jiwa aids

23
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah keadaaan sejahtera dari fisik, mental dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU No 23 tahun 1992 tentang kesehatan). Sedangkan menurut WHO (2005) kesehatan adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang lengkap dan bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan. Dari dua defenisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa untuk dikatakan sehat, seseorang harus berada pada suatu kondisi fisik, mental dan sosial yang bebas dari gangguan,seperti penyakit atau perasaan tertekan yang memungkinkan seseorang tersebut untuk hidup produktif dan mengendalikan stres yang terjadi sehari-hari serta berhubungan sosial secara nyaman dan berkualitas. Kesehatan jiwa adalah suatu bagian yang tidak terpisahkan dari kesehatan atau bagian integral dan merupakan unsur utama dalam menunjang terwujudnya kualitas hidup manusia yang utuh. Kesehatan jiwa menurut UU No 23 tahun 1996 tentang kesehatan jiwa sebagai suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari

Upload: zulfa-makhatul-ilmi

Post on 23-Dec-2015

7 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

askep

TRANSCRIPT

Page 1: JIWA AIDS

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan adalah keadaaan sejahtera dari fisik, mental dan sosial yang

memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU No

23 tahun 1992 tentang kesehatan). Sedangkan menurut WHO (2005) kesehatan

adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang lengkap dan bukan

hanya bebas dari penyakit atau kecacatan. Dari dua defenisi di atas dapat diambil

kesimpulan bahwa untuk dikatakan sehat, seseorang harus berada pada suatu

kondisi fisik, mental dan sosial yang bebas dari gangguan,seperti penyakit atau

perasaan tertekan yang memungkinkan seseorang tersebut untuk hidup produktif

dan mengendalikan stres yang terjadi sehari-hari serta berhubungan sosial secara

nyaman dan berkualitas.

Kesehatan jiwa adalah suatu bagian yang tidak terpisahkan dari kesehatan

atau bagian integral dan merupakan unsur utama dalam menunjang terwujudnya

kualitas hidup manusia yang utuh. Kesehatan jiwa menurut UU No 23 tahun 1996

tentang kesehatan jiwa sebagai suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan

fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan

itu berjalan secara selaras dengan keadaan orang lain. Selain dengan itu pakar lain

mengemukakan bahwa kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi mental yang

sejahtera (mental wellbeing) yang memungkinkan hidup harmonis dan produktif,

sebagai bagian yang utuh dan kualitas hidup seseorang dengan memperhatikan

semua segi kehidupan manusia. Dengan kata lain, kesehatan jiwa bukan sekedar

terbebas dari gangguan jiwa, tetapi merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh

semua orang, mempunyai perasaan sehat dan bahagia serta mampu menghadapi

tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya dan mempunyai

sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain (Sumiati dkk, 2009).

Kasus AIDS dari bulan Juli sampai dengan September 2014 jumlah AIDS

yang dilaporkan baru sebanyak 176 orang. Persentase AIDS tertinggi pada

Page 2: JIWA AIDS

kelompok umur 30-39 tahun (42%), diikuti kelompok umur 20-29 tahun (36,9%)

dan kelompok umur 40-49 tahun (13,1%). Rasio AIDS antara laki-laki dan

perempuan adalah 2:1. Persentase faktor risiko AIDS tertinggi adalah hubungan

seks berisiko pada heteroseksual (67%), LSL (Lelaki Seks Lelaki) (6%),

penggunaan jarum suntik tidak steril pada penasun (6%), dan dari ibu positif HIV

ke anak (4%). Tingginya kasus AIDS di Indonesia juga berpengaruh pada

peningkatan risiko gangguan kesehatan jiwa.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Memahami asuhan Keperawatan pada klien dengan AIDS.

1.2.2 Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar AIDS;

b. Mahasiswa mampu menjelaskan psikopatologi/psikodinamika pada

klien dengan AIDS;

c. Mahasiswa mampu menjelaskan diagnosa keperawatan dan diagnosa

medis pada klien dengan AIDS;

d. Mahasiswa mampu menjelaskan penatalaksanaan medis dan

keperawatan pada klien dengan AIDS;

e. Mahasiswa mampu membuat asuhan keperawatan pada klien dengan

AIDS.

Page 3: JIWA AIDS

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar AIDS

AIDS menurut Departemen Kesehatan dan Direktorat Jenderal Pelayanan

Medik adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus yakni HIV (Human

ImmunideficiencyVirus) ditandai dengan sindrom menurunnya sistem kekebalan

tubuh (Departemen Kesehatan dan Direktorat Jendral pelayanan Medik, 1994)

lebih lanjut Departemen Kesehatan dan Direktorat Jendral tenaga Medik penyebab

AIDS adalah sejenis virus yang menyerang sistem kekebalan manusia, virus ini

merusak salah satu sel darah putih yang dikenal sel T.

Faktor penyebab AIDS adalah sejenis virus yang disebut Human

Immunodeficiency Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia

sehingga kekebalan tubuh penderita sangat lemah. Melalui pembuluh darah, virus

menuju kelenjar getah bening yang merupakan markas Limfosit-T. Disinilah virus

terus merusak sel-sel limfosit-T. Maka kekebalan tubuh lambat laun akan sirna.

Sampai saat ini belum ditemukan vaksin pencegahan atau obat untuk

menyembuhkan penderita HIV/AIDS.

2.2 Psikopatologi/Psikodinamika

2.2.1 Pengkajian berdasarkan teori Stuart

1. Faktor predisposisi

Faktor yang mempengaruhi harga diri rendah pada klien AIDS adalah

pengalaman dikucilkan akibat penyakitnya. Sedangkan faktor biologis,

klien dengan AIDS yang memiliki penyakit kompleks akan merasa takut

untuk menularkan maupun tertular penyakitnya.. (Stuart & Sundeen, 1991)

2. Faktor presipitasi

Masalah khusus tentang konsep diri disebabkan oleh situasi yang dihadapi

individu dan individu yang tidak mampu menyelesaikan masalah. Situasi

atau stresor dapat mempengaruhi konsep diri dan komponennya. Stresor

yang mempengaruhi harga diri dan ideal diri adalah penolakan dan kurang

penghargaan diri dari orang sekitarnya (Stuart Sundeen, 1991). Sepanjang

Page 4: JIWA AIDS

kehidupan individu sering menghadapi transisi peran yang dapat

menimbulkan stres tersendiri bagi individu.

3. Penilaian terhadap stessor

Menurut Yosep (2009), tanda dan gejala perilaku kekerasan yang

disesuaikan dengan komponen penilaian terhadap stressor oleh Stuart

adalah sebagai berikut:

a. Kognitif: Pasif, menarik diri, berperilaku kasar.

b. Afektif: merasa tidak aman dan tidak nyaman, merasa terganggu,

dendam, dan jengkel, merasa tidak berdaya, dan merasa menyalahkan

dan menuntut.

c. Fisiologis: Muka pucat, mata sayu, badan lemah, cenderung pasif dan

diam.

d. Perilaku: melukai diri sendiri, menangis, tidak responsif

e. Sosial: menarik diri, merasakan pengasingan, penolakan, ejekan, dan

sindiran.

4. Sumber koping

a. Personal ability: ketidakmampuan memecahkan masalah, gangguan

kesehatan, penetahuan dan intelegensi rendah, identitas ego tidak kuat.

b. Social support: hubungan antara individu, keluarga dan masyarakat

tidak adekuat, komitmen jaringan social tidak kuat.

c. Material asset: perekonomian yang kurang menyebabkan klien susah

untuk mendapatkan pelayanan kesehatan terkait masalahnya.

d. Positif believe: klien yang dalam kondisi penyakit kronis biasanya

lebih banyak pasrah dan berdoa kepada Tuhan.

5. Mekanisme koping

Menurut Stuart & Laraia (2005), mekanisme koping antara

lain :

a. Sublimasi: menerima suatu sasaran pengganti yang

mulia artinya di mata masyarakat untuk suatu

dorongan yang mengalami hambatan penyalurannya

secara normal.

Page 5: JIWA AIDS

b. Proyeksi: menyalahkan orang lain mengenai

keinginannya yang tidak baik.

c. Represi: mencegah pikiran yang menyakitkan atau

membahayakan masuk ke alam sadar.

d. Reaksi formasi: mencegah keinginan yang berbahaya

bila diekspresikan, dengan melebih-lebihkan sikap dan

perilaku yang berlawanan dan menggunakannya

sebagai rintangan.

e. Displacement: melepaskan perasaan yang tertekan

biasanya bermusuhan, pada obyek yang tidak begitu

berbahaya seperti yang pada mulanya yang

membangkitkan emosi itu.

6. Rentang Respon

Keterangan:

1) Respon adaptif yaitu respon positif klien dalam menghadapi suatu

masalah hingga dapat menyelesaikan masalah tersebut berdasarkan

rentang respon diatas respon positif meliputi :

a. Aktualisasi diri, yaitu pernyataan diri yang positif secara nyata.

b. Konsep diri positif yaitu kepercayaan tentang diri apabila individu

memiliki pengalaman yang positif dalam beraktualisasi dan

meyadari hal-hal positif maupun negatif dalam dirinya.

2) Respon maladaptif, yaitu respon negatif klien dalam meghadapi suatu

masalah tersebut. Berdasarkan rentang respon diatas, respon

maladaptif meliputi :

Page 6: JIWA AIDS

a. Harga diri rendah, yaitu perasaan negatif terhadap diri sendiri

sehingga individu tersebut merasa rendah diri dan tidak berarti.

Dalam rentang respon, harga diri rendah berada transisi antara

respon konsep diri adaptif dan maladaptif. Prilaku yang

berhubungan dengan harga diri rendah diantaranya mengkritik diri

sendiri, merasa tidak mampu, merasa bersalah, pandangan hidup

psimis dan sebagainya.

b. Kerancuan identitas, yaitu identitas diri yang tidak pasti dalam

memandang diri, penuh keraguan, sukar menetapkan keinginan dan

tidak mampu mengambil keputusan. Prilaku yang berhubungan

dengan kerancuan identitas diantaranya merasa hampa, cemas yang

berlebihan, ketidakmampuan, empati terhadap orang lain dan

sebagainya.

c. Depersonalisasi, yaitu perasaan tidak realistis terhadap diri sendiri

yang berhubungan dengan kecemasan, panik dan tidak dapat

membedakan diri sendiri, merasa terisolasi, merasa tidak aman,

takut, malu, kesulitan membedakan diri sendiri dan orang lain,

merasa berada dalam mimpi, dan sebagainya.

2.2.2 Pohon Masalah

Ditinggal anggota keluarga

Hinaan dari tetangga

Hilangnya peran dan pekerjaan

Kondisi fisik bermasalah

Support sosial inefektif

Material asset inefektif

Personal ability inefektif

Harga diri rendah

Page 7: JIWA AIDS

2.3 Diagnosa Keperawatan dan Diagnosa Medis

2.3.1 Diagnosa medis: depresi, skizofrenia

2.3.2 Diagnosa Keperawatan:

1. Harga diri rendah kronis

2. Isolasi Sosial

3. perubahan persepsi sensori

4. ansietas

5. koping keluarga tidak efektif

Sedangkan diagnose yang mungkin muncul menurut NANDA (2012-2014) adalah

sebagai berikut:

1. Harga diri rendah kronik

2.4 Penatalaksanaan

2.4.1 Penatalaksanaan Medik

1. Pengobatan Suportif

Penilaian gizi penderita sangat perlu dilakukan dari awal sehingga tidak

terjadi hal hal yang berlebihan dalam pemberian nutrisi atau terjadi

kekurangan nutrisi yang dapat menyebabkan perburukan keadaan

penderita dengan cepat. Penyajian makanan hendaknya bervariatif

sehingga penderita dapat tetap berselera makan. Bila nafsu makan

penderita sangat menurun dapat dipertimbangkan pemakaian obat

Anabolik Steroid. Proses Penyedian makanan sangat perlu diperhatikan

agar pada saat proses tidak terjadi penularan yang fatal tanpa kita sadari.

Seperti misalnya pemakaian alat-alat memasak, pisau untuk memotong

daging tidak boleh digunakan untuk mengupas buah, hal ini di

maksudkan untuk mencegah terjadinya penularan Toksoplasma, begitu

juga sebaliknya untuk mencegah penularan jamur.

2. Pengobatan Antiretroviral (ARV)

HIV/AIDS

Page 8: JIWA AIDS

1)      Jangan gunakan obat tunggal atau 2 obat

2)   Selalu gunakan minimal kombinasi 3 ARV disebut “HAART”

(Highly Active Anti Retroviral therapy)

3)  Kombinasi ARV lini pertama pasien naïve (belum pernah pakai

ARV sebelumnya) yang dianjurkan : 2NRTI + 1 NNRTI.

4)      Di Indonesia :

a)   Lini pertama : AZT + 3TC + EFV atau NVP

b)   Alternatif : d4T + 3TC + EFV atau NVP AZT atau d4T + 3TC

+ 1PI (LPV/r)

5)      Terapi seumur hidup, mutlak perlu kepatuhan karena resiko cepat

terjadi resisten bila sering lupa minum obat.

2.4.2 Penatalaksanaan Keperawatan

a. Terapi keluarga: Keluarga dibantu untuk menyelesaikan konflik, cara

membatasi konflik, saling mendukung dan menghilangkan stress.

b. Terapi kelompok : Terapi kelompok berfokus pada dukungan dan

perkembangan keterampilan sosial dan aktifitas lain dengan berdiskusi dan

bermain untuk meningkatkan koping klien.

c. Terapi agama : melakukan pendekatan pada klien dengan fokus agama

untuk meningkatkan koping klien dengan memunculkan pikiran positif

dan harapan.

2.5 Contoh dan analisa kasus

2.5.1 contoh kasus

Tn. H merupakan seorang sopir bus yang sering bepergian. Tn. H memiliki

istri dan 2 anak. Semenjak masih muda Tn. H suka “jajan” dan kebiasaan tersebut

masih dilakukan walaupun sudah berkeluarga. Sejak 1 tahun yang lalu Tn. H telah

didiagnosis mengidap AIDS, dengan kondisinya tersebut Tn. H sakit-sakitan dan

tidak dapat bekerja lagi. Anak Tn. H sudah menikah semua sedangkan istrinya

telah pergi meninggalkannya. Saat ini Tn. H tinggal seorang diri, kebutuhan

sehari-harinya didapatkan dari kiriman anaknya dan sedekah warga. Tetangga-

Page 9: JIWA AIDS

tetangganya sering mencibir dan menghina Tn. H dan mengatakan bahwa

penyakit Tn. H adalah balasan dari Allah atas dosa-dosanya. Akibat cibiran dari

tetangganya Tn. H lebih memilih untuk menghindar dari pergaulan, Tn. H sering

murung dan tidak responsif saat diajak berkomunikasi. Tn. H sering menangis dan

memeluk tiang di depan rumahnya saat dicibir oleh tetangganya dan saat merasa

kesepian.

2.5.2 Analisa Kasus

1. Pengkajian berdasarkan teori Stuart

a. Faktor predisposisi

1)Faktor Biologis: berdasarkan kasus, terdapat faktor patologis

penyakit AIDS pada Tn. H.

2) Faktor Psikologik: terdapat faktor psikologis yang mempengaruhi resiko

harga diri rendah pada Tn. H. Hal tersebut merupakan kondisi kesehatannya

dan cibiran dari tetangganya.

3) Kepribadian: Tn. H memiliki kepribadian yang introvert sejak terkena AIDS

dan lebih cenderung untuk mengisolasi diri.

4) Faktor Sosiokultural

Genogram:

Page 10: JIWA AIDS

Keterangan:

: keluarga yang sudah meninggal

: laki-laki

: perempuan

: garis perkawinan

: garis keturunan

b. Faktor Presipitasi

1) Nature

Biologi: Tn. H mengidap AIDS

Psikologis: Tn. H memiliki riwayat sering hina tetangganya sehingga

menarik diri

2) Origin

Internal: Individu merasa dirinya tak berarti akibat penyakit yang diderita

dan hinaan tetangganya.

Eksternal: masyarakat dan keluarganya meninggalkannya.

3) Timing

Stressor terjadi saat Tn. H mendapatkan penghinaan yang terus menerus

dan ketika ingat terhadap penyakitnya.

4) Number: jumlah stressor pada Sdr. Y ada dua, yakni kondisi fisiknya yang

terkenan AIDS dan adanya cibiran dari tetangganya.

c. Penilaian terhadap stessor

1) Kognitif: Pasif, menarik diri, berperilaku kasar.

2) Afektif: merasa tidak aman dan tidak nyaman, merasa terganggu, dendam,

dan jengkel, merasa tidak berdaya, dan merasa menyalahkan dan

menuntut.

3) Fisiologis: Muka pucat, mata sayu, badan lemah, cenderung pasif dan

diam.

4) Perilaku: melukai diri sendiri, menangis, tidak responsif

Page 11: JIWA AIDS

5) Sosial: menarik diri, merasakan pengasingan, penolakan, ejekan, dan

sindiran.

d. Sumber koping

1) Personal ability: Tn. H lebih memilih diam dan mengasingkan dirinya

daripada berdebat dan berkelahi dengan tetangganya.

2) Social support: istri dan anaknya telah meninggalkannya.

3) Material asset: Tn. H berasal dari kondisi menengah kebawah dan menjadi

pengangguran, sehingga akses kesehatan sulit didapatkan.

4) Positif believe: Tn. H merasa tak berguna dan menganggap sakitnya

adalah balasan Tuhan seperti cibiran tetangganya.

e. Mekanisme koping

Mekanisme koping yang diguanakan Tn. H adalah Sublimasi,

yakni menerima suatu sasaran pengganti yang lebih mulia

yakni memeluk tiang. Tujuannya adalah untuk

mengekspresikan kesedihan dan kesepiannya.

f. Rentang respon koping

Berdasarkan kasus Tn. H berada pada rentang respon konsep diri yang

maladaptif dengan harga diri rendah. Maksudnya yaitu Tn. H bertindak pasif

dan menarik diri dari lingkungannya terutama ketika tetangganya mencibir

bahwa penyakit Tn. H adalah balasan dari Allah karena dosanya.

g. Diagnosa Keperawatan

Harga diri rendah kronis.

h. Intervensi Keperawatan

Page 12: JIWA AIDS

Diagnosa

Keperawatan

Tujuan dan

Kriteria hasil

Intervensi

Harga diri rendah

kronik.

Definisi: keadaan

dimana individu

mengevaluasi

diri/perasaan

negatif tentang diri

sendiri atau

kecakapan diri

yang berlangsung

lama.

Setelah dilakukan

asuhan keperawatan

pada klien selama 5x

24 jam maka harga

diri klien meningkat

dengan kriteria hasil:

1. Mengatakan

penerimaan diri

2. Menerima

keterbatasan diri

3. Mampu

mendeskripsikan

keadaan dirinya

4. Komunikasi

terbuka

NIC : Peningkatan harga

diri

1. Monitor pernyataan pasien

tentang harga diri

2. Anjurkan pasien utuk

mengidentifikasi kekuatan

3. Kuatkan kekuatan pribadi

yang pasien identifikasi

4. Bantu pasien

mengidentifikasi respon

positif dari orang lain.

5. Berikan pengalaman yang

meningkatkan otonomi

pasien.

6. Fasilitasi lingkungan dan

aktivitas meningkatkan

harga diri.

7. Monitor frekuensi pasien

mengucapkan negatif pada

diri sendiri.

8. Anjurkan pasien untuk

tidak mengkritik negatif

terhadap dirinya

9. Anjurkan pasien

Page 13: JIWA AIDS

mengevaluasi perilakunya.

10.Berikan reward kepada

pasien terhadap

perkembangan dalam

pencapaian tujuan.

i. Implementasi

Diagnosa Keperawatan ImplementasiHarga diri rendah kronis 1. Memonitor pernyataan pasien tentang

harga diri

2. Menganjurkan pasien utuk

mengidentifikasi kekuatan

3. Menguatkan kekuatan pribadi yang

pasien identifikasi

4. Membantu pasien mengidentifikasi

respon positif dari orang lain.

5. Memberikan pengalaman yang

meningkatkan otonomi pasien.

6. Memfasilitasi lingkungan dan

aktivitas meningkatkan harga diri.

7. Memonitor frekuensi pasien

mengucapkan negatif pada diri

sendiri.

8. Menganjurkan pasien untuk tidak

mengkritik negatif terhadap dirinya

Page 14: JIWA AIDS

9. Menganjurkan pasien mengevaluasi

perilakunya.

10.Memberikan reward kepada pasien

terhadap perkembangan dalam

pencapaian tujuan.

j. Evaluasi

Diagnosa Keperawatan EvaluasiHarga diri rendah kronis S: Dapat mengatakan hal-hal positif

terhadap diri sendiri.

O: Terbuka dan menceritakan

permasalahannya serta mencari

solusi.

A : Klien berkata positif tentang

kondisinya.

P : Lanjutkan intervensi untuk

melatih klien menghadapai

stressor.

Page 15: JIWA AIDS

BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kesehatan adalah keadaaan sejahtera dari fisik, mental dan sosial yang

memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU No

23 tahun 1992 tentang kesehatan). AIDS menurut Departemen Kesehatan dan

Direktorat Jenderal Pelayanan Medik adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh

virus yakni HIV (Human ImmunideficiencyVirus) ditandai dengan sindrom

menurunnya sistem kekebalan tubuh (Departemen Kesehatan dan Direktorat

Jendral pelayanan Medik, 1994) lebih lanjut Departemen Kesehatan dan

Direktorat Jendral tenaga Medik penyebab AIDS adalah sejenis virus yang

menyerang sistem kekebalan manusia, virus ini merusak salah satu sel darah putih

yang dikenal sel T. Klien dengan AIDS merupakan klien yang sangat rentang

terhadap masalah kesehatan jiwa. Respon klien adaptif atau maladaptif salah

satunya ditentukan dari dukungan-dukungan seperti keluarga.

3.2 Saran

Sebagai tenaga kesehatan khususnya perawat kesehatan jiwa seharusnya

tidak hanya memberikan penatalaksanaan yang bersifat medis saja namun juga

harus memperhatikan penanganan mental. Di Indonesia penanganan klien AIDS

lebih berfokus pada penanganan medis dan jarang sekali rumah sakit atau layanan

kesehatan memberikan intervensi untuk permasalahan kesehatan mental. Padahal

klien dengan AIDS sangat rentan terhadap masalah mental. Oleh karena itu

sebagai perawat kita harus menerapkan perlunya kesehatan mental bagi klien-

klien AIDS.

Page 16: JIWA AIDS

DAFTAR PUSTAKA

Barid, Barrarah. et all. 2011. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan

Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC.

Bulecheck, M. Gloria. Et all. 2013. Nursing Intervention

Classification (NIC) 6th edition. United State: Elsevier Mosby

Keliat, Ana Budi. 2011. Manajemen Keperawatan Psikososial Dan

Kader Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC

Moorhead, Su. Et all. Nursing Outcome Classification (NOC) 5th

edition. United State: Elsevier Mosby.

Purba, dkk. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan

Masalah Psikososial. Medan: USU Press

Stuart G. W. 2013. Principle and Practice of Psychiatric Nursing.

10th edition. St Louis: Elsevier Mosby.

Yosep Iyus. 2009. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama

Maramis.