jbptunikompp gdl ganjarokta 20761 4 babi,i v
DESCRIPTION
sanTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kerja Praktek
Dewasa ini negara-negara berkembang sedang giat-giatnya melaksanakan
pembangunan di segala bidang. Indonesia, sebagai salah satu negara berkembang,
juga mengadakan pembangunan di berbagai sektor yang mencakup seluruh aspek
kehidupan rakyat Indonesia. Melalui perencanaan pembangunan jangka pendek
dan jangka panjang, bangsa Indonesia menetapkan titik berat pertumbuhan pada
bidang-bidang tertentu yang ingin dicapai. Memasuki pembangunan jangka
panjang, pemerintah Indonesia telah menitikberatkan pembangunan pada sektor
ekonomi.
Sejalan dengan itu, maka pembangunan pada sektor-sektor yang sangat
berpengaruh dalam peningkatan perekonomian merupakan prioritas utama yang
akan dilaksanakan. Salah satu sumber dana dan pemasukan bagi negara adalah
pajak. Penerimaan Negara dari sektor pajak dimanfaatkan oleh pemerintah untuk
membangun sarana dan prasarana untuk kepentingan umum. Sedangkan bantuan
luar negeri hanya bersifat sebagai pelengkap yang kurang bisa diandalkan.
Penerimaan negera dari sektor pajak akan terus mengalami peningkatan
seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan kesejahteraan masyarakat.
Untuk mengoptimalkan penerimaan negara, masyarakat (Wajib Pajak) diberi
kepercayaan untuk menghitung, membayar, dan melapor sendiri pajak mereka
(Self Assesment), sehingga melalui sistem ini pelaksanaan administrasi dapat
1
dilaksanakan dengan lebih rapi, terkendali, sederhana dan mudah untuk dipahami
oleh anggota masyarakat.
KPP (Kantor Pelayanan Pajak) Pratama adalah kantor yang khusus
melayani pelaporan dalam perpajakan, sangat membantu para Wajib Pajak untuk
memenuhi kewajibannnya yaitu membayar pajak. Diantara pajak yang ada di
Indonesia adalah PBB (Pajak Bumi dan Bangunan), pajak tersebut sama
pentingnya dengan pajak-pajak lainnya masyarakat yang mempunyai rumah atau
bangunan yang ditempatinya harus membayar pajak tersebut, dimana pajak ini
selalu mengalami perubahan-perubahan seperti pajak-pajak lainnya, pembayaran
PBB (Pajak Bumi dan Bangunan) harus dibayar sesuai ketentuan dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Pada kesempatan ini penulis tertarik untuk mencoba menuliskan dalam
laporan Kerja Praktek ini yang berjudul “TINJAUAN ATAS PROSEDUR
PENGURANGAN PEMBAYARAN (PBB) PAJAK BUMI DAN
BANGUNAN PADA KPP (KANTOR PELAYANAN PAJAK) PRATAMA
SUMEDANG”
1.2 Maksud dan Tujuan Kerja Praktek
Maksud dari kerja praktek yang dilaksanakan dalam rangka penyusunan
laporan adalah agar dapat mengetahui gambaran yang jelas mengenai prosedur
pengurangan pembayaran PBB (Pajak Bumi dan Bangunan) di KPP (Kantor
Pelayanan Pajak) Pratama Sumedang dan untuk mengetahui kondisi atau hal-hal
2
apa saja yang menyebabkan pengurangan pembayaran PBB (Pajak Bumi dan
Bangunan).
Sedangkan tujuan yang hendak dicapai dengan mengadakan kerja praktek
adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui Fungsi dan Tujuan PBB (Pajak Bumi dan Bangunan) bagi
masyarakat.
2. Untuk mengetahui kondisi atau hal-hal apa saja yang menyebabkan terjadinya
pengurangan pembayaran PBB (Pajak Bumi dan Bangunan) di KPP Pratama
Sumedang.
3. Untuk mengetahui bagaimana prosedur pengurangan pembayaran PBB (Pajak
Bumi dan Bangunan) dan perekaman data pengurangan pembayaran PBB
(Pajak Bumi dan Bangunan) di KPP (Kantor Pelayanan Pajak) Pratama
Sumedang.
1.3 Kegunaan Kerja Praktek
Penelitian ini penulis lakukan untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Kerja Praktek pada program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Komputer Indonesia Bandung.
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah :
a. Kegunaan Bagi Penulis
Menambah pengetahuan terutama yang berkaitan dengan prosedur
pengurangan pembayaran PBB (Pajak Bumi dan Bangunan) di KPP
(Kantor Pelayanan Pajak) Pratama Sumedang.
3
b. Kegunaan Bagi Pihak Lain
Dapat memberikan pengetahuan dan dapat menjadi referensi khususnya
bagi pihak yang mengkaji topik-topik yang berkaitan dengan masalah
bahasan laporan ini.
1.4 Metode Kerja Praktek
Metode Kerja praktek yang digunakan penulis adalah metode Block
Research yaitu suatu penelitian yang dilakukan pada jangka waktu tertentu
melalui pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis
adalah sebagai berikut:
1. Studi Lapangan ( Field Research )
a. Pengamatan ( Observasi )
Dimana penulis mendatangi objek langsung yang akan teliti untuk melakukan
pengamatan guna menghimpun data yang sebenarnya dari system sedang
berjalan.
b. Wawancara ( Interview )
Dimana penulis melakukan tanya jawab dengan staf dan karyawan pada
seksi PDI di KPP Pratama Sumedang serta bagian lainnya yang terkait.
2. Study Perpustakaan ( Library Research )
Diperoleh dari buku–buku literatur dan kepustakaan (referensi) yang relevan
untuk mendapatkan informasi yang jelas untuk mendukung laporan kerja
praktek.
4
1.5 Lokasi dan Waktu Kerja Praktek
Lokasi penulis melaksanakan kerja praktek di Jl. Ibrahim Adjie No. 372,
Kiaracondong Bandung dimana KPP (Kantor Pelayanan Pajak) Pratama
Sumedang beralamat dan ditempatkan di seksi PDI (Perekaman data Informasi).
Waktu pelaksanaan kerja praktek dilaksanakan selama satu bulan dimulai
pada Rabu tanggal 1 Juli 2009 sampai dengan Jum’at tanggal 31 Juli 2009.
Keterangan Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Pengenalan dan
perekaman data Surat
Pemberitahuan Objek
Pajak PBB
menggunakan
software Sismiop
Perekaman data Surat
Pemberitahuan Objek
Pajak PBB beserta
lampiran menggunakan
software Sismiop
Perekama data SPT
Tahunan PPh (Pajak
Penghasilan) Orang
Pribadi pasal 21
formulir 1770 SS dan
lampiran 1-A formulir
1721 – A1
Perekaman data SPT
Tahunan PPh Badan
5
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1 Sejarah Singkat Perusahaan
Sejarah pajak mula-mula berasal dari negara Perancis pada jaman
pemerintahan Napoleon Bonaparte, yang pada jamannya beliau terkenal dengan
nama “Cope Napoleon”. Pada masa itu negara Belanda dijajah oleh negara
Perancis. Sistem pajak yang diterapkan Perancis kepada Belanda diterapkan pula
oleh Belanda kepada Indonesia pada saat Belanda menjajah Indonesia, yang pada
saat itu dikenal dengan “Oor Logs-Overgangs Blasting” (Pajak Penghasilan).
Konsep pajak itu kemudian dibuat pada tahun 1942 di Australia di saat Indonesia
masih diduduki tentara Jepang.
Maksud dari peralihan mengenai pajak ini merupakan suatu peraturan
yang dibuat untuk mempersiapkan bilamana dikemudian hari penjajah Jepang
ditarik kembali dari Indonesia.
Pemungutan pajak ini oleh pemerintah Belanda dilaksanakan oleh suatu
badan yaitu “Deinspetie van Vinancian”, yang kemudian diganti dengan nama
“Zeinenbu” oleh pemerintah Jepang pada tanggal 15 Maret 1942. Lima bulan
kemudian, 15 Agustus 1942, nama tersebut diubah mrnjadi “Kantor Inspeksi
Keuangan” dan berkantor di Gedung Concordia (sekarang Gedung Merdeka)
Jalan Asia Afrika.
Pada tanggal 21 Agustus 1947 bersamaan dengan Agresi Militer Belanda
I, Kantor Inpeksi Keuangan Bandung dipindahkan ke Bandung Selatan di
6
Kabupaten Soreang, bersama-sama dengan Tentara Keamanan Rakyat
berevakuasi. Setelah Agresi Militer Belanda II menyerang lagi pada tanggal 19
Desember 1948, Kantor Inpeksi Keuangan Bandung dipindahkan ke Tasikmalaya.
Bersamaan dengan kejadian tersebut, kekuasaan Republik Indonesia terpecah
menjadi dua yaitu :
1. Kelompok Cooperative, yaitu kelompok anti republik yang tidak ikut
evakuasi dan yang bekerja sama dengan NICA.
2. Kelompok Non-Cooperative, yaitu kelompok anti NICA bersama-sama
Republik Indonesia bergeriliya di daerah kantong-kantong yang tidak
dikuasai oleh Belanda.
Setelah berakhirnya Agresi Militer II, Kantor Inpeksi Keuangan Bandung
yang berada di Tasikmalaya dibubarkan dan kedudukannya dikembalikan ke
Bandung pada tanggal 17 Desember 1947. Kantor Inpeksi Keuangan Bandung
pada saat itu diserahterimakan oleh menteri yang pertama, Mr. Safrudin
Prawiranegara, dan kemudian menteri negara ini menunjuk Bapak Sahid
Koesoemosarminto sebagai kepala Kantor Inpeksi Keuangan Bandung yang
pertama, periode 1947-1950, berkantor di km “0” (Groofpostweg), saat ini di
Jalan Asia Afrika Nomor 114 Bandung.
Sejak tahun 1968, Kantor Inpeksi Keuangan berganti nama menjadi
Kantor Inpeksi Pajak Bandung. Pada tanggal 1 Agustus 1980, Kantor Inpeksi
Pajak Bandung dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
1. Kantor Inpeksi Pajak Bandung Barat yang berkedudukan di Jalan
Soekarno Hatta No. 118 Bandung.
7
2. Kantor Inpeksi Pajak Bandung Timur yang berkedudukan di Jalan
Kiaracondong No. 372 Bandung.
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
Kep-48/KMK.01/1988 tanggal 19 Januari 1988 dibentuklah kantor baru yang
diberi nama Kantor Inpeksi Bandung Tengah beralamat di Jalan Purnawarman
No. 21 Bandung dan dengan berlakunya keputusan menteri tersebut maka di
Bandung dibagi atas tiga kantor inpeksi pajak, yakni :
1. Kantor Inpeksi Pajak Bandung Timur
2. Kantor Inpeksi Pajak Bandung Tengah
3. Kantor Inpeksi Pajak Bandung Barat
Dengan keluarnya Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.
94/KMK/MK.01/1994 tanggal 29 Maret 1994, tentang organisasi dan Tata Kerja
Direktorat Jenderal Pajak, terjadi perubahan nama dan batas-batas wilayah Kantor
Pelayanan Pajak, yaitu :
1. Kantor Pelayanan Pajak Bandung Timur diubah namanya menjadi Kantor
Pelayanan Pajak Bandung Karees.
2. Kantor Pelayanan Pajak Bandung Barat diubah namanya menjadi Kantor
Pelayanan Pajak Bandung Tegallega.
3. Kantor Pelayanan Pajak Bandung Tengah diubah namanya menjadi
Kantor Pelayanan Pajak Bandung Cibeunying.
4. Serta penambahan satu Kantor Pelayanan Pajak Bandung Bojonegara
yang merupakan pecahan dari Kantor Pelayanan Pajak Bandung Tengah.
8
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang merupakan kantor
pembentukan baru sejak tanggal 28 Agustus 2007 yang merupakan pemecahan
dari Kantor Pelayanan Pajak Karees dan Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan
Bangunan Garut, adalah instansi vertikal Direktorat Jenderal Pajak yang berada
dibawah pengawasan dan bimbingan Kantor Wilayah DJP Jawa Barat I yang
mempunyai tugas melaksanakan pelayanan bidang Perpajakan dengan pelayanan
kelas dunia dengan penerapan sistem administrasi modern, serta berusaha
menerapkan trisukses yaitu sukses data, sukses pelayanan, dan sukses penerimaan,
dalam mendukung tercapainya sasaran ”Terlaksananya Optimalisasi Penerimaan
Dalam Negeri dari Sektor Pajak Sehingga Dapat Tercapainya Target Tax Ratio
19% Sampai Dengan Tahun 2009” dan mengamankan tugas-tugas lain yang
diamanatkan oleh APBN.
Karakteristik dari KPP Pratama (Small Taxpayers Office) yang telah
mengalami modernisasi antara lain :
1. KPP Pratama merupakan penggabungan dari tiga unit kantor (KPP,
KPPPB, dan Karipka).
2. Struktur organisasi sama dengan struktur organisasi KPP WP Besar,
dengan penambahan satu seksi yaitu seksi Ekstensifikasi Perpajakan.
3. Sistem Administrasi Perpajakan yang digunakan merupakan
penggabungan SIDJP dan SISMIOP.
4. Mengadministrasikan seluruh jenis pajak (PPh, PPN, PBB, dan BPHTB)
5. Account Repesentative ditugaskan untuk mengawasi wilayah tertentu
yang berada dalam wilayah kerja KPP yang bersangkutan.
9
Melalui modernisasi ini diharapkan pelayanan perpajakan kepada Wajib
Pajak menjadi lebih efisien karena dilaksanakan di satu tempat dan juga
diharapkan dengan modernisasi ini pendapatan negara dari sektor perpajakan akan
mengalami peningkatan sehingga dapat menunjang pembiayaan pembangunan.
Visi dan Misi
KPP Pratama Sumedang mempunyai visi dan misi diantaranya :
1. Visi
Visi KPP Pratama Sumedang menjadi pelayanan masyarakat yang
menyelenggarakan sistem dan manajemen perpajakan kelas dunia, yang
dipercaya dan dibanggakan masyarakat.
2. Misi
a. Membantu penerimaan Dalam Negeri dari sektor pajak yang mampu
menunjang kemandirian pembiayaan pemerintah berdasarkan UU
Perpajakan dengan tingkat efektivitas dan efesien yang tinggi.
b. Mendukung kebijakan Pemerintah dalam mengatasi permasalahan
ekonomi bangsa dengan kebijakan yang minimizing distortioni.
c. Mendukung proses demokrayisasi bangsa.
d. Senantiasa memperbaharui diri, selararas dengan aspirasi masyarakat
dan teknokrasi perpajakan serta administrasi perpajakan mutakhir.
10
2.2 Struktur Organisasi KPP Pratama Sumedang
Struktur organisasi adalah merupakan suatu hal yang penting di KPP
Pratama Sunedang, karena dengan adanya struktur dapat terlihat dengan jelas
tanggung jawab seseorang pemangku jabatan di KPP Pratama Sumedang,
sehingga dengan adanya tangung jawab yang jelas diharapkan dapat terciptanya
kelancaran kerja sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan di KPP Pratama
Sumedang.
Struktur organisasi dibuat sebagai landasan agar masing-masing elemen
didalam sebuah perusahaan dapat berperan sesuai dengan fungsi dan posisinya
masing-masing. Struktur organisasi juga mencerminkan adanya keteraturan
kinerja pegawai atau karyawan dimana satu sama lain saling berhubungan, dengan
tujuan untuk menciptakan kondisi kerja yang terencana, terarah, dan teratur.
2.3 Uraian Tugas atau Jabatan di KPP Pratama Sumedang
KPP Pratama Sumedang terdiri atas unit kerja. Adapun tugas pokok dari
setiap unit kerja yang ada di KPP Pratama Sumedang adalah sebagai berikut :
1. Kepala KPP Pratama
Orang yang mengepalai KPP Pratama dan bertanggung jawab atas
kegiatan pada KPP Pratama.
2. Sub Bagian Umum
Membantu Kepala KPP Pratama dalam mengurus urusan rumah
tangga KPP Pratama seperti administrasi, surat menyurat, gaji pegawai,
dan lainnya. Sub Bagian Umum terdiri dari :
11
a. Kepegawaian.
b. Keuangan.
c. Tata Usaha.
d. Rumah Tangga.
3. Seksi Pengolahan Data Informasi
Merupakan jantung dari KPP Pratama karena merupakan pusat
perekaman data dari SPT yang disampaikan Wajib Pajak.
4. Seksi Pelayanan
Merupakan ujung tombak KPP Pratama yang bertugas untuk
melayani Wajib Pajak. Tugas Seksi Pelayanan antara lain :
a. Menerbitkan produk hukum.
b. Administrasi dan penyimpanan berkas.
c. Penyuluhan perpajakan.
d. Penerimaan SPT dan surat-surat permohonan Wajib Pajak.
e. Penerbitan NPWP / NPPKP.
f. Menjawab konfirmasi.
5. Seksi Ekstensifikasi
Tugas Seksi Ekstensifikasi antara lain :
a. Pengamatan potensi perpajakan.
b. Pendataan subjek dan objek pajak.
c. Penilaian objek pajak.
d. Penguasaan wilayah.
e. Pendataan monografi fiscal.
12
f. Ekstensifikasi wajib pajak.
6. Seksi Penagihan
Bertugas untuk melakukan penagihan terhadap Wajib Pajak atas
tunggakan pajaknya. Selain itu juga bertugas untuk melaksanakan
penagihan aktif. Tugas Seksi Penagihan antara lain :
a. Penata usahaan piutang pajak.
b. Proses permohonan penundaan dan angsuran tunggakan pajak.
c. Penagihan aktif.
7. Seksi Pemeriksaan
Tugas Seksi Pemeriksaan antara lain :
a. Penyusunan rencana pemeriksaan.
b. Pengawasan aturan pemeriksaan.
c. Penerbitan dan penyaluran SP3.
d. Administrasi pemeriksaan pajak.
8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi (Waskon)
Terdiri atas para Account Repesentatives (AR) yang ditugaskan
pada wilayah-wilayah tertentu. Account Repesentatives ini bertugas untuk
mengawasi kewajiban Wajib Pajak, melayani penyelesaian hak Wajib
Pajak dan sebagai tempat konsultasi Wajib Pajak. Jadi Account
Repesentatives ini bertugas untuk menjembatani atau mediator antara
Wajib Pajak dan KPP (Kantor Pelayanan Pajak).
13
Tugas Seksi Pengawasan dan Konsultasi antara lain :
a. Bimbingan atau himbauan terhadap Wajib Pajak.
b. Konsultasi teknis perpajakan.
c. Pengawasan perpajakan.
d. Analisis kepatuhan.
e. Rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka intensifikasi.
f. Penyusunan profile Wajib Pajak.
2.4 Aspek Kegiatan KPP Pratama Sumedang
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang adalah unsur pelaksana
Direktorat Jenderal Pajak yang berada dibawah dan bertanggung jawab langsung
kepada Kepala Kantor Wilayah Ditjen Pajak. Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Sumedang mempunyai tugas melaksanankan kegiatan operasional pelayanan
perpajakan dibidang Administrasi Perpajakan, Pajak Penghasilan, Pajak
Pertambahan Nilai, dan Pajak Tidak Langsung di wilayah Sumedang bedasarkan
kebijaksanaan teknis yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.
Dalam menyelenggarakan tugasnya, Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Sumedang mempunyai fungsi sebagai berikut :
1. Melakukan pengumpulan dan pengolahan data serta penyajian informasi
perpajakan.
2. Melakukan urusan tata usaha Wajib Pajak.
14
3. Melakukan penatausahaan dan pengecekan Surat Pemberitahuan Masa, serta
memantau dan menyusun Laporan Pembayaran Masa PPh, PPN, dan Pajak
Tidak Langsung Lainnya (PTLL).
4. Melakukan urusan tata usaha penerimaan, penagihan, penyelesaian, keberatan,
dan restitusi PPh, PPN, dan PTLL.
5. Melakukan urusan tata usaha dan rumah tangga KPP (Kantor Pelayanan
Pajak).
15
BAB III
PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK
3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa penulis melaksanakan
kerja praktek di KPP (Kantor Pelayanan Pajak) Pratama Sumedang, penulis
ditempatkan di seksi PDI (Perekaman data Informasi). Pelaksanaan kerja praktek
dimaksudkan untuk mengetahui prosedur pengurangan pembayaran PBB (Pajak
Bumi dan Bangunan)
Selama melaksanakan kerja praktek penulis mendapatkan pengarahan dan
penjelasan mengenai tata tertib yang telah diterapkan dan penjelasan mengenai
tugas-tugas yang akan dilaksanakan. Penulis juga banyak dibimbing dan diberi
masukan tentang bagaimana aktivitas dan perkembangan KPP (Kantor Pelayanan
Pajak) Pratama Sumedang. Dalam membuat laporan ini, penulis lebih
menekankan kepada prosedur pengurangan pembayaran PBB (Pajak Bumi dan
Bangunan) pada KPP (Kantor Pelayanan Pajak) Pratama Sumedang.
3.2 Teknis Pelaksanaan Kerja Praktek
Pada teknis pelaksanaan kuliah kerja praktek yang dilaksanakan oleh
penulis dengan cara :
1. Menerima data pengurangan pembayaran PBB (Pajak Bumi dan Bangunan)
yang diberikan oleh bagian penerimaan data.
16
2. Membantu merekam data pengurangan pembayaran tersebut ke dalam
komputer menggunakan software yang digunakan dalam perekaman data di
KPP (Kantor Pelayanan Pajak) Pratama Sumedang.
3.3 Pembahasan Hasil Kuliah Kerja Praktek
3.3.1 Fungsi dan Tujuan PBB (Pajak Bumi dan Bangunan) bagi Masyarakat.
Mengacu pada Undang-undang Nomor 12 tahun 1985 tentang pajak bumi
dan bangunan sebagaimana telah diubah dengan undang-undang nomor 12 tahun
1994. Fungsi PBB adalah sumber devisa bagi negara untuk pembangunan di
Indonesia, karena dengan adanya pajak khususnya PBB maka otomatis akan
menambah pemasukan bagi negara untuk pembangunan. Untuk lebih lanjut
Tujuan PBB (Pajak Bumi dan Bangunan) adalah sebagai berikut :
1. Menghimpun dana dari masyarakat sebanyak-banyaknya untuk dimasukan ke
kas negara dengan tujuan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara.
2. Mendidik masyarakat agar selalu membayar pajak dimana pajak tersebut
digunakan untuk pembangunan bangsa dan akan sangat bermanfaat jika pajak
tersebut digunakan dengan tepat guna.
17
3.3.2 Kondisi yang Menyebabkan Terjadinya Pengurangan Pembayaran
PBB.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 12 tahun 1985 tentang pajak bumi
dan bangunan sebagaimana telah diubah dengan undang-undang nomor 12 tahun
1994. Dalam Pengurangan Pembayaran PBB dapat terjadi dalam kondisi sebagai
berikut :
a. Kondisi tertentu Wajib Pajak
1. Objek Pajak berupa lahan pertanaian, perkebunan, perikanan, peternakan,
yang hasilnya sangat terbatas yang dimiliki, dikuasai dan dimanfaatkan
oleh Wajib Pajak orang pribadi.
2. Objek Pajak yang dimiliki, dikuasai dan dimanfaatkan oleh Wajib Pajak
pribadi yang berpenghasilan rendah, namun nilai jual Objek Pajaknya
meningkat akibat adanya pembangunan atau perkembangan lingkungan.
3. Objek Pajak yang dimiliki, dikuasai dan dimanfaatkan oleh Wajib Pajak
pribadi yang penghasilannya semata-mata dari pensiun, sehingga
kewajiban PBB sulit dipenuhi.
4. Objek Pajak yang dimiliki, dikuasai dan dimanfaatkan oleh Wajib Pajak
pribadi yang berpenghasilan rendah.
5. Objek Pajak yang dimiliki, dikuasai dan dimanfaatkan oleh Wajib Pajak
Veteran Pejuang dan Pembela Kemerdekaan termasuk janda atau dudanya.
6. Objek Pajak yang dimiliki, dikuasai dan dimanfaatkan oleh Wajib Pajak
badan, yang mengalami kerugian dan kesulitan likuiditasnya sehingga
tidak dapat memenuhi kewajibannya.
18
b. Kondisi dalam hal Objek Pajak terkena bencana alam dan sebab lainnya yang
luar biasa. Contoh : banjir, gempa bumi, tanah longsor, gunung meletus,
kebakaran, kekeringan, wabah penyakit, dan lain-lainnya.
Terhadap kondisi tertentu Objek Pajak, pengurangan dapat diberikan
maksimal 75 % dari pajak terutang, sedangkan apabila terkena bencana alam dan
sebab luar biasa lainnya, pengurangan dapat diberikan maksimal 100 % dengan
mempertimbangkan kondisi secara wajar dan objektif.
3.3.3 Prosedur Pengurangan Pembayaran PBB dan Perekaman Data
Pengurangan Pembayaran PBB
a. Prosedur pengurangan pembayaran PBB
Pajak Bumi dan Bangunan adalah pungutan yang dikenakan atas bumi dan
atau bangunan berdasarkan undang-undang nomor 12 tahun 1985 tentang pajak
bumi dan bangunan sebagaimana telah diubah dengan undang-undang nomor 12
tahun 1994. PBB adalah pajak yang bersifat kebendaan dalam arti besarnya pajak
terutang ditentukan oleh kadaan objek yaitu bumi / tanah / dan bangunan.
Keadaan subjek (siapa yang membayar) tidak ikut menentukan besarnya pajak.
Sebelum dikenakan kewajiban atas suatu objek pajak terlebih dahulu di
tentukan siapa wajib pajak atau subjek pajak yang dikenakan kewajiban
membayar pajak, dimana subjek pajak PBB adalah mereka yang :
1. Mempunyai hak atas bumi / tanah
2. Memperoleh manfaat atas bumi / tanah
3. Memiliki, menguasai atas bangunan
19
4. Memperoleh manfaat atas bangunan
Mengacu pada Undang-undang Nomor 12 tahun 1985 tentang pajak bumi
dan bangunan sebagaimana telah diubah dengan undang-undang nomor 12 tahun
1994, prosedur pengurangan pembayaran PBB adalah sebagai berikut.
Prosedur pengurangan pembayaran PBB dapat dimulai dengan cara :
1. Pengajuan dilakukan secara tertulis dalam bahasa indonesia kepada Kepala
Kantor Pelayanan Pajak Pratama.
2. Permohonan pengurangan diajukan paling lambat 60 hari sejak tanggal
diterimanya SPPT (Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang) dan SKP (Surat
Ketetapan Pajak) oleh wajib pajak dalam hal yang berkaitan dengan kondisi
tertentu Objek Pajak, sedangkan pengurangan sebagai akibat dari bencana
alam dapat diajukan paling lambat 60 hari sejak terjadinya bencana.
3. Pengajuan pengurangan harus diajukan oleh wajib pajak yang bersangkutan
dengan melampirkan foto copy SPPT tahun berjalan dan foto copy SPPT
beserta pelunasannya 3 tahun terakhir, untuk wajib pajak badan harus juga
melampirkan SPT PPh tahun pajak terakhir beserta tampilannya.
4. Untuk wajib pajak yang terkena bencana alam yang bersifat missal,
pengajuannya dilakukan secara tertulis oleh Kepala Desa atau Lurah dan
diketahui oleh Camat dengan mencantumkan nama wajib pajak yang
dimohonkan pengurangannya.
5. Pengajuan pengurangan dapat dilakukan secara langsung atau dikirim melalui
pos.
6. Tanggal tanda terima surat permohonan adalah sebagai berikut :
20
a. Pengajuan secara langsung maka tanggal tanda terima adalah tanggal pada
saat surat permohonan diajukan secara lengkap diterima oleh Kantor
Pelayanan Pajak.
b. Apabila dikirim melalui pos maka tanggal tanda terimanya adalah tanggal
pada saat surat permohonan diterima secara lengkap oleh Kantor
Pelayanan Pajak dari kantor pos.
b. Prosedur Perekaman Data Pengurangan Pembayaran PBB
Berdasarkan Undang-undang Nomor 12 tahun 1985 tentang pajak bumi
dan bangunan sebagaimana telah diubah dengan undang-undang nomor 12 tahun
1994.
Prosedur perekaman diawali dengan pelaporan para wajib pajak ke KPP
Pratama untuk melapor permohonan pengurangan pembayaran PBB setelah
disetujui oleh Kepala KPP data langsung dikirim ke bagian atau seksi PDI dimana
di bagian ini dilakukan berbagai macam perekaman perpajakan termasuk pajak
PBB, perekaman data pajak PBB di input menggunakan software yang khusus
untuk perekaman data perpajakan di seksi PDI, setelah direkam kemudian data
dikembalikan ke bagian pelaporan data untuk diarsipkan secara manual.
21
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang penulis peroleh selama menjalankan kuliah kerja
praktek penulis mencoba menarik kesimpulan dari data-data diatas :
1. KPP Pratama Sumedang adalah kantor yang melayani berbagai macam
pelaporan pajak dengan fasilitas-fasilitas yang modern diantaranya adalah
penggunaan sistem administrasi perpajakan SIDJB dan SISMIOP yang
mempermudah pengarsipan data.
2. PBB adalah pajak yang dikenakan terhadap bumi dan bangunan yang
ditempati oleh para wajib pajak. PBB merupakan salah satu jenis pajak yang
sangat berpengaruh bagi pembangunan karena merupakan pemasukan ke
dalam kas negara dan diatur dalam Undang-undang nomor 12 tahun 1985 dan
mengalami perubahan dengan Undang-undang nomor 12 tahun 1994.
3. Untuk pengurangan pembayaran PBB, wajib pajak harus mematuhi peraturan
dan prosedur yang berlaku karena terdapat berbagai ketentuan agar dapat
mengajukan pengurangan pembayaran PBB.
22
4.2 Saran
Adapun saran yang penulis ungkapkan antara lain :
1. KPP Pratama Sumedang diharapkan dapat terus menerus menjaga dan
meningkatkan pelayanan yang sudah baik menjadi lebih baik lagi terhadap
para wajib pajak sesuai prosedur untuk menunjukan prestasi di mata para
wajib pajak.
2. KPP Pratama Sumedang diharapkan dapat meingkatkan sumber daya
manusianya baik dari segi kualitas maupun kuantitas agar manajemen di
dalam KPP Pratama Sumedang lebih baik lagi.
3. KPP Pratama Sumedang diharapkan dapat menjalin hubungan yang lebih
baik lagi dengan para wajib pajak dan mengutamakan kenyamanan para
wajib pajak.
23