jenis nilai guna

8
JENIS NILAI GUNA Terdapat 2 jenis teori nilai guna (utility) yaitu sebagai berikut : a. Teori Nilai Guna Kardinal (Cardinal Utility) Teori Nilai Guna Kardinal memberikan penilaian subjektif akan pemuasan kebutuhan dari suatu barang. Artinya tinggi rendahnya nilai guna suatu barang tergantung pada subjek yang memberikan penilaian. Jadi suatu barang akan memberikan nilai guna yang tinggi bila barang dimaksud memberikan daya guna yang tinggi bagi sang pemakai. Misalnya : Sebuah dayung perahu akan memberikan daya guna yang tinggi bagi nelayan daripada bagi pemain badminton. Sehingga nilai guna dayung lebih tinggi nilainya bagi nelayan daripada bagi pemain badminton. Dalam pendekatan teori nilai guna kardinal, berlaku asumsi sebagai berikut : 1)Daya guna diukur dalam satuan uang, yaitu jumlah uang yang bersedia dibayar oleh konsumen dalam rangka menambah unit yang akan dikonsumsi. 2)Daya guna marginal dari uang tetap, yaitu bahwa nilai dari suatu uang dalam satuannya adalah sama untuk setiap orang tanpa memandang statusnya. 3)Addivitas, yaitu bahwa nilai guna total adalah keseluruhan konsumsi dari barang.

Upload: fina-violita

Post on 25-Sep-2015

61 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

nilai guna

TRANSCRIPT

JENIS NILAI GUNA

Terdapat 2 jenis teori nilai guna (utility) yaitu sebagai berikut :

a. Teori Nilai Guna Kardinal (Cardinal Utility)

Teori Nilai Guna Kardinal memberikan penilaian subjektif akan pemuasan kebutuhan dari suatu barang. Artinya tinggi rendahnya nilai guna suatu barang tergantung pada subjek yang memberikan penilaian. Jadi suatu barang akan memberikan nilai guna yang tinggi bila barang dimaksud memberikan daya guna yang tinggi bagi sang pemakai.

Misalnya :

Sebuah dayung perahu akan memberikan daya guna yang tinggi bagi nelayan daripada bagi pemain badminton. Sehingga nilai guna dayung lebih tinggi nilainya bagi nelayan daripada bagi pemain badminton.

Dalam pendekatan teori nilai guna kardinal, berlaku asumsi sebagai berikut :

1) Daya guna diukur dalam satuan uang, yaitu jumlah uang yang bersedia dibayar oleh konsumen dalam rangka menambah unit yang akan dikonsumsi.

2) Daya guna marginal dari uang tetap, yaitu bahwa nilai dari suatu uang dalam satuannya adalah sama untuk setiap orang tanpa memandang statusnya.

3) Addivitas, yaitu bahwa nilai guna total adalah keseluruhan konsumsi dari barang.

4) Daya guna bersifat independen, artinya daya guna suatu barang tidak dipengaruhi oleh karena mengkonsumsi barang lain.

5) Periode konsumsi suatu barang berdekatan dan dengan jumlah yang sama.

Definisi nilai guna kardinal adalah kepuasan konsumen dalam mengkonsumsi suatu barang yang dapat diukur atau dihitung dengan menggunakan angka, uang atau satuan bilangan lainnya, serta konsumen akan berusaha untuk memaksimalkan kepuasan yang didapatkan dari mengkonsumsi suatu barang tersebut.

Pada dasarnya teori nilai guna kardinal mengambil pengalaman sehari-hari dari kegiatan konsumsi. Misalnya seseorang yang mengkonsumsi air minum. Pada gelas pertama nilai air tersebut sangat tinggi baginya karena telah melepas dahaga. Kemudian pada gelas kedua, nilai air tersebut masih sangat tinggi karena akan memenuhi kepuasannya. Namun pada gelas berikutnya, nilai air tersebut sudah berkurang, dan bahkan bila air tersebut ditambah untuk gelas berikutnya, seseorang tersebut tidak akan meminumnya lagi begitu seterusnya bila air tersebut terus ditambah, maka akan memperoleh penilaian minus (dibuang).

Gambar 2.1 Kurva Nilai Guna Kardinal (Sadono Sukirno, 2005)

Dalam teori nilai guna kardinal dikenal nilai guna marjinal (marginal utility = MU) dan nilai guna total (total utility = TU). Menurut Sadono Sukirno (2005), nilai guna dibedakan menjadi 2 macam, antara lain :

1) Nilai Guna Marginal (Marginal Utility = MU)

Nilai guna marginal adalah pertambahan atau pengurangan kepuasan yang diperoleh seseorang sebagai akibat dari pertambahan atau pengurangan mengkonsumsi satu unit barang tertentu untuk memenuhi kepuasannya.

Gambar 2.2 Kurva Marginal Utility (Sadono Sukirno, 2005)

2) Nilai Guna Total (Total Utility = TU)

Nilai guna total adalah jumlah seluruh nilai guna (kepuasan) yang di peroleh seseorang dari mengkonsumsi sejumlah barang tertentu.

b. Teori Nilai Guna Ordinal (Ordinal Utility)

Dalam pendekatan teori nilai guna ordinal, terdapat 2 pendapat yang berbeda. Pendapat pertama menyatakan bahwa besarnya nilai guna ordinal dapat diukur atau dihitung. Sedangkan pendapat lain mengatakan bahwa besarnya nilai guna tidak dapat diukur atau dihitung. Namun di sini kami memakai teori bahwa nilai guna ordinal adalah nilai guna yang tidak dapat diukur atau dihitung besarnya tetapi dapat diurutkan menggunakan pendekatan nilai relatif yaitu melalui order atau rangking.

Bila di dalam teori nilai guna kardinal kepuasan mengkonsumsi suatu barang penilaiannya bersifat subjektif (tergantung pada siapa yang menilai), tentu saja setiap orang memiliki penilaian yang berbeda. Maka dalam teori nilai guna ordinal ini tingkat kepuasan dapat diurutkan dalam tingkatan-tingkatan tertentu, misalnya rendah, sedang, tinggi. Dengan demikian, setiap kepuasan yang diperoleh dapat teranalisis.

Dalam menganalisis tingkat kepuasan masing-masing individu sehubungan dengan mengkonsumsi 2 macam barang dalam rangka memaksimalkan kepuasannya, dapat digunakan suatu kurva tak beda (indifference curve).

Gambar 2.3 Kurva Indiffference (Sadono Sukirno, 2005)

Yang dimaksud kurva beda (indifference curve) adalah kurva yang menggambarkan kombinasi 2 macam input untuk menghasilkan output yang sama (kepuasan). Sedangkan yang dimaksud dengan kepuasan sama adalah bahwa sepanjang kurva beda (indifference curve) yang pertama (KII) misalnya, tingkat kepuasan konsumen adalah sama dimana saja (A, B, C , atau D), hanya yang membedakannya bahwa anggaran untuk mencapai kepuasan di titik A tentu berbeda dengan di titik C. Begitupun pada titik B, konsumen harus cukup puas bila ternyata ia hanya mampu mencapai di titik B.

Beberapa asumsi yang mendasari teori nilai guna ordinal adalah sebagai berikut :

1) Rasionalitas, di mana konsumen akan berusaha meningkatkan kepuasannya atau akan memilih tingkat kepuasan yang tertinggi yang bisa dicapainya.

2) Konveksitas, yaitu bentuk kurva tak beda (indifference curve) cembung dari titik origin dari sumbu absis dan ordinat.

3) Nilai guna tergantung pada jumlah barang yang dikonsumsi.

4) Transitivitas, yaitu konsumen akan menjatuhkan pada pilihan terbaik dari beberapa pilihan.

5) Berdasarkan asumsi ke-4, maka kurva beda (indifference curve) tidak boleh bersinggungan atau saling berpotongan.

Konsumen dalam memilih barang yang akan memaksimalkan tingkat kepuasan ditunjukan dengan bantuan kurva kepuasan sama (indifference curve), yang tidak memerlukan adanya anggapan bahwa kepuasan konsumen bisa diukur. Anggapan yang diperlukan adalah bahwa tingkat kepuasan konsumen bisa dikatakan lebih tinggi atau lebih rendah tanpa mengatakan berapa lebih tinggi atau lebih rendah.

Misalkan saja masyarakat mengkonsumsi 2 barang ,yaitu buah jeruk dan buah apel. Konsumen secara rasional ingin membeli sebanyak-banyaknya buah jeruk dan buah apel, tetapi mereka dihadapkan pada kendala keterbatasan dana. Karena itu konsumen dapat mengubah kombinasi.

HUKUM NILAI GUNA MARGINAL

Sebuah barang baru mempunyai arti bagi seorang konsumen apabila barang tersebut mempunyai daya guna (utility), dan besar kecilnya daya guna tersebut tergantung dari konsumen yang bersangkutan; makin banyak barang yang dikonsumsinya makin besar daya guna total (total utility) yang diperolehnya, akan tetapi laju pertambahan daya guna (marginal utility) yang diperoleh karena mengkonsumsi satu kesatuan barang makin lama semakin rendah, bahkan jumlah pertambahannya dapat menjadi nol dan bila penambahan konsumsi diteruskan jumlahnya, pertambahan daya gunanya bahkan bisa menjadi negatif akibat pertambahan jumlah konsumsi tersebut, hal ini biasa disebut dengan hukum pertambahan daya guna menurun (the law of diminishing marginal utility) atau hukum Gossen.

Hukum nilai guna marginal: Tambahan nilai guna yang akan diperoleh seseorang dari mengkonsumsikan suatubarang akan menjadi semakin sedikit apabila orang tersebut terus menerus menambah komsumsinya keatas barang tersebut dan pada akhirnya tam-bahan nilaiguna akan menjadi negatif

Berdasarkan hukum Gossen atau yang biasa dikenal dengan law of diminishing marginal utility berlaku bahwa semakin banyak suatu barang yang dikonsumsi, maka tambahan nilai kepuasannya yang diperoleh dari setiap satuan tambahan yang dikonsumsikan akan menurun. Dan konsumen akan selalu berusaha dalam mencapai kepuasan total yang maksimum.

2.5 Konsekuensi Hukum Nilai Guna Marginal

Teori nilai guna dapat pula menerangkan tentang wujudnya kelebihan kepuasan yang dinikmati oleh para konsumen. Kelebihan kepuasan ini, dalam analisis ekonomi dikenal sebagai surplus ekonomi. Surplus konsumen pada hakikatnya berarti perbedaan di antara kepuasan yang diperoleh seseorang di dalam mengkonsumsi sejumlah barang dengan pembayaran yang harus dibuat untuk memperoleh barang tersebut. Kepuasan yang diperoleh selalu lebih besar daripada pembayaran yang dibuat. Surplus konsumen ini merupakan wujud sebagai akibat daripada nilai guna marginal yang semakin sedikit. Harga sesuatu barang berkaitan rapat dengan nilai guna marginalnya. Misal pada barang ke-n yang dibeli, nilai guna marginalnya sama dengan harga. Dengan demikian, karena nilai guna marginal barang ke-n lebih rendah dari barang sebelumnya, maka nilai guna marginal barang sebelumnya lebih tinggi dari harga barang tersebut, dan perbedaan harga yang terjadi merupakan surplus konsumen. Dengan kata lain, surplus konsumen adalah kelebihan kepuasan yang diperoleh dalam mengkonsumsi suatu barang daripada pembayaran yang disediakan oleh konsumen.

Berikut adalah contoh dari surplus konsumen: Seorang konsumen ingin membeli satu buah durian dengan harga Rp 20.000,- ternyata setelah sampai di pasar, harga buah durian tersebut adalah Rp 14.000,- selisih dari harga yang disediakan dengan harga kenyataan di pasar sebesar Rp 6.000,-. Selisih inilah yang disebut sebagai surplus konsumen.

DAPUS : Sukirno, Sadono. 2005.MikroEkonomi Teori Pengantar, Edisi Ketiga.Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Gossen, Hermann Heinrich. 1983. The Laws of Human Relations and the Rules of Human Action Derived Therefrom. MIT Press.