jurnal 4

13
Parau pada Dewasa Banyak kondisi dapat menyebabkan parau, mulai dari proses inflamasi sederhana hingga kondisi kanker, neurologis, atau sistemik yang lebih serius yang melibatkan laring. Evaluasi pasien dengan parau meliputi anamnesis yang hati-hati, pemeriksaan fisik, dan pada banyak kasus, laringoskopi. Pasien apapun dengan suara parau yang menetap lebih dari dua minggu tanpa adanya penyebab jinak yang tampak memerlukan evaluasi laring yang seksama dengan laringoskopi direkta atau indirekta. Manajemen suara parau meliputi identifikasi dan tatalaksana kondisi penyebab, hygiene vokal, terapi vokal, dan terapi spesifik untuk lesi pita suara. Rujukan ke ahli patologi bahasa dan wicara mungkin membantu khususnya untuk pasien yang pekerjaannya bergantung pada menyanyi atau berbicara keras untuk waktu yang lama. Terapi suara merupakan cara yang efektif untuk meningkatkan kualitas suara dan performa suara pada pasien dengan disfonia nonorganik dan untuk menatalaksana banyak lesi pita suara yang jinak. Rujukan untuk bedah atau intervensi tertarget lain diindikasikan bila manajemen konservati patologi pita suara tidak berhasil, atau bila dicurigai dysplasia atau karsinoma, atau saat terdapat obstruksi jalan napas signifikan. Parau pada umumnya merujuk pada kualitas suara abnormal yang dapat bermanifestasi sebagai suara yang terdengar mendesah, dipaksakan, kasar, serak, bergetar, tercekik, atau lemah, atau suara yang memiliki nada lebih tinggi atau lebih rendah. Meskipun parau adalah gejala yang umum pada pasien yang diperiksa dokter keluarga, data insiden sebagian besar tidak bisa didapatkan. Hal ini dapat merupakan gejala nampak, namun hal ini lebih umum merupakan satu dari gejala lain, seperti batuk, kesulitan bernapas atau menelan, nyeri tenggorok, atau demam.

Upload: sri-ratna-widyanti

Post on 27-Dec-2015

35 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: jurnal 4

Parau pada Dewasa

Banyak kondisi dapat menyebabkan parau, mulai dari proses inflamasi sederhana hingga

kondisi kanker, neurologis, atau sistemik yang lebih serius yang melibatkan laring. Evaluasi

pasien dengan parau meliputi anamnesis yang hati-hati, pemeriksaan fisik, dan pada banyak

kasus, laringoskopi. Pasien apapun dengan suara parau yang menetap lebih dari dua minggu

tanpa adanya penyebab jinak yang tampak memerlukan evaluasi laring yang seksama dengan

laringoskopi direkta atau indirekta. Manajemen suara parau meliputi identifikasi dan tatalaksana

kondisi penyebab, hygiene vokal, terapi vokal, dan terapi spesifik untuk lesi pita suara. Rujukan

ke ahli patologi bahasa dan wicara mungkin membantu khususnya untuk pasien yang

pekerjaannya bergantung pada menyanyi atau berbicara keras untuk waktu yang lama. Terapi

suara merupakan cara yang efektif untuk meningkatkan kualitas suara dan performa suara

pada pasien dengan disfonia nonorganik dan untuk menatalaksana banyak lesi pita suara yang

jinak. Rujukan untuk bedah atau intervensi tertarget lain diindikasikan bila manajemen

konservati patologi pita suara tidak berhasil, atau bila dicurigai dysplasia atau karsinoma, atau

saat terdapat obstruksi jalan napas signifikan.

Parau pada umumnya merujuk pada kualitas suara abnormal yang dapat bermanifestasi

sebagai suara yang terdengar mendesah, dipaksakan, kasar, serak, bergetar, tercekik, atau

lemah, atau suara yang memiliki nada lebih tinggi atau lebih rendah. Meskipun parau adalah

gejala yang umum pada pasien yang diperiksa dokter keluarga, data insiden sebagian besar

tidak bisa didapatkan. Hal ini dapat merupakan gejala nampak, namun hal ini lebih umum

merupakan satu dari gejala lain, seperti batuk, kesulitan bernapas atau menelan, nyeri

tenggorok, atau demam.

Anatomi dan Fungsi Laring

Laring merupakan struktur kompleks yang memiliki fungsi protektif, pernapasan, menelan, dan

vokalisasi. Membentang dari dasar lidah ke trakea, laring terdiri dari kerangka mendasar yang

mengandung kartilago, tulang, dan membran dengan lapisan mukosa di atasnya. Kerangka

laring dibentuk oleh kartilago cricoid, thyroid, arytenoid, epiglotis, corniculata, dan cuneiform,

dan saling dihubungkan oleh ligamen dan membran, dan digerakkan oleh otot-otot ekstrinsik

dan intrinsik. Plica vocalis (atau corda vocalis) utamanya bertanggung jawab terhadap produksi

Page 2: jurnal 4

suara. Plica vocalis merupakan struktur membran yang melekat pada kartilago arytenoid dan

thyroid, dan teregang menyeberangi laring. Laring diinervasi oleh nervus laringeus superior dan

rekuren, yang merupakan cabang-cabang nervus vagus.

Suara diproduksi oleh aliran udara dari paru yang menyebabkan epitel corda vocalis

bergetar; fluktuasi yang dihasilkan dalam tekanan udara menghasilkan gelombang suara. Untuk

menghasilkan suara, ujung-ujung corda vocalis harus saling mendekat untuk bergetar dari

aliran udara yang melewati laring. Kartilago arytenoid dan otot-otot yang melekat bertanggung

jawab terhadap pergerakan dan tegangan corda vocalis. Resonansi gelombang suara diubah-

ubah oleh posisi dan bentuk bibir, rahang, lidah, palatum molle, dan organ bicara lainnya.

Penyebab Parau

Penyebab parau meliputi perubahan-perubahan patologis dari proses iritasi dan inflamasi,

kondisi neuromuskular dan psikiatri, gangguan sistemik, dan neoplasma. Kondisi-kondisi yang

lebih umum dan penting dicantumkan dalam Tabel 1. Banyak dari proses ini menghasilkan

perubahan pada laringoskopi yang dapat membantu dalam menentukan diagnosis pasti.

Bagaimanapun perubahan patologis berhubungan dengan lebih dari satu penyebab.

Infeksi dan Inflamasi

Laringitis akut sangat banyak ditemukan, ini merupakan penyakit yang bisa sembuh sendiri

yang ditandai dengan suara parau.Penggunaan suara yang berlebihan dalam waktu singkat

dan infeksi saluran napas atas merupakan penyebab tersering dari laryngitis akut. Penyebab

Page 3: jurnal 4

infeksi yang jarang yaitu infeksi jamur dan bakteri. Pada banyak kasus lain selain laryngitis akut,

suara parau merupakan salah satu gejala dan bukan merupakan gejala utama. Alergi pada

saluran napas atas yang mengenai laring dapat menyebabkan suara parau yang disertai

dengan rhinitis dan sinusitis. Laringitis juga sering dikaitkan dengan refluks laringofaring

meskipun kriteria diagnosis dan terapinya masih kontroversial.

Laryngitis kronis yang sering dikaitkan dengan lesi korda vokalis jarang bersifat ireversibel.

Merokok dan penggunaan suara yang berlebihan dalam jangka waktu lama merupakan

penyebab terbanyak dari laryngitis kronis. Iritan lain seperti refluks laringofaring, alergi dan

penggunaan kortikosteroid inhalan (khusunya flutikason, [flavon], juga dapat menyebabkan

laryngitis kronis.

Page 4: jurnal 4
Page 5: jurnal 4

Neuromuskular dan Psikogenik

Paralisis korda vokalis dapat bersifat unilateral dan bilateral. Paralisis korda vokalis

unilaterala paling banyak disebabkan oleh trauma pada nervus laryngeus rekuren, sebagai

akibat dari pembedahan tiroid,leher dan cardiothoraks dengan keterlibatan mediastinum dan

apeks pada kanker paru Paralisis korda vokalis bilateral paling banyak disebabkan oleh

pembedahan tiroid bilateral. Selain itu penyebab suara parau adalah trauma langsung dan

inflamasi pada korda vokalis, intubasi endotracheal juga dapat menyebabkan paralisi korda

vokalis.

Muscle tension dystonia disebabkan oleh ketegangan otot laringeal dan ekstralaringeal

berhubungan dengan beberapa faktor, termasuk kontrol pernapasan yang buruk, penutupan

glotis mendadak, refluks laryngopharyngeal, dan stress. Spasmodic dysphonia yang disebut

juga dengan laryngeal dystonia merupakan jenis kelainan neuromuscular lain yang tidak

diketahui faktor penyebabnya dan berakibat adanya kontrakasi otot laryngeal yang tidak

terkontrol dan menyebabkan spasme fokal laring. Gangguan suara psikogenik umunya terjadi

akibat reaksi terhadap stresatau sebagai manifestasi dari kelain psikiatri lain seperti

‘malingering’. Pada aphonia konversi, suara bisikan biasanya masih ada tetapi suara bicara

biasanya hilang dan sering diikuti dengan kejadian trauma.

Hoarseness bisa juga merupakan manifestasi dari beberapa kondisi degenerative

neurologis, seperti Parkinson, myasthenia gravis dan sclerosis multiple tetapi hal ini jarang

menjadi satu-satunya gejala.

HUBUNGAN PENYAKIT SISTEMIK DAN KEGANASAN

Hoarseness dapat terjadi karena beberapa kelainan endokrin, yang paling sering adalah

hipotiroidisme dan akromegali. Arthritis inflamasi seperti rheumatoid arthritis dapat berakibat

pada laring dan menyebabkan hoarseness. Sarcoidosis dan amyloidosis juga merupakan

penyebab yang sangat jarang dari hoarseness. Laryngeal amyloidosis bisa local, bisa juga

merupakan salah satu manifestasi dari penyakit sistemik

Laryngeal papillomatosis dapat terjadi pada dewasa, dapat juga terjadi pada bayi dan anak

karena infeksi human papillomavirus. Laryngeal leukoplakia bersifat jinak, lesi prekanker, atau

lesi ganas yang nyata. Displasia (yang berhubungan dengan leukoplakia) dan karsinoma sel

skuamosa sangan erat hubungannya dengan merokok, konsumsi alcohol, dan refluks

Page 6: jurnal 4

gastroesophageal. Hoarseness merupakan manisfestasi pertama dari karsinoma sel skuamosa

laring tetapi sering disertai dengan batuk, batuk darah, nyeri laring atau disfagia.

PENDEKATAN TERHADAP PASIEN DENGAN HOARSENESS

RIWAYAT

Evaluasi pasien dengan hoarseness harus dimulai dengan anamnesis yang cermat. Persepsi

pasien tentang hoarseness sebagai perubahan kualitas suara biasanya berbeda dengan

persepsi dokter tentang gejala tersebut. Minta pasien untuk menjelaskan perubahan kualitas

suara sespesifik mungkin, karena kualitas suara mempengaruhi penyabab yang berbeda (tabel

3).

Page 7: jurnal 4

Pastikan onset, durasi, dan waktu perubahan suara seperti fluktuasi vocal dan keletihan suara.

Masalah akut berkaitan dengan penggunaan suara secara berlebihan, infeksi atau inflamasi

atau trauma akut.

Tanyakan pasien tentang pola penggunaan suara mereka dan kebutuhan suara dalam

pekerjaan dan lingkungan mereka, faktor pencetus yang potensial (ex: vocal abuse, URI,

paparan allergen dan toksin), penggunaan alcohol dan rokok (termasuk perokok pasif), dan

gejala terkait (tabel 4).

PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan harus diawali dengan mengevaluasi kualitas vokal dari pasien, mungkin

menyarankan penyebab spesifik. Hal ini harus diikuti dengan pemeriksaan fisik yang cermat

dengan perhatian khusus pada kepala dan leher. Penyebab spesifik dari suara serak dapat

dilihat pada tabel 4.

Laringoskopi dan penelitian lain.

Ketika terjangkit suara serak akut, berlangsung kurang dari dua minggu yang disebabkan oleh

beberapa penyebab, seperti, penyalahgunaan vokal suara, infeksi saluran nafas atas, alergi,

Page 8: jurnal 4

gejala gastroesophageal reflux, dan tidak didapatkan etiologi yang lebih serius, terapi empiris

dapat diterapkan tanpa evaluasi lebih lanjut. Pada pasien dengan gejala gastroesophageal

reflux, salah satu cara untuk menanganinya dengan proton pump inhibitor siklus pendek dalam

dosis tinggi untuk mengetahui jika suara serak meningkat.

Ketika suara serak berlangsung lebih dari dua minggu dan tidak memiliki penyebab benign yang

jelas, bisa dilakukan evaluasi langsung pada laring melalui laringoskopi direk atau indirek. Pada

pasien yang memakai kortikosteroid inhalasi, bisa dilakukan perubahan regimen dosis obat

tersebut jika terdapat peningkatan suara serak. Selain itu, pada pasien dengan kondisi kurang

terkontrol dengan baik yang diketahui menyebabkan suara serak (misalnya, hipotiroidisme),

pilihan yang tepat untuk mengoptimalkan pengobatan kondisi tersebut sebelum laringoskopi.

Terlepas dari lamanya suara serak, jika tidak segera diselesaikan dengan intervensi yang tepat,

evaluasi menyeluruh dengan laringoskopi juga sebagai indikasi. Pada pasien dengan faktor

risiko atau gejala atau tanda-tanda kanker laring lainnya harus dilakukan evaluasi langsung

dengan laringoskopi.

Dokter keluarga terlatih dalam laringoskopi direk atau indirek dapat melakukan prosedur ini di

tempat praktik. Ketika patologis ditemukan pada pita suara sederhana, perawatan yang tepat

biasanya dapat diterapkan. Jika etiologi suara serak tidak dapat ditegakkan dari pemeriksaan

laringoskopi, atau biopsi lesi yang mencurigakan ditunjukkan, harus mengacu pada

otolaryngologist. Dalam beberapa kasus, studi radiografi, videostroboscopy atau evaluasi oleh

ahli patologi wicara-bahasa dapat membantu dalam menegakkan diagnosis.

Pengobatan suara serak.

Pengobatan suara serak meliputi identifikasi dan penatalaksanaan dari berbagai kondisi yang

mendasari, kebersihan vokal, terapi suara, dan pengobatan khusus lesi pita suara. Ketika

penyebabnya diobati, seperti alergi atau hipotiroidisme teridentifikasi, pengobatan kondisi ini

bisa menghilangkan suara serak. Pasien yang membutuhkan pengobatan kortikosteroid inhalasi

harus menggunakan dosis terendah dan menghindari fluticasone bila memungkinkan. Meskipun

penggunaan proton pump inhibitor telah dipergunakan secara luas untuk pengobatan gejala

laring yang diduga disebabkan oleh laryngopharyngeal refluks, efektifitas masih kurang.

Pnelitian terbaru pada subjek menyarankan, ketika digunakan untuk tujuan ini, proton pump

inhibitor harus diresepkan dengan dosis yang relative lebih tinggi, jika suara parau atau gejala

laring lain tidak membaik setelah 3-4 bulan, maka dokter harus mengevaluasi diagnosis dan

Page 9: jurnal 4

mencari penyebab lain. Pasien harus sudah pernah melakukan laringoskopi selama dilakukan

evaluasi.

Page 10: jurnal 4
Page 11: jurnal 4

Higiene Vokal

Ada beberapa penelitian bahwa edukasi tentang hygiene vocal efektif dalam menangani suara

parau. Program hygiene vocal mengevaluasi bebrapa hal seperti perubahan lingkungan

(kelembaban udara, hindari rokok, debu dan iritan inhalasi lain); perubahan perilaku

(menghindari seringnya batuk dan pembersihan tenggorokan); perubahan pola vocal

(menghindari berteriak atau berbicara keras dalam waktu lama); perubahan pola diet

( meningkatkan konsumsi air, menghindari makanan berat, kopi dan alcohol yang berlebihan

serta makanan pedas). Meskipun semua program tersebut tampak menguntungkan, nilai dari

beberapa komponen spesifik (seperti rekomendasi pola diet individu atau perubahan perilaku)

tidak ditunjukkan.

Terapi Suara

Terapi suara atau latihan suara merupakan terapi non bedah yang digunakan untuk

memperbaiki atau memodifikasi kualitas suara. Tujuan dari terapi ini adalah untuk mengubah

perilaku vocal untuk mengurangi trauma laring. Jenisnya meliputi latihan fisik dan vocal

bersamaan dengan perubahan perilaku termasuk hygiene vocal, voice rest, relaksasi otot dan

latihan napas. Sesi terapi suara biasanya 30-60 menit perminggu, selama total 8-10 minggu.

Keberhasilan terapi suara tergantung pada keaktifan peserta pada sesi terapi, kepatuhan

hygiene vocal dan mempraktekkan latihan yang diajarkan.