juklak sl ptt padi jagung 2014 - west nusa tenggara · juklak sl-ptt padi dan jagung tahun 2014 1...

81
Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan sektor tanaman pangan merupakan salah satu strategi kunci dalam memacu pertumbuhan ekonomi pada masa yang akan datang. Selain berperan sebagai sumber penghasil devisa yang besar, juga merupakan sumber kehidupan bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Salah satu strategi yang dilakukan dalam upaya memacu peningkatan produksi dan produktivitas usahatani padi dan jagung adalah dengan mengintegrasikan antar sektor dan antar wilayah dalam pengembangan usaha pertanian. Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia, telah memunculkan kerisauan akan terjadinya keadaan “rawan pangan” di masa yang akan datang. Selain itu, dengan semakin meningkatnya tingkat pendidikan dan kesejahteraan masyarakat terjadi pula peningkatan konsumsi per-kapita untuk berbagai jenis pangan, akibatnya Indonesia membutuhkan tambahan ketersediaan pangan guna mengimbangi laju pertambahan penduduk yang masih cukup tinggi. Komoditi tanaman pangan memiliki peranan pokok sebagai pemenuh kebutuhan pangan, pakan dan industri dalam negeri yang setiap tahunnya cenderung meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan berkembangnya industri pangan dan pakan sehingga dari sisi Ketahanan Pangan Nasional fungsinya menjadi amat penting dan strategis. Sasaran produksi padi NTB tahun 2014 sebesar 2.316.549 ton GKG dan sasaran produksi jagung sebesar 767.756 ton PK, diupayakan dapat dicapai untuk memenuhi kebutuhan tersebut di atas. Karena itu

Upload: others

Post on 25-Dec-2019

17 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengembangan sektor tanaman pangan merupakan salah satu

strategi kunci dalam memacu pertumbuhan ekonomi pada masa yang

akan datang. Selain berperan sebagai sumber penghasil devisa yang

besar, juga merupakan sumber kehidupan bagi sebagian besar

penduduk Indonesia.

Salah satu strategi yang dilakukan dalam upaya memacu

peningkatan produksi dan produktivitas usahatani padi dan jagung

adalah dengan mengintegrasikan antar sektor dan antar wilayah dalam

pengembangan usaha pertanian.

Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk di

Indonesia, telah memunculkan kerisauan akan terjadinya keadaan

“rawan pangan” di masa yang akan datang. Selain itu, dengan semakin

meningkatnya tingkat pendidikan dan kesejahteraan masyarakat terjadi

pula peningkatan konsumsi per-kapita untuk berbagai jenis pangan,

akibatnya Indonesia membutuhkan tambahan ketersediaan pangan

guna mengimbangi laju pertambahan penduduk yang masih cukup

tinggi.

Komoditi tanaman pangan memiliki peranan pokok sebagai

pemenuh kebutuhan pangan, pakan dan industri dalam negeri yang

setiap tahunnya cenderung meningkat seiring dengan pertambahan

jumlah penduduk dan berkembangnya industri pangan dan pakan

sehingga dari sisi Ketahanan Pangan Nasional fungsinya menjadi amat

penting dan strategis.

Sasaran produksi padi NTB tahun 2014 sebesar 2.316.549 ton

GKG dan sasaran produksi jagung sebesar 767.756 ton PK, diupayakan

dapat dicapai untuk memenuhi kebutuhan tersebut di atas. Karena itu

Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 2

diperlukan upaya peningkatan produksi yang luar biasa untuk mencapai

sasaran tersebut. Berbagai upaya peningkatan produksi dan

produktivitastelah dilaksanakan melalui Sekolah Lapangan Pengelolaan

Tanaman Terpadu (SL-PTT) sejak tahun 2008 maupun melalui

PTT atau peningkatan mutu intensifikasi pada tahun-tahun sebelumnya.

Pelaksanaan SL-PTT sebagai pendekatan pembangunan tanaman

pangan khususnya dalam mendorong peningkatan produksi padi dan

jagung nasional telah terbukti, namun kedepan dengan tantangan yang

lebih beragam maka perlu penyempurnaan dan peningkatan kualitas.

Oleh karena itu pada tahun 2014, upaya peningkatan produksi melalui

penerapan Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-

PTT) tetap akan difokuskan melalui pola pertumbuhan,

pengembangan dan pemantapan dengan pendekatan kawasan skala

luas, terintegrasi dari hulu sampai hilir, bantuan sebagai instrumen

stimulan, serta dukungan pendampingan dan pengawalan.

Kawasan pertumbuhan merupakan daerah yang tingkat

produktivitasnya masih di bawah produktivitas rata-rata wilayahnya

(daerah-daerah sub-optimal) dan berpeluang untuk ditingkatkan

misalnya melalui pergantian varietas, kawasan pengembangan

merupakan daerah yang tingkat produktivitasnya sudah mencapai rata-

rata produktivitas di wilayahnya akan tetapi belum sesuai dengan

potensi hasil dan masih berpeluang untuk ditingkatkan misalnya dengan

pergantian varietas atau mengusahakan varietas hibrida, sedangkan

kawasan pemantapan adalah daerah yang tingkat produktivitasnya

sudah di atas rata-rata produktivitas wilayahnya namun masih

berpeluang untuk ditingkatkan melalui penggunaan varietas hibrida.

Luas SL-PTT Padi tahun 2014 di NTB adalah 215.000 ha, yang

dialokasikan pada kawasan pertumbuhan (padi inbrida) seluas 2.000 Ha,

kawasan pengembangan (padi sawah inbrida seluas 5.000 Ha dan

denfarm padi hibrida seluas 7.000) dan luas kawasan pemantapan (padi

Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 3

sawah inbrida seluas 196.000 dan padi lahan kering seluas 5.000 Ha),

seperti pada lampiran 1. Sedangkan SL-PTT Jagung seluas 16.000 ha,

dialokasikan pada kawasan pertumbuhan (jagung komposit) seluas

2.000 ha, kawasan pengembangan (jagung hibrida) seluas 8.000 ha dan

kawasan pemantapan (jagung hibrida) seluas 6.000 ha. Lebih rinci dapat

dilihat pada Lampiran 2.

Dalam SL-PTT petani dapat belajar langsung di lapangan melalui

pembelajaran dan penghayatan langsung (mengalami),

mengungkapkan, menganalisis, menyimpulkan dan menerapkan

(melakukan/mengalami kembali), menghadapi dan memecahkan

masalah-masalah terutama dalam hal teknik budidaya dengan mengkaji

bersama berdasarkan spesifik lokasi. Melalui penerapan SL-PTT petani

akan mampu mengelola sumberdaya yang tersedia secara terpadu

dalam melakukan budidaya di lahan usahataninya berdasarkan spesifik

lokasi sehingga petani menjadi lebih terampil serta mampu

mengembangkan usahataninya dalam rangka peningkatan produksi padi

dan jagung. Namun demikian wilayah di luar SL-PTT harus tetap

dilakukan pembinaan, pendampingan dan pengawalansehingga produksi

dan produktivitas tetap dapat meningkat. Dengan fasilitasi tersebut

diharapkan pelaksanaan SL-PTT berbasis kawasan skala luas dapat

terlaksana dengan baik dan tepat sasaran sehingga dapat memberikan

sumbangan terhadap peningkatan produktivitas dan produksi tahun

2014.

Agar upaya pencapaian sasaran produksi padi dan jagung melalui

kegiatan SL-PTT tahun 2014 dapat tercapai, maka perlu untuk

menyusun Petunjuk Pelaksanaan Sekolah Lapangan Pengelolaan

Tanaman Terpadu (SL-PTT) sebagai acuan bagi semua pihak yang

terkait dalam pelaksanaan kegiatan tersebut di lapangan.

Dengan adanya petunjuk pelaksanaan ini, semua pihak terkait akan

berkontribusi secara positif sehingga akhirnya kegiatan ini menjadi salah

Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 4

satu kegiatan yang berkontribusi terhadap pencapaian sasaran produksi

padi dan jagung. Mengingat tingginya keberagaman kondisi di masing-

masing daerah/ kabupaten/kota dan kemampuan adopsi inovasi, maka

petunjuk pelaksanaan ini diharapkan dijabarkan oleh Dinas Pertanian

Kabupaten/Kota sesuai dengan kondisi spesifik lokasi dalam bentuk

Petunjuk Teknis Pelaksanaan Lapangan agar lebih operasional sesuai

kebutuhan di lapangan dan tidak multitafsir.

B. Tujuan dan Sasaran

1. Tujuan

a. Menyediakan acuan pelaksanaan SL-PTT padi dan jagung melalui

pola pertumbuhan, pengembangan dan pemantapan dengan

pendekatan kawasan skala luas untuk mendukung kegiatan

peningkatan produksi tahun 2014 di Provinsi dan Kabupaten/Kota.

b. Meningkatkan koordinasi dan keterpaduan pelaksanaan SL-PTT

padi dan jagung melalui pola pertumbuhan, pengembangan dan

pemantapan dengan pendekatan kawasan skala luas, antara Pusat,

Provinsi dan Kabupaten/Kota.

c.Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perubahan sikap

petani guna mempercepat penerapan komponen teknologi PTT padi

dan jagung dalam usahataninya agar replikasi/penyebarluasan

teknologi ke petani sekitarnya berjalan lebih cepat.

d.Meningkatkan produktivitas, produksi dan pendapatan serta

kesejahteraan petani padi dan jagung.

2. Sasaran.

a. Tersedianya acuan pelaksanaan SL-PTT padi dan jagung melalui

pola pertumbuhan, pengembangan dan pemantapan dengan

pendekatan kawasan skala luas untuk mendukung kegiatan

peningkatan produksi tahun 2014 di provinsi dan kabupaten/kota.

Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 5

b. Terkoordinasi dan terpadunya pelaksanaan SL-PTT padi dan jagung

melalui pola pertumbuhan, pengembangan dan pemantapan dengan

pendekatan kawasan skala luas antara pusat, provinsi dan

kabupaten/kota.

c. Meningkatnya pengetahuan, keterampilan dan sikap petani

sehingga penerapan adopsi teknologi PTT padi dan jagung berjalan

lebih cepat, dan keberlanjutan serta replikasi ke areal yang lebih

luas dapat terwujud.

d. Meningkatnya produktivitas padi inbrida sawah 0,75/ha, padi hibrida

2,0 ton/ha dan padi lahan kering/gogo 0,5 ton/ha pada areal SL-PTT

Padi seluas 215.000 ha. Untuk jagung hibrida 2,5 ton/ha dan jagung

komposit 1,0 ton/ha pada areal SL-PTT seluas 16.000 ha, untuk

mendukung sasaran produksi padi tahun 2014 sebesar 2.316.549

ton GKG dan produksi jagung sebesar 767.756 ton PK.

C. Pengertian – Pengertian dalam SL-PTT.

1. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) adalah suatu pendekatan

inovatif dalam upaya meningkatkan produktivitas dan efisiensi

usahatani melalui perbaikan sistem/pendekatan dalam perakitan paket

teknologi yang sinergis antar komponen teknologi, dilakukan secara

partisipatif oleh petani serta bersifat spesifik lokasi. PTT merupakan

inovasi baru untuk memecahkan berbagai permasalahan dalam

peningkatan produktivitas padi. Teknologi intensifikasi padi bersifat

spesifik lokasi, bergantung pada masalah yang akan diatasi (demand

driven technology). Komponen teknologi PTT ditentukan bersama-

sama petani melalui analisis kebutuhan teknologi (need assessment).

Komponen teknologi PTT dasar/compulsory adalah teknologi yang

dianjurkan untuk diterapkan di semua lokasi. Komponen teknologi PTT

pilihan adalah teknologi pilihan disesuaikan dengan kondisi, kemauan,

dan kemampuan. Komponen teknologi PTT pilihan dapat menjadi

compulsory apabila hasil KKP (Kajian Kebutuhan dan Peluang)

Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 6

memprioritaskan komponen teknologi yang dimaksud menjadi

keharusan untuk pemecahan masalah utama suatu wilayah, demikian

pula sebaliknya bagi komponen teknologi dasar.

2. Kawasan adalah suatu daerah tertentu dengan ciri-ciri tertentu. Dalam

konteks pertanian kawasan yang dimaksud adalah suatu areal (sawah,

lahan kering, tadah hujan, rawa lebak, rawa pasang surut) di lokasi

tertentu tanpa memperhitungkan batas-batas administrasi wilayah

(desa/kampung), sungai, jalan, atau batas-batas lainnya.

3. Kawasan Pertumbuhan merupakan daerah yang tingkat

produktivitasnya masih di bawah rata-rata produktivitas Provinsi

(daerah-daerah suboptimal), pemanfaatan lahan belum optimal, tingkat

kehilangan hasil masih tinggi.

4. Kawasan Pengembangan merupakan daerah yang tingkat

produktivitasnya sama dengan rata-rata produktivitas Provinsi,

pemanfaatan lahan hampir optimal, tingkat kehilangan hasil sedang

tetapi mutu hasil belum optimal.

5. Kawasan Pemantapan merupakan daerah yang tingkat

produktivitasnya di atas rata-rata produktivitas provinsi dan atau

nasional, mutu hasil belum optimal, efisiensi usaha belum berkembang

dan optimalisasi pendapatan melalui produksi subsektor tanaman

sudah maksimal (kecuali ada introduksi teknologi baru).

6. Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) adalah

suatu tempat pendidikan non formal bagi petani untuk meningkatkan

pengetahuan dan keterampilan dalam mengenali potensi, menyusun

rencana usahatani, mengatasi permasalahan, mengambil keputusan

dan menerapkan teknologi yang sesuai dengan kondisi sumberdaya

setempat secara sinergis dan berwawasan lingkungan sehingga

usahataninya menjadi efisien, berproduktivitas tinggi dan

berkelanjutan. Indikator keberhasilan SL-PTT dapat dilihat dari

peningkatan pengetahuan, keterampilan dan perubahan sikap,

Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 7

penerapan budidaya yang baik dan benar, peningkatan produktivitas

dan keberlanjutan serta replikasinya.

7. Laboratorium Lapangan (LL) adalah kawasan / area yang terdapat

dalam kawasan SL-PTT yang berfungsi sebagai lokasi percontohan,

temu lapang, tempat belajar dan tempat praktek penerapan teknologi

yang disusun dan diaplikasikan bersama oleh kelompoktani/petani.

8. Pemandu Lapangan (PL) adalah Penyuluh Pertanian, Pengamat

Organisme Pengganggu Tanaman (POPT), Pengawas Benih Tanaman

(PBT) yang telah mengikuti pelatihan SL-PTT.

9. Pemahaman Masalah dan Peluang (PMP) atau Kajian Kebutuhan

dan Peluang (KKP) adalah tahapan pendekatan PTT yang diawali

dengan kelompoktani melakukan identifikasi masalah peningkatan

hasil padi di wilayah setempat dan membahas peluang kemungkinan

mengatasi masalah tersebut.

10. POSKO I - V adalah Pos Simpul Koordinasi sebagai tempat

melaksanakan koordinasi dalam rangka mendukung kelancaran

pelaksanaan SL-PTT, POSKO yang dimaksud adalah POSKO yang

telah ada misalnya POSKO P2BN.

11. Rencana Usahatani Kelompok (RUK) adalah rencana kerja

usahatani dari kelompoktani untuk satu periode musim tanam yang

disusun melalui musyawarah dan kesepakatan bersama dalam

pengelolaan usahatani sehamparan wilayah kelompoktani yang

memuat uraian kebutuhan, jenis, volume, harga satuan dan jumlah

uang yang diajukan untuk pembelian saprodi.

12. Pupuk Organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya

terdiri atas bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran

hewan, antara lain pupuk kandang, pupuk hijau dan kompos (humus)

berbentuk padat yang telah mengalami dekomposisi.

Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 8

13. Pengawalan dan Pendampingan oleh Petugas Dinas adalah kegiatan

yang dilakukan oleh Petugas Dinas Pertanian Provinsi dan

Kabupaten/Kota termasuk PPl, POPT, PBT, Mantri Tani dan atau

petugas lainnya sesuai dengan kebutuhan di lapangan dalam

melakukan pengawalan dan pendampingan, guna lebih

mengoptimalkan pelaksanaan kegiatan SL-PTT.

14. Pengawalan dan Pendampingan oleh Aparat adalah kegiatan yang

dilakukan oleh TNI-AD beserta jajarannya (Babinsa), Camat, Kades,

dan atau petugas lainnya sesuai dengan kebutuhan di lapangan dalam

melakukan pengawalan dan pendampingan, guna lebih

mengoptimalkan pelaksanaan kegiatan SL-PTT.

15. Pengawalan dan Pendampingan oleh Peneliti adalah kegiatan yang

dilakukan oleh peneliti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

didukung oleh peneliti UK/UPT Lingkup Badan Litbang Pertanian guna

meningkatkan pemahaman dan akselerasi adopsi PTT dengan menjadi

narasumber pada pelatihan, penyebaran informasi, melakukan uji

adaptasi varietas unggul baru, demo-plot, dan supervisi penerapan

teknologi.

16. Pengawalan dan Pendampingan oleh Penyuluh adalah kegiatan

yang dilakukan oleh Penyuluh guna meningkatkan penerapan

teknologi spesifik lokasi sesuai rekomendasi BPTP dan secara berkala

hadir di lokasi khususnya lokasi LL dalam rangka pemberdayaan

kelompoktani sekaligus memberikan bimbingan kepada kelompok

dalam penerapan teknologi.

17. Pengawalan dan Pendampingan oleh POPT (Pengawas Organisme

Pengganggu Tanaman) adalah kegiatan pendampingan oleh

Pengawas OPT dalam rangka pengendalian hama terpadu.

18. Pengawalan dan Pendampingan oleh Pengawas Benih Tanaman

adalah kegiatan pendampingan oleh Pengawas Benih dalam rangka

pengawasan benih.

Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 9

19. Wilayah Fokus adalah lokasi peningkatan produktivitas di areal SL-

PTT.

20. Wilayah Non-Fokus adalah lokasi peningkatan produktivitas di luar

areal SL-PTT.

21. Carry Over adalah sisa pertanaman kegiatan tahun berjalan tetapi

produksi tidak berkontribusi pada tahun tersebut, dan akan

berkontribusi pada tahun berikutnya.

22. Kelompoktani adalah sejumlah petani yang tergabung dalam satu

hamparan / wilayah yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan

untuk meningkatkan usaha agribisnis dan memudahkan pengelolaan

dalam proses distribusi, baik itu benih, pestisida, sarana produksi dan

lain-lain.

23. Swadaya adalah semua upaya yang berasal dari modal petani sendiri.

24. Benih Bersubsidi adalah sejumlah tertentu benih varietas unggul

bermutu padi inbrida, padi hibrida, padi gogo/lahan kering, jagung

hibrida dan jagung komposit yang disalurkan oleh pemerintah dengan

Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditentukan oleh

pemerintah/Menteri Pertanian dan digunakan untuk mendukung

pelaksanaan Program Pembangunan Tanaman Pangan (SL-PTT dan

Non SL-PTT).

25. Cadangan Benih Nasional (CBN) adalah sejumlah tertentu benih padi

dan jagung yang memenuhi spesifikasi teknis, dan merupakan milik

pemerintah pusat yang pengadaannya bersumber dari dana APBN dan

pemanfaatannnya sesuai pedoman dan peraturan perundang-

undangan.

Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 10

II. KERAGAAN, SASARAN DAN TANTANGAN PRODUKSI TAHUN

2014

A. Keragaan produksi

Produksi padi dalam 5 tahun terakhir meningkat rata-rata 4,55 %/tahun, dari

1.870.775 ton GKG pada tahun 2009 menjadi 2.162.553 ton GKG pada

tahun 2013 (ARAM II) sedangkan laju peningkatan produktivitas mencapai

3,18 %/tahun sebagaimana terlihat dalam Tabel 1.

Tabel 1. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi

2008-2013 (ARAM II BPS)

Ha % Ku/Ha % Ton %

2009 374,279 - 49.98 - 1,870,775 -

2010 374,284 0.00 47.41 (5.14) 1,774,499 (5.15)

2011 418,062 11.70 49.45 4.30 2,067,137 16.49

2012 425,448 1.77 49.69 0.49 2,114,231 2.28

2013 432,101 1.56 50.05 0.72 2,162,553 2.29

3.01 0.07 3.18

TAHUNLUAS PANEN PRODUKTIVITAS PRODUKSI

Rata-Rata

Produksi jagung dalam 5 tahun terakhir meningkat rata-rata 25,49 %/tahun

dari 308.863 pada tahun 2009 menjadi 624.606 ton pada tahun 2013 (ARAM

II) sedangkan laju peningkatan produktivitas sudah mencapai 10,99 %/tahun

sebagaimana terlihat dalam Tabel 2.

Tabel 2. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Jagung

2008-2013 (ARAM II BPS)

Ha % Ku/Ha % Ton %

2009 81,543 37.88 308,863

2010 61,593 (24.47) 40.43 6.73 249,005 (19.38)

2011 89,307 45.00 51.18 26.59 456,915 83.50

2012 117,020 31.03 54.92 7.31 642,674 40.66

2013 110,080 (5.93) 56.74 3.31 624,606 (2.81)

11.41 10.99 25.49

TAHUNLUAS PANEN PRODUKTIVITAS PRODUKSI

Rata-Rata

Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 11

B. Sasaran Produksi Tahun 2014

1. Padi

Sasaran produksi padi tahun 2014 adalah 2.316.549 ton GKG atau

meningkat 5,7 % dibanding sasaran produksi tahun sebelumnya

(2.191.287 ton) . Sasaran tanam tahun 2014 adalah 436.822 Ha,

sasaran panen 426.977 Ha, sasaran produktivitas 54,25 ku/ha.

2. Jagung

Sasaran produksi jagung tahun 2014 mencapai 767.756 ton PK atau

meningkat 3,2 % dibanding sasaran produksi tahun sebelumnya

(744.111). Sasaran tanam 122.100 ha, sasaran panen 117.216 ha,

sasaran produktivitas 65.50 ku/ha.

Tabel 3. Persentase Kenaikan Angka Sasaran 2014 terhadap Sasaran 2013

KOMODITAS URAIANSASARAN

2013

SASARAN

2014%

Luas Tanam ( Ha) 421.334 436.822

Luas Panen ( Ha) 409.235 426.977 4.34

Produktivitas (Ku/Ha) 53.56 54.25 1.29

Produksi (ton GKG) 2.191.714 2.316.549 3.20

Luas Tanam ( Ha) 120.265 122.100 1.53

Luas Panen ( Ha) 114.314 117.216 2.54

Produktivitas (Ku/Ha) 65.09 65.50 0.63

Produksi ( ton PK) 744.111 767.756 3.18

PADI

JAGUNG

C. Tantangan

Kendala antar sektoral dalam peningkatan produksi tanaman pangan

yang semakin kompleks karena berbagai perubahan dan perkembangan

lingkungan strategis diluar sektor pertanian berpengaruh dalam

peningkatan produksi tanaman pangan.

Tantangan utama yang dihadapi dalam upaya peningkatan produksi

tanaman pangan adalah : 1). Meningkatnya permintaan beras sesuai

Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 12

dengan peningkatan jumlah penduduk, 2). Terbatasnya ketersediaan

beras dunia, dan 3).Kecenderungan meningkatnya harga pangan.

Disamping tantangan, upaya peningkatan produksi tanaman juga

dihadapi oleh sejumlah permasalahan, yaitu antara lain : 1). Dampak

Perubahan Iklim (DPI) dan serangan organisme pengganggu tumbuhan

(OPT), 2). Rusaknya infrastruktur irigasi, lingkungan dan semakin

terbatasnya sumber air, 3). Konversi lahan sawah, 4). Keterbatasan

akses petani terhadap sumber-sumber pembiayaan, 5). Kompetisi antar

komoditas, 6). Tingginya konsumsi beras sebagai pangan pokok sumber

karbohidrat dan 7). Belum sinerginya antar sektor dan Pusat–Daerah

dalam menunjang pembangunan pertanian khususnya produksi padi dan

jagung.

Disamping tantangan dan permasalahan yang dihadapi dalam upaya

peningatan produksi tanaman pangan, terdapat sejumlah peluang yang

apabila dimanfaatkan dengan baik akan memberikan kontribusi pada

upaya peningkatan produksi. Peluang tersebut antara lain : 1).

Kesenjangan hasil antara potensi dan kondisi di lapangan masih tinggi,

2). Tersedia teknologi untuk meningkatkan produktivitas, 3). Potensi

sumberdaya lahan sawah, rawa/lebak, lahan kering (perkebunan,

kehutanan) yang masih luas, 4). Pengetahuan/Keterampilan SDM PPL,

POPT, Pengawas Benih Tanaman, dan Petugas Pertanian Lainnya)

masih dapat dikembangkan, 5). Tersedianya potensi pengembangan

produksi berbagai pangan pilihan selain beras, 6). Dukungan Pemerintah

Daerah dan 7). Ketersediaan sumber genetik.

Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 13

III. STRATEGI DAN UPAYA PENCAPAIAN PRODUKSI TAHUN 2 014

A. Strategi.

Strategi peningkatan produksi tanaman serealia tahun 2014 adalah

sebagai berikut:

1. Peningkatan Produktivitas.

Peningkatan produktivitas dilakukan melalui pemakaian benih varietas

unggul bermutu produktivitas tinggi termasuk benih padi hibrida dan jagung

hibrida, sistem jarak tanam jajar legowo, pemupukan berimbang dan

pemakaian pupuk organik serta pupuk bio-hayati, pengelolaan pengairan

dan perbaikan budidaya disertai pengawalan, pendampingan, pemantauan

dan koordinasi, dll. Strategi ini terutama dilaksanakan di wilayah dimana

perluasan areal sudah sulit dilakukan, sehingga dengan penerapan

teknologi spesifik lokasi diharapkan masih dapat ditingkatkan

produktivitasnya. Hal lain yang dapat diterapkan adalah dengan

mengurangi potensi kehilangan hasil melalui penanganan panen dan pasca

panen yang lebih baik.

2. Perluasan Areal Tanam dan Pengelolaan Lahan.

Perluasan areal dilakukan melalui upaya optimalisasi lahan melalui upaya

perbaikan seperti JITUT, JIDES, dan Tata Air Mikro, pompanisasi dan

penambahan baku lahan sawah (cetak sawah baru), disertai konservasi

lahan yang berkelanjutan serta peningkatan indeks pertanaman,

pengelolaan air irigasi, dll

Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 14

3. Pengamanan Produksi.

Pengamanan produksi dimaksudkan untuk mengurangi dampak perubahan

iklim seperti kebanjiran dan kekeringan serta pengendalian Organisme

Pengganggu Tumbuhan (OPT), dan pengamanan kualitas produksi dari

residu pestisida serta mengurangi kehilangan hasil pada saat penanganan

panen dan pasca panen yang masih cukup besar.

4. Penyempurnaan Manajemen.

Manajemen yang telah ada dan berjalan saat ini perlu lebih disempurnakan

agar pelaksanaan program dapat berjalan sesuai rencana.

Penyempurnaan manajemen tersebut berupa dukungan kebijakan dan

regulasi, penyempurnaan manajemen teknis serta penyempurnaan data

dan informasi.

Dengan kegiatan penyempurnaan diharapkan pelaksanaan peningkatan

produksi tanaman pangan dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan

dan pada akhirnya dapat mendukung surplus beras 10 juta ton pada tahun

2014.

B. Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Tahun 2014

Upaya pencapaian sasaran produksi padi dan jagung tahun 2014 adalah

sebagai berikut :

1. Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Padi Tahun 2 014

Fokus Utama pencapaian sasaran produksi padi tahun 2014 adalah

peningkatan produktivitas padi melalui peningkatan kualitas SL-PTT

berbasis pola pertumbuhan, pengembangan dan pemantapan

dengan pendekatan kawasan skala luas, terintegrasi dari hulu

sampai hilir, peningkatan jumlah paket bantuan sebagai instrument

stimulan, serta dukungan pendampingan dan pengawalan pada areal

SL-PTT seluas 215.000 ha, dan carry over 2013 seluas 135.098 Ha

serta pembinaan regular selua 87.886 Ha, sebagaimana terlihat

dalam Tabel 4 berikut ini :

Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 15

Tabel 4. Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Padi Tahun 2014

luas Luas Sasaran Sasaran

No Uraian Tanam Panen Provitas Produksi

( Ha ) ( Ha ) (Ku/Ha) ( Ton )

I MT. 2013/2014 ( Oktober 2013 - Maret 2014 )

314,946

308,251

52.85

1,628,993

A. PROGRAM

137,768

135,205

54.28

733,865

1. APBN

137,768

135,205

54.28

733,865

a. Carry Over SL-PTT 2013

137,768

135,205

54.28

733,865

SL-PTT Padi Inbrida Kawasan Pertumbuhan

510

495

53.47

2,645

SL-PTT Padi Inbrida Kawasan Pengembangan

100

99

54.47

539

SL-PTT Padi Hibrida Kawasan Pengembangan

6,000

5,860

65.00

38,378

SL-PTT Padi Inbrida Kawasan Pemantapan

101,158

98,752

55.65

559,603

SL-PTT Padi Lahan Kering Kawasan

Pemantapan

30,000

30,000

44.00

132,700

b. SL-PTT 2014

-

-

-

-

SL-PTT Padi Inbrida Kawasan Pertumbuhan

-

-

-

-

SL-PTT Padi Inbrida Kawasan Pengembangan

-

-

-

-

SL-PTT Padi Hibrida Kawasan Pengembangan

-

- -

-

SL-PTT Padi Inbrida Kawasan Pemantapan

-

-

-

-

c. SRI

-

-

-

-

d. Optimasi lahan

-

-

-

-

2. APBD I

-

-

-

-

3. APBD II

-

-

-

-

B. SWADAYA

177,178

173,045

51.73

895,128

1. Swasta Padi Non Hibrida

148,804

144,671

51.42

772,246

2. Swasta Padi lahn Kering

Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 16

28,374 28,374 42.01 122,882

II MT. 2014 ( April 2014 - September 2014 )

121,876

118,729

57.91

687,557

A. PROGRAM

121,316

118,177

57.93

684,544

1. APBN

121,316

118,177

57.93

684,544

a. SL-PTT 2014

106,306

103,524

58.53

605,925

SL-PTT Padi Inbrida Kawasan Pertumbuhan

2,000

1,940

53.47

10,567

SL-PTT Padi Inbrida Kawasan Pengembangan

5,000

4,890

54.47

28,215

SL-PTT Padi Hibrida Kawasan Pengembangan

8,000

7,810

65.00

51,953

SL-PTT Padi Inbrida Kawasan Pemantapan

91,306

88,884

55.65

515,191

b. SRI

6,700

6,545

53.92

36,491

c. Optimasi lahan

8,310

8,108

50.00

42,128

2. APBD I

-

-

-

-

3. APBD II

-

-

-

-

B. SWADAYA

560

552

54.62

3,013

1. Swasta Padi Non Hibrida

560

552

51.23

3,013

2. Swasta Padi lahan Kering

-

-

-

-

3. BUMN/GP3K

-

-

-

-

TOTAL

436,822

426,979

54.25

2,316,549

a. Fokus utama peningkatan produktivitas padi melalui SL-PTT

berbasis kawasan adalah upaya pencapaian sasaran produksi

padi tahun 2014 yang difokuskan pada kegiatan peningkatan

Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 17

produktivitas di kawasan areal tanam padi seluas 215.000 ha, yang

terdiri dari:

1) Kawasan Pertumbuhan seluas : 2.000 ha.

Padi inbrida sawah seluas 2.000 ha yang dialokasikan di 2

kabupaten yaitu Lombok Timur dan Sumbawa, masing-masing

1.000 Ha

2) Kawasan Pengembangan seluas : 15.000 ha.

a. Padi inbrida sawah seluas seluas 5.000 ha yang dialokasikan

di 5 kabupaten/kota.

b. Demfarm padi hibrida seluas 7.000 Ha yang dialokasikan di 6

kabupaten/kota.

3) Kawasan Pemantapan seluas : 201.000 ha.

a. Padi inbrida sawah seluas 196.000 ha yang dialokasikan di

10 kabupaten/kota.

b. Padi lahan kering seluas 5.000 ha yang dialokasikan di 3

Kabupaten/Kota Sumbawa, Dompu, Bima).

Alokasi SL-PTT Padi Tahun 2014, per Kabupaten/Kota, disajikan pada

Lampiran 1.

Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 18

b. Upaya peningkatan produksi padi di luar wilayah fokus

Upaya peningkatan produksi dan produktivitas padi areal di luar wilayah

fokus dilakukan melalui serangkaian pembinaan, pengawalan,

pendampingan dan bimbingan yang terkoordinasi dan terintegrasi dengan

memanfaatkan benih bersubsidi, benih non subsidi dan atau benih dari

sumber-sumber lain, pupuk bersubsidi (urea, ZA, SP-36/Superphos, NPK

dan pupuk organik), alsintan, SRI, fasilitas penyuluhan melalui Demfarm,

GP3K, penanganan pasca panen, cetak sawah baru, optimasi lahan,

pengelolaan air dan swadaya murni petani. Agar upaya ini dapat berhasil

maka dukungan dari berbagai pihak sangat diperlukan melalui dukungan

dan gerakanyang luar biasa antara lain :(1). gerakan pengolahan tanah,(2).

gerakan tanam dan panen serentak,(3). gerakan pemupukan berimbang,

4). gerakan penerapan teknologi,(5). gerakan pengendalian OPT,(6).

gerakan penanganan panen dan pasca panen, dan (7). gerakan lainnya

dengan dukungan dana APBN maupun APBD I dan APBD II serta dana

masyarakat dan stakeholder.

Petugas Pertanian/Penyuluh Pertanian, POPT dan PBT tetap harus

melakukan pengawalan dan pendampingan pada areal tanam di luar SL-

PTT. Pada prinsipnya semua dana yang ada dikelola oleh Dinas Pertanian

dan Bakorluh/Bapeluh ditujukan untuk meningkatkan produksi padi dan

jagung baik di areal SL-PTT maupun di luar areal SL-PTT.

Posko I P2BN di Pusat, Posko II di Provinsi, Posko III di Kabupaten/Kota,

Posko IV di Kecamatan/BPP, dan Posko V di Desa agar dioperasionalkan

secara optimal sesuai dengan Permentan Nomor 45 Tahun 2011 mengenai

Tata Hubungan Kerja Antar Kelembagaan Teknis, Penelitian dan

Pengembangan, dan Penyuluhan Pertanian Dalam Mendukung

Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN).

Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 19

2. Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Jagung Tahun 2 014

Fokus utama pencapaian sasaran produksi jagung tahun 2014 adalah

peningkatan produktivitas melalui SL-PTT berbasis kawasan seluas 16.000

Ha. Sedangkan di luar fokus utama melalui upaya peningkatan produksi

lainnya, sebagaimana pada Tabel 5 berikut :

Tabel 5. Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Jagung Tahun 2014

luas Luas Sasaran Sasaran

No Uraian Tanam Panen Provitas Produksi

( Ha ) ( Ha ) (Ku/Ha) ( Ton )

I MT. 2013/2014 ( Oktober 2013 - Maret 2014 )

98,478

94,539

64.51

609,850

A. PROGRAM

6,345

6,091

71.67

43,652

1. APBN

6,078

5,835

71.72

41,848

a. Carry Over SL-PTT 2013

6,078

5,835

71.72

41,848

SL-PTT Jagung Komposit kawasan

Pertumbuhan

2,000

1,920

70.50

13,536

SL-PTT Jagung Hibrida kawasan

Pengembangan

2,520

2,419

71.90

17,394

SL-PTT jagung Hibrida Kawasan Pemantapan

1,558

1,496

73.00

10,918

b. CBN Jagung Hibrida

-

-

-

-

2. APBD I

267

256

70.45

1,804

a. BLBU Jagung Hibrida

267

256

70.45

1,804

3. APBD II

-

-

-

-

a. BLBU Jagung Hibrida

-

-

-

-

B. SWADAYA

92,133

88,448

64.01

566,198

1. Swasta Jagung Hibrida

67,257

64,567

66.11

426,844

2. Swasta Jagung Komposit

22,112

21,228

60.00

127,361

Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 20

2. Swasta Jagung Lokal

2,764

2,653

45.20

11,994

II MT. 2014 ( April - September 2014 )

23,622

22,677

69.63

157,906

A. PROGRAM

15,511

14,891

72.70

108,250

1. APBN

15,511

14,891

72.70

108,250

a. SL-PTT Jagung

15,511

14,891

72.70

108,250

SL-PTT Jagung Komposit kawasan

Pertumbuhan

2,000

1,920

70.50

13,536

SL-PTT Jagung Hibrida kawasan

Pengembangan

7,511

7,211

73.03

52,656

SL-PTT jagung Hibrida Kawasan Pemantapan

6,000

5,760

73.02

42,058

b. CBN Jagung Hibrida

-

-

2. APBD I

-

-

-

-

a. BLBU Jagung Hibrida

-

-

3. APBD II

-

-

-

-

a. BLBU Jagung Hibrida

-

-

-

-

b. BLBU Jagung Komposit

-

-

B. SWADAYA

8,111

7,787

63.77

49,656

1. Swasta Jagung Hibrida

5,921

5,684

65.77

37,383

2. Swasta Jagung Komposit

1,947

1,869

60.03

11,218

2. Swasta Jagung Lokal

243

234

45.20

1,056

TOTAL

122,100

117,217

65.50

767,756

Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 21

a. Fokus utama peningkatan produktivitas jagung melalui SL-PTT

berbasis kawasan adalah upaya pencapaian sasaran produksi jagung

tahun 2014 yang difokuskan pada kegiatan peningkatan produktivitas

jagung di kawasan areal tanam seluas 16.000 Ha yang terdiri dari :

1) Kawasan Pertumbuhan seluas : 2.000 ha.

Jagung komposit seluas 2.000 ha yang dialokasikan di 2

Kabupaten/Kota yaitu KAbupaten Dompu dan Bima masing-masing

1.000 Ha.

2) Kawasan Pengembangan seluas : 8.000 ha.

Jagung hibrida seluas 8.000 ha yang dialokasikan di 7

Kabupaten/Kota.

3) Kawasan Pemantapan seluas : 6.000 ha.

Jagung hibrida seluas 6.000 ha yang dialokasikan di 3

Kabupaten/Kota yaitu Kabupaten Lombok Timur seluas 2.000 Ha,

Sumbawa 1.000 Ha dan Dompu masing-masing 3.000 Ha.

Alokasi SL-PTT Jagung Tahun 2014, Kabupaten/Kota, disajikan pada

Lampiran 2.

b. Upaya peningkatan produksi jagung di luar fokus utama peningkatan

produktivitas dan produksi dilakukan dengan pembinaan, pendampingan

dan bimbingan yang terkoordinasi dan terintegrasi dengan memanfaatkan

benih bersubsidi, benih non subsidi dan atau benih dari sumber-sumber

lainnya, pupuk bersubsidi, GP3K, dan swadaya murni petani. Upaya

peningkatan produktivitas jagung agar dilakukan dengan perluasan

penggunaan benih jagung hibrida produktivitas tinggi disamping

peningkatan pemupukan berimbang. Lokasi-lokasi yang masih

menggunakan varietas lokal dan varietas komposit produktivitas rendah

agar diupayakan dapat diganti dengan jagung hibrida atau jagung

komposit produktivitas tinggi.

Upaya penggunaan benih jagung hibrida atau jagung komposit

produktivitas tinggi, antara lain dapat dilakukan dengan : 1). mendekatkan

Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 22

para produsen benih jagung hibrida atau jagung komposit produktivitas

tinggi kepada para petani, 2). memotivasi produsen benih tersebut

melakukan demonstrasi di lokasi-lokasi sasaran, 3). mendorong kemitraan

petani dengan produsen benih atau dengan pengusaha pakan ternak

(konsumen jagung). Dengan demikian penggunaan benih jagung hibrida

diharapkan dapat meningkat.

Upaya perluasan areal tanam jagung agar diupayakan pula dengan

peningkatan indeks pertanaman (IP) di lahan yang masih mempunyai

potensi atau perluasan pada lokasi/lahan baru (bukaan baru, lahan

perkebunan, lahan kehutanan, dan lain-lain).

Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 23

IV. PTT PADI DAN JAGUNG

Pengelolaan tanaman terpadu (PTT) merupakan inovasi baru untuk

memecahkan berbagai permasalahan dalam peningkatan produktivitas.

Teknologi intensifikasi bersifat spesifik lokasi, tergantung pada masalah yang

akan diatasi (demand driven technology). Komponen teknologi PTT

ditentukan bersama-sama petani melalui analisis kebutuhan teknologi (need

assessment).

PTT sebagai suatu pendekatan inovatif dalam upaya meningkatkan

produktivitas dan efisiensi usahatani serta sebagai suatu pendekatan

pembangunan tanaman pangan khususnya dalam mendorong peningkatan

produksi padi dan jagung melalui SL-PTT telah dilaksanakan secara Nasional

mulai tahun 2008 dan berlanjut hingga sekarang dengan berbagai perbaikan

dan penyempurnaan dari sisi perencanaan, pelaksanaan dan pengawalan

serta pendampingan.

A. Prinsip-prinsip PTT.

1. Terpadu : PTT merupakan suatu pendekatan agar sumber daya

tanaman, tanah dan air dapat dikelola dengan sebaik-baiknya secara

terpadu.

2. Sinergis : PTT memanfaatkan teknologi pertanian terbaik, dengan

memperhatikan keterkaitan yang saling mendukung antar komponen

teknologi.

3. Spesifik lokasi : PTT memperhatikan kesesuaian teknologi dengan

lingkungan fisik maupun sosial budaya dan ekonomi petani setempat.

4. Partisipatif : Petani turut berperan serta dalam memilih dan menguji

teknologi yang sesuai dengan kondisi setempat dan kemampuan

petani melalui proses pembelajaran dalam bentuk laboratorium

lapangan (LL).

Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 24

B. Tahapan Penerapan PTT.

1. Langkah pertama penerapan PTT adalah pemandu lapangan bersama

petani melakukan Pemahaman Masalah dan Peluang (PMP) atau

Kajian Kebutuhan dan Peluang (KKP). Identifikasi masalah peningkatan

hasil di wilayah setempat dan membahas peluang mengatasi masalah

tersebut, berdasarkan cara pengelolaan tanaman, analisis iklim/curah

hujan, kesuburan tanah, luas pemilikan lahan, lingkungan sosial

ekonomi.

2. Langkah kedua adalah merakit berbagai komponen teknologi PTT

berdasarkan kesepakatan kelompok untuk diterapkan di lahan

usahataninya.

3. Langkah ketiga adalah penyusunan RUK berdasarkan kesepakatan

kelompok.

4. Langkah keempat adalah penerapan PTT.

5. Langkah kelima adalah pengembangan/replikasi PTT ke petani lainnya.

C. Komponen PTT Padi.

Komponen dasar/compulsory dan pilihan disesuaikan spesifik wilayah

setempat yang paling tepat diterapkan. Komponen teknologi pilihan dapat

menjadi compulsory apabila hasil KKP memprioritaskan komponen

teknologi dimaksud menjadi keharusan untuk pemecahan masalah utama

suatu wilayah, demikian pula sebaliknya bagi komponen teknologi dasar.

Adapun komponen PTT padi dasar/compulsory, dikemukakan pada Tabel

6 sedangkan komponen pilihan pada Tabel 7 berikut.

Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 25

Tabel 6. Komponen PTT Padi Dasar

Tabel 7. Komponen PTT Padi Pilihan

*: Komponen teknologi pilihan dapat menjadi compulsory apabila hasil KKP

memperioritaskan komponen teknologi yang dimaksud menjadi keharudsan untuk pemecahan masalah utama suatu wilayah, demikian pula sebaliknya bagi komponen teknologi dasar.

** : Prioritas

(Sumber : Puslitbang Tanaman Pangan, Badan Litbang 2012 dan Analisis)

Padi sawah irigasi

Padi sawah tadah hujan

Padi gogoPadi rawa

lebak

• Varietas moderen (VUB, PH, PTB)

• Bibit bermutu dan sehat

• Pengaturan cara tanam (jajar legowo)

• Pemupukan berimbang dan efisien menggunakan BWD dan PUTS/petak omisi/Permentan No. 40/2007

• PHT sesuai OPT sasaran.

• Varietas moderen (VUB, PTB)

• Benih bermutu dan sehat

• Pengelolaan hara P dan K berdasar PUTS

• Pemberian bahan organik

• Pengendalian gulma terpadu

• Pergiliran varietas (VUB, PTB)

• Benih bermutu dan sehat

• Pemberian bahan organik

• Pemupukan berdasar status kesuburan tanah

• Konservasi tanah dan air

• Varietas moderen (VUB, PTB)

• Bibit bermutu dan sehat

• Pemupukan N granul, P dan K berdasarkan PUTS

• PHT sesuai OPT sasaran.

Padi sawah irigasiPadi sawah

tadah hujanPadi gogo Padi rawa lebak

• Bahan organik/pupuk

kandang/amelioran**

• Umur bibit

• Pengolahan tanah yang

baik

• Pengelolaan air optimal

(pengairan berselang)

• Pupuk cair (PPC, ppk

organik, pupuk bio-

hayati)/ZPT, pupuk

mikro)

• Penanganan panen dan

pasca panen

• Pengelolaan tanaman

yang meliputi populasi

dan cara tanam

(legowo, larikan, dll)

• Cara tanam dilarik

dengan populasi

tanaman tinggi

menggunakan alat

tanam row seeding

• PHT sesuai OPT sasaran

• Penanganan panen dan

pasca panen

• Pengelolaan tanaman

yang meliputi populasi

dan cara tanam

(legowo, larikan, dll)

• PHT sesuai OPT

setempat

• Pengendalian gulma

terpadu

• Pola tanam berbasis

padi gogo

• Penanganan panen dan

pasca panen

• Pengelolaan tanaman

yang meliputi populasi

dan cara tanam

(legowo, larikan, dll)

• Umur bibit

• Pengelolaan air,

pembuatan saluran/

caren keliling

• Pengendalian gulma

terpadu

• Penanganan panen dan

pasca panen

Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 26

Adapun PTT padi di lahan pasang surut yaitu : 1).Penggunaan varietas

unggul adaptif, 2). Pemupukan spesifik lokasi, 3). Amelioran (digunakan

abu dan/atau kapur untuk meningkatkan pH), 4). Pengendalian terpadu

untuk hama, penyakit dan gulma dan 5). Menggunakan alsin untuk pra

dan pasca panen. Pengolahan tanah sempurna dimaksudkan untuk

pencucian racun dan meratakan tanah.

D. Komponen PTT Jagung.

Komponen dasar dan pilihan disesuaikan spesifik wilayah setempat yang

paling tepat diterapkan. Komponen PTT Jagung dasar yaitu : 1). Varietas

unggul baru, hibrida atau komposit, 2). Benih bermutu dan berlabel, 3).

Populasi 66.000 - 75.000 tanaman/ha dan 4). Pemupukan berdasarkan

kebutuhan tanaman dan status hara tanah. Sedangkan komponen PTT

Jagung pilihan adalah : 1). Penyiapan lahan, 2). Pemberian pupuk

organik, 3). Pembuatan saluran drainase pada lahan kering, atau saluran

irigasi pada lahan sawah, 4). Pembumbunan, 5). Pengendalian gulma

secara mekanis atau dengan herbisida kontak, 6). Pengendalian hama

dan penyakit, dan 7). Panen tepat waktu dan pengeringan segera.

Dalam rangka peningkatan Indeks Pertanaman (IP) 400 jagung,

persyaratan yang harus dipenuhi adalah : 1). Lokasi tersedia cukup air

saat diperlukan, terutama saat musim kemarau, 2).Lahan bebas genangan

air saat musin hujan, 3).Tenaga kerja cukup tersedia stiap saat dan 4).

Umur varietas yang ditanam tidak lebih 100 hari.

E. Peran Komponen PTT.

Penggunaan benih varietas unggul bermutu akan menghasilkan daya

perkecambahan yang tinggi dan seragam, tanaman yang sehat dengan

perakaran yang baik, tanaman tumbuh lebih cepat, tahan terhadap hama

dan penyakit, berpotensi hasil tinggi dan mutu hasil yang lebih baik.

Penanaman yang tepat waktu , serentak dan jumlah populasi yang

optimal dapat menghindari serangan hama dan penyakit, menekan

Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 27

pertumbuhan gulma, terhindar dari kelebihan dan kekurangan air,

memberikan pertumbuhan tanaman yang sehat dan seragam serta hasil

yang tinggi.

Pemberian pupuk secara berimbang berdasarkan kebutuhan tanaman

dan ketersediaan hara tanah dengan prinsip tepat jumlah, jenis, cara, dan

waktu aplikasi sesuai dengan jenis tanaman akan memberikan

pertumbuhan yang baik dan meningkatkan kemampuan tanaman mencapai

hasil tinggi.

Pemberian air pada tanaman secara efektif dan efisien sesuai dengan

kebutuhan tanaman dan kondisi tanah merupakan faktor penting bagi

pertumbuhan dan hasil tanaman yaitu air sebagai pelarut sekaligus

pengangkut hara dari tanah ke bagian tanaman. Kebutuhan akan air

disetiap stadia tanaman berbeda-beda, pemberian air secara tepat akan

meningkatkan hasil dan menekan terjadinya stres pada tanaman yang

diakibatkan karena kekurangan dan kelebihan air.

Perlindungan tanaman dilaksanakan untuk mengantisipasi dan

mengendalikan serangan OPT dan DPI dengan meminimalkan kerusakan

atau penurunan produksi akibat serangan OPT. Pengendalian dilakukan

berdasarkan prinsip dan strategi Pengendalian Hama Terpadu (PHT).

Khususnya pengendalian dengan pestisida merupakan pilihan terakhir bila

serangan OPT berada diatas ambang ekonomi. Penggunaan pestisida

harus memperhatikan jenis, jumlah dan cara penggunaannya sesuai

dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku sehingga tidak menimbulkan

resurjensi atau resistensi OPT atau dampak lain yang merugikan

lingkungan.

Penanganan panen dan pasca panen akan memberikan hasil yang

optimal jika panen dilakukan pada waktu dan cara yang tepat yaitu

tanaman dipanen pada masak fisiologis berdasarkan umur tanaman, kadar

air dan penampakan visual hasil sesuai dengan diskripsi varietas.

Pemanenan dilakukan dengan sistem kelompok yang dilengkapi dengan

peralatan dan mesin yang cocok sehingga menekan kehilangan hasil. Hasil

Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 28

panen dikemas dalam wadah dan disimpan ditempat penyimpanan yang

aman dari OPT dan perusak hasil lainnya sehingga mutu hasil tetap terjaga

dan tidak tercecer.

F. Pemilihan Teknologi PTT.

Komponen teknologi yang dipilih dan diterapkan oleh petani dalam

melaksanakan SL-PTT adalah komponen teknologi PTT. Perakitan

komponen teknologi budidaya dilakukan dengan cara penelusuran setiap

alternatif komponen teknologi, jumlah yang mempengaruhi dan yang

dipengaruhi. Apabila hal tersebut telah diketahui maka antar komponen

teknologi dan aspek lingkungan dapat disinergiskan. Pemilihan teknologi

budidaya yang optimal dapat dilakukan dengan memaksimalkan komponen

teknologi yang saling sinergis dan meminimalkan komponen teknologi yang

saling antagonis (berlawanan) sehingga diperoleh teknik budidaya dalam

pendekatan PTT yang spesifik lokasi.

Kombinasi komponen teknologi yang digunakan pada lokasi tertentu dapat

berbeda dengan lokasi lainnya, karena beragamnya kondisi lingkungan

pertanaman. Setiap teknologi dan kombinasi teknologi yang sedang

dikembangkan pada suatu lokasi dapat berubah sejalan dengan

perkembangan ilmu dan pengalaman petani di lokasi setempat. Untuk

menetapkan paket teknologi SL-PTT yang akan dilaksanakan di setiap unit

agar dikonsultasikan dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

di masing–masing wilayah.

G. Keuntungan Penerapan Teknologi PTT.

1. Meningkatkan kuantitas dan kualitas hasil usahatani 2. Efisiensi biaya usahatani dengan penggunaan teknologi yang tepat

untuk masing-masing lokasi. 3. Kesehatan lingkungan tumbuh pertanaman dan lingkungan kehidupan

secara keseluruhan akan terjaga.

Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 29

V. SEKOLAH LAPANGAN PTT PADI DAN JAGUNG

A. Model Pemberdayaan Petani Melalui SL-PTT.

SL-PTT berfungsi sebagai pusat belajar pengambilan keputusan para

petani/kelompoktani, sekaligus tempat tukar menukar informasi dan

pengalaman lapangan, pembinaan manajemen kelompok serta sebagai

percontohan bagi kawasan lainnya.

Untuk itu, melalui SL-PTT diharapkan petani/kelompok tani nantinya

akan mampu mengambil keputusan atas dasar pertimbangan teknis

dan ekonomis dalam setiap tahapan budidaya usahataninya serta

mampu mengaplikasikan teknologi secara benar sehingga

meningkatkan produksi dan pendapatannya.

Sekolah Lapangan PTT tidak terikat dengan ruang kelas, sehingga

belajar dapat dilakukan di saung dan tempat-tempat lain yang

berdekatan dengan lahan belajar.

Dalam SL-PTT terdapat satu unit Laboratorium Lapangan (LL) yang

merupakan bagian dari kegiatan SL-PTT sebagai tempat bagi petani

anggota kelompoktani dapat melaksanakan seluruh tahapan SL-PTT

pada lahan tersebut. Dalam melaksanakan LL kelompoktani dapat

mengacu pada rekomendasi teknologi setempat.

SL-PTT dilaksanakan oleh kelompoktani yang sudah terbentuk dan

masih aktif. Kelompoktani yang dimaksud diupayakan kelompoktani

yang dibentuk berdasarkan hamparan, atau lokasi lahan usahataninya

diupayakan masih dalam satu hamparan setiap kelompok. Hal ini perlu

untuk mempermudah interaksi antar anggota karena mereka saling

mengenal satu sama lainnya dan diharapkan tinggal saling berdekatan

sehingga bila teknologi SL-PTT sudah diadopsi secara individu akan

mudah ditiru petani lainnya.

Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 30

Tiap unit SL-PTT terdiri dari petani peserta yang berasal dari satu

kelompoktani yang sama dan atau dengan kelompoktani lain terdekat.

Dalam setiap unit SL-PTT perlu ditetapkan seorang ketua yang

bertugas mengkoordinasikan aktivitas anggota kelompok, seorang

sekretaris yang bertugas sebagai pencatat kegiatan–kegiatan yang

dilaksanakan pada setiap pertemuan dan seorang bendahara yang

bertugas mengurusi masalah yang berhubungan dengan keuangan.

Untuk menjamin kelangsungan dinamika kelompok dalam kelas SL-

PTT, perlu diusahakan paling tidak satu orang dari kelompoktani

sebagai motivator yang mampu memberikan respon yang cepat

terhadap inovasi dan mampu mendorong anggota kelompok lainnya

dapat memberikan respon yang sama.

Peserta SL-PTT akan mengadakan pengamatan bersama–sama di

petak percontohan/Laboratorium Lapangan (LL), mendiskripsikan dan

membahas temuan–temuan lapangan. Pemandu Lapangan berperan

sebagai fasilitator untuk mengarahkan jalannya diskusi kelompok.

Peserta SL-PTT wajib mengikuti setiap tahap pertanaman dan

mengaplikasikan kombinasi komponen teknologi yang sesuai spesifik

lokasi mulai dari pengolahan tanah, budidaya, penanganan panen dan

pasca panen. Pada setiap tahapan pelaksanaan, petani peserta

diharapkan melakukan serangkaian kegiatan yang sudah direncanakan

dan dijadwalkan, baik dipetak LL maupun di lahan usahataninya.

Sketsa model pemberdayaan petani melalui SL-PTT, seperti pada

Gambar 1 berikut ini.

Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 31

Gambar 1. Sketsa Model Pemberdayaan Petani Melalui SL-PTT

B. Tipe, Kriteria dan Batasan Kawasan SL-PTT.

Fokus kegiatan peningkatan produktivitas tanaman serealia tahun 2014

dilaksanakan melalui peningkatan kualitas SL-PTT melalui pola

pertumbuhan, pengembangan dan pemantapan dengan pendekatan

kawasan skala luas, terintegrasi dari hulu sampai hilir, peningkatan

Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 32

jumlah paket bantuan sebagai instrumen stimulan, dukungan dan

pengawalan serta pendampingan.

Untuk itu, lokasi SL-PTT tahun 2014 akan lebih difokuskan kedalam 3

kawasan, yaitu kawasan pertumbuhan, kawasan pengembangan dan

kawasan pemantapan. Luas 1 (satu) kawasan untuk padi inbrida, padi

hibrida, jagung hibrida dan jagung komposit 1.000 ha kecuali padi rawa

lebak seluas 500 ha. Luas 1 (satu) kawasan 1.000 ha. Untuk jelasnya

tipe, kriteria dan orientasi pengembangan serta batasan pengembangan

kawasan dikemukakan pada Tabel 8 dan Tabel 9.

Tabel 8. Tipe, Kriteria dan Orientasi Pengembangan Kawasan Sentra

Produksi Tanaman Pangan

Keterangan: 1. Pemerintah memiliki keterbatasan anggaran 2. Sasaran pembangunan yang ditargetkan adalah peningkatan produksi dan peningkatan

pendapatan. 3. Pada setiap kawasan, diperlukan dukungan setiap Eselon I mengacu target orientasi.

TIPE KAWASAN

-PRODUKTIVITAS LEBIH RENDAH DARI RATA-RATA PROVINSI

- PENINGKATAN PRODUKTIVITAS

- PEMANFAATAN LAHAN BELUM OPTIMAL - PENINGKATAN INDEKS PERTANAMAN (IP)

- TINGKAT KEHILANGAN HASIL MASIH TINGGI - PENURUNAN TINGKAT KEHILANGAN HASIL

-PRODUKTIVITAS HAMPIR SAMA DENGAN PRODUKTIVITAS RATA-RATA PROVINSI

- PENINGKATAN PRODUKTIVITAS

- PEMANFAATAN LAHAN HAMPIR OPTIMAL - PENURUNAN TINGKAT KEHILANGAN HASIL

- TINGKAT KEHILANGAN HASIL SEDANG - PENINGKATAN MUTU HASIL

- MUTU HASIL BELUM OPTIMAL

-PRODUKTIVITAS SUDAH LEBIH TINGGI DARI PRODUKTIVITAS RATA-RATA PROVINSI DAN ATAU NASIONAL

- PENGENALAN TEKNOLOGI BARU

- MUTU HASIL BELUM OPTIMAL - PENINGKATAN MUTU HASIL

- EFISIENSI USAHA BELUM BERKEMBANG -EFISIENSI USAHA MELALUI PEMANFAATAN LIMBAH LINGKUNGAN

-OPTIMALISASI PENDAPATAN MELALUI PRODUKSI SUBSEKTOR TANAMAN SUDAH MAKSIMAL (KECUALI ADA INTRODUKSI TEKNOLOGI BARU)

- DIVERSIFIKASI PRODUK TANAMAN PANGAN

- PENGATURAN HARGA DAN MARGIN

-DIVERSIFIKASI PENDAPATAN MELALUI SUBSEKTOR LAIN

PERTUMBUHAN

PENGEMBANGAN

PEMANTAPAN

ORIENTASI PENGUATANKRITERIA KAWASAN

Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 33

Tabel 9. Batasan Pengembangan Kawasan Padi dan Jagung Tahun 2014

Catatan : 1. Faktor pertimbangan baku lahan sangat diperhatikan 2. Alokasi jenis model kawasan agar memperhatikan tingkat produktivitas, indeks

pertanaman, dan pengembangan jaringan irigasi (Kesepakatan dengan Kementerian PU).

3. Apabila ada lahan yang dapat diperluas lagi maka akan dilakukan melalui instrumen Cadangan Benih Nasional (CBN).

4. Dukungan dari Eselon 1 lain terutama Ditjen PSP, PPHP, Badan Litbang, dan BPPSDMP diletakkan sesuai dengan kebutuhan komponen dan permasalahan yang ada.

C. Kriteria Kawasan.

Luas 1 (satu) kawasan 1.000 ha diutamakan dalam 1 desa dalam satu

kecamatan dan penuhi terlebih dahulu areal dalam satu desa dalam

satu kecamatan. Namun apabila areal di desa tersebut belum

mencukupi, maka kekurangannya dapat ditambah/dipenuhi dari desa

terdekat,dan seterusnya hingga kawasan seluas 1.000 ha dapat

terpenuhi. Apabila kawasan 1.000 ha belum dapat dipenuhi dari satu

kecamatan, maka kekurangannya dapat dipenuhi dari kecamatan

terdekat, dan seterusnya hingga kawasan seluas 1.000 ha terpenuhi.

Untuk lebih jelasnya dikemukakan pada Gambar 2 berikut.

KomoditiFaktor Pertimbangan

Kawasan

Luasan 1

Kawasan (Ha)

1 SL-PTT Padi Inbrida 1,000

2 SL-PTT Padi Inbrida Spesifik Lokasi 1,000

3 SL-PTT Padi Inbrida Peningkatan IP 1,000

4 SL-PTT Padi Inbrida Lahan Rawa

- Rawa Lebak 500

- Pasang Surut 1,000

5 SL-PTT Pengembangan Padi Hibrida 1,000

6 Demfarm Padi Hibrida 1,000

2 Lahan Kering 7 SL-PTT Padi Lahan Kering 1,000

1 SL-PTT Jagung Hibrida 1,000

2 SL-PTT Jagung Komposit 1,000

3 Optimasi Jagung Hibrida 1,000

Komponen Model 1 Kawasan

Lahan Sawah1

Jenis Lahan

Lahan Sawah/Lahan

KeringBaku LahanJAGUNG

PADI Baku Lahan

Juklak SL-PTT Padi dan Jagung

1. Alternatif I : 1000 Ha dalam 1 Desa2. Alternatif 2 : 1000 Ha dalam beberapa Desa dalam 1 Kecamatan3. Alternatif 3 : 1000 Ha dalam beberapa Desa dalam 2 Kecamatan atau lebihKeterangan : 1. Penuhi areal dalam satu

kekurangannya dapat dipenuhi dari desa terdekat.2. Apabila kawasan 1.000 Ha belum dapat dipenuhi dari satu kecamatan, maka

kekurangannya dapat di[penuhi dari kecamatan terdekat.3. Transper Bantuan Sosial (

Pada setiap 25 ha dalam kawasan seluas 1.000 ha, dilaksanakan 1 unit

Laboratorium Lapangan (LL) seluas 1 ha sehingga jumlah LL dalam

kawasan 1.000 ha sebanyak 40 unit (40 ha LL). LL merupakan tempat

pembelajaran/pertemuan

dilaksanakan pada areal LL dalam SL hamparan/kawasan 25 ha. Untuk

lebih jelasnya dikemukakan pada Gambar 3 berikut.

Padi dan Jagung Tahun 2014

Gambar 2. Kriteria Kawasan 1.000 Ha

Alternatif I : 1000 Ha dalam 1 Desa Alternatif 2 : 1000 Ha dalam beberapa Desa dalam 1 Kecamatan Alternatif 3 : 1000 Ha dalam beberapa Desa dalam 2 Kecamatan atau lebih

Penuhi areal dalam satu Desa, bila areal belum mencukupi di Desa Tersebut maka kekurangannya dapat dipenuhi dari desa terdekat. Apabila kawasan 1.000 Ha belum dapat dipenuhi dari satu kecamatan, maka kekurangannya dapat di[penuhi dari kecamatan terdekat. Transper Bantuan Sosial (Bansos) ke Rekening Kelompoktani

Pada setiap 25 ha dalam kawasan seluas 1.000 ha, dilaksanakan 1 unit

Laboratorium Lapangan (LL) seluas 1 ha sehingga jumlah LL dalam

kawasan 1.000 ha sebanyak 40 unit (40 ha LL). LL merupakan tempat

pembelajaran/pertemuan petani di lapangan. Pertemuan kelompok

dilaksanakan pada areal LL dalam SL hamparan/kawasan 25 ha. Untuk

lebih jelasnya dikemukakan pada Gambar 3 berikut.

34

Alternatif 3 : 1000 Ha dalam beberapa Desa dalam 2 Kecamatan atau lebih

Desa, bila areal belum mencukupi di Desa Tersebut maka

Apabila kawasan 1.000 Ha belum dapat dipenuhi dari satu kecamatan, maka

Pada setiap 25 ha dalam kawasan seluas 1.000 ha, dilaksanakan 1 unit

Laboratorium Lapangan (LL) seluas 1 ha sehingga jumlah LL dalam

kawasan 1.000 ha sebanyak 40 unit (40 ha LL). LL merupakan tempat

petani di lapangan. Pertemuan kelompok

dilaksanakan pada areal LL dalam SL hamparan/kawasan 25 ha. Untuk

Juklak SL-PTT Padi dan Jagung

Dalam LL dilakukan percontohan penerapan teknologi paket anju

secara sempurna, sebagai arena belajar para petani.

Dalam LL diharapkan dapat pula dilakukan petak

pengenalan varietas

lainnya atas persetujuan BPTP setempat.

Jenis sarana produks

disesuaikan dengan kondisi spesifik lokasi dan dicantumkan dalam

Rencana Usahatani Kelompok/RUK masing

lebih jelasnya agar dikonsultasikan dengan Balai Pengkajian Teknologi

Pertanian (BPTP) di masing

Besarnya bantuan saprodi sebagai salah satu instrumen

perangsang/stimulan baik pada areal SL maupun LL disesuaikan dengan

kawasan dimana SL

dengan komoditi yang diusahakan

sarana produksi dan pertemuan kelompok merupakan Belanja Sosial

Padi dan Jagung Tahun 2014

Gambar 3. Laboratorium Lapangan (LL)

Dalam LL dilakukan percontohan penerapan teknologi paket anju

secara sempurna, sebagai arena belajar para petani.

Dalam LL diharapkan dapat pula dilakukan petak-petak percontohan

pengenalan varietas-varietas unggul baru atau paket-paket teknologi baru

lainnya atas persetujuan BPTP setempat.

Jenis sarana produksi dan dosis yang digunakan pada areal SL maupun LL

disesuaikan dengan kondisi spesifik lokasi dan dicantumkan dalam

Rencana Usahatani Kelompok/RUK masing-masing kelompoktani. Untuk

lebih jelasnya agar dikonsultasikan dengan Balai Pengkajian Teknologi

nian (BPTP) di masing-masing daerah.

Besarnya bantuan saprodi sebagai salah satu instrumen

perangsang/stimulan baik pada areal SL maupun LL disesuaikan dengan

kawasan dimana SL-PTT tersebut dialokasikan dan disesuaikan pula

dengan komoditi yang diusahakan kelompoktani peserta SL

sarana produksi dan pertemuan kelompok merupakan Belanja Sosial

35

Dalam LL dilakukan percontohan penerapan teknologi paket anjuran

petak percontohan

paket teknologi baru

i dan dosis yang digunakan pada areal SL maupun LL

disesuaikan dengan kondisi spesifik lokasi dan dicantumkan dalam

masing kelompoktani. Untuk

lebih jelasnya agar dikonsultasikan dengan Balai Pengkajian Teknologi

Besarnya bantuan saprodi sebagai salah satu instrumen

perangsang/stimulan baik pada areal SL maupun LL disesuaikan dengan

PTT tersebut dialokasikan dan disesuaikan pula

kelompoktani peserta SL-PTT. Bantuan

sarana produksi dan pertemuan kelompok merupakan Belanja Sosial

Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 36

(BANSOS) dan penggunaannya dengan mekanisme transfer langsung ke

rekening kelompoktani dalam bentuk uang dan sesuai pedoman serta

peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sedangkan insentif/bantuan

transport bagi petugas pendamping (petugas dinas dan aparat) dan papan

nama merupakan Belanja Barang Non Operasional (BBNOL) dan

penggunaannya disesuaikan dengan kondisi di lapangan dan pedoman

serta peraturan perundang-undangan yang berlaku. Seperti telah

dikemukakan diatas bahwa pada setiap 25 ha SL dalam kawasan seluas

1.000 ha, akan terdapat 1 unit Laboratorium Lapangan (LL) seluas 1 ha

sehingga jumlah LL dalam kawasan 1.000 ha terdapat sebanyak 40 unit LL

(40 ha LL), berarti sisanya seluas 960 ha berupa areal SL. Sebagai contoh,

apabila satu kelompoktani mempunyai areal 50 ha maka kelompoktani

tersebut akan mendapatkan 2 unit LL dan seterusnya. Jika areal tidak

mencukupi 25 ha, maka dapat digabung dengan kelompoktani lainnya

yang berdekatan dan lokasi pelaksanaan pertemuan kelompoktani

disepakati oleh kelompoktani tersebut.

Pola SL-PTT Padi dan Jagung pada satu kawasan dikemukakan pada Gambar 4, 5 dan 6 berikut :

Gambar 4. Pola SL-PTT Kawasan Pertumbuhan

SL-PTT Kawasan Pertumbuhan dengan penggunaan benih varietas

unggul bermutu pada :

1. Padi Inbrida Sawah 61.800 ha

2. Padi Inbrida Pasang Surut 96.000 ha

3. Padi Inbrida Rawa Lebak 26.000 ha

4. Padi Inbrida Lahan Kering 114.100 ha

5. Jagung Hibrida 9.000 ha

6. Jagung Komposit 45.700 ha

FOKUS KEGITAN

PENAMBAHAN

PRODUKSI

Bantuan (disesuaikan dengan rekomendasi spesifik lokasi):

1. Pupuk Urea

2. Pupuk NPK

3. Pupuk Organik

4. Herbisida

5. Kaptan

6. Pertemuan Kelompok

40 Unit LL(1 Unit/1 Ha)

Pendampingan oleh

Penyuluh Pertanian,

Peneliti, POPT, PBT, dan

Aparat

KAWASAN PERTUMBUHAN 1.000 HA

40 UNIT SL

(1 Unit / 24 Ha)

Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 37

Gambar 5. Pola SL-PTT Kawasan Pengembangan

Gambar 6. Pola SL-PTT Kawasan Pemantapan

SL-PTT Kawasan Pengembangan dengan penggunaan benih varietas

unggul bermutu pada :

1. Padi Inbrida Sawah 272.500 ha

2. Padi Hibrida 200.000 ha

3. Padi Inbrida Lahan Kering 117.200 ha

4. Jagung Hibrida 170.300 ha

FOKUS KEGITAN

PENAMBAHAN

PRODUKSI

Bantuan (disesuaikan dengan rekomendasi spesifik lokasi):

1. Pupuk Urea

2. Pupuk NPK

3. Pupuk Organik

4. Pertemuan Kelompok

40 Unit LL(1 Unit/1 Ha)

Pendampingan oleh

Penyuluh Pertanian,

Peneliti, POPT, PBT, Aparat

KAWASAN PENGEMBANGAN1.000 HA

40 UNIT SL

(1 Unit / 24 Ha)

SL-PTT Kawasan Pemantapan dengan penggunaan benih varietas

unggul bermutu pada :

1. Padi Inbrida Sawah 3.417.500 ha

2. Padi Inbrida Lahan Kering 320.400 ha

3. Jagung Hibrida 35.000 ha

FOKUS KEGITAN

PENAMBAHAN

PRODUKSI

Pertemuan Kelompok

Pendampingan oleh

Penyuluh Pertanian,

Peneliti, POPT, PBT, dan

Aparat

KAWASAN PEMANTAPAN 1.000 HA

40 UNIT SL

(1 Unit / 24 Ha)

Bantuan (disesuaikan dengan

rekomendasi spesifik lokasi):

1. Pupuk Urea

2. Pupuk NPK

3. Pupuk Organik

40 Unit LL(1 Unit/1 Ha)

Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 38

Kebutuhan sarana produksi dan pendukung lainnya (papan nama dan

lainnya) yang tidak dibantu pemerintah maupun kekurangannya, maka

penyediaannya agar ditanggung dan diusahakan secara swadana oleh

anggota kelompoktani atau berasal dari sumber lainnya. Hal ini

dimaksudkan agar petani/kelompoktani ikut merasa memiliki sehingga

mempunyai tanggungjawab moral untuk mensukseskan SL-PTT Padi dan

Jagung dalam rangka mendukung pencapaian sasaran produksi tahun

2014.

Selanjutnya agar kegiatan SL-PTT berbasis kawasan tersebut

berkontribusi nyata pada produksi tahun 2014, maka pertanaman di areal

SL-PTT diharapkan sudah dilaksanakan pada awal tahun 2014 (Akhir MH

2013/2014 sampai MK II 2014), kecuali secara teknis maupun adminstrasi

tidak memungkinkan dilaksanakan seperti halnya padi gogo/lahan kering

maka dapat dilaksanakan pada awal MH 2014/2015 (Oktober-Desember

2014). Untuk itu, sedini mungkin diambil langkah-langkah dan disiapkan

secara terencana, akurat dan efektif melalui koordinasi dengan instansi

terkait antara lain Dinas Pengairan, BMKG, Penyedia Benih, Pupuk,

Alsintan dan lain sebagainya agar pelaksanaan tepat waktu dan sasaran.

Sebagai salah satu bentuk peningkatan kualitas SL-PTT Padi dan Jagung

di lapangan, maka pembinaan, pendampingan dan pengawalan yang

telah dilakukan pada tahun 2013 perlu lebih ditingkatkan dengan

melibatkan petugas dinas dan aparat. Untuk itu, Dinas Pertanian

Kabupaten/Kota perlu melakukan koordinasi yang lebih intensif, sosialisasi

serta sinergi kegiatan dengan instansi terkait baik di lingkup Kementerian

Pertanian , TNI-AD (Pangdam, Dandim, Kodim, Korem, Babinsa) dan

stake holders.

Sebagai bentuk peningkatan kualitas SL-PTT Padi dan Jagung di

lapangan, maka dukungan pendampingan dan pengawalan perlu lebih

dioptimalkan.

Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 39

Pendampingan dan pengawalan dilakukan oleh Petugas Dinas Provinsi

dan Kabupaten/Kota termasuk PPL, POPT, PBT, KCD, Mantri Tani atau

petugas lain sesuai kebutuhan di masing-masing lokasi dan Aparat (TNI-

AD beserta jajarannya/BABINSA, Camat dan Kades atau lainnya) serta

petugas Pusat. Pengawalan SL-PTT dilakukan pula oleh para Peneliti

BPTP di masing-masing lokasi SL/LL yang penugasannya melalui Surat

Keputusan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Pendampingan dan pengawalan oleh petugas dinas dan aparat, dilakukan

pula pada seluruh areal tanam/panen baik SL-PTT maupun pertanaman

Reguler (Non SL-PTT) melalui Gerakan Pengembangan Kawasan Padi

dan Jagung. Untuk itu Posko P2BN pada setiap tingkatan (Kecamatan,

Kabupaten/Kota dan Provinsi) harus lebih diaktifkan guna melakukan

koordinasi dengan berbagai pihak dan instansi terkait untuk turun ke

lapangan memantau kondisi di lapangan, menggerakkan percepatan

tanam/panen serentak, pemeliharaan tanaman dan mengetahui segala

permasalahannya untuk selanjutnya diselesaikan.

Pendampingan kegiatan SL-PTT oleh Pemandu Lapangan khususnya

Penyuluh Lapangan, POPT, PBT dan Peneliti mempunyai peran sebagai :

1. Pemandu yang paham terhadap permasalahan, kebutuhan dan

kekuatan yang ada di lapangan dan desa.

2. Dinamisator proses latihan SL-PTT sehingga menimbulkan

ketertarikan dan lebih menghidupkan latihan.

3. Motivator yang kaya akan pengalaman dalam berolah tanam dan dapat

membantu membangkitkan kepercayaan diri para peserta SL-PTT

4. Konsultan bagi petani peserta SL-PTT untuk mempermudah

menentukan langkah-langkah selanjutnya dalam melaksanakan

kegiatan usahataninya setelah kegiatan SL-PTT selesai.

Dalam rangka memberikan apresiasi kepada petugas lapangan yang telah

melaksanakan pengawalan dan pendampingan SL-PTT/P2BN, maka

Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 40

kepada petugas tersebut akan diberikan penghargaan berupa uang yang

besarannya disesuaikan dengan dana yang tersedia. Penghargaan

diberikan kepada tiga orang petugas per kabupaten/kota. Untuk itu Dinas

Pertanian Kabupaten/Kota perlu merumuskan kriteria penilaian yang

disesuaikan dengan kondisi masing-masing daerah.

D. Penentuan Calon Lokasi.

Pemilihan penempatan calon lokasi SL-PTT dengan prioritas luasan areal

sesuai dengan ketentuan batasan kawasan, produktivitas dan indeks

pertanamannya masih berpotensi untuk ditingkatkan dan petaninya

responsif terhadap teknologi.

Pemilihan letak petak LL yang berada di dalam areal SL-PTT terpilih

dengan prioritas pertimbangan terletak di bagian pinggir areal SL-PTT

sehingga berbatasan langsung dengan areal di luar SL-PTT diharapkan

penerapan teknologi SL-PTT mudah dilihat dan ditiru oleh petani di luar

SL-PTT. Format CL dan CPCL disajikan pada Lampiran 4.

1. Penentuan Calon Lokasi.

a. Lokasi dapat berupa persawahan yang beririgasi, sawah tadah hujan,

lahan kering dan pasang surut yang produktivitas dan/atau indeks

pertanamannya masih dapat ditingkatkan. Prioritas pertama lokasi SL-

PTT tahun anggaran 2014 ditempatkan pada lokasi yang IP (Indeks

Pertanaman) paling rendah dan/atau pada lokasi yang

produktivitasnya paling rendah serta areal sawah bukaan/cetakan

baru. Oleh karena itu Dinas Pertanian Provinsi dan Dinas Pertanian

Kabupaten/Kota harus melakukan identifikasi lokasi-lokasi yang

produktivitas dan/atau IP-nya masih dapat ditingkatkan.

b. Diprioritaskan bukan daerah endemis hama dan penyakit, bebas dari

bencana kekeringan, kebanjiran dan sengketa.

Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 41

c. Unit SL-PTT, diusahakan agar berada dalam satu hamparan/kawasan

yang strategis dan mudah dijangkau petani atau disesuaikan dengan

kondisi di lapangan.

d. Lokasi SL-PTT setiap 25 ha, diberi papan nama sebagai tanda lokasi

pelaksanaan SL/LL.

e. Letak Laboratorium Lapangan (LL) pada SL-PTT diutamakan

ditempatkan pada lokasi yang sering dilewati petani sehingga mudah

dijangkau dan dilihat oleh petani sekitarnya untuk dicontoh dalam

usahataninya.

2. Penentuan Calon Petani/Kelompoktani SL-PTT.

a. Kelompoktani/petani yang dinamis dan bertempat tinggal dalam satu

desa/wilayah yang berdekatan dan diusulkan oleh Kepala Desa, KCD

dan atau Penyuluh Lapangan.

b. Petani yang dipilih adalah petani aktif yang memiliki lahan ataupun

penggarap/penyewa dan mau menerima teknologi baru.

c. Bersedia mengikuti seluruh rangkaian kegiatan SL-PTT.

d. Kelompoktani SL-PTT ditetapkan dengan Surat Keputusan Kepala

Dinas Pertanian Kabupaten/Kota yang membidangi tanaman pangan,

sebagaimana contoh pada Lampiran 5.

E. Ketentuan Pelaksana SL-PTT.

Ketentuan pelaksana SL-PTT sebagai berikut :

1. Lokasi SL-PTT diusahakan berada pada satu hamparan atau kawasan,

mempunyai potensi untuk ditingkatkan produktivitas dan/atau IP-nya,

serta anggota kelompoktaninya respons terhadap penerapan teknologi.

2. Luas satu unit SL-PTT padi dan jagung adalah 25 ha yang di dalamnya

terdapat satu unit LL seluas 1 ha.

3. Peserta tiap unit SL-PTT diupayakan para petani yang berasal dari

hamparan seluas 25 ha.

Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 42

4. Memiliki Pemandu Lapangan.

F. Persyaratan Kelompoktani Pelaksana SL-PTT.

1. Kelompoktani tersebut masih aktif dan mempunyai kepengurusan yang

lengkap yaitu Ketua, Sekretaris dan Bendahara.

2. Menyusun RUK sebagaimana terlihat dalam Lampiran 6.

3. Kelompoktani penerima bantuan SL-PTT ditetapkan dengan Surat

Keputusan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota.

4. Memiliki rekening yang masih berlaku/masih aktif di Bank Pemerintah

(BUMN atau BUMD/Bank Daerah) yang terdekat dan bagi Kelompoktani

yang belum memiliki, harus membuka rekening di bank.

5. Rekening bank diutamakan berupa rekening bank setiap kelompoktani

namun dapat pula rekening gabungan kelompoktani (Gapoktan). Jika

menggunakan rekening gapoktan, mekanisme pengaturan antar

kelompoktani agar diatur lebih lanjut oleh Kepala Dinas Pertanian

Kabupaten/Kota.

6. Membuat surat pernyataan bersedia dan sanggup menggunakan dana

bantuan SL-PTT sesuai peruntukannya (RUK) dan sanggup

mengembalikan dana apabila tidak sesuai peruntukannya sebagaimana

terlihat dalam Lampiran 7.

7. Bersedia menambah biaya pembelian sarana produksi dan pendukung

lainnya, bilamana bantuan pemerintah tersebut tidak mencukupi/kurang.

8. Bersedia mengikuti seluruh rangkaian kegiatan SL-PTT.

G. Bantuan SL-PTT.

Guna mendukung pelaksanaan SL-PTT padi inbrida sawah, padi

pasang surut, padi rawa lebak, padi hibrida, padi inbrida lahan kering,

jagung hibrida dan jagung komposit, sebagai stimulan direncanakan

mendapat sarana produksi (pupuk urea, pupuk NPK, pupuk organik,

kapur pertanian, herbisida), sedangkan pertemuan kelompoktani,

Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 43

insentif/bantuan transport bagi petugas pendamping (petugas dinas dan

aparat) dan papan nama diberikan pada setiap 25 ha dalam kawasan

1.000 ha baik kawasan pertumbuhan, pengembangan dan pemantapan.

Adapun plafon bantuan saprodi secara rinci sebagai berikut :

1. Areal Laboratorium Lapangan (LL) pada kawasan pertumbuhan,

pengembangan, dan pemantapan mendapatkan bantuan saprodi

(urea, NPK, pupuk organik, herbisida dan kapur pertanian).

2. Areal SL di luar LL pada kawasan pertumbuhan dan pengembangan

mendapatkan bantuan saprodi yang volume dan jenisnya tidak

sebesar pada lokasi LL. Kekurangan saprodi agar dapat dipenuhi

secara swadana.

3. Areal SL di luar LL pada kawasan pemantapan tidak mendapatkan

bantuan saprodi. Untuk itu saprodi pada areal tersebut diharapkan

dapat disediakan melalui swadana dan/atau dari sumber-sumber

lainnya.

Pengunaan saprodi (volume dan jenisnya) di tingkat lapangan disesuaikan

dengan kondisi di masing-masing daerah (spesifik lokasi) dan telah

disetujui oleh PPL, BPTP, Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dan BPTP

Provinsi setempat.

Untuk lebih jelasnya, plafon stimulan/bantuan saprodi untuk pelaksanaan

SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 dapat dilihat pada Tabel 10 berikut

ini :

Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 44

Tabel 10. Plafon Stimulan/Bantuan Saprodi SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014

No Uraian Area l (Ha) Biaya/Ha Instrumen Stimulan

1 Kawas an SL_PTT Padi

A Kawasan Pertumbuhan 2000

a. Padi Inbrida Sawah SL 1,920 1,414,000

Saprodi di luar benih

Pertemuan 8 ka l i

LL 80 1,059,000

Tota l 2,000

B Kawasan Pengembangan 12,000

a. Padi Inbrida Sawah LL 200 1,344,900

Saprodi di luar benih

Pertemuan 8 ka l i

SL 4,800 762,400

Total 5,000

b. Padi Hibrida LL 280 1,402,400,

Saprodi di luar benih

SL 6,720 762,400 Pertemuan 6 ka l i

Total 7,000

C Kawasan Pemantapan 201,000

a. Padi Inbrida LL 7,840 1,276,600

Saprodi di luar benih

Pertemuan 4 ka l i

SL 188,160 21,600

Total 196,000

b. Padi Inbrida Lahan

Kering LL 4,800 1,276,600 Saprodi di luar benih

Pertemuan 4 ka l i

SL 200 21,600

Total 5,000

Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 45

No Urai an Areal (Ha) Biaya/Ha Instrumen Stimulan

2 Kawasan SL_PTT JAgung

A Kawasan Pertumbuhan 2000

a . Jagung Komposi t LL 80 1,664,000

saprodi di luar benih

Pertemuan kelompok 8 kal i

SL 1,920 364,000

Tota l 2,000

B Kawasan Pengembangan 8,000

a . Jagung Hi bri da LL 320 1,042,000

saprodi di luar benih

SL 7,680 257,000 Pertemuan kelompok 5 kal i

Total 8,000

C Kawasan Pemantapan 6,000

a . Jagung Hi bri da LL 240 716,600

saprodi di luar benih

Pertemuan kelompok 4 kal i

SL 5,760 21,600

Total 6,000

Khusus untuk padi lahan kering/gogo, padi pasang surut dan padi rawa

lebak apabila benih varietas unggul bermutu tidak tersedia, maka dapat

menggunakan varietas unggul lokal yang telah beradaptasi dengan baik

dan ditanam oleh petani di wilayah tersebut dan sumber pembiayaannya

berasal dari swadaya petani pelaksana SL-PTT. Penggunaan varietas

tersebut disetujui oleh Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota.

Selanjutnya dilaporkan kepada Kepala Dinas Pertanian Provinsi untuk

kemudian disampaikan oleh Kepala Dinas Pertanian Provinsi kepada

Direktur Jenderal Tanaman Pangan.

H. Mekanisme Pelaksanaan SL-PTT

Mekanisme pelaksanaan SL-PTT yang meliputi : persiapan,

mengorganisasian kelas, penerapan metode belajar, menciptakan dan

menghidupkan dinamika kelompok, monitoring dan evaluasi serta

pelaporan oleh pemandu lapangan berpedoman pada Pedoman Teknis

SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 atau tahun sebelumnya sepanjang

tidak bertentangan satu sama lain.

Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 46

I. Pertemuan Kelompok SL-PTT.

Pertemuan kelompok dalam areal SL dan LL disesuaikan dengan kawasan

dimana SL-PTT tersebut dialokasikan. Pada kawasan pertumbuhan,

pertemuan minimal 8 kali pertemuan, pada kawasan pengembangan

minimal 6 kali pertemuan dan pada kawasan pemantapan minimal 4 kali

pertemuan. Oleh karena itu perlu dijadwalkan secara periodik dengan

waktu pertemuan dirundingkan bersama petani peserta sehingga dapat

dihadiri dan tidak mengganggu/merugikan waktu petani.

Pertemuan kelompok dilakukan oleh pelaksana SL-PTT, tempat pertemuan

di lokasi pelaksana SL-PTT. Peserta pertemuan adalah petani peserta

dipandu oleh Pemandu Lapangan.

Pertemuan kelompok dilakukan oleh pelaksana SL-PTT dan bertempat di

areal LL. Peserta pertemuan adalah petani peserta dipandu oleh Petugas

Lapangan (Penyuluh Pertanian/PPL, POPT, PBT, Peneliti dan Aparat).

Hal-hal yang lebih teknis dan operasional di lapangan agar dapat diatur

dan diuraikan dalam Petunjuk Teknis (JUKNIS) SL-PTT yang

disusun/dibuat oleh Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota secara lebih

rinci dan jelas guna menghindari penafsiran yang berbeda-beda oleh

petugas lapangan.

Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 47

VI. PENGORGANISASIAN DAN OPERASIONAL SL-PTT

A. Pengorganisasian SL-PTT.

Agar pelaksanaan SL-PTT terkoordinasi dan terpadu mulai dari

kelompoktani, kabupaten, provinsi sampai ke tingkat pusat maka perlu

dibentuk tim pengendali tingkat pusat, tim pembina tingkat provinsi, tim

pelaksana tingkat kabupaten/kota serta tim pelaksana tingkat kecamatan.

Tim pengendali tingkat pusat, ditetapkan dengan Surat Keputusan Direktur

Jenderal Tanaman Pangan. Tim pembina tingkat provinsi ditetapkan

dengan Surat Keputusan Gubernur/Kepala Dinas Pertanian Provinsi yang

bersangkutan. Sedangkan tim pelaksana tingkat kabupaten/kota serta

kecamatan, ditetapkan dengan Surat Keputusan Bupati/Walikota.

Tim pembina tingkat provinsi serta tim pelaksana tingkat kabupaten/kota

dan tim pelaksana kecamatan melaksanakan kegiatan koordinasi

pelaksanaan SL-PTT melalui Pos Simpul Koordinasi (POSKO) mulai dari

tingkat desa, kecamatan, kabupaten/kota sampai tingkat provinsi. Posko

SL-PTT dapat memanfaatkan POSKO yang telah ada seperti POSKO

P2BN seperti diamanatkan pada Permentan Nomor 45 Tahun 2011

tentang Tata Hubungan Kerja Antar Kelembagaan Teknis, Penelitian dan

Pengembangan, Dan Penyuluh Pertanian Dalam Mendukung Peningkatan

Produksi Beras Nasional (P2BN).

B. Operasionalisasi SL-PTT.

Tim Pengendali Pusat melakukan koordinasi dan sinergisitas program dan

kegiatan antar instansi terkait untuk kelancaran pelaksanaan SL-PTT.

Tim Pembina Tingkat Provinsi melakukan koordinasi dan mengorganisir

Tim Pelaksana Tingkat Kabupaten/Kota untuk dapat melaksanakan SL-

PTT sesuai sasaran. Pembinaan dilakukan mulai sejak perencanaan,

pelaksanaan dan pelaporan evaluasi.

Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 48

Tim Pelaksana Tingkat Kabupaten/Kota dan kecamatan melakukan

langsung pelaksanaan SL-PTT dengan mengorganisir dan menggerakkan

Kepala Cabang Dinas Pertanian Kecamatan (KCD), Penyuluh, POPT,

PBT, Kepala Desa, Babinsa, Kelompoktani, dan petani dalam

melaksanakan SL-PTT sesuai sasaran. Pengorganisasian/ gerakan

dilakukan mulai sejak perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan serta

evaluasi. Tim Pelaksana Kabupaten/Kota juga melakukan administrasi

kegiatan sesuai prosedur dan peraturan perundang-undangan yang

berlaku .

Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 49

VII. PEMBIAYAAN, MEKANISME PENCAIRAN DANA DAN PENGA DAAN

A. Pembiayaan .

Sumber pembiayaan pelaksanaan SL-PTT padi dan jagung tahun 2014

berasal dari APBN yang dialokasikan pada Belanja Bantuan Sosial untuk

pemberdayaan sosial (Akun 573111).

Adapun tujuan dari pemberian bantuan sosial tersebut adalah sebagai

upaya meningkatkan kemampuan kelompoktani padi dan jagung dalam

mengelola dan mengembangkan usahataninya secara mandiri dan

berkelanjutan.

Proses pemberdayaan difasilitasi oleh aparat Provinsi/Kabupaten/ Kota

dengan menciptakan iklim kondusif sehingga masyarakat mampu

mengenali permasalahan yang dihadapi, memecahkan masalahnya

sendiri, serta mampu mengembangkan dan memperkuat dirinya sendiri

untuk menjadi mandiri. Pemberdayaan merupakan proses pembelajaran

yang perlu dilakukan secara terus-menerus guna menggali potensi

yang dimiliki oleh masyarakat/pelaku agribisnis.

Kemandirian dapat terwujud apabila kelompok/gabungan kelompok/

lembaga bersama anggotanya mampu mengembangkan

usahataninya/kegiatannya secara musyawarah, transparan, dan akuntabel

untuk dapat mandiri dalam mengelola kelembagaan, manajemen, dan

usaha pertaniannya. Dengan demikian, fokus pemberdayaan kelompok

diarahkan untuk memotivasi anggota 62 kelompok/gabungan

kelompok/lembaga dalam mengembangkan kelembagaan masyarakat,

manajemen, dan usaha-usaha produktif di bidang pertanian. Proses

pemberdayaan kelompok dilakukan dengan menumbuhkan kesadaran

kelompok/gabungan kelompok/ lembaga dalam mengembangkan

usahanya secara partisipatif . Mengingat proses pemberdayaan

memerlukan waktu yang cukup panjang, maka kegiatan pemberdayaan

Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 50

perlu dirancang secara sistematis dengan tahapan kegiatan yang jelas

dan dilakukan terus-menerus dalam kurun waktu yang cukup

berdasarkan kemampuan dan potensi usaha agribisnis masyarakat.

Pemberi bantuan sosial dalam pelaksanaan SL-PTT adalah Kementerian

Pertanian cq Direktorat Jenderal Tanaman, dengan penerima bantuan

tersebut adalah Kelompoktani. Alokasi anggaran berupa dana Tugas

Pembantuan yang diletakkan pada Satker Dinas Pertanian Kabupaten/Kota

pelaksana SL-PTT. Sedangkan persyaratan penerima bantuan di masing-

masing lokasi (penentuan calon lokasi, penentuan calon

petani/kelompoktani, dll) seperti telah diuraikan di atas dengan

persetujuan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota.

Adapun tata kelola pencairan dana belanja bantuan sosial tersebut kepada

kelompoktani pelaksana SL-PTT melalui transfer uang langsung ke

rekening kelompok tani atau gabungan kelompoktani, dengan jadwal

pelaksanaan penyaluran belanja bantuan sosial tersebut disesuaikan

dengan kondisi di masing -masing daerah.

B. Mekanisme Pengajuan dan Penyaluran Dana Bantuan Sosial SL-PTT.

1. Mekanisme Penetapan Penerima Belanja Bantuan Sosial Melalui

Transfer Uang

1.1. Perencanaan dan Sosialisasi Perencanaan pengelolaan dana

Belanja Bantuan Sosial ini dilaksanakan mulai di tingkat Pusat,

Provinsi dan Kabupaten/Kota yang mencakup pembentukan Tim

Teknis, penyusunan Juknis, rencana seleksi Calon Penerima dan

Calon Lokasi (CP/CL), penyaluran dana Belanja Bantuan Sosial,

pembinaan dan pelaporannya.

Pedoman Teknis dari Direktorat Jenderal/Badan

lingkupKementerian Pertanian dan Petunjuk Pelaksanaan yang

diterbitkan oleh Provinsi mengacu kepada Pedoman Pengelolaan

Belanja Bantuan Sosial Kementerian Pertanian Tahun Anggaran

Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 51

2014. Juknis disusun untuk mengatur hal-hal yang belum jelas

dan belum diatur dalam Pedoman ini, dan agar disusun secara

fleksibel denganmemperhatikan aspirasi dan kondisi masing-

masing wilayah.

Dalam rangka penerapan prinsip pengarusutamaan gender, maka

perlu diperhatikan peran perempuan dalam hal : (1) partisipasi, (2)

akses, (3) kontrol, dan (4) menikmati manfaat untuk jenis/output

kegiatan yang menjadi pilot projek pengurusutamaan gender.

Sosialisasi dilakukan dalam rangka penyamaan

persepsi,membangun komitmen, transparansi, dan akuntabilitas

pelaksanaan program pembangunan pertanian. Kegiatan

sosialisasi ini juga sekaligus untuk menampung aspirasi

masyarakat melalui konsultasi publik (public

consultation),sehingga pemanfaatan Dana Belanja Bantuan

Sosial dapat lebih terarah dan bermanfaat bagi masyarakat

pertanian.

Pelaksanaan sosialisasi dilakukan secara berjenjang mulai ditingkat

pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota sampai tingkat

desa/kelompok. Sosialisasi di tingkat desa/kelompok bertujuan

untuk membangun komitmen, transparansi pelaksanaan

kegiatan, meningkatkan minat dan motivasi masyarakat dalam

pembangunan pertanian,serta menjelaskan hak, kewajiban,

sanksi, dan penghargaan bagi kelompok sasaran yang akan

mengelola dana Belanja Bantuan Sosial.

1.2. Kriteria Calon Penerima Dana

Kriteria calon penerima dana Belanja Bantuan Sosial disusun

sebagai dasar untuk melakukan seleksi calon penerima dana Belanja

Bantuan Sosial agar sesuai dengan kriteria dan persyaratan yang

ditentukan. Kriteria calon penerima dana Belanja Bantuan Sosial

mencakup kriteria

Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 52

umum calon petani/kelompok tani/gapoktan/lembaga, kriteria calon

lokasi dan kriteria teknis.

a. Kriteria umum calon petani/kelompok tani/ gapoktan/lembaga

penerima dana antara lain:

1) Petani yang tergabung dalam suatu kelompok usaha harus

memiliki nama kelompok, nama ketua kelompok dan alamat

yang jelas;

2) Kelompok tani/gapoktan penerima dana bantuan sosial yang

menghadapi keterbatasan permodalan pengembangan usaha

tani yang memiliki potensi untuk dikembangkan;

3) Kelompok tani /gapoktan yang mengalami risiko sosial;

4) Lembaga yang berperan dalam pengembangan usaha

pertanian

b. Kriteria khusus calon lokasi penerima dana bantuan

sosial antara lain:

1) Calon lokasi tersebut layak dan/atau berpotensi ditumbuh/

kembangkan usaha pertanian;2) Jenis usaha tani petani

(hulu, on farm, hilir) yang akan dikembangkan disesuaikan

dengan kebutuhan dan kemampuan petani;

2) Jenis dan volume dana yang akan disalurkan disesuaikan

dengan kondisi agro-ekosistem dan kebutuhan kelompok tani.

c. Kriteria teknis calon penerima dana Belanja Bantuan Sosial

disusun oleh masing-masing eselon-I lingkup Kementerian

Pertanian sesuai dengan kebutuhan masing-masing dan

dituangkan ke dalam Pedoman Teknis.

Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 53

1.3. Penetapan Penerima Da na

a. Seleksi CP/CL

Seleksi CP/CL secara umum meliputi seleksi administrasi dan

seleksi aspek teknis dengan tahapan meliputi seleksi daftar

panjang (long-list), daftar sedang (medium-list), dan daftar pendek

(short-list). Adapun tahap seleksi CP/CL adalah seluruh

usulan/proposal yang masuk direkapitulasi menjadi daftar long-

list calon petani/calon lokasi penerima dana Belanja Bantuan

Sosial Kementerian Pertanian. Selanjutnya dari daftar panjang

(long-list) dilakukan proses seleksi administrasi.

Seleksi administrasi meliputi verifikasi nama kelompok, nama

ketua kelompok, alamat kelompok, jenis usaha kelompok,

besarnya usulan dana Belanja Bantuan Sosial, sesuai dengan

data yang terdapat di dalam usulan/proposal. Bagi CP/CL yang

lulus seleksi administrasi direkapitulasi ke dalam daftar sedang

(medium-list).

Berdasarkan daftar sedang (medium-list), Tim Teknis melakukan

seleksi aspek teknis dengan cara verifikasi/membandingkan

kesesuaian antara kondisi di lapangan dengan data

usulan/proposal. Bagi CP/CL yang lulus seleksi teknis

direkapitulasi ke dalam daftar pendek (short-list).

b. Penerima Dana

Berdasarkan daftar pendek (short-list) CP/CL, untuk kegiatan

Tugas Pembantuan Kabupaten/Kota, maka Tim Teknis

mengusulkan kepada Kepala Dinas/Badan/Kantor lingkup

Pertanian Kabupaten/Kota untuk ditetapkan menjadi calon

penerima dana Belanja Bantuan Sosial. Selanjutnya berdasarkan

usulan Tim Teknis tersebut, Bupati/Walikota atau Kepala

Dinas/Badan/Kantor lingkup Pertanian Kabupaten/Kota

Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 54

mengesahkan Kelompok Tani Penerima dana Belanja Bantuan

Sosial.

Untuk kegiatan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan Provinsi,

proses seleksi CP/CL dilakukan oleh Tim Teknis Provinsi dan

Penetapan Penerima dana Belanja Bantuan Sosial oleh Kepala

Dinas/Badan/Kantor lingkup Pertanian Provinsi, sedangkan untuk

kegiatan Pusat, proses seleksi CP/CL dilakukan oleh Tim Teknis

Pusat dan penetapan penerima dana Belanja Bantuan Sosial oleh

Menteri Pertanian melalui Keputusan Menteri Pertanian atau

Keputusan Direktur Jenderal/Kepala Badan lingkup Kementerian

Pertanian atas nama Menteri Pertanian.

Kelompok sasaran yang telah ditetapkan dengan Keputusan

tentang penetapan penerima dana Belanja Bantuan Sosial berhak

menerima dana Belanja Bantuan Sosial. Selanjutnya kelompok

sasaran penerima dana Belanja Bantuan Sosial harus menyusun

Rencana Usaha Kelompok (RUK) sebagai dasar untuk

penyaluran dana Belanja Bantuan Sosial.

2. Prosedur Pengajuan dan Penyaluran Dana

2.1. Pengajuan Dana

Proses pengajuan dana Belanja Bantuan Sosial Kementerian

Pertanian Tahun Anggaran 2014 pada DIPA Tugas Pembantuan

Kabupaten/Kota dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Rencana Usaha Kelompok (RUK) disusun olehkelompok

tani/lembaga terpilih dan disahkan/ditandatangani ketua

kelompok/lembaga serta dua anggota kelompok.

b. Kelompok tani/lembaga terpilih membuka rekening tabungan

pada Bank Pemerintah Terdekat dan memberitahukan kepada

Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Kabupaten/Kota.

c. Ketua kelompok tani/lembaga mengusulkan RUK

Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 55

kepada PPK Kabupaten/Kota. Setelah diverifikasi oleh Penyuluh

Per tanian/ petugas lapangan lainnya dan disetujui oleh Ketua

Tim Teknis; dan

d. PPK meneliti RUK dari masing – masing kelompok yang akan

dibiayai dan selanjutnya mengajukan RUK kepada Kuasa

Pengguna Anggaran (KPA).

2.2. Penyaluran Dana

Proses penyaluran dana Belanja Bantuan Sosial yaitu KPA

mengajukan Surat Permintaan Pembayaran Langsung (SPP-LS)

sebagai berikut:

a. Keputusan Dirjen/Kepala Badan di tingkat pusat atau Keputusan

Bupati/Walikotaatau Kepala Dinas/Badan/ Kantor lingkup

Pertanian atau pejabat yang ditunjuktentang Penetapan

Kelompok Sasaran;

b. Rekapitulasi RUK secara umum mencantumkan:

1) Nama kelompok tani/lembaga;

2) Nama ketua kelompok tani/lembaga;

3) Nama petani anggota kelompok tani/lembaga;

4) Nomor rekening a.n. petani/ketua kelompok

tani/lembaga;

5) Nama Bank Pemerintah terdekat; dan

6) Jumlah dana dan susunan keanggotaan kelompok tani.

c. Kuitansi harus ditandatangani oleh ketua kelompok

tani/lembaga dan diketahui/disetujui oleh PPK Kabupaten/Kota

yang bersangkutan;

Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 56

d. surat perjanjian kerjasama antara PPK dengan kelompok

sasaran tentang pemanfaatan dana Belanja Bantuan Sosial

kelompok tani;

e. atas dasar SPP-LS, Pejabat Penandatangan SPM (PP-SPM)

menguji dan menerbitkan Surat Perintah Membayar Langsung

(SPM-LS), selanjutnya disampaikan SPM-LS ke KPPN setempat;

dan

f. KPPN menerbitkan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D)

sesuai ketentuan yang berlaku.

Untuk kegiatan Belanja Bantuan Sosial transfer uang yang dananya

ditampung pada pos Belanja Bantuan Sosial pada DIPA Pusat

dan DIPA Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan Provinsi, maka

pengajuan dan penyaluran Belanja Bantuan Sosial mengikuti pola

tersebut diatas. Namun, penyebutan nama KPA dan PPK dan

lainnya disesuaikan dengan Satker tersebut berada.

3. Prosedur Pencairan dan Pemanfaatan Dana

3.1. Prosedur Pencairan Dana

Prosedur pencairan dana Belanja Bantuan Sosial Kementerian

Pertanian Tahun Anggaran 2014, antara lain:

a. kelompok tani/gapoktan/lembaga terpilih berhak menerima dana

Belanja Bantuan Sosial melalui transfer ke rekening kelompok

dari Bank Pemerintah;

b. kelompok tani/gapoktan/lembaga terpilih berhak menggunakan

dana Belanja Bantuan Sosial tersebut sesuai dengan RUK yang

disetujui oleh PPK (di Pusat dan Dinas/Badan/Kantor lingkup

pertanian Provinsi, maupun lingkup Pertanian Kabupaten/Kota);

c. kelompok tani/gapoktan/lembaga terpilih berhak menarik uang

yang ada di rekening bank secara bertahap sesuai dengan

Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 57

tahapan pengadaan yang akan dilakukan kelompok dan jadwal

kegiatan;

d. besarnya uang pada setiap penarikan dari rekening bank

disesuaikan dengan besarnya kebutuhan belanja yang

bersangkutan;

e. proses pengadaan dilakukan dengan didahului survey pasar,

survey harga, dan mempelajari jenis/kualitas barang yang akan

dibeli;

f. proses pengadaan barang oleh kelompok tani terpilih dilakukan

secara transparan dan memperhatikan prinsip-prinsip efisiensi

dan efektivitas dari barang yang akan dibeli dan disaksikan oleh

tokoh masyarakat atau aparat desa setempat; dan

g. hasil dari pembelian dimanfaatkan oleh kelompok tani terpilih dan

dicatat/dibukukan menjadi aset kelompok.

3.2. Prosedur Pemanfaatan Dana

Prosedur pemanfaatan dana Belanja Bantuan Sosial sebagai berikut:

a. seluruh transaksi kelompok dibukukan secara sederhana;

b. bukti/kuitansi pembelian disimpan;

c. bukti serah terima hasil pembelian kepada anggota kelompok

dibukukan;

d. Ketua kelompok tani terpilih wajib membuat laporan rutin penggunaan

dana Belanja Bantuan Sosial kepada PPK;

e. seluruh aset kelompok dirawat dan dikelola dengan baik;

f. dana Belanja Bantuan Sosial digunakan untuk usaha produktif sehingga

diperoleh keuntungan yang memadai; dan

g. sebagian dari keuntungan kelompok dimanfaatkan untuk pemupukan

modal, memperluas dan memperbesar skala usaha, mengembangkan

Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 58

unit usaha pertanian yang potensial serta memperkuat kelembagaan

yang ada.

Mekanisme pencairan dana bantuan sosial bagi pelaksanaan SL-PTT

Tahun 2014 dapat dilihat pada Lampiran 8.

Selanjutnya, hal-hal lain yang berkaitan dengan belanja bantuan sosial

secara lebih rinci dapat dilihat pada Peraturan Menteri Pertanian Republik

Indonesia tentang Pedoman Pengelolaan Belanja Bantuan Sosial

Kementerian Pertanian Tahun Anggaran 2014.

C. Mekanisme Pengadaan.

1. Dana yang telah dicairkan oleh kelompoktani dipergunakan untuk

membeli saprodi sesuai dengan kebutuhan kelompok sebagaimana

yang telah tertuang pada RUK yang telah disetujui oleh Ketua

Kelompoktani, Bendahara Kelompoktani dan Penyuluh/Petugas

Pertanian, dengan contoh blanko disajikan pada Lampiran 6.

2. Kelompoktani dapat membeli saprodi di kios/toko saprodi terdekat atau

di Produsen Penyalur Saprodi sesuai dengan RUK.

3. Dalam rangka pengawasan pelaksanaan bantuan SL-PTT,

Kelompoktani penerima bantuan agar melakukan hal-hal sebagai

berikut :

a. Menyimpan tanda bukti (kwitansi) pembelian saprodi.

b. Mencatat semua nomor seri label benih yang diterima.

c.Mencatat semua nomor seri karung/kantung/ botol/sachet

pupuk/saprodi yang dibeli.

d. Membuat surat pernyataan Penerimaan Dana Bantuan Sosial SL-

PTT sebagaimana terlihat dalam Lampiran 7.

e. Saprodi yang belum digunakan agar disimpan dengan baik untuk

menjaga mutu.

4. Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota bertanggung jawab penuh

terhadap penyaluran dan penggunaan Dana Bantuan Sosial bagi

pelaksanaan SL-PTT oleh petani/kelompoktani.

Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 59

Sumber pembiayaan pelaksanaan SL-PTT selain berasal dari APBN

(Dana Tugas Pembantuan) dalam bentuk Belanja Bantuan Sosial, juga

didukung oleh APBN (Dana Dekonsetrasi) dan APBD maupun dana

dari pihak swasta, stakeholders yaitu antara lain sebagai berikut :

1. Bantuan alat dan mesin pertanian antara lain traktor, mesin

pembuat pupuk organik, alsintan pascapanen melalui dana tugas

pembantuan di Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dan dana

dekonsentrasi di Dinas Pertanian Provinsi ataupun dana APBN

sesuai dengan ketersediaan dana.

2. Bantuan pengendalian OPT melalui dana APBN pada BPTPH,

sesuai dengan ketersediaan dana.

3. Bantuan pengawalan, pendampingan, pembinaan, monitoring,

evaluasi dan pelaporan SL-PTT melalui dana tugas pembantuan di

Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dan dana dekonsentrasi di Dinas

Pertanian Provinsi.

4. Bantuan pendampingan SL-PTT oleh PPL, POPT dan PBT melalui

dana BOP masing-masing Institusi.

5. Bantuan pendampingan teknologi SL-PTT oleh peneliti melalui dana

APBN pada BPTP/Badan Litbang.

6. Kemitraan dengan perusahaan mitra yang bergerak dibidang

agribisnis tanaman pangan yang difasilitasi oleh Dinas Pertanian

Provinsi maupun Kabupaten/Kota setempat.

Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 60

VIII. BIMBINGAN/PEMBINAAN DAN PENDAMPINGAN

Bimbingan/pembinaan dan pendampingan dilaksanakan secara periodik

mulai dari persiapan sampai dengan panen dan berjenjang mulai dari Pusat,

Provinsi, Kabupaten dan Kecamatan.

A. Pusat melakukan koordinasi, supervisi dan pembinaan pelaksanaan SL-

PTT di provinsi dan kabupaten sesuai dengan ketersediaan dana.

B. Provinsi melakukan koordinasi, supervisi, pembinaan dan pengawalan

pelaksanaan SL-PTT di kabupaten diharapkan minimal 2(dua) kali

selama musim tanam sesuai dengan ketersediaan dana.

C. Kabupaten melakukan koordinasi dan pembinaan pelaksanaan SL-PTT di

tingkat lapangan/kelompoktani pelaksana SL-PTT diharapkan minimal

4(empat) kali selama musim tanam disesuaikan dengan ketersediaan

dana. Melakukan pendampingan kelompoktani pelaksana SL-PTT dalam

menerapkan paket teknologi spesifik lokasi dan membantu kelancaran

distribusi bantuan SL-PTT dll.

D. Pengawalan dan pendampingan oleh peneliti Puslitbangtan, BB Padi,

Balitsereal, Balitkabi, dan Lolit Tungro bersama peneliti BPTP.

Pengawalan dan pendampingan oleh peneliti diutamakan pada kawasan

pertumbuhan, pengembangan dan pemantapan yang disesuaikan

dengan kondisi di lapangan dan ketersediaan dana yang ada di masing-

masing BPTP setempat. Pendampingan dan pengawalan SL-PTT perlu

mengedepankan teknologi spesifik lokasi yang sinergisitas, yakni

teknologi yang mengutamakan peningkatan produktivitas dan

pengurangan kehilangan hasil serta pendekatan teknologi yang

memperhatikan sub-ekosistem setempat. Disamping melakukan

pengawalan dan pendampingan, peneliti/ BPTP dapat melakukan display

varietas berdampingan dengan lokasi SL-PTT.

Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 61

IX. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN

A. Monitoring.

Kegiatan monitoring dilaksanakan secara periodik mulai dari persiapan

sampai dengan panen oleh petugas Pusat, Provinsi dan Kabupaten

sebagaimana terlihat dalam rencana jadwal pelaksanaan pada Lampiran

9. Monitoring meliputi perkembangan pelaksanaan SL-PTT, hasil yang

telah dicapai dll.

B. Evaluasi.

Kegiatan evaluasi dilaksanakan oleh petugas Pusat, Provinsi dan

Kabupaten setelah seluruh rangkaian kegiatan dalam SL-PTT selesai

sebagaimana terlihat dalam rencana jadwal pelaksanaan pada Lampiran

9. Evaluasi meliputi 1) Komponen kegiatan pelaksanaan SL-PTT, 2)

Tingkat pencapaian sasaran areal dan hasil, 3) Kenaikan produktivitas di

lokasi SL-PTT dan LL, 4) Penerapan komponen teknologi PTT, dan 5)

Ubinan SL-PTT.

C. Pelaporan.

Kegiatan pelaporan dilaksanakan oleh petugas provinsi, kabupaten/kota

dan kecamatan serta desa/unit SL-PTT secara periodik setiap bulan.

Pelaporan dilakukan secara berjenjang yaitu dari Pemandu Lapangan ke

Dinas Pertanian Kabupaten/Kota, dari Dinas Pertanian Kabupaten/Kota ke

Dinas Pertanian Provinsi dan dari Dinas Pertanian Provinsi ke Direktorat

Jenderal Tanaman Pangan c/q Direktorat Budidaya Serealia. Laporan

meliputi pelaksanaan SL-PTT, hasil yang telah diperoleh, dll sebagaimana

terlihat dalam format laporan (Lampiran 8, 9, 10, 11 dan 12). Laporan

akhir memuat hasil evaluasi, kesimpulan, saran serta data dukung lainnya

dll. Dilaporkan ke Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura

Provinsi NTB dan akan disampaikan ke Direktorat Budidaya Serealia Jl.

Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 62

AUP No. 3 Pasar Minggu – Jakarta Selatan 12520; Telp. (021) 7806262 ;

Faximile (021) 7802930 ;email. [email protected].

Kinerja penyampaian laporan akan dijadikan salah satu dasar penentuan

anggaran Tahun 2015 sebagai penerapan azas reward and punishment.

Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 63

X. PENUTUP

Peningkatan produktivitas padi dan jagung melalui peningkatan kualitas

SL-PTT dengan pola pertumbuhan, pengembangan dan pemantapan

melalui pendekatan kawasan skala luas, merupakan salah satu terobosan

yang diharapkan mampu memberikan kontribusi yang lebih besar dalam

pencapaian sasaran produksi padi dan jagung nasional.

SL-PTT akan berhasil meningkatkan produksi dan pendapatan petani

apabila didukung oleh semua pihak termasuk pemangku kepentingan baik

hulu, onfarm maupun hilir serta terciptanya koordinasi pelaksanaan SL-

PTT yang sinkron dan sinergis pada setiap tingkat pemerintahan mulai dari

Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan sampai tingkat Desa.

Untuk itu diperlukan niat tulus dari seluruh stakeholders, pola gerakan yang

seiring seirama terpadu terkoordinasi terpantau mulai dari pusat sampai

lapangan, upaya dan dukungan yang luar biasa karena sasaran yang

diminta luar biasa, dari seluruh pelaku usaha, pemangku kepentingan dan

masyarakat tani, kecepatan pengambilan keputusan dalam menyelesaikan

masalah dan komitmen seluruh pemangku kepentingan.

Peran Gubernur dan Bupati/Walikota sangat besar dalam mendukung

setiap kegiatan pembangunan tanaman pangan di daerah termasuk SL-

PTT. Untuk itu Kepala Dinas Pertanian Provinsi dan Kepala Dinas

Kabupaten/Kota diharapkan berupaya meyakinkan Gubernur/Bupati/

Walikota untuk memberi perhatian serius terhadap keberhasilan kegiatan

pembangunan tanaman pangan terutama pelaksanaan SL-PTT dan

pengembangan produksi padi dan jagung di wilayahnya untuk

meningkatkan produksi dan kesejahteraan petani. Sebagai catatan penting

bahwa pelaksanaan SL-PTT diharapkan sebagai upaya untuk mencapai

sasaran produksi tahun 2014 .

Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 64

Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 66

Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 68

Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 69

Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 70

Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 71

Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 72

Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 73

Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 74

Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 75

Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 77

Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 78

Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 79

Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 80

Juklak SL-PTT Padi dan Jagung Tahun 2014 81