jawaban kisi kisi ekonomi (1)

10
KISI-KISI 1. Pelajari tentang kurva permintaan bengkok/patah dalam struktur pasar 2. Pelajari tentang bagaimana terjadinya perubahan jenis pasar tertentu menjadi jenis pasar lainnya. Misalnya, sebelumnya pasar monopoli berubah menjadi pasar oligopoli 3. Pelajari kenapa penduduk jepang lebih cinta produk dalam negeri dibandingkan dengan produk luar negeri 4. Pelajari tentang pasar monopoli PLN tidak bisa menjadi pasar oligopoli 5. Pelajari tentang kapan suatu jenis pasar mengalami keuntungan dan kapan mengalami kerugian Penentuan harga output dalam pasar oligopoly yang tidak bergabung (non collusive oligopoly) dalam model kurva permintaan bengkok atau The Kinked – Demand Model Jika di dalam pasar oligopoly tidak terdapat kesepakatan diantara produsen yang terdapat dipasar maka setiap tindakan yang dilakukan oleh suatu perusahaan akan memancing perusahaaan lain. Apabila suatu perusahaan menurunkan harga maka, perusahaan yang lain juga ikut menurunkan harga, sebab jika ia tidak ikut menurunkan harga maka ia dapat kehilangan pelanggannya yang beralih pada perusahaaan yang menurunkan harga produknya. Sebaliknya yang terjadi apabila suatu perusahaan menaikkan harga produknya maka hal ini tidak akan diikuti oleh perusahaan yang lain sebab jika perusahaan yang lain ikut menaikkan harga maka ia akan kehilangan banyak pelanggannya, karena

Upload: stephaniejessey

Post on 12-Apr-2017

92 views

Category:

Economy & Finance


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: Jawaban kisi kisi ekonomi (1)

KISI-KISI

1. Pelajari tentang kurva permintaan bengkok/patah dalam struktur pasar

2. Pelajari tentang bagaimana terjadinya perubahan jenis pasar tertentu menjadi jenis pasar

lainnya. Misalnya, sebelumnya pasar monopoli berubah menjadi pasar oligopoli

3. Pelajari kenapa penduduk jepang lebih cinta produk dalam negeri dibandingkan dengan

produk luar negeri

4. Pelajari tentang pasar monopoli PLN tidak bisa menjadi pasar oligopoli

5. Pelajari tentang kapan suatu jenis pasar mengalami keuntungan dan kapan mengalami

kerugian

Penentuan harga output dalam pasar oligopoly yang tidak bergabung (non collusive

oligopoly) dalam model kurva permintaan bengkok atau The Kinked – Demand Model

Jika di dalam pasar oligopoly tidak terdapat kesepakatan diantara produsen

yang terdapat dipasar maka setiap tindakan yang dilakukan oleh suatu perusahaan akan

memancing perusahaaan lain. Apabila suatu perusahaan menurunkan harga maka,

perusahaan yang lain juga ikut menurunkan harga, sebab jika ia tidak ikut menurunkan

harga maka ia dapat kehilangan pelanggannya yang beralih pada perusahaaan yang

menurunkan harga produknya. Sebaliknya yang terjadi apabila suatu perusahaan

menaikkan harga produknya maka hal ini tidak akan diikuti oleh perusahaan yang lain

sebab jika perusahaan yang lain ikut menaikkan harga maka ia akan kehilangan banyak

pelanggannya, karena pelanggan akan berpindah menuju perusahaan yang menjual

produk dengan harga murah. Sehingga dapat disimpulkan dari asumsi diatas bahwasanya

“dalam pasar non collusive oligopoly penurunan ataupun kenaikan harga produk

akan mendorong perusahaaan lain untuk ikut menurunkan atau menaikkan harga” .

Dalam hal ini penurunan harga oleh suatu perusahaan yang diikuti dengan perusahaan

yang lain, tetapi aksi menaikkan harga yang cenderung tidak diikuti oleh pesaingnya

mengakibatkan suatu perusahaan menghadapi kurva permintaan yang patah atau

bengkok (The Kinked Demand Curve). Model ini pertama kali dikemukakan oleh

seorang ekonom P. Sweezy pada tahun 1939. Sweezy dalam modelnya menggunakan

kurva permintaan bengkok atau The Kinked-Demand Curve sebagai alat analisanya. The

Kinked Demand Curve , yaitu kurva permintaan untuk mengantisipasi apabila terjadi

kenaikan harga dan kurva permintaan untuk mengantisipasi apabila terjadi penurunan

Page 2: Jawaban kisi kisi ekonomi (1)

harga. Pada model ini juga ditegaskan bahwa perubahan pada biaya jarang sekali

diimbangi dengan perubahan pada harga pasar,

dan bila perubahan pada harga pasar benar – benar terjadi dipasar oligopoly cenderung

terjadi dalam skala yang cukup besar. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar berikut

Kurva D1 adalah kurva permintaan yang dihadapi oleh perusahaan oligopoly dengan

asumsi apabila ia merubah ( menaikkan atau menurunkan ) harga maka perusahaan lain

tidak memberikan reaksi terhadap perubahan harga tersebut. Sedangkan kurva D2

merupakan kurva permintaan yang dihadapi pada perusahaan oligopoly dengan asumsi

perubahan harga produk yang dilakukannya akan diikuti oleh perusahaan lain yang ada

dalam industry yang sama. Misalkan perusahaan berada pada tingkat harga mula – mula

Po, jumlah permintaan yangdihadapi adalah sebayak Qo. Jika perusahaan tersebut

menurunkan harga produknya, maka jumlah permintaan akan suatu produk tersebut

akan bertambah. Seandainya penurunan harga Po ke P1 tersebut tidak diikuti oleh

perusahaan lain maka permintaan yang di hadapinya akan bertaabah sebesar Qa. Namun

apabila perusahaan – perusahaan lain dalam pasar oligopoly tersebut ikut menurunkan

harga seperti yang telah di lakukan oleh perusahaan pertama maka permintaan output

yang dihadapi hanya cukup pada Qb. Kenaikan ini hanya disebabkan oleh substitution

effect dan income effect dari pelanggannya.

Page 3: Jawaban kisi kisi ekonomi (1)

Sebaliknya jika yang terjadi adalah suatu perusahaan berusaha menaikkan harganya

sebesar P2, sedangkan perusahaan lain tidak ikut dalam menaikkan harga atas produknya

yang dijual dan perusahaan lain itu tetap menjualnya dengan harga Po maka perusahaan

pertama ini akan banyak mengalami kehilangan pelanggan dan jumlah barang yang

dapat dijual hanya mampu bertahan pada Qd. Akan tetapi, jika perusahaan yang lain ikut

manaikkan harga , maka ia hanya akan mampu menjual jumlah output pada Qc,

meskipun resiko ia akan kehilangan konsumen atau pelanggan masih tetap terjadi.

Dengan asumsi bahwa suatu perusahaan tidak ingin kehilangan pelanggannya dan

senang ketika mendapat pelanggan yang baru maka perusahaan oligopoly tersebut akan

berperilaku sebagai berikut:

1. Mereka akan ikut menurunkan harga apabila ada perusahaan yang lain

didalam pasar yang ikut menurunkan harganya, sehingga ia tidak akan

kehilangan pelanggannya.

2. Mereka tidak akan ikut menaikkan harga, apabila perusahaan yang lain

menaikkan harga dari produk yang mereka jual. Karena apabila mereka

tidak ikut menaikkan hrga maka mareka akan mendapat tambahan

pelanggan dari perusahaan pertama yang telah menaikkan harga tersebut.

Maka berdasar asumsi tersebut diatas maka kurva permintaan dari perusahaan

oligopoly adalah berupa kurva bengkok (The Kinked Demand Curve) seperti yang

telah ditunjukkan oleh kurva d b D2 pada gambar diatas.

MODEL KURVA PERMINTAAN BENGKOK ( THE KINKED DEMAND CURVE)

SOAL !!

Misalnya seorang produsen oligopoly (non collusive oligopoly) apabila ia

menaikkan harga produk yang dijualnya , maka kurva yang dihadapinya

mempunya fungsi : Q1 = 280 – 40P1 atau P1 = 7 – 0,025Q1. Dan untuk

penurunan harag, fungsi permintaannya : Q2 = 100 10P2 atau P2 = 10 – 0,1Q2.

Dimana Q = output , dan P = harag dalam milyar rupiah. Jika fungsi biaya

produksi totalnya adalah : TC = 2Q + 0.025Q2 , maka :

a. Berapakah jumlah output yang terjual dan harga penjualan output

produsen oligopoly ?

Page 4: Jawaban kisi kisi ekonomi (1)

b. Karena produsen non collusive oligopoly menghadapi kinked demand

curve, maka berapakah batas atas dan batas bawah dari terputusnya

MR?

PENYELESAIAN :

a. Patahan kurva terjadi pada titik potong antara kurva demand D1 dan

D2. Sehingga pada titik potong tersebut akan diperoleh Q1=Q2=Q dan

D1=D2. Dan jika P1=P2, sehingga : 7 – 0,025Q = 10 – 0,1Q atau 0,075 =

32

Q = 3 : 0,075 = 40 unit,

P1 = 7 – 0,025 (40) = 6 M,

P2 = 10 – 0,1 (40) = 6 M.

b. Batas atas dan batas bawah dari terputusnya kurva MR yang

diskontinyu.

MR1=dTR1/dQ1

Karena TR1= P1 . Q1 = ( 7 – 0,025Q1)Q1 = 7Q1 – 0,025Q1 maka :

MR1=7 - 0,025Q1 ,

MR2=dTR2/dQ2

Karena TR2= P2 . Q2 = ( 10 – 0.1Q2)Q2 = 10Q2 – 0,1Q22 maka :

MR2=10 – 0,2Q2

Jadi, MR1= 7 – 0,05 (40) = 7 – 2 = 3 M, dan

MR2= 10 – 0,2 (40) = 10 – 8 = 2 M.

Faktor pertama, adanya kesadaran dari para pengusaha dan produsen Jepang untuk selalu berinovasi dan lebih kreatif. Kesadaran inilah yang menjadikan produk-produk dalam negeri Jepang selalu memiliki daya saing dan daya tawar di pasar mereka sendiri dan juga di pasar

Page 5: Jawaban kisi kisi ekonomi (1)

luar negeri. 

Hal ini dikuatkan oleh pendapat Peneliti Senior Institute of Developing Ecomomics Japan External Trade Organization (IDE-Jetro) Yuri Sato. Menurutnya, inovasi merupakan salah satu kunci keberasilan ekonomi Jepang.

Menurut Yuri Sato, inovasi tidak mesti berwujdu sebuah karya atau temuan baru, tapi bisa berupa hasil modifikasi produk yang sudah ada dengan ciri khas tersendiri yang mempertimbangkan faktor kualitas, fungsi, dan harga.

Pelajaran menariknya, Jepang sangat menghargai setiap inovasi yang muncul. Tak heran, bila bukan hanya kalangan peneliti dan pengusaha saja yang mengajukan paten atau inovasi produknya, tetapi juga masyarakat biasa, bahkan seorang ibu rumah tangga pun mendaftarkan paten atas resep modifikasi yang berasil diraciknya.

Melihat gerekan tersebut, Pemerintah Jepang pun tak tinggal diam. Pemerintah terlibat aktif mendukung gerakan ini dengan memberikan berbagai fasilitas intensif fiskal maupun pajak. Setali tiga uang, sejumlah lembaga pembiayaan dan perbankan di Jepang pun tak ketinggalan dalam mendukung gerakan ini dengan memberi kemudahan-kemudahan fasilitas kredit modal kerja.

Soal hambatan, kesuksesan Jepang dalam membudayakan cinta produk dalam negeri pun tak luput dari persoalan. Pada awalnya banyak pula produk dalam negeri Jepang yang gagal melakukan inovasi dan jeblok di pasar. Namun, lagi-lagi masyarakat tak pernah putus asa dan senantiasa pantang menyerah untuk terus menemukan produk-produk unggulan yang tidak hanya murah, berkwalitas, tetapi fungsinya disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat Jepang. 

Faktor kedua adalah karena masyarakat Jepang secara umum sudah ter-edukasi untuk lebih memilih produk lokal demi kepentingan ekonomi nasional mereka. Dalam kamus mereka, semurah apapun harga produk asing tidak boleh dibeli dan harus tetap membeli produk lokal sejenis meski harganya lebih mahal. Pasalnya, membeli produk asing sama halnya dengan memperkaya negeri orang lain dan merugikan negeri mereka sendiri.

Kesadaran itu terbukti dengan tidak lakunya sejumlah produk china yang masuk ke Jepang, baik itu produk-produk elektronik maupun lainnya. Bahkan, ketika produk-produk China

Page 6: Jawaban kisi kisi ekonomi (1)

yang dikenal murah itu masuk ke pasar-pasar tradisional yang berkonsumen masyarakat menengah ke bawah pun nyaris tidak laku sama sekali.

Ketiga, adanya kesadaran dari para produksen dan pengusaha Jepang untuk selalu menghargai loyalitas para konsumen dalam negeri mereka dengan selalu melakukan perbaikan mutu dan peningkatan kualitas pelayanan. 

Bicara soal pelayanan, boleh dibilang budaya pelayanan Jepang nyaris belum bisa disaingi oleh negara-negara lain. Bahkan, soal pelayanan terhadap konsumen ini sudah menjadi bagian dari jati diri dan integritas mereka. Ini terbukti dengan sering terdengarnya kabar pengunduran diri para pembesar sebuah perusahaan Jepang ketika merasa dirinya gagal memberikan pelayanan terbaik kepada konsumennya.

Kita tentu masih ingat dengan tersiarnya kabar permintaan maaf esekutif tertinggi sekaligus pemilik brand Toyota kepada masyarakat China akibat kegagalan produk mobil RAV4 yang mengalami gangguan pada pedal gas. Bahkan, permintaan maaf itu langsung diiringi dengan penarikan produk-produk tersebut dan kunjungan bos Toyota ke China untuk meminta maaf secara terbuk kepada masyarakat China.

Inilah nilai yang perlu diusung dan dihayati oleh para pengusaha dan industriawan dalam negeri kita agar produk-produk lokal Indonesia bisa mendapat hati para konsumen domestik yang kian menjanjikan.

Dengan belajar dari Jepang, kampanye cinta produk Indonesia niscaya bakal membawa kepada kesejahteraan bersama. Sebab, membeli produk dalam negeri adalah suatu cara membantu negara ini untuk menjadi bangsa yang besar. 

PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) adalah perusahaan pemerintah yang bergerak di bidang pengadaan listrik nasional. Hingga saat ini, PT. PLN masih merupakan satu-satunya perusahaan listrik sekaligus pendistribusinya. Dalam hal ini PT. PLN sudah seharusnya dapat memenuhi kebutuhan listrik bagi masyarakat, dan mendistribusikannya secara merata.

Page 7: Jawaban kisi kisi ekonomi (1)

Usaha PT. PLN termasuk kedalam jenis monopoli murni. Hal ini ditunjukkan karena PT. PLN merupakan penjual atau produsen tunggal, produk yang unik dan tanpa barang pengganti yang dekat, serta kemampuannya untuk menerapkan harga berapapun yang mereka kehendaki.

Contoh kasus monopoli yang dilakukan oleh PT. PLN adalah:

1. Fungsi PT. PLN sebagai pembangkit, distribusi, dan transmisi listrik mulai dipecah. Swasta diizinkan berpartisipasi dalam upaya pembangkitan tenaga listrik. Sementara untuk distribusi dan transmisi tetap ditangani PT. PLN. Saat ini telah ada 27 Independent Power Producer di Indonesia. Mereka termasuk Siemens, General Electric, Enron, Mitsubishi, Californian Energy, Edison Mission Energy, Mitsui & Co, Black & Veath Internasional, Duke Energy, Hoppwell Holding, dan masih banyak lagi. Tetapi dalam menentukan harga listrik yang harus dibayar masyarakat tetap ditentukan oleh PT. PLN sendiri.

2. Krisis listrik memuncak saat PT. Perusahaan Listrik Negara (PT. PLN) memberlakukan pemadaman listrik secara bergiliran di berbagai wilayah termasuk Jakarta dan sekitarnya, selama periode 11-25 Juli 2008. Hal ini diperparah oleh pengalihan jam operasional kerja industri ke hari Sabtu dan Minggu, sekali sebulan. Semua industri di Jawa-Bali wajib menaati, dan sanksi bakal dikenakan bagi industri yang membandel. Dengan alasan klasik, PLN berdalih pemadaman dilakukan akibat defisit daya listrik yang semakin parah karena adanya gangguan pasokan batubara pembangkit utama di sistem kelistrikan Jawa-Bali, yaitu di pembangkit Tanjung Jati, Paiton Unit 1 dan 2, serta Cilacap. Namun, di saat yang bersamaan terjadi juga permasalahan serupa untuk pembangkit berbahan bakar minyak (BBM) PLTGU Muara Tawar dan PLTGU Muara Karang.

Dikarenakan PT. PLN memonopoli kelistrikan nasional, kebutuhan listrik masyarakat sangat bergantung pada PT. PLN, tetapi mereka sendiri tidak mampu secara merata dan adil memenuhi kebutuhan listrik masyarakat. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya daerah-daerah yang kebutuhan listriknya belum terpenuhi dan juga sering terjadi pemadaman listrik secara sepihak sebagaimana contoh diatas. Kejadian ini menyebabkan kerugian yang tidak sedikit bagi masyarakat, dan investor menjadi enggan untuk berinvestasi.