juli-desember 2017 filemahasiswa indonesia di perth. akan tetapi, syukur alhamdulillah, teman- teman...

46
Newsletter Juli-Desember 2017 http://www.aipssa.org

Upload: phungquynh

Post on 04-Mar-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Juli-Desember 2017 filemahasiswa Indonesia di Perth. Akan tetapi, syukur alhamdulillah, teman- teman Kabinet AIPSSA 2017 berhasil menjaga stamina dan konsistensi hingga garis finish

1

Newsletter Juli-Desember 2017

http://www.aipssa.org

Page 2: Juli-Desember 2017 filemahasiswa Indonesia di Perth. Akan tetapi, syukur alhamdulillah, teman- teman Kabinet AIPSSA 2017 berhasil menjaga stamina dan konsistensi hingga garis finish

2

Diterbitkan oleh: DEPARTEMEN MEDIA DAN INFORMASI Redakstur: Hersinta Kontributor Foto: Elis ZA, Arief Rachman, Yusron Sugiarto, Hendrix, Abi Sofyan Ghifari © 2017 AIPSSA Cover photo ©Dokumentasi AIPSSA/Yusron Sugiarto http://www.aipssa.org https://www.facebook.com/aipssa.org

Page 3: Juli-Desember 2017 filemahasiswa Indonesia di Perth. Akan tetapi, syukur alhamdulillah, teman- teman Kabinet AIPSSA 2017 berhasil menjaga stamina dan konsistensi hingga garis finish

3

Dari Presiden AIPSSA

4

Kabinet 2017 6 Kolom: Kuliah dan Uang 7 Indonesia Insight 13 Kabar AIPSSA UWA 17 Kabar AIPSSA Curtin 21 Event AIPSSA: Peluncuran Buku Perjalanan: Petualangan di Pulau Rottnest - Liputan Tur AIPSSA ke Rottnest Island

23

27 Kolom: Konflik Kekerasan di Tanah Papua 30 Kalender AIPSSA Graduates

34 36

Kesan: Kata Mereka 37 Networking & Partnership 41

DAFTAR ISI

Perth City Lights. Photo by: Elis ZA

Page 4: Juli-Desember 2017 filemahasiswa Indonesia di Perth. Akan tetapi, syukur alhamdulillah, teman- teman Kabinet AIPSSA 2017 berhasil menjaga stamina dan konsistensi hingga garis finish

4

ekan-rekan mahasiswa dan peneliti, Salam Hangat! Newsletter AIPSSA kembali hadir. Pada Newsletter edisi akhir tahun 2017 ini, AIPSSA menyajikan liputan paruh kedua masa bakti Kabinet AIPSSA 2017. Tidak terasa kami sudah menyapa, berkarya dan bekerja sama dengan rekan-rekan AIPSSA dan juga seluruh mitra strategis dalam kurun waktu 12 bulan lamanya. Tidak mudah memang membagi waktu antara aktivitas organisasi dan kegiatan studi yang menjadi prioritas utama mahasiswa Indonesia di Perth. Akan tetapi, syukur alhamdulillah, teman-teman Kabinet AIPSSA 2017 berhasil menjaga stamina dan konsistensi hingga garis finish. Sebagaimana disampaikan pada Newsletter awal tahun 2017, bahwa Kabinet AIPSSA 2017 akan berfokus pada dua hal. Pertama, memberikan wadah aktualisasi diri bagi para anggotanya. Kedua, memberikan pelayanan dalam hal non-akademik guna menunjang proses studi anggotanya. Dalam kurun waktu 2017, tercatat lebih dari 30 kegiatan berhasil diselenggarakan dan difasilitasi oleh Kabinet AIPSSA 2017. Dalam hal aktualisasi diri anggotanya yang merupakan kaum cendekia, AIPSSA telah mengadakan beragam kegiatan mulai dari kompetisi presentasi 3 Minutes Thesis, peluncuran buku kedua AIPSSA dan juga sharing session rutin antar anggota melalui forum Indonesia Insight.

Prakata

AGUNG M. DORODJATOEN

R Dalam hal pelayanan non-akademik, yang merupakan bagian utuh dari proses studi anggota AIPSSA sebagai mahasiswa, AIPSSA juga telah menyelenggarakan beragam kegiatan, mulai dari kegiatan wisata bersama ke Rottnest dan Lancelin, kegiatan cengkerama antar anggota melalui barbeque bersama dan penyediaan informasi komprehensif terkait pencarian akomodasi dan hal-hal keseharian lain tentang hidup di Perth. Tentu saja semua ini terlaksana karena kontribusi utama tiga pihak. Pertama, kontribusi aktif dari teman-teman mahasiswa anggota dan non-anggota AIPSSA. Dukungan kontinu dari rekan-rekan anggota AIPSSA dalam bentuk tulisan, partisipasi aktif dan kritik-saran telah menjadikan Kabinet AIPSSA 2017 mampu memperbaiki pelaksanaan beberapa kegiatan. Di sisi lain, kerjasama apik dengan entitas organisasi mahasiswa lain, seperti PPI Western Australia dan Murdoch Indonesia Students Associatio (MUISA), juga organisasi masyarakat seperti Ikatan Alumni ITB Western Australia dan Indonesia Diaspora Network Western Australia, telah memungkinkan AIPSSA memperluas jangkauan kegiatannya. Kedua, dukungan signifikan dari pihak KJRI juga telah memungkinkan AIPSSA untuk dapat mencapai banyak hal di tahun ini, sebagaimana halnya pada tahun-tahun sebelumnya.

Page 5: Juli-Desember 2017 filemahasiswa Indonesia di Perth. Akan tetapi, syukur alhamdulillah, teman- teman Kabinet AIPSSA 2017 berhasil menjaga stamina dan konsistensi hingga garis finish

5

Terimakasih sebesar-besarnya juga AIPSSA sampaikan khususnya kepada Bapak Ade Padmo Sarwoni, Konjen RI di Perth yang juga telah menuntaskan masa baktinya pada akhir tahun 2017 ini. Selama masa jabatan beliau di Perth, AIPSSA sangat merasakan adanya bimbingan dan pengayoman dari pihak KJRI. Ketiga, dukungan dari rekan-rekan merchant yang telah mendukung AIPSSA dari periode sebelumnya maupun yang baru bekerjasama pada tahun 2017 ini. Adanya jejaring kerjasama dengan beragam merchant memungkinkan AIPSSA memberikan pelayanan optimal kepada anggotanya. Sebagaimana roda kehidupan yang terus berputar, demikian juga roda kepengurusan AIPSSA. Kabinet AIPSSA 2017 mensyukuri adanya proses regenerasi yang telah berlangsung dengan baik, dan menyambut dengan penuh optimisme bagi lahirnya kepengurusan Kabinet AIPSSA 2018 di bawah kepemimpinan Sdr. Ari Rakatama (the University of Western Australia). Mewakili Kabinet AIPSSA 2017, saya mengucapkan terimakasih atas kepercayaan dan waktu yang diberikan kepada kami. Mohon dimaafkan apabila ada banyak kekurangan dalam masa bakti kami. Semoga sedikit dari kami ini dapat memberikan manfaat bagi AIPSSA, teman-teman mahasiswa dan cendekia dan juga bangsa dan negara Indonesia. Sampai jumpa!

Page 6: Juli-Desember 2017 filemahasiswa Indonesia di Perth. Akan tetapi, syukur alhamdulillah, teman- teman Kabinet AIPSSA 2017 berhasil menjaga stamina dan konsistensi hingga garis finish

6

PRESIDEN Agung M. Dorodjatoen WAKIL PRESIDEN I Mas Pungky Hendra Wijaya WAKIL PRESIDEN III Petrus Malo Bulu

WAKIL PRESIDEN II Ary Mazharuddin Shiddiqi

SEKRETARIS JENDERAL I Noor Syaifuddin SEKRETARIS JENDERAL II Bertha Rusdi

BENDAHARA Nimas Mayang Sabrina DANA USAHA I Tri Rainny Syafarani DANA USAHA II Dina Hermawaty Tambunan

DEPARTEMEN AKADEMIK KEPALA DEPARTEMEN Ari Rakatama WAKIL I Muhammad Irdam Ferdiansyah WAKIL II Sutomo

DEPARTEMEN REKREASI KEPALA DEPARTEMEN August Daulat WAKIL Bramasto Aditomo, Amalia Hasanah, Rizal Abda

DEPARTEMEN KAJIAN KEPALA DEPARTEMEN Nugroho Adi Sasongko WAKIL I Yusron Sugiarto WAKIL II Sandra Lucky, Cendranata, Prattama Santoso

DEPARTEMEN JARINGAN & KERJASAMA KEPALA DEPARTEMEN Novi Wilkinson WAKIL Rizfarendo

DEPARTEMEN ADVOKASI DAN PELAYANAN KEPALA DEPARTEMEN Aji Cahya Nusantara WAKIL Septian Wahyu Baskoro

DEPARTEMEN MEDIA DAN KOMUNIKASI KEPALA DEPARTEMEN Hersinta WAKIL I Arief Rachman WAKIL II Sigit Kurniawan, Hudan Studiawan

DEPARTEMEN RISET & PENGEMBANGAN KEPALA DEPARTEMEN Abi Sofyan Ghifari

KABINET 2017

End of Year Gathering dan Pelantikan Presiden AIPSSA 2018. November 2018, Mill Point. Dokumentasi AIPSSA (Yusron Sugiarto)

Page 7: Juli-Desember 2017 filemahasiswa Indonesia di Perth. Akan tetapi, syukur alhamdulillah, teman- teman Kabinet AIPSSA 2017 berhasil menjaga stamina dan konsistensi hingga garis finish

7

diisukan sedang ganas-ganasnya di Indonesia.

Bagi kebanyakan kawan saya yang sedang nyantrik di Perth ini, definisi uang yang kedua yang lebih banyak dipakai. Tentunya karena sebagian dari mereka yang bersekolah di negeri tetangga ini dengan uang orang lain, alias beasiswa. Banyak yang dari Dikti (sekarang BUDI kali ya), Australia Awards, Endeavour, dan, yang lagi in, beasiswa zonder ikatan bernama LPDP yang dikelola oleh Kementerian Keuangan.

Tentunya penambahan penghasilan ini tidak berarti pemasukan dalam jumlah aduhai, seperti beberapa kolega yang mempunyai perusahaan, dan pernah beberapa kali memenangkan tender tingkat dewa di Indonesia, di Perth atau yang menjadi ekspatriat level atas di sini.

Ini karena -walaupun barangkali masih masuk kelompok ekspatriat- namun bidang kerjanya biasanya adalah main ‘golf elektrik’ dengan menggunakan flexible electronic golf club, a.k.a vacuum cleaner. Atau kalau tidak main golf ya jadi DJ di beberapa restoran, alias tukang cuci piring. Saya, dan saya kira sebagian besar kita, tahu karena pernah melakukannya. Itulah sumber uang. Capek? Jelas.

Kuliah dan Uang

KRISTIAN AGUNG PRASETYO

uliah di luar negeri, termasuk Australia, kelihatannya identik dengan uang. Pertama, uang ini bisa berarti duit yang terbang dari tabungan- pindah ke rekening kampus, rekening landlord, rekening Woolies, Kong, Telstra, atau lainnya. Beberapa tentunya masuk ke kantong pasar barang bekas empat bulanan di Shelby St, Shenton Park.

Bagi beberapa kawan bukan hanya isi rekeningnya yang hilang, namun sebagian tanah warisan juga harus diiris untuk bayar uang kuliah. Kedua, uang juga berarti tambahan penghasilan. Teman-teman dari pajak biasanya langsung keluar bola lampu di atas kepalanya jika mendengar frase tambahan penghasilan. Namun ternyata uang beasiswa bukanlah termasuk objek pajak, sehingga aman dari terkaman petugas pajak, yang konon sekarang ini

KOLOM

K

Page 8: Juli-Desember 2017 filemahasiswa Indonesia di Perth. Akan tetapi, syukur alhamdulillah, teman- teman Kabinet AIPSSA 2017 berhasil menjaga stamina dan konsistensi hingga garis finish

8

Saya dulu sepulang ‘main golf’ habis shubuh, biasanya tertidur pulas barang sejam supaya sehabis itu bisa segar menghadapi laptop. But the money is not bad. Bisakah dapat duit tanpa capek? Misalnya bisakah dengan kegiatan kampus sehari-hari, sehingga tidak banyak tenaga ekstra keluar, kita bisa dapat uang? Tentu saja bisa, ada peluang untuk itu. Saya ingat dulu pernah ada kawan, tentu saja wanita, sesama student dari Bangladesh. Dia ternyata bantu-bantu supervisor-nya ngajar anak-anak under graduate. Dia bilang, the paycheck is good, the teaching is fine, tapi paling rempong giliran bikin soal dan koreksi hasil ujian. Saya mengamini, karena saya sendiri juga pernah mengalami (di Indonesia tapinya). Apalagi waktu ngobrol-ngobrol dengan Bu Yuni, orang Indonesia yang jadi salah satu petinggi di School of Accounting di Curtin, kalau skor kepuasan student di bawah 80%, maka si pengajar harus mulai was-was.

Belum lagi materi ajar yang kemungkinan besar tidak sesuai dengan topik penelitian kita. Berarti harus kerja ekstra juga kan. Menyiapkan materi kuliah, latihan ngajarnya, sampai bagaimana kalau ada yang nggak ngerti bahasa Inggris kita. Jadi masih capek. Bisakah kita dapat uang ekstra, di luar beasiswa, kalau hanya dengan mengerjakan penelitian kita semata? Saya akan cerita pengalaman saya. Beberapa bulan setelah konfirmasi kandidasi saya keluar- artinya saya sukses kecemplung menjadi calon pasien penderita permanent head damage- saya dikirimi email oleh supervisor saya. Isinya adalah pemberitahuan bahwa Law School tempat saya bernaung akan mengadakan HDR Day. Isi acara ini adalah presentasi dari beberapa student di Law School tentang riset mereka. Dia bilang, event ini bagus bagi saya untuk mempresentasikan dan memperoleh masukan atas proposal riset saya yang baru saja dinilai layak dilanjutkan.

Page 9: Juli-Desember 2017 filemahasiswa Indonesia di Perth. Akan tetapi, syukur alhamdulillah, teman- teman Kabinet AIPSSA 2017 berhasil menjaga stamina dan konsistensi hingga garis finish

9

Supervisor bilang- (yang terjemahan bebasnya kira-kira begini) “Lo kan habis selesai fieldwork, cari data. Ada dong yang bisa diceritakan. Nah research day ini pas banget.” Hah? Saya kan baru saja balik dari kampung nih. Data juga masih berantakan, apalagi analisisnya. Gak perlu bikin paper kok, cukup slide ajah. Gitu kata supervisor saya. Yo wis, permintaan dia saya sanggupi. Lagipula siapa yang berani nolak permintaan supervisor sih? Mau cari perkara? Pada hari H jam J, TKP di kampus law school di salah satu bangunan tua di Murray st, saya ketemu dengan satu saja mahasiswa Indonesia. Kali ini tidak banyak student yang hadir. Yang saya ingat ada anak lokal, tentu saja perempuan (kalau pria kayaknya sudah hampir pasti saya tidak ingat), masih muda, mukanya cakep, yang topik risetnya tentang bitcoin. Selebihnya ruangan dipenuhi oleh staf pengajar di Law School, mulai tingkatan dosen biasa sampai professor. Tengah hari, setelah saya selesai presentasi, ada acara rehat makan siang. Makannya ala bule, zonder nasi. Agak menyedihkan bagi saya yang punya perut Jawa karena ini berarti hanya nyantol di pojok perut bagian atas. Alhasil saya musti muter ruangan beberapa kali supaya lebih nendang di perut.

Dan dia bilang tidak perlu ngumpulin paper, hanya presentasi pakai slide doang. Karena tidak enak sama supervisor, dan juga karena masih anak baru, ya saya sanggupi saja permintaan itu. Pada hari H dan jam J, ternyata saya ketemu dengan dua kawan dari Indonesia yang sama-sama akan presentasi juga. Di luar kita bertiga, ruangan dipenuhi oleh sesama student, kebanyakan local student, dan staf pengajar di law school. Waktu itu bulan Mei, hari Jumat. Itu adalah presentasi saya pertama, setelah kandidasi rampung di kampus. Total dua kali saya harus presentasi hari itu. Yang pertama presentasi standar selama 15 menit dan kedua presentasi mendadak selama tiga menit. Yang pertama relatif gak masalah secara saya sudah persiapan. Yang kedua ini yang repot. Mau tidak mau saya harus maju karena chair acara bilang, “I invite you to present” dan kedua supervisor saya dengan kompak mengarahkan pandangan ke saya. Tanpa persiapan sama sekali, saya maju (lagi) ke podium dan mulai ngamen. Di akhir acara, tak dinyana, ternyata saya dinyatakan sebagai presenter terbaik. Sebagai imbalannya, secarik kertas bertuliskan angka beberapa ratus dollar diserahkan ke saya. Saya terbelalak. This is not bad. Not bad at all. Beberapa bulan kemudian satu email kembali nyelonong ke kotak surat elektronik saya. Lagi-lagi dari supervisor. Dia bilang kalau Law School akan mengadakan apa yang mereka sebut dengan research day. Mirip dengan HDR day, namun kali ini event-nya digabung dengan para staf pengajar dan peneliti di lingkungan Law School.

Page 10: Juli-Desember 2017 filemahasiswa Indonesia di Perth. Akan tetapi, syukur alhamdulillah, teman- teman Kabinet AIPSSA 2017 berhasil menjaga stamina dan konsistensi hingga garis finish

10

Jauh juga. Dari tiga hari jadwal conference, saya bersih hanya ikut sehari saja. Sisanya jadi si bolang di Wellington, Auckland, dan mampir ke Hobbiton. Yay!! Ada juga undangan ke acara gala dinner. “Pak, kita nelat aja. Mereka minum-minum dulu kayaknya sebelum makan,” begitu ajak si kawan. Saya setuju saja karena memang di susunan acara ada pre-dinner drink. Alhasil pas kami berdua datang, ruangan sudah penuh. Seorang panitia melambaikan tangan mempersilakan kami duduk di kursi depan, yang belakangan saya ketahui diisi beberapa petinggi Victoria Uni. Saya lihat beberapa nama tenar di bidang pajak terlihat di ruangan. Semua terlihat santai, tertawa sambil makan minum. Saya sempat merasa saltum karena hanya memakai kaus polo, sementara sebagian besar terlihat mengenakan setelan resmi. Ada juga salah satu orang, yang saya tahu adalah penulis textbook pajak yang banyak dipakai di kampus dan konsultan pajak di Australia, berkeliling ruangan sambil jepret sana sini. Rupanya dia jadi tukang foto. Setelah beberapa sambutan singkat dan makan malam (ada juga live music), hidangannya jelas tak terjangkau kantung mahasiswa yang mengandalkan uang beasiswa seperti saya, pembawa acara mengumumkan bahwa akan ada pembagian hadiah. Lagi enak nyruput minuman, bapak-bapak berambut putih yang duduk di samping saya menyentuh pundak saya. “She called out your name. I think you should go to the podium,” katanya. Saya bengong. Kupandangi mukanya. Dia tersenyum, dan tangannya bergerak memberikan gestur

“Cobain yang ini. Enak kok. Bikinan istri si Fulan,” kata seorang staf pengajar menyodorkan piring sambil menyebut nama supervisor saya. Tentu saja tawarannya saya ambil, selain karena tidak mau mengecewakan dia juga karena, dan ini alasan utama, saya masih agak lapar. Setelah perut terasa agak kenyang, saya pun menghampiri supervisor untuk pamitan pulang. Saya sih menduga dia akan oke saja. Namun tanpa dinyana dianya malah bilang begini, “I strongly suggest you not to go now.” Dengan lesu saya kembali masuk ruangan. “Gak jadi pulang?” tanya seorang staf kenalan yang sebelumnya sempat saya pamiti. Saya hanya nyengir saja. Ternyata saya gak boleh pulang sama supervisor ada maksudnya. Pada akhir acara, saya disebut sebagai presenter terbaik, salah satu kategori pemenang dari berbagai kategori hadiah yang lain. Secarik kertas bertuliskan angka beberapa ratus dollar pun berpindah ke ke tangan saya. Lumayan! Beberapa bulan kemudian, saya diajak salah satu kawan ikut ke conference perpajakan di Wellington, NZ. Panitianya adalah Victoria Uni. Saya langsung iyakan secara saya adalah penggemar trilogi Lord of the Rings. Siapa tahu nanti bisa mampir ke Hobbiton. Saya pun kirim abstrak ke panitia conference. Singkat cerita, abstrak kami berdua diterima, dan berangkatlah kita ke Wellington. Ternyata lokasi acara tidak di Wellington, namun di Masterton, salah satu kota pensiunan di sana, sekitar hampir sejam naik kereta.

Page 11: Juli-Desember 2017 filemahasiswa Indonesia di Perth. Akan tetapi, syukur alhamdulillah, teman- teman Kabinet AIPSSA 2017 berhasil menjaga stamina dan konsistensi hingga garis finish

11

Rupanya paper saya disebut sebagai research paper terbaik pada gelaran itu. Sama sekali tak terduga, secara yang jadi pembicara di sana adalah orang-orang yang saya tahu top di bidang perpajakan. Beberapa staf pengajar pajak dari Curtin, yang juga jadi presenter, datang menghampiri dan mengucapkan selamat sambil tertawa lebar. Salah seorang panitia berbisik ke saya menyebutkan nominal NZD yang jumlahnya bagi saya lebih dari lumayan. “We’ll be in touch for your account detail,” katanya. Sekitar dua bulan setelah conference itu, sepucuk email mampir ke mailbox saya. Isinya adalah pemberitahuan bahwa salah jurnal yang diasuh oleh organisasi penyelenggara conference tadi tengah melakukan call for paper, dan pembicara di conference diundang untuk mengirimkan artikel yang dipresentasikan sebelumnya.

ini menjadi kesempatan bagi kita

Namun tidak ada jaminan bahwa pasti dimuat, karena jurnal dan conference adalah dua hal yang sama sekali tidak berkaitan. Artikel di jurnal masih melalui proses double blind review, dan ada kemungkinan ditolak. Saya kirim saja artikel saya yang pernah saya presentasikan di conference. Hasilnya? Komentar-komentar pedas bertebaran di comment dokumen Word saya. Saya masygul. Sekitar seminggu kemudian, saya beranikan diri membuka lagi paper itu. Satu demi satu komentar pedas dua reviewer saya baca. Saya buka-buka lagi literatur, buku teks, dan lembar-lembar halaman artikel jurnal. Saya aduk-aduk lagi NVivo. Saya kirim manuskrip saya ke beberapa kenalan di kampus untuk minta masukan. Terakhir saya kirim juga ke supervisor. Kami berdua diskusi panjang lebar untuk memperbaiki manuskrip saya itu. Hasilnya saya kirim balik ke redaksi jurnal.

Page 12: Juli-Desember 2017 filemahasiswa Indonesia di Perth. Akan tetapi, syukur alhamdulillah, teman- teman Kabinet AIPSSA 2017 berhasil menjaga stamina dan konsistensi hingga garis finish

12

Ternyata masih ada saja yang harus saya perbaiki. Beberapa kali kita bertukar email, sampai kemudian, bulan November lalu, mereka kirim email lagi. Mata saya langsung berbinar ketika kalimat awal yang tertulis di badan email adalah: we are delighted to … dan seterusnya yang jujur saja tidak saya baca lagi kata-kata selanjutnya. Ternyata mereka minta konfirmasi apakah ada perubahan-perubahan yang ingin saya lakukan. Ada juga formulir hak cipta yang harus saya tanda tangani. Saya tanda tangani form itu, scan, dan langsung saya kirim balik. Saya sudah capek, lelah melakukan koreksi. Hanya untuk sepucuk artikel. Saya ingin segera move on. Sampai akhirnya sepucuk email panjang kembali mampir ke mailbox dari redaktur. Saya begitu senang ketika saya baca kata awalnya adalah congratulation. Isinya adalah pemberitahuan kalau artikel saya sudah dimuat. Segera saya forward email itu ke supervisor dan penjaga gawang HDR di CBS. Saya selanjutnya dikirimi formulir dari CBS. Isinya adalah pemberitahuan bahwa kampus akan kirim sejumlah dollar, cukup besar untuk level saya, asal saya segera isi dan kembalikan formulir itu secepatnya, sebelum kampus tutup untuk libur akhir tahun. Langsung saja saya selesaikan hari itu juga. Sekitar seminggu kemudian ada pemberitahuan bahwa pundi-pundi saya di Bank West tambah gendut!

Masih ada beberapa proyek lain yang bahannya saya comot dari konsep tesis saya, yang sampai sekarang masih berantakan, yang menghasilkan lembaran-lembaran kertas bertuliskan angka ratusan dolar. Kalau dikumpulin totalnya gedhe juga. Jadi, saya pikir pengalaman saya selama sekolah di Perth ini cukup berwarna juga. Macam-macam pernah saya jual. Saya pernah jualan hard disk, jualan buku pernah, main golf elektrik pernah, jadi volunteer (tapi dibayar) pernah, jadi staf kampus (sampai sekarang ID card-nya masih valid) pernah juga (yang ini duitnya mantap juga), bahkan tesis pun saya ‘jual’. Bagaimana pengalamanmu? KRISTIAN AGUNG PRASETYO mahasiswa PhD Business Law, Curtin Law School, Curtin University Penerima Australian Award Scholarship

Page 13: Juli-Desember 2017 filemahasiswa Indonesia di Perth. Akan tetapi, syukur alhamdulillah, teman- teman Kabinet AIPSSA 2017 berhasil menjaga stamina dan konsistensi hingga garis finish

13

Di diskusi yang bertajuk “Discovering Natural Insights to Conserve Environment” ini, Muchlis sebagai presenter pertama memaparkan risetnya yang berjudul “New Insights into Structural and Stratigraphy Evolution of Northern Sumatra Basin, Aceh”. Riset yang merupakan penelitian doktoralnya di Curtin University ini mengeksplorasi seluk-beluk pembentukan dan potensi yang dimiliki lempeng Sumatera.

ema potensi alam dan konservasi lingkungan menjadi topik yang diangkat dalam diskusi Indonesia Insight yang digelar oleh AIPSSA pada 29 September 2017, di Curtin University. Dua mahasiswa doktoral, Muchlis (Curtin University) dan Ary Mazharuddin Shidiqqi, mempresentasikan penelitian mereka di hadapan para peserta yang terdiri dari para mahasiswa pascasarjana di kampus-kampus Australia Barat.

Pentingnya Pemahaman tentang Potensi Alam dan Konservasi terhadap Lingkungan Prattama Santoso Utomo & Hersinta

Dua pembicara diskusi Indonesia Insight Muchlis dan Ary Mazharuddin Shiddiqi, bersama moderator Prattama Santoso Utomo (Dokumentasi: AIPSSA)

INDONESIA INSIGHT

T

Page 14: Juli-Desember 2017 filemahasiswa Indonesia di Perth. Akan tetapi, syukur alhamdulillah, teman- teman Kabinet AIPSSA 2017 berhasil menjaga stamina dan konsistensi hingga garis finish

14

Lebih lanjut, tulis Prattama, penelitian Muchlis menunjukkan bahwa terdapat beragam patahan muda yang terbentuk pada zaman Holocene (11.700 tahun lalu hingga sekarang) dan Pleistocene (2,5 juta hingga 11.700 tahun lalu) di Sumatera yang penting untuk diteliti. Salah satu fakta menarik yang dipaparkan adalah bahwa patahan-patahan tersebut ternyata tidak banyak berhubungan dengan gempa besar di Aceh tahun 2004 silam, dan memiliki berbagai arah sesar. Selain itu, beberapa signifikansi penting dari meneliti patahan dan cekungan bumi adalah untuk mengeksplorasi prospek hidrokarbon yang baru dan dapat dieksploitasi ke depannya. Serta untuk memahami struktur sesar dan pergerakan lempeng, yang dapat mengidentifikasikan potensi bencana yang ada.

Dalam presentasinya, Muchlis memaparkan tentang evolusi lempeng bumi yang membentuk Indonesia, yaitu lempeng Oceanic India-Australia dan Continental Eurasia. Faktanya, Indonesia- yang lokasi tepatnya berada di Pulau Sumatera- menjadi titik temu kedua lempeng tektonik tersebut. Selama jutaan tahun, gesekan antara lempeng India-Australia kepada lempeng Eurasia tersebut menyebabkan berbagai patahan atau sesar lempeng bumi yang terjadi di sekitarnya. Sementara Ary Shidiqqi sebagai presenter kedua, memaparkan hasil penelitiannya di University of Western Australia yang berjudul ‘Leak Quantification in Water Distribution Networks’. Dalam presentasinya, Ary menjelaskan perihal teknik mendeteksi kebocoran jalur pipa air- yang mana kebocoran instalasi pipa air ini dapat menimbulkan kerugian yang sangat besar bagi kehidupan dan lingkungan. Prattama Santoso Utomo, yang juga berperan sebagai moderator diskusi, telah merangkum beberapa petikan hasil diskusi tersebut, yang telah dimuat di laman berita daring, Cakrawala. Dari hasil petikan diskusi tersebut, Prattama merangkum bahwa dalam penelitian Muchlis, pembentukan Cekungan Sumatera bagian utara diyakini telah dimulai sejak sekitar 30 juta tahun yang lalu, yaitu pada zaman Oligocene awal. Hal ini disebabkan karena pergerakan Sesar Sumatera. Pergerakan patahan utama Sumatra menciptakan sesar-sesar lain yang berperan tidak hanya membentuk cekungan tetapi juga berperan dalam terbentuknya hidrokarbon seperti minyak dan gas bumi.

Muchlis, dosen dari Universitas Syiah Kuala Aceh dan kandidat doktor dari Curtin University, mempresentasikan hasil risetnya (Foto: Dokumentasi AIPSSA)

Page 15: Juli-Desember 2017 filemahasiswa Indonesia di Perth. Akan tetapi, syukur alhamdulillah, teman- teman Kabinet AIPSSA 2017 berhasil menjaga stamina dan konsistensi hingga garis finish

15

Serial diskusi Indonesia Insight digagas sebagai wadah bertukar informasi riset dari mahasiswa Indonesia di Perth, Australia Barat, yang juga didukung oleh Konsulat Jenderal RI untuk Perth. Sebelumnya, Indonesia Insight sesi 31 Maret 2017 mengambil tema mengenai politik dan hukum di Indonesia dalam mendukung pembangunan nasional. Agenda Indonesia Insight merupakan bagian dari acara reguler yang digelar AIPSSA dan berlokasi di kampus-kampus di Perth secara bergantian. PRATTAMA SANTOSO UTOMO Mahasiswa Master di bidang Health Professionals Education, Faculty of Health and Medical Sciences, The University of Western Australia. Tulisan ini disarikan oleh Hersinta dari artikel Tama yang pernah dimuat di: https://www.cakrawala.co/2017/10/05/diskusi-mahasiswa-indonesia-di-perth-memahami-alam-menjaga-lingkungan/

Presentasi kedua yang dipaparkan oleh kandidat doktor pada School of Computer Science and Software Engineering di The University of Western Australia (UWA), Ary Shidiqqi, megeksplorasi tentang permasalahan yang mayoritas masih terjadi di negara-negara berkembang. Seperti yang ditulis Prattama di Cakrawala,co, Ary memaparkan perbandingan antara dua kategori kebocoran, besar (burst) dan kecil (small leaks). Kebocoran dalam jumlah kecil jauh lebih merugikan dibandingkan dengan kebocoran besar. Ini disebabkan karena kebocoran besar dapat dideteksi dengan mudah dan ditangani lebih cepat. Sementara pada kebocoran kecil, meski air yang hilang dalam debit kecil, sulit dideteksi dan kadang berlangsung hingga bertahun-tahun sehingga secara total menyebabkan kerugian finansial yang jauh lebih besar. Tambah Ary, dalam konteks Australia sendiri, diperkirakan sekitar 30% air yang terdistribusi mengalami kebocoran, yang didominasi oleh kebocoran kecil. Lebih lanjut, Ary mengungkapkan salah satu motivasi dalam melakukan penelitian ini adalah karena harga sensor untuk mendeteksi kebocoran kecil sangat mahal (hingga 100.000 dollar Australia per unitnya). Untuk itu diperlukan metode mendeteksi lokasi kebocoran pada jaringan pipa air seakurat mungkin dengan menggunakan jumlah sensor seminimal mungkin, tutur mahasiswa doktoral yang juga berprofesi sebagai dosen Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya ini.

Ary Shidiqqi, memaparkan penelitiannya tentang teknik deteksi kebocoran pipa air (Foto: Dokumentasi AIPSSA)

Page 16: Juli-Desember 2017 filemahasiswa Indonesia di Perth. Akan tetapi, syukur alhamdulillah, teman- teman Kabinet AIPSSA 2017 berhasil menjaga stamina dan konsistensi hingga garis finish

16

Photo by Elis ZA, Matilda Bay, WA

Page 17: Juli-Desember 2017 filemahasiswa Indonesia di Perth. Akan tetapi, syukur alhamdulillah, teman- teman Kabinet AIPSSA 2017 berhasil menjaga stamina dan konsistensi hingga garis finish

17

SILUE

Gelar Perayaan Kemerdekaan RI, Upaya Kolaborasi dan Workshop Fotografi

ABI SOFYAN GHIFARI

Kabar AIPSSA UWA

Duet MC Cendra dan Zidnie mengawal kemeriahan acara perayaan Hari Kemerdekaan RI ke-72 yang digelar AIPSSA UWA dan Warneds (Dokumentasi: AIPSSA UWA)

MERIAHNYA PERINGATAN KEMERDEKAAN RI DI UWA Kemeriahan peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-72 terasa hingga ke Perth, Western Australia. Di lingkungan kampus The University of Western Australia, AIPSSA UWA bersama dengan perkumpulan warga negara Indonesia di daerah Nedlands dan sekitarnya (Warneds) menyelenggarakan perayaan proklamasi kemerdekaan Indonesia seperti layaknya di tanah air. Pada hari Minggu 26 Agustus 2017, para mahasiswa UWA asal Indonesia beserta keluarga berkumpul dan merayakan “17 Agustus-an” yang dimeriahkan oleh berbagai lomba, baik untuk anak-anak maupun dewasa.

Lomba untuk anak-anak yang tersedia sama seperti yang diadakan di Indonesia. Lomba-lomba populer seperti balap karung, makan kerupuk, balap kelereng, dan memasukkan pensil ke dalam botol diikuti anak-anak dengan antusias. Meski jauh dari bumi pertiwi, mereka tetap merasakan hangat dan meriahnya budaya Indonesia pada perayaan ini. Selain lomba anak-anak, para mahasiswa dan orangtua tidak mau kalah. Panitia yang terdiri dari komite AIPSSA UWA dan anggota Warneds telah menyiapkan serangkaian lomba untuk dewasa yang didesain secara berkelompok. Lomba-lomba ini bertujuan untuk mengasah dan menguji kekuatan (strength), ketangkasan (agility), serta kecerdasan (intelligence) para peserta.

Salah satu lomba populer yang menjadi tradisi perayaan 17-an: lomba balap karung (Dokumentasi: AIPSSA UWA)

Page 18: Juli-Desember 2017 filemahasiswa Indonesia di Perth. Akan tetapi, syukur alhamdulillah, teman- teman Kabinet AIPSSA 2017 berhasil menjaga stamina dan konsistensi hingga garis finish

18

Untuk menguji ketangkasan, panitia telah menyiapkan lomba oper sarung dimana para peserta dalam satu grup harus saling berpegangan sambil mengoper sarung dari ujung ke ujung tanpa bantuan tangan. Dalam menguji kecerdasan, lomba menebak peribahasa Indonesia menggunakan gambar cukup membuat peserta bingung dan senewen ketika tidak berhasil menebak peribahasa-peribahasa termasyhur seperti “bagai telur di ujung tanduk” atau “mencari jarum dalam tumpukan jerami.” Lomba tebak lagu juga menguji kecerdasan dan kreativitas para peserta yang sangat diminati karena peserta diharuskan untuk unjuk gigi membawakan lagu yang berhasil ditebak. Puncak dari lomba dewasa ialah adu kekuatan dalam tarik tambang yang tentu saja menarik para peserta untuk saling mendukung wakil kelompoknya. Pada acara ini, juga diperkenalkan beberapa mahasiswa dan anggota keluarga yang baru datang ke Perth untuk tinggal selama masa studi. Acara kemudian ditutup dengan makan siang bersama dengan menu: mie ayam! UPAYA KOLABORASI AIPSSA UWA

Sebagai upaya untuk menjaga inklusifitas dan meningkatkan kolaborasi sesuai visi dari AIPSSA UWA 2017, tahun ini kami berkontribusi dalam beberapa acara yang diadakan UWA.

Pada Agustus 2017, AIPSSA UWA turut mengkoordinir keterlibatan mahasiswa asal Indonesia di UWA untuk turut memeriahkan Multicultural Dinner yang diadakan oleh Language and Cultural Exchange (LACE) UWA.

Pada malam pertukaran budaya yang ditutup oleh makan malam bersama ini, para mahasiswa Indonesia menghadirkan serangkaian tarian daerah di depan para pengunjung. Tarian khas Indonesia yang ditampikan antara lain Tari Ondel-Ondel Betawi dari Jakarta, Tari Tor-Tor Batak asal Sumatera Utara, Tari Gambyong asal Solo, serta yang paling meriah gerakan Poco-Poco yang turut diikuti para hadirin. Kegiatan ini tidak saja memperkenalkan budaya Indonesia kepada para mahasiswa Australia serta negara lain, tetapi juga dapat mempererat persahabatan antar-mahasiswa yang berasal dari puluhan negara berbeda yang tengah menempuh studi. Masih di bulan yang sama, AIPSSA UWA juga turut hadir pada Club Carnival yang diadakan oleh UWA Student Guild.

Komite Eksekutif AIPSSA UWA 2017 (Dokumentasi: AIPSSA UWA)

Page 19: Juli-Desember 2017 filemahasiswa Indonesia di Perth. Akan tetapi, syukur alhamdulillah, teman- teman Kabinet AIPSSA 2017 berhasil menjaga stamina dan konsistensi hingga garis finish

19

Tari-tarian Indonesia yang ditampilkan oleh para mahasiswi Indonesia UWA di acara Language and Cultural Ezchange

(LACE) (Dokumentasi: AIPSSA UWA)

Setiap tahunnya, Spring Feast menghadirkan beragam hiburan dari berbagai latar belakang budaya para pelajar UWA. Pertunjukan musik, tari, komedi, dan atraksi seperti liong (lion dance). Tentunya menonton pertunjukan tak akan lengkap tanpa santapan yang memanjakan lidah. Berbagai stand kuliner dari negara tempat asal para mahasiswa UWA berjajar di sepanjang UWA Guild Village dan Oak Lawn. Kuliner asal Asia mendominasi, seperti dari Cina, India, Jepang, Vietnam, Malaysia, Timur Tengah, Korea, Filipina dan Indonesia. Tahun ini AIPSSA UWA menyajikan penganan kecil yang dapat dinikmati selagi menonton berbagai pertunjukan seni. Sajian yang dijajakan antara lain roti bakar, klepon, bakwan jagung, otak-otak, onde-onde, serta es kopyor. Pengunjung dari berbagai latar budaya memadati kios AIPSSA UWA untuk menikmati uniknya penganan ini. Keikutsertaan AIPSSA UWA pada acara ini juga merupakan upaya memperkenalkan budaya Indonesia pada khalayak yang lebih luas.

Kegiatan ini merupakan acara tahunan dari Guild yang bertujuan untuk memperkenalkan berbagai klub yang ada di UWA kepada mahasiswa baru. AIPSSA UWA tidak menyia-nyiakan kesempatan ini dengan turut mendirikan stand yang menampilkan salah satu budaya Indonesia, yaitu alat musik angklung. Kehadiran angklung di stand ini cukup menarik minat beberapa mahasiswa untuk turut mencoba memainkan lagu-lagu sederhana seperti “Happy Birthday” and “Twinkle Twinkle Little Stars”. Pada stand ini juga dibuka kesempatan kepada mahasiswa baru asal Indonesia untuk mendaftar sebagai anggota AIPSSA. Pada awal Oktober 2017, AIPSSA UWA menghadirkan jajanan khas Indonesia pada perhelatan tahunan Spring Feast yang diselenggarakan tiap pertengahan musim semi di UWA. Spring Feast merupakan kegiatan final dalam rangkaian yang berlangsung selama seminggu yaitu Multicultural Week.

Page 20: Juli-Desember 2017 filemahasiswa Indonesia di Perth. Akan tetapi, syukur alhamdulillah, teman- teman Kabinet AIPSSA 2017 berhasil menjaga stamina dan konsistensi hingga garis finish

20

SILUE

PHOTOGRAPHY WORKSHOP Seiring dengan jumlah mahasiswa asal Indonesia yang meningkat di Western Australia, animo minat mahasiswa terhadap bidang fotografi juga makin tinggi, terutama untuk mengabadikan keindahan alam di sekitar Perth melalui foto. Karena itu, pada Sabtu 16 September 2017 AIPSSA UWA mengadakan workshop fotografi yang diikuti tidak hanya oleh peminat fotografi asal UWA tetapi juga kampus lain di Western Australia, seperti Curtin University dan Murdoch University. Hadir sebagai pembicara, tiga kandidat doktor yang memiliki beragam pengalaman di bidang fotografi dan bersedia membagikan pengetahuan dan pengalaman mereka dalam acara santai ini. Mereka adalah Hendrix Setyawan dari UWA, Diswandi dari Murdoch University, dan Yusfi Ardiansyah asal UWA.

Masing-masing dari mereka membawakan materi mengenai fotografi yang berbeda-beda, mulai dari pelatihan dasar-dasar dan teknik fotografi, teknik penyuntingan (editing) gambar menggunakan Adobe Lightroom, serta teknik fotografi lanskap (landscape photography).

Peserta terlihat begitu antusias menyimak para “suhu” fotografi berbagi kisah, pengalaman, dan pengetahuan mereka soal fotografi sembari juga mengutak-atik kamera yang mereka bawa. Di akhir acara, panitia juga menyiapkan beberapa pertanyaan seputar workshop kepada peserta yang apabila dijawab peserta berhak mendapatkan serangkaian hadiah menarik.

ABI SOFYAN GHIFARI mahasiswa Master of Biomedical Science di University of Western Australia. Kepala Departemen Research and Development AIPSSA 2017.

Tutorial fotografi mengenai pelatihan dasar dan teknik pengambilan gambar

(Dokumentasi: AIPSSA UWA)

Page 21: Juli-Desember 2017 filemahasiswa Indonesia di Perth. Akan tetapi, syukur alhamdulillah, teman- teman Kabinet AIPSSA 2017 berhasil menjaga stamina dan konsistensi hingga garis finish

21

Film berdurasi 100 menit ini bercerita tentang seorang anak perempuan suku Bajo yang mencari keberadaan ayahnya yang hilang ketika berlayar mencari ikan di laut. Beberapa pesan menarik yang disampaikan melalui film ini adalah bagaimana masyarakat suku Bajo menjaga dan mencintai kekayaan alam laut, yang merupakan bagian dari kehidupan mereka sehari-hari. Layaknya di bioskop, para penonton juga menikmati beragam snack berupa makanan dan minuman ringan yang disediakan oleh panitia. Ajang nonton bareng ini juga menjadi sarana perkenalan dengan sejumlah mahasiswa baru asal Indonesia yang memulai perkuliahannya di Curtin.

Poster pemutaran film “The Mirror Never Lies” yang digelar oleh AIPSSA Curtin.

AIPSSA Curtin menggelar acara pemutaran film “The Mirror Never Lies” yang bertempat di gedung 408 pada Sabtu pagi, 16 September 2017. Film bergenre drama yang mengangkat mengenai kekayaan laut Indonesia serta kebudayaan lokal suku Bajo di Wakatobi ini disutradarai oleh Kamila Andini, serta dibintangi oleh Gita Novalista, Reza Rahadian dan Atiqah Hasiholan. Para penonton yang terdiri dari para mahasiswa Indonesia di Perth dihibur oleh visualisasi yang indah serta jalinan cerita menarik dari film yang memperoleh 7 nominasi dalam ajang FFI 2011 ini.

Acara Movie Screening “The Mirror Never Lies” dan Pemilihan Presiden AIPSSA Curtin 2018

Kabar AIPSSA Curtin

HERSINTA

Pakis, tokoh utama dari film The Mirror Never Lies, yang rindu dengan sosok ayahnya yang tak kunjung pulang (Dokumentasi: Hersinta)

Page 22: Juli-Desember 2017 filemahasiswa Indonesia di Perth. Akan tetapi, syukur alhamdulillah, teman- teman Kabinet AIPSSA 2017 berhasil menjaga stamina dan konsistensi hingga garis finish

22

Agenda lainnya adalah acara Pemilihan Presiden AIPSSA Curtin 2018 dan Annual General Meeting (AGM). Beberapa waktu sebelumnya, melalui panitia KPU AIPSSA Curtin telah dibuka kesempatan untuk penjaringan calon melalui media grup WhatsApp dan media sosial Facebook. Hingga jelang acara AGM yang digelar di Curtin University, Mochammad Rizal Abda bersedia mengajukan diri sebagai calon

tunggal, yang akhirnya secara aklamasi ditetapkan sebagai Presiden AIPSSA Curtin 2018. Hingga jelang acara AGM yang digelar di Curtin University, Mochammad Rizal Abda bersedia mengajukan diri sebagai calon tunggal, yang akhirnya secara aklamasi ditetapkan sebagai Presiden AIPSSA Curtin periode 2018.

Para pengurus dan anggota AIPSSA Curtin saat Annual General Meeting, November 2017 (Dokumentasi: AIPSSA Curtin)

Serah terima jabatan dari Presiden AIPSSA Curtin 2017, Mas Pungky Hendra Wijaya kepada Mochammad Rizal Abda selaku Presiden 2018, disaksikan oleh panitia KPU, Maya Irjayanti 2017 (Dokumentasi: AIPSSA Curtin)

Page 23: Juli-Desember 2017 filemahasiswa Indonesia di Perth. Akan tetapi, syukur alhamdulillah, teman- teman Kabinet AIPSSA 2017 berhasil menjaga stamina dan konsistensi hingga garis finish

23

Berbagi Pengalaman Berlibur, Berburu Beasiswa, Belajar, Bekerja dan Bermukim di Australia Barat NOVI WILKINSON

di Australia Barat yang bisa dikunjungi mulai dari Esperance, Albany, Margaret River, Perth, Fremantle hingga Broome. Selain itu, di buku ini juga terdapat review info tempat-tempat belanja yang murah di Perth dan waktu belanja yang tepat sehingga bisa menghemat puluhan dolar. Buku ini juga menampilkan daftar organisasi dan universitas yang memberikan beasiswa di Australia. Informasi mengenai daftar sekolah, TAFE dan univesitas di Australia Barat, serta Working Holiday Visa dan visa lainnya yang mengizinkan untuk bekerja di Australia, juga tak ketinggalan dibahas di dalamnya.

D

Event AIPSSA

Wawancara/Inspirasi?

iaspora Indonesia dan para mahasiswa Indonesia yang tergabung dalam organisasi AIPSSA berbagi pengalaman mereka ketika berlibur, berburu beasiswa, belajar, bekerja dan bermukim di Australia Barat lewat buku yang mereka tulis. Buku tersebut berjudul Berlibur, Berburu Beasiswa, Belajar, Bekerja dan Bermukim di Australia Barat yang diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama dan diluncurkan di Kings Park, salah satu icon terkenal di Perth, Australia Barat pada hari Minggu, 8 Oktober 2017. Buku tersebut bisa menjadi panduan bagi pelajar yang akan melanjutkan pendidikan di Perth, turis solo atau yang datang bersama keluarga dan anak-anak. Menampilkan lebih dari 500 tempat wisata

Buku “Berlibur, Berburu Beasiswa, Belajar, Bekerja dan Bermukim di Australia Barat”. Dokumentasi: Elis ZA

Page 24: Juli-Desember 2017 filemahasiswa Indonesia di Perth. Akan tetapi, syukur alhamdulillah, teman- teman Kabinet AIPSSA 2017 berhasil menjaga stamina dan konsistensi hingga garis finish

24

“Setelah menyelesaikan studi Master selama dua tahun, banyak hal yang saya bisa refleksikan ketika membaca buku ini di perjalanan pulang ke Indonesia, a country that I always call home. Buku karya seorang sahabat yang saya kenal baik di Perth ini menyediakan informasi yang lengkap untuk bagi yang ingin ke Australia Barat baik untuk berlibur, berburu beasiswa, belajar, bekerja dan bermukim. Bahkan ternyata masih banyak info penting yang saya belum tahu walaupun sudah tinggal 2 tahun di Australia Barat. Sesekali saya tersenyum membaca beberapa pengalaman yang juga dibagi oleh beberapa co-authors yang saya juga kenal baik bahkan sambil menganggukkan kepala dan tertawa.

Suasana event book launching yang berlangsung di Vietnam Memorial Pavilion, Kings Park. Dokumentasi: Elis ZA

Pembaca pun dapat ikut larut dalam kisah penerima beasiswa DIKTI, beasiswa LPDP dan Australia Awards Scholarship (AAS) serta cerita pengalaman pribadi para penulis yang pernah bekerja, belajar dan mendapatkan beasiswa untuk belajar di Australia- yang membawa pembaca seolah-olah merasakan sendiri pengalaman para penulis tersebut. Hal-hal tersebut menjadikan buku tersebut sebagai buku pertama dan paling lengkap yang menyajikan informasi tentang berlibur, berburu beasiswa, belajar, bekerja dan bermukim di Australia Barat terutama Perth.

Gilang Ahmad Fauzi, mahasiswa yang baru saja menyelesaikan pendidikan Masternya di Murdoch university memberikan ulasan yang positif tentang buku tersebut.

Page 25: Juli-Desember 2017 filemahasiswa Indonesia di Perth. Akan tetapi, syukur alhamdulillah, teman- teman Kabinet AIPSSA 2017 berhasil menjaga stamina dan konsistensi hingga garis finish

25

Bahkan saya membayangkan ekspresi para penulis mengutarakan tulisan itu secara langsung, layaknya saat kumpul-kumpul MUISA seperti biasanya. Sungguh luar biasa bisa mengenal penulis-penulis di buku ini. Good job everyone. It's highly recommended for those who want to go to Western Australia baik untuk berwisata, bermukim, bekerja, melanjutkan studi atau berburu beasiswa.”

Bagi anggota AIPSSA yang ingin memiliki buku tersebut bisa langsung menghubungi penulis lewat email [email protected] atau Facebook penulis Novi Wilkinson.

NOVI WILKINSON Pendidik dan penulis yang bermukim di Perth. Kepala Departemen Jaringan dan Kerjasama AIPSSA 2017.

Penulis (Novi Wilkinson, kanan) menyerahkan buku “Berlibur, Berburu Beasiswa, Belajar, Bekerja dan Bermukim di Australia Barat” kepada Ibu Widya Sinedu (kiri), Konsul Bidang Penerangan dan Sosial-Budaya (Pensosbud) dari Konjen RI Perth.

Dokumentasi: AIPSSA (Yusron Sugiarto)

Page 26: Juli-Desember 2017 filemahasiswa Indonesia di Perth. Akan tetapi, syukur alhamdulillah, teman- teman Kabinet AIPSSA 2017 berhasil menjaga stamina dan konsistensi hingga garis finish

26

Selain diharapkan bahwa peserta akan dapat menemukan banyak opsi hiburan di tempat tujuan, tiket ferry menuju Pulau Rottnest juga dikenakan potongan harga 50% dalam rangka meramaikan festival di pulau tersebut. Meskipun pengumuman penyelenggaraan tur baru dilakukan dua minggu sebelum tanggal keberangkatan, animo anggota AIPSSA dan MUISA untuk mengikuti kegiatan ini sangat besar.

PETUALANGAN DI PULAU ROTTNEST Liputan Tur AIPSSA ke Rottnest Island

AGUNG M. DORODJATOEN

IPSSA kembali menyelenggarakan tur dalam rangka memfasilitasi anggotanya untuk mencari hiburan ditengah kepenatan studi. Tur yang bertujuan ke Pulau Rottnest kali ini diselenggarakan pada tanggal 25 Oktober 2017, dan bekerjasama dengan Murdoch Indonesian Students Association (MUISA). Pemilihan tanggal pelaksanaan tur dilakukan dengan mempertimbangkan diselenggarakannya Rottnest Festival pada saat bersamaan.

Perjalanan

A

Sebagian peserta tur menikmati keindahan pulau Rottnest. (Dokumentasi: AIPSSA)

Page 27: Juli-Desember 2017 filemahasiswa Indonesia di Perth. Akan tetapi, syukur alhamdulillah, teman- teman Kabinet AIPSSA 2017 berhasil menjaga stamina dan konsistensi hingga garis finish

27

Ombak dan angin yang cukup kencang di pagi hari juga membuat perjalanan dari Hillarys menuju Pulau Rottnest cukup menegangkan. Beberapa penumpang sempat mengalami mabuk laut karena guncangan keras yang kerap menerpa kapal.

Meskipun demikian, segala kepayahan dan kelelahan perjalanan menjadi terobati ketika kedua rombongan mencapai daratan Pulau Rottnest. Di pulau yang berjarak sekitar 30 km dari daratan Perth tersebut, rombongan tur pertama-tama mengisi perut yang sudah mulai keroncongan dengan menu makan siang lontong, sate ayam dan mi goreng ala Yusuf Kitchen.

Dengan harga tiket $40 untuk tiket pulang-pergi dan konsumsi, tercatat ada 60 peserta yang mendaftar. Karena jumlahnya yang cukup besar, titik keberangkatan harus dibagi dua. Sebagian peserta berangkat melalui terminal ferry di Hillarys, dan sebagian lagi melalui Fremantle. Tur ini didesain memakan waktu setengah hari, dengan jam berangkat antara 9-10 pagi dan jam kembali antara pukul 3.30-4 sore. Pada hari-H keberangkatan, rombongan Fremantle dikoordinir oleh Alfa, Ketua MUISA. Sementara itu, rombongan Hillarys dikoordinir oleh Agung, Presiden AIPSSA. Rombongan Hillarys memakan waktu sedikit lebih lama (45 menit) untuk tiba di Pulau Rottnest, dibandingkan rombongan Fremantle (20 menit).

Rombongan tur Rottnest yang baru tiba di pulau dan hendak menikmati makan siang .(Dokumentasi: AIPSSA)

Page 28: Juli-Desember 2017 filemahasiswa Indonesia di Perth. Akan tetapi, syukur alhamdulillah, teman- teman Kabinet AIPSSA 2017 berhasil menjaga stamina dan konsistensi hingga garis finish

28

Para peserta berfoto di beberapa spot perhentian yang menarik. (Dokumentasi: AIPSSA)

Sekitar pukul 3-3.30 sore, kedua rombongan sudah kembali ke titik kedatangan untuk bersiap pulang ke Perth dengan menaiki ferry. Meskipun menikmati tur, beberapa peserta mengaku kekurangan waktu untuk menjelajah Pulau Rottnest, khususnya bagi rombongan yang naik bus. Karena untuk mengetahui semua spot menarik, rombongan perlu melakukan satu perjalanan keliling pulau terlebih dahulu selama satu jam. Kemudian, menaiki bus selanjutnya dan memilih spot perhentian. Pun ketika harus kembali, mereka harus menunggu bus berikutnya sesuai jadwal keberangkatan. Sementara itu, rombongan yang bersepeda dan menginap relatif lebih santai karena tidak harus mengikuti jadwal bus. Berkaca dari hal ini, maka tidak salah jika tur ke Pulau Rottnest ini dapat menjadi agenda rutin AIPSSA dan juga MUISA di tahun-tahun yang akan datang. Semoga!

Selepas bersantap siang, rombongan terbagi ke dalam beberapa kelompok kecil. Sebagian mengitari pulau dengan bersepeda. Beberapa anggota memilih membawa sepeda dari Perth dan sebagian menyewa di Pulau Rottnest. Aktivitas bersepeda adalah aktivitas yang paling direkomendasikan, mengingat tidak ada angkutan umum selain bus di Pulau Rottnest. Sebagian rombongan lain memilih mengelilingi pulau dengan menaiki bus Transperth yang disediakan pengelola pulau. Lama perjalanan bus mengitari pulau lebih kurang 1 (satu) jam. Rombongan kemudian memilih berhenti di beberapa spot menarik untuk kemudian mengambil foto-foto. Beberapa spot tersebut adalah Wadjemup, untuk melihat tur Wadjemup lighthouse; Little Salmon Bay, tempat bermain pasir putih dan bebatuan yang indah; dan Stark Bay, dimana beberapa anggota sempat melihat lumba-lumba melintas. Sebagian rombongan lain memilih menginap di tenda dan menikmati festival yang mulai ramai sejak sore hari.

Page 29: Juli-Desember 2017 filemahasiswa Indonesia di Perth. Akan tetapi, syukur alhamdulillah, teman- teman Kabinet AIPSSA 2017 berhasil menjaga stamina dan konsistensi hingga garis finish

29

Photo by Elis ZA, Cottesloe Beach, WA

Photo by Hendrix

Page 30: Juli-Desember 2017 filemahasiswa Indonesia di Perth. Akan tetapi, syukur alhamdulillah, teman- teman Kabinet AIPSSA 2017 berhasil menjaga stamina dan konsistensi hingga garis finish

30

Sebaliknya, sebagian pendukung Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) geram dan berharap gerakan KKB tersebut total dimusnahkan. Sebagian lagi skeptik, bersikap netral dan mencoba memahami situasi Papua yang menginginkan kemerdekaan Papua dari NKRI. Sayangnya, media massa termasuk media sosial, alih-alih menjernihkan masalah, justru berkompetisi menampilkan berita yang mendukung kepentingannya. Singkatnya, sebagian media telah mengkomodifikasi berita sesuai kepentingannya. Secara kesejarahan, konflik kekerasan berlarut-larut telah merundung Papua, Provinsi paling timur Indonesia, semenjak 1960an. Kontak senjata pertama antara pejuang Papua Merdeka dan Pemerintah Indonesia telah meletus pada 1963 dan hingga kini konflik jauh dari usai. Akar tunggang konflik tersebut berkisar pada persepsi status politik integrasi Papua ke pangkuan Indonesia, terutama referendum yang disponsori Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 1969. Pejuang Papua merdeka menolak referendum tersebut dengan dalih tidak adil, penuh intimidasi dan nir-akuntabel.

Konflik Kekerasan di Tanah Papua

RIDWAN AL-MAKASSARY

ada pungkasan tahun 2017, publik dunia, khususnya warga Indonesia disesaki polemik “penyekapan” (baca: penyanderaan) warga di Kimberly dan Banti, Mimika, Papua. Beberapa pertanyaan yang terbit adalah: “Benarkah telah terjadi penyekapan seperti yang dinyatakan Kapolda Papua”?, “Apakah benar kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) menyandera warga asli Papua yang notabene warga mereka sendiri?, “Siapa yang membunuh polisi Brimob Brigadir (anumerta) Firman Manangsang ?”, “Mengapa ada sejumlah pendatang yang menambang emas liar”?, dan lain sebagainya. Memang, tidak gampang memastikan ada atau tidaknya penyekapan tanpa suatu laporan yang terpercaya. Pun, berita yang berseliweran telah membelah opini masyarakat ke dalam kubu yang pro dan kontra. Sebagian pendukung Papua merdeka, termasuk sejumlah gembala (pendeta), anggota dewan hingga aktivis hak asasi manusia (HAM) menampik berita “penyekapan” tersebut.

Kolom

P

Page 31: Juli-Desember 2017 filemahasiswa Indonesia di Perth. Akan tetapi, syukur alhamdulillah, teman- teman Kabinet AIPSSA 2017 berhasil menjaga stamina dan konsistensi hingga garis finish

31

Tulisan ini mencoba mengungkap kontradiksi-kontradiksi tersebut untuk memahami mengapa Papua bergolak sepanjang waktu. Pertama, kontradiksi pemahaman terhadap agama dan suku di Papua. Secara membabi buta sejumlah pihak berkepentingan di Papua mengklaim Papua adalah tanah Injil (the Bible Land), sehingga mereka memaksakan pemberlakukan Perda Injil dan tidak menyisakan tempat bagi agama lain, khususnya Islam. Karena itu, isu pelarangan pembangunan masjid dan islamisasi menjadi kerikil tajam dalam mempertahankan legacy kerukunan beragama di Papua. Kenyataannya, Islam telah merambah Papua sejak abad ke-16 akibat pengaruh kerajaan Tidore, sementara Kristen menjejak Pulau Mansinam di Papua pada 5 Februari 1855 yang dibawa oleh rasul Ottow dan Geissler dengan bantuan staf kerajaan di Maluku. Karenanya, Islam dan Kristen telah bergandengan tangan membawa terang dalam peradaban gelap Papua. Sayangnya, fakta ini jarang terekspos dan justru muncul generalisasi distortif yaitu menjadi Kristen berarti mendukung pro-kemerdekaan Papua dan menjadi Islam mendukung NKRI. Selain itu, ras Papua dan ras Melayu sering dipertentangkan untuk menunjukkan ketidaksesuaian pendatang dan orang asli Papua.

Tidak diragukan, konflik telah menelan korban benda dan jiwa anggota Papua Merdeka, tentara nasional Indonesia dan masyarakat sipil tak berdosa. Muridan dkk dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyatakan akar konflik lainnya adalah kehadiran pendatang Muslim dari pelbagai wilayah Indonesia, marjinalisasi orang asli Papua dan kesenjangan pembangunan Papua dengan wilayah lain di Indonesia. Indonesia telah menetapkan kebijakan hukum otonomi khusus pada 2001 guna menuntaskan masalah Papua. Dewasa ini, Presiden Indonesia, Joko Widodo (Jokowi) menggalakkan pembangunan infrastruktur seperti jalan, sekolah, pelabuhan, bandar udara dan rumah sakit di Papua. Namun, deru pembangunan dipandang tidak menyertakan orang asli Papua secara ekonomi, dan juga tidak menyurutkan pejuang Papua Merdeka untuk menentukan masa depan sendiri (self-determination). Menurut hemat penulis, terdapat kontradiksi narasi “kebenaran” yang berhadap-hadapan dan dipercayai pendukung kedua belah pihak. Secara teori, konflik acap terjadi karena perebutan sumber daya alam dan persepsi, khususnya kontradiksi pemikiran antara pihak-pihak yang bertikai dengan tujuan yang berseberangan (incompatible goals).

Page 32: Juli-Desember 2017 filemahasiswa Indonesia di Perth. Akan tetapi, syukur alhamdulillah, teman- teman Kabinet AIPSSA 2017 berhasil menjaga stamina dan konsistensi hingga garis finish

32

mentah-mentah dan sebagian yang berpikiran terbuka mempertanyakan dengan kritis fakta sejarah tersebut. Menurut penuturan Toni Wanggai, Tokoh Muslim Papua, "Sejak 28 Oktober 1928 Putra-Putri terbaik Papua ikut terlibat dalam Sumpah Pemuda seperti orang tua (Ayah dan Ibu) dari Ramses Ohee yang sekarang menjabat sebagai Ketua Barisan Merah Putih dan Kakek Saya Pak Atai Karubaba ikut di dalam Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 di Jakarta. Juga, tahun 1945 Putra-putra Papua juga ikut berjuang untuk tegaknya NKRI, seperti Frans Kaisepo, Silas Papare, Marten Indey, dan JA Dimara yang merupakan Pahlawan Bangsa Indonesia asal Papua".

Yang terakhir sebagian lebih condong pada perjuangan bangsa Melanesia. Sementara fakta menunjukkan terjadi pernikahan antar agama dan suku yang melahirkan generasi milenial. Mereka ini lebih cair terhadap nasionalisme ganda (NKRI dan nasionalime Papua merdeka). Kedua, kontradiksi mengenai tidak adanya orang asli Papua dalam perjuangan NKRI. Sejumlah pendukung Papua merdeka, dari kalangan mahasiswa, aktivis, gembala, anggota dewan, mempercayai hal ini. Karenanya, wacana dan fakta sejarah adanya pemuda Papua yang terlibat sumpah pemuda 1928, dan juga terlibat perang mendukung NKRI sontak ditolak

HIKMAH

Deklarasi Para pimpinan agama untuk Papua Tanah Damai, 5 Februari 2003 (Dokumentasi penulis)

Page 33: Juli-Desember 2017 filemahasiswa Indonesia di Perth. Akan tetapi, syukur alhamdulillah, teman- teman Kabinet AIPSSA 2017 berhasil menjaga stamina dan konsistensi hingga garis finish

33

Ibarat menegakkan benang basah. Mungkin masih ada sejumlah kontradiksi dan perbedaan tujuan yang lain antara pendukung NKRI dan pendukung Papua merdeka yang butuh waktu dan kedewasaan mengurai kontradiksi tersebut. Tanpa penyelesaian paripurna terhadap kontradiksi yang membelit Papua, kita akan terus menyaksikan drama dengan skenario terburuk dari kedua belah pihak di mana korban utamanya adalah masyarakat sipil yang tak berdosa. RIDWAN AL-MAKASSARY Pegiat damai Papua dan mahasiswa Doktoral di bidang Asian Studies, The University of Western Australia. Penerima beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan Indonesia (LPDP).

Ketiga, kontradiksi mengenai hari kemerdekaan Papua. Sebagian pendukung Papua merdeka beranggapan pada 1 Desember 1961 Papua telah merdeka yang sudah dijanjikan oleh Belanda. Keempat, kontradiksi tentang status politik integrasi Papua pada referendum 1969. Meski hasil referendum 19 November 1969menyatakan Papua resmi masuk dalam wilayah NKRI tetap saja referendum dipandang cacat dan penuh intimidasi, sebagaimana disebutkan di awal. Sebagai kesimpulan, kontradiksi dalam versi pemikiran “benar” yang berbeda telah memicu ketegangan bahkan konflik berlarut-larut di Papua, sehingga acap penyelesaian Papua yang damai once and for all sulit diwujudkan.

Page 34: Juli-Desember 2017 filemahasiswa Indonesia di Perth. Akan tetapi, syukur alhamdulillah, teman- teman Kabinet AIPSSA 2017 berhasil menjaga stamina dan konsistensi hingga garis finish

34

AIPSSA GATHERING: WELCOMING NEW MEMBER & BOOK LAUNCHING Acara penyambutan anggota baru AIPSSA di semester kedua 2017 sekaligus peluncuran buku "Berlibur, Berburu Beasiswa, Bekerja dan Bermukim di Australia Barat” dari anggota kabinet AIPSSA 2017, Novi Wilkinson, 8 Oktober 2017, Vietnam Memorial Pavilion, Kings Park. ONE DAY PICNIC ON ROTTNEST ISLAND CARNIVAL DAY Perjalanan wisata satu hari ke Rottnest Island berkerjasama dengan MUISA menuju Rottnest Island dalam rangka perayaan Carnival Day, 28 Oktober 2017, Rottnest Island.

TURNAMEN SEPAKBOLA INDONESIA PIALA KONSULAT JENDERAL REPUBLIK INDONESIA, PERTH, WESTERN AUSTRALIA AIPSSA menjadi mitra pendukung bersama PPIA Western Australia untuk kegiatan turnamen sepakbola Indonesia yang diselenggarakan oleh Konsulat Jenderal RI untuk Perth, 5 & 12 Agustus 2017, Kent St. Senior High School INDONESIA INSIGHT AIPSSA Discussion Series "Discovering Natural Insights to Conserve Environment" bersama Muchlis (kandidat Ph.D dari Curtin University) dan Ary Shiddiqi (kandidat Ph.D. dari University of Western Australia), 29 September 2017, Curtin University

KALENDER AIPSSA

SELAMA SEMESTER II (JULI – DESEMBER 2017), BERBAGAI KEGIATAN TELAH DILAKSANAKAN OLEH AIPSSA. BERIKUT DAFTAR DARI AKTIFITAS TERSEBUT:

Para mahasiswa di kampus-kampus Australia Barat sedang menyimak presentasi dalam diskusi Indonesia Insight. Foto: Dokumentasi AIPSSA- Ary Shiddiqi

Page 35: Juli-Desember 2017 filemahasiswa Indonesia di Perth. Akan tetapi, syukur alhamdulillah, teman- teman Kabinet AIPSSA 2017 berhasil menjaga stamina dan konsistensi hingga garis finish

35

UCAPAN SELAMAT Ucapan selamat atas kelulusan studi pengurus AIPSSA: August Daulat (UWA), Petrus Malo Bulu (Murdoch), Septian Wahyu Baskoro (UWA) dan Sigit Kurniawan (UWA), Juli-Desember 2017, Perth PENERBITAN NEWSLETTER Penerbitan Newsletter Volume 7/2017. Desember 2017

END OF YEAR GATHERING & PELANTIKAN PRESIDEN AIPSSA 2018 Pertemuan akhir tahun anggota kabinet AIPSSA 2017 dan pelantikan presiden AIPSSA untuk masa jabatan 2018, 15 November 2017, Sir James Mitchell Park, Mill Point, South Perth SELAMAT KEPADA PRESIDEN TERPILIH Semoga sukses dan selamat menjalankan tugas untuk presiden terpilih Ari Rakatama, yang akan melanjutkan kepemimpinan kabinet AIPSSA 2018.

Acara farewell dengan Bapak Ade Padmo Sarwono, Konsulat Jenderal RI untuk Perth, yang akan menjalankan tugas baru di tahun 2018. Agung Dorodjatoen (Presiden AIPSSA 2017) didampingi oleh Ari Rakatama (Presiden AIPSSA 2018) serta beberapa pengurus, menyerahkan piagam apresiasi atas dukungan Bapak Konjen kepada AIPSSA. (Dokumentasi AIPSSA)

Meeting evaluasi AIPSSA akhir tahun dan serah terima jabatan presiden baru 2018 (Dokumentasi AIPSSA/Yusron Sugiarto)

Page 36: Juli-Desember 2017 filemahasiswa Indonesia di Perth. Akan tetapi, syukur alhamdulillah, teman- teman Kabinet AIPSSA 2017 berhasil menjaga stamina dan konsistensi hingga garis finish

36

UWA ADITYA DHARMAWAN (Master) ADRIANUS ERWIEN (Master) AUGUST DAULAT SINAGA (Master) YUSFI ARDIANSYAH (Doktoral) SUSI RAHMAWATI (Master) SIGIT KURNIAWAN (Master) SEPTIAN WAHYU BASKORO (Master) SANDRY WINDIHARTO (Master) HANS SUDARMO (Master)

GRADUATES | Juli-Desember 2017

CURTIN AGNI AMURBATAMI MANGGALI (Master) AJI CAHYA NUSANTARA (Master) GITA MIRANDA WARSITO (Master) JULIA VERONICA WALLY (Master) NI PUTU HERNITA KURNIAWATI (Master) NURUL HIDAYAH SUBAER (Master) YASSER AHMAD FANANIE (Master) MURDOCH ANDI DISWANDI (Doktoral) ANI WIDAYATI (Doktoral) GILANG AHMAD FAUZI (Master) NURCAHYANTO (Doktoral) PETRUS MALO BULU (Doktoral)

UWA 2017 Graduates (Foto: Arief Rachman)

Page 37: Juli-Desember 2017 filemahasiswa Indonesia di Perth. Akan tetapi, syukur alhamdulillah, teman- teman Kabinet AIPSSA 2017 berhasil menjaga stamina dan konsistensi hingga garis finish

37

NI PUTU HERNITA KURNIAWATI, Curtin University “Alasan saya memilih Perth sebagai tempat menempuh pendidikan adalah selain kampus yang saya tuju menyediakan mata kuliah yang mendukung keahlian saya tetapi juga karena saya jatuh cinta dengan atmosfir tempat ini. Sebenarnya ini adalah kali kedua saya berada di Perth karena sebelumnya saya pernah menjadi volunteer sebagai guru bahasa Indonesia di sini.

Kehidupan di Perth memang tidak se-hectic kehidupan di state lain di Australia, namun justru itu yang membuat saya tertarik. Seperti kata teman-teman sekelas saya, bahwa Perth sangat cocok untuk para pelajar karena tenang dan ramah pelajar. Terlebih ketika saya mulai memasuki kehidupan kampus, Curtin menyediakan banyak kesempatan untuk belajar. Saya sangat beruntung mendapat dosen-dosen yang ramah dan bisa diajak “curhat” tentang assignment dan materi yang sulit. Saya juga beruntung mendapat banyak teman dengan latar belakang yang sangat berbeda namun sangat seru untuk diajak diskusi dan jalan-jalan bersama, salah satunya teman-teman di AIPSSA. Thanks all, my life could be a lot harder without you. Di Curtin, social skill saya juga diasah dengan mengikuti beberapa kegiatan volunteer dan aktifitas outdoor bersama beberapa komunitas yang saya ikuti. Tak kalah menarik adalah mengeksplor alam Australia Barat yang indah! Setahun benar-benar tidak terasa and here I am! Saya siap untuk pulang berbagi cerita dengan teman-teman di rumah. Studi setahun saya sangat berkesan dan penuh makna. So, enjoy the process and don’t forget to explore more! You’ll be surprised that you can do more than you think.”

Kata Mereka

KESAN

…………………………………

Page 38: Juli-Desember 2017 filemahasiswa Indonesia di Perth. Akan tetapi, syukur alhamdulillah, teman- teman Kabinet AIPSSA 2017 berhasil menjaga stamina dan konsistensi hingga garis finish

38

GILANG AHMAD FAUZI, Murdoch University

“Dua tahun tinggal dan studi di Perth, meninggalkan banyak kesan bagi saya dan keluarga yang juga kebetulan ikut serta. Kesan tersebut hampir semuanya baik.

Pertama kali mendarat di Bandara Internasional Perth, saya dijemput oleh taksi yang sudah dipesankan pihak kampus Murdoch University. Ketika sampai di tujuan, saya heran mengapa tips yang saya berikan ditolak secara halus. Saya pun bingung mengapa taxi driver yang mengantar saya menolak tips tersebut. Padahal yang saya tahu dari film-film mancanegara yang saya tonton di rumah, penumpang biasanya memberikan tips kepada supir taksi. Namun, saya baru tahu dari teman saya berkewarganegaraan Australia bahwa giving tips is not common di Australia. Lalu saya tersadar bahwa film yang saya tonton itu film buatan Amerika, bukan Australia.

Tinggal di Perth pun juga sangat berkesan. Kesan pertama yang masih membekas adalah orang Australia itu sangat senang berbasa-basi. Dan topik basa-basi paling popular di sini adalah tentang cuaca. Saya selalu mendengar topik cuaca ini paling tidak 3 kali sehari dan setiap hari! Di tempat saya bekerja pun, topik cuaca juga sangat popular. Pernah suatu waktu, saya mengalihkan topik dengan bertanya bagaimana weekend nya. Mereka pun menjawab “It was fun at the beach, the weather was nice, and I think the weather will be nice today.” Percaya atau tidak, topik mengenai cuaca pun muncul lagi.

Saya tinggal di daerah Kardinya. Daerahnya cukup sepi sehingga cocok untuk kalangan mahasiswa. Walaupun sepi, daerah ini dekat dengan pusat perbelanjaan yang memudahkan kita untuk membeli keperluan sehari-hari. Mahasiswa Indonesia yang tinggal di sini juga banyak karena suburb ini memang dekat sekali dengan Murdoch University. Saya dan keluarga turut senang karena rekan-rekan mahasiswa Indonesia disini sangat guyub dan kami tidak segan untuk saling membantu dalam hal apapun. Begitu pun rekan-rekan mahasiswa Indonesia yang studi di kampus lain di Perth. Semua sangat supportive.

Studi di Perth terutama di Murdoch University juga sangat berkesan. Dosen dan staff-nya baik dan ramah, pengertian sekaligus supportive kepada para mahasiswa yang mengalami kesulitan, terutama mahasiswa internasional yang berbahasa ibu selain bahasa Inggris. Pilihan mata kuliah pun beragam dan seimbang antara theoretical and practical units. Saya pun bangga sebagai mahasiswa Murdoch dan tidak salah menempatkan Murdoch University sebagai pilihan pertama saya ketika memilih universitas untuk studi Masters of Development Studies.

Selain itu, hal yang paling berkesan dari tinggal dan studi di Perth adalah saya dan keluarga lebih banyak rekreasi. Australia Barat yang memiliki luas sepertiga dari benua Australia itu sendiri menawarkan pemandangan alam luar biasa yang tak ada habisnya. Mulai dari pantai, gunung, bukit air terjun, padang pasir, semak belukar, dan macam-macam tempat wisata yang bisa dikunjungi baik bersama-sama rekan mahasiswa, ataupun road trip sendiri.

Dua minggu setelah pulang ke Indonesia, ternyata saya rindu kembali ke Perth karena Perth ternyata memang ngangenin.”

…………………………………

Kata Mereka

Page 39: Juli-Desember 2017 filemahasiswa Indonesia di Perth. Akan tetapi, syukur alhamdulillah, teman- teman Kabinet AIPSSA 2017 berhasil menjaga stamina dan konsistensi hingga garis finish

39

Berfoto bersama dengan komunitas bersepeda (Dokumentasi: Hendrix)

KESAN

Kata Mereka ………………………………… SIGIT KURNIAWAN,

University of Western Australia “Berkeinginan untuk meneruskan studi di negeri seberang adalah keinginan saya sejak dulu. Tujuannya tak hanya sekedar menimba ilmu, namun juga menambah pengalaman sekaligus menjalin interaksi dan networking dengan kawan-kawan dari lain negara. Alhamdulillah saya lulus seleksi beasiswa pendidikan SPIRIT dari Bappenas untuk jenjang pendididkan master. Dari sekian negara dan universitas yang saya incar, pilihan jatuh kepada program Master of Human Resources and Employment Relations pada UWA (University of Western Australia) di Perth. Menjalani hari-hari sebagai mahasiswa tentunya tak lepas dari aktivitas perkuliahan dan perpustakaan. Di UWA, fasilitas perpustakaan yang nyaman tak hanya digunakan sebagai tempat membaca serta mencari referensi perkuliahan, tapi juga berfungsi sebagai sarana penunjang kegiatan kuliah seperti kerja kelompok, sampai dengan tempat mencari kehangatan di kala musim dingin tiba. Selain kegiatan akademik, saya mengisi waktu dengan kegiatan non akademik, sebagai penyeimbang dalam menjalani perkuliahan yang padat, sekaligus sebagai sarana mencari pengalaman dan membangun soft skill yang tidak didapat di bangku kuliah. Semisal, menjadi sukarelawan pada kegiatan BEM (Guild), aktif berorganisasi di AIPSSA UWA dan AIPSSA Western Australia. Termasuk kegiatan di luar aktivitas kampus seperti Pengajian Nedlands, komunitas muslim Indonesia di lingkungan kampus UWA-Crawley. Serta bergabung dengan kegiatan berbasis hobi seperti Indo varsities-photoclub (komunitas fotografi), Indonesian Bike Enthusiast, serta beberapa grup lain seperti penggemar wisata kuliner, grup memancing dan berburu kepiting dan kerang, serta grup olahraga tenis dan jogging.” Ad l i k i k i k f l di b k k i

Page 40: Juli-Desember 2017 filemahasiswa Indonesia di Perth. Akan tetapi, syukur alhamdulillah, teman- teman Kabinet AIPSSA 2017 berhasil menjaga stamina dan konsistensi hingga garis finish

40

Promo dan diskon untuk anggota AIPSSA

• Diskon belanja di Restoran Bintang Cafe sebesar 5% dengan belanja minimum sebesar AUD $20. Alamat Restoran Bintang Cafe : U11/910 Albany Highway East Victoria Park, WA

• Diskon belanja di Restoran Batavia Corner (Soto Ambengan) sebesar 10% dengan belanja minimum sebesar AUD $15. Alamat Restoran Batavia Corner (Soto Ambengan): Shop 3, 912 Albany Highway East Victoria Park, WA

• Diskon belanja di Restoran Burger Edge Waterford sebesar 10% dengan belanja minimum sebesar AUD $10. Alamat Restoran Burger Edge Waterford: Waterford Plaza, Cnr Kent Street dan Manning Road, Karawara, WA

• Diskon belanja sebesar 15% di Warung Kedai, Alamat: Shop 15 366 Albany Highway, Victoria Park WA

• [BARU] Diskon berikut di Restauran Kampoeng Tasik, Alamat: 63 Aberdeen St., Northbridge, WA 6003 o Discount (potongan harga) untuk pembelian lunch package sebesar 15% o Discount untuk pembelian dinner package sebesar 20% (minimum pembelian $100) o Discount (potongan harga) untuk pembelian menu lain sebesar 10% o Promo paket makan siang selama 6 hari (Selasa-Minggu) seharga $50/orang; take away dan

diantar ke rumah pemesan (pemesanan minimum berlaku). Pemesanan promo ini dapat menghubungi Kepala Departemen Kerjasama AIPSSA 2017, Sdri. Novi Wilkinson ([email protected]) untuk keterangan lebih lanjut

………………………………………

Page 41: Juli-Desember 2017 filemahasiswa Indonesia di Perth. Akan tetapi, syukur alhamdulillah, teman- teman Kabinet AIPSSA 2017 berhasil menjaga stamina dan konsistensi hingga garis finish

41

Networking & Partnership

Consulate General of the Republic of Indonesia, Perth, Australia

EMBASSY OF THE REPUBLIC OF INDONESIA IN CANBERRA

RESTAURANT

BATAVIA CORNER WARUNG KEDAI BURGER EDGE WATERFORD RESTAURAN KAMPOENG TASIK

BINTANG CAFÉ KARGOROO CARGO

………………………………………

Page 42: Juli-Desember 2017 filemahasiswa Indonesia di Perth. Akan tetapi, syukur alhamdulillah, teman- teman Kabinet AIPSSA 2017 berhasil menjaga stamina dan konsistensi hingga garis finish

42

http://www.aipssa.org

Page 43: Juli-Desember 2017 filemahasiswa Indonesia di Perth. Akan tetapi, syukur alhamdulillah, teman- teman Kabinet AIPSSA 2017 berhasil menjaga stamina dan konsistensi hingga garis finish

43

Page 44: Juli-Desember 2017 filemahasiswa Indonesia di Perth. Akan tetapi, syukur alhamdulillah, teman- teman Kabinet AIPSSA 2017 berhasil menjaga stamina dan konsistensi hingga garis finish

44

http://www.aipssa.org

Page 45: Juli-Desember 2017 filemahasiswa Indonesia di Perth. Akan tetapi, syukur alhamdulillah, teman- teman Kabinet AIPSSA 2017 berhasil menjaga stamina dan konsistensi hingga garis finish

45

Page 46: Juli-Desember 2017 filemahasiswa Indonesia di Perth. Akan tetapi, syukur alhamdulillah, teman- teman Kabinet AIPSSA 2017 berhasil menjaga stamina dan konsistensi hingga garis finish

46