jtptunimus-gdl-winayulita-5579-2-babi.pdf
TRANSCRIPT
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka kematian ibu (AKI) bersama dengan Angka Kematian Bayi
(AKB) menjadi indikasi keberhasilan pada sektor kesehatan. Angka Kematian
Ibu (AKI) mengacu pada jumlah kematian ibu yang terkait dengan masa
kehamilan, persalinan dan nifas. Hasil survey demografi dan kesehatan
Indonesia (SDKI) tahun 2007 menyebutkan bahwa Angka Kematian Ibu
(AKI) untuk periode 5 tahun sebelum survey (2003-2007) sebesar 228 per
100.000 kelahiran hidup.
Anemia gizi merupakan masalah kehidupan yang ikut berperan sebagai
penyebab tingginya AKI, AKB, produktivitas kerja, prestasi olah raga dan
kemampuan belajar. Oleh karena itu penanggulangan anemia gizi menjadi
salah satu program untuk meningkatkan kualitas SDM, yang telah
dilaksanakan pemerintah sejak pembangunan jangka I (Depkes RI, 2008).
Wanita hamil merupakan salah satu kelompok yang rentan akan
masalah gizi terutama anemia akibat kekurangan zat besi (Fe), hasil survey
kesehatan Rumah Tangga (SKRT), Riset Kesehatan Dasar (Riskesda) di
Indonesia dari tahun ke tahun terjadi penurunan yang signifikan terhadap
presentasi anemia pada ibu hamil dari 73,2 % pada tahun 1986 (SKRT)
menjadi 24,5% pada tahun 2007. Di Jawa Tengah angka kejadian anemia ibu
-
2
mencapai 57,7% ( Profil Kesehatan Jawa Tengah ) sedangkan di Semarang
adalah 19,67 % (Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2009).
Anemia dalam kehamilan dapat mengakibatkan dampak yang
membahayakan bagi ibu dan janin. Anemia pada ibu hamil dapat
meningkatkan resiko terjadinya pendarahan postpartum, bila terjadi sejak awal
kehamilan dapat menyebabkan terjadinya persalinan prematur ( Proverawati &
Asfuah, 2009, p.76 ).
Mengingat dampak anemia tersebut diatas yang dapat menurunkan
kualitas SDM di Indonesia, maka perlu penanggulangan kekurangan zat besi
pada ibu hamil dengan segera. Oleh sebab itu pemerintah Indonesia mulai
menerapkan suatu program penambahan zat besi sekitar 20 tahun yang lalu
program ini dilaksanakan dengan harapan setiap ibu hamil secara teratur
memeriksakan diri ke puskesmas atau posyandu selama masa kehamilannya.
Tablet besi dibagikan oleh petugas kesehatan kepada ibu hamil secara gratis
( Depkes RI, 2008 ).
Menurut Notoatmodjo, perilaku kesehatan dipengaruhi oleh factor
Predisposing (predisposisi) diantaranya adalah pengetahuan. Mengkonsumsi
tablet zat besi dapat menimbulkan efek samping yang mengganggu sehingga
orang cenderung menolak tablet yang diberikan. Penolakan tersebut
sebenarnya berpangkal dari ketidaktahuan mereka bahwa selama kehamilan
mereka memerlukan tambahan zat besi. Agar mengerti para wanita hamil
harus diberikan pengetahuan yang tepat (Arisman, 2004, p. 152). Factor
enabling (pemungkin) meliputi ketersediaan sarana dan prasarana atau
-
3
fasilitas kesehatan dan Factor reinforcing (penguat) meliputi dukungan
keluarga, petugas kesehatan. Keterlibatan suami semenjak awal akan sangat
berguna untuk menjaga secara emosional merasa tenang dan yakin. (Stoppars,
2007, p.3 ). Terlebih jika seluruh keluarga mengharapkan kehamilan,
mendukung bahkan memperlihatkan dukungannya dalam berbagai hal, ibu
hamil pun akan merasa lebih percaya diri, lebih bahagia selama menjalani
kehamilan (Maulana, 2008, p.181).
Program Pemerintah dalam pemberian tablet fe di Puskesmas
Bangetayu Semarang tablet fe diberikan pada usia kehamilan trimester kedua
yaitu memasuki usia kehamilan 16 mg. Berdasarkan studi pendahuluan yang
dilakukan di wilayah puskesmas Bangetayu Semarang, melalui wawancara
dengan 10 ibu hamil trimester I diperoleh informasi ternyata masih ada 9
orang yang belum mengetahui tentang tablet fe yaitu mengenai manfaat, efek
samping, cara minum, dan waktu minum. Peneliti juga melakukan wawancara
terhadap suami ibu hamil trimester I, suami menyatakan bahwa lebih senang
jika istri mendapatkan zat besi yang berasal dari makanan dari sumber yang
alami. Tablet fe adalah sejenis obat, obat itu pasti mengandung zat kimia dan
suami berpendapat bahwa zat kimia itu dapat merusak janin. Walaupun suami
telah diberitahu oleh dokter bahwa tablet fe aman untuk kehamilan.
Berdasarkan uraian tersebut peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul Hubungan pengetahuan ibu dan dukungan suami
dengan praktik dalam mengkonsumsi tablet Fe pada ibu hamil trimester I di
Puskesmas Bangetayu Semarang.
-
4
B. Perumusan masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, permasalahan penelitian
dapat dirumuskan sebagai berikut : Adakah hubungan antara pengetahuan
ibu dan dukungan suami dengan praktik dalam mengkonsumsi tablet Fe pada
ibu hamil trimester I di Puskesmas Bangetayu Semarang ?.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengidentifikasi hubungan pengetahuan ibu dan dukungan suami
dengan praktik dalam mengkonsumsi tablet Fe pada ibu hamil trimester I
di Puskesmas Bangetayu Semarang.
2. Tujuan Khusus
a. Mendiskripsikan pengetahuan ibu hamil trimester I tentang tablet fe di
Puskesmas Bangetayu.
b. Mendiskripsikan dukungan suami dalam mengkonsumsi tablet Fe pada
ibu hamil trimester I di Puskesmas Bangetayu.
c. Mendiskripsikan praktik dalam mengkonsumsi tablet Fe pada ibu
hamil trimester I di Puskesmas Bangetayu.
d. Menganalisis hubungan pengetahuan ibu dengan praktik dalam
mengkonsumsi tablet Fe pada ibu hamil trimester I di Puskesmas
Bangetayu.
-
5
e. Menganalisis hubungan dukungan suami dengan praktik dalam
mengkonsumsi tablet Fe pada ibu hamil trimester I di Puskesmas
Bangetayu.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu
sumber informasi pentingnya pengetahuan tentang tablet fe, serta peran
suami dalam praktik mengkonsumsi tabet fe bagi ibu hamil sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan tentang tablet fe.
2. Manfaat praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat lebih meningkatkan
pelayanan kesehatan terutama konseling dari tenaga kesehatan kepada ibu
hamil tentang gizi ibu hamil khususnya mengenai tablet fe..
E. Keaslian Penelitian
1. Yuniantika, W. Tahun 2009. Hubungan pendidikan dan pengetahuan ibu
hamil trimester III dengan tingkat kepatuhan mengkonsumsi tablet besi
dirumah bersalin YKWP I Mranggen kabupaten Demak. Berdasarkan hasil
penelitian disimpulkan Ada hubungan antara pendidikan ibu hamil dengan
tingkat kepatuhan mengkonsumsi tablet besi pada ibu hamil. Ada
hubungan antara pengetahuan ibu hamil dengan tingkat kepatuhan
mengkonsumsi zat besi.
2. Nainia, G. Tahun 2009. Hubungan tingkat pengetahuan tentang anemia
dengan kepatuhan ibu hamil meminum tablet besi di bidan Hj. Hendriati
-
6
Semarang. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan sebagian besar
responden memiliki pengetahuan yang baik. Pada ibu yang
pengetahuannya dikategorikan baik, sebanyak 64,5 % patuh
mengkonsumsi zat besi. Sedangkan pada ibu yang mempunyai tingkat
pengetahuan sedang, sebanyak 58,3 % termasuk patuh mengkonsumsi
tablet zat besi dan pada ibu yang mempunyai kategori pengetahuan
kurang, sebanyak 60 % patuh mengkonsumsi zat besi.
3. Yulita, W. Tahun 2010. Hubungan pengetahuan ibu dan dukungan suami
dengan praktik dalam mengkonsumsi tablet fepada ibu hamil trimester I di
Puskesmas Bangetayu Semarang. Berdasarkan hasil penelitian
disimpulkan Ada hubungan antara pengetahuan dengan praktik dalam
mengkonsumsi tablet Fe pada ibu hamil trimester I. Tidak Ada hubungan
antara dukungan suami dengan praktik dalam mengkonsumsi tablet Fe
pada ibu hamil trimester I.