jiwa-autis
TRANSCRIPT
KATA PENGANTAR
Setiap orang tua pasti memiliki ekspektasi untuk meilikiyang sehat, aktif, dan cerdas.
Namun karena beberapa faktor, impian tersebut tidak dapat diwujudkan, misalnya,
karena
Anak autistik adalah anak yang memiliki kerusakan saraf di otak sehingga mempengaruhi
SID nya, SID ini menyebabkan ketidakefisienan neurologis terhadap pemrosesan
informasi ditandai dengan ketidakmampuan otak untuk menganalisa, mengorganisir, dan
melakukan hubungan atau integrasi pesan-pesan sensorik yang menyebabkan anak tidak
mampu melakukan respon-respon terhadap informasi-informasi yang datang melalui
panca inderanya.
Factor-faktor yang dianggap sebagai penyebab adanya symptom autism pada anak
adalah 1) ketidakberfungsian system syaraf otak, 2) factor-faktor yang berpengaruh
terhdap persfektif kognitif, dan 3) beberapa penilaian lainnya berkaitan dengan
konsekuennsi-konsekuensi terhadap dugaan adanya kerusakan-kerusakan secra fisik.
(Alloy, L.B et al. 2005 : 497 dalam Delphie, B.2007 : 5)
BAB 2
KARAKTERISTIK ANAK AUTISTIK
Ketidakberkembangan bahasa anak autistic menyebabkan anak tidak dapat
berkomunikasi secara timbal balik. Anak autistic tidak mampu untuk memulai suatu
pembicaraan yang menyebabkan kominikasi dua arah dengan baik, sehingga anak autistic
cenderung mengoceh tanpa arti secara berualang-ulang ( stereotipik) dengan bahasa yang
tidak dapat dimengerti oleh orang lain
Anak-anak autistik menggunakan kata-kata yang tidak lazim atau tidak sesuai artinya
untuk digunakan dalam berkomunikasi secara umum. Anak autistic juga memperlihatkan
kemampuan yang tidak imajinatif dan cenderung monoton dalam bermain Ada beberapa
tingkah laku aneh/tidak biasa, berulang yang berhubungan dengan anak tidak memahami
subtansi atau esensi sebuah situasi. Contoh:
Anak terpaku secara intens.
Terpaku pada hal-hal yang tidak biasa.
Terpaku secara sensori, terpaku dengan pola atau gerakan-gerakan objek.
Rutinitas yang intens/kumulatif dan bermasalah menghadapi rutinitas.
Perlu Diperhatikan
1. Tidak ada ciri tetap maupun pola yang sama pada setiap anak
2. Tidak ada umur tertentu gejala mulai dilihat.
3. Cirinya bervariasi contohnya, Anak A mungkin menghindari kontak mata, tapi
anak B menghindari tidak semua kontak mata.
4. Jika anak anda memiliki beberapa ciri yang sama bukan berarti ASD
5. Pengasuhan yang buruk bukan pencetus ASD.
6. Autisme tidak dapat dideteksi sejak lahir, ini bukan kendala biologis, tidak ada tes
darah untuk mendeteksi saat anak baru lahir
Bicara tidak dipakai untuk alat komunikasi, senang meniru atau membeo (echolalia). Bila
senang meniru, dapat menghapal kata-kata atau nyanyian yang dindengar tanpa mengerti
artinya, umumnya anak autistic memperoleh kemampuan bahasanya dari program
televisi. 1) Menunjuk gambar, 2) Menunjuk tulisan 3) Menggunakan papan komunikasi
4) Menggunakan simbol-simbol, 5) Menggunakan ekspresi wajah, 5 cara tersebut
merupakan cara-cara anak ASD untuk berkomunikasi seperti pemaparan di bawh ini
Phisycal manipulation , Re-enctment: melakukan sebagian dari/ seluruh rangkaian
perilaku yang berhubungan dengan tujuan, misalnya anak memegang perut yangb erarti
anak ingin makan. Pointing: menunjuk pada sesuatu yang diinginkannya, Multipointing:
menunjuk beberapa kali dalam satu rangkaian, untuk mengemukakan satu pesan
Selain itu hal serupa dapat ditampakan dengan metode Pecs.
Pecs adalah bentuk augmentative komunikasi yang dikembangkan untuk membantu
anak-anak dengan autism berkomunikasi namun telah terbukti berhasil jadi yang
sekarang digunakan untuk anak-anak dan orang dewasa dengan berbagai kesulitan
komunikasi.
Bayangkan sangat haus tetapi tidak dapat berkomunikasi Anda perlu untuk segelas air.
Inilah yang disediakan oleh anak dengan autism yang memiliki pengalaman kesulitan
komunikasi sehari-hari. Banyak anak-anak dengan autism adalah fungsional
nonverbal.Ini berarti bahwa mereka tidak berbicara pada semua atau jika mereka lakukan
mereka berbicara kata-kata tidak menyampaikan pesan yang spesifik yang dapat dengan
mudah dipahami oleh orang lain.
Pecs menggunakan anak-anak akan diajarkan untuk pertama bagaimana pendekatan dan
perebutan perhatian orang lain. Biasanya mengembangkan anak-anak untuk belajar
bagaimana melakukan hal ini pada mereka sendiri sementara anak-anak dengan autism
perlu disembuhkan. Keterampilan ini dapat diajarkan dengan menggunakan reinforcers.
Seorang anak yang diberikan setiap kali dia pendekatan seseorang sehingga dia akan
mulai mendekati lain di sendiri untuk mendapatkan pahala-Nya.
Setelah anak telah belajar bagaimana cara pendekatan lain ia akan diajarkan bagaimana
menggunakan gambar untuk berkomunikasi kebutuhan itu. Misalnya, ketika ia memberi
seseorang yang dia gambar mainan favorit dia akan diberikan kepada mainan. Jika ia
memberi orang tuanya gambar dari kotak jus, ia akan diberikan kepada kotak jus. Anak
segera mendapatkan informasi bahwa bentuk komunikasi ini jauh lebih efektif
dibandingkan menangis atau memiliki luapan kemarahan.
. Orang tua dapat mendorong ekspresi verbal dengan menyebutkan nama dari obyek
dalam gambar yang mereka memberikan anak mereka. Dengan cara ini anak belajar
setiap objek yang memiliki nama tertentu dengan suara yang berkaitan dengan hal itu.
Problem komunikasi yang menonjol pada anak-anak autistik ini, dalam menggunakan
bahasa ekspresif dan reseptif. anak cnderung kurang pemahaman pada pesan yang
didengar, dan lebih memahami informasi melalui penglihatan. Anak-anak autistik
cenderung lebih mudah memahami apa yang mereka lihat dan pegang,
Tidak hanya dengan kata-kata, tetapi ditambah dengan menunjuk /isyarat dsb. Cara
seperti ini dapat lebih memfokuskan atensi anak pada objek pembicaraan.
Anak autistic lebih suka menyendiri. terkadang berperilaku pasif, dan berperilaku aktif.
Perilaku suka menyendiri atau a loofness and social withdrawal bagi kebanyakan anak
dengan sindrom autism usia muda dimaksudkan bahwa yang bersangkutan jarang
melkukan pendekatan social secara spontan, kecuali yang bersangkutan “ada maunya”
atau sedang memerlukan suatu bantuan dari orang lain. Namun anehnya, ia selalu
menolak jika ada upaya-upaya pendekatan atau bantuan dari orang-orang yang ada di
sekelilingnya.
Perilaku yang sering nampak antara lain: bila ia dipanggil namanya tetapi ia tidak pernah
menyahut, , tidak adanya ekspresi wajah atau terlihat bahwa wajahnya tidak
menunjukkan adanya ekspresi tertentu, tidak pernah mendengarkan apabila ada orang
yang berbicara dengannnya tidak pernah melihat wajah seseorang secara langsung, ia
akan menarik tangannya bila anda menyentuh tangannya,
Berperilaku pasif, diartikan bahwa anak dengan sindrom autism tidak pernah melakukan
suatu inisiatif untuk berupaya melakukan hubungan dengan orang di sekitarnya. Pada
prilaku aktif tapi aneh, diartikan bahwa yang bersangkutan baru mau melakukan respon
jika seseorang melakukan hubungan yang sesuai dengan “keberadaannya” dan mampu
melakukan interaksi dengannya. Hal ini terjadi disebabkan anak penyandang autism
mempunyai hendaya atu disorder pada beberapa bagian bukan pada satu bagian (Alloy,
L. B., 2005: 494 dalam Delphie, B. 2007: 20)
Anak autistic tidak melakukan kontak mata dengan orang lain atau menghindari tatapan
muka atau mata dengan orang lain. Tidak tertarik untuk bermain bersama dengan teman,
baik yang sebaya maupn lebih tua dari umurnya. Bila diajak bermain, anak auitistik itu
tidak mau dan menjauh. Anak kauitistik tidak bermain sesuai fungsi mainan.
Anak auitistik sangat lekat dengan benda-benda tertentut yang dipegang terus dan dibawa
kemana-mana Anak auitistik senang terhadap benda-benda yang berputar.. Adanya suatu
kelekatan pada rutinitas atau ritual yang tidak berguna, misalnya kalau mau tidur harus
cuci kaki dahulu, sikat gigi, dll. Bila ada aktivitas yang terlewatkan atau terbalik
urutannya, maka anak autistic akan sangat terganggu dan menangis bahkan berteriak-
teriak minta di ulang.
Adanya suatu preokupasi yang snagat terbatas pada suatu pola prilaku yang tidak normal,
misalnya duduk di pojok sambil menghamburkan pasir, selain itu munculnya preokupasi
dengan bagian benda/ mainan tertentu yang tak berguna seperti roda sepeda yang
diputar-putar, benda dengan bentuk dan rabaan yang terus diraba-ravanya atau suara-
suara tertentu . adanya gerakan-gerakan motorik aneh yang duiulang-ulang seperti
menggoyang-goyangkan badan, geleng-geleng kepala,dsb.
Anak autistik tidak peka tehadap sentuhan,seperti tidak suka dipeluk. Anak auitistik
memperlihatkan perilaku stimulasi diri atau merangsang diri sendiri seperti bergoyang-
goyang, mengepakkan tangan seperti burung. Anak autistik duduk bengong dengan
tatapan kosong.
Anak auitistik bila mendengar suara keras langsung menutup telinga. Tidak peka
terhadap rasa sakit.
BAB 3
FAKTOR PENYEBAB AUTISM
beberapa dugaan yang menyebabkan autisme sebagai berikut:
1. Gangguan susunan saraf pusat
Ditemukan juga kelainan neuroanatomi (anatomi susunan syaraf pusat) banyak
anak autisme mengalami pengecilan otak kecil terutama labus VI-VII. Seharusnya
di labus VI-VII banyak terdapat sel purkinje, namun pada anak autistik sel
purkinje sangat kurang. Akibatnya produksi serotonin kurang menyebabkan
kacaunya proses penyaluran informasi antar otak.
Selain itu ditemukan kelainan struktur pada pusat emosi di dalam otak sehingga
emosi anak autistik sering terganggu. Penemuan ini membantu dokter
menentukan obat yang tepat. Obat-obatan yang dipakai adalah dari jenis
psikotropika yang bekerja pada susunan syaraf pusat, hasilnya menggembirakan
karena beberapa anak tertolong dengan obat-obatan ini sehingga pelaksanaan
terapi lainnya lebih mudah.
2. Penelitian genetik tentang anak kembar membuktikan faktor genetik berperan
penting. Bila salah satu anak menunjukkan gejala spectrum autism maka
kembarannya punya resiko yang tinggi memiliki gangguan yang sama. Saudara
kandung dari anak tersebut punya kecenderungan yang lain, misalnya masalah
tingkah laku dan kesulitan belajar.
3. Trauma prenatal, natal, postnatal
Kelahiran prematur, berat badan turun pada masa kehamilan, kekurangan oksigen
ke otak pada saat kehamilan dan proses kelahiran juga berpengaruh dalam banyak
kasus.
4. Gangguan sistem pencernaan
Ada hubungan antara gangguan pencernaan dengan gejala autism. Beberapa
penderita kekurangan enzim sekretin dan setelah diberi suntikan sekretin anak
mengalami perbaikan pencernaan dan terapi lain berkembang lebih baik. Kasus
ini memicu penelitian-penelitian yang mengarah pada gangguan metabolisme
pencernaan.
5. Racun dan logam berat dari lingkungan
Faktor lingkungan diduga keras berperan dalam munculnya gangguan autism,
berbagai racun yang berasal dari pestisida, polusi udara dapat mempengaruhi
kesehatan janin, hasil tes darah dari sejumlah anak autistic menunjukkan kadar
logam berat (mercuri, timbal, timah) lebih tinggi dari pada anak biasa. Tapi asal
muasal logam berat dalam tubuh masih menjadi pertanyaan, apakah sudah ada
sejak bayi lahir atau karena terpapar dari lingkungan.
BAB 4
PENDIDIKAN ANAK AUTISTIK
Pembinaan pendidikan untuk anak autistic mengacu pada pendidikan multidisipliner
program pendidikan tersebut harus memfokuskan pada kemampuan yang dimuiliki anak
seperti melalui IEP (Individual Education Program).
Selain itu terdapat pula empat program intervensi dini bagi anak autistic yaitu:
1. Discrete Trial Training (DTT), dari Lovaas dkk, 1987.
Program DTT adalah program individu yang berdasarkan kekurangan pada
anak (child’s deficits), tatapi program intervensinya mengikuti suatu bentuk
kurikulum standar. Program ini mengikuti standarisasi program Lovaas, orang tua
diminta menyediakan 10 jam dari 40 jam terapi setiap minggunya dan orangtua
dilatih dalam melakukan prosedur terapi. DTT dilakukan di rumah. Discrete Trial
Training dari Lovaas merupakan produk dari Lovaas dkk Dalam teknisnya, DTT
terdiri dari 4
bagian yaitu 1) stimulus dari guru, 2) respon anak
3) konsekwensi, 4) istirahat sejenak dilanjutkan dengan perintah.
pada Young Autistik Project di UCLA USA, Program Lovaas (Program DTT)
didasari oleh model perilaku kondisioning operant (Operant Conditioning) dari
program intensive DTT. Metode Applied Behavioral Analysis (ABA), merupakan
implementasi dan evaluasi dari berbagai prinsip serta teknik yang membentuk teori
pembelajaran perilaku (behavioral learning). Teori pembelajaran perilaku
(behavioral learning) didasari oleh 3 hal 1) perilaku secara konseptual meliputi 3
unsur (antecedents/perilaku yang lalu, perilaku, dan konsekwensi), 2) Stimulus
antecendent dan konsekwensi sebelumnya akan berefek pada reaksi perilaku yang
muncul, 3) Efektifitas pengajaran berkaitan dengan kontrol terhadap antecenden
dan konsekwensi dengan memberikan dorongan
positif untuk merubah perilaku, sehingga perilaku yang positif dapat dipertahankan
dan perilaku negatif yang dikurangi .
2. Learning Experience an Alternative Program for Preshoolers and Parents
(LEAP), dari Strain dan Cordisco, 1994.
LEAP dilakukan di lingkungan sekolah dengan dukungan konsultatif dan
bantuan untuk program di rumah. Para orang tua ikut serta secara aktif dalam
program terapi, tetapi tidak diminta untuk melakukan intervensi one-on-one
untuk anak-anaknya. LEAP didasari kelemahaannya (deficits). Semua
program menekankan pentingnya program intensif, namun besar waktu
intervensi berkisar antara 15 sampai 40 jam per minggu. Program intervensi
LEAP (Learning Experience and Alternative Program for preschooler and
parents) ini menggabungkan pendekatan yang disebut Developmentally
Appropriate Practice (DAP) dan tehnik ABA dalam sebuah program inklusi
dimana teori pembelajarannya digabungkan untuk membentuk sebuah
kerangka konsep. Metode ini menerima berbagai kelebihan dan kekurangan
pada anak austistik. Masalah utama dari teori dan implementasi yang
mendasari program ini adalah perkembangan sosial anak autistik itu sendiri.
Oleh sebab itu penerapan teorinya memusatkan pada diri dari kekurangan
pusat sosialisasinya.
Model LEAP menggunakan teknik pengajaran reinforcemen dan kontrol
stimulus yang didasari oleh prinsip 1) Semua anak dapat keuntungan dari
lingkungan yang terpadu, 2) anak autistik semakin membaik jika intervensi
berlangsung konsisten baik di rumah, sekolah, maupun masyarakat
3) keberhasilan anak autistik akan semakin besar jika orang tua dan guru
bekerja bersama-sama, 4) anak autistik bisa saling belajar dari teman-teman
sebaya
mereka, 5) intervensi haruslah terancang, sistematis, individual, 6) anak-anak
yang memiliki kebutuhan khusus dan yang normal akan mendapat keuntungan
dari kegiatan yang mencerminkan.konsep DAP berdasarkan teori perilaku,
prinsip DAP dan inklusi.
3. Floor Time, dari Greenspan dan Wider, 1998.
Pada Floor Time orang tua juga dilatih selaku terapis, dan program
didasari kekurangan anak itu sendiri. Program layanan Floor Time ini
melibatkan orang tua orang tua yang dilatih selaku terapis, dan program
didasari kekurangan anak itu sendiri. Floor Time dilakukan terutama di
rumah. Program Floor Time berdasarkan pada teori perkembangan
interaktif(Greenspan&Wieder1997).
Hubungan pengaruh dan interaksi merupakan komponen utama dalam
metode ini. Greenspan dkk mengembangkan suatu pendekatan perkembangan
untukintervensi anak autistik yang mempunyai kesulitan besar dalam
menciptakan suatu hubungan dengan orang lain (relationship),
berkomunikasi, dan tehnik intervensi interaktif yang sistematik.. Konsep dasar
program ini diantaranya 1) pentingnya relationship, 2) enam acuan (milestone)
sosial yang spesifik 3) teori hipotetikal tentang anak autistik.
4. Treatment and Education of Autistic dan related Communication handicapped
Children (TEACCH), dari Mesibov, 1996.
TEACCH didasari pada kelebihan anak (strength), TEACCH (Treatment
and Education of Autistic and Related Communication Handicapped
Children) merupakan program nasional di North Carolina USA, yang
melayani anak autistik. Program TEACCH menyediakan pelayanan yang
berkesinambungan untuk individu, keluarga dan lembaga pelayanan untuk
anak autistic. Penanganan anak autistiknya meliputi pendiagnosaan,
terapi/treatment, konsultasi, kerjasama dengan masyarakat sekitar, tunjangan
hidup dan tenaga kerja, dan berbagai pelayanan lainnya untuk memenuhi
kebutuhan keluarga yang spesifik. Para terapis TEACCH harus memiliki
pengetahuan dalam berbagai bidang termasuk speech pathology, lembaga
kemasyarakatan, intervensi dini, pendidikan luarbiasa dan psikologi.
Intervensi dini pada TEACCH dan program LEAP dilakukan di
lingkungan sekolah dengan dukungan konsultatif dan bantuan untuk program
dirumah. TEACCH didasari kelebihan anak (strength), sedangkan LEAP
didasari kelemahaannya (deficits). Semua program menekankan pentingnya
program intensif, namun besar waktu intervensi berkisar antara 15 sampai 40
Para orangrua ikut serta secara aktif dalam program terapi, tetapi tidak diminta
untuk melakukan intervensi one-on-one untuk anak-anaknya. jam per minggu.
Selain layanan pendidikan si atas terdapat pula layanan pendidikan lanjutan yang
berupa
1) Kelas transisi,
kelas ini ditujukan pada anak autistik yang telah diterapi secara terpadu terstruktur dan
bertujuan membantu anak autistik dalam mepersiapkan transisi ke bentuk layanan
pendidikan lanjutan, kelas transisi akan menggali dan mengembangkan kemampuan,
potensi dan minat anak autistik sehingga dengan adanya kelas transisi tersebut akna
mengetahui kemampuan dan kelemahan serta karakteristik spesifik anak autistik.
Kelas transisi merupakan titik acuan dalam pemilihan bentuk pendidikan yang
programnya sesuai dengan kemampuan anak autistik. Kelas transisi dapat pula
merupakan kelas persiapan dan pengenalan untuk pengajaran dengan menggunakan
acuan kurikulum SD yang berlaku yang telah dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan anak
autistik.
Prasyarat umum anak autistik yang diperbolehkan masuk kualifikasi ke kelas
transisi antara lain, a) anak autistik sudah pernah menjalani pernah menjalani terapi
intervensi dini, b) karakteristik anak mendistraksi teman lain danterdistraksi oleh adanya
teman lain (bisa belajar secara kasikal), c) diperlukan guru terlatih dan terapis, sesuai
dengan keperluan anak didik (terapis perilaku, terapis bicara, terapis okupasi dsb), d)
kurikulum masing-masing anak dibuat melalui pengkajian oleh satu team dari berbagai
bidang ilmu (psikolog, pedagogik, speech pathologist, terapis, guru dan orang tua).
Walaupun anak sudah patuh dan dapat berkonsentrasi pada saat terapi, tetapi di kelas
transisi anak masih memerlukan waktu penyesuaian untuk dapat mengikuti tatacara
pengajaran yang berbeda dengan pada saat terapi.
Anak austistik biasa ditangani dengan guru khusus sendirian, dan perlu belajar
mengenal serta mengikuti peraturan di sekolahnya, berinteraksi/bersosialisasi dengan
teman sebayanya dan harus mengerti instruksi guru dengan cepat.
2) Program pendidikan inklusi ,
program ini dilaksanakan pada sekolah regular yang menerima ABK termasuk anak
autistik anak autistik yang mengikuti program-program ini adalah anak autistik yang
dikatakan sudah mampu mengendalikan perilakunya sehingga tampak berperilaku
normal, berkomunikasi dan berbicara walaupun kurang komunikatif.
Untuk mensukseskan program pelayanan pendidikan anak autistik, maka anak
autistik akan lebih baik jika didampingi oleh seorang guru pembimbing khusus atau guru
pendamping. Guru pembimbing khusus adalah ortopedagog (tenaga ahli PLB) yang
bertugas sebagai a) konsultan dalam menangani anak autistik maupun anak ABK, b) Ikut
serta dalam merencanakan program pembelajaran, c) memonitor pelaksanaan program
pembelajaran, d) mengevaluasi pelaksana program pembelajaran. Sedangkan guru
pendamping adalah seorang yang dapat membantu guru kelas dalam mendampingi anak
autistik pada saat diperlukan, sehingga proses pengajaran dapat berjalan lancar tanpa
gangguan.
Tugas seorang guru pendamping adalah a) menjembatani instruksi antara guru
dan anak, b)mengendalikan perilaku anak di kelas, c) membantu anak untuk tetap
berkonsentrasi, d) membantu anak belajar bermain/berinteraksi dengan teman-temannya,
e) menjadi media informasi antara guru dan orangtua dalam membantu anak mengejar
ketinggalan dari pelajaran dikelasnya.
3) Program pendidikan terpadu
autistik seperti ini memerlukan penanganan secara intensif dari teman-teman sekelasnya.
Program ini ditujukan untuk anak autistik yang telah diterapi secara terpadu dan
terstruktur, dan merupakan kelas persiapan dan pengenalan akan pengajaran dengan
kurikulum sekolah biasa, tetapi melalui tata cara pengajaran untuk anak autistik ( kelas
kecil dengan jumlah guru besar, dengan alat visual/gambar/kartu, instruksi yang jelas,
padat dan konsisten,
dsb). Dalam hal ini secara teknis pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dalam
pendidikan terpadu memerlukan kelas khusus yang hanya akan digunakan oleh anak
autistik. Jika anak tersebut memerlukan bantuan dari guru pembimbing khusus atau guru
pendamping, untuk pelajaran tertentu yang tidak dimengertinya. Jadi tidak selamanya
anak tersebut berada dikelas khusus. Anak masih dapat ikut serta dalam kegiatan sekolah
seperti saat upacara, kegiatan olah raga dan kesenian, karya wisata dsb.
Program ini akan berhasil bila, anak menggunakan IEP/ program pendidikan
individu sesuai dengan kemampuannya, dan juga program one by one.
4) Sekolah khusus anak autistik ,
diperuntukkan bagi anak autistik yang tidak memungkinkan mengikuti pendidikan dan
pengajaran di sekolah regular (terpadu dan inklusi) karena anak autistik ini adalah sangat
sulit untuk dapat berkonsentrasi dengan adanya ditraksi disekeliling mereka.
program ini anak autistik diberi pendidikan dan pengajaran yang difokuskan
dalam program fungsional, misalnya program bina diri (ADL), bakat dan minat, yang
sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh anak autistik.
Beberapa anak autistik kelompok savant memperlihatkan potensi yang sangat baik dalam
bidang tertentu misalnya olah raga, musik, melukis, computer, matematika, keterampilan
dsb. Anak-anak ini sebaiknya dimasukkan ke kelas khusus, sehingga potensi mereka
dapat dikembang secara maksimal. Contohnya kelas keterampilan, kelas pengembangan
olahraga, kelas musik, kelas seni lukis, kelas komputer, dll.
Contoh program pendidikan di sekolah khusus autistik , terdiri dari program dasar
(kemampuan kognitif, bahasa, sensomotorik, kemandirian, sosialisasi, seni dan bekerja),
keterampilan (melukis, memasak, menjahit, sablon, kerajinan, kayu, dsb yang
disesuaikan dengan kemampuan anak.
5) Program sekolah di rumah (home schooling programme)
biasanya diperuntukan bagi anak autistik yang dikategorikan anak autistik berat, seperti
anak autistik dengan hendaya non verbal, retardasi mental. Penanganannya melalui suatu
tim yang terdiri dari orang tua, tim medis, psikolog, ortopedagog, guru, para terapis dan
pekerja social untuk merancang program pelayanan anak autistik di rumah.
Tujuan program sekolah di rumah yaitu a) untuk mengembangkan pengenalan
diri, b) untuk mengembangkan sensor motorik, c) untuk mengembangkan berbahasa
reseptif dan ekspresif, serta kemampuan sosialnya, d) untuk mengembangkan motorik
kasar dan motorik halus, e) mengembangkan kemampuan mengurus diri sendiri, f) untuk
mengembangkan emosi dan mental spiritual, g) untuk mengurangi atau menghilangkan
perilaku yang menyimpang .
Disamping itu terdapat beberapa keuntungan bagi anak autistik yang mengikuti
program ini antara lain, a) orang tua dapat memeberikan bimbingan sesuai kemampuan
dan perkembangan anak, b) orang tua setiap saat mampu memonitor kegiatan anaknya, c)
tidak harus berpergian yang dapat menimbulkan stress sehingga anak tidak akan
mengalami gangguan perilaku/tantrum. Sedangkan kelemahan dari program ini
menjadikan kemampuan anak kurang berkembang dalam bersosialisasi, dan anak kurang.
Umumnya orangtua bekerjasama dengan institusi (sekolah, pusat terapi,
konsultan pendidikan, psikolog, dsb) dalam menyusun program sekolah di rumah yang
secara cermat disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan anak, terutama
kemandirian dan program bina mandiri (ADL).
6) IEP/Individual Educational Plan and Program,
programnya didasari oleh kebutuhan dan kemampuan anak untuk mengejar
ketertinggalannya dan mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki. Pelaksanaan program
IEP ini diselenggarakan atas persetujuan orang tua, orang tua harus memiliki komitmen
terhadap IEP ikut serta dalam
kelompok kerja (Team work) yang terlibat dalam pendidikan anak autistik yang pada
akhirnya akan menciptakan sebuah evaluasi pendidikan untuk anak autistik yang
meliputi a) evaluasi proses yang berupa penilaian guru terhadap anak autistik
dalam kesehariannya. b) evaluasi bulanan yang merupakan laporan dari orang tua kepada
guru, atau sebaliknya, c) evaluasi catur wulan yang berupa laporan untuk orang tua,
berbentuk deskripsi kemampuan anak .
BAB 5
JENIS-JENIS TERAPI UTNUK ANAK AUTISTIK
Selain program pendidikan, terdapat pula program non pendidikan yang berupa
terapi penunjang yang meliputi
1) Terapi wicara
Merupkan terapi yang harus diterapkan pada anak autistik karena semua penyandang
autistik mempunyai keterlambatan bicara dan kesulitan bahasa. Untuk mendapatkan hasil
yang optimal, materi speech therapy sebaiknya dilakukan berkolaborasi denganmetode
ABA. Terapis wicara adalah profesi yang bekerja pada prinsip-prinsip di mana timbul
kesulitan berkomunikasi atau gangguan pada berbahasa dan berbicara bagi orang dewasa
maupun anak. Terapi wicara ini membantu anak melancarkan otot-otot mulut yang
membantu anak untuk berbicara lebih baik,
2) Terapi okupasi
Terapi okupasi berguna untuk melatih motorik halus anak untuk menguatkan,
memperbaiki koordinasi dan meletaih keterampilan ototnya. Dengan terapi ini anak akan
dilatih untuk membuat otot dalam tubuhnya berfungsi dengan tepat. Pada terapi okupasi
ini, terapis secara khusus menyediakan waktu dan tempat kepada anak belajar bagaimana
cara yang benar memegang benda, sebagai contoh: dalam beberapa kali terapi anak harus
dibantu memegang sendok dengan benar dan ini dilakukan terus menerus hingga anak
mampu melakukan sendiri tanpa bantuan, demikian juga benda yang lain.
3) Terapi bermain
International Association for Play Therapy (APT), sebuah asosiasi terapi bemain yang
berpusat di Amerika, mendefinisikan Terapi bermain sebagai penggunaan secara secara
sistematik dari model teoritis untuk memantapkan proses interpersonal.Terapi bermain
adalah pemanfaatan pola permainan sebagai media yang efektif dari terapis, melalui
kebebasan eksplorasi dan ekspresi diri. Bermain merupakan bagian integral dari masa
kanak-kanak, salah satu media yang paling unik dan penting untuk memfasilitasi
perkembangan ekspresi bahasa, keterampilan komunikasi, perkembangan emosi,
keterampilan social, keterampilan pengambilan keputusan, dan perkembangan kognitif
pada anak-anak (Landreh, 2001 dalam A, Galih, 2008:43). terapi bermain bagi anak
autistik menekankan pada pentingnya integrasi kelompok yang lebih banyak
memasukkan anak-anak dengan kemampuan sosial yang tinggi. Terdapat beberapa hal
prinsip yang harus dipahami terapis sebelum menerapkan terapi bermain bagi anak-anak
autistik yaitu: terapis harus belajar “bahasa” yang diekspresikan kliennya agar dapat lebih
membantu, terapi berpusat pada klien, harus disadari bahwa terapi pada populasi ini
prosesnya lama dan sangat sulit sehingga membutuhkan kesabaran yang sangat tinggi.
Apa yang kita latihkan bagi anak normal dalam waktu beberapa jam mungkin akan
memakan waktu bertahun-tahun pada anak autistik. Kondisi ini kadang membuat terapis
bosan dan putus asa,
terapis harus menghindari memandang isolasi diri anak sebagai penolakan diri dan tidak
memaksa anak untuk menjalin hubungan sampai anak betul-betul siap, terapis juga harus
betul-betul sadar bahwa meskipun anak autistik dapat mengalami kemajuan dalam terapi
yang diberikan, ketrampilan sosial dan bermain mereka mungkin tidak akan bisa betul-
betul normal.
Jika tujuan umum terapi adalah untuk membantu anak dapat memaksimalkan
potensi mereka dan memberi mereka kesempatan untuk berfungsi lebih baik dalam hidup
mereka, maka keberhasilan sekecil apapun harus dianggap sebagai kemenangan dan
harus disyukuri sepenuh hati.
Berdasarkan luasnya batasan terapi bermain maka penerapannya bagi penyandang
autisme memerlukan batasan-batasan yang lebih spesifik, disesuaikan dengan
karakteristik penyandang autisme sendiri. Pada anak autistik, terapi bermain dapat
dilakukan untuk membantu mengembangkan ketrampilan sosial, menumbuhkan
kesadaran akan keberadaan orang lain dan lingkungan sosialnya, mengembangkan
ketrampilan bicara, mengurangi perilaku stereotip, dan mengendalikan agresivitas.
Terapis perlu lebih aktif menarik anak untuk masuk dalam forum bermain dengan secara
aktif menunjukkan contoh dan menarik anak terlibat. Misalnya dengan menunjuk
masing-masing alat bermain yang ada sambil menyebutkan namanya, memberi contoh
bagaimana alat bermain itu digunakan. Terapis bermain pura-pura dengan tetap berusaha
menarik anak terlibat., anak dapat diberikan target yang lebih tinggi misalnya melatih
ketrampilan verbal (berbicara) dan ketrampilan sosial. Pada tahap ini maka pelibatan
anak dalam forum yang lebih besar, dengan melibatkana anak-anak sebaya lain mungkin
lebih membantu. Misalnya anak diajak bernyanyi bersama, dibacakan cerita bersama
anak lain, diajak berbicara, dan permainan lainnya.
Terapi bermain bagi penyandang autism dapat ditujukan untuk
meminimalkan/menghilangkan perilaku agresif, perilaku menyakiti diri sendiri, dan
menghilangkan perilaku stereotip yang tidak bermanfaat. Hal ini dapat dilakukan dengan
melatihkan gerakan-gerakan tertentu kepada anak, misalnya tepuk tangan, merentangkan
tangan, menyusun balok, bermain palu dan pasak, dan alat bermain yang lain.
4) Terapi Biomedik
Terapi bimedik merupakan penanganan secara biomedis melalui perbaikan
metabolisme tubuh serta pemberian obat-obatan oleh dokter yang berwenang, obat-
obatan dan vitamin yang dianjurkan dapat berupa vit B6, vit B15, risperidone, dll.
5) Terapi melalui makanan (diet therapy),
anak autistik dianjurkan untuk mengurangi makanan yang mengandung glutein
dan casein , Gluten adalah protein yang secara alami terdapat dalam keluarga “rumput”
seperti gandung/terigu, havermuth/oat, dan barley. Gluten memberi kekuatan dan
kekenyalan pada tepung terigu dan tepung bahan sejenis, sedangkan kasein adalah protein
susu.
Anak autistik disertai alergi makanan sering mengalami gangguan sistem imun.
Diantaranya adalah adanya gangguan beberapa tipe defisiensi sistem imun berupa
defisiensi myeloperoxidase, Severe Combined Immunodeficiency Disease (SCID),
defisiensi Ig A selektif, defisiensi komplemen C4b dan kelainan autoimun lainnya.
Adanya gangguan tersebut mengakibatkan adanya gangguan sistem imun yang berfungsi
menghancurkan jamur, virus dan bakteri. Hal ini mengakibatkan anak autistic sering
mengalami gangguan infeksi jamur (candidiasis), infeksi saluran napas dan mudah
terkena penyakit infeksi lainnya secara berulang. Makanan yang dihindari adalah :
Makanan yang mengandung gluten, yaitu semua makanan dan minuman yang dibuat dari
terigu, havermuth, dan oat misalnya roti, mie, kue-kue, cake, biscuit, kue kering, pizza,
macaroni, spageti, tepung bumbu, dan sebagainya.
Produk-produk lain seperti soda kue, baking soda, kaldu instant, saus tomat dan saus
lainnya, serta lada bubuk, mungkin juga menggunakan tepung terigu sebagai bahan
campuran. Jadi, perlu hati-hati pemakaiannya. Cermati/baca label pada kemasannya.
Makanan sumber kasein, yaitu susu dan hasil olahnya misalnya, es krim, keju, mentega,
yogurt, dan makanan yang menggunakan campuran susu.
Daging, ikan, atau ayam yang diawetkan dan diolah seperti sosis, kornet, nugget, hotdog,
sarden, daging asap, ikan asap, dan sebagainya. Tempe juga tidak dianjurkan terutama
bagi anak yang alergi terhadap jamur karena pembuatan tempe menggunakan fermentasi
ragi. Buah dan sayur yang diawetkan seperti buah dan sayur dalam kaleng.
Makanan yang dianjurkan adalah : Makanan sumber karbohidrat dipilih yang tidak
mengandung gluten, misalnya beras, singkong, ubi, talas, jagung, tepung beras, tapioca,
ararut, maizena, bihun, soun, dan sebagainya.
Makanan sumber protein dipilih yang tidak mengandung kasein, misalnya susu kedelai,
daging, dan ikan segar (tidak diawetkan), unggas, telur, udang, kerang, cumi, tahu,
kacang hijau, kacang merah, kacang tolo, kacang mede, kacang kapri dan kacang-
kacangan lainnya. Sayuran segar seperti bayam, brokoli, labu siam, labu kuning,
kangkung, tomat, wortel, timun, dan sebagainya. Buah-buahan segar seperti anggur, apel,
papaya, mangga, pisang, jambu, jeruk, semangka, dan sebagainya. Diet
anti-yeast/ragi/jamurdiberikan kepada anak dengan gangguan infeksi jamur/yeast. Seperti
telah dijelaskan sebelumnya bahwa pertumbuhan jamur erat kaitannya dengan gula, maka
makanan yang diberikan tanpa menggunakan gula, yeast, dan jamur.
Makanan yang perlu dihindari adalah : Roti, pastry, biscuit, kue-kue dan makanan sejenis
roti, yang menggunakan gula dan yeast. Semua jenis keju. Daging, ikan atau ayam olahan
seperti daging asap, sosis, hotdog, kornet, dan lain-lain. Macam-macam saus (saus tomat,
saus cabai), bumbu/rempah, mustard, monosodium glutamate, macam-macam kecap,
macam-macam acar (timun, bawang, zaitun) atau makanan yang menggunakan cuka,
mayonnaise, atau salad dressing. Semua jenis jamur segar maupun kering misalnya jamur
kuping, jamur merang, dan lain-lain. Buah yang dikeringkan misalnya kismis, aprokot,
kurma, pisang, prune, dan lain-lain. Fruit juice/sari buah yang diawetkan, minuman
beralkohol, dan semua minuman yang manis. Sisa makanan juga tidak boleh diberikan
karena jamur dapat tumbuh dengan cepat pada sisa makanan tersebut, kecuali disimpan
dalam lemari es.
Makanan tersebut dianjurkan untuk dihindari 1-2 minggu. Setelah itu, untuk mencobanya
biasanya diberikan satu per satu. Bila tidak menimbulkan gejala, berarti dapat
dikonsumsi.
Makanan yang dianjurkan adalah :Makanan sumber karbohidrat: beras, tepung beras,
kentang, ubi, singkong, jagung, dan tales. Roti atau biscuit dapat diberikan bila dibuat
dari tepaung yang bukan tepung terigu. Makanan sumber protein seperti daging, ikan,
ayam, udang dan hasil laut lain yang segar. Makanan sumber protein nabati seperti
kacang-kacangan (almod, mete, kacang kedelai, kacang hijau, kacang polong, dan
lainnya). Namun, kacang tanah tidak dianjurkan karena sering berjamur. Semua sayuran
segar terutama yang rendah karbohidrat seperti brokoli, kol, kembang kol, bit, wortel,
timun, labu siam, bayam, terong, sawi, tomat, buncis, kacang panjang, kangkung, tomat,
dan lain-lain. Buah-buahan segar dalam jumlah terbatas. Diet untuk alergi dan inteloransi
makanan Makanan yang sering menimbulkan alergi adalah ikan, udang, telur, susu,
cokelat, gandum/terigu, dan bias lebih banyak lagi. Cara mengatur makanan untuk anak
alergi dan intoleransi makanan, pertama-tama perlu diperhatikan sumber penyebabnya.
Makanan yang diduga menyebabkan gejala alergi/intoleransi harus dihindarkan.
Misalnya, jika anak alergi terhadap telur, maka semua makanan yang menggunakan telur
harus dihindarkan.
Cara mengatur makanan secara umum
1. Berikan makanan seimbang untuk menjamin agar tubuh memperoleh semua zat
gizi yang dibutuhkan untuk keperluan pertumbuhan, perbaikan sel-sel yang rusak
dan kegiatan sehari-hari.
2. Gula sebaiknya dihindari, khususnya bagi yang hiperaktif dan ada infeksi jamur.
Fruktosa dapat digunakan sebagai pengganti gula karena penyerapan fruktosa
lebih lambat disbanding gula/sukrosa.
3. Minyak untuk memasak sebaiknya menggunakan minyak sayur, minyak jagung,
minyak biji bunga matahari, minyak kacang tanah, minyak kedelai, atau minyak
olive. Bila perlu menambah konsumsi lemak, makanan dapat digoreng.
4. Cukup mengonsumsi serat, khususnya serat yang berasal dari sayuran dan buah-
buahan segar. Konsumsi sayur dan buah 3-5 porsi per hari.
5. Pilih makanan yang tidak menggunakan food additive (zat penambah rasa, zat
pewarna, zat pengawet).
6. Bila keseimbangan zat gizi tidak dapat dipenuhi, pertimbangkan pemberian
suplemen vitamin dan mineral (vitamin B6, vitmin C, seng, dan magnesium).
7. Membaca label makanan untuk mengetahui komposisi makanan secara lengkap
dan tanggal kadaluwarsanya.
8. Berikan makanan yang cukup bervariasi. Bila makanan monoton, maka anak akan
bosan.
9. Hindari junk food seperti yang saat ini banyak dijual, ganti dengan buah dan
sayuran segar.
6) Sensory Integration Therapy
Terapi ini anak autistik jika anak mengalami gangguan sensoris. Selain ituterapi SI ini
berguna untuk meningkatkan kemampuan susunan syaraf pusat , sehingga lebihj mampu
untuk memperbaiki struktur dan fungsinya.
7) Terapi Edukasi
Dengan memberinya pendidikan kognitif secara sederhana dan praktis seperti
membaca,menulis atau mengenalkan benda tertentu.
8) Terapi Musik
Terapi musik adalah penggunaan musik untuk membantu integrasi fisik, psikologis, dan
emosi individu, serta untuk treatment penyakit atau ketidakmampuan.
9) Terapi Perkembangan
Terapi ini didasari oleh adanya keadaan bahwa anak dengan autism melewatkan atau
kurang sedikit bahkan banyak sekali kemampuan bersosialisasi, Yang termasuk
perkembangan misalnya Floortime, Son-rise, dan RDI (Relationship Developmental
Intervention.
10) Terapi Medikamentosa
Terapi ini dilakukan dengan pemberian obat-obatan oleh dokter yang berwenang.
Gejala0gejala yang sebaiknya dihilangkan dengan obat adalah hiperaktivitas yang hebat,
menyakiti diri sendiri, menyakiti orang lain (agresif), merusak (destruktif), dan gangguan
tidur.
11) Terapi Visual
Individu autistic lebih mudah belajar dengan melihat (visual learner/visual thinkers). Hal
inilah yang kemudian dipakai untuk mengembangkan metode belajar komunikasi melalui
gambar-gambar. Beberapa video games bias juga dipakai untuk mengembangkan
keterampilan berkomunikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Budiman, M., Shattock, P.,dan Ariani, E. (2002). Langkah Awal Menaggulangi
Autisme Dengan Memperbaiki Metabolisme Tubuh. Jakarta : Majalah Nirmala
Delphie, B. (2006). Mengenali Anak Autistik. Bandung : Rizqi Press
Delphie, B. (2008). Pendidikan Anak Autistik (Hand-out)
Handojo, Y. (2008). Autisma. Jakarta: PT. Buana Ilmu Populer Kelompok Gramedia
Veskarisyanti, G.A (2008). 12 Terapi Autis. Yogyakarta : Penerbit Pustaka Anggrek
http://www.autisme.or.id/terapi/terapi_perilaku/)
http://www.autis.info/index.php/terapi-autisme/terapi-makanan
http://www.autism-resources.com/autismfaq-educ.html
http://www.gizi.net/makalah/download/alergi%20autisme.pdf
http://google.com//
meandmyworld.html+jenis+jenis+terapi+anak+autistik=id&client=3&ct=result/searc
%3Fq%3Dtheraphy%2on%2Autistc%26%3Did%3DG