jengkol

15
REFERAT “KERACUNAN JENGKOL PADA ANAK” Oleh: M.B. Gita Gandhi S.D G1A210098 Pembimbing: dr. Nur Faizah, Sp. A. FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN SMF ILMU KESEHATAN ANAK RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO

Upload: -bass-gandhi

Post on 08-Aug-2015

80 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: jengkol

REFERAT

“KERACUNAN JENGKOL PADA ANAK”

Oleh:

M.B. Gita Gandhi S.D

G1A210098

Pembimbing:

dr. Nur Faizah, Sp. A.

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

SMF ILMU KESEHATAN ANAK RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO

PURWOKERTO

2012

Page 2: jengkol

LEMBAR PENGESAHAN

Referat:

“Keracunan Jengkol Pada Anak”

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Ujian

Kepaniteraan Klinik Senior Di Bagian Ilmu Kesehatan Anak

RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto

Disusun oleh:

M.B.Gita Gandhi S.D G1A210098

Disetujui dan disahkan

Pada tanggal …. Januari 2013

Pembimbing Referat

dr. Nur Faizah, Sp. A.

Page 3: jengkol

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat limpahan rahmat

dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan penulisan referat dengan judul ”Keracunan

Jengkol Pada Anak”.

Penyusunan referat ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan ujian kepaniteraan

klinik di bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUD Prof. DR. Margono Soekarjo Purwokerto.

Keberhasilan penulisan referat ini juga tidak terlepas atas bantuan dari berbagai pihak baik

secara langsung maupun tidak langsung, dengan rendah hati disampaikan rasa terima kasih

kepada :

1. dr. Nur Faizah, Sp.A selaku pembimbing yang telah memberikan begitu banyak

bimbingan serta dukungan dalam penulisan referat ini .

2. Para Dokter pembimbing kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Penyakit Anak atas nasehat

dan bimbingannya,

3. Kedua orangtua dan keluarga yang selalu memberikan dukungan moril dan materil serta

spiritual yang tiada hentinya.

4. Ny. Evy, selaku sekretaris bagian Ilmu Kesehatan Anak.

5. Seluruh rekan-rekan dokter muda FKIK Jurusan Kedokteran UNSOED dan FK UPN

Veteran Jakarta RS Margono Soekarjo, terutama yang menjalani proses kepaniteraan klinik

di bagian Ilmu Kesehatan Anak yang telah memberikan banyak dukungan dalam penulisan

referat ini.

6. Ira Hapsari S.E,Ak yang selalu memberi dukungan secara moral, spiritual dan cinta

dalam segala hal.

Page 4: jengkol

7. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan

segala bantuan dan dukungannya.

Penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari sempurna dan memiliki kekurangan

serta keterbatasan. Oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun dari berbagai

pihak sangat penulis harapkan demi kesempurnaan referat ini. Harapan penulis semoga referat

ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Purwokerto, Desember 2012

Penulis

Page 5: jengkol
Page 6: jengkol

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Di indonesia biji jengkol (pithecolobium lobatum), merupakan makanan yang tidak asing

lagi. Biji jengkol sering digunakan sebagai sayuran dalam kehidupan sehari-hari dan sering

dimakan dalam keadaan mentah. Sebagian besar penduduk Indonesia tidak menyadari bahwa biji

jengkol dapat menimbulkan keracunan dalam tubuh. Yang menyebabkan keracunan itu adalah

asam jengkolat yang terkandung didalamanya.

Keracunan jengkol adalah suatu keadaan klinis akibat keracunan asam jengkol. Angka

kejadian keracunan jengkol pada anak di Indonesia sulit disimpulkan, karena laporan penelitian

yang ada hanya terbatas pada beberapa rumah sakit yang berada di daerah tertentu.

Pada umumnya prognosis keracunan jengkol cukup baik, tetapi kadang-kadang dapat berlanjut

menjadi gangguan ginjal akut (GnGA) bahkan dapat berakhir dengan kematian. Oleh sebab itu

diagnosis dini dan penanganan yang tepat perlu segera diberikan sehingga komplikasi tersebut

dapat dihindarkan.

Asam jengkolat merupakan salah satu komponen yang terdapat pada biji jengkol.

Strukturnya mirip dengan asam amino (pembentuk protein), tetapi tidak dapat dicerna. Oleh

karena itu tidak dapat memberikan manfaat apa-apa pada tubuh. Bahkan pada berbagai buku

kimia pangan, asam jengkolat dianggap sebagai salah satu racun yang dapat mengganggu tubuh

manusia.

Kandungan asam jengkolat pada biji jengkol bervariasi, tergantung pada varietas dan umur

biji jengkol. Jumlahnya antara 1 – 2 % dari berat biji jengkol. Tetapi yang jelas asam jengkolat

ini dapat mengakibatkan gangguan kesehatan. Penyebabnya adalah terbentuknya kristal asam

jengkolat yang akan dapat menyumbat saluran air seni. Jika kristal yang terbentuk tersebut

semakin banyak, maka lama-kelamaan dapat menimbulkan gangguan pada saat mengeluarkan air

seni. Bahkan jika sampai terjadi infeksi, akan mengakibatkan gangguan-gangguan lebih lanjut.

Page 7: jengkol

Asam jengkolat mempunyai struktur molekul yang menyerupai asam amino sistein yang

mengandung unsur sulfur, sehingga ikut berpartisipasi dalam pembentukan bau. Molekul itu

terdapat dalam bentuk bebas dan sukar larut ke dalam air. Karena itu dalam jumlah tertentu asam

jengkolat dapat membentuk kristal.

B. TUJUAN PENULISAN

Tujuan penulisan referat yang berjudul “keracunan jengkol pada anak” ini adalah untuk

memberikan informasi ilmiah mengenai penyakit keracunan jengkol pada anak, baik definisi,

etiologi, epidemiologi, patofisiologi, gejala klinis, penanganan dan prognosisnya.

Page 8: jengkol

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Asam jengkol atau djenkolzuur (Belanda), djenkolic acid (Inggris) adalah sejenis asam

amino berunsur belerang yang terdapat dalam buah jengkol dalam bentuk bebas, tidak

dalam bentuk unsur protein atau bentuk terikat lain. Asam-asam amino dalam alam

merupakan merupakan unsur penyusun protein. Akan tetapi ditemukan juga asam amino

yang tidak merupakan bagian dari protein, yaitu asam-asam amino non protein seperti

citrulline, ornithine.

Gambar (Struktur kimia asam jengkol)

Bila seseorang memakan buah jengkol, maka asam jengkol akan ikut termakan. Oleh

karena di dalam buah sudah berbentuk asam amino bebas, maka untuk penyerapannya

tidak perlu mengalami hidrolisa, seperti asam-asam amino yang merupakan unsur-unsur

protein. Ini dapat dilihat dari fakta bahwa dalam waktu yang cukup singkat, kadang-

kadang kurang dari dua jam setelah memakan buah jengkol, asam amino ini sudah dapat

ditemukan di dalam urin pemakan buah.

Untuk lebih memahami pengendapan kristal-kristal asam jengkol di dalam ginjal perlu

diketahui lebih dahulu beberapa sifat kimia asam jengkol. Asam jengkol memiliki titik

leleh (Melting point) setinggi 300-330 C (decomp). Membentuk kristal-kristal tak

berwarna, yang berbentuk jarum atau gelondong (spindle). Asam jengkol tidak berbau.

Bau jengkol yang khas tidak disebabkan oleh asam jengkol, akan tetapi oleh hasil uraian

asam jengkol. Sebagai asam amino, asam jengkol bersifat amfoter, yaitu dapat larut

dalam asam atau alkali. Akan tetapi oleh karena memiliki struktur kimia yang mirip

Page 9: jengkol

sekali dengan cystine, yang juga suatu asam amino berunsur belerang, maka seperti juga

cystine asam jengkol tidak atau sulit sekali larut dalam air dengan kurun pH biologik.

B. PATOFISIOLOGI

Menurut Oen L.H. dari Bagian Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,

keracunan jengkol merupakan salah satu penyebab gagal ginjal akut (acute kidney

disease). Telah disepakati oleh para peneliti bahwa keracunan jengkol disebabkan oleh

pengendapan kristal-kristal asam jengkolat di dalam saluran-saluran traktus urogenitalis,

sehingga menyebabkan penyumbatan mekanis. Pada pemeriksaan urine dengan

mikroskop dapat ditemukan hablur asam jengkol berupa jarum runcing yang kadang-

kadang bergumpal menjadi ikatan atau berupa roset.

Di dalam ginjal molekul asam jengkol dapat melewati membran semipermeabel dari

glomerulus. Dari penelitian-penelitian dengan cara ultrafiltrasi dan dialisa keseimbangan

(equilibration dialysis) diperoleh buktibukti bahwa asam jengkol di dalam darah terdapat

dalam bentuk larut, yaitu terikat dengan albumin serum. Albumin sendiri tidak dapat

melewati membran ini oleh karena memiliki molekul yang terlampau besar. Jadi

kompleks albumin serum dan asam jengkol berdisosiasi sehingga menghasilkan albumin

serum dan asam jengkol bebas dan asam jengkol yang bebas ini melewati membran

glomerulus dan terdapat dalam ultrafiltrat glomerulus. Masih terdapat kemungkinan

bahwa selain filtrasi lewat glomerulus terjadi juga sekresi asam jengkol secara aktif lewat

tubuli ginjal, akan tetapi hal ini masih perlu pembuktian lebih lanjut.

Ditemukannya berbagai zat yang seharusnya tidak larut dalam air akan tetapi dapat

diangkut dalam keadaan larut oleh darah memang bukan hal yang baru. Telah diketahui

sejak lama, bahwa zat-zat yang hanya dapat larut dalam lemak atau pelarut-pelarut lemak,

seperti caroten, bilirubin, steroid dan berbagai jenis obat bereaksi dengan protein dalam

darah membentuk kompleks yang larut dalam darah, sehingga memungkinkan

pengangkutannya. Ikatan semacam ini bukan merupakan ikatan kimia, akan tetapi lebih

berupa ikatan fisik yang mudah terurai kembali tergantung dari suasana lingkungan.

Menurut hasil penelitian yang dilakukan pakar medis asal Jerman, dalam sekeping biji

jengkol terdapat ikatan organik yang disebut asam jengkol atau jengkolic acid. Asam

jengkol ini bersifat amphoter, bisa berbentuk ion pada reaksi biasa, tapi juga bersifat

Page 10: jengkol

molekul netral pada reaksi netral (dengan pH sekitar 7.0). Ion asam jengkol sedikit larut

pada reaksi asam dan reaksi basa, tetapi menjadi kristal yang tidak larut di dalam air pada

pH (derajat keasaman) netral.

Asam jengkol yang sekarang terdapat dalam ultrafiltrat mudah sekali menghablur

menjadi kristal oleh karena tidak terdapat lagi protein yang membuatnya lebih larut

seperti terjadi di dalam darah. Apalagi di dalam perjalanan selanjutnya terjadi penyerapan

kembali sejumlah air oleh bagian menurun dari lekuk Henle. Kesemuanya ini

menyebabkan asam jengkol mencapai titik kejenuhan (oversaturated) dan mengendaplah

asam jengkol sebagai kristal-kristal berbentuk jarum-jarum yang tajam.

Kristal asam jengkol itu berbentuk jarum mikroskopik yang sangat tajam kedua

ujungnya. Bentuknya seperti jarum-jarum halus. Ujung jarum yang luar biasa tajam ini

menusuk-nusuk dinding saluran air seni, sehingga menimbulkan rasa sakit dan pegal luar

biasa. Tusukan-tusukan itu juga yang membuat saluran buang air seni mengkerut,

sehingga jarum mikroskopik dapat menusuk labih dalam dan lebih dalam lagi.

Kristal asam jengkol itu berbentuk jarum mikroskopik yang sangat tajam kedua

ujungnya. Bentuknya seperti jarum-jarum halus. Ujung jarum yang luar biasa tajam ini

menusuk-nusuk dinding saluran air seni, sehingga menimbulkan rasa sakit dan pegal luar

biasa. Tusukan-tusukan itu juga yang membuat saluran buang air seni mengkerut,

sehingga jarum mikroskopik dapat menusuk labih dalam dan lebih dalam lagi.

Setelah itu, terjadilah penyumbatan air seni, sebuah gejala dengan anuria (tak keluar

kencing). Lazimnya, luka bekas tusukan itu juga mengeluarkan darah sehingga

menyebabkan hematuria alias kencing darah. Memang, setelah melalui masa-masa

menyakitkan selama berjam-jam, lambat laun air seni akan kembali normal. Endapan

kristal asam jengkol pun larut kembali, diikuti oleh hilangnya rasa sakit.

C. GEJALA KLINIS

Ada beberapa tanda dan gejala keracunan jengkol. Menurut Dr. Murniati Manik, M.Sc.

Sp.KK, dari Bagian Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Univesitas Sumatra Utara, gejala

yang timbul disebabkan oleh hablur (kristal) asam jengkol yang menyumbat tractus

urinarius. Keluhan pada umumnya timbul dalam waktu 5-12 jam setelah memakan

Page 11: jengkol

jengkol. Keluhan yang tercepat 2 jam dan yang terlambat 36 jam sesudah makan biji

jengkol.

Gejala paling umum ditandai dengan nyeri perut, kadang disertai muntah, adanya

serangan kolik pada waktu berkemih, munculnya gangguan pengeluaran urine (disuria),

dan hematuria (darah dalam urine). Volume air kemih juga berkurang bahkan sampai

terjadi anuria. Kadang-kadang terdapat hematuria. Napas, mulut, dan urine berbau

jengkol. Pada keracunan yang lebih berat, penderita bahkan tidak bisa kencing sama

sekali.

Jika gejalanya berlanjut, dapat terjadi gagal ginjal akut ditandai dengan fase oliguri

(sekresi jumlah urin berkurang dalam hubungannya dengan asupan cairan). Memang,

belum ada data yang menyebutkan ada orang meninggal karena keracunan jengkol,

namun munculnya gejala-gejala tersebut sudah cukup membuat orang yang

mengalaminya menderita.