jtptunimus gdl nurulhiday 5581 1 babi

7
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pesatnya pertumbuhan penduduk di dunia juga dapat menimbulkan kegoncangan perdamaian, kesulitan dalam hidup berdampingan, perselisihan regional, bahkan dapat menimbulkan perang dunia terbuka. Indonesia dengan jumlah penduduk keempat terbesar di dunia, sangat merasakan dampak pertumbuhan penduduk yang tidak dapat dikendalikan sehingga dengan tegas pemerintah melaksanakan program Keluarga Berencana untuk mendorong masyarakat agar dapat menerima pembentukan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) (Manuaba, 2004). Salah satu usaha dari program KB adalah penjarangan kehamilan dengan menggunakan alat kontrsepsi yaitu suatu alat yang digunakan sebagai upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan, pada umumnya metode kontrasepsi terdiri dari metode sedarhana, metode efektif dan metode kontrasepsi mantap. Metode sederhana antara lain terdiri dari senggama terputus, pantang berkala, kondom, diafragma, cream atau jelly, dan cairan berbusa. Metode efektif cotohnya yaitu pil KB, Intra Uterine Device (IUD), suntik dan alat kontrasepsi bawah kulit (AKBK) sedangkan metode kontrasepsi mantap yaitu dengan cara operasi yang terdiri dari metode operasi pria dan metode operasi wanita yaitu tubektomi untuk wanita, dan vasektomi untuk pria (DepKes, 1996).

Upload: dian-rizkiana

Post on 25-Nov-2015

12 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. LATAR BELAKANG

    Pesatnya pertumbuhan penduduk di dunia juga dapat menimbulkan

    kegoncangan perdamaian, kesulitan dalam hidup berdampingan, perselisihan

    regional, bahkan dapat menimbulkan perang dunia terbuka. Indonesia dengan

    jumlah penduduk keempat terbesar di dunia, sangat merasakan dampak

    pertumbuhan penduduk yang tidak dapat dikendalikan sehingga dengan tegas

    pemerintah melaksanakan program Keluarga Berencana untuk mendorong

    masyarakat agar dapat menerima pembentukan Norma Keluarga Kecil Bahagia

    dan Sejahtera (NKKBS) (Manuaba, 2004).

    Salah satu usaha dari program KB adalah penjarangan kehamilan

    dengan menggunakan alat kontrsepsi yaitu suatu alat yang digunakan sebagai

    upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan, pada umumnya metode

    kontrasepsi terdiri dari metode sedarhana, metode efektif dan metode

    kontrasepsi mantap. Metode sederhana antara lain terdiri dari senggama

    terputus, pantang berkala, kondom, diafragma, cream atau jelly, dan cairan

    berbusa. Metode efektif cotohnya yaitu pil KB, Intra Uterine Device (IUD),

    suntik dan alat kontrasepsi bawah kulit (AKBK) sedangkan metode

    kontrasepsi mantap yaitu dengan cara operasi yang terdiri dari metode operasi

    pria dan metode operasi wanita yaitu tubektomi untuk wanita, dan vasektomi

    untuk pria (DepKes, 1996).

  • Rendahnya partisipasi pria dalam ber KB dapat memberikan

    dampak negatif bagi kaum wanita karena dalam kesehatan reproduksi tidak

    hanya kaum wanita saja yang selalu berperan aktif. Salah satu penyebab dari

    rendahnya pemakai kontap/vasektomi ini adalah karena tingkat pengetahuan

    masih rendah, informasi dan motivasi para kaum pria yang berstatus PUS

    masih sangat rendah. (http//www.BKKBN.go.id).

    Pengembangan program KB yang secara resmi dimulai sejak tahun

    1970 telah memberikan dampak terhadap penurunan tingkat fertilitas total

    (TFR) yang cukup menggembirakan, namun permasalahan yang terjadi dalam

    Program KB diantaranya adalah rendahnya partisipasi kaum pria.

    Keikutsertaan pria dalam ber-KB lebih kurang 5%. Bila dibandingkan dengan

    partisipasi pria di negara-negara Islam seperti Pakistan (5,2%), Bangladesh

    (13,9%), dan Malaysia (16,8%) maka Indonesia menempati angka paling

    rendah partisipasi prianya dalam ber-KB (BKKBN, 2006).

    Era baru program KB Nasional yang dicanangkan sejak tahun

    1999, telah mengalami perubahan paradigma dari aspek demografis menjadi

    lebih kearah pendekatan kesehatan reproduksi dengan lebih memperhatikan

    hak-hak reproduksi dan kesetaraan jender. Namun demikian menurut Askary

    (2002) lebih dari 70% pria berpandangan bahwa KB adalah program untuk

    wanita, pria cukup memberi dukungan saja. Pengambil keputusan untuk

    menjadi peserta KB yang masih didominasi suami. Dominasi ini dapat terjadi

    karena terbatasnya pengetahuan suami tentang KB dan kesehatan reproduksi

  • serta anggapan salah bahwa suami pengambil keputusan dalam keluarga dan

    KB urusan perempuan (BKKBN, 2007).

    Data terakhir tahun 2009 jumlah peserta KB Baru di Indonesia

    sebanyak 592.780 akseptor, sedangkan untuk peserta KB MOP hanya 255

    (0,05%) akseptor (BKKBN, 2009).

    Partisipasi pria dalam menggunakan alat atau cara KB jenis

    kondom dan MOP di propinsi Jawa Tengah pada bulan Januari sampai

    Desember 2009 jumlah peserta KB pria sebanyak 47.398 (37,78%) dari total

    869.067 akseptor baru, sementara target yang diharapkan yaitu 125.444

    peserta (BKKBN, 2009). Dari kondisi ini kita ketahui bahwa peserta KB

    didominasi oleh kaum wanita yang disebabkan pula karena sebagian besar

    kontrasepsi diciptakan untuk wanita.

    Berdasarkan data jumlah peserta KB MOP di Kabupaten Blora

    bulan Desember 2009 mencapai 3.064 (2,11%) dari total 186.355 PUS peserta

    KB aktif. Dari survey penduduk yang dilakukan di kecamatan Tunjungan

    pada akhir Desember 2009 di dapatkan 126 (1,41%) akseptor KB MOP dari

    8.874 akseptor KB aktif (BKKBN, 2009). Dari hasil prasurvey langsung di

    Desa Tamanrejo didapatkan jumlah pria PUS yang menggunakan KB MOP

    hanya 11 akseptor (1,19%) dari total 983 PUS.

    Desa Tamanrejo sendiri terbagi dalam 4 dusun yaitu: Dusun

    Pohrendeng dengan jumlah peserta KB MOP 1 akseptor dari 260 PUS, Dusun

    Taman dengan peserta KB MOP 3 akseptor dari 240 PUS, Dusun Sukorejo

    dengan peserta KB MOP 3 akseptor dari 235 PUS, dan Dusun Maguan dengan

  • peserta KB 4 akseptor dari 248 PUS. Dari keempat dusun yang ada di Desa

    Tamanrejo ternyata Dusun Pohrendeng memiliki jumlah akseptor KB MOP

    terendah. Dusun Pohrendeng sendiri terdiri dari 2 RW yaitu RW I dengan

    jumlah peserta KB MOP 1 akseptor dari 120 PUS sedangkan RW II tidak ada

    yang menjadi peserta KB MOP dari 140 PUS. Dimana setelah dilakukan

    penjaringan di Dusun Pohrendeng RW II diperoleh data 60 PUS tidak ingin

    menambah jumlah anak lagi dan 80 PUS masih ingin menambah jumlah anak.

    Dari studi pendahuluan yang dilakukan pada 20 pria PUS di Desa

    Sukorame terdapat 1 pria PUS berpendidikan SD yang mengikuti MOP.

    Data diatas menunjukkan bahwa jumlah akseptor KB MOP masih

    sangat rendah jika dibandingkan dengan akseptor KB yang lain. Atas dasar

    itulah, peneliti tertarik mengambil judul karya tulis : Faktor-faktor yang

    Mempengaruhi Rendahnya Akseptor Kontap Pria di Dusun Pohrendeng RW II

    Desa Tamanrejo Kecamatan Tunjungan Kabupaten Blora.

    B. RUMUSAN MASALAH

    Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka identifikasi

    masalah dalam penelitian ini adalah apakah faktor-faktor yang

    mempengaruhi rendahnya akseptor kontap pria di Dusun Pohrendeng RW II

    Desa Tamanrejo Kecamatan Tunjungan Kabupaten Blora.

    C. TUJUAN

    Tujuan Umum

    Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

    rendahnya akseptor kontap pria di Dusun Pohrendeng RW II Desa

  • Tamanrejo Kecamatan Tunjungan Kabupaten Blora.

    2. Tujuan Khusus

    Mengidentifikasi tingkat pendidikan yang mempengaruhi rendahnya

    akseptor kontap pria di Dusun Pohrendeng RW II Desa Tamanrejo

    Kecamatan Tunjungan Kabupaten Blora.

    Mengidentifikasi tingkat pengetahuan yang mempengaruhi rendahnya

    akseptor kontap pria di Dusun Pohrendeng RW II Desa Tamanrejo

    Kecamatan Tunjungan Kabupaten Blora.

    Mengidentifikasi dukungan istri yang mempengaruhi rendahnya akseptor

    kontap pria di Dusun Pohrendeng RW II Desa Tamanrejo Kecamatan

    Tunjungan Kabupaten Blora.

    D. MANFAAT

    Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat

    1. Bagi Instansi Pendidikan

    Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber inspirasi maupun

    referensi untuk penelitian selanjutnya dan dapat menambah bahan

    kepustakaan di Universitas Muhammadiyah Semarang.

    2. Bagi Peneliti

    Penelitian ini dapat menambah wawasan peneliti tentang

    factor-faktor yang mempengaruhi rendahnya akseptor kontap pria di

    Dusun Pohrendeng RW II Desa Tamanrejo Kecamatan Tunjungan

    Kabupaten Blora.

  • 3. Bagi Masyarakat

    Hasil penelitian ini dapat memberikan pemahaman kepada

    masyarakat tentang MOP di Dusun Pohrendeng RW II Desa Tamanrejo

    Kecamatan Tunjungan Kabupaten Blora dan semua kaum pria pada

    umumnya, serta meningkatkan kesadaran pria PUS untuk menggunakan

    MOP.

    E. KEASLIAN PENELITIAN

    Penelitian yang berkaitan pernah dilakukan oleh

    1. Dwi Pratiwi (2008) dengan judul gambaran keikutsertaan suami menjadi

    akseptor keluarga berencana (KB) MOP di Wilayah Kerja Puskesmas

    Yosomulyo Kecamatan Metro Pusat. Dalam penelitian ini peneliti

    menggambarkan pengetahuan akseptor KB MOP, karakteristik akseptor KB

    MOP, alasan akseptor menggunakan KB MOP, dan keluhan akseptor KB

    MOP. Sedangkan dalam penelitian ini yang diteliti adalah faktor-faktor yang

    mempengaruhi rendahnya akseptor kontap pria yaitu pendidikan,

    pengetahuan, dan dukungan istri.

    2. Purwaningsih (2006) dengan judul studi deskriptif faktor-faktor yang

    mempengaruhi rendahnya pemakaian alat kontrasepsi pria (MOP) di RW V

    dan VI di Desa Jeruk Agung Kecamatan Klirong Kabupaten Kebumen bulan

    Maret-April 2006. Dalam penelitian ini peneliti mendeskripsikan faktor-

    faktor yang mempengaruhi rendahnya pemakaian MOP adalah pengetahuan,

    sikap, kepercayaan, dan paritas.

  • 3. Yohana T.R. (2005) dengan judul tingkat pengetahuan suami tentang

    kontrasepsi MOP di wilayah Puskesmas Bandarharjo. Dalam penelitian ini

    peneliti mendeskripsikan tingkat pengetahuan suami tentang kontrasepsi

    MOP.