jumat, 27 mei 2011 menyusuri cerita cinta sang proklamator filekompleks penjara, terasing di...

1
EL sempit itu berada di nomor 5, Blok F, Penjara Banceuy, Bandung. Dengan berpintu besi kuat, sel tersebut hanya sepanjang peti mati dengan lebar 1,5 meter, tanpa jendela ataupun jeruji untuk jadi celah melongok ke dunia luar. Hanya sel tersebut yang tersisa dari seluruh kompleks penjara, terasing di tengah-tengah sederet bangunan rumah toko. Namun, hampir 80 tahun yang lalu sel berpintu besi itu pernah menjadi saksi berpindah tangannya kue-kue nagasari istimewa yang dibawa Inggit Garnasih untuk sang suami yang berada dalam tahanan. Kue-kue nagasari buatan Inggit saat itu punya alasan tersendiri yang membuatnya jadi istimewa. “Hendaknya maklum, dalam setiap kue nagasari itu, sewaktu aku membuatnya, kumasukkan uang logam. Itu juga pesanan Kusno, dan ia paham akan hal itu,” cerita Inggit, sebagaimana ditulis Ramadhan KH dalam buku Kuantar ke Gerbang. Sel penjara bersejarah itu merupakan satu dari delapan tempat tujuan napak tilas romansa Inggit Garnasih dan presiden pertama RI Soekarno di Bandung, pada pertengahan April. Di bawah bendera Mooi Bandoeng Plezier Compagnie, bekerja sama dengan Bentang Pustaka dan Goodreads Indonesia, Komunitas Aleut! merunut kembali jejak kisah hidup Bung Karno di Bandung saat memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, didampingi sang istri, Ibu Inggit. Perjalanan wisata sejarah itu dimulai di Kompleks Museum Konferensi Asia Afrika pada pukul 09.00 WIB. Keseluruhan jarak yang ditempuh tidak terlampau panjang, hanya sekitar 2 kilometer. Dari tempat berkumpul di pinggir Gedung Merdeka, hampir 100 peserta dibagi ke dalam empat kelompok dan bergerak menuju sel tahanan Soekarno di Banceuy sebagai destinasi pertama. Bung Karno dijebloskan ke penjara pada 1930 karena aktivitasnya di Partai Nasional Indonesia. Ia sempat ditahan di Banceuy, sebelum kemudian dipindahkan ke penjara Sukamiskin, Bandung, pascavonis 4 tahun penjara yang dijatuhkan Landraad (pengadilan) Bandung. Di Penjara Banceuy- lah, Inggit membuktikan cinta dan pengabdiannya kepada Soekarno. “Demi menyampaikan bahan-bahan untuk sang suami menyusun pembelaan di dalam sidang Landraad, Inggit rela berpuasa tiga hari supaya dapat menyisipkan buku dan bahan naskah pembelaan lainnya, lalu menyelundupkannya ke penjara,” tutur Ridwan Hutagalung, pegiat Komunitas Aleut! yang saat itu menjadi salah satu pemandu kelompok. Dari Banceuy, rombongan peserta beranjak menuju kompleks Masjid Agung, yang kini dikenal dengan nama resmi Masjid Raya Bandung. Menurut Ridwan, Masjid Raya sempat dirancang ulang oleh Soekarno dengan bentuk kubah seperti bawang, tapi karena keterbatasan waktu, rancangan tersebut baru dibangun pada 1960-an. Perjalanan dilanjutkan dengan menyeberang jalan menuju kompleks pendopo. Pendopo ini dibangun Soekarno untuk menghormati gurunya, di THS (Technische Hooge School, kini Institut Teknologi Bandung), Profesor C P Wolf Schumacher. Kala itu Soekarno telah bergelar insinyur sipil. Gelar tersebut tak lepas dari perjuangan Inggit Garnasih, yang gigih membiayai kehidupan rumah tangganya bersama Soekarno, sementara sang suami sibuk berpolitik dan menyelesaikan studi. Rumah bersejarah Sejak menikah, Bung Karno dan Ibu Inggit beberapa kali berpindah rumah. Selain di rumah yang kini menjadi Gereja Rehoboth di Jl Dewi Sartika, keduanya sempat tinggal di Jl Javaveem (kini sekitar Masjid Persis di Jl Viaduct), Gedong Dalapan di Jl Pungkur (kini menjadi bangunan rumah toko), hingga ke Jl Ciateul Nomor 8 (dahulu Jl Astana Anyar, kini JUMAT, 27 MEI 2011 Liburan Menyusuri Cerita Cinta sang Proklamator Belajar sejarah bisa menjadi menyenangkan lewat cara berwisata. ENI KARTINAH S Monumen Penjara Banceuy Menara pengawas di Penjara Banceuy Monum Penjar Banceu FOTO-FOTO: DOK PUJI MAHARANI Jl Inggit Garnasih). Peserta berkesempatan menyusuri Jl Dewi Sartika, lalu berlanjut ke Jl Pungkur dan Gang Jaksa, menengok rumah-rumah yang pernah ditempati Bung Karno dan Ibu Inggit. Rumah bersejarah Inggit Garnasih di Jl Inggit Garnasih No 8, Bandung, menjadi tempat tujuan terakhir. Rumah ini menjadi kediaman Inggit Garnasih pascaperceraiannya dengan Soekarno pada 1942, setelah membina rumah tangga selama 19 tahun. Jauh sebelumnya, rumah ini menjadi tempat Soekarno bertemu dengan para intelektual muda untuk berdiskusi dan menyelenggarakan kursus-kursus politik. Di sinilah Inggit Garnasih tinggal hingga tutup usia di umur 96 tahun pada 13 April 1984. (S-1) [email protected]

Upload: vodan

Post on 01-Apr-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

EL sempit itu berada di nomor 5, Blok F, Penjara Banceuy, Bandung. Dengan berpintu besi kuat, sel tersebut hanya sepanjang peti mati dengan lebar 1,5 meter, tanpa jendela

ataupun jeruji untuk jadi celah melongok ke dunia luar.

Hanya sel tersebut yang tersisa dari seluruh kompleks penjara, terasing di tengah-tengah sederet bangunan rumah toko. Namun, hampir 80 tahun yang lalu sel berpintu besi itu pernah menjadi saksi berpindah tangannya kue-kue nagasari istimewa yang dibawa Inggit Garnasih untuk sang suami yang berada dalam tahanan.

Kue-kue nagasari buatan Inggit saat itu punya alasan tersendiri yang membuatnya jadi istimewa. “Hendaknya maklum, dalam setiap kue nagasari itu, sewaktu aku membuatnya, kumasukkan uang logam. Itu juga pesanan Kusno, dan ia paham akan hal itu,” cerita Inggit, sebagaimana ditulis Ramadhan KH dalam buku Kuantar ke Gerbang.

Sel penjara bersejarah itu merupakan satu dari delapan tempat tujuan napak tilas romansa Inggit Garnasih dan presiden pertama RI Soekarno di Bandung, pada pertengahan April.

Di bawah bendera Mooi Bandoeng Plezier Compagnie, bekerja sama dengan Bentang Pustaka dan Goodreads Indonesia, Komunitas Aleut! merunut kembali jejak kisah hidup Bung Karno di Bandung saat memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, didampingi sang istri, Ibu Inggit.

Perjalanan wisata sejarah itu dimulai di Kompleks Museum Konferensi Asia Afrika pada pukul 09.00 WIB. Keseluruhan jarak yang ditempuh tidak terlampau panjang, hanya sekitar 2 kilometer. Dari tempat berkumpul di pinggir Gedung Merdeka, hampir 100 peserta dibagi ke dalam empat kelompok dan bergerak menuju sel tahanan Soekarno di Banceuy sebagai destinasi pertama.

Bung Karno dijebloskan ke penjara pada 1930 karena aktivitasnya di Partai Nasional Indonesia. Ia sempat ditahan di Banceuy, sebelum kemudian dipindahkan ke penjara Sukamiskin, Bandung, pascavonis 4 tahun penjara yang dijatuhkan Landraad (pengadilan) Bandung. Di Penjara Banceuy-lah, Inggit membuktikan cinta dan pengabdiannya kepada Soekarno.

“Demi menyampaikan bahan-bahan untuk sang suami menyusun pembelaan di dalam sidang Landraad, Inggit rela berpuasa

tiga hari supaya dapat menyisipkan buku dan bahan naskah pembelaan lainnya, lalu menyelundupkannya ke penjara,” tutur Ridwan Hutagalung, pegiat Komunitas Aleut! yang saat itu menjadi salah satu pemandu kelompok.

Dari Banceuy, rombongan peserta beranjak menuju kompleks Masjid Agung, yang kini dikenal dengan nama resmi Masjid Raya Bandung. Menurut Ridwan, Masjid Raya sempat dirancang ulang oleh Soekarno dengan bentuk kubah seperti bawang, tapi karena keterbatasan waktu, rancangan tersebut baru dibangun pada 1960-an.

Perjalanan dilanjutkan dengan menyeberang jalan menuju kompleks pendopo. Pendopo

ini dibangun Soekarno untuk menghormati gurunya, di THS (Technische Hooge School, kini Institut Teknologi Bandung), Profesor C P Wolf Schumacher. Kala itu Soekarno telah bergelar insinyur sipil. Gelar tersebut tak lepas dari perjuangan Inggit Garnasih, yang gigih membiayai kehidupan rumah tangganya bersama Soekarno, sementara sang suami sibuk berpolitik dan menyelesaikan studi.

Rumah bersejarahSejak menikah, Bung Karno dan Ibu Inggit

beberapa kali berpindah rumah. Selain di rumah yang kini menjadi Gereja Rehoboth di Jl Dewi Sartika, keduanya sempat tinggal di Jl Javaveem (kini sekitar Masjid Persis di Jl Viaduct), Gedong Dalapan di Jl Pungkur (kini menjadi bangunan rumah toko), hingga ke Jl Ciateul Nomor 8 (dahulu Jl Astana Anyar, kini

JUMAT, 27 MEI 2011LiburanMenyusuri Cerita Cinta sang ProklamatorBelajar sejarah bisa menjadi menyenangkan lewat cara berwisata.

ENI KARTINAH

S

Monumen Penjara Banceuy

Menara pengawas di Penjara Banceuy

MonumPenjarBanceuFOTO-FOTO: DOK PUJI MAHARANI

Jl Inggit Garnasih). Peserta berkesempatan menyusuri Jl Dewi

Sartika, lalu berlanjut ke Jl Pungkur dan Gang Jaksa, menengok rumah-rumah yang pernah ditempati Bung Karno dan Ibu Inggit.

Rumah bersejarah Inggit Garnasih di Jl Inggit Garnasih No 8, Bandung, menjadi tempat tujuan terakhir. Rumah ini menjadi kediaman Inggit Garnasih pascaperceraiannya dengan Soekarno pada 1942, setelah membina rumah tangga selama 19 tahun.

Jauh sebelumnya, rumah ini menjadi tempat Soekarno bertemu dengan para intelektual muda untuk berdiskusi dan menyelenggarakan kursus-kursus politik. Di sinilah Inggit Garnasih tinggal hingga tutup usia di umur 96 tahun pada 13 April 1984. (S-1)

[email protected]