jiwa-autis

46
KATA PENGANTAR Setiap orang tua pasti memiliki ekspektasi untuk meilikiyang sehat, aktif, dan cerdas. Namun karena beberapa faktor, impian tersebut tidak dapat diwujudkan, misalnya, karena Anak autistik adalah anak yang memiliki kerusakan saraf di otak sehingga mempengaruhi SID nya, SID ini menyebabkan

Upload: niaaseta

Post on 08-Feb-2016

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: JIWA-autis

KATA PENGANTAR

Setiap orang tua pasti memiliki ekspektasi untuk meilikiyang sehat, aktif, dan cerdas.

Namun karena beberapa faktor, impian tersebut tidak dapat diwujudkan, misalnya,

karena

Anak autistik adalah anak yang memiliki kerusakan saraf di otak sehingga mempengaruhi

SID nya, SID ini menyebabkan ketidakefisienan neurologis terhadap pemrosesan

informasi ditandai dengan ketidakmampuan otak untuk menganalisa, mengorganisir, dan

melakukan hubungan atau integrasi pesan-pesan sensorik yang menyebabkan anak tidak

Page 2: JIWA-autis

mampu melakukan respon-respon terhadap informasi-informasi yang datang melalui

panca inderanya.

Factor-faktor yang dianggap sebagai penyebab adanya symptom autism pada anak

adalah 1) ketidakberfungsian system syaraf otak, 2) factor-faktor yang berpengaruh

terhdap persfektif kognitif, dan 3) beberapa penilaian lainnya berkaitan dengan

konsekuennsi-konsekuensi terhadap dugaan adanya kerusakan-kerusakan secra fisik.

(Alloy, L.B et al. 2005 : 497 dalam Delphie, B.2007 : 5)

Page 3: JIWA-autis

BAB 2

KARAKTERISTIK ANAK AUTISTIK

Ketidakberkembangan bahasa anak autistic menyebabkan anak tidak dapat

berkomunikasi secara timbal balik. Anak autistic tidak mampu untuk memulai suatu

pembicaraan yang menyebabkan kominikasi dua arah dengan baik, sehingga anak autistic

cenderung mengoceh tanpa arti secara berualang-ulang ( stereotipik) dengan bahasa yang

tidak dapat dimengerti oleh orang lain

Anak-anak autistik menggunakan kata-kata yang tidak lazim atau tidak sesuai artinya

untuk digunakan dalam berkomunikasi secara umum. Anak autistic juga memperlihatkan

kemampuan yang tidak imajinatif dan cenderung monoton dalam bermain Ada beberapa

tingkah laku aneh/tidak biasa, berulang yang berhubungan dengan anak tidak memahami

subtansi atau esensi sebuah situasi. Contoh:

Anak terpaku secara intens.

Terpaku pada hal-hal yang tidak biasa.

Terpaku secara sensori, terpaku dengan pola atau gerakan-gerakan objek.

Rutinitas yang intens/kumulatif dan bermasalah menghadapi rutinitas.

Perlu Diperhatikan

Page 4: JIWA-autis

1. Tidak ada ciri tetap maupun pola yang sama pada setiap anak

2. Tidak ada umur tertentu gejala mulai dilihat.

3. Cirinya bervariasi contohnya, Anak A mungkin menghindari kontak mata, tapi

anak B menghindari tidak semua kontak mata.

4. Jika anak anda memiliki beberapa ciri yang sama bukan berarti ASD

5. Pengasuhan yang buruk bukan pencetus ASD.

6. Autisme tidak dapat dideteksi sejak lahir, ini bukan kendala biologis, tidak ada tes

darah untuk mendeteksi saat anak baru lahir

Bicara tidak dipakai untuk alat komunikasi, senang meniru atau membeo (echolalia). Bila

senang meniru, dapat menghapal kata-kata atau nyanyian yang dindengar tanpa mengerti

artinya, umumnya anak autistic memperoleh kemampuan bahasanya dari program

televisi. 1) Menunjuk gambar, 2) Menunjuk tulisan 3) Menggunakan papan komunikasi

4) Menggunakan simbol-simbol, 5) Menggunakan ekspresi wajah, 5 cara tersebut

merupakan cara-cara anak ASD untuk berkomunikasi seperti pemaparan di bawh ini

Phisycal manipulation , Re-enctment: melakukan sebagian dari/ seluruh rangkaian

perilaku yang berhubungan dengan tujuan, misalnya anak memegang perut yangb erarti

anak ingin makan. Pointing: menunjuk pada sesuatu yang diinginkannya, Multipointing:

menunjuk beberapa kali dalam satu rangkaian, untuk mengemukakan satu pesan

Selain itu hal serupa dapat ditampakan dengan metode Pecs.

Pecs adalah bentuk augmentative komunikasi yang dikembangkan untuk membantu

anak-anak dengan autism berkomunikasi namun telah terbukti berhasil jadi yang

sekarang digunakan untuk anak-anak dan orang dewasa dengan berbagai kesulitan

komunikasi.

Page 5: JIWA-autis

Bayangkan sangat haus tetapi tidak dapat berkomunikasi Anda perlu untuk segelas air.

Inilah yang disediakan oleh anak dengan autism yang memiliki pengalaman kesulitan

komunikasi sehari-hari. Banyak anak-anak dengan autism adalah fungsional

nonverbal.Ini berarti bahwa mereka tidak berbicara pada semua atau jika mereka lakukan

mereka berbicara kata-kata tidak menyampaikan pesan yang spesifik yang dapat dengan

mudah dipahami oleh orang lain.

Pecs menggunakan anak-anak akan diajarkan untuk pertama bagaimana pendekatan dan

perebutan perhatian orang lain. Biasanya mengembangkan anak-anak untuk belajar

bagaimana melakukan hal ini pada mereka sendiri sementara anak-anak dengan autism

perlu disembuhkan. Keterampilan ini dapat diajarkan dengan menggunakan reinforcers.

Seorang anak yang diberikan setiap kali dia pendekatan seseorang sehingga dia akan

mulai mendekati lain di sendiri untuk mendapatkan pahala-Nya.

Setelah anak telah belajar bagaimana cara pendekatan lain ia akan diajarkan bagaimana

menggunakan gambar untuk berkomunikasi kebutuhan itu. Misalnya, ketika ia memberi

seseorang yang dia gambar mainan favorit dia akan diberikan kepada mainan. Jika ia

memberi orang tuanya gambar dari kotak jus, ia akan diberikan kepada kotak jus. Anak

segera mendapatkan informasi bahwa bentuk komunikasi ini jauh lebih efektif

dibandingkan menangis atau memiliki luapan kemarahan.

. Orang tua dapat mendorong ekspresi verbal dengan menyebutkan nama dari obyek

dalam gambar yang mereka memberikan anak mereka. Dengan cara ini anak belajar

setiap objek yang memiliki nama tertentu dengan suara yang berkaitan dengan hal itu.

Page 6: JIWA-autis

Problem komunikasi yang menonjol pada anak-anak autistik ini, dalam menggunakan

bahasa ekspresif dan reseptif. anak cnderung kurang pemahaman pada pesan yang

didengar, dan lebih memahami informasi melalui penglihatan. Anak-anak autistik

cenderung lebih mudah memahami apa yang mereka lihat dan pegang,

Tidak hanya dengan kata-kata, tetapi ditambah dengan menunjuk /isyarat dsb. Cara

seperti ini dapat lebih memfokuskan atensi anak pada objek pembicaraan.

Anak autistic lebih suka menyendiri. terkadang berperilaku pasif, dan berperilaku aktif.

Perilaku suka menyendiri atau a loofness and social withdrawal bagi kebanyakan anak

dengan sindrom autism usia muda dimaksudkan bahwa yang bersangkutan jarang

melkukan pendekatan social secara spontan, kecuali yang bersangkutan “ada maunya”

atau sedang memerlukan suatu bantuan dari orang lain. Namun anehnya, ia selalu

menolak jika ada upaya-upaya pendekatan atau bantuan dari orang-orang yang ada di

sekelilingnya.

Perilaku yang sering nampak antara lain: bila ia dipanggil namanya tetapi ia tidak pernah

menyahut, , tidak adanya ekspresi wajah atau terlihat bahwa wajahnya tidak

menunjukkan adanya ekspresi tertentu, tidak pernah mendengarkan apabila ada orang

yang berbicara dengannnya tidak pernah melihat wajah seseorang secara langsung, ia

akan menarik tangannya bila anda menyentuh tangannya,

Berperilaku pasif, diartikan bahwa anak dengan sindrom autism tidak pernah melakukan

suatu inisiatif untuk berupaya melakukan hubungan dengan orang di sekitarnya. Pada

prilaku aktif tapi aneh, diartikan bahwa yang bersangkutan baru mau melakukan respon

jika seseorang melakukan hubungan yang sesuai dengan “keberadaannya” dan mampu

Page 7: JIWA-autis

melakukan interaksi dengannya. Hal ini terjadi disebabkan anak penyandang autism

mempunyai hendaya atu disorder pada beberapa bagian bukan pada satu bagian (Alloy,

L. B., 2005: 494 dalam Delphie, B. 2007: 20)

Anak autistic tidak melakukan kontak mata dengan orang lain atau menghindari tatapan

muka atau mata dengan orang lain. Tidak tertarik untuk bermain bersama dengan teman,

baik yang sebaya maupn lebih tua dari umurnya. Bila diajak bermain, anak auitistik itu

tidak mau dan menjauh. Anak kauitistik tidak bermain sesuai fungsi mainan.

Anak auitistik sangat lekat dengan benda-benda tertentut yang dipegang terus dan dibawa

kemana-mana Anak auitistik senang terhadap benda-benda yang berputar.. Adanya suatu

kelekatan pada rutinitas atau ritual yang tidak berguna, misalnya kalau mau tidur harus

cuci kaki dahulu, sikat gigi, dll. Bila ada aktivitas yang terlewatkan atau terbalik

urutannya, maka anak autistic akan sangat terganggu dan menangis bahkan berteriak-

teriak minta di ulang.

Adanya suatu preokupasi yang snagat terbatas pada suatu pola prilaku yang tidak normal,

misalnya duduk di pojok sambil menghamburkan pasir, selain itu munculnya preokupasi

dengan bagian benda/ mainan tertentu yang tak berguna seperti roda sepeda yang

diputar-putar, benda dengan bentuk dan rabaan yang terus diraba-ravanya atau suara-

suara tertentu . adanya gerakan-gerakan motorik aneh yang duiulang-ulang seperti

menggoyang-goyangkan badan, geleng-geleng kepala,dsb.

Anak autistik tidak peka tehadap sentuhan,seperti tidak suka dipeluk. Anak auitistik

memperlihatkan perilaku stimulasi diri atau merangsang diri sendiri seperti bergoyang-

goyang, mengepakkan tangan seperti burung. Anak autistik duduk bengong dengan

tatapan kosong.

Page 8: JIWA-autis

Anak auitistik bila mendengar suara keras langsung menutup telinga. Tidak peka

terhadap rasa sakit.

BAB 3

FAKTOR PENYEBAB AUTISM

beberapa dugaan yang menyebabkan autisme sebagai berikut:

1. Gangguan susunan saraf pusat

Ditemukan juga kelainan neuroanatomi (anatomi susunan syaraf pusat) banyak

anak autisme mengalami pengecilan otak kecil terutama labus VI-VII. Seharusnya

di labus VI-VII banyak terdapat sel purkinje, namun pada anak autistik sel

purkinje sangat kurang. Akibatnya produksi serotonin kurang menyebabkan

kacaunya proses penyaluran informasi antar otak.

Selain itu ditemukan kelainan struktur pada pusat emosi di dalam otak sehingga

emosi anak autistik sering terganggu. Penemuan ini membantu dokter

menentukan obat yang tepat. Obat-obatan yang dipakai adalah dari jenis

psikotropika yang bekerja pada susunan syaraf pusat, hasilnya menggembirakan

karena beberapa anak tertolong dengan obat-obatan ini sehingga pelaksanaan

terapi lainnya lebih mudah.

Page 9: JIWA-autis

2. Penelitian genetik tentang anak kembar membuktikan faktor genetik berperan

penting. Bila salah satu anak menunjukkan gejala spectrum autism maka

kembarannya punya resiko yang tinggi memiliki gangguan yang sama. Saudara

kandung dari anak tersebut punya kecenderungan yang lain, misalnya masalah

tingkah laku dan kesulitan belajar.

3. Trauma prenatal, natal, postnatal

Kelahiran prematur, berat badan turun pada masa kehamilan, kekurangan oksigen

ke otak pada saat kehamilan dan proses kelahiran juga berpengaruh dalam banyak

kasus.

4. Gangguan sistem pencernaan

Ada hubungan antara gangguan pencernaan dengan gejala autism. Beberapa

penderita kekurangan enzim sekretin dan setelah diberi suntikan sekretin anak

mengalami perbaikan pencernaan dan terapi lain berkembang lebih baik. Kasus

ini memicu penelitian-penelitian yang mengarah pada gangguan metabolisme

pencernaan.

5. Racun dan logam berat dari lingkungan

Faktor lingkungan diduga keras berperan dalam munculnya gangguan autism,

berbagai racun yang berasal dari pestisida, polusi udara dapat mempengaruhi

kesehatan janin, hasil tes darah dari sejumlah anak autistic menunjukkan kadar

logam berat (mercuri, timbal, timah) lebih tinggi dari pada anak biasa. Tapi asal

Page 10: JIWA-autis

muasal logam berat dalam tubuh masih menjadi pertanyaan, apakah sudah ada

sejak bayi lahir atau karena terpapar dari lingkungan.

BAB 4

PENDIDIKAN ANAK AUTISTIK

Pembinaan pendidikan untuk anak autistic mengacu pada pendidikan multidisipliner

program pendidikan tersebut harus memfokuskan pada kemampuan yang dimuiliki anak

seperti melalui IEP (Individual Education Program).

Selain itu terdapat pula empat program intervensi dini bagi anak autistic yaitu:

1. Discrete Trial Training (DTT), dari Lovaas dkk, 1987.

Program DTT adalah program individu yang berdasarkan kekurangan pada

anak (child’s deficits), tatapi program intervensinya mengikuti suatu bentuk

kurikulum standar. Program ini mengikuti standarisasi program Lovaas, orang tua

diminta menyediakan 10 jam dari 40 jam terapi setiap minggunya dan orangtua

dilatih dalam melakukan prosedur terapi. DTT dilakukan di rumah. Discrete Trial

Training dari Lovaas merupakan produk dari Lovaas dkk Dalam teknisnya, DTT

terdiri dari 4

bagian yaitu 1) stimulus dari guru, 2) respon anak

Page 11: JIWA-autis

3) konsekwensi, 4) istirahat sejenak dilanjutkan dengan perintah.

pada Young Autistik Project di UCLA USA, Program Lovaas (Program DTT)

didasari oleh model perilaku kondisioning operant (Operant Conditioning) dari

program intensive DTT. Metode Applied Behavioral Analysis (ABA), merupakan

implementasi dan evaluasi dari berbagai prinsip serta teknik yang membentuk teori

pembelajaran perilaku (behavioral learning). Teori pembelajaran perilaku

(behavioral learning) didasari oleh 3 hal 1) perilaku secara konseptual meliputi 3

unsur (antecedents/perilaku yang lalu, perilaku, dan konsekwensi), 2) Stimulus

antecendent dan konsekwensi sebelumnya akan berefek pada reaksi perilaku yang

muncul, 3) Efektifitas pengajaran berkaitan dengan kontrol terhadap antecenden

dan konsekwensi dengan memberikan dorongan

positif untuk merubah perilaku, sehingga perilaku yang positif dapat dipertahankan

dan perilaku negatif yang dikurangi .

2. Learning Experience an Alternative Program for Preshoolers and Parents

(LEAP), dari Strain dan Cordisco, 1994.

LEAP dilakukan di lingkungan sekolah dengan dukungan konsultatif dan

bantuan untuk program di rumah. Para orang tua ikut serta secara aktif dalam

program terapi, tetapi tidak diminta untuk melakukan intervensi one-on-one

untuk anak-anaknya. LEAP didasari kelemahaannya (deficits). Semua

program menekankan pentingnya program intensif, namun besar waktu

intervensi berkisar antara 15 sampai 40 jam per minggu. Program intervensi

LEAP (Learning Experience and Alternative Program for preschooler and

Page 12: JIWA-autis

parents) ini menggabungkan pendekatan yang disebut Developmentally

Appropriate Practice (DAP) dan tehnik ABA dalam sebuah program inklusi

dimana teori pembelajarannya digabungkan untuk membentuk sebuah

kerangka konsep. Metode ini menerima berbagai kelebihan dan kekurangan

pada anak austistik. Masalah utama dari teori dan implementasi yang

mendasari program ini adalah perkembangan sosial anak autistik itu sendiri.

Oleh sebab itu penerapan teorinya memusatkan pada diri dari kekurangan

pusat sosialisasinya.

Model LEAP menggunakan teknik pengajaran reinforcemen dan kontrol

stimulus yang didasari oleh prinsip 1) Semua anak dapat keuntungan dari

lingkungan yang terpadu, 2) anak autistik semakin membaik jika intervensi

berlangsung konsisten baik di rumah, sekolah, maupun masyarakat

3) keberhasilan anak autistik akan semakin besar jika orang tua dan guru

bekerja bersama-sama, 4) anak autistik bisa saling belajar dari teman-teman

sebaya

mereka, 5) intervensi haruslah terancang, sistematis, individual, 6) anak-anak

yang memiliki kebutuhan khusus dan yang normal akan mendapat keuntungan

dari kegiatan yang mencerminkan.konsep DAP berdasarkan teori perilaku,

prinsip DAP dan inklusi.

3. Floor Time, dari Greenspan dan Wider, 1998.

Pada Floor Time orang tua juga dilatih selaku terapis, dan program

didasari kekurangan anak itu sendiri. Program layanan Floor Time ini

Page 13: JIWA-autis

melibatkan orang tua orang tua yang dilatih selaku terapis, dan program

didasari kekurangan anak itu sendiri. Floor Time dilakukan terutama di

rumah. Program Floor Time berdasarkan pada teori perkembangan

interaktif(Greenspan&Wieder1997).

Hubungan pengaruh dan interaksi merupakan komponen utama dalam

metode ini. Greenspan dkk mengembangkan suatu pendekatan perkembangan

untukintervensi anak autistik yang mempunyai kesulitan besar dalam

menciptakan suatu hubungan dengan orang lain (relationship),

berkomunikasi, dan tehnik intervensi interaktif yang sistematik.. Konsep dasar

program ini diantaranya 1) pentingnya relationship, 2) enam acuan (milestone)

sosial yang spesifik 3) teori hipotetikal tentang anak autistik.

4. Treatment and Education of Autistic dan related Communication handicapped

Children (TEACCH), dari Mesibov, 1996.

TEACCH didasari pada kelebihan anak (strength), TEACCH (Treatment

and Education of Autistic and Related Communication Handicapped

Children) merupakan program nasional di North Carolina USA, yang

melayani anak autistik. Program TEACCH menyediakan pelayanan yang

berkesinambungan untuk individu, keluarga dan lembaga pelayanan untuk

anak autistic. Penanganan anak autistiknya meliputi pendiagnosaan,

terapi/treatment, konsultasi, kerjasama dengan masyarakat sekitar, tunjangan

hidup dan tenaga kerja, dan berbagai pelayanan lainnya untuk memenuhi

kebutuhan keluarga yang spesifik. Para terapis TEACCH harus memiliki

Page 14: JIWA-autis

pengetahuan dalam berbagai bidang termasuk speech pathology, lembaga

kemasyarakatan, intervensi dini, pendidikan luarbiasa dan psikologi.

Intervensi dini pada TEACCH dan program LEAP dilakukan di

lingkungan sekolah dengan dukungan konsultatif dan bantuan untuk program

dirumah. TEACCH didasari kelebihan anak (strength), sedangkan LEAP

didasari kelemahaannya (deficits). Semua program menekankan pentingnya

program intensif, namun besar waktu intervensi berkisar antara 15 sampai 40

Para orangrua ikut serta secara aktif dalam program terapi, tetapi tidak diminta

untuk melakukan intervensi one-on-one untuk anak-anaknya. jam per minggu.

Selain layanan pendidikan si atas terdapat pula layanan pendidikan lanjutan yang

berupa

1) Kelas transisi,

kelas ini ditujukan pada anak autistik yang telah diterapi secara terpadu terstruktur dan

bertujuan membantu anak autistik dalam mepersiapkan transisi ke bentuk layanan

pendidikan lanjutan, kelas transisi akan menggali dan mengembangkan kemampuan,

potensi dan minat anak autistik sehingga dengan adanya kelas transisi tersebut akna

mengetahui kemampuan dan kelemahan serta karakteristik spesifik anak autistik.

Kelas transisi merupakan titik acuan dalam pemilihan bentuk pendidikan yang

programnya sesuai dengan kemampuan anak autistik. Kelas transisi dapat pula

merupakan kelas persiapan dan pengenalan untuk pengajaran dengan menggunakan

Page 15: JIWA-autis

acuan kurikulum SD yang berlaku yang telah dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan anak

autistik.

Prasyarat umum anak autistik yang diperbolehkan masuk kualifikasi ke kelas

transisi antara lain, a) anak autistik sudah pernah menjalani pernah menjalani terapi

intervensi dini, b) karakteristik anak mendistraksi teman lain danterdistraksi oleh adanya

teman lain (bisa belajar secara kasikal), c) diperlukan guru terlatih dan terapis, sesuai

dengan keperluan anak didik (terapis perilaku, terapis bicara, terapis okupasi dsb), d)

kurikulum masing-masing anak dibuat melalui pengkajian oleh satu team dari berbagai

bidang ilmu (psikolog, pedagogik, speech pathologist, terapis, guru dan orang tua).

Walaupun anak sudah patuh dan dapat berkonsentrasi pada saat terapi, tetapi di kelas

transisi anak masih memerlukan waktu penyesuaian untuk dapat mengikuti tatacara

pengajaran yang berbeda dengan pada saat terapi.

Anak austistik biasa ditangani dengan guru khusus sendirian, dan perlu belajar

mengenal serta mengikuti peraturan di sekolahnya, berinteraksi/bersosialisasi dengan

teman sebayanya dan harus mengerti instruksi guru dengan cepat.

2) Program pendidikan inklusi ,

program ini dilaksanakan pada sekolah regular yang menerima ABK termasuk anak

autistik anak autistik yang mengikuti program-program ini adalah anak autistik yang

dikatakan sudah mampu mengendalikan perilakunya sehingga tampak berperilaku

normal, berkomunikasi dan berbicara walaupun kurang komunikatif.

Page 16: JIWA-autis

Untuk mensukseskan program pelayanan pendidikan anak autistik, maka anak

autistik akan lebih baik jika didampingi oleh seorang guru pembimbing khusus atau guru

pendamping. Guru pembimbing khusus adalah ortopedagog (tenaga ahli PLB) yang

bertugas sebagai a) konsultan dalam menangani anak autistik maupun anak ABK, b) Ikut

serta dalam merencanakan program pembelajaran, c) memonitor pelaksanaan program

pembelajaran, d) mengevaluasi pelaksana program pembelajaran. Sedangkan guru

pendamping adalah seorang yang dapat membantu guru kelas dalam mendampingi anak

autistik pada saat diperlukan, sehingga proses pengajaran dapat berjalan lancar tanpa

gangguan.

Tugas seorang guru pendamping adalah a) menjembatani instruksi antara guru

dan anak, b)mengendalikan perilaku anak di kelas, c) membantu anak untuk tetap

berkonsentrasi, d) membantu anak belajar bermain/berinteraksi dengan teman-temannya,

e) menjadi media informasi antara guru dan orangtua dalam membantu anak mengejar

ketinggalan dari pelajaran dikelasnya.

3) Program pendidikan terpadu

autistik seperti ini memerlukan penanganan secara intensif dari teman-teman sekelasnya.

Program ini ditujukan untuk anak autistik yang telah diterapi secara terpadu dan

terstruktur, dan merupakan kelas persiapan dan pengenalan akan pengajaran dengan

kurikulum sekolah biasa, tetapi melalui tata cara pengajaran untuk anak autistik ( kelas

kecil dengan jumlah guru besar, dengan alat visual/gambar/kartu, instruksi yang jelas,

padat dan konsisten,

dsb). Dalam hal ini secara teknis pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dalam

Page 17: JIWA-autis

pendidikan terpadu memerlukan kelas khusus yang hanya akan digunakan oleh anak

autistik. Jika anak tersebut memerlukan bantuan dari guru pembimbing khusus atau guru

pendamping, untuk pelajaran tertentu yang tidak dimengertinya. Jadi tidak selamanya

anak tersebut berada dikelas khusus. Anak masih dapat ikut serta dalam kegiatan sekolah

seperti saat upacara, kegiatan olah raga dan kesenian, karya wisata dsb.

Program ini akan berhasil bila, anak menggunakan IEP/ program pendidikan

individu sesuai dengan kemampuannya, dan juga program one by one.

4) Sekolah khusus anak autistik ,

diperuntukkan bagi anak autistik yang tidak memungkinkan mengikuti pendidikan dan

pengajaran di sekolah regular (terpadu dan inklusi) karena anak autistik ini adalah sangat

sulit untuk dapat berkonsentrasi dengan adanya ditraksi disekeliling mereka.

program ini anak autistik diberi pendidikan dan pengajaran yang difokuskan

dalam program fungsional, misalnya program bina diri (ADL), bakat dan minat, yang

sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh anak autistik.

Beberapa anak autistik kelompok savant memperlihatkan potensi yang sangat baik dalam

bidang tertentu misalnya olah raga, musik, melukis, computer, matematika, keterampilan

dsb. Anak-anak ini sebaiknya dimasukkan ke kelas khusus, sehingga potensi mereka

dapat dikembang secara maksimal. Contohnya kelas keterampilan, kelas pengembangan

olahraga, kelas musik, kelas seni lukis, kelas komputer, dll.

Page 18: JIWA-autis

Contoh program pendidikan di sekolah khusus autistik , terdiri dari program dasar

(kemampuan kognitif, bahasa, sensomotorik, kemandirian, sosialisasi, seni dan bekerja),

keterampilan (melukis, memasak, menjahit, sablon, kerajinan, kayu, dsb yang

disesuaikan dengan kemampuan anak.

5) Program sekolah di rumah (home schooling programme)

biasanya diperuntukan bagi anak autistik yang dikategorikan anak autistik berat, seperti

anak autistik dengan hendaya non verbal, retardasi mental. Penanganannya melalui suatu

tim yang terdiri dari orang tua, tim medis, psikolog, ortopedagog, guru, para terapis dan

pekerja social untuk merancang program pelayanan anak autistik di rumah.

Tujuan program sekolah di rumah yaitu a) untuk mengembangkan pengenalan

diri, b) untuk mengembangkan sensor motorik, c) untuk mengembangkan berbahasa

reseptif dan ekspresif, serta kemampuan sosialnya, d) untuk mengembangkan motorik

kasar dan motorik halus, e) mengembangkan kemampuan mengurus diri sendiri, f) untuk

mengembangkan emosi dan mental spiritual, g) untuk mengurangi atau menghilangkan

perilaku yang menyimpang .

Disamping itu terdapat beberapa keuntungan bagi anak autistik yang mengikuti

program ini antara lain, a) orang tua dapat memeberikan bimbingan sesuai kemampuan

dan perkembangan anak, b) orang tua setiap saat mampu memonitor kegiatan anaknya, c)

Page 19: JIWA-autis

tidak harus berpergian yang dapat menimbulkan stress sehingga anak tidak akan

mengalami gangguan perilaku/tantrum. Sedangkan kelemahan dari program ini

menjadikan kemampuan anak kurang berkembang dalam bersosialisasi, dan anak kurang.

Umumnya orangtua bekerjasama dengan institusi (sekolah, pusat terapi,

konsultan pendidikan, psikolog, dsb) dalam menyusun program sekolah di rumah yang

secara cermat disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan anak, terutama

kemandirian dan program bina mandiri (ADL).

6) IEP/Individual Educational Plan and Program,

programnya didasari oleh kebutuhan dan kemampuan anak untuk mengejar

ketertinggalannya dan mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki. Pelaksanaan program

IEP ini diselenggarakan atas persetujuan orang tua, orang tua harus memiliki komitmen

terhadap IEP ikut serta dalam

kelompok kerja (Team work) yang terlibat dalam pendidikan anak autistik yang pada

akhirnya akan menciptakan sebuah evaluasi pendidikan untuk anak autistik yang

meliputi a) evaluasi proses yang berupa penilaian guru terhadap anak autistik

dalam kesehariannya. b) evaluasi bulanan yang merupakan laporan dari orang tua kepada

guru, atau sebaliknya, c) evaluasi catur wulan yang berupa laporan untuk orang tua,

berbentuk deskripsi kemampuan anak .

Page 20: JIWA-autis

BAB 5

JENIS-JENIS TERAPI UTNUK ANAK AUTISTIK

Selain program pendidikan, terdapat pula program non pendidikan yang berupa

terapi penunjang yang meliputi

1) Terapi wicara

Merupkan terapi yang harus diterapkan pada anak autistik karena semua penyandang

autistik mempunyai keterlambatan bicara dan kesulitan bahasa. Untuk mendapatkan hasil

yang optimal, materi speech therapy sebaiknya dilakukan berkolaborasi denganmetode

ABA. Terapis wicara adalah profesi yang bekerja pada prinsip-prinsip di mana timbul

kesulitan berkomunikasi atau gangguan pada berbahasa dan berbicara bagi orang dewasa

maupun anak. Terapi wicara ini membantu anak melancarkan otot-otot mulut yang

membantu anak untuk berbicara lebih baik,

2) Terapi okupasi

Page 21: JIWA-autis

Terapi okupasi berguna untuk melatih motorik halus anak untuk menguatkan,

memperbaiki koordinasi dan meletaih keterampilan ototnya. Dengan terapi ini anak akan

dilatih untuk membuat otot dalam tubuhnya berfungsi dengan tepat. Pada terapi okupasi

ini, terapis secara khusus menyediakan waktu dan tempat kepada anak belajar bagaimana

cara yang benar memegang benda, sebagai contoh: dalam beberapa kali terapi anak harus

dibantu memegang sendok dengan benar dan ini dilakukan terus menerus hingga anak

mampu melakukan sendiri tanpa bantuan, demikian juga benda yang lain.

3) Terapi bermain

International Association for Play Therapy (APT), sebuah asosiasi terapi bemain yang

berpusat di Amerika, mendefinisikan Terapi bermain sebagai penggunaan secara secara

sistematik dari model teoritis untuk memantapkan proses interpersonal.Terapi bermain

adalah pemanfaatan pola permainan sebagai media yang efektif dari terapis, melalui

kebebasan eksplorasi dan ekspresi diri. Bermain merupakan bagian integral dari masa

kanak-kanak, salah satu media yang paling unik dan penting untuk memfasilitasi

perkembangan ekspresi bahasa, keterampilan komunikasi, perkembangan emosi,

keterampilan social, keterampilan pengambilan keputusan, dan perkembangan kognitif

pada anak-anak (Landreh, 2001 dalam A, Galih, 2008:43). terapi bermain bagi anak

autistik menekankan pada pentingnya integrasi kelompok yang lebih banyak

memasukkan anak-anak dengan kemampuan sosial yang tinggi. Terdapat beberapa hal

prinsip yang harus dipahami terapis sebelum menerapkan terapi bermain bagi anak-anak

autistik yaitu: terapis harus belajar “bahasa” yang diekspresikan kliennya agar dapat lebih

Page 22: JIWA-autis

membantu, terapi berpusat pada klien, harus disadari bahwa terapi pada populasi ini

prosesnya lama dan sangat sulit sehingga membutuhkan kesabaran yang sangat tinggi.

Apa yang kita latihkan bagi anak normal dalam waktu beberapa jam mungkin akan

memakan waktu bertahun-tahun pada anak autistik. Kondisi ini kadang membuat terapis

bosan dan putus asa,

terapis harus menghindari memandang isolasi diri anak sebagai penolakan diri dan tidak

memaksa anak untuk menjalin hubungan sampai anak betul-betul siap, terapis juga harus

betul-betul sadar bahwa meskipun anak autistik dapat mengalami kemajuan dalam terapi

yang diberikan, ketrampilan sosial dan bermain mereka mungkin tidak akan bisa betul-

betul normal.

Jika tujuan umum terapi adalah untuk membantu anak dapat memaksimalkan

potensi mereka dan memberi mereka kesempatan untuk berfungsi lebih baik dalam hidup

mereka, maka keberhasilan sekecil apapun harus dianggap sebagai kemenangan dan

harus disyukuri sepenuh hati.

Berdasarkan luasnya batasan terapi bermain maka penerapannya bagi penyandang

autisme memerlukan batasan-batasan yang lebih spesifik, disesuaikan dengan

karakteristik penyandang autisme sendiri. Pada anak autistik, terapi bermain dapat

dilakukan untuk membantu mengembangkan ketrampilan sosial, menumbuhkan

kesadaran akan keberadaan orang lain dan lingkungan sosialnya, mengembangkan

ketrampilan bicara, mengurangi perilaku stereotip, dan mengendalikan agresivitas.

Terapis perlu lebih aktif menarik anak untuk masuk dalam forum bermain dengan secara

aktif menunjukkan contoh dan menarik anak terlibat. Misalnya dengan menunjuk

Page 23: JIWA-autis

masing-masing alat bermain yang ada sambil menyebutkan namanya, memberi contoh

bagaimana alat bermain itu digunakan. Terapis bermain pura-pura dengan tetap berusaha

menarik anak terlibat., anak dapat diberikan target yang lebih tinggi misalnya melatih

ketrampilan verbal (berbicara) dan ketrampilan sosial. Pada tahap ini maka pelibatan

anak dalam forum yang lebih besar, dengan melibatkana anak-anak sebaya lain mungkin

lebih membantu. Misalnya anak diajak bernyanyi bersama, dibacakan cerita bersama

anak lain, diajak berbicara, dan permainan lainnya.

Terapi bermain bagi penyandang autism dapat ditujukan untuk

meminimalkan/menghilangkan perilaku agresif, perilaku menyakiti diri sendiri, dan

menghilangkan perilaku stereotip yang tidak bermanfaat. Hal ini dapat dilakukan dengan

melatihkan gerakan-gerakan tertentu kepada anak, misalnya tepuk tangan, merentangkan

tangan, menyusun balok, bermain palu dan pasak, dan alat bermain yang lain.

4) Terapi Biomedik

Terapi bimedik merupakan penanganan secara biomedis melalui perbaikan

metabolisme tubuh serta pemberian obat-obatan oleh dokter yang berwenang, obat-

obatan dan vitamin yang dianjurkan dapat berupa vit B6, vit B15, risperidone, dll.

5) Terapi melalui makanan (diet therapy),

anak autistik dianjurkan untuk mengurangi makanan yang mengandung glutein

dan casein , Gluten adalah protein yang secara alami terdapat dalam keluarga “rumput”

seperti gandung/terigu, havermuth/oat, dan barley. Gluten memberi kekuatan dan

Page 24: JIWA-autis

kekenyalan pada tepung terigu dan tepung bahan sejenis, sedangkan kasein adalah protein

susu.

Anak autistik disertai alergi makanan sering mengalami gangguan sistem imun.

Diantaranya adalah adanya gangguan beberapa tipe defisiensi sistem imun berupa

defisiensi myeloperoxidase, Severe Combined Immunodeficiency Disease (SCID),

defisiensi Ig A selektif, defisiensi komplemen C4b dan kelainan autoimun lainnya.

Adanya gangguan tersebut mengakibatkan adanya gangguan sistem imun yang berfungsi

menghancurkan jamur, virus dan bakteri. Hal ini mengakibatkan anak autistic sering

mengalami gangguan infeksi jamur (candidiasis), infeksi saluran napas dan mudah

terkena penyakit infeksi lainnya secara berulang. Makanan yang dihindari adalah :

Makanan yang mengandung gluten, yaitu semua makanan dan minuman yang dibuat dari

terigu, havermuth, dan oat misalnya roti, mie, kue-kue, cake, biscuit, kue kering, pizza,

macaroni, spageti, tepung bumbu, dan sebagainya.

Produk-produk lain seperti soda kue, baking soda, kaldu instant, saus tomat dan saus

lainnya, serta lada bubuk, mungkin juga menggunakan tepung terigu sebagai bahan

campuran. Jadi, perlu hati-hati pemakaiannya. Cermati/baca label pada kemasannya.

Makanan sumber kasein, yaitu susu dan hasil olahnya misalnya, es krim, keju, mentega,

yogurt, dan makanan yang menggunakan campuran susu.

Daging, ikan, atau ayam yang diawetkan dan diolah seperti sosis, kornet, nugget, hotdog,

sarden, daging asap, ikan asap, dan sebagainya. Tempe juga tidak dianjurkan terutama

Page 25: JIWA-autis

bagi anak yang alergi terhadap jamur karena pembuatan tempe menggunakan fermentasi

ragi. Buah dan sayur yang diawetkan seperti buah dan sayur dalam kaleng.

Makanan yang dianjurkan adalah : Makanan sumber karbohidrat dipilih yang tidak

mengandung gluten, misalnya beras, singkong, ubi, talas, jagung, tepung beras, tapioca,

ararut, maizena, bihun, soun, dan sebagainya.

Makanan sumber protein dipilih yang tidak mengandung kasein, misalnya susu kedelai,

daging, dan ikan segar (tidak diawetkan), unggas, telur, udang, kerang, cumi, tahu,

kacang hijau, kacang merah, kacang tolo, kacang mede, kacang kapri dan kacang-

kacangan lainnya. Sayuran segar seperti bayam, brokoli, labu siam, labu kuning,

kangkung, tomat, wortel, timun, dan sebagainya. Buah-buahan segar seperti anggur, apel,

papaya, mangga, pisang, jambu, jeruk, semangka, dan sebagainya. Diet

anti-yeast/ragi/jamurdiberikan kepada anak dengan gangguan infeksi jamur/yeast. Seperti

telah dijelaskan sebelumnya bahwa pertumbuhan jamur erat kaitannya dengan gula, maka

makanan yang diberikan tanpa menggunakan gula, yeast, dan jamur.

Makanan yang perlu dihindari adalah : Roti, pastry, biscuit, kue-kue dan makanan sejenis

roti, yang menggunakan gula dan yeast. Semua jenis keju. Daging, ikan atau ayam olahan

seperti daging asap, sosis, hotdog, kornet, dan lain-lain. Macam-macam saus (saus tomat,

saus cabai), bumbu/rempah, mustard, monosodium glutamate, macam-macam kecap,

macam-macam acar (timun, bawang, zaitun) atau makanan yang menggunakan cuka,

mayonnaise, atau salad dressing. Semua jenis jamur segar maupun kering misalnya jamur

kuping, jamur merang, dan lain-lain. Buah yang dikeringkan misalnya kismis, aprokot,

kurma, pisang, prune, dan lain-lain. Fruit juice/sari buah yang diawetkan, minuman

Page 26: JIWA-autis

beralkohol, dan semua minuman yang manis. Sisa makanan juga tidak boleh diberikan

karena jamur dapat tumbuh dengan cepat pada sisa makanan tersebut, kecuali disimpan

dalam lemari es.

Makanan tersebut dianjurkan untuk dihindari 1-2 minggu. Setelah itu, untuk mencobanya

biasanya diberikan satu per satu. Bila tidak menimbulkan gejala, berarti dapat

dikonsumsi.

Makanan yang dianjurkan adalah :Makanan sumber karbohidrat: beras, tepung beras,

kentang, ubi, singkong, jagung, dan tales. Roti atau biscuit dapat diberikan bila dibuat

dari tepaung yang bukan tepung terigu. Makanan sumber protein seperti daging, ikan,

ayam, udang dan hasil laut lain yang segar. Makanan sumber protein nabati seperti

kacang-kacangan (almod, mete, kacang kedelai, kacang hijau, kacang polong, dan

lainnya). Namun, kacang tanah tidak dianjurkan karena sering berjamur. Semua sayuran

segar terutama yang rendah karbohidrat seperti brokoli, kol, kembang kol, bit, wortel,

timun, labu siam, bayam, terong, sawi, tomat, buncis, kacang panjang, kangkung, tomat,

dan lain-lain. Buah-buahan segar dalam jumlah terbatas. Diet untuk alergi dan inteloransi

makanan Makanan yang sering menimbulkan alergi adalah ikan, udang, telur, susu,

cokelat, gandum/terigu, dan bias lebih banyak lagi. Cara mengatur makanan untuk anak

alergi dan intoleransi makanan, pertama-tama perlu diperhatikan sumber penyebabnya.

Makanan yang diduga menyebabkan gejala alergi/intoleransi harus dihindarkan.

Misalnya, jika anak alergi terhadap telur, maka semua makanan yang menggunakan telur

harus dihindarkan.

Cara mengatur makanan secara umum

Page 27: JIWA-autis

1. Berikan makanan seimbang untuk menjamin agar tubuh memperoleh semua zat

gizi yang dibutuhkan untuk keperluan pertumbuhan, perbaikan sel-sel yang rusak

dan kegiatan sehari-hari.

2. Gula sebaiknya dihindari, khususnya bagi yang hiperaktif dan ada infeksi jamur.

Fruktosa dapat digunakan sebagai pengganti gula karena penyerapan fruktosa

lebih lambat disbanding gula/sukrosa.

3. Minyak untuk memasak sebaiknya menggunakan minyak sayur, minyak jagung,

minyak biji bunga matahari, minyak kacang tanah, minyak kedelai, atau minyak

olive. Bila perlu menambah konsumsi lemak, makanan dapat digoreng.

4. Cukup mengonsumsi serat, khususnya serat yang berasal dari sayuran dan buah-

buahan segar. Konsumsi sayur dan buah 3-5 porsi per hari.

5. Pilih makanan yang tidak menggunakan food additive (zat penambah rasa, zat

pewarna, zat pengawet).

6. Bila keseimbangan zat gizi tidak dapat dipenuhi, pertimbangkan pemberian

suplemen vitamin dan mineral (vitamin B6, vitmin C, seng, dan magnesium).

7. Membaca label makanan untuk mengetahui komposisi makanan secara lengkap

dan tanggal kadaluwarsanya.

8. Berikan makanan yang cukup bervariasi. Bila makanan monoton, maka anak akan

bosan.

9. Hindari junk food seperti yang saat ini banyak dijual, ganti dengan buah dan

sayuran segar.

6) Sensory Integration Therapy

Page 28: JIWA-autis

Terapi ini anak autistik jika anak mengalami gangguan sensoris. Selain ituterapi SI ini

berguna untuk meningkatkan kemampuan susunan syaraf pusat , sehingga lebihj mampu

untuk memperbaiki struktur dan fungsinya.

7) Terapi Edukasi

Dengan memberinya pendidikan kognitif secara sederhana dan praktis seperti

membaca,menulis atau mengenalkan benda tertentu.

8) Terapi Musik

Terapi musik adalah penggunaan musik untuk membantu integrasi fisik, psikologis, dan

emosi individu, serta untuk treatment penyakit atau ketidakmampuan.

9) Terapi Perkembangan

Terapi ini didasari oleh adanya keadaan bahwa anak dengan autism melewatkan atau

kurang sedikit bahkan banyak sekali kemampuan bersosialisasi, Yang termasuk

perkembangan misalnya Floortime, Son-rise, dan RDI (Relationship Developmental

Intervention.

10) Terapi Medikamentosa

Terapi ini dilakukan dengan pemberian obat-obatan oleh dokter yang berwenang.

Gejala0gejala yang sebaiknya dihilangkan dengan obat adalah hiperaktivitas yang hebat,

Page 29: JIWA-autis

menyakiti diri sendiri, menyakiti orang lain (agresif), merusak (destruktif), dan gangguan

tidur.

11) Terapi Visual

Individu autistic lebih mudah belajar dengan melihat (visual learner/visual thinkers). Hal

inilah yang kemudian dipakai untuk mengembangkan metode belajar komunikasi melalui

gambar-gambar. Beberapa video games bias juga dipakai untuk mengembangkan

keterampilan berkomunikasi.

Page 30: JIWA-autis

DAFTAR PUSTAKA

Budiman, M., Shattock, P.,dan Ariani, E. (2002). Langkah Awal Menaggulangi

Autisme Dengan Memperbaiki Metabolisme Tubuh. Jakarta : Majalah Nirmala

Delphie, B. (2006). Mengenali Anak Autistik. Bandung : Rizqi Press

Delphie, B. (2008). Pendidikan Anak Autistik (Hand-out)

Handojo, Y. (2008). Autisma. Jakarta: PT. Buana Ilmu Populer Kelompok Gramedia

Veskarisyanti, G.A (2008). 12 Terapi Autis. Yogyakarta : Penerbit Pustaka Anggrek

http://www.autisme.or.id/terapi/terapi_perilaku/)

http://www.autis.info/index.php/terapi-autisme/terapi-makanan

http://www.autism-resources.com/autismfaq-educ.html

http://www.gizi.net/makalah/download/alergi%20autisme.pdf

http://google.com//

meandmyworld.html+jenis+jenis+terapi+anak+autistik=id&client=3&ct=result/searc

%3Fq%3Dtheraphy%2on%2Autistc%26%3Did%3DG

Page 31: JIWA-autis