim. 2008. Persistensi Inflasi
dan Dampaknya Terhadap Pilihan dan
Respon Kebijakan Moneter di Indonesia.
Disertasi. Program Pascasarjana
Universitas Indonesia. Depok.
e. Internet Nama belakang, inisial nama depan (jika
ada), tahun, judul, alamat web (cetak
miring), tanggal akses. Contoh:
Andi, R. 2008. BPR Tak Sekedar Sehat
dan Berkelanjutan.
http://www.AdInfoOnline.com. Diakses
tanggal 30 Oktober 2010