jhptump-a-srisuparni-500-2-babii

26
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Pneumonia 1. Definisi Pneumonia Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru – paru (alveoli) dan mempunyai gejala batuk, sesak nafas, ronki dan infiltrat pada foto rontgen. Terjadinya pneumonia pada anak sering kali bersamaan dengan terjadinya proses infeksi akut pada bronkhus yang disebut BronkoPneumonia (Direktorat Jenderal P2PL, 2009). Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru – paru (alveoli) . Selain gambaran umum diatas, pneumonia dapat dikenali berdasarkan pedoman tanda – tanda klinis lainnya dan pemeriksaan penunjang (Rontgen, Laboratorium) (Wilson, 2006). Pneumonia adalah salah satu bentuk infeksi saluran nafas bawah akut (ISNBA) yang tersering. Pneumonia merupakan peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran udara setempat (Dahlan, 2007). Jadi pneumonia pada balita adalah infeksi saluran pernafasan bawah akut yang sering menyerang balita pada usia 1- 5 tahun yang sangat beresiko menyerang jaringan paru – paru (alveoli). Selain itu juga biasanya ditandai dengan gejala batuk - pilek, sesak nafas yang sangat berbahaya apabila tidak ditangani dengan tepat oleh petugas kesehatan. Gejala penyakit pneumonia biasanya didahului dengan infeksi saluran napas atas akut selama beberapa hari. Selain didapatkan demam, menggigil, suhu tubuh meningkat dapat mencapai 40 derajat Celcius, sesak napas, nyeri dada dan batuk dengan dahak kental, 9

Upload: azmia-naufalaz

Post on 04-Sep-2015

219 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

jurnal bab ii

TRANSCRIPT

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Konsep Pneumonia

    1. Definisi Pneumonia

    Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru paru (alveoli) dan mempunyai

    gejala batuk, sesak nafas, ronki dan infiltrat pada foto rontgen. Terjadinya pneumonia pada anak

    sering kali bersamaan dengan terjadinya proses infeksi akut pada bronkhus yang disebut

    BronkoPneumonia (Direktorat Jenderal P2PL, 2009).

    Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru paru (alveoli). Selain

    gambaran umum diatas, pneumonia dapat dikenali berdasarkan pedoman tanda tanda klinis

    lainnya dan pemeriksaan penunjang (Rontgen, Laboratorium) (Wilson, 2006).

    Pneumonia adalah salah satu bentuk infeksi saluran nafas bawah akut (ISNBA) yang tersering.

    Pneumonia merupakan peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis

    yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru

    dan gangguan pertukaran udara setempat (Dahlan, 2007).

    Jadi pneumonia pada balita adalah infeksi saluran pernafasan bawah akut yang sering

    menyerang balita pada usia 1- 5 tahun yang sangat beresiko menyerang jaringan paru

    paru (alveoli). Selain itu juga biasanya ditandai dengan gejala batuk - pilek, sesak nafas

    yang sangat berbahaya apabila tidak ditangani dengan tepat oleh petugas kesehatan.

    Gejala penyakit pneumonia biasanya didahului dengan infeksi saluran napas atas akut

    selama beberapa hari. Selain didapatkan demam, menggigil, suhu tubuh meningkat dapat

    mencapai 40 derajat Celcius, sesak napas, nyeri dada dan batuk dengan dahak kental, 9

  • terkadang dapat berwarna kuning hingga hijau. Pada sebagian penderita juga ditemui

    gejala lain seperti nyeri perut, kurang nafsu makan, dan sakit kepala.

    Sebagian besar pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme (virus/bakteri) dan

    sebagian kecil disebabkan oleh hal lain seperti aspirasi dan radiasi. Di negara

    berkembang, pneumonia pada anak terutama disebabkan oleh bakteri. Bakteri yang sering

    menyebabkan pneumonia adalah Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae,

    dan Staphylococcus aureus (Said, 2008).

    2. Etiologi Pneumonia

    Pneumonia yang ada di kalangan masyarakat umumnya disebabkan oleh bakteri, virus

    mikoplasma (bentuk peralihan antara bakteri dan virus) dan protozoa (Djojodibroto,

    2009).

    a. Bakteri

    Pneumonia yang dipicu bakteri bisa menyerang siapa saja, dari bayi sampai usia

    lanjut. Sebenarnya bakteri penyebab pneumonia yang paling umum adalah

    Streptococcus pneumonia sudah ada di kerongkongan manusia sehat. Begitu

    pertahanan tubuh menurun oleh sakit, usia tua atau malnutrisi, bakteri segera

    memperbanyak diri dan menyebabkan kerusakan. Balita yang terinfeksi pneumonia

    akan panas tinggi, berkeringat, napas terengah-engah dan denyut jantungnya

    meningkat cepat.

    b. Virus

    Setengah dari kejadian pneumonia diperkirakan disebabkan oleh virus.Virus yang

    tersering menyebabkan pneumonia adalah Respiratory Syncial Virus (RSV).

    Meskipun virus-virus ini kebanyakan menyerang saluran pernapasan bagian atas,

  • pada balita gangguan ini bisa memicu pneumonia. Tetapi pada umumnya sebagian

    besar pneumonia jenis ini tidak berat dan sembuh dalam waktu singkat. Namun bila

    infeksi terjadi bersamaan dengan virus influenza, gangguan bisa berat dan kadang

    menyebabkan kematian.

    c. Mikroplasma

    Mikroplasma adalah agen terkecil di alam bebas yang menyebabkan penyakit pada

    manusia. Mikroplasma tidak bisa diklasifikasikan sebagai virus maupun bakteri,

    meski memiliki karakteristik keduanya. Pneumonia yang dihasilkan biasanya

    berderajat ringan dan tersebar luas. Mikroplasma menyerang segala jenis usia, tetapi

    paling sering pada anak pria remaja dan usia muda. Angka kematian sangat rendah,

    bahkan juga pada yang tidak diobati.

    d. Protozoa

    Pneumonia yang disebabkan oleh protozoa sering disebut pneumonia pneumosistis.

    Termasuk golongan ini adalah Pneumocystitis Carinii Pneumonia (PCP). Pneumonia

    pneumosistis sering ditemukan pada bayi yang prematur. Perjalanan penyakitnya

    dapat lambat dalam beberapa minggu sampai beberapa bulan, tetapi juga dapat cepat

    dalam hitungan hari. Diagnosis pasti ditegakkan jika ditemukan P. Carinii pada

    jaringan paru atau spesimen yang berasal dari paru.

    3. Faktor Risiko Pneumonia

    Hasil penelitian dari berbagai Negara termasuk Indonesia dan berbagai publikasi ilmiah

    dilaporkan faktor risiko baik yang meningkatkan insiden (morbiditas) maupun kematian

    (mortalitas) akibat pneumonia (Direktorat Jenderal P2PL, 2009) adalah:

    a. Faktor risiko yang meningkatkan insiden pneumonia meliputi:

  • 1) Faktor risiko pasti (definite): malnutrisi, BBLR, tidak ASI Eksklusif, tidak dapat

    imunisasi campak, polusi udara dalam rumah dan kepadatan.

    2) Faktor risiko hampir pasti (likely): asap rokok, defisiensi Zinc, kemampuan ibu

    merawat, penyakit penyerta (diare dan asma).

    3) Kemungkinan faktor risiko (possible): pendidikan ibu, kelembaban, udara dingin,

    defisiensi vitamin A, polusi udara luar, urutan kelahiran dalam keluarga,

    kemiskinan.

    b. Faktor risiko yang meningkatkan angka kematian pneumonia,

    Faktor risiko yang meningkatkan angka kematian pneumonia ini perlu mendapatkan

    perhatian kita semua agar upaya penurunan kematian karena pneumonia dapat dicapai.

    Faktor risiko ini merupakan gabungan faktor risiko insidens seperti tersebut diatas

    ditambah dengan faktor tatalaksana di pelayanan kesehatan yaitu:

    1) Ketersediaan pedoman tatalaksana

    2) Ketersediaan tenaga kesehatan terlatih yang memadai

    3) Kepatuhan tenaga kesehatan terhadap pedoman

    4) Ketersediaan fasilitas yang diperlukan untuk tatalaksana pneumonia (obat, oksigen,

    perawatan intensif)

    5) Prasarana dan sistem rujukan.

    4. Klasifikasi Pneumonia

    a. Berdasarkan Umur

    1) Kelompok umur < 2 bulan

    a) Pneumonia berat

  • Bila disertai dengan tanda-tanda klinis seperti berhenti menyusu (jika

    sebelumnya menyusu dengan baik), kejang, rasa kantuk yang tidak wajar atau

    sulit bangun, stridor pada anak yang tenang, mengi, demam (38C atau lebih)

    atau suhu tubuh yang rendah (di bawah 35,5 C), pernapasan cepat 60 kali

    atau lebih per menit, penarikan dinding dada berat, sianosis sentral (pada

    lidah), serangan apnea, distensi abdomen dan abdomen tegang. Penderita

    pneumonia berat juga mungkin disertai tanda-tanda lain seperti :

    (1) Napas cuping hidung, hidung kembang kempis waktu bernafas.

    (2) Suara rintihan

    (3) Sianosis (Kulit kebiru-biruan karena kekurangan oksigen).

    (4) Wheezing yang baru pertama dialami.

    b) Bukan pneumonia

    Jika anak bernapas dengan frekuensi kurang dari 60 kali per menit dan tidak

    terdapat tanda pneumonia seperti di atas.

    2) Kelompok umur 2 bulan sampai < 5 tahun

    a) Pneumonia sangat berat

    Batuk atau kesulitan bernapas yang disertai dengan sianosis sentral, tidak

    dapat minum, adanya penarikan dinding dada, anak kejang dan sulit

    dibangunkan.

    b) Pneumonia berat

    Batuk atau kesulitan bernapas dan penarikan dinding dada, tetapi tidak

    disertai sianosis sentral dan dapat minum.

    c) Pneumonia

  • Batuk atau kesulitan bernapas dan pernapasan cepat tanpa penarikan dinding

    dada.

    d) Bukan pneumonia (batuk pilek biasa)

    Batuk atau kesulitan bernapas tanpa pernapasan cepat atau penarikan dinding

    dada.

    e) Pneumonia persisten

    Balita dengan diagnosis pneumonia tetap sakit walaupun telah diobati selama

    10-14 hari dengan dosis antibiotik yang kuat dan antibiotik yang sesuai,

    biasanya terdapat penarikan dinding dada, frekuensi pernapasan yang tinggi,

    dan demam ringan. (WHO, 2003).

    5. Gejala Klinis dan Tanda Pneumonia

    a. Gejala

    Gejala penyakit pneumonia biasanya didahului dengan infeksi saluran napas atas akut

    selama beberapa hari. Selain didapatkan demam, menggigil, suhu tubuh meningkat

    dapat mencapai 40 derajat Celcius, sesak napas, nyeri dada dan batuk dengan dahak

    kental, terkadang dapat berwarna kuning hingga hijau. Pada sebagian penderita juga

    ditemui gejala lain seperti nyeri perut, kurang nafsu makan, dan sakit kepala

    (Misnadiarly, 2008)

    b. Tanda

    Menurut Misnadiarly (2008), tanda-tanda penyakit pneumonia pada balita antara lain

    :

    Batuk nonproduktif , Ingus (nasal discharge), suara napas lemah, penggunaan

    otot bantu napas, demam , cyanosis (kebiru-biruan), thorax photo menujukkan infiltrasi

  • melebar , sakit kepala , kekakuan dan nyeri otot, sesak napas, menggigil, berkeringat,

    lelah, terkadang kulit menjadi lembab, dan mual dan muntah.

    6. Cara penularan

    Pada umumnya pneumonia termasuk kedalam penyakit menular yang ditularkan

    melalui udara.Sumber penularan adalah penderita pneumonia yang menyebarkan kuman

    ke udara pada saat batuk atau bersin dalam bentuk droplet. Inhalasi merupakan cara

    terpenting masuknya kuman penyebab pneumonia kedalam saluran pernapasan yaitu

    bersama udara yang dihirup, di samping itu terdapat juga cara penularan langsung yaitu

    melalui percikan droplet yang dikeluarkan oleh penderita saat batuk, bersin dan berbicara

    kepada orang di sekitar penderita, transmisi langsung dapat juga melalui ciuman,

    memegang dan menggunakan benda yang telah terkena sekresi saluran pernapasan

    penderita (Azwar,2002).

    7. Pencegahan Pneumonia

    Mengingat pneumonia adalah penyakit beresiko tinggi yang tanda awalnya sangat

    mirip dengan flu, alangkah baiknya para orang tua tetap waspada dengan memperhatikan

    cara berikut ini (Misnadiarly, 2008).

    a. Menghindarkan bayi atau anak dari paparan asap rokok, polusi udara, dan tempat

    keramaian yang berpotensi penularan.

    b. Menghindarkan bayi atau anak dari kontak dengan penderita ISPA.

    c. Membiasakan pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan.

    d. Segera berobat jika mendapati anak mengalami panas, batuk, pilek. Terlebih jika

    disertai suara serak, sesak nafas, dan adanya tarikan pada otot diantara rusuk

    (retraksi).

  • e. Periksakan kembali jika dalam dua hari belum menampakan perbaikan, dan segera ke

    rumah sakit jika kondisi anak memburuk.

    f. Imunisasi, untuk meningkatkan kekebalan tubuh terhadap penyakit infeksi seperti

    imunisasi DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus).

    8. Diagnosis Pneumonia

    Berdasarkan pedoman diagnosis dan tatalaksana pneumonia yang diajukan oleh

    WHO di dalam buku Mansjoer (2008), pneumonia dibedakan atas :

    a. Pneumonia sangat berat : bila ada sianosis dan tidak sanggup minum, harus dirawat

    di RS dan diberi antibiotik.

    b. Pneumonia berat : bila ada retraksi, tanpa sianosis, dan masih sanggup minum,

    harus dirawat di RS dan diberi antibiotik.

    c. Pneumonia : bila tidak ada retraksi tapi napas cepat :

    1) > 60x/menit pada bayi < 2 bulan

    2) > 50x/menit pada anak 2 bulan 1 tahun

    3) > 40x/menit pada anak 1 5 tahun

    Bukan pneumonia : hanya batuk tanpa tanda dan gejala seperti di atas, tidak perlu

    dirawat, tidak perlu antibiotik.

    9. Perawatan Pneumonia pada balita di Rumah

    Perawatan di rumah yang dapat dilakukan pada bayi atau anak balita yang

    menderita pneumonia antara lain:

    a. Mengatasi demam

    Untuk anak usia dua bulan sampai lima tahun, demam dapat diatasi dengan

    memberikan kompres air hangat, adalah kompres dengan air suam suam kuku atau

  • air hangat (Rudianto, 2010). Suatu prosedur menggunakan kain atau handuk yang

    telah dicelupkan pada air hangat. Menurut Anneahira (2010), adapun manfaat kompres

    hangat adalah dapat memberikan rasa nyaman dan menurunkan suhu tubuh.

    b. Mengatasi batuk

    Dianjurkan untuk memberikan obat batuk yang aman misalnya ramuan

    tradisional yaitu jeruk nipis setengah sendok teh dicampur dengan kecap atau madu

    setengah sendok teh dan diberikan tiga kali sehari.

    c. Pemberian makanan

    Dianjurkan memberikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi

    berulang-ulang yaitu lebih sering dari biasanya, lebih-lebih jika terjadi muntah.

    Pemberian ASI pada bayi yang menyusu tetap diteruskan.

    d. Pemberian minuman

    Diusahakan memberikan cairan (air putih, air buah dan sebagainya) lebih

    banyak dari biasanya. Hal ini akan membantu mengencerkan dahak, selain itu

    kekurangan cairan akan menambah parah sakit yang diderita.

    B. Konsep Keluarga

    1) Pengertian Keluarga

    Marilyn M. Friedman (1998) yang menyatakan bahwa keluarga adalah

    kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan

    emosional dimana individu mempunyai peran masing masing yang merupakan

    bagian dari keluarga.

  • Salvicion G. Bailon dan Aracelis Maglaya (1978) menjelaskan bahwa keluarga

    adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya

    hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan

    yang lain, mempunyai peran masing masing dan menciptakan serta mempertahankan

    suatu budaya.

    2) Fungsi Keluarga

    Fungsi fungsi dasar keluarga adalah memenuhi kebutuhan kebutuhan

    anggota keluarga dan masyarakat yang lebih luas. Lima fungsi keluarga menurut

    Friedman (1998) adalah :

    a. Fungsi afektif (affective function)

    Berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga, yang merupakan basis kekuatan

    keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial.

    Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan

    dari seluruh anggota keluarga. Tiap anggota keluarga saling mempertahankan iklim

    yang positif, perasaan memiliki, perasaan yang berarti, dan merupakan sumber kasih

    sayang dan reinforcement. Hal tersebur dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi

    dan berhubungan dalam keluarga. Dengan demikian keluarga yang berhasil

    melaksanakan fungsi afektif, seluruh anggota keluarga dapat mengembangkan konsep

    diri yang positif. Fungsi afektif merupakan sumber energi yang menentukan

    kebahagiaan keluarga. Perceraian, kenakalan anak atau masalah keluarga yang sering

    timbul sebagai akibat tidak terpenuhinya fungsi afektif.

  • b. Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi (sosialization and social placement

    function)

    Fungsi ini sebagai tempat untuk melatih anak dan mengembangkan

    kemampuannya untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah. Keluarga

    merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi. Keberhasilan perkembangan

    individu dan keluarga dicapai melalui interaksi atau hubungan antara anggota keluarga

    yang ditujukan dalam sosialisasi. Anggota keluarga belajar tentang disiplin, norma

    norma, budaya dan perilaku melalui hubungan dan interaksi dalam keluarga.

    c. Fungsi reproduksi (reproductive function)

    Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan dan menambah sumber daya

    manusia. Dengan adanya program keluarga berencana maka fungsi ini sedikit

    terkontrol. Di sisi lain, banyak kelahiran yang tidak diharapkan atau di luar ikatan

    perkawinan sehingga lahirnya keluarga baru dengan satu orang tua.

    d. Fungsi ekonomi (economic function)

    Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan ekonomi dan tempat

    mengembangkan kemampuan individu untuk meningkatkan penghasilan dan

    memenuhi kebutuhan keluarga seperti makan, pakaian dan rumah. Fungsi ini sukar

    dipenuhi oleh keluarga dibawah garis kemiskinan.

    e. Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (health care function)

    Fungsi ini untuk mempertahankan keadaan kesehatan keluarga agar tetap memiliki

    produktivitas yang tinggi. Kemampuan keluarga dalam memberikan perawatan

    kesehatan mempengaruhi status kesehatan keluarga. Bagi tenaga kesehatan keluarga

  • yang profesional, fungsi perawatan kesehatan merupakan pertimbangan vital dalam

    pengkajian keluarga.

    Untuk menempatkannya dalam perspektif, fungsi ini merupakan salah satu fungsi

    keluarga dalam pemenuhan kebutuhan kebutuhan fisik seperti makan, pakaian,

    tempat tinggal dan perawatan kesehatan. Keluarga menyediakan makanan, pakaian,

    perlindungan dan memelihara kesehatan. Keluarga merawat anggota keluarga yang

    mengalami gangguan kesehatan. Keluarga pula yang menentukan kapan anggota

    keluarga yang terganggu perlu meminta pertolongan tenaga profesional. Kemampuan

    keluarga dalam memberikan asuhan keperawatan mempengaruhi tingkat kesehatan

    keluarga dan individu. Tingkat pengetahuan keluarga tentang sehat sakit juga

    mempengaruhi perilaku keluarga dalam menyelesaikan masalah kesehatan keluarga.

    C. Pelaksanaan Fungsi Perawatan Keluarga

    1. Pengertian Perawatan Keluarga

    Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat keperawatan kesehatan masyarakat

    yang dipusatkan pada keluarga sebagai unit satu kesatuan yang dirawat dengan sehat

    sebagai tujuan pelayanan dan perawatan sebagai upaya mencegah penyakit.

    Sedangkan keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran

    dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan

    meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional serta sosial dari anggota

    keluarga. Keluarga adalah unit pelayanan kesehatan dan merupakan kumpulan dua

    orang atau lebih yang ada dan tidak ada hubungan secara hukum akan tetapi berperan

  • sebagai keluarga atau siapapun yang di katakan klien sebagai keluarganya (Friedman,

    1998).

    Perawatan keluarga yang komprehensif merupakan suatu proses yang rumit,

    sehingga memerlukan suatu pendekatan yang logis dan sistematis untuk bekerja

    dengan keluarga dan anggota keluarga. Pendekatan ini disebut proses keperawatan.

    Proses keperawatan merupakan inti dan sari keperawatan, dimana proses adalah suatu

    aksi gerak yang dilakukan dengan sengaja dan sadar dari satu titik ke titik yang lain

    menuju pencapaian tujuan. Pada dasarnya, proses keperawatan merupakan suatu

    proses pemecahan masalah yang sistematis, yang digunakan ketika bekerja dengan

    individu, keluarga, kelompok atau komunitas. Salah satu aspek terpenting dari

    keperawatan adalah penekanan pada keluarga. Keluarga bersama dengan individu,

    kelompok dan komunitas adalah klien atau resipien keperawatan. Secara empiris,

    disadari bahwa kesehatan para anggota keluarga dan kualitas kesehatan keluarga

    mempunyai hubungan yang erat. Akan tetapi, hingga saat ini sangat sedikit yang

    diberikan perhatian pada keluarga sebagai obyek dari studi yang sistematis dalam

    bidang keperawatan (Friedman, 1998).

    2. Fungsi Perawatan Keluarga

    Fungsi perawatan kesehatan merupakan hal yang penting dalam pengkajian

    keluarga. Sejauh mana masing masing anggota keluarga melaksanakan fungsinya

    antara lain termasuk fungsi afektif dalam menyelesaikan masalah, fungsi sosialisasi

    dalam melakukan interaksi baik sesama anggota keluarga maupun dengan orang lain,

    fungsi kesehatan seperti yang dikemukakan oleh Friedman antara lain dalam mengenal

    masalah, mengambil keputusan, merawat anggota keluarga yang sakit, memelihara

  • dan memodifikasi lingkungan dan menggunakan sumber di masyarakat. Fungsi

    kesehatan keluarga juga mengenai kebiasaan diet keluarga mempengaruhi status gizi

    sebagai faktor pendukung, pola istirahat dan tidur mempengaruhi status ketahanan

    tubuh, kebiasaan mengkonsumsi obat atau zat aditif mempengaruhi berhasil atau

    tidaknya pengobatan, pola perawatan diri mempengaruhi proses penularan dan higiene

    seseorang, lingkungan dan riwayat kesehatan keluarga berpengaruh dalam bertambah

    parah atau tidak masalah kesehatan yang dialami keluarga (Friedman, 1998).

    3. Tugas Pelaksanaan Perawatan Kesehatan Keluarga

    Terdapat beberapa tugas dalam pelaksanaan perawatan kesehatan keluarga, yaitu

    (Friedman, 1998) :

    a) Mengenal masalah kesehatan keluarga

    Mengenal masalah kesehatan keluarga yaitu sejauh mana keluarga

    mengenal fakta fakta dari masalah kesehatan yang meliputi pengertian, tanda

    dan gejala, penyebab dan yang mempengaruhi serta persepsi keluarga terhadap

    masalah. Dalam hal ini memerlukan data umum keluarga yaitu nama keluarga,

    alamat, komposisi keluarga, tipe keluarga, suku, agama, status sosial ekonomi

    keluarga dan aktivitas rekreasi keluarga.

    b) Membuat keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat

    Mengambil sebuah keputusan kesehatan keluarga merupakan langkah

    sejauh mana keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah, apakah

    masalah dirasakan, menyerah terhadap masalah yang dihadapi, takut akan akibat

    dari tindakan penyakit, mempunyai sikap negatif terhadap masalah kesehatan,

    dapat menjangkau fasilitas yang ada, kurang percaya terhadap tenaga kesehatan

  • dan mendapat informasi yang salah terhadap tindakan dalam mengatasi masalah.

    Dalam hal ini yang dikaji berupa akibat dan keputusan keluarga yang diambil.

    Perawatan sederhana dengan melakukan cara cara perawatan yang sudah

    dilakukan keluarga dan cara pencegahannya.

    c) Merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan

    Anggota keluarga mengetahui keadaan penyakitnya, mengetahui sifat dan

    perkembangan perawatan yang dibutuhkan, mengetahui sumber sumber yang

    ada dalam keluarga (anggota keluarga yang bertanggung jawab, keuangan,

    fasilitas fisik, psikososial), mengetahui keberadaan fisik yang diperlukan untuk

    perawatan dan sikap keluarga terhadap yang sakit. Perawatan keluarga dengan

    melakukan perawatan sederhana sesuai dengan kemampuan, dimana perawatan

    keluarga yang biasa dilakukan dan cara pencegahannya seminimal mungkin.

    d) Memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang sehat

    Sejauh mana mengetahui sumber sumber keluarga yang dimiliki,

    keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan, mengetahui pentingnya

    higiene sanitasi dan kekompakan antar anggota keluarga. Dengan memodifikasi

    lingkungan dapat membantu dalam melakukan perawatan pada anggota keluarga

    yang mengalami masalah kesehatan, dalam bentuk kebersihan rumah dan

    menciptakan kenyamanan agar anak dapat beristirahat dengan tenang tanpa

    adanya gangguan dari luar.

    e) Merujuk pada fasilitas kesehatan masyarakat

    Dimana keluarga mengetahui apakah keberadaan fasilitas kesehatan,

    memahami keuntungan yang diperoleh dari fasilitas kesehatan, tingkat

  • kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan dan fasilitas tersebut terjangkau

    oleh keluarga. Dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan, dimana biasa

    mengunjungi pelayanan kesehatan yang biasa dikunjungi dan cenderung yang

    paling dekat misalnya posyandu, puskesmas maupun Rumah Sakit. Hal ini

    dilakukan dengan alasan lebih efisien waktu dan merasa cocok.

    D. Tinjauan Umum Tentang Variabel Penelitian

    Menurut hasil penelitian yang ada, dapat diketahui bahwa pneumonia menyerang

    pada balita maupun bayi usia 1- 5 tahun, dimana pada usia tersebut tubuh bayi akan

    mudah terserang penyakit infeksi apabila tidak dirawat kekebalan tubuhnya dengan baik.

    Hal ini bisa terjadi apabila keluarga dalam perawatan balita pneumonia tidak tepat dan

    bisa mengakibatkan kematian apabila pengobatan tidak dilakukan dengan baik dan tepat,

    faktor resiko yang menyebabkan kemampuan perilaku keluarga dalam melakukan

    perawatan balita pneumonia (Sarwono, 1997) adalah:

    1) Pengetahuan

    Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan

    pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjaadi melalui panca indra

    manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian

    besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Menurut penelitian

    Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru

    (berperilaku baru), didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni:

    a) Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui

    terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

  • b) Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut, disini sikap objek

    sudah mulai timbul.

    c) Evaluation (menimbang - nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut

    bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

    d) Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang

    dikehendaki oleh stimulus.

    e) Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

    kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

    Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam

    membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Menurut Notoatmodjo (2003)

    menyebutkan bahwa pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai

    enam tingkat yaitu:

    a) Tahu (know)

    Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

    Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)

    terhadap sebagai suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau

    rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini adalah merupakan tingkat

    pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu

    tentang apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,

    menyatakan dan sebagainya.

    b) Memahami (Comprehension)

    Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang

    objek yang diketahui dan menginterpretasi materi tersebut secara benar. Orang yang

  • telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan

    contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

    c) Aplikasi (Application)

    Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

    dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan

    aplikasi atau penggunaan hukum hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya

    dalam konteks atau situasi yang lain.

    d) Analisis (Analysis)

    Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek

    kedalam komponen komponen, tetapi masih didalam suatu struktur organisasi

    tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

    e) Sintesis (Synthesis)

    Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan

    bagian bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain

    sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-

    formulais yang ada.

    f) Evaluasi (Evaluation)

    Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian suatu materi

    atau objek sesuai kriteria kriteria yang ada. Pengukuran pengetahuan dapat

    dilakukan dengan wawancara atau lewat angket atau kuesioner yang menyatakan

    tentang suatu materi ingin di ukur dengan subjek penelitian atau responden.

    Pengukuran atau penilaian pengetahuan menurut Notoatmodjo (2003) dapat

    dikategorikan menjadi 4 (empat), yaitu:

  • (1) Pengetahuan baik : 61 100%

    (2) Pengetahuan cukup baik : 31 60%

    (3) Pengetahuan tidak baik : 0 30%

    Pengetahuan ibu tentang pneumonia dapat diperoleh baik dari pengalaman

    sendiri maupun dari pengalaman orang lain. Pengetahuan yang mencakup cara

    mengenal pneumonia dan pengelolaan pneumonia akan berpengaruh menurunkan

    angka kesakitan dan angka kematian akibat penyakit pneumonia.

    2) Sikap

    Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap

    stimulus atau obyek. Sikap mengandung tiga komponen yang membentuk struktur

    sikap yaitu komponen kognitif (komponen perseptual) yaitu komponen yang berkaitan

    dengan pengetahuan, keyakinan. Komponen afektif (komponen emosional dan

    komponen konaktif, komponen perilaku atau action component).

    Sikap menggambarkan suka atau tidak sukanya seseorang pada suatu obyek,

    yang sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. Sikap yang

    positif terhadap nilai nilai kesehatan terutama yag berkaitan dengan pneumonia,

    diharapkan terwujud dalam suatu tindakan yang mendukung hidup sehat yang dapat

    menurunkan kesakitan dan kematian akibat pneumonia.

    3) Pendidikan

    Pendidikan merupakan proses seseorang mengembangkan kemampuan, sikap

    dan bentuk bentuk tingkah laku lainnya didalam masyarakat, proses sosial yakni

    orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khususnya

    yang datang dari sekolah), sehingga dia dapat memperoleh atau mengalami

  • perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimal. Pendidikan

    terbagi dalam ruang lingkup yang meliputi pendidikan formal, informal dan non

    formal.

    Notoatmodjo yang dikutip Alimin (2003), menyatakan bahwa orang dengan

    pendidikan formal lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih tinggi

    dibanding orang dengan tingkat pendidikan formal yang lebih rendah, karena akan

    lebih mampu dan mudah memahami arti dan pentingnya kesehatan serta pemanfaatan

    pelayanan kesehatan.

    4) Pekerjaan

    Karakteristik pekerjaan seseorang dapat mencerminkan pendapatan, status

    sosial, pendidikan, status ekonomi, resiko cedera atau masalah kesehatan dalam suatu

    kelompok populasi. Pekerjaan juga merupakan suatu determinan resiko dan

    determinan terpapar yang khusus dalam bidang pekerjaan tertentu serta merupakan

    prediktor status kesehatan dan kondisi tempat suatu populasi bekerja.

    5) Sikap dan dukungan petugas kesehatan

    Dukungan petugas kesehatan sangat besar pengaruhnya terhadap penurunan

    angka kesakitan maupun kematian balita yang menderita pneumonia. Dimana

    dukungan petugas kesehatan ini bisa dilakukan pada masyarakat terutama ibu balita

    yang anaknya menderita pneumonia supaya diberikan penyuluhan kesehatan tentang

    pencegahan dan perawatan pada balita dengan pneumonia, sehingga diharapkan

    keluarga lebih mengerti dan termotivasi untuk melakukan tindakan pencegahan dan

    perawatan pada balita dengan pneumonia, sehingga diharapkan dapat mengurangi

    resiko terjadinya pneumonia pada balita (Direktorat Jenderal P2PL, 2006).

  • 6) Status Sosial Ekonomi

    Sosial ekonomi adalah posisi seseorang dalam masyarakat berkaitan dengan

    orang lain dalam arti lingkungan pergaulan prestasinya dan hak hak serta kewajiban

    dalam hubungannya dengan sumber daya (Soerjono, 2002). Dalam penelitian ini yang

    dimaksud dengan pendapatan orang tua adalah penghasilan berupa uang yang diterima

    sebagai balas jasa dari kegiatan baik dari sektor formal dan informal selama satu bulan

    dalam satuan rupiah.

    Besar kecilnya pendapatan yang diterima oleh setiap penduduk akan berbeda

    antara yang satu dengan yang lain, hal ini karena dipengaruhi oleh keadaan penduduk

    sendiri dalam melakukan berbagai macam kegiatan sehari hari. Menurut Sumardi

    dalam Yerikho (2004) mengemukakan bahwa pendapatan yang diterima oleh

    penduduk akan dipengaruhi oleh tinggi pendidikan yang dimilikinya.

    Keadaan sosial ekonomi yang rendah pada umumnya berkaitan erat dengan

    berbagai masalah kesehatan yang mereka hadapi disebabkan karena ketidakmampuan

    dan ketidaktahuan dalam mengatasi berbagai masalah yang mereka hadapi. Masalah

    kemiskinan akan sangat mengurangi kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan

    kebutuhan keluarga mereka terhadap gizi, perumahan dan lingkungan yang sehat,

    pendidikan dan kebutuhan kebutuhan lainnya. Jelas kesemua itu akan dengan mudah

    dapat menimbulkan penyakit (Effendy, 1998).

    Berdasarkan standar UMR kabupaten Banjarnegara tahun 2011 pendapatan

    masyarakat Banjarnegara dibagi tiga kategori yaitu tinggi Rp.785.000, kategori

    sedang Rp.350.000 Rp.785.000 dan kategori rendah < Rp 350.000

    (Dinsosnakertrans, 2011).

  • E. Teori Perilaku

    Masalah kesehatan masyarakat, terutama di negara negara berkembang pada

    dasarnya menyangkut dua aspek: aspek fisik dan non fisik, misalnya tersedianya sarana

    kesehatan dan pengobatan penyakit, sedangkan yang kedua adalah aspek non fisik yang

    menyangkut perilaku kesehatan. Faktor perilaku ini mempunyai pengaruh yang besar

    terhadap status kesehatan individu maupun masyarakat.

    Perilaku manusia merupakan hasil daripada segala macam pengalamannya serta

    interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap

    dan tindakan (Sarwono, 1997). Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang

    (organisme) terhadap stimulus atau obyek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit,

    sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman serta lingkungannya (Notoatmodjo,

    2003).

    Ada beberapa penelitian yang mengaitkan dengan peran keluarga dalam perilaku

    mencari bantuan kesehatan. Menurut penelitian DSouza (2003), meneliti tentang peran

    dari perilaku mencari bantuan kesehatan terhadap kematian anak di perkampungan

    miskin di Karachi, Pakistan berdasarkan hasil penelitian bahwa pemilihan pelayanan

    kesehatan yang tepat oleh keluarga dapat menentukan apakah anak dapat bertahan hidup

    atau meninggal akibat penyakit yang diderita.

    Penilaian individu terhadap status kesehatannya ini merupakan salah satu faktor

    yang menentukan perilakunya, yaitu perilaku sehat jika dia menganggap dirinya sehat,

    dan perilaku sakit jika merasa dirinya sakit (Sarwono,1997). Menurut Green yang dikutip

    oleh Sarwono (1997) mengatakan bahwa kesehatan individu atau masyarakat dipengaruhi

    oleh dua faktor pokok, yaitu faktor perilaku dan faktor faktor di luar perilaku. Faktor

  • perilaku ditentukan oleh tiga kelompok faktor yaitu faktor faktor predisposisi,

    pendukung dan pendorong.

    a. Faktor predisposisi (Predisposing factors)

    Mencakup pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, norma sosial dan unsur

    unsur lain yang terdapat dalam diri individu dan masyarakat. Pada seseorang dengan

    pengetahuan rendah dan berdampak pada perilaku perawatan pada balita pneumonia.

    Seseorang dengan pengetahuan yang cukup tentang perilaku perawatan pneumonia

    dan pencegahan maka keluarga tersebut akan besikap positif dan menuruti aturan

    pengobatan disertai munculnya keyakinan untuk sembuh, tetapi terkadang masih ada

    yang percaya dengan pengobatan alternatif bukan medis yang dipengaruhi oleh

    kebiasaan masyarakat yang sudah membudaya.

    b. Faktor pendukung (Enabling Factors)

    Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan

    bagi masyarakat.

    Upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan diwujudkan dalam suatu wadah

    pelayanan kesehatan yang disebut sarana kesehatan. Upaya penyelenggaraan

    pelayanan kesehatan pada umumnya dibedakan menjadi tiga yaitu: sarana

    pemeliharaan kesehatan primer merupakan sarana yang paling pertama menyentuh

    masalah kesehatan di masyarakat. Sarana pemeliharaan kesehatan sekunder

    merupakan sarana pelayanan kesehatan yang menangani kasus yang tidak atau belum

    ditangani oleh sarana kesehatan primer karena peralatan atau keahlian belum ada dan

    sarana pemeliharaan kesehatan tersier merupakan sarana pelayanan kesehatan rujukan

  • bagi kasus kasus yang tidak ditangani oleh sarana pelayanan kesehatan primer dan

    pelayanan kesehatan sekunder (Notoatmodjo, 2003).

    c. Faktor pendorong (Reinforcing Factors)

    Adalah faktor faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku

    antara lain:

    1) Keaktifan petugas dalam memotivasi

    Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat,

    diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan

    (promotif), pencegahan penyakit (preventif) dan pemulihan kesehatan

    (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan

    berkesinambungan.

    Motivasi adalah upaya untuk menimbulkan rangsangan, dorongan dan

    pembangkit tenaga pada seseorang ataupun sekelompok masyarakat tersebut mau

    berbuat dan bekerja sama secara optimal melaksanakan sesuatu yang telah

    direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan ( Azwar, 1998).

    2) Kedisiplinan petugas klinik

    Arti disiplin adalah kepatuhan kepada peraturan (tata tertib), dalam

    melaksanakan tugasnya petugas kesehatan harus sesuai dengan mutu pelayanan.

    Pengertian mutu pelayanan untuk petugas kesehatan berarti bebas melakukan

    segala sesuatu secara profesional untuk meningkatkan derajat kesehatan pasien

    dan masyarakat sesuai dengan ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang maju,

    mutu peralatan yang baik dan memenuhi standar yang baik (state of the art).

  • Komitmen dan motivasi petugas tergantung dari kemampuan mereka untuk

    melaksanakan tugas mereka dengan cara yang optimal.

    F. Kerangka Teori

    Gambar 2.1.Kerangka Teori

    Kerangka Teori menurut Lawrence Green, 1980

    Faktor Predisposisi

    Pengetahuan Sikap Kepercayaan Tradisi Norma sosial

    Faktor Pendukung Sarana dan prasarana pelayanan kesehatan

    Faktor Pendorong

    Keaktifan petugas dalam memotivasi

    Kedisiplinan petugas klinik

    Perilaku keluarga dalam merawat balita

    dengan pneumonia

  • G. Kerangka Konsep

    Gambar 2.2. Kerangka Konsep

    Faktor yang mempengaruhi kemampuan keluarga dalam merawat Balita dengan pneumonia

    H. Hipotesis Penelitian

    Hipotesis dalam penelitian ini adalah: Ada hubungan antara faktor tingkat

    pendidikan ayah, pendidikan ibu, pekerjaan ayah, pekerjaan ibu, penghasilan keluarga,

    pengetahuan, sikap, sikap dan dukungan petugas kesehatan, terhadap kemampuan

    keluarga dalam merawat balita dengan pneumonia di Wilayah Kerja Puskesmas

    Banjarmangu I Kabupaten Banjarnegara.

    Variabel Independent

    Tingkat Pendidikan Pengetahuan Pekerjaan Sikap Sikap dan Dukungan Petugas

    Kesehatan. Status sosial ekonomi

    Variabel Dependent

    Kemampuan keluarga dalam merawat balita

    dengan pneumonia