jawaban atas segala pertanyaan hindu
DESCRIPTION
Petunjuk bagi yang raguTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dijaman yang serba canggih dan modern ini banyak sekali permasalahan
yang muncul terutama permasalahan (konflik) yang mengatasnamakan agama.
Hal yang menyebabkan terhambatnya Tujuan Ilmu Perbandingan Agama adalah
karena adanya fanatisme agama, adanya materilaisme, minimnya spiritualisme,
adanya mayoritas dan minoritas dalam beragama, dan terjadinya intimidasi.
Sehingga perlunya pembelajaran terhadap perbandingan agama karena dinilai
penting. Sebab perbandingan agama bukan membanding-bandingkan agama akan
tetapi mengenal agama orang lain agar terjadi toleransi, saling menghormati,
menghargai dan sebagainya. Pada dasarnya ketika semua orang memahami semua
agama dengan baik pasti konflik antar umat beragama dapat diminimalisir. Karena
dengan sedikitnya pengetahuan akan agama orang lain maka akan muncul
persepsi yang kurang benar dan bahkan menjelekan ajaran agama tersebut.
Dalam kesempatan ini penulis akan menggali tentang Agama Hindu. Agar
agama lain dapat memahami dengan benar tentang ajaran Hindu dan
menumbuhkan toleransi antar umat beragama. Sehingga kerukunan antar umat
beragama dapat terjadi serta tujuan agama dan negara dapat tercapai.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. ASAL AGAMA HINDU
Agama Hindu adalah agama yang paling tua di dunia. Para rsi jaman
dahulu menyanyikan lagu yang suci di hutan dan juga tepian sungai India, jauh
ribuan tahun sebelum Moses, Buddha atau Kristus. Nama asli dari Agama Hindu
adalah Sanatana Dharma (Kebenaran universal atau abadi). Walaupun bagaimana
pun asal usul Hindu juga kontroversial, para cendekiawan setuju bahwa agama
Hindu ada sejak awal 500 S.M, orang Persia memanggil orang India yang tinggal
di tepian sungai Indus (dikenal dengan nama Sindhu dalam bahasa Sanskerta)
sebagai Sindhus. Dalam Bahasa Persia, kata Sindhu menjadi Hindu dan orang
yang tinggal di India dikenal dengan nama Hindu.
Tidak seperti agama lain di dunia, agama Hindu tidak berasal dari seorang
pendiri atau sebuah kitab, atau dimulai pada titik waktu tertentu. Sangat tidak
mungkin untuk menentukan waktu dan tempat asalnya. Dalam buku-buku
biasanya dikatakan bahwa Agama Hindu kira-kira terbentuk 1500 SM, yang
didasarkan pada Teori Invasi Arya yang sekarang tidak dipergunakan lagi.
Menurut teori ini bangsa Arya pada jaman Veda datang dari India Tengah, yang
menyerbu India sekitar 1500 SM, menghancurkan peradaban yang lebih maju
yaitu Peradaban Harappan, dan menyebarkan budaya Veda di India.
Berdasarkan bukti arkeologi dan kesusastraan, cendekiawan modern telah
menyebutkan bahwa tidak ada invasi Arya dan orang-orang jaman Rg Weda yang
menyebutkan diri mereka Aryan (kata Arya dalam bahasa Sanskerta berarti
kebijaksanaan), merupakan penduduk asli India dan merupakan salah satu etnik
grup sejak 6500 SM atau bahkan lebih awal lagi.
Kronologi
Berikut ini adalah garis besar dari perkembangan agama dan tradisi Hindu.
Harus disadari bahwa perbedaan waktu yang mendekati 500 Sebelum Masehi
yang menandai beberapa peristiwa-peristiwa.
2
Jaman Rg Veda (6500 atau awal 2000 Sebelum Masehi)
Ini adalah jaman dimana Nyanyian dalam Rg Veda, kitab yang paling tua,
berkembang.
Jaman Brahmana dan Periode Aranyaka (2000-1500 Sebelum Masehi)
Para Brahmana (yang berhak menggunakan Lagu Veda dalam upacara),
Aranyaka (interpretasi filsafat dalam lagu-lagu pujian), jaman awal dari Upanisad
(Filsafat Veda) yang ditambahkan dalam kumpulan lagu-lagu pujian dalam Veda.
Pada jaman ini pemikiran Hindu berkembang dari pemujaan dari semua kekuatan
alami beralih pada sebuah konsep tunggal, yang menekankan pada jiwa Universal,
yang disebut dengan Brahmana oleh para peneliti Upanisad.
Jaman Sutra (1500-500 Sebelum Masehi)
Dalam periode ini, Upanisad disusun dan Mimamsa, Nyaya, Sankhya, dan
Brahma Sutra (aphorisme pada Upanisad) dicatat. Tulisan ini kemudian
mengarahkan pada perkembangan enam filsafat Hindu (Sad Darsana).
Perkembangan Budhisme dan Jainisme yang juga terjadi pada jaman ini.
Jaman Epos (700 Sebelum Masehi – 300 Setelah Masehi)
Dikembangkan ceritanya pada periode ini. Ramayana, yang kemudian
ditulis sebagai puisi oleh Rsi Walmiki saat periode ini dikembangkan lagi
beberapa waktu kemudian. Bhagavad Gita (bagian dari Mahabharata), Hukum
dari Manu (peraturan tingkah laku dalam agama Hindu), beberapa dari Purana
yang telah dibuat lebih awal (Kesusastraan mitologi), Sutra tentang filsafat, dan
ajaran yang lebih tinggi tentang Upanisad yang dibuat memungkinkan bagi orang
awam untuk mengerti dengan terjemahan yang telah disederhanakan.
Jaman Purana (300-1500 Setelah Masehi)
Pada jaman ini Purana dan kesusastraan Tantra dikembangkan. Sutra
filasafat untuk 6 bagian dari filsafat Hindu juga diinterpretasikan.
Periode Darsana (750-1000 Setelah Masehi)
Pada periode dari filsafat Sankara Advaita Vedanta dan penurunan
pengaruh Budhisme di India adalah dua tanda kepentingan pada periode ini.
Periode ini juga merupakan awal dari pergerakan pemujaan yang berkembang
dengan 12 puisi di India Selatan yang dikenal dengan Alvars.
3
Gerakan Bhakti (1000-1800 Setelah Masehi)
Periode ini terjadi peningkatan pemujaan yang dikembangkan oleh para
Alvars, Nayanars, Tulsidas, Kabir, Surdas, Tukaram, Ramprasad, Ramanuja,
Ramananda, Guru Nanak, Mira Bai, Vallabha, Caitanya, dan banyak guru agama
yang lain juga orang-orang suci.
Renaisance Hindu Modern
Sejarah ini, tidaklah terlalu memihak orang-orang Hindu dan agamanya di
India. Dominasi dari luar yang brutal dan panjang serta pengaruh dari misionaris
asing telah membawa tantangan dalam bertahannya agama Hindu di India. Pada
saat yang sama, India telah memiliki kesempatan yang baik untuk menghasilkan
beberapa para pemimpin Hindu yang religius dan pemimpin yang merevolusikan
agama Hindu dengan melawan beberapa pergerakan sosial yang tidak manusiawi,
termasuk sistem kasta dan ritualisme yang terlalu di perluas. Terdapat banyak
pemimpin dari Renaisance Hindu modern, termasuk Ram Mohan Roy, Swami
Dayananda Saraswati, Paramahamsa Ramakrsba, Swami Vivekananda, Sri
Aurobindo Ghose, Ramana Maharsi, dan Mahatma Gandhi.
B. APAKAH AGAMA HINDU ITU?
Agama Hindu dikatakan seperti pohon besar dengan cabangnya yang
sangat banyak yang melambangkan berbagai pemikiran keagamaan. Pohon ini
berakar dalam tanah Weda dan Upanisad yang subur. Weda melambangkan tradisi
keagamaan, sedangkan Upanisad melambangkan filsafat dimana tradisi itu
didasarkan. Beberapa orang mengatakan bahwa Hindu adalah lautan yang
menyerap semua aliran sungai dari pemikiran yang berbeda, betapa lurus atau
berbeloknya sungai itu.
Agama Hindu dasarnya adalah persahabatan bagi mereka yang
mempercayai kesucian seseorang, kesadaran eksperensial tentang tuhan melalui
praktek spiritual dan disiplin moral (yang tidak tertengahi oleh otoritas, dogma,
atau kepercayaan) pemeliharaan dan penyebaran dharma (kebenaran), kebebasan
pemikiran yang total, keselarasan dalam agama (sarva dharma samabhava), tanpa
kekerasan (ahimsa) dalam kata-kata, perbuatan, dan pemikiran, menghormati
4
semua bentuk kehidupan, dalam hukum karma “ Apa yang engkau tanam itulah
yang akan engkau tuai”.
Adanya Kenyataan
Orang yang beragama Hindu percaya bahwa hanya ada satu kenyataan
atau kebenaran yang tidak dapat dibatasi dengan nama apapun, bentuk, atau sifat.
Kenyataan itu adalah bagian dari semua benda dan mahkluk dunia yang kemudian
menurun dalam diri mereka. Ini adalah sumber mutlak atau asal dari keberadaan.
Hal ini memiliki dua aspek, yang transendental (impersonal) dan immanen
(personal). Dalam aspek transendentalnya, kenyataan itu disebut dengan berbagai
nama, seperti Yang Kuasa atau kesadaran Kosmis, Maha Kuasa, Kenyataan
Mutlak, Jiwa Universal dan Nirguna Brahman. Dalam aspek impersonal ini,
kenyataan ini tidaklah berbentuk, tidak memiliki atribut, tidak berpindah, tidak
terbatas dan tidak dapat didekati oleh pemikiran manusia. Seperti itulah,
Kenyataan ini tidak dapat disebut dengan Pencipta, karena ada terlebih dahulu
dari semua bentuk termasuk Sang Pencipta. Yang dapat kita katakan tentang
aspek yang transendental ini adalah kenyataan bahwa alam adalah keberadaan
mutlak yang alami, pengetahuan mutlak, dan kebahagiaan mutlak (Sat-cit-
ananda).
Ini adalah aspek immanen, kenyataan adalah Tuhan Yang Maha Kuasa,
Tuhan dari semua agama. Dilihat dari aspek personal, Hindu menyebut kenyataan
dengan berbagai nama, seperti Saguna Brahman, Isvara, Paramatma, dan Ibu
Mulia. Dalam aspek ini, kenyataan ini adalah pencipta yang maha pengampun,
pemelihara, dan pengendali dari jagat raya. “ Dalam pandangan Weda, tidak ada
satu Dewa atau Dewi untuk semua manusia”. Hindu memuja aspek personal dari
kenyataan dalam berbagai nama dan bentuk, baik pria maupun wanita, ,menurut
pilihan dari pemuja.
Kesucian Individu
Kata Sanskrta atman, berarti “Tuhan dalam diri kita”, biasanya
diterjemahkan sebagai kesadaran, atau jiwa. Seorang individu, menurut
pandangan Hindu, adalah atman yang berada dalam tubuh manusia. Hindu
5
menyatakan bahwa atman adalah abadi dan mulia. Sedangkan tubuh fisik kita
mengalami kematian, dimana atman tidak bisa. Dari wujud manusia yang
sempurna sampai dengan cacing yang paling rendah terdapat atman, tetapi dalam
derajat manifestasi tubuh fisik tertentu seperti listrik yang berfungsi dalam
berbagai organisasi, bertgantung pada jenis dan konstruksi dari tubuh fisik.
Tingkat dari manifestasi atman yang tertinggi terdapat dalam tubuh manusia.
Dinyatakan bahwa atman itu maha kuat dan ada dimana- mana.
Bagaimana pun juga, ketika kita berhubungan dengan tubuh manusia tertentu, ini
akan menimbulkan pikiran, kecerdasan dan ego. Yang merupakan maya,
ketidakperdulian, atman telah menyatukan dirinya dengan tubuh, pikiran dan
kecerdasan. Hal inilah yang menyebabkan keterikatan atman dengan keberadaan
material, penderita dari rasa sakit di dunia. Menurut pandangan Hindu, kebebasan
(moksa atau pembebasan diri dari keterikatan duniawi) adalah tujuan dari
kehidupan manusia.
Moksa (Penyatuan dengan Tuhan)
Tujuan dari kehidupan keagamaan Hindu adalah untuk mencapai moksa
yaitu penyatuan dengan tuhan atau kebebasan dari segala keterbatasan fisik.
Penyatuan ini dapat dicapai melalui pengetahuan sejati (jnana), pengabdian
(bhakti), dan melakukan kebenaran (karma). Kemurnian, pengendalian,
kebenaran, tanpa kekerasan, dan welas asih pada semua bentuk kehidupan adalah
kebutuhan yang paling penting dalam jalan spiritual manapun dalam agama
Hindu. Agama Hindu menekankan pentingnya guru sejati (ahli spiritual) untuk
pencapaian pengetahuan Tuhan (atman-jnana). Pengetahuan Tuhan sangatlah
penting bagi kesempurnaan spiritual. “Jika kita mengetahui tentang Tuhan dan
tidak mengetahui diri kita sendiri, tuhan yang kita ketahui hanyalah konstruksi
konseptual, hasilnya dari imajinasi kita. Jika kita benar-benar mengetahui diri kita,
kita mengetahui Tuhan.
Keselarasan dalam Agama (Sarva Dharma Samabhava)
6
Agama Hindu menawarkan sejumlah cara untuk mencari penyatuan
dengan Tuhan. Hindu menyatakan bahwa semua agama yang sejati tidak lain
adalah jalan yang berbeda-beda dalam Tuhan. Doktrin ini dimasukkan dalam bait
berikut ini yang terdapat dalam Rg Weda (R.V.1.164.46) :
“Ekam sat viprah, bahudha vadanti.”
“Kebenaran itu adalah satu, orang bijaksana yang menyebutnya
dengan berbagai nama.”
Karena kepercayaan tentang keberadaan Tuhan pada semua mahluk hidup, Agama
Hindu mengajarkan toleransi dan keselarasan yang universal. Agama Hindu tidak
melihat bahwa seorang atheis sebagai orang yang menjijikkan. Menurut Sir
Monier Williams (Seorang cendikia Inggris dan Sanskrta, 1819-1899)
“Karakteristik Agama Hindu adalah sifatnya yang menerima dan
lengkap. Agama Hindu dinyatakan sebagai agama Kemanusiaan,
mahluk hidup dari seluruh jagat manusia. Tidak menghalangi
perkembangan dari sistem lain. Tidak memiliki kesulitan untuk
memasukkan agama lain kedalamnya dengan tangan terbuka.”
Doktrin dari Inkarnasi
Orang-orang Hindu percaya bahwa Tuhan berinkarnasi ke dunia untuk
menegakkan kebenaran, ketika nilai kebaikan telah menurun. Ini dinyatakan
dalam Bhagavad Gita (BG IV.6, IV.7) :
“Ketika ada penurunan pada nilai kebenaran dan ketidakbenaran
telah merajalela, Aku (Tuhan) dalam wujudku. Untuk melindungi
kebaikan dan penghancur oleh orang yang melakukan kejahatan dan
untuk menegakkan dharma (kebenaran), aku terlahir dari waktu ke
waktu.”
Orang Hindu percaya bahwa inkarnasi tidak dibatasi dalam agama Hindu
saja. Inkarnasi ini muncul dalam bentuk rsi, orang suci dan juga dalam semua
tradisi agama untuk membantu menegakkan dharma sesuai dengan kehendak
Tuhan.
Hukum Karma dan Kelahiran Kembali
7
Hindu percaya bahwa, Tuhan mencintai dan mengampuni semua, tidak
akan menghukum ataupun memberi hadiah pada siapapun. Kita menciptakan
nasib kita sendiri dengan pemikiran dan juga perbuatan kita. Setiap perbuatan
seseorang baik dalam pikiran atau perbuatan, akan membawa hasil, apakah itu
buruk atau baik, bergantung dari sifat moral dalam tindakan itu, sesuai dengan
pepatah, “ Apa yang engkau tanam, itulah yang akan engkau tuai.” Perbuatan
manusia tidak terjadi begitu saja tanpa akibat. Konsekuensi moral dari semua
tindakan ini terdapat di alam.
Jika seseorang hidup dengan bahagia di bumi, ia akan dilahirkan dalam
kehidupan yang lebih baik lagi dalam reinkarnasi berikutnya. Contohnya, seorang
pendosa yang melakukan kehidupan yang tidak bermoral akan terlahir sebagai
manusia miskin dalam kehidupannya pada reinkarnasi berikutnya. Seorang
terlahir kembali untuk menikmati hasil tindakannya sendiri. Siklus kelahiran dan
kematian sampai seseorang itu mencapai moksa, atau kebebasan dari siklus
kelahiran dan kematian.
Doktrin Ahimsa
Ahimsa berarti tanpa kekerasan, tidak melukai atau tidak membunuh.
Agama Hindu mengajarkan bahwa semua bentuk kehidupan adalah manifestasi
dari Tuhan. Kita tidak boleh membedakan dan menyakiti mahluk lain. Kita harus
menyebarkan cinta dan kasih pada semua mahluk hidup. Kita harus menyebarkan
cinta kasih dan kerendahan hati pada semua mahluk. Kekerasan karena nafsu
untuk memuaskan ketertarikan seseorang dan kurangnya kasih untuk sesama
adalah penyebab utama dari segala kejahatan di dunia.
Mahatma Gandhi, adalah salah satu pemimpin terkemuka pada jaman kita
adalah tokoh ahimsa yang paling termasyur. Sebelum ada ajarannya, praktek
penerapan doktrin ini telah dibatasi pada tindakan seseorang, tetapi ia telah
meluaskan konsep ahimsa pada tindakan masyarakat dan bangsa.
Tulisan Suci
8
Agama Hindu tidak berasal dari satu buku. Hindu memiliki banyak tulisan
suci yang menjadi sumber dari pemikiran-pemikirannya. Seperti yang telah
disebutkan terlebih dahulu, ini adalah agama yang diakumulasikan dari
pengalaman kuno, sejarah, demikian juga dengan Rsi-Rsi yang telah modern dan
pengamat. Tulisan Hindu yang paling penting diantaranya Veda, Upanisad,
Agama, Purana, Ramayana, Mahabharata, dan Bhagavad Gita, dan masih banyak
lagi.
Pustaka Weda
Tiap agama di dunia ini, memiliki pustaka suci. Pustaka suci sebuah
agama menjadi sumber segala sumber ajaran agama tersebut. Aspek-aspek
filsafat, aspek ritual maupun etika pelaksanaan ajaran beragama, bersumber dari
nilai, kaedah, norma dari pustaka sucinya. Semua ajaran agama ini memiliki
kebenaran suci, kekal, dan universal sehingga patut diikuti dan dilaksanakan oleh
penganutnya.
Sumber ajaran agama Hindu adalah Weda, yaitu Pustaka yang berisi ajaran
kesucian yang diturunkan Hyang Widhi melalui para Maha Rsi. Secara Etimologi,
kata Weda berasal dari kata Wid, artinya ‘mengetahui atau pengetahuan’. Weda
adalah ilmu pengetahuan suci yang maha sempurna suci dan kekal abadi berasal
dari Hyang Widhi. Weda dikenal pula dengan Sruti, artinya Weda yang diterima
melalui pendengaran dengan kemekaran intuisi para Maha Rsi. Juga disebut
Pustaka mantra karena memuat nyanyian pujaan.
Dengan demikian Weda adalah pustaka suci yang tidak boleh diragukan
kebenarannya dan berasal dari Hyang Widhi. Sedangkan Smerti isinya bersumber
dari Weda Sruti. Yang didapatkan melalui ingatan oleh Maha Rsi. Kedua pustaka
ini tidak boleh diragukan kebenarannya.
Manawa Dharmasastra. II.10 menegaskan :
Srutistu wedo wijneyo dharma
Sastram tu wai smertih
Te sarwartheswam immamasye tabhyam
Dharmo hi nirbabhau
9
Sruti adalah Weda, dan Smerti itu adalah dharmasastra,
keduanya tidak boleh diragukan dalam hal apapun juga
karena keduanya adalah Pustaka Suci yang menjadi
sumber ajaran Hindu Dharma
Dari sloka diatas, tegaslah bahwa Sruti dan Smerti merupakan dasar utama
ajaran Hindu yang kebenaranya tidak terbantahkan. Sruti dan Smerti adalah ajaran
dasar yang harus dipegang teguh seluruh umat Hindu.
C. Filsafat Timur Hindu
ASTIKA (ORTODOK)
Sad Darsana (Enam Pandangan Filsafat Hindu). Filsafat merupakan
pencarian rasional ke dalam sifat kebenaran atau realitas, yang juga memberikan
pemecahan yang jelas dalam mengemukakan permasalahan-permasalahan
kehidupan ini, di mana ia juga menunjukkan jalan untuk mendapatkan
pembebasan abadi dari penderitaan akibat kelahiran dan kematian.
Kata Darsana muncul dan digunakan untuk mengacu kepada pengertian
filsafat. Kata Darsana kata Dasgupta di dalam pengertian pengetahuan filsafat
penggunaan awalnya ditemukan di dalam Vaisesika-sutra karya Kanada. Tujuan
Darsana merupakan realisasi atman. Realisasi atman merupakan tujuan dari setiap
darsana. Baik Sruti maupun sistem-sistem filsafat India (Darsana) semuanya
menelkankan pada Atman dan Brahman (Tuhan).
Klasifikasi Darsana ada enam sistem filsafat Hindu yaitu, enam sistem filsafat
orthodok yang merupakan enam cara mencari kebenaran, yaitu :
1.NYAYA
Nyaya disebut juga tarkawada yaitu ilmu berdebat. Munculnya akibat
perdebatan diantara ahli pikir di dalam mereka berusaha mencari
kebenaran dari ayat-ayat suci Weda untuk dijadikan landasan melakukan
upacara-upacara korban.
Ajaran filsafat nyaya bersifat realistis. Karena mengakui benda-benda
sebagai suatu kenyataan atau mengakui keberadaan dunia yang terlepas
dari pikiran dan berdiri sendiri.
10
Nyaya juga berarti “Theori pemisahan”. Pemikiran ini dipelopori oleh
Rsi Gautama (bukan Buddha), yang merupakan sistem yang logis dan
bukan merupakan sistem praktek keagamaan. Bagaimana pun juga, logis
dalam hal ini berarti dilatih untuk tujuan mencapai pembebasan.
Pemikiran ini lebih cenderung dalam analisi logika dari dunia dan
menggunakan alasan dan inference sebagai alat untuk mencapai
pengetahuan yang sebenarnya. Filsafat Nyaya sangat dihormati oleh
Cendekiawan Barat, karena menggambarkan kehalusan dan intricacies
pemikiran India.
2. WAISESIKA
Waisesika adalah salah satu bagian dari filsafat India atau sad darsana
yang usianya lebih tua dari sistem filsafat Nyaya. Yang timbul pada abad 4
SM. Dengan tokohnya adalah Maha Rsi Kanada. Beliau juga dikenal
dengan nama Ulaka.
Sistem filsafat Waisiseka bersifat metafisik dengan tujuan pokok
ajarannya bersifat dharma yaitu tentang kesejahteraan di duniawi dan
kelepasan.
Sumber dan pokok-pokok ajarannya
Sumber ajaran waisesika kitab Waisesika Sutra. Kitab ini terdiri atas
10 adhyayas atau jilid dan setiap jilid terdiri dua ahnikas atau bab. Isi pokok
ajaran Waisesika adalah menerangkan tentang dharma. Yaitu apa yang
memberikan kesejahteraan di dalam dunia ini dan yang memberikan kelepasan
yang menentukan. Yang terpenting dari ajaran waisesika adalah ajaran tentang
kategori-kategori dari semua yang ada di dunia ini.
Waisesika berarti study tentang kemutlakan tertentu. Pemikiran ini, juga
dikenal dengan Pemikiran Agama Hindu Atomiki. Menurut filsafat ini,
pembebasan diri menghasilkan pengetahuan yang didapatkan dengan mengingat
enam kategori yaitu sifat, tindakan, konsep kelas, jenis dan inherence.
3. MIMAMSA
Sistem filasafat Mimamsa terbagi menjadi dua jenis yaitu Purwa
Mimamsa, dan Uttara Mimamsa. Mimamsa sering disebut Purwa Mimamsa
yang artinya penyelidikan sistematis yang pertama. Yang dimaksud bahwa
11
sistem ini membicarakan bagian Weda yang pertama yaitu kitab Brahmana.
Sedangkan Uttara Mimamsa disebut juga Wedanta yang artinya penyelidikan
sistematis yang kedua yaitu kitab Upanisad.
Sifat ajarannya adalah pluralistis, dan realistis. Disebut pluralistis
karena mengakui adanya banyak jiwa dan penggandaan asas badani yang
membenahi alam semesta. Sedangkan disebut realistis karena mengakui
obyek-obyek pengamatan adalah nyata.
Sumber dan pokok-pokok ajarannya
Yang menjadi sumber pokok ajaran Mimamsa adalah Mimamsa Sutra
buah karya Maha Rsi Jaimini. Dalam perkembangan selanjutnya timbulah
kitab komentar terhadap Mimamsa Sutra yang ditulis Sabaraswammin.
Komentar ini diterangkan dengan cara yang berbeda oleh Kumarila Bhatta
dan Prabhakara. Oleh karena itu timbullah dua aliran yaitu pengikut
Kumarila Bhatta dan pengikut Prabhakara. Pokok-pokok ajaran kedua ini
pada prinsipnya sama.
Fungsi filsafat Mimamsa adalah membantu praktik keagamaan
melalui dua cara yaitu memberi metode interpretasi terhadap Weda dan
memberi pertimbangan-pertimbangan yang bersifat filosofis terhadap
pelaksanaan upacara keagamaan.
Mengenai jiwa dalam sistem Mimamsa dipandang sebagai subtansi.
Keadaan berbeda dengan tubuh, indria dan budi. Jiwa itu jumlahnya sangat
banyak dan tak terhitung, tiap tubuh ada satu jiwa. Semua jiwa memiliki
kesadaran bersifat kekal berada dimana-mana dan meliputi segala sesuatu.
4. SAMKHYA
Samkhya terdiri dari dua kata yaitu “Sam” yang artinya bersama-sama
atau dengan dan “Khya” artinsya bilangan. Jadi Samkhya berarti susunan
yang berukuran bilangan. Kata Samkhya juga berarti pengetahuan yang
sempurna. Yang dimaksud adalah filsafat tentang sesuatu yang memberi
pelajaran untuk mengenal diri sendiri secara metafisik.
Ajaran Samkhya disebut realistis, dualistis, dan pluralistis. Disebut
realistis karena mengakui realitas dunia ini yang bebas dari roh. Disebut
dualistis karena prinsip ajarannya ada dua realitas yang berdiri sendiri
12
yaitu Purusa asas kejiwaan, dan Prakrti yaitu asas kebendaan. Dan disebut
pluralistis karena mengajarkan mengajarkan bahwa purusa itu banyak
sekali. Menurut Samkhya tentang kebenaran tuhan tidak perlu dibuktikan
lagi. Karena itu pula ajarannya disebut Niriswara Samkhya.
5. YOGA
Yoga secara etimologi berasal dari bahasa Sanskrta yang diambil dari
akar kata “Yuj” yang artinya berhubungan, penyatuan. Seseorang yang
mencari penyatuan ini disebut dengan Yogin atau Yogi. Penyatuan atau
berhubungan dimaksudkan adalah pertemuan roh individu (atma/
purusa) dengan roh universal yang tidak berpribadi (Mahapurusa/
paramatman).
Maha Rsi Patanjali mengartikan Yoga sebagai “ Citta Wrtti Nirodha”
yaitu penghentian gerak pikiran. Ajaran Yoga sangat populer dikalangan
umat Hindu dengan tokoh pendirinya adalah Maha Rsi Patanjali. Tulisan
pertama tentang ajaran Yoga adalah kitab Yoga Sutra karya Maha Rsi
Patanjali. Walupun unsur-unsur ajarannya sudah ada jauh sebelum itu.
Kemudian muncullah buku-buku komentar atas ajaran beliau. Seperti
Yoga Bhasya atau Wyasabhasya yang ditulis oleh Wyasa. Yoga
Maniprabha ditulis oleh Bhojaraja dll. Komentar-komentar ini
menguraikan ajaran Yoga karya Patanjali yang berbentuk Sutra berupa
kalimat-kalimat pendek dan padat isinya.
Berbeda dengan Samkhya, yoga mengakui adanya Tuhan. Adanya
Tuhan dipandang lebih bernilai praktis dari pada bersifat teori dan
merupakan tujuan akhir semadi yoga. Dengan demikian maka yoga
dikatakan bersifat teori dan praktek dalam hubungan Tuhan. Ajaran yoga
juga bersifat teistis dan mengakui kewenangan Weda.
NASTIKA (HETERODOK)
Istilah Nawa Darsana sebenarnya adalah penggabungan Sad Darsana
dengan Filsafat Nastika yang heterodok. Yang terdiri dari Carwaka,
Jaina, dan Buddha.
13
CARWAKA
Aliran filsafat Carwaka digolongkan dalam aliran materialisme.
Aliran ini hanya bisa percaya kepada apa yang bisa dilihat oleh mata.
Aliran Carwaka percaya terhadap Catur Mahabhuta (4 unsur alam yaitu
udara, air, api dan tanah).
Tokoh aliran Carwaka adalah Watsyayana dengan bukunya Kamasutra.
Carwaka tidak percaya kepada surga dan neraka dan terhadap Tuhan
yang menciptakan alam semesta. Karena aliran itu bersifat Atheis.
JAINA
Pendiri dari aliran ini adalah seseorang Mahawira yang namanya
Wardkamana (abad ke 6 SM). Aliran filsafat ini bersifat atheis. Percaya
bahwa seseorang dapat mencapai kebebasan rohani seperti gurunya.
Ada dua golongan Jaina yaitu:
A. Digambara yakni golongan yang sangat fanatik dan bahkan telanjang
bulat (berpakaian langit)
B. Swetambara yaitu golongan yang lebih moderat, menggunakan
pakaian serba putih.
Kedua golongan ini menekankan ajaran ahimsa (tidak membunuh
/menyakiti mahluk lain). Pengikut aliran ini umumnya menggunakan
masker (penutup mulut). Jangan sampai salah ucap atau mahluk-mahluk
kecil masuk ke mulut atau hidung. Bila bepergian selalu membawa sapu.
BUDDHA
Filsafat Buddha didirikan oleh pengikut Sang Buddha Siddharta
Gautama dan Dinasti Sakya (600 tahun sebelum masehi) hampir
bersamaan dengan filsafat Jaina. Buddhiesme adalah bagian dari Hindu
Dharma dan salah satu dari agama besar di dunia, dan dianut oleh sekitar
seperlima sampai semperempatdari populasi dunia saat ini.
Agama ini berkembang di Bhutan, Bhurma, China, Camboja, Japan,
Nepal, Tibet, Thailand, Sikhim, Sri Langka, dan Vietnam. Buddhisme
ditemukan pada tahun 520 sebelum masehi oleh Buddha Gautama, ynag
14
terlahir pada 563 Sebelum Masehi dekat dengan Kapilawastu, sekitar
seratus mil ke Utara dari kota Benares saat ini sebuah kota di India.
Ajaran Filsafat Buddha meliputi :
A. Catur Arya Satyani
Catur Arya Satyani yaitu empat kebenaran mulia meliputi :
1. Dukha : hidup adalah penderitaan
2. Tresna : ada yang menyebabkan penderitaan
3. Nirodha : ada jalan untuk mengatasinya
4. Asta Marga : jalan itu ada delapan
B. Pratitya Samut Pada
Pratitya Samut Pada adalah dua belas hal yang menyebabkan penderitaan
yaitu :
1. Awidya : kebodohan
2. Samkara : kesan dimasa lalu
3. Vijnana : kesadaran awal
4. Nama rupa : pikiran dan badan
5. Sadayatana : enam anggapan
6. Sparsa : kotak hubungan dengan obyek
7. Vedana : pengalaman yang lalu
8. Tresna : haus akan kenikmatan
9. Upadana : perhatian yang lebih
10. Bhava : keinginan supaya terjadi
11. Jati : kelahiran
12. Jara Marana : umur tua dan kenikmatan
C. Asta Marga
Asta Marga adalah delapan jalan yang benar, yaitu :
1. Samya drsti : berpandangan yang benar
2. Samyak sankalpa : pemecahan masalah dengan benar
3. Samyagvak : berbicara yang benar
4. Samyak karma : berbuat benar
15
5. Samyak jiwa : hidup yang benar
6. Samyak vayama : berusaha yang benar
7. Samyak smerti : berfikir yang benar
8. Samyak samadi : bermeditasi yang benar
D. Perbedaan Tuhan dengan Dewa
Dewa adalah sesuatu yang memancar dari Tuhan Yang Maha Esa. Tuhan
(Brahman) adalah sumber dari segala sesuatu yang ada didunia ini. Beraneka
Dewa itu adalah untuk memudahkan membayangkanNya. Dewa-dewa atau
dewata digambarkan dalam berbagai wujud, yang menampakkan diri sebagai yang
personal, yang berpribadi dan juga yang tidak berpribadi.
Yang Berpribadi dapat kita amati keterangan tentang dewa Indra, Vayu,
Surya, Garutman, Angsa yang terbang bebas di angkasa, dan sebagainya. Sedang
Yang Tidak Berpribadi, antara lain sebagai Om (Omkara/Pranava), Sat, Tat, dan
lain-lain.
Dalam kitab suci Rgveda seperti halnya Atharvaveda disebutkan jumlah
dewa-dewa itu sebanyak 33 dewa. Bila kita membaca mantram-mantram lainnya
dari kitab suci Rgveda ternyata jumlah Dewa-dewa sebanyak 3339.
E. Pengertian Panca Sradha
Kata Panca Sradha berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti lima
keyakinan. Sradha bersifat filosofi abstrak yang mengarah pada tattwa yaitu
tentang itu (abstrak). Panca Sradha terdiri dari :
Brahma Tattwa
Atma Tattwa
Karma Phala Tattwa
Punarbhawa Tattwa
Moksa Tattwa
1.Brahma Tattwa adalah keyakinan adanya Hyang Widhi. Beberapa
sloka dalam Weda menyebutkan :
Ekam sad wiprah bahuda vadanti.
Agni yamam matarisvanam.
16
Artinya hanya ada satu hakekat dari pada tuhan. Akan tetapi para arif
bijaksana menyebutkan dengan banyak nama seperti Agni, Yama,
Matariswa dsb.
Melihat adanya sloka tersebut diatas. Maka ajaran agama Hindu
adalah monotheisme. Namun dalam penghayatan dan pengamalan ajaran
agama Hindu dipakai gelar sesuai dengan fungsi. Sinar suci dan kekuatan
Tuhan itu sendiri. Penamaan atas fungsi sinar suci dan kekuatan itulah
disebut Dewa. Berasal dari kata Div yang artinya sinar suci. Dewa ada
beribu-ribu tetapi Tuhan tetap tunggal.
2. Atma Tattwa adalah keyakinan adanya Atma sebagai sumber
makhluk hidup. Atma bersumber pada Brahman (Tuhan) yang
merupakan percikan terkecil / halus yang menghidupkan makhluk
hidup. Di dalam badan/ sarira Atman disebut jiwatman. Sesungguhnya
tiap mahluk hidup terdiri dari unsur raga dan jiwa atau jiwatman. Bila
Atma meninggalkan badan ini disebut mati. Hal ini bagaikan bola
lampu tidak akan menyala tanpa ada aliran listrik. Begitu pula aliran
listrik tidak terlihat dalam lampu yang menyala. Sifat Atma adalah
kekal abadi.
Karena merupakan unsur Brahman (Tuhan). Hanya badan raga
yang mengalami kematian sedangkan Atma tidak pernah mati. Agama
Hindu yakin bahwa setiap makhluk hidup dihidupkan oleh Atman
yang sumbernya adalah Brahman.
3. Karma Phala Tattwa adalah keyakinan adanya perbuatan yang akan
menerima hasil. Perbuatan baik akan menghasilkan hasil yang baik.
Dan begitu juga sebaliknya. Perbuatan yang baik disebut Subha Karma
dan perbuatan yang buruk disebut juga Asubha Karma. Karma Phala
dibedakan menjadi tiga yakni :
o Sancita Karma Phala artinya perbuatan yang terdahulu
yang belum habis dinikmati dan sisanya dinikmati pada
kehidupan sekarang ini.
o Prarabdha Karma Phala artinya hasil dari perbuatan kita
masa hidup ini dan langsung kita nikmati tanpa ada sisanya.
17
o Kryamana Karma Phala artinya bahwa hasil dari
perbuatan kehidupan ini hasilnya belum sempat dinikmati
dan akan dinikmati pada kehidupan yang akan datang.
4. Punarbhawa Tattwa adalah percaya adanya kehidupan yang
berulang-ulang atau percaya pada reinkarnasi. Hal ini disebabkan
karena Karma seseorang belum habis dinikmati. Sehingga Atma harus
mengalami kelahiran kembali. Dari penjelmaan satu ke penjelmaan
berikutnya selalu berbeda. Disebabkan dari Karma Wasananya. Bila
seorang lebih banyak Subha Karma maka dalam penjelmaan akan
lebih baik. Begitu juga sebaliknya. Oleh karena itu kelahiran itu
disebabkan oleh Karma Wasananya.
5. Moksa Tattwa adalah bebas dari reinkarnasi. Bebas dari kelahirandan
ini berarti Moksa adalah apabila Atma menyatu dengan Paramatma/
Tuhan.
Moksa dalam arti yang lebih luas adalah kebebasan dari ikatan
duniawi. Yakni apabila kita bisa melepaskan segala nafsu duniawi. Hal
ini disebut dengan Jiwan Mukti. Orang yang dapat mencapai keadaan
seperti itu akan menerima wahyu langsung dari Brahman (Tuhan).
F. Konsep Ketuhanan Hindu (Theologi Hindu)
Theologi Hindu atau Brahma Widhya adalah ilmu tentang Tuhan. Theos
(bahasa Yunani) berarti Tuhan dan Loghos berarti ilmu. Dalam ajaran Hindu.
Ilmu yang mempelajari ketuhanan disebut Brahma Widhya atau Tattwa Jnana.
Brahma artinya Tuhan dan Widhya artinya ilmu.
Di dalam ilmu Agama khusus dalam bidang theologi dikenal berbagai
ajaran (isme) yang menggambarkan hubungan kepercayaan manusia terhadap
hakekat Tuhan. Seperti monotheisme, politheisme, animisme, teteisme dan
sebagainya. Ditinjau dari berbagai istilah itu.
Agama Hindu yang paling banyak menjadi obyek pembicaraan. Yang
hasilnya tidak menggambarkan kesatuan pendapat dari para indolog.
Penggambaran yang berbeda-beda itu disebabkan karena melihatnya tidak secara
keseluruhan. Untuk melihat sistem ketuhanan Hindu harus dengan melihat secara
18
konsepsional dan menyeluruh,Konsep ketuhanan dalam Hindu adalah
monotheisme.
o Monoteisme
Konsep monoteisme tersebut dikenal sebagai filsafat Adwaita Wedanta yang
berarti "tak ada duanya". Selayaknya konsep ketuhanan dalam agama monoteistik
lainnya, Adwaita Wedanta menganggap bahwa Tuhan merupakan pusat segala
kehidupan di alam semesta, dan dalam agama Hindu, Tuhan dikenal dengan
sebutan Brahmana.
o Panteisme
Dalam salah satu Kitab Hindu yakni Upanishad, konsep yang ditekankan
adalah panteisme. Konsep tersebut menyatakan bahwa Tuhan tidak memiliki
wujud tertentu maupun tempat tinggal tertentu, melainkan Tuhan berada dan
menyatu pada setiap ciptaannya, dan terdapat dalam setiap benda apapun, ibarat
garam pada air laut. Dalam agama Hindu, konsep panteisme disebut dengan istilah
Wyapi Wyapaka. Kitab Upanishad dari Agama Hindu mengatakan bahwa Tuhan
memenuhi alam semesta tanpa wujud tertentu, beliau tidak berada di surga
ataupun di dunia tertinggi namun berada pada setiap ciptaannya.
o Ateisme
Agama Hindu diduga memiliki konsep ateisme (terdapat dalam ajaran
Samkhya) yang dianggap positif oleh para teolog/sarjana dari Barat. Samkhya
merupakan ajaran filsafat tertua dalam agama Hindu yang diduga menngandung
sifat ateisme.
Filsafat Samkhya dianggap tidak pernah membicarakan Tuhan dan terciptanya
dunia beserta isinya bukan karena Tuhan, melainkan karena pertemuan Purusha
dan Prakirti, asal mula segala sesuatu yang tidak berasal dan segala penyebab
namun tidak memiliki penyebab. Oleh karena itu menurut filsafat Samkhya,
Tuhan tidak pernah campur tangan.
o Konsep Lainnya
Di samping mengenal konsep monoteisme, panteisme, dan ateisme yang
terkenal, para sarjana mengungkapkan bahwa terdapat konsep henoteisme,
politeisme, dan monisme dalam ajaran agama Hindu yang luas. Ditinjau dari
berbagai istilah itu, agama Hindu paling banyak menjadi objek penelitian yang
19
hasilnya tidak menggambarkan kesatuan pendapat para Indolog sebagai akibat
berbedanya sumber informasi.
Agama Hindu pada umumnya hanya mengakui sebuah konsep saja, yakni
monoteisme. Menurut pakar agama Hindu, konsep ketuhanan yang banyak
terdapat dalam agama Hindu hanyalah akibat dari sebuah pengamatan yang sama
dari para sarjana dan tidak melihat tubuh agama Hindu secara menyeluruh. Seperti
misalnya, agama Hindu dianggap memiliki konsep politeisme namun konsep
politeisme sangat tidak dianjurkan dalam Agama Hindu Dharma dan bertentangan
dengan ajaran dalam Weda.
G. Wujud Tuhan Dalam Hindu
Pertanyaan awal yang menarik terkait dengan agama Hindu: Apakah
Tuhan Agama Hindu mempunyai wujud? Hal ini terkait dalam sistem pemujaan
agama Hindu para pemeluknya membuat bangunan suci, arca (patung-patung),
pratima, pralinga, mempersembahkan bhusana, sesajen dan lain-lain. Hal ini
menimbulkan prasangka dan tuduhan yang bertubi-tubi dengan mengatakan umat
Hindu menyembah berhala.
Penjelasan lebih lanjut tentang pelukisan Tuhan dalam bentuk patung
adalah suatu cetusan rasa cinta (bhakti). Sebagaimana halnya jika seorang pemuda
jatuh cinta pada kekasihnya, sampai tingkat madness (tergila-gila) maka bantal
guling pun dipeluknya erat-erat, diumpamakan kekasihnya, diapun ingin
mengambarkan kekasihnya itu dengan sajak-sajak yang penuh dengan
perumpamaan.
Begitu pula dalam peribadatan membawa sajen (yang berisi makanan yang
lezat dan buah-buahan) ke Pura, apakah berarti Tuhan umat Hindu seperti
manusia, suka makan yang enak-enak? Pura dihias dan diukir sedemikian indah,
apakah Tuhan umat Hindu suka dengan seni? Tentu saja tidak. Semua sajen dan
kesenian ini hanyalah sebagai alat untuk mewujudkan rasa bhakti kepada Tuhan.
Brahman/ Tuhan Yang Maha Esa
Tuhan dalam agama Hindu sebagaimana yang disebutkan dalam Weda
adalah Tuhan tidak berwujud dan tidak dapat digambarkan, bahkan tidak bisa
dipikirkan. Dalam bahasa Sanskerta keberadaan ini disebut Acintyarupa yang
20
artinya: tidak berwujud dalam alam pikiran manusia. Tuhan Yang Maha Esa ini
disebut dalam beberapa nama, antara lain:
Brahman: asal muasal dari alam semestea dan segala isinya
Purushottama atau Maha Purusha
Iswara (dalam Weda)
Parama Ciwa (dalam Whraspati tatwa)
Sanghyang Widi Wasa (dalam lontar Purwabhumi Kemulan)
Dhata: yang memegang atau menampilkan segala sesuatu
Abjayoni: yang lahir dari bunga teratai
Druhina: yang membunuh raksasa
Viranci: yang menciptakan
Kamalasana: yang duduk di atas bunga teratai
Srsta: yang menciptakan
Prajapati: raja dari semua makhluk/masyarakat
Vedha: ia yang menciptakan
Vidhata: yang menjadikan segala sesuatu
Visvasrt: ia yang menciptakan dunia
Vidhi: yan menciptakan atau yang menentukan atau yang mengadili.
Tuhan Yang Maha Esa ini apapun namaNya digambarkan sebagai:
· Beliau yang merupakan asal mula. Pencipta dan tujuan akhir dari
seluruh alam semesta
· Wujud kesadaran agung yang merupakan asal dari segala yang telah
dan yang akan ada
· Raja di alam yang abadi dan juga di bumi ini yang hidup dan
berkembang dengan makanan
· Sumber segalanya dan sumber kebahagiaan hidup
· Maha suci tidak ternoda
· Mengatasi segala kegelapan, tak termusnahkan, maha cemerlang, tiada
terucapkan, tiada duanya.
· Absolut dalam segala-galanya, tidak dilahirkan karena Beliau ada
dengan sendirinya (swayambhu).
21
Penggambaran tentang Tuhan Yang Maha Esa ini, meskipun telah berusaha
menggambarkan Tuhan semaksimal mungkin, tetap saja sangat terbatas. Oleh
karena itu kitab-kitab Upanisad menyatakan definisi atau pengertian apapun yang
ditujukan untuk memberikan batasan kepada Tuhan Yang Tidak Terbatas itu
tidaklah menjangkau kebesaranNya. Sehingga kitab-kitab Upanisad menyatakan
tidak ada definsi yang tepat untukNya, Neti-Neti (Na + iti, na + iti), bukan ini,
bukan ini.
Untuk memahami Tuhan, maka tidak ada jalan lain kecuali mendalami
ajaran agama, memohon penjelasan para guru yang ahli di bidangnya yang
mampu merealisasikan ajaran ketuhanan dalam kehidupan pribadinya. Sedangkan
kitab suci Veda dan temasuk kitab-kitab Vedanta (Upanisad) adalah sumber yang
paling diakui otoritasnya dalam menjelaskan tentang Brahman (Tuhan Yang Maha
Esa).
Brahman memiliki 3 aspek:
1. Sat: sebagai Maha Ada satu-satunya, tidak ada keberadaan yang lain di luar
beliau.
Dengan kekuatanNya Brahman telah menciptakan bermacam-macam bentuk,
warna, serta sifat banyak di alam semesta ini. Planet, manusia, binatang, tumbuh-
tumbuhan serta benda yang disebut benda mati berasal dari Tuhan dan kembali
pada Tuhan bila saatnya pralaya tiba. Tidak ada satupun benda-benda alam
semesta ini yang tidak bisa bersatu kembali dengan Tuhan, karena tidak ada
barang atau zat lain di alam semesta ini selain Tuhan.
2. Cit: sebagai Maha Tahu
Beliaulah sumber ilmu pengetahuan, bukan pengetahuan agama, tetapi sumber
segala pengetahuan. Dengan pengetahuan maka dunia ini menjadi berkembang
dan berevolusi, dari bentuk yang sederhana bergerak menuju bentuk yang
sempurna. Dari avidya (absence of knowledge- kekurangtahuan) menuju vidya
atau maha tahu.
3. Ananda
Ananda adalah kebahagiaan abadi yang bebas dari penderitaan dan suka duka.
Maya yang diciptakan Brahman menimbulkan illusi, namun tidak berpengaruh
sedikitpun terhadap kebahagiaan Brahman. Pada hakikatnya semua kegembiraan,
22
kesukaran, dan kesenangan yang ada, yang ditimbulkan oleh materi bersumber
pula pada Ananda ini bersumber pula pada Ananda ini, bedanya hanya dalam
tingkatan. Kebahagiaan yang paling rendah ialah berwujud kenikmatan instingtif
yang dimiliki oleh binatang pada waktu menyantap makanan dan kegiatan sex.
Tingkatan yang lebih tinggi ialah kesenangan yang bersifat sementara yang
kemudian disusul duka. Tingkatan yang tertinggi adalah suka tan pawali duhka,
kebahagian abadi, bebas dari daya tarik atau kemelekatan terhadap benda-benda
duniawi.
Alam semesta ini adalah fragmenNya Tuhan. Brahman memiliki prabawa
sebagai asal mula dari segala yang ada. Brahman tidak terbatas oleh waktu tempat
dan keadaan. Waktu dan tempat adalah kekuatan Maya (istilah sansekerta untuk
menamakan sesuatu yang bersifat illusi, yakni keadaan yang selalu berubah baik
nama maupun bentuk bergantung dari waktu, tempat dan keadaan) Brahman.
Jiwa atau atma yang menghidupi alam ini dari makhluk yang terendah sampai
manusia yang tersuci adalah unsur Brahman yang lebih tinggi. Adapun benda-
benda (materi) di alam semesta ini adalah unsur Brahman yang lebih rendah.
Walaupun alam semesta merupakan ciptaan namun letaknya bukan di luar
Brahman melainkan di dalam tubuh Brahman.
H. Wyapi Wyapaka
Wyapi Wyapaka adalah keberadaan Tuhan yang selalu ada dimana - mana,
bersifat ringan dan halus yang dalam sifat keagungan asta dala-Nya, Beliau juga
dapat merubah diri-Nya menjadi sekecil-kecilnya sehingga dapat meliputi atau
meresapi semuanya yang dalam Bhagawad Gita disebutkan, ibarat bunga teratai di
dalam air yang tidak basah olehnya.
Dalam Widhi Tatwa disebutkan, keberadaan Tuhan yang Wyapi Wyapaka
ini, ibarat halnya bintang, Di siang hari, kita tidak dapat melihat bintang. Tidak
berarti bintang itu tidak ada atau hanya terlihat ada pada malam saja. Karena
penglihatan mata kita terbatas, tidak mampu menembus sinar - sinar matahari itu,
Itulah sebabnya kita tidak bisa melihat bintang. Tetapi bintang itu tetap ada
walaupun di siang hari.
23
Dengan keberadaan Tuhan selalu ada dimana - mana tersebut melalui lima
manifestasi Panca Dewata Beliau yang dalam mantra Panca Sembah dengan
sarana kawangen, disebutkan :
Om nama dewa adhisthanàya sarwa wyapi wai siwàya,
padmàsana eka pratisthàya ardhanareswaryai namo namah
Yang artinya: Ya Tuhan, kepada dewata yang bersemayam pada tempat
yang luhur, kepada Hyang Siwa yang berada di mana-mana, kepada dewata yang
bersemayam pada tempat duduk bunga teratai di suatu tempat, kepada
Ardhanaresvari hamba memuja.
I. Kitab Suci agama Hindu
Kitab dalam agama Hindu adalah tulisan keagamaan yang paling tua dan
paling terbesar di dunia. Sangatlah sulit untuk mengklasifikasikan dan
menyatakan kapan kitab ini ditulis dengan benar karena terdapat banyak penulis
yang terlibat dalam kurun waktu ribuan tahun. Dan juga, kebiasaan yang ada pada
jaman dahulu bahwa seorang penulis tidak akan pernah menuliskan nama mereka
pada hasil karyanya yang juga mempersulit nama mereka pada hasil karyanya
yang juga mempersulit masalah ini. Secara umum, Kitab Hindu dapat
diklasifikasikan menjadi dua bagian : (1) Kitab Sruti, dan (2) Kitab Smrti.
1. Kitab Sruti
Kitab Sruti termasuk kitab utama dari agama Hindu yaitu Weda. Weda
mengajarkan kebenaran tertinggi yang diketahui oleh manusia, dan membentuk
sumber yang mutlak dalam Agama Hindu. Kata Veda diambil dari akar kata
“Vid” , yang berarti “mengetahui”.
Sruti dalam bahasa Sanskrta berarti “apa yang di dengar”. Veda ini adalah
kebenaran yang abadi dimana pengamat Veda, yang disebut dengan para Rsi,
yang mendengar wahyu ini ketika mereka melakukan meditasi yang mendalam.
Veda bukanlah hasil dari pemikiran manusia, tetapi ungkapan apa yang di sadari
melalui persepsi intuisi oleh para rsi Veda, yang memiliki kekuatan yang
dianggap berasal dari Tuhan.
Kebenaran Veda secara oral disebarkan oleh para rsi kepada murid-
muridnya selama ribuan tahun. Kemudian kebenaran Veda itu dikumpulkan oleh
24
Rsi Vyasa demi kepentingan generasi mendatang. Ada empat Veda : Rg Veda,
Yajur Veda, Sama Veda, dan Atharva Veda.
a. Empat Weda
Veda sebenarnya adalah tulisan inti dari catatan spiritual dan keagamaan
dalam budaya kuno dan ajaran India. Ajaran mereka didasarkan pada adanya
kesadaran diri sebagai tujuan kehidupan manusia. Hindu menyebut Veda dengan
beberapa nama, seperti apuruseya(yang berarti tidak ditulis oleh purusa, atau
manusia) anadi (tanpa awal yang berhubungan dengan waktu) dan nisvasitam
(nafas Isvara, Tuhan).
Sebagai sebuah budaya dan cara hidup, Weda melambangkan sebuah
tradisi yang dapat menerima semua pendekatan yang valid pada kebenaran dan
melambangkan prinsip yang universal dan berbeda. Dalam budaya Weda,
kesadaran akan Tuhan tidak terbatas pada ajaran seorang penyelamat atau buku
suci. Tidak ada pembatasan terhadap kebenaran dalam bentuk, pendekatan, atau
kepercayaan tertentu. Setiap individu didorong untuk menemukan kebenaran
untuk diri mereka sendiri dan tidak ada pendiktean tentang apa itu kebenaran dan
bagaimana seharusnya.
Veda menggambarkan tentang upacara dan meditasi untuk dapat mencapai
keselarasan dalam kehidupan. Upacara dimaksudkan untuk menjaga agar kegiatan
keseharian kita selaras dengan kehendak Tuhan, dan meditasi digambarkan untuk
menyadari identitas kita yang sebenarnya. Bagian ritual dari weda disebut Karma
Kanda dan bagian meditasi dari Weda disebut dengan Jnana Kanda.
o Rg Veda
Rg Veda, diambil dari kata “rk”, yang berarti “memuji”, adalah kumpulan
dari mantra (misalnya yang diucapkan atau dilagukan). Sebuah mantra adalah
“ucapan” suci yang berisikan kekuatan mistik yang potensial dan kaya. Rg Veda
dibagi menjadi sepuluh buku (setiap buku disebut dengan mandala, yang berarti “
lingkaran”), yang kemudian dibagi menjadi bagian yang lebih kecil lagi menjadi
bab dan bagian-bagian. Termasuk 1.028 lagu, yang terdiri dari 10.589 bait
Sanskrta dan lebih dari 150.000 kata. Lagu pujian dalam Rg Weda adalah lagu
25
pujian dan pemujaan yang ditujukan pada dewi Weda, seperti Indra (250 lagu),
Agni Surya. Lebih sedikit lagu-lagu yang ditujukan kepada dewa-dewa seperti
Varuna, Aswin, dan Dewi Usa, Aditi dan Saraswati tetapi lagu lagu ini sangat
penting.
o Yajur Veda
Yajur Veda, terdiri dari 3.988 bait: yang merupakan kumpulan dari mantra
dan cara yang digunakan oleh para pendeta dalam melakukan upacara Veda dan
pengorbanan.
o Sama Veda
Sama Veda, adalah kumpulan dari 1.540 bait yang dibuat menjadi musik
oleh orang jaman Veda untuk mengulangi mantra itu pada saat upacara.
Penggunaan musik ini kemudian memunculkan musik Karnatik India, musik
klasik India yang asli. Musik Karnatik berhubungan dengan lagu pengabdian pada
para Dewa dan didasarkan atas tujuh suara : Sa, Re, Ga, Ma, Pa, Dha dan Ni.
Kombinasi dan permutasi dari tujuh suara ini digunakan untuk menciptakan
irama yang dikenal dengan raga.
o Atharva Veda
Atharva, adalah kumpulan unik yang terdiri dari 5.077 bait, yang
digunakan untuk memuaskan kebutuhan sehari-hari masyarakat. Kumpulan ini
terdiri dari bait yang dibutuhkan untuk mencapai keberhasilan dalam bidang
pertanian, perdagangan, progeni, kesehatan dan kepentingan umum. Bait yang lain
berhubungan dengan cinta kasih dan pengertian dalam berhubungan, seperti
antara suami dan istri, ayah dan anak, dan guru dan murid. Sedangkan beberapa
bait yang lain dirancang sesuatu yang berhubungan dengan obat-obatan dan
bertarung dengan musuh.
Bentuk dari Veda
Setiap Veda terdiri dari empat bagian : Samhita atau Mantra, Brahmana,
Aranyaka, dan Upanisad.
Samhita atau Mantra
Kata Samhita secara literal berarti “menyatukan”. Samhita (atau mantra)
merupakan teks dasar yang terdiri dari lagu doa dan pemujaan, yang disatukan
26
untuk memuja para Dewa-dewi yang melambangkan kekuatan natural dan
phenomena. Lagu ini dinyanyikan pada saat memuja dan berkorban, yang
menimbulkan ritualisme dari jaman periode Veda.
Brahmana
Brahmana menekankan dan membahas upacara pengorbanan dan teknik
yang benar dalam pelaksanaannya. Termasuk penjelasan dalam menggunakan
mantra dalam upacara dan menimbulakan kekuatan mistik dari pengorbanan itu.
Bagian ini disebut sebagai Brahmana kerena mereka membahas tugas dari para
Brahmin (pendeta) yang melakukan pada saat upacara pengorbanan.
Aranyaka
Aranyaka (“ kitab yang berasal dari hutan”; yaitu buku yang dihasilkan
dengan bermeditasi di hutan yang sepi ) yang menandai transisi dari pengorbanan
Brahmanikal menuju filsafat dan spekulasi metafisika, yang kemudian dimuat
dalam Upanisad. Aranyaka terdiri dari interpretasi mistik dari mantra dan upacara,
yang disatukan pada saat mengasingkan diri di hutan, yang menimbulakan
kedisiplinan. Pengetahuan yang didapat oleh para ascetis ini dianggap sebagai
wahyu.
Upanisad
Upanisad adalah wahyu suci yang diterima oleh para orang suci dan para
rsi. Upanisad melambangkan intisari dari Veda, kebenaran dalam Agama Hindu
yang paling mulia yang diketahui oleh manusia. Upanisad adalah filsafat yang
dapat didiskusikan dan filasafat yang dapat diteliti. Upanisad adalah kitab pertama
yang mengakui adanya adanya penyatuan semua, kesatuan individu dan
kenyataan.
Ajaran dasar dari upanisad adalah intisari dari semua benda dan semua
mahluk dari sebatang rumput ilalang sampai pada manusia sempurna adalah
Tuhan, yang disebut dengan Brahman. Hanya ada satu mahluk, satu kenyataan,
dan pada kata-kata yang terdapat dalam Upanisad disebutkan : “Tat Tvam Asi,”
Yang berarti “Semuanya adalah dirimu”. Kata Upanisad terdiri dari tiga bagian :
Upa (dekat), Ni (turun), dan Sad (duduk).
Jadi Upanisad berarti ,” Duduk didekat seorang yang suci dan menerima
ajaran yang suci”. Bebas dari theology dan Dogma, Upanisad adalah sumber
27
inspirasi inti dan bimbingan bagi jutaan umat Hindu dan orang-orang Non Hindu
yang memiliki pemikiran yang hampir sama. Upanisad telah mempengaruhio
banyak pemikir Hindu, termasuk Von Goetho, Arthur Schopenhauer, dan Ralph
Waldo Emerson.
Upanisad adalah bagian pelengkap Veda yang terfokus pada pertanyaan
filasafat seperti tujuan dari kehidupan,asal mula dari jagat raya , konsep waktu,
ruang dan masalah demikian juga dengan konsep Atman, Brahman, Maya,
keabadian, kelahiran kembali, karma, dan dunia. Menurut Max Muller “ Konsep
dunia berasal dari Veda , dan Khususnya dari Upanisad yang sangat
menabjubkan”.
Tidak ada yang tahu dengan jelas berapa Upanisad yang ada siapa yang
menulisnya, dan kapan Upanisad itu ditulis. 108 Upanisad telah dilestarikan.
Beberapa diantaranya dalam bentuk puisi, beberapa dalam bentuk prosa, dan
susunan kata-kata yang terdiri dari ratusan sampai ribuan kata. Upanisad ini
bukanlah filsafat yang terorganisir, karena rsi dan orang suci nyang
menciptakannya bukan pendeta yang mengetahui sistem filsafat. Dari 108
Upanisad yang ada, dua belas diantaranya dianggapnya dianggap sebagai
Upanisad yang penting :
Katha Upanisad
Upanisad ini adalah dialog antara Nachiketa, seorang murid yang
bijaksana dan tulus yang ingin mengetahui Kebenaran, dengan Raja Kematian.
Dalam bahasa puisi, Upanisad ini mengungkapkan tentang rahasia pengetahuan
Tuhan : “ Sangatlah mulia ia yang membicarakannya (tuhan): cerdaslah ia yang
mempelajarinya; terberkahilah mereka, yang diajar oleh seorang Guru, yang dapat
mengerti hal ini”, Juga dijelaskan tentang proses dari Yoga untuk kesadaran
Tuhan.
Isa Upanisad
Hanya dengan 18 bait, Isa Upanisad adalah Upanisad yang singkat.
Upanisad ini memiliki penjelasan tambahan tentang Tuhan, yang mengajarkan
jalan yang benar, dan peringatan bagi para pencari kebenaran yang mengambil
jalan menyimpang. Upanisad ini menyatakan : “ Terkutuklah bagi bmereka yang
hanya bermeditasi atau bekerja saja. Bagi mereka yang mengabdikab
28
kehidupannya pada dunia dan meditasi, dengan hidup dan meditasi, dengan hidup
di dunia mereka mengatasi kematian, dan dengan meditasi mereka mencapai
keabadian.
Kena Upanisad
“ Yang tidak dapat di dengar oleh telinga, tapi yang mana telinga dapat
mendengar, disebut dengan Brahman. Yang tidak dapat dilihat oleh mata, tapi
yang membuat mata bisa melihat, disebut dengan Brahman”. Menurut Upanisad
ini, Brahman adalah intisari dari semua benda dan mahluk di dunia ini. Brahman
adalah diluar jangkauan dari pikiran dan kecerdasan: Menurut Upanisad ini, “
Seseorang yang berfikir bahwa mereka mengetahui Brahman, tidak mengetahui
apapun”.
Prasna Upanisad
Upanisad ini adalah dialog antara Rsi Pippalada dan banyak murid lainnya
seperti Sukhesa, Satyakama, Gargya, Kousalya, Bhargava, dan Kabhandhi. Dalam
dialog sang rsi menjawab banyak pertanyaan yang ditanyakan oleh muridnya,
termasuk yang berikut ini : Bagaimana mahluk hidup ada ? Kekuatan apa yang
menyatukan tubuh menjadi satu? Bagaimana kekuatan hidup itu masuk dan keluar
dari tubuh kita? Ketika seseorang itu bermimpi atau tidur, siapakah yang berada
dalam tubuh manusia yang sedang tidur dan bermimpi itu?
Mundaka Upanisad
Menurut Upanisad, pengetahuan itu ada dua, yang tinggi dan yang rendah .
Pengetahuan yang lebih tinggi dimana seseorang menyadari Kenyataan yang
mutlak (Brahman). Pengetahuan yang lebih rendah menyinggung tentang upacara,
pengorbanan, perayaan, etimologi, dan astronomi, diantara yang lainnya. Ini
adalah Upanisad yang menyatakan bahwa “ Brahman melihat semuanya,
mengetahui segalanya ; ia adalah pengetahuan itu sendiri. Dari Brahman terlahir
nafas, pikiran, organ indera, dang angkasa, udara, air, api dan bumi (panca
mahabhutha). Ia mengetahui hal itu bukan dengan mempelajari kitab, atau dengan
kecerdasan alam bawah, atau melalui belajar tetapi hanya mereka yang
merindukan Nya ia dapat diketahui”.
29
Mandukya Upanisad
Ini adalah Upanisad yang paling singkat dari kedua belas Upanisad, tetapi
dianggap sebagai Upanisad yangpaling penting. Menurut Upanisad ini, Tuhan itu
(Atman yang ada dalam tubuh) biasanya melewati tiga kesadaran: terjaga,
bermimpi, dan tidur nyenyak. Pada saat terjaga, Tuhan menikmati impresi alam
bawah yang tertinggal kerena tindakan yang telah dilakukan. Dalam tidur nyenyak
impresi alam bawah sadar dari pikiran hilang dan atman mengalami kebahagiaan.
Selain ketiga keadaan yang dialami oleh orang biasa terdapat keberadaan yang
keempat: ini terdapat dalam semua indera, pengertian, dan ekspresi. Dalam
keadaan yang keempat inilah, yang dikenal dengan keadaan turiya, dimana dunia
dualisme hilang dan atman dapat disadari kebera-daannya.
Taittiriya Upanisad
Upanisad ini menyatakan bahwa jagat raya ini berasal dari Brahman dalam
urutan sebagai berikut : “ Dari Brahman muncul akasa (energi gravitasi); dari
akasa muncul vayu (energi kinetik); dari vayu muncul teja (penyinaran); dari teja
muncul apah (energi listrik) dan dari apah muncullah prthivi (magnet)”.
Bagi para wanita dan pria, Upanisad ini memberikan pesan berikut ini: “
bicarakanlah kebenaran; ikutilah jalan kebenaran; jangan pernah menunda
kewajiban. Dalam pernikahan lahirkanlah generasi yang lebih mulia; jangan
pernah mengabaikan kenyataan duniawi dan spiritual; terampillah dan dinamis.
Belajarlah dan bagilah kebijaksanaanmu dengan orang lain dan bersyukurlah pada
Dewa-Dewi, para leluhurmu, dan juga orang tuamu.”
Aitareya Upanisad
Upanisad ini menyatakan bahwa Brahman adalah sumber, substansi, dan
akhir dari jagat raya. Tampanya mata tidak dapat melihat, telinga tidak dapat
mendengar, kulit tidak dapat merasakan, lidah tidak lam keadaan dapat berbicara,
dan pikiran tidak dapat berfikir. Ia adalah yang terjaga dalam keadaan terjaga,
pemimpi dalam mimpi, dan seorang yang tidur nyenyak dalam tidur tanpa mimpi;
tapi ia transendental dalam semua keadaan. Alamnya yang sejati adalah kesadaran
yang murni.
30
Chandogya Upanisad
Ini adalah salah satu Upanisad yang paling terkenal dan terpanjang.
Melalui cerita, parable, dan dialog, Upanisad ini menggambarkan segalanya yang
dapat dan tidak dapat dilihat yang berasal dari Brahman. Ini menyatakan bahwa
jagat raya terlahir dari Keberadaan (Brahman) dan tidak dari ketidakberadaan
(kehampaan atau kekosongan), seperti yang dikatakan oleh orang-orang.
“Bagaimana keberadaan itu dapat terlahir dari ketidakberadaan?” tanya Upanisad.
Chandogya Upanisad melukiskan tentang sebuah cerita yang menarik dimana
kebenaran ditekankan sebagai kebajikan yang tertinggi: seorang anak laki-laki
pergi pada seorang rsi untuk mendapatkan petunjuk spiritual. Untuk menguji anak
itu sebelum menerimanya, Rsi itu bertanya nama dari ayahnya. Anak itu
menjawab bahwa ia tidak tahu nama ayahnya, karena ibunya telah menjalani
kehidupan yang tidak bermoral dan tidak tahu siapa ayahnya. Rsi itu dengan
segera menerima anak laki-laki itu karena ia telah menyatakan yang sebenarnya,
satu-satunya syarat untuk mendapatkan pengetahuan yang tertinggi.
2. Kitab Smrti
Smrti berarti “Yang diingat”. Kitab Smrti berasal dari Veda dan dianggap
berasal dari Veda dan dianggap berasal dari manusia dan bukan dari Tuhan.
Smrti ditulis untuk menjelaskan Veda, membuat Veda dapat dimengerti dan
lebih berarti bagi manusia pada umumnya. Semua sumber tuliasan selain Veda
dan Bhagavad Gita secara kolektif disebut dengan Smrti.
a. Dharma Sastra
Tulisan ini menggambarkan tentang peraturan dalam tingkah laku
manusia yang benar, kesehatan pribadi, administrasi sosial, etika dan
kewajiban moral. Dharma Sastra yang paling terkenal adalah Manu
Smrti atau Kode Manu, yang terdiri dari 2.694 stanza dalam 12 Bab.
Manu, nenek moyang ke-65 (inkarnasi dari Tuhan dalam bentuk
manusia) Rama, yang menggambarkan tingkah laku dasr untuk
mengendalikan diri, tidak melukai, penuh kasih dan tidak terikat, yang
ditekankan sebagi syarat untuk membentuk masyarakat yang baik.
Manu Smrti, adalah kode hukum untuk hidup dengan benar, yang
secara terus menerus mendominasi kehidupan etika orang Hindu.
31
Karya lain yang penting yang memiliki kategori yang sama adalah
Yajnavalkya Smrti dan Gautama Smrti, yang ditulis oleh rsi
Yajnavalkya dan Gautama.
b. Nibandha
Nibandha adalah bacaan, pedoman, dan ensiklopedia Hukum Veda
yang menyinggung tentang tingkah laku manusia, pemujaan, dan ritual.
Nibandha juga membahas tentang topik seperti pemberian hadiah,
tempat penziarahan suci, dan menjaga tubuh manusia.
c. Purana
Purana membentuk sebagian besar dari kerangka kesusastraan
Smrti. Purana ini muncul dalam bentuk pertanyaan dan jawaban, dan
menjelaskan ajaran bawah sadar dari Veda melalui cerita dan legenda
raja jaman dahulu, pahlawan, dan sifat-sifat kedewataan. Purana adalah
epos kedua yang merupakan alat yang sangat terkenal untuk
mengajarkan ajaran agama. Terdapat 18 Purana utama; enam
diantaranya ditujukan pada Dewa Visnu, enam diantaranya kepada
Dewa Brahma, dan enam lagi kepada Dewa Siva. Penulis purana
adalah Rsi Vyasa yang juga menulis Mahabharata.
d. Itihasa/ Epos (Cerita Kuno)
Dua epos (itihasa) yang paling terkenal dalam ajaran Agama Hindu
adalah Ramayana dan Mahabharata. Epos ini adalah cerita yang paling
terkenal diantara orang Hindu. Ramayana ditulis oleh Rsi Valmiki.
Cerita ini menggambarkan bagaimana Dewa Visnu muncul di bumi
sebagai Bhagavan Rama dan membunuh Ravana, yang telah menindas
kerajaannya melalui nafsunya untuk mendapatkan kekuatan. Epos ini
menggambarkan kehidupan ideal dari seorang individu, sosial, dan
kehidupan bermasyarakat. Ini juga menggambarkan ide persaudaraan,
persahabatan, dan kesucian bagi pria dan wanita.
32
Rsi Vyasa adalah penulis Mahabharata, yang terkadang disebut
dengan Veda yang kelima kerena pengaruhnya sangat dalam pada
orang-orang Hindu dan semua jalan kehidupan. Mahabharata adalah
cerita hebat tentangpeperangan yang terjadi antara Kurava dan
Pandava untuk memperebutkan kerajaan Kuruksetra. Di satu pihak
adalah lima Pandava bersaudara dan disisi lain adalah sepupu mereka,
seratus Kaurava bersaudara.
Dalam medan perang itu Sri Krsna adalah kusir Arjuna, salah satu
dari Pandava bersaudara. Dalam medan perang itu Sri Krsna adalah
kusir Arjuna, salah satu dari Pandava bersaudara. Melihat teman dan
keluarganya pada sisi medan perang, Arjuna berkata pada Krsna bahwa
ia tidak siap untuk membunuh teman dan keluarganya sendiri demi
kepentingan kerajaan. Ini mengarahkan pada dialog yangabadi antara
Krsna dan Arjuna, yang terkenal dengan Bhagavad Gita, yang disebut
dengan Injil Hindu. Pesan dari Bhagavad Gita adalah universal dan
termasuk didalamnya kepercayaan mendasar dari agama Hindu .
J.Maha Rsi Hindu Penghimpun Veda
1.Maha RsiGrtsamada
Maha Rsi Grtsamada adalah maha rsi yang dihubungkan dengan
turunnya sloka-slokaVeda, terutama Rg Veda, Mandala II. Dari
beberapa cukilan diketahui bahwa beliau adalah keturunan dari
Sunahotra dan keluarga Angira. Beliau dikatakan putra Senaka, salah
seorang Maha Rsi terkenal pula pada zaman itu. Bahkan di dalam
Pustaka Mahabharata terdapat cerita yang menyebutkan Maha Rsi
Senaka merupakan Maha Rsi terhormat dalam sejarah Hindu.
2. Maha Rsi Visvamitra
Dari catatan yang ada beliau menerima wahyu kemudian dihimpun
dalam Veda di dalam Mandala III Pustaka Mandala III ini terdiri atas 58
Sukta, dan terdiri atas beberapa pasal. Diataranya pasal-pasal itu
diturunkan melalui Kusika, putra dari Maha Rsi Isiratha.
33
3. Maha Rsi Wamadewa
Maha Rsi Wamadewa dihubungkan dengan sloka Mandala IV
pada Rg Veda. Hampir semua mantra-mantra yang terdapat di Mandala
IV dikatakan diterima oleh Wamadewa. Hanya dinyatakan, salah satu
dari mantra terpenting yaitu Gayatri, tidak terdapat di dalam mandala
IV tetapi diletakkan di Mandala III.
4. Maha Rsi Atri
Maha Rsi Atri banyak dihubung dengan turunnya sloka yang
dihimpun dalam Mandala V. Nama Atri juga dihubungkan dengan
keluarga Angira. Nama-nama yang banyak disebutkan dalam Mandala
ini adalah Dharuna, Prabhuwasu, Samwarana, Ghaurawiti, Putra Sakti,
dan Samwarana, putra Prajapati. Di dalam Mandala ini terdapat 87
Sukta. Dari 87 ini 14 Sukta diturunkan melalui Atri sedangkan lainnya
diturunkan melalui keluarga Atri. Ada 36 anggota keluarga Atri sebagai
penerima Wahyu.
5. Maha Rsi Bharadwaja
Mandala VI tergolong himpunan yang turunkan melalui Maha Rsi
Bharadwaja. Pustaka ini memuat 75 sukta. Berdasarkan otensitasnya
tampak lebih tua dari Pustaka yang ke V, tetapi dalam urutan ditetapkan
sesudah Pustaka ke V. Hampir seluruh isi mandala VI ini dikatakan
kumpulan dari Bharadwaja. Bharadwaja adalah putra Brhaspati.
6. Maha Rsi Wasistha
Seluruh Pustaka ke VII dianggap merupakan himpunan yang
diturunkan melalui Maha Rsi Wasistha atau keluarga yaitu Putra dari
Maha Rsi Wasistha bernama Sakti. Seperempatnya dari mandala VII,
diturunkan melalui putranya. Di dalam Mahabharata, nama Wasistha
sama terkenalnya dengan Wiswamitra. Maha Rsi Wasistha tinggal di
hutan Kamyaka di tepi sungai Saraswati.
7. Maha Rsi Kanwa
Maha Rsi sebagai penerima wahyu lalu dihimpun menjadi Pustaka
ke VII yang isinya bermacam-macam. Pustaka kedelapan ini sebagian
34
besar memuat sloka yang diturunkan melalui keluarga Kanwa,
sedangkan Maha Rsi Kanwa sendiri menerima sebagian kecil saja.
K.Bhagavadgita
Bhagavadgita (Pancama Veda)
Bhagavad gita, Nyanyian Tuhan, (bhagavad = Tuhan dan gita =
Nyanyian). Berisikan ajaran langsung sabda Hyang Widhi mengambil
wujud Krsna berdialog dengan Arjuna muridnya. Karena ajaran yang
langsung diwahyukan ke dunia ini, maka pustaka ini dimasukkan
kedalam kelompok ke 5 Weda Sruti, yang disebut Pancama Veda.
Bhagavad gita sesuai namanya berbentuk sloka nyanyian, sehingga
dinamakan Pustaka Nyayian suci atau nyanyian Tuhan. Slokanya
disusun sangat indah penuh filsafat yang dalam, terdiri dari 18 Bab,
741sloka, tentang ilmu pengetahuan, budhi pekerti, kebenaran yang
hakiki, disiplin kerja, kebhaktian kepada tuhan dan disiplin pengabdian
kepada Tuhan atau Hyang Widhi.
L.Purana
Purana membentuk sebagian besar dari kerangka kesusastraan
Smrti. Purana ini muncul dalam bentuk pertanyaan dan jawaban, dan
menjelaskan ajaran bawah sadar dari Veda melalui cerita dan legenda
raja jaman dahulu, pahlawan, dan sifat-sifat kedewataan. Purana adalah
epos kedua yang merupakan alat yang sangat terkenal untuk
mengajarkan ajaran agama. Terdapat 18 Purana utama; enam
diantaranya ditujukan pada Dewa Visnu, enam diantaranya kepada
Dewa Brahma, dan enam lagi kepada Dewa Siva. Penulis purana
adalah Rsi Vyasa yang juga menulis Mahabharata.
Manfaat purana dalam mempelajari Veda adalah sebagai
mikroskop sebelum mkempelajari Veda. Dengan mempelajari kitab-kitab
inilah akan memudahkan memahami hakekat pemikiran agung Veda itu
sendiri. Oleh karena itu untuk mempelajari Veda, hendaknya terlebih dahulu
35
mempelajari Itihasa dan Purana. Seperti yang tertuang dalam Sarasamuccaya
disebutkan sebagai berikut:
"Ndan Sang Hyang Veda, paripurnakena sira makasadhana
sanghyang itihasa, sanghyang purana, apan atakut sanghyang Veda
ring akedik ajinya..."
Artinya:
Veda itu hendaklah dipelajari dengan sempurna dengan jalan
mempelajari Itihasa dan Purana, sebab Veda itu merasa takut akan orang-
orang yang sedikit pengetahuannya, sabdanya “wahai tuan-tuan, janganlah
tuan-tuan datang kepadaku” demikian konon sabdanya, karena takut (Kajeng,
2010 : 34).
M. Itihasa/ Epos (Cerita Kuno)
Dua epos (itihasa) yang paling terkenal dalam ajaran Agama Hindu adalah
Ramayana dan Mahabharata. Epos ini adalah cerita yang paling terkenal diantara
orang Hindu. Ramayana ditulis oleh Rsi Valmiki. Cerita ini menggambarkan
bagaimana Dewa Visnu muncul di bumi sebagai Bhagavan Rama dan membunuh
Ravana, yang telah menindas kerajaannya melalui nafsunya untuk mendapatkan
kekuatan. Epos ini menggambarkan kehidupan ideal dari seorang individu, sosial,
dan kehidupan bermasyarakat. Ini juga menggambarkan ide persaudaraan,
persahabatan, dan kesucian bagi pria dan wanita.
Rsi Vyasa adalah penulis Mahabharata, yang terkadang disebut dengan
Veda yang kelima kerena pengaruhnya sangat dalam pada orang-orang Hindu dan
semua jalan kehidupan. Mahabharata adalah cerita hebat tentang peperangan yang
terjadi antara Kurava dan Pandava untuk memperebutkan kerajaan Kuruksetra. Di
satu pihak adalah lima Pandava bersaudara dan disisi lain adalah sepupu mereka,
seratus Kaurava bersaudara.
Dalam medan perang itu Sri Krsna adalah kusir Arjuna, salah satu dari
Pandava bersaudara. Dalam medan perang itu Sri Krsna adalah kusir Arjuna,
36
salah satu dari Pandava bersaudara. Melihat teman dan keluarganya pada sisi
medan perang, Arjuna berkata pada Krsna bahwa ia tidak siap untuk membunuh
teman dan keluarganya sendiri demi kepentingan kerajaan. Ini mengarahkan pada
dialog yangabadi antara Krsna dan Arjuna, yang terkenal dengan Bhagavad Gita,
yang disebut dengan Injil Hindu. Pesan dari Bhagavad Gita adalah universal dan
termasuk didalamnya kepercayaan mendasar dari agama Hindu .
N. Catur Warna
Kata Catur Warna berasal dari bahasa Sanskerta yang terdiri dari kata
“catur” berarti empat dan kata “ warna” yang berasal dari urat kata Wr (baca:
wri) artinya memilih.
Catur Warna berarti empat pilihan hidup berdasarkan Guna dan Karma.
Empat profesi dalam kehidupan bermasyarakat adalah Brahmana, Ksatrya,
Waisya, dan Sudra.
Catur Warna membagi manusia menjadi empat golongan Profesional yang
bersifat paralel horizontal. Catur Warna tidak membeda-bedakan harkat dan
martabat manusia atas dasar asal-usul keturunannya.
Catur Warna sering dikaburkan sebagai Catur Wangsa. Wangsa artinya
keturunan. Sistem Wangsa adalah sistem pengelompokan umat Hindu.
Berdasarkan kesamaan keturunan untuk tujuan pemujaan roh suci leluhur atau
Dewa Pitara. Menurut Sarasamuccaya 250 orang yang tekun dan sungguh-
sungguh memuja leluhurnya akan mendapatkan pahala yaitu: Kirti, Bala,
Yusa, dan Yasa. Jadi, tujuan utama dari pengelompokan berdasarkan
kesamaan wangsa bukan untuk menentukan Warna, tetapi untuk menyatukan
umat seketurunan dalam pemujaan leluhur atau Dewa Pitara.
1. Swadharma Catur Warna
a. Brahmana
Disimbolkan dengan warna putih, adalah golongan fungsional di
dalam masyarakat yang setiap orangnya menitik beratkan pengabdian
dalam swadharmanya di bidang ilmu pengetahuan dan kerohanian
keagamaan.
37
b. Ksatrya
Disimbolkan dengan warna merah adalah golongan fungsional di
dalam masyarakat yang setiap orangnya menitikberatkan pengabdian
dan swadharmanya di bidang kepemimpinan, keperwiraan,melindungi
negara.
c. Waisya
Disimbolkan dengan warna kuning adalah golongan fungsional di
dalam masyarakat yang setiap orangnya menitikberatkan pengabdian
di bidang kesejahteraan masyarakat (perekonomian, perindustrian, dan
lain-lain).
d. Sudra
Disimbolkan dengan warna hitam adalah golongan fungsional di
dalam masyarakat yang setiap orangnya menitikberatkan
pengabdiannya di bidang ketenagakerjaan.
O. Yadnya
1. Pengertian Yajna
Kata Yajna berasal dari bahasa Sanskerta yaitu dari kata Yaj berarti
‘memuja’ atau ‘memberi penghormatan’. Juga diartikan
‘mempersembahkan’ atau ‘bertindak sebagai perantara’. Dari kata Yaj
timbul kata Yaja (kata-kata dalam pemujaan), Yajata (layak
memperoleh penghormatan), Yajus (sakral, ritus, agama) dan Yajna
(pemujaan, doa persembahan).
Yajna dapat pula diartikan memuja, menghormati, berkorban,
mengabdi, berbuat kebajikan, memberi, dan penyerahan tulus ikhlas
berupa apa yang dimiliki demi kesejahteraan, kesempurnaan hidup
bersama, dan kemahamuliaan Hyang Widhi. Itu berarti bahwa yajna
mengandung nilai-nilai :
a. Rasa tulus ikhlas dan kesucian
b. Rasa Bhakti dan memuja Hyang Widhi, Dewa, Bhatara,
Leluhur, negara bangsa, dan kemanusiaan.
38
c. Pelaksanaan disesuaikan dengan kemampuan masing-masing
menurut tempat (desa), waktu (kala), dan keadaan (patra);
d. Suatu ajaran dari Catur Weda sebagai sumber ilmu
pengetahuan suci dan kebenaran abadi.
Pustaka suci menjelaskan bahwa upacara yajna adalah kewajiban
umat Hindu, ke hadapan Hyang Widhi, dengan penuh sujud dan rasa
Bhaktidengan mengadakan pemujaan dan persembahan yang dilakukan
secara tulus ikhlas.
Patram puspam phalam toyam
Yo me bhaktya prayachchati
Tad aham bhaktypahritam
Asnami prayatatmanah
(Bhagavad gita IX.26)
Siapapun yang sujud bhakti kepadaKu, mempersembahkan setangkai
daun, bunga, air dan buah-buahan. Dan hal ini hanyalah bersifat
simbolik belaka. Intinya ialah berlandaskan hati suci, pikiran terfokus
dan jiwa dalam keseimbangan tertuju kepada Hyang Widhi.
2. Pelaksanaan Yajna
Yajna sebagai pengamalan ajaran Weda dilakukan secara
bertingkat sesuai dengan kemampuan umat. Pembedaan itu berdasarkan
tingkat pelaksanaan, jenis yajna, waktu pelaksanaan, cara
menjalankannya. Disamping itu dikenal dasar pelaksanaan yajna.
a. Sradha dan Bhakti berupa pemujaan kepada Hyang Widhi melalui
Dewa-Dewa sebagai manifestasi-Nya atas dasar niat tulus ikhlas
untuk menguatkan jati diri.
b. Asih, yaitu melakukan pemeliharaan dan perlindungan kepada alam
dan sarwa prani dengan penuh asih sebagai yajna. Bertujuan
menanamkan nilai spiritual melalui ritual sakral religius dari lubuk
hati sanubari umat Hindu agar peduli pada pelestarian alam dan
lingkungannya secara nyata.
39
c. Punia artinya yajna pada sesama berupa pelayanan agar umat Hindu
termotivasi secara spiritual melayani (Swanam) dengan Ikhlsas.
Panca Yajna adalah lima jenis persembahan suci umat Hindu dalam usaha
mencapai kesempurnaan hidup. Panca Yajna terdiri atas :
Dewa Yajna ialah persembahan suci kehadapan Hyang Widhi
dalam manifestasi sebagai Dewa-Dewa. Contohnya sembahyang
Tri Sandhya, sembahyang Purnama dan Tilem dan masih banyak
lagi.
Pitra Yajna ialah persembahan suci kepada roh leluhur yang
lebih mencapai Dewa Pitara. Pitra Yajna kepada anggota keluarga
meninggal, menyelenggarakan upacara kematian (Sawa Wedana)
yakni pembakaran badan kasar sebagai tahap pertama
pengembalian Panca Maha Bhuta. Selanjutnya disebut Atma
Wedana, atau ‘Nyekah’ sebagai pembakaran badan halus.
Tujuannya untuk meningkatkan status roh jadi Dewa Hyang.
Hakikat Pitra Yajna adalah pengabdian dan bhakti yang tulus
ikhlas guna mengangkat dan menyempurnakan kedudukan arwah
leluhur di alam sorga.
Manusa Yajna adalah yajna yang ditujukan kepada manusia
untuk kesempurnaan hidup mereka sebagai generasi penerus.
Manusia Yajna pada hakekatnya bertujuan untuk memanusiakan
manusia agar aspek kemanusiaan atau humanitasnya tersebut
semakin eksis. Misalnya upacara selamatan untuk menyambut
bayi baru lahir, upacara tiga bulan, upacara otonan, upacara
potong gigi dan terakhir upacara perkawinan.
Rsi Yajna ialah upacara ini korban suci yang ditujukan kepada
Maha Rsi, orang suci, Rsi , Pandita, Pinandita, Guru. Pelaksanaam
Rsi Yajna dapat diwujudkan dalam bentuk : a. Upacara Rsi
Bojana, yakni upacara penghormatan kepada sulinggih dalam
menyuguhkan makanan, daksina yaitu penghormatan dalam wujud
upacara dan benda atau uang yang dihaturkan secara ikhlas kepada
40
pendeta saat memimpin upacara, mengamalkan ajaran Weda, dan
mendalami ajaran weda.
Bhuta Yajna ialahadalah korban suci kepada para Bhuta yaitu roh
halus yang mengganggu ketentraman manusia. Upacara bhuta
yajna berupa segehan, mecaru atau tawur agung bertujuan untuk
keseimbangan hubungan manusia dengan jagat raya.
P. Rg Weda (R.V.1.164.46) :
“Ekam sat viprah, bahudha vadanti.”
“Kebenaran itu adalah satu, orang bijaksana yang menyebutnya
dengan berbagai nama.”
Karena kepercayaan tentang keberadaan Tuhan pada semua mahluk hidup, Agama
Hindu mengajarkan toleransi dan keselarasan yang universal. Agama Hindu tidak
melihat bahwa seorang atheis sebagai orang yang menjijikkan.
Q. Sloka Bhagavadgita IX.29
“ Samo ‘ham sarva-bhutesu
Na me dvesyo ‘sti na priyah
Ye bhajanti tu mam bhaktya
Mayi te tesu capy aham
Aku bersikap sama pada semua makhluk, tidak
Ada yang Aku benci dan tidak ada yang aku kasihi. Akan
Tetapi, mereka yang memuja-Ku dengan penuh rasa Bhakti,
maka dia akan selalu bersama-Ku dan Aku ada pada dirinya.
Analisis sloka :
Maksud sloka disini adalah Tuhan itu tidak membeda-bedakan pemujanya.
Karena pada dasarnya laksana matahari yang tidak memilih-milih yang ia
sinari. Dengan rasa Bhakti pada Tuhan, maka tuhan senantiasa dekat
dengan pemujanya.
41
Bhagavadgita IV.II
Yam sannyasam iti prahur
Yogam tam viddhi pandava
Na hy asannyasta-sankalpo
Yogi bhavati kascana
Wahai Putra Pandu, ketahuilah bahwa yang dikatakan sebagai Sannyasi
(melepaskan diri dari ikatan duniawi) adalah sama dengan Yoga (jalan keinsyafan
diri). Sebab, tanpa melepaskan diri dari keinginan-keinginan duniawi tidak akan
ada orang yang bisa menjadi seorang Yogi.
Analisi Sloka : maksud sloka ini adalah dengan melepaskan diri dari ikatan
duniawi adalah sama dengan Yoga. Karena tanpa itu orang sulit sekali menjadi
Yogi. Bhagavadgita mengajarkan agar kita menjadi seorang Yogi agar sebagai
manusia tidak terikat dengan duniawi. Karena duniawi itu sifatnya tidak nyata
(maya).
R. Mahatma Gandhi
Gandhi lahir pada 2 Oktober 1869 di negara bagian Gujarat di India.
Beberapa dari anggota keluarganya bekerja pada pihak pemerintah. Saat remaja,
Gandhi pindah ke Inggris untuk mempelajari hukum. Setelah dia menjadi
pengacara, dia pergi ke Afrika Selatan, sebuah koloni Inggris, di mana dia
mengalami diskriminasi ras yang dinamakan apartheid. Dia kemudian
memutuskan untuk menjadi seorang aktivis politik agar dapat mengubah hukum-
hukum yang diskriminatif tersebut. Gandhi pun membentuk sebuah gerakan non-
kekerasan.
Ketika kembali ke India, dia membantu dalam proses kemerdekaan India
dari jajahan Inggris; hal ini memberikan inspirasi bagi rakyat di koloni-koloni
lainnya agar berjuang mendapatkan kemerdekaannya dan memecah Kemaharajaan
Britania untuk kemudian membentuk Persemakmuran.
Rakyat dari agama dan suku yang berbeda yang hidup di India kala itu
yakin bahwa India perlu dipecah menjadi beberapa negara agar kelompok yang
berbeda dapat mempunyai negara mereka sendiri. Banyak yang ingin agar para
pemeluk agama Hindu dan Islam mempunyai negara sendiri. Gandhi adalah
42
seorang Hindu namun dia menyukai pemikiran-pemikiran dari agama-agama lain
termasuk Islam dan Kristen. Dia percaya bahwa manusia dari segala agama harus
mempunyai hak yang sama dan hidup bersama secara damai di dalam satu negara.
Pada 1947, India menjadi merdeka dan pecah menjadi dua negara, India
dan Pakistan. Hal ini tidak disetujui Gandhi.
Prinsip Gandhi, satyagraha, sering diterjemahkan sebagai "jalan yang
benar" atau "jalan menuju kebenaran", telah menginspirasi berbagai generasi
aktivis-aktivis demokrasi dan anti-rasisme seperti Martin Luther King, Jr. dan
Nelson Mandela. Gandhi sering mengatakan kalau nilai-nilai ajarannya sangat
sederhana, yang berdasarkan kepercayaan Hindu tradisional: kebenaran (satya),
dan non-kekerasan (ahimsa).
Berikut adalah kumpulan kata bijak Mahatma Gandhi yang terkenal selama
hidupnya:
Kata Bijak Mahatma Gandhi“Kekuatan tidak berasal dari kapasitas fisik.
Kekuatan berasal dari kemauan yang gigih”
“Kemurnian hidup adalah seni termurni dan tertinggi”
“Cinta tidak pernah meminta, ia sentiasa memberi, cinta membawa penderitaan,
tetapi tidak pernah berdendam, tak pernah membalas dendam. Di mana ada cinta
di situ ada kehidupan; manakala kebencian membawa kepada kemusnahan”
“Jadilah anda manusia yang pada kelahiranmu semua orang tertawa bahagia,
tetapi hanya kamu sendiri yang menangis dan pada kematianmu semua orang
menangis sedih, tetapi hanya anda sendiri yang tersenyum”
“Karena saat kita kaya bukan berarti kita bisa mengaku bahwa hati nurani kita
benar tanpa menjalani disiplin apapun sehingga banyak ketidakjujuran terjadi di
dunia yang membingungkan ini”
“Suka cita terletak pada perjuangan, usaha, termasuk dalam penderitaan, bukan
pada kemerdekaan itu sendiri”
“Saya telah belajar dari pengalaman yang lebih pahit sebagai sebuah pelajaran
paling penting; menyimpan amarah; dan ketika panasnya tersimpan, diubah
menjadi energi, dengan demikian amarah yang terkendali dapat diubah menjadi
kekuatan yang dapat menggerakkan dunia”
43
“Kebebasan individu dan kesaling-tergantungan keduanya penting dalam hidup
bermasyarakat”
“Adalah dibawah martabat manusia jika seseorang kehilangan kepribadiannya dan
menjadi tidak lebih daripada sebuah roda gigi pada mesin”
“Satu-satunya penguasa yang saya akui di dunia ini adalah ‘suara hening kecil’ di
dalam hati”
“Semuanya berjalan baik meskipun segala sesuatu tampaknya salah sama sekali
jika anda jujur terhadap anda sendiri. Sebaliknya, semuanya tidak baik bagi anda
walaupun segala sesuatu kelihatan benar, jika anda tidak jujur terhadap anda
sendiri”
“Bukankah sejarah dunia menunjukkan bahwa tidak ada romantika kehidupan jika
tidak ada resiko?”
“Sasaran pernah menjauh dari kita. Semakin besar kemajuan, semakin besar
pengakuan atas ketidaklayakan kita. Kepuasan terletak pada usaha, bukan pada
hasil. Usaha penuh adalah kemenangan penuh”
“Pengetahuan sejati memberi kedudukan moral dan kekuatan moral”
“Musik kehidupan terancam hilang dalam musik suara”
“Dibutuhkan iman yang luar biasa, iman dan penyerahan yang murni dari segala
yang ada di hadapan kita”
“Menyebut perempuan sebagai jenis kelami yang lebih lemah adalah fitnah. Itu
merupakan ketidakadilan laki – laki terhadap perempuan”
“Semua beasiswa anda, semua studi anda mengenai Shakespeare dan
Wordswordth akan sia – sia jika pada saat bersamaan anda tidak membangun
karakter Anda dan mencapai keahlian mencapai pemikiran dan tindakan anda”
“Istri bukan merupakan budak suami, merupakan pendamping dan teman
penolong suami serta mitra sejajar dalam suka dan duka, bebas memilih jalannya
sendiri sebebas sang suami”
“Lupa bagaimana menggali dan merawat tanah adalah lupa akan diri sendiri”
“Seorang laki – laki tidak dapat berbuat benar di salah satu bagian kehidupan
sedangkan ina berbuat salah di bagian lainnya. Hidup adalah keseluruhan yang
tidak dapat dibagi”
44
“Tuhan sendiri adalah hakim kebesaran sejati karena Ia mengetahui isi hati
manusia”
“Karakteristik istimewa peradaban modern adalah tak terbatasnya bermacam –
macam keinginan manusia. Karakteristik peradaban kuno adalah larangan keras
dan aturan tegas atas keinginan – keinginan itu”
“Kehidupan membaca dan menulis merupakan salah satu dari banyak cara untuk
mengembangkan intelektual, tetapi di masa lampau kita mempunyai raksasa –
raksasa intelektual yang tidak dapat membaca”
“Kehidupan lebih besar daripada segala seni. Saya bahkan akan melangkah lebih
jauh dan mengumumkan bahwa orang yang hidupnya mendekati sempurna adalah
seniman terbesar, karena apalah artinya seni tanpa dasar yang pasti dan kerangka
hidup mulia?”.
S. HINDU DHARMA Singkatan dari :
Harmoni adalah paduan keselarasan, perpaduan antara keyakinan dan
tingkah laku, menghormati, menyayangi apa yang ada, merangkum,
mensinerjikan dan menyelaraskan segala macam perbedaan secara ikhlas dan
alamiah. Dengan harmoni akan tercipta sebuah enerji yang merangkum tatanan
kehidupan sosial yang indah dan teratur. Harmoni bukan keterpaksaan, tetapi ada
sistim dan aturan yang menjadi kesepakatan bersama yang semua komponen
berusaha menjaganya karena menyangkut kepentingan bersama. Harmoni dimulai
dari diri sendiri, keluarga, masyarakat, nasional, tatanan internasional, bahkan
alam semesta. Dengan harmoni, semua akan menjadi indah, enak dibayangkan,
dilihat, dirasakan, dan dinikmati.
Inkarnasi adalah pembuahan dan kelahiran makhluk yang merupakan
manifestasi dari suatu tuhan/dewa, atau kekuatan yang imaterial.
Contoh inkarnasi pada agama-agama adalah:
Krishna, dari Hinduisme
Yesus, dari Kristen
Kali, dari Hinduisme
Durga, dari Hinduisme
Parvati, dari Hinduisme
45
Non Violence adalah non kekerasan. Jadi agama Hindu adalah agama
yang cinta damai (love peace). Karena menjalankan Tri Hita Karana yang
berarti hubungan yang harmonis. Yang pertama hubungan yang harmonis
kepada Tuhan, yang kedua hubungan yang harmonis kepada sesama manusia
dan yang ketiga hubungan yang harmonis pada alam semesta.
Doktrin Karma yaitu Karma berasal dari bahasa Sansekerta dari
urat kata “Kr” yang berarti membuat atau berbuat, maka dapat disimpulkan
bahwa karmapala berarti Perbuatan atau tingkah laku. Doktrin ini bersifat
mengikat bagi setiap manusia, karena setiap perbutan akan ada hasil yang
akan didapatkan.
Unity of Eksistensi adalah kesatuan eksistensi yang berarti kesatuan dari
keberadaan. Bahwa hindu adalah ajaran kebenaran yang selalu ada pada setiap
zaman dan tidak akan pernah punah/ hilang. Dalam Rg Weda (R.V.1.164.46) :
“Ekam sat viprah, bahudha vadanti.”
“Kebenaran itu adalah satu, orang bijaksana yang menyebutnya
dengan berbagai nama.”
Selama masih ada kebenaran didunia ini maka Hindu akan tetap ada dan
selalu jaya. Karena ajaran Hindu bersifat Anandi ananta tanpa awal dan
tanpa akhir.
Dharma Karma adalah perbuatan yang dilakukan sesuai kebenaran. Jadi
Hindu mengajarkan bertindak sesuai dengan dharma. kata dharma dapat pula
berarti kodrat. Sedangkan dalam kehidupan manusia, dharma dapat berarti ajaran,
kewajiban atau peraturan- peraturan suci yang memelihara dan menuntun manusia
untuk mencapai kesempurnaan hidup yaitu tingkah laku dan budi pekerti yang
luhur.
Humanisme adalah istilah umum untuk berbagai jalan pikiran yang
berbeda yang memfokuskan dirinya ke jalan keluar umum dalam masalah-
masalah atau isu-isu yang berhubungan dengan manusia. Humanisme telah
menjadi sejenis doktrin beretika yang cakupannya diperluas hingga mencapai
seluruh etnisitas manusia, berlawanan dengan sistem-sistem beretika tradisonal
yang hanya berlaku bagi kelompok-kelompok etnis tertentu.
46
Humanisme modern dibagi kepada dua aliran. Humanisme
keagamaan/religi berakar dari tradisi Renaisans-Pencerahan dan diikuti banyak
seniman, umat Kristen garis tengah, dan para cendekiawan dalam kesenian bebas.
Pandangan mereka biasanya terfokus pada martabat dan kebudiluhuran dari
keberhasilan serta kemungkinan yang dihasilkan umat manusia.
Humanisme sekular mencerminkan bangkitnya globalisme, teknologi, dan
jatuhnya kekuasaan agama. Humanisme sekular juga percaya pada martabat dan
nilai seseorang dan kemampuan untuk memperoleh kesadaran diri melalui logika.
Orang-orang yang masuk dalam kategori ini menganggap bahwa mereka
merupakan jawaban atas perlunya sebuah filsafat umum yang tidak dibatasi
perbedaan kebudayaan yang diakibatkan adat-istiadat dan agama setempat.
Atma adalah jiwa yang menjadi sumber hidup mahluk. Jadi, atma
merupakan percikan-percikan kecil dari ParamaAtma/Hyang Widhi yang berada
dalam setiap mahluk hidup. Atma merupakan bagian dari Brahman/Hyang Widhi
yang memberikan energi hidup pada badan jasmani segala mahluk sesuai dengan
hukum yang ditentukan oleh Hyang Widhi. Atma sering disebut dengan
“Swatman” atau “Jiwatman” yaitu roh yang memberikan tenaga untuk hidup.
Karena Atma merupakan bagian dari Brahman/Hyang Widhi maka
sifatnya gaib seperti halnya Hyang Widhi, tidak pernah mengalami kelahiran dan
kematian (Na jayate naha niyamane). Beberapa sifat-sifat atma menurut
Bhagawad Gita adalah :
• Achodya (tidak terluka oleh senjata)
• Adahya (tidak terbakar oleh api)
• Akledya (tidak terkeringkan oleh angin)
• Acesyah (tidak terbasahkan oleh air)
• Nitya (kekal abadi)
• Sarwagatah (ada dimana-mana)
• Sthanu (tidak berpindah-pindah)
• Acala (tidak bergerak)
• Sanatana (selalu sama)
• Awyakta (tidak dilahirkan)
• Achintya (tidak terpikirkan)
47
• Awikara (tidak berubah)
Atma juga tidak laki-laki maupun perempuan, sempurna seperti halnya
Brahman/Hyang Widhi. Namun, setelah atma memasuki badan wadah mahluk
dipengaruhi oleh sifat-sifat kemayaan/keduniawian dan kegelapan (awidya),
sehingga tidak lagi menyadari asal dan sifat aslinya Brahman. Adakalanya
mengalami pasang surut sifat kemayaan sehingga atma sifatnya dapat semakin
menjauhi sifat Brahman.
http://biotalaut-biotalaut.blogspot.com/2010/08/atma-sradha.html
Reality adalah realitas, bahwa Hindu mengajarkan untuk mencapai kenyataan.
Karena pada dasarnya manusia hidup didunia ini adalah dipengaruhi maya
(ketidaknyataan). Misalnya lahir, hidup, dan mati. Tujuan realitas Hindu adalah
menyatunya Atman dengan Brahman (tuhan). Semua realita di luar Brahman
(Tuhan) dipandang sebagai ilusi belaka (maya).
Moksa yaitu berasal dari bahasa sansekreta dari akar kata "MUC" yang artinya
bebas atau membebaskan. Moksa dapat juga disebut dengan Mukti artinya
mencapai kebebasan jiwatman atau kebahagian rohani yang langgeng. Jagaditha
dapat juga disebut dengan Bukti artinya membina kebahagiaan, kemakmuran
kehidupan masyarakat dan negara.
Jadi Moksa adalah suatu kepercayaan adanya kebebasan yaitu bersatunya antara
atman dengan brahman. Kalau orang sudah mengalami moksa dia akan bebas dari
ikatan keduniawian, bebas dari hukum karma dan bebas dari penjelmaan kembali
(reinkarnasi) dan akan mengalami Sat, Cit, Ananda (kebenaran, kesadaran,
kebahagian).
Dalam kehidupan kita saat ini juga dapat untuk mencapai moksa yang disebut
dengan Jiwan Mukti (Moksa semasih hidup), bukan berarti moksa hanya dapat
dicapai dan dirasakan setelah meninggal dunia, dalam kehidupan sekarangpun kita
dapat merasakan moksa yaitu kebebesan asal persyaratan2 moksa dilakukan, jadi
kita mencapai moksa tidak menunggu waktu sampai meninggal.
48
Authority atau sumber adalah maksudnya bahwa Hindu memliki sumber ajaran
Hindu yang sangat banyak dan bersifat universal. Sumber-sumber ajaran Hindu
berasal dari Veda, Upanisad, Brahma Sutra, Agama dan Bhagavad Gita.
49
KESIMPULAN
Agama Hindu dikatakan seperti pohon besar dengan cabangnya yang
sangat banyak yang melambangkan berbagai pemikiran keagamaan. Pohon ini
berakar dalam tanah Weda dan Upanisad yang subur. Weda melambangkan tradisi
keagamaan, sedangkan Upanisad melambangkan filsafat dimana tradisi itu
didasarkan.
Beberapa orang mengatakan bahwa Hindu adalah lautan yang menyerap
semua aliran sungai dari pemikiran yang berbeda, betapa lurus atau berbeloknya
sungai itu.
Agama Hindu dasarnya adalah persahabatan bagi mereka yang
mempercayai kesucian seseorang, kesadaran eksperensial tentang tuhan melalui
praktek spiritual dan disiplin moral (yang tidak tertengahi oleh otoritas, dogma,
atau kepercayaan) pemeliharaan dan penyebaran dharma (kebenaran), kebebasan
pemikiran yang total, keselarasan dalam agama (sarva dharma samabhava), tanpa
kekerasan (ahimsa) dalam kata-kata, perbuatan, dan pemikiran, menghormati
semua bentuk kehidupan, dalam hukum karma “ Apa yang engkau tanam itulah
yang akan engkau tuai.
Adanya Kenyataan
Orang yang beragama Hindu percaya bahwa hanya ada satu kenyataan
atau kebenaran yang tidak dapat dibatasi dengan nama apapun, bentuk, atau sifat.
Kenyataan itu adalah bagian dari semua benda dan mahkluk dunia yang kemudian
menurun dalam diri mereka. Ini adalah sumber mutlak atau asal dari keberadaan.
Hal ini memiliki dua aspek, yang transendental (impersonal) dan immanen
(personal).
Dalam aspek transendentalnya, kenyataan itu disebut dengan berbagai
nama, seperti Yang Kuasa atau kesadaran Kosmis, Maha Kuasa, Kenyataan
Mutlak, Jiwa Universal dan Nirguna Brahman. Dalam aspek impersonal ini,
kenyataan ini tidaklah berbentuk, tidak memiliki atribut, tidak berpindah, tidak
terbatas dan tidak dapat didekati oleh pemikiran manusia. Seperti itulah,
Kenyataan ini tidak dapat disebut dengan Pencipta, karena ada terlebih dahulu
dari semua bentuk termasuk Sang Pencipta. Yang dapat kita katakan tentang
50
aspek yang transendental ini adalah kenyataan bahwa alam adalah keberadaan
mutlak yang alami, pengetahuan mutlak, dan kebahagiaan mutlak (Sat-cit-
ananda).
Ini adalah aspek immanen, kenyataan adalah Tuhan Yang Maha Kuasa,
Tuhan dari semua agama. Dilihat dari aspek personal, Hindu menyebut kenyataan
dengan berbagai nama, seperti Saguna Brahman, Isvara, Paramatma, dan Ibu
Mulia. Dalam aspek ini, kenyataan ini adalah pencipta yang maha pengampun,
pemelihara, dan pengendali dari jagat raya. “ Dalam pandangan Weda, tidak ada
satu Dewa atau Dewi untuk semua manusia”. Hindu memuja aspek personal dari
kenyataan dalam berbagai nama dan bentuk, baik pria maupun wanita, ,menurut
pilihan dari pemuja.
51